DINAMIKA POPULASI Trichoderma PADA SISTEM BUDIDAYA LOKAL PADI DI LAHAN RAWA
DINAMIKA POPULASI Trichoderma PADA SISTEM BUDIDAYA LOKAL PADI DI LAHAN RAWA Mariana*), Ismed S. Budi dan Zairin Akhmad *) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fak. Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Jalan Ahmad Yani km. 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan. e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mempelajari dinamika populasi Trichoderma yang diaplikasikan pada tiap tahap tanam lokal di lahan rawa, yaitu tedarak, ampak, lacak, olah tanah dan tanam Isolat Trichoderma yang digunakan merupakan hasil eksplorasi dari lahan rawa pasang surut dan rawa lebak. Isolat ini telah diuji antagonisnya terhadap penyakit busuk pangkal batang yang merupakan penyakit utama padi di lahan rawa. Penanaman padi dilakukan menurut kearifan lokal lahan rawa. Lokasi penanaman untuk lahan rawa pasang surut di Desa Karang Indah Kabupaten Barito Kuala, untuk lahan rawa lebak di Desa Banua Rantau Kabupaten Tabalong. Dinamika Populasi Trichoderma dihitung pada setiap tahapan proses pindah tanam dengan menggunakan metode teknik cawan pengenceran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi terbaik adalah pada saat pengolahan tanah. Aplikasi ini dapat meningkatkan dan menjaga populasi Trichoderma sampai saat tujuh hari setelah tanam (HST) yaitu berkisar 39 x 106 konidia/g tanah. Jumlah ini ternyata dapat mempertahankan intensitas penyakit busuk pelepah berkisar 1,44 %. Aplikasi dengan cara merendam benih dalam suspensi Trichoderma, juga secara signifikan menurunkan intensitas penyakit.walaupun populasi Trichoderma menurun pada saat ampak. Tetapi pada saat lacak populasi terus berkembang sehingga tidak berpengaruh terhadap kenaikan intensitas penyakit di akhir pengamatan Kata kunci: Lahan rawa, budidaya padi lokal, dinamika populasi,
Trichoderma viride
PENDAHULUAN Petani padi di lahan rawa Kalimantan Selatan mempunyai kearifan lokal yaitu menggunakan sistem tanam dengan empat kali pindah tanam yang mengikuti pola dari pasang dan surutnya air (teradak, ampak, lacak, dan tanam). Keadaan ini memungkinkan inokulum mikroba patogen sekaligus antogonisnya yang sudah berkoevolusi turut serta, sehingga 207
Mariana et al. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
diduga membantu pengendalian patogen yang akan menyerang. Kearifan lokal pengolahan tanah menggunakan alat tajak untuk membersihkan gulma pada saat air tergenang menghasilkan puntalan gulma yang digunakan sebagai pupuk hijau.
Keadaan kaya bahan organik ini sangat mungkin
untuk mengaktifkan dan menambah daya antagonis dari mikroba pengendali hayati yang ada di situ.
Di lain pihak penggunaan pestisida dan pupuk
sintetik mempunyai efek sebaliknya sehingga populasi mikroba antagonis dapat berkurang. Kearifan budaya lokal dalam budidaya tanaman padi belum pernah diteliti terutama dalam kaitannya dengan pengelololaan penyakit yang menyerang. Mengingat pada sistem budidaya ini intensitas penyakit lebih rendah dibanding sistem konvensional seperti hasil penelitian Mariana (2006) bahwa penyakit blas pada tanaman padi varietas lokal dengan sistem empat kali pindah
semai dan pengolahan tanah dengan alat tajak
intensitasnya lebih rendah dibanding dengan budidaya konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika
Trichoderma pada
populasi
budidaya padi dengan kearifan lokal lahan rawa
Kalimantan Selatan.
BAHAN DAN METODE Penelitian
dilaksanakan di lahan rawa Kalimantan Selatan yaitu
rawa lebak dan rawa pasang surut
serta di Laboratorium Fitopatologi,
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dari bulan Maret - bulan Nopember 2010. Penelitian menggunakan isolat Trichoderma hasil eksplorasi
dari
lahan rawa pasang surut dan rawa lebak, yang telah diuji antagonisnya terhadap penyakit busuk pangkal batang yang merupakan penyakit utama padi di lahan rawa. Penanaman padi dilakukan menurut kearifan lokal lahan rawa. Lokasi penanaman untuk lahan rawa pasang surut di desa Karang Indah Kabupaten Barito Kuala, untuk lahan rawa lebak di desa Banua Rantau Kabupaten Tabalong. Aplikasi pada saat teradak yaitu dengan merendam benih padi dalam suspensi Trichoderma pada media kentang dekstrose. Aplikasi Trichoderma pada saat pindah semai ampak, lacak dan olah tanah menggunakan Trichoderma 208
pada media beras. Cara aplikasi
DINAMIKA POPULASI Trichoderma PADA SISTEM BUDIDAYA LOKAL PADI DI LAHAN RAWA
yaitu ditabur di atas cacahan puntalan rumput untuk olah tanah, dan ditabur di atas permukaan tanah pada ampak dan lacak.
