JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DI KOTA GRESIK Panji Anindito, Dr. Ir. Rimadewi Supriharjo, MIP. Program Studi Perencaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak— Permasalahan pokok dalam rangka pemerataan dan peningkatan akses TK di Kota Gresik adalah kesenjangan distribusi fasilitas pendidikan dasar antar wilayahnya dan kondisi TK yang ada di wilayah studi belum mampu mengakomodasi kebutuhan wilayahnya. Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep distribusi fasilitas pendidikan yang mendukung pemerataan dan peningkatan akses TK di Kota Gresik. Teknik analisa dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa teknik analisis, yaitu: cluster analysis, analisis kualitatif deskriptif. Analisa yang dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi tingkat kebutuhan dan tingkat ketersediaan wilayah yang selanjutnya dipakai untuk analisa keseimbangan. Pada Analisa Keseimbangan wilayah selanjutnya adalah mengelompokkan 42 wilayah Kelurahan berdasarkan kebutuhan fasilitas menjadi 4 kelompok wilayah, yaitu: wilayah keseimbangan rendah (1 kelurahan), keseimbangan menengah (29 kelurahan), keseimbangan tinggi (1 kelurahan) dan keseimbangan sangat tinggi 11 kelurahan). Konsep ideal distribusi fasilitas pendidikan Taman Kanak-kanak di Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas secara lebih rinci diarahkan pada: dua bagian pokok. Pertama, Penambahan unit TK. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan yang ada di wilayahnya. Penambahan TK sendiri membutuhkan pembangunan total sebanyak 362 unit baru dan juga terdapat 22 unit yang bersifat pemakaian bersama antar Kelurahan. Ke-dua, terdapat 10 kelurahan yang butuh Pengoptimalan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas sesuai dengan hasil analisa keseimbangan. Kata Kunci—distribusi fasilitas pendidikan, taman kanakkanak, tingkat aksesibilitas, penambahan unit
I. PENDAHULUAN ENDIDIKAN menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bisa memenangi kompetisi global [1]. Pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat
P
pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun, dimana 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke105 (1998), dan ke-109 (1999) [2]. Pendidikan perlu dimulai sejak dini, terlebih untuk mengejar ketertinggalan Indonesia memasuki era globalisasi, terutama masalah kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat di bangun pilar-pilar sumber daya manusia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Yang menjadi salah satu penyebab dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah kurang meratanya kualitas sarana dan prasarana pendidikan [3]. Taman Kanak-Kanak merupakan bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan Sekolah Dasar. Namun pada kenyataannya pemerataan untuk fasilitas pendidikan berupa TK ini kerap diabaikan. Pembangunan pendidikan di Kabupaten Gresik terfokus kepada dua hasil yang ingin dicapai yaitu pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan kualitas pendidikan. Di Kota Gresik Jumlah lembaga taman kanak-kanak adalah 47 buah, sedangkan untuk penduduk usia 4-6 tahun yang memiliki proporsi untuk masuk TK adalah 21535 jiwa [4]. Jika ditinjau dari jumlah perumahan sebagai tempat tinggal dari murid TK proporsi antara kecamatan Gresik dan Kebomas hampir berimbang yaitu 50,6 persen untuk kecamatan Gresik dan 49,4 persen untuk Kecamatan Kebomas sehingga berdasarkan analisis kebutuhan menunjukkan suatu kondisi tidak seimbang yang ditunjukkan oleh jumlah permukiman dengan jumlah unit TK yang ada. Tingkat pelayanan dari Taman Kanak-kanak dari delapan SKP yang ada di dua Kecamatan ini tergolong dalam kategori