Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM DI RUANG PENGGILINGAN, PENGERINGAN, DAN SORTASI DI PTPN VIII PERKEBUNAN GUNUNG MAS, CISARUA, JAWA BARAT
SKRIPSI
DEWI SARTIKA F14070104
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ANALYSIS OF NOISE ON BLACK TEA PROCESSING IN MILLING, DRYING, AND SORTING ROOM OF PTPN VIII GUNUNG MAS PLANTATION, CISARUA, WEST JAVA
Dewi Sartika and Mad Yamin Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone +62 852 676 23 330, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Tea plant is a green leafy plants commonly cultivated in high mountain regions. Black tea was made through fermentation, and furthermore black tea was divided into two types, they are orthodox tea and CTC tea (Crushing, Tearing, and Curling). The processing of CTC tea at PTPN VIII Gunung Mas Plantation include acceptance of raw material, disclosure of tea leaves, withering, milling and fermentation, drying, sorting and packaging. PTPN VIII Gunung Mas Plantation running the production activity by using the machines in large scale. The use of machinery on a large scale resulted in positive impact and negative impact for worker and company. One of the negative impacts suffered by workers is noise impact. Noise can be defined as undesirable sound, annoying sound, or irritating sound that in the long run will be able to disrupt the comfort when working. Noise that exceeds the threshold value will cause a reduction in auditory function, and if it goes on will cause deafness in factory workers. This can lead to decrease in concentration of work. The purpose of measuring noise in the factory is to analyze the areas that produce high noise so that the factory worker can work in the factory according to a predetermined safe time, this is to reduce the negative effects of noise. High frequency noise can be found in milling room, drying room and sorting room. The pattern of noise spread on every shift are not equal, it is because the number of machines that operating in shift 1 and shift 2 was different, so that the noise value in shift 1 was higher than shift 2. The noise value in milling room, drying room and sorting room exceeds the threshold value. Therefore, the safe time for being in that rooms were average below 8 working hours/day. To prevent damage to auditory, worker advised to use ear protection device to protect their auditory during work. Keywords : tea processing, noise
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dewi Sartika. F14070104. Analisis Kebisingan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Ruang Penggilingan, Pengeringan, dan Sortasi di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua, Jawa Barat. Dibimbing oleh Mad Yamin. 2011.
RINGKASAN Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang biasa di budidayakan di daerah pegunungan tinggi, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh merupakan komoditas ekspor yang penting bagi perekonomian Indonesia, selain sebagai salah satu sumber devisa negara juga menyediakan lapangan pekerjaan. Pada awalnya, di Indonesia hanya memproduksi teh hitam orthodox. Sejalan dengan pergeseran selera konsumen yang mengarah pada teh celup yang komponen terbesarnya merupakan teh CTC (Crushing Tearing and Curling), teh hitam orthodox kini jarang dipakai. Teh hitam diolah melalui fermentasi, dan dibagi dua, yaitu teh orthodox dan teh CTC (Crushing, Tearing, dan Curling). Proses pengolahan teh CTC di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas meliputi penerimaan bahan baku, pembeberan daun teh, pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi, dan pengemasan. Sebagai salah satu industri yang memproduksi teh CTC, PTPN VIII Perkebunan Gunung mas menjalankan aktivitas produksi dengan menggunakan mesin-mesin dalam skala besar. Penggunaan mesin-mesin ditujukan untuk meningkatkan produktivitas teh di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas. Penggunaan mesin-mesin produksi dalam skala besar menimbulkan dampak positif dan negatif untuk pekerja dan perusahaan. Salah satu dampak negatif yang dialami oleh pekerja adalah timbulnya kebisingan. Menurut Suma’mur (1996) kebisingan adalah bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Kebisingan dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang menganggu atau bunyi yang menjengkelkan yang dalam jangka waktu yang panjang akan dapat mengganggu kenyamanan saat bekerja. Keberadaan kebisingan sedapat mungkin harus dihilangkan, setidaknya harus dikendalikan sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu merugikan, tetapi seharusnya kebisingan yang terjadi tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pekerja yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebisingan pada ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi yang diterima operator pada saat mesin-mesin beroperasi, menganalisis pola sebaran kebisingan pada masing-masing ruangan pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung mas, menentukan lama waktu aman maksimum berada pada area kerja berdasarkan nilai ambang batas kebisingan sesuai standar Kementerian Tenaga Kerja RI. Penelitian dilakukan di pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas pada bulan MaretJuni 2011. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat bernama sound level meter. Sebelum dilakukan pengukuran kebisingan, masing-masing ruangan di petakan dengan ukuran 1x1 m.
