PENGARUH PAJAK, INTANGIBLE ASSETS, LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN TUNELLING INCENTIVE TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING PERUSAHAAN MULTINASIONAL INDONESIA
Disusun oleh: Laksmita Rachmah Deanti NIM: 1113082000019
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, 7 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i: 1. Nama
: Laksmita Rachmah Deanti
2. NIM
: 1113082000019
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pajak, Intangible Assets, Leverage, Profitabilitas, dan Tunelling Incentive terhadap Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Multinasional Indonesia Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 7 Maret 2017 1. Dr. Rini, M.Si., Ak.,CA. NIP.19760315 200501 2 002 (____________________________) Penguji 1
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si. NIP. 19810731 200604 2 003 (_____________________________) Penguji 2
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Laksmita Rachmah Deanti
No. Induk Mahasiswa : 1113082000019 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melalukan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan melaui pembuktian yang saya dapat pertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 27 Mei 2017
Laksmita Rachmah Deanti
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama Lengkap
: Laksmita Rachmah Deanti
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Depok, 29 Januari 1996
3.
Alamat
: Taman Melati FD/73, Sawangan-Depok
4.
No Telpon/HP
: 083807966859
5.
Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1.
TK Fathahilah
: Tahun 2000-2001
2.
SD Negeri Pengasinan 02
: Tahun 2001-2007
3.
SMP Negeri 10 Depok
: Tahun 2007-2010
4.
SMA Negeri 5 Depok
: Tahun 2010-2013
5.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: Tahun 2013-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI Tahun 2010-2012 : Divisi Hubungan Masyarakat Jurnalis SMAN 5 Depok Tahun 2013-2014 : HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2014 : Anggota Kesemat Mangrove Volunteer Tangerang Tahun 2015-2016: Anggota Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2017: Koordinator Bidang Kewirausahaan Komunitas Penerima Beasiswa Bank Indonesia (GenBI) Komisariat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2017 : Karyawan PKWT PT. Rekso Nasional Food
vi
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. 9th International Conference Journal of Monetary Economics and Banking (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan –BEMP) Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, Bank Indonesia, 6 Agustus 2015. 2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN Jakarta, “One Think, One Step, One Purpose in Accounting”, 23 September 2013. 3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN Jakarta, “Right Way, Bright Future with Accounting”, 9 Oktober 2014. 4. Seminar Psikologi DEMA UIN Jakarta, “Spread Your Love and Do Small Thing with A Great Love”, 18 Oktober 2013 5. Company Visit Goes To Indonesia Stock Exchange (IDX), ”Rahasia Mahasiswa Ideal”, 12 September 2013
vii
ABSTRACT This research is aimed to analyze the effect of tax, intangible asset, leverage, profitability, and tunneling incentive toward the firm decision for transfer pricing. Dependent variable in this research was transfer pricing proxied by the value of related party tansaction (RPT) sales. Independent variables in this research were foreign ownership, firm size and leverage. This research used secondary data analysis of financial statements or annual reports of manufacturing companies at Indonesia Stock Exchange in 2012-2015. By using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in this research were 152 from 38 companies. This research used logistic regression analysis method. The results of the analysis in this research showed that tax have a positive and significant influence toward the firm decision for transfer pricing. Leverage and profitability have negative and significant influence toward the firm decision for transfer pricing. While intangible asset and tunneling incentive did not effect on the firm decision for transfer pricing. Keywords: tax, intangible asset, leverage, profitability, tunneling incentive, and transfer pricing.
viii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional di Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer pricing yang diproksikan dengan nilai dari related party transaction (RPT) penjualan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive. Penelitian ini menggunakan data sekunder pada laporan keuangan atau laporan tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia. populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Dengan menggunakan metode purpossive sampling, di dapat total sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 152 data dari 38 perusahaan. Metode analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Leverage dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Sedangkan intangible asset dan tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Kata Kunci : pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, tunneling incentive, dan transfer pricing.
ix
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada: 1.
Orang tua penulis yang tercinta, Alm. Bapak Suryanto Ichwan dan Ibu Eli Garnia, yang tak pernah lelah selalu mendoakan, memberi semangat dan menjadi motivasi terbesar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adikku tersayang, Marsadilla Dwi Cahyani yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa. Keluarga Besar Ibu dan Bapak, tante, om, dan budeku tersayang, Esti Wibowo, Eko Wibowo, Fajar Winarto, Tinuk, Sri Rejeki, Jafrimbad dan Atiek yang telah mendukung saya menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulis dapat membanggakan kalian semua. Aamiin ya Rabbal Alamin.
2.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, beserta jajaran dan stafnya.
3.
Bapak Dr. Arief Mufrani, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si dan Hepi Prayudiawan, SE., MM, sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM, sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang juga senantiasa mengingatkan penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
6.
Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiannya kepada penulis dan memberikan pengarahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7.
Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai dan tidak pernah lelah membimbing penulis hingga menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8.
Keluarga Akuntansi 2013, terimakasih selama ini sudah menjadi teman satu perjuangan yang menjadi tempat berdiskusi dan juga berbagi pengalaman hidup serta saran-saran terbaiknya untuk saya pribadi yaitu, Sapta, Astriana, Dinda, Dila, Lia, Agias, Rafny, Meli, Dyah dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
9.
Keluarga Besar McDonald’s Cinere, Bapak Sigit, Bapak Erlinan, Bang Acong, Ka Mala, Ka Nona, Bang Obi, Bang Robi, Bang Andi, Buyung, Diana, Irawan, Trianisa, Ka Mey, Mauliani, Alen, Monic, Lili, Windi, Shiwy, Ka Hardina, Ka Hilmi, Ka Yuli, Bang Nedi, Pak Tulus, Pak Yanto, Pak Mus dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
10. Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Edelweis, Dimas Ketum, Dimas Da, Sarah, Farah, Cucun, Kevin, Amir, Fathir, Yona dan Lina. Terimakasih pula untuk warga Kampung Cisoka khususnya Teh Mul dan Ka Ade. Banyak pengalaman berharga yang penulis alami dan pelajari selama lebih dari 30 hari menetap di Desa Cisoka, Banten. 11. Keluarga besar Generasi Baru Indonesi (GenBI) Komunitas Penerima Beasiswa Bank Indonesia Komisariat UIN Jakarta, Bang Abdul, Ka Icha, Ka
xi
Hani, Ka Nilam, Bang Ridho, Ka Fahmi, Kumi, Luluk, Adinda, Angga, Desi, Ijay, Badrus dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 12. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya. Aamiin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kelemahan maupun kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis bahwa dengan adanya tugsa akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan serta pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 14 Mei 2017
Laksmita Rachmah Deanti
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi ABSTRACT ......................................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .......................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 13 1.
Tujuan Penelitian ...................................................................... 13
2.
Manfaat Penelitian .................................................................... 14
BAB II KAJIAN LITERATUR .......................................................................... 16 A. Landasan Teori ................................................................................. 16 1.
Teori Agensi (Agency Theory) .................................................. 16
2.
Transfer Pricing ........................................................................ 19
3.
Pajak .......................................................................................... 25
4.
Intangible Asset ......................................................................... 29
5.
Leverage .................................................................................... 32
6.
Profitabilitas .............................................................................. 33
7.
Tunneling Incentive ................................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 37 C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43 xiii
D. Dasar Perumusan Hipotesis.............................................................. 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 54 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 54 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 54 C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 55 D. Metode Analisis Data ....................................................................... 56 1.
Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 56
2.
Analisis Regresi Logistik .......................................................... 57
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 66 A. Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 66 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 67 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 67
2.
Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................... 70
C. Pembahasan ...................................................................................... 75 1.
Pengaruh Pajak (TAX) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ......................................... 75
2.
Pengaruh Intangible Assets (RND) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ............................. 76
3.
Pengaruh Leverage (LEV) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ......................................... 77
4.
Pengaruh Profitabilitas (PROFIT) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ............................. 78
5.
Pengaruh Tunneling Incentive (TUN) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia ............... 80
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 82 A. KESIMPULAN ................................................................................ 82 B. SARAN ............................................................................................ 85 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 38 Tabel 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 43 Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria ............................................... 66 Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 67 Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi ............................................................................. 69 Tabel 4.4 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model .......................................... 71 Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 71 Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ................................................... 72 Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .................................................. 73
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................ 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2015 90 Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Pajak Periode 2012-2015 .................... 91 Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Intangible Assets 2012-2015 ............... 98 Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Leverage Periode 2012-2015 ............ 100 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas Periode 2012-2015 ...... 102 Lampiran 6 Hasil Perhitungan Variabel Tunelling Incentive 2012-2015 ......... 104 Lampiran 7 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing 2012-2015.............. 106 Lampiran 8 Output Hasil Penelitian Data ......................................................... 108
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi, bisnis, dan investasi saat ini berkembang dengan sangat pesat tanpa mengenal batas negara. Dalam rangka memperkuat basis globalnya, perusahaan multinasional mendirikan anak-anak perusahaan, cabang dan perwakilan usahanya di berbagai negara yang tujuannya untuk memperkuat aliansi strategis dan menumbuhkembangkan pangsa pasar (market share) ekspor dan impor produk-produk mereka diberbagai negara (Sumarsan 2013). Adanya transaksi barang maupun jasa yang terjadi antar wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa menjadi penyebab utama timbulnya praktek transfer pricing. Transaksi pihak hubungan istimewa adalah transaksi antara pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional (Lubis, Bukit dan Sari L 2013). Menurut Ompusunggu dalam Wijaya & Sadjiarto (2014:1), di berbagai bentuk transaksi hubungan istimewa terlihat upaya pengalihan sumber daya dan penghindaran pajak antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, atau transfer pricing.
1
Transfer pricing memberikan perusahaan multinasional alat untuk mengalokasikan pendapatan di seluruh entitas berafiliasi dalam yurisdiksi pajak yang berbeda. Dengan biaya ekspor di bawah harga yang di kirim dari negara pajak tinggi ke negara pajak yang rendah, perusahaan multinasional mampu mengurangi tarif pajak global yang efektif (Cristea dan Nguyen 2014). Pajak merupakan salah satu faktor yang mendasari keputusan atas kebijakan transfer pricing perusahaan. Klassen et al., (2013) menyatakan bahwa penggunaan kebijakan transfer pricing saat ini bertransformasi sebagai isu pajak internasional yang mana kebijakan transfer pricing digunakan sebagai alat untuk mengurangi beban pajak secara keseluruhan bagi perusahaan multinasional atau perusahaan berskala global. Marfuah & Azizah (2014) mengungkapkan bahwa perbedaan beban pajak dalam bisnis multinasional sudah biasa terjadi. Negara-negara dengan perusahaan yang kurang maju sering mengenakan tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan negara-negara dengan perusahaannya yang maju justru mengenakan tarif pajak yang tinggi. Peraturan mengenai masalah transfer pricing yang berhubungan dengan perpajakan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 18 mengenai Pajak Penghasilan (UU PPh). Pasal 18 ayat (3) UndangUndang PPh menerangkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang untuk menentukan kembali besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib 2
pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa (arm’s length principle) dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya (Setiawan, 2014). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4) menerangkan bahwa hubungan istimewa antara wajib pajak badan dapat terjadi karena pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainya sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau antara beberapa badan yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh suatu badan. Sedangkan untuk wajib pajak perseorangan, hubungan istimewa dapat terjadi karena hubungan keluarga sedarah dalam garis lurus atau kesamping satu derajat. Hubungan istimewa yang dimaksud dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha (Sumarsan, 2013). Tujuan lain perusahan dalam penerapan kebijakan transfer pricing perusahaan dipengaruhi oleh intangible asset. Aktivitas transfer pricing perusahaan multinasional berhubungan dengan transfer dari kedua barang berwujud maupun tak berwujud, hal tersebut harus berdasarkan pada prinsip ketentuan harga pasar wajar. Semua transaksi yang melibatkan transfer aset tak berwujud antar divisi dalam suatu perusahaan harus dinilai sesuai
3
dengan harga yang akan digunakan perusahaan multinasional ketika berhadapan dengan perusahaan independen eksternal (OECD 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam Grant, et al,. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer pricing meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi penilaian harga transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk mendefinisikan dengan tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud. Selanjutnya, Visconti (2012) dalam Muhammadi, et al., (2016) menyatakan bahwa penilaian aset tak berwujud merupakan salah satu isu sentral karena memiliki sifat material yang bersifat abstrak, dan tidak terdapat pasar aktif untuk jenis properti tak berwujud. Selain itu, ia berpendapat bahwa kesulitan dalam penilaian disebabkan oleh adopsi metode berbeda oleh perusahaan multinasional ketika menilai aset tak berwujud. Hal lain yang menjadi salah satu faktor dalam penerapan kebijakan transfer pricing perusahaan adalah leverage. Bernard et al., (2006) dalam Grant et al., (2013) menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio debt-toequity tinggi cenderung memiliki pajak lebih agresif dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki rasio debt-to-equity rendah. Doidge dan Dyck (2014) menemukan bahwa perusahaan lebih dipengaruhi oleh perubahan pajak penghasilan badan yang secara komparatif memiliki rasio leverage lebih tinggi daripada kontrol perusahaan di Kanada.
