Aneka
34
di ruang vlP Bandara soekamo-Hatta pagi itu, dengan terengah-engah larena saya baru sadar, saya tidak pernah-tahu di mina tetar iuang Vli bandara. selain mereka,. ada segelintir wartawan lain, seorang wanita
SEIUALAM Dl HUTAN HARAPAN Herdiona Hakim
berkebangsaan Jepang,. dan orang-orano. !g1i Burung lndonesia, lemoiga versi lndonesia dari BirdLife tntemationat, LsM terbesal kedua oiciunia bermarkas di lnggris. saya berkenalan dengan Afi, lantas dikenalkan oengei Yusup,l(etua Pengurus yayasan Konservisi Hutian tndonesia (KEHI), ian
yiit
amu suka lingkungan? Pertanyaan yang diajukan atiasan saya Desember dua tahun lalu itu, ketika saya masih menjadi staf redaksl ajalah Reader's Digest lndonesia, jelas merupakan pertanyaan menjebak. Semua pertanyaan yang diajukan atasan kita adalah pertanyaan menjebak, bahkan yang tampak tidak berbahaya seperti: "Bagaimana akhir pekannya kemarin?" Selama pertanyaan-pertanyaan itu diajukan di lingkup kantor, tempat reputasi karier dipertaruhkan setiap detik, memberi jawaban yang tidak dipikir baik-baik bisa jadi bumerang. Tapi kita tidak selalu punya banyak waktu untuk merespon, kan?
Kembali ke pertanyaan tadi, yang diajukan lewat telepon di tengah hirukpikuk peluncuran fasilitas khusus tuna netra di perpustakaan Depdiknas, saya jelas tidak punya waktu untuk berpikir lama-lama tentang konsekuensi
dari jawabafl "ys"'dan jawaban "tidak.' Dan benar saja, jawaban "ya" kemudian membuat saya harus segera pulang untuk mengepak ransel, karena keesokan paginya saya harus berangkat ke Hutan Hujan Harapan di Jambi.
Satu-satunya pertanyaan yang kemudian berkecamuk sepanjang perjalanan ke airport adalah: "Apakah saya memang suka lingkungan?" Masalahnya, saya sendiri tidak tahu. Apa sih, definisi suka lingkungan? Saya
peduli dengan lingkungan, tapi belum pemah terlibat dalam
aksi
penyelamatan lingkungan yang signifikan. Saya tidak bergabung dengan satu klub pecinta alam pun, tapi satu hal yang pasti, saya tergolong kaum romantis. Bukan dalam artipercintaan, tapidalam makna sastra, yang berarti pengagum dan pemuja alam. Era romantisme yang merebak di kalangan penyair Eropa dan Amerika pada abad ke-18 punya ciri kecintaan yang tinggi
terhadap kemagisan alam. Waktu kuliah, saya ingat begitu tergila-gila dengan puisi-puisi Robert Frost, William Wordsworth, dan Christina Rossetti karena mereka bisa menggambarkan musim, angin, bunga, danau, senja, dan padang rumput dengan begitu indah' Kalau begitu, ya! Saya cinta alam! Tapi... ke hutan? Apa yang bakal saya lakukan di sana?
