ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178
Jurnal Galung Tropika, 5 (3) Desember 2016, hlmn. 178 - 190
SISTEM PEMASARAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN UBI JALAR KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR Marketing Systems and Value-Added Products Sweet Potato in Sub District North Polongbangkeng Takalar Regency Sitti Arwati E-mail:
[email protected] Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Asriyanti Syarif E-mail:
[email protected] Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk menganalisis sistem pemasaran ubi jalar, meliputi lembaga dan fungsi pemasaran,saluran pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, analisis margin pemasaran, farmer shares, serta ratio keuntungan dan biaya. Selain itu untukmenghitung nilai tambah bakwan dan pastel ubi.Penelitian ini dilakukan di Desa Lassang Barat dan Desa Timbuseng Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Bantaeng. Sampel pada penelitian ini adalah petani dan pedagang yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar, untuk mengetahui sistem pemasaran ubi jalar yang di lakukan secara teknik snowball sampling. Nilai tambah jumlah industri skala rumah tangga yang mengelolah bakwan dan pastel ubi adalah 10 buah yang diambil secara sengaja. Diharapkan memberi kontribusi bagi sistem pemasaran komoditas ubi jalar yang melibatkan lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi pemasarandan pemanfaatan ubi jalar menjadi produk aneka kue yang memberikan nilai tambah.Hasil penelitian adalah (1) Fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan) dilakukan oleh petani, sedangkan pada fungsi fisik dan fungsi fasilitas tidak dilakukan oleh petani. Pedagang melakukan semua fungsi pemasaran, kecuali sortasi. Ubi jalar yang telah dipanen dimasukkan langsung kedalam karung, padahal sifat produk ubi jalar tergolong mudah rusak. Selain itu hambatan keluar masuk pasar kecil dan akses informasi pasar pada tingkat petani cukup rendah. Hal ini menyebabkan dari 20 orang petani, 100% menjual langsung hasil panen mereka kepada pedagang pengumpul. Para Pedagang pengumpul mendatangi petani dengan membawa karung ukuran 60 kg. (2) Farmer’s sharedan ratio keuntungan pada saluran I lebih besar dibandingkan saluran II dan III, ini disebabkan karena hanya melibatkan sedikit lembaga pemasaran dibandingkan pada saluran II dan saluran III. Margin, biaya, dan keuntungan saluran III lebih besar dibandingkan dengan saluran I dan II. (3) Pengolahan ubi jalar menjadi bakwan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 53.483, sedangkan menjadi pastel memberi nilai tambah Rp.75.890. Kata kunci: ubi jalar, pembelian, penjualan, nilai tambah. ABSTRACT The aim of this study was analyze the sweet potato marketing system include the
Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
179
institutions and functions of marketing. Then analyze marketing margin, farmer shares, as well as the ratio of profits and expenses. Also calculated the added value of bakwan and pastel made by sweet potato. This research conducted in West Lassang and Timbuseng village, Polongbangkeng district, Bantaeng. Samples are farmers and traders that involved in the marketing of sweet potato, was done by using snowball sampling technique. As for amount of added value of household scale industries that manage bakwan and pastel potato industry amounted to 10 households. This research expected to contribute to the sweet potato commodity marketing system involving marketing institutions in carrying out the marketing function in channel marketing and utilization of sweet potato into products that provide added value. The results showed (1) The function of the exchange carried out by farmers, whereas in physical function and facilities are not made by farmers. On the merchant doing all the marketing function, but sorting facility not performed by traders, sweet potatoes have been harvested by using sack. Numbers of incorporated directly into the farmers more than number of traders. The nature of sweet potato products classified easily damaged, the barriers, out of small markets, and access to market information at the farm level was difficult. All of the 20 farmers sample’s sold their crops directly to a collector. (2) Farmer's share and ratio of profit on the channel I greater than channel II and III. Since only involves a bit of marketing agencies than in channels II and III. The margin, costs, and profits channel III was greater than channel I and II. (3) Processing sweet potato into bakwan added value of Rp. 53.483,- while processing into pastel added value Rp.75.890,Keywords:
