Pringgitan Kiwa, Pendapa Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan, Danurejan, Yogyakarta tel: 02747460235-562811 pes. 1231 fax: 0274374919 email:
[email protected]
Dialog Budaya & Gelar Seni “YogyaSemesta” Seri-71 Topik:
PENGEMBANGAN DESA WISATA
DESA WISATA menurut Wiendu Nuryanti dalam Concept, Perspective and Challenges (1995) adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Definisi Lainnya Sedangkan menurut Edward Inkeep dalam Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach (1991), Desa Wisata adalah desa dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam, atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat. Pendapat lain dikemukakan Agus Muriawan Putra dalam Konsep Desa Wisata (Juni 2006), serupa dengan abstraksi Dr. Ir. Soemarno, MS dalam Desa Wisata (2010), Desa Wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari segi sosial budaya, adat-istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa, serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, makan, minum, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya. Komponen Utama Maksud dari pengertian di atas, bahwa Desa Wisata adalah suatu tempat yang memiliki ciri dan nilai tertentu yang dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan dengan minat khusus terhadap kehidupan pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik utama dari sebuah Desa Wisata adalah kehidupan warga desa yang unik dan tidak dapat ditemukan di perkotaan. Terdapat dua komponen utama dalam Desa Wisata: 1. Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan/atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk dimanfaatkan untuk tempat tinggal wisatawan. Di dalam Desa Wisata, konsep yang diterapkan harus sejalan dengan kekhasan dari desa tersebut, misalnya rumah joglo, rumah panggung, dan sebagainya. 2. Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan interaksi wisatawan sebagai partisipasi aktif dalam kehidupan keseharian penduduk, seperti kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. Maksud dari pengertian di atas adalah keaslian kondisi desa yang menjadi daya tarik Desa Wisata, serta memungkinkan wisatawan melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak biasa. 1
Prinsip Dasar Pengembangan Pengembangan dari desa ke desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Fasilitas wisata skala kecil beserta pelayanan dikembangkan di dalam atau dekat dengan desa. Fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, baik oleh individu maupun dengan bekerjasama. Pengembangan desa wisata didasarkan “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut. Berdasar penelitian dan studi UNDP/WTO dan konsultan Indonesia, ada dua pendekatan dalam menyusun kerangka kerja pengembangan desa menjadi desa wisata, yaitu dengan pendekatan pasar dan pemanfaatan bangunan fisik khas yang dimiliki desa. Pendekatan Pasar 1. Interaksi Tidak Langsung Model pengembangan didekati dengan desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan. Misalnya: penulisan buku tentang desa, beserta kehidupan desa, seni dan budaya, arsitektur tradisional, latar sejarah, atau pembuatan kartu pos dan sebagainya. 2. Interaksi Setengah Langsung Bentuk-bentuk one day trip wisatawan, dengan acara makan makanan khas lokal, dan berkegiatan bersama penduduk. Prinsip model ini, wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal di desa. 3. Interaksi Langsung Wisatawan tinggal-inap dalam akomodasi yang disiapkan desa. Dampaknya dikontrol atas dasar daya dukung dan potensi masyarakat. Alternatif lain dari model ini adalah kombinasi model kedua dan ketiga. (UNDP and WTO, Tourism Development Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism Organization, 1981). Pada pendekatan ini diperlukan beberapa kriteria persyaratan: 1. Atraksi Wisata: semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa. 2. Jarak Tempuh: jarak tempuh dari kawasan wisata dan tempat tinggal wisatawan, selain keterjangkauan jarak dari kota. 3. Besaran Desa: menyangkut jumlah rumah dan penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa yang berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan desa. 4. Sistem Kepercayaan dan Kemasyarakatan: merupakan aspek penting mengingat adanya aturan khusus pada komunitas desa, serta agama mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada. 5. Ketersediaan Infrastruktur: meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, listrik, air bersih, drainase, telepon dan utilitas lainnya. Masing-masing kriteria digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa wisata, untuk kemudian ditentukan apakah suatu desa wisata memiliki salah satu dari ketiga tipe tersebut. Pemanfaatan Bangunan Fisik Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan menggunakan standar-standar khusus dalam mengontrol perkembangan dan penerapan aktivitas konservasi.
