ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1)
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SOSIALISASI MUSEUM BALI UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR DI BALI
Oleh: Maharani Prathiwi 200906055 Program Studi Desain Komunikasi Visual Jurusan Desain
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013
ABSTRAK “DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SOSIALISASI MUSEUM BALI UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR DI BALI” Maharani Prathiwi 2009.06.055 Museum Bali merupakan museum umum di tingkat Provinsi Bali yang mengoleksi benda-benda budaya Bali dari jaman prasejarah sampai sekarang. Museum Bali adalah salah satu institusi kebudayaan yang mempunyai posisi yang penting dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan kebudayaan, baik dalam skala nasional maupun skala lokal (daerah). Museum terbuka bagi publik untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, pameran dan pertunjukan. Selaku demikian, misi utama museum pada dasarnya terletak pada dua kata kunci berikut: peran pendidikan dan hiburan (education and enjoyment). Bagi dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran sejarah, keberadaan museum menjadi sangat penting karena koleksi-koleksi yang dimiliki dapat memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan sejarah, antara lain sejarah peradaban dan budaya. Namun masih banyak diantara anak bangsa yang masih belum paham tentang sejarah bangsa, benda-benda bersejarah dan bernilai bagi peradaban bangsa, serta berbagai potensi bangsa yang sebenarnya bisa diketahui apabila mau berkunjung ke museum. Keberadaan Museum Bali tampaknya belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Museum Bali membutuhkan media untuk mengkomunikasikan perannya sebagai museum. Beranjak dari masalah tersebut, penulis ikut tergerak dan berinisiatif merancang media yang mampu mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh museum. Hal tersebut dapat divisualisasikan melalui media komunikasi yang memiliki typografi yang konsisten, identitas warna yang kuat serta eksekusi visual yang baik, yang dapat diaplikasikan secara konsisten untuk membangun karakter identitas museum sebagai bagian dari kegiatan sosialisasi museum dengan mengusung konsep “Fun & Learning”. Media sosialisasi yang akan diwujudkan adalah Buku Papercraft, Buku Mewarnai, Crayon, Ular Tangga, Company Profile, Stiker, T-Shirt, Puzzle, Jadwal Pelajaran dan Katalog dimana media tersebut didesain sesuai dengan acuan konsep dan target audien yaitu anak sekolah dasar usia 7-12 tahun. Dengan media sosialisasi yang efektif dan komunikatif tersebut diharapkan dapat membuka pikiran anak sekolah dasar mengenai Museum Bali sehingga dapat menciptakan masyarakat peduli sejarah peradaban dan kebudayaan Bali. Kata kunci: Museum Bali, Budaya Bali, Sejarah, Anak usia 7-12 tahun, Kartun Museum Bali.
1
2
ABSTRACT "VISUAL COMMUNICATION DESIGN AS SOCIALIZATION OF MUSEUM BALI FOR ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN IN BALI" Maharani Prathiwi 2009.06.055 Museum Bali is a general museum of the province of Bali, who collected objects of Balinese culture from prehistoric times to the present. Museum Bali is one of the cultural institutions that have an important position in the development, particularly in the cultural development, both on a national and local scale (local). Museum is open to the public for the purposes of education, science, exhibitions and performances. As such, the primary mission of the museum is basically located in the following two keywords: the role of education and entertainment (education and enjoyment). For education, especially in the teaching of history, where the museum is very important because the collections held to provide information and answer questions that arise in the process of learning in the education world history, including the history of civilization and culture. But there are still many of the nation who still do not understand about the nation's history, historic objects and valuable to civilization, as well as a variety of potential people who could have known if wishing to visit the museum. The existence of Museum Bali seems not able to show the values stored collection to the public. Museum Bali requiring media to communicate its role as a museum. Moving on from these issues, the author participated and took the initiative to design moved the media to communicate the message to be conveyed by the museum. This can be visualized through the communications media have consistent typography, strong color identity and good visual execution, which can be applied consistently to establish the identity of the character of the museum as part of the socialization of the museum with the concept "Fun and Learning". Media socialization that will be realized are Papercraft Book, Coloring Book, Crayon, Snakes and Ladders, Company Profile, Stickers, T-Shirt, Puzzle, Lesson Schedule and Catalog where media are designed in accordance with the concept of reference and the target audience is elementary school children aged 7 - 12 years. Communicative and effective media socialization is expected to open the minds of elementary school children about the Museum Bali so as to create a caring society history of civilization and culture of Bali. Keywords: Museum Bali, Bali Culture, History, Children 7-12 years of age, Museum Bali cartoon.