iv
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Data-data kebisingan di olah dengan menggunakan rumus kebisingan, kemudian di buat pola sebaran kebisingan menggunakan software golden surfer 8. Pengukuran kebisingan dilakukan pada siang hari dan malam hari (2 shift). Tujuan dilakukan pengukuran pada tiap shift yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat kebisingan setiap ruangan pada waktu siang hari dan malam hari. Pada siang hari aktivitas manusia baik di dalam maupun di luar pabrik lebih banyak dibandingkan dengan malam hari, sehingga akan mempengaruhi nilai kebisingan yang di ukur. Kebisingan yang terjadi di ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi berturut-turut adalah berkisar antara 84.3 – 95.2 dB(A), 84.0 – 98.5 dB(A), dan 72.5 – 101 dB(A). Pola penyebaran kebisingan untuk tiap shift pada ruang penggilingan dan pengeringan tidak sama, tetapi pada ruang sortasi pola penyebaran kebisingan hampir seragam. Hal ini dikarenakan jumlah mesin yang beroperasi pada shift 2 lebih sedikit dibanding jumlah mesin yang beroperasi pada shift 1. Batas waktu aman maksimum untuk pekerja bekerja di dalam ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi menurut standar Kemenaker RI untuk shift 1 berturut-turut adalah 1 jam 57.6 menit/hari, 1 jam 18 menit/hari, dan 54 menit/hari, sedangkan untuk shift 2 berturut-turut adalah 3 jam 19.2 menit/hari, 1 jam 49.2 menit/hari, dan 4 jam/hari. Kebisingan di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas memberi dampak negatif kepada pekerja seperti gangguan pendengaran, alat pendengaran berdengung atau berdesis, kurang dengar sementara, gangguan komunikasi, konsentrasi, dan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Adapun keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja antara lain merasa lelah, sulit tidur, mengalami pusing, lekas marah, mudah tersinggung, dan ada beberapa pekerja yang mengalami penurunan pendengaran. Upaya pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan pengendalian teknis yaitu memeriksa dan memperbaiki bagian-bagian mesin-mesin yang memungkinkan menjadi penyebab kebisingan ketika mesin bekerja, dan penggunaan alat pelindung telinga untuk seluruh pekerja yang bekerja di dalam ruangan yang bising. Alat pelindung telinga dapat berupa sumbat telinga, tutup telinga, dan helmet.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM DI RUANG PENGGILINGAN, PENGERINGAN, DAN SORTASI DI PTPN VIII PERKEBUNAN GUNUNG MAS, CISARUA, JAWA BARAT
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DEWI SARTIKA F14070104
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Judul skripsi
Nama NIM
: Analisis Kebisingan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Ruang Pengggilingan, Pengeringan, dan Sortasi di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua, Jawa Barat : Dewi Sartika : F14070104
Menyetujui, Pembimbing Akademik,
(Ir. Mad Yamin, MT) NIP. 19531230 198603 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP 19661201 199103 1 004
Tanggal lulus : 25 Juli 2011
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Kebisingan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Ruang Penggilingan, Pengeringan, dan Sortasi di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua, Jawa Barat adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011 Yang membuat pernyataan
Dewi Sartika F14070104
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
© Hak cipta milik Dewi Sartika, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BIODATA PENULIS Dewi Sartika. Lahir di Palembang, 7 September 1989 dari ayah Karnadi S,BA dan ibu Tukiyah, sebagai putri keenam dari enam bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 1, Palembang dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk menjadi staff Public Relations pada organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian. Penulis juga menjadi ketua divisi informasi dan komunikasi pada organisasi mahasiswa daerah Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya IPB. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2010 di perkebunan Tebu, PT. Laju Perdana Indah, OKUT, Sumatera Selatan dengan judul “Mempelajari Aspek Ergonomika dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Pada Proses Produksi Tebu di PT. Laju Perdana Indah, OKUT, Sumatera Selatan”. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana di IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebisingan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Ruang Penggilingan, Pengeringan, dan Sortasi di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua, Jawa Barat”.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Kebisingan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Ruang Penggilingan, Pengeringan, dan Sortasi di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua, Jawa Barat dilaksanakan di Cisarua, Bogor sejak bulan Maret sampai Juni 2011. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan pernghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Mad Yamin, MT sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si dan Ir. Agus Sutejo, M.Si sebagai dosen penguji tugas akhir ini. 3. Keluarga tercinta, khususnya ayah ibu tersayang, dan kakak-kakak terkasih yang telah memberikan dukungan materi maupun spiritual serta memdo’akan kepada penulis. 4. PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di sana. 5. Bapak Luga sebagai pembimbing lapangan, Bapak Toto, Bapak Husein dan seluruh karyawan PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung. 6. Keluarga Bapak Eeng Sumarna dan Ibu Tita Sugiarti yang telah menyediakan tempat tinggal selama di Gunung Mas, memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama melakukan penelitian. 7. Saudari Heni Helmayanti yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Saudara Galih Gumilang yang telah memeberikan doa dan dukungan kepada penulis. 9. Seluruh teman-teman Teknik Pertanian angkatan 44 (Yan, Tofan, Huda, Anggi, Linda, Deti, Siska, Tami, Spetriani, Ratih, Andi, Fadil) yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Ergonomika dan K3. Penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini akan bisa bermanfaat. Amin.
Bogor, Juli 2011
Dewi Sartika
x
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR......................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 3 2.1. ERGONOMIKA ......................................................................................................... 3 2.2. KEBISINGAN (NOISE) ............................................................................................. 3 2.3. PENGOLAHAN TEH............................................................................................... 11
III.
METODOLOGI................................................................................................................ 20 3.1. WAKTU DAN TEMPAT ....................................................................................... 200 3.2. ALAT DAN BAHAN ............................................................................................... 20 3.3. METODE PENELITIAN .......................................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................... 27 4.1. KEBISINGAN DI RUANG-RUANG PENGOLAHAN ............................................. 27 4.2. WAKTU AMAN UNTUK BERADA DI TIAP-TIAP RUANGAN ............................ 39 4.3. EVALUASI HASIL KUISIONER ............................................................................ 40 4.4. PENGENDALIAN KEBISINGAN ........................................................................... 43 V.
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 47 5.1. KESIMPULAN ........................................................................................................ 47 5.2. SARAN .................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 47 LAMPIRAN .............................................................................................................................. 50
xi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tingkat kebisingan dalam kantor .................................................................................... 4 Tabel 2. Tingkat kebisingan dalam industri .................................................................................. 4 Tabel 3. Baku tingkat kebisingan ................................................................................................. 5 Tabel 4. Lama waktu mendengar pada tingkat kebisingan yang berbeda ....................................... 7 Tabel 5. Beberapa standar Nilai Ambang Batas kebisingan dan lama kerja kontinu yang ................ diperkenankan................................................................................................................ 7 Tabel 6. Akibat-akibat kebisingan ................................................................................................ 8 Tabel 7. Tingkat reduksi kebisingan berbagai material dengan ketebalan tertentu ........................ 11 Tabel 8. Kandungan bahan-bahan di dalam daun teh .................................................................. 13 Tabel 9. Perbedaan umum antara teh hijau, teh oolong dan teh hitam .......................................... 13 Tabel 10. Perbedaan teh hijau dan teh hitam dari proses pengolahannya ..................................... 13 Tabel 11. Perbedaan teh hijau dan teh hitam dari aspek organoleptiknya ..................................... 13 Tabel 12. Mutu teh .................................................................................................................... 16 Tabel 13. Data kebisingan hasil pengukuran di masing-masing ruangan ...................................... 27 Tabel 14. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang penggilingan ............ 40 Tabel 15. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang pengeringan ............. 34 Tabel 16. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang sortasi...................... 38 Tabel 17. Waktu kontak aman per hari di masing-masing ruangan menurut Kemenaker RI….......40 Tabel 18. Besar reduksi kebisingan yang diperlukan………………………………………………44 Tabel 19. Peredaman kebisingan berbagai jenis APT……………………………………………...45