sweet potatos, purchase, sale, value added. PENDAHULUAN
Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk domestik bruto (PDB) pada triwulan III-2012 memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 6.15% (BPS, 2012). Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian adalah subsektor tanaman pangan diantaranya: padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah.Produksi umbi-umbian di daerah sentra produksi pada saat panen raya sangat melimpah. Kadar air saat umbi-umbian dipanen biasanya mencapai ± 65%. Kadar air yang tinggi ini menyebabkan umbi mudah rusak bila tidak segera dilakukan penanganan. Jika umbi segar telah dipanen tidak segera diproses, maka akan terjadi perubahan visual yang ditandai dengan timbulnya bercak berwarna biru kehitaman,
kecoklatan (browning), lunak (kepoyohan), umbi berjamur dan akhirnya menjadi busuk. Salah satu komoditas pertanian pangan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional adalah ubi jalar. Luas areal panen ubi jalar nasional pada tahun 2009 mencapai sekitar 184 ribu/ha dan mengalami penurunan rata-rata 0,7 persen/tahun. Diantara sepuluh provinsi penghasil utama, Papua, Bali, Sulawesi Utara dan Lampung mengalami pertumbuhan luas areal yang positif (meningkat), bahkan mencapai 8,01 persen/tahun untuk provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pertumbuhan luas areal panen ubi jalar di luar keempat provinsi di atas mengalami penurunan selama 2000-2009
180
dan yang terbesar terjadi di provinsi Sulawesi Selatan (4,92 persen/tahun). Ubi jalar dalam pemasarannya dibeli oleh konsumen dengan harga Rp.5.000/kg, sementara pedagang membeli dari petani berkisar Rp.3.000/kg. Petani di Desa Lassang Barat dan Desa Timbuseng sebagai produsen sekaligus penerima harga hanya mengetahui harga yang ada dipasaran dari pedagang pengumpul atau tengkulak, sehingga petani memiliki bargaining position yang rendah dalam penentuan harga. Adapun petani yang menjual ke pasar jumlahnya terbatas, dengan alasan belum adanya kepastian dalam penjualan hasil dibandingkan dengan menjual kepada pedagang pengumpul. Selain itu kurangnya akses pasar petani. Ubi Jalar merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada umur 3-8 tahun. Selain karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2011). Ubi jalar memiliki prospek dan peluang yang cukup besar sebagai bahan industri pangan. Perkembangan pemanfaatannya dapat ditingkatkan dengan cara penerapan teknologi budidaya yang tepat dalam upaya peningkatan produktivitas serta tersedianya jaminan pasar yang layak. Peningkatan produksi ubi jalar tersebut harus diikuti dengan teknologi pengolahan yang dapat menumbuhkan agroindustri ubi jalar. Bentuk
Arwati dan Syarif
agroindustri ubi jalar yang sudah berkembang adalah sebagai bahan campuran pada pembuatan saos tomat. Industri lain yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah pengolahan tepung ubi jalar. Tepung ubi jalar mempunyai banyak kelebihan antara lain: (1) lebih luwes untuk pengembangan produk pangan dan nilai gizi, (2) lebih tahan disimpan sehingga penting sebagai penyedia bahan baku industri dan harga lebih stabil, (3) member nilai tambah pendapatan produsen dan menciptakan industri pedesaan serta meningkatkan mutu produk (Damardjati dkk, 2003). Kecamatan Polongbangkeng Utara merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Takalar merupakan daerah yang mengembangkan ubi jalar dengan sebagian penduduk bekerja di sektor pertanian. Terdapat pengolahan pascapanen ubi jalar dalam skala industri rumahan (home industry). Adapun bentuk pengolahan pascapanen ubi jalar adalah bakwan ubi, pastel ubi, dan kerupuk ubi. Ubi jalar dalam pemasarannya dibeli oleh konsumen dengan harga Rp.5.000/kg, sementara pedagang membeli dari petani berkisar Rp.2.000/kg. Terjadi perbedaan harga ubi jalar ditingkat petani dengan ditingkat konsumen. Petani di Desa Lassang Barat dan Desa Timbuseng sebagai produsen sekaligus penerima harga hanya mengetahui harga yang ada dipasaran dari pedagang pengumpul atau tengkulak, sehingga petani memiliki yang rendah dalam penentuan harga. Adapun petani yang menjual ke pasar jumlahnya terbatas bargaining position, dengan alasan belum adanya kepastian dalam penjualan hasil dibandingkan dengan menjual kepada pedagang pengumpul,
Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
selain itu pula kurang akses pasar ke petani. Hasil panen petani yang tidak memenuhi standar pasar serta kegiatan sortasi dari pedagang pengumpul membuat ada hasil produksi tidak terjual. Oleh karena itu, peningkatan nilai tambah ubi jalar diperlukan untuk tingkat hasil panen yang terbuang. Desa Lassang Barat dan Timbuseng telah mengembangkan pengolahan ubi jalar untuk peningkatan nilai tambah. Ubi jalar yang tidak terjual tersebut dibeli dan dimanfaatkan oleh ibu-ibu di desa tersebut menjadi bakwan ubi jalar, pastel ubi dan kerupuk ubi dalam skala rumahan atau home industri. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Lassang Barat dan Desa Timbuseng Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan desa yang memiliki potensi pengembangan agribisnis ubi jalar dan sebagian besar petani di kedua desa melakukan budidaya ubi jalar serta terdapat pengolahan pascapanen. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan sampel 20 orang petani dan pedagang yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar sebanyak 10 orang. Untuk mengetahui sistem pemasaran ubi jalar yang di lakukan secara teknik snowball sampling. Sementara untuk nilai tambah pengambilan jumlah sampel dilakukan secara sengaja dengan mengambil 10 industri skala rumah tangga yang mengelolah bakwan dan pastel ubi.
181
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung dilapangan, pengisian kuisioner, dan wawancara dengan petani ubi jalar dan pelaku usaha olahan ubi jalar dilokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari literature-literatur buku dan jurnal yang relevan dengan penelitian serta data-data dari dinas atau instansi terkait seperti Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Takalar, Buku Profil Desa Lassang Barat dan Desa TImuseng, Badan Pusat Statistik (BPS), literatur –literatur lainnya dari buku dan internet. Pengolahan data dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran,struktur dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantatif digunakan untuk mengetahui margin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya serta menghitung nilai tambah olahan ubi jalar, meliputi: 1) Analisis lembaga dan fungsi saluran pemasaran Analisis lembaga pemasaran digunakan untuk melihat pihak-pihak yang melakukan kegiatan atau fungsi pemasaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga barangbarang tersebut dapat berpindah dari produsen (petani) ke tingkat konsumen. Analisis fungsi pemasaran meliputi: (1) fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian, (2) fungsi fisik terdiri dari penyimpanan dan pengolahan, pengangkutan dan
182
2)
3)
4)
5)
Arwati dan Syarif
pengemasan produk, (3) fungsi fasilitas yang terdiri dari fungsi standarisasi (sortasi) dan grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Analisis saluran pemasaran Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk mengetahui lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemindahan barang dari produsen (petani) ke konsumen di desa penelitian. Analisis saluran pemasaran dapat diperoleh informasi mengenai jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam aliran pemasaran pada desa penelitian. Analisis struktur pasar Analisis struktur pasar dilakukan untuk mengetahui kecenderungan struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga pemasaran. Penentuan struktur pasar ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi jumlah penjual dan pembeli, sifat dari produk yang diperjual belikan, hambatan keluar masuk pasar, dan akses informasi pasar. Analisis perilaku pasar Perilaku pasar diasumsikan bagaimana pelaku pasar, yaitu petani, lembaga pemasaran, dan konsumen menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Tingkah laku pasar dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh pelaku pasar, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama diantara lembaga pemasaran. Analisis Margin Pemasaran Margin pemasaran pada setiap
