1
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.101/BPSDMKP/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL BELAJAR SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, diperlukan adanya Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah; b.
Mengingat
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah;
: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 6. Keputusan Presiden Nomor 140/M Tahun 2010; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.21/MEN/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah;
2
9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL BELAJAR SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH. KESATU
: Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah, sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.
KEDUA
: Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah sebagaimana dimaksud diktum KESATU merupakan acuan bagi Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam melakukan penilaian hasil belajar.
KETIGA
: Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian,
Hearsanto Effendy
3
Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.101/BPSDMKP/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL BELAJAR SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, diperlukan suatu sistem penilaian yang terstandar dan dapat diukur capaiannya. Kegiatan penilaian dalam pembelajaran merupakan proses pengambilan keputusan tentang hasil belajar peserta didik. Sehingga tujuan penilaian ini adalah untuk (1) umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kelemahan dan kelebihannya serta hasil usahanya, (2) umpan balik bagi pendidik agar mengetahui tingkat efektifitas dari kegiatan pembelajaran yang dikelolanya, (3) informasi bagi orang tua/wali, sebagai pertanggungjawaban satuan pendidikan dalam mengelola kegiatannya, (4) memberikan penghargaan dan motivasi kepada siswa agar meningkat usaha belajarnya. Penilaian hasil belajar pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah, selain dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah juga oleh masyarakat (Dunia Usaha/Dunia Industri). Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam rangka penjaminan mutu. Sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (Du/Di) merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali mutu. Bentuk penilaian du/di terhadap peserta didik bisa berupa penilaian pada Praktik Kerja Lapang atau magang di perusahaan perikanan. Sedangkan penilaian oleh pemerintah, dalam hal ini Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, dapat berupa Ujian Nasional Kelautan dan Perikanan. Petunjuk pelaksanaan penilaian hasil belajar ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan keahlian lulusan, sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan mutu pendidikan satuan pendidikan menengah Kelautan dan Perikanan. B. Tujuan Tujuan dari petunjuk pelaksanaan ini adalah memberikan acuan pendidik dan/atau kepala satuan pendidikan dalam: 1. memberikan penilaian hasil belajar yang berbasis kompetensi; 2. memperluas wawasan tentang konsep penilaian internal dan eksternal; dan 3. memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran.
4
C. Ruang lingkup Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini meliputi: 1. Konsep Dasar Penilaian Berbasis Kompetensi; 2. Teknik Penilaian; 3. Pengembangan Kisi-Kisi Soal; 4. Pelaksanaan Penilaian; 5. Pengelolaan Penilaian; dan 6. Pemanfaatan dan Pelaporan Hasil Penilaian Pendidikan.
BAB II
5
KONSEP DASAR PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI A. Pengertian Penilaian Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam hal ini, keputusan berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. B. Prinsip Penilaian Dalam melaksanakan penilaian, mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu; 2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri; 3. Melakukan berbagai strategi penilaian didalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik; 4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik; 5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik; 6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek dan pengamatan tingkah laku; 7. Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ujian harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir sekolah; dan 8. Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah, asosiasi profesi dan pihak lain terutama dari du/di. C. Fungsi Penilaian Penilaian memiliki fungsi untuk: 1. Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi; 2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk perencanaan program belajar; 3. Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial; 4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya; dan
6
5. Pengendali bagi pendidik dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta didik. D. Ranah Penilaian Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan peserta didik, tetapi kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dengan kata lain, kurikulum tersebut menuntut proses pembelajaran disekolah berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan. Kurikulum ini memuat sejumlah kompetensi untuk setiap mata pelajaran. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar. Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, satu kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian kompetensi. Indikator-indikator tersebut menjadi acuan dalam merancang dan melaksanakan penilaian pembelajaran.
7
BAB III TEKNIK PENILAIAN Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan melalui pengukuran indikator-indikator pada setiap kompetensi dasar. Dalam penilaian hasil belajar dapat digunakan berbagai teknik penilaian diantaranya adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap dan penilaian tertulis. Dalam praktiknya, pengumpulan informasi tentang kemajuan dan prestasi belajar peserta didik dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, dengan tes maupun non-tes. Secara ringkas teknik pengumpulan informasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
PENILAIAN
NON TES
- Skala sikap - Daftar periksa (check list)
TES
Tes Lisan
Uraian : Terbatas/ tertutup/ terstruktur bebas/ terbuka
A. Penilaian Unjuk Kerja
Tes tertulis
Tes perbuatan
Obyektif : - Pilihan ganda - Benar salah - Menjodohkan - Isian singkat
8
1. Pengertian Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu pekerjaan/tugas. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercepatan penguasaan kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu, seperti : praktik di bengkel/laboratorium, praktik olah raga, presentasi, diskusi. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: a. Langkah-langkah kerja yang diharapkan untuk dilakukan peserta didik dalam menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. d. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak (hanya yang esensial), sehingga semua dapat diamati. e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati. f. Pembobotan nilai dalam setiap langkah kerja. 2. Teknik Penilaian Unjuk Kerja Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya, untuk menilai kemampuan peserta didik dalam pengawetan ikan dengan cara perebusan/pengukusan. Pendidik dapat menggunakan teknik skala penilaian (rating scale). ο Skala Penilaian (Rating Scale) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten, 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subyektifitas, perlu dilakukan penilaian lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.
Tabel 1. Contoh penilaian rating scale
9
Nama NIS Semester NO
: : : ASPEK YANG DINILAI
SKOR 1
A.
B.
C.
D.
2
Mengidentifikasi alat bahan mentah dan bahan tambahan 1. Menjelaskan prinsip pengawetan dengan perebusan 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perebusan/pengukusan 3. Mengidentifikas ialat-alat perebusan/ pengukusan Melakukan pembuatan pindang dengan menggunakan kendil / passo 1. Menentukan perbandingan bahan baku dan bahan tambahan 2. Melakukan pemindangan dengan kendil Melakukan pembuatan pindang dengan menggunakan besek 1. Menentukan perbandingan bahan baku dan bahan tambahan 2. Melakukan pemindanngan dengan besek Melakukan pembuatan pindang presto - Menentukan perbandingan bahan baku dan bahan tambahan Skor yang diperoleh Skor maksimum
Catatan: a. Kolom skor yang diisi dengan angka sebagai berikut: 4 = sangat kompeten 3 = kompeten 2 = kurang kompeten 1 = tidak kompeten b. Penilaian dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: Skor minimum = 1 x 8 (aspek yang dinilai) = 8 Skor maksimum = 4 x 8 (aspek yang dinilai) = 32 Kategori kriteria : 4 ππβπ Rentangan nilai : π = 6 Penentuan Kriteria: Skor 26β32, dapat ditetapkan sangat kompeten Skor 20β26, dapat ditetapkan kompeten Skor 14β20, dapat ditetapkan kurang kompeten Skor 8β14, dapat ditetapkan tidak kompeten B. Penilaian Sikap
3
4
10
1. Pengertian Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati sikap peserta didik dalam berperilaku di lingkungan tempat belajar. Sikap merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Secara umum, obyek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut: a. Sikap terhadap materi pelajaran Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik, akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. b. Sikap terhadap guru/pengajar Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap pendidik. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap pendidik, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap pendidik akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh pendidik tersebut. c. Sikap terhadap proses pembelajaran Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. d. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri. e. Sikap-sikap lain yang dimuat dalam tujuan pendidikan Misalnya: mandiri, kreatif, bertanggungjawab, demokratis, dll, yang secara umum digunakan pada unjuk kerja. 2. Teknik Penilaian Sikap Penilaian sikap dapat dilakukan dengan melakukan observasi perilaku peserta didik. Penggunaan skala penilaian (rating scale) memungkinkan penilai memberi skor/nilai terhadap sikap/perilaku tertentu secara cermat. Berikut contoh penggunaan penilaian skala:
Tabel 2. Contoh : Format Penilaian Sikap
11
1.
