HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI KELUARGA BURUH KAYU DI KAMPUNG KOTALINTANG KECAMATAN KOTA KUALA SIMPANG KABUPATEN ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH TAHUN 2014 Diza Fathamira Hamzah Dosen Program Studi Farmasi Universitas Sains Cut Nyak Dien Langsa ABSTRACT Lack of income will lead family’s inability in providing nutritious food for all family members. The condition is closely related to the household food security. Indirectly, household food security is related to family nutritional status.The research used observational method with cross-sectional design which aims to know the correlation between household food security and nutritional status of wood worker’s family. The population were whole wood worker’s family and 83 of them were used as the study sample obtained by simple random sampling method. The correlation between household food security and the family nutritional status was analyzed by using Fisher’s Exact Test with confidence level of 95%. The result showed most families are sensitive household food security (61,4%) and the family nutritional status classified as good (80,7%). Fisher Exact Test’s indicated no significant correlation between household food security and the nutritional status of wood worker’s family (p=0,076). This research indicated the household food expenditure percentage as the indicator of household food security was not sensitive to predict the nutritional status of low income family.It is recommended for local government attention is required to achieve the sustainable household food security for whole society wood worker’s family. Beside, it is important to improve the nutrition and health promotion effort by health workers and community leaders in order to achieve and mantain the good family nutritional status. Keywords : Household Food Security, Nutritional Status, Wood Worker
mengukur ketahanan pangan keluarga
PENDAHULUAN Masalah kemiskinan sangat erat
tersebut. Ketahanan pangan keluarga
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan
adalah tingkatan dari suatu keluarga yang
gizi pada setiap individu. Kemiskinan
mampu menyediakan bahan makanan
sangat erat kaitannya dengan masalah
yang cukup, aman, dan bergizi dalam
ketahanan pangan, dimana kemiskinan
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari
merupakan
untuk dapat hidup aktif dan sehat.
penyebab
mikro
dari
timbulnya masalah ketahanan pangan.
Ketahanan pangan dan status gizi
Baik atau buruknya ketahanan pangan
merupakan suatu kesatuan yang pada
suatu keluarga dapat diketahui dengan
akhirnya
berpengaruh
terhadap
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 134
peningkatan manusia
kualitas
suatu
sumber
bangsa.
pangan
keluarga
dan
provinsi
di
gizi
Indonesia tahun 1999, provinsi yang
seseorang ditentukan oleh kuantitas dan
rentan ketahanan pangan keluarganya
kualitas
yang
paling tinggi adalah Provinsi NAD yaitu
dikonsumsi oleh seseorang karena setiap
sebesar 68,92% (Badan Pusat Statistik,
pangan memiliki nilai gizi yang berbeda-
1999).
(ragam)
Status
daya
pangan
beda. Semakin beragam pangan yang
Kabupaten
Aceh
Tamiang
dikonsumsi, maka semakin baik zat gizi
merupakan salah satu kabupaten di
yang diterima oleh tubuh. Status gizi
Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam yang
yang baik dapat mencerminkan baik atau
menduduki
buruknya
dengan jumlah penduduk miskin terbesar
ketahanan
pangan
suatu
keluarga (Amaliyah, 2011).
urutan
ke-6
kabupaten
di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam,
Baik atau buruknya ketahanan
dengan
jumlah
penduduk
miskin
pangan suatu keluarga dapat diketahui
sebanyak 45.300 jiwa atau sebesar
dengan mengukur ketahanan pangan
17,49% (Badan Pusat Statistik Provinsi
keluarga tersebut. Ketahanan pangan
Aceh, 2011).
keluarga adalah tingkatan dari suatu keluarga
Sebagian
besar
penduduk
yang mampu menyediakan
Kampung Kotalintang di Kecamatan
bahan makanan yang cukup, aman, dan
Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh
bergizi
kebutuhan
Tamiang, bekerja di sektor informal yaitu
pangan sehari-hari untuk dapat hidup
sebagai buruh kayu. Sebagai buruh kayu,
aktif dan sehat. Menurut Rumalean
mereka
(2013) yang mengutip pendapat Handewi
kepada keadaan Sungai Tamiang. Sungai
(2004), terdapat empat ketahanan pangan
Tamiang merupakan media transportasi
tingkat keluarga, yaitu : keluarga tahan
untuk
pangan, rentan pangan kurang pangan,
menggunakan rakit. Keadaan Sungai
dan keluarga rawan pangan (Rumalean,
Tamiang
2013).