xii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Prinsip dasar dari Sound Level Meter .......................................................................... 6 Gambar 2. Alur proses sortasi .................................................................................................... 18 Gambar 3. Diagram Alur Proses Pengolahan Teh Hitam ............................................................. 18 Gambar 4. Sound Level Meter IEC 651 Type II .......................................................................... 20 Gambar 5. Stopwatch................................................................................................................. 21 Gambar 6. Meteran .................................................................................................................... 21 Gambar 7. Rancangan penelitian ................................................................................................ 25 Gambar 8. Sketsa titik-titik pengukuran ..................................................................................... 26 Gambar 9. Kebisingan maksimum dimasing-masing ruangan pada tiap shift ............................... 27 Gambar 10. Layout dan kontur kebisingan ruang penggilingan untuk shift 1 ............................... 30 Gambar 11. Layout dan kontur kebisingan ruang penggilingan untuk shift 2 ............................... 31 Gambar 12. Layout dan kontur kebisingan ruang pengeringan untuk shift 1 ................................ 32 Gambar 13. Layout dan kontur kebisingan ruang pengeringan untuk shift 2 ................................ 33 Gambar 14. Layout dan kontur kebisingan ruang sortasi untuk shift 1 ......................................... 36 Gambar 15. Layout dan kontur kebisingan ruang sortasi untuk shift 2 ......................................... 36 Gambar 16. Waktu pemaparan menurut Kemenaker RI .............................................................. 39 Gambar 17. Pengaruh kebisingan terhadap pendengaran pekerja................................................. 41 Gambar 18. Jenis gangguan kebisingan terhadap pekerja ............................................................ 41 Gambar 19. Jenis keluhan yang dialami pekerja ......................................................................... 42 Gambar 20. Tindakan pekerja jika mengalami gangguan pendengaran ........................................ 43
xiii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Layout pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas .......................................... 51 Lampiran 2. Hasil-hasil pengukuran kebisingan di ruang penggilingan ....................................... 52 Lampiran 3. Hasil-hasil pengukuran kebisingan di ruang pengeringan dan sortasi ....................... 60 Lampiran 4. Kuisioner tenaga kerja ............................................................................................ 65 Lampiran 5. Hasil kuisioner pekerja ........................................................................................... 68 Lampiran 6. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya ........................................ 73 Lampiran 7. Dokumentasi selama penelitian………………………………………………………76
xiv
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia seharusnya menerapkan ergonomi dalam upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, dan produktivitas yang optimal. Perkembangan alat bantu mekanis dalam melakukan suatu pekerjaan terus meningkat sehingga mempermudah dan memperingan pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual. Dalam pengolahan teh dibutuhkan mesin-mesin untuk memproduksi teh dalam skala besar. Dengan adanya mesin-mesin tersebut, pekerjaan dengan bahan baku yang banyak dapat ditangani dengan baik dan dapat meningkatkan efektivitas produksi teh. Dalam pengoperasian mesin, manusia sebagai operator dituntut mampu beradaptasi dengan fasilitas dari lingkungan kerjanya tetapi yang terpenting adalah dapat terlebih dahulu menyesuaikan lingkungan kerja dan fasilitas sehingga tidak melampaui batas kemampuan manusia itu sendiri (Satrowinoto, 1985). Manusia sebagai pengguna mesin harus merasa nyaman dalam memakai dan menggunakan perangkat tersebut. Di sisi lain mesin-mesin tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan jika tidak diperhatikan dengan cermat. Kebisingan dari mesin-mesin yang digunakan oleh para pekerja secara tidak langsung dapat merugikan kesehatan, menurunkan performasi dan produktivitas kerja. Kebisingan yang melebihi nilai standar dapat berakibat fatal bagi pekerja, seperti kehilangan pendengaran, kadar emosi, dan juga dapat menganggu sistem metabolisme tubuh. Hal tersebut mungkin kurang disadari oleh para tenaga kerja yang bekerja sehari-hari di pabrik. Kondisi