Tono
2.
Ira
3.
...
Ketekunan
Kemandirian
Memecahkan masalah
Tanggunjawab
Mengakses dan mengorganisasi informasi
Kerjasama
NAMA
Kejujuran
NO
Kedisiplinan
ASPEK SIKAP YANG DINILAI
NILAI
KET
Catatan: a. Jumlah aspek Sikap yang dinilai disesuikan dengan kondisi/kebutuhan yang ada, bisa ditambah apabila dipandang perlu oleh pendidik. b. Kolom aspek sikap diiisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut: 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = amat baik c. Skor merupakan jumlah dari skor masing-masing aspek perilaku d. Penilaian dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : Skor minimum : 8 (berdasarkan jumlah aspek yang dinilai) :8x1=8 Skor maksimum : 8 x 5 = 40 Kategori penilaian : 5 ππβπ Rentangan nilai : π = π, π Kolom keterangan dapat diisi dengan : - Amat baik, bila jumlah skor 34 β 40 - Baik, bila jumlah skor 27 β 33 - Cukup, bila jumlah skor 20 β 26 - Kurang, bila jumlah skor 12β 19 - Sangat kurang, bila jumlah skor 10 β 12 Contoh deskripsi penetapan skor sikap sebagai berikut:
Tabel 3. Deskripsi penetapan skor sikap No
Komponen
Deskripsi Skor Perolehan
12 5 Mentaati semua peraturan kerja secara konsisten tanpa instruksi dan pengawasan guru
4 Mentaati semua peraturan kerja secara konsisten dengan sekdir pengawasn dari guru Jujur selama diawasi
3 Mentaati semua peraturan kerja dengan pengawas an guru
2 Peratuan kerja kadangkadang dilanggar meskipun diawasi
1 Peraturan kerja sering dilanggar meskipun diawasi
Kadangkadang jujur
Sering tidak jujur
Dapat bekerjasama dengan semua pihak (sesama teman maupun guru, pegawai)
Bisa bekerjasama dengan group tertentu tanpa pengawasan guru
Mengakses dan mengorgani sasi informasi
Dapat mengakses dan memanfaatkan informasi terbaru
5
Tanggung jawab
Dapat bertanggung jawab dalam segala kewajiban
Dapat mengakses informasi tapi kurang memanfaatkan nya Bertanggung jawab tetapi hanya sebagian saja
Dapat bekerjasa ma dalam group kerja selama diawasi guru Kadangkadang mencari informasi baru
Kadangkadang tidak jujur walaupun diawasi Hanya dapat bekerjasama dengan guru
6
Memecah kan masalah
Dapat memecahkan masalah dengan baik tanpa bimbingan
Dapat memecahkan masalah dengan baik atas bimbingan
7
Kemandirian
Dapat belajar sendiri tanpa pengawasan guru
Dapat belajar sendiri dengan pengawasan guru
8
Ketekunan
Tekun tanpa harus dibimbing
Tekun selama dibimbing
1
Disiplin
2
Kejujuran
Selalu jujur
3
Kerjasama
4
3. Pengolahan Data Penilaian Sikap
Dapat memanfaat kan informasi baru tetapi terlambat
Kadangkadang bertang gung jawab jika diawasi
Bertanggung jawab selama menguntung kan dan diawasi
Dapat memecah kan sebagian besar masalah tanpa bimbingan Kadangkadang dapat belajar mandiri Kadangkadang tekun
Dapat memecahkan sebagian masalah walau tanpa bimbingan
Tidak dapat bekerjasa ma walaupun dalam group kerja Kurang mampu mengak ses informasi baru Kurang bertang gung jawab pada kewajiban nya Semua masalah diselesai kan selalu dengan bantuan penuh
Kadangkadang mandiri jika diawasi
Kurang mampu bekerja mandiri
Kadangkadang kurang tekun walau dibimbing
Kurang tekun walau dibimbing
13
Penilaian sikap memiliki dua makna, yaitu: sikap minat mengikuti pembelajaran dan sikap di lingkungan pembelajaran (sekolah, masyarakat, dan du/di). C. Penilaian Tertulis 1. Pengertian Penilaian tertulis merupakan penilaian yang dilakukan menggunakan perangkat penilaian berupa soal dan jawaban dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak terlalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, dsb. 2. Teknik Penilaian Ada dua bentuk soal penilaian tertulis, yaitu: a. Obyektif, yang dibedakan menjadi: 1) Pilihan ganda; 2) Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak); 3) Menjodohkan; 4) Isian singkat atau melengkapi; 5) Jawaban singkat atau pendek; dan 6) Sebab-akibat. Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benarsalah, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir tinggi dengan cakupan materi yang luas. Peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, sehingga cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu tes bentuk pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis kelemahan peserta didik atau memodifikasi kegiatan pembelajaran. Karena itu kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas yang otentik dan berkesinambungan. Namun tes bentuk tersebut banyak digunakan untuk penilaian keterampilan berbahasa yang dilakukan secara formal. b. Subyektif, berupa uraian Dalam mengembangkan instrumen soal perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Materi: kesesuaian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian pada kurikulum 2) Konstruksi: rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas 3) bahasa: rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik
14
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban. 3. Pengolahan Data Penilaian Tertulis Data penilaian tertulis adalah skor yang diperoleh peserta didik dari hasil tes tertulis pada setiap Kompetensi Dasar dan ulangan komprehensif.
BAB IV PENGEMBANGAN KISI-KISI SOAL
15
A. Penyusunan Kisi-Kisi 1. Pengertian Kisi-kisi Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks berisi informasi yang dapat dijadikan petunjuk teknis dalam menulis soal atau merakit soal menjadi alat tes/evaluasi. Format kisi-kisi bergantung kepada tujuan penggunaan tes. Kisikisi tes yang dimaksudkan untuk mendiagnosis kesukaran belajar siswa berbeda dengan kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk melihat prestasi belajar siswa. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang perlu dilakukan dalam setiap penulisan soal, untuk mengetahui arah dan tujuan setiap butir soal. 2. Kegunaan/Fungsi dan Persyaratan Kisi-kisi. Kisi-kisi tes digunakan sebagai panduan dalam penulisan soal dan perakitan soal. Dengan adanya panduan ini, pendidik akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes. Beberapa persyaratan yang perlu diketahui pendidik dalam menyusun kisi-kisi: a. mewakili isi kurikulum (Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar) yang akan diujikan; b. komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami; c. butir-soal dapat dikembangkan sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan pada kisi-kisi. 3. Komponen Kisi-kisi Komponen kisi-kisi terdiri dari: a. Kelompok identitas, antara lain: 1) Jenis /Jenjang Sekolah; 2) Kompetensi Keahlian 3) Mata Pelajaran/Standar Kompetensi; 4) Alokasi waktu; 5) Jumlah soal; 6) Bentuk soal. b. Kelompok matriks/format isi, antara lain: 1) Standar Kompetensi (SK); 2) Kompetensi Dasar (KD); 3) Indikator/Kinerja; 4) Indikator Soal; 5) Nomor urut soal. Komponen SK/KD perlu dipilih mengacu hasil analisis dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: a. Urgensitas, yaitu Standar Kompetensi (SK)/ Kompetensi Dasar (KD) yang mutlak harus dikuasai oleh siswa/peserta didik; b. Kontinuitas, merupakan SK/KD lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih SK/KD yang sudah dipelajari sebelumnya; c. Relevansi, SK/KD terpilih harus merupakan pokok (core) yang diperlukan untuk menguasai kompetensi keahlian; dan d. Keterpakaian, SK/KD memiliki nilai terapan tinggi dalam pekerjaan di dunia usaha/industri atau kehidupan sehari-hari.
16
Selain kriteria pemilihan di atas perlu pula diperhatikan bahwa penguasaan materi SK/KD terpilih harus dapat diukur dengan menggunakan bentuk soal yang sudah ditetapkan. B. KisiβKisi Soal 1. Kisi-Kisi Soal Teori Satuan Pendidikan : Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kompetensi Keahlian : Alokasi Waktu : Jumlah Soal : No
1
Standar Kompetensi (SK) 2
Kompetensi Dasar (KD)
Indikator
Indikator Soal
Bentuk Soal
Nomor Soal
3
4
5
6
7
Keterangan pengisian kolom/format kisi-kisi Kolom 1 : Diisi nomor urut Kolom 2 : Diisi SK yang representatif (inti/aplikatif dan pengetahuan kejuruan) terhadap Kompetensi Keahlian. Kolom 3 : Diisi KD dari SK yang ada di kolom dua. Kolom 4 : Diisi indikator aspek pengetahuan dari KD di kolom 3. Kolom 5 : Diisi indikator soal dari indikator pengetahuan di kolom 4. Setiap indikator pengetahuan dapat di tuliskan lebih dari satu indikator soal Kolom 6 : Diisi bentuk soal/tes Kolom 7 : Diisi nomor sebaran soal Indikator soal: adalah suatu rumusan yang menggunakan kata kerja operasional, memuat perilaku peserta didik dan materi yang akan diukur sesuai dengan Indikator. a. Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi. b. Indikator soal menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur. c. Indikator soal mengacu pada kriteria kinerja sesuai SK/KD. Kriteria indikator soal yang baik adalah: a. Memuat ciri-ciri SK/KD yang hendak diukur. b. Memuat satu kata kerja operasional yang dapat diukur. (khusus butir soal bentuk uraian dapat lebih dari satu). c. Berkaitan erat dengan kriteria kinerja. d. Dapat dibuatkan butir soal sesuai dengan bentuk yang ditetapkan dalam kisi-kisi.
17
2. Kisi-Kisi Soal Praktik Kisi-kisi soal praktik merupakan acuan dalam merumuskan soal/penugasan dan petunjuk teknis penilaian unjuk kerja. Indikator Soal No SK / KD Indikator 1 1
2
3 β’ β’ β’ β’
4 β’ β’ β’ β’
Keterangan Pengisian Kolom : Kolom 1 : Diisi nomor urut SK/KD Kolom 2 : Diisi SK/KD sesuai dengan silabus Kolom 3 : Dituliskan Indikator Performansi dari KD yang ada di kolom 2. Indikator menggambarkan standar yang dipersyaratkan oleh KD, dengan mengacu standar yang berlaku di DU/DI. Kolom 4 : Diisi indikator soal yang akan dikembangkan oleh guru. C. Penulisan Soal Pilihan Ganda 1. Pengertian, Keunggulan dan Keterbatasan Soal bentuk pilihan ganda adalah suatu soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak menguasai materinya. Keunggulan soal bentuk pilihan ganda adalah dapat di-skor dengan mudah, cepat, serta objektif, atau dapat mencakup ruang lingkup materi uji/kriteria kinerja yang luas dalam suatu tingkat atau jenjang pendidikan. Bentuk soal pilihan ganda sangat tepat untuk ujian yang pesertanya banyak dan hasilnya harus segera diumumkan. Soal pilihan ganda memiliki keterbatasan, antara lain: memerlukan waktu yang relatif lama untuk menyusun butir-butir soal yang berkualitas, sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi, dan terdapat peluang untuk menebak jawaban. 2. Kaidah Penulisan Soal Kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu diikuti pendidik agar menghasilkan soal yang berkualitas, sehingga mampu memberikan informasi yang diperlukan. Untuk dapat menghasilkan soal yang berkualitas, para pendidik perlu memperhatikan kaidah penulisan soal. Disamping itu, yang harus diperhatikan pendidik adalah menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerawanan, terutama yang menyangkut suku, agama, ras, dan antar golongan. Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut: a. Materi
18
1) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. 2) Pengecoh harus berfungsi 3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. b. Konstruksi 1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan 2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja. 3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar. 4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri. 5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi. 6) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban. 7) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan βSemua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen. 8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban. 9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat
19
pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi. 10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang. 11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya. c. Bahasa/budaya 1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca. 2) Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik. 3) Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal. D. Penulisan Soal Bentuk Uraian 1. Pengertian, Keunggulan dan Keterbatasan Soal bentuk uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari, dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan. Keunggulan soal bentuk uraian adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri. Keterbatasan soal bentuk uraian antara lain adalah jumlah materi atau konsep/sub konsep yang dapat ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban siswa cukup lama, penskorannya relatif subyektif terutama untuk soal uraian non obyektif, dan tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah dibanding dengan soal bentuk pilihan ganda. Soal bentuk uraian yang diujikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) adalah sebagai soal uji kompetensi kejuruan, untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menyajikan jawaban terurai secara bebas, juga mengukur kemampuan peserta didik dalam menguraikan atau memadukan gagasan-gagasan, dan menyelesaikan hitungan-hitungan terhadap materi atau konsep tertentu yang terkait dengan atau merupakan pengembangan dari soal uji kompetensi/praktik secara tertulis.
20
2. Kaidah-kaidah Penulisan Soal Bentuk Uraian Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan katakatanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang dipergunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh peserta didik. Batasan ruang lingkup tersebut, untuk menghindari kemungkinan terjadi ketidakjelasan soal dan membantu dalam menyusun pedoman penskorannya. Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut: a. Materi 1) Soal sesuai dengan indikator soal/kriteria kinerja. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai tuntutan indikator soal; 2) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas; 3) Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran; 4) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan SK/SD (jenjang, jenis sekolah, tingkat / kelas). b. Konstruksi 1) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, atau hitunglah; 2) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal tersebut; 3) Buatlah petunjuk teknis skoring segera setelah soal selesai ditulis/disusun; 4) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya, harus disajikan secara jelas dan terbaca sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. c. Bahasa 1) Rumusan kalimat soal harus komunikatif, menggunakan bahasa sederhana dan istilah/kata yang sudah dikenal peserta didik; 2) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; 3) Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian; 4) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu; 5) Rumusan soal tidak mengandung kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
21
E. Penulisan Soal Praktik 1. Pengertian Soal praktik adalah bentuk soal yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik melaksanakan kegiatan sesuai dengan apa yang ditugaskan, diperintahkan, dan ditanyakan. Misalnya, penugasan projek: mengemas ikan sesuai dengan gambar kerja yang telah disediakan atau mengemas ikan dengan rancangan oleh peserta uji (data teknis/kriteria produk telah ditentukan). Bagaimana proses/cara mengemas ikan sesuai dengan gambar kerja, soal harus memberi instruksi kepada peserta didik untuk mempraktikkan atau mendemonstrasikan cara mengemas ikan sesuai kriteria yang ada pada gambar kerja. Pelaksanaan ujian praktik dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, tetapi penilaiannya tetap secara individu. 2. Kaidah Penyusunan Soal Praktik Penyusunan soal praktik, hendaknya sesuai dengan petunjuk berikut: a. Kompetensi yang diujikan dapat merupakan Standar Kompetensi tunggal atau terdiri beberapa Standar Kompetensi (komprehensif); b. Penugasan praktik maupun pedoman penilainnya dikembangkan dengan mengacu pada kisi-kisi soal; c. Hasil penugasan dapat berupa produk (benda jadi atau jasa) atau proses kegiatan yang standar; d. Hendaknya mempertimbangkan dan ditetapkan kondisi unjuk kerja, namun harus memenuhi standar minimal; e. Rumusan soal hendaknya meliputi aspek-aspek keselamatan kerja, alat/komponen/bahan yang akan digunakan dan tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; f. Gambar kerja harus jelas, baik tampak, penampang, maupun ukurannya dan dibuat sesuai dengan aturan gambar teknik; g. Bahasa yang digunakan harus singkat dan jelas serta mengacu kepada aturan yang baku.
3. Contoh Format Soal Praktik KERJA BENGKEL LAS LISTRIK
JOB SHEET
SUPM NEGERI PONTIANAK
22 MENGELAS TEGAK LURUS DIBAWAH TANGAN
I. ALAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Trafo Las Gergaji Besi Gerinda Masker / kaca las Sarung tangan las Tang Penggaris siku Apron
II. BAHAN 1. Besi stip 5 cm x 7 mm x 10 cm sebanyak 2 batang 2. Elektroda
III. KESELAMATAN KERJA β’ Gunakan kaca mata las pada saat pengelasan berlangsung β’ Gunakan sarung tangan las β’ Gunakan tang penjepit untuk memegang benda kerja yang panas IV. SOAL β’ Lakukan pengelasan dengan langkah kerja sesuai urutan !
Selamat Bekerja...
V. LEMBAR PENILAIAN No
Kompetensi/Sub
Indikator Keberhasilan/
Penilaian
23 Deskripsi
Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja 1
2
1
Menyiapkan bahan dan alat pembuatan kampuh las 1.1 Menyiapkan bahan besi strip sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan 1.2 Menyiapkan peralatan las ( mesin las ) dan alat bantu 1.2.1 Menghidupkan mesin las
YA
3
Siswa dapat menyiapkan bahan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan
4
5
6
7,0-7,9
8,0-8,9
9,0-10
Siswa dapat menyiapkan peralatan las listrik dan alat bantu sesuai dengan kebutuhan Siswa dapat menghidupkan mesin las dan mengatur voltase sesuai dengan kebutuhan
2
Mengelas 2.1 Mengukur tegak lurus bahan yang akan dilas dengan penggaris siku 2.2 Mengelas titk pada ujung benda kerja 2.2 Membuat kampuh atau pengelasan
TIDAK
Siswa dapat mengukur tegak lurus dengan benar dan sesuai standar Siswa dapat mengelas titik pada ujung benda kerja dengan benar Siswa dapat membuat kampuh las dibawah tangan dengan benar
Total Jumlah Nilai rata-rata
BAB V PELAKSANAAN PENILAIAN
7
24
A. Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda untuk menentukan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional, spesifik dan terukur, seperti mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, mempraktikkan, mendemonstrasikan dan mendeskripsikan. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian kompetensi. Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar yang terkait. Indikator pencapaian kompetensi, yang menjadi bagian dari silabus, dijadikan acuan dalam merancang penilaian. B. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pemetaan standar kompetensi dilakukan untuk memudahkan guru dalam menentukan teknik penilaian. Berikut ini contoh Pemetaan Teknik Penilaian mata pelajaran Pengepakan dan Penyimpanan Hasil Perikanan Tabel 4. Contoh Pemetaan Teknik Penilaian NO.
STANDAR KOMPETENSI (SK)
KOMPETENSI DASAR (KD)
1.
