ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Yoga Dwidingga NIM. 208084000013
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Yoga Dwidingga NIM. 20804000013
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H NIP. 19750101 200501 1 008
Ali Rama. SE., M.Ec NIP. 2028068401
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, Tanggal 8 November 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa: 1. Nama
: Yoga Dwidingga
2. NIM
: 208084000013
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi
: Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing Financing, Biaya Operasional dan Pendapat Operasional, Net Margin Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 8 November 2014
1. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM NIDN. 0325067004
(
2. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M. Sc NIP. 19800416 200912 1 002
(
3. M. Hartana I.P, M.Si NIP. 196805 200801 1 023
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, tanggal 22 April 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama
: Yoga Dwidingga
2. NIM
: 208084000013
3. Jurusan
: IESP Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi
: Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing Financing, Biaya Operasional dan Pendapat Operasional, Net Margin Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 22 April 2015 1. Leis Suzanawaty, SE,. M.Si NIP. 19720809 200501 2 004
(
2. Zaenal Muttaqin, MPP NIP. 19790503 201101 1 006
(
3. Arief Fitrijanto, M.Si NIP. 19711118 200501 1 003
(
4. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H NIP. 19750101 200501 1 008
(
5. Ali Rama. SE., M.Ec NIP. 2028068401
(
) Ketua ) Sekretaris ) Penguji Ahli ) Pembimbing I ) Pembimbing II
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa
: Yoga Dwidingga
NIM
: 20808400013
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: IESP Ekonomi Islam
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 25 Maret 2015
(Yoga Dwidingga)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi 1. Nama
: Yoga Dwidingga
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 26 Mei 1990
3. Alamat
: Perum. Reni Jaya Blok E 16/16 RT 01 RW 08 Pondok Petir Bojongsari-Depok
4. Agama
: Islam
5. Nama Ayah
: Hasnedi Hasan
6. Nama Ibu
: Endang Dara
7. Nomor Telepon
: 081268820681
8. E-mail
:
[email protected]
B. Data Pendidikan Formal 1. 1996 - 2002
: SDI Nurul Hidayah Reni Jaya
2. 2002 - 2005
: SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
3. 2005 - 2008
: SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
4. 2008 - 2015
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Islam
Negeri
Syarif
(Ekonomi Islam).
v
Hidayatullah
Jakarta
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA (return on asset) partially and simultaneously. The method that writer applied is multiple regression linear. The data are secondary, based on finance report 4 years for every three months. The results show that are simultaneous influence of variable Inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA (return on asset). The result also show there is a significant partially influence toward ROA (return on asset), whereas GDP (gross domestic product) has no partially Influence toward ROA (return on asset). The result adjusted R square show that the influence of inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA are 84,9% and the rest 15,1% was affected by other variables and not included into this regression analysis.
Keyword:
inflation, GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (operational cost and operational income), NM (net margin), return on asset (ROA)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi, GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional), NM (net margin) terhadap ROA (return on asset) secara parsial dan secara simultan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Inflasi, GDP (Gross Domestic Pruduct), NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) terhadap return on asset (ROA). Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Inflasi, NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset, sedangkan GDP (Gross Domestic Pruduct) tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh Inflasi, GDP (Gross Domestic Pruduct), NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) terhadap return on asset dapat dijelaskan sebesar 84,9% sedangkan sisanya sebesar 15,1% % dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
Kata kunci: inflasi, GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional), NM (net margin), return on asset (ROA)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing Financing, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional, Net Margin, Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah Di Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi IESP, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta Ibunda Endang Dara dan Ayahanda Drs. Hasnedi Hasan, M.Si, serta kakaku Yogi Waldingga, S.Pi dan Hasna Zanira, S.Psi, adikku Yola Putridingga dan juga Nenek, Ibu, mama Sifa, om Joko dan Keluarga, Alm.om Toto dan Keluarga, om Bimo dan Keluarga, om Indra dan Keluaarga, tante Dewi dan Keluarga, om David dan Keluarga, tante Lia dan Keluarga yang telah melimpahkan segenap tenaga baik batin maupun lahiriah dan mengucurkan doa yang tak pernah berhenti serta cinta dan kasih sayangnya yang tak tergantikan dalam setiap langkah penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Qaffah Silma Azas. S.Far, atas segala doa, kasih sayang, pengertian, semangat dan bantuannya. 3. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H, selaku sebagai Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama
viii
penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. 4. Bapak Ali Rama. SE., M.Ec, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 6. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 7. Kawan-kawan seperjuangan khususnya IESP non reguler angkatan 2008 yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas akhir kuliah. Serta khususnya kepada kawan seperjuangan M. Rafi Maulana, Wahyu Saputro, Rizky Aryo, Wahito, Azwar Annas. Terima kasih untuk tambahan ilmu, semangat, motivasi, canda tawa dan kasih sayang selama ini, semoga persahabatan kita selalu selamanya. 8. Kawan-kawan pejuang akhir Non Reguler 2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang terdiri dari Aljuni Jodi, Fandy Prasetyo, Azizul Rasyid, Derry Sapta, Suhendri Prayoga, Dendy Sumawan, Indra Nugroho, Alfit Pipit, Tutur Wichaksono. Terima kasih untuk kebersamaan kalian, semoga silaturahmi kita tetap terus terjaga.
ix
9. Kawan-kawan kosan Kerta Mukti untuk motivasi semangat berjuang bersama dan lulus. Djabon, Dani kwen, Bone, Nanang Heriyanto, Angga Nasution, Muchlis Satriyo, Yadi Nur, Asep, Adul, M.Fatan, Hafizul Huda, Rifky Zulkarnain. 10. Kawan-kawan yang diluar kampus yang terdiri dari Geibril Kafrawi, Prasetyo Chandra, Bang Andri dan Keluarga, Dioza Fahlepi, LOWER (Alhafid Snot, Ruday, Yudha Satyagama). Terima kasih atas kebersamaan kita dari awal sampai saat ini, semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah keluarga. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritik. Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Aamiin.
Jakarta, 25 Maret 2015
(Yoga Dwidingga)
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... Abstact ............................................................................................................... Abstrak ............................................................................................................... Kata Pengantar ................................................................................................ Daftar Isi ........................................................................................................... Daftar Tabel ...................................................................................................... Daftar Gambar .................................................................................................
iv v vi vii viii xi xiii xiv Daftar Lampiran .............................................................................................. xv BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang Masalah ............................................................... B. Perumusan Masalah ...................................................................... C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15 A. Landasan Teori ............................................................................. 15 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1 1 11 11 12
Bank Syariah ............................................................................ 15 Return on Asset (ROA) ............................................................. 18 Inflasi ........................................................................................ 20 Gross Domestic Bruto (GDP) .................................................. 22 Non Performing Financing (NPF) ........................................... 23 Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) ...... 25 Net Margin (NIM) .................................................................... 27 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ..................................... 28
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 34 C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 36 D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 37
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 39 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 39 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 39 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 40 D. Metode Analisis Data .................................................................... 41 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 41 2. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 46 3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ........................ 48 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 49 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 49 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 53 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 53 B. Hasil Dan Pembahasan .................................................................. 61 1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................ 61 a. b. c. d.
Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 62 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 64 Hasil Uji Autokolerasi ......................................................... 66 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 66 2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 67 a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ....................................... 67 b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................ 68 3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 72 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................... 74 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 79 A. Kesimpulan ................................................................................... 79 B. Saran ............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82 LAMPIRAN ...................................................................................................... 85
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
1.1
Matrik Perbandingan Indikator Perbankan Syariah dengan
Halaman
Perbankan Konvensional ................................................................. 3 1.2
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013 ...... 5
1.3
Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF), GDP, BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013 .............. 10
2.1
Penelitian Terdahulu ....................................................................... 34
3.1
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..................... 45
4.1
Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 64
4.2
Hasil Uji Multikolonieritas............................................................... 64
4.3
Hasil Uji Autokolerasi ..................................................................... 65
4.4
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 67
4.5
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ......................................................... 68
4.6
Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ................................. 72
4.7
Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...................................... 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.2
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 36
4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ........................................ 63
4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 66
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ..................................... 85
2
Data Mentah Variabel Penelitian ..................................................... 86
3
Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................... 92
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, memiliki fungsi penting dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sistem perbankan di Indonesia yang digunakan adalah dual banking sistem dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank konvensional (Antonio, 2001:21). Bank syariah merupakan institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah, sedangkan bank konvensional merupakan bank yang sistem operasionalnya menerapkan metode bunga (Ascarya, 2011:1). Selaku regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan perhatian yang serius dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan prinsip syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa „maslahat‟ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah yang menyatakan bahwa pembangunan nasional memerlukan kontribusi dan partisipasi dari semua elemen masyarakat. Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan Prinsip Syariah
1
dalam pembiayaan syariah. Perkembangan pembiayaan syariah telah mengalami pertumbuhan yang pesat baik dari sisi pertumbuhan aset maupun pertumbuhan kelembagaan atau jaringan. Dengan meningkatnya preferensi masyarakat terhadap jasa pelayanan pembiayaan syariah saat ini, maka diperlukan pengaturan tentang penyelenggaraan usaha pembiayaan syariah yang komprehensif, transparan dan memberikan kepastian hukum, baik bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun konsumen pembiayaan syariah, yang antara lain mengenai pengaturan kegiatan Pembiayaan Syariah, perjanjian pembiayaan syariah, uang muka, mitigasi risiko pembiayaan, tingkat kesehatan keuangan, dan sumber pendanaan. Selain itu, dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terdapat beberapa penyempurnaan pengaturan yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan terhadap Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah. Perkembangan bank syariah ditandai dengan disetujuinya UndangUndang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Dalam UndangUndang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Sesuai Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 10 juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001:23). Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan perbankan secara umum. Hal ini terbukti dengan matrik perbandingan pertumbuhan antar bank syariah dengan bank konvensional, sebagai berikut: 2
Tabel 1.1 Matrik Perbandingan Indikator Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional Indikator 2010 2011 2012 2013 Perbankan Syariah Asset 97,519 145,467 195,018 242,276 DPK 76,036 115,415 147,512 176,292 Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122 Perbankan Konvensional Asset 3054595 3708631 4329984 5031843 DPK 2338,824 2785,024 3225,198 3663,968 Kredit 2809789 3465997 4237425 4897853 Sumber: http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan, diakses pada tanggal 19 Maret 2015 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada indikator Asset tahun 2013 pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan asset sebesar 24%, sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan asset sebesar 16%. Pada indikator dana pihak ketiga tahun 2013 pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan sebesar 20%, sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan sebesar 14%. Pada indikator pembiayaan/kredit pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan sebesar 25%, sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan sebesar 15%. Hal ini membuktikan perbankan syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian Indonesia. Bank
syariah
didirikan
dengan
tujuan
untuk
mempromosikan
dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait (Antonio, 2009:3). Sampai dengan tahun 2013, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
3
Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dengan total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah, akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Tabel.1.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013 Kelompok Bank Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah BPRS Sumber: http//www.bi.go.id.
2010 11 23 150
2011 11 24 155
2012 11 24 158
2013 11 23 160
Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun internal perbankan syariah itu sendiri, hal ini berpengaruh terhadap profitabilitas bank (http//www.bi.go.id).
4
Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabelvariabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian yang berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). (Pratiwi, 2012:3). Lingkungan
ekonomi
makro
akan
mempengaruhi
operasional
perusahaan dalam hal pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan. Variabel ekonomi makro yang dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya pemasalahan perbankan syariah di Indonesia, yaitu Inflasi yang merupakan presentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen konvensional untuk mengendalikan laju inflasi, dimana inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan (Dendawijaya, 2006:103). Inflasi merupakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan merosotnya nilai rill mata uang suatu negara. Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu: (a) tarikan permintaan (demand - pull inflation), terjadi apabila permintaan 5
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian. (b) dorongan biaya (cost - push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi nilai tukar, peningkatan harga - harga komoditi yang diatur oleh pemerintah dan terganggunya distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation expectation), terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih cenderung bersifat adaptif (forward looking). (Abdullah, 2010:60). Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus - menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari - hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. Selain inflasi, indikator lain adalah Gross Domestic Product (GDP). GDP merupakan nilai barang atau jasa dalam suatu negara yang diproduksi
6
oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. GDP merefleksikan kegiatan penduduk di suatu negara dalam memproduksi suatu barang dalam kurun waktu tertentu. Keterkaitan GDP dengan dunia perbankan adalah dimana GDP terkait dengan saving. Sedangkan salah satu kegiatan bank sebagai mediasi sektor keuangan adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk investasi. Keuntungan dari investasi itulah yang nantinya menjadi bagian dari profitabilitas bank syariah. Produk Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung (saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:56). Sedangkan
variabel
internal
perbankan
syariah
yang
dapat
mempengaruhi salah satunya adalah NPF (non perfoming financing). Non performing financing (NPF) yang analog dengan non performing loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin tinggi non performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank (Riyadi, 2006:45). Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah biaya operasional dan pendapatan operasional, yang dimaksud dengan beban
7
operasional dan pendapatan operasional adalah rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah net margin, yang dimaksud dengan net margin adalah rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat (Sabir, dkk, 2012:7). Sektor perbankan sebagai intermediary institution antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit spending unit) memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Keadaan tersebut memerlukan suatu pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan merupakan hal yang mampu memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan dana. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2008:96).
8
Dengan demikian, peranan perbankan nasional termasuk perbankan Syari’ah perlu ditingkatkan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, serta penyediaan layanan jasa perbankan lainnya. Sejalan dengan upaya restrukturisasi perbankan untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program peningkatan ekonomi nasional, maka salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan adalah pengembangan perbankan Syari’ah. Berikut ini merupakan data mengenai return on asset, inflasi, non perfoming financing dan GDP di Indonesia (http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015). Tabel 1.3 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF), GDP, BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013 Tahun ROA (Persen) Inflasi (Persen) NPF (Persen) 16,25% 6,96% 3,02% 2010 1,79% 3,79% 2,52% 2011 2,14% 4,30% 2,26% 2012 2,00% 8,38% 2,96% 2013 Tahun GDP (Nominal) BOPO (Persen) NM (Persen) 1.681 580.10 96,07% 7,61% 2010 1.918 320.70 87,71% 8,34% 2011 2.092 379.10 85,57% 8,06% 2012 2.367 928.70 85,06% 7,36% 2013 Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015 (diolah). Nilai Inflasi yang berada di perbankan syariah yang ada di Indonesia memiliki kecendrungan yang fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel di atas pada tahun 2010 nilai Inflasi sebesar 6,96%, mengalami kenaikan yang signifikan dan kemudian terus beranjak naik sampai tahun 2013 dengan nilai Inflasi sebesar 8,38% (http//www.bi.go.id). Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Pratiwi (2012) menganalisis mengenai Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap return on asset 9
(ROA) Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial diketahui bahwa secara parsial, capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA). Sementara itu financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset (ROA). Penelitian lain mengenai inflasi terhadap return on asset dilakukan oleh Kalengkongan (2013), hasil penelitianya menyatakan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA. Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan Inflasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan tinggi rendahnya inflasi menyebabkan lambannya pergerakan aset makro. Bank pemerintah dapat menstabilkan nilai tingkat suku bunga dan inflasi terhadap keuangan perbankan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan laba. Penelitian mengenai GDP terhadap return on asset juga dilakukan oleh Sahara (2013) hasil penelitianya menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA.
