D
iplomasi Ekonomi telah menjadi salah satu dari empat pilar diplomasi Indonesia di bawah Kabinet Kerja. Pencapaian diplomasi ekonomi Indonesia yang cukup signifikan dalam satu tahun terakhir tidak terlepas dari kerja sama dan sinergi yang kuat di antara para pemangku kepentingan, tidak hanya di lingkungan Pemerintah tetapi juga di kalangan sektor swasta. Kerja Sama Teknik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari komitmen kuat Indonesia terhadap Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS). Sebagai bagian dari inisiatif global untuk pembangunan, KSS diakui sebagai alat efektif untuk mendorong pembangunan di negara berkembang. Mekanisme ini menyediakan wadah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan antar negara berkembang dalam rangka akselerasi pembangunan serta pencapaian tujuan pembangunan global. Dalam kerangka ini, KSS pun dipandang sebagai investasi. Dengan kata lain, ketika Indonesia memberikan bantuan teknik dan pengembangan kapasitas bagi negara berkembang, Indonesia tengah mempromosikan keunggulan yang dimiliki. Keahlian maupun produk Indonesia yang diajarkan dapat menjadi modalitas untuk melakukan penetrasi pasar yang lebih luas di negara-negara berkembang. Peran kerja sama teknik disini dapat dikatakan sebagai marketer.
Edisi No. 5/April/2017 • Budir's Note ............................................. 02 • Belajar Pariwisata di Bali? Yes,please! .............................................. 03 • Bersama Polisi Membantu Para Pelindung Masyarakat Negara Sahabat .. 04 Jendela.5.indd 1
Pemerintah juga menggandeng sektor swasta dalam pelaksanaan KSS. Salah satu cerita sukses, Pemerintah berhasil membuka pasar traktor tangan karya anak bangsa di kawasan Pasifik. Berawal dari pelatihan pertanian bagi peserta Pasifik, peserta terjun langsung membajak lahan pertanian menggunakan traktor tangan buatan Indonesia. Pemerintah Indonesia kemudian memberikan sejumlah traktor tangan bagi Fiji dan Vanuatu. Alhasil, beberapa negara Pasifik tertarik untuk membeli dan memasarkan traktor tangan Indonesia di kawasan Pasifik. Profesionalisme Indonesia dalam mengelola MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) merupakan contoh lain dari keunggulan Indonesia. Antusias Pemerintah untuk menjadi tuan rumah berbagai event besar berskala internasional telah membawa Indonesia diakui sebagai penyelenggara MICE yang handal. Papua Nugini pun melirik Indonesia sebagai negara tujuan untuk belajar mengenai keprotokolan dan manajemen konferensi internasional. Secara khusus, permintaan kerja sama teknik tersebut disampaikan di tingkat pejabat tinggi agar kelak Papua Nugini dapat menjadi tuan rumah yang sukses dalam penyelenggaraan KTT APEC 2018. Inilah wujud utama dari peran kerja sama teknik, membangun kemitraan strategis dalam diplomasi ekonomi yang berbuah manis bagi Indonesia.
• Menata ODA, Membangun Ekonomi: Mesir Belajar Manajemen Bantuan Asing dari Indonesia ............................... 06 • Menakar Kapasitas Unggulan Daerah, Melaju Biduk KSS Indonesia .................. 08 • Bersama Indonesia Menjadi Tuan
Rumah Konferensi Internasional ............. 10 • Pengetahuan Produk Kelapa untuk Sahabat di Asia Pasifik ............................ 12 • Melatih Jurnalis Memotret Kehidupan Multikultur Edisi Indonesia No. 1/Juni/2014 .............................. Jendela 14 1 • Apa Kata Mereka ..................................... 16 6/12/17 4:29 PM
Perpisahan Ibu Siti Nugraha Mauludiah Saying goodbye is never easy... akan tetapi dalam dunia pekerjaan seorang diplomat, perpisahan menjadi hal yang sulit untuk dihindarkan. Selama kurun waktu 5 tahun, bukanlah waktu yang singkat bagi saya untuk menjalani amanah sebagai Direktur Kerja Sama Teknik, tentunya banyak sekali suka duka yang telah saya lewati bersama rekan-rekan kerja terbaik, yang datang dan pergi silih berganti. Direktorat Kerja Sama Teknik (KST) terbilang berusia masih sangat muda di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Berdiri pada 2006 di bawah Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik, menjadi salah satu tulang punggung pelaksanaan soft diplomacy Indonesia dalam rangka memperkuat citra positif Indonesia di dunia Internasional. Perlahan tapi pasti, tahap demi tahap, Direktorat KST melangkah dengan mantap untuk memperkaya pelaksanaan Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) Indonesia. Berawal dari “hanya” sekitar 6-7 program kegiatan peningkatan kapasitas bagi negara berkembang, kini wajah Direktorat KST juga diwarnai dengan berbagai program peningkatan kapasitas internal untuk membangun kesiapan dan kemandirian Indonesia sebagai penyelenggara KSS. Pesan yang selalu saya gaungkan selama menjadi Direktur KST, bahwa Indonesia sudah saatnya merubah mindset untuk membangun kemitraan dengan negara sahabat dan mau berbagi pengalaman terbaik serta keilmuan unggulan yang dapat bermanfaat bagi pembangunan di negara berkembang lainnya. Pengembangan program Direktorat KST tidak hanya dalam kerangka pelaksanaan pelatihan dan pengiriman tenaga ahli bagi negara berkembang, tetapi juga pelaksanaan training of trainers untuk meningkatkan kemampuan presentasi dan Bahasa Inggris para tenaga ahli Indonesia, penyusunan database KSS nasional, pendekatan kepada Pemda dan pengembangan kerja sama public-private-partnership (PPP). Sebagai bentuk akuntabilitas dan media untuk meningkatkan awareness kepada publik, Direktorat KST sejak 2014 menerbitkan Buletin Jendela. Harapannya, publik semakin mengenal apa yang telah dikerjakan oleh Direktorat KST dan
bagaimana kerja sama teknik berperan penting dalam dunia diplomasi Indonesia. Saya berharap KSS dapat menjadi branding bagi Indonesia dalam melakukan peran signifikan bagi pembangunan berkelanjutan. KSS dapat diarahkan menjadi penggerak roda diplomasi Indonesia yang diakui di dunia internasional. Namun, posisi ini hanya akan dapat tercapai apabila semua pihak dapat bersinergi dan beriringan dalam membangun kebijakan yang lebih terpusat dan terarah. Dari tempat penugasan saya yang baru, saya akan selalu mendoakan dan mendukung Direktorat KST. Semoga citacita besar Indonesia untuk memiliki suatu badan independen pengelola kerja sama pembangunan dapat tercapai dalam waktu dekat.
