BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/2014 khususnya dalam pembelajaran Matematika jarang sekali guru menggunakan model-model pembejaran. Guru masih menggunakan model pembelajaran secara konvensional, sehingga siswa kurang tertarik pada pembelajran yang sedang dilaksanakan. Berdasarkan observasi serta wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas 5 menunjukan bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Dari data yang telah didapatkan, pada mata pelajaran Matematika pada Standar Kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah khususnya Kompetensi Dasar 5.3 Mengalikan dan membagi brbagai bentuk pecahan menunjukan bahwa 56,25 % siswa mendapat nilai dibawah KKM. Sedangkan 43,75% siswa mendapat nilai di atas KKM. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar pada siswa kelas 5 mata pelajaran Matematika masih sangat rendah. Berikut tabel yang menunjukan kondisi hasil belajar Matematika siswa pada Pra Siklus : Tabel 1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra Siklus Kriteria No
Frekuensi
Presentase (%)
Angka
Keterangan
1
< 60
Tidak Tuntas
9
56,25 %
2
≥ 60
Tuntas
7
43,75 %
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 1 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika yang diperoleh 16 siswa adalah 7 siswa yang bisa mencapai ketuntasan yaitu mendapat nilai diatas 60. Sedangkan yang tidak mencapai
45
46
ketuntasan atau masih dibawah 60 masih ada 9 siswa. Berdasarkan tabel 1 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 2 dibawah ini :
43.75% 56.25%
Tuntas Tidak Tuntas
Sumber : Data Primer Gambar 3 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra Siklus Dari gambar diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 16 siswa, 7 siswa (43,75%) mencapai ketuntasan atau tuntas. Sedangkan 9 siswa (56,25%) tidak mencapai ketuntasan atau masih dibawah KKM. Dari hasil yang dicapai siswa diperoleh rata-rata kelas sebesar 59,62 dengan skor maksimal 87 dan skor minimal 45. Dimana hasil belajar yang dicapai masih dibawah rata-rata yang diharapkan guru, peneliti dan sekolah yaitu 60. Gambaran ini dijadikan dasar dalam melihat permasalahan. Selain itu, sejumlah informasi yang disebabkan oleh tindak mengajar perlu digali dari guru kelas 5. Berdasarkan permasalahan di atas, selanjutnya guru dan peneliti melakukan dikusi yang digunakan sebagai dasar penentuan langkah tindakan. Dalam proses pembelajaran Matematika di kelas 5, ditemukan beberapa masalah diantaranya siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan teman sebangku, dan tidak mengerjakan tugas dengan baik. Selain itu dalam proses pembelajaran guru tidak memberi timbal balik yang baik terhadap siswa yang aktif. Guru hanya berceramah tentang materi saja tanpa memperhatikan keadaan siswa. Keseriusan siswa dalam belajar siswa kurang dan
47
siswa cenderung bosan dengan kegiatan belajar yang selalu mendengarkan guru dan mengerjakan soal latihan di buku LKK. 4.1.2. Pelaksanaan Siklus 1 Pelaksanaan siklus 1 dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasikan sifat-sifat bangun datar yang akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut : 4.1.2.1. Perencanaan Tindakan Penelitian Penentuan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini didasarkan pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Perencanaan pembelajaran dibuat dengan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) (Lampiran 1) dan kemudian dikonsultasikan kepala sekolah. Adapun standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas 5 Sekolah Dasar terkait dengan hasil belajar yang bersifat kognitif ini adalah pengetahuan tentang sifat bangun datar. Untuk melaksanakan tindakan diperlukan suatu rancangan tindakan yang akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan desain pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI). Rancangan kegiatan secara umum merupakan modifikasi dari suatu pelajaran yang dirancang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) . Rancangan kegiatan ini mengoptimalkan peran siswa untuk dapat menemukan konsep pada materi yang sedang dipelajari. Guru dirancang untuk seminimal mungkin terlibat dalam proses pembelajaran agar siswa dapat melakukan investigasi terhadap apa yang mereka pelajari. Kegiatan pembelajaran dalam siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI), siswa dirancang untuk dapat bekerja sama di dalam kelompok untuk berusaha melakukan investigasi terhadap suatu masalah dan memahami materi yang sedang dipelajari dengan melakukan diskusi kelompok. Peran guru hanya mengkondisikan siswa dan menanggapi pertanyaanpertanyaan siswa yang belum jelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dirancang menjadi tiga pertemuan diamana setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran yaitu 2 x 35
