1 BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin banyak dimanfaatkan sebagai media
informasi dan komunikasi. Salah satu implementasi dari media informasi dan komunikasi yang banyak digunakan saat ini adalah web. Web menampilkan informasi berupa gambar, video, audio, dan media lainnya yang terhubung melalui teknologi internet. Dalam perkembangannya, web mengalami perubahan desain. Desain yang unik dan inovatif menjadi salah satu kriteria yang dibutuhkan untuk mendapatkan perhatian pengguna [1]. Sementara itu, fungsionalitas tidak lagi menjadi aspek yang dapat memuaskan pengguna [2], melainkan ada faktor penting lainnya yaitu kegunaan, efisiensi, dan kebergunaan [3]. Dari tahun ke tahun, hampir selalu ada tren perubahan desain web. Perubahan tersebut bermula dari desain web statis, yaitu desain dengan ukuran layout yang tetap pada semua resolusi perangkat yang digunakan [4]. Setelah itu tren berubah menjadi responsive web untuk menyesuaikan perubahan ukuran resolusi layar pada perangkat [5], flat design web untuk menampilkan user interface (UI) pada sebuah web secara minimalis [6], hingga parallax scrolling yang menjadi tren desain saat ini. Menurut Erric Jaffe [7], parallax scrolling menjadi desain web terpopuler yang dianut oleh produk komersial dan sebagian besar berkat majalah New York Times yang mengangkat topik ”Snow Fall”. Parallax scrolling merupakan teknik gulir gambar latar belakang dan halaman web yang bergerak secara simultan pada kecepatan yang berbeda sehingga menciptakan persepsi 3D [8]. Tren penggunaan efek parallax scrolling pada sejumlah web membuat pengguna seolah dapat mengeksplorasi produk dan layanan web [9], sehingga menjadi lebih menarik perhatian. Alih-alih menyajikan konten pada beberapa halaman 1
seperti pada web konvensional, web dengan efek parallax scrolling menggunakan layout satu halaman. Dengan menggulir situs web yang memiliki efek parallax scrolling, elemen seperti teks dan gambar, suara, musik dan bahkan video dapat muncul atau menghilang [1]. Dalam penelitiannya, Frederick [8] menyatakan bahwa parallax scrolling tidak meningkatkan UX (user experience) dan preferensi secara keseluruhan, tetapi memiliki manfaat besar untuk menambah sisi estetika website. Penelitian Frederick menggunakan kuesioner yang diberikan kepada partisipan untuk membandingkan dua buah website hotel yang dibuat secara konvensional dan yang dibuat dengan menambahkan efek parallax scrolling. Partisipan diberi tugas untuk melakukan pemesanan hotel dari kedua website tersebut. Peneliti mengevaluasi user experience berdasarkan lima variabel, yakni kepuasan (satisfaction),
kebergunaan
(usability),
kebahagiaan
(enjoyment),
visual
(tampilan), dan kesenangan (fun). Hasil penelitian lain yang dilakukan Dennis Ku [1] membuktikan bahwa parallax scrolling tidak menunjukkan manfaat yang signifikan jika dibandingkan dengan desain konvensional. Meskipun demikian, parallax scrolling merupakan cara lain untuk menjadikan halaman web terlihat menyenangkan dan tidak biasa. Hasil penelitian diperoleh dari penilaian terhadap persepsi parallax scrolling dan dampak penggunaan efek parallax scrolling pada konteks storytelling dan infografis. Penilaian persepsi web parallax scrolling menitikberatkan pada desain, UX/UI, kreativitas, dan konten. Sedangkan penilaian dampak penggunaan efek parallax scrolling pada konteks storytelling dan infografis dilakukan dengan menguji prototipe masing-masing website storytelling dan infografis yang dibuat secara konvesional (tanpa efek parallax scrolling) dan yang dibuat dengan menambahkan efek parallax scrolling berdasar skala HED/UT (Hedonic Utility Scale). Penelitian sebelumnya [1], [8] menunjukkan bahwa parallax scrolling tidak menunjukkan manfaat untuk pengguna dan tidak memberikan nilai tambah pada UX. Akan tetapi, penelitian sebelumnya dilakukan dengan penilaiain 2
subjektif melalui kuesioner. Penelitian yang menggunakan kuesioner memiliki tiga kelemahan, yaitu bahasa yang memiliki dua makna (ambigu), jawaban partisipan akan terpengaruh dari pertanyaan, dan partisipan kurang leluasa untuk menjawab kuesioner yang diberikan sebab jawaban partisipan sudah diarahkan peneliti [10]. Untuk menghindari ambiguitas yang dapat terjadi karena penilaian subjektif pada parallax scrolling, perilaku visual pengguna web perlu diuji secara
objektif.
