perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DINAMIKA KOMUNITAS CINA PEDAGANG EMAS KAWASAN COYUDAN SURAKARTA TAHUN 1985-1995
SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh : NOVITA WISMA SAPUTRI C0508038
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(NIP.196003281986011 001)
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Novita Wisma Saputri NIM
: C0508038
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas Kawasan Coyudan Surakarta tahun 1985-1995 adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 10 Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Novita Wisma Saputri
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
When haters were busy talking, I was busy making it happen When they were busy mocking, I was busy walking When they were busy laughing, I was busy running And they’re STILL wondering, Why they’re left behind........ Dream, Believe, and Make it happen
( AGNES MONICA )
Seorang Pemimpin adalah mereka yang berani bermimpi, bekerja keras, dan bijak dalam mengambil suatu langkah untuk masa depan yang lebih baik
( PENULIS )
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada mereka yang banyak berjasa dalam penulisan ini: Mama dan (Alm) Papaku tercinta Kakak dan adikku tersayang Teman-teman seperjuangan Sejarah ‘08 Mas Aditku
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan limpahan karunia-Nya kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas Kawasan Coyudan Surakarta tahun 1985-1995. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, baik moral, material maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan selesai sesuai yang penulis harapkan, yaitu kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, juga sebagi Ketua Tim Penguji yang berkenan memberikan waktunya untuk menguji. 3. Drs. Soedarmono, SU, selaku Pembimbing skripsi, yang memberikan banyak dorongan, masukan, dan kritikan yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini. 4. Drs. Sri Agus, M.Pd, selaku Penguji dua yang berkenan memberikan waktunya untuk menguji 5. Drs. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis. 6. Ibu Insiwi Febriary S, S S.MA, selaku dosen yang selalu memberikan inspirasi dan pengarahan terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan wacana pengetahuan. 8. Segenap staf dan karyawan UPT Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Jurusan, dan Perpustakaan Monumen Pers. 9. Koh Sie Tyun Tai dan Koh Andy Ong , selaku pemilik toko emas Menjangan dan Gajah yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis. 10. Bapak Abdul Somad, selaku pemilik Box dasaran emas yang berkenan memberikan waktu untuk penulis wawancarai. 11. K.G.P.H Puger, selaku Kepala Museum Keraton Kasunanan Surakarta yang juga banyak memberikan informasi kepada penulis. 12. Orang Tua yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis. 13. Teman-temanku angkatan 2008 yang selalu memotivasi untuk cepat lulus. 14. Aditya Wahyu Prabowo, yang telah banyak memberikan semangat dan selalu setia menemani penulis dalam penulisan skripsi ini. 15. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, agar skripsi ini menjadi lebih baik. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 10 Juli 2012
Penulis commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.…………………………. ii HALAMAN PENGESAHANPENGUJI…………………………………. iii HALAMAN PERNYATAAN………………………………………….. . iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. v HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………... .. vi KATA PENGANTAR…………………………………………………..... vii DAFTAR ISI……………………………………………………………. .. ix DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii DAFTAR ISTILAH……………………………………………………..... xiii DAFTAR SINGKATAN………………………………………………..... xv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN………..………………………………………..... xvii ABSTRAK…………………………………………………………….…. xviii BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 A. Latar BelakangMasalah………………………………………........ 1 B. Perumusah Masalah………………………………………….......... 7 C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 7 D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 7 E. Tinjauan Pustaka………………………………………………….. 8 F. Metode Penelitian………………………………………………… 12 G. Sistematika Skripsi………………………………………………... 16 BAB II SURAKARTA SEBAGAI KOTA DAGANG…………………… 18 A. Pembagian Wilayah di Surakarta…………………………………. 18 B. Aktivitas Perdagangan di Surakarta………………………………. 23 1. Perdagangan Surakarta Masa Kerajaan Majapahit……………. 24 2. Perdagangan Surakarta Masa Kini (1985-1995)………………. 30 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Komoditas Perdagangan dan Budaya Surakarta dengan dominasi Orang Cina………………………………………….
34
C. Wilayah Hunian Orang Cina di Surakarta………………………..
38
1. Kampung Ketandan…………………………………………...
40
2. Kampung Coyudan……………………………………………
42
D. Dominasi etnis China dalam perekonomian di Surakarta…………
44
BAB III DINAMIKA KOMUNITAS CINA PEDAGANG EMAS KAWASAN COYUDAN SURAKARTA………………………..
51
A. Sistem Marga dan Kekerabatan Cina Pedagang emas di Coyudan Surakarta……………………………………………..
52
1. Kekerabatan Cina Pemilik Toko Emas di Coyudan………….
53
2. Sistem Marga Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan………
64
3. Peraturan Pergantian Nama Cina …………………………….
67
B. Etos Kerja Cina Pedagang Emas di Coyudan……………….……
68
C. Sistem Kaderisasi Pemilik Toko Emas di Coyudan………………
76
D. Pengaruh Fluktuasi Harga Emas terhadap Perdagangan Emas di Coyudan………………………..……………………………….
78
1. PT Antam Sebagai distributor emas di Coyudan………. …….
83
2. Harga emas, Kontrak berjangka emas, Pembelian dan Penjualan emas………………………………..………….
85
3. Sistem distribusi atau kulaan emas dari PT Antam oleh pedagang Cina di Coyudan…………………………..…..
88
BAB IV HUBUNGAN SOSIAL ANTARA KOMUNITAS PEDAGANG EMAS DAN MASYARAKATSEKITAR TOKO EMAS COYUDAN……… ……………………………………………….. 90 A. Struktur Sosial Masyarakat Cina Pedagang Emas di Coyudan……………………………………….. 91 B. Interaksi Sosial etnis Cina Pedagang Emas dengan etnis Jawa di Coyudan………………………….……………………….. 98 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Interaksi Sosial Pedagang Emas Coyudan dengan Masyarakat Sekitar……………………………………………. 100 2. Perkawinan Campur etnis Cina-Jawa di Coyudan….………… 104 3. Hubungan bisnis etnis Cina Pedagang Emas dengan nilai Budaya Cina di Coyudan……………………………………..
107
C. Kepercayaan dan Jaringan Pribadi Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan…………………………………………………………..
111
D. Bisnis Keluarga Cina Pedagang Emas di Coyudan………………. 114 BAB V PENUTUP………………………………………………………… 118 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 123 DAFTAR NARASUMBER……………………………………………….. 128 LAMPIRAN……………………………………………………………….. 130
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel. 1 Luas Wilayah Kota Surakarta Tahun 1995……………………… 21 Tabel. 2 Nama Hokkian Komunitas Cina Pedagang Emas Coyudan…….. 66 Tabel. 3 Klasifikasi Penduduk Cina Peranakan dan Totok di Karesidenan Surakarta tahun 1930………………………………………… 93
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISTILAH
Genocide kultural
Pembunuhan Peradaban
Totok
Orang yang mempunyai garis keturunan Tionghoa murni
Petty borjuasi
Kelas menengah kebawah
Matrilineal.
Sistem kekerabatan menurut garis ibu
Confucius
Seorang filosof dunia yang mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan moralitas
Unprofitability
Kemapuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.
Bearish
Menurun
Ali Baba
Persekutuan antara pengusaha Cina dan warga pribumi pemegang izin.
Residentie Soerakarta
Karesidenan Surakarta
De Overvaartplaatsen Pemindahan tempat pada sungai Solo Abad aan de Solo river in middleleeuwen Pertengahan Gate
Gerbang
Tosan Aji
Istilah bahasa dalam Jawa untuk yang menyangkut segala senjata tradisional yang terbuat dari besi yang dianggap sebagai pusaka.
Wijkenstelsel
Wilayah tempat tinggal
Passenstelsel
Surat jalan
Abadtoar
Lembaga pemerintah tentang pengawasan daging
Balong
Gombal Tukang Nyolong commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matroos-matroos
Kelompok nelayan
Hoakiau/ Hokkian
Cina Perantauan
Interest dan pressure groups
Kelompok penekan dan yang berkepentingan
Indonesian sounding
Bercirikan Indonesia
Maskulin
Tindakan yang lebih rasional
Vreemde Oosterlingen
Orang asing
local genius
Lokal Jenius
Fang
Cabang
Cukong
Tuan ( pemilik modal )
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
PMDN
Perusahaan Modal Dalam Negeri
OJO
Oud-Javaansche Oorkonde
PKL
Pedagang Kaki Lima
BTA
Bawarasa Tosan Aji
PMA
Perusahaan Modal Asing
PDBI
Pusat Data Bisnis Indonesia
BAPERKI
Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia
SBKRI
Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia
NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak
ONH
Ongkos Naik Haji
LM
Logam Mulia
Antam
Aneka Tambang
PT
Perseroan Terbatas
VOC
Vereeniging Oost-Indische Compagnie
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Potret Wilayah Ketandan…………………………………….
41
Gambar. 2 Potret Wilayah Coyudan tahun 1937………………………… 43 Gambar. 3 Foto Perhiasan Emas Putih Milik Toko Emas Gajah…………. 55 Gambar. 4 Foto Toko Emas Menjangan dan Pemilik Toko………………. 58 Gambar. 5 Foto Box Dasaran Emas Milik Pak Abdul Somad……………. 62 Gambar. 6 Foto Etnis Cina Marga Hokkian tahun 1930………………….. 65 Gambar. 7 Perhiasan Emas Kuning di Toko Emas Coyudan……………... 80 Gambar. 8 Foto PT. Aneka Tambang Tbk………………………………… 84 Gambar. 9 Foto Perkawinan Campur Etnis Jawa-Cina di Coyudan………. 106
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Koran Kompas 28 November 1985 tentang Pasar Uang- EfekEmas…………………………………………………………………. 131 2. Koran Kompas November 1985 tentang Gejolak Pasaran Uang Dunia…………………………………………………………………. 132 3. Koran Berita Nasional 2 November 1985 tentang Harga Emas tahun 1985…………………………………………………………………… 133 4. Koran Kompas 29 Januari 1993 tentang Valuta Asing- Emas tahun 1993………………………………………………………………….. 134 5. Koran Wawasan 2 April 1986 tentang Perkawinan Campuran di Indonesia…………………………………………………………….. 135 6. Koran Dharma Nyata September 1987 tentang Mozaik Suku-Suku di Sala…………………………………………………………………… 136 7. Koran Wawasan April 1986 tentang kawin Campur orang Cina………………………………………………………………….... 137 8. Peranturan Perundang-undangan Kewarganegaraan Indonesia Pada Masa Orde Baru………………………………………………… 138 9. Keputusan Presidium Kabinet Nomor 127 Tahun 1966……………… 141 10. Peta Kota Surakarta tahun 1945……………………………………… 144
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Novita Wisma Saputri. C0508038. 2012. Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas Kawasan Coyudan Surakarta tahun 1985-1995.Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana kondisi umum perdagangan di Surakarta? (2) Bagaimana dinamika kehidupan pemilik toko emas di Coyudan Surakarta tahun 1985-1995 ? (3) Bagaimana interaksi dan hubungan komunitas Cina pedagang emas dengan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian historie, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen, studi pustaka dan wawancara. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologinya. Untuk menganalisa data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial, ekonomi dan budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat Cina di Coyudan masa itu mengalami kejayaan karena perdagangan emas yang dijalaninya. Karena pada masa itulah emas menjadi salah satu transaksi yang paling menguntungkan untuk aset bagi masyarakat di Surakarta. Interaksi sosial yang terjalin antara etnis Cina dan etnis Jawa di Coyudan terjalin cukup baik, sehingga terjadi pembaruan antar kedua etnis tersebut. Adanya etnis Cina yang datang ke Surakarta sejak awalnya adalah untuk membina hubungan yang saling menguntungkan. Setelah mereka hidup di Surakarta dari generasi ke generasi dan berinteraksi dengan masyarakat Surakarta, terjalin hubungan dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Pada tahun 1930-an Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan emas di kota Solo dengan kompleks bangunan yang cukup panjang. Perdagangan emas oleh etnis Cina di Coyudan ini mayoritas merupakan warisan turun temurun dari generasi sebelumnya. Keberhasilan bisnis etnis Cina khususnya pada awal tahun 1985 dalam perdagangan emas di Coyudan memberikan gambaran atas perkembangan budaya mereka. Gambaran tentang ketekunana, keuletan, dan tahan menderita merupakan cerminan dari masyarakat etnis Cina perantauan di Coyudan. Masyarakat Cina di Coyudan dijumpai etnis Cina dan pribumi yang telah berasimilasi melalui kawin campur dan akulturasi budaya sejak masa silam. Interaksi sosial Jawa-Cina di kampung Coyudan berbeda dengan wilayah lain dikota Surakarta yang cenderung menampakkan fenomena yang tidak menentu. Artinya, diluar kampung Coyudan terkadang interaksi itu menunjukkan adanya hubungan harmonis diantara etnis Jawa-Cina. Bahwa hubungan Jawa-Cina mewujud nyata dalam interaksi yang integratif di Coyudan, sesungguhnya dapat ditelusuri melalui upaya dari kedua etnis tersebut untuk saling menjaga kerukunan dan kesatuan. commit to user
xviii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350 tahun penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.1
Struktur ekonomi di Jawa masa lampau ( khususnya sejak Majapahit Abad XIV-XV ) terdiri dari sistem ekonomi sawah dan perdagangan. Pada masa itu aktivitas ekonomi dibedakan menurut wilayah. Ekonomi sawah banyak dilakukan didaerah pedalaman, sementara perdagangan terjadi di daerah pantai. Pada pertengahan XVII Jawa dipandang memiliki kekayaaan alam yang luar biasa. Pada tahun 1648 Batavia telah mengimpor 9600 metrik ton beras dari Pesisir
1
http://www.niamz.com/2012/01/indonesia.html (diakses pada tanggal 1 Januari 2012) commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jawa. Rijcklof van Goens adalah utusan kompeni belanda pertama secara resmi ke Kraton Mataram. Dia mengadakan perjalanan menuju Kraton antara tahun 1648 dan 1654. Dapat dikatakan bahwa Van Goens adalah utusan resmi Belanda yang datang setelah peperangan VOC versus Mataram dan yang mengunjungi Mataram secara resmi pasca Sultan Agung. Kunjungan Van Goens memiliki misi penting yakni mencairkan hubungan tegang yang tidak pernah diperbaiki kembali antara Mataram dan VOC serta untuk menjalin hubungan lebih lanjut antara kedua pihak. Dari laporan yang ditulis oleh Van Goens dapat ditemukan informasi penting mengenai kondisi Mataram pada pertengahan abad XVII ini. 2
Perkembangan ekonomi di Surakarta telah menampakkan pola bervariasi dari bentuk perdagangan tepi sungai, terutama Bengawan Solo ke pusat kota dengan pusat aktivitas ekonomi di pasar. Sejak dominasi Belanda semakin kuat sistem perkebunan menjadi aktivitas bisnis yang menonjol. Dinamika kota Surakarta juga mendorong tumbuhnya ekonomi yang cukup penting melalui perdagangan batik maupun emas. Surakarta sebagai kota dagang terkonsep dari kota pra industri. Kota pra industri sekilas tidak banyak menampakkan warna modern tetapi sebaliknya lebih kental dengan ciri ke “desaan”nya. Sekalipun ciri khas ini terkesan
sederhana seperti halnya masyarakat feodal yang
mengutamakan kesakralan dan lamban dalam hal perubahan, tetapi masyarakat semacam ini justru menampakkan organisasi sosial yang sangat kompleks dan cenderung 2
rumit.
Dalam
organisasi
ekologi
kota
pra
industri
yang
Ricklefs, M.C, War,Culture and Economy in Java 1677-1726: Asian and to user EuropanImperalism in the Earlycommit Kartasura Period, 1993, Sydney: Allen and Unwin. hlm 50.
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
menggantungkan keberadaanya pada makanan dan bahan mentah ( hasil pertanian ), maka fungsi kota semacam ini biasanya merupakan pusat pemasaran, politik maupun agama.3 Struktur ekonomi kota Surakarta pada banyak hal juga masih menampakkan nasionalitas yang kecil. Dalam banyak hal kota pra industri menunjukkan eratnya hubungan antara faktor ekonomi dan sosial. Selain itu ketatnya segregasi sosial mewarnai situasi tempat tinggal dan wilayah kota. Di Surakarta nama kampung Arab, Pecinan, Kebalen, Sampangan, menunjukkan ciri khas itu. Suasana tempat tinggal penduduk juga menggambarkan tajamnya pembagian sosial tersebut. Hal ini seperti ditunjukkan oleh nama-nama wilayah Keraton, Baluwarti, Serengan, Patehan, dan sebagainya. Aktivitas perdagangan di Surakarta telah dibangun sejak lama, tepatnya sejak Majapahit. Sistem ekonomi liberal yang dimulai tepat setelah diumumkan Undang-Undang Agraria tahun 1870 oleh pemerintah Hindia Belanda telah mendorong pula pertumbuhan industri dan perusahaan di berbagai wilayah. Di Surakarta iklim liberalisme ekonomi ternyata dapat dimanfaatkan dengan baik terutama oleh penguasa Istana Mangkunegaran. Dalam kaitan ini Mangkunegaran IV mampu mengembangkan beberapa pabrik dan perusahaan perkebunan. 4Dalam kaitan penerapan Sistem Ekonomi Liberal oleh Pemerintah Belanda, di Surakarta telah berkembang tidak hanya perusahaan perkebunan dan pabrik-pabrik, tetapi juga perdagangan emas. Perdagangan emas di Surakarta sudah ada sejak tahun
3
Sjoberg, Gideon, Pre Industrial City, George M. Foster(ed)Peasant commitand to user SocietyA Reader, Boston: Little, Brown Company ,1967, hlm. 13. 4 Manfeld : t.t, 54: Verslag van het Suiker Ondernemingen Tasikmadoe.
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
1930 ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia. Dapat dikatakan yang cukup berkuasa dalam perdagangan emas adalah orang-orang Cina. Pada tahun 1930 etnis Cina di Indonesia secara ekonomis kuat termasuk di wilayah Surakarta, walaupun adalah berlebihan untuk mengatakan mereka menguasai ekonomi negara. Status orang Cina yang kuat dalam bidang ekonomi dapat dijelaskan dari sudut perkembangan sejarah dan kebijakan kolonial Belanda. Etnis Cina secara khusus kuat dalam bisnis dan berbagai sektor finansial disamping dalam perdagangan distributif negara tersebut. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan politik, pemerintah mempribumikan segalanya dalam sektor ekonomi dengan tujuan membantu pengusaha pribumi. Sistem Banteng yang tersohor pada tahun 1950-an dan larangan perdagangan eceran tahun 1959 merupakan contoh mencolok tentang upaya pemribumian itu. Tetapi perlindungan terhadap pengusaha pribumi dan pengusiran terhadap para pedagang Cina dari kawasan pedesaan akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an tidak berhasil dalam membatasi partisipasi ekonomi orang Cina di Indonesia. Hal ini menimbulkan fenomena baru yang dikenal dengan sebutan perusahaan “Ali Baba”, yaitu persekutuan antara pengusaha Cina dan warga pribumi pemegang izin. 5 Etnis Cina mengoperasikan bisnisnya dan membagi keuntungannya dengan pribumi pemegang izin. Kerja sama seperti ini kemudian berkembang menjadi persekongkolan baru yang disebut “Sistem Cukong”. Cukong adalah istilah Cina yang berarti “Tuan”, tetapi dalam konteks Indonesia kata ini digunakan untuk 5
Suryadinata, Bumiputra and Pribumi: Economic Nationalism ( commitPasific to userAffairfs. Vol. 54, No. 4 (Musim Indigenism ) in malaysia and Indonesia, dingin 1981-1982), hlm. 662-687.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
pengusaha etnis Cina yang berkolaborasi dengan elite kekuasaan ( termasuk yang berdiam di Istana ) dalam berbagai usaha patungan. Mitra pribumi yang menyediakan fasilitas dan perlindungan sedangkan orang Tionghoa mengelola bisnis. Sistem ini dinilai para pengusaha munculnya kecaman dan konflik dalam era Orde Baru. Mereka menganggap sistem ini berbahaya karena tidak menyebarkan keterampilan bisnis apapun kepada pribumi Indonesia. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ini merupakan langkah pertama bagi penduduk pribumi untuk belajar lebih banyak tentang bisnis. Di Surakarta orang-orang Cina banyak memainkan peranan ekonomi yang sangat penting dalam berbagai bidang seperti industri batik, pemborong candu, pengelola rumah candu, serta banyak diantara mereka yang bekerja di Pabrik Gula. Termasuk dalam perdagangan emas di wilayah Coyudan. Mereka memiliki kemampuan yang cukup handal dalam memainkan perekonomian di Surakarta. Hampir di seluruh wilayah kampung Coyudan penuh ditempati oleh orang Cina untuk melakukan aktivitas ekonomi dalam perdagangan emas baik yang emas muda, berlian, emas tua, mutiara bahkan permata. Dari sejak munculnya toko emas di Coyudan sekitar tahun 1930, ada beberapa toko emas yang berdomisili cukup lama sampai sekarang sejak perdagangan emas di Surakarta di mulai, antara lain Toko Emas Gajah, Toko Emas Doro, dan Toko Emas Menjangan.
6
Proses perdagangan emas yang dilakukan oleh para pemilik Toko emas tersebut adalah turun temurun dari orang tua terdahulu yang kemudian diteruskan oleh generasi penerus sampai saat ini. Komunitas pedagang emas di Coyudan ini 6
commit to user Wawancara pemilik toko emas Gajah : Andy Ong. 20 Desember 2011
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
didominasi oleh mayoritas kaum Cina, dengan pegawai orang-orang pribumi dibawahnya. Pada tahun 1987- 1996 merupakan masa keemasan bisnis etnis Cina di Indonesia, termasuk diwilayah Coyudan yang mayoritas berdagang emas dan perak. Pada tahun 1987-1996 banyak masyarakat kota Surakarta yang membeli dan menjual emas mereka untuk asset berharga di toko-toko emas milik orang Cina tersebut. Karena itu dapat dikatakan, Etnis Cina di Coyudan mengokohkan diri sebagai salah satu pilar penyangga pertumbuhan ekonomi di Surakarta. Tema mengenai Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas di Coyudan tahun 1985-1995 dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, wilayah Coyudan merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah orang-orang Cina yang berdagang emas, perak, dan berlian. Coyudan juga merupakan pusat perdagangan emas pertama di Surakarta. Kedua, dalam kurun waktu 1985-1995 merupakan tahun dimana penjualan emas sedang ramainya dipasaran termasuk diwilayah Coyudan dibawah pemerintahan Orde Baru. Oleh karena itu dalam kurun waktu tersebut dapat dijadikan tolak ukur seberapa besar kontribusi etnis Cina dalam perdagangan Emas di Coyudan Surakarta. Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis memilih tema “ Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas di Coyudan Solo tahun 1985-1995”.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan permasalahannya, adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana
kondisi
perekonomian
khususnya
perdagangan
di
Surakarta? 2. Bagaimana dinamika kehidupan pemilik toko emas di Coyudan Surakarta tahun 1985-1995 ? 3. Bagaimana interaksi dan hubungan komunitas Cina pedagang emas dengan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kondisi perekonomian khususnya perdagangan di Surakarta. 2. Untuk mengetahui dinamika kehidupan pemilik toko emas di Coyudan Surakarta tahun 1985-1995. 3. Untuk mengetahui interaksi dan hubungan komunitas Cina pedagang emas dengan masyarakat.