2
1. Mengonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur yang khas, dan mengubah fungsi rumah menjadi museum desa untuk biaya perawatannya. Contoh model ini adalah Desa Wisata di Koanara, Flores. Desa wisata yang terletak di daerah wisata Gunung Kelimutu ini mempunyai aset wisata budaya berupa rumah berarsitektur khas. Dalam rangka mengkonservasinya, penduduk desa memuseumkan rumah yang sudah dikonservasi itu. Dibangun juga sarana wisata untuk pendakian Gunung Kelimutu dengan fasilitas berstandar resor minimum dan kegiatan budaya lain. 2. Mengonservasi seluruh desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung perkembangan penduduk desa dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan fasilitas-fasilitas wisata. Contoh model ini adalah Desa Wisata Sade, Lombok. 3. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa yang dioperasikan oleh penduduk desa sebagai industri skala kecil. Contoh model ini adalah Desa Wisata Wolotopo di Flores. Aset wisatanya sangat beragam, antara lain: kerajinan tenun ikat, tarian adat, rumah tradisional dan pemandangan laut. Membangun perkampungan skala kecil di dalam lingkungan Desa Wolotopo yang menghadap ke laut dengan atraksi-atraksi budaya yang unik. Fasilitas wisata ini dikelola sendiri oleh penduduk desa setempat. Fasilitas wisata berupa akomodasi, restoran, kolam renang, peragaan tenun ikat, plaza, kebun dan dermaga perahu boat. Komponen Pendukung Sebuah desa dapat dikatakan sebagai Desa Wisata yang lengkap apabila memiliki beberapa komponen pendukung, selain akomodasi dan atraksi, yang memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata. 1. Fasilitas Fasilitas adalah sumberdaya yang khusus dibuat karena mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam aktivitasnya. Fasilitas ini dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada, atau membuat yang baru sesuai kebutuhan, namun tidak meninggalkan karakteristik dan keunikan desa tersebut. Beberapa contoh fasilitas Desa Wisata yang umum adalah: a. Fasilitas Perkemahan Menyediakan penyewaan alat-alat perkemahan, seperti tenda, alat masak, sleeping bag, matras, senter, dan lain-lain. Selain itu, juga penyediaan jasa pemandu outbond, pemasangan tenda, kebersihan, dan lain-lain. b. Fasilitas Makan-Minum Fasilitas ini bertujuan mendukung aktivitas wisatawan, lewat kerjasama dengan rumah makan/warung/katering atau dengan PKK. c. Pusat Jajanan dan Cinderamata Disediakan untuk sovenier dan oleh-oleh. Sebaiknya fasilitas ini dipusatkan di satu area yang cocok untuk kegiatan jual-beli. d. Pusat Pengunjung (Visitor Center) Adalah tempat membeli tiket masuk, memperoleh berbagai informasi, dan membeli beragam cinderamata khas desa. Visitor Center adalah dimana wisatawan diterima saat datang dan dilepas saat akan meninggalkan desa.