3
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum Bali merupakan museum umum di tingkat Provinsi Bali yang mengoleksi benda-benda budaya dari jaman prasejarah sampai sekarang. Dengan koleksi yang berjumlah sampai dengan 14.316, menjadikan Museum Bali sebagai salah satu museum terlengkap di Bali. Museum Bali adalah salah satu institusi kebudayaan yang mempunyai posisi yang penting dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan kebudayaan, baik dalam skala nasional maupun skala lokal (daerah). Status museum sebagai lembaga nirlaba membuat pemerintah dan pengelola museum kurang maksimal dalam menghubungakan museum dengan pentingnya sosialisasi museum dikarenakan terbatasnya biaya. Padahal saat ini museum harus bersaing dengan mal-mal, arena bermain dan dunia hiburan lainnya. Akibatnya museum diidentikkan dengan sesuatu yang ketinggalan zaman, kuno, dan dianggap layaknya gudang sehingga tidak mampu menarik perhatian masyarakat. Banyak diantara anak bangsa yang masih belum paham tentang sejarah bangsa, benda-benda bersejarah dan bernilai bagi peradaban bangsa, serta berbagai potensi bangsa yang sebenarnya bisa diketahui apabila mau berkunjung ke museum. Dibandingkan dengan mall dan pusat hiburan lainnya yang hanya dapat melahirkan budaya konsumtif, berkunjung ke museum dapat mencegah kemerosotan moral bangsa karena sarat nilai budaya dan bersifat edukatif serta inspiratif. Keberadaan Museum Bali tampaknya belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Museum Bali membutuhkan media untuk mengkomunikasikan perannya sebagai museum. Beranjak dari masalah tersebut, penulis ikut tergerak dan berinisiatif merancang media yang mampu mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh museum. Hal tersebut dapat divisualisasikan melalui media komunikasi yang memiliki tipografi yang konsisten, identitas warna yang kuat
4
serta eksekusi visual yang baik, yang dapat diaplikasikan secara konsisten untuk membangun karakter identitas museum sebagai bagian dari kegiatan sosialisasi museum. Pendekatan akan dilakukan kepada siswa sekolah dasar. Sosialisasi akan dilakukan dengan pesan museum sebagai salah satu aset pendidikan. Dan pemilihan siswa sekolah dasar juga berdasarkan penelitian secara psikologis bahwa pada masa sekolah dasar usia 7-12 tahun merupakan periode “anak sekolah”. Pada tahap ini anak-anak mulai mengalami transisi ke dalam proses pendidikan, periode ini merupakan periode perintis apakah anak akan berusaha di bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuannya yang akan melekat terus sampai anak itu dewasa (B. Hurlock, Elizabeth : 146). Sehingga pendidikan harus diterapkan sejak kecil, dan pada periode “anak sekolah” ini dilihat sebagai periode paling pas untuk dilakukan pendekatan pendidikan mengenai museum yang memiliki andil besar dalam membentuk karakter anak bangsa. Karena khalayak sasaran yang dipilih difokuskan pada usia 7-12 tahun yang merupakan usia kebanyakan anak bersekolah di sekolah dasar maka perancangan akan dilakukan melalui pendekatan media yang didasarkan pada kesukaan siswa sekolah dasar. Sehingga bisa didapatkan susunan media yang cocok untuk menyampaikan pesan mengenai museum kepada sasaran khalayaknya dengan cara yang menyenangkan. Media yang akan dirancang disuguhkan dengan ilustrasi bergaya kartun yang disenangi anak-anak, teks sederhana yang mudah dimengerti anak-anak, warna cerah, dan tipografi yang simpel dan mudah dibaca oleh anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Bagaimana merumuskan konsep kreatif yang akan digunakan sebagai acuan untuk mensosialisasikan Museum Bali pada anak sekolah dasar di Bali?
5
1.2.2
Media
apa
yang
efektif
dan
komunikatif
sebagai
sarana
mensosialisasikan Museum Bali untuk anak sekolah dasar di Bali? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang akan di bahas adalah mengenai pembuatan media yang akan di rancang sebagai upaya memsosialisasikan Museum Bali kepada generasi muda, yaitu para siswa sekolah dasar berumur 7-12 tahun. Perumusan konsep, proses kreatif serta perwujudan media ini dibuat sebagai contoh yang diharapkan dapat diaplikasikan tidak hanya di Museum Bali, namun di museum-museum lainnya juga.