Mengemas Produk Perikanan
Melakukan pengemasan produk olahan modern
INDIKATOR
-
-
-
-
Melakukan identifikasi bahan kemasan yang sesuai dengan produk olahan Memahami reaksi kimia yang ditimbulkan terhadap produk apabila terjadi kesalahan pemilihan kemasan Memahami beberapa penerapan teknologi pengemasan yang aman bagi konsumsi Melakukan pengepakan produk olahan modern sesuai SOP
TEKNIK PENILAIAN Tes Unjuk Sikap tertulis/ Kerja llisan β
β
β
β
β
β
β
C. Penetapan Teknik Penilaian Dalam memilih teknik penilaian hendaknya mempertimbangkan ciri indikator, contoh:
25
1. Apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja (performance). 2. Apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya adalah tertulis. D. Bentuk Alat Penilaian Alat penilaian ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk nontes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya alat penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor. Sementara itu, hasil dari alat penilaian nontes tidak dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, pada umumnya cocok dipakai untuk mengungkapkan aspek afektif. 1. Alat Penilaian Berbentuk Tes Alat penilaian berbentuk tes dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu tes verbal dan tes nonverbal (perbuatan). Tes verbal yang biasa dipakai untuk mengukur kognitif dapat berupa tes tulis dan tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan dua, yaitu tes obyektif dan subyektif (esai). Sementara tes non verbal atau tes perbuatan biasa dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. a. Tes untuk mengukur Ranah Kognitif Kemampuan kognitif biasa diukur dengan menggunakan tes lisan atau tes tulis. Tes lisan berupa pertanyaan lisan yang digunkaan untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif. Sedangkan tes tulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan peserta didik dalam aspek kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis sampai evaluasi. Ada beberapa bentuk soal yang dipakai yaitu: 1) Pilihan Ganda Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, dapat dikoreksi dengan komputer sehingga hasil koreksiannya dapat diperoleh hasilnya. Sehingga cocok dipakai untuk uijian yang melibatkan banyak peserta didik dan waktu koreksi relatif singkat. Namun pilihan ganda ini berpeluang besar pada peserta tes untuk bekerja sama. Oleh karena itu diperlukan pengawas yang teliti dalam melakukan pengawasan ujian. Tingkat berpikir yang diukur lewat tes pilihan ganda ini bisa tinggi apabila pembuat soal memiliki kemampuan yang andal. Sebaliknya, tingkat berpikir yang diukur lewat tes pilihan ganda akan rendah apabila pembuat soal tidak memiliki kemampuan untuk menghadirkan pengecoh yang baik. 2) Uraian obyektif Obyektif berarti hasil penilaian terhadap lembar jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang berbeda namun harus memiliki latar pendidikan yang sesuai dengan mata ujian. Bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya jelas seperti matematika, fisika, kimia dan biologi. Penilaian menggunakan penskoran, dilakukan secara analitik, dimana setiap langkah pengerjaan diberi skor. Misalnya, jika peserta didik menuliskan rumus diberi skor, menghitung hasilnya diberi skor,
26
dan menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor. Penskoran bersifat hierarkhis, sesuai dengan langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk setiap butir soal ditentukan oleh tingkat kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih besar dibandingkan dengan yang mudah. 3) Uraian non obyektif atau uraian bebas Bentuk ini cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Walaupun hasil penskoran cenderung subyektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan dapat lebih obyektif. Bentuk ini bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik, karena kunci jawaban tidak satu. Contoh soal non obyektif adalah bentuk soal essay. 4) Jawaban singkat atau isian singkat Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang diuji pada bentuk soal jawaban singkat ini banyak, namun tingkat berpikir yagn diukur cenderung rendah. 5) Penjodohan Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. 6) Performansi Bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan tugas tertentu, misalnya praktik di laboratorium. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan dalam bidang tertentu. b. Tes untuk mengukur Ranah Psikomotor Tes psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan/perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Berikut adalah contoh-contoh tes penampilan atau kinerja : 1) Identifikasi Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat. 2) Tes Simulasi Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakaan suatu alat. 3) Tes petik kerja (work sample) Tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut. 2. Alat Penilaian Berbentuk Non Tes
27
Selain komponen kognitif dan psikomotor, komponen afektif juga ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Terkait dengan itu, paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif, negatif, atau netral. Sikap ini tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Gurulah yang memiliki tugas untuk membangkitkan dan meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran, serta mengubah dari sikap negatif ke sikap positif. E. Jenis Penilaian Berbasis Kompetensi Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar yang diajarkan diperlukan adanya berbagai jenis tagihan. Jenis tagihan yang dapat dipakai dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar dapat berkait dengan ranah kognitif atau psikomotor, antara lain sebagai berikut : 1. Kuis Kuis hanya menanyakan hal-hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian singkat. Waktu yang diperlukanpun relatif singkat, kurang lebih 15 menit. Biasanya kuis diberikan sebelum pelajaran baru dimulai, untuk mengetahui penguasaan pelajaran secara singkat. Namun, bisa juga kuis diberikan setelah pembelajaran selesai karena untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap bahan ajar yang baru diajarkan. Bila ada bagian pelajaran tertentu yang belum dikuasai peserta didik, sebaiknya guru menjelaskan kembali dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. 2. Pertanyaan lisan di kelas Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip atau teori. Teknik bertanya yang baik adalah mengajukan pertanyaan ke kelas, memberi waktu sebentar untuk berpikir, dan kemudian memilih peserta didik secara acak untuk menjawabnya. Apakah jawaban peserta didik itu benar atau salah, guru selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik lain atau meminta pendapat atau komentarnya. Barulah, kemudian guru menyimpulkan tentang jawaban peserta didik yang benar. Pertanyaan lisan ini bisa dilakukan diawal pelajaran atau di akhir pelajaran. 3. Ulangan harian Ulangan harian dilakukan secara periodik misalnya setelah 1 (satu) atau 2 (dua) kompetensi dasar selesai diajarkan. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya bentuk uraian obyektif atau yang non-obyektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi dan analisis. 4. Tugas individu Tugas individu dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas/soal uraian obyektif atau non obyektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya bersifat aplikasi yang terkait dengan ranah psikomotor. 5. Tugas Kelompok
28
Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Seperti halnya tugas individu, tugas kelompok ini dapat terkait dengan ranah pskimotor. 6. Ulangan Blok Ulangan blok merupakan bagian dari ulangan semester. Bentuk soal yang dipakai dalam ulanggan blok dapat berupa pilihan ganda, campuran pilihan ganda dan uraian, atau semuanya berbentuk uraian. Materi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi. 7. Ujian Praktik Ujian ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, bisa di kelompok mata pelajaran adaptif dan normatif maupun di produktif. Ujian bisa dilakukan sebelum praktik dan sesudah praktik. Ujian sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium, sedangkan bila dilakukan setelah praktik bertujuan untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang dicapai peserta didik dan yang belum.
BAB VI PENGELOLAAN HASIL PENILAIAN A. Pengelolaan Hasil Penilaian Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan terhadap penampilan peserta didik dari suatu kompetensi. Skor
29
diperoleh dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang dapat berupa daftar cek. Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu kegiatan unjuk kerja adalah skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk standar kompetensi 0-10) atau dikali 100 (untuk standar kompetensi 0-100). Misalnya, dalam suatu penilaian unjuk kerja pidato, ada 8 aspek yang dinilai, antara lain : berdiri tegak, menatap kepada hadirin, penyampaian gagasan jelas, sistematis, dsb. Apabila seseorang mendapat skor 6, skor maksimumnya 8, maka nilai yang diperoleh adalah 6 : 8 = 0,75 x 100 = 75. Nilai 75 yang dicapai peserta didik mempunyai arti bahwa peserta didik telah mencapai 75% dari kompetensi ideal yang diharapkan untuk unjuk kerja tersebut. Apabila ditetapkan kriteria ketuntasan kompetensi 70%, maka untuk kompetensi tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian, peserta didik tersebut dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya. 1. Data Penilaian Sikap Penilaian sikap pada SUPM terdiri dari dua, yaitu mengikuti pembelajaran sehari-hari dan sikap dalam melaksanakan suatu pekerjaan produktif. Penilaian sikap (attitude) dalam melaksanakan suatu pekerjaan (mata pelajaran produktif) idealnya dilakukan oleh dua penilai yaitu unsur eksternal/assesor (dari industri) dan internal/guru yang mengacu pada pencapaian kriteria pada setiap kompetensi. 2. Data penilaian Tertulis Data penilaian tertulis adalah skor yang diperoleh peserta didik dari hasil berbagai tes tertulis yang diikuti peserta didik. Soal tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian, jawaban singkat. Soal bentuk pilihan ganda diskor dengan memberi angka 1 (satu) bagi setiap butir jawaban yang benar dan angka 0 (nol) bagi setiap butir soal yang salah. Skor yang diperoleh peserta didik untuk setiap perangkat tes pilihan ganda dihitung dengan prosedur : jumlah jawaban benar, dibagi seluruh butir soal, dikali dengan 10. Prosedur ini juga dapat digunakan dalam menghitung skor perolehan peserta didik untuk soal berbentuk benar salah, menjodohkan dan jawaban singkat. Keempat bentuk soal terakhir ini juga dapat dilakukan penskoran secara obyektif dan dapat diberi skor 1 untuk setiap jawaban yang benar. Soal bentuk uraian dibedakan dalam dua kategori, uraian obyektif dan uraian non obyektif. Uraian obyektif dapat diskor secra obyektif berdasarkan konsep atau kata kunci yang sudah pasti sebagai jawaban yang benar. Setiap konsep atau kata kunci yang benar yang dapat dijawab peserta didik diberi skor 1. Skor maksimal butir soal adalah sama dengan jumlah konsep kunci yang dituntut untuk dijawab oleh peserta didik. Skor capaian peserta didik untuk satu butir soal kategori ini adalah jumlah konsep kunci yang dapat dijawab benar, dibagi skor maksimal, dikali dengan 10. 3. Data Penilaian Unjuk Kerja
30
Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan terhadap unjuk kerja peserta didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh dari format penilaian unjuk kerja, berupa daftar ceklist. Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu unjuk kerja adalah tingkat ketercapaian indikator pada setiap KD. Nilai unjuk kerja suatu kompetensi ditetapkan berdasarkan skor KD terendah. Sebagai sekolah vokasi, hendaknya pendidik menyadari bahwa dalam penilaian peserta didik harus mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu keterampilan, pengetahuan dan sikap. Sehingga lulusan yang diharapkan dapat menjadi manusia seutuhnya. B. Interprestasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi dengan mengacu ke indikator yang telah dikembangkan. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kiteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasasr (KD) antara 0% - 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator, dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana. Namun kualitas sekolah akan dinilai oleh Pusat Pendidikan KP secara berkala, misalnya melalui ujian nasional KKP. Hasil penilaian ini akan menunjukkan peringkat suatu SUPM dibandingkan dengan SUPM lain. Melalui pemeringkatan sekolah ini diharapkan sekolah terpacu untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%. Apabila nilai peserta didik untuk indikator pencapaian sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan bahwa peserta didik itu telah menuntaskan Standar Kompetensi indikator tersebut. Apabila semua indikator telah tuntas, dapat dikatakan peserta didik telah menguasai KD bersangkutan. Dengan demikian, peserta didik dapat diinterpretasikan telah menguasai STANDAR KOMPETENSI dan mata pelajaran. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas lebih dari 50%, peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas. Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD lebih kecil dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan peserta didik itu belum menuntaskan Standar Kompetensi indikator itu. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas sama atau lebih dari 50%, peserta didik belum dapat mempelajari KD berikutnya. Berikut ini contoh penghitungan nilai kompetensi dasar dan ketuntasan belajar suatu mata pelajaran. Tabel 9. Contoh penghitungan nilai kompetensi dasar dan ketuntasan belajar mata pelajaran Pengendalian Pencemaran Lingkungan Budidaya Perikanan.
31 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Kriteria Ketuntasan
Pencemaran Lingkungan Budidaya Perikanan
1. Pengertian Pencemaran Lingkungan
1.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan didefinisikan dengan benar. 1.2 Pengaruh Pencemaran Terhadap Lingkungan.
70%
Nilai Peserta Didik 70
70%
65
Tidak Tuntas
2.1 Faktor Penyebab dan Jenis Pencemaran Lingkungan Budidaya Perikanan dapat di identifikasi dengan baik
60%
68
Tuntas
2. Faktor Penyebab dan Jenis Pencemaran Lingkungan Budidaya Perikanan
Ketuntasan
Tuntas
Catatan : 1. Nilai indikator pada hasil belajar 1 dihitung nilai rata β rata indikator. Jadi nilai ππ+ππ hasil belajar 1 : π = 67,5 atau 6,75 2. Nilai indikator pada hasil belajar 2 adalah 68 atau 6,8 ππ,π+ππ 3. Dengan demikian nilai Kompetensi Dasar = π = 67,75
Pada hasil belajar 1, indikator 2 belum tuntas. Jadi peserta didik perlu mengikuti remedial untuk indikator tersebut. Untuk memantau pencapaian ketuntasan belajar peserta didik nilai masing -masing kompetensi dasar beserta indikatornya dimasukkan dalam kartu kendali belajar tuntas.
BAB VII PEMANFAATAN DAN PELAPORAN HASIL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian menghasilkan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat digunakan sebagai: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang sudah mencapai kriteria ketuntasan (KKM) lebih cepat dari waktu yang disediakan,
32
(3) perbaikan program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas. A. Interpretasi Hasil Penilaian Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah pesera didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi dengan mengacu ke indikator yang telah dikembangkan. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap indikator dalam suatu Kompetensi Dasar (KD) diberikan skor 0% - 100%. Kriteria ideal pencapaian masing-masing indikator adalah lebih dari 70%, tetapi satuan pendidikan dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator (misalnya: mulai dari 50%), dengan rasional acuan: tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator, dan ketersediaan daya dukung guru serta sarana dan prasarana. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing Kompetensi Dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00 bila memenuhi persyaratan minimal. Kualitas satuan pendidikan akan dinilai oleh Pusat Pendidikan KP secara berkala, antara lain melalui keberhasilan sekolah dalam ujian nasional. Penilaian ini akan menunjukkan peringkat satu SUPM dibandingkan dengan SUPM lain. Dengan pemeringkatan ini diharapkan satuan pendidikan terpacu untuk meningkatkan kualtiasnya, dalam arti meningkatkan kriteria pencapaian indikator. Berikut ini beberapa contoh ilustrasi interpretasi hasil penilaian: 1. Apabila perolehan nilai peserta didik pada suatu indikator β₯ KKM, artinya telah menuntaskan indikator tersebut 2. Apabila semua indikator telah tuntas, artinya peserta didik telah menguasai KD terkait. Dengan demikian, peserta didik diinterpretasikan telah menguasai SK dan mata pelajaran 3. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas β₯ 50%, peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas. Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD < KKM, artinya peserta didik belum menuntaskan indikator. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas > 50%, peserta didik belum dapat mempelajari KD berikutnya (artinya harus mengulang KD tersebut).
