BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Paradigma suatu organisasi atau perusahaan kini dihadapkan pada perkembangan sistem dan teknologi informasi yang telah menjadi salah satu sumber daya yang harus dikelola secara baik untuk menciptakan daya saing. Teknologi informasi memberikan manfaat bagi pekerja di dalam organisasi agar mampu bekerja secara lebih efisien dan efektif (Dos Santos dan Sussman, 2002). Implementasi sistem informasi berbasis komputer khususnya sistem informasi akuntansi telah memiliki peranan penting dalam menunjang aktivitas organisasi, sehingga setiap organisasi baik yang berorientasi profit maupun non-profit harus memelihara sistem informasi tersebut (Wilkinson dkk., 2000). Keberadaan perangkat lunak akuntansi mengakibatkan perubahan pola sistem kerja dari lingkungan manual menjadi terkomputerisasi karena kemampuan perangkat lunak yang lebih cepat dan praktis dalam memproses data menjadi informasi akuntansi. Perubahan ini khususnya terjadi pada pengguna akhir (enduser) yang terlibat secara langsung sebagai pengguna perangkat lunak tersebut. Implikasi dari pengadopsian perangkat lunak akuntansi oleh suatu perusahaan adalah keragaman fitur yang ada di dalam perangkat lunak akuntansi yang seringkali tidak selaras dengan kebutuhan pelaporan sistem informasi suatu perusahaan, sehingga pada akhirnya dibutuhkan adaptasi lebih lanjut terhadap perangkat lunak akuntansi oleh para pengguna akhir (Tjakrawala dan Cahyo, 2010). Ketika terjadi ketidakselarasan ini, pengguna akan mengalami hambatan
1
teknis dalam pengoperasian yang akan menyebabkan terjadinya kecemasan sehingga menurunkan kinerja pemakai. Teknologi informasi dapat memberikan nilai bagi organisasi apabila mampu diberdayakan secara optimal dan mampu mengurangi terjadinya tumpang tindih akibat perubahan sistem kerja organisasi berbasis komputer. Di sisi lain, teknologi hanya akan menghadirkan biaya baru apabila organisasi tidak mampu mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi. Selain besarnya investasi yang dibutuhkan, kapabilitas dari sumberdaya manusia yang akan menggunakan sistem juga
perlu
disesuaikan
agar
mampu
secara
efektif
memaksimalkan
penggunaannya. Meskipun suatu organisasi telah menerapkan sistem informasi akuntansi untuk menunjang aktivitasnya, penerapan bisa berhasil ataupun tidak. Untuk itu diperlukan analisa yang tepat untuk menilai kelayakan sistem informasi akuntansi agar investasi yang besar tersebut dapat menghasilkan sistem informasi yang berguna dan sejalan dengan tujuan perusahaan. Penelitian empiris (Procaccino dkk., 2005; Schaupp dkk., 2009; Shibly, 2011) telah banyak mengukur kesuksesan sistem informasi. Secara teoretis, beberapa penelitian masih berfokus pada penentuan konstruk apa yang paling baik dalam mengukur kesuksesan sistem informasi. Penelitian yang menjadi pijakan awal dari beberapa penelitian studi empiris dalam menguji model kesuksesan sistem informasi adalah penelitian yang dilakukan oleh DeLone dan McLean (1992) karena model tersebut dianggap cukup parsimoni. Selama 10 tahun sampai tahun 2002 hampir 300 artikel di beberapa jurnal telah merujuknya dan menggunakan model tersebut (Hartono, 2007).
2
Banyak penelitian yang melakukan spesifikasi ulang atas model DeLone & McLean, misalnya dalam penelitian Schaupp dkk. (2009), Seddon (1997), Wang (2008), Wu dan Wang (2006). Menjadi menarik dari penelitian model kesuksesan sistem informasi ketika terjadi kritik terhadap model DeLone & McLean, misalnya yang disampaikan Seddon (1997) yaitu mempermasalahkan penggunaan model proses dan model varian yang tercampur di model DeLone & McLean (1992), sehingga spesifikasi ulang ini dilakukan dengan menghilangkan interpretasi model proses. Hartono (2007) menjelaskan kritik Alter (1999) terhadap model Seddon (1997) yang merupakan dimensi tumpang tindih antara sistem kinerja dan sistem informasi yang semakin menjadi kembar siam (siamese twins), sehingga sulit untuk menginterpretasikan arti dari model tersebut. DeLone & McLean membahas tanggapan tentang kritikan yang dilontarkan terhadap modelnya dengan model DeLone & McLean yang diperbarui (2003). Dengan mengkaji lebih dari 100 artikel yang dipublikasikan di jurnal-jurnal sistem informasi terkenal seperti misalnya Information System Research, Journal of Management Information Systems, dan MIS Quarterly sejak tahun 2003, DeLone dan McLean (2003) memperbaiki modelnya dan mengusulkan model yang sudah dimutakhirkan (Hartono, 2007). Meskipun model DeLone & McLean telah diperbarui, masih diperlukan validasi lebih lanjut sebelum model tersebut dapat digunakan sebagai dasar pemilihan ukuran sistem informasi yang layak (Wu dan Wang, 2006). Penelitian ini turut menjawab kritik Seddon (1997) dengan memvalidasi variabel nilai persepsian (perceived value) yang diusulkan Wang (2008) karena variabel nilai persepsian memiliki lingkup yang lebih luas
3
dibandingkan variabel kegunaan persepsian yang diusulkan Seddon (1997). Seddon (1997) menyarankan penelitian selanjutnya perlu untuk mencari pengukuran yang lebih komprehensif dan handal yang berpengaruh terhadap manfaat-manfaat bersih dari penggunaan sistem informasi. Model kesuksesan sistem informasi DeLone & McLean (2003) menambahkan variabel kualitas pelayanan dari sistem informasi karena dengan munculnya
end
user
computing
(EUC)
di
pertengahan-tahunan
1980
menyebabkan departemen sistem teknologi informasi tidak hanya menjadi penyedia informasi (information provider) tetapi juga sebagai penyedia layanan (service provider). DeLone dan McLean (1992) menggunakan teori komunikasi informasi dalam merancang dimensi kualitas sistem dan kualitas informasi, tapi model DeLone & McLean diperbarui (2003) mengusulkan variabel kualitas pelayanan mengacu penelitian pada bidang pemasaran dari Parasuraman (1988) yang saat ini dalam penelitian pemasaran telah mengalami perluasan perspektif tidak hanya berupa pelayanan pada kualitas teknologi informasi, tapi sudah semakin fokus pada kualitas informasi dan kualitas sistem yang dirancang oleh unit penyedia TI. Diperlukan pengujian empiris dan formulasi teoretis yang dapat menuntun dalam mengintegrasikan konstruk-konstruk dalam kualitas persepsian tentang potensi hubungan antara kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas pelayanan karena masih sangat sedikit penelitian sistem informasi yang menggali tentang kualitas pelayanan dalam komponen dasar kualitas sistem informasi yaitu kualitas informasi dan kualitas sistem.
4
Selain memformulasikan landasan teori, lebih penting lagi menggali hubungan antara kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas pelayanan. Tidak sedikit pengguna yang mempersepsikan kualitas pelayanan adalah terdiri dari kualitas persepsiannya tentang kualitas informasi dan kualitas sistem, sehingga kualitas informasi dan kualitas sistem yang pengguna persepsikan dalam melayani kebutuhan pekerjaannya akan menjadi faktor utama yang membentuk persepsinya tentang kualitas pelayanan sistem informasi secara menyeluruh (Chen dan Cheng, 2009). Oleh karenanya, penelitian dalam bidang pemasaran saat ini (Collier dan Bienstock, 2006; Fassnacht dan Koese, 2006; Parasuraman dkk, 2005) mulai mengukur kualitas pelayanan yang dikembangkan didominasi oleh kualitas informasi dan kualitas sistem seperti kehandalan, kemudahan penggunaan, kenyamanan, dll. Beberapa penelitian (Essex dkk., 1998; Iivari, 2005; Tjakrawala dan Cahyo, 2010) menguji kesuksesan sistem informasi yang bersifat mandatory pada perusahaan bisnis. Beberapa penelitian tersebut tidak memperhatikan apakah sistem informasi yang digunakan oleh suatu perusahaan merupakan perangkat lunak yang telah mapan digunakan oleh perusahaan-perusahaan lain atau merupakan perangkat lunak yang diciptakan sendiri oleh perusahan tersebut. Tjakrawala dan Cahyo (2010) menguji model kesuksesan sistem informasi akuntansi pada 33 perusahaan sektor industri barang konsumsi yang sebagian besar merupakan perusahaan yang mengadopsi perangkat lunak informasi akuntansi dari perusahaan lain atau membeli aplikasi tersebut dari penyedia layanan perangkat lunak. Karakteristik perangkat lunak ini dapat menjadi
5
penyebab lain atau pencampur (confounding variable) hubungan dalam model kesuksesan sistem informasi DeLone & McLean karena perangkat lunak yang diadopsi tersebut telah sukses diterapkan oleh perusahaan lain. Untuk perusahaan yang membeli perangkat lunak akuntansi dari penyedia layanan, tidak hanya satu perusahaan yang mengaplikasikan perangkat lunak tersebut sehingga telah teruji kesuksesannya pada perusahaan lain yang juga membeli perangkat lunak tersebut. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, obyek dalam penelitian ini adalah organisasi yang membuat sendiri dan atau melakukan pengembangan sendiri atas sistem informasi akuntansi yang digunakan.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan model DeLone & Mclean yang diperbarui (2003) serta latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kualitas informasi berpengaruh positif pada kualitas pelayanan? 2. Apakah kualitas sistem berpengaruh positif pada kualitas pelayanan? 3. Apakah kualitas informasi berpengaruh positif pada nilai persepsian? 4. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh positif pada nilai persepsian? 5. Apakah kualitas sistem berpengaruh positif pada nilai persepsian? 6. Apakah kualitas informasi berpengaruh positif pada kepuasan pengguna? 7. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh positif pada kepuasan pengguna? 8. Apakah kualitas sistem berpengaruh positif pada kepuasan pengguna? 9. Apakah nilai persepsian berpengaruh positif pada kepuasan pengguna?
6
10. Apakah nilai persepsian berpengaruh positif pada manfaat-manfaat bersih? 11. Apakah kepuasan pengguna berpengaruh positif pada manfaat-manfaat bersih?
1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan melakukan spesifikasi ulang model DeLone & McLean (2003) dengan berlandaskan teori dan literatur yang berhubungan dengan sistem informasi untuk mengintegrasikan hubungan yang mendasari kualitas persepsian yang terdiri dari kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas pelayanan, serta memvalidasi variabel nilai persepsian usulan Wang (2008). Penelitian ini juga menguji model tersebut apakah perangkat lunak akuntansi yang digunakan oleh perusahaan telah berhasil diimplementasikan oleh para pengguna akhir dan memberikan manfaat, khususnya pada perusahaan yang menciptakan dan atau mengembangkan perangkat lunak akuntansi secara mandiri.
1.4. Kontribusi Penelitian Penelitian ini memberikan kontribusi teori yang diharapkan dapat memperbaiki model kesuksesan sistem informasi akuntansi yang sudah ada dari perspektif pengguna akhir. Secara praktek, hasil dari riset dapat digunakan untuk diterapkan di praktik nyata atau paling tidak dapat digunakan untuk memperbaiki praktek yang ada dengan lebih baik (Hartono, 2008), yaitu bagi perusahaan yang menerapkan perangkat lunak akuntansi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan untuk mengevaluasi dan mengembangkan efektivitas sistem informasi.
7
1.5.Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling terkait. Adapun deskripsi masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab Pertama, berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan kontribusi penelitian. Bab Kedua, berisi telaah literatur, penelitian-penelitian sebelumnya dan argumen peneliti yang akan digunakan sebagai dasar peneliti dalam mengembangkan hipotesis penelitian. Bab Ketiga, berisi metode penelitian yang menjabarkan sampel yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data, konseptual variabel penelitian, dan teknik analisis data yang akan digunakan. Bab Keempat, berisi mengenai hasil analisis data dan temuan yang didapatkan dari pengujian hipotesis. Dalam bab ini juga akan dijelaskan mengenai hasil temuan penelitian. Bab Kelima, berisi mengenai simpulan yang didasarkan hasil temuan penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran bagi peneliti selanjutnya.
8