Kesan dan Pesan Ibu Siti Sofia Sudarma Di masa transisi sebelum terpilihnya Direktur KST yang baru, saya dipercaya sebagai Plt. Direktur KST dengan tetap menjalankan tugas saya sebagai Direktur Informasi dan Media. Tentu bukanlah hal yang mudah bagi saya untuk membagi waktu, pemikiran dan tenaga dalam mengawal dua Direktorat yang sangat strategis di Kemlu. Di sisi lain, terdapat tantangan tersendiri bagi Direktorat KST setelah dialihkannya keketuaan Tim Kornas KSS dari Bappenas kepada Kemlu mulai tahun 2017. Tahun 2017 dan 2018 menjadi tahun krusial bagi Direktorat KST, maka bersiaplah menuju struktur kelembagaan yang akan mengemban peran lebih strategis, selamat dan sukses selalu untuk Direktorat KST. Tujuh bulan bukan waktu yang lama dan bukan pula waktu yang sebentar bagi saya untuk berupaya seoptimal mungkin dalam mengawal Direktorat KST, memastikan agar semua tetap berjalan on track, dan membangun strategic tools untuk mengantarkan Direktorat KST sebagai penjuru nasional KSS Indonesia. Tidak ada pesan lain yang ingin saya tekankan bahwa sinergi dan kerja sama yang solid merupakan modalitas utama bagi terwujudnya pengelolaan KSS Indonesia yang lebih terukur dan terarah.
Pembina: Plt. Dirjen IDP - Niniek K. Naryatie - Penanggung Jawab: Direktur KST - Mohammad Syarif Alatas - Sesditjen IDP - Azis Nurwahyudi - Pimpinan Redaksi : Victor S. Hardjono - Dewan Redaksi: Bambang Prihartadi, Slamet Noegroho, Melati Irawati, Lina Yanti Diliane, Muhammad Kurniawan, Etty Rachmawati - Desain Grafis: Ririn D. Fitriani, Rudiyanto - Pembuat Artikel : Annisa Amrih S. , Neti Rahmi, Novi Fitmawati, Evan Pujonggo, Etty Utami Wulandari, Daniel Nugroho - Sekretariat/Umum: Sabenna, Rizky Agustina
Jendela.5.indd 2
6/12/17 4:29 PM
S
ebagai jawaban atas permintaan beberapa negara sahabat untuk mendapat peningkatan kemampuan diri di bidang pariwisata, Direktorat Kerja Sama Teknik Kemlu bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua (STPND) - Bali telah menyelenggarakan kegiatan pelatihan bertajuk International Training on Tourism pada tanggal 21 - 29 Agustus 2016 di Bali. Pelatihan ini ditawarkan ke negara-negara Pasifik dan Timor Leste yang memiliki potensi wisata besar namun belum didukung oleh Sumber Daya Manusia yang mencukupi. Sesuai judul, tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian para peserta dalam bidang manajemen pariwisata. Pelatihan ini juga memberi kesempatan bagi peserta untuk berbagi pengalaman di bidang pemasaran pariwisata serta menggali potensi kerja sama. Selain itu, kegiatan juga untuk membentuk jejaring kerja antara para peserta yang berasal dari berbagai kalangan termasuk pengusaha, pejabat pemerintahan, maupun komunitas industri pariwisata. Dalam pembukaan kegiatan, Duta Besar Teiseran Foun
Cornelis menyampaikan pentingnya pariwisata sebagai sektor industri penopang utama ekonomi negara-negara kawasan Pasifik. Sebagai salah satu tujuan wisata dunia, Bali adalah tempat yang tepat untuk belajar mengenai pengembangan industri pariwisata. Pembangunan industri pariwisata tidak harus terus sejalan dengan konservasi alam, keragaman biota, serta program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pelatihan diselenggarakan selama sembilan hari, tanggal 21 - 29 Agustus 2016 dan dirancang sesuai kebutuhan negara-negara peserta. Kurikulum mencakup sebelas sesi kelas terkait manajemen pariwisata dan pemanfaatan industri UKM yang didukung praktik dan observasi lapangan. Bali, tentunya memiliki berbagai fasilitas terbaik di Indonesia untuk menjadi contoh mulai dari International Tourism Development Center, Kompleks Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Desa Subak Bali Agro - Baturiti, berbagai pura tradisional, hingga Pasar Ubud dan Desa Wisata Pemuteran. Sebagai bonus, para peserta juga sempat bertemu dengan siswa asal Thailand yang sedang belajar di STPND. Para peserta mengikuti pelatihan dengan aktif, walau ada keluhan tentang kendala bahasa dan padatnya jadwal pelatihan. Beberapa peserta dari Pasifik menyampaikan pujian atas pelatihan ini yang dinilai sangat bermanfaat dan memberi inspirasi pengembangan pariwisata di negaranya. Dalam testimonial salah satu peserta, mereka melihat bahwa industri pariwisata memiliki banyak bentuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitarnya. Para peserta juga belajar bagaimana mengembangkan industri wisata yang organik dan non-organik. Mereka juga kagum akan toleransi umat beragama dan keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Ketua STPND mengajak seluruh peserta pelatihan untuk memanfaatkan keahlian dan terus mengembangkan industri pariwisata di negara masing-masing. Di tengah tantangan yang semakin kuat dan persaingan ketat, harus diingat bahwa di balik semua itu juga tersimpan berbagai kesempatan untuk mendukung industri pariwisata. Jadi, belajar pariwisata di Bali? Oh yes, please! Institusi pendidikan yang mumpuni dan fasilitas kelas dunia menanti. Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 3
3
6/12/17 4:29 PM
Melatih Pemberantas Kejahatan Dunia Maya di Palestina Bertempat di Lembaga Pendidikan Kepolisian – Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian dan Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian RI, pada tanggal 8-20 Mei 2016 Pemerintah Indonesia telah memberikan bantuan peningkatan kemampuan bagi polisi Palestina dan berbagai negara Asia-Pasifik yaitu Afghanistan, Myanmar, Fiji, dan Kaledonia Baru. Pelatihan bagi Palestina dan negara-negara Asia-Pasifik diselenggarakan terpisah karena tema dan topiknya juga berbeda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing yang disampaikan ke Indonesia. Pelatihan ke petugas polisi Palestina diberi tajuk International Workshop on Cyber Crime and Digital Forensic for Palestinian Police Officers dan diikuti oleh sepuluh perwira polisi. Kegiatan ini menjadi realisasi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk memberikan bantuan peningkatan kemampuan untuk seribu orang Palestina yang disampaikan dalam forum New Asia-Africa Strategic Partnership (NAASP) Conference on the Capacity Building for Palestine di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2008. Sesuai judulnya, tujuan pelatihan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan peserta dalam bidang penanggulangan kejahatan dunia maya. Materi yang disampaikan dalam lokakarya tersebut antara lain pengenalan terhadap kejahatan dunia maya, cyber security, cyber law, pornografi dan perjudian online, pengolahan tempat kejadian perkara kejahatan dunia maya, serta computer and mobile forensic. Materi yang terfokus di berbagai sisi kejahatan dunia maya disampaikan oleh para pengajar Lemdikpol secara interaktif dan dinamis, membuat para peserta lebih mudah memahami dan mempraktikkan ilmu yang baru mereka terima. Materi yang diberikan juga menampilkan informasi terkini tentang
4
Jendela.5.indd 4
perkembangan pengungkapan kasus-kasus kejahatan dunia maya. Dalam interaksi dengan para peserta, muncul informasi bahwa kejahatan dunia maya di Palestina meningkat tajam di 2015 dan 2016, padahal Kepolisian Palestina telah memiliki unit khusus kejahatan dunia maya sejak 2014. Sebelum 2014, jumlah kasus kejahatan dunia maya yang dilaporkan ke polisi meningkat 40 persen per tahun dan di 2015-2016 melonjak dari 520 kasus ke 1200 kasus. Angka ini bahkan belum menunjukkan jumlah sebenarnya karena diyakini banyak korban yang tidak melapor karena nilai kerugian kecil. Para perwira polisi Palestina berharap Pemerintah Indonesia dapat memberikan dukungan lebih luas bagi Pemerintah Palestina, khususnya untuk mengungkap kasuskasus kejahatan dunia maya. Salah satu ide yang bergulir adalah menghubungkan Kepolisian Palestina dengan berbagai pihak berwajib di dunia dalam bidang pemberantasan kejahatan dunia maya. Selain Lemdikpol, lokakarya ini diselenggarakan dengan dukungan dari Sub Direktorat Cyber Crime Badan Reserse Kriminal Polri, Divisi Teknologi Informasi Polri, Divisi Hubungan Masyarakat Polri, dan Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri. Biaya lokakarya dan hubungan dengan Kepolisian Palestina ditanggung sepenuhnya oleh Direktorat Kerja Sama Teknik Kemlu dan dibantu oleh KBRI Amman di Yordania yang terakreditasi juga untuk Palestina. Selain mempelajari aspek-aspek pemberantasan kejahatan dunia maya, peserta lokakarya juga berkunjung ke Museum Polri dan Museum Konferensi Asia Afrika Bandung selain lokasi wisata lain di Jakarta. Kunjungan ke Museum Konferensi Asia Afrika juga untuk menunjukkan komitmen Indonesia bagi kemajuan bersama negara-negara berkembang bukanlah hal baru.
Jendela Edisi No. 5/April/2017
6/12/17 4:29 PM
Pengendalian Massa Demi Ketertiban Umum Di waktu yang hampir bersamaan dengan lokakarya untuk perwira polisi Palestina di Lemdikpol dan PTIK, pelatihan di bidang ketertiban umum dilaksanakan juga untuk sepuluh anggota polisi dari Afghanistan, Fiji, Myanmar, dan Kaledonia Baru. Pelatihan ini berjudul International Workshop on Public
Order Management for Asia Pacific Countries dan dilaksanakan di Markas Komando Brimob pada tanggal 9 – 19 Mei 2016. Pelatihan ini lebih menitikberatkan pada penanggulangan aksi huru-hara dan demonstrasi anarkis, sesuai dengan kebutuhan di negara-negara tersebut yang dalam beberapa tahun lagi akan menghadapi pemilu dan perubahan pemerintah. Walau tentunya tidak diharapkan, pergerakan politik sering kali membawa dampak di masyarakat dan memicu demonstrasi serta kegiatan massa lainnya. Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan selama sebelas hari ini dilaksanakan di PTIK Lemdikpol, Jakarta dan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Selain sepuluh peserta asing tadi, 18 orang peserta lokal juga ikut serta. Materi yang diberikan dalam pelatihan ketertiban umum ini adalah pengetahuan dasar kepolisian untuk menyamakan persepsi, teknik negosiasi, pengendalian massa dasar dan lanjutan, kesiap an peralatan, gerakan taktis, metode penahanan tersangka, meng hadapi aksi mogok, penggunaan alat yang tidak mematikan, barikade, menghadapi serangan massa, taktik berkendara, dan pemecahan kontak fisik. Sama seperti lokakarya pemberantasan kejahatan dunia maya, pelatihan ketertiban umum juga dilakukan seimbang antara pelajaran di kelas dan praktik lapangan. Cara-cara menjaga ketertiban umum dan mengendalikan massa memang tidak bisa hanya dipelajari di kelas karena perkembangan situasi dan ketegangan di lapangan hanya bisa dirasakan dalam praktik. Di akhir pelatihan tanggal 19 Mei 2016, para peserta mema merkan ilmu baru mereka dalam demonstrasi penanganan aksi huru-hara di depan semua tamu yang hadir. Bapak Ghafur Akbar Dharmaputra sebagai wakil Kemlu, Brigjen Pol. Drs. Rachmad yang mewakili Lemdikpol, Duta Besar Fiji untuk Indonesia, Ratu Seremaia Tuinausori Cavuilatu, para pejabat Polri lainnya, serta perwakilan dari kedutaan besar Myanmar, Afghanistan, dan Palestina terlihat kagum dengan kemampuan baru peserta. Para peserta dalam evaluasi mereka menyampaikan program pelatihan ketertiban umum telah memberi manfaat kepada mereka dan siap digunakan dalam kerja. Testimoni ini datang dari seorang peserta dari Kepolisian Fiji, Farasiko Matawalu, di depan seluruh peserta dan tamu yang hadir. Matawalu juga menyampaikan usulan menginginkan adanya kelanjutan pemberian pelatihan di bidang penanggulangan terorisme. Selain itu, Matawalu juga meminta pemberian pelatihan khusus untuk Kepolisian Fiji di bidang negosiasi yang menjadi salah satu materi pelatihan bagi petugas kepolisian Indonesia di Mako Brimob. Kepala Lemdikpol menyampaikan selama ini Polri telah melatih banyak aparat kepolisian dari berbagai negara. Pelatihan yang diberikan antara lain pelatihan lalu lintas dan reserse untuk polisi pria Afghanistan, pelatihan negosiasi dan polisi kemasyarakatan untuk polisi wanita Afghanistan, pengamanan pemilu untuk Myanmar, pendidikan umum pemimpin level menengah dari beberapa negara lain, dan berbagai jenis pendidikan spesialisasi untuk polisi Timor Leste. Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 5
5
6/12/17 4:29 PM
M
