PENETAPAN KADAR TOKOFEROL DALAM MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAM.) DAN DALAM DARAH PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI BEBAN AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL
Dipublikasikan pada
SEMINAR NASIONAL POKJANAS TOI XLII PENGGALIAN, PELESTARIAN, DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT INDONESIA UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI-BANDUNG MEI 2012
OLEH :
Ni Made Dwi Sandhiutami1, Ngatidjan2, Erna Kristin2 1
2
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
PENETAPAN KADAR TOKOFEROL DALAM MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAM.) DAN DALAM DARAH PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI BEBAN AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL (BERENANG PAKSA) Ni Made Dwi Sandhiutami1, Ngatidjan2, Erna Kristin2 1
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected] Hp No. 08123888252
2
ABSTRAK Latar Belakang: Tubuh secara alami dapat mengatasi peningkatan radikal bebas tetapi pada kondisi tertentu seperti pada latihan fisik yang relatif berat, antioksidan endogen tidak mencukupi, sehingga tubuh memerlukan antioksidan dari luar. Pemanfaatan senyawa antioksidan eksogen secara efektif sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel. Kandungan tokoferol dalam minyak buah merah tinggi dan diduga memiliki aktivitas biologi sebagai antioksidan. Tokoferol efektif mencegah terjadinya peroksidasi lipid dan pembentukan radikal bebas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan tokoferol serta mengkaji pengaruh minyak buah merah terhadap kadar tokoferol dalam darah pada pemberian aktifitas fisik maksimal. Metode: Kadar tokoferol dalam minyak buah merah diukur dengan metode Abe dan Katsui secara fluorometri. Uji aktivitas antioksidan secara in vivo dilakukan dengan menggunakan 24 ekor tikus putih galur Wistar jantan dengan pre - post test control group design. Tikus dibagi dalam 4 kelompok. Pada kelompok 1 sebagai kelompok kontrol diberi akuades dan tiga kelompok pelakuan yang masing-masing diberi minyak buah merah dosis 0,15 ml/kgBB; 0,3 ml/kgBB; 0,6 ml/kgBB selama 10 hari. Sebelum pemberian minyak buah merah, dilakukan pengukuran kadar tokoferol pada semua kelompok. Pada hari ke-10, keempat kelompok diberikan beban aktivitas fisik maksimal yaitu dibuat berenang sampai kelelahan berupa hampir tenggelam dan segera dilakukan pengambilan darah untuk mengukur kadar tokoferol dalam darah. Hasil: Kandungan tokoferol pada minyak buah merah adalah 447 µg/ml. Pada uji in vivo dengan dosis 0,15 ml/kgBB, kadar tokoferol darah meningkat 15,46%. Pada dosis 0,3 m/kgBB, kadar tokoferol darah meningkat 22,19% dan pada dosis 0,6 ml/kgBB, kadar tokoferol darah meningkat 50,60%. Simpulan: Kandungan tokoferol pada minyak buah merah adalah 447 µg/ml. Ketiga dosis minyak buah merah dapat meningkatkan kadar tokoferol dalam darah tikus setelah aktivitas fisik maksimal (berenang paksa). Kata kunci: Minyak buah merah, antioksidan, tokoferol, latihan fisik
QUANTITATIVE ASSAY FOR TOCOFEROL OF BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAM.) OIL AND IN RAT’S BLOOD GIVEN MAXIMUM PHYSICAL ACTIVITIES Ni Made Dwi Sandhiutami1, Ngatidjan2, Erna Kristin2 1
2
Faculty of Pharmacy, Pancasila University Departement of Pharmacology, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University Email:
[email protected]