Hutan Harapan adalah hutan yang dikunjungi Pangeran Charles waktu ia ke lndonesia beberapa waktu lalu, kalau Anda mengikuti beritanya. Orangorang lnggrie bertubuh tinggi besar juga yang banyak saya temui ketika tiba
Agtis, Presiden Direktur
pi
Restorasi Ekosistem lndonesia
(iEKl),'y;;g
sempat saya kira mahasiswa pecinta alam...semua yayasan dan orang-orang ini membuat saya bingung. Bahkan, tugas liputan ini membuat saya oingungl saya tidak tiahu apa yang terjadidi hutln hujan tropis diJambi sampai6rarig . sebanyak ini harus berbondong-bondong ke sana. P_a1i.tia yang bertugas tampak sibuk berlarian ke sana ke mari, sehingga saya tidak tega menarik salah satu dari mereka untuk bertanya. Justru dari
para bule tinggi besar itu saya mendapat sedikit-sedikit info, ser
menikmatimakanan, yang bagus,nya selalu bisa mengalihkan perhatian saya dari apa.pun. Di meja saya ada shawn (sarah satu bu-te tinggi.lbesar tnggriij,
-iav6
Keiko (yang, karena rogat Jepang yang kentar, ir-emanggil 'Herudiana"), dan editor saya, yang -mdu tidak mau rraruJ kul mrene kernampuan saya bertahan di alam lial amat meragukan (selain rarena eayn tidak bisa memotret selihai dia). Mungkin saat itu-aoalan resempatan yen! P"gyt untuk bertanya..tentang keberadaan kami di sana, tapi saya mcmlllh berdebat seru soal kuliner rndonesia versus lnggris versus Jlpan-g beruemr shawn dan Keiko. Ap.a pyn camp 35 itu, pikiilaya, seamj-aoimaklnen enak, saya akan bertahan hidup. selesai makan, kami berjaran ke bagian depan bandara, temptt
beberapa mobiljeep sudah menunggu. saya bersama seng eoitorlrotogrJJi dimasukkan ke dalam jeep nomoi-tiga, yang langsung ireleset rrcn'oen!
|
ilustraii. eOitoi saya segera mengeluarkan kamera "lare! panjang" dan menyeiet-nyetet, seOangian saY? hanya. bisa berharap' pipit ini nanti blra semoga saya yang cuma tahu burung gLreia dan burung pelatuk mereh cukup beruntung tn"ng"n"fi burung'ra-ngf6ng atau .burung rendah dataran hutan atau 400-an jenis Uuru"ng eksotis UTn yang menghuni bahwa menunjukkan Sumatra. llustrasi *"i"[a di ensikoplldi benar$enar
i;ftk"J d;gan
liitrr
beberapa titik Perjalanan off-road memasuki hutan tropis dimulai. P.ada semua turun Kami jeep paling depan. dari kami beihenti, mengikuti aba-aba
dengan sepatu-sepatu yang. semakin dalam tanah dan terbenam di tumpur saai'kamihencapai gundukan-gundukan memanaangterramparankehancuran.a]amyan-gmemilukan.Masihingat song? Nah, pemandangan ;id;ti[p tiicnaet Jait<son yang berjudut Eafth pohon yang Batang-batang itu' rurang-edin s6perti 6;t t;i" saksikan gundul lahan-lahan mana-mana, di sudah ditebangi oerserjran"tak keruan bekas-bekae lagi belum lagi, ditanami ,"rj"Oi irnJ;t karena tidak
e;;i J""p masing-itasing,
Belumsempatberimajinasilebihjauhmengenaibetapa.eksotistidur makan. Mungkin saya-malam itu; ka;i suOlfr dipanggil untuk... lagi-lag_i dari kompensasi menjadi bisa ,,ftnfelafi kami dengan-banyaf-.m3-f.ayn hutan. tengah ketida-knyamanan yang mungkin timbul dari tinggal di penuh begilu lepsa seorang salah Steve, Peqilp oara bule duduk. Di meia saya selndiri beberapa wartawan dari media lain' ffi^il; g-iiOlif" tnteinational, dansibuk dengan pikirln masing-masing. n*rin!" kami makan d"ngan diam, jadwal kami selanjutnya bahwa info cukup mend-apat 3; ;i; saya suOarr g0 Harapan dan melihat jantung Hutan ke kilometer sejauh ,Jrr"n masut< parah. Mendadak steve rusak ;}!";g iondisi'hutan yang kabarnya sudah tidur di camp akan ia tidak ,"i.""ifr keheningan Oenian berklta bahwa hutan' dijantung U"o"rn" kami matim itu, kJrena ia akan berkemah Beberapa meja besar di ruang tengah langsung
kebakaran hutan yang menghitam arang'
ida
'Bagian hutan yang rusak sudah mencapai 80%' Yang masih rimbun yusup membuat. kami terhenyak, orcn Giorronan tinigai zoi" iaja," kala yang .end1ai, bukti yani-tak mungicin bohong di.hadapan kami. Apa sesuatu ternyata kita hutan mengenai Oit"ri"ii"n para'akiivis lingkungan yang nYata.
Jeep kami juga berhenti setiap kali jeep Y3ng. ditumpangi Stevc sambil menun1uk berhenti. Lantas ia it
Sayaharusmemastikansayatidaksalahdengar."Andaakantidurdi tengah-tengah hutan?" Wajahnya yang kemerah-merahan.menatap saya dan mengangguk' "Bagaimana kalau-.. ada harimau?" :---,- ia berkata lagi, la tertawa. "eertanyaan bagus." setelah terdiam sejenak
ketidakdekatan mefl[at satu ekor Ourung pun. tViungfin ini konsekuensi dari burungterhadap passion besar punya yang Sdv;, ,"V, J"ng"n alam. makhluk' penampakan melihat fiudah-bisa dengan liar, Urirng din alam .*[nf"rf ."ntik tapi misteriul ini. Saya mulai merasa iri padanya.
1
"Ada saran?"
penjuru meja: Terdengar gumaman{umaman tak jelas..Oqti PP'gai "Panjat.pohon setinggi dan saja," mati ".tangpn tatip niatanir,; 'Frr"-pura tapi toh bagus' yang pun cukup saran iatu iJmparnyl iak ada.
il;;ki".;
St"rE tidak peduli.'Rupanya ia sudah bertekad untuk menjadi
Akhirnya, setelah 2,5 jam, kami tiba di jantung flutan Harapan' Jrep' poncbmg ieeo meneoi di arei teiOufa bekas tempat peristirahatan pere ,p-oft;. ymg megb dihinggapi qePq.an langsung Sry'; ."ronot turun, dan
Robinson
Crusoe. Atau Tazan, mungkin?
Sebelumkamiberangkat,stevemengajarisayacaramemakaiteropong melewatkan Oengan benar, farena ratanya, "Jangan samp.ai -kamu rasanya Beginilah liar'' alam di [""imp"t"n melihat burung-burung cantik dan editor/fotografer, saya, Waktu p&int" Oirung. Otperg'ian Uersama p-ta
-Aneka
Tuhan punya tralenta seni yang tak tertandingi'
kayu dicat lnilah Camp 35: Sebuah rumah panggung .s.gdgrna.na dari padat' pep.ohonan putih, ditengah-iengah secuil area terbukJyang dikelilingi dalam di yang digelar Di situlah kami akan bermalam. Di atas mairas-matras diiniak' setiap ir""g;" O"iJinding dan beralas papan yang berderakderak
.-
I
ensiklopedi by^'ng Keiko masuk ke dalam ieep, kami menemukan dua buah
dari pijakan di rop.rti kuda lepas kendali sedetik setelah saya menarik kaki kami tbrpental-pental.dan terpantulifrltr..-SJ"rr'tig, jam-sefanjutnya, sawit, dan meninggri-k d peraoaoalr, menembus perkebunan kelapa dari bagian adalah hgi iaUn iiU"-Oi nirayin' paOrf pepononan yang taX akan itu tak yang memabukkan pe4allnan iirt"n. fepit fetifa say" inet"sa pernah berakhir, jeep kami berhenti'
.
37
pcr??rT menggigil. Bagaimana cara terbaik mendeskripsikan dl kotr i"r"o1,ng iirig hr,iiJan menghabiskan seperempat abad li9rptty.dl' Tldek ller? alam ditengah-iengah ia beraia Gsar t<etiri mInOaJax
[ifin
I
38
Aneka
I
Ke mana pun memandang, hanya ada pohon-pohon paling besar dan tinggi yang pemah saya lihat seumur hidup; meranti, kempas, balam, sampai akasia, dengan jutaan variasi warna hijau, menjulang anggun dan kokoh. Saking megahnya pohon-pohon ini, saya tidak mungkin menatap mereka sampai ke puncak tanpa terjengkang ke belakang. Rimbunan daun yang begitu lebat membentuk atap yang menaungi kami. Udara begitu segar dan dingin. Atmosfernya gabungan antara syahdu dan mencekam, dikepung oleh kebesaran Tuhan.
