KAJIAN TINGKAT KOMPETENSI PROFESIONALISME, SINERGITAS HUBUNGAN DAN KEBANGGAAN DIRI PENYULUH PERIKANAN KABUPATEN KEBUMEN DALAM TRANSFORMASI IPTEK ANTARA PENYULUH PERIKANAN DENGAN PELAKU UTAMA
Di susun oleh : Dwi Wahyuni Yulianty, A.Md NIP. 19800710 201101 2 005 Penyuluh Perikanan Pelaksana
PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KEBUMEN 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Segala Puji bagi Alloh Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyusun karya tulis “Kajian Tingkat Kompetensi Profesionalisme, Sinergitas Hubungan dan Kebanggaan Diri Penyuluh Perikanan dalam Transformasi Iptek antara Penyuluh Perikanan dengan Pelaku Utama”. Karya tulis ini menyajikan tentang tingkat kompetensi professional penyuluh perikanan, sinergitas hubungan dan kebanggaan diri penyuluh perikanan Kabupaten Kebumen dalam transformasi iptek antara penyuluh perikanan dengan pelaku utama. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu kami atas tersusunnya karya tulis ini. Semoga Alloh membalas kebaikan-kebaikan ini dengan pahala yang berlipat. Amin Kami menyadari masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki dalam menyusun karya tulis ini, untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Kebumen, November 2013
Penyusun
DAFTAR FOTO
NO
NAMA FOTO
HALAMAN
1.
Peta Kabupaten Kebumen
14
2.
Kegiatan Rapat Koordinasi Penyuluh Perikanan
17
3.
Kegiatan Penyuluhan Perikanan dengan Dem-Cara
18
4.
Penyuluh Perikanan sebagai Pengajar
19
5.
Kegiatan Penyuluh Perikanan melalui Radio
19
6.
Kegiatan Temu Koordinasi Penyuluh Perikanan
20
7.
Proses Komunikasi Penyuluhan Perikanan yang
23
Sinergis 8.
Penyuluh Perikanan Kabupaten Kebumen
26
9.
Sarana dan Prasarana Penyuluhan Perikanan
26
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul…………………………………………………………………... i Daftar Isi………………………………………………………………………… ii Kata Pengantar…………………………………………………………………...iii Daftar Foto …………………………………………………………………….. iv I.
Pendahuluan……………………………………………………………....... 1 1.1. Latar Belakang ……..………………………………………………. 4 1.2. Tujuan ..…………………………………………………………….. 4 1.3. Rumusan Masalah …..……………………………………………... 5
II. Tinjauan Pustaka dan Metode Penelitian .………………………………... 6 2.1. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 6 2.1.1. Definisi Penyuluhan ………………………………………… 6 2.1.2. Pentingnya Penyuluhan ……………………………………. 6 2.1.3. Pengertian Penyuluh ……………………………………….. 7 2.1.4. Kompetensi Profesional Penyuluh Perikanan ……………… 9 2.1.5. Definisi Kebanggaan Diri Penyuluh Perikanan ……………. 11 2.2. Metode Penelitian ………………………………………………….. 11 2.2.1. Rancangan Penelitian ………………………………………. 11 2.2.2. Unit Analisis dan Pengambilan Responden ………………… 11 2.2.3. Operasional Variabel ………………………………………... 12 2.2.4. Cara Pengukuran dan Model Analisis ………………………. 12 III. Hasil dan Pembahasan …………………………………………………….. 13 3.1. Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Kebumen …………………….. 13 3.2. Karakteristik Responden ……………………………………………. 14 3.3. Tingkat Kompetensi Profesional Penyuluh Perikanan ……………… 16 3.4. Rekomendasi dalam Penyiapan Penyuluh Perikanan Profesional ….. 24 IV. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 26 Kepustakaan ….. ………………………………………………………………. 27
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu jenis issue strategis pembangunan di Kabupaten Kebumen adalah peningkatan kualitas pelayanan public melalui peningkatan kinerja dan pemberdayaan aparatur yang jujur, professional, inovatif, kreatif dan produktif. Di samping itu permasalahan yang muncul, khususnya di bidang kelautan dan perikanan relative masih banyak mulai dari aspek teknis di dalam kegiatan pengolahan potensi kelautan dan perikanan sampai kepada aspek sumber daya manusia penyuluh perikanan dan kelembagaannya. Kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan tidak terlepas dari daya dukung lingkungan, keberlangsungan sumber daya alam dan dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak terkait dengan menekankan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Untuk berkembangnya usaha kelautan dan perikanan di wilayah tersebut tidak akan terlepas dari terjadinya penigkatan kualitas sumber daya pelaku utama pembangunan kelautan dan perikanan, khususnya di dalam pengembangan sumberdaya para pembudidaya ikan dan nelayan adalah adanya kegiatan non formal berupa penyuluhan (Soedijanto, 2003). Pelaku utama kegiatan penyuluhan sebagaimana diungkapkan dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah penyuluh. Oleh karenanya, keberadaan penyuluh perikanan yang
berkualitas mutlak diperlukan bila ingin melihat berkembangnya sumberdaya pelaku utama kelautan dan perikanan. Kabupaten Kebumen sebagai wilayah yang secara administratif pemerintahannya masih relatif berkembang, tentunya tetap masih memerlukan penyiapan dan kesiapan aparatur yang lebih professional atau memiliki kompetensi yang memadai termasuk aparatur pelaksana kegiatan penyuluhan, yaitu para penyuluh. Dengan demikian untuk lebih mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan di wilayah Kabupaten Kebumen, khususnya dalam mengembangkan sumberdaya pelaku utama dibutuhkan kehadiran penyuluh perikanan yang memiliki kompetensi professional yang memadai. Hasil penelitian tentang pendekatan penyuluhan pada masyarakat (Amanah et al.. 2004) memperlihatkan bahwa setiap komunitas masyarakat memiliki keunikan dan berbeda dalam hal nilai, orientasi, dan kebutuhan pengembangan diri, kelompok, komunitas, serta daya dukung lingkungan fisik.
