FORUM
DIKLAT JARAK JAUH: TEORITIS MENUJU PRAKTIS Oleh: Drs. Asip Suryadi , M.Ed *
e-dukasi.net, sebuah contoh situs untuk belajar mandiri
DJJ Solusi Cerdas Upaya peningkatan siklus diklat dari 7 tahunan menjadi 4 atau 3 tahunan yang dicanangkan Badan Litbang dan Diklat Depag merupakan sebuah tantangan berat mengingat kapasitas dua Pusdiklat dan 12 Balai Diklat yang masih terbatas. Apalagi ketika diklat guru-guru Non-PNS yang mengabdi di madrasah harus juga didiklat oleh Pusdiklat dan Balai Diklat maka canangan siklus diklat 3 tahunan nampak menjadi tidak realistis. Untuk menjawab tantangan tersebut Badan Litbang dan Diklat Depag pada tahun 2008 menggagas paradigma baru kediklatan yang disebut diversifikasi diklat. Yaitu sebuah program untuk melipatgandakan penyelenggaraan diklat dengan cara menambah model penyelenggaraannya. Salah satu model dalam diversifikasi yang dimaksud adalah Diklat Jarak Jauh (disingkat DJJ) bagi para pegawai teknis Departemen Agama. Melalui DJJ para pegawai dalam jumlah yang berlipat dapat mengikuti diklat tanpa harus datang ke Pusdiklat * Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Jakarta
16 - MEdIK - Nomor 1, Januari - April 2009
dan Balai Diklat. Ini merupakan solusi cerdas karena dapat melipatgandakan hasil tanpa harus melipatgandakan infrastruktur fisik. Dalam tulisan ini akan didiskusikan aspek teoritis mengenai Diklat Jarak Jauh. Tulisan ini dimaksudkan untuk memicu agar para penyelenggara dan instruktur DJJ mencari tahu lebih dalam mengenai DJJ sehingga memiliki landasan untuk melaksanakan dan mengembangkannya. Ja-ngan sampai melaksanakan DJJ tanpa didasari pe-ngetahuan yang memadai. Selama ini sering ditemui bahwa para penyelenggara dan widyaiswara hanya melaksanakan diklat sebagai sebuah kegiatan praktis-rutinitas atau kadang menjadi sebuah tradisi saja. Bahkan menjadi dogma yang dilembagakan sehingga tidak boleh berubah. Hal ini dapat menyebabkan stagnasi. Salah satu cara agar selalu terjadi perubahan adalah dengan cara memahami teori yang paling up to date sebagai landasannya dan melakukan riset untuk mengembangkannya. Pendidikan Jarak Jauh (Distance Education) Istilah Diklat Jarak Jauh merupakan turunan dari konsep Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning) dan Pendidikan Jarak Jauh pada hakikatnya adalah Pendidikan Terbuka. Munurut Yusufhadi Miarso (2004: 3004) konsep Pendidikan Jarak Jauh adalah
pendidikan sepanjang hayat yang berorientasi kepada kepentingan, kondisi dan karakteristik pemelajar, diselenggarakan dengan menggunakan beragam pola dan aneka sumber belajar. Pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan terbuka yang terstruktur dan diawasi secara ketat. Konsep pendidikan sepanjang hayat adalah landasan filosofis dari pendidikan terbuka jarak jauh. Yaitu sebuh model pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siapa saja, tanpa mengenal usia, untuk menguasai kompetensi apa saja, dimanapun, kapanpun dan dari apapun sumbernya. Dengan demikian model pendidikan ini sangat luwes (fleksibel) dalam hal waktu dan cara melakukannya. Berkaitan dengan karakter tersebut maka penyelenggaraan Pendidikan jarak Jauh harus didasarkan pada prinsipprinsip kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobolitas dan efisiensi (Miarso, 2004:306). Istilah-istilah yang memiliki pengertian sama dengan distance learning diantaranya, distance teaching, tele-learning, tele-teaching, tele-training, telecommunication-based education, outreach, web-based teaching, web-based learning, webbased training, blended learning dan sebagainya. Semua istilah itu menggambarkan sebuah proses pendidikan yang memiliki dua elemen pokok yaitu pertama, keterpisahan waktu dan ruang antara pemelajar dengan pembelajar (pemelajar = siswa; pembelajar=guru, fasilitator, tutor, instruktur); kedua tujuan dari proses adalah: belajar, pendidikan dan/atau training (Diklat) (Hefzallah, 2004:284). Pada dasarnya pendidikan jarak jauh memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan konvensional yaitu terjadinya proses pelatihan namuan tidak selalu terjadi pertemuan fisik antara pemelajar dengan pembelajar. Fokus kepada dua komponen utama tersebut para ahli mendefinisikan dalam bentuk yang berbeda meskipun intinya sama. Salah satu definisinya seperti yang diungkapkan oleh Moore dan Kearsely (1996): “Pendidikan jarak jauh (distance education) adalah proses belajar tarencana yang terjadi di tempat yang terpisah dengan proses pembelajaran yang mengakibatkan dibutuhkannya kekhususan dalam hal teknik perancanagan, teknik instruksional, metode komnikasi dengan elektronik dan teknologi lain, serta pengaturan dan administrasi.” Dalam definisi tersebut secara eksplisit disebutkan bahwa pendidikan jarak jauh adalah sebuah pendidikan yang dirancangan agar terjadi proses belajar meskipun ada keterpisahan jarak antara pemelajar dengan pembelajar. Hal keterpisahan itu
menyebabkan dibutuhkannya rancangan kurikulum, strategi pembelajaran serta media dan sumber belajar yang khusus. Berdasarkan sumber-sumber bacaan dapat dirumuskan karakter pendidikan jarak jauh sebagai berikut: 1. Pendidikan jarak jauh bertujuan untuk mencapai suatu dampak belajar (learning outcomes), fokus ke peningkatan dan pembaruan (update) pengetahuan professional dan memperluas wawasan intelektual. Oleh karena itu pendidikan jarak jauh pada awal sejarahnya ditujukan bagi orang dewasa dan/atau siswa kelas tinggi (kelas 12 ke atas). 2. Jarak memisahkan tempat antara pemelajar. Perbedaan tempat dan waktu antara pembelajar dengan pemelajar menyebabkan proses belajar dalam pendidikan jarak jauh menjadi sangat individual dan pleksibel karena dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dari apapun dan dengan siapapun. Sifat ini yang memungkinkan orang untuk belajar mandiri dan sepanjang hayat. 3. Prinsip utama Pendidikan jarak jauh adalah belajar mandiri (independen learning), yaitu sebuah kegiatan belajar dengan sedikit bantuan dari pembelajar dan tenaga kependidikan lain. Sebagai konsekuensinya maka pemelajar memilih sendiri kurikulum yang akan dipelajarinya, sumber belajar yang ingin digunakan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya . Pemelajar juga memiliki pilihan untuk menentukan penyelesaian program belajarnya. Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Proses belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh justru disarankan untuk berkolaborasi dengan sesama teman dan dengan siapapun yang sekiranya dapat membantu. 4. Kesenjangan jarak dan waktu menuntut rancangan dan strategi pembelajaran yang khusus. Bertemu muka dengan berkomunikasi jarak jauh antara pemelajar dengan pembelajar memiliki dampak psikologis yang sangat berbeda. Ketika orang belajar tidak melalui tatap muka maka sering terjadi kemalasan pada pemelajar karena secara psikologis tidak merasa dituntut apa-apa. Oleh karena itu rancangan kurikulum harus didisain agar orang tertarik untuk mempelajarinya, materinya harus yang dibutuhkan, medianya harus mudah diakses dan merangsang untuk belajar, disediakan help-desk yang dapat membantu kesulitan teknis dan tutorial yang diselenggarakan pada waktu yang cocok dengan pemelajar. 5. Pemelajar menentukan sendiri waktu untuk belajar dengan cara membaca modul cetak atau Nomor 1, Januari - April 2009 - MEdIK - 17
