HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU DUSUN KETANGI DESA BANYUSOCO KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: YULIA MEGA AGUSTINA 080201063
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU DUSUN KETANGI DESA BANYUSOCO KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : YULIA MEGA AGUSTINA 080201063
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Oleh : Pembimbing
: Titih Huriah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom.
Tanggal
:
Tanda Tangan :
9 Februari 2013
The Correlation between the Clean and Healthy Living Behavior with the Occurrence of Diarrhea in Toddler in Integrated Health Care (Posyandu) in Ketangi Hamlet Banyusoco District Playen Sub-District Gunungkidul Regency Year 20131 Yulia Mega Agustina2, Titih Huriah3 ABSTRACT Background of the Problem: Diarrhea was an infectious disease that was still being a problem in the world (global issue), and the second highest cause of morbidity and mortality in the age group of under five years old (toddlers) after the infectious diseases of Acute Respiratory Infections (ISPA), not least in Indonesia. Diarrhea was a disease associated with poor environmental sanitation and behavioral health. The application of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) in the household arrangement was one of the effective ways in preventing and overcoming the diarrhea occurrence especially in children under five. Objective: This study was aimed to determined the relationship between Clean and Healthy Living Behavior with the occurrence of diarrhea in children under five in Integrated Health Care of Ketangi Hamlet, Banyusoco District, Playen Sub-District, Gunungkidul Regency. Methods: The study was quantitative used correlative descriptive study design. Time approach used was cross sectional. The sampling technique was nonprobabability sampling or saturation sampling technique. Techniques of data analysis used Spearman Rank statistical test . Results: The majority of PHBS in the household arrangement in the community in Ketangi Hamlet, Banyusoco District, Playen Sub-District, Gunungkidul Regency can be included in the “quite well” category by 31 people (83.8%); the majority of children under five had diarrhea by 28 infants (75.7%) with the majority toddlers experiencing diarrhea at 3 months were 24 infants (64.9%); the majority of children under five suffer from diarrhea as much as 1 times a year are 15 toddlers (40.5%) and Spearman Rank statistical test results obtained constant values (bi) of -0.727 and a significance value of 0.000. Conclusion: There was a relationship between Clean and Healthy Living Behavior with the Diarrhea occurrence in toddlers in Integrated Health Care in Ketangi Hamlet, Banyusoco District, Playen Sub-District, Gunungkidul Regency. The direction of negative correlation is -0.727, it means that the Clean and Healthy Living Behavior will either lower the occurrence of diarrhea the toddler. Keywords Bibliography Number of Pages 1
: Clean and Healthy Living Behavior, the occurrence of diarrhea In toddlers : 10 books (2003-2011), 4 papers, 5 journals. : xiv + 68 pages + 15 appendix
Title of Thesis Student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 3 Lecture of School of Nursing Faculty of Medicine and Health Sciences Muhammadiyah University of Yogyakarta 2
PENDAHULUAN penyakit
sendiri atau pengobatan di praktek
infeksi yang masih menjadi masalah di
swasta). Laporan profil kabupaten/
dunia (global issue) dan penyebab
kota menunjukkan bahwa selama kurun
kesakitan
tahun
Diare
merupakan
dan
kematian
kedua
2007
jumlah
balita
yang
terbanyak pada kelompok usia di
menderita diare dan 36 memeriksakan
bawah lima tahun (balita) setelah
ke
penyakit infeksi saluran pernafasan
mencapai 16.589 sementara tahun 2008
akut
Angka morbiditas
mencapai 31.394. Sedangkan pada
sebesar 2,8 milyar kasus terdapat
tahun 2009 sejumlah 15.678 balita
angka mortalitas sebesar 2,4 juta kasus
dilaporkan menderita diare. Kemudian
setiap tahun dan 80% terjadi pada usia
pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak
dibawah
55.880
(ISPA).
2
tahun
(World
Health
sarana
pelayanan
kasus
Organization , 2007 dalam Nufara,
ditemukan
2010).
dirumah sakit.
Di
Indonesia
sendiri
angka
di
diare
kesehatan
baik
puskesmas
yang maupun
Jumlah kasus diare di Daerah
kejadian diare masih tinggi , angka
Istimewa
menurut
yang
sebanyak 10.027 kasus. Sedangkan
Kesehatan
untuk kabupaten Gunungkidul kasus
tahun 2006 , jumlah kasus diare tahun
diare tahun 2005 sebanyak 7.505,
2006
tahun 2006 mengalami peningkatan
survai
dilakukan
morbilitas
Departemen
sebanyak
10.980
dan
227
diantaranya menyebabkan kematian.
Yogyakarta
tahun
2006
kasus menjadi 8.107. Menurut hasil
Seluruh
dari Riset Kesehatan Daerah tahun
Kabupaten dan Kotamadya Yogyakarta
2007, Penyebab kematian terbesar
menurut Dinas Kesehatan Yogyakarta
pada kelompok umur 1 - 4 tahun
(2010), penderita diare di puskesmas di
adalah diare.
kabupaten/kota setiap tahun jumlahnya
sebagai
cukup tinggi. Namun demikian hal ini
Pneumonia 18 %,
belum
menggambarkan
Meningitis/Ensefalitis 10 %, DBD 8
prevalensi keseluruhan dari penyakit
%, Campak 7 %, Tenggelam 5 %,
diare karena banyak dari kasus tersebut
Lain-lain (Tuber Cullosis, Malaria,
yang
Leukimia) 11 %.
Profil
Kesehatan
dapat
tidak
pelayanan
terdata kesehatan
di
oleh
sarana
(pengobatan
berikut
Dengan prosentase ;
Diare
29
%,
NEC 12 %,
Puskesmas
: 90, Ds. Bleberan : 75, Ds. Dengok :
Playen,
62, Ds. Plembutan : 50, Ds. Getas : 42,
Kabupaten Gunungkidul tahun 2010,
ds. Ngleri : 21). Tahun 2006 ada 282
Diare termasuk menduduki peringkat
kasus diare dibagi
10 besar pernyakit terbesar yang
(Ds.Banyusoco : 81, Ds. Bleberan : 32,
diderita masyarakat. Adapun daftar 10
Ds. Dengok : 46, Ds. Plembutan : 51,
besar
diderita
Ds. Getas : 40, Ds. Ngleri : 32). Tahun
masyarakat pada tahun 2010 adalah
2011 sampai bulan september ini
sebagai
terdapat 250 kasus diare yang dibagi
Berdasarkan Playen
II
data
Kecamatan
penyakit
yang
berikut
;
1).Influenza,
menjadi 6 desa
4).Tifus,
menjadi 6 desa (Ds.Banyusoco : 85,
6).Demam
Ds. Bleberan : 27, Ds. Dengok : 40,
7).Pneumonia,
Ds. Plembutan : 35, Ds. Getas 31, Ds.
