DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Ganjar Utomo NIM. 3250405016
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :
Hari
: Senin
Tanggal
: 10 Januari 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Puji Hardati, M.Si NIP. 195810041986032001
Rahma Hayati, S.Si.M.Si NIP. 197206241998032003
Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso M.Si. NIP. 196209041989011001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Uiversitas Negeri Semarang pada :
Hari
: 24 Januari 2011
Tanggal
: Senin
Penguji Skripsi
Drs. Haryanto, M.Si NIP. 196203151989011001
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Puji Hardati, M.Si NIP. 195810041986032001
Rahma Hayati, S.Si.M.Si NIP. 197206241998032003
Mengetahui : Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M. Pd. NIP. 195108081980031003
iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 24 Januari 2011
Ganjar utomo NIM. 3250405016
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Jika ada kemungkinan pada kita untuk gagal, maka ada kemungkinan pada kita untuk berhasil. Berfokuslah pada hal-hal yang memberhasilkan, lalu perhatikan apa yang terjadi. Mario Teguh Mengapa kita sering jatuh, karena kita dilatih untuk bangkit Ganjar Utomo
PERSEMBAHAN Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karyaku ini kepada : 1. Keluargaku tercinta, Bapak Agus Rachman Dharma dan Ibu Rahayu Setyarsih (alm) atas semua doa, perhatian dan kasih sayang yang engkau berikan. 2. Semua keluarga besarku. 3. Praemurdia Ariti buat semua doa dan dukungannya. 4. Mbak Pipin terima kasih untuk motivasi dan perhatiannya. 5. Teman geografi S1 angkatan 2005.
v
PRAKATA
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan, sehingga skripsi yang berjudul
“Distribusi Spasial
Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen” ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh pendidikan. 2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas ijin penelitian yang telah diberikan. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Dra. Puji Hardati, M.Si, Dosen Pembimbing pertama yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi. 5. Rahma Hayati, S.Si.M.Si, Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi.
vi
6. Drs. Haryanto, M.Si, Dosen Penguji utama atas bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Geografi, terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan. 8. Seluruh Karyawan Jurusan Geografi, untuk kerjasama dan bantuannya selama empat tahun ini. 9. Keluarga Besarku, terima kasih untuk dukungan, kasih sayang, pengertian dan perhatianmu. 10. Teman-teman Geografi angkatan 2005, kalian adalah keluargaku yang membantu aku sampai terselesainya skripsi ini. 11. Theo, Hanung, Lele, Bowo, Aas, Ibnu Bayu, Jatu, Kendil terima kasih buat jasa-jasa kalian. 12. Seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon atas informasi yang telah diberikan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, terima kasih untuk dukungan dan bantuannya. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga jasa baik mereka mendapatkan balasan yang berlipat dari-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, 24 Januari 2011
Ganjar utomo
vii
SARI Ganjar Utomo. 2011. Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Kata kunci: Distribusi Spasial Lokasi, Pedagang Kaki Lima Fenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa kota di Indonesia. Keadaan tersebut terkait dengan jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung di sektor formal mengharuskan mereka terjun ke sektor informal pedagang kaki lima untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kota Sragen yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah tidak lepas dari keberadaan pedagang kaki lima. Kelurahan Sragen Kulon salah satu wilayah Kabupaten Sragen yang dilewati jalan Solo-Ngawi merupakan daerah konsentrasi pedagang kaki lima. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persebaran lokasi pedagang kaki lima, apa jenis dagangan pedagang kaki lima, berapa besarnya sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima, mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima, mengetahui besarnya sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon, yaitu sebanyak 53 orang. Penelitian ini termasuk penelitian populasi yaitu seluruh populasi merupakan sampel penelitian. Subyek dari penelitian ini adalah pedagang kaki lima. Variabel penelitian meliputi persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima, jenis dagangan pedagang kaki lima, sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga. Data dikumpulkan menggunakan metode angket dan dianalisa dengan menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran pedagang kaki lima yang berada di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang mengikuti jalan utama kota Sragen. Lokasi pedagang kaki lima Kelurahan Sragen Kulon tersebar di delapan dukuh, Dukuh Beloran berjumlah 30 orang (56,6%), Dukuh Mojosari 5 orang (9,43%), Dukuh Jetis 1orang (1,89%), Dukuh Mojomulyo 4 orang (7,55%), Dukuh Kuwungsari sebanyak 4 orang (7,55%), Dukuh Ringin Anom 1 orang (1,89%), Dukuh Talangrejo sebanyak 6 orang sebanyak (11,32%), Dukuh Cantelkulon sebanyak 2 orang (3,77%). Jenis dagangan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon di dominasi paling banyak jenis makanan dengan 39 orang sebagai pedagang kaki lima jenis makanan (73,6%), diikuti jenis dagangan non makanan sebanyak 7 jenis (13,2%), jasa pelayanan sebanyak 7 jenis (13,2%). Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga ratarata sebesar 68,68 % dari seluruh pendapatan keluarga yang mereka peroleh. Berdasar uraian diatas penulis memberikan kesimpulan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon sebagian besar berada di Dukuh Beloran sebanyak 30 orang (56,6%). Hal ini terjadi karena lokasi Beloran yang dekat
viii
dengan pusat pemerintahan dan perekonomian. Jenis dagangan yang dijual didominasi oleh jenis dagangan makanan yaitu sebanyak 32 orang (73,6%), Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga sebesar 68,68 %. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima perbulan adalah Rp 1.166.000,00, oleh karena itu peneliti memberikan saran, Pedagang kaki lima masih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan tentang tempat-tempat yang diperbolehkan untuk berdagang supaya tidak mengganggu ketertiban.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN.......................................................................... iii PERNYATAAN .................................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ v PRAKATA........................................................................................................... vi SARI .................................................................................................................. viii DAFTAR ISI......................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1 B. Permasalahan...............................................................................................5 C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5 D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6 E. Penegasan Istilah .........................................................................................7 F. Sistematika Skripsi ......................................................................................8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Distribusi Spasial Lokasi...........................................................................10 B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi .....................................................12 C. Pedagang Kaki Lima .................................................................................15 1. Pengertian Pedagang Kaki Lima ........................................................15 2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima ....................................................17 3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima ..................................................19 4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga ...20 5. Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan..................22
x
D. Pendapatan Keluarga .................................................................................25 1. Pengertian Pendapatan .......................................................................25 2. Penggolongan Pendapatan..................................................................25 3. Pendapatan Keluarga..........................................................................27 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................28 B. Lokasi Penelitian .......................................................................................29 C. Variabel Penelitian ....................................................................................29 D. Jenis Data...................................................................................................31 E. Metode Pengumpulan Data .......................................................................32 F. Tehnik Analisis Data .................................................................................33 G. Langkah-langkah Penelitian ......................................................................34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian..........................................................................................36 B. Pembahasan ...............................................................................................74 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................78 B. Saran ..........................................................................................................79 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80 LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan ........................... 24 2. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008 ................... 41 3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008...................... 42 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 .................................................... 44 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 ................................. 45 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008................................. 46 7. Jumlah dan Persebaran PKL di Kabupaten Sragen ..................................... 48 8. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 .................................................................................................. 51 9. Persebaran Relatif PKL di Kelurahan Sragen Kulon................................... 52 10. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Menurut Jalan .......................................................................... 52 11. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Menurut Tempat Berdagang di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010........................................................... 54 12. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 .................................................................................................. 57 13. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Sarana Fisik Berdagang di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010.......................................................... 58 14. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Menurut Waktu Berdagang di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010........................................................... 59 15. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ......................................................... 60 16. Jenis Pekerjaan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ........................................................................... 61 17. Pendapatan Pokok Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 .......................................................................... 62
xii
18. Pendapatan Sampingan Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ..................................................... 63 19. Pendapatan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ..................................................... 63 20. Pendapatan Keluarga Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ........................................................................... 64 21. Umur Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ...... 66 22. Jenis Kelamin Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ................................................................................................. 67 23. Tingkat Pendidikan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 .................................................................................................. 68 24. Status Perkawinan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 .................................................................................................. 69 25. Daerah Asal Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ................................................................................................ 71 26. Lama Usaha Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ................................................................................................ 72 27. Jumlah Anak dan Tanggungan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ..................................................... 72 28. Jumlah Anak Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 yang Bersekolah ...................................................................... 73
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Peta Administrasi Kelurahan Sragen Kulon .................................................. 38 2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon ........................................ 40 3. Peta Jumlah Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen............................... 49 4. Peta Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima ............................................... 55
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Instrumen Penelitian .................................................................................... 83 2. Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kaki Lima............................................. 87 3. Data Hasil Penelitian Identitas Pedagang Kaki Lima .................................. 88 4. Data Hasil Penelitian Jenis dagangan dan Lokasi Pedagang Kaki Lima..... 90 5. Data Hasil Penelitian Pendapatan Keluarga ................................................ 91 6. Status Kepemilikan Rumah Tangga Pedagang Kaki Lima.......................... 93 7. Surat Ijin Penelitian...................................................................................... 94 8. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian............................................................... 95
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara
Indonesia
ialah
Negara
agraris
yaitu
Negara
yang
menggantungkan sektor pertanian sebagai kekuatan dalam bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Pada tahun 1994 sebanyak 63,66 persen penduduk indonesia terserap dalam sektor ini untuk menggantungkan kondisi ekonominya (Anoraga, 2004:44). Akan tetapi kondisi sekarang ini sektor pertanian tidak dapat lagi diandalkan karena semakin menyempitnya lahan pertanian. Menurut Direktur Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian Jafar Hasnah
dalam
kurun waktu 3 tahun lahan
pertanian seluas 610.596 ha yang ada di negeri ini telah banyak digunakan atau dibangun pabrik maupun perumahan-perumahan dan serta makin meningkatnya pembangunan fasilitas umum yang ada semakin banyak seperti halnya gedung bioskop, rumah sakit, maupun pusat perbelanjaan yang ada pada saat ini (Kompas, 17 Mei 2004). Lapangan kerja di sektor formal umumnya menjadi prioritas penduduk dalam menggantungkan kebutuhan hidupnya, namun karena terbatasnya skill dan tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat sulit untuk bersaing di bidang formal (Prajanto, 2009:34).
1
2
Menurut
Wakil
Presiden
Indonesia
Boediono,
rata-rata
laju
pertumbuhan penduduk selama satu dasawarsa terakhir ini sebesar 1,14 persen, fakta ini akan mempunyai implikasi luas bagi program-program pembangunan. Sebab, perkembangan kuantitatif tidak seimbang dengan perkembangan kualitatif, pertumbuhan penduduk tidak sesuai dengan pertumbuhan lapangan kerja yang ada (Koran Tempo, 21 Juli 2010). Semakin sulitnya memperoleh pekerjaan di dalam sektor formal yang menuntut adanya keahlian atau ketrampilan yang lebih membuat daya saing dalam memperoleh pekerjaan semakin ketat serta bertambahnya angkatan kerja yang meningkat tiap tahunnya mempersempit peluang kerja yang ada (Daldjoeni, 2003:225). Untuk itu masyarakat beralih pada sektor lain dalam menggantungkan kondisi ekonominya, yaitu sektor informal. Salah satunya adalah sebagai pedagang kaki lima karena sektor ini tidak memerlukan keahlian khusus, modal kecil, tidak hanya bergantung pada faktor alam dan tentunya tidak memerlukan lahan yang luas. Pedagang kaki lima merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, karena pedagang kaki lima secara pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur (Alma, 2004:119). Fenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa kota di Indonesia. Hal ini terjadi karena sektor formal yang tidak mampu menampung jumlah angkatan kerja, sehingga banyak yang beralih ke sektor informal pedagang kaki lima. Di Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang sektor ini mampu menampung 1453 angkatan kerja untuk
3
menjadi pedagang kaki lima (Astriyanto, 2010 : 34), sedangkan di Kabupaten Sukoharjo khususnya di Alun-alun kota, sektor ini mampu menampung 68 angkatan kerja (Prajanto, 2009 : 25). Kelurahan Sragen Kulon berada di sepanjang jalur utama SoloSurabaya merupakan tempat yang strategis. Lokasi yang strategis ini merupakan salah satu potensi bagi perkembangan usaha pedagang kaki lima, karena keberadaan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon dapat memberikan layanan bagi pengguna jalur utama tersebut, baik yang bersifat lokal maupun interlokal. Perkembangan usaha pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon didukung oleh berkembangnya pembangunan fisik yang terjadi di wilayah ini, seperti pembangunan kantor-kantor pemerintahan, bank, pusat perbelanjaan, sehingga pedagang kaki lima dapat menyediakan layanan bagi pegawai atau karyawan dengan berjualan makanan, minuman dan sebagainya. Disamping itu penggunaan lahan di wilayah Kelurahan Sragen Kulon yang seluruhnya berupa pemukiman penduduk juga mendukung keberadaan pedagang kaki lima, karena selain karyawan atau pegawai kantoran pedagang kaki lima juga dapat melayani penduduk setempat di Kelurahan ini. Perkembangan usaha pedagang kaki lima juga makin bertambah jumlahnya sebab untuk memasuki sektor ini sangatlah mudah, karena menjadi pedagang kaki lima tidaklah harus memiliki ketrampilan khusus atau lebih dan berpendidikan tinggi, hal inilah yang menjadikan penduduk yang tidak terserap dalam sektor formal memilih menjadi pedagang kaki lima sebagai mata pencahariannya. Kegiatan sebagai
4
usaha pedagang kaki lima ini tentunya dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga bagi penduduk di Kelurahan Sragen Kulon. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh seseorang tergantung pada besarnya pendapatan yang diperoleh. Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon tersebar di beberapa tempat. Mereka berjualan di tempat yang dianggap strategis dan menghasilkan keuntungan. Para pedagang ini ada yang berjualan tanpa mengindahkan peraturan daerah yang terkait, sehingga tampak sebagai pemandangan yang kumuh, kotor dan mengurangi nilai estetika kota. Untuk itu perlu adanya identifikasi terhadap keberadaan lokasi pedagang kaki lima yang dimana nantinya hasil identifikasi tersebut untuk mengetahui sebaran lokasi pedagang kaki lima yang diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk pemerintah daerah yang terkait dalam menentukan kebijakan dalam upaya penataan lokasi pedagang kaki lima atau relokasi, sehingga keberadaan pedagang kaki lima yang tadinya mengurangi keindahan kota dapat dimanfaatkan sebagai penghias kota dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata apabila ditata dengan baik. Berdasarkan dari latar belakang di atas tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen“.