Dalam hal ini komunikasi pembangunan melalui
penyuluhan perikanan dapat menjadi wahana transformasi situasi masyarakat dari sekarang ke kondisi yang lebih baik. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bahwa proses-proses penyuluhan kelautan dan perikanan belum berlangsung simultan, dan belum ada sinergitas yang baik anatara penyuluh perikanan dengan pelaku utama. Telaahan tentang permasalahan yang dihadapi pelaku utama, penyebab masalah, alternatif penyelesaian masalah, diperlukan untuk mendesain rancangan strategi penyuluhan perikanan yang relevan.
Tanpa strategi penyuluhan
perikanan yang jitu, masyarakat sebagai pelaku utama akan makin tertinggal.
Terdapat beberapa program andalan pemerintah dalam
konteks penyuluhan kelautan dan perikanan, namun belum memberikan dampak nyata terhadap peningkatan kualitas kegiatan penyuluhan perikanan dalam transformasi iptek terhadap pelaku utama. Di dalam menyongsong menjadikan Kabupaten Kebumen sebagai kawasan Mina Politan dan mewujudkan aparatur pelayanan public yang professional, maka penelitian yang memfokuskan kajian pada pemetaan dan analisis tingkat kompetensi professional, sinergitas hubungan dan kebanggaan diri penyuluh perikanan dalam transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi antara penyuluh perikanan dengan pelaku utama amat relevan untuk dilakukan. Dengan penelitian ini diharapkan selain diperoleh gambaran
yang
sesungguhnya
tentang
kondisi
kualitas
aparatur
penyuluhan perikanan, hal lainnya adalah diperolehnya rekomendasi sebagai bagian dari bentuk penyiapan dan pengembangan aparatur penyuluh perikanan yang memiliki kompetensi profesional yang memadai sehingga tercipta sinergi yang baik antara penyuluh perikanan dengan pelaku utama dalam transformasi iptek. Dan sebelum semua itu terwujud, tidaklah lebih baik jika tidak ditumbuhkan terlebih dahulu rasa kebanggaan di dalam diri sebagai penyuluh perikanan. Oleh karenanya, penyajian pada karya tulis ini berfokus pada tingkat kajian kompetensi professional, sinergitas hubungan dan kebanggaan diri dalam transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) antara penyuluh perikanan dengan pelaku utama.
1.2. Tujuan Tujuan penelitian dalam karya tulis ini adalah : (1) Mempelajari sejauh mana tingkat kompetensi profesioanal, sinergitas hubungan dan kebanggaan diri penyuluh perikanan Kabupaten Kebumen, (2) Menyusun rekomendasi di dalam menyiapkan aparatur penyuluh perikanan
Kabupaten
Kebumen
yang
memiliki
kompetensi
professional yang memadai (3) Menganalisis upaya dan tindakan mempuk rasa kebanggaan diri sebagai penyuluh perikanan
1.3. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan : (1) Dapat berkontribusi sebagai referensi bagi pengambil kebijakan di bidang penyuluhan kelautan dan perikanan, baik Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di dalam menyiapkan aparatur penyuluh perikanan yang memiliki kompetensi professional yang memadai di Kabupaten Kebumen (2) Memberikan kontribusi yang berarti untuk diperolehnya pemahaman yang lebih akurat tentang permasalahan tingkat kompetensi professional, sinergitas hubungan dan kebanggaan diri penyuluh perikanan di Kabupaten Kebumen (3) Menambah
khasanah
ilmu
pengetahuan,
khususnya
yang
berhubungan dengan ilmu Pembangunan Penyuluhan Perikanan dan Sosiologi Pedesaan
1.4. Perumusan Masalah Berdasakan uraian sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Seberapa jauh tingkat kompetensi professional penyuluh perikanan Kabupaten Kebumen ? (2) Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan dalam menyiapkan aparatur penyuluh perikanan Kabupaten Kebumen yang memiliki kompetensi professional yang memadai ? (3) Bagaimana seorang Penyuluh Perikanan mampu mensinergikan hubungan dengan pelaku utama dalam transformasi iptek (4) Peran dan pengaruh “Kebanggaan Diri” sebagai Penyuluh Perikanan dalam keberhasilan kegiatan penyuluhan perikanan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE
2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Penyuluhan Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor. Dalam hal ini tentu
dimaksudkan
untuk
memberikan
informasi,
wawasan,
pengetahuan, ketrampilan, teknologi, dan lain – lain kepaada seseorang atau masyarakat untuk menjadi tahu atau lebih tahu. Secara terurai Mardikanto (1993) menyebutkan bahwa penyuluhan dapat dipahami sebagai lima proses, yakni sebagai proses penyebaran informasi, proses penerangan, proses perubahan perilaku, proses pendidikan dan proses rekayasa sosial. Sehingga dalam penyuluhan perikanan, untuk menafsirkannya dapat dilihat berdasarkan konteks permasalahan atau materi yang sedang dibahas. 2.1.2. Pentingnya Penyuluhan Berkaitan
dengan
perannya,
Mosher
sebagaimana
dikutip
Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa seorang penyuluh harus mampu melakukan peran ganda, yaitu : (1) sebagai guru, artinya harus terampil menyampaikan inovasi untu mengubah perilaku sasaran, (2) sebagai analisator, artinya harus memiliki keahlian untuk melakukan pengamatan terhadap keadaan, masalah, dan kebutuhan masyarakat sasaran serta mampu memecahkan masalahnya, (3) sebagai konsultan, artinya harus memiliki keterampilan dan keahlian untuk memilih alternative perubahan yang paling cepat, yang secara teknis dapat
dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, dan dapat diterima oleh nilai-nilai social budaya setempat, dan (4) sebagai organisator, artinya harus memiliki keterampilan dan keahlian untuk menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya perubahan-perubahan, dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan maupun
mengembangkan
kelembagaan
yang
efektif
untuk
melaksanakan perubahan yang direncanakan. Oleh karena itu, menurut Mardikanto (1993), penyuluh juga harus dapat berperan sebagai jembatan penghubung anatara pemerintah dengan sasaran. 2.1.3. Pengertian Penyuluh Penyuluh menurut Undang-undang No. 16 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan sendiri dalam undang-undang tersebut diartikan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya di dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya. Menurut Roger (1983) penyuluh sebagai agen pengubah adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan
untuk mau dan mampu melakukan perubahan dengan mengadopsi suatu inovasi. Karena itu, seorang penyuluh seperti dikemukakan Mardikanto (1992) haruslah memiliki kualifikasi tertentu, baik yang menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap, dan keterampilan penyuluh yang professional. Peran penyuluh tidak hanya sebatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan pembangunan maupun untuk meyampaikan umpan balik atau tanggapan kepada pemerintah/lembaga
penyuluhan
yang
bersangkutan.
