Menolak Ide Kebebasan Beragama Thursday, 15 April 2010 23:48
{mosimage}
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek (TQS al-Kahfi [18]: 29).
Di antara kebebasan yang dikehendaki oleh ide human right (HAM) adalah kebebasan beragama ( freedom of religion). Menurut ide ini, setiap manusia bebas untuk memilih agama apa saja yang dikehendaki. Termasuk ketika tidak beragama sekalipun, tidak boleh ada tekanan, apalagi hukuman.
Dalam sudut pandang Islam, ide ini jelas batil. Meskipun demikian, ada saja yang menerima ini seraya mencari-cari sejumlah dalil -yang lebih tepat disebut sebagai dalih- untuk melegitimasinya. Ayat di atas termasuk di antaranya. Menurut mereka, dalam ayat ini Allah SWT telah mempersilakan hamba-Nya untuk memilih keimanan atau kekufuran. Ini membuktikan bahwa Islam sejalan dengan ide kebebasan beragama. Benarkah klaim tersebut?
Kebenaran Hakiki
Allah SWT berfirman: Wa qul al-haqqu min Rabbikum (dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu). Khithâb atau seruan ayat ini ditujukan kepada Rasulullah SAW. Beliau diperintahkan untuk menyampaikan kepada manusia bahwa al-haqq itu berasal dari Allah SWT. Menurut al-Samarqandi dan al-Zuhaili, kata al-haqq berarti Alquran. Bahwa yang dikandung Alquran adalah al-haqq
1/5
Menolak Ide Kebebasan Beragama Thursday, 15 April 2010 23:48
juga disampaikan dalam beberapa ayat lainnya, seperti firman Allah SWT: Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan al-Kitab dengan membawa kebenaran (TQS al-Baqarah [2]: 176).
Di samping Alquran, kata al-haqq di sini juga merujuk kepada Islam. Demikian pendapat al-Karmani sebagaimana dikutip Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsîr al-Bahr al-Muhîth. Dalam al-Baqarah [2]: 116 juga dinyatakan bahwa Rasulullah SAW diutus dengan membawa kebenaran.
Sedangkan menurut al-Alusi, apabila al-lâm al-ta'rîf pada kata al-haqq dimaknai li al-'ahd, maka al-haq q merujuk pada ayat sebelumnya, yakni apa yang diwahyukan kepada Rasulllah SAW. Namun jika dimaknai li al-jins , maka al-haqq itu meliputi seluruh kebenaran. Bahwa semua kebenaran itu min Rabbikum (berasal dari Tuhanmu). Bukan dari yang lain. Hal ini juga disebutkan dalam QS al-Baqarah [2]: 147.
Dengan penegasan itu, maka siapa pun yang menginginkan kebenaran, tidak ada pilihan lain kecuali mengimani dan mengikuti semua yang diwahyukan Allah SWT kepada rasul-Nya. Sebaliknya, siapa pun yang ingkar dan menolaknya, dipastikan berada dalam kesesatan. Allah SWT berfirman: Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (TQS Yunus [10]: 32).
Selanjutnya Allah SWT berfirman: faman syâa falyu'min waman syâ'a falyakfur (maka barangsiapa yang ingin [beriman] hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin [kafir] biarlah ia kafir"). Meskipun dalam ayat ini digunakan lâm al-amr pada kata kufur yakni: falyakfur --, namun bukan berarti ayat ini memerintahkan manusia untuk kufur. Sebaliknya, ungkapan tersebut justru bermakna al-tahdîd wa al-wa'îd (ancaman dan peringatan). Demikian penjelasan para mufassir, seperti Mujahid, Ibnu Zaid,
2/5
Menolak Ide Kebebasan Beragama Thursday, 15 April 2010 23:48
al-Khazin, al-Baghawi, Ibnu 'Athiyah, Abdurrahman al-Sa'di, dan lain-lain. Ancaman keras bagi orang-orang yang berbuat dzalim dalam frasa sesudahnya menjadi bukti amat jelas untuk kesimpulan tersebut.
Makna ungkapan yang sama juga dapat dijumpai dalam firman Allah SWT: i'malû mâ syi'tum (perbuatlah apa yang kamu kehendaki, TQS Fushilat [41]: 40). Juga sama dengan firman Allah SWT: Fa [u]'budû mâ syi'tum min dûnihi (maka sembahlah olehmu [hai orang-orang musyrik] apa yang kamu kehendaki selain Dia, TQS al-Zumar [39]: 15). Semua lâm al-amr dalam ayat tersebut adalah ancaman, bukan perintah.