5
B. Permasalahan Dengan melihat latar belakang penelitian seperti di atas, maka penelitian ini ingin mengungkapkan secara mendalam tentang pedagang kaki lima yang membuka lokasi usahanya di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Untuk menjelaskan arah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan penelitian tersebut kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ? 2. Apa jenis dagangan pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ? 3. Berapa besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. 2. Mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. 3. Mengetahui besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan
6
keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan informasi tentang pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. 2. Manfaat Bagi Pembangunan Dari penelitian ini diharapkan akan menambah atau memberikan sumbangan yang positif bagi pembangunan daerah, karena dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. a. Dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan dalam bidang perdagangan oleh pemerintah daerah agar penetapan lokasi untuk kawasan pedagang kaki lima dapat dilakukan secara tepat. b. Diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan lokasi pedagang kaki lima di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. c. Memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
pemerintah
pemerintah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
terutama
7
3. Manfaat Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.
E. Penegasan Istilah Penegasan istilah diperlukan untuk memahami penulisan ini supaya tidak terjadi penyimpangan arti dan dapat menjadi satu kesatuan utuh. Berikut penegasan istilah dalam penelitian ini. 1. Distribusi Penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat (Depdiknas, 2008 : 360). 2. Spasial Berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008 : 1499). 3. Lokasi Letak atau tempat (Depdiknas, 2008 : 941). 4. Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusatpusat konsumen, tidak memliki izin usaha (Alma, 2004 : 120). 5. Distribusi Spasial Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Berdasar pengertian istilah diatas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud distribusi spasial pedagang kaki lima dalam penelitian ini
8
adalah Persebaran pedagang kaki lima pada suatu wilayah menurut kondisi fisik, sosial di Kelurahan Sragen Kulon.
F. Sistematika Skripsi Sistematika penulisan laporan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Bagian ini berisi tentang judul skripsi, abstrak, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel. 2. Bagian Isi Bagian ini mencakup lima bab yang terdiri sebagai berikut. BAB I Pendahuluan Dalam bab ini berisi gambaran keseluruhan isi skripsi yaitu latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini merupakan kajian pustaka yang membahas teori-teori yang sesuai dengan permasalahan skripsi ini. BAB III Metode penelitian Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, diagram alir penelitian, penyusunan instrumen, informan dan metode analisis data.
9
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini berisi deskripsi dan hasil penelitian. BAB V Penutup Pada bab ini berisi simpulan dan saran penelitian. 3. Bagian Akhir Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang turut mendukung skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini di jelaskan mengenai penjabaran tentang distribusi spasial lokasi, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga. Semua penjabaran tersebut sesuai dengan teori-teori yang sudah dijelaskan. Untuk lebih jelasnya peneliti akan menjabarkan satu per satu teori yang berhubungan dengan distribusi spasial atau persebaran, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga.
A. Distribusi Spasial Lokasi Dalam Geografi Menurut
Depdiknas
(2008:360)
distribusi
mempunyai
arti
penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat, sedangkan kata spasial berasal dari bahasa Inggris yaitu space yang berarti ruang atau tempat. Dalam bahasa Indonesia kata spasial memiliki makna berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008:1499) dan lokasi sendiri mempunyai arti letak atau tempat (Depdiknas, 2008:941). Studi geografi menelaah benda, gejala dan masalah kehidupan dalam ruang (space) yang menyangkut lokasi, penyebaran dan interaksinya (interaksi keruangan) satu sama lain. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ruang tidak lain adalah bagian permukaan bumi yang meliputi daratan (litosfer), air (hidrosfer) dan lapisan udara (atmosfer). Wujud ruang di permukaan bumi berbentuk tiga dimensi, bentangannya berupa daratan dan perairan sedangkan kearah vertikal berupa lapisan udara. Dalam ruang inilah berlokasinya benda-benda dan
10
11
gejala yang berinteraksi satu sama lain (Sumaatmadja, 1988:13). Dari pengertian berbagai sumber tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan distribusi spasial lokasi adalah persebaran lokasi yang menekankan keberadaannya pada ruang. Keberadaannya dalam ruang yang dimaksud dalam penelitian disini adalah bagaimana pola persebaran lokasi, dimana lokasi persebaran pedagang kaki lima berada dalam suatu ruang. Geografi mempunyai berbagai pendekatan dalam mendekati atau menghampiri masalah geografi. Dalam mendekati dan menganalisis gejala permasalahan atau fenomena kajian geografi dapat digunakan pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan wilayah (Bintarto dan Surastopo,
1978:
12).
Pendekatan
geografi
yang
berkaitan
dalam
penyelesaian permasalahan ini adalah pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Keberadaan ruang dalam geografi dapat dipandang dalam struktur ruang (spatial structure), pola ruang (spatial pattern) dan proses (spatial process). Adapun elemen elemen dalam ruang dapat disimpulkan dalam tiga bentuk utama yaitu kenampakan titik (point features), kenampakan garis(line features) dan kenampakan bidang (areal features) (http://hestyborneo.blogspot.com). Dalam analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data). Yang digolongkan dalam data titik disini adalah data keberadaan lokasi pedagang kaki lima dan penggunaan lahan (Bintarto dan Surastopo, 1978: 13).
12
B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005: 122). Adapun teori lokasi usaha menurut para ahli adalah sebagai berikut. 1. Teori lokasi usaha menurut Von Thunen Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh harga penjualan, biaya produksi dan biaya antar lokasi pertanian dan daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat dinyatakan dalam model K= N - ( P + A) dimana K adalah keuntungan, N adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan tertentu (misalnya hektar), P adalah biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan (Von Thunen dalam Prasetyo, 2003: 37).
13
2. Teori Lokasi usaha menurut Weber Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Menurut Weber, ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Karena lokasi yang ideal jarang terdapat, lantas faktor yang paling menentukan berdirinya pabrik itu, orientasi khusus ke bahan mentah, tenaga kerja, pasar (Daldjoeni, 2003: 168). 3. Teori lokasi pendekatan pasar Losch Losch dalam bukunya Economics of location terbitan 1954 mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan ini, Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar (Tarigan, 2005: 145).
14
4. Teori lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, penentuan lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor-faktor penentu lokasi, artinya masih banyak faktorfaktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi), sumber energy (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut. Setiap faktor kemudian dirangking menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dilokasikan. Setelah itu dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu skor di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai skor terbesar yang dipilh sebagi lokasi (Both, Terry dan Rawstron dalam Prasetyo, 2003: 34). 5. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan dimana lokasi suatu kegiatan produksi itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industry secara komprehensif, diperlukan gabungan dari
15
berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu. Apabila hendak membangun atau mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun keinginan para pemberi dana (bank), pengusaha juga harus melakukan studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk melihat bahwa proyek itu tidak hanya memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan (Tarigan, 2005: 150).
C. Pedagang Kaki Lima Untuk memberikan gambaran mengenai pedagang kaki lima, berikut ini
akan
disajikan
mengenai
pengertian
PKL,
karakteristik
PKL,
penggolongan PKL, sumbangan PKL terhadap pendapatan keluarga. 1. Pengertian Pedagang Kaki Lima P e d a g a n g k a ki lim a a d ala h pe da ga n g ya n g m ela k u ka n u sa ha ata u k e g ia ta n n y a, y aitu be rju ala n di ka k i lim a a ta u trotoa r ya n g da h ulu b e ru k u ra n le b a r k u ra n g da ri lim a k a ki, da n biasan ya m e n ga m b il te m p at
16
ata u lo k a si d i d a e ra h -dae ra h k e ra m a ia n u m u m se p e rti di de p a n p e rto k o a n ,
p asa r,
se k ola ha n,
ge d u n g
bio sk o p,
dan
la in -la in
(N u rh a n afian sy a h , 1 9 9 4 : 6). Sedangkan Alma (2004 :120) memberikan pengertian lain tentang pedagang kaki lima, yaitu setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha; D e fin isi lain tentang pengertian pedagang kaki lima menurut Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 11 tahun 2000 yang tertera pada pasal 1 tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana yang mudah dibongkar pasang/dipindahkan serta mempergunakan bagian jalan/trotoar, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha atau tempat lain yang bukan miliknya. M e n u ru t Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, Pedagang Kaki Lima adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan menggunakan
bagian
jalan/trotoar
dan
tempat-tempat
untuk
kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya. P e d a g a n g kaki lima sangat popular di Negara kita. Kepopuleran pedagang kaki lima ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dampak positifnya secara pasti di sektor ini pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini
17
mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat barang, harga yang murah, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli oleh-oleh buat keluarganya di rumah. Sedang dampak negatifnya adalah pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan. Dimana ada pedagang kaki lima, disana pasti timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah (Alma, 2004 : 119). 2. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima bermula tumbuh dan berkembang dari adanya krisis moneter yang melanda secara berkepanjangan yang menimpa Indonesia pada tahun sekitar 1998 dimana salah satunya mengakibatkan terpuruknya kegiatan ekonomi. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup, serta sulitnya menembus sektor formal, menuntut masyarakat dengan modal dan kemampuan terbatas untuk menjadi pedagang kaki lima (Surya, 2006 : 33). Salah satu karakteristik sektor informal adalah cenderung menggunakan sumber daya lokal dan tidak memiliki ijin resmi sehingga keberadaan usaha sektor informal sangat beraneka ragam dan berkembang karena untuk memasuki usaha ini relatif mudah dan sederhana. Adapun usaha-usaha sektor informal adalah seperti pedagang kaki lima, pedagang eceran, pedagang keliling dan lain-lain (Herlianto, 1986 : 133).
18
Menurut Simanjuntak (1989 : 44) karakteristik pedagang kaki lima dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Aktivitas usaha yang relatif sederhana dan tidak memiliki sistem kerja sama yang rumit dan pembagian kerja yang fleksibel. 2. Skala usaha relatif kecil dengan modal usaha, modal kerja dan pendapatan yang umumnya relatif kecil. 3. Aktivitasnya tidak memiliki ijin usaha. Pedagang kaki lima mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dari sektor informal. Ciri-ciri pedagang kaki lima menurut Alma (2004:121) adalah: (1) kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, (2) tidak memiliki surat ijin usaha, (3) tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja, (4) bergerombol di trotoar, atau tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana banyak orang ramai, (5) menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen. Sedangkan m en u rut Abidin (1989 : 57) p e d a g a n g k a k i lim a m e m p u n ya i ciri-c iri yaitu seb a gai be rik ut. 1.
Kelompok ini merupakan pedagang yang terkadang juga menjadi produsen sekaligus, misalnya pedagang makanan dan minuman yang dimasak sendiri.
2.
Perkataan pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka umumnya menjajakan barang-barang dagangannya pada gelaran tikar atau pinggir-pinggir jalan, atau di muka toko yang dianggap strategis.
3.
Pedagang kaki lima biasanya menjual barang eceran.
19
4.
Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil bahkan tidak jarang mereka merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan jerih payah.
5.
Pada umumnya pedagang kaki lima merupakan kelompok marginal bahkan adapula yang tergolong kelompok submarginal.
6.
Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima mengkhususkan diri dalam penjualan barangbarang cacat sedikit dengan harga yang lebih murah.
7.
Omset penjualan pedagang kaki lima ini umumnya tidak besar.
8.
Para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.
9.
Kasus dimana pedagang kaki lima berhasil secara ekonomis sehingga akhirnya dapat menaiki tangga dalam jenjang hirarki pedagang sukses agak langka atau jarang terjadi.
10. Barang yang ditawarkan pedagang kaki lima biasanya tidak standar dan “shifting” jenis barang yang diperdagangkan seringkali terjadi. 11. Tawar menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi diri yang khusus usaha perdagangan para pedagang kaki lima. 12. Terdapat jiwa kewiraswastaan yang kuat. 3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima Menurut McGee dan Yeung dalam Surya (2006:34) mengatakan bahwa pedagang kaki lima dapat dibedakan berdasar jenis dagangan yang mereka jual. Jenis dagangan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang kaki lima tersebut
20
beraktivitas. Sebagai contoh di kawasan perdagangan, maka jenis dagangannya beranekaragam seperti makanan atau minuman, kelontong, pakaian dan lain-lain. Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima secara umum oleh McGee dan Yeung dapat dibagi menjadi: 1. B ahan m e n ta h m aka n a n d a n m a kanan se te n ga h jadi (Unprocessed and semiprocessed foods) T erm a s u k pada jenis d a gangan ini ada lah b a h a n m e n ta h m ak a n a n se p erti d ag in g, b u a h d a n sa y uran. S elain itu juga da p a t berupa ba ra n g -b a ra n g se te n ga h ja d i se pe rti beras. 2. M a kanan sia p saji ( Prepared food) T erm as u k
da la m
je n is d a ga n g a n in i beru pa
m in u m an y a ng telah d im a sa k dan lang su n g m aupun
dib a w a
m a k a na n
atau
disajik an d ite m pat
p u lang. P e n y e baran fisik P K L in i bia sa n y a
ce n de rung m e n ge lom p o k d a n h o m o g e n den gan ke lo m p ok m ereka. 3. N o n m akanan (Non foods) Jen is bara n g da ga n ga n ya ng tida k beru pa m aka na n. C o nto hn ya adala h m ulai da ri te k stil sam pai de n ga n o bat -o b atan. 4. Ja sa pelayanan (Services) Ja sa pelayanan y an g dip e rdaga ng kan adalah jasa peroran gan, seperti tuka n g m em b u a t kunci, tu k an g m e m bu at pigura, repara si ja m dan lain -la in. 4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga Sumbangan
merupakan
persamaan
dari
kontribusi,
yaitu
mempunyai andil atau mempunyai sumbangan (D e p dik na s, 2 0 0 8 : 8 0 6 ).