D. Manfaat Penelitian commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam penulisan sejarah, dengan inti pokok permasalahan mengenai tema Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas di Coyudan Solo pada tahun 1985-1995. Penulisan ini merupakan formulasi dari tiga aspek yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek budaya. Aspek sosial terlihat pada interaksi dan komunitas kaum Cina terhadap buruh, pedagang emas eceran, pembeli atau pelanggan maupun sesama pedagang (pemilik) toko emas di Coyudan Solo. Aspek ekonomi terlihat pada pengaruh orang-orang Cina dalam menjalankan perekonomian yg banyak didominasi oleh orang Cina sebagai pemilik modal usaha. Sedangkan aspek budaya terlihat pada perkawinan campur yang terjadi pada etnis Cina pedagang emas serta proses managemen turun-temurun dari generasi ke generasi. Dengan demikian dapatlah kiranya memahami kedudukan orang Cina diatas orang pribumi dalam bidang perekonomian. E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini,penulis menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan untuk menunjang pengkajian tema. Literatur tersebut akan penulis gunakan sebagai bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Beberapa literatur tersebut diantaranya Buku karangan Leo Suryadinata yang berjudul Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia (2010) . Buku ini berisi tentang Pembangunan bangsa Indonesia yang merupakan proses panjang, kompleks, dan melibatkan kelompok-kelompok etnis lain, tidak terbatas pada etnis Tionghoa saja. Kaum minoritas penduduk asli juga terlibat dalam commit to user proses tersebut. Multikulturalisme dapat bertentangan dengan konsep kebangsaan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia yang berdasarkan model penduduk asli. Secara konseptual, bangsa merupakan konsep yang relatif baru dan berbeda dengan negara. Bangsa bersifat sosial-budaya-politik, sementara negara pada umumnya bersifat hukum. Konsep bangsa tersebut untuk pertama kalinya muncul di dunia Barat pada akhir abad ke18, akan tetapi di Asia Tenggara konsep ini merupakan fenomena abad ke-20. Bangsa Indonesia baru muncul melalui tumbuhnya gerakan nasionalis Indonesia pada abad lalu. Gerakan tersebut bertujuan untuk menghapuskan kekuasaan penjajah Belanda dan untuk mendirikan negara-bangsa Indonesia yang modern. Meskipun demikian, mengingat bahwa nasionalisme Tionghoa muncul sebelum nasionalisme Indonesia, selama penjajahan orang-orang Tionghoa di Indonesia cenderung tidak dilibatkan dalam gerakan nasionalis penduduk asli Indonesia. Para nasionalis penduduk asli Indonesia cenderung memandang etnis Tionghoa sebagai bangsa lain. Sebagian besar etnis Tionghoa di Indonesia pun sependapat dengan itu. oleh karena itu, sebelum kemerdekaan Indonesia, konsep bangsa Indonesia cenderung mengecualikan orang-orang Tionghoa. Meskipun demikian,
beberapa
perorangan
Tionghoa
tertentu
mencoba
untuk
mengidentifikasikan diri mereka dengan para nasionalis Indonesia. Dalam buku karangan Rustopo, yang berjudul Menjadi Jawa (Orangorang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di Surakarta, 1889-1998). Buku ini pada dasarnya bercerita tentang interaksi sosial dan kultural antara orang-orang Tionghoa dan Jawa. Interaksi sosial berkenaan dengan hubungan orang-orang Tionghoa dan masyarakat etnis Jawa di Surakarta dalam kehidupan yang commit to user kompleks dan dinamis. Interaksi kultural berkenaan dengan hubungan orang-
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
orang Tionghoa dengan nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan Jawa. Dalam kenyataannya, kedua jenis interaksi ini tidak bertemu. Buku ini membahas mengenai keinginan komunitas Tionghoa yang tidak hanya sekedar untuk menjadi Jawa agar dapat diterima masyarakat Jawa, malinkan mereka sebenarnya adalah orang Jawa itu sendiri, terlepas dari ada atau tidaknya warisan biologis Jawa pada diri mereka sebagai individu. Buku ini menjelaskan bagaimana interaksi sosial budaya antara orang-orang Tionghoa dan Jawa. Dalam interaksi timbul masalah kesenjangan yang bersifat laten dan kadang-kadang menjadi penyulut timbulnya kerusuhan. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 menjadi momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat etnis Tionghoa di Kota Surakarta, yang rumahnya, tokonya, tempat usahanya dirusak, dijarah dan dibakar oleh para perusuh. Nilai kerugian fisik yang sebagian besar disandang oleh orang-orang Tionghoa mencapai milyaran rupiah. Itu belum termasuk trauma jiwa yang diderita oleh orang-orang Tionghoa korban kerusuhan itu hingga kini. Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta merupakan ekspresi ketidaksenangan masyarakat pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Citra orang-orang Tionghoa dalam pandangan masyarakat pribumi adalah negatif. Buku Charles A Coppel yang berjudul Tionghoa Indonesia dalam Krisis (1994) , karangan buku ini berisi mengenai orang China di Indonesia secara historis merupakan suatu minoritas etnis yang jelas dan berpengaruh sekalipun jumlah mereka sedikit diantara penduduk pribumi keseluruhan. Kemerdekaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Nasional yang diproklamasikan oleh elite Indonesia melahirkan krisis identitas berkepanjangan bagi orang China Indonesia. Dalam buku ini penulis mengkaji latar belakang historis “Masalah China” yang berusaha mengakomodasikan diri dengan pasang surut politik nasional. Skripsi Cahyo Adi Utomo, berjudul Peran Etnis Cina dalam Perdagangan di Surakarta tahun 1959-1998 berisi tentang Perdagangan Etnis Cina di Surakarta yang pada awalnya hanya mendominasi di suatu tempat pada masa kolonial yaitu daerah Balong dan Pasar Gede, namun kini telah menyebar hampir dibeberapa daerah diwilayah Surakarta. Pada masa tersebut, pemerintah Belanda membuat suatu sistem untuk etnis Cina yaitu sistem wijkstelsel dan passtelsel guna mengawasi gerak etnis Cina tersebut. Hal itu merupakan kelanjutan dari politik etis. Sehingga ruang bagi etnis Cina hanya di daerah Pecinan. Skripsi Dwi Ari Wibowo, berjudul Akulturasi Budaya Sebagai Upaya Rekonsiliasi Etnis Jawa-Cina di Kampung Balong Sudiroprajan Surakarta (2011) berisi tentang interaksi dan akulturasi budaya yang terjadi di kampung Balong yang merupakan ruang publik di mana masyarakat Cina dan Jawa dapat mewujudkan interaksi secara general tanpa harus ada pemilahan latar belakang ke-etnis-an. Melalui interaksi sosial yang dekat ini timbul suatu perkawinan silang antara orang Cina dan Jawa. Perkawinan silang ini merupakan bentuk keberhasilan pembauran dan asimilasi secara alamiah di kampung Balong. Selain perkawinan fisik Cina-Jawa, di kampung Balong juga terjadi perkawinan budaya yang dikemas dalam ritual seremoni perayaan hari raya. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Buku yang ditulis oleh Tri Wahyuning M. Irsyam Golongan etnis Cina sebagai pedagang perantara di Indonesia (1870-1930). Buku ini menjelaskan mengenai peranan etnis Cina sebagai pedagang perantara antara pedagang Eropa dengan pedagang Pribumi atau pedagang lain. Golongan etnis Cina seringkali diidentikan sebagai golongan yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tidak terpisah dari bawah mereka merintis usaha-usaha dibidang perekonomian sejak dulu dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Hindia Belanda maupun pihak pribumi Indonesia. Keberhasilan pedagang Cina sebagai pedagang perantara di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh keuletan mereka dalam berusaha saja, melainkan ditunjang oleh berbagai hal antara lain; adanya kesempatan yang dapat mereka manfaatkan dengan sebaik-baiknya dan kesempatan tersebut dapat mereka miliki dengan adanya modal yang cukup. F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah proses mengumpulkan, menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman-rekaman peninggalan pada masa lampau dan usaha-usaha melakukan sintesa dari data-data masa lampau yang menandai kajian yang dapat dipercaya. Teknik penelitian ini adalah penelitian sejarah yang meliputi 4 tahapan, antara lain7:
commit to userSosial dalam Metodologi Sejarah, Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm. 60-62. 7
perpustakaan.uns.ac.id
1.
13 digilib.uns.ac.id
Heuristik Adalah proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sebagai data
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Pencarian dan pengumpulan sumbersumber yang dilakukan yaitu sumber primer yang berupa dokumen-dokumen arsip baik itu arsip lokal atau surat kabar yang sejaman. Teknik pengumpulan data yang dilakukan , antara lain : a. Studi Dokumen Data dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen berupa sumber tertulis dan sejaman. Dokumen mempunyai nilai otentik dan dapat dipercaya. 8 Untuk memantapkan nilai suatu dokumen terhadap penggunaanya dalam ilmu sejarah perlu diadakan langkah-langkah sebagai berikut : pengumpulan objek yang berasal dari jaman itu, pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis misalnya surat kabar terbitan sejaman (Koran Kompas, Wawasan, Berita Nasional, Dharma Nyata), peraturan-peraturan, surat keputusan, laporan-laporan pemerintah, arsip pribadi yang belum diterbitkan, surat-surat keluarga dan catatan perjalanan. b. Studi Wawancara Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen berupa wawancara mendalam dilakukan secara bebas dan terbuka terhadap sejumlah informan yang dipilih secara representatif, yaitu para narasumber yang dianggap commit to user Louis Gotschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta:Universitas Indonesia Press, 1983, hlm. 18 8
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mampu memberikan penjelasan mengenai dinamika komunitas cina pedagang emas di Coyudan tahun 1985 dengan pemilik toko emas Menjangan, Toko emas Gajah, Toko emas Anoman, Toko emas Doro, Toko emas Rajawali, Toko emas Keris, Toko emas Macan, buruh, dan pembeli emas. c. Studi Pustaka Studi Pustaka dilakukan di Perpusatakaan Pusat UNS, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Jurusan, Perpustakaan Daerah, BPS, Perpustakaan Mangkuneraan, dan Perpustakaan Nasional. Dalam studi pustaka ini berhasil dihimpun buku-buku, artikel-artikel serta terbitan-terbitan lain yang secara langsung menulis tentang masalah yang sesuai dengan topik permasalahan. 2.
Kritik Sumber, terdiri dari kritik Intern dan ekstern Kritik Intern merupakan kritik yang meliputi tulisan, kata-kata, bahasa, dan
analisa verbal serta tentang kalimat yang berguna sebagai validitas sumber atau untuk membuktikan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya. Sedangkan kritik ekstern meliputi material yang digunakan guna mencapai kredibilitas sumber atau keaslian sumber tersebut. 3.
Interpretasi/ Penafsiran Menafsirkan keterangan-keterangan yang saling berhubungan dengan fakta-
fakta yang diperoleh. Setelah melakukan kritik baik itu kritik intern maupun ekstern, maka usaha yang dilakukan adalah menjelaskan apa yang telah diperoleh dari data dokumen itu dengan pemikiran dan analisa. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Historigrafi Historigrafi atau penulisan sejarah, yaitu menyampaikan sumber yang
diperoleh dalam bentuk kisah sejarah atau penulisan sejarah. Kemudian menceritakan apa yang telah ditafsirkan dalam penyusunan kisah sehingga menarik untuk dibaca. Penulisan dan penyusunan kisah dengan kata-kata dan gaya bahasa yang baik bertujuan supaya pembaca mudah memahami maksudnya dan tidak membosankan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Deskriptif analitis artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia. Setelah itu dari sumber bahan dokumen dan studi kepustakaan, tahap selanjutnya adalah diadakan analitis, diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Sistematika Skripsi Skripsi ini disusun bab demi bab untuk memberikan gambaran yang terperinci. Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan gambaran yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang berurutan. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika skripsi. Bab II berisi tentang Surakarta sebagai kota Dagang yang meliputi komplek-komplek
perdagangan
di
Surakarta
dimana
perdagangan
yang
didominasi orang-orang Cina berada di wilayah Balong dan Coyudan sebelum tahun 1985. Perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Cina tidak hanya batik, pemborong candu, tetapi juga dalam bidang jual beli emas. Kepandaian orang Cina dalam mengelola perekonomian di Jawa sudah ada sejak abad XIV khususnya pada masa Kerajaan Majapahit. Bab III membahas mengenai kondisi dinamika perdagangan emas di Coyudan Surakarta tahun 1985-1995. Bisnis perdagangan emas yang dijalankan secara turun-temurun oleh mayoritas pemilik toko emas di Coyudan Surakarta memiliki pasang surut yang cukup dominan. Pemilik toko emas di Coyudan mayoritas pemiliknya adalah etnis Cina, dengan buruh kaum pribumi. Hubungan commit to user serta komunikasi antara pemilik toko dengan para buruh atau pegawai juga terjaga
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan baik karena setiap harinya mereka harus saling mengetahui harga, jenis emas, pembelian, dan penjualan. Hitungan harga jual-beli emas tergantung pada nilai dolar yang berlaku, dimana pemilik toko emas menggunakan nilai dolar Amerika. Fluktuasi harga emas pada tahun 1985-1995 memiliki harga lonjakan tertentu jika dolar sedang naik ataupun turun. Jika dolar naik maka harga emas juga ikut naik, begitu pula sebaliknya. Pada tahun 1980-an kerusuhan anti-Cina terjadi di Surakarta yang dipicu oleh faktor ketimpangan ekonomi masyarakat dan hubungan antaretnis yang kurang harmonis antara kaum pribumi dengan etnis Cina. Bab IV akan menguraikan tentang hubungan sosial antara pemilik toko emas dengan masyarakat sekitarnya. Sikap saling menghargai antara pemilik toko dengan pembeli emas ditunjukkan oleh etnis Cina pedagang emas di Coyudan, dengan cara tidak dipungut pajak kepada pembeli emas ketika mereka berjualan didepan emperan pemilik toko emas. Hal ini juga diperkuat dengan adanya kawin campur antara etnis Cina dengan orang Jawa pada masa silam. Pemilik toko emas satu dengan lainnya sangat menjaga tradisi turun-temurun mereka hingga sekarang. Hubungan antara pemilik toko emas dan bisnis antarteman dan keluarga juga akan dibahas dalam bab ini. Bab V merupakan kesimpulan dari semua isi dan penjelasan dalam penulisan skripsi ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
BAB II SURAKARTA SEBAGAI KOTA DAGANG A. Pembagian Wilayah di Surakarta Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15” 110º45’35” BT dan 7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai berikut : Batas Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Batas Timur
: Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,040 km2. Kecamatan yang mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2) sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan.1 Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada Kecamatan Laweyan (10.127 jiwa/km2). Dalam periode 10 tahun 1987 dan tahun 1997, pertambahan penduduk Surakarta baik tingkat kelahiran maupun karena jumlah migrasi sebesar 6,1%. Pertumbuhan ini yaitu dari 110.986 KK atau 508.138 jiwa menjadi 120.872 KK atau 539.387 jiwa telah memekarkan atau 1
BPS Surakarta, Monografi Kota Surakarta, ( Surakarta: Badan Pusat Statistik, 2010). commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
mengecilkan jumlah RT dan RW di setiap kecamatan. Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian ±92 dari permukaan air laut.2 Kota Surakarta berdiri tahun 1745 yang dahulu pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Surakarta
menjadi
pusat
pemerintahan
Kasunanan
Surakarta
dan
Praja
Mangkunagaran. Kejadian yang memicu pendirian kota ini adalah berkobarnya pemberontakan Sunan Kuning (Geger Pacinan)
pada masa pemerintahan Sunan
Pakubuwono II tahun 1742. Pemberontakan dapat ditumpas dengan bantuan VOC dan keraton Kartasura dapat direbut kembali, namun dengan pengorbanan hilangnya beberapa wilayah warisan Mataram sebagai imbalan untuk bantuan yang diberikan VOC. Bangunan keraton sudah hancur dan dianggap "tercemar".3 Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van Hohendorff, untuk mencari lokasi ibu kota/keraton yang baru. Untuk itu dibangunlah keraton baru 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala di tepi Bengawan Solo. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru ini. Pembangunan keraton ini menurut catatanmenggunakan bahan 2
Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik, Kota Surakarta Ann Kumar, Javanese court society and politics in the late eighteenth century: the record of a lady soldier, Part I: The religious, social, and economic life of the court, Indonesia ,1980, hlm. 1-46. 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri Kota dan kayunya dihanyutkan melalui Bengawan Solo. Setelah itu pada tanggal 17 Februari1745 Surakarta
menjadi
pusat
pemerintahan
Kasunanan
Surakarta
dan
Praja
Mangkunegaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern. 4 Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.5 Pertumbuhan penduduk di Surakarta dari tahun ke tahun jelas bahwa tingkat pertumbuhannya tidaklah besar, antara 1.733 ( 0,3%) sampai 9.272 jiwa atau 1,9%. 4
Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Yogyakarta: Taman Siswa, 1989, hlm. 30. 5 Imam Samroni, dkk, Daerah Istimewa Surakarta, Yogyakarta: Pura Pustaka, 2010, hlm. 38. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Perubahan masyarakat selama beberapa dekade ini cukup besar, terutama bila dilihat dari kemunculan dan menjamurnya berbagai institusi modern, seperti telah disebutkan di atas, di setiap pelosok kota. Selain itu, hampir habisnya tanah tegalan dan sawah di daerah pinggiran kota Solo, seperti Banyuanyar, Sumber, Karangasem dan jajar yang dulu dipenuhi oleh sawah dan kebun tebu, menyebabkan Surakarta sekarang harus memasok beras dari Delanggu di selatan Kartosuro, begitu pula dengan sayur-sayuran dan buah-buahan, khususnya pisang, harus didatangkan dari Tawangmangu yang terletak sekitar 35 km dari Surakarta. 6 Tabel. 1 Luas Wilayah Kota Surakarta
NO
KECAMATAN
LUAS (Km²)
1
Laweyan
8,64
Serengan
3,19
3
Pasar Kliwon
4,82
4
Jebres
12,58
5
Banjarsari
14,81
TOTAL
44,04
(Sumber : Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 1995)
6
Ibid, hlm. 198-199. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Hunian untuk penduduk pribumi Jawa terpencar hampir di seluruh kota. Nama-nama kampung hunian penduduk suku Jawa, ada yang didasarkan atas namanama bangsawan yang bertempat tinggal disana, seperti : Ngadijayan tempat tinggal Hadiwijaya, Mangkubumen tempat tinggal Mangkubumi, Jayasuman tempat tinggal Jayakusuma, Suryabratan tempat tinggal Suryabrata, Kusumabratan tempat tinggal Kusumabrata, Sumadiningrat tempat tinggal Sumadiningrat, Cakranegaran tempat tinggal Cakranegara, Kalitan tempat tinggal Kanjeng Ratu Alit, Kusumayudan tempat tinggal Kusumayuda, Purwadiningratan tempat tinggal Purwadiningrat. Adapula kampung-kampung yang namanya diambil dari nama abdi dalem , seperti Coyudan tempat tinggal Secoyuda, Derpoyudan tempat tinggal Derpoyuda, Mangkuyudan tempat tinggal Mangkuyuda, dan Kerten tempat tinggal Wirakerti. Ada juga kampung-kampung yang namanya diambil dari kesatuan prajurit Keraton, seperti: Kasatriyan, Tamtaman, Sorogenen; dan berdasarkan jenis pekerjaan penduduk, seperti : Sayangan, Gemblengan, Gapyukan, Serengan, Slembaran, Kundhen, Telukan, (un) Dhagen , Kepunton, dan Jayengan. Ada juga kampung-kampung yang namnya diambil dari jabatan Keraton, seperti : Carikan, Jagalan, Gandhekan, Sraten, Kalangan, Punggawan, Pondhokan, dan Gadhing. Ada juga kampung yang namanya diambil dari folklore, seperti: Sangkrah, Bathangan, Kedung Lembu, Laweyan, dan yang mengikuti nama-nama orang Belanda atau jabatannya, seperti: Petoran, Jurnasan, Jageran, Beskalan, dan Ngebrusan. 7Selain itu juga kampung-kampung 7
Nurhadiantomo, Konflik-Konflik Sosial Pri-Nonpri dan Hukum Keadilan Sosial,Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2004, hlm.61 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
yang namanya diambil dari komunitas kesenian seperti: Wirengan, Gambuhan, dan Kemlayan. Orang-orang Cina dan Arab masing-masing dipimpin oleh orang yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial dan diberi pangkat Mayor, Kapten atau Letnan. Hunian orang-orang pribumi bercampur, baik penghuni lama maupun pendatang, kelas menengah maupun bawah. Semuanya tinggal diperkampungan, dirumah-rumah dengan kebun dan halaman yang ditumbuhi pohon atau tanaman rindang. Diskriminasi ras dan etnik masih sangat ketat, sehingga kontak sosial melalui jaringan sosial kota hanya terbatas pada golongan pribumi. 8
B. Aktivitas Perdagangan di Surakarta Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki kegiatan industri yang beragam, diantaranya berupa kegiatan produksi batik, keris gamelan, dan busana jawa serta aktivitas lainnya yang telah ada sejak dulu. Perjalanan sejarah kegiatan perekonomian tersebut dipengaruhi oleh budaya dari Kerajaan Mataram Islam dan pemerintahan Belanda serta budaya sebagai kota dagang. Dengan demikian,aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat tersebut tentunya menjadi salah satu bagian peninggalan sejarah tersendiri, baik dalam bentuk tangible yang berupa sarana 8
Sartono Kartodirdjo, Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jakarta: PT Gramedia, 1990, hlm. 73-74 dan 111. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
pewadahan aktivitasnya maupun yang berbentuk intangible yang berupa aktivitas itu sendiri beserta instrumen dan produknya.9 Pusaka budaya tersebut atau dapat disebut dengan pusaka industri mampu memberikan bagian alur cerita sejarah perkembangan kotadari sisi perekonomian dan menjadi bagian dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat, dan memberikan sense of identity yang penting. Oleh karena itu, pusaka industri yang dimiliki perlu dilestarikan dalam rangka mampu mempertahankan eksistensi aktivitas ekonomi masyarakat yang telah ada sejak dulu serta mampu mempertahankan bangunan-bangunan sejarah perkembangan ekonomi bagi Kota Surakarta.
1. Perdagangan Surakarta Masa Kerajaan Majapahit (Abad XIV-XV) Artikel Van Naerssen berjudul De Overvaartplaatsen aan de Solo river in middleleeuwen ( pemindahan tempat pada sungai Solo Abad Pertengahan ) menjelaskan tentang arti penting sungai Bengawan Solo pada abad 14 sebagai jalan lalu lintas perdagangan sungai yang menghubungkan antara pedalaman Jawa dan Pantai utara Jawa Timur. Naerssen menjelaskan lokasi-lokasi Bandar sungai solo, terutama mengoreksi enam pelabuhan yang ditulis oleh J Noordyun. Keenam pelabuhan itu yakni; Rasi, Rewun, Wangkalang, Penah, Wulung, dan Wulayu. Sungai Bengawan Solo di masa lalu berfungsi sebagai urat nadi kehidupan masyarakat.
9
Reni Nurhayati, “Pusaka Industri Kota Surakarta Sebagai Salah Satu Karakteristik Identitas Kota”,SkripsiUniversitas DiponegoroSemarang, 2009, hlm. III commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Terutama berkaitan dengan perdagangan sungai yang meliputi industri masyarakat, pelayaran sungai, dan transportasi. Transportasi sungai menjadi salah satu pilihan utama disamping modal transportasi darat seperti gerobak dan pedati. Transportasi di Jawa abad XIX sebelum pembuatan kereta api masih dilakukan secara primitif atau sederhana, sehingga pengangkutan hasil pedalaman banyak mengalami kesulitan. 10
hampir semua arus barang dan berbagai komoditi pertanian dari pedalaman Jawa
hingga pantai utara Gresik dilakukan melalui lalu lintas sungai Bengawan Solo. Pada tahun 1916 R.Adipati Arya Reksakusuma menulis tentang aliran Bengawan Solo yang dijelaskan mulai dari mata air ( tuk : mata air ) dari residen Surakarta mengalir sampai di utara Madura. Dari mata air mengalir ke barat daya terus ke barat, setelah di Kakap belok ke barat daya, bertemu Kali Dengkeng ( berhulu di Lereng Merapi ), berlanjut ke timur hingga perbatasan Ngawi dan bertemu dengan Kali Kedhungbanteng (berhulu di lereng Gunung Lawu). Lurus ke timur, di Ngawi bertemu Kali Madiun atau Kali Genthong berasal dari Panaraga, Magetan, dan Ngawi. Aliran membesar, belok ke utara dan agak ke Timur di Cepu bertemu Kali Bathokan ( berhulu di lereng Gunung Gamping ). Selanjutnya berkelok ke timur, masuk kota Bojonegara dan ke timur Pandhangan bertemu Kali Gandhongan ( berhulu di lereng gunung Pandhan ). Ke timur lagi bertemu dengan Kali Tudhu yang berkelok-kelok tajam. Sampai di Bojanegara bertemu Kali Kening (berhulu di pegunungan Gamping). Aliran terus menuju timur masuk perbatasan Tuban. Di utara Waskito Widi W, “Perdagangan Sungai Bengawan Solo Tempo Doeloe”, Diakronik. Vol 3,2008, hlm. 5 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Kapas bertemu dengan Kali Pacal (berhulu di gunung Pandhan). Sampai di utaraPalem, belok ke utara, di Rengel belok ke timur sampai Babat, ke timur laut hingga Gresik, berkelok-kelok ke arah timur, di selatan kota Sedayu masuk ke laut. Mengenai hulu sungai Bengawan Solo, di dalam serat Centhini disebutkan berasal dari tebing tenggara Pegunungan Sewu, yakni sekitar dataran tinggi Dalepih (Kahyangan, Tirtomoyo, Wonogiri) yang kakinya dikelilingi hutan Pilangputih. Secara mitos lokasi ini dipercaya sebagai petilasan pertapaan Sutawijaya sekaligus tempat bertemu Sutawijaya dan Kanjeng Ratu Kidul. Dalepih ini dikelilingi oleh Gunung Anak, Gajah, Kuning, Tundha, Rujak, Babal, Putri, Kekep, Brit, Dhandang, dan Gelung. Sumber mata air Bengawan Solo dipercaya oleh masyarakat sekitar lokasi Dalepih dijaga oleh Ratu Widanangga di gua Jatha. Widanangga adalah nama lain dari Andarawati yang dikenal sebagai Nyai Rara Kidul. Sungai Bengawan Solo merupakan sungai yang bisa digunakan untuk pelayaran dan tambangan. Seperti tertuang dalam prasasti Panambangan tahun 903 M yang dikeluarkan oleh Dyah Balitung, memperlihatkan adanya kebebasan orang melintasi sungai dengan perahu tambang. Hal ini menunjukkan adanya kekuasaan penguasa Mataram terhadap Bengawan Solo. De Graaf menduga jalan perdagangan lama dekat yang memotong sungai itu adalah salah satu jalan penghubung antara Jawa bagian selatan dan daerah sebelah timur yang berbatasan, yaitu yang terletak di daerah Madiun sekarang. Jalan-jalan penghubung antara daerah sepanjang pantai selatan
Jawa,
yang
melewati
lereng-lereng
commit to user
selatan
gunung
besar
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
terletakditengah, seperti Gunung Lawu, Wilis, dan Semeru, memiliki arti penting dalam sejarah politik-ekonomi di Jawa. 11 Sejarawan Belanda itu memperkirakan bahwa sejak abad ke-11, sudah tumbuh jalur lalu lintas perdagangan di aliran bengawan solo. Walaupun tidak banyak diketahui asal muasal bengawan mengingat langkanya bukti-bukti tertulis atau artefak dan peninggalan lain. Sumber-sumber tradisional menginformasikan mengenai pertumbuhan pusat-pusat masyarakat di bantaran sungai, seperti Bojanagara atau Mulwapati dengan menggunakan tokoh seperti Anglingdarma, ketika sang penguasanya menggunakan jalur sungai guna berlayar menuju arah laut. Darsiti Soeratman, mengutip Oud-Javaansche Oorkonde (OJO) No XLIII dari zaman Mpu Sendok (930 M) menyebut nama tempat Kahyunan yang diduga oleh Poerbatjaraka bahwa nama Cala dalam OJO adalah daerah Solo karena terdapat Prahunan (Praon) yang berada didekat aliran muara sungai Pepe.12 Transportasi menumbuhkembangkan berbagai kelompok sosial baru dengan modal bergerak sebagai pendorong perdagangan, seperti dicacat oleh prasasti Biluluk yang berisi keterlibatan orang-orang luar Jawa dalam perdagangan. Perkiraan terakhir yang menyebut nama Bengawan ditemukan pada piagam Suradakan tahun 1447M. Yasadipura menyebut bengawannya orang Semanggi.13 Noordyun memperkirakan
11
H.J. De Graaf, TH.Pigeud,Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa;Peralihan dari Majapahit ke Mataram, Jakarta: Grafiti Pers, 1985, hlm.256-260. 12 Darsiti Soeratman, loc.cit. 13 Darsiti Soeratman, op.cit, hlm. 21. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
mengenai lokasi Semanggi ini diperkuat oleh kesaksian catatan perjalanan Bujangga Manik pada masa Majapahit pada abad ke-15. Dalam perjalanan dari Sunda ke wilayah timur lewat pesisir utara, belok ke timur menuju Gegelang. Dalam perjalanan tersebut, bujangga Manik menemukan Wuluyu di Bobodho untuk Semanggi diantara dataran rendah gunung Lawu dan Merapi. 14 Aktivitas ekonomi di Surakarta juga didominasi oleh orang Eropa pada tahun 1821.Aktivitas itu adalah ekonomi perkebunan seperti kopi, tebu, tembakau, dan nila yang menggunakan tanah sewaan.Aktivitas ekonomi perkebunan ini menjadikan betapa pentingnya faktor pengangkutan, mengingatkan bahwa komoditas mereka itu merupakan komoditas ekspor.Satu faktor biaya penting yang dihadapi oleh para pengusaha adalah biaya pengangkutan menuju pelabuhan di panti utara Jawa dan pengapalan Eropa.Pada prinsipnya ada dua jalan yang bisa dilalui dari dua kerajaan ke pantai utara Jawa.Pertama, dengan kereta angkut (melalui jalur pos) dari Surakarta, Boyolali, Ampel, Salatiga ke Semarang.Perjalanan memakan waktu 24 jam.Mengenai biaya angkut per pikul f2 hingga f3 per pikul pada periode 18591860.Rute kedua ke pantai utara Jawa adalah melalui Bengawan Solo, di mana orang dapat berlayar sampai ke Surabaya. Oleh karena itu proses pendangkalan yang terjadi di Bengawan Solo selama abad ke-19, pengangkutan barang-barang berat hanya mungkin dilakukan pada musim penghujan.