8).Tersangka TB Paru, 9).Disentri,
Ngleri 32). Hampir menyerang semua
10).TBC Paru BTA Positif.
kelompok umur, tetapi paling banyak
2).Hipertensi, 5).Diabetes Berdarah
3).Diare, Melitus,
Dengue,
Berdasarkan
dari
hasil
rekapitulasi laporan STP Puskesmas di
diderita oleh anak usia 1 – 4 tahun sebanyak 60 anak.
Gunungkidul tahun 2009 terdapat total
Diare disebabkan beberapa faktor
9584 kasus untuk semua golongan
antara lain status gizi, infeksi, makanan
umur, dengan jumlah kasus pada balita
yang terkontaminasi, lingkungan dan
sebanyak 1921.
Pada tahun 2010
tangan yang terkontaminasi. Diare juga
terdapat total kasus 10898 untuk
disebabkan oleh kuman Escerichia
semua golongan umur, dengan jumlah
Coli yang tertelan, terutama 3 kuman
kasus pada balita sebanyak 2175.
dari tinja. Hal ini sering terjadi akibat
Sedangkan
kurangnya
untuk
tahun
2011
pengetahuan
rekapitulasi sampai bulan september
pemanfaatan
terdapat 7774 kasus, dengan jumlah
perorangan dan lingkungan serta tidak
kasus pada balita sebanyak 1650.
diberikannya air susu ibu karena
Berdasarkan hasil rekapitulasi
jamban,
dalam kebersihan
terbukti anak-anak yang diberi air susu
penyakit
ibu jarang terserang diare (Herriany,
Kecamatan
2004 dalam Umarotuzuh, 2011 ). Pada
Playen, Kabupaten Gunungkidul tahun
bayi, pertahankan pemberian air susu
2005, terdapat 340 kasus diare yang
ibu atau lakukan pemberian pengganti
dibagi menjadi 6 Desa (Ds.Banyusoco
air susu (bagi yang tidak minum ASI),
data
survailans
Puskesmas
terpadu
Playen
II
tetapi lakukan pengenceran, seperti
yang memenuhi syarat, memberantas
pada pemberian PASI (Hidayat, 2008
jentik nyamuk, tidak merokok di dalam
dalam Umarotuzuh, 2011).
ruangan dan lain-lain. Di bidang
Pencegahan diare pada balita
kesehatan ibu dan anak serta keluarga
atau anak dapat dilakukan dengan
berencana harus dipraktekkan perilaku
memberikan air susu ibu, memperbaiki
meminta pertolongan persalinan oleh
cara penyapihan, menggunakan air
tenaga kesehatan, menimbang balita
yang bersih, mencuci tangan dengan
setiap bulan, mengimunisasi lengkap
sabun
bayi,
atau
air
yang
mengalir,
menjadi
akseptor
keluarga
menggunakan jamban tertutup dan
berencana dan lain-lain. Di bidang gizi
membuang tinja bayi secara baik dan
dan
benar, mengkonsumsi makanan yang
perilaku makan dengan gizi seimbang,
bersih
menjaga
minum Tablet Tambah Darah selama
kebersihan rumah dan lingkungan
hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI)
(Herry, 2005 dalam Umarotuzuh, 2011
eksklusif,
).
Beryodium dan lain-lain. Sedangkan
dan
sehat
,dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
di
farmasi
bidang
harus
dipraktekkan
mengkonsumsi
pemeliharaan
Garam
kesehatan
(PHBS) adalah sekumpulan perilaku
harus dipraktekkan perilaku ikut serta
yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
dalam
sebagai
kesehatan, aktif mengurus dan atau
hasil
menjadikan
pembelajaran, seseorang
yang
keluarga,
jaminan
memanfaatkan
pemeliharaan
upaya
kesehatan
kelompok atau masyarakat mampu
bersumberdaya masyarakat (UKBM),
menolong dirinya sendiri (mandiri) di
memanfaatkan Puskesmas dan fasilitas
bidang kesehatan dan berperan aktif
pelayanan kesehatan lain dan lain-lain
dalam
(Kemenkes RI, 2011).
mewujudkan
kesehatan
masyarakat. Dibidang pencegahan dan
Menurut
penelitian
Ginting
serta
(2011) di Indonesia 162 ribu balita
harus
meninggal setiap tahun atau sekitar 460
dipraktekkan perilaku mencuci tangan
balita setiap harinya karena diare.
dengan sabun, pengelolaan air minum
Sedangkan
dan makanan yang memenuhi syarat,
seperti
menggunakan air bersih, menggunakan
masyarakatnya
jamban sehat, pengelolaan limbah cair
perilaku sehat. Jumlah balita yang
penananggulangan penyehatan
penyakit
lingkungan
permasalahan
diare
dapat dapat
kesehatan
dicegah
bila
menerapkan
wilayah kerja
tangga sudah mempraktikkan PHBS
Puskesmas Siantan Hulu Pontianak
pada tahun 2014. Persentase Rumah
mengalami peningkatan dari tahun
Tangga
2008-2009 yaitu sebesar 153 balita.
merupakan salah satu Indikator Kinerja
Selain itu cakupan rumah tangga ber-
Utama
PHBS juga masih rendah (9,52%).
Kesehatan.
menderita diare di
Ber-PHBS
(IKU)
dari
Berdasarkan
Hasil penelitian didapatkan jumlah
memang
Kementerian
uraian
tersebut
balita yang menderita diare adalah
diatas, bahwa perilaku hidup bersih dan
sebanyak 40 balita (29,41%) dan
sehat seseorang dapat berhubungan dan
adanya
meningkatkan
hubungan
yang
bermakna
individu,
antara kejadian diare pada balita
masyarakat,
dengan sikap dan pengetahuan ibu
Perilaku hidup bersih dan seseorang
tentang perilaku hidup bersih dan sehat
diduga mempunyai hubungan dengan
dengan p < 0,005.
kejadian diare pada balita di Posyandu
Menurut Kementerian Kesehatan RI
(2011),
derajat
kesehatan
di
atas
pada
hakikatnya
lingkungannya.