esir, nama negeri yang identik dengan piramida, peradaban panjang, dan eksotisme Timur Tengah. Sayangnya kini Mesir mengalami masalah ekonomi yang cukup serius setelah proses perubahan pemerintahan. Kondisi ini membuat Mesir memerlukan dukungan bantuan internasional terutama dalam bentuk bantuan pembangunan (ODA – Official Development Assistance). Dengan keadaan seperti ini, Mesir melihat Indonesia sebagai negara yang dinilai berhasil keluar dari krisis ekonomi tahun 1998 hingga menjadi anggota G-15. Pengalaman dan kemampuan manajemen ODA yang dimiliki Indonesia membuat Pemerintah Mesir meminta bantuan untuk membantu memperbaiki ekonominya. Pelatihan manajemen ODA ini dilaksanakan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dan didukung pembicara dari berbagai unit di Kemkeu, Kemlu, dan Bappenas. Pemerintah Mesir mengutus sepuluh orang pejabatnya pejabat senior Mesir dari Kementerian Kerja Sama Internasional, Kementerian Keuangan (MoF), dan Bank Sentral Mesir. Materi yang diberikan sesuai permintaan yaitu bagaimana mengurangi ketergantungan terhadap ODA dan beralih pada alternatif
6
Jendela.5.indd 6
pembiayaan yang lain yang lebih berkelanjutan. Pelatihan ini dilaksanakan pada 8-10 November 2016 di Jakarta dengan pembiayaan bersama Kemkeu, Kemlu, dan KBRI Kairo. Dalam sesi pembuka, Kepala BKF, Prof. Suahasil Nazara, S.E., M.Sc., PhD menyampaikan profil ekonomi Indonesia dan kebijakan dasar manajemen utang negara. Dalam penjelasannya, Prof. Nazara menyampaikan Indonesia, sebelum krisis 1997/1998 sangat bergantung kepada bantuan luar negeri. Setelah krisis 1997-1998, Indonesia kemudian beralih kepada pembiayaan yang dinilai lebih berkelanjutan yaitu pembiayaan pasar (market base financing). Lebih jauh Kepala BKF juga menjelaskan Indonesia saat ini memiliki defisit sebesar 2,7 persen dari PDB, di bawah syarat undang-undang yaitu 3 persen dan rasio utang pemerintah hanya sebesar 28 persen dari PDB. Namun demikian, secara umum masyarakat Indonesia tidak menyukai utang, meskipun utang yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Mona Ahmed, Kepala Divisi Asia Kementerian Kerja Sama Internasional Mesir menyampaikan profil ekonomi makro Mesir dan kondisi utang negara. Masalah terbesar Mesir saat ini adalah sulitnya menarik devisa masuk ke Mesir. Sejak 2010
Jendela Edisi No. 5/April/2017
6/12/17 4:29 PM
jumlah devisa Mesir terus menurun namun utang luar negeri terus meningkat dari USD 34,694 milyar hingga USD 55,764 milyar pada tahun 2016. Rasio utang luar negeri Mesir terhadap PDB mereka pada tahun 2016 adalah sebesar 17,6 persen. Seperti di Indonesia, ODA Mesir dikelola oleh beberapa lembaga yaitu Kemkeu, Kementerian Kerja Sama Internasional, dan Bank Sentral. Selain pinjaman dan hibah, jenis ODA yang diterima oleh Mesir adalah bantuan teknik, Debt Swap, Budget Support, dan Public Private Partnership. Jumlah ODA yang dikelola Kementerian Kerja Sama Internasional Mesir pada tahun 2016 sebesar USD 21 milyar, 64 persen di antaranya adalah pinjaman dan sisanya berupa hibah. Jepang menjadi penyumbang ODA terbesar di Mesir dengan pinjaman sebesar USD 7 milyar dan hibah sebesar USD 5 milyar. ODA sebagian besar digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, debt relief, pemerintahan dan keamanan, pertanian, sanitasi, dan kesehatan. Untuk memperbaiki kondisi ekonomi saat ini, Pemerintah Mesir memperkenalkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), mengurangi subsidi, dan melepas nilai tukar ke pasar. Mesir juga membentuk dewan khusus untuk investasi, selain memperbaiki iklim investasi dan kebijakan perdagangan. Wakil Bappenas menjabarkan mengenai mengenai dinamika dari pembangunan nasional dan perkembangan bantuan asing, khususnya ODA. Poin utama yang dapat dipelajari dari pengalaman Indonesia adalah betapa pentingnya mengelola bantuan internasional dalam kerangka fiskal yang berkelanjutan agar memenuhi prinsip akuntabilitas serta sejalan dengan kebutuhan prioritas. Selain itu, kebijakan Indonesia dalam mengelola bantuan luar negeri telah bergeser dari pembiayaan defisit menjadi kerja sama alih pengetahuan dan peningkatan investasi. Plt. Direktur Kerja Sama Teknik Kemlu menyampaikan bahwa dari perspektif kebijakan luar negeri Indonesia, ODA merupakan kesempatan dan manifestasi peran Indonesia untuk mendukung perdamaian dan kemakmuran dunia. Peran ini sudah tercermin sejak Konferensi Asia Afrika tahun 1955 dan meningkat secara signifikan sejak tahun 2010 ketika Indonesia
menjadi negara berpenghasilan menengah. ODA yang diberikan Indonesia kepada negara lain berupa bantuan teknik seperti pelatihan dan peningkatan kapasitas. Dalam isu ini Indonesia memegang prinsip demand driven yang tidak mendikte dan berdasarkan kebutuhan negara penerima bantuan. Indonesia juga menjalin kolaborasi dengan negara donor seperti AS, Jepang, dan Belanda dalam bentuk kerja sama triangular untuk membantu negara berkembang lain. Pelatihan dilanjutkan dengan isu-isu yang makin erat dengan pola manajemen ODA di Indonesia. Wakil Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kemkeu menjelaskan dampak yang dirasakan Indonesia akibat kondisi ekonomi global saat ini, yang juga berdampak di Mesir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2016 diproyeksikan sebesar 5 persen didukung oleh konsumsi dan investasi. Kepala Pusat Kebijakan APBN Kemkeu menyampaikan pandangan atas ODA dari perspektif APBN yaitu sebagai instrumen fiskal dalam mendorong keberlanjutan fiskal dan pembangunan. Dijelaskan hingga tahun 2020 Pemerintah Indonesia akan mengurangi defisit akibat rendahnya harga komoditas. Strategi ini akan dilaksanakan hingga 2020, dengan target defisit anggaran hanya 1,6 persen dari PDB. Mengenai strategi dan portfolio pembiayaan dijelaskan wakil Direktorat Strategi dan Portfolio Pembiayaan Kemkeu bahwa dalam regulasi dan siklus manajemen pembiayaan, Pemerintah Indonesia menetapkan kerangka APBN dan kerangka fiskal jangka menengah dengan merujuk pada rencana lima tahunan. Topik terakhir dalam pelatihan adalah pengawasan, evaluasi, dan pembayaran ODA. Direktur Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen Kemkeu selaku pembicara menyampaikan tentang kerangka regulasi terkait ODA khususnya mekanisme pembayaran, pencatatan, pelaporan, serta pengawan dan evaluasi. Pencatatan ODA meliputi catatan disbursement/ pengaliran dana dan realisasi pembayaran. Pelaporan juga terdiri dari dua macam yaitu laporan keuangan dan manajerial yang mencakup seluruh sisi mulai dari operasional, realisasi, neraca, hingga statistik dan profil utang. Beberapa topik yang ingin dipelajari lebih dalam adalah Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS) dan integrasinya dengan aplikasi keuangan lainnya serta hubungannya dengan sistem lain seperti Banking System dan Exchange Rate System. Mesir juga dinilai peserta perlu belajar lebih dari Indonesia mengenai data base analisys, good governance, negosiasi ODA, risk management, mekanisme pengawasan dan pelaporan ODA, refinancing, dan contingent liabilities. Para peserta dari Bank Sentral Mesir menyampaikan pujiannya atas disiplin Kemkeu, BI, dan Bappenas dalam mengelola ODA terutama peran middle office di Kemkeu. Para peserta juga menyampaikan bahwa mereka akan membagi ilmu yang mereka terima selama di Indonesia kepada rekan kerja di Mesir. Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 7