3
Fungsi Visitor Center: 1) Sebagai titik pertemuan. 2) Mempermudah pelayanan dan informasi lain. 3) Dapat berfungsi sebagai TIC (Tourist Information Center). e. Aktivitas Wisata Adalah apa yang dikerjakan wisatawan selama keberadaan mereka di Desa Wisata. Aktivitasnya dimodifikasi sehingga menjadi menarik, misalnya mengemas menanam padi menjadi lomba menanam padi. Beberapa aktivitas wisata yang lain: 1) Menikmati pemandangan 2) Memasak dengan tungku 3) Memancing 4) Berburu 5) Bersepeda santai 6) Hiking, dan lain-lain. 7) Pengembangan Umum a) Pembagian Zona Pembagian zona yang sesuai dengan tata guna lahan untuk memudahkan pembangunan demi mendukung kerapihan pengelolaan Desa Wisata. Pembagiannya dapat berdasarkan fungsinya, misalnya zona atraksi, fasilitas, akomodasi, dan zona asli yang tidak dibangun untuk pariwisata. b) Pengelolaan Pengunjung Adalah pengaturan pola aktivitas, alur kedatangan hingga kepulangan wisatawan, dan lain-lain. Beberapa teknik dalam pengelolaan pengunjung: Pembatasan jumlah area yang digunakan, selain untuk mengurangi resiko perusakan lahan, juga untuk memberikan privasi kepada penduduk. Penyebaran area agar wisatawan dapat melihat berbagai area dengan karakteristik yang berbeda, sehingga tidak membosankan. Pemusatan area untuk memudahkan pengontrolan kegiatan wisata. Pembatasan lama tinggal untuk meminimalisir pengaruh wisatawan. Sebab jika tinggal terlalu lama, dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap budaya lokal. Pemanfaatan area secara bergantian/musiman agar wisatawan tidak jenuh, dan menjaga ketidakmampuan daya dukung lahan. Selain itu, untuk paket wisata pertanian disesuaikan dengan musim tanam. Desa Wisata lebih baik dijadikan bentuk pariwisata minat khusus dengan jumlah wisatawan yang terbatas jumlahnya, karena merupakan wisatawan dari kalangan dan hobi tertentu. Selain itu, juga untuk menjaga ketidakstabilan sosial, budaya, dan lingkungan. Penentuan harga masuk untuk mengontrol masuknya wisatawan ke desa, sehingga dapat diketahui jumlah kunjungannya, selain untuk mendapatkan keuntungan yang sesuai. Pengaturan arus pengunjung dengan paket wisata, dimana wisatawan telah memiliki alur tersendiri untuk mengunjungi berbagai daya tarik wisata. Dengan menerapkan teknik-teknik pengelolaan pengunjung dengan baik, dapat memberikan manfaat terhadap berbagai aspek bagi desa.
4
Desa Wisata Kembangarum Gapura desa yang menuliskan “Anda datang senang, pulang tambah pintar” adalah motto Desa Wisata Kembangarum. Sebuah desa yang berjarak 20 km dari pusat kota Yogyakarta. Memasuki desa ini, Anda akan disambut perkebunan salak yang tertata rapi di sepanjang jalan desa, ditingkahi oleh sawah hijau terbentang, sungai dengan air jernih dan udara yang segar. Memanfaatkan tanah yang terdiri dari tanah warga, kas desa dan milik sanggar Pratista. Pengelolaannya mampu menggerakkan ekonomi lokal dengan menata apik potensi alamnya, sehingga sudah didatangi sekitar 65.000 orang, baik wisnu maupun wisman. Hal ini membuktikan bahwa pedesaan memliki potensi wisata khusus. Dan program desa wisata pun digalakkan untuk mengopimalkan potensi pedesaan. Kegiatan wisata ini banyak melibatkan peran masyarakat desa sendiri. Banyak kegiatan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Salah satunya Festival Pijat Massal, warga bertindak sebagai pemijat dan pengunjung menjadi pasien, sederhana tapi merekatkan hubungan satu dengan lainnya. Desa wisata Kembangarum diresmikan pada medio 2005. Desa ini menawarkan edukasi dan alam sebagai sajian wisata. Program-program yang dirancang dan dibangun di desa wisata ini mengedepankan edukasi atau pendidikan bagi anak-anak khususnya. Hal ini ditunjukkan degan adanya sanggar lukis dan perpustakaan yang dibangun menarik untuk anak-anak yang lokasinya berada di dekat sungai dan taman sehingga menambah suasana sejuk. Juga menawarkan sarana permainan tradisional di halaman pendapa yang dijadikan sanggar lukis. Berbagai permainan tradisional seperti enggrang, engklek, dakon, gobak sodor, dan lainnya dapat dimainkan di lokasi tersebut. Sungai yang terawat kebersihannya dijadikan sebagai arena permainan. Kolam pemancingan ikan dan kolam renang alami merupakan arena bermain yang tidak kalah menarik. Desa wisata Kembangarum memiliki luas 13 hektar sehingga banyak obyek dan arena permainan yang dapat disajikan di desa tersebut.