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1
Tujuan Untuk mengetahui konsep kreatif yang tepat dalam perancangan mediasosialisasi Museum Bali untuk anak sekolah dasar di Bali.
Untuk mengetahui jenis media yang efektif dan komunikatif sebagai sarana memsosialisasikan Museum Bali untuk anak sekolah dasar di Bali.
Untuk membantu Museum Bali melancarkan inovasi sosialisasi melalui media komunikasi visual yang tepat di kalangan siswa sekolah dasar.
1.4.2
Sebagai syarat menempuh Tugas Akhir. Manfaat Menambah wawasan dan pengetahuan dalam merancang media yang efektif sebagai sarana mensosialisasikan Museum Bali untuk anak sekolah dasar di Bali.
Menambah referensi bagi akademis khususnya dibidang desain komunikasi visual mengenai media yang efektif sebagai sarana mensosialisasikan Museum Bali untuk anak sekolah dasar di Bali. 6
Sebagai sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu selanjutnya.
Dapat menjadi refrensi untuk meningkatkan kualitas museum di mata masyarakat serta menunjukkan eksistensi dari Museum Bali dengan inovasi sosialisasi yang tepat di kalangan siswa sekolah dasar di Bali.
1.5 Metode Pengumpulan Data Proses dalam merancang media sosialisasi Museum Bali menggunakan Metode observasi dan metode wawancara, yang merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data primer serta metode kepustakaan dan dokumentasi, metode yang digunakan untuk memperoleh data sekunder.
1.6 Metode Analisis Data Adapun metode analisa data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
1.7 Indikator serta Model Penilaian Desain Indikator yang nantinya akan dipakai sebagai acuan didalam menilai desain ialah ilustrasi, teks dan warna.Dibuat alternatif desain dari media yang dipilih. Desain yang terbaik dipilih dari tiga alternatif desain yang diukur berdasarkan kriteria desain. Kriteria yang dimaksud yakni dari segi komunikatif, informatif, ergonomis, unity, kreatif, surprise dan etis.
7
Menentukan desain terpilih dengan melakukan pengukuran atau penilaian alternatif-alternatif desain menggunakan skala koordinat (skala yang menunjukkan tingkatan atau rangking). Rangking didapatkan setelah dilakukan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip desain. Setelah masing-masing desain dinilai berdasarkan prinsip-prinsip desain akan terlihat satu desain yang menduduki ranking teratas dan desain inilah yang nantinya sebagai desain terpilih (Nazir, 2003: 338).
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA 2.1 Data Teoritis/Aktual Adapun data-data mengenai teori-teori perancangan komunikasi visual yang akan diterapkan berhubungan dengan pengerjaan tugas akhir ini adalah data-data ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan dan berasal dari sumber yang berkompeten. 2.1.1
Pengertian Objek Kasus
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. Museum memiliki banyak fungsi yang menjadikan Museum sangat penting diperhatikan oleh semua kalangan. Antara lain : Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah Melakukan urusan perpustakaan dan dokumentasi ilmiah
8
Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi benda yang umempunyai nilai budaya dan ilmiah Melakukan bimbingan edukatif kultural dan penyajian rekreatif benda yang mempunyai nilai Bagi dunia pendidikan,terutama dalam pembelajaran sejarah,keberadaan museum menjadi sangat penting karena koleksi-koleksi yang dimiliki dapat memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan sejarah,baik sejarah alam,flora fauna maupun sejarah peradaban dan budaya. Untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya peran dan fungsi museum, perlu dilakukan sosialisasi. Diperlukan sebuah dasar pemahaman komunikasi yang kuat untuk menyajikan media sosialisasi yang baik. Hal ini dapat dicapai melalui sebuah ilmu pengetahuan yang sekarang dikenal dengan desain komunikasi visual.Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana sosialisasi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian dari mata (secara visual), membuat pesan tersebut dapat diingat, membuka pikiran, hingga meningkatkan citra. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan khalayak sasaran yang diinginkan. Untuk menciptakan masyarakat yang peduli akan kebudayaan, khususnya dalam museum, maka pengetahuan mengenai museum harus diterapkan sejak dini. Dengan demikian persepsi dapat dibangun sejak awal, dengan tujuan jangka panjang dapat menciptakan masyarakat yang peduli dan cinta museum. Dengan dasar itulah, perancangan media sosialisasi Museum Bali perlu dilakukan untuk membantu meningkatkan eksistensi Museum Bali. Dimana media-media sosialisasi tersebut nantinya diharapkan mampu menyadarkan masyarakat terutama anak sekolah dasar akanpentingnya peran dan fungsi museum.