lembaga pemasaran dihitung untuk mengetahui jenis dan besaran biaya setiap lembaga dalam jalur pemasaran,mulai dari produsen hingga konsumen. Margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang diterima konsumen dengan harga yang diterima pada tingkat produsen (petani). Secara matematis analisis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut : M=B+π M = Margin pemasaran B = Biaya Pemasaran Π = keuntungan Selanjutnya digunakan margin total untuk mengetahui jumlah margin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran lada. Margin total dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Mt = M1 + M2 + …+ Mn Mt = Margin total M1…Mn = Margin lembaga pemasaran yang terlibat. 6) Analisis Farmer’s Share Farmers share merupakan bagian pendapatan yang diterima petani dari kegiatan pemasaran. Analisis farmers share digunakan untuk membandingkan prosentase harga yang dibayar konsumen terhadap harga yang diterima petani. Secara matematis farmer share dapat dihitung dengan rumus: Fs = pf/ pr X 100% Fs = persentase yang diterima petani dari konsumen akhir Pf = harga di tingkat petani Ps = harga di tingkat konsumen akhir. 7) Analisis keuntungan dan biaya
Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya dari masing-masing lembaga pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya adalah persentase keuntungan pemasaran terhadap biaya pemasaran yang sistematis dapat dituliskan sebagai berikut : Rasio keuntungan = Πi/Ci Πi = keuntungan lembaga pemasaran ke-i Ci = biaya lembaga pemasaran ke-i 8) Analisis nilai tambah Metode yang digunakan adalah metode Hayami (1987) dalam Siregar dan Amalia (2012) dapat dilihat pada Tabel 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi Pemasaran Pemasaran merupakan proses
183
pendistribusian komoditi ubi jalar dari petani ke konsumen dengan melibatkan pedagang. Pemasaran melakukan fungsi pemasaran diantaranya fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas sortasi, grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar.Fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan) dilakukan oleh petani, sedangkan pada fungsi fisik dan fungsi fasilitas tidak dilakukan oleh petani. Berbeda dengan non pertanian, pada pemasaran pertanian komoditi dihasilkan secara terpencar-pencar, berupa bahan mentah yang perlu pengolahan lebih lanjut dan jumlah relatif sedikit sehingga untuk menutupi biayabiaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsifungsi pemasaran diperlukan volume perdagangan yang cukup besar. Pemasaran komoditi pertanian dari proses
184
konsentrasi yang mengumpulkan produkproduk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yanitu penjualan barang dari pedagang ke agen, pengecer dan konsumen (Sudiyono dalam Rum, 2011). Sedangkan pada pedagang melakukan semua fungsi pemasaran namun ada bagian dari fungsi pemasaran yang tidak dilakukan oleh pedagang seperti pada fungsi fasilitas pedagang tidak melakukan sortasi, ubi jalar yang telah dipanen dimasukkan langsung kedalam karung. Demikian pula dengan penanggungan resiko serta informasi pasar ada pedagang memperoleh informasi pasar ada juga tidak memperoleh informasi pasar. Saluran Pemasaran Kotler dan Amstrong (Meryani, 2008) mengungkapkan saluran tataniaga terdiri dari serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir yang merupakan satu tingkat saluran. Saluran pemasaran ubi jalar di Kecamatan Polongbangkeng Utara (Desa Lassang Barat dan Timbuseng) pada umumnya terdiri dari 3 jenis saluran yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran diantaranya petani, pedagang pengumpul, pengecer, dan konsumen. Pada Konsumen ada konsumen biasa dan konsumen yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku utama pengolahan kue bakwan ubi jalar dan pastel ubi jalar.