48
menit. Rencana pembelajaran pertemuan pertama mempelajari sifat bangun datar diantaranya sifat-sifat segitiga, macam-macam segitiga, sifat-sifat persegi panjang, sifat-sifat persegi, sifat-sifat trapesium dan macam-macam trapesium. Rencana pembelajaran pertemuan kedua mempelajari sifat bangun datar diantaranya sifat-sifat jajar genjang, sifat-sifat belah ketupat, sifat-sifat layanglayang, dan sifat-sifat lingkaran. Sedangkan dalam pertemuan ketiga akan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa dari pertemuan pertama, pertemuan kedua dan pertemuan ketiga. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melakukan diskusi kelompok dan setiap kelompok melakukan investigasi terhadap masalah yang sudah mereka dapatkan, setiap kelompok dibagikan macam-macam bangun datar untuk membantu setiap kelompok melakukan investigasi. Setelah siswa selesai melakukan investigasi kelompok maka siswa menuliskan hasil investigasi kelompok mereka kedalam LKK (Lembar Kerja Kelompok) kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka kepada kelompok lain. 4.1.2.2. Pelaksanaan Tidakan Dalam tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran siklus 1 adalah macam-macam bangun datar dan macam-macam benda yang berbentuk bangun datar. Pelaksanaan siklus 1 akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yaitu tanggal 1, 3, dan 8 April 2014. Dimana pelaksanaan tersebut akan dilaksanakan seperti yang ada dibawah ini. Pertemuan pertama dalam siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 1 April 2014 pada jam pertama (07.15-08.25). Pembelajaran pada siklus 1 pertemuan I ini mengunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) mempelajari sifat bangun datar diantaranya sifat-sifat segitiga, macam-macam segitiga, sifat-sifat persegi panjang, sifat-sifat persegi, sifat-sifat trapesium dan macam-macam trapesium. Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan di pelajari yaitu sifat-sifat bangun datar.
49
Adapun kegiatan apersepsi tersebut adalah guru mengajak siswa untuk memperagakan lagu yang berjudul “Rumahku”. Kemudian guru bertanya jawab tentang lagu yang telah dinyanyikan. Setelah itu guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan pertama. Dalam kegiatan eksplorasi dan untuk menguatkan lagu tersebut guru menunjukan contoh-contoh bangun datar. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang sifat bangun datar yang dibawa oleh guru. Selain itu guru juga bertanya jawab kepada siswa tentang benda apa saja yang berbentuk bangun datar segitiga, persegi dan persegi panjang. Dari pertanyaan guru tentang bangun datar, siswa diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu “Sifat-sifat bangun datar”. Sebelum melakukan investigasi kelompok guru juga mnjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum membagi kelas ke dalam kelompok, guru menjelaskan tentang topik yang akan dipelajari. Dari topik tersebut, guru mengkondisikan siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas yang sudah ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok. Dari ketua kelompok yang telah dipilih tersebut diminta untuk maju dan mengambil materi yang telah disiapkan oleh guru. Dimana materi tersebut berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Materi-materi yang dibagikan antara lain sifat-sifat segitiga, persegi, persegi panjang dan trapesium. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi, siswa diminta untuk melakukan investigasi terhadap materi yang mereka dapatkan. Siswa diberikan LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang berisikan tentang bagaimana hasil investigasi yang dilakukan setiap kelompok. Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan menuliskan
hasil
akhir
kedalam
LKK,
kemudian
setiap
kelompok
mempresentasikan hasil akhir dari investigasi yang telah dilakuan tersebut yang diwakili oleh juru bicara yang telah ditunjuk setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran. Bagi kelompok yang belum mendapat giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah.