2.1.2
Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual
9
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri dari gambar, huruf, warna, komposisi, dan layout. Jadi media desain dapat dipakai sebagai alat didalam mencapai maksud dan tujuan serta dapat berupa alat atau sarana informasi yang tidak terlepas dari aspek-aspek desain komunikasi visual seperti media, ilustrasi, warna, teks dan huruf.
2.1.3
Prinsip Desain Komunikasi Visual
Prinsip desain merupakan suatu prinsip atau acuan yang harus diketahui untuk menghasilkan desain grafis yang baik untuk tampilan iklan. Adapun prinsipprinsipnya seperti prinsip kesatuan, Irama, keseimbangan, hirarki visual, proporsi dan keselarasan.
2.1.4
Aspek Teknis Perwujudan
Aspek teknis perwujudan merupakan suatu aspek yang perlu diperhitungkan agar visual desain yang dibuat dapat menjadi satu kesatuan konsep dengan eksekusi perwujudan. Teknis perwujudan yang dimaksud yaitu bahan dan teknik cetak.
2.1.5
Teori yang Mendukung Kasus
a. Teori Perkembangan Anak Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu pada buku yang berjudul “Perkembangan Anak” karangan Elizabeth B.Hurlock menjelaskan, pada perkembangan anak-anak memiliki tahapan 6 sampai 12 tahun. 1). Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak 2). Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri
10
3). Belajar bergaul dengan teman sebaya 4). Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung 5). Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk sehari-hari 6). Mengembangkan nurani, moralitas, dan suatu skala nilai 7). Mencapai kemandirian pribadi 8). Membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial Dalam tahapan ini terlihat berbagai keadaan psikis anak yang mulai berkembang dengan jelas, sehingga di tahap ini anak mulai memperlihatkan dirinya kepada orang lain. Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Menurut Abin Syamsuddin dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Kependidikan” Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan individu adalah faktor ketururan yang merupakan pembawaan sejak lahir atau berdasarkan keturunan, seperti : konstitusi dan struktur fisik, kecakapan potensial (bakat dan kecerdasan). Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cenderung bersifat kodrati yang sulit untuk dimodifikasi. Faktor nature atau genetika (hereditas) merupakan totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen. Pengaruh gen terhadap kepribadian sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah: (a) kualitas sistem syaraf, (b) keseimbangan biokimia tubuh, dan (c) struktur tubuh. Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan
11
kepribadian adalah: (a) sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi dan tempramen, (b) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungan sangat kondusif), dan (c) mempengaruhi keunikan kepribadian. Selain faktor nature adapula faktor nurture. Faktor nurture adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan /pendidikan atau disebut juga dengan aliran ‘Empirisme’ yang menjadikan faktor lingkungan/pendidikan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke. Salah satu faktor lingkungan yang berperan penting adalah faktor lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan sosial yang lebih banyak berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Hubungan antara teori yang telah dijabarkan di atas mengenai kasus Tugas Akhir ini adalah, di umur anak dengan rentang 7-12 tahun adalah masa terbaik untuk memberikan edukasi dan memasukkan pengaruh baik dari semua potensi yang dimiliki Museum Bali ke anak-anak sehingga mampu membentuk karakter anak bangsa yang cinta budaya. Karena pada umur inilah, rasa keingintahuan dengan hal baru sedang sangat berkembang. Oleh sebab itu perlunya mengedukasi anak dengan pelajaran dan ilmu yang baik dengan menumbuhkan minat siswa sekolah dasar untuk mengunjungi Museum Bali serta sebagai media untuk mengajak anak bangsa bangga akan kebudayaan dan sejarahnya yang dalam hal ini adalah Museum Bali. Pengetahuan yang ditanamkan sejak dini dapat menjadi kebiasaan baik ketika dewasa. Ketika menjadi orang tua, diharapakan dapat menularkan pula kecintaan akan museum pada anak-anak baik melalui gen maupun nilai-nilai yang diajarkan pada lingkungan keluarga sehingga menjadi