Arwati dan Syarif
Adapun beberapa saluran pemasaran di Kecamatan Polongbangkeng Utara adalah sebagai berikut: 1. Saluran pemasaran I (petani, pedagang pengumpul, industri rumah tangga pengolahan ubi jalar) 2. Saluran pemasaran II (petani, pedagang pengumpul, pengecer, konsumen). 3. Saluran pemasaran III (petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, konsumen). Struktur Pasar Struktur pasar meliputi: jumlah petani dan pedagang, sifat produk/komditas, hambatan keluar masuk pasar dan akses memperoleh informasi pasar. Pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa jumlah petani lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang, sifat produk ubijalar tergolong mudah rusak, hambatan keluar masuk pasar kecil, dan akses informasi pasar pada tingkat petani. Sulit memperoleh informasi pasar sedangkan pedagang memiliki kemudahan untuk memperoleh akses dan informasi pasar. Hal ini menyebabkan petani mengalami kesulitan untuk menguasai pasaran ubi jalar. Perilaku Pasar Prosesi Penjualan dan Pembelian Ubi Jalar Lembaga pemasaran di Kecamatan ini melakukan pembelian dan penjualan kecuali petani yang hanya melakukan kegiatan penjualan. Petani sebanyak 20 orang seluruhnya melakukan penjualan langsung hasil panen kepada pedagang pengumpul yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Para pedagang pengumpul mendatangi petani untuk
Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
mengumpulkan ubi jalar dan mengemas dalam karung dengan ukuran 60 kg. Pengangkutan ubi jalar dengan menggunakan mobil yang dapat memuat sekitar 30 karung.Transaksi jual beli antara petani dan pedagang pengumpul dilakukan dengan menggunakan sistem bukti berupa produk ubi jalar. Pedagang pengumpul di Kecamatan ini membeli langsung ubi jalar dari petani, selanjutnya dijual pedagang pengumpul kepada industri rumah tangga pengolahan ubi jalar, pengecer, dan konsumen. Pedagang pengumpul kemudian membawa ubi jalar ke pedagang besar di daerah perbatasan Takalar-Jeneponto dan didaerah perbatasan Takalar-Gowa. Pedagang besar ini menyebar menjual ubi jalar ke para pengecer daerah Kabupaten Jeneponto dan menjual ubi jalar ke Kabupaten Gowa hingga menyebar di pasar-pasar di Kota Makassar seperti: Pasar Pa’baeng-baeng, Pasar Hartaco, dan pasar-pasar lain yang berada di perbatasan Gowa-Makassar.Pedagang pengecer ada yang membeli ubi jalar dari pedagang besar dan ada juga yang membeli ubi jalar melalui pedagang pengumpul. Kegiatan penjualan yang dilakukan pedagang pengecer dengan konsumen di tempat pedagang pengecer. Sistem Penentuan Pembayaran
Harga
dan
Penentuan harga dilakukan oleh pedagang pengumpul, sementara petani tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga. Hal ini disebabkan karena pedagang pada umumnya memiliki informasi pasar berupa harga. Pedagang pengumpul memperoleh informasi harga melalui pedagang
185
pengumpul lain, pedagang besar dan pedagang pengecer. Penentapan harga didasarkan pada jumlah pasokan ubi jalar yang dijual dan biaya pemasaran serta keuntungan yang ingin diraih oleh masing-masing lembaga pemasaran. Petaniyang berada di Kecamatan Polongbangkeng Utara (Desa Timbuseng dan Desa Lassang Barat) merupakan pihak yang menerima harga (price taker) dari pedagang pengumpul. Petani berada pada bargaining positionyang rendah dalam penentuan harga. Sistem pembayaran terbagi dua: ada yang melakukan pembayaran secara tunai dan ada juga pembayaran dilakukan kemudian setelah ubi jalar dibeli oleh pedagang pengumpul. Sistem pembayaran tunai umumnya dilakukan oleh lembaga pemasaran. Pedagang pengumpul walaupun ada sebagian yang melakukan sistem pembayaran kemudian, pedagang besar di daerah perbatasan Takalar-Jeneponto serta daerah perbatasan Takalar-Gowa dan pedagang pengecer. Kerjasama LembagaPemasaran Jalinan kerjasama antar lembaga pemasaran seperti: petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pengecer telah terjalin karena sebagai langganan dan juga responden menjawab karena memiliki ikatan kekeluargaan sehingga sudah terjalin kepercayaan. Bentuk kerjasama yang dilakukan pedagang berupa: pertukaran informasi harga, dan ketersediaan ubi jalar. Margin Pemasaran Ramadhan (2009) mengatakan margin pemasaran dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin
186
pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2) margin pemasaran merupakan biaya dari jasajasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran. Margin pemasaran adalah adalah selisih harga jual dan harga beli pada setiap lembaga pemasaran di setiap saluran pemasaran. Margin pemasaran terbesar berada pada saluran ketiga dengan total margin Rp. 3.167. Margin pemasaran pada saluran ketiga ini terbesar karena melibatkan banyak lembaga pemasaran: Petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen. Sedangkan margin terkecil adalah pada saluran pertama dengan total margin Rp. 1.167, hal ini disebabkan karena hanya melibatkan petani, pedagang pengumpul, dan industri rumah tangga pengolahan ubi jalar. Saluran I, pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 164, yang terdiri dari biaya transportasi Rp.111.kg-1 dan biaya karung Rp.50 kg-1, biaya trasnportasi yang hanya Rp.111 kg-1, karena jarak tempat tinggal pedagang pengumpul ke rumah tangga industri pengolahan ubi jalar tergolong dekat dan hanya berbeda desa/kelurahan. Biaya karung ditanggung oleh pedagang pengumpul, para petani hanya menyediakan ubi jalar. Saluran II, biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul Rp. 216,67 kg-1 yang terdiri dari biaya transportasi Rp.166,67 kg-1 dan biaya pengemasan (karung) Rp.50 kg-1. Besanya biaya transportasi yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan
Arwati dan Syarif
pasa saluran kedua, karena pedagang pengumpul sudah keluar dari Kecamatan Polongbangkeng untuk memasarkan ubi jalar, pedagang pengumpul bahkan menuju ke daerah perbatasan Kabupaten Takalar. Pedagang pengecer pada saluran kedua juga mengeluarkan biaya -1 pemasaran sebesar Rp. 394 kg (biaya trasnportasi Rp. 194 kg-1 dan biaya kemasan/plastik Rp.200 kg-1). Besarnya biaya trasnportasi disebabkan karena pedagang pengecer sudah memasarkan ubi jalar sampai ke wilayah perbatasan Gowa-Makassar, dan pedagang menggunakan kemasan plastik, yang harganya lebih mahal dari pada kemasan karung. Saluran III, biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 189 kg-1 (biaya trasnportasi Rp.139 kg-1 dan biaya karung Rp.50 kg-1). Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul pada saluran ini lebih rendah daripada saluran kedua disebabkan karena pedagang besar yang membeli ubi jalar dari pedagang pengumpul wilayah tempat tinggalnya jaraknya tidak begitu jauh dari wilayah tempat tinggal pedagang pengumpul. Pedagang besar pada saluran ketiga mengeluarkan biaya pemasaran Rp. 222,22 kg-1 (biaya transportasi), pedagang besar tidak mengeluarkan biaya kemasan, karena sudah dikemas dengan kemasan karung oleh pedagang pengumpul. Biaya transportasi yang dikeluarkan cukup besar disebabkan pedagang besar sudah memasarkan ke wilayah kota Makassar ke para pedagang pengecer.Pedagang pengecer pada saluran ketiga ini mengeluarkan biaya
Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
pemasaran Rp.200 kg-1 (biaya kemasan), para pengecer tidak mengeluarkan biaya transportasi karena sudah dikeluarkan oleh pedagang besar dan para pedagang pengecer hanya menerima ubi jalar dari pedagang besar. Farmer’s Share Farmer’s share pada saluran I sebesar 61,10 %. Pada Saluran II nilai Farmer’s share sebesar 45,83 %. Pada saluran III nilai Farmer’s share sebesar 36,67 %. Farmer’s share pada saluran I lebih besar dibandingkan saluran II dan III, ini disebabkan karena hanya melibatkan sedikit lembaga pemasaran dibandingkan pada saluran II dan saluran III. Semakin banyak lembaga yang terlibat maka semakin kecil farmer’s share yang diperoleh petani, sebaliknya semakin sedikit lembaga pemasaran yang terlibat maka makin besar farmer’s share yang diperoleh petani. Nilai Tambah Komoditas pertanian mendapatkan perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran (Baroh, 2007). Menurut Hayami (1987) dalam Siregar dan Amalia (2012), nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas atau produk karena adanya input fungsional yang diberikan pada komoditi bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses mengubah bentuk (form utility),