50
Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari presentasi yang telah dilakukansetiap kelompok tersebut, siswa dapat membedakan antara sifatsifat segitiga, persegi, persegi panjang dan trapesium. Kemudian sebelum pembelajaran disudahi, terlebih dahulu guru memberikan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh siswa. Pelaksanaan penelitian siklus 1 pertemuan II dilaksanakn pada tanggal 3 April 2014 (09.30-10.40). Pembelajaran pada pertemuan II mempelajari tentang sifat bangun datar diantaranya sifat-sifat jajar genjang, sifat-sifat belah ketupat, sifat-sifat layang-layang, dan sifat-sifat lingkaran. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang berjudul “Layang-layang”. Kemudian guru bertanya jawab tentang lagu yang telah dinyanyikan tersebut. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut. Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru juga melakukan eksplorasi yaitu dengan menunjukan beberapa contoh bangun datar yang akan dipelajari, kemudian guru dan siswa bertanya jawab tentang bangun datar tersebut. Untuk mempertegas pengetahuan siswa, guru juga bertanya jawab tentang bentuk benda di sekitar rumah mereka yang berbentuk bangun datar jajar genjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran. Dalam kegiatan elaborasi guru membahas pekerjaan siswa yang diberikan guru pada materi sebelumnya. Setelah itu guru mengkondisikan siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas yang sudah ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok. Para perwakilan kelompok diminta untuk maju dan mengambil materi yang telah disiapkan oleh guru. Dimana materi tersebut berbeda antara satu kelompok yang satu dengan yang lain. Materi-materi yang dibagikan antara lain sifat-sifat bangun datar datar jajar genjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi, siswa diminta untuk melakukan investigasi terhadap materi yang mereka dapatkan. Siswa diberikan
51
LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang berisikan tentang bagaimana hasil investigasi yang dilakukan setiap kelompok. Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan menuliskan
hasil
akhir
kedalam
LKK,
kemudian
setiap
kelompok
mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara yang telah ditunjuk setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran, dari kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Bagi kelompok yang belum mendapat giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah. Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari presentasi yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok tersebut, siswa dapat membedakan antara sifatsifat bangun datar jajar genjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran. Kemudian sebelum pembelajaran disudahi, terlebih dahulu guru memberikan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh siswa. Pelaksanaan tindakan siklus 1 pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 8 April 2014 pada jam pertama (07.15-08.25) dengan melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilangsungkan. Pada pertemuan ini guru hanya mengulas pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan 1 dan pertemuan II. Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa KKM yang dicapai adalah 60. Kegiatan inti dalam pertemuan III adalah eksplorasi, yaitu dengan guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi pada pertemuan 1 dan pertemuan II. Dalam selanjutnya adalah kegiatan elaborasi, guru meminta kepada siswa pekerjaan rumah yang telah diberikan sebelumnya. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah yang telah diberikan sebelunya. Dalam tahap ini guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab tentang materi yang belum mereka pahami. Tahap selanjutnya adalah konfirmasi, dalam tahap ini guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat bangun datar. Setelah semua siswa paham dengan materi ajar yang diberikan, kemudian guru membagikan soal evaluasi yang telah disiapkan. Berikutnya setelah semua siswa selesai mengerjakan,
52
kemudian guru membahas dan mengoreksi soal evaluasi yang telah dikerjakan siswa. Setelah selesai guru baersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4.1.2.3. Observasi Dalam penelitian yang dilakukan pada Siklus 1, peneliti melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Semester II mata pelajaran Matematika. Observasi dilakukan secara berkelanjuatan pada setiap pertemuan. Pada sklus 1 pertemuan 1, II dan III dilakukan observasi terhadap guru dan siswa dengan cara mengisi lembar Lembar Observasi guru dan siswa (Lampiran 2) yang telah disediakan oleh peneliti. Sesuai dengan hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi dapat diketahui bahwa guru telah munggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Pada
kegiatan
pendahuluan
guru
belum
melaksanakan
proses
pembelajaran yang telah ditentukan. Guru masih canggung dalam materi yang akan diajarkan. Pada saat siklus I dilaksanakan guru terlihat tidak tegas dalam menyampaikan materi. Selain itu pada saat menyanyi, guru dan siswa juga tampak tidak semangat. Hal ini disebabkan karena hal tersebut jarang dilakukan dalam proses pembelajaran. Pada saat guru bertanya jawab tentang bangun datar, siswa yang antusias menjawab hanya beberapa siswa saja. Selain itu pada saat bertanya jawab guru terlihat seperti belum manguasai materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan syntax. Masih ada beberapa langkah model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) yang belum dilaksanakan dalam siklus I. Hal ini tercermin pada saat guru membagikan kerja kelompok, yaitu guru tidak memanggil ketua kelompok untuk mengambil materi yang akan dibagikan. Selain itu guru juga belum memberikan arahan untuk bagaimana cara mengerjakan LKK dan menggunakan alat peraga yang diberikan. Dalam kegiatan ini siswa belum melakukan investigasi pada
53
materi yang telah dibagikan, hal ini terbukti pada saat kerja kelompok. Masih ada banyak siswa yang tidak baik dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini juga disebabakan karena kurangnya penguasaan kelas terhadap siswa yang mengikuti pembelajaran. Dalam menyampaikan presentasi kelompok siswa masih terlihat malu dalam menyampaikan kerja kelompok serta balum ada hubungan timbal balik anatara siswa yang presentasi, siswa yang mendengarkan dan guru. Pada pelaksanaan kegiatan ini guru kurang memperhatikan alokasi waktu, sehingga waktu yang diperlukan lebih panjang dari waktu yang telah direncanakan. Hal ini menyebabkan guru harus menambah waktu jam pelajaran untuk menyelesaikan materi yang ada. Pada kegiatan penutup, siswa kurang antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hanya beberapa saja siswa yang aktif dalam menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Pada saat kegiatan penutup, guru hanya bertanya kepada siswa, tatapi tidak mengambil kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4.1.2.4. Refleksi Setelah mengadakan refleksi antar guru kelas 5 dan peneliti, maka pembelajaran siklus 1 pertemuan 1, II, dan III masih diemukan kekurangan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, antara lain : Bagi Guru :
Kurangnya penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan sehingga siswa menjadi ragu dalam menerima pelajaran
Guru belum terlalu memahami tentang syntax pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
Penguasaan kelas masih kurang.