lingkungan yang baik yaitu kondisi yang memungkinkan manusia melaksanakan kegiatannya dengan optimal, sehat, aman, dan selamat. Akan tetapi sudah pasti ada beban kerja yang ditimbulkan apabila terjadi suatu aktivitas atau kerja. Salah satu usaha pemerintah, dalam hal ini Kementrian Tenaga Kerja, untuk menangani masalah tersebut adalah dengan memasyarakatkan program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang bertujuan meningkatkan produktivitas. Salah satu unsur yang digalakkan dalam program K3 adalah pengendalian kebisingan pada berbagai industri. PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas menjalankan aktivitas produksi teh menggunakan mesin-mesin produksi dalam jumlah yang banyak. Hampir seluruh kegiatan pengolahan dari mulai pelayuan sampai pengemasan menggunakan mesin-mesin untuk mempercepat proses pengolahan teh dan untuk meningkatkan produktivitas teh. Mesin-mesin yang digunakan di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas menimbulkan kebisingan terutama di ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi. Tingginya kebisingan yang terjadi di pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas serta belum adanya pengukuran kebisingan dan pengendalian kebisingan di sana, membuat penelitian tentang kebisingan di pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas sangat bermanfaat baik untuk perusahaan maupun pekerja. Pengukuran kebisingan di pabrik teh akan dilakukan pada ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi, karena ruangan tersebut mempunyai tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas yang telah di tetapkan Kemenaker yaitu 85 dB(A). Kebisingan pada ruang-ruang lain di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas seperti ruang pelayuan, penurunan pucuk layu, pengemasan, dan kantor masih di bawah nilai ambang batas yaitu dibawah 80 dB sehingga ruangan-ruangan ini tidak akan menjadi objek pengukuran untuk penelitian. Kebisingan pada suatu ruangan yang melebihi nilai ambang batas harus
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dikendalikan untuk menghindari terjadinya kerusakan alat pendengaran yang dialami pekerja selama bekerja di ruangan yang bising. Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pekerja dalam pengoperasian mesin-mesin di pabrik teh maka diperlukan penelitian dengan pendekatan ergonomika. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi perusahan tentang kesehatan, kenyamanan, dan keamanan tenaga kerja selama melakukan proses produksi.
1.2.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis kebisingan di ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi yang diterima alat pendengaran operator pada saat mesin-mesin beroperasi. 2. Menganalisis pola sebaran kebisingan pada masing-masing ruangan pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung mas. 3. Menentukan lama waktu aman maksimum berada pada area kerja berdasarkan nilai ambang batas kebisingan sesuai standar Menteri Tenaga Kerja RI.
2
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Ergonomika Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomika berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana antara manusia, fasilitas kerja, dan lingkungan kerja dapat saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi dapat berperan pula sebagai disain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), peningkatan variasi pekerjaan, dan lain-lain (Nurmianto, 2004). Menurut Bridger (1995), ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin, dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia. Perkembangan ergonomi terjadi sekitar pertengahan abad ke-20 mulai berkembang disiplin ilmu tentang perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang berdasarkan kondisi fisiologi, yang dikenal dengan Ergonomi, di Eropa Barat dikenal dengan istilah Human Factor Engineering atau Human Factor. Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan mendasar antara ergonomi dan human factor, yaitu ergonomi lebih menekankan kepada faktor manusia sebagai sistem biologis, sedangkan human factor lebih menekankan kepada aspek psikologis (psikologis eksperimental terapan, dan psikologi teknik) dan menekankan kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total proses disain. Walaupun demikian, human factor dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama. Pada dasarnya ergonomika memiliki tujuan penting yaitu untuk menaikkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain yang dilakukan, termasuk menaikkan kemampuan pengguna, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Kemudian ergonomika bertujuan juga untuk menaikkan keinginan tertentu manusia, seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja, dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan stress (Fitriani, 2003). Aplikasi ergonomika digunakan untuk menambah tingkat keselamatan dan kenyamanan manusia dalam pemakaian alat dan mesin yang digunakan. Salah satu aspek penting dari ergonomika adalah kebisingan.
2.2.