Balita Dusun Ketangi Desa Banyusoco di wilayah kerja Puskesmas Playen II. Dari latar belakang diatas , maka
masyarakat yang masih belum optimal tersebut
dan
keluarga,
dari itu penelitian ini dimaksudkan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
untuk
perilaku
masyarakat,
pelayanan
hubungan antara perilaku hidup bersih
kesehatan
dan
Kalangan
dan sehat dengan kejadian diare yang
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa
sudah terjadi pada masyarakat selama
determinan
ini.
genetika.
utama
dari
derajat
kesehatan masyarakat tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah perilaku
mengetahui
apakah
ada
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
adalah
masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2007
kuantitatif
memang diketahui bahwa rumah tangg
desain penelitian deskriptif korelatif,
yng telah mempraktikkan perilaku
yaitu penelitian yang diarahkan untuk
hidup bersih dan sehat (PHBS) baru
mendeskripsikan atau menggambarkan
mencapai 38,7%. Oleh sebab itu,
hubungan perilaku hidup bersih dan
Rencana
(Renstra)
sehat dengan kejadian diare pada balita
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-
di Posyandu Dusun Ketangi Desa
2014 mencantumkan target 70% rumah
Banyusoco
Strategis
dengan
ini
menggunakan
Kecamatan
Playen
Penilaian Perilaku hidup bersih
Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Penelitian
ini
menggunakan
dan sehat masyarakat di Posyandu
pendekatan waktu yang digunakan
Dusun
cross
metode
dengan menggunakan kuesioner yang
dilakukan
mencakup 8 indikator PHBS seperti :
bersamaan
mengkonsumsi buah dan sayur, ASI
sectional,
pengambilan dalam
yaitu
data
waktu
yang yang
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu yang membawa anak balita yang berusia 2 - 5 tahun ke Posyandu Balita di Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta dan berjumlah 37 orang. Pengambilan
sampel
ini
Nonprobabability
pada
menggunakan Sampling
dan
dengan teknik Sampling Jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi (Sugiyono, 2010). diinginkan
oleh
Sampel yang peneliti
memiliki
kriteria, sebagai berikut: 1) Ibu-ibu
Desa
Eksklusif, pengelolaan
(Arikunto, 2010).
penelitian
Ketangi
yang
membawa
anak
balitanya yang berusia 2 – 5 tahun
pemberantasan
Banyusoco
Sampah jentik
dan
nyamuk,
melakukan aktifitas fisik setiap hari, penggunaan jamban sehat, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, dan menimbang balita setiap bulan. Penilaian
perilaku hidup bersih dan sehat diukur dengan menggunakan skala ordinal. Check
List
ini
berbentuk
24
perntanyaan dengan jawaban “ya” dan “tidak”.
Jawaban “ya” bila sesuai
dengan pertanyaan yang diberikan dan jawaban “tidak” untuk sebaliknya. Coding untuk jawaban “ya” adalah 1 dan 0 untuk jawaban “tidak”.
Hasil
dari
akan
pengkajian
PHBS
dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut (Arikunto, 1988 cit Wantiyah, 2004):
ke Posyandu Dusun Ketangi Desa
Baik
: 76% - 100%
Banyusoco
Cukup Baik
: 56% - 75%
Kecamatan
Playen
Kabupaten Gunungkidul. 2) Dapat membaca dan menulis.
Kurang Baik : 40% - 55% Tidak Baik
: < 40%
3) Bersedia menjadi responden. Dari kriteria yang telah di
Penilaian kejadian diare berupa
tetapkan oleh peneliti terdapat jumlah
Angket yang berisi 2 pertanyaan yang
sampel sebanyak 37 sampel.
digunakan untuk mengkaji kejadian
diare pada balita yang berusia 2-5
Jika didapatkan
tahun dan dalam kurun waktu 1 tahun
sama dengan r tabel maka item tersebut
terakhir mengalami diare. Hasil dari
valid, dan apabila
pengkajian diare merupakan jawaban
tabel maka item tersebut dikatakan
“ya”
gugur (Notoatmodjo, S, 2005). Agar
dan
“tidak”
sehingga
menggunakan skala data nominal. Uji
validitas
adalah
diperoleh
!"
lebih dari satu
kurang dari r
!"
distribusi
nilai
hasil
suatu
pengukuran mendekati normal, maka
ukuran yang menunjukkan tingkatan-
sebaiknya jumlah responden untuk uji
tingkatan kevalidan atau kesahihan
coba
instrumen (Arikunto, 2010). Pengujian
(Notoatmojdo, S, 2005).
validitas dalam penelitian ini dilakukan
paling
sedikit
20
orang
Hasil uji validitas berdasarkan
terhadap 30 orang Ibu yang membawa
hasil
anaknya ke Posyandu Balita Dusun
menggunakan
Banyusoco
Desa
Banyusoco
responden dapat diambil kesimpulan
Kecamatan
Playen
Kabupaten
bahwa tidak semua pertanyaan dalam
Gunungkidul
Yogyakarta,
karena
perhitungan
soal valid.
SPSS
dengan terhadap
20
Variabel perilaku hidup
Dusun ini mempunyai letak geografis
bersih dan sehat yang terdiri 24
yang sama dengan Dusun Ketangi dan
terdapat dua soal yang tidak valid,
karakteristik
hampir
yaitu soal nomor 3 dan 23 karena
sama, yaitu sama-sama mengambil air
korelasi r hitung kurang dari r tabel
dari sumber mata air yang letaknya
(0,444) .
berdekatan dengan sungai oya untuk
kejadian diare terdiri dari 2 soal dan
keperluan sehari-hari.
semuanya valid. Sehingga pertanyaan
penduduknya
Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah Produk moment:
rxy =
Butir-butir soal yang sudah
{N å X - (å X )}{N å Y - (å Y )} 2
2
2
Untuk menentukan valid atau tidaknya dilakukan
suatu dengan
item
yang tidak valid tidak disertakan dalam penelitian yang sesungguhnya.
N å XY - (å X )(å Y ) 2
Sedangkan untuk variabel
pertanyaan
membandingkan
angka korelasi product moment tabel.
valid
selanjutnya
diuji
reliabilitasnya.
tingkat
Reliabilitas
menunjukkan tingkat keandalan jika instrumen yang digunakan mampu menghasilkan data yang hampir sama dalam
waktu
yang
berbeda.
Selanjutnya atas dasar analisis butir
dan uji keandalan yang diperoleh,
hidup bersih dan sehat degan kejadian
maka butir-butir yang dinyatakan sahih
diare meliputi analisis Spearman Rank
dan handal ditetapkan sebagai alat ukur
, dengan rumus sebagai berikut:
penelitian.