Kurang memperhatikan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Kepercayaan diri yang kurang dala menerapkan model pembelajaran yang baru pertama digunakan
Kurang maksimal dalam menggunakan alat peraga yang telah disiapkan
54
Bagi Siswa :
Siswa kurang aktif dalam menerima pelajaran
Kurangnya ntusias siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru
Dalam melakukan investigasi, siswa belum melakukanya secara maksimal.
Siswa masih malu dalam menyampaikan presentasi kelompok.
Kurangnya interaksi antara satu siswa dengan siswa yang lain.
Refleksi diatas digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II. 4.1.3. Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan siklus II dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasikan sifat-sifat bangun ruang yang akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut : 4.1.3.1. Perencanaan Tindakan Penelitian Penentuan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini didasarkan pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Perencanaan pembelajaran dibuat dengan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) (Lampiran 2) dan kemudian dikonsultasikan kepala sekolah. Adapun standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas 5 Sekolah Dasar terkait dengan hasil belajar yang bersifat kognitif ini adalah pengetahuan tentang sifat bangun ruang. Untuk melaksanakan tindakan diperlukan suatu rancangan tindakan yang akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan desain pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI). Rancangan kegiatan secara umum merupakan modifikasi dari suatu pelajaran yang dirancang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) . Rancangan kegiatan ini mengoptimalkan peran siswa untuk dapat menemukan konsep pada materi yang sedang dipelajari. Guru dirancang untuk seminimal mungkin terlibat dalam proses pembelajaran agar siswa dapat melakukan investigasi terhadap apa yang mereka pelajari. Kegiatan pembelajaran dalam siklus II dengan menggunakan model pembelajaran
55
Kooperatif tipe Group Investigation (GI), siswa dirancang untuk dapat bekerja sama di dalam kelompok untuk berusaha melakukan investigasi terhadap suatu masalah dan memahami materi yang sedang dipelajari dengan melakukan diskusi kelompok. Peran guru hanya mengkondisikan siswa dan menanggapi pertanyaanpertanyaan siswa yang belum jelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dalam siklus II ini dirancang menjadi tiga pertemuan dimana setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran yaitu 2 x 35 menit. Rencana pembelajaran pertemuan pertama mempelajari sifat bangun ruang kubus, prisma dan limas. Rencana pembelajaran pertemuan kedua mempelajari sifat bangun ruang diantaranya sifat-sifat bangun ruang kerucut, tabung dan bola. Sedangkan dalam pertemuan ketiga akan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa dari pertemuan pertama dan pertemuan ketiga. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melakukan diskusi kelompok dan setiap kelompok melakukan investigasi terhadap masalah yang sudah mereka dapatkan. Setiap kelompok dibagikan macam-macam bangun ruang, bangun ruang ini digunakan untuk membantu setiap kelompok melakukan investigasi. Setelah siswa selesai melakukan investigasi kelompok maka siswa menuliskan hasil investigasi kelompok mereka kedalam LKK (Lembar Kerja Kelompok) kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka kepada kelompok lain. 4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran siklus II adalah macam-macam bangun ruang dan macam-macam benda yang berbentuk bangun ruang. Pelaksanaan siklus II akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yaitu tanggal 15, 17, dan 22 April 2014. Dimana pelaksanaan tersebut akan dilaksanakan seperti yang ada dibawah ini. Pertemuan pertama dalam Siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 15 April 2014 pada jam pertama (07.15-08.25). Dalam siklus II mengunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) ini mempelajari sifat bangun ruang diantaranya sifat-sifat kubus, prisma dan limas. Pembelajaran
56