21
S u m b a n g a n y a itu se sua tu ya n g b eru p a pikira n, ide, te n a ga, m ate rial, da n k e u a n g a n y a n g d ib e rika n ke pa d a pih a k lain de n ga n tujua n u ntu k m e rin g a n k a n b e b a n y an g d ita n g gu n g (D e p dik n as, 2 0 0 8 : 1 1 0 1 ). S u m b a n g a n p e d a g a n g ka k i lim a te rha da p pe n da pa ta n kelua rga d a p at d ia rtik a n , se b e ra p a b esarka h a n d il pe n d a pata n pe da ga n g ka ki lim a te rh a d a p p e n d a p ata n k e lu a rga de n ga n tujua n m erin ga n ka n be b a n ya n g d ita n g g u n g k elu a rg a. K e m a k m u ra n masyarakat sangat ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan dan konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Biasanya pendapatan yang rendah dapat menyebabkan orang atau masyarakat tersebut berada dalam garis kemiskinan. Dalam keluarga yang makmur dapat ditentukan dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya. P e ra n a n pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga diwujudkan dalam presentase yaitu dengan membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan jumlah keseluruhan pendapatan keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% , sehingga ditemukan hasil sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga dalam presentase. Cara untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan keluarga adalah sebagai berikut. a. Mencari terlebih dahulu pendapatan pedagang kaki lima dengan cara menjumlahkan pendapatan pokok dari berdagang kaki lima dan pendapatan sampingan selain menjadi pedagang kaki lima.
22
b. Setelah diketahui pendapatan pedagang kaki lima seperti diatas, kemudian mencari pendapatan keluarga dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan. Setelah itu, membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan, Maka ditemukan besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga. c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rumus Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (SPKL), sebagai berikut.
Dimana SPKL adalah Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Sari, 2008:33) 5. Hasil Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan Penelitian tentang pedagang kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya, yang di lihat mulai dari judul penelitian, tujuan, metode dan hasil penelitian digunakan peneliti untuk memperluas kajian pustaka. Mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di sajikan pada Tabel 1. Penelitian yang dilakukan (Surya, 2006:76) di Semarang untuk menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit dr.Karyadi. Peneliti membagi pedagang kaki lima berdasar jenis dagangan yaitu pedagang kaki lima dengan jenis buah-buahan, pedagang kaki lima
23
dengan jenis makanan, pedagang kaki lima dengan jenis non makanan, pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan melalui pengamatan lapangan wawancara dan persebaran angket. Dari analisa data dapat diperoleh hasil bahwa lokasi yang paling diminati pedagang kaki lima adalah di jalan dr.Karyadi dan didominasi oleh jenis makanan. Joko Prajanto melakukan penelitian pada tahun 2009 tentang faktor yang mempengaruhi pendapatan dan profil pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo. Dari analisa data dapat diperoleh bahwa status pedagang kaki lima sebagian besar sudah berumah tangga dan sebagian besar berpendidikan SLTA. Adapun pendapatan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja (Prajanto, 2009:87). Penelitian yang dilakukan oleh (Astriyanto, 2010:72) di Sekaran Kecamatan Gunungpati Kabupaten Semarang adalah mengetahui dan menganalisis kondisi infrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kondisi infrastruktur menuju lokasi usaha adalah bagus, tingkat keamanan 75 persen sudah aman, dan pemakaian tenaga kerja sudah tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
24
Tabel 1. Beberapa Penelitian Pedagang Kaki Lima Lainnya Nama dan Tahun Tema Penelitian Tujuan
Metode
Hasil Penelitian
Joko Prajanto Tugas Akhir (2009)
Analisis profil dan persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo
1. Analisis profil demografi sosial ekonomi 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan
Populasi: pedagang kaki lima di alunalun sukoharjo Sampel: menggunakan total sampling area, 68 sampel Variabel: sosial demografi, sosial ekonomi, jenis kegiatan usaha. Analisis data: tabulasi silang dan statistik
1. Sosial demografi dan ekonomi: sebagian besar berstatus kawin dan berpendidikan SLTA, modal rata-rata Rp.466.435,2. Pendapatan pedagang kaki lima dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja
Octora Lintang Surya Skripsi (2006)
Kajian karakteristik berlokasi pedagang kaki lima di kawasan sekitar fasilitas kesehatan (studi kasus di rumah sakit dr.Karyadi Semarang)
Menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit dr.Karyadi
Populasi: pedagang kaki lima di sekitar RS dr.Karyadi. Sampel menggunakan proportional stratified random sampling, 48 sampel. Variabel:sosial demografi, sosial ekonomi, pola penyebaran pkl, jenis barang dagangan. Analisis data: deskripsi dan kuantitatif
1. Lokasi yang diminati pkl adalah di jalan dr.Karyadi dan tempat yang diminati adalah trotoar. 2. Jenis dagangan di dominasi oleh jenis makanan
Teguh Astriyanto skripsi (2010)
Analisis lokasi usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
1. Mengetahui profil usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang 2. Mengetahui dan menganalisis kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja
Populasi: pkl yang ada di desa sekaran, 1453. Sampel: proporsional area random sampling,94 sampel. Variabel: kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. . Analisis data: deskripsi dan deskriptif presentatif
1. Menjadi pkl 0-5 th 67.2 % 2. Status kepemilikan milik sendiri 71,28% 3. Kondisi jalan ke lokasi usaha bagus 4. Tingkat keamanan 75% aman
25
D. Pendapatan Keluarga Dalam bekerja, pendapatan merupakan hal yang sangat penting. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya. Peneliti mencari pentingnya kontribusi pendapatan untuk keluarga. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pengertian pendapatan, penggolongan pendapatan dan sumbangan pendapatan keluarga. 1. Pengertian pendapatan Setiap orang bekerja mengharapkan adanya imbalan atau upah dari orang yang memberikan pekerjaan tersebut, upah kerja yang diterima oleh seorang pekerja ditentukan beberapa faktor seperti status pekerjaan, tingkat keahlian, ketrampilan dan jumlah jam kerja. Pendapatan seseorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno dalam Ine, 2004: 13). Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990 : 236). Sedangkan menurut Saedah (1990 : 3) pendapatan adalah segala penerimaan keluarga baik berupa uang maupun barang dari pihak atau dari hasil penjualan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang. 2. Penggolongan Pendapatan Berdasarkan
penggolongannya,
pendapatan
dapat
dibedakan
menjadi tiga, diantarannya yaitu: 1) golongan pendapatan tinggi adalah jika
26
pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per bulan, 2) golongan pendapatan menengah adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 550.000,00-Rp 950.000,00 per bulan, 3) golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan kurang dari Rp 550.000,00 per bulan (BPS, 2003: 25). Menurut Biro Pusat Statistik (1999: 10), pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerja bebas, dan pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiunan dan jaminan sosial. Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dengan harga subsidi ataupun reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang. Kebutuhan hidup yang besar memungkinkan membutuhkan penghasilan/ pendapatan yang tinggi. Menurut Soegiman dalam Suratmi (1999: 28) tingkat pendapatan rendah senilai 240 kg beras per orang setahun, dan tingkat pendapatan tinggi senilai 360 kg beras perorang pertahun. Pendapatan keluarga diwujudkan dalam bentuk uang atau barang yang dihitung dengan rupiah.
27
Penduduk melakukan mobilitas karena pendapatan yang diperoleh di daerah tujuan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal. Tekanan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan di daerah asal akan menjadi pendorong penduduk untuk mencari pekerjaan di tempat lain yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal (Mantra dalam Giyarsih, 1999: 143). 3. Pendapatan Keluarga Biro Pusat Statistik (2002 : 3) pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau barang yang diterimakan sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Keluarga adalah ibu, bapak dengan anak anaknya, seisi rumah (Depdiknas, 2008:721). Pendapatan keluarga adalah pendapatan semua keluarga dan kepala keluarga, atau pendapatan suami dan istri. Dalam penelitian Hardati (2001:24)
untuk
mengetahui
pendapatan
keluarga
yaitu
dengan
menambahkan pendapatan pokok keluarga baik dari suami maupun istri dengan pendapatan sampingan baik dari suami maupun istri. Untuk lebih jelasnya menggunakan rumus pendapatan keluarga yaitu sebagai berikut.
Keterangan: = Pendapatan Keluarga = Pendapatan sampingan = Pendapatan Pokok
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Rachman, 1999: 63). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di seluruh wilayah administrasi Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen yang berjumlah 53 pedagang kaki lima. Sampel adalah bagian dari populasi (Nazir, 2005: 271). Menurut Arikunto (2002: 112) dalam menentukan besarnya sampel menyebutkan, apabila subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100 maka dalam pengambilan sampel lebih baik diambil semua sebagai anggota sampel, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena subyek penelitian berjumlah dibawah 100, yaitu 53 maka subyek diteliti semua sehingga penelitian disebut penelitian populasi.
28
29
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian itu dilaksanakan. Lokasi dalam penelitian ini di lakukan di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian atau obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Variabel yang menjadi penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Variabel pesebaran lokasi usaha pedagang kaki kima a. Lokasi absolut, yaitu lokasi menurut lintang dan bujur, bersifat tetap. b. Lokasi relatif, yaitu lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya, sifatnya berubah. 2. Jenis dagangan pedagang kaki lima, yaitu macam dagangan yang dijual pedagang kaki lima baik makanan, non makanan maupun jasa. 3. Variabel sumbangan pendapatan keluarga pedagang kaki lima a. Pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan pedagang kaki lima. Pekerjaan pokok pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang dilakukan pedagang kaki lima untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji, bersifat tetap. Pekerjaan sampingan pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang dilakukan pedagang kaki lima untuk memperoleh untuk memperoleh upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu.
30
b. Pekerjaan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak. Pekerjaan pokok, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji, bersifat tetap. Pekerjaan sampingan, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh untuk memperoleh upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu. c. Pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima. Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan. Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan. d. Pendapatan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan. Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan. e. Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga, yaitu pendapatan semua anggota keluarga yang
31
bekerja, baik pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan yang diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.
D. Jenis Data Pada penelitian umumnya dikenal dua jenis data, maka dalam penelitian ini juga menggunakan dua jenis data tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicermati atau dicatat untuk pertama kali oleh si peneliti sendiri. Umar (2001: 130) menjelaskan bahwa data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan. Data Primer dalam penelitian ini meliputi data identitas pedagang kaki lima, data lokasi pedagang kaki lima, jenis dagangan, pekerjaan dan pendapatan keluarga pedagang kaki lima. 2. Data sekunder Menurut Umar (2001: 130) data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data ini diperoleh dengan mengambil data yang telah tersedia oleh pihak lain berupa laporan atau informasi dari dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan adalah data jumlah pedagang kaki lima seluruh Kabupaten Sragen, data monografi penduduk Sragen Kulon yang diperoleh dengan cara mencari ke dinas yang terkait seperti BPS Kabupaten Sragen, Dinas Perdagangan dan Perpajakan Daerah
32
(DP2D) Kabupaten Sragen, Kelurahan Sragen Kulon dan Kecamatan Sragen.
E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data pokok yang digunakan berupa data primer, data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi dan angket. Adapun yang dimaksud dengan observasi dan angket adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi yaitu cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika, 2005: 44). Metode observasi ini digunakan untuk mengamati fenomena yang diteliti, berupa data jenis usaha, jumlah dan persebaran lokasi pedagang kaki lima. 2. Angket atau Kuesioner Menurut DR. Hadari Nawawi dalam Tika (2005: 54), angket (kuesioner) adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang berasal dari responden, yakni pedagang kaki lima sehingga akan diperoleh data tentang jenis usaha, jumlah, persebaran lokasi pedagang kaki lima, serta profil pedagang kaki lima.
33
F. Tehnik Analisis Data Dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan menggunakan analisis data untuk memecahkan masalah penelitian, sehingga data yang dianalisis tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut. 1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima dengan menggunakan peta. Persebaran lokasi yang dimaksud adalah tempat dimana para pedagang kaki lima melakukan aktivitas ekonominya. Dengan begitu waktu mempetakan dapat diketahui di daerah mana pedagang kaki lima berjualan atau berdagang. Setelah mengetahui daerah atau lokasi usaha pedagang kaki lima, maka lokasi pedagang kaki lima dalam melakukan aktivitas ekonominya dapat dipetakan. 2. Mengetahui jenis dagangan adalah sebagai berikut. Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima dapat berwujud barang maupun jasa. Untuk mengetahui jenis dagangan yang dijual peneliti melakukan pengamatan /observasi secara seksama, sehingga peneliti dapat mengetahui jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima. 3. Mengetahui sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga adalah sebagai berikut. Menghitung pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang, yaitu hasil yang diperoleh bersih dari hasil menjadi pedagang kaki lima tanpa dari kerja sampingan yang lain, dalam hal ini pendapatan yang
34
diterima setiap hari, kemudian menghitung pendapatan keluarga yaitu dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima serta istri dan anak yang bekerja. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima dapat diketahui dengan cara membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan total keseluruhan pendapatan keluarga dikalikan 100%, sehingga dapat diketahui besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima yang diwujudkan dalam persen. Berikut rumus untuk menghitung sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga. SPKL
Jumlah pendapatan pedagang kaki lima X100% Jumlah pendapatan keluarga
Dimana SPKL adalah sumbangan pendapatan pedagang kaki lima. (Sari, 2008:33) G. Langkah Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan selama penelitian meliputi hal sebagai berikut. 1. Penyusunan proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian. 2. Penyusunan instrumen, penyusunan instrumen diperlukan adanya alat bantu penelitian yang digunakan dalam melaksanakan tahapan penelitian instrumen. Instrumen tersebut diantaranya kuesioner yang diisi responden. 3. Pengumpulan data, dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan kuesioner.
