Apa Kata Mereka
“Bercerita tentang ‘rindu’, tanpa sekalipun menyebut kata ‘rindu’, adalah latihan yang baik bagi setiap pengarang, khususnya bila kita mengingat rumusan ‘show, don't tell’. Cerita yang baik adalah ketika pengarang tidak perlu menjelas-jelaskan plot kisah ataupun emosi para tokoh; pembaca bisa merasakannya sendiri. Tapi, latihan semacam ini hanya sebagian kecil dari teknik mengarang yang perlu dipelajari. Ibarat pergi perang, seorang pengarang harus melengkapi dirinya dengan aneka macam senjata agar bisa menghasilkan cerita yang segar dan menggugah. Dan inilah yang hendaknya menjadi tujuan setiap pengarang: keinginan mencoba gaya berkisah yang baru, meski topik ceritanya bisa jadi sangat tua–seperti rindu dan cinta. Andina Dwifatma, pengarang novel "Semusim, dan Semusim Lagi" (2013). Tinggal di Tangerang Selatan.
“Ada beberapa nama yang saya kenal pada antologi ini, yang selalu memberikan jaminan mutu untuk tiap karyanya. Sementara yang lainnya, ternyata mampu mengejutkan saya dengan ledakan-ledakan dalam ceritanya. Sebuah antologi yang menguraikan rindu dengan lugas.” Ariev Rahman, bekerja sehari-hari sebagai pekerja kantoran, dan selama-lamanya menjadi seorang pejalan. Serius menceritakan perjalanannya di www.backpackstory.me.
AntologiRindu|3
“Membaca Antologi Rindu Tanpa Kata Rindu seperti sedang merindukan seseorang tapi tidak boleh mengucapkannya. Bikin gregetan, gemes namun di sisi lain bikin penasaran, cerita rindu yang seperti apakah yang akan dituliskan oleh si penulis kali ini.” Dendi Riandi, penulis Trave(love)ing, The DestinASEAN dan penggiat social media.
“Bersama lembar demi lembar dalam antologi ini, saya merasa tenggelam pada rindu yang tidak terkatakan. Alih-alih berusaha muncul ke permukaan, saya malah terisap makin dalam. Antologi ini mengisahkan rindu yang sederhana, rindu yang rumit, rindu yang sejati. Antologi Rindu, mengobati kerinduan pada bacaan yang membuat betah hingga halaman terakhir.” Eva Sri Rahayu, penulis novel Love Puzzle, TwiRies—The Freaky Twins Diaries, dan Dunia Trisa.
"Teduh. Itu kesan pertama saya ketika membaca draft Antologi Rindu. Para penulis Antologi Rindu menerjemahkan kerinduan dengan sangat apik lagi manis. Dan hebatnya, semua kerinduan dituangkan tanpa menggunakan satu pun kata rindu. Bravo!" Grahita Primasari, wanita pencinta kata namun terperangkap dalam dunia penuh angka. Penulis Trave(love)ing dan Sole-Mate. Temui tulisan hariannya di blog gelaph.com dan working-paper.net.
“Ketika membaca tiap lembarnya membuat pipimu merona atau bahkan basah karena air mata... Selamat, kamu telah merindukan seseorang.” Mia Haryono, si Koper Fragile di Trave(love)ing dan penggagas Sole Mate
AntologiRindu|4
Tentang #AntologiRindu
Siapakah manusia di dunia ini yang tidak pernah merasakan rindu? Saya yakin tiap manusia pernah merasakannya; bergumul karenanya. Bahkan bayi yang baru lahir pun sudah menyatakan rindu lewat tangisannya karena dahaga akan air susu ibu yang merupakan salah satu tanda cinta kasih dari sang ibu. Rindu. Satu kata dengan jangkauan yang luas. Bisa rindu pada pasangan (yang jauh atau dekat sekalipun), rindu pada orangtua (yang masih hidup atau sudah tiada), rindu pada teman lama atau mantan kekasih atau siapa pun, rindu pada momen tertentu dalam hidup, dan masih banyak lagi. Dan, pernahkah rindu itu seakan membuncah di dada karena begitu lama dipendam? Pernahkah rindu itu seakan menggerogoti pertahanan dan mendesak kita untuk segera menuntaskannya? Berawal dari pemikiran di atas dan sebuah tweet dari Ika Fitriana yang bunyinya, "Coba, deh, nyatakan rindumu tanpa kata 'rindu'.." Maka lewat satu writing project bertajuk "Antologi Rindu Tanpa Kata 'Rindu'" terpilihlah 32 karya (plus 8 karya dari tim juri dan penggagas) di antara 684 naskah yang masuk. Di dalam buku ini, Anda akan menemukan 13 cerpen, 13 flash fiction, dan 14 puisi bertema kerinduan yang dipaparkan tanpa menggunakan kata "rindu". Penasaran dengan isinya? Silakan membalik tiap halaman dalam buku ini sambil turut merasakan kerinduan di dalamnya.
AntologiRindu|5
Saya harap, buku ini bisa menjadi teman setia pengisi waktu sekaligus memaktubkan dalam hati bahwa hanya yang sesungguhnya mencinta yang bisa merindu; termasuk Anda, pun saya.
Manado, Juni 2014
Penggagas
AntologiRindu|6
Ucapan Terimakasih
Kepada Tuhan yang Maha Esa, yang menciptakan manusia sedemikian sempurna beserta nurani untuk mencinta bahkan merindu. Kepada rasa rindu yang menjadi inspirasi sekaligus membantu kami menyalurkan hasrat dalam menulis. Kepada seluruh kontributor—baik yang naskahnya dibukukan maupun yang tidak—yang sudah menuangkan kerinduan dalam tiap goresan pena. You did it, Fellas! Kepada penyortir ratusan naskah yang masuk, sahabat sekampung halaman: Stany Cecilia. Terima kasih atas kesabaran juga ketelitiannya menghadapi naskah yang jumlahnya tak sedikit itu. Kepada tim juri: Tia Setiawati, Putri Widi Saraswati, dan Ika Fitriana, yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan penilaian seobjektif mungkin terhadap semua naskah yang masuk. You know who you really are! Kepada para sponsor: Eva Sri Rahayu, Evi Sri Rezeki, Lukman Hambali, Roy Saputra, dan Riesna Kurniati, yang sudah ikut menyukseskan writing project #AntologiRindu. Kepada penata letak, penyunting, dan penata sampul: Indah Lestari, Sulung Lahitani, dan Arwin Eliezer. Terima kasih sudah berjibaku menyelesaikan buku ini. Kepada pihak nulisbuku.com yang sudah membantu kami menorehkan karya yang layak dibaca.
AntologiRindu|7
Kepada pembaca yang sudah mengambil keputusan yang sangat tepat untuk membaca dan menikmati setiap kerinduan lewat karya-karya dalam buku ini.
AntologiRindu|8