Trichoderma
dihitung
pada
setiap
tahapan
Dinamika populasi
proses
pindah
tanam.
Perhitungan menggunakan metode teknik cawan pengenceran (dilution plate
technique).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dinamika populasi Trichoderma pada berbagai tingkatan pindah tanam lokal pada varietas Siam Mutiara baik di lahan rawa pasang surut (Gambar 1.). maupun rawa lebak (Gambar 2) menunjukkan adanya perbedaan populasi pada masing masing tahapan pindah tanam. Aplikasi pada saat teradak, populasi Trichoderma berkembang cukup baik, walaupun populasi menurun pada saat ampak. Hal tersebut diduga akibat proses pemangkasan akar yang cukup banyak sehingga menurunkan populasi. Tetapi pada saat lacak populasi terus berkembang sehingga tidak berpengaruh terhadap kenaikan intensitas penyakit di akhir pengamatan
Gambar 1. Dinamika Populasi Trichoderma (106)di lahan rawa pasang surut Aplikasi terbaik adalah pada saat pengolahan tanah yaitu aplikasi dilakukan pada puntalan rumput yang terhampar di atas tanah dan dibiarkan membusuk. Aplikasi ini dapat meningkatkan populasi Trichoderma sampai pada akhir pengamatan yaitu berkisar 39 x 106 konidia/g.
Jumlah ini
ternyata dapat mempertahankan intensitas penyakit busuk pelepah berkisar 1,44 %.
Diduga
puntalan rumput yang membusuk tersebut merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan Trichoderma.
Trichoderma
yang
diinokulasikan dapat bekerja dengan baik. Hal ini sejalan dengan hasil yang 209
Mariana et al. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
diperoleh Hoitink et al. ( 2006) bahwa T. hamatum 382 yang diinokulasikan pada kompos dapat menekan Botryosphaeria penyebab dieback (mati pucuk)
pada Myrica pennsylvanica lebih baik dibanding inokulasi tanpa
kompos. Begitu juga penambahan T. hamatum 382 pada campuran kompos kotoran sapi dan tanah gambut (5% v/v) dapat menekan penyakit blight pada Begonia (Horst et al. 2005). Bahan organik seperti pupuk hijau juga dapat meningkatkan populasi Trichoderma dan Pseudomonas flourescens sehingga dapat menekan Sclerotium rolfsii pada tomat (Bulluck dan Ristaino 2001).
Peningkatan produksi juga dapat terjadi pada produksi tomat
organik sebesar 33% dengan
pemberian kompos yang ditambah
trichoderma dibanding dengan pertanaman konvensional (Abbasi 2002). Menurut Harman (2006) Trichoderma secara endofit masuk ke dalam tanaman sehingga dapat mengendalikan patogen yang sudah masuk ke dalam tanaman.
Selain itu keberadaannya pada rhizosfer tanaman juga
dapat mengendalikan patogen yang ada di rhizosfer tanaman tersebut, juga meningkatkan kelarutan unsur hara dan penyerapan hara sehingga dapat meningkatkan vigor tanaman. Aplikasi dengan cara merendam benih dalam suspensi Trichoderma (teradakan), juga secara signifikan menurunkan intensitas penyakit
yaitu
dapat menahan serangan busuk pelepah hingga 2,2 % pada rawa lebak dan 1,32 % pada rawa pasang surut (Gambar 3).