Alat ukur ini kemudian
digunakan
dalam
6 ∑ '() $=1− *(*) − 1)
penelitian
sesungguhnya. variabel
Selanjutnya data akan diolah
perilaku hidup bersih dan sehat dan
atau diinterpretasikan, kemudian akan
variable kejadian diare pada balita
dibandingkan
menggunakan uji reliabilitas Kuder
terhadap kesesuaian data dan kekuatan
Richardson (KR 20), karena instrumen
hubungan antara kedua variabel dengan
yang digunakan dalam penelitian ini
tingkat
menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0).
menggunakan rumus:
Pengujian
reliabilitas
pada
variabel
signifikan,
Rumus yang digunakan adalah sebagai
Zh = .
dengan -
3 √02.
berikut (Arikunto, 2010): k r11 = (
setiap
Harga z hitung (Zh) selanjutnya
Vt - Σpq )(
k–1
) Vt
dibandingkan dengan harga z table (Zt). Jika z hitung lebih besar dari z tabel
maka
hubungan
signifikan
Berdasarkan dari hasil analisis
diterima (Ho ditolak, Ha diterima) dan
diperoleh nilai koefisien reliabilitas
jika z hitung lebih kecil dari z tabel
Kuder Richardson (KR 20), untuk soal
maka hubungan signifikan ditolak (Ho
pertanyaan perilaku hidup bersih dan
ditolak,
sehat dan variabel kejadian diare pada
perhitungan selanjutnya menggunakan
balita sebesar 0,944. Oleh karena nilai
bantuan komputer. (Sugiyono, 2010).
koefisien Kuder Richardson (KR 20),
tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan perilaku
diterima).
Untuk
HASIL
lebih besar dari 0,444; maka dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen
Ha
Desa Banyusoco, merupakan salah satu
Desa
Kabupaten
di
Kecamatan
Playen,
Gunungkidul
dan
merupakan salah satu Desa Binaan wilayah kerja Puskesmas Playen II. Desa
Banyusoco
merupakan
Desa
terpencil di Kecamatan Playen, secara
a.
Puskesmas Pembantu : 1 buah
geografis
daerah
b.
Poliklinik Swasta : 1 buah
pegunungan, luas wilayahnya adalah
c.
Posyandu : 8 buah
1782,4975
d.
Polindes : 1 buah
e.
Puskesling dalam satu bulan ke
merupakan
ha.
Dengan
jumlah
penduduk 5879 jiwa. Desa
Banyusoco
dibatasi
dengan empat Desa yaitu : a. Disebelah
Barat
Timur
dengan
dengan
c. Disebelah Selatan dengan Desa Girisoko Utara
dengan
Desa Kebosungu Secara
administrasi
Desa
Banyusoco terdiri dari 8 Dusun, 8 RW, 56 RT. Sarana kesehatan yang ada di Desa
Banyusoco
yang
putaran
secara
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Desa Banyusoco adalah :
Desa Bleberan
d. Disebelah
kali
bergantian
Desa Mangunan b. Disebelah
Dusun 2
milik
Pemerintah maupun swasta adalah :
a. Bidan Desa :
1 buah
b. Perawat :
2 buah
c. PLKB
:
1 buah
d. TU
:
2 buah
Tabel 3 Karakteristik Responden No 1
2
3
4
Karakteristik Umur Ibu (Tahun) a. 20 – 35 Tahun b. > 35 tahun Total Umur Balita (Bulan) a. 23 - 30 bulan b. 31 - 38 bulan c. 39 - 46 bulan d. 47 - 54 bulan e. 55 - 62 bulan Total Pendidikan Ibu a. Dasar (SD - SMP) b. Menengah (SMA) c. Tinggi (Perguruan Tinggi) Total Pekerjaan Ibu IRT Buruh/Tani Pegawai Swasta Wiraswasta PNS Total
Sumber: Data Primer, 2013.
Jumlah (orang)
Persentase (%)
24 13 37
64.9 35.1 100.0
10 9 5 8 5 37
27.0 24.3 13.5 21.6 13.5 100.0
21 13 3 37
56.8 35.1 8.1 100.0
19 11 1 4 2 37
51.4 29.7 2.7 10.8 5.4 100.0
usia 39 – 46 bulan dan 55 – 62 bulan yang masing-masing jumlahnya adalah
Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan umur ibu, mayoritas ibu berusia antara 20 – 35 tahun sebanyak 24 orang (64,9%) dan sisanya sebanyak 13 orang (35,1%) merupakan ibu dengan usia > 35 tahun. Berdasarkan
umur
sama sebanyak 5 balita (13,5%). Berdasarkan
pendidikan
ibu,
mayoritas ibu berpendidikan dasar yang merupakan tamatan SD dan SMP sebanyak
21
orang
(56,8%)
dan
sebaliknya pendidikan ibu yang paling balita,
mayoritas balitas berusia antara 23 – 30 bulan sebanyak 10 balita (27%) dan sebaliknya usia balita yang paling sedikit ditemukan adalah balita dengan
sedikit ditemukan adalah ibu yang berpendidikan
tinggi
(tamatan
Perguruan Tinggi) sebanyak 3 orang (8,1%).
Berdasarkan
ibu,
pekerjaan ibu yang paling sedikit
mayoritas ibu berstatus sebagai IRT
ditemukan adalah ibu yang bekerja
(Ibu Rumah Tangga) sebanyak 19
sebanyak pegawai swasta sebanyak 1
orang
orang (2,7%).
(51,4%)
pekerjaan
dan
sebaliknya
Tabel 4 Deskriptif Perilaku PHBS Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul No 1 2
Perilaku PHBS Cukup Baik Baik Total Sumber: Data Primer, 2013.
Jumlah (orang) Persentase (%) 31 83.8 6 16.2 37 100.0 kategori cukup baik sebanyak 31 orang (83,8%) dan sisanya sebanyak 6 orang
Tabel 4. menunjukkan bahwa (16,2%) mayoritas
perilaku
PHBS
memiliki perilaku PHBS
tatanan tatanan rumah tangga yang masuk
rumah tangga pada masyarakat di dalam kategori baik. wilayah Banyusoco
Dusun
Ketangi
Kecamatan
Desa Playen
Kabupaten Gunungkidul masuk dalam Tabel 5 Deskriptif Kejadian Diare pada Balita di Posyandu Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul No 1
Kejadian Diare Tidak Mengalami Diare 2 Mengalami Diare Total Sumber: Data Primer, 2013.
Jumlah (balita) 9 28 37 Playen
Persentase (%) 24.3 75.7 100.0 Kabupaten Gunungkidul
pernah mengalami diare sebanyak 28 balita (75,7%) dan sisanya sebanyak 9 Tabel 5. menunjukkan bahwa
balita
mayoritas balita di Posyandu Dusun
diare.
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Tabel 6
(24,3%)
tidak
mengalami
Kejadian Diare Terakhir pada Balita di Posyandu Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul No Diare Terakhir 1 3 bulan terakhir 2 6 bulan terakhir Total
Jumlah (balita) 24 13 37
Sumber: Data Primer, 2013.
mengalami kejadian diare pada 3 bulan terakhir sebanyak 24 balita (64,9%)
Tabel 6. menunjukkan bahwa
dan
mayoritas balita di Posyandu Dusun
Kabupaten
sisanya
sebanyak
13
balita
(35,1%) mengalami kejadian diare
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen
Persentase (%) 64.9 35.1 100.0
dalam kurun waktu 6 bulan terakhir
Gunungkidul
Tabel 7 Frekuensi Kejadian Diare dalam Setahun pada Balita di Posyandu Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul No
Frekuensi Diare dalam Setahun 1 kali dalam setahun 2 kali dalam setahun 3 kali dalam setahun Total
1 2 3
Jumlah (Balita)
Persentase (%)
15 13 9 37
40.5 35.1 24.3 100.0
Sumber: Data Primer, 2013.
sebanyak 3 kali dalam setahun, yaitu sejumlah 9 balita (24,3%).
