BIOLOGI
Aedes aegtpti;
VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Oleh:
Drs. Edy Tri Suiantoo MS
PENDAHULUAN Demam berdarah dengue, istilah kedokterannya Dengue Hemorrhagik Fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue lipe
(DItr)
I-4, dan ditularkan
melalui gigitannyamuk Aedes Aeg,,pti betina (dominan) dan beberapa spesies Aedes lainnya.
Di Indonesia sendiri, keempat tipe virus Dengue
dapat ditemukan, dan yang dihubungkan
dengan gqalaDF{F yang parah adalahtipe 3. Kekebalan (imunitas) terhadap satu jenis virus
tidak berlaku untuk infeksi jenis virus lainnya, bahkan dapat menimbulkan reaksi yang kurang menguntungkan bagi tubuh. Jumlah kasus DF{F utamanya meningkat pada musim
hujan dimana sumber air bersih bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes tersedia dimanamana,
jika tidak dilakukan program pembersihan lingkungan yang baik.
Angka kasus DBD tidak terlepas dari penyebaran nyamuk ,4. aegtpti dan
A.
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Fathi dan
Umbul,2005).
Untuk upaya pencegahan dan penanganan kasus DBD, perlu bagi kita untuk lebih mengenal biologi Aedes aegypti sebagai vector DBD tersebut.
BIOLOGI Aedes aegtpti Angka kasus DBD tidak terlepas dari penyebaran nyamuk
A. aeg,tpti
dan A.
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Fathi dan
Umbul, 2005). Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain faktor hospes (kerentanan dan respon imun), lingkungan dan agensia. Faktor lingkungan yaitu kondisi geografis (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim) dan
bio.unsoed.ac.id
kondisi demografis (kepadatan, mobilitas, perilakudan sosial ekonomi). Kasus DBD dipengaruhi juga oleh perkembangbiakan veklor, kebiasaan vektor, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari tempat satu ketempat yang lain (Wantikirmati dan Amirudin,2001). 1
Penyakit demam berdarah dengue melibatkan
3 organisme, yaitu virus
dengue,
vektordan host manusia. Individu atau populasi penyakit demam berdarah dengue dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan biologik, lingkungan fisik dan imunitas dari hospes. Oleh karena itu penyakit demam berdarah dengue berbeda derajat endemisitasnya pada suatu lokasi yanglain dan dari tahun ke tahun (Shah, 2002).
Penyakit DBD bersifat endemis, sering menjadi wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada penderita
yang berusia dibawah 15 tahun
dimana angka kesakitan dan kematian tersebut digunakan sebagai indikator dalam menilai
hasil pembangunan kesehatan dan sebagai akibatnya angkakesakitan dan kematian nasional selalu tinggi. Penyakit DBD sampai saat
ini masih merupakan masalah
kesehatan yang
cukup serius untuk diwaspadai, karena sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang terutama anak-anak. ae gypti
danA. alb opictu,s(Soegeng,
DBD ditularkan
olehnyamukl.
20Ar.
Nyamuk A. aegltpti mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaranlire (Lyre
form) yang putih pada punggungnya. Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya
hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat dan kelima berwarna putih. Sayap berukuran 2,5 - 3,0 mm bersisik hitam. Nyamuk A. albopictus, sepintas seperti nyamuk A. aeg,,pti, yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan
bintik-bintik
putih pada bagian dadanya, tetapi pada thorm yaitubagian mesotonumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus dan tebal) yang dibentuk oleh sisik sisik putih berserakan@rown, tg6g). Nyarnuk Aedes spp.mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur -lawa
- pupa -
dewasa. Stadium telur,lawa danpupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup
diluar airataubeterbangan. Umumnya telur akan menetas dalam 1- 2 hari setelah terendam dengan air. Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5 berlangsung 9
-
-
15 hari, dalam keadaan normal
10 hari. Stadium berikutnyaadalah stadium pupa yang berlangsung
bio.unsoed.ac.id
2hari,
kemudianselanjutnya menjadi dewasa dan melanjutkan siklus berikutnya. Suasana yang
optimal, perkembangan dan telur menjadi dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari (Wuryanto,2008).
Gambar 1.1. Siklus Hidup Aedes sp. (Sumber : Frasasty,20ll )
Nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah dalam waktu 24- 36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan te\ur. Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang
dikandungnya, setelah menghisap darah nyamuk
ini
akan mencari tempat hinggap
(beristirahat). Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang tergantung, seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan didekat tempat berkembang biaknya, biasanya di
tempat yang agak gelap dan lembab. Setelah masa istirahat selesai, nyamuk
itu
akan
meletakkan telurnya pada dinding bak mandi/WC, tempayan, drum, kaleng, ban bekas, kontainer dll (WHO, 2004 dolam Syarifah, 2007).
Nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menusuk dan menghisap, pertama di pagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menusuk dan menghisap yang sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. A. aegtpti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan
tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupqr di dapur (Sumantri, 1991).