Hal ini menunjukkan
bahwa pola tanam lokal dengan empat kali pindah tanam dapat mempertahankan
populasi
Trichoderma
sampai
mencapai
inokulum
potensialnya karena mampu berkompetisi dengan baik pada lingkungan lahan rawa, sehingga mampu menahan serangan penyakit. Walaupun populasi Trichoderma pada rhizosfer pada perlakuan teradak lebih rendah dibanding perlakuan olah tanah (Gambar 1 dan 2), namun intensitas penyakit nya tidak berbeda nyata (Tabel 1). Hal ini diduga karena sebagian
Trichoderma telah masuk ke dalam jaringan tanaman secara endofit pada saat perendaman benih, sehingga dapat menekan intensitas serangan. Selain itu rendahnya populasi Trichoderma pada perlakuan perendaman benih tidak mengurangi kemampuannya bekerja pada rhizosfer tanaman Mastouri et al. (2010) menyatakan bahwa jamur endofit Trichoderma
harzianum T 22 dapat berkompetisi dengan baik pada rhizosfer. Ini terbukti 210
DINAMIKA POPULASI Trichoderma PADA SISTEM BUDIDAYA LOKAL PADI DI LAHAN RAWA
benih yang diperlakukan dengan T. harzianum T 22 dapat tumbuh dengan baik pada kondisi diinokulasi dengan Pythium ultimum, dan salinitas, suhu, tekanan osmotik di luar optimum.
Gambar 2. Dinamika Populasi Trichoderma (106) di lahan rawa lebak Tabel 1. Intensitas penyakit busuk pelepah (%) setelah aplikasi Trichoderma pada masing masing tahap penanaman. Saat aplikasi Tanpa Trichoderma Olah tanah Teradak Ampak Lacak Tanam
Lahan rawa Pasang surut
Lebak
7,64b 0,42a 1,32a 7,06b 7,84b 6,82b
8,12b 1,44a 2,20a 6,40b 7,00b 8,18b
Pada perlakuan tanpa aplikasi Trichoderma sampai periode tanam di lapang, populasi trichoderma ternyata cukup banyak yaitu 5,2 x 10 6 konidia/g . Dengan demikian populasi Trichoderma di lahan rawa masih mencukupi untuk menahan serangan penyakit busuk pelepah. Hal ini terlihat pada intensitas penyakit tanpa aplikasi berkisar antara 7,64 %. di rawa pasang surut dan 8,12 di rawa lebak.
Dibanding dengan aplikasi pada
lacak, ampak dan saat tanam, maka intensitas penyakit tanpa aplikasi tidak berbeda nyata, hanya berbeda nyata dengan aplikasi pada saat olah tanah dan teradak.
211
Mariana et al. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
KESIMPULAN DAN SARAN Integrasi mikroba Trichoderma pada sistem budidaya lokal lahan rawa adalah dengan aplikasi mikroba pada saat olah tanah yaitu pada hamparan cacahan puntalan rumput.
Inokulasi juga dapat diaplikasikan
dengan merendam benih padi dalam suspensi biakan Trichoderma. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan stabilitas populasi mikroba dan kemampuannya menekan perkembangan penyakit. UCAPAN TERIMA KASIH: Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional dalam Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasionalsebagai penyandang dana sehingga kegiatan ini dapat terlaksana
DAFTAR PUSTAKA Abbasi, P. A., J. Al-Dahmani, F. Sahin, H.A.J. Hoitink dan S.A. Miller. 2002. Effect of Compost Amendments on Disease Severity and Yield of Tomato in Conventional and Organic Production Systems. Plant Dis. 86: 156-161. Bulluck L. R. III and J. B. Ristaino. 2002. Effect of Synthetic and Organic Soil Fertility Amendmentson Southern Blight, Soil Microbial Communities, and Yield of Processing Tomatoes. Phytopathology 92:181-189. Harman, G. E. 2006. Overview of mechanisms and uses of Trichoderma spp. Phytopathology 96:190-194 Hoitink, H.A.J., L. V. Madden dan A. E. Dorrance. 2006. Systemic Resistance Induced by Trichoderma spp.: Interactions between the Host, the Pathogen, the Biocontrol Agent, and Soil Organic Matter Quality. Phytopathology 96: 186-189. Horst, L.E., J. Locke dan C.R. Krause. 2005. Suppression of Botrytis Blight of Begonia by Trichoderma hamatum 382 in Peat and CompostAmended Potting Mixes. Plant Disease 89: 1195-1200 Mariana dan I.S. Budi. 2006. Mekanisme Ketahanan Tanaman Padi Varietas Lokal Terhadap Penyakit Blas di Sawah Pasang Surut Kalimantan Selatan. Laporan Hibah Fundamental. Mastouri, F., T. Björkman dan G.E. Harman. 2010. Seed Treatment withTrichoderma harzianum Alleviates Biotic, Abiotic, and Physiological Stresses in Germinating Seeds and Seedlings. Phytopathology 100: 1213-1221. 212