Kebisingan (Noise) Suara adalah sebentuk energi mekanik dari getaran sebuah benda yang disalurkan melalui seri siklus pemampatan dan peregangan molekul perantara ketika lewat, dimana kecepatan suara pada keadaan proporsional dengan suhu udara absolut (20oC) adalah 340 m/s (Chanlet,1979). Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999). Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
48 Tahun 1996). Intensitas suara yang dapat didengar manusia adalah 0-140 dB. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel. Kebisingan kontinyu adalah kebisingan dimana fluktuasi intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak terputus-putus. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan di lingkungan kerja menurut Suma’mur (1996) adalah: 1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise) misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll. 2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise) misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dll. 3. Kebisingan terputus-putus (intermitten) misalnya lalu lintas, pesawat terbang di lapangan udara, dll. 4. Kebisingan impulsif (impact or impulsif noise) misalnya pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan, dll. 5. Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan. Tabel 1. Tingkat kebisingan dalam kantor Keadaan Kantor sangat tenang, penggunaan telepon memuaskan, cocok untuk konferensi besar 30-35 Kantor tenang, memuaskan untuk konferensi (jarak meja 15 kaki) 35-40 Memuaskan, dengan jarak meja 6-8 kaki 40-50 Percakapan telepon agak terganggu 50-55 Tidak memuaskan untuk konferensi lebih dari 2 sampai 3 orang >55 Sangat bising untuk konferensi Sumber: Kemenaker (1999) Level (dB) 20-30
Tabel 2. Tingkat kebisingan dalam industri Level (dB) Keadaan 85-100 Terdapat pada pabrik tekstil, tempat kerja mekanis seperti penggilingan, pengguna udara bertekanan, bor listrik, gergaji mekanis, dan lain-lain. 100-115 Terdapat pada pabrik pengalengan, ruang ketel, pneumatic drill, dan sebagainya. 115-130 Terdapat pada mesin-mesin diesel besar, mesin turbin, pesawat terbang dengan mesin turbo, compressor, sirine, dan lain-lain. 130-160 Terdapat pada mesin-mesin jet, roket, dan peledak. Sumber: Kemenaker (1999)
4
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 3. Baku Tingkat Kebisingan
Sumber : KepMenLH (1996) 2.2.1.
Pengukuran Kebisingan Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi di antara 20-20.000 Hz. Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu dengan satuan Hz. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data kebisingan di perusahaan atau di mana saja dan mengurangi kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, yang mampu mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000 Hz (Suma’mur, 1996). Sound Level Meter merupakan alat ukur kebisingan yang paling sederhana. Sound Level Meter merubah perubahan tekanan suara ke sinyal elektrik yang menggerakkan atau merubah pointer atau layar display yang sesuai dengan amplitude sinyal. Prinsip dasar sound level meter terlihat pada gambar 1. Perubahan-perubahan sangat kecil dalam tekanan suara/sinyal akustik dijabarkan menjadi sinyal-sinyal listrik oleh mikrofon. Sebanding dengan tekanan suara, sinyal-sinyal listrik melalui rangkaian kompensasi frekuensi dan suatu rangkaian deteksi RMS (root mean square), dan akhirnya ditunjukkan pada meteran dalam desibel (dB). Sound Level Meter memiliki tiga buah standard untuk merespon jaringan frekuensi. Beberapa skala pengukuran yang dapat dibaca oleh SLM adalah skala pengukuran A, B,dan C. Kebanyakan pengukuran kebisingan lingkungan menggunakan skala pengukuran A. Berikut adalah tiga skala pengukuran untuk sound level meter: a. Skala pengukuran A : untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah (35135 dB). b. Skala pengukuran B : untuk suara dengan kekerasan yang moderat (>40 dB) tetapi sangat jarang digunakan dan mungkin tidak digunakan lagi. c. Skala pengukuran C : digunakan untuk suara yang sangat keras (>45 dB) yang menghasilkan gambaran respon terhadap bising antara 20 sampai 20000 Hz.