keadaan cuaca yang saat ini tidak bisa
dalam
Secara
memenuhi
nasional,
menggantungkan
membawa
sangat
hidupnya
kayu
dipengaruhi
dengan
oleh
proporsi
diprediksikan. Jika terjadi gangguan pada
keluarga yang tergolong rentan pangan
Sungai Tamiang, misalnya terjadi banjir
mencapai lebih dari 47%. Data distribusi
ataupun air surut, maka aktivitas kerja
keluarga di Indonesia menurut ketahanan
terganggu sehingga masyarakat yang
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 135
bekerja sebagai buruh kayu tidak dapat
Kualasimpang
mencari
Tamiang.
nafkah
untuk
memenuhi
Kabupaten
Aceh
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini menyebabkan kurangnya pendapatan dari
MANFAAT PENELITIAN
keluarga buruh kayu tersebut (Kantor
Penelitian dapat dijadikan sebagai
Datok Penghulu Kampung Kota Lintang,
suatu indikator untuk menggambarkan
2013).
ketahanan pangan keluarga yang bekerja Faktor kurangnya pendapatan dari
di
sektor
informal,
sehingga
dapat
suatu rumah tangga, pada akhirnya dapat
digunakan sebagai bahan masukan dalam
berhubungan dengan tingkat status gizi
pengambilan keputusan di bidang pangan
dari setiap anggota keluarga buruh kayu.
dan
Tingkat
status
kesejahteraan masyarakat yang dapat
keluarga
dari
gizi
setiap
buruh
kayu
anggota akan
gizi
upaya
peningkatan
dilihat dari ketahanan pangan keluarga.
memengaruhi tingkat produktivitas dari setiap anggota keluarga.
dalam
Penelitian
ini
juga
dapat
digunakan untuk menentukan kebijakan dalam
peningkatan
status
gizi
masyarakat, terutama pekerja di sektor
PERMASALAHAN Kurangnya pendapatan per bulan dari keluarga buruh kayu mengakibatkan
informal dengan jumlah pendapatan per bulan di bawah upah minimum provinsi.
timbulnya masalah ketahanan pangan keluarga sehingga berdampak terhadap
METODE PENELITIAN
status gizi keluarga buruh kayu di
Penelitian ini merupakan penelitian
Kampung Kotalintang Kecamatan Kota
observasional dengan
Kualasimpang
lintang (cross-sectional study). Penelitian
Kabupaten
Aceh
Tamiang.
ini
dilaksanakan
Kotalintang
desain potong
di
Kampung
Kecamatan
Kota
Kualasimpang Kabupten Aceh Tamiang
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk
pada bulan Januari hingga Juni 2014.
untuk mengetahui bagaimana hubungan
Populasi pada penelitian ini adalah
ketahanan pangan keluarga dengan status
seluruh keluarga buruh kayu di Kampung
gizi keluarga buruh kayu di Kampung
Kotalintang
Kotalintang
sebanyak 83 keluarga
Kecamatan
Kota
dengan
jumlah
sampel
buruh kayu.
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 136
Metode analisis data dengan Uji Exact
keluarga
Fisher
kepercayaan
pendapatan per bulan, tingkat pendidikan
sebesar 95% untuk melihat hubungan
kepala keluarga, jumlah anggota rumah
antara
tangga
dengan
tingkat
ketahanan
pangan
keluarga
dengan status gizi keluarga buruh kayu.
yang
serta
meliputi
tingkat
pengetahuan
gizi
ibu.