Dan yang paling menakjubkan dan magis adalah suara hutan. Saking terbiasa hidup dengan jutaan suara sekaligus, dari klakson mobil, decit rem-, deru berbagai kendaraan, tukang-tukang jualan, radio, TV, telepon, saya tidak pernah merasakan hakekat kesunyian. Tapi dijantung hutan ketika itu, jauh dari peradaban manusia, saya merasakan keheningan dengan sayupsayup suara hewan membanjiri setiap pan@ indera. saya teringat kata-kata seorang pendetia, "Di tengah keheningan, kita paling kuat mendengar suara Tuhan.'
Saya tahu saya sempat mengalami trance selama beberapa saat,
karena kemudian saya mendengar ada ribut-ribut kecil di belakang. Ketika berbalik, trampak peralatan berkemah steve sedang diturunkan satu demi satu darijeep. Jadi... di tempat indah inilah dia akan bermalam, menyatu
dengan alam pada puncak pesonanya, mengamati burung-burung liar sampai puas. saya kembali menebar pandang ke sekeliling, dan melihat beberapa gunduk benda warna cokelat tua, tak jauh dari situ.
"Tahi gajah," kata Afi, mengangguk ke arah tatapan saya. "Berarti
mereka baru lewat sini."
Saya membelalak menyadari dahsyatnya ukuran kotoran
gajah.
Rasanya ingin bertanya pada steve, "Lupakan harimau. Bagaimana tatau
Anda ketemu gajah?" Tapi ketika saya menoleh ke pecinta burung itu, kentara betul ia amat bahagia dengan rencananya berkemah disana malam itu, sehingga dinosaurus lewat pun sepertinya ia tak bakal peduli. Saya semakin iripadanya.
Kami semua mengucElpkan salam perpisahan untuk Steve, dan jeepjeep pun berputar balik dan kembali menuju camp. Karena hari telah iarut, suasana semakin mencekam saja, apalagi di dalam hutan jelas tidak ada l"rpy penerang jalan. Setagi jeep kami terus membetah pekatnya kegelapan, dengan Keiko dan editor/fotografer tertidur di kanan-kiri, saya umpat beberapa kali yakin, belokan berikutnya bakal membawa kami ke Nlllght"zone.
Aneka
c!J
Meski hutan ternyata begitu indah, saya lega sekali ketika mcllhtt katflp cahaya lampu daricamp di kejauhan. Begitu jeepjeep terparkir, tubuh-tubuh kuyu belepotan lumpur dan keringat keluar satu per satu dan berbaria mmuk
seperti zombie. Tak banyak yang masih sanggup mandi, termaauk reyt (walau alasan saya yang sebenarnya adalah karena takut; "kamar mandl" kami berupa kamar bersekat dari kayu gelap di bagian belakang bangunen).
Ketika menjatuhkan tubuh ke matras, saya melihat serangga-seranggt berukuran XXL hilir-mudik di sekitar kami. Laron, belatang, jangkrik, lalat, semua tampak sebesar burung dan berkeliaran seenaknya, karena kamllah tamu di alam mereka. Seekor belalang ngotot bertahan di dekat saya dan Keiko, walau wanita Jepang itu sudah berusaha mengusimya. Di luar jendela, suara katak, burung, monyet, dan entah apa lagi, berpadu nyaring. Di hotel mana lagi saya bisa mendapat fasilitas seunik ini? Sampai saat itu, saya masih belum memahami hubungan dari kondisl hutan yang rusak dengan organisasi burung. Semua masih terasa aneh dan janggal. ltulah yang lantas saya tulis di dalam jumal sebelum terlelap malam
itu: "Aku harus mengenang hari ini sebagai... hari paling aneh dalam
hidupku."