Background: Naturally, the body can manage the increase of free radicals, but in certain circumstances such as the relatively heavy physical exercise, endogenous antioxidants are not sufficient, so that the body needs antioxidants from the outside. Exogenous antioxidant is needed to prevent the occurrence of oxidative stress that can make cell damage. Tocopherol content of red fruit oil is thought to have biological activity as antioxidants. Tocopherol effectively prevent the lipid peroxidation and free radical formation. Objective: The objective of the study was to know quantitave concentration and the effect of buah merah oil to tocopherol level in blood during maximum physical activity treatment. Methods: Tocopherol concentration of buah merah oil was measured using Abe and Katsui methode by fluorometer. Antioxidant activity in vivo test was done using 24 male Wistar rats in pre - post test control group design. The rats were grouped into 4 group. The control group was given destilated water and three treatment groups were given buah merah oil in the dose of 0,15 ml/kgBW; 0,3 ml/kgBW; 0,6 ml/kgBW for 10 days. Before buah merah oil was given, level of tocopherol was measured. Ten days later, the four group were given maximum physical activity mean of swimming until the sign of fatigue occurred (nearly drowned) and the blood was taken for blood tocopherol examination. Results: Tocopherol concentration of buah merah oil was 447 µg/ml. In vivo test, dosage 0,15 ml/kgBW could increase blood tocopherol 15,46%. Dosage 0,3 ml/kgBW could increase blood tocopherol 22,19% and dosage 0,6 ml/kgBW could increase blood tocopherol 50,60%. Conclusion: In vitro, tocopherol concentration of buah merah oil was 447 µg/ml. In vivo experiment, all dosage of buah merah oil increased the blood tocopherol level. Key words: red fruit oil, antioxidant, tocopherol, physical exercise
Pendahuluan Eksplorasi senyawa antioksidan dari bahan alam kini banyak dilakukan. Menurut Supriadi (2001), kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam, yang ditunjukkan oleh data bahwa sekitar 80% penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan, merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan tumbuhan obat. Salah satu tanaman obat yang cukup menarik perhatian dan banyak diteliti sejak akhir 2004 adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.). Buah merah memang masih asing bagi sebagian masyarakat. Namun bagi masyarakat Papua, terutama yang tinggal di daerah pedalaman, tanaman ini sudah lama dimanfaatkan terutama sebagai sumber pangan. Masyarakat pedalaman yang mengkonsumsi minyak buah merah jarang ditemukan mengidap penyakit degeneratif seperti kanker, hipertensi, dan diabetes. Bahkan dari data statistik setempat, mereka memiliki angka harapan hidup cukup tinggi2. Penelitian kandungan senyawa aktif dalam minyak buah merah yang berkhasiat obat telah dilakukan dan pada awalnya ditujukan untuk menggungkap kandungan gizinya. Minyak buah merah mengandung zat-zat gizi bermanfaat atau senyawa aktif dalam kadar tinggi, diantaranya betakaroten, tokoferol, serta asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam dekanoat. Kandungan tokoferol dalam minyak buah merah tinggi dan memiliki aktivitas biologi sebagai antioksidan2. Tokoferol efektif mencegah terjadinya peroksidasi lipid dan pembentukan radikal bebas lainnya. Dalam banyak penelitian aktivitas tokoferol sebagai antioksidan diyakini kemampuannya untuk mencegah penyakit-penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskular, atherosklerosis, dan kanker. Data epidemiologi menunjukkan bahwa masukan tokoferol atau vitamin E dosis tinggi, berhubungan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Vitamin E atau tokoferol berperan spesifik sebagai antioksidan3. Tubuh mempunyai sistem pertahanan terhadap radikal bebas yaitu komponen antioksidan endogen seperti superoxide dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPX), dan katalase yang dapat menghilangkan radikal bebas secara enzimatik dan antioksidan eksogen yang besarnya tergantung pada masukan diet. Meskipun tubuh secara alami dapat mengatasi peningkatan radikal bebas tetapi pada kondisi tertentu seperti pada latihan fisik
