6
2. IKTIODIVERSITAS DI RAGAM HABITAT ESTUARI SEGARA MENYAN 2.1. Pendahuluan Estuari merupakan habitat yang vital bagi kebanyakan spesies ikan, krustase, dan moluska dengan fungsinya sebagai area pemijahan dan pembesaran, lumbung makanan, dan merupakan area yang penting bagi perkembangan awal dan adaptasi fisiologis spesies pemigrasi (Blaber 1997; Bayhan et al. 2008). Estuari merupakan ekosistem yang khas dan kompleks dengan keberadaan berbagai tipe habitat, seperti hutan mangrove, rawa air asin, padang lamun, muara sungai, dan wilayah tanpa vegetasi. Heterogenitas habitat menyebabkan area ini kaya sumber daya perairan dengan fauna ikan sebagai komponen terbesarnya. Selain itu, hubungan yang terbuka antara laut dengan estuari dan estuari dengan sungai turut mendukung ragam sumber daya ikan di estuari. Sepanjang estuari Segara Menyan ditumbuhi vegetasi mangrove yang semakin berkurang kerapatannya dengan dibukanya lahan tambak. Selain itu, telah terjadi pula perambahan hutan mangrove; walaupun dalam jumlah kecil. Kerusakan ekosistem mangrove turut menurunkan produktivitas sumber daya ikan di perairan, seperti yang diungkap oleh Shinnaka et al. (2007) bahwa kerusakan mangrove sebesar 50% dalam 35 tahun telah memengaruhi struktur komunitas ikan di Thailand. Penurunan sumber daya ikan juga disebabkan oleh penangkapan intensif oleh nelayan. Pengungkapan tentang fauna ikan di Segara Menyan dan perairan sekitarnya diawali dari penelitian oleh Simanjuntak (2001). Ia mengemukakan bahwa perairan Mayangan yang melingkupi perairan Segara Menyan terdapat 77 spesies ikan. Setelah satu dasawarsa, dilakukan penelitian kembali di perairan Mayangan dengan waktu yang lebih lama (enam bulan) dan alat tangkap yang komprehensif oleh Zahid et al. (2011a) dan ditemukan 105 spesies ikan mendiami atau sekadar melintasi perairan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variasi jenis ikan di ragam habitat estuari Segara Menyan (sungai, segara, dan pantai). Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kajian iktiodiversitas di Segara Menyan dalam kurun waktu setahun dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan sumber daya ikan di perairan ini.
7
2.2. Metode penelitian Daerah penelitian Penelitian yang berlangsung dari Januari hingga Desember 2011 ini dilakukan di ekosistem estuari Segara Menyan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat (6°12’45”-6°14’00” LS dan 107°44’30”-107°46’00” BT) (Gambar 2-1). Segara Menyan sebagai ekosistem estuari memiliki ragam habitat yang tinggi seperti sungaisungai dengan vegetasi mangrove di tepiannya, segara (laguna) yang luas, dan pantai berpasir.