187
memindahkan tempat (place utility), maupun menyimpan (time utility). Menurut Ramli dan Intan (2012), analisis nilai tambah metode Hayami merupakan metode yang memperkirakan perubahan nilai bahan baku setelah mendapatkan perlakuan. Nilai tambah yang terjadi dalam proses pengolahan merupakan selisih dari nilai produk dengan biaya bahan baku dan input lainnya. Menurut Suprapto (2006), beberapa faktor penentu dalam analisis nilai tambah, yaitu: 1. Faktor teknis, mencakup kapasitas produksi dari satu unit usaha, jumlah waktu kerja yang digunakan dan tenaga kerja yang dikerahkan. 2. Faktor pasar, mencakup harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain. Ubi jalar di Kecamatan Polongabangkeng Utara di kelolah pada umumnya dengan membuat bakwan ubi jalar dan pastel ubi jalar. Pengolahan ubi jalar menjadi produk menghasilkan nilai tambah. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bakwan ubi jalar adalah : ubi jalar, sebagai bahan utama dengan harga Rp. 2.000 kg-1 dan bahan baku penunjang : terigu sebanyak 1 kg dengan harga Rp. 10.000kg-1, wortel sebanyak 1 kg dengan harga Rp.7.500kg1 , kol sebanyak 1 kg dengan harga Rp.8.000kg-1, minyak goreng 1 liter seharga Rp.12.000 l-1, bumbu penyedap dan garam seharga Rp.2.000. Sehingga total biaya penunjang Rp. 43.000, sedangkan tenaga kerja yang digunakan sebanyak 3 orang (2 orang dibagian produksi dan 1 orang dibagian pengemasan dan pemasaran. Pada produksi bakwan ubi jalar dalam 1 kg di
188
peroleh hasil sebanyak 70 buah dengan harga jual Rp. 1.000/buah, sehingga diperoleh output Rp. 70.000kg-1. Sedangkan bila tidak dilakukan olahan ubi jalar yang merupakan hasil panen hanya dapat dibeli dengan harga berkisar antara Rp. 1500 hingga 2.000kg-1. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pastel ubi adalah: ubi jalar, sebagai bahan utama dengan harga Rp.2.000kg-1 dan bahan baku penunjang : 1 kg terigu dengan harga Rp.10.000kg-1, tauge sebanyak 1 kg dengan harga Rp. 2.000kg-1, wortel sebanyak ¼ kg dengan harga Rp.2.000, minyak 1 liter seharga Rp. 12.000/liter, bumbu penyedap dan
Arwati dan Syarif
garam Rp.2.000. Sehingga total biaya penunjang sebesar Rp. 28.000. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembuatan pastel ubi jalar sebanyak 2 orang (satu bagian produksi dan satu bagian pengemasan dan pemasaran). Pada pembuatan pastel ubi jalar diperoleh hasil 65 buah dalam 1 kg penggunaan ubi jalar dengan harga jual Rp. 1.000/buah, sehingga diperoleh Rp. 65.000kg-1. Proses perhitungan analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami dianalisis tiga bagian yaitu: (I) output, penggunaan input dan harga, (II) penerimaan dan keuntungan (III) Balas jasa pemilik faktor-faktor produksi.
Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Mengenai analisis perhitungan Hayami mengenai nilai tambah ditunjukkan pada Tabel 2. Pengolahan ubi jalar menjadi bakwan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 53.483,-dengan rasio nilai tambah sebesar 53,80 % untuk 1 kg ubi jalar yang diolah menjadi bakwan. Tingkat keuntungan sebesar 49 % untuk 1 kg ubi jalar yang diolah menjadi bakwan. Pengolahan ubi jalar menjadi pastel memberikan nilai tambah Rp.75.890,memberikan rasio nilai tambah sebesar 71.54 % untuk 1 kg ubi jalar yang diolah menjadi pastel. Tingkat keuntungan sebesar 48.09 % untuk 1 kg ubi jalar yang diolah menjadi pastel.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
2.
3.
Fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan) ubi jalar dilakukan oleh petani, sedangkan pada fungsi fisik dan fungsi fasilitas tidak dilakukan oleh petani. Sedangkan pada pedagang, semua fungsi pemasaran dilakukan kecuali sortasi. Saluran pemasaran terdiri dari Saluran pemasaran I (petani, pedagang pengumpul, industri rumah tangga pengolahan ubi jalar), Saluran pemasaran II (petani, pedagang pengumpul, pengecer, konsumen), dan Saluran pemasaran III (petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, konsumen). Struktur pasar meliputi : jumlah petani dan pedagang, sifat produk/komditas, hambatan keluar masuk pasar dan akses memperoleh informasi pasar. Pada lokasi
5.
6.
189
penelitian menunjukkan bahwa jumlah petani lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang, sifat produk ubijalar tergolong mudah rusak, hambatan keluar masuk pasar kecil dan akses informasi pasar pada tingkat petani rendah. Sedangkan pedagang memiliki kemudahan untuk memperoleh akses dan informasi pasar, sehingga petani mengalami kesulitan untuk menguasai pasaran ubi jalar. Lembaga pemasaran melakukan pembelian dan penjualan kecuali petani yang hanya melakukan kegiatan penjualan. Seratus persen petanimelakukan penjualan langsung hasil panen kepada pedagang pengumpul. Para Pedagang pengumpul mendatangi petani dan mengumpulkan hasil ubi jalar yang kemudian dikemas dalam karung ukuran 60 kg. Pengangkutan ubi jalar dengan menggunakan mobil pick up yang dapat memuat sekitar 30 karung.Transaksi jual beli antara petani dan pedagang pengumpul dilakukan dengan menggunakan sistem bukti berupa produk ubi jalar. Farmer’s sharedan ratio keuntungan pada saluran I lebih besar dibandingkan saluran II dan III.Margin biaya dan keuntungan lebih besar pada saluran III dibandingkan dengan saluran I dan II. Pengolahan ubi jalar menjadi bakwan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 53.483, sedangkan Pengolahan ubi jalar menjadi pastel memberikan nilai tambah Rp.75.890.
190
Arwati dan Syarif
Saran 1. Petani sebaiknya melakukan pemasaran langsung kepada konsumen sehingga dapat memperoleh margin yang besar dengan menggunakan kelompok tani sebagai sarana untuk pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil dari ubi jalar. 2. Petani semestinya melakukan kegiatan pengolahan ubi jalar sehingga memperoleh nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga dibandingkan jika hanya melakukan usahatani ubijalar. DAFTAR PUSTAKA
Meryani, N., 2008. Analisis Usaha dan Tataniaga Kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Ciganjur, Jawa Barat. Skripsi. Manajemen Agriisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ramadhan, W. 2009. Analisis Pemasaran Gabah di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. http:www.deptan.go.id. Ramli dan Intan P, 2012. Nilai Tambah Pengolahan Ikan salai Patin, Jurnal penelitian berkala Perikanan. Vol 40. No.2 Tahun 2012. Berkala perikanan terubuk Indonesia. Diakses 11 Juni 2015. Rum,
Baroh, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Distribusi Kripik Nangka Studi Kasus pada Agroindustri Kripik Nangka di Lumajang. LP UMM Malang. BPS. 2012. Statistik Indonesia 2012 (Produksi umbi-umbian di Indonesia), Jakarta. Damardjati, D.S.,S. Widowati dan Suismono, 2003. Pembinaan sistem Agroindustri Tepung kasava Pola Usahatani Plasma di Kabupaten Ponorogo, Laporan penelitian Kerjasama Balittan Sukamandi dengan PT. Petro Aneka Usaha, Sukamandi.
M., 2011. Analisis Marjin Pemasaran dan Sensitivitas Cabai Besar di Kabupaten Malang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Trunojoyo. Madura.
Siregar, dan Amalia., 2012. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak. Skripsi, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Suprapto, 2006. Proses Pengolahan dan Nilai Tambah. Penebar Swadaya, Jakarta.