Tabel
7.
menunjukkan
bahwa Hasil analisa statistik koefisien
mayoritas balita di Posyandu Dusun Ketangi Playen
Desa Banyusoco Kecamatan Kabupaten
Gunungkidul
Rank Spearman diperoleh nilai konstanta (bi)
sebesar -0,727 dan dengan nilai
signifikasi 0,000. Maka dapat dikatakan ada hubungan antara Perilaku Hidup
mengalami diare sebanyak 1 kali dalam setahun sejumlah 15 balita (40,5%) dan sebaliknya frekuensi kejadian diare yang
Bersih dan Sehat dengan
Kejadian
Diare pada Balita di Posyandu Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Arah
paling sedikit ditemukan adalah balita yang
mengalami
kejadian
diare
hubungan
negative
-0,727
artinya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
baik akan menurunkan angka Kejadian
anggota keluarga dalam menerapkan
Diare pada Balita.
prinsip-prinsip PHBS
tatanan rumah
tangga yang pada akhirnya PEMBAHASAN
menghindarkan balita
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
diare,
Dusun
Banyusoco
penyebabnya
Kabupaten
diterapkannya
Ketangi
Kecamatan
Desa
Playen
salah
kejadian
satu
factor
adalah
tidak
prinsip-prinsip PHBS
tatanan rumah tangga.
Gunungkidul Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
penduduk
yang
dari
dalam
yang
Sebagaimana
pendapat
yang
mayoritas
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003)
di wilayah Dusun Ketangi
yang mengatakan bahwa pengetahuan
Desa Banyusoco Kecamatan Playen
memegang peranan penting
dalam
Kabupaten Gunungkidul yang memiliki
penentuan
Sikap
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
seorang
kategori cukup baik dapat dimungkinkan
diperolehnya
oleh adanya pengaruh
tentang
karakteristik
dari
beberapa
responden
sebagai
sikap yang utuh. dapat
berubah
tambahan informasi
objek
kehidupan
tertentu
manusia
mengalami
berikut. Jika
dilihat
dari usia ibu yang
mayoritas berkisar antara 20 – 35 tahun
dengan
dalam
sikap
selalu
perubahan
dan
perkembangan (Purwanto, 2001 dalam Utari, 2011).
yang notabene masuk dalam kategori
Pengetahuan ini akan membentuk
usia muda (ibu muda), menandakan
kepercayaan yang selanjutnya perspektif
bahwa ibu sudah berada dalam usia yang
pada
matang dalam menjalankan perannya
kenyataan,
sebagai
dalam pengambilan
ibu
dalam
mengasuh
dan
manusia
dalam
memberikan dasar
membesarkan anak-anaknya. Sehingga
menetukan sikap
dalam kondisi usia yang matang baik
objek tertentu,
secara
dimaksud
biologis
psikologis,
sudah
maupun selayaknya
secara ibu
mempersepsi
adalah
keputusan dan terhadap
suatu
kepercayaan
yang
keyakinan
bahwa
sesuatu itu benar atau sebaliknya atas
memiliki tingkat pengetahuan yang baik
bukti,
tentang PHBS khususnya tatanan rumah
pengalaman atau intuisi. Oleh sebab
tangga
itulah, perilaku
sehingga
dapat
mendorong
tumbuhnya sikap dan perilaku positif
sikap
sugesti,
positif
sugestiotoritas,
yang terbentuk dari yang
dilandasi
oleh
pengetahuan cenderung
yang
akan
oleh para pakar kesehatan disebutkan
dibandingkan
bahwa pendidikan merupakan salah satu
baik
langgeng
dengan perilaku yang tidak
didasari
faktor
yang
oleh sikap positif dan pengetahuan
pengetahuan
yang
akhirnya
baik
tentang
sesuatu
objek
Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat
pengetahuan
seseorang
menumbuhkan
perilaku
(Notoatmodjo, 2003).
mempengaruhi
kesehatan
tingkat
dan
pada
sikap
dan
seseorang,
akan
tetapi mayoritas ibu telah menerapkan Perilaku
Hidup
Bersih
dan
Sehat
Semakin
Tatanan Rumah Tangga yang cukup
semakin
baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa
dan banyak pengalaman/hal
pendidikan seseorang bukan merupakan
yang telah dijumpai dan dikerjakanuntuk
satu-satunya faktor dan jaminan perilaku
memiliki
seseorang
adalah
umur.
banyak usia seseorang maka bijaksana
pengetahuan.
Dengan
positif
tersebut
dapat
PHBS
Tatanan
Meskipun
seseorang
pengetahuan mengembangkan
kemampuan
terkait
dengan
penerapan
Rumah
Tangga.
khususnya
mengambil keputusan yang merupakan
memiliki
manifestasi dari keterpaduan menalar
pendidikan, akan tetapi apabila para
secara ilmiah dan etik yang bertolak
ibu khususnya yang memiliki balita
dari masalah nyata (Irmayanti, 2007
sering mengikuti kegiatan Posyandu dan
dalam Utari, 2011).
kunjungan ke klinik-klinik
berkaitan dalam
Umur
ini juga
keterbatasan
ibu
kesehatan
dengan
kematangan
akal
(KIA),
menerima,
menghayati
dan
menyelenggarakan program penyuluhan
mensikapi
sesuatu.
Seiring
yang
tingkat
kesehatan,
didalamnya
maka
para
juga
ibu
akan
seseorang,
memperoleh tambahan informasi tentang
kematangan akal juga semakin tumbuh
pentingnya perilaku kesehatan termasuk
dengan kuat, sehingga menumbuhkan
PHBS tatanan rumah tangga sehingga
pengetahuan yang semakin baik pada
dapat mendorong anggota keluarga lain
diri seseorang (Muliadi N, 2008 dalam
untuk berperilaku positif menyangkut
Utari, 2011).
pemeliharaan
bertambahnya
umur
Jika dilihat dari tingkat pendidikan ibu yang mayoritas berpendidikan dasar
kesehatan
diri
dan
lingkungan. Pendidikan
adalah sikap
proses
(SD –SMP), meskipun dihadapkan pada
pengubahan
dan tata laku
keterbatasan tingkat pendidikan yang
seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan
Meskipun
lingkungan
pekerjaan
pelatihan baik di
sebagaimana yang dikemukakan oleh
sekolah ataupun di luar sekolah. Makin
Soekanto (2006 dalam Wantiyah, 2004),
tinggi
bahwa salah satu faktor pembentuk
pendidikan,
seseorang
makin
menerima
mudah
pengetahuan.
pengetahuan
seseorang
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi
lingkungan
sosial
persepsi seseorang
didalamnya
untuk
lebih
adalah termasuk
lingkungan
kerja.
menerima ide-ide dan teknologi baru.