5
Paket Wisata 1. Menginap Di desa wisata Kembangarum terdapat sebuuah rumah yang dibangun khusus untuk para tamu dan penginapan. Rumah ini dibangun dari bambu, berlantai tanah, dan dihiasi dengan wayang dan lukisan-lukisan. Di depan rumah ini terdapat berbagai barang unik, seperti patung bambu dan kursi meja bambu. Di rumah ini pengunjung dapat memperoleh kenyamanan karena nuansa sejuk dari pemandangan dan suara gemercik air yang menenangkan. Rumah ini disewakan Rp 750.000 per malam untuk rombongan.
2. Melukis Wisatawan dapat memperoleh keterampilan melukis dengan membayar Rp 100.000 per orang. Fasilitas yang diberikan adalah kain kanvas, cat lukis, dan dilatih cara melukis yang benar. Hasil lukisan tersebut dapat dibawa pulang. Selain lukisan biasa, wisatawan dapat belajar batik tulis dengan biaya Rp 125.000 per orang. 3. Pijat Wisatawan memperoleh layanan pijat di pinggir sungai sambil menikmati keindahan alam dengan membayar Rp 50.000 per orang. 4. Kuliner Kuliner khas yang ditawarkan adalah nasi takir dengan harga Rp 20.000 per porsi. Sarana dan prasarana yang tersedia adalah: Masjid Homestay Arena pemainan Sanggar lukis Perpustakaan wisata Mobil dan sepeda untuk jelajah alam Rumah makan 6
Prestasi yang diraih desa ini, antara lain: juara 1 Hatinya PKK Tingkat Kabupaten, juara 1 Kebersihan dan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional, juara 1 Pembuatan Jamu seKabupaten Sleman (Jamu Pulih Raga), juara 1 Lomba Desa Wisata tahun 2008 se-Kabupaten Sleman, juara 1 Penampilan Seni Budaya dan Pameran Kabupaten Sleman. Pokok Bahasan Dalam dialog yang juga menampilkan beberapa Desa Wisata di DIY ini, akan membahas bagaimana Pengembangan Desa Wisata sebagai bentuk pariwisata pedesaan
(rural-tourism) wisata minat khusus berbasis komunitas untuk dikembangkan menjadi farmtourism, green-tourism, outdoor-tourism, agro-tourism, eco-tourism, dan nature/wildlife tourism, sesuai potensi unggulan desa yang dimilikinya agar lebih menarik minat wisatawan. Dialog Budaya & Gelar Seni Dialog Budaya & Gelar Seni “YogyaSemesta” Seri-71 ini, akan membahas topik ”Pengembangan Desa Wisata”, menampilkan narasumber Prof. Dr. Muhammad Baiquni, MA, Guru Besar Fakultas Geografi UGM dan Ketua Sekolah Pascasarjana Bidang Studi Pariwisata, Dr. Ir. Didik Purwadi, MEc, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY merangkap Plt. Kepala Dinas Pariwisata DIY, Kridho Suprayitno, Penggagas Desa Wisata Kembangarum, dan Ons Untoro, Divisi Kebudayaan Tembi Rumah Budaya. 7
Dialog dipandu oleh moderator/host Hari Dendi, Pengasuh “YogyaSemesta”. Gelar Seni berupa seni musik dari Grup Musik Pop “Fombi” dpp. Yopei Edho, Koordinator Forum Musik Tembi, disajikan sebelum acara dimulai, dan tarian “Rampak Salak” oleh IbuIbu PKK Kembangarum, serta “Jathilan” oleh Kelompok Tari “Krido Turangga” dari Kecamatan Depok, sebuah nomor tari outdoor untuk menyambut kedatangan tamu. Diselenggarakan Slasa Wage, 7 Oktober 2014 jam 18:30-22:00 di Bangsal Kepatihan, Danurejan, Yogyakarta. Kegiatan budaya ini akan diliput penuh oleh JogjaTV dengan siaran tunda pada Rabu, 15 Oktober 2014 jam 20:00. Dialog Budaya & Gelar Seni “YogyaSemesta” Seri 71 ini juga dalam rangka mangayubagya Adeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat Ke-258 pada 7 Oktober 2014 hari ini yang telah ditetapkan menjadi HUT Kota Yogyakarta ke-258. Dirgahayulah Kota Yogyakarta di hari ulang tahunnya ke-258 ini! Yogyakarta, 7 Oktober 2014 Komunitas Budaya “YogyaSemesta”,
Hari Dendi Pengasuh Catatan: Menurut Pengelola Desa Wisata Kembangarum, Hery Supriyatmo, salah satu persyaratan Desa Wisata adalah tingkat partisipasi Ibu-Ibu PKK harus 60 persen. Keterlibatan ini ditunjukkan dari tarian “Rampak Salak” yang diperagakan oleh Ibu-Ibu PKK, baik sebagai penari maupun karawitannya. Tarian ini menggambarkan semangat gotong-royong. Salak adalah buah yang memanennya sulit, melambangkan sebuah pekerjaan yang tidak gampang. Tetapi dengan gotong-royong (rampak), akan terjadi kesatuan tindakan, karena para pemangku kepentingan sudah mencapai golong-giliging manah yang bersumber dari watak dan laku “Ambêg Adil Pârâmartâ, Bèrbudi Bâwâ Laksânâ” dan “Mangasah Mingising Budi, Mêmasuh Malaning Bumi”. Tarian “Rampak Salak” yang berdurasi 7 menit ini, diawali dengan 2 penari utama wanita diiringi tembang, kemudian muncullah gunungan salak yang dibawa oleh para penari pendukungnya. Kemudian gunungan diserang oleh tikus-tikus (seakan “poli-tikus”), dan keluarlah pentul tembem. Dengan semangat gotong-royong, tikus-tikus itu bisa dibasmi, dan digotong bersama-sama ditingkahi oleh suara tabuhan kenthongan. Desa Wisata Kembangarum akan membangun setting “bedhol desa” ke Kepatihan berupa gubug kecil untuk menampilkan pameran hasil produk Ibu-ibu PKK, berupa ramuan spa, jamu, bakpia, dan olahan salak. Selain itu, ada beberapa pohon salak dalam pot supaya orang bisa seolah-olah memetik buah salak di kebun, disertai pameran lukisan sekaligus demo lukis anak-anak desa Kembangarum. Juga akan menghadirkan kelompok-kelompok Kecamatan lain binaan penggagasanya, Kridho Suprayitno. Dari Kecamatan Berbah kelompok petani jambu Daljari, penangkar arwana, pemancing udang galah, wanita tani Ratna Prawita yang mengolah pohon dan pisang uter menjadi beberapa produk makanan, kelompok grebeg Gajah Wong, dan pengrajin mete. Dari Kecamatan Depok, kelompok kemuning Putri Kedaton, kelompok tani perkotaan, KWT Kridowanito, dan jatilan Krido Turangga, sebuah seni tari outdoor di halaman Kepatihan untuk menyambut tamu-tamu “YogyaSemesta” (Tyas). 8
UNTUK DITEMBANGKAN BERSAMA DHANDHANGGULA Anyarkara sekaring memanis anuhoni laku kang utama samangke dumugèng tembé among karsa kang luhur anjangkepi labeting kardi aywa kongsi kèwuhan sadaya satuhu jejibahaning pakaryan amrih tata titi tentrem maratani sagung para kawula.
Dengan menyanyikan lagu yang indah marilah kita berbuat yang terbaik saat ini hingga nanti memelihara kehendak yang luhur menyempurnakan kehidupan jangan sampai menjadi beban karena semuanya itu adalah tuntutan kehidupan agar supaya kita semua bahagia dan sejahtera bersama.