35
4. Analisis data, analisis data diperlukan untuk mengetahui kondisi suatu tempat atau memecahkan masalah penelitian.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dengan metode observasi dan angket melalui pengolahan data. Hasil penelitian yang dideskripsikan meliputi kondisi umum daerah penelitian, kondisi sosial penelitian, identitas pedagang kaki lima. 1. Kondisi Umum Daerah Penelitian Kondisi umum daerah penelitian dapat diuraikan berdasarkan letak astronomis, kondisi geografis, sarana dan prasarana fisik, dan kondisi monografi Kelurahan Sragen Kulon. a. Letak Astronomi Daerah Penelitian Letak astronomi merupakan letak suatu daerah berdasarkan garis lintang dan bujur. Secara astronomi Kelurahan Sragen Kulon terletak pada posisi 7°35’43,32” LS-7°25’43,16” LS dan 111°0’47,12” BT- 111°0’48,12” BT (Peta Rupa Bumi Indonesia Sheet 1508 - 411 ) b. Letak Administrasi Secara administratif Kelurahan Sragen Kulon berada dalam satu bagian dari Pemerintah Daerah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon berjarak 1 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Sragen dan 1 Km dari pusat pemerintahan 36
37
Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut. Sebelah utara
: Kelurahan Karangtengah
Sebelah timur
: Kelurahan Sragen Tengah
Sebelah selatan
: Kecamatan Karangmalang
Sebelah barat
: Kelurahan Sine
Batas-batas wilayah Kelurahan Sragen Kulon secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 peta administrasi Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen berikut (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008).
38
Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sragen Kulon
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN 111°25"
111°50"
111°1'15"
501200
501900
502600 7°25'00"
7°25'00"
500500
9179800
9179800
Kelurahan Karang Tengah
7°25'25"
7°25'25"
Cantel Kulon
Bangunsari
Tegal Sari
9179100
Ringin Anom
9179100
Talangrejo Kuwung Sari
Kelurahan Sine Beloran
7°25'50"
7°25'50"
Kelurahan Sragen Tengah
9178400
9178400
Mojo Kulon Mojo Sari Mojo Mulyo Mojo Wetan Gunung Sari Jetis
7°26'15"
7°26'15"
Kecamatan Karang Malang 9177700
9177700
500500
501200 111°25"
Inset Kecamatan Sragen 111°1'29"
7°24'18"
7°26'17"
7°26'17"
7°24'18"
111°1'29"
U
Legenda 7°22'19"
110°59'30"
502600 111°1'15"
111°3'28"
7°22'19"
110°59'30"
501900 111°50"
111°3'28"
Lokasi Kelurahan Sragen Kulon
Kantor Lurah Batas Kelurahan Batas Dukuh Sungai Jalan Utama Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan kereta api
Dukuh Bangunsari Beloran Cantel Kulon Gunung Sari Jetis Kuwung Sari Mojo Kulon Mojo Mulyo Mojo Sari Mojo Wetan Ringin Anom Talangrejo Tegal Sari
150
0
150
300
450
Meter
Skala 1:15.000 Sumber : Peta Rupabumi Indonesia Lembar Sragen sheet 1508- 411
Dibuat Oleh : Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1
39
c. Kondisi Geografis Wilayah Kelurahan Sragen Kulon berada pada ketinggian 86 meter diatas permukaan laut dengan kondisi curah hujan rata-rata 2756 mm/tahun terbanyak 114 hari. Kondisi tanah di wilayah Kelurahan Sragen Kulon merupakan tanah yang berstruktur litosol (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008). d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen pada tahun 2008 memiliki luas wilayah 215,6 ha dengan penggunaan lahan seluruhnya (100%) untuk pemukiman. Untuk tanah sawah dan tanah basah tidak terdapat di Kelurahan Sragen Kulon (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008). Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan Kelurahan Sragen Kulon, dapat dilihat peta penggunaan lahan Kelurahan Sragen Kulon (Gambar 2 halaman 40).
40
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon
PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN 111°25"
111°50"
111°1'15"
501200
501900
502600 7°25'00"
7°25'00"
500500
9179800
9179800
Kelurahan Karang Tengah
7°25'25"
7°25'25"
Cantel Kulon
Bangunsari
Tegal Sari
9179100
Ringin Anom
9179100
Talangrejo Kuwung Sari
Kelurahan Sine Beloran
7°25'50"
7°25'50"
Kelurahan Sragen Tengah
9178400
9178400
Mojo Kulon Mojo Sari Mojo Mulyo Mojo Wetan Gunung Sari Jetis
7°26'15"
9177700
9177700
7°26'15"
Kecamatan Karang Malang
500500
501200 111°25"
Inset Kecamatan Sragen 111°1'29"
7°24'18"
7°26'17"
7°26'17"
7°24'18"
111°1'29"
U
Legenda 7°22'19"
110°59'30"
502600 111°1'15"
111°3'28"
7°22'19"
110°59'30"
501900 111°50"
111°3'28"
Lokasi Kelurahan Sragen Kulon
Kantor Lurah Batas Kelurahan Batas Dukuh Sungai Jalan Utama Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan kereta api Pemukiman
150
0
150
300
450
Meter
Skala 1:15.000 Sumber : Peta Rupabumi Indonesia Lembar Sragen sheet 1508- 411
Dibuat Oleh : Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1
41
e. Sarana dan Prasarana Fisik Untuk membantu kelancaran pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan Sragen Kulon memiliki sarana dan prasarana kehidupan sebagai penunjang aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakatnya, baik yang dipergunakan dalam bidang pemerintahan, transportasi, dan komunikasi, perekonomian maupun sarana dan prasarana sosial dan budaya. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008 No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persen (%) 1 Kantor Kelurahan 1 0,27 2 Masjid/ Mushola 34 9,39 3 Sekolah 29 8,01 4 Toko, warung/ kios 190 52,48 5 Gereja 1 0,27 6 Bank 6 1,65 7 Koperasi 73 20,16 8 Posyandu 24 6,62 9 Apotek 1 0,27 10 Rumah Bersalin 3 0,82 Jumlah 362 100 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sragen Kulon 2008 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui sarana dan prasarana yang terbanyak di Kelurahan Sragen Kulon adalah toko, kios/warung dengan jumlah 190 atau 52,48 %, kemudian yang terkecil adalah kantor Kelurahan, gereja dan apotek dengan jumlah 1 atau 0,27 %. Sarana dan prasarana tersebut digunakan untuk menjalankan aktivitas di Kelurahan Sragen Kulon dan penunjang kegiatan perekonomian penduduk, sedangkan untuk mendukung kelancaran komunikasi dan
42
transportasi, penduduk Kelurahan Sragen Kulon memanfaatkan sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 No. Sarana Transportasi dan Komunikasi Jumlah 1 Jalan 2 Jembatan 3 Truk
18,4 Km 2 Buah 18 Buah
4 Mobil Pribadi
144 Buah
5 Sepeda Motor
2.012 Buah
6 Sepeda
2.995 Buah
7 Becak
161 Buah
8 Gerobak Dorong
51 Buah
9 Bus
16 Buah
10 Colt
35 Buah
11 Telepon
1.395 Buah
12 Radio
1.335 Buah
13 Televisi
2.480 Buah
Sumber : Kecamatan Sragen dalam angka tahun 2008 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sarana transportasi masih di dominasi oleh sepeda dengan jumlah 2.995 buah, kemudian disusul oleh sepeda motor dengan jumlah 2.012 buah. Hal ini disebabkan karena sepeda dianggap sarana transportasi yang paling murah bagi masyarakat Kelurahan Sragen Kulon, sedangkan untuk sarana komunikasi masyarakat masih banyak memanfaatkan televisi dibanding radio dan telepon.
43
2. Kondisi Sosial a. Jumlah Penduduk Penduduk Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen pada tahun 2008 berjumlah 15.682 jiwa dengan sex ratio 904 yang artinya setiap 1000 penduduk perempuan terdapat 904 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 13 Dukuh/ Dusun. b. Komposisi Penduduk Dari komposisi penduduk akan dapat diketahui beberapa ciri kependudukan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, komposisi penduduk menurut pendidikan, komposisi penduduk menurut mata pencaharian. 1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Untuk mengetahui ciri kependudukan tersebut maka disajikan tabel terlebih dahulu mengenai komposisi penduduk Kelurahan Sragen Kulon menurut umur dan jenis kelamin. Secara rinci dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini.
44
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 No.
Kelompok
Jenis Kelamin
L+P
Persen
Umur
L
Persen
P
Persen
(%)
1
0-4
950
12,84
1.003
12,17
1.953
12
2
5-9
840
11,36
907
11
1.747
11
3
10-14
870
11,76
879
10,67
1.749
11
4
15-19
911
12,32
839
10,18
1.75
11
5
20-24
735
9,94
789
9,57
1.524
10
6
25-29
600
8,11
794
9,63
1.394
9
7
30-34
540
7,30
676
8,20
1.216
8
8
35-39
480
6,49
502
6,09
982
6
9
40-44
385
5,20
405
4,91
790
5
10
45-49
300
4,05
367
4,45
667
4
11
50-54
230
3,11
299
3,62
529
3
12
55-59
120
1,62
208
2,52
328
2
13
60-64
135
1,82
163
1,97
298
2
14
65-69
115
1,55
135
1,63
250
2
15
70-74
85
1,14
107
1,29
192
1
16
75+
98
1,32
165
2
263
2
18
Jumlah
7.394
100
8.238
100
15.682
100
Sumber : Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008 2. Komposisi Penduduk Menurut tingkat Pendidikan Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh faktor tingkat pendidikan, kriteria yang dipakai dalam penelitian di Kelurahan Sragen Kulon meliputi: tingkat pendidikan rendah yaitu tamat SD, tingkat pendidikan menengah yaitu tamat SMP sampai tamat SMA, dan tingkat pendidikan tinggi yaitu tamat Diploma sampai tamat perguruan tinggi. Komposisi penduduk Kelurahan Sragen Kulon menurut tingkat pendidikan secara rinci dapat dilihat dari Tabel 5 berikut ini.
45
Tabel 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Keatas di Kelurahan Sragen Kulon Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%) 1
Akademi/ Perguruan Tinggi
599
4,36
2
SMA
4.863
35,4
3
SMP
3.446
25,1
4
SD
2.121
15,4
5
Tidak Tamat SD
517
3,76
6
Belum Tamat SD
1.659
12,1
7
Tidak/ Belum Sekolah
524
3,8
Jumlah
13.729
100
Sumber : Kecamatan Sragen Dalam Angka Tahun 2008 Berdasar Tabel
5 dapat
diketahui
bahwa tingkat
pendidikan penduduk di Kelurahan Sragen Kulon paling besar adalah SMA dengan presentase sebesar 35,4 %, selanjutnya adalah SMP dengan 25,1 %, SD dengan 15,1%. Kemudian belum tamat SD 12,1 %, Akademi/ Perguruan Tinggi 4,36 %, tidak/belum sekolah SD 3,8% dan tidak tamat SD menduduki presentase paling kecil dengan 3,76%. 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan gambaran umum keadaan perekonomian suatu daerah, karena mata pencaharian berkaitan dengan pendapatan seseorang. Untuk dapat lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
46
Tabel 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Keatas di Kelurahan Sragen Kulon Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 No.
Mata Pencaharian
Jenis Kelamin L
P
L+P
(%)
1
Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan
83
16
99
1,28
2
Pertambangan
4
3
7
0,09
3
Industri Pengolahan
381
137
518
6,7
4
Listrik, gas, air minum
9
-
9
0,11
5
Konstruksi
1.092
102
1.194
15,46
6
Perdagangan & akomodasi
612
794
1406
18,2
7
Angkutan dan Komunikasi
146
10
156
2,02
8
Keuangan & Real estate
94
36
130
1,68
9
Jasa & Sosial
2.832
1.371
4.203
54,42
Jumlah
5.253
2.469
7.722
100
Sumber: Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008 Berdasarkan Tabel 6 sebanyak 4.203 penduduk di Kelurahan Sragen Kulon bekerja di bidang jasa dan sosial dengan persentase 54,42% kemudian sebanyak 1.406 orang bekerja di bidang perdagangan dan akomodasi dengan persentase 18,2%, 1.194 orang bekerja di bidang konstruksi dengan persentase 15.46%, 518 orang bekerja di industri pengolahan dengan persentase 6,7%, 156 orang bekerja di bidang angkutan dan komunikasi dengan persentase 2,02%, 130 orang bekerja di bidang keuangan dan real estate dengan persentase 1,68%, 99 orang bekerja di pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dengan persentase 1,28%, 9 orang bekerja di bidang listrik, gas dan air minum dengan persentase 0,11% dan yang paling kecil bermata
47
pencaharian di bidang pertambangan dengan jumlah sebanyak 7 orang atau 0,09%. 3. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen Perkembangan pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Sragen dimulai semenjak masyarakat mengenal sektor informal. Sektor formal yang menuntut keahlian dan ketrampilan lebih membuat masyarakat beralih ke sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, salah satunya menjadi pedagang kaki lima. Perkembangan PKL semakin pesat seiring permintaan yang tinggi karena untuk memasuki sektor ini tidak memerlukan ijin dalam mendirikan usaha. Tidak disediakannya lokasi penampungan untuk PKL, menyebabkan PKL tersebut menempati ruang publik seperti trotoar, bahu jalan. Selain itu, dikarenakan pula tidak tersedianya ruang pribadi atau harga sewa serta pajak yang relatif tinggi. Pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen tersebar berbagai Kecamatan. Kecamatan Sragen merupakan daerah yang paling banyak ditempati PKL, hal ini terjadi karena Kecamatan Sragen merupakan tempat berlokasinya pusat pemerintahan Kabupaten Sragen, pusat perdagangan dan jasa, pendidikan maupun industri. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah pedagang kaki lima, berikut ini disajikan tabel tentang jumlah dan persebaran pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen.