mengakses sumber dan media belajar elektronik dan web, kecuali proses pembelajaran dilakukan melalui tutorial dalam waktu yang sama (synchronous) seperti mendengarkan tutorial melalui radio, TV, chatting, teleconference, dan sejenisnya. 6. Interaksi yang berbentuk synchronous (dalam waktu yang sama) maupun asynchronous (dalam waktu yang berbeda) antara pemelajar dengan pembelajar harus dijembatani. Yang dimaksud dengan dijembatani adalah disediakan media dan sum- Ragam media untuk belajar jarak jauh ber belajar yang memadai fitas, bahkan bisa terjadi kemubadziran, dimana serta strategi pembelajaran yang tepat. Jemtenaga dan biaya yang besar tidak dapat mendubatan bisa berbentuk media cetak (modul, buku kung ketercapaian tujuan dan tidak berdampak dan sejenisnya), media elektronik (radio, tv, apa-apa terhadap peningkatan kinerja pebelajar. kaset, CD, chip, telephon dan sejenisnya) dan Kedelapan karakter di atas merupakan lanmedia online (web, e-mail, face book, web-cam dasan dalam penyelenggaraan Pendidikan Jarak dan sejenisnya. Selain itu harus tersedia tenaga Jauh. Gambaran utuh dari karakter tersebut adalah ahli yang mengatur dan mendukung sistem ser- bahwa Pendidikan Jarak Jauh merupakan model ta menjembatani komunikasi antara pemelajar pendidikan yang sama sekali berbeda dengan pendan pembelajar. didikan konvensional. Oleh karena itu kurikulum, 7. Teknologi komunikasi menjadi penting untuk strategi pembelajaran, media dan sumber belajar menentukan hasil belajar jarak jauh. Diklat Jarak serta pengelolaannya bisa berbeda sama sekali. Jauh bukan merupakan model baru dalam penKurikulum harus dirancang agar sesuai dengan didikan, namun memiliki momentum dan pers- kebutuhan pemelajar. Untuk itu harus dilakukan pektif baru ketika terjadi revolusi teknologi in- need assessment yang benar-benar dapat menguformasi interaktif. Dulu belajar jarak jauh hanya kur kebutuhan aktual calon pemelajar. Kalau tidak dapat dilakukan melalui korespondensi melalui maka calon pemelajar tidak akan tertarik untuk pos dengan keterbatasan kecepatannya, kini mempelajarinya. Pendidikan Jarak Jauh dengan dapat dilakukan secara virtual dengan jangkauan kurikulum yang tidak sesuai tidak akan laku. tanpa batas. Revolusi ini telah memungkinkan Karakter kurikulum yang digunakan akan berorang untuk belajar secara individu dan sepan- dampak terhadap strategi, media dan sumber belajang hayat (life long learning). jar. Strategi pembelajaran berkaitan dengan sistem 8. Dibutuhkan organisasi dan manajemen yang penyampaian (delivery system) dan fasilitasi yang khusus untuk menyelengarakannya. Penyeleng- harus diperoleh para pemelajar agar dapat melakugaraan DJJ tidak bisa dilaksanakan hanya se- kan proses belajar dengan mudah dan dapat mebagai pekerjaan sampingan yang bisa dikelola nyelesaikannya dengan cepat. Sedangkan media oleh siapa saja dan kapan saja, melainkan harus dan sumber belajar berkaitan dengan fasilitas yang ada perencanaan, organisasi, pemangku tugas, harus diberikan untuk membantu kemudahan belasistem manajeman, perangkat dan budget yang jar dan kecepatan penyelesaian program. pasti. Yang tidak kalah pentingnya adalah sistem Memfasilitasi orang belajar di kelas tatap muka monitoring dan evaluasi yang terencana dan sis- atau tutorial tatap muka tentu saja harus berbeda timatis. Bahkan dibutuhkan riset pengembangan dengan memfasilitasi orang belajar pada tempat (developmental research) agar tidak terjadi stag- dan waktu yang berbeda dengan fasilitator. Akibatnasi. Ketidaklengkapan komponen-komponen nya strategi pembelajaran, media dan sumber betersebut dapat berakibat inefisiensi dan inefeki- lajar akan sangat berbeda. Oleh karena itu penen18 - MEdIK - Nomor 1, Januari - April 2009
tuan strategi, media dan sumber harus dilakukan melalui penelaahan yang holistic dan komprehensif. Bahkan harus dilandaskan kepada hasil penelitian dan pengalaman penyelenggaraan di tempat lain. Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam menentukan strategi dan media sumber belajar diantaranya: siapa, dimana tinggal, usia berapa, teknologi apa yang tersedia. Yang juga harus dipertimbangkan adalah bahwa tidak ada strategi, media dan sumber belajar yang cocok untuk siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Oleh karena itu sebaiknya diberikan alternatif agar pemelajar dapat memilih yang tepat untuk dirinya sehingga dapat belajar dengan nyaman. Misalnya media belajar dapat terdiri dari alternatif modul, radio, video, CD, audio conference, video conference, video streaming, web based dan sebagainya. Diklat Jarak Jauh di Pusdiklat Teknis Keagamaan Diklat Jarak Jauh (DJJ) merupakan salah satu bentuk dari Pendidikan Jarak Jauh. Prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan DJJ sama dengan prinsip yang berlaku dalam Pendidkan Jarak jauh meskipun kemungkinan akan ada perbedaan dalam variasi pelaksanaan. DJJ yang dicanangkan oleh Pusdiklat Teknis Keagamaan adalah DJJ yang utamanya berbasis IT dengan media kaset, radio, TV, CD, flash disk dan internet. Dalam pelaksanaannya Pusdiklat Teknis bekerja sama dengan Pustekkom untuk mengembangkan dan mengelola sebuah sistem online manajemen system yang disebut Learning Manajemen System (LMS) dengan menggunakan aplikasi Moodle. Dalam system tersebut modul-modul dan tugastugas belajar di-upload kedalam online networking agar dapat diakses oleh peserta di access point yang ada di 12 Balai Diklat Departemen Agama dan beberapa madrasah yang ditunjuk. Untuk tutorial jarak jauh disediakan siaran radio yang diriley ke seluruh tanah air. Bagi peserta yang belum dapat mengakses internet maka dapat menggunakan media CD yang dibagikan kepada mereka. Media CD tersebut dapat dibaca melalui perangkat computer atau dicetak. Sistem DJJ tersebut secara teoritis sudah memadai dan menggunakan media yang up to date. Penggunaan media berbasis IT sudah merupakan keharusan, karena salah satu ciri Pendidikan Jarak Jauh adalah penggunaan teknologi yang paling mutakhir. Meskipun begitu tentu saja bukan merupakan produk final, sistem tersebut masih harus disesuaikan dengan banyak hal. Ada beberapa pertanyaan untuk memastikan
bahwa sistem ini secara teoritis sudah baik. Beberapa pertanyaan yang dimaksud sebagai berikut: 1. Sudahkah melakukan analisis kebijakan dan/ atau survey yang dapat meyakinkan bahwa DJJ memang dibutuhkan oleh calon pemelajar? 2. Sudahkah melakukan need assessment untuk meyakinkan bahwa kurikulum DJJ sudah memenuhi kebutuhan calon pemelajar? 3. Sudah tersediakah bahan ajar yang dibutuhkan? 4. Apakah modul khusus disusun untuk model Diklat Jarak Jauh? 5. Sudahkan melakukan analisis teoritis dan praktis bahwa strategi yang akan digunakan sesuai dengan karakter peserta yang meliputi usia, kebiasaan belajar (gaya belajar), lokasi peserta, kultur dan akses terhadap sumber dan media belajar? 6. Sudahkah mempertimbangkan kemudahan dalam mengakses media dan sumber belajar yang disediakan? Misalnya kalau menggunakan media internet, apakah bendwith-nya sudah memadai untuk melayani jumlah peserta? Kalau menggunakan TV, apakah sinyalnya dapat ditangkap dengan baik dan jadwalnya sudah tepat? 7. Sudahkah menyiapkan Perangkat yang memadai untuk mengoperasikannya? 8. Sudahkah menyiapkan SDM yang memadai untuk mengopersikannya? 9. Sudahkah menyiapkan fasilitas help desk untuk membantu calon pemelajar mengoperasikan media dan sumber belajar? 10. Sudahkah menyiapkan tutor yang memadai? 11. Sudahkah menyiapkan organisasi pelaksanaannya? 12. Sudahkah melakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholder? 13. Sudahkah menyiapkan instrument, prosedur dan petugas utuk melakukan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan bahwa program berjalan sesuai dengan rencana? 14. Sudahkah menyiapkan lembaga untuk melakukan riset dan pengembangannnya? Mungkin masih banyak pertanyaan yang harus dilontarkan berkaitan dengan kesiapan DJJ. Namun keempatbelas pertanyaan di atas termasuk pertanyaan utama. Apabila pertanyaan tersebut sudah ada jawabannya setidaknya tidak terlalu beresiko untuk mengimplementasikannya. Jangan lupa bahwa pelaksanakan pertama harus merupakan langkah uji coba. Oleh karena itu harus disertai dengan perangkat penelitian yang inklusif dengan program.
