Kata Sambutan
Saya menyambut gembira dan mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang atas telah diterbitkannya buku “Memimpin Operasi Tanggap Darurat Dalam Bencana Alam Skala Besar“. Kejadian gempabumi di Jepang Timur pada Maret 2011 dapat dijadikan pembelajaran dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia. Bencana gempa bumi tahun 2011 di Jepang telah menggemparkan penduduk Jepang bagian timur dan penduduk dunia. Peristiwa ini merupakan salah satu bencana paling besar yang pernah terjadi di Jepang dalam perspektif jumlah korban, kerusakan dan kerugiannya. Pemerintah Jepang telah berupaya sangat keras dalam mengantisipasi peristiwa ini, meskipun bencana yang terjadi masih jauh melampaui skenario yang direncanakan. Bencana selalu unik dan memiliki ketidakpastian yang tinggi. Salah satu ujung tombak dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat gempa di Jepang Timur 2011 adalah Dinas MLIT Tohoku Jepang dan Pasukan Bela Diri Jepang. Lembaga ini yang berinisiatif untuk melakukan evaluasi penanganan darurat bencana skala besar dan menjadikan dokumen ini sebagai referensi untuk penanganan bencana yang lebih baik. Upaya seperti ini perlu dicontoh dan dijadikan standar untuk perbaikan sistem penanggulangan bencana di Indonesia. Jepang telah membuktikan bagaimana kesiapannya dalam dan latihan serata menghadapi bencana. Prosedur, rutin telah membentuk sikap pemerintah, dunia usaha, masyarakat dalam menghadapi bencana. Pemerintah daerah di Jepang memiliki gudang logistik dan peralatan yang lengkap sehingga ketika terjadi bencana, barang-barang tersebut dapat langsung didistribusikan tanpa menunggu perintah dari pemerintah pusat. Pemerintah mendirikan pusat penanganan bencana di tiap daerah yang menyediakan fasilitas belajar tentang bencana dan simulasi gempa.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana memandang perlu buku ini sebagai referensi upaya penanganan bencana khususnya untuk meningkatkan kesiapsiagaan di Indonesia dalam mewujudkan Masyarakat Tangguh menghadapi bencana.
2 Oktober 2015
B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB
Kata Sambutan
Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan karakteristik dalam menghadapi bencana alam. Kedua negara terletak di Sabuk (Cincin Api) di mana aktivitas seismik dan vulkanik seringkali terjadi hingga menyebabkan tingginya frekuensi gempa dan erupsi gunung berapi. Jepang telah lama melakukan berbagai upaya signi kan bagi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan peningkatan kapabilitas sosial dan nasional dalam menghadapi bencana alam dan mengurangi kerentanan terhadap bencana. Namun bencana alam masih menjadi ancaman yang menakutkan di abad ke-21, seperti yang terjadi pada Gempa Besar Jepang Timur di tahun 2011.
Atas nama JICA, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk segala upaya yang telah dilakukan bersama JICA, dan saya berharap kerjasama program-program PRB dapat kembali dilakukan di masa depan. Akhir kata, saya ingin menyampaikan penghargaan saya atas upaya Mr. Takafumi Shinya (penasihat kebijakan penanggulangan bencana di BNPB) yang telah membuat buku ini dalam versi Bahasa Indonesia, dan saya yakin melalui buku ini, beliau akan memberikan kontribusi yang penting bagi pengembangan kapabilitas BNPB. 28 September 2015
Japan International Cooperation Agency ( JICA) telah berperan aktif dalam kerjasama PRB pada tingkat global dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi Jepang yang berasal dari akumulasi pengalaman dan pembelajaran dari bencana-bencana yang pernah terjadi. Di Indonesia, JICA telah memberikan bantuan untuk memformulasikan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana, menyediakan pinjaman program sektor PRB, dan menugaskan penasihat kebijakan untuk penanggulangan bencana yang komprehensif di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak tahun 2010. Untuk memperkuat kemampuan penanggulangan bencana di tingkat lokal dan nasional, JICA mengimplementasikan proyek 4 tahun untuk peningkatan kapasitas penanggulangan bencana di BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang akan selesai tahun ini. Saya sangat merasa bangga untuk mempersembahkan buku berharga ini, yang telah disusun sedemikian rupa berdasarkan pengalaman nyata dan pembelajaran dari bencana besar di Jepang. Saya yakin bahwa buku ini mengandung pengetahuan dan implikasi yang bermanfaat bagi kegiatan penanggulangan bencana, terutama bagi pemerintah Indonesia.
Naoki Ando Chief Representative, JICA Indonesia Office
Kita telah melakukan persiapan semaksimal mungkin. Tapi segala persiapan itu ternyata belum cukup...
...Pertama-tama kita harus siap, lalu berbuat lebih dari persiapan itu.
Pendahuluan
Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 14.46, gempa bumi dahsyat berkekuatan M 9,0 terjadi di lepas pantai sekitar 130 km timur Jepang. Bencana yang dikenal sebagai Gempa Bumi Besar Jepang Timur ini memaksa Dinas Daerah Tohoku untuk mengambil langkah-langkah tanggap bencana yang jauh melampaui pengalamannya. Dinas Daerah Tohoku harus berpacu dengan waktu untuk melakukan banyak hal sekaligus, mulai dari pekerjaan membuka akses jalan yang terputus, pekerjaan pembuangan air darurat yang mencakup area luas, penyediaan perangkat komunikasi satelit kepada pemerintah daerah, pemberangkatan petugas penghubung (liaison officer), hingga penyediaan bahan bakar dan peti mati. Bagi Dinas Daerah Tohoku, operasi tanggap darurat bencana kali ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka beroperasi di luar standar yang telah ditetapkan. Sejauh ini memang telah banyak terdapat catatan dan kumpulan pengetahuan tentang Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Namun, Dinas Daerah Tohoku sebagai instansi yang telah menjalani langsung operasi tanggap bencana berskala masif merasakan adanya kewajiban menyusun panduan mendetail sebagai standar tindakan yang diambil oleh para pejabat senior di berbagai level di dinas-dinas daerah lain. Pasalnya, dinasdinas daerah tersebut diperkirakan akan menghadapi gempa bumi dangkal Tokyo, gempa bumi Tokai, gempa bumi Tonankai, dan gempa bumi Nankai. Berpijak pada pemikiran di atas, kami menyusun buku ini dengan maksud menyajikan tiga gagasan berikut:
1. Menjadikan pengetahuan empiris yang hanya diketahui oleh mereka yang mengalami Gempa Bumi Besar Jepang Timur sebagai milik bersama pihak-pihak yang terkait. 2. Menjadikan buku ini sebagai pedoman untuk melewati satu minggu pertama yang menuntut berbagai keputusan penting dan mendesak tanpa adanya skenario hingga upaya pemulihan dan rekonstruksi berada pada jalurnya sesuai Rencana Operasi Mitigasi Bencana. 3. Menyusun panduan untuk dipelajari oleh para pejabat pemberi komando di berbagai level di dinas daerah dalam menghadapi bencana berskala raksasa yang diperkirakan akan terjadi, yakni gempa bumi dangkal Tokyo, gempa bumi Tokai, gempa bumi Tonankai, dan gempa bumi Nankai. Selain mengutamakan penulisan pengalaman empiris, buku ini juga mencantumkan upaya yang dipandang kurang maksimal serta
berbagai permasalahan dengan sudut pandang berbeda. Meskipun masih terdapat beberapa bagian dengan analisis yang kurang matang, kami harap pembaca bisa memakluminya. Kami menyusun buku ini pada awalnya sebagai dokumen internal dinas daerah tanpa niat mempublikasikannya untuk umum.
Setiap bagian terdiri atas empat elemen. Pertama, pernyataan yang tertulis di dalam boks merupakan poin penting bagian tersebut. Dengan membaca boks tersebut, kami harap Anda bisa memahami esensi dari bagian yang bersangkutan. Penjelasan dapat dibaca untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Lebih lanjut, Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur memuat pengalaman mendetail kami sehingga memungkinkan pembaca untuk mengalami secara pribadi upaya tanggap bencana yang dilaksanakan oleh Dinas Daerah Tohoku. Terakhir, Poin Perbaikan mencantumkan refleksi kami serta kiat untuk operasi tanggap bencana di masa depan. Kami harap hikmah dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur ini dapat dimanfaatkan dan berkontribusi bagi peningkatan keselamatan di Jepang, negeri penuh bencana ini.
11 Maret 2013 Dinas Daerah Tohoku Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata
Daftar Singkatan JDREA JICA JMA JSDF JTF Ku-SAT LO MLIT NEXCO NHK NPO NTT PHS PLTN TEC-FORCE USFJ
Japan Dredging and Reclamation Engineering Association Japan International Cooperation Agency Japan Meteorological Agency Japan Self-Defense Forces Joint Task Force Kensetsu Universal Small Aperture Terminal Liaison Officer Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism East Nippon Expressway Company Limited Nippon Housou Kyoukai (Japan Broadcasting Corporation) Non-Profit Organization Nippon Telegraph and Telephone Corporation Personal Handyphone System Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Technical Emergency Control Force United States Forces Japan
Daftar Isi
Butir 3. Drainase Darurat———98
Bagian 4. Dukungan Daerah——107
Bab 1 Tugas Dinas Daerah—4
Bagian 1. Tugas Dinas Daerah dalam Bencana——5
Bagian 2. Tugas Pejabat Pemberi Komando di Berbagai Tingkat——9
Bab 2 Dalam 1 Jam Bencana—12
Bagian 2. Menyusun Kerangka Kerja Tanggap Bencana Awal——16
Butir 1. Penyusunan Organisasi Awal dari Personel yang ada———16 Butir 2. Kembalinya Pejabat Senior yang Absen———19
Butir 3. Penyamaan pemahaman antara semua staf———21 Butir 4. Markas Besar Tanggap Bencana———23
Bagian 3. Instruksi Awal——27
Butir 1. Pengumpulan Informasi (Kerangka Kerja)———27
Butir 2. Pengumpulan Informasi (Fasilitas Operasional dan Manajemen)———29 Butir 3. Pemanfaatan Helikopter Tanggap Bencana———31 Butir 4. Persiapan Informasi Untuk Masyarakat———38
Butir 5. Pengiriman Petugas Penghubung ke Prefektur dan Pasukan Bela Diri Jepang———40 Butir 6. Pencatatan dan Dokumentasi———42
Bab 3 Satu Hari Seusai Bencana—46
Bagian 1. Langkah yang Harus Ditempuh Pada Hari Terjadinya Bencana——47
Bagian 2. Persiapan untuk Membuka Jalan Bagi Aktivitas Penyelamatan——50 Butir 1. Persiapan untuk Membuka Jalan———50
Butir 2. Persiapan untuk Membuka Jalan Laut———53
Butir 3. Pengaturan terkait Perusahaan Konstruksi dan Mesin———56
Bagian 3. Persiapan untuk Bantuan Regional——59
Butir 1. Persiapan Mengirim Petugas Penghubung ke Pemerintah Daerah———59 Butir 2. Perlindungan Terhadap Pengungsi———63
Bab 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)—66
Bagian 1. Langkah-langkah yang Harus Diambil Seminggu Seusai Gempa——67
Bagian 2. Kerangka Tanggap Darurat Bencana——73
Butir 2. Perluasan Kerangka Kerja Tanggap Darurat———78
Butir 1. Pengiriman Petugas Penghubung (Pemerintah Kota)———107
Butir 2. Pengerahan Kendaraan dan Perlengkapan Tanggap Bencana———113 Butir 3. Pengadaan Perlengkapan———119
Bagian 5. Penanggulangan Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir——125
Bab 5 Dalam 1 Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)—130 Bagian 1. Dukungan Logistik dalam 1 Minggu Setelah Bencana——131
Bagian 2. Logistik——134
Butir 1. Mengamankan Komunikasi———134
Butir 2. Membantu Staf dan Keluarga Mereka———139
Butir 3. Transportasi untuk Logistik dan Personel———144 Butir 4. Mengamankan Makanan———148
Butir 5. Mengamankan Bahan Bakar———151
Bagian 3. Menyalurkan Informasi——157
Butir 1. Mengatur Siaran Pers dan Wawancara———157
Butir 2. Mengakomodasi Delegasi Misi Observasi Domestik dan Asing———160 Butir 3. Pemakaian Internet———164
Bagian 4. Bekerja dengan Instansi Terkait——167
Butir 1. Bekerja dengan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF)———167 Butir 2. Bekerja dengan Penjaga Pantai Jepang———170
Butir 3. Bekerja sama dengan Industri Konstruksi———172
Bagian 5. Persiapan agar Pulih dengan Segera——175
Butir 1. Penghentian Sementara Pekerjaan Konstruksi Normal———175 Butir 2. Kontrak Tanpa Tender Darurat———177
Bab 6 Pertimbangan Tambahan—180
Bagian 1. Penghargaan untuk Orang yang Berjasa——181
Bagian 2. Penurunan Skala Kerangka Kerja Tanggap Darurat Bencana——185 Kesimpulan——189
Bahan Referensi—192
Butir 3. Penerjunan TEC-FORCE———81
Bagian 3. Membuka Jalan bagi AksiPenyelamatan——86 Butir 1. Persiapan untuk Membuka Jalan———86 Butir 2. Pembukaan Kembali Jalur Air———95
1
2
Bab 1 Tugas Dinas Daerah
1 | 1
BAB 1 Tugas Dinas Daerah
1-1 Tugas Dinas Daerah dalam Bencana
Bagian 1. Tugas Dinas Daerah dalam Bencana Untuk bencana berskala besar yang melanda beberapa daerah melampaui batas prefektur, Dinas Daerah MLIT bersama dengan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) harus dipertimbangkan sebagai dua lembaga utama yang menangani bencana. Hal ini dikarenakan Dinas Daerah memiliki pengetahuan yang mencakup beberapa daerah dan langkah-langkah penanggulangan bencana, perlengkapan yang memadai, dan teknologi. Dalam bencana yang berskala lebih kecil, Dinas Daerah biasanya berperan penting dalam upaya pemulihan. Namun, dalam bencana yang lebih besar, Dinas Daerah harus memainkan peran vital dalam penyelamatan korban dalam tahap tanggap darurat. Misalnya, Dinas Daerahlah yang membuka jalan guna memberikan akses kepada Pasukan Bela Diri Jepang dan tim medis darurat untuk memasuki wilayah terdampak bencana.
2.
3.
Ingatlah bahwa penundaan dalam upaya tanggap darurat oleh Dinas Daerah bisa memicu penundaan dalam upaya penyelamatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, Dinas Daerah memikul tanggung jawab yang besar untuk mengambil langkah tanggap darurat sesegera mungkin.
Penjelasan 1.
Dinas Daerah MLIT memiliki kapasitas yang kuat dan unik dalam manajemen tanggap bencana sebagai berikut: (1) Sistem dukungan daerah (=blok) lintas prefektur1 sehingga memungkinkan koordinasi bercakupan luas dalam kondisi darurat. (2) Kemampuan nasional untuk mengerahkan personel dan peralatan dari Dinas Daerah di seluruh Jepang dengan standar yang sama dan rantai komando terpusat apabila diperlukan. (3) Kemampuan lapangan dengan staf yang terlatih dalam pengurangan risiko bencana dan dapat memobilisasi peralatan dan personel yang dibutuhkan dengan adanya perjanjian kerjasama dengan perusahaan konstruksi setempat. (4) Kantor regional dan kantor cabang daerah yang berlokasi di wilayah bencana sehingga telah memiliki sistem tanggap cepat. (5) Kemampuan untuk menangani secara komprehensif melalui koordinasi dengan unit lain di dalam MLIT, termasuk Badan Informasi Geospasial Jepang, Dinas Transportasi, Penjaga Pantai Jepang, dan lembaga penelitian mandiri.
1 Prefektur di sistem Jepang digunakan untuk menterjemahkan wilayah administrasi, yang kurang lebih seperti sebuah negara bagian atau provinsi
5
(6) Kelompok tenaga profesional bencana terlatih dan berpengalaman yang terorganisasi—dikenal sebagai TEC-FORCE (Technical Emergency Control Force/Pasukan Kendali Darurat Teknis)—yang telah dikerahkan dalam bencana skala besar di masa lampau. (7) Peralatan tanggap bencana yang memadai, termasuk jaringan komunikasi independen dan peralatan tanggap bencana.
Meskipun Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF), polisi, dan Dinas Pemadam Kebakaran memainkan peran penting dalam tanggap bencana, tugas utama mereka terfokus pada evakuasi dan penyelamatan. Berbeda dengan peran berbagai institusi tersebut, peran utama Dinas Daerah terfokus pada proses pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi). Dalam bencana berskala besar, jalan yang bisa dilalui JSDF dan tim medis darurat untuk menuju wilayah bencana sering terhambat atau terputus. Dengan pengetahuan, teknologi, dan peralatan yang dimilikinya, Dinas Daerah bisa membuka jalan tanpa menimbulkan risiko baru. Oleh karena itu, Dinas Daerah juga memainkan peran penting dalam tahap penyelamatan korban. Dinas Daerah harus menjadi tulang punggung dalam tahap awal tanggap bencana, terutama dalam memastikan akses jalan dan mendukung daerah tersebut dari segi penyediaan peralatan komunikasi, personel, bahan bantuan, dan lain-lain.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Dinas Daerah Tohoku memiliki wilayah kerja yang meliputi 6 (enam) prefektur di timur laut Jepang. Dinas Daerah ini memiliki fasilitas dan perlengkapan berikut, dan mampu menyelenggarakan operasi tanggap darurat bencana di seluruh wilayah tersebut meskipun listrik, gas, air, dan sambungan telepon terputus. (1) Selain kantor pusat regional di Sendai, juga terdapat 41 kantor regional dan 97 kantor cabang lokal di daerah tersebut (terhitung per tanggal terjadinya Gempa Bumi Besar Jepang Timur). (2) Seluruh fasilitas tersebut dilengkapi dengan generator listrik darurat. (3) Sistem komunikasi radio multipleks MLIT (untuk selanjutnya disebut ‘sistem komunikasi radio gelombang mikro’) menghubungkan 38 dari 41 kantor regional dan seluruh 97 kantor cabang lokal. (4) Sistem pengawasan dengan 1880 kamera dan komunikasi serat optik. (5) Terdapat 292 personel TEC-FORCE. (6) Terdapat 110 unit kendaraan tanggap bencana dengan peralatan khusus (kendaraan komunikasi satelit, kendaraan pompa drainase, dll.).
6
1 | 1
1 | 1
BAB 1 Tugas Dinas Daerah
Bencana
2.
3.
4.
1-1 Tugas Dinas Daerah dalam Bencana
Tanggap Awal
- Membuka rute akses - Dukungan daerah
Pemulihan
- Pemulihan Darurat - Pemulihan penuh
Rekonstruksi
Gambar: Alur tanggap bencana dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur
Kantor pusat Dinas Daerah memiliki perlengkapan sebagai berikut, dan juga dapat memberikan instruksi seraya menjalin komunikasi dengan MLIT meskipun tanpa adanya listrik, gas, air, dan sambungan telepon biasa.
5.
masalah atau kelalaian operasi. Persiapan semacam ini telah memfasilitasi kerja sama dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur (lihat Bab 5, Bagian 4, Butir 1, disingkat Bagian 5-4-1). Perlu diperhatikan bahwa Dinas Daerah Tohoku memiliki perjanjian kerja sama dalam bencana dengan perusahaan konstruksi setempat. Karena adanya pelatihan berkesinambungan, mereka mampu mengambil tindakan cepat saat Gempa Bumi Besar Jepang Timur terjadi (lihat Bagian 5-4-3).
(1) Ruang Operasi Bencana seluas 200 m2 yang menampung sekitar 100 staf untuk Kantor Pusat Tanggap Bencana. (2) Generator listrik darurat dengan kapasitas maksimal (minyak berat, Kategori A) 45 ribu liter. Generator ini dapat dioperasikan dengan daya maksimal selama 88 jam. (3) Persediaan makanan dan air untuk 3 hari. (4) Tangki air buangan untuk toilet, yang dihubungkan dengan air tanah dalam hal ketiadaan pasokan air (air buangan yang cukup untuk 6 hari). (5) Satu stasiun bumi untuk peralatan komunikasi satelit, satu stasiun portabel, perlengkapan Ku-SAT (pencitraan satelit Kensetsu Universal Small Aperture Terminal), 1 stasiun tetap, dan 12 telepon seluler satelit. (6) Satu sistem telekonferensi (untuk komunikasi dengan MLIT dan Dinas Daerah lain, dan juga untuk penyiaran nasional). (7) Satu helikopter tanggap bencana, Michinoku. Juga terdapat 12 base station untuk sistem transmisi video helikopter ‘heli-tele’ yang mampu menayangkan gambar dari hampir seluruh wilayah Tohoku. Michinoku adalah salah satu helikopter terbesar di Jepang dengan kapasitas 20 orang (16 penumpang). Michinoku dilengkapi dengan kamera televisi dan kamera infra merah, dan juga dapat digunakan untuk mengangkut tim survei pemerintah.
Pengalaman bencana pada tahun 2011 mengajarkan bahwa Dinas Daerah dan JSDF merupakan dua institusi kunci yang melindungi Jepang dari bencana alam. Bahkan pada wilayah seluas Tohoku dan Kanto, Dinas Daerah Tohoku dan JSDF mampu memastikan komunikasi dan mendukung rantai komando; dan mampu memobilisasi ribuan personel dan kendaraan (termasuk Michinoku dan kendaraan tanggap bencana), dan mampu mengerahkan backhoe dan mesin berat lainnya untuk tanggap bencana. Saat bekerja dengan JSDF, penting untuk mendefinisikan secara jelas pembagian peran antara organisasi-organisasi yang terlibat. Persiapan, termasuk perjanjian dan pelatihan sebelum bencana, dapat mencegah 7
Gambar: Lokasi kantor regional dalam yurisdiksi Dinas Daerah Tohoku (per Maret 2011)
8
1 | 1
1 | 2
BAB 1 Tugas Dinas Daerah
1-1 Tugas Pejabat Pemberi Komando di Berbagai Tingkat
Berikut ini adalah beberapa contoh keputusan yang diambil dengan sigap dan tepat oleh pejabat pemberi komando dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur. 1. Saat terjadinya gempa bumi dua hari sebelumnya, tepatnya dalam gempa bumi berskala M 7,2 di lepas pantai Sanriku pada 9 Maret 2011 pukul 11.45, tercatat intensitas tertinggi di Tohoku berskala 5 kurang. Dalam kesempatan
itu, Direktur Kantor Cabang Lokal Miyako (Kantor Jalan Raya Nasional Sanriku) memutuskan untuk memeriksa prosedur gempa bumi berskala besar untuk kawasan tersebut. Prosedur tersebut diuji esok harinya, 10 Maret 2011, dengan mengumpulkan beberapa perusahaan rekanan. Langkah tersebut menjadi semacam gladi resik yang tak terduga untuk gempa dahsyat 11 Maret sehingga Kantor Cabang Lokal Miyako bisa segera mengatasi terputusnya komunikasi dan bertindak cepat saat bencana. 2. Pada 11 Maret 2011, tak lama seusai memasuki Ruang Tanggap Bencana, Kepala Divisi Tanggap Darurat Bencana menyarankan Direktur Jenderal agar helikopter Michinoku dikerahkan hanya dengan pilot, tanpa didampingi staf Dinas Daerah (seperti dalam panduan tanggap bencana resmi). Helikopter tersebut lepas landas dari bandara Sendai pada pukul 15.23 atau 37 menit setelah gempa. Setelah itu bandara tenggelam oleh tsunami. Jika keputusan untuk menerbangkan helikopter tidak diambil segera, helikopter itu akan hancur dan menghambat kemampuan Dinas Daerah Tohoku untuk melakukan survei pada wilayah bencana yang lebih luas. 3. Menanggapi permintaan dari Kota Yamada dan Kota Kamaishi, Direktur Kantor Jalan Tol Nasional Sanriku mengambil keputusan untuk segera menyingkirkan pagar pembatas di beberapa titik jalan tol di Jalan Pantai Sanriku. Meski bertentangan dengan prosedur biasanya, keputusan penyingkiran pagar-pagar pembatas tersebut memberikan akses kepada kendaraan dan orang-orang untuk bebas keluar masuk jalan tol. Hal ini sangat penting bagi upaya evakuasi dan penyelamatan di kawasan yang aksesnya terputus. Keputusan sigap ini menjamin ketersediaan akses di Kota Yamada, Kota Kamaishi, dan sekitarnya. 4. Untuk melakukan perbaikan darurat pada jalan-jalan yang rusak akibat gempa, Direktur Kantor Cabang Lokal Morioka serta kantor-kantor lainnya masing-masing menghubungi perusahaan konstruksi dan perusahaan material untuk pengadaan kantung pasir besar, aspal campuran dingin siap pakai (cold-mix), dan material lainnya. 5. Direktur Kantor Cabang Lokal Sungai Iino (dari Kantor Sungai Kitakamikaryu) mengambil keputusan dengan segera untuk melakukan perbaikan darurat atas tanggul jebol di Sungai Kitakami di Kota Ishinomaki (Distrik Kamaya). Karena tanggul ini juga berfungsi sebagai jalan, perbaikan yang dilakukan dengan sigap ini telah memfasilitasi aktivitas penyelamatan di desa-desa yang terisolasi oleh rusaknya tanggul. Dari uraian di atas, banyak langkah tepat dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur dilaksanakan melalui keputusan pejabat pada berbagai tingkat komando. Keputusan-keputusan tersebut dapat diambil berkat persiapan dan kajian mendalam yang rutin dilakukan.
9
10
Bagian 2. Tugas Pejabat Pemberi Komando di Berbagai Tingkat
Bencana alam merupakan pertarungan yang detik demi detiknya sungguh berharga. Pejabat pemberi komando di berbagai tingkat Dinas Daerah harus senantiasa mengingat peran vital yang mereka emban. Mereka harus mengambil keputusan cepat dengan memanfaatkan pengalaman bencana di masa lalu, penelitian dalam penanggulangan bencana, latihan yang dilakukan dalam keseharian, kemampuan teknis, dan pengetahuan serta kepekaan kemanusiaan mereka sendiri. Di bawah kondisi normal, kantor pemerintah biasanya mengambil keputusan mereka melalui proses musyawarah, dari bawah ke atas. Namun, sistem ini harus segera diubah dalam situasi darurat, yakni kewenangan untuk membuat keputusan berada di tangan pejabat pemberi komando.
Terdapat perbedaan antara pengambilan keputusan dengan pertimbangan dan pengambilan keputusan sendiri. Justru dalam situasi darurat, pejabat pemberi komando harus tetap menjalin komunikasi secara erat dengan pejabat yang lebih tinggi posisinya. Para pejabat harus lebih peka terhadap informasi yang datang dari level di bawahnya, dan harus membagikan informasi tersebut melalui laporan, komunikasi, dan konsultasi.
Penjelasan 1.
2.
Yang dimaksud ‘pejabat pemberi komando’ di dalam buku ini tidak hanya terbatas pejabat tinggi seperti Direktur Jenderal Dinas Daerah, direktur kantor daerah, direktur kantor cabang daerah, atau pejabat senior masingmasing departemen atau divisi, melainkan mengacu kepada seluruh staf yang memiliki kewenangan memberikan instruksi di wilayah bencana. Seluruh staf harus paham peran mereka dalam bencana sebelum terjadinya bencana dan melakukan segala persiapan untuk menghadapi bencana dengan tenang. Kurangnya pendidikan akan menimbulkan keragu-raguan, ketidaktegasan dalam pengambilan keputusan akan menimbulkan kelalaian bertindak, dan buruknya komunikasi akan menimbulkan kebingungan.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur
1 | 2
Bab 2 Dalam 1 Jam Bencana
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-1 Langkah yang harus ditempuh dalam 1 Jam Seusai Gempa
Bagian 1. Langkah yang Harus Ditempuh dalam 1 Jam Seusai Gempa
2 | 1
Gempa bumi dan tsunami bisa terjadi kapan saja hampir tanpa pertanda sebelumnya. Karakteristiknya yang berbeda dengan erupsi gunung berapi, banjir—bencana yang dapat diprediksi hingga taraf tertentu—membuat instansi pemerintah terkait harus selalu siap siaga akan kedatangannya. Karena itulah bencana yang terjadi secara tiba-tiba memerlukan pembentukan sistem tanggap darurat bencana dari personel yang ada dalam 1 jam pertama. Begitu personel terkumpul, instruksi harus dikeluarkan secara sistematis dan komprehensif.
Setelah 1 jam pertama tersebut, unit terdepan akan mulai bergerak dan informasi mulai mengalir masuk dari berbagai sumber. Hal ini akan menyisakan sedikit ruang bagi si pemberi instruksi untuk bisa berpikir secara sistematis dan mengeluarkan instruksi secepatnya. Dengan kata lain, 1 jam pertama harus dimanfaatkan untuk membentuk sistem tanggap darurat bencana dan mengeluarkan instruksi demi instruksi yang diperlukan secepat mungkin. Penjelasan 1.
2.
3.
Periode awal tanggap darurat bencana dapat berubah tergantung pada faktor-faktor seperti skala bencana dan waktu terjadinya bencana. Apabila pengumpulan personel dapat berlangsung dengan lancar setelah bencana (misalnya apabila bencana terjadi saat jam kerja), jangka waktu 1 jam tampaknya akan cukup. Butir-butir di bawah ini terdapat pada pembuatan kerangka kerja tanggap bencana awal: (1) Penyusunan organisasi awal dari personel yang ada (2-2-1) (2) Kembalinya pejabat senior yang absen (2-2-2) (3) Penyamaan kesadaran antara semua staf (2-2-3) (4) Markas Besar Tanggap Bencana (2-2-4) Butir-butir di bawah ini terkait dengan instruksi awal: (1) Pengumpulan informasi (kerangka kerja) (2-3-1) (2) Pengumpulan informasi (fasilitas operasional dan manajemen) (2-3-2) (3) Pemanfaatan helikopter tanggap bencana (2-3-3) (4) Penyiapan informasi untuk masyarakat (2-3-4) (5) Pengiriman petugas penghubung (liaison officer/LO) ke prefektur dan Pasukan Bela Diri Jepang (2-3-5) (6) Pencatatan dan Dokumentasi (2-3-6) 13
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
3.
2 hari sebelum terjadinya gempa bumi pada 11 Maret 2011, yaitu pada 9 Maret 2011, terjadi gempa bumi berkekuatan 7,2 M pada pukul 11.45 di lepas pantai Sanriku. Tercatat intensitasnya berskala 5 kurang. Hal ini sebenarnya merupakan pertanda datangnya gempa bumi yang lebih besar. Namun, tidak ada seorang pun—termasuk pakar gempa—yang memberikan peringatan akan hal itu. Gempa Bumi Besar Jepang Timur merupakan sesuatu yang mengejutkan semua pihak. Bangunan Dinas Daerah Tohoku saat itu berusia 56 tahun dan perlu direnovasi. Bangunan tersebut mengalami kerusakan cukup parah dalam gempa bumi tersebut, tetapi tidak ada staf Dinas Daerah Tohoku yang terluka atau meninggal. Ini berkat sistem peringatan dini Dinas Daerah Tohoku yang memungkinkan staf untuk menghindari benda berbahaya yang berpotensi roboh, seperti lemari besar, tepat sebelum gempa mengguncang. Gempa Bumi Besar Jepang Timur terjadi pada jam kerja, ketika para staf dan manajemen senior tanggap darurat bencana tengah berada di tempat kerjanya masing-masing. Hal ini memungkinkan Direktur-Jenderal Ruang Operasi Bencana Dinas Daerah Tohoku untuk mengeluarkan instruksi sistematis pada pukul 15.15, sekitar 30 menit setelah terjadinya gempa bumi. Instruksi untuk mengerahkan helikopter Michinoku (lihat 2-3-3) dan menugaskan petugas penghubung (LO) ke Aomori, Iwate, Miyagi, dan Fukushima (lihat 2-3-5) juga telah dikeluarkan sebelumnya secara terpisah dalam setengah jam tersebut. Di luar itu, masing-masing kantor cabang lokal otomatis mulai melakukan inspeksi atas fasilitas operasional dan manajemen mereka, sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana.
Gambar: Gedung Dinas Daerah Tohoku (Futsukamachi, Sendai)
14
2 | 1
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-2-1 Penyusunan Organisasi Awal dari Personel yang ada
Poin Perbaikan 1.
2 | 1
2.
Guncangan gempa mengakibatkan kerusakan yang cukup parah atas ruang kerja di Dinas Daerah Tohoku sehingga tidaklah mengherankan apabila ada korban cedera. Namun kerusakan di ruang manajemen senior cukup minimal karena tidak banyak benda berat seperti lemari besar dan printer. Ketiadaan korban luka membuat tidak perlunya perintah dalam instruksi awal untuk mengumpulkan informasi mengenai korban luka-luka atau mengobati staf yang cedera. Selain itu, dari 500 staf di Dinas Daerah Tohoku, sekitar 100 staf dapat dikumpulkan di Ruang Operasi Bencana dalam 10 menit setelah terjadinya gempa. Pegawai lain yang kantornya mengalami kerusakan yang lebih parah sementara evakuasi keluar dari bangunannya. Bangunan Ruang Operasi Bencana memang telah diperkuat ketahanan gempanya dan bangunan kantor pejabat senior tidak mengalami kerusakan yang berarti. Tidak adanya korban cedera parah atau meninggal merupakan hal yang patut disyukuri sehingga pejabat senior cukup mengeluarkan instruksi pengumpulan informasi dan tanggap bencana secara umum. Namun, apabila terdapat cedera parah, respon pejabat senior mungkin tidak memadai atau sudah terlambat. Oleh karena itu, 6 butir instruksi awal yang telah diuraikan di atas dapat diubah mana yang harus segera diprioritaskan atau ditekankan sesuai tuntutan keadaan. Untuk menggantikan pejabat senior yang tidak bisa meninggalkan Ruang Operasi Bencana, Dinas Daerah harus menunjuk personel lain yang tepat untuk memastikan dan melaporkan kondisi bangunan Dinas Daerah dan keberadaan serta kondisi keselamatan para staf.
Bagian 2. Menyusun Kerangka Kerja Tanggap Bencana Awal
Butir 1. Penyusunan Organisasi Awal dari Personel yang ada
Sulit bagi Dinas Daerah untuk mengumpulkan seluruh personel segera setelah gempa yang terjadi secara mendadak. Pejabat senior harus menyusun kerangka kerja tanggap bencana awal dengan personel yang ada. Dalam hal ini, penting untuk menunjuk orang-orang yang bisa mengisi kekosongan posisi dalam jangka waktu singkat. Penunjukan posisi semacam ini sulit apabila pejabat senior tidak ada sehingga prioritas posisi dan orang-orang yang menggantikannya harus ditetapkan sebelumnya. Mengingat tidak ada bencana yang persis sama, kerangka kerja yang telah ditetapkan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana mungkin tidak cocok untuk suatu krisis tertentu. Apabila sebuah departemen harus diorganisasikan ulang dengan melihat tingkat kerusakan dari bencana dan kelompok yang ada, reorganisasi tersebut harus dilaksanakan tanpa harus berpegang pada rencana tersebut. Penting juga untuk memberikan tugas spesifik kepada semua personel saat instruksi awal dikeluarkan untuk menghindari adanya personel yang menganggur atau kekurangan beban tugas.
Penjelasan 1.
2. 3.
15
Personel yang harus berkumpul di Ruang Operasi Bencana selama krisis ditentukan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana sesuai dengan intensitas gempa bumi. Hal ini harus dipastikan benar-benar saat normal. Apabila bencana terjadi dalam jam kerja normal, para personel yang berada di situ dapat dikumpulkan dalam sekitar 10 menit. Saat itu diketahui personel mana yang tidak ada sehingga bisa ditunjuk staf yang menggantikan. Apabila bencana terjadi di luar jam kerja, kerangka kerja tim tanggap bencana dapat disusun secara bertahap sesuai dengan kembalinya personel ke tempat kerja. Misalnya, pengalaman Dinas Jalan dalam Gempa Bumi Hanshin-Awaji pada 17 Januari 1995. Gempa bumi terjadi pada pukul 05.46. Tak lama setelah itu, media massa memberitakan runtuhnya jalan layang di Jalan Tol Hanshin. 4 orang deputi direktur, yakni Kepala Divisi Perencanaan, pejabat Bagian Tanggap Bencana Jalan, pejabat jembatan dari Divisi Jalan Nasional II, dan pejabat Jalan Tol Hanshin dari Divisi Jalan Tol Berbayar hadir di tempat kerja pada pukul 07.30. Keempat pejabat ini mulai menyusun kerangka kerja awal dan mengumpulkan informasi. Struktur dasar tersebut kemudian diperbesar dengan personel yang tiba kemudian. DirekturJenderal Dinas Jalan mengadakan rapat pada pukul 09.00, dan hingga 16
2 |
2 |
1
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
4. 2 |
2 |
1
2-2-1 Penyusunan Organisasi Awal dari Personel yang ada
dilaksanakannya rapat ini kerangka kerja tanggap bencana keseluruhan telah tersusun. Ketiadaan pejabat senior adalah masalah besar yang akan diuraikan dalam sub-bagian berikutnya (Bagian 2-2-2).
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
Karena Gempa Bumi Besar Jepang Timur terjadi dalam jam normal, para personel bisa berkumpul dengan segera. Untunglah, baik direktur jenderal maupun wakil direktur jenderal, serta 7 dari 8 direktur departemen hadir. Direktur Departemen Jalan saat itu tengah berada di Tokyo untuk keperluan dinas sehingga Deputi Direktur Survei Jalan mengambil alih tugasnya. Tugas yang ditetapkan diluar Rencana Operasi Mitigasi Bencana dalam kerangka kerja awal adalah sebagai berikut. (1) Sesuai dengan skala dan kompleksitas bencana yang luar biasa, menangani media massa dalam jangka panjang dinilai sebagai pekerjaan yang kompleks. Kapasitas Grup Humas yang ada dinilai kurang sehingga Direktur Departemen Perencanaan ditunjuk sebagai contact person untuk pertanyaan dari media massa. Selain itu, sebagian personel Kantor Pusat Tanggap Bencana dialokasikan sebagai cadangan untuk staf humas. Keputusan ini diumumkan oleh Direktur Jenderal di hadapan seluruh staf pada pukul 15.15 (Bagian 2-3-4). (2) Deputi Direktur Departemen Perencanaan awalnya tidak dimasukkan sebagai anggota Ruang Operasi Bencana. Ia kemudian ditambahkan untuk membantu mengatasi beban kerja departemen yang berat.
seringkali tidak bisa segera dikerahkan dan bahkan hanya menunggu tanpa adanya penugasan. Pada 11 Maret, Grup Dukungan Internal mendapat misi memastikan pasokan makanan dan mampu menyelesaikannya. Namun, sebenarnya mereka juga bisa diperintahkan untuk membantu Grup Dokumentasi, atau untuk memastikan cedera atau kerusakan di dalam Dinas Daerah.
2.
2 1
Rencana Operasi Mitigasi Bencana menugaskan direktur departemen ke kantor pusat tanggap bencana dan menetapkan deputi-deputinya sebagai pemimpin setiap grup tanggap bencana di bawahnya. Namun, pergantian tiba-tiba dalam wewenang—yakni direktur yang biasanya memimpin grup beralih menjadi staf dinas dan deputi direktur yang biasanya merupakan staf departemen beralih menjadi penanggung jawab grup—dapat berdampak buruk terhadap fungsi departemen. Dalam Gempa Besar Jepang Timur, Dinas Daerah Tohoku direktur tetap menjadi pemimpin masing-masing grup meskipun telah digariskan berbeda dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Hal ini merupakan salah satu butir Rencana Operasi Mitigasi Bencana yang harus direvisi. Rencana Operasi Mitigasi Bencana menuntut aktifnya Grup Dukungan Internal. Namun, seusai terjadinya bencana Grup Dukungan Internal ini 17
| |
Poin Perbaikan 1.
2
18
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-2-2 Kembalinya Pejabat Senior yang Absen
Butir 2. Kembalinya Pejabat Senior yang Absen
2 |
2 |
2
Saat pejabat pengambilan keputusan seperti direktur jenderal, direktur departemen, dan direktur kantor regional absen, sulit untuk membuat keputusan di luar lingkup Rencana Operasi Mitigasi Bencana yang ada. Bahkan apabila pejabat pengganti ditunjuk, tetap harus dilakukan usaha-usaha agar pejabat yang absen bisa segera kembali ke tempat kerja.
Ketiadaan direktur jenderal sebagai pejabat puncak amatlah fatal dalam pengambilan keputusan yang cepat sehingga harus diupayakan agar direktur jenderal bisa segera kembali ke tempat kerja. Dalam situasi serius, direktur jenderal tidak boleh ragu-ragu untuk menggunakan helikopter Dinas Daerah atau milik organisasi lain agar bisa segera kembali ke kantor.
Poin Perbaikan 1.
Rencana Operasi Mitigasi Bencana menetapkan bahwa apabila staf sulit untuk berkumpul di tempat kerjanya sendiri, mereka harus hadir di kantor cabang lokal terdekat atau lokasi lainnya yang memiliki sambungan telepon. Namun, staf tersebut harus melaporkan lokasi mereka ke kantor departemen terdekat dan kembali ke tempat kerja sesegera mungkin, kecuali ditunjuk untuk misi khusus.
Penjelasan 1.
Bahkan apabila pejabat pengganti memiliki kemampuan memadai, kurangnya wewenang dan tanggung jawab akan menyulitkan mereka untuk membuat keputusan di luar lingkup panduan operasional. Sesuai skala dan luasnya bencana, Dinas Daerah harus memprioritaskan pengumpulan pejabat senior pengambilan keputusan di tempat kerja.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Direktur Departemen Jalan sedang mengikuti rapat di kantor MLIT di Tokyo ketika bencana melanda. Beliau segera memberitahukan keberadaannya kepada Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku. Awalnya beliau diminta untuk berada sebagai petugas penghubung (liaison officer) di Kementerian, lalu kembali ke kantornya di Dinas Daerah Tohoku. Setelah Direktur Departemen Jalan menyampaikan permintaan pembukaan akses Jalan Tohoku dari Dinas Daerah Tohoku kepada Dinas Jalan pada pukul 17.35, lalu meninggalkan MLIT pada pukul 20.00. Beliau menggunakan kendaraan dari Dinas Daerah Kanto dan Dinas Daerah Tohoku secara estafet untuk kembali ke posisinya di Ruang Operasi Bencana Dinas Daerah Tohoku dan tiba pada pukul 09.40 pagi hari berikutnya. Terdapat beberapa kasus di mana rumah staf yang tengah cuti rusak akibat gempa bumi. Staf ini mengajak keluarganya untuk mengungsi di tempat pengungsian sebelum kembali ke pekerjaannya. Hal ini harus diperbolehkan untuk staf umum sesuai dengan keadaan.
19
20
2 |
2 |
2
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-2-3 Penyamaan Pemahaman antara Semua Staf
Butir 3. Penyamaan pemahaman antara semua staf
2 |
2 |
3
Begitu staf dan kerangka kerja tanggap bencana awal telah disusun, para personel harus berusaha menyamakan pemahaman dan meningkatkan semangat tim mereka.
Meskipun para personel telah menjalani pelatihan tanggap bencana, aspek-aspek pada skenario pelatihan dan bencana yang sebenarnya mungkin berbeda. Prioritas tanggap bencana dan hal-hal yang harus diperhatikan juga akan berbeda. Pejabat senior harus menyusun prioritas dan berkomunikasi secara jelas tentang hal-hal yang harus diperhatikan, tugas, dan jadwal untuk setiap tim tanggap bencana. Membangun sense of mission yang sama amatlah vital. Penting bagi para pemimpin operasi tanggap bencana untuk meningkatkan semangat dan mengatur adanya jeda atau rehat agar operasi tanggap bencana bisa dilaksanakan dengan tenang dan kemampuan para staf dapat dikerahkan dengan maksimal. Menyampaikan instruksi lisan dengan tatap muka langsung kepada personel sangat efektif dalam menciptakan atmosfer agar mereka mampu bekerja dengan baik.
2.
staf Dinas Daerah Tohoku berkumpul di Ruang Operasi Bencana dan mulai menjalankan prosedur yang ditetapkan dengan tenang dan semangat yang stabil. Meskipun tempat kerja mereka mengalami kerusakan parah, para staf merasa sangat bertanggung jawab akan misi mereka dan suasana kerja yang terlalu bersemangat muncul—hampir semuanya bekerja sambil berdiri. Oleh karena itu, pejabat senior mengijinkan istirahat sejenak supaya staf bisa menenangkan diri dan kembali menekuni tugas mereka setelah menentukan bagian mana yang terbengkalai, serta menentukan prioritas pekerjaan. Pada pukul 15.15 (sekitar 30 menit seusai gempa bumi), Direktur Jenderal memberikan instruksi kepada seluruh staf Ruang Operasi Bencana melalui mikrofon.
Poin Perbaikan 1.
Pada tahap awal operasi ini, instruksi kepada personel dikeluarkan secara lisan. Meskipun instruksi tersebut dilaksanakan secara konsisten, instruksi lisan harus diikuti dengan tertulis untuk kepastian dan dokumentasi. Instruksi setelah pukul 23.33 pada hari terjadinya bencana diberikan secara lisan, dan disusul instruksi tertulis untuk masing-masing tim.
Penjelasan 1.
2. 3.
Pemeriksaan yang dimandatkan dalam panduan tanggap bencana untuk gempa berskala 4 atau lebih pada Skala Intensitas Seismik JMA mencakup jalan, sungai, dan sarana prasarana lainnya yang segera dilakukan tanpa menunggu komando. Namun, tidak secara otomatis mencakup pemeriksaan keselamatan staf dan keluarganya. Oleh karena itu perlu diberikan instruksi atas pemeriksaan otomatis atas staf dan keluarganya dalam bencana berskala besar. Cakupan instruksi dibahas lebih lanjut dalam 2-3. Dalam kasus bencana berskala besar, barangkali sulit bagi staf untuk tetap tenang apabila mereka tidak yakin atas keselamatan keluarganya. Dalam hal ini semangat para personel dapat ditingkatkan dengan mendorong mereka untuk berfokus pada misi organisasi dan memberi pengertian bahwa kini mereka semua tengah mengalami nasib yang sama.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Saat terjadinya Gempa Bumi Besar Jepang Timur pada 11 Maret 2011, para 21
22
2 |
2 |
3
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-2-4 Markas Besar Tanggap Bencana
Butir 4. Markas Besar Tanggap Bencana
2 |
2 |
4
Berdasarkan pengalaman 11 Maret, Ruang Operasi Bencana harus diatur agar pejabat senior (direktur departemen dan posisi lebih atas) duduk paling dekat dengan layar informasi utama. Posisi duduk tim perlu diatur dengan formasi pulau di belakang mereka. Ruang tersebut membutuhkan space dan fungsi yang tepat untuk memungkinkan masing-masing tim untuk berbagi informasi dan melaksanakan perintah. Ruang tersebut harus diusahakan agar dapat diperluas dalam hal tim tambahan harus dibentuk.
Rencana Operasi Mitigasi Bencana memungkinkan dipindahkannya markas besar operasi tanggap bencana ke lokasi lain apabila gedung yang digunakan rusak. Namun, keputusan ini harus diambil dengan hati-hati. Penjelasan 1.
Dalam Poin Perbaikan pada 2-2-1 tertulis bahwa pejabat setingkat direktur departemen sebaiknya tetap menjadi penanggung jawab tim. Namun, dalam hal ini sekalipun, mungkin tidak perlu untuk mengubah tata letak ruang operasi agar pejabat setingkat direktur departemen berada pada area yang sama. Mengumpulkan pemimpin masing-masing tim tanggap bencana di satu area akan memudahkan aliran informasi ke semua tim secara keseluruhan dan membantu mereka untuk mengetahui kondisi tim lain.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
3.
4.
5.
Bangunan Dinas Daerah Tohoku di Sendai (Kantor Kakyoin) mengalami listrik padam segera setelah terjadinya bencana. Karena tidak ada generator darurat, para personel tidak bisa mengumpulkan informasi. Oleh karena itu, pada malam hari tanggal 11 Maret 2011, fungsi Kantor Kakyoin dipindahkan ke Markas Besar Tanggap Bencana di Gedung Futsukamachi. Satu-satunya metode komunikasi yang berfungsi adalah telepon satelit karena padamnya listrik, dan pemindahan operasi tersebut telah memungkinkan pengumpulan dan penyebaran informasi secara lancar. Listrik kembali hidup di Kantor Kakyoin pada malam hari tanggal 13 Maret sehingga operasi tanggap bencana dapat berjalan kembali. 4 kantor lokal dihantam tsunami yang menerjang tepat sesudah gempa 11 Maret: Kantor TeknikTohoku, Kantor Pelabuhan Kamaishi, Kantor Bandara dan Pelabuhan Shiogama, dan Kantor Pelabuhan Onahama. Personel dari Kantor Onahama diungsikan sementara ke Kantor Cabang Lokal Onahama di Balai Kota Iwaki (22-23 Maret 2011), sedangkan kantor-kantor lainnya melanjutkan kegiatan mereka. Sementara itu, Kantor Cabang Lokal Kesennuma hancur total oleh tsunami, dan staf bekerja sementara dari kantor sebuah kontraktor konstruksi lokal. Kantor Cabang Lokal Haramachi terkena dampak kecelakaan di PLTN Fukushima Daiichi, dan seluruh stafnya terpaksa mengungsi. Kantor Cabang Lokal Pelabuhan Soma juga dievakuasi ke Balai Pembelajaran Sepanjang Hidup Kota Soma (22-31 Maret) karena gedungnya hancur oleh tsunami, dan dari tanggal 1 April para stafnya bekerja di gedung lain di Kota Soma.
Sistem telekonferensi Dinas Daerah Tohoku dapat diakses dari meja pejabat senior, bukan membuat ruang telekonferensi terpisah. Hal ini memungkinkan pihak di sisi telekonferensi yang lain untuk melihat para personel Dinas Daerah Tohoku ketika bekerja (lihat Bagian 4-2-1). Beberapa waktu setelah bencana 11 Maret, Dinas Daerah Tohoku mulai menggunakan Ruang Operasi Bencana untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai tempat untuk kunjungan oleh masyarakat umum, jumpa pers, dan kunjungan dari pemerintah daerah lain. Mengundang masyarakat ke dalam ruang operasi memberikan perasaan riil atas penjelasan tanggap bencana Dinas Daerah Tohoku, dan mendorong pemahaman yang lebih dalam atas kegiatan Dinas Daerah Tohoku (lihat Bagian 5-3-2). Ketika Ruang Operasi Bencana digunakan sebagai ruang konferensi dalam kondisi normal, tata letaknya harus tetap dipertahankan sebisa mungkin. Apabila tata letaknya berubah, operasi tanggap bencana bisa berlangsung lebih lambat. 23
24
2 |
2 |
4
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-2-4 Markas Besar Tanggap Bencana
Poin Perbaikan 1. 2 |
2 |
4
Foto: Kondisi Ruang Operasi Bencana pada hari terjadinya bencana (11 Maret 2011, pukul 19.53)
Ruang Operasi Bencana Dinas Daerah Tohoku (seluas 200 m2) merupakan tempat yang cocok untuk 11 pejabat senior dengan tujuh grup operasional yang diposisikan di belakangnya menyerupai pulau. Namun, tidak ada lagi tempat apabila direktur tanggap bencana ingin mengalokasikan ruang untuk Kantor Pusat TEC-FORCE, Grup Petugas Penghubung, dan Grup Pengadaan Barang. Waktu itu Grup Pengadaan Bahan dan Kantor Pusat TEC-FORCE harus menggunakan ruang rapat. Hal ini perlu diperbaiki di masa mendatang (lihat Bagian 4-2-2). 2. Apabila kantor pusat operasi rusak oleh bencana dan harus dipindahkan, Rencana Operasi Mitigasi Bencana mengatur bahwa kantor pusat harus dipindah ke Kantor Teknik Tohoku di Kota Tagajo. Namun, Kantor Tagajo memiliki sejumlah keterbatasan dalam fungsi sebagai berikut. (1) Ada keraguan apakah bisa dibuat fasilitas alternatif yang memiliki persediaan darurat, jalur komunikasi, dan fungsi-fungsi lainnya yang memadai. (2) Ada keterbatasan dalam bahan persediaan dan dokumen kantor yang bisa dibawa staf saat pindah sehingga mengganggu tugas. (3) Lokasi tersebut mungkin tidak strategis bagi personel yang harus berangkat dari rumahnya untuk jangka waktu lama. (4) Alamat dan nomor telepon berubah sehingga masyarakat umum mungkin berasumsi bahwa lokasi, alamat, dan nomor telepon kantor pusat masih tetap sama. Perubahan mendadak bisa mengakibatkan kebingungan. 3. Apabila memungkinkan, gedung kantor pusat harus diperkuat dan diperbaiki jika mengalami kerusakan agar tidak perlu dipindah. Meski demikian, jika kantor pusat harus dipindahkan, rencana yang logis adalah perpindahan sementara dan kembali ke lokasi semula selekas mungkin.