7
6/12/17 4:29 PM
I
“
ndonesia sudah dipandang lebih mampu daripada dahulu ketika kita masih sepenuhnya menerima bantuan dari negara maju. Sebab itu, apa yang kita bisa bantu sepatutnya kita bantu. Misalnya kita melatih negara yang perekonomiannya rendah. Kita latih mereka dengan keterampilan yang mereka bisa jual untuk menghasilkan uang. Sehingga hasil dari pelatihan tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga; untuk makan, beli pakaian, (biaya) anak sekolah, atau kesehatan”, ucap Mantan Duta Besar Indonesia untuk Kuba merangkap Negara Persemakmuran Bahama dan Republik Jamaika, Teiseran Foun Cornelis (2012 - 2016) - yang akrab disapa Dubes Cornelis - kepada Bupati Solok, Gusmal, beserta jajaran pejabat suku dinas di Kabupaten Solok, pada kunjungan penajaman kapasitas unggulan Pemkab Solok, Kamis, 25 November 2016. Indonesia tanahnya gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo, disebut dalam sebuah pepatah Jawa. Grup musik legendaris Koes Plus juga melantunkannya dalam syair “bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu…”. Keduanya mengandung arti bahwa terdapat kekayaan alam yang begitu melimpah, bila diolah akan membuat tenteram dan sejahtera. Tersirat petunjuk bahwa ada begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh, bila warganya mau sedikit kreatif dalam mengembangkan keterampilan mengolah sumber daya yang disediakan oleh bumi pertiwi Nusantara. Itulah kapasitas teknik bangsa Indonesia yang muncul dari kearifan lokal setiap daerah di Indonesia.
Identifikasi kapasitas nasional mendukung laju pengembangan Kerja Sama Selatan – Selatan Indonesia.
Sebagai penjuru Tim Koordinasi Nasional Kerja sama Selatan-Selatan (Tim Kornas KSS), salah satu upaya Kemen terian Luar Negeri (Kemlu) dalam mengembangkan KSS yaitu
8
Jendela.5.indd 8
menggali potensi kapasitas unggulan daerah. Pemda diharapkan dapat turut berperan sebagai agen pelaksana pada program pelatihan teknik bagi negara sahabat yang masih berkembang. Kapasitas unggulan daerah merupakan bibit kapasitas unggulan nasional dipercaya sebagai perwujudan kearifan lokal yang menjadi modalitas Pemri dalam pengembangan KSS. Setidaknya sejak tahun 2012, Kemlu telah melakukan program outreach ke daerah – daerah. Dengan mengidentifikasi
Jendela Edisi No. 5/April/2017
6/12/17 4:29 PM
kapasitas unggulan daerah, Pemri dapat mempromosikan keahlian di bidang teknik sekaligus memberikan bantuan pelatihan yang bermanfaat bagi negara lain. Pada kunjungan yang berlangsung pada tanggal 24 – 25 November 2016, Dubes Cornelis menyampaikan harapan agar Pemkab Solok dapat menjadi Kabupaten percontohan nasional dalam pemberdayaan masyarakat kabupaten, memajukan kerja sama internasional sehingga dapat menjadi kebanggaan daerah, dan promosi pariwisata. Selain itu, ditekankan pula perlunya daerah untuk menangkap adanya peluang kerja sama ekonomi dan pembangunan. Menanggapi hal tersebut, Bupati Gusmal menyatakan dukungan Pemkab Solok, terutama karena sejalan dengan upaya pengembangan ekonomi kerakyatan berbasiskan masyarakat yang tengah dikembangkan oleh Pemkab Solok. Sinergi ini kiranya m
Bantuan teknik sebagai partisipasi aktif Indonesia dalam penanganan isu – isu global.
Terdapat sembilan bidang kapasitas unggulan warga yang telah diidentifikasi oleh Pemkab Solok. Sembilan kapasitas teknik masyarakat Solok, diantaranya: Pengelolaan Hutan Nagari (climate change mitigation and adaptation), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM (building community’s capacity to accelerate development), Disaster Risk Management (early warning system bencana Gunung Api Talang dan pengembangan Trauma Center untuk evakuasi dan penangan pasca bencana), Food Security (pengembangan pertanian organik, post harvest technology, dan tropikalisasi gandum; Pengolahan bijih besi (Energi), serta pengembangan sektor perhotelan dan pariwisata. Tujuan diadakannya kunjungan tersebut adalah untuk menjajaki dan memacu kesiapan sumber daya Pemkab Solok guna menjadi pelaksana pelatihan internasional. Walaupun pada sektor perhotelan dan Rumah Sakit pasca bencana masih memerlukan pembangunan, namun bukan tidak mungkin bagi Pemkab Solok untuk menjadi pelaksana pelatihan teknik pada bidang-bidang lainnya. Komitmen Pemri dalam kerja sama Selatan – Selatan telah dinyatakan pada pertemuan tingkat tinggi Konperensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Sejak tahun 2010, Tim Kornas KSST tengah mempersiapkan pengelolaan pemberian bantuan teknik yang terencana dan terukur melalui satu pintu. Salah satunya dengan memperkuat peran Pemda sebagai agen pelaksana pelatihan internasional. Jika dikumpulkan seluruh potensi masyarakat Indonesia seluruhnya, maka dapat dibayangkan modalitas Pemri yang luar biasa untuk menjadi knowledge hub bagi negara-negara berkembang. Mengambil contoh dari satu Kabupaten di Sumatera Barat saja, sudah beragam keahlian teknik yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Pada kunjungan ke Solok, Dubes Cornelis telah meninjau fasilitas Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Solok dan Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian (PATPKP). PATPKP merupakan pilot project dari Universitas Andalas yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren setempat.