Nomor 1, Januari - April 2009 - MEdIK - 19
Penutup Diklat Jarak Jauh di Lingkungan Pusdiklat Teknis Departemen Agama merupakan solusi cerdas untuk meningkatkan percepatan siklus diklat. Meskipun begitu, mumpung masih dalam tahap persiapan mari kita mengkaji terus baik secara teoritis maupun praktis bagaimana strateginya agar tidak mendapat sandungan dalam mengimplementasikannya. Bahkan ketika sudah diimplementasikan pun, sistem DJJ tidak boleh dianggap produk final, melainkan produk on going yang harus diukur dampaknya dan dikembangkan terus-menerus. Program ini harus disambut dengan optimis oleh semua pihak. Diharapkan semua pihak mem-
berikap kontribusi dalam persiapan, implementas i dan mengukur hasilnya. DAFTAR PUSTAKA Hefzallah, I.M.. 2004. The New Educational Technologyes And Learning, Second Edition. Illinois: Charles C. Thomas Publisher LTD. Miarso, Y.H. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Siddiqui, M.H. 2004. Encyclopedia of Education Technology. Vol. 4. Distance Learning echnologies in Education. New Delhi: Sarasgraphics Mayapuri
RAT KOBADIKLAT SHU MENINGKAT TAHUN BUKU 2008
Kepala BDK Jakarta sedang memberikan pengarahan
Rapat Anggota Tahunan ke-14, tahun buku 2008 Koperasi Pegawai Balai Diklat (Kobadiklat) Jakarta yang dilaksanakan pada hari Senin 27 April 2009 dihadiri oleh sebagian besar anggotanya, kendatipun sedang sibuk karena padatnya jadual diklat. Kepala Balai Diklat Keagamaan Jakarta Drs. H. Nurzaman, M.Si selaku Pembina Kobadiklat dalam sambutannya mengatakan bahwa keberadaan Kobadiklat agar dapat meningkatkan kesejahteraan angggotanya, Melaui pengembangan usaha yang dapat memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya dan juga ke depan Kobadiklat mampu meningkatkan jumlah pinjaman anggota dengan jumlah yuang lebih besar seperti koperasi Kandepag Kota Jakarta Selatan yang telah mampu memberikan 20 - MEdIK - Nomor 1, Januari - April 2009
pinjaman kepada anggotanya di atas Rp. 40 Jt. Kepala Balai juga menyampaikan beberapa hal yang seyogyanya menjadi bahan pembahasan dalam RAT, yaitu pertama peserta rapat agar meng-evaluasi kinerja yang telah dilaksanakan oleh Kobadiklat, identifikasi hal-hal positif untuk dipertahankan dan kekurangan untuk segera diperbaiki, kedua para anggota hendaknya kritis dan sekaligus memberikan masukan-masukan dan usulanusulan positif demi kemajuan Kobadiklat. Ketiga meningkatkan fasilitas, termasuk tempat yang refresentatif. Keempat lakukan pembinaan kepada pengurus dan anggota tentang perkoperasian dengan mengikutsertakan pelatihan dan penambah-an pegawai bagian pelayanan yang dapat selalu siap malayani kebutuhan anggota dan konsumen tetapnya yaitu peserta diklat. Sementara itu, ketua Kobadiklat H. Noor Chasan, S.Pd.I dalam laporan pertanggungjawabannya menyampaikan bahwa capaian rentabilitas menunjukkan angka 54% (1 Tahun) artinya bahwa kinerja Kobadiklat Jakarta dilihat dari aspek finansial meningkat jika dibandingkan dengan pencapaian rentabilitas tahun 2007 yang mencapai 40,71%, dengan demikian: terjadi kenaikan SHU secara akumulatif sebesar 64% yaitu dari Rp. 40.976.000,- menjadi 67.326.326.119,-. Alhamdulillah!