yang relatif berat, antioksidan endogen tidak mencukupi, sehingga tubuh memerlukan antioksidan dari luar4. Peningkatan kecepatan metabolisme pada latihan fisik akan meningkatkan konsumsi oksigen pada otot, jantung, dan organ lainnya.5 Menurut Metin et al. (2002), pada latihan fisik konsumsi oksigen tubuh akan meningkat 10 sampai dengan 15 kali lebih tinggi dibanding waktu istirahat. Meningkatnya konsumsi oksigen selama latihan fisik yang intensif, dapat meningkatkan produksi radikal bebas4. Radikal bebas yang diproduksi pada latihan fisik dapat melebihi kapasitas pertahanan antioksidan sehingga mengakibatkan stres oksidatif 7. Pemanfaatan senyawa antioksidan eksogen secara efektif sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel. Zat antioksidan yang banyak dikenal adalah vitamin A, C, E, flavonoid, dan lain-lain8. Secara teori keuntungan penggunaan suplemen antioksidan untuk meredam radikal bebas oksigen telah ditunjukkan secara luas 9. Dari uraian di atas diduga bahwa minyak buah merah yang mengandung tokoferol sebagai antioksidan, dapat mencegah dampak buruk peroksidasi lipid yang timbul pada pemberian beban aktivitas fisik maksimal yang ditunjukkan dengan perubahan kadar tokoferol dalam darah. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni. Kadar tokoferol dalam minyak buah merah diukur dengan metode Abe dan Katsui10 secara fluorometri. Sedangkan uji aktivitas antioksidan minyak buah merah dengan melihat kadar tokoferol dalam plasma secara in vivo dilakukan dengan pre test- post test control group design dengan tiga kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol11. 1.Bahan utama Bahan yang digunakan adalah minyak buah merah yang diperoleh dari Drs. I Made Budi, dosen Fakultas MIPA, Universitas Cendrawasih, Irian Jaya. Bagian buah yang digunakan adalah daging buah merah yang diolah menjadi minyak buah merah. 2. Bahan penunjang Etanol, akuades, EDTA, heksan, dan dl-α- tochopherol.
3. Subyek penelitian in vivo Penelitian ini menggunakan tikus putih galur Wistar jantan sebagai subyek penelitian yang didapat dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam kondisi yang terkontrol. Penelitian stres oksidatif dengan menggunakan model binatang mempunyai keuntungan dari sisi teknis, yaitu prosedur pengukuran parameter stres oksidatif yang dipakai bisa lebih invasif12. Alat Penelitian Alat yang digunakan adalah timbangan untuk tikus, bak untuk aktivitas berenang, sonde untuk memasukkan bahan uji, mikrohaematokrit, alat gelas dan alat laboratorium standar antara lain: timbangan elektronik, vortex mixer, magnetic stirer, mikropipet dari berbagai macam ukuran, sentrifuge, water bath, spektrofotometer UV-VIS (Spektronik 20-Genesys) dan spektrofluorometer Shimadzeu RF 510. 4. Jalannya Penelitian a. Pengukuran kadar tokoferol dalam minyak buah merah secara in vitro Kadar tokoferol dalam minyak buah merah diukur dengan metode Abe dan Katsui
10
secara