dimulai dengan melakukan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan di pelajari yaitu sifat-sifat bangun ruang. Adapun kegiatan apersepsi tersebut adalah guru mengajak siswa untuk memperagakan lagu yang berjudul “Kubusku”. Kemudian guru bertanya jawab tentang lagu yang telah dinyanyikan. Setelah itu guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan pertama. Dalam kegiatan eksplorasi dan untuk menguatkan lagu tersebut guru menunjukan contoh-contoh bangun ruang. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang sifat bangun ruang yang dibawa oleh guru. Selain itu guru juga bertanya jawab kepada siswa tentang benda apa saja yang berbentuk bangun ruang kubus, prisma dan limas. Dari pertanyaan guru tentang bangun ruang, siswa diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu “Sifat-sifat bangun ruang”. Sebelum melakukan investigasi kelompok guru juga menjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum membagi kelas ke dalam kelompok, guru menjelaskan tentang topik yang akan dipelajari. Dari topik tersebut, guru mengkondisikan siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas yang sudah ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok. Para perwakilan kelompok diminta untuk maju dan mengambil materi yang telah disiapkan oleh guru. Dimana materi tersebut berbeda antara satu kelompok yang satu dengan yang lain. Materi-materi yang dibagikan antara lain sifat-sifat kubus, prisma dan limas. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi, siswa diminta untuk melakukan investigasi terhadap materi yang mereka dapatkan. Siswa diberikan LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang berisikan tentang bagaimana hasil investigasi yang dilakukan setiap kelompok. Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan menuliskan
hasil
akhir
kedalam
LKK,
kemudian
setiap
kelompok
mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara yang telah ditunjuk setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran. Bagi kelompok yang belum mendapat giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah.
57
Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari presentasi tersebut, siswa dapat membedakan antara sifat-sifat kubus, prisma dan limas. Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua akan dilaksnakan pada tanggal 17 April 2014 pada jam kedua (09.30-10.40). dalam siklus II pertemuan II ini mempelajari tentang sifat bangun datar diantaranya sifat-sifat kerucut, tabung dan bola. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang berjudul “Balonku”. Kemudian guru bertanya jawab tentang lagu yang telah dinyanyikan tersebut. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut. Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru juga melakukan eksplorasi yaitu dengan menunjukan beberapa contoh bangun ruang yang akan dipelajari, kemudian guru dan siswa bertanya jawab tentang bangun ruang tersebut. Untuk mempertegas pengetahuan siswa, guru juga bertanya jawab tentang bentuk benda di sekitar rumah mereka yang berbentuk bangun ruang kerucut, tabung dan bola. Dalam kegiatan elaborasi guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari. Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan (heterogen). Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok. Para perwakilan ketua kelompok diminta untuk maju dan mengambil materi yang telah disiapkan oleh guru, dimana materi tersebut berbeda antara satu kelompok yang satu dengan yang lain. Materi-materi yang dibagikan antara lain sifat-sifat kerucut, tabung dan bola. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi, siswa diminta untuk melakukan investigasi terhadap materi yang mereka dapatkan. Siswa diberikan LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang berisikan tentang bagaimana hasil investigasi yang dilakukan setiap kelompok. Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan menuliskan
hasil
akhir
kedalam
LKK,
kemudian
setiap
kelompok
mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara yang telah ditunjuk setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran. Bagi
58
kelompok yang belum mendapat giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah. Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari percobaan tersebut, siswa dapat membedakan antara sifat-sifat kerucut, tabung dan bola. Kemudian sebelum pembelajaran disudahi, terlebih dahulu guru memberikan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 3 akan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2014 pada jam pertama (07.15-08.45) dengan melakukan evaluasi. Pada pertemuan ini guru hanya mengulas pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa KKM yang dicapai adalah 60. Kegiatan inti dalam pertemuan 3 adalah eksplorasi, yaitu dengan guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Dalam tahap selanjutnya adalah kegiatan elaborasi, guru meminta kepada siswa pekerjaan rumah yang telah diberikan sebelumnya. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah yang telah diberikan sebelumya. Dalam tahap ini guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab tentang materi yang belum mereka pahami. Tahap selanjutnya adalah konfirmasi, dalam tahap ini guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat bangun ruang. Setelah semua siswa paham dengan materi ajar yang diberikan, kemudian guru membagikan soal evaluasi yang telah disiapkan. Berikutnya setelah semua siswa selesai mengerjakan, kemudian guru membahas dan mengoreksi soal evaluasi yang telah dikerjakan siswa. Setelah selesai, guru baersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4.1.3.3. Observasi Dalam penelitian yang dilakukan pada Siklus II, peneliti melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas 5