Foto: Kondisi Ruang Operasi Bencana pada hari terjadinya bencana (11 Maret 2011, pukul 19.28)
25
26
2 |
2 |
4
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-1 Pengumpulan Informasi (Kerangka Kerja)
Tabel Konfirmasi Keselamatan Anggota Keluarga Staf Dinas Daerah Tohoku (unit: orang, %)
Bagian 3. Instruksi Awal
Butir 1. Pengumpulan Informasi (Kerangka Kerja)
2 |
3 |
1
Dalam bencana berskala besar, perintah untuk pengumpulan informasi harus dikeluarkan dengan memperhatikan tingkat perkiraan kerusakan untuk hal-hal berikut: (1) Kerusakan gedung dan fungsionalitas dinas, kantor regional atau lokal (2) Kehadiran pejabat pemberi komando di masing-masing organisasi. (3) Memastikan keselamatan staf dinas daerah. (4) Memastikan keselamatan anggota keluarga staf. Para personel Dinas Daerah hendaknya memahami butir-butir yang harus dilaporkan ini dan mengecek masing-masing butir secara otomatis tanpa menunggu instruksi dalam bencana berskala besar. Penjelasan 1. Informasi mengenai keselamatan gedung termasuk tingkat kerusakan dan hambatan terhadap operasi. Hal ini mencakup apakah gedung selamat atau tidak, ketersediaan listrik, gas, air, telepon, dan telepon seluler, serta apakah generator listrik darurat bisa beroperasi apabila listrik padam, ketersediaan jalur komunikasi gelombang mikro, dan kerusakan terhadap hal-hal lainnya. 2. Informasi tentang pejabat pemberi komando, termasuk tempat keberadaan dan prediksi kembalinya mereka yang absen. 3. Keselamatan seluruh staf, termasuk pegawai paruh waktu dan kontrak (untuk periode tertentu). Pada prinsipnya, mereka yang ditugaskan untuk beberapa posisi harus dicek langsung di tempat kerjanya . 4. Keselamatan anggota keluarga staf. Bagi mereka yang tinggal di perumahan dinas resmi, pengecekan harus dilakukan oleh kantor pengelola. Staf Dinas Daerah yang bertugas tanggap bencana tanpa tahu keselamatan keluarganya bisa bekerja dengan tenang apabila kantor pengelola mengumpulkan informasi terkait keselamatan anggota keluarganya. Tabel Konfirmasi Keselamatan Staf Dinas Daerah Tohoku (unit: orang, %)
Tanggal
11 Maret
Pukul
18.05
19.00 21.30
Total staf (a)
3,487
3,487
3,487
Kondisi telah dipastikan (b)
2,2224
2,875 3,267
27
Persentase (b/a) 63,8
82,4 93,7
Tanggal
11 Maret
Pukul
18.05
21.30
Total staf (a)
3,487 3,487
Kondisi telah dipastikan (b)
568
1,350
Persentase (b/a) 16,3 38,7
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Pada hari terjadinya bencana, direktur jenderal mengeluarkan instruksi untuk mengumpulkan informasi kerusakan kepada Dinas Daerah Tohoku dan kantor-kantor terkait pada pukul 15.15. 2. Dilaporkan pada pukul 19.50 bahwa empat kantor (lihat Bagian 2-2-4) telah dilanda tsunami dan tidak dapat bekerja. 3. Generator listrik darurat dipakai Dinas Daerah Tohoku dan 31 kantor regional. 4. 2 lokasi sistem komunikasi radio gelombang mikro rusak akibat guncangan gempa dan rendaman tsunami. Alhasil, sistem pencitraan video helikopter Michinoku hanya mampu mengirim audio, atau kadang-kadang tidak ada data sama sekali, dari area di sekeliling Sendai. Komunikasi telepon dan faksimili 4 Kantor Cabang Lokal yang terdampak juga tidak bisa digunakan. Jalur komunikasi dialihkan karena adanya masalah ini, dan prasarana tersebut telah pulih pada tanggal 16 Maret (lihat Bagian 5-2-1). 5. Konfirmasi keselamatan pegawai Dinas Daerah Tohoku bisa kita lihat dalam tabel. Akhirnya diketahui bahwa tidak ada staf Dinas Daerah Tohoku yang menjadi korban tsunami karena personel di kantor-kantor di sepanjang garis pantai telah melakukan evakuasi dengan benar. Beberapa kantor cabang lokal lain diinstruksikan oleh kantor pusat Dinas Daerah Tohoku untuk melakukan evakuasi ketika peringatan tsunami dikeluarkan. 6. Proses memastikan keselamatan anggota keluarga staf dapat dilihat pada tabel. Menurut hitungan akhir, bencana tersebut telah memakan 10 anggota keluarga langsung dari staf Dinas Daerah Tohoku. Poin Perbaikan 1. Informasi yang seharusnya dikumpulkan dalam bencana belum ditetapkan sebelum bencana 11 Maret. Hal ini menjadikan komunikasi rumit dan bermasalah. Tidak ada metode standar untuk melaporkan temuan, yang berarti format tabel data dipikirkan pada saat itu juga. Data yang diperlukan dan prioritasnya harus diputuskan sebelumnya dengan membuat tabel berisi nama kantor pada bagian kolom dan informasi yang diperlukan pada bagian baris sebelum bencana terjadi. 28
2 |
3 |
1
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-2 Pengumpulan Informasi (Fasilitas Operasional & Manajamen)
Butir 2. Pengumpulan Informasi (Fasilitas Operasional dan Manajemen)
2 |
3 |
2
Untuk gempa bumi dengan Skala Intensitas JMA 4 atau lebih, Rencana Operasi Mitigasi Bencana menetapkan bahwa staf harus mulai memeriksa fasilitas operasional dan manajemen sesegera mungkin, tanpa menunggu datangnya instruksi. Staf tanggap bencana yang melakukan pengumpulan informasi harus memprioritaskan “aturan 1 jam”, yang berarti pelaporan informasi kepada atasan secara berkala, dan tidak menunggu lengkapnya data yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama.
akurat. Hal ini juga mengakibatkan kurang memadainya pelaporan bagi pejabat dengan wewenang lebih tinggi dan permintaan liputan media massa.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Dalam bencana skala besar, kurangnya informasi dari wilayah tertentu merupakan informasi penting itu sendiri. Dalam kejadian semacam ini seringkali lokasi yang tidak mengirim data telah mengalami kerusakan parah. Perlu dipertimbangkan pula kerangka kerja yang jelas untuk pencatatan dan kontekstualisasi kondisi kerusakan dalam peta, tulisan, dan media lainnya. Penjelasan 1.
2.
3.
Dalam bencana alam skala besar, penilaian kerusakan seringkali tidak berjalan sesuai rencana. Hal ini diakibatkan kantor yang rusak, pegawai yang terdampak, serta jalan yang terputus atau sulit diakses. Menunggu penilaian yang lengkap untuk laporan jelas membuat tertundanya laporan secara signifikan. Oleh karena itu, perlu untuk melaporkan data yang diketahui dalam selang 1 jam (“aturan 1 jam”) atau menetapkan waktu pelaporan secara berkala lainnya. Pengalaman menunjukkan bahwa setelah bencana besar, lokasi di mana informasi akan kondisi kerusakan tertunda biasanya merupakan tempat yang mengalami kerusakan paling parah. Dalam Gempa Bumi Besar Hanshin-Awaji 1995, laporan belum diterima dari tempat-tempat dengan kerusakan paling parah. Laporan pertama menyebutkan, “1 orang dipastikan meninggal”. Mengingat ketiadaan informasi merupakan informasi yang sangat penting, penting bagi para personel untuk menggunakan intuisi ketika melaporkan dari kantor regional dan kantor cabang serta ketika kantor pusat turun tangan untuk mengumpulkan informasi. Laporan yang hanya mencakup informasi jumlah lokasi terdampak tidaklah memadai. Menambahkan informasi berupa tingkat kerusakan dan kerusakan yang berbeda di beberapa lokasi merupakan data mentah, serta tidak bisa disebut sebagai informasi yang dapat ditindaklanjuti. Apabila peta dan/atau dokumen tertulis tidak difungsikan untuk menggambarkan kondisi secara keseluruhan, seperti wilayah yang aksesnya terputus atau area yang memerlukan respons mendesak, tidak mungkin mengambil keputusan 29
2. 3.
Sampai pada malam hari 11 Maret 2011, sekitar 611 km jalan tol nasional belum diperiksa karena adanya peringatan tsunami. Panjangnya sekitar 21% total panjang jalan tol dalam wilayah Dinas Daerah Tohoku. Sebuah jembatan runtuh di jalan tol tersebut diketahui pada sore hari tanggal 12 Maret melalui rekaman video dari helikopter Michinoku. Pada Jalan No. 45, sepanjang 85 km dari 427 km (20%) jalan antara Sendai dan Hachinohe sama sekali tidak bisa dilalui, dengan adanya kerusakan di 41 lokasi yang berbeda (lihat Bagian 4-3-1). Akibat tsunami, seluruh 202 kamera pengawas dalam wilayah kerja Kantor Jalan Tol Nasional Sanriku (Prefektur Iwate) dinilai tidak bisa dipakai untuk upaya tanggap bencana. Oleh karena itu, para personel menggunakan jalan yang lebih terjal dan sempit melalui hutan di sekelilingnya untuk melakukan survei rute akses alternatif ke Jalan Nasional No. 45. Setiap harinya Direktur Kantor Jalan Tol Nasional Sanriku bisa meninjau foto-foto dari survei lapangan tersebut dan menilai kondisi di area yang tercakup. Hal ini memungkinkan untuk mengeluarkan instruksi spesifik. Hingga malam tiba pada 11 Maret 2011, sungai sepanjang 257,21 km di wilayah bencana (sekitar 20% dari total panjang sungai di enam prefektur yang merupakan wilayah kerja Dinas Daerah Tohoku) belum diperiksa karena adanya peringatan tsunami. Peringatan tsunami tidak memungkinkan para staf dari kantor regional untuk mendekati pelabuhan. Kerusakan fasilitas di pelabuhan diperiksa secara visual dari atap kantor yang tidak terkena dampak tsunami dalam jam-jam pertama tanggal 12 Maret 2011. Kerusakan tersebut juga dipastikan melalui gambar yang diambil oleh helikopter tanggap bencana.
Poin Perbaikan 1.
Ada 18 kamera yang terpasang di pelabuhan-pelabuhan yang rusak (12 di antaranya dikendalikan oleh Dinas Daerah Tohoku dan 6 oleh pengelola pelabuhan). Namun, semua kamera tersebut tidak dapat digunakan karena tidak adanya arus listrik atau terputusnya jalur khusus. Padamnya listrik di Gedung Kakyoin sejak sore hari tanggal 11 Maret hingga 13 Maret 2011 juga mengakibatkan sistem pemantauan kamera tidak bisa beroperasi. Sebagai antisipasi keadaan darurat di masa depan, Dinas Daerah Tohoku akan memasang kamera tahan-gempa, peralatan komunikasi radio, dan sistem pemasok listrik non-stop di gedung-gedung milik Dinas Daerah. 30
2 |
3 |
2
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-3 Pemanfaatan Helikopter Tanggap Bencana
Butir 3. Pemanfaatan Helikopter Tanggap Bencana
2 |
3 |
3
Untuk mengumpulkan informasi dengan cepat, langkah pertama yang harus dipertimbangkan adalah pengiriman helikopter tanggap bencana, yang mampu mendapatkan informasi dengan cepat dengan jangkauan wilayah luas. Terlebih dalam situasi darurat, misalnya ketika matahari terbenam yang akan membatasi waktu operasi, instruksi untuk memulai survei udara harus dikeluarkan dengan cepat.
Operasi gabungan yang melibatkan beberapa helikopter mungkin diadakan dalam bencana skala besar sehingga kita harus siap dengan kemungkinan mengumpulkan helikopter-helikopter yang dimiliki dinas daerah lain.
Penjelasan 1.
Butir-butir berikut harus dipertimbangkan agar helikopter tanggap bencana bisa segera berangkat: (1) Simulasi darurat dan pelatihan secara berkala. (2) Metode komunikasi dengan kru penerbangan yang telah dikontrak dalam kondisi darurat. (3) Metode yang memungkinkan staf Dinas Daerah untuk segera menumpang helikopter. (4) Antisipasi dan pelatihan untuk skenario pilot harus berangkat tanpa menunggu staf Dinas Daerah.
dalam skenario bencana. Salah satu revisi tersebut adalah memastikan tidak adanya helikopter lain antara Michinoku dan bagian depan hanggar. Dengan persiapan yang telah matang inilah, Divisi Tanggap Bencana Dinas Daerah Tokyo dengan yakin dapat menginstruksikan kepada Michinoku untuk berangkat pada 11 Maret. 2. Dengan menggunakan jalur telepon khusus, Dinas Daerah Tohoku memberikan perintah untuk lepas landas darurat dalam waktu 10 menit setelah gempa bumi. Perusahaan operator helikopter sendiri telah mengantisipasi instruksi ini. Berdasarkan pelatihan yang telah dijalani, mereka langsung memeriksa Michinoku dan memastikan bahwa helikopter tersebut tidak rusak bahkan sebelum guncangan reda. Setelah itu, pintu hangar yang rusak oleh gempa bumi disingkirkan oleh perusahaan operator, lalu Michinoku berangkat pada pukul 15.23, 37 menit setelah gempa bumi terjadi. Karena kondisi darurat yang genting, kru helikopter merasakan desakan profesional untuk segera terbang. Mereka berkali-kali meminta petugas di Bandara Sendai untuk memberikan ijin lepas landas meskipun menara pengawas lalu lintas bandara tidak dapat berfungsi dan dalam kondisi kacau. Karena kegigihan mereka, menara pengawas lalu lintas bandara memberikan kebijakan agar perusahaan operator helikopter menilai keselamatan mereka sendiri dan mempersilakan helikopter berangkat.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Helikopter tanggap bencana ‘Michinoku’ milik Dinas Daerah Tohoku berangkat dari Bandara Sendai sebelum bandara tersebut diterjang tsunami. Selamatnya helikopter tersebut merupakan hasil revisi atas prosedur pelatihan dan operasional berdasarkan tsunami yang menghantam Jepang menyusul Gempa Bumi Chili pada 27 Februari 2010. Berpijak pada pengalaman ini dan persiapan menghadapi gempa bumi lepas pantai Prefektur Miyagi, Dinas Daerah Tohoku telah memasang jalur komunikasi khusus antara kantornya dan perusahaan operator helikopter Michinoku. Mereka juga mengadakan pelatihan untuk skenario kru helikopter sendiri berangkat melakukan survei di area Kota Sendai, dengan memanfaatkan periode satu jam (waktu yang ditempuh staf dari Dinas Daerah Tohoku untuk tiba di bandara). Berdasarkan pengalaman simulasi, perusahaan operator helikopter juga secara mandiri telah merevisi prosedur untuk memberangkatkan Michinoku 31
Foto: Penyingkiran pintu hanggar yang rusak akibat gempa bumi.
32
2 |
3 |
3
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-3 Pemanfaatan Helikopter Tanggap Bencana
2 |
3 |
3
Foto: Michinoku bertolak dari Bandara Sendai.
3.
Berdasarkan prosedur darurat standar, staf Dinas Daerah Tohoku telah dikirim ke Bandara Sendai untuk melakukan survei dengan kru helikopter Michinoku. Melalui sistem telepon K-COSMOS milik MLIT, staf tersebut diminta untuk kembali ke Dinas Daerah Tohoku pada pukul 15.53, setelah peringatan tsunami dikeluarkan dan selamat dari hantaman tsunami yang datang kemudian.
•
4.
Kegiatan utama helikopter tanggap bencana Michinoku seusai lepas landas darurat (11 Maret 2011) 15.23 Lepas landas darurat dari Bandara Sendai 15.29 Laporan helikopter tentang kebakaran di Kota Sendai 15.53 Pemberitahuan evakuasi kepada staf Dinas Daerah yang awalnya dikirim untuk menumpang Michinoku (pembatalan tugas menumpang) 15.58 Laporan helikopter tentang gerakan tsunami yang telah mencapai Sungai Nanakita 16.00 Pembatalan survei udara ke wilayah Sanriku (akibat cuaca buruk) 16.17 Laporan helikopter tentang terendamnya Bandara Sendai 16.57 Laporan helikopter tentang kerusakan PLTN Fukushima Daiichi
mereka menggunakan landasan heli cadangan yang berjarak 2,5 km dari Markas Besar Dinas Daerah Tohoku di palung Sungai Hirose yang kering, hulu sungai di Jembatan Ushigoe. Hal-hal berikut harus diperhatikan dalam penggunaan landasan heli cadangan: (1) Karena kerusakan yang luas, sulit untuk menilai sebelumnya apakah landasan pacu cadangan yang ditetapkan sebelumnya dapat digunakan. (2) Saat lepas landas dan mendarat di landasan heli sementara, penting untuk menempatkan personel di darat untuk memastikan keamanannya. 5. Pada 12 Maret 2011 atau sehari setelah bencana, helikopter Michinoku mendapat bala bantuan untuk menyelenggarakan survei, yakni helikopter Mannaka (milik Dinas Daerah Chubu), Kinki (milik Dinas Daerah Kinki), dan Airando (milik Dinas Daerah Shikoku). Selain itu, helikopter Hokuriku (milik Dinas Daerah Hokuriku) dipindahkan ke Bandara Aomori dan disiagakan untuk kondisi yang tidak dapat diprediksi. 6. Helikopter-helikopter tersebut pada awalnya diinstruksikan untuk melakukan survei komprehensif atas wilayah yang luas dengan membagi per wilayah, termasuk fasilitas yang tidak termasuk dalam wilayah kerja Dinas Daerah Tohoku. Penugasan per wilayah ini ternyata tidak memadai untuk survei secara mendetail. Pendekatan berbeda diambil mulai 13 Maret 2011, dan keempat helikopter tersebut ditugasi untuk melakukan survei atas fasilitas dan struktur tertentu (jalan, sungai, bendungan, fasilitas pengendali erosi, pelabuhan, dll.), dan untuk melakukan survei dampak tsunami. Poin Perbaikan 1.
2. 3.
Untuk masa mendatang, pendirian landasan heli di atap kantor-kantor regional akan menjadi perbaikan yang signifikan. Hal ini berarti helikopter dapat dipanggil segera ke markas besar sehingga staf Dinas Daerah dapat menumpang helikopter itu untuk melakukan survei. Untuk bencana berskala besar, perlu dipertimbangkan skenario diijinkannya helikopter untuk terbang tanpa menunggu instruksi dari markas besar. Apabila wilayah bencana membentang luas, biasanya gedung olahraga yang akan digunakan sebagai landasan heli sementara akan dijadikan pusat pengungsian utama. Tempat-tempat tersebut menjadi tidak bisa digunakan sebagai landasan heli cadangan. Oleh karena itu, perlu disiapkan beberapa lokasi sebelumnya untuk digunakan oleh helikopter tanggap bencana.
Untuk penerbangan helikopter mulai 12 Maret, pangkalan operasi diubah dari Bandara Sendai yang telah terendam tsunami menjadi Bandara Hanamaki. Ketika staf Dinas Daerah Tohoku menumpang Michinoku, 33
34
2 |
3 |
3
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-3 Pemanfaatan Helikopter Tanggap Bencana
Jalur Penerbangan Helikopter Tanggap Bencana 11 Maret 2011
Jalur Penerbangan Helikopter Tanggap Bencana 12 Maret 2011
2
2
|
|
|
|
3
3
3
3
35
36
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-4 Persiapan Informasi Untuk Masyarakat
Jalur Penerbangan Helikopter Tanggap Bencana 13 Maret 2011
2 |
3 |
3
Butir 4. Persiapan Informasi Untuk Masyarakat
Dalam bencana berskala besar, sistem informasi dan hubungan masyarakat (humas) harus diperkuat dengan personel dan sumber daya tambahan, terutama dengan menunjuk staf khusus untuk menangani media massa. Hal ini akan memudahkan penyediaan informasi melalui media massa kepada masyarakat umum, dan untuk menangani pertanyaan dari pers, yang mungkin akan datang bertubi-tubi. Selama tahap tanggap bencana awal, informasi kadang-kadang harus dirilis kepada masyarakat dalam kondisi tidak lengkap, belum tersusun rapi, dan dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah. Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan pesan untuk publik yang sesuai dengan berbagai tahap tanggap bencana sehingga informasi yang akurat dapat disampaikan.
Penting juga untuk melakukan persiapan penyiaran informasi secara sistematis. Hal ini bisa mencakup penyusunan kebijakan dasar untuk rilis informasi, penyiapan fasilitas untuk mengakomodasi liputan media massa, penyiapan siaran pers untuk media massa secara berkala, dan penyiapan informasi melalui internet Penjelasan 1.
2.
3. 4.
5.
37
Informasi bencana yang akurat melalui media massa menjadi pijakan yang berharga untuk pengambilan keputusan evakuasi dan penyelamatan. Bahkan apabila kegiatan tanggap bencana dilakukan secara benar, di masa lampau pernah ada kritik karena informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak disiarkan secara benar. Kita harus paham bahwa tanggap bencana tanpa penyiaran informasi yang benar kepada masyarakat tidaklah cukup. Penyiaran informasi adalah bagian vital dalam tanggap bencana. Dalam bencana berskala besar, volume pekerjaan yang terkait dengan publikasi informasi amatlah besar apabila dibandingkan dengan kondisi normal. Struktur humas biasanya harus diperkuat dan penentuan personel yang menangani media massa harus dilakukan secara sigap dan proaktif. Selama masa tanggap bencana awal, informasi yang tersedia masih sedikit dan informasi yang bisa dirilis sangat terbatas. Kesannya sangat berbeda apabila kita mendengar “Kami belum tahu” dibandingkan dengan “Kami sedang mengumpulkan informasi sesuai prosedur dan diperkirakan dapat memberikan detail pada [tanggal/waktu]”. Kita harus senantiasa berhatihati dalam menyampaikan pesan kepada publik pada setiap waktu. Lihat Bagian 5-3 untuk detail mengenai informasi (jumpa pers, menanggapi permintaan liputan, pembuatan situs web di internet, dll.). 38
2 |
3 |
4
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2-3-5 Pengiriman Petugas Penghubung ke Prefektur dan Pasukan Bela Diri Jepang
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. 2 |
3 |
4
Dalam kasus Gempa Bumi Besar Jepang Timur, Tim Humas Dinas Daerah Tohoku sebenarnya telah ditunjuk. Namun, setelah diketahui bahwa skala bencana kali ini luar biasa besar dan diperkirakan liputan media massa akan berlangsung rumit dan jangka panjang, ditunjuklah Direktur Departemen Perencanaan sebagai pejabat yang bertanggung jawab untuk pertanyaan dari media massa. Hal itu diumumkan oleh Direktur Jenderal Dinas Daerah di hadapan seluruh staf pada pukul 15.15. Deputi Direktur Departemen Perencanaan dan sebagian staf dari Markas Besar Tanggap Bencana juga ditunjuk untuk membantu staf humas (lihat Bagian 2-2-1). 2. Melalui penunjukan staf untuk mencatat siaran pers dari Direktur Departemen Perencanaan, direktur tersebut dapat berkonsentrasi menangani pertanyaan dari media massa, dan Dinas Daerah Tohoku dapat memastikan keakuratan dan keefektifan data yang diinformasikan kepada masyarakat umum. 3. Pada pukul 15.15 (30 menit setelah gempa bumi terjadi), pesan yang disiapkan kepada masyarakat adalah sebagai berikut: (1) Dinas Daerah Tohoku memasuki stasus tanggap darurat pada pukul 14.46, bersamaan dengan terjadinya gempa bumi. (2) Ada beberapa kerusakan pada gedung Dinas Daerah Tohoku, tetapi tidak ada dampak terhadap operasi tanggap bencana, termasuk sistem manajemen bencana dan staf. (3) Dinas Daerah Tohoku telah mulai mengecek kondisi kerusakan sesuai prosedur yang telah digariskan sebelumnya. (4) Dinas Daerah Tohoku telah memastikan ketersediaan jalur komunikasi dengan kantor regional menggunakan sistem komunikasi radio gelombang mikro. (5) Masing-masing dua petugas penghubung (liaison officer) telah dikirim ke Kantor Pemerintah Prefektur Aomori, dua orang ke Kantor Pemerintah Prefektur Iwate, empat orang ke Kantor Pemerintah Prefektur Miyagi, dan dua orang ke Kantor Pemerintah Prefektur Fukushima.
Poin Perbaikan 1.
2.
Dinas Daerah Tohoku awalnya tidak menyusun kebijakan dasar untuk merilis informasi kepada publik. Saat itu rilis informasi memang dilakukan bertahap, tetapi masih ada kesempatan di masa depan untuk memperbaiki hal ini. Ada keluhan bahwa informasi kontak tidak jelas. Pertukaran informasi yang lebih efektif bisa terwujud apabila situs web Dinas Daerah Tohoku telah memuat informasi tentang jalan dalam kondisi normal sebelum bencana terjadi. 39
Butir 5. Pengiriman Petugas Penghubung ke Prefektur dan Pasukan Bela Diri Jepang Ketika bencana berskala besar terjadi, penilaian kerusakan secara komprehensif harus dilakukan. Untuk memperlancar koordinasi dengan organisasi lain, petugas penghubung (staf kontak lokal untuk operasi tanggap bencana) harus segera dikirim ke prefektur-prefektur lain yang relevan. Petugas penghubung (liaison officer/LO) juga harus ditempatkan di Pasukan Bela Diri Jepang apabila perlu.
Setelah petugas penghubung dikirim, dinas-dinas daerah harus berusaha mengumpulkan dan menyusun informasi dari mereka, menyediakan informasi kepada mereka, menilai dan meningkatkan kondisi kerja mereka, dan mengatur penggantinya. Penjelasan 1.
2. 3.
MLIT memiliki sistem untuk mengirim petugas penghubung (LO, staf kontak lokal untuk operasi tanggap bencana) dari Dinas Daerah ke pemerintah daerah di wilayah terdampak bencana. Para petugas penghubung tersebut bekerja secara proaktif untuk mengumpulkan informasi agar langkahlangkah tanggap bencana yang akurat dan cepat dapat dilaksanakan. Kriteria dasar untuk pengiriman telah diatur dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Saat memilih petugas LO, penting untuk memilih personel dengan keterampilan teknis yang sesuai dan mampu mengambil keputusan secara mandiri, selain kemampuan mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Petugas penghubung bekerja memenuhi peran mereka dengan menjadi cadangan tim pendukung logistik Dinas Daerah. Apabila dukungan ini tidak memadai, aktivitas petugas penghubung di lokasi kerja dapat terpengaruh. Hal ini berujung pada lingkaran setan yang menyulitkan untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Dinas Daerah harus menunjuk petugas yang bertanggung jawab untuk dukungan logistik dan tindak lanjut untuk membantu petugas penghubung (lihat Bagian 4-4-1).
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Petugas penghubung (LO) dikirimkan dari Dinas Daerah Tohoku dan dari kantor-kantor regional dalam waktu 20 menit sesudah gempa bumi ke 4 prefektur di sepanjang Samudra Pasifik (Aomori, Iwate, Miyagi, Fukushima) dan Pasukan Bela Diri Jepang. Hal ini sesuai dengan yang telah digariskan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. 40
2 |
3 |
5
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
2. 3.
2
4.
|
3 |
5
2-3-6 Pencatatan dan Dokumentasi
Kondisi pengiriman awal LO digambarkan dalam tabel berikut. Petugas penghubung (LO) ditempatkan di markas besar tanggap bencana di masing-masing prefektur tersebut dengan membawa laptop, buku manual kontak bencana, dan telepon satelit. Sebanyak 1-2 orang petugas LO dari Pasukan Bela Diri Jepang dengan posisi mayor atau kapten dikirimkan ke Dinas Daerah Tohoku. Mereka bekerja secara bergiliran dalam Ruang Operasi Bencana sampai tanggal 22 Mei 2011.
Poin Perbaikan 1.
Meskipun petugas penghubung (LO) dari MLIT di markas besar Pasukan Bela Diri Jepang telah dikirim pada hari terjadinya bencana, petugas tersebut harus bekerja di ruang terpisah mulai 12 Maret karena Pasukan JSDF Angkatan Darat, Laut, dan Udara digabungkan untuk membentuk Gugus Tugas Gabungan (GTG) dan tidak ada ruang bagi petugas penghubung. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam tugasnya. Oleh karena itu, perlu koordinasi lebih lanjut dengan JSDF mengenai ruang kerja (lihat Bagian 5-4-1).
Tabel
Tujuan
Asal
Jumlah LO
Kantor Sungai & Jalan Tol Aomori
Aomori
4
Kantor Sungai dan Jalan Tol Iwate
Iwate
2
Miyagi
Kantor Pusat Dinas Daerah Tohoku
Fukushima
Kantor Sungai & Jalan Tol Fukushima
Pasukan Bela Diri Jepang
Kantor Pusat Dinas Daerah Tohoku
5 2 2
Posisi
Jam Tiba
Petugas Konstruksi, Penyelia Konstruksi, dll
15.55
Petugas Konstruksi, Petugas teknis
15.40
Koordinator Senior untuk Penelitian & Pengembangan, Kepala Bagian, Petugas Teknis
15.20
Petugas Pengendali Mutu Pekerjaan Konstruksi, Petugas Spesialis Petugas Konstruksi, Kepala Bagian
15.30 18.00
Tujuan
Periode Penugasan
Total Jumlah LO
Iwate
11 Maret - 10 September
157
Fukushima
11 Maret - 12 Mei
Aomori Miyagi
Pasukan Bela Diri Jepang
11 - 31 Maret
50
11 Maret - 13 Mei
249
11 Maret - 16 April
43
41
90
Butir 6. Pencatatan dan Dokumentasi
Pencatatan dan dokumentasi segera sesudah bencana amatlah penting untuk menyediakan informasi tentang kepemimpinan secara akurat, informasi publik, dan analisis masa depan mengenai hikmah dalam tanggap bencana. Selain menunjuk tim khusus untuk dokumentasi, penting bagi seluruh personel agar terbiasa mencatat kegiatan mereka. Ada kecenderungan dokumentasi buruk dalam momen-momen pertama operasi tanggap bencana sehingga staf harus ingat untuk mulai mencatat segera sesudah bencana terjadi.
Mengambil foto dan merekam video adalah metode yang efektif untuk dokumentasi. Kamera dari dalam Ruang Operasi Tanggap Bencana, dari telekonferensi, dan dari berbagai sektor manajemen harus dianggap sebagai kesempatan pencatatan.
Namun, penting untuk menyadari perbedaan pencatatan untuk publikasi eksternal dan keperluan internal. Dinas Daerah juga harus mempertimbangkan untuk menyimpan bendabenda (sebagai peringatan) yang rusak dalam bencana. Penjelasan 1.
2. 3.
Apabila tim dokumentasi tidak ditugaskan secara khusus, para personel akan tenggelam dalam kesibukan operasi tanggap bencana. Seluruh personel memang harus terbiasa untuk mencatat segala hal segera sesudah terjadinya bencana, tetapi harap diingat pentingnya memasukkan tanggal dan waktu dalam seluruh catatan. Catatan beberapa kegiatan seperti selesainya pembukaan jalan disimpan baik dalam bencana tahun 2011. Namun, para staf harus memperhatikan baik-baik alur instruksi dan kemajuan dalam melaksanakannya. Benda yang rusak menjadi catatan sejarah akan kekuatan dan kengerian bencana alam. Benda-benda ini dan kisah yang tersimpan di dalamnya dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Bangunan yang rusak menjadi monumen krisis dan pemulihan; benda-benda yang lebih kecil seperti rambu-rambu lalu lintas dan jam juga mengisahkan bencana. MLIT harus berusaha mengumpulkan benda-benda tersebut dan mendapatkan ijin dari pemiliknya dalam proses pengumpulannya. Menyimpan bendabenda ini tidak terlintas di benak hampir semua orang di wilayah bencana dan mereka biasanya akan membuang puing-puing.
42
2 |
3 |
6
BAB 2 Dalam 1 Jam Bencana
Contoh Kasus dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. 2 |
3 |
6
2.
3.
Berdasarkan pelajaran dari tsunami yang melanda sesudah Gempa Bumi Chili pada tahun 2010, Divisi Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku mulai memotret kegiatan tanggap bencana langsung sesudah gempa bumi. Hal ini mewakili catatan kegiatan yang berharga dalam Ruang Operasi Bencana pada waktu itu. Pada 13 Maret, direktur jenderal menginstruksikan seluruh personel untuk menyimpan catatan kegiatan mereka dengan tanggal-tanggal. Beberapa personel mencatat kegiatan mereka dengan menarik ke belakang hingga 11 Maret. Dari titik tersebut menjadi konvensi bagi personel Dinas Daerah Tohoku untuk memasukkan tanggal dan waktu dalam seluruh dokumentasi mereka. Praktik ini memungkinkan MLIT untuk memasukkan data dan angka yang tepat dalam buku ini. Instruksi untuk memelihara benda yang rusak dalam bencana juga diberikan oleh direktur-jenderal pada tanggal 13 Maret. Hasilnya, 229 benda dapat dikumpulkan dan disimpan. Benda-benda tersebut mencakup berbagai ukuran, mulai dari potongan gelagar jembatan berbobot beberapa ton hingga serpihan beton kecil berukuran dadu. Beberapa benda ini kini dipajang di Gedung Dinas Daerah Tohoku; dan sebagian diberikan ke Dinas Daerah lainnya. Diharapkan beberapa benda ini akan dipajang di ruang memorial dan lokasi sejenis yang direncanakan oleh dewan kota di masa depan.
Poin Perbaikan 1.
2.
Meskipun tim dokumentasi telah mengambil foto-foto yang berharga, mereka tidak bergerak bersama dengan pejabat pemberi komando untuk merekam kegiatannya. Karena catatan kepemimpinan diserahkan kepada pejabat pemberi komando masing-masing, dokumentasi aksi mereka awalnya tidak memadai. Tim dokumentasi harus berupaya di masa depan dalam inti kegiatan tanggap bencana dengan pejabat pemberi komando mereka. Di sisi lain, ada batasan mengenai apa yang dapat dicapai oleh tim catatan dan dokumentasi. Oleh karena itu, catatan individual amatlah penting. Para personel harus dididik agar menyadari hal ini dalam pelatihan, seminar, dan kegiatan serupa.
43
Bab 3 Satu Hari Seusai Bencana
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3-1 Langkah yang Harus Ditempuh Pada Hari Terjadinya Bencana
Bagian 1. Langkah yang Harus Ditempuh Pada Hari Terjadinya Bencana
Dalam masa bencana awal menyusul bencana berskala besar, informasi mengenai wilayah terdampak jarang didapat. Terlebih, informasi yang tak seberapa tersebut seringkali kurang dapat dipercaya. Kadang-kadang, informasi yang diperlukan dari wilayah bencana tidak ada sama sekali. Meskipun demikian, apabila koordinator tanggap bencana menunggu semua informasi terverifikasi, keputusan tanggap bencana awal akan tidak efisien.
3 | 1
Pejabat yang bertanggung jawab dalam tanggap darurat bencana harus memanfaatkan informasi yang terbatas semaksimal mungkin, dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri untuk mengatasi dilema tadi. Tentu saja mendapatkan persetujuan dari pejabat yang lebih tinggi posisinya juga penting, tetapi pemimpin harus memutuskan kebijakan dasar dalam jangka waktu yang tepat (sekitar 1 hari).
Bahkan apabila dihadapkan dengan data terbatas, 24 jam pertama adalah jangka waktu yang menuntut tim tanggap bencana untuk menentukan kebijakan kunci untuk tanggap darurat bencana awal. Prinsip dasarnya adalah siap untuk skenario terburuk. Mereka harus siap sebelumnya dengan semaksimal mungkin. Penjelasan 1.
2.
3.
Amatlah penting tim tanggap darurat bencana untuk mengumpulkan informasi terkait bencana secepat dan sekomprehensif mungkin, dengan menerapkan aturan 1 jam yang telah dijelaskan di Bagian 2-3-2. Meskipun tanggap bencana pada awalnya tampak berjalan baik, informasi tentang keadaan awal biasanya tidak cukup, sehingga memaksa para komandan/ pemimpin untuk membuat keputusan tanpa data yang cukup. Petugas pemberi komando harus menggunakan semua kemampuan untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka harus fokus pada hal yang mereka yakini sebagai keputusan yang terbaik, dan siap untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas segala hasilnya. Keputusan dan perintah dari komandan/pemimpin haruslah jelas dan padat. Perintah yang ambigu seperti “lakukan hal yang tepat dilakukan di waktu yang tepat” sangatlah tidak berarti di kala krisis. Perintah yang diimplementasikan “saat diperlukan” masih sangat mungkin diinterpretasikan secara keliru. Arahan semestinya diberikan dalam kata-kata yang jelas dan padat. Isi dari tiap perintah haruslah pula dirinci menjadi 3-5 item. Waktu yang tepat untuk pemberian perintah harus ditentukan berdasarkan 47
4.
informasi yang tersedia, estimasi tingkat kerusakan, kerangka kerja tanggap bencana Dinas Daerah, pelaporan pada otoritas yang lebih tinggi, dan waktu terjadinya bencana (operasi menjadi terbatas saat malam hari). Akhir malam merupakan waktu yang baik untuk memberikan instruksi baru karena aliran informasi masuk dan permintaan untuk koordinasi eksternal lebih sedikit, sedangkan persiapan untuk operasi esok sedang direncanakan. Ketika kondisi di zona bencana tidak menentu, tim tanggap bencana harus mempersiapkan skenario terburuk (seperti telah ditulis sebelumnya). Dalam manajemen risiko, banyak terjadi kasus prediksi optimistik terkait kerusakan yang malah mendatangkan hasil yang sangat buruk. Tim tanggap darurat bencana harus menghitung setiap risiko dan menjadikannya sebagai standar operasi, dan tidak berpikir untuk mengurangi skenario hanya karena biaya yang terlalu tinggi.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Meskipun Dinas Daerah Tohoku telah mengetahui kondisi antara di Sendai dan Iwaki sebelum malam hari pada tanggal 11 Maret, helikopter Michinoku tidak bisa terbang lebih jauh ke utara karena adanya awan salju. Hal ini menyebabkan tidak mungkin untuk mengetahui kondisi di daerah Sanriku. Tim inspeksi darat juga tidak dapat memasuki area tersebut (lihat Bagian 2-3-2), dan kerusakan berat menyebabkan komunikasi terputus dengan Kantor Cabang di Kesennuma. Foto-foto tsunami dan kebakaran disiarkan di televisi, namun MLIT belum mengetahui seberapa parah kerusakan di fasilitas-fasilitas tertentu. 2. Tetapi berdasarkan pengalaman MLIT dengan bencana-bencana alam skala besar, Dinas Daerah Tohoku mengetahui bahwa lokasi yang minim informasi biasanya mengalami kerusakan paling parah. Dinas Daerah Tohoku menyimpulkan bahwa Jalan Nasional 45 di pesisir Sanriku mengalami kerusakan yang amat parah, dan daerah-daerah di area pesisir akan membutuhkan bantuan yang sangat banyak. 3. Tidak hanya Jalan Nasional 45, Jalan Nasional 4 juga mengalami kerusakan, begitu pula 4 jalur kereta di Distrik Fushiogami Kota Fukushima terputus akibat longsor. Dinas Daerah Tohoku berpikir bahwa dengan menggunakan jalan-jalan raya alternatif, setidaknya kendaraan tanggap darurat bisa melintas. Tetapi berdasarkan perkembangan inspeksi yang dilakukan oleh kantor daerah, Dinas Daerah Tohoku menyimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi tidak separah yang diduga sebelumnya. 4. Pada pukul 17:30, gubernur Pref. Miyagi menelepon Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku. Gubernur meminta agar jalan Tohoku bisa secepatnya dibersihkan sehingga dapat berfungsi sebagai jalan utama pengiriman 48
3 | 1
3-2-1 Persiapan untuk Membuka Jalan
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
5.
3 | 1
6.
7.
bantuan dari Tokyo. Melalui Direktur Departemen Jalan Raya yang berada di Tokyo, permintaan tersebut diteruskan ke Dinas Jalan Raya MLIT yang langsung kemudian berkoordinasi dengan NEXCO East. Saat rapat di Markas Besar Tanggap Bencana MLIT pukul 22:00, melalui telekonferensi Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku melaporkan kepada menteri bahwa karena besarnya kerusakan akibat tsunami, dinas mengamankan akses darurat dan memberikan bantuan kepada pemerintah daerah sebelum dilakukan pemulihan yang lebih luas. Menteri lalu menginstruksikan kepada direktur jenderal agar berperan sebagai perwakilan MLIT, dan agara berusaha untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan pada para korban, termasuk hal-hal yang di luar yurisdiksi MLIT. Berdasarkan arahan ini, pada pukul 23:33, direktur jenderal memberikan instruksi pada seluruh personel agar mereka “mengasumsikan kerusakan masif terjadi di sepanjang area pesisir Samudera Pasifik. Persiapan dibuat dengan asumsi skenario terburuk. Aksi dari tanggal 12 adalah sebagai berikut: (1) pengumpulan informasi; (2) pembukaan jalan raya untuk aksi penyelamatan dan transportasi; (3) memberikan pendampingan pada pemerintah lokal dan prefektur”. Instruksi ini tertulis dalam dokumen berjudul ‘Aksi untuk tanggal 12 Maret’ dan didistribusikan ke tiap kelompok pada pukul 00:15. Pada kasus Gempa Besar Jepang Timur, informasi yang didapat sebelum terbenamnya matahari dikomunikasikan ke menteri MLIT pada pukul 22:00. Oleh karena itu, Dinas Daerah Tohoku bisa membuat kebijakan terkait tanggap bencana tahap awal pada pukul 23:33, kira-kira 9 jam setelah bencana terjadi.
Bagian 2. Persiapan untuk Membuka Jalan Bagi Aktivitas Penyelamatan Butir 1. Persiapan untuk Membuka Jalan
Ketika terjadi bencana skala besar, arus lalu lintas di daerah bencana biasanya lumpuh. Pembukaan akses jalan oleh tim penyelamat menjadi prioritas utama untuk aksi tanggap segera pasca bencana. Tim yang bertanggung jawab untuk jalan harus mengambil inisiatif untuk membersihan jalan dan membuka akses ke daerah bencana sebelum aksi pemulihan lainnya dapat terlaksana.
Ketika perencanaan operasi dan pemilihan rute akses, tim tanggap bencana harus mempertimbangkan lokasi yang paling terkena dampak bencana, lokasi tim pemulihan, dan keseluruhan rincian waktu beserta aktivitasnya. Tetapi tim bisa jadi harus bekerja dengan informasi yang terbatas mengenai daerah bencana, sehingga mereka bekerja dengan ketidakpastian akan kemampuan mereka untuk membuka jalan yang terkena dampak bencana. Tim tanggap yang mengurusi jalan harus fokus pada misi utama mereka untuk membuka akses jalan utama, dengan asumsi jalan lainnya dapat menyusul diperbaiki atau dibuka.
Sebagai bagian dari persiapan terhadap bencana, sangatlah penting bagi Dinas Daerah dan tim tanggap bencana, selain hal-hal lain, untuk melakukan studi kasus atas rencana strategis operasi jalan. Pelatihan simulasi haruslah ada untuk skenario bencana yang berbeda. Lebih lanjut, tiap jembatan dan akses jalan utama sebaiknya dibangun agar tahan gempa. Penjelasan 1.
2.
49
Ketika bencana skala besar terjadi, sejak awal Dinas Daerah harus memfokuskan perhatiannya untuk membersihkan dan membuka akses jalanan yang rusak. Banyak pejabat yang mengurusi jalan belum mengalami tanggap bencana skala besar ini, dan di Rencana Operasi Mitigas Bencana seksi manajemen gempa, tidak disebutkan secara spesifik tentang strategi pembersihan jalan. Rencana tersebut menyebutkan pemindahan puingpuing atau halangan lain sebagai bagian dari layanan terhadap transportasi darurat. Fungsi strategis dari pembersihan jalan adalah untuk pengiriman bantuan, dan hal itu harus dibuat eksplisit sehingga petugas Dinas Daerah tidak berfokus pada perbaikan jalan tetapi pertolongan terhadap korban. Pada dokumen ini, “pembersihan jalan” berarti aktivitas membuka jalan untuk agar kendaraan tanggap darurat dapat selekasnya melintas. Selama kendaraan tersebut dapat melintas, tidaklah penting bila jalan tersebut 50
3 |
2 |
1
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3 |
2 |
1
3-2-1 Persiapan untuk Membuka Jalan
hanya 1 jalur ataupun dalam keadaan rusak. Bila tersedia jalan alternatif, upaya untuk membuka jalan utama juga bisa dikesampingkan. 3. Sangat penting untuk mengakses wilayah bencana secepat dan seefektif mungkin. Hal-hal berikut harus dipertimbangkan ketika memilih jalan. (1) Lokasi area utama yang terkena bencana dan lokasi operasi tanggap darurat bencana; (2) Kota-kota besar yang terhubung; (3) Fasilitas penting seperti pelabuhan dan jalan tol; (4) Durasi optimal penyelamatan korban (umumnya dalam rentang 72 jam); (5) Semua jalan, tanpa memandang badan pengelolanya; dan (6) Tingkat kerusakan dan kapasitas mobilisasi personel dinas dalam pembersihan jalan. 4. Bila Dinas Daerah memilih terlalu banyak rute jalan, maka waktu yang diperlukan untuk mobilisasi kapabilitas dan pembukaan tiap jalan menjadi lama. Sebaliknya, kemampuan tanggap bencana Dinas Daerah menjadi sia-sia bila hanya sedikit jalan yang dipilih. Dengan diasumsikan bahwa pilihan jalan akan ditambah atau diubah setelah kondisi tiap jalan diketahui, tim tanggap bencana harus melakukan pendekatan secara fleksibel dan memprioritaskan akses jalan utama, menganalisis dan mengintegrasikan informasi yang baru didapat dengan informasi sebelumnya. 5. Jalanan yang rumit tidak mungkin diterangkan secara jelas pada anggota tim tanggap bencana dan media. Oleh karena itu, tim tanggap bencana perlu memilih rute yang sederhana, dan memberikan informasi penanda jalan dan informasi visual lainnya pada tim pemulihan sehingga mereka bisa masuk ke zona bencana tanpa hambatan. Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
Pada hari terjadinya tsunami, hampir tidak ada informasi yang diterima Dinas Daerah Tohoku mengenai kerusakan jalan di area Tohoku. Meski begitu, Dinas Daerah Tohoku dapat memastikan bahwa Jalan Nasional 4 yang membentang dari pesisir ke daratan tidak serusak yang dibayangkan sebelumnya. Kerusakan yang terjadi tidak vital, dan kendaraan tanggap darurat dapat melintas sepanjang jalan tersebut. Jalan tersebut dinilai layak dipakai sebagai jalan utama dalam strategi Dinas Daerah Tohoku untuk pembersihan jalan-jalan menuju zona bencana. Sumber daya MLIT juga digunakan untuk memeriksa kerusakan di jalan tol Tohoku Expressway (lihat Bagian 3-1). Jalan Tol Tohoku adalah satusatunya jalan tol yang memanjang dari utara ke selatan daerah Tohoku. Dikarenakan adanya tumpukan salju, hampir semua jalan alternatif yang 51
melintasi Pegunungan Mou ditutup selama musim dingin. Strategi dasar untuk pembersihan jalan-jalan di Tohoku karenanya menggunakan Jalan Tol Tohoku dan Jalan Nasional 4 sebagai titik-titik kunci akses untuk pembukaan jalur lateral menuju pesisir Pasifik. 3. Pemilihan jalan diketuai oleh deputi direktur dari Departemen Jalan Dinas Daerah Tohoku. Deputi direktur dan tim tanggap bencana bekerja lembur pada 11 Maret untuk memilih 12 jalan dari pilihan 55 jalan sebagai permulaan jalur akses utama menuju kampung dan kota utama di zona bencana. 4. Petugas penghubung Dinas Daerah Tohoku (lihat Bagian 3-3-1) bertugas memberi informasi tentang jalan-jalan yang berada di bawah manajemen pemerintah prefektur. 5. 12 jalan yang dipilih disetujui oleh Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku sebelum matahari terbit tanggal 12 Maret. Jalan-jalan ini selanjutnya disebut sebagai “gigi-gigi sisir” (kushi no ha). Strategi untuk pembukaan akses bukan berfokus pada aksis dari sisir, tapi pada “gigi” samping, yang nantinya akan membuka akses ke area-area yang paling terkena dampak bencana. Operasi tanggap bencana pembukaan jalan oleh Dinas Daerah Tohoku oleh karenanya dinamakan ‘Operasi Sisir’ (lihat Bagian 4-3-1). 6. Pada tanggal 12 Maret pukul 20:00, 1 jalan lagi ditambahkan ke daftar dua belas jalan sebelumnya. 3 jalan ditambahkan pada 13 Maret pukul 06:00, sehingga total jalan yang dibuka berjumlah 16 (lihat Bagian 4-3-1). 7. Diketahui saat Operasi Sisir di bagian Jalan Nasional 398 yang menuju Minami Sanriku menyeberangi Sungai Kitakami akan membutuhkan waktu terlalu lama untuk dibersihkan. Selanjutnya diputuskan bahwa Jalan Nasional 108 dan Jalan Pesisir Sanriku dijadikan sebagai jalur pengganti yang lebih baik. Poin Perbaikan 1.
2.
3.
Jalan-jalan yang dibersihkan sebagai usaha tanggap bencana gempa sepanjang pesisir Miyagi belum ditentukan sebelum Gempa Bumi Besar Jepang Timur berlangsung. Jalan-jalan yang membentuk “gigi-gigi sisir” baru terpikirkan setelah bencana. Ada baiknya untuk bencana di masa depan, Dinas Daerah harus melakukan studi kasus, dan membuat rencana akses di awal dengan memperhitungkan lokasi kota-kota besar. Dinas Daerah juga harus mempertimbangkan jenis bencana dan kondisinya yang bisa terjadi di daerah-daerah tertentu, dan teratur melakukan pelatihan simulasi untuk tiap aksi tanggap bencana yang berbeda. Pelatihan ini akan memberi para personel RB kemampuan untuk menanggapi variasi bencana di kehidupan nyata dengan sikap yang tepat dan efektif. Pembangunan jembatan yang tahan gempa sepanjang rute jalan adalah bagian penting dalam persiapan menghadapi bencana. 52
3 |
2 |
1
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3-2-2 Persiapan untuk Membuka Jalan Laut
Butir 2. Persiapan untuk Membuka Jalan Laut
Daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan laut menderita kerusakan terparah akibat gempa bumi dan tsunami. Pelabuhan-pelabuhan juga berhenti berfungsi karena adanya benda-benda yang mengapung maupun tenggelam. Dikarenakan bantuan darurat kemanusiaan setelah bencana amatlah jarang, pelabuhan-pelabuhan harus segera dipulihkan fungsinya agar transportasi massa bisa berlangsung.
3 |
2 |
2
2.
Oleh karena itu, suatu rencana operasi untuk membersihkan jalan laut harus disusun secepatnya agar kapal-kapal bisa memasuki pelabuhan. Sangat penting pula untuk mengatur kapal-kapal kerja dan peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasi, demikian juga untuk mempersiapkan kapal-kapal kerja di area laut yang menjadi target.
Penjelasan 1.
2.
3.