14
Noordyun, J, Bujangga Manik’s Journeys Through Java: Topographical data from an Old Sundanese Source,dalam BKI 138, 1982, hlm.413-442. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Pada abad ke-19 aktivitas ekonomi rakyat terpusat pada pasar. Pasar-pasar yang memadahi di kota Surakarta untuk ekonomi tradisional adalah pasar Gedhe, pasar Legi, dan pasar Totogan. Kehidupan ekonomi pasar tradisional menjadi ramai ketika dibangun jembatan di Bacem dan Jurug. Kedua jembatan ini sangat vital melancarkan arus ekonomi pedesaan ke kota, sehingga para pedagang dari desa tidak perlu lagi menyeberang sungai dengan perahu lagi. Demikian juga ketika jembatan Kalianyar dibangun, banyak para pedagang dari utara yaitu dari Simo, Kaliyoso menuju pasar Legi menjadi sangat mudah dan cepat.Pasar Gedhe dulunya merupakan pasar sederhana, banyak pedagang yang belum teratur dengan tenda-tenda saja.Akan tetapi pasar ini akhirnya dibangun oleh pemerintah Karesidenan.Selama perbaikan banyak pedagang yang dipindah ke Gladhag dan Alun-alun Lor. Setelah selesai dibangun, pasar ini diberi nama pasar Harjonegoro. Namun demikian nama pasar Gedhe lebih dikenal di kalangan rakyat. Wilayah pasar Gedhe adalah milik penguasa komunitas Cina yang bernama Babah Mayor.Nama itu berasal dari jabatan pimpinan komunitas Cina yang berpangkat Mayor.15 Aktivitas pasar yang lebih dikenal ramai kemudian beralih ke pasar Klewer.Lokasi pasar Klewer dahulunya bernama kampung Nglorengan. Nama kampung ini berasal dari nama orang pemilik tanah itu yaitu Tuan Lourens. Ketika pemilik tanah itu meninggal, tempat itu dijadikan pasar yang bernama pasar Slompretan.Pedagang yang ada di pasar ini umumnya berjualan minuman, dan juga Susanto, “Tipologi Kota Dagang”, Diakronik Vol 2 No.6,Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2005, hlm. 13-14. 15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
berbagai jenis burung/ akhirnya para pedagang yang menjajakan secara berdiri sambil membawa dagangan berupa tali kain atau dagangan yang dilingkarkan dipundak atau dijinjing.Menurut istilah jawa pemandangan itu seperti berjumbal (pating klewer).Oleh karena itu pasar itu akhirnya dikenal dengan sebutan Pasar Klewer.
2. Perdagangan Surakarta Masa Kini ( 1985-1995 ) Salah satu prasarana ekonomi penting adalah adanya pasar. Pada tahun 1960an, wajah kota Surakarta masih diwarnai pasar-pasar tradisional seperti: Pasar Gedhe, pasar Klewer, Pasar kliwon, Pasar Tanggul, Pasar Ledoksari, Pasar Jebres, Pasar Legi, Pasar Singosaren, Pasar kembang, Pasar Kadipolo, Pasar Nangka, Pasar Harjodaksino, Pasar Kleco, Pasar Kabangan dan Pasar Laweyan. Pada awal tahun 1970 Pasar Klewer dibangun menjadi bangunan dua lantai yang terdiri atas 1.516 kios dan 345 kapling untuk Pedagang Kaki Lima ( PKL). Pada tahun 1980-an dibangun lagi puluhan pusat pertokoan, beberapa super-market, puluhan hotel, ratusan Bank, puluhan Bioskop, ratusan warung telekomunikasi, dan lain-lain. Ada empat pabrik tekstil raksasa yang dibangun di sekitar wilayah Surakarta, yaitu PT Sritex, PT Batik Keris atau Dan Liris, PT Tyfountex, PT Danarhadi atau Kusumahadi, dan satu perusahaan obat-obatan yang cukup besar, yaitu PT. Konimex, serta perusahaan jamu yang terkenal, PT Air Mancur. 16
16
Nurhadiantomo., op.cit., hlm 130. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Pada tahun 1985 pembangunan jalan dan sarana transportasi, selain untuk memberikan fasilitas umum yang nyaman juga untuk mendukung perkembangan sektor industri, ekonomi, dan pariwisata, khususnya untuk distribusi barang dan jasa. Pembangunan jalan dalam kota Surakarta disesuaikan dengan suatu pola yang menempatkan Jalan Slamet Riyadi sebagai poros utama kota. Pembangunan jalan ke luar kota disesuaikan atau dihubungkan dengan pusat-pusat ekonomi baru yang merupakan bagian dari perkembangan zona ekonomi Surakarta dan pintu masuk ke dan keluar dari Surakarta, seperti Palur, Solo Baru, Colomadu, dan Kartasura. Berkembangnya pembangunan jalan dan perekonomian di Kota Surakarta itu seiring dengan perkembangan transportasi perkotaan. Kebutuhan akan transportasi perkotaan bagi masyarakat semakin meningkat, ditandai dengan semakin banyaknya armada-armada angkutan perkotaan dengan berbagai rute yang menjelajahi seluruh sudut kota dan antarkota kecamatan/ kabupaten yang tidak pernah sepi dari penumpang. Oleh karena itu dibutuhkan terminal-terminal bus yang memadai. Selain pembangunan terminal bus Tirtonadi untuk angkutan antarkota dan antarpropinsi, juga dibangun terminal-terminal bus yang lebih kecil di Palur, Kartasura, dan mestinya juga di Solo baru dan Mojosongo. Sedangkan, angkutan kereta api masih digunakan prasarana peninggalan kolonial, seperti stasiun Balapan, stasiun Jebres, stasiun Purwosari, dan stasiun Sangkrah ( Kota ). Angkutan udara, Bandara Adi Sumarmo di panasan ditingkatkan kapasitasnya sebagai bandara internasional,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
sekaligus sebagai pelabuhan embarkasi haji untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun prasarana jalan sudah dilebarkan sedemikian rupa, tetapi setiap kali masih terjadi kemacetan pada simpul-simpul jalan tertentu, terutama pada waktuwaktu berangkat sekolah, berangkat kerja, pulang sekolah, dan pulang bekerja. Kemacetan atau kesemrautan juga terjadi di pusat-pusat kegiatan ekonomi, terutami di jalan-jalan yang melewati Pasar Klewer, Pasar Gedhe, Pasar Legi, Pasar Kadipolo, kompleks pertokoan Coyudan, dan Singosaren. Selain kesibukan orang yang mondarmandir, juga tempat parker kendaraan yang memenuhi hamper setengah jalan, dan pedagang-pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar, bahu jalan dan lain-lainnya. Pedagang Kaki Lima ( PKL ) hampir memenuhi semua tempat ekonomi strategis secara liar. Ini menjadi masalah bagi kota karena menutup bangunanbangunan komersial, membuat wajah kota menjadi semrawut , kotor dan tidak nyaman dipandang. Pemerintah kota Surakarta sudah berusaha menata dengan fasilitas untuk PKL yang dapat digunakan dengan cara membayar pajak ( retribusi ) kepada Pemda. Lokasinya dipilih ditempat-tempat yang strategis di pusat kota atau dipinngir jalan-jalan utama. Lokasi-lokasi PKL itu antara laindi Kedung Lumbung ( untuk pedagang kacamata ), di Purwosari ( untuk pedagang buah ), di Jurug ( untuk pedagang buah ), di Tipes ( untuk warung makan ), di Pasar Legi ( untuk pedagang barang bekas ), di Depok ( untuk pedagang burung ), dan di Terminal Gilingan (
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
untuk warung dang pedagang batu nisan ).
17
Akan tetapi PKL-PKL liar tetap ada
dimana-mana, karena jumlah fasilitas yang disediakan pemerintah kota tidak sebanding dengan jumlah PKL yang tampaknya bertambah terus. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki kegiatan industri yang beragam. Kegiatan industri yang ada di Kota Surakarta ini misalnya berupa kegiatan produksi batik, keris, gamelan, busana jawa serta aktivitas lainnya yang telah ada sejak dulu. Perjalanan sejarah Kota Surakarta dipengaruhi oleh budaya dari Kerajaan Mataram Islam dan pemerintahan Belanda serta budaya sebagai kota dagang.
18
Dengan demikian, aktivitas ekonomi masyarakat Kota Surakarta tentunya
sangat bervariasi dan beragam, baik yang berlangsung sejak dulu karena keberadaan kerajaan itu sendiri maupun aktivitas yang keberadaannya seiring perkembangan zaman. Pusaka industri yang dimiliki Kota Surakarta perlu dilestarikan dalam rangka mampu mempertahankan eksistensi aktivitas ekonomi masyarakat yang telah ada sejak dulu serta mampu mempertahankan bangunan-bangunan sejarah perkembangan ekonomi bagi Kota Surakarta. Hal ini mengingat bahwa pusaka industri yang dimiliki tentunya berperan penting dalam sejarah perkembangan perekonomian kota sehingga nilai secara keseluruhan yang dikandungnya mampu memberikan simbol identitas bagi skala lokal maupun skala kota. Selain itu, pusaka industri yang dimiliki Kota Surakarta tentunya memiliki keistimewaan terkait dengan pengaruh dari adanya
Sudarmono, et.al.,“ Solo Pada Masa orde Baru”,Laporan Penelitian, Surakarta: belum diterbitkan, 2010, hlm. 20. 18 Renni Nur Hayati.,op.cit.,hlm .18. 17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
budaya kerajaan dan kolonial yang pernah ada. Jika pusaka industri yang ada tersebut tetap dipertahankan dan dilestarikan maka tidak hanya mampu menjaga simbol identitas yang terbentuk tetapi juga mampu menjaga sejarah perkembangan perekonomian kota dan menjaga keutuhan urban fabric ( perkotaan yang lain)yang dimiliki. 3.
Komoditas Perdagangan dan Budaya Surakarta dengan Dominasi Orang Cina Keberadaan kampung-kampung dagang yang didukung oleh pasar dengan
berbagai komoditi, menempatkan kota Surakarta sebagai kota pusat bisnis dan perdagangan pada tahun 1985. Adanya kantong-kantong kegiatan kesenian ditambah berbagai
ritual
upacara
yang
dilaksanakan
Keraton
Kasunanan
maupun
Mangkunegaran, menjadikan kota Surakarta menyandang predikat sebagai kota budaya sekaligus daerah tujuan wisata. Warisan budaya lokal yang meliputi kemegahan budaya dan sejarah kerajaan-pun membuat wisatawan baik domestik maupun mancanegara mengunjungi kota ini. 19 Batik sebagai identitas kota Surakarta Batik Surakata atau sering dikenal batik Solo merupakan sebuah perlambang atau ikon dari kota itu sendiri, Surakarta. Sebagai kota yang terkenal dengan sebutan kota batik, Surakarta memiliki banyak tempat atau pasar tradisional yang khusus menjual batik dari berbagai macam jenis dan beragam harga. Inilah yang kemudian Shabrina O. Rahajeng, “Solo: The Spirit of Java”, Makalah, Semarang: Universitas Diponegoro, 2007, hlm.III 19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
membuat batik solo terkenal; kemudahan mendapatkannya, baik dari segi harga, kuantitas dan juga kualitas. Batik pada abad 18-19 digunakan oleh para pedagang lokal untuk melawan perekonomian Belanda pada saat itu. Ini dimaksudkan sebagai salah satu perjuangan ekonomi melawan Belanda. Batik sendiri sudah ada sejak zaman Majapahit. Sebenarnya membatik dianggap sebagai salah satu kesenian menggambar diatas sehelai kain dengan menggunakan kain khusus. Di zaman tersebut, batik hanya dikhususkan untuk kalangan kraton saja; untuk raja dan keluarganya. Meluasnya batik dimulai pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Setelah kerajaan Majapahit, batik disebarluaskan oleh kerajaan-kerajaan berikutnya, sampai di kerajaan Mataram, yang kemudian oleh Belanda dibagi dua menjadi kerajaan Solo dan Yogyakarta. Dari situlah kemudian terkenal sebutan batik Solo dan batik Yogyakarta.20 Sejarah batik erat kaitannya dengan perkembangan sistem monarki atau kerajaan di Indonesia pada jaman dahulu, yakni pada jaman kerajaan Majapahit. Selain itu, perkembangan batik juga disebut-sebut memiliki keterkaitan pula dengan perkembangan agama Islam khususnya di Pulau Jawa. Pada masa kerajaan Mataram, baik di Surakarta maupun di Yogyakarta, sejarah batik Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat pesat baik corak maupun warna. Pada masa itu pun batik mulai dikenal turun temurun oleh raja-raja berikutnya pada suatu kerajaan. Setelah
Artikel “Sejarah Batik Indonesia Sebagai Nuansa Budaya Anak Negeri”Januari 2012 : WordPress (diakses pada : http://search.gipoco.com/cached/218507/) 20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
itu, pada akhir abad ke-18 hingga akhir abad ke-19, batik mulai menjadi kebanggaan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa khususnya. Sebagai akibat meluasnya kekuasaan kerajaan Mataram baik Mataram Surakarta maupun Yogyakarta di Pulau Jawa maka, berdasarkan sejarah batik Indonesia, pusat perbatikan di Indonesia banyak bertempat di pulau ini. Sehingga kemudian batik mulai menjadi tiang penyangga kehidupan ekonomi masyarakat Pulau Jawa terutama Jogja dan Solo. Pada masa penjajahan Belanda dimana perekonomian Indonesia dibawah kendali Belanda, rakyat bahu membahu menjadikan batik sebagai alat untuk berjuang melawan Belanda di bidang ekonomi. Untuk itulah, sejarah batik Indonesia menunjukkan bahwa batik tidak sekedar nilai seni yang sangat tinggi melainkan wujud dan bentuk nasionalisme sejati dari masyarakat Indonesia secara turun temurun. Dengan kata lain, selain sebagai warisan leluhur, batik juga merupakan bentuk rasa cinta dan perjuangan yang harus dipupuk dan dilestarikan oleh para generasi penerus. Itulah cara sigap membekali generasi penerus untuk bertahan di tengah gempuran global. Dalam perkembangannya, batik dikembangkan oleh Go Tik Swan sebagai salah satu pembatik Surakarta yang cukup terkenal. Sejak kecil Go Tik Swan ikut neneknya, Tjan Khay Sing, raja batik Kota Surakarta yang memiliki tiga pusat pembatikan. Ada 1.000 orang yang bekerja di perusahaan batik Tjan Khay Sing. Go Tik Swan sejak kecil sudah tertarik dengan para pembatik yang menorehkan canthing-nya di atas mori/ kain dengan melantunkan tembang-tembang Jawa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
macapat. Hal ini berbeda dengan orang tuanya yang sangat sibuk dengan aneka macam usaha.21 Go Tik Swan adalah putra sulung dari empat bersaudara, putra kandung dari pasangan Go Dhian Ik dan Tjan Ging Nio ( keduanya sudah meninggal dunia ). Go Dhiam Ik ( 1904-1989 ) adalah putra keempat dari pasangan Go Pik Thay dan Gan Tioe Nio. Go Pik Thay adalah putra dari Pasangan Go Kiem Liong dan ( Sie ) Oeyek Nio. Inu yang melahirkan ( Sie ) Oeyek Nio , juga ibu yang melahirkan Go Kiem Liong adalah perempuan Jawa. Go Kiem Liong adalah seorang Luitenant der Chinizen van Boyolali pada zaman Pakubuwana IX dan Pakubuwana X, pemegang lisensi perdagangan opium ( candu ) dan garam di Boyolali. 22 Tja Ging Nio ( 1916-1996 ), ibu kandung Go Tik Swan adalah salah satu putra dari Tjan Khay Sing, seorang etnis Cina totok (peranakan), pengusaha ( raja ) batik Kota Surakarta tahun 1920-1940an. Nyonya Tjan Khay Sing adalah salah satu putrid dari Tjan Sie Ing. Ibu yan melahirkan Nyonya Tjan Khay Sing ( salah satu istri Tjan Sie Ing ) adalah perempuan Jawa yang berprofesi sebagai pembatik. Tjan Sie Ing adalah seorang Luitenant der Chinezen van Surakarta pada zaman pemerintahan Pakubuwana IX dan Pakubuwana X, orang pertama yang mendapat pacht ( sewa ) dari sebuah pasar terbesar di Kota Surakarta pada waktu itu. Nama pasar itu adalah Hardjonagoro, yang sekarang lebih dikenal sebagai Pasar Ghede ( Pasar Besar ). Jadi
21
Rustopo, Menjadi Jawa:Orang-orang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di Surakarta1895-1998, Yogyakarta: Ombak, 2007, hlm. 102. 22 Ibid.,hlm. 104. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
orang-orang yang menurunkan Go Tik Swan adalah orang-orang
Cina yang
terhormat dan kaya. Dalam Kiprah Go Tik Swan berkenaan dengan upayanya membangun citra dan identitas kejawaanya, berdasarkan pengamatan langsung ataupun informasi dari berbagai tulisan dan media masa lalu, hampir semua simbol kebudayaan Jawa diadopsi sebagai bagian dari hidupnya, dn sebagian diproduksi kembali. Dari itu Go Tik Swan muncul sebagai pelestari dan pengembang budaya Jawa, terutama dalam seni batik, keris, dan benda-benda purbakala.
C. Wilayah Hunian Orang Cina di Surakarta Orang-orang Cina diperkirakan sudah ada di Surakarta pada tahun 1746, tidak lama setelah kota itu dijadikan Ibu Kota Kerajaan Mataram oleh Pakubuwana II. Dalam perkembangannya, masyarakat Cina di Kota Surakarta harus tunduk kepada peraturan-peraturan
pemerintah kolonial yang bersifat diskriminatif. Keberadaan
orang-orang Cina dan Arab digolongkan sebagai orang Timur Asing yang kelasnya berada di atas masyarakat pribumi dan dibawah orang-orang Eropa. Wilayah tempat tinggal mereka juga ditentukan ( wijkenstelsel ), yaitu terpisah dari kelompok masyarakat yang lain, dan ruang geraknya dibatasi dengan sistem surat jalan ( passenstelsel ). Mereka juga, sesuai dengan UU Agraria 1870, dilarang memiliki tanah. 23 23
Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927 : Tinjauan Sosial Ekonomi”, dalam Lembaran Sejarah Volume 2, No. 1, 1999, hlm. 67 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Sebagai akibat dari pertumbuhan dalam bidang ekonomi, infrastruktur, komunikasi, transportasi, edukasi, dan birokrasi sejak akhir abad ke-19, telah merangsang terjadinya urbanisasi. Semakin bertambahnya jumlah pendatang baru di Surakarta, termasuk orang-orang Cina,24 mengakibatkan terjadinya pemekaran lokasi hunian. Orang-orang Cina yang semula dilokasikan hanya di kampung Balong, mulai menyebar ke lokasi-lokasi lain di Kota Surakarta terutama sejak penghapusan wijkenstelsel dan passenstelsel pada tahun 1910. Diantaranya menyebar ke Coyudan (wilayah Kasunanan) dan Tambak Segaran, Kepatihan, Timuran, Ketelan, Gilingan (wilayah Mangkunegaran) walau begitu mereka masih tetap hidup secara berkelompok. Mereka kebanyakan memilih tinggal di daerah-daerah strategis yaitu daerah-daerah pusat perdagangan. Masa-masa setelah itu hingga berakhirnya masa kolonial, tampaknya pemekaran hunian orang-orang Cina di Surakarta terus berjalan. Tempat tinggal etnis Cina di Surakarta dilokalisasi di Kampung Balong, dan Coyudan, suatu kampung ( pecinan ) yang dibangun sejak zaman Kompeni dan berlanjut pada masa kolonial. Antara tahun 1904 hingga 1910, atas desakan organisasi atau gerakan nasionalis di kalangan etnis Cina di Indonesia, maka pada tahun 1911 pemerintah kolonial mengabulkan tuntutan untuk menghapuskan wijkenstelsel dan passenstelsel, sehingga pemukiman etnis Cina tidak lagi mengelompok pada suatu tempat atau lokasi tertentu, tetapi menyebar ke tempat atau lokasi lain.
24
Darsiti Soeratman, loc.cit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Pada tahun 1985-1990 kota Surakarta sudah penuh sesak, orang-orang Cina memilih tinggal di daerah-daerah pinggir jalan karena kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang. Perebutan lahan usaha diperkotaan terutama jalan-jalan strategis, kurang lebih sama halnya dengan suatu daerah yang sedang berkembang industrinya. Kondisi jaringan perdagangan di Surakarta tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan kota-kota lain yang terdapat di Indonesia. Jalan strategis yang melintas di kota Surakarta dan merupakan lokasi strategis untuk usaha dan kegiatan perdagangan. Maka deskripsi peta kekuatan jaringan perdagangan antar etnis di Surakarta dapat diambil beberapa kondisi. Jalur protokol jalan Slamet Riyadi menjadi Barometer akselerasi bisnis modern. Jalan-jalan yang menjadi penyalur dari jalan protocol, jalur itu adalah jalan Ir. Sutami, Kol. Sutarto, Dr. Radjiman, Urip Sumoharjo, Jenderal Sudirman, Kapten Mulyadi, Yosodipuro, Diponegoro, Honggowongso, dan masih banyak lagi. 25 1. Kampung Ketandan Kampung ketandan muncul akhir abad ke 19 hingga awal - 20 sebagai permukiman etnis Cina di Surakarta. Pada masa itu, pemerintah belanda sedang menerapkan aturan yang membatasi pergerakan (passentelsel) serta membatasi wilayah tinggal mereka ( wijkertelsel). Sejak peraturan yang membatasi ruang gerak etnis Cina dihapuskan, dan bersamaan dengan makin bertambahnya jumlah etnis Cina pendatang baru. Setelah mendapatkan kebebasan bertempat tinggal, para pendatang 25
Lasiyo, Konfusianisme di Indonesia Pergulatan Mencari Jati Diri, Yogyakarta: Interfidci, 1995, hlm.259 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Cina pun tidak lagi terlokalisir di Balong. Mereka tersebar sampai ke sekitar Pasar Gede, Warung Pelem, Ketandan, Limolasan, Kepanjen. Kemudian kawasan ini pun berkembang menjadi daerah pertokoan karena para pendatang Cina umumnya memiliki keahlian hebat dalam berdagang.26Arsitektur bangunan berbentuk ruko (rumah toko atau shop house) sering menjadi ciri rumah di kampung pecinan, karena orang cina rata-rata berkerja sebagai pedagang yang melibatkan rumah pribadi sebagai tempat usaha, sehingga rumah bagi mereka mempunyai dua fungsi sebagai tempat usaha dan bertempat tinggal.Untuk memenuhi kedua fungsi tersebut biasanya rumah-rumah di daerah kampung pecinan terdiri dari dua lantai atau lebih (bertingkat).Pada umumnya bagian lantai dasar digunakan sebagai toko atau tempat berdagang, sedangkan pada lantai di atasnya digunakan untuk tempat tinggal.
Gambar.1 Potret wilayah Ketandan Sumber :http://i.ytimg.com/vi/tnscTUuuFy0/0.jpg
26
http://oktavianiheni.blogspot.com/2010_07_01_archive.html commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Perubahan kampung ketandan terlihat dari perubahan fisik, ekonomi, dan sosial. bila dilihat dari perubahan fisik kampung ketandan dikarena tutuntan perkembangan zaman daerah sekitarnya yang terus terdorong oleh arus modernisasi, bentuk bangunan dengan arsitektural modern mudah ditemukan karena tuntutan eksistensi masing-masing pemilik bangunan dan sudah rapuh bangunan lama sehingga perlu direnovasi namun yang di sayangkan tidak mengunakan konsep reservasi kawasan sejarah sehingga bentuk bangunan dan fasad bangunan tidak sama dengan bangunan lama.
2. Kampung Coyudan Coyudan, sekarang terkenal sebagai pusat bisnis Kota Surakarta. Dulu, tepatnya masa pemerintahan Paku Buwana X atau sekitar 1900-an, Kampung Coyudan merupakan tempat bermukimnya para prajurit. Prajurit-prajurit tersebut tergabung dalam kesatuan tempur keraton. Di sana juga diduduki oleh Ngabehi Secoyudan, nama yang berkaitan dengan prajurit. Winarsa Kalingga, Kepala Museum Radya Pustaka mengungkapkan, yuda, kata yang diambil dari kata Secoyudan itu berarti perang. Dari situlah Kampung Coyudan berasal. Di sana dulu pernah tinggal seorang Ngabehi yang bernama Ngabehi Secoyudan. Nama itu ada kaitannya dengan prajurit Keraton Kasunanan. Kawasan Kraton diberikan nama dari para prajurit atau abdi dalem dikarenakan untuk dimudahkan tempat itu dikunjungi oleh orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Gambar.2 Potret wilayah Coyudan tahun 1937 Sumber : http://andarastuti.blogspot.com/2010/11/solo-tempo-dulu.html
Konon Secoyudo ini adalah prajurit Surakarta yang pada waktu perang Mangkubumi, dia adalah manggalaningyudha dan dia terbunuh ketika menahan serangan Mangkubumi yang sampai ke Alun-alun Kraton Kasunanan. Cerita perang Mangkubumi, merupakan satu moment penting untuk daya ingat bahwa dulu ada perang yang pernah terjadi di depan Kraton Kasunanan yang mana Secoyudo ini adalah sebagai pemimpin kelompok perang yang turut andil dalam perang Mangkubumi tersebut. Menurut K.G.PH Puger pertemuan antara pihak Kasunanan dan Mangkubumi mengenai penarikan bengkok oleh kerajaan pada waktu Mataram di Surakarta yang berada di tanah-tanah Pangeran dan petinggi Kerajaan secara umum, tanah bengkok dikurangi karena perubahan managemen untuk diusahakan menjadi usaha Negara yang tidak mati. Dalam management perusahaan perlu ada semacam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
perubahan yang signifikan, yang mana perubahan ini sebagian ditarik. Namun dalam proses penarikan tersebut, pemerintahan pada masa itu di pimpin oleh Patih atau perdana Menteri yang konsultannya adalah orang Belanda (Hogendorf) dan patih Pringgalaya memecahkan masalah bagaimana mengatur Negara ini dan memanage perekonomian. 27
D. Dominasi Etnis Cina dalam perekonomian di Surakarta Penegasahan bahwa lebih dari 80% perekonomian Indonesia didominasi oleh etnis China merupakan angka yang berlebihan dan sering digambar-gemborkan. Membiarkan angka ini bergulir dan dikutip terus-terusan oleh media tanpa adanya kualifikasi ataupun cek ulang dapat berdampak buruk. Ketika kaum fasis berkuasa, Menteri Penerangan Jerman Goebbels menuai sentimen-sentimen rasialis dan membiarkannya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan mengutip angkaangka yang salah. Ini tidak berarti bahwa tidak ada angka pasti bisa mencerminkan situasi ekonomi saat itu. Secara umum diketahui bahwa pada tahun 1970-an, lebih dari 50% sampai 70% pendapatan Negara berasal dari minyak dan sektor terkait. Jelas ini semua tidak dikendalikan oleh etnis minoritas Cina, melainkan oleh Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) seperti Pertamina atau perusahaan swasta yang dimiliki keluarga Soeharto.
27
Wawancara denganK.G.PH Puger(Kepala Museum dan Pariwisata Keraton Kasunanan) tanggal 29 Maret 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Pada tahun 1970-an masalah ini menimbulkan kontroversi yang dahsyat. Christianto Wibisono ( 1981 ) member sumbangan yang sangat berarti dalam studinya. Ia menemukan bahwa antara tahun 1969 sampai dengan tahun 1980, perusahaan etnis Cina hanya memiliki saham 9% pada Perusahaan Modal Asing ( PMA ) dan 26% pada Perusahaan Modal Dalam Negeri ( PMDN ). Pada tahun 1997, melalui Pusat Data Bisnis Indonesia ( PDBI ), Wibisono juga menyatakan bahwa sektor swasta ( yang hanya sebagian terdiri dari pengusaha etnis Cina ) hanya mencakup sekitar 45 sampai 49% dari perekonomian Indonesia, sedang sektor pemerintah dengan anggarannya ( APBN ) , BUMN serta BUMD meliputi lebih dari 50% perekonomian Indonesia. Jadi, angka yang mendukung teori ekonomi mengenai pendominasian ekonomi oleh etnis Cina sepenuhnya merupakan mitos belaka. Premis ini juga didukung oleh studi-studi kecenderungan dominasi etnis Cina dalam perekonomian pada tahun 1978, ketika topik ini menjadi sorotan. Dari penelitian di Kota Medan, Jasin dan Smith menemukan bahwa etnis minoritas Cina tidak hanya diwakili 50% dari perusahaan grosir besar, tetapi juga 30% adri perusahaan-perusahaan impor besar. Presentase ini pun menurun bahkan pada pedagang eceran.
28
Hal ini menjadi pengesahan teori perkembangan ekonomi yang
menyatakan kemampuan wirausaha tidak dapat ditawar-tawar. Dalam prakteknya, proses ini berpuncak pada peluncuran berbagai perusahaan Cina sebelum Perang Dunia Kedua. Yang paling terkenal adalah Oei Tiong-Ham, yang tidak hanya 28
Dr. Yusui Liem, Prasangka Terhadap Etnis Cina; Evaluasi 33 tahun di bawah rejim Soeharto,Jakarta: Pena Klasik, Jambatan, 2000, hlm. 52 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
menguasai sektor perdagangan beras dan karet dalam ekonomi kolonial Belanda, tetapi juga memasok 60% kebutuhan gula untuk pasar dunia. Dalam produksi industrial, perusahaan ini terhitung sebagai perusahaan multinasional. 29 Menurut penelitian Benny Juwono ada 320 etnis Cina totok yang melakukan perdagangan kain tekstil. Jumlah tersebut jauh lebih banyak daripada jumlah orang Cina peranakan yang melakukan perdagangan yang sama, yaitu hanya 144 orang. Kalangan etnis Cina totok tersebut menguasai perdagangan tekstil untuk seluruh wilayah Karesidenan Surakarta, disamping berbagai macam perdagangan eceran seperti toko kelontong dan penjaja keliling serta perkreditan. Pada tahun 1930, 103 (80%) orang Cina totok bergerak dibidang perkreditan, sedangkan Cina peranakan hanya 22 orang. Dalam bidang penerbitan sejak tahun 1905 orang Cina mulai bergerak dalam perusahaan penerbitan surat kabar. Pada tahun 1907 sudah terdapat 5
29
Pada awal abad ke-20 orang-orang Cina di Surakarta membentuk perkumpulan dagang yang diberi nama karta membentuk perkumpulan dagang yang diberi nama Kong Sing. Perkumpulan ini mula-mula hanya beranggotakan kalangan pedagang kecil Cina yang miskin, dan tujuannya untuk membantu mereka dalam urusan kematian, pesta, dan perdagangan. Sejak ditemukan metode batik cap dan bahan pewarna kimiawi, pedagang-pedagang Cina di Surakarta mengalami kemajuan. Dengan kata lain, orang Cina menguasai sektor perdagangan ini terutama dalam hal impor bahan baku batik. Mereka memonopoli dan menjadi pedagang perantara dalam menyuplai berbagai bahan baku batik impor. Beberapa diantaranya memiliki industri batik sekaligus menjadi supplier bahan baku, sehingga dapat memproduksi kain batik dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga kain batik produksi orang Jawa. Orang Jawa menjual batik dengan harga lebih tinggi karena seluruh ongkos produksi yang dikeluarkan lebih besar dari orang Cina. Hal tersebut terjadi karena bahan baku yang diperoleh dari orang Cina dan orang Arab harganya sangat mahal. Selain itu, aktivitas perdagangan mereka yang tidak kalah penting adalah bidang opium dan pegadaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
perusahaan penerbitan, dan menjadi 15 pada tahun 1911. Pada tahun 1909 di Surakarta terbit 4 surat kabar, 3 diantaranya adalah milik orang Cina.30 Pada masa pasca kemerdekaan kedudukan ekonomi orang-orang Cina tetap kuat. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan kebijaksanaan pribumisme melalui program Benteng ( 1951-1957 ) dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 ( PP 10 ). Tujuannya adalah untuk melemahkan kedudukan ekonomi orang-orang Cina dan membantu pedagang pribumi. Oleh Karena program tersebut tidak berhasil, bahkan memungkinkan terjadinya kehancuran ekonomi dan ketidakstabilan politik, maka program Benteng dan PP 10/1959 dibekukan. 31 Berlakunya pasar bebas pada pemerintahan Orde Baru (1966-1998) yang menganut sistem ekonomi terbuka, sekaligus mengakhiri perlindungan terhadap pengusaha pribumi. Masuknya bahan dan bumbu batik impor secara bebas, juga tekstil dan produk tekstil, mesin printing, industri substitusi impor pertekstilan yang tanpa kendali telah menghancurkan industri batik tradisional yang menjadi andalan pengusaha (kecil dan menengah) pribumi. Implikasinya, koperasi-koperasi batik primer juga ambruk. Sebaliknya, posisi ekonomi orang-orang Cina di Surakarta pada
30
Ibid., hlm. 73-75. Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia, Jakarta: LP3ES dan Centre for Political Studies, 2002, hlm. 124. 31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
masa Orde Baru semakin kuat. Keadaan ini bagaimanapun berpengaruh terhadap hubungan sosial antara orang Cina dan pribumi. 32 Menurut penelitian Hari Mulyadi dan Sudarmono serta Nurhadiantomo, pada tahun 1996/1997 terdapat 204 industri pabrikan skala menengah dan besar di Kota Surakarta dan sekitarnya yang terdiri atas:65 pabrik tekstil, 42 pabrik batik tradisional dan printing, 28 pabrik makanan ( tahu, bihun, gula, kecap, sirup, MSG, Saccarin, mete, minyak goring, roti, dll ), 19 pabrik plastic, 14 pabrik rokok, 12 perbengkelan/mesin, 9 pabrik kimia, alcohol, dan cata, 5 pabrik jamu tradisional, 4 perusahaan real-estate, 3 agen kayu gelondongan, 2 pabrik logam dan kaca, dan 1 pabrik penyamakan kulit. Diantara pabrik tekstil yang ada, 38 perusahaan (58,5%) adalah milik orang-orang Cina, 13 perusahaan (20%) milik orang Jawa, 9 perusahaan (13,8%) milik PMA (diantaranya Hongkong dan Taiwan), 5 buah perusahaan (7,7%)milik patungan Arab-Cina. Dari 42 perusahaan batik dan printing, 20 perusahaan (47,7%)milik orang Jawa, 17 perusahaan (40,5%) milik orang Cina, dan 5 perusahaan (11,9%)milik orang Arab. Surakarta merupakan salah satu pusat industri sandang di Indonesia. Industri tekstil raksasa milik orang Cina adalah PT Sritex dan PT Batik Keris atau PT Dan Liris. Industri besar milik orang Cina lainnya adalah pabrik obat-obatan PT Konimex dan Pabrik Jamu Air Mancur. Selebihnya, PT Tyfontex milik PMA, dan PT Danar 32
Sudarmono, dkk, Runtuhnya Keraton Alit: Studi Radikalisasi Wong Solo dan Kerusuhan Mei 1998, Surakarta: LPTP, 1999, hlm. 257.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Hadi atau PT Kusuma Hadi milik orang Jawa. Perusahaan pribumi lain yang tergolong besar adalah PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang bergerak dibidang penerbitan dan percetakan, yang memiliki toko-toko buku dan swalayan pusat grosir Goro Assalam. Adapun dominasi perdagangan oleh orang Cina di Surakarta dapat dilihat dari penguasaan tempat-tempat strategis bagi usahanya, yaitu di jalan utama dan jalan-jalan penyangganya. Jalan utama di Kota Surakarta adalah Jalan Slamet Riyadi, sedangkan jalan-jalan penyangganya meliputi jalan-jalan: Honggowongso, Gatot Subroto, Yos Sudarso, dr.Radjiman, Veteran, Brigjen Sudiarto, Kapten Mulyadi, Yosodipuro, Gajah Mada, Diponegoro, S.Parman, MT Martadinata, Kol Sutarto, Juanda, Urip Sumohardjo, Ir.Sutami,dan A.Yani. dari 18 jalan tersebut terdapat 1.794 tempat usaha yang terdiri atas: 1,125 (62,7%) tempat usaha milik orang Cina, 623 (34,2%) milik orang Jawa, 38 (2,2%)milik orang Arab, 10 (0,6%) milik orang Madura, 5 (0,3%) milik orang Minangkabau, 3 (0,2%) masing-masing milik orang Sunda, India, dan Pakistan. Selain itu diwilayah Surakarta khususnya Coyudan merupakan salah satu wilayah perdagangan yang didominasi oleh orang-orang Cina sebagai pengusaha atau pemilik modal. Di Coyudan banyak terdapat toko-toko milik orang Cina dengan buruh orang pribumi, toko-toko tersebut terdiri dari; toko batik, toko pakaian anak, toko pakaian dewasa, toko patung plastik dan toko emas. Toko emas inilah yang banyak dimilik pedagang Cina di Coyudan Surakarta untuk transaksi jual beli emas sejak tahun 1930-an. Surakarta selama masa Orde Baru diintegrasikan sebagai puncak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
keemasan etnis Cina dalam berbisnis perdagangan. Dengan adanya deskripsi ini, maka menempatkan orang Cina sebagai pemimpin perekonomian di Surakarta bahkan di Indonesia. Secara geografis Kawasan Coyudan terletak di timur Kota Surakarta. Kawasan ini menghubungkan bagian timur dan bagian barat Kota Surakarta dengan kota Yogyakarta dan Sukoharjo. Kawasan yang terletak antara Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran ini juga merupakan penghubung daerah komersial di sekitarnya, yaitu antara Pasar Klewer dengan Pasar Singosaren, serta Kawasan Nonongan dengan Kawasan Singosaren. Kawasan Coyudan merupakan kawasan yang padat, baik oleh bangunan maupun aktivitas kawasan. Padatnya aktivitas fomal kawasan memicu tumbuhnya sektor informal, yaitu PKL. Selain itu, padatnya bangunan mengakibatkan penggunaan jalan untuk parkir pengunjung kawasan. Kepadatan ini ditambah dengan aktivitas lalu lintas di kawasan ini, dimana jalur ini merupakan jalur utama menuju kawasan perdagangan Singosaren, serta merupakan jalur penghubung antara kota solo dengan kota sekitarnya. 33
33
Fitri Wulandari, “Arahan penataan ruang jalan di Jalan DR. Rajiman Coyudan Solo ditinjau dari setting fisik dan aktivitas pengguna ruang kawasan”,TesisUniversitas Gajah Mada Yogyakarta, 2009, hlm. 3. diunduh melaluihttp://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=( diakses pada tanggal 8 Juli 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB III DINAMIKA KOMUNITAS CINA PEDAGANG EMAS KAWASAN COYUDAN SURAKARTA TAHUN 1985-1995
Kedatangan etnis Cina di Surakarta sebagai teman dalam berbisnis dan saling menjaga satu sama lain. Terjadinya hubungan yang resmi pada abad ke-13 yaitu adanya hubungan diplomatik dengan negara Tiongkok. Setelah itu banyak kedatangan etnis Cina di Surakarta sebagai pedagang karena mayoritas etnis Cina senang berdagang dan merantau. 1Kehadiran etnis Cina sebagai saudagar yang membeli barang-barang hasil rempah seperti pinang dan hasil rempah lainnya. Oleh karena itu orang Cina yang hidup dengan budaya dagang bagi masyarakat Surakarta tidak menjadi persoalan, jika tidak mengganggu ketentraman lingkungan dan agama.2 Adanya etnis Cina yang datang ke Surakarta sejak awalnya adalah untuk membina hubungan yang saling menguntungkan. Semula kedatangan etnis Cina ke Surakarta khususnya dan ke Nusantara lainnya hanya bersifat individu dan tidak terkoordinasi. Akan tetapi setelah kedatangan Belanda, etnis Cina didatangkan secara terorganisir untuk mendukung pemerintah Kolonialis. Demikian halnya di Negara Tiongkok terjadi kemiskinan, kelaparan, ketidakamanan, dan kekacauan politik 1
A. Rani Usman, Etnis Cina perantauan di Aceh, Jakarta: Obor Indonesia, 2009, hlm. 145-146. 2 Ibid, hlm. 247 commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
sehingga banyak etnis Cina yang memilihhijrah ke Asia Tenggara, dan salah satu tujuannya adalah Kota Surakarta. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, etnis Cina didatangkan dari daratan Tiongkok dikoordinir oleh seorang Kapten Cina. Akan tetapi setelah mereka hidup di Surakarta dari generasi ke generasi dan berinteraksi dengan masyarakat Surakarta, terjalin hubungan dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan masyarakat lingkungan tempat mereka tinggal terjadi dengan sendirinya melalui pola pemukiman, pola pendidikan, bisnis atau dagang, kegiatan sosial maupun kontrak kerja antara karyawan dan pimpinan. Masyarakat Cina sebagian di Surakarta terkonsentrasi di Balong dan Coyudan. 3 A. Sistem Marga dan Kekerabatan Cina Pedagang Emas di Coyudan Emas sebagai alat investasi yang bertujuan untuk perlindungan nilai aset juga mirip dengan properti.Keunggulan emas adalah lebih mudah dan lebih cepat untuk diuangkan, dan nilai investasinya relatif lebih kecil.Namun, baik emasmaupun properti sama-sama efektif sebagai penakluk inflasi.Emas sebagai alat hedging, tentu saja berinvestasi di emas tidak menjanjikan return besar dalam jangka pendek seperti saham. Tapi return dalam emas relatif stabil, hanya saja kalah mengairahkan bila dibandingkan dengan saham. Emas cenderung lebih tepat untuk hedging dari pada investasi, walaupun bisa juga berfungsi sebagai keduanya sekaligus.
3
A Charles Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis, Jakarta: Sinar Harapan, 1994, hlm. 27-28. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Emas telah digunakan sebagai simbol ketulenan, nilai tinggi, kedaulatan, dan lebih-lebih lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut. 4 1. Kekerabatan Cina Pemilik Toko Emas di Coyudan Di wilayah Coyudan ada sekitar 10 toko emas yang menjual berbagai perhiasan emas, perak, berlian bahkan permata. Toko emas tersebut antara lain: toko emas Menjangan, Anoman, Gajah, Semar, Doro, Rajawali, Kunci, Macan, dan Kumala. 5Mayoritas pemilik toko emas tersebut adalah etnis Cina yang sejak tahun 1930an menetap dan mulai berbisnis emas diwilayah ini. Seperti contohnya: Toko emas Gajah berdiri tahun 1934 ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia, khususnya di kota Surakarta. Toko emas Gajah pada awalnya dimiliki oleh seorang pedagang emas Cina yang bernama Ian Kiem Tjiang. Pada mulanya toko ini hanya sekedar tempat untuk pengrajin emas, saat itu di Indonesia sudah terjadi jual beli emas, Ian Kiem Tjiang sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah tahun 30-an adalah seorang pengrajin emas yang memiliki bakat untuk membuat emas. Bakat 4
Outletdinar.com/grafik-harga-emas-Indonesia/searchkatalog.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2012). 5 Wawancara dengan Supardi, (penjaga parkir), pada tanggal 4 februari 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
yang Iam miliki diperoleh dari orang tuanya ketika masih remaja. Sejak tahun 1934 Kiem menjalankan usaha perdagangan emas di Coyudan Surakarta bersama keluarganya hingga saat ini. Saat itu hanya ada beberapa pengrajin emas di wilayah Coyudan, tetapi semakin lama bisnis perdagangan emas yang dijalankan oleh Ian Kiem Tjiang semakin meluas dan semakin banyak para pedagangan emas lainnya yang juga berjualan emas. Mayoritas pedagang emas di Coyudan ini adalah orangorang keturunan Cina, usaha ini dilakukan secara turun temurun sampai sekarang ini. Kiem menjalankan usaha berbisnis emas ini dengan modal dan keterampilan dia yang cukup menonjol dalam bidang pembuatan desain atau ukiran emas. 6Desain yang dibuat dalam perhiasan emas yang dimiliki oleh toko emas Gajah ini mengambil sample dari bentuk ukiran baik dari luar negri maupun dalam negri. Pada masa tahun 1980-1995, ketika Surakarta mengalami perekonomian yang cukup pesat dibawah pemerintahan Orde Baru
mempengaruh dalam pembuatan
ukiran emas. Hampir 90% emas mengalami metalogi yang cukup maju, yang pada intinya ukiran-ukiran emas mengalami kemajuan cukup pesat. Ada beberapa ukiran emas yang diambil contoh ukirannya dari batik, ada juga beberapa emas yang ukiranukirannya hampir sama dengan ukiran emas dari India, Pakistan, Arab, Dubai, dan Negara lainnya.
6
Wawancara dengan cik Leny, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 4 April 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Gambar. 3 Foto perhiasan emas putih yang dijual oleh toko emas Gajah Sumber : Koleksi Pribadi
Sejak tahun 1985 nilai penjualan dalam perdagangan emas di toko emas khususnya wilayah Coyudan ini, menggunakan nilai US dolar America.7Nilai dolar America sangat berpengaruh terhadap nilai harga emas di Indonesia. Jika nilai dolar naik, maka harga emas juga akan melambung tinggi demikian juga sebaliknya. Toko emas Gajah menjual dan membeli berbagai macam jenis emas disetiap harinya dengan kualitas yang baik. Toko ini menjual banyak jenis emas, permata, logam mulia, dan berlian, tetapi perak tidak termasuk didalamnya. Mayoritas pembelinya adalah masyarakat menengah kebawah, seperti petani, guru, ibu rumah tangga, dan
Kompas, “Pasar Uang- Efek- Emas tahun 1985”, 28 November 1985 hlm.2.
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
masyarakat tradisional lainnya. Toko Gajah dengan pendiriannya yang cukup lama (sejak tahun 1934) sudah sangat banyak dikenal masyarakat di Surakarta karena kualitasnya yang bagus, sehingga menjadikan toko gajah ini menjadi toko langganan mereka. Di Indonesia beberapa kali terjadi krisis ekonomi besar-besaran, dan ini sangat mempengaruhi dalam perdagangan emas pada saat itu. Ketika Indonesia dilanda krisis besar-besaran, harga emas di Coyudan Surakarta melonjak tinggi dan banyak orang-orang tidak bertransaksi untuk membeli emas. Dengan adanya hal ini membuat kerugian toko emas Gajah yang berkepanjangan. 8 Toko emas Rajawali berdiri tahun 1960-an ketika masa Orde Baru yang memiliki banyak peningkatan dalam perekonomian. Toko ini dimiliki oleh salah seorang keturunan etnis Cina yang bernama Leumiek Tchiang (Santoso). Ia adalah generasi turun temurun dari kakeknya yang juga pedagang emas di Coyudan, bernama Tan Khoo Liat (pemilik toko emas “Buaya” yang sekarang sudah ditutup). Sebelum menjadi pedagang emas di Coyudan, Tan Khoo Liat sempat merantau di Jakarta dengan berbisnis jual-beli emas. Awalnya ia hanya sebagai pengrajin emas yang memiliki kios kecil, tapi karena keinginannya untuk berbisnis emas diwilayah pedalaman, maka ia memutuskan untuk membuat kios atau pertokoan emas di
8
Wawancara dengan Andy Ong, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 5 Desember 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
wilayah Surakarta. 9Tempat yang dipilihnya adalah wilayah Coyudan karena wilayah tersebut merupakan suatu kompleks perdagangan yang strategis. Pertama, karena dekat dengan Keraton Kasunanan dan yang kedua karena dekat dengan pasar klewer sebagai salah pusat perdagangan di Surakarta. Bisnis dagang emas yang dikerjakan Tan Khoo Liat berjalan cukup lancar, kemudian setelah mendirikan toko emas “Buaya” ia menikahi seorang wanita pribumi dan menghasilkan keturunan. Sejak masa remaja anak-anaknya selalu dididik untuk berbisnis, sehingga ketika mulai dewasa dapat mewarisi bisnis dagangnya kepada anak keturunannya. Toko emas Rajawali dan Toko Emas Anoman adalah bukti warisan yang diberikan oleh Tan Koo Liat kepada anak-anaknya. Toko emas Rajawali dengan toko emas Anoman didirikan dengan tahun yang hampir bersamaan yaitu sekitar tahun 1960-an. Setiap generasi turun-temurun ada sebuah nama marga yang diberikan oleh seorang ayah kepada anak-anaknya. Nama marga yang menjadi pemilik toko emas Rajawali yaitu Lang un. Secara garis besar nama ini diberikan oleh orang tua sesepuh mereka yang menjadi pemilik utama toko emas Buaya, dan nama marga toko emas Anoman adalah Lang cin. Ada beberapa nama marga pemilik toko emas di Coyudan seperti Lang un, Lang cin, Lang hay, Lang bo, mereka adalah masih satu saudara. 10
9
Wawancara Leumiek Tchiang (Santoso), Pemilik toko emas Rajawali, pada tanggal 13 Januari 2012 10 Wawancara dengan Abdul Somad, (pemilik kios emas dasaran), pada tanggal 14 Januari 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Toko emas Menjangan adalah salah satu toko emas paling tua di Coyudan dengan pendiriannya tahun 1930, hampir seluruh keluarga secara turun temurun menjual emas. Pemilik toko emas Menjangan bernama Sie Tjun Tay, mengatakan ketika emas masih menjadi barang berharga untuk semua kalangan, penjualan emas sangat ramai di pasaran tetapi sekarang penjualan emas sangatlah sepi dikarenakan banyaknya toko emas yang tersebar luas di wilayah Solo. Pada tahun 1930-an Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan emas di kota Solo dengan kompleks bangunan yang cukup panjang. Selain itu banyaknya investasi lain selain emas untuk tetap bisa menginvestasikan uang mereka, seperti investasi jual beli rumah dan investasi barang lainnya, dengan begini menjadikan emas menjadi tergeser nilai gunanya dimata masyarakat.
