PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN DAERAH (Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: GUSTI EKA SUHENDRA 1110082000001
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1434 H
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Pribadi 1. Nama
: Gusti Eka Suhendra
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Pontianak, 9 Oktober 1992
3. Alamat
: Jalan Sei Raya Dalam Gang Ceria VIII A.21 Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat
II.
4. Handphone
: 085751707356
5. E-Mail
:
[email protected]
Pendidikan Formal 1. TK Pertiwi 1 Pontianak
: 1996 - 1998
2. MIN Teladan Pontianak
: 1998 - 2004
3. MTsN 1 Pontianak
: 2004 - 2007
4. MAN 2 Pontianak
: 2007 - 2010
5. Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif : 2010 - 2014 Hidayatullah Jakarta III.
Pengalaman Organisasi 1. Anggota PTKP HMI Kafeis
: 2011 - 2012
2. Anggota HMJ Akuntansi
: 2011 - 2012
3. Anggota KPU PEMIRA FEB
:
2013
4. Anggota SEMA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta IV.
: 2013 – 2014
Latar Belakang Keluarga 1. Ayah
: Rahmad Juanda, ST. MM
2. Ibu
: Dra. Ida Junaida
3. Alamat
: Jalan Sei Raya Dalam Gang Ceria VIII A.21 Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat
4. Telepon
: 085245344980
5. Anak
: Pertama dari 3 bersaudara
vi
THE EFFECTS OF EXPERIENCE, KNOWLEDGE, AND PROFESSIONAL SKEPTICISM OF AUDITOR TO LOSS DETECTION OF DISTRICT (Studies in West Borneo Provincial Inspectorate) By: Gusti Eka Suhendra
ABSTRACT The purpose of this study is to examine the influences of experience, knowledge, and professional skepticism to loss detection of district. Respondents in this research are internal auditors with certified of goverment auditor who worked for West Borneo provincial inspectorate. The sample of this study were 52 auditors. Researcher used purposive sampling method to determine the sample and used multiple regression analysis as the data processing method. The result shows that the experience, knowledge, and professional skepticism of auditor simultaneusly and significantly influence to loss detection of district. Keywords: Experience, knowledge, professional skepticism, loss detection of district
vii
PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN DAERAH (Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Oleh: Gusti Eka Suhendra
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah.. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor internal dengan sertifikasi auditor pemerintah yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Sebanyak 52 auditor dijadikan sampel pada saat penelitian. Peneliti menggunakan metode provosive sampling untuk penentuan sampel, dan menggunakan analisis regresi berganda untuk mengolah data. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah Kata kunci: Pengalaman, pengetahuan, skeptisme profesional, pendeteksian kerugian
viii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
PENGARUH
PENGALAMAN,
PENGETAHUAN,
DAN
SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN DAERAH (STUDI PADA INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT) berjalan dengan lancar. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya dan terus terbukti kebenarannya. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Berkat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, doa kedua orang tua, dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbajgai pihak, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, terutama buat “Bapak same Mamak” yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, motivasi dan membantu secara moril dan materil serta selalu mengiringi penulis melalui doa restu. 2. Kedua adikku yakni Gusti Eri Fitriyadi dan si kecil Utin Alyssa Rafanda cepatlah kau ikot jejak abang kau. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Ibu Dr. Rini, SE,Ak., MSi, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen Pembimbing Skripsi 1. Terima kasih banyak saya haturkan kepada ibu yang telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan serta masukan yang sangat membantu dan bermanfaat sekali, semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu. 5. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak., MM, CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Wilda Farah, SE,Ak, M.Si., CPA selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Terima kasih ibu atas pengarahan, bimbingan dan masukan yang sangat membantu, semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu. 7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya. 8. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Bapak Drs. John Itang OE., MM selaku Inspektur Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. 10. Kepada Bapak Untung Suwarto. ST selaku Plh Sekretaris Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. 11. Seluru auditor, pejabat pengawas, dan seluruh karyawan Inspektorat provinsi Kalimantan Barat. 12. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan yang berasal dari kelas Akuntansi A, B dan D. Terutama untuk saudara Agung, Rifki (Jalu), Oji, Amel, Denis, Amy dan Amel terima kasih banyak atas perjalanan fisik, hati dan jiwa kita selama ini. Buat Redho terima kasih banget udah minjemin kosan dengan segala fasilitasnya buat gw, buat Angga, Radis, Zamzam dan Fikri makasih banyak ya bro and sista atas bantuan kalian selama ini gw belum bisa bales apa-apa.
x
13. Rekan-rekan seperjuangan konsentrasi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis. 14. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas masukan, support dan kenangan lainnya.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka penulis ingin mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang menaruh perhatian bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan harapan agar bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jakarta, Mei 2014
Gusti Eka Suhendra 1110082000001
xi
Motto.Hidup
“Nothing
Impossible in this World”
Ga ada yang ga mungkin di dunia ini selama kita percaya kalau Allah itu ada !! Sesuatu yang ga pernah terfikirkan & ga masuk akal bisa aja terjadi. Kalau Allah sudah berkata ‘kun’ maka apapun akan terjadi walaupun sangat ga mungkin untuk terjadi. Allah pasti akan menunjukkan mukjizatNya itu kepada hambanya yang ga kenal lelah untuk berusaha, berdoa dan selalu menyerahkan diri kepada Allah SWT. Subhanallah…….
- Gusti Eka Suhendra -
xii
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...............................................
iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ………………………………………
iv
Lembar Pernyataan Non-Plagiat ………………………………………..
v
Daftar Riwayat Hidup ...............................................................................
vi
Abstrack ......................................................................................................
vii
Abstrak ........................................................................................................
viii
Kata Pengantar ...........................................................................................
ix
Moto Hidup ……………………………………………………………….
xii
Daftar Isi ......................................................................................................
xiii
Daftar Tabel .................................................................................................
xvi
Daftar Gambar …………………………………………………………….
xvii
Daftar Lampiran ..........................................................................................
xviii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .......................................................
1
B. Perumusan Masalah ................................................................
10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
11
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat……………...…… 11 2. Masyarakat.................................……………………..…... 11 3. Peneliti …………………….....................................…
12
4. Ilmu Auditing ………………………………....…….....
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur..................................................................... 13 1. Teori Auditing..............................................................….
13
a. Pengertian Auditing...................................................... 13 b. Gambaran Audit Pada Pemerintah daerah................... 14 c. Jenis-Jenis Auditing........................................................ 16 xiii
d. Peran Bawasda Sebagai Auditor Internal Pemda......... 17 B. Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional ............ 17 1. Pengalaman........................................................................... 18 2. Pengetahuan.......................................................................... 20 3. Skeptisme Profesional........................................................... 23 C. Pendeteksian Kerugian Daerah ................................................ 27 1. Pengertian Kerugian Negara…………………………....... 27 2. Beberapa Hal Yang Dapat Merugikan Keuangan Negara.. 29 3. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau Dari Aspek Akuntansi ........................................................................................... 32 D. Hubungan Antar Variabel .....……………………………...... 35 1. Hubungan Antara Pengalaman Dengan Pendeteksian Kerugian Daerah...............................................................
35
2. Hubungan Antara Pengetahuan Audit Dengan Pendeteksian Kerugian Daerah...................................................
36
3. Hubungan Antara Skeptisme Profesional Dengan Pendeteksian Kerugian Daerah.................................................. E.
37
Kerangka Pemikiran……..…………………………………... 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 44 B. Metode Penentuan Sampel........................................................ 44 C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 45 D. Metode Analisis Data ……………………………………..… 46 1. Statistik Deskriptif …………...…………………………
46
2. Uji Kualitas Data ……………………………....……….. 46 3. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 47 4. Koefisien Determinasi........................................................ 49 5. Uji Hipotesis...................................................................... 49 6. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya...
xiv
52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………… 58 1.
Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
2.
Profil Tempat Penelitian……………................................ 59
3.
Karakteristik Responden....………….……..…………… 62
B. Hasil Instrumen Penelitian .....................................................
58
66
1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................….... 66
2.
Hasil Uji Kualitas Data.....................................................
3.
Hasil Uji Asumsi Klasik.................................................... 72
4.
Hasil Uji Koefisien Determinasi.......................................
76
5.
Hasil Uji Hipotesis............................................................
76
67
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 82 B.
Implikasi ..................................................................................
83
C.
Saran ........................................................................................
84
Daftar Pustaka ……………………………………………………..... 86 Lampiran ………….………………………………………………..... 89
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
1.1
Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara....................
4
2.1
Penelitian Terdahulu....................................................................
39
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian...........................................
52
4.1
Data Sampel Penelitian...............................................................
59
4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.......
62
4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ………….....
63
4.4
Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Lama Menjadi Auditor ..........
64
4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..................................................................................
4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan...
4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Diklat
64 65
Yang Diikuti ………………………………………...................
66
4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................
66
4.9
Hasil Uji Validitas Pengalaman .................................................
68
4.10
Hasil Uji Validitas Pengalaman (Setelah dikurangi pertanyaan yang tidak valid) .........................................................................
68
4.11
Hasil Uji Validitas Pengetahuan………...............…………......
69
4.12
Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional..............................…
69
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah....................
70
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah (Setelah
71
4.13 4.14
dikurangi pertanyaan yang tidak valid)........................................
4.15
Hasil Uji Realibilitas.....................................................................
72
4.16
Hasil Uji Multikolonieritas...........................................................
73
4.17
Hasil Uji Normalitas.....................................................................
74
4.18
Hasil Uji Koefisien Determinasi..................................................
76
xvi
4.19
Hasil Uji Statistik t.....................................................................
77
4.20
Hasil Uji Statistik F.....................................................................
81
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Pemikiran.........................................................................
42
4.1
Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi.........................................
61
4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Scatterplot.............................
75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Hal
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian.......................................................
89
Lampiran 2
Daftar Jawaban Responden ...........................................
102
Lampiran 3
Output Hasil Pengolahan Data .....................................
103
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian...................………………………
113
Lampiran 5
Surat Keterangan Penelitian..........................................
114
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menghadapi perkembangan dunia yang begitu cepat, peranan pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan adminstrasi publik yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Di era globalisasi, tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan ukuran yang paling ideal untuk dimiliki oleh setiap pemerintahan. Oleh karena itu, penerapan good governance sangat diperlukan sebagai bagian atas proses reformasi birokrasi. Good Governance dianggap sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam sistem administrasi publik (Sedarmayanti, 2007:16). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan pemerintahan (bad governance) dan buruknya birokrasi. Akuntabilitas sektor publik memiliki hubungan yang sangat erat dengan praktik transparansi dan pemberian informasi kepada publik guna memenuhi hak publik. Menurut World Bank, good governance didefinisikan sebagai suatu aktivitas penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun secara administratif demi tumbuhnya aktifitas perekonomian (Mardiasmo, 2005:18). 1
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan terhadap fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan (Mardiasmo, 2005:32). Demikian halnya dengan pengawasan pada pemerintahan yang melekat pada fungsi manajemen pemerintahan. Tercapainya tujuan pengawasan berperan penting dalam proses pembangunan dan pemerintahan. Aktifitas pengawasan dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yakni masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pengendalian merupakan mekanisme yang dilakukan pihak eksekutif untuk menjamin sistem dan kebijakan yang diterapkan oleh manajemen telah berjalan dengan baik terutama dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kegiatan audit merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk memastikan apakah kegiatan atau program dijalankan telah sesuai dengan standar. Adanya berbagai tindakan kecurangan dan korupsi yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia memperlihatkan masih lemahnya kinerja aparatur pemeriksaan walaupun telah berlapis-lapis sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa institusi seperti Badan Pengawas Daerah Kota/Provinsi (BAWASDA/BAWASPROV), Inspektorat Pemerintah Kota/ Provinsi (ITWILKO/ITWILPROV), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Terlebih setelah
diberlakukannya
otonomi
daerah,
adanya
perubahan
asas
pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi ini memberikan kewenangan yang luas bagi setiap daerah untuk membuat kebijakan.
2
Persoalannya adalah jika sebelum diberlakukannya otonomi daerah berbagai kasus kecurangan dan korupsi lebih banyak terjadi pada tingkatan pemerintah pusat, untuk saat ini kasus kecurangan dan korupsi menjamur pada tingkatan pemerintah daerah. Hal ini yang perlu menjadi perhatian bagi semua pihak terutama bagi kalangan auditor agar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya menjadi lebih baik. Sudah seharusnya kebijakan desentralisasi dapat membawa penguatan kapasitas institusi lokal dan membangun sistem pemerintahan yang responsif, artinya tidak hanya memperkuat pemerintah lokal saja, tetapi juga memastikan bagaimana pemerintah dapat menjalankan fungsi pelayanan publiknya secara akuntabel (Sedarmayanti, 2007:45). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan provinsi Kalimantan Barat menemukan adanya kerugian negara yang mencapai Rp 15.2 Miliar selama tahun 2006 terhadap dana bantuan sosial KONI provinsi Kalimantan Barat, audit BPK sendiri dilakukan pada tahun 2012 dan hasilnya diserahkan kepada Polda Kalimantan Barat, sampai berita ini diturunkan sudah satu orang ditetapkan sebagai tersangka yakni mantan wakil bendahara KONI provinsi Kalimantan Barat dan terus dilakukan pengembangan penyelidikan (Asep Haryono dalam Pontianak Post 12/12/2013). Berita tersebut merupakan salah satu bukti kelemahan aparatur pemerintahan keuangan daerah dalam menjalankan tugas yang dalam hal ini dapat ditujukan kepada seluruh jajaran baik pemerintah tingkat pusat, pemerintah daerah, BUMN dan BUMD. Akibat yang ditimbulkan dari kerugian tersebut tentu sangat besar,
3
selain tidak mencerminkan terselenggaranya good governance juga menyebabkan kegiatan pemerintahan dan pembangunan tidak berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, adanya tindak kecurangan dan korupsi yang berujung pada kerugian bagi negara juga mengakibatkan semakin berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Berikut akan disajikan tabel yang memuat beberapa kasus kecurangan yang terjadi pada beberapa institusi Negara: Tabel 1.1 Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara No
Nama Institusi
Indikasi Kasus Kecurangan
1.
DPRD Bojonegoro
Kasus tersebut terjadi selama kurun waktu 2006/2007, dimana berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor 2065 K/Pid. Sus/2011, kerugian negara yang disebabkan kasus korupsi dana perjalanan dinas tahun 2007/2006 sekitar Rp13,8 miliar. Pada tahun tersebut terdapat perjalanan dinas fiktif oleh 35 anggota DPRD Bojonegoro Sumber: Antaranews (Sudarmojo, 2013).
2.
Kementrian Agama
Kasus ini terjadi pada tahun 2010, disaat Departemen Agama menerima alokasi dan APBN, dana tersebut ditujukan untuk pengadaan alat-alat laboraturium bagi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah se-Indonesia, dengan proporsi Rp 27 Miliar untuk Madrasah Tsanawiyah dan Rp 44 Miliar untuk Madrasah Aliyah. Bersambung kehalaman selanjutnya
4
Tabel 1.1 (Lanjutan) Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara No
Nama Institusi
Indikasi Kasus Kecurangan Kecurangan terjadi saat pemenang tender menyerahkan proyek tersebut kepada pihak lain, akibat kecurangan ini negara dirugikan Rp 7.9 Miliar Sumber: Tribunnews (Suhendi, 2014).
3.
Kabupaten Aceh Barat
Bawasda Kabupaten Aceh Barat berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) telah menemukan adanya penggelembungan harga pada proyek pembangunan jembatan gantung Pasi Jantu Pasi Teungoh senilai Rp. 100.796.439,84. Sumber : Serambi Indonesia (Adi, 2014).
4.
Kementrian Pertanian
Kejaksaan tinggi DKI Jakarta menetapkan lima tersangka baru dalam dugaan korupsi proyek pengadaan lampu penangkap serangga (light trap) di Kementrian Pertanian pada tahun anggaran 2012. Proyek pengadaan 7.000 unit lampu pembasmian hama ini bernilai total Rp 135,1 miliar. Negara diperkirakan merugi 33 Miliar akibat perliaku korupsi ini. Sumber : Tempo Bernadette (Christina Munthe, 2014).
Diolah dari berbagai referensi Inspektorat pemerintah daerah merupakan salah satu institusi yang melakukan pemeriksaan terhadap terselenggaranya pemerintahan. Inspektorat pemerintah daerah memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama dengan audit internal, dalam rangka tercapainya tujuan pengawasan yang efektif dan
5
efisien oleh Inspektorat pemerintah daerah maka auditor yang yang bekerja pada inspektorat pemerintah daerah diharuskan memiliki kompetensi yang cukup. Untuk menunjang kualitas kerja auditor terutama dalam pendeteksian kerugian, dapat diperoleh melalui pengalaman dimana dengan pengalaman yang telah
diperoleh auditor tersebut diharapkan mampu
menjalankan
fungsinya secara baik dan menyeluruh, selain itu auditor juga diharapkan memiliki pengetahuan audit baik melalui pendidikan formal, pengalaman audit, serta kecakapan teknis yang mumpuni sebagai auditor yang profesional. Pengalaman kerja auditor merupakan salah satu faktor penting untuk memprediksi kinerja seorang auditor. Pengalaman yang dimiliki auditor dapat mempengaruhi cara pandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama proses audit berlangsung (Haryanti, 2013). Auditor dengan pengalaman yang baik akan memperlihatkan proyeksi error yang lebih baik daripada auditor yang masih belum memiliki banyak pengalaman (Ponemon dan Wendell, 1995) dalam (Masrizal, 2010). Pengetahuan audit merupakan hal yang dibutuhkan bagi seorang auditor dalam menunjang kinerja terutama berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah. Pengetahuan audit dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang telah ditempuh, pelatihan yang pernah diikuti, dan seminar atau lokakarya yang pernah diikuti. Pekerjaan audit menuntut auditor memiliki kemampuan profesional untuk melakukan tugas audit yang dibebankan, oleh sebab itu seorang auditor wajib memiliki
6
pengetahuan yang luas baik dalam hal ilmu auditing maupun pengetahuan teknis lain juga harus dikuasainya (Masrizal, 2010). Menurut Noviyanti (2008) seorang auditor dalam menjalankan kegiatan audit di lapangan seharusnya tidak hanya terfokus pada prosedur dalam pelaksanaan audit, melainkan juga harus disertai dengan skeptisme profesional yang baik sebagai suatu sikap yang senantiasa mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis atas bukti audit. Seorang auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, melainkan ia akan melakukan terlebih dahulu pengajuan pertanyaan utuk memperoleh keterangan, bukti, dan konfirmasi dari klien. Adanya skeptisme profesional mengakibatkan adanya salah saji yang dapat ditemukan tidak hanya berasal dari kekeliruan melainkan juga dari adanya kecurangan yang mungkin disembunyikan. Saat ini kerugian yang terjadi pada daerah atau negara merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai kalangan baik akademisi maupun praktisi. Hal ini dikarenakan kerugian yang timbul dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam hal penyelenggaraan pemerintahan. Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan: Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
7
Pendeteksian kerugian daerah adalah tujuan yang ingin dicapai terkait tugas pemerintahan dengan mengkombinasikan berbagai asumsi terkait dengan data yang ada untuk mendapatkan segala bentuk bukti tentang terjadinya penyimpangan yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi daerah. Menurut Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kerugian negara / daerah adalah kekurangan uang, surat-surat berharga dan barang yang nyata serta pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun tidak disengaja. Kemampuan dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah dapat ditunjang melalui pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor. Inspektorat pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan pengawasan umum atas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah, sehingga dapat kita simpulkan bahwa inspektorat pemerintah daerah memiliki tugas yang sama dengan auditor internal. Audit internal merupakan unit pemeriksa yang menjadi bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005:179). Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Pasal 1 dijelaskan, bahwa Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawas fungsional yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada gubernur. Permasalahan
yang sering ditemukan dilapangan yakni adanya
penyimpangan anggaran dan penyimpangan pertanggungjawaban pada beberapa SKPD dilingkungan provinsi. Temuan diperoleh berdasarkan
8
proses audit yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat Provinsi merupakan hasil tugas dan peran tim pemeriksa yang telah mampu melakukan pendeteksian kerugian keuangan daerah. Agar memiliki kemampuan dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah secara maksimal sudah seharusnya para auditor yang bekerja pada instansi tersebut memiliki pengalaman, pengetahuan serta skeptisme profesional yang memadai. Berdasarkan pemaparan ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah
studi pada
Inspektorat Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Institusi ini bertugas untuk melakukan pengawasan atas terselenggaranya pemerintahan dibawah naungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dengan demikian, judul skripsi penulis ialah “Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional Auditor
Terhadap Pendeteksian Kerugian
Daerah ( Studi Pada Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat)”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Masrizal, 2010) dan merupakan pengembangan terhadap penelitian yang dilakukan oleh (Noviyanti, 2008). Namun terdapat perbedaan yang terletak pada waktu penelitian, objek penelitian, serta adanya penambahan satu variabel independen. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2008 dan 2010 sedangkan penelitian penulis dilakukan pada tahun 2014. Jika pada penelitian sebelumnya objek yang diteliti ialah Inspektorat
9
Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Kantor Akuntan Publik di Jakarta, maka objek penelitian penulis kali ini ialah Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Judul penelitian penlusi kali ini adalah “Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan Audit, dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap
Pendeteksian
Kerugian
Daerah
(Studi
Pada
Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat)”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah? 2. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah? 3. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah? 4. Apakah pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:
10
1. Pengaruh pengalaman terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah. 2. Pengaruh pengetahuan terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah. 3. Pengaruh skeptisme profesional terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah. 4. Pengaruh pengalaman, pengetahuan, dan skepstisme profesional terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah.
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak diantaranya: 1. Bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Penelitian berguna untuk mengetahui sejauh mana kinerja auditor yang bekerja
pada
kemampuan
instansi
tersebut
pendeteksian
faktor-faktor
kerugian
daerah
yang mempengaruhi seperti
pengalaman,
pengetahuan dan skeptisme profesional auditor. 2. Bagi Masyarakat Peneliian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peran yang dimiliki inspektorat daerah sebagai auditor internal pemerintah daerah dalam melaksanakan tugsanya. Terutama terkait dengan seberapa jauh pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
11
auditor
dalam
mendeteksi
kerugian
daerah
seperti
pengalaman,
pengetahuan dan skeptisme profesional auditor. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti, khususnya dalam bidang auditing khusunya peranan auditor internal dengan cara membandingkan teori yang diperoleh selama mengikuti proses perkuliahan dengan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. 4. Ilmu Auditing Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing sehingga dapat dijadikan bahan kepustakaan atau referensi, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Auditing a. Pengertian Auditing Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, saat ini auditing memegang peranan yang cukup besar dikarenakan permintaan terhadap jasa penilaian yang bersifat objektif dan independen terhadap laporan keuangan semakin besar. Kebutuhan akan jasa tersebut tidak hanya berasal dari pihak internal melainkan juga pihak eksternal. Hasil penilaian tersebut nantinya akan digunakan user untuk mengambil keputusan. Untuk itu penulis mengemukakan beberapa definisi mengenai auditing menurut para ahli. Menurut Arens & Loebbeck (2004) sebagai berikut: “ The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report of the degree of correspondence between the information and establish criteria. Auditing should be done competent, independent person”. Pengertian audit menurut Soekrisno Agoes (2007) yakni sebagai berikut: “ Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
13
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajiban laporan keuangan tersebut”. Sedangkan menurut (Mulyadi 2002) pengertian auditing adalah: “Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.” Berdasarkan
beberapa
definisi
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematis dan bersifat objektif dalam hal penyediaan dan evaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan pernyataan (assertion) tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat kesesuaian atau tingkat hubungan antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ada. Hasil dari proses auditing tersebut akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepeningan. b. Gambaran audit pada pemerintah daerah Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam manajemen keuangan daerah. Perubahan itu semakin diperjelas dengan lahirnya tripatrit perundang-undangan (UU Nomor 7 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan UU Nomor 15 Tahun 2004) yang kemudian disusul dengan lahirnya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan dilanjutkan dengan adanya Petunjuk Teknis 14
Pelaksanaan PP Nomor 58 Tahun 2005 dengan disahkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Bastian, 2007: 2). Perubahan paradigma kepemerintahan di berbagai negara sedang dalam proses pergeseran dari ruling government menuju ke governance dan penciptaan administrasi pemerintah yang berhasil guna, berdaya guna, dan berkeadilan. Hal ini telah menumbuhkan kesadaran setiap orang, terutama aparat pemerintah, untuk senantiasa tanggap terhadap tuntutan lingkungan dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik, transparan, dan berakuntabilitas (Bastian, 2007: 2). Dalam proses audit, kesiapan suatu daerah sangat penting dan tentunya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan proses persiapan proses auditing. Pada proses ini daerah akan menunjukkan bukti-bukti audit sebagai dasar yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan dengan benar dan wajar sesuai posisi keuangan pemda, hasil-hasil operasi, dan perubahan-perubahan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun tujuan audit laporan keuangan menurut Bastian (2007) adalah: “Menunjukkan, dengan dasar yang cukup dan tepat dari buktibukti audit, apakah laporan keuangan telah menyajikan dengan benar dan wajar posisi keuangan pemda, hasil dari operasi dan perubahanperubahannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”. Secara garis besar, ada beberapa hal yang mendasari kebutuhan akan penyampaian proses auditing tersebut, yaitu: 15
1) Kendali saat ini di tangan masyarakat. Masyarakat memiliki hak berupa kebebasan untuk mengakses informasi mengenai pengelolaan sumber daya ekonomi publik. 2) Kompleksitas laporan keuangan. Semakin kompleks laporan keuangan yang dihasilkan, maka tingkat kesalahannya juga semakin tinggi. 3) Pihak manajemen pemda memiliki kecenderungan untuk berhasil dan meminimalkan kesalahan pemerintahannya, sehingga verifikasi kebenaran laporan keuangan perlu disajikan. 4) Kontrol dan kredibilitas. Audit akan meningkatkan kontrol dan kredibilitas laporan keuangan. c. Jenis-jenis auditing Menurut Arens and Loebbecke (2004) jenis-jenis audit dibagi menjadi 3 (tiga) yakni: 1) Audit laporan keuangan (Financial statement audits), audit jenis ini bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum. 2) Audit operasional (Operational audits) yakni penelahaan atas suatu bagian maupun atas prosedur dan metode operasional suatu organisasi guna menilai efisiensi dan efektivitas. Pada umumnya setelah audit operasional selesai dilaksanakan, auditor akan
16
memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki operasional perusahaan. 3) Audit ketaatan (Compliance audits) adalah audit yang dilakukan atas suatu organisasi untuk menilai apakah organisasi telah mengikuti prosedur serta peraturan yang berlaku. d. Peran Bawasda sebagai auditor internal pemda Tuntutan
reformasi
manajemen
keuangan
tidak
hanya
mengahasilkan perubahan di tingkat internal pengelola keuangan daerah, melainkan juga di kalangan aparat pengawas daerah. Dengan adanya perubahan terhadap sistem keuangan daerah dan laporan keuangan daerah, peranan Bawasda (Badan Pengawas Daerah) menjadi lebih ditingkatkan untuk memastikan apakah sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan secara baik. Peranan Bawasda didorong untuk membantu kepala daerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel dan dapat diterima secara umum. (Bastian, 2007: 34). Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2011) yang melakukan penelitian terhadap 50 orang
auditor
yang
bekerja
pada
inspektorat
provinsi
dan
kabupaten/kota di Riau menunjukkan hasil terdapat pengaruh yang kuat pada peran inspektorat terhadap pencegahan kecurangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2003) menunjukkan bahwa kedudukan dan peran Bawasda provinsi sebagai perangkat daerah yang menjalankan fungsi pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah sangat strategis. 17
B.
Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional 1. Pengalaman Sudah banyak penelitian tentang pengalaman sebelumnya. Untuk mencapai pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah oleh aparat pemeriksa, sudah seharusnya memiliki sumber daya manusia yang berpengalaman dalam praktik pemeriksaan. Keahlian aparat pemeriksa dapat terbentuk melalui pengalaman. Di samping itu pengalaman juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan aparat pengawas. Menurut The Oxford Engish Dictionary (1978) pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu perilaku dan aktivitas yang nyata. Pengalaman merupakan lama waktu seseorang dalam bekerja sehingga secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Bouman dan Bradley, 1997) dalam (Masrizal, 2010). Menurut Loehoer (2002) dalam Mabruri dan Winarna (2010) pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, gagasan, dan penginderaan. Begitu pula halnya dengan auditor semakin banyak objek pemeriksaan yang telah dicapai oleh auditor tersebut maka pengalamannya akan terus bertambah. Menurut Haryanti (2013) cara memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan 18
antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan berbeda, demikian halnya dalam memberikan kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa. Dengan demikian pengalaman yang diperoleh selama bertugas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi auditor bersangkutan untuk terus meningkatkan kinerjanya. Banyak orang yang memahami bahwa semakin banyak jam terbang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya. Auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya (Silalahi, 2013). Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis. Pengalaman
auditor
berpengaruh
secara
positif
terhadap
pengetahuan mengenai kekeliruan (Haryanti, 2013). Lebih jauh lagi Herliansyah (2005) menunjukkan bahwa pengalaman dapat meningkatkan kinerja
dalam
mengambil
keputusan.
Beberapa
hasil
penelitian
membuktikan sebelumnya bahwa pengalaman mempunyai pengaruh terhadap pendeteksian penyimpangan seperti penelitian yang dilakuakan oleh Batubara (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendetksian penyimpangan. Penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) pengalaman yang dimiliki auditor berpengauh terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. 19
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengalaman dapat meningkatkan kinerja auditor (Ashton, 1991) dalam (Haryanti, 2013). Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Samsi,dkk (2012) pengalaman audit memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 2. Pengetahuan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah seksi 2200 menyatakan auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Terkait dengan pendidikan formal pada seksi 2210 selanjutnya menyatakan bahwa auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu (S-1) atau yang setara. Hal ini dimaksudkan agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Kemudian seksi 2220 menyatakan bahwa auditor harus memiliki kemampaun teknis yakni auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi.
20
Pada seksi 2230 dinyatakan bahwa auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education). Pimpinan APIP wajib memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Boner (1990) dimana ia melakukan penelitian mengenai peran pengetahuan secara spesifik dalam membuat keputusan dan pengaruh pengetahuan terhadap kinerja auditor yang berpengalaman. Hasil penelitian menunujukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki auditor secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja auditor. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang telah ditempuh auditor sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hasil penelitian yang dilakukan Mulyono (2009) yang menguji pengaruh latar belakang pendidikan pemeriksa Kabupaten Deli Serdang menunjukkan hasil bahwa latar belakang pendidikan pemeriksa berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kerja auditor. Menurut Sarwono (2006) auditor yang merasa mempunyai pengetahuan yang memadai pada area auditannya akan merasa yakin akan keadaan perusahaan yang diauditnya, sehingga keyakinannya secara otomatis akan mempengaruhi cara 21
pandangnya terhadap bukti atau informasi yang ditemukan sehubungan dengan pelaksanaan auditnya. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs, 1992) dalam (Mabruri, 2010). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya (Salsabila, 2011). 3. Skeptisme Profesional Seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, melainkan juga harus disertai dengan sikap Skeptisme
profesionalnya.
Standar
profesional
akuntan
publik
mendefinisikan Skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2011, SA seksi 230.05). Auditor profesional sudah selayaknya menerapkan Skeptisme profesional agar laporan hasil audit dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan dan dapat mengurangi keraguan didalamnya. Auditor yang bersikap skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, namun akan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek permasalahan 22
(Noviyanti, 2008). Seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, melainkan juga harus disertai dengan sikap skeptisme
profesionalnya.
Standar
profesional
akuntan
publik
mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2011, SA seksi 230.05). Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada Standar Audit Pemerintah (SAP) butir 4.25 standar umum ketiga menyatakan bahwa “dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”. SAP butir 5.11 menyatakan standar auditing IAI dan SAP mengharuskan beberapa hal berikut: a. Auditor harus merancang audit agar dapat memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan. b. Auditor harus merancang audit untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan. c. Auditor harus waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum secara tidak langsung. Jika informasi khusus yang telah diterima oleh auditor memberikan bukti tentang adanya kemungkinan unsur perbuatan melawan hukum yang secara langsung berdampak material terhadap laporan keuangan, maka 23
auditor harus menerapkan prosedur yang secara khusus ditujukan untuk memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum yang terjadi. Auditor yang tidak menggunakan Skeptisme profesional hanya dapat mendeteksi kekeliruan namun belum mampu untuk mendeteksi adanya kecurangan, dibutuhkan sikap Skeptisme profesional karena biasanya adanya tindak kecurangan disembunyikan oleh manajemen. Auditor yang bersikap skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, namun akan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek permasalahan (Noviyanti, 2008). Menurut Quadackers (2009) Skeptisme profesional merupakan sikap auditor yang selalu menilai secara kritis bukti audit dan mengambil keputusan audit berdasarkan keahlian auditing yang dimilikinya. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2003) bahwa terdapat perbedaan karakteristik antara auditor yang memiliki Skeptisme profesional yang tinggi dibanding auditor yang memiliki Skeptisme profesional yang rendah dalam mengevaluasi bukti audit yang berujung kepada kemampuan dalam mendeteksi gejala fraud. Hasilnya auditor yang memiliki Skeptisme profesional tinggi lebih mampu mendeteksi adanya gejala fraud Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (2013) Skeptisme profesional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: etika, kompetensi, pengalaman audit, dan situasi audit. Menurut
SPA 200 24
(2012), auditor harus mempertahankan Skeptisme profesional sepanjang audit menyadari kemungkinan bahwa salah saji material sebagai akibat kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lau menunjukkan adanya kejujuran dan integritas manajemen entitas dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Auditor dalam melaksanakan audit perlu
memperhatikan
faktor-faktor
yang
akan
mempengaruhi
pengumpulan bukti audit. Auditor dituntut untuk memiliki sikap skeptisisme profesional yang tinggi, karena pada akhirnya akan mempengaruhi opini yang diberikan (Zein, dkk 2009).
C.
Pendeteksian Kerugian Daerah Stabilitas penyelenggaraan program pemerintah dan pembangunan berkelanjutan dalam iklim ekonomi yang kondusif menjadi dambaan bagi semua masyarakat. Adanya tindakan kecurangan yang membawa pada kerugian yang ditimbulkan bagi daerah/negara membawa implikasi yang cukup besar bagi tercapainya tujuan pembangunan. Sebagai bentuk perlawan terhadap hukum adanya tindakan yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi daerah harus ditindak menurut prosedur aturan yang berlaku. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
kepada
pemerintah.
Untuk
mendeteksi adanya temuan kerugian daerah diperlukan institusi yang berisikan para profesional dengan kualitas kerja yang baik. Kualitas kerja
25
tersebut dapat meningkat seiring dengan pengalaman, pengetahuan, dan sikap skeptis yang dimiliki para auditor tersebut. 1. Pengertian Kerugian Negara Berdasarkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 belum dijelaskan secara jelas mengenai kerugian negara. Pada penjelasan pasal 32 hanya dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara/daerah adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Namun mengenai instansi yang ditunjuk tersebut belum dijelaskan secara lebih lanjut. Dengan mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku maka sekurangkurangnya ada tiga instansi yang dimaksud yakni, BPK, BPKP, dan Inspektorat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut, kerugian keuangan negara dapat disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang, kesempatan, dan sarana yang ada pada seseorang dikarenakan jabatan atau kedudukannya saat ini menjadikan ia memperkaya diri sendiri atau orang lain. Berdasarkan rumusan keuangan negara sebagaimana yang dimaksud dalam UU Nomor 31/1999, maka kerugian negara dapat berbentuk: a. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang, barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan.
26
b. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah lebih besar dari yang seharusnya menurut kriteria yang berlaku. c. Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima (termasuk diantaranya penerimaan dengan uang palsu dan barang fiktif). d. Penerimaan sumber/kekayaan negara/daerah lebih kecil/rendah dari yang seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tidak sesuai). e. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada. f. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah lebih besar dari yang seharusnya. g. Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima menurut aturan yang berlaku. h. Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil
dari yang seharusnya
diterima. 2. Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan Negara Beberapa hal yang dapat merugikan negara dapat ditinjau dari beberapa hal, yakni pelaku, sebab, waktu, dan cara penyelesaian. a. Ditinjau berdasarkan pelaku antara lain: 1) Perbuatan bendaharawan yang dapat menimbulkan kekurangan perbendaharaan, disebabkan adanya pembayaran, pemberian atau pengeluaran
kepada
pihak
yang
tidak
berhak,
pertanggungjawaban/laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan, 27
penggelapan, tindak pidana korupsi, dan kecurian dikarenakan kelalaian. 2) Pegawai negeri non bendaharawan, dapat merugikan keuangan negara dengan cara antara lain pencurian atau penggelapan, penipuan, tindak pidana korupsi, dan menaikkan harga atau merubah mutu barang. 3) Pihak ketiga dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara dengan cara menaikkan harga atas dasar kerjasama dengan pejabat yang berwenang, dan tidak menepati perjanjian (wanprestasi). b. Ditinjau berdasarkan sebabnya antara lain: 1) Perbuatan manusia, yakni perbuatan yang disengaja seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, perbuatan yang tidak disengaja, karena kelalaian, kealpaan, kesibukan atau ketidakmampuan, serta pengawasan terhadap penggunaan keuangan negara yang belum memadai. 2) Kejadian alam terkait bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran . Serta beberapa proses alamiah seperti membusuk, menguap, mencair, menyusut, dan mengurai. 3) Peraturan perundangan dan atau situasi moneter/perekonomian, yakni
kerugian
pengguntingan
keuangan uang
negara
(sanering),
dikarenakan
gejolak
moneter
adanya yang
mengakibatkan turunnya nilai uang sehingga dapat menaikkan kewajiban negara dan sebagainya. 28
c. Ditinjau berdasarkan waktunya Tinjauan
berdasarkan
waktu
disini
dimaksudkan
untuk
menentukan apakah suatu kerugian negara masih dapat dilakukan penuntunnya atau tidak, baik terhadap bendaharawan, pegawai negeri non bendaharawan, atau pihak ketiga. Menurut pasal 66 UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebutkan: 1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan
dan
pengampu/yang
penagihan memperoleh
terhadapnya hak/ahli
waris,
beralih terbatas
kepada pada
kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan. 2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah. 29
Terkait tuntutan ganti rugi yang perlu diperhatikan ketentutan kadaluwarsa, sebagaimana diatur dalam pasal 65 Undang-Undang Nomr 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pada bagian tersebut dijelaskan bahwa kewajiban bendahara, pegawai bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi. Menjadi kadaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangutan. d. Ditinjau berdasarkan cara penyelesaiannya 1) Tuntutan Pidana/Pidana khusus (korupsi) 2) Tuntutan Perdata 3) Tuntutan Perbendaharaan (TP) 4) Tuntutan ganti rugi (TGR) 3. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Aspek Akuntansi Menurut Eric L.Kohler (1975:76) dalam buku A Dictionary for Accountants, loss adalah: a. Any items of expenses, as an the term profit and loss. b. Any sudden, enexpected, involuntary expense on irrecoverable cost, often reffered to as a form of nonrecurring charge an expenditure from which no present of future benefit may be expected. Examples: the underpreciated cost of building destroyed by fire and not covered by insurance damage paid in an accident suid an amount of mone stolen. c. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling price.
30
Jika ditinjau dari sisi akuntansi, maka kerugian diakui dalam laporan laba rugi dikarenakan adanya penurunan manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan handal. Untuk itu perlu pemahaman mengenai konsep aset dan konsep kewajiban. a. Pengertian Aset Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan definisi aset adalah sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyedia jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan karakteristik umum aset sebagai berikut: 1) Adanya karakteristik di masa mendatang 2) Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset 3) Berkaitan dengan entitas tertentu 4) Berkaitan dengan dimensi waktu 5) Berkaitan dengan karakteristik keterukuran Dengan demikian keuangan ditinjau dari aspek aset entitas adalah terjadinya penurunan/berkurangnya nilai aset entitas tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang 31
manfaat ekonomi masa depan memenuhi syarat atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara, maka konsep ini diterapkan dalam hal terjadi pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang, barang yang seharusnya tidak dikeluarkan), seperti adanya pengeluaran kas untuk kegiatan fiktif , penggelapan atau aset negara lainnya. b. Pengertian Kewajiban Konsep yang dikemukakan oleh IAI (2007) dimana dijelaskan bahwa kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul karena peristiwa masa lalu. Definisi kewajiban menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah hutang yang timbul dari peraturan masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Berdasarkan konsep
kewajiban tersebut,
maka kerugian
keuangan terjadi dalam hal adanya peningkatan kewajiban entitas, tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara /daerah yang seharusnya tidak ada, misalnya hutang kepada pihak ketiga berkaitan dengan pembelian fiktif kendaraan. Kerugian keuangan negara
juga
terjadi
terkait
dengan
setiap
adanya
kewaiban
negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya. 32
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kerugian keuangan negara menurut undang-undang sejalan dengan pengertian kerugian menurut akuntansi sehingga dalam menghitung kerugian keuangan negara dapat menggunakan teknik-teknik yang lazim digunakan dalam akuntansi dan auditing. Auditor internal harus waspada atas kemungkinan terjadinya situasi atau peristiwa yang menjadi
indikasi
kecurangan
dalam
pengelolaan
keuangan
negara/daerah. Jika ditemukan adanya indikasi kecurangan hal tersebut harus segera ditelusuri sampai kepada akar permasalahan penyebab terjadinya kecurangan tersebut. Maka dari itu penyebab atas kecurangan yang terjadi harus benar-benar mendapat perhatian bagi auditor yang melaksanakan tugas audit.
D.
Hubungan Antar Variabel 1. Hubungan antara pengalaman dengan pendeteksian kerugian daerah Dalam melakukan audit dari mulai tahap persiapan sampai dengan tahap pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, untuk mencapai keahlian tersebut tentunya harus didukung dengan pengalaman yang dimiliki auditor setelah ia menempuh pendidikan formalnya (IAI, KAP : 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Masrizal (2010) dan Emawan,dkk (2014) menunjukkan hasil bahwa pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam 33
Noviani dan Bandi (2002) jika seorang auditor berpengalaman maka ia akan (1) sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian lebih sedikit mengenai kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar terhadap kekeliruan yang tidak lazim, (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan yang tidak lazim, departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2009) bahwa pengalaman mempunyai pengaruh terhadap pendeteksian penyimpangan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Samsi,dkk (2012) pengalaman mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Pengalaman menunjukkan seberapa lama auditor bekerja pada suatu instansi semakin lama ia bekerja maka banyak hal yang bisa ia pelajari terutama jika objek pemeriksaan yang dihadapi memiliki karakteristik yang berbeda-beda tentunya akan dapat membantu auditor dalam melakukan audit termasuk didalamnya melakukan pendeteksian terhadap kerugian daerah. Ha1
: Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah.