fluorometri. Seratus mikroliter minyak buah merah ditambah 500 μl aquabidest dan 500 μl etanol, dicampur dengan menggunakan vortex. Setelah itu ditambah 2,5 ml hexane, kocok kuat-kuat lalu sentrifuge 3000x g selama kurang lebih 7 menit. Supernatan dibaca dengan spektrofluorometer pada eksitasi 295 nm dan emisi 320 nm. b. Pengujian aktivitas antioksidan secara in vivo Sampel darah diambil dari seluruh subyek penelitian, yaitu tikus putih galur Wistar sebelum diberi perlakuan dari medial canthus sinus orbitalis ± sebanyak 2 ml. Darah disentrifuse untuk mendapatkan plasma dan dilakukan pengukuran kadar tokoferol pada plasma dengan metode Abe dan Katsui10 secara fluorometri. Kemudian masing-masing kelompok perlakuan diberikan sediaan uji dengan dosis 0,15 ml/kgBB per hari; 0,3 ml/kgBB per hari; dan 0,6 ml/kgBB per hari, selama 10 hari. Pada hari ke-10, tikus dibuat stres oksidatif dengan diberi beban aktivitas fisik maksimal yaitu dibuat berenang sampai terjadi tanda-tanda kelelahan berupa hampir tenggelam12. Setelah itu sampel darah segera diambil, kemudian dilakukan kembali pengukuran kadar tokoferol pada plasm
6. Analisis data Analisis statistik menggunakan program SPSS 11. Pada penelitian ini dilihat uji beda tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan dengan uji t terhadap kadar tokoferol. Kemudian dilakukan uji ANOVA satu jalur dengan P<0,05 untuk melihat perbedaan antar-kelompok terhadap kadar tokoferol. Bila pada uji ini ditemukan perbedaan yang bermakna, maka dilakukan tes Post hoc untuk variabel yang bermakna tersebut. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penentuan Kadar Tokoferol dalam Minyak Buah Merah Tabel 1. Kadar tokoferol murni dan absorbansinya Kadar standar (tokoferol) (µg/ml) 10 20 30 40 50
Absorbansi (λ 295 nm) 0,300 0,500 0,800 1,000 1,200
Persamaan regresi y = 43,23x – 2,86 r = 0,9972 x = absorbansi y = kadar standar (tokoferol) (µg/ml)
60
kadar vit E (μg/ml)
50 40 30 20 10 0 0,300
0,500
0,800
1,000
1,200
absorbansi
Gambar 1. Grafik hubungan kadar tokoferol murni dan absorbansinya Kadar tokoferol murni digunakan untuk membuat kurva standar dalam menentukan kadar tokoferol minyak buah merah. Berdasarkan kurva standar tersebut, dilakukan pengukuran kadar tokoferol dalam minyak buah merah. Absorbansi minyak buah merah adalah 1,100 dan dengan pengenceran 10x maka kadar tokoferol yang diperoleh adalah sebesar 447 µg/ml.
Efek Pemberian Minyak Buah Merah pada Kadar Tokoferol Minyak buah merah mengandung tokoferol sebanyak 447 μg/ml. Kandungan tokoferol dalam minyak buah merah yang diberikan berdasarkan variasi dosis. Tokoferol diabsorpsi lebih baik dalam bentuk minyak pada pemberian oral. Hanya 20-40% tokoferol yang diabsorpsi oleh usus halus bagian tengah yang merupakan tempat absorpsi maksimal dari tokoferol. Pada pengukuran kadar tokoferol dalam plasma didapatkan data yaitu, kadar tokoferol pada kelompok plasebo mengalami penurunan sebesar 15,03%. Sementara itu pada kelompok dosis 0,15 ml/kgBB, terdapat peningkatan kadar sebesar 15,46%. Pada kelompok dosis 0,3 ml/kgBB, kadar tokoferol mengalami peningkatan tokoferol sebesar 22,19 % dan pada kelompok dosis 0,6 ml/kgBB, kadar tokoferol plasma mengalami peningkatan sebesar 50,60 %. Perubahan kadar tokoferol plasma pada penelitian ditampilkan pada tabel 2 dan pada gambar 2. Tabel 2. Kadar tokoferol (μg/ml) sebelum dan sesudah perlakuan Kelompok
Placebo Kelompok dosis 0,15 ml/kgBB Kelompok dosis 0,3 ml/kgBB Kelompok dosis 0,6 ml/kgBB
Tokoferol dalam minyak buah merah (μg) 0,00
Sebelum perlakuan (mean ± SD) (μg/ml) 11,98 ± 1,77
Sesudah perlakuan (mean ± SD) (μg/ml) 10,18 ± 0,67
9,92
10,87 ± 2,41
12,55 ± 1,93
19,96
11,76 ± 1,37
14,37 ± 0,82
40,18
12,02 ± 1,64
18,10 ± 2,13
Perubahan kadar tokoferol (%) Penurunan 15,03% Peningkatan 15,46% Peningkatan 22,19% Peningkatan 50,60%
p
0,028 0,008 0,001 0,001
160%
150,60%
140% 120% 100%
115,46% 100%
100%
122,19% 100%
100%
84,97%
80%
awal akhir
60% 40% 20% 0% plasebo
dosis 0.15 ml/kgBB
dosis 0.3 ml/kgBB
dosis 0.6 ml/kgBB