Gambar. 4 Foto Toko emas Menjangan dan Pemilik Toko Sumber : Koleksi Pribadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Toko emas Menjangan menyediakan penjualan emas kuning, model perhiasan diperjualkan adalah model emas yang relatif lama. Tahun 1985 adalah masa keemasan bagi toko emas Menjangan ini karena masa itu masih banyak masyarakat yang sangat tertarik dengan pehiasan emas dikarenakan emas menjadi salah satu alat berinvestasi masa depan . Pada tahun 1985-1995 toko emas Menjangan masih ramai dengan pembeli yang notabennya adalah pegawai kantor, guru, petani, dll. 11 Tahun 1963 pemilik kios atau box ( kotak atau etalase kecil ) dasaran emas merantau ke pulau Jawa tepatnya di Surakarta. Pekerjaan ini dilakukan sejak 40 tahun silam sampai sekarang. Pekerjaan pokok yang dilakukan hanyalah membeli emas baik emas yang sudah tua maupun emas yang muda ( dalam jenis kadar emas ). Pembeli emas ini berasal dari daerah Banjarmasin yang sebenarnya hanyalah orangorang Banjarmasin yang mampu menggosok emas. Pak Abdul memilih profesi untuk menjual emas karena hanya itu satu-satunya pekerjaan dan kemampuannya dalam bidang jual beli emas untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap harinya ia hanya mengandalkan penghasilan dari membeli emas. Emas ini sudah ada sejak jaman dulu belanda menjajah, tetapi ukuran kadar emas yang dulu dengan sekarang sudah berbeda. Dulu hanya ada emas tua, seperti emas yang memiliki ukuran kadar diatas 25gram. Sekarang banyak emas yang kadarnya lebih rendah dari 25gram yang disebut emas muda. Pekerjaan Pak Abdul setiap harinya hanya membeli emas, lalu 11
Wawancara dengan Sie Tjun Tay, (pemilik toko emas Menjangan), pada tanggal 6 Januari 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
emas tersebut dilebur dan dijual kepada tukang masak emas. Disitu tukang masak akan mengolah emas kembali menjadi berbagai bentuk emas seperti cincin, kalung, gelang, anting, lalu dijual kepada cukong. Perdagangan emas pada masa reformasi belum sebuming sekarang, yang pada dizaman itu hanya orang-orang besar saja yang membeli emas. Selain itu emas pada masa Soekarno hanya dijual di pusat kota dan hanya beberapa penjual saja yang menjual seperti di Surakarta hanya ada di Coyudan. Kemungkinan pada masa perang ada beberapa tujuan pemerintah untuk membeli emas dalam pembiayaan perang pemerintahan Indonesia melawan pemerintah Belanda, tetapi banyak juga emas yang diselewengkan untuk kepentingan pribadi oleh para pejabat Negara. Selain itu emas untuk para bangsawan kerajaan Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, dipesan khusus kepada pengrajin emas handal, karna bentuk ukiran dan bahannya benar-benar diperuntukkan untuk kerajaan yang melambangkan tradisi kerajaan di Surakarta. Pengrajin emas yang dipesan khusus oleh Keraton adalah pengrajin yang memiliki keahlian dalam ukiran emas kejawen (pandai emas Jawa kuno). Tetapi semua emas-emas yang dahulu pernah dipakai oleh para bangsawan sekarang sudah banyak yang hilang, dijual oleh pihak-pihak kraton yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan keuntungan pribadi. Seperti kereta Kraton yang dulu ada yang menggunakan emas, sekarang kemurnian emas itu sudah hilang dan diganti keasliannya. Jadi pihak Keraton sama sekali tidak memesan kepada para etnis Cina pedagang emas di Coyudan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Pada tahun 1930-an hanya ada sedikit pengrajin emas yang ada di Coyudan, mereka adalah etnis Cina dan orang Banjar (Banjarmasin). Etnis Cina perantauan dan orang Banjar inilah yang telah memiliki bakat dari warisan nenek moyang mereka, dengan dibekali ilmu mengukir emas dan berbisnis. Sebagai contoh: Pemilik kios dasaran emas adalah orang Banjarmasin yang telah diberikan bekal dari ayahnya untuk mengukir serta jual beli emas. Pemilik kios ini bernama Abdul Somad. Pembelian emas dikios pak Abdul jika dihitung keuntungannya hanya sedikit, setiap harinya terkadang ada yang menjual emas dan juga berlian. Pemilik kios dasaran emas ini dapat dikatakan mahir dalam mengukir dan menilai kadar emas yang terdapat dalam emas. Seperti yang telah dikatakan pak Abdul Somad bahwa dalam sejarahnya, hanya orang-orang Banjar saja yang pandai membuat emas.
12
Alasan
yang pertama, karena orang Banjar dari sejak kecil sudah dididik untuk membuat emas beserta ukirannya, setelah itu mereka diajarkan menilai kadar emas yang terkandung dalam emas, perak, maupun logam. Jadi tidak heran jika pemilik toko Cina pedagang emas di Coyudan mendatangkan orang Banjarmasin untuk menjadi pegawai di toko mereka sebagai pengrajin emas.
12
Wawancara dengan Pak Abdul Somad, (pemilik kios emas dasaran), pada tanggal 8 Februari 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Gambar. 5 Foto Box Dasaran Emas milik Pak Abdul Somad Sumber : Koleksi Pribadi Pak Abdul merasa cukup meskipun pekerjaannya hanya membeli emas saja. Menurut pernyataan pak Abdul dalam perdagangan emas di Indonesia penjualannya diukur dalam nilai US dolar Amerika. Setiap harinya para pedagang emas selalu melihat informasi (update) mengenai perdagangan emas dalam nilai US dolar. Karena jika dolar naik, maka harga emas juga akan naik mengikuti nilai dolar America. Dan jika dolar turun, maka harga emas juga akan turun. Berbeda halnya dengan pada masa Orde Baru nilai dolar yang turun drastis menjadikan krisis ekonomi besar-besaran di Indonesia termasuk dalam perdagangan emas. Nilai dolar yang menurun drastis menjadikan harga emas melambung tinggi hingga beberapa pedagang mengalami kerugian karena hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
sedikit orang yang mau membeli emas.
13
Kondisi ini sangat memprihatinkan
ditambah lagi adanya peristiwa pembakaran pada bulan Mei 1998 ketika krisis ekonomi mulai memuncak dan para demonstran membakar hampir seluruh toko-toko besar. Coyudan hampir tidak terkena serangan pembakaran pada saat itu. Sesuai dengan perkembangan jaman, rumah-rumah orang Cina di Coyudan pun berubah banyak dari warga Cina yang mulai membangun rumah dengan gaya modern maupun tradisional. Bahkan pasangan-pasangan muda keturunan Cina dan para pedagang banyak yang memilih tinggal di lokasi-lokasi pemukiman baru. Seperti daerah-daerah pemukiman dan kegiatan ekonomi atau berdagang berkembang kepinggiran kota atau keluar wilayah Surakarta sebagai kota satelit. 14 Kota satelit di Surakarta adalah Ke timur sampai ke Palur, ke selatan sampai dengan Solo Baru, ke utara sampai dengan Colomadu, Kartasura dan Bandara Adi Sumarmo. Meskipun Palur, Solo Baru, Colomadu, Kartosuro, dan Bandara Adi Sumarmo, secara administratif bukan wilayah pemerintahan kota Surakarta, tetapi secara psikologis dan ekonomi menjadi bagian dari kota Surakarta. 15
13
Kompas, 29 Januari 1993 14 Kota satelit adalah kota kecil atau wilayah kecil di tepi sebuah kota atau wilayah yang besar, meskipun merupakan komunitas mandiri yang sebagian besar penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar. Kota satelit merupakan jembatan masuk/ akses untuk menuju ke kota yang besar, karena kota satelit juga berfungsi sebagai penunjang kota besar. 15 Didin Soemarsoga, “Integrasi Sosial Perkumpulan Masyarakat Surakarta1959-1982”, SkripsiFakultas Sastra dan Seni Rupa UNSSurakarta, 1989, hlm. 43. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
2. Sistem Marga Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan Marga adalah nama pertanda dari keluarga dimana seseorang berasal. Marga lazim ada di banyak kebudayaan di dunia. 16Nama marga dalam kebudayaan Barat dan kebudayaan yang terpengaruh oleh budaya Barat umumnya terletak di belakang, sehingga sering disebut dengan nama belakang.Kebalikannya, budaya Cina dan Asia Timur lainnya menaruh nama marga di depan. Ada juga kebudayaan yang dulunya tidak menggunakan marga. Sejarah marga di dalam kebudayaan Cina bermula dari 5.000
sampai
8.000
tahun
yang
lalu
sewaktu
masyarakat
Cina
masih
bersifat matrilineal. Pada masa itu, marga diwariskan dari garis ibu, itu yang menyebabkan marga-marga pertama dalam kebudayaan Cina banyak yang mempunyai radikal perempuan. Pada masa sebelum Orde Baru, etnis Cina memiliki nama Cina sebagai nama yang resmi, formal, dan tercantum dalam akta, tetapi sekarang sudah jarang ditemukan. Hal ini bermula pada masa Orde Baru, di mana pada tahun 1966 ketika Soeharto berkuasa, dikeluarkan berbagai undang-undang yang banyak merugikan etnis Cina. Salah satunya adalah undang- undang nomor 127/U/Kep/12/1966 yang mengharuskan orang Cina untuk mengadopsi nama yang bercirikan Indonesia (Indonesian sounding), dibanding nama yang terdiri dari dua atau tiga kata khas Cina. Kebijakan ini juga sudah membuktikan adanya diskriminasi terhadap etnis Cina di Indonesia pada saat itu. Oleh karena undang-undang tersebut,
16
W. Hutagalung, Adat Taringot Tu Ruhut-ruhut ni Pardongan Saripeon di Halak Batak, Jakarta: N.V Pusaka, 1963, hlm.17. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
etnis Cina mengadopsi nama Cina mereka ke dalam bahasa lain seperti Jawa atau Sunda. Contohnya Handoko, seorang pemilik toko emas Doro, menerjemahkan nama marganya, Han , menjadi "Handoko". Seiring bergantinya zaman ke reformasi, dan aturan tersebut tidak berlaku lagi, beberapa beralih kembali ke nama Cina asli, dan sebagian lagi memakai nama hasil adopsi sebagai nama belakang atau nama keluarganya. Oleh karena itu, sering kita jumpai sekarang orang Cina yang memiliki marga dengan pelafalan Indonesia, yang sesungguhnya berasal dari nama depan atau nama keluarganya dalam bahasa Cina (Hokkian, Teochew, Mandarin).17
Gambar.6 Etnis Cina Marga Hokkian tahun 1930 Sumber : Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran
17
Dr. Oesman Arif, M.Pd. “Mewujudkan Tatanan Masyarakat Multicultural: Sebuah Tantangan di era Global”,Seminar Nasional, Februari 2011. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Komunitas Cina pedagang emas di Coyudan memiliki beberapa adopsi nama Hokkian. Hal ini adalah sebuah tradisi yang diturunkan kepada generasi yang dilahirkannya untuk tetap mengadopsi nama Hokkian dari etnis Cina. Tabel 2. Nama Hokkian Komunitas Cina pedagang emas di Coyudan
Nama Marga Hokkian Cina
Dialek Cina
Adopsi ke Dalam Bahasa Indonesia
郭 (Guo)
Kwee, Kwik
Kusumawidjaja ( pemilik toko emas Macan)18
韓 (Han)
Han
Handoko19 (pemilik toko emas Doro)
洪 (Hong)
Ang
Angela, Andy20 ( pemilik toko emas Gajah )
李 (Li)
Li, Lie, Lee
梁 (Liang)
Nio
林 (Lin)
Liem, Lim
Liem, Lim
Leumiek Tchiang ( pemilik Toko emas Rajawali )
劉 (Liu)
Lau, Lauw
Liu
Leo ( toko emas Menjangan )
Li, Lee
Lie, Han Leumiek Anoman )
21
( Pemilik toko emas
Neonardi, Antonio
( Sumber : Wawancara pemilik toko emas di Coyudan )
18
Wawancara dengan Wijaya (pemilik toko emas Macan) pada tanggal 5 April 2012 19 Wawancara dengan koh Han (pemilik toko emas Doro) pada tanggal 5 April 2012 20 Wawancara dengan Andy Ong (pemilik toko emas Gajah) pada tanggal 5 Desember 2012 21 Wawancara dengan Han Li (pemilik toko emas Anoman) pada tanggal 5 April 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
3. Peraturan Pergantian Nama Cina Kebijakan dan ketetapan Presiden baru-baru setelah rezim Soeharto berkuasa menyangkut etnis Cina juga memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi masyarakat etnis Cina. Berdasarkan keputusan Presidium Kabinet No.127/U/12/1966 mengenai pergantian nama bagi warga Negara Indonesia yang memakai nama Cina. Orang-orang Cina yang masih menggunakan nama Cina-nya dianjurkan untuk mengganti nama Cina mereka dengan nama yang berbau Indonesia.22 Pergantian nama Cina bagi warga Negara keturunan Cina ini tidaklah wajib, akan tetapi apabila semua dapat dilakukan bersama secara total maka pemerintah Orde Baru berpendapat bahwa proses pembauran akan berjalan dengan lebih cepat. Apabila berhubungan dengan masyarakat luar, orang-orang Cina sebagian besar telah mengganti nama mereka menjadi nama Indonesia tetapi dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan interaksi sesama etnisnya mereka tetap menggunakan nama Cinanya. Seperti halnya pada keluarga Andy Ong sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah dimana ayah mertua beliau mengganti nama seluruh keluarganya menjadi nama Indonesia yaitu Tjik Tjwan Lan menjadi Gunawan. 23
22
Dwi Ari Wibowo, “Akulturasi Budaya Sebagai Upaya Rekonsiliasi Etnis Jawa-Cina di Kampung Balong Sudiroprajan Surakarta”,Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011, hlm.34. 23 Wawancara dengan Tjik Tjwan Lan, (pemilik toko emas Gajah), pada 3 Januari 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
B. Etos Kerja Dagang Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan Etos Kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat. 24
Menurut sistem nilai moral Cina, seorang karyawan diharap sebagai pengikut,
penurut dan acapkali sebagai seorang yang tidak perlu melakukan banyak pertanyaan. Seorang pemimpin dianggap segalanya, paling pandai dari suatu kelompok. Pertanyaan dan pendapat berbeda dianggap sebagai suatu sikap mengganggu harga diri pimpinannya. Perilaku yang otoriter diharapkan datang dari superior sedangkan bawahannya hanya bersifat pasif saja. Chan dan Moore menjelaskan sikap masyarakat Cina terhadap lingkungan cenderung menerima daripada berusaha mengubahnya. Mereka mencari kecocokan dirinya kesamaan bagi suatu tindakan yang bisa membuat keharmonisan lingkungan. Hendry dan fye menyimpulkan, bagi masyarakat Cina, pembuatan keputusan secara perlahan-lahan dan setahap demi setahap. Masyarakat Cina bukan masyarakat yang terpancing cepat untuk mengambil keputusan.
25
Hal ini searah dengan hasil penelitian Hana dimana menurutnya,
24
Djoenadi Joesoef, dkk, Etika Bisnis Cina: Suatu kajian terhadap perekonomian diIndonesia, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 121. 25 Hana Tjandradiredja, Budaya dan Strategi Berkarakteristik dalam Mencapai Keunggulan Pemasaran, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002,hlm. 137-138. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
pedagang keturunan Cina mayoritas di Jawa tidak menyukai konsultasi dengan superior ( pimpinan, atasan ), tetapi lebih suka menggunakan kemampuannya sendiri. Hal itu wajar mengingat pedagang keturunan Cina sebagai minoritas dan sering kali mendapat perlakuan yang berbeda menjadikan mereka dalam bertindak lebih mempercayai kemampuan pribadinya. Landasan utama akan sikap tersebut nampaknya berkaitan erat dengan pandangan atas harga diri dari kehidupan masyarakat Cina seperti tersebut dimuka. Masyarakat Cina, menurut Chan akan merasa terhina jika disentuh kehormatannya atau prestisenya. Norma kehidupan yang dianut mereka adalah berdasarkan kekeluargaan dan hubungan antarpribadi yang saling ketergantungan satu sama lain. Eksistensi individu dalam masyarakat Cina harus dihargai atau dihormati. Kondisi tersebut member konsekuensi bahwa jenjang hierarki sebagai lambing kehormatan menentukan tanggungjawab seseorang. Acuan norma dalam sikap tersebut berdampak pada strategi penggunaan sumber daya terutama bagi pengendalian lingkungan dan penggunaan informasi. Pedagang keturunan Cina cenderung bersikap mencari dan mengendalikan lingkungan seperti budaya Barat. Keadaan yang sebenarnya tidak ada masalah, kecenderungan melakukan reorganisasi dan tawar-menawar dalam memecahkan permasalahan penggunaan sumber daya untuk mengendalikan lingkungan yang lebih besar. Sikapnya tersebut berdampak dalam hal menghadapi persaingan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
disebabkan adanya pertukaran antara berbagai pihak lain yang terlibat dalam perdagangan. 26 Bagi budaya Barat, pertukaran didasarkan pada prinsip keseimbangan dan hubungan khusus, sedang dalam budaya Cina, hal itu didasarkan pada keterkaitan moral jangka panjang dalam hal ini utang budi merupakan suatu bentuk pertukaran jangka panjang yang tidak pernah dilupakan. Karenanya, hubungan kerja sama selalu didasarkan pada kekeluargaan, perdagangan yang dibangun oleh keluarga-keluarga Cina berdasarkan kepercayaan diri pribadi yang berarti ikatan manusia bersifat pribadi, khas, dan non-ideologis, tetapi berdasarkan pada kesamaan identitas. Kesamaan tersebut akan lebih diprioritaskan di lingkungan keluarga, marga, dan atau keturunan dalam Cinanya baru kemudian kea rah kesamaan yang lain misalnya agama atau daerah. Sikap-sikap tersebut telah menjadi spontanitas etos kerjanya, termasuk dalam dagangnya melekat secara turun-temurun. Sikap-sikap tersebut, terkait erat pada etika dalam menghadapi masalah. Bagi masyarakat Cina di Coyudan dengan prinsip dari konfusianisme, etika dalam melihat permasalahan demi keberhasilan lebih mengutamakan pada idealism moral dan menempatkan hukum sosial di atas pertimbangan kegunaanya. Pandangan demikian digolongkan pada etika utilitrianisme ideal yaitu suatu bentuk etika yang menekankan pada konsekuensi atas suatu tindakan yang dapat dinilai dengan
26
Ibid.,hlm.140. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
mempertimbangkan aspek yang lebih luas, seperti nilai internal manusia serta hubungan teman serta pengetahuan. Sebagai bagian dari etnis Cina yang tersebar di wilayah Coyudan, maka etnis Cina Pedagang emas ini memiliki kecenderungan menjaga tradisi seperti yang dilakukan oleh mayoritas etnis Cina di seluruh Nusantara, yaitu konsep yang mewarisi turun-temurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari sejak zaman leluhur mereka yakni harmonitas atau keselarasan.27 Konsep menjaga harmoni dalam hidup itu mereka petik turun-temurun dari nenek moyang yang menggalinya dari ajaran klasik atau guru-guru kebijaksanaan seperti paparan berikut. Pertama adalah Confucius (Konfusius) atau K’ung Tzu (nama latin), yang hidup antara 552 dan 479 S.M. Konfusius dibesarkan dalam kondisi kemiskinan di negara bagian Lu yang terletak disebelah selatan provinsi Shantung. Terdorong oleh keprihatinannya terhadap kekacauan yang terjadi sebagai akibat dari perebutan kekuasaan antara raja-raja pada waktu itu, Konfusius terpanggil untuk menyiarkan ajaran tentang harmoni antara manusia dengan alam maupun antara manusia dengan manusia.28 Harmoni terjadi apabila manusia itu tidak buta oleh kekuasaan dan serakah terhadap materi dan masing-masing menyadari keberadaan, tugas atau kedudukan sesuai dengan kodratnya, maka perselisihan dan perebutan kekuasaan dapat dicegah. Dengan demikian tercapai zaman yang ideal ditandai dengan 27
Yohanes Setiawan, Agamaning Wong Balong, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2011, hlm. 173. 28 Ibid., hlm. 174. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
masyarakat yang sempurna yang mencapai keselarasan baik dalam hubungan penguasa dan rakyat, bangsawan, dan orang kebanyakan, orang tua dan anak, maupun suami dan istri. Lebih jauh, ajaran Konfusius tentang harmoni ini dapat lebih didalami melalui 5 karya klasiknya seperti : (1) Kitab Syair (Clacsic of Songs), (2) Kitab Sejarah ( Classic of Document), (3) Kitab Perubahan (Classic of Changes), (4) Catatan-catatan musim bunga dan musim rontok (Ch’un ch’iu), dan (5) Kitab Tata Tertib ( Record of Rituals). Bersumber pada kelima karya klasik tersebut, maka ajaran Konfusius tentang harmoni dapat diringkas atau dikarakteristikan sebagai “Etika Humanisme,” yang memberikan tuntunan etis dalam hubungan antar manusia dalam komunitas yang menyeluruh. Sebagai humanisme praktis, Konfusianisme memfokuskan perhatiannya pada manusia dan apa yang dilakukannya.29 Untuk itu ada lima konsep mendasar yang harus dipedomani berdasarkan Kitab Lunyu (The Analect) seperti yang diringkas oleh Lee Tan. Pertama adalah Jen yang mengajarkan tentang hubungan ideal termasuk menjaga harmoni melalui cinta, kebajikan, kepedulian, dan apresiasi terhadap orang lain. Kedua adalah Lie yang berarti ritus, kode moral atau tata krama, dan kesopanan. Lie adalah sumber bagi terbentuknya dunia yang tentram, tertib, dan damai. Ketiga adalah Chun Tyu yang dapat diterjemahkan dengan kemanusiaan yang benar, yang memiliki keseluruhan
29
Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai 1965-2008, Jakarta: Kompas, 2010, hlm, 50. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
sifat manusia unggulan.30Keempat adalah Te yaitu kekuasaan yang harus diwaspadai agar tersalah gunakan. Kelima adalah Wen yang merupakan seni perdamaian. Penjelasan tersebut dihubungkan dengan pedagang keturunan Cina di Coyudan, mereka memiliki kecenderungan etika utilitarianisme yang tinggi. Para pedagang keturunan Cina menilai lembaga, hukum, konsistensi dalam prinsip, serta kebiasaan dianggap cukup penting demi menentukan suatu konsekuensi dalam dagangnya terhadap masyarakat. Mereka cenderung bersifat maskulin , artinya tindakan-tindakannya lebih rasional dan atau lebih diperhitungkan untung rugi dalam menilai suatu konsekuensi dari tindakannya tersebut. 31 Hubungan manajemen sub-variabel baik budaya dagang keturunan Cina maupun Jawa memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu keduanya adalah cara untuk berusaha menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok, pemerintah (superior) dan lingkungannya. Cara bersikap itu merupakan manifestasi norma kehidupan berdasarkan pada kehormatan dan keharmonisan. Namun, hubungannya dengan situasi keputusan pemasaran yang penuh resiko karena persaingan dagang yaitu masuknya pendatang baru ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar antar pembeli dan pemasok, persaingan diantara pesaing yang sudah ada. Kasus situasi pemasaran sehingga diketahui apakah perlu melakukan
30 31
Ibid., hlm 175. A Rani Usman., loc.cit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
kerja sama sebagai bagian usaha menjaga hubungan baik, atau tidak sama sekali, atau kombinasi keduanya. Pemasaran para pedagang pribumi asli cenderung bersikap mengajak para pendatang baru untuk bekerja sama, sedang para pedagang keturunan Cina cenderung untuk melakukan kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerja sama. Demikian bisa terjadi karena dalam suatu pertukaran kerja sama dibutuhkan ikatan sosial jangka panjang, hal ini dinilai relatif dianggap lebih berat oleh pedagang keturunan Cina yang mendasarkan kepada hutang budi secara moral sulit dibayar dan dilupakan. Dikaitkan hal itu dengan resiko, bagi pedagang pribumi asli nampak memiliki penilaian bahwa resiko dapat disesuaikan atau dikurangi melalui kerja sama, sebaliknya bagi pedagang keturunan Cina menilai hal itu tanpa harus kerja sama, dalam arti kata lebih berani menanggung resiko sendiri tanpa melibatkan pihak lain atau dengan menggunakan cara lain, misalnya dengan mengendalikan sendiri dan efisien dalam hal waktu dan dana atau sumber daya lainnya. Motivasi dan maksud dalam dagang mereka memang lebih cenderung tidak ke dalam etika kemalasan atau lebih sesuai bagi semangat rame ing gawe , pandangan dunia dan hidup Jawa. Etos dagang Cina cenderung mudah menimbulkan spiral kekerasan daripada bersikap berjuang tanpa kekerasan sebagai sisi lain. Masalah terpenting pada kecenderungan etos dagangnya etnis Cina itu kaitannya ke dalam dua hal yang berkurang. Pertama, kurang realistis dan rasional dan yang kedua kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
sesuai dengan identitas budaya dan pengalaman keagamaan (Islam) Jawa yang dalam masyarakat pasca-tradisional. 32 Dalam
sejarahnya,
etnis
Cina
dipercaya
mampu
mengembangkan
perekonomian di suatu negara dengan ilmu bisnis yang mereka punya. Begitu pula dengan para pedagang Cina emas Coyudan bisa begitu berhasil dalam usaha perdagangan emasnya sebenarnya karena mereka manganut pada ajaran Confucius (Konfusius). Dalam hal ini Confucius tidak mengajari mukjijat atau sesuatu yang melebihi kemampuan orang biasa. Menjadi seorang Chun Tzu-Gentlemen-Insan Berbudi Mulia adalah cita-cita tertinggi seorang Konfusian, atau bagi mereka yang terus berupa dengan tekun dan telaten, seperti halnya yang dilakukan oleh pedagang emas Cina di Coyudan ini, mereka sangat tekun dan teliti dan menjalankan bisnisnya dibidang perdagangan. Contohnya: Sebagi salah satu pemilik toko emas Gajah, Andy Ong setiap hari selalu memantau perkembangan bisnis dagangnya meskipun sudah ada pegawai pribumi yang dipekerjakannya. Ia selalu memperhintungkan keutungan yang didapat setiap harinya. Selain itu ketelitian dalam menjalan usaha bisnis dagang emasnya adalah salah satu prinsip yang harus ia jalani ketika melakukan sebuah bisnis, baik bisnis dengan skala besar maupun kecil.