tingkat pelayanan yang rendah [5]. Berdasarkan fakta tersebut, maka dilakukan penelitian guna mengetahui penyesuaian penyediaan fasilitas pendidikan TK yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kesenjangan distribusi fasilitas pendidikan TK di masing-masing wilayah di Kota Gresik agar kedepannya dapat direncanakan distribusi fasilitas pendidikan untuk pemerataan fasilitas pendidikan TK di Kota Gresik mengingat usia prasekolah merupakan masa keemasan untuk anak-anak dalam belajar, masa anak berada dalam keadaan yang sangat peka untuk menyerap segala
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 informasi yang ada disekitarnya, lingkungan terdekatnya, dan menerima rangsangan-rangsangan dari luar. II. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Tingkat Kebutuhan dan Ketersediaan di Masing-Masing Wilayah Kecamatan Untuk menjawab sasaran pertama berupa identifikasi indikator-indikator tingkat kebutuhan TK di masing-masing wilayah kecamatan digunakan pendekatan analisis statistik deskriptif yang mana dalam penelitian ini akan dibandingkan dengan beberapa standar sarana prasarana pendidikan. Penggunaan standar sarana prasarana tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran detail tingkat kebutuhan masingmasing wilayah terhadap TK. Teknik analisis statistik deskriptif tersebut menggunakan teknik distribusi relatif untuk menghitung tinggi rendahnya tingkat kebutuhan masingmasing wilayah relatif terhadap wilayah lainnya yang merupakan perhitungan probabilitas. Dari hasil probabilitas tersebut diperoleh ukuran relatif dengan formulasi sebagai berikut: Keterangan: - IK = indeks kebutuhan wilayah terhadap fasilitas pendidikan wilayah I; - KF = kebutuhan fasilitas pendidikan wilayah I; - n = jumlah wilayah keseluruhan
Analisis tingkat kebutuhan TK di masing-masing wilayah disesuaikan dengan pendekatan Rawl’s Criterion dan analisis deskriptif. Hasil pengolahan data yaitu bernilai antara kurang dari 1 dan lebih dari 1. B. Analisis Keseimbangan Kebutuhan Wilayah Terhadap TK dengan Tingkat Ketersediaan TK di Masing-masing WIlayah Analisa Kesimbangan ini dilakukan dengan membandingkan anatara rata-rata indeks yang didapat dari hasil analisakebutuhan wilayah (Tingkat Aksesibilitas, Jumlah penduduk usia sekolah, Jumlah penduduk di wilayah bersangkutan, Jarak fasilitas dari permukiman terdekat) dengan rata-rata indeks yang didapat dari hasil analisa ketersediaan wilayah (Daya Tampung dan Sarana Penghubung). Sehingga hasil yang didapat adalah bagaimana ketersediaan wilayah dapat mengatasi kebutuhan yang ada di wilayahnya tersebut. Cara yang diguankan adalah melihat selisih dari indeks ketersediaan dengan indeks kebutuhan. Sehingga menghasilkan nilai yang memiliki arti keseimbangan sudah tercukupi jika > 0 dan berarti ketidakseimbangan jika nilainya < 0. C. Analisis Pengelompokan dan Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tingkay Keseimbangan Wilayah Analisis pada tahap ini menggunakan analisis kluster. Analisis kluster merupakan alat analisis yang digunakan untuk pengelompokan suatu kawasan atau daerah berdasarkan atas
2 karakteristik-karakteristik yang melekat pada masing-masing kelompok (Fotheringham, et.all.: 2007; Hamilton: 2006; Rogerson: 2001). Karakteristik-karakteristik tersebut termasuk didalamnya adalah karakteristik dan kebutuhan wilayah serta tingkat ketersediaan yang menentukan persebaran TK di wilayah penelitian. Dari hasil analisis statistik di atas, selanjutnya dilakukan interpretasi hasil analisa dalam bentuk karakteristik masing-masing kelompok (klaster) TK berdasarkan karakteristik dan kebutuhan wilayah; kondisi dan kualitas fasilitas; serta tingkat aksesibilitas. Selanjutnya, hasil