12
siklus lingkaran yang tak putus dan menjadi budaya cinta museum pada masyarakat secara umum. b. Teori Komunikasi Massa Menurut Joseph R.Dominick, komunikasi massa adalah suatu proses dimana
organisasi
mesinmemproduksi
yang dan
kompleks mengirimkan
dengan pesan
bantuan kepada
satu
atau
lebih
khalayak
yang
besar,heterogen dantersebar. Proses komunikasi massa secara menyeluruh (holistik) dapat dipandangdari 3 cara : 1. Dari sudut pandang media 2. Dari sudut pandang komunikator 3. Dari sudut pandang khalayak Adapun fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick yaitu: 1. Surveillance (pengawasan) a) Warning before surveillance (pengawasan peringatan) b) Instrumental surveillance (pengawasan instrumental) 2. Interpretation (penafsiran) 3. Linkage (pertalian) 4. Transmission of values (penyebaran nilai- nilai) 5. Entertainment (hiburan) Teori komunikasi massa yang digunakan yaitu Transmission of values (penyebaran nilai-nilai) dipergunakan untuk memberi gambaran bagaimana seharusnya komunikator menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan, dan penggunaan teori ini disesuaikan dengan judul yang diangkat, yaitu ”Desain Komunikasi Visual sebagai Sosialisasi Museum Bali untuk Anak Sekolah Dasar di Bali”, dimana obyek kasus nantinya adalah media itu sendiri.
13
2.2 Data Lapangan / Faktual 2.2.1 Nama Objek/Kasus Pada pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis mengangkat judul Desain Komunikasi Visual sebagai Sosialisasi Museum Bali untuk Anak Sekolah Dasar di Bali. 2.2.2 Lokasi Lokasi dari pencarian data faktual ini adalah di UPTD. Museum Bali beralamat di Jalan Mayor Wisnu, Denpasar, Bali.
2.2.3 Sarana Komunikasi yang Ada Media komunikasi yang ada yang telah didapatkan selama pengumpulan data di Museum Bali yaitu brosur dan buku panduan.
14
2.2.4 Potensi Kasus Museum Bali merupakan museum umum di tingkat Provinsi Bali yang memiliki benda-benda budaya dari jaman prasejarah sampai sekarang. Dengan koleksi yang berjumlah sampai dengan 14.316, menjadikan Museum Bali sebagai salah satu museum terlengkap di Bali. Museum Bali adalah salah satu institusi kebudayaan yang mempunyai posisi yang penting dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan kebudayaan, baik dalam skala nasional maupun skala lokal (daerah). Lokasinya pun tergolong strategis yakni di tengah-tengah pusat pemerintahan Kota Denpasar serta berdampingan dengan Pura Jagatnatha dan Monumen Puputan Badung sehingga mudah diakses. Namun, dibalik semua potensi yang dimiliki Museum Bali terdapat pula kekurangan-kekurangan yang menyebabkan Museum Bali kurang diminati oleh masyarakat.Keberadaan Museum Bali dalam perkembangan sejarah Bali sangatlah penting. Selain sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya daerah Bali, keberadaan Musuem Bali juga dapat memberi inspirasi tentang hal-hal penting dari masa lalu yang harus diketahui untuk menuju ke masa depan. Museum Bali berperan besar mendokumentasikan perjalanan peradaban di Bali lewat koleksi benda-benda budaya dari jaman prasejarah sampai sekarang. Seharusnya keberadaan Museum Bali mendapat perhatian khusus agar dapat terus melestarikan nilai-nilai budaya Bali.
15
Namun dalam kenyataannya, perhatian generasi penerus, terutama generasi muda akan Museum Bali mengalami masalah yang cukup besar. Pengunjung museum terbesar terdiri dari anak-anak sekolah dasar datang bukan atas kemauan sendiri melainkan atas ‘perintah’ sekolah.Maka dari itu perancangan majalah sebagai strategi meningkatkan citra Museum Bali untuk anak sekolah dasarbeserta media - media pendukungnya dirasa sangat perlu, guna menarik minat siswa sekolah dasar agar mengunjungi dan belajar untuk bangga akan kebudayaan dan sejarah dalam hal ini melalui Museum Bali. Sasaran jangka pendeknya adalah Museum Bali dapat menjadi salah satu komoditi penting sebagai pusat edukasi yang mengajarkan arti nilai seni, kebudayaan serta pendidikan kepada masyarakat awam, khususnya masyarakat Denpasar sejak usia dini. Sedangkan untuk sasaran jangka panjangnya, ialah menciptakan generasi yang menghargai kebudayaan.