33
Karena bagi mereka
keberhasilan dalam bisnis sebagian besar ditentukan oleh sikap tersebut. 34
32
Ibid., hlm. 72 Wawancara Andy Ong: Pemilik toko emas Gajah 14 Juni 2012 34 Djoenaedi Joesoef. loc.cit. 33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Kelenturan peradaban Cina yang dibentuk oleh Confucius telah diuji dengan pergantian berbagai dinasti. Pada dasarnya telah dibuktikan bahwa melampai berbagai peristiwa sejarah perkembangan peradaban di China maka Konfusianime, Taoisme, dan Budhisme sebagai agama besar dan agam kecil merupakan lokal genius bagi kepentingan rakyat.
C.
Sistem Kaderisasi Pemilik Toko Emas di Coyudan
Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkannilainilai tertentu kepada seorang kader. Kader adalah anggota, penerus organisasi.Nilainilai
yang
diyakini
bersama
sebagai
pembentuk
watak
dan
karakter
organisasi.35Sistem kaderisasi yang dijalankan oleh mayoritas pemilik toko emas di Coyudan menggunakan proses secara turun-temurun. Dari generasi ke generasi diajarkan tentang managemen pengolahan dalam berdagang emas.Tjik Tjwan Lan sebagai generasi ke-4 dari toko emas Gajah mengajarkan managemen perdagangan emas kepada Andy Ong generasi ke-5 untuk mewarisi perdagangan emas di toko emas Gajah.Sistem managemen atau mengendalikan keuangan dalam perusahaan diajarkan sebelum Andy Ong dijadikan generasi berikutnya. Proses kulaan dari distributor emas, managemen pemasaran, penjualan dan pembelian diajarkan untuk
35
http://www. anaksebatik.blogspot.com/2007/10/kaderisasi-organisasisebuah-proses.html commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
menjaga tradisi turun-temurun dan supaya bisnis toko emas agar dapat berkembang dari tahun ke tahun. Refleksi moral adalah urusan setiap manusia dan bahkan di kalangan masyarakat berbudaya mana pun termasuk keturunan Cina di Coyudan, sejak kecil didik untuk memiliki kepatuhan moral, perlunya mencari consensus, mengendalikan diri, memiliki rasa tanggang jawab, berterima kasih pada orang tua, serta menghormati yang lebih senior. Cara dan kebiasaan para pelaku bisnis di Coyudan menyelenggarakan bisnis mereka telah tumbuh sejak lama, bahkan dapat dikatakan dapat dipolakan berdasarkan sejumlah prinsip dasar berbisnis. Enam Belas Prinsip Bisnis Pedagang Cina di Coyudan 1. Rajin dan tekun berusaha 2. Hemat dalam pengeluaran 3. Ramah kepada setiap orang 4. Jangan menyia-nyiakan kesempatan 5. Lugas dalam transaksi 6. Berhati-hati dalam memberikan kredit 7. Periksa semua account dengan cermat 8. Bedakan yang baik dari yang jahat 9. Kendalikan sediaan dengan sistematis 10. Adil dan tidak pilih kasih terhadap karyawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
11. Periksa dengan cermat semua nota pengeluaran dan pemasukan 12. Periksa dagangan sebelum diterima 13. Kaji dengan teliti setiap perjanjian 14. Bijaksana dan jujur dalam usaha 15. Tunjukkan rasa tanggung jawab 16. Bersikap tenang dan penuh percaya diri 36
D.
Pengaruh Fluktuasi Harga Emas terhadap Perdagangan Emas di Coyudan Fluktuasi merupakan Lonjakan atau ketidaktetapan segala sesuatu yang bisa
digambarkan dalam sebuah grafik. Sebagai aturan harga emas bergantung pada kondisi ekonomi dunia. Selebihnya harga emas selalu menjadi indikator yang efektif atau alternatif instrumen investasi yang unprofitability. Emas didepresiasikan dalam periode perputaran dana dan penggunaan yang ekstensif instrumen yang berbeda dalam menghimpun modal. Sebaliknya dalam kasus stagnansi ekonomi, akan terjadi resesi, sepertinya emas adalah instrumen yang paling stabil dan likuid dalam fiksasi modal dan tabungan masa depan. Berikut ini analogi yang bisa digambarkan dalam pasar mata uang dan emas yang dapat dibandingkan dengan SwissFrank yang dianggap sebagai penyangga dimana volatilitas bisa ditunggu berakhir. Ketika diawal tahun 80-an Presiden Amerika Ronald Reagan berhasil menurunkan inflasi di negaranya tinggal kurang dari ¼-nya dalam tiga tahun awal
36
Djoenaedi Joesoef., op.cit., hlm. 79-80 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
pemerintahannya (dari 13.56% ke 3.22 % !), harga emas dunia dalam US$ serta merta mengikuti trend menurun dari angka US$ 615/Oz ke titik terendah US$ 271/Oz dua puluh tahun kemudian (2001). Sejak diturunkan oleh Reagan tersebutlah rezim inflasi Rendah di Amerika relatif bisa dipertahankan atau setidaknya tidak kembali ke double digit seperti pada pemerintahan sebelum Reagan hingga sekarang. Ketika harga emas dunia bearish (menurun) selama dua puluh tahun; harga emas di Indonesia khususnya di wilayah Coyudan hanya turun dua tahun saja yaitu dari kisaran Rp 11,500/gram (1980), turun ke angka Rp 7,000/gram (1982) dan kembali naik melebihi angka tertinggi sebelumnya Rp 12,000/gram (1983) terus sampai puncaknya 15 tahun kemudian pada krisis moneter 1998 ketika emas berada pada kisaran angka Rp 149,000/gram. Pasca krisis moneter memang emas sempat turun lagi selama dua tahun sampai titik terendah Rp 58,000/gram tahun 2000, tetapi setelah itu dari tahun ketahun harga emas naik sampai ke angka sekarang di kisaran harga Rp 350,000/gram. Karena uang yang di pakai sehari-hari Rupiah sedangkan harga emas dunia dalam US$; tidak serta merta apabila harga emas dunia mengalami penurunan – kita yang di Indonesia dengan uang Rupiah kita bisa ikut menikmati penurunan tersebut. 37 Ketika nilai US$ naik, harga emas dunia juga naik sampai sekitar 30% selama setahun terakhir – tidak serta merta pula harga emas kita dalam Rupiah mengikuti kenaikan tersebut. Rupiah yang lagi perkasa mampu menahan kenaikan harga emas 37
Amir Kiat, “Fluktuasi harga emas, Lain Dollar lain Rupiah”,Artikel, diunduh padahttp//www.outletdinar.com/grafik-harga-emas-antam, 5 Maret 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
setahun terakhir sehingga hanya mengalami kenaikan kurang lebih separuh dari kenaikan harga internasionalnya. Ketika
tahun
1987-1996
merupakan
tahun-tahun
keemasan
bisnis
perdagangan emas di Coyudan, karena pada masa kurun waktu tersebut harga emas masih sangat rendah dan dapat dijadikan untuk alat investasi dalam jangka kurun waktu yang cukup lama. Jadi masyarakat Surakarta memilih untuk berbisnis emas dan membeli emas pada tahun tersebut, sehingga perdagangan emas mengalami masa kejayaan dengan banyaknya pembeli emas di toko-toko emas di Coyudan Surakarta. Untuk 40 tahun terakhir, perhatikan di awal tahun 80-an dimana Rupiah tidak mengikuti trend penurunan harga emas dunia – bahkan mengalami kenaikan yang sangat significant di tahun 1998.
Gambar. 7 Perhiasan emas kuning yang ditawar di toko-toko emas Coyudan Sumber :http://v-images2.antarafoto.com/gec/1334987101/harga-perhiasanemas-01.jpg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Jenis emas tersedia dalam beberapa pilihan, mulai dari emas perhiasan, emas batangan, serta koin emas. 1. Emas perhiasan , merupakan jenis emas yang paling sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bentuk kalung, gelang, cincin, anting, liontin, tiara, dan lain-lain. Untuk setiap pembelian emas perhiasan, selain dikenakan harga emas yang dihitung berdasarkan berat dan karatnya, pembeli juga akan dibebani biaya pengolahan emas menjadi perhiasan. 2. Emas Batangan ,adalah emas dalam bentuk batangan (emas lantakan). Di Indonesia, emas batangan yang cukup terkenal adalah emas bermerek Logam Mulia yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang (Antam) dengan kadar emas 99,99 persen. Sebagai tanda keaslian, Anda akan mendapatkan sertifikat emas yang dibubuhi nomor seri, sesuai dengan nomor seri yang terukir pada emas batangan. Beberapa jenis Emas batangan yang umum dijual di toko emas di Indonesia: a.
Emas Antam atau Emas LM (Logam Mulia) , Emas ini bersertifikat
dari PT Aneka Tambang , harga emas batangan Antam / LM ini lebih mahal dari emas batangan lainnya karena bersertifikat. Emas jenis ini juga terdapat cap LM pada batangnya, dan tersedia dalam ukuran gram hingga kilo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
b.
Emas London , yaitu emas batangan dari luar negeri , dan pecahan
umumnya adalah per 1 kg. Ciri emas london ini terdapat cap perusahaan pada batangnya.38 c.
Emas Lokal , yaitu emas batangan yang tidak terdapat cap perusahaan
ataupun sertifikat, dan biasanya ada yang bentuknya lonjong sedikit penyok. Emas lokal tersedia dalam ukuran gram hingga kilo. 3. Koin Emas ,adalah jenis emas yang berbentuk koin. Di Indonesia, ada dua jenis koin emas yang paling dikenal masyarakat, yaitu koin emas ONH (Ongkos Naik Haji) dan koin dinar emas. Koin emas ONH dimaksudkan sebagai alternatif bagi mereka yang ingin menabung sebagai persiapan untuk naik haji. Koin emas ONH bisa menjadi semacam garansi bagi orang-orang agar selamat dari inflasi, karena harga emas dipastikan ikut naik.39 4. Emas Granule, adalah emas yang berbentuk butiran-butiran. Emas ini jarang ditemui karena emas granule hanya dimiliki oleh toko-toko emas atau para pengrajin emas.
40
Karena sifat emas yang dapat dilebur tanpa mengubah
nilainya, emas granule dapat dilebur dan dijadikan berbagai macam jenis perhiasan emas.
38
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.referensipengetahuan/macam-jenis-emas.html (diunduh tanggal 4 Maret 2012) 39 http://keuntunganinvestasiemas.blogspot.com/2012/02/macam-macaminvestasi-emas.html (diunduh tanggal 4 Maret 2012) 40 Kangmoes, “Macam Jenis Emas”, artikel, di http//www.kangmoes.com (diunduh tanggal 7 April 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Kadar Emas 24 karat (99.99%) , atau ada pula Emas Lokal (99.7%) 22 karat (91.6% emas) , emas dicampur logam lain 8.3% (biasanya perak) 21 karat (87.5% emas) 20 karat (83.3% emas) 18 karat ( 75.0% emas) , biasanya untuk cincin 14 karat ( 58.5% emas)41 10 karat ( 41.7% emas) 9 karat (37.5% emas)
1. PT Antam Sebagai Distributor Emas di Coyudan PT Aneka Tambang Tbk adalah perusahaan pertambangan emas di Bukit Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.adalah unit usaha PT.Aneka Tambang Tbk yang bergerak dibidang jual beli emas. PT.Aneka Tambang Tbk sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah go public (sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia).Emas adalah salah satu produk perusahaan ini.42Membeli atau menjual emas di Logam Mulia (LM) sedikit lebih lama prosesnya dibandingkan dengan bertransaksi di toko-toko emas biasa. Sebelum memasuki tempat transaksi, petugas akan meminta tanda pengenal pembeli, lantas 41
http://harga-emas.com/ (diunduh tanggal 4 Maret). Emas Batangan, Investasi Emasemas 24 karat · Emas Batangan · Investasi Emas · logam mulia · perhiasan 22 karat”artikel” 42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
mencatat data-data pribadi kita. Selain nama, nomor KTP, alamat dan nomor telepon, mereka juga meminta NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Gambar. 8 Foto PT.Aneka Tambang Tbk Sumber :http://www.google.co.id/imgres?q=pt+antam&hl Setelah prosedur itu, kita mendapatkan tanda pengenal untuk masuk ke tempat perdagangan. Di Perusahaan tersebut, pembeli satu gram pun akan dilayani. Makin berat emas yang dibeli, harga emas per gram menjadi lebih murah dikarenakan faktor biaya pembuatan.Jika kita membeli dalam jumlah banyak, ada suatu ketentuan yang berlaku, penjual menyediakan fasilitas pengantaran dengan menggunakan jasa pihak ketiga.Fasilitas ini ditujukan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pelanggan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
2. Harga Emas, Kontrak berjangka emas, Pembelian dan Penjualan Emas Melemahnya kurs dollar AS biasanya mendorong kenaikan harga emas dunia. Hal ini karena jatuhnya nilai mata uang dollar membuat harga emas menjadi lebih murah dalam mata uang lain sehingga umumnya mendorong adanya kenaikan permintaan emas, terutama dari sektor industri perhiasan. Kontrak Berjangka Emas merupakan salah satu jenis transaksi derivatif. Kontrak Berjangka didefinisikan sebagai perjanjian standar antarpihak yang tidak perlu saling kenal untuk membeli dan menjual produk tertentu pada harga tertentu dengan serah terima produk pada waktu yang diperjanjikan. Seperti transaksi derivatif lainnya yang high risk high return, untuk memperoleh profit yang optimal dan meminimalkan risiko kerugian, sebelum berinvestasi perlu dipahami dan dianalisis pergerakan harga transaksi dasarnya (underlying transaction). Prinsipnya tidak sulit, tetap memegang pakem investasi: beli saat harga rendah dan jual saat harga tinggi (buy low sell high atau sell high buy low). Dengan memanfaatkan pasar berjangka dan pasar fisik emas, pedagang emas bisa memperoleh keuntungan dengan cara: jika harga kontrak berjangka emas lebih murah, beli kontrak berjangka emas dan jual pada pasar fisiknya atau sebaliknya.43 Dalam hal berinvestasi kontrak berjangka emas, yang harus dianalisis secara mendalam adalah pergerakan harga emas di pasar fisik.Harga kontrak berjangka emas 43
http://titoley.com/2011/03/09/investasi-cara-membeli-emas-murni-di-ptantam/ (diunduh tanggal 4 Maret 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
sangat ditentukan harga di pasar fisiknya.Harus dipahami, baik pergerakan harga emas dunia yang umumnya mengacu ke pasar fisik emas di London maupun pergerakan harga emas di Indonesia.Dengan memahami pergerakan harga emas di pasar fisiknya, dapat ditentukan harga emas di kemudian hari dengan menghitung ongkos suku bunga pinjam-meminjam, ongkos simpan, dan transportasi. Kesempatan memperoleh keuntungan juga tidak tertutup bagi investor yang tidak mempunyai fisik emas. Bermodalkan sekitar 10 persen dari nilai total investasi, investor dapat memperoleh keuntungan melalui posisi beli jika harga emas cenderung naik atau posisi jual jika harga emas cenderung turun.Salah satu contoh hal yang dapat mempengaruhi suplai dan permintaan (supply and demand) dari emas adalah seperti kejadian pada pertengahan tahun 1980. Pada saat itu, penjualan forward oleh perusahaan pertambangan selalu dipersalahkan atas terjadinya kenaikan pada harga emas. Pada dasarnya dalam kerangka bisnis, sebenarnya perilaku perusahaan pertambangan tersebut masukakal. Dengan melakukan penjualan forward ketika harga emas menguat, mereka dapat mengamankan harga output tambang pada harga yang cukup menarik.44 Sekitar 80 persen dari total suplai emas digunakan industri perhiasan. Konsumsi perhiasan merupakan pengaruh yang besar pada sisi permintaan. Ketika kondisi ekonomi meningkat, kebutuhan akan perhiasan cenderung naik.
44
Wiryo, “Analisa Harga Emas” , artikel,dipublikasikan di http//www.financeroll.co.id. (diunduh tanggal 4 Maret 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Namun, dari data statistik terlihat kebutuhan akan perhiasan lebih sensitif terhadap naik turunnya harga emas dibanding kan meningkatnya kondisi ekonomi. Jatuhnya tingkat kebutuhan perhiasan pada masa resesi di tahun 1982-1983 terutama akibat naiknya harga emas secara simultan. Jatuhnya tingkat kebutuhan perhiasan di masa resesi awal 1990-an lebih selaras dengan hal di atas, pada saat itu harga emas menjadi turun.Situasi ekonomi yang tidak menentu dapat mengakibatkan inflasi tinggi.Emas biasa digunakan sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi.Manfaat ini sudah dirasakan investor sejak lama.Dengan emas, investor mendapat perlindungan sempurna terhadap merosotnya daya beli. Ketika tahun 1978-1980 harga emas sedang booming. Ketika tingkat suku bunga naik, ada usaha yang besar untuk tetap menyimpan uang pada deposito ketimbang emas yang tidak menghasilkan bunga (non interest-bearing). Ini akan menimbulkan tekanan pada harga emas. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga emas akan cenderung naik. Secara teori, jika suku bunga jangka pendek naik, harga emas turun.Di Indonesia teori ini tidak selalu berjalan.45 Harga emas secara luas dipahami terbalik dari dolar.Ketika dolar jatuh harga emas cenderung naik.Tapi ada banyak kasus ketika harga emas tidak mengikuti perubahan nilai dolar, atau bahkan berlawanan dengan itu.Misalnya, ketika emas mencapai puncaknya pada tahun 1980, itu mencerminkan ketakutan umum inflasi di
45
Finanseroll.co.id/expert.comment/40807/ analisa-fundamental-hariankomoditi-123 (diunduh tanggal 6 Juni 2012). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
bangun dari krisis minyak 1979 dan kebijakan moneter AS yang tidak memiliki kredibilitas. 3. Sistem distribusi atau kulaan emas dari PT Antam oleh pedagang Cina Coyudan PT Antam didirikan dan didedikasikan agar mampu memberikan fasilitas dan kemudahan kepada masyarakat khususnya dalam bertransaksi emas logam mulia Antam.Perusahaan ini berdiri dengan ketentuan legalitas pendirian usaha yang jelas dan transparan.Emas yang diperjual-belikan hanya emas logam mulia Antam (bersertifikat asli) yang didistribusi melalui jaringan pemasaran PT Antam. Perusahaan ini memiliki alamat serta tempat usaha yang jelas dan transparan. Mayoritas pemilik toko emas di Coyudan memilih distributor emas mereka dari PT Aneka Tambang. Selain memiliki sertifikat yang disahkan oleh Perusahaan Negara, PT Antamdapat dijamin kualitasnya dengan tanda yang sedemikian detail dan keabsahannya diakui. Dalam harga, logam mulia Antam ditentukan oleh PT. Antam Tbk tetap berdasarkan acuan harga emas International yang diseimbangkan dengan penawaran danpermintaan, Sedangkan logam mulia lokal ditentukan langsung berdasarkan harga pasaran emas lokal dan berbanding dengan harga emas international, serta juga pertimbangan dari penawaran dan permintaan pasar. Sistem kulaan emas dari PT Aneka Tambang ke pedagang emas di Coyudan adalah melalui jaringan internet maupun telefon. PT Antam memberikan alamat web
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
yang lengkap dengan produk ditawarkan kepada para pedagang, dan menyarankan untuk secara langsung menghubungi pihak pemasaran dari perusahaan Antam supaya tidak terjadi penipuan.
46
Setelah menghubungi pihak yang bertanggungjawab, emas
yang akan dibeli dipesan terlebih dahulu kepada pihak pemasaran. Pemesanan emas berkisar antara 3-5 hari, kemudian pihak pedagang emas baru akan dihubungi kembali setelah barangnya tersedia. Cara pendistribusian emas yang telah dipesan oleh pedagang emas Coyudan adalah dengan pengiriman paket dari pihak PT Antam ke alamat pedagang emas Coyudan. 47Emas yang dikirim kepada para pedagang emas Coyudan adalah emas batangan, karena PT Antam hanya menyediakan produk emas dalam bentuk emas batangan. Setelah itu emas batangan dibuat oleh para pengrajin emas untuk dijadikan perhiasan baik berupa kalung, gelang, anting, dan cincin.
46
PT Aneka Tambang. co.id/ informasi/ harga-emas-internasional-US-dolardalam perkembangan. pdf (diunduh tanggal 5 April 2012) 47 Wawancara dengan Sie Tyun Tai, Andy Ong, Han Leumiek pada tanggal 5 April 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
BAB IV HUBUNGAN SOSIAL ANTARA KOMUNITAS PEDAGANG EMAS DAN MASYARAKAT SEKITAR TOKO EMAS COYUDAN
Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, dasar Negara Pancasila dengan motto Bhineka Tunggal Ika secara teoritis menjamin persamaan hak setiap kelompok etnis untuk hidup berdampingan dalam sebuah Negara kesatuan. Hal ini sebenarnya mencerminkan penerusan nilai-nilai tradisional di kawasan Nusantara seperti toleransi dan harmoni sebagai dasar utama untuk hidup berdampingan secara damai. Ada kenyataan penting yang tidak diragukan dalam konteks ini yang luput dari pernyataan atau dokumen resmi pemerintah bahwa orang Indonesia keturunan Cina, sebagai sebuah kelompok etnis, memiliki hak yang sama seperti kelompok etnis Indonesia lainnya seperti Maluku, orang Jawa dan sebagainya. 1Keyakinan bahwa minoritas Cina pedagang emas di Surakarta sekarang merupakan entitas etnis yang memiliki kesamaan karakter dengan kelompok-kelompok etnis Indonesia lainnya. 2
Struktur sosiologis atau etnologis internalnya maupun hubungannya dengan etnis-
1
Dr. Yusiu Liem, Prasangka Terhadap Etnis Cina; Sebuah Intisari, Djambatan: Jakarta, 2000, hlm.1. 2 Harian Dharma Nyata, September 1987.
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
etnis lain, yang banyak menunjukkan ciri-ciri sama dengan kelompok etnis Indonesia yang lainnya. 3 Sejak terbitnya undang-undang Kewarganegaraan tahun 1946 dan 1948, banyak orang-orang Cina yang memilih menjadi warga Negara Indonesia ( WNI ). Pasca perang kemerdekaan mereka tetap memilih menjadi WNI, meskipun menurut PP Nomor 1 Tahun 1950 dan perjanjian dwi kewarganegaraan antara pemerintah RI dan RRC ada kesepakatan untuk menjadi warga Negara RRC. 4Setelah perjanjian dwi kewarganegaraan RI-RRC yang berlaku mulai 15 Desember 1960, orang-orang Cina yang semula berstatus warga Negara asing (WNA) ada yang memilih menjadi WNI, tetapi ada juga yang menolak atau ditolak sebagai WNI. Status hukum WNI berdasarkan perjanjian dwi kewarganegaraan RI-RRC itu dinyatakan tidak berlaku setelah keluar Inpres Nomor 2 Tahun 1980 dan Kepres Nomor 13 Tahun 1980. Orang-orang Cina WNI kemudian menerima SBKRI dari camat setempat atas nama Ketua Pengadilan Negeri. 5 A. Struktur Sosial Masyarakat Cina Pedagang Emas di Coyudan Struktur sosial masyarakat Cina di Surakarta, juga seperti yang tinggal di kota-kota lain, dibedakan antara peranakan dan totok. Peranakan adalah yang sudah
3
Amen Budiman, Masyarakat Tionghoa Indonesia, Semarang: Tangjung Sari, 1979, hlm. 56. 4 Ibid, hlm. 2. 5 Rustopo, Menjadi Jawa :Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998, Yogyakarta: Ombak, 2007, hlm. 67-68. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
lama tinggal di Indonesia, sudah terbaur dengan masyarakat pribumi, berbahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat dan berperilaku seperti pribumi. Adapun totok adalah orang- orang Tionghoa pendatang baru, baru sekitar satu-dua generasi dan berbahasa Cina. 6Akan tetapi dengan berhentinya imigrasi dari daratan Tiongkok, jumlah orang Cina totok semakin menurun, dan keturunan totok sudah mengalami peranakanisasi. Menurut hukum kolonial, hak orang-orang Cina peranakan sebagai warga Negara lebih besar daripada orang-orang totok. 7 Pada tahun 1930 jumlah orang-orang Cina peranakan di Karesidenan Surakarta 17.474 jiwa yang berarti lebih banyak daripada jumlah totok-nya, yaitu 3.615 jiwa. Jumlah kaum perempuan Cina peranakan 9.255 orang berarti lebih banyak daripada jumlah kaum lelakinya yang hanya 8.219 orang, jumlah kaum perempuan Cina totok hanya 595 orang yang berarti lebih sedikit daripada jumlah kaum lelakinya, yaitu 3.020 orang. Dengan melihat data tersebut, besar kemungkinan banyak laki-laki totok kawin dengan perempuan Cina peranakan atau pribumi (Jawa). Misalnya pemilik toko emas Buaya yang bernama Tan Khoo Liat menikah dengan perempuan pribumi yang kemudian menghasilkan keturunan. 8
6
Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, Depok: Komunitas Bambu, 2005, hlm. 23. 7 Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927 : Tinjauan Sosial Ekonomi”, dalam Lembaran Sejarah Volume 2, No. 1, 1999, hlm. 68. 8 Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010, hlm. 20. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Tabel 3. Klasifikasi Penduduk Cina Peranakan dan Totok di Karesidenan Surakarta 1930.