Ketika daerah-daerah pesisir dihantam keras oleh bencana, kantor-kantor pelabuhan juga mengalami kerusakan. Kita harus tetap berpikir bahwa tidak ada informasi yang bisa diharapkan datang dari kantor-kantor lokal. Oleh karena itu, Dinas harus meneruskan operasi sambil mengemban sebagian fungsi kantor-kantor lokal. Penggunaan kapal-kapal kerja adalah hal yang terpenting dalam pembukaan kembali jalan laut secepatnya. Setelah bencana terjadi, kita harus secepatnya berkoordinasi dengan badan-badan terkait penanggulangan bencana dan meminta pengerahan kapal-kapal kerja. Mengingat komunikasi termasuk via telepon seluler bisa jadi tidak stabil segera setelah bencana, berbagai alat untuk menjamin terjalinnya komunikasi dengan badan-badan ini harus dipersiapkan sejak awal. Penting pula mengambil langkah-langkah yang tepat dan cepat menyesuaikan dengan situasi. Ketika merumuskan rencana kerja untuk membuka jalan laut, mungkin saja kapal-kapal kerja mengalami kekurangan unit jika mulai bekerja di semua pelabuhan yang rusak secara bersamaan. Kita perlu mengatur skala prioritas dalam pembersihan pelabuhan-pelabuhan sambil tetap berpikir tentang status jalan yang perlu dibersihkan, dan kondisi transportasi dari arah darat (strategi lompatan katak).
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Fungsi dari pelabuhan-pelabuhan yang menghadap Samudera Pasifik menjadi hilang akibat tsunami, dan kantor-kantor pengendali pelabuhan 53
3.
4.
yang berbatasan langsung dengan laut mengalami kerusakan parah, menyebabkan kantor-kantor tersebut tidak berfungsi. Oleh karena itu, Biro utama (Gedung Kakyoin) mengorganisasikan tim komunikasi informasi. Tim ini mengambil alih fungsi kantor pelabuhan untuk sementara waktu. Tingkat kerusakan pelabuhan-pelabuhan tidak diketahui segera setelah bencana. Diasumsikan bahwa kapal-kapal kerja di daerah-daerah yang terkena dampak juga mengalami kerusakan akibat bencana. Oleh karena itu, diputuskan bahwa prioritas tertinggi adalah mengumpulkan kapal-kapal dari seluruh negeri. Deputi Direktur Jenderal menghubungi perwakilan dari Asosiasi Teknik Pengerukan dan Reklamasi Jepang Cabang Tohoku (selanjutnya disebut Cabang Tohoku), yang memiliki perjanjian kerja sama tanggap bencana, untuk menghubungi para perusahaan anggotanya untuk berkumpul. Dikarenakan sarana telekomunikasi di Cabang Tohoku juga terputus, mereka memanggil berbagai perusahaan dengan cara mengunjungi mereka menggunakan sepeda ataupun dengan berjalan kaki. Pada pukul 10:00 keesokan harinya (12 Maret), para pejabat dari Cabang Tohoku berkumpul di kantor deputi direktur jenderal di Gedung Futsukamachi. Awalnya 4 kelompok kapal kerja tersedia. 3 pelabuhan diprioritaskan untuk pembukaan jalan laut berdasarkan tingkat kerusakan yang diketahui pada tanggal 11 Maret akhir, kemudahan akses ke daratan, dan kerja pembersihan jalan yang telah direncanakan. Pelabuhan-pelabuhan yang diprioritaskan tersebut adalah: Pelabuhan Miyako, Kamaishi, dan Sendai Shiogama (Distrik Pelabuhan Sendai). Rencana operasi kemudian disusun (termasuk lokasilokasi untuk kapal bersandar dan kedalaman air yang dibutuhkan). Cabang Tohoku kemudian diminta untuk berkumpul lagi pada pukul 16:00 pada tanggal 12 Maret ketika instruksi-instruksi untuk operasi diberikan. Manual Pencegahan Bencana menyebutkan bahwa survei lokasi hanya boleh dilakukan setelah peringatan dan pemberitahuan (advisory) tsunami dicabut. Akan tetapi, pengerjaan pembukaan kembali jalan laut akan tertunda bila kita menunggu hingga pemberitahuan tsunami dicabut. Oleh karena itu, setelah berdiskusi dengan Penjaga Pantai, survei lapangan dilakukan segera setelah peringatan tsunami diturunkan menjadi pemberitahuan tsunami.
Poin Perbaikan 1.
Pada kasus bencana skala besar, diasumsikan bahwa saluran telepon darat/ kabel dan telepon seluler tidak berfungsi. Oleh karenanya untuk membuat panggilan darurat ke para anggota yang memiliki perjanjian tanggap bencana, tempat pertemuan untuk semua anggota Dinas dan organisasi54
3 |
2 |
2
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
2.
3 |
2 |
2
3.
3-2-3 Pengaturan terkait Perusahaan Konstruksi dan Mesin
organisasi ini harus ditentukan sejak awal. Sebagai tambahan, organisasiorganisasi yang memiliki perjanjian kerja sama tanggap bencana ini harus mempersiapkan jaringan kontak menggunakan telepon satelit dan saluran prioritas. Setelah tsunami, kita harus tahu bahwa perlu beberapa hari hingga pemberitahuan tsunami dicabut. Selama periode ini, kita tidak dapat pergi mendekati garis laut, dan sangatlah sulit untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa lokasi. Pada kasus seperti ini, kamera-kamera pengintai bisa digunakan. Kamera tersebut dirancang agar tetap berfungsi meski dihantam tsunami. Kamera tersebut juga harus tahan gempa, memiliki sumber energi cadangan, dan dilengkapi dengan sistem transmisi nirkabel. Studi-studi kasus juga perlu dilakukan sebelumnya untuk mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan untuk membuka kembali jalan laut setelah bencana skala besar. Sangatlah penting pula untuk mengasumsikan skenario dimana peralatan/perlengkapan sangat terbatas, misalnya keterbatasan jumlah kapal kerja. Berbagi informasi lewat kerja sama dengan organisasiorganisasi semacam Penjaga Pantai dan badan manajemen pelabuhan juga penting.
Butir 3. Pengaturan terkait Perusahaan Konstruksi dan Mesin
Kerja sama antara perusahaan-perusahaan konstruksi sangatlah vital setelah bencana skala besar karena pengetahuan mereka tentang area tersebut dapat membantu tim tanggap bencana membuka akses jalan secepat dan selancar mungkin.
Oleh karena itu penting untuk mengorganisir latihan-latihan, rencana komunikasi dan persiapan lainnya dengan perusahaan-perusahaan sebelum terjadinya bencana apapun sehingga ketika krisis terjadi personel dan mesin dapat segera dikerahkan.
Penjelasan 1.
2.
3.
4.
Seperti telah dituliskan sebelumnya, sangat penting bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lokal untuk membersihkan jalan raya dan jalan laut. Kemampuan untuk membersihkan jalan-jalan tergantung dari pengalaman para perusahaan konstruksi dalam menghadapi kerusakan dengan menggunakan personel dan alat berat yang ada. Dengan adanya kerusakan secara umum di daerah, maka rencana tanggap bencana perlu disusun secara tepat setelah pemeriksaan kondisi dilakukan. Penting pula untuk mempertimbangkan lokasi fasilitas-fasilitas prioritas tinggi semisal rumah sakit. Agar dapat bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan konstruksi dan membuat rencana aksi tanggap bencana sejak tahap awal, maka diperlukan adanya perjanjian tanggap bencana sebelumnya dengan para perusahaan tersebut agar peralatan konstruksi, material konstruksi dan personel juga siap. Penggunaan sistem komunikasi bersama di saat darurat, juga fasilitasi simulasi tanggap darurat dan diskusi antara Dinas Daerah dengan para manajer konstruksi sebelum terjadinya bencana dapat mempermudah terjadinya respons yang cepat setelah bencana terjadi.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
55
Terdapat total 52 tim dari 29 perusahaan yang dikerahkan untuk membersihkan puing-puing/sampah dari jalan-jalan yang rusak saat Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Rincian tim-tim tersebut adalah sebagai berikut: 28 tim dari 11 perusahaan di area Kantor Jalan Nasional Sanriku (Prefektur Iwate), 28 tim dari 14 perusahaan di area Kantor Sungai Sendai dan Jalan Nasional (Pref. Miyagi), dan 4 tim dari 4 perusahaan di area Kantor Jalan Nasional Iwaki (Pref. Fukushima). Kebanykan dari perusahaan konstruksi tersebut merupakan perusahaan lokal dan memberikan bantuan meskipun 56
3 |
2 |
3
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3-2-3 Pengaturan terkait Perusahaan Konstruksi dan Mesin
mereka juga menjadi korban bencana. Sistem komunikasi yang putus mempersulit komunikasi permintaan untuk membersihkan jalan rusak. Dari 52 tim konstruksi yang telah disebutkan, hanya 21 tim (dari 13 perusahaan) di Yamagata dan daratan Prefektur Iwate yang dapat dihubungi oleh telepon. Sebanyak 23 tim (dari 12 perusahaan) dari daerah pesisir datang langsung di kantor MLIT cabang lokal dan juga kantor regional MLIT. Terdapat juga personel dari kantor cabang lokal yang datang langsung di perusahaan konstruksi untuk meminta bantuan. Sebanyak 7 tim lain (dari 4 perusahaan) memulai kerjanya secara mandiri Mulai operasi kerja mandiri 7 tim (13%)
3 |
2 3
Pemberitahuan di Cabang Lokal/ Kantor Kerja 23 tim (45%)
3.
5.
Pemberitahuan langsung 1 tim (2%)
|
2.
4.
Pemberitahuan lewat telepon 21 tim (40%)
Grafik: Metode Pemberitahuan Tim Pembersihan Jalan
Permohonan kerja sama dari perusahaan-perusahaan konstruksi dimulai oleh Dinas Daerah Tohoku pada hari terjadinya bencana. Kira-kira 50% perusahaan mulai membersihkan jalan-jalan dalam waktu 6 jam setelah menerima permintaan, dan 85% mulai bekerja dalam kurun 24 jam. Perusahaan-perusahaan ini berkontribusi besar di tahap awal operasi tanggap darurat di daerah-daerah yang rusak. Perjanjian-perjanjian tanggap bencana sebelumnya telah dibuat antara Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku dan pihak-pihak terkait seperti ketua Federasi Asosiasi Konstruksi Umum Tohoku. Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk memfasilitasi restorasi awal fasilitas-fasilitas yang rusak, dan untuk mencegah semakin parahnya kerusakan yang telah terjadi. Pada saat terjadinya Gempa Bumi Besar Jepang Timur terdapat 16 perjanjian dengan organisasi yang terkait konstruksi. Jumlah ini bertambah menjadi 23 57
organisasi pada Februari 2013. Sistem pelaksanaan khusus untuk perjanjian ini dikoordinasi oleh direkturdirektur kantor regional dan manajer tingkat prefektur untuk tiap organisasi konstruksi. Hal ini memungkinkan operasi bisa dilakukan secepat mungkin. Tetapi sistem ini langsung direvisi begitu terjadi perubahan situasi. Seperti ditampilkan pada tabel di bawah, kapal-kapal kerja untuk membuka kembali jalan laut didatangkan dari seluruh penjuru Jepang. Adanya kecelakaan di PLTN Fukushima Daiichi menyebabkan adanya larangan masuk dalam radius 20 km (zona eksklusi), sehingga kapal-kapal tersebut harus berlayar memutar sejauh 20 km di lepas pantai. Kondisi cuaca membuat kapal-kapal tersebut sulit untuk melakukan manuver sehingga bisa beresiko terhadap kapal.
Tabel: Kendaraan Kerja untuk Pengadaan Pembukaan Kembali Saluran Air
Derek Apung dll
33 buah
Peluncuran survey
14 buah
19 buah
Tohoku (19)
Kendaraan Perlindungan
1 buah
Kanto (Teluk Tokyo, 1)
3 buah
Kinki (Teluk Osaka, 1), Chugoku (Shimonoseki, 1), Kyushu (Kitakyushu, 1)
Kendaraan pendukung
Kendaraan dengan ruang akomodasi
Hokkaido (Hakodate, Tomakomai, 3), Kanto (Teluk Tokyo, 10), Houriko (Niigata, 2), Chubu (Shizuoka, 1), Kinki (Teluk Osaka, 2), Tohoku (15) Hokkaido (Hakodate, 1), Kinki (Teluk Osaka, 1), Tohoku (12)
Poin Perbaikan 1.
2.
Dinas Daerah harus menyusun cara baru pengajuan permintaan dan instruksi terkait operasi jalan dan kerjasama dengan perusahaan lain. Penentuan detail operasi yang bergantung pada alam, skala, lokasi, dan karakteristik bencana lainnya akan memungkinkan pekerjaan pembersihan segera berjalan sedini mungkin. Mekanisme komunikasi dengan perusahaan-perusahaan juga harus direvisi. Pelatihan simulai yang berkala juga akan membantu untuk meningkatkan kerangka keseluruhan tanggap darurat yang kooperatif. Terdapat sejumlah kesulitan dalam mendapatkan peralatan, bahan bakar dan bahan untuk perusahaan konstruksi, dan dalam menemukan lokasi untuk menyimpan puing-puing. Oleh karena itu, Dinas Daerah harus mempertimbangkan untuk membuat perjanjian tambahan dengan perusahaan penyimpanan dan organisasi lainnya untuk memastikan upaya pemulihan bencana lebih diprioritaskan daripada kepentingan pribadi. 58
3 |
2 |
3
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3-3-1 Persiapan untuk Mengirim Petugas Penghubung ke Pemerintah Daerah
Bagian 3. Persiapan untuk Bantuan Regional
Butir 1. Persiapan Mengirim Petugas Penghubung ke Pemerintah Daerah
Merupakan praktik standar bagi Dinas Daerah untuk mengirim para petugas penghubung ke pemerintah-pemerintah daerah yang terkena dampak bencana alam. Instruksi-instruksi untuk persiapan pemilihan dan penyebaran para petugas ini harus dikeluarkan segera setelah bencana terjadi.
3 |
3 |
1
Pada skala bencana yang lebih kecil, para petugas penghubung biasanya dipilih dari para staf di kantor-kantor daerah yang terkena bencana. Tetapi pada bencana skala besar kantor-kantor ini mengalami krisis, dan tidak dapat mengirimkan stafnya untuk kegiatan seperti itu. Pada situasi seperti itu, Dinas Daerah harus mengatur untuk menugaskan personelnya dari kantor-kantor di luar zona bencana. Misi dari petugas penghubung (LO) melebihi cakupan tugas-tugas biasa, sehingga para personel yang terpilih harus memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, ahli dalam mengambil keputusan, dan dapat bekerja sebagai “tangan kanan” para walikota di daerah-daerah yang terkena bencana. Seperti telah disebutkan sebelumnya (di Bagian 3-1), permintaan yang datang dari area yang terkena dampak bencana paling parah seringkali hanya sedikit. Pada bencana skala besar dan tidak terdapat kontak (komunikasi) dari suatu daerah sedangkan Dinas Daerah menilai bahwa area tersebut membutuhkan bantuan, Dinas Daerah harus mengirimkan para petugas penghubungnya secepatnya meski kondisi di daerah tersebut belum terkonfirmasi.
Penjelasan 1.
2.
Pada bencana alam “skala normal”, personel kantor regional di daerah bencana diutus sebagai petugas penghubung karena secara fisik mereka lebih dekat dengan area bencana dan telah memiliki hubungan dengan pemerintah lokal. Akan tetapi bila dampak bencana terlalu besar, perekrutan para personel ini tidak mungkin dilakukan. Bisa jadi para staf di kantor-kantor regional di daerah bencana tersebut sedang sibuk, karenanya diperlukan para personel dari kantor-kantor regional di luar daerah bencana utama untuk keperluan koordinasi di tahap awal. Ketika terjadi kerusakan berat dan masalah yang menyebabkan wilayah terdampak bencana tidak bisa menanggulangi bencana bila tanpa pendampingan, maka para petugas penghubung harus tetap dekat dengan pemerintah daerah, mendata kebutuhan-kebutuhan mereka, dan memberi 59
3.
bantuan sebisa mungkin. Nyawa manusia adalah prioritas tertinggi. Para petugas penghubung karenanya harus bekerja melangkahi ataupun di luar batas yurisdiksi MLIT, dan melebihi peran utama mereka sebagai “penghubung” untuk Dinas Daerah. Sangatlah penting karenanya untuk memilih para petugas yang memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, yang tidak menyia-nyiakan tanggung jawab yang telah diberikan. Dinas Daerah biasanya mengirim para petugas penghubungnya setelah menghubungi pemerintah lokal. Tetapi dalam bencana skala besar, jaringan komunikasi seringkali rusak. Oleh karena itu para petugas penghubung harus selalu siap dipanggil, dan dapat menangani tiap masalah dengan baik. Bila ditemukan (diasumsikan) kemudian bahwa kondisi di daerah bencana sangatlah serius kerusakannya, bisa saja para petugas penghubung dikirim ke pemerintah lokal sebelum ada komunikasi.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
‘Pendampingan pada pemerintah daerah’ ditambahkan ke kebijakan tanggap bencana Dinas Daerah Tohoku pada larut malam tanggal 11 Maret. Instruksiinstruksi dikeluarkan oleh Direktur Jenderal ke Direktur Departemen Perencanaan, yang kemudian memerintahkan deputinya untuk mengirim para LO esok harinya. Deputi direktur menghubungi direktur kantor-kantor regional di wilayah bencana dan memperoleh informasi mengenai kerusakan lokal, dan jalan-jalan yang bisa dipakai LO untuk mencapai kantor-kantor pemerintah daerah. Mengetahui bahwanya sulit kantor-kantor regional di daerah bencana untuk mengirimkan personel, deputi mulai berkoordinasi dengan kantor-kantor regional di luar zona bencana untuk mendapatkan petugas yang lebih banyak. Gempa Bumi Besar Jepang Timur adalah pertama kalinya aksi seperti itu dilakukan dalam tanggap darurat bencana. 2. Permintaan pada kantor-kantor regional di luar zona bencana adalah berikut: (1) Lebih dari 1 LO harus dikirim ke area yang terkena dampak bencana, karena adanya pergiliran waktu kerja (shift) 24 jam; (2) Personel yang dipilih harus percaya diri, dan bisa berbicara langsung dengan para walikota; (3) Mengingat adanya kemungkinan kebutuhan LO dalam jangka waktu yang lama, personel yang menggantikan dan melanjutkan pekerjaan tiap petugas penghubung harus dipikirkan. Setiap kantor regional harus menentukan sendiri siklus rotasinya; (4) Peralatan komunikasi, suplai bahan bakar dan makanan harus dipersiapkan dan di bawa oleh para LO ke daerah-daerah tugasnya; (5) Bila para LO merasa dalam keadaan bahaya, misal dari ancaman 60
3 |
3 |
1
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3-3-1 Persiapan untuk Mengirim Petugas Penghubung ke Pemerintah Daerah
tsunami, mereka harus mampu bertindak sesuai dengan kemampuan. (6) Para petugas penghubung harus pergi menuju tempat-tempat tugasnya secepat mungkin (idealnya pada tanggal 12 Maret). 3. Kantor sumber LO juga daerah-daerah tugasnya bisa dilihat di tabel berikut.
Gambar: LO yang dikirim ke Pemerintah Daerah (per 17 Maret 2011)
Poin Perbaikan 1.
3 |
3 |
1
Kantor Sungai Iwate dan Jalan Nasional menyadari para LO dibutuhkan dalam aksi tanggap bencana. Oleh karena itu kantor kemudian menyiapkan “daftar pengenalan/keakraban daerah” berdasarkan lokasi tempat tinggal dan lokasi kerja tiap anggota staf dalam kurun 10 tahun. Daftar ini membuat kantor dapat memilih para petugas penghubungnya segera setelah menerima permintaan. Mempersiapkan daftar seperti itu sebelumnya adalah persiapan yang efektif untuk aksi tanggap bencana di masa depan.
3 |
3
Tabel: Penerjunan Petugas Penghubung ke Pemerintah Kota (3 hari pertama) Tanggal Koordinasi
Tanggal TIba
Kotamadya
Kantor Penerjunan
1
11 Mar
11 Mar
Sukagawa
Koriyama
2
11 Mar
11 Mar
Shirakawa
Koriyama
4
11 Mar
11 Mar
Kagamiishi
Koriyama
6
11-12 Mar
12 Mar
Ofunato
Iwate
8
11-12 Mar
12 Mar
Sendai
Yuzawa
10
11-12 Mar
12 Mar
Watari
Yamagata
12
11-12 Mar
14
12 Mar
13 Mar
Rikuzentakata
16
13 Mar
14 Mar
Otsuchi
18
13 Mar
14 Mar
Minamisanriku
3
5 7
9
11 13
15 17
11 Mar
11-12 Mar 11-12 Mar
11-12 Mar
11 Mar 12 Mar
Yabuki
Koriyama
Miyako
12 Mar
Kesennuma
12 Mar
Natori
Noshiro
Soma
Koriyama
11-12 Mar
14 Mar
Ishinomaki
Shinjo
13 Mar
13 Mar
14 Mar
Dikoordinasikan oleh Polisi Jalan Besar Nasional Koriyama Idem
Idem
Idem
Sakata
12 Mar
12 Mar
Keterangan
Akita
11-12 Mar
14 Mar
|
1
Kamaishi
Iwate
Yuzawa
Iwaki
Sakata
Higashimatsushima
Isawa
61
Akita
digantikan Iwaki (17 Maret)
Akita
62
BAB 3 Satu Hari Seusai Bencana
3-3-2 Perlindungan Terhadap Pengungsi
Butir 2. Perlindungan Terhadap Pengungsi
Penyelamatan nyawa manusia adalah tugas bagi tim tanggap darurat bencana, oleh karenanya tim harus memberikan perhatian maksimum pada para penduduk yang ingin mengungsi ke fasilitas-fasilitas Dinas Daerah.
Penjelasan 1.
3 |
3 |
2
Meskipun Dinas Daerah berperan paling penting dalam pemulihan pasca bencana, mengupayakan agar orang tetap hidup adalah misi utama sebelum langkah-langkah pemulihan dilakukan. Bila ada penduduk yang ingin mengungsi ke bangunan-bangunan Dinas Daerah, Dinas Daerah harus melakukan yang terbaik dalam penyediaan akomodasi. Selain pada akomodasi, perhatian yang maksimum juga harus diberikan pada informasi, makanan, P3K, fasilitas sanitasi, metode komunikasi eksternal, transportasi ke rumah sakit dan pusat-pusat evakuasi, juga perlengkapan untuk mengisi ulang energi peralatan elektronik.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2. 3.
4.
Segera setelah bencana tanggal 11 Maret, akses pada kebutuhan dasar seperti air, gas, dan listrik terputus di semua area di kota Sendai. Kondisi ini menyulitkan sebagian penduduk untuk tinggal di dalam rumah, dan kirakira sebanyak 80 penduduk lokal datang ke Dinas Daerah Tohoku untuk mengumpulkan informasi, mengecas ponsel mereka, dan mendapatkan makanan. Dinas lebih lanjut membuka salah satu ruangan rapat dan juga toilet yang bisa digunakan oleh pengunjung. Lebih dari 300 penduduk mengungsi ke kantor-kantor regional seperti dapat dilihat pada tabel di bawah. Tepat setelah bencana, 48 penduduk dan orang-orang yang kebetulan berada di situ mencari perlindungan ke Kantor Pelabuhan Kamaishi. Korban yang terluka diberi pertolongan pertama (P3K), air, dan makanan, kemudian daftar nama pengungsi disusun. Pada tanggal 12 Maret, staf menggunakan telepon satelit untuk menghubungi stasiun-stasiun radio lokal dan NHK, menyiarkan nama-nama pengungsi (korban selamat), dan mengkonfirmasi keselamatan semua orang yang berada di kantor. Siaran ini adalah informasi pertama yang keluar dari kota Kamaishi. Staf di Kantor Bandara dan Pelabuhan Shiogama memberitahukan pada orang-orang di dekatnya untuk mengevakuasi diri ke atap kantor sebelum tsunami datang. Sebanyak 83 orang dari perusahaan-perusahaan juga perumahan di sekitarnya mengungsi ke lokasi tersebut. 63
5.
Pada tanggal 18 Maret, Kantor Perdana Menteri Jepang mengirimkan pemberitahuan pada semua kementrian dan badan pemerintahan, menyebutkan bahwa mereka “harus bekerja tiada lelah dan berusaha semaksimalnya untuk membantu para korban bencana, juga berempati dan bersimpati pada mereka yang berada di penampungan dalam kondisi yang sulit”. Pemberitahuan ini ditujukan pada kantor-kantor pemerintah yang belum mengubah prosedur operasi normal mereka, khususnya mereka yang menolak untuk memberi perhatian pada para korban (orang-orang yang membutuhkan). Tabel Jumlah Orang yang Dievakuasi ke Kantor Regional
Nama Kantor
Jumlah Pengungsi
Nama Kantor
Jumlah Pengungsi
Kantor Jalan Besar Sanriku
sekitar 20
Kantor Teknik Tohoku
48
48
83
Kantor Sungai Kitakami-karyu
93
Kantor Bandara dan Pelabuhan Shiogama
Kantor Pelabuhan Kamaishi
Kantor Jalan Besar Nasional dan Sungai Sendai
64
Lebih dari 20
3 |
3 |
2
Bab 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-1 Langkah-langkah yang Harus Diambil Seminggu Seusai Gempa
Bagian 1. Langkah-langkah yang Harus Diambil Seminggu Seusai Gempa
Periode krisis awal adalah kira-kira 1 minggu setelah terjadinya bencana. Makin hari ketertiban makin kembali secara perlahan di area bencana. Bahkan dalam kondisi pemulihan ini, persediaan dan personel tetap belum mencukupi, dan kondisi operasi tanggap bencana berubah dengan setiap informasi dan berita yang masuk. Media juga terus-menerus menyiarkan informasi sepotongsepotong dan tidak lengkap kepada masyarakat, dan rantai komando untuk tanggap bencana secara keseluruhan masih dalam kekacauan.
Mereka yang bertugas dalam operasi tanggap bencana wajib menangani perubahan kondisi yang terjadi tiap jam di daerah bencana. Kebijakan-kebijakan dasar pada hari pertama sebaiknya direvisi menyesuaikan dengan perubahanperubahan yang terjadi. Para pejabat level atas sebaiknya yakin dengan prioritas yang ditempuh dan masalah yang dihadapi terkait dengan urgensi kebutuhan. Dalam hal ini mereka dapat mengabaikan aturan dan preseden yang biasanya diikuti dalam kondisi normal. Mereka sebaiknya memahamkan urgensi kepada seluruh anggota tim masing-masing, dan menggunakan pertimbangan sendiri untuk menentukan langkah yang tepat untuk keadaan tersebut.
4 | 1
Dengan kata lain, minggu pertama seusai bencana dapat dianggap sebagai ‘fase darurat’ saat Dinas Daerah dihadapkan dengan keputusan-keputusan berat mengenai bagaimana mengeksekusi rencana pemulihan, bahkan tanpa adanya skenario yang telah ada sebagai penunjang. Dinas Daerah seharusnya menngambil perspektif yang luas dan tegas dalam perbaikan langkah-langkah mereka agar tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Penjelasan 1. Dari sudut pandang menyelamatkan nyawa dalam operasi tanggap bencana, seminggu pasca bencana adalah fase kritis. Dalam sejumlah kasus, 72 jam pertama merupakan fase ‘hiper-kritis’. Meski demikian, setelah 1 minggu berlalu, kondisi komunikasi, transportasi, dan faktor-faktor lain yang terkait dengan pemulihan menjadi lebih stabil. Penting untuk diingat bahwa ketika stabilitas ini tercapai, operasi tanggap bencana akan keluar dari fase kritis. 2. Langkah darurat yang diambil pada operasi tanggap bencana awal dapat berlangsung lebih dari fase kritis, berkisar antara 1 minggu hingga lebih dari 1 bulan. Instruksi untuk memulai tindakan ini diberikan selama beberapa hari, paling lambat seminggu pasca bencana. 3. Informasi dari berbagai area terdampak biasanya diperoleh pada periode 1 minggu kritis ini, dan kerusakan menyeluruh dapat diketahui dengan jelas. Pimpinan dari berbagai level operasi tanggap bencana perlu meninjau 67
4.
5.
6.
7.
kembali prinsip dan strategi di hari terjadinya bencana dan menangani sesuai dengan situasi yang mereka hadapi. Selain itu pada bencana skala besar, keterbatasan pengumpulan informasi dan sumber daya Dinas Daerah seringkali membuat mereka terpaksa untuk mengambil tindakan di luar yurisdiksi mereka. Kesalahan terbesar Dinas Daerah dalam situasi ini adalah meremehkan skala tanggap bencana, membatasi yurisdiksi, ataupun meningkatkan tanggung jawab para staf Dinas Daerah. Penting bagi para pemimpin Dinas Daerah dan personel untuk mempertahankan kesadaran mereka akan situasi gawat selama masa gawat darurat, tidak merasa terikat dengan aturan dan kasus-kasus sebelumnya dalam keadaan biasa agar operasi tanggap bencana tidak terhambat. Meski demikian, Dinas Daerah harus tetap berkoordinasi langsung dengan lembaga-lembaga yang lebih tinggi (seperti MLIT) ketika melaksanakan operasi mereka. Ada berbagai cara untuk membangkitkan kesadaran akan situasi kritis dalam organisasi Dinas Daerah. Caranya dapat berupa tindakan yang berdampak besar seperti revisi undang-undang dan anggaran, dan bisa juga tindakan yang memberikan perubahan relatif kecil, seperti perubahan kerangka kerja komunikasi ataupun peraturan internal. Jika staf senior tidak mengambil tanggung jawab dan mendorong para petugas di semua tingkat untuk membuat keputusan-keputusan ini, para petugas tersebut mungkin akan kesulitan melampaui aturan-aturan yang telah ada. Pemimpin di semua tingkat Dinas Daerah harus tetap berhubungan erat dengan lembagalembaga yang lebih tinggi, dan bertindak sesuai dengan kondisi yang ada. Keputusan-keputusan tersebut dibarengi dengan tanggung jawab yang besar, dan tidak dapat dibuat oleh staf yang belum memiliki pengalaman memimpin. Keputusan harus dikomunikasikan dengan tingkat pimpinan operasi tanggap bencana, sesuai dengan substansi keputusan. Seperti di Bagian 3-1, penting bagi pimpinan untuk mengkomunikasikan keputusan mereka dengan jelas kepada para staf, dan tidak membebani mereka dengan arahan yang ambigu. Idealnya, instruksi-instruksi bersifat singkat dan padat, serta dilengkapi peta ataupun grafik sebagai bantuan visual. Terkait hasil dari operasi tanggap bencana, terdapat perbedaan yang jelas antara organisasi yang menanggapi krisis menggunakan prosedur standar dengan organisasi yang menanggapinya dengan tindakan-tindakan darurat. Perbedaan tersebut terletak pada para pemimpin yang memimpin operasi tanggap—kesadaran mereka terhadap situasi gawat, dan kemampuan mereka untuk mengubahnya menjadi tindakan. Penting dicatat bahwa dalam operasi tanggap bencana, banyak keputusan yang dibuat di area bencana untuk menanggapi situasi yang ada disetujui oleh atasan yang terkait setelah kejadian. 68
4 | 1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-1 Langkah-langkah yang Harus Diambil Seminggu Seusai Gempa
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
3 hari pertama dari operasi tanggap darurat bencana di Dinas Daerah Tohoku adalah saat yang luar biasa bila diingat kembali. Barulah pada malam hari tanggal 13 Maret, para staf bisa mengerjakan tugas rutin seperti mengecek email. Sebelumnya mereka telah bekerja tanpa beristirahat. Memulai tindakan darurat pada 7 hari pertama, semua staf mulai dari direktur jenderal hingga tingkat bawah menginap di Dinas Daerah Tohoku selama 2 minggu pertama. Langkah-langkah darurat yang dimulai pada minggu pertama respons bencana dapat diamati pada tabel di bawah ini. Penjelasan langkah-langkah tersebut dijabarkan di bawah tabel.
Operasi penyisiran (pembersihan jalan)
11 Maret (Hari 1)
Pengadaan material luar biasa
14 Maret (Hari 4)
Pembukaan kembali sebagian jalan laut
14 Maret (Hari 4)
Penyebaran LO ke kota-kota
Penundaan pekerjaan konstruksi normal
4 | 1
Mulai
Pengadaan bahan bakar Drrainase darurat
Selesai
18 Maret (Hari 8)
12 Maret (Hari 2)
4 Juni (Hari 86)
14 Maret (Hari 4)
11 April (Hari 30)
14 Maret (Hari 4)
16 Maret (Hari 6)
31 Maret (Hari 21) 23 Maret (Hari 13)
31 Maret (Hari 82)
26 Agustus (Hari 160)
(1) Operasi Penyisiran: Sesuai dengan instruksi oleh direktur jenderal pada pukul 23.33 tanggal 11 Maret, rencana pembersihan jalan yang rusak karena bencana dimulai melalui komunikasi visi operasional dengan personel Dinas Daerah Tohoku. Pada waktu terjadi bencana, Rencana Operasi Mitigasi Bencana Dinas Daerah Tohoku tidak memasukkan kegiatan pembersihan jalan ini. Patroli jalan biasanya bertugas setelah laporan tsunami dicabut, tetapi pada kondisi ini mereka mulai bekerja membuka jalan bahkan ketika peringatan masih berlaku. Jalan-jalan yang dipilih diambil dari semua kategori, mulai dari jalan tol yang dikelola oleh NEXCO East hingga jalan tol nasional dan jalan prefektur yang dikelola oleh pemerintah prefektur dan pemerintah kota. Dengan mengomunikasikan visi keseluruhan pada saat memulai operasi, Dinas Daerah Tohoku memastikan langkah-langkah yang diambil berlanjut tanpa hambatan hingga penyelesaiannya (lihat Bagian 4-3-1). (2) Pengerahan para petugas penghubung: Sesuai dengan instruksi oleh direktur jenderal pada malam tanggal 11 Maret, Dinas Daerah Tohoku memutuskan untuk mengirim para petugas penghubung ke semua kota 69
(3)
(4) (5)
(6)
dalam area bencana. Dinas Daerah Tohoku awalnya mengikuti prosedur dan menunggu persetujuan para pemerintah kota. Tetapi karena kondisi komunikasi yang buruk dan kebingungan yang terjadi di kantor-kantor yang terkena bencana berarti koordinasi tidak dapat dilakukan sesuai dengan rencana; dan keputusan untuk mengirimkan para petugas penghubung ke semua kota sepertinya semakin tidak mungkin. Dinas Daerah Tohoku kemudian mengubah strategi dan mulai menerjunkan para petugas penghubung tanpa menunggu komunikasi dengan para pemerintah kota (hal ini diakui menyebabkan beberapa kesulitan pada para staf yang dikirimkan). Sebagai hasil strategi baru ini, para petugas penghubung dikirimkan ke 31 kota. Seperti yang telah dituliskan di Bagian 3-3-1, inilah pertama kalinya personel di luar yurisdiksi kantor regional dan juga personel dari Dinas Daerah yang berbeda dikerahkan untuk operasi tanggap bencana alam. Pengadaan material luar biasa: Masalah terkait pengadaan suplai dan material tidak diantisipasi oleh strategi dasar tanggap bencana yang dicanangkan pada tanggal 11 Maret. Meskipun demikian, melalui pembicaan langsung (melalui telepon yang disampaikan oleh Dinas Daerah Tohoku) dengan para wali kota di area bencana, Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku menyadari bahwa kota-kota memerlukan semua jenis persediaan untuk kondisi darurat, dan tidak ada organisasi yang dapat mengatasi krisis ini tanpa persediaan tersebut. Dinas Daerah Tohoku kemudian memutuskan untuk melampaui yurisdiksi mereka dan membantu pengadaan material ini. Pada tanggal 14 Maret, Dinas Daerah Tohoku membentuk Kelompok Pengadaan Persediaan. Melalui kelompok ini dan tindakan lain, sistem untuk penyediaan material darurat berhasil dibuat (lihat bagian 4-2-2). Sistem ini secara umum efektif, terlepas dari adanya masalah dengan komunikasi dan transportasi (lihat Bagian 4-4-3) Penundaan pekerjaan konstruksi normal: Penundaan sementara pekerjaan konstruksi normal dijabarkan di Bagian 5-5-1 Pembukaan kembali sebagian jalan laut: Wakil Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku mengumumkan kebijakan dasar untuk memprioritaskan Pelabuhan Miyako, Kamaishi, dan Sendai Shiogama pada operasi pembersihan darurat. Bersamaan dengan patroli jalan, survei pelabuhan biasanya tidak diizinkan hingga laporan tsunami dicabut. Dinas Daerah Tohoku mengeluarkan instruksi yang belum pernah dilakukan untuk melakukan survei sebelum laporan dicabut, segera setelah peringatan tsunami diturunkan tingkatannya (lihat juga Bagian 4-3-2). Pengadaan bahan bakar: Pengadaan bahan bakar awalnya dikelola 70
4 | 1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4 | 1
4-1 Langkah-langkah yang Harus Diambil Seminggu Seusai Gempa
sendiri oleh masing-masing tim di Dinas Daerah Tohoku. Kelompok Kelistrikan dan Komunikasi, sebagai contoh, mengawasi pengadaan bahan bakar untuk peralatan komunikasi; Kelompok Mesin mengelola pengadaan kendaraan tanggap bencana dan peralatan lain yang terkait. Meski demikian, bersamaan dengan makin jelasnya kondisi kota yang terkena dampak, Dinas Daerah Tohoku menemukan bahwa bahan bakar juga diperlukan untuk generator tenaga listrik darurat di rumah sakit lokal dan sebagainya. Dinas Daerah Tohoku dengan demikian memutuskan untuk membuat perencanaan pengadaan bahan bakar ke semua kota yang terkena dampak, dan pada tanggal 14 Maret terbentuklah kelompok khusus untuk pengadaan bahan bakar darurat. Pengadaan bahan bakar darurat untuk operasi tanggap bencana dengan demikian berlangsung lebih lancar (lihat Bagian 5-2-5). (7) Drainase darurat: Dinas Daerah Tohoku awalnya tidak mengantisipasi sejauh mana tsunami akan menyebabkan air laut tetap menggenang di daratan (lebih dari 100 juta meter kubik air tetap menggenangi daerah seluas 170 kilometer persegi, menyebabkan amblasnya tanah yang luas). Dinas Daerah Tohoku memulai langkah drainase, melalui pergerakan kendaraan pompa sesuai dengan prosedur biasa, bersamaan dengan permohonan perbaikan jangka pendek untuk mengeringkan lembah-lembah sungai di wilayah administrasinya. Menindaklanjuti permohonan dari Pemerintah Prefektur Miyagi, prioritas kerja drainase di keseluruhan area sekitar Bandara Sendai dimulai pada tanggal 16 Maret. Setelah mengetahui tingkat keparahan banjir yang didapatkan melalui foto-foto udara dan sumber lainnya, MLIT memutuskan sejak tanggal 22 Maret untuk melampaui batasan yurisdiksinya, dan bertanggung jawab terhadap drainase air di area yang lebih luas (lihat Bagian 4-3-3). 3. Untuk tindakan-tindakan darurat (seperti di atas) yang melibatkan keputusan yang lebih serius, Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku menyampaikan rekomendasinya melalui telekonferensi dalam rapat Kantor Pusat Tanggap Bencana MLIT, dan mendapatkan persetujuan dari Menteri MLIT (lihat Bagian 4-2-1). Menteri MLIT juga menginstruksikan Direktur Jenderal untuk menggunakan kebijaksanaannya sendiri dan melakukan langkah sebaikbaiknya sesuai dengan keadaan, beberapa keputusan akhirnya disetujui. Pada tingkat pekerjaan juga, Dinas Daerah Tohoku berkoordinasi dengan sejumlah dinas MLIT. Kementerian, sebagai contoh, menindaklanjuti inisiatif tanggap bencana melalui pelaksanaan tindakan anggaran melalui Divisi Anggaran dan Keuangan (lihat Bagian 4-4-3) dan mengeluarkan dokumen melalui Divisi Urusan Teknik (lihat Bagian 5-5-1). 4. Untuk perubahan yang tidak terlalu berarti, pimpinan dari berbagai Dinas 71
5.
Daerah Tohoku, kantor daerah dan kantor lokal dapat membuat tindakantindakan darurat sehubungan dengan keadaan yang dihadapi. Direktur Kantor Jalan Tol Nasional Sanriku, misalnya, memberikan instruksi verbal untuk menghilangkan pagar jalan agar terbuka akses menuju Jalan Pantai Sanriku, sehingga memudahkan pengiriman barang-barang darurat ke daerah-daerah yang terisolasi akibat tsunami. Kantor Sungai Kitakamikaryu serta Kantor Jalan Nasional dan Sungai Sendai memberikan izin verbal untuk melepaskan air limbah dari pembangkit yang rusak ke sungai meski hanya melalui pengolahan primer. Beberapa kementerian lain tampaknya terlalu terpaku dengan kasus sebelumnya dan peraturan normal ketika berusaha menanggapi bencana. Secara kontras, staf Dinas Daerah Tohoku mulai dari pimpinan hingga personel bawah menanggapi krisis tersebut secara luwes. Hal ini pertamatama dapat dihubungkan dengan pemikiran praktis ‘berorientasi lapangan’ yang dianjurkan di kerja dinas sehari-harinya. Selain latihan tanggap bencana untuk persiapan staf dalam operasi tanggap darurat, sistem telekonferensi antara kantor dinas dan MLIT memungkinkan staf untuk mendengarkan dan berbagi informasi, dan kemudian memahami lebih baik maksud menteri dan para petugas senior. Faktor-faktor ini secara positif memengaruhi operasi tanggap bencana Dinas Daerah Tohoku.
72
4 | 1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-2-1 Penetapan Rantai Komando
Bagian 2. Kerangka Tanggap Darurat Bencana Butir 1. Penetapan Rantai Komando
Banyak faktor yang menentukan kecepatan tanggap bencana awal, tetapi faktor yang terpenting adalah penetapan rantai komando. Dalam menetapkan kerangka kerja ini, Dinas Daerah perlu menerapkan informasi secara efektif, dan menggunakan kewenangan untuk pembuatan keputusan dengan benar. Dengan demikian Dinas Daerah akan dapat menunjukkan kapasitasnya secara efektif dalam bertindak dan membuat keputusan sebagai sebuah organisasi. Kemampuan Dinas Daerah dalam menetapkan rantai komando didukung oleh adanya (a) fasilitas dan peralatan yang tahan terhadap gempa dan tetap berfungsi setelah bencana; (b) sistem komunikasi informasi; dan (c) staf yang telah terlatih dengan baik dalam operasi tanggap bencana. Hal-hal ini harus dipersiapkan sebelum terjadinya bencana.
4 |
2 |
1
Penjelasan 1. Faktor-faktor yang menentukan kecepatan tanggap bencana awal termasuk peralatan dan fasilitas untuk pengumpulan informasi; kendaraan operasi tanggap bencana; sistem dukungan dari seluruh penjuru negeri; dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Jika ingin elemen-elemen ini berfungsi secara efektif, sangat diperlukan penetapan rantai komando yang efektif. 2. Terkait kepemimpinan pada operasi tanggap bencana, informasi tentang bencana akan makin tersedia dengan dekatnya jarak terhadap daerah bencana, akan tetapi kewenangan pembuatan keputusan akan lebih besar dengan tingginya jabatan. Informasi pada situasi yang lebih luas juga akan terkumpul di organisasi yang lebih tinggi. Informasi dan kewenangan dengan demikian akan terdistribusi secara tidak merata, dan Dinas Daerah harus memastikan bahwa informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan sampai ke orang-orang yang akan membuat keputusan. 3. Supaya hal ini dapat terwujud, informasi yang dikumpulkan di organisasi tingkat lebih bawah harus diringkas dan dipresentasikan ke otoritas yang lebih tinggi, dengan format yang memungkinkan sebuah keputusan dapat diambil. Tetapi, otoritas pembuatan keputusan penting untuk dipindahkan ke personel yang ada di lapangan bila dibutuhkan. Para pimpinan dari tingkatan yang berbeda di operasi tanggap bencana haruslah (a) mengomunikasikan informasi ke otoritas yang lebih tinggi dengan benar; (b) menawarkan rekomendasi jika mereka adalah petugas senior; dan (c) memercayai bawahannya dengan kewenangan dan menginstruksikan mereka sesuai dengan kemampuan pembuatan keputusan. 73
4.
5.
Gempa Bumi Besar Jepang Timur mungkin adalah contoh pertama di mana Dinas Daerah berperan dalam rapat di Kantor Pusat Operasi Tanggap Bencana MLIT (seperti yang diinstruksikan oleh menteri MLIT). Meski ini pertama kalinya terjadi, peristiwa ini telah membantu pencapaian pengambilan keputusan yang cepat dan rantai komando yang lancar. Sistem telekonferensi yang digunakan selama bencana memungkinkan Dinas Daerah, kantor daerah, dan kantor lokal dari seluruh penjuru Jepang untuk berpartisipasi dalam operasi tanggap bencana, dan mengomunikasikan informasi yang didapat pada tingkatan nasional. Hal ini kemudian tentu saja sangat membantu dalam memobilisasi bantuan TEC-FORCE.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
3.
Gempa Bumi Besar Jepang Timur menghantam semua bagian Tohoku dengan intensitas seismik yang besarnya antara enam hingga tujuh Skala JMA, diikuti dengan tsunami berkekuatan besar. Jaringan listrik dan komunikasi rusak akibat bencana tersebut, dan dengan pengecualian kantor-kantor yang telah disebutkan di Bagian 2-2-4, hampir seluruh kantor daerah dapat mengamankan sumber listrik dan jaringan komunikasinya sehingga dapat memulai operasi tanggap bencana mereka tanpa rintangan. Bangunan utama Dinas Daerah Tohoku, yang juga disebutkan pada Bagian 2-1, menderita kerusakan yang cukup parah, tetapi Ruang Operasi Bencana yang baru saja dibangun terbukti mampu bertahan dari gempa bumi. Isi laporan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku dalam dua rapat di Kantor Pusat Operasi Tanggap Bencana MLIT terdiri atas informasi yang diterima oleh kantor regional lokal, yang dikelola oleh direktur masing-masing departemen, dan diringkas oleh wakil direktur jenderal. Dengan adanya koordinasi antara direktur jenderal dan deputi, jarang sekali adanya penarikan kembali informasi pada proses ini. Informasi yang diperlukan oleh MLIT dapat dikomunikasikan dengan sangat efisien. Menteri MLIT mempercayai Dinas Daerah Tohoku sejak awal operasi tanggap bencana, menyatakan pada telekonferensi awal bahwa direktur jenderal adalah yang paling memahami situasi, dan operasi sebaiknya dilaksanakan berdasarkan atas penilaiannya. Menteri juga tetap melanjutkan dukungannya di hari-hari setelahnya, menyatakan bahwa menteri dan wakil menteri akan menyetujui laporan ex post facto, bahwa Dinas Daerah Tohoku tidak perlu mengkhawatirkan mengenai anggaran ataupun yurisdiksi, dan bahwa direktur jenderal dapat membuat keputusan sebagai wakil pemerintah pusat. Di dalam Dinas Daerah Tohoku sendiri, para pemimpin di daerah bencana juga didukung oleh kemudahan komunikasi ke lembagalembaga yang lebih tinggi. Hal ini memfasilitasi pengambilan keputusan 74
4 |
2 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4.
5.
6. 4 |
2 |
1
4-2-1 Penetapan Rantai Komando
yang cepat terkait dengan operasi tanggap bencana. MLIT menyelenggarakan 50 rapat di Kantor Pusat Operasi Tanggap Bencana MLIT antara tanggal 11 Maret 2011 - 8 Maret 2012. Dinas Daerah Tohoku berpartisipasi dan berbicara dalam 16 rapat dari keseluruhan rapat tersebut. Partisipasi tetap dalam rapat ini (melalui telekonferensi) menambah beban yang cukup besar terhadap operasi tanggap bencana, tetapi rapat tersebut juga bermanfaat dalam pengelolaan informasi dan membaginya dengan pihak-pihak yang terkait. Persiapan rapat untuk keesokan harinya memerlukan investigasi yang cermat terhadap perubahan kondisi tiap jamnya di daerah bencana, dan menyusun informasi ini dalam format yang bermakna. Telekonferensi pertama dan kedua dilakukan tanpa dokumen ataupun bantuan material lainnya. Rapat-rapat selanjutnya melibatkan dokumen dan material yang sebelumnya dikomunikasikan antara Dinas Daerah Tohoku dan MLIT. Hal ini membawa perbaikan yang kentara dalam hal akurasi dan kejelasan komunikasi antar-lembaga, dan memfasilitasi pengungkapan opini oleh Dinas Daerah Tohoku. Sistem telekonferensi nasional mengindikasikan bahwa notulensi rapat tersebut dapat pula dilihat oleh kantor cabang lokal, kantor daerah, dan dinas daerah di seluruh negeri. Hal ini memungkinkan adanya pembagian informasi yang lancar di antara lembaga-lembaga yang berbeda. Informasi yang didapat dari telekonferensi ini juga memungkinkan tim pendukung dari dinas-dinas lain masuk ke daerah bencana dan memulai melaksanakan operasi mereka secara cepat, dan tanpa pengarahan tambahan.
75
Foto: Rapat ke-8 di Kantor Pusat Manajemen Bencana (12 Maret) seperti terlihat pada layar telekonferensi
Foto: Suasana rapat ke-48 Kantor Pusat Manajemen Bencana (30 Mei)
76
4 |
2 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-2-2 Perluasan Kerangka Kerja Tanggap Darurat
Poin Perbaikan 1.
2.
4
Partisipasi Dinas Daerah Tohoku dalam rapat di kantor pusat MLIT menunjukkan bahwa informasi dikomunikasikan dan keputusan dibuat langsung antara Dinas Daerah Tohoku dan MLIT. Meskipun demikian, tidak terdapat pertukaran informasi langsung antara Dinas Daerah Tohoku dan kantor-kantor daerah melalui telekonferensi ataupun metode lainnya. Hal ini terjadi karena direktur kantor-kantor daerah memiliki anggota staf yang lebih sedikit, dan mereka memutuskan bahwa partisipasi harian dalam konferensi dapat menghambat operasi mereka. Para petugas senior di Dinas Daerah Tohoku dikumpulkan dalam satu lokasi Ruang Operasi Bencana. Petugas-petugas ini dapat memahami diskusi antara Menteri MLIT dan Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku secara langsung sehingga rapat internal untuk menjelaskan hal tersebut jarang sekali dilakukan. Tetapi terdapat pula rapat harian yang dilakukan di waktu tertentu di tiap departemen, tim, dan kantor cabang lokal dengan tujuan penyampaian informasi. Tidak terlihat kelemahan dengan adanya metode komunikasi informasi ini. Meskipun demikian, penentuan apakah metode ini adalah yang paling baik memerlukan pertimbangan lanjutan.
|
2 |
1
Butir 2. Perluasan Kerangka Kerja Tanggap Darurat
Terdapat berbagai aspek berbeda pada setiap bencana alam. Operasi yang difokuskan pada awal tanggap bencana berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, struktur tim tanggap darurat yang ditetapkan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana mungkin tidak selalu yang paling tepat. Jika aktivitas-aktivitas yang diperlukan tidak ditetapkan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana, struktur organisasi untuk pengelolaan tugas ini sebaiknya dibentuk sebagai kelompok operasi baru.
Penjelasan 1. Setiap bencana skala besar mempunyai karakteristik yang berbeda. Gempa Bumi Hanshin-Awaji tahun 1995 ditandai oleh kebakaran dan kerusakan rumah-rumah dan jembatan pada daerah berpopulasi tinggi. Gempa Bumi Niigata-Chuetsu tahun 2004 ditandai dengan tanah longsor di daerah pegunungan sehingga memotong akses jalan yang sangat vital bagi penduduk di daerah tersebut untuk kesehariannya. Kontras dengan dua bencana sebelumnya, Gempa Bumi Besar Jepang Timur adalah bencana ‘tipe tsunami’ dengan adanya tsunami dahsyat yang menyebabkan kerusakan luar biasa di sepanjang pesisir Pasifik. 2. Operasi tanggap bencana awal harus diubah agar serasi dengan karakteristik tiap bencana. Adalah hal yang tidak mungkin menjalankan operasi dengan hanya mengandalkan kelompok yang tercantum dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Dengan demikian, ketika organisasi tanggap bencana menemukan kebutuhan operasi yang tidak tercantum dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana, kurang memadai jika tugas-tugas baru tersebut hanya dilimpahkan ke kelompok yang ada. Pimpinan harus membentuk timtim tanggap darurat baru, dan menunjuk staf dan sumber daya yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Menanggapi bencana tsunami tanggal 11 Maret yang belum pernah dialami sebelumnya, Dinas Daerah Tohoku sewajarnya memberi prioritas tertinggi untuk membantu penduduk yang terkena dampak bencana di sepanjang pesisir Pasifik. Meski demikian, beban personel akan menjadi sangat berat jika mereka hanya menggunakan struktur tim yang dibuat dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Tim tanggap bencana baru, Tim Petugas Penghubung karenanya dibentuk pada dini hari tanggal 12 Maret. Rencana Operasi Mitigasi Bencana tidak menyertakan Deputi Direktur Departemen
77
78
4 |
2 |
2
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
2.
3. 4 |
2 |
2
4.
4-2-2 Perluasan Kerangka Kerja Tanggap Darurat
Perencanaan dengan tanggung jawab yang jelas, maka ditunjuklah ia sebagai pemimpin untuk tim baru tersebut. Anggota grup juga dialokasikan dari Departemen Perencanaan: lima-enam staf dengan giliran kerja siang (09.00-21.00) dan satu staf dengan giliran kerja malam (21.00-09.00). Ketika Dinas Daerah Tohoku membentuk hotline ke para walikota, dan para petugas penghubung mulai mengumpulkan informasi, tampak bahwa kebutuhan di daerah yang terkena dampak bencana sebagian besar berkisar antara bangunan kantor pemerintah, toilet, bahan bakar, kebutuhan seharihari, dan peti mayat. Setelah menerima informasi ini, Dinas Daerah Tohoku membentuk tim baru, Tim Pengadaan Persediaan, terpisah dari Tim Petugas Penghubung, dengan tugas spesifik untuk mendapatkan persediaan darurat. Perubahan organisasi ini dicanangkan pada tanggal 14 Maret. Petugas senior untuk koordinasi lingkungan, petugas senior untuk inspeksi pekerjaan, dan petugas senior untuk koordinasi proyek, ditunjuk untuk memimpin tim secara rotasi. Anggota tim terdiri atas personel dari Departemen Perencanaan dan Departemen Industri Konstruksi, Kota, dan Perumahan: empat hingga enam staf dengan giliran kerja siang, dan satu staf dengan giliran kerja malam. Beberapa ratus anggota tim tanggap bencana TEC-FORCE berkumpul dari Dinas-dinas Daerah seluruh Jepang. Mereka memulai operasi di daerah bencana pada tanggal 13 Maret, melakukan survei terhadap kondisi kerusakan, juga mengatur kendaraan dan peralatan tanggap bencana. Bersamaan dengan operasi TEC-FORCE, Dinas Daerah Tohoku juga merencanakan menggunakan staf dari Dinas Daerah di seluruh negeri untuk meningkatkan jumlah petugas penghubung di daerah yang terkena dampak. Menghadapi aktivitas yang meluas ini, akan sangat sulit bagi personel Dinas Daerah Tohoku untuk berkoordinasi dan memberikan arahan bagi mereka yang sampai di Tohoku dari dinas yang lain. Untuk menanggulangi situasi ini, Dinas Daerah Tohoku membawa direktur dari berbagai dinas yang sebelumnya mempunyai pengalaman mengelola kantor daerah. Direkturdirektur ini membentuk Kantor Pusat TEC-FORCE untuk mempersatukan dan mengarahkan sehingga dengan demikian meningkatkan efisiensi personel yang diterjunkan dari dinas lain ke area bencana. Kantor Pusat TECFORCE diresmikan melalui upacara pada tanggal 19 Maret, diberikan misi formalnya dan diakui sebagai tim resmi. Kantor Pusat dipimpin oleh direkrut Dinas Daerah Tohoku Departemen Perencanaan dan anggotanya, masingmasing dua orang dari Dinas Daerah Hokuriku, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku, dan Kyushu. Para anggota ini menyediakan instruksi langsung dan berkoordinasi dengan para petugas penghubung. Pemusatan anggota TEC-FORCE dan persyaratan demi terlaksananya sistem tanggap bencana 24 jam mengindikasikan bahwa sejak awal operasi, 79
5.
sejumlah besar personel harus melalui Gedung Dinas Daerah Tohoku. Dinas Daerah Tohoku kemudian memutuskan untuk menangguhkan keamanan gedung sementara untuk membantu mobilitas staf. Tindakan ini cocok untuk kondisi darurat, dan memungkinkan karena Dinas Daerah Tohoku berada di satu gedung saja. Kerangka kerja operasi tanggap bencana awal untuk pelabuhan yang terkena dampak juga diubah untuk menghadapi krisis langsung, dan tidak terkungkung oleh aturan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Selama seminggu operasi, satu-satunya alat komunikasi antara Dinas Daerah Tohoku dan kantor-kantor pelabuhan lokal adalah telepon satelit. Seorang manajer divisi atau anggota staf dari Dinas Daerah Tohoku akhirnya ditunjuk sebagai manajer komunikasi untuk setiap kantor pelabuhan, memberikan sistem komunikasi satu-satu (one-on-one) yang tidak dicanangkan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana.
Poin Perbaikan 1.
MLIT mengeluarkan perintah pada tanggal 28 Mei 2012, menyatakan bahwa anggota TEC-FORCE yang disebar ke daerah bencana berada di bawah kepemimpinan direktur jenderal Dinas Daerah lokal. Hal ini dapat dipandang sebagai hasil dari berbagai aktivitas setelah tanggal 11 Maret.
4 |
2 |
2
80
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-2-3 Penerjunan TEC-FORCE
Butir 3. Penerjunan TEC-FORCE
FORCE dalam yurisdiksi Dinas Daerah sebelum bencana terjadi, untuk memastikan kedatangan mereka ke lokasi bencana berjalan lancar. Lokasi pangkalan harus dipilih berdasarkan atas kondisi jalan dan kerusakan, kecocokannya untuk kondisi siaga, penggantian, dan operasi aktif dalam aktivitas TEC-FORCE. Cara untuk menyediakan dukungan logistik untuk unit TEC-FORCE juga perlu dipertimbangkan. Ketika informasi mengenai bencana mulai berdatangan, Dinas Daerah harus melakukan banyak koordinasi sebagai bagian dari proses pengiriman TECFORCE. Karena informasi bisa didapatkan dari berbagai pihak termasuk para petugas penghubung, pemerintah lokal dan kantor daerah, Dinas Daerah harus membentuk suatu departemen terpusat (Kantor Pusat TEC-FORCE) pada tahap awal untuk mengelola aktivitas TEC-FORCE. Proses komando akan berjalan mulus jika personel Kantor Pusat terdiri atas para petugas setingkat direktur dari dinas-dinas lain dengan pengalaman kepemimpinan di kantor-kantor daerah (lihat Bagian 4-2-2)
Dalam hal bencana skala besar, anggota TEC-FORCE dari seluruh negeri harus siap untuk mobilisasi dan bergerak menuju daerah bencana pada tahap yang paling awal, bahkan ketika informasi masih belum tersedia. Dinas yang menerima mereka perlu mengidentifikasi pangkalan untuk operasi TEC-FORCE secepat mungkin, dan juga mempersiapkan sistem agar staf dan perlengkapan dapat ditempatkan dalam keadaaan siaga tanpa adanya kebingungan. Perlu diingat bahwa ketika informasi mulai berdatangan, mungkin awalnya informasi tampak rumit dan sulit dipahami. Sejumlah pekerjaan penting dalam menyusun pengiriman TEC-FORCE dapat terjadi ketika informasi sedang dikonfirmasi. Oleh karena itu, Dinas Daerah harus mempertimbangkan pembentukan satu departemen baru untuk mengelola operasi-operasi TECFORCE.
Penjelasan 1. 4 |
2 |
3
2.
3.
4.
TEC-FORCE adalah unit operasi tanggap bencana yang dikelola secara nasional. Para anggota mempunyai pengalaman untuk melakukan operasi tanggap bencana untuk berbagai bencana skala besar di seluruh Jepang. Dengan demikian, mereka mampu berurusan dengan keseluruhan operasi tanggap bencana, mulai dari survei pendahuluan hingga pemberlakuan tindakan-tindakan darurat. Jumlah anggota TEC-FORCE yang dikirimkan harus ditentukan saat tahap awal, bahkan ketika informasi mengenai bencana masih sedikit. Hal ini sangat menyulitkan dalam menentukan jumlah dan tujuan pasti unit TECFORCE sebelum mereka disebar. Daripada mengalami kekurangan dan penundaan, lebih baik bila ‘besar dan cepat’, dan mempersiapkan pengiriman sebesar dan secepat mungkin, bahkan jika di kemudian hari hal ini ternyata berlebihan. Dinas Daerah sebaiknya mengerti bahwa sebagai akibat dari pengiriman kru dalam jumlah besar, anggota TEC-FORCE yang datang mungkin akan terpaksa menunggu di lokasi hingga misi mereka terkonfirmasi. Oleh karena itu, dinas penerima harus mempersiapkan sistem pengumpulan dan pengolahan informasi, dan pada saat yang sama mencoba untuk menyebarkan anggota TEC-FORCE ke tempat-tempat yang memerlukan secepat mungkin. Anggota TEC-FORCE juga sebaiknya membantu pengumpulan informasi dan aktivitas lain, dan menahan diri untuk tidak mengeluhkan lamanya periode siaga. Penting untuk mempersiapkan beberapa pangkalan untuk operasi TEC81
5.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Pada tanggal 12 Maret, sehari setelah bencana, delapan anggota tim TECFORCE datang di Kantor Pusat Operasi Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku dari Dinas Daerah Hokuriku dan Chubu. Sebagai tim tanggap darurat lanjut, mereka mulai bekerja untuk menilai kondisi kerusakan dan cara-cara potensial untuk membantu. Pada tanggal 13 Maret, unit-unit TEC-FORCE dari seluruh negeri mulai berdatangan di pangkalan-pangkalan yang telah ditentukan: Dinas Daerah Tohoku (Kota Sendai, Prefektur Miyagi); Kantor Sungai Kitakami-karyu (Kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi), dan Kantor Jalan Tol Nasional Koriyama (Kota Koriyama, Prefektur Fukushima). Pada pukul 13.00 di hari yang sama, diadakan upacara pelantikan TEC-FORCE di depan Gedung Dinas Daerah Tohoku. Setelahnya, lebih dari dua ratus anggota TEC-FORCE disebar sepanjang jalan-jalan raya yang baru dibuka untuk melakukan survei terhadap fasilitas-fasilitas yang dikelola Dinas Daerah Tohoku dan tempat lainnya. 2. Fasilitas-fasilitas yang digunakan sebagai pangkalan TEC-FORCE ditentukan melalui pengalaman Gempa Iwate-Miyagi Nairiku pada tanggal 14 Juni 2008. Dikarenakan Gempa Bumi Besar Jepang Timur lebih besar daripada gempa di tahun 2008, Dinas Daerah Tohoku akhirnya memutuskan untuk menggunakan fasilitas-fasilitasnya sendiri untuk pangkalan TEC-FORCE. Meskipun demikian, Dinas Daerah Tohoku telah memiliki daftar (ditulis setelah gempa bumi Iwate-Miyagi) yang mencakup bangunan kantor pemerintah sebanyak 72 buah (termasuk bangunan pemerintah lokal) tersebar di enam prefektur, dilengkapi dengan data ukuran mereka, 82
4 |
2 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
Orang
600
83
Jumlah Terbanyak(15 Maret) 521 Orang Seluruh Jepang
500
Area Luas (lembaga riset) Wilayah Kanto
400
Wilayah Hokkaido
300
0
Wilayah Tohoku
Maret
April
84
Mei
30
100
20
200
10
5.
30
3
Gambar: Pengiriman TEC-FORCE (Jumlah Personel dan Daerah Tujuan) (11 Maret - 31 Mei 2011) * Petugas penghubung juga termasuk dalam jumlah personel di atas.
20
|
10
2
31
|
Foto: Upacara Pelantikan TEC-FORCE (13 Maret, di depan Dinas Daerah Tohoku)
21
4
4.
peralatan komunikasi, keperluan dasar, dan fasilitas akomodasi. Tempattempat ini juga telah dipersiapkan agar siap saat dibutuhkan. Pada beberapa kasus, ketika anggota tim TEC-FORCE menawarkan bantuan pada pemerintah lokal untuk menilai kerusakan fasilitas-fasilitas, bantuan mereka ditolak. Hal ini disebabkan pemerintah yang daerahnya terkena dampak bencana saat itu memprioritaskan penyelamatkan nyawa. Hal ini kontras sekali dengan sejumlah petugas penghubung yang dikirimkan ke zona bencana (ke JSDF dan 31 kota di empat prefektur) melebihi jumlah staf Dinas Daerah Tohoku yang bisa mengisi peran petugas penghubung. Anggota TEC-FORCE yang datang di Tohoku kemudian ditempatkan sebagai petugas penghubung setelah tanggal 22 Maret. Hal ini berpengaruh positif pada jumlah petugas penghubung (total 96) dikirimkan ke Tohoku pada tanggal 23 Maret (puncak operasi). Petugas penghubung dari TEC-FORCE melakukan aktivitas yang bervariasi, mulai dari pengumpulan informasi hingga pekerjaan drainase untuk mencari orang-orang yang hilang, berkoordinasi dengan JSDF, dan berkontribusi dalam pengadaan persediaan darurat. Aktivitas-aktivitas ini menimbulkan rasa percaya dari pemerintah lokal (lihat Bagian 4-4-1). Sebagian besar kendaraan kerja dan pribadi di kantor-kantor daerah yang terkena dampak bencana tidak dapat digunakan lagi akibat tsunami. Dengan demikian dukungan dari anggota TEC-FORCE yang datang dengan kendaraan mereka sendiri yang dilengkapi persediaan darurat dan peralatan komunikasi menjadi aset yang sangat berharga. Institut Nasional Manajemen Pertanahan dan Infrastruktur hadir di daerah bencana sejak hari gempa bumi terjadi. Dalam periode hingga 31 Maret, telah diterjunkan total 592 orang¬¬*hari untuk melakukan survei kerusakan pada pekerjaan umum dan infrastruktur, termasuk jalan, jembatan, sungai dan fasilitas pesisir. Dengan dirilisnya laporan pendahuluan pada bulan Mei, mereka memberikan dukungan teknis dan profesional setelah bencana pada tahap awal. Sebagai tambahan, kelompok spesialis insinyur gelombang dapat menyurvei kerusakan dari pemecah-pemecah gelombang di pintu masuk teluk di zona bencana, dan mengeluarkan laporan pendahuluan dalam tiga hari. Dalam waktu satu bulan, mereka mengeluarkan informasi terkait kerusakan pemecah gelombang dan efektivitasnya dalam menghalangi tsunami.
11
3.
4-2-3 Penerjunan TEC-FORCE
4 |
2 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-1 Membuka Jalan bagi Aksi Penyelamatan
Poin Perbaikan 1.
4 |
2 |
3
Anggota tim TEC-FORCE dan petugas penghubung secara umum disebar untuk menanggapi permintaan pemerintah-pemerintah kota. Meski demikian, pada tahap awal operasi tanggap bencana skala besar, pemerintah kota kadang bekerja dengan kondisi ekstrem lumpuhnya komunikasi dan tidak ada keleluasaan selain operasi penyelamatan jiwa. Ada beberapa kasus peran dan kemampuan TEC-FORCE dan petugas penghubung tidak diakui, ketika tujuan pengiriman mereka tidak bisa dikonfirmasi, ketika pemerintah ragu akan pengiriman mereka, dan juga ketika proses pengiriman mengalami stagnasi. Bahkan pada kasus-kasus ini, unit TEC-FORCE dan petugas penghubung sebaiknya diturunkan segera dan tanpa keraguan. Pada banyak kasus, kemampuan personel ini dikenali setelah pengiriman mereka. Mereka menjadi aset berharga. Contoh ketika TEC-FORCE dianggap tidak perlu adalah informasi penting itu sendiri, dan unit pengiriman sebaiknya tidak menganggap itu sebagai hal yang sia-sia. 2. Bagi unit TEC-FORCE yang diterjunkan sehari setelah bencana, mereka akan bekerja dengan baik jika Dinas Daerah mempunyai perencanaan (termasuk fasilitas) tentang bagaimana mereka akan menerimanya. Rencana juga sebaiknya mencakup isi survei, struktur tim TEC-FORCE, format survei, peta dan material lain yang dibutuhkan bagi TEC-FORCE untuk memeriksa fasilitas tiap Dinas Daerah dan divisi administratif mereka. Dinas Daerah juga perlu membentuk kerangka kerja terkait staf yang dapat menjelaskan kondisi bencana dan rencana survei untuk anggota TEC-FORCE di daerah bencana, dan memastikan bahwa personel yang mengerjakan tugas ini telah ditentukan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana.
Bagian 3. Membuka Jalan bagi AksiPenyelamatan Butir 1. Persiapan untuk Membuka Jalan
Waktu adalah sangat penting dalam kegiatan membersihkan jalan. Setelah bencana skala besar, Markas Besar Tanggap Bencana harus segera mengeluarkan keseluruhan rencana operasi dan instruksi pembersihan jalan. Personel yang berada di daerah bencana harus segera memulai pengumpulan informasi dan operasi pembersihan jalan tanpa menunggu arahan. Hal ini berlaku terutama untuk jalan-jalan seperti jalan raya nasional yang jelas merupakan prioritas tertinggi. Penting bagi personel yang menangani kegiatan ini untuk mengambil tindakan yang cukup memadai sehubungan kemungkinan adanya gempa susulan dan tsunami, untuk mencegah bencana sekunder.
Operasi-operasi pembersihan jalan dimulai dari jalur akses utama, lalu akan ada pengubahan atau penambahan seiring dengan kondisi yang mulai jelas. Sebaiknya turut dipertimbangkan jalan-jalan menuju rumah sakit dan lokasilokasi kunci lainnya. Dinas Daerah harus fleksibel dalam menentukan prioritas. Operasi pembersihan jalan juga harus dilakukan oleh Dinas Daerah dengan berkoordinasi erat dengan industri konstruksi, polisi, dan Pasukan Bela Diri Jepang, untuk mendapatkan sumber daya dan memindahkan aset pribadi (misalnya mobil) yang menghalangi jalan.
Penjelasan 1.
2.
85
Begitu Dinas Daerah Tohoku mengeluarkan perintah untuk pembersihan jalan, pekerjaan di wilayah bencana harus segera dimulai sesegera mungkin. Memperkirakan kondisi dari bencana yang terjadi segera setelah terjadinya bencana memang pekerjaan yang tidak mudah. Dalam gempa bumi besar, para operator pembersihkan jalan perlu mempertimbangkan juga tentang gempa susulan dan kemungkinan tsunami dalam waktu dekat. Para operator tersebut harus berhat-hati agar tidak terjebak dalam bencana sekunder. Kondisi kerusakan dan kapasitas Dinas Daerah untuk membersihkan dan membuka jalan makin jelas seiring dengan kemajuan operasi. Markas Besar Dinas Daerah harus mempunyai pendekatan yang fleksibel untuk memutuskan prioritas dan menentukan penambahan atau perubahan jalan yang akan dibersihkan. Tingkat kemajuan dan kesulitan harus ditentukan dengan pertimbangan keadaan yang lebih besar. Kegiatan pembersihan jalan yang sesuai dengan kondisi aktual adalah hal yang penting. Para petugas pembersihan jalan harus merubah prioritas jika terdapat lokasilokasi kunci seperti rumah sakit yang aksesnya harus segera dibuka, dan 86
4 |
3 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
3.
4 |
2 |
3
4-3-1 Membuka Jalan bagi Aksi Penyelamatan
mereka bisa menggunakan tanah sekitar jika telah mendapatkan izin. Kerja sama dengan perusahaan-perusahaan konstruksi setempat sangat diperlukan untuk eksekusi operasi pembersihan jalan secara cepat. Koordinasi dengan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF), kepolisian, pemadam kebakaran, dan pemerintah setempat juga tidak kalah penting. Kerja sama antar-instansi dibutuhkan untuk menangani puing-puing secara efektif ketika puing-puing tersebut berupa mobil, rumah, dan lainnya. Jenazah yang ditemukan dalam puing-puing juga harus ditangani secara hati-hati.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Operasi pembersihan jalan dimulai sebelum fajar tanggal 12 Maret 2011. Rencana Operasi Mitigasi Bencana dari Dinas Daerah Tohoku telah menetapkan bahwa patroli jalan baru dilaksanakan hanya setelah waspada tsunami dicabut, namun hal ini berdasarkan asumsi bencana ‘biasa’. Hal ini tidak mampu mangatasi realita dalam gempa bumi 11 Maret, di mana banyak sekali orang yang menunggu penyelamatan di seluruh wilayah garis pantai Pasifik, dan jalan-jalan untuk menjangkau mereka benar-benar terputus. Dinas Daerah Tohoku mengambil pendekatan terhadap hal ini dari sisi kemanusiaan, lalu memutuskan untuk memulai pembersihan jalan sebelum peringatan tsunami dihentikan. Peringatan tsunami ekstrem dicabut tanggal 12 Maret pukul 20.20, peringatan tsunami umum dicabut tanggal 13 Maret pukul 07.30, dan waspada tsunami dihentikan tanggal 13 Maret pukul 17.58. Menunggu pembatalan peringatan akan mengakibatkan penundaan pada operasi pembersihan jalan selama 2 hari. 2. Selain peringatan tsunami, operasi pembersihan jalan juga di bawah ancaman gempa susulan kecil maupun besar yang besarnya sekitar level 6 Skala Seismik JMA. Dalam rangka mencegah bencana lain dan mengurangi risiko tsunami dari gempa susulan, instruksi dari Dinas Daerah Tohoku juga termasuk arahan bahwa operasi-operasi harus dilakukan di area di mana para pekerja bisa melarikan diri ke lokasi-lokasi yang aman dalam waktu 10 menit setelah menerima informasi tentang gempa susulan atau tsunami. Disampaikan juga ketentuan-ketentuan untuk memperlancar kegiatan operasi sebagai berikut: (1) Saling bertukar informasi antara JSDF, kepolisian, dan pemadam kebakaran. (2) Akses informasi yang terus-menerus melalui radio portabel. (3) Membawa peluit untuk berkomunikasi dengan anggota tim lain. (4) Meminta pemimpin tim untuk memastikan gedung-gedung dan daerahdaerah tinggi yang dapat digunakan untuk mengevakuasi para pekerja dalam 10 menit. 87
3.
4.
5.
6.
(5) Menyiapkan kendaraan kerja yang diparkir dalam keadaan mesin menyala, menghadap titik evakuasi. Awalnya terdapat 12 rute yang dipilih untuk dibersihkan Operasi Penyisiran (lihat bagian 3-2-1). Namun, pada tanggal 12 Maret pukul 20.00, Grup Jalan Dinas Daerah Tohoku menginformasikan kepada direktur jenderal bahwa Jalur Nasional 343 dan jalan prefektur dari Ichinoseki ke Rikuzentakata akan dimasukkan ke dalam operasi, sehingga totalnya menjadi 13 rute. Jalan lain menuju Kota Minamisanriku (titik bencana) dan 2 jalan lain menuju garis pantai Fukushima ditambahkan pada tanggal 13 Maret pukul 06.00 sehingga totalnya menjadi 16 rute. Operasi pembersihan jalan secara resmi dinamakan Operasi Penyisiran pada 13 Maret. Hal ini membantu memunculkan kesadaran bersama dan menaikkan semangat personel Dinas Daerah Tohoku. Memberi nama operasi sesuai isinya dengan kata kunci yang mudah dipahami juga berguna untuk berbagi informasi dengan media dan organisasi-organisasi eksternal. Nama ini juga dipakai oleh NHK dan media lain setelah tanggal 13 Maret. Tujuan Operasi Penyisiran telah dikomunikasikan dengan unit-unit garda depan, yang kemudian mempercepat kemajuan dalam penerapannya sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Sebagai contoh, rumah sakit Miyako di Prefektur Iwate (Kota Kiyako, Iwate) terletak di dataran tinggi di utara kota, dan akses utama (Jalur Nasional 45) tertutup oleh puing-puing. Bagian jalan tersebut dianggap penting karena adanya pertemuan antara Jalur Nasional 45 dan 106, dan karena terletak di depan Balai Kota Miyako. Sore hari tanggal 12 Maret, bahkan dengan peringatan tsunami yang masih berjalan, Kantor Cabang Lokal Miyako dan perusahaan-perusahaan konstruksi setempat melakukan penilaian mereka sendiri dan membutuhkan waktu 5 jam untuk membersihkan jalan sepanjang satu kilometer. Taman parkir di depan Balai Kota Miyako kemudian digunakan sebagai jalan tembus, alih-alih meminta operator pembersihan untuk memindahkan sebuah kapal yang terseret tsunami hingga jalan raya nasional. Tindakan ini mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi. Penduduk Miyako akhirnya bisa mencapai rumah sakit dengan mobil, dan JSDF bisa menggunakan jalan tersebut untuk mengakses distrik Taro yang berada jauh di utara kota dan melakukan proes penyelamatan di sana. Para staf kantor cabang setempat bekerja mengarahkan tim kerja dan mengelola kegiatan pembersihan jalan di area bencana. Personel ini bertemu dengan tim kerja setiap harinya, menyampaikan dukungan dan apresiasi kepada setiap pekerja sebelum dan setelah tugas setiap hari. Hal ini membantu menciptakan rasa persatuan di antara gabungan tim sektor swasta dan pemerintah, dan menaikkan semangat anggotanya. 88
4 |
3 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
7.
8.
4 |
3 |
1
9.
4-3-1 Membuka Jalan bagi Aksi Penyelamatan
Kemampuan untuk menyatukan dan mendorong semangat para pekerja ini adalah karakteristik penting para pemimpin tanggap bencana di lapangan. Dalam berurusan dengan rumah, mobil, dan aset pribadi lainnya yang berserakan di zona bencana, Dinas Daerah Tohoku berusaha mendapatkan izin pemilik sebelum membersihkannya. Tujuannya untuk menghindari masalah atau sengketa dengan pemilik nanti. Jika pemilik properti tersebut tidak bisa ditemukan, Dinas Daerah Tohoku meminta polisi atau pegawai kota untuk hadir ketika properti dipindahkan. Perlakuan khusus juga diperlukan jika mayat korban hilang ditemukan. Dalam hal ini, tim pembersih memerlukan bantuan polisi dan kemudian JSDF untuk mengidentifikasi dan memindahkan mayat. Operator juga memperlakukan barang-barang pribadi seperti album foto dan altar memorial keluarga dengan sangat hati-hati. Memindahkan reruntuhan dari jalan raya yang rusak adalah fokus utama dari operasi pembersihan jalan setelah tanggal 11 Maret. Melakukan perbaikan seringkali sama pentingnya sebagaimana pekerjaan pembersihan. Memperbaiki kerusakan berat seperti jembatan terputus tidak termasuk dalam lingkup operasi (pekerjaan perbaikan berat dialokasikan untuk tahap tanggap bencana berikutnya). Namun, operator tetap membuat perbaikan hingga perbatasan pada bagian bawah Kasshi Overpass di Jalan Sennintoge. Mereka juga memperbaiki retakan dan kerusakan lainnya dan mengambil langkah-langkah darurat untuk menggantikan bagian badan jalan yang disapu oleh tsunami. Bahan material perbaikan awalnya bersumber dari kantor cabang dan perusahaan konstruksi setempat, namun banyaknya lokasi yang membutuhkan perbaikan berarti persediaan akan segera habis. Oleh karena itu material akan dipasok langsung dari kantor cabang regional dan lokal terdekat yang tidak terpengaruh oleh bencana. Dinas Daerah Tohoku juga mengambil langkah-langkah darurat untuk pengadaan tanah (dengan izin pemilik) dari properti pribadi di dekat lokasi tersebut untuk mengisi kesenjangan dan menopang tanggul di jalan-jalan yang rusak. Sekitar 20 persen (85 kilometer) dari Jalan Nasional 45 antara Sendai dan Hachinohe di sepanjang pantai Samudra Pasifik digenangi gelombang tsunami pada tanggal 11 Maret. Bahkan setelah banjir surut, masih ada tumpukan puing-puing dan juga kerusakan struktural yang membuat jalan tidak bisa dilalui di empat puluh satu lokasi di Rute 45. Alasan penutupan jalan di masing-masing lokasi ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Pada saat bencana, Rute 45 memiliki rambu-rambu jalan untuk tingkat banjir tsunami yang dipasang di sepanjang dua puluh tujuh bagian jalan. Ada tiga bagian di mana air tsunami mencapai lebih dari satu kilometer dari ramburambu ini: Distrik Unosumai/Katagishi di Kota Kamaishi; Distrik Shizugawa di Minamisanriku; dan Distrik Utatsu, juga di Minamisanriku. 89
Foto: Pekerjaan pembersihan jalan (Jalan Nasional 45 di Kota Rikuzentakata)
4 |
Gambar: Jenis kerusakan di area yang terputus di Jalan Nasional 45 Penopang batasan jembatan hanyut: 3
Jembatan tersapu: 5 Puing, banjir; 23
Celah permukaan jalan, jalan hanyut, longsoran tebing; 10
90
3 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-1 Membuka Jalan bagi Aksi Penyelamatan
10. Operasi Penyisiran dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah untuk membangun jalan utama daratan Tohoku (Jalan Tol Tohoku dan Jalur Nasional 4) sebagai poros utama operasi. Yang kedua adalah untuk membersihkan enam belas jalan dimulai dari timur ke barat menuju daerah yang terkena dampak bencana di pantai Samudra Pasifik. Tahap ketiga dan terakhir adalah untuk membuka Rute Nasional 6 dan 45, berjalan dari utara ke selatan sepanjang garis pantai (lihat gambar pada halaman 92) Tahap Pertama 11 Maret
Memastikan apakah Jalan Tol Tohoku dan Jalan Nasional 4 dapat dilewati
Tahap Kedua 12 Maret
Pembersihan jalan selesai hingga 11 jalan dari 16 jalan di timur-barat
14 Maret
Pembersihan jalan selesai hingga 14 jalan dari 16 jalan di timur-barat
15 Maret
Pembersihan jalan selesai hingga 15 jalan dari 16 jalan di timur-barat*
(*Operasi untuk jalan berikutnya tidak dapat dilanjutkan karena terletak di dalam area evakuasi sekitar PLTN Fukushima Daiichi) Tahap Ketiga
4
18 Maret
Operasi Penyisiran selesai, 97% Jalan Nasional 45 dan 6 telah dibuka kembali
|
3 |
1
11. Membersihkan tiga persen sisanya dari Jalan Nasional 45 dan memulihkan bagian atas jembatan yang rusak tetap menjadi masalah setelah selesainya Operasi Penyisiran. Lima jembatan runtuh akibat tsunami, dan tanah di bawah pangkal tiga jembatan hanyut. Kondisi dan langkah yang dilakukan untuk setiap jembatan adalah sebagai berikut: • Jembatan Utatsu (304 m, ambruk) Telah dapat dilalui tanpa perlu memutar terlalu jauh dengan keberadaan jalan yang lebih dulu ada. • Jembatan Namiita (25 m, tanah di pangkal jembatan hanyut) Pada tanggal 17 Maret ditambahkan tanah untuk pangkal jembatan sehingga bisa dilalui sebagai jalur lalu lintas dua arah. • Jembatan Mizujuri (34 m, ambruk) Digunakan sebagai jembatan akses darurat oleh JSDF pada tanggal 19 Maret, dapat dilalui sebagai jalur lalu lintas dua arah. • Numata Overpass (65 m, ambruk) Pengurukan ditambahkan atas jalur kereta JR pada tanggal 25 Maret, dua jalur dibuka. • Jembatan Kawaharagawa (29 m, tanah pangkal jembatan hanyut) 91
• • •
Dibuka kembali pada tanggal 25 Maret sebagai jembatan akses darurat untuk Dinas Daerah Hokuriku. Jembatan Nijuichihama (17 m, tanah pangkal jembatan hanyut) Telah dibangun jembatan sementara pada tanggal 4 April, dua jalur dibuka. Jembatan Koizumi (182 m, ambruk) Telah dibangun jembatan sementara pada tanggal 26 Juni, dua jalur. Jembatan Kesen (182 m, ambruk) Telah dibangun jembatan sementara pada 10 Juni, dua jalur.
12. Sebagaimana tercantum dalam Bab 1 dan Bab 2, pemulihan darurat tanggul di Sungai Kitakami di Kota Ishinomaki dimulai pada tanggal 15 Maret. Jalan yang terbentang di sepanjang tanggul mendapat prioritas tertinggi, didahulukan daripada kerusakan lain pada struktur tanggul. Pada tanggal 16 Maret pukul 10.00, satu kilometer jalan telah dapat dilalui. Pengelola manajemen sungai mempriotitaskan pemulihan jalan lebih awal karena jalan tersebut bisa berfungsi sebagai rute akses darurat dan karena pemulihan seluruh tanggul akan memakan waktu lebih lama. Poin Perbaikan 1.
2. 3.
Sebagian besar kendaraan yang tersisa di jalan-jalan akibat dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur telah terendam air laut dan dengan demikian tidak dapat digunakan lagi. Karena itu, maka pemusnahannya bukanlah masalah besar. Namun, dalam kasus gempa yang berdampak terhadap Tokyo atau daerah yang lebih padat penduduknya, mungkin timbul masalah dengan pemindahan mobil yang ditinggalkan tetapi tidak rusak yang menghalangi jalan. Dibutuhkan penelitian tentang bagaimana menangani skenario ini, sehingga rute transportasi pasca bencana dapat ditentukan pada tahap awal. Kali ini fungsi Jalan Tol Tohoku sebagai poros utama untuk jalan raya daerah bermakna bahwa rencana pembersihan jalan raya dirancang seperti dalam formasi sisir. Kondisi masing-masing bencana memang berbeda, dan Dinas Daerah harus berusaha untuk tidak terlalu mengandalkan desain ini. Karakteristik dari gempa bumi 11 Maret dan penguatan terhadap gempa yang dilakukan setelah Gempa Bumi Besar Hanshin-Awaji berarti bahwa kerusakan terhadap struktur lainnya relatif kecil. Namun, Dinas Daerah tidak boleh menganggap bahwa kegiatan pembersihan jalan akan selalu berfokus pada membersihkan puing-puing. Kerusakan yang lebih luas mungkin memerlukan tindakan lainnya.
92
4 |
3 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-1 Membuka Jalan bagi Aksi Penyelamatan
Foto: Pekerjaan Pembersihan Jalan (Kota Kesennuma) Gambar: Operasi Penyisiran
4 |
3 |
1
4
Foto: Pekerjaan Pembersihan Jalan (Kota Rikuzentakata)
93
|
3 |
1
94
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-2 Pembukaan Kembali Jalur Air
Butir 2. Pembukaan Kembali Jalur Air
Membuka jalan untuk memungkinkan kapal yang membawa bantuan darurat memasuki pelabuhan di awal terjadinya bencana adalah hal yang paling penting.
Untuk melakukan hal ini, banyak hal yang harus diputuskan dahulu karena kapal pasokan darurat akan datang dari seluruh negeri setelah bencana. Seraya memastikan kedalaman air yang diperlukan untuk kapal-kapal ini, dermaga yang tersedia harus dipilih. Setelah mempertimbangkan kondisi di balik dermaga dan akses ke daerah-daerah pedalaman, pengelola pelabuhan dan pengguna pelabuhan harus segera memilih dermaga yang akan dibuka. Berbeda dengan situasi normal, karena adanya situasi komunikasi yang tidak menguntungkan dan permintaan yang berubah-ubah, pihak pelabuhan perlu mengadakan pertemuan rutin dan intensif dengan lembaga yang memiliki perjanjian tanggap bencana selama satu sampai dua minggu setelah bencana, dan mengatur jadwal untuk mengalokasikan kapal kerja di pelabuhan dan perkembangan pekerjaannya.
4 |
3 |
2
Penjelasan 1.
2.
Dalam rangka mengakomodasi semua kapal yang mengangkut persediaan darurat dengan lancar, sistem untuk penanganan kargo dan transportasi harus cepat diputuskan. Selain itu, dermaga yang akan digunakan, kedalaman air yang dibutuhkan untuk pelabuhan, lahan yang diperlukan untuk penanganan kargo, dan akses jalan ke daerah yang terkena dampak bencana juga harus ditentukan. Karena tsunami menyebabkan banyak sedimen laut mengendap di dekat struktur di depan dermaga, kondisi dasar laut harus diperhatikan ketika memilih dermaga yang digunakan untuk menampung kapal yang membawa bantuan darurat. Untuk membuka kembali jalan air, perlu untuk melakukan koordinasi mengenai komunikasi rencana kerja ke depan, termasuk metode memindahkan benda-benda, baik yang mengambang dan maupun yang tenggelam, metode pengangkatan, dan perkembangan pekerjaan. Terutama dalam hal pelabuhan yang rusak di wilayah yang luas karena bencana skala besar, jumlah armada kapal kerja yang terbatas harus dibagi secara fleksibel antara pelabuhan untuk operasi pembukaan kembali jalan air yang efisien. Dengan demikian, Dinas Daerah Tohoku mengatur pertemuan rutin dengan para penanda tangan perjanjian tanggap bencana yang terlibat dalam pekerjaan ini. 95
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Kontainer pengiriman dan mobil yang tersapu oleh tsunami telah tenggelam di pelabuhan. Dalam rangka melakukan pekerjaan pengangkatan yang efisien, perangkat pendeteksi (narrow multibeam echo sounder, dsb.) digunakan sebaik mungkin untuk menemukan benda-benda tenggelam secara akurat. Karena kayu dan benda-benda terapung lainnya terusmenerus didorong angin di sekitar teluk, memindahkan benda-benda tersebut membutuhkan waktu lama. Namun, pekerjaan berlangsung lebih cepat menggunakan membran pencegah polusi untuk menjaring puingpuing yang mengambang. 2. Setelah operasi untuk membuka kembali jalan air dimulai, Dinas Daerah Tohoku mulai mengadakan pertemuan dengan perusahaan penanda tangan perjanjian tanggap bencana setiap hari pukul 16.00. Pada pertemuan ini, laporan tentang kondisi kerusakan di setiap pelabuhan disampaikan, diskusi diadakan mengenai kondisi bongkar-muat kapal kerja, perkembangan pekerjaan, dan masalah yang timbul selama proses melakukan pekerjaan. Selain itu, disampaikan juga instruksi dan konfirmasi mengenai pekerjaan untuk hari berikutnya. Poin Perbaikan 1.
Dewan Rencana Kelanjutan Langkah harus dibentuk, yang terdiri atas pengelola pelabuhan, perusahaan pelayaran/kargo yang relevan, dan perusahaan transportasi darat dalam keadaan biasa. Kerangka kerja untuk tindakan pada tahap awal harus dibahas dan disiapkan. Hal ini akan meningkatkan kecepatan operasi tanggap bencana untuk fenomena tak terduga yang mungkin terjadi setelah bencana.
96
4 |
3 |
2
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-3 Drainase Darurat
Foto: Pembukaan kembali jalan air (pemindahan kayu-kayu mengapung di Pelabuhan Ishinomaki)
4 |
3 |
2
Foto: Pembukaan kembali jalan air (pemindahan kontainer kapal di Pelabuhan Sendai Shiogama)
Butir 3. Drainase Darurat
Sebagian besar wilayah pesisir akan tergenang ketika tsunami besar menyerang wilayah yang memiliki karakter dataran atau dataran rendah. Dinas Daearh adalah satu-satunya organisasi dengan peralatan dan kemampuan untuk menguras/mengeringkan air tersebut. Terlepas dari fasilitas manajemen subordinasi di wilayah tergenang, Dinas Daerahmenerjunkan diri menjadi pelaku utama dalam kegiatan pengeringan. Sebagai pelaku utama mereka harus memobilisasi kendaraan-kendaraan pemompa pengeringan dan tim TEC-FORCE segera setelah bencana, untuk mengeringkan air secara teratur. Menguras air banjir tsunami adalah sangat penting, tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa dan memulihkan infrastruktur transportasi, hal tersebut juga penting untuk membantu upaya pencarian orang hilang. Prioritas untuk pengeringan harus diputuskan sesegera mungkin, dan kendaraan pompa pengeringan harus dimobilisasi secara massal. Pada saat yang sama, Dinas Daerahharus menilai kondisi keseluruhan banjir dan merumuskan strategi pengeringan air. Hal ini akan memungkinkan untuk memilih lokasi prioritas dan melakukan operasi pengeringan yang efisien. Dalam kasus banjir yang menerpa daerah yang luas, dukungan logistik termasuk pasokan bahan bakar juga harus direncanakan.
Penjelasan 1.
2.
97
Semua Dinas Daerah di seluruh Jepang memiliki sejumlah kendaraan pompa drainase, tetapi tidak diketahui sejauh mana kapasitasnya. Menghadapi banjir skala besar, kendaraan drainase, anggota TEC-FORCE, dan operator mesin harus dikumpulkan dari seluruh negeri. Bahkan jika pemerintah daerah di zona bencana dapat mengidentifikasi lokasi yang membutuhkan drainase, mereka tidak dapat menilai kondisi tempat tersebut dari sudut pandang seorang ahli. Berdasarkan kemampuan miliknya, Dinas Daerah harus mengelola keseluruhan operasi drainase mulai dari melakukan survei lapangan, mengirim kendaraan drainase, hingga memasok bahan bakar. Drainase sangat penting untuk pemulihan yang cepat dari infrastruktur kunci semisal bandara. Langkah cepat dari Dinas Daerah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan upaya penyelamatan dan pemulihan berikutnya. Pekerjaan drainase pada awal operasi tanggap bencana memang sulit karena kondisi lokasi yang tidak jelas. Dinas Daerah mungkin harus memindahkan puing-puing dari rute akses dan ‘merasakan langsung’ tempat tujuan mengirim kendaraan drainase. Di sisi lain, ketika foto udara tersedia beberapa 98
4 |
3 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
3.
4 |
3 |
3
4-3-3 Drainase Darurat
hari setelah bencana, foto-foto tersebut dapat digunakan dengan survei helikopter dan pengecekan lapangan untuk membuat penilaian kasar banjir secara keseluruhan. Penilaian ini berarti bahwa Dinas Daerah merumuskan strategi drainase termasuk prioritas pengeringan, rute pendekatan, tanggul, dan distribusi kendaraan drainase. Strategi formal akan memungkinkan operasi yang efisien dan reorganisasi konfigurasi kendaraan drainase awal jika diperlukan. Mengoperasikan pompa drainase dengan kekuatan penuh memerlukan total 600 liter bahan bakar per hari, termasuk satu pengisian bahan bakar (memberikan 30 m3/menit kekuatan pompa). Pasokan bahan bakar untuk kendaraan pompa drainase yang beroperasi di area yang luas mempengaruhi keseluruhan operasi. Sistem distribusi bahan bakar adalah kunci keberhasilan. Bentuk lain dari dukungan logistik yang berupa pemeliharaan mesin dan rotasi giliran kerja operator adalah sangat penting jika pompa akan digunakan dalam waktu lama. Mempertahankan motivasi operator pompa pengeringan juga perlu dipertimbangkan.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Tsunami tanggal 11 Maret menyebabkan banjir di kawasan seluas 460 km2 di sepanjang pantai Tohoku. Pada tanggal 13 Maret sekitar 170 km2 masih terendam sekitar 112 juta m3 air. Untuk menanggapi situasi ini, Dinas Daerah Tohoku membentuk tim drainase gabungan MLIT/Dinas Daerah untuk mengarahkan pengeringan darurat di daerah yang luas dengan kendaraan pompa drainase dari seluruh negeri. Pada 16 Maret-26 Agustus (164 hari), sejumlah total 4.000 kendaraan drainase *hari dikerahkan untuk mengeringkan 56.000.000 m3 air. 2. Langkah drainase darurat untuk Sendai yang dilanda tsunami dan daerah dataran rendah dari Sendai timur diminta oleh Prefektur Miyagi pada 15 Maret. Tim MLIT/Dinas Daerah mulai mengerjakan rencana pengeringan secara keseluruhan, menempatkan prioritas tertinggi pada transportasi barang darurat (melalui bandara). Dalam pertemuan dengan para pejabat Prefektur Miyagi pada 16 Maret dihasilkan kesepakatan bahwa drainase darurat di daerah sekitar bandara menjadi prioritas. Setelah perjanjian ini, tim tanggap MLIT melakukan survei helikopter dari daerah yang terdampak bencana dan foto udara dan peta jalur air diperoleh dari Badan Informasi Geospasial Jepang. Survei lapangan juga dilakukan oleh personel Dinas Daerah dan ahli tanggap bencana. Hasil survei ini menghasilkan “Rencana Pengeringan Pemulihan Bandara Sendai”, menargetkan 18 juta meter kubik air lebih 37 km2 tanah sekitar bandara Sendai. Kendaraan pompa drainase 99
dimobilisasi dan dikirim secara massal ke situs pengeringan pada tanggal 20 Maret. Sejak saat itu, sekitar 250 kendaraan ditempatkan hingga tanggal 29 Maret untuk mengalirkan 6.345 juta m3 air (jumlah sisanya mengalir kembali ke laut secara alami).
• Kronologi Pemulihan Bandara Sendai 11 Maret
Gempa dan tsunami terjadi (Bandara Sendai terendam)
15 Maret
Prefektur Miyagi meminta pengeringan untuk daerah dataran rendah di Sendai Timur Survei lapangan dilakukan di sekitar Sendai, termasuk jalan air
13 Maret
16 Maret 20 Maret 29 Maret 2 April 5 April
13 April
Operasi dimulai dengan 2 kendaraan pompa drainase Survei helikopter dimulai
Survei lapangan dilakukan bersama dengan para pejabat Prefektur Miyagi untuk menentukan lokasi pengeringan United States Forces Japan (USFJ) mendarat di Sendai untuk memulai Operasi Tomodachi Pompa kendaraan drainase berkumpul di lokasi yang dipilih (maksimal 21 kendaraan pada tanggal 24 Maret) Pesawat transportasi berat USFJ mendarat di Sendai Operasi Drainase di wilayah bandara selesai
Operasi Drainase untuk terowongan kereta ke bandara selesai Akhir Operasi Drainase selesai secara keseluruhan
Operasi Tomodachi selesai
Bandara Sendai memulai beroperasi penerbangan domestik sebagian
100
4 |
3 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-3 Drainase Darurat
Foto: Genangan di Wilayah Bandara Sendai (13 Maret)
dan pengendalian keselamatan, dan menata pangkalan di mana kendaraan pompa drainase akan berkumpul. Foto: Operasi drainase darurat (24 Maret)
3. 4 |
3 |
3
Dinas Daerah Tohoku memulai operasi drainase sesuai dengan prosedur normal. Hal ini sesuai dengan perkiraan bahwa dinas akan mengeringkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di bawah kewenangan langsung mereka, dan dinas akan mengerahkan kendaraan drainase sesuai permintaan pemerintah daerah. Divisi Mesin Dinas Daerah Tohoku akan bertanggung jawab untuk operasi ini. Kendaraan drainase biasanya digunakan untuk mengeringkan DAS setelah hujan deras, tapi penurunan permukaan tanah dan air laut yang diakibatkan oleh tsunami menyebabkan banjir di wilayah yang lebih luas. Jumlah air yang harus dikeringkan jauh lebih besar dari perkiraan normal. Setelah Dinas Daerah Tohoku menentukan bahwa banjir tersebar pada lebih dari 150 km2 dan bahwa jumlah air lebih dari 100 juta m3, para pemimpin tanggap bencana menyadari bahwa drainase darurat untuk pemulihan infrastruktur vital akan diperlukan di lokasi-lokasi selain Bandara Sendai juga. Kegiatan drainase normal lalu berubah menjadi sebuah operasi dengan area luas pada tanggal 22 Maret. Upaya-upaya drainase darurat kemudian diperluas lagi, untuk membantu pencarian jenazah orang hilang. Keseluruhan kerangka kerja tanggap bencana Dinas Daerah Tohoku direvisi pada saat yang sama ketika kegiatan drainase normal diubah menjadi sebuah operasi dengan area luas. Di Markas Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku, Grup Sungai dan Grup Mesin bersama-sama mengelola seluruh kegiatan drainase dari pengiriman sampai dukungan logistik. Tanggung jawab mereka termasuk membuat survei lapangan di lokasi drainase, berkomunikasi dengan lokasi dan instansi terkait, mengalokasikan kendaraan pompa drainase, menyediakan persediaan bahan bakar, mengawasi pemeliharaan 101
4.
5.
Tsunami tanggal 11 maret merusakkan banyak tanggul, dan kerusakan di sepanjang sungai yang dikelola oleh kantor regional bersifat serius dan luas. Beberapa di antara sungai ini diperkirakan banjir pada awal April akibat salju yang meleleh. Mengingat ancaman tambahan ini, kantor regional harus mengonsentrasikan personel mereka untuk mengkaji kerusakan sungai dan melakukan pemulihan darurat. Mereka tidak memiliki personel untuk membantu upaya-upaya drainase darurat untuk area yang lebih luas, termasuk wilayah di luar yurisdiksi mereka. Hampir delapan kendaraan pompa drainase ditugaskan ke zona bencana sampai tanggal 5 April, seperti yang ditunjukkan pada gambar di halaman 103. Bahkan tanpa permintaan dari pemerintah daerah, Dinas Daerah Tohoku mulai bekerja di tempat-tempat drainase dianggap perlu. Operasi drainase berikutnya melibatkan usaha luar biasa dan sangat dihargai oleh pemerintah daerah. Untuk mengoperasikan kendaraan pompa drainase secara efisien, sangat penting untuk bekerja sama dengan para insinyur sipil. Keahlian mereka membantu dengan penggalian untuk menggambar akumulasi air ke pompa drainase (pompa dangkal); mereka juga membantu dengan membangun tanggul agar air tidak bocor kembali ke daerah-daerah yang sudah dikeringkan atau di tempat lain. Anggota TEC-FORCE yang mengoperasikan kendaraan drainase adalah fasilitator utama kerja sama ini dibantu oleh petugas 102
4 |
3 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-3 Drainase Darurat
penghubung lokal. Dukungan juga disediakan oleh para pakar tanggap bencana* yang terbiasa dengan daerah setempat. Hal ini memungkinkan koordinasi yang lancar dan efisien di lokasi tanggap bencana.
Foto: Operasi Drainase (Distrik Odaka, Kota Minamisoma, Prefektur Fukushima)
*Pakar Tanggap Bencana
Insinyur yang terdaftar sebagai relawan yang dapat memberikan saran teknis mengenai kegiatan tanggap darurat bencana termasuk pemulihan fasilitas yang dikelola oleh pemerintah nasional, prefektur dan kota.
4 |
3
Foto: Operasi Drainase (Dekat SMP Arahama, Kota Watari, Prefektur Miyagi)
|
3
103
104
4 |
3 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-3-3 Drainase Darurat
Gambar: Jumlah Pengiriman Kendaraan Pompa Drainase
*Lain-lain (2 kota besar, 3 kota kecil) = total jumlah untuk Kota Kesennuma, Kota Tagajo, Kota Shinchi, Kota Minamisanriku, dan Kota Yamada
Daftar Lokasi Drainase 4 |
3
Prefektur
Iwate
|
3
Nama Kota
Yamada
Rikuzentaka Kesennuma
Minamisanriku Ishinomaki
Miyagi
1
3 3
13
16
Tagajo
2
Shichigahama Sendai
4 1
Natori
2
Watari
2
Yamamoto
3 Prefektur
2
Higashimatsushima
Iwanuma
Fukushima
Jumlah Lokasi
Shinchi Soma
Minamisoma
16 kota besar dan kota kecil
4 4 4 4 4
67
Tabel: Lokasi Drainase Darurat dan Volume Air yang Dikeringkan (Pemkot) 105
Poin Perbaikan 1. Dinas Daerah Tohoku mulai bekerja segera sesudah gempa bumi dengan prosedur normal untuk pengiriman kendaraan dan peralatan tanggap bencana. Tidak ada departemen yang ada sebelumnya untuk mengelola keseluruhan operasi drainase. Hal ini dan kesulitan memperoleh informasi akurat membuat Dinas Daerah Tohoku menanggapi secara ad-hoc. Perlu waktu untuk melihat gambaran umum banjir, untuk mengubah sistem tanggap bencana dan untuk mencapai operasi yang terintegrasi. Jika Dinas Daerah Tohoku sudah mengintegrasikan bagian perencanaan tanggap bencana drainase, operasi, dan dukungan drainase lokal (termasuk penyediaan bahan bakar) segera setelah bencana, keseluruhan operasi akan berjalan lebih efektif dan efisien. 2. Dalam bencana biasa, diperkirakan biaya untuk mengerahkan kendaraan drainase ditanggung oleh pemerintah daerah yang memintanya. Akan tetapi, tidak ada pedoman tentang beban biaya untuk banjir seluas yang terjadi pada tanggal 11 Maret. Dinas Daerah Tohoku tidak bisa menjawab pertanyaan tentang hal-hal tersebut dengan jelas, dan beberapa pemerintah daerah ragu-ragu untuk meminta pengiriman. Pemerintah nasional akhirnya membebaskan pemerintah daerah dari kewajiban membayar kendaraan drainase pada kesempatan itu. Pemerintah daerah mungkin tidak perlu khawatir jika Dinas Daerah Tohoku mampu menjamin hal ini pada tahap awal. Undang-Undang Pengendalian Banjir yang baru (direvisi setelah bencana terjadi) sekarang menyatakan bahwa MLIT dapat melaksanakan operasi drainase untuk banjir tsunami sebagai “kegiatan pengendalian banjir darurat tertentu”. MLIT juga akan membayar operasi ini guna memperkuat dukungan yang diberikan kepada pemerintah daerah di kawasan terdampak bencana. 3. Personel pemerintah yang dikirim ke zona bencana sering menerima permintaan mendadak secara langsung untuk kendaraan drainase. Mereka kemudian mengeluarkan perintah untuk pengerahan kendaraan. Namun, perintah itu tidak mempertimbangkan alokasi kendaraan drainase, prioritas drainase, atau ketersediaan bahan bakar secara menyeluruh. Ada satu contoh lokasi kendaraan drainase yang akan dikirim tidak bisa dikeringkan karena kerusakan dan amblasnya tanah dari bencana tsunami telah mengakibatkan air banjir terhubung dengan laut. Pejabat pemerintah yang terlibat dengan manajemen risiko harus berhati-hati dengan perkataan dan tindakan mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak memutus rantai komando. Dinas Daerah juga harus meningkatkan cara mereka untuk menyebarkan informasi tentang operasi kendaraan pompa drainase di tahap awal.
106
4 |
3 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-4-1 Pengiriman Petugas Penghubung (Pemerintah Kota)
Bagian 4. Dukungan Daerah
Butir 1. Pengiriman Petugas Penghubung (Pemerintah Kota)
2.
Realita yang dihadapi oleh pemerintah kota setelah bencana berskala besar hampir tak terbayangkan. Oleh karena itu, petugas penghubung yang dikirim ke pemerintah kota mengemban misi melebihi peran normalnya sebagai penghubung, yakni bertindak sebagai wakil dari pemerintah pusat atau bahkan sebagai tangan kanan dari wali kota. Petugas penghubung biasanya mendapatkan permintaan yang melampaui batas yurisdiksi MLIT. Petugas penghubung harus mempertimbangkan proposal yang tidak biasa digunakan dalam keadaan normal, dan meneliti semua kemungkinan sebelum menyetujui permintaan tersebut.
4 |
4 |
1
Terkadang pemerintah kota sulit untuk memastikan kebutuhannya di tengah tanggap bencana berskala besar. Hal ini dapat terjadi karena staf pemerintah kota tidak terbiasa dengan metode tanggap bencana tertentu, juga karena zona bencana dalam keadaan kacau. Dalam keadaan ini, petugas penghubung tidak seharusnya menunggu datangnya permintaan. Mereka harus menghadiri pertemuan di markas penanggulangan bencana kota atau berbicara langsung dengan wali kota setempat, dan bersedia setiap waktu untuk dimintai saran dan nasihatnya.
Ketika Dinas Daerah menugaskan sejumlah besar petugas penghubung, mereka perlu membangun kerangka manajemen yang efisien dengan otoritas penuh atas kegiatan tersebut. Kerangka ini terpisah dari organisasi tim yang ditetapkan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana.
Selain itu, Direktur Jenderal Dinas Daerah harus melakukan kontak langsung dengan walikota sesegera mungkin, untuk memastikan bahwa mereka memahami peran petugas penghubung dalam situasi tanggap bencana.
Penjelasan 1.
Bencana skala besar menimbulkan banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah kota terdampak. Lebih jauh lagi, hanya beberapa organisasi saja yang dapat membantu kota di tahap awal respons. Oleh karena itu, petugas penghubung memiliki tugas melebihi peran normal penghubung, menerima permintaan dari kota yang melampaui yurisdiksi MLIT. Ketika kerusakan serius dan menyelamatkan nyawa adalah prioritas utama, petugas penghubung harus memeriksa semua kemungkinan pemberian permintaan tersebut. Ini termasuk ide-ide yang tidak akan dipilih 107
3.
4.
dalam keadaan normal, dan dalam lingkup tanggung jawab. Setelah bencana berskala besar terjadi, pemerintah kota sering dalam keadaan bingung. Mereka mungkin tidak menyadari kedatangan petugas penghubung, serta mungkin tidak sepenuhnya memahami peran petugas penghubung itu. Oleh karena itu, petugas penghubung harus berbicara langsung dengan wali kota atau staf pemerintah kota, untuk membuat mereka menyadari tugasnya dalam menampung permintaan dan memberikan nasihat. Pegawai pemerintah bukanlah spesialis dalam manajemen bencana; bahkan jika mereka memahami masalah, mereka sering tidak terbiasa dengan langkah yang harus diambil. Mereka mungkin dapat mengatakan “Kami ingin menguras air,” tetapi mereka mungkin tidak dapat membuat permintaan khusus untuk “Lima drainase pompa kendaraan dengan kapasitas 30 m3 per menit akan dikerahkan ke lokasi ini.” Oleh karena itu petugas penghubung harus bertindak sebagai tenaga profesional Dinas Daerah, membuat permintaan yang menghubungkan kebutuhan di zona bencana dengan strategi untuk kegiatan tanggap bencana yang tepat. Ketika banyak petugas penghubung dikirim dari seluruh negeri, sistem organisasi dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana akan menentukan batas kapasitas tanggap bencana dari mereka. Oleh karena itu, Dinas Daerah harus membentuk kelompok penghubung baru atau mengambil langkah-langkah lain untuk sistem manajemen yang lebih efektif, dan memberikan personel otoritas penuh atas operasi tersebut (lihat juga Bagian 4-2-2). Sejumlah permintaan yang diterima petugas penghubung dari pemerintah kota mungkin sulit untuk dilaksanakan. Pada saat yang sama, suasana di Markas Besar Tanggap Bencana Dinas Daerah tegang, dan emosi personel terdesak hingga batas maksimal pascabencana. Kondisi ini berarti bahwa semakin sulit permintaan dari petugas penghubung, makin besar kemungkinan tanggapan dari Dinas Daerah kurang baik atau kacau. Ketika petugas penghubung menyediakan informasi, kelompok petugas penghubung di Markas Besar Tanggap Bencana harus mengetahui bahwa kota sedang mengalami kesusahan, memberikan saran dengan hati-hati, dan menciptakan lingkungan yang memudahkan petugas penghubung untuk menyajikan informasi dari lapangan.
Contoh Kasus dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Mengingat gempa menyebabkan kerusakan besar, lembaga lokal dari kantor pemerintah pusat perlu bertindak langsung mendukung pemerintah daerah dan para korban di daerah bencana. Menteri MLIT menginstruksikan Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku untuk memprioritaskan upaya penyelamatan jiwa, dan agar bertindak sebagai wakil dari pemerintah pusat. 108
4 |
4 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
2.
4
3.
|
4 |
1
4.
4-4-1 Pengiriman Petugas Penghubung (Pemerintah Kota)
Petugas penghubung dikirim ke kota untuk melaksanakan instruksi ini. Namun staf pemerintah kota dan para wali kota tidak memiliki kesadaran besar akan petugas penghubung dan tugasnya. Ketika petugas penghubung tiba di lokasi, mereka diantarkan langsung ke pejabat senior dan mengatakan bahwa mereka mampu memberikan saran untuk segala masalah. Meski begitu, beberapa pemerintah daerah percaya bahwa petugas penghubung hanya berguna untuk berkonsultasi dengan MLIT, dalam lingkup yurisdiksi MLIT. Pada awalnya misi Dinas Daerah Tohoku untuk memberikan dukungan yang lebih luas tidak dipahami. Tim yang terlibat dalam pembersihan jalan memberikan telepon satelit sederhana yang bisa diisi ulang pada pemerintah daerah yang terkena dampak bencana. Dengan telepon satelit tersebut, kota yang terisolasi bisa berkomunikasi kembali. Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku memakai ponsel sebagai hotline kepada para wali kota untuk bertanya tentang kondisi setempat dan permintaan mereka. Komunikasi ini meyakinkan Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku untuk memberikan bantuan dalam bentuk yang lebih bervariasi. Pemerintah kota juga menjadi lebih paham akan sikap MLIT mengenai pemberian dukungan yang komprehensif. Sebuah kelompok penghubung baru dibentuk di Dinas Daerah Tohoku pada tanggal 12 Maret (lihat Bagian 4-2-2). Petugas penghubung dikerahkan ke 18 kota yang rusak berat sepanjang garis pantai Samudra Pasifik dalam tiga hari setelah bencana (lihat Bagian 3-3-1). Untuk memperluas penyebaran petugas penghubung, anggota TEC-FORCE dari Hokuriku, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku, dan Kyushu ditugaskan sebagai penghubung sejak tanggal 22 Maret. Markas Besar TEC-FORCE juga dibentuk di Dinas Daerah Tohoku pada 18 Maret, untuk menghimpun instruksi petugas penghubung yang tiba dari dinas daerah lain. Sebagaimana telah disebutkan, markas besar tersebut terdiri atas direktur-direktur dengan pengalaman sebagai manajer kantor regional di dinas-dinas di luar Tohoku. Sebagai penasihat formal untuk petugas penghubung, ada hubungan yang erat antara para petugas tersebut dengan Ruang Operasi Bencana di Dinas Daerah Tohoku. Petugas penghubung yang dikirim dari luar Tohoku harus bekerja di lingkungan yang asing, dan menghadapi tantangan pengetahuan geografis dan dialek setempat. Untuk meringankan beban mereka, Dinas Daerah Tohoku mengirim para penghubung ini ke kota di mana tanggung jawab mereka (sampai saat itu) diemban oleh pejabat dari Dinas Daerah Tohoku. Ini berarti bahwa petugas penghubung pengganti mendapatkan pengarahan terlebih dulu dari petugas sebelumnya sebelum mereka mulai bekerja. Dinas Daerah Tohoku sendiri menyebarkan para personelnya ke kota-kota yang menerima petugas penghubung untuk pertama kalinya. Para personel Dinas 109
5.
6.
Daerah Tohoku tersebut dipilih berdasarkan seperangkat kriteria tertentu yang meliputi pengalaman kerja, pengetahuan akan geografi setempat, dan kondisi lainnya. Ada 96 petugas penghubung di 31 kota saat puncak operasi (23 Maret), dengan total kumulatif 3916 orang/hari. Pengalaman yang diperoleh petugas penghubung dari seluruh Jepang akan berguna ketika bencana skala besar yang telah diprediksi di daerah lain terjadi. Para petugas penghubung berusaha memenuhi harapan wali kota, memberikan bantuan dengan menafsirkan hukum, membantu pengadaan perlengkapan yang biasanya tidak dibeli oleh MLIT, dan memfasilitasi negosiasi dan kerja sama dengan kementerian, pemerintah prefektur, Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF), dan perusahaan swasta. Mereka menaruh perhatian terhadap personel lokal dan membangun hubungan saling percaya dengan kota secara bertahap. Petugas penghubung, misalnya, berkoordinasi dengan instansi terkait untuk membongkar tanker bahan bakar yang telah hanyut dari dermaga ke pusat kota di Yamada (Prefektur Iwate). Petugas penghubung juga mengkoordinasikan pemulihkan energi untuk fasilitas pembakaran sampah di Kamaishi (Prefektur Iwate) untuk membakar puing-puing yang ditinggalkan oleh tsunami (lihat Bagian 4-43). Seorang walikota bahkan memuji petugas penghubungnya, mengatakan bahwa mereka “tidak hanya berperan sebagai contact person, tapi juga sebagai tangan kanan walikota, dan tumpuan kota”. Kesuksesan ini menunjukkan pentingnya kegiatan penghubung pasca bencana hingga menarik perhatian dari kota lain di wilayah Tohoku. Pemerintah daerah yang memiliki perjanjian pengiriman petugas penghubung meningkat 1,5x dari sebelum bencana. Ada 129 kotamadya (57% dari mereka di Tohoku) dengan perjanjian seperti itu ketika bencana melanda. Hingga akhir Februari 2013, jumlah kota yang mengikat perjanjian meningkat hingga 74 kota; sehingga total 203 kota (sekitar 89%) sekarang memiliki perjanjian penghubung. Segera setelah bencana ada berbagai permintaan dan perjanjian dari pemerintah kota antara Prefektur Iwate dan Fukushima. Infrastruktur komunikasi biasa untuk kota ini pulih sekitar satu bulan setelah gempa sehingga memperlancar bantuan dari berbagai organisasi. Karena itulah petugas penghubung yang dikirim dari dinas daerah selain Tohoku kembali ke rumah mereka sebelum liburan nasional bulan Mei. Jumlah kota dengan petugas penghubung berkurang sekitar setengahnya, dengan sisanya adalah milik Dinas Daerah Tohoku. MLIT kemudian mengalihkan fokusnya ke rekonstruksi, dan operasi petugas penghubung ditutup pada tanggal 4 Juni. Mantan petugas penghubung kemudian ditugaskan sebagai counterpart (rekan-rekan) untuk masing-masing kota, sebagai bagian dari layanan konsultasi untuk rencana rekonstruksi. 110
4 |
4 |
1
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-4-1 Pengiriman Petugas Penghubung (Pemerintah Kota)
Gambar: Perubahan Jumlah Petugas Penghubung (prefektur, kota, dll) *Sampai akhir pengerahan petugas penghubung ke kota (4 Juni 2011)
4.
4 |
4 |
1
Meskipun demikian, tidak tersedia cukup kursi agar Markas Besar TECFORCE bisa bekerja di dalam Markas Besar Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku. Ini berarti bahwa Markas Besar TEC-FORCE harus mendapatkan informasi dari Markas Besar Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku secara tidak langsung melalui personel Dinas Daerah Tohoku. Kondisi di mana informasi diberitahukan secara lateral tidak dapat dibentuk. Terkait bencana di masa depan, Dinas Daerah harus menyediakan kursi untuk Kelompok Petugas Penghubung dan Markas Besar TEC-FORCE di Ruang Operasi Bencana. Hal ini akan memungkinkan para anggotanya untuk memperoleh informasi secara tepat waktu/real time (lihat Bagian 2-2-4). Di kota di mana pusat-pusat evakuasi berada di lokasi yang sama dengan markas besar tanggap bencana lokal, petugas penghubung harus menahan diri dari menyantap makanan yang menggunakan air panas (seperti mi instan) atau yang bisa tercium oleh pengungsi. Di beberapa kota, para petugas penghubung saat bertugas hampir tidak bisa makan sama sekali. Oleh karena itu, lebih baik petugas penghubung memiliki persediaan makanan seperti nasi kepal, roti, dan biskuit yang tidak berbau dan tidak perlu air panas. 4
Poin Perbaikan 1. Penyebaran dan komunikasi informasi tentang kegiatan dan keseluruhan gerakan petugas penghubung yang dikirim ke kota lain tidak mencukupi dalam kegiatan tanggap bencana 11 Maret 2011. Penyediaan informasi kepada petugas penghubung tentang kegiatan di daerah lain akan memberikan mereka referensi berharga untuk menganalisis berbagai kemungkinan. Berbagi dan mengomunikasikan informasi tentang kegiatan petugas penghubung dapat meningkatkan kualitas langkah tanggap bencana yang diusulkan. Dinas Daerah harus mempersiapkan sistem untuk berbagi informasi tentang metode tanggap bencana di masa depan, baik antara dinas daerah dan petugas penghubung dan antara petugas penghubung sendiri. 2. Dinas Daerah harus menyusun daftar permintaan pemerintah kota dan tanggapan kota-kota tersebut selama operasi. Hal ini baik dalam mengelola kegiatan petugas penghubung dan berbagi informasi dalam Markas Besar Tanggap Bencana dan antar-petugas penghubung di kantor pemerintah kota. 3. Pengumpulan dan penyampaian informasi dari petugas penghubung yang dikirim dari luar Tohoku berarti Kelompok Petugas Penghubung Dinas Daerah Tohoku dan Markas Besar TEC-FORCE mampu berfungsi secara efektif. 111
|
4 |
1
112
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-4-2 Pengerahan Kendaraan dan Perlengkapan Tanggap Bencana
Butir 2. Pengerahan Kendaraan dan Perlengkapan Tanggap Bencana
Tidak seperti bencana normal, bencana berskala besar membutuhkan perintah pengerahan untuk mengumpulkan perlengkapan tanggap bencana dalam jumlah besar, dan mempersiapkan perlengkapan tersebut. Hal ini harus dilakukan pada tahap awal tanggap bencana, bahkan ketika kondisi kerusakan belum dapat dinilai. Selain itu, beberapa titik pengumpulan yang sesuai untuk menyimpan dan mengoperasikan perlengkapan di atas harus ditetapkan dengan cepat untuk menghindari kebingungan. Saat kondisi kerusakan menjadi lebih jelas, kebutuhan perlengkapan, jumlah, dan lokasi pengiriman cenderung berubah. Komandan pengerahan perlengkapan tersebut harus fleksibel dalam perubahan operasi.
4 |
4 |
2
Penjelasan 1. Bencana skala besar mengharuskan Dinas Daerah mengumpulkan kendaraan dan perlengkapan ketika kondisi bencana masih belum jelas. Hal ini berbeda dari operasi tanggap normal, di mana perintah pengerahan adalah berupa pengumpulan perlengkapan berdasarkan permintaan jenis perlengkapan dan jumlah secara spesifik. Mengingat ketidakjelasan kondisi saat bencana besar, Dinas Daerah harus mengantisipasi skenario terburuk, dan mengumpulkan sebanyak mungkin tipe dan jumlah perlengkapan. 2. Bahkan dengan kurangnya informasi kondisi bencana, Dinas Daerah harus cepat menunjuk beberapa lokasi pengumpulan untuk peralatan dan perlengkapan. Lokasi ini harus dipilih sesuai dengan kriteria berikut: (1) Akses dari berbagai arah, untuk memperlancar bantuan dari luar; (2) Kondisi geografis yang menguntungkan, bahkan jika daerah bencana terpencar-pencar; (3) Memiliki area siaga yang luas untuk menampung sejumlah besar perlengkapan; (4) Fasilitas yang masih bisa digunakan untuk berjaga-jaga, dan memiliki dukungan logistik jika tanggap bencana berlangsung dalam jangka panjang. 3. Ketika kerusakan akibat bencana menjadi lebih jelas, perintah pengiriman harus mengawali operasi dengan mengirimkan perlengkapan satelit yang diperlukan oleh pemerintah kota untuk membantu mengamankan jaringan komunikasi. Perlengkapan yang dibutuhkan (seperti peralatan drainase untuk mencari orang hilang) cenderung berubah ke depannya, dan perubahan jumlah perlengkapan dan lokasi juga mungkin terjadi. Oleh karena itu, perintah pengiriman harus cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan ini. 113
Contoh Kasus dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Meskipun kondisi kerusakan tidak menentu pascabencana, Dinas Daerah Tohoku mengasumsikan krisis yang terjadi berskala besar. Mulai 11 Maret 2011, Dinas Daerah Tohoku memberi arahan agar kendaraan dan perlengkapan tanggap bencana dikerahkan di bawah otoritas mereka di barat Tohoku (sepanjang Laut Jepang) untuk dikumpulkan di pantai Samudra Pasifik. Instruksi lain juga diberikan kepada Dinas Daerah lain untuk mengirimkan tim pendukung di bawah otoritas MLIT. Inilah pengerahan perlengkapan terbesar sepanjang sejarah MLIT. • Status Penyebaran untuk Perlengkapan dan Peralatan Dimulainya pengumpulan Dimulainya pengiriman Puncak pengiriman
Akhir pengiriman perlengkapan
11 Maret
14 Maret
15 April (192 kendaraan/perlengkapan)
Dinas Daerah lain
2 Juni
Dinas Daerah lain
60% (5513 peralatan/perlengkapan *hari)
Ukuran pengiriman
Dinas Daerah
9914 kendaraan/perlengkapan *hari
40% (3681 peralatan/perlengkapan *hari)
4 |
4 |
2
114
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-4-2 Pengerahan Kendaraan dan Perlengkapan Tanggap Bencana
Gambar: Perubahan Jumlah Kendaraan & Perlengkapan Tanggap Bencana yang Dikerahkan
2.
3 lokasi berikut ditetapkan sebagai tempat pengumpulan setelah Gempa Bumi Besar Jepang Timur: I-Port (Kota Ichinoseki, Prefektur Iwate), Taman Michinoku (Daerah Kawasaki, Prefektur Miyagi), dan Kantor Cabang Lokal Koriyama (Kota Koriyama, Prefektur Fukushima). Lokasi ini berfungsi sebagai daerah siaga dan basis dukungan logistik hingga operasi pengiriman berakhir.
Gambar: Basis Dukungan Logistik dan Lokasi Perakitan/Rute Pengiriman
4 |
4
Gambar: Kendaraan dan Perlengkapan Bencana Berdasarkan Jenis (per 6 Juni)
|
2 Kendaraan pendukung siaga 585 kendaraan * hari 6%
4 |
4
Kendaraan komunikasi satelit 602 unit * hari 7% Ku-SAT
|
2
821 unit * hari 9%
Markas besar bergerak 811 unit * hari 9%
Kendaraan pompa drainase 3.992 unit * hari 43% Kendaraan penerangan bergerak 2.383 unit * hari 26% Total Kumulatif: 9194/hari
115
116
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-4-2 Pengerahan Kendaraan dan Perlengkapan Tanggap Bencana
• Alasan Pemilihan Lokasi
(1) Lokasi yang berdekatan dengan Jalan Tol Tohoku, yang dapat dijangkau dari Dinas Daerah Lain, telah bisa dilalui di tahap awal; (2) Rute pengiriman telah dibuka di setiap arah ke zona bencana; (3) Tersedianya daerah siaga yang luas untuk perlengkapan;
3.
4 |
4 |
2
(4) Ketersediaan fasilitas seperti toilet, pasokan air, dan perlengkapan komunikasi untuk periode siaga
Mengingat bahwa operasi ini adalah pengerahan terbesar perlengkapan Dinas Daerah dalam sejarah, banyak kendaraan dan perlengkapan dikumpulkan pada tahap awal bahkan sebelum lokasi pengiriman diputuskan. Banyak peralatan, khususnya peralatan pompa drainase, ditempatkan pada kondisi siaga hingga petugas penghubung dikerahkan. Permintaan untuk perlengkapan meningkat setelah petugas penghubung mulai bekerja, dan perlengkapan yang telah dikumpulkan segera digunakan di daerah bencana. 4. Kendaraan dan perlengkapan tanggap bencana terutama digunakan pada situasi yang diuraikan berikut ini. Meskipun terdapat banyak kasus kerusakan tak terduga seperti akibat tsunami dan kerusakan pada pemerintah daerah, Dinas Daerah Tohoku mengirim perlengkapannya secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan tertentu. Langkah ini sangat berharga bagi kota yang terkena dampak. (1) Kendaraan komunikasi satelit: komunikasi untuk pemerintah lokal yang hubungannya putus oleh bencana (saat bencana ‘normal’, kendaraan digunakan untuk transmisi gambar elektronik dari lokasi bencana ataupun menerima gambar dari helikopter tanggap bencana); (2) Kendaraan kantor pusat bergerak: ruang kerja yang aman bagi pemerintah daerah yang telah kehilangan bangunan mereka dalam bencana, juga untuk komunikasi melalui peralatan telepon (mobil biasanya digunakan sebagai stasiun komando di lokasi bencana); (3) Kendaraan pompa drainase: dimobilisasi untuk pemulihan bandara, pembersihan jalan, dan drainase air genangan tsunami dalam pencarian orang hilang (peralatan biasa digunakan untuk mengeringkan daratan, misalnya dari air sungai setelah banjir. Operasi untuk mengeringkan daratan dari air laut akibat tsunami adalah tidak lazim); (4) Kendaraan penerangan bergerak: digunakan untuk penerangan malam hari di pusat-pusat evakuasi, dan sebagai sumber listrik untuk kantor pemerintah daerah (biasanya dikerahkan untuk pencahayaan saat operasi malam hari di lokasi bencana).
117
Poin Perbaikan 1. Pada tahap awal perintah pengiriman perlengkapan, personel akan menanggapi permintaan dengan membuat perintah lanjutan untuk operator agar berkumpul menerima perlengkapan. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara “basis” perlengkapan Dinas Daerah dan lokasi peralatan itu dikirim, yang pada gilirannya mempersulit pemberikan dukungan logistik. Ketika lokasi pengiriman kemudian berubah, Dinas Daerah Tohoku bertujuan mengonsentrasikan peralatan sesuai dengan lokasi Dinas Daerah terkait (yaitu memastikan bahwa perlengkapan dari satu Dinas Daerah dikirim ke lokasi di dekatnya). Strategi ini mempermudah pelaksanaan bantuan logistik. Hal ini harus dipertimbangkan dalam perintah pengerahan sejak awal operasi. 2. Personel dan operator peralatan yang tiba dari Dinas Daerah lain datang dengan kesiapan yang kurang cukup untuk pekerjaan mereka. Tentu saja mereka tidak puas ketika ditempatkan di posisi siaga tanpa menerima informasi apa pun. Adanya masa menunggu sebelum operasi tidak terhindarkan sehingga penting sekali bagi Dinas Daerah untuk memberikan informasi yang cukup pada para personel ini. 4 |
4 |
2
118
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-4-3 Pengadaan Perlengkapan
Butir 3. Pengadaan Perlengkapan
Menyusul Gempa Bumi Besar Jepang Timur, Dinas Daerah Tohoku diminta oleh kota yang terkena bencana untuk melakukan pengadaan perlengkapan di luar yurisdiksi MLIT. Meski demikian, petugas penghubung harus berusaha sekuat tenaga untuk mengakomodasi semua jenis permintaan. Dinas Daerah harus memberitahukan bahwa mereka siap untuk menangani dengan cara yang berbeda dari keadaan normal. Sistem operasi yang efektif harus dirumuskan untuk pengadaan perlengkapan, yang terpisah dari kerangka kerja yang ditetapkan dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Daftar permintaan yang diterima dan tanggapan dibuat juga harus dikumpulkan, untuk membantu memastikan dan mengelola operasi tanggap bencana.
Hal yang juga penting adalah untuk bekerja sama dengan organisasiorganisasi konstruksi di tingkat nasional untuk mendapatkan pasokan yang efisien dalam waktu singkat.
4 |
4 |
3
Penjelasan 1. Ketika area kota mengalami kerusakan akibat bencana dan penduduk mengalami penderitaan, pengadaan makanan, kebutuhan sehari-hari, bahan bakar, bahan bangunan dan perlengkapan lainnya amatlah penting. Ketika menerima permintaan dari pemerintah kota, Dinas Daerah tidak harus memutuskan akan memenuhi atau menyetujuinya hanya atas dasar yurisdiksi normal kementerian atau tidak. Semua permintaan harus dipertimbangkan, dan personel Dinas Daerah harus berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan kota. 2. Pemerintah daerah yang meminta hal dari luar yurisdiksi MLIT sering memiliki pola pikir bahwa tanggapan positif adalah mustahil. Oleh karena itu penting untuk membuat mereka sadar bahwa Dinas Daerah melakukan tindakan darurat di luar yurisdiksi biasa dari MLIT, dan bahwa Dinas Daerah siap untuk berupaya dengan cara yang berbeda dari aturan. Untuk menyampaikan kesiapan ini, mungkin perlu untuk Kepala Markas Besar Tanggap Bencana (Direktur Jenderal Dinas Daerah) untuk berkomunikasi langsung dengan wali kota setempat, atau untuk menyediakan dokumen tertulis kepada wali kota. Dokumen-dokumen tertulis harus disampaikan langsung oleh petugas penghubung karena akan memberi mereka kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan wali kota. 3. Ketika tampaknya tidak mungkin untuk mendapatkan pasokan, harus ada pemeriksaan yang mendetail atas konteks permintaan aslinya. Petugas 119
4.
5. 6.
penghubung dan Dinas Daerah harus mempertimbangkan pengganti untuk hal yang diminta, dan memberikan saran untuk alternatif yang sesuai. Ketika pengadaan pasokan dimulai dengan benar, sebenarnya tidak mungkin untuk bekerja dengan struktur organisasi yang tercantum dalam Rencana Operasi Mitigasi Bencana. Oleh karenanya, Dinas Daerah harus menciptakan sistem yang efektif dan dapat diandalkan untuk pengadaan dan pengiriman pasokan. Staf harus terus memastikan kondisi tanggap bencana, membuat daftar permintaan yang diterima, dan mencatat tanggapan Dinas Daerah atas hal itu. Hal ini akan membantu pengelolaan operasi pengadaan secara keseluruhan. Dalam kasus pengadaan yang tidak biasa, Dinas Daerah harus berkoordinasi dengan instansi yang lebih tinggi. Yang juga penting adalah mereka memiliki dukungan dari Kantor Pusat MLIT untuk jenis manajemen tertentu. Personel pengadaan perlengkapan untuk daerah bencana tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Sangat penting bahwa mereka menggunakan kekuatan jaringan nasional yang terorganisasi dengan baik, dan bekerja sama dengan badan-badan seperti Federasi Kontraktor Konstruksi Jepang, dan Asosiasi Kontraktor Jalan Jepang. Kerja sama ini membantu pengadaan perlengkapan secara efisien dalam waktu singkat.
Contoh Kasus dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Seperti tercantum dalam bagian sebelumnya, Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku berbicara dengan para wali kota dari kota-kota yang terkena dampak, kemudian menentukan kondisi dan permintaan mereka. Menurut konsultasi ini, banyak kota tidak memiliki sarana yang memadai untuk komunikasi, sanitasi, dan perumahan sementara. Mereka juga memerlukan persediaan makanan dan peti mati, yang tidak dibeli MLIT pada saat biasa. Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku lalu mengetahui bahwa tidak ada organisasi di zona bencana yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Oleh karena itu, pada tanggal 14 Maret, Dinas Daerah Tohoku membentuk Kelompok Pengadaan Perlengkapan untuk mengelola operasi pengadaan skala penuh (lihat juga Bagian 4-2-2). Markas Besar Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku juga menghubungi 3 organisasi industri konstruksi, dan meminta bantuan mereka dalam pemesanan dan pengangkutan pasokan bahan. Ketiga organisasi tersebut—Asosiasi Kontraktor Teknik Sipil Jepang, Inc (sekarang Federasi Kontraktor Konstruksi Jepang) Cabang Tohoku, Asosiasi Kontraktor Jalan Jepang Cabang Tohoku, dan Asosiasi Konstruksi Umum Miyagi—setuju untuk memberikan bantuan. Sistem pengadaan ditingkatkan melalui kerjasama bidang industri konstruksi sehingga kemudian pencarian perlengkapan bisa dimulai dengan sungguh-sungguh. 120
4 |
4 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
3.
4.
4 |
4 |
3
5.
4-4-3 Pengadaan Perlengkapan
Pada tanggal 21 dan 22 Maret, MLIT menegaskan posisinya pada pengadaan setiap persediaan yang dibutuhkan untuk tanggap bencana. Hal ini dibuat tertulis, ditandatangani oleh direktur jenderal, dan diteruskan langsung oleh petugas penghubung ke pemerintah daerah yang areanya terkena bencana. Dalam rangka mengungkapkan ketulusan dan kesiapan dinas, isi surat ini termasuk kata-kata yang tidak akan terbayangkan di saat normal. Bunyinya seperti ini (dari perspektif direktur jenderal): “Tolong jangan berpikir saya sebagai ‘direktur jenderal’, tapi anggaplah saya sebagai ‘pedagang pasar gelap’.” Dengan jaminan surat ini, petugas penghubung mampu menerima semua permintaan dari kota tanpa ragu-ragu. Pemerintah kota juga merasa bahwa mereka bisa membuat permintaan tanpa ragu-ragu atau menahan diri. Motto operasional Kelompok Pengadaan Perlengkapan dan Kelompok Petugas Penghubung adalah “tidak pernah mengatakan tidak”. Untuk menilai pengadaan perlengkapan dan kondisi transportasi serta biaya pengadaan, Dinas Daerah Tohoku menyiapkan daftar yang berisi permintaan (nama kota, tanggal, nama item, dan kuantitas) dan status respons (diproses/tidak diproses, kuantitas, dan tanggal pengiriman). Organisasi mitra industri konstruksi kemudian memutuskan perusahaan mana yang akan bertanggung jawab untuk setiap pengiriman persediaan. Sebagai tambahan, ketika Dinas Daerah Tohoku mengonfirmasi pengiriman tersebut kepada \organisasi industri konstruksi, mereka akan mengirim faksimile dokumen tertulis dengan informasi seperti tujuan, jumlah, dan orang di lokasi untuk menerima pengiriman (bukan mengandalkan konfirmasi verbal). Kedatangan faks akan diberitahukan oleh organisasi konstruksi melalui telepon. Dinas Daerah Tohoku juga menemukan dalam proses pengadaan bahwa tiap organisasi memiliki keahliannya masing-masing di area tertentu dari akuisisi. Perumahan sementara, misalnya, dipasok melalui Federasi Kontraktor Konstruksi Jepang, sementara lampu diperoleh melalui Asosiasi Kontraktor Jalan Jepang. Ada beberapa kasus kemustahilan mendapatkan pasokan yang diminta. Hal ini menimbulkan pemeriksaan detail atas permintaan tersebut. Lalu Dinas Daerah Tohoku mampu membuat proposal alternatif yang tepat. Item alternatif kemudian diadakan seperti biasa.
6.
koordinasi dengan Tohoku Electric Power Company, meminta mereka untuk menyalurkan kembali listrik ke pabrik sesegera mungkin. Sebagai hasil dari koordinasi dengan Tohoku Electric, listrik dipulihkan pada 3 April.
Pengadaan perlengkapan lambat pada tahap awal tanggap bencana karena staf yang terlibat tidak terbiasa dengan prosedur tersebut. Tetapi karena operasi yang efisien dan ringkas akhirnya Dinas Daerah Tohoku bisa mempercepat pengadaan perlengkapan. Dari 218 permintaan yang diterima pada 31 Maret, sekitar 90% item yang diinginkan bisa diperoleh dan diangkut ke pemerintah yang meminta dalam rata-rata tiga hari. Keseluruhan 218 permintaan akhirnya terpenuhi.
• Contoh Pengadaan Perlengkapan Kota Higashimatsushima meminta 300 sekop, sekop persegi, dan 100 gerobak untuk memindahkan lumpur dari rumah dan parit secara manual, yang tidak bisa dilakukan oleh mesin. Kelompok Pengadaan Perlengkapan Pengadaan Dinas Daerah Tohoku mendapatkan dan mengirim barangbarang ke Higashimatsushima dalam tiga hari. Dengan adanya sekop dan barang lainnya berarti lumpur bisa dibersihkan, dan banyak korban bencana bisa kembali ke rumah mereka, bukan ke perumahan sementara. Wali kota memuji upaya pengadaan dan pekerjaan peralatan pompa, mengatakan bahwa MLIT “berkontribusi menciptakan lingkungan untuk pemulihan dan rekonstruksi”.
|
4 |
3
• Contoh Pengadaan Perlengkapan Kota Kamaishi meminta mobil pembangkit listrik energi tinggi. Tetapi semua peralatan seperti itu sedang dipakai dalam operasi tanggap krisis di PLTN Fukushima, dan mobil untuk Kamaishi sulit untuk didapatkan. Setelah bertanya tentang konteks permintaan, ditemukan bahwa mobil itu akan digunakan untuk menyediakan listrik pada instalasi pengolahan limbah industri. Oleh karena itu, Dinas Daerah Tohoku mengupayakan 121
4
122
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
Tabel
Item
Rumah Sementara Karpet
Bahan isolasi
Toilet sementara
Tenda
Peti mati
Tas penyimpanan
300
12
8
6990 m2
2
1951 m2
Backhoe
Air minum/teh Kebutuhan sehari-hari, makanan dll
Pembalut
Popok sekali pakai (untuk bayi dan dewasa) Futon
Mesin Cuci
4
Deterjen
|
Komputer
Tiang Jemuran
Pasak dan kabel
Rantai
Penahan Kawat
Lampu bulat
Lampu menara portabel
Lampu sorot
Drum kabel
Kendaraan penerangan bergerak Gergaji mesin
Lembaran baja
Minyak goreng
Minyak bahan bakar Selotip listrik
Truk pemasok air
Tangki pemasok air Truk penyiram air
Rak kayu
Pompa bahan bakar
0
1309
11
11
100
1
1
Pompa celup
4
Peralatan penggantian pompa
576
883
7
0
4
2
2
36740 l
17
17
95
9
9
1
1
56400 l
Instalasi telepon satelit
Item
2
Minyak tanah
Perlengkapan Komunikasi
3
Jlh Pgdaan
11000 l
Generator Mesin
4
Jlh Minta
Bensin
Diesel
|
Total Jumlah
4-4-3 Pengadaan Perlengkapan
1
1
6
4
8
1
8
1
Tabung gas
Arang
Kayu bakar
Selang PVC datar
Terpal plastik
Jas hujan
Papan komposit
Semprotan penanda (merah) Kain Tahan air
Gerobak sorong
27
1
0
Sekop
1
1
Seragam pekerjaan konstruksi
Sarung tangan kerja
Penggaruk tanah
sepatu bot karet
Kaos tangan karet
2
2
3
3
2
1
1
30
1
1
Sistem pengeras suara
1
Backhoe attachment
1
1 set
1 set 10
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
18
4
4
4
1
1
4
4
101551
7
7
1
2
22
15627
1
Segitiga keselamatan plastik
2
1
0
2000 m2
Bantalan penyerap minyak
20 kotak
1
1
1
Sapu bambu
10
1 set
1
1
7
5
24 kaleng
1
4
5
2
300 set
4
10
2
1
14
3
200
1
1
3
1
3
500
1
7
1
1
3
1
20
2 ton
1
360
1
20
150 kotak
1
300
2
1
1
1
22
2
1
1
50 kotak
Pasak
22
109 set
147
5
1
1 set
1
2
1
8
1
2
100 kotak
8
50 set
800
Kapur mati
Karung pasir
31900 botol
2
Jlh Pgdaan
23 gulung
2
2
Jlh Minta
Tambang kuning/hitam
2
30
Total Jumlah
Lampu senter Helm
Pengeras suara Sepeda
Truk pembersih jalan
Pertolongan pembuangan puing (pekerja) Kursi
Meja
Total
123
1000
75
3
1
1
3
1
1
170
3
2
30 pasang
1
1
667
3
3
740
6
4
100 set
1
1
110 pasang
2
2
50
1
0
2
2
7 set
2
1
1
1
20
10 pasang
1
1
140
2
12
2
32
1
0
1 1
2
1
1
1 set
1
1
16
1
1
18
1
218
1
7.
Ketika kegiatan pengadaan dimulai, anggaran tidak bisa disediakan untuk bahan bakar, makanan, peti mati, dan perlengkapan lain yang tidak biasanya dibeli oleh MLIT. Divisi Anggaran dan Belanja MLIT kemudian mengajukan penyesuaian yang diperlukan kepada Kantor Kabinet dan Kementerian Keuangan. Hasilnya anggaran Kantor Kabinet untuk belanja digunakan sebagai sumber keuangan untuk membeli persediaan. 8. Pada akhir Maret sistem transportasi dan komunikasi berangsur kembali normal, dan pasokan bantuan untuk setiap zona bencana tidak hanya berasal dari Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) dan MLIT tetapi juga dari berbagai lembaga, organisasi nirlaba (NPO), dan organisasi sektor swasta. Oleh karena itu, diputuskan bahwa pada tanggal 1 April pengadaan oleh Dinas Daerah Tohoku akan terbatas pada barang yang dibeli oleh MLIT dalam kondisi normal (karung pasir, sekop, dll.). Jika kota membuat permintaan di luar yurisdiksi MLIT, personelnya bertugas untuk mengoordinasikan pengadaan dengan pemerintah prefektur yang relevan, sesuai dengan kerangka Undang-Undang Penanggulangan Bencana (lihat Bagian 6-2). 9. Dinas Daerah MLIT sendiri memiliki tiga kapal besar untuk pengerukan dan pengambilan minyak (Hakusan, Seiryumaru, dan Kaishumaru) untuk tujuan pengerukan di pantai. Menyusul bencana 11 Maret, kapal tersebut memuat pasokan bantuan darurat dan mengirimnya ke Tohoku sebagai bagian dari operasi TEC-FORCE. Kapal-kapan tersebut meninggalkan Pelabuhan Nagoya, Niigata, dan Kitakyushu antara 12 dan 13 Maret. Dinas Daerah Tohoku berkoordinasi dengan lokasi pertama yang akan menerima mereka sementara kapal-kapal berlayar ke utara. Pelabuhan pertamanya adalah Miyako, Kamaishi, dan Sendai Shiogama (Pelabuhan Distrik Sendai) karena diberi prioritas dalam pekerjaan untuk membuka kembali pelabuhan dan lalu lintas pelayaran. Selain itu, Dinas Daerah Tohoku dan kantor regional yang terkait membuat pengaturan untuk personel yang memuat perlengkapan yang diangkut kapal ke truk di tujuan pengiriman untuk kemudian melakukan pengiriman ke pusat evakuasi. Kedatangan kapal pasokan ini adalah tanda harapan bagi orang-orang di kota yang dilanda bencana. 10. Sebagai hasil dari operasi pembukaan kembali pelayaran, beberapa dermaga sebagian dibuka kembali hanya dalam waktu empat hari setelah bencana. Setelah tiga minggu berlalu, sebagian dari dermaga di semua pelabuhan di sepanjang pantai Samudra Pasifik dibuka lagi. Hal ini memungkinkan pasokan untuk bantuan darurat yang lebih banyak. Jumlah kapal pemasok yang masuk ke pelabuhan di daerah bencana besar mencapai total sekitar 900 kapal.
1
198
124
4 |
4 |
3
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
4-1 Langkah-langkah yang Harus Diambil Seminggu Seusai Gempa
Bagian 5. Penanggulangan Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Kecelakaan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima adalah peristiwa langka, dalam skala global sekalipun. Tanggal 11 Maret 2011 adalah pertama kalinya terjadi kecelakaan seperti itu di Jepang. Penanganan krisis nuklir itu sendiri bukanlah bagian dari operasi Dinas Daerah Tohoku, tapi Dinas terlibat dalam penanganan insiden tersebut. Upaya tersebut termasuk pembersihan rute transportasi untuk manajemen krisis perlengkapan dan personel, serta operasi drainase untuk menghilangkan banjir di sekitar PLTN. Mengamankan rute transportasi sangatlah penting, bahkan bila berada di zona eksklusi nuklir sekalipun. Oleh karena itu, kita perlu untuk memastikan kontrol atas paparan radiasi dan manajemen keselamatan.
Penjelasan 1.
4 | 5
Operasi yang mungkin bagi Dinas Daerah setelah terjadinya kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah sebagai berikut: (1) Mengamankan rute transportasi untuk penyediaan akses bagi perlengkapan dan personel ke lokasi kecelakaan; (2) Menyediakan dukungan untuk operasi drainase dan mesin untuk meringankan banjir; (3) Mengamankan rute transportasi bagi warga yang dievakuasi setelah insiden nuklir; dan (4) Melakukan operasi drainase untuk membantu polisi dan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) mencari orang-orang yang hilang setelah tsunami. Jalan nasional di bawah kendali Dinas Daerah berperan penting sebagai jalan arteri primer. Pemulihan darurat harus dilakukan segera dan seperlunya. Pada saat yang sama, tindakan dan manajemen diperlukan untuk menjamin adanya pembatasan jumlah kendaraan yang melalui zona eksklusi. 2. Kontrol paparan radiasi dan manajemen keselamatan sangatlah penting. Standar tempat kerja termasuk lokasi kerja, isi, jumlah keberangkatan dan kedatangan, juga sistem kontak darurat harus dirumuskan dalam rencana operasi yang terperinci. Menjaga paparan radiasi seminimal mungkin adalah aspek yang paling sulit dari kegiatan ini. Patroli jalan harian untuk memastikan akses jalan harus mengikuti standar dalam rencana operasi.
125
Contoh Kasus dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Untuk pekerjaan dalam radius sepuluh kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi, rencana operasi kegiatan Dinas Daerah Tohoku dirumuskan di muka. Personel harus melaporkan secara teratur terkait kondisi kerja mereka seraya melaksanakan rencana tersebut. Informasi yang minim mengenai krisis nuklir membuat survei pertama oleh Dinas Daerah Tohoku dilakukan dengan sangat hati-hati. Berdasarkan prinsip bahwa komandanlah yang harus memimpin dalam situasi berbahaya, survei dilakukan oleh pejabat senior termasuk direktur jenderal dan direktur-direktur dari Departemen Sungai dan Jalan. 2. Awalnya direncanakan bahwa warga kembali untuk sementara ke rumah mereka pertama kalinya sejak kecelakaan setelah libur umum pada awal Mei. Kantor Jalan Nasional Iwaki yang mengelola Jalan Nasional 6, bekerja untuk membuka kembali jalan ini untuk menyambut kepulangan warga pada 10 Mei. Kantor melakukan survei kerusakan pada semua bagian dari Jalan Nasional 6 selama dua hari pada 21-22 April. Rute alternatif dibuat, dan pekerjaan restorasi darurat selesai 9 Maret. 3. Setelah mendengar ledakan di Fukushima Daiichi Listrik Tenaga Nuklir pada 12 Maret, beberapa peralatan pompa drainase dan personel yang siaga pada titik pertemuan di Fukushima sementara diungsikan dari area. Hal ini menyebabkan kebingungan ketika Dinas Daerah berusaha untuk memastikan status penugasan mereka. 4. Berdasarkan keyakinan yang keliru bahwa semua area Prefektur Fukushima di luar zona eksklusi juga berada dalam keadaan bahaya, operator mesin yang terlibat dalam pekerjaan drainase di luar radius 30 km dari pembangkit listrik mulai meninggalkan area bersama keluarga mereka. Para pekerja ini kembali melanjutkan operasi setelah pengumuman berikutnya oleh pemerintah untuk menjelaskan situasi yang terjadi. 5. Pada tanggal 12 Maret pula, seorang staf yang dikontrak secara pribadi (terlibat dalam pekerjaan manajemen jalan) dievakuasi atas kemauannya sendiri. Meskipun zona evakuasi tidak langsung meliputi radius 20-30 km sekitar PLTN, staf tersebut pindah dengan keluarganya ke tempat peristirahatan di pinggir jalan di luar radius 30 km. Sejak 16 Maret seluruh perusahaan yang dikontrak untuk operasi manajemen jalan dan berlokasi di Kota Iwaki (dalam radius 50 km dari PLTN) mulai mengambil langkahlangkah evakuasi. Asosiasi Konstruksi Tohoku dan Asosiasi Konstruksi Kanto, yang telah menawarkan untuk membantu survei kerusakan secara terpisah, diminta untuk mengambil alih operasi. 6. Dinas Daerah Tohoku memerintahkan keluarga kantor cabang untuk mengevakuasi diri pada malam 14 Maret menyusul ledakan hidrogen di 126
4 | 5
BAB 4 Satu Minggu Seusai Bencana (Operasi)
reaktor ke-3 PLTN Fukushima. Keluarga-keluarga tersebut melakukan evakuasi pada malam itu juga. Pada tanggal 15 Maret, staf Kantor Cabang Haramachi juga melakukan evakuasi ke Balai Kota Shinchi, lalu mereka terus bekerja di sana. Mereka terus bekerja di hotel-hotel, dan kemudian juga sempat mengungsi ke Kantor Pajak Kota Soma selama bulan April. Pada tanggal 28 April mereka bisa kembali ke kantor cabang mereka untuk pertama kalinya sejak insiden itu, lalu melanjutkan kegiatan secara normal
4 | 5
127
Bab 5 Dalam 1 Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-1 Dukungan Logistik dalam 1 Minggu Setelah Bencana
Bagian 1. Dukungan Logistik dalam 1 Minggu Setelah Bencana
Menyediakan dukungan logistik kepada petugas yang bekerja di zona bencana merupakan bagian yang krusial dalam merespons bencana berskala besar.
Dukungan logistik mengacu pada kegiatan untuk menyediakan orangorang yang diperlukan, material dan informasi di tempat yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan, untuk mereka yang menjalankan operasi di daerah bencana. Kegiatan ini dapat terwujud dalam berbagai bentuk termasuk upaya untuk mengamankan komunikasi, mendukung petugas dan keluarga mereka, memindahkan staf dan perlengkapannya, serta mengamankan persediaan makanan dan bahan bakar. Dukungan logistik juga dapat diperpanjang untuk mengelola dan menyalurkan informasi, menghubungkan dan bekerja sama dengan instansi terkait, mengontrak perusahaan konstruksi, dan mengelola anggaran dan personalia.
Pada periode awal tanggap bencana, petugas yang bertanggung jawab akan sering fokus pada strategi operasi di lokasi bencana. Dengan demikian dukungan logistik dalam banyak kasus diabaikan atau dianggap sebagai suatu komponen tambahan dari kegiatan tanggap bencana. Dukungan logistik harus dianggap sebagai sebuah kegiatan utama, sama pentingnya dengan strategi operasi. Hal ini penting terutama karena pegawai di lingkungan MLIT dengan level yang lebih senior akan lebih menekankan pada kegiatan logistik .Hal ini akan membantu tercapainya tanggap bencana yang lancar.
5 | 1
Penjelasan 1. Dukungan logistik adalah istilah umum yang diberikan untuk tindakan yang terorganisir yang membantu atau meningkatkan kegiatan garda-depan dari kejauhan. Namun, ada beberapa variasi seperti untuk definisi komponennya. Dalam dokumen ini, elemen inti dari dukungan logistik sebanding dengan ‘logistik’ dalam istilah militer. Namun, menambahkan definisi sempit dari memasok personel, bahan bakar, makanan dan material, interpretasi Dinas Daerah Tohoku termasuk mengamankan sambungan komunikasi dan mendukung karyawan dan keluarganya. Unsur tambahan seperti mengirim informasi, bekerja sama dengan instansi lain dan membuat kontrak dengan perusahaan konstruksi juga digambarkan di atas. 2. Terutama dalam kasus respons jangka panjang untuk bencana berskala besar, operasi dukungan logistik bisa jauh lebih luas dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan respons. Orang Jepang cenderung mengabaikan dukungan logistik, jadi Dinas Daerah harus membangun sebuah bagian 131
3.
respons yang baru dan menyediakan staf penuh waktu agar mereka menjadi bagian dalam operasi strategis. Hal ini membantu mencegah isu logistik tercampur atau terhambat operasi yang lain, dan mendukung aksi bencana yang bertanggung jawab. Tugas utama dari pejabat yang lebih berwenang di MLIT adalah untuk membuat kebijakan dan mempersiapkan prasarana untuk dukungan logistik.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Operasi strategis dan dukungan logistik dijelaskan secara terpisah dalam bab 4 dan 5 untuk kenyamanan pembaca, tetapi kedua operasi tersebut dalam kenyataannya berhubungan dekat. Misalnya, Kelompok Penghubung Dinas Daerah Tohoku yang dijelaskan di Bab 4 dibentuk secara spesifik untuk meliputi kegiatan penghubung garda depan dan dukungan logistik. Proses pengadaan barang untuk wilayah terdampak dikelola oleh Kelompok Pengadaan Pasokan Dinas Daerah Tohoku. Sebagian besar proses pengadaan pasokan berhubungan dengan dukungan logistik. 2. Tim yang lebih kecil seperti tim bahan bakar, tim pengadaan makanan, tim tanggap radiasi dan tim humas strategis tidak diakui sebagai bagian resmi (seperti Kelompok Penghubung dan Kelompok Pengadaan Pasokan) oleh Kantor Pusat Tanggap Bencana. Namun, pembentukan yang lebih khusus ini membantu menjelaskan tugas operasional masing masing kelompok. Hal ini berkontribusi pada keberhasilan respons Dinas Daerah Tohoku. 3. Pada awal periode respons, menteri MLIT segera mengeluarkan 2 arahan kunci kepada para pemimpin respons: “menyelamatkan hidup adalah prioritas pertama”dan “melakukan semua operasi berdasarkan penilaian di lapangan, terlepas dari kerangka anggaran”. Kebijakan ini memungkinkan Dinas Daerah Tohoku untuk menjalankan operasi yang ampuh untuk dukungan logistik, termasuk hitungan anggaran yang luar biasa, pasokan makanan, bahan bakar dan respons peralatan untuk Tohoku, dan memobilisasi anggota tim TEC-FORCE dari Dinas Daerah yang lain dalam waktu 24 jam. 4. Arsip pers dan umum dari Gempa Bumi 11 Maret luar biasa mengingat mereka seringkali mengabaikan logistik tanggap bencana. Namun, operasi berskala besar berikut didukung oleh kerangka logistic yang terorganisir. • Pengiriman TEC-FORCE: 18.115 hari kerja. • Pengiriman penghubung: 3.916 hari kerja oleh staf yang bekerja di 4 prefektur dan 31 Kotamadya dan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF). • Kendaraan/Peralatan tanggap bencana: 9.194 kendaraan/hari. • Menyediakan pasokan dan bantuan: 198 dari 218 permintaan dijalankan 132
5 | 1
5-2-1 Mengamankan Komunikasi
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
(91 % tingkat respons positif ) dengan rata rata waktu respons 2,93 hari. Apabila melihat kembali kegiatan Dinas Daerah Tohoku, tampaknya penting bahwa inisiatif logistik dan data yang terkait dengan itu ditetapkan secara sistematis dalam bab yang terpisah dari tanggap darurat bencana operasional.