48
Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen No. Kecamatan Jumlah PKL Persen (%) 1 Kalijambe 13 3,11 2 Plupuh 10 2,39 3 Masaran 26 6,22 4 Kedawung 13 3,11 5 Sambirejo 16 3,83 6 Gondang 11 2,63 7 Sambungmacan 11 2,63 8 Ngrampal 15 3,59 9 Karangmalang 11 2,63 10 Sidoharjo 10 2,39 11 Tanon 20 4,78 12 Gemolong 61 14,59 13 Miri 7 1,67 14 Sumberlawang 45 10,77 15 Mondokan 3 0,72 16 Sukodono 4 0,96 17 Gesi 10 2,39 18 Tangen 22 5,26 19 Jenar 5 1,20 20 Sragen 105 25,12 21 TOTAL 418 100 Sumber: Dinas Perdagangan dan Pajak Daerah 2008 Berdasar Tabel 7 dapat dilihat bahwa persebaran pedagang kaki lima paling banyak di Kecamatan Sragen jumlah sebanyak 105 orang dengan persentase 25,12%, dan yang paling kecil di Kecamatan Mondokan dengan persentase 0,72%. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran lokasi pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada peta persebaran pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen (Gambar 3 halaman 49).
49
Gambar 3. Peta Persebaran Pedagang Kaki Lima Kabupaten Sragen
PETA PERSEBARAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN SRAGEN 110°53'54"
111°2'53"
494000
507000
7°15'05"
7°15'05"
9204000
9204000
481000
Sumberlawang
Mondokan
Miri
Sukodono
9191000
9191000
Tangen
Jenar Gesi
Ngampal
Sambungmacan
Tanon 7°24'04"
7°24'04"
Gemolong Sragen 9178000
9178000
Sidoarjo Gondang Kalijambe Plupuh
Karangmalang Masaran
Sambirejo
7°33'03"
9165000
481000
494000 110°53'54"
Inset Provinsi Jawa Tengah 110°15'
7°55'
7°55'
6°50'
109°10'
110°15'
Lokasi Kabupaten Sragen
111°20'
507000 111°2'53"
U
Legenda
111°20'
6°50'
109°10'
Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Kolektor Jalan Lokal Kelas Pedagang Kaki Lima 1 3 - 23,4 2 23,4 - 43,8 3 43,8 - 64,2 4 64,2 - 84,6 5 84,6 - 105
7°33'03"
9165000
Kedawung
3
0
3
6
9 Km
Skala 1 : 300.000 Sumber :
Peta Rupabumi Indonesia Digital Skala 1 : 25.000 Dibuat Oleh : Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1
50
4. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Lokasi
kegiatan
berdagang
ditetapkan
atau
diputuskan
berdasarkan bermacam pertimbangan, keputusan lokasi yang bersangkutan mempertimbangkan faktor dekat dengan konsumen dan aksesibilitas. Berikut ini adalah persebaran lokasi pedagang kaki lima berdasarkan lokasi absolut dan lokasi relatif a. Persebaran Lokasi Absolut Lokasi absolut adalah lokasi berdasar garis lintang dan garis bujur, bersifat mutlak dan tetap. Berdasar data hasil penelitian dapat diketahui bahwa lokasi kegiatan pedagang kaki lima yang paling banyak berada di Dukuh Beloran dengan jumlah sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 56,6%, kemudian yang berada di Dukuh Mojosari sebanyak 5 orang (9,43%) yang berada di Dukuh Mojomulyo 4 orang (7,55%), yang berada di Dukuh Kuwungsari sebanyak 4 orang (7,55%), Dukuh Ringin Anom sebanyak 1 orang (1,89%), Dukuh Talangrejo sebanyak 6 orang sebanyak (11,32%), Dukuh Cantel kulon sebanyak 2 orang (3,77%) dan untuk Dukuh Jetis sebanyak 1 orang (1,89%). Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran lokasi pedagang kaki lima yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
51
Tabel 8.Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Lokasi (Dukuh) Beloran Mojosari Mojomulyo Kuwungsari Ringin Anom Talangrejo Cantelkulon Jetis Jumlah
Makanan 24 2 2 4 1 3 2 1 39
Jenis Dagangan Non Jasa Makanan Pelayanan 5 1 1 2 2 1 2 7 7
Jumlah 30 5 4 4 1 6 2 1 53
Persen % 56,60 9,43 7,55 7,55 1,89 11,32 3,77 1,89 100
Sumber : Data Primer, 2010 b. Persebaran Lokasi Relatif Persebaran lokasi relatif yaitu persebaran lokasi yang dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan sifat berubah-ubah. Dalam hal ini pedagang kaki lima (PKL) menetapkan lokasi usahanya karena ditarik oleh aktivitas ekonomi yang berada di Kelurahan Sragen Kulon, selain itu wilayah Kelurahan Sragen Kulon yang seluruhnya pemukiman penduduk berpotensi menjadi konsumen PKL, hal ini menjadikan pertimbangan penduduk untuk berlokasi di daerah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52
Tabel 9. Persebaran Lokasi Relatif di Kelurahan Sragen Kulon 2010 Jumlah PKL
Persen
Beloran
30
56,6
Mojosari
5
9,43
Mojomulyo
4
7,55
Kuwungsari
4
7,55
Ringin Anom
1
1,89
Talangrejo
6
11,32
Jalan Utama Solo-Surabaya Jalan Utama Solo-Surabaya, pusat perdagangan, perkantoran , pemukiman Pemukiman penduduk
Cantelkulon
2
3,77
Pemukiman padat penduduk
Jetis
1
1,89
Pemukiman penduduk
53
100
Dusun
Jumlah
Kawasan Jalan Utama Solo-Surabaya, pusat perdagangan, perkantoran Pemukiman penduduk, Stadion sepak bola Pemukiman Penduduk
Sumber: Data Primer 2010 Pola persebaran pedagang kaki lima bersifat memanjang yaitu berlokasi sepanjang jalan. Bentuk pola penyebaran secara memanjang dapat ditemukan pada PKL yang berlokasi sebagian besar di sepanjang jalan utama. Untuk lebih jelasnya lokasi pedagang kaki lima yang berada pada ruas jalan yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10. Persebaran Pedagang Kaki Lima Menurut Jalan Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Jenis Jalan Jenis Jalan Utama Jalan Kolektor Jalan Lokal Dagangan Persen Persen Persen Jumlah Jumlah Jumlah (%) (%) (%) Makanan 19 35,85 6 11,32 13 24,53 Non Makanan 4 7,55 2 3,77 2 3,77 Jasa Pelayanan 1 1,89 2 3,77 4 7,55 24 45,28 10 18,87 19 35,85 SUBTOTAL Sumber : Data Primer, 2010
53
Menurut Tabel 10 dapat diketahui bahwa ruas jalan utama di Kelurahan Sragen Kulon merupakan lokasi favorit bagi keberadaan pedagang kaki lima, hal ini di buktikan dengan 24 pedagang kaki lima banyak yang membuka usahanya di lokasi ini. Di jalan utama ini banyak didominasi oleh pedagang kaki lima yang menjual makanan dengan jumlah 19 orang dengan persentase 35,85%, kemudian pedagang kaki lima dengan jasa pelayanan sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 1,89%, dan selanjutnya pedagang kaki lima dengan menjual non makanan sebanyak 4 orang (7,55%). Selain jalan utama, di jalan lokal banyak dijumpai pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima jenis makanan mendominasi dengan jumlah sebanyak 13 orang, pedagang kaki lima yang menjual non makanan sebanyak 2 orang pedagang, kemudian pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan sebanyak 4 orang sehingga total keseluruhan pedagang kaki lima yang berada di jalan lokal ada 19 pedagang kaki lima. Untuk lebih jelasnya mengenai keberadaan lokasi pedagang kaki lima dapat dilihat pada peta sebaran pedagang kaki lima (Gambar 4 halaman 55). Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon dalam melakukan kegiatan berdagangnya banyak yang menempati fasilitas publik, seperti emperan toko, trotoar dan bahkan sebagian badan jalan. Hal ini terjadi karena tidak adanya ruang khusus untuk pedagang kaki lima dalam melakukan kegiatan berdagang. Untuk lebih jelasnya mengenai tempat berdagang pedagang kaki lima dapat dilihat pada tabel berikut ini.
54
Tabel 11. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Berdagang Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 No 1 2 3 4
Tempat Berdagang Trotoar Badan Jalan Emperan Toko
Jenis Pedagang Kaki Lima Non Jasa Makanan makanan Pelayanan 17 7 3 8 3 14 1 Jumlah
Jumlah 27 11 15 53
Persen (%) 50,94 20,76 28,30 100
Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebanyak 27 pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon menempati ruang publik trotoar dengan persentase sebesar 50,94%, 15 pedagang menempati emperan toko dengan persentase 28,30%, kemudian 11 pedagang kaki lima menempati sebagian badan jalan (20,76%).
55
Gambar 4. Peta Sebaran PKL Kelurahan Sragen Kulon
56
5. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima Jenis barang dagangan di Kelurahan Sragen Kulon dapat dibagi menjadi 3 jenis dagangan yakni Makanan, Non Makanan dan Jasa Pelayanan. Beberapa jenis barang dagangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Makanan Jenis barang dagangan yang dijual ini diantaranya warung lontong opor, nasi tumpang, sate, roti bakar, bubur kacang ijo dan lainnya. 2. Non makanan Jenis dagangan yang dijual umumnya berupa koran, helm dan sebagainya. 3. Jasa pelayanan Pedagang ini memberikan jasa kepada konsumennya berupa pelayanan tambal ban, pelayanan kunci (ahli kunci). Setiap pedagang kaki lima terkadang tidak hanya menjual satu jenis dagangan saja, melainkan terkadang terdapat beberapa jenis dagangan seperti pedagang kaki lima kelontong yang menjual berbagai jenis dagangan. Jenis dagangan pedagang kaki lima biasanya dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang kaki lima tersebut melakukan kegiatan berdagangnya. Gambaran jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima beserta jumlah pedagangnya dapat dilihat Tabel 12 berikut ini.
57
Tabel 12. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon 2010 No
Jumlah
Jenis dagangan Beloran
1
2
3
Mojo sari
Mojo Mulyo
Kuwung sari
Ringin Anom
Talang rejo
Cantel kulon
Jetis
JUMLAH
TOTAL
PERSEN (%)
Makanan Lontong Opor, Sea food, Ayam Bakar Nasi Kucing, Nasi Tumpang, Nasi Goreng, Nasi Rames, Nasi Penyet Soto Ayam,Soto Sapi, Kare Ayam, Sate ayam, Bubur Kacang ijo Mie Ayam Fried Chicken, Roti Bakar Es Buah Es Degan Es Sari Kacang Ijo Es Jus Susu Segar Non Makanan Kelontong(Rokok, sembako,dll) Koran Helm Jasa Pelayanan Tambal Ban ahli Kunci SUBTOTAL TOTAL
Sumber: Data Primer, 2010
3 7
3 2
2
6 1 2 2 2 1
3
1
2
1
1
7 1 3 2 2 1 1 1
1
1 1 1 3 1
1
1
2
2
1
30
5
4
4
1 1 6
1 53
18
2
1
39
73,6
2 4 1
7
13,2
6 1
7
13,2 100
58
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa jenis dagangan yang paling banyak mendominasi adalah jenis dagangan makanan dengan 39 orang
(73,6%), kemudian pedagang kaki lima jenis dagangan non
makanan sebanyak 7 orang (13,2%), selanjutnya
sebanyak 7 orang
(13,2%) memberikan jasa pelayanan kepada konsumennya. Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berlokasi di Kelurahan Sragen Kulon mayoritas berupa warung tenda sebagai sarana fisiknya yaitu mencapai 18 pedagang kaki lima, hal ini disesuaikan dengan jenis dagangannya yang mayoritas berjualan makanan. Sarana fisik lainnya yang digunakan adalah gerobak tenda, PKL yang menggunakan sarana ini biasanya ditunjang dengan tenda untuk tempat kursinya seperti pedagang nasi kucing. Untuk lebih jelas mengenai sarana fisik berdagang PKL dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Pedagang Kaki Lima Menurut Sarana Fisik Berdagang Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6
Sarana Fisik Berdagang Warung Tenda Gerobak Tenda Gerobak/Kereta Dorong Meja Gelaran
Jenis Pedagang Kaki Lima Non Jasa Makanan makanan Pelayanan 18 13 8 3 1 4 6 Jumlah
Jumlah 18 13 11 1 10 53
Persen (%) 33,96 24,53 20,75 1,89 18,87 100
Sumber: Data Primer, 2010 Waktu beraktivitas para PKL ini umumnya terbagi dua sesi. PKL yang pertama berdagang dari pagi sampai sore hari. Pedagang yang kedua
59
merupakan PKL yang mempunyai waktu pelayanan dari sore sampai malam hari. Berikut ditampilkan pedagang menurut waktu pelayanannya. Tabel 14. Pedagang Kaki Lima Menurut Waktu Berdagang Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 No 1 2
Waktu Berdagang
Jenis Pedagang Kaki Lima Non Jasa Makanan makanan Pelayanan
Pagi-Sore (09.00-1600) Sore-Malam (17.00-24.00)
3
12 27 Jumlah
6
Jumlah Persen
7
1
25
47,17
28 53
52,83 100
Sumber: Data Primer, 2010 Menurut Tabel 14 pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon paling banyak dijumpai pada sore sampai malam hari yaitu dengan jumlah pedagang kaki lima berjumlah 28 orang dengan persentase 52,83%. 6. Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga Untuk mengetahui sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga dapat digunakan data jenis usaha pekerjaan dari kegiatan berdagang kaki lima maupun kegiatan ekonomi lainnya, sehingga dapat dilihat pendapatannya. a. Jenis Pekerjaan Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon menganggap pekerjaan sebagai pedagang kaki lima merupakan pekerjaan pokok dan hampir sebagian besar pedagang kaki lima tidak memiliki pekerjaan sampingan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.