2. Hubungan antara pengetahuan audit dengan pendeteksian kerugian daerah Berdasarkan SPAP 001 mengenai standar umum dijelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus mempunyai keahlian serta pengetahuan yang cukup. Pengetahuan audit secara signifikan berpegaruh terhadap pendeteksian kerugian daerah (Masrizal 2010). Penelitian yang 34
dilakukan oleh Batubara (2009) menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh aparat pengawas intern berpengaruh terhadap pendeteksian penyimpangan. Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang dimiliki, diklat, lokakarya, serta seminar yang diikuti dengan pengetahuan yang ia miliki tentunya akan dapat membantu auditor dalam melakukan pemeriksaan termasuk didalamnya dalam hal pendeteksian kerugian daerah. Ha2
:
Pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah
3. Hubungan antara Skeptisme profesional dengan pendeteksian kerugian daerah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fulerton dan Durtschi (2004) mengenai pengaruh Skeptisme profesional terhadap kemampuan pendeteksian oleh auditor internal maka diperoleh hasil bahwa auditor yang memiliki sikap Skeptisme profesional yang tinggi cenderung mencari informasi yang lebih banyak daripada auditor yang memiliki Skeptisme profesional yang rendah. Informasi yang dimiliki dapat mendukung auditor internal dalam mendeteksi terjadinya kecurangan. Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2008) menunjukkan bahwa auditor yang diberi penaksiran resiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan Skeptisme profesional yang tinggi dalam melakukan pendeteksian kecurangan.
35
Dengan Skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor maka ia tidak akan mudah begitu saja dalam menerima bukti informasi dan bukti yang diberikan oleh pihak manajemen melainkan akan melakukan penelusuran terlebih dahulu. Dengan demikian auditor tersebut akan lebih mempunyai kualitas audit yang baik termasuk didalamnya dalam hal pendeteksian kerugian daerah. Ha3
:
Skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah
Berdasarkan seluruh uraian mengenai pengaruh pengalaman, pengetahuan,
dan
Skeptisme
profesional
yang
telah
disebabkan
sebelumnya maka peneliti membuat hipotesis bahwa pengalaman, pengetahuan dan Skeptisme profesional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi kerugian daerah, dengan demikian peneliti mengajukan hipotesis yang keempat. Ha4 :
Pengalaman, berpengaruh
Pengetahuan terhadap
dan
Skeptisme
kemampuan
profesional
auditor
dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah Berikut ini peneliti paparkan mengenai penelitian sebelumnya yang terkait dengan pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional terhadap pendeteksian kerugian daerah, seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut.
36
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian : Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan, dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat) Variabel Penelitian : Pengalaman (X1), Pengetahuan (X2), dan Skeptisme Profesional (X3)Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Y)
No 1.
2.
Metodologi Penelitian
Peneliti/Judul/Sumber Khairudin Batubara
Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening ( Studi Inspektorat Kabupaten Deli Serdang).
Tesis Program Pascasarjana Akuntansi Universitas Sumatera Utara
Masrizal
Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Audit Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada Auditor Inspektorat Aceh)
Jenis Penelitian : Kuantitatif Sumber data : Kuesioner Sampel : 38 orang staf Inspektorat Kabupaten Deli Serdang Metode Analisis : Analisis Regresi Sederhana Variabel Lainnya : Pendeteksian Penyimpangan (Dependen), Intuisi (Variabel Intervening)
Jenis Penelitian : Kuantitatif Sumber Data : Kuesioner Sampel : 48 Auditor Inspektorat Aceh Metode : Analisis Regresi Berganda
X1
X2
X3
Y
Hasil Penelitian Pengalaman dan Pengetahuan Aparat Pengawas Intern Pemerintah melalui intuisi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian penyimpangan
V
V
V
V
V
Pengalaman dan Pengetahuan auditor secara signifikan berpengaruh terhadap pendeteksian kerugian daerah.
Bersambung ke halaman selanjutnya 39
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Terdahulu
No
Peneliti/Judul/Sumber
3.
Metodologi Penelitian
Sumber : Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2. Juli 2010 Hal 173-194 Putri Noviyani dan Bandi
Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Terhadap Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan.
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang 2002
4.
I.B.Puja. Emawan, Ni Kadek Sinarwati, dan Nyoman Trisna Herawati Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Audit Terhadap Temuan Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem). E-Journal Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 2 No. 1 2014
Jenis Penelitian : Kuantitatif Sumber Data : Kuesioner Sampel : 42 Auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Jawa Metode : Analisis Regresi Berganda Variabel Lainnya : Pelatihan (Independen) dan Struktur Pengetahuan Tentang Kekeliruan (Dependen) Jenis Penelitian : Kuantitatif Sumber Data : Kuesioner Sampel : 31 Auditor Inspektorat Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem Metode : Analisis Regresi Berganda
X1
X2
X3
Y
Hasil Penelitian
Pengalaman auditor tidak berpengaruh secara positif terhadap perhatian pada departemen tempat terjadinya kekeliruan. Pelatihan berpengaruh secara positif terhadap perhatian auditor pada departemen tempat terjadinya kekeliruan.
V
Pengalaman dan Pengetahuan auditor secara signifikan berpengaruh terhadap pendeteksian kerugian daerah V
V
V
Bersambung ke halaman selanjutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Terdahulu
No 5.
Metodologi Penelitian
Peneliti/Judul/Sumber Rosemary Fullerton dan Cindy Durtschi
The Effect of Professional Skeptism on The Fraud Detection Risk of Internal Auditor
www.ssrn.com diakses tanggal 22 Desember 2013
6.
Suzy Noviyanti
Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2008 Vol. 5 No. 1 halaman 102-125
Jenis Penelitian : Kuantitatif Sumber data : Kuesioner Sampel : 57 Auditor Internal Florida Metode Analisis : 3x3 Anova Variabel Lainnya : Resiko Pendeteksian Kecurangan Internal Auditor (Dependen)
Jenis Penelitian : Kuantitatif Sumber data : Kuesioner Sampel : 118 auditor yang bekerja pada KAP di DKI Jakarta Metode Analisis : 3x3 Anova Variabel Lainnya : Mendeteksi Kecurangan (Dependen)
X1
X2
X3
Y
Hasil Penelitian Internal auditor dengan skeptisme profesional tinggi akan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan.
V
V
Pelatihan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan dalam jangka pendek
Auditor dengan tingkat kepercayaan berbasis identifikasi jika diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisme profesional yang tinggi dalam mendeteksi kecurangan.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
41
E. Kerangka Pemikiran Secara
sistematik
kerangka
pemikiran
hal
tersebut
dapat
digambarkan berikut ini. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengalaman (X1) Tubbs et all., (1992), Batubara et all., (2009), Masrizal et all (2010), Emawan,dkk et all (2014)
Pendeteksian Kerugian (Y)
Pengetahuan Audit (X2) Batubara et all., (2009) dan Masrizal et all., (2010), Emawan,dkk et all (2014
Masrizal et all., (2010),Emawan,dkk et all (2014)
Skeptisime Profesional (X3) Fullerton dan Dutsrchi et all., (2004) Novitanti et all., (2008)
Metode Analisis : Analisa Regresi Berganda
Uji Kualitas Data: 1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolonieritas 3. Uji Heteroskedastisitas
Bersambung ke halaman selanjutnya
42
Gambar 2.1 (Lanjutan) (Kerangka Pemikiran)
Koefisien Determinasi
Uji Hipotesis 1. Uji t 2. Uji F
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel independen yaitu pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap variabel dependen yaitu pendeteksian kerugian daerah. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah auditor dan pejabat pengawas yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat Jalan. Sutan Syahrir No.3 Pontianak.
B. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu penggunaan sampel secara tidak acak karena mempunyai tujuan atau target tertentu. Pemilihan sampel pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan (Judgment Sampling). Judgment sampling berarti tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan
pertimbangan
tertentu
yang
pada
umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2009: 131). Metode judgment sampling digunakan karena peneliti hanya memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
44
C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2009:150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, atau berbagai bentuk terbitan periodik baik secara manual ataupun komputer. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, dimana peneliti memperoleh data secara langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat . Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2009:154).
C. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif
45
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19). 2. Uji Kualitas Data Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Pada penelitian ini validitas dapat diukur dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor variabel. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner telah sesuai mengukur konsep yang dimaksud dengan uji korelasi Pearson. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaanpertanyaan, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable, jika jawaban responden terhadap pertanyaan selalu konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang. 46
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, artinya pengukuran hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunually, 1994) dalam (Ghozali, 2011:48). 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas. a. Uji Multikolonieritas Uji mulitikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011:105). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolonieritas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel 47
independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen tersebut lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Santoso, 2004:203-206). b. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi data penelitian kita mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Suatu variabel dikatakan normal jika mempunyai pola seperti distribusi normal jika mempunyai probabilitas signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2011:34). c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Uji heterokdastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heterokedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heterokedasrisitas (Ghozali, 2011:139). 4. Koefisien Determinasi 48
Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil menggambarkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Jika nilai mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). 5. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2009:211). Variabel independen terdiri dari pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional. Sedangkan variabel dependennya adalah pendeteksian kerugian daerah.
Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e Keterangan: 49
Y
: Pendeteksian Kerugian Daerah
a
: Konstanta (harga Y, bila X=0)
b1-3
: Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen)
X1
: Pengalaman
X2
: Pengetahuan
X3
: Skeptisisme Profesional
e
: error Pengujian selanjutnya dalam menganalisis regresi berganda dengan
menggunakan : a. Uji Statistik t Uji Statistik t dapat menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Selain itu uji statistik t juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel secara individual terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:98). Menurut Santoso (2004:168), dasar pengambilan keputusan uji statistik t adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau (sig ≤ 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 50
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari probabilitas 0,05 atau (sig ≥ 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Uji Statistik F Uji statistik F dapat menunjukkan apakah semua variabel independen pada penelitian yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau tidak. Uji statistik F juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel independen yang di uji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2011:98). Menurut Santoso (2004:120), dasar pengambilan uji statistik F adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau (sig ≤ 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya semua variabel independen pada penelitian tersebut mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari probabilitas 0,05 atau (sig ≥ 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian variabel independen pada penelitian tersebut tidak mempunyai pengaruh yang hasilnya adalah sama terhadap variabel dependen. 6. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya
51
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya. a. Pengalaman (X1) Pengalaman adalah masa kerja auditor pada suatu institusi dalam melakukan aktivitas audit. Auditor yang memiliki banyak jam terbang, maka kemampuannya dalam mengaudit dapat meningkat. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang dibuat oleh Batubara (2009) dan Masrizal (2010) ditambah dengan pengembangan pertanyaan oleh peneliti terhadap pertanyaan yang dirasa peneliti perlu. Terdiri dari 10 (sepuluh) item pertanyaan dengan menggunakan skala interval (interval scale) 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3) setuju (4) sampai sangat setuju (5). b. Pengetahuan (X2) Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui tingkat pendidikan dan berbagai kegiatan pelatihan yang diikuti oleh auditor tersebut. Variabel ini diukur menggunakan instrumen pertanyaan yang dibuat oleh Masrizal (2010) ditambah pengembangan pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan skala interval. Setiap responden diminta untuk menjawab 12 (dua belas) item pertanyaan dengan 5 poin penilaian dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3) setuju (4) sampai sangat setuju (5). c. Skeptisme Profesional (X3) 52
Skeptisme profesional merupakan sikap kritis audior yang selalu mempertanyakan secara kritis setiap bukti audit yang diperoleh. Variabel ini
menggunakan instrumen pertanyaan yang dibuat oleh
Noviyanti (2008) dengan pengembangan pertanyaan oleh peneliti dan diukur dengan menggunakan 10 (sepuluh) item pertanyaan. Peneliti menggunakan skala interval (likert) 5 poin berdasarkan penilaian dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3) setuju (4) sampai sangat setuju (5) d. Pendeteksian Kerugian Daerah (Y) Pendeteksian kerugian daerah merupakan upaya yang dilakukan oleh auditor terhadap suatu indikasi. Indikasi tersebut merupakan suatau tindakan kecurangan dan berpotensi melawan hukum Sedangkan untuk instrumen
pertanyaannya
peneliti
menggunakan
10
(sepuluh)
pertanyaan yang dibuat oleh Masrizal (2010) yang telah dikembangkan. dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3) setuju (4) sampai sangat setuju (5).