59
SD Negeri 2 Selodoko Semester II mata pelajaran Matematika. Observasi dilakukan secara berkelanjuatan pada setiap pertemuan. Pada sklus II pertemuan 1, 2 dan 3 dilakukan observasi terhadap guru dan siswa dengan cara mengisi lembar Lembar Observasi guru dan siswa (Lampiran 2) yang telah disediakan oleh peneliti. Sesuai dengan hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi dapat diketahui bahwa guru telah munggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Pada kegiatan pendahuluan guru sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai yang telah ditentukan. Pada siklus I guru masih canggung dalam materi yang akan diajarkan. Pada saat siklus II dilaksanakan guru terlihat sangat tegas dalam menyampaikan materi. Selain itu pada saat menyanyi guru dan siswa juga tampak lebih semangat. Pada saat guru bertanya jawab tentang bangun ruang, siswa yang antusias menjawab lebih banyak dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Selain itu pada saat bertanya jawab guru terlihat sudah lebih manguasai materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan syntax yang diinginkan. Langkah-langkah model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini tercermin pada saat guru membagikan kerja kelompok, yaitu guru sudah memanggil ketua kelompok untuk mengambil materi yang akan dibagikan. Selain itu guru juga sudah memberikan arahan untuk bagaimana cara mengerjakan LKK dan menggunakan alat peraga yang diberikan. Dalam kegiatan ini siswa sudah melakukan investigasi pada materi yang telah dibagikan, hal ini terbukti pada saat kerja kelompok. Sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini disebabakan karena guru sudah menguasai kelas dengan baik. Dalam menyampaikan presentasi kelompok siswa sudah terlihat lebih berani dan tegas dalam menyampaikan kerja kelompok serta sudah ada hubungan timbal balik anatara siswa yang presentasi, siswa yang mendengarkan dan guru. Pada pelaksanaan kegiatan ini guru sudah memperhatikan alokasi waktu dengan baik, sehingga pembelajaran dapat selesai tepat pada waktunya.
60
Pada kegiatan penutup, siswa banyak yang antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru. Sebagian siswa sangat aktif dalam menyimpulkan hasil pembelajaran. 4.1.2.4. Refleksi Setelah pelaksanaan, hasil analisis dan pelaksanaan pembelajaran pada sifat-sifat bangun ruang menggunakan model Group investigation (GI), secara umum telah menunjukan hasil yang diharapkan yaitu 75% siswa yang telah mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 Berdasarkan pengamatan dan analisis hasil belajar siswa, maka guru an peneliti sepakat untuk mengakhiri siklus tindakan penelitian dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang ini.
4.2. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada , dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan dalam setiap siklus. Mulai dari Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dalam data pra siklus yang menunjukan bahwa masih ada 9 siswa (56,25%) yang belum mencapai ketuntasan, dan 7 siswa (43,75%) yang sudah mencapai ketuntasan. Melihat data pada Pra Siklus tersebut, maka peneliti perlu untuk mengadakan penelitian. Setelah dilaksanakan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siklus 1, maka hasi belajar siswa menunujkan bahwa 10 siswa (62,5%) yang sudah mencapai ketuntasan, dan 6 siswa (37,5%) yang belum mencapai ketuntasan. Dengan melihat data pada Siklus 1, peneliti merasa perlu diadakan lagi tindak lanjut yaitu pada Siklus II. Pada siklus II ini menjukan hasil belajara 14 siswa (87,5%) yang mencapai ketuntasan, dan 2 siswa (12,5%) belum mencapai ketuntasan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya. Ini menunjukan bahwa model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/ 2014.
61
4.2.1 Deskrisi Data 4.2.1.1. Data Siklus 1 Adapun hasil belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 1, 2 dan 3 dari standar ketuntasan 60 adalah sebanyak 10 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (62,5%) dan yang nilainya dibawah KKM ada 6 siswa (37,5%). Dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Tabel 2 Distrubusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika pada Siklus 1 Siswa kelas 5 SD 2 Selodoko Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2013/2/014 No
Interval
Frekuensi
Presentase
1.