Rancangan dan prosedur pengambilan contoh Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei post facto dengan pengambilan contoh dilakukan setiap bulan pada saat pasang terendah di lokasi pengambilan contoh yang telah ditentukan. Lokasi pengambilan contoh (Gambar 21; Lampiran 1) ditentukan secara horizontal berdasarkan habitat yang terbentuk di ekosistem estuari tersebut dan daerah yang merupakan area penangkapan nelayan yaitu: Zona 1 : Pantai Zona ini berada di perairan terbuka di depan segara yaitu sekitar 150 meter tegak lurus zona segara ke arah laut. Zona ini didominasi substrat pasir (76%) dengan kedalaman perairan 2-4 m. Pada zona ini, pengambilan contoh dilakukan pada dua lokasi (1a, 1b); Zona 2 : Segara Zona ini merupakan perairan yang semi tertutup yang terpisah dari pantai terbuka oleh gundukan pasir (sand spit). Pasir ini membentang sepanjang 1,3 km dari sebelah barat segara mengarah ke muara Sungai Terusan di sebelah timur. Pada zona ini bermuara dua sungai besar yaitu Sungai Terusan dan Sungai Poncol. Zona ini memiliki kedalaman 2-3 m dengan substrat lempung berpasir (liat, 60%; pasir 40%). Pada bagian tepi yang mengarah ke darat ditumbuhi vegetasi mangrove yang didominasi oleh Rhizophora mucronata. Pada zona ini ditentukan empat lokasi pengambilan contoh (2a, 2b, 2c, 2d);
8
Gambar 2-1. Peta lokasi penelitian, Segara Menyan. 1= pantai, 2= segara, 3= sungai. (Sumber: Modifikasi dari GoogleMap)
Zona 3 : Sungai Zona ini merupakan badan air yang mengalir ke Segara Menyan. Pada zona ini ditentukan dua lokasi pengambilan contoh yaitu di sungai-sungai besar yang mengalir ke Segara Menyan (Sungai Terusan dan Sungai Poncol). Bagian tepi kedua sungai ini ditumbuhi vegetasi mangrove jenis Rhizopora mucronata dan Avicennia marina. Kedalaman air di zona ini mencapai 2-4 m dengan dominasi substrat lempung (liat, 80%).
Ikan ditangkap dengan menggunakan tiga alat tangkap (jaring rampus, jaring berlapis, dan jaring arad) yang pengoperasiannya disesuaikan dengan efektivitas dan efisiensi alat tangkap. Jaring rampus dan jaring berlapis dipasang melingkari gerombolan ikan, sedangkan jaring arad dioperasikan dengan ditarik oleh kapal. Dengan demikian, luas area penangkapan ikan di setiap zona dapat ditentukan. Jaring rampus (gill net) berukuran 5 m x 85 m dengan ukuran mata jaring 2, 3, dan 4 inci; khusus digunakan untuk menangkap ikan di pantai, kondisi yang sama berlaku pada jaring arad (minitrawl) berukuran 6 m x 1,2 m, ukuran mata jaring 4,5 mm, dengan kantong 1,2 m x 1,2 m. Luas area penangkapan ikan di pantai diperkirakan 580 m2. Jaring berlapis (trammel net) berukuran 2 m x 70 m dengan ukuran mata jaring 0,75; 1,5; 2,5 inci digunakan untuk menangkap ikan di segara dan
9
sungai. Luas area penangkapan ikan di segara diperkirakan 380 m2 dan sungai 240 m2. Ikan yang tertangkap diawetkan secara terpisah berdasarkan zona pengambilan contoh dalam wadah berlarutan formalin 10%. Ikan yang telah diawetkan di dalam larutan formalin 10% dipindahkan ke dalam larutan etanol 70%, lalu ikan-ikan contoh tersebut diidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku identifikasi Kottelat (1993); Carpenter & Niem (1999a,b, 2001a,b); Peristiwady (2006). Selanjutnya diukur panjang bakunya dan ditimbang bobotnya. Data panjang tidak digunakan pada bagian ini, melainkan pada bagian ke empat disertasi ini.
Analisis data Indeks nilai penting (INP) diperoleh dari penjumlahan persentase biomassa (%B), persentase jumlah ikan tertangkap (%J), dan persentase frekuensi kehadiran setiap bulan (%K). Total nilai indeks ini adalah 300. Densitas ikan ditentukan dari jumlah per unit area (ind. m-2), selanjutnya diekstrapolasi ke 1000 m2; sedangkan biomassa ikan dihitung dari bobot per unit area (kg m-2). Pengelompokan ikan menurut kategori ekologis disusun berdasarkan tingkah laku dan catatan-catatan biologis ikan-ikan tersebut di perairan Segara Menyan dan sekitarnya. Kategori tersebut dimodifikasi dari Blaber (1997) yaitu 1) spesies estuari penetap, ikan yang menghabiskan kehidupannya hanya di estuari; 2) spesies laut, ikan yang menghabiskan kehidupannya hanya di laut; 3) spesies peruaya dari laut, ikan laut yang kadangkala beruaya ke estuari dengan berbagai keperluan biologi, seperti mencari makanan, kawin, dan memijah; umumnya anggota kelompok ini adalah ikan pada stadia dewasa; 4) spesies peruaya dari perairan tawar, ikan dari perairan tawar yang kadangkala masuk ke estuari melalui alur sungai. Selain ditentukan kategori ekologisnya, ikan juga dibedakan menurut fase dalam siklus hidupnya yaitu juwana dan dewasa. Penentuan fase tersebut ditentukan dari ukuran panjang yang dibandingkan dengan informasi biologi masing-masing ikan.
2.3. Hasil Ikan yang tertangkap berjumlah 6.254 ekor yang terdiri atas 106 spesies, 79 genera, dan 47 famili (Lampiran 2). Famili dengan jumlah spesies terbanyak
10
dijumpai pada Carangidae dengan sembilan spesies, diikuti oleh Leiognathidae dan Sciaenidae masing-masing delapan spesies. Beberapa spesies dominan disajikan pada Gambar 2-2. Beberapa spesies dominan merupakan ikan konsumsi penting seperti T. mystax, E. tetradactylum, N. soldado, S. leptolepis, S. javus, T. hammiltonii, S. jello, H. sagor, O. rubber, J. belangerii, V. engeli, D. russelli. Dominansi ini didasarkan pada besaran nilai INP ikan seriding, A. nalua (108,54) merupakan spesies dengan nilai INP terbesar; diikuti oleh ikan bilis, T. mystax (106,18); dan ikan kuro, E. tetradactylum (106,06). Besaran nilai INP spesies dominan, sebagian besar disumbang oleh persentase frekuensi kehadiran yang mencapai 100% pada beberapa ikan seperti A. nalua, T. mytax, dan E. tetradactylum (Lampiran 2). Berdasarkan kategori ekologis, sebesar 40,56% merupakan ikan estuari pendatang dari laut; 30,18% ikan laut; 28,30% ikan penetap di estuari; dan hanya 0,94% ikan estuari pendatang dari perairan tawar. Mayoritas spesies pendatang dari laut seperti kelompok terapontidae (ikan kerong-kerong) mencapai estuari saat musim kemarau, sedangkan spesies pendatang dari perairan tawar (nila, O. niloticus) terjadi pada musim penghujan (Lampiran 3). Sebagian besar ikan yang ditemukan berada pada fase juwana (102 spesies) dan dewasa (72 spesies) (Lampiran 2). Kebanyakan fase juwana ditemukan di zona segara. Densitas ikan yang terhitung sebesar 15.334 ind.1000 m-2 dan biomassa ikan sebesar 154,62 kg.1000 m-2. Berdasarkan lokasi penangkapan, zona pantai yang diwakili oleh stasiun 1A dan 1B memiliki densitas dan biomassa terbesar, sedangkan zona sungai yang diwakili oleh stasiun 3A dan 3B memiliki densitas dan biomassa paling rendah (Gambar 2-3; Lampiran 3).
2.4. Pembahasan Kekayaan fauna ikan di Segara Menyan dikategorikan tinggi bila dibandingkan dengan ragam fauna ikan di Pantai Laguna Ria de Aveiro Portugal yang berjumlah 43 spesies (Pombo & Rebelo 2002) atau di Pantai Laguna Rio Lagartos Meksiko yang berjumlah 81 spesies (Vega-Candejas & de Santillana 2004). Meskipun demikian sulit membandingkan kekayaan spesies ikan di antara perairan estuari dan
11
Gambar 2-2. Ikan-ikan dominan berdasarkan indeks nilai penting
Gambar 2-3. Densitas dan biomassa ikan di setiap lokasi pengambilan contoh laguna satu dengan lainnya karena perbedaan metode sampling (alat tangkap, upaya penangkapan, waktu), kondisi geografis dan luas area laguna (Kneib 1997). Jumlah individu ikan yang tertangkap sedikit, namun sangat bervariasi. Hal ini ditengarai oleh kehadiran beberapa spesies ikan di ekosistem ini hanya sekadar singgah beberapa saat untuk berbagai keperluan seperti mencari makanan (ikan alualu, Sphyraena jello) atau melepaskan telur (ikan kuro, Eleutheronema tetradactylum). Peristiwa serupa terjadi pada ikan Strongylura notata yang mencari
12
makanan atau F. persimilis yang sekadar melepaskan telurnya di ekosistem estuari Semenajung Yucatan (Arceo-Carranza & Vega-Cendejas 2009). Simier et al. (2004) menjelaskan bahwa keragaman ikan yang tinggi di estuari disebabkan oleh 1) keberadaan ikan-ikan spesies laut di estuari sebagai dampak dari hubungan estuari dengan laut dan keberadaan aliran air tawar ke ekosistem estuari; 2) heterogenitas habitat (padang lamun, perakaran mangrove, hamparan lumpur, aliran air tawar) menyebabkan kehadiran berbagai macam spesies ikan. Keberadaan ekosistem mangrove di pesisir Segara Menyan turut berperan dalam memengaruhi kelimpahan ikan di area ini. Hal ini didukung oleh hipotesis yang menjelaskan mengenai penyebab sejumlah spesies ikan tertarik memasuki ekosistem mangrove (Laegdsgaard & Johnson 2001), yaitu 1) perlindungan terhadap pemangsa, ikan mangsa akan memasuki area mangrove untuk berlindung dari pemangsa. Kompleksitas struktur perakaran mangrove menyulitkan pergerakan pemangsa dan tingkat kekeruhan yang tinggi di ekosistem mangrove menyebabkan jarak pandang ikan pemangsa berkurang; 2) terkait dengan persediaan makanan, yang menunjukkan bahwa ekosistem ini menyediakan banyak makanan dengan produktivitas yang tinggi. Dua hal ini menyebabkan kelimpahan dan keragaman ikan yang tinggi di ekosistem mangrove. Selain hipotesis tersebut, ekosistem mangrove juga menyediakan daerah pengasuhan bagi juwana. Argumentasi ini didukung dengan dominasi juwana ikan di estuari Segara Menyan. Hal yang sama terlihat pula pada penelitian Brinda et al. (2010) yang menemukan 45 juwana ikan di estuari Vellar, pantai tenggara India. Spesies laut tersebar luas di perairan estuari Segara Menyan dan jumlahnya lebih besar dibandingkan spesies estuari penetap. Fakta ini dikemukakan pula oleh Nagelkerken et al. (2008) bahwa kebayakan perairan estuari didominasi oleh spesies laut dan bahkan jumlahnya dapat mencapai dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan spesies penetap. Selain fakta tersebut, kondisi geografis estuari Segara Menyan yang senantiasa terhubung dengan laut sepanjang tahun menyebabkan iktiofauna laut dapat mendiami area ini. Kondisi seperti ini ditemukan pada wilayah perairan-perairan estuari di Afrika Barat (Baran 2000) dan estuari Laguna Gediz, ikan-ikan dari Laut Aegean mendominasi perairan ini (Bayhan et al. 2008). Fakta lain yang ditemukan adalah ikan-ikan spesies laut dominan tertangkap di pantai yang
13
