1
DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1); Awiyanto (2); Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wiraraja
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan/keuntungan dan besarnya nilai tambah dari usaha pengolahan ubikayu menjadi keripik ubikayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep serta mengetahui pendistribusian keripik ubikayu. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pendapatan dengan rumus : π = TR – TC dan besarnya nilai tambah meggunakan metode Hayami.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan/Keuntungan yang diterima oleh pengusaha keripik ubi kayu dalam satu periodik rata-rata sebesar Rp 159.391 dengan ratarata bahan baku sebanyak 120 kg. Pengolahan ubi kayu mentah menjadi keripik memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.376,01/kg bahan baku dan keuntungan per kilogram Rp. 662,04 dengan imbalan per tenaga kerja sebesar sebesar Rp 703,13.Distribusi pemasaran keripik ubi kayu tidak mengalami kesulitan dan pendistribusiannya sudah mencapai di luar wilayah Sumenep seperti Pamekasan, Bangkalan dan Surabaya. Kata Kunci: Keuntungan, Nilai tambah, Distribusi, Agroindustri Keripik Ubi Kayu. PENDAHULUAN Komoditas pertanian yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam agroindustri adalah ubikayu. Ubikayu merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki banyak kelebihan Misalnya saja pada saat cadangan makanan (padi-padian) mangalami kekurangan, ubikayu masih dapat diandalkan sebagai sumber bahan pengganti karena ubikayu merupakan tanaman yang tahan kekurangan air sehingga masih dapat diproduksi di lahan kritis sekalipun dan cara penanaman ubikayu pun tergolong sangat mudah. Nilai tambah (added value) adalah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur pengolahan menjadi lebih baik. Adanya industri yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan (Tarigan. 2004) Kecamatan Saronggi merupakan salah satu daerah penghasil ubikayu terbesar nomor tiga setelah Kecamatan Arjasa dan Kecamatan Masalembu yang ada di Kabupaten Sumenep (BPS, 2010). Hanya saja pengelolaan krepik ubi kayu sangat terbatas yaitu ada empat belas pengusaha dan hanya empat perusahaan
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
2
yang sudah cukup terkenal. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian sehingga dapat mengetahui lebih lanjut mengenai nilai tambah dari ubikayu sebagai bahan baku pembuatan Keripik ubikayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumnep. Tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui besarnya pendapatan dan nilai tambah usaha pengolahan ubikayu menjadi keripik di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep serta untuk menetahui pendistribusian keripik ubikayu. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat agroindustri pengolahan ubikayu menjadi keripik ((Sirangimbun dan Effendi, 1995). Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis pendapatan dan nilai tambah serta distribusi produk keripik ubikayu Agroindutri yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 4 pengusaha dari 14 pengusaha Keripik Ubikayu yang terdapat di daerah Kecamatan Saronggi. Alasan pengambilan sampel adalah 4 pengusaha kerepik sudah memiliki merk dan ijin usaha. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Menghitung Pendapatan/Keuntungan Usaha keripik Ubikayu Soekartawi, 1995) dengan Rumus : π = TR – TC ; diman π = Keuntungan, TR = Penerimaan dan TC = Biaya total usaha Menghitung Nilai Tambah Keripik Ubikayu dengan metode Hayami lihat Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami N0 Variabel (Output Input, Harga) 1 2 3 4 5 6 7
Hasil/produksi (Kg/proses) Bahan Baku (Kg/Proses) Tenaga Kerja (Jko/proses) Faktor Konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2) Harga produk rata-rata (Rp/kg) Upah rata-rata (Rp/kg) Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku (Rp/kg) 9 Sumbangan input lain (Rp/kg)* 10 Nilai produk (Rp/kg) (4x6) 11 a. Nilai tambah (Rp/kg) (10-8-9) b. Ratio nilai tambah (%) (11a/10) 12 a. Imbalan tenaga kerja (Rp/jko) (5 x 7 ) b. Bagian tenaga kerja (%) (12a/11a) 13 a. Keuntungan (Rp) (11a – 12a)** b. Tingkat keuntungan (%) (13a/11a) Sumber : Hayami, dkk, 1987
Notasi a b c a/b=m c/b=n d e f g mxd=h h-f-g=i i/h%= j% nxe=k k/i% = l % i–k= r/1% = 0 %
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Biaya Analisis biaya digunakan untuk menghitung biaya total usaha pengolahan keripik ubi kayu dalam proses pembuatannya, yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Tujuan analisis biaya usaha pengolahan keripik ubi kayu adalah untuk menggolongkan biaya menurut fungsi pokok dalam usaha dan menurut perilakunya dalam perubahan volume kegiatan usaha. Seluruh biaya yang ada kemudian dikelompokkan menurut perilakunya dalam perubahan volume kegiatan usaha ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (Gasperz, 1999) dengan penjelasan sebagai berikut : Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap usaha pengolahan keripik ubi kayu terdiri dari biaya penyusutan dan sewa lahan. Tabel 2.
