7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
7 KALIMAT DARI SALIB Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kalimat 1: Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
Kalimat 2: Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Kalimat 3: Yoh 19:25-27 - “(25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27) Kemudian kataNya kepada murid-muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya”.
Kalimat 4: Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
1
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kalimat 5: Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
Kalimat 6: Yoh 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
Kalimat 7: Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Kalimat pertama Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya”. 1)
Pertama-tama perlu diketahui bahwa kalimat ini diragukan keasliannya karena manuscript-manuscript yang terbaik tidak mempunyai ayat ini!
NIV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some early manuscripts do not have this sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak mempunyai kalimat ini). RSV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Other ancient authorities omit the sentence ‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas kuno yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang mereka perbuat’). NKJV memberikan catatan tepi yang berbunyi: “NU brackets the first sentence as a later addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam kurung sebagai penambahan belakangan).
2
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
ASV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some ancient authorities omit ‘And Jesus said, Father, forgive them; for they know not what they do.’” (= Beberapa otoritas kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’). KJV dan NASB tidak memberikan catatan kaki apapun. Pulpit Commentary: “These words are missing in some of the oldest authorities. They are found, however, in the majority of the most ancient manuscripts and in the most trustworthy of the old versions, and are undoubtedly genuine” (= Katakata ini tidak ada dalam beberapa dari otoritas yang paling tua. Tetapi katakata itu ditemukan dalam mayoritas dari manuscripts yang paling kuno dan dalam versi-versi tua yang paling bisa dipercaya, dan tidak diragukan merupakan bagian yang asli) - hal 240.
Leon Morris (Tyndale): “There is textual doubt about this prayer. It is absent from many of the best MSS and some critics argue that it must be rejected, since it would scarcely have been omitted if genuine. Against that is the fact that other very good MSS do attest it. Early copyists may have been tempted to omit the words by the reflection that perhaps God had not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and afterwards may well have looked like anything but forgiveness. We should regard the words as genuine” [= Ada keraguan textual tentang doa ini. Doa ini absen dalam banyak manuscripts terbaik dan sebagian pengkritik berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena tidak mungkin itu dihapuskan kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta bahwa manuscripts lain yang sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin mula-mula mungkin tergoda untuk menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa mungkin Allah tidak mengampuni bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70 M dan sesudahnya (kehancuran Yerusalem) sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap kata-kata ini sebagai asli] - hal 326-327.
The New Bible Commentary: Revised: “34a is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang menakutkan / berat dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus dipertahankan atau sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai potongan tradisi dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh penyalinpenyalin yang merasa bahwa itu (doa Yesus) tidak pantas atau tidak dijawab] hal 923.
3
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Bdk. Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”. Doa Stefanus ini dianggap meniru / meneladani doa Kristus yang sedang kita bahas. Kalau Kristus tidak pernah menaikkan doa tersebut, Stefanus tidak akan bisa meneladaninya.
A. T. Robertson: “Some of the oldest and best documents do not contain this verse, and yet, while it is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they are utterly unlike any one else” (= Beberapa dari dokumen-dokumen yang tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa itu merupakan suatu bagian dari Injil Lukas, adalah pasti bahwa Yesus mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu sama sekali tidak seperti kata-kata siapapun juga) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 284-285.
Bruce M. Metzger: “The absence of these words from such early and diverse witnesses ... is most impressive and can scarcely be explained as a deliberate excision by copyists who, considering the fall of Jerusalem to be proof that God had not forgiven the Jews, could not allow it to appear that the prayer of Jesus had remained unanswered. At the same time, the logion, though probably not a part of the original Gospel of Luke, bears self-evident tokens of its dominical origin, and was retained, within double square brackets, in the traditional place where it had been incorporated by unknown copyists relatively early in the transmission of the Third Gospel” (= Absennya kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ... merupakan sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai penghilangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang, menganggap kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni orang-orang Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak dijawab. Pada saat yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan suatu bagian dari Injil Lukas yang asli, mempunyai tandatanda yang jelas bahwa itu berasal usul dari Tuhan Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung ganda, dalam tempat tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh penyalin-penyalin yang tak dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran Injil ketiga ini) - ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180. Catatan: kata ‘dominical’ diterjemahkan ‘having to do with Jesus as the Lord’ (= berurusan dengan Yesus sebagai Tuhan) dalam Webster’s New World Dictionary.
4
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Wycliffe Bible Commentary: “This verse, like one or two others preceding (Luke 22:19,43) is absent from some of the best manuscripts. Like several other such disputed texts, it is undoubtedly a genuine utterance of Jesus. It is harder to account for its omission than for its inclusion” (= ).
A. T. Robertson: “Some of the oldest and best documents do NOT contain this verse, and yet, while it is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they are utterly unlike any one else” (= ).
William Hendriksen mengatakan (hal 1028) bahwa ada orang-orang yang hendak menghapuskan kata-kata ini, dengan alasan: · mereka yang membunuh Yesus adalah reprobate, dan Allah tidak memberkati reprobate. Karena itu, Yesus tidak mungkin berdoa untuk mereka.
2)
“Ya Bapa, ampunilah mereka”.
a)
Ini merupakan penggenapan dari Yes 53:12 - “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.
KJV: ‘Therefore will I divide him [a portion] with the great, and he shall divide the spoil with the strong; because he hath poured out his soul unto death: and he was numbered with the transgressors; and he bare the sin of many, and made intercession for the transgressors’ (= ).
b) Saat pengucapan kata-kata ini.
5
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Pulpit Commentary: “These first of the seven words from the cross seem, from their position in the record, to have been spoken very early in the awful scene, probably while the nails were being driven into the hands and feet” (= ) - hal 240.
Pulpit Commentary: “When - at what particular point did he say that? It is commonly believed that he uttered this most gracious prayer just at the time of the actual crucifixion. Just when the nails were driven into those hands, the hands that had constantly been employed in some ministry of mercy; into those feet that had been constantly carrying him on some errand of kindness; or just when the heavy cross, with its suffering Victim fastened upon it, had been driven into the ground with unpitying violence; - just then, at the moment of most excruciating pain and of intolerable shame, he opened his lips to pray for mercy on his executioners” (= ) - hal 254.
c) Ini adalah saat dimana seharusnya Yesus bisa dikuasai oleh kepahitan. Pulpit Commentary: “Conscious, not only of perfect innocence, but of purer and even the loftiest aims, Jesus Christ found himself not only unrewarded and unappreciated, but misunderstood, ill treated, condemned on a totally false charge, sentenced to the most cruel and shameful death a man could die. What wonder if, under those conditions, all the kindliness of his nature had turned to sourness of spirit! ... At this very moment he was the object of the most heartless cruelty man could inflict, and must have been suffering pain of body and of mind that was literally agonizing. ... At such time, and under such treatment, he forgets himself to remember the guilt of those who were so shamefully wronging him. ... Instead of entertaining any feeling of resentment, he desired that they might be forgiven their wrong-doing” (= ) - hal 254.
d) Kata ‘ampunilah’. Lihat Lenski! William Hendriksen: “the verb here used has a very wide meaning (this, by the way, is true)” (= ) - hal 1028. Ini menyebabkan ada orang-orang yang menafsirkan bahwa Yesus bukan memintakan pengampunan, tetapi hanya meminta supaya Bapa menahan murkaNya, dan tidak menumpahkannya pada saat itu (William Hendriksen, hal 1028). 6
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
William Hendriksen: “‘Forgive them’ means exeactlt that. It means ‘blot out theitr transgressions completely. In thy sovereign grace cause them to repent truly, so that they can be and will be pardoned fully.’” (= ) - hal 1028.
e) Siapa yang Ia doakan supaya diampuni oleh Bapa?
Barnes’ Notes: “The prayer was offered for those who were guilty of putting him to death. It is not quite certain whether he referred to the ‘Jews’ or ‘to the Roman soldiers.’ Perhaps he referred to both” (= ).
a. Ada yang menganggap bahwa doa ini mencakup semua yang hadir pada saat itu, dan bahkan mencakup semua manusia, termasuk kita. C. H. Spurgeon: “I believe that it was a far-reaching prayer, which indeed included Scribes and Pharisees, Pilate and Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a certain sense, since we were all concerned in that murder; but certainly the immediate persons, upon whom that prayer was poured like precious nard, were those who there and then were committing the brutal act of fastening him to the accursed tree” (= Saya percaya bahwa itu merupakan doa yang jangkauannya jauh, yang mencakup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan orang non Yahudi - ya, seluruh umat manusia dalam arti tertentu, karena kita semua tersangkut dalam pembunuhan itu; tetapi pasti orang-orang yang langsung didoakan oleh doa yang seperti minyak wangi yang mahal itu, adalah mereka yang ada di sana pada saat itu dan sedang melakukan tindakan brutal dengan memakukan Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483. C. H. Spurgeon: “for, though we were not there, and we did not actually put Jesus to death, yet we really caused his death, and we, too, crucified the Lord of glory; and his prayer for us was, ‘Father, forgive them, for they know not what they do.’” (= karena, sekalipun kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh Yesus, tetapi kita sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga menyalibkan Tuhan kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.
7
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
b. Ada juga yang membatasi orang-orang yang didoakan.
David Gooding: “it was prayed on behalf of the soldiers who in all truthfulness did not know what they were doing. False sentiment must not lead us to extend the scope of his prayer beyond his intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well what he is doing and has no intention of either stopping or repenting would be immoral: it would amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ certainly did not do that” (= itu didoakan demi para tentara yang memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh membimbing kita untuk memperluas jangkauan doanya lebih dari yang Ia maksudkan. Mendoakan pengampunan untuk seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia lakukan dan tidak bermaksud untuk berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang tidak bermoral: itu berarti mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat, pada dosanya. Kristus pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According to Luke’, hal 342. Catatan: saya tidak setuju dengan bagian akhir dari kata-kata David Gooding ini, karena maksud Kristus dengan doa itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu ‘diampuni tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni melalui pertobatan’.
A. T. Robertson: “Jesus evidently is praying for the Roman soldiers, who were only obeying, but not for the Sanhedrin” (= Yesus jelas sedang berdoa untuk para tentara Romawi, yang hanya mentaati perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 285.
Calvin: “It is probable, however, that Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them” (= Tetapi adalah mungkin bahwa Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah orang-orang yang tidak punya harapan, adalah siasia bagiNya untuk berdoa untuk mereka) - hal 301. 8
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Sukar untuk menetapkan batasan dari doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ ditambahkan oleh Yesus kelihatannya untuk membatasi orang-orang yang didoakan oleh doa tersebut. Para tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dan bahkan sebagian para tokoh Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui sepenuhnya kejahatan mereka. William Hendriksen: “the soldiers certainly did not know. But even the members of the Sanhedrin, though they must have known that what they were doing was wicked, did not comprehend the extent of that wickedness” (= ) - hal 1028.
Ini terlihat dari beberapa ayat di bawah ini:
· Kis 3:14-17 - “(14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. (16) Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (17) Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”. Catatan: kata ‘semua’ (yang saya cetak miring) seharusnya tidak ada! Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti pemimpinpemimpinmu), dan dengan NASB: ‘just as your rulers did also’ (= sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).
·
Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”. KJV: ‘they knew him not’ (= mereka tidak mengenalNya). RSV: ‘did not recognize him’ (= tidak mengenaliNya).
9
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
NASB: ‘recognizing neither Him’ (= tidak mengenaliNya). NIV: ‘did not recognize Jesus’ (= tidak mengenali Yesus).
·
Ada juga yang menambahkan 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”. Tetapi kalau dilihat kontextnya, maka kata ‘nya’ di sini bukan menunjuk kepada Yesus, tetapi pada ‘hikmat Allah’. 1Kor 2:6-8 - “(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan HIKMAT di kalangan mereka yang telah matang, yaitu HIKMAT yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. (7) Tetapi yang kami beritakan ialah HIKMAT Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. (8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”. Catatan: Tetapi tetap ada pro dan kontra, apakah kata ‘nya’ dalam 1Kor 2:8 itu menunjuk pada ‘hikmat Allah / surgawi’ atau kepada ‘Yesus’. Matthew Henry dan A. T. Robertson menganggap bahwa kata ‘nya’ di sini menunjuk kepada ‘hikmat Allah / surgawi’, tetapi Albert Barnes menganggap kata ‘nya’ itu menunjuk kepada Yesus.
Tetapi ada satu hal yang saya pikirkan, yang tidak pernah dibicarakan oleh para penafsir, yaitu tentang mereka yang menghujat Roh Kudus dan dikatakan tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga hadir pada saat itu. Bukankah mereka tahu apa yang mereka lakukan? Kalau itu benar, maka Kristus pasti tidak berdoa untuk mereka. Bandingkan juga dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.
10
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
f) Pada saat ini Yesus mempraktekkan ajaranNya sendiri. Mat 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
Pulpit Commentary: “There never had been such a forgiving spirit manifested since the world began” (= ) - hal 264.
g) Perbandingan dengan kata-kata orang-orang lain pada waktu mau mati. Pulpit Commentary: “Different from other holy dying men, he had no need to say, ‘Forgive me.’” (= ) - hal 240.
h) Perbandingan dengan teriakan darah Habel. Matthew Henry: “The petition: ‘Father, forgive them.’ One would think that he should have prayed, ‘Father, consume them; the Lord look upon it, and requite it.’” (= ). Bdk. Ibr 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”. Kej 4:10 - “FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah”. Ibr 11:4 - “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati”.
Mungkin teriakannya seperti ini: ‘Ya Tuhan, aku adalah anakMu yang setia kepadaMu, aku selalu memberi yang terbaik kepadaMu, aku selalu berusaha untuk mentaatiMu. Tetapi Tuhan, sekarang aku dibunuh tanpa alasan. O Tuhan yang maha adil, apakah Engkau akan berdiam diri melihat pembunuhan yang keji atas diriku ini?’.
11
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Dengan kata lain, darah Habel berteriak kepada Allah untuk menuntut keadilan, menuntut Allah menghukum Kain, sehingga akhirnya Allah betul-betul menghukum Kain (Kej 4:11-12). Tentu saja ini merupakan suatu kiasan. Sebetulnya bukan darah itu berteriak, tetapi pada waktu darah itu tercurah Allah melihatnya dan Allah menghukum.
Kalau saudara beranggapan bahwa kata-kata seperti ini hanyalah khayalan saya, dan kalau saudara beranggapan bahwa orang-orang beriman yang mati dibunuh tidak mungkin berdoa supaya Allah menghukum orang-orang yang membunuh mereka, maka lihatlah ayat di bawah ini. Wah 6:10 - “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”. Yang berbicara dalam ayat-ayat ini adalah orang-orang beriman yang mati dibunuh, dan mereka meminta Allah menghakimi / menghukum orang-orang yang membunuh mereka!
‘Darah pemercikan’ jelas menunjuk pada darah Yesus. Darah Yesus berteriak kepada Allah! Tetapi bagaimana teriakan darah Yesus itu? Apakah darahNya berteriak seperti ini: ‘Bapa, Engkau melihat AnakMu yang Tunggal, yang selalu hidup berkenan kepadaMu. Engkau lihat tangan dan kakiKu yang selalu melakukan hal-hal yang baik, dan melayani Engkau, sekarang dipakukan di kayu salib. Engkau melihat wajahKu yang selalu memancarkan kasih, sekarang diludahi, ditampar, dan berlumuran darah dari kepalaKu yang ditusuk dengan mahkota duri. Ya Bapa yang maha adil, hukumlah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan ini, dan buanglah mereka ke dalam neraka!’.
Saudara-saudara yang kekasih, kalau darah Yesus berteriak seperti itu kepada Allah, maka celakalah kita semua! Tetapi puji Tuhan, darah Yesus tidak berteriak seperti itu. Ibr 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”. Kata-kata ‘lebih kuat’ ini salah terjemahan; seharusnya ‘lebih baik’!
12
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
TB2-LAI sama salahnya dengan TB1-LAI. TL: ‘yang mengatakan perkara-perkara yang lebih baik daripada darah Habel’. KJV: ‘speaketh better things than that of Abel’ (= mengatakan hal-hal yang lebih baik dari pada hal-hal yang dikatakan Habel). RSV: ‘speaks more graciously than the blood of Abel’ (= berbicara dengan lebih murah hati dari pada darah Habel). NIV: ‘speaks a better word than the blood of Abel’ (= mengucapkan suatu kata / ucapan yang lebih baik dari pada darah Habel). NASB: ‘speaks better than the blood of Abel’ (= berbicara lebih baik dari pada darah Habel). Ibr 12:24b (FAYH): ‘dan kepada darah yang dipercikkan yang memberikan anugerah pengampunan, bukan seperti darah Habel yang menjerit menuntut balas’.
Jadi, sekalipun darah Yesus memang berteriak kepada Allah, tetapi berbeda dengan darah Habel yang berteriak menuntut balas / keadilan, maka darah Yesus berteriak dengan nada yang lebih baik. Darah Yesus berteriak senada dengan teriakan / kata-kata Yesus di atas kayu salib: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ (Luk 23:34).
i)
Ini menunjukkan tujuan penderitaan dan kematian Kristus. Matthew Henry: “the sayings of Christ upon the cross as well as his sufferings had a further intention than they seemed to have. This was a mediatorial word, and explicatory of the intent and meaning of his death: ... The great thing which Christ died to purchase and procure for us is the forgiveness of sin” (= ).
Arthur W. Pink: “Grace would not exercise mercy at the expense of justice. God, as the judge of all the earth, would not set aside the demands of His Holy law. Yet, God would show mercy. How? Through One making full satisfaction to His outraged law. Thro’ His own Son taking the place of all those who believe on Him and bearing their sins in (His) own body on the Tree, God could be just
13
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
and yet merciful, merciful and yet just” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 18.
j) Orang yang paling berdosapun bisa diampuni. Matthew Henry: “the greatest sinners may, through Christ, upon their repentance, hope to find mercy. Though they were his persecutors and murderers, he prayed, Father, forgive them” (= ).
k) Mengapa Yesus memintakan pengampunan bagi orang-orang itu dari Bapa, dan bukannya memberikan sendiri pengampunan itu, seperti yang dalam kasus-kasus lain Ia lakukan? Mat 9:2 - “Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni.’”. Luk 7:48 - “Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: ‘Dosamu telah diampuni.’”.
Memberi pengampunan dosa merupakan hak dari Allah saja. Mark 2:7 - “‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?’”.
Yesus memang adalah Allah dan manusia. Karena itu, Ia bisa memberikan pengampunan dosa. Tetapi di sini Ia, sekalipun tetap adalah Allah, tidak bertindak sebagai Allah, tetapi sebagai Pengantara. Karena itu, Ia memintakan pengampunan dari Bapa. Disamping itu, pemberian pengampunan hanya bisa diberikan kepada orang-orang yang betul-betul sudah bertobat / percaya. Sedangkan untuk orang-orang yang belum bertobat, hanya doa seperti inilah yang Ia berikan.
14
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
3)
“sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
a)
Orang-orang yang menyalibkan Yesus, bukannya tidak tahu bahwa mereka menyalibkan orang yang tidak bersalah. Mereka hanya tidak tahu bahwa mereka menyalibkan Tuhan yang mulia / Tuhan kemuliaan (the Lord of glory).
1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Kis 3:13-15,17 - “(13) Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan HambaNya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. (14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. ... (17) Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”.
Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”. KJV: ‘For they that dwell at Jerusalem, and their rulers, because they knew him not, nor yet the voices of the prophets which are read every sabbath day, they have fulfilled them in condemning him’ (= ).
Adam Clarke: “If ignorance do not excuse a crime, it at least diminishes the atrocity of it. However, these persons well knew that they were crucifying an innocent man; but they did not know that, by this act of theirs, they were bringing down on themselves and on their country the heaviest judgments of God” (= ).
15
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Pulpit Commentary: “It was ignorance on the part of many which led to this great crime, but culpable ignorance. They should have known better” (= ) - hal 264.
b) Contoh pengampunan terhadap orang yang berdosa dalam ketidak-tahuan. 1Tim 1:13 - “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
c) Yesus tidak berdoa untuk mereka yang tahu apa yang mereka perbuat. Apakah itu berarti dosa sengaja tak bisa diampuni? Lagi pula, dalam Perjanjian Lama tidak ada korban untuk dosa sengaja. Kalau melakukan dosa sengaja, orangnya dihukum mati.
Im 4:2 - “‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang dilarang TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari padanya,”. Im 4:13 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah,”. Im 4:22 - “Jikalau yang berbuat dosa itu seorang pemuka yang tidak dengan sengaja melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, Allahnya, sehingga ia bersalah,”. Im 4:27 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu seorang dari rakyat jelata, dan ia melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, sehingga ia bersalah,”. Im 5:2-6,9,14-15,17-19 - “(2) Atau bila seseorang kena kepada sesuatu yang najis, baik bangkai binatang liar yang najis, atau bangkai hewan yang najis, atau bangkai binatang yang mengeriap yang najis, tanpa menyadari hal itu, maka ia menjadi najis dan bersalah. (3) Atau apabila ia kena kepada kenajisan berasal dari manusia, dengan kenajisan apapun juga ia menjadi najis, tanpa menyadari hal itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah. (4) Atau apabila seseorang bersumpah teledor dengan bibirnya hendak berbuat yang buruk atau yang baik, sumpah apapun juga yang diucapkan orang dengan teledor, tanpa menyadari hal itu, tetapi kemudian 16
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
ia mengetahuinya, maka ia bersalah dalam salah satu perkara itu. (5) Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu, (6) dan haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salah karena dosa itu seekor betina dari domba atau kambing, menjadi korban penghapus dosa. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya. ... (9) Sedikit dari darah korban penghapus dosa itu haruslah dipercikkannya ke dinding mezbah, tetapi darah selebihnya haruslah ditekan ke luar pada bagian bawah mezbah; itulah korban penghapus dosa. ... (14) TUHAN berfirman kepada Musa: (15) ‘Apabila seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal kudus yang dipersembahkan kepada TUHAN, maka haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni menurut syikal kudus, menjadi korban penebus salah. ... (17) Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. (18) Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. (19) Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN.’”.
Im 22:14 - “Apabila seseorang dengan tidak sengaja memakan persembahan kudus, ia harus memberi gantinya kepada imam dengan menambah seperlima.”. Bil 15:22-29 - “(22) ‘Apabila kamu dengan tidak sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa, (23) yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN kepadamu dengan perantaraan Musa, mulai dari hari TUHAN memberikan perintahperintahNya dan seterusnya turun-temurun, (24) dan apabila hal itu diperbuat di luar pengetahuan umat ini, tidak dengan sengaja, maka haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa. (25) Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab hal itu terjadi tidak dengan sengaja, dan karena mereka telah membawa persembahan-persembahan mereka sebagai korban api-apian bagi TUHAN, juga korban penghapus dosa mereka di hadapan TUHAN, karena hal yang tidak disengaja itu. (26) Segenap umat 17
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Israel akan beroleh pengampunan, juga orang asing yang tinggal di tengahtengahmu, karena hal itu dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan tidak sengaja. (27) Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa; (28) dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan karena telah diadakan pendamaian baginya. (29) Baik bagi orang Israel asli maupun bagi orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja berlaku bagi mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja”.
Bil 15:30-31 - “(30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”. KJV: ‘presumptuously’ (= ). RSV: ‘with a high hand’ (= ). NIV/NASB: ‘defiantly’ (= ). Ini kesalahan penterjemahan yang cukup fatal, karena penterjemahan ini penting untuk menafsirkan apa yang dimaksud dengan ‘dosa tidak disengaja’ itu! Kontrasnya adalah dosa yang dilakukan dengan angkuh / menantang Tuhan. Jadi, selama dosa itu tidak dilakukan dengan cara itu, maka itu dianggap sebagai dosa yang tidak disengaja.
Juga bandingkan dengan Ibr 10:26-27 - “(26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka”.
Sesuatu yang perlu dingat bahwa orang-orang ini tahu bahwa mereka membunuh orang yang tidak bersalah. Ini sudah merupakan kesengajaaan! Jadi, tidak mungkin kita mengatakan dosa sengaja tak bisa diampuni.
18
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Mungkin dalam Perjanjian Lama diatur bahwa hanya dosa tak sengaja yang bisa diampuni untuk menunjukkan keunggulan Yesus atas domba korban, keunggulan dari ati-type atas type-nya! Check ini dalam buku tafsiran. PC Study Bible tentang Bil 15:30-31 sudah selesai dan tak dapat apa-apa.
Victor P. Hamilton, ‘Handbook on the Pentateuch’, hal 260-262. Victor P. Hamilton mengatakan bahwa dari ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan adanya korban hanya untuk dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak diketahui, maka ada orang-orang yang menyimpulkan: 1. Dalam Perjanjian Lama dosa yang bisa diampuni memang hanyalah dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak diketahui. Sedangkan orang-orang yang melakukan dosa-dosa yang disenagaja harus dihukum mati (hal 259-260). Bdk. Bil 15:27-31 yang seolah-olah menekankan hal itu secara explicit. 2. Ini menunjukkan kesuperioran korban Kristus dibandingakn dengan korbankorban dalam Perjanjian Lama, karena korban Kristus bisa mengampuni bukan hanya dosa-dosa yang tidak disengaja, tetapi juga dosa-dosa yang disengaja (hal 260). Pulpit Commentary (tentang Bil 15:30): “No provision was made under the Law for the pardon of a wilful sin against God - a sin of defiance. Thus the Law brought no satisfaction to the tender conscience, but rather conviction of sin, and longing for a better covenant. Herein is at once contrast and likeness: contrast, in that the gospel hath forgiveness for all sin and wickedness” (= ) hal 184. Bdk. Kis 13:39 - “Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari SEGALA DOSA, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Victor P. Hamilton tidak setuju dengan kesimpulan seperti ini, dan ia mengatakan bahwa pernyataan bahwa dalam Perjanjian Lama hanya dosa-dosa yang tidak disengaja yang bisa diampuni juga merupakan sesuatu yang harus dipertanyakan kebenarannya. 19
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Ia juga mengatakan bahwa kalau kita melihat Im 6:1-7, maka tidak mungkin kita menyimpulkan bahwa yang dibicarakan di sini adalah dosa-dosa yang tidak disengaja. Im 6:1-7 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa: (2) ‘Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang yang dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, (3) atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta - dalam perkara apapun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa - (4) apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, (5) atau segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya. (6) Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apapun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.’”. Perhatikan bagian yang saya garis bawahi itu. Itu tidak mungkin dianggap sebagai dosa-dosa yang tidak disengaja! Tetapi perhatikan ay 6nya! Toh ada korban untuk dosa-dosa seperti itu.
Ia lalu menggunakan Bil 5:6-8 - “(6) ‘Berbicaralah kepada orang Israel: Apabila seseorang, laki-laki atau perempuan, melakukan sesuatu dosa terhadap sesamanya manusia, dan oleh karena itu berubah setia terhadap TUHAN, sehingga orang itu menjadi bersalah, (7) maka haruslah ia mengakui dosa yang telah dilakukannya itu; kemudian membayar tebusan sepenuhnya dengan menambah seperlima, lalu menyerahkannya kepada orang terhadap siapa ia bersalah. (8) Tetapi apabila orang itu tidak ada kaumnya, kepada siapa dapat dibayar tebusan salah itu, maka tebusan salah yang harus dibayar itu menjadi kepunyaan TUHAN, dan adalah bagian imam, belum terhitung domba jantan pendamaian yang dipakai untuk mengadakan pendamaian bagi orang itu”. Victor P. Hamilton menganggap bahwa ini termasuk dosa sengaja, dan di sini harus ada pengakuan dosa, dan ada korban pendamaian bagi orang itu (ay 8b).
20
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Tetapi, apa benar ini termasuk dosa sengaja? Tidak ada petunjuk tentang hal itu!
Victor P. Hamilton lalu menyimpulkan bahwa dalam Perjanjian Lama bukan orang yang melakukan dosa sengaja, tetapi orang yang tidak bertobat, yang tidak bisa diampuni (hal 261-262).
Ia menambahkan bahwa ini sesuai dengan Ibr 6:4-6 dan Ibr 10:26. Keduanya mempersoalkan dosa terhadap mana orangnya tidak bertobat. Apa benar ini? Apakah ini tidak mempersoalkan dosa penghujatan, dan karena itu tidak bisa diampuni?
Matthew Henry (tentang Im 4:27-35): “perhaps there was some allusion to this law concerning sacrifices for sins of ignorance in that prayer of Christ’s, just when he was offering up himself a sacrifice, Father, forgive them, for they know not what they do” (= ).
Adam Clarke (tentang Im 4:2): “‘If a soul shall sin through ignorance.’ That is, If any man shall do what God has forbidden, or leave undone what God has commanded, through ignorance of the law relative to these points; as soon as the transgression or omission comes to his knowledge, he shall offer the sacrifice here prescribed, and shall not suppose that his ignorance is an excuse for his sin. He who, when his iniquity comes to his knowledge, refuses to offer such a sacrifice, sins obstinately and willfully, and to him there remains no other sacrifice for sin - no other mode by which he can be reconciled to God, but he has a certain fearful looking for of judgment - which shall devour such adversaries; and this seems the case to which the apostle alludes, Heb. 10:26, etc., in the words above quoted” (= ).
Matthew Henry (tentang Im 4:2): “they are supposed to be sins committed through ignorance. If they were done presumptuously, and with an avowed contempt of the law and the Law-maker, the offender was to be cut off, and there remained no sacrifice for the sin, Heb. 10:26-27; Num. 15:30” (= ).
21
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kelihatannya, karena Bil 15:22-31 mengkontraskan dosa yang tidak disengaja dengan dosa yang dilakukan dengan angkuh / menantang Tuhan, maka ditafsirkan bahwa asal orangnya tidak berbuat dosa dengan sikap menantang Tuhan, maka itu dianggap sebagai dosa dengan tidak sengaja.
Calvin (tentang Im 4:2): “we must see what the word SHEGAGAH means, which I have preferred rendering ‘error’ rather than ‘ignorance’; for Moses does not refer to those transgressions into which we are ensnared, when we are led astray by the appearance of rectitude, so as to think ourselves without blame; but to those of which we take no heed, and whereby our minds are not pricked; or to those sudden falls, wherein the infirmity of the flesh so stifles the reason and the judgment as to blind the sinner. ... This will be more clearly understood from Psalm 19:12,13, where David, having asked pardon for his errors, seeks to be kept free from presumptuous sins. The antithesis between SHEGIOTH, and ZEDIM, shews that those transgressions are called errors, in which there is no criminal pride against God” (= ) - hal 341.
Maz 19:13-14 - “(13) Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. (14) Lindungilah hambaMu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar”. KJV: ‘(12) Who can understand [his] errors? cleanse thou me from secret faults. (13) Keep back thy servant also from presumptuous sins; let them not have dominion over me: then shall I be upright, and I shall be innocent from the great transgression’ (= ).
Matthew Henry (tentang Bil 15:30-36): “1. Those are to be reckoned presumptuous sinners that sin with a high hand, as the original phrase is (v. 30), that is, that avowedly confront God’s authority, and set up their own lust in competition with it, that sin for sinning-sake, in contradiction to the precept of the law, and in defiance of the penalty, that fight against God, and dare him to do his worst; see Job 15:25. It is not only to sin against knowledge, but to sin designedly against God’s will and glory. 2. Sins thus committed are exceedingly sinful. He that thus breaks the commandment, (1.) Reproaches the Lord (v. 30); he says the worst he can of him, and most unjustly. The language of presumptuous sin is, ‘Eternal truth is not fit to be believed, the Lord of all not fit to be obeyed, and almighty power not fit to be either feared or trusted.’ It imputes folly to Infinite Wisdom, and iniquity to the righteous Judge of heaven
22
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
and earth; such is the malignity of wilful sin. (2.) he despises the word of the Lord, v. 31. There are those who, in many instances, come short of fulfilling the word, and yet have a great value for it, and count the law honourable; but presumptuous sinners despise it, thinking themselves too great, too good, and too wise, to be ruled by it. What is the Almighty that we should serve him?” (= ).
Adam Clarke (tentang Bil 15:30): “Probably the presumption mentioned here implied an utter contempt of the word and authority of God, springing from an idolatrous or atheistical mind. In such a case all repentance was precluded, because of the denial of the word and being of God. It is probably a case similar to that mentioned (Heb. 6:4-8; 10:26-31)” (= ).
Keil & Delitzsch (tentang Bil 15:30-31): “Verse 30-31. But it was only sins committed by mistake (see at Lev. 4:2) that could be expiated by sin-offerings. Whoever, on the other hand, whether a native or a foreigner, committed a sin ‘with a high hand,’ - i. e., so that he raised his hand, as it were, against Jehovah, or acted in open rebellion against Him - blasphemed God, and was to be cut off (see Gen. 17:14); for he had despised the word of Jehovah, and broken His commandment, and was to atone for it with his life. BAAH `AWONAAH, ‘its crime upon it;’ i. e., it shall come upon such a soul in the punishment which it shall endure” (= ).
Adam Clarke (tentang Psalm 19:13): “‘From presumptuous sins.’ Sins committed not through frailty or surprise, but those which are the offspring of thought, purpose, and deliberation. Sins against judgment, light, and conscience” (= ).
Pulpit Commentary (tentang Bil 15:30): “Literally, ‘with a high hand,’ i.e. defiantly. ... He that deliberately broke the commandment of the Lord avowed himself his open enemy, and, as it were, challenged him to single combat” (= ) hal 182.
Matthew Poole (tentang Bil 15:30): “‘presumptuously,’ Heb. ‘with a high, or lifted up hand,’ i.e. knowingly, wilfully, boldly, resolvedly, deliberately, designedly. ... ‘Reproacheth the Lord,’ i.e. he sets God at defiance, and exposeth
23
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
him to contempt, as if he were unworthy of any regard, and unable to punish transgressors” (= ) - hal 293.
4)
Apakah doa Yesus ini dijawab / dikabulkan oleh Allah / Bapa? Sebagian jawaban adalah bahwa kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi. Lalu Injil diberitakan kepada mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa kepada Tuhan dan diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat dan diselamatkan (Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan dalam Kis 6:7 dikatakan “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.
Calvin: “Nor can it be doubted that this prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many of the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (= Tidak bisa diragukan bahwa doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini adalah penyebab mengapa banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman darah yang telah mereka curahkan) - hal 301.
Matthew Henry: “This prayer of Christ was answered not long after, when many of those that had a hand in his death were converted by Peter’s preaching” (= ).
Arthur W. Pink: “Here then is the Divine explanation of the three thousand converted under a single sermon. It was not Peter’s eloquence which was the cause but the Saviour’s prayer” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 11.
5) Kata-kata ini merupakan teladan bagi kita. Matthew Henry: “This is written also for example to us. First, We must in prayer call God Father, and come to him with reverence and confidence, as children to a
24
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
father. Secondly, The great thing we must beg of God, both for ourselves and others, is the forgiveness of sins. Thirdly, We must pray for our enemies, and those that hate and persecute us, must extenuate their offences, and not aggravate them as we must our own” (= ).
NICNT, Calvin, PC Study Bible, Lenski, William Hendriksen selesai. Pulpit Commentary (Lukas) selesai.
25
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kalimat 2 Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Adam Clarke: “It is likely that the two robbers were not nailed to their crosses, but only tied to them by cords, and thus they are represented in ancient paintings. If not nailed, they could not have suffered much, and therefore they were found still alive when the soldiers came to give the coup de grace, which put a speedy end to their lives. John 19:31-33” (= ). Catatan: menurut saya ini tafsiran yang buruk dan tak berdasar.
Adam Clarke: “This saying of our Lord is justly considered as a strong proof of the immateriality of the soul; and it is no wonder that those who have embraced the contrary opinion should endeavor to explain away this meaning. In order to do this, a comma is placed after SEEMERON, ‘today,’ and then our Lord is supposed to have meant, ‘Thou shalt be with me after the resurrection; I tell thee this, TO-DAY.’ I am sorry to find men of great learning and abilities attempting to support this most feeble and worthless criticism” (= ). Bandingkan dengan Kitab Sucinya Saksi Yehuwa.
Adam Clarke: “‘In paradise.’ The garden of Eden, mentioned (Gen. 2:8), is also called, from the Septuagint, the garden of Paradise. The word `EDEN, signifies pleasure and delight. Several places were thus called; see Gen. 4:16; 2 Kings 19:12; Isa. 37:12; Ezek. 27:23; and Amos 1:5; and such places probably had this name from their fertility, pleasant situation, etc., etc. In this light the Septuagint has viewed (Gen. 2:8), as it renders the passage thus: EPHUTEUSEN HO THEOS PARADEISON EN EDEM, ‘God planted a paradise in Eden.’ ... Paradise was, in the beginning, the habitation of man in his state of innocence, in which he enjoyed that presence of his Maker which constituted his supreme happiness. Our Lord’s words intimate that this penitent should be immediately taken to the abode of the spirits of the just, where he should enjoy the presence and approbation of the Most High” (= ).
26
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Matthew Henry: “Christ was crucified between two thieves, and in them were represented the different effects which the cross of Christ would have upon the children of men, to whom it would be brought near in the preaching of the gospel. They were all malefactors, all guilty before God. Now the cross of Christ is to some a savour of life unto life, to others of death unto death. To them that perish it is foolishness, but to them that are saved it is the wisdom of God and the power of God” (= ).
Matthew Henry: “It is said in Matthew and Mark that the thieves, even they that were crucified with him, reviled him, which some think is by a figure put for one of them, but others think that they both reviled him at first, till the heart of one of them was wonderfully changed, and with it his language on a sudden” (= ).
Matthew Henry: “This malefactor, when just ready to fall into the hands of Satan, was snatched as a brand out of the burning, and made a monument of divine mercy and grace, and Satan was left to roar as a lion disappointed of his prey. This gives no encouragement to any to put off their repentance to their death-bed, or to hope that then they shall find mercy; for, though it is certain that true repentance is never too late, it is as certain that late repentance is seldom true” (= ).
Matthew Henry: “He owns that he deserves what was done to him: ... It is probable that they both suffered for one and the same crime, and therefore he spoke with the more assurance, ‘We received the due reward of our deeds.’ This magnifies divine grace, as acting in a distinguishing way. These two have been comrades in sin and suffering, and yet one is saved and the other perishes; two that had gone together all along hitherto, and yet now one taken and the other left” (= ).
Matthew Henry: “He believes Christ to have suffered wrongfully. Though he was condemned in two courts, and run upon as if he had been the worst of malefactors, yet this penitent thief is convinced, by his conduct in his sufferings, that he has done nothing amiss, OUDEN ATOPON - nothing absurd, or unbecoming his character. The chief priests would have him crucified between the malefactors, as one of them; but this thief has more sense than they, and owns he is not one of them. Whether he had before heard of Christ and of his wonderous works does not appear, but the Spirit of grace enlightened him with this knowledge, and enabled him to say, ‘This man has done nothing amiss.’” (= ).
27
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Matthew Henry: “See what he said to our Lord Jesus: ‘Lord, remember me when thou comest into thy kingdom,’ v. 42. This is the prayer of a dying sinner to a dying Saviour. It was the honour of Christ to be thus prayed to, though he was upon the cross reproached and reviled. It was the happiness of the thief thus to pray; perhaps he never prayed before, and yet now was heard, and saved at the last gasp. While there is life there is hope, and while there is hope there is room for prayer” (= ).
Matthew Henry: “In this petition he discovered faith towards our Lord Jesus Christ. He owns him to be Lord, and to have a kingdom, and that he was going to that kingdom, that he should have authority in that kingdom, and that those should be happy whom he favoured; and to believe and confess all this was a great thing at this time of day. Christ was now in the depth of disgrace, deserted by his own disciples, reviled by his own nation, suffering as a pretender, and not delivered by his Father. He made this profession before those prodigies happened which put honour upon his sufferings, and which startled the centurion; yet verily we have not found so great faith, no, not in Israel. He believed another life after this, and desired to be happy in that life, not as the other thief, to be saved from the cross, but to be well provided for when the cross had done its worst” (= ).
Matthew Henry: “Observe his humility in this prayer. All his request is, ‘Lord, remember me.’ He does not pray, ‘Lord, prefer me.’ (as they did, Mt. 20:21), though, having the honour as none of the disciples had to drink of Christ's cup and to be baptized with his baptism either on his right hand or on his left in his sufferings when his own disciples had deserted him he might have had some colour to ask as they did to sit on his right hand and on his left in his kingdom. Acquaintance in sufferings has sometimes gained such a point, Jer. 52:31-32. But he is far from the thought of it. All he begs is, ‘Lord, remember me,’ referring himself to Christ in what way to remember him. It is a request like that of Joseph to the chief butler, ‘Think on me.’ (Gen. 40:14), and it sped better; the chief butler forgot Joseph, but Christ remembered this thief” (= ).
Matthew Henry: “Though Christ himself was now in the greatest struggle and agony, yet he had a word of comfort to speak to a poor penitent that committed himself to him” (= ).
Matthew Henry: “First, To whom this was spoken: to the penitent thief, to him, and not to his companion. Christ upon the cross is like Christ upon the throne; for now is the judgment of this world: one departs with a curse, the other with a blessing. ... Note, 28
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Even great sinners, if they be true penitents, shall, through Christ, obtain not only the pardon of their sins, but a place in the paradise of God, Heb. 9:15. This magnifies the riches of free grace, that rebels and traitors shall not only be pardoned, but preferred, thus preferred” (= ).
Matthew Henry: “Christ here lets us know that he was going to paradise himself, to HADES - the invisible world. His human soul was removing to the place of separate souls; not to the place of the damned, but to paradise, the place of the blessed. By this he assures us that his satisfaction was accepted, and the Father was well pleased in him, else he had not gone to paradise; that was the beginning of the joy set before him, with the prospect of which he comforted himself. He went by the cross to the crown, and we must not think of going any other way, or of being perfected but by sufferings” (= ).
Matthew Henry: “He lets all penitent believers know that when they die they shall go to be with him there” (= ).
Matthew Henry: “See here how the happiness of heaven is set forth to us. (1.) it is paradise, a garden of pleasure, the paradise of God (Rev. 2:7), alluding to the garden of Eden, in which our first parents were placed when they were innocent. In the second Adam we are restored to all we lost in the first Adam, and more, to a heavenly paradise instead of an earthly one. (2.) it is being with Christ there. That is the happiness of heaven, to see Christ, and sit with him, and share in his glory, Jn. 17:24. (3.) it is immediate upon death: This day shalt thou be with me, to-night, before tomorrow. Thou souls of the faithful, after they are delivered from the burden of the flesh, immediately are in joy and felicity; the spirits of just men are immediately made perfect. Lazarus departs, and is immediately comforted; Paul departs, and is immediately with Christ, Phil. 1:23” (= ).
Arthur Pink: “It was no accident that the Lord of Glory was crucified between two thieves. There are no accidents in a world that is governed by God. Much less could there have been any accident on that Day of all days, or in connection with that Event of all events - a Day and an Event which lie at the very centre of the world’s history. No; God was presiding over that scene. From all eternity He had decreed when and where and how and with whom His Son should die. Nothing was left to chance or the caprice of man. All that God had decreed came to pass exactly as He had ordained, and nothing happened save as He had eternally purposed. Whatsoever man did was simply that which God’s hand and counsel ‘determined to be done’ (Acts 4:28). When 29
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Pilate gave orders that the Lord Jesus should be crucified between the two malefactors, all unknown to himself, he was but putting into execution the eternal decree of God and fulfilling His prophetic word. Seven hundred years before this Roman officer gave command, God had declared through Isaiah that His Son should be ‘numbered with the transgressors’ (Isa 53:12). ...Not a single word of God can fall to the ground. ‘Forever, O LORD, Thy word is settled in heaven’ (Ps 119:89). Just as God had ordained, and just as He had announced, so it came to pass” [= Bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan Kemuliaan disalibkan di antara 2 pencuri. Tidak ada kebetulan dalam dunia yang diperintah oleh Allah. Lebih-lebih lagi tidak ada kebetulan pada Hari segala hari, atau dalam hubungannya dengan Peristiwa di antara segala peristiwa - suatu Hari dan Peristiwa yang terletak di pusat sejarah dunia. Tidak; Allah mengontrol adegan / peristiwa itu. Dari kekekalan Allah telah menentukan kapan dan dimana dan bagaimana dan dengan siapa AnakNya harus mati. Tidak ada yang terjadi karena kebetulan atau karena perubahan pikiran manusia. Semua yang telah Allah tentukan terjadi persis seperti yang Ia tentukan, dan tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali yang sudah Ia rencanakan secara kekal. Apapun yang manusia lakukan hanyalah apa yang kuasa / tangan dan rencana / kehendak Allah ‘tentukan untuk terjadi’ (Kis 4:28). Ketika Pilatus memberikan perintah supaya Tuhan Yesus disalibkan di antara 2 kriminil, tanpa ia sendiri sadari, ia sedang melaksanakan ketetapan kekal dari Allah dan menggenapi firman nubuatanNya. Tujuh ratus tahun sebelum pejabat Romawi ini memberikan perintah, Allah telah menyatakan melalui nabi Yesaya bahwa AnakNya harus ‘diperhitungkan sebagai pemberontak / pelanggar’ (Yes 53:12). ... Tidak satupun dari firman Allah bisa jatuh ke tanah / gagal. ‘Untuk selamalamanya, ya TUHAN, firmanMu ditetapkan di surga’ (Maz 119:89 - diterjemahkan dari KJV). Persis seperti yang Allah telah tentukan, dan persis seperti yang Ia beritakan, begitulah hal itu terjadi] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 24-25.
Arthur Pink: “Why did God order it that His beloved Son should be crucified between two criminals? Certainly God had a reason; a good one, ... was not the Saviour numbered with transgressors to show us the position He occupied as our Substitute? He had taken the place which was due us, and what was that but the place of shame, the place of transgressors, the place of criminals condemned to death! ... Again; was He not crucified with the two thieves, so that in those three crosses and the ones who hung upon them we might have a vivid and concrete representation of the drama of Salvation and man’s response thereto - the Saviour’s redemption; the sinner repenting and believing; and the sinner reviling and rejecting?” [= ] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 25.
30
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
A. W. Pink mengatakan bahwa dalam pertobatan dan keselamatan dari penjahat ini kita bisa melihat secara paling jelas bahwa keselamatan betul-betul merupakan anugerah / kasih karunia dari Allah, karena penjahat ini boleh dikatakan tidak mempunyai perbuatan baik apapun.
Clarke, Matthew Henry selesai kalimat 2
Kalimat 3 Yoh 19:25-27 - “(25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27) Kemudian kataNya kepada murid-muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya”.
31
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kalimat 4 Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
1)
Ini merupakan penggenapan dari Maz 22:2a. Maz 22:2a - “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”.
Ada perbedaan antara Maz 22:2, Mat 27:46 dan Mark 15:34. Tetapi sebetulnya perbedaan ini terjadi hanya karena bahasa yang berbeda.
Maz 22:2 - ‘Eli, Eli, lama azavtani?’ (Ibrani)
Mat 27:46 - ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ (Ibrani) (Aramaic)
Mark 15:34 - ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’ (Aramaic)
2)
Ada beberapa penafsiran tentang arti kalimat ini:
32
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah: ·
perasaan Yesus saja (bahasa jawa: Yesus kroso-krosoen), atau,
·
doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
·
perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan ini: kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa!
b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia. Dasar: Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Keberatan terhadap pandangan ini:
1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’.
2.
Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin! Catatan: untuk mengerti hal ini sepenuhnya, bacalah buku saya yang berjudul ‘CHRISTOLOGY’.
3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas! Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7): “(7) No man can redeem the life of another or give to God a ransom for him - (8) the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” [= (7) Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia - (8) tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
33
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Jadi, ayat ini mengatakan bahwa manusia tak bisa menebus manusia lain. Jadi, seandainya Yesus mati hanya sebagai manusia saja, maka Ia tidak bisa menebus dosa kita.
Adam Clarke: “Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined” (= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan).
c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia. Keberatan terhadap pandangan ini: terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal. Jawaban atas keberatan ini: 1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya. 2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja. Memang hancurnya hubungan / persekutuan antara Allah dan manusia merupakan hukuman dosa, dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus!
Bagusnya pandangan ini: ·
Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
34
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
·
Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa yang tak terbatas!
3) Kata ‘mengapa’ dalam ay 46 ini tidak menunjukkan bahwa Kristus betul-betul tidak tahu apa sebabnya Ia ditinggalkan oleh BapaNya, tetapi hanya merupakan ungkapan kesedihan karena Ia ditinggal oleh BapaNya.
4) Ini merupakan penderitaan terberat bagi Yesus, karena: a) Ini merupakan penderitaan rohani. Setiap orang yang pernah mengalami penderitaan rohani tahu bahwa penderitaan rohani lebih berat dari penderitaan jasmani.
b) Yesus selalu dekat dengan BapaNya, tetapi sekarang harus terpisah. Orang yang berdosa / orang dunia memang tidak peduli kalau dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Tetapi orang kristen, makin rohani orang itu, makin akan merasa berat kalau menjauh dari Bapa. Apalagi Yesus!
c)
Yesus ditinggal justru dipuncak penderitaanNya, yaitu pada saat Ia sedang menderita di atas kayu salib. Biasanya orang-orang yang hampir mati syahid selalu merasakan kehadiran Allah. Contoh: Stephanus dalam Kis 7:56. Tetapi Yesus justru ditinggal oleh Allah pada saat seperti itu!
5) Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah penghinaan, pukulan, cambukan, penyaliban yang Ia terima? Jawabnya: tidak cukup, karena: a)
Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus mengalami penderitaan jasmani maupun rohani.
35
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
b)
Karena dosa memisahkan Allah dan manusia (Kej 3:23-24 Yes 59:1-2 Mat 25:41 Ro 6:23 2Tes 1:9 Wah 21:8). Karena itu kalau Yesus mau memikul hukuman dosa kita, Ia harus mengalami keterpisahan itu.
6) Karena Yesus sudah mengalami keterpisahan ini, maka: a) Orang berdosa yang terpisah / tidak mempunyai hubungan dengan Allah, bisa diperdamaikan dengan Allah asal ia mau percaya kepada Yesus.
Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.
2Kor 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Penerapan: sudahkah saudara mempunyai hubungan atau berdamai dengan Allah? Datanglah dan percayalah kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka saudara akan diperdamaikan dengan Allah! Kalau saudara tidak mau, maka saudara adalah musuh Allah!
b)
Orang kristen yang sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak bisa lagi mengalami keterpisahan dari Allah, baik di dunia ini maupun di dalam kekekalan.
Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”. 36
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selamalamanya”.
Ada beberapa ajaran yang bertentangan dengan doktrin ini:
1. Orang kristen yang berbuat dosa akan ditinggal oleh Roh Kudus, dan kalau ia bertobat ia harus mengundang Yesus untuk masuk ke dalam dirinya lagi. Ini jelas adalah ajaran yang salah! Kita bisa merasa ditinggal oleh Allah, tetapi tidak bisa betul-betul ditinggal oleh Allah, karena Yesus sudah mengalami hal itu untuk kita!
2. Orang kristen bisa kehilangan keselamatannya. Ini berarti bahwa ia terpisah dari Allah dalam kekekalan. Ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran yang salah, karena kita tak mungkin mengalami keterpisahan dari Allah karena hal ini sudah dialami oleh Yesus bagi kita!
Kalimat 5 Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
Kalimat 6 Yoh 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”. Yesus diberi minum 2 x.
37
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kalimat 7 Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”. Mat 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa Kristus mati dengan sengaja. Ia menyerahkan nyawa / rohNya, dan karena itu Ia mati. Ini beda (biarpun mirip) dengan kata-kata Stefanus dalam Kis 7:59b - “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”.
Arthur W. Pink: “The uniqueness of our Lord’s action may be seen by comparing His words on the Cross with those of dying Stephen. As the first Christian martyr came to the brink of the river, he cried, ‘Lord Jesus, receive my spirit’ (Acts 7:59). But in contrast with this Christ said, ‘Father, into Thy hands I commend My spirit.’ Stephen’s spirit was being taken from him. Not so with the Saviour. None Calvin take from Him His life. he ‘gave up’ His spirit” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 5.
Bdk. Yoh 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.
Ini terlihat dari banyak hal:
1. Pada waktu Ia tahu bahwa waktunya sudah tiba bagiNya untuk mati, Ia sengaja pergi ke Yerusalem. 2. Pada waktu ditangkap, Ia tidak melawan / lari.
38
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
3. A. W. Pink mengatakan bahwa dalam Mat 27:46 dan juga dalam Luk 23:46 ini Yesus berseru dengan suara nyaring, dan ini menunjukkan bahwa Yesus belum kehabisan tenaga. Arthur W. Pink: “Do they not intimate that His strength had not failed Him? that He was still the Master of Himself, that instead of being conquered by death, He was but yielding Himself to it?” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 4. 4.
Juga dari kata-kata ‘menundukkan kepalaNya’ dalam Yoh 19:30, A. W. Pink berkata: “What are we intended to learn from these words? What is here signified by this act of the Saviour? Surely the answer is not far to seek. The implication is clear. Previous to this our Lord’s head had been held erect. It was no impotent sufferer that hung there in a swoon. Had that been the case His head had lolled helplessly on His chest, and it would have been impossible for Him to ‘bow’ it. And mark attentively the verb used here: it is not His head ‘fell,’ but He - consciously, calmly, reverently - bowed His head” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal
5. A. W. Pink menganggap bahwa kematian Yesus yang terjadi begitu ‘cepat’ (hanya dalam 6 jam) pada waktu disalibkan, sehingga membuat Pontius Pilatus menjadi heran (Mark 15:44), karena kematian karena salib biasanya baru terjadi dalam 2-3 hari, menunjukkan bahwa Ia memang sengaja menyerahkan nyawaNya / rohNya.
Kata-kata ini merupakan suatu doa. Pada saat ini Yesus rasanya sudah tak bisa lagi melayani, karena terpaku di kayu salib. KakiNya tidak bisa melangkah, tanganNya tidak bisa menyembuhkan orang, tetapi Ia bisa berdoa, dan itu yang Ia lakukan.
Arthur W. Pink: “In praying for His enemies not only did Christ set before us a perfect example of how we should treat those who wrong and hate us, but He also taught us never to regard any as beyond the reach of prayer. If Christ prayed for His muderers then surely we have encouragement to pray now for the very chief of sinners! Christian reader, never lose hope.” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 10.
Arthur W. Pink: “the Death of Christ was un-natural. By this we mean that it was abnormal. Above we have said that in becoming incarnate the Son of God became capable of suffering death, yet it must not be inferred from this that death therefore had a claim upon Him; far from this being the case, the very reverse was the truth.
39
7 Kalimat dari Salib – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Death is the wages of sin, and He had none. ... Hence we say, for the Holy One of God to die was un-natural” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 2.
Arthur W. Pink: “the Death of Christ was preter-natural. By this we mean that it was marked out and determined for Him beforehand. He was the Lamb slain from the foundation of the world (Rev. 13:8). Before Adam was created the Fall was anticipated. Before sin entered the world, salvation from it had been planned by God. In the eternal counsels of Deity it was fore-ordained that there should be a Saviour for sinners, a Saviour who should die in order that we might live. ... It was in view of that approaching Death that God ‘justly passed over the sins done aforetime’ (Rom. 3:25 R. V.). Had not Christ been, in the reckoning of God, the Lamb slain from the foundation of the world, every sinning person in the Old Testament times would have gone down to the Pit the moment he sinned!” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 2-3. Matthew Henry: “He borrowed these words from his father David (Ps. 31:5); not that he needed to have words put into his mouth, but he chose to make use of David's words to show that it was the Spirit of Christ that testified in the Old-Testament prophets, and that he came to fulfil the scripture. Christ died with scripture in his mouth. Thus he directs us to make use of scripture language in our addresses to God” (= ). Matthew Henry: “He commends his spirit into his Father's hand, to be received into paradise, and returned the third day. By this it appears that our Lord Jesus, as he had a true body, so he had a reasonable soul, which existed in a state of separation from the body, and thus he was made like unto his brethren; this soul he lodged in his Father's hand, committed it to his custody, resting in hope that it should not be left in hades, in its state of separation from the body, no, not so long as that the body might see corruption” (= ). Adam Clarke: “‘Into thy hands I commend my spirit.’ Or, I will commit my spirit - I deposit my soul in thy hands. Another proof of the immateriality of the soul, and of its separate existence when the body is dead” (= ). -AMIN-
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/pi_7kalimatsalib.html
40