1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang cukup mempesona. Disebut Kota Kepulauan karena wilayah daratan Kota Tual meliputi 66 buah pulau dimana keseluruhannya adalah merupakan pulau-pulau kecil. Luas wilayah administratif kota ini ± 19.095,84 km2, dengan luas lautan ± 18.743,55 km2 (98,16%) dan luas daratan hanya ± 352,29 km2 (1,84%). Jumlah penduduk Kota Tual pada tahun 2009 adalah 70.367 jiwa. Untuk sektor kelautan dan perikanan, tercatat bahwa produksi perikanan Kota Tual pada tahun 2007 adalah sebesar 134.978,1 ton dengan total nilai produksi sebesar Rp.601.945.584,00. Bila dibandingkan dengan kondisi 2 tahun sebelumnya dimana produksi perikanan yang dicapai pada tahun 2005 adalah sebesar 131.353,9 ton, maka dari sisi produksi telah terjadi peningkatan sebanyak 3.624,2 ton. (DKP Kabupaten Maluku Tenggara, 2008). Sedangkan untuk sektor pariwisata, tercatat bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke 35 lokasi objek wisata di Kabupaten Maluku Tenggara (termasuk 11 lokasi objek wisata di Kota Tual) pada tahun 2008 adalah sebanyak 21.256 orang. Wisatawan tersebut masuk melalui 2 pintu yaitu Bandara Dumatubun di Langgur (Pulau Kei Kecil) dan Pelabuhan Yos Sudarso di Tual (Pulau Dullah) yang sebelum pemekaran wilayah kedua pintu masuk tersebut berada dalam wilayah administratif Kecamatan Kei Kecil dengan pusatnya di Kota Tual sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tenggara. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2007 adalah sebanyak 16.170 orang, maka telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan sebanyak 5.086 orang (DPK Kabupaten Maluku Tenggara, 2009). Disamping potensi kelautan dan perikanan serta potensi pariwisata tersebut, Kota Tual juga memiliki potensi sumberdaya pulau-pulau kecil dimana terdapat 66 pulau yang berada dalam gugusan Kepulauan Kei. Jumlah
2
pulau yang keseluruhannya merupakan pulau kecil tersebut tentunya memerlukan suatu model pengelolaan yang didasarkan atas kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan. Dalam konteks pembangunan kelautan dan perikanan di Kota Tual, penentuan model pengelolaan pulau-pulau kecil merupakan hal yang sangat penting karena dengan keberadaan pulau-pulau kecil inilah maka eksistensi sektor kelautan dan perikanan serta sektor pariwisata di Kota Tual menjadi sangat strategis. Dengan demikian, penting untuk dipahami seberapa besar dukungan
keberadaan
pulau-pulau
kecil
terhadap
keberlangsungan
sumberdaya kelautan dan perikanan serta pariwisata, oleh karena itu model pengelolaan pulau-pulau kecil hendaknya didasarkan atas kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan, sehingga pada akhirnya pengelolaan pulaupulau kecil sebagai wujud dari pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan diharapkan dapat menjadi faktor pendukung pembangunan kelautan dan perikanan serta kepariwisataan Kota Tual secara berkelanjutan. Pulau Dullah adalah salah satu pulau dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada dalam wilayah administratif Kota Tual. Luas Pulau Dullah ± 98,38 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 57.941 jiwa. Pulau ini memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup besar antara lain perikanan tangkap dan perikanan budidaya, serta ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, dan ekosistem lamun yang masih bagus kondisinya dengan tingkat kesesuaian yang tinggi bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan serta sektor pariwisata. Dari aktivitas perikanan yang berbasis di Pulau Dullah, jumlah produksi perikanan yang dihasilkan pada tahun 2007 tercatat sebesar 130.372,2 ton dengan total nilai produksi sebesar Rp.578.948.732,00 atau 96,59% dari total produksi perikanan Kota Tual. Bila dibandingkan dengan kondisi 2 tahun sebelumnya dimana produksi perikanan yang dicapai pada tahun 2005 adalah sebesar 109.159,8 ton dengan total nilai produksi sebesar Rp.668.904.335,00 maka dari sisi produksi telah terjadi peningkatan sebanyak 21.212,4 ton (DKP Kabupaten Maluku Tenggara, 2008).