10
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang layak untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi return on asset perbankan Syariah di Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product (GDP) Dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Margin (NM) terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh secara parsial Inflasi terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah? 2. Bagaimana pengaruh secara parsial GDP (gross domestic product) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah? 3. Bagaimana pengaruh secara parsial NPF (non performing financing) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah? 4. Bagaimana pengaruh secara parsial BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah? 5. Bagaimana pengaruh secara parsial NM (net margin) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah? 6. Bagaimana pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non performing
financing),
BOPO
(biaya
operasional
dan
pendapatan
operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
11
C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu: 1. Menganalisis pengaruh secara parsial antara Inflasi terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah. 2. Menganalisis pengaruh secara parsial antara GDP (gross domestic product) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah. 3. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NPF (non performing financing) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah. 4. Menganalisi pengaruh secara parsial antara BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah. 5. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NM (net margin) terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah. 6. Menganalisis pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non performing
financing),
BOPO
(biaya
operasional
dan
pendapatan
operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
12
1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan simultan terhadap return on asset Perbankan Syariah. b. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba serta dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini. c. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset.
2. Manfaat Praktis a. Menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan simultan terhadap return on asset Bank Syariah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan sektor Bank Syariah. b. Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
13
c. Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada
khususnya
masyarakat
Indonesia
yang
mayoritas
muslim/muslimah.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam Al Quran dan sunah) hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi (adanya sistem zakat sebagai alat disentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi). (Ascarya, 2011:1). Perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atau non riba dan pemerintah mewajibkan bagi setiap bank memiliki dewan pengawas syariah yang berhak menentukan setiap produk sesuai prinsip syariah atau tidak (Suwiknyo, 2010:1). Menurut Ascarya (2011:1) secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kacamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah.
15
Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan pada ketentuan umum. Berdasarkan kebijakan tersebut menyatakan bahwa Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil. Bentuk utama produk bank syariah terutama menggunakan pola bagi hasil, sesuai dengan karakteristiknya. Selain pola bagi hasil bank syariah juga memiliki produk-produk pendanaan dan pembiayaan dengan pola non bagi hasil (Ascarya, 2011:2).
b. Produk Bank Syariah Secara
garis
besar,
pengembangan
produk
bank
syariah
dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Suwiknyo, 2010:20-40): 1) Produk Penghimpunan Dana a) Prinsip Wadi‟ah Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang meminjam
16
b) Prinsip Mudharabah Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi: (1) Mudharabah Mutlaqah Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. (2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. (3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. 2) Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi
17
pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa. 3) Produk Jasa Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, alqardh, al-wakalah dan al-khafalah.
2. Return On Asset (ROA) Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). ROA (return on asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai return on investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah
18
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan (Kasmir, 2008:201). Menurut Tandelilin (2001:241), Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). Rasio
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
19
3. Inflasi Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128). Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103). Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
20
dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi (Madura, 2007:128). Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham bergerak normal (Samsul, 2006:201).
21
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
4. Gross Domestic Bruto (GDP) Gross Domestic Product (GDP) merupakan nilai moneter semua barang dan jasa jadi yang diproduksi dalam sebuah Negara pada periode tertentu, gross domestic product (GDP) biasanya dihitung dengan basis tahunan dan termasuk semua konsumsi swasta dan publik, pembiayaan pemerintah, investasi dan ekspor dikurangi impor (Ma’ruf, 2009:145). Produk Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung (saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:54). Ukuran keberhasilan suatu Negara dapat dilihat dari pertubuhan pendapatan domestic bruto (PDB). Dengan PDB yang tumbuh secara
22
sustainable berarti perekonomian mampu menghasilkan produk yang semakin besar secara aggregate melalui penggunaan sumber daya yang optimal. Artinya adalah dengan meningkatkan PDB unemployment rate semakin menurun dan tingkat kemakmuran yang semakin baik. Tanpa dukungan perbankan, hamper dapat dipastikan bahwa tujuan untuk mencapai kemakmuran ini mustahil dapat dilakukan (Aviliani, 2007:84). Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk mencari PDB adalah sebagai berikut (Sahara, 2013:5):
5. Non Performing Financing (NPF) NPF merupakan masalah berbahaya bagi perbankan nasional. Salah satu faktor yang saat ini lebih berperan dalam masalah NPF adalah dampak krisis multidimensional yang dimulai pada 1997-1998 hingga sekarang masih menyebabkan banyak debitur bank, baik di segmen corporate, commercial, maupun consumer belum mampu menyelesaikan pembiayaan macetnya. Selain itu faktor lain yang jauh lebih penting adalah kurangnya kemauan dan itikad baik dari debitur. NPF merupakan rasio yang menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan oleh bank (Giannini, 2012:3). Non performing financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non 23
performing financing adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur. Rasio non performing financing analog dengan non performing loan pada bank konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank (Pratiwi, 2012:4). Non performing financing (NPF) yang analog dengan non performing loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin tinggi non performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank (Riyadi, 2006:45). Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI 7/2/2005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu, meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
24
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO
(biaya
operasional/pendapatan
operasional)
dijadikan
variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:102). Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103). Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani (2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan
25
operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin
efisien
biaya
operasional
yang
dikeluarkan
bank
yang
bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Pratiwi, 2012:7). BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah sebagai berikut (Martono, 2010:92):
26
7. Net Margin (NIM) Net
margin
(NM)
dijadikan
variabel
independen
yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (Hariyani, 2010:54). NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008). Rasio net margin (NM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Angel dan Pusung, 2014:4).
27
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian Berdasarkan teori dan pemahaman mengenai faktor pengaruh return on asset, maka keterkaitan variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir (bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan pengeluaran pemerintah (Utomo, 2008:7). Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat, sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
28
diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Sahara (2013) dan Kalengkongan (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi terhadap return on asset.
b. Pengaruh Gross Domestic Bruto (GDP) terhadap Return On Asset (ROA) Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Produk Domestik Bruto
mengambarkan
peningkatan
pendapatan
oleh
masyarakat.
Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimilki masyarakat tersebut
memberikan
kesejahteranya
return
mengalami
yang
meningkat
peningkatan.
sehinga
Dengan
tingkat
meningkatnya
kesejahteran melalui pendapatan masyarakat yang meningkat, maka tingkat konsumsi atas produk yang dihasilkan perusahan akan meningkat sehinga akan berdampak pada peningkatan penjualan perusahan yang pada akhirnya meningkatkan laba perusahan. Dengan demikian akan
29
meningkatkan ROA. Sehinga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi (PDB) berpengaruh positf terhadap Return on Asets. Artinya jika PDB meningkat maka ROA juga meningkat. Dan sebaliknya jika PDB mengalami penurunan maka ROA juga akan menurun (Sahara, 2013:4). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa gross domestic bruto mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Sahara (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel gross domestic bruto terhadap return on asset.
c. Pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikanya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibanya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati
kedua
belah
pihak
dalam
perjanjian
pembiayaan
(Deandawijawa, 2005:81). NPF
(Non-Perfoming
Financing)
merupakan
tingkat
pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut.
30
NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan lancer terhadap total pembiayaan (Deandawijaya, 2005:82). Deandawijaya (2005:82-83) mengatakan terdapat beberapa implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya pembiayaan bermasalah tersebut yaitu, 1) hilangnya kesempatan untuk memperoleh income
(pendapatan)
dari
kredit
yang
diberikanya,
sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank, 2) rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal BDR (bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi memburuk, 3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio), 4) Return on asset (ROA) akan mengalami penurunan, 5) sebagai akibat dari komplikasi 2, 3 dan 4 tersebut maka akan menurunya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL (Deandawijaya, 2005:82-83). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa non performing financing mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Pratiwi (2012) dan Nugroho (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel non performing financing terhadap return on asset.
31
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:102). Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap return on asset (ROA) telah dilakukan peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011), dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, metode yang digunakan analisis regresi linier berganda, hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA.
32
e. Pengaruh Net Interest Margin terhadap Return on Asset Net
Margin
(NM)
dijadikan
variabel
independen
yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008). Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Mawardi (2005) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA (Puspitasari, 2009:30).
33
B. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
Judul Penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia
Persamaan Variabel Independen: Inflasi, Produk Domestik Bruto
Perbedaan Variabel Independen: Suku Bunga BI
Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda
2.
Sahara (2013) Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA) Kalengkongan (2013)
Variabel Independen: Inflasi, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen: Suku Bunga
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
34
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 3.
4.
5.
Judul Penelitian Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010) Pratiwi (2012) Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010 Nugroho (2011) Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia
Persamaan Variabel Independen: BOPO, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda Variabel Independen: NPF, BOPO, NM, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen: BOPO, NOM, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Ali dan Habbe (2011) Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
Perbedaan
Hasil Penelitian Variabel Hasil menyatakan Independen: bahwa secara parsial, CAR, FDR Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA) Variabel Dari hasil analisis Independen: menunjukkan bahwa FDR, KAP, data FDR, NPF, BOPO PLO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA
Variabel Hasil penelitian Independen: menunjukkan bahwa CAR, FDR CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
35
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan Perbankan Di Indonesia Variabel Independen 1. 2. 3. 4. 5.
Inflasi Gross Domestic Product (GDP) Non Performing Financing (NPF) Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) Net Margin (NM) Variabel Dependen Return On Asset (ROA) Uji Asumsi Klasik 1. 2. 3. 4.
Uji Normalitas Data Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linier Berganda 1. Uji t (Parsial) 2. Uji F (Simultan) 3. Koefisien Determinasi (Adj R2) Kesimpulan dan Saran
36
D. Hipotesis Penelitian Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y) Ha : β1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y). 2. Ho : β2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross domestic product (X2) terhadap return on asset (Y) Ha : β2 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross domestic product (X2) terhadap return on asset (Y). 3. Ho : β3 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel non perfoming financing (X3) terhadap return on asset (Y). Ha : β3 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel non performing financing (X3) terhadap return on asset (Y). 4. Ho : β4 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return on asset (Y). Ha : β4 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X3) terhadap return on asset (Y).
37
5. Ho : β5 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel net margin (X5) terhadap return on asset (Y). Ha : β5 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel net margin (X5) terhadap return on asset (Y). 6. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0; tidak ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap return on asset (Y). Ha : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0; ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1),
gross
domestic
product
(X2),
non
performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap return on asset (Y).
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah perbankan syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada tahun 2014. Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap variabel dependen, yaitu return on asset (Y). Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5). Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah return on asset yang diberi lambang (Y).
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010:117) populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan syariah yang terdapat di indonesia.
39
2. Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut: a. Perusahaan Perbankan yang listing dalam kurung waktu 2010 sampai 2013. b. Perusahaan Perbankan Syariah yang memiliki laporan keuangan c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
C. Metode Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data sekunder yang bersifat kuantitatif. Tersedianya data sekunder akan lebih mempermudah jalannya penelitian, hal ini di karenakan uji reliabilitas data, penyederhanaan, agregasi, dan penyesuaian mutlak diperlakukan agar diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Mudrajad Kuncoro, 2011:30). Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo
40
(2002:147), data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari laporan keuangan perusahaan perbankan syariah yang telah diaudit per 31 Desember 2010 - 2013.
D. Metode Analisis Data Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini (inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin) menggunakan model regresi berganda atau Multiple Regression (Ghozali, 2009:5). Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh inflasi, gross domestic product, non performing financing,
biaya operasional dan
pendapatan operasional dan net margin terhadap return on asset adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi Klasik Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi dasar yang dilakukan adalah:
41
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi
variabel
dependen,
variabel
independen
atau
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2009:27). 1) Analisis Grafik Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan. (Santoso, 2007:214) adalah: (a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. (b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
42
2) Analisis Statistik Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas dengan
menggunakan
statistik
Kolmogorov–Smirnov
(Ghozali,
2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: (a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel : (1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak. (2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima. (b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: (1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak. (2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model regresi (Ghazali, 2009:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
43
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang dan besar). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2009:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka
0
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
44
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. (Ghozali, 2009:99). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mengisyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tdk ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tdk ada autokorelasi positif
No desicien
dl ≤ d ≤ du
Tdk ada korelasi negatif
Tolak
4 dl d 4
Tdk ada korelasi negatif
No desicien
4 – da ≤ d ≤ 4 - dl
Tdk ada autokorelasi positf atau negatif
Tdk ditolak
Du < d < 4 - du
Sumber: Ghozali (2009:100)
45
2. Uji Hipotesis Penelitian a. Uji Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2009:88). Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 independen
(untuk tingkat
secara
signifikansi=0,05), maka variabel
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Kemudian akan diketahui apakah hipotesis dalam penelitian ini secara simultan ditolak atau diterima, adapun bentuk hipotesis secara simultan adalah: Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 ; inflasi
(X1),
product
(X2),
gross non
domestic performing
financing (X3), biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan
net
simultan
margin tidak
(X5)
secara
berpengaruh
terhadap return on asset (Y).
46
Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 ; inflasi
(X1),
product
(X2),
gross non
domestic performing
financing (X3) biaya operasional dan pendapatan operasional (X4) dan
net
simultan
margin
(X5)
berpengaruh
secara terhadap
return on asset (Y). b. Uji Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel
dependen
(Ghozali,
2009:98).
Dalam
penelitian
ini
menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto, 2009:88 - 89). Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:191) dalam menentukan kriteria dalam uji parsial (Uji t) two tailed test dapat dilihat sebagai berikut: 1) Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel Apabila -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 47
2) Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi a) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima. b) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak.
3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model regresi linier berganda dimana variabel independen yaitu inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin terhadap variabel dependen yaitu return on asset. Model regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ɛ
Keterangan: Y
= Variabel return on asset
a
= Konstanta
b1…b2
= Koefisien regresi terhadap dugaan
X1
= Variabel inflasi
X2
= Variabel gross domestic product
X3
= Variabel non performing financing\
X4
= Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
X5
= Variabel Net Margin
Ɛ
= Standar Error
48
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Menurut
Ghozali
(2009:87)
menyatakan
Uji
Koefisien
Determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam melakukan suatu estimasi. Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan maksud
menghindari
kemungkinan
adanya
makna
ganda,
sekaligus
mendevinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukuran (Hamid, 2007:33). Jadi, oprasional variabel penelitian merupkan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada, dan juga merupakan penjelasan-penjelasan yang mengenai variabel-variabel yang menjadikan kajian dalam penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun, maka oprasional variabel dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
49
1. Return on Asset (Y) ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). Rasio
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
2. Inflasi (X1) Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
3. Gross Domestic Product (X2) Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu
50
Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk mencari PDB adalah sebagai berikut (Sahara, 2013:5):
4. Non Performing Financing (X3) Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI 7/2/2005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu, meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
5. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (X4) BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
51
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah sebagai berikut (Martono, 2010:92):
6. Net Margin (X5) Net
Margin
(NM)
dijadikan
variabel
independen
yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank.
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sekilas Sejarah PT. Bank Central Asia (BCA) Syariah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah (http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk,
dan
0,00003%
dimiliki
53
oleh
PT
BCA
Finance.
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah
resmi
beroperasi
sebagai
bank
umum
syariah
(http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). 2. Sekilas Sejarah PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu (http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah).. Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah
54
telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah (http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Berdasarkan
Keputusan
Gubernur
Bank
Indonesia
Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat (http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). 3. Sekilas Sejarah PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
55
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah). Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje 56
Rahardjo
selaku
Direktur
Utama
PT.
Bank
BRISyariah
(http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan berdasarkan
prinsip
Syariah
(http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah,
diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
4. Sekilas Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-
57
bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia (http://www.syariahmandiri.co.id/home/history, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB (http://www.syariahmandiri.co.id/home/history, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Sebagai
tindak
lanjut
dari
keputusan merger, Bank
Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk
melayani
transaksi
syariah (dual
banking
system)
(http://www.syariahmandiri.co.id/home/history, diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
58
5. Sekilas Sejarah PT. Bank Bukopin Syariah Perjalanan PT. Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT. Bank Bukopin, Tbk untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008
telah
diresmikan
oleh
Wakil
Presiden
Republik
Indonesia
(http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Komitmen penuh dari PT. Bank Bukopin, Tbk sebagai pemegang saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam rangka untuk menjadikan PT. Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah dengan pelayanan terbaik. Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank Indonesia, PT. Bank Bukopin, Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Usaha Syariah-nya kedalam PT. Bank Syariah Bukopin (http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). 6. Sekilas Sejarah PT. Bank Mega Syariah Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora dahulu bernama Para Group melalui PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
59
mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah (http://www.megasyariah.co.id/, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk.. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah (http://www.megasyariah.co.id/, diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
7. Sekilas Sejarah PT. Bank Muammalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
60
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar (http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profilmuamalat, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan (http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profilmuamalat, diakses pada tanggal 3 Maret 2015). Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar (http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat,
diakses
pada
tanggal 3 Maret 2015). B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka penelitian menggunakan analisis untuk membandingkan dua varibel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk memperoleh model regresi yang bisa dipertanggungjawabkan, maka asumsiasumsi berikut harus dipenuhi:
61
a. Hasil Uji Normalitas Data Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh
harus
dilakukan
uji
normalitas
terhadap
data
yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov - smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147): 1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali,
62
2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut ini: Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik
Sumber: data diolah, 2015 Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Ghozali 2009:112). 2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik (Ghozali, 2009:149). Adapun hasil perhitungan uji normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorofsmirnov adalah sebagai berikut: 63
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 112 0E-7 12.32228134 .084 .055 -.084 .886 .412
N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data diolah, 2015 Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa nilai unstandarized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas a
Coefficients Collinearity Statistics Tolerance
Model
VIF
(Constant) INF GDP 1 NPF BOPO NM a. Dependent Variable: ROA
.960 .923 .814 .903 .863
1.042 1.083 1.228 1.107 1.159
Sumber: data diolah, 2015
64
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10
maka
data
di
atas
dapat
dipastikan
tidak
terjadi
gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Hasil Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW). Tabel 4.3 Hasil Uji Autokolerasi b
Model
Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate
R a
1 .925 .856 .849 a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF b. Dependent Variable: ROA
12.60955
Durbin-Watson 1.846
Sumber: data diolah Pada tabel di atas diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,846 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 112 dan jumlah variabel independen (k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,78 dan 4 – du = 4 –
65
1,78 = 2,22. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1,78 < 1,846 < 2,22 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah, 2015 66
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Ghozali 2009:107). 2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Tabel 4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) a
Model Regression 1
Residual Total
ANOVA Sum of Squares df 100197.913 5 16854.087
106
117052.000
111
Mean Square 20039.583
F 126.034
Sig. b .000
159.001
a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF
Sumber: data diolah Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh sebesar 126,034 > Ftabel sebesar 2,30 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi, gross domestic product, non perfoming loan, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin terhadap return on asset berpengaruh secara simultan (bersamasama). 67
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88). Tabel 4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) a Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
(Constant) 70.506 INF .084 GDP -2.941E-006 1 NPF 540.902 BOPO -.859 NM 322.959 a. Dependent Variable: ROA
11.238 .038 .000 113.653 .039 38.044
Standardized Coefficients Beta .084 -.023 .194 -.859 .337
t
Sig.
6.274 2.225 -.605 4.759 -22.142 8.489
.000 .028 .546 .000 .000 .000
Sumber: data diolah, 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh inflasi, non perfoming loan, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin terhadap return on asset menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sedangkan gross domestic product tidak berpengaruh terhadap return on asset Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel independen terhadap return on asset: 1) Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset Variabel inflasi dengan nilai thitung > ttabel sebesar 2,225 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,028 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
68
Hasil
sesuai
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Kalengkongan (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
2) Pengaruh Gross Domestic Product terhadap Return on Asset Variabel gross domestic product dengan nilai thitung < ttabel sebesar -0,605 < 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,546 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti gross domestic product tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2013) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan terhadap ROA.
69
3) Pengaruh Non Performing Financing terhadap Return on Asset Variabel inflasi dengan nilai thitung > ttabel sebesar 4,759 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti non performing financing berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Habbe (2011) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 4) Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional dengan nilai -thitung < -ttabel sebesar -22,142 < -1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
70
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010)”. Hasil menyatakan bahwa secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA).
5) Pengaruh Net Margin terhadap Return on Asset Variabel biaya net margin dengan nilai thitung > ttabel sebesar 8,489 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti net margin berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”. Hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA.
71
3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin mempengaruhi return on asset. Tabel 4.6 Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda a
Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B (Constant)
Std. Error
70.506
11.238
INF .084 GDP -2.941E-006 1 NPF 540.902 BOPO -.859 NM 322.959 a. Dependent Variable: ROA
.038 .000 113.653 .039 38.044
Standardized Coefficients Beta .084 -.023 .194 -.859 .337
Sumber: data diolah Dari tabel 4.14 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin mempengaruhi return on asset sebagai berikut: Y = 70,506 + 0,084 X1 - 2,941E-006 X2 + 540,902 X3 - 0,859 X4 +322,959 X5 Keterangan : Y
= Return on Asset
a
= Konstanta
X1 = Inflasi X2 = Gross Domestic Product X3 = Non Performing Financing X4 = Biaya Operasioanal dan Pendapatan Opersional X5 = Net Margin ei
= Standar Error 72
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 70,506. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka return on asset akan meningkat sebesar 70,506 satuan. Variabel inflasi sebesar 0,084 menunjukkan bahwa jika variabel beban operasional dan pendapatan operasioanal meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return on asset sebesar 0,084 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel gross domestic product sebesar -2,941E-006 menunjukkan bahwa jika variabel gross domestic product meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar -2,941E-006 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel non performing financing sebesar 540,902 menunjukkan bahwa jika variabel non performing financing meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return on asset sebesar 540,902 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional sebesar -0,859 menunjukkan bahwa jika variabel biaya operasional dan pendapatan operasional meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,859 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel net margin sebesar 322,959 menunjukkan bahwa jika variabel net margin meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return on asset sebesar 322,959 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
73
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (return on asset), melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi 2
2
(Adjusted R ). Dari koefisien determinasi (Adjusted R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Tabel 4.7 Hasil Uji Determinasi Adjusted R Square b
Model
Model Summary R Square Adjusted R Square
R a
1 .925 .856 .849 a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF
Std. Error of the Estimate 12.60955
Durbin-Watson 1.846
Sumber: data diolah Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai 2
(Adjusted R ) = 0,849 yaitu persentase pengaruh variabel Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin mempengaruhi return on asset sebesar 84,9%, sedangkan sisanya sebesar 15,1% dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini. C. Pembahasan Analisis Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa variabel Inflasi, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin berpengaruh terhadap return on asset, sedangkan gross domestic product tidak berpengaruh terhadap return on asset berikut ini merupakan pembahasan mengenai penelitian ini, yaitu:
74
1. Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa inflasi berpengaruh terhadap return on asset, hal ini membuktikan bahwa Tinggi rendahnya tingkat inflasi memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap pergerakan return on asset. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan return on asset, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lambat. Tingginya inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas perusahaan sehingga memengaruhi kemampuan perusahaan untuk memberikan laba bagi pemegang saham. Kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan, sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham (Suryanto dan Kesuma, 2012). Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalengkongan (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
2. Pengaruh Gross Domestic Product terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa gross domestic product tidak berpengaruh terhadap return on asset. Pertumbuhan ekonomi (growth GDP) memiliki pengertian sebagai suatu proses peningkatan barang dan jasa di dalam suatu perekonomian. Semakin tinggi nilainya, maka akan
75
semakin tinggi pula tingkat produktifitas suatu negara, perputaran arus barang dan jasa semakin cepat dan besar. Dalam proses ini bank ikut berfungsi sebagai lembaga intermediaris yang menjadi salah satu pendukung proses tersebut . Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2013) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersamasama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Penelitian lain yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh Perdana (2014) yang menyatakan bahwa hasil yang dicapai dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap ROA perusahaan, (2) suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA perusahaan, (3) PDB tidak mempunyai pengaruh terhadap ROA perusahaan. Secara simultan, semua variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan.
3. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa non perfoming financing berpengaruh terhadap return on asset, hal ini membuktikan bahwa
76
rasio non performing financing (NPF) mencerminkan resiko kredit yang dihadapi Bank Umum Syariah. Semakin tinggi rasio ini, kualitas kredit bank semakin buruk karena jumlah kredit bermasalah semakin besar, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Habbe (2011) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
4. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh negatif terhadap return on asset. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
77
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010)”. Hasil menyatakan bahwa secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA).
5. Pengaruh Net Margin terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa net margin berpengaruh terhadap return on asset. Besarnya NM menunjukkan bahwa pendapatan bunga bersih lebih besar dari total aktiva produktif, sehingga dengan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”. Hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel independen (Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin) terhadap return on asset, untuk menganalisisnya maka dilakukan uji regresi linier berganda yang menghasilkan suatu analisa, setelah dianalisa maka dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap return on asset. 2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel gross domestic product tidak berpengaruh terhadap return on asset. 3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel non performing financing berpengaruh terhadap return on asset. 4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh terhadap return on asset.
79
5. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel net margin berpengaruh terhadap return on asset. 6. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan atau (uji F) ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel independen (Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin) terhadap return on asset. B. Saran Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Saran Bagi Nasabah Dengan mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi ROA, berarti mengetahui tingkat kesehatan suatu bank, maka bagi nasabah perlu menganalisa apa saja yang dapat mempengaruhi ROA, sehingga nasabah dapat memperkirakan kapan akan berinvestasi dan kapan akan mulai menarik investasinya.
2. Saran Bagi Bank Syariah Di Indonesia Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan perbankan syariah di Indonesia dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. Dan bagi perusahaan perbankan syariah di Indonesia agar lebih mengawasi laporan
80
keuangan lebih baik lagi sehingga investor dan nasabah akan percaya dan yakin dalam menanamkan modalnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia.
3. Saran Bagi Akademis Penilaian analisis Pengaruh Inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin yang mempengaruhi return on asset dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya. Dan melakukan penelitian yang lebih baik lagi serta menambah jumlah variabel dan periode penelitian agar menghasilkan data yang lebih baik lagi, karena masih terdapat 15,1 persen variabel yang dapat mempengaruhi return on asset. Di samping itu, penelitian ini menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rivai, “Determinasi Profitabilitas Bank:Studi Empirik Bank-Bank Umum Milik Pemerintah, Program Pasca Sarjana Perbanas”, Jakarta, 2010. Antonio, Moh. Syafií, “Bank Syariíah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani Pres, Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2009. Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Pers, Jakarta, 2011. Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2010. Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. _______, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Undip, Semarang, 2009. Giannini, Nur Gilang, “Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”, Accounting Analysis Journal, Semarang, 2013. Gilarso, T. ”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Yogyakarta, 2004. Hakim, R. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta, 2006. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Skripsi”, Edisi I. FEIS UIN Press Grafika Karya Utama, Jakarta, 2007. Handoko, T. Hani, Manajemen (edisi ke2), BPFE-YOGYAKARTA, 2008. Harinaldi, “Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains”, PT. Erlangga, Jakarta, 2005.
82
Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012)”, Diponegoro Journal Of Management, Volum 2., Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15, Semarang, 2013. http//www.bi.go.id http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/ http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah http://www.megasyariah.co.id/ http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1 http://www.syariahmandiri.co.id/home/history Kalengkongan, Glenda “Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Industri Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal EMBA 737 Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 737-747, ISSN 2303-1174, Manado, 2013. Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Jakarta, Prenada Media Group, 2010. Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP DAN PLO terhadap Return on Asset (Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, Semarang, 2011. Pratiwi, Dhian Dayinta, Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 - 2010), Jurnal Perbankan, Jakarta, 2012. Rangkuti, Freddy, “SWOT Balanced Scorcard”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011. Riduwan, “Metode dan Teknik Menyusun Tesis”, Alfabeta, Bandung, 2010. Riyadi, Slamet, “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
83
Sabir, Muhammad, Ali Muhammad dan Habbe Hamid, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia”, Jurnal Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1 : 79 – 86, Makasar, 2012. Sahara, Ayu Yanita, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return on Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013, Surabaya, 2013. Santoso, Singgih dan Tjiptono Fandy, “Riset Pemasaran dan Aplikasi Dengan SPSS”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007. Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2002. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, Jakarta, 2005. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”, Alfabeta, Bandung, 2010. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”, Grafindo, Jakarta, 2003. Suwiknyo, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010. Tandelilin, Eduardus,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010. Utomo, Novianto Satrio, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jurnal Manajemen Perbankan, Jakarta, 2008.
84
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian No
Nama Perusahaan Perbankan Syariah
1
PT. Bank Central Asia (BCA) Syariah
2
PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
4
PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
5
PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)
6
PT. Bank Bukopin Syariah
7
PT. Bank Mega Syariah
85
Lampiran 2: Data Mentah Variabel Penelitian Inflasi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Perusahaan Perbankan BCA SYARIAH (TRIWULAN I) BCA SYARIAH (TRIWULAN II) BCA SYARIAH (TRIWULAN III) BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) BNI SYARIAH (TRIWULAN I) BNI SYARIAH (TRIWULAN II) BNI SYARIAH (TRIWULAN III) BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) BRI SYARIAH (TRIWULAN I) BRI SYARIAH (TRIWULAN II) BRI SYARIAH (TRIWULAN III) BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) BSM SYARIAH (TRIWULAN I) BSM SYARIAH (TRIWULAN II) BSM SYARIAH (TRIWULAN III) BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) MUAMMALAT (TRIWULAN I) MUAMMALAT (TRIWULAN II) MUAMMALAT (TRIWULAN III) MUAMMALAT (TRIWULAN IV)
2010 6.32% 6.15% 4.37% 3.65% 6.32% 6.15% 4.37% 3.65% 6.32% 6.15% 4.37% 3.65% 6.32% 6.15% 4.37% 3.65% 6.32% 6.15% 4.37% 3.65% 6.32% 6.15% 4.37% 3.65% 6.32% 6.15% 4.37% 3.65%
2011 4.12% 4.67% 5.89% 6.84% 4.12% 4.67% 5.89% 6.84% 4.12% 4.67% 5.89% 6.84% 4.12% 4.67% 5.89% 6.84% 4.12% 4.67% 5.89% 6.84% 4.12% 4.67% 5.89% 6.84% 4.12% 4.67% 5.89% 6.84%
2012 4.41% 4.48% 4.49% 3.73% 4.41% 4.48% 4.49% 3.73% 4.41% 4.48% 4.49% 3.73% 4.41% 4.48% 4.49% 3.73% 4.41% 4.48% 4.49% 3.73% 4.41% 4.48% 4.49% 3.73% 4.41% 4.48% 4.49% 3.73%
2013 8.36% 8.60% 5.65% 5.26% 8.36% 8.60% 5.65% 5.26% 8.36% 8.60% 5.65% 5.26% 8.36% 8.60% 5.65% 5.26% 8.36% 8.60% 5.65% 5.26% 8.36% 8.60% 5.65% 5.26% 8.36% 8.60% 5.65% 5.26%
86
GDP NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Perusahaan Perbankan BCA SYARIAH (TRIWULAN I) BCA SYARIAH (TRIWULAN II) BCA SYARIAH (TRIWULAN III) BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) BNI SYARIAH (TRIWULAN I) BNI SYARIAH (TRIWULAN II) BNI SYARIAH (TRIWULAN III) BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) BRI SYARIAH (TRIWULAN I) BRI SYARIAH (TRIWULAN II) BRI SYARIAH (TRIWULAN III) BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) BSM SYARIAH (TRIWULAN I) BSM SYARIAH (TRIWULAN II) BSM SYARIAH (TRIWULAN III) BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) MUAMMALAT (TRIWULAN I) MUAMMALAT (TRIWULAN II) MUAMMALAT (TRIWULAN III) MUAMMALAT (TRIWULAN IV)
2010 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1 1505857 1588847.7 1670567.1 1681580.1
2011 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7 1749386.90 1822473.3 1929006.2 1918320.7
2012 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1 1972938.7 2047747.8 2116373.8 2092379.1
2013 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7 2143671.8 2212723.7 2359648 2367928.7
87
NPF NO Perusahaan Perbankan 1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV)
2010 1.420% 1.020% 0.200% 0.002% 1.130% 2.550% 2.600% 1.920% 1.920% 1.970% 2.060% 2.140% 0.660% 0.880% 1.450% 1.290% 4.140% 3.670% 3.910% 3.420% 1.800% 2.020% 2.600% 2.110% 5.830% 3.930% 3.360% 3.510%
2011 0.001% 0.090% 0.140% 0.150% 2.120% 1.710% 1.780% 2.420% 1.700% 2.770% 2.270% 2.120% 1.120% 1.140% 1.260% 0.950% 0.980% 1.610% 1.570% 1.540% 2.640% 2.140% 2.250% 1.790% 3.990% 3.570% 3.710% 1.780%
2012 0.002% 0.001% 0.010% 0.001% 2.770% 1.750% 1.620% 1.130% 2.010% 1.940% 1.890% 1.840% 0.860% 1.410% 1.550% 1.140% 2.850% 2.500% 4.460% 4.260% 1.530% 1.510% 1.410% 1.320% 1.970% 1.940% 1.610% 1.810%
2013 0.003% 0.002% 0.001% 0.002% 0.970% 1.540% 1.490% 1.420% 2.400% 2.150% 2.140% 3.260% 1.550% 1.100% 1.590% 2.290% 4.280% 4.030% 3.860% 3.680% 1.420% 2.190% 1.630% 1.450% 1.760% 1.860% 1.840% 0.780%
88
BOPO NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Perusahaan Perbankan BCA SYARIAH (TRIWULAN I) BCA SYARIAH (TRIWULAN II) BCA SYARIAH (TRIWULAN III) BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) BNI SYARIAH (TRIWULAN I) BNI SYARIAH (TRIWULAN II) BNI SYARIAH (TRIWULAN III) BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) BRI SYARIAH (TRIWULAN I) BRI SYARIAH (TRIWULAN II) BRI SYARIAH (TRIWULAN III) BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) BSM SYARIAH (TRIWULAN I) BSM SYARIAH (TRIWULAN II) BSM SYARIAH (TRIWULAN III) BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) MUAMMALAT (TRIWULAN I) MUAMMALAT (TRIWULAN II) MUAMMALAT (TRIWULAN III) MUAMMALAT (TRIWULAN IV)
2010 86.14% 88.31% 89.90% 91.46% 77.08% 304.60% 113.89% 88.05% 92.88% 94.82% 98.74% 98.77% 74.66% 73.15% 71.84% 74.97% 93.34% 94.67% 95.39% 93.57% 81.19% 82.96% 85.92% 88.86% 87.58% 90.52% 89.33% 87.38%
2011 92.40% 91.96% 91.42% 91.72% 67.98% 78.20% 78.06% 87.86% 101.38% 100.30% 98.56% 99.56% 73.07% 74.02% 73.85% 76.44% 93.72% 94.43% 93.96% 93.86% 90.03% 89.49% 90.79% 90.80% 84.72% 85.16% 86.54% 85.52%
2012 95.63% 92.24% 92.61% 90.87% 91.20% 92.81% 86.46% 85.39% 99.15% 91.16% 84.49% 86.63% 70.47% 70.11% 71.14% 73.00% 94.45% 94.05% 93.34% 91.59% 80.03% 77.30% 76.89% 77.28% 84.56% 84.56% 84.00% 84.48%
2013 88.76% 88.36% 87.46% 86.91% 82.95% 84.44% 84.06% 83.94% 85.54% 87.55% 80.80% 95.24% 69.24% 81.63% 87.53% 84.03% 88.67% 88.82% 91.50% 92.29% 77.48% 81.41% 84.21% 86.09% 82.79% 82.07% 82.67% 85.12%
89
NM NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Perusahaan Perbankan BCA SYARIAH (TRIWULAN I) BCA SYARIAH (TRIWULAN II) BCA SYARIAH (TRIWULAN III) BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) BNI SYARIAH (TRIWULAN I) BNI SYARIAH (TRIWULAN II) BNI SYARIAH (TRIWULAN III) BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) BRI SYARIAH (TRIWULAN I) BRI SYARIAH (TRIWULAN II) BRI SYARIAH (TRIWULAN III) BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) BSM SYARIAH (TRIWULAN I) BSM SYARIAH (TRIWULAN II) BSM SYARIAH (TRIWULAN III) BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) MUAMMALAT (TRIWULAN I) MUAMMALAT (TRIWULAN II) MUAMMALAT (TRIWULAN III) MUAMMALAT (TRIWULAN IV)
2010 7.56% 8.97% 9.35% 9.48% 5.75% 6.11% 4.47% 5.07% 7.08% 8.87% 8.23% 7.50% 6.17% 6.23% 6.39% 6.57% 2.91% 3.38% 3.56% 3.95% 14.94% 15.13% 15.45% 15.49% 6.39% 6.32% 6.44% 5.24%
2011 11.81% 11.40% 11.48% 11.27% 7.87% 7.96% 7.89% 8.07% 8.20% 7.78% 7.59% 6.99% 5.96% 5.89% 6.90% 7.48% 3.53% 3.82% 3.76% 3.43% 16.13% 16.14% 15.76% 15.33% 4.88% 5.22% 6.09% 5.01%
2012 9.45% 9.91% 9.82% 9.56% 7.92% 9.97% 9.97% 11.03% 7.70% 7.68% 8.36% 7.15% 6.88% 6.80% 7.00% 7.25% 2.64% 3.55% 3.82% 3.94% 14.37% 14.70% 14.65% 13.94% 4.40% 4.11% 4.51% 4.64%
2013 8.45% 8.40% 8.04% 7.73% 10.28% 9.07% 9.22% 9.51% 6.61% 6.57% 7.48% 6.27% 7.09% 7.31% 7.23% 7.25% 4.08% 4.01% 4.07% 3.86% 11.66% 11.50% 11.21% 10.66% 4.61% 4.62% 4.57% 4.64%
90
ROA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Perusahaan Perbankan BCA SYARIAH (TRIWULAN I) BCA SYARIAH (TRIWULAN II) BCA SYARIAH (TRIWULAN III) BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) BNI SYARIAH (TRIWULAN I) BNI SYARIAH (TRIWULAN II) BNI SYARIAH (TRIWULAN III) BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) BRI SYARIAH (TRIWULAN I) BRI SYARIAH (TRIWULAN II) BRI SYARIAH (TRIWULAN III) BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) BSM SYARIAH (TRIWULAN I) BSM SYARIAH (TRIWULAN II) BSM SYARIAH (TRIWULAN III) BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) MUAMMALAT (TRIWULAN I) MUAMMALAT (TRIWULAN II) MUAMMALAT (TRIWULAN III) MUAMMALAT (TRIWULAN IV)
2010 1.48% 0.99% 0.98% 0.78% 2.51% -12.02% -0.65% 0.61% 1.12% 0.97% 0.24% 0.35% 2.04% 2.22% 2.30% 2.21% 0.65% 0.59% 0.63% 0.74% 3.18% 2.98% 2.47% 1.90% 1.48% 1.07% 0.81% 1.36%
2011 0.87% 0.89% 0.95% 0.90% 3.42% 2.22% 2.37% 1.29% 0.23% 0.20% 0.40% 0.20% 2.22% 2.12% 2.03% 1.95% 0.62% 0.65% 0.51% 0.52% 1.77% 1.87% 1.65% 1.58% 1.38% 1.74% 1.55% 1.52%
2012 0.39% 0.74% 0.69% 0.84% 0.63% 0.65% 1.31% 1.48% 0.17% 1.21% 1.34% 1.19% 2.17% 2.25% 2.22% 2.25% 0.54% 0.52% 0.61% 0.55% 3.52% 4.13% 4.11% 3.18% 1.51% 1.61% 1.62% 1.54%
2013 0.92% 0.97% 0.99% 1.01% 1.62% 1.24% 1.22% 1.37% 1.70% 1.41% 1.36% 1.15% 2.56% 1.79% 1.51% 1.53% 1.08% 1.04% 0.79% 0.69% 3.57% 2.94% 2.57% 2.33% 1.72% 1.66% 1.68% 1.37%
91
Lampiran 3: Hasil Uji Regresi Linier Berganda
ROA INF GDP NPF BOPO NM
Descriptive Statistics Mean Std. Deviation 56.5000 32.47341 56.5000 32.41343 1948715.6625 256440.58433 .0188 .01167 56.5000 32.47549 .0784 .03387
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
ROA INF GDP NPF BOPO NM ROA INF GDP NPF BOPO NM ROA INF GDP NPF BOPO NM
N 112 112 112 112 112 112
Correlations ROA INF 1.000 .135 .135 1.000 .098 .186 -.148 .011 -.863 -.077 .401 -.037 . .077 .077 . .151 .025 .059 .454 .000 .210 .000 .351 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112
GDP .098 .186 1.000 -.145 -.166 -.025 .151 .025 . .063 .040 .397 112 112 112 112 112 112
NPF BOPO -.148 -.863 .011 -.077 -.145 -.166 1.000 .265 .265 1.000 -.353 -.157 .059 .000 .454 .210 .063 .040 . .002 .002 . .000 .049 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112
NM .401 -.037 -.025 -.353 -.157 1.000 .000 .351 .397 .000 .049 . 112 112 112 112 112 112
b
Model
Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate
R
Durbin-Watson
a
1 .925 .856 .849 12.60955 a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF b. Dependent Variable: ROA
1.846
a
Model Regression 1
Residual Total
ANOVA Sum of Squares df 100197.913 5 16854.087
106
117052.000
111
Mean Square 20039.583
F 126.034
Sig. b .000
159.001
a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF
92
a
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model
(Constant)
70.506
11.238
INF .084 GDP -2.941E-006 1 NPF 540.902 BOPO -.859 NM 322.959 a. Dependent Variable: ROA
.038 .000 113.653 .039 38.044
.084 -.023 .194 -.859 .337
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
6.274
.000
2.225 -.605 4.759 -22.142 8.489
.028 .546 .000 .000 .000
.960 .923 .814 .903 .863
93
VIF 1.042 1.083 1.228 1.107 1.159
94
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 112 Mean 0E-7 a,b Normal Parameters Std. Deviation 12.32228134 Absolute .084 Most Extreme Differences Positive .055 Negative -.084 Kolmogorov-Smirnov Z .886 Asymp. Sig. (2-tailed) .412 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
95