AK KTIVITA AS Apis cerrana MEN NCARI PO OLEN dan n IDENTIIFIKASI POLEN P D PERLE DI EBAHAN T TRADISIONAL D BALI DI
LILIK K MUNTA AMAH
SE EKOLAH H PASCAS SARJANA A INS STITUT P PERTANIA AN BOGO OR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2009 Lilik Muntamah NIM 352070141
ABSTRACT LILIK MUNTAMAH. Daily Activity Apis cerana to Pollen Collecting and Pollen Identification inTraditional Apiaries in Bali. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and ENDAH RETNO PALUPI. Apis cerana is the most important Asian honey bee in traditional apiaries in West Bali Forest. The research aimed tot study the daily pollen collection activity of A. cerana and pollen identification from traditional apiaries in two villages around West Bali forest forest (Sumber Klampok and Melaya). On every 10 minutes, A. cerana which returning to the hive was counted with interval 20 minutes. Counting started at 05.20 and terminated at 18.30 h. Pollen was collected using pollen trap and then processed with acetolysis.The activity of A. cerana lasted for 12.5 h, was started at 05.50 and terminated at 18.30. A. cerana daily activities were varied among colonies. The peak pollen collection in Melaya occurred at 07.20-09.20 h which was earlier than that of in Sumber Klampok which occurred at 10.20-14.50 h. In general, the daily activity of A. cerana in Melaya represented the traditional apiaries in Bali. The daily activity of A. cerana in Sumber Klampok was more affected by weather than that of in Melaya. In all colonies, 19 pollen types from 12 families were found, and 3 types were unable to be identified. Coconut pollen (Cocos nucifera) and Leucaena leucocephala were dominantly collected in all colonies. Daily pollen collecting activities were correlated with number of pupae in colony. Key word: Traditional apiaries, Apis cerana, daily activity, pollen type, acetolysis
RINGKASAN LILIK MUNTAMAH. Aktivitas Apis cerana mencari polen dan identifikasi polen di perlebahan tradisional di Bali. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan ENDAH RETNO PALUPI. Masyarakat disekitar hutan Bali Barat banyak beternak A. cerana secara tradisional. Perlebahan tradisional menggunakan kotak kayu sebagai sarang A. cerana dan digantungkan pada pohon dengan ketinggian 2-8 m. Tiap sisir sarang menempel pada dinding atas kotak sarang. Pada saat panen madu peternak mengambil semua sisir. Desa yang dekat dengan hutan alami adalah tempat baik untuk peternakan lebah, karena di hutan alami banyak tumbuhan penghasil pakan lebah. Hutan Bali Barat merupakan salah satu hutan alami yang kondisinya masih baik dan dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kisaran waktu aktivitas mencari polen pada tiap koloni A. cerana, mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, mengetahui hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang A cerana di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat. Manfaat dari penelitian ini adalah membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana dan mendukung konservasi lingkungan tumbuhan di hutan Bali Barat. Apis cerana termasuk serangga eusosial tingkat tinggi yang mempunyai kasta dan pembagian tugas yang jelas. Susunan kasta pada lebah madu yaitu satu lebah ratu (queen), ratusan lebah jantan (drones) dan ribuan lebah pekerja (workers). Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi lebah yang bekerja di dalam dan lebah bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang bekerja di luar sarang adalah mencari pakan berupa nektar dan polen. Nektar merupakan sumber karbohidrat dan polen sebagai sumber protein bagi A. cerana. Polen juga mengandung sedikit vitamin, karbohidrat dan lemak sebagai daya tarik serangga penyerbuk. Nektar dan polen yang dipanen oleh A. cerana setelah sampai di sarang disimpan di dalam sel-sel sarang. Nektar diproses secara enzimatis menjadi madu, polen dipadatkan dan ditambahkan madu menjadi roti lebah. Secara garis besar madu disimpan di bagian atas sisir sarang. Larva dan pupa di bagian tengah, dan polen diletakkan diantara larva dan madu. Tumbuhan sumber nektar dan polen bagi A. cerana harus diidentifikasi, dilindungi, dan dibudidayakan untuk menjamin kelangsungan peternakan A. cerana. Identifikasi tumbuhan penghasil nektar dan polen dengan metode acetolysis. Usaha ini juga mendukung konservasi lingkungan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian di lapang dan di laboratorium. Penelitian di lapang dilakukan bulan Juli- Agustus 2008 di dua desa di sekitar hutan Bali Barat yang terletak di pesisir pantai. Lokasi pertama di Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng (08° 10’44”S, 114° 28’934”E) dengan ketinggian 24 m dpl. Lokasi kedua di Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana (08° 15’006”S, 114° 29’069”E) dengan ketinggian 43 m dpl. Penelitian di lapang meliputi pengamatan aktivitas terbang dan mencari
polen, pengumpulan sampel polen dan sampel bunga di sekitar sarang dan pengambilan foto sarang. Pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen pada pukul 05.20-18.30 (WITA). Tiap pengamatan selama 10 menit dengan interval 20 menit. Aktivitas A. cerana selama pengamatan direkam dengan handycam (Sony Digital HDD DCRSR80). Jumlah A. cerana yang masuk, dan masuk membawa polen pada tungkai dihitung menggunakan counter. Faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu di luar sarang diukur tiap kisaran satu jam. Data matahari terbit dan terbenam, kecepatan angin serta curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi di Negara-Bali. Pengumpulan polen dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pukul 06.00-10.00, 11.00-13.00, dan 14.00 -16.00 (WITA) menggunakan pollen trap. Selain itu dilakukan pengumpulan bunga yang mekar di sekitar sarang dalam radius satu kilometer. Koloni A. cerana yang telah diambil sampel polennya kemudian dilakukan pemanenan. Tiap koloni diambil tiga sisir kemudian dilakukan pengambilan foto tiap sisir sarang. Analisis polen dari tungkai A. cerana dan dari bunga menggunakan metode acetolysis (Edrtman 1971). Pemeriksaan karakter dan identifikasi polen berdasarkan Edrtman (1971) dan Huang (1972) dan verifikasi polen oleh Bob Yuris dari PT. Corelab Indonesia. Penghitungan luas sisir sarang, jumlah pupa, sel madu menggunakan program ImageJ. Hubungan aktivitas harian mencari polen dengan faktor lingkungan menggunakan Principle Component Analysis (PCA). Hubungan jumlah pupa dengan aktivitas harian mencari polen menggunakan regresi. Aktivitas terbang A. cerana di peternakan tradisional mulai 05.50-18.30 atau selama 12.5 jam. Aktivitas terbang A. cerana ini terjadi mulai 44 menit sebelum matahari terbit dan berhenti 10 menit setelah matahari terbenam. setiap aktivitas terbang setiap koloni A. cerana menunjukkan variasi pada waktu terjadi pncak dan jumlah individu yang masuk tiap 10 menit pengamatan. Variasi ini disebabkan oleh faktor dalam dan luar koloni. Faktor dalam koloni berupa kebutuhan pakan untuk anggota koloni. Faktor luar berupa ketersediaan pakan di sekitar sarang dan faktor lingkungan. Puncak aktivitas mencari polen A. cerana di Melaya pukul 06.50-09.50, lebih pagi daripada di Sumber Klampok pada pukul 09.50-13.50. Perbedaan puncak aktivitas mencari polen menunjukkan sumber polen dan kelimpahan polen antara Sumber Klampok dan Melaya berbeda. Perilaku lebah yang selalu mengunjungi bunga untuk mencari pakan membantu proses penyerbukan. Keuntungan penyerbukan oleh lebah berupa peningkatan produksi pertanian, dan ketersediaan benih bagi tanaman. Lebah yang pertama keluar dari sarang, mencari pakan berdasarkan daya tarik bunga. Polen dan nektar merupakan daya tarik primer bagi lebah. Sedangkan aroma (oddour), bentuk dan warna bunga merupakan daya tarik sekunder. Lebah dalam mencari pakan dapat dengan cepat mengenali sumber pakan berdasarkan visualisasi dan aroma (oddour) dari bunga. Lebah yang menemukan sumber pakan (nektar dan polen) akan menginformasikan sumber pakan kepada lebah pekerja lain di sarang (recruitment). Lebah menginformasikan sumber pakan kepada lebah pekerja lain dengan tarian yaitu round dance dan wag-tail dance. A. cerana sering kabur dari sarang yang merupakan reaksi terhadap kualitas lingkungan yang menurun dan gangguan dan banyak terjadi pada bulan Juni-Agustus. Salah satu ciri koloni yang akan kabur adalah aktivitas mencari
polen yang rendah karena sedikit larva. Gangguan dari binatang atau manusia juga menjadi faktor koloni A. cerana kabur. Cahaya berkorelasi positif terhadap aktivitas terbang harian dan mencari polen. Cahaya yang tinggi akan menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban. A. cerana akan mengurangi aktivitas di luar sarang saat intensitas cahaya tinggi dan kelembaban udara turun. A. cerana banyak yang mencari air untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban udara dalam sarang dengan melakukan fanning pada lubang sarang untuk mengalirkan udara ke sarang. Data dari Stasiun Klimatologi Negara-Bali menunjukkan curah hujan tidak terukur di kedua lokasi sehingga lingkungan sangat ekstrim bagi koloni A. cerana. A. cerana di Sumber Klampok dan Melaya pada periode Juli-Agustus mengambil polen dari 12 familia terdiri dari 19 tipe polen dengan tiga tipe polen belum teridentifikasi. Tiga polen belum teridentifikasi terdapat di Melaya, dan merupakan informasi tentang flora lokal. Polen yang ditemukan pada semua koloni merupakan sumber polen utama bagi A. cerana. Tipe polen utama adalah C. nucifera dan L. leucocephala. Setiap koloni mengumpulkan 5-9 tipe polen untuk mencukupi kebutuhan protein. Hal ini menunjukkan A. cerana bersifat generalis dalam mencari polen. Sifat generalis menguntungkan bagi penyerbukan karena banyak tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh A. cerana. Di Sumber Klampok ditemukan koloni yang mengambil polen dari Polygonum yang mempunyai kandungan nutrisi rendah, sehingga dapat dikatakan koloni A. cerana di Sumber Klampok mampu bertahan dengan sumber polen bernutrisi rendah. Luas sarang A. cerana berkorelasi dengan jumlah pupa. Peternakan lebah tradisional A. cerana yang sudah berlangsung selama tiga generasi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan ini meliputi beberapa aspek yaitu penggantian gelodok ke sarang modern, menjaga ketersediaan pakan di sekitar sarang dan pengembangan wisata alam. Kata kunci: perlebahan tradisional, Apis cerana, aktivitas terbang, tipe polen, acetolysis
C Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN DAN IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI
LILIK MUNTAMAH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Bio Sains Hewan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian tesis: Drs.Chandra Widjaja, MM
Judul Tesis Nama NIM
: Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali : Lilik Muntamah : G352070141
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Ketua
Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. Anggota
Diketahui Koordinator Mayor Bio Sains Hewan
Dr. Bambang Suryobroto
Tanggal Ujian: 30 Juni 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penuls panjatka kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identidikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali’ ini dapat selesai tepat waktu. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan yang sangat berguna. Bapak Drs. Chandra Widjaja, MM sebagai penguji luar komisi ujian tesis, atas masukan dan arahan terhadap tesis ini. Dr. Bambang Suryobroto sebagai Koordinator Mayor Bio Sains Hewan (BSH), seluruh staf pengajar dan Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan FMIPA, IPB. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Departemen Agama RI, untuk pemberian beasiswa dan dana penelitian. Terimakasih tak terhingga kepada orangtua (Bapak Mansur dan Ibu Alfiah) atas semangat untuk mencari ilmu, suami Hery Purwanto, ST, dan putra-putra tercinta (Fariz, Fahmi, Annas) atas dukungan dan kesabaran selama dua tahun penulis tinggalkan. H. Anshori, S.Ag. M.PdI Kepala Madrasah Aliyah Negeri Negara-Bali atas izin dan dukungan untuk mengikuti studi S2. Bapak Suparman dan I Putu Artha peternak lebah tradisional di Bali Barat atas kesediaan menerima penulis untuk melakukan penelitian. Bapak Joko Waluyo, Staf Taman Nasional Bali Barat atas panduan selama di Lapang. Bapak Bob Yuris ahli polen dari PT. Corelab Indonesia atas verifikasi polen. Yudi Catur Anendra, rekan seperjuangan pengambilan data di lapang dan identifikasi polen di laboratorium, Islamul Hadi atas pembelajaran pembuatan peta. Rekanrekan BSH yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan. Akhir kata penulis berharap tesis ini bermanfaat dan dapat dikembangkan.
Bogor, Agustus 2009
Lilik Muntamah
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 05 Juli 1974 dari Bapak Mansur dan Ibu Alfiah. Penulis adalah putri keempat dari delapan bersaudara. Pada tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Negara-Bali, dan tahun 1999 penulis lulus dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana. Penulis memilih Mayor Bio Sains Hewan (BSH), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 untuk melanjutkan studi S2 dengan Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia. Penulis sebagai staf pengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) NegaraBali mulai dari tahun 2002 sampai sekarang.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xvii PENDAHULUAN………………………………………………………….. Latar belakang………………………………………………………….. Tujuan Penelitian………………………………………………………. Manfaat Penelitian……………………………………………………...
1 1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………. Biologi A.cerana……………………………………………………….. A. cerana sebagai Serangga Sosial…………………………………. Pakan A. cerana………………………………………………………... Nektar………………………………………………………………. Polen……………………………………………………………….. Air dan Resin………………………………………………………. Aktivitas Mencari Nektad dan Polen..………………………………..... Aktivitas Mencari Polen………………………………………….... Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang………………………… Identifikasi Tumbuhan Sumber Nektar dan Polen…………………..… Hutan Bali Barat………………………………………………………..
4 4 4 5 5 6 7 7 9 9 10 11
BAHAN DAN METODE………………………………………………….. Penelitian di Lapang……………………………………………………. Waktu dan Tempat Penelitian di Lapang…………………………... Materi Penelitian di Lapang………………………………………... Studi Lokasi Penelitian…………………………………………….. Persiapan Koloni A. cerana………………………………………… Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Mencari Polen A. cerana ……………………………………………………. Pengumpulan Polen………………………………………………… Pengambilan Gambar Sarang………………………………………. Penelitian di Laboratorium…………………………………………….. Waktu dan Tempat Analisis……………………………………….. Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga ……………….. Karakterisasi Sarang A. cerana……………………………………. Analisis Data……………………………………………………………
15 15 15 15 15 16
16 16 17 17 17 17 18 19
H A S I L…………………………………………………………………… Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana ……………… Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK)…………… Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK)…… Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML)…………………….. Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML)………………. Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana di SK dengan ML………………………………………………….. Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana …………………… Hubungan Aktivitas Terbang dengan Faktor Lingkungan………… Identifikasi polen……………………………………………………….. Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana…………………. Tipe Polen pada Tiap Koloni………………………………………. Jenis Bunga di Sekitar Sarang……………………………………… Karakter Sarang A. cerana……………………………………………...
21 21 21 21 23 23
PEMBAHASAN…………………………………………………………… Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen ………………………… Variasi Aktivitas Terbang Harian A. cerana………………………. Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……………………………….. A. cerana sebagai Serangga penyerbuk………………………………... Identifikasi Polen………………………………………………………. Karakter Sarang A. cerana……………………………………………... Pengembangan Peternakan Lebah Tradisional di Bali………………… Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern……………………. Ketersedian Pakan di Sekitar Sarang………………………………. Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam………..
37 37 38 40 42 44 46 46 47 48 48
SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….. Simpulan………………………………………………………………. Saran……………………………………………………………………
50 50 50
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
51
LAMPIRAN………………………………………………………………..
56
25 25 26 27 27 29 30 32
DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai korelasi antar komponen………………………………………….
27
2 Jenis dan karakter polen dari tungkai A. cerana di Sumber Klampok (SK) dan Melaya (ML) …………….................................................. 3 Tipe polen yang ditemukan pada tiap koloni A. cerana …………... ….
29
4 Jenis tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang A. cerana ………….
30
5 Jenis dan karakter polen dari bunga di sekitar sarang A.cerana ………..
31
6 Luas sarang dan jumlah sel pupa, madu dan sel kosong pada tiap koloni A. cerana di Melaya……………..............................................
28
32
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kotak Sarang di Sumber Klampok pada ketinggian 5-8 m……………….. 3 2 Kotak Sarang di Melaya pada ketinggian 2-5 m…………………………..
3
3 Lebah ratu A. cerana yang dikelilingi lebah pekerja………………………
12
4 Lebah jantan A. cenara…………………………………………………….
12
5 Skema bunga angiospermae……………………………………………….
12
6 Lebah pekerja A. cerana dengan polen pada keranjang polen…………….
12
7 Sruktur keranjang polen A. cerana ………………………………………..
12
8 Pola pemanfaatan sel-sel dalam sarang A. cerana…………………………
12
9 Pengelompokan bentuk dan aperture pada polen………………………..
13
10 Bentuk polen tampak polar …………………………………………….
13
11 Bentuk polen tampak equatorial ……………………………………….
14
12 Ornamen eksin dari permukaan polen………………………………….
14
13 Peta lokasi penelitian……………………………………………………..
19
14 Posisi sarang, handycam dan pengamat………………………………….
19
15 Pollen trap untuk pengumpulan polen………………………………….
19
16 Polen yang dipanen dari tungkai A. cerana………………………………
20
17 Sisir sarang A. cerana …………….……………………………………...
20
18 Tahapan singkat acetolysis……………………………………………….
20
19 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di SK……………...……………………………………………………… 20 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di ML.………………………………………………………................... 21 Perbandingan aktivitas mencari polen A. cerana di SK dengan ML…….