60
Tabel 15. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Jenis Dagangan Makanan Non Makanan Jasa Pelayanan Jumlah
Pekerjaan Pokok PKL 39 7 7 53
Pekerjaan Sampingan Buruh Becak Lain 5 4 1 9 1 -
Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa semua Pedagang Kaki Lima memilih profesi pedagang kaki lima sebagai pekerjaan pokok. Kondisi tersebut sesuai dengan keadaan administrasi Kelurahan Sragen Kulon yang dilewati jalan propinsi, sehingga cocok bila melakukan kegiatan berdagang. Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon tidak hanya memiliki pekerjaan pokok, tetapi juga memiliki pekerjaan sampingan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerjaan sampingan pedagang kaki lima ada 2 kegiatan ekonomi yaitu sebagai buruh dan penarik becak. Dari 53 pedagang kaki lima ada 10 pedagang kaki lima yang memiliki pekerjaan sampingan. Sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai buruh dengan 9 Pedagang Kaki Lima dan yang lain memiliki pekerjaan sampingan sebagai penarik becak. Dengan adanya pekerjaan sampingan ini akan menambah pendapatan keluarga. Untuk menambah pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya pedagang kaki lima juga dibantu suami/istrinya dengan bekerja, sehingga diharapkan dapat membantu
61
perekomian kelurga. Berikut ini adalah tabel jenis pekerjaan pokok suami/istri yang bekerja. Tabel 16. Jenis Pekerjaan Suami/Istri Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Persen No. Jenis Pekerjaan Frekuensi (%) 1 Pedagang 18 46,15 2 Buruh 11 28,21 3 Tukang Cukur 1 2,56 4 Tukang Becak 2 5,13 5 PNS 3 7,69 6 Sopir 4 10,26 Jumlah 39 100 Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui jenis-jenis pekerjaan suami/istri pedagang kaki lima. Dari 39 suami/istri pedagang kaki lima, sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang dalam rangka membantu suami atau istri pedagang kaki lima, yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 46,15%, sebagai buruh 11 orang (28,21%), bekerja sebagai sopir sebanyak 4 orang (10,26%), bekerja sebagai PNS sebanyak 3 orang (7,69%), sebagai tukang becak sebanyak 2 orang 5,13%, dan sebagai tukang cukur hanya 1 orang sebesar 2,56 %. b. Tingkat Pendapatan Pendapatan pedagang kaki lima pada dasarnya sangat sulit diprediksi karena hasil mereka sangat tergantung dari banyaknya konsumen yang membeli barang dan jasa mereka. Berikut ini adalah tabel pendapatan pedagang kaki lima setiap hari.
62
Tabel 17. Pendapatan Pokok Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 No 1 2 3 4
Pendapatan Pedagang Kaki Lima (dalam ribuan rupiah) Kurang dari 15 15-<30 30-<45 45 lebih Jumlah
Frekuensi 1 9 19 24 53
Persentase 100% 1,89 16,98 35,85 45,28 100
Sumber : Data Primer, 2010 Menurut Tabel 17 dapat diketahui bahwa pedagang kaki lima yang mempunyai pendapatan diatas Rp 45.000,00 menempati proporsi paling banyak dengan jumlah 24 orang dengan persentase sebesar 45,28%, berpendapatan Rp 30.000,00 - <45.000,00 sebanyak 19 orang dengan persentase 35,85%, berpendapatan Rp 15.000,00 - < 30.000,00 sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 16,98% dan berpendapatan kurang dari Rp 15.000,00 sebanyak 1 orang dengan persentase 1,89%. Pendapatan pokok pedagang kaki lima terendah Rp 10.000,00 dan pendapatan pokok paling tinggi Rp 65.000,00. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima adalah Rp 38,868 setiap hari (lihat lampiran 5 halaman 91). Selain pendapatan pokok dari berdagang, pedagang kaki lima juga mempunyai pendapatan sampingan selain berdagang. Berikut ini adalah tabel pendapatan sampingan pedagang kaki lima setiap hari.
63
Tabel 18. Pendapatan Sampingan Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Pendapatan Pedagang Kaki Lima Persentase No Frekuensi (dalam ribuan rupiah) 100% 1 Kurang dari 5 1 10 2 5-10 7 70 3 10 lebih 2 20 Jumlah 10 100 Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa pendapatan sampingan pedagang kaki lima, dimana yang menempati proporsi paling banyak ada (70%) berpenghasilan antara Rp 5000,00 – 10.000,00 dan yang terkecil kurang dari Rp 5000,00. Pekerjaan sampingan yang paling banyak ditekuni pedagang kaki lima adalah sebagai buruh meskipun pendapatannya kecil tetapi pedagang kaki lima tidak mencari pekerjaan lain, karena menjadi buruh tidak diperlukan keahlian khusus (lihat lampiran 5 halaman 91). Pendapatan tidak hanya dimiliki pedagang kaki lima, para suami/ istri pedagang kaki lima juga memiliki pendapatan baik dari pekerjaan pokok maupun sampingannya. Berikut ini adalah tingkat pendapatan baik dari pekerjaan pokok maupun sampingan suami/ istri. Tabel 19. Pendapatan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 No 1 2 3 4
Pendapatan Suami/ istri Pedagang Kaki Lima (dalam ribuan rupiah) Kurang dari 15 15-<30 30-<45 Lebih dari 45 Jumlah
Sumber : Data Primer, 2010
Frekuensi 5 21 9 4 39
Persen 100% 12,82 53,85 23,08 10,26 100
64
Berdasarkan data hasil penelitian Tabel 19 menunjukan bahwa pendapatan pokok suami/istri pedagang kaki lima yang berada di Kelurahan Sragen Kulon, berpendapatan kurang dari Rp 15.000,00 sebanyak 5 orang (12,82%), berpendapatan antara Rp 15.000,00 -
Pendapatan Keluarga Pedagang Kaki Lima (dalam ribuan rupiah)
Frekuensi
Persen (%)
1 2
Kurang dari 25 25 - < 50
1 15
1,89 28,30
3
50 - < 75
26
49,06
4
Lebih dari 75
11
20,75
53
100
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2010
65
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa pendapatan keluarga pedagang kaki lima yang ada di Kelurahan Sragen Kulon, berpendapatan antara Rp 50.000,00 - < Rp 75.000,00 sebanyak 26 orang (49,06%), berpendapatan antara Rp 25.000,00 -
dan berpendapatan kurang dari Rp
25.000,00 sebanyak 1 orang (1.88%). Pendapatan keluarga terendah Rp 15.000,00 dan pendapatan keluarga tertinggi Rp 125.000,00. Ratarata pendapatan keluarga pedagang kaki lima adalah Rp 59.038,00 setiap hari (lihat lampiran 5 halaman 91). Dalam penelitian ini sumbangan pendapatan pedagang kaki lima perbulan terhadap pendapatan keluarga diwujudkan dengan persentase yaitu dengan membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan pendapatan keluarga-keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% sehingga ditemukan hasil kontribusi pendapatan dalam persentase. Sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar 68,68% dari seluruh pendapatan keluarga mereka peroleh. 7. Identitas Pedagang Kaki Lima Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengisian angket yang diisi oleh Pedagang Kaki Lima
maka dapat diperoleh hasil data dan dirinci
menjadi beberapa aspek, adalah sebagai berikut.
66
a. Identitas Pedagang Kaki Lima Menurut Umur Umur Pedagang Kaki Lima
dalam penelitian ini terbagi
menjadi 8 golongan umur yaitu umur 20-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun 41-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, >56tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 22 berikut. Tabel 21. Umur Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Umur Jenis
20-
26-
31-
36-
41-
46-
51-
Dagangan
25
30
35
40
45
50
55
56+
Jumlah
Makanan
1
9
7
8
8
4
1
1
39
Non Makanan
-
3
1
2
1
-
-
-
7
Pelayanan
-
2
1
3
1
-
-
-
7
Jumlah
1
14
9
13
10
4
1
1
53
1.9
26.41
16.98
24.52
18.86
7.54
1.88
1.88
100
Jasa
Persentase(%)
Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan data Tabel 21 dapat diketahui bahwa tingkat usia dari Pedagang Kaki Lima untuk pedagang kaki lima jenis makanan terdiri atas umur 20-25 tahun sebanyak 1 orang, 26-30 tahun sebanyak 9 orang, 31-35 tahun sebanyak 7 orang, 36-40 tahun sebanyak 8 orang, 41-45 tahun sebanyak 8 orang, 46-50 tahun sebanyak 4 orang, 51-55 tahun sebanyak 1 orang dan lebih dari 56 tahun berjumlah 1 orang dengan jumlah keseluruhan ada 39 Pedagang Kaki Lima , kemudian untuk pedagang kaki lima jenis non makanan terdiri atas umur 26-30 tahun sebanyak 3 orang, 31-35 tahun sebanyak 1 orang, 36-40 tahun sebanyak 2 orang, 41-45 tahun sebanyak 1 orang, dan Pedagang Kaki
67
Lima yang berusia 20-25 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, lebih dari 56 tahun tidak ada dengan jumlah keseluruhan ada 7 Pedagang Kaki Lima dan untuk pedagang kaki lima dengan jasa pelayanan sebanyak 2 orang berusia 26-30 tahun, 3 orang berusia 36-40 tahun, sebanyak 1 orang berusia 31-45 dan 41-45 tahun, sedangkan yang berusia 20-25 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, lebih dari 56 tahun tidak ada dengan jumlah keseluruhan ada 7 Pedagang Kaki Lima. b. Identitas Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Kelamin Seorang pedagang kaki lima tidak dibutuhkan orang yang memiliki kekuatan fisik tertentu atau dengan kata lain baik laki-laki atau perempuan dapat memperoleh hasil yang relatif sama jika mereka bekerja dengan keras setiap hari. Berikut ini adalah tabel tentang data jenis kelamin pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon yang menjadi Pedagang Kaki Lima. Tabel 22. Jenis Kelamin Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Jenis Kelamin Jenis Dagangan Jumlah Laki-laki
Perempuan
Makanan
24
15
39
Non Makanan
6
1
7
Jasa Pelayanan
7
-
7
Jumlah
37
16
53
69,81
30,18
100
Persentase (%)
Sumber : Data Primer, 2010
68
Berdasarkan Tabel 22 dari 53 pedagang kaki lima 37 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki (69,8%) dan selebihnya 16 orang adalah berjenis kelamin perempuan (30,1%), dengan rincian pedagang kaki lima dengan berjualan makanan berjumlah 24 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, pedagang kaki lima yang berjualan non makanan berjumlah 6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, sedangkan pedagang kaki lima dengan jasa pelayanan hanya didominasi jenis kelamin laki-laki saja yang berjumlah 7 orang. c. Identitas Pedagang Kaki Lima Menurut Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa semua pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon pernah mengenyam bangku pendidikan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan pedagang kaki lima yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat dari Tabel 23 berikut ini. Tabel 23. Tingkat Pendidikan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jenis Dagangan Jumlah SD SMP SMA Sarjana Makanan 4 12 22 1 39 Non Makanan 3 4 7 Jasa Pelayanan 1 4 2 7 Jumlah 5 19 28 1 53 Persen 9,43 35,85 52,83 1,89 100 Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui tingkat pendidikan Pedagang Kaki Lima
untuk pedagang kaki lima jenis makanan
meliputi tamat SD 4 orang, tamat SMP 12 orang, tamat SMA 22 orang
69
dan lulusan perguruan tinggi 1 orang dengan jumlah pedagang kaki lima ada 39 orang, kemudian untuk pedagang kaki lima non makanan tamat SD tidak ada, tamat SMP 3 orang, sedangkan untuk tamat SMA 4 orang dan perguruan tinggi tidak ada atau kosong dengan jumlah pedagang kaki lima ada 7orang dan untuk pedagang kaki lima dengan jasa pelayanan tingkat pendidikannya meliputi tidak sekolah tamat SD 1 orang, tamat SMP 4 orang, untuk tamat SMA 2 orang dan lulusan perguruan tinggi tidak ada atau kosong dengan jumlah Pedagang Kaki Lima ada 7 orang. d. Identitas Pedagang Kaki Lima Menurut Status Perkawinan Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengisian angket dapat diketahui data status perkawinan Pedagang Kaki Lima seperti tertera pada Tabel 24 berikut. Tabel 24. Status Perkawinan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Status Perkawinan Jumlah Jenis Dagangan
Menikah
Lajang
Janda/Duda
Makanan
36
3
-
39
Non Makanan
6
1
-
7
Jasa Pelayanan
6
1
-
7
Jumlah
48
5
-
53
90,56
9,44
-
100
Persentase (%)
Sumber : Data Primer, 2010 Berdasar data Tabel 24 dari 53 pedagang kaki lima, menunjukan sebanyak 90,56% atau 48 pedagang kaki lima berstatus
70
sudah menikah, 5 pedagang kaki lima belum menikah atau masih lajang (9,44%). e. Daerah Asal Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Menurut hasil penelitian terhadap pedagang kaki lima yang dilakukan menunjukan bahwa pedagang yang membuka usahanya di Kelurahan Sragen Kulon memiliki daerah asal yang bervariatif, mulai dari pedagang kaki lima yang berasal dari daerah sekitar Kabupaten Sragen dan adapula juga yang berasal dari luar Kabupaten Sragen. Pada tabel berikut terlihat bahwa 79,5% berasal dari Kabupaten Sragen dengan jumlah sebanyak 42 orang yang menjadi pedagang kaki lima. Sementara sebanyak 20,5% berasal dari luar Kabupaten Sragen dengan jumlah sebanyak 11 orang yang tersebar di beberapa Kabupaten yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
71
Tabel 25. Daerah Asal Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Daerah Asal
Jenis Dagangan Non Jasa Makanan Makanan Pelayanan
Jumlah
Persen (%)
Sragen
30
5
7
42
79,25
Madura
2
1
-
3
5,66
Boyolali
1
-
-
1
1,89
Wonogiri
1
-
-
1
1,89
Klaten
3
-
-
3
5,66
Ngawi
-
1
-
1
1,89
Banyumas
1
-
-
1
1,89
Karanganyar
1
-
-
1
1,89
Jumlah
39
7
7
53
100
Sumber : Data Primer, 2010 f. Lama Usaha Pedagang Pedagang kaki lima yang berjualan di lokasi di Kelurahan Sragen mayoritas adalah pedagang yang baru membuka usahanya. Hal tersebut dibuktikan dengan 54,72% atau 29 pedagang kaki lima baru membuka usaha antara 0 – 5 tahun. Akan tetapi juga ada yang sudah lebih dari 5 tahun yang membuka usahanya di kawasan ini, sebanyak 18 pedagang kaki lima telah membuka usaha antara 6 – 10 tahun (33,96%), dan sebanyak 6 orang berjualan lebih dari 10 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
72