Laki-laki
Perempuan
Surakarta
Peranakan
Totok
Total (1)
Peranakan
totok
Total (2)
Jumlah
8.219
3.020
11.299
9.255
595
9.928
Total
17.474
3.615
21.227
(Sumber : Indisch Verslag 1939:40) seperti yang dicatat Rustopo. 9 Pada tahun 1950 pemilahan antara totok dan peranakan tidak begitu penting, diganti dengan pemilahan menurut kewarganegaraan, yaitu WNI dan WNA. Jumlah penduduk Cina di Coyudan Surakarta pada tahun 1950-an hingga 1970-an mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 1996 mengalami penurunan. Penurunan jumlah ini sebagai akibat dari tingginya mobilitas orang-orang Cina. Diantara mereka kebanyakan pindah ke kota kecil terdekat yang menyediakan tempat-tempat strategis untuk berdagang. Kebijakan yang dianut pada masa Orde Baru yaitu kebijakan asimilasi, yang ditandai dengan penghapusan pilar-pilar kebudayaan masyarakat Cina (termasuk dalam penutupan sekolah Cina, pembubaran organisasi etnis Cina dan pemberedelan media massa Cina ) serta simbol-simbol dan adat-istiadat etnis Cina lainnya. Sejumlah orang Cina di wilayah Coyudan telah terbaur, sehingga tidaklah mengherankan jika mereka tidak mengaku dirinya sebagai etnis Cina lagi karena
9
Rustopo., op.cit., hlm. 69 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
mereka merasa dirinya sudah terbaur ke dalam masyarakat pribumi,
10
dan mereka
menganggap bahwa dirinya termasuk orang pribumi. Makalah Charles Coppel membahas susahnya etnis Cina diterima oleh kaum nasionalis Indonesia sebagai bagian dari nasion Indonesia. Ia meninjaunya dari perspektif sejarah, yaitu sejak zaman kolonial hingga sekarang. Menurut argumentasinya, masyarakat kolonial membeda-bedakan penduduk Indonesia berdasarkan rasa tau suku bangsa dan pemikiran kaum nasionalis Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh cara berfikir kolonialis Belanda itu sehingga mengakibatkan terpisahnya peranakan Cina dari pergerakan nasional Indonesia. Di samping itu, nasionalisme Cina timbul lebih awal daripada nasionalisme Indonesia. Nasionalisme Cina inilah yang menjauhkan etnis Cina, termasuk peranakan dari arus nasionalisme Indonesia yang dipimpin oleh pribumi. Tidaklah mengherankan apabila dalam gagasan nasionalisme Indonesia yang didasarkan pada konsep penduduk pribumi, etnis Cina dianggap sebagai orang asing atau Vreemde Oosterlingen (Foreign Oriental) dan tidak merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Mengikuti prasangka adalah Stereotipe, yang artinya keyakinan yang terlalu digeneralisasi, disederhanakan atau dilebih-lebihkan terhadap kelompok etnis tertentu.
11
prasangka dan stereotipe saling mendukung dalam kaitannya dengan
10
Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia; Sebuah Bunga Rampai 1965-2008, Jakarta: Kompas, 2010, hlm. 209-210. 11 Turnomo Rahardjo, Menghargai Perbedaan Kultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm.57. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
kerusuhan Surakarta dapat ditelusuri sebagai berikut : (1) Stereotipe dan prasangka menjadi penyebab terbatasnya ruang kontak dan interaksi dari kedua etnis ini. Bila stereotipe dan prasangka negatif lestari diantara kedua etnis ini, arena sosial diantara etnis Cina dan Jawa akan menyempit. Etnis Cina sebagai “out group” yang dikenai prasangka dan stereotipe itu pasti memilih lingkungan bertempat tinggal dan bekerja dalam latar (setting) yang meminimalkan kesempatan berinteraksi dengan etnis Jawa sebagai “in group” yang dicurigai sebagai ancaman; (2) Prasangka dan stereotipe cenderung menciptakan perilaku dan komunikasi yang defensif. Komunikasi semacam ini akan mengurangi kesempatan untuk terbangunnya suatu kesadaran kolektif yang membentuk solidaritas sosial; (3) Prasangka dan stereotipe dapat menjurus pada radikalisme. Pada ranah ini orang yang berprasangka akan terlibat dalam berbagai tindakan yang represif dan diskriminatif terhadap kelompok yang tidak disukai. Dapat diperkirakan kondisi ini akan mudah mengarah pada konfrontasi dan konflik terbuka; (4) Prasangka dan stereotipe diantara etnis Cina dan Jawa potensial menimbulkan hambatan bagi terjadinya akulturasi budaya sehingga mengakibatkan pengkotak-kotakan budaya. 12 Selanjutnya, bilamana terjadi pembiaran terhadap prasangka dan stereotipe dalam
hubungan
Cina-Jawa,
maka
implikasinya
adalah
mengemukanya
pengelompokan atau pemilahan atas mayoritas-minoritas. Orang Jawa akan
12
Priyanto Wibowo, “Kronstruksi Sosial, Identitas dan Multikulturalisme etnis Cina: Hambatan dan Tantangan”, Seminar Nasional Universitas Indonesia, Februari 2011. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
menganggap atau dianggap sebagai bagian dari kelompok mayoritas dan orang Cina akan menganggap atau dianggap sebagai bagian dari kelompok minoritas. Kemudian ekor dari masalah ini akan terlihat bahwa kelompok mayoritas atau kelompok dominan menjadi kelompok yang merasa memiliki kontrol atau kekuasaan untuk mengontrol.13 Di Indonesia persoalan dan percakapan mengenai minoritas selalu tereduksi ke dalam proses minoritas Cina Indonesia. Menyebut etnis Cina sebagai minoritas saja sesungguhnya sudah merupakan upaya meminggirkan etnis ini. Padahal, etnis lain semisal etnis Batak, atau etnis Sunda yang tinggal di Surakarta, tidak pernah dianggap sebagai minoritas. Mereka lebih diterima sebagai pribumi, karena etnis Cina telah terbiasa menerima perlakuan-perlakuan yang diskriminatif dan selalu berada pada posisi tertekan terutama bila kerusuhan rasial terjadi. Soetomo mengutip Wagley dan Julian mengupas adanya lima karakteritik kelompok minoritas seperti terlihat berikut ini.
14
(1) Minoritas adalah merupakan subordinasi dari masyarakat yang
kompleks; (2) Minoritas cenderung mempunyai ciri fisik atau penampilan budaya khusus yang tidak disukai oleh kelompok yang dominan dalam masyarakat; (3) Minoritas cenderung mengembangkan kesadaran berkelompok dan rasa kebersamaan diantara mereka; (4) Anggota-anggota kelompok minoritas diwarnai aturan dan nilai turun-temurun dari kelompok mereka, untuk mempertahankan karakteristik kelompok
13
Ibid, hlm.102. Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 109. 14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
pada generasi berikutnya; (5) Anggota kelompok minoritas cenderung melakukan endogami atau perkawinan diantara sesama anggota kelompok sendiri. Surakarta adalah kota “pluralis” atau “multikultural” yang memiliki kemajemukan atau keberagaman budaya. Keberagaman dan kemajemukan tersebut dapat dilihat dari berbagai perspektif seperti: agama, etnis, bahasa, dan budaya. Potret Surakarta yang multikultural itu tampak dari heterogenitas penduduknya, yang diruang publik seringkali menampakkan pergesekan. Dalam hubungannya dengan pergesekan antara etnis Cina dan Jawa, banyak faktor ikut terlibat. Faktor-faktor tersebut adalah warisan sejarah konflik masa lalu, kesenjangan sosial-ekonomi, dan gagalnya komunikasi antar budaya merupakan faktor yang dominan. 15 Pada satu sisi, Surakarta memperlihatkan interaksi Cina-Jawa yang konfliktif dan sangat rentan terhadap kerusuhan rasial, disisi lain Surakarta adalah kota yang sudah terbiasa dengan interaksi antar etnis. Sejauh ini telah terjadi tujuh kali konflik sosial antara etnis Cina-Jawa,
16
karena itu cukup beralasan apabila Surakarta
dipandang oleh peneliti sebagai “laboratorium” atau “barometer sosial” dengan sumber yang sangat memadai untuk diteliti. Tambahan pula konflik Jawa-Cina di Surakarta tidak hanya kerap terjadi namun cenderung “ber-siklus” dan merupakan fenomena yang bersifat “local genius”. 17Sedangkan untuk interaksi Cina-Jawa telah
15
Abdurahman Wahid, Beri Jalan Orang Cina, dalam Nonpri Di Mata Pribumi, Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1990, hlm. 9. 16 Soetomo.,op.cit., hlm. 79. 17 Ibid, hlm. 84. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
terjadi sejak kedatangan orang-orang Cina pada tahun 1745 bersamaan dengan pindahnya Kraton Surakarta dari Kartasura ke Kampung Sala. 18 Pada tahun-tahun awal perpindahan itu, hubungan Cina-Jawa berlangsung harmonis tanpa prasangka dan kebencian. Pada masa sekarang interaksi sosial Cina-Jawa yang integratif masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Di Coyudan dijumpai Cina-Jawa yang telah berasimilasi melalui kawin campur dan akulturasi budaya sejak masa silam. Interaksi sosial Cina-Jawa di kampung Coyudan berbeda dengan wilayah lain dikota Surakarta yang cenderung menampakkan fenomena yang tidak menentu. Artinya, diluar kampung Coyudan terkadang interaksi itu menunjukkan adanya hubungan harmonis diantara etnis Cina dan Jawa. Namun tidak jarang muncul interaksi bersifat konfliktif yang puncaknya tercetus pada Mei 1998. 19
B. Interaksi Sosial etnis Cina Pedagang Emas dengan etnis Jawa di Coyudan Hubungan etnis Cina-Jawa mewujud nyata dalam interaksi yang integratif di Coyudan, sesungguhnya dapat ditelusuri melalui upaya dari kedua etnis tersebut untuk saling menjaga kerukunan dan kesatuan. Sebagai contoh adalah perkawinan 18
Ibid.,hlm. 86. Yohanes Setiawan, Agamaning wong Balong; Suatu Analisis Sosiologi Agama berdasarkan Pendekatan Teori Durkheim terhadap Agama Masyarakat yang dimunculkan oleh integrasi Jawa-Cina di kampung Balong, Surakarta, Surakarta: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2011, hlm. 17-21. 19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
campur antara pemilik toko emas Buaya (etnis Cina) yang bernama Tan Koo Liat menikahi wanita pribumi yang bernama Sri Lestari sehingga menghasilkan dua orang anak yang sekarang menjadi pemilik toko emas Anoman dan Rajawali. Bukan sekedar slogan, persatuan itu memang dioperasionalkan dalam kehidupan nyata. Pembauran yang berbentuk memudahkan jalan bagi perkawinan campur dan hal ini terjadi karena melalui pembauran terdapat kesan, seperti yang sering diucapkan oleh para pelaku perkawinan campur yaitu : “Jawa apa Cina pada wae”( Jawa atau Cina sama saja).
20
Etnis Cina pedagang emas di Coyudan sebagian besar dalam
berkomunikasi terhadap masyarakat sekitarnya menggunakan bahasa Jawa, tetapi berkomunikasi dengan keluarga mereka sendiri menggunakan bahasa Indonesia. 21 Etnis Cina pedagang emas di Coyudan memiliki upaya dan keselarasan yang sering kali diperlihatkan oleh etnis Cina di Coyudan, sebagai bagian dari etnis Cina yang tersebar di mana saja di penjuru dunia ini, maka etnis Cina di Coyudan juga memiliki kecenderungan menjaga tradisi maupun konsep yang mereka warisi secara turun-temurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari sejak zaman leluhur mereka, yakni harmonitas dan keselarasan.
22
Harmonitas dan keselarasan
tersebut seperti etnis Cina yang membebaskan para pembeli emas (box dasaran emas) menempatkan box-nya didepan toko-toko emas tanpa membayar pajak sewa kepada pemilik toko emas. Selain itu, keselarasan terlihat ketika pemilik toko emas tidak
20
Ibid., hlm. 169 Ibid., hlm. 170 22 Ibid., hlm. 173 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
merasa tersaingi oleh toko-toko emas lain yang berada disekitarnya.
23
Interaksi
terhadap para pegawai pribumi juga dijalani dengan sangat baik. Meskipun ada jurang pemisah antara pemilik toko dengan para pegawai pribumi karena status sosial, interaksi sosial mereka berjalan cukup baik. Seperti contohnya: Lastri (seorang pegawai toko emas Gajah) setiap harinya selalu berkomunikasi dengan pemilik toko emas Gajah, Andy Ong dan Ayahnya. Dia mengatakan bahwa koh Andy selalu ramah dengan para pegawai dan pelanggannya, meskipun ia memiliki status sosial yang lebih tinggi.
24
Disetiap harinya koh Andy selalu menggunakan bahasa jawa dalam
berinteraksi kepada para pegawai dan pelanggannya. Hal itu membuktikan adanya rasa menghormati antara etnis Cina di Coyudan dengan masyarakat pribumi disekitarnya. 1. Interaksi Sosial Pedagang Emas Coyudan dengan Masyarakat Sekitar Kerukunan dan keselarasan menurut salah satu pemilik toko emas di Coyudan adalah ketika pemilik toko satu dengan yang lain tidak merasa saling tersaingi dan tidak saling memendam curiga ataupun prasangka buruk, meskipun mereka jarang sekali berkomunikasi karena kesibukan masing-masing untuk melayani pelanggan toko emas. Toko emas satu dengan toko emas lainnya saling menjaga kerukunan dan
23
Wawancara dengan Pak Mahmud (pemilik Box dasaran emas) pada tanggal 14 februari 2012 24 Wawancara dengan Lastri (pegawai toko emas Gajah) pada tanggal 25 Februari 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
tidak saling bersaing dalam berdagang. Contoh halnya: Toko emas Menjangan yang merupakan toko emas tertua di wilayah Coyudan adalah salah satu toko emas yang paling banyak diminati masyarakat kota Surakarta karena kualitasnya yang baik. Tahun 1985-1995 adalah masa kejayaan toko emas Menjangan. Tetapi karena makin lama banyak bermunculan toko emas baru di Coyudan, maka nilai minat daya beli masyarakat berpindah haluan ke toko emas yang baru.
25
Hal ini disebabkan model
dan gaya ukirannya lebih modern dibandingkan toko emas Menjangan yang gaya dan modelnya lebih ke arah tradisional (jadul). Sekarang hampir tidak ada pembeli di toko emas Menjangan, karena stok yang sudah lama. Pemilik toko emas Menjangan tidak memungkiri hal ini, menurutnya ini sudah hal yang wajar. Persaingan sangat tidak terlihat di antara toko emas Menjangan, Gajah, Doro dan toko emas lainnya. 26 Konsep menjaga harmoni dalam hidup itu mereka petik turun-temurun dari nenek moyang yang menggalinya dari ajaran klasik atau guru-guru kebijaksanaan seperti yang dapat dilihat dalam paparan berikut ini. Pertama adalah ajaran Konfusius atau K‟ung Tzu ( nama latin ), yang hidup antara 552 dan 479 S.M. Konfusius dibesarkan dalam kondisi kemiskinan di negara bagian Lu yang terletak di sebelah selatan provinsi Shantung.
27
Terdorong oleh keprihatinannya terhadap kekacauan
yang terjadi sebagai akibat dari perebutan kekuasaan antara raja-raja pada waktu itu, 25
Wawancara Sie Tjun Tay (pemilik toko emas Menjangan) pada tanggal 6 Januari 2012. 26 Wawancara dengan Handoko (pemilik toko emas Semar) pada tanggal 14 Februari 2012. 27 Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philoshophy, New York: A Division of Macmillan, 1966, hlm. 38. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Konfusius terpanggil untuk menyiarkan ajaran tentang harmoni antara manusia dengan alam maupun antara manusia dengan manusia. Harmoni terjadi apabila manusia itu tidak buta oleh kekuasaan dan serakah terhadap materi masing-masingmasing menyadari keberadaan, tugas atau kedudukan sesuai dengan kodratnya maka perselisihan dan perebutan kekuasaan dapat dicegah. Dengan demikian tercapai zaman yang ideal ditandai dengan masyarakat yang sempurna yang mencapai keselarasan baik dalam hubungan penguasa dan rakyat, bangsawan dan orang kebanyakan, orang tua dan anak-anak, maupun suami dan istri. 28 Ajaran Konfusius tentang harmoni ini dapat lebih didalami melalui lima karya klasiknya, seperti : (1) Kitab Syair (Classic of Songs), (2) Kitab Sejarah (Classic of Documents), (3) Kitab Perubahan (Classic of Change), (4) Catatan-catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Ch’un Ch’iu), dan (5) Kitab Tata Tertib (Record of Rituals). Bersumber pada kelima karya klasik tersebut, maka ajaran konfusius tentang harmoni dapat diringkas atau dikarakteristikan sebagai “etika humanisme”, yang memberikan tuntunan etis dalam hubungan antar manusia dalam komunitas yang menyeluruh. 29 Konfusius merupakan ajaran paling banyak dianut oleh etnis Cina di Indonesia termasuk etnis Cina di Coyudan. Kenyataan ini tercermin dalam kehidupan
28
Tan Ta Sen, Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara, Jakarta: Kompas, 2010, hlm. 40. 29 Andreas Lee Tan, Rahasia Kekayaan Orang-Orang Cina, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008, hlm. 18. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
masyarakat Cina. Pengalaman ajaran Kong Hu Cu pada etnis Cina yang hidup di masyarakat Indonesia, misalnya tercermin dalam motivasi kerja dan menjaga kewajiban serta sangat menghargai intelektual sehingga hampir semua etnis Cina mempunyai pendidikan yang tinggi. Nilai komunitas dan humanis juga sangat dihargai sehingga keharmonisan sangat dihargai terutama sesama etnisnya. Dengan kata lain, ajaran Kong Hu Cu atau Konfusius menanamkan pada prinsip kemanusiaan. Prinsip kemanusiaanlah yang menciptakan manusia sejahteraan lahir dan batin. Demikian juga ajaran moral Konfusius ini menjaga keharmonisan antara sesama manusia terutama anak dengan orang tua. Kesetiaan dan jati diri merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh seorang anak. Artinya jati diri seorang anak diperlihatkan melalui kepatuhan terhadap orang tua. Hal ini diterapkan pada salah satu keluarga pemilik toko emas di Coyudan yaitu toko emas Menjangan. Sie Tyun Tai adalah keturunan etnis Cina yang sangat menjunjung tinggi ajaran Konfusius atau agama Kong Hu Cu pada keluarga besar mereka. Maka dari itu Sie Tyun Tai mengikuti tradisi turun temurun dengan beragama Kong Hu Cu sebagai wujud rasa hormat dan patuh terhadap budaya atau tradisi keluarga besarnya serta sebagai bukti kepatuhannya
terhadap
orang
tuanya.
Sie
Tyun
Tai
mengatakan
dalam
pembicaraannya, 30
30
Wawancara dengan Sie Tyun Tai (pemilik toko emas Menjangan) pada tanggal 6 Februari 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
“Semua keluarga besar saya beragama Kong Hu Cu, dari kakek nenek saya sudah menjadi tradisi turun temurun sejak dulu. Papah saya juga beragama Kong Hu Cu itu karena mengikuti orang tua, begitupun dengan saya juga beragama Kong Hu Cu karena ikut dengan papah saya. Saya dan keluarga saya yang lain dari kecil sudah dididik tentang ajaran agama Kong Hu Cu, dan itu sudah menjadi hal yang biasa dikeluarga kami”. Dalam ajaran Kong Hu Cu juga mengatur hubungan seorang atasan dan bawahan misalnya seorang Raja hendaknya mennjadi seorang Raja yang adil dan jujur sekaligus memperlakukan bawahannya sebaik mungkin demi tercapainya keharmonisan. Banyak etnis Cina datang ke Nusantara juga sedikitnya membawa suatu nuansa baru bagi kebudayaan di Indonesia seperti makanan, tempat ibadah, teknologi, dan perhiasan. Etnis Cina sebenarnya juga berperan dalam mempersiapkan kemerdekaan dan dalam pembangunan Orde Lama, Orde Baru maupun masa reformasi. Etnis Cina dikenal dengan minat dagang yang tinggi sehingga dengan menguasai ekonomi mereka dapat menguasai segala aspek dalam perdagangan, maka nampaknya hubungan keberhasilan dagang dengan suatu agama sangat sedikit. Akan tetapi lebih erat kaitannya dengan motivasi dan kemampuan dalam menyesuaikan diri yang akhirnya menguasai ekonomi dan politik. 31 2. Perkawinan Campur etnis Cina-Jawa di Coyudan Etnis Cina telah tinggal di pulau Jawa sejak berabad-abad yang lalu melalui jalur perdagangan dan agama . Banyak etnis Tionghoa di pulau Jawa berasal dari Provinsi Hokkian (Fujian di Cina Selatan). Orang „pribumi‟ melihat mereka 31
A. Rani Usman, Etnis Cina Perantauan di Aceh, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009, hlm. 93. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
sebagai orang asing dalam arti bahwa mereka adalah pendatang baru dan tergolong dalam kelompok ras yang lain, dan memeluk agama yang berlainan. Mereka terdiri dari pedagang dan pengrajin atau tukang, dan sejumlah kecil petani. Di zaman dinasti Mancu (Qing), orang Tionghoa yang bermukim di Jawa tidak diizinkan untuk kembali ke Cina. Lama-kelamaan etnis Cina ini membentuk komunitas tersendiri yang dikenal sebagai kelompok peranakan . Saat itu jumlah mereka tidak terlalu banyak, sehingga kaum lelakinya ada yang kawin dengan perempuan pribumi. Keturunan kawincampur inilah yang menghasilkan masyarakat peranakan . Kadar kawin-campur ini mulai menurun secara perlahan-lahan, karena mereka kawin dengan orang peranakan Cina sendiri. Kelompok terakhir ini tidak lagi menguasai bahasa Cina dan hanya bicara bahasa daerah. Masyarakat Cina yang berimigrasi ke pulau Jawa tersebut telah melahirkan suatu tradisi dan budaya „baru‟ yaitu budaya Cina-Jawa sebagai hasil perkawinan antara budaya Cina dan budaya Jawa. Akulturasi dan asimilasi budaya itu tercermin dalam berbagai produk budaya yang dikenal oleh masyarakat, seperti barongsai, motif batik Pekalongan, pakaian kebaya encim, karya sastra, bahasa dan dialek Cina-Jawa di beberapa kota di Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Gambar. 9 Foto perkawinan Campur etnis Jawa-Cina di Coyudan Sumber : Perpustakaan Rekso Pustoko
Menurut keterangan dari informan, data-data resmi tentang perkawinan campur sulit dicari dan diperoleh sebab kakek atau nenek mereka yang melakukan perkawinan campur tersebut tidak pernah mendaftarkan atau mencatatkan perkawinan mereka pada lembaga yang berwenang. Alasan pertama mungkin terkait dengan rendahnya tingkat pendidikan atau begitu sederhananya pola pikir para leluhur tersebut sehingga tidak menganggap penting pencatatan perkawinan campur mereka. 32
Alasan kedua lebih bersifat politis, yaitu dengan sengaja mereka menyembunyikan
perkawinan campur tersebut sebab pada zaman itu model perkawinan campur
32
Rustopo.,loc.cit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
tergolong “rawan” sehingga demi keamanan dan kelanggengan perkawinan itu, maka perkawinan campur Jawa-Cina telah terjadi sejak empat generasi yang lalu.33 Cerita yang sama juga dialami oleh beberapa narasumber, yang ayah atau kakeknya menikahi wanita Jawa. Hal ini terjadi pada pemilik toko emas Anoman yang kakek moyangnya telah menikah dengan perempuan Jawa dan akhirnya memiliki anak keturunan Cina. Pada konteks ini dapat disimpulkan bahwa sumbersumber tentang perkawinan campur adalah tradisi lisan yang berbentuk kesaksian atau cerita yang diteruskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. 34 3. Hubungan bisnis etnis Cina Pedagang Emas dengan nilai Budaya Cina di Coyudan Keberhasilan bisnis etnis Cina dalam perdagangan emas di Coyudan memberikan gambaran atas perkembangan budaya mereka. Keberhasilan bisnis Cina Perantauan sering dikaitkan dengan nilai-nilai budaya dari ajaran konfusianisme. Bisnis etnis Cina perantauan dihubungkan dengan perusahaan legendaris, bekerja keras, hemat, rajin, solidaritas terhadap keluarga dan teman serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka berbisnis. Lebih penting lagi, nilai Konfusianis turut berperan dalam keberhasilan bisnis etnis Cina. Budaya bisnis etnis Cina di Coyudan 33
Koleksi foto lama Mangkunegaran tahun 1930 mengenai perkawinan campur etnis Cina-Jawa, diambil pada tanggal 14 Juni 2012. 34 Wawancara keluarga Liem Khok Thay, keluarga Hong Beng Sun, keluarga Lie Soen Bie dan keluarga Hong Wing Hie pada bulan Maret 2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
jika dikaji secara mendalam memang telah membudaya dari generasi ke generasi sehingga saat ini orang Cina perantauan identik dengan bisnis.
