DISKRIMINASI TERHADAP BURUH DI BATAM DALAM ARTIKEL LABOR VIOLENCE ERUPTS IN INVESTOR HAVEN BATAM : ANALISIS WACANA KRITIS Oleh: Sheila Merista*
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Diskriminasi Terhadap Buruh Di Batam Dalam Artikel Labor Violence Erupts In Investor Haven Batam Model Teun A. Van Dijk” . Aksi unjuk rasa yang terjadi pada tanggal 23-24 November 2011 di Batam, Kep. Riau merupakan aksi unjuk rasa yang cukup menyita perhatian publik Indonesia karena melibatkan kepentingan-kepentingan banyak pihak yang saling berbentrokan. Penelitian AWK ini bertujuan untuk membongkar praktik diskriminasi terhadap pihak buruh yang melakukan aksi unjuk rasa menuntut kesetaraan UMK dan KHL dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” melalui model dimensi tekstual (mikro) Teun A. Van Dijk. Hasil analisis dalam dimensi mikro menunjukan bahwa terdapat tiga strategi diskriminasi terhadap buruh di dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam”, yaitu Negative Other Presentation, Scare Tactics, dan Mitigation.
Kata Kunci : Diskriminasi, Buruh, Batam, Unjuk Rasa, Analisis Wacana Kritis, Teun A. Van Dijk.
*
Mahasiswi Sastra Inggris, FIB,Univ. Padjadjaran
Lulus pada 19 Juli 2012
1
2
ABSTRACT This research is entitled “Diskriminasi Terhadap Buruh Di Batam Dalam Artikel Labor Violence Erupts In Investor Haven Batam Model Teun A. Van Dijk”. Labor’s demonstration held on 23th- 24th November 2011 in Batam, Kep. Riau seized public attention because it involves the interests of many parties. The objective of this CDA research is to reveal discrimination practice against labor who demonstrated demanding the equality of UMK and KHL in an article, “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam”, through the textual analysis (micro) dimensions of Teun A. Van Dijk’s model. The result shows that in micro dimension analysis, there are three strategies of discrimination against labor in the article “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam”, they are Negative Other Presentation, Scare Tactics, and Mitigation. Key Words: Discrimination, Labor, Batam, Demonstration, Critical Discourse Analysis, Teun A. Van Dijk
Pendahuluan Teks pemberitaan seringkali menjadi salah satu alat untuk melakukan praktik-praktik demikian tanpa disadari oleh masyarakat pada umumnya. Wanita, kaum homoseksual, gay, dan buruh seringkali menjadi objek diskriminasi dalam suatu teks berita tanpa disadari dan pada akhirnya dapat diterima begitu saja oleh pembaca dan masyarakat yang dianggap menjadi sebuah kebenaran umum. Melalui pemberitaan sebuah kasus yang melibatkan kelompok tertentu, upaya untuk mendiskriminasikan kelompok tersebut dapat dilakukan tanpa disadari oleh masyarakat. Salah satu bentuk diskriminasi yang muncul belum lama ini di
3
Indonesia adalah diskriminasi terhadap buruh yang menuntut penyetaraan upah minimum kerja (UMK) dan kebutuhan hidup layak (KHL) di Batam. Penelitian di bidang analisis wacana kritis model Van Dijk kali ini berfokus pada praktik diskriminasi terhadap aksi unjuk rasa buruh di Batam, Provinsi Kep. Riau yang terjadi pada tanggal 23 dan 24 November 2011. Pihak buruh di Batam yang menuntut kesetaraan upah minimum kerja (UMK) dengan kebutuhan hidup layak (KHL) beberapa waktu yang lalu seringkali dianggap membuat kerusuhan dan kekacauan ketika menyampaikan aspirasi. Pemberitaanpemberitaan yang berkembang saat tidak hanya secara langsung menyebutkan bahwa pihak buruh berbuat onar atau kekacauan yang merugikan pihak lain, tapi juga jika dianalisis lebih lanjut pemberitaan tersebut seringkali lebih mengabaikan kepentingan pihak buruh itu sendiri. Dalam wacana ini, tuntutan pihak buruh berbenturan dengan kepentingan- kepentingan pihak yang lebih memegang kuasa seperti investor, pemegang saham, dan pemerintah misalnya. Melalui analisis wacana kritis model van Dijk kita dapat membongkar upaya-upaya diskriminasi yang dilakukan oleh penulis terhadap pihak buruh melalui teks berita. Lebih dalam lagi, penulis menggunakan analisis wacana kritis model Van Dijk sebagai alat untuk membongkar diskriminasi terhadap aksi unjuk rasa buruh dalam bentuk wacana yang komprehensif, khususnya di dalam artikel Labor Violence Erupts In Investor Haven yang dipublikasikan oleh Media The Jakarta Post (25 November 2011). Artikel Labor Violence Erupts In Investor Haven adalah artikel berita yang berisikan liputan aksi unjuk rasa buruh di Batam
4
berkaitan dengan tuntutan penyetaraan UMK dan KHL yang terjadi pada 24 November 2011.