Karakteristik keluarga dapat dilihat pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar keluarga buruh kayu
HASIL DAN PEMBAHASAN Ketahanan pangan dan status gizi
tergolong pada keluarga dengan tingkat
dari suatu keluarga dapat dipengaruhi
pendapatan per bulan di bawah UMP,
oleh karateristik keluarga dan penyakit
memiliki
infeksi.
pendidikan dasar, terdiri dari keluaga
kepala
keluarga
dengan
besar dan memiliki pengetahuan gizi yang baik dari sebagian besar ibu
Karateristik Keluarga Berdasarkan diketahui
hasil
gambaran
penelitian
keluarga buruh kayu (istri).
karakteristik
Tabel 1 Karakteristik Keluarga Buruh Kayu No. 1.
2.
3.
4.
Karakteristik Keluarga Tingkat Pendapatan Per Bulan Di bawah UMP Di atas UMP Jumlah Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dasar Lanjut Jumlah Jumlah Anggota Keluarga Keluarga Kecil Keluarga Besar Pengetahuan Gizi Ibu Baik Sedang Rendah Jumlah
n
%
44 39 83
53,0 47,0 100,0
58 25 83
69,9 30,1 100,0
38 45 37 28 18
45,8 54,2 44,6 33,7 21,7
83
100,0
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 137
diderita oleh keluarga buruh kayu selama
Penyakit Infeksi Penyakit infeksi yang dimaksud
tiga bulan terakhir. Data penyakit infeksi
adalah gambaran penyakit ISPA, diare
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
ataupun ISPA dan diare yang pernah Tabel 2 Penyakit Infeksi Keluarga Buruh Kayu Penyakit Infeksi Ya Tidak Jumlah
n 78 5 83
% 94,0 6,0 100,0 pengeluaran pangan tinggi dan rendah.
Ketahanan Pangan Keluarga Penggolongan ketahanan pangan
Sedangkan tingkat kecukupan konsumsi
keluarga buruh kayu pada penelitian ini
energi rata-rata keluarga dibedakan atas
dinilai dari aspek tingkat pengeluaran
dua golongan, yaitu kurang dan cukup.
pangan keluarga dan tingkat kecukupan
Data
konsumsi
pangan keluarga dapat dilihat pada tabel 3
energi
rata-rata
keluarga.
Tingkat pengeluaran pangan dibedakan menjadi
dua
kriteria,
yaitu
mengenai
tingkat
pengeluaran
di bawah ini:
tingkat
Tabel 3 Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga Buruh Kayu Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga Buruh Kayu Rendah Tinggi Jumlah Tingkat
pengeluaran
n
%
14 69 83
16,9 83,1 100,0
pangan
persentasi pengeluaran terhadap pangan,
keluarga merupakan salah satu faktor
dan demikian sebaliknya. Selain itu,
yang memengaruhi
didukung juga oleh Hukum Bennet yang
konsums
pangan
keluarga (Arbaiyah, 2013).
menyatakan bahwa persentase bahan
Hukum Engel menjelaskan bahwa
pangan pokok berpati dalam konsumsi
ketika terjadi peningkatan pendapatan,
pangan rumah tangga akan semakin
akan
berkurang seiring dengan meningkatnya
mengakibatkan
penurunan
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 138
pendapatan dan cenderung beralih kepada
tangga yang lebih beragam serta kaya
pangan berenergi yang lebih mahal.
akan zat gizi. Data mengenai tingkat
Peningkatan pendapatan lebih lanjut akan
kecukupan konsumsi energi
meningkatkan konsumsi pangan rumah
keluarga dapat dilihat pada tabel 4.
rata-rata
Tabel 4 Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-Rata Keluarga Buruh Kayu Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-Rata Keluarga Buruh Kayu Cukup Kurang Jumlah Setelah diketahui penilaian kedua aspek tersebut, maka dapatlah diketahui
n
%
62 21 83
74,7 25,3 100,0
buruh kayu. Hal tersebut dapat dilihat secara lengkap pada tabel 5 di bawah ini:
penggolongan ketahanan pangan keluarga Tabel 5 Ketahanan Pangan Keluarga Buruh Kayu Ketahanan Pangan Keluarga Tahan Pangan Rentan Pangan Kurang Pangan Rawan Pangan Jumlah Hasil Handewi
penelitian
(2003)
n 10 51 3 19 83
Ariani
menjelaskan
&
bahwa
ketahanan pangan dapat diartikan sebagai
% 12,0 61,4 3,6 22,9 100,0
ditinjau dari tingkat nasional saja tetapi juga tingkat keluarga. Ketahanan terbanyak
kualitas yang cukup, terdistribusi dengan
pangan.