Seseorang yang bekerja di luar rumah
Pendidikan juga merupakan salah satu
tentu
faktor yang mempengaruhi persepsi
sosial yang lebih luas dibandingkan
seseorang.
dengan
Karena
seseorang
dapat
untuk
membuat
lebih
memiliki cakupan lingkungan
mereka yang tidak bekerja.
mudah
Hampir segala sesuatu yang dipikirkan,
mengambil keputusan dan bertindak
dirasakan, bertahan dengan orang lain,
(Irmayanti, 2007 dalam Utari, 2011).
bahasa, kebiasaan makan, pakaian, dan
Jika dilihat dari status pekerjaan
sebagainya dipelajari dari lingkungan
ibu yang mayoritas sebagai ibu rumah
sosial
tangga (IRT), tetapi
lingkungan kerja. Akan tetapi, seiring
mayoritas
ibu
budaya
termasuk
didalamnya
telah memiliki perilaku yang cukup
dengan
baik dalam menerapkan PHBS tatanan
informasi dan komunikasi khususnya
rumah
bahwa
yang berbasis internet, memudahkan
meskipun para ibu disibukkan dengan
seseorang untuk memperoleh informasi
beragam aktivitas
mengurus
dan sumber pengetahuan up to date
tangga, mulai dari mengurus
kapanpun dan dimanapun tanpa harus
rumah
tangga
menunjukkan
rutin
perkembangan
teknologi
anak, suami sampai dengan urusan
dibatasi
internal rumah tangga lainnya, tetap
(Soekanto, 2006 dalam Wantiyah 2004).
tidak membatasi
ruang dan waktu
untuk
Hasil penelitian yang menunjukkan
informasi
bahwa mayoritas umur balita berkisar
kesehatan yang sangat penting bagi
antara 23 – 30 bulan yang merupakan
tumbuh
kelompok usia rentan terjangkit diare,
memperoleh
mereka
oleh
sumber
kembang
bayi
seperti
pentingnya penerapan PHBS tatanan
dapat
rumah tangga sebagai salah satu upaya
pendorong
mencegah kejadian diare pada balita.
Perilaku
menjadi
salah
satu
faktor
ibu
untuk
menerapkan
Hidup
Bersih
dan
Sehat
Tatanan Rumah Tangga agar balita
mereka terhindar dari kejadian diare. Ini
usia merupakan salah satu faktor yang
merupakan bentuk kasih sayang ibu
mempengaruhi
dalam
seseorang.
menjaga,
melindungi
dan
tingkat
pengetahuan
Semakin bertambah usia
memelihara kesehatan balita termasuk
seseorang maka semakin bijaksana dan
dari ancaman
banyak
terjangkitnya penyakit
diare yang paling banyak
menyerang
pengalaman/hal
yang
telah
dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki
kelompok usia bayi dan balita.
pengetahuan.
2. Kejadian Diare pada Balita di
tersebut
Dengan dapat
pengetahuan
mengembangkan
Posyandu Dusun Ketangi Desa
kemampuan mengambil keputusan yang
Banyusoco
merupakan manifestasi dari keterpaduan
Kecamatan
Playen
menalar secara ilmiah danetik yang
Kabupaten Gunungkidul Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas balita di Posyandu Dusun
Ketangi
Kecamatan
Desa
Banyusoco
Playen
Kabupaten
Gunungkidul mengalami kejadian diare, dengan catatan kejadian adalah 3 bulan terakhir
dan frekuensi
kejadian
sebanyak 1 kali dalam setahun, dapat dimungkinkan karena adanya beberapa factor karakteristik responden sebagai berikut. Jika dilihat dari usia ibu yang mayoritas masuk dalam kategori usia ibu muda
(20
–
35
tahun),
dapat
dimungkinkan ibu memiliki keterbatasan pengetahuan dan pengalaman tentang pentingnya penerapan
PHBS
tatanan
rumah tangga sebagai salah satu upaya efektif mengurangi kejadian diare pada balita.
Sebagaimana
yang
telah
disebutkan sebelumnya bahwa factor
bertolak dari masalah nyata (Irmayanti, 2007 dalam Utari, 2011). Umur ini juga berkaitan dalam
dengan
kematangan
akal
menerima,
menghayati
dan
mensikapi
sesuatu.
bertambahnya
Seiring
umur
seseorang,
kematangan akal juga semakin tumbuh dengan kuat, sehingga menumbuhkan pengetahuan yang semakin baik pada diri seseorang akan
yang
menumbuhkan
pada
akhirnya
sikap
perilaku
yang
pentingnya
pemeliharaan
kesehatan
lingkungan
termasuk
diri
dan
positif
dan tentang
didalamnya
adalah Perilaku Hidup
Bersih
Sehat
dan
Tatanan
Rumah
Tangga (Muliadi N, 2008 dalam Utari 2011). Jika dilihat dari usia balita yang mayoritas berkisar antara 23 – 30 bulan yang
merupakan
terserang
kelompok
rentan
penyakit diare, maka dapat
dimengerti dalam
apabila
balita
(IRT). Seperti yang sudah dijabarkan
mengalami
di atas, bahwa salah satu faktor penting
mayoritas
penelitian
ini
pembentuk pengetahuan
seseorang
penerapan PHBS tatanan rumah tangga
adalah
termasuk
adalah sangat penting sebagai salah satu
didalamnya
upaya efektif dalam
atau
Seseorang yang bekerja di luar rumah
mengurangi tingkat kejadian diare pada
tentu memiliki cakupan lingkungan dan
balita.
interaksi
kejadian
diare.
Oleh
sebab
mencegah
itu,
Jika dilihat dari tingkat pendidikan
lingkungan
sosial,
lingkungan
sosial
dibandingkan
yang
dengan
kerja.
lebih
luas
mereka
yang
ibu yang mayoritas berpendidikan dasar
menghabiskan
(SD –SMP), maka dapat dipahami
rumah.
apabila mayoritas
didalamnya mencakup aktivitas interaksi
ibu
memiliki
di
dalam
Sebab lingkungan sosial yang
perilaku PHBS tatanan rumah tangga
social
yang masuk dalam
informasi
kategori cukup,
waktunya
menjadi
salah satu sumber
penting
yang
banyak
sehingga dimungkinkan menjadi salah
mempengaruhi
satu faktor pemicu kejadian diare pada
pengetahuan
balita. Sebagaimana yang dikemukakan
akhirnya akan menumbuhkan sikap dan
oleh
(2007 dalam Utari,
perilaku positif bagi diri seseorang
2011) di atas, bahwasannya semakin
mengenai pentingnya penerapan PHBS
tinggi pendidikan seseorang maka akan
tatanan rumah tangga sebagai salah
cenderung
membentuk
satu upaya pencegahan diare pada
seseorang
yang lebih baik mengenai
Irmayanti
pengetahuan
pembentukan seseorang
yang
pada
balita.
suatu objek, fenomena, ide dan gagasan baru termasuk didalamnya pengetahuan
3. Hubungan Antara PHBS Tatanan
tentang PHBS tatanan rumah tangga
Rumah Tangga dengan Kejadian
sebagai salah satu upaya pencegahan
Diare pada Balita di Posyandu
dan pengurangan kejadian diare pada
Dusun Ketangi Desa Banyusoco
balita.