35
Realitas ini di
Indonesia banyak etnis Cina yang merantau untuk mencari nafkah, mereka sebelumnya sebagai tenaga dibidang pertanian, pertambangan, karena mereka sangat rajin dan ahli serta mempunyai teknologi yang tinggi ukuran waktu itu. Budaya merantau dan ketekunan atau bekerja keras dan ulet telah ditanamkan sejak dari negara leluhur mereka sehingga mereka sangat berhasil.36 Rafles mencatat dari penambang emas di Pulau Bangka pada tahun 1815 dan belakangan ada yang menggambarkan mereka tidak hanya tekun dan hemat tetapi juga tahan menderita, percaya akan kemampuan diri dan berani mengambil risiko, kualifikasi yang seluruhnya baik untuk menjadi pengusaha modern dari masyarakat kecil yang sedang berkembang dengan pasar yang tidak sempurna dan biaya transaksi yang tinggi. Gambaran tentang ketekunan, ulet, dan tahan menderita merupakan cerminan dari masyarakat etnis Cina Perantauan. Realitas tersebut menandakan bahwa banyak etnis Cina yang menunjukkan keberhasilan dalam bidang ekonomi karena jika tidak ulet mereka tidak dapat hidup di negeri orang. Dengan adanya kepercayaan kemampuan dirinya serta berani mengambil risiko dapat menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Buktinya sejak dulu banyak dari etnis Cina yang berhasil di 35
Wawancara Sie Tyun Tay (pemilik toko emas Menjangan) pada tanggal 25 Februari 2012 36 A. Rani Usman.,op. cit., hlm 95. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Indonesia sekaligus menguasai ekonomi di dalam masyarakat. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri selain mempunyai hubungan dengan kebudayaan sekaligus mereka mau bekerja keras dan kemampuan dari mereka sehingga banyak dari etnis Cina yang sangat senang tinggal di Indonesia. 37 Keunggulan etnis Cina dalam berbisnis lebih disebabkan mereka ulet dan tekun serta tahan menderita sekaligus sangat pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hidup. Keberhasilan etnis Cina dalam berdagang memang telah mewariskan secara turun-temurun, yang merupakan budaya mereka untuk berbisnis. 38
Etnis Cina dalam berbisnis cenderung mengamalkan dan mempraktikkan nilai-nilai
budaya Cina yang telah mereka miliki. Nilai-nilai budaya nenek moyang Tiongkok merupakan landasan serta menjadi inspirasi dalam menjalankan bisnis bagi etnis Cina Perantauan. 39 Unsur-unsur budaya Tiongkok cenderung memperkokoh kegiatan bisnis etnis Cina Perantauan. Disamping itu Konfusianisme menawarkan banyak kemungkinan; beberapa komentator membedakan paham-paham Konfusius. Yu Yingshi, misalnya menunjukkan bahwa Konfusianisme berorientasi pada pedagang yang berkembang di masa dinasti Ming dan Qing. Yang lainnya membedakan paham-paham Konfusius
37
A. Rani Usman., op.cit., hlm. 96. Ong Hok Ham, Pertumbuhan Kapitalisme Cina-Perantauan di Indonesia, Jakarta: LP3ES dan Sinar Harapan, 1993, hlm. 50. 39 Djoenaedi Joesoef, dkk, Etika Bisnis Cina: Suatu Kajian Terhadap perekonomian di Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 90-91. 38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
imperalis dan Konfusianisme yang lebih tua dan demokratis.
40
Budaya bisnis Cina
juga dipengaruhi oleh nilai-nilai Konfusianisme yang telah disesuaikan dengan sistem sosial-budaya setempat. Konfusianisme yang dipahami masyarakat etnis Cina Coyudan menjadi sangat bermakna dalam kehidupan mereka, karena mengajarkan pada sistem pergaulan dan persahabatan termasuk dalam strategi bisnis. Identitas budaya mencerminkan hubungan antara keberhasilan bisnis dengan budaya nenek moyang mereka dari dunia Tiongkok. Dengan adanya semangat kebudayaan, etnis Cina menguasai perekonomian di negara Asia terutama Asia Tenggara. Konteks budaya masyarakat etnis Cina pedagang emas di Coyudan selain mengambil strategi ekonomi dari nenek moyang mereka sekaligus mengadopsi sistem ekonomi yang berlaku di dunia modern. Pola penyesuaian dengan lingkungan budaya mereka tinggal merupakan ciri dari budaya bisnis yang diturunkan dari peradaban Cina. Demikian juga sumber daya manusia yang memadai menjadikan mereka sangat unggul. Dengan semangat dan sumber daya Cina yang handal, pengusaha etnis Cina mampu menjalankan bisnisnya sehingga hampir 80% perekonomian Indonesia di tangan etnis Cina. Pengusaha-pengusaha terkenal etnis Cina antara lain, Liem Sioe Liong, Lie Mo-Tie atau Muchtar Riady. Akan tetapi mereka selain menjalankan praktik-praktik budaya sendiri sekaligus bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha atau elite pribumi yang berkuasa.
40
Robert Hefner, Budaya Pasar, Masyarakat dan Moralitas dalam kapitalisme Asia Baru, Jakarta: LP3ES, 1999, hlm. 116. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
C. Kepercayaan dan Jaringan Pribadi Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan Mata Pencaharian etnis cina pada umumnya adalah berbisnis ataupun berdagang. Bakat dagang pemilik toko emas (etnis cina) diturunkan dari ayahnya atau keluarganya. Keberhasilan bisnis perdagangan emas para pemilik toko tersebut tidak lepas dari peran pribadi dalam menjalankan perusahaan. Pribadi yang meyakinkan serta kepercayaan merupakan kunci sukses perusahaan etnis Cina pedagang emas di Coyudan. Hubungan pribadi sesama teman menjadi perhatian para peneliti dan pengamat bisnis Cina perantauan. Perusahaan atau perdagangan yang dijalankan saling berhubungan antara ayah dengan anak, sesama teman atau sahabat dekat berdasarkan kepercayaan dan jaringan perusahaan atau yang disebut Guanxigiye. Numazaki menyebutkan : “Guanxigiye berasal dari kata Guanxi yang artinya relasi, koneksi. Giye artinya perusahaan. Guanxi dapat didefinisikan sebagai ikatan-ikatan antara manusia yang bersifat pribadi, khas, dan nonideologis, yang didasarkan pada kesamaan identifikasi. Kesamaan identifikasi didasarkan pada kekerabatan, kesamaan daerah asal usul, tahun kelahiran, pendidikan, dan sebagainya. Dengan demikian Guanxigiye mengacu pada sebuah kelompok perusahaan yang memiliki sesuatu yang sama. Sesuatu ini biasanya berupa kelompok kecil pemilik, manajer yang terikat oleh hubungan kekerabatan, perkawinan, dan ikatan-ikatan sosial lainnya. Guanxigiye merupakan sekelompok perusahaan yang dimiliki dan dikontrol oleh sekelompok orang yang diikat oleh jaringan Guanxi.” 41 Relasi dan koneksi merupakan ikatan yang sangat khas di kalangan etnis Cina perantauan. Oleh karena itu jaringan pribadi dalam menjalankan bisnis, etnis Cina sangat jelas pada perusahaan-perusahaan besar. Untuk membuat jaringan pribadi, 41
Garry Hamilton, Menguak Jaringan Bisnis Cina di Asia Timur dan Tenggara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 24. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
masyarakat etnis Cina ditentukan oleh kesamaan daerah asal, dialek, dan marga. Demikian halnya perusahaan-perusahaan besar diikat oleh hubungan kekerabatan, hubungan perkawinan yang kemudian hubungan tersebut diikat oleh sebuah jaringan bisnis. Hubungan pribadi merupakan warisan peradaban Cina yang masih dijalankan oleh etnis Cina di Coyudan terutama dalam bidang bisnis. Jaringan pribadi atau hubungan pribadi yang disebut Guanxigiye merupakan ciri khas masyarakat Cina perantauan. Jaringan tersebut tetap menjadi model dalam bisnis Cina di mana pun dan kapan pun. Etnis Cina di di Coyudan memelihara struktur sosial yang terjalin erat dan memungkinkan hubungan ekstensif dan informal di antara anggota-anggotanya. Dalam Ch‟ng disebutkan bahwa hubungan-hubungan sosial dimulai pada tingkat keluarga dan meluas pada hubungan kekerabatan nonkeluarga serta terkait oleh nama keluarga yang sama, daerah asal yang sama atau kelompok dialek yang sama. Jaringan-jaringan nonkeluarga ini berupa dengan sebuah keluarga besar. 42 Hubungan yang dibina oleh masyarakat Cina tersebut adalah sebagai simbol dari struktur sosial masyarakat yang masih berjalan sampai saat ini. Hubungan sosial dimulai dari tingkat keluarga yang kemudian diperluas dengan daerah asal, daerah asal akhirnya membentuk suatu jaringan untuk mengembangkan suatu jaringan bisnis yang memadai. Sistem sosial tersebut menjadi landasan serta suatu keharusan
42
David Cl Ch‟ng, Sukses Bisnis Cina Perantauan, Jakarta: Grafiti Press, 1995, hlm. 45. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
terutama pada tahap perkembangan bisnis. Dengan adanya hubungan tersebut banyak keuntungan yang diperoleh, misalnya, modal, informasi, serta rahasia-rahasia perdagangan. Strategi bisnis tersebut menjadi model jaringan yang dipertahankan oleh masyarakat Cina.
43
Jaringan yang dibina para pemilik toko emas di Coyudan
adalah dengan saudara sesama pedagang emas, maupun teman diluar bisnis perdagangan. Sebagai contoh nyatanya adalah toko emas Anoman dan toko emas Rajawali. Mereka adalah satu keluarga dari keturunan etnis Cina-Jawa yang latar belakangnya juga sebagai pedagang emas di Coyudan. Toko emas Rajawali dengan Anoman sejak pendirian pertamanya yaitu tahun 60-an sampai sekarang masih bekerja sama. Pemilik toko emas keduanya ini sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan kerjasama keluarga sejak masih kecil. Jika salah satu dari toko mereka mengalami kerugian, maka yang satunya akan membantu baik dari bantuan moril maupun materil. 44 Hubungan antarpribadi dan jaringan antarteman atau keluarga merupakan kunci sukses bagi pedagang etnis Cina pedagang emas di Coyudan. Jaringan kerja ini dapat dijalin dengan siapa saja asalkan identitasnya jelas. Dengan kata lain, hubungan pribadi dibina atas saling kerjasama dan saling percaya demi berkembangnya suatu bisnis. Hubungan-hubungan bisnis yang dibina oleh masyarakat etnis Cina perantauan adalah untuk mempersatukan kelompok-kelompok etnis mereka. Dengan
43
A Rani Usman., op.cit., hlm. 99-100. Wawancara dengan Leumiek Tchiang (pemilik toko emas Rajawali) pada tanggal 12 Januari 2012. 44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
adanya suatu jaringan tersebut mereka dapat saling membantu guna mengembangkan bisnis mereka hubungan pribadi antarsesama manajer atau pengusaha merupakan modal utama bagi etnis Cina yang mengembangkan bisnisnya.
D. Bisnis Keluarga Cina Pedagang emas di Coyudan Bisnis etnis Cina pedagang emas Coyudan dibina berdasarkan ikatan keluarga, yang merupakan jaringan bisnis yang telah mentradisi bagi etnis China pedagang emas. Perdagangan emas etnis Cina Coyudan berkembang karena memiliki jaringan antarkeluarga. Dalam sistem kekerabatan etnis Cina, Bapak dan Ayah adalah orang yang sangat berperan dalam melanjutkan estafet kepemimpinan perusahaan maupun dalam politik. Keluarga adalah segala-galanya dari struktur masyarakat etnis Cina pemilik toko emas.
45
Keluarga sangat menentukan keberlangsungan bisnis
mereka. Perusahaan keluarga adalah salah satu bentuk perusahaan berciri khas masyarakat etnis Cina perantauan. Dengan adanya jaringan keluarga dalam berbisnis membentuk perusahaan maupun perdagangan mereka menjadi kuat dan bertahan di mana saja dan kapan saja. Jaringan keluarga etnis Cina pada umumnya didasarkan pada ikatan darah. Tradisi Cina dalam memahami kekerabatan terutama dalam bisnis menggunakan konsep Fang. Fang ( cabang ) adalah unit dasar keluarga Cina. Fang 45
Djoenaedi Joesoef, dkk,. loc. cit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
mendefinisikan hubungan antara anak dan bapak. Hubungan tersebut didasarkan pada enam prinsip:46 1. Hanya anggota keluarga laki-laki yang dapat membentuk sebuah Fang. Para anggota keluarga wanita tidak masuk hitungan. 2. Hanya hubungan fang; hubungan tersebut tidak dijalin antara kakek dan cucu 3. Pembedaan antara saudara-saudara lelaki mengatur bahwa setiap anak lakilaki dalam keluarga membentuk satu fang. 4. Berbagai fang yang dibentuk oleh para anak laki-laki tunduk kepada Jiazu. 5. Sistem fang dapat diperluas dan bersifat kontinu dan bagi anak lelaki dari keluarga inti istri. 6. Setiap kelompok dari garis bapak dalam satu generasi dapat membentuk fang. Dalam tradisi Tiongkok, sistem kekerabatan didasarkan pada ikatan darah, sistem perkawinan dan adopsi. Dalam sistem kekerabatan tersebut ayah sebagai pemimpin rumah tangga adalah segala-galanya. Dengan kata lain ayah adalah pemegang, pengatur, dan penentu terhadap keluarga dibidang ekonomi, politik maupun agama.
47
Disamping itu dalam bidang bisnis selama era globalisasi
perdagangan peran ayah sudah agak berkurang dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi dalam pengumpulan harta dalam keluarga semua berfungsi sama. Artinya,
46
Andreas Tan Lee, Rahasia Kekayaan Orang-orang Cina, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008, hlm. 39. 47 HG. Creel, Alam Pikiran Cina, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990, hlm. 103. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
semua anggota keluarga berusaha sedemikian rupa agar mencari rizki walaupun kecil guna mengumpulkan hartanya. Realitas tersebut dapat dilihat bahwa semua anggota keluarga Cina berusaha sedemikian rupa membantu keluarganya dalam menjalankan bisnis. Menurut tradisi dan budaya Cina peran ayah sangat dominan dan penting. Dalam hal ini peran ayah merupakan komando yang berkaitan dengan ekonomi, hukum, dan agama. Ayah adalah segalanya bagi etnis Cina, kepatuhan seorang anak kepada ayah sangatlah mutlak. Disamping juga dalam suatu keluarga dipimpin oleh seorang ayah, boleh jadi merangkap sebagai pimpinan perusahaan. 48 Orang Cina sejak dulu senang berbisnis, terutama Cina perantauan. Bisnis etnis Cina sangat berhasil dibandingkan dengan bisnis orang pribumi. Jika sebuah perusahaan berhasil dalam bidang nonkeuangan, biasanya mengembangkan bisnisnya di bidang keuangan. Sehingga banyak etnis Cina menguasai pasar secara nasional maupun internasional, terutama di Asia. Demikian halnya sebagian besar etnis Cina di Coyudan bergerak dalam bidang bisnis perdagangan emas. Han Leumiek, merupakan anak pedagang emas Anoman di Coyudan. Leumiek setiap hari berinteraksi dengan orang Cina dan Jawa ( para pelanggan) sehingga sangat akrab dengan mereka. Di Surakarta sejak dulu sudah ada orang Cina yang bekerja dan berbisnis. Karena orang Cina banyak yang berbisnis dan berhasil
48
A Rani usman.,op.cit., hlm.102-103. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
oleh karena itu agar berhasil dalam bisnis, Leumiek harus menguasai bahasa Jawa dan Indonesia. Saat itu Leumiek menjabat sebagai Asosiasi Pedagang Emas di Surakarta. Menurutnya etnis Cina di Surakarta banyak yang berbisnis, termasuk berbisnis atau berdagang emas. Namun dalam bidang perdagangan emas etnis Cina di Coyudan juga berkembang dan tidak kalah bersaing dengan pedagang emas lainnya. Hubungan antara etnis Cina dan Coyudan berjalan cukup baik dan saling menghargai atas dasar prinsip perdagangan emas berjalan dengan harmonis. Walaupun etnis Cina banyak yang berkecimpung dibidang bisnis, namun di bidang emas di Surakarta masih berimbang, sehingga kejanggalan dalam pergaulan tidak begitu nyata. 49
49
Wawancara dengan Ketua Asosiasi Perdagangan Emas, Januari 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Orang-orang Cina diperkirakan sudah ada di Surakarta pada tahun 1746, tidak lama setelah kota Surakarta dijadikan Ibu Kota Kerajaan Mataram oleh Pakubuwana II.Sebagai akibat dari pertumbuhan dalam bidang ekonomi, infrastruktur, komunikasi, transportasi, edukasi, dan birokrasi sejak akhir abad ke-19, telah merangsang terjadinya urbanisasi. Semakin bertambahnya jumlah pendatang baru di Surakarta, termasuk orang-orang Cina, mengakibatkan terjadinya pemekaran lokasi hunian. Orang-orang Cina yang semula dilokasikan hanya di kampung Balong, mulai menyebar ke lokasi-lokasi lain di Kota Surakarta terutama sejak penghapusan wijkenstelsel dan passenstelsel pada tahun 1910. Diantaranya menyebar ke Coyudan (wilayah Kasunanan) dan Tambak Segaran, Kepatihan, Timuran, Ketelan, Gilingan (wilayah Mangkunegaran) walau begitu mereka masih tetap hidup secara berkelompok. Adanya etnis Cina yang datang ke Surakarta sejak awalnya adalah untuk membina hubungan yang saling menguntungkan. Etnis Cina berdatangan ke Surakarta hanya untuk berdagang, sebagaimana di kota lainnya. Setelah mereka hidup di Surakarta dari generasi ke generasi dan berinteraksi dengan masyarakat Surakarta, terjalin hubungan dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
masyarakat lingkungan tempat mereka tinggal terjadi dengan sendirinya melalui pola pemukiman, pola pendidikan, bisnis atau dagang, kegiatan sosial maupun kontrak kerja antara karyawan dan pimpinan. Pada awalnya perdagangan etnis Cina hanya berpusat diwilayah Balong (Pecinan), tetapi kemudian menjalar ke berbagai tempat yang salah satunya adalah wilayah Coyudan. Di wilayah Coyudan inilah banyak etnis Cina yang berbisnis dagang, diantaranya adalah penjual baju batik, patung plastik, baju anak balita sampai dewasa, dan jual beli emas. Di kawasan ini yang sangat menonjol adalah bisnis perdagangan emas milik orang-orang Cina sejak tahun 1930an. Hampir semua toko emas yang ada di Coyudan dimiliki oleh etnis Cina. Di wilayah Coyudan ada sekitar 10 toko emas yang menjual berbagai perhiasan emas, perak, berlian bahkan permata. Toko emas tersebut antara lain: toko emas Menjangan, Anoman, Gajah, Semar, Doro, Rajawali, Kunci, Macan, Kumala dll. Pada tahun 1930-an Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan emas di kota Solo dengan kompleks bangunan yang cukup panjang. Perdagangan emas oleh etnis Cina di Coyudan ini mayoritas merupakan warisan turun temurun dari generasi sebelumnya. Mayoritas pemilik toko emas yang ada di Coyudan merupakan orang-orang keturunan Cina, usaha ini dilakukan secara turun-temurun sampai sekarang. Ian Kiem Tjiang sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah awalnya adalah seorang pengrajin emas yang memiliki bakat untuk membuat emas. Kiem menjalankan usaha perdagangan emas di Coyudan Surakarta bersama keluarganya hingga saat ini. Tahun 1987 bisnis perdagangan emas di Karesidenan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Surakarta semakin merajalela. Banyak bermunculan toko-toko emas di wilayah Karanganyar, Palur, Colomadu, Pasar Legi, dan banyak tempat lain yang dekat dengan pasar. Pada tahun 1985 nilai penjualan dalam perdagangan emas di toko emas khususnya wilayah Coyudan ini, menggunakan nilai US dolar America. Nilai dolar America sangat berpengaruh terhadap nilai harga emas di Indonesia. Jika nilai dolar naik, maka harga emas juga akan melambung tinggi demikian juga sebaliknya. Toko emas Gajah menjual dan membeli berbagai macam jenis emas disetiap harinya dengan kualitas yang baik. Toko ini menjual banyak jenis emas, permata, logam mulia, dan belian, tetapi perak tidak termasuk didalamnya. Toko ini mayoritas pembelinya adalah masyarakat menengah ke bawah, seperti petani, guru, ibu rumah tangga, dan masyarakat tradisional lainnya. Pada tahun 1987-1995 harga emas di Coyudan sedang booming karena pada saat itu perkembangan perekonomian di Indonesia sangat meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Interaksi sosial antara etnis Cina dengan pribumi yang integratif masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat di Coyudan. Masyarakat Cina di Coyudan dijumpai etnis Cina dan pribumi yang telah berasimilasi melalui kawin campur dan akulturasi budaya sejak masa silam. Interaksi sosial Cina-Jawa di kampung Coyudan berbeda dengan wilayah lain dikota Surakarta yang cenderung menampakkan fenomena yang tidak menentu. Artinya, diluar kampung Coyudan terkadang interaksi itu menunjukkan adanya hubungan harmonis diantara etnis Jawa-Cina. Bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
hubungan Cina-Jawa mewujud nyata dalam interaksi yang integratif di Coyudan, sesungguhnya dapat ditelusuri melalui upaya dari kedua etnis tersebut untuk saling menjaga kerukunan dan kesatuan. Etnis Cina pedagang emas di Coyudan sebagian besar dalam berkomunikasi terhadap masyarakat sekitarnya menggunakan bahasa Jawa, tetapi berkomunikasi dengan keluarga mereka sendiri menggunakan bahasa Indonesia. Etnis Cina pedagang emas di Coyudan memiliki upaya dan keselarasan yang sering kali diperlihatkan oleh etnis Cina di Coyudan, sebagai bagian dari etnis Cina yang tersebar di mana saja di penjuru dunia, maka etnis Cina di Coyudan juga memiliki kecenderungan menjaga tradisi maupun konsep yang mereka warisi secara turuntemurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari sejak zaman leluhur mereka, yakni harmonitas dan keselarasan. Keberhasilan bisnis etnis Cina dalam perdagangan emas di Coyudan memberikan gambaran atas perkembangan budaya mereka. Keberhasilan bisnis Cina perantauan sering dikaitkan dengan nilai-nilai budaya dari ajaran konfusianisme. Realitas ini di Indonesia banyak etnis Cina yang merantau untuk mencari nafkah, mereka sebelumnya sebagai tenaga kerja di bidang pertanian, pertambangan, karena mereka sangat rajin dan ahli serta memiliki teknologi yang tinggi ukuran waktu itu. Budaya merantau dan ketekunan atau bekerja keras dan ulet telah ditanamkan sejak dari Negara leluhur mereka sehingga mereka sangat berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Gambaran tentang ketekunana, keuletan, dan tahan menderita merupakan cerminan dari masyarakat etnis Cina perantauan di Coyudan. Realitas tersebut menandakan bahwa banyak etnis Cina yang menunjukkan keberhasilan dalam bidang ekonomi, karena jika tidak ulet mereka tidak dapat hidup di negeri orang. Dengan adanya kepercayaan kemampuan dirinya serta berani mengambil risiko dapat menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Buktinya sejak dulu banyak dari etnis Cina yang berhasil di Indonesia sekaligus menguasai ekonomi di dalam masyarakat. Keunggulan etnis Cina dalam berbisnis lebih disebabkan mereka ulet dan tekun serta tahan menderita sekaligus sangat pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hidup. Keberhasilan etnis Cia dalam berdagang memang telah diwariskan secara turun-temurun, yang merupakan budaya mereka untuk berbisnis. Mata pencaharian etnis Cina pada umunya adalah berbisnis ataupun berdagang. Bakat dagang etnis Cina pemilik toko emas diturunkan dari ayahnya atau keluarganya. Keberhasilan bisnis perdagangan emas para pemilik toko tersebut tidak lepas dari peran pribadi dalam menjalankan perusahaan. Pribadi yang meyakinkan serta kepercayaan merupakan kunci sukses perusahaan etnis Cina pedagang emas di Coyudan. Hubungan antarpribadi dan jaringan antarteman atau keluarga merupakan kunci sukses bagi etnis Cina pedagang emas di Coyudan. Jaringan kerja ini dapat dijalin dengan siapa saja asalkan identitasnya jelas. Dengan kata lain, hubungan pribadi dibina atas saling kerjasama dan saling percaya demi berkembangnya suatu bisnis.
commit to user