Bagian 2. Logistik
Butir 1. Mengamankan Komunikasi
Sudah diperkirakan bahwa komunikasi dengan cara normal di area bencana akan terputus pada tahap awal tanggap bencana. Membangun kembali adalah prioritas tertinggi, karena hal ini akan memungkinkan personel untuk mengumpulkan informasi dan membentuk sebuah rantai komando. Dengan asumsi bahwa sistem komunikasi tanggap bencana yang ada rusak, metode alternatif komunikasi dan prasarana untuk pemulihan awal harus diatur.
Penjelasan 1. Sebagai organisasi berlevel nasional, Dinas Daerah memiliki kerangka tanggap darurat bencana dan protokol komunikasi yang terstandarisasi secara nasional. Karenanya meminta kombinasi personel dan perlengkapan apapun dari Dinas Daerah lain untuk memulihkan komunikasi adalah tugas yang mudah, yang tidak mempengaruhi kualitas kinerja biasanya. 2. Ada saat-saat di mana Dinas Daerah Tohoku meminjamkan perlengkapan dan personel kepada pemerintah daerah untuk membantu mengamankan sistem komunikasi. Bahkan jika sumber daya tersebut dipinjamkan dalam jangka pannjang, sangat mungkin untuk mempertahankan (dan mendemonstrasikan) fungsi yang berkelanjutan dengan merotasi operator sistem. Berikut ini adalah ringkasan perlengkapan MLIT untuk informasi dan komunikasi yaitu: (1) Jaringan transmisi serat optik yang independen dan sistem komunikasi radio gelombang mikro yang meliputi Dinas Daerah, kantor regional dan kantor cabang lokal di seluruh negeri. Hal ini memungkinkan mengadakan teleconference yang disiarkan secara bersamaan ke kantorkantor lain di seluruh Jepang. Oleh karena itu kantor bisa membuat dan menyebarkan keputusan bahkan jika saluran telepon terputus. (2) Perlengkapan komunikasi khusus seperti kendaraan komunikasi satelit, terminal pencitraan video Ku-SAT dan telepon satelit. Perlengkapan ini memungkinkan sistem komunikasi alternatif segera terbentuk, bahkan jika fasilitas komunikasi darat mengalami kerusakan. (3) Helikopter tanggap bencana dan sistem transmisi video helicopter “helitele”. Kedua helikopter tersebut memungkinkan Dinas Daerah untuk mensurvei kerusakan secara mandiri di atas wilayah yang luas. Dinas Daerah juga memiliki kesepakatan untuk berbagi gambar video dengan instansi terkait seperti JSDF, Penjaga Pantai Jepang dan kepolisian distrik setempat. Kerja sama dengan instansi ini memungkinkan untuk
5 | 1
133
134
5 |
2 |
1
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-2-1 Mengamankan Komunikasi
memahami kerusakan pada zona bencana. (4) Kamera pengintai yang dipasang di jalan dan sungai (yang dikelola oleh Dinas Daerah). Jaringan kamera memungkinkan Dinas Daerah membuat penilaian kerusakan secara mandiri di daerah tersebut Tabel: Perlengkapan Komunikasi yang Dikirim dari Dinas Daerah (Jumlah kendaraan/perlengkapan) Dinas Daerah
Kendaraan Komunikasi Satelit
Ku-SAT
Hokkaido
1
1
Hokuriku
2
Kinki
2
Kyushu
3
Tohoku
3
Kanto
Dinas Daerah lain
1
Chubu
2
Chugoku
13
Total
|
2 |
1
(Kantor Teknik Tohoku, Kota Tagajo, Prefektur Miyagi) Fasilitas komunikasi di Kantor Teknik Tohoku tidak bisa dioperasikan karena pemadaman listrik, disebabkan karena generator listrik darurat terendam tsunami.
Efek Gangguan Jalur radio gelombang mikro yang melintasi Kantor Teknik Tohoku terputus, berarti Kantor Cabang Lokal Ishinomaki, Kantor Cabang Lokal Furukawa, Kantor Cabang Lokal Naruko dan Kantor Cabang Lokal Kesennuma (semua di yurisdiksi Kantor Sungai Sendai dan Jalan Raya Nasional) tidak dapat dihubungi melalui telepon atau faksimile.
19
Langkah-Langkah Penanganan Baik telepon satelit dan K-COSMOS (sistem komunikasi ponsel MLIT) digunakan sebagai cara darurat untuk mengamankan kontak telepon darurat. Sementara daya generator listrik temporer lalu dipasang di dalam Kantor Teknik Tohoku pada tanggal 16 Maret. Hal ini memungkinkan untuk me-restart peralatan komunikasi dan memulihkan kontak telepon ke empat kantor cabang lokal.
1
2
Subtotal
5
Situasi Satu
16
2
21
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Perlengkapan komunikasi yang dikirim ke Dinas Daerah Tohoku dari Dinas Daerah lain ditunjukkan pada tabel di atas. 2. Sambungan komunikasi normal yang disediakan oleh Nippon Telegraph and Telephone Corporation (NTT) dan juga jaringan ponsel terputus selama 2 hari pada awal tanggap darurat gempa bumi. Dinas Daerah Tohoku lalu memakai sistem komunikasi radio gelombang mikro untuk mempertahankan kontak dengan sebagian besar distrik, dan itu terbukti menjadi cara yang berharga untuk menilai kondisi kerusakan dan menerbitkan perintah dari Kantor Pusat Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku. Dalam rangka mengamankan komunikasi, Dinas Daerah Tohoku mengkonfirmasi sisa persediaan bahan bakar untuk generator listrik darurat di stasiun nirkabel lokal (termasuk stasiun relai di puncak gunung) dan bersiap untuk mengirimkan kendaraan komunikasi satelit ke zona bencana. Namun, kerusakan yang terjadi di 2 fasilitas tersebut berarti sistem komunikasi terganggu. Dinas Daerah Tohoku menyelesaikan masalah ini dengan segera mengamankan rute komunikasi alternatif, dan jaringan sudah sepenuhnya pulih pada tanggal 16 Maret. Kondisi fasilitas yang rusak dijelaskan di bawah ini: 135
Situasi Dua
(Stasiun Relai Kuriko, Kota Yonezawa, Prefektur Yamagata)
Efek Gangguan Gempa bumi 11 Maret menyebabkan antena parabola di Stasiun Relai Kuriko menjadi bergeser. Hal ini berarti bahwa jalur komunikasi dari Stasiun Relai Aoboyama ke Dinas Daerah Tohoku terputus, dan bahwa sistem “heli-tele” di dalam helikopter Michinoku hanya dapat mengirimkan data audio (jika ada) di daerah Sendai.
3.
Langkah-Langkah Penanganan Dinas Daerah Hokuriku mengirim kendaraan komunikasi satelit untuk Sendai, bertindak sebagai titik relai darurat untuk gambar dari helikopter tanggap bencana. Jalur komunikasi antara Stasiun Relai Aoboyama dan Dinas Daerah Tohoku sudah dipulihkan pada tanggal 16 Maret. Komunikasi antara Dinas Daerah Tohoku dan kantor regional serta kantor cabang lokal di daerah pelabuhan yang terkena dampak tsunami terputus karena lanjutan bencana (pemadaman termask telepon seluler, internal dan eksternal). Telepon satelit tunggal yang dialokasikan di setiap kantor regional 136
5 |
2 |
1
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
4.
5.
6. 5 |
2 |
1
menjadi sarana yang paling efektif untuk melakukan kontak. Telepon satelit tambahan lalu ditempatkan di setiap kantor regional dan kantor cabang lokal, untuk mengamankan komunikasi sementara waktu. Jaringan transmisi serat optik sepanjang garis pantai Pasifik terputus di beberapa bagian karena tenggelam dan rusak oleh tsunami. Dari 590 kamera pengintai yang dikelola oleh lima kantor regional (Kantor Sungai Takasegawa, Kantor Nasional Jalan Raya Sanriku, Kantor Sungai Kitakamikaryu, Kantor Sungai Sendai dan Jalan Raya Nasional serta Kantor Jalan Raya Nasional Iwaki), sebanyak 339 kamera tidak dapat mengirimkan gambar. Dari 339 kamera yang rusak, 272 tidak dapat dioperasikan karena kabel transimisi serat optik rusak atau sumber dayanya terputus. Enam puluh tujuh kamera yang tersisa tidak dapat dioperasikan karena kamera atau tiang penyangganya rusak. Pada hari terjadinya gempa bumi, helikopter Michinoku melakukan lepas landas darurat di Bandara Sendai dan mengkomunikasikan kondisi kerusakan kawasan pantai ke Dinas Daerah Tohoku melalui sistem transmisi video “heli-tele”. Namun, seperti dijelaskan di atas, kerusakan di Stasiun Relai Aoboyama (Kota Sendai) berarti transmisi terputus atau tereduksi menjadi hanya trasmisi audio saja di sebagian Sendai. Kendaraan komunikasi satelit dari Dinas Daerah Hokuriku diganti menjadi stasiun relai, dan fungsi transmisi visual pulih pada jam 14:00 pada tanggal 13 Maret. Di samping itu, pada hari bencana tersebut, Dinas Daerah Tohoku memasuki kerja sama dengan JSDF dan lalu membagi cuplikan yang diambil dari helikopter peninjau. Cuplikan ini digunakan untuk memastikan terjadinya kebakaran di Kesennuma. Dalam keadaan tersebut, Dinas Daerah Tohoku tidak hanya menggunakan peralatan komunikasi darurat untuk tetap berhubungan dengan personelnya sendiri. Dinas Daerah Tohoku juga meminjamkan perlengkapan dan operator secara gratis kepada pemerintah kota yang terisolasi setelah tsunami. Dinas Daerah Tohoku meminjamkan 10 kendaraan komunikasi satelit, 21 terminal pencitraan Ku-SAT, 10 telepon satelit dan 11 sistem komunikasi ponsel K-COSMOS, membantu mengamankan komunikasi untuk 21 pemerintah daerah di 29 lokasi. Perlengkapan komunikasi satelit digunakan bukan hanya untuk menjalin hubungan pemerintah daerah dengan Dinas Daerah Tohoku, tetapi juga sebagai cara yang sangat berharga untuk menghubungkan kotakota yang sedang terpukul dengan dunia di luar zona bencana. Sebagian korban bencana meminta menggunakan sistem itu untuk melakukan kontak dengan keluarga mereka, dan staf Dinas Daerah yang bekerja untuk memfasilitasi layanan ini sangat diapresiasi. Pegawai kota dan kantor kota - yang juga korban – memiliki kesulitan lebih dalam menggunakan telepon satelit untuk memastikan keselamatan keluarga mereka. Staf Dinas Daerah 137
5-2-1 Mengamankan Komunikasi
7.
menunjukkan perhatian yang besar dan mengundang karyawan untuk menggunakan kendaraan komunikasi satelit di malam hari untuk tujuan ini. Walikota kemudian memuji individu-individu yang memberikan kontribusi dalam menjaga moral karyawan. Mengamankan jalur komunikasi bukan hanya masalah perangkat keras. Ada juga kebutuhan untuk metode inovatif untuk menjamin kontak dengan individu di tengah kebingungan ini. Pada 17 Maret, misalnya, Direktur Jenderal menggunakan tiga telepon genggam di sekitarnya: satu untuk bekerja, satu untuk penggunaan pribadi dan satu Personal Handyphone System (PHS) untuk menghubungi Ruang Operasi Bencana. Dengan begini dia bisa dihubungi lewat telepon di mana saja.
5 |
2 |
1
138
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-2-2 Membantu Staf dan Anggota Keluarga Mereka
Butir 2. Membantu Staf dan Keluarga Mereka
karena beban kerja mereka. Penting untuk membuat mereka beristirahat, jika perlu memerintahkan mereka untuk melakukannya. Staf tidak dapat melakukan tugas mereka dengan memadai jika mereka khawatir tentang keluarga, rumah dan kebutuhan dasar (makanan, pakaian dan akomodasi). Tanggap bencana yang baik atau buruk akan ditentukan oleh bagaimana sebuah organisasi mempertahankan kesehatan pekerjanya. Selain tentang jadwal rotasi yang disebut di atas, Dinas Daerah harus menentukan bagaimana pengaturan sementara untuk kebutuhan seharihari seluruh karyawannya, termasuk penginapan, pulang-pergi ke tempat kerja, dan mandi.
Respons untuk bencana berskala besar sepertinya akan berlanjut selama jangka panjang. Karenanya Dinas Daerah harus dari awal menawarkan bimbingan perusahaan untuk menjaga kesehatan para pegawainya. Pegawai yang berwenang juga harus memperhatikan kondisi kesehatan satu sama lain. Hal ini bertujuan agar kebiasaan di Jepang di mana semua personel yang bermalam di tempat kerja sampai tugasnya selesai, harus dijaga dalam kaitannya dengan kegiatan tanggap bencana. Jadwal rotasi staf perlu diperkenalkan pada tahap awal. Lebih lanjut, penting untuk mengkomunikasikan informasi tentang makanan, pakaian dan akomodasi, dan untuk mencoba dan mengubah gaya hidup personel yang di luar kebiasaan akibat krisis menjadi lebih stabil.
Ada juga kasus di mana anggota keluarga petugas Dinas Daerah Tohoku hilang atau tinggal di fasilitas evakuasi. Kasus seperti ini perlu dipertimbangkan.
5 |
2 |
2
Penjelasan 1. Kesalahpahaman tentang nilai beristirahat dan penyembuhan adalah karakteristik cara berpikir orang Jepang. Adalah wajar ketika pegawai di Jepang merasa terkendala saat mereka tidak boleh pulang ke rumah sedangkan atasan mereka tinggal dan bekerja sampai malam. Hal ini menyebabkan seluruh kantor dalam kondisi kelelahan. Petugas yang memimpin tanggap bencana harus memberikan instruksi yang tegas bagi bawahannya untuk beristirahat, membuat jadwal rotasi pada tahap awal dan memberikan penjelasan alasan menegur staf jika mereka tidak bekerja sama. Di samping itu, kelelahan ini adalah musuh terburuk terutama bagi para pemimpin dan terutama petugas setengah baya yang memimpin. Mereka harus memahami bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang menjaga kesehatan mereka sendiri, dan memastikan bahwa mereka mengambil istirahat bersama dengan karyawan mereka. 2. Setelah bencana besar, kita harus paham bahwa penanggulangannya akan berlangsung lama. Maka jadwal rotasi harus segera direncanakan dan diterapkan sesegera mungkin. Latihan kebencanaan bisa selesai dalam 1 hari, tapi bencana nyata tidak akan sama jadinya. Sudah pasti bahwa respons untuk sebuah bencana berskala besar akan berlanjut selama beberapa bulan. Operasi jangka panjang akan menghadapi kesulitan jika tidak ada transisi yang cepat menjadi sistem kerja yang reguler dan stabil. Saat tanggap bencana jangka panjang sepertinya akan terjadi, penting untuk pertama-tama memastikan jadwal rotasi tersedia. Personel tanggap bencana berada pada bahaya yang konstan karena menjadi kewalahan 139
3.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
Pada hari bencana tersebut, anggota staf terkejut dengan skala langkahlangkah tanggap bencana awal. Mengingat tingkat keparahan dari kerusakan, tidak ada keraguan bahwa operasi tanggap bencana Dinas Daerah Tohoku akan berlangsung selama jangka panjang. Perintah untuk membuat suatu jadwal rotasi staf lalu dikeluarkan secara eksplisit pada malam tanggal 12 Maret. Setelah menerima instruksi tersebut, tiap departemen dan kelompok memulai suatu jadwal rotasi dengan shift 2-3 orang berdasarkan pada sifatnya, tingkat kepentingan dan gambaran jangka panjang untuk pekerjaan tersebut. Ruang Operasi Bencana dialihkan ke jadwal rotasinya sendiri pada tanggal 13 Maret, memangkas jumlah staf sesuai dengan perubahan ini. Sebagaimana telah disampaikan orang Jepang memiliki budaya yang unik di mana dalam pekerjaan para pekerja berpikir mereka harus menyelesaikan tugas bersama-sama tanpa istirahat. Perintah yang keras dan baru dikeluarkan pada tanggal 14 Maret, menyatakan bahwa “jika ada staf yang tumbang atau jatuh sakit, direktur departemen mereka akan dipecat.” Perintah seperti ini mungkin terdengar terlalu dramatis, namun hal ini karena organisasi Jepang tidak bagus dalam menetapkan jadwal rotasi dan rezim yang beristirahat. Inisiatif-inisiatif ini penting untuk mempertahankan unit kerja (dan kesehatan karyawan) selama jangka waktu yang diperpanjang.
Proses rotasi menuju transisi ke kerangka kerja reguler 12 Maret 21:00
Melaporkan ke MLIT melalui teleconference bahwa rotasi staf sudah dimulai
13 Maret 08.21
Tiap departemen dan tim sudah mulai dengan shift yang berotasi
14 Maret 20:00
Petugas yang berwenang di tiap departemen (memerintahkan) mengingatkan
untuk melindungi staf dari kelelahan atau menjadi sakit 18 Maret 17:00
Instruksi
140
5 |
2 |
2
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
3.
4.
5.
5 |
2 |
2
6.
Selain fasilitas Dinas Daerah Tohoku, seluruh layanan penting di kota Sendai hancur oleh gempa bumi dan tsunami. Selama 2 minggu pertama setelah gempa dan tsunami, para staf tidak bisa pulang ke rumah mereka. Untunglah listrik bisa dipulihkan dalam 3 hari, namun pemulihan suplai gas butuh waktu 4 minggu. Kekurangan gas berarti apabila pulang ke rumah mereka, karyawan Dinas Daerah Tohoku tidak bisa mandi. Pemanasan juga menjadi satu masalah. Fungsi AC di bangunan Dinas Daerah Tohoku rusak, dan digunakan pemanas kerosin pada 4 hari pertama. Layanan angkutan umum termasuk jaringan kereta api JR dan kereta super cepat Shinkansen juga terhenti karena bencana gempa bumi itu. Perlu waktu sampai akhir April untuk memulihkan jaringan kereta peluru di yurisdiksi Tohoku, jadi sekitar 60 staf Dinas Daerah Tohoku tidak bisa pulang ke rumahnya. Dinas Daerah Tohoku lalu membuka hostel temporer di bangunan swasta di sebelah utara lokasi kantornya, meminjam 32 dipan di satu ruangan hingga 30 April. Dinas Daerah Tohoku juga membuka layanan kesehatannya untuk mengakomodasi staf perempuan. Untuk staf yang terpaksa tidur di kantor dinas, lebih lanjut 100 selimut pinjaman ditambahkan dan ditukar dengan 86 saham asli. Dengan cara ini Dinas Daerah Tohoku mendukung stafnya dalam masa-masa sulit. Divisi Kesejahteraan Dinas Daerah Tohoku menyediakan cadangan untuk kebutuhan sehari-hari karyawan Dinas Daerah Tohoku dengan cara mengunggah informasi tentang restoran yang sudah dibuka kembali, kamar mandi umum dan fasilitas lainnya di situs web Dinas Daerah Tohoku. Informasi ini diperoleh dan diperluas oleh staf Divisi Kesejahteraan saat mereka berpapasan di kota saat menuju tempat kerja tiap harinya, dan hal itu membantu untuk memberikan ketenangan pikiran untuk mereka yang tidak dapat pulang atau tinggal di rumah mereka. Sebagai hasil dari manajemen ini dan juga seperti paragraf di atas, kehidupan staf Dinas Daerah Tohoku pulih secara bertahap selama 2 minggu ke kondisi sebelum bencana. Tidak satupun staf Dinas Daerah Tohoku sakit pikiran atau badannya, bahkan di kondisi sulit sekalipun. Di tengah-tengah semua aksi yang menjadi bagian dari tanggap bencana, Dinas Daerah Tohoku khususnya bangga dengan fakta ini. Pada tanggal 22 Maret, Dinas Daerah Tohoku dapat menggeser perhatiaannya kembali ke aktivitas reguler, sementara juga mengerjakan pemulihan bencana. Direktur Jenderal sendiri mengakhiri jadwal kerja 24 jamnya di gedung Dinas Daerah Tohoku pada tanggal 27 Maret, setelah mempertahankan jadwal itu selama lebih dari 2 minggu. Dinas Daerah Tohoku mengalami kesulitan khusus dengan pengaturan mandi karyawan. Karena butuh 1 bulan untuk memulihkan gas di kota Sendai, air panas tidak tersedia selama periode ini. Walaupun beberapa 141
5-2-2 Membantu Staf dan Anggota Keluarga Mereka
rumah pemandian umum menggunakan gas propana untuk memanaskan air, antreannya panjang dan staf dinas daerah tidak bisa menghabiskan waktu sepanjang itu untuk antre. Situasi yang kurang lebih sama terjadi di prefektur Miyagi, dan fasilitas air panas alam dibanjiri orang. Karenanya, demi kenyamanan, staf Dinas Daerah Tohoku bergantian menggunakan kamar mandi di asrama orang per orang, karena masih dalam waktu kerja. Bahkan dengan fasilitas yang tersedia ini, personel Ruang Operasi Bencana jarang bisa mandi. Hal ini terutama sulit bagi karyawan perempuan. Karyawan tersebut lalu diizinkan mengunjungi fasilitas mata air panas di prefektur Yamagata, dengan naik truk yang menuju Yamagata sehingga mereka bisa pergi dan mandi. Namun anggota staf senior di bawah Direktur Jenderal memutuskan tidak menggunakan layanan tersebut. Mereka hanya dapat mandi setelah gas pulih pada awal April . 7. Personel Dinas Daerah Tohoku sangat terdampak dengan Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Satu staf terluka parah dan sepuluh orang tua karyawan kehilangan tempat tinggal. Juga kerusakan pada 116 rumah, termasuk yang hancur sebagian atau lebih buruk lagi. Rekan kerja dari staf yang terdampak bencana mengumpulkan donasi sebagai bentuk simpati. Dari awal inisiatif pada tanggal 31 Maret sampai berakhirnya tanggal 11 April, ada beberapa kerumitan dengan proses ini. Namun, akhirnya, banyak kontribusi ditawarkan oleh MLIT, Dinas Daerah dan organisasi lain di seluruh negeri. 8. Kerja tanggap bencana di Dinas Daerah Tohoku sangat sibuk. Di tengah situasi ini, Wakil Direktur Jenderal akan langsung mendatangi meja para staf bawahannya sebelum ia mengeluarkan instruksi baru. Dengan demikian, dia bisa memastikan situasi operasional setiap kelompok dan apakah (dan di manakah) ada orang yang bisa menerima tambahan instruksi. Dengan kepemimpinan yang sopan dan hati-hati ini, dia mampu bekerja di belakang layar untuk menjaga keseimbangan antara beban kerja dan kesehatan karyawan. Di samping itu, pejabat senior lainnya menjaga rasa humor mereka, dan ini serta kelancaran kemajuan operasi membantu mencairkan suasana di Ruang Operasi Bencana. 9. Dibantu oleh penyanyi Jepang Satoshi Kishida dalam kunjungannya ke area terdampak bencana, staf dinas mendapat kesempatan untuk melihat pertunjukan terakhirnya di wilayah itu pada tanggal 6 Juli. Hampir 200 staf pergi mendengarkan musiknya, walaupun hanya untuk waktu yang singkat. Baik staf laki-laki dan perempuan dari dinas meneteskan air mata saat pertunjukan itu, dan pemimpin mereka menyadari lagi beban yang ditanggung stafnya dalam menghadapi bencana tersebut dan menjaga semangat mereka setiap harinya. 142
5 |
2 |
2
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
Poin Perbaikan 1.
2.
Konfirmasi mengenai keselamatan staf diselesaikan dalam waktu 3 hari. Namun, jumlah orang hilang maupun kondisi komunikasi yang sulit di daerah pesisir Pasifik berarti membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk memastikan keselamatan keluarga personel Dinas Daerah Tohoku. Jumlah keluarga dengan status tidak terkonfirmasi berkurang menjadi tiga pada tanggal 29 Maret. Dinas Daerah Tohoku tidak mempunyai persiapan untuk menentukan status evakuasi keluarga atau kondisi kerusakan rumah mereka. Respons tentang keselamatan jadinya tidak memadai. Banyak informasi tentang rumah dan keluarga karyawan hanya menjadi jelas melalui proses pengumpulan sumbangan. Hal ini menimbulkan beberapa isu. Dinas Daerah harus membuat keputusan di depan tentang lingkup informasi pribadi yang akan dikumpulkan pada waktu tersebut.
5-2-3 Transportasi untuk Logistik dan Personel
Butir 3. Transportasi untuk Logistik dan Personel
Saat kerusakan serius pada fasilitas karena bencana sudah diperkirakan, Dinas Daerah harus segera mengetahui jumlah material bangunan yang disimpan di gudang kantor cabang lokal dan stasiun pemeliharaan dan konstruksi. Jika bahan yang ada tidak cukup, Dinas Daerah harus cepat menghubungi perusahaan konstruksi dan material lokal dan membuat pengaturan untuk pengadaan persediaan. Dalam situasi darurat yang di mana dibutuhkan pembersihan jalan utama di tahap-tahap awal, Dinas Daerah harus merespons keadaan dan mengizinkan staf kantor cabang lokal dan perusahaan konstruksi berkoordinasi untuk mengambil keputusan tentang material (misalnya pasir atau kerikil) yang akan digunakan di lokasi tersebut. Berkenaan dengan pengadaan kendaraan bermotor dan pengemudi untuk perjalanan, Dinas Daerah harus berinovasi untuk pengurangan jumlah staf dan mengambil langkah untuk menghadapi keadaan darurat dengan benar.
Penjelasan 1. Dalam kasus bencana berskala besar, penting untuk melakukan langkahlangkah perbaikan darurat untuk mengamankan rute dan mencegah penyebaran kerusakan. Karena lokasi target kegiatan perbaikan banyak dan menyebar, material bangunan dalam jumlah besar harus segera dibeli dan tersedia di seluruh wilayah yang luas. Dinas Daerah harus mengamankan material pertama-tama dari organisasi di bawah mereka seperti kantor cabang lokal dan kantor regional, dan baru melalui kerja sama dengan industri konstruksi. Pengadaan dari sekitar area bencana dan juga dari area yang lebih jauh harus dipertimbangkan. 2. Biasanya sulit untuk mendapatkan dan menyediakan pasokan material bangunan yang mencukupi segera setelah bencana besar. Jadi Dinas Daerah harus menggunakan cara yang fleksibel dan inovatif untuk menghemat dan meminimalisir jumlah material yang digunakan, sesuai kondisi yang ada. Hal ini membuat personel harus mengubah cara pikir yang biasa. Beberapa contoh adalah sebagai berikut: (1) Perbaikan berdasarkan fungsi sementara atau pekerjaan yang sedang berlangsung (seperti secara temporer menggunakan satu jalur jalan untuk lalu lintas dua arah, atau menurunkan tingkat permukaan jalan); (2) Perbaikan darurat menggunakan material alternatif untuk waktu sangat singkat; (3) Penggunaan material secara fleksibel yang diperoleh dari lokasi
5 |
2 |
2
143
144
5 |
2 |
3
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
konstruksi operasional lainnya dan; (4) Pengadaan material di tempat seperti tanah dan pasir sesuai sikon. 3. Banyak kendaraan dan pengemudi yang dibutuhkan saat kegiatan awal tanggap bencana setelah terjadinya bencana. Namun, jumlah staf dan kendaraan yang terbatas menyulitkan memasok sejumlah yang dibutuhkan. Moda transportasi yang baru bagi situasi darurat harus diamankan, sebagai contoh mobil sewaan atau sopir bayaran dari perusahaan taksi.
5-2-3 Transportasi untuk Logistik dan Personel
5.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
5 |
2
3.
|
3
4.
Untuk membuka jalan/akses yang tertutup, pertama puing-puing dibersihkan dari area pesisir yang terkena tsunami. Namun, ada banyak lokasi yang memerlukan perbaikan darurat sebelum bisa dilewati kendaraan. Material bangunan yang disimpan di gudang kantor cabang lokal dan di stasiun pemeliharaan dan konstruksi terkadang tidak mencukupi untuk tujuan ini. Menanggapi kekurangan ini, kantor cabang lokal segera menghubungi perusahaan konstruksi dan material lokal juga kantor regional di Tohoku bagian barat untuk memperoleh hal-hal seperti pasir karung besar, kerikil, aspal cold-mix, plat baja tanah, terpal plastik, kerucut barikade dan pengaman. Untuk mengurangi waktu operasional kerja, operator pembersihan jalan menggali bahu jalan dan area lahan pribadi di sekitar jalan pada banyak lokasi (hal ini dapat menimbulkan masalah pada lahan pribadi). Tanah galian digunakan sebagai kantong pasir atau sebagai landfill untuk menghilangkan perbedaan ketinggian permukaan jalan. Beberapa kantor cabang lokal secara efektif menggunakan pasokan batu mereka yang diproduksi dalam dalam pekerjaan konstruksi sebelumnya. Ada beberapa lokasi di mana ban truk pengangkut besar menimbulkan kerusakan baru dan menghadapi perbedaan permukaan di tempat-tempat yang diperbaiki dengan aspal cold-mix. Untuk mengatasi masalah ini, karpet plastik dibentangkan sepanjang yang rusak atau aspal cold-mix disapukan ulang ke permukaan setelah pecahan diisi dengan kerikil. Terutama celah lebar diisi dengan pasir dalam jumlah besar, dalam rangka untuk menghemat material aspal cold-mix. Di samping itu, terjadi kemacetan lalu lintas yang parah di Tohoku pada hari terjadinya bencana. Kondisi ini membuat sulit untuk mengangkut material bangunan. Untuk mengatasi hal ini, Dinas Daerah Tohoku mengantarjemput material ke lokasi konstruksi dengan kendaraan yang dikawal mobil patroli Dinas Daerah. Pemeliharaan kendaraan juga dilengkapi dengan lampu merah menyala di beberapa lokasi, untuk memungkinkan mereka 145
6.
7.
menjadi prioritas lewat. Akan tetapi, kekurangan BBM berikut menyebabkan kekuatiran besar tentang apakah material mereka dapat diangkut. Tanggul sungai Shin-Kitakami dan sungai Eai diperbaiki menggunakan beton cor dan juga blok penghalang disimpan di stasiun tanggap bencana sungai. Tanggul ini juga berfungsi sebagai jalan raya, jadi perbaikan memastikan perlintasan di atas tanggul juga memungkinkan pada tahap awal. Kantor regional juga menggunakan pengaturan tanggap bencana dengan perusahaan konstruksi untuk mendapatkan 20,000 m3 dari landfill untuk memulihkan dermaga di muara sungai Shin-kitakami, karena hanyut akibat tsunami. Blok penahan dan baja lembaran yang digunakan untuk memperbaiki dermaga dengan cepat diperoleh melalui perjanjian dengan Asosiasi Industri Blok Beton dan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Material Baja untuk Struktur Sementara. Dinas Daerah Tohoku telah mengurangi armada kerjanya antara tahun 2008 dan 2010, dan jumlah sisanya tidak memadai untuk kegiatan di zona bencana. Mulai pada hari bencana, Dinas Daerah Tohoku mengambil tindakan untuk melengkapi jumlah ini dan meminjam kendaraan sebanyak 300 unit kendaraan selama periode 3,5 bulan. Kantor Jalan Raya dan Sungai Sendai meminjam kendaraan sebanyak 1.200 kendaraan selama delapan bulan. Perusahaan taksi dengan kesepakatan tanggap bencana masuk ke dalam kontrak dengan Dinas Daerah Tohoku, berdasarkan perjanjian sebelumnya untuk pengerahan sopir. Semua perusahaan tersebut bersedia menyediakan sopir untuk 7 HOK kepada Dinas Daerah Tohoku dan, 10 HOK kepada Kantor Sungai Kitakami-karyu. Kondisi bencana tersebut berarti perjalanan ke daerah-daerah yang terdampak tidak berjalan sesuai jadwal. Hal ini menyebabkan beban besar pada staf pengemudi (4 di Dinas Daerah Tohoku), dan mengakibatkan tingkat kelelahan yang tinggi. Sejumlah sopir bekerja lembur dalam jam kerja yang terentang dari jam 6 pagi sampai jam 12 malam.
Poin Perbaikan 1.
Sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, Rute Nasional 45 hancur dan satu jembatan hanyut akibat tsunami. Sebuah jembatan temporer yang sudah dirakit sebelumnya merupakan persyaratan untuk memperbaiki bagian ini. Pada waktu itu, Dinas Daerah Tohoku memiliki dua jembatan temporer yang sudah dirakit sebelumnya. Satu yang dimiliki oleh Kantor Teknik Tohoku rusak karena tsunami. Satunya sudah digunakan di lokasi yang rusak karena Gempa Bumi Iwate-Miyagi tahun 2008. Hal ini berarti jembatan lain harus diangkut dari Dinas Daerah Hokuriko di daerah tetangga. 146
5 |
2 |
3
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
2.
Untuk kasus di masa depan, jumlah jembatan temporer yang sudah dirakit sebelumnya harus ada dan disimpan di lokasi yang tidak mungkin terdampak tsunami. Mengenai sopir, sopir yang paling muda di personalia Dinas Daerah berada di akhir umur empat puluhan. Di tengah-tengah pengurangan personalia waktu itu, tidak ada rencana untuk perekrutan sopir baru. Dalam kondisi ini, tidak akan ada lagi sopir di Dinas Daerah dalam waktu sekitar sepuluh tahun mendatang. Dengan demikian penting bahwa Dinas Daerah mempertimbangkan stretegi untuk perjalanan ke zona bencana di masa mendatang.
5-2-4 Mengamankan Makanan
Butir 4. Mengamankan Makanan
Mengamankan pasokan makanan adalah aspek yang paling mendasar dari tanggap bencana. Mengamankan jumlah yang memadai adalah persyaratan minimum, tetapi, jika kondisi hidup yang tidak diperkirakan berlangsung untuk jangka panjang, perlu dipertimbangkan kualitas makanannya juga.
Dinas Daerah terutama harus mempertimbangkan hal berikut:
(1) Terlalu banyak makanan lebih baik daripada kekurangan makanan. Dinas Daerah harus bisa mendapatkan jumlah yang besar dengan cepat dan dengan segala cara yang ada. (2) Dinas Daerah harus mendistribusikan makanan untuk memenuhi kebutuhan instansi lokal, kotamadya, pusat evakuasi dan organisasi lainnya. (3) Untuk staf di dalam Dinas Daerah Tohoku, pasokan makanan darurat harus didistribusikan kepada semua anggota untuk jangka waktu tertentu. (4) Dengan berlalunya waktu, variasi makanan yang lebih besar harus disiapkan. (5) Petugas yang memimpin dan pejabat senior harus makan makanan yang sama dengan karyawan mereka, di tempat yang sama, dan hanya jika semuanya telah menerima bagian mereka. (6) Dinas Daerah harus menyimpan catatan dari orang-orang dan organisasi yang membantu pasokan makanan, untuk tujuan tata krama dan ungkapan terima kasih di kemudian hari.
Penjelasan 1. Kelebihan makanan adalah hal yang positif, dan pengadaan harus segera dilaksanakan setelah bencana terjadi. Dalam keadaan normal, Dinas Daerah menyimpan persediaan makanan untuk 3 hari. Akan tetapi, dalam kasus bencana besar, tidak dapat dihindari bahwa model tanggap darurat akan berlanjut dalam waktu yang lebih lama. Tergantung pada skala bencana dan kondisi lainnya, Dinas Daerah juga harus mempertimbangkan persediaan makanan temporer untuk orang-orang yang dievakuasi yang mencari tempat tinggal sementara. Dinas Daerah tidak boleh memojokkan inefisiensi dengan berpikir bahwa makanan yang terlalu banyak adalah pemborosan. Makanan tentu saja merupakan salah satu keperluan utama sehari hari, dan hal ini memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan tanggap bencana dan semangat pekerja. Karena alasan inilah, sangat vital untuk menerapkan semua metode yang tersedia untuk mendapatkan sejumlah
5 |
2 |
3
147
148
5 |
2 |
4
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5 |
2 |
4
besar makanan, termasuk meminta pada kenalan-kenalan dan meminta anggota TEC-FORCE datang dengan membawa persediaan makanan. 2. Setelah bencana berskala besar, ransum makanan darurat harus diberikan tidak hanya untuk personel Ruang Operasi Bencana tetapi semua anggota staf untuk jangka waktu tertentu. Dinas Daerah harus berhati-hati dalam memastikan bahwa semua personel menerima persediaan makanan. Di lapangan tempat zona bencana, pegawai yang memimpin juga harus memastikan bahwa makanan yang didistribusikan tidak hanya untuk tenaga personel utama tetapi untuk staf pendukung, sopir dan operator peralatan juga. 3. Dengan berjalannya waktu, ketentuan jenis makanan dengan variasi yang lebih banyak menjadi perlu. Bahkan saat persediaan makanan selama tiga hari sudah aman, sulit untuk terus makan biskuit dan nasi instan setiap hari. Makanan mewah dianggap tabu pada saat darurat, tetapi beberapa variasi seperti sup atau mie instan diperlukan. Permen dan makanan kesukaan individu lainnya juga dapat membantu untuk melepas lelah dan mengurangi ketegangan. 4. Pemimpin tanggap bencana dan staf perlu ingat bahwa mereka harus makan makanan yang sama di tempat yang sama dengan staf lainnya. Di samping itu, mereka harus memperhatikan bahwa hanya boleh makan setelah memastikan bahwa semua anggota staf lain sudah menerima makanan. 5. Catatan persediaan makanan harus disimpan setelah masa krisis. Catatan ini tidak hanya bertujuan mengelola persediaan makanan. Tapi juga masalah sopan santun, jadi Dinas Daerah dapat menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat dan organisasi yang memberikan bantuan segera setelah masa darurat selesai. Penyampaian ungkapan terima kasih yang tepat sangat penting (lihat Bab 6-1).
5-2-4 Mengamankan Makanan
2.
3.
4.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Cadangan makanan 3 hari yang disimpan di Dinas Daerah Tohoku dikonsumsi lebih awal dari yang direncanakan, karena beberapa persediaan diberikan kepada orang yang dievakuasi dan lainnya dikirim ke zona bencana. Setelah mengeluarkan arahan awal pada tanggal 11 Maret jam 15:15, Direktur Jenderal menginstruksikan Kelompok Dukungan Internal (dipimpin oleh Direktur Departemen Penggunaan Lahan Umum) untuk mulai membeli makanan. Staf Departemen Penggunaan Lahan Umum memang memiliki beberapa keberhasilan dalam inisiatif ini. Akan tetapi, malam itu tidak mungkin mendapatkan makanan dari prefektur tetangga. 149
5.
Staf lalu mengajukan permohonan pada kenalan lama di Niigata 22 Club, relawan, dan kelompok jejaring keuangan di prefektur Niigata. Kelompok ini menyediakan bola nasi dan mie instan untuk Dinas Daerah Tohoku. Saat persediaan sementara ini tiba di malam hari tanggal 12 Maret dan 13 Maret, staf Ruang Operasi Bencana memberi aplaus. Adanya krisis dihindari pada saat ini, namun penting bahwa Dinas Daerah menetapkan kebijakan darurat untuk mengurangi kekuatiran tentang makanan. Setelah periode awal ini, persediaan diamankan melalui dukungan Dinas Daerah dari seluruh negeri. Pada tanggal 16 Maret, ada edaran administratif dari Direktur Departemen Urusan Umum Dinas Daerah Tohoku tentang pengadaan makanan dan minuman untuk staf yang terlibat dalam kegiatan tanggap darurat. Surat edaran tersebut menyatakan bahwa pengadaan akan dilakukan dengan dana cadangan dari Kantor Kabinet Jepang. Meskipun ini lalu memungkinkan untuk membeli bahan pangan darurat dengan dana nasional, pada praktiknya perlu waktu lama untuk membeli beberapa barang. Barang-barang lainnya tidak dapat dibeli. Ada batasan untuk memperoleh makanan dengan dana nasional. Dinas Daerah Tohoku membeli variasi makanan seluas-luasnya, dan sangat didukung oleh “Takidashi Ladies”, kelompok staf perempuan di Dinas Daerah Tohoku. (“Takidashi” adalah sebuah istilah di Jepang untuk mendistribusikan nasi yang sudah dimasak, terutama pada saat dibutuhkan atau darurat. Hal ini dapat disamakan dengan dapur sup Jepang.) Makanan termasuk bola nasi dan mie instan sebagai bahan makanan pokok, dan beberapa permen cokelat batang dan kue. Bahkan permen dalam jumlah kecil terbukti efektif dalam mengangkat suasana hati karyawan. Makanan yang dikirim kepada individu, kelompok dan organisasi tiba dengan kata-kata penyemangat melalui 119 pengiriman segera setelah terjadinya bencana. Isinya ditambah dengan 219 item makanan yang berbeda, termasuk bola beras buatan tangan, berbagai macam permen, minuman bernutrisi, produk suplemen dan tembakau. Mulai tanggal 13 Maret dengan pengiriman makanan 500 mi instan untuk prefektur Iwate, Dinas Daerah Tohoku mengirim bahan pangan kepada instansi terkait dan kota-kota yang terdampak di zona bencana. Tujuan pengiriman termasuk kota-kota seperti Kamaishi, Miyako, Ishinomaki, Soma, Minami-Soma, dan Dinas Transportasi Tohoku. Pengiriman makanan ke lokasi tersebut amat sangat dihargai. Ransum makanan darurat disalurkan kepada seluruh staf di Dinas Daerah Tohoku segera setelah terjadinya bencana. Distribusi berakhir dengan sarapan pada tanggal 23 Maret, bertepatan dengan pemulihan fasilitas penting dan pembukaan kembali restoran di sekitar lokasi Dinas Daerah Tohoku. 150
5 |
2 |
4
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-2-5 Mengamankan Bahan Bakar
Butir 5. Mengamankan Bahan Bakar
Saat terjadi pemadaman listrik di area yang luas, bahan bakar untuk perlengkapan generator darurat menjadi penyelamat untuk menjamin keberlanjutan dari kegiatan tanggap darurat bencana, mendukung semuanya dari listrik di gedung Dinas Daerah hingga kelancaran komunikasi. Dinas harus tetap mengatur pasokan listrik yang tersisa secepat mungkin. Selain itu, Dinas Daerah memerlukan sejumlah besar bahan bakar untuk pembersihan jalan, pemulihan darurat dan bantuan secepatnya ke daerah bencana. Jadi mereka harus mengadakan persediaan bahan bakar dengan semua cara yang ada. Sulit terutama untuk memperoleh bahan bakar dari pasar swasta dalam minggu pertama setelah bencana terjadi. Pengadaan melalui sektor publik dengan bantuan dari seluruh Dinas Daerah di Jepang adalah hal yang penting.
2.
Penjelasan 1.
2.
5 |
2 |
5
3.
Bencana alam berskala besar dapat menyebabkan pemadaman listrik di area yang luas. Bahkan dalam kondisi seperti itu, Dinas Daerah harus mengelola generator listrik darurat dan waktu operasi sehingga bahan bakar untuk aktivitas tanggap bencana yang terus dilakukan tidak habis. Penanganan terhadap bencana butuh bahan bakar dalam jumlah besar, baik untuk mengoperasikan peralatan berat dan peralatan lain untuk pembersihan jalan maupun perbaikan dan juga untuk mendukung kesejahteraan masyarakat di daerah terdampak. Dinas Daerah harus mempertimbangkan pengalokasian tanggung jawab dengan menyediakan bahan bakar untuk tim baru dalam struktur organisasi. Pada minggu pertama setelah bencana, sulit untuk membeli bahan bakar dari pasar swasta dan cadangan pemerintah, dan ternyata lebih efisien untuk mendapatkan bahan bakar melalui Dinas Daerah di bagian lain dari Jepang. Inilah salah satu kekuatan kerangka nasional MLIT. Saat mengangkut bahan bakar ke zona bencana, Dinas Daerah harus memperhatikan kebutuhan berbagai persiapan awal. Pengaturan ini termasuk pengadaan tanker bahan bakar, memastikan spesifikasi tiap tanker, membangun stasiun transfer untuk penyimpanan bahan bakar temporer dan mendistribusikan bahan bakar untuk tanker itu sendiri.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Pasokan listrik ke Gedung Dinas Daerah Tohoku di Sendai terputus 3 menit setelah gempa bumi jam 14:49 pada tanggal 11 Maret. Generator darurat milik Dinas segera beroperasi. Bahan bakar berat jenis A yang digunakan oleh 151
3.
4.
5.
generator tersebut sudah diisi ulang 1 bulan sebelumnya, dan kira-kira masih tersisa 43.000 liter dari kapasitas maksimum sebesar 45.000 liter - setara dengan 3 hari pemakaian. Dinas Daerah Tohoku juga mengkaji persediaan bahan bakar darurat untuk fasilitas di dalam yurisdiksinya, termasuk bahan bakar berat jenis A, solar dan minyak tanah yang disimpan di 38 kantor regional, 97 kantor cabang local dan 52 stasiun relay. Hasil kajian ini - total tersedia 800.000 liter bahan bakar - dikeluarkan pada pukul 22.00. Dinas Daerah Tohoku lalu menghitung waktu tiap generator dapat dioperasikan, berdasarkan jumlah sisa bahan bakar. Penghitungan itu dicatat dalam sebuah tabel kontrol. Prioritas diberikan untuk memasok bahan bakar untuk generator dengan waktu operasi tersingkat. Segera setelah terjadinya bencana, Dinas Daerah Tohoku menemukan bahwa Rute Nasional 45 dan 6 dan juga tembok laut dan tanggul mulut sungai di pesisir Pasifik telah mengalami kerusakan luas karena tsunami. Di samping itu, tanggul di kawasan Fushiogami di kota Fukushima roboh menimpa Rute Nasional 4. Akuisisi bahan bakar diperlukan untuk menjalankan sejumlah besar kendaraan dan peralatan tanggap bencana seperti kendaraan komunikasi satelit, kendaraan penerangan bergerak dan mesin konstruksi, semua dibutuhkan untuk pembersihan jalan dan kerja perbaikan. Pada saat yang sama, hot-line yang menghubungkan Direktur Jenderal dengan walikota setempat menjelaskan bahwa pemerintah daerah yang terdampak berada dalam kondisi kritis, terutama karena kekurangan bahan bakar yang mempengaruhi generator listrik darurat di rumah sakit setempat. Wakil Direkktur Jenderal lalu menerapkan kebijakan mendapatkan bahan bakar yang cukup untuk Dinas Daerah Tohoku dan juga untuk korban bencana. Pada malam 11 Maret, Dinas Daerah Tohoku berkoordinasi dengan Kantor Telekomunikasi dan Kelistrikan MLIT dan meminta semua Dinas Daerah di seluruh Jepang bekerja sama menyediakan bahan bakar. Pasokan solar dan bensin kemudian dikirim dalam 1 minggu, di mana Dinas Daerah yang lain menanggapi permintaan dengan cepat. Juga pada 15 Maret pasokan bahan bakar berat jenis A dikirim ke Tohoku melalui kerja sama dengan Kantor Telekomunikasi dan Kelistrikan MLIT. Koordinasi antara Dinas Daerah Tohoku dan JSDF di tingkat Direktur Jenderal memungkinkan pengiriman minyak tanah dan solar lagi dari JSDF pada tanggal 16 Maret. Di minggu I itu saja, jumlah bahan bakar yang diperoleh dengan bantuan dari instansi pemerintah mencapai kira-kira 60.000 liter. Tim bahan bakar dengan 4 personel dibentuk di Dinas Daerah Tohoku pada tanggal 14 Maret. Anggotanya termasuk Senior Executive Officer for Project Appraisal dan manajer Divisi Informasi dan Teknologi Komunikasi (lihat juga 152
5 |
2 |
5
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-2-5 Mengamankan Bahan Bakar
Bab 4-1). Dari pembentukannya, tim memulai usaha sepenuhnya untuk berkoordinasi dengan perusahaan swasta seperti pemasok minyak bumi dan SPBU lokal darurat mendapatkan bahan bakar darurat. Stasiun pelayanan juga mengalami kelangkaan bahan bakar, dan, karena takut menghadapi masalah dengan pelanggan biasanya, hanya sedikit yang merespons permintaan Dinas Daerah Tohoku. Akan tetapi pada tanggal 17 Maret, ada kesepakatan yang dibuat dengan sejumlah pemasok kantor pusat di Tokyo, dan 60.000 liter bensin dan solar diperoleh dari tiga kelompok dari mitra stasiun layanan di yurisdiksi Dinas Daerah Tohoku. Tambahan 10.000 liter bahan bakar berat jenis A ini dikirim langsung ke tangki bawah tanah yang dimiliki oleh Kantor Jalan Raya Nasional Sanriku. Untuk melunasi utang mereka seperti dengan lancar, Dinas Daerah Tohoku memberikan para pemasok sejenis formulir perjanjian pembayaran di kemudian hari dan meminta tiap pemasok mengirim tagihan lumpsum.
Tabel: Bahan Bakar yang Diperoleh dengan Bantuan Instansi Pemerintah (seminggu seusai bencana)
Tanggal
14 Maret
Dinas Daerah Kanto
15 Maret
Dinas Daerah Hokuriku
15 Maret
5 |
2 |
5
Instansi yang Bekerja sama
15 Maret 16 Maret 16 Maret 16 Maret
16 Maret 17 Maret
6.