Kecamatan
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian faktor
sebagian diare status
balita tidak
mengalami
terlepas
pekerjaan ibu
dari yang
mayoritas sebagai ibu rumah tangga
Playen
Kabupaten
Gunung Kidul Yogyakarta Hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara PHBS tatanan rumah tangga dengan kejadian diare
pada balita di Posyandu Dusun Ketangi
memelihara dan meningkatkan status
Desa Banyusoco Kecamatan Playen
kesehatannya,
Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
pencegahan penyakit, kebersihan diri,
sejalan dengan temuan Nufara (2010)
pemilihan makanan sehat dan bergizi,
dan
yang
hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
ada hubungan signifikan
Menurut Sadli (2005), perilaku sehat
Ramadhani
mengatakan
(2010)
tindakan
individu sangat erat kaitannya dengan
Kualitas
lingkungan secara menyeluruh, seperti:
didalamnya
lingkungan keluarga dengan berbagai
penerapan prinsip-prinsip
kebiasaan sehat setiap anggota keluarga,
kejadian
diare.
sanitasi lingkungan menyangkut
lain
lingkungan
antara kualitas sanitasi dengan
antara
ini
PHBS tatanan rumah tangga, sehingga
lingkungan
secara
dan
berkaitan dengan tradisi, adat-istiadat,
dimengerti adanya hubungan signifikan
serta kepercayaan masyarakat setempat
antara
lingkungan
dan lingkungan umum yang berkaitan
sebagai hasil dari penerapan prinsip-
dengan kebijakan pemerintah di bidang
prinsip dasar PHBS dengan kejadian
kesehatan,
diare.
undang-undang kesehatan.
logis
kualitas
dapat
dipahami
sanitasi
terbatas
program
keluarga
yang
kesehatan
dan
Hasil penelitian ini juga sejalan
Tingkat laku manusia (behavior)
dengan temuan Utari, (2011) yang
juga mempengaruhi derajat kesehatan
menyebutkan
masyarakat.
bahwa ada hubungan
Faktor
lingkungan
dan
signifikan antara perilaku PHBS dengan
tingkah laku manusia saling berinteraksi
kejadian
kerja
satu dengan yang lainnya. Kondisi
Puskesmas Delanggu Klaten. Hasil studi
lingkungan yang bersih, tertib dan aman
ini juga sejalan dengan temuan Prasetya
akan
(2003 dalam Utari, 2011) mengenai
tingkah laku manusia untuk menerapkan
faktor-faktor
hidup sehat. Khusus penyakit diare,
diare
di
wilayah
yang
berhubungan
memberikan
dimana
Prambanan, bahwa yang berpengaruh
faktor lingkungan maka langkah yang
terhadap kejadian diare
harus
Madurejo
Desa
adalah perilaku masyarakat
sehat
seseorang
berhubungan dengan tindakannya dalam
adalah
adalah
memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk berperilaku
dan juga lingkungan. Perilaku
diambil
utamanya
kepada
dengan kejadian diare di Desa Madurejo
di
penyebab
dampak
hidup
sehat
dengan
menggunakan air bersih, pembuangan
air besar di jamban dan menjaga
bertempat tinggal di daerah tepi sungai,
kebersihan lingkungan rumah tangganya.
mereka
Penyakit diare menurut Purwanto
tidak
mempunyai
jamban
sehingga buang air besar di sungai. Jarak
2011)
sumber air dengan tempat peresapan
merupakan salah satu penyakit berbasis
kotoran manusia yang kurang dari 10
lingkungan dimana dua faktor yang
meter, menyebabkan air sumur yang
paling berpengaruh adalah air dan
dipakai untuk keperluan rumah tangga
pembuangan tinja, sedangkan
mudah
2001
(dalam
Umarotuzuh,
faktor-
terkontaminasi
kotoran
sumber air, jarak sumur ke rembesan
sebagai
tinja, dan kepadatan hunian mempunyai
diare.
pengaruh terhadap kejadian diare kecuali
penanaman
bahan utama lantai (Prasetya, 2003
masih perlu ditingkatkan lagi, seperti
dalam Utari, 2011).
kebiasaan mencuci tangan dengan air
penelitian
mengungkapkan
keadaan
di
atas
kesehatan
lingkungan yang tidak baik yang dipicu
bersih
media Perilaku
dan
sehingga
dari
faktor lingkungan, seperti: jenis kakus,
Beberapa
manusia
kuman
efektif
penyebaran penyakit masyarakat
kebersihan
sabun
dalam
lingkungan
sebelum
makan
maupun sesudah buang air besar masih jarang dilakukan oleh masyarakat.
oleh pola penerapan PHBS yang buruk
Penelitian Budiarso 2003 (dalam
mempengaruhi terhadap kejadian diare
Utari 2011), menyatakan bahwa untuk
dibandingkan
kesehatan
menekan insiden diare dan sekaligus
lingkungan yang lebih baik melalui
mencegah timbulnya penyakit faecal-
penerapan PHBS.
oral
keadaan
Perilaku hidup bersih dan sehat
dapat
memperbaiki
dilakukan keadaan
dengan
hygiene
dan
ternyata
sanitasi lingkungan keluarga. Upaya
mempengaruhi terhadap kejadian diare.
pemberantasan kejadian diare pada balita
Hal ini dapat dimungkinkan karena
khususnya dan orang dewasa pada
kondisi lingkungan yang sangat bisa
umumnya, tidak hanya terfokuskan pada
mendukung
diare,
faktor kesehatan lingkungan. Kebiasaan
diantaranya adalah pemakaian sumber
dan perilaku hidup sehat juga perlu
air bersih untuk keperluan minum,
mendapatkan perhatian. Kebiasaan dan
mandi dan masak-memasak. Selain itu,
perilaku keluarga yang baik dalam
faktor
juga
menyediakan air bersih, membuang
berpengaruh, misalnya masyarakat yang
sampah pada tempatnya, penyediaan
(PHBS)
seseorang
jamban
penyebaran
yang
dipakai
sarana pembuangan tinja yang baik,
Posyandu
dapat mencegah kejadian diare. Selain
Banyusoco
itu, komponen perilaku hidup bersih dan
Kabupaten Gunungkidul.