4
Keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing juga dipengaruhi oleh profitabilitas. Rego dalam Grant et al., (2013) menemukan bahwa perusahaan dengan laba sebelum pajak lebih besar secara proporsional lebih menghindari pajak perusahaan dibandingkan perusahaan dengan pendapatan sebelum pajak yang rendah. Dalam hal transfer pricing, perusahaan yang menghasilkan laba tinggi memungkinkan untuk melakukan penyesuaian harga transfer untuk mengurangi (peningkatan) keuntungan pada yurisdiksi pajak tinggi (pajak rendah). Jingna Li et al., (2016) menemukan bahwa perusahaan di Jepang lebih memilih untuk menggunakan indikator keuangan seperti laba dan penjualan sebagai evaluasi kinerja, dengan penekanan yang kecil pada indikator keuangan efisiensi modal seperti ROI dan ROE. Selain itu, perusahaan-perusahaan di Jepang tidak hanya bergantung pada indikator keuangan untuk evaluasi kinerja, tetapi juga pada metode lain seperti indikator non-keuangan. Tunneling incentive dilakukan oleh pemegang saham pengendali untuk memperoleh manfaat privat yaitu transfer sumber daya keluar dari perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Perusahaan melakukan tunneling ini dengan tujuan untuk meminimalkan biaya transaksi. Dengan melakukan tunneling kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa maka biaya dapat ditekan sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Selain itu, perusahaan melakukan tunneling dengan tujuan untuk memanipulasi laba (Marfuah and Azizah 2014). 5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartati et al., (2015) mengemukakan bahwa tunneling incentive merupakan suatu perilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan demi keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham minoritas ikut menanggung biaya yang mereka bebankan. F. Noviastika et al. (2016) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan terkosentrasi pada satu pihak atau satu kepentingan cenderung akan melakukan tunneling di dalamnya dengan cara melalui transaksi transfer pricing. Transaksi transfer pricing tersebut dilakukan melalui penjualan antar perusahaan seafiliasi. Berhubungan dengan masalah transfer pricing, dalam lingkup akuntansi komersial tidak terdapat ketentuan yang sifatnya khusus dalam mengatur transfer pricing, akan tetapi dalam standar akuntansi komersial yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat ditemukan pernyataan yang berkaitan dengan hubungan istimewa. Dalam PSAK No.7 yang merupakan suatu pernyataan standar akuntansi keuangan, telah mengatur tentang pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sedangkan akuntansi perpajakan lebih menitikberatkan pada penyusunan surat pemberitahuan dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan (Nurhayati 2013).
6
Beberapa ahli telah mengakui bahwa aktivitas harga transfer perusahaan multinasional dapat memicu penyalahgunaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan lebih tinggi dan juga upaya untuk menghindari pajak melalui transaksi antar perusahaan multinasional dalam satu grup usaha yang cenderung mengalihkan kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang menerapkan tarif pajak tinggi (high tax countries) ke negara yang memiliki tarif pajak rendah (low tax countries) maupun negara yang tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak (tax haven countries). Dampak harga transfer adalah harga yang terlalu tinggi (overpricing), atau sebaliknya harga yang terlalu rendah (underpricing). Selain motivasi bisnis, harga transfer multinasional juga dimaksudkan untuk mengendalikan, mekanisme arus sumber daya antara anggota grup dan maksimalisasi laba setelah pajak (Suandy, 2014). Kasus yang berkaitan dengan transfer pricing beberapa waktu yang lalu menimpa Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lainlain. Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta. Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, dengan jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar di Inggris, bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008- 2010) mencapai £1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak 7
pernah membayar pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Kemudian Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar £398 juta tetapi hanya membayar pajak sebesar £6 juta. Hal yang sama terjadi di Amazon Inggris, di mana mereka berhasil melakukan penjualan di Inggris sebesar £3,35 miliar selama tahun 2011 tetapi hanya membayar pajak sebesar £1,5 juta (Setiawan 2014). Isu mengenai transfer pricing di Indonesia sendiri terjadi pada perusahaan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang terendus setelah Direktorat Jenderal Pajak secara simultan memeriksa surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) Toyota Motor Manufacturing pada 2005. Belakangan, pajak Toyota pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan karena Toyota mengklaim kelebihan membayar pajak pada tahun-tahun itu, dan meminta negara mengembalikannya (restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota pada tahun 2005, petugas pajak menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004 misalnya, laba bruto Toyota anjlok lebih dari 30 persen, dari Rp 1,5 triliun (2003) menjadi Rp 950 miliar. Selain itu, rasio gross margin atau perimbangan antara laba kotor dengan tingkat penjualan juga menyusut. Dari sebelumnya 14,59 persen (2003) menjadi hanya 6,58 persen setahun kemudian. Pada pertengahan 2003, Astra menjual sebagian besar sahamnya di Toyota Astra Motor kepada Toyota Motor Corporation Jepang. Alasannya, Astra punya utang jatuh tempo yang tak bisa ditangguhkan lagi. Walhasil, Toyota Jepang kini 8
menguasai 95 persen saham Toyota Astra Motor. Nama perusahaan berubah menjadi Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk menjalankan fungsi distribusi di pasar domestik, Astra dan Toyota Motor Corporation Jepang kemudian mendirikan perusahaan agen tunggal pemegang merek dengan nama lama: Toyota Astra Motor (TAM). Pada perusahaan ini, Astra menjadi pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 persen saham. Sisanya milik Toyota Motor Corporation Jepang. Setelah restrukturisasi itulah, laba gabungan kedua perusahaan Toyota anjlok. Melorotnya keuntungan Toyota membuat setoran pajaknya pada pemerintah juga berkurang. Yang janggal, meski laba turun, omzet produksi dan penjualan mereka pada tahun itu justru naik 40 persen. Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika memeriksa struktur harga penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama. Toyota diduga ‘memainkan’ harga transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban biaya lewat pembayaran royalti secara tidak wajar (Tempo 2014). Setelah sidang ini ditutup kemarin, keputusan atas sengketa ini kini berada di tangan majelis hakim pengadilan pajak. Ironisnya, meski sidang telah usai, namun kasus ini belum ada kejelasan kapan akan diputus. Sekadar informasi, sengketa pajak antara Ditjen Pajak dengan produsen mobil asal Jepang ini juga terjadi untuk tahun pajak 2005 dan 2007 hingga kini belum juga diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir (Kontan 2013). Penelitian terdahulu yang mengungkapkan adanya motivasi pajak dalam melakukan transaksi transfer pricing telah dilakukan diantaranya 9
oleh Wafiroh & Hapsari (2015) menemukan pengaruh positif pajak terhadap terjadinya transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang berada di Indonesia sehingga nantinya pajak yang akan dibayarkan di Indonesia akan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkan. F. Noviastika et al. (2016) juga menemukan bahwa pajak memiliki pengaruh terhadap keputusan dalam melakukan transaksi transfer pricing dimana motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar. Selain pajak, faktor lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing ialah intangible asset, leverage, dan profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Grant et al., (2013) terhadap perusahaan di Australia menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas,
leverage,
aset
tidak
bewujud,
dan
multinationality secara signifikan berhubungan positif terhadap agresivitas harga transfer setelah mengendalikan sektor industri. Hasil regresi tambahan menunjukkan bahwa transfer pricing meningkat melalui aset tidak berwujud dan multinationality. Hal lain yang mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan dalam melakukan transaksi transfer pricing ialah tunneling incentive. 10
Beberapa penelitian mengenai tunneling incentive telah dilakukan dimana Marfuah & Azizah (2014) menemukan bahwa menyatakan tunneling incentive berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya praktik tunneling incentive maka perusahaan akan lebih banyak melakukan transfer pricing dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Mispiyanti (2016) menemukan bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap perilaku transfer pricing perusahan dimana saham perusahaan yang telah dimiliki asing akan melakukan penjualan kepada pihak berelasi dengan penentuan harga yang tidak wajar guna kepentingan pemegang saham pengendali yang berada di negara yang tarif pajaknya lebih rendah daripada Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan harga transfer. Faktor yang digunakan dalam peneltian ini adalah Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan Tunneling Incentive. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan Tunneling Incentive terhadap Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Multinasional di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Hal tersebut karena praktek harga transfer ini hanya terjadi pada perusahaan manufaktur multinasional yang memiliki 11
anak perusahaan di luar negeri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian terdahulu hanya mengamati satu tahun pengamatan saja sedangkan penelitian ini empat tahun. Pengukuran praktek transfer pricing dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio nilai transaksi pihak berelasi (related party transaction/RPT), Proksi tersebut mengukur transaksi penjualan dan pembelian dimana akan menimbulkan utang maupun piutang yang dapat mempengaruhi perhitungan laba akuntansi perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas bahwa transfer pricing merupakan salah satu bentuk penghindaran pajak yang terjadi pada perusahaan multinasional di Indonesia, maka penelitian ini akan mengkaji mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan perusahaan multinasional melakukan transfer pricing, dengan perumusan masalah yang dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing? 2. Apakah intangible asset berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing? 12
5. Apakah tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Penelitian
ini
akan
menguji
faktor-faktor
penentu
yang
mempengaruhi transfer pricing. Menguji apakah pajak akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing, menguji apakah intangible asset akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing, menguji apakah leverage akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing, menguji apakah profitabilitas akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing, dan selanjutnya menguji apakah tunneling incentive akan berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Membuktikan adanya pengaruh pajak terhadap transfer pricing
2.
Membuktikan adanya pengaruh intangible asset terhadap transfer pricing
3.
Membuktikan adanya pengaruh leverage terhadap transfer pricing
4.
Membuktikan adanya pengaruh profitabilitas terhadap transfer pricing
5.
Membuktikan adanya pengaruh tunneling incentive terhadap transfer pricing
13
2.
Manfaat Penelitian a.
Manfaat Teoritis 1)
Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan penelitian selajutnya dan menambah ilmu pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dan pajak dengan
memberikan
mempengaruhi
gambaran
keputusan
harga
faktor-faktor transfer
yang
perusahaan
multinasional. 2)
Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan akuntansi, khususnya mengenai pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan harga transfer perusahaan multinasional di Indonesia.
3)
Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti yang akan melaksanakan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik ini.
4)
Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta ilmu pengetahuan terutama mengenai pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan harga transfer perusahaan multinasional di Indonesia.
14
b.
Manfaat Praktis 1) Regulator, dalam hal ini adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris
yang
berhubungan
dengan
pentingnya
pengawasan serta efektifitas peraturan yang telah dikeluarkan mengenai pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan harga transfer perusahaan multinasional di Indonesia sehingga dapat meminimalisir kecurangan maupun penyelewengan terhadap kebijakan harga transfer di Indonesia. 2) Manajemen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pajak, intangible asset, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan harga transfer perusahaan multinasional di Indonesia. Sehingga dapat membantu suatu pengambilan keputusan dan menambah kesadaran akan pentingnya etika bisnis.
15
BAB II KAJIAN LITERATUR A. Landasan Teori 1.
Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara dua pihak yaitu, pihak agent, dimana dalam hal ini adalah manajer perusahaan atau dewan direksi yang bertindak sebagai pembuat keputusan dalam menjalankan perusahaan dan pihak principal, yaitu pemilik perusahaan atau pemegang saham yang mengevaluasi informasi maupun mengelola jalannya perusahaan. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, prinsipal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Anthony dan Govindarajan 2005). Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi merupakan sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).
Selanjutnya
mereka
menjelaskan
bahwa
konflik
kepentingan antara prinsipal dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
16
Agency Theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi dimana terdapat konflik kepentingan antara manajemen selaku agen dengan pemilik dan kreditur selaku prinsipal. Asimetri informasi maupun konflik kepentingan (conflict of interest) dapat mendorong timbulnya penyajian informasi yang sebenarnya dari agen kepada prinsipal, terutama apabila informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Manajemen wajib memberikan informasi yang terkait dengan investasi dalam suatu perusahaan dengan memberikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan kepada principal. Menurut Colgan (2001), faktor yang dapat menyebabkan munculnya masalah keagenan, yaitu: a. Moral Hazard Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas yang tinggi), dimana seorang manajer melakukan kegiatan yang tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan secara etika maupun norma tidak layak dilakukan. b. Penahanan Laba (Earnings Retention) Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan investasi yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui
17
peningkatan dan pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan, prestise, atau penghargaan bagi dirinya, namun dapat menghancurkan kesejahteraan pemegang saham. c. Horison Waktu Masalah ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas yang mana prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan yang kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung menekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. d. Penghindaran Risiko Manajerial Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang dicapainya, sehingga manajer akan berusaha meminimalkan risiko saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan risikonya. Dapat disimpulkan bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya ketidaksesuaian
informasi
berhubungan
dengan
penyerahan
kewenangan dari prinsipal kepada agen yang menyebabkan manajer memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pemegang saham. Sementara ketika struktur kepemilikan terkosentrasi, dalam artian satu pihak memiliki pengendalian atas perusahaan, maka masalah keagenan yang muncul akan berbeda, yaitu dimana masalah manager dengan
18
pemegang saham berubah menjadi pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Clanssens et al., dalam Brundy 2014:4). 2.
Transfer Pricing a. Definisi Menurut OECD (Organization For Economic Coorperation and Development) (2009), transfer pricing adalah: “Price at which a company undertakes any transactionswith associated enterprise. When a company transfer goods, intangible property or services to a related company, the prices charged is defined as a transfer price.” Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian bersifat netral dan bersifat peyoratif-negatif. Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa pengurangan beban pajak. Sedangkan pengertian peyoratif mengasumsikan bahwa harga transfer sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya lebih rendah (Suandy 2014). R. Feinschreiber, dalam Darussalam, et al., (2013) mengemukakan transfer pricing dalam perspektif perpajakan, adalah suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam praktek bisnis,
19
transfer pricing sering dilakukan perusahaan multinasional yang berada satu grup dengan perusahaan tersebut. Berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ./2011, mendefinisikan penentuan harga transfer (transfer pricing) yaitu “Penentuan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa”. Sedangkan
menurut
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 7 (Penyesuaian 2015), pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain, atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya, atau kewajiban antara pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa transfer pricing merupakan suatu keputusan mengenai penentuan harga atas transaksi barang dan jasa kepada perusahaan yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan prinsip kewajaran.
20
b. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Harga Pasar Wajar (Arm’s Length Price) (Horngren, Datar and Fost 2008) menerangkan bahwa secara umum terdapat 6 (enam) metode transfer pricing, antara lain: 1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices) Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan untuk perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi kerja. Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan basis harga pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar yang berlaku (current-market place) dengan harga pasar yang dikurangi diskon (market-price minus discount). Bentuk ini dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja manajemen unit usaha karena hal ini menunjukan kemampuan produk untuk menghasilkan laba serta merangsang unit usaha untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini digunakan apabila pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antar unit usaha. Dengan menggunakan harga pasar dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu perusahaan dapat mencapai tujuan congruence, dukungan manajemen, evaluasi kinerja unit usaha, dan otonomi unit usaha.