Esoknya,
3
Desember 2006, adalah minggu advent pertama. Tapi
beribadah ke gereja tinggal khayalan, karena pesawat yang akan membawa kami pulang ke Jakarta dijadwalkan berangkat pada malam hari. Sementara itu, sejak tiba di camp, saya terisolir dari dunia luar, tanpa W, radio, bahkan ponsel, yang tidak menangkap satu sinyal pun ditengah hutan.
Setelah sarapan dan mandi ala kadarnya dengan soundtrack suara jangkrik, kami kembali naik jeep (saya sudah mulai lupa rasanya naik mobil lain) dan menempuh tiga jam perjalanan kembali ke Bandara Sultan Thaha.
Jadwal hari itu adalah melihat Hutan Harapan dari atas dengan terbang rendah di dalam pesawat Cessna. Ketika tiba di ruang VIP yang seperti biasa berlimpah dengan makanan dan menunggu giliran terbang, seorcng bule berlogat ltalia menghampiri saya. "Hati-hati," tegurnya sambil menatap isipiring saya. "Perjalanan nantiakan amat... bergejolak." Lantas ia pergi: "ltu Mark," kata Keiko. "Dia sudah bolak{alik ikut naik Cessna hari ini.'
Terima kasih, Mark. Sekarang kegugupan saya jadi berlipat ganda. Saat giliran kami tiba, kakisaya sudah gemetar ketika melangkah menuju tempat Cessna diparkir. Bagian dalam pesawat berkapasitas 15 orang itu terasa sempit dan pengap. Bahkan tak ada ruang untuk pingsan.
saat cessna lepas landas dan mengudara selama 20 menit, ternyata saya baik-baik saja. Tapi selepas 20 menit itu, justru tetifa kami memasuki wilayah udara Hutan Hqrapan, pertahanan saya runtuh dan saya disergap mual dan pusing hebat- saya juga merasakan giarit""i y"ng amat kuat !"y" untuk turun ke tanah, karena beraoa di dalam- i"sin, irp"nya amat mirip
dengan berada di daram.bajaj, hanya saja bajaj y"nj-ini-metayang di angkasa. sambir mencengkeram sanbaral.qrryiu i"pi., saya beryu-ang keras menahan agar maian siang tadi tidak k-eruai,-!E["rigu, menahan keinginan untuk rerjun dari pinti pesawat yang terbuka lebar demi mengakhiri penderitaan
Cessna mengitari hutan selama
jam. Selama itu puta
saya
_2,5 menanggung siksaan sementara editor/fotogrlfer saya yang aktif menoaki gunung itu asyik memotret kondisi hutan iari atas. daat-akhirnya kami
mendarat
di
bandara, saya mengaku saya bersumpah, itu ada'lah
kari pertama dan terakhir saya naik peiawat tersebut. rvrunirin saya juga bakal trauma naik bajaj. Ketika metewati Mark, ia tertiawa merifiaiwa;ir, iiva vang pasti sepucat mayat. ra. menggerengaerengkan kepala simoi[ oerrita,""An] tadi saya sangka kamu lebih baik dari itu."
"Yah, maaf mengecewakan," sahut saya sambir meringis, dan rangsung berlari ke toiret terdekat, bertekad untuk mengunci oiri -oi sana
lamanya.
serama-
Baru sekari itu saya me*isa senang gara{ara pesawat terat, yaitu ketika diumumkan bahwa penerbangan liami ri.lar
. oke, perjalanan tersebut telah membuat para pesertanya melihat langsung kerusakan ringkungan yang sedang teriadi, tlpiLv" yakin ada cerita. lain yang dimiliki Burung tndonesia.-Karena' itui setenn kembali menghirup udara ber-co2 dan dikelitingisejuta suara bisingli.lrrrrtr, .rv, 'mengeja/ Yusup dan- Agus sampai -ke ("irt"nan (mereka Qeparte*"n memang tidak bisa jauh-jauh dari hutan). Tanpa wartawan lain, paia bule,
maupun serangga, saya menyodorkan satu pertanyaan yang gudrh mengusik bahkan sebelum kami menjejakkan kaki di Hutan xira[an: Ape
arti dari semua perjalanan itu?