Pembahasan Analisis pada dimensi mikro atau tekstual ini dilakukan untuk membongkar strategi diskriminasi apa yang digunakan media The Jakarta Post terhadap pihak buruh melalui artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” berkaitan dengan pemberitaan aksi unjuk rasa buruh. Analisis dilakukan dengan menggunakan pemarkah analisis linguistik kritis strategi diskriminasi. Penulis menemukan tiga strategi diskriminasi dalam analisis dimensi mikro ini, yaitu negative other presentation, scare tactics, dan mitigation.
Negative Other Presentation Strategi diskriminasi yang digunakan media The Jakarta Post terhadap buruh di Batam berkaitan dengan aksi unjuk rasa menuntut kesetaraan UMK dan KHL salah satunya adalah strategi negative other presentation. Secara umum strategi diskriminasi ini merupakan strategi dimana pihak minoritas diposisikan sebagai “other” yang melakukan tindakan negatif. Berdasarkan analisis terhadap kata ganti yang digunakan media The Jakarta Post untuk merujuk kepada pihak buruh, penulis menyimpulkan bahwa kata ganti tersebut secara langsung mencerminkan sikap media The Jakarta Post dalam wacana aksi unjuk rasa buruh tersebut dimana buruh diposisikan menjadi “others” dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” dengan
5
menggunakan kata ganti they/ them. Menurut Van Dijk strategi demikian disebut dengan pronouns of distance yang digunakan seseorang untuk memperlihatkan sikap (attitude-dependent) biasanya digunakan untuk merujuk kaum minoritas. Van Dijk mengatakan “ I interpret such uses as signalling underlying structures of differentiation and opposition in mental models of the situation, viz., between us and them.” (1994: 27). Analisis tersebut merupakan bagian dari analisis secara keseluruhan yang membantu kita untuk memahami secara tekstual bagaimana pihak buruh diposisikan dan dihadirkan dalam wacana tersebut. Analisis selanjutnya bertujuan untuk melihat bagaimana pihak buruh “dihadirkan” dalam wacana tersebut melalui atribut karakter yang digunakan media The Jakarta Post. Melalui tabel dibawah ini penulis menampilkan atribut berupa verba dan adjektiva yang dilekatkan oleh media The Jakarta Post kepada buruh atau aksi unjuk rasa yang dilakukan buruh sebagai “others” dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam”
No
Verba
Adjektiva
1
ran amok
third anarchic (labor strike)
2
attempt to force
striking (workers)
3
took (to the streets)
the two-day anarchic (rallies)
4
vandalized
the violent (strike)
5
protested
6
thronged
7
(further) outraged
6
8
rejected
9
clashed (with security personnel)
10
were protesting against
11
have rocked
12
disturb (the investment climate)
Penggunaan kata- kata berkonotasi negatif yang dilekatkan kepada pihak buruh menggiring pembaca untuk lebih fokus terhadap aksi- aksi yang dihadirkan sebagai aksi yang anarkis dan cenderung kriminal sehingga pembaca akan melupakan latar belakang aksi itu sendiri yaitu kebutuhan buruh atas penyetaraan UMK dan KHL di Batam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Van Dijk: “Acts of discrimination, for instance, require specification in terms of underlying prejudices, shared norms and values of an ingroup, general goals and interests, actual personal goals and interests, and a full analysis of the situation.” (1988a:110)
Scare Tactics Van Dijk mengatakan dalam bukunya , Elite Discourse and Racism, “The use of ‘quasi-objective figures’ is one of ‘the most compelling scare tactics in the formation of public opinion’ (1993:107).” Dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” penulis menemukan empat kalimat yang digunakan media The Jakarta Post:
7
1.