Tabel 26. Lama Usaha Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Lama Menjadi PKL (Tahun)
Jenis PKL
Jumlah
0-5
6-10
11-15
15+
Makanan
23
12
4
-
39
Non Makanan
3
3
1
-
7
Jasa Pelayanan
3
3
-
1
7
Jumlah
29
18
5
1
53
9,43
1,89
100
Persen (%) 54,72 33,96 Sumber : Data Primer, 2010
g. Identitas Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Menurut Jumlah Anak dan Tanggungan Jumlah anak dan tanggungan Pedagang Kaki Lima dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 27 berikut. Tabel 27. Jumlah Anak dan Tanggungan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Jumlah Anak
Jenis Dagangan
1
Jumlah
2
Jumlah
3
Jumlah
4
Jumlah
Makanan
9
9
14
28
9
27
2
8
Non Makanan
1
1
4
8
-
-
1
4
Jasa Pelayanan
1
1
1
2
2
6
1
4
Jumlah
11
11
19
38
11
33
4
16
Sumber : Data Primer, 2010 Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa sebagian besar pedagang kaki lima memiliki anak 2 orang. Untuk pedagang kaki lima jenis makanan yang memiliki 2 orang anak ada 14 orang, kemudian pedagang kaki lima non makanan ada 4 orang dan pedagang kaki lima jasa pelayanan ada 1 orang. Kemudian yang memiliki 1 orang anak
73
untuk pedagang kaki lima makanan ada 9 orang, pedagang kaki lima non makanan ada 1 orang, dan pedagang kaki lima jasa pelayanan ada 1 orang. Kemudian pedagang kaki lima yang memiliki 3 orang anak untuk pedagang kaki lima jenis makanan sebanyak 9 orang, pedagang kaki lima non makanan tidak ada dan pedagang kaki lima jasa pelayanan ada 2 orang. Pedagang kaki lima jenis makanan yang memiliki 4 orang anak sebanyak 2 orang , pedagang kaki lima non makanan 1 orang dan pedagang kaki lima jasa pelayanan ada 1 orang. h. Pendidikan Anak Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Pedagang kaki lima berusaha agar anak-anaknya dapat bersekolah yang tinggi dengan harapan dapat merubah kondisi yang mereka alami saat ini. Berikut adalah tabel tentang data jumlah anak pedagang kaki lima yang masih bersekolah. Tabel 28. Jumlah Anak Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 Yang Bersekolah Jenis dagangan Makanan Non Makanan Jasa Pelayanan Jumlah Persen (%)
Jumlah Anak 72 13 13 98
Pendidikan Anak TS SD SMP SMA 7 21 20 19 2 5 4 2 2 4 4 3 11 30 28 24 11.22 30.61 28.57 24.49
Sumber : Data Primer, 2010
PT 5 5 5.1
Jumlah 72 13 13 98 100
74
B. Pembahasan 1. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima Peranan dalam menentukan lokasi dagang sangat penting dalam suatu kegiatan perdagangan, karena pada dasarnya penentuan lokasi berdagang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Penentuan lokasi tidak dapat dilakukan sembarangan tetapi harus dengan berbagai pertimbangan, hal ini untuk menghindari efek yang kurang menguntungkan dari pendirian lokasi yang dilakukan. Lokasi pedagang kaki lima sebagian besar berada di Dukuh Beloran (Tabel 8 halaman 49). Hal ini terjadi karena lokasinya yang sangat strategis dan banyak terdapat pusat kegiatan ekonomi berada di kawasan ini, seperti perkantoran, perbelanjaan, dan pendidikan. sehingga banyak para pedagang kaki lima yang membuka usahanya disini. Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang, karena pola persebaran ini dipengaruhi oleh pola jaringan jalan. Kegiatan pedagang kaki lima dengan pola persebaran memanjang terjadi di sepanjang atau pinggir jalan utama atau pada jalan-jalan penghubungnya. Alasan pedagang kaki lima memilih lokasi di berbagai ruas jalan tersebut adalah karena aksesibilitas yang tinggi sehingga berpotensi besar mendatangkan konsumen. Kegiatan pedagang kaki lima dengan pola penyebaran memanjang banyak terjadi di sepanjang utama Kota Sragen yang
75
merupakan Jalan Solo-Surabaya, sehingga memungkinkan pedagang kaki lima dengan mudah menjumpai konsumen baik yang bersifat lokal maupun interlokal. Hal ini sesuai dengan teori lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron dalam Prasetyo (2003: 34) bahwa menentukan lokasi harus didasarkan pada faktor-faktor penentu lokasi, seperti dekat dengan fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi). Selain itu, alasan lain yang diungkapkan banyak pedagang kaki lima yang membuka usaha di lokasi ini dikarenakan dekat dengan tempat tinggal mereka, sehingga biaya transportasi dalam melakukan aktivitas perdagangan dapat ditekan. 2. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima terdiri dari berbagai macam jenis, baik yang bersifat makanan, non makanan, maupun jasa, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang bervariatif. Dagangan yang paling banyak dijual oleh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon adalah makanan. Jenis dagangan tersebut diminati pedagang kaki lima karena pedagang ini mencoba menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang makanan. Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima jenis makanan paling banyak terdapat di jalan utama karena jalan ini banyak dilewati konsumen baik yang bersifat lokal maupun interlokal (Tabel 10 halaman 51). Konsumen yang ada di jalur ini adalah pegawai kantor, pelayan toko,
76
pengguna jalan dan masyarakat sekitar. Hal itu menandakan bahwa pedagang kaki lima di kawasan tersebut ditarik oleh kegiatan ekonomi yang ada di sepanjang jalan utama tersebut, mengingat bahwa banyak kantor-kantor, pusat perbelanjaan yang berlokasi di wilayah Sragen Kulon. Kondisi tersebut dicoba untuk dimanfaatkan pedagang kaki lima yang berharap kepada pegawai atau karyawan untuk makan siang pada waktu jam istirahat dan penduduk sekitar untuk membeli makanan di tempat mereka yang berjualan makanan. Pedagang kaki lima ini tidak semata hanya melayani warga atau konsumen lokal melainkan juga melayani konsumen interlokal, mengingat letak Kelurahan Sragen Kulon yang berada dan di lewati jalan utama Solo-Surabaya memungkinkan para konsumen interlokal ini untuk makan atau minum sembari beristirahat sejenak setelah melakukan perjalanan jauh, atau membutuhkan jasa pelayanan tambal ban jika mengalami kebocoran ban ketika dalam melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. 3. Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Terhadap Keluarga Pendapatan pedagang kaki lima pada dasarnya sangat sulit diprediksi karena hasil mereka sangat tergantung dari banyaknya konsumen yang membeli barang dan jasa kepadanya. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata pedagang kaki lima perbulan adalah Rp1.166.037,00. Penghasilan tersebut sudah melebihi Upah Minimum
77
Kabupaten (UMK) Sragen yang hanya Rp 760.000,00 pada tahun 2011 (Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 561.4/69/2010). Hal inilah yang menyebabkan para pedagang kaki lima tidak mau beralih ke pekerjaan lain dan menjadikan kegiatan berdagang sebagai pekerjaan pokok karena penghasilannya sudah memenuhi bahkan melebihi standar UMK Sragen. Menurut BPS (2003:25) pendapatan tersebut sudah termasuk golongan pendapatan tinggi, karena pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per bulan. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima jauh lebih besar dibandingkan dengan sumbangan pendapatan anggota keluarga lainnya. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga sebesar 68,68%, sumbangan tersebut lebih dari sumbangan anggota keluarga lainnya yang hanya 31,32%. Komposisi sumbangan terhadap pendapatan keluarga yang besar ini membuat pedagang kaki lima ini merasa nyaman untuk tetap berusaha dan melanjutkan usaha berdagangnya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Distribusi Spasial Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen”, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut, yaitu. 1. Distribusi spasial lokasi pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang mengikuti jalan utama Kota Sragen. Lokasi pedagang kaki lima sebagian besar berada di Dukuh Beloran sebanyak 30 orang (56.6%) dari total 53 pedagang kaki lima yang ada. 2. Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon didominasi oleh jenis dagangan makanan yaitu sebanyak 39 orang (73,6%), jenis dagangan non makanan sebanyak 7 orang (13,2%) dan jasa pelayanan sebanyak 7 orang (13,2%). 3. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga sebesar 68,68 %. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima perbulan adalah Rp 1.166.037,00.
78
79
B. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Pedagang kaki lima masih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan tentang tempat-tempat yang diperbolehkan untuk berdagang supaya tidak mengganggu ketertiban. 2. Pedagang kaki lima masih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan tentang jenis-jenis dagangan
yang memenuhi standar kesehatan,
khususnya jenis dagangan makanan dan minuman. 3. Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon sebaiknya membentuk sebuah paguyuban pedagang, sehingga dapat membantu permodalan usaha, hal ini sangat penting untuk mendukung keberlangsungan usaha mereka pada saat-saat tertentu.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 1989. Persebaran pedagang kaki lima (Studi Kasus Di Kotamadya Yogyakarta). Tesis. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Alma, Buchari. 2004. Kewirausahaan. Bandung: CV Alfabeta. Anoraga, Panji. 2004. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Astriyanto, Teguh. 2010. Analisis lokasi usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Semarang: fakultas Ekonomi UNNES. Bintarto R dan Surastopo. 1978. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. BPS. 2008. Kecamatan Sragen Dalam Angka. BPS Kabupaten Sragen. Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: PT. Alumni. Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Giyarsih, Sri Rum. 1999. Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. Majalah Geografi Volume 13.No 2. September. Hal 143 dan 147. Hardati, Puji. 2001. Prospek dan Kontribusi Industri Rumah Tangga Kerajinan dalam Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan. Semarang: IKIP Press. Herlianto. 1986. Urbanisasi dan Pembangunan Kota. Bandung: PT. Alumni. Ine, Wahyu Purwanti. 2004. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pesanggem di Kecamatan Selo Kabupaten Rembang. Skripsi S-1. Semarang: UNNES. Kaslan, A Thohir. 1990. Ekonomi Selayang Pandang. Bandung: Sinar Bandung. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 561.4/69/2010 Tentang Upah Minimum Pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998 Tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan. Kompas. 2004. Stabilitas pangan terancam, lahan menyempit irigasi kacau. 17 Mei. Hal. 6. 80
81
Koran Tempo. 2010. Pertumbuhan Penduduk Melejit. 21 Juli. Hal. 8. Nazir, Mohamad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurhanafiansyah. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima yang Membuka Usaha Makanan dan Minuman Pada Malam Hari Di Jalan Utama Utara Yogyakarta. Skripsi S-1. Universitas Gadjah Mada (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Perda Daerah No. 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Kota Semarang. Prajanto, Joko. 2009. Analisis Profil dan Persebaran Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Sukoharjo. Skripsi S-1. Fakultas Geografi UMS (tidak diterbitkan). Prasetyo, P Eko. 2003. Model Keputusan Pemilihan Lokasi Usaha. Jurnal sains dan teknologi sinergi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Universitas PGRI. Rahman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press. Saedah, Tri S. 1990. Masyarakat Petani, Mata Pencaharian Sambilan dan Kesempatan Kerja di Keluarga Rakung Timur DKI Jakarta. Jakarta: DEPDIKBUD. Sari, Nina Wulan. 2008. Mobilitas Non Permanen Pemulung di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Skripsi S-1. Semarang: UNNES. Simanjuntak, Payaman J. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Geografi Pembangunan. Jakarta: DEPDIKBUD. Suratmi. 1999. Peranan Industri Batu Bata Terhadap Penyerapan Tenaga kerja Dan Peningkatan Pendapatan Keluarga Petani Di Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten. Skripsi S-1. Semarang: FIS UNNES. Surya, Octora Lintang. 2006. Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Sekitar R.S dr Karyadi di Kota Semarang. Skripsi S-1. Semarang: Fakultas Tehnik UNDIP. Tarigan, Robinson. 2005. Teori dan Aplikasi Ekonomi Regional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Tika, Moh pabundu.2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Rajawali.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 No. Responden :……… Untuk Pedagang Kaki Lima INSTRUMEN PENELITIAN “Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen
Petunjuk Pengisian 1. Sebelum mengisi angket ini bacalah dengan teliti. 2. Cara pengisian dengan memberikan tanda (X) pada jawaban yang tersedia. 3. Berilah jawaban secara singkat untuk soal yang berbentuk uraian pada tempat yang telah tersedia. 4. Jawablah pertanyaan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:…
2. Jenis kelamin
:L/P
3. Umur
:…
4. Status pendidikan
:…
5. Status Pernikahan
:…
6. Jumlah anak saudara: …
Pendidikan …
7. Asal Responden
: Desa …
Kecamatan …
Kabupaten … II. USAHA 1. Dimana lokasi anda dalam melakukan kegiatan berdagang? a. Lokasi absolute : b. Lokasi relative
:
2. Jenis dagangan apa yang saudara jual a. Makanan, sebutkan … b. Jasa pelayanan, sebutkan … c. Non makanan, sebutkan … 3. Berapa lama anda menjadi PKL? 4. Berapa jam anda membuka usaha dalam sehari?