50 - 58
6
37,5
2
59 - 67
5
31,25
3
68 - 76
2
12,5
4
77 - 85
1
6,25
5
86 - 94
2
12,5
Dari tabel 2 dapat dibuat diagram grafik seperti dibawan ini :
7 6 5 4 3 2 1 0 55 - 63
64 - 72
73 - 81
82 - 90
91 - 99
Sumber : Data Primer Gambar 4 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika pada Siklus I SD N 2 Selodoko
62
4.2.1.2. Data Siklus II Adapun hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan 1, 2 dan 3 dari standar ketuntasan 60 adalah sebanyak 14 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (87,5%) dan yang tinilainya dibawah KKM ada 2 siswa (12,5%). Dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendan 55. Tabel 3 Distrubusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika pada Siklus II Siswa kelas 5 SD 2 Selodoko Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2013/2/014 No
Interval
Frekuensi
Presentase
1.
55 - 63
2
12,5%
2
64 - 72
4
25%
3
73 - 81
7
43,75%
4
82 - 90
1
6,25%
5
91 - 99
2
12,5%
Dari tabel 3 dapat dibuat diagram grafik seperti dibawan ini :
7 6 5 4 3 2 1 0 55 - 63
64 - 72
73 - 81
82 - 90
91 - 99
Gambar 5 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika pada Siklus II SD N 2 Selodoko
63
4.2.2. Analisis Data Dalam penelitian yang telah dilaksanakan analisis data dilakukan melalui dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Dimana analisis ketuntasan disajikan untuk membandingkann data mentah dengan skor nilai dalam tiap siklus. Sedangkan analisis komparatif digunakan untuk membandingkan siklus 1 dan siklus II, serta dapat digunakan untuk melihat peningkatan yang terjadi dalam setiap siklus 4.2.2.1. Analisis Ketuntasan Siklus 1 Berdasarkan hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar Matematika sebagai berikut : Tabel 4 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 No Ketuntasan
Frekuensi
Presentasi
1
Tuntas
10
62,5 %
2
Tidak Tuntas
6
37,5 %
Rerata
64, 37
Maksimun
90
Minimum
50
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus 1 dari 16 siswa yang telah mempelajari tentang sifat bangun datar masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan. Ada 10 siswa (62,5%) yang telah mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan 6 siswa (37,5%) belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan tabel 4 dapat digambarkan dala diagram lingkaran sebagai berikut :
64
37.50% Tuntas
62.50%
Sumber : Data Primer Gambar 6 Grafik ketuntasan hasil belajar Matematika Siklus 1 Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Siklus II Berdasarkan hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar Matematika sebagai berikut : Tabel 5 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 No Ketuntasan
Frekuensi
Presentasi
1
Tuntas
14
87,5 %
2
Tidak Tuntas
2
12,2%
Rerata
74,68
Maksimun
95
Minimum
55
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus II dari 16 siswa yang telah mempelajari tentang sifat-sifat bangun ruang menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus sebelumnya. Dari tabel
65
tersebut masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan. Ada 14 siswa (87,5%) yang telah mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan 2 siswa (12,5%) belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan tabel 5 dapat digambarkan dala diagram lingkaran sebagai berikut : 12.50%
Tuntas Tidak tuntas
87.50%
Sumber : Data Primer Gambar 7 Grafik ketuntasan hasil belajar Matematika Siklus 2 Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko
4.2.2.2. Analisis Komparatif Berdasarkan analisis ketuntatasan yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 maka dapat dibuat analisis komparatif. Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan hasil belajar serta untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus 1 dan siklus II. Analisis komparatif ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
66
Tabel 6 Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Ketuntasan
1 2
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
f
%
f
%
f
%
Tidak Tuntas
9
56,25%
6
37,5%
2
12,5%
Tuntas
7
43,75%
10
62,5%
14
87,5%
Rerata
59,62
64,37
74,68
Maksimum
87
90
95
Minimum
45
50
55
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa perbandingan ketuntasan komparatif hasil belajar pada pembelajaran antar Pra Suklus, siklus 1 dan siklus II terjadi peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil ketuntasan tiap siklus. Pada Pra Siklus menunjukan bahwa siswa yang memenuhi KKM sebanyak 43,75%, sedangkan pada Siklus 1 menunjukan bahwa siswa yang memenuhi KKM sebanyak 62,5%. Ini menunjukan bahwa terjadi kenaikan antara Pra Siklus dan Siklus 1 yaitu sebesar 18,75%. Sedangkan pada siklus II menunjukan bahwa siswa yang memnuhi KKM sebesar 87, 5%. Peningkatan yang terjadi dari Siklus 1 ke siklus II sebesar