(Soedarsono Satjiptorahardjo)
Kinanthi Subakastawa 1.Pra kadang swawi angidung angidung puji sesanti Kinanthi Subakastawa tilaran pujangga nguni pranyata ngemu surasa surasa dadya pepèling.
Mari kita semua menyanyi melagukan puji dan syukur puji syukur yang indah dan penuh hormat ciptaan pujangga lama ternyata mengandung maksud mengingatkan kita semua.
Senggakan: Jenang séla wader kalen sesondhèran, apuranto yen wonten lepat kawula. Kulik priyo priyo gung Anjani Putra, tuhu éman wong anom wedi kangélan. 2. Èngeta kita sadarum dadya dutaning Hyang Widhi tumitah ing madya pada memayu harjaning bumi ateteken sih katresnan hambirat sang satru sekti.
Ingatlah kita sekalian utusan Tuhan Yang Maha Esa diturunkan di dunia untuk memelihara alam dengan berdasar cinta kasih melebur musuh yang sakti.
Senggakan: Gelang swédha kancing gelung munggwing dhadha, aywa lali dèn nastiti sbarang karya. Carang wreksa wreksa kang rinéka janma, nora gampang golèk kawruh mrih raharja. 3. Memala sirna kalarut kalarut karoban ing sih sih sutresna mring sasama samaning manungsa urip urip adhedhasar tresna tresna mring sagung dumadi.
Bencana hilang terbuang musnah karena cinta kasih yaitu cinta kepada sesama sesama manusia hidup berdasar cinta kasih cinta pada semua ciptaan.
Srepeg Mataraman “Rangu-rangu” 1. Rangu-rangu tyas matrenyuh mawa suka rena radyan anggarjita ungguling ayuda, karsaning Hyang
Bila teringat haru hatiku bercampur kegembiraan pahlawanku bergembira karena memenangkan perang 9
dhuh Gusti dasih kula sumungkem ing Ngarsa pada, Gustiii............... kula 2. Ingarsanta kula nyuwun gunging pangaksama miwah wicaksana nyuwun panguwasa, ing tyas kula dhus Gusti mugi kula tulusa nglebur hangkara dhuh tuu..........lusa 3. Gusti Ingkang Maha Suci paringa ngapura mring para manungsa murih dadya èling, mring Paduka dhuh Gusti sembah kula sumungkem ing Ngarsa pada Gustiii..................kula
Oh Tuhan kekasihku aku bersujud di kaki-Mu Oh Tuhanku Dihadapan-Mu aku mohon mohon maaf ya Tuhan juga kebijaksanaan serta keteguhan, di hatiku Oh Tuhan semoga aku tulus hati memerangi hawa nafsu Oh tuluslah Tuhan Yang Maha Suci limpahkanlah maaf-Mu pada semua manusia agar mereka ingat, pada-Mu Oh Tuhan sujudku ini sujud di kaki-Mu Oh Tuhanku.
Gendhing Donga Panutup: Uler Kambang Nyamat Laras Pelog Muga-muga Gusti Kang Maha Kawasa ing wengi raina, tan kendhat angayamana mring bangsa lan negara Nuswantara mrih kalis ing sambekala Yo mas ... yo mas. Rumeksa mrih yo mas dadyo ee ee ee ee dadyo sumbering budaya kang dhahat medahi, warata sak jagad raya asung suka rena, ing lahir trusing wardaya kabeh nyata agung luhuring budaya kang pranyata bisa njunjung darajating bangsa endah edi nyata karyo kuncaraning praja. Pancasila dhasaring nagara kita nadyan beda-beda, suku tanapi agama nanging toh tunggal basa tunggal bangsa Nuswantara, iku nyata kang den udi dimen yek saeka-praya sengkut mbangun praja, met adil makmur warata cukup papan sandhang, boga nora kekurangan, kabeh nyata gung alit tumandang karya kanthi tyas legawa dadi santosaning bangsa kang dhahat kaesthi raharja sagung dumadi. Kaanggit dening: Nyi Tjondrolukito Alm. 10