16
2.3 Analisis dan Sintesa 2.3.1
Analisis
Analisis merupakan uraian sebab akibat yang menjadi alasan dalam mendesain
media
sosialisasi
Museum
Bali
yang
digunakan
untuk
mensosialisasikan peran Museum Bali yang sesungguhnya kepada anak sekolah dasar yang ada di Bali. 2.3.2
Sintesa
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan secara teori, dan dari data-datayang didapat, maka diketahui bahwa media komunikasi visual yang digunakansebagai sosialisasi Museum Bali masih kurang. Untuk itu guna mencapai tujuan yang diinginkan maka akan dirancang beberapa media yang lebih efektif dan komunikatif dan tentunya mampu membangun citra positif Museum Bali di mata anak-anak sekolah dasar. Adapun media yang dirancang adalah Ular Tangga, Puzzle, Jadwal Pelajaran, Buku Papercraft, Company Profile, T-Shirt, Buku Mewarnai, Crayon, dan Stiker. Ilustrasi yang akan ditampilkan adalah ilustrasi dengan teknik hand drawing bergaya kartunal. Bahasa dalam teks dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Menggunakan tipe huruf dengan sifat yang sederhana, tidak formal dan memiliki nuansa ke-kanak-kanakan. Warna yang dipakai adalah kombinasi warna komplementer dan analog. Ukuran menggunakan satuan cm dan pixel, bahan dan teknik cetak disesuaikan dengan media yang dibuat.
3. KONSEP DESAIN 3.1 Konsep Dasar Desain Setelah melakukan studi terhadap kasus yang diangkat, maka penulis mendapatkan 2 buah kata kunci yang dijadikan sebuah konsep dalam perancangan buku cerita bergambar serta media pendukungnya untuk siswa sekolah dasar,
17
yaitu “Fun and Learning”. Kata fun dalam bahasa Indonesia berarti kegembiraan, kesenangan, keceriaan (Kamus Inggris-Indonesia, 2007 : 260). Konsep “Fun” dipilih karena dunia anak-anak adalah dunia yang ceria, masih suka bermain, untuk itu perlu dirancang media sosialisasi yang dapat membuat pelajar yang masih anak-anak menjadi tertarik dan merasa gembira. Sedangkan Learning dalam bahasa Indonesia berarti mempelajari (Kamus Inggris-Indonesia, 2007 : 352), memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui praktek, pengalaman, atau dengan diajarkan (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2008 : 339), dimana melalui media sosialisasi Museum Bali ini, pelajar yang masih anak – anak bisa mengetahui, mengingat dan belajar untuk mencintai Museum Bali. Jadi, konsep “Fun and Learning” secara keseluruhan bertujuan agar pelajar yang masih anakanak tertarik dan dapat mengambil pelajaran pada tiap media sosialisasi yang dirancang dengan perasaan gembira dan menyenangkan, sehingga lebih mudah dalam menerima pesan yang disampaikan dan dapat meningkatkan rasa kecintaannya pada budaya lokal warisan nenek moyang mereka dalam hal ini Museum Bali. Konsep dasar ini akan mempengaruhi unsur-unsur visual yang akan digunakan dalam perancangan tiap media sosialisasi Museum Bali. Karena media sosialisasi ini ditujukan untuk siswa sekolah dasar yang rata- rata berumur 7-12 tahun dan masih tergolong anak – anak, maka visual dari media sosialisasi ini akan dikemas secara menarik agar anak – anak lebih tertarik untuk membaca serta menggunakannya. Ilustrasi yang digunakan adalah gaya kartun, dengan membuat sebuah ilustrasi yang lucu berpakaian adat ringan Bali. Ilustrasi ini dibuat sesuai dengan segmentasi pasar yaitu anak sekolah dasar. Di samping itu anak – anak akan lebih mudah mengingat sesuatu jika ada bagian yang mereka senangi dan itu sangat menonjol. Gaya kartun dipilih karena anak – anak cenderung lebih menyukai gambar yang bersifat lucu dan khayalan, dibandingkan dengan bentuk real. Selain ilustrasi kartun, dalam perancangan media sosialisasi ini juga akan menggunakan warna yang memberikan kesan cerah dari warna primer, sekunder,
18
