PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 9/
DORONGAN IMAGE – RASA – VISUALISASI (PROSES DAN BERMAIN) Satu gagasan dengan imajinasi yang anda miliki. Dengan rasa, kemudian anda visualisasikan kedalam bentuk karya seni. Dalam bentuk ide awal. Meliputi: Konsep yang akan dibuat serta prinsip kerjanya.
Visualisasi itu sendiri berarti: Pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata maupun angka), peta grafik, dan lain sebagainya. Proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat karya seni atau visual.
Gambar 1: Konsep Awal – Gambar 2: pemberian Nama – Gambar
Gambar 3: Tag
Gambar 4: Sebagai background untuk desain gambar.
5: Di Olah Dalam Bentuk Cover CD.
gambar 6: Diolah Menjadi Kartu Nama. Keterangan gambar Wanita: WE CAN DO IT. Poster patriotic era PD II berjudul ”We Can Do It” yang menampilkan seseorang buruh wanita (Rosie) berbandana yang menyingsingkan lengan baju dan memamerkan otot-nya. (Amerika).
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 10/
PENCIPTAAN – APRESIASI (PROSES KREASI) Gbr 1: Proses sketsa. Awal. Gbr 2: Foto tampak samping. Gbr 3&4 Detail dari atas.
Hasil jadi:
Penciptaan, Rasa serta Apresiasi. Rasa – apresiasi seseorang yang dihadapkan pada suatukarya, berhubungan dengan ciriciri kreasi karya tersebut. Urutannya: Kejutan (Surprise), bila terjadi rasa apresiasi “kejutan” saat kita berhadapan dengan suatu karya, maka ciri kreasi karya tersebut adalah iseng yang merupakan pengejawantahan ciri pribadi iseng dan khas dari penciptanya. Empati, bila kejutannya adalah jatuh cinta pada pandangan pertama pada suatu karya, maka kita mengalami rasa-apresiasi “empati-utama” atas ciri kreasi kelayakan dan estetis karya tersebut. Rasa-Betul-Estetis, mampu meningkatkan dan memperluas cakrawala rasa apresiasi empati yang intuitip tersebut, jangan sampai ilmu Estetika tersebut diberi kesempatan mengalahka nempati, hingga kita jadi lebih rasional analitis daripada kreatif. Terpesona, umumnya Empati muncul lebih dahulu, kemudian simpati. Suatu karya yang mampu membawa apresiato rmencapai empati & simpati hingga terjadi integrasi Rasa-Indah-Estetis dengan Rasa-Hanyut-Etis, makakarya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut mencapai rasa-apresiasiter pesona. Terharu, terpesona belum merupakan puncak rasa-apresiasi atas suatu karya. Suatu karya yang mampu menyebabkan kita mencapai puncak rasa apresiasi, yaitu terharu suatu karya yang memiliki ciri kreasi agung.
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 11/
ESTETIKA – PEKA – KEBERANIAN – BEBAS Pemahaman tentang proses & berekspresi Mis: pembuatan suatu majalah yang berbasis SENI A. Pendahuluan Celah pasar media yang berbau seni rupa dewasa ini di tanah air masih sangat luas. Sedikitnya jumlah media yang mengetengahkan seni rupa dan seni pada umumnya sebagai mainstream pembahasannya masih terbilang jarang . Sehingga debat dan pembicaraan serta pasar seni di Indonesia sepert igaleri- galeri seni di Indonesia ini. Nama media
Palette estetika , Visi dan misi
B. Blue print
e. Distribusi terbit
a. Positioning
f. Teknologi
Majalah seni rupa dan fine art
g. Spesifikasi format cetak
b. Segmentasi
format magazine dengan kertas art
Para seniman, kolektor, turis asing,
paper (jenisnya apa)
kedutaan
h. Cross publishing
besar,
mahasiswa
berbasis ilmu seni
I.
Rencana promosi
c. Place
j.
Rubrik
Pasar
akan
meliputi
wilayah
k. Personalia/struktur organisasi
Jakarta, Bali, Bandung, Yogyakarta d. Oplah
C. Anggaran investasi awal
(awal) 10.000 ekslempar, (target)
Biaya, Biaya cetak, Profit, Dummy
60.000 ekslempar
desain rubrikasi, placing dan layout.
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 12/
VISION (KEDALAMAN – KEMATANGAN) Tanpa vision mungkin tak akan ada cukup kegairahan, tak ada mobilisasi cukup energi untuk proses kreasi. Vision disebut sebagai jabaran intuisi yang paling bermutu, jabaran yang paling membantu kita menangkap getaran-getaran halus atau ilham dan menhayatinya sebagai bagian dari suatu kebulatan yang baru, atau sebagai titik tolak yang bermutu menuju suatu kebulatan yang baru, dimana kebulatan selalu lebih dari sekedar perjumlahan bagian-bagiannya (the whole is always more than sum of its parts) pendapat ini bukan monopoli psikologi Gestalt, ia sudah di cetuskan oleh Lao Tze, abad 4 sebelum masehi.