3
Demikian pula dengan sektor pariwisata, jumlah wisatawan yang berkunjung di beberapa objek wisata di Pulau Dullah pada tahun 2008 tercatat sebanyak 9.046 orang atau 42,56% dari total kunjungan wisatawan ke Kabupaten Maluku Tenggara termasuk juga ke Kota Tual. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2007 adalah sebanyak 7.253 orang, maka telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan sebanyak 1.793 orang (DPK Kabupaten Maluku Tenggara, 2009). Sisi Barat dari pulau ini merupakan daerah pantai yang terlindung oleh beberapa pulau kecil di depannya, sepanjang pantai sisi Barat pulau ini sangat potensial bagi pengembangan pelabuhan dan industri perikanan. Pada sisi Utara pulau ini terdapat sebuah teluk yang memiliki keindahan pantai dengan ekosistem pesisir yang masih bagus kualitasnya, kawasan ini sangat cocok dan dapat dikembangkan untuk lokasi wisata bahari. Sisi Selatan pulau ini merupakan selat dengan beberapa bagian memiliki teluk dengan kondisi perairan yang relatif tenang dan kualitas perairan yang masih baik sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi budidaya laut dan lokasi wisata bahari. Selain itu, berdasarkan hasil kajian sebelumnya tentang identifikasi calon Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) di Provinsi Maluku yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Marine and Environmental Research and Development Insitute (MERDI) sebagai konsultan teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku, terlihat bahwa hasil kajian tersebut telah menjustifikasi perairan sekitar Pulau Dullah khususnya di perairan Teluk Un sebagai kawasan yang patut dilindungi karena merupakan daerah sumber (source) terutama yang berkaitan dengan distribusi bibit kehidupan (propagule ‘misalnya larva’) yang mengendalikan keberlangsungan kehidupan di perairan sekitarnya, sehingga harus dikelola secara bijaksana dengan menyeimbangkan antara kegiatan pembangunan dan konservasi agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitarnya. Dengan melihat kondisi tersebut maka salah satu model pengelolaan pulau-pulau kecil yang dapat dikembangkan di Pulau Dullah khususnya di
4
kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir adalah minawisata bahari yaitu dengan mengintegrasikan potensi perikanan tangkap, perikanan budidaya dan wisata bahari dalam suatu model pengelolaan terpadu dan berbasis konservasi. Dalam konteks ini, yang menjadi variabel konservasi dalam dimensi ekologi (analisis kesesuaian lahan dan analisis daya dukung lingkungan) adalah alokasi ruang (spatial) dimana ruang untuk pengembangan minawisata bahari berbasis konservasi dibatasi dengan kapasitas lahan yaitu 30% dari luas lahan yang sesuai untuk berbagai kategori aktivitas minawisata bahari. Selanjutnya yang menjadi variabel konservasi dalam dimensi ekonomi (analisis manfaat-biaya) adalah alokasi waktu (temporal) dimana waktu untuk memanfaatkan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut yang ada di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dibatasi dengan memberikan jeda waktu agar ekosistem dan sumberdaya yang ada tersebut memiliki kesempatan untuk memulihkan kondisinya (recovery) secara alami. Kedua variabel tersebut diatas diharapkan dapat menjawab
makna
dari
pengelolaan
berbasis
konservasi
yaitu
untuk
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumberdaya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Keterpaduan pengelolaan yang berbasis konservasi ini dibutuhkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir dan lautan Pulau Dullah karena fungsi dan peran Pulau Dullah sangatlah penting baik bagi kehidupan ekosistem sekitar maupun bagi kelangsungan hidup masyarakatnya baik disaat sekarang maupun dimasa yang akan datang. Selain itu Pulau Dullah juga sangat strategis karena merupakan Ibukota dari Pemerintahan Kota Tual dimana berlangsung berbagai aktivitas pembangunan yang cenderung memberikan tekanan bagi ekosistem dan sumberdaya yang ada. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan suatu kajian mengenai “rancang bangun pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi” dengan tujuan mengintegrasikan potensi sumberdaya yang ada untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan pulau-pulau kecil secara terpadu, berkelanjutan dan berbasis konservasi.