Hukuman Bagi Orang Dzalim
Selanjutnya Allah SWT menyampaikan ancaman keras bagi orang-orang dzalim dengan firman-Nya: Innâ a'tadnâ li al-zhâlimïna nâr[an] ahâtha bihim surâdiquhâ (sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka). Secara bahasa, kata al -zhulm berarti wadh'u al-syay'i fî ghayri mahallihi (menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya). Orang yang menyembah makhluk, jelas termasuk orang dzalim. Sebab, dia telah menempatkan makhuk tidak tempatnya. Demikian juga orang yang mengingkari dan menolak Alquran. Padahal Alquran seharusnya diimani dan dijadikan sebagai panduan. Maka orang menolak Alquran berarti telah menempatkan Alquran tidak pada tempatnya. Menurut Fakhruddin al-Razi dalam al-Tafsîr al-Kabîr, semua tindakan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya itu terkatagori dzalim.
Dalam konteks ayat ini, kata al-zhâlimîn sebagaimana dijelaskan al-Syaukani-- menunjuk kepada orang-orang yang memilih untuk ingkar kepada Allah SWT dan para nabi-Nya. Tidak jauh berbeda, al-Samarqandi memaknai al-zhâlimîn di sini adalah al-kâfirîn . Terhadap mereka, disampaikan ancaman yang dahsyat, yakni: nâr[an] ahâtha bihim surâdiquhâ . Artinya, neraka yang mengepung mereka. Bahwa penghuni neraka akan mendapatkan siksaan berupa apa yang menyala-nyala amat banyak diberitakan dalam Alquran. Setiap kali
3/5
Menolak Ide Kebebasan Beragama Thursday, 15 April 2010 23:48
kulit mereka hangus, diganti dengan kulit lainnya agar mereka merasakan azab (lihat QS al-Nisa' [4]: 56).
Selain itu juga: Wain yas-taghîtsû yughâtsu bimâi[n] ka al-muhl yasywî al-wujûh (dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka). Di dalam neraka yang amat panas itu, mereka amat kehausan. Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan minuman yang menghilangkan rasa haus dan panas. Sebaliknya, minuman yang diberikan kepada mereka justru menjadi tambahan siksa buat mereka. Selain ayat ini, siksaan berupa minuman dari nanah dan air mendidih juga disampaikan dalam QS al-Naba' [78]: 25). Juga dalam al-An'am [6]: 70, Ibrahim [14]: 16, al-Dukhan [44]: 44-46, dan al-Haqqah [69]: 36.
Ayat ini diakhiri Allah SWT berfirman: bi'sa al-syarâb wa sâat murftafaq[an] (Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek). Frasa ini memberikan penegasan tentang siksa yang bakal mereka alami. Dengan ancaman ter-sebut, diharapkan manusia segera menjauhi dari perbuatan dzalim dan kufur.
Bukan Dalil Kebebasan Beragama
Bertolak dari paparan di atas, jelaslah ayat ini bukan hanya bertolak belakang dengan ide kebebasan. Memang benar dalam ayat ini manusia diberi kesempatan untuk memilih antara keimanan atau kekufuran. Hal iini juga diberitakan dalam beberapa ayat lainnya, seperti: al-Insan [76]: 3 dan al-Jin [72]: 14. Akan tetapi, pilihan itu bukanlah pilihan yang bebas konsekuensi. Ditegaskan dalam ayat ini, jika kekufuran yang mereka pilih, maka mereka harus diancam dengan siksa neraka yang amat pedih nan kekal abadi. Sebalik-nya, jika mereka memilih untuk beriman dan beramal shalih, dalam ayat berikutnya (QS al-Kahfi [19]: 30-31), Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala mereka. Mereka akan ditempatkan di surga yang penuh dengan berbagai kenikmatan. Dengan demikian ayat ini bukan mengizinkan manusia bebas memilih agama dan idelogi selain Islam, namun justru ancaman bagi semua orang yang tidak memilih Islam.
Akhir kata, jangan sampai kita mudah tertipu oleh ide-ide kufur hanya karena dikemas dengan beberapa ayat. Padahal mustahil ada ayat Alquran yang melegitimasi ide-ide kufur seperti HAM, Pluralisme, dan semacamnya. Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.
Ikhtisar: 4/5
Menolak Ide Kebebasan Beragama Thursday, 15 April 2010 23:48
1. Ide kebebasan beragama bertentangan dengan Islam.
2. Manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan amalnya semasa di dunia.
3. Kekufuran mengantarkan kepada neraka, sedangkan keimanan dan amal shalih mengantarkan
5/5