dan tersier, sehingga menghasilkan media yang menarik. Warna - warna tersebut dipilih karena anak-anak lebih tertarik dengan warna-warna mencolok dan cerah. Dalam perancangan media sosialisasi ini akan menggunakan huruf San Serif (tidak berkait) dan dekoratif karena huruf ini memiliki tampilan yang sederhana dan mudah terbaca, sehingga pelajar yang masih tergolong anak – anak lebih mudah mengerti isi pesan yang ingin disampaikan. Sedangkan dari unsur teks media sosialisasi ini akan menggunakan headline, bodycopy, dan slogan yang menarik dan mudah diingat oleh anak –anak. Dengan menerapkan unsur visual yang sesuai dengan konsep perancangan, dapat membuat desain memiliki ciri khas tersendiri, dan hasil akhir dari perancangan desain akan konsisten, komunikatif dan tepat sasaran (efektif). Dengan konsep dasar perancangan yang tepat diharapkan mampu meningkatkan citra serta eksistensi Museum Bali. 3.2 Skema Pola Pikir Salah satu hal penting agar kegiatan sosialisasi baik yang bertujuan sosial atau berorientasi bisnis, dapat berfungsi secara maksimal dan tepat pada sasaran yang ingin dicapai maka diperlukan adanya pola pikir. Langkah-langkah pola pemikiran dalam kasus ini yakni pertama-tama adanya permasalahan yang memerlukan sebuah solusi. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya media sosialisasi Museum Bali yang efektif dan komunikatif untuk anak sekolah dasar. Oleh karena itu diperlukan adanya media komunikasi atau aksi sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yakni UPTD. Museum Bali. Demi mewujudkan media sosialisai tersebut maka perlu adanya pihak yang berperan mewujudkan media sosialisasi tersebut yaitu Desainer. Desainer dan Komunikator (UPTD. Museum Bali) harus berkomunikasi agar dapat menciptakan
sebuah
media
sosialisasi
Museum
Bali
yang
mampu
menyampaikan pesan dan tujuan awal. Fungsi dan peranan dari media tersebut harus berpedoman dengan aturan dan undang-undang yang berlaku dan juga sesuai dengan target audiens yakni anak sekolah dasar usia 7-12 tahun. Jika 19
semua proses pola pikir tersebut telah dilaksanakan dengan baik maka hasilnya diharapkan mampu mengatasi permasalahan utama yaitu upaya meningkatkan kecintaan anak-anak akan kebudayaan dalam hal ini Museum Bali.
3.3 Skema Proses Perancangan Konsep proses perancangan digunakan untuk mendukung pemecahan masalah. Diperlukan dukungan data teori yang ada dan data yang sudah didapat di lapangan. Data faktual dan data aktual digabungkan dan dianalisa sehingga menghasilkan sintesa terhadap permasalahan yang dihadapi, untuk digunakan sebagai guide line dalam membuat alternatif desain. Alternatif desain selanjutnya dinilai, sehingga mendapat desain terpilih. Berawal dari judul dan tema yang diangkat, dirumuskan permasalahan yang baru dipecahkan oleh desainer melalui perancangan media komunikasi visual. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut, maka diperlukan data-data dengan melakukan survey di lapangan yang didapatkan data berupa data aktual dan faktual sehingga menghasilkan sintesa terhadap permasalahan yang ada, dimana menyangkut unsur visual dan kriteria desain. Dari unsur visual dan kriteria desain berdasarkan sintesa, dibuatlah alternatif pra desain yang kemudian dilakukan analisa pra desain untuk menentukan desain terpilih sesuai dengan kriteria– kriteria desain. Setelah didapatkan desain yang terpilih, kemudian diteruskan dengan proses cetak untuk mewujudkan desain yang kemudian siap untuk dipasarkan kepada masyarakat. 3.4 Strategi Media Strategi adalah siasat/langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Strategi media dibentuk oleh target sasaran (audience) dengan panduan media, yang terdiri dari pilihan media dan jadwal media, yang disusun dengan memperhitungkan media habit, yaitu kebiasaan target (audience) masing-masing pangsa pasar dalam penggunaan media. Target audience inilah yang menentukan