Vision memiliki dua jabaran Yaitu: kedalaman (depth) dan kematangan (breadth). Kedalaman vision inilah yang erat hubungannya dengan tahap proses kreasi yang sering disebut sebagai tidak disadari bagaikan di awang-awang yang bukan hanya mampu menembus selubung-selubung. Kulit pembungkus suatu masalah dan menangkap jiwanya, tapi pula mengintegrasikan sejumlah jiwa inti
yang ditemuinya dalam
pengembaraan di awang-awang tersebut.
Kematangan vision mencakup kebebasan dan penghayatan kosmos. Bila kedalaman vision memampukan kita melepaskan diri, menembus norma-norma estetika atau etika dan sebagainya dan mencari yang lebih bermutu, maka kematangan vision mencoba mencari yang lebih tinggi lagi, yaitu apa yang kadang-kadang disebut sebagai falsafah hidup, humanism universal, hubungan manusia dengan alam dan sebagainya.
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 13/
ISENG – KHAS – TRANSFORMASI – KELAYAKAN – ETIS ESTETIS Dalam hal ini ciri-ciri hasil kreasi dibagi dalam dua bagian, yaitu: ciri-ciri kreasinya (produknya) dan standar kreasi tersebut. Yang dimaksud ciri-ciri kreasi adalah: sesuatu yang dimiliki suatu hasil kreasi sebagai pengejawantahan ciri-ciri kreatornya (cirikreativitas dan ciri-pribadinya). Standar kreasi adalah norma, ketentuan, aturan, dan sebagainya yang dikenai oleh ciri-ciri hasil kreasi tersebut.
Ciri-Ciri Kreasi Iseng: Pengejawantahan dari ciri pribadi Iseng pada suatu karya disebut sebagai ciri iseng kreasi tersebut. Ia dapat bersifat lucu, humor, atau aneh, atau dapat disebut TIDAK SEPERTI BIASA. Standar kreasi dikenal ciri kreasi iseng ini ialah: aturan ,norma serta kebiasaan.
Ciri Kreasi-Kelayakan-Estetis-Etis Pengejawantahan ciri pribadi kritis (gabungan Iseng, Khas, Peka) disebut sebagai ciri kreasi kelayak anetis-estetis suatu karya.Suatu hasil kreasi yang memiliki ciri ini dapat berada dalam batas maksimal yang masih dimungkinkan oleh norma estetis, etis yang berlaku. Ia dapat diumpamakan peningkatan dari karikatur menjadi kritik, yaitu sesuatu cubitan yang halus dan pedas, tetapi penuh dengan humor hingga masih dapat diterima. Ia bagaikan suatu karya yang mencapai batas terjauh dari apa yang masih dapat diterima. Standar-kreasi yang dikenai kelayakan-estetis ini ialah lingkungan, situasi dan kondisi dan sebagainya yang berhubungan dengan kritik dan cubitan tersebut (konteks). Jadi ia tidak lagi semata memperhitungkan aturan-aturan dan norma-norma saja, tapi pula situasi dan kondisi.
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 14/
TRANSFORMASI – KELAYAKAN Ciri-ciri TRANSFORMASI, pengejawantahan ciri-pribadi kooperatip (gabungan kritis, lentur, bebas) pada suatu karya, dapat disebut sebgai ciri-kreasi Transformasi dari karya tersebut. Bila ciri-kreasi kelayakan, estetis-etis belum berani melewati batas, maka ciriciri Transformasi berani melakukannya, demi terciptanya sesuatu yang baru, yang bukan hanya Iseng, Novel atau LAYAK, tetapi mencapai sesuatu yang integral dan jujur. Transformasi tidak lagitunduk pada norma-norma atau situasi dan kondisi: ia mengatasi ke semua itu, mengintegrasikan beberapa norma dan sejumlah situasi dan kondisi-sesuai dengan kelenturan dan kebebasan yang mendukungnya. Oleh sebab itu standar-kreasi yang dikenainya bukan lagi norma atau kontek (situasi dan kondisi), tapi batasan-batasan yang lebih luas (constraint) dan merupakan integrasi dari berbeda dan beranekanya beberapa norma dan konteks.
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 15/
ETIS – ESTETIS Memahami gagasan Dalam dimensi yang lebih luas, estetis sering identik dengan kesenian. Dalam konsep pendidikan dan kebudayaan nasional, estetis ini terkelompok dalam humaniora. Ada 3 hal dominan dalam ruang dalam kita yaitu: kreatifitas, intuisi dan rasionalitas. Maka manusia pun harus mau mengakui estetis sebagai bagian penting dari transformasi ketiga hal diatas. Pola berpikir intuitip yang kemudian menyerap ke dalam dimensi estetis sifatnya lebih terasa langsung.Meskipun dalam jiwa kita ketiga hal kekuatan itu bias mencuat sendirisendiri, tetapi tidak bisa dilepaskan begitu saja. Estetika sebenarnya merupakan medium dari pribadi kita.Dari watak, karakter, sikap, keyakinan, suasana hati, kedalaman, kedewasaan, kematangan serta kepribadian.
ISDN : INTEGRATED SYSTEM DIGITAL NETWORK
PENGANTAR STUDI SENI RUPA MINGGU 16/
UJIAN AKHIR SEMESTER Semangat-tetap berkarya-buat diri anda punya masa depan yang gemilang dengan kreasi yang anda miliki. (AnantaO’Edan)