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian 1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik dalam kelasnya mampu mencapai kriteria ketuntasan setiap kompetensi, bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya, memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajar peserta didik pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak
33
frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasainya. Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan peserta didik. Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberikan kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau diluar jam efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas. 2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan potensi secara optimal. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai peserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif. Bagi peserta didik yang secara konsisten selalu mencapai kompetensi lebih cepat, dapat diberikan program akselerasi. 3. Bagi guru Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program pembelajarannya. Oleh karena itu, program yang telah dirancang, strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang telah disiapkan perlu dievaluasi, direvisi atau mungkin diganti apabila ternyata tidak efetif mambantu peserta didik dalam mencapai penguasaan kompetensi. Perbaikan program tidak perlu menunggu sampai akhir semester, karena bila dilakukan pada akhir semester bisa saja berarti perbaikan itu akan sangat terlambat. 4. Bagi kepala sekolah Hasil penilaian dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk menilai tingkat keberhasilan peserta didik, kinerja guru, dan kinerja sekolah, serta sebagai bahan kajian dalam pengambilan keputusan dalam rangka pembinaan sekolah yang dipimpinnya. 5. Bagi Pusat Pendidikan KP
34
Hasil penilaian pendidikan pada setiap satuan pendidikan dapat menjadi bahan informasi dan kajian dalam pengembangan pendidikan KP dan kebijakan yang akan ditetapkan. C. Pelaporan Hasil Penilaian 1. Laporan sebagai Pertanggungjawaban Administrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dirancang dan dilaksanakan dalam rangka menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di du/di baik di pasar lokal maupun internasional. Pelaporan hasil belajar hendaknya: a. Merinci hasil belajar pesera didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik; b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif dan akurat; c. Menjamin orang tua akan diberitahu secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam belajar. 2. Bentuk Laporan Bentuk laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif dan kualitatif. Informasi data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Baik peserta didik maupun orang tua yang kurang memahami makna angka tersebut dapat berkonsultasi dengan guru dan melihat buku nilai. Hal ini perlu dilakukan agar orang tua dapat menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmetika, aljabar, statistika, atau hal lainnya. Bentuk laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif (memuat catatan guru) sehingga profil atau tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang berkepentingan (du/di). Dengan demikian dari laporan tersebut, orang tua dapat mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya. Berdasarkan laporan tesebut, orang tua/wali dapat menentukan jenis bantuan apa yang diperlukan anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan. 3. Isi Laporan Informasi yang diberikan kepada orang tua/wali hendaknya: a. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami; b. Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak; c. Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak; d. Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum; e. Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar. 4. Jenis Administrasi dan Pelaporan a. Leger Leger merupakan buku yang berisi informasi pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu kelas, yang memberi gambaran secara rinci tentang kemampuan prestasi akademik maupun catatan pribadi dalam kurun waktu satu tahun.
35
Leger ini dimaksudkan untuk: 1) Merekam perkembangan kemampuan belajar peserta didik satu kelas yang berisi: a) Identitas peserta didik; b) Uraian mata pelajaran yang dipelajari; c) Kelulusan dan tanggal perbaikan dari setiap mata pelajaran yang dinyatakan belum lulus; dan d) Memberi informasi tentang keadaan hasil belajar peserta didik dalam satu kelas. 2) Rapor Rapor merupakan dokumen yang menjadi penghubung komunikasi baik antara sekolah dengan orang tua peserta didik maupun dengan pihak-pihak yang ingin mengetahui tentang hasil belajar pada kurun waktu tertentu. Karena itu, rapor harus komunikatif, informatif dan komprehensif memberikan gambaran tentang hasil belajar peserta didik. Bentuk rapor sebagai laporan pendidikan harus mengacu pada Keputusan Kepala Pusat Pendidikan KP Nomor Kep. 216 / PUSDIK / 2008 tanggal 22 Mei 2008 tentang Buku Rapor Penilaian Hasil Belajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM). 3) Ijazah Ijazah adalah surat pengakuan bahwa pemiliknya telah menyelesaikan atau menamatkan belajar serta lulus dari satuan pendidikan KP. Ijazah mengandung: a) Identitas lembaga yang mengeluarkan; b) Identitas pemegang; c) Jenjang dan jenis pendidikan yang ditempuh; d) Tanggal, bulan dan tahun penerbitan; e) Bidang/program studi (keahlian); f) Daftar kompetensi yang dikuasai; dan g) Legalisasi oleh pejabat lembaga yang mengeluarkan. 4) Sertifikat Kompetensi Keahlian Sertifikasi kompetensi Keahlian merupakan bukti fisik lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi/ asosiasi-profesi/du/di atau lembaga pendidikan yang terakreditasi. Sertifikasi kompetensi memberikan legalitas (kewenangan) bagi pemiliknya untuk melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan kompetensi yang dikuasainya. Sertifikat minimal berisi komponen-komponen antara lain: a) Identitas lembaga yang mengeluarkan sertifikat; b) Identitas pemegang sertifikat; c) Judul kompetensi dan kualifikasinya; d) Waktu pencapaian; dan e) Legalisasi oleh pejabat lembaga/perusahaan yang mengeluarkan sertifikat.
36
BAB VIII PENUTUP Penilaian hasil belajar peserta didik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, merupakan peran yang merefleksikan standar kelulusan dari suatu standar kompetensi. Penilaian harus dijadikan sebagai acuan dalam membuat rancangan belajar dan proses pembelajaran, karena pada hakikatnya pembelajaran
37
itu merupakan upaya untuk memenuhi permintaan penilaian. Apabila dalam penilaian yang dirancang berdasarkan indikator dari sebuah KD mengandung aspek/ranah pengetahuan, maka proses pembelajaran harus membahas tentang pengetahuan, apabila ada penilaian motorik, maka proses pembelajaran harus ada kegiatan praktik, dan apabila ada penilaian sikap, maka dalam pembelajaran harus ada proses pembentukan sikap. Sebuah rancangan penilaian yang baik, akan mampu memberikan arahan kepada pendidik bagaimana proses belajar mengajar yang efektif harus dilakukan. Bagi peserta didik, sebuah rancangan penilaian dapat memberikan informasi apa yang harus dicapai dan mengarahkan bagaimana seharusnya peserta didik belajar agar kompeten. Petunjuk teknis pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik dan pelaporan hasil hasil belajar ini, dimaksudkan untuk menyamakan persepsi terhadap proses penilaian hasil belajar peserta didik dan pelaporan hasil belajar. Demi kesempurnaan bahan ini, kami sangat mengharapkan partisipasi Anda untuk memberikan saran dan masukannya.
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN,
SJARIEF WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian,
Hearsanto Effendy
CONTOH-CONTOH
A. Contoh Tabel Penilaian Sikap No
Jenis/Aspek Sikap
Standar Pencapaian Deskripsi
Skor
Strategi Penilaian
1
2
3
4
5
No 6
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Berakhlak mulia
Mandiri
Menjadi warga yang demokratis
negara Mampu menghargai pendapat orang lain ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang ο§ sangat jarang
Bertanggung jawab
Jenis/Aspek Sikap Sikap percaya diri
38 Melaksanakan kegiatan keagaman sesuai agama yang dipeluknya ο§ Rutin, tidak ada yang tertinggal ο§ Rutin, tidak melaksanakan 20 % ο§ Rutin, tidak melaksanakan 40 % ο§ Rutin, tidak melaksanakan 60 % ο§ Rutin, tidak melaksanakan 80 % Berlaku hormat pada masyarakat di ingkungannya ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang ο§ sangat jarang Melaksanakan pekerjaan/tugas-tugas siswa tanpa harus di suruh/ditunggui ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang ο§ sangat jarang
Tidak menyontek dalam ulangan dan Menyelesaikan tugas sesuai dan tepat waktu ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang ο§ sangat jarang Standar Pencapaian Deskripsi Mampu tampil secara wajar dalam kegiatan dengan massa ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang
ο§ Observasi 5 4
aktivitas keagamaan siswa ο§ Verifikasi jurnal kegiatan
3 2 1
5 4 3 2 1
Observasi aktivitas siswa dalam bermasyarakat di sekolah
ο§ Observasi 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
aktivitas siswa dalam melaksanakan tugas ο§ Verifikasi rekaman penyerahan tugas-tugas siswa. Observasi aktivitas siswa dalam berdiskusi, bermasyarakat di sekolah
Observasi aktivitas siswa dalam ulangan 5 4 3 2 1 Skor
5 4 3 2
Strategi Penilaian Observasi aktivitas siswa dalam berdiskusi, kegiatan massa di sekolah/bermasyarakat
39
ο§ sangat jarang 7
8
9
10
No 11
Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
Melaksanakan pekerjaan/tugas-tugas tanpa harus di suruh/ditunggui ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang ο§ sangat jarang
5 4 3 2 1
Kedisiplinan masuk sekolah
Menjaga lingkungan
Kehadiran di sekolah/ presensi siswa ο§ Selalu ο§ Absensi 10 % ο§ Absensi 10 % s.d 15 % ο§ Absensi 15 % s.d 20 % ο§ Absensi lebih dari 20 % kebersihan Membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori lingkungan ο§ Selalu ο§ Sering ο§ Kadang-kadang ο§ jarang ο§ Jarang sekali
1
Menjaga kesehatan dan keamanan diri,
Jenis/Aspek Sikap Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
Menggunakan alat keselamatan kerja dalam kegiatan pembelajaran praktik ο§ Selalu ο§ sering ο§ kadang-kadang ο§ jarang ο§ sangat jarang
Standar Pencapaian Deskripsi Menghargai hak orang lain, memenuhi kewajiban, bersikap tegas dalam kebenaran ο§ Selalu ο§ Sering ο§ Kadang-kadang ο§ jarang
Observasi ketaatan siswa dalam mengikuti peraturan tata tertib sekolah
Verifikasi presensi siswa 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
Skor
5 4 3 2
Observasi perilaku siswa dalam kehidupan di sekolah
Observasi terhadap kebiasaan siswa menggunakan keselamatan kerja dalam kegiatan praktik.
Strategi Penilaian Observasi perilaku siswa dalam kehidupan bermasyarakat (penegakan aturan)
40 12
Berempati terhadap orang lain
ο§ Jarang sekali Perduli terhadap masyarakat sekolah ο§ Selalu ο§ Sering ο§ Kadang-kadang ο§ jarang ο§ Jarang sekali
1
5 4 3 2 1
Observasi perilaku siswa dalam keperdulian terhadap sesama
B. Contoh Kisi-kisi dan Pengembangan Soal Mata pelajaran : TEKNIK PEMBENIHAN IKAN Kelas/Semester : I/1 NO
1.
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
Melakukan Pembenihan
β’ Melakukan pembenihan
β’ Media pemijahan
TEKNIK PENILAIAN
β’ Tes tertulis
CONTOH SOAL
1. Kapan terjadi
pemijahan setelah
41 Ikan Air tawar Ekonomis
ikan konsumsi (mas, lele, bawal, gurame, nila, patin, lobster, udang galah
β’
β’
β’
β’
disiapkan sesuai prosedur yang benar Induk diseleksi dan ditangani dengan prosedur yang benar Ikan dipijahkan secara alami sesuai dengan prosedur yang benar Ikan dipijahkan secara buatan sesuai dengan prosedur yang benar Dst...
(pilihan ganda)
penyuntikan: a. Pemijahan akan Terjadi pada malam hari, 8-12 jam setelah penyuntikan b. Pemijahan akan terjadi pada malam hari, 20-24 jam setelah penyuntikan c. Pemijahan akan terjadi pada pada siang hari setelah bak pemijahan ditutup rapat 2. Berikut adalah ciriciri induk jantan lele dumbo yang siap memijah, kecuali: a. Umur telah mencapai 1 tahun b. Warna tubuh agak kemerahmerahan c. Alat kelamin tampak jelas meruncing d. Perut tampak besar dan bila diraba terasa lembek
C. Contoh Perumusan Kalimat Soal Sesuai Tingkat Kesulitan Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis 1. Membandingkan - Jelaskan persamaan dan perbedaan antara ... dan .... - Bandingkan dua cara berikut tentang .... 2. Hubungan sebab-akibat - Apa penyebab utama .... - Apa akibat .... 3. Memberi alasan (justifying) - Manakah pilihan berikut yang Anda pilih, mengapa? - Jelaskan mengapa Anda setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang .... 4. Meringkas - Tuliskan pernyataan penting yang termasuk .... - Ringkaslah dengan tepat isi .... 5. Menyimpulkan - Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data .... - Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
42 6. Berpendapat (inferring) - Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila .... - Apa reaksi A terhadap .... 7. Mengelompokkan - Kelompokkan hal berikut berdasarkan .... - Apakah hal berikut memiliki .... 8. Menciptakan - Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang .... - Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila .... 9. Menerapkan - Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah .... - Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman .... 10.
Analisis - Manakah benih yang baik dari pernyataan pada tulisan paragraf .... - Daftarlah dan beri alasan singkat tentang ciri utama benih yang baik ....
11.
Sintesis - Tuliskan satu rencana untuk pembuktian .... - Tuliskan sebuah laporan ....
12. Evaluasi - Apakah kelebihan dan kelemahan .... - Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah pandangan Anda tentang .... Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah 1. Mengidentifikasi masalah Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, siswa dapat mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan. 2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, siswa dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan. 3. Memahami kata dalam konteks Contoh indikator soal: Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya digarisbawahi, siswa dapat menjelaskan maknanya yang berhubungan dengan masalah itu dengan kata-katanya sendiri.
4. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai Contoh indikator soal: Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap masalah, siswa dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan. 5. Memilih masalah sendiri Contoh indikator soal: Disajikan beberapa masalah, siswa dapat memberikan alasan satu masalah yang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara penyelesaiannya. 6. Mendeskripsikan berbagai strategi Contoh indikator soal:
43 Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar, diagram, atau grafik. 7. Mengidentifikasi asumsi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memberikan solusinya berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang akan datang. 8. Mendeskripsikan masalah Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat menggambarkan sebuah diagram atau gambar yang menunjukkan situasi masalah. 9. Memberi alasan masalah yang sulit Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi pentingnya dihilangkan, siswa dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi penting yang dihilangkan. 10. Memberi alasan solusi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya, siswa dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan alasannya. 11. Memberi alasan strategi yang digunakan Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat memilih satu strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan alasannya. 12. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah Contoh indikator soal: Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah dan menjelaskan prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. 13. Membuat strategi lain Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk menyelesaikan masalanya, siswa dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan strategi lain. 14. Menggunakan analogi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaian nya, siswa dapat: (1) Mendeskripsikan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu, (2) Memberikan alasannya. 15. Menyelesaiakan secara terencana Contoh indikator soal: Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, siswa dapat menyelesaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses, output, dan outcomenya. 16. Mengevaluasi kualitas solusi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat: (1) menjelaskan dengan menerapkan strategi itu,
44 (2) mengevaluasinya, (3) menentukan strategi mana yang tepat, (4) memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat dibandingkan dengan strategi lainnya. 17. Mengevaluasi strategi sistematikanya Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan masalahnya, dan prosedurnya, siswa dapat mengevaluasi strategi pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan.
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian,
Hearsanto Effendy