Kapasitas unggulan adalah citra Indonesia di berbagai fora internasional. Kapasitas unggulan daerah adalah ciri khas yang menjadi identitas masyarakatnya. Menurut Dubes Cornelis, selain sebagai bentuk solidaritas sesama negara berkembang, pemberian bantuan teknik yang terfokus pada bidang tertentu juga dapat membantu mempopulerkan citra suatu negara di mata masyarakat dan pemerintah negara penerima bantuan. Citra yang kuat terhadap suatu bangsa dapat mempopulerkan nama Indonesia. Hal ini berguna dalam hal memperoleh dukungan bangsa lain terhadap Indonesia di berbagai bidang. Upaya pengembangan KSS Indonesia dapat merefleksikan diri pada pengalaman Kuba yang telah berhasil membuat sinergi antara masyarakat dan Pemerintah Kuba dalam membuat program – program kerja sama dan bantuan Kuba. “Program kerjasama dan bantuan Kuba dirasakan oleh Pemerintah dan masyarakat negara penerima bantuan karena bersifat tangible, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan,” kata Dubes Cornelis saat masih menjabat Dubes RI di Kuba. Oleh karena itu, Dubes Cornelis berpandangan bahwa KSS sebagai salah satu soft power dalam diplomasi RI sekiranya perlu mengidentifikasi sektor yang menjadi keunggulan nasional yang bisa memberikan hasil yang kongkrit bagi mitra yang pada akhirnya dapat membuahkan dukungan bagi kepentingan Indonesia lainnya termasuk kepentingan politiknya.
Solok unggul dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan budaya bercocok tanam.
Bila diterapkan pada situasi dan kondisi Pemkab Solok, maka identifikasi sembilan kapasitas unggulan tersebut dapat difokuskan pada beberapa keunggulan komparatif saja. Misalnya, penguatan sektor pertanian, pengelolaan bencana, dan pemberdayaan masyarakat sebagai fokus bidang yang dapat memberikan manfaat secara kongkrit kepada negara lain dengan kondisi serupa. Masyarakat Kabupaten Solok tinggal di lahan berbukitbukit. Mereka terbiasa hidup dalam kelompok –kelompok nagari yang suka bergotong-royong. Para penduduk bahu membahu membentuk kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk membudidayakan jenis pohon tertentu yang akarnya kuat untuk menahan tanah dari longsor. Selebihnya bercocok tanam untuk mendapatkan hasil bumi selain untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga juga mendatangkan penghasilan untuk kebutuhan hidup lainnya. Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 9
9
6/12/17 4:29 PM
P
engalaman Indonesia menjadi tuan rumah berbagai perhelatan internasional ternyata menarik perhatian banyak negara berkembang lain. Kesuksesan menjadi Ketua ASEAN tahun 2011 dan APEC tahun 2013 dengan rangkaian pertemuan mulai dari kelompok kerja teknis hingga konferensi tingkat tinggi berjalan baik dan teratur dipandang sebagai prestasi yang layak dipelajari. Dengan latar belakang itu, beberapa negara di Pasifik menyampaikan permintaan agar Pemerintah Indonesia dapat membagi ilmu dan pengalamannya di bidang protokol dan manajemen konferensi internasional. Hasilnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri melaksanakan International Workshop on Protocol and Conference Management for Melanesian Spearhead Group Secretariat and the Republic of Fiji. Lima orang peserta dari Sekretariat MSG— organisasi wilayah di kawasan Pasifik Selatan—dan tiga peserta dari Kementerian Luar Negeri Fiji ikut serta dalam lokakarya tujuh hari dimulai 23 Oktober 2016. Kegiatan pelatihan ini juga menjadi bagian dari komitmen bantuan senilai USD 20 juta dari Pemerintah Indonesia ke negara-negara Pasifik. Komitmen tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan Pacific Islands Development Forum (PIDF) tahun 2014 di Nadi, Fiji. Melihat keperluan yang spesifik, kurikulum pelatihan ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan Sekretariat MSG dan Kemlu Fiji yang mulai aktif menyelenggarakan konferensi internasional. Topik-topik pelatihan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang kesekretariatan organisasi dan keprotokolan, serta penyelenggaraan konferensi standar internasional. Kurikulum ini dilaksanakan dalam 32 jam pelajaran, 75 persen teori dan 25 persen praktik lapangan. Materi yang disampaikan tentang administrative arrangement, pengaturan bandara, seating arrangement dan photo opportunity, side events, pengaturan spouse program, pengamanan lokasi dan akses,
10
pengelolaan media, perencanaan dan kebijakan penyediaan barang dan jasa, dan pengenalan organisasi Sekretarat ASEAN. Untuk mendapat pengetahuan yang komprehensif, pelatihan melibatkan berbagai pihak termasuk Direktorat Protokol, Biro Perlengkapan, dan Direktorat Informasi dan
Jendela Edisi No. 5/April/2017
Jendela.5.indd 10
6/12/17 4:29 PM
Media dari Kemlu, serta Pasukan Pengamanan Presiden, Sekretariat ASEAN, dan professional conference organizer. Praktik lapangan dilaksanakan di beberapa lokasi persiapan konferensi seperti bandara Halim Perdana Kusuma dan Jakarta Convention Center. Penekanan khusus disampaikan kepada peserta tentang pentingnya protokol dan manajemen yang baik akan menghasilkan sebuah konferensi yang sukses sehingga memberikan kesan baik bagi tuan rumah. Menilik pengalaman Indonesia, kesan baik ini berdampak positif juga ke pertumbuhan ekonomi, terutama wilayah dan bidang usaha terkait. Pembukaan dan penutupan pelatihan protokol dan manajemen konferensi dihadiri oleh para pejabat Kemlu dan juga Dubes Peter Ilau dari Papua Nugini, Dubes Salana Kalu dari Solomon Islands, dan wakil Kedubes Fiji. Pada acara penutupan, Molean Kilepak, Wakil Direktur Jenderal Sekretariat
peserta dari Sekretariat MSG. Pujian juga disampaikan wakil Kemlu Fiji yang menjadi peserta yaitu Pauliasi Waqalevu. Fiji akan menyelenggarakan UN Conference on Oceans and Seas pada bulan Juni 2017 dan pelatihan ini diberikan di waktu yang tepat untuk persiapan konferensi tersebut. Pauliasi Waqalevu berjanji membagi ilmu yang didapat kepada koleganya di Fiji karena terlihat berguna secara nyata. Seperti Molean Kilepak, Pauliasi Waqalevu juga berharap program serupa dapat terus diberikan Indonesia kepada negara-negara Pasifik secara berkelanjutan. Para peserta juga terkesan dengan keramah-tamahan dan dukungan yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada mereka. Pauliasi Waqalevu secara khusus mengungkapkan ada perubahan persepsi dirinya terhadap Indonesia yang selama ini hanya didapatkan melalui media. Sejak tahun 2006 Pemerintah Indonesia telah memberi 139 program peningkatan kemampuan yang kepada lebih dari 1000 peserta dari wilayah Pasifik di berbagai bidang seperti pertanian, perikanan, tata pemerintahan yang baik, perindustrian, dan pendidikan. Dalam lima tahun terakhir, program bantuan Indonesia bagi Pasifik mencakup berbagai bidang-bidang baru termasuk entrepreneurship, industri UKM, otomotif, serta kepolisian. Sekali lagi, 139 program pelatihan ini menjadi bukti komitmen Indonesia untuk membantu negara-negara Pasifik untuk lebih maju dan menjalin kemitraan dengan Indonesia. Di samping peningkatan pengetahuan peserta yang cukup signifikan terkait bidang manajemen konferensi internasional dan protokol, pelatihan juga membuka berbagai peluang kerja sama baik pada tataran antar pemerintah maupun kerja antara sektor swasta. Pengajar dari professional conference organizer menyebutkan dengan pelatihan ini terbangun kontak potensial dengan Kemlu Fiji dan Sekretariat MSG serta membuka pintu bagi mereka untuk melebarkan sayap ke wilayah Pasifik yang selama ini belum digarap.
MSG menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia dan menyatakan pelatiha memberi manfaat kepada mereka. Molean Kilepak berharap ada kelanjutan pelatihan lanjutan dalam bidang yang sama namun dapat dilaksanakan di Port Villa, Vanuatu sehingga dapat menjangkau lebih banyak Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 11
11
6/12/17 4:30 PM
P
ada tanggal 27 Mei-3 Juni 2016, Direktorat Kerja Sama Teknik berkerja sama dengan NonAligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM CSSTC) dan Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma) Manado Kementerian Pertanian telah menyelenggarakan pelatihan pembuatan produk kelapa bagi 27 peserta dari 12 negara Asia Pasifik. Kedua belas negara tersebut adalah Fiji, Kamboja, Marshall Islands, Myanmar, Nauru, Palau, Papua Nugini, Samoa, Solomon Islands, Sri Lanka, Timor Leste, dan Tonga.
12
Pelatihan produk kelapa ini awalnya dirancang khusus bagi negara-negara Pasifik dan Timor Leste yang memiliki banyak pohon kelapa namun belum memiliki pengetahuan dan keahlian cukup untuk mengolah produk kelapa. Pada perkembangannya, pelatihan ditawarkan juga ke anggota Asian Pacific Coconut Community (APCC). Selain itu, pelatihan juga diikuti oleh sepuluh peserta dari Sulawesi Utara dan empat provinsi Melanesia di Indonesia yaitu Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Keikutsertaan ini untuk memperkenalkan etnis Melanesia Indonesia kepada
Jendela Edisi No. 5/April/2017
Jendela.5.indd 12
6/12/17 4:30 PM
negara-negara Melanesia lainnya sekaligus mempersiapkan wilayah tersebut menjadi jembatan bagi konektivitas Indonesia dengan negara-negara Pasifik. Saat membuka pelatihan Dubes Esti Andayani, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik menyampaikan bahwa banyak petani kelapa di wilayah Asia dan Pasifik yang belum mampu mengembangkan produk kelapa menjadi lebih variatif dan bernilai ekonomi tinggi. Untuk itu Indonesia berkewajiban untuk membagi pengetahuan yang dimiliki guna kemakmuran bersama. Senada dengan ini, wakil Kementerian Pertanian menyatakan, seluruh bagian kelapa dapat diolah secara kreatif dan menjadi peluang komoditi ekonomi yang mumpuni. Kemtan berharap para peserta dapat memacu ide-ide kreatif dari olahan kelapa dan menciptakan industri olahan kelapa di negara masing-masing. Para peserta menjalani program pelatihan yang terdiri dari sepuluh sesi kelas dan delapan praktik lapangan. Dengan demikian, teori yang diterima di kelas dapat segera dipraktikkan dalam kerja nyata. Seluruh peserta juga diajak melakukan observasi pada kunjungan ke PT. Royal Coconut dan industri kayu kelapa di Balai Latihan Pendidikan Teknik Kaaten di Tomohon. Dalam evaluasi atas pelatihan, para peserta memandang program pelatihan produk kelapa ini sangat bermanfaat dalam upaya mereka mengembangkan produk kelapa di negaranya masing-masing. Sebagian besar hasil kelapa masih belum
dikembangkan secara maksimal, terutama di negara-negara Pasifik yang beriklim serupa dengan Sulawesi Utara, tempat pelatihan dilaksanakan. Beberapa peserta bahkan menyatakan keinginan untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam mengembangkan industri kelapa. Walau masih terhambat kendala bahasa, masalah ini tidak menjadi besar karena para peserta adalah petani kelapa yang sudah memiliki pengetahuan tentang kelapa. Pelatihan yang dirancang dengan melibatkan banyak praktik juga semakin meminimalkan kendala Bahasa ini karena peserta masih dapat memahami materi dengan melihat langsung metode dan proses dalam pengembangan produk kelapa. Di luar kegiatan pelatihan, para peserta asing juga diajak menikmati keindahan alam Sulawesi Utara termasuk Taman Nasional Bunaken. Tidak ada yang dapat menghapus memori mengenai keindahan alam Indonesia, terutama taman laut di Bunaken yang terkenal itu, dan keramah-tamahan tulus Kawanua. Rencana awal untuk pelatihan produk kelapa menarget kan duapuluh lima orang peserta asing. Hingga tanggal tenggat waktu, 11 Mei 2016, telah tercapai target peserta itu namun ternyata masih muncul permintaan menjadi peserta dari Solomon Islands dan Marshall Islands. Meskipun rencana awal pelatihan ini lebih menitikberatkan ke negara Pasifik, Kemlu memutuskan untuk menerima pencalonan tersebut dan sehingga peserta asing menjadi duapuluh tujuh orang. Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 13
13
6/12/17 4:30 PM
S
14
ebanyak 14 delegasi dari 9 negara di wilayah Asia Pasifik dan Afrika mengikuti kegiatan ‘Multimedia Training Course, for Asia-Pacific and African Countries’ yang dipusatkan di Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) ‘MMTC’ Yogyakarta. Peserta yang umumnya berlatar belakang profesi jurnalistik ini dilatih mengenai broadcasting, video production dan digital news selama 10 hari sejak tanggal 25 Juli hingga 4 Agustus 2016.