Variabel
Sub Variabel
Indikator
No
Skala 53
Lama Kerja Pengalaman (X1) (Batubara,2009) dan Masrizal (2010)
Lama keja sebagai auditor
1
Menghasilkan temuan yang lebih baik Meningkatkan karir sebagai auditor
2
Meningkatkan kualitas temuan audit
4
Mampu mengetahui kekeliruan dan kecurangan
5
Mampu mengatasi permasalahan
6
Dapat mendeteksi kecurangan
7
Dapat membuat keputusan
Mampu membuat keputusan
8
Banyak Pengalaman
Meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi kerugian
10
Pendidikan formal
Menunjang karir
1
Lebih terampil
2
Pengetahuan mengenai Sertifikasi audit Penjenjangan Auditor
3
Intensitas Penugasan dan pengembangan karir
Kemampuan kerja
Interval
3
Interval
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 (Lanjutan) Overasionalisasi Variabel Penelitian 54
Variabel
Sub Variabel
Indikator Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai tugas pemeriksaan
No. 4
Memiliki pengetahuan lain seperti komputer, komunikasi, psikologi, hukum, dll
5
Menunjang keterampilan audit Mengetahui Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Meningkatkan kemampuan teknis
6
Memiliki keahlian khusus
9
Mendukung Tugas Audit
10
Seluruh pengetahuan audit
Bermanfaat bagi pelaksanaan audit
11
Memahami karakteristik objek pemeriksaan
Dilakukan sebelum melakukan kegiatan audit
12
Pengetahuan (X2) (Masrizal, 2010)
Mengikuti berbagai Diklat, Bimtek Seminar,dan Lokakarya yang pernah diikuti
Skala Interval
7
8
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 3.1 (lanjutan) Operasionalisasi Variabel Penelitian 55
Variabel Skeptisme Profesional (X3) (Noviyanti,2008)
Sub variabel Evaluasi bukti audit
Memahami penyedia bukti Mengambil tindakan
Sikap skeptis
Pendeteksian kerugian daerah (Y) (Sumber:
Masa Audit
Masrizal, 2010)
Banyaknya kegiatan yang diaudit
Indikator Pikiran yang penuh pertanyaan Memiliki penilaian kritis Tidak cepat dalam mengambil keputusan Memahami antar perseorangan Bersikap percaya diri Memiliki keteguhan hati Memperluas lingkup pencarian informasi Menemukan bukti audit yang kontradiktif Melihat solusi alternatif Meningkatkan kecermatan Kecukupan waktu untuk audit secara mendalam Peluang waktu yang sedikit difokuskan pada penyimpangan anggaran Senang terhadap seluruh aspek yang menjadi sasaran kegiatan pemeriksaan Banyaknya obrik pemeriksaan
No 1
Skala Interval
2 3
4 5 6 7
8
9 10 1
Interval
2
3
4
Bersambung ke halaman berikutnya Tabel 3.1 (lanjutan) Operasionalisasi Variabel Penelitian 56
Variabel
Sub Variabel
Nilai temuan yang diperoleh
Penyebab penyimpangan yang dilakukan
Indikator Senantiasa Mencari berbagai penyimpangan Menekankan penyimpangan terhadap keuangan Mendeteksi kerugian daerah berdasarkan besar kecilnya nilai keuanga Mengangkat temuan baik besar maupun kecil Tetap mengangkat penyimpangan yang disebabkan lemahnya pengendalian internal Mencari penyebab penyimpangan keuangan daerah
No 5
Skala
6
Interval
7
8
9
10
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas tentang Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah seluruh aparat pengawas intern pemerintah yang bekerja pada Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Kriteria auditor itu sendiri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat baik sebagai auditor maupun pejabat pengawas dibuktikan dengan telah dikeluarkannya surat keputusan sebagai auditor maupun pejabat pengawas dan telah memiliki pengalaman sebagai aparat pengawas intern pemerintah sekurang kurangnya 2 tahun. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner secara langsung yang peneliti lakukan kepada para responden. Penyebaran kuesioner dilakukan pada satu tahap. Penyebaran kuesioner dilakukan pada periode 3 Februari – 13 Maret 2014. Kuesioner yang disebar berjumlah 56 buah dan jumlah yang kembali berjumlah 56 buah atau 100%, namun kuesioner yang dapat diolah hanya berjumlah 52 buah atau 92,8 % sedangkan sisanya 4 buah atau 7,1 % tidak dapat diolah oleh peneliti. Kuesioner yang tidak dapat diolah dikarenakan responden yang mengisi kuesioner masih belum memiliki sertifikasi sebagai aparat pengawas intern pemerintah (APIP).
58
pengawas intern pemerintah sehingga responden bukanlah sumber daya yang tepat dijadikan sampel dalam penelitian. Data mengenai sampel penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian No. Keterangan Jumlah 1. Jumlah kuesioner yang disebar 56 2. Jumlah kuesioner yang tidak 0 kembali 3. Jumlah kuesioner yang kembali 56 4. Jumlah kuesioner yang tidak 4 dapat diolah 5. Jumlah kuesioner yang dapat 52 diolah Sumber: Data primer yang diolah
Persentase 100% 0% 100% 7,1% 92,9%
2. Profil Tempat Penelitian a. Sekilas tentang Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota disebutkan bahwa Inspektorat Provinsi merupakan aparat pengawas fungsional yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada gubernur. Inspektorat provinsi mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah
pemerintahan
di
kabupaten/kota
daerah
dan
kabupaten/kota.
pelaksanaan Inspektorat
urusan provinsi
melaksanakan tugas untuk menyelenggarakan fungsi: 1) Perencanaan program pengawasan. 59
2) Perumusan kebijakan dan fasilitasi kebijakan 3) Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemeritahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka disusunlah Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat dengan ketentuan, Pemerintah Daerah adalah Penyelenggara Urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dengan Prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan
memberikan sebagai kewenangan kepada Inspektorat Provinsi untuk melaksanakan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta melaksanakan sebagian Tugas Dekonsentrasi dan Pembantuan yang diserahkan oleh Gubernur sesuai dengan lingkup tugasnya.
60
b. Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat Gambar 4.1 Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi INSPEKTUR
Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretaris
Sub Bagian Renker & Monev
Sub Bagian Umum & Aparatur
Sub Bagian Keuangan dan Asset
IRBAN WIL I
IRBAN WIL II
IRBAN WIL III
IRBAN WIL IV
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid
KasiWasPembid
Pemb & Kemasyarakatan
Pemb & Kemasyarakatan
KasiWasPembid Pemb & Kemasyaratakatan
KasiWasPembid Pemb & Kemasyarakatan
Diolah : Dari berbagai sumber c. Visi dan Misi Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat 1) Visi
:
Terwujudnya
pengawasan
akuntabilitas
penyelenggaraan
dan
pengawasan
profesionalisme yang
handal
di
bidangnya. 2) Misi : a) Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pengawas yang handal di bidangnya. b) Meningkatkan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan. 61
c) Meningkatkan kualitas pengawasan yang profesional di bidang penyelenggaraan pemerintah daerah yang ersih serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. 3. Karakteristik Responden a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Pria
37
71.2
71.2
71.2
Wanita
15
28.8
28.8
100.0
Total
52
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.2 diatas, jumlah responden pria terlihat lebih dominan dibandingkan dengan responden wanita, yakni sebesar 37 orang atau 71,2% sedangkan responden wanita hanya berjumlah 15 orang atau 28,8%. Hal ini sesuai dengan bukti yang peneliti temukan dalam lapangan, dimana lebih banyak pegawai berjenis kelamin pria yang bekerja dikantor dibanding pegawai wanita.
62
b. Deskripsi responden berdasarkan usia Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Frequency Valid <21 tahun
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
0.0
0.0
0.0
21-30 tahun
4
7.7
7.7
7.7
31-40 tahun
5
9.6
9.6
17.3
41-50 tahun
26
50
50
67.3
>50 tahun
17
32.7
32.7
100.0
Total
52
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa tidak terdapat responden yang berusia dibawah 20 tahun. Menurut data yang diperoleh dari bagian umum pegawai yang paling muda berusia 25 tahun dan belum mempunyai sertifikasi sebagai auditor. Responden yang berusia 21-30 tahun ada sebanyak 4 orang atau sebesar 7,7%. Jumlah tersebut hanya berbeda sedikit dengan responden pada interval usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau 9,6%. Selanjutnya yaitu responden dengan usia 41-50 tahun dengan jumlah 26 orang atau 50% dari total keseluruhan responden, responden pada interval ini merupakan jenis responden yang paling banyak. Jumlah responden dengan usia diatas 50 tahun sebanyak 17 orang atau 32,7%. Berdasarkan hasil riset yang peneliti lakukan, responden pada kedua interval tersebut merupakan auditor yang telah lebih lama bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan pengalaman sebagai auditor diatas 5 tahun.
63
c. Deskripsi responden berdasarkan lama menjadi auditor Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Auditor Frequency Valid 2-5 tahun
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
8
15.4
15.4
15.4
6-10 tahun
27
51.9
51.9
67.3
11-15 tahun
16
30.8
30.8
98.1
16-20 tahun
1
1.9
1.9
100.0
>20 tahun
0
0
0
52
100.0
100.0
Total
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa mayoritas auditor telah bertugas selama periode waktu 6-10 tahun dengan jumlah 27 auditor dengan persentase 51.9%. Auditor dengan masa tugas 2-5 tahun sebanyak 8 auditor dengan persentase 15.4%. Auditor dengan masa tugas antara 11-15 tahun sebanyak 16 auditor dengan persentase 30.8%. Auditor dengan masa tugas antara 16-20 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 1.9%. Serta tidak terdapat auditor dengan masa tugas lebuh dari 20 tahun. d. Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Frequency Valid SMA/SMK
Percent 8
15.4
Valid Percent
Cumulative Percent
15.4
15.4
D3
1
1.9
1.9
17.3
S1
32
61.5
61.5
78.8
S2
11
21.2
21.2
100.0
Total
52
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah 64
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar auditor berlatar belakang pendidikan strata 1 yakni sebanyak 32 auditor dengan persentase 61.5%. Auditor dengan latar belakang pendidikan SMU/SMK sebanyak 8 orang dengan persentase 15.4%. Auditor dengan latar belakang pendidikan strata 2 sebanyak 11 orang dengan persentase 21.2%. Serta auditor dengan latar belakang pendidikan vokasi sebanyak 1 orang dengan persentase 1.9%. e. Deskripsi responden berdasarkan jabatan Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan Frequency Valid : Jabatan Fungsional Umum
Valid
Cumulaive
Percent
Percent
Percent
8
15.4
15.4
15.4
Auditor Penyelia
1
1.9
1.9
17.3
Auditor Pelaksana
1
1.9
1.9
19.2
Auditor Pelaksana Lanjutan
3
5.8
5.8
25
Auditor Ahli Pertama
5
9.6
9.6
34.6
Auditor Ahli Muda
4
7.7
7.7
42.3
Auditor Ahli Madya
9
17.3
17.3
59.6
Pengawas Pertama
3
5.8
5.8
65.4
Pengawas Muda
5
9.6
9.6
75
Pengawas Madya
9
17.4
17.4
92.4
Inspektur Pembantu
2
3.8
3.8
96.2
Sekretaris Inspektur
2
3.8
3.8
100.0
52
100.0
100.0
Total
Sumber: Data primer yang diolah
65
f. Deskripsi responden berdasarkan jumlah diklat yang diikuti Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Diklat Yang Diikuti Frequency Valid 1-5 kali
Percent
17
Valid Percent
32.7
32.7
Cumulative Percent 32.7
0
6-10 kali
10
19.3
19.3
52
11-20 kali
19
36.5
36.5
88.5
21-30 kali
6
11.5
11.5
100.0
52
100.0
100.0
Total
Sumber: Data primer yang diolah Dari tabel 4.7 tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar auditor telah mengikuti diklat sebanyak kurang dari 1120 kali dengan jumlah 19 auditor persentasenya 36.5%. Sebanyak 17 auditor dengan persentase 32.7% telah mengikuti diklat sebanyak 1-5 kali. Auditor yang telah mengikuti diklat sebanyak 6-10 kali sebanyak 10 auditor dengan persentase 19.3%. Terdapat 6 auditor yang telah mengikuti diklat sebanyak 21-30 kali dengan persentase 11.5%. B. Hasil Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel-variabel dalam penelitian ini telah diuji menggunakan uji statistik deskriptif. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8.
66
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TPe
52
27
45
39,13
4,512
TPt
52
32
58
47,50
5,779
TSke
52
27
46
40,50
3,293
TPd
52
26
45
40,35
3,890
T
aValid N (listwise)
52
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.8 menjelaskan bahwa variabel pengalaman jawaban minimum responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 45, dengan ratarata total 39,13 dan standar deviasi 4,512. Pada variabel pengetahuan minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 58, dengan ratarata total 47,50 dan standar deviasi 5,779. Variabel skeptisme profesional jawaban minimum responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 46, dengan rata-rata total 40,50 dan standar deviasi 3,293. Dan yang terakhir adalah variabel pendeteksian kerugian daerah jawaban minimum responden 26 dan maksimum 45, dengan rata-rata total 40,35 dan standar deviasi 3,890. 2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Jika korelasi antara skor pada masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2005:45). 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Pengalaman Butir Pertanyaan Pe 1 Pe 2 Pe 3 Pe 4 Pe 5 Pe 6 Pe 7 Pe 8 Pe 9 Pe 10
Pearson Correlation .586** .607** .245** .751** .817** .774** .648** .774** .669** .569**
Sig. (2tailed) .000 .000 .080 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Keterangan Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.9 memperlihatkan hasil bahwa variabel pengalaman terdapat satu pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan no 3 (Pe 3) dengan nilai signifikansi diatas 0,05 namun untuk pertanyaan lain telah valid dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Untuk pertanyaan yang tidak valid akan dilakukan pengujian ulang tanpa memasukkan pertanyaan yang tidak valid. Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Pengalaman (Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid) Butir Pertanyaan Pe 1 Pe 2 Pe 4 Pe 5 Pe 6 Pe 7 Pe 8 Pe 9 Pe 10
Pearson Correlation .624** .640** .753** .827** .768** .623** .802** .658** .593**
Sig. (2tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah
68
Tabel 4.10 memperlihatkan hasil bahwa semua pertanyaan telah valid dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Untuk selanjutnya hasil dari pertanyaan tabel 4.10 tersebut yang akan dijadikan sebagai acuan. Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Butir Pertanyaan Pt 1 Pt 2 Pt 3 Pt 4 Pt 5 Pt 6 Pt 7 Pt 8 Pt 9 Pt 10 Pt 11 Pt 12
Pearson Correlation .703** .678** .436** .547** .629** .776** .717** .699** .698** .641** .583** .506**
Sig. (2tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa seluruh item pertanyaan dinyatakan valid dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional Butir Pertanyaan Ske 1 Ske 2 Ske 3 Ske 4 Ske 5 Ske 6 Ske 7 Ske 8 Ske 9 Ske 10
Pearson Correlation .553** .451** .643** .448** .715** .551** .516** .609** .389** .466**
Sig. (2tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah 69
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti semua item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut. Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah Butir Pertanyaan Pd 1 Pd 2 Pd 3 Pd 4 Pd 5 Pd 6 Pd 7 Pd 8 Pd 9 Pd 10
Pearson Correlation .641** .239** .551** .775** .794** .814** .503** .767** .509** .617**
Sig. (2tailed) .000 .088 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Keterangan Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui terdapat satu item pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan nomor 2 (Pd 2) dengan nilai siginifikan 0,088 atau di atas 0,05, namun untuk pertanyaan lain telah valid. Untuk pertanyaan yang tidak valid maka akan dilakukan pengujian ulang tanpa memasukkan pertanyaan yang tidak valid.