20
saluran media mana yang paling efektif dan efisien. Efektif artinya cocok untuk mengiklankan produk yang dirancang, dan efisien artinya yang terjangkau (Sanyoto, 2005 : 66). Strategi media mempertimbangkan aspek-aspek seperti geografi sasaran yang diinginkan yaitu anak-anak usia 7-12 tahun khususnya yang berada di wilayah Bali. Aspek demografis meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tingkat penghasilan. Berdasarkan faktor demografi media yang dirancang dan diperuntukkan mencakup anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Secara psikografi yang menjadi target atau sasaran media sosialisai Museum Bali ini adalah siswa sekolah dasar yang selalu ingin tahu dan tertarik pada hal-hal baru. Khalayak sasaran berada pada tahun anak sekolah yang telah berkembang secara intelektual dan sedang mengalami transisi untuk masuk ke dalam proses pendidikan. Ditinjau dari behaviora yang menyangkut dengan sikap dan kesukaan anak-anak sebagai sasarannya, yaitu Anak – anak yang senang menyimak informasi – informasi secara visual, senang bermain dan menyukai segala sesuatu yang bersifat kekanakan, misalnya pemilihan warna yang cerah, ilustrasi yang tidak terlalu kompleks, jenis tipografi yang sederhana atau tidak rumit, sehingga media sosialisasi akan dirancang sesuai dengan sesuatu yang disukai anak-anak. 3.5 Program Tayang Media Program tayangan media merupakan media komunikasi visual yang akan digunakan kemudian hendaknya dilaksanakan pada saat yang tepat sehingga tepat pada sasaran yang ingin dituju. Program tayangan media yang dilaksanakan dalam sosialisasi Museum Bali meliputi kapan, dimana dan frekuensi. Pada dasarnya semua media akan dikeluarkan pada saat menjelang musim libur tingkat sekolah dasar karena sebagian besar media sosialisai berbentuk mainan sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar anak. Untuk frekunsi media sosialisasi ini akan di update lima tahun sekali.
21
3.6 Strategi Kreatif Strategi
kreatif
adalah
upaya
pendekatan
media
promosi
untuk
memaksimalkan daya tarik visual melaui bentuk isi dan perwujudan media. Adapun strategi kreatif yang dilakukan pada media utama dan pendukung di kasus ini antara lain dari segi isi pesan, bentuk pesan, gaya visual, strategi visual, material dan teknik cetak.
4. VISUALISASI DESAIN 4.1 Buku Papercraft
22
Nama media :
Buku Papercraft
Ukuran
:
21 cm x 29,7 cm
Bahan
:
Art paper310 gsm (cover) & Art paper 210 gsm (isi)
Teknik
:
Cetak offset
4.2 Buku Mewarnai
23
Nama media
: Buku Mewarnai
Ukuran
: 21x14,8cm
Bahan
: Art Paper 310 gsm (sampul), HVS 150 gsm (isi)
Teknik
: Cetak offset
4.3 Crayon
24
Nama Media
:
Crayon
Ukuran
:
13 cm x 11cm
Bahan
:
Art Paper310 gsm (kemasan) & Art Paper 150 gsm (label)
Teknik
:
Offset
25
4.4 Puzzle
Nama Media
:
Puzzle
Ukuran
:
14,85 x 14cm
Bahan
:
Stiker Vinyl Mate laminasi doff dan Vollaboard 2,5 mm
Teknik
:
Digital Printing
4.5 T-Shirt
26
Nama Media
:
T-Shirt
Ukuran
:
S,M,L
Bahan
:
Combat, Raber
Teknik
: Cetak DTG
4.6 Jadwal Pelajaran
Nama Media
:
Jadwal Pelajaran
Ukuran
:
21 x 29,7 cm
Bahan
:
Art Paper 310 gsm
Teknik
:
Cetak offset
27
4.7 Ular Tangga
Nama Media
:
Ular Tangga
Ukuran
:
29,7 cm x 42 cm
Bahan
:
Art Paper 310 gsm
Teknik
:
Offset
28
4.8 Company Profile
Nama Media
: Company Profile
Ukuran
: 640x480pixel
Bahan
: CD-RW
4.9 Stiker
29
4.10
Nama Media
:
Stiker
Ukuran
:
11,2x5,2cm
Bahan
:
Stiker vinyl
Huruf
:
Creampuff, Comic Sans MS, Calibri
Ilustrasi
:
Kartun
Katalog
Nama media :
Katalog
Ukuran
:
21 cm x 14.5 cm
Bahan
:
Art papper360 gsmlaminasi doff
Teknik
:
Cetak Digital Printing
30