Gambar 2. Persentase perubahan kadar tokoferol Pada kelompok plasebo, kadar tokoferol sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan terjadinya penurunan dan bermakna secara statistik (p<0,05). Sedangkan pada ketiga kelompok dosis, kadar tokoferol sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan terjadinya peningkatan yang bermakna secara statistik (p<0,05). Setelah dilakukan tes pos hoc terhadap variabel kadar tokoferol didapatkan perbedaan yang bermakna antara kontrol dengan dosis 0,3 ml/kgBB; kontrol dengan dosis 0,6 ml/kgBB; dosis 0,15 ml/kgBB dengan 0,6 ml/kgBB dan 0,3 ml/kgBB dengan 0,6 ml/kgBB. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol dengan dosis 0,15 ml/kgBB dan dosis 0,15 ml/kgBB dengan dosis 0,3 ml/kgBB. Tokoferol larut dalam lemak, diangkut dalam darah oleh lipoprotein. Pada penelitian ini, peningkatan dosis pemberian minyak buah merah, disertai dengan peningkatan kadar tokoferol dalam plasma. Hal ini menunjukkan kondisi subyek penelitian adalah sama, tidak terdapat subyek yang mengalami gangguan saluran cerna dalam mencernakan dan menyerap lemak sehingga mempengaruhi jumlah tokoferol yang diserap. Hasil uji t-test antara sebelum dan sesudah perlakuan, menunjukkan bahwa pada kelompok plasebo yang tidak mendapat buah merah tetapi diberi beban aktivitas maksimal, terjadi penurunan kadar tokoferol. Kadar tokoferol dalam plasma dievaluasi untuk melihat efektifitas dari pemberian antioksidan yang mengandung tokoferol dalam mengatasi radikal
bebas yang terbentuk9. Banyak studi yang menjelaskan pengaruh aktivitas fisik akut pada perubahan jumlah antioksidan dalam darah dan perubahan pada penanda tidak langsung dari peroksidasi lipid yang mendukung informasi mengenai stres oksidatif karena aktivitas fisik. Perubahan jumlah tokoferol dalam darah, dapat digunakan sebagai penanda peningkatan reaksi oksidatif4. Pro-oksidan dapat menyebabkan berkurangnya kadar tokoferol dalam tubuh13. Dimitrov et al.(1991), dalam penelitiannya melaporkan bahwa pemberian tokoferol dengan dosis 440 mg, 880 mg dan 1320 mg sebagai dosis tunggal meningkatkan konsentrasi tokoferol dalam plasma dan mencapai puncak setelah 12-24 jam setelah pemberian. Pada pemberian untuk dosis pemeliharaan, pemberian tokoferol dengan dosis tersebut selama 28 hari dapat mencapai kondisi steady state pada hari ke-4 atau hari ke-5. Penghentian pemberian tokoferol setelah hari ke-28, menurunkan kadar tokoferol dalam plasma antara hari ke-12 sampai dengan hari ke-20. Penelitian lain oleh Viitala et al.(2004), menyebutkan bahwa pemberian tokoferol selama 2 minggu sebesar 885 mg perhari pada 27 partisipan signifikan meningkatkan kadar tokoferol pada partisipan. Antioksidan dapat memberikan perlindungan dalam melawan akibat negatif dari radikal bebas yang dihasilkan pada aktivitas fisik
yang berat. Tokoferol merupakan
antioksidan nonenzimatik yang paling potent di dalam tubuh. Fungsi utama tokoferol adalah sebagai pemutus rantai pada PUFA dan mencegah reaksi propagasi dari radikal bebas. Tokoferol adalah pemakan radikal lipid dan khususnya berikatan dengan PUFA dalam membran phospolipid dan lipoprotein plasma. Radikal lipid bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan tokoferol dibandingkan dengan PUFA. Tokoferol memberikan hidrogen pada radikal lipid dan terbentuk radikal antioksidan. Kemudian radikal antioksidan baru yang terbentuk berikatan dengan radikal antioksidan yang lain dan menjadi tidak berbahaya atau jika berikatan dengan asam askorbat, akan terbentuk kembali alfa tokoferol9. Simpulan Kandungan tokoferol pada minyak buah merah adalah 447 µg/ml. Minyak buah merah dosis 0,15 ml/kgBB; 0,3 ml/kgBB dan 0,6 ml/kgBB dapat meningkatkan kadar tokoferol dalam darah pada aktivitas fisik maksimal.