25%. Kondisi ini dapat digambarkan dalam diagram
perbandingan hasil belajar sebagai berikut : 15 10 5 0 Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Sumber : Data Primer Gambar 8 Grafik Ketuntasan Komparatif Hasil Belajar Matematika Siklus 2 Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko
67
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Pada Pra siklus ada 7 siswa yang tuntas dan 9 siswa yang belum tuntas, dengan skor tertinggi 87, skor terendah 45. Pada siklus I terdapat 4 siswa yang belum tuntas dan 12 siswa tuntas, dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah adalah 50. Pada siklus 2 terdapat 14 siswa yang memenuhi KKM dan 2 siswa tidak tintas, denagn nilai terendah 55 dan niali tertinggi 95. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar Matermatika pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat pada diagram gambar 4.7 berikut ini : Gambar 9 Grafik Perbandingan Skor Maksimal pada Pra Siklus, Siklu 1 dan Siklus 2 96 94 92 90 88 86 84 82
95 90 87
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Pada penelitian ini setiap kenaikan skor maksimal juga diikuti oleh kenaikan skor minimal pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II. Gambar 8 menyajikan tentang kenaikan skor minimal pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II.
68
Gambar 10 Grafik Perbandingan Skor Minimal pada Pra Siklus, Siklu 1 dan Siklus II 60 50
45
55
50
40 30 20 10 0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Setiap kenaikan skor maksimal dan skor minimal pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II pada penelitian ini maka juga meningkatkan perolehan skor rata-rata pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II. Gambar 9 menyajikan tentang perbandingan nilai rata-rata pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II. Gambar 11 Grafik Perbandingan Skot Rata-rata pada Pra Siklus, Siklu 1 dan Siklus II 80 74.68
70 60
59.62
64.37
50 40 30 20 10 0
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
69
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan yakni dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipr Group Investigasi (GI) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Setelah diadakan penelitian, hipotesis ini terbukti bahwa bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika di SD Negeri 2 Selodoko., mendasarkan dari kondisi awal (pra siklus) hanya ada 7 siswa (43,75%) yang mencapai ketuntasan belajar dari 16 siswa. Pada siklu 1 meningkat 10 siswa (62,5%) yang mencapai ketuntasan belajar, dan pada siklus II meningkat menjadi 14 siswa (87,5%) yang mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil penelitian di atas masih ada 2 siswa yang mengalami ketidaktuntasan. Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui sebab 2 anak tersebut tidak dapat mencapai ketuntasan. Dalam bab II disebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Dalam penelitian ini ada 2 siswa (12,5%a) yang tidak mengalami ketuntasan, dimana pada siklus I dan siklus II tidak mengalami ketuntasan. Setelah diamati dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa 2 anak ini tidak dapat mencapai nilai diatas KKM. Dalam mencari penyebab dalam ketidaktuntasan nilai tersebut, maka peneliti mencoba untuk melakukan wawancara terhadap guru kelas 5. Setelah dilakukan wawancara, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketidaktuntasan anak tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Faktor internalnya adalah karena memang tingkat kecerdasan 2 anak ini berbeda dengan yang lainya atau dibawah rata-rata terutama dalam mata pelajaran Matematika. Selain itu sikap yang ditunjukan oleh 2 anak ini adalah selalu tidak memperhatikan apa yang sedah disampaikan guru mereka. Kemudian faktor eksternal yang mempengaruhi adalah dari dari faktor keluarga 2 anak ini adalah keluarga yang kekurangan. Pada dasarnya 2 anak ini adalah anak yang kurang perhatian dari orang tuanya. Setiap pulang sekolah yang mereka tahu adalah bermain, sementara orang tua tidak pernah menegur atau menyuruh mereka untuk belajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation
(GI)
terbukti
dapat
70
meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut ditunjukan bahwa adanya kenaikan hasil belajar pada setiap siklusnya. Selain itu langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat pada perbedaan hasil siklus I dan siklus II. Pada siklus I guru belum menerapkan semua langkahlangkah pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah Group Investigation (GI) dan menyebabkan hasil belajar pada siklus I masih rendah. Sedangkan pada siklus II guru sudah menggunakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah Group Investigation (GI), maka nilai hasil belajar mengalami peningkatan.