22 24 25
22 Persentase aktivitas mencari polen terhdap aktivitas terbang harian…….
22
23 Hasil PCA………………………………………………………………...
26
24 Polen dari tungkai A. cerana……………………………………………..
33
25 Polen dari bunga sekitar sarang A. cerana ………………………………
35
26 Peta Persebaran Tanaman Sumber Polen A. cerana di Bali Barat……….
36
27 A. cerana mencari air di penampungan air……………………………….
49
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Daftar cuaca di Sumber Klampok ………………………………………
57
2 Daftar cuaca di Sumber Sari (Melaya)………………………………….
58
3 Rataan lebah yang masuk di Sumber Klampok ………………………..
59
4 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Sumber Klampok…………….
60
5 Rataan lebah yang masuk di Melaya……………………………………
61
6 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Melaya……………………….
62
7 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Sumber Klampok…………
63
8 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Sumber Klampok…………..
64
9 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Melaya ……………………
65
10 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Melaya……………………
66
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka Alam Bali Barat dan hutan lindung. Hutan Bali Barat dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Luas hutan Bali Barat 77 000 Ha terdiri atas 75 500 Ha wilayah daratan dan 1 500 Ha wilayah laut. TNBB terdiri atas wilayah daratan sebesar 15 587.89 Ha dan wilayah air 3.415 Ha (Waluyo J 4 Agustus 2008, komunikasi pribadi; http://www.tnbb.com). Masyarakat di sekitar hutan Bali Barat banyak mencari sarang lebah Apis cerana dan A. dorsata untuk diambil madunya. Selain mencari sarang lebah di hutan, masyarakat juga beternak A. cerana secara tradisional. Masyarakat Bali menyebut A. cerana sebagai nyawan. Usaha perlebahan di Bali Barat sudah dilakukan secara turun-temurun selama tiga generasi (Parman 19 Juli 2009, komunikasi pribadi). Perlebahan tradisional di Bali Barat menggunakan kotak kayu sederhana yang disebut gelodok sebagai sarang A. cerana (Gambar 1 & 2). Peternak memanen madu A. cerana dua kali dalam satu tahun, yang dilakukan pada musim berbunga pada bulan Desember-Januari. Dengan demikian perlebahan tradisional tergantung pada ketersediaan koloni A. cerana dan pakan dari alam. Peternak mendapatkan koloni A. cerana dengan cara menggantungkan kotak sarang di atas pohon di dekat hutan dengan ketinggian yang berbeda. Keberadaan perlebahan di hutan alami TNBB, areal perkebunan atau pertanian menguntungkan bagi manusia dan tumbuhan karena lebah membantu penyerbukan pada berbagai bunga. Desa yang dekat dengan hutan alami merupakan tempat yang baik untuk perlebahan, karena di hutan alami banyak tumbuhan penghasil pakan bagi lebah (Keiw 1995). Di Sumber Klampok (SK) terdapat perkebunan kapuk (Ceiba petandra) dan di Melaya (ML) banyak perkebunan kelapa (Cocos nucifera). Menurut Hill (1998) pohon-pohon di perkebunan menyediakan makanan yang berlimpah berupa nektar dan polen juga melindungi lebah madu dari sinar matahari dan angin yang berlebihan. Hadirnya A. cerana sebagai serangga penyerbuk bagi masyarakat dapat meningkatkan hasil
pertanian baik dari jumlah buah dan kualitas buah yang dihasilkan terutama tumbuhan yang tidak dapat mengadakan penyerbukan sendiri. Sebagai contoh pada tanaman dari familia Cucurbitaceae yaitu ketimun (Cucumis sativus), pare (Momordica charantia) memerlukan serangga penyerbuk karena bunga jantan dan betina terpisah (dioceus). Lebah penyerbuk juga meningkatkan hasil pada tomat (Solanum lycopersicum) dan kedelai (Glycine max) (Delaplane & Mayer 2000). A. cerana adalah serangga sosial yang mempunyai susunan kasta. Kasta dalam koloni A. cerana terdiri dari satu ratu sebagai betina fertile, puluhan atau ratusan lebah jantan dan ribuan lebah pekerja. Pembagian kasta ini menunjukkan pembagian tugas yang jelas dalam
koloni tersebut (Akratanakul 2000).
Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan lebah yang bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang bekerja di luar sarang adalah mencari nektar dan polen (Darmayanti 2008). A. cerana memerlukan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, air, dan vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan koloni. Nektar sebagai sumber karbohidrat, penting sebagai sumber energi. Polen sebagai sumber utama protein dan mengandung sedikit vitamin dan karbohidrat. Polen juga mengandung minyak sebagai daya tarik serangga penyerbuk (Kevan 1995). A. cerana memperlihatkan suatu pola dalam mencari pakan baik mencari nektar atau polen. Kevan (1995) menyatakan lebah pekerja A. cerana diketahui sebanyak 28% mencari polen dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan. Dari latar belakang diatas diperlukan usaha-usaha agar perlebahan A. cerana berkembang dan berkelanjutan. Salah satu usaha adalah menyediakan tumbuhan sumber pakan A. cerana di sekitar sarang. Sampai saat ini belum ada data tentang tumbuhan sebagai sumber pakan A. cerana di hutan Bali Barat, untuk itu diperlukan penelitian tentang tumbuhan penghasil sumber pakan bagi A. cerana yang terdapat di hutan, perkebunan atau pertanian khususnya tumbuhan sumber polen.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari kisaran waktu aktivitas mencari polen pada tiap koloni A. cerana, (2) Mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, dan (3) Mempelajari hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana. (2) Mendukung konservasi lingkungan di hutan Bali Barat. (3) Data awal untuk pengembangan perlebahan lebah A. cerana di Bali Barat.
Gelodok
Gambar 1 Kotak sarang di SK pada ketinggian 5-8 m
Gambar 2 Kotak sarang di ML pada ketinggian 2-5 m
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Apis cerana A. cerana sebagai Serangga Sosial A. cerana merupakan salah satu anggota dari Famili Apidae, Subfamily Apinae, Genus Apis. Genus Apis termasuk ke dalam koloni eusosial tingkat tinggi. Karakter utama serangga eusosial tingkat tinggi antara lain terdapat pembagian tugas yang jelas pada masing-masing kasta. Dalam satu koloni A. cerana terdapat hanya satu ratu, terjadi pertemuan induk dengan keturunanya sehingga terdapat proses perawatan keturunan (Appanah & Kevan 1995). Berdasarkan kemampuan reproduksi, kasta pada A. cerana terdiri atas dua kelompok yaitu kasta reproduktif dan non reproduktif. Kasta reproduktif terdiri atas lebah ratu dan lebah jantan. Lebah ratu bertugas menghasilkan telur dan feromon untuk mengontrol dan mengorganisir koloni (Gambar 3). Lebah jantan mempunyai satu tugas yaitu kawin dengan ratu muda (Gambar 4). Lebah jantan melimpah saat ratu muda akan kawin, sedangkan saat musim peceklik lebah jantan banyak dibunuh oleh lebah pekerja (Winston 1992). Proses perkawinan ratu dengan lebah jantan terjadi di udara pada siang hari saat udara cerah. Lebah ratu A. cerana yang ada di Poona, Thailand melakukan perkawinan antara jam 14.00 sampai 15.00 dengan lama terbang untuk kawin 27 menit. Lokasi tempat terjadi perkawinan dikenal dengan Drone Congregation Area (DCA). Perkawinan ratu A. cerana dengan sepuluh ekor lebah jantan sesuai dengan volume uviduk yang mampu menampung semen 1.94 ml dan seekor lebah jantan mampu memproduksi 0.2 ml semen. Ratu yang telah kawin kantung spermatekanya sudah penuh sperma dan akan bertelur setelah dua hari perkawinan (Koeninger 1995). Ratu A. mellifera dapat menghasilkan 1 500 sampai 2 000 telur per hari (Akratanakul 2000), sedangkan ratu A. cerana di Kashmir menghasilkan 700-830 telur per hari (Ruttner 1988). Lebah jantan akan mati setelah melakukan perkawinan karena endoseplus lebah jantan terlepas setelah kopulasi (Koeninger 1995). Kasta non reproduktif adalah lebah pekerja yang mengatur semua pekerjaan dalam koloni (Gambar 3). Lebah pekerja dibagi berdasarkan age
polyethysem yaitu pembagian tugas khusus berdasarkan umur sejak keluar dari pupa (Southwick 1992). Pada lebah, age polyethysm dikelompokkan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan bekerja di luar sarang. Tugas A. cerana di dalam sarang yaitu membersihkan sel (1-10 hari), merawat larva (3-9 hari), menerima nektar (3-14 hari), menutup sel madu (5-12 hari), menutup sel larva (7-13 hari), Belajar terbang (4-16 hari), merawat ratu (6-13 hari), membangun sarang (6-23 hari), menyimpan polen (10-22 hari), dan membuang sampah (12-23 hari). Tugas A. cerana di luar sarang adalah mengatur suhu udara (8-19 hari), menjaga koloni (14-23 hari), mencari pakan (18-25 hari) (Darmayanti 2008).
Pakan A. cerana Nektar Nektar merupakan sumber karbohidrat utama bagi lebah. Nektar mengandung berbagai karohidrat dimana kandungan terbesar adalah sukrosa, glukosa dan fruktosa. Nektar juga mengandung karbohidrat lain seperti laktosa, galaktosa ditemukan dalam jumlah yang kecil. Lebah mengumpulkan nektar dari kelenjar nektar floral dan ekstra-floral dari berbagai bunga. Nektar floral adalah kelenjar nektar yang terdapat pada bunga (Gambar 5), sedangkan nektar ekstrafloral adalah nektar yang berasal dari bagian lain selain bunga (kuncup daun, ujung batang) (Hebert 1992). Nektar dari nektar floral mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa, sedikit asam amino, dan lemak (Appanah & Kevan 1995). Nektar diproses secara enzimatis di dalam perut lebah menjadi madu. Madu disimpan di dalam sel-sel di bagian atas dari sisir sarang. Madu yang baru dikeluarkan dari lebah pencari nektar kadar airnya tinggi diatas 30%. Sehingga lebah pekerja mengepakkan sayap untuk menurunkan kadar air madu sampai menjadi 18-20%. Pengurangan kadar air pada madu penting untuk mencegah fermentasi oleh mikroorganisme. Jika ruang penyimpanan mau sudah penuh akan ditutup dengan lilin (Gary 1992). Madu merupakan sumber karbohidrat utama bagi koloni lebah yang mengandung gula 95-99.9%. Kandungan gula pada madu berupa glukosa, fruktosa dan sebagian kecil gula kompleks. Selain sebagai sumber karbohidrat
madu juga sebagai bahan campuran utama pembuatan pakan larva berupa campuran madu dan polen (bee bread) (Hebert 1992).
Polen Polen adalah sel kelamin jantan pada tumbuhan yang dihasilkan oleh organ kelamin jantan pada bunga yaitu anter (Gambar 5). Polen merupakan sumber protein utama bagi lebah. Komposisi kimia dan kandungan nutrisi pada tiap jenis polen tergantung pada tumbuhan penghasil polen (Hebert 1992). Hasil analisis pada polen secara umum menunjukkan 16-30% protein, 1-7% karbohidrat, 0-15% gula, dan 3-10% lemak (Faegri & van der Pijl 1971). Polen dari familia Brassicaceae mengandung protein dan asam amino tertinggi, yaitu dari kelompok asam aspartat, asam glutamin, prolin, leusin dan lysine. Sedangkan metionin, tyrosin dan histidin relative rendah pada polen Brasicaceae yaitu hanya 7% (Szezesna 2006). Hebert (1992) mengklasifikasikan polen berdasarkan nutrisi dan pengaruhnya terhadap lama hidup, perkembangan ovarium dan lemak tubuh lebah madu menjadi empat kelompok. Kelompok pertama adalah polen bernutrisi tinggi yaitu polen dari kelompok buah-buahan, dan jagung. Kelompok kedua adalah polen dengan nutrisi yang lebih sedikit contohnya kapas dan dandelion. Kelompok ketiga adalah polen dengan kandungan yang nutrisi yang cukup seperti hezelnut, dan kelompok keempat adalah polen dengan kandungan nutrisi yang sangat kurang contohnya pinus. Kandungan nutrisi polen dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan pH tanah artinya polen dari tanaman yang sama dapat mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda jika ditanam pada daerah yang berbeda degan kondisi lingkungan yang berbeda (Hebert 1992). Polen bernutrisi tinggi sangat penting bagi pertumbuhan larva dan perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Perkembangan jaringan tubuh, otot, dan kelenjar pada lebah sangat tergantung pada kecukupan protein. A. mellifera yang baru keluar dari pupa banyak mengkonsumsi polen sampai minggu kedua. Setelah minggu kedua konsumsi polen menurun dan konsumsi madu meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan protein seluruh anggota
koloni, maka lebah pekerja harus mengumpulkan polen dari berbagai tumbuhan karena kandungan nutrisi pada tiap polen sangat bervariasi (Hebert 1992).
Air dan Resin Koloni lebah banyak memerlukan air yang berfungsi sebagai bahan pelarut dalam membuat makanan larva berupa campuran madu dan polen. Air juga diperlukan untuk menurunkan suhu dalam sarang. Saat suhu dalam sarang naik lebih dari 34 °C, lebah pekerja meneteskan air dipermukaan sarang, kemudian lebah pekerja mengepakkan sayap di lubang saran (fanning), sehingga udara dalam sarang lebih lembab. Lebah juga memerlukan resin dari tumbuhan yang dipergunakan sebagai bahan perekat dalam sarang dan untuk menutup lubang pada sarang, sehingga suhu dalam sarang dapat dipertahankan tetap hangat (Gary 1992).
Aktivitas A. cerana Mencari Pakan Aktivitas terbang kelompok Melipona scutellaris (Apidae, Meliponini) di Brazil memperlihatkan variasi pada setiap koloni. Lebih dari 90% aktivitas terbang adalah mencari pakan. Aktivitas terbang yang lain untuk mencari resin, lumpur dan membuang sampah. Puncak aktivitas mencari pakan pada M. scutellaris terjadi antara pukul 05.00-07.00 dan puncak aktivitas mencari polen terjadi antar pukul 05.00-09.00, kedua aktivitas tersebut menurun tajam pada siang hari (Pierrot & Schlindwein 2003). Kelompok Trigona sp yang ada di Serawak, Malaysia menunjukkan pekerja yang membawa polen lebih tinggi daripada yang membawa nektar pada pukul 07.30, sedangkan pada pukul 14.30 pekerja yang membawa nektar lebih tinggi daripada yang membawa polen. Puncak aktivitas mencari pakan terjadi pada pukul 10.30 (Nagamitsu & Inoue 2002). Darmayanti (2008) melakukan pengamatan pada A. cerana yang mencari pakan di Sukabumi, Jawa Barat dan puncaknya pada pukul 06.00-08.00. Aktivitas ini menurun setelah pukul 08.30 dan naik kembali antara pukul 16.30-18.00. Verma (1995b) membandingkan A. cerana dan A. mellifera di daerah subtropis di Matiana-Narkanda dan menyatakan lebah pekerja A. cerana mulai mencari pakan
lebih pagi (pukul 06.03) daripada A. mellifera (pukul 06.27). Pada sore hari A.mellifera berhenti mencari pakan lebih awal (pukul 18.55) daripada A. cerana (pukul 19.13). Puncak aktivitas mencari pakan A. cerana terjadi antara pukul 09.00-11.30, sedangkan A. mellifera antara pukul 11.00-13.20. Aktivitas mencari pakan pada A. cerana diketahiu 28% mencari polen, dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan (Kevan 1995). Sedangkan aktivitas mencari pakan pada A. mellifera sebanyak 25% mengumpulkan polen, 60% mengumpulkan nektar, dan 15% mengumpulkan polen dan nektar (Roman & Kulik 2006). Lebah mencari nektar yang kadar gulanya diatas 10%. A. mellifera mengumpulkan nektar pada konsentrasi 35-50% (Hebert 1992). Penelitian pada A. cerana dengan menggunakan pakan buatan menunjukkan puncak aktivitas mencari nektar terjadi pada konsentrasi gula 35-40% (Liu et al 2007). Konsentrasi gula yang terlalu tinggi diatas 60% terlalu pekat dan tidak dapat dihisap dengan cepat oleh lebah. Konsentrasi nektar tergantung pada suhu, kelembaban dan curah hujan di lokasi tersebut (Hebert 1992). Pengamatan pada A. cerana dan A. mellifera yang mencari nektar pada bunga familia Brassicaceae menunjukkan aktivitas yang tinggi pada tumbuhan yang mempunyai konsentrasi gula, volume nektar dan energi/ bunga/ hari yang tinggi. Dengan demikian A. cerana dan A. mellifera sangat efektif dalam aktivitas mencari pakan. Dari hasil pengamatan pada jenis tanaman Brassicaceae pada lokasi dan iklim yang berbeda menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi, volume dan energi yang terkandung pada nektar berbeda (Abrol 2007). Penelitian oleh Liu et al. (2007) dengan menggunakan campuran nektar buatan dengan senyawa phenolic menunjukkan A. cerana berlimpah pada nektar dengan konsentrasi 35-40% dan mengandung senyawa phenolic yang rendah. Senyawa phenolic adalah senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai daya tarik (attractant) bagi serangga penyerbuk. Dalam nektar senyawa-senyawa phenolics terdapat pada lemak dan alkaloid (Appanah & Kevan 1995).
Aktivitas mencari nektar pada A. mellifera lebih dipengaruhi oleh faktor luar seperti kelimpahan sumber nektar, kualitas nektar dan kondisi lingkungan. Kondisi dalam koloni tidak berhubungan dengan aktivitas mencari nektar, seperti banyaknya larva dalam koloni (Fewel & Winston 1996).
Aktivitas A. cerana Mencari Polen Lebah mengumpulkan polen tergantung dari banyak faktor yaitu jumlah populasi imago dalam koloni, jumlah larva, vegetasi sekitar sarang dan kondisi cuaca. Feromon yang dihasilkan oleh larva menjadi stimulus langsung bagi lebah pekerja untuk mengumpulkan polen. Jumlah lebah yang mencari polen juga akan meningkat jika terdapat sel-sel yang kosong di dekat larva. Dengan demikian, adanya sel yang kosong pada sisir sarang juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah lebah yang mencari polen (Keller et al. 2005). Pengamatan pada bunga palem raja (Arconthophoenix alexandrea) di Thailand yang menghasilkan polen menunjukkan A. cerana mulai mencari polen pada pukul 06.15 dan puncaknya pada pukul 09.30 (Oldroyd et al. 1992). Lebah menggunakan seluruh bagian tubuh untuk mengambil polen. Polen kemudian disisir menggunakan tiga pasang tungkai dan dimasukkan ke keranjang polen (corbicula) yang terdapat pada tungkai belakang (Gambar 6). Selama proses penyisiran, ditambahkan nektar ke polen agar polen menjadi lembab sehingga polen mudah dimasukkan dan melekat pada keranjang polen (Gambar 7) (Shuel 1992).
Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang A. cerana Sarang A. cerana dan A. mellifera menunjukkan kesamaan dalam pengaturan dan distribusi di dalam sisir sarang. Pada bagian atas sisir adalah penyimpanan madu. Bagian tengah dan bawah adalah lokasi untuk larva dan pupa. Penyimpanan polen dilakukan diantara larva dan madu. Polen tersebar merata diantara larva untuk memudahkan lebah pekerja dalam memberi pakan larva (Gambar 8). Sel untuk calon ratu terletak di pinggir bawah sisir sarang. Polen disimpan dalam bentuk padat, sel yang penuh madu akan ditutup dan terdapat lubang di tengahnya (Koeninger 1995).
Identifikasi Tumbuhan Sumber Polen dan Nektar bagi A. cerana Pengetahuan tumbuhan penghasil nektar dan polen bagi peternak lebah sangat penting. Pengetahuan ini dapat digunakan oleh peternak dalam rangka penyediaan tumbuhan sumber pakan di sekitar sarang. Penanaman tumbuhan sumber nektar dan polen di sekitar sarang dapat menjamin kelangsungan perlebahan A. cerana
dan mendukung konservasi lingkungan. Bagi peternak
lebah A. mellifera informasi tumbuhan sumber nektar dapat digunakan sebagai panduan dalam jadwal angon lebah, karena A. mellifera biasa diangon di lokasi yang sedang musim berbunga untuk mempercepat produksi madu. Sampai saat ini peternak A. cerana tidak melakukan angon, dan hanya mengandalkan sumber pakan di sekitar sarang. Identifikasi tumbuhan sumber nektar dan polen dapat dilakukan dengan mengidentifikasi polen yang terdapat dalam nektar atau polen dari tungkai lebah. Identifikasi polen dapat dilakukan dengan metode acetolysis (Edrtman 1971). Jhansi et al. (1994) melakukan acetolysis sampel madu A. cerana di Andra Pradesh, India dan menemukan 36 familia terdiri dari 51 tipe polen. Sodre et al. (2007) menganalisis 58 sampel madu A. mellifera dari beberapa lokasi di Brazil menggunakan acetolysis menemukan 41 tipe polen. Lima tipe termasuk kategori dominan yaitu Mimosa caesalpiniaefolia (Mimosaceae) (50%), M. verrucosa (Mimosaceae) (5%), Borreria verticillata (Rubiaceae) (10%), Serjania sp. (Sapindaceae) dan tipe Fabaceae (5%). Jongitvimol dan Wattanachaiyingcharoen (2006) melakukan acetolysis pada sampel polen dari Trigona sp di Thailand dan menemukan 18 familia terdiri dari 29 tipe tumbuhan. Acetolysis (Edrtman 1972) adalah metode menjernihkan dan pewarnaan polen dengan asam kuat sehingga polen dapat diidentifikasi. Polen perlu dijernihkan karena mengandung banyak bahan organik yang menutupi karakter untuk identifikasi polen. Identifikasi polen berdasarkan lima karakter morfologi (Huang1972) yaitu : 1. Pengelompokan bentuk polen berdasarkan aperture (pollen classes). Aperture adalah karakter rekahan atau pori pada butir polen. Jumlah aperture juga menentukan tipe polen (Gambar 9).
2. Bentuk polen (polar view), pada polen tampak polar dapat ditentukan bentuk polen dan jumlah aperture (Gambar 10). 3. Bentuk polen tampak ekuator (equatorial view), pada posisi ini dapat terlihat bentuk dari aperture (Gambar 11). 4. Ornamen eksin, permukaan eksin mempunyai pola tertentu yang dapat digunakan sebagai karakter untuk identifikasi (Gambar 12). 5. Ukuran polen. Ukuran polen yang digunakan adalah diameter polar view dan equatorial view.
Hutan Bali Barat Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka Alam Bali Barat dan hutan lindung. Luas hutan Bali Barat 77000 Ha terdiri atas 75.500 Ha wilayah daratan dan 1500 Ha wilayah laut. TNBB terdiri atas wilayah daratan sebesar 15.587,89 Ha dan wilayah air sebesar 3.415 Ha. Sisa wilayah hutan Bali Barat yang lain di kelola oleh Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Surat keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, TNBB dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yang disebut Seksi Konservasi. Seksi Konservasi Wilayah I di Jembrana, Seksi Konservasi Wilayah II di Buleleng dan Seksi Konservasi Wilayah III di Labuhan Lalang. Desa SK termasuk ke dalam Seksi Konservasi Wiayah II, sedangkan ML berdekatan dengan Seksi Wilayah I. Desa SK lebih dekat (± 200 m) dengan pantai daripada Desa ML (± 700 m). Vegetasi di SK didominasi oleh herba yang tumbuh saat musim hujan sedangkan Di ML didominasi pohon-pohon sehingga di SK lebih kering dibandingkan dengan ML (http://www.tnbb.com).
Ratu
Pekerja
Gambar 3 Lebah rattu A. ceranaa dikelilinggi lebah pekeerja
Gamba 4 L Lebah jantan n A. cerana
Polen
Gambar 5 Skema bun nga Angiosperm mae (www.beecu ulture.com)
Gambaar 6 Lebah ppekerja A. ceerana dengan ppolen pada keranjanng polen
1
Polen
2 5
Gambar 7 Struktur keranjang k polen A. cerana c
4
3
Gambaar 8 Pola pem manfaatan sel-sel dalam saarang A. cerrana 1. sel madu, 2. sel polen, 3. 3 sel larva, 4. sel puupa, 5. sel jan ntan (Huang 2002)
Gambar 9 Bentuk dan aperture pada polen. 1. Vesiculate, 2. Inaperture, 3. Trilet, 4. 1-sulcate, 5. 3-colpate, 6. Syncolpate (syncolporate), 7. Parasyncolpate, 8. Spiraperture, 9. 4-colpate, 10. Pericolpate, 11. Pantocolpate (Stephanocolpate), 12. 1-porate, 13. 2-porate (ulcerate), 14. 3-porate, 15. 4-6-porate, 16. Pantoporate, 17. 2-colporate, 18. 3-colporate, 19.4-6-colporate, 20. Pantocolpate 9 (a. Pericolporate;Stephanocolporate), 21. Heterocolpate, 22. Heteroporate, 23. Fenestrate, 24. Tetrad, 25. Polyad.
Gambar 10 Bentuk polen tampak polar. 1. Circular, 2. Circular-lobate, 3. Semi-angular, 4. Inter-semi-angular, 5. Angular, 6. Interangular, 7. Semi-lobate, 8. Inter-semi-lobate, 9. Lobate, 10. Inter- lobate, 11. Hexagonal, 12. Inter-hexagonal, 13. Subangular, 14. Inter-subangular, 15. Rectangular (Rhomboidal), 16. Tubular.
Gambar 11 Bentuk polen tampak equatorial 1. Peroblate, 2. Oblate, 3. Suboblate, 4. Oblate-spheroidal, 5. Speroidal, 6. Prolate-speroidal, 7.Subprolate, 8. Prolate, 9. Perprolate, 10. Rhomboidal, 11. Rectangular, 12. Apple- shape.
Gambar 12 Ornamen eksin dari permukaan polen 1. Foveolate, 2. Fossulate, 3. Areolate (negatively reticulate), 4-8. Granulate, 9. Reticulate, 10. Lopho-reticulate (supra-reticulate), 11. Lophate, 12. Croton pattern, 13. Rugulate, 14. Striate, 15. Striato-reticulate
BAHAN DAN METODE Penelitian di Lapang Materi dan Waktu Penelitian di Lapang Penelitian di lapang meliputi pengamatan aktivitas terbang harian, mencari polen, pengumpulan sampel polen dari tungkai A. cerana, sampel bunga di sekitar sarang, dan pengambilan foto sarang. Penelitian di lapang dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.
Studi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di dua desa di sekitar hutan Bali Barat. Kedua desa terletak di pesisir pantai. Lokasi pertama di Desa Sumber Klampok (SK), Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng (08° 10’ 44” S, 114° 28 ’934 ”E) dengan ketinggian 24 m dpl (Gambar 13). Berdasarkan Depdagri (2003a) tentang Data Monografi Desa, Desa SK mempunyai luas wilayah 100 704 Ha. Curah hujan di SK tiap tahun hanya 78.5 mm dengan suhu rata-rata minimal 19-28 oC dan maksimum 23-29 oC. Desa SK sangat kering pada musim panas. Desa SK merupakan salah satu desa di dalam TNBB (enclave). Desa SK berbatasan langsung dengan hutan di sebelah utara, selatan dan barat, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pajarakan. Di Desa SK terdapat perkebunan kapuk (Ceiba petandra) dan pertanian tadah hujan. Masyarakat di SK banyak yang bergantung pada hasil hutan, salah satunya adalah madu dari peternakan A. cerana. Lokasi kedua di Desa Melaya (ML), Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana (08° 15’ 006” S, 114° 29’ 069” E) dengan ketinggian 43 m dpl. Berdasarkan Depdagri (2003b), Desa ML mempunyai luas 1 649 500 Ha, dengan curah 172.42 mm. Desa ML berbatasan dengan hutan di sebelah utara dan barat. Mata pencaharian masyarakat Desa ML sebagian besar berdagang dan berkebun. Perkebunan yang dominan di ML adalah kelapa (C. nucifera), coklat (T. cacao) dan tanaman buah seperti rambutan (N. laplaceum) dan mangga (M. indica).
Persiapan Koloni A. cerana Koloni A. cerana yang digunakan dalam penelitian berasal dari perlebahan tradisional di SK dan ML. Koloni A. cerana berada di dalam kotak dengan ukuran 20x20x40 cm dan 25x25x50 cm. Koloni A. cerana di Desa SK sebelum pengamatan digantung pada pohon sawo kecik (M. kauki) pada ketinggian 7-8 m, sedangkan di Desa ML digantung pada pohon coklat (T. cacao) dengan ketinggian 2-3 m. Satu minggu sebelum pengamatan kotak A. cerana diturunkan dari pohon dan ditempatkan pada ketinggian 1-1,5 m. Pada tiap lokasi dipilih empat koloni.
Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana Pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana dimulai pada pukul 05.20-18.30 (WITA). Tiap pengamatan dilakukan selama 10 menit dengan interval 20 menit. Aktivitas A. cerana selama pengamatan direkam dengan handycam (Sony Digital HDD DCRSR80) (Gambar 14). Saat cahaya belum cukup untuk pengamatan, aktivitas harian mencari polen A. cerana direkam dengan bantuan sinar infra merah dari handycam. Jumlah A. cerana yang masuk ke sarang dan masuk membawa polen dihitung menggunakan counter (modifikasi Pierrot & Schlindwein 2003). A. cerana yang mencari polen terlihat membawa polen pada tungkai belakang, sedangkan A. cerana tanpa polen di tungkai diduga membawa nektar, air atau resin. Setiap koloni A. cerana diamati dua kali. Faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu di luar sarang dan suhu di dalam sarang diukur tiap kisaran satu jam. Data matahari terbit, terbenam, kecepatan angin, dan curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi di Negara Bali.
Pengumpulan Polen Pengumpulan polen di SK dan ML dilakukan setelah pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen pada tiap koloni. Pengumpulan polen menggunakan pollen trap (Gambar 15). Polen yang jatuh dari pollen trap disimpan dalam amplop (Gamban 16). Pengumpulan polen dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pukul 06.00-10.00, 11.00-13.00, dan 14.00 -16.00 (WITA).
Pengumpulan polen juga dilakukan dari bunga yang mekar disekitar sarang dalam radius satu kilometer di SK dan ML. Polen bunga dari sekitar sarang digunakan sebagai bahan rujukan dari polen yang dibawa oleh A. cerana. Posisi tumbuhan yang mekar di sekitar sarang diukur menggunakan Global Positioning System (GPS), untuk dapat dipetakan.
Pengambilan Gambar Sarang Gambar sarang koloni A. cerana diambil setelah pengumpulan sampel polen. Tiap koloni A. cerana diambil tiga sisir sarang untuk pengambilan gambar sarang. Gambar sarang yang diambil harus mempunyai skala agar dapat dianalisis (Gambar 17). Pengambilan gambar menggunakan jarak dan perbesaran yang tetap. Tiap sisir sarang dilakukan dua kali pengambilan gambar, yaitu sisi A dan sisi B. Gambar diambil dengan kamera Sony Digital HDD DCRSR80.
Penelitian di Laboratorium Waktu dan Tempat Analisis Analisis aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana, analisis sarang, dan analisis polen dilakukan pada bulan September 2008 sampai dengan April 2009. Analisis aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana dilakukan di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, sedangkan analisis polen dilakukan di bagian Ekologi dan Sumberdaya Hayati Tumbuhan, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor.
Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga Analisis polen dari tungkai A. cerana dan bunga menggunakan metode acetolysis (Erdtman 1972). Tahapan-tahapan acetolysis secara singkat (Gambar 18) adalah sampel polen pada tiap amplop dimasukkan ke tabung cupsidal dan diberi KOH 10%, didiamkan selama lima menit kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Pemberian KOH berfungsi untuk menghilangkan zat organik seperti karbohidrat dan protein. Setelah sentrifugasi, supernatan dibuang kemudian polen ditambah akuades 1 mm dan disentrifugasi.
Pencucian polen dengan akuades dilakukan dua kali. Setelah pencucian dan supernatant dibuang, polen ditambahkan asam asetat glasial (100%) sebanyak 1 mm untuk menghidrolisis air dan menjernihkan polen, kemudian disentrifugasi. Langkah selanjutnya supernatant dibuang dan polen ditambah larutan acetolysis. Larutan acetolysis merupakan campuran acetic anhydrous (100%) dengan sulfuric acid (100%) dengan perbandingan 9:1. Pembuatan larutan acetolysis dengan cara menambahkan sulfuric acid pada acetic anhydrous secara perlahan, karena menimbulkan panas. Pembuatan larutan acetolysis harus di ruang asam karena menggunakan asam kuat. Setelah pemberian larutan acetolysis, kemudian sampel dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90-95 °C selama ± 5 menit. Sampel didinginkan dan disentrifugasi lalu supernatant dibuang. Sampel polen ditambahkan asam asetat glacial dan disentrifugasi. Langkah terakhir adalah mencuci sampel polen dengan akuades sebanyak tiga kali dan disentrifugasi. Setelah pencucian sampel disimpan dalam gliserin 30%, dan siap untuk dibuat preparat. Pembuatan preparat polen menggunakan media gliserin jeli 30%. Pemeriksaan karakter dan identifikasi polen berdasarkan Edrtman (1972) dan Huang (1972). Pengamatan polen menggunakan mikroskop cahaya. Pengukuran polen menggunakan mikrometer dan setiap tipe polen dilakukan lima kali pengukuran. Pengambilan gambar polen menggunakan kamera digital Olympus DP-12. Identifikasi tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang berdasarkan Stenis et al. (2008). Untuk pemeriksaan kembali tipe polen dari tungkai A. cerana, dilakukan verifikasi polen oleh Bapak Bob Yuris dari PT. Corelab Indonesia.
Karakterisasi Sarang A. cerana Penghitungan luas sisir sarang, jumlah pupa, sel madu, dan sel kosong menggunakan program ImageJ yang dapat diakses secara langsung (online) dari http://rsb.info.nih.gov/ij.
Analisis Data Penghitungan A. cerana yang masuk ke sarang dan yang membawa polen menggunakan program K-Lite. Codec. Pack. 3.4.5. Analisis hubungan aktivitas harian, mencari polen dan faktor lingkungan menggunakan Principle Component Analysis (PCA). Hubungan jumlah pupa dengan aktivitas terbang harian mencari polen menggunakan regresi.
Bujur Timur
Peta Penelitian di Bali Barat
N
2Km
Lintang Selatan
Gambar 13
Peta lokasi penelitian.
S Sarang A. ceranna
Handyccam
Pengamaat Pollen trap tr
Gambar G 14 Posisi saranng, handycam m dan pengam mat.
Gam mbar 15 Polleen trap untuuk penggumpulan poolen.
Koloni 1, sisi A. A ML Gambar 16 Polen yangg dikumpulkkan dari tungkaai A. cerana.
Gam mbar 17 Sisiir sarang A. cerana c
Gaambar 18 Taahapan singkkat acetolysis is.