Batam island faced its third anarchic labor strike since 2010 on Thursday
2. More than 5,000 striking workers from the Muka Kuning, Kabil and Nongsa industrial zones took to the streets and vandalized several police posts. 3. They also thronged the municipal office demanding the mayor raise the monthly municipal minimum-wage to Rp 1.76 million (US$195.36) from the current Rp 1.2 million. 4. Batam, now a home to 26 industrial estates and more than 4,000 companies employing almost 300,000 workers from Java and Sumatra, is expected to receive billion-dollar investment packages from numerous countries. Pada data 1 media The Jakarta Post menggunakan keterangan “third anarchic”untuk menjelaskan aksi unjuk rasa buruh menuntut kesetaraan UMK dan KHL di Batam yang digambarkan sebagai tindak kekerasan yang anarkis. Penggunaan data tersebut merupakan strategi media The Jakarta Post untuk menggiring persepsi pembaca agar lebih fokus terhadap aksi unjuk rasa buruh tersebut sebagai tindakan yang anarkis dan dilakukan berulang kali. Terlebih lagi kalimat tersebut merupakan kalimat pertama dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam”. Dengan kata lain, tema yang akan lebih lanjutdiangkat oleh media The Jakarta Post adalah aksi unjuk rasa buruh sebagai aksi kekerasan yang anarkis. Van Dijk mengatakan “We see that these general topic categories are usually not discussed neutrally, let alone positively, but
8
mostly negatively. That is, they at the same time express underlying prejudices, group norms and goals, as well as dominant ideologies.” (1994:25). Ketika topik/ tema yang ditampilkan melalui sebuah wacana menunjukan adanya ketimpangan dan cenderung negatif terhadap pihak tertentu sehingga dapat menimbulkan prasangka buruk pula terhadap pihak tersebut, prasangka demikian merupakan salah satu upaya diskriminasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tema dalam artikel ini adalah keanarkisan buruh dalam berunjuk rasa yang berdampak pada timbulnya prasangka buruk oleh pembaca. Hal tersebut merupakan salah satu upaya media The Jakarta Post untuk mendiskriminasi pihak buruh. Pada data 2, media The Jakarta Post menampilkan angka “More than 5,000” untuk merujuk pada jumlah buruh yang mengikuti aksi unjuk rasa tersebut yang digambarkan media The Jakarta Post sebagai “striking workers”. Penggunaan keterangan “more than” mengakibatkan ketidakpastian jumlah buruh yang mengikuti aksi tersebut, namun seolah-olah digambarkan begitu besar dan banyak tanpa adanya batasan maksimal, sedangkan detail striking pada workers juga sangat menggambarkan informasi negatif terhadap pihak buruh. Pihak buruh digambarkan sebagai pihak yang melakukan penyerangan yang anarkis. Data 3 menunjukan adanya informasi yang digunakan oleh media The Jakarta Post untuk menampilkan jumlah tuntutan buruh atas UMK di Batam. Melalui angka yang disebutkan oleh media The Jakarta Post tersebut, pembaca akan memiliki persepsi bahwa keinginan pihak buruh atas kenaikan UMK tidak disertai dasar yang kuat. Media The Jakarta Post hanya menampilkan data tuntutan UMK pihak buruh dari Rp 1.200.000 menjadi Rp 1.760.000. Penggunaan
9
data tersebut memberikan informasi kepada pembaca bahwa tuntutan pihak buruh merupakan tuntutan yang cukup besar. Melalui kalimat pada data 4, media The Jakarta Post ingin menampilkan Batam itu sendiri dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” sebagai kota yang memiliki peran penting di dalam perekonomian Indonesia secara luas. Dapat dilihat dari informasi yang digunakan media The Jakarta Post dengan menampilkan Batam sebagai tempat dari 26 kawasan industri dan lebih dari 4000 perusahaan yang memperkerjakan hampir 300.000 pekerja yang berasal dari Jawa dan Sumatera. Kota Batam juga digambarkan oleh media The Jakarta Post sebagai kota industri yang diharapkan mendapat investasi milyaran dolar dari sejumlah negara. Bila dilakukan penjabaran lebih lanjut, media The Jakarta Post ingin memberikan informasi kepada pembaca bahwa kota Batam mempunyai peran penting di dalam perekonomian Indonesia secara luas, karena merupakan kawasan mega industri dimana tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Batam saja, namun juga masyarakat Sumatera secara keseluruhan dan Jawa yang bekerja di Batam. Selain itu, penulis memberikan informasi kepada pembaca bahwa kota Batam juga berperan dalam perekonomian Indonesia secara global melalui jumlah investasi dari negara- negara lainnya yang cukup besar, yaitu milyaran dolar. Jadi dengan menampilkan kota Batam sebagai kawasan mega industri yang tidak hanya berperan dalam perekonomian lokal di Batam saja, namun secara nasional dan internasional, penulis ingin menimbulkan ketakuan dan masyarakat luas terhadap aksi unjuk rasa buruh terkait penyetaraan UMK dan KHL di Batam.