harga terjangkau dan aman dikonsumsi
keluarga yang tergolong rentan pangan
oleh masyarakat untuk dapat dijadikan
memiliki masalah di faktor pemenuhan
sebagai modal beraktivitas sehari-hari
ketahanan pangan keluarga, yaitu akses
sepanjang
itu,
pangan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
ketahanan pangan tidak bisa hanya
atau proporsi pengeluaran pangan yang
Oleh
karena
Menurut
tergolong
keluarga
tersedianya pangan dalam jumlah dan
waktu.
adalah
pangan
asumsi
rentan peneliti,
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 139
tinggi dan kecukupan konsumsi energi
Rp 1.750.000 (di bawah Upah. Minimum
keluarga buruh kayu terpenuhi. Hasil
Provinsi Aceh Tahun 2014). Hal ini
penelitian
disebabkan oleh kondisi Sungai Tamiang
bahwa
ini
juga
sebagian
mengindikasikan besar
keluarga
sebagai
media
transportasi
yang
mengkonsumsi pangan sumber energi
seringkali mengalami masalah. Adanya
yang harganya lebih murah, sehingga
faktor
dapat dilihat bahwa kualitas pangan yang
cuaca yang menyebabkan kondisi Sungai
dikonsumsi rendah.
Tamiang yang kadang pasang dan surut
Kampung Kotalintang merupakan
menyebabkan kayu susah dibawa dari
daerah pedesaan yang sebagian besar
hulu ke hilir untuk diolah di kilang kayu
bekerja
(saw
sebagai
buruh
kayu
dan
mill).
Maka
dari
itu,
dalam
keluarganya tergolong rentan pangan. Hal
pemenuhan kebutuhan primer, sebagian
ini sesuai dengan hasil penelitian Ariani
besar pendapatan keluarga buruh kayu
& Handewi (2003) menjelaskan bahwa
dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi
pada tahun 1999 keluarga yang hidup di
pangan. Akibatnya, tingkat atau proporsi
wilayah desa di Indonesia tergolong
pengeluaran pangan mereka menjadi
rentan pangan sebesar 56,5%.
tinggi.
Menurut Adriani M dan Bambang
Sebagian
besar
pendapatan
W (2012), salah satu subsistem ketahanan
keluarga buruh kayu tergolong di bawah
pangan adalah akses ke pangan, yang
UMP namun konsumsi energi rata-rata
terdiri
dan
keluarga buruh kayu dapat tercukupi. Hal
ekonomi. Ditinjau dari akses fisik dan
ini dikarenakan adanya sistem tolong
akses sosial keluarga buruh kayu tidak
menolong yang terjalin pada masyarakat
mengalami masalah. Namun, jika ditinjau
di Kampung Kotalintang.
dari akses
fisik,
sosial
dari segi akses ekonomi, sebagian besar keluarga buruh kayu memiliki hambatan. Sebagian besar, pekerjaan sebagai
Pada umumnya, pemilik warung yang menjual lauk pauk maupun sayuran di Kampung Kotalintang berbaik hati
buruh kayu memiliki jumlah pendapatan
untuk
memberikan
yang kecil dan tidak pasti, dengan jumlah
keluarga
pendapatan per bulan sebesar kurang dari
mengalami masalah ekonomi. Dan hutang
buruh
kayu
hutang
kepada
yang
sedang
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 140
tersebut akan dibayar ketika kayu turun
penilaian,
yaitu
antropometri,
(ada pekerjaan), mengingat bahwa besar
biokimia
dan
biofisik.
pendapatan buruh kayu tidak pasti setiap
penilaian status gizi secara tidak langsung
bulannya karena kondisi Sungai Tamiang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu survei
Status Gizi Keluarga
konsumsi makanan, statistik vital serta
Informasi mengenai status gizi keluarga
faktor ekologi. (Supariasa dkk, 2002).
dianggap
penting
untuk
diketahui
klinis,
Sedangkan
Penilaian status gizi keluarga pada
mengingat status gizi merupakan outcome
penelitian
dari ketahanan pangan suatu keluarga
mengukur status gizi dari setiap anggota
(Adriani M & Bambang W, 2012).
keluarga, kemudian dari hasil pengukuran
Penilaian status gizi masyarakat dapat
tersebut,
dikategorikan
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
keluarga
tersebut.
langsung dan secara tidak langsung
keluarga dapat dilihat pada tabel 6 di
Penilaian
status
gizi
secara
ini,
dilakukan
Data
dengan
status
gizi
status
gizi
bawah ini.
langsung dapat dibagi menjadi empat Tabel 6 Status Gizi Keluarga Buruh Kayu Status Gizi Keluarga Buruh Kayu Baik Sedang Tidak Baik Jumlah
n
%
67 11 5 83
80,7 13,3 6,0 100,0
Meskipun keluarga buruh kayu
anggota rumah tangga yang normal. Jika
tergolong pada status gizi baik, tidak
ditinjau dari golongan usia setiap anggota
menjamin bahwa semua anggota rumah
rumah tangga buruh kayu, terdapat
tangga nya pun berstatus gizi baik,
beberapa orang yang mengalami masalah
mengingat penentuan status gizi keluarga
gizi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7.
dihitung dari jumlah persentase status gizi
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 141
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa setiap
anggota
dari
menyebabkan penurunan atau rendahnya
mengalami
daya tahan tubuh terhadap penyakit
masalah gizi, baik anggota rumah tangga
infeksi. Badan kesehatan dunia WHO dan
yang tergolong kelompok rentan gizi
UNICEF menyatakan terjadinya gagal
maupun yang bukan.
tumbuh akibat kurang gizi pada masa
berbagai
rumah
golongan
Menurut
tangga
menetap dan terus selain itu juga dapat
usia
(2003)
bayi mengakibatkan terjadinya penurunan
kelompok rentan gizi adalah sekelompok
IQ 11 point lebih rendah dibanding anak
individu yang paling mudah mengalami
yang tidak kurang gizi (Arisman, 2004).
gangguan kekurangan
Notoatmodjo
kesehatannya gizi.
Kelompok
karena
Pada masa balita (bawah lima
tersebut
tahun), asupan gizi yang baik juga sangat
terdiri dari bayi (0-1tahun), balita (di
dibutuhkan
bawah 5 tahun), anak sekolah (6-12
kembang anak Anak pada usia lebih dari
tahun), remaja (13-20 tahun), ibu hamil
5 tahun sampai usia 18 tahun merupakan
dan menyusui serta lanjut usia.
usia anak sekolah yang harus diperhatikan
Hasil
penelitian
untuk
proses
tumbuh
menunjukkan
juga asupan gizinya, mengingat bahwa
bahwa paling banyak yang mengalami
anak pada golongan usia tersebut sudah
status gizi tidak normal adalah kelompok
memasuki masa sekolah. Maka dari itu,
usia lebih dari 18 tahun, dengan kategori
asupan
kelebihan berat badan tingkat ringan.
diperlukan untuk peningkatan prestasi di
Pada umumnya, anggota keluarga buruh
sekolahnya
kayu yang tergolong kelebihan berat
merupakan salah satu modal penting
badan tingkat ringan adalah ayah (kepala
untuk mencapai kualitas hidup manusia
keluarga) dan ibu. Sedangkan sisanya
yang baik.
adalah anggota rumah tangga dari usia 0 hingga 18 tahun.
nutrisi
yang
(Arisman,
baik
sangat
2004).
Gizi
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota
Kekurangan gizi pada masa bayi
keluarga buruh kayu mengalami masalah
dapat menimbulkan berbagai gangguan
gizi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
tumbuh kembang secara fisik, mental,
keluarga
sosial, dan intelektual yang sifatnya
mementingkan
buruh
kayu kualitas
tidak
terlalu
konsumsi
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 142
makanan.
Hasil
menunjukkan
penelitian
bahwa
ini
sebagian
juga
sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
besar
dalam jenis dan jumlah yang sesuai
keluarga buruh kayu tidak mementingkan
dengan
prinsip gizi seimbang.
memperhatikan prinsip keanekaragaman
Menurut Soekirman (2000), gizi
tubuh
dengan
atau variasi makanan, aktivitas fisik,
seimbang merupakan susunan makanan
Tabel 7
kebutuhan
kebersihan dan berat badan ideal.
Status Gizi tidak Normal pada Setiap Golongan Usia Anggota Rumah Tangga Buruh Kayu
Golongan Usia (Tahun) 0-2 >2-5
Indeks Antropometri BB/U BB/TB
IMT/U
>5-18
IMT
>18
Prinsip
gizi
seimbang
Kategori Status Gizi Gizi Kurang - Gemuk - Kurus - Sangat Kurus - Obesitas - Gemuk - Kurus - Sangat Kurus - Kekurangan BB tingkat berat - Kekurangan BB tingkat ringan - Kelebihan BB tingkat ringan - Kelebihan BB tingkat berat
Jumlah 3 7 5 4 1 2 13 5 2 12 20 16
perlu
peningkatan usaha promosi gizi dan
dikenalkan kepada masyarakat Kampung
kesehatan terutama tentang prinsip gizi
Kotalintang guna mengubah pandangan
seimbang oleh tenaga gizi dan kesehatan
“hidup untuk makan” oleh sebagian besar
maupun
keluarga buruh kayu dan untuk mencapai
mencapai dan mempertahankan status
status gizi normal oleh seluruh anggota
gizi yang baik bagi setiap anggota
keluarga. Oleh karena itu, diperlukan
keluarga keluarga buruh kayu
tokoh
masyarakat,
guna
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 143
Berdasarkan Hubungan
Ketahanan
Fisher
Pangan
menekankan
pangan
adanya
tingkat
Uji
Exact
kepercayaan
sebesar 95% menunjukkan tidak terdapat
Keluarga dengan Status Gizi Ketahanan
dengan
hasil
keluarga
jaminan
hubungan
pada
antara
ketahanan
pangan
keluarga dengan status gizi keluarga
kesejahteraan keluarga, salah satunya
buruh
adalah
untuk
(p>0,05). Hasil tabulasi silang antara
Ketahanan
ketahanan pangan keluarga dengan status
dengan
gizi keluarga buruh kayu menunjukkan
ketersediaan pangan yang merupakan
bahwa sebagian besar keluarga buruh
salah satu faktor tidak langsung yang
kayu di Kampung Kotalintang tergolong
berpengaruh
pada keluarga rentan pangan dengan
pangan
mencapai pangan
sebagai
alat
kesejahteraan. keluarga
pada
terkait
status
gizi
suatu
keluarga.
melihat
dimana
nilai
p=0,076
status gizi keluarga yang baik. Hubungan
Menggunakan Uji Exact Fisher untuk
kayu,
hubungan
antara ketahanan pangan keluarga dengan
ketahanan
status gizi keluarga buruh kayu dapat
pangan keluarga dengan status gizi
dilihat pada tabel 8.
keluarga buruh kayu dengan melihat nilai p.
Tabel 8 Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Keluarga Buruh Kayu Ketahanan Pangan Keluarga Tahan Pangan Rentan Pangan Kurang Pangan Rawan Pangan
Baik n %
6 44 3 14
Status Gizi Keluarga Sedang Tidak Baik n % n %
60,0 86,3 100,0 73,7
3 5 0 3
30,0 9,8 0,0 15,8
1 2 0 2
10,0 3,9 0,0 10,5
Jumlah n %
10 51 3 19
100,0 100,0 100,0 100,0
p
0,076
Tidak adanya kaitan antara ketahanan
menunjukkan bahwa meskipun ketahanan
pangan keluarga dengan status gizi
pangan suatu keluarga tergolong rendah
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 144
belum tentu dapat menjamin buruknya
kelompok rentan gizi (bayi, balita,
status gizi dari keluarga tersebut. Hal ini
anak sekolah, dan anak usia remaja).
juga
menunjukkan
bahwa
indikator
5.
Tidak
ada
hubungan
antara
persentasi pengeluaran pangan dianggap
ketahanan pangan rumah tangga
kurang sensitif untuk memprediksi status
dengan status gizi keluarga. Temuan
gizi keluarga.
ini
mengindikasikan
bahwa
penggunaan persentase pengeluaran KESIMPULAN DAN SARAN
pangan sebagai indikator ketahanan
KESIMPULAN
pangan keluarga, kurang sensitif
1.
Sebagian besar, keluarga buruh kayu
untuk memprediksi status gizi pada
di Kampung Kotalintang tergolong
keluarga berpenghasilan rendah.
pada rumah tangga rentan pangan
2.
3.
4.
dan berstatus gizi keluarga baik.
SARAN
Ketahanan pangan rumah tangga
1.
Diperlukan
perhatian
pemerintah
mengenai
program
yang tergolong jelek (rentan pangan,
daerah
kurang pangan, dan rawan pangan)
pemantapan ketahanan pangan yang
belum
berbasis pemberdayaan masyarakat
tentu
dapat
menjamin
buruknya status gizi dari keluarga
pedesaan
tersebut.
ketahanan pangan yang baik untuk
Tercapainya
ketahanan
guna
mewujudkan
pangan
seluruh lapisan masyarakat yang
keluarga yang baik, belum tentu
dapat dilakukan dengan peningkatan
dapat menjamin bahwa status gizi
pendapatan
keluarga tersebut juga tergolong
diversifikasi usaha kecil atau rumah
baik.
tangga.
Pada setiap keluarga buruh kayu
2.
Diperlukan
keluarga
peningkatan
melalui
usaha
dengan status gizi keluarga baik,
promosi gizi dan kesehatan terutama
sedang, maupun tidak baik, terdapat
tentang gizi seimbang oleh tenaga
anggota rumah tangga yang status
kesehatan maupun tokoh masyarakat
gizinya tidak normal, terutama pada
pada keluarga buruh kayu untuk mencapai
dan
mempertahankan
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 145
status gizi yang baik bagi seluruh anggota rumah tangga buruh kayu.
DAFTAR PUSTAKA Adriani, M & Bambang W. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Amaliyah, H. 2011.Analisis Hubungan Pengeluaran Dan Konsumsi Pangan Dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Kabupaten Klaten [skripsi]. Surakarta : Fakultas Pertanian,Universitas Sebelas Maret Arbaiyah, I. 2013. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dan Ketersediaan Pangan dengan Status Gizi Keluarga Di Kecamatan Padang Sidimpuan Tenggara Kota Padang Sidimpuan Tahun 2013. [tesis]. Medan:Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Ariani, M & Handewi, PSR. 2003. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Bogor :Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Desember 27 (2): 1- 6, IPB. Arisman. 2004. Gizi Dalam Kehidupan. Jakarta: Kedokteran. ta: EGC Kedokteran
Daur EGC
Badan
Pusat Statistik Indonesia. 1999. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. 2011. Statistik Daerah Provinsi Aceh Tahun 2011. Diunduh 14 Januari 2014 dari http://bappeda.acehprov.go.id /v2/file/StatistikDaerahAceh2 011.pdf Kantor
Datok Penghulu Kampung Kota Lintang. 2013. Profil Kampung Kotalintang Tahun 2013 Kabupaten Aceh Tamiang. Kuala Simpang
Notoatmodjo, S. 2003. PrinsipPrinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka Cipta Rumalean, SM. 2013. Permodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Indonesia dengan Pendekatan Seemingly Unrelated Regression. Diunduh 25 Februari 2014 daridigilib.its.ac.id/public/IT SMaster-17972- 1309201010paperpdf.pdf Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Jakarta :Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Supariasa, dkk. Status Gizi.
2002.
Penilaian Jakar
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 146