analisa klaster dipetakan dalam bentuk persebaran sekolah secara spasial; kondisi dan kualitas fasilitas TK serta tingkat aksesibilitas TK diwilayah analisis. Pembentukan klaster TK secara spasial menggunakan spatial analysis dengan menggunakan fasilitas bantuan dari beberapa aplikasi Geographics Information System (GIS). D. Intepretasi Hasil Dan Sintesa Perumusan Konsep Distribusi Fasilitas Pendidikan Untuk Mendukung Perluasan Dan Pemerataan Akses Pendidikan TK Metode penelitian yang digunakan untuk merumuskan konsep distribusi fasilitas adalah analissi deskriptif yang berdasar pada dua poin utama yang akan diintepretasi, yaitu: a. Menentukan penambahan unit. Penambahan unit ini bertujuan untuk wilayah analisis dapat mengakomodasi kebutuhan yang ada di wilayahnya. Dengan mempertimbangkan kapasitas daya tampung ideal dengan jumlah penduduk usia 4-6 tahun. b. Pengoptimalan sarana penghubung dan aksesibilitas. Pengoptimalan ini berfungsi untuk mengurangi waktu tempuh untuk menuju TK. Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah kondisi sarana penghubung dengan tingkat aksesibilitas tiap wilayah. III. HASIL DAN DISKUSI A. Identifikasi Tingkat Kebutuhan dan Ketersediaan di Masing-Masing Wilayah Kecamatan Hasil identifikasi tingkat kebutuhan wilayah menunjukkan bahwa Indeks kebutuhan bernilai kurang 1 diartikan sebagai wilayah dengan tingkat kebutuhan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, nilai indeks kebutuhan dalam satu wilayah yang bernilai lebih dari 1 artinya wilayah yang memiliki tingkat kebutuhan lebih tinggi jika dibandingkan wilayah lainnya, jika nilai indeks kebutuhan wilayah sama dengan 1 artinya kebutuhan wilayah terhadap TK sama dengan wilayah lainnya. Tabel a Hasil Analisa Kebutuhan Analisa Kebutuhan Berdasarakan tingkat aksesibilitas
Hasil Analisa Untuk Kelurahan di Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas yang memiliki nilai indeks aksesibilitas paling tinggi adalah Kelurahan Sidomoro dengan nilai indeks aksesibilitas sebesar 473,6. Dan untuk Kelurahan yang memiliki indeks aksesibilitas yang paling rendah adalah Kelurahan Gulomanting dengan indeks sebesar 27,2. Sedangkan di dua Kecamatan ini terdapat tujuh Kelurahan yang memiliki nilai Indeksnya 0 yaitu Kelurahan Ngipik, Tlogobendung, Karangturi, Trate, Kemuteran, Sukodono,
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Tenggulunan. Hal ini dikarenakan ketujuh Kelurahan tersebut tidak memiliki rombel di Kelurahan tersebut. Berdasarkan untuk kecamatan Gresik yang memiliki tingkat Kebutuhan jumlah yang paling tinggi adalah Kelurahan Pulopancikan dengan penduduk 42,1 rombel. Sedangkan yang memiliki Kebutuhan paling usia 4-6 rendah adalah Kelurahan Sukorame dengan jumlah rombel tahun sebesar 4,8 rombel. Sedangkan kecamatan Kebomas yang memiliki tingkat Kebutuhan yang paling tinggi adalah Kelurahan Singosari dengan 111,8 rombel. Sedangkan yang memiliki Kebutuhan paling rendah adalah Kelurahan Tenggulunan sebesar 1,48 rombel. Berdasarkan untuk kecamatan Gresik yang memiliki angka jarak yang jarak ke TK paling tinggi adalah Kelurahan Ngipik dan Kelurahan Karangturi dengan 900 meter, sedangkan untuk kecamatan Kebomas yang memiliki angka jarak yang paling tinggi adalah Kelurahan Tenggulunan dengan 800 meter. Sumber: Hasil Analisa, 2012