Dusun
Ketangi
Kecamatan
Desa Playen
sehat, seperti: mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar, mengkonsumsi air bersih, dan menjaga kebersihan dan kualitas air dari berbagai sumber
polutan
dapat
mencegah
kejadian diare (UNICEF, 2005 dalam Utari, 2011).
Saran Sebagai penutup dalam penelitian ini,
penyusun
beberapa
akan
saran
mengemukakan
penelitian
sebagai
berikut: 1. Bagi Puskesmas Playen II
Kesimpulan
Hasil
Berdasarkan uraian pembahasan di
penelitian
digunakan
ini
sebagai
dapat dasar
atas, penyusun dapat menarik beberapa
pertimbangan
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
kebijakan kesehatan dan perencanaan
untuk
menentukan
1. Mayoritas perilaku PHBS tatanan
program
pembangunan
kesehatan
rumah tangga pada masyarakat di
termasuk
program
pemberian
wilayah Dusun Banyusoco Desa
penyuluhan
kesehatan
Banyusoco
Kecamatan
Playen
tentang pentingnya penerapan PHBS
Kabupaten
Gunungkidul
masuk
tatanan rumah tangga sebagai salah
dalam kategori cukup baik sebanyak
satu upaya mengurangi kejadian diare
31 orang (83,8%).
pada balita.
2. Mayoritas balita di Posyandu Dusun
masyarakat
2. Bagi Masyarakat di Dusun Ketangi
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan
Desa
Playen
Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Kabupaten
Gunungkidul
Banyusoco,
Kecamatan
mengalami diare sebanyak 28 balita (75,7%), dengan kejadian diare pada 3 bulan terakhir sebanyak 24 balita (64,9%) dan frekuensi kejadian diare sebanyak 1 kali dalam setahun
3. Terdapat hubungan antara PHBS rumah
kejadian
diare
tangga pada
hidup bersih dan sehat dalam rangka menjaga
dan
memelihara
kualitas
kesehatan dan sanitasi lingkungan yang dapat menghindarkan anggota keluarga
sejumlah 15 balita (40,5%).
tatanan
Hendaknya menerapkan perilaku
dengan balita
di
khususnya balita terhindar dari kejadian diare. 3. Profesi Keperawatan
Hasil
penelitian
mendorong
perawat
ini
dapat
Dinas Kesehatan Yogyakarta. 2011.
memberikan
Profil
Kesehatan
Provinsi
motivasi kepada masyarakat khususnya
Daerah
Istimewa
ibu untuk menerapkan PHBS sebagai
2011.
upaya pencegahan kejadian diare pada
Kesehatan Yogyakarta.
Yogyakarta
Yogyakarta:
Dinas
balita. 4. Peneliti Lain Hasil
Ginting, S.BR. 2011. Hubungan antara
penelitian
ini
dapat
Kejadian
Diare
pada
Balita
digunakan sebagai bahan rujukan
dengan Sikap dan Pengetahuan
untuk
Ibu Tentang PHBS di Puskesmas
mengembangkan
penelitian
sejenis terkait dengan perilaku hidup
Siantan
bersih dan sehat sebab masih banyak
Kalimantan Barat Tahun 2011.
aspek yang perlu dikaji mengenai
Skripsi. Surabaya: Program Studi
topik permasalahan penelitian ini.
Pendidikan
Pontianak
Bidan
Jalur
B
Fakultas Kedokteran Unversitas
DAFTAR PUSTAKA
Airlangga.
Junias, Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta
M.
&
Balelay,
E.
2008.
Hubungan Antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk
di Kelurahan
Oesapa Kecamatan Kelapa Lima
Departemen
Kesehatan
Indonesia.
2003.
Republik Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Direktorat Jendral PP & PL. Departemen
Hulu
Kota
Kupang.
dalam
http://mediakesehatanmasyarakat .files.wordpress.com/2012/06/arti kel-5.pdf , diakses pada 14 Februari 2013
Kesehatan
Republik
Indonesia. 2007. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Ditjen PP & PL
Kementerian
Kesehatan
RI.
2011.
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
perilaku
kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta Notoatmodjo,
S.
Laboratorik: Edisi Baru. Jakarta: 2005.
Penelitian
Metodologi
Kesehatan,
Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo,
S.
2010.
Penelitian
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan
Umarotuzuh. 2011.
Upaya
Keluarga
dalam Pencegahan Terjadinya
Metodologi
Kesehatan,
Rineka Cipta
Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Penyakit Diare pada Balita di Desa
Brambang
Kecamatan
Nufara, E. 2010. Hubungan Sanitasi
RW
01
Karangawen
Kabupaten Demak .
Lingkungan Terhadap Kejadian
dalam
Diare
http://digilib.unimus.ac.idfilesdis
Akut
pada
Kecamatan
Balita
Cepogo
di dan
k1122jtptunimus-gdl-
Mojosongo Kabupaten Boyolali
umarotuzuh-6076-1-babi.pdf
Tahun
diakses tanggal 7 November
2010.
Tesis.
dipublikasikan.
Tidak
Yogyakarta:
,
2012
Program Studi Ilmu Kesehatan
Utari, T. 2011. Hubungan Perilaku
Masyarakat Fakultas Kedokteran
Hidup Bersih dan Sehat dengan
Universitas Gadjah Mada
Kejadian Diare di Wilayah Kerja
Ramadhani,
A.F.
2010.
Hubungan
Puskesmas
Delangu.
Dalam
Sanitasi Dengan Kejadian Diare
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ju
Pada Keluarga di Kelurahan
rnal/11095361.pdf,
Kledung
tanggal 22 januari 2013.
Karang
Kecamatan
Banyuurip
Kabupaten 2010.
Dalem
Wantiyah. 2004. Gambaran Perilaku
Tahun
Hidup Bersih dan Sehat Pada
Tidak
Tatanan Rumah Tangga di RW
Yogyakarta:
04 Kelurahan Terban Wilayah
Purworejo Skripsi.
dipublikasikan.
diakses
Program Studi Ilmu Keperawatan
Kerja Puskesmas
Fakultas Kedokteran Universitas
Gondokusuman
Gadjah Mada
II Yogyakarta. Skripsi. Tidak
Sugiyono.
2010.
Statistika
Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
dipublikasikan.
Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Wartina, I. 2011. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga dan Sanitasi Lingkungan
Rumah
dengan
Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Kraton Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan Jawa Timur. dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/di sk1/115/jtptunimus-gdlikawartina-5746-2-babii.pdf
,
diakses tanggal 14 Februari 2013