Dinas Daerah Kanto
Kantor Telekomunikasi & Kelistrikan MLIT (dikirim oleh Kabinet PM) Dinas Daerah Hokuriku
Jenis dan kuantitas (unit: liter)
Solar 3000
3400
Dinas Daerah Hokuriku
4900
Total
Bensin
2000
3400
14000
14000 7900
3000
26200
Total 3000
7900
2000
Dinas Daerah Chugoku
Minyak Tanah
2000
Dinas Daerah Chubu JSDF
Bahan bakar berat jenis A
2000
8
14000
8
11000 10000
10000
4900
10000 58200
Sementara itu, kantor regional dalam zona bencana bekerja sama dengan mitra di yurisdiksi Dinas Daerah Tohoku untuk melakukan kegiatan pengadaan bahan bakar mereka sendiri. Kantor Sungai Kitakami-karyu, misalnya, mengalami kekurangan bahan bakar untuk generator listrik darurat di bangunan mereka, juga kekurangan diesel untuk kendaraan 153
pompa drainase. Selain itu dengan menggunakan bahan bakar yang dikirim oleh MLIT, Direktur kantor mengatur mitranya di Kantor Kerja Konstruksi Waduk Isawa untuk mendapatkan 4.000 liter solar dan 1.000 liter bahan bakar berat jenis A, yang diambil dari tangki dan mesin berat di lokasi konstruksi waduk. 7. Listrik dipulihkan di daerah terdampak bencana dalam 3 hari. Akan tetapi di beberapa tempat pemulihan membutuhkan waktu selama 7 hari. Langkahlangkah pengadaan bahan bakar generator darurat di lokasi tersebut berakhir di tahap ini. Sekitar 250.000 liter bahan bakar dikonsumsi oleh generator darurat dalam tujuh puluh dua jam setelah bencana terjadi. Jika pemadaman listrik berlangsung lebih dari 7 hari, ada bahaya yang sangat nyata bahwa bahan bakar untuk generator listrik darurat bisa habis. 8. Setelah listrik pulih, bahan bakar dibeli dengan tujuan membantu pemerintah kota dan operasional kendaraan dan peralatan tanggap bencana. Pada tanggal 16 Maret, cadangan bahan bakar di Tohoku mengalami penurunan sekitar 530.000 liter, 2/3 dari jumlah yang tersedia segera setelah bencana terjadi. Kondisi ini adalah kondisi stok bahan bakar yang paling parah di masa tanggap bencana. Dengan turunnya salju pada tanggal 17 Maret, tidak tersedia bahan bakar untuk kendaraan pembersih salju di Jalan Gassan. Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku menerima telepon dari walikota Higashimatsushima yang mengatakan bahwa, sementara kendaraan pompa drainase yang diterima dari Dinas Daerah Tohoku sangat baik dan dia sangat berterima kasih, namun mereka tidak memiliki cukup bahan bakar untuk menjalankan kendaraan tersebut. Kendaraan itu setiap hari memerlukan 3.000 liter, tapi cuma 800 liter yang dapat disediakan pada hari sebelum telepon dilakukan. Situasi seperti ini menggambarkan bahwa pengadaan dan penyediaan bahan bakar menentukan kecepatan tanggap bencana awal secara menyeluruh. 9. Krisis pasokan bahan bakar kendaraan dan peralatan berakhir 21 Maret, saat sejumlah besar cadangan solar pemerintah sudah tersedia. Distribusi kendaraan dan peralatan tanggap bencana berskala penuh tidak akan mungkin tanpa bahan bakar. Jumlah solar, minyak tanah bensin dan bahan bakar berat jenis A yang diperoleh sampai tanggal 31 Maret, totalnya sekitar 630.000 liter. Total konsumsi bahan bakar untuk mengoperasikan generator darurat dan peralatan kontrol bencana dan pasokan ke wilayah kotamadya berada pada angka yang kurang lebih yang sama. 10. Hanya tanker kecil sebesar 5 kilo liter atau kurang yang dapat langsung mengisi kendaraan dan peralatan tanggap bencana dengan bahan bakar. Saat bahan bakar tiba di tanker yang besar, Dinas Daerah Tohoku memakai kesepakatan di awal dengan stasiun layanan dan stasiun pompa drainase 154
5 |
2 |
5
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5 |
2
untuk memakai tanker bawah tanah sebagai penyimpanan sementara. Akan tetapi pengaturan ini mengalami kesulitan, saat banyak stasiun layanan yang rusak. Terkait kendaraan pengangkut bahan bakar, tanker bergerak dengan tanda “bahan bakar tanggap darurat bencana MLIT”, dan mobil patroli mengawalnya di jalan umum untuk menghentikan mobil yang akan mengikuti atau masyarakat yang mengganggu. 11. Terkadang pada pengiriman bahan bakar ke fasilitas selain stasiun layanan konvensional, mounting brackets dan calibers dari bukaan pengisi bahan bakar tidak cocok dengan saluran keluar di truk. Dinas Daerah Tohoku perlu membuat pengaturan awal dengan perusahaan transportasi. Di samping itu, pengaturan diadakan agar 2 kilo liter tanker dapat mengambil bahan bakar dari tangki bawah tanah, dan agar 4 kilo liter tanker dapat mengangkut dan memasok bahan bakar di zona bencana. Meskipun sudah ada pengaturan ini, kerusakan yang ditimbulkan pada perusahaan kargo dan tanker akan mempersulit mengorganisir kendaraan-kendaraan ini. Ketika tanker tidak dapat diperoleh, solar dituangkan ke dalam drum dan diangkut dengan pompa penyedot ke lokasi yang sudah ditentukan. 12. Bensin lebih mudah menguap dan berbahaya daripada solar atau minyak tanah, dan perhatian khusus harus diberikan saat mengangkutnya. Pertimbangan ini termasuk penugasan spesialis material berbahaya dan mengangkutnya dalam kaleng 10 liter atau 20 liter. 13. Kapal pembuka saluran air terus bekerja memakai bahan bakar dari kapal pengerukan besar dan kapal pengambilan minyak. Operator seperti JDREA juga berhasil mengamankan bahan bakar secara independen. Ini berarti Dinas Daerah Tohoku bisa membawa tanker ke pelabuhan dan mengatasi kekurangan bahan bakar pada tahap awal. Pemulihan fasilitas pelabuhan yang cepat memungkinkan terhindarnya kekurangan persediaan dalam waktu yang panjang.
5-2-5 Mengamankan Bahan Bakar
Tabel: Pembelian dan Konsumsi Bahan Bakar sampai Akhir Maret Cadangan pada 11 Maret (kecuali alat berat swasta) Pembelian
Kerosin
Bensin
0
0
118.000
Total
365.000
118.000
315.000
Cadangan Pemerintah
322.500
14.000
Kendaraan & peralatan Dinas Daerah/Sektor Swasta
23.000
152.300
0
24.000
Total
474.800
38.000
Kendaraan & peralatan tanggap bencana
205.600
0
bantuan ke kotamadya
27.900
kendaraan pengangkut* Total
117.000 0
350.500
487.300
315.000
0
Total
775.000 23.000
58.400
0
37.000
798.000
0
22.000
358.500
269.700
58.400
59.000
628.200
65.000
137.000 0
3.200
208.800
0
0
12.000
12.000
189.400
26.200
631.100
0
65.000
91.000
52.400
184.000
0
11.000
32.800
*Dinas Daerah Tohoku, Sanriku, Sungai Kitakami-karyu, Iwaki
319.000
91.300
795.100
Poin Perbaikan 1.
2.
155
tipe A
342.000
Cadangan+PengadaanKonsumsi
|
5
Solar
Generator darurat
Generator darurat Konsumsi (kecuali alat berat swasta)
Tipe & Kuantitas (unit: liter)
Setelah tanggal 11 Maret ada koordinasi yang menyeluruh untuk memperoleh persediaan bahan bakar dalam jangka waktu yang singkat. Dengan mempertimbangkan hal ini Dinas Daerah Tohoku menghasilkan kesepakatan dengan Asosiasi Perusahaan Industri Perminyakan Miyagi di bulan Desember 2012 untuk memastikan bahwa Dinas Daerah Tohoku memiliki status istimewa terkait pembelian saat bencana selanjutnya. Dinas Daerah yang lain bisa berharap membangun kesepakatan di muka yang serupa. Mengangkut bahan bakar dan menggunakan stasiun transfer memerlukan koordinasi dengan perusahaan swasta. Dianjurkan untuk membangun kesepakatan di muka untuk operasi ini, jika ada kasus darurat lainnya.
156
5 |
2 |
5
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
Bagian 3. Menyalurkan Informasi
Butir 1. Mengatur Siaran Pers dan Wawancara
Bekerja sama dengan kantor penyiaran dan kantor berita sangat diperlukan untuk menyalurkan informasi secara cepat dan akurat tentang kondisi bencana ke dunia luar. Jika sulit bagi kantor media untuk menilai situasi karena kondisi reportase yang tangguh, MLIT harus menyediakan bantuan yang mereka butuhkan. Hal ini meliputi kerja sama secara proaktif termasuk pembagian gambar video dan materi lainnya.
Penjelasan 1.
2. 5 |
3 |
1
3.
4.
Setelah bencana besar terjadi kantor-kantor media yang menjadikan bencana tersebut sebagai sebagai misi perlu mengirimkan informasi tentang bencana ke seluruh negeri. Namun, para reporter sering tidak dapat mengumpulkan dan menyiarkan informasi dengan lancar, karena listrik dan komunikasi tidak berjalan dan kondisi jalan raya dan sarana transportasi lain yang buruk. MLIT, di sisi lain, adalah sebuah organisasi yang mampu mengamankan komunikasi dan sarana transportasi tersebut, bahkan dalam bencana yang serius. Untuk tujuan menyiapkan informasi penting dengan segera untuk semua orang, Dinas Daerah sebaiknya mempertimbangkan menyediakan kantor berita, di antara kenyamanan lainnya, akses cara transportasi dan komunikasi juga ruang kerja di kantor regional, kantor cabang lokal dan di lokasi bencana. Terkait dengan siaran pers, lebih efektif untuk menyebarkan informasi untuk masing-masing outlet media (media televisi dan koran pagi/malam) sesuai dengan tenggat waktu penerbitan mereka. Hal ini berlaku terutama saat situasi tegang di mana ada tidak informasi baru, karena tenggat waktu yang sama dan rilis data yang reguler membangun rasa kepercayaan. Ketika merilis informasi kegiatan, Dinas Daerah harus menggunakan ekspresi yang sederhana dan jelas. Hal ini, misalnya, berguna saat melampirkan peta atau diagram yang menunjukkan keseluruhan rencana tindakan, saat menyediakan cuplikan video dari helikopter di kawasan bencana dan saat memasukkan daftar frase yang mudah digunakan oleh media. Jumlah informasi yang besar disampaikan kepada kantor-kantor berita melalui banyak sumber, dan manfaat mengirim pesan faks sederhana sering diabaikan. Membuat kontak berulang dengan media adalah cara yang baik untuk menarik perhatian mereka kepada informasi yang bernilai tinggi. Personel harus mencurahkan usaha ekstra untuk memastikan bahwa siaran pers Dinas Daerah dan MLIT dipakai. 157
5-3-1 Mengatur Siaran Pers dan Wawancara
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
Direktur Departemen Perencanaan Dinas Daerah Tohoku, yang menjadi kontak bagi media, mulai menanggapi panggilan telepon segera setelah bencana terjadi. Meskipun waktu itu adalah situasi tegang baik untuk media dan Dinas Daerah Tohoku , setiap pertanyaan dijawab dengan sopan santun dan hati-hati. Jika ada poin yang belum pasti, Direktur akan mencari konfirmasi jawabannya dan menelepon sang reporter kembali untuk melakukan koreksi. Hal ini membantu membangun hubungan kerja yang baik. Sebagian besar pertanyaan kepada Dinas tersebut bertanya tentang bagian jalan mana yang bisa dilewati. Siaran pers berjudul “Informasi Bencana Gempa Bumi” dimulai pada pukul 15:00 pada hari bencana. Pada tanggal 13 Maret dan 14 Maret siaran pers tersebut diedarkan empat kali setiap hari; mulai 15 Maret diedarkan dua kali setiap harinya. Tiga rilis dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang berkelanjutan tentang tanggap bencana yang dilakukan Dinas Daerah Tohoku dan hasil pemeriksaan terkait. Dalam rangka untuk melaporkan kemajuan inisiatif pemulihan, awal dan akhir dari berbagai kegiatan diumumkan melalui siaran pers menggunakan frase yang mudah dipahami. Daftar berikut menyediakan contoh yang dimaksud:
Efek Gangguan 15 Maret 17 Maret 18 Maret 20 Maret 10 April
3.
4.
Persiapan tautan situs terkait rute dan transportasi penyelamatan Kedatangan kapal pertama di Pelabuhan Miyako Akhir Operation Comb Implementasi langkah-langkah drainase untuk memulihkan Bandara Sendai Pembentukan Buletin elektronik temporer di kotamadya yang terdampak Penyelesaian pemulihan jalan darurat satu bulan setelah gempa
Operasi Penyisiran yang diliput oleh jaringan televisi nasional NHK dan surat kabar nasional segera setelah siaran pers berlangsung, menyajikan informasi dalam bahasa yang sederhana dengan rencana keseluruhan yang jelas. Peta dan frasa kunci yang digunakan oleh media sama persis seperti yang tercamtum dalam pernyataan pers yang resmi. Melalui pelaporan ini, langkah-langkah Dinas Daerah Tohoku untuk membersihkan jalan di zona bencana memberikan kesan yang kuat pada warga Jepang di tahap awal tanggap bencana. Gambar video dari helikopter Michinoku ditawarkan untuk menanggapi permintaan dari tiga puluh kantor berita, termasuk beberapa dari luar negeri.
158
5 |
3 |
1
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-3-2 Mengakomodasi DelegasiMisi Observasi Domestik dan Asing
Poin Perbaikan 1.
2.
Bahkan dalam bencana serius seperti Gempa Bumi Besar Jepang Timur, JSDF mampu menyiapkan rencana humas yang mensejajarkan tujuan dan metode mereka dengan kemajuan kegiatan tanggap bencana. JSDF mengembangkan rencana tersebut sebagai informasi publik strategis dari kegiatan awal tanggap bencana sampai penarikan operasi akhir. Foto-foto yang digunakan dalam rilis mereka, menangkap tidak hanya kondisi kerja tapi juga wajah-wajah, rasa terima kasih, dan bahkan kegembiraan JSDF dan masyarakat yang mereka bantu. Dinas Daerah Tohoku mempelajari strategi ini dari JSDF, dan harus menggunakannya di masa mendatang. Selain itu, penyediaan informasi kepada kantor berita secara langsung melalui pengarahan pers menjadi kesempatan yang bagus untuk area humas. Hal ini adalah area yang layak untuk perbaikan strategis. “Informasi Bencana Gempa Bumi” dirilis secara berkelanjutan kepada organisasi berita, tapi secara sederhana rilis diberi nomor (Misalnya, Informasi Bencana Gempa Bumi No 1) dan dikirim secara mekanis tidak secara akurat menyampaikan maksud Dinas Daerah Tohoku pada publik. Dinas Daerah harus membuat inovasi untuk memastikan siaran pers memiliki dampak visual dan dipahami seketika.
Butir 2. Mengakomodasi Delegasi Misi Observasi Domestik dan Asing Berurusan dengan delegasi misi observasi sering dilihat sebagai beban kepada pihak yang menerima mereka. Namun ada sejumlah informasi substansial yang hanya dapat disampaikan dengan langsung menunjukkan zona bencana kepada orang-orang tersebut. Memiliki kantor MLIT di zona bencana yang menangani misi dan membuat pengunjung memahami dengan tepat persoalan yang dihadapi MLIT, memiliki efek positif pada kegiatan pemulihan berikutnya. Sebab itu delegasi misi observasi harus disambut dengan proaktif. Proses pembuatan dan penjelasan dokumen yang disajikan untuk delegasi misi observasi harus sistematis untuk meningkatkan efisiensi.
Penjelasan 1.
2.
5 |
3 |
1
3.
4.
159
Delegasi misi observasi dapat mengakibatkan beban untuk pihak penerima tamu dan mereka yang berada di di lokasi bencana. Namun, sebagian besar informasi hanya dapat disampaikan jika tamu langsung melihat kawasan terdampak. Tamu tersebut juga akan mempunyai kesan yang abadi dari pengalaman mereka. Organisasi yang menerima tamu dapat mengharapkan imbal balik dan hasil positif jika para pengamat diakomodasi secara maksimal. Dinas Daerah harus menghindari membuat pemutakhiran (update) yang sering untuk material pengarahan karena hal ini inefisien dan menjadi beban berat bagi pihak yang menerima. Revisi harus dilakukan jika ada perubahan keadaan yang besar, atau dengan waktu yang regular seperti pada awal bulan. Titik utama atau target penjelasan harus dibuat ringkas dan diberi judul yang mudah diingat. Komposisi keseluruhan dokumen juga harus diputuskan terlebih dahulu. Dengan kata lain, inti dari material harus disiapkan secara sistematis dan kemudian disesuaikan untuk setiap misi. Menggunakan gambar video selama pengarahan misi membuat memungkinkan untuk menyampaikan pesan yang diinginkan dengan lebih efektif dan dengan rasa lebih bahwa pengunjung berada di zona bencana. Cuplikan video adalah satu cara untuk mendapatkan hasil efektif meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban persiapan material pengarahan untuk mempersiapkan bahan untuk misi kunjungan. Saat menerima delegasi misi observasi dari luar negeri, petugas yang memimpin perlu mewaspadai bahwa dalam beberapa kasus mereka tidak dapat menunjukkan semua operasi tanggap bencana tanpa syarat. Hal ini tergantung pada struktur dan niatan negara luar. 160
5 |
3 |
2
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-3-2 Mengakomodasi DelegasiMisi Observasi Domestik dan Asing
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Delegasi misi observasi menjadi pengunjung yang sering pada sekitar sebulan setelah bencana terjadi. Sebagai pihak yang menerima, Dinas Daerah Tohoku mensistemasikan material pengarahannya sejak awal kunjungan. Beban akan jadi terlalu besar jika Dinas Daerah Tohoku menangani setiap delegasi yang datang secara acak. 3 material berikut digunakan dalam berbagai cara tergantung pada misi. Material diperbarui dengan versi baru setiap bulan dan angka-angka yang dimaksud dalam dokumen akan disesuaikan. Ide seperti membuat pekerjaan rutin tanpa beban berat, akan mengakibatkan operasional yang tinggi dan komunikasi yang efisien. Konten dari material pengarahan: (1) Presentasi (termasuk Powerpoint) (2) Dokumen pengarahan (material terperinci) (3) Gambar visual (cuplikan film )
2.
5 |
3 |
2 3.
Saat pengarahan delegasi misi observasi, dan bahkan saat periode awal tanggap bencana, Dinas Daerah Tohoku mengundang para pengunjung langsung ke dalam Ruang Operasi Bencana dan menjelaskan pekerjaan mereka menggunakan perlengkapan ruang itu dan cuplikan video. Petugas berupaya menciptakan simulasi pengalaman dan sense of reality dekat dengan apa yang mereka rasakan di zona bencana. Saat awalnya mereka menggunakan cuplikan video asli, Ruang Operasi Bencana menyambut 3.650 orang dalam 449 delegasi misi observasi, di bawah kerangka pengarahan seperti di atas (sampai akhir Februari 2013, dua tahun setelah bencana terjadi). Jumlah kunjungan yang dipimpin Dinas Daerah Tohoku di zona bencana, termasuk pejabat senior MLIT, adalah 105 (sampai akhir Februari 2013). Pada saat yang sama dengan kunjungan yang lain, Dinas Daerah Tohoku menyiapkan versi bahasa Inggris dari material pengarahan sehingga delegasi misi observasi luar negeri tingkat tinggi dapat mengunjungi situs tanggap bencana. Delegasi misi observasi utama dari luar negeri ditampilkan di bawah ini.
161
Misi Inspeksi dari Luar Negeri (daftar sebagian) (2011) 30 Mei
JICA ( Japan International Cooperation Agency)
14 Juni
Bp. John N. Ries: Konsul Jenderal, Konsulat Jenderal USA di Sapporo, Jepang
16 Juni
ASCE (American Society of Civil Engineer), Technical Council on Lifelines Earthquake Engineering, Komite Investigasi Gempa Bumi
1 Agustus
Bp. Timothy W. Manning: Deputi Administrasi untuk Perlindungan dan Kesiapan Nasional, FEMA (Federal Emergency Management Agency of the United States)
25 Agustus
Bp.
5 Oktober
Bp. Akihiko Nishio: Direktur Operasional, World Bank Institute Ibu Federica Ranghieri: Spesialis Perubahan Iklim Perkotaan, World Bank Institute
aksin Shinawatra: Mantan Perdana Menteri
ailand
(2012) 13 Maret
Bp. Bambang Guritno: Construction Development Agency Director, Indonesia
8 Agustus
Bp. Arnold M. Howitt: Direktur Eksekutif, Ash Center for Democratic Governance and Innovation, Harvard Kennedy School
12 September
Bp. Rolf Alter: Direktur, Public Governance and Territorial Development, OECD (Organization for Economic Co-operation and Development)
(2013) 23 Januari
Bp. Nguyen Xuan Tien: Ketua, Province, Vietnam
15 Februari
Bp. Tongthong Chandransu: Permanent Secretary, Office of the Prime Minister, ailand
162
e People’s Committee of Lamdong
5 |
3 |
2
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5 |
3 |
2
Di samping itu Institut Riset Bangunan Japan International Cooperation Agency (JICA) sudah menunjuk Ruang Operasi Bencana Dinas Daerah Tohoku sebagai bagian dari jalur observasi domestik mereka. JICA secara teratur mengundang para peneliti muda berusia dua puluhan dan tiga puluhan dari luar negeri, dan Dinas Daerah Tohoku sudah lima kali menerima kelompok penelitian ini. Dinas Daerah Tohoku masih menerima kunjungan observasi ini dengan baik. 4. Setelah bencana tersebut, Dinas Daerah Tohoku mengumpulkan dan menyimpan barang rusak sebanyak mungkin. Saat ini mereka menampilkan sebagian dari barang-barang tersebut selama diskusi panel di ruang kuliah di Jepang dan luar negeri, dan sebagian lainnya telah ditampilkan pada pameran independen. Pameran tersebut menampilkan gambaran kerusakan yang disebabkan oleh tsunami, dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpikir tentang persiapan bencana yang mungkin terjadi di masa depan. 5. Poin penting bagi delegasi misi observasi ke titik bencana adalah memastikan bahwa pertimbangan yang tepat sudah diberikan kepada area terdampak dan masyarakat setempat. Lokasi fotografi dan tempat makan harus dipertimbangkan sebelumnya, saat keseluruhan logistik misi tersebut diputuskan. Rute, tempat parkir dan urutan kendaraan juga menjadi bahan pertimbangan, karena sebagian besar kelompok bergerak dengan bus atau taksi. 6. Video dan material pengarahan yang dipakai untuk delegasi misi observasi digunakan atau lalu dikembangkan sebagai kontribusi buku dan presentasi ceramah, yang belakangan diminta. 7. Dinas Daerah Tohoku terus menerima permintaan untuk memberi ceramah di berbagai lokasi, menggunakan pelajaran dari masa awal tanggap bencana, pemulihan dan upaya konstruksi Gempa Bumi Besar Jepang Timur dan memperkuat kesadaran dan langkah-langkah tanggap bencana. Presentasi yang diberikan oleh staf di bawah Direktur Jenderal sesuai tuntutan acara. Sudah ada lebih dari 320 ceramah, dengan jumlah peserta lebih dari 33.000 orang. Di samping itu terdapat 340 pameran item bencana dalam pameran independen maupun pameran bersama di seluruh Jepang (sampai akhir Februari 2013).
163
5-3-3 Pemakaian Internet
Butir 3. Pemakaian Internet
Internet adalah alat yang paling kuat yang digunakan banyak orang untuk mengirim dan menerima informasi. Dalam peristiwa bencana berskala besar, Dinas Daerah harus selalu mengingat manfaat internet.
Saat terjadi kelebihan informasi, Dinas Daerah harus mematuhi aturan yang ketat untuk antarmuka yang ramah bagi pengguna, dan sederhana.
Juga berguna untuk mempersiapkan buletin elektronik temporer di internet untuk masyarakat yang terdampak bencana, untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka juga informasi lainnya.
Penjelasan 1.
2.
Internet adalah alat yang efektif yang digunakan untuk menerima dan mengirimkan informasi, dan hal ini dimanfaatkan oleh banyak orang. Penting bahwa Dinas Daerah Tohoku merespons keadaan lokal dan menggunakan internet untuk membagi informasi tidak hanya tentang dinas , tetapi juga tentang barang dan informasi yang mungkin diharapkan para korban bencana dan para pendukungnya. Mengingat internet dapat menyampaikan data secara serempak ke seantero Jepang dan luar negeri, penting bahwa Dinas Daerah menggunakannya untuk menyebarkan informasi ke negara lain saat terjadi bencana besar.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
Segera setelah terjadinya bencana, seksi Sistem Informasi Dinas Daerah Tohoku menghubungi layanan internet untuk memeriksa area di mana internet terputus. Penyedia layanan mengkonfirmasi bahwa ada kerusakan pada jaringan serat optik di Prefektur Miyagi. Kerja berikutnya dari penyedia layanan telekomunikasi memastikan bahwa layanan internet sudah pulih pada pagi berikutnya pukul 06:00. 2. Pada tanggal 14 Maret, Dinas Daerah Tohoku meluncurkan Situs Informasi Gempa Bumi Besar Jepang Timur sebagai bagian dari situsnya. Dari aspek teknis, adalah hal mendasar dan prinsip yang sudah harus ditetapkan dari awal bahwa suatu situs antarmuka yang sederhana memberikan informasi dengan mudah kepada pemakainya. Fitur utamanya adalah: (1) Banner grafik ditempatkan secara menonjol di bagian atas situs Dinas Daerah Tohoku dan menyediakan akses ke situs informasi gempa; (2) memiliki semua informasi yang dapat diakses dalam 3 kali klik atau kurang; 164
5 |
3 |
3
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
3. 4. 5.
6.
5 |
3
(3) menu dan konten yang tertulis jelas sehingga pengguna tanpa pengetahuan ahli dapat paham. Mulai tanggal 10 Maret 2013, Situs Informasi Gempa Bumi Besar Jepang Timur menjelma menjadi Arsip Bencana Dinas Daerah Tohoku, untuk melestarikan kenangan akan bencana tersebut. Situs Informasi Gempa Bumi Besar Jepang Timur juga memiliki halaman situs berbahasa Inggris. Halaman situs ini disiapkan dan diunggah oleh staf Dinas Daerah Tohoku pada tanggal 24 Maret, dua minggu setelah bencana terjadi, bersamaan dengan pengenalan Operasi Penyisiran. Insiden radiasi di PLTN Fukushima Daiichi merangsang minat luar negeri. Tingkat radiasi yang dihasilkan dari tes di sebagian besar bandara dan pelabuhan sekitar Tohoku lalu ditunjukkan di situs dalam bahasa Inggris, Bahasa Cina (tradisional dan sederhana) dan Bahasa Korea . Penting untuk menjaga lingkungan yang cocok untuk penggunaan internet. Berdasarkan perspektif seperti ini, mesin pencari diminta untuk menampilkan situs Dinas Daerah Tohoku muncul sebagai hasil pertama saat pengguna memasukkan sebuah pencarian terhadap bencana tersebut. Juga meminta kepada perusahaan yang mengelola server Dinas Daerah Tohoku agar tidak membiarkan situs menjadi kelebihan beban karena peningkatan akses. Dinas Daerah Tohoku terus melacak jumlah halaman yang dilihat dan kesempatan untuk memberikan informasi yang memenuhi kebutuhan pemakainya. Di puncak penggunaan, ada sekitar 30.000 akses per hari. Penting bahwa informasi yang ada di situs berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan tanggap bencana tahap awal dan tahap kemudian pemulihan bencana. Tahap-tahap perkiraan dan informasi terkait adalah sebagai berikut:
5-3-3 Pemakaian Internet
mereka dapat dengan mudah mengirimkan informasi, jadi buletin elektronik temporer disusun dan digunakan untuk memberikan informasi tentang kebutuhan di masyarakat ini atas nama mereka. Petugas penghubung akan mengumpulkan informasi langsung dari para walikota atau pejabat berwenang setempat dan mengunggahnya ke situs buletinnya. Buletin temporer digunakan oleh 20 wilayah kota di 3 prefektur antara tanggal 19 Maret dan 23 Mei. Santunan ransel sekolah untuk Otsuchi, sebuah kota yang rusak parah akibat tsunami, adalah satu contoh bagaimana buletin elektronik digunakan. The Federation of Neighborhood Associations di Kota Soka (Prefektur Saitama) mengetahui melalui buletin elektroniknya bahwa anak-anak di kota itu membutuhkan ransel dan peralatan sekolah lainnya. Mereka lalu menggunakan dana dari donasi untuk membeli barang-barang tersebut dan mengirimkannya ke Otsuchi. Selain itu untuk meningkatkan sumber daya, buletin elektronik berfungsi sebagai sarana penting untuk mengkonfirmasi informasi keselamatan korban dan masyarakat lain di zona bencana.
5 |
3
Konten dari material pengarahan: (1) Periode awal tanggap bencana Kondisi jalan utama dan infrastruktur umum primer (2) Periode menengah (setelah beberapa waktu) Informasi lebih detail, termasuk pada infrastruktur publik yang dikelola oleh pemerintah daerah (3) Periode bantuan Persediaan relief, peta dukungan untuk perencanaan kota dan bantuan lain.
|
3
7.
|
3
Wilayah kota yang terdampak bencana telah kehilangan lingkungan di mana 165
166
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-4-1 Bekerja dengan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF)
Bagian 4. Bekerja dengan Instansi Terkait
(3)
Butir 1. Bekerja dengan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF)
Japan Self-Defense Forces dan Dinas Daerah adalah dua organisasi utama yang mampu melakukan operasi cepat tanggap bencana untuk melindungi negara pada saat krisis ( lihat juga Bab 1-1 dan 2-3-5). Bersama-sama mereka dapat melakukan operasi untuk mengamankan komunikasi di area yang luas di banyak prefektur; mereka dapat mempertahankan rantai komando; dan mereka dapat menyebarkan kendaraan dan peralatan dan personel tanggap bencana pada skala besar. Pada awal periode tanggap bencana mereka bekerja bersama-sama sebagai satu tim. Sangat diharapkan bahwa Dinas Daerah dan JSDF saling melengkapi dan mendukung kegiatan satu sama lain dan mengambil langkah dengan cara yang fleksibel. Hubungan dekat harus dibangun melalui dialog reguler dan sesi-sesi pelatihan gabungan saat kondisi normal.
(4) (5)
(6) 2.
Penjelasan 1.
5 |
4
2.
|
1
JSDF (dengan tenaga kerja mereka yang luar biasa) dan Dinas Daerah (dengan peralatan tanggap bencana mereka dan hubungan kuat dengan kotamadya) dapat memulai berbagai kegiatan di tahap awal dari suatu kegiatan tanggap darurat. Namun sulit untuk mencapai misi masing-masing jika mereka tidak bekerja bersama-sama. Informasi perlu ditukar di tingkat perwira penghubung, direktur departemen dan direktur jenderal. Penting untuk mempercepat tanggapan dan terutama memutuskan kebijakan untuk masalah tanpa preseden. Dinas Daerah dan JSDF harus mengirim tiap penghubungnya dan mengizinkan mereka untuk bekerja di masing-masing Markas Tanggap Bencana. Hal ini akan memfasilitasi pertukaran erat informasi dan lingkungan di mana mudah untuk mengkoordinasikan kegiatan.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
JSDF dan Dinas Daerah Tohoku bekerja sama di berbagai situasi di wilayah bencana pada tahap awal tanggap bencana. Penghubung dikerahkan oleh masing-masing organisasi, dan setiap penghubung melakukan upaya untuk pertukaran informasi. Contoh kerja sama termasuk: (1) JSDF masuk ke area terdampak bencana setelah kegiatan pembersihan jalan yang dilakukan Dinas Daerah Tohoku; (2) JSDF memberikan bantuan ketika jenazah ditemukan saat Dinas 167
3.
4.
Daerah Tohoku bekerja membersihkan jalan; Dinas Daerah Tohoku melakukan operasi drainase darurat di daerah banjir di mana JSDF mencari orang hilang; Dinas Daerah Tohoku mengoperasikan pemulihan darurat jalan utama di sekitar PLTN Fukushima, jadi JSDF dapat melakukan kegiatannya di sana; JSDF dan Dinas Daerah Tohoku berbagi bahan bakar, helikopter dan truk pengangkut; dan JSDF dan Dinas Daerah Tohoku bertukar video rekaman dari helikopter pengawas.
Dalam bekerja sama dengan kota yang terdampak bencana, penghubung Dinas Daerah Tohoku menggunakan hubungan mereka yang sudah ada sebelumnya sebagai pipeline untuk menyampaikan setiap isu dari JSDF kepada pemerintah daerah. 3 pihak (Dinas Daerah Tohoku, JSDF dan pemerintah daerah) kemudian dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Di samping itu sering ada telepon dan komunikasi tatap muka di tingkat direktur dan tingkat direktur jenderal untuk berkoordinasi tentang arah kegiatan tanggap bencana. Forum Tanggap bencana memungkinkan Dinas Daerah Tohoku untuk membagi informasi dan bertukar sudut pandang dengan para pejabat senior dari JSDF’s North Eastern Army Headquarters dan Japan Penjaga Pantai Jepang setiap tahunnya. Forum ini (untuk tahun keuangan 2010) digelar pada tanggal 15 Februari 2011, sekitar satu bulan sebelum bencana gempa bumi terjadi. Komunikasi di muka tentang bencana membantu koordinasi setelahnya. Kegiatan tanggap bencana juga terbantu oleh kesempatan petugas tingkat pekerja untuk bertukar pandangan mereka 2 kali setiap tahun. Menyusul satu proposal dari petugas yang memimpin dari Gugus Tugas Gabungan, JSDF mulai menggunakan stiker dengan slogan “Ganbaro, Tohoku!” (Berjuang Bersama, Tohoku) untuk mengekspresikan dukungan mereka terhadap area yang terdampak bencana. Untuk meningkatkan penggunaan slogan ini, Dinas Daerah Tohoku menghimbau secara langsung kepada kantor pemerintah di Sendai dan mengumumkannya melalui siaran pers media. Slogan itu kemudian disahkan oleh lebih dari 200 perusahaan, dan penggunaannya tersebar di seluruh negara. Sejumlah besar perusahaan konstruksi yang mengesahkan slogan itu mulai menampilkan logo umum “Ganbaro, Tohoku” pada situs dan mobil konstruksi di daerah-daerah yang terdampak bencana, untuk menunjukkan dukungan mereka kepada masyarakat yang sedang kesulitan. 168
5 |
4 |
1
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
Poin Perbaikan 1.
JSDF dan Dinas Daerah Tohoku memberlakukan aturan yang saling menguntungkan untuk mengirim penghubung dan bertukar informasi, dan penghubung Dinas Daerah Tohoku yang dikirim ke JSDF diberi wewenang untuk bekerja di Markas Tanggap Bencana JSDF di hari pertama. Namun, kedatangan personel JSDF dari udara, darat dan maritim untuk membentuk JTF bencana berarti bahwa, dari hari kedua, tidak ada ruang untuk petugas penghubung Dinas Daerah Tohoku. Harus bekerja di ruang terpisah menyebabkan kesulitan dalam melakukan tugas. Petugas Dinas Daerah harus diizinkan untuk bekerja di dalam Markas Tanggap Bencana JSDF di masa mendatang untuk meningkatkan kerja sama yang efektif.
5-4-2 Bekerja dengan Penjaga Pantai Jepang
Butir 2. Bekerja dengan Penjaga Pantai Jepang
Dengan kemajuan pembukaan kembali saluran air dan perluasan dermaga dan kedalaman air agar saluran air dan pelabuhan dapat digunakan, penting untuk bekerja dengan petugas pelabuhan dan Penjaga Pantai Jepang. Sesuai dengan kondisi lokasi, kami perlu melanjutkan pembukaan kembali saluran air dan terus-menerus mengumumkan melalui siaran pers kondisi pelayanan dermaga dan pembukaan kembali saluran air , serta koneksi dengan jalan di belakang pelabuhan.
Penjelasan 1.
2.
3. 5 |
4
Di masa normal, konfirmasi kedalaman air melalui pengerukan yang dilakukan oleh Dinas Daerah dan petugas pelabuhan dibuat oleh Penjaga Pantai Jepang melalui survei hidrografis. Akan tetapi, pada saat gempa bumi besar, penjaga pantai mungkin juga akan terpengaruh, dan situasi akan mencegah Penjaga Pantai Jepang melarang mereka melakukan survei hidrografis karena kurangnya peralatan, kapal dan/atau personel survei. Dalam bencana besar, saat pembersihan rute pelayaran di pelabuhan sudah mengalami kemajuan, akan menjadi tidak mungkin untuk menciptakan kerangka kerja untuk mengumumkan pelabuhan dan rute pengiriman yang sementara waktu tersedia yang mampu menerima kapal yang membawa persediaan bantuan darurat. Akan sulit bagi pemerintah daerah dan warga masyarakat memahami jika pengumuman tentang kondisi kemajuan jalan dan pembersihan jalur pelayaran dibuat terpisah. Oleh karena itu, pengumuman ini harus dibuat menyatu sebagai bagian dari informasi tentang rute transportasi darat/laut darurat.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur
|
1
1.
169
Berikut ini adalah prosedur pada waktu normal. Setelah Dinas Daerah dan petugas pelabuhan mengeruk saluran air, Penjaga Pantai Jepang melaksanakan survei hidrografis untuk memastikan bahwa tingkat kedalaman air cukup aman. Lalu informasi diumumkan kepada publik. Pada saat bencana seperti ini, karena Penjaga Pantai Jepang tidak dapat segera mengamankan peralatan atau personel untuk melakukan survei hidrografis, Dinas Daerah Tohoku yang berkoordinasi untuk mengumumkan kedalaman air yang dipastikan Dinas Daerah Tohoku. Namun , Penjaga Pantai Jepang Headquarters menyatakan pendapat mereka bahwa mereka menggunakan prosedur masa normal, yang membuat kerja sama antara Dinas Daerah 170
5 |
4 |
2
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
2.
Tohoku dan Penjaga Pantai Jepang mengalami kemunduran. Dinas Daerah Tohoku kemudian mengumumkan kedalaman air operasional tentatif setelah Penjaga Pantai Jepang membuat konfirmasi final saat konferensi pers. Beberapa pelabuhan tidak menunggu Penjaga Pantai Jepang untuk melakukan survei hidrografis. Setelah mendiskusikan metode survei bathymetric dengan Penjaga Pantai Jepang, mereka mengunggah saluran air yang dapat dilayari dan dermaga yang dapat digunakan di situs Penjaga Pantai Jepang, pengelola pelabuhan, dan Kantor Pelabuhan.
Poin Perbaikan 1.
2.
Kami tidak mempunyai pengaturan di awal tentang metode siaran pers dan bingung pada awalnya. Jadi kami butuh pengaturan di awal sebagai persiapan untuk bencana. Sebagai pemyambung antara darat dan laut, informasi jalan juga harus diperiksa di depan dengan oleh Departemen Jalan dan diumumkan dengan satu cara yang mudah dipahami.
5-4-3 Bekerja Sama dengan Industri Konstruksi
Butir 3. Bekerja sama dengan Industri Konstruksi
Perusahaan konstruksi lokal memiliki baik keterampilan manajemen lapangan dan kemampuan akrab dengan area sekitarnya. Penting untuk memperoleh kerjasama setelah bencana, untuk tujuan kegiatan awal tangggap bencana dan operasi pemulihan. Dinas Daerah perlu bekerja erat dengan perusahaan seperti itu untuk menciptakan kerangka kerja dan mengamankan material untuk konstruksi paska bencana. Untuk pengadaan material yang membutuhkan jaringan organisasi yang lebih luas, penting untuk mendapatkan kerja sama dari organisasi industri konstruksi di tingkat nasional , dan untuk bergerak maju di secara sinergis.
Penjelasan 1.
2.
5 |
4 |
2
3.
171
Dinas Daerah memiliki kesepakatan yang sudah ada terlebih dulu dengan organisasi industri konstruksi untuk memasok keperluan kerja tanggap bencana setelah bencana. Saat bencana terjadi, kesepakatan ini menyediakan sutu kerangka kerja bagi Dinas Daerah untuk meminta perusahaan rekanan mengerahkan personel mereka. Dinas Daerah harus memanfaatkan bakat dan kemampuan setiap perusahaan dalam kerja tanggap bencana mereka. Perusahaan kontraktor lokal sudah terbiasa dengan kondisi regional dan mempunyai keanggotaan di asosiasi industri konstruksi regional. Setelah bencana tersebut, mereka bekerjasama dengan Dinas Daerah pada tahap awal operasi bencana seperti pembersihan jalan dan pemulihan darurat. Bekerja sama dengan Federasi Kontraktor Konstruksi Jepang dan Asosiasi Kontraktor Jalan Raya (keduanya organisasi nasional) Dinas Daerah dapat menggunakan jaringan nasional mereka tidak hanya untuk kegiatan pemulihan tapi juga untuk pembelian material. Survei kerusakan dan rencana pemulihan menuntut kerja sama lebih lanjut dengan Asosiasi Konsultan Teknik Sipil Jepang, Asosiasi Jembatan Jepang, Asosiasi Kontraktor Beton Pra-Tekan Jepang, Asosiasi Perencanaan dan Survei, dan lain-lain. Dinas Daerah perlu bekerja sama dengan organisasi industri konstruksi dan melakukan pelatihan tanggap bencana untuk memastikan sarana kontak saat meminta mobilisasi. Selain itu penting bahwa Dinas Daerah membuat pengaturan di awal tentang sistem dan informasi kerja mengenai material dan peralatan di awal, dalam situasi normal. Hal yang menguntungkan jika Dinas Daerah menyadari kemampuan mitranya secara menyeluruh, termasuk kekuatan, kelemahan dan kebiasaan lokal mereka, jika suatu saat terjadi bencana.
172
5 |
4 |
3
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2. 5 |
4 |
3
3.
Segera setelah gempa bumi terjadi, Dinas Daerah Tohoku meminta agar perusahaan konstruksi dengan kesepakatan yang ada sebelumnya mengamankan peralatan dan mesin operator untuk tanggap darurat bencana. Dinas Daerah Tohoku kemudian mengorganisir dan mempekerjakan tim yang beranggotakan 52 orang untuk pembersihan jalan, masing-masing dengan peralatan konstruksi dan kira-kira 10 orang operator pada esok paginya. Operator bekerja dalam situasi yang sangat sulit, terlepas juga dari seringnya gempa susulan, peringatan tsunami terbaru dan pemahaman bahwa hidup mereka terancam dari gempa susulan (lihat bagian 4-3-1). Meskipun demikian, tim ini berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka dalam waktu yang relatif singkat. Mereka kemudian memberikan respons dengan cepat kebutuhan pemulihan darurat lainnya, seperti menstabilkan lereng dan tanggul dan memperbaiki celah dan penyimpangan permukaan jalan. Mengingat bahwa banyak perusahaan besar dengan kesepakatan tanggap bencana yang juga terdampak bencanaa, Dinas Daerah Tohoku melakukan kegiatan tanggap bencana tambahan dengan mengirim tim dari lokasi di luar yurisdiksi kantor regional dan cabang konstruksi lokal. Pengiriman itu termasuk 15 tim dari tujuh perusahaan ke area kota Miyako, berasal dari daratan Prefektur Iwate. Ada 5 tim lainnya dari 4 perusahaan di Prefektur Yamagata, dikirim ke area Kota Kesennuma dan Kota Minamisanriku untuk pekerjaan pembersihan jalan (lihat bagian 3-2-3). Kantor Cabang Lokal Kesennuma (dari Kantor Sungai Sendai dan Jalan Raya Nasional) terletak dalam area prediksi landaan tsunami. Telah ada keputusan dari sebelum tanggal 11 Maret bahwa apabila kantor terdampak peristiwa bencana besar, misalnya tsunami, kantor akan dievakuasi ke lokasi perusahaan yang lain. Bangunan Kantor Cabang Lokal Kesennuma hancur lebur oleh tsunami yang mengikuti Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Namun staf mampu melanjutkan langkah-langkah tanggap bencana mereka dari ruang sewaan di kantor perusahaan lain. Dinas Daerah Tohoku meminta untuk mengadakan kerja sama dengan 3 organisasi industri konstruksi (Asosiasi Kontraktor Teknik Sipil Jepang Cabang Tohoku, Asosiasi Kontraktor Jalan Japang Cabang Tohoku, dan Asosiasi Konstruksi Umum Miyagi) untuk memperoleh dan memasok persediaan. Hal ini memungkinkan akuisisi dengan cepat dari berbagai item yang dibutuhkan, termasuk bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari, bahan bakar dan material konstruksi. Karenanya, 90% dari 218 permintaan yang diterima oleh Dinas Daerah Tohoku direspons dengan pengadaan dan pengiriman barang yang diinginkan pada tanggal 31 Maret, dengan rata-rata waktu respons 3 hari (lihat bagian 4-4-3). 173
5-4-3 Bekerja Sama dengan Industri Konstruksi
4.
Pada saat gempa bumi tanggal 11 Maret, Dinas Daerah Tohoku memiliki kesepakatan tanggap bencana dengan 16 organisasi terkait konstruksi. Jumlah ini meningkat setelah bencana menjadi 23 organisasi, sampai akhir Februari 2013.
5 |
4 |
3
174
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
5-5-1 Penghentian Sementara Pekerjaan Konstruksi Normal
Bagian 5. Persiapan agar Pulih dengan Segera
Butir 1. Penghentian Sementara Pekerjaan Konstruksi Normal
Menyusul suatu bencana besar, perlu untuk mengkonsentrasikan kekuatan mekanik dan tenaga kerja industri konstruksi pada kegiatan tanggap bencana. Selain itu, mengingat peralatan, bahan bakar dan material konstruksi akan mengalami kekurangan ekstrim Dinas Daerah harus sementara menghentikan pekerjaan dan operasional konstruksi umum yang sedang berlangsung, sesuai dengan skala kerusakan bencana tersebut.
Penjelasan 1.
2. 3.
5 |
5 |
1
Dalam merespons suatu bencana besar, instruksi terhadap industri konstruksi untuk menunda operasi harus dikeluarkan secepat mungkin. Membuat sebagian pembayaran untuk pekerjaan konstruksi yang sudah selesai merupakan salah satu metode untuk menciptakan lingkungan di mana perusahaan konstruksi bisa memfokuskan semua upaya mereka pada kegiatan tanggap bencana. Jika penghentian sementara tiba waktunya berdekatan dengan akhir tahun anggaran, Dinas Daerah perlu berkoordinasi dengan MLIT dan Kementerian Keuangan untuk mengatasi banyaknya prosedur carry-forward. Saat tahap pemulihan darurat hampir berakhir, akan ada beberapa daerah dengan pekerjaan serta kapasitas sumber daya yang terlibat dalam aktivitas konstruksi normal. Dinas Daerah harus mempertimbangkan berbagai skenario dan memutuskan pada kerangka waktu yang diharapkan perusahaan agar bisa kembali pada pekerjaan mereka.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
3. 4.
Perencanaan, dan Departemen Pelabuhan dan Bandara pada hari yang sama. Engineering Affairs Division mengeluarkan surat edaran tentang penghentian sementara pada tanggal 15 Maret. Karena sudah mendekati akhir tahun anggaran dan sebagian besar pekerjaan konstruksi hampir selesai, Dinas Daerah Tohoku setuju untuk mengubah kontrak perusahaan yang memungkinkan sebagian pembayaran untuk operasional yang dihentikan sementara. Pembayaran dikeluarkan untuk perkerjaan yang sudah tuntas sampai dengan hari terjadinya gempa bumi . Dinas Daerah Tohoku bekerja sama dengan MLIT dan Kementerian Keuangan mengenai banyaknya prosedur carry-forward yang dikarenakan permohonan penghentian sementara pekerjaan konstruksi, karena dekatnya akhir tahun anggaran. Bahan bakar dan material yang dibutuhkan untuk pemulihan bencana sebagian besar sudah aman pada awal April. Terdapat peningkatan kemungkinan bahwa penghentian sementara akan berpengaruh negatif pada perekonomian regional. Di sisi lain , warga di zona bencana berbicara bahkan menentang pekerjaan yang bersifat segera di daerah lain, dengan alasan bahwa area bencana tersebut masih berada dalam keadaan yang sulit dan mesin dari lokasi lain harus dikirim untuk mengerjakan pemulihan. Karenanya Dinas Daerah Tohoku berada dalam situasi di mana harus banyak memikirkan kelanjutan pekerjaan di luar daerah bencana. Sebagai hasil dari pertimbangan yang hati hati tentang kapan waktu kembali ke operasi normal, dan sesudah semua bagian Rute Nasional 45 dapat dilalui (dengan beberapa jalan memutar) pada tanggal 10 April Dinas Daerah Tohoku mengumumkan pada tanggal 11 April bahwa penghentian sementara pekerjaan keonstruksi akan kembali ke dasar yang fleksibel. Hal ini menandai akhir dari periode pemulihan jalan darurat, satu bulan setelah terjadinya bencana.
Dinas Daerah Tohoku mulai memeriksa berbagai kemungkinan untuk sementara menghentikan semua pekerjaan dan operasional konstruksi setelah bencana terjadi. Keputusan itu ditujukan untuk menciptakan lingkungan agar industri konstruksi dapat memprioritaskan operasi tanggap bencana. Pada tanggal 14 Maret, Dinas DaerahTohoku menerima permintaan dari Asosiasi Konstruksi Umum Federasi Tohoku agar mengizinkan penghentian sementara pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung, yang kemudian akan memungkinkan mereka untuk mencurahkan energi mereka untuk kegiatan pemulihan. Pemberitahuan untuk penghentian sementara konstruksi dan operasional yang sedang berjalan dikeluarkan bersama oleh jajaran direksi Dinas Daerah Tohoku Urusan Umum dan 175
5 |
5 |
1
176
BAB 5 Dalam Satu Minggu Seusai Bencana (Dukungan Logistik)
Butir 2. Kontrak Tanpa Tender Darurat
Kegiatan awal tanggap bencana dan pemulihan darurat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan jiwa dan mendukung gaya hidup sehari-hari para korban. Untuk mengejar tindakan-tindakan ini dengan cepat dan lancar , Dinas Daerah harus memanfaatkan kontrak tanpa tender berdasarkan UU Akuntasi Publik. Mereka juga harus merancang cara baru untuk menyederhanakan proses penyegelan dan pelaksanaan kontrak.
Penjelasan 1.
2. 3. 5 |
5 |
2
Pada situasi dengan kerusakan luas, Dinas Daerah harus membuat pengaturan yang cepat dan berskala besar untuk pembersihan jalan, perbaikan-perbaikan darurat dan pekerjaan konstruksi yang bersifat mendaesak. Karenanya perusahaan konstruksi harus dipilih dengan cepat menggunakan kontrak tanpa tender, berdasarkan pemahaman Dinas Daerah tentang kerangka kerja dan kemampuan mereka. Penting bahwa direktur dan penyelia on-site kantor cabang lokal siap untuk kondisi darurat dan menilai keseluruhan kapasitas perusahaan pada waktu normal. Kekuatan, kapasitas konstruksi dan kemampuan manajemen tiap perusahaan perlu diperhatikan, demikian juga keakraban mereka dengan daerah setempat. Dinas Daerah harus mengurangi tugas-tugas yang memakan waktu seperti menyusun dokumen, untuk mempercepat prosedur kontrak. Harus ada pembuatan pendekatan yang fleksibel untuk pembuatan kontrak teresbut, termasuk perintah verbal jika diperlukan. Untuk tujuan mempercepat pekerjaan konstruksi, Dinas Daerah juga harus mempertimbangkan pembiayaan perusahaan yang dikontrak. Hal ini menjamin bahwa perusahaan dapat mengamankan personel, material dan peralatan yang diperlukan.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1.
2.
Kontrak tanpa tender dibuat untuk operasi pembersihan jalan dan pekerjaan pemulihan darurat untuk jalan, dinding laut dan tanggul sungai. Bukan waktunya menggunakan kontrak normal. Operasi di atas tidak berjalan seperti pekerjaan konstruksi yang direncanakan; operasi terjadi sebagai kegiatan tanggap darurat bencana karena kondisi kerusakan lokal. Terdapat 118 kontrak yang dirangkum dalam bulan Maret, dengan total akhir sebanyak 223 konrak pada tanggal 1 Juni. Lebih spesifik lagi, Dinas Daerah Tohoku akan menyerahkan “surat perjanjian” kepada perusahaan yang telah mengerahkan personel 177
5-5-2 Kontrak Tanpa Tender untuk Situasi Darurat
berdasarkan pengaturan dengan organisasi industri konstruksi. Pekerjaan konstruksi dapat dimulai segera jika perusahaan telah mengembalikan “surat penerimaan”, yang menyatakan persetujuan terhadap operasi tanggap bencana. Saat nyawa manusia terancam dan tak ada waktu untuk urusan administrasi, instruksi verbal dapat diterima. Surat perjanjian dan surat penerimaan dicetak dalam 1 lembar kertas yang hanya berisi nama pekerjaan konstruksi, lokasinya dan periode kerja. Dinas Daerah dan perusahaan lalu menyegel kontrak sementara untuk perkiraan jumlah personel dan kuantitas sumber daya yang memungkinkan pembayaran uang muka. 3. Perusahaan yang ditawari kontrak tanpa tender dipilih atas kriteria berikut: (1) perusahaan telah menandatangani perjanjian tanggap bencana; (2) bahwa perusahaan sudah tidak asing lagi dengan daerah itu (misalnya bahwa perusahaan itu memililiki markas atau main outlet di wilayah tersebut, bahwa perusahaan melakukan pekerjaan perawatan berkala di wilayah pemulihan); (3) bahwa perusahaan memiliki kerangka kerja dan kapasitas kerja yang meyakinkan (misalnya perusahaan memiliki pekerjaan yang sedang berlangsung dekat dengan lokasi pemulihan); (4) bahwa perusahaan pernah bekerja dengan Dinas Daerah Tohoku di masa sebelumnya, dan bahwa (5) dalam kasus perbaikan jembatan, perusahaan yang terlibat dalam pembangunan jembatan yang dimaksud atau bekerja di dekat jembatan yang dimaksud akan diutamakan. 4. Agar perusahaan konstruksi bisa mengamankan personel, material dan peralatan untuk pekerjaan darurat, pada tanggal 20 April MLIT berkonsultasi dengan Kementerian Keuangan untuk meningkatkan proporsi jumlah pembayaran di muka di dalam kontrak sementara dari 40% menjadi 50%. Kesepakatan perjanjian kenaikan pembayaran tercapai pada hari berikutnya. 5. Sampai akhir Mei, survei dan desain perbaikan untuk memulihkan kembali fasilitas sepert semula telah mencapai kemajuan, dan pekerjaan perbaikan darurat yang mendesak sudah mencapai akhir dari tahap awalnya. Lalu Dinas Daerah Tohoku bergeser ke sistem evaluasi yang terbuka dan menyeluruh dengan sistem lelang terbatas. Untuk mempersingkat waktu yang dihabiskan untuk prosedur dengan sistem ini, Dinas Daerah Tohoku hanya mengevaluasi perusahaan dengan menginspeksi kerangka kerja konstruksi mereka. Pada tanggal 1 September, sekitar 6 bulan setelah bencana, saat perintah darurat sudah stabil, Dinas Daerah Tohoku bergeser menuju sistem evaluasi menyeluruh dengan sistem lelang umum. Pengecualian untuk prinsip ini dilakukan sebagian besar untuk konstruksi darurat dengan batas waktu atau kendala. 178
5 |
5 |
2
Bab 6 Pertimbangan Tambahan
BAB 6 Pertimbangan Tambahan
6-1 Penghargaan untuk Orang yang Berjasa
Bagian 1. Penghargaan untuk Orang yang Berjasa
Saat waktunya tiba, Dinas Daerah dan MLIT perlu memberikan penghargaan kepada personel yang telah melakukan tugasnya dalam menghadapi bencana tanpa mengindahkan bahaya dan risiko atas jiwa mereka sendiri. Pada saat yang sama, organisasi tanggap bencana perlu mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada orang-orang yang memberikan pasokan bantuan dan layanan lainnya. Dalam rangka menyelesaikan tugas penting ini, semua jenis dukungan dicatat sejak tahap awal kegiatan tanggap bencana.