10
Mitigation Salah satu strategi diskriminasi yang digunakan media The Jakarta Post dapat berupa pengaburan (vagueness) informasi yang seharusnya turut ditampilkan ke dalam artikel berita, namun dengan teknik- teknik tertentu upaya pengaburan informasi tersebut terlihat merupakan sebagai hal yang lumrah bagi khalayak. Di dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” penulis menemukan dua teknik pengaburan informasi yang digunakan media The Jakarta Post, yaitu pasivation dan nominalization. Terdapat 21 kalimat dan di dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” terdiri dari 18 kalimat aktif dan 3 kalimat pasif, salah satunya adalah: “In September 2011, five people were injured when rioting broke out at the PT Nexus Engineering Indonesia dockyard.” Klausa utama tersebut dibuat dalam bentuk pasif. Pemilihan bentuk pasif oleh penulis dalam sekian banyak bentuk aktif dalam artikel ini bukanlah merupakan hal yang lumrah. Kalimat di atas dibuat dalam bentuk pasif dan terdapat kata- kata yang menempati fungsi- fungsi kalimat yang nyaris lengkap, seperti subjek, verba, keterangan, namun tidak terdapat agent yang melakukan verba tersebut. Jika klausa tersebut dibentuk dalam klausa aktif, akan menjadi: In September 2011, (agent) injure five people Dapat dilihat ketika tidak mengalami pasivasi sebagaimana yang dilakukan oleh penulis, klausa tersebut jelas membutuhkan pelaku, namun ketika
11
terjadi proses pasivasi pelaku dapat dihilangkan dan tidak menimbulkan kecurigaan apapun bagi pembaca. Sebagaimana proses pasivasi, nominalisasi juga dapat berdampak pada hilangnya actor atau pelaku verba dalam sebuah wacana. Dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam”, penulis menemukan sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat strategi nominalisasi yang juga bertujuan untuk mengaburkan informasi berkaitan dengan actor, yaitu:
They protested against the shooting of two fellow demonstrators and the beating of 21 others in violent clashes with antiriot police on Wednesday. (data 25) Terdapat dua hasil bentukan nominalisasi pada data diatas. Nomina the shooting pada data tersebut merupakan hasil nominalisasi dari verba shoot, sedangkan nomina the beating merupakan hasil nominalisasi dari verba beat. Jika tidak mengalami proses nominalisasi, klausa tersebut menjadi: (actor) shoot and beat two fellow demonstrators Dengan melihat klausa yang tidak mengalami proses nominalisasi diatas, klausa tersebut memerlukan aktor untuk mengisi fungsi kata sebagai Subjek. Dengan begitu proses nominalisasi yang digunakan penulis berfungsi untuk menghilangkan aktor atau pelaku dari verba shoot dan beat. Penggunaan proses nominalisasi ini mempunyai fungsi untuk mengaburkan perhatian pembaca terhadap pelaku.
12
Simpulan Setelah penulis melakukan analisis dalam dimensi mikro atau analisis telstual, penulis menyimpulkan bahwa di dalam artikel “Labor Violence Erupts in Investor Haven Batam” terdapat praktik diskriminasi terhadap buruh berkaitan dengan pemberitaan aksi unjuk rasa yang dilakukan di Batam menuntut kesetaraan UMK dan KHL. Berdasarkan strategi diskriminsai Van Dijk, bentukbentuk diskriminasi yang ditemukan di dalam artikel tersebut adalah negativeother presentation, scare tactic, dan mitigation.
Daftar Sumber: Flowerdew, John dan C.S. Li, David. 2002. Discriminatory news discourse: some Hong Kong data. London: Sage Publications Van Dijk, T.A. 1994. Discourse and Inequality: Lenguas Modernas19-37 Van Dijk, T.A. 1988a. News as Discourse. New Yersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers