DINAS PETEBNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PR,OVJN,SISULAWESI SELATAN Jalan Veter:a1:1 Selatan No. 2'34 Tdp. 0411 - 873770 Makassar
Edisi Ke 45 Tehun 2012
·~.r:··· ,_
.. ~ -
--
-
- '·
~
Hal ii
Dari Redaksi KEBIJAKAN
• Kebijakan pengembangan duajuta ekor sapi potong, sapi perah • Point Blank Keswan dalam perencanaan Anggaran
1
9
-IP:PE'K • Performans ayam broiler dengan pemberian feces ayam • Gangguan Reproduksi dan status nutrisi pada temak sapi perah AGRIBISNIS • Aspek penentu keberhasilan pemeliharaan ayam kampung.................................... • Pengobatan temak dengan obat herbal .. .. .. .. . .. .. .. .. .. ..
I2 21 26 30
WAWASAN • Dinamika persusuan .. . ... . . .. . ... .. . ... . .. .. . . . .. . . .. .. . . . .. . . . . . .. .. . .. .. . . . .... .. ... ..... . .. .. . .... . • Pemanfaatan alat microscop fhase contras :.......................
34 37
LIPUTAN • Gubemurminum susu bersama
42
:.....................
SERBA-SERBI • Hari susu nusantara di Sinjai
44
'' Bulet:in
Pet:ernakan
,,,
Pembina Ir. H. MurtalaAli, MS. Penanggung Jawab Drh. H. Muh. Kafil, MM Pemimpin Redaksi Ir. H.A. Panggeleng,MM. Wakil Pemimpin Redaksi Ir. Hj. Radhiyah Syarief, MM., Sekretaris Ir. Darmiati Editor Ir. Muhajir, Gunawan SP, Ir. Muh. Hatta Distributor Haeruddin, S.Pt:.;, Syarifuddin
Redaksi menerima sumbangan tulisan yang sesuai untuk dimuat pada media ini. Tulisan diketik dengan satu s~te.ngah spasi, rnaksimal tujuh halaman kwarto. Bagi naskah yang dirnuat disediakan imbalan.
BULETIN PETERNAKAN /lfedlu: .9nb<>'l:ma_jl
GANGGUAN REPROD.UKSl-DAN STATUS NUTRISI PADA TERNAK SAPI PERAH Oleh: Muhammad Yusuf
.
rf
Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar 902!,_5""~
Pendahul:ua:g_
Status nutrisi mempunyai peran yang sangat penting dalam penampilan reproduksi pada ternak sapi perah, yang secara nyata mempengaruhi fertilitas dan biasanya timbul pada beberapa tahapan dalam proses reproduksi. Status nutr isi mempengaruhi perkembangan fungsi reprod uksi postpartum pad a ternak sapi pada umumnya. Status nutrisi yang kurang baik, menurunkan penampilan reproduksi yang ditandai dengan menurunnya kondisi tubuh dan terganggunya, bahkan terhentinya pro·ses reproduksi (Pradhan d.an Nakagoshi, 2008). Penampilan reproduksi ternak sapi perah yang baik, secara positif mempengaruhi aktivitas ternak dan berperan penting dalam meningkatkan perekonomian usaha peternakan sapi perah. Ternak sapi perah yang kekurangan ataupun kelebihan makanan/nutrisi sama-sarna mempengaruhi fungsi reproduksi. Ternak dengan kekurangan makanan akan menurunkan produksi susu dan menurunkan/menghambat pertumbuhan anak, dengan konsekuensi menurunkan berat sapih, 21
tertundanya pubertas, dan mempengaruhi produktivitas fertilitas dari anak betina. Oleh karena itu, fertilitas selanjutnya merupakan proses interaksi antara hypothalamus pituitary - ovarium - uterus yang secara beraturan berfungsi sebagaimana mes tin ya sehingga dapat melangsungkan proses reproduksi yang diharapkan. Pengaruh-pengaruh rendahnya status nutrisi berbeda tergantung apakah defisiensi energi, protein, vitamin, mineral atau trace elements (Pradhan dan Nakagoshi, 2008).Energi dan protein merupakan komponen nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dan secara langsung mempengaruhi kondisi tubuh dan penampilan reproduksi secara normal (Pryce dkk., 2001). Namun demikian, defisiensi berbagai mineral, ketidakcukupan asupan vitamin, dan ketidakseimbangannya energi-protein merupakan penyebab utama terganggunya reproduksi yang dapat menyebabkan infertilitas dan rendahnya penampilan reproduksi pada suatu usaha peternakan sapi perah. Terdapat keterkaitan yang erat
BULETIN_PETERNAKA~
1
Af
nutrisi
terhadap
s ist im
Target utama dari status nutrisi terhaclap kaitannya dengan proses reproduksi adalah hypothalamus (Moss dkk., 1985), dimana secara umum ternak diatur oleh dua sistim dasar yakni sistirn saraf clan sistim enclokrin. Ketidakcukupan asupan nutrisi atau nu trisi cadangan pada ternak mempengaruhi fungsi kerja ovarium yang didalamnya terkait dengan 1) fungsi hypothalamus melalui terbatasnya sintesis dan pelepasan
22
gonaclotrophin releasing hormone (GnRH); 2) kontrol sintesis dan pelepasan follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) oleh pituitary anterior dan horrnon pertumbuhan (GH); dan 3) perturnbuhan folikel dan sintesis steroid oleh ovarium .. Perbedaan status nutrisi yang diberikan kepada ternak cl a pat mempengaruhi pola pertumbuhan folikel clan fungsi luteal selama siklus berahi (Murphy clkk., 1991). Ini berarti bahwa dengan perbedaan status nutrisi ataupun k=kurangan nutrisi dapat menyebabkan terganggunya procluksi sel telur dari ternak betina yang pada akhirnya menghambat produksi anak clan pro dukei susu.Kekurangan nutrisi terkait dengan meningkatnya hormon pertumbuhan, menurunnya. IGF-1,. dan gagalnya folikel dorninan ovarium dalam memproduksi estracliol yang cukup untuk menghasilkan LH-surge preovulasi. Dengan dernikian, menyebabkan tertundanya recovery dari leptin yang dapat menunda interval terhadap berahi pertama setelah melahirkan (Kadokawa dkk., 2000) dimana rendahnya konsentrasi leptin menyebabkan ketidaknormalan siklus reproduksi postpartum. Pengaruh fertilitas
status
energi terhadap
Status energi umurnnya merupakan faktor nutrisi utama yang mempengaruhi proses reprocl uksi. Ini
BULETIN PETERNAKAN Aledla _!lnb<>''Cma.1l berarti bahwa dengan memperpanjang dikatakan bahwa kebutuhan protein kekurangan energi akan berdampak ternak sapi tergantung pada status pada fertilitas (Pradhan dan Nakagoshi, fisiologi dan tingkat produksi. 2008). Pada ternak sapi, terdapat Kelebihan protein pada ternak korelasi yang erat antara NEB pada mempengaruhi fertilitas. Ternak awal laktasi dan rnunculnya ovulasi dengan kelebihan protein berdampak (Canfield and Butler, 1990). Ini berarti pada tingginya ammonia/ urea darah. bahwa ketika ternak dengan NEB rnaka Hal ini dapat menjadi toksik atau racun folikel yang bertumbuh tidak akan untuk sperma, telur maupun embrio. sampai pada ovjrlasi dan menjadi Peningkatan konsumsi protein dapat atresia, Ketika seekor ternak dengan meningkatkan produksi susu serta kebutuhan nutrisi lebih tinggi dapat pula menurunkan fertilitas. Telah disbanding dengan asupan nutrisi yang dilaporkan bahwa peningkatan dikonsumsi maka cadangan energi konsumsi protein pada musim kawin (glikogen, trigliserid dan protein) yang meningkatkan kadar urea dalam terdapat pada ternak tersebut akan plasma darah dan susu dan ini terkait diambil. Kondisi inilah yang disebut dengan menurunan fertilitas pada ternak dalam keseimbangan energi ternak sapi Butler dkk., 1996) yang negatif. Konsekuensi metabolik akan mernpengaruhi kondisi lingkungan terjadi seperti kehilangan berat badan, uterus (Elrod dan Butler, 1993). Oleh kehilangan . cadangan lemak, karena itu disarankan untuk hypoglycemia, otot mengecil, menggunakan protein yang cukup peningkatan hormon pertumbuhan, sesuai dengan kondisi/ status fisiologi leptin rendah, kadar urea meningkat ternak, dengan kata lain, keseimbangan dlI. Sedangkan pengaruhnya terhadap protein dalam setiap status fisiologi reproduksi adalah terhambatnya ternak perlu diperhatikan. sekresi GnRH dari hypothalamus, tidak Pengaruh . mineral dan vitamin munculnya/ adanya pulsa LH, terhadap fertilitas terhambatnya folikulogenesis, Mineral merupakan unsur penting anovulasi, anestrus, dan tertundanya dalarn penampilan reproduksi ternak, pubertas.
dimana pada defisiensi/kekurangan mineral berdampak pada menurunnya tingkat reproduksi ternak (Pradhan dan Ternak sapi perah membutuhkan protein sebagai sumber asam amino Nakagoshi, 2008). Peranan mineral tak esensial dan sebagai sumber nitrogen terbantahkan dalam kaitannya dengan pada microflora 'rumen (Pradhan dan proses re prod uksi, dirnana mineral Nakagoshi, 2008). Lebih lanjut utama tersebut adalah kalsium (C), Pengaruh protein terhadap fertilitas
23
Edi.SI 45 Tah._u_n 2
_.
BULETIN PETERNAKAN
»c~dia
9n·/p>.tr.ma.1~
pospor (P), kalium (K), natrium (Na), klorida (Cl), belerang (S), dan magnesium (Mg) serta trace element seperti besi (Fe), yodium (I), cuprum \Cu~~ mangan (Mn), seng (Zn), Koba! ·(Co1:· dan selenium (Se).. Salah satu fungsi kalsium adalah kontraksi otot, dimana kurangnya kontraksi otot pada rumen mengakibatkan kurangnya DMI yang-berakibat pada NEB. Sebagai konsekuensi, terjadi mobilisasi lemak dan terjadi ketosis. Demikian halnya dengan kekurangan pospor, mengakibatkan masalah reproduksi seperti ovarium tidak aktif, tertundanya kematangan sexual.jdan rendahnya angka konsepsi (Pradhan dan Nakagoshi, 2008). Kekurangan seng dalam aspek reproduksi, telah diindikasikan oleh Underwood (1981) yakni seluruh fase proses reproduksi pada ternak betina akan terganggu mulai berahi, kebuntingail-·a~)akrasi.
jawab dalam pengaturan ekstra dan intraselular hidroperoksidase (Burk dan Hill, 1993). Defisiensi vitamin E dan · selenium dapat menyebabkan tidak hanya merusak membran sel tetapi juga mengganggu proses sintesis steroid, prostaglandin, motilitas sperma, dan ·perkembanga:h embrio, termasuk didalamnya retensi mernbran fetus (Pradhan dan Nakagoshi, 2008). Penutup
Interaksi antara status nutrisi dan aspek reproduksi pada ternak sapi perah melibatkan beberapa komponen seperti energi, protein, mineral dan vitamin. Kekurangan nilai nutrisi tersebut dapat menghambat proses reproduksi yang pada akhirnya menurunkan nilai · produktiviatas dan nilai ekonomis ternak. Sebaliknya dengan status nutrisi yang cukup akan dapat meningkatkan produktivitas temak. Dengan demikian, status nutrisi . · Metabolit vitamin A berpengaruh merupakan pilihan dalam pengelolaan pada pertumbuhan folikel ovarium, ternak. lingkungan uterus dan maturasi oosit (Schweigert dan Zucker, 1988). Daftar Pustaka Defisiensi vitamin A mempunyai pengaruh lansung terhadap struktur Burk RF, Hill KE. 1993. Regulation of selenoproteins. Annual Revision dan fungsi kelenjar-kelenjar pituitary, Nutrition, 13:65-81. gonad dan uterus. Salah satu fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan ButlerWR,CalamamJJ, BeamSW.1996. intrasellular yang dapat Plasma and milk urea nitrogen in mempertahankan integritas rnembran relation to pregnancy rate on pospolipid (Surai, 1999). Sedangkan lactating dairy cattle. Journal of selenium berfungsi sebagai kofaktor Animal Science, 74:858-865. dari sistirn enzum glutathione peroxidase (GSH-Px) yang bertanggung ·1.
24
BULETIN PETERNAKAN: ' Alf2dia. gn6cn:ma.,j{ cycle in beef heifers. Journal of Reproduction and Fertility, 92:333338.
Butler WR, Smith RD. 1989. Interrelationship between energy balance and postpartum reproductive function in dairy cattle. Journal of Dairy Science, 72:767-783.
Pradhan R, Nakagoshi N. 2008. Reproductive disorders in cattle due Canfield RW, Butler WR. 1990. Energy to nutritional status. Journal of balance and pulsatile LH secretion in International Cooperation and early postpartum dairy cattle. Development, 14:45-66. Domestic Animal Endocrinology, 7:323-330.
Pryce JE, Coffey MP, Simm G. 2001. The relationship between body condition Elrod CC, Buler WR. 1993. Reduction of score and reproductive performance. fertility and alteration of uterine pH Journal of Dairy Science, 84:1508in heifers fed excess ruminally 1515. degradable protein. Journal Animal Science, 71: 694-701.
of
Schweigert FJ, Zucker H. 1988. Concentrations of vitamin A, betaKadokawa H, Blache D, Yamada Y, carotene and vitamin E in individual Martin GB. 2000. Relationships bovine follicles of different quality. between changes in plasma Journal of Reproduction and concentrations of leptin before and Fertility, 82:575-579. after parturition and the timing of Surai P. 1999. Vitamin E in avian first post-partum ovulation in high reproduction. Poultry Avian Biology producing Holstein dairy cows. Revise, 10:1-60. Reproduction, Fertility and Development, 12:405-411. Moss GE, ParfetJR, Marvin.CA, Allrich RD, Diekman MA. 1985. Pituitary concentration of gonadotropins and receptors for GnRH in suckled beef cows at various intervals after calving. Journal of Animal Science, 60:285-293. Murphy MG, Enright WJ, Crowe MA, McConnell K, Spicer LJ, Boland MP, Roche JF. 1991. Effect of dietary intake on pattern of growth of dominant follicle during the estrous 25
Edisi 45 Jahun 2012. 0