Menurut
Suhardiyono (1992) penyuluh haruslah dapat berperan sebagai pembimbing, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung
antara
masyarakat
sasaran
dan
lembaga
yang
diwakilinya. Penyuluhpun diharapkan dapat membantu sasaran mengenal masalah-masalah yang dihadapi sasaran dan membantu memberikan jalan keluar yang diperlukan. Oleh karenanya, agar penyuluh mampu berperan di dalam memfasilitasi pembelajaran haruslah memiliki kompetensi professional yang dibutuhkan, yaitu kompetensi yang mengacu kepada satu bidang pekerjaan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan peranannya, sebagai profesi.
2.1.4. Kompetensi Profesional Penyuluh Perikanan Kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugastugas secara efektif, sedang makna professional merujuk pada tingkat keahlian atau keterampilan yang didasarkan di dalam menjalankan tuntutan tugas atau profesinya (Imran dan Ganang, 1999). Dengan demikian kompetensi professional penyuluh perikanan adalah derajat kemampuan yang dimiliki penyuluh perikanan di dalam menjalankan tugas atau tuntutan profesinya secara efektif. Menurut Yoder (1999) ada delapan indicator kompetensi professional yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh, yaitu : (1) Kompetensi Administrasi, yaitu tingkat kemampuan yang mencakup aktivitas di dalam : merumuskan tujuan nyata dari program penyuluhan, orientasi bagi kerjasama antara staf, pengelolaan waktu
secara
efektif, pengembangan potensi
kepemimpinan, dan pengembangan kemampuan diri dan staf. (2) Kompetensi Perencanaan Program, yaitu tingkat kemampuan yang mencakup aktivitas : penentuan kebutuhan sasaran (client) program penyuluhan, penentuan tujuan dari program, identifikasi potensi sumberdaya, perencanaan program, pengembangan jadwal kegiatan penyuluhan. (3) Kompetensi Pelaksanaan Program, yaitu tingkat kemampuan yang mencakup aktivitas : kepemimpinan dalam perencanaan dan pelaksanaan program,
pengembangan hubungan kerjasama
dengan sasaran (client), penggunaan ragam teknik di dalam
mempengaruhi sasaran, kunjungan/anjangsana, dan membantu sasaran di dalam memecahkan masalah. (4) Kompetensi
Pengajaran,
yaitu
tingkat
kemampuan
yang
mencakup: aktivitas : pengembangan perencanaan pengajaran, penyajian
informasi,
pelaksanaan
kegiatan
prinsip
bimbingan
pengajaran,
atau
konseling,
perencanaan
dan
pengorganisasian kunjungan lapang dan pelatihan. (5) Kompetensi
Komunikasi,
yaitu
tingkat
kemampuan
yang
mencakup: mengontrol sikap dalam berkomunikasi, penyiapan publikasi
dan
penggunaan
alat
komunikasi,
membangun
komunikasi diantara staff dan sasaran serta pihak terkait. (6) Kompetensi
Pemahaman
Perilaku
Manusia,
yaitu
tingkat
kemampuan yang mencakup: menilai persepsi social, pengenalan budaya
sasaran,
identifikasi
kelompok
potensial
dalam
masyarakat sasaran, pengenalan perbedaan peta kognitif dan kelompok umur sasaran, dan mengidentifikasi dan mengenal perilaku sosial (7) Kompetensi memelihara Profesionalisme, yaitu kemampuan yang mencakup:
mengidentifikasi
peluang
untuk
meningkatkan
professionalism, membangun integritas kepribadian dan moral, membangun integritas intelektual, dan membangun rencana untuk pengembangan profesionalisme. (8) Kompetensi Evaluasi, yaitu tingkat kompetensi yang mencakup: penggunaan pendekatan eksperimental dalam kerja penyuluhan,
mengidentifikasi yang dibutuhkan untuk penelitian, kerjasama dengan lembaga penelitian, mempersepsi dan menggunakan temuan-temuan penelitian. 2.1.5. Definisi Kebanggaan Diri sebagai Penyuluh Perikanan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kebanggaan berasal dari kata dasar “Bangga” yang artinya besar hati. Jadi kebanggaan diri sebagai penyuluh perikanan bisa diartikan sebagai kebesaran hati sebagai penyuluh perikanan. tentunya perasaan positif ini yang akan meningkatkan
dengan
mendorong
secara
internal
kompetensi
professional penyuluh perikanan. 2.2.Metode Penelitian 2.2.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah sebagai penelitian survai yang bersifat deskriptif. 2.2.2. Unit Analisis dan Pengambilan Responden Unit analisis atau objek dari penelitian adalah para penyuluh perikanan yang ada di bawah naungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen yang membawahi kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan di Kabupaten Kebumen. Untuk penyeimbang informasi akan dilakukan pula proses wawancara dengan pihak terkait, yaitu atasan dari para penyuluh perikanan
(Koordinator Penyuluh
Perikanan) dan beberapa orang pelaku utama yang menjadi sasaran (client) dari kegiatan penyuluh perikanan bertugas. Pengambilan responden dilakukan secara sensus, yaitu para penyuluh bidang
kelautan dan perikanan yang ada pada tiap kecamatan di Kabupaten Kebumen. Jumlah responden seluruhnya sebanyak 11 orang dari total penyuluh perikanan sebanyak 23 orang. 2.2.3. Operasional Variabel Variable yang ditelaah meliputi delapan kompetensi professional, yaitu : (1) Kompetensi Adminstrasi (2) Kompetensi Perencanaan Program (3) Kompetensi Pelaksanaan Program (4) Komptensi Pengajaran (5) Kompetensi Komunikasi (6) Kompetensi Pemahaman Perilaku Manusia (7) Kompetensi memelihara Prrofesionalisme (8) Kompetensi Evaluasi Selain itu membahas telaahan tentang tingkat sinergitas hubungan dan kebanggaan diri penyuluh perikanan dalam transformasi iptek antara penyuluh perikanan dengan pelaku utama 2.2.4. Cara Pengukuran dan Model Analisis Cara
pengukuran
untuk
masing-masing
indikator
variabel
dilakukan dengan skala ordinal. Model analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan melakukan pengkategorian tingkat kompetensi rendah sedang, dan tinggi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Kebumen Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Bagian selatan merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa pegunungan, yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu. Di selatan daerah Gombong, terdapat rangkaian pegunungan kapur, yang membujur hingga pantai selatan. Daerah ini terdapat sejumlah gua dengan stalagtit dan stalagmit. Kabupaten Kebumen sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Selatan dengan Samudera Hindia, Barat dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap, dan
Timur dengan Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Purworejo. Kabupaten Kebumen terdiri atas 26 kecamatan yaitu Kecamatan Ayah, Rowokele, Buayan, Kuwarasan, Gombong, Karanganyar, Sempor, Karanggayam,
Adimulyo,
Puring,
Petanahan,
Sruweng,
Pejagoan,
Kebumen, Prembun, Mirit, Bonorowo, Padureso, Poncowarno, Aliyan, Kutowinangun, Buluspesantren, Sadang, Karangsambung, Klirong, dan Ambal, yang dibagi lagi atas sejumlah 449 desa dan 11 kelurahan dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 1.930 buah dan dibagi menjadi 7.027 buah Rukun Tetangga (RT). Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kebumen.
Kabupaten Kebumen mempunyai luas wilayah sebesar 128.111,50 ha atau 1.281,11 km² dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, namun sebagian besar merupakan dataran rendah. Penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2005 tercatat 1.212.809 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 0,79% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 293.373 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 947 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 2.867 jiwa/km² dan Kecamatan Sadang merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 351 jiwa/km². Foto. 1. Peta Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah
3.2. Karakteristik Responden Banyaknya penyuluh perikanan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 11 orang. Dilihat dai segi usianya menunjukkan bahwa sebagian besar responden (63,64 persen) memiliki usia yang tergolong sangat produktif. Sisanya, hanya sebagian kecil saja, yaitu sebanyak 36,36 persen responden tergolong produktif, yang berusia di atas 50 tahun. Dengan usia seperti ini merupakan suatu potensi, yang menunjukkan bahwa
peluang responden dalam meningkatkan potensi dirinya masih terbuka. Karena menurur Slamet (1975) menyatakan bahwa usia mempengaruhi kemampuan individu dalam mengembangkan potensi dirinya dalam belajar. Dari segi pendidikannya, menunjukkan baru sebanyak 27,27 persen responden berpendidikan sarjana. Sisanya sebanyak 72 persen adalah tamatan Diploma III. Dari segi pendidikan responden relative cukup baik, karena jauh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata di tingkat nasional seperti yang dicatat Slamet (2002) sebagian besar penyuluh di Indonesia sebanyak 69,90 persen berlatarbelakang pendidikan SLTA, yang sampai ke jenjang sarjana muda 21,6 persen dan tingkat sarjana hanya sebanyak 8,50 persen saja. 3.3. Tingkat Kompetensi Profesional, Sinergitas Hubungan dan Kebanggaan Diri Penyuluh Perikanan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat kompetensi professional penyuluh perikanan sebanyak 10,2 persen tergolong rendah, 67,04 persen tergolong sedang dan sebanyak 22,73 persen tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat professionalisme yang dimiliki penyuluh perikanan di Kabupaten Kebumen relative cukup baik. Namun demikian di dalam menunjang untuk tercapainya
keberhasilan
penyuluhan
perikanan
sebagaimana
yang
diharapkan, maka tetap harus ada upaya-upaya yang sistematis dan berkesinambungan dalam mendorong tercapainya profesionalisme penyuluh perikanan dari semua penyuluh perikanan yang ada. Karena hanya baru sebagian saja dari penyuluh perikanan yang ada yang relative sudah
menunjukkan tingkat profesionalismenya secara maksimal. Hal ini sangat relevan, karena Kabupaten Kebumen sebagai kabupaten yang baru ingin menjadikan wilayahnya sebagai Kabupaten Mina Politan dan mewujudkan aparatur pelayanan public yang professional. Secara lengkap tingkat kompetensi professional penyuluh perikanan Kabupaten Kebumen disampaikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Kompetensi Profesional, Sinergitas Hubungan dan Kebanggaan Diri Penyuluh Perikanan Kabupaten Kebumen Kategoro Kompetensi Unsur – unsur penelitian
No
(%) Rendah
Sedang
Tinggi
1.
Kompetensi Administrasi
18,18
72,73
9,09
2.
Kompetensi Perencanaan Program
9,09
63,64
27,27
3.
Kompetensi Pelaksanaan Program
0,00
72,73
27,27
4.
Kompetensi Pengajaran
0,00
63,64
36,36
5.
Kompetensi Komunikasi
0,00
54,54
45,46
6.
Kompetensi Pemahaman Perilaku Manusia
9,09
72,73
18,18
7.
Kompetensi Memelihara Profesionalisme
9,09
81,82
9,09
8.
Kompetensi Evaluasi
36,36
54,55
9,09
9.
Sinergitas Hubungan Penyuluh Perikanan 0,00
90,91
9,09
27,27
72,73
dan Pelaku Utama dalam Transformasi Iptek 10. Tingkat Perikanan
Kebanggaan
Diri
Penyuluh 0,00
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kompetensi administrasi penyuluh perikanan responden sebanyak 18,18 persen tergolong rendah, 72,73 persen tergolong sedang dan 9,09 persen tinggi. Keadaan ini belum maksimal, masih terlihat bahwa penyuluh perikanan belum optimal di dalam memiliki kompetensi administrasi yang diperlukan sebagai penyuluh. Kelemahan yang terlihat disini adalah karena setiap penyuluh perikanan memiliki wilayah kerja masing-masing sehingga tingkat koordinasi dan kerjasama antar penyuluh perikanan kurang. Untuk mengantisipasi hal ini, setiap bulan hari Jumat Minggu I secara rutin penyuluh perikanan Kabupaten Kebumen mengadakan rapat koordinasi penyuluh perikanan untuk lebih mensinergiskan langkah dalam membangun kelautan dan perikanan Kabupaten Kebumen. Foto 2. Kegiatan Rapat Koordinasi Penyuluh Perikanan.
Hasil penelitian tingkat kompetensi perencanaan program sebanyak 9,09 persen tergolong rendah, 63,64 persen tergolong sedang, dan 27,27 persen tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam merencanakan program penyuluhan perikanan sudah tergolong baik. Keadaan ini bisa dimengerti karena hal mendasar dan biasa dilakukan oleh penyuluh perikanan adalah melakukan perencanaan program.
Tingkat kompetensi pelaksanaan program sebanyak 72,73 persen tergolong sedang dan 27,27 persen tergolong tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh perikanan relative belum begitu baik dalam melaksanakan program yang telah disusunnya. Hal ini karena masih kurangnya penggunaan alat-alat bantu dalam melaksanakan metode dan teknik penyuluhan yang dilakukan baik itu berupa alat bantu media cetak seperti leaflet, folder, peta singkap maupun penggunaan alat bantu peragaan dan demonstrasi plot atau cara. Karena menurut Ban dan Hawkins (1999) agar suatu kegiatan penyuluhan mencapai efektivitasnya, maka penyuluh harus memperhatikan penggunaan alat bantu maupun teknik penyuluhan dengan sebaik-baiknya. Foto.3. Kegiatan Penyuluhan Perikanan dengan Demonstrasi Cara
Sebanyak 63,64 persen tergolong sedang dan 36,36 persen tergolong tinggi untuk tingkat kompetensi pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penyuluh perikanan relative sudah dapat melakukan kegiatan pengajaran dengan baik meski memang ada sebagian penyuluh perikanan yang belum begitu maksimal dalam melaksanakan kegiatan pengajaran. Hal ini karena disebabkan sering tidak dilakukannya kegiatan
demonstrasi cara atau pelatihan pada pelaku utama, karena keterbatasan dana yang tersedia. Foto.4. Penyuluh Perikanan sebagai Pengajar
Tingkat kompetensi komunikasi menunjukkan 54,54 persen tergolong sedang dan 45,46 persen tergolong tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa responden sebagian besar sudah memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Ini bisa terlihat pada peran dan partisipasi penyuluh perikanan dalam kegiatan penyuluhan perikanan lewat media terdengar, radio. Bekerja sama dengan Radio milik Pemerintah Kabupaten Kebumen, Radio IN 95 FM setiap Hari Rabu pukul 09.30-10.00 dalam acara Lingkar Wicara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen membahas hal-hal teknis seputar kelautan dan perikanan. Foto 5. Kegiatan Penyuluhan Perikanan melalui media Radio
Kompetensi pemahaman perilaku manusia sebanyak 9,09 persen tergolong rendah, 72,73 persen tergolong sedang dan 18,18 persen tergolong
tinggi. Hal ini mencerminkan sebagian penyuluh perikanan belum optimal dalam memahami perilaku manusia dimana masih belum memperhatikan pembedaan dari peta kognitif pihak sasaran untuk dapat bekerja secara efektif dalam kegiatan penyuluhan perikanan. Karena menurut Rogers (1983) seorang penyuluh sebagai agen pembaharu mesti memiliki kemampuan dalam memahami keadaan dan kondisi secara baik. Sebanyak 9,09 persen masuk kategori rendah, 81,82 persen sedang dan
9,09
persen
tinggi
untuk
tingkat
kompetensi
memelihara
profesionalisme. Keadaan ini menunjukkan bahwa penyuluh perikanan belum optimal dalam memelihara professional. Hal ini disebabkan karena para penyuluh perikanan sibuk oleh rutinitas harian mereka. Padahal menurut Martinez (1987) penyuluh sebagai agen pembaharu yang mumpuni haruslah
mampu
untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kualitas
profesionalismenya. Salah satu perwujudannya yaitu pelaksanaan Kegiatan Temu Koordinasi Penyuluh Perikanan Kabupaten Kebumen, Purworejo, Cilacap, Pubalingga dan Banjarnegara pada Selasa, 26 Maret 2013 dengan narasumber Koordinator Wilayah (Korwil) Regional II Pusluh KP, Bpk. Drs. Sumarno, MM. Karena dengan acara seperti ini mampu memupuk dan mempersatukan semangat kebersamaan penyuluh perikanan. Foto. 6. Kegiatan Temu Koordinasi Penyuluh Perikanan
Dan untuk kompetensi evaluasi, baru sebagian saja yang sudah baik, sebagian lagi malah ada yang masih kurang. Karena 36,36 persen tergolong rendah, 54,55 persen sedang dan 9,09 persen tinggi. Padahal dalam rangka mendorong berjalannya penyuluhan perikanan yang baik, menurut Belli (1991) penyuluh haruslah melakukan kegiatan evaluasi, yang perancangannya sudah dilakukan ketika proses penyusunan program. Hal ini karena memang masih jarang sekali penyuluh perikanan bekerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian termasuk penggunaan teknologi hasil penelitian secara tepat. Penulis sangat mengapresiasi Gelar Teknologi Perikanan yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) baru-baru ini di Balai Sudirman Jakarta.. Diharapkan daerah pun bisa mengakses teknologi tepat guna kegiatan kelautan dan perikanan yang tentunya bermanfaat untuk kemajuan penyuluhan kelautan dan perikanan. Dalam hal tingkat sinergitas hubungan penyuluh perikanan dengan pelaku utama memperlihatkan hasil sebanyak 90,91 persen masuk kategori sedang dan 9,09 persen kategori tinggi. Karena memang diakui atau tidak tugas seorang penyuluh perikanan tidaklah ringan karena berhubungan dengan
manusia-manusia
dewasa
yang
memiliki
sikap,
perilaku,
keterampilan serta tabiat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sementara, proses penyuluhan dituntut tidak sekedar menyampaikan infomasi teknologi tetapi lebih dari itu bagaimana proses penyuluhan yang dilakukan mampu merubah sikap, perilaku dan keterampilan sasaran penyuluhan jauh lebih baik dalam berusaha perikanan.
Seorang penyuluh janganlah memposisikan dirinya sebagai seorang guru tetapi hendaknya memposisikan dirinya sebagai partner (rekan) dalam menyelesaikan berbagai persoalan pelaku utama. Dalam menjaga hubungan yang harmonis antara penyuluh perikanan dan pelaku utama, seorang penyuluh perikanan harus bisa memperhatikan hal-hal penting : Pertama, jika Anda ingin mengumpulkan madu jangan tendang sarang lebahnya. Artinya seorang penyuluh perikanan dalam menyampaikan materi atau memberikan infomasi dan iptek yang terbaru janganlah sekalikali mengkritik, menghina, mencerca, menyalahkan atau mengeluhkan terhadap apa yang telah menjadi kebiasaan atau telah dilakukan oleh pelaku utama, kalau ingin materi, informasi atau iptek yang ingin kita transformasikan dapat diterima oleh mereka. Berbicaralah hal-hal yang baik tentang mereka dan jangan bicarakan hal yang buruk tentang mereka. Sebab dengan mengkritik mereka, mereka akan bertindak dengan cara yang sama seperti yang akan kita lakukan kalau kita berada dalam situasi yang sama. Kita harus ingat, tatkala kita berurusan dengan manusia kita bukan berurusan dengan makhluk logika tetapi berurusan dengan makhluk penuh emosi, makhluk yang penuh dengan prasangka dan makhluk yang dimotivasi dengan rasa bangga, angkuh dan sombong. Kedua, berilah penghargaan yang jujur dan tulus terhadap apa-apa yang baik yang telah dilakukan dan disampaikan oleh pelaku utama. Sebagai agen of change atau agen perubahan dalam sikap, perilaku, dan keterampilan pelaku utama, seorang penyuluh perikanan hendaklah bermurah hati dalam memberikan penghargaan secara jujur dan tulus
terhadap setiap keberhasilan dan kebaikan-kebaikan apa yang telah dilakukan oleh pelaku utama. Harus kita sadari sepenuhnya, setiap manusia termasuk kita sendiri memiliki sifat dasar untuk dihargai dan memiliki hasrat untuk menjadi penting. Ketiga, bangkitkan minat dalam diri pelaku utama. Dalam berkomunikasi sebagai penyuluh perikanan dengan pelaku utama dan keluarganya, seorang penyuluh perikanan sebaiknya lebih banyak membicarakan apa-apa yang menjadi keinginan pelaku utama termasuk harapan-harapan yang diimpikan dan tunjukkan kepada mereka bagaimana mereka harus memperolehnya, kita hendaknya menghindari berbicara mengenai keinginan-keinginan kita terhadap mereka. Keempat, jadilah pendengar yang baik, dorong pelaku utama untuk berbicara tentang diri mereka. Bila kita ingin menjadi penyuluh perikanan yang baik, jadilah pendengar pelaku utama yang baik dan penuh perhatian. Untuk menjadi menarik, tertariklah pada mereka. Ajukan pertanyaanpertanyaan yang mereka akan senang menjawabnya. Beri semangat kepada pelaku utama agar berbicara tentang mereka dan hasil sukses mereka serta berbagai permasalahan-permasalahannya. Hal ini akan mampu mewujudkan penyuluhan perikanan yang sinergis. Foto. 7. Proses Komunikasi Penyuluhan Perikanan yang Sinergis