III. PENDAPATAN 1. Pendapatan PKL a Berapa pendapatan yang saudara terima dari berdagang kaki lima tiap hari, sebutkan … b Apa pekerjaan saudara selain menjadi PKL, sebutkan … c berapa pendapatan dari pekerjaan selain menjadi PKL, sebutkan… 2. Pendapatan suami / istri a Apakah suami / istri saudara bekerja …jika iya, apa pekerjaannya …. Berapa pendapatannya …
b Apakah anak saudara bekerja …jika iya, apa pekerjaannya …. Berapa pendapatannya … 3. Berapa pendapatan keluarga, sebutkan …. IV. KEPEMILIKAN RUMAH TANGGA 1. Status kepemilikan rumah yang saudara tempati a Rumah pribadi. c. Sewa kontrakan. b Sewa bulanan.
d. Kepunyaan saudara terdekat anda.
2. Lamanya saudara bertempat tinggal di rumah ini. a 1 – 5 tahun.
c. 11-15 tahun.
b 6 – 10 tahun.
d. > 15 tahun.
3. Jenis atap rumah yang saudara tempati a Genteng.
c. Seng
b Kayu.
d. Asbes
4. Jenis dinding rumah a Tembok
c. Bambu
b Kayu.
d. Gribig
5. Jenis lantai rumah a Keramik.
c. Plester
b Tegel.
d. Tanah
6. Alat elektronik yang saudara miliki. a TV, tape, radio, hp (lengkap 4 macam) b 3 macam dari 4 diatas.
c 2 macam dari 4 diatas d Tidak punya 7. Alat transportasi yang saudara miliki. a Mobil, motor, sepeda (lengkap 3 macam) b 2 macam dari 3 di atas. c 1 macam dari 3 di atas. d Tidak punya.
LAMPIRAN 2 Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon 2010 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Nama Ibu Sugiman Mas Taufik Hasan Maryanto Jack Aris Yudi Bu Wito Bu Johan BJ Untung Supadmi Yuni Ari Nugroho Senen Handoyo Andik Bu Kamto Parno Ika Glimpung Agung Ibu Darmi Dul Gesit Mas Nanda Mas Petruk Mbah Dul Parji Bantolo Amir Rini Suyatno Ranto Sri Lestari Bu Siti Mulyanto Mbak Timpong Dwi Yanto Bu Gendro Yatmi Rohim Rini Lek Men Pak Nur Mang Brewok Cipto Supri Suyatno
Lokasi Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Mojosari Mojosari Mojosari Mojosari Mojosari Jetis Mojo Mulyo Mojo Mulyo Mojo Mulyo Mojo Mulyo Cantel Kulon Cantel Kulon Talangrejo Ringin Anom Kuwung Sari Kuwung Sari Kuwung Sari Kuwung Sari Talangrejo Talangrejo
X 501092 501146 501173 501176 501176 501185 501191 501198 501198 501266 501256 501300 501325 501440 501389 501416 501506 501525 501689 501689 501696 501716 501725 501753 501849 501954 501955 501951 501960 502403 502402 502446 502455 502461 502449 501150 501154 501152 501146 501996 501508 501819 501783 501975 502091 502183 502215 502235 502246
Y 9178736 9178748 9178740 9178742 9178768 9178733 9178730 9178734 9178736 9178778 9178776 9178796 9178798 9178810 9178828 9178818 9178820 9178822 9178852 9178854 9178864 9178866 9178866 9178876 9178890 9178878 9178838 9178822 9178848 9178576 9178574 9178488 9178343 9178330 9178158 9178330 9178412 9178343 9178822 9179980 9179162 9178902 9178922 9178934 9178952 9179012 9179140 9179210 9179246
50 51 52 53
Pardi Mas Bunder Giyarto Bu Priyanto
Talangrejo Talangrejo Talangrejo Beloran
502247 502256 502263 501406
9179254 9179282 9179310 9178804
LAMPIRAN 3 Data Hasil Penelitian Identitas Responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Ibu Sugiman Mas Taufik Hasan Maryanto Jack Aris Yudi Bu Wito Bu Johan BJ Untung Supadmi Yuni Ari Nugroho Senen Handoyo Andik Bu Kamto Parno Ika Glimpung Agung Ibu Darmi Dul Gesit Mas Nanda
Jenis Kelamin P L L L L L L P P L L P P L L L L P L P L L P L L L
Umur 46 32 38 40 30 38 28 51 40 37 40 44 26 30 34 33 40 43 32 28 41 29 46 20 27 28
Status Pernikahan Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah menikah Menikah Menikah Lajang Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Lajang Menikah Lajang Lajang Menikah
Pendidikan
Jumlah Anak
SMA SMA SMP SMA SMA SMA Sarjana SMP SMP SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMP SMP SMA SMP SMP SMA SMP SMA SMA
3 2 3 2 1 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 3 1
SD 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 -
Pendidikan Anak SMP SMA PT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
TS 1 1 1 1 1 1 1
Asal (Kab) Sragen Sragen Madura Sragen Klaten Madura Sragen Sragen Madura Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Wonogiri Sragen Boyolali Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Klaten Sragen Ngawi
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Mas Petruk Mbah Dul Parji Bantolo Amir Rini Suyatno Ranto Sri Lestari Bu Siti Mulyanto Mbak Timpong Dwi Yanto Bu Gendro Yatmi Rohim Rini Lek Men Pak Nur Mang Brewok Cipto Supri Suyatno Pardi Mas Bunder Giyarto Bu Priyanto
L L L L L P L L P P L P L P P L P L L L L L L L L L P
28 61 43 30 27 29 38 34 32 35 45 36 30 47 42 40 27 39 43 48 35 32 41 44 36 37 45
Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Lajang Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah
SMA SD SMP SMA SMA SMA SMP SMP SMP SMP SD SMA SMA SMP SD SMP SMA SD SMP SD SMA SMA SMA SMP SMA SMP SD
1 4 2 2 1 2 1 1 3 4 2 1 3 2 3 4 2 1 2 2 1 3 3
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 -
3 1 3 1 1 1 2 2 1 1
-
1 1 1 1
Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Klaten Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Sragen Kr. Anyar Sragen Banyumas
LAMPIRAN 4 Data Hasil Penelitian Lokasi dan Jenis Dagangan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Nama Ibu Sugiman Mas Taufik Hasan Maryanto Jack Aris Yudi Bu Wito Bu Johan BJ Untung Supadmi Yuni Ari Nugroho Senen Handoyo Andik Bu Kamto Parno Ika Glimpung Agung Ibu Darmi Dul Gesit Mas Nanda Mas Petruk Mbah Dul Parji Bantolo Amir Rini Suyatno Ranto Sri Lestari Bu Siti Mulyanto Mbak Timpong Dwi Yanto Bu Gendro Yatmi Rohim Rini Lek Men Pak Nur Mang Brewok Cipto Supri Suyatno Pardi Mas Bunder Giyarto Bu Priyanto
Lokasi Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Beloran Mojosari Mojosari Mojosari Mojosari Mojosari Mojosari Mojo Kulon Mojo Kulon Mojo Kulon Mojo Mulyo Cantel Kulon Cantel Kulon Talangrejo Ringin Anom Kuwung Sari Kuwung Sari Kuwung Sari Kuwung Sari Talangrejo Talangrejo Talangrejo Talangrejo Talangrejo Beloran
Jenis Dagangan Makanan (Lontong Opor) Makanan (Roti Bakar) Makanan (Sate Ayam) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Bubur Kcg Ijo) Makanan (Ayam Bakar) Makanan (Soto Sapi) Non Makanan (Kelontong) Makanan (Es Degan) Non Makanan (Koran) Makanan (KFC) Makanan (Es Buah) Makanan (Es Degan) Makanan (Nasi Kucing) Non Makanan (Koran) Makanan (sea Food) Makanan (soto Ayam) Jasa Pelayanan (Tambal Ban) Makanan (Es Buah) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Bubur Kcg Ijo) Makanan (Sate Ayam) Makanan (Nasi Kucing) Non Makanan (Koran) Non Makanan (Helm) Makanan (Mi Ayam) Makanan (Nasi Tumpang) Makanan (Nasi Kucing) Non Makanan (Koran) Jasa Pelayanan (Tambal Ban) Makanan (Nasi Tumpang) Jasa Pelayanan (Tambal Ban) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Nasi Goreng) Makanan (Nasi Rames) Jasa Pelayanan (Tambal Ban) Makanan (Nasi Tumpang) Jasa Pelayanan (Tambal Ban) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Nasi Tumpang) Jasa Pelayanan (Ahli Kunci) Makanan (Es jus) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Nasi Penyet) Makanan (Kare Ayam) Makanan (Nasi Kucing) Makanan (Susu Segar) Makanan (Roti Bakar) Non Makanan (Warung Rokok) Makanan (Nasi Kucing) Jasa Pelayanan (Tambal Ban) Makanan (Es Kcg Ijo)
Lama PKL (Th) 5 7 9 8 2 4 2 13 5 3 4 4 3 1 12 10 8 5 5 3 7 4 5 3 7 2 8 8 6 9 3 2 6 5 6 4 18 3 5 13 3 10 2 9 4 14 4 5 6 14 5 8 7
Jam Kerja ( Jam/ hr) 6 6 6 7 7 6 6 4 7 8 7 6 7 8 8 7 6 6 9 7 9 6 7 9 7 6 8 7 6 7 7 6 8 7 8 6 7 7 8 6 6 8 6 8 5 5 8 7 6 6 7 5 6
LAMPIRAN 5 Data Hasil Penelitian Pendapatan Keluarga No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Ibu Sugiman Mas Taufik Hasan Maryanto Jack Aris Yudi Bu Wito Bu Johan BJ Untung Supadmi Yuni Ari Nugroho Senen Handoyo Andik Bu Kamto Parno Ika Glimpung Agung Ibu Darmi Dul Gesit Mas Nanda
Pendapatan Berdagang 60,000 40,000 45,000 60,000 50,000 30,000 60,000 45,000 30,000 30,000 25,000 35,000 30,000 30,000 60,000 25,000 65,000 45,000 15,000 35,000 50,000 30,000 40,000 60,000 25,000 45,000
Pendapatan Selain PKL 10,000 4,000 5,000 5,000 -
Pendapatan Suami/ istri 65,000 20,000 20,000 30,000 30,000 30,000 20,000 20,000 25,000 20,000 60,000 15,000 30,000 60,000 -
Total Pendapatan Keluarga 125,000 60,000 65,000 60,000 50,000 70,000 60,000 75,000 60,000 30,000 45,000 55,000 30,000 59,000 60,000 45,000 65,000 105,000 35,000 65,000 50,000 35,000 100,000 60,000 25,000 45,000
SPKL
Pekerjaan Pokok
Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan suami/istri
48.00 66.67 69.23 100.00 100.00 42.86 100.00 60.00 50.00 100.00 55.56 63.64 100.00 50.85 100.00 55.56 100.00 42.86 42.86 53.85 100.00 85.71 40.00 100.00 100.00 100.00
PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Buruh -
pedagang pedagang pedagang Buruh Pedagang Tukang Cukur pedagang Tukang Becak Buruh Pedagang PNS Buruh Sopir PNS -
Buruh Buruh Buruh -
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Mas Petruk Mbah Dul Parji Bantolo Amir Rini Suyatno Ranto Sri Lestari Bu Siti Mulyanto Mbak Timpong Dwi Yanto Bu Gendro Yatmi Rohim Rini Lek Men Pak Nur Mang Brewok Cipto Supri Suyatno Pardi Mas Bunder Giyarto Bu Priyanto
40,000 40,000 45,000 30,000 20,000 35,000 15,000 35,000 45,000 40,000 20,000 45,000 10,000 40,000 45,000 50,000 35,000 45,000 50,000 45,000 45,000 50,000 45,000 35,000 50,000 20,000 20,000
5,000 5,000 10,000 5,000 5,000 5,000 -
20,000 10,000 5,000 20,000 25,000 10,000 20,000 25,000 50,000 15,000 40,000 35,000 40,000 20,000 35,000 20,000 30,000 15,000 20,000 25,000 15,000 10,000 25,000 10,000 25,000
60,000 50,000 50,000 30,000 40,000 60,000 30,000 60,000 70,000 90,000 45,000 85,000 15,000 75,000 85,000 70,000 70,000 70,000 80,000 60,000 65,000 75,000 60,000 45,000 75,000 35,000 45,000
66.67 80.00 90.00 100.00 50.00 58.33 50.00 58.33 64.29 44.44 44.44 52.94 66.67 53.33 52.94 71.43 50.00 64.29 62.50 75.00 69.23 66.67 75.00 77.78 66.67 57.14 44.44
PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL PKL
Buruh Buruh Tukang Becak Buruh Buruh Buruh -
Pedagang Buruh Buruh Pedagang Tukang Becak Buruh Pedagang Sopir PNS Buruh Sopir Sopir Pedagang Pedagang Pedagang Buruh Pedagang Buruh Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang Buruh Buruh
LAMPIRAN 6 Data Hasil Penelitian Kepemilikan Rumah Tangga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Nama Ibu Sugiman Mas Taufik Hasan Maryanto Jack Aris Yudi Bu Wito Bu Johan BJ Untung Supadmi Yuni Ari Nugroho Senen Handoyo Andik Bu Kamto Parno Ika Glimpung Agung Ibu Darmi Dul Gesit Mas Nanda Mas Petruk Mbah Dul Parji Bantolo Amir Rini Suyatno Ranto Sri Lestari Bu Siti Mulyanto Mbak Timpong Dwi Yanto Bu Gendro Yatmi Rohim Rini Lek Men Pak Nur Mang Brewok Cipto Supri Suyatno Pardi Mas Bunder Giyarto
Status Kepemilikan 2 1 1 3 4 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1
Lama Tinggal 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 3 4 5 2 2 2 3 1 1 4 2 2 2 4 3 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 4 3 2 3
Jenis atap Rumah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4
Jenis Dinding 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Jenis Lantai 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 1 2 3 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 4
Alat Elektronik 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 3 3 2 2 1 1 2 1 3 2 3 2 1 2 2 3 2 3 3 3
Alat Transportasi 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4
53
Bu Priyanto
2
1
Keterangan : 1 = A; 2 = B; 3 = C; 4 = D
1
1
3
3
2
LAMPIRAN 7 Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN 8 Surat Rekomendasi Penelitian