HASIL
Aktivitas Terbang dan Mencari Polen Apis cerana Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK) Semua koloni A. cerana mulai melakukan aktivitas terbang pada pukul 05.50 pagi hari dan berhenti pada pukul 18.30, atau sekitar 12.5 jam. Akan tetapi puncak aktivitas terbang dan jumlah A. cerana yang masuk sarang tiap 10 menit pengamatan bervariasi antar koloni. Berdasarkan puncak aktivitas terbang dan jumlah individu lebah yang masuk sarang koloni A. cerana di SK dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu koloni yang normal dan yang tidak normal. Koloni AC2SK dan AC4SK mampu bertahan 10 hari setelah pemanenan sisir sarang, sehingga kedua koloni ini mempunyai aktivitas terbang yang normal. Koloni AC2SK dan AC4SK mempunyai dua puncak aktivitas terbang harian (Gambar 19 b,d). Koloni AC2SK memmpunyai puncak aktivitas terbang pada pukul 07.20-08.30 dan 12.20-13.00 dengan jumlah lebah yang masuk sarang masing-masing 81 dan 213 individu/10 menit. Puncak aktivitas terbang untuk koloni AC4SK terjadi pada pukul 08.5009.30 dan pukul 11.50-14.00 masing-masing dengan 162 individu/10 menit dan 122 individu / 10 menit masuk sarang. Aktivitas terbang harian dan mencari polen yang rendah merupakan indikasi aktivitas terbang koloni A. cerana yang tidak normal. AC1SK dan AC3SK (Gambar 19 a,c) mempunyai aktivitas terbang harian dan mencari polen lebih rendah daripada AC2SK dan AC4SK (Gambar 19 b, d). Puncak aktivitas terbang AC1SK terjadi antara pukul 13.50-15.00 (123 individu), dan AC3SK terjadi antara pukul 11.50-14.30 (100 individu). Aktivitas mencari polen AC1SK dan AC3SK sangat rendah yaitu (10 individu) dan (20 individu) tiap 10 menit. AC1SK dan AC3SK kabur dari sarang (abscond) 5 hari setelah pengamatan aktivitas terbang.
c
d 05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
Jumlah A. cerana masuk
b 05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
Jumlah A. cerana masuk
05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
a
05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
Jumlah A. cerana masuk
Jumlah A. cerana masuk
22
250
200
150
100 50 0
Waktu pengamatan (WITA)
250
200
150
100
50
0
Waktu pengamatan (WITA)
250
200
150
100
50
0
Waktu pengamatan (WITA)
250
200
150
100
50
0
Waktu pengamatan (WITA)
Gambar 19 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di SK. a. AC1SK, b. AC2SK, c. AC3SK, d. AC4SK. Lebah masuk sarang, lebah masuk bawa polen.
23
Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK) Lebah yang mencari polen ditandai dengan kedua tungkai belakang penuh polen saat masuk ke sarang. AC2SK dan AC4SK mulai mencari polen pada pukul 06.20, tetapi AC4SK berhenti 1.5 jam lebih awal (16.30) daripada AC2SK (18.30) (Gambar 20 b,d). Aktivitas mencari polen AC2SK dan AC4SK mempunyai satu puncak aktivitas mencari polen, walaupun terjadi pada waktu yang berbeda. Puncak aktivitas mencari polen dan jumlah individu yang membawa polen tiap 10 menit AC2SK dan AC4SK berturut-turut adalah 11.50-14.30 (54 individu), dan 10.20-14.00 (41 individu).
Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML) Koloni A. cerana di ML memulai aktivitas terbang pada waktu yang bervariasi. Aktivitas terbang AC3ML dan AC4ML mulai pada pukul 05.50 sedangkan AC1ML dan AC2ML pada pukul 06.20 (Gambar 20). Tetapi keempat koloni A. cerana berhenti pada waktu yang bersamaan yaitu setelah pukul 18.30. Puncak aktivitas terbang harian A. cerana di ML dan jumlah individu A. cerana yang masuk sarang tiap 10 menit pengamatan bervariasi antar koloni. AC1ML, AC2ML dan AC3ML mempunyai dua puncak aktivitas terbang harian. Puncak aktivitas terbang pertama dan kedua pada AC1ML pukul 07.20-09.00 (622 individu) dan 13.20-14.30 (477 individu). Pada AC2ML pukul 07.20-08.30 (624 individu) dan 13.20-14.00 (268 individu). Terakhir pada AC3ML pukul 06.20 (665 individu) dan 12.50 (377 individu). AC4ML mempunyai satu puncak aktivitas terbang yaitu pada pukul 06.20-07.30 (488 individu).
Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML) Setiap koloni A. cerana di ML memperlihatkan variasi pada saat memulai aktivitas mencari polen tetapi berhenti pada waktu yang sama yaitu pukul 18.00 (Gambar 20). AC1ML dan AC2ML mulai mencari polen pada pukul 06.20 sedangkan AC3ML dan AC4ML mulai pada pukul 05.50. Puncak aktivitas mencari polen A. cerana di ML juga menunjukkan adanya variasi. Variasi terlihat pada waktu dan jumlah A. cerana yang masuk
c
d 05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
b
05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
Jumlah A. cerana masuk
Jumlah A. cerana masuk
05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
a
05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
Jumlah A. cerana masuk
Jumlah A. cerana masuk
24
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Waktu pengamatan (WITA)
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Waktu pengamatan (WITA)
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Waktu pengamatan (WITA)
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Waktu pengamatan (WITA)
Gambar 20 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di ML. a. AC1ML, b. AC2ML, c.AC3ML, d.AC4ML Lebah masuk sarang, lebah masuk bawa polen.
25 membawa polen ke sarang dalam tiap 10 menit pengamatan. Puncak aktivitas mencari polen dan jumlah individu yang masuk membawa polen secara berturutturut pada AC1ML, AC2ML, AC3ML, dan AC4ML adalah 07.50-10.00 (187 individu), 07.20-10.30 (161 individu), 06.20 (215 individu), dan 06.50-10.00 (125 individu).
Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana di SK dengan ML Aktivitas mencari polen, A. cerana di SK berbeda dengan di ML. Koloni A. cerana di ML mulai mencari polen lebih pagi (pukul 05.50) daripada di SK (pukul 06.20) (Gambar 21). Tetapi semua koloni A. cerana di SK dan ML berhenti mencari polen pada pukul 18.00. Puncak aktivitas mencari polen koloni A. cerana di ML lebih pagi (07.20-10.00) daripada di SK (10.20-14.30). Jumlah inidividu yang masuk membawa polen tiap 10 menit saat puncak aktivitas juga lebih tinggi di ML (144 individu) daripada di SK (46 individu).
Jumlah A. cerana bawa polen
180 160 140 120 100 80 60 40 20 05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
0
Waktu pengamatan (WITA)
Gambar 21 Perbandingan aktivitas mencari polen di Sumber Klampok dan Melaya. Sumber Klampok, Melaya.
Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana Persentase aktivitas mencari polen pada tiap koloni di SK bervariasi. Dua koloni yaitu AC1SK dan AC3SK persentasenya lebih rendah daripada yang lain (AC2SK dan AC4SK) (Gambar 22). Koloni AC1SK menunjukkan aktivitas mencari polen terendah (5.2%) disusul oleh AC3SK (16.8%). Sedangkan
26
Persentase aktivitas mencari polen AC2SK dan AC4SK masing-masing 33.4% dan 35.5%. Persentase aktivitas mencari polen di ML relativ sama ayaitu antara 23-27%.
Hubungan Aktivitas Terbang A. cerana dengan Faktor Lingkungan Faktor cahaya berkorelasi positif dengan aktivitas terbang harian, mencari polen dan faktor lingkungan yang lain di SK dan ML (Gambar 23) dengan nilai korelasi 0.83 dan 0.85 (Tabel 1). Hal ini menunjukkan faktor cahaya paling
100%
100%
80%
80%
60%
60%
40%
40%
20%
20%
0%
0% AC1SK AC2SK AC3SK AC4SK
AC1ML AC2ML AC3ML AC4ML
ML
SK
Gambar 22 Persentase aktivitas mencari polen terhadap aktivitas terbang harian, terbang harian, terbang mancari polen.
0.5
-1.0
1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5 1.5
0.0
-1
0 Comp.1
1
2
1.0 0.5
d ef 12
0.0
67 11
2
3
13
14 1
c
-1.0
-1 -2
c
SK
5 10 c 98
-1 -2
14 1
Comp.2
2
1
0.5 13
0.0
b 11 e12 d 3
-0.5
4
-1.0
7
b 4
0
2 0
8 9 10 6 c
-2
Comp.2
5
aa
2
1.0
a
1
a
-0.5
-0.5
3
-1.0
-2
-1
ML
0
1
2
3
Comp.1
Gambar 23 Hasil PCA a. A. cerana masuk, b. A. cerana bawa polen c. cahaya, d.kelembaban, e.suhu luar sarang.
27
Tabel 1 Nilai korelasi antar komponen AC polen 0.83
Cahaya
AC masuk
AC masuk 1.00
RH
Suhu
Lokasi
0.80
-0.66
0.65
SK
AC masuk
1.00
0.85
0.47
0.12
0.002
ML
berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian dan mencari polen. Kelembaban udara di SK berkorelasi negatif terhadap aktivitas terbang (-0.66). Intensitas cahaya yang tinggi dapat menurunkan kelembaban udara. Jika kelembaban udara rendah dapat menghambat aktivitas terbang harian dan mencari polen. Di ML semua faktor lingkungan yang diukur berkorelasi positif, dengan nilai korelasi tertinggi adalah cahaya (0.85) dan terendah suhu (0.002). Data kecepatan angin rata-rata dari Stasiun Klimatologi Negara-Bali menunjukkan kecepatan angin di SK lebih tinggi (14.28 ± 2.73 km/jam) daripada di ML (13.94 ± 2.32 km/jam) (Lampiran 1). Curah hujan pada bulan Juli-Agustus di SK dan ML sangat rendah dimana selama dua bulan hanya terjadi satu kali hujan. Sehingga lokasi penelitian dalam keadaan kering.
Identifikasi Polen Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana Sampel polen yang dianalisis berasal dari enam koloni yaitu dari AC2SK, AC4SK, AC1ML, AC2Ml, AC3ML, dan AC4ML. Dua koloni A. cerana di SK yaitu AC1SK dan AC3SK setelah pengamatan aktivitas terbang harian kabur, sehingga tidak ada sampel polen dari dua koloni tersebut. Dari hasil identifikasi sampel polen dari tungkai A. cerana di SK dan ML ditemukan 12 familia yang terdiri dari 19 tipe polen dengan karakter polen yang berbeda-beda (Tabel 2). Dari 19 tipe yang ditemukan (Gambar 24), tiga tipe polen di ML belum dapat diidentifikasi (unidentified). Berdasarkan lokasi, lima tipe polen hanya ditemukan di
SK,
tujuh
tipe
polen
hanya
ditemukan
di
ML
dan
tujuh
tipe
28
Tabel 2 Jenis dan karakter polen dari tungkai A. cerana di Sumber Klampok (SK) dan Melaya (ML) Lokasi No
Nama Ilmiah
Ukuran (µ)
SK
ML
Familia
Polar
Bentuk
Ekuatorial
Pollen Classes
Polar
Ekuatorial
1
Ceiba petandra
√
-
Malvaceae
53,10±0,0013
45,50±0,0021
3-colpate
Circular
Suboblate
2 3
Amaranthus spinosus Sesbania grandiflora
√ √
-
Amaranthaceae Papilionaceae
23,50±0,0022 30,00±0,0027
23,00±0,0011 28,50±0,0022
vesiculate 3-colporate
Spheroidal Spheroidal
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
sp 2 sp 3 sp 7 Arenga pinata sp 8 sp 9 sp 10 Erythrina variegata Eucalyptus sp Tridax procumben Momordica charantia Muntingia calabura Cocos nucifera Datura metel Leucaena leucocephala Mimosa pudica
√ √
-
-
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Polygonaceae Asteraceae unidentified Arecaceae unidentified Euphorbiaceae unidentified Papilionaceae Myrtaceae Asteraceae Cucurbitaceae
30,50±0,0011 28,50±0,0022 16,00±0,0014 22,50±0,0025 28.50±0,0022 25,50±0,0033 33,50±0,0038 18,50±0,0029 24,00±0,0014 47,50±0,0025
30,50±0,0011 30,00±0,0031 20,00±0,0018 31,00±0,0022 34,00±0,0014 75,00±0,0014 27,00±0,0021 31,00±0,0022 18,00±0,0011 24,00±0,0014 40,50±0,0033
pantoporate fenesrate pantoporate 1-sulcate 3-colporate 3-colpate 3-colporate 3-porate 3-colporate 3,4-colporate 3-colporate
Circular Semiangular Circular Circular Circular Circular Circular Circular Circular Circular Subangular Circular Circular
√ √ √ √
√ √ √ √
Tiliaceae Arecaceae Solanaceae Mimsacaeae
12,00±0,0011 57,00±0,0027 38,50±0,0029 51,50±0,0022
12,50±0,0018 36,00±0,0022 34,00±0,0022 52,50±0,0025
3-colpate 1-sulcate 3-colporate 3-colporate
√
√
Mimosaceaea
tetrade
15 16 17 18 19
29,00±0,0022
-
Ornamen eksin Lophoreticulate Psilate Reticulate Lophate Lophate foveolate Echinate Granulate Clavate Psilate Gemmate Psilate Echinate Scabrate
Angular Oblate Circular Circular
Spheroidal Spheroidal Suboblate Suboblate Subprolate Spheroidal Suboblate Spheroidal Oblate Spheroidal Prolatespheroidal Spheroidal Prolate Spheroidal Spheroidal
Circular
Oblate
Psilate
Psilate Psilate Striate Psilate
Keterangan √ ditemukan, - tidak ditemukan
29
ditemukan di SK dan ML. Polen dari famili Asteraceae, Papilionaceae, Arecaceae dan Mimosaceae masing-masing terdiri dari dua tipe polen. Diameter tampak polar paling besar secara berturut-turut adalah Cocos nucifera, Ceiba petandra dan L. leucocephala. Sedangkan diameter polen tampak ekuatorial paling besar adalah tipe Euphorbiaceae, L. leucocephala dan Ceiba petandra. Bentuk polen yang paling banyak ditemukan adalah tri-colporate yang terdapat pada delapan spesies. Polen M. pudica adalah satu-satunya tipe polen tetrad (empat butir polen berkumpul) sedangkan yang lain adalah monad (tunggal). Sebagian besar polen tampak polar berbentuk circular (14 tipe), tampak ekuatorial suboblate (7 tipe), dengan ornament eksin berpolea psilate (7tipe).
Tipe Polen yang Ditemukan pada Tiap Koloni A. cerana Jumlah tipe polen yang teridentifikasi pada setiap koloni A. cerana bervariasi. Koloni AC2SK, AC4SK, dan AC4ML mengambil delapan tipe polen (Tabel 3). Sedangkan koloni AC1ML, AC2ML, AC3ML, secara berturut-turut mengambil sembilan, delapan, dan lima tipe polen. Tabel 3 Tipe polen yang ditemukan pada enam koloni A. cerana No
Tumbuhan
Familia
Koloni AC2SK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
AC4SK
AC1ML
AC2ML
C. petandra Malvaceae √ √ A.spinosus Amaranthaceae √ √ S. grandiflora Leguminoceae √ √ sp 2* Polygonaceae √ Compositae √ sp 3* sp 7* Unidentified A. pinata Arecaceae √ √ sp 8 Unidentified sp 9* Euphorbiaceae sp 10 Unidentified √ √ E. variegata Leguminoceae √ √ Eucalyptus sp Myrtaceae √ T. procumben Compositae √ √ √ M. charantia* Cucurbitacea M. calabura Muntingiaceae √ √ √ √ C. nucifera** Arecaceae √ √ √ √ D. metel* Solanaceae √ √ √ √ √ L .leucocephala** Leguminoceae M. pudica Leguminoceae √ √ Keterangan √ ditemukan, - tidak ditemukan, * ditemukan pada satu koloni,
AC3ML
AC4ML
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
** ditemukan pada semua koloni
30
Polen dari kelapa (C. nucifera) dan lamtoro (L. leucocephala) ditemukan pada semua koloni di SK dan ML, sehingga dapat dikatakan kedua tipe polen ini adalah sumber polen utama bagi A. cerana di SK dan ML. Polen dari bayam duri (A. spinosus) dan turi (S. grandiflora) ditemukan pada dua koloni di SK, sedangkan polen aren (A. pinata) ditemukan pada empat koloni di ML. Lima tipe polen yaitu pare (M. charantia), kecubung (D. metel), sp 2 (Polygonaceae), sp 3 (Asteraceae), sp 9 (Euphorbiaceae) dan sp 7 ditemukan hanya pada satu koloni di SK dan ML.
Jenis Bunga di Sekitar Sarang A. cerana Dari hasil pengumpulan bunga yang mekar di sekitar sarang SK dan ML dalam radius 1 km, didapatkan 28 bunga yang mekar (Tabel 4), 22 jenis di SK dan 23 jenis di ML. Dari bunga yang mekar pada setiap lokasi, 50% bunga di SK merupakan sumber polen bagi A. cerana, sedangkan di ML 48%. Tanaman yang bukan sumber polen sebagian merupakan tanaman budidaya yang dipanen buah atau bijinya oleh masyarakat misalnya jeruk (Citrus sp.), kakao (T.cacao), mangga (M. indica) , mete (A. occidentale) dan papaya (C. papaya) (Gambar 25). Polen bunga di sekitar sarang sebagian besar mempunyai bentuk tampak polar circular, dengan ornament eksin berpola psilate (Tabel 5). Persebaran bunga sumber polen di SK dan ML yang terambil pada sampel bunga disekitar sarang memperlihatkan jarak yang tidak terlalu jauh (±1 Km) dari sarang A. cerana (Gambar 26). Hal ini karena dalam pengambilan sampel bunga di sekitar sarang dibatasi dalam radius 1 Km dari sarang A. cerana pada setiap lokasi.