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 7 8 9
Jenis dan Besar Biaya Penyusutan serta Sewa Lahan Usaha Keripik Ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Selama Satu Kali Proses Produksi Tahun 2014 Umur Nilai Uraian Jml Nilai Awal Penyusutan Ekonomis Akhir (Unit) (Rp) (Th) (Rp) (Rp/periodik)
Dapur Mesin Perajang Ember Plastik Timba Wajan Pisau Sotel Serok Kompor Gas Tabung Elpiji Seiler Jumlah
1
27.500.000
7
0
13.042
3 3 4 4 4 4 8 4 4 2 41
337.500 228.750 160.000 925.000 60.000 160.000 80.000 1.800.000 600.000 500.000 32.351.250
3 2 2 5 2 3 1 10 10 5 50
0 0 0 0 0 0 0 20.000 50.000 0 70.000
358 397 667 642 104 185 278 618 191 347 16.829
Tabel 2. menunjukkan jenis dan besarnya biaya penyusutan serta sewa lahan selama satu periodik. Total biaya penyusutan pada responden sebesar Rp 16.829. Biaya penyusutan peralatan dalam penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus diperhitungkan. Besarnya biaya penyusutan peralatan dihitung dengan rumus : Penyusutan = Nilai Harga Awal – Nilai Harga Akhir Umur Ekonomis
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
4
Sedangkan untuk sewa lahan dalam penelitian ini dihitung per periodik yaitu sewa lahan selama satu tahun dibagi jumlah hari dalam setahun. Sewa lahan rata-rata setahun sebesar Rp. 1.175.000 dengan luas lahan 225 m2, jadi untuk sewa lahan per periodik sebesar Rp. 4.080. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan berapapun jumlah yang dihasilkan. Total biaya tetap pada usaha pengolahan keripik ubi kayu sebesar Rp 20.909/periodik. Nilai biaya tetap tersebut paling besar terjadi pada nilai biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 16.829 atau 80% kemudian sewa lahan sebesar Rp 4.080 atau 20%. Biaya Variabel Biaya variabel tediri dari biaya pembelian bahan baku utama, biaya pembelian bahan tambahan penolong dan biaya pembebanan input lain. Jenis dan besarnya biaya variabel yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis dan Besar Biaya Variabel Usaha Keripik ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep selama Satu Periodik Tahun 2014 No 1
Uraian
Jumlah
Bahan Baku
Satuan
120 Kg
Harga (Rp) 1.000
120.000 120.000
1.000 700 12.500
4.000 700 25.000 29.700
12.500 17.000 25.000 27.000 17.500
187.500 68.000 31.250 27.000 35.000 348.750
25.000 50.000
84.375 50.000 125.000
Jumlah 2
Biaya Bahan Tambahan: a. Penyedap Rasa b. Garam c. Bawang Putih
4 Bungkus 1 Bungkus 2 Kg Jumlah
3
4
Biaya Bahan Penolong a. Minyak Goreng b. Bahan Bakar Gas 3Kg c. Plastik Kemasan (200gr) d. Plastik Kemasan (500gr) e. Sablon Plastik Kemasan Jumlah Biaya-biaya Lain : Biaya Tenaga Kerja Biaya Transportasi Total Biaya Variabel
15 4 1 1 2
Lt Buah Kg Kg Kg
3,4 HOK Jumlah
Jumlah (Rp)
623.450
Tabel 3. menunjukkan total biaya variabel selama satu periodik sebesar Rp 623.450. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku sebesar Rp 120.000 dan biaya bahan tambahan sebesar Rp 29.700 yang terdiri dari penyedap rasa, garam, dan bawang putih. Sedangkan Biaya bahan penolong sebesar Rp 348.750 yang
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
5
