Dongeng Manajemen: Logika Berpikir, Beda Dengan Logika Bahasa Oleh Yusuf Wibisono. ilmuiman.net (c) 2016. *** Pengantar Bismilahhirohmannirohiim. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salawat dan Salam untuk rasul Allah, Muhammad saw. E-book ini, bagian dari serangkaian tulisan tentang berpikir. Diharapkan, bila kita bisa berpikir lebih benar, maka kita bisa menjadi lebih kompeten, lebih banyak berbuat kebajikan dan akhlaknya lebih baik. *** Logika Berpikir, Beda Dengan Logika Bahasa Alkisah, pada suatu hari.. hiduplah seorang mahasiswa antik, bernama Paimin. Setelah dua kali remedial gagal terus, hari ini Paimin menghadap lagi pada Bu Dosen, dan langsung saja dia diberi kuliah privat. "Paimin, hari ini kita membahas logika bahasa, ya!" kata Bu Dosen menahan emosi. Seperti biasa, belum apa-apa, tiap melihat Paimin orang memang bawaannya emosi saja. "Siap, boss!" Paimin menjawab. "Walah pakai boss segala.." Bu Dosen menarik nafas. "Iya, Boss." Paimin nyengir. Bodo amatlah, biar gayanya nyebelin, Bu Dosen lanjut saja memberikan arahannya. Sebagai seorang pengajar, dia nyadar, dari waktu ke waktu, memang ada saja murid yang antik. Itu sudah hukum alam. Sabar. Sabar. "Ayo kita mulai, Paimin... Pada dasarnya, cara berpikir manusia itu sama." "Tapi ada manusia bodoh, ya?" "Ya. Ada yang bodoh. Ada yang jenius kayak kamu itu." "Hah? Saya? Jenius?" "Ya. Ada berbagai hal, mengapa tiap orang, berbeda kecerdasannya dengan orang yang lain." "Salah makan mungkin boss, ya? Kebanyakan ikan peda!" "Ikan peda itu makanan kucing, wahai Paimin..."
"Hehehe.. ya udah. Yuk terusin." Bu Dosen menarik nafas lagi. "Dari semua mahluk hidup,.. dikatakan manusia itu adalah yang paling cerdas. Walaupun begitu, kita tidak boleh sombong. Allah telah menetapkan, bahwa: Tidaklah manusia itu diberikan pengetahuan, melainkan sedikit." "Sedikit-sedikit tahu, sedikit-sedikit tahu.. tahu kok cuma sedikit?" "Hahaha... capek ngomong sama kamu, Min, Min." "Karena jenius, ya Boss?" "Sudahlah. Secara ilmiah, hal ini telah diteliti juga. Dan kesimpulannya... memang seperti itu. Maha Benar Allah dengan segala firmannya." "Shadaqallahul Azhim..." Paimin langsung nyamber. Dalam hati dia mikir. Ini tadi tausyiah agama atau asistensi tentang logika, yak? Tapi Bu dosen tidak memperhatikan kebingungan Paimin. Bodo amat Paimin mau nyemplung sumur juga. Dia lanjutkan saja arahan dia. "Paimin,.. denger ya.. salah satu buah pikir pokok, yang konon memenangkan hadiah nobel, perihal keterbatasan pikir manusia, adalah konsep 'bounded rationality'." "Apa Boss? Bendot Similikithi?" Paimin bertanya. "Bendot Simlilikithi jidat lu gue jedotin", dalam batin Bu Dosen menahan gemas. Hampir-hampir Paimin disambit sepatu. Cuma Bu Dosen ingat, sepatunya tadi pagi habis disemir. Sayang kalau sampai lecet. Jadilah dia menarik nafas panjang lagi. *** "Bounded rationality, Paimin." "Apa itu bounded rationality?" "Yaitu, disimpulkan bahwa.. bagaimanapun juga, daya pikir manusia itu senantiasa terbatas." "Daya pikir embe juga terbatas ya, Boss?" "Apalagi embe! Manusia aja terbatas. Disebabkan oleh tiga hal. Pertama: sampai kapanpun, informasi yang dia miliki, pasti akan terbatas." "Rumahnya Pak Lurah aja saya nggak tahu!" "Nha, itu. Lurah yang mana itu tadi?" "Nggak tahu, Bu. Saya juga bingung!"
"Lupakan soal lurah. Pertama: informasi kita selalu terbatas. Keduanya: terhadap informasi yang ada,.. kemampuan 'prosesor' atau CPU di otak manusia itu, dibantu oleh komputer tercanggih sekalipun, itu juga senantiasa akan terbatas." "Wangsit Mbah Dukun juga nggak menolong ya, Boss?" "Nggak mungkin bisa ditolong oleh dukun yang bisa menggandakan informasi sekalipun!" "Kalau menggandakan informasi itu dukun... taat prikitiw!" "Ketiganya: setiap kali, waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan atau kesimpulan, itu juga senantiasa terbatas." "Keburu kebelet pipis juga kadang-kadang! Beser, Boss!" "Itu dia. Kumplitlah jadinya,.. manusia itu tidak akan bisa jadi 'bener terus'. Pasti sering salahnya. Astagfirullah." "Kita mesti banyak-banyak istigfar ya, Boss?" "Persis. Singkatnya seperti itu tentang daya pikir manusia..." "Terus apalagi, Boss?" "Nah, sementara logika manusia itu dimana-mana sama, logika berbahasa dari satu bangsa, dengan bangsa yang lain.. itu sering kali tidak sama. Disebabkan karena budaya dan perkembangan kehidupan, serta tantangan peradaban di masing-masing bangsa itu." "Bahasa Madura sama bahasa Jerman beda ya?" "Bahasa Madura lain kali. Kita bandingkan saja: bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Di bahasa Inggris, tata kalimat mengharuskan ada kesesuaian tertentu. Di bahasa Indonesia rileks, bahkan mengutamakan efisiensi." "Contohnya, Boss?" Paimin mulai bingung. Contoh: "buku", kalau satu, itu terjemahannya "book". "Buku-buku", bentuk jamak, terjemahannya "books". Tapi, kalau bahasa Inggris menyebutkan "three books", salah kalau diterjemahkan jadi "tiga buku-buku", mestinya cukup: "tiga buku". "Ya, ya, ya..." "Kamu ngerti Paimin?" "Enggak." "Gubrak. Kalo nggak ngerti jangan bilang ya-ya-ya, dong!" Bu Dosen menarik nafas lagi. Napasnya mengkis. Maklum. Baru sembuh tbc.
*** Bu Dosen terus memberikan penjelasan lebih lanjut.... "Contoh lain: Di bahasa Indonesia, susunan kalimat itu bisa agak rileks: ... Saya punya buku ini ... Saya punya ini buku ... Buku ini punya saya ... Buku ini saya punya ... Ini buku saya punya ... Ini buku punya saya ... Punya saya buku ini ... Punya saya ini buku" ... "Buku? Ini tadi buku yang mana, ya Boss?" Paimin celingukan. Pingin nempiling rasanya Bu Dosen sama dia, tapi dia takut Paimin berubah jadi jenius beneran. Jadi dia cuma tarik nafas saja. Untuk kesekian kalinya. Lalu dia lanjutkan lagi.... "Hehehe.. jangan diurus bukunya, Min! Delapan kombinasi di atas, maknanya tetap, atau bermiripan. Itu kalau dalam bahasa Indonesia!" "Kalo dalam bahasa Inggris bagaimana?" "Bubar semua kalau dibolak balik begitu." "Paham, paham, Boss. Sekarang saya paham." Paimin manggut-manggut. Tapi Bu Dosen masih meragukannya. Terakhir dia bilang paham-paham, terus dia kecemplung kali. Jadi Bu Dosen coba mengetes lagi. "Kamu bisa bahasa Inggris, Paimin?" "Bisa dong! Gini-gini saya ini lama di Kediri, Boss!" "Belajar bahasa Inggris?" "Kerja di pabrik tahu!" "Walah! Coba ya,.. kalau bahasa Inggrisnya: dia terlambat datang, apa?" "She came late!" "Bener. Bener. Lha kalau: dia datang terlambat?" "SHE LATE CAME.." "Walah! She late came itu apaan?!!" "Itu bahasa Inggris, Boss! Eeeh.. jangan diketawain, Bu! Saya paham beneran, kok. Kalau: dia istirahat terlambat... itu: She break late!"
"Lha kalau: dia terlambat istirahat?" "SHE LATE BURIK!" "Gubrak! Bahasa Inggris apaan tuh, ada burik-buriknya segala? Capek, deh...." ... (YW / ilmuiman.net)