21
2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Method Transfer Prices) Harga yang berdasarkan pada biaya produksinya. Biaya yang digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya dapat merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang dianggarkan merupakan
(budget suatu
cost).
mark-up
Transfer atau
berdasarkan
profit
margin
biaya yang
menggambarkan tingkat pengembalian investasi suatu unit usaha: a) biaya variabel aktual (actual variable costs), b) biaya tetap standar (standard variable fixed), c) biaya tetap aktual (actual fixed costs), d) biaya total standar (standard full costs), e) biaya rata-rata (average costs), f) biaya total ditambah laba (full costs plus mark-up). Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya karena informasi biaya tersedia pada setiap tingkat aktivitas. 3. Harga Transfer Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices) Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kedua unit usaha mempunyai posisis tawar-menawar yang sama, namun penentuan harga transfer yang demikian akan
22
memakan waktu, mengulang pemerikasaan serta revisi harga transfer. 4. Harga Transfer Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Based Transfer Prices) Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan harga transfer berdasarkan full cost. Untuk menaksir suatu harga mendekati harga pasarnya, harga transfer berdasarkan biaya terkadang dibuat pada full cost ditambah dengan suatu margin. Harga transfer ini terkadang dapat mengarahkan pada keputusan unit usaha. 5. Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices) Dalam pendekatan ini, harga transfer ditentukan berdasarkan interaksi kedua unit usaha pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan. 6. Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices) Harga transfer ini digunakan untuk memenuhi disparitas responsibilitas dari unit perusahaan. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menentukan harga pasar wajar (Arm’s Length Price). Tujuan dari metode-metode tersebut adalah untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa telah memenuhi harga pasar wajar dengan konsisten.
23
Menurut standar harga pasar (Arm’s Length Standard), hargaharga transfer seharusnya ditetapkan agar dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak secara bebas. Standar harga pasar (Arm’s Length Standard) yang paling banyak diterapkan, antara lain (Suandy, 2014): 1. Metode Harga Pasar Sebanding (Comparable uncontrolled pricing method) Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu pada tingkat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang independen. Secara teoritis, metode ini termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas, kualitas, kondisi, waktu penjualan, merek dagang, pangsa pasar, dan geografis pasar. 2. Metode Harga Jual Minus (Resale pricing method) Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada pihak independen dengan suatu mark-up yang wajar (sebanyak laba dan biaya si penjual). Kesulitan terjadi dalam menentukan mark-up. 24
3. Metode Harga Pokok Plus (Cost plus pricing method) Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan mark-up yang wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai dalam hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau salah satu anggota grup sebagai subkontraktor dari yang lainnya. 4. Metode Lain (Other Method) Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu diterapkan, atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi wajib pajak. 3.
Pajak a. Definisi Definisi pajak menurut Undang-Undang KUP No.28 Tahun 2007 menyatakan: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
25
Menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2008:1), pajak didefinisikan sebagai berikut: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidk mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut S. I. Djajadiningrat (Siti Resmi, 2013), menyatakan bahwa: “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturanperaturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.” Menurut N. J. Feldman, pajak didefinisikan sebagai berikut: “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata
digunakan
untuk
menutup
pengeluaran-
pengeluaran umum” 26
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan kewajiban yang dikenakan kepada orang atau badan yang telah memenuhi persyaratan kepada suatu negara dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan maupun kesejahteraan masyarakat luas. b. Fungsi Pajak Menurut Siti Resmi (2013), pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara) Pajak memiliki fungsi budgeter sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya baik pengeluaran
secara
rutin
maupun
pengeluaran
untuk
pembangunan. Dalam pajak sebagai sumber keuangan negara, maka pemerintah terus berupaya dalam memaksimalkan penerimaan negara. Jadi, pajak merupakan sektor penerimaan negara yang penting karena dengan pajak inilah negara (pemerintah) dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga besar kecilnya penerimaan negara ditentukan oleh besar kecilnya penerimaan dari sektor pajak.
27
2. Fungsi Regularend (Fungsi Pengatur) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar sektor keuangan. c. Sistem Pemungutan Pajak Menurut Siti Resmi (2013), terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu: a. Official Assessment System Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif sedagkan fiskus bersifat aktif. Menurut sistem ini pula utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan fiskus dan pajak. b. Self Assesment System Merupakan suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak harus
menghitung,
memperhitungkan,
membayar,
dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus) hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu apabila dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka sistem 28
ini sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil, artinya utang pajak timbul apabila terdapat penyebab yang menimbulkan utang pajak. c. With Holding System Merupakan sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang
dimaksud
disini
antara
lain
pemberi
kerja
dan
bendaharawan pemerintah. 4.
Intangible Asset Financial Reporting Standard 138 mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik. Aset tersebut dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan menghasilkan keuntungan ekonomis di masa depan (Ng, 1999). Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan aset tidak berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable intangible asset). Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas. Sedangkan aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli 29
namun tidak dapat diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga, seperti kegiatan penelitian dan pengembangan, iklan, goodwill, inovasi produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan Halsey 2004). Menurut PSAK No. 19 (penyesuaian 2015), pengakuan aset tidak berwujud dapat dilakukan jika kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehan aset dapat diukur dengan jelas). Aset tidak berwujud dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1. Pembelian tunai biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri atas harga beli, termasuk bea masuk (impor), pajak yang sifatnya tidak dapat direstitusi (non-refundable) dan semua pengeluaran yang dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuan. 2. Pembelian angsuran aset tidak berwujud yang dibeli secara kredit, biaya perolehannya sebesar nilai tunainya. Selisih antara jumlah pembayaran dengan nilai tunai dicatat sebagai beban bunga ditangguhkan. 3. Pertukaran aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran aset sejenis atau pertukaran aset tidak sejenis. Biaya perolehan aset tidak berwujud diukur sebesar nilai wajar aset yang diterima, yang sama dengan nilai wajar aset yang diserahkan setelah diperhitungkan jumlah uang tunai atau kas yang diserahkan. 30
4. Ditukar dengan instrumen ekuitas perusahaan aset tidak berwujud yang diperoleh dengan menukarnya dengan instrumen perusahaan pelapor, biaya perolehannya adalah nilai wajar instrumen yang diterbitkan yaitu sama dengan nilai wajar aset. 5. Aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal digunakan dalam menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan secara
internal
memenuhi
syarat
untuk
diakui,
entitas
menggolongkan proses dihasilkannya aset tidak berwujud menjadi dua tahap yaitu tahap penelitian (riset) dan tahap pengembangan. Jika entitas tidak dapat membedakan antara 17 tahap riset dan tahap pengembangan pada suatu proyek internal untuk menghasilkan aset tidak berwujud, maka entitas memperlakukan pengeluaran untuk proyek itu seolah-olah sebagai pengeluaran yang terjadinya hanya pada tahap riset saja. Aset tidak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aset tidak berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud fisik. Goodwill, paten, hak cipta, merek, sewa, pemegang hak sewa, lisensi, franchises, formula khusus, teknologi, penelitian dan pengembangan merupakan contoh aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami perubahan penilaian yang besar (Subramanyam dan Wild, 2008). 31
5.
Leverage Menurut Kasmir (2012:151), leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan dibiayai dengan utang, dengan kata lain sejauhmana kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang
apabila
perusahaan
dibubarkan
(dilikuidasi).
Pembiayaan dengan utang menimbulkan beban yang bersifat tetap. Sedangkan Brealey & Marcus (2008) dalam Atika (2013:3) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan. Setiap penggunaan hutang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap risiko dan pengembalian Jenis rasio hutang (leverage ratio) dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus yang digunakan untuk mencari debt to equity ratio ialah perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas sebagai berikut: Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Kewajiban Total Ekuitas
32
6.
Profitabilitas Menurut Sunyoto (2013:113) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Sedangkan menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efekifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjulan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Adapun rasio-rasio untuk menghitung profitabilitas menurut Bringham dan Houston (2010:146), yaitu: a. Margin Laba atas Penjualan Margin atas laba penjualan atau bisa disebut juga dengan gross margin ratio adalah rasio yang menunjukan nilai relatif antara nilai laba bersih terhadap nilai penjualan. Laba bersih adalah nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Formula untuk menghitung margin laba atas penjualan, yaitu: Margin Laba atas Penjualan =
Laba Bersih Penjualan
Semakin besar nilai rasio, maka semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan. Artinya, apabila profitabilitas perusahaan semakin tinggi, maka perusahaan memiliki tingkat keuntungan dalam laba bersih yang tinggi. Hal tersebut menjadi bias apabila 33
hasil margin laba atas pejualan suatu perusahaan lebih rendah dibanding dengan rata-rata industri. Hasil dibawah standar ini terjadi karena biaya yang terlalu tinggi disebabkan oleh operasi yang tidak efisien. b. Pengembalian atas Total Aset Rasio atas pengembalian total asset bisa disebut juga dengan Return on Asset (ROA) yang merupakan rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai besarnya presentase tingkat pengembalian perusahaan dari setiap asset yang dimiliki maupun digunakan. Formula untuk menghitung rasio ini, yaitu: Bersih Return on Assets (ROA) = Laba Total Asset
Semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Namun, tingkat pengembalian atas aset yang rendah, tidak selalu berarti buruk. Hal tersebut bisa diakibatkan oleh keputusan yang disengaja, misalnya penggunaan utang dalam jumlah yang besar, beban bunga yang tinggi sehingga menyebabkan laba bersih relatif rendah. Jadi, faktor-faktor lain harus dipertimbangkan terlebih
dahulu
ketika
akan
menilai
rasio-rasio
yang
mencerminkan kinerja perusahaan.
34
c. Rasio Kemamuan Dasar untuk Menghasilkan Laba Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba atau Basic Earning Power (BEP) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dari
asset
perusahaan, sebelum adanya pengaruh pajak dan leverage. Rasio ini bermanfaat ketika membandingkan perusahaan dengan berbagai tingkat leverage keuangan dan situasi pajak. Formula yang digunakan untuk menghitung rasio ini, adalah: Basic Earning Power (BEP) =
EBIT Total Assets
d. Pengembalian atas Ekuitas Biasa Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio pengembalian ekuitas, maka semakin baik. Adapun formula untuk mengukur rasio ini adalah: Return on Equity (ROE) = Laba Bersih Ekuitas Biasa 7.
Tunneling Incentive Hartati et al. (2015) menyatakan bahwa tunneling incentive adalah suatu prilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan demi keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham minoritas ikut menanggung biaya yang mereka 35
bebankan. Sedangkan menurut Klassen, et al (2013), tunneling incentive
adalah
kegiatan
pemegang
saham
mayoritas
yang
mengutamakan kepentingan mereka sendiri dan merugikan pemegang saham minoritas. Tunneling dapat muncul dalam dua bentuk. Pertama, pemegang saham pengendali dapat memindahkan sumber daya dari perusahaan ke dirinya melalui transaksi antara perusahaan dengan pemilik. Transaksi tersebut dapat dilakukan melalui penjualan aset, kontrak harga transfer, kompensasi eksekutif yang berlebihan, pemberian pinjaman, dan lainnya. Kedua, pemegang saham pengendali dapat meningkatkan bagiannya atas perusahaan tanpa memindahkan aset melalui penerbitan saham dilutif atau transaksi keuangan lainnya yang mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham non-pengendali (Brundy, Siswantaya and Pratama 2014). Marfuah dan Azizah (2014) menyatakan bahwa sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dan mecegah aktivitas tunneling, perusahaan seharusnya menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif. Melalui pengawasan yang dilakukan oleh banyak pihak yang dinilai independen akan membatasi ruang lingkup yang seringkali digunakan pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunneling incentive merupakan kegiatan pemindahan sumber daya yang berupa asset, pembagian keuntungan, maupun berupa pemberian hak istimewa yang
36
diberikan kepada pemegang saham mayoritas dan memberikan dampak merugikan bagi pemegang saham minoritas. B. Penelitian Terdahulu Adapun hasil-hasil penelitian sebelumya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1 di halaman selanjutnya:
37
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu No.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
1
Grant Richardson, Grantley Taylor, dan Roman Lanis Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. 9. (2013)
2.
Marfuah & Andri Puren Noor Azizah
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (2014)
Determinants of transfer pricing aggressiveness: Empirical evidence from Australian firms.
Variabel profitabilitas, leverage, aset tidak berwujud, dan agresivitas transfer pricing.
Perbedaan
Variabel multinationality. Sampel yang digunakan adalah 183 perusahaan publik terdaftar di Australia tahun 2009. Metode yang digunakan yaitu regresi logistik. Pengaruh Pajak, Variabel pajak, Tidak terdapat Tunneling Incentive tunneling incentive, variabel exchange dan Exchange Rate dan keputusan rate. Populasi sampel Terhadap transfer pricing. studi ini adalah Keputusan Transfer Metode penelitian semua perusahaan Pricing Perusahaan. yang digunakan manufaktur yang yaitu regresi terdaftar di Bursa logistik. Efek Indonesia pada tahun 2010 hingga 2012.
Bersambung ke halaman berikutnya 38
Hasil Penelitian
Penelitian ini menyimpulkan bahwa profitabilitas, leverage, aset tidak berwujud, dan multinationality berhubungan positif terhadap agresivitas transfer pricing. Sedangkan hasil dari regresi tambahan menunjukkan transfer pricing meningkat melalui aset tidak berwujud dan multinationality. Dari hasil penelitian tersebut dapat pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan maka akan menurunkan keputusan transfer pricing perusahaan atau sebaliknya. Selanjutnya tunneling incentive berpengaruh positif pada
3.
Novi Lailiyul Wafiroh dan Niken Nindya Hapsari El-MuhasabaJurnal Akuntansi
Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus pada Keputusan Transfer Pricing
Variabel pajak, tunneling incentive, dan transfer pricing.
4.
Kenneth Klassen, Petro Lisowsky, dan Devan Mescall
Transfer Pricing: Strategies, Practices, and Tax Minimization.
Variabel pajak (Effective Tax Rate) dan praktik transfer pricing.
The Effect of Size, Return on Sales, Leverage, Fixed Assets, Industry And Ownership on
Variabel leverage dan transfer pricing.
KPMG (2013)
5.
Nazer Izadinia, Dariush Foroghi, dan Setare Soltan Geis
Bersambung ke halaman berikutnya 39
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Hasil analisis menunjukkan bahwa pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif dan signifikan terhadap transaksi transfer pricing.
Tidak terdapat variabel mekanisme bonus. Sampel yang digunakan dari 17 perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2011–2013. Variabel tax budget 1. Keberhasilan perusahaan dan tax director. melakukan transfer pricing Populasi penelitian memberikan dampak yaitu sektor signifikan terhadap effective manufaktur yang tax rate terdaftar di Bursa 2. Anggaran pajak yang besar dan Efek di Amerika pengalaman direktur juga Serikat periode mempengaruhi effective tax 2009-2012. Metode rate yang rendah. yang digunakan 3. Terdapat keterkaitan antara adalah multivariate praktek transfer pricing dan regression. upaya minimalisasi pajak. Tidak terdapat variabel Return on Sales, Fixed Assets, Industry And Ownership. Sampel
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Size, Leverage, Industry And Ownership structure memiliki pengaruh terhadap tax rate
Interdisciplinary Journal of Contemporary Resarch in Bussiness (2013)
Effective Tax Rate in the Listed Companies of Tehran Stock Exchange
6.
Dwi Noviastika F, Yuniadi Mayowan, Suhartini Karjo Jurnal Perpajakan Vol. 8 No.1 (2016)
Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Pajak, tunneling incentive dan transfer pricing
7.
Karina Maria Kasztelnik
Corporate Transfer Pricing in Selected Multinational Companies Headquartered in the United Stated
Variabel pajak (effective tax rate) dan keputusan transfer pricing
Bersambung ke halaman berikutnya 40
78 perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange. Periode yang digunakan ialah tahun 2009-2012. Metode yang digunakan adalah Multiple Regression. Variabel Good Corporate Governance (GCG). Sampel penelitian yang digunakan adalah 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik. Variabel investor return and earning per share. Populasi penelitian ialah perusahaan manufaktur periode
perusahaan yang berdampak pada utang pajaknya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pajak dan tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa motivasi pajak berpengaruh terhadap penggunaan kebijakan transfer pricing. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa transfer
Disertasi Universitas Walden (2012)
2009-2012 yang terdaftar di bursa efek. Metode yang digunakan adalah regresi logistik.
8.
Winda Hartati, Desmiyawati, dan Julita Simposium Nasional Akuntansi (2015)
Tax Minimization, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI
9
Mispiyanti
Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing
Jurnal Akuntansi dan Investasi. Vol. 16 No. 1 (2015)
Variabel transfer pricing dan tunneling incentive
Variabel mekanisme bonus. Sampel penelitian data adalah sebanyak 109 pengamatan dari seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Variabel pajak, Variabel mekanisme tunneling incentive, bonus. Populasi dan transfer dalam penelitian ini pricing adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. Menggunakan metode regresi logistik dan uji statistik deskriptif.
Bersambung ke halaman berikutnya 41
pricing dapat menjadi alat dalam mengurangi biaya transaksi internasional dan meminimalkan tarif pajak juga dapat membantu perusahaan memperoleh laba yang tinggi dari transaksi antar-negara secara global. Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh signifikan tax minimization, tunneling incentive dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pajak dan mekanisme bonus tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Sedangkan, variabel tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
10
Indah Dewi Nurhayati Jurnal Manajemen dan Akuntansi (2013)
Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan terhadap Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional di Indonesia
Variabel pajak dan transfer pricing
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
42
Jenis penelitian yang digunakan adalah library research, data yang digunakan berupa analisis isi atau content analysis. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer atau melalui bahan-bahan pustaka yang berkaitan dangan objek penelitian yang dimaksud.
Praktik transfer pricing sering digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk menghindari atau menggelapkan pajak dengan cara meminimalkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Praktik tersebut dilakukan dengan cara mengalihkan penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang mempunyai hubungan istimewa, dengan mempertimbangkan perbedaan ketentuanketentuan perpajakan yang terjadi dari suatu negara dengan negara lainnya.
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1, sebagai berikut:
Perusahaan yang memiliki kepentingan untuk mencapai laba yang diinginkan berhubungan dengan transaksi antar perusahaaan yang memiliki hubungan istimewa
GAP
Terdapat peraturan yang mengatur tentang transaksi antar perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di Indonesia yaitu UU PPh No.36 tahun 2008 dan OECD Guidelines
Adanya kemungkinan tindakan penyelewengan dalam penggunaan kebijakan transfer pricing pada perusahaanperusahaan di Indonesia berhubungan dengan transaksi yang memiliki hubungan istimewa
Pengaruh Pajak, Intangible Asset, Leverage, Profitabilitas, dan Tunneling Incentive terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
Basis Teori: Teori Keagenan (Agency Theory)
Bersambung ke halaman berikutnya
43
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pajak (𝑋1) (Noviastika F. et al., 2016) Intangible Asset (X2 ) (Grant, et al., 2013) Transfer Pricing (Y) (Noviastika F., et al 2016)
Leverage (𝑋3) (Grant, et al., 2013) Profitabilitas (𝑋4) (Grant, et al., 2013) Tunneling Incentive (X5 ) (Hartati et al., 2014)
Model Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
44
D. Dasar Perumusan Hipotesis 1.
Pengaruh
pajak
terhadap
keputusan
perusahaan
untuk
melakukan transfer pricing Perencanaan pajak yang sering digunakan oleh perusahaan multinasional diantaranya, transfer pricing, thin capitalization, capital repatritaion, foriegn-exchange control, international double taxation and foreign tax credit, tax treaty protection/facilities, establishment of representative, branch or subsidiary (Santoso dalam Karisma, 2014:42). Hal tersebut didukung oleh Rahayu (2010) dalam Mispiyanti (2015) yang menyatakan bahwa karakteristik hubungan antara anak perusahaan (subsidiary company) di Indonesia dengan induk perusahaan (parent company) di luar negeri yang menurut kacamata pajak dianggap sebagai entitas terpisah (separate entity). Dengan demikian antara anak perusahaan dengan induk perusahaan tersebut dapat melakukan transaksi (inter company transaction) yang diatur sedemikian rupa agar anak perusahaan (subsidiary company) di Indonesia mengalami kerugian, sedangkan secara keseluruhan bisnisnya selain di Indonesia masih mengalami untung sehingga dapat mengurangi beban pajak di Indonesia. Martini et al. (2012) dalam Muhammadi (2016) menemukan bahwa ketika perusahaan multinasional dilakukan secara terpusat, negara yang memiliki pajak rendah biasanya menarik investasi yang lebih tinggi.
45
Lintas batas transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dan cabang atau anak perusahaan di Indonesia dapat meningkat secara signifikan karena pertumbuhan yang luar biasa dalam investasi asing langsung tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh & Hapsari (2015) menemukan bukti bahwa variabel pajak menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap terjadinya transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang berada di Indonesia sehingga nantinya pajak yang akan dibayarkan di Indonesia akan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkan. Selanjutnya, Swenson (2001) dalam Hartati et. al., (2014) menemukan bahwa tarif dan pajak berpengaruh pada insentif untuk melakukan transaksi transfer pricing. Noviastika F. et al. (2016) juga menemukan bahwa pajak berpengaruh signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.
46
Yuniasih et al., (2012) dalam Mispiyanti (2015) menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Alasan perusahaan melakukan transfer pricing adalah salah satunya untuk menekan beban pajak yang semakin besar.
Karena
dalam
praktik
bisnis,
umumnya
pengusaha
mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban pajak tersebut. Marfuah & Azizah (2014) mengungkapkan bahwa perbedaan beban pajak dalam bisnis multinasional sudah biasa terjadi. Sehingga negaranegara dengan perusahaannya yang kurang maju sering mengenakan tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan negara-negara dengan perusahaannya yang maju justru mengenakan tarif pajak yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Klasses, et al. (2013), Marfuah, et al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et al. (2016) maka diduga bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H1= Pajak berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing 2.
Pengaruh intangible assets terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing Intangible assets menjadi bagian penting dalam operasi maupun keberlangsungan perusahaan multinasional, hal tersebut karena 47
perusahaan multinasional telah menjadi bagian terpenting dari mayoritas transaksi harta tidak berwujud antar-negara, peraturan mengenai penetapan harga transfer secara otomatis diterapkan secara luas untuk transaksi yang melibatkan pemindahan harta tak berwujud dalam satu cara atau yang lain. Dalam hal ini, penting untuk memahami kemampuan untuk memisahkan aset tak berwujud dari aset lainnya untuk tujuan penilaian (Brauner 2008:86). R&D yang merupakan bagian intangible assets juga dikenal sebagai salah satu faktor strategis bagi perusahaan dalam memahami hubungan antara intensitas R&D terhadap kinerja perusahaan karena akan berdampak pada kebijakan strategis yang diambil oleh perusahaan termasuk keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam Grant, et al. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer pricing meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi penilaian harga transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk mendefinisikan dengan tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud. Sejak harta tidak berwujud sulit untuk dilakukan penilaian, transfer pembayaran berupa royalti yang menunjukkan harta tidak berwujud juga sulit dilakukan penilaian pada arm’s length prices (Gravelle, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013), maka diduga bahwa intangible asset berpengaruh terhadap keputusan 48
melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H2= intangible assets berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing 3.
Pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing Utang merupakan salah satu tindakan perusahaan dalam memenuhi sumber pendanaan yang bertujuan untuk menjalankan bisnisnya. Semakin besar utang, maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Prakosa, 2014). Pada umumnya perusahaan menggunakan utang kepada pihak ketiga dalam menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Penambahan sejumlah utang suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang menjadi pengurang beban pajak perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013). Heider dan Ljungqvist (2014) meneliti keadaan perubahan tarif pajak penghasilan perusahaan dan menemukan bahwa kenaikan rasio leverage mengikuti peningkatan tarif pajak perusahaan, akan tetapi rasio leverage tidak ikut berkurang seiring dengan penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan tersebut. Hal tersebut di dukung oleh Agusti (2014) yang menyatakan bahwa semakin besar utang perusahaan maka beban pajak akan menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya usaha dan pengurangan tersebut sangat berarti bagi perusahaan yang
49
terkena pajak tinggi. Oleh karena itu makin tinggi tarif bunga akan makin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan utang tersebut. Manfaat yang ditimbulkan dari penghematan pajak akibat adanya bunga membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang perusahaan. Penelitian yang dilakukan Grant et al., (2013) menemukan bahwa leverage dapat menjadi faktor yang mendorong agresivitas transfer pricing dengan tujuan untuk mengurangi beban pajak perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013) maka diduga bahwa leverage berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H3= leverage berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing 4.
Pengaruh profitabilitas terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing Penelitian yang dilakukan Bava dan Gromis (2015) menyatakan bahwa semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan pergeseran profit yang terjadi, dengan kata lain semakin besar pula dugaan perusahaan melakukan praktik transfer pricing. Dalam transfer pricing, perusahaan yang memiliki keuntungan lebih dapat menyesuaikan harga pengalihan untuk mengurangi (peningkatan) 50
keuntungan dalam pajak tinggi (pajak rendah). Misalnya, perusahaan seperti Apple, Google dan Microsoft telah mampu menemukan keuntungan dari pajak rendah dan peningkatan pajak pengeluaran (misalnya pembayaran royalti) serta bagaimana perusahaan dengan pajak tinggi untuk mengurangi laba kena pajak (Mutti dan Grubert, 2009; Womack dan Drucker, 2011; Duhigg dan Kocieniewski, 2012 dalam Richardson, Grant et al., 2013). Richardson dan Lanis (2007) dalam Pradipta & Supriyadi (2015) menyatakan bahwa semakin besar penghasilan yang diperoleh perusahaan maka akan berpengaruh terhadap besarnya pajak penghasilan yang harus dibayarkan.. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013), maka diduga bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H4= profitabilitas berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing 5.
Pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing Tunneling incentive merupakan suatu perilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan demi keuntungan
51
mereka sendiri, tetapi pemegang biaya dibebankan pada pemegang saham minoritas (Hartati, et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) dalam Marfuah & Azizah (2014) menyatakan bahwa terdapat dua hal yang dipertimbangkan sebagai dorongan bagi perusahaan untuk melakukan tunneling. Pertama, struktur kepemilikan. Kedua, tersedianya sumber daya keuangan pada perusahaan yang akan di-tunnel. Dengan pengendalian dan pengaruh signifikan yang dimiliki, pemegang saham pengendali dapat mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya, termasuk kebijakan kontraktual dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Ketersediaan sumber daya juga akan menjadi dorongan bagi pemegang saham pengendali untuk mentunnel sumber daya tersebut keluar dari perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Transaksi pihak berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan oportunis oleh pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling. Adapun transaksi pihak berelasi tersebut dapat berupa penjualan atau pembelian yang digunakan untuk mentransfer kas atau aset lancar lain keluar dari perusahaan melalui penentuan harga yang tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Kemudian pemegang saham pengendali akan memperoleh kekuasaan dan insentif dalam suatu perusahaan tersebut (Mispiyati, 2015:67). Hal tersebut didukung oleh Yuniasih (2012) dalam Hartati et al. (2014) yang menyebutkan kepemilikan saham pada perusahaan publik di Indonesia 52
cenderung terkonsentrasi, sehingga ada kecenderungan pemegang saham mayoritas untuk melakukan tunneling. Penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh & Hapsari (2015) menyatakan
bahwa
perusahaan
dengan
kepemilikan
yang
terkonsentrasi pada sebagian kecil pihak cenderung terjadi tunneling di dalamnya. Artinya salah satu tujuan dilakukannya transaksi transfer pricing adalah untuk melakukan tunneling kepada pemilik saham minoritas yang mengakibatkan kerugian bagi pihak mereka. Dan yang perlu diingat adalah bahwa kerugian bagi perusahaan yang ditunnel ini adalah terjadinya penurunan kinerja keuangan. Hal ini didukung oleh penelitian F. Noviastika (2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan terkosentrasi pada satu pihak atau satu kepentingan cenderung akan melakukan tunneling di dalamnya dengan cara melalui transaksi transfer pricing. Transaksi transfer pricing itu dilakukan dengan melalui penjualan antar perusahaan seafiliasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartati et al., (2014), Marfuah & Azizah (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyati (2015), dan F. Noviastika (2016) maka diduga bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H5= tunneling incentive berpengaruh pada keputusan melakukan transfer pricing
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validitas teori atau pengujian aplikasi kepada teori tertentu. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada penjelasan terhadap pengujian yang dilakukan mengenai pengaruh pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap variabel dependen, yaitu keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20122015. Penelitian kali ini menggunakan data tahun 2012-2015 karena pada tahun tersebut terdapat perubahan tarif pajak sehingga motivasi pajak lebih relevan. B. Metode Penentuan Sampel Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2012-2015. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu sampel yang didasari oleh kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Kriteria yang harus dimiliki sampel adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2015.
54
2.
Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan atau data yang dilaporkan lengkap pada tahun 2012 – 2015.
3.
Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan presentase kepemilikan 20% atau lebih pada tahun 2012-2015. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 15 yang menyatakan bahwa pemegang saham pengendali adalah pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau lebih.
4.
Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan tahun 2012-2015.
C. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Serta dari berbagai buku pendukung dan sumber lainnya yang berhubungan dengan transfer pricing. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen masing-masing perusahaan publik tahun periode 2012-2015, serta data perusahan yang diperoleh dari www.idx.co.id.
55
D. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat analisis model regresi logistik dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 23. Variabel dependen dalam penelitian ini bersifat dikotomi dimana variabel transfer pricing tersebut diproksikan dengan keberadaan suatu transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dalam hal ini maka dapat dianalisis dengan menggunakan
regresi
logistik
(logistic
regression)
karena
tidak
memerlukan asumsi normalitas data dalam variabel bebasnya (Ghozali, 2015). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan kemudian dianalisis dengan berbagai uji statistik sebagai berikut: 1. Uji Statistik Deskriptif a. Uji Deskriptif Statistik deskriptif merupakan pengujian yang digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai ratarata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2015). Dengan statistik deskriptif variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian akan dijelaskan. Selain itu, statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel, sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca.
56
b. Uji Frekuensi Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu atau pengelompokan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukkan kedalam dua kategori atau lebih. 2.
Analisis Regresi Logistik Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal ini variabel dependennya dalam bentuk variabel dummy (diantara 0 dan 1). Dalam analisis regresi logistik tidak memerlukan uji asumsi klasik karena didalam analisis regresi logistik dihasilkan suatu analisis model fit yang menggambarkan apakah data dari penelitian ini baik untuk digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2015). a.
Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Beberapa tes uji statistik diberikan untuk melakukan penilaian terhadap hal ini. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah: H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Dari hipotesis ini jelas bahwa hipotesis nol tidak akan di tolak agar dapat menghasilkan model fit dengan data. Statistic yang digunakan
57
berdasarkan pada fungsi likelihood.
Likelihood L dari model
merupakan probabilitas yang menunjukkan bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input. Dalam melakukan pengujian hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. b. Uji Koefisien Determinasi Cox dan Snell’s R Square merupakan suatu ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang berdasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai satu (1). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2 dapat diintrepretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai nagelkerke’s R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel-variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
58
c.
Uji Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
d. Uji Matriks Klarifikasi Uji matriks klarifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membuat keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model regresi digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat yang dinyatakan dalam persen. e.
Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Ho = b1 = b2 = b3 = … = bi = 0
59
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ … ≠ bi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen yang diperhatikan dalam populasi. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah: 1) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif di dukung. 2) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak di dukung. f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik dengan melihat pengaruh pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah: TP = α + β1TAX + β2 RND + β3LEV + β4PROFIT + β5TUN + ε Keterangan: TP
= Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang melakukan transaksi ke pihak yang memiliki hubungan istimewa, 0 untuk perusahaan yang melakukan transaksi ke pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa.
α
= Konstanta
60
TAX
= Pajak
RND
= Intangible Assets
LEV
= Leverage
PROFIT = Profitabilitas TUN
= Tunneling Incentive
ε
= Koefisien Error
E. Operasional Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel dependen dan variabel independen. a. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Transfer pricing dihitung dengan pendekatan dikotomi yaitu dengan melihat posisi penjualan terhadap pihak yang memiliki hubungan istimewa. Perusahaan yang melakukan transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa diberi nilai 1 (satu) sedangkan perusahaan yang tidak melakukan transaksi penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa diberi nilai 0 (nol) (Marfuah and Azizah 2014).
61
b. Variabel Independen (X) Variabel Independen (X) terdiri dari pajak (X1), intangible assets (X2), leverage (X3), profitabilitas (X4) dan tunneling incentive (X5). 1) Pajak Variabel pajak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan effective tax rate (ETR). Effective tax rate (ETR) merupakan sebuah persentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. ETR dinilai dari informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga ETR merupakan bentuk perhitungan tarif pajak pada perusahaan (Yuniasih, 2012 dalam Marfuah & Azizah, 2014). ETR=
Tax Expense-Deffered Tax Expense Pretax Income
2) Intangible Asset Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan aset tidak berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable intangible asset). Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas. Sedangkan aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga, seperti 62
kegiatan penelitian dan pengembangan, iklan, goodwill, inovasi produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan Halsey 2004). Research and Development (R&D) merupakan bagian dari asset tidak berwujud yang berupa kegiatan penelitian dan pengembangan yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. (Lu et al., 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016). Pengukuran variabel asset tidak berwujud dilakukan dengan Variabel penelitian dan pengembangan dilambangkan dengan R&D (research and development) menggunakan pengukuran dengan variabel dummy, dimana jika perusahaan menyajikan biaya penelitian dan pengembangan dalam laporan keuangannya, maka skornya adalah 1. Jika tidak, maka skornya adalah 0 (Trisnajuna dan Sisdyani 2015). 3) Leverage Variabel leverage diukur dengan membagi total kewajiban jangka panjang dengan total asset perusahaan (Grant et al., 2013). Tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak bergantung pada utang dalam membiayai aset perusahaan yang menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga. Oleh karena itu, Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan, maka beban bunga yang dibayarkan perusahaan juga semakin besar. Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Kewajiban Total Ekuitas
63
4) Profitabilitas Ada berbagai macam ukuran profitabilitas, namun yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja keuangan perusahaan salah satunya adalah ROA (Return On Assets). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin efektif penggunaan suatu aset dalam menghasilkan laba. Rasio ini diukur dengan cara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aset yang dilaporkan dalam neraca. Return on assets merupakan variabel mediasi dandapat diukur dengan perhitungan sebagai berikut (Wiagustini, 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016). Return on Assets (ROA) =
Laba Bersih Total Asset
5) Tunneling Incentive Tunneling incentive diproksikan dengan presentase kepemilikan saham di atas 20% yang merupakan pemegang saham pengendali oleh perusahaan asing. Kriteria struktur kepemilikan yang terkonsentrasi berdasarkan pada PSAK No. 15 yang mengukur pengaruh signifikan pemegang saham oleh pihak asing dengan menggunakan persentase kepemilikan saham 20% atau lebih. TUN =
Jumlah kepemilikan saham terbesar Jumlah saham beredar
64
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
No
Variabel
Jenis Variabel
Indikator
1
Pajak ( X1 )
Independen
ETR=
2
Intangible Assets (𝑋2 )
Independen
1= Adanya pengeluaran riset dan pengembangan pada laporan keuangan 0= Tidak terdapat pengeluaran riset dan pengembangan pada laporan keuangan
3
Leverage (X3 )
Independen
DER=
4
Profitabilitas (X4 )
Independen
5
Tunneling Incentive (X5 )
Independen
6
Keputusan melakukan transfer pricing (Y)
Dependen
Tax Expense-Deffered Tax Expense Pretax Income
Total Kewajiban Total Ekuitas Return on Assets (ROA)= Laba Bersih Total Asset TUN= Jumlah kepemilikan saham terbesar Jumlah saham beredar 1 = adanya transaksi penjualan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa 0 = tidak adanya transaksi penjualan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa
Skala Pengukuran Rasio
Nominal
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal
Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 hingga 2015. Perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2012 dan selama periode penelitian tidak mengalami delisting. Fokus dari penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh antara pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan sampel adalah metode purposive sampling dimana penelitian ini mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan merupakan representasi dari populasi yang ada, serta sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil pengujian yang terlihat pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah perusahaan di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2015 yang dapat menjadi populasi penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria9 No
Kriteria
Jumlah
1.
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015 Perusahaan sampel yang tidak dikendalikan oleh perusahaan asing dengan presentase kepemilikan 20% atau lebih. Perusahaan yang mengalami kerugian periode 2012-2015 Perusahaan yang melaporkan data tidak lengkap Jumlah (38 × 4 tahun)
568
2.
3. 4.
66
(126)
(224) (66) 152
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen yaitu pajak, intangible assets, leverage, profitabilitas, dan tunneling incentive terhadap variabel dependen yaitu keputusan perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing. a.
Uji Statistik Deskriptif
N TAX TUN PROFIT LEV RND TF Valid N (listwise)
152 152 152 152 152 152 152
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum ,000 ,214 ,002 ,103 0 0
,950 ,982 ,669 3,962 1 1
Mean ,28007 ,58047 ,12951 ,83355 ,42 ,92
Std. Deviation ,128038 ,220294 ,120896 ,692061 ,495 ,271
Sumber : Output SPSS
Tabel 4.2 menggambarkan mengenai statistik deskriptif seluruh variabel dalam penelitian ini. Nilai minimum menggambarkan nilai terkecil yang merupakan hasil dari pengolahan data sampel. Nilai maksimum merupakan nilai terbesar yang berasal dari analisis data. Mean adalah nilai rata-rata yang menggambarkan jumlah data dibandingkan dengan banyaknya jumlah masing-masing variabel. 67
Sedangkan standar deviasi adalah hasil pengukuran yang menjelaskan penyebaran distribusi maupun variabilitas yang terdapat pada data. Berikut hasil analisis dari penelitian. Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila mean lebih besar dari standar deviasi atau penyimpangannya maka kualitas data menjadi lebih baik. Berdasarkan tabel 4.2 nilai statistik deskriptif untuk variabel pajak (TAX) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 0,28007 atau 28%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 hingga 2015 yang memiliki tarif dasar efektif pajak tersebut akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,000, 0,950, dan 0,128038. Variabel intangible assets (RND) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 0,42 atau 42%. Hal itu menunjukkan bahwa 42% perusahaan mencantumkan pengeluaran research & development pada laporan keuangannya.. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0, 1, dan 0,495. Variabel leverage (LEV) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 0,83355 atau 83%. Hal itu menunjukkan bahwa 83% perusahaan yang menggunakan hutang jangka panjang untuk membiayai perusahaan akan
68
melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,103, 3,962, dan 0,692061. Variabel profitabilitas (PROFIT) menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 0,12951 atau 12%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 hingga 2015 yang memiliki laba akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,002, 0,669, dan 0,120896. Variabel tunneling incentive (TUN) menunjukkan bahwa nilai ratarata sebesar 0,58047 atau 58%. Hal itu menunjukkan bahwa 58% perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan saham besar akan melakukan transfer pricing. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah 0,214, 0,982, dan 0,220294. b. Uji Frekuensi Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing Frequency Tidak terdapat RPT Penjualan Terdapat RPT Penjualan Total
Percent
12
7,9
Valid Percent 7,9
140
92,1
92,1
152
100,0
100,0
Cumulative Percent 7,9
100,0
Sumber : Output SPSS 69
Berdasarkan hasil tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi untuk variabel transfer pricing ditunjukkan dengan adanya transaksi penjualan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dari total 168 sampel perusahaan pada tahun 2012-2015, terdapat 12 sampel yang tidak melakukan transfer pricing atau sekitar 7,9% dan sisanya sebesar 140 sampel perusahaan atau sekitar 92,1% melakukan transaksi transfer pricing. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan transfer pricing dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan transfer pricing. 2.
Hasil Uji Hipotesis Penelitian a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number =0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number =1). Adanya pengurangan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) awal dengan -2 Log Likelihood
(-2LL)
akhir
menunjukkan
bahwa
model
yang
dihipotesiskan fit dengan data. Berikut ini disajikan data hasil pengujian kesesuaian keseluruhan model:
70
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model Keterangan (Block Number =0) (Block Number =1).
-2 Log Likelihood (-2LL) 83,962 36,749
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi mengenai model dimana awal (Block Number= 0) yaitu model yang hanya memasukkan konstanta mempunyai nilai -2LL sebesar 83,962. Sedangkan pada akhir (Block Number =1) mengalami penurunan setelah masuknya beberapa variabel independen dalam penelitian, nilai -2LL menjadi 36,749. Penurunan ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang telah dihipotesiskan fit dengan data, hal ini berarti variabel bebas seperti pajak, profitabilitas, leverage, intangible asset, dan tunelling incentives akan memperbaiki model fit pada penelitian ini. b. Hasil Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas dari variabel-variabel independen dapat memperjelas variabilitas variabel independen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Berikut hasil pengujian koefisien determinasi:
Step 1
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi -2 Log Likelihood Cox & Snell R Square 36,749 0,267
Nagelkerke R Square 0,629 71
Tabel 4.5 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,629 yang berarti nilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 62,9% sisanya sebesar 37,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian. Atau secara bersama-sama, variasi variabel pajak, profitabilitas, leverage, intangible asset, dan tunelling incentives dapat menjelaskan keputusan perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing. c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit Test. Berikut ini disajikan data hasil pengujian kelayakan model regresi. Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lameshow Test Step 1
Chi-Square 0,555
Df 8
Sig. 1,000
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa Chi-Square sebesar 0,555 dengan signifikansi (p) sebesar 1,000. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa
model
telah
mampu
memprediksi
nilai
observasinya karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
72
d. Hasil Uji Regresi Logistik Model regresi logistik yang terbentuk disajikan tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Ste p 1a
TAX
B 10,829
TUN
-,154
1,929
,006 1
,936
,857
-12,351
4,114
9,015 1
,003
,000
1,145 11,176 1
,001
,022
PROFIT
S.E. Wald df 5,336 4,118 1
LEV
-3,828
RND(1)
24,647 3482,909
Constant
5,139
2,031
,000 1 6,405 1
Sig. Exp(B) ,042 50458,898
,994 505696,00 ,011
170,615
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan model berikut ini: Ln(p/1-p) = 5,139 + 10,829TAX + 24,647RND – 3,828LEV – 12,351 PROFIT - ,154TUN + e Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel pajak (TAX) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi positif sebesar 10,829 dengan tingkat signifikansi 0,042 yang berada dibawah 0,05 (5%) oleh karena itu hipotesis pertama (Ha1) diterima yang artinya pajak berpengaruh secara positif signifikan tehadap keputusan perusahaan dalam melakukan transaksi transfer pricing. Adapun nilai beta yang dihasilkan positif sebesar 10,829 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pajak dengan keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
73
Variabel intangible asset (RND) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,994. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha2 ) tidak diterima yang artinya intangible asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Variabel leverage (LEV) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,01. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ketiga (Ha3 ) diterima. Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -3,828 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal tersebut artinya leverage memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Variabel profitabilitas (PROFIT) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis keempat (Ha4 ) diterima Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -12,351 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal tersebut artinya profitabilitas memiliki
74
pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing Variabel tunneling incentive (TUN) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,936. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha5 ) tidak diterima yang artinya tunneling incentive tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. C. Pembahasan 1. Pengaruh
Pajak
(TAX)
terhadap
keputusan
transfer
pricing
perusahaan multinasional Indonesia Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui besarnya koefisien regresi positif sebesar 10,829 dengan tingkat signifikansi 0,042 yang berada dibawah 0,05. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan didukung. Variabel pajak menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap transaksi transfer pricing, di mana transaksi transfer pricing dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang berada di luar batas negara dengan tarif pajak rendah guna mengalihkan kekayaan perusahaan yang berada di Indonesia sehingga nantinya, pajak yang akan dibayarkan di Indonesia lebih
75
kecil dibandingkan pajak yang seharusnya dibayarkan (Wafiroh dan Hapsari 2015). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya pajak, maka keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Klasses, et, al. (2013), Marfuah, et, al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et, al. (2016) yang menemukan adanya pengaruh positif pajak terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. 2. Pengaruh Intangible Assets (RND) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia Dalam melakukan penilaian dan penyajian nilai aset tidak berwujud pada laporan keuangan perlu dilakukan untuk menggambarkan nilai perusahaan yang sesungguhnya Foster, et al, (2003) dalam Soraya (2013). Akan tetapi, nilai aset tidak berwujud yang disajikan dalam laporan keuangan belum menggambarkan nilai perusahaan yang sesungguhnya karena masih mengandung unexplained value. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui besarnya koefisien regresi variabel intangible asset memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,994. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa intangible assets berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan tidak didukung.
76
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Grant et, al (2013) tetapi mendukung penelitian Santoso (2016) serta Kurniawan & Mertha (2016) dimana dapat disimpulkan bahwa investor memberikan penilaian terhadap perusahaan dengan murni mempertimbangkan atau melihat tingginya intensitas R&D dan nilai aset tidak berwujud yang tinggi tanpa memperhatikan peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang diperoleh dari pemanfaatan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jumlah perusahaan yang melaporkan biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena ketidakkonsistenan standar akuntansi mengenai perlakuan dan pelaporan R&D di dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga informasi laporan tahunan dinilai kurang relevan dalam strategi pengambilan keputusan investasi bagi investor (Santoso 2016). 3. Pengaruh Leverage (LEV) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia Berdasarkan hasil uji statistik, koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,01. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ketiga (Ha3 ) diterima. Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -3,828 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal ini tidak mendukung penelitian Grant et, al (2013) tetapi mendukung penelitian Swingly dan Sukartha (2014) dan Zuesty (2016) 77
dimana semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula pendanaan hutang pihak ketiga yang digunakan perusahaan, hal tersebut menimbulkan biaya bunga yang semakin tinggi. Biaya bunga yang tinggi berpengaruh terhadap nilai hutang perusahaan sehingga transfer pricing akan lebih sulit dilakukan. Hal ini berarti ketika perusahaan memiliki tingkat leverage tinggi maka kecenderungan perusahaan dalam melakukan transfer pricing akan menurun. Hadi dan Mangoting (2014) mengatakan bahwa hutang yang tinggi akan menyebabkan perusahaan menghadapi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban membayar hutang. Hal ini dimungkinkan peningkatan biaya bunga diikuti dengan peningkatan biaya pajak, dimana perusahaan menggunakan hutang yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga menghasilkan pendapatan diluar usaha perusahaan dan membuat laba yang diperoleh perusahaan naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang ditanggung perusahaan. 4. Pengaruh Profitabilitas (PROFIT) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia Berdasarkan hasil uji statistik, variabel profitabilitas memiliki koefisien koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis keempat (Ha4 ) diterima Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -12,351 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. 78
Hal tersebut artinya profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal ini mendukung penelitian Grant et, al (2013) dan Yusrianti (2013) dimana perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang besar akan mempunyai sumber pendanaan internal yang lebih besar pula sehingga memungkinkan perusahaan untuk cenderung memilih menggunakan modal sendiri yaitu dari dana internalnya terlebih dahulu, seperti dalam bentuk laba yang ditahan sebagai dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari pada menggunakan dana eksternal atau dana yang berasal dari pihak luar yaitu hutang sehingga tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan relatif rendah serta akan memperkecil resiko timbulnya kebangkrutan dan biaya modal atau hutang yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) dalam Yusrianti (2013) yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk mengutamakan menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaan internal (internal financing) terlebih dahulu dalam membiayai atau mendanai kegiatan operasional dan investasi perusahaan dan teori ini mendorong perusahaan yang mempunyai profit yang besar untuk menggunakan dana internalnya terlebih dahulu dalam mendanai kegiatan perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara profitabilitas dengan transfer pricing menunjukkan bahwa
79
semakin besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka transfer pricing perusahaan akan semakin menurun 5. Pengaruh Tunneling Incentive (TUN) terhadap keputusan transfer pricing perusahaan multinasional Indonesia Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tunneling incentive (TUN) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%) yaitu sebesar 0,936. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis kedua (Ha5) tidak diterima yang artinya tunneling incentive tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif -0,154 menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tunneling incentive dengan keputusan transfer pricing perusahaan, dimana semakin meningkatnya tunneling incentive perusahaan maka semakin menurunnya keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Tunneling incentive yang di ukur melalui jumlah kepemilikan saham pengendali, menunjukkan bahwa dengan adanya pemegang saham pengendali tidak dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Menurut Koestaman dan Diyanty (2013), semakin tinggi ekspropriasi atau pengambil alihan sumber daya yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas, maka akan menyebabkan dividen kas yang dibayarkan akan semakin rendah. Hal tersebut akan menimbulkan konflik antara pemegang 80
saham pengendali dan pemegang saham minoritas. Konflik tersebut akan berdampak bagi kegiatan operasi dan investasi perusahaan. Hasil penelitian terhadap variabel independen tunneling incentive menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Hal ini berarti hasil pengujian tidak mendukung penelitian sebelumnya oleh Hartati et, al (2013) tetapi mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Koestaman dan Diyanty (2015).
81
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015 pada perusahaan manufaktur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa pajak memiliki pengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Klasses, et al. (2013), Marfuah, et al. (2014), Wafiroh & Hapsari (2015), Mispiyanti (2015), dan F. Dwi, et al. (2016). F. Dwi, et al. (2016) menemukan bahwa motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur melakukan transfer pricing dengan cara melakukan transaksi kepada perusahaan afiliasi yang ada di luar batas negara. Perusahaan melakukan transfer pricing dalam perencanaan pajaknya guna meminimalkan pajak yang dibayar.
2.
Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa intangible assets tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil tersebut berlawanan dengan penyusunan hipotesis sebelumnya. Akan tetapi, hasil yang sama ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan asing tidak mampu memoderasi pengaruh Intensitas R&D terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 82
kepemilikan asing memperlemah pengaruh intensitas R&D terhadap nilai perusahaan. Sebagian besar perusahaan multinasional di Indonesia memiliki unsur kepimilikan asing yang biasanya tidak mempertimbangkan intensitas pengeluaran R&D sebagai salah satu strategi investasi. Resiko kegagalan dan biaya besar yang harus dikeluarkan untuk R&D membuat perusahaan tidak ingin mengambil resiko atas kerugian yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, sebagian besar pengeluaran R&D perusahaan tidak diungkapkan secara individual disebabkan oleh ketidakkonsistenan standar akuntansi dalam perlakuan dan pelaporan aset tidak berwujud, hal tersebut tentunya akan mengurangi relevansi laporan keuangan itu sendiri. 3. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Lestari & Hermanto (2015) yang menyatakan bahwa semakin besar nilai leverage berarti semakin besar biaya yang ditanggung oleh perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, hal tersebut dapat mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun. Perusahaan yang mengalami penurunan laba tentunya akan mendapat tekanan finansial yang tinggi dan mengarah pada kebangkrutan di masa mendatang dikarenakan besarnya biaya bunga pinjaman (beban tetap) yang ditanggung. Jadi, Perusahaan dengan tingkat penggunaan hutang
83
yang tinggi akan mengutamakan fokusnya pada pembayaran hutang yang berdampak pada keputusan dalam pengambilan keputusan perusahaan termasuk dalam melakukan transfer pricing. 4. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Yusrianti (2013), Bhawa, S. Dewi (2012), Kurniasih dan Sari (2013), dan Maiyarni (2014). Menurut Chen et al (2010) dalam Kurniasih dan Sari (2013) secara logika, perusahaan yang memiliki nilai profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam melakukan tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. 5. Hasil uji regresi logistik (regression logistic) menunjukkan bahwa tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Koestaman dan Diyanty (2013) yang menemukan bahwa semakin tinggi ekspropriasi (pengambil alihan sumber daya) yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas maka akan menimbulkan konflik yang berdampak bagi kegiatan operasi dan investasi perusahaan.
84
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada bidang pengembangan ilmu perpajakan internasional dan manajemen mengenai keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya masukan mengenai beberapa hal, diantaranya: 1.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor lain dalam melakukan transfer pricing seperti tax budget dan tax director (Klassen et al. 2014), serta mekanisme bonus (Hartati et al. 2014).
2.
Penelitian
selanjutnya
disarankan
untuk
memperpanjang
atau
memperluas periode penelitian sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian dan kesimpulan yang lebih akurat. 3.
Proksi yang digunakan untuk pengukuran transfer pricing
dalam
penelitian ini hanya menggunakan nilai penjualan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan proksi transfer pricing yang lain apabila data tersedia.
85
DAFTAR PUSTAKA Affes, Habib, and Zied Bouaziz. "The Impact of the Strategy in Determining Transfer Prices: Case of Tunisian Companies", Global Journal of Management and Business Research, 2012. Agnes, W. Y. Lo, M. K. Wong Raymond, and Michael Fi. "Tax, Financial Reporting, and Tunneling", Journal of the American Taxation Association, 2010. Aisyah, Cut Nur. "Pengaruh Struktur Kepemilikan dan R&D Terhadap Luas Pengungkapan Modal Intelektual", artikel di akses tanggal 29 Juni 2016, dari http://eprints.undip.ac.id/43581/1/20_AISYAH.pdf. Akbar, RI. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Transfer Pricing pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia", 2015. Anthony, and Govindarajan. "Management Control System", Salemba Empat, 2005. Atika, Darminto, and Siti Ragil Handayani. "Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress", Jurnal Administrasi dan Bisnis, 2013. Bakti, Astera Primanto. "Transfer Pricing Suatu Kajian Perpajakan", Jurnal Perpajakan Indonesia, 2002: 30. Brauner, Yarif. "Value In The Eye of The Beholder: The Valuation on Intangibles for Transfer Pricing Purposes", University of Florida Legal Studies Research Paper, 2008:86: 86. Bringham, Eugene F., and Joel F. Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 2010. Brundy, I Gede Siswantaya, and Edwin Pratama. "Pengaruh Mekanisme Pengawasan terhadap Aktivitas Tunneling", Simposium Nasional Akuntansi 17 Universitas Mataram. Lombok, 2014. Cristea, Anca D., and Daniel X. Nguyen, 2014, "Transfer Pricing by Multinational Firms: New Evidence from Foreign Firm Ownerships", artikel diakses tanggal 1 Febuari 2017, dari https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2517509 Desai, Mihir A., C. Fritz Foley, and James R. Hines Jr. "The Demand for Tax Haven Operation." 2005.
86
F, Dwi Noviastika, Yuniadi Mayowan Mayowan, and Suhartini Karjo. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Perpajakan, 2016. Gamayuni, Rindu Rika. "Pengaruh Intangible Assets, Kebijakan Keuangan, dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan", Jurnal Akuntansi UNILA, 2010. Hartati, Winda, Desmiyawati, and Nur Azlina. "Analisis Pengaruh Pajak dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing (Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI)", (Simposium Nasional Akuntansi 17 Universitas Mataram, Lombok.) 2014. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Fost. Akuntansi biaya: penekanan manajerial. Jakarta: Erlangga, 2008. Husnan, Suad, and Enny Pudjiastuti. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN., 2002. Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Klassen, Kenneth, Petro Lisowsky, and Devan Mescall. "Transfer Pricing Strategies, Practices, and Tax Minimization", (Journal of Tax Excecutive Institute (TEI)) 2013. Kontan. News. Maret 26, 2013. artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menantipalu-hakim Kurniawan, A Prawira, and I Made Mertha. "Kinerja Keuangan Sebagai Pemediasi Pengaruh Intensitas Research and Development dan Aset Tidak Berwujud pada Nilai Perusahaan", E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, 2016. Lee, Hadnum. The World's Best Tax Haven. United Kingdom: Taxcafe UK Limited, 2012. Lestari, Anis Puji, and Suwardi Bambang Hermanto. "Pengaruh Leverage, Size, Growth, dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas", Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2015. Lubis, Arnida Wahyuni, Rina Bukit, and Tapi Anda Sari L. "Pengaruh Pengeluaran Modal, Penelitian dan Pengembangan, Transaksi Pihak Hubungan Istimewa, dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan", Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 2013: 2.
87
Mangoting, Yenni. "Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing", Jurnal Akuntansi & Keuangan, 2000. Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008. Marfuah, and Andri Puren Noor Azizah. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Exchange Rate Terhadap Keputusan Transfer Pricing Perusahaan", Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 2014: 156-165. Mispiyati. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing", Jurnal Akuntansi dan Investasi, 2015. Muhammadi, Abdul Haris, Zahir Ahmed, and Ahsan Habib. "Multinational Transfer Pricing of Intangible Assets: Indonesian Tax Auditors’ Perspectives." Asian Review of Accounting, 2016: Vol. 24. Nurhayati, Indah Dewi. "Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia", Jurnal Manajemen dan Akuntansi, 2013. OECD. "Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax." OECD, 2010: Paris, France. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 7 Tahun (Revisi 2013) tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Prakosa, Kesit Bambang, "Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, dan Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia", Jurnal SNA 17 Mataram, Lombok, 2014. Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Richardson, Grant, Grantley Taylor, and Roman Lanis. "Determinants of transfer pricing aggressiveness: Empirical evidence from Australian firms." Journal of Contemporary Accounting & Economics, 2013: 136–150. Santoso, Adi. "Analisis Investasi Corporate Social Responsibility dan Intensitas Research and Development pada Perusahaan Go-Public." Publikasi Ilmiah. 2016. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7334. Sartono, Agus. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
88
Setiawan, Hadi, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Transfe r%20Pricing%20dan%20Risikonya%20Terhadap%20Penerimaan%20Ne gara.pdf Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat, 2014. Sumarsan, Thomas. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta: Indeks Penerbit, 2013. Swenson, D. L. "Tax Reforms and Evidence of Transfer Pricing", National Tax Journal, 2001. Tempo. Tempo.co Investigasi, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2017, dari https://investigasi.tempo.co/toyota/ Trisnajuna, Made, and Eka Ardhani Sisdyani. "Pengaruh Aset Tidak Berwujud dan Biaya Penelitian dan Pengembangan Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan", E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015. Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, and Bambang Agus. "Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan", Simposium Nasional Akuntansi. Makassar, 2007. Ukago, Kristianus. "Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Bukti Empiris Emiten di BEJ", Jurnal Maksi Vol.5, 2005. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Wafiroh, Novi Lailiyul, and Niken Nindya Hapsari. "Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus pada Keputusan Transfer Pricing", El- Muhasaba, 2015: Vol 6 No 2. Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2011. Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, and Made Gede Wirakusuma. "Pengaruh Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia." Simposium Nasional Akuntansi 15, 2012.
89
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2015 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kode ADES AMFG ASII AUTO BATA BRAM BTON CEKA CPIN DLTA DVLA HMSP ICBP INDF INTP JECC JPFA KBLI LION LMSH MERK MLBI MYOR NIPS PICO PYFA ROTI SKLT SMCB SQBB SRSN STTP TCID TOTO TRST TSPC ULTJ UNVR
Nama Perusahaan Akasha Wira International Tbk. Asahimas Flat Glass Tbk. Astra International Tbk. Astra Autoparts Tbk. Sepatu Bata Tbk. Indo Kordsa Tbk Betonjaya Manunggal Tbk. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Delta Djakarta Tbk Darya-Varia Laboratoria Tbk. HM Sampoerna Tbk. Indofood CBP sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Jembo Cable Company Tbk JPFA Comfeed Indonesia Tbk Kabelindo Murni Tbk Lion Metal Works Tbk Lionmesh Prima Tbk Merck Tbk. Multi Bintang Indonesia Tbk. Mayora Indah Tbk. Nipress Tbk. Pelangi Indah Canindo Tbk Pyridam farma Tbk Nippon Indosari Corpindo Tbk Sekar Laut Tbk. Holcim Indonesia Tbk. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Indo Acidatama Tbk. Siantar Top Tbk. Mandom Indonesia Tbk. Surya Toto Indonesia Tbk. Trias Sentosa Tbk. Tempo Scan Pacific Tbk. Ultra Jaya Milk Industry Tbk. Unilever Indonesia Tbk.
90
Lampiran 2 Variabel Pajak Periode 2012-2015
2012
Nama No Perusahaan ADES 1
Beban Pajak 6.745.000.000
Beban Pajak Tangguhan 6.793.000.000
Laba Kena Pajak ETR 109.585.000.000 0,000
117.203.000.000
-7.782.000.000
499.940.000.000 0,250
1.092.000.000.000
-1.172.000.000.000
5.879.000.000.000 0,385
2
AMFG
3
ASII
4
AUTO
127.454.000.000
-62.003.000.000
369.208.000.000 0,513
5
BATA
29.803.987.000
2.444.000.000
103.335.973.000 0,265
6
BRAM
26.683.284.900
4.302.653.788
123.943.774.028 0,181
7
BTON
7.629.165.556
145.698.806
29.933.867.095 0,250
8
CEKA
25.370.088.328
-173.176.884
86.272.735.299 0,296
9
CPIN
695.627.000.000
20.859.000.000
2.978.877.000.000 0,227
10
DLTA
74.083.993.000
5.362.139.000
251.448.207.000 0,273
11
DVLA
55.567.957.000
43.809.279.000
167.509.579.000 0,070
12
HMSP
3.437.961.000.000
13
ICBP
745.463.000.000
14
INDF
1.530.954.000.000
15
INTP
1.476.162.000.000
49.470.000.000
5.904.042.000.000 0,242
16
JECC
17.158.154.000
-1.183.923.000
73.368.306.000 0,250
17
JPFA
290.314.000.000
39.300.000.000
862.933.000.000 0,291
18
KBLI
47.373.645.009
-3.115.854.241
201.957.997.206 0,250
19
LION
18.278.323.727
-924.499.523
76.811.293.232 0,250
20
LMSH
3.788.102.398
75.019.898
14.852.330.751 0,250
21
MERK
38.106.722.000
-1.065.182.000
156.687.615.000 0,250
22
MLBI
153.856.000.000
16.159.000.000
560.532.000.000 0,246
Bersambung ke halaman berikutnya 91
14.162.000.000 13.741.117.000.000 0,249 69.645.000.000
2.864.147.000.000 0,236
343.258.000.000 11.176.660.000.000 0,106
Lampiran 2 (Lanjutan) 23
MYOR
24
215.386.662.605
927.670.095
513.690.061.415 0,417
NIPS
7.752.690.000
600.971.000
35.758.594.000 0,200
25
PICO
4.015.321.986
1.994.723.992
8.082.391.977 0,250
26
PYFA
2.663.733.367
-41.039.133
10.819.090.452 0,250
27
ROTI
50.643.432.736
-5.352.779.986
181.162.611.000 0,309
28
SKLT
3.701.189.570
760.664.930
8.258.895.022 0,356
29
SMCB
521.921.000.000
35.109.000.000
2.060.356.000.000 0,236
30
SQBB
45.649.188.000
38.609.000
178.745.789.000 0,255
31
SRSN
8.804.575.000
136.546.000
34.557.114.000 0,251
32
STTP
18.490.616.532
-127.891.668
93.092.541.515 0,200
33
TCID
52.889.300.559
-9.415.621.441
249.219.688.956 0,250
34
TOTO
100.336.317.731
8.448.973.006
389.768.612.027 0,236
35
TRST
19.295.905.316
-6.575.968.184
98.946.903.435 0,261
36
TSPC
177.203.624.605
4.693.995.452
370.982.845.907 0,465
37
ULTJ
104.538.495.699
7.064.734.551
446.412.921.016 0,218
38
UNVR
1.627.620.000.000
56.061.000.000
6.256.467.000.000 0,251
Beban Pajak 3.538.000.000
Beban Pajak Tangguhan -1.404.000.000
Laba Kena Pajak ETR 72.719.000.000 0,068
112.395.000.000
-4.923.000.000
469.272.000.000 0,250
1.021.000.000.000
-621.000.000.000
5.405.000.000.000 0,304
2013
Nama No Perusahaan ADES 1 2
AMFG
3
ASII
4
AUTO
210.859.000.000
62.003.000.000
516.203.000.000 0,288
5
BATA
19.384.816.000
4.118.675.000
56.141.321.000 0,272
6
BRAM
34.760.736.468
17.403.246.987
179.928.848.000 0,096
7
BTON
7.389.150.663
69.412.163
29.278.954.775 0,250
Bersambung ke halaman berikutnya 92
Lampiran 2 (Lanjutan) 8
21.484.183.371
1.606.645.376
78.284.200.941 0,254
9
CPIN
922.643.000.000
20.349.000.000
2.885.984.000.000 0,313
10
DLTA
87.897.926.000
4.331.245.000
294.485.366.000 0,284
11
DVLA
49.960.304.000
-3.070.796.000
161.571.490.000 0,328
12
HMSP
3.691.224.000.000
13
ICBP
733.699.000.000
99.309.000.000
3.141.253.000.000 0,202
14
INDF
1.176.600.000.000
412.789.000.000
1.792.480.000.000 0,426
15
INTP
1.582.860.000.000
71.445.000.000
6.467.486.000.000 0,234
16
JECC
8.757.728.000
-4.800.582.000
54.233.239.000 0,250
17
JPFA
255.310.000.000
2.033.000.000
740.069.000.000 0,342
18
KBLI
31.649.193.450
-3.853.227.050
142.009.682.980 0,250
19
LION
20.265.714.260
-1.035.260.103
79.379.719.168 0,268
20
LMSH
5.054.792.013
74.776.013
19.920.064.364 0,250
21
MERK
59.262.982.000
-3.683.048.000
251.784.122.000 0,250
22
MLBI
405.716.000.000
-34.462.000.000
1.119.312.000.000 0,393
23
MYOR
297.654.557.305
-415.684.455
904.918.080.686 0,329
24
NIPS
11.712.057.000
2.497.060.000
56.836.469.000 0,162
25
PICO
5.600.622.543
2.797.478.667
11.011.726.296 0,255
26
PYFA
2.304.128.607
597.109.643
11.604.953.459 0,147
27
ROTI
52.789.633.241
1.744.950.384
218.138.334.500 0,234
28
SKLT
5.157.771.350
-1.067.130.900
10.999.399.101 0,566
29
SMCB
384.243.000.000
-22.650.000.000
1.427.609.000.000 0,285
30
SQBB
49.961.305.000
-84.099.000
196.821.545.000 0,254
31
SRSN
16.672.659.000
9.077.420.000
30.380.956.000 0,250
32
STTP
28.362.006.717
-1.505.870.683
149.339.387.864 0,200
Bersambung ke halaman berikutnya 93
-13.684.000.000 14.536.365.000.000 0,255
2014
Lampiran 2 (Lanjutan) 33
TCID
58.149.236.079
3.823.236.671
247.889.891.417 0,219
34
TOTO
86.647.351.813
8.267.163.449
370.518.594.202 0,212
35
TRST
39.588.224.814
33.208.231.800
33.688.075.295 0,189
36
TSPC
191.400.294.291
3.418.130.042
369.097.721.313 0,509
37
ULTJ
111.592.767.209
11.072.317.291
490.660.338.685 0,205
38
UNVR
1.806.183.000.000
54.376.000.000
6.996.239.000.000 0,250
Nama No Perusahaan 1 ADES
Beban Pajak 10.507.000.000
Beban Pajak Tangguhan 1.615.000.000
Laba Kena Pajak 48.490.000.000
ETR 0,183
2
AMFG
139.172.000.000
-2.066.000.000
564.952.000.000
0,250
3
ASII
9.854.000.000.000
958.000.000.000
15.105.000.000.000
0,589
4
AUTO
136.954.000.000
29.538.000.000
286.257.000.000
0,375
5
BATA
9.892.590.600
-1.487.820.000
106.556.916.000
0,107
6
BRAM
75.774.565.320
4.464.006.920
164.369.095.000
0,434
7
BTON
1.944.806.795
9.813.795
7.739.972.411
0,250
8
CEKA
15.865.132.224
1.107.580.133
54.685.259.363
0,270
9
CPIN
360.248.000.000
-303.738.000.000
3.219.369.000.000
0,206
10
DLTA
91.445.380.000
1.820.051.000
295.480.862.000
0,303
11
DVLA
24.936.967.000
-9.444.510.000
114.843.081.000
0,299
12
HMSP
3.537.216.000.000
14.300.000.000
13.580.652.000.000
0,259
13
ICBP
871.208.000.000
120.172.000.000
3.769.745.000.000
0,199
14
INDF
185.593.900.000
-453.829.000.000
1.544.163.000.000
0,414
15
INTP
1.521.220.000.000
28.241.000.000
5.956.970.000.000
0,251
16
JECC
9.300.196.000
2.187.667.000
45.951.453.000
0,155
Bersambung ke halaman berikutnya 94
Lampiran 2 (Lanjutan) 17
JPFA
159.543.000.000
6.796.000.000
439.332.000.000
0,348
18
KBLI
24.388.746.419
-2.080.914.381
132.348.304.443
0,200
19
LION
13.863.444.789
-907.258.711
59.082.814.646
0,250
20
LMSH
3.671.006.094
-23.977.172
10.629.286.710
0,348
21
MERK
54.907.935.000
4.242.762.000
189.116.538.000
0,268
22
MLBI
283.495.000.000
-11.567.000.000
823.761.000.000
0,358
23
MYOR
119.649.017.130
3.444.510.935
350.853.031.768
0,331
24
NIPS
17.280.779.000
1.763.591.000
76.177.480.000
0,204
25
PICO
4.311.636.994
930.100.188
13.526.147.225
0,250
26
PYFA
1.550.165.979
335.187.771
1.885.353.750
0,644
27
ROTI
64.208.995.279
15.857.938.501
193.404.227.184
0,250
28
SKLT
7.188.408.517
1.824.147.983
22.327.446.451
0,240
29
SMCB