Dan cukup membanggakan, hampir seluruh Penyuluh Perikanan Kabupaten Kebumen merasa bangga menjadi penyuluh perikanan, ini terlihat dari hasil dimana 27,27 persen masuk kategori sedang dan 72,73 persen masuk kategori tinggi. Meski apresiasi terhadap kinerja penyuluh perikanan masih jauh dari harapan namun cukup berbangga mampu menjadi ujung tombak yang langsung berhadapan dengan masyarakat sebagai pelaku utama. Karena memang untuk Bangga sebagai Penyuluh Perikanan akan mudah tercapai jika diawali dengan niat untuk menjadi manusia yang bermanfaat, berakhlak mulia, memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta cerdas, kreatif dan inovaif. Dan satu yang utama, niatkan secara ikhlas profesi kita sebagai Penyuluh Perikanan sebagai ladang ibadah mencari ridho-Nya. Dan menunjukkan serta membuktikan bahwa Profesi Penyuluh Perikanan dapat diandalkan, pantas dibanggakan, mensejahterakan serta ikut andil terhadap kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha, serta tercapai kemajuan daerah, bangsa dan negara. Tidak ada salahnya kita penyuluh perikanan mulai menggelorakan dari sekarang dalam jiwa raga kita Kebanggaan sebagai Penyuluh Perikanan karena jika tidak dari sekarang, kapan lagi ? Kalau tidak dari kita, siapa lagi yang akan membanggakan profesi Penyuluh Perikanan ? 3.4. Rekomendasi dalam Rangka Penyiapan Penyuluh Perikanan Profesional Hal yang penting dijadikan referensi bagi pengambil kebijakan dalam menyiapkan aparatur penyuluh perikanan yang profesioal adalah adanya dukungan yang bersistem untuk berkembangnya potensi penyuluh perikanan sehingga memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas atau
tuntutan profesinya secara efektif. Seperti dikemukakan oleh Sulaeman (2002) dukungan tersebut mencakup adanya : 3.4.1.
Dukungan Langsung berupa : 3.4.1.1. Kejelasan deskripsi tugas dan standar kinerja yang diharapkan dari penyuluh perikanan 3.4.1.2. Kegiatan supervisi & evaluasi personal penyuluh perikanan 3.4.1.3. Kejelasan prosedur manajemen dan supervisi personal penyuluh perikanan 3.4.1.4. Penyediaan sarana dan pasarana yang dibutuhkan oleh penyuluh perikanan
3.4.2.
Dukungan Tidak Langsung berupa : 3.4.2.1. Peningkatan dukungan teknik dan komunikasi yang mencakup penyebaran dan jumlah penyuluh perikanan yang memadai, ketersediaan teknologi spesifikasi yang sesuai kebutuhan pelaku utama, dan alur informasi dan teknologi perikanan yang mendorong inovasi 3.4.2.2. Peningkatan Sistem Informasi dan Manajemen (SIM) 3.4.2.3. Keterkaitan
(lingkage)
antara
lembaga
penelitian,
penyuluhan perikanan, pelaku utama dan stakeholders lain. . 3.4.2.4. Peningkatan kapasitas monitoring dan evaluasi (monev). Khusus untuk kasus penyuluh perikanan di Kabupaten Kebumen secara umum tingkat kompetensi professional yang dimiliki relative sudah tergolong baik. Aspek kompetensi yang belum optimal adalah kompetensi administrasi dan evaluasi. Untuk meningkatkan kompetensi administrasi
dapat dilakukan dengan kegiatan pelatihan dalam manajemen penyusunan dan pengelolaan program serta kepemimpinan. Dan untuk aspek evaluasi, sangat perlu dilakukan kerjasama dengan lembaga penelitian terutama dalam transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. Foto.8. Penyuluh Perikanan Kabupaten Kebumen
Untuk tingkat sinergitas dan kebanggaan diri sebagai penyuluh perikanan juga tergolong baik. Hal ini tercemin dari berbagai macam kegiatan penyuluhan perikanan yang sudah berjalan baik di Kabupaten Kebumen meski belum memiliki Badan Pelaksana Penyuluhan (Bappeluh). Dan pengakuan serta apresiasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen terwujud dengan adanya Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk sarana prasarana penyuluhan perikanan seperti gedung/pos penyuluhan perikanan, sepeda motor, meja kerja penyuluh perikanan, laptop dan yang lain. Juga masih diberikannya fasilitas SPPD untuk penyuluh perikanan. Foto. 9. Sarana dan Prasarana Penyuluhan Perikanan
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Tingkat kompetensi professional penyuluh perikanan sebanyak 10,23 persen tergolong rendah, 67,04 persen tergolong sedang dan 22,73 persen tergolong tinggi (2) Dua aspek kompetensi penyuluh perikanan yang relative lebih perlu ditingkatkan adalah kompetensi administrasi dan kompetensi evaluasi (3) Tingkat sinergitas hubungan penyuluh perikanan dengan pelaku utama dalam transformasi iptek adalah sebanyak 90,91 persen tergolong sedang dan 9,09 persen tergolong tinggi (4) Tingkat kebanggaan diri sebagai penyuluh perikanan menunjukkan 27,27 persen masuk kategori sedang dan 72, 73 persen masuk kategori tinggi (5) Untuk lebih memperkuat rasa kebanggaan diri sebagai penyuluh perikanan, gelorakanlah selalu dalam diri masing-masing penyuluh perikanan. Disinilah keberpihakan stake holder kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan mencanangkan “Gerakan Bangga Penyuluh Perikanan” dan Mars “Bangga Penyuluh Perikanan”. (6) Untuk menyiapkan aparatur penyuluh perikanan yang professional diperlukan dukungan yang bersistem seperti kejelasan deskripsi dan standar dari penyuluh perikanan, penyediaan sarana dan prasarana, peningkatan dukungan teknis dan komunikasi dan peningkatan sistem informasi dan manajemen penyuluhan perikanan.