terdiri dari minyak goreng, bahan bakr gas, plastik kemasan serta biaya sablon. Selain itu juga ada biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Biaya Total Biaya total usaha keripik ubi kayu meliputi seluruh biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya total usaha keripik ubi kayu dalam satu kali proses produksi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Total pada Usaha Keripik Ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep selama Satu Periodik Tahun 2014 No Jenis Biaya Jumlah Persentase (Rp/Periodik) (%) 1 Biaya Tetap 20.909 3 2 Biaya Variabel 637.200 97 Biaya Total 658.109 100 Tabel 4. menunjukkan bahwa biaya total usaha keripik ubi kayu dalam satu periodik sebesar Rp 658.109. Dimana biaya total ini berasal dari penjumlahan biaya tetap sebesar Rp. 20.909 atau 3% dan biaya variabel sebesar Rp. 637.200 atau 97%. Biaya terbesar pada pengelolaan usaha keripik terdapat pada biaya variabel yaitu 97% atau sebesar Rp 637.200. Analisis Penerimaan Usaha Keripik Ubi kayu Penerimaan usaha keripik ubi kayu berasal dari jumlah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga. Penerimaan usaha keripik ubi kayu ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 . Penerimaan Usaha Keripik Ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep selama Satu Periodik No Keterangan Bungkus Harga/satuan Jumlah (Rp) 1 200 gr 105 Rp. 4.500,00 472.500 2 500 gr 30 Rp. 11.500,00 345.000 Total Penerimaan 817.500 Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan penerimaan usaha pengolahan keripik ubi kayu selama satu periodik sebesar Rp. 817.500. Penerimaan ini berasal dari hasil penjualan output sebanyak 36 kg dikali dengan harga Rp. 22.708, 33 per kilogramnya atau Rp. 4500 per bungkus 200gr dan Rp. 11.500 per bungkus 500gr. Analisis Pendapatan Usaha Keripik Ubi kayu Pendapatan yang diterima dari usaha keripik ubi kayu dalam satu periodik merupakan hasil perhitungan dari selisih antara penerimaan dengan biaya total. Perhitungan pendapatan usaha keripik ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 6.
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
6
Tabel 6. Pendapatan Usaha Keripik Ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep selama Satu Periodik Tahun 2014 No Uraian Jumlah (Rp) 1 Total Penerimaan 817.500 2 Biaya Total 658.109 Pendapatan 159.391 Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan bahwa pendapatan usaha keripik ubi kayu selama satu periodik dengan penerimaan sebesar Rp 817.500 dengan biaya total sebesar Rp 658.109 maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 159.391. Analisis Efisiensi Usaha Keripik Ubi kayu Efisiensi usaha keripik ubi kayu dilakukan dengan menggunakan analisis perhitungan R/C Ratio (, yaitu dengan membandingkan antara penerimaan dengan total biaya. Perhitungan analisis efisiensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. No 1 2
Efisiensi Usaha Keripik Ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep selama Satu Periodik Tahun2014. Uraian Jumlah (Rp) Penerimaan Total 817.500 Biaya Total 658.109 Efisiensi (R/C) 1,22
Berdasarkan Tabel 7. menunjukkan bahwa efisiensi usaha keripik ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep, dengan penerimaan sebesar Rp 817.500 dan biaya total sebesar Rp 658.109 sehingga diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,22. Hal ini berarti bahwa usaha keripik ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep menunjukkan sudah efisien. Nilai R/C rasio 1,22 berarti bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha pengolahan keripik ubi kayu akan memberikan penerimaan sebesar 1,22 dari biaya yang telah dikeluarkan. Analisis Nilai Tambah Keripik Ubi kayu Analisis nilai tambah usaha keripik ubi kayu dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai yang ditambahkan pada bahan baku yang digunakan dalam memproduksi keripik ubi kayu. Perhitungan analisis nilai tambah ubi kayu menjadi keripik ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 8.