Analisa berdasarkan aksesibilitas adalah parameter kondisi fisik yang mengukur jarak antar kecamatan dengan perbandingan terhadap ketersediaan TK berupa rombongan belajar antar kelurahan. Analisa berdasarkan jumlah penduduk menggunakan standar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dengan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi adalah: (1) Penduduk usia prabelajar (4-6 tahun) sebagai acuan indikator kebutuhan fasilitas pendidikan; (2) Daya tampung maksimal setiap kelas sebesar 25 jiwa. Analisa berdasarkan jarak untuk menghasilkan nilai indeks yang menggunakan selisih rata-rata jarak terdekat pusat permukiman dimasing-masing wilayah terhadap standar jangkauan maksimal sesuai kriteria standar yang digunakan. Tabel b Hasil Analisa Ketersediaan Analisa Ketersediaan Berdasarkan daya tamping TK
Hasil Analisa
tingkat ketersediaan yang paling rendah di Kecamatan Gresik adalah Kelurahan Ngipik, Tlogobendung, Karangturi, Trate, Kemuteran dan Sukodono. Dan Kelurahan yang paling tinggi ketersediaannya adalah Kelurahan Tlogopatut, Sidokumpul, Bedilan, Kebungson. Di Kecamatan Kebomas tingkat ketersediaan yang paling rendah adalah Kelurahan Tenguulunan. Dan Kelurahan yang paling tinggi ketersediaannya adalah Kelurahan Sidomoro. Berdasarkan sarana penghubung transportasi di Kecamatan Gresik sarana didapat tingkat ketersediaan yang paling rendah adalah penghubung Kelurahan Kebungson. Dan Kelurahan yang paling tinggi ketersediaannya adalah Kelurahan Sidorukun. Di Kecamatan Kebomas didapat tingkat ketersediaan yang paling rendah adalah Kelurahan Sukorejo. Dan Kelurahan yang paling tinggi ketersediaannya adalah Kelurahan Randuagung. Sumber: Hasil Analisa, 2012
Analisa berdasarkan daya tamping diukur dalam satuan daya tampung siswa maksimal sesuai dengan standar departemen pendidikan nasional. Analisa berdasarkan sarana penghubung diukur dalam satuan persentase perbandingan jumlah desa atau kelurahan yang dilalui oleh angkutan umum, kendaraan bermotor, dan kondisi jalan terhadap jumlah total desa yang ada dalam suatu kecamatan tertentu, skala pengukuran variabel ini menggunakan satuan persentase.
3 B. Analisis Keseimbangan Kebutuhan Wilayah Terhadap TK dengan Tingkat Ketersediaan TK di Masing-masing Wilayah Analisa ini menggunakan selisih dari indeks ketersediaan dengan indeks kebutuhan. Sehingga hasil yang didapat adalah bagaimana ketersediaan wilayah dapat mengakomodasi kebutuhan yang ada di wilayahnya tersebut. Cara yang digunakan adalah melihat selisih dari indeks ketersediaan dengan indeks kebutuhan. Sehingga menghasilkan nilai yang memiliki arti keseimbangan sudah tercukupi jika > 0 dan berarti ketidakseimbangan jika nilainya < 0. Tabel c Hasil Analisa Keseimbangan Analisa Hasil Analisa Keseimbangan Daya tampung Selisih daya tampung dengan jumlah penduduk usia 4-6 dengan jumlah tahun di wilayah penelitian menunjukkan nilai negatif penduduk usia 4-6 artiya disemua desa keseimbangannya belum tercukupi Sarana Selisih kedua indikator di wilyaha penelitian penghubung menunjukkan bahwa dari jumlah total 42 desa, terdapat dengan tingkat 10 desa yang keseimbangannya belum tercukupi dan 32 aksesibilitas desa yang keseimbangannya sudah tercukupi Sumber: Hasil Analisa, 2012
C. Analisis Pengelompokan dan Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tingkat Keseimbangan Wilayah Metode klaster dalam bagian ini menggunakan Ward’s Error Sum of Square. Metode ini membentuk klaster berdasarkan jumlah total kuadrat deviasi tiap pengamatan dari rata-rata klaster yang menjadi anggotanya. Analisis klaster dalam penelitian ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi tipologi wilayah kelurahan berdasarkan karakteristik keseimbangan wilayah Taman Kanak-kanak di Kota Gresik. Variabel-variabel kebutuhan wilayah terhadap TK yang terdiri dari: (1) Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun (2) Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas. Variabel-variabel tersebut secara keseluruhan digunakan sebagai input analisis pengelompokan wilayah. Tabel Hasil Analisa Cluster Keseimbangan Cluster I Ngipik, Tlogopatut, Sidokumpul, Kramatinggil, Pulopancikan, Gapurosukolilo, Tlogobendung, Pekauman, Sukorame, Karangturi, Trate, Karangpoh, Bedilan, Kebungson, Pekelingan, Kemuteran, Sukodono, Kroman, Lumpur, Tlogopojok, Kedanyang Prambangan, Sukorejo, Karangkiring, Ngargosari, Kawisanyar, Sidomukti, Klangonan, Sekarkurung II Sidorukun, Gulomantung, Segoromadu, Indro, Singosari, Sidomoro,