KEPUSTAKAAN Amanah S, Fatchiya A, Dewi S. 2004. Pemodelan Penyuluhan Perikanan Pada Masyarakat Pesisir Secara Partisipatif. Laporan Penelitian Hibah Bersaing X. IPB, Bogor. Ban, A.W. van den., dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Belli, T.B. 1991. Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. Imran dan Ganang. 1999. Meng gugah Profesionalitasdan Etika Bisnis. Majalah Manajemen No. 129, Mei 1999. Lembaga Penelitian Unpad. 2008. Sosialisasi Program Penelitian Unpad Tahun 2009 di Lokasi Kabupaten Bandung Barat. Mardikanto, T. 1992. Penyulu han Pembangunan Pertanian. Se belas Maret, University Press, Surakarta.
Martinez, V.A. 1987. “The Change Agent and His Task.” dalam An Introduction to Extension Delivery System. Di edit J.B. Valera, V.A. Martin enz, dan R.F Pliopino. Manila: Island Publishing House. Rogers, E.M. 1983. Diffusion of Innovation. New York, Free Press. Slamet, M. 1975. Diklat Psikologi Belajar. Ciawi Bogor: P royek Pembinaan Pendidikan dan Latihan Pertanian. .2003. “Kepemimpinan untuk Meraih Mutu.” Dalam: Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan . Disun ting Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. IPB Press. Sulaeman, F. 2002. “Faktor -faktor dan Isu-isu yang mempengaruhi Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.” Dalam: Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Masyarakat Madani. Diedit Rachmat P, dan A.K. Adhi. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Pusat Pengembangan PenyuluhanPertanian. Soedijanto 2003. Penyuluhan sebagai Pilar Akselerasi Pemban gunan Pertanian di Indonesia pada Masa Mendatang.Penerbit IPB Press, Bogor. Soehardiyono, L. 1992. Pen yuluhan: Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Penerbit Erlangga, Jakarta. Sugeng, W. 2003. Kompetensi Profesional Penyuluh. IPB Bogor. Yoder, E.P. 1994. Outstanding Research Presentation: Professional Competencies Needed by Extension Specialistand Agent in Iran. Arlington, VA, USA.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENYUSUN
Dwi Wahyuni Yulianty, A.Md dilahirkan di Banyumas tanggal 10 Juli 1980, lulus dari Program D-III Pengelolaan Sumber Daya Perikanan (PSDP) Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun 2002. Memulai karier sebagai PNS Penyuluh Perikanan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah pada 1 Januari 2011 dengan jabatan Penyuluh Perikanan Pelaksana yang bernaung di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen. Pelatihan yang sudah pernah diikuti antara lain Pendidikan dan Pelatihan Dasar Penyuluh Perikanan Terampil (Tegal, Juli 2012), Magang Pembenihan Ikan Nila (Satker BBAT Janti, November 2012), Pelatihan Peningkatan SDM Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Angkatan I (Banjarnegara, Maret 2013), Pelatihan Label dan Kemasan Olahan Hasil Perikanan Angkatan I (Semarang, Agustus 2013), dan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan (BDA Sukamandi, Oktober 2013). Kesuksesan tidak akan pernah datang dengan sendirinya tanpa adanya niat, kemauan, usaha dan doa ….. itulah prinsip hidup yang selalu memotivasi untuk selalu lebih baik dan lebih baik lagi …………
MARS BANGGA PENYULUH PERIKANAN Cipt. Dwi Wahyuni Yulianty, A.Md
Ayolah ………… Penyuluh Perikanan Bangga Berkarya….. Membangun Kelautan dan Perikanan Indonesia Jaya….. Hayati Pancasila Amalkan Iman Takwa Darma Baktimu….. Majukan Pelaku Utama dan Usaha Tanpa Pandang Suku….. Reff. 1 Tingkatkanlah Kompetensi Di dalam Diri Gapai Sertifikasi ………. Tanamkanlah Ulet, Tekun dan Professional Jadi Pribadi Handal ……….. Kembangkan Kelompok Bukalah Peluang Wirausaha Ciptakan dan Dukung Industrialisasi Bangga Penyuluh Perikanan…..
Reff. 2 Giatkanlah Gemar Ikan di keluarga Indonesia Sejahtera….. Sukseskan Gempita Dukung Blue Economy Indonesia Mandiri…… Tingkatkan Inovasi Terapkan Teknologi Globalisasi Bersatu dan Maju bersama IPKANI……….. Bangga Penyuluh Perikanan…… (2x) Bangga ……..Penyuluh Perikanan……..