Bionomik nyamuk meliputi tempat perindukan (breeding place),
kesenangan
menggigit {feeding place), dan kesenangan tempat hinggap istirahat (resting place). Tempat perindukan nyamuk ini berupa genang-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang
biasa disebut kontainer dan bukan pada genangan atr tanah.
Di
dalam ruangan, tempat
bio.unsoed.ac.id
istirahat yang mereka suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju dan
korden, serta dinding (Soegij anto, 2004). Penyebaran nyamuk Aedes spp.betina dewasa dipengaruhi oleh ketersediaan tempat bertelur dan darah, dimana penyebarannyamuk Aedes
spp. terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Penelitian terbaru di Puerto 3
!
i-
sampai lebih dari 400 meter terutama Rico menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar 2007). Nyamuk Aedes untuk mencari tempat bertelur (wHo, 2a04 dalam Syarifah, musim hujan, saat masa bertahan hidup spp.dewasadapathidup rata-taladelapan hari. Selama
(Syarifah, 2007). lebih panjang, risiko penyebaran virus semakin besar nyamuk Aedes spp'ialah Menurut Widiyanto (2007),tempat perkembangbiakanutama genangan air yang tertampung pada tempat-tempat penampung an ak berupa
di suatu tempat
umum' biasanya tidak melebihi atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat berkembangbiak di jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk tersebut biasanya tidak dapat Jenis tempat perkembangbiakan genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah' berikut : nyamvkAedes spp.dapat dikelompokkan sebagai
untuk menampung air guna 1). Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat ember, kontainer dan lain-lain' keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, yaitu tempat-tempat yang biasa menampung 2). Bukan tempat penampung an ait (non TPA), tempat minum hewan pehharaan air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : ban, pecahan gelas, dan lain(ayam"burung, dan lain.lain), barang bekas (kaleng, botol,
lain)'vasbunga,perangkapsemut,penampungairdispenser,danlain-lain. lubang batu, pelepah daun' 3). Tempat penampung an air a|ami, seperti : Lubang pohon, pisang, potongan bambu, dan lain-lain' tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon
PENUTUP penyakit DBD yakni Aedes Mengingat bahayayang ditimbulkan oleh aktivitas vector (kebiasaan hidup' kebiasaan aegypti,maka perlulah kita mewaspadai kebiasaan biologisnya rumah kita' baru kemudian kawin dan lain-lain). Yang utama diselamatk an adalahlingkungan luas' lingkungan di luar rumah, selanjutnya lingkungan masyarakat pengetahuan kita akan DB/DHF seftroga informasi singkat diatas dapat menambah menciptakan segala ini. Yang terpenting hendaknya kita selalu ingat bahwa Allah Ta'ala penyakit ini, dimana virus .yang sesuatu pastilah ada hikmahnya. contoh kecil adalah sakit serius pada mahluk yang jauh ukurannya dalam skala nanometer, dapat menyebabkan manusia di hadapan Sang Pencipta lebih besar darinya, menunjukkan betapa lemahnya kita alam semesta.
bio.unsoed.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Brown, H.W. 1969. Dasar parasitologi klinis edisi ketiga.Diterjemahkan oleh Bintari Rukmono, Hoedojo, Nani S. Djakaria, Siti Doemilah Soeprihatin, Sri S. Margono, Sri Oemijati, Srisasi Gandahusada dan Wita Pribadi.l979. Gramedia, Jakarta.
Fatih,
K
dan C. Umbul 2005. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan.2. T-T0.
Hartinah, S., Mahmudin, A. Yugoningrum" dan B. Nugroho. 2A06. demam berdarah dengue (DBD). Journal of Info Ristek. 4:3-lI.
Murti,
B
1997. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Shah, S., M ldris, A. Hadi, dan T. Aris. 2002. Penggunaan aplikasi GIS dalam penyakit tuberkulosis di Cheras, Kualalumpur, Malaysia. Journal of Public Heqlth Medicine.
2:15-26. Soegeng, Soegiyanto,2003. Demam Berdarah Dengue. AirlanggaUniversity Press. Surabaya.
Soegijanto S. 2004. DemamBerdarah Dengue.Airlangga University Press.Surabaya. Syarifah, U. 2007 . Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di RW III Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan PedurunganKota Semarang. Skripsi(tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu KeolahragaanJurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Wantikirmanti, dan R. Amirudrn. 2007. Review evaluasi program DBD. Review artikel Universitas Hasanudin. Makasar.
Widiyanto, T. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap KejadianDemam Berdarah Dengue (DBD)Di Kota PurwokertoJawa -Tengah. Tesis (tidak dipublikasikan). Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.
M. A. 2008.
Wuryanto,
SurveilansPenyakitDemamBerdarah Dengue (DBD)Dan o/ ISBN. Z:704- 910.
Permasahannyadi Kota Semarang.Journal <
bio.unsoed.ac.id