Ternyata Burung rndonesia sedang berbahagia. Mereka
baru
memenangkan tender dari Menteri Kehutanan untuk ,,-menguasai,, wilayah
Hutan Harapan di sumatra, tapi mereka akan mencetak Iejarah denlan
menjadi perusahaan pe.rt?ma di dunia yang memanfaatkan nutan prodJkei pul
hutan restorasi ekosistem. Dengan liata lain, mereka-akan membiarkan kondisi hutan itu sampai kondisinya pulih kembali. Demi memenangkan tender ini, mereka retlle11yqah-payah membentuk yayasan KEH| ([ang dipimpin Yusup) dan pr REKI (yan! dipimpin Agus) reoagai persyaratai untuk bisa "memiliki" sebuah hutan.-Lantas, apa-uniungnyl uuat mereka, kalau hasil dari hutan tersebut tak akan mereka manfaatkini "Kami ini pecinta burung dan alam liar. Melihat beragam jenis burung bisa tetap hidup bebas saja kami sudah senang,,, kati"Vusup, seketika mengingatkan saya. akan.ekspresi girang steveletiap kati melihat jenis burung tertentu di daram Hutan Harapanl Rupanya telah tercatat 70 burung terancam punah di sana, beium hgi sa'twa penghuni hutan]enis lain seperti berang-berang suinatera dan tapii. ,,oengan tioat< meneoangi
kayunya, secara alamiah kondisi hutan bisa kembali sEperti astinya dalam 30 sampai50 tahun ke depan.', Itulah sebabnya hutan tersebut, yang asrinya bernama Kerompok Hutan sungai Meranti- sungai Kapas, remuoiin diberi nama Hutan narapan oleh para penggila burung dan alam liar ini.
saya puas. Kinisaya tahu makna lebih dari kunjungan tersebut: Melihat sebuah impian yang tenrujud. rmpian sekerompok'rnli ,rJ" yang ingrn mencegah kepunahan burung dan satwa liar dengan mengemoalikan rumah mereka yang rusak, yaitu hutan. Kata yusup, selama proi"s mendapatktn Hutan Harapan, mereka kerap dibilang punya impian gila oan terlalu idcrllr, Tapi toh mereka tidak berhenti, Bahkin saat mereka iaoar, impian itu baru tenrujud sepenuhnya berpuluh-puluh tahun lagi. Tidak ada
orang yang tidak punya impian. rmpian untuk drrr rcndlri, keluarga, pelayanan, gereja, masyirakat, lingkungani O"ni"n ncgnre prlfi selama ini.Anda juga.kenar orang-orang yang punya impian, term,,uk dlrt Anda sendiri. Masarahnya, berafa uanyit< iahg iknirriva Lua xondrtcn berusaha untuk mewujudkannya, tanpa hlrus menyerah oirn t.njgd# oiah keadaan/rutinitiaslrasa minder/rasa malas/ketakutirntcrhawauianz
of reet
kita gentar, mungkin pertemuan dengan orang-orang yang terah berhasir melaluinya, seperti anak-anak Burun! rndoneiia, oiSa'me"njingatkan kita kembaliakan besarnya kekuatan sebulh impian. Bag-aimana deng.an Anf! Mumpung tahun baru, nih. . Jangan biarkan .Apa yang jmpia.l Anda menjadi seperti Langston'HGh*, o'enviir .rqtq terjad.i pada rnimpi yang tertunda? Apakair ia meniaoi i"rrri,"p"rti kismis di
bawah matahari?"
CI-IOPPING DOWN ALL OF THE TREES GIVES YOU A CLEAB VIEW OF THE OEVASTATION CAUSED BY CHOPPING DOWN ALL OF THE TREES.
'el
*
"Menebang semua pohon memberimu gambaran jeras tentang kehancuran yang diakibatkan dari meneb"ng t"*u" ponon." Deforestation, @Chris Madden
rr
r-.