70
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah (Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid) Butir Pertanyaan Pd 1 Pd 3 Pd 4 Pd 5 Pd 6 Pd 7 Pd 8 Pd 10 TPd
Pearson Correlation .622** .594** .775** .816** .822** .526** .758** .478** .647**
Sig. (2tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.14 menunjukkan bahwa variabel pendeteksian kerugian daerah memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan setelah dikurangi pertanyaan yang tidak valid dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti semua item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut. b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,7. Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
71
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas No Variabel Cronbach’s N of items Alpha 1 Pengalaman .871 9 2 Pengetahuan .855 12 3 Skeptisme Profesional .717 10 3 Pendeteksian Kerugian .852 9 daerah Sumber: Data primer yang diolah
Keterangan Reliabel Realibel Realibel Realibel
Tabel 4.15 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel pengalaman sebesar 0,871 pengetahuan sebesar 0,855, skeptisme profesional 0,717, pendeteksian kerugian daerah sebesar 0,852. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
72
Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1(Constant) Pengalaman
.513
1.948
Pengetahuan
.534
1.872
Skeptisme
.935
1.070
a. Dependent Variable: Pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.16 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance 0,513; 0,534; dan 0,935 serta VIF sebesar 1,948; 1,872; dan 1,070 untuk variabel pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini. b. Hasil Uji Normalitas Data yang baik adalah data yang memenuhi asumsi normalitas, yaitu data yang memiliki nilai signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2005:110). Untuk menguji terjadi atau tidaknya normalitas dapat dideteksi dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut.
73
Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Unstandardized Residual N Mean Std. Deviation S Absolute u Extreme Differences Positive Most Negative m Kolmogorov-Smirnov Z b Asymp. Sig. (2-tailed) e Normal Parametersa,b
52 ,0000000 2.60802949 .055 .055 -.052 .395 .998
a. Test distribution is Normal. b. rCalculated from data.
S Sumber :Data primer yang diolah Gambar 4.17 memperlihatkan nilai signifikansi data tersebut jauh lebih besar >0,05. Ini menunjukkan bahwa model regresi layak untuk dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas. c. Hasil Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.2.
74
Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan.
75
4. Uji Koefisien Determinasi (R2 Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R ,742a
1
R Square ,551
Adjusted R Square ,552
Std. Error of the Estimate 2,688
a. Predictors: (Constant), Skeptisme, Pengetahuan, Pengalaman b. Dependent Variable: Pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.18 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,552 atau 55,1%. Hal ini variabel pendeteksian kerugian daerah dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional adalah 55,1%. Sedangkan sisanya 44,8% (100%-55,2%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini seperti intuisi dan pelatihan. 5. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.15, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika 76
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik t Coefficients a
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
6.139
5.266
Pengalaman
.248
.116
Pengetahuan
.288
Skeptisme
.267
Beta
t
Sig.
1.166
.249
.287
2.127
.039
.089
.428
3.236
.002
.118
.226
2.258
.029
a. Dependent Variable:Pd
Sumber: Data primer yang diolah Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah. Pada tabel 4.19 variabel pengalaman mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,039. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman dibawah 0,05 ( ≥ 0,05). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Masrizal (2010) dan Emawan,dkk (2014) mengenai pengaruh pengalaman dan pengetahuan auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah dimana hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian 77
kerugian daerah. Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tub (1992) dalam Noviyani (2002) mengungkapkan bahwa jika seorang auditor berpengalaman, maka: 1. Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan 2. Auditor memiliki salah pengertian lebih sedikit tentang kekeliruan 3. Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim 4. Hal-hal lain yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat
terjadinya
kekeliruan
dan
pelanggaran
serta
tujuan
pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Peneltian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh pengalaman dan pengetahuan aparat pengawas intern pemerintah terhadap pendeteksian penyimpangan dengan intuisi sebagai variabel intervening. Penelitan tersebut dilakukan pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
pengalaman
berpengaruh
terhadap
pendeteksian
penyimpangan. Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pengetahuan auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.19, dimana variabel pengetahuan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
auditor
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap 78
pendeteksian kerugian daerah karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel tingkat pemahaman lebih kecil dari 0,05 ( ≤ 0,05). Hubungan antara pengetahuan auditor dan pendeteksian kerugian daerah bersifat positif. Hasil dalam penelitian ini mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Masrizal (2010) dan penelitian yang dilakukan oleh Emawan,dkk (2014). Penelitian tersebut dilakukan pada Inspektorat Aceh dan Inspektorat Kabupaten Klungkung serta Kabupaten Karangasem dimana hasilnya menunjukkan pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2009) dimana hasil penelitian menunjukkan pengetahuan yang dimiliki auditor
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pendeteksian
penyimpangan. Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh skeptisme profesional terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.19, dimana variabel skeptisme profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,29. Hal ini berarti mendukung Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa skeptisme
profesional
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pendeteksian kerugian daerah karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel tersebut lebih kecil dari 0,05 ( ≥ 0,05). Hasil penelitian ini memiliki sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004) tentang pengaruh sikap 79
skeptisme profesional terhadap pendeteksian kecurangan dimana hasilnya adalah auditor yang mempunyai skeptisme profesional akan cenderung mengumpulkan bukti dan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan auditor yang memiliki skeptisme profesional yang rendah, hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional akan lebih dapat mendeteksi terjadinya kecurangan. Hasil penelitian ini juga memiliki sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2008) yang menunjukkan hasil bahwa auditor yang mempunyai penaksiran resiko kecurangan yang tinggi akan memiliki skeptisme profesional yang tinggi dalam melakukan pendeteksian kecurangan. b. Hasil Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.20, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
80
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik F H Model H Regression a 1Residual Total s
ANOVAa
Sum of Squares 424,877 346,893 771,769
df
Mean Square 3 48
141,626 7,227
F 19,597
Sig. ,000b
51
a. Dependent Variable: Pendeteksian
H
b. Predictors: (Constant), Skeptisme, Pengetahuan, Pengalaman
Sumber : Data Primer Yang Diolah H Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.20 dimana nilai F diperoleh sebesar 19,597 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( ≤ 0,05) maka Ha4 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional auditor secara simultan berpengaruh terhadap pendeteksian kerugian daerah. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh auditor selama ia menjalankan tugas maka ia akan dapat terus meningkatkan kemampuannya sebagai auditor. Proses peningkatan auditor dapat terus berkembang seiring dengan banyaknya objek pemeriksaan yang mempunya karakteristik yang berbeda pula, hal ini tentunya membutuhkan pemahaman khusus untuk setiap objek pemeriksaan. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh auditor tentunya 81
ia dapat mengembangkan teknik dan metodologi dalam melakukan audit untuk memaksimalkan kualitas audit termasuk didalamnya dalam hal pendeteksian kerugian daerah. Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui pendidikan formal, diklat, seminar, lokakarya dan pendidikan berkelanjutan. Selain pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh auditor, skeptisme profesional juga diperlukan ketika auditor mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit agar adanya kekeliruan yang dapat dideteksi tidak hanya yang berasal dari kekeliruan saja namun juga yang berasal dari adanya tindak kecurangan. Sebagaimana yang terdapat pada Standar Audit Pemerintah yang menyatakan bahwa auditor harus menggunakan kecermatan profesionalnya.
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tubb (1992) dan mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Batubara (2009), Masrizal (2010) dan (Emawan, 2014). 2. Pengetahuan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2009), mendukung penelitian yang dilakukan oleh Masrizal (2010) dan penelitian yang dilakukan (Emawan,dkk 2014). 3. Skeptisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004) serta penelitian yang dilakukan oleh (Noviyanti, 2008).
82
4. Pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, menunjukkan bahwa pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional auditor berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Implikasi pada penelitian ini adalah : 1.
Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor harus didukung pengalaman yang dimiliki, dengan pengalaman yang telah dimiliki tentunya hal tersebut akan semakin dapat menunjang kinerja auditor termasuk didalamnya dalam melakukan pendeteksian terhadap adanya kerugian daerah. Dengan semakin banyaknya kerugian daerah yang dapat terdeteksi akan semakin menguatkan peran Inspektorat provinsi sebagai institusi pengawas intern pemerintah daerah. Pengalaman auditor tersebut dapat diperoleh melalui lama bekerja sebagai auditor serta sebarapa banyak kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan terutama terhadap berbagai objek pemeriksaan yang berbeda. Tentunya hal tersebut akan semakin memperkaya pengalaman yang dimiliki oleh auditor.
2. Pengetahuan yang dimiliki oleh auditor tentunya merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki setiap aparat pengawas intern pemerintah yang profesional. Pengetahuan yang dimiliki auditor akan dapat membantunya dalam melakukan kegiatan pemeriksaan secara efisien dan efektif. Kegiatan pemeriksaan erat hubungannya dengan pendeteksian 83
adanya kerugian daerah, dengan pengetahuan yang dimiliki auditor tentunya akan membuat lebih baik lagi dalam melakukan pendeteksian terhadap kerugian daerah. Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui beberapa hal seperti : pendidikan formal yang dimiliki, diklat, seminar, lokakarya, serta pengetahuan yang diperoleh melalui praktek lapangan sebagai auditor. 3. Skeptisme profesional merupakan sikap yang perlu dimiliki oleh setiap auditor. Sikap skeptisme profesional mengandung arti bahwa auditor telah mempunyai keyakinan yang memadai terhadap bukti dan informasi yang disajikan oleh manajemen namun bukan berarti bukti dan informasi tersebut tidak perlu dipertanyakan. Untuk itu auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional tidak akan menerima begitu saja bukti dan informasi yang diberikan oleh pihak manajemen, melainkan akan terlebih dahulu penelusuran. Dengan sikap skeptisme profesional yang tinggi tentunya auditor tersebut akan semakin mampu dalam mendeteksi adanya kecurangan yang tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi daerah.
C. Saran Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas ruang lingkup penelitian, bukan hanya di Inspektorat provinsi Kalimantan Barat,
84
melainkan bisa dilakukan pada provinsi-provinsi lain sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.. 2.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen lain sebagai tambahan seperti wawancara, video, foto dan sebagainya yang dapat meningkatkan kualitas data yang disajikan.
3.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel independen lainnya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor internal auditor. Variabel independen tersebut bisa saja berupa intuisi dan tingkat kehalian.
85
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing : Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik”, Edisi Ketiga, LP FEUI, Depok, 2007. Arens, Alvin. A & Loebbecke, James K. “Auditing (terjemahan)”, Salemba Empat, Jakarta, 2004. Bastian, Indra.”Audit Sektor Publik”, Salemba Empat, 2007. Batubara, Khairudin. “Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Pendeteksian Penyimpangan dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang”, Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009. Bonner, Sarah E dan Lewis, Barry L.”Determinants of Auditor Expertise”, Journal of Accounting Research, Vol 28 Studies on Judgment Issues in Accounting and Auditing, 1990. Emawan, I B Puja, I Kadek Sinarwati dan Nyoman Trisna Herawati, “Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Audit Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem)”, Jurnal Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Vol.2 No.1, 2014. Eric L. Kohler.”A Dictionary For Accountants”, Prentice College Div, 1975. Fullerton, Rosemary R, dan Cindy Durtschi, “ The Effect of Professional Skeptism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors “. Utah State University, Working Paper. http : //www.ssrn.com// abstarct = 1140267 diakses tanggal 22 Desember 2013. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Haryanti, Sri Caecelia. “Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Auditor Terhadap Strktur Pengetahuan Tentang Kekeliruan Auditor”, Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomika dan Bisnis Vol. 1, No. 1, Universitas 17 Agustus 1945, 2013. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Herliansyah, Yudhi. “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tdak Relevan Dalam Audit Judgment”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang,
86
IAI.”Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2007. IAPI.”Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta 2011. Ikhsan, Arfan dan Ghozali. “Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan Manajemen”, PT. Madju Makssar Cipta, Makassar, 2006. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.” Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama”, BPFE, Yogyakarta, 2009. Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”, Andi, Yogyakarta, 2005. Masrizal. “Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah”, Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Volume 3, Nomor 2, Universitas Syah Kuala, 2010. Mulyadi.” Auditing”,Edisi Ke 6 Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Noviyani, Putri dan Bandi. “ Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Terhadap Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan”, Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, 2002. Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 5, Nomor 1, Universitas Kristen Satya Wacana, 2008. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press, England, 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota Quadackers, Luc. “Auditors’ Skeptical Characteristics and Their Relationship to Skeptical Judgments and Decisions”, Journal Vu University Amsterdam, Amsterdam, 2009. Salsabila, Ainia & Hepi Prayudiawan.”Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit Dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)”, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol.4 No.1 Juli Hal 155-177, 2011. Samsi, Riduwan dan Suryono.”Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel
87
Pemoderasi, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol 1 No, 2, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA), Surabaya, 2013. Sedarmayanti.”Good Governance dan Good Corporate Governance”, Mandar Maju, 2007 Sekaran, Uma.”Research Methods for Business”, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Silalahi, Paulus Sem.”Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Situasi Audit Terhadap Skeptisme Professional Auditor”, Jurnal Ekonomi Vol. 21 No.3, September, Universitas Riau, 2013. Sinaga, Antoni. “Kedudukan dan Peran Badan Pengawas Daerah (Bawada) Dalam Pengawasan Fungsional Setelah Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Kasus Bawasda Provinsi Sumatera Utara)”, Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2003. Standar Perikatan Audit (SPA), Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2012. Taufik, Taufeni.”Pengaruh Peran Inspektorat Daerah Terhadap Pencegahan Kecurangan”, Jurnal Pekbis Vol.3.No.2 Juli 2011 The Oxford English Dictionary Volume III, Oxford University Press, Great Britain, 1978. Zein, Abidin .Z, Anisma, Yuneita dan Christina. “ Skeptisme Professional Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Sumatera”, Jurnal Universitas Riau, 2009. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan UU No. 31 Tahun 1999. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemeritahan Daerah Kabupaten/ Kota. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat.