Karakteristik Cluster -
-
-
Nama Cluster
Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Tinggi Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Menengah
Kluster Keseimbangan Menengah
Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Sangat
Kluster Keseimbangan Sangat Tinggi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Gending, Kembangan, Dahanrejo, Kebomas
-
III
-
Tenggulunan
-
IV
-
Randuagung
-
Tinggi Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Tinggi Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Rendah Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Rendah Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Menengah Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Sangat Tinggi
Kluster Keseimbangan Rendah
4
2.
Kluster Keseimbangan Tinggi
Sumber: Hasil Analisa, 2012
3.
D. Intepretasi Hasil Dan Sintesa Perumusan Konsep Distribusi Fasilitas Pendidikan Untuk Mendukung Perluasan Dan Pemerataan Akses Pendidikan TK
4.
Konsep Distribusi TK di Kota Gresik ini memperhatikan dua hal yaitu Arahan Penambahan Fasilitas baru dan juga pengoptimalan saran penghbung dan aksesibilitas. 1. Konsep cluster keseimbangan rendah - Arahan Penambahan unit ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan wilayah per Kelurahan di wilayah itu sendiri (Jumlah penduduk usia 4-6 tahun). Kluster ini berisi hanya satu anggota yaitu Kelurahan Tenggulunan. Untuk Kluster Keseimbangan Rendah ini tidak terdapat kebutuhan unit tambahan. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan dari Kelurahan Tenggulunan yang sebsesar 0,74 tidak tepat satu unit. Sehingga penambahan unitnya lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh Kelurahan. Butuh Pengoptimalan aksesibilitas menuju TK di Kecamatan
5.
Gresik dan Kecamatan Kebomas. Pengoptimalan aksesibilitas dapat dilakukan dengan cara rekayasa transportasi untuk meminimalkan waktu tempuh suatu menuju suatu wilayah. Selain itu dapat juga dengan melakuakn penambahan trayek yang menjangkau Kelurahan-kelurahan tersebut. Konsep cluster keseimbangan menengah – Arahan Penambahan unit ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan wilayah per Kelurahan di wilayah itu sendiri (Jumlah penduduk usia 4-6 tahun). Kluster keseimbangan menengah ini terdiri dari 29 Kelurahan. Untuk Kluster Keseimbangan Menengah ini terdapat kebutuhan total sebanyak 187 unit tambahan untuk mencapai pelayanan TK yang ideal dengan rata-rata kebutuhan TK per Kelurahan sampai 6 unit TK baru. Untuk Kelurahan yang membutuhkan TK paling banyak adalah Kelurahan Tlogopojok sebesar 26 unit dan untuk kelurahan yang tidak terdapat kebutuhan penambahan unit adalah Kelurahan Karangkiring. Sedangkan untuk penambahan unit yang lebih diarahkan untuk keseluruh wilayah Kota Gresik adalah sebesar 14,26 unit. terdapat 9 Kelurahan yang menurut hasil keseimbangan sarana penghubung dan jarak menuju TK bernilai kurang dari 0, Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Ngipik, Karangturi, Trate, Bedilan, Kebungson, Pekelingan, Sukodono, Kroman, Tlogopojok. Hal ini berarti ketersediaan sarana penghubung lebih besar dari kebutuhan jarak dan aksesibilitas. Sehingga butuh Pengoptimalan aksesibilitas menuju TK di Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas. Konsep cluster keseimbangan tinggi – Arahan Penambahan unit ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan wilayah per Kelurahan di wilayah itu sendiri (Jumlah penduduk usia 4-6 tahun). Kluster ini hanya berisi satu Kelurahan yaitu Kelurahan Randuagung. Untuk Kluster Keseimbangan Tinggi ini terdapat kebutuhan sebanyak 17 unit tambahan untuk mencapai pelayanan TK yang ideal. Sedangkan untuk penambahan unit yang lebih diarahkan untuk keseluruh wilayah Kota Gresik adalah sebesar 0,16 unit. Untuk Pengoptimalan Sarana Penghubung dan Aksesibilitas terdapat semua Kelurahan yang sudah optimal. Hal ini dikarenakan Kelurahan Randuagung di Kluster ini berada dinilai hasil keseimbangan lebih dari 0. Arahan Penambahan unit ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan wilayah per Kelurahan di wilayah itu sendiri (Jumlah penduduk usia 4-6 tahun). Untuk Kluster Keseimbangan Sangat Tinggi ini terdapat kebutuhan sebanyak 146 unit tambahan untuk mencapai pelayanan TK yang ideal dengan rata-rata kebutuhan TK per Kelurahan sampai 15 unit TK baru. Untuk Kelurahan yang membutuhkan TK paling banyak adalah Kelurahan Singosari sebesar 55 unit. Sedangkan untuk penambahan unit yang lebih diarahkan untuk keseluruh wilayah Kota Gresik adalah sebesar 6,54 unit. Untuk Pengoptimalan Sarana Penghubung dan Aksesibilitas terdapat semua Kelurahan yang sudah optimal. Seluruh Kelurahan di Kluster ini semuanya berada dinilai lebih dari 0. Tiap unit-unit yang diarahkan terdapat 2 rombongan belajar tiap unit. Jumlah unit yang akan diarahkan keseluruh kelurahan sebanyak untuk pemakaian bersama 21,7 unit atau ekuivalen dengan 22 unit dan 43,4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
rombongan prabelajar ini akan diarahkan untuk kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas yang paling membutuhkan. Sehingga berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan penambahan unit pada Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas, maka kebutuhan tamabahan pada Kelurahankelurahan adalah sebanyak 362 unit.
Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Menengah c)
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Indentifikasi tingkat kebutuhan wilayah terhadap fasilitas pendidikan menggunakan 3 variabel yang terdiri dari: Tingkat Aksesibilitas; Penduduk usia sekolah; Jarak terhadap fasilitas pendidikan. Dan menghasilkan indeks tingkat kebutuhan berdasarkan jumlah penduduk usia 4-6 tahun yang berupa jumlah rombongan prabelajar, tingkat kebutuhan jarak menuju TK dan tingkat aksesibilitas tiap kelurahan. Identifikasi ketersediaan yang menggunakan 2 variabel yaitu variabel daya tampung dan sarana penghubung. Dari hasil analisa ini menghasilkan tingkat ketersediaan dari sisi daya tampung yang berupa jumlah rombongan prabelajar yang ada di setiap Kelurahan dan indeks sarana penghubung. Analisa Keseimbangan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan dan juga tingkat ketersediaan. Dari analisa keseimbangan ini dapat diketahui bahwa semua Kelurahan di Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas tidak dapat mengakomodasi kebutuhan dari sisi jumlah rombongan prabelajar. Dan juga dari hasil analisa keseimbangan ini dapat dilihat bahwa terdapat 10 Kelurahan dari total 42 Kelurahan yang butuh pengoptimalan dari segi jarak menuju TK, Aksesibilitas dan Sarana Penghubung. Hasil pengelompokan wilayah berdasarkan indikatorindikator kebutuhan dan ketresediaan wilayah dialkukan analisa keseimbangan. Setelah analisa keseimbangan dilakukan pengelompokkan yang mambagi wilayah menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat keseimbangannya. Kelompokkelompok tersebut terdiri dari: Tingkat Keseimbanagn sangat tinggi, tinggi, menengah, rendah. Hasil analisanya adalah sebagai berikut