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
7
Tabel 8. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu menjadi Keripik Ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep selama Satu Periodik Tahun 2014. No 1
Uraian
Nilai
12 13
Jumlah Bahan Baku (kg/hari) Rata-rata Harga Bahan Baku Ubi Kayu (Rp/Kg) Hasil produksi (kg/hari) Koefisien Hasil Produksi Harga rata-rata Produk (Rp/Kg) Rata-rata Jumlah Tenaga kerja (HOK) Koefisien Tenaga Kerja Rata-rata Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) Rata-rata Intermediate Cost Rata-rata Nilai Produksi (Rp/Kg) a. Rata-rata Nilai Tambah (Rp/Kg) b. Rata-rata Ratio Nilai Tambah a. Imbalan tenaga kerja (Rp/Kg) Keuntungan
14
Ratio Keuntungan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
a b c d = (c/a) e f g = (f/a) h i j = (e.d) k = (j - i) l = (k/j)*100% m = (g*h) o = (k - m) p= (o/k)*100%
120 1.000 36,00 0,30 22.927 3,38 0,03 25.000 5.347,16 6.878,13 1.376,01 20% 703,13 662,04 40%
Berdasarkan Tabel 8. di atas dapat diketahui bahwa nilai tambah ubi kayu adalah positif. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tambah rata-rata usaha keripik ubi kayu di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep sebesar Rp 1.376 per kg bahan baku. Nilai tambah per bahan baku merupakan ukuran untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk keripik ubi kayu. Nilai tambah per bahan baku keripik ubi kayu sebesar Rp 1.376,01/kg, artinya untu setiap satu kilogram bahan baku ubkayu yang digunakan dalam produksi memberikan nilai tambah bahan baku sebesar Rp 1.376,01 atau rata-rata rasio nilai tambahnya sebesar 20%. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari rata-rata nilai produksi sebesar Rp 6.878,13 dikurangi dengan rata-rata intermediate cost atau seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satu proses produksi kecuali biaya tenaga kerja. Nilai produksi merupakan hasil kali harga rata-rata produksi sebesar 22.927/kg dengan koefisien hasil produk 0,3 atau hasil produksi sebesar 36 kg dibagi dengan
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014
8
jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 120 kg. Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa rata-rata imbalan tenaga kerja pada usaha keripik adalah Rp 703,13/kg. Hal ini berarti setiap satu kilogram dapat memberikan imbalan tenaga kerja sebesar Rp 703,13. Nilai imbalan tenaga kerja yang dihasilkan ini merupakan balas jasa atas seluruh kegiatan dalam proses produksi. Imbalan tenaga kerja yang diperoleh dengan mengalikan antara upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp. 25.000 per harai dengan koefisien tenaga kerja sebesar 0,03 atau jumlah rata-rata tenaga kerja dalam satu kali proses produksi keripik ubi kayu sebanyak 3,38 HOK. Keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan ubi kayu menjadi keripik pada setiap kilogram sama dengan nilai tambah dikurangi dengan imbalan tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 662,04. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari usaha keripik ubi kayu ternyata masih memberikan keuntungan setelah dikurangi dengan biaya tenaga kerja. Distribusi Pemasaran Distribusi pemasaran keripik ubu kayu, para responden sudah memiliki cara pemasarannya masing-masing Pendistribusian keripik ubi kayu tidak mengalami kesulitan, karena keripik ubi kayu yang dihasilkan langsung dikirim ke pedagang grosir sesuai dengan pesanan ataupun diambil langsung oleh para pedagang pengecer. Adapula konsumen yang langsung membeli ke tempat pembuatan. Kebanyakan para grosir dari luar daerah langsung mengambil produk keripik ubi kayu ke tempat pembuatan. Biaya pengiriman untuk wilayah Surabaya, Bangkalan, dan Pamekasan ditanggung oleh para grosir/pihak pembeli keripik ubi kayu, sedangkan untuk kota Sumenep dan sekitarnya, pihak produsen mengantarkan ketempat penjualan seperti toko camilan Madura, ke pasar modern seperti supermarket dan ke pasar Anom. KESIMPULAN Pendapatan/Keuntungan yang diterima oleh pengusaha keripik ubi kayu dalam satu periosik sebesar Rp 159.391. Pengolahan ubi kayu mentah menjadi keripik memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.376,01/kg bahan baku dan keuntungan per kilogram Rp. 662,04 dengan imbalan per tenaga kerja sebesar sebesar Rp 703,13 Distribusi pemasaran keripik ubi kayu tidak mengalami kesulitan dan pendistribusiannya sudah mencapai di luar wilayah Sumenep seperti Pamekasan, Bangkalan dan Surabaya. DAFTAR PUSTAKA Gasperz, V. 1999. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. PT Gramedia. Jakarta. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor : CPGRT Centre. Sirangimbun, M. dan S. Effendi, 1995. Metode Penelitian Suvei. LP3ES. Jakarta. Soekartawi 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta
AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014