5
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Keluaran AC (Level recorder, audio recorder) Karakteristik A Keluaran AC Karakteristik C Mikrofon
Pre-amplifier (penguat)
Input + Attenuator (peredam)
Rangkaian kompensasi frekuensi
Output + Attenuator (peredam)
Rangkaian deteksi RMS
Meteran
Linier
Karakteristik F (cepat) Karakteristik S (lambat) Gambar 1. Prinsip dasar dari Sound Level Meter Tayloy dan Lipscomb (1978) menghadirkan metode simpel untuk perhitungan Leq yaitu menggunakan SLM yang dipasang pada skala A dengan respon “fast” desibel (dB) dan dibaca tiap 5 atau 10 detik. Jika desibel (dB) sering berubah, interval yang lebih pendek akan menambah akurasi. Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi intensitasnya. Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam satu logaritmik yang disebut desibel (dB) dengan membandingkan kekuatan dasar 0.0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia, dinyatakan dengan rumus: SPL = 20 log (P/Pref) ...........................................................................................(1) Dimana: SPL : tingkat tekanan kebisingan (dB) P : tekanan suara yang bersangkutan (N/m2 ) : tekanan suara referensi (0.0002 dyne/cm2 = 2 x 10-5 N/m2) Pref Desibel (dB) adalah kwantitas logaritma yang dipakai sebagai unit-unit tingkat tekanan suara berbobot A. Ini dilakukan dengan dua alasan yaitu yang pertama untuk menyederhanakan plot-plot multipel, dan yang kedua untuk secara kira-kira membandingkan kwantitas logaritmik dari stimulus untuk stimulus akustik yang diterima telinga manusia dari luar. Intensitas kebisingan akan semakin berkurang jika jarak dengan sumber bising semakin jauh. Perambatan atau pengurangan tingkat kebisingan dari sumbernya dinyatakan dengan persamaan matematis geometris seperti berikut ini: Untuk sumber diam: SPL1 – SPL2 = 20 log
..................................................................................... (2)
Untuk sumber bergerak: SPL1 – SPL2 = 10 log
.......................................................................................(3)
Dimana: SPL1 = Intensitas suara sumbu 1 pada jarak r1 SPL2 = Intensitas suara sumbu 2 pada jarak r2
6
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
r1 r2
= Jarak ke sumber bising yang pertama = Jarak ke sumber bising yang kedua
Jika jumlah sumber bising lebih dari satu, misalnya dua sumber maka resultan dari kedua sumber bising tersebut tidak bisa ditambahkan secara langsung karena skala bising adalah logaritmik. Penambahan dilakukan pada nilai yang lebih besar dari kedua sumber tersebut. Apabila terdapat banyak sumber, maka resultan bising dari suara-suara tersebut adalah dengan cara menyusun kebisingan mulai dari bising terkecil sampai ke bising terbesar kemudian carilah perbedaan tingkat antara setiap dua sumber itu secara berurutan dari yang paling kecil. Apabila perbedaan dalam tingkat ini lebih besar dari 10 dB atau lebih, penambahan dengan cara penggabungan dapat diabaikan. Lama mendengar ditentukan oleh beban bising yaitu jumlah perbandingan antara waktu mendengar pada tingkat bising tertentu dengan waktu mendengar pada tingkat bising bersangkutan sesuai dengan tabel berikut. Tabel 4. Lama waktu mendengar pada tingkat kebisingan yang berbeda Tingkat Kebisingan (dB) Lama Mendengar per Hari (Jam) 90 8.00 92 6.00 95 4.00 97 3.00 100 2.00 102 1.50 105 1.00 110 0.50 115 0.25 Selain di Indonesia, Nilai Ambang Batas kebisingan juga diatur secara internasional oleh ISO (International Standard Organization) dan OSHA (Occupational Safety and Health Act). Beberapa standar Nilai Ambang Batas kebisingan dari masing-masing institusi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5. Beberapa standar Nilai Ambang Batas kebisingan dan lama kerja kontinu yang diperkenankan Intensitas (dB) Waktu Kerja (Jam) ISO OSHA MENAKER 85 90 .. 92 88 95 .. 97 91 100 94 105 97 110 100 115 Sumber: (Sudirman,1992)
85 87.5 90 92.5 95 100 105 110
8 6 4 3 2 1 0.5 0.25
7
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Nilai ambang batas adalah batas maksimum tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No. 48 tahun 1996). Perhitungan lama mendengar yang diijinkan dapat juga dihitung dengan menggunakan standar OSHA: Waktu (jam) = 2[
] ..........................................................................................................................................
(5)
x : Intensitas kebisingan (dB) 2.2.2.
Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu tempat yang memiliki peluang menghasilkan bising yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh bunyi alat yang timbul dari mesin itu sendiri maupun dari proses produksi yang sedang dilakukan. Bising di lingkungan kerja berdampak buruk bagi kesehatan yaitu dapat merusak pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian progresif. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah kebisingan berhenti tetapi jika terus-menerus melakukan pekerjaan di tempat dengan tingkat kebisingan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka lama-kelamaan akan menjadi kehilangan pendengaran yang menetap dan tidak dapat pulih kembali. Gangguan lainnya yaitu gangguan pada susunan syaraf pusat dan organ keseimbangan, serta dapat menurunkan kinerja berupa kurangnya perhatian terhadap pekerjaan, komunikasi dan konsentrasi sehingga terjadi kesalahan dalam bekerja. Kebisingan juga dapat menimbulkan reaksi masyarakat di sekitar pabrik yang dapat memicu pada perusakan dan lain-lain (Sastrowinoto, 1985)
Akibat-akibat badaniah
Akibat-akibat psikologis
Tabel 6. Akibat-akibat kebisingan Tipe Uraian Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan Akibat-akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan Gangguan gaya hidup Gangguan pendengaran
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca, dsb. Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telepon, dsb.
Sumber: www.menlh.go.id Pengaruh bising di lingkungan kerja terhadap tenaga kerja yang utama adalah pada alat pendengaran. Gangguan pada alat pendengaran akibat bising disebut sebagai “Noise Induced Hearing”. Bila dalam waktu lama berada di dalam kebisingan, otot-otot pendengaran akan mengadakan penyesuaian dan dapat menimbulkan kelelahan terhadap rangsang auditorik. Berbagai macam bising yang telah disebutkan di atas menimbulkan dampak yang sangat mengganggu dan merugikan terutama bagi para pekerja yang berada disekitar sumber kebisingan. Banyak sekali ahli yang menyebutkan jenis gangguan
8
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pendengaran akibat kebisingan. Menurut Moriber (1974), kebisingan pada berbagai level intensitas dapat mengakibatkan kerusakan yang bertingkat-tingkat. Kerusakan ini antara lain: > 80 dB : menyebabkan kerusakan pendengaran sebagian 120-125 dB : menyebabkan gangguan pendengaran sementara 125-140 dB : bisa menyebabkan telinga sakit > 150 dB : menyebabkan kehilangan pendengaran permanen McCormick dan Sanders (1970) menyatakan bahwa secara garis besar, ditinjau dari penyebabnya, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Gangguan pendengaran akibat kebisingan kontinyu Kebisingan kontinyu menyebabkan gangguan pendengaran sementara yang biasanya bisa sembuh dalam beberapa jam/hari setelah terkena bising jika terpapar pada selang waktu yang pendek, tetapi dengan tambahan terkena bising, daya penyembuh akan menurun dan terus menurun sehingga mengakibatkan gangguan pendengaran permanen. 2. Gangguan pendengaran akibat kebisingan tidak kontinyu Hal ini bisa disebabkan karena kebisingan yang timbul selang-seling (mesin yang dioperasikan sesaat), impulsif berulang (mesin tempa), dan impulsif (senjata api). Dalam dosis tinggi, kebisingan ini dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang biasanya terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama tergantung berapa sering dan berapa intensitas yang ditimbulkan. Pada dasarnya pengaruh kebisingan pada jasmani para pekerja dibagi menjadi 2 golongan (Soemanegara, 1975), yaitu: 1. Tidak mempengaruhi indera pendengaran tetapi memberikan pengaruh berupa keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit. 2. Pengaruh terhadap indera pendengaran baik bersifat sementara ataupun bersifat permanen, terdiri dari: a. Accoustic trauma yaitu tiap-tiap pelukaan insidential yang merusak sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan-ledakan, atau suara yang dashyat. b. Occuptional deafness yaitu kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada satu atau kedua telinga disebabkan oleh bising atau suara gaduh yang terus-menerus dilingkungan kerja. Menurut Buchari (2007), berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia bising dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitasnya tidak terlalu keras, misalnya: suara mendengkur. 2. Bising yang menutupi (masking noise) merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena teriakan atau tanda bahaya tenggelam dalam bising sumber bunyi. 3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise) merupakan bunyi yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas kebisingan. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
9
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Selain berdampak pada gangguan pendengaran, menurut Chanlett (1979), ada empat efek lainnya, yaitu: 1. Gangguan tidur dan istirahat 2. Mempengaruhi kapasitas kerja pekerja 3. Dalam segi fisik, seperti pupil membesar, