BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
BAB
4
4.1
STUDI KASUS
DESKRIPSI PERMASALAHAN Inti permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah free span pada pipa bawah laut
dan free span remeditation. Studi kasus diambil dari proyek instalasi jaringan pipa transmisi gas South Sumatra West Java phase II (SSWJ‐II) milik PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. Seluruh data desain pipa dan data detail lainnya menggunakan data‐data yang diberikan oleh perusahaan. Data‐ data lainnya yang tidak tersedia akan diambil asumsi yang memadai. Free span yang terjadi pada SSWJ‐II ini disebabkan oleh proses instalasi pipa yang kurang kontrol. Terjadinya free span diakibatkan oleh over‐tensioned yang diberikan oleh tensioner pada pipelay barge. Dengan adanya tension yang berlebihan ini menyebabkan pipa tidak mengikuti kontur seabed, sehingga terjadi free span yang cukup panjang. Tipe free span yang terjadi adalah low depression, yaitu pipa melewati suatu lembah atau cekungan. Free span ini terjadi pada KP 111.52 s/d KP 111.73, dengan panjang span + 201 m dan kedalaman perairan 60 m. Gambar 4.1 sampai 4.3 menunjukkan lokasi terjadinya free span.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-1
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Gambar 4.1 Lokasi pipa SSWJ-II dan letak free span (dilingkari). 10.0 SEABED PROFILE ALONG PIPE ROUTE CENTERLINE LABUHAN MARINGGAI ‐ MUARA BEKASI SSWJ‐II
5.0 0.0 -5.0 -10.0 -15.0 -20.0 -25.0 -30.0 -35.0 -40.0 -45.0 -50.0 -55.0 -60.0 -65.0 -70.0 -75.0 -80.0 -85.0 -90.0 -
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
Gambar 4.2 Profil seabed sepanjang rute pipa SSWJ-II (Lokasi free span dilingkari).
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-2
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
‐30
Depth (m)
‐40
Profil seabed pada lokasi free span
‐50 ‐60 ‐70 ‐80
KP (km)
‐90 1 09
1 09.5
110
1 1 0.5
111
1 1 1 .5
112
1 1 2.5
113
1 1 3.5
114
1 1 4.5
Gambar 4.3 Profil seabed di lokasi free span tinjauan pada KP 111.52 s/d KP 111.73.
Selanjutnya, free span ini disebut sebagai Major Pipeline Suspension (MPS). Analisis free span yang dilakukan pada MPS ini hanya pada fase instalasi dan hydrotest saja. Pihak PT Perusahaan Gas Negara, Tbk selaku pemilik pipa memutuskan untuk melakukan tindakan span remeditation dengan memasang struktur penopang untuk menunjang fase operasi pipa. Analisis tentang struktur penopang juga akan dilakukan dalam tugas akhir ini.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-3
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Maka, beberapa asumsi yang diambil dalam perhitungan ini adalah: 9
Analisis free span dilakukan untuk fase instalasi dan hydrotest saja.
9
Free span diasumsikan tidak memiliki sudut inklinasi terhadap horizontal.
9
Kekakuan lapisan selimut beton dimasukkan dalam perhitungan.
9
Analisis fatigue yang dilakukan untuk menghitung umur sisa fatigue selama masa instalasi hingga instalasi struktur penopang.
9
Sistem perletakan pipa adalah pinned to pinned, karena belum dilakukan post‐ trenching.
4.2
DATA DESAIN PIPA Data desain pipa bawah laut yang terdiri dari data pipa dan data parameter lingkungan
didapat dari data aktual proyek instalasi jaringan pipa transmisi gas SSWJ‐II milik PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. 4.2.1
DATA PIPA BAJA Secara umum, tipe pipa yang digunakan adalah pipa seamless dengan perlindungan korosi
HDPE dan concrete coating. Detail pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Pipa Baja SSWJ-II
Parameter Outside Diameter Wall Thickness Inside Diameter Spesifikasi baja Klasifikasi baja Tegangan leleh minimum Tegangan tarik minimum Steel Density Corrosion Allowance Modulus Young Poisson Ratio Linear Thermal Expansion Coeff. Desain temperatur max. Desain temperatur min.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Simbol OD WT ID
SMYS SMTS ρs CA E υ
Dimensi 32 inch (0.81 28 m) 0.625 inch (1 5.9 mm) 30.75 inch (0.781 1 m) API 5L X‐65 (fy=65000 psi) 450 MPa 535 MPa 3
7850 kg/m 1 .5 mm 207000 MPa 0.3 ‐6
Tmax Tmin
o
1 1 .07 x 1 0 1 / C 0 66 C 0 10 C
4-4
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.2.2
DATA CONTENT PIPA Secara umum, fluida yang diangkut atau didistribusikan melalui pipa SSWJ‐II ini adalah dry
gas, dengan komposisi dominan adalah CH4 (metana). Sumber gas didapat dari ladang gas Pagar Dewa milik PT Pertamina (Persero) dan ladang gas Grissik milik ConocoPhilips Indonesia. Detail pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Komposisi Gas Content SSWJ-II
4.2.3
DATA OPERASI PIPA Data operasi ini sementara hanya untuk keadaan pipa mengalirkan gas dari ladang gas
Grissik saja. Dalam keadaan beroperasi penuh, SSWJ‐II dapat mengalirkan gas hingga 660 MMSCFD. Detail pada tabel 4.3. kg/m3 Tabel 4.3 Data Operasional Pipa SSWJ-II
Parameter
Simbol
Dimensi
Design Pressure Hydrotest Pressure (1.5 Pd) Max. Allowable Operating Pressure Max. Design Temperature Min. Design Temperature Max. Operating Temperature Max. Content Density Min. Content Density Operating Flow Rate
Pd
7.92 MPa 1 1 .88 MPa 7.24 MPa 0 51 .6 C 0 5 C 36.1 0 C 3 61 .01 kg/m 3 56.23 kg/m 400 ‐ 440 MMSCFD (from Grissik only)
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
MAOP Tmax Tmin Toper
4-5
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.2.4
DATA COATING PIPA Secara umum, coating pada pipa terbagi dua, yaitu anti‐corrosion coating dan concrete
coating. Anti‐corrosion coating terbuat dari bahan plastic enamel High Density Polyethylene (HDPE). Detail pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Data Coating Pipa SSWJ-II
Parameter
Dimensi
HDPE Coating Thickness
Simbol tcorr
HDPE Coating Density
ρcorr
1 280 kg/m3 1 00 mm 60 mm 1 00 mm
Concrete Coating Thickness
Zone 1 ‐ 3 Zone 4 ‐ 1 2 Zone 1 3 ‐ 1 8
Concrete Coating Density Modulus Elastisitas Beton Maximum Compressive Strength Shear Interface (Conc. vs anti‐corr.)
tcc ρcc Econc fc'
5 mm
3043 kg/m3 41 000 MPa 1 1 0 MPa 1 84 kPa
4.2.5
DATA HIDROOSEANOGRAFI Data arus dan gelombang serta elevasi muka air (pasang surut) didapat dari data proyek
SSWJ‐II PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. Data‐data ini dibagi menjadi 18 zona data sepanjang rute pipa. Data yang ditampilkan merupakan data dengan perioda ulang 1 tahun dan 100 tahun. Data‐ data ditampilkan dalam tabel 4.5 s/d 4.9. Tabel 4.5 Data Gelombang dan Arus Perioda Ulang 1 Tahun
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-6
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.6 Data Gelombang dan Arus Perioda Ulang 100 Tahun
Tabel 4.7 Tinggi Referensi Pengukuran Kecepatan Arus Pada Tiap Zona
Tabel 4.8 Data Elevasi Muka Air Perioda Ulang 1 Tahun
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-7
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.9 Data Elevasi Muka Air Perioda Ulang 100 Tahun
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-8
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.2.6
DATA GEOTEKNIK Data geoteknik didapat dari hasil survey perecanaan SSWJ‐II. Data didapat dari PT
Perusahaan Gas Negara, Tbk. Data‐data detail untuk analisis akan diambil asumsi dalam range yang disarankan dalam DNV RP F105. Analisis dilakukan untuk menentukan karakteristik tanah seabed yang berinteraksi dengan pipa (soil‐pipe interaction). Besaran yang dihitung adalah redaman (soil damping) dan kekakuan tanah (soil stiffness). Pada zona 12, pada lokasi free span pipa, data geoteknik yang digunakan untuk analisis adalah sebagai berikut; Jenis tanah
Submerged unit weight (γsoil)
: loose sand : 10 kN/m3
Poisson ratio (υ)
: 0.35
Void ratio (es)
: 0.5
Dari parameter‐parameter diatas, maka akan dilakukan perhitungan soil damping dan soil stiffness dengan perhitungan yang telah dijelaskan pada Bab 3, subbab 3.2.1.
4.3
PERHITUNGAN ANALISIS FREE SPAN – FATIGUE LIMIT STATES (FLS) Perhitungan keseluruhan analisis free span untuk kriteria Fatigue Limit States (FLS) yang
telah dibahas dalam Bab 3 dilakukan dalam subbab ini. Langkah‐langkah dan prosedur serta persamaan yang digunakan dalam perhitungan mengacu pada DNV RP F105. 4.3.1
PERHITUNGAN BERAT PIPA Perhitungan berat pipa digunakan sebagai input dalam perhitungan analisis gaya morrison,
frekuensi natural, dan lainnya. Berat pipa yang dimaksud adalah berat pipa per satuan panjang. Perhitungan akan dijabarkan dalam tabel 4.10. Rumus‐rumus perhitungan berat pipa telah dijelaskan dalam subbab 2.5.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-9
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.10 Perhitungan Berat Pipa Untuk Fase Instalasi, Hydrotest dan Operasi
Instalasi
Kondisi Hydrotest
Operasi
ρs ⎡OD2 − ID2 ⎤⎦ 4 ⎣ π = ρ corr ⎡⎣ (OD + 2.tcorr ) 2 − OD 2 ⎤⎦
3065.42
3065.42
3065.42
N/m
1 61 .30
1 61 .30
1 61 .30
N/m
ρ cc ⎡⎣(OD + 2.tcorr + 2.tcc ) 2 − (OD + 2.tcorr ) 2 ⎤⎦ 4 π = ρ cont .ID 2 4 π 2 = ρ sw .[OD + 2.tcorr + 2.tcc ] 4
8654.23
8654.23
8654.23
N/m
0.00
481 7.09
286.72
N/m
8261 .60
8261 .60
8261 .60
N/m
361 9.35
8436.44
3906.07
N/m
Parameter
Rumus
1
Wst
Ws =
2
Wcorr
Wcorr
3
Wcc
Wcc =
4
Wcont
Wcont
5
Wbuoy Wbuoy
6
Wsub
π
π
4
W sub = W s + W corr + W cc + W cont − W buoy
Satuan
Maka, perhitungan berat lainnya; 9
Specific mass (ρst / ρsw) = 1.44
9
Effective mass (Me)
= 20142.55 N/m (ins) dan 20429.27 N/m (oper)
4.3.2
PERHITUNGAN PARAMETER SOIL-PIPE INTERACTION Seluruh perhitungan mengacu pada DNV RP F105, dan telah dijabarkan pada subbab 3.2.1.
Berikut ini dijabarkan perhitungan step by step. Tabel 4.11 Data Geoteknik Untuk Perhitungan Soil-Pipe Interaction
Parameter Free Span Pipa
Jenis Tanah loose sand
Panjang Free Span L (m) Diameter Total D (m) Rasio Free Span L / D Koef. Friksi (μ) Undrained Shear Strength Su (kN/m2) Submerged Unit Weight γsoil (kN/m3) Poisson Ratio υ Void Ratio e s
201 1 .0228 1 96.51 9 0.5 ‐‐‐ 9.45 0.45 0.5
Besar soil damping ratio ζ untuk dua kondisi osilasi didapat dari tabel 3.2 sebagai berikut; 9
Osilasi arah horizontal (in‐line) ζ IL = 0.01
9
Osilasi arah vertikal (cross flow) ζ CF = 0.8
Untuk perhitungan besar reaksi tanah statik vertikal dan aksial dijabarkan dalam tabel 4.12 dan 4.12 dibawah ini.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-10
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.12 Perhitungan Besar Gaya Reaksi Tanah Statik Vertikal
Parameter
Simbol
Rumus
1
Kedalaman Penetrasi Pipa
V
‐‐‐
2
Lebar Distribusi Beban
b
3
Diameter Terluar Pipa
4
Sudut Geser Dalam
Nq
ϕ ⎞ ⎛ N q = exp(π tan ϕ s ).tan 2 ⎜ 45 + s ⎟ 2 ⎠ ⎝
Nγ RV
5
7
Reaksi Tanah Statik Vertikal
Satuan
0.2
m
⎛ 2 ( D − V )V ⎞ V ≤ 0.5 D ⎜ ⎟ untuk V > 0.5 D D ⎝ ⎠
0.81 1 3
m
D
‐‐‐
1 .0228
φs
‐‐‐
29
deg
1 6.4
‐‐‐
N γ = 1.5( N q − 1).tan ϕ s
1 2.841
‐‐‐
RV = γ soil .b.( N q .V + 0.5 N γ .b )
65.1 51
kN/m
Bearing Capacity Factor 6
Dimensi
m
Tabel 4.13 Perhitungan Gaya Reaksi Tanah Aksial Maksimum
Parameter
Simbol
1
Reaksi Tanah Statik Vertikal
RV
2
Koefisien Friksi
μs
3
Reaksi Tanah Aksial Maksimum
RA
Rumus
Dimensi
Satuan
RV = γ soil .b.( N q .V + 0.5 N γ .b ) 65.1 51
μ s = tan ϕ s Ra = Rv μ s
m
0.55
36.1 1 4
‐‐‐
kN/m
Untuk perhitungan kekakuan dinamik tanah vertikal dan lateral, digunakan metoda perhitungan dengan koefisien kekakuan dinamik vertikal CV dan lateral CL. Tabel 4.14 Perhitungan Kekakuan Dinamik Tanah Dengan Koefisien Kekakuan Dinamik
Parameter
Simbol
Rumus
Dimensi
Satuan
1 6000
kN/m5/2
1 2000
kN/m5/2
1 .0228
m
1 .4381
‐‐‐
⎛ 2 ρs 1 ⎞ + ⎟ D KV = CV ⎜ ⎝ 3 ρ 3⎠
20907.337
kN/m
2
⎛ 2 ρs 1 ⎞ + ⎟ D K:L = CL ⎜ ⎝ 3 ρ 3⎠
1 5680.502
kN/m
2
1
Koef Kekakuan Dinamik Vertikal
CV
2
Koef Kekakuan Dinamik Lateral
CL
3
Diameter Terluar Pipa
D
4
Specific Mass
ρs / ρ
ρ s Wtot = ρ Wbuoy
5
Kekakuan Dinamik Vertikal Tanah
KV
6
Kekakuan Dinamik Lateral Tanah
KL
Ref Tabel 3.5 ‐‐‐
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-11
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.3.3
PERHITUNGAN KECEPATAN ARUS DAN GELOMBANG Data arus dan gelombang didapat dari survey dan pengolahan data untuk pekerjaan proyek
pipa SSWJ‐II. Data arus dan gelombang telah diberikan pada subbab 4.2.5. Zona data hidrooseanografi yang digunakan adalah zona 12. Zona 12 ini merupakan zona dimana terdapat lokasi free span yang ditinjau. Data arus dan gelombang zona 12 diberikan oleh tabel 4.15. Tabel 4.15 Data Arus dan Gelombang Pada Lokasi Free Span Tinjauan
Parameter 1 2
Gelombang
Pada 0% dari kedalaman 1 0% dari kedalaman
5
20% dari kedalaman
6
30% dari kedalaman
8 9 10
2.04 5.81 0.84 0.80 0.79 0.77 0.75 0.71 0.66 0.60 0.51 0.39 0.23
4.98 9.00 1 .55 0.80 0.79 0.77 0.75 0.71 0.66 0.60 0.51 0.39 0.23
Tinggi Gelombang Signifikan Hs (m)
4
Kecepatan Arus (m/s)
Perioda Ulang 1 00 Tahun
Perioda Spektral Puncak Tp (s)
3
7
Perioda Ulang 1 Tahun
40% dari kedalaman 50% dari kedalaman 60% dari kedalaman 70% dari kedalaman
11
80% dari kedalaman
12
90% dari kedalaman
13
1 00% dari kedalaman
14
Tinggi Referensi Kecepatan Arus Zr (m)
15
Kecepatan Arus Pada Tinggi Referensi (m/s)
6.00 0.39
Maka, dari data arus dan gelombang diatas, dapat dihitung besar kecepatan dan percepatan partikel gelombang dan kecepatan arus total yang diakibatkan superposisi tidal induced current dan wave induced current. Perhitungan kecepatan dan percepatan partikel gelombang dijabarkan dalam tabel 4.16. Besaran θ diperkenalkan sebagai pengganti notasi (kx‐ωt) untuk menandakan fasa gelombang. Besaran (h+z) dalam perhitungan kecepatan partikel gelombang disederhanakan menjadi diameter terluar pipa (Dtcc), karena z = − h + Dtcc .
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-12
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.16 Perhitungan Kecepatan dan Percepatan Partikel Gelombang Perioda Ulang 1 Tahun dan 100 Tahun Parameter
Simbol
1 Perkiraan Panjang Gelombang
Lo
2 Panjang Gelombang
L
3 Tipe Perairan
‐‐‐
4 Bilangan Gelombang
k
Perioda Ulang Perioda Ulang 1 00 thn Satuan 1 thn
Rumus Lo =
gTp 2
52.704
2π
1 26.466
m
1 25.81 6
m
Perairan Intermediate
‐‐‐
0.1 1 9
0.050
‐‐‐
1 .081
0.698
1 /s
1 h < ; perairan dangkal 52.704 L 25 gTp 2 h 1 L= jika > ; perairan dalam 2π L 2 gTp 2 ⎛ 2π h ⎞ lainnya; perairan intermediate Perairan Dalam tanh ⎜ ⎟ 2π ⎝ L ⎠ Tp g .h
k = 2π
jika
L
2π Tp
5 Perioda Puncak Gelombang
ωp
ωp =
6
Kecepatan Partikel Gelombang Signifikan Max.
Uw
U ws = −
0.001 74
0.1 7438
m/s
7
Percepatan Partikel Gelombang Signifikan Max.
Aw
Aws
0.001 88
0.1 21 74
m/s2
∂φ gH s k cosh k (h + z ) = . .cos(kx − ωt ) ∂x 2ω cosh kh ∂U ws gH s k cosh k ( h + z ) = = . .sin(kx − ωt ) ∂t 2 cosh kh
Maka, dari perhitungan diatas didapat besar kecepatan aliran arus total; 9
Kecepatan aliran arus total 1 tahunan
9
Kecepatan aliran arus total 100 tahunan
: Uw‐1th + Uc‐1th = 0.39174 m/s : Uw‐100th + Uc‐100th = 0.56483 m/s
4.3.4
PERHITUNGAN GELOMBANG INDIVIDUAL Perhitungan gelombang individual dilakukan untuk analisis perhitungan kerusakan fatigue
dan umur sisa fatigue pada pipa bawah laut. Data awal yang menjadi dasar perhitungan gelombang individual adalah data gelombang hasil hindcasting. Data angin yang digunakan adalah data jam‐ jaman dari stasiun BMG Tanjung Priok selama 10 tahun dari tahun 1991 – 2000. Gambar 4.4 dibawah ini menjelaskan tahapan‐tahapan perhitungan gelombang individual.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-13
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Gambar 4.4 Flowchart perhitungan gelombang individual.
Perhitungan dimulai dari proses hindcasting dari data angin Tanjung Priok. Data angin Tanjung Priok selama 10 tahun tersebut dituliskan dalam bentuk windrose pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Windrose dari data Stasiun Tanjung Priok tahun 1991-2000.
Selanjutnya untuk proses hindcasting, maka dipilih titik pusat fetch (daerah pembentukan gelombang) pada titik lokasi 1060 38’ 10” BT dan 50 48’ 15” LS. Fetch ditunjukkan pada gambar 4.6 dibawah ini.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-14
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Gambar 4.6 Diagram fetch untuk hindcasting gelombang di lepas pantai Pulau Seribu.
Proses hindcasting mengacu pada tahapan‐tahapan perhitungan dalam SPM 1981, dan dilakukan dengan bantuan program Hindcast dari PT Dinamaritama KR. Hasil dari proses hindcasting ini adalah data tinggi gelombang signifikan (Hs) dan perioda gelombang signifikan (Ts) dengan interval 1 jam. Data gelombang secara umum dijelaskan oleh waverose pada gambar 4.7 dibawah ini.
Gambar 4.7 Waverose data gelombang lepas pantai Pulau Seribu.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-15
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Untuk data‐data hindcasting secara umum lainnya, dijelaskan dalam tabel 4.16 s/d 4.17. Tabel 4.17 Total Kejadian Angin di Stasiun Angin Tanjung Priok (Kecepatan Angin dalam Knot) Arah Utara Timur Laut Timur Tenggara Selatan Barat Daya Barat Barat Laut Berangin Tidak Berangin Tidak Tercatat Total
< 5 5536 5525 601 2 4771 7276 4653 451 3 2922
Jumlah Jam 5‐1 0 1 0‐1 5 1 5‐20 4763 201 1 7 3957 1 23 6 241 7 111 5 705 1 5 4 1 432 1 02 30 3881 863 1 94 51 1 1 703 1 97 3900 61 8 82
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
> 20 7 3 1 0 2 45 1 8 1 2 = = = =
Total 1 0524 961 4 8546 5495 8842 9636 1 0542 7534 70733 1 6386 553 87672
< 5 6.31 6.30 6.86 5.44 8.30 5.31 5.1 5 3.33
Persentase 5‐1 0 1 0‐1 5 1 5‐20 5.43 0.23 0.02 4.51 0.1 4 0.01 2.76 0.1 3 0.01 0.80 0.02 0.00 1 .63 0.1 2 0.03 4.43 0.98 0.22 5.83 0.80 0.22 4.45 0.70 0.09
> 20 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.02 0.01 = = = =
Total 1 2.00 1 0.97 9.75 6.27 1 0.09 1 0.99 1 2.02 8.59 80.68 1 8.69 0.63 1 00.00
4-16
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.18 Total Persentase Kejadian Gelombang di Lepas Pantai Pulau Seribu
Arah
< 0.5 6.773 7.41 5 7.457 5.91 8 9.245 6.552 6.387 4.888
Utara Timur Laut Timur Tenggara Selatan Barat Daya Barat Barat Laut Bergelombang Tidak Bergelombang (calm ) Tidak Tercatat T o t a l
0.5‐1 .0 4.201 3.043 1 .793 0.365 0.847 2.996 3.21 8 2.297
Tinggi Gelombang (m) 1 .0‐1 .5 1 .5‐2.0 2.0‐2.5 0.841 0.098 0.065 0.427 0.075 0.01 5 0.286 0.1 68 0.064 0.000 0.000 0.000 0.023 0.000 0.000 0.000 1 .200 0.258 1 .773 0.546 0.1 1 5 0.907 0.354 0.1 63
> 2.5 0.034 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 = = = =
Total 1 2.01 1 0.97 9.77 6.28 1 0.1 1 1 1 .01 1 2.04 8.61 80.81 1 8.65 0.54 1 00.00
Tabel 4.19 Persentase Kejadian Gelombang di Lepas Pantai Pulau Seribu
Gambar 4.8 Contoh output time series hasil proses hindcasting.
Tahapan selanjutnya adalah perhitungan gelombang individual dengan tahapan yang telah dijelaskan dalam gambar 4.4. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program simulasi gelombang INDIWAVE yang disusun oleh Eddy Rahman Gandanegara,S.T. Input dari program ini adalah data output hindcasting seperti pada gambar 4.8 diatas. Dalam proses pengolahan dengan program, data gelombang signifikan yang bersifat acak dihitung spektrumnya, yaitu Spektrum tinggi gelombang dan Spektrum perioda gelombang. Lalu, spektrum tersebut dilakukan proses FFT (Fast Fourier Transform) untuk mendapatkan data gelombang dengan interval yang diinginkan. Kemudian output dari proses sebelumnya dilakukan proses zero up crossing untuk mendapatkan data gelombang individual dengan parameter Hi dan Ti.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-17
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Setelah data gelombang didapat, terdapat jumlah data puluhan juta. Untuk penyederhaan dan keperluan analisis fatigue, maka seluruh data gelombang individual dikelompokkan menjadi beberapa interval berdasarkan tinggi gelombangnya dan perioda gelombang terhadap jumlah kejadian gelombang. Data angin yang didapat merupakan data angin tahun 1991‐2000. Data ini dianggap valid untuk memodelkan gelombang selama 10 tahun untuk keperluan perkiraan umur sisa fatigue. Sedangkan untuk kondisi free span belum tersupport selama 7 bulan, data gelombang individual yang digunakan adalah data tahun 2000. Data selama 10 tahun digunakan untuk perhitungan fatigue terhadap kondisi operasi pipa hanya selama 10 tahun saja. Tabel 4.20 s/d 4.22 menjelaskan distribusi gelombang individual 7 bulan dan tabel 4.23 s/d 4.25 menjelaskan distribusi gelombang individual selama 10 tahun. Tabel 4.20 Distribusi Tinggi Gelombang Individual Selama 7 Bulan (Thn 2000) vs Perioda Gelombang 0 s/d 12 s.
Tinggi Gelombang (Hi) 0 0.5 1 1 .5 2 2.5
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0.5 1 1 .5 2 2.5 3
Perioda Gelombang (Ti) 0 ‐ 2 466231 1 061 68 4953 68 0 0
2 ‐ 4 1 057287 921 263 1 75686 1 7306 874 17
4 ‐ 6 392288 605763 1 71 686 21 735 1 330 42
6 ‐ 8 1 1 5768 242473 891 25 1 2740 844 19
8 ‐ 1 0 1 0 ‐ 1 2 32307 8697 81 023 24709 361 27 1 291 2 5989 231 0 386 1 74 4 13 Σ Occurrence Gel
TOTAL 2072578 1 981 399 490489 601 48 3608 95 460831 7
Tabel 4.21 Distribusi Tinggi Gelombang Individual Selama 7 Bulan (Thn 2000) vs Perioda Gelombang 12 s/d 24 s.
Tinggi Gelombang (Hi) 0 0.5 1 1 .5 2 2.5
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0.5 1 1 .5 2 2.5 3
Perioda Gelombang (Ti) 1 2 ‐ 1 4 241 6 7303 4224 860 57 2
1 4 ‐ 1 6 622 2003 1 299 303 29 0
1 6 ‐ 1 8 1 78 527 405 83 11 0
1 8 ‐ 20 31 1 56 116 28 0 0
20 ‐ 22 22 ‐ 24 5 5 37 12 30 5 4 13 1 0 0 0 Σ Occurrence Gel
TOTAL 3257 1 0038 6079 1 291 98 2 20765
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-18
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.22 Distribusi Tinggi Gelombang Individual Selama 7 Bulan (Thn 2000) vs Perioda Gelombang 24 s/d 36 s.
Tinggi Gelombang (Hi) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0 0.5 1 1 .5 2 2.5
0.5 1 1 .5 2 2.5 3
Perioda Gelombang (Ti) 24 ‐ 26 31 1 56 116 28 0 0
26 ‐ 28 5 37 30 13 1 0
28 ‐ 30 5 12 5 4 0 0
30 ‐ 32 0 2 1 1 0 0
32 ‐ 34 34 ‐ 36 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Σ Occurrence Gel
TOTAL 42 21 0 1 52 46 1 0 451
Tabel 4.23 Distribusi Tinggi Gelombang Individual Selama 10 Thn (1991-2000) vs Perioda Gelombang 0 s/d 12 s.
Tinggi Gelombang (Hi) 0 0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Perioda Gelombang (Ti) 0 ‐ 2 4590742 1 060235 40666 91 2 1 82 25 5 1 0 0 0
2 ‐ 4 1 0028345 95351 66 1 656508 1 341 43 8097 1 459 540 1 87 50 10 1
4 ‐ 6 354421 2 6337496 1 68371 8 1 71 398 1 0002 1 395 648 21 6 55 10 1
6 ‐ 8 998764 2540975 888601 1 02989 5848 740 347 1 32 40 11 1
8 ‐ 1 0 1 0 ‐ 1 2 267805 70575 848632 258736 365258 1 32951 48280 1 9430 2760 1 1 30 31 9 1 04 1 62 53 65 28 17 6 3 1 0 0 Σ Occurrence Gel
TOTAL 1 9500443 20581 240 4767702 4771 52 2801 9 4042 1 755 629 1 68 35 3 45361 1 88
Tabel 4.24 Distribusi Tinggi Gelombang Individual Selama 10 Thn (1991-2000) vs Perioda Gelombang 12 s/d 24 s.
Tinggi Gelombang (Hi) 0 0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Perioda Gelombang (Ti) 1 2 ‐ 1 4 1 861 6 75481 44647 731 5 449 39 20 11 2 2 0
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
1 4 ‐ 1 6 4942 21 01 4 1 3973 2471 1 49 11 7 6 0 0 0
1 6 ‐ 1 8 1 309 5669 4344 828 65 6 3 5 0 0 0
1 8 ‐ 20 360 1 583 1 31 6 266 15 2 0 1 0 0 0
20 ‐ 22 22 ‐ 24 82 14 41 5 99 357 1 06 79 16 4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 Σ Occurrence Gel
TOTAL 25323 1 04261 64743 1 0975 683 59 30 24 2 2 0 2061 02
4-19
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.25 Distribusi Tinggi Gelombang Individual Selama 10 Thn (1991-2000) vs Perioda Gelombang 24 s/d 36 s.
Tinggi Gelombang (Hi) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0 0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Perioda Gelombang (Ti) 24 ‐ 26 5 36 33 10 0 0 0 0 0 0 0
26 ‐ 28 3 12 10 4 0 0 0 0 0 0 0
28 ‐ 30 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
30 ‐ 32 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
32 ‐ 34 34 ‐ 36 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Σ Occurrence Gel
TOTAL 10 49 45 14 0 0 0 0 0 0 0 118
Selanjutnya untuk perhitungan fatigue untuk masing‐masing perioda, baik selama 7 bulan (jangka pendek) maupun selama 10 tahun (jangka panjang) akan dilakukan distribusi secara statistika. Parameter statistik yang akan dihitung adalah PDF (Probability Density Function). Perhitungan selengkapnya diberikan pada perhitungan analisis fatigue. 4.3.5
PERHITUNGAN GAYA HIDRODINAMIKA Perhitungan gaya hidrodinamika dilakukan berdasarkan persamaan gaya hidrodinamika
Morrison. Persamaan‐persamaan gaya Morrison telah dijelaskan dalam subbab 2.2. Perhitungan gaya‐gaya hidrodinamika dijabarkan dalam tabel 4.26. Pengambilan nilai koefisien‐koefisien hidrodinamika, sesuai yang telah dijelaskan pada subbab 2.2.5, yang mengacu pada kode DNV 1981 Submarine Pipeline Systems;
= 3.216 x 105 s/d 4.636 x 105
9
Bilangan Reynolds
9
Koefisien added mass CM
= 1.0
9
Koefisien inersia CI
= 2.0
9
Koefisien drag (seret) CD
= 1.3
9
Koefisien lift (angkat) CL
= 0.7 (Ref. Mouselli, A.H)
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-20
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.26 Perhitungan Gaya Hidrodinamika Morrison Maksimum Untuk Tiap Perioda Ulang
Parameter 1
Simbol fD =
FD
Gaya Drag
Rumus 1 .ρ .CD .D.U . U 2
Perioda Ulang 1 Perioda Ulang Tahun 1 00 Tahun 1 025.867
21 29.585
N/m
31 .077
201 1 .948
N/m
1 .ρ .CL .D.U . U 2
552.390
1 1 46.700
N/m
FTot = FD + FI
1 056.943
41 41 .533
N/m
•
f I = ρ .CI . A.U
2
Gaya Inersia
FI
3
Gaya Angkat
FL
4
Gaya Horizontal Total
Ftot
fL =
Satuan
Besar gaya hidrodinamika bergantung kepada kecepatan arus total, yang merupakan superposisi dari kecepatan arus dan kecepatan partikel gelombang. Kecepatan partikel gelombang memiliki fasa dengan orde 0 s/d 2π, sehingga gaya akan berbeda tiap waktu. Fasa gelombang disimbolkan sebagai θ, dimana θ adalah variabel yang mewakili (kx‐ωt). Tabel 4.27 dibawah ini akan menunjukkan besar gaya hidrodinamika untuk tiap fasa gelombang. Tabel 4.27 Gaya Hidrodinamika Per Fasa Gelombang 1 Tahunan (Kiri) dan 100 Tahunan (Kanan)
4.3.6
FD
FI
FL
FTot
945.6 944.5 943.2 941 .4 937.2 933.1 930.0 928.9 931 .4 937.2 943.2 945.6
0.0 1 3.2 1 8.7 22.8 26.4 22.8 1 3.2 0.0 ‐1 8.7 ‐26.4 ‐1 8.7 0.0
509.2 508.6 507.9 506.9 504.7 502.4 500.8 500.2 501 .5 504.7 507.9 509.2
945.6 957.7 961 .8 964.3 963.6 955.9 943.2 928.9 91 2.7 91 0.9 924.5 945.6
θ = (kx‐ωt) 0 30 45 60 90 1 20 1 50 1 80 225 270 31 5 360
FD
FI
FL
FTot
1 962.8 1 803.6 1 623.6 1 403.2 937.2 565.0 351 .9 286.5 438.3 937.2 1 623.6 1 962.8
0.0 854.6 1 208.6 1 480.2 1 709.2 1 480.2 854.6 0.0 ‐1 208.6 ‐1 709.2 ‐1 208.6 0.0
1 056.9 971 .2 874.2 755.6 504.7 304.2 1 89.5 1 54.3 236.0 504.7 874.2 1 056.9
1 962.8 2658.2 2832.2 2883.4 2646.4 2045.2 1 206.5 286.5 ‐770.3 ‐771 .9 41 5.0 1 962.8
θ = (kx‐ωt) 0 30 45 60 90 1 20 1 50 1 80 225 270 31 5 360
PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL FREE SPAN Perhitungan besar frekuensi natural free span pipa mengacu pada DNV RP F105, telah
dijelaskan pada subbab 3.6. Frekuensi natural free span dipengaruhi faktor perletakan ujung free span, beban dan gaya lingkungan, faktor instalasi, jenis material dan lapisan beton pada pipa. Persamaan frekuensi natural free span pipa diberikan oleh persamaan berikut ini;
fO = C1. 1 + CSF .
Seff ⎡ δ2 ⎤ EI . 1 . . + + C C ⎢ ⎥ 2 3 meff .Leff 4 ⎣ PE D2 ⎦
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-21
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
a)
Perhitungan Gaya Aksial Efektif Gaya aksial efektif dipengaruhi secara dominan oleh faktor kondisi instalasi dan faktor perbedaan tekanan internal. Faktor perbedaan temperatur tidak diperhitungkan dalam analisis ini. Perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.28.
Seff = H eff − [ (Δpi ). Ai .(1 − 2υ )] − [ As .E.(ΔT ).αe ] Tabel 4.28 Perhitungan Gaya Aksial Efektif Untuk Tiga Fase Pipa
Parameter
Simbol
Dimensi
1 Gaya Tensioner Pipelay Barge
Heff
1 000
kN
2 Tekanan Internal (Instalasi)
Pi‐ins
0
kPa
3 Tekanan Internal (Hydrotest)
Pi‐ins
1 1 880
kPa
4 Tekanan Internal (Operasi)
Pi‐oper
7920
kPa
5 Penampang Dalam Pipa
Ai
0.479
m2
6 Poisson Ratio
υ
0.3
Hydrotest
Seff
‐1 276.504
kN
‐51 7.669
Operasi
b)
‐‐‐
1 000
Instalasi 7 Gaya Aksial Efektif
Satuan
Perhitungan Concrete Stiffening Factor (CSF) Besaran CSF merupakan faktor penguatan atau penambah sifat kekakuan pipa bawah laut akibat adanya lapisan beton. Nilai κ c diambil sebesar 0.25. Perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.29.
⎡ ( EI )conc ⎤ CSF = κ c ⎢ ⎥ ⎣⎢ ( EI ) steel ⎦⎥
0.75
Tabel 4.29 Perhitungan Concrete Stiffening Factor Pipa
Parameter 1 Konstanta Deformasi/Slippage 2 Modulus Elastisitas Baja 3 Kuat Tekan Beton 4 Modulus Elastisitas Beton 5 Momen Inersia Baja 6 Momen Inersia Beton
8 Concrete Stiffening Factor
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Simbol
κc
Est fconc Econc Ist Iconc CSF
Dimensi
Satuan
0.25
‐‐‐
207000
MPa
1 1 0.31
MPa
41 000
MPa
0.0032
m
0.032
m
0.42
‐‐‐
4 4
4-22
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
c)
Perhitungan Panjang Efektif Panjang efektif free span adalah idealisasi suatu free span menjadi dalam kondisi perletakan fixed to fixed. Perhitungan pada tabel 4.30 dan 4.31.
4.73 ⎧ untuk β ≥ 2.7 2 ⎪ Leff ⎪ −0.066β + 1.02β + 0.63 ⎡ ⎤ K .L4 ; dimana β = log10 ⎢ =⎨ ⎥ 4.73 L ⎪ ⎣ (1 + CSF ) EI ⎦ β untuk 2.7 < ⎪⎩ 0.036β 2 + 0.61β + 1.0 Dalam Tugas Akhir ini, dihitung panjang span efektif untuk kondisi analisis fatigue instalasi selama 7 bulan dengan panjang span 201 m, dan kondisi analisis fatigue operasi selama 10 tahun dengan panjang span 100 m. Tabel 4.30 Perhitungan Panjang Free Span Efektif Untuk Perhitungan Fatigue Selama 7 Bulan
Parameter 1
Kekakuan Dinamik Tanah
2 3 4
Panjang Free Span Kekakuan Pipa Baja Concrete Stiffening Factor
5
Koefisien Panjang Efektif
Vertikal (Cross‐flow)
6
Panjang Free Span Efektif
Vertikal (Cross‐flow)
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Horizontal (In‐line) Horizontal (In‐line)
Simbol
Dimensi
KV KL L EI CSF
20907.3 1 5680.5 201 654352.4 0.42 7.56 7.44
β Leff‐CF Leff‐IL
208.08 208.25
Satuan kN/m2 m 2
kNm ‐‐‐ ‐‐‐
m
Tabel 4.31 Perhitungan Panjang Free Span Efektif Untuk Perhitungan Fatigue Selama 10 Tahun.
Parameter 1 2 3 4 5
6
Kekakuan Dinamik Tanah
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Panjang Free Span Kekakuan Pipa Baja Concrete Stiffening Factor Vertikal (Cross‐flow) Koefisien Panjang Efektif Horizontal (In‐line)
Panjang Free Span Efektif
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Simbol
Dimensi
KV KL L EI CSF
20907.3 1 5680.5 1 00 654352.4 0.42 6.35 6.23
β Leff‐CF Leff‐IL
1 06.39 1 06.96
Satuan kN/m
2
m kNm ‐‐‐
2
‐‐‐
m
4-23
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
d)
Perhitungan Defleksi Statik Defleksi statik adalah lendutan atau defleksi yang terjadi pada suatu free span pipa akibat berat pipa itu sendiri. Perhitungan dijabarkan pada tabel 4.32 dan 4.33. Tabel 4.32 merupakan perhitungan defleksi statik untuk analisis fatigue 7 bulan dengan panjang span 201 m, dan tabel 4.33 merupakan perhitungan analisis fatigue 10 tahun dengan panjang span 100 m. Tabel 4.32 Perhitungan Defleksi Statik Free Span Untuk Analisis Fatigue 7 Bulan
Parameter 1 Konstanta Boundary Condition 2 Kekakuan Pipa Baja Panjang Free Span 3 Efektif 4 Beban Euler Buckling 5
Beban Penyebab Defleksi (q)
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line) Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line) Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
6 Gaya Aksial Efektif (Instalasi) 7
Momen Lentur Statik
8 Defleksi Statik
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line) Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Simbol
C2 C5 C6 EI Leff‐CF Leff‐IL PE‐CF PE‐IL Wsub‐inst Ftot Seff‐inst Mstat‐CF Mstat‐IL δCF δIL
Dimensi 1 .000 0.1 25 0.01 3 6.544E+08 208.076 208.246 21 2434.004 21 2087.526 368.945 1 07.741 1 000000 3432032 1 002528
1 .693 0.495
Satuan ‐‐‐ Nm2 m N kg/m N Nm
m
Tabel 4.33 Perhitungan Defleksi Statik Free Span Untuk Analisis Fatigue 10 tahun
Parameter 1 Konstanta Boundary Condition 2 Kekakuan Pipa Baja Panjang Free Span 3 Efektif 4 Beban Euler Buckling
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line) Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Vertikal (Cross‐flow) Beban Penyebab Defleksi (q) Horizontal (In‐line) Gaya Aksial Efektif (Operasi) 6
5
7 Momen Lentur Statik
8 Defleksi Statik
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Vertikal (Cross‐flow)
Simbol
Dimensi
C2 C5 C6 EI Leff‐CF Leff‐IL PE‐CF PE‐IL Wsub‐oper Ftot Seff‐inst Mstat‐CF
1 .000 0.1 25 0.01 3 6.544E+08 1 06.391 1 06.961 81 2573.772 803923.1 09 398.1 73 1 03.647 ‐51 7669
Mstat‐IL Vertikal (Cross‐flow) δCF δIL Horizontal (In‐line) Horizontal (In‐line)
1 522781 7 4083698
1 .964 0.532
Satuan ‐‐‐ Nm
2
m N kg/m N Nm
m
4-24
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Maka, setelah keempat parameter frekuensi natural diatas telah dihitung, maka besar frekuensi natural dapat dihitung. Perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.34 untuk frekuensi natural dengan panjang span 201 m, dan tabel 4.35 untuk frekuensi natural dengan panjang span 100 m. Tabel 4.34 Perhitungan Frekuensi Natural Free Span Untuk Analisis Fatigue Dengan Panjang Span 201 m.
Parameter 1
Konstanta Boundary Condition
2 3
Kekakuan Pipa Baja Concrete Stiffness Enhancement Factor
3
Panjang Free Span Efektif
4
Beban Euler Buckling
5 6 7 8
Diameter Terluar Pipa Panjang Free Span Aktual Gaya Aksial Efektif (Instalasi) Effective Mass (Instalasi)
9
Defleksi Statik
10
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line) Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Frekuensi Natural Vertikal (Cross‐flow) Free Span Horizontal (In‐line)
Simbol C1 C2 C3 EI 1 +CSF Leff‐CF Leff‐IL PE‐CF PE‐IL Dtcc L Seff‐inst meff‐Inst δCF δIL
fo‐CF fo‐IL
Dimensi 1 .570 1 .000 0.800 6.544E+08 1 .42 208.076 208.246 21 654.842 21 61 9.524 1 .0228 201 1 01 937 2053 1 .693 0.495
0.068662 0.059256
Satuan ‐‐‐ Nm2 ‐‐‐ m kg m m kg kg/m m
1 /s
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-25
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.35 Perhitungan Frekuensi Natural Free Span Untuk Analisis Fatigue Dengan Panjang Span 100 m.
Parameter 1
Konstanta Boundary Condition
2
Kekakuan Pipa Baja
3
Concrete Stiffness Enhancement Factor
3
Panjang Free Span Efektif
4
Beban Euler Buckling
5 6 7 8
Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line) Vertikal (Cross‐flow) Horizontal (In‐line)
Diameter Terluar Pipa Panjang Free Span Aktual Gaya Aksial Efektif (Operasi) Effective Mass (Operasi) Vertikal (Cross‐flow)
9
Defleksi Statik
10
Frekuensi Natural Vertikal (Cross‐flow) Free Span Horizontal (In‐line)
Horizontal (In‐line)
Simbol C1 C2 C3 EI 1 +CSF Leff‐CF Leff‐IL PE‐CF PE‐IL Dtcc L Seff‐oper meff‐oper δCF δIL
fo‐CF fo‐IL
Dimensi
Satuan
1 .570 1 .000 0.800
‐‐‐
6.544E+08
Nm ‐‐‐
1 .42 1 06.391 1 06.961 82831 .1 69 81 949.348
2
m kg
1 .0228 1 00
m m
‐52770 2082
kg kg/m
1 .964 0.532
0.1 68878 0.069476
m
1 /s
4.3.7
PERHITUNGAN REDUCED VELOCITY (VR) DAN AMPLITUDO VIV Perhitungan reduced velocity (VR) mengacu pada DNV RP F105, untuk digunakan sebagai
parameter amplitudo VIV dan range tegangan VIV. Perhitungan reduced velocity untuk osilasi arah in‐line dan cross flow dijabarkan pada tabel 4.36 dan 4.37. Sedangkan untuk perhitungan besar amplitudo VIV arah in‐line dan cross flow dari gambar 4.9 dan 4.10. Perhitungan VR yang ditampilkan berikut ini adalah contoh dari salah satu perhitungan VR dengan parameter lingkungan tertentu saja. Berikut ini merupakan perhitungan VR untuk analisis fatigue 7 bulan dengan panjang span 201 m pada range gelombang individual 0 ‐ 0.5 m. Untuk perhitungan selengkapnya, akan ditampilkan pada lampiran pertitungan fatigue.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-26
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.36 Perhitungan VR Untuk Amplitudo In-Line VIV (Analisis Fatigue 7 Bln & Gel Indi 0-0.5 m)
1 2
Parameter
Simbol
Effective Mass Redaman Struktural
meff‐Inst ξstr ξsoil ξhyd γk γon Ksd IL VR onset RIθ‐1 RIθ‐2 AY‐1 /D AY‐2/D VRIL1 IL VR 2 VRILend
3 Redaman Tanah 4 Redaman Hidrodinamika 5 6 7
SF untuk Ks SF untuk onset Parameter Stabilitas red.
8
Red.Velocity In‐line onset
9
Faktor Reduksi Turbulensi
1 0 Faktor Amplitudo Respon 1 1 Red. Velocity In Line region 1 1 2 Red. Velocity In Line region 2 1 3 Red. Velocity In Line End
Dimensi Satuan 2053 0.01 5
kg/m ‐‐‐
0.01 0
‐‐‐ ‐‐‐
1 .3 1 .1 0.463
‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐
0.966 1 .0 1 .0
‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐
0.1 1 06 0.0966 2.0720
‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐
3.9366 4.1 298
‐‐‐ ‐‐‐
Amplitudo In‐Line VIV
Respon Amplitudo VIV Arah In‐Line
0.1 2 0.1 1 0.1 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0.000
0.500
1 .000
1 .500
2.000
2.500
Reduced Velocity (Vrd)
3.000
3.500
4.000
4.500
Gambar 4.9 Grafik Reduced Velocity vs Amplitudo In-Line VIV.
Dari hasil‐hasil perhitungan sebelumnya, maka besar reduced velocity untuk In‐Line VIV pada kondisi instalasi (data 1 tahunan) adalah 6.46. Dari gambar 4.9 diatas, maka untuk reduced velocity sebesar 6.46, maka amplitudo in‐line VIV (AY_IL/D) yang terjadi sebesar 0. 9
VRD‐IL
= 6.46
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-27
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
AY_IL/D = 0
9
Untuk perhitungan VR dan amplitudo VIV arah cross flow, maka parameter‐parameter dan perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.37. Tabel 4.37 Perhitungan VR Untuk Amplitudo Cross Flow VIV (Analisis Fatigue 7 Bln & Gel Indi 0-0.5 m)
Parameter 1 2 3 4 5 6
Effective Mass Redaman Struktural Redaman Tanah Redaman Hidrodinamika SF untuk Ks SF untuk onset
7
Fungsi Reduksi VIV CF
7 8 9 9 9
Parameter Stabilitas red. Red.Velocity Cross Flow onset Rasio Kec Arus vs Part. Gel Bilangan Keulegan Carpenter Faktor Redaman Reduksi
1 0 Faktor Amplitudo Respon 1 1 Red. Velocity Cross Flow region 1 1 2 Red. Velocity Cross Flow region 2 1 3 Red. Velocity Cross Flow End
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Simbol
meff‐Inst ξstr ξsoil ξhyd γk γon Ψproxi,onset Ψmass,onset Ψα,onset Ψtrench,onset Ksd CF VR onset α KC RK AZ‐1 /D AY‐2/D CF VR 1 IL VR 2 IL VR end
Dimensi 2053 0.01 5 0.01 0 1 .3 1 .1 1 .000 0.979 1 .1 67 1 .000 0.463 3.1 1 7 0.996 0.01 0 0.931 1 .3 1 .3 5.0 7.0 1 6.0
Satuan kg/m ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐
‐‐‐ ‐‐‐
‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐
4-28
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Respon Amplitudo VIV Arah Cross Flow 1 .4
Amplitudo Cross Flow VIV
1 .2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
12 13 14 15 16 17
Reduced Velocity (Vrd)
Gambar 4.10 Grafik Reduced Velocity Untuk Amplitudo Cross Flow VIV
Besar reduced velocity untuk VIV arah cross flow sebesar 5.58. Dari grafik pada gambar 4.10 diatas maka besar amplitudo VIV dapat ditentukan. 9
VRD‐CF
9
AZ_CF/D = 1.3
= 5.58
4.3.8
SCREENING FATIGUE Screening fatigue adalah penghitungan kemungkinan terjadinya fatigue yang berlebihan
(excessive fatigue) pada suatu free span yang menerima beban lingkungan dan operasi tertentu. Jika sutau free span memenuhi kriteria screening fatigue, maka dapat disimpulkan bahwa usia fatigue dari suatu free span pipa tersebut lebih dari 50 tahun. Pengecekan parameter‐parameter perhitungan dengan kriteria screening fatigue mengacu pada DNV RP F105. Mengacu pada tabel 3.8 tentang perilaku respon free span pipa, panjang free span aktual (L) 201 m dan diameter terluar (D) 1.0228 m memiliki perbandingan L/D sebesar 196.5. Menurut tabel 3.8, dengan klasifikasi 100< L/D < 200 maka perilaku respon free span pipa akan didominasi oleh kombinasi perilaku kabel dan balok. Untuk screening fatigue terhadap frekuensi natural arah in‐line (fO‐IL) diberikan oleh persamaan berikut;
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-29
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
fO , IL
γf =
>
U c ,100 yr ⎡ L / D ⎤ γ IL 1− . VRIL, onset .D ⎢⎣ 250 ⎥⎦ α
⎛ ( 201 1.0228 ) ⎞ ⎛ 1.15 ⎞ 0.0593 0.39 > ⎜1 − ⎟⎜ ⎟ 1.15 0.966 × 1.0228 ⎝ 250 ⎠ ⎝ 0.995 ⎠
= 0.0516 > 0.0976 Maka, free span disimpulkan mengalami fatigue yang disebabkan oleh in‐line VIV. Kondisi ini memenuhi syarat DNV RP F105, ketika α >0.8 maka in‐line VIV yang terjadi tidak signifikan, akan tetapi tetap harus dilakukan analisis fatigue dengan metoda response model. Untuk screening fatigue terhadap frekuensi natural arah cross flow (fO‐CF) diberikan oleh persamaan berikut;
fO ,CF
γf
>
U c ,100 yr + U w,1 yr VRCF , onset .D
.γ CF
0.0687 ( 0.39 + 0.00174 ) > × 1.3 1.15 3.117 × 1.0228 = 0.05974 > 0.1597 =
Maka, screening fatigue untuk kriteria VIV arah cross flow tidak memenuhi syarat. Maka analisis fatigue terhadap cross flow VIV mutlak harus dilakukan. Analisis fatigue dilakukan menggunakan metoda response model yang mengacu pada DNV RP F105. 4.3.9
PERHITUNGAN RANGE TEGANGAN Perhitungan range tegangan diperlukan untuk penentuan umur fatigue suatu free span pada
pipa bawah laut. Selanjutnya range tegangan akan dijadikan input dalam kurva S‐N dari DNV RP C203 (gambar 2.14). Besar range tegangan diberikan oleh persamaan berikut;
S IL = 2. AIL ( AY / D ).ψ α , IL .γ s
untuk in‐line VIV
SCF = 2. ACF .( Az / D).Rk .γ s
untuk cross flow VIV
Untuk range tegangan akibat VIV, besar unit amplitudo tegangan AIL/CF adalah sebagai berikut;
AIL − CF = C4 (1 + CSF )
Dtcc .( OD − WT ) .E
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Leff 2
4-30
TUGAS AKHIR
BAB 4 STUDI KASUS
Perhitungan yang dijabarkan berikut ini merupakan contoh perhitungan range tegangan untuk tiap seastate (gelombang individual). Berikut adalah perhitungan untuk analisis fatigue selama 7 bulan dengan panjang span 201 m, untuk range gelombang individual 0 – 0.5 m. Perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.38.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-31
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.38 Perhitungan Range Tegangan Free Span 201 m Pada Range Gelombang Individu 0.0 – 0.5 m
Parameter
Simbol
1
Faktor Koreksi Rasio Arus
2
SF Range Tegangan
3
Amplitudo VIV
4
Faktor Redaman Reduksi
5
Panjang Free Span Efektif
6
Konstanta Kondisi Batas
7
Concrete Stiffness Enhancement Factor
8
Unit Amplitudo Tegangan
9
Range Tegangan
In‐Line Cross Flow In‐Line Cross Flow
In‐Line Cross Flow
In‐Line Cross Flow
Ψα,IL γs AY_IL/D AZ_CF/D RK Leff‐IL Leff‐CF C4 1 +CSF AIL ACF SIL SCF
Dimensi Satuan 1
‐‐‐
1
‐‐‐
0 1 .3 0.931 208.25 208.08
‐‐‐ ‐‐‐ m
4.39
‐‐‐
1 .42
‐‐‐
24.324 24.364
0.000 58.948
MPa
MPa
Maka, analisis fatigue hanya dilakukan untuk cross flow VIV saja. Tidak adanya range tegangan dalam arah in‐line merupakan pembuktian tabel 3.7 (mengacu pada DNV RP F105), ketika rasio kecepatan aliran α > 0.8, maka pembebanan akibat gaya gelombang dengan metoda Morrison diabaikan. 4.3.10 PERHITUNGAN FATIGUE KONDISI INSTALASI Telah dijelaskan sebelumnya, perhitungan fatigue kondisi instalasi merupakan perhitungan untuk kondisi instalasi pipa selama 7 bulan dengan panjang span 201 m. Perhitungan fatigue mencakup perhitungan kerusakan fatigue dan umur fatigue. Langkah dan analisis perhitungan mengacu pada DNV RP F105 dan DNV RP C203. Untuk kondisi tegangan tertentu yang fluktuatif dengan amplitudo tegangan yang bervariasi dalam order acak, besar fatigue damage dapat dihitung dari metoda Palmgreen‐Miner sebagai berikut: s
D fat = ∑ i =1
ni ≤ α fat Ni
Nilai Ni merupakan jumlah siklus untuk kegagalan pada range tegangan Si. Sedangkan nilai ni merupakan jumlah total siklus tegangan pada blok range tegangan Si. Kurva S‐N yang digunakan
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-32
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
seperti pada gambar 2.14, mengacu pada figure 2‐5 DNV RP C203 Fatigue Strength of Offshore Steel Structure kurva C‐1. Fatigue diasumsikan terjadi mulai pada saat setelah pipa diinstalasi pada lokasi free span hingga dilakukan span remeditation dengan pemasangan struktur penopang pada free span tersebut. Selang waktu tersebut + 7 bulan (Nov 2006 s/d Mei 2007). Data gelombang yang digunakan untuk perkiraaan umur sisa fatigue adalah data gelombang individu tahun 2000. Data ini dianggap valid dengan mengganggap bahwa pokok bahasan Tugas Akhir adalah metodologi pengerjaan dan pengambilan asumsi serta analisis. Perhitungan dilakukan untuk tiap nilai range gelombang individu. Range dibagi berdasarkan tinggi gelombang dengan interval tiap range sebesar 0.5 m, dari 0.0 m sampai dengan 5.5 m. distribusi gelombang tersebut kemudian dihitung nilai frekuensi relatif dan Probability Density Function (PDF) untuk perhitungan siklus fatigue yang terjadi akibat tiap range seastate. Perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.39. Tabel 4.39 Distribusi Jumlah Kejadian Gelombang Individu 7 Bulan
Tinggi Gelombang (m) 0.0 0.5 1 .0 1 .5 2.0 2.5
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0.5 1 .0 1 .5 2.0 2.5 3.0
Frekuensi Rataan Tinggi Perioda Kejadian Relatif Gel (m) Gelombang (T) 0.25 0.75 1 .25 1 .75 2.25 2.75
1 .1 08 1 .920 2.479 2.933 3.325 3.676
2075877 1 991 647 496720 61 485 3707 97
0.448399 0.430205 0.1 07294 0.01 3281 8.22E‐04 2.1 0E‐05
PDF 0.896798 0.860409 0.21 4588 0.026562 0.001 643 0.000042
Untuk perhitungan kerusakan fatigue dan umur sisa fatigue dilakukan untuk tiap seastate tersebut, dijelaskan oleh tabel 4.40 berikut.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-33
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.40 Perhitungan Fatigue Pada Panjang Free Span 201 m Untuk Kondisi Instalasi Selama 7 Bulan Tinggi Gelombang (m) / Perioda (m)
Parameter
Simbol 0.0 ‐ 0.5 0.5 ‐ 1 .0 1 .0 ‐ 1 .5 1 .5 ‐ 2.0 2.0 ‐ 2.5 2.5 ‐ 3.0 Satuan (1 .1 08)
(1 .920)
(2.479) (2.933) 361 9.35
1
Berat Pipa dalam Air
Wsub
2
Panjang Span Aktual
L span
3
Wave Induced Current Velocity
Uw
4
Gaya Horizontal Total
Ftot
1 01 6.8
δCF
1 .693
δIL
0.477
fo‐CF
0.06866
fo‐IL
0.0591 9
5
Defleksi Statik
6
Frekuensi Natural
7
Reduced Velocity
8
Amplitudo VIV
9
Panjang Span Efektif
10
Range Tegangan
11
(3.325)
(3.676) N/m
201 0
0
0
m 0
VR
IL
6.443
CF VR
5.553
AY/D
0.00
AZ/D
1 .30
Leff‐IL Leff‐CF
208.25
0
0
N/m m 1 /s ‐‐‐ ‐‐‐ m
208.08
SIL
0.00
SCF
58.95
Waktu Ekspos Beban
Texp
1 831 6800
12
Frekuensi Vortex Shedding
fv
13
Probability Density Function
PDF
14
Total Jumlah Siklus dalam Range SCF
ni
15
Cycles to failure dalam Range SCF
Ni
16
Kerusakan Fatigue (Fatigue Damage)
Dfat
17
Cumulative Fatigue Damage
Σ Dfat
18
Umur Sisa Fatigue Total
Tlife
MPa s
0.0801 0.8968
0.8604
0.21 46
1 31 5338 1 261 967 31 4737
m/s
1 /s
0.0266 1 .64E‐03 4.1 9E‐05 38959
241 0
61
1 6929231 0.0453
0.0435
0.01 08 1 .34E‐03 8.31 E‐05 2.1 2E‐06 0.1 01 1
9.8932 9
Tahun
10
Bulan
1 / 7 bln
Tahun 22
Hari
Maka, dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa sisa umur fatigue hanya tinggal + 9 tahun 11 bulan. Sekali lagi ditegaskan bahwa analisis fatigue dilakukan terhadap kondisi pipa setelah instalasi, sebelum dilakukan hydrotest dan sebelum masa operasional (kondisi pipa kosong). Selang waktu antara selesainya instalasi dan penanggulangan span tersebut dengan memasang struktur span support adalah 7 bulan (212 hari), dari November 2006 sampai dengan Mei 2007. Sisa umur fatigue yang dimiliki pipa merupakan angka yang jauh dari perencanaan desain fatigue pipa sebesar 30 tahun. Oleh karena itu, PT Perusahaan Gas Negara, Tbk selaku pemilik pipa SSWJ‐II ini tidak mengambil resiko, dan melakukan span remediation sebelum kegiatan hydrotest dan operasi dilaksanakan.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-34
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.3.11 PERHITUNGAN FATIGUE KONDISI OPERASI Telah dijelaskan sebelumnya, perhitungan fatigue kondisi operasi merupakan perhitungan untuk kondisi operasi pipa selama durasi ketersediaan data (10 tahun) dengan panjang span 100 m. pada kondisi operasi ini struktur penopang free span telah dipasang dan menopang berat bentang bebas pipa. Perhitungan fatigue mencakup perhitungan kerusakan fatigue dan umur fatigue. Langkah dan analisis perhitungan mengacu pada DNV RP F105 dan DNV RP C203. Untuk kondisi tegangan tertentu yang fluktuatif dengan amplitudo tegangan yang bervariasi dalam order acak, besar fatigue damage dapat dihitung dari metoda Palmgreen‐Miner sebagai berikut: s
D fat = ∑ i =1
ni ≤ α fat Ni
Nilai Ni merupakan jumlah siklus untuk kegagalan pada range tegangan Si. Sedangkan nilai ni merupakan jumlah total siklus tegangan pada blok range tegangan Si. Kurva S‐N yang digunakan seperti pada gambar 2.14, mengacu pada figure 5 DNV RP C203 Fatigue Strength of Offshore Steel Structure kurva C‐1. Fatigue yang dihitung dianggap terjadi pada durasi 10 tahun setelah dipasangnya struktur penopang sehingga panjang free span pipa menjadi 100 m. Data gelombang yang tersedia adalah data 1991‐2000, dan digunakan untuk perhitungan perilaku umur fatigue pipa terhadap waktu ekspos beban selama 10 tahun. Untuk analisis secara detail, data gelombang 30 tahun dibutuhkan untuk analisis fatigue pada kondisi selama pipa beroperasi. Akan tetapi, dalam Tugas Akhir ini, mengingat keterbatasan ketersediaan data, maka analisis hanya dilakukan untuk waktu ekspos beban 10 tauhn saja. Data ini dianggap valid dengan mengingat esensi pokok bahasan Tugas Akhir adalah metodologi pengerjaan dan pengambilan asumsi serta analisis. Perhitungan dilakukan untuk tiap nilai range gelombang individu. Range dibagi berdasarkan tinggi gelombang dengan interval tiap range sebesar 0.5 m, dari 0.0 m sampai dengan 5.5 m. distribusi gelombang tersebut kemudian dihitung nilai frekuensi relatif dan Probability Density Function (PDF) untuk perhitungan siklus fatigue yang terjadi akibat tiap range seastate. Perhitungan dijabarkan dalam tabel 4.41.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-35
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.41 Distribusi Jumlah Kejadian Gelombang Individu 10 Tahun (1991-2000)
Tinggi Rataan Tinggi Perioda Gelombang (m) Gel (m) Gelombang (T) 0 0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
0.5 1 1 .5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
0.25 0.75 1 .25 1 .75 2.25 2.75 3.25 3.75 4.25 4.75 5.25
2.21 7 3.840 4.957 5.866 6.651 7.353 7.993 8.586 9.1 41 9.664 1 0.1 59
Kejadian
Frekuensi Relatif
CDF
1 9525776 20685550 4832490 4881 41 28702 41 01 1 785 653 1 70 37 3
0.428503 0.453955 0.1 06051 0.01 071 3 0.000630 0.000090 0.000039 0.00001 4 0.000004 0.000001 0.000000
0.42850 0.88246 0.98851 0.99922 0.99985 0.99994 0.99998 1 .00000 1 .00000 1 .00000 1 .00000
PDF 0.857006 0.90791 0 0.21 21 03 0.021 425 0.001 260 0.0001 80 0.000078 0.000029 0.000007 0.000002 0.000000
Untuk perhitungan kerusakan fatigue dan umur sisa fatigue dilakukan untuk tiap seastate tersebut, dijelaskan oleh tabel 4.42 berikut.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-36
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.42 Perhitungan Analisis Fatigue Untuk Kondisi Operasi Selama 10 Tahun Dari 2006 s/d 2015 Tinggi Gelombang
Perioda Gelombang
Hs
Tp
m
s
0.0 ‐ 0.5 0.5 ‐ 1 .0 1 .0 ‐ 1 .5 1 .5 ‐ 2.0 2.0 ‐ 2.5 2.5 ‐ 3.0 3.0 ‐ 3.5 3.5 ‐ 4.0 4.0 ‐ 4.5 4.5 ‐ 5.0 5.0 ‐ 5.5
2.21 7 3.840 4.957 5.866 6.651 7.353 7.993 8.586 9.1 41 9.664 1 0.1 59
Berat Pipa
Panjang Span
Wave Ind. Curr. Vel
Gaya Horizontal
Wsub
L span
Uw
Ftot
N/m
m
m/s
N/m
361 9.35
1 00
0.00000 0.00000 1 .42E‐04 1 .97E‐03 8.25E‐03 2.01 E‐02 3.67E‐02 5.64E‐02 7.69E‐02 9.77E‐02 1 .1 8E‐01
1 01 6.8 1 01 6.8 1 020.5 1 062.0 1 1 88.9 1 407.9 1 693.4 201 4.8 2330.8 2640.2 2925.0
Defleksi Statik δCF
δIL m
1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964 1 .964
Frekuensi Reduced Velocity Natural fo‐CF
fo‐IL 1 /s
0.532 0.532 0.534 0.556 0.622 0.737 0.887 1 .055 1 .220 1 .382 1 .531
0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689 0.1 689
IL
CF
VR
VR ‐‐‐
0.0695 0.0695 0.0696 0.0707 0.0741 0.0806 0.0898 0.1 009 0.1 1 22 0.1 238 0.1 346
5.488 5.488 5.483 5.424 5.251 4.972 4.645 4.328 4.067 3.853 3.688
Amplitudo VIV AY/D
AZ/D ‐‐‐
2.258 2.258 2.259 2.269 2.306 2.374 2.470 2.585 2.703 2.824 2.939
0 0 0 0 0 0 0 0 0.052 0.092 0.096
0.1 0.1 0.1 03 0.1 08 0.1 1 8 0.1 24 0.1 28 0.1 36 0.1 40 0.1 45 0.1 48
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-37
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.42 Perhitungan Analisis Fatigue Untuk Kondisi Operasi Selama 10 Tahun Dari 2006 s/d 2015 (Lanjutan)
Panjang Span Efektif Leff‐IL
Leff‐CF
Range Tegangan SIL
m
1 06.391
Waktu Ekspos Beban
Frekuensi Vortex
Probabilitas Gel.
SCF
Texp
fv
PDF
s
1 /s
‐‐‐
1 7.326 1 7.326 1 7.846 1 8.71 2 20.445 21 .485 22.1 78 23.564 24.257 25.1 23 25.643
31 5532800
MPa
1 06.961
0 0 0 0 0 0 0 0 9.22 1 6.943 1 5.91 3
0.0801 0.0801 0.0801 0.0805 0.081 8 0.0842 0.0876 0.091 7 0.0959 0.1 001 0.1 042
ni ‐IL
Jumlah Siklus Yang Diizinkan
ni ‐CF
Ni ‐IL
1 / 1 0 thn
0.85701 21 6531 79 21 6531 79 0.90791 2293931 5 2293931 5 0.21 21 0 5359007 5359007 0.021 43 544064 544064 1 .26E‐03 32502 32502 1 .80E‐04 4782 4782 7.83E‐05 21 66 21 66 2.87E‐05 829 829 7.46E‐06 226 226 1 .62E‐06 51 51 1 .32E‐07 4 4
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Jumlah Siklus Beban
Ni ‐CF ‐‐‐
0 0 0 0 0 0 0 0 1 .02E+1 0 4.86E+08 6.66E+08
Fatigue Damage Dfat IL‐CF 1 / 1 0 thn
4.35E+08 4.35E+08 3.75E+08 2.96E+08 1 .90E+08 1 .48E+08 1 .27E+08 9.35E+07 8.09E+07 6.79E+07 6.1 3E+07
Cumulative Fatigue Damage
Σ Dfat
Umur Sisa Fatigue (Tahun)
Tlife
4.98E‐02 5.27E‐02 1 .43E‐02 1 .84E‐03 1 .71 E‐04 3.22E‐05 1 .71 E‐05 8.87E‐06 2.81 E‐06 8.62E‐07 7.72E‐08
1 .1 89E‐01 84.1 3
4-38
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Maka, dari perhitungan pada tabel 4.42 diatas, diketahui bahwa sisa umur fatigue untuk kondisi operasi selama 10 tahun adalah sebesar + 84 tahun. Design life dari pipa SSWJ‐II adalah 30 tahun. Dengan ini maka free span pipa awal sepanjang 201 m dengan struktur support yang mengurangi panjang span menjadi 100 m dinyatakan aman terhadap keruntuhan fatigue. Dijelaskan sekali lagi, bahwa data yang digunakan merupakan data lingkungan pada lokasi pada waktu beberapa tahun sebelum perhitungan kejadian aktual ini. Data dianggap valid dengan mempertimbangkan bahwa data diambil dari data angin Tanjung Priok yang dekat dengan lokasi, dan memiliki karakteristik acak yang cenderung sama atau mendekati dari tahun ke tahun. Maka dari itu, setelah free span sepanjang 100 m dinyatakan aman terhadap fatigue, maka analisis dilanjutkan ke analisis selanjutnya, yaitu analisis kekuatan free span terhadap kriteria Ultimate Limit Strength (ULS).
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-39
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.4
PERHITUNGAN ANALISIS FREE SPAN – ULTIMATE LIMIT STRENGTH (ULS) Perhitungan analisis free span untuk kriteria Ultimate Limit Strength (ULS) yang telah
dibahas dalam Bab 3, subbab 3.8 dilakukan dalam subbab ini. Seluruh perhitungan serta parameter asumsi yang diambil mengacu pada DNV RP F105 dan DNV OS F101. Parameter‐parameter yang dicek terhadap kriteria ULS adalah sebagai berikut; 9
Local pressure.
9
Pressure containtment (Bursting Buckling).
9
External pressure (Collapse Buckling).
9
Local buckling akibat kombinasi beban.
9
Propagation buckling.
9
Cek Local buckling konsep ASD.
Perhitungan kekuatan pipa terhadap kriteria ULS merupakan tolok ukur (benchmark) terhadap pipe reliability ketika pipa tersebut beroperasi. Tabel 4.43 dan 4.44 dibawah ini menunjukkan data‐data yang digunakan dalam pengecekan kriteria ULS. Tabel 4.43 Data Desain Pipa Untuk Perhitungan Parameter Kriteria Pengecekan ULS
Parameter
Simbol Dimensi Satuan Data Pipa
1 Diameter Pipa Baja 2 Ketebalan Pipa Baja 3 Perbandingan OD/WT 4 Modulus Elastisitas 5 Tegangan Leleh Minimum 6 Tegangan Tarik Minimum 7 Poisson Ratio 8 Momen Inersia Pipa Baja
OD WT D/t E SMYS SMTS ν Ist
0.81 28 m 1 5.9 mm 51 .1 2 207000.00 MPa 450.00 MPa 535.00 MPa 0.30 0.0032 m4
Data Operasi 8 Tekanan Desain 9 Tekanan Hydrotest 1 0 Massa Jenis Content
Pd Phyd ρcont
7.92 MPa 1 1 .88 MPa 61 .01 kg/m3
Data Lingkungan 1 1 Massa Jenis Air Laut
ρsw
1 2 Kedalaman Perairan
h g
1 3 Percepatan Gravitasi
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
1 025 kg/m3 60 m 9.81 m/s2
4-40
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.44 Data Usage Factor dan Parameter Free Span Dinamik Untuk Pengecekan Kriteria ULS
Parameter
Simbol Dimensi Satuan Usage Factor
1 4 SF untuk material
γm
1 .1 5
1 5 SF Tekanan Insidental
1 .1
1 6 SF untuk Safety Class
γinc γSC
1 .26
1 7 Faktor Utilisasi
αu
0.96
1 8 Faktor Fabrikasi (Seamless pipe)
αfab
1 .0
Parameter Analisis Free Span Dinamik
Seff‐INS 1 9 Gaya Aksial Efektif
1 000
Seff‐HYD ‐1 276.504 kN Seff‐OPER ‐51 7.669
20 Panjang Free Span Efektif
Leff‐IL Leff‐CF
1 06.96
21 Unit Amplitudo Tegangan
AIL ACF
92.200
22 Range Tegangan
SIL SCF
0.000
1 06.39 93.1 92 1 7.326
m MPa MPa
Untuk perhitungan selanjutnya, dijelaskan oleh tabel 4.45. Perhitungan pada tabel 4.45 merupakan perhitungan local pressure, yang merupakan input parameter bagi pengecekan pressure containment atau terhadap bursting buckling. Tekanan penyebab bursting buckling ini dikalikan terhadap usage factor tertentu untuk memfaktorkannya terhadap SMYS, dan kekuatannya dapat diketahui. Setelah itu, maka perhitungan dan pengecekan tekanan penyebab collapse buckling terhadap tekanan eksternal (hidrostatik) dapat dilakukan. Lalu terakhir adalah pengecekan terhadap propagation buckling. Perhitungan selanjutnyan untuk pengecekan kriteria ULS terhadap local buckling akibat kombinasi beban dibahas dalam tabel 4.46. Pengecekan ULS untuk kriteria local buckling dilakukan terhadap kombinasi kondisi instalasi‐hydrotest‐operasi (beban lingkungan 1 tahunan), kondisi dinamik untuk arah in‐line dan cross flow, serta kondisi statik untuk arah in‐line dan cross flow, dengan total 12 kombinasi.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-41
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.45 Perhitungan dan Pengecekan Kriteria ULS terhadap Bursting Buckling , Collapse Buckling, dan Propagating Buckling
Parameter
Simbol Dimensi Satuan Local Pressure
1 Tekanan Lokal Desain 2 Tekanan Lokal Insidental 3 Tekanan Lokal Hydrotest
Pld Pli Plt
7.956 MPa 8.748 MPa 9.751 MPa
Pressure Containtment (Bursting Buckling) 4 Tekanan Containment 5 6
Usage Factor Yield Usage Factor Tensile
Pcont η
1 98.473 MPa 0.695 0.605
Cek ULS pada Pcont < η. SMYS
‐‐‐
OK OK
Cek ULS pada Pcont < η. SMTS External Overpressure (Collapse Buckling)
7 Tekanan External (Hydrostatik) 8 Tekanan Collapse Elastis 9 Tekanan Collapse Plastis 1 0 Parameter Ovalitas Pipa
1 1 Parameter Tek. Collapse
1 2 Tekanan Collapse Karakteristik
Pe Pel Ppl
0.6033 MPa
fo b c
0
d u v Φ y PC
3.406 MPa 1 7.606 MPa ‐3.406 MPa ‐309.964 1 055.629 ‐1 04.61 0
‐‐‐
350.41 3 1 09.1 1 7 deg 2.270 MPa 3.406 MPa
OK
1 3 Cek Ext. Press thd Coll. Press Propagating Buckling 1 3 Tekanan Propagasi
PPr
0.842974 MPa
1 4 Tekanan External (Hydrostatik)
Pe
0.6033 MPa
1 5 Cek ULS pada Pe < PPr
FAILED
TERJADI PROPAGATION BUCKLING, BUTUH BUCKLE ARRESTOR
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-42
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.46 Perhitungan Pengecekan Kriteria ULS Terhadap Local Buckling Akibat Kombinasi Beban
Parameter
Simbol
Dimensi Satuan
Local Buckling Kombinasi Beban
Seff‐INS 1 6 Gaya Aksial Efektif Desain
Seff‐HYD Seff‐OPER
1 000 ‐1 276.504 kN ‐51 7.669
qh
0.4095 0.1 597
1 9 Burst Pressure (Bursting Limit)
β αc PB,y(t) PB,u(t)
20 Tahanan Tekanan Bursting
PB(t)
20.735
21 Tahanan Karakteristik Gaya Aksial
SP
1 7 Parameter Usage Factor Axial 1 8 Burst Pressure (Yield Limit)
22 Beban Gaya Aksial Terfaktor 23 Desain Perbedaan Kelebihan Tegangan 24 Momen Lentur Dinamik 25 Momen Lentur Statik 26 Tahanan Momen Plastis 27 Beban Momen Lentur Terfaktor Dinamik 28 Beban Momen Lentur Terfaktor Statik Cek ULS Komb. Instalasi Dinamik Cek ULS Komb. Hydrotest Dinamik Cek ULS Komb. Operasional Dinamik 29 Cek ULS Komb. Instalasi Statik Cek ULS Komb. Hydrotest Statik Cek ULS Komb. Operasional Statik
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
1 .0302 20.735 21 .436 MPa 1 791 2.794 MPa
INS
0.00426
HYD
0.00693
OPER
0.001 1 4
ΔPd
1 .795 MPa
In‐Line
33.999
Cross Flow
68.730
In‐Line
884.520
kNm kNm
Cross Flow
3375.889
MP
4543.780 kNm
In‐Line
0.01 05
Cross Flow
0.021 2
In‐Line
0.2728
Cross Flow
1 .041 3
In‐Line Cross Flow
OK OK
Cross Flow
OK OK
In‐Line
OK
Cross Flow
OK OK
In‐Line
In‐Line In‐Line
FAILED OK
Cross Flow
FAILED
In‐Line
OK FAILED
Cross Flow
Cross Flow
4-43
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Sedangkan, untuk pengecekan kriteria ULS terhadap local buckling dengan konsep Allowable Stress Design (ASD), dijabarkan dalam tabel 4.47 berikut ini. Tabel 4.47 Perhitungan Pengecekan Kriteria ULS Terhadap Local Buckling Dengan Konsep ASD
Parameter
Simbol Dimensi Satuan
CEK LOKAL BUCKLING KONSEP ASD
σH
30 Hoop Stress 31 Tegangan Bending Dinamik 32 Tegangan Bending Statik
1 83.354 MPa
σB dyn‐IL Cross Flow σB dyn‐CF σB stat‐IL In‐Line
1 1 3.72
Cross Flow σB stat‐CF
434.01
In‐Line
4.37 8.84
MPa MPa
33 Thermal Stress
σT
52.31 MPa
34 End Cap Effect Stress
σep
91 .68 MPa
35 Poisson Effect Stress
σP
0.96 MPa
36 Tegangan Longitudinal Dinamik 37 Tegangan Longitudinal Statik 38 Tegangan Von Mises Dinamik 39 Tegangan Von Mises Statik
σL dyn‐IL
1 49.3
Cross Flow σL dyn‐CF
1 53.8
σL stat‐IL
258.7
Cross Flow σL stat‐CF
579.0
σE dyn‐IL
236.5
Cross Flow σE dyn‐CF
239.3
σE stat‐IL
31 7.1
Cross Flow σE stat‐CF
607.3
In‐Line In‐Line In‐Line In‐Line
40 Cek ULS pada σH ‐ MAX < 90 % SMYS
MPa MPa MPa
OK
41 Cek ULS pada σL‐MAX < 80 % SMYS 42 Cek ULS pada σE‐MAX < 90 % SMYS
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
MPa
Dinamik
OK
Statik Dinamik
FAILED OK
Statik
FAILED
4-44
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Maka, dari perhitungan pada tabel 4.45, terbukti bahwa pada lokasi tinjauan, pipa aman terhadap bursting dan collapse buckling. Akan tetapi, pada lokasi tinjauan dengan kedalaman perairan 60 m, pipa bawah laut tidak aman terhadap propagating buckling. Dengan adanya inisiasi terjadinya propagating buckling, maka dibutuhkan buckle arrestor sebagai pengaman pipa dari buckling. Buckle arrestor merupakan cincin yang menyelimuti pipa, sebagai penambah ketebalan dinding (wall thickness) agar propagation buckling tidak terjadi. Perhitungan buckle arrestor tidak dibahas dalam Tugas Akhir ini. Dari perhitungan pada tabel 4.46, dapat disimpulkan bahwa komponen dominan yang memicu terjadinya local buckling akibat kombinasi pembebanan adalah momen lentur statik, dalam arah vertikal atau cross flow. Seluruh pengecekan kriteria ULS untuk kondisi kombinasi instalasi‐ hydrotest‐operasi dan beban dinamik, baik pada arah cross flow maupun in‐line memenuhi kriteria pengecekan, dan tidak terjadi local buckling. Akan tetapi, pada kombinasi instalasi‐hydrotest‐operasi dan beban statik untuk arah staik, pengecekan tidak memenuhi kriteria, maka terjadi local buckling untuk kombinasi pembebanan tersebut. Disimpulkan bahwa terjadinya local buckling akibat momen lentur statik arah vertikal. Beban yang signifikan adalah berat pipa dalam air (submerged weight) sepanjang free span yang terjadi. Oleh karena itu, dengan panjang free span akhir 100 m, local buckling akan terjadi akibat momen lentur statik vertikal yang terjadi akibat berat pipa yang tidak tersupport. Sedangkan, dari perhitungan pada tabel 4.47, dapat disimpulkan bahwa integritas pipa terhadap local buckling akibat excessive Hoop Stress adalah aman. Sedangkan, untuk integritas pipa terhadap local buckling akibat tegangan longitudinal dan tegangan von mises dinyatakan tidak aman untuk kondisi statik pada arah vertikal (cross flow). Sama halnya seperti pengecekan local buckling akibat kombinasi pembebanan, maka pengecekan local buckling konsep ASD terhadap tegangan longitudinal dan tegangan von mises disebabkan oleh besarnya momen lentur statik arah vertikal. Komponen penyebab yang signifikan adalah berat sendiri pipa dalam air, pada panjang free span 100 m. Hal ini menyebabkan terjadi momen lentur yang besar sehingga terjadi tegangan yang besar pula pada penampangnya, sehingga melebihi dari faktor tegangan leleh (SMYS) yang disyaratkan. Dari beberapa kriteria ULS yang tidak lolos pengecekan, perbedaan antara faktor beban dan faktor kapasitas cukup kecil dan dapat diabaikan, sehingga pipa dinyatakan masih layak operasi.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-45
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.5
PERHITUNGAN ANALISIS STRUKTUR PENOPANG FREE SPAN Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa akan dilakukan tindakan span remediation sebagai
tindak lanjut dari kecilnya angka sisa umur fatigue pada pipa dengan panjang free span 201 m. Angka sisa umur fatigue tersebut rawan terhadap resiko kegagalan struktur pipa. Hal ini berbahaya bagi operasional pipa, sehingga PT Perusahaan Gas Negara, Tbk memutuskan untuk memberikan struktur penopang pada free span tersebut berupa struktur rangka baja sederhana. Analisis kekuatan struktur dihitung berdasarkan pembebanan yang akan diterima struktur berupa beban struktural, beban pipa dan beban lingkungan. Analisis dilakukan dengan bantuan software SACS 5.1. Gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan sketsa free span dan struktur penopang.
Gambar 4.11 Struktur support free span pipa dalam keadaan terpasang.
Gambar 4.12 Detail sketsa struktur penopang free span pipa.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-46
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.5.1
PEMBEBANAN STRUKTUR DALAM SACS 5.1 Analisis struktur dilakukan dengan bantuan model elemen hingga SACS 5.1. Struktur
penopang pipa didesain untuk kuat terhadap beban‐beban struktural, lingkungan, dan pipa yang dijelaskan pada tabel 4.48. Tabel 4.48 Beban-beban Pemodelan Analisis Struktur Pada SACS 5.1
Load ID
Deskripsi
Dimensi
1
Berat Sendiri dari struktur
76.5 kN (SACS)
2 3
Beban Arus dan Gelombang perioda ulang 1 tahun Beban Arus dan Gelombang perioda ulang 1 00 tahun
‐‐ ‐‐
4 5
Beban Pipa fase Hydrotest Beban Pipa fase Operasi
1 698.4 kN (Tabel 4.1 0) 786.3 kN (Tabel 4.1 0)
6 7
Beban Anode Beban Grout Bag
1 6 kN 48 kN
Dari beban‐beban tersebut maka dilakukan kombinasi pembebanan sebagai berikut: 9
Kombinasi beban A; terdiri dari load ID 1, 2, 4, 6, 7, untuk kondisi Hydrotest 1‐thn.
9
Kombinasi beban B, terdiri dari load ID 1, 3, 5, 6, 7, untuk kondisi Operasi 100‐thn.
Struktur support span ini terbuat dari baja grade 36 ksi, dengan tipe member tubular, dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 4.49 Detail Member Pada Elemen Struktur Support Free Span Tinggi 9 m.
Label PL 1 ‐ 3 LG 3 ‐ 5 BR 1 ‐ 4 BR 5
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
Outside Dia. OD (cm) 27.31 32.39 21 .91 21 .91
Wall Thickness WT (cm) 1 .270 1 .031 0.81 8 1 .270
4-47
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Gambar 4.13 Member Group Assignment Pada Struktur Support Free Span.
Untuk berat sendiri dari struktur merupakan berat seluruh elemen struktur dalam air (gambar 4.14). Dalam pemodelan SACS, tipe elemen yang dipilih adalah elemen tubular, dan merupakan flooded member. Maksud dari flooded member adalah member tubular yang di bagian dalamnya dianggap terisi air, karena letaknya yang berada di bawah permukaan air. Seluruh elemen dalam struktur penopang free span ini bertipe flooded member. Beban lainnya adalah beban sacrificial anode yang diberikan pada seluruh kaki (leg) utama struktur. Terdapat 8 buah anode, dengan berat masing‐masing 2 kN (Gambar 4.18). Untuk pembebanan lingkungan berupa arus dan gelombang, besarannya diambil dari Tabel 4.5 untuk zona 12. Arah beban lingkungan arus dan gelombang tersebut diberikan arah tegak lurus terhadap bentang pipa. Pengambilan asumsi ini disebabkan struktur dianggap telah menerima gaya yang cukup besar dari arah vertikal, sehingga translasi maupun overturning struktur dalam arah sepanjang pipa dianggap tidak signifikan (gambar 4.15 dan 4.16).
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-48
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Untuk beban pipa, dibagi menjadi dua, yaitu berat pipa saat fase hydrotest dan fase operasi (gambar 4.17). Pemodelan struktur dilakukan untuk perioda beban lingkungan 1 tahun terhadap beban pipa fase hydrotest, dan perioda beban lingkungan 100 tahun terhadap beban pipa fase operasi. Berat pipa tersebut merupakan berat pipa sepanjang free span 201 m. Perhitungan berat mengacu pada Tabel 4.10. Beban lainnya adalah beban grout bag, merupakan geotextile yang berfungsi sebagai bantalan penyalur beban pipa kepada struktur. Dimensi grout bag adalah 2 m (P) x 2 m (L) x 0.75 m (T), dan isi pasir dengan berat jenis 1600 kg/m3. Beban grout bag total sebesar 48 kN (gambar 4.18).
Gambar 4.14 Beban sendiri (self weight) pada model SACS 5.1.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-49
TUGAS AKHIR
BAB 4 STUDI KASUS
Gambar 4.15 Beban lingkungan arus dan gelombang perioda ulang 1 tahun pada model SACS 5.1.
Gambar 4.16 Beban lingkungan arus dan gelombang perioda ulang 100 tahun pada model SACS 5.1.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-50
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Gambar 4.17 Beban pipa fase Hydrotest (kiri) dan fase Operasi (kanan) pada model SACS 5.1.
Gambar 4.18 Beban sacrificial anode (kiri) dan grout bag (kanan) pada model SACS 5.1.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-51
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.5.2
OUTPUT SACS UNTUK KONDISI INPLACE Setelah pembuatan model dan pembebanan selesai, maka program SACS di‐run untuk
mendapatkan output analisis struktur untuk kondisi inplace. Kondisi inplace merupakan kondisi struktur berada pada lokasi dan bekerja menerima beban‐beban operasi. Analisis inplace dilakukan dengan mengacu pada kode API RP2A, dan metoda pengecekan kekuatan member struktur dengan LRFD. Kondisi inplace dibagi menjadi dua fase, yaitu: 9
Pembebanan pipa fase hydrotest dan data lingkungan perioda ulang 1 tahun.
9
Pembebanan pipa fase operasi dan data lingkungan perioda ulang 100 tahun.
Output yang akan ditampilkan disini adalah data base joint reaction, dan tentu saja member unity check. Output ditunjukkan hanya untuk kombinasi beban A dan B saja, dimana merupakan pembebanan‐pembebanan maksimum terhadap struktur. Untuk output selengkapnya diberikan pada lampiran. Tabel 4.50 s/d 4.52 menjabarkan output dari analisis inplace struktur. Tabel 4.50 Output SACS Joint Reaction Pada Perletakan Struktur
JOINT NUMBER 1 01 P 1 1 9P 1 81 P 1 99P
LOAD CASE
FORCE(X)
A B A B A B A B
86.1 84 44.21 7 ‐1 1 5.024 ‐55.428 1 1 6.02 58.02 ‐85.045 ‐41 .323
FORCE(Y)
FORCE(Z)
MOMENT(X)
kN
44.093 22.244 64.58 31 .451 ‐64.771 ‐31 .901 ‐43.894 ‐21 .796
MOMENT(Y)
MOMENT(Z)
kN‐m
394.05 1 96.08 501 .373 243.398 502.877 246.95 392.469 1 92.431
7.407 3.51 6 ‐1 .526 ‐0.728 1 .524 0.73 ‐7.41 4 ‐3.524
‐8.831 ‐3.569 3.51 1 2.23 ‐2.979 ‐0.792 9.456 5.225
‐0.484 ‐0.31 7 ‐0.926 ‐0.528 ‐0.848 ‐0.31 8 ‐0.403 ‐0.098
Struktur support tidak menggunakan pile sebagai fondasinya, yaitu menggunakan footing pada tiap kakinya. Angka pada tabel 4.50 yang berwarna merah merupakan input untuk perhitungan kekuatan daya dukung tanah terhadap struktur. Untuk output member unity check diberikan pada tabel 4.51 dibawah ini.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-52
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.51 Output SACS Member Unity Check Maksimum
GROUP CRITICAL LOAD MAX UNITY ID MEMBER COND CHECK
APPLIED STRESS DIST FROM END AXIAL BEND‐Y BEND‐Z
ALLOWABLE STRESS AXIAL
EULER
N/mm2
m
BEND‐Y BEND‐Z
N/mm2
BR1
301 L‐381 L
4
0.02
0
‐0.59
5.71
1 .74
1 94.73
81 3.50
31 1 .30
31 1 .30
BR2
399L‐581 L
A
0.03
6
0.73
‐1 0.33
1 .87
235.60
308.72
31 1 .30
31 1 .30
BR3
581 L‐501 L
A
0.08
2.7
5.1 1
‐1 3.29
‐1 9.1 1
235.60
535.06
31 1 .30
31 1 .30
BR4
51 9L‐699L
4
0.25
4.5
‐8.25
46.1 9
60.01
1 86.87
546.1 8
31 1 .30
31 1 .30
BR5
601 L‐1 002
A
0.68
0.8
‐1 2.07
21 4.00
‐1 .30
21 0.80
‐‐‐
31 7.63
31 7.63
LG2
299L‐399L
4
0.01
0.5
0.00
2.60
‐0.26
235.60
‐‐‐
309.61
309.61
LG3
399L‐499L
A
0.04
2.7
‐0.1 7
1 0.79
‐3.1 1
21 0.80
228.96
309.61
309.61
LG4
401 L‐501 L
A
0.27
1 .4
‐39.48
28.98
‐9.77
209.75
‐‐‐
309.61
309.61
LG5
501 L‐601 L
A
0.54
4.1
‐39.55‐
1 1 4.60
33.39
201 .58
41 7.24
309.61
309.61
PL1
1 1 9P‐21 9P
A
0.25
0
‐49.90
‐3.71
4.83
21 0.33
‐‐‐
31 4.1 1
31 4.1 1
PL2
281 P‐381 P
A
0.24
0
‐50.01
‐1 .65
0.38
21 0.59
‐‐‐
31 4.1 1
31 4.1 1
PL3
381 P‐481 L
A
0.25
2.7
‐49.76
3.89
0.68
204.94
229.37
31 4.1 1
31 4.1 1
Maka, dari tabel 4.50 diatas, terdapat member unity check yang bernilai maksimum sebesar 0.68 pada member 601L – 1002 (gambar 4.19 dan 4.20). Member lainnya memiliki nilai unity check 0.01 s/d 0.54. Nilai UC dalam range 0.00 s/d 0.75 masih dinyatakan dalam batas aman, mengingat banyaknya member yang mencapai nilai UC tersebut menerima beban kombinasi A, yaitu kombinasi beban untuk kondisi Hydrotest, dan beban lingkungan 1 tahun. Maka dari itu, untuk kombinasi beban B, yaitu kombinasi beban untuk kondisi Operasi adan beban lingkungan 100 tahun, kekuatan inplace struktur dinyatakan aman menurut kriteria UC. Detail output SACS untuk analisis inplace selengkapnya akan disajikan pada lampiran.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-53
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Gambar 4.19 Output member Unity Check pada Row A (kiri) dan Row 1 (kanan).
Gambar 4.20 Output member Unity Check pada dek struktur atas (plan -50.75 m).
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-54
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
4.5.3
ANALISIS DINAMIK SISTEM STRUKTUR SUPPORT DAN FREE SPAN PIPA Analisis dinamik dilakukan pada struktur support dengan ruang lingkup hanya perhitungan
frekuensi natural struktur saja. Analisis frekuensi natural dilakukan dengan bantuan software SACS 5.1 dan SAP2000v10 untuk mendapatkan nilai frekuensi natural untuk tiap mode shape. Penggunaan dua software finite element ini hanya untuk pembuktian dan komparasi hasil perhitungan frekuensi natural saja, tidak untuk kalibrasi. Tabel 4.52 berikut ini ditampilkan output nilai frekuensi natural dari SACS 5.1. Tabel 4.52 Output SACS Frekuensi Natural Struktur Support Untuk Tiap Mode Shape
MODE
FREQ.(CPS)
GEN. MASS
EIGENVALUE
PERIOD(SECS)
1
6.64588
7.93E+00
2.1 5E+09
0.1 50469
2
7.68245
6.1 2E+00
4.29E‐04
0.1 301 67
3
42.22504
7.1 5E‐01
1 .42E‐05
0.023683
4
44.76407
6.67E‐01
1 .26E‐05
0.022339
5
47.48374
5.93E‐01
1 .1 2E‐05
0.021 060
6 7
49.81 526
5.45E‐01
1 .02E‐05
0.020074
80.71 457
3.1 7E+00
3.89E‐06
0.01 2389
Dan berikut ini ditampilkan model struktur pada SAP2000 pada gambar4.21.
Gambar 4.21 Model struktur support pada SAP2000v10.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-55
BAB 4 STUDI KASUS
TUGAS AKHIR
Tabel 4.53 berikut ini menunjukkan output frekuensi natural struktur support dari SAP2000v10. Tabel 4.53 Output SAP2000 Frekuensi Natural Struktur Support Untuk Tiap Mode Shape
TABLE: Modal Periods And Frequencies OutputCase StepType StepNum Period Text Text Unitless Sec MODAL Mode 1 0.07051 MODAL Mode 2 0.06266 MODAL Mode 3 0.06258 MODAL Mode 4 0.04585 MODAL Mode 5 0.02922 MODAL Mode 6 0.02460 MODAL Mode 7 0.01 91 9 MODAL Mode 8 0.01 81 8 MODAL Mode 9 0.01 71 6 MODAL Mode 1 0 0.01 528 MODAL Mode 1 1 0.01 421 MODAL Mode 1 2 0.01 1 27
Frequency Cyc/sec 1 4.1 82 1 5.958 1 5.980 21 .808 34.220 40.648 52.1 25 55.01 5 58.271 65.458 70.366 88.763
CircFreq rad/sec 89.1 09 1 00.270 1 00.41 0 1 37.020 21 5.01 0 255.400 327.51 0 345.670 366.1 30 41 1 .290 442.1 20 557.720
Eigenvalue rad2/sec2 7940 1 0054 1 0082 1 8776 46229 65228 1 07260 1 1 9490 1 34050 1 691 60 1 95470 31 1 050
Maka, dari kedua hasil output software finite element SACS 5.1 dan SAP2000v10, maka nilai frekuensi natural dapat ditentukan untuk digunakan sebagai input perhitungan selanjutnya. Pemilihan nilai frekuensi natural mengacu pada kode API RP2A untuk Offshore Structure yang menyatakan bahwa dari hasil pemodelan struktur diambil nilai perioda natural struktur yang terbesar dalam range antara 0.0 – 3.0 detik. Dalam perioda ini struktur dianggap memiliki ketegaran/kekakuan yang cukup. Jika struktur memiliki perioda lebih dari 3.0 detik maka dianggap struktur tersebut terlalu elastis. Maka, nilai frekuensi natural struktur adalah 6.64 Hz dengan perioda natural struktur 0.15 detik. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai frekuensi natural free span pipa untuk mengetahui apakah terjadi interaksi dinamik diantara keduanya. Nilai frekuensi natural free span pipa berada pada range 0.059 Hz sampai dengan 0.1689 Hz, baik untuk respon arah in‐line maupun cross flow. Nilai frekuensi natural struktur adalah 6.64 Hz. Maka dari itu, dengan perbedaan frekuensi yang cukup jauh, 6.64 Hz dan 0.1689 Hz, maka diasumsikan tidak akan terjadi interaksi dinamik berupa resonansi antara beban utama struktur (pipa dan lingkungan) dan struktur itu sendiri. Disimpulkan bahwa free span pipa dan struktur akan aman terhadap keruntuhan akibat resonansi yang menyebabkan fatigue. Oleh karena itu, dengan perioda struktur 0.15 detik, maka struktur dianggap cukup kaku, dan perhitungan analisis fatigue tidak diperlukan.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT PIPA TRANSMISI SSWJ-II PT PGN,Tbk
4-56