Salah
satu
cara
penilaian
objektif
adalah
dengan
mengidentifikasi gerakan mata (eye tracking). Menurut Eric Jaffe [7], penelitian dengan mengidentifikasi gerakan mata (eye tracking) dapat membantu desainer mengenali unsur-unsur menarik pembaca. Dengan menguji efek parallax scrolling secara objektif, dampak parallax scrolling pada UX selama proses interaksi antara pengguna dan antarmuka web dapat diketahui. Selain itu, belum ada acuan yang berlaku terkait dengan penggunaan efek parallax scrolling pada desain web. Pada penelitian ini, peneliti menguji pengaruh efek parallax scrolling pada dua topik konten yaitu website storytelling (cerita) dan online shop. Sesuai definisi dari kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), cerita merupakan runtutan terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya) [11]. Cerita yang disuguhkan di masa lalu memang terlihat monoton karena hanya menampilkan gambar dan teks. Namun demikian, bila cerita disuguhkan dengan kombinasi teknologi web, cerita tersebut akan terlihat lebih menarik perhatian pengguna. Topik konten lainnya yaitu website online shop. Bisnis online shop memang telah menjamur di dunia, khususnya Indonesia. Brand & Marketing Institue (BMI) Research melakukan riset di tahun 2014, hasilnya adalah layanan online shop mencapai 24% dari total pengguna internet di Indonesia [12]. Dikutip dari laman berita http://www.antaranews.com di tahun 2013 minat masyarakat Indonesia untuk belanja online (online shop) mencapai 55,8% dan meningkat 14,8% di tahun berikutnya [13]. Di tahun 2015, angka penjualan online shop di Indonesia mencapai Rp 2,1 triliun saat hari belanja online 3
nasional (harbolnas) [14]. Meningkatnya online shop didukung dengan tingginya angka konsumen. 53% konsumen didominasi oleh kaum hawa dengan rentang umur 18-30 tahun [12]. Media pemasaran dengan website yang digunakan online shop ini menjadi faktor yang menguatkan posisi bisnis dan produk terhadap konsumen. Hal tersebut yang membuat bisnis online shop menjadi mampu mempertahankan konsumen yang ada secara konsisten [15]. Berdasarkan kedua topik web tersebut, peneliti akan melakukan penelitian kembali dengan menguji parallax scrolling pada desain web storytelling dan online shop secara subjektif dan objektif. Penilaian subjektif dilakukan dengan User Experience Questionnaire (UEQ), sedangkan penilaian objektif dilakukan dengan menganalisis gerakan mata yang direkam dengan eye tracking. 1.2
Rumusan Masalah Penggunaan efek parallax scrolling pada web saat ini masih terbatas pada
tampilan tanpa memperhatikan tingkat user experience (UX) pada pengguna. Selain itu, penelitian parallax scrolling sebelumnya hanya diuji secara subjektif dengan kuesioner tanpa memperhatikan perilaku pengguna pada saat mengakses web secara waktu nyata (real-time). 1.3
Tujuan Penelitian Menguji pengaruh efek parallax scrolling terhadap tingkat user
experience (UX) pada web storytelling dan online shop secara subjektif (kuesioner) dan objektif (eye tracking). 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: a) Bagi peneliti dengan topik dan permasalahan serupa, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi. b) Bagi pengembang web, untuk mengoptimalkan penggunaan efek 4
parallax scrolling pada web storytelling dan online shop yang sesuai dengan user experience. 1.5
Batasan Masalah Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Partisipan yang menjadi objek penelitian adalah rentang umur 19-25 tahun.
2.
Partisipan tidak menggunakan kacamata atau menggunakan lensa kontak.
1.6
Sistematika Penulisan Penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, antara lain: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dalam penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Bab ini berisi mengenai tinjauan pustaka, dasar teori penelitian serta hipotesis. Tinjauan pustaka berisi pustaka terkait topik penelitian terdahulu yang pernah ada. Dasar teori berisi teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian yang berkaitan dengan parallax scrolling, desain web sesuai user experience, evaluasi produk menggunakan User Experience Questionnaire (UEQ), dan analisis data eye tracking.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian. Secara rinci bab ini berisi alat dan bahan penelitian, tahapan penelitian, proses 5
eksperimen, dan metode analisis yang digunakan untuk eksperimen. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasannya.
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pengujian dan saran yang digunakan untuk pengembangan lebih lanjut yang dilakukan oleh peneliti selanjutnya.
6