Afrika ke-60 tahun 2014 lalu. Pelatihan ini menawarkan pendekatan yang komprehensif dan multidisiplin untuk penciptaan media. Pelatihan dilaksanakan dengan metode terori dan praktik mengenai bahan ajar yang terkait news journalism, jurnalisme dan berita, nonlinear editing, perencanaan produksi, pencarian dan perekaman berita, serta pemberitaan digital (web streaming). Sebagai bentuk praktik, peserta pelatihan dibagi menjadi 4
Para peserta tersebut berasal dari Negara Fiji, Papua Nugini, Solomon Islands, Vanuatu, Afganistan, Nepal, Timor Leste, Ethiophia termasuk 4 peserta dari Indonesia bagian timur yaitu Maluku, Papua, dan Papua Barat. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik pada tanggal 25 Juli 2016 di Ruang Griya Kresna, Hotel Santika Premiere, Yogyakarta. Dalam sambutan beliau disampaikan bahwa pelatihan bertujuan untuk mewujudkan komitmen Pemerintah Indonesia dalam rangka Kerja Sama Selatan-Selatan, khususnya untuk memberikan berbagai pengembangan kapasitas bagi negara-negara Asia Afrika yang merupakan tindak lanjut dari hasil Konferensi Asia
kelompok guna melaksanakan tugas lapangan dalam melakukan proses pencarian berita (hunting) dan perekaman gambar (shooting) yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul (Ganjuran), Kota Yogyakarta (Ketandan dan Glagahsari), dan Kabupetan Sleman (Pakem dan Bukit Turgo). Hasil pencarian berita dan perekaman gambar untuk materi penyiaran tersebut kemudian diunggah dan ditayangkan di situs yang dikembangkan sendiri oleh masing-masing kelompok. Tanpa terasa, 10 hari berlalu dan kegiatan pelatihan pun ditutup secara resmi pada hari Kamis (04/08) di STMM oleh Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri. Acara penutupan dihadiri oleh perwakilan Kedubes peserta yang
Jendela Edisi No. 5/April/2017
Jendela.5.indd 14
6/12/17 4:30 PM
berkedudukan di Jakarta, pejabat di lingkungan Kemlu, dan STMM. Acara penutupan dibuka dengan pemutaran hasil karya audio visual dari 4 kelompok peserta. Masing-masing kelompok mencoba memotret kehidupan multikultur di Yogyakarta yang merupakan representasi dari keanekaragaman di Indonesia melalui sudut pandang pembauran ajaran Katolik dan Jawa, perpaduan budaya Cina dan Jawa, kerja sama antar agama, serta pendidikan tentang keberagaman. Prof. Gati Gayatri, M.A., Plt. Ketua STMM, melaporkan bahwa pelaksanaan pelatihan diberikan dengan tema keragaman budaya di Indonesia yang ditinjau dari berbagai sudut pandang oleh peserta. Pelatihan juga telah memberikan kesempatan bagi peserta untuk membuat karya jurnalistik, audio-visual, dan bahkan mengunggahnya ke dalam situs yang disiapkan sendiri. Prof. Gayatri menyatakan kebanggaannya bahwa meski berasal dari berbagai negara namun peserta mampu menyiapkan karya yang sangat baik dan sukses. Diakuinya karya serupa dinilai membanggakan mengingat proses hunting berita hanya dilakukan dalam satu hari saja. Wakil dari peserta, Abdul Jamil Jahish, dari Afghanistan menyatakan apresiasinya atas pelatihan yang merupakan kesempatan bagi peserta untuk saling berbagi ilmu dan
Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, Siti Sofia Sudarma mengatakan, pelatihan ini wujud komitmen Indonesia dalam mempererat kerjasama SelatanSelatan sekaligus memberikan berbagai pengembangan kapasitas negara Asia Afrika. Hasil dari pelatihan ini para peserta mampu membuat berita yang mengintegrasikan tulisan, gambar, suara, video dan grafis menggunakan teknologi digital. Lebih lanjut disampaikan bahwa revolusi teknologi informasi dan komunikasi saat ini terbukti telah membantu negara-negara berkembang mampu mengurangi kemiskinan berkat penetrasi internet. Hal tersebut perlu didukung guna mendorong masa depan yang lebih baik. Diharapkan melalui pelatihan ini peserta juga dapat membangun jejaring kerja yang saling mendukung guna meningkatkan budaya jurnalisme yang lebih terpercaya.
mendapatkan informasi baik tentang kemajuan teknologi informasi maupun pemahaman antar budaya masing-masing peserta. Sementara itu, Kelly Daniel Vacala, peserta asal Fiji, juga menyampaikan apresiasi kepada Kemlu RI dan STMM atas kesempatan yang tidak ternilai. Mewakili perwakilan negara peserta, Dubes Timor-Leste untuk Indonesia menyampaikan selamat kepada seluruh peserta yang telah sukses mengikuti pelatihan di kota Yogyakarta yang memiliki kekhasan dengan budaya Jawanya yang sangat kental. Dengan mendokumentasikan kehidupan warga Yogyakarta, para peserta dapat belajar tentang kultur dan budaya masyarakat setempat yang penuh keramahan.
para peserta dan memberikan pelatihan lanjutan untuk jangka waktu yang lebih panjang sehingga hasil karya mereka mengenai potret kehidupan multikultur Indonesia dapat diselesaikan dengan maksimal. Meski demikian, kebersamaan dan kebahagiaan sangat terpancar di wajah para peserta dan hal ini kiranya menimbulkan optimisme bagi terciptanya kerja sama antar bangsa di bidang media serta peluang untuk membangun pemberitaan positif mengenai Indonesia di negara-negara sahabat. Kegiatan pelatihan pun mendapatkan perhatian dan diliput oleh media setempat, diantaranya TVRI Yogyakarta dan Koran Kedaulatan Rakyat (KR).
Satu hal yang dikeluhkan oleh para peserta adalah kurangnya waktu pelaksanaan pelatihan, mengingat proses produksi materi siaran media eletronik yang melibatkan teknik perekaman, pengisian narasi, dan penyuntingan memerlukan waktu pengerjaan yang tidak sebentar. Mereka berharap Indonesia dapat mengundang kembali
Edisi No. 5/April/2017 Jendela
Jendela.5.indd 15
15
6/12/17 4:30 PM
Jendela.5.indd 16
6/12/17 4:30 PM