88
89
Kuesioner Penelitian Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Gusti Eka Suhendra 1110082000001
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
89
Kepada Yth Bapak/Ibu/Saudara/i Responden Di Tempat
Assalamualaikum. Wr. Wb Dengan Hormat. Sehubungan dengan penelitian yang akan saya akan saya lakukan dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan, dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah”. Maka izinkan saya memohon kepada Bapak/ Ibu/ Saudara/I untuk mengisi kuesioner yang saya ajukan berikut ini. Tujuan dari penelitian tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah sehingga kerahasiaan identitas responden akan tetap terjaga. Bapak/ Ibu/ Sdr/ I dapat dengan bebas menentukan jawaban yang sesuai dengan yang diyakini. Hasil penelitian ini nantinya juga dapat dijadikan sebagai masukan bagi para auditor internal di lingkungan Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan pendeteksian kerugian daerah. Saya sangat menghargai waktu yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ I luangkan untuk mengisi kuesioner ini. Atas partisipasinya mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih. Wassalamualikum Wr. Wb Dosen Pembimbing
(Dr.Rini, MSi. Ak)
Hormat Saya
(Gusti Eka Suhendra) 90
IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk: Lingkari dan checklist (√) jawaban yang sesuai dengan data pribadi Anda 1.
Nama*
: ....................................................................................
2.
Jenis Kelamin
: a. Pria
b. Wanita
3.
Usia
: a. < 20 tahun
b. 20-30 tahun
c. 30-40 tahun
d. 40-50 tahun
e. > 50 tahun 4.
Tingkat Pendidikan
:
D3
S1
5.
Diklat yang diikuti
:
< 10
6.
Jabatan
:
Calon Auditor
S2
20-30
30-40
S3 >40
Auditor Pelaksana Auditor Pelaksana Lanjutan Auditor Ahli Pertama Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Madya Lainnya................................................................. 7.
Lama Menjadi Auditor
:
< 5 Tahun 5-10 Tahun 10-15 Tahun 15-20 Tahun >20 Tahun
*Boleh diisi ataupun tidak
91
Keterangan (*): boleh tidak diisi atau hanya menggunakan inisial
Keterangan
STS
: Sangat Tidak Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
SS
: Sangat Setuju
TS
N
S
SS
TS
N
S
SS
N : Netral Petunjuk: Checklist jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda No Pertanyaan STS Pengalaman auditor diperoleh melalui berapa 1. lama bekerja sebagai auditor Auditor yang telah lama bertugas akan 2 2. menghasilkan temuan yang lebih baik dibandingkan auditor yang baru bekerja Semakin banyak penugasan audit bagi auditor 3. akan dapat meningkatkan karir auditor Semakin banyak penugasan audit bagi auditor 4. akan meningkatkan kualitas temuan audit Auditor yang telah lama bertugas akan mampu 5. mendeteksi kekeliruan lebih banyak Semakin lama seorang auditor bekerja, maka auditor tersebut semakin mampu mengatasi 6. berbagai permasalahan yang ditemukan pada saat audit Auditor yang telah lama bertugas dan melakukan banyak pemeriksaan akan mampu 7. mendeteksi adanya kecurangan dengan lebih baik Auditor yang berpengalaman akan mampu 8. membuat keputusan Pengalaman auditor dapat diperoleh melalui 9. pengalaman yang telah diperoleh oleh auditor lain Semakin banyak pengalaman sebagai auditor, membuat saya mengetahui kekurangan yang 10. perlu untuk ditingkatkan terutama dalam hal pendeteksian kerugian daerah B. PENGETAHUAN No 1.
2.
3.
Pertanyaan Pendidikan formal dapat menunjang karir sebagai auditor Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang auditor maka akan semakin meningkatkan kemampuannya dalam melakukan audit Untuk menjamin pengetahuan yang dimiliki auditor maka setiap auditor harus mengikuti ujian sertifikasi penjenjangan auditor
STS
92
No 4. 5.
6.
7.
8. 9. 10. 11.
12.
Pertanyaan Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui berbagai tugas pemeriksaan Selain pengetahuan mengenai auditing diperlukan juga pengetahuan lain seperti komputer, komunikasi, psikologi, hukum dll Untuk menunjang keterampilan audit yang dimiliki maka auditor perlu mengikuti berbagai kegiatan diklat Auditor diharapkan memiliki pengetahuan terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standar Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara (SPKN) Untuk meningkatkan kemampuan teknis yang dimiliki, auditor dapat meningkatkannya melalui Bimtek (Bimbingan Teknis) Keahlian khusus yang dimiliki oleh auditor akan mendukung proses audit yang dilakukan Untuk mendukung tugas audit yang dilakukan oleh auditor diperlukan tambahan melalui kegiatan seminar/lokakarya/studi banding Seluruh pengetahuan audit bermanfaat bagi pelaksanaan audit Sebelum melakukan kegiatan audit, auditor harus memahami karakteristik organisasi/instansi yang akan dijadikan objek pemerikasaan
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
C. Skeptisisme Profesional No 1. 2. 3.
Pertanyaan Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus selalu berfikir penuh pertanyaan Dalam melaksanakan audit diperlukan pemikiran kritis yang dimiliki oleh auditor Auditor yang memiliki sikap skeptisisme profesional tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan
93
No 4. 5.
6.
Pertanyaan Auditor akan senantiasa memahami orang yang menyediakan bukti audit Dalam mengambil tindakan yang sesuai dengan bukti audit, auditor senantiasa percaya diri
STS
TS
STS
TS
N
S
SS
Dalam mengambil tindakan yang sesuai dengan bukti audit, auditor harus memiliki keteguhan hati Auditor dalam bersikap kritis harus senantiasa memperluas ruang lingkup informasi
7. 8.
Dalam bersikap kritis auditor dapat menemukan bukti audit yang kontradiktif
9.
Auditor harus dapat menemukan solusi alternatif Auditor harus dapat meningkatkan kecermatan meskipun bersikap skeptis
10.
D. PENDETEKSIAN KERUGIAN DAERAH No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pertanyaan
N
S
SS
Kecukupan waktu yang diberikan dalam melakukan audit mempengaruhi auditor dalam melakukan auditor secara mendalam Peluang waktu yang sedikit dalam melakukan auditt lebih ditekankan pada sasaran penyimpangan anggaran daripada aspek lainnya Auditor lebih senang melakukan audit secara lengkap meliputi seluruh aspek kegiatan yang menjadi sasaran pemeriksaan Banyaknya kegiatan obrik tidak menghambat auditor untuk melakukan audit pada aspek pengelolaan keuangan Auditor senantiasa mencari setiap bentuk penyimpangan terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan objek pemeriksaan Auditor selalu menekankan untuk mendapatkan penyimpangan terhadap pengelolaan keuangan negara/daerah 94
No
Pertanyaan
7.
Auditor mendeteksi setiap temuan kerugian negara/daerah berdasarkan besar kecilnya nilai temuan
8.
Auditor selalu mengangkat setiap temuan yang diperoleh pada saat audit baik yang nilainya besar maupun kecil
9.
Auditor beranggapa bahwa adanya penyimpangan yang diakibatkan lemahnya pengendalian internal tetap perlu diungkapkan
10.
Auditor senantiasa mencari penyebab terjadinya penyimpangan keuangan negara/daerah
STS
TS
N
S
SS
95
Jawaban Responden Untuk Variabel Pengalaman No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Pe1 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
Pe2 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4
Pe3 4 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
Pe4 3 4 3 5 5 3 5 5 5 4 5 5 3 4 5 5 3 3 5 4 5 3 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5
Pe5 3 3 4 5 5 4 5 4 5 2 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 2 5 5 5 4 5 3 3 5 4 3 5 5 5 3 5 5 5
Pe6 3 3 5 5 5 4 5 4 5 2 5 5 3 5 4 5 4 4 4 5 5 3 5 4 5 4 4 3 3 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5
Pe 7 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 5 4 3 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3
Pe8 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 4 5 5 4 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4
Pe9 3 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 3
Pe10 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 3 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4
Tpe 31 33 40 44 45 39 43 42 46 36 44 44 39 44 43 47 40 35 46 48 48 35 48 46 46 44 45 36 33 46 45 42 49 46 44 37 46 47 42 97
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5
5 5 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 5
4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 5 4 5 5 3 5 4 5
4 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 4 5
4 5 4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5
4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5
5 4 4 5 5 5 4 5 5 3 5 4 5
5 5 4 5 5 4 4 5 4 3 5 4 5
5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4
45 46 41 48 45 44 41 48 45 34 47 44 49
Pt12 3 3 2 4 4 5 5 3 5 3 4 4 3 5 3 4 4 2 5 4 5 5 4 5
TPt 32 38 40 50 45 48 50 35 48 46 50 45 42 51 49 53 35 44 54 50 56 34 46 52
Jawaban Responden Untuk Variabel Pengetahuan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pt1 2 3 3 5 3 4 4 3 3 4 5 3 4 5 3 4 2 3 4 4 5 2 3 4
Pt2 2 3 4 5 3 4 4 3 3 3 5 3 4 5 3 4 2 4 4 4 5 2 3 4
Pt3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5
Pt4 2 3 4 5 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 5 4 3 5 4 4 5 3 4 4
Pt5 2 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
Pt6 3 3 3 3 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 5 5 5 3 4 5
Pt7 3 4 3 5 3 4 4 2 4 5 4 4 4 4 5 5 2 4 5 4 5 3 4 4
Pt8 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 5 2 4 5 4 5 2 4 4
Pt9 3 3 4 5 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 5 2 4 5 5 5 3 4 4
Pt10 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4
Pt11 2 3 4 4 4 5 5 3 5 3 4 4 5 5 4 4 4 2 4 4 4 2 4 5
98
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
5 4 3 5 4 2 3 4 5 4 4 4 3 4 3 4 5 2 4 3 4 4 5 5 3 4 4 3
5 4 3 5 4 2 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 2 4 3 4 4 5 5 3 4 4 3
4 3 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5
5 3 4 3 3 5 5 4 4 5 4 3 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 5 4 4
4 3 4 3 3 4 5 3 5 4 4 3 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 3 3 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5
4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5
5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 2 2 4 4 3 5 4 4 3 5 4 3 5 4 5 5 4 4 3 5 4 2 5 4 4
5 4 4 2 2 4 4 3 5 4 4 3 5 4 3 5 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4
55 45 47 46 44 43 49 45 53 50 47 47 48 49 46 55 55 47 53 47 55 46 58 54 42 50 50 51
Jawaban Responden Untuk Variabel Skeptisme Profesional 3 4 4 3 4 4 5 3 4 4
3 4 4 3 4 4 4 3 4 3
2 4 5 3 5 4 5 5 4 2
2 3 4 3 4 4 4 4 4 2
3 3 4 2 4 5 5 4 4 4
3 4 5 3 4 5 4 4 5 4
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4
3 3 4 5 5 5 4 5 4 5
3 4 5 5 4 5 5 5 4 4
27 37 43 33 42 44 44 41 41 36 99
3 5 4 3 4 5 4 5 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
5 4 4 3 3 4 4 5 5 4 4 5 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 5
3 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 3 3 4 5 4 5 3 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 5 5 3 4 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 5 4
3 5 4 4 3 5 5 4 4 4 3 5 3 4 4 3 4 4 3 5 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4
5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4
3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5
3 5 5 5 5 4 5 4 4 5 3 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4
4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5
36 46 41 42 37 46 42 43 42 41 38 45 37 44 42 39 44 38 39 40 39 43 39 37 41 39 40 40 40 40 42 43 39 41 41 44 40 42 39 42 43 100
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
42
Jawaban Responden Untuk Variabel Pendeteksian Kerugian Daerah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Pd1 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4
Pd2 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3
Pd3 4 3 3 5 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4
Pd4 2 4 4 5 5 4 5 3 5 4 4 4 2 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4
Pd5 2 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 2 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4
Pd6 2 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4
Pd7 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4
Pd8 2 4 3 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4
Pd9 4 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4
Pd10 2 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5
TPd 30 37 37 46 48 42 44 39 46 39 41 46 39 44 47 47 39 50 46 42 49 40 48 47 47 41 47 41 39 46 47 43 48 48 46 40 101
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5
3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4
4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5
5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5
4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5
5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5
4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5
42 47 49 44 46 44 46 47 45 47 45 46 42 45 49 49
102
Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TPe
52
27
45
39,13
4,512
TPt
52
32
58
47,50
5,779
TSke
52
27
46
40,50
3,293
TPd
52
26
45
40,35
3,890
Valid N (listwise)
52
Hasil Uji Validitas Pengalaman Correlations Pe1 Pearson Correlation Pe1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,250
,340*
,001
,005
52
52
52
52
,418**
1
-,094
Pe10 ,330*
TPe ,586**
,001
,074
,003
,014
,017
,000
52
52
52
52
52
52
52
,508**
,429**
,328*
,436**
,427**
,265
,308*
,607**
,507
,000
,001
,017
,001
,002
,057
,026
,000
52
52
52
52
-,131
-,094
1
,111
,071
,162
,257
-,036
,173
-,054
,245
,354
,507
,435
,614
,250
,066
,801
,219
,703
,080
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,460**
,508**
,111
1
,660**
,560**
,315*
,555**
,353*
,250
,751**
,001
,000
,435
,000
,000
,023
,000
,010
,074
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,386**
,429**
,071
,660**
1
,688**
,320*
,679**
,494**
,436**
,817**
,005
,001
,614
,000
,000
,021
,000
,000
,001
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,437**
,328*
,162
,560**
,688**
1
,394**
,479**
,416**
,433**
,774**
,001
,017
,250
,000
,000
,004
,000
,002
,001
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,250
,436**
,257
,315*
,320*
,394**
1
,444**
,512**
,291*
,648**
Sig. (2-tailed)
,074
,001
,066
,023
,021
,004
,001
,000
,036
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,407**
,427**
-,036
,555**
,679**
,479**
,444**
1
,558**
,513**
,774**