5
1.2 Perumusan Masalah Pulau Dullah sebagai pulau terbesar dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di dalam wilayah administratif Kota Tual, memiliki potensi sumberdaya alam yang masih tergolong baik. Hal ini ditandai dengan keberadaan tiga ekosistem utama wilayah pesisir dan laut yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem lamun yang masih bagus kondisinya, belum lagi potensi sumberdaya ikan dan non ikan yang tersebar di perairan yang merupakan satu kesatuan ekologis dalam gugusan pulau-pulau kecil tersebut. Melihat potensi sumberdaya yang dimiliki dan peluang pengembangannya serta kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat, maka terdapat 2 hal yang teridentifikasi sebagai isu pembangunan yang berkembang saat ini yang merupakan kendala dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di Pulau Dullah yaitu : 1. Sampai saat ini pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut Pulau Dullah belum terpadu dan masih bersifat sektoral terutama pemanfaatan potensi perikanan dan pariwisata. Apalagi dengan pemekaran Kota Tual, tentunya penduduk Pulau Dullah akan semakin bertambah dan aktivitas
pembangunan
akan
semakin
tinggi
sehingga
cenderung
memberikan tekanan terhadap ekosistem dan sumberdaya yang ada, maka untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya tersebut dibutuhkan suatu bentuk keterpaduan pengelolaaan yang berbasis konservasi. 2. Dengan pemekaran Kota Tual tersebut, maka dapat dipastikan dalam beberapa tahun ke depan hampir seluruh lahan akan terpakai untuk berbagai aktivitas pembangunan, apalagi Pulau Dullah tergolong dalam kategori pulau kecil sehingga perlunya efisiensi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut terutama
pemanfaatan
potensi
perikanan
dan
pariwisata
dengan
mengembangkan model keterpaduan yang berbasis konservasi. 1.3 Kerangka Pendekatan Masalah Sudah menjadi realitas bahwa wilayah kepulauan yang memiliki luas lautan lebih besar dari pada daratan akan bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan serta pariwisata dalam menopang pertumbuhan dan roda perekonomian wilayah tersebut. Demikian halnya
6
dengan Kota Tual, karena memiliki perairan yang jauh lebih luas dari daratan serta memiliki 66 buah pulau-pulau kecil, maka potensi pengembangan wilayah ini tentunya berada pada sektor kelautan dan perikanan serta sektor pariwisata. Dalam konsep pembangunan kelautan dan perikanan serta pariwisata di wilayah yang banyak memiliki pulau-pulau kecil seperti di Kota Tual ini, maka hal yang tepat untuk dilakukan adalah pendekatan keterpaduan pengelolaan yang berbasis konservasi. Dalam merancang bangun pengelolaannya, minimal keterpaduan ini dapat mengintegrasikan aktivitas perikanan dan wisata bahari yang akan dikembangkan pada pulau-pulau berpotensi. Untuk mendukung konsep ini, maka perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan dengan menggunakan alokasi ruang (spatial) sebagai variabel konservasi terhadap kondisi fisik Pulau Dullah. Tahapan selanjutnya adalah melakukan valuasi ekonomi dan analisis manfaat-biaya dengan menggunakan alokasi waktu (temporal) sebagai variabel konservasi non fisik. Kemudian rancang bangun pengelolaan tersebut dimodelkan dengan menggunakan pemodelan dinamik untuk mendapatkan model optimal dari pengelolaan terpadu yang berbasis konservasi. Diagram alir kerangka pendekatan masalah seperti ditunjukan pada Gambar 1.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, maka ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi hanya pada kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan di Pulau Dullah yaitu di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir sehingga rancang bangun pengelolaan minawisata bahari berbasis konservasi difokuskan hanya didalam kawasan tersebut saja.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Merancang bangun pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut Pulau Dullah dengan model minawisata bahari pulau kecil yang mengintegrasikan kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan wisata bahari dalam satu model pengelolaan terpadu.
7
EKOSISTEM PPK PULAU DULLAH
PRODUK EKOSISTEM ( ECOSYSTEM GOODS )
JASA LINGKUNGAN ( ENVIRONMENTAL SERVICE )
POTENSI PERIKANAN • Perikanan Tangkap • Perikanan Budidaya
TEKANAN PENDUDUK • •
Pemanfaatan lahan dan sumberdaya Pencemaran lingkungan oleh aktivitas penduduk
Variabel Konservai : Spatial • Kesesuaian Lahan • Daya Dukung Lingkungan • Alokasi Ruang
POTENSI PARIWISATA • Wisata Pantai • Wisata Bahari
PEMANFAATAN POTENSI PERIKANAN DAN POTENSI PARIWISATA
AKTIVITAS PEMBANGUNAN •
PERM AS AL AH AN • Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut terutama potensi perikanan dan potensi pariwisata belum terintegrasi. • Perlunya efisiensi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut khususnya potensi perikanan dan potensi pariwisata.
RANCANG BANGUN MODEL PENGELOLAAN MINAWISATA BAHARI BERBASIS KONSERVASI
•
Konversi lahan untuk berbagai peruntukan pembangunan Degradasi lingkungan oleh aktivitas pembangunan
Variabel Konservasi : Temporal • Valuasi Ekonomi • Manfaat-Biaya • Sosial dan Kelembagaan
SKENARIO MODEL PENGELOLAAN
RUNNING MODEL PENGELOLAAN
TIDAK OPTIMAL
OPTIMAL
IMPLIKASI KEBIJAKAN MODEL PENGELOLAAN MINAWISATA BAHARI BERBASIS KONSERVASI
Gambar 1 Diagram alir kerangka pendekatan masalah.
8
2.
Mengkaji keterpaduan ekologi-ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut Pulau Dullah berbasis minawisata bahari pulau kecil dengan pendekatan konservasi.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil secara terpadu, khususnya bagi Pemerintah Kota Tual dan umumnya bagi Pemerintah Provinsi Maluku serta Pemerintah Provinsi lainnya di Indonesia yang memiliki sumberdaya pulau-pulau kecil.