1.
Waktu yang tepat untuk pemberian penghargaan harus diputuskan dengan menimbang situasi yang ada sehingga momen tersebut tidak terlewatkan.
6 | 1
Penjelasan 1. Untuk meningkatkan semangat dan komitmen dalam kegiatan tanggap bencana di masa depan, sangat penting untuk memberikan penghormatan sebagai badan publik dan menghargai orang-orang yang telah memenuhi tugas mereka tanpa mengindahkan bahaya dan risiko bagi kehidupan mereka sendiri dalam menghadapi bencana dan kesulitan. Selain itu, Dinas Daerah harus mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada semua orang dan organisasi yang telah menyediakan makanan, kebutuhan seharihari, dan perlengkapan lainnya sementara kondisi untuk pengadaan dan pengiriman tidaklah mudah. Ungkapan terima kasih harus disesuaikan untuk masing-masing pihak dengan memperhatikan detail. 2. Pada saat bencana besar, kegiatan Dinas Daerah hanya dapat terlaksana jika mereka menerima bantuan dari berbagai organisasi dan individu. Oleh karena banyak pihak yang membantu, Dinas Daerah perlu memberikan banyak penghargaan dan/atau memberikan tanda terima kasih. Untuk hal ini, catatan setiap orang, kegiatan, dan momen bantuan yang akan diberikan penghargaan harus dicatat sejak awal. 3. Dalam bencana besar dengan banyak korban, pencarian orang hilang akan dilakukan hingga jangka waktu yang lama. Dinas Daerah mungkin ragu-ragu untuk mengadakan upacara penghargaan di tengah suasana seperti ini. Tetapi jika keadaan memungkinkan, Dinas Daerah harus mengekspresikan rasa terima kasih kepada orang-orang berjasa sesegera mungkin. Setelah melihat suasana hati masyarakat, Dinas Daerah harus segera menyampaikan penghargaan. Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 181
2.
Dinas Daerah Tohoku menganugerahkan surat penghargaan kepada organisasi dan individu yang memberikan pelayanan istimewa dalam operasi tanggap bencana dan pemulihan dalam Penghargaan Prestasi Manajemen Bencana setiap tahun. Pada tahun fiskal 2011, Dinas Daerah Tohoku memberikan penghargaan kepada perusahaan konstruksi dan konsultan yang berprestasi luar biasa dalam operasi tanggap bencana Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Selain itu, perusahaan yang diberi penghargaan mendapat dua poin tambahan untuk skor ketika di masa depan perusahaan tersebut berpartisipasi dalam tender umum untuk kontrak melalui sistem evaluasi umum. Yang mendapat penghargaan dari Dinas Daerah Tohoku pada tahun fiskal 2011 adalah sebagai berikut:
(1) Perusahaan-perusahaan konstruksi – 283 perusahaan dan 30 organisasi (2) Konsultan - 81 perusahaan dan empat organisasi (3) Individu dan ahli - 157 orang
Waktu pemberian penghargaan didasarkan pada suasana hati dan situasi masyarakat umum, dan bencana masa lalu (Gempa Besar Hanshin-Awaji, Gempa Chuetsu-oki, dan Gempa Iwate-Miyagi). Survei tentang siapa yang memenuhi syarat untuk penghargaan dimulai pada akhir Mei, dan pemberian penghargaan dilakukan pada 29 Juli. Pemberian penghargaan tersebut adalah yang paling awal di antara semua instansi terkait di Tohoku. 3. Contoh kegiatan oleh organisasi dan individu yang telah berjasa adalah sebagai berikut: (1) Tanggap bencana awal (a) Mengonfirmasi kondisi kerusakan di fasilitas operasi dan manajemen; (b) Menutup jalan untuk menghindari bahaya; (c) Operasi untuk membersihkan jalan; (d) Mengamankan akses rute alternatif; dan (e) Mengoperasikan helikopter tanggap bencana di tengah-tengah bahaya dan kesulitan akibat gempa susulan, tsunami, tertutupnya jalan-jalan, dan terputusnya jalur komunikasi. (2) Pemulihan darurat dan sementara (a) Memastikan ketersediaan bahan, mesin-mesin berat, dan personel operasi; (b) Melakukan survei kerusakan dan memeriksa metode pemulihan; dan (c) Perbaikan darurat tanggul sungai dan pekerjaan restorasi sementara di jalan raya, terlepas dari besarnya kerusakan. 182
6 | 1
BAB 6 Pertimbangan Tambahan
4.
6 | 1
6-1 Penghargaan untuk Orang yang Berjasa
(3) Pekerjaan drainase darurat di Bandara Sendai dan membantu pencarian orang hilang (4) Memastikan ketersediaan sarana telekomunikasi informasi (5) Bantuan pemerintah lokal (a) Mengamankan sarana komunikasi untuk pemerintah daerah yang terkena dampak; (b) Pengadaan pasokan; (c) Pemberian dukungan logistik untuk petugas penghubung. (6) Kegiatan dalam wilayah yang dipengaruhi oleh insiden PLTN.
sehingga memastikan pengangkutan barang bantuan dan pemulihan industri pada tahap awal sangatlah diapresiasi. Setelah upacara ini, Kaisar dan Permaisuri Jepang menerima direktur jenderal di Istana Kekaisaran, dan menyampaikan apresiasi mereka secara tertulis.
Pada pertemuan pejabat senior (direktur departemen ke atas) yang diadakan pada pukul 17.00 tanggal 18 Maret 2011, direktur jenderal memberikan instruksi untuk mencatat dan mengelola daftar orang yang datang di Dinas Daerah Tohoku untuk memberikan dorongan semangat dan perlengkapan. Orang-orang ini termasuk anggota parlemen, pemerintah daerah, masyarakat akademik, organisasi sektor swasta, dan perorangan. Sebuah surat penghargaan yang ditulis oleh direktur jenderal dikirim ke masing-masing pihak pada akhir Juni. Selain itu, surat penghargaan yang ditulis secara individual untuk penerima dikirim via Dinas Daerah di seluruh negeri, dan ke anggota TEC-FORCE yang dikirim ke zona bencana. 5. Terkait staf dan tempat pekerjaan Dinas Daerah Tohoku yang mencapai hasil yang luar biasa, departemen dan kantor regional merekomendasikan 65 kasus, terdiri atas empat kasus yang berkaitan dengan delapan individu dan 61 kasus tempat kerja tertentu. Upacara pemberian penghargaan untuk penerima ini diadakan pada 25 Agustus 2011. 6. Dinas Daerah Tohoku menerima tiga penghargaan berikut: (1) Penghargaan Asosiasi Internasional Lalu Lintas dan Keselamatan (penghargaan prestasi) pada 13 April 2012. Penghargaan ini diberikan atas operasi penyelamatan dan pemulihan setelah Gempa Besar Jepang Timur, terutama Operasi Penyisiran sangat diapresiasi. (2) Penghargaan Menteri MLIT (penghargaan prestasi) pada 16 Juli 2012. Penghargaan ini adalah apreasiasi untuk usaha tanggap bencana semua staf Dinas Daerah Tohoku di penugasan mereka di wilayah yang luas, termasuk dalam hal ini pemulihan fasilitas umum, bantuan kepada pemerintah kota setempat, juga pengamanan bahan bakar dan persediaan untuk upaya bantuan. (3) Penghargaan Komisaris Otoritas Personel Nasional, 10 Desember 2012. Tim Operasi Penyisiran Pembersihan Jalan dan Tim Pembersihan Jalur Laut yang telah membersihkan jalan-jalan utama dan pelabuhan dalam waktu singkat dalam kondisi bencana segera setelah gempa bumi, 183
6 | 1
184
BAB 6 Pertimbangan Tambahan
6-2 Penurunan Skala Kerangka Kerja Tanggap Darurat Bencana
Bagian 2. Penurunan Skala Kerangka Kerja Tanggap Darurat Bencana
Penjelasan 1. Membuat kerangka kerja di saat darurat adalah tugas yang sulit, tetapi menurunkan skala kerangka kerja tersebut akan menimbulkan berbagai masalah. Perluasan kerangka tanggap bencana dimulai dengan terpaksa saat menghadapi krisis yang terjadi. Fokus utama di antaranya adalah isi dan pengambilan keputusan, bukan waktu (kecuali bahwa harus dilakukan secepat mungkin). Meskipun begitu, sangatlah sulit untuk memilih waktu yang tepat untuk menurunkan skala kerangka kerja. Pertimbangan pihakpihak lain sangatlah dibutuhkan. Penurunan skala kerangka kerja ini dapat menyebabkan kesalahpahaman pada daerah yang terkena bencana, dan bisa membuat para korban merasa ditinggalkan sepenuhnya sehingga bisa menimbulkan kritik terhadap Dinas Daerah. 2. Penting untuk mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk penurunan skala kerangka kerja ini. Kedua faktor pendukung (pengiriman) dan sisi penerima (di daerah bencana), harus menentukan waktu yang diterima kedua pihak untuk penurunan skala kerja, atau setidaknya menciptakan sebuah lingkungan di mana waktu yang disetujui bersama bisa ditentukan. Amatlah berguna untuk memutuskan waktu berdasarkan kalender tahunan dan hari-hari tertentu, seperti awal tahun fiskal baru, ataupun peringatan hari-hari tertentu. Pengambilan langkah-langkah tambahan secara terpisah untuk menutupi kelemahan yang muncul dari proses penurunan skala kerangka kerja ini merupakan bentuk perhatian terhadap pihak lain.
Contoh Kasus dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur 1. Bertindak sebagai “pedagang pasar gelap” untuk memasok barang yang diperlukan untuk zona bencana adalah langkah yang luar biasa di luar yurisdiksi MLIT. Hal ini menyebabkan kontroversi hingga kapan kegiatan seperti itu bisa dilanjutkan. Dengan adanya kemajuan dalam pekerjaan pemulihan sementara, akses ke daerah bencana serta komunikasi dan transportasi lingkungan sekitarnya berangsur membaik. Meskipun Dinas Daerah Tohoku menunggu normalisasi transportasi daerah, mereka memutuskan untuk beralih ke operasi normal pada akhir tahun fiskal setelah mempertimbangkan anggaran. Pada tanggal 30 Maret, para petugas penghubung Dinas Daerah Tohoku menyerahkan keputusan secara tertulis kepada pemerintah kota. Namun, sejumlah wali kota setempat tetap meminta agar bantuan tetap dilanjutkan. Dinas Daerah Tohoku menjawab bahwa mereka akan menanggapi setiap permintaan pasokan hingga 31 Maret, dan bahwa setelah awal April mereka akan mengakomodasi permintaan untuk pasokan terkait dengan MLIT. Pemerintah-pemerintah kota setuju dengan jawaban ini. Setelah 1 April pengadaan pasokan yang tidak terkait dengan MLIT beralih ke pengadaan oleh pemerintah prefektur. 2. Putusan mengenai penghapusan fleksibel terhadap penundaan sementara pekerjaan konstruksi dan operasi dijelaskan dalam Bagian 5-5-1. 3. Penugasan tim TEC-FORCE bertahap dikurangi skalanya sejak 17 Mei 2011. Seperti yang tercantum dalam bagian sebelumnya, misi utama mereka adalah untuk mensurvei kondisi kerusakan, merumuskan rencana pemulihan bencana, dan menyebarkan serta mengelola operasi untuk peralatan tanggap bencana dan perlengkapan. Setelah adanya pemulihan infrastruktur di zona bencana, mereka memasuki moda penurunan skala kerangka kerja sementara menyesuaikan kecepatan kerja mereka dengan kemajuan rencana pemulihan secara keseluruhan. 4. Dengan adanya kemajuan langkah-langkah tanggap bencana yang menyertai berkurangnya daerah yang terkena tsunami, pengiriman peralatan dan perlengkapan tanggap bencana ke berbagai daerah di seluruh Jepang telah dikurangi pada akhir Mei. Pengiriman peralatan tanggap bencana dan perlengkapan dari Dinas Daerah berakhir pada 2 Juni 2011. Beberapa pemerintah daerah tidak setuju dengan penarikan peralatan bencana. Penarikan peralatan komunikasi satelit membuat beberapa pemerintah kota merasa seolah-olah telah kehilangan jalur komunikasi mereka ke Ruang Operasi Bencana Dinas Daerah Tohoku. Banyak kota terutama tidak setuju dengan penarikan alat pompa drainase. Namun, di lokasi-lokasi yang tanahnya mengalami amblas akibat gempa hingga menghasilkan terbentuknya kolam-kolam besar berisi air dari banjir tsunami, pekerjaan
185
186
Membangun kerangka kerja tanggap darurat adalah sulit, tapi tugas menurunkan skalanya bisa jadi lebih sulit. Tujuan utama membangun kerangka kerja adalah untuk pengambilan keputusan; untuk memperkecil skalanya harus mempertimbangkan baik keputusan dan juga waktunya. Mengenai penarikan dinas daerah dari pemerintah kota, harus ada pertimbangan yang memadai untuk waktu berikut: (1) Perubahan dari pengadaan persediaan luar biasa selama kondisi darurat ke proses pengadaan normal; (2) Penghapusan yang fleksibel terhadap penundaan sementara pekerjaan konstruksi dan operasi; (3) Penurunan skala kerja TEC-FORCE; (4) Penghentian penugasan peralatan dan perlengkapan tanggap bencana dari Dinas Daerah lain; (5) Penghentian bantuan petugas penghubung ke pemerintah kota; dan (6) Penghentian status tanggap darurat Dinas Daerah.
6 | 2
6 | 2
BAB 6 Pertimbangan Tambahan
5.
6.
6-2 Penurunan Skala Kerangka Kerja Tanggap Darurat Bencana
drainase berlanjut hingga 26 Agustus Selain itu, dengan adanya perkiraan 20.000 jiwa korban tewas atau hilang, tim pompa drainase terus beroperasi untuk membantu kegiatan pencarian oleh Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) dan polisi. Di Sekolah Dasar Okawa di Kota Ishinomaki (Prefektur Miyagi) di mana jatuh korban 84 siswa dan guru, masih ada empat anak hilang pada saat penulisan buku ini. Oleh karena itu, menanggapi permintaan dari pemerintah kota, daerah pencarian diperluas hingga ke dasar sungai dengan terus menggunakan peralatan pompa drainase. Operasi ini masih berlangsung. Petugas penghubung yang dikirim segera setelah bencana ke empat prefektur dan 31 kota, ditarik pada 4 Juni 2011. Keputusan ini datang tiga bulan setelah gempa, saat Dinas Daerah Tohoku menilai bahwa kemampuan administrasi dan fungsi kota terdampak bencana telah pulih. Kota-kota ini telah berada dalam keadaan pulih sementara, dan akhirnya memasuki proses rekonstruksi masyarakat. Karena kekurangan personel khusus, Dinas Daerah Tohoku mengirim sejumlah counterpart (rekan-rekan) secara rotasi untuk memberikan saran teknis dari pemerintah nasional (petugas counterpart tersebut dipilih dari pejabat eksekutif Dinas Daerah Tohoku). Sama dengan butir sebelumnya, bantuan dari counterpart ke daerah-daerah masih berlanjut pada saat penulisan. Kerangka kerja Markas Besar Tanggap Bencana Dinas Daerah Tohoku diubah dari status tanggap darurat ke status siaga pada pukul 12.00 tanggal 11 Juli, atau 121 hari setelah bencana. Status siaga berlanjut pada saat penulisan buku ini. Dinas Daerah Tohoku telah memutuskan untuk bertransisi ke status siaga empat bulan setelah hari bencana. Hingga 10 Juli pekerjaan pemulihan sementara di sungai, pantai, dan jalan raya telah selesai. Status siaga diperkirakan akan tetap berlaku untuk beberapa waktu, akibat terjadinya bencana atau peristiwa cuaca seperti salju, angin, dan banjir yang dapat menyebabkan kerusakan sekunder dan menghambat pembangunan jangka panjang. Kantor Kabinet Jepang dan Kantor Pusat MLIT terus beroperasi dalam status tanggap darurat pada saat penulisan di bulan Maret 2013.
6 | 2
187
Catatan: Nomor di tanda kurung siku menunjukkan jumlah hari setelah bencana Gempa Bumi Besar Jepang Timur 11 Maret 2011
14.46 Gempa bumi terjadi (intensitas seismik 7, kekuatan M 9,0) 14.46 Kerangka kerja tanggap darurat diaktifkan (Dinas Daerah Tohoku)
11 Juli 2011
[hari ke-121] Peralihan ke status siaga
Faktor penentu pergeseran kerangka kerja: • Waktu untuk menyelesaikan restorasi sementara sungai, pantai dan jalan • Penurunan skala kerangka kerja dan penarikan TEC-FORCE pada pertengahan Mei, sedangkan untuk petugas penghubung, peralatan dan perlengkapan tanggap darurat bencana pada bulan Juni Gempa Bumi Besar Hanshin-Awaji 17 Januari 1995
05.46 Gempa terjadi (intensitas seismik 7, kekuatan M 7,3) 06.00 Kerangka kerja tanggap darurat bencana dimulai (Dinas Daerah Kinki)
13 April 1995
[hari ke-87] Pergeseran ke status siaga
Faktor penentu pergeseran kerangka kerja: • Pembubaran Kantor Pusat Kontak Lokal; pergeseran ke status siaga di kantor-kantor regional yang terkena dampak [hari ke-84] • Mode pemulihan gempa dimulai Gempa Darat Iwate-Miyagi 14 Juni 2008
08.43 Gempa terjadi (intensitas seismik 6, kekuatan M 7,2) 08.43 Kerangka kerja tanggap darurat bencana dimulai (Dinas Daerah Tohoku)
22 Juli 2008
[hari ke-39] Pergeseran ke status siaga
Faktor penentu pergeseran kerangka kerja: • Penutupan Kantor Kabinet Petugas Penghubung Dukungan Lokal [hari ke-31]. • Penghentian pencarian korban hilang [hari ke-33]; penutupan tempat penampungan [hari ke-38] Gempa Niigata-Chuetsu 23 Oktober 2004
17.56 Gempa bumi terjadi (intensitas seismik 7, kekuatan M 6,8) 18.00 Kerangka kerja tanggap darurat bencana dimulai (Dinas Daerah Hokuriku)
28 Desember 2004
[hari ke-67] Pergeseran ke status peringatan (tidak ada peralihan ke status siaga)
Faktor penentu pergeseran kerangka kerja: • Pembubaran Markas Besar Tanggap Bencana Gempa Chuetsu Prefektur Niigata [hari ke-49] • Penyelesaian tindakan darurat di Desa Yamakoshi (konstruksi saluran drainase permukaan) [hari ke-58]; penutupan tempat penampungan [hari ke-61] • Penyelesaian pemulihan darurat jalan-jalan nasional di bawah kendali langsung MLIT (semua pembatasan dicabut) [hari ke-65] • Pembentukan Kantor Pusat Pemulihan dan Rekonstruksi Gempa Niigata-Chuetsu Dinas Daerah Hokuriku [hari ke-67]
188
6 | 2
Kesimpulan
Kesimpulan
Dari pengalaman MLIT atas bencana yang menimpa pada tahun 2011, kami mendapatkan satu kesimpulan yang luar biasa: bahwa persiapan adalah penting, tetapi pelajaran yang didapat tak ternilai harganya. Kami berharap bahwa pelajaran yang dijelaskan dalam dokumen ini menjadi referensi yang berguna untuk semua pemimpin dan personel yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan aksi tanggap bencana alam berskala besar di masa depan. Tentu saja perlu diperhatikan agar pelajaran yang didapat di masa lalu tidak sebatas hafalan belaka. Kita harus memasukkan pelajaran ini ke dalam pelatihan masa depan dan memahaminya dengan cukup baik agar paham kapan harus mengubah rencana. Dengan demikian, kita akan mampu bertindak sesuai tuntutan masingmasing bencana seefektif mungkin. “Pertama-tama kita harus siap, lalu berbuat lebih dari persiapan itu.” Inilah pelajaran utama dari staf Dinas Daerah Tohoku yang pertama kali bergerak dalam Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Kami menyimpulkan bahwa pengetahuan, upaya, dan persiapan para pejabat senior dan staf, serta kepemimpinan mereka dalam menerapkan seluruh aspek prosedur tanggap bencana, adalah alasan di balik kesuksesan kami. Harapan kami adalah bahwa pengalaman kami, dan dokumentasi kerja ini bisa memberikan kontribusi pada keberhasilan aksi tanggap bencana di masa mendatang.
189
190
Bahan Referensi
Bahan Referensi
Bahan Referensi
Kronologi Gempa Bumi Besar Jepang Timur
Peristiwa-peristiwa pada 11 dan 12 Maret 2011 dicatat dalam menit. Tanggal
11 Maret 2011, 14.46
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Dinas Daerah Tohoku memasuki status tanggap darurat. Pasokan listrik dan air terputus di kantor Dinas Daerah Tohoku, generator darurat beroperasi otomatis
14.49
Gempa susulan berskala M 7,4.
15.14
15.18 - 15.50 15.20 15.21 15.23 15.25 15.26 15.45 16.02 16.04 16.10 16.12
Terjadi Gempa Tohoku-Samudera Pasifik 2011 dengan skala Magnitudo 8,8 (perkiraan awal, direvisi setelahnya), di Kota Kurihara Prefektur Miyagi dirasakan gempa skala Intensitas Seismik JMA 7.
JMA mengeluarkan peringatan tsunami besar yang diprediksi akan setinggi 6 m di pesisir Samudera Pasifik Prefektur Miyagi.
15.08 15.15
Peristiwa Lain di Jepang
Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku mengeluarkan instruksi awal.
Petugas penghubung tiba di kantor pemerintah Prefektur Miyagi.
Pemerintah membentuk markas besar tanggap bencana.
Kantor Cabang Kesennuma mengalami banjir. Bandara Sendai mengalami banjir.
17.30
19.00 19.03
19.35 21.05
Gempa susulan berskala M 7,7.
Gelombang tsunami terbesar menghantam area sepanjang pantai Pasifik.
Kantor Pelabuhan Kamaishi mengalami banjir.
Helikopter Michinoku lepas landas darurat dari Bandara Sendai.
Tanggal
21.23
22.00 Gempa susulan berskala M 7,5. Pertemuan pertama di Markas Besar Tanggap Bencana MLIT.
23.33
Pelabuhan Shiogama/Kantor Bandara dan Kantor Teknik Tohoku mengalami banjir.
Jalur transportasi di tiga lokasi, termasuk di dalamnya Jalan Nasional 4, terputus (lumpuh total).
16.20
Rapat di Markas Besar Tanggap Bencana dihadiri oleh semua anggota Kabinet. JMA menamakan gempa yang baru saja terjadi dengan Gempa TohokuSamudera Pasifik 2011.
193
12 Maret 2011, 00.20 00.30
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Panggilan telepon dari gubernur Prefektur Miyagi kepada Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku meminta agar Jalan Tol Tohoku) bisa secepatnya dilalui kembali Keselamatan pekerja dikonfirmasi hanya sebesar 82%.
Kantor Jalan Nasional Koriyama mengirim para petugas penghubung ke Kagamiishi di Pref. Fukushima.
Tim TEC-FORCE pertama berangkat dari Dinas Daerah Chubu (Nagoya). Tim-tim dari Dinas Daerah lain selanjutnya berangkat menuju lokasi pertemuan di Kantor Jalan Nasional Koriyama.
Direktur Jenderal melaporkan kondisi dan memberikan rekomendasi melalui telekonferensi pada rapat ke-4 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT. Menteri memberikan instruksi agar “utamakan penyelamatan penduduk lalu lakukan apa yang bisa dilakukan sebagai perwakilan dari MLIT.” Direktur Jenderal menginstruksikan: “Asumsikan terjadi kerusakan masif di Pantai Pasifik. Bersiap untuk skenario terburuk: (1) pengumpulan informasi, (2) pengamanan jalur evakuasi/transportasi, (3) bantu pemerintah prefektur/lokal.”
MLIT meminta mobilisasi dan kesiapan kapalkapal pengeruk/pengambilan minyak (Hakusan, Seiryumaru, dan Kaishomaru) Permintaan kepada MLIT untuk menyediakan 10 alat pompa drainase.
194
Peristiwa Lain di Jepang
Pemerintah mengeluarkan deklarasi kondisi darurat nuklir atas insiden yang terjadi di PLTN Fukushima Daiichi.
Pemerintah menginstruksikan kepada penduduk yang berada dalam radius 3 km dari PLTN Fukushima untuk mengevakuasi diri, dan yang berada dalam radius 10 km untuk tetap berada di rumah.
Bahan Referensi
Tanggal
03.59
06.00
06.05 07.00 07.40 09.00 09.38 10.00
11.00 12.45 14.00 15.36 16.00 18.50
Bahan Referensi
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku
Dua belas jalan dijadikan target Operasi Penyisiran. Pembersihan jalan dimulai di jalan-jalan di Yamamoto, Pref. Miyagi (Jalan Nasional 6).
Peristiwa Lain di Jepang
Gempa di bagian utara Pref. Nagano skala M 6,7, sedangkan di episentrum (Desa Sakae, utara Pref. Nagano) tercatat gempa berskala Intensitas Seismik JMA lebih dari 6.
Tanggal
20.00
20.20
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Dilaporkan pada rapat ke-8 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (via telekonferensi) bahwa dari 13 jalan target Operasi Penyisiran 11 jalan sudah bisa dilalui. Dengan pengecualian daerah muara, inspeksi sungai selesai. Para petugas penghubung disebar ke empat prefektur dan 12 kota/kota kecil.
Helikopter Michinoku berangkat dari Bandara Fukushima. Direktur Jenderal melaporkan situasi terkini pada rapat ke-5 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (via telekonferensi).
22.00 13 Maret
Jalan (jalur transportasi) sebanyak 8 di 42 lokasi terputus.
Pembersihan jalan dimulai di Kota Kamaishi.
Tim pertama TEC-FORCE dari Dinas Daerah Chubu yang terdiri atas 4 anggota tiba di Kantor Jalan Nasional Koriyama. Pembersihan jalan dimulai di Jalan Nasional 45 di Miyako. Para anggota Asosiasi Teknik Pengerukan dan Reklamasi Cabang Tohoku berkumpul di Dinas Daerah Tohoku.
Kapal Kaishomaru (kapal untuk pengerukan/ pengambilan minyak) berangkat dari Pelabuhan Kitakyushu. Sebanyak 9 jalan target Operasi Penyisiran berhasil dibuka kembali
Asosiasi Teknik Pengerukan dan Reklamasi diminta untuk memimpin pembukaan kembali jalur laut.
Kapal Hakusan (kapal untuk pengerukan/ pengambilan minyak) berangkat dari Pelabuhan Niigata.
195
Jalan Tol Tohoku & Tol Joban dibuka sebagai jalur transportasi darurat. 14 Maret
Terjadi ledakan hidrogen di reaktor no. 1 PLTN Fukushima Daiichi.
Kerusakan terkonfirmasi di 239 lokasi di 5 sungai, 41 lokasi di 6 jalan, dan di 9 pelabuhan.
16 jalur ditetapkan untuk Operasi Penyisiran. Alat pompa drainase yang diminta Kota Ishinomaki dan Higashimatsushima mulai beroperasi. Kiriman bantuan pertama (lampu portabel) tiba di Rikuzentakata. Kapal Seiryumaru (kapal pengeruk/ pengambilan minyak) berangkat dari Pelabuhan Nagoya. Upacara inaugurasi TEC-FORCE diadakan, 232 anggota dalam 64 tim berangkat ke daerah bencana. Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-11 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (via telekonferensi).
Sebanyak 14 jalan hasil Operasi Penyisiran dibuka kembali. Pembukaan kembali jalur laut dimulai dari Pelabuhan Hachinohe, Kuji, Miyako, Kamaishi, dan Sendai Shiogama (seksi Sendai). Kapal Hakusan (kapal pengeruk/pengambilan minyak) mulai mensurvei Pelabuhan Miyako. Tim pengadaan mulai dibentuk. Pengeluaran nota untuk penundaan sementara kerja konstruksi dan operasi yang sedang berlangsung. Situs informasi Gempa Besar Jepang Timur dirilis di situs web Dinas Daerah Tohoku.
196
Peristiwa Lain di Jepang
Peringatan tsunami besar diturunkan menjadi peringatan tsunami saja. Perintah evakuasi diberikan pada penduduk di radius 20 km dari PLTN Fukushima Daiichi. JMA merevisi kekuatan gempa bumi menjadi 9,0.
Peringatan tsunami diturunkan menjadi pertimbangan (advisory) tsunami. (07.30)
Pertimbangan tsunami tidak berlaku lagi. (17.58) Ledakan hidrogen di reaktor no. 3 PLTN Fukushima Daiichi.
Bahan Referensi
Tanggal
15 Maret
16 Maret
17 Maret
18 Maret
19 Maret
20 Maret
Bahan Referensi
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Sebanyak 15 jalan menjadi target Operasi Penyisiran berhasil dibuka kembali. Tim TEC-FORCE (Institut Nasional Manajemen Darat dan Infrastruktur) berangkat dari Kurihama ke pelabuhan-pelabuhan yang terkena dampak bencana. Kapal Seiryumaru (kapal pengeruk/ pengambilan minyak) berlabuh di Pelabuhan Kamaishi dengan membawa suplai bantuan.
Direktur Jenderal melaporkan kondisi umum terkini pada rapat ke-16 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi). Kerja drainase dimulai di Bandara Sendai. Survei untuk membuka jalur laut dimulai di Pelabuhan Sendai Shiogama agar kapal tanker bisa berlabuh.
Peristiwa Lain di Jepang
Kebakaran di reaktor no. 4 PLTN Fukushima Daiichi. Penduduk dalam radius 30 km dari PLTN Fukushima Daiichi diminta untuk tetap berada di dalam rumah. Sampah/puing diangkut dari 1500 m landasan pacu Bandara Sendai. Helikopter mulai beroperasi. Kaisar mengirimkan pesan kepada warga melalui rekaman video.
Tanggal
21 Maret
Landasan pacu sepanjang 1500 m dibuka di Bandara Sendai khusus untuk pesawat-pesawat penyelamatan milik Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF).
Usaha pembukaan kembali jalur laut dilakukan di Pelabuhan Ishinomaki dan Sendai Shiogama (Distrik Shiogama). Kapal Kaishomaru (kapal pengeruk/ pengambilan minyak) bersandar di Pelabuhan Sendai Shiogama (Distrik Sendai) dengan membawa suplai bantuan.
Operasi Penyisiran berakhir dengan 97% dari Jalan Nasional 45 dan 6 bisa dilalui kembali. Kantor Pusat TEC-FORCE dibentuk. Kerja pembersihan jalur pengiriman dimulai di Pelabuhan Onahama
Jembatan Mizushiri bisa dilalui kembali setelah dilakukan penyambungan sementara. Situs berisi data sementara daerah yang terkena bencana dirilis di situs web Dinas Daerah Tohoku. Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-20 di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi). Pembukaan kembali jalur laut di Pelabuhan Ofunato.
Badan Polisi Nasional mengumumkan bahwa korban meninggal akibat Gempa Bumi Besar Jepang Timur lebih banyak 6434 jiwa daripada Gempa Bumi Besar Hanshin-Awaji.
23 Maret
25 Maret 27 Maret 28 Maret 29 Maret 30 Maret
197
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Kapal tanker memasuki Pelabuhan Sendai Shiogama (Distrik Shiogama). Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku mengirim surat pada para walikota yang daerahnya terkena bencana untuk menggunakan jasa bantuan MLIT dengan mengingatkan mereka “agar kebutuhan terkait kerja bantuan, harian, dan perlengkapan untuk diurusi sendiri oleh petugas penghubung.” Direktur Jenderal Dinas Daerah Tohoku mengirim surat yang lain pada para walikota yang daerahnya terkana bencana. Pada akhir suratnya, beliau menginginkan mereka agar menganggapnya sebagai “pedagang pasar gelap”, tidak sebagai direktur jenderal. Situs informasi untuk Gempa Besar Jepang Timur berbahasa Inggris dirilis di situs web Dinas Daerah Tohoku. Anggota TEC-FORCE dari Dinas Daerah lainnya menjadi tambahan petugas penghubung. Direktur Jenderal melaporkan kondisi terbaru pada rapat ke-22 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi). Pendistribusian bahan makanan darurat untuk para pekerja distop
Pembukaan kembali jalur laut selesai. Sebanyak sepuluh pelabuhan di pesisir Samudera Pasifik dapat menerima suplai bantuan. Sebanyak 96 petugas penghubung disebar ke empat prefektur dan 31 kota (terbanyak).
Survei dimulai di Pelabuhan Soma.
Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-25 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi).
Penggunaan stiker “Ganbaro! Tohoku” dimulai.
198
Peristiwa Lain di Jepang
Dengan slogan “Ganbaro Tohoku!”, Turnamen Nasional Bisbol SMA dimulai. Badan Polisi Nasional memperkirakan jumlah korban meninggal melebihi 10.000 orang.
Landasan pacu Bandara Sendai sepanjang 3000 m dapat kembali digunakan.
Bahan Referensi
Tanggal
31 Maret
4 April 5 April 7 April
8 April 10 April 11 April 12 April
Bahan Referensi
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Tas punggung sekolah dan suplai bantuan didonasikan ke Otsuchi oleh Soka City Federation of Neighborhood Association (melalui informasi pengumuman sementara daerah-daerah yang terkena bencana di situs Dinas Daerah Tohoku). Penyediaan bahan/peralatan untuk pemerintah kota yang terdampak (“pasar gelap”) diakhiri. Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-34 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi).
Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-37 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi). Semua bagian Jalan Nasional 45 (juga jalan memutar) bisa dilalui kembali.
Pemberitahuan (nota) bahwa kerja konstruksi dan operasi yang tertunda bisa dimulai kembali.
13 April
Menteri MLIT Akihiro Ohata mengunjungi daerah bencana. Meski helikopter Michinoku direncanakan sebagai alat transportasinya, akibat penerbangan sehari-hari helikopter mengalami kerusakan, tidak bisa lepas landas. Akhirnya digunakan helikopter alternatif.
Tanggal
22 April
Gempa susulan M 7,2 di utara Prefektur Miyagi, Skala Intensitas Seismik JMA 6 lebih di daerah tengah.
25 April 2 Mei
Dalam zona eksklusi nuklir, kerusakan yang disurvei meliputi Jalan Nasional 6 dan Sungai Miyata di Kota Minamisoma. Penetapan jalan memutar dilakukan pada lokasi-lokasi yang rusak (operasi selama dua hari).
Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-42 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi).
3 Mei Anggaran tahun fiskal 2011 disetujui. Terjadi gempa susulan M 7,0. Badan Keselamatan Nuklir dan Industri menaikkan level Kecelakaan Nuklir PLTN Fukushima Daiichi menjadi level 7.
Pertemuan pertama Dewan Pemerintah Bidang Desain Rekonstruksi.
6 Mei 9 Mei 18 Mei
24 Mei
30 Mei 4 Juni 20 Juni
199
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku
Pemerintah memberi nama Gempa Bumi Besar Jepang Timur.
Bandara Sendai dibuka untuk pesawat-pesawat sektor swasta. Jalur udara dibuka kembali, termasuk di dalamnya Bandara Haneda dan Osaka.
14 April 16 April
Peristiwa Lain di Jepang
Transportasi melalui Jalan Nasional 6 di daerah yang terkena dampak nuklir diamankan dengan pengaturan arah arus lalu lintas sebaliknya.
Peristiwa Lain di Jepang
Daerah dalam radius 20 km dari PLTN Fukushima Daiichi ditentukan sebagai zona eksklusi. (Kota Futaba, Okuma, Tomioka, Namie, Naraha, Desa Katsurao dan Kawauchi, juga Kota Minamisoma). Rencana Zona Evakuasi PLTN Fukushima Daiichi ditentukan (Desa Iitate dan Katsurao, Kota Iitate, Namie, dan Kawamata, juga Kota Minamisoma). Perintah untuk para penduduk dalam radius 20-30 km dari Fukushima Daiichi untuk tetap tinggal di dalam rumah akhirnya dicabut.
Anggaran tambahan untuk tahun fiskal 2011 disetujui.
Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) mulai mencari orang-orang yang hilang dalam radius 10 km dari PLTN Fukushima Daiichi.
Pembentukan dan pertemuan meja bundar Konferensi Investigasi Lingkungan di wilayah pesisir Sanriku-minami dan Ishinomaki.
Counterpart (dari Dinas Daerah Tohoku) memulai kegiatan di kota Miyako dan kota Miniamisanriku untuk mendukung pemulihan dan rekonstruksi (10 orang yang ditempatkan di 32 kota di 3 prefektur memulai kegiatan).
Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-48 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi). Penyebaran petugas pembantu ke daerahdaerah diakhiri.
200
TEPCO mengumumkan kemungkinan adanya pelelehan di reaktor no. 2 dan 3 PLTN Fukushima Daiichi.
Aksi Dasar Rekonstruksi dibentuk.
Bahan Referensi
Tanggal
25 Juni
Bahan Referensi
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku
26 Juni 11 Juli
16 – 17 Juli
Pekerjaan pemulihan darurat selesai untuk pinggiran sungai sejauh 12 km yang mengalami kerusakan berarti. Dinas Daerah Tohoku mengubah status tanggap darurat menjadi status awas.
23 Juli 29 Juli
Agustus
15 Agustus 31 Agustus 1 September 2 September
Upacara pemberian penghargaan bagi orangorang yang memberikan pelayanan istimewa pada MLIT terkait administrasi dan aksi tanggap Gempa Bumi Besar Jepang Timur.
Dewan Desain Rekonstruksi meminta rekomendasi untuk rekonstruksi dari Perdana Menteri. Hiraizumi (Pref. Iwate) terdaftar sebagai situs warisan dunia.
Festival Rokkon di Tohoku (Sendai)
201
25 November
20 Desember
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Upacara dimulainya kerja rekonstruksi jalan dilakukan di Minamisanriku. Upacara dimulainya kerja selanjutnya dilakukan di Tanohata (20 Nov), Kota Soma (26 Nov), dan Kota Hachinohe (11 Des).
2012 29 Januari
3 Februari
Dimulainya masa pemerintahan Perdana Menteri Noda (baru) yang mengganti Menteri MLIT lama (Ohata) dengan yang baru (Maeda).
Semua segmen jalan kereta menuju Bandara Sendai dibuka kembali.
10 Februari
Rapat rekonstruksi jalan dilakukan di Pref. Iwate dan Miyagi (di Pref. Fukushima 26 Nov). Pembentukan Komite Penelaah Lingkungan untuk Rekonstruksi Fasilitas Muara dan Pesisir di Pref. Miyagi. Pembentukan Komite Penelaah Lingkungan untuk Rekonstruksi Area Pesisir di Selatan Pelabuhan Sendai.
Upacara dimulainya pekerjaan pemulihan dinding laut bagian selatan Pelabuhan Sendai.
Satu jalur jalan yang sebelumnya rusak di Narita (Jalan Nasional 45) dibuka kembali di Kota Ishinomaki Narita sebagai jalur alternatif satu arah. Oleh karena hal ini, arah arus sebaliknya di Jalan Nasional 45 dihentikan.
14 Februari 26 Februari 2 Maret
Peristiwa Lain di Jepang
Publikasi kerja rekonstruksi dan rekonstruksi di pelabuhan-pelabuhan Tohoku. Pekerjaan untuk semua jalan yang direncanakan untuk direkonstruksi dan juga dukungan proses rekonstruksinya diresmikan sebagai proyek.
28 Desember
Selesainya restorasi terminal penumpang Bandara Sendai (penerbangan internasional reguler berlangsung kembali). Penentuan tinggi dinding laut untuk Pref. Iwate, Miyagi, dan Fukushima.
21 November
9 Desember
Arah arus lalu lintas sebaliknya di Jalan Nasional 6 dihentikan (termasuk di dalamnya segmen yang terkena dampak nuklir).
1 Oktober
November
26 November
Penentuan jalan-jalan yang belum direncanakan dalam jalan-jalan yang direkonstruksi dan titik masuk/keluar.
Pekerjaan pemulihan darurat dinding laut yang mengalami kerusakan parah sepanjang (total) 18 km selesai.
Tanggal
Bagian dari rel menuju Bandara Sendai dibuka kembali.
Rencana Industri dan Rehabilitasi untuk pelabuhan-pelabuhan di pesisir Pasifik disusun. (Pelabuhan Ofunato 3 Agustus, Pelabuhan Hachinohe dan Kuji 4 Agustus, Pelabuhan Miyako dan Ishinomaki 5 Agustus, Pelabuhan Kamaishi, Sendai Shiogama, Soma, dan Onahama 8 Agustus).
25 September
19 Oktober
Peristiwa Lain di Jepang
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan untuk pemecah gelombang Pelabuhan Kamaishi.
202
Rencana Rekonstruksi untuk semua daerah di Pref. Iwate telah lengkap.
Revisi anggaran belanja tambahan ke-4 untuk tahun fiskal 2011 disetujui oleh Kabinet. Rencana Rekonstruksi untuk semua daerah di Pref. Miyagi telah lengkap.
Undang-undang Pembentukan Badan Rekonstruksi mulai berlaku, Badan Rekonstruksi dibentuk (Iwate, Miyage, Fukushima).
Rapat untuk membicarakan Promosi Rekonstruksi (rapat para menteri, sesi pertama).
Nota pertama kemungkinan jumlah biaya untuk rekonstruksi.
Bahan Referensi
Tanggal
8 Maret
11 Maret
Bahan Referensi
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Direktur Jenderal melaporkan kondisi terkini pada rapat ke-50 Tanggap Bencana di Kantor Pusat MLIT (telekonferensi).
18 Maret
22 Maret Akhir Maret 27 Maret 30 Maret
Pemberitahuan ke publik tentang proyek PPP (Public-Private Partnership/Kemitraan PublikSwasta) tentang operasi supervisi untuk proyek Jalan Pantai Sanriku.
Tanggal
18 Mei
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku
26 – 27 Mei 1 Juni 4 Juni
Dimulainya operasi proyek PPP (Public-Private Partnership/Kemitraan Publik-Swasta) untuk supervisi operasi Jalan Pesisir Sanriku.
13 Juli 14 Juli 17 Juli
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan untuk pemecah gelombang Pelabuhan Ofunato.
Rapat ke-2 Rekonstruksi Jalan (Fukushima 21 Maret, Iwate 23 Maret, dan Miyagi 26 Maret).
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan dinding laut Yamamoto (Pref. Miyagi).
5 April
Undang-undang untuk Tindakan Spesial Pemulihan Fukushima disetujui (berlaku 31 Maret).
Upacara selesainya pengerjaan penempatan sentral aksis jalan (total 18 bagian).
Pembentukan Perwakilan Koodinasi Darat untuk Jalan Pesisir Sanriku (MLIT, Pref. Iwate, dan 12 daerah yang terkena dampak).
203
20 Juli 5 Agustus
Zona eksklusi Fukushima Daiichi dihapus, direvisi menjadi “zona perintah pembatalan evakuasi/zona persiapan” dan “zona penduduk terbatas” (Desa Kawauchi dan Kota Tamura).
8 Agustus
Zona eksklusi Fukushima Daiichi dihapus, direvisi menjadi “zona perintah pembatalan evakuasi/ zona persiapan”, “zona penduduk terbatas”, “zona dilarang kembali”) (Kota Minamisoma).
September
Anggaran tahun fiskal 2012 disetujui.
16 April
24 April
Komite Promosi Rekonstruksi (rapat untuk para ahli, sesi pertama).
Orientasi di lokasi (on-site) untuk mensurvei segala aspek rekonstruksi jalan akhirnya selesai (total 18 aspek).
1 April
21 April
Upacara Peringatan Pertama Gempa Besar Jepang Timur (di Teater Nasional). Pameran Pariwisata Tohoku dimulai (hingga 31 Maret 2013).
19 Maret 21 Maret
Peristiwa Lain di Jepang
10 Agustus
Penggunaan pecahan batuan akibat gempa dalam pemulihan dinding laut di pantai.
Peristiwa Lain di Jepang
Rapat Promosi Rekonstruksi (sesi ke-2). Festival Rokkon Tohoku (di Morioka).
Menteri MLIT Maeda diganti oleh Menteri Hata.
Keputusan kabinet terkait Peraturan Dasar Rekonstruksi dan Pemulihan Fukushima.
Revisi “zona evakuasi terencana” sekitar PLTN Fukushima Daiichi menjadi “zona perintah pembatalan evakuasi/zona persiapan”, “zona penduduk terbatas”, “zona dilarang kembali” (Desa Iitate).
Upacara dimulainya proyek relokasi untuk distrik Tamaura-nishi di Kota Iwanuma.
Penyelesaian pembangunan perumahan perumahan bencana umum (Kota Soma, Pref. Fukushima)
Zona eksklusi Fukushima Daiichi dihapus, direvisi menjadi “zona perintah pembatalan evakuasi/zona persiapan” (Kota Nahara).
Terdapat kira-kira 330.000 pengungsi (470.000 saat puncak).
4 September
Publikasi Petunjuk Inisiatif Pemerintah Pusat untuk Penduduk dan Otoritas Lokal yang Terkena Bencana Nuklir di Area Evakuasi Akibat Kecelakaan PLTN (Grand Design).
28 September
Publikasi Laporan Interim Tahun Fiskal 2012 tentang Komite Promosi Rekonstruksi. Rapat untuk Promosi Rekonstruksi (sesi ke-3).
204
Bahan Referensi
Tanggal
3 November
4 November
9 November 14 November 20 November 22 November 25 November
27 November 1 Desember 7 Desember
Bahan Referensi
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Upacara peletakan batu pertama pekerjaan Jalan Pesisir Sanriku (Usatsu - Motoyoshi) sebagai kerja konstruksi pertama yang dimulai setelah bencana sebagai proyek resmi. (Upacara selanjutnya dilakukan pada 18 Nov untuk segmen Miyako - Taro). Upacara peletakan batu pertama pekerjaan Jalan Kamaishi-Hanamaki di Jalur Kereta Kamiashi-Akita Tohoku Odan Expressway (Kamaishi - Kamaishi-nishi).
Peraturan Dasar untuk Perbaikan Sungai disusun (Sungai Kitakami, Naruse, Natori, dan Abukuma). Rencana Perbaikan Sungai disusun (Sungai Kitakami, Naruse, Natori, dan Abukuma).
Inaugurasi Jalur Kereta Kamaishi-Akita di Tohoku Odan Expressway (Miyamori Towa), sebelumnya sebagai jalan pendukung rekonstruksi. Upacara penyelesaian Jalan Interchange Pelabuhan Sendai di Jalan Sendai-Tobu.
10 Desember
Peristiwa Lain di Jepang
27 Januari Tim Promosi Rekonstruksi Bencana Nuklir (rapat pertama).
Laporan Kondisi Rekonstruksi sejak Gempa Bumi Besar Jepang Timur dibuat dan dilaporkan ke Parlemen.
Rapat Promosi Rekonstruksi (sesi ke-4). Gempa susulan M 7,3.
Dimulainya masa pemerintahan Perdanas Menteri Abe, Menteri MLIT yang baru (Ota).
2013 10 Januari
Rapat Promosi Rekonstruksi (sesi ke-5).
205
9 Februari 10 Februari 14 Februari
Operasi BRT (Bus Rapid Transit) dimulai di jalur JR Kesennuma (antara Yanaizu - Kesennuma).
26 Desember
29 Januari 1 Februari
Pemilu perwakilan rakyat ke-46.
22 Desember
19 Januari 25 Januari
Revisi “zona eksklusi PLTN Fukushima Daiichi” menjadi “zona perintah pembatalan evakuasi/ zona persiapan”, “zona penduduk terbatas”, “zona dilarang kembali”) (Kota Okuma).
16 Desember
Tanggal
22 Februari 26 Februari 2 Maret 3 Maret 9 Maret 10 Maret 11 Maret 23 Maret 30 Maret
Langkah yang diambil Dinas Daerah Tohoku Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan pinggiran muara Sungai Abukuma.
Ritual doa keselamatan di awal kerja konstruksi perumahan bencana umum di Kota Otsuchi (Distrik Ogakuchi dan Yashikimae).
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan dinding pinggiran Sungai Kitakami. Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan dan rekonstruksi sabuk hijau Pantai Iwanuma.
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan Jalan Soma-Fukushima, dan Jalan Soma-nishi.
Peristiwa Lain di Jepang Anggaran belanja tambahan untuk tahun fiskal 2012 disetujui oleh Kabinet. Pembentukan gugus tugas untuk mempercepat dekontaminasi dan rekonstruksi. Rapat Promosi Rekonstruksi (sesi ke-6). Anggaran belanja untuk tahun fiskal 2013 disetujui oleh Kabinet.
Biro Eksekutif Rekonstruksi dan Revitalisasi Fukushima mulai bekerja.
Upacara pembukaan Terowongan Okanyo di Jalan Pesisir Sanriku.
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan pemulihan perumahan di Kota Minamisanriku. Upacara peletakan batu pertama pekerjaan relokasi kelompok di Kota Rikuzentakata.
Upacara peletakan batu pertama pekerjaan relokasi kelompok di Kota Minamisanriku.
Rapat Percepatan Rekonstruksi (Kota Sendai). Upacara pembukaan Terowongan Shidugawa di Jalan Pesisir Sanriku.
Operasi BRT (Bus Rapid Transit) bermula di jalur JR Ofunato (antara Kesennuma - Sakari).
Upacara pembukaan Jalan Hachinohe-minami, Jalan Pesisir Sanriku.
Upacara pembukaan Jalan Yanagawa, dan Jalan Miyako-Morioka Odan. Upacara penyelesaian dinding laut bagian selatan Sendai. Upacara penyelesaian untuk perumahan bencana umum di Kota Soma.
206
Upacara peringatan ke-2 Gempa Bumi Besar Jepang Timur.
Penerbit: Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pengarah: Takafumi Shinya (JICA Expert on Comprehensive Disaster Management Policy) B. Wisnu Widjaja (Deputi Pencegahan & Kesiapsiagaan BNPB) Penerbit Asli: Tohoku Regional Bureau (TRB), Ministry of Land, Infrastructure, Transportation & Tourism of Japan (MLIT) Editing: • Dinas Daerah Tohoku-MLIT • Deputy of Prevention and Preparedness Division, BNPB • Dina Faoziah (Translator) • Yoko Takafuji (Rikkyo University) • Haryono Hansen Sirait (Assistant for JICA Expert) • Liza Maulina (Assistant for JICA Expert) Dicetak oleh PT Muara Prima Kreasi
PERINGATAN Hak cipta dilindungi, Copyright ©2015, JICA Indonesia Office Buku ini bukan produk resmi Dinas Daerah Tohoku - MLIT Jepang, dan bukan terjemahan resmi Dinas Daerah Tohoku-MLIT. Dinas Daerah Tohoku - MLIT tidak bertanggung jawab atas konten atau kesalahan dalam penerjemahan ini.