Karakter Sarang A. cerana Hasil penghitungan luas sarang, jumlah pupa, sel madu, dan sel kosong menunjukkan koloni AC1ML mempunyai luas sarang terbesar yaitu 990956.9 mm2 (Tabel 6). Sedangkan AC3ML mempunyai luas sarang terkecil yaitu 1383 mm2. Jumlah pupa terbanyak pada AC4ML yaitu sebanyak 1383 sel, sedangkan AC2ML jumlah pupanya terkecil yaitu 45 sel. Jumlah sel kosong pada koloni
31
AC2ML terbanyak yaitu ± 4400 sel, sedangkan AC4ML jumlah sel kosongya terkecil (1850 sel). Hasil analisis regresi antara luas sarang dan jumlah pupa menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0.056) pada taraf kepercayaan 0.05 dengan nilai R2 = 0.011. Sedangkan analisa regresi antara jumlah A. cerana yang mencari polen dengan jumlah pupa menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0.030) dengan nilai R2 = 0.159. Tabel 4 Jenis tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang A. cerana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama lokal
Nama ilmiah
Bintang kejora Quisqualis indica Kacang komak Dolichos lablab Kayu putih Eucalyptus sp Mete Anacardium occidentale Palm Clinostigma savoryanum Bunga kuning Tecoma stans Jeruk Citrus sp Dadap Erythrina variegata Kakao Theobroma cacao Kenikir Cosmos caudatus Klayu Erioglossum rubiginosum Balaria Justicia gendarussa Bayam duri Amaranthus spinosus Putri malu Mimosa pudica Cemondelan Tridax procumbens Gamal Gliricidia sepium Kangkung kecil Ipomoea aqutica Kapuk randu Ceiba petandra Kecubung Datura metel Kelapa Cocos nucifera Kelor Moringa oleifera Kersen Muntingia calabura Leucauna leucephala Lamtoro Mangga Mangivera indica Pare Momordica charantia Pepaya Carica papaya Terong kecil Solanum torvum Turi Sesbania grandiflora Keterangan √ ditemukan, - tidak ditemukan
Familia Combrataceae Papilionaceae Myrtaceae Anacardiaceae Arecaceae Bignoniaceae Rutaceae Papilionaceae Sterculiaceae Compositae Sapindaceae Acanthaceae Amaranhaceae Mimosaceae Compositae Papilionaceae Convolvulaceae Bombacaceae Solanaceae Arecaceae Moringaceae Tiliaceae Mimosaceae Anacardiaceae Cucurbitaceae Caricaceae Solanaceae Papilionaceae
Lokasi SK ML √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber polen A. cerana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
32
Tabel 5 Jenis dan Karakter Polen Bunga di Sekitar Sarang SK dan ML No
Nama lokal
Nama Ilmiah
Familia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Gandarusa Rabet Bunga kuning Gamal Jeruk Kacang komak Kakao Kangkung Kelor Kenikir Klayu Mangga Mete Palm Pepaya Terung
Justicia gendarussa Quisqualis indica Tecoma stans Gliricidia sepium Citrus sp Dolichos lablab Theobroma cacao Ipomoea aquatica Moringa oleifera Cosmos caudatus Erioglossum rubinginosum Mangifera indica Anacardium occidentale Clinostigma savoryanum Carica papaya Solanum torvum
Acanthaceae Combretaceae Bignoniaceae Papilionaceae Rutaceae papilionaceae Sterculaiceae Convolvulaceae Robiaceae Compositae Sapindaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Arecaceae Caricaceae Solanaceae
Ukuran(µm) Ekuatorial Polar 22.5 37.5 30 22.5 20 40 17.5 80 27.5 25 25 22.5 27.5 31.25 25 25
35 37.5 35 22.5 22.5 40 20 80 32.5 25 27.5 20 25 35 25 22.5
Aperture 4-colporate 3-colpate 3-colporate 3-colporate 4-colporate 3-colporate 3-colpate pantoporate 3-colporate inaperture 3-colpate 3-colpate 5-colporate 1-sulcate 3-colporate 3-colporate
Bentuk Polen Equatorial Polar View View Inter-subangular Prolate Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Circular Speroidal Semi-lobate Oblate Semi-angular Suboblate Circular Speroidal Rectangular Rectangular Circular Speroidal Circular Speroidal
Ornamen Eksin Granulate Psilate Psilate Psilate Granulate Granulate Psilate Clavate Psilate Gammate Psilate Psilate Foveolate Psilate Psilate Psilate
33
Tabel 6 Luas sarang dan jumlah sel pupa, madu, dan sel kosong pada tiap koloni A. cerana di Melaya
Koloni
Luas total (mm2)
Jumlah pupa
Madu
Jumlah sel kosong
AC1ML
990956.9
920
56
2300
AC2ML
166983.6
121
45
4400
AC3ML
1383.0
752
124
2500
AC4ML
117974.1
1383
152
1850
34
co
A, 53µm
A,23µm
a
A,30µm
b
c
po
A, 30µm
A, 28µm
d
B, 16µm
e
f
e
B, 22µm
B, 25µm
g
j
B, 28µm
B, 33µm
B, 75µm
h
k
B, 18µm
i
l
Gambar 24 Polen dari tungkai A. cerana, (A) SK, (B) ML, (AB) SK dan ML. Ukuran berdasarkan polar view. co: colpate, po: porate, cp: colporate, e: ornament echinate. (a) C. petandra, (b) A. spinosus, (c) S. grandiflora, (d) Sp 2 Polygonum sp., (e) sp 3 unidentified, (f) Sp 7 (unidentified), (g) A. pinata, (h) sp 8 (unidentified), (i) Sp 9 (unidentified), (j) sp 10 (unidentified), (k) E. variegata, (l) Eucalyptus sp..
35 Lanjutan (Gambar 24)
AB, 24µm
AB, 47µm
m
n
AB, 12µm
o
cp
AB, 57µm
p
AB, 29µm
s
AB, 38µm
q
AB, 51µm
Gambar 24 Polen dari tungkai A. cerana ditemukan di SK dan ML (AB). Ukuran berdasarkan polar view. cp: colporate. (m) T. procumbens, (n) M. charantia, (o) M. calabura, (p) C. nucifera, (q) D. metel, (r) L. leucocephala, (s) M. pudica.
r
36
22.5 µm
22.5 µm
d
17.5 µm
25 µm
37.5 µm
a
g
b
20 µm
h
25 µm
j
40 µm
e
80 µm
k
30 µm
27.5 µm
22.5 µm
c
f
i
l
Gambar 25 Polen bunga di sekitar sarang SK dan ML.Ukuran polar view. (a) Gendarusa (J. gendarussa), (b) Rabet (Q. indica), (c) Bunga kuning (T. stans), (d) Gamal (G. sepium), (e) Jeruk (Citrus sp.), (f) Komak ( D. lablab), (g) Kakao( T. cacao), (h) Kangkungan (I. crassicaulis), (i) Kelor (M .oleifera), (j) Kenikir (C. caudatus), (k) Klayu ( E. rubinginosum), (l) Mangga ( M. indica).
37 Lanjutan L (G Gambar 25)
27.5 µm m
m
31.255 µm
n
25 µm
o
Gambbar 25 Polenn dari bunga di sekitar saarang SK dan ML.(m) M Metee (A. occidenntale), (n) Paalm (C. savoryanum), (o)) Pepaya (C. pa apaya), (p) Terung T (S. toorvum). p
Bujur Timur
25 µm
Lintang Selatann
Gaambar 26 Peeta persebaraan tanaman sumber s polenn A. cerana di Bali B Barat. lokasi saraang, tumbuuhan sumberr polen.
PEMBAHASAN Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana Aktivitas terbang A. cerana di perlebahan tradisional mulai pada pukul 05.50 dan berhenti pada pukul 18.30 (Gambar 20 & 21), dengan durasi 12.5 jam. Bila dibandingkan dengan data matahari terbit dan terbenam maka aktivitas terbang harian A. cerana mulai 44 menit sebelum matahari terbit (06.34 ± 0.004) dan berhenti 10 menit setelah matahari terbenam (18.20 ± 0.002) (Lampiran 1). Hasil ini berbeda dengan Singh (2008) yang meneliti aktivitas mencari pakan A. cerana di Kathmandu, Nepal dengan durasi aktivitas mencari pakan A. cerana selama 10 jam. Perbedaan ini disebabkan oleh letak geografis (altitude dan latitude) yang berbeda di daerah subtropik. Hal tersebut menyebabkan lama penyinaran matahari berbeda antara daerah tropis dan subtropis. Aktivitas terbang A. cerana yang mencari pakan pada siang hari menunjukkan lebah pekerja bersifat diurnal, karena aktivitas ini dipengaruhi oleh cahaya. Drickamer et al. (2002) menyatakan lebah A. mellifera yang bekerja di dalam sarang merupakan siklus aktivitas harian, tetapi pada saat mencari pakan merupakan perilaku adaptasi terhadap cahaya. Aktivitas terbang A. cerana bervariasi pada setiap koloni (Gambar 20 & 21). Variasi aktifitas terbang A. cerana dapat disebabkan oleh faktor dalam dan faktor luar koloni. Pada A. mellifera, faktor yang mempengaruhi dalam koloni berupa kebutuhan pakan untuk anggota koloni termasuk larva yang mempunyai banyak larva akan aktif mencari pakan (Keller et al. 2005). Dalam penelitian ini tidak didapat data jumlah larva dan imago dalam koloni, sehingga faktor dalam koloni tidak dapat dilihat pengaruhnya. Faktor luar yang mempengaruhi berupa ketersediaan dan kelimpahan pakan di sekitar sarang dan faktor lingkungan. Pada saat mulai mencari pakan, jumlah lebah yang keluar sebanyak tiga individu dalam satu menit. Tiga menit setelah lebah pertama yang masuk ke sarang, lebah yang keluar meningkat menjadi 23 individu dalam satu menit (data tidak dipublikasikan). Lebah madu yang pertama keluar dari sarang dapat dengan cepat menemukan sumber pakan dan disebut lebah pemandu (recruiter). Lebah pemandu (recruiter) dalam mencari pakan menggunakan cara navigasi udara
39
(celestial navigation) dan penanda (landmark) agar dapat dengan cepat kembali ke sarang. Sistem navigasi udara digunakan saat lebah madu keluar dari sarang untuk mencari pakan di lokasi yang baru dan belum dikenali. Sistem navigasi udara menggunakan cahaya matahari sebagai kompas. Jika kondisi cuaca mendung, navigasi udara terganggu dan lebah mencari pakan secara acak. Setelah mendapatkan sumber pakan yang memadai, maka lokasi tersebut akan ditandai dengan bentuk-bentuk simetri misalnya sebuah pohon. Penggunaan bentuk-bentuk simetri untuk menghindari kesalahan pada lebah pekerja yang lain (Dyer 1996). Sistem navigasi pada lebah madu menjadi tiga tahapan yaitu: (1) Inisiasi Penerbangan vektor (initial vector flights), adalah penerbangan lebah madu saat keluar dari sarang untuk mencari pakan. Lebah merekan semua informasi selama perjalanan. Lebah madu pada tahapan ini menggunakan navigasi udara. (2) Penerbangan kurva (curved flights), adalah proses penerbangan lebah madu saat mencari pakan. Terbang mencari pakan mempunyai pola acak dengan kecepatan yang rendah, dengan durasi terlama
daripada tahap pertama dan ketiga. (3)
Penerbangan kembali ke sarang (homeward flights), adalah penerbangan saat kembali ke sarang setelah mendapatkan muatan (nektar atau polen). Pada tahapan ini lebah madu mencari jarak terdekat kembali ke sarang dan dengan kecepatan lebih tinggi dari tahapan penerbangan yang lain (Menzel et al. 2006). Setelah sampai di sarang, lebah akan menginformasikan sumber pakan yang ditemukan pada lebah pekerja yang lain (recruitment). Informasi sumber pakan kepada lebah pekerja lain melalui tarian lebah. Ada dua jenis tarian lebah yaitu round dance dan wag-tail dance. Round dance untuk menginformasikan jarak sumber pakan kurang dari 10 m. Sickle dance yang merupakan peralihan antara round dance ke wag-tail dance untuk jarak sumber pakan antara 10-100 m dan wag-tail dance untuk jarak pakan yang lebih dari 100 m dari sarang (Gary 1992).
Variasi Aktivitas Terbang Harian A.cerana Koloni AC1SK dan AC3SK mempunyai aktivitas terbang yang tidak normal yaitu aktivitas terbang harian dan mencari lebih rendah dari koloni lain (Gambar 20 a,c). Aktivitas terbang AC1SK dan AC3SK yang tinggi pada siang
40
hari merupakan indikator lebah pekerja mencari tempat baru untuk kabur dari sarang. AC1SK dan AC3SK kabur setelah pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen. Penyebab AC1SK dan AC3SK adalah perubahan posisi sarang yang diturunkan dari ketinggian delapan meter ke satu meter dan pemasangan sensor suhu di dalam saran yang dilapisi lilin lebah (wax). A. cerana di perlebahan tradisional sangat sensitif terhadap gangguan. Ruttner (1988) menyebutkan gangguan dari peternak merupakan salah satu faktor penyebab koloni A. cerana kabur. Faktor lain adalah ketersediaan sumber pakan yang menurun di lingkungan dan faktor lingkungan. Kondisi tersebut sesuai dengan di Muzaffarpur, Bihar, India dimana pada bulan Juli-Agustus jumlah sumber polen bagi A. cerana paling rendah (enam jenis), sedangkan pada bulan Mei dan November sumber polen bagi A. cerana tertinggi (15 dan 19 jenis) Suryanarayana (et al. (1992). Kondisi lingkungan di SK pada bulan Juli suhu udara rata-rata 27 ± 2.34 °C, dengan kelembaban udara 63.71 ± 9.66% (Lampiran 7 & 8) tidak mendukung kehidupan koloni A. cerana. A. cerana di Chitwan, Nepal banyak yang kabur dari sarang pada Bulan Mei-Juli karena ketersediaan nektar dan polen rendah di alam, kondisi iklim yang tidak mendukung, parasit dan predator (Pokhrel et al. 2006). Koloni lebah madu banyak mengkonsumsi cadangan pakan di sarang sebelum kabur, sehingga sarang sudah kosong saat ditinggalkan. Koloni AC2SK dan AC4SK mempunyai pola aktivitas terbang harian yang berbeda tetapi pola aktivitas mencari polen sama (Gambar 20 b,d). Perbedaan aktivitas terbang harian dapat disebabkan oleh perbedaan sumber pakan (selain polen) yang diambil oleh kedua koloni. Kondisi lingkungan di SK yang kering pada bulan Juli-Agustus menyebabkan A. cerana lebih banyak mencari air pada siang hari. A. cerana mencari air di tempat-tempat penampungan air untuk binatang liar yang disediakan oleh TNBB (Gambar 27). Air diperlukan oleh koloni lebah terutama untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban saat udara panas (Hebert 1992).
41
Pippa air
Gambar 27 7 A. cerana mencari airr di penampuungan air. Secaara umum kooloni A. ceraana di ML memiliki puuncak aktivittas terbang harian h pada pagi hari yaitu y pukul 006.20-08.00 (Gambar 21). Hal ini disebabkan d sumber pak kan bagi A. cerana mellimpah padaa pagi hari dan d faktor lingkungan l mendukung m A. ceranaa untuk meencari pakan n. Hasil inni sama denngan yang dikemukaka d an Darmayaanti (2008) yang menyyatakan punncak aktivitaas mencari pakan p A. cerrana di Sukaabumi pukull 06.00-08.00 0. Aktiv vitas terbang g harian tiapp koloni A. cerana di M ML bervariaasi. Variasi terjadi t pada waktu punccak aktivitass terbang daan jumlah inndividu yangg masuk ke sarang tiap 10 menit peengamatan. A Aktivitas terbbang harian AC1ML daan AC2ML (Gambar ( 21 1) memiliki jumlah sel kosong terttinggi (Tabeel 1) yang disebabkan d AC1ML A daan AC2ML L mungkin mengalami efek tempporal age polyethism. p Kekurangan K n pakan (teruutama nektaar) pada A. mellifera m meeningkatan lebah l yang keluar k dari pupa. p Hal itu u diakibatkann oleh penin ngkatan prodduksi juvenille hormone sehingga perrkembangan n lebah pekerrja lebih cep pat untuk siapp bekerja diluar sarang (Schulz ( et al. 1998). Aktiv vitas terbangg harian AC C4ML palingg rendah (Gaambar 21d) yaitu pada saat puncak jumlah yaituu (488 indivvudu) sedang gkan koloni yang lain juumlahnya > 600 6 individ du. Aktivitass terbang A AC4ML yan ng rendah disebabkan perbedaan jumlah j indiv vidu tiap kooloni dan m masa pertumbbuhan awal koloni. Koloni yang sedang tumbbuh memilik ki jumlah larrva yang bannyak tetapi jjumlah pekeerja rendah, sehingga peekerja yangg terbang mencari m pakaan terbatas. Jumlah kooloni pada perlebahan p t tradisional A cerana tiidak dapat dihitung, A. d karrena setiap sisir s sarang pada p A. ceraana melekat langsung paada dinding kotak k sarangg. AC4ML mempunyai m
42
jumlah pupa tertinggi di sarang, sehingga diduga koloni AC4ML sedang masa pertumbuhan.
Aktivitas Mencari Polen A. cerana Hasil analisis polen dari tungkai A. cerana pada masing-masing lokasi menunjukkan lima tipe polen terdapat di SK, tujuh tipe polen di ML dan tujuh tipe polen terdapat di SK dan ML (Tabel 2). Lima tipe polen yang terdapat di SK mempunyai waktu mekar bunga yang berbeda dengan tujuh tipe polen yang terdapat di ML. Adanya sumber polen yang berbeda antara SK dan ML menyebabkan perbedaan puncak aktivitas mencari polen pada kadua lokasi. Aktivitas mencari polen A. cerana di ML puncaknya pada pukul 07.20-10.00, sedangkan di SK pada pukul 10.20-14.30 (Gambar 22). Tujuh tipe polen yang sama di SK dan ML mempunyai waktu mekar bunga sama. Hal ini terlihat pada pukul 13.00-15.30 jumlah A. cerana yang mencari polen sama antara SK dan ML. Pengamatan di lapang menunjukkan, A. cerana pada pagi hari banyak mengunjungi Ceiba petandra, Cocos nucifera, D. metel, dan M. charantia untuk mencari polen sedangkan siang hari pada S. grandifora dan T. procumbens. Cocos nucifera dan L. leucocephala lebih melimpah di ML daripada di SK. Kelimpahan Cocos nucifera karena menjadi tanaman pokok di perkebunan rakyat. L. leucocephala merupakan tanaman inang untuk vanili (Vanila mexicana), pakan ternak, dan sumber sayuran bagi masyarakat. Di SK T. procumbens, A. spinosus merupakan herba liar yang melimpah saat musim panas dan S. grandiflora ditanam masyarakat sebagai pagar hidup dan pakan ternak. Masyarakat di ML banyak menyadap bunga Cocos nucifera untuk memperoleh nira dan A. cerana banyak mengunjungi sisa sadapannya. Perlebahan tradisional di SK dekat dengan perkebunan Ceiba petandra dan semak-semak liar, sedangkan di ML perlebahan terletak di perkebunan Cocos nucifera dan T. cacao. A. cerana mencari sumber pakan yang melimpah dan dekat dengan sarang (area fidelity) . Sifat area fidelity ini untuk efisiensi aktivitas mencari pakan (Gary 1992). Persentase aktivitas mencari polen dalam satu koloni menunjukkan pertumbuhan koloni tersebut. Aktivitas mencari polen AC2SK dan AC4SK yaitu
43
33dan 35% dari aktivitas terbang harian, sedangkan koloni A. cerana di ML hampir
sama
yaitu
antara
23-27%
(Gambar
23).
Persentase
tersebut
mengindikasikan koloni A. cerana di SK banyak mempunyai larva sedangkan di ML dalam kondisi yang sama (23-27%) memiliki sedikit larva dalam koloni. Aktivitas mencari polen berbanding lurus dengan jumlah larva. Larva lebah madu mengeluarkan feromon yang menjadi stimulus langsung bagi lebah pekerja untuk mencari polen. Polen merupakan sumber protein yang penting untuk perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Larva diberi makan campuran polen dan nektar oleh lebah perawat. Cahaya sangat berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian dan aktivitas mencari polen (Gambar 24). Cahaya yang tinggi dapat menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban udara. Sehingga A. cerana mengurangi aktivitas di luar sarang saat intensitas cahaya sangat tinggi. Pada saat suhu udara naik dan kelembaban turun, A. cerana banyak mencari air untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam sarang (Gambar 28). Lebah pekerja banyak melakukan fanning di lubang sarang untuk mengalirkan udara ke sarang (data tidak dipublikasikan). Data lingkungan dari Stasiun Klimatologi Negara, Bali menunjukkan selama bulan Juli-Agustus hanya sekali turun hujan dengan volume yang kecil (16.5 ml) sehingga lingkungan sangat panas bagi koloni A. cerana. Kondisi di SK yang lebih kering daripada ML menyebabkan koloni di SK mudah kabur karena ketersediaan pakan di lingkungan yang berkurang, lingkungan panas dan gangguan oleh manusia.
A. cerana sebagai Serangga Penyerbuk Koloni A. cerana mengumpulkan 5-9 tipe polen (Tabel 3), yang menunjukkan A. cerana bersifat generalis dalam mencari polen. Sifat generalis pada lebah karena kandungan nutrisi dari setiap polen berbeda-beda, sehingga setiap koloni mengumpulkan berbagai tipe polen untuk mencukupi kebutuhan protein (Hebert 1992). Sifat generalis A. cerana dalam mencari polen menguntungkan bagi penyerbukan terutama di lahan pertanian. Di SK dan ML pada periode Juli-Agustus minimal terdapat 19 tumbuhan yang dikunjungi A. cerana. Bunga Cocos nucifera dan A. pinata (Arecaceae) berbentuk infloresen,
44
bunga ini mekar selama beberapa hari. Cocos nucifera menjadi sumber polen sepanjang tahun karena masa pembungaan sepanjang tahun. T. procumbens (Asteraceae) merupakan bunga majemuk dan pada setiap bunga tabung terdapat banyak kepala serbuk sari yang mengandung polen. Bunga S. grandiflora dan E. variegata (Papilionaceae) berbentuk bendera, lebah mempunyai keahlian dalam mengambil polen. Bunga L. leucocephala dan M. pudica (Mimosaceae) berbentuk bongkol, A. cerana yang mengambil polen berjalan-jalan di permukaan bunga. Di SK ditemukan koloni yang mengambil polen dari Polygonum. Hal ini menunjukkan koloni A. cerana mampu bertahan dengan sumber protein yan mempunyai kandungan nutrisi rendah. Rendahnya kandungan nutrisi pada Polygonum yaitu (108.73 mg/g BK) dibandingkan Brasicaceae (241.17 mg/g BK) di kemukakan oleh (Szezesna 2006). Polen dan nektar sebagai sumber pakan pokok lebah madu dihasilkan oleh bunga. Polen dan nektar merupakan daya tarik primer bagi lebah madu untuk mengunjungi bunga. Sedangkan aroma (odour), bentuk, dan warna bunga merupakan daya tarik sekunder (Faegri & van der Pijl 1971). Perilaku lebah yang selalu mengunjungi bunga membantu proses penyerbukan. Penyerbukan terjadi saat lebah mencari pakan pada bunga kemudian secara tidak sengaja memindahkan butiran polen ke stigma yang merupakan bagian bunga untuk menerima polen. Adaptasi lebah sebagai serangga penyerbuk yang mencari polen terlihat pada banyaknya rambut-rambut pada tubuh lebah dan adanya keranjang polen pada tungkai belakang. Rambut-rambut pada tubuh lebah mempercepat saat panen polen, polen dari seluruh tubuh disisir menggunakan tungkai dan dimasukkan ke keranjang polen (Gambar 7). Sihag dan Mishra (1995) menyatakan A. cerana mempunyai karakter yang mendukung sebagai serangga penyerbuk yaitu frekuensi kepakan sayap lebih tinggi (305/detik) daripada A. mellifera (235/detik). A. cerana mempunyai areal mencari makan lebih kecil (>1 km) daripada A. mellifera (3-4 km). A. cerana mempunyai jumlah kunjungan pada bunga lebih tinggi (11. 387-12 107 permenit) dibandingkan A. mellifera (9 033-10 889 permenit) sehingga A. cerana lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber pakan (Devkota & Thapa 2005). Delaplane dan Mayer (2000) menyatakan
45
keuntungan secara ekonomi dari penyerbukan yang dilakukan lebah tidak saja peningkatan produksi pertanian, tetapi penyediaan benih bagi banyak tumbuhan, baik tumbuhan liar atau tumbuhan budidaya. Penyerbukan pada Angospermae terjadi dalam tiga tahapan yaitu: (1) Pelepasan polen dari organ kelamin jantan pada bunga. (2) Transfer polen dari organ kelamin jantan ke organ kelamin betina bunga. (3) Keberhasilan penempatan butir polen yang diikuti oleh proses perkecambahan polen. Tahapan ketiga merupakan awal dari proses pembuahan. Polen merupakan sel kelamin jantan pada bunga yang dihasilkan oleh bagian pada bunga yaitu anter, sedangkan stigma adalah tempat menerima polen (Faegri & vander Pijl 1971). Bunga dan lebah masing-masing mengembangkan mekanisme adaptasi mutualisme sehingga masing-masing pihak tergantung dengan yang lain. Proses adaptasi bersama-sama antara bunga dan serangga penyerbuk merupakan proses koevolusi. Tumbuhan mengembangkan cara-cara agar rewards yang dikeluarkan bunga dapat diakses oleh serangga tertentu. Anatomi dan fisiologi bunga sangat berhubungan dengan struktur dan perilaku dari serangga penyerbuk. Sebagai contoh karakter bunga (nektar, polen, ukuran, bentuk, warna, dan aroma) yang menyesuaikan dengan ukuran tubuh serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk mengembangkan adaptasi untuk meningkatkan efektifitas penyerbukan melaui penglihatan, sistem olfaktori, anatomi tubuh, daya tarik makanan dan perilaku (Fahem at al. 2004). Tumbuhan memelihara keragaan dari keturunannya dengen berbagai cara, salah satunya dengan mekanisme self incompatibility. Keberhasilan mekanisme self incompatible memerlukan agen untuk dapat mentransfer polen pada tempat yang tepat atau agen penyerbuk. Agen penyerbuk yang terbanyak adalah dari kelompok serangga. Tumbuhan angiospermae yang bergantung pada serangga penyerbuk sebesar 70% (Fahem et al. 2004). Tumbuhan menghasilkan polen dan nektar dalam jumlah besar untuk menarik serangga penyerbuk berkunjung.
Identifikasi Polen Dari tipe polen yang ditemukan periode Juli-Agustus di SK dan ML menunjukkan tanaman tersebut mempunyai periode pembungaan Juli-Agustus
46
dan ada yang berbunga sepanjang tahun. Tiga polen yang belum teridentifikasi merupakan informasi tentang flora lokal yang spesifik untuk tiap lokasi (Ramalho & Giovannini 1986). Cocos nucifera dan L. leucocephala ditemukan pada semua koloni baik di SK dan ML sehingga dua spesies tumbuhan ini merupakan sumber polen yang utama bagi A. cerana. Jongitvimol dan Wattanachaiyingcharoen (2006) menyatakan polen yang diambil oleh semua koloni merupakan sumber pakan yang utama. Cocos nucifera selain sebagai sumber polen utama, juga menjadi sumber nektar utama yang tesedia sepanjang tahun (Bhargava et al. 2009). Polen dari satu individu A. cerana mempunyai warna yang sama, hal ini dapat menunjukkan bahwa A. cerana mengunjungi bunga yang sama dalam satu kali perjalanan mencari polen (floral fidelity). Sifat floral fidelity penting untuk efisiensi pencarian pakan dan memudahkan dalam mengambil sumber pakan. A. cerana indica mempunyai sifat floral fidelity paling tinggi kemudian A. florae, A. dorata, dan A. mellifera (Fahem et al. 2004). Bunga yang mekar disekitar perlebahan A. cerana di SK dan ML tidak semua dimanfaatkan sebagai sumber polen. Di SK 50% bunga mekar disekitar sarang sebagai sumber polen sedangkan di ML 48%. Hal ini dapat disebabkan karena SK dikelilingi hutan alami yang mempunyai keragaman tumbuhan lebih tinggi daripada di ML yang merupakan perkebunan. Diantara tumbuhan yang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen, terdapat bunga yang sering dikunjungi oleh A. cerana misalnya mangga (M. indica), kelor (M. oleifera), kangkung (I. crassicaucalis), dan gamal (G. sepium). Berdasarkan Perum Perhutani (1993) tercatat M. indica, papaya (C. papaya), mete (A. ocidentale), jeruk (Citrus sp) merupakan tumbuhan sumber polen dan nektar bagi lebah. Berdasarkan Beberapa faktor yang diduga menyebabkan tumbuhan di sekitar sarang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen adalah Ketersediaan polen di alam sedikit, sehingga dimanfaatkan oleh koloni yang lain, bukan koloni yang diamati. Hal ini diketahui dari pengamatan pada bunga kecubung (D. metel). Sebelum pengamatan lebah yang keluar dari sarang pada pagi hari ditandai dengan cat kayu pada toraksnya. Hasil pengamatan pada bunga kecubung tidak terlihat A. cerana yang di beri cat sampai jumlah A. cerana pada bunga kecubung berkurang. Bunga-bunga yang
47 sering dikunjungi menghasilkan nektar, sehingga tidak teridentifikasi sebagai sumber polen. A. cerana di SK banyak ditemukan pada bunga gendarusa (J. gendarussa), tetapi polen gendarusa tidak ditemukan dalam sampel tungkai A. cerana. Kandungan nutrisi dari polen bunga disekitar sarang kurang, sehingga A. cerana tidak memanfaatkan. Di SK dan ML banyak ditemukan kelor (M. oleifera) yang sedang berbunga, tetapi polen kelor tidak ditemukan dalam sampel polen dari tungkai A. cerana. Tumbuhan sumber polen bagi A. cerana yang tidak terambil pada sampel bunga di sekitar sarang dapat disebabkan karena pengambilan sampel bunga dalam penelitian ini hanya dalam radius satu kilometer. Dengan demikian, kemungkinan A. cerana mencari sumber polen lebih dari jarak tersebut. Untuk penelitian selanjutnya, prosedur pengambilan sampel bunga di sekitar sarang harus diperhatikan agar semua bunga yang mekar dapat terambil dengan baik. Berdasarkan faktor-faktor di atas masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan di sekitar sarang, baik sebagai sumber polen atau nektar. Data polen di SK dan ML yang merupakan sumber polen bagi A. cerana atau tidak, dapat digunakan sebagai database polen di Bali Barat, dan tumbuhan yang mempunyai periode pembungaan pada bulan Juli-Agustus. Keberadaan tumbuhan berbunga di sekitar sarang baik sebagai sumber pakan atau tidak, perlu diperhatikan, karena lebah madu selain memerlukan nektar dan polen juga memerlukan resin yang diambil dari tumbuhan. Resin diperlukan sebagai perekat pada sarang yang disebut sebagai propolis. Lebah menggunakan propolis sebagai pelapis dinding sarang dan menutup lubang sarang yang terlalu besar sehingga ruangan dalam sarang selalu hangat. Propolis juga digunakan untuk menutup organisme yang berpotensi sebagai penyakit misalnya kecoak atau larva lebah mati yang tidak dapat dikeluarkan dari sarang (Gary 1992).
Karakter Sarang A. cerana Luas sarang A. cerana tidak berhubungan secara signifikan dengan jumlah pupa (Tabel 6). Lebah membangun sarang baru saat musim berbunga dimana sumber nektar berlimpah (Pratt 1999), sehingga koloni memerlukan sisiran sarang baru untuk menyimpan madu. Pada A. cerana yang masih liar, koloni akan
48
menempati sarang yang sama selama beberapa tahun (Sasaki et al. 1995). Jumlah pupa dapat dipakai ukuran untuk menentukan status koloni, karena jumlah pupa sebanding dengan jumlah larva. Pada Keller et al. (2005) disebutkan faktor yang mempengaruhi aktivitas mencari polen adalah jumlah larva dan adanya feromon yang dikeluarkan oleh larva sebagai stimulus untuk mencari polen. Dengan demikian diperlukan penelitian lebih lanjut hubungan antara aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dan larva dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
Pengembangan Perlebahan Tradisional A. cerana di Bali Barat Perlebahan tradisional A. cerana yang sudah berlangsung selama tiga generasi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan bertujuan untuk melindungi populasi A. cerana di hutan, melindungi A. cerana sebagai serangga penyerbuk, melindungi tumbuhan sumber pakan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Bali Barat. Pelestarian dan pengembangan perlebahan A. cerana meliputi beberapa aspek yaitu:
Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern Penggantian gelodok ke sarang modern perlu dilakukan berkaitan dengan pelestarian koloni A. cerana. Selama ini peternak mendapatkan koloni A. cerana langsung dari hutan. Pada saat panen madu, peternak mengambil semua sisiran sarang sehingga koloni kabur (Artha 15 Agustus 2008, komunikasi pribadi). Penggantian gelodok ke sarang modern diharapkan saat panen sisir sarang yang diambil hanya yang mengandung madu, sedangkan yang mengandung larva atau pupa tidak dipanen. Langkah ini dapat mempercepat A. cerana membangun sarang baru untuk menggantikan sarang yang dipanen, dan dapat meningkatkan frekuensi pemanenan madu, karena koloni A. cerana tidak membangun sisir sarang yang baru secara keseluruhan. Penggantian gelodok ke sarang modern memerlukan beberapa tahapan agar koloni A. cerana dari gelodok mau menempati sarang modern. Sarang modern adalah sarang yang didalamnya terdapat bingkai sarang tempat melekatkan sisir sarang. Penggunaan bingkai pada sarang modern bertujuan untuk memudahkan pemeriksaan kondisi sarang dan perawatan rutin pada sarang.
49
Berdasarkan Widjaja C, 4 Juni 2008 (komunikasi pribadi) A. cerana yang akan dipindahkan ke sarang modern harus melalui urutan tahapan pemindahan koloni yaitu: 1. Koloni A. cerana di dalam gelodok yang akan dipindahkan ke sarang modern diambil dari tempat asalnya dan ditempatkan ke tempat baru, dimana sarang modern akan ditempatkan dengan kondisi koloni tetap dalam gelodok. 2. Koloni dalam gelodok didiamkan selama ± 7-10 hari untuk beradaptasi dengan lokasi yang baru. 3. Setelah masa adaptasi koloni A. cerana dipindahkan ke sarang modern dengan cara memindahkan sisir sarang dari gelodok dan diikat pada bingkai sarang yang baru.
Kemudian ratu A. cerana dipindahkan ke
sarang modern sehingga lebah pekerja akan mengikuti ratu di sarang yang baru.
Ketersediaan Pakan di Sekitar Sarang A. cerana Di SK terdapat ± 30 koloni A. cerana yang ditempatkan di pohon-pohon di hutan, sedangkan di ML terdapat ± 150 koloni A. cerana yang ditempatkan perkebunan C. nucifera atau T. cacao. Banyaknya koloni A. cerana di SK dan ML berhubungan dengan ketersediaan pakan di lokasi tersebut. Dari hasil penelitian ini tumbuhan penghasil polen bagi A. cerana (19 tipe) dapat dilestarikan atau kelimpahannya ditingkatkan. Usaha lain dapat dengan mendatangkan tumbuhan sumber pakan ke Bali Barat. Ketersediaan pakan sepanjang tahun juga harus diperhatikan, sehingga masih diperlukan penelitian yang menyeluruh tentang sumber pakan sepanjang tahun. Berdasarkan Parman Juli 2008 (komunikasi pribadi) pada bulan Desember-Januari sumber nektar yang paling banyak dari pohon sonokeling (Dalbergia latifolia). Waktu yang tepat untuk memanen madu
juga harus
diperhatikan oleh peternak. Panen madu sebaiknya dilakukan di awal musim berbunga, agar koloni mempunyai waktu yang panjang untuk menimbun cadangan pakan untuk musim paceklik. Pemanenan madu di awal musim berbunga juga diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan koloni.
50
Tumbuhan mangrove banyak tumbuh pantai SK . Perum Perhutani (1993) menyatakan pohon api-api (Avicenia marina) menyediakan polen dan nektar bagi A. cerana. Kathiresan dan Bingham (2001) menyatakan Lumnitzera littorea dan Bruguiera sp. banyak dikunjungi oleh A. dorsata.
Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam Adanya perlebahan tradisional A. cerana di SK dan ML merangsang masyarakat untuk menanam dan melestarikan tumbuhan sumber pakan A. cerana. Usaha ini mendukung konservasi tumbuhan di hutan dan perkebunan. Berdasarkan hasil penelitian ini tumbuhan liar di hutan yang sebelumnya tidak dilaporkan sebagai sumber polen harus diperhatikan. Tumbuhan liar adalah T. procumbens, D. metel, A. spinosus dan tipe polen yang belum teridentifikasi. Masyarakat yang sadar akan pentingnya tumbuhan sumber pakan untuk A. cerana (khususnya polen) merupakan kader pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan yang lestari akan meningkatkan kunjungan wisata ke TNBB. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data tumbuhan penting bagi A. cerana di TNBB dan Dinas Kehutanan Provinsi Bali. Pihak TNBB dapat mengembangkan wisata alam di lokasi perlebahan tradisional A. cerana terutama pada musim berbunga dimana wisatawan dapat memanen sendiri madu dari A. cerana.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Aktivitas terbang harian A. cerana yang masuk di Desa Sumber Klampok dan Melaya berlangsung dari pukul 05.50-18.30 atau selama 12.5 jam. Puncak aktfitas mencari polen A. cerana dan bervariasi pada setiap koloni. Puncak aktivitas mencari polen A. cerana di Melaya lebih pagi daripada di Sumber Klampok yang berhubungan dengan tipe polen dan kelimpahan setiap tipe polen di masing-masing lokasi. Jumlah pupa dalam sarang berkorelasi dengan aktivitas mencari polen. Faktor lingkungan lebih berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian di Sumber Klampok. Faktor cahaya menjadi faktor paling berpengaruh pada aktivitas terbang A. cerana. Identifikasi polen dari tungkai A. cerana di dua desa menemukan 12 familia terdiri dari 19 tipe polen, dengan tiga tipe belum teridentifikasi. Polen dari C. nucifera dan L. leucocephala ditemukan pada semua koloni di Sumber Klampok dan Melaya dan menjadi sumber pakan yang umum untuk A. cerana.
Saran Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan terutama tentang identifikasi polen dari tungkai berdasarkan waktu, untuk mempelajari waktu mekar bunga yang menjadi sumber polen bagi A. cerana. Identifikasi polen dari tungkai A. cerana pada periode waktu yang berbeda, agar didapatkan data tumbuhan sumber polen yang lengkap selama satu tahun diutamakan spesifik lokasi sebagai dasar pengembangan peternakan A. cerana. Aktiftas terbang A. cerana yang tidak mencari polen, identifikasi tumbuhan sumber nektar, dan hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah larva dalam sarang.
DAFTAR PUSTAKA Abrol DP. 2007. Foraging behavior of Apis mellifera L and Apis cerana F. as determined by the energetic of nectar production in different cultivars of Brassica campestris vs. toria. Apiculture Science 51: 19-24. Akratanakul P. 2000. Beekeeping in Asia. Food and Agriculture of the United Nations Rome. FAO Agriculture service bulletin 68: 1-10. Appanah S, Kevan PG. 1995. Bees The Natural Ecosystem. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Bhargava HR, Jyothi JVA, Bhushaman M, Surendra NS. 2009. Pollen analiysis of Apis Honey, Karnataka, India. Apiacta. 44: 14-19. Darmayanti E. 2008. Observasi perilaku berdasarkan umur pada lebah pekerja Apis cerana [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Delaplane KS, Mayer DF. 2000. Crop Pollination by Bees. Wallingford. CABI Publishing. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri. 2003a. Data Monografi Desa dan Kelurahan Sumber Klampok. Buleleng. Pemerintah Kabupaten Buleleng. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri. 2003b. Data Monografi Desa dan Kelurahan Melaya. Jembrana. Pemerintah Kabupaten Jembrana. Devkota FR, Thapa RB. 2005. Foraging preference of Apis cerana F. and Apis mellifera L. to broccoli under caged and open condition in Chitwan [catatan penelitian]. Inst. Agric. Anim. 26: 167-168. Drickamer LC, Vessey SH, Jakob EM. 2002. Animal Behaviour. Ed. Ke-5. New York. McGraw-Hill. Dewan SMAL, Paxton RJ. 1995. Pattern of Foraging and Honey Production for Apis cerana in Bangladesh. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Dyer FC. 1996. Spatial memory and navigation by honeybees on the scale of the foaging range. Experiment Biol. 199: 147-154.
53
Erdtman G. 1972. Pollen Morphology and Plant Taxonomy. Angiosperm. New York. Hafner Publishing Company. Faegri K, van der Pijl L.1971. The Principle of Pollination Ecology. Toronto. Pergamon Press Ltd. Fahem M, Alam M, Razaq M. 2004. Pollination ecology with special reference to insects-a review. J of Research (Science). 15: 395-409. Fewel JH, Winston ML. 1996. Regulation of nectar collection in relation to honey storage levels by honey bees, Apis mellifera. Behav Ecol. 7: 286-291. Gary NE. 1992. Activities and Behavior of Honey Bee. Di dalam: The Hive and the honey bee. Illinois: Dadant & Hamilton, Ltd.
Hoopingarher RA, Waller GD. 1992. Crop Pollination. Di dalam: The Hive and the Honey Bee. Illinois. Dadant & Hamilton, Ltd. Huang T. 1972. Pollen Flora of Taiwan. Taiwan. Departement of Botany National Taiwan University. Hebert EW. 1992. Honey Bee Nutrition. Di dalam: The Hive and the honey bee. Illinois: Dadant & Hamilton, Ltd. Hill DB. 1998. Pollination and honey production in the forest and agroforest. Di dalam: Farming the Agroforest for Specialty Products. North American Conference on Enterprise Development Through Agroforestry; Minneapolis, 4-7 Oct. Minneapolis: Departement of Forestry, University of Kentucky. Hlm 133-138. Jhansi P, Kalpana TP, Ramanujam CGK. 1994. Pollen analysis of some Apis cerana Fabr honeys from Andra Pradesh, India. Apidologie. 25: 289-296. Jongitvimol T, Wattanachaiying W. 2006. Pollen food sources of the bees Trigona apicialis Smith, 1857, Trigona collina Smith, 1957 and Trigona fimbriata Smith, 1957 (Apisdae, Meliponinae) in Thailand. Natural History Journ. 6: 75-82. Kathiresan K, Bingham BL. 2001. Biology of mangrove and mangrove ecosystem. Marine Biology. 40: 81-251 Keller I, Fluri P, Imdorf A. 2005. Pollen nutrition and colony development in honey bees-part II. Bee Word. 86: 27-34. Kevan PG. 1995. Bee Botany: Pollination, Foraging and Floral Calendars. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd.
54
Kiew R. 1995. Bee Botany in Tropical Asia, With Special Reference to Peninsular Malaysia. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Koeniger N. 1995. Biology of The Eastern Honeybee Apis cerana (Fabricus 1773). Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Liu F et al. 2007. Adaptive functions of defensive plant phenolics and a non-linier bee response to nectar components. Functional Ecology. 21: 96-100. Menzel R, de Macro RJ. Greggers U. 2006. Spatial memory, navigation and dance behavior in Apis mellifera. Comp Physiol Anim. 192: 889-903. Nagamitsu T, Inoue T. 2002. Foraging activity and pollen diets of subterranean stingless bee colonies in response to general flowering in Serawak, Malaysia. Apidologie 33: 303-314. Oldroyd B, Rinderer T, Wongsiri S. 1992. Pollen resource partitioning by Apis dorsata, A. cerana , A. andreniformis and A. florae in Thailand. Apicultural Research. 31: 3-7 Perum Perhutani. 1993. Jenis Tumbuh-tumbuhan yang Tergolong Tamaman Pakan Lebah madu. Jakarta. Perum Perhutani. Pierrot LM, Schlindwein C. 2003. Variation in daily flight activity and foraging pattern in colonies of urucu – Melipona scutellaris Latreille (Apidae, Meliponini). Revista Brasileira de Zoologia. 20: 565-571. Pokhrel S, Thapa RB, Neupane FP, Shrestha SM. 2006. Absconding behavior and management of Apis cerana F. honeybee in Chitwan, Nepal. Inst. Agric. Anim.Sci. 27: 77-86. Pratt SC. 1999. Optimal timing of comb construction by honeybee (Apis mellifera) colonies: a dynamic programming model and experimental test. Behav Ecol Sociobiol. 46: 30-42 Ramalho M, Giovannini AK. 1986. Some aspects of utilization of pollen analysis in ecological research. Apidologie. 17:159-174. Roman A, Kulik A. 2006. Studies the relationship between floral fidelity and quantity of pollen hoarded by honeybee (Apis mellifera L.) colonies. Electronic journal of Polish Agricutural Universities. 9: 2.
55
Ruttner F. 1988. Biogeography and Taxonomi Honeybees. Berlin. SpingerVerlag. Sasaki M, Ono M, Yoshida T. 1995. Some Biological Aspect of the NorthAdapted Eastern Honeybee, Apis cerana Japonica. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Schulz DJ, Huang ZV, Robinson GE. 1998. Effects of colony food shortage on behavioral development in honey bees. Behav. Ecol. Sociobiol. 42: 295303. Shuel RW. 1992. The Production of Nectar and Pollen. Di dalam: The Hive and the honey bee. Illinois: Dadant & Hamilton, Ltd. Sihag RC, Mishra RC. 1995. Crop Pollination and Apis cerana. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Singh MM. 2008. Foraging behavior of the Himalayan honeybee (Apis cerana F.) on flower of Fagopyrum esculentum M. and its impact on grain quality and yield. Ecoprint. 15: 37-46. Sodre GS, Marchini LC De Carvalho CAL, Moreti AC. 2007. Pollen analysis in honey samples from two main producing regions in the Brazilian Northeast. An Acad. Bras. Cienc. 79: 381-388. Southwick EE. 1992. Physiology and Social Physiology of The Honey Bee. Di dalam: The Hive and the honey bee. Illinois: Dadant & Hamilton, Ltd. Steenis CGGJ van, Hoed G den, Bloembergen, Eyma PJ. 2008. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Ed ke-12. Jakarta. Pradnya Paramita. Suryanarayana MC, Rao GM, Singh TSMS. 1992. Studies on pollen sources for Apis cerana Fabr and Apis mellifera L bees at Muzaffarpur, Bihar, India. Apidologie. 23: 33-46. Szezesna T. 2006. Protein content and amino acid composition of bee-colected botanical origins. Apicultural Sci. 50: 81-90. Verma LR. 1995a . Apis cerana: Biometric, genetic and behavior aspec. Di dalam: The Asiatic Hive: Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd. Verma LR. 1995b. Pollination Ecology of Apple Orchards by Hymenopterous Insecs in Matiana-Narkanda Temperate Zone. Di dalam: The Asiatic Hive:
56 Apiclture, Biology, and Role in Sustainable Development in Tropical and Subtropical Asia. Cambridge: Enviroquest, Ltd.
Winston ML. 1992. The Honey Bee Colony: Life History. Di dalam: The Hive and the honey bee. Illinois: Dadant & Hamilton, Ltd.
LAMPIRAN
Rataan tiap koloni Apis cerana masuk Lokasi I : Sumber Klampok k1.i no Jam (wita) 1 05.20 – 05.30 1 2 05.50 – 06.00 0 3 06.20 – 06.30 4 4 06.50 – 07.00 53 5 07.20 – 07.30 15 6 07.50 – 08.00 33 7 08.20 – 08.30 12 8 08.50 – 09.00 13 9 09.20 – 09.30 18 10 09.50 – 10.00 50 11 10.20 – 10.30 36 12 10.50 – 11.00 23 13 11.20 – 11.30 34 14 11.50 – 12.00 38 15 12.20 – 12.30 34 16 12.50 – 13.00 52 17 13.20 – 13.30 158 18 13.50 – 14.00 213 19 14.20 – 14.30 125 20 14.50 – 15.00 148 21 15.20 – 15.30 65 22 15.50 – 16.00 57 23 16.20 – 16.30 127 24 16.50 – 17.00 125 25 17.20 – 17.30 155 26 17.50 – 18.00 97 27 18.20 – 18.30 14 K1.i = Koloni 1, pengamatan pertama
k1.ii 0 0 57 6 11 10 7 72 47 19 10 27 18 78 80 126 48 49 64 140 109 52 61 31 28 6 0
Rataan K1 K2.i 0.5 0 0 0 30.5 58 29.5 44 13 65 21.5 28 9.5 105 42.5 56 32.5 28 34.5 40 23 211 25 43 26 73 58 51 57 245 89 88 103 97 131 88 94.5 87 144 40 87 39 54.5 28 94 4 78 12 91.5 6 51.5 3 7 0
K2.ii 0 1 39 104 115 102 73 63 56 108 116 133 127 148 123 397 115 61 80 43 67 32 20 16 35 19 2
Jumlah A. Cerana masuk Rataan K2 K3.i K3.ii 0 0 0 0.5 0 0 48.5 49 66 74 30 13 90 28 20 65 35 80 89 57 109 59.5 98 96 42 35 39 74 74 73 163.5 68 68 88 28 151 100 31 137 99.5 82 125 184 58 125 242.5 91 91 106 108 70 74.5 139 102 83.5 112 94 41.5 102 65 53 110 56 30 74 40 12 51 50 14 46 27 20.5 31 9 11 4 3 1 0 0
Rataan K3 K4.i 0 0 0 5 57.5 27 21.5 35 24 33 57.5 44 83 66 97 30 37 176 73.5 44 68 82 89.5 85 84 67 103.5 173 91.5 99 91 132 89 82 120.5 97 103 99 83.5 89 83 59 57 54 50.5 74 36.5 15 20 16 3.5 12 0 0
K4.ii 0 3 13 17 39 48 52 152 288 97 84 90 93 97 156 103 142 136 96 81 84 48 34 74 36 28 1
Rataan.4 0 4 20 26 36 46 59 91 232 70.5 83 87.5 80 135 127.5 117.5 112 116.5 97.5 85 71.5 51 54 44.5 26 20 0.5
Rataan tiap koloni A. cerana membawa polen lokasi 1: Sumber klampok K1.i No Jam (wita) 1 05.20 – 05.30 0 2 05.50 – 06.00 0 3 06.20 – 06.30 0 4 06.50 – 07.00 5 5 07.20 – 07.30 1 6 07.50 – 08.00 0 7 08.20 – 08.30 1 8 08.50 – 09.00 2 9 09.20 – 09.30 0 10 09.50 – 10.00 0 11 10.20 – 10.30 3 12 10.50 – 11.00 3 13 11.20 – 11.30 4 14 11.50 – 12.00 3 15 12.20 – 12.30 5 16 12.50 – 13.00 2 17 13.20 – 13.30 6 18 13.50 – 14.00 6 19 14.20 – 14.30 9 20 14.50 – 15.00 1 21 15.20 – 15.30 11 22 15.50 – 16.00 2 23 16.20 – 16.30 5 24 16.50 – 17.00 4 25 17.20 – 17.30 0 26 17.50 – 18.00 0 18.20 – 18.30 27 0 K1.ii = Koloni 1, pengamatan kedua
K1.ii 0 0 2 0 4 1 1 1 3 2 2 5 5 6 4 3 10 4 4 5 2 5 3 3 1 0 0
Rataan K1 0 0 1 2.5 2.5 0.5 1 1.5 1.5 1 2.5 4 4.5 4.5 4.5 2.5 8 5 6.5 3 6.5 3.5 4 3.5 0.5 0 0
K2.i 0 0 4 6 7 3 17 13 5 21 46 18 36 32 37 33 50 41 56 28 24 14 2 0 0 0 0
K2.ii 0 0 0 1 3 5 10 7 10 30 47 52 50 73 64 74 76 54 63 41 57 24 5 2 4 2 0
Jumlah A. cerana bawa polen Rataan K2 K3.i K3.ii Rataan K3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11 31 21 3.5 11 5 8 5 12 8 10 4 13 14 13.5 13.5 7 7 7 10 8 9 8.5 7.5 3 6 4.5 25.5 6 12 9 46.5 17 23 20 35 9 24 16.5 43 13 23 18 52.5 18 23 20.5 50.5 6 22 14 53.5 16 20 18 63 15 23 19 47.5 14 19 16.5 59.5 5 18 11.5 34.5 9 19 14 40.5 9 15 12 19 2 9 5.5 3.5 0 8 4 1 0 4 2 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K4.i 0 0 2 4 16 19 36 20 33 21 53 42 23 46 37 41 29 31 31 36 17 9 8 0 0 0 0
K4.ii 0 0 3 3 19 45 37 47 51 61 53 61 51 55 42 53 49 63 34 30 20 7 7 0 0 0 0
Rataan K4 0 0 2.5 3.5 17.5 32 36.5 33.5 42 41 53 51.5 37 50.5 39.5 47 39 47 32.5 33 18.5 8 7.5 0 0 0 0
Rataan tiap koloni A. cerana masuk sarang LokasiII: Melaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
waktu 05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
K1.i 0 0 484 433 641 565 510 579 277 396 175 200 279 316 131 273 257 731 457 383 456 325 356 278 234 213 33
K1.ii 0 0 235 377 707 568 742 664 362 289 227 170 401 211 247 163 159 242 460 371 271 178 141 161 176 132 25
K1.i = Koloni satu, pengamatan pertama
Rataan K1 0 0 359.5 405 674 566.5 626 621.5 319.5 342.5 201 185 340 263.5 189 218 208 486.5 458.5 377 363.5 251.5 248.5 219.5 205 172.5 29
K2.i 0 0 138 296 490 519 430 590 474 219 238 267 155 149 185 233 183 383 273 160 148 143 100 135 80 136 52
K2.ii 0 0 369 502 656 817 743 324 377 442 335 255 604 168 161 99 147 154 147 214 196 284 295 173 109 85 96
Jumlah A. cerana masuk Rataan K2 K3.i K3.ii 0 0 0 0 9 17 253.5 856 474 399 485 309 573 355 210 668 389 281 586.5 454 212 457 213 222 425.5 384 139 330.5 117 180 286.5 128 121 261 103 92 379.5 227 87 158.5 148 167 173 130 138 166 203 551 165 158 143 268.5 113 203 210 110 227 187 306 142 172 511 131 213.5 195 100 197.5 94 145 154 40 103 94.5 84 117 110.5 98 119 74 17 85
Rataan K3 0 13 665 397 282.5 335 333 217.5 261.5 148.5 124.5 97.5 157 157.5 134 377 150.5 158 168.5 224 321 147.5 119.5 71.5 100.5 108.5 51
K4.ii 0 86 528 639 611 337 364 305 292 294 187 137 178 347 249 234 274 314 288 174 141 208 185 157 178 219 41
K4.ii 0 84 334 416 399 438 416 278 269 222 491 134 292 228 224 199 496 330 244 192 193 168 190 115 99 112 20
Rataan K4 0 85 431 527.5 505 387.5 390 291.5 280.5 258 339 135.5 235 287.5 236.5 216.5 385 322 266 183 167 188 187.5 136 138.5 165.5 30.5
Rataan tiap koloni A. cerana membawa polen Lokasi II : Melaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
waktu 05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30
K1.i 0 0 93 104 231 209 150 190 167 183 109 101 89 65 22 97 92 71 81 77 73 38 32 23 5 8 0
K1.ii 0 0 0 7 48 177 170 220 223 180 117 117 89 85 97 80 24 34 75 29 32 25 18 23 13 4 0
Rataan K1 0 0 46.5 55.5 139.5 193 160 205 195 181.5 113 109 89 75 59.5 88.5 58 52.5 78 53 52.5 31.5 25 23 9 6 0
K2.i 0 0 26 71 142 162 157 276 194 127 159 82 69 97 94 53 74 79 48 33 25 22 16 15 8 9 0
K2.ii 0 0 59 85 145 147 184 112 125 197 133 129 93 88 73 30 44 31 30 44 32 28 25 15 11 5 0
Jumlah A. cerana bawa polen Rataan K2 K3.i K3.ii 0 0 0 0 0 12 42.5 61 369 78 78 46 143.5 117 73 154.5 174 98 170.5 157 100 194 107 135 159.5 130 56 162 112 56 146 75 64 105.5 57 52 81 37 40 92.5 36 46 83.5 68 30 41.5 47 42 59 30 39 55 28 31 39 30 23 38.5 45 35 28.5 37 31 25 29 16 20.5 24 10 15 11 2 9.5 11 6 7 5 0 0 0 0
Rataan K3 0 6 215 62 95 136 128.5 121 93 84 69.5 54.5 38.5 41 49 44.5 34.5 29.5 26.5 40 34 22.5 17 6.5 8.5 2.5 0
K4.i 0 72 92 131 179 95 118 107 150 117 64 53 45 30 33 19 28 40 20 19 17 6 4 5 11 4 0
K4.ii 0 24 89 115 173 162 88 106 99 119 113 76 88 72 54 45 50 56 48 23 19 16 8 2 10 5 0
Rataan K4 0 48 90.5 123 176 128.5 103 106.5 124.5 118 88.5 64.5 66.5 51 43.5 32 39 48 34 21 18 11 6 3.5 10.5 4.5 0
Intensitas Cahaya di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana No
Jam
k1.1 k1.2 1 05.30 0 0 2 06.30 95 7 3 07.30 2950 3000 4 08.30 2870 1480 5 09.30 1580 21800 6 10.30 2900 23900 2400 7 11.30 2600 8 12.30 2700 3200 9 13.30 2500 3000 10 14.30 2400 3200 11 15.30 2400 2440 12 16.30 1080 700 13 17.30 500 520 14 18.30 2 1 k1.1: Koloni 1, pengamatan ke‐1 k1.2: Koloni 1, pengamatan ke‐2
rataan 0 51 2975 2175 11690 13400 2500 2950 2750 2800 2420 890 510 1.5
k2.1 0 6 110 3210 2610 4800 6820 3290 4260 2620 1300 183 91 0
k2.2 0 90 1337 3540 1850 1760 1215 1650 1760 1806 1900 960 522 0
Intensitas cahaya (lux) rataan k3.1 k3.2 0 0 0 48 66 110 723.5 347 410 3375 1350 4370 2230 5680 7840 3280 3800 3270 4017.5 8800 3160 2470 7500 2680 3010 1050 1800 2213 1600 1480 1600 1550 1270 1390 660 571.5 306.5 472 590 0 1 0
rataan 0 88 378.5 2860 6760 3535 5980 5090 1425 1540 1410 1025 531 0.5
k4.1 0 70 1750 2110 2720 8950 5870 2360 3690 1680 1240 930 128 1
k4.2 0 60 389 2160 1700 6490 5230 6520 5180 5410 1136 940 146 1
rataan 0 65 1069.5 2135 2210 7720 5550 4440 4435 3545 1188 935 137 1
k4.1 87 85 79 68 59 53 56 51 47 46 47 64 61 68
k4.1 84 88 80 68 65 59 58 55 53 54 57 57 61 71
Kelembaban udara di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana
No
Jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30
k1.1 82 79 68 66 63 54 57 58 56 57 58 62 68 72
k1.2 72 73 69 62 59 57 58 56 54 57 58 60 63 69
Rataan 77 76 68.5 64 61 55.5 57.5 57 55 57 58 61 65.5 70.5
k2.1 65 91 89 82 71 61 60 56 57 59 61 62 65 69
k2.2 77 77 61 69 56 55 56 55 53 53 56 63 67 73
Kelembaban (%) Rataan k3.1 k3.2 71 75 83 84 80 84 75 77 68 75.5 76 64 63.5 59 58 58 56 56 58 45 56 55.5 48 54 55 50 55 56 54 57 58.5 53 61 62.5 58 63 66 63 66 71 72 78
Rataan 79 82 72.5 70 58.5 56 50.5 51 52.5 55.5 57 60.5 64.5 75
Rataan 85.5 86.5 79.5 68 62 56 57 53 50 50 52 60.5 61 69.5
Suhu luar sarang di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jam 05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30
k1.1 24.2 24 25.4 26.5 28.2 28.7 28.4 29.1 29.5 29.4 28.3 27.4 26.6 25.5
k1.2 24.1 24 25.5 26.3 27 29 29 29 29.4 29 28.7 27.7 26.3 25.2
Rataan 24.15 24 25.45 26.4 27.6 28.85 28.7 29.05 29.45 29.2 28.5 27.55 26.45 25.35
k2.1 24.5 24.4 27.4 26.3 29.6 29.3 29 29.1 29.9 29.3 27.5 26.9 26.1 25
k2.2 20.3 19.7 20.9 24.9 26.7 28.8 29.4 30.3 30.1 29.1 28.6 28.6 27.6 26.5
Suhu luar sarang (oC) Rataan k3.1 k3.2 22.4 24 23 22.05 24.4 23 20.9 25 25.2 25.6 25.2 26.9 28.15 29.2 28.3 29.05 30.2 29.3 29.2 30.4 29.5 29.7 31.2 30.3 30 30.2 30 29.2 29.9 29.4 28.05 29.3 28.8 27.75 28.7 27 26.85 26 26.6 25.75 25.4 25.9
Rataan 23.5 23.7 25.1 26.05 28.75 29.75 29.95 30.75 30.1 29.65 29.05 27.85 26.3 25.65
k4.1 21.8 22.3 23.4 25.3 26.6 27.6 28.2 28.5 28.6 29 28.7 27.9 26.3 25.3
k4.2 22.1 21.7 23.7 25.6 26.3 28 28.6 28.9 29.1 29.1 28.5 27.5 26.6 25.3
Rataan 21.95 22 23.55 25.45 26.45 27.8 28.4 28.7 28.85 29.05 28.6 27.7 26.45 25.3
Suhu dalam sarang di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jam 05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30
k1.1 26.4 26 26.5 27.1 28.4 28.4 28.7 29.3 28.9 30 30.4 29.6 28.6 27.7
k1.2 25.6 25.4 25.8 26.4 27.2 28.7 29.2 29.7 30 30.1 30.3 30 28.7 27.6
Rataan 26 25.7 26.15 26.75 27.8 28.55 28.95 29.5 29.45 30.05 30.35 29.8 28.65 27.65
k2.1 27.8 26.9 28.5 28.9 29.7 20.9 30.6 30.7 32.2 31.2 30.1 28.6 28.6 28
k2.2 25.1 24.1 25.6 27.8 28.8 31.9 32.4 33.5 33.9 34.4 33.2 33.5 33.4 33.5
Suhu dalam sarang (oC) Rataan k3.1 26.45 26 25.5 26 27.05 26 28.35 27.1 29.25 26.8 26.4 29.8 31.5 29.7 32.1 30.7 33.05 30.9 32.8 32 31.65 32.2 31.05 23.8 31 29.1 30.75 30.6
k3.2 25 25.5 26 27.3 27.4 28.8 29.5 30.1 30.6 30.3 30 31.2 30.3 30.8
Rataan 25.5 25.75 26 27.2 27.1 29.3 29.6 30.4 30.75 31.15 31.1 27.5 29.7 30.7
k4.1 31.3 25.7 25.5 27 27.6 28.6 29 29.5 29.8 30.2 30 30.1 28.4 28
k4.2 25 24.6 25.4 26.3 27.3 28.3 29 29.5 30.1 30.3 30.4 29.8 28.8 28
Rataan 28.15 25.15 25.45 26.65 27.45 28.45 29 29.5 29.95 30.25 30.2 29.95 28.6 28
Intensitas cahaya di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jam 05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30
k1.1 0 18 123 1805 2436 2682 6210 70600 81400 70100 5300 2480 991 2
k1.2 0 113 1271 1667 2250 5940 3100 4140 9160 2630 2610 2420 369 0
rataan k1 0 65.5 697 1736 2343 4311 4655 37370 45280 36365 3955 2450 680 1
k2.1 0 80 1930 3370 2310 1700 2010 7160 5230 9140 4800 2880 1280 2
k2.2 0 62 455 3310 1220 3080 3260 3910 7020 63000 8600 3860 1103 2
Intensitas Cahaya (Lux) rataan k2 k3.1 k3.2 0 0 0 71 113 152 1192.5 1264 1309 3340 2170 2670 1765 5400 3080 2390 4060 4590 5140 2930 2635 5535 7890 1650 6125 8830 2240 36070 4250 2200 6700 5980 2080 3370 4290 2010 1191.5 2300 1500 2 3 1
rataan k3 0 132.5 1286.5 2420 4240 4325 4035 4770 5535 3225 4030 3150 1900 2
k4.1 0 26 220 419 33000 5500 1880 4050 3780 3220 1800 2890 504 0
k4.2 0 85 3560 2640 6670 5000 4000 3180 2190 2620 2470 1280 443 0
rataan k4 0 55.5 1890 1529.5 19835 5250 2940 3615 2985 2920 2135 2085 473.5 0
Kelembaban Udara di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jam 05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30
k1.1 k1.2 rataan k1 88 83 85.5 92 90 91 86 89 87.5 77 83 80 66 75 70.5 63 69 66 62 62 62 59 57 58 57 55 56 59 66 62.5 61 69 65 64 69 66.5 68 69 68.5 72 74 73
k2.1
k2.2 86 93 94 90 82 80 70 63 59 58 60 66 70 75
90 95 97 91 80 72 73 68 64 65 61 71 74 82
Kelembaban (%) rataan k2 k3.1 k3.2 88 84 89 94 86 95 95.5 90 95 90.5 87 88 81 85 84 76 82 79 71.5 79 70 65.5 72 68 61.5 72 66 61.5 71 68 60.5 75 60 76 74 68.5 72 79 81 78.5 84 84
rataan k3 86.5 90.5 92.5 87.5 84.5 80.5 74.5 70 69 69.5 67.5 75 80 84
k4.1
k4.2 84 87 84 81 70 63 64 63 62 64 65 66 69 72
80 85 85 78 71 67 65 64 60 61 62 64 69 72
rataan k4 82 86 84.5 79.5 70.5 65 64.5 63.5 61 62.5 63.5 65 69 72
Suhu luar sarang di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana No
Jam k1.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30
No
Jam
23 22.5 23.6 25.5 27.6 29 29.1 30 30.4 30.1 29.7 28.8 27.1 26.6
k1.2 rataan k1 23.2 23.1 22.2 22.35 23.5 23.55 25.3 25.4 27.1 27.35 28.2 28.6 29.3 29.2 30.8 30.4 30.6 30.5 28.5 29.3 27.6 28.65 27.6 28.2 26.6 26.85 25.8 26.2
k2.1 22.2 21.6 22.8 24.8 25.9 26.2 28.3 29.6 30.7 30.8 29.8 28.8 27.7 26.4
k2.2 23.6 23.1 23.6 25.9 26.7 28 28.8 29.8 30.3 30 31.4 28.7 27.5 26.1
Suhu Luar Sarang (oC) rataan k2 k3.1 k3.2 22.9 24.8 23.8 22.35 24.3 22.6 23.2 24.6 24.6 25.35 25.8 26 26.3 26.7 26.5 27.1 27.5 28 28.55 28 27.8 29.7 29.2 28 30.5 29.2 28.3 30.4 29.3 27.8 30.6 28.7 28.9 27.9 27.9 28.75 27.6 27.1 26.5 26.25 25.9 25.9
rataan k3 24.3 23.45 24.6 25.9 26.6 27.75 27.9 28.6 28.75 28.55 28.8 27.9 26.8 25.9
k4.1 23.3 22.9 24.1 25.6 28.4 29.3 29.7 29.7 30 29.7 29.5 28.6 27.6 26.5
k4.2 24.2 23.3 24.8 26 27.7 29 29.3 29.4 30.1 29.8 29.5 28.7 27.4 26.4
rataan k4 23.75 23.1 24.45 25.8 28.05 29.15 29.5 29.55 30.05 29.75 29.5 28.65 27.5 26.45
k4.1 27.8 28.4 30.1 29.9 30.1 31.7 31.9 31.9 32.4 31.5 31.5 30.6 31.2 29.6
k4.2 29.1 29.6 30.3 31.1 30.2 31 31.6 31.7 32.4 32.3 31.3 31.4 30.1 30.4
rataan k4 28.45 29 30.2 30.5 30.15 31.35 31.6 31.7 32.4 32.3 31.3 31.4 30.1 30.4
Suhu dalam sarang di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana k1.1 k1.2 rataan k1 31.2 29.8 29.8 30.9 29 29.95 30.6 29.4 30 31.2 30.4 30.8 31.7 32 31.85 32.8 32.7 32.75 32.7 33 32.4 33.1 32.5 32.8 33.6 33.3 33.45 33.2 33.7 33.45 33.7 32.6 33.15 34 33.2 33.6 34 32.6 33.3 33 32.1 32.55
1 05.30 2 06.30 3 07.30 4 08.30 5 09.30 6 10.30 7 11.30 8 12.30 9 13.30 10 14.30 11 15.30 12 16.30 13 17.30 14 18.30 Keterangan k1.1: Koloni 1, pengamatan ke-1 k1.2: Koloni 1, pengamatan ke-2
k2.1 25.1 30.6 31.8 33 31.3 31.2 30.6 32.4 31.8 32.9 34.5 33.8 32.7 31.7
k2.2 30.1 30.6 30.7 31.8 31.8 29.9 33.3 34.4 33.8 34.4 33.1 32.2 33.4 31.7
Suhu Dalam Sarang (oC) rataan k2 k3.1 k3.2 27.6 33.7 29.8 30.6 34.1 30.5 31.25 33.5 31 32.4 34.2 28.9 31.55 34.4 29.4 30.55 34.7 30.2 31.95 34.6 31.9 33.4 33.4 32 32.8 34.8 32.5 33.65 34.4 33.7 33.8 34.6 32.8 34.4 31.2 33 33.05 34 31.2 31.7 33.8 35.2
rataan k3 31.75 32.3 32.25 31.55 31.9 32.45 33.25 32.7 33.65 34.05 33.7 32.8 32.6 34.5