Saran Perlu dilakukan standarisasi bahan baku dan sediaan jadi minyak buah merah dengan metode penetapan karakteristik mutu yang disesuaikan sehingga dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap keamanan dan kesehatan masyarakat. Pustaka 1. Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan Khasiatnya.Edisi 1.hal 11-14. Pustidaka Populer Obor. 2. Budi, M. dan Paimin, F.R. 2004. Buah Merah. hal.3-26, 47-56, 67-68. Penebar Swadaya. Jakarta. 3. Brigelius-Flohe, R., and Traber, M.G. 1999.Vitamin E : Function and Metabolism. FASEB J. 13 : 1145-1155. 4. Clarkson, P.M., and Thompson, H.S. 2000. Antioxidants : What Role Do They Play in Physical Activity and Health. Am J Clin Nutr. 72:637-646. 5. Ji, L.L. 1999. Antioxidants and Oxidative Stress in Exercise. Proceedings of the Society for Experimental Biology and Medicine. 222: 238-292. 6. Metin, G., Atukeren, P., Gumustas, M.K., Belce, A., and Kayserilioglu, A. 2002. The Effect of Vitamin E Treatment on Oxidative Stress Generated in Trained Rats. Tohoku J. Exp. Med. 198(1):47-53. 7. Allesio, H.M. 1993. Exercise-induced Oxidative Stress. Med Sci Sports Exerc. 25:218224. 8. Tuminah, S. 2000. Radikal Bebas dan Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran. 128 : 49-51. 9. Viitala, P.E., Newhouse, I.J.,LaVoie, N., and Gottardo, C. 2004. The Effect of Antioxidant Vitamin Supplementation on Exercise Induce Lipid Peroxidation in Trained and Untrained Participants. Lipid in Health and Disease. 3:14 10. Wang,Y., Walsh, C.W., Guo,J., and Zhang, J. 1991. Maternal Levels of Prostacyclin, Thromboxane, Vitamin E, and Lipid Peroxides Throught Normal Pregnancy. AM J Obstet Gynecol.165: 1690-1694 11. Campbell, D.T., and Stanley, J.C. 1972. Experimental and Quasi-experimental Designs for Research. Rand Menally & Company, Chicago. 12. Nakao, C., Ookawara, T., Kizaki, T., Oh-Ishi, S., Miyazaki, H., Haga, S., Sato, Y., Ji, Li., and Ohno, H. 2000. Effects of Swimming Training on Three Superoxide Dismutase Isoenzymes in Mouse Tissues. J Appl Physiol. 88: 649-654. 13. Gutteridge, J.M.C. 1995. Lipid Peroxidation and Antioxidants as Biomarkers of Tissue Damage. Clin Chem. 41(12): 1819-1828 14. Dimitrov, N.V., Meyer, C., Gilliland, D., Ruppenthal, M., Chenoweth, W., and Malone, W. 1991. Plasma Tocopherol Concentrations in Response to Supplemental Vitamin E. Am J Clin Nutr. 53: 723-729