338.528.000.000
-22.600.000.000
1.299.736.000.000
0,278
30
SQBB
55.298.569.000
2.098.987.000
223.917.028.000
0,238
31
SRSN
15.449.746.000
2.940.679.000
35.296.441.000
0,354
32
STTP
44.342.168.784
-2.944.219.466
189.145.553.408
0,250
33
TCID
65.619.186.288
-2.887.992.212
274.028.714.638
0,250
34
TOTO
88.764.527.617
27.833.225.558
437.578.411.646
0,139
35
TRST
33.074.450.519
11.769.659.203
108.403.364.996
0,197
36
TSPC
152.515.117.693
744.977.287
280.866.341.296
0,540
37
ULTJ
91.896.185.643
20.994.903.271
451.340.236.545
0,157
38
UNVR
2.000.932.000.000
127.459.000.000
7.488.349.000.000
0,250
Bersambung ke halaman berikutnya
95
Lampiran 2 (Lanjutan)
2015
Nama No Perusahaan 1 ADES
Beban Pajak 11.336.000.000
Beban Pajak Tangguhan -2.096.000.000
Laba Kena Pajak ETR 36.958.000.000 0,363
122.917.000.000
10.524.000.000
409.686.000.000 0,274
2
AMFG
3
ASII
4
AUTO
110.895.000.000
16.483.000.000
212.233.000.000 0,445
5
BATA
6.359.375.000
15.372.000
39.317.030.000 0,161
6
BRAM
78.780.237.690
15.396.102.880
99.132.576.000 0,639
7
BTON
1.480.484.072
182.309.178
6.651.173.500 0,195
8
CEKA
35.721.906.910
-725.133.209
145.484.622.835 0,251
9
CPIN
449.030.000.000
108.284.000.000
2.601.483.000.000 0,131
10
DLTA
58.152.543.000
4.868.444.000
242.444.996.000 0,220
11
DVLA
36.543.278.000
-1.061.901.000
150.420.716.000 0,250
12
HMSP
3.569.336.000.000
13
ICBP
1.086.486.000.000
162.854.000.000
4.335.377.000.000 0,213
14
INDF
1.730.371.000.000
405.423.000.000
6.847.890.000.000 0,193
15
INTP
1.287.915.000.000
-35.342.000.000
4.773.715.000.000 0,277
16
JECC
6.031.664.000
151.440.000
24.732.416.000 0,238
17
JPFA
173.193.000.000
-4.353.000.000
667.600.000.000 0,266
18
KBLI
34.677.927.328
-1.040.196.022
177.551.050.353 0,201
19
LION
12.433.164.026
-1.419.730.224
55.411.577.927 0,250
20
LMSH
1.862.729.485
517.174.985
5.382.218.961 0,250
21
MERK
51.395.379.000
-4.351.316.000
222.986.781.000 0,250
22
MLBI
178.663.000.000
-24.614.000.000
303.992.000.000 0,669
23
MYOR
390.261.637.241
-3.825.834.291
635.134.886.070 0,620
4.017.000.000.000
Bersambung ke halaman berikutnya 96
-1.296.000.000.000 11.263.000.000.000 0,472
15.662.000.000 13.796.779.000.000 0,258
Lampiran 2 (Lanjutan) 24
NIPS
11.502.586.000
2.996.030.000
57.994.465.000 0,147
25
PICO
2.475.910.983
-274.396.578
11.001.230.243 0,250
26
PYFA
1.467.826.630
633.025.120
2.100.851.750 0,397
27
ROTI
107.712.914.648
12.056.336.498
321.786.867.677 0,297
28
SKLT
7.309.946.375
-1.310.568.375
29.909.642.752 0,288
29
SMCB
150.930.000.000
-6.383.000.000
516.027.000.000 0,305
30
SQBB
515.547.000
-1.044.443.000
1.968.215.450 0,793
31
SRSN
5.209.875.000
-1.161.133.000
25.484.033.000 0,250
32
STTP
46.300.197.602
-3.100.691.198
247.004.444.568 0,200
33
TCID
38.647.669.480
260.261.730
153.549.631.685 0,250
34
TOTO
96.337.115.958
-3.826.918.124
440.375.335.272 0,227
35
TRST
25.783.708.943
8.379.068.196
74.069.384.695 0,235
36
TSPC
177.892.281.060
3.378.812.535
263.895.675.173 0,661
37
ULTJ
177.575.035.200
17.013.196.050
730.419.346.954 0,220
38
UNVR
1.977.685.000.000
72.510.000.000
7.612.175.000.000 0,250
Bersambung ke halaman berikutnya
97
Lampiran 3 Variabel Intangible Assets Periode 2012-2015 No
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
ADES AMFG ASII AUTO BATA BRAM BTON CEKA CPIN DLTA DVLA HMSP ICBP INDF INTP JECC JPFA KBLI LION LMSH MERK MLBI MYOR NIPS PICO PYFA ROTI SKLT SMCB SQBB SRSN STTP TCID TOTO
2012 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0
RND (dummy) 2013 2014 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0
Bersambung ke halaman berikutnya 98
2015 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0
Lampiran 3 (Lanjutan) 35 36 37 38
TRST TSPC ULTJ UNVR
0 1 1 1
0 1 1 1
99
0 1 1 1
0 1 1 1
Lampiran 4 Variabel Leverage Periode 2012-2015 No
Perusahaan
DER 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
ADES AMFG ASII AUTO BATA BRAM BTON CEKA CPIN DLTA DVLA HMSP ICBP INDF INTP JECC JPFA KBLI LION LMSH MERK MLBI MYOR NIPS PICO PYFA ROTI SKLT SMCB SQBB SRSN STTP TCID TOTO
0,861 0,270 0,103 0,620 0,482 0,358 0,280 1,218 0,510 0,246 0,280 0,250 0,487 0,740 0,172 3,962 1,301 0,370 0,166 0,318 0,366 2,493 1,706 1,450 1,986 0,549 0,808 0,929 0,450 0,221 0,494 1,156 0,150 0,695
2013 0,670 0,282 1,020 0,320 0,715 0,468 0,270 1,025 0,580 0,282 0,301 0,940 0,603 1,035 0,158 3,962 1,844 0,510 0,200 0,283 0,361 0,805 1,465 2,384 1,890 0,865 1,315 1,162 0,698 0,214 0,338 1,118 0,239 0,686
Bersambung ke halaman berikutnya 100
2014 0,722 0,230 0,962 0,419 0,821 0,735 0,190 1,389 0,909 0,298 0,285 1,103 0,716 1,137 0,175 0,540 2,043 0,420 0,421 0,253 0,307 3,029 1,526 1,100 1,718 0,777 1,085 1,454 0,963 0,245 0,435 1,085 0,488 0,832
2015 0,989 0,260 0,940 0,414 0,453 0,613 0,510 1,322 0,965 0,222 0,414 0,187 0,621 1,130 0,158 2,694 1,809 0,510 0,406 0,190 0,355 1,741 1,184 1,541 1,452 0,580 0,974 1,480 1,050 0,311 0,688 0,903 0,214 0,636
Lampiran 4 (Lanjutan) 35 36 37 38
TRST TSPC ULTJ UNVR
0,620 0,382 0,444 2,020
0,910 0,400 0,395 2,137
101
0,850 0,374 0,284 2,009
0,720 0,449 0,265 2,258
Lampiran 5 Variabel Profitabilitas Periode 2012-2015 No
Perusahaan
ROA 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
ADES AMFG ASII AUTO BATA BRAM BTON CEKA CPIN DLTA DVLA HMSP ICBP INDF INTP JECC JPFA KBLI LION LMSH MERK MLBI MYOR NIPS PICO PYFA ROTI SKLT SMCB SQBB SRSN STTP TCID TOTO
0,214 0,113 0,125 0,128 0,121 0,098 0,107 0,057 0,217 0,286 0,139 0,286 0,128 0,080 0,209 0,002 0,098 0,108 0,197 0,321 0,189 0,394 0,090 0,041 0,019 0,039 0,165 0,032 0,111 0,416 0,042 0,060 0,119 0,155
2013 0,126 0,096 0,104 0,084 0,065 0,023 0,147 0,084 0,161 0,312 0,106 0,039 0,105 0,044 0,188 0,002 0,043 0,052 0,130 0,102 0,252 0,657 0,109 0,042 0,025 0,035 0,087 0,038 0,064 0,355 0,107 0,078 0,109 0,134
Bersambung ke halaman berikutnya 102
2014 0,352 0,117 0,094 0,080 0,092 0,053 0,044 0,030 0,084 0,290 0,669 0,353 0,103 0,061 0,179 0,022 0,025 0,052 0,080 0,051 0,212 0,353 0,040 0,041 0,026 0,015 0,073 0,050 0,039 0,359 0,023 0,073 0,094 0,143
2015 0,417 0,076 0,067 0,080 0,163 0,043 0,034 0,072 0,075 0,184 0,076 0,272 0,110 0,040 0,154 0,002 0,031 0,078 0,072 0,006 0,222 0,240 0,112 0,020 0,027 0,019 0,100 0,053 0,010 0,324 0,028 0,097 0,262 0,117
Lampiran 5 (Lanjutan) 35 36 37 38
TRST TSPC ULTJ UNVR
0,028 0,137 0,146 0,404
0,017 0,125 0,116 0,401
103
0,009 0,103 0,097 0,415
0,008 0,093 0,148 0,372
Lampiran 6 Variabel Tunelling Incentive Periode 2012-2015 No
Perusahaan 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
ADES AMFG ASII AUTO BATA BRAM BTON CEKA CPIN DLTA DVLA HMSP ICBP INDF INTP JECC JPFA KBLI LION LMSH MERK MLBI MYOR NIPS PICO PYFA ROTI SKLT SMCB SQBB SRSN STTP TCID TOTO
0,919 0,439 0,501 0,800 0,818 0,602 0,455 0,870 0,555 0,583 0,927 0,583 0,805 0,501 0,510 0,526 0,306 0,488 0,288 0,255 0,740 0,751 0,329 0,371 0,762 0,538 0,315 0,268 0,806 0,905 0,352 0,568 0,608 0,395
Tunneling Incentive 2013 2014 0,919 0,439 0,501 0,800 0,819 0,602 0,455 0,870 0,555 0,850 0,927 0,806 0,805 0,501 0,510 0,526 0,306 0,488 0,288 0,255 0,740 0,751 0,329 0,371 0,762 0,538 0,315 0,268 0,806 0,905 0,352 0,568 0,608 0,395
Bersambung ke halaman berikutnya 104
0,919 0,439 0,501 0,800 0,819 0,602 0,455 0,870 0,555 0,583 0,927 0,982 0,805 0,501 0,510 0,526 0,306 0,488 0,577 0,255 0,740 0,818 0,329 0,264 0,762 0,538 0,568 0,268 0,806 0,905 0,352 0,568 0,608 0,395
2015 0,919 0,439 0,501 0,800 0,820 0,602 0,455 0,870 0,555 0,583 0,927 0,925 0,805 0,501 0,510 0,526 0,306 0,488 0,577 0,255 0,740 0,818 0,329 0,264 0,762 0,538 0,315 0,268 0,806 0,905 0,352 0,568 0,608 0,379
Lampiran 6 (Lanjutan) 35 36 37 38
TRST TSPC ULTJ UNVR
0,285 0,773 0,214 0,850
0,285 0,773 0,214 0,850
105
0,285 0,782 0,214 0,850
0,285 0,782 0,214 0,850
Lampiran 7 Variabel Transfer Pricing Periode 2012-2015 No
Perusahaan
RPT Penjualan (dummy) 2013 2014
2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
ADES AMFG ASII AUTO BATA BRAM BTON CEKA CPIN DLTA DVLA HMSP ICBP INDF INTP JECC JPFA KBLI LION LMSH MERK MLBI MYOR NIPS PICO PYFA ROTI SKLT SMCB SQBB SRSN STTP TCID TOTO
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Bersambung ke halaman berikutnya 106
2015 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 7 (Lanjutan) 35 36 37 38
TRST TSPC ULTJ UNVR
1 1 1 1
1 1 1 1
107
1 1 1 1
1 1 1 1
Lampiran 8 Output Hasil Penelitian Data 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif TAX TUN PROFIT LEV RND TF Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 152 ,000 ,950 ,28007 ,128038 152 ,214 ,982 ,58047 ,220294 152 ,002 ,669 ,12951 ,120896 152 ,103 3,962 ,83355 ,692061 152 0 1 ,42 ,495 152 0 1 ,92 ,271 152
2. Hasil Uji Frekuensi TP Percent
Frequency Tidak terdapat RPT Penjualan
12
7,9
Valid Percent 7,9
Terdapat RPT Penjualan Total
140
92,1
92,1
152
100,0
100,0
Cumulative Percent 7,9 100,0
3. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model Iteration Historya,b,c Iteration Step 1
Coefficients Constant
1
-2 Log likelihood 92,174
2
84,360
2,272
3
83,964
2,443
4
83,962
2,457
5
83,962
2,457
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 83,962 c. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Bersambung ke halaman berikutnya
108
1,684
Lampiran 8 (Lanjutan) 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Iteration Step 1 1 2
a. b. c. d.
Iteration Historya,b,c,d Coefficients -2 Log PROFI likelihood Constant TAX TUN T LEV RND(1) 77,929 2,028 ,611 ,005 -2,580 -,483 ,519 57,377
2,765
1,896
,012
-4,465
-,939
1,399
3
47,203
3,045
4,285
,023
-6,176 -1,482
2,910
4
40,736
3,568
7,092
-,038
-8,394 -2,262
5,258
5
37,703
4,472
9,259
-,155
-10,761 -3,160
8,125
6
36,970
5,005
10,499
-,161
-12,058 -3,691
10,300
7
36,776
5,139
10,829
-,154
-12,351 -3,828
12,639
8
36,751
5,139
10,829
-,154
-12,351 -3,828
15,646
9
36,750
5,139
10,829
-,154
-12,351 -3,828
17,647
10
36,749
5,139
10,829
-,154
-12,351 -3,828
21,647
11
36,749
5,139
10,829
-,154
-12,351 -3,828
24,647
Method: Enter Constant is included in the model. Initial -2 Log Likelihood: 83,962 Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than ,001.
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke Step likelihood Square R Square a 1 36,749 ,267 ,629 a. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than ,001 Bersambung ke halaman berikutnya
109
6. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Step 1
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig. 0,555 8 1,000
7. Hasil Uji Matriks Klasifikasi Classification Tablea Predicted TF Observed NO RPT RPT Percentage Correct Step 1 TF NO RPT 0 12 ,0 RPT 0 140 100,0 Overall Percentage 92,1 a. The cut value is ,500 8. Hasil Uji Regresi Logistik Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) TAX 10,829 5,336 4,118 1 ,042 50458,898 Step TUN -,154 1,929 ,006 1 ,936 ,857 1a PROFIT -12,351 4,114 9,015 1 ,003 ,000 LEV -3,828 1,145 11,176 1 ,001 ,022 RND 24,647 3482,909 ,000 1 ,994 505696,00 Constant 5,139 2,031 6,405 1 ,011 170,615 a. Variable(s) entered on step 1: TAX, TUN, PROFIT, LEV, RND. b. Correlation Matrix
Step 1
Constant TAX TUN PROFIT LEV RND
Constant 1,000 -,264 -,588 -,215 -,563 ,000
TAX -,264 1,000 ,193 -,517 -,491 ,000
110
TUN -,588 ,193 1,000 -,391 -,004 ,000
PROFIT -,215 -,517 -,391 1,000 ,694 ,000
LEV RND -,563 ,000 -,491 ,000 -,004 ,000 ,694 ,000 1,000 -,001 -,001 1,00