memiliki densitas dan biomassa yang lebih besar dibandingkan di area segara dan sungai. Pola ini memiliki kemiripan dengan perairan estuari dan laguna lainnya (Whitfield 1999, Ley et al. 1999, Akin et al. 2005). Keberadaan beberapa spesies ekonomis penting pada kelompok ikan-ikan dominan menandakan bahwa ekosistem ini (khususnya keberadaan ekosistem mangrove) mampu menyediakan sumber daya ikan yang dapat dipanen oleh nelayan. Kaitan ekosistem mangrove (luas area) baik di tropis maupun subtropis dengan produksi spesies ekonomis penting telah banyak dikaji, kesemuanya menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif diantara luas area hutan mangrove dengan hasil tangkapan ikan ekonomis penting (Manson et al. 2005; Meynecke et al. 2007; Shinnaka et al. 2007). Disamping itu heterogenitas habitat yang terjadi di estuari memiliki korelasi yang kuat dengan kekayaan spesies (Sheridan & Hays 2003). Arti penting estuari bersama ragam habitat yang melekat padanya bagi spesies ikan terancam oleh perambahan hutan, degradasi habitat, dan penangkapan intensif. Peristiwa ini terjadi pada perairan estuari Sine Soloum (Senegal), selama sepuluh tahun terjadi penurunan biomassa sebesar 40%, penurunan rata-rata ukuran panjang beberapa spesies mencapai 17%, dan penurunan 0,11 unit tingkat trofik (Ecoutin et al. 2010). Dominansi ikan seriding, A. nalua di perairan estuari Segara Menyan disebabkan oleh persediaan sumber daya makanan dan kemampuan adaptasi ikan ini terhadap kondisi lingkungan. Kehadiran kelompok kopepoda dalam jumlah melimpah menjamin sumber daya makanan ikan seriding di estuari Segara Menyan, kelompok mikrokrustase (Calanus, Acartia, Evadne, Podon) ini menjadi makanan utamanya (Zahid et al. 2011b). Ikan yang hidup berasosiasi dengan perakaran mangrove ini mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan mangrove yang rusak sekalipun, seperti yang terjadi beberapa wilayah di estuari Segara Menyan. Bahkan penelitian Shinnaka et al. (2007) di Teluk Pak Phannang, Thailand dan Tse et al. (2008) di Tolo Harbour, Hongkong; menunjukkan bahwa ikan ini melimpah pada kondisi mangrove yang telah rusak. Ikan seriding yang berlimpah ini didukung oleh keberadaan zooplankton (mikrokrustase khususnya kelompok kalanoida). Struktur komunitas ikan yang terbentuk di ekosistem estuari ditentukan oleh faktor abiotik dan faktor biotik (Blaber 1997; Feyrer & Healey 2003; Hajisamae et al.
14
2003; Stål et al. 2007; Guedes & Araújo 2008). Kebanyakan spesies ikan memiliki kemampuan adaptasi terhadap dinamika faktor lingkungan yang bervariasi secara spasial dan temporal. Hal ini turut menentukan sebaran kelompok ikan pada skala spasial maupun temporal tersebut. Bahasan lebih mendalam mengenai variasi spasiotemporal komunitas ikan disajikan pada pokok bahasan berikut dari disertasi ini. Kekayaan biologis di suatu ekosistem estuari mencerminkan kesehatan lingkungannya. Meskipun estuari Segara Menyan memiliki kekayaan iktiofauna yang tinggi, namun perlu mendapat perhatian serius akibat degradasi ekologis yang mendera ekosistem tersebut. Eksploitasi sumber daya ikan yang meningkat dengan berbagai jenis alat tangkap tidak ramah lingkungan, degradasi hutan mangrove, dan abrasi pantai menjadi masalah utama yang perlu diatasi. Kondisi ini membutuhkan pemantauan secara berkala terhadap keanekaragaman ikan untuk menjamin kemantapan ekosistem dan kelanjutan sumber daya ikan.
2.5. Simpulan Ikan yang ditemukan di perairan estuari Segara Menyan berjumlah 106 spesies yang didominasi oleh ikan estuari pendatang dari laut yang masuk pada saat musim kemarau. Sebagian besar ikan-ikan di Segara Menyan berada pada fase juwana dalam siklus kehidupannya. Beberapa spesies penting berdasarkan nilai INP merupakan ikan konsumsi yang menjadi target tangkapan nelayan. Densitas dan biomassa ikan terbesar ditemukan di zona pantai.