a) Kluster Kebutuhan Wilayah Rendah Kluster ini berisi kelurahan Tenggulunan. Dengan karakteristik tingkat Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Rendah, Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Rendah. b) Kluster Kebutuhan Wilayah Menengah Kluster ini berisi 29 kelurahan yaitu Kelurahan Ngipik, Tlogopatut, Sidokumpul, Kramatinggil, Pulopancikan, Gapurosukolilo, Tlogobendung, Pekauman, Sukorame, Karangturi, Trate, Karangpoh, Bedilan, Kebungson, Pekelingan, Kemuteran, Sukodono, Kroman, Lumpur, Tlogopojok, Kedanyang Prambangan, Sukorejo, Karangkiring, Ngargosari, Kawisanyar, Sidomukti, Klangonan, Sekarkurung. Dengan karakteristik Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Tinggi, Hasil Analisa
Kluster Kebutuhan Wlayah Tinggi Kluster ini berisi kelurahan Randuagung. Dengan karakteristik Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Menengah, Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Sangat Tinggi.
d) Kluster Kebutuhan Wilayah Sangat Tinggi Kluster ini berisi 11 kelurahan yaitu Kelurahan Sidorukun, Gulomantung, Segoromadu, Indro, Singosari, Sidomoro, Gending, Kembangan, Dahanrejo, Kebomas. Dengan karakteristik Hasil Analisa Keseimbangan Daya Tampung dengan Jumlah Penduduk Usia 4-6 tahun Sangat Tinggi, Hasil Analisa Keseimbangan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas dan Jarak Menuju TK Tinggi. Untuk konsep Konsep tersebut pada dasarnya tersusun dari dua bagian pokok. Pertama, Sehingga berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan penambahan unit pada Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas, maka kebutuhan tamabahan pada Kelurahan-kelurahan adalah sebanyak 362 unit. Dari unit-unit tersebut terdapat 2 rombongan belajar tiap unit dan juga terdapat 21,7 unit atau 43,4 rombongan belajar yang bersifat pemakaian bersama. Ke-dua, Pengoptimalan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi perjalanan menuju TK. Sesuai dengan hasil analisa keseimbangan terdapat 10 Kelurahan yang perlu pengoptimalan Sarana Penghubung dengan Tingkat Aksesibilitas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Panji Anindito mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Rimadewi Supriharjo, MIP., yang telah membimbing peneliti hingga mampu menyelesaikan penelitian ini hingga akhir. Terimakasih pula kepada pihak-pihak terkait yang menjadi sumber dan/atau responden yang membantu menyukseskan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA (Renstra Diknas,2005). UNESCO (2000). (Al-Jawi,2006). Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011. RTRW Kecamatan Gresik dan Kebomas tahun 2008.. Cromley, Robert G. and Richard D. Mrozinski Jr. 2002. Analizing Geographic Representation Error in Capacitated Location-Allocation Modeling. Network and Spatial Economics, 2: 2002 65-78. Kluwer Academic Publisher: Netherland. [7] Kodoatie, Robert. J. (2005), Pengantar Manajemen Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. [8] Peeters, Dominique dan Isabelle Thomas. (2007). Location of Public Services: From Theory to Application.
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Dalam Models in Spatial Analysis. (Editor Lena Sanders). ISTE: London [9] Suomalainen, Emilia. (2006), Multicriteria Analysis and Visualization of Location-Allocation Problems, Master’s Thesis, Department of Engineering Physics and Mathematics, Helsinki University of Technology. [10] Tarigan, Robinson. (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta. [11] Thesis: Sonhaji, Ahmad Nur (2009) Konsep Distribusi Layanan Sekolah Dasar (SD/MI) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman Di Kabupaten Gresik. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
6