,003
,002
,801
,000
,000
,000
,001
,000
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
*
**
**
**
**
1
,233
,669**
,097
,000
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed) N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
,340
*
,265
,173
,353
Sig. (2-tailed)
,014
,057
,219
,010
,000
,002
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,330*
,308*
-,054
,250
,436**
,433**
,291*
,513**
,233
1
,569**
Sig. (2-tailed)
,017
,026
,703
,074
,001
,001
,036
,000
,097
N Pe10
Pe9
,407**
52
Pearson Correlation
Pe9
,354
,002
Pe8
52
N
Pe8
,002
1
Pe7
52
Pearson Correlation
Pe7
-,131
,437**
52
N
Pe6
Pe6
,386**
52
Pearson Correlation
Pe5
Pe5
,460**
52
N
Pe4
Pe4
52
Pearson Correlation Pe3
Pe3
,418**
Sig. (2-tailed) N
Pe2
Pe2
,494
,416
,512
,558
,000
103
N Pearson Correlation TPe
Sig. (2-tailed) N
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,586**
,607**
,245
,751**
,817**
,774**
,648**
,774**
,669**
,569**
1
,000
,000
,080
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pengalaman (Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid) Correlations Pe1 Pearson Correlation Pe1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pe10
TPe
,418**
,460**
,386**
,437**
,250
,407**
,340*
,330*
,624**
,002
,001
,005
,001
,074
,003
,014
,017
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
1
,508**
,429**
,328*
,436**
,427**
,265
,308*
,640**
,000
,001
,017
,001
,002
,057
,026
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
1
,660**
,560**
,315*
,555**
,353*
,250
,753**
,000
,000
,023
,000
,010
,074
,000
52
52
52
52
52
52
52
1
,688**
,320*
,679**
,494**
,436**
,827**
,000
,021
,000
,000
,001
,000
,418** ,002
52
52
52
,386**
,429**
,660**
,005
,001
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,437**
,328*
,560**
,688**
1
,394**
,479**
,416**
,433**
,768**
,001
,017
,000
,000
,004
,000
,002
,001
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,250
,436**
,315*
,320*
,394**
1
,444**
,512**
,291*
,623**
Sig. (2-tailed)
,074
,001
,023
,021
,004
,001
,000
,036
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,407**
,427**
,555**
,679**
,479**
,444**
1
,558**
,513**
,802**
,003
,002
,000
,000
,000
,001
,000
,000
,000
52
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,340*
,265
,353*
,494**
,416**
,512**
,558**
1
,233
,658**
Sig. (2-tailed)
,014
,057
,010
,000
,002
,000
,000
,097
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,330*
,308*
,250
,436**
,433**
,291*
,513**
,233
1
,593**
,017
,026
,074
,001
,001
,036
,000
,097
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,624**
,640**
,753**
,827**
,768**
,623**
,802**
,658**
,593**
1
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
N Pearson Correlation Pe10 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation TPe
Pe9
,000
N
Pe9
Pe8
,001
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Pe8
Pe7
,508**
N
Pe7
Pe6
52
Pearson Correlation
Pe6
Pe5
,460**
N
Pe5
52
Pe4
52
Pearson Correlation Pe4
1
Sig. (2-tailed) N
Pe2
Pe2
Sig. (2-tailed) N
,000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
104
52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Correlations Pt1 Pearson Correlation Pt1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Pt3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt4
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt5
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt6
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt7
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt8
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt9
1
Sig. (2-tailed) N
Pt3
,939*
Pt4
,070
,128
Pt5
Pt6
Pt7
Pt8
Pt9
Pt10
,137
,563*
,521*
,537*
,508*
,417**
,268
,197
,703**
*
*
*
*
*
Sig. (2-tailed) N
Pt2
Pt2
52 ,939*
Pt11
Pt12
TPt
,000
,620
,365
,332
,000
,000
,000
,000
,002
,055
,161
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,169
,491*
,457*
,501*
,473*
,377**
,248
,126
,678**
*
*
*
*
1
,072
,212
*
,000
,612
,131
,232
,000
,001
,000
,000
,006
,076
,373
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,256 ,498* ,349* ,275*
,132
,170
,354*
,051
,204
,436**
52
52
52
,070
,072
1
*
,620
,612
52
52
52
,128
,212
,256
,067
,000
,011
,049
,352
,229
,010
,718
,147
,001
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
1 ,588*
,175
,257
,240
,238
,138
,429**
,317*
,547**
,000
,216
,066
,087
,089
,329
,002
,022
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
1 ,308* ,335* ,294* ,332*
,314*
,381**
,354**
,629**
*
,365
,131
,067
52
52
52
,137
52
,169 ,498* ,588* *
*
,332
,232
,000
,000
52
52
52
52
52
,563*
,491*
,349*
,175
,308*
*
*
,000
,000
,011
,216
,026
52
52
52
52
52
52
,521*
,457*
,275*
,257
,335*
,646*
*
*
,000
,001
,049
,066
52
52
52
,537*
,501*
*
*
,000
,000
,352
,087
52
52
52
,508*
,473*
*
*
,000
,000
,229
,089
52
52
52
52
,132
,170
,026
,015
,035
,016
,023
,005
,010
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
1
,646*
,716*
,636*
,716**
,290*
,294*
,776**
*
*
*
,000
,000
,000
,000
,037
,035
,000
52
52
52
52
52
52
52
1
,788*
,715*
,486**
,136
,104
,717**
*
*
*
,015
,000
,000
,000
,000
,338
,463
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,240
,294*
,716*
,788*
1
,782*
,455**
,181
-,020
,699**
*
*
*
,035
,000
,000
,000
,001
,199
,889
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,238
,332*
,636*
,715*
,782*
1
,497**
,182
,049
,698**
*
*
*
,016
,000
,000
,000
,000
,198
,730
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
105
Pearson Correlation Pt10
Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Pt11
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pt12
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
TPt
Sig. (2-tailed) N
,417* ,377* ,354*
,138 ,314* ,716* ,486* ,455* ,497*
*
*
,002
,006
,010
,329
52
52
52
52
,268
,248
1
,240
,209
,641**
,086
,137
,000
*
*
*
*
,023
,000
,000
,001
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,051 ,429* ,381* ,290*
,136
,181
,182
,240
1
,697**
,583**
,000
,000
*
*
,055
,076
,718
,002
,005
,037
,338
,199
,198
,086
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,204
,317*
,354*
,294*
,104 -,020
,049
,209
,697**
1
,506**
,197
,126
*
,161
,373
,147
,022
,010
,035
,463
,889
,730
,137
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,703*
,678*
,436*
,547*
,629*
,776*
,717*
,699*
,698*
,641**
,583**
,506**
1
*
*
*
*
*
*
*
*
*
,000
,000
,001
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional Correlations Ske1 Pearson
Ske2
Ske3
Ske4
Ske5
Ske6
Ske7
Ske8
Ske9
Ske10
TSke
,537**
,169
-,096
,432**
,025
,090
,481**
,080
,166
,553**
,000
,230
,500
,001
,861
,527
,000
,574
,239
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,537**
1
,238
-,230
,246
,295*
-,065
,160
-,062
,238
,451**
,089
,100
,078
,034
,647
,256
,661
,089
,001
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,217
,304*
,326*
,238
,349*
,179
,296*
,643**
,122
,028
,018
,089
,011
,203
,033
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
,259
,284*
,411**
,173
,204
,127
,448**
,063
,041
,002
,219
,146
,371
,001
52
52
52
52
52
52
52
1
,412**
,348*
,311*
,323*
,139
,715**
,002
,011
,025
,020
,324
,000
52
52
52
52
52
52
1
Correlation Ske1
Sig. (2-tailed) N Pearson
Ske2
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
Ske3
Sig. (2-tailed)
Pearson
52
,169
,238
,230
,089
52
52
1
52
-,096
-,230
,217
,500
,100
,122
52
1
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
Ske5
52
Correlation
N
Ske4
,000
52
52
,432**
,246
,304*
52 ,259
,001
,078
,028
,063
52
52
52
52
Correlation Sig. (2-tailed) N
52
106
Pearson
,025
,295*
,326*
,284*
,412**
,332*
,163
,102
,133
,551**
,861
,034
,018
,041
,002
,016
,247
,470
,348
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,090
-,065
,238
,411**
,348*
,332*
1
,358**
,094
,168
,516**
,527
,647
,089
,002
,011
,016
,009
,509
,235
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,481**
,160
,349*
,173
,311*
,163
,358**
1
,055
,218
,609**
,000
,256
,011
,219
,025
,247
,009
,700
,121
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,102
,094
,055
1
,093
,389**
,513
,004
1
Correlation
Ske6
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Ske7
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Ske8
Sig. (2-tailed) N Pearson
,080
-,062
,179
,204
,323*
,574
,661
,203
,146
,020
,470
,509
,700
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,166
,238
,296*
,127
,139
,133
,168
,218
,093
1
,466**
,239
,089
,033
,371
,324
,348
,235
,121
,513
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,553**
,451**
,643**
,448**
,715**
,551**
,516**
,609**
,389**
,466**
1
,000
,001
,000
,001
,000
,000
,000
,000
,004
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Correlation
Ske9
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Ske10
Sig. (2-tailed) N Pearson
,000
Correlation TSke
Sig. (2-tailed) N
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah Correlations Pd1 Pearson
Pd2
Pd3
Pd4
Pd5
Pd6
Pd7
Pd8
Pd9
Pd10
TPd
,221
,192
,562**
,470**
,557**
,135
,366**
,244
,260
,641**
,116
,172
,000
,000
,000
,339
,008
,082
,063
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,221
1
-,175
,123
-,008
,080
-,060
,184
,276*
-,088
,239
,215
,383
,958
,574
,674
,192
,048
,534
,088
52
52
52
52
52
52
52
52
52
1
,316*
,496**
,330*
,351*
,323*
,276*
,264
,551**
,023
,000
,017
,011
,020
,048
,059
,000
1
Correlation Pd1
Sig. (2-tailed) N Pearson
Pd2
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
Pd3
,116 52
52
,192
-,175
,172
,215
Correlation Sig. (2-tailed)
107
N Pearson Pd4
Sig. (2-tailed)
Pearson
Sig. (2-tailed)
Pearson
Sig. (2-tailed)
Pearson
Sig. (2-tailed)
Pearson
Sig. (2-tailed)
Pearson
52
52
52
52
52
,562**
,123
,316*
1
,765**
,553**
,170
,618**
,201
,369**
,775**
,000
,383
,023
,000
,000
,229
,000
,154
,007
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,470**
-,008
,496**
,765**
1
,640**
,298*
,539**
,186
,412**
,794**
,000
,958
,000
,000
,000
,032
,000
,188
,002
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,557**
,080
,330*
,553**
,640**
1
,423**
,595**
,252
,632**
,814**
,000
,574
,017
,000
,000
,002
,000
,071
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,135
-,060
,351*
,170
,298*
,423**
1
,287*
,340*
,294*
,503**
,339
,674
,011
,229
,032
,002
,039
,014
,035
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,366**
,184
,323*
,618**
,539**
,595**
,287*
1
,335*
,499**
,767**
,008
,192
,020
,000
,000
,000
,039
,015
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,244
,276*
,276*
,201
,186
,252
,340*
,335*
1
,228
,509**
,082
,048
,048
,154
,188
,071
,014
,015
,104
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,412**
,632**
,294*
,499**
,228
1
,617**
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
Pd10
52
Correlation
N
Pd9
52
Correlation
N
Pd8
52
Correlation
N
Pd7
52
Correlation
N
Pd6
52
Correlation
N
Pd5
52
,260
-,088
,264
,369**
,063
,534
,059
,007
,002
,000
,035
,000
,104
52
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,641**
,239
,551**
,775**
,794**
,814**
,503**
,767**
,509**
,617**
1
,000
,088
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Correlation TPd
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
108
52
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah (Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid) Correlations Pd1 Pearson Correlation Pd1
,192
Sig. (2-tailed)
,172
,000
,000
52
52
1
,316*
Pd9
Pd10
TPd
,135
,366**
,244
,260
,622**
,000
,339
,008
,082
,063
,000
52
52
52
52
52
52
52
,496**
,330*
,351*
,323*
,276*
,264
,594**
,023
,000
,017
,011
,020
,048
,059
,000
52
52
52
52
,562**
,316*
1
,765**
,553**
,170
,618**
,201
,369**
,775**
,000
,023
,000
,000
,229
,000
,154
,007
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,470**
,496**
,765**
1
,640**
,298*
,539**
,186
,412**
,816**
,000
,000
,000
,000
,032
,000
,188
,002
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,557**
,330*
,553**
,640**
1
,423**
,595**
,252
,632**
,822**
,000
,017
,000
,000
,002
,000
,071
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,135
,351*
,170
,298*
,423**
1
,287*
,340*
,294*
,526**
Sig. (2-tailed)
,339
,011
,229
,032
,002
,039
,014
,035
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,366**
,323*
,618**
,539**
,595**
,287*
1
,335*
,499**
,758**
,008
,020
,000
,000
,000
,039
,015
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,244
,276*
,201
,186
,252
,340*
,335*
1
,228
,478**
Sig. (2-tailed)
,082
,048
,154
,188
,071
,014
,015
,104
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Pearson Correlation
,260
,264
,369**
,412**
,632**
,294*
,499**
,228
1
,647**
Sig. (2-tailed)
,063
,059
,007
,002
,000
,035
,000
,104
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
,622**
,594**
,775**
,816**
,822**
,526**
,758**
,478**
,647**
1
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N
N Pearson Correlation TPd
,172
Pd8
52
N
Pd10
Pd7
52
Pearson Correlation
Pd9
,192
,557**
52
N
Pd8
Pd6
,470**
52
Pearson Correlation
Pd7
Pd5
,562**
52
N
Pd6
Pd4
52
Pearson Correlation
Pd5
52
Pearson Correlation
N
Pd4
1
Sig. (2-tailed) N
Pd3
Pd3
Sig. (2-tailed) N
,000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
109
52
Realibilitas Pengalaman Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
,871
9
Realibilitas Pengetahuan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
,855
12
Realibilitas Skeptisme Profesional Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
,717
10
Realibilitas Pendeteksian Kerugian Daerah Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha ,852
9
Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,742a
,551
,522
2,688
a. Predictors: (Constant), TSke, TPt, TPe b. Dependent Variable: TPd
Hasil Uji F ANOVAa Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
424,877
3
141,626
Residual
346,893
48
7,227
Total
771,769
51
F 19,597
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: TPd
110
b. Predictors: (Constant), TSke, TPt, TPe
Hasil Uji t Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B (Constant)
Std. Error 6,139
5,266
TPe 1 TPt
,248
,116
,288
TSke
,267
Beta
Tolerance
VIF
1,166
,249
,287
2,127
,039
,513
1,948
,089
,428
3,236
,002
,534
1,872
,118
,226
2,258
,029
,935
1,070
a. Dependent Variable: TPd
Hasil Uji Heteroskedastisitas
111
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
52 Mean Std. Deviation
,0000000 2,60802949
Absolute
,055
Positive
,055
Negative
-,052
Kolmogorov-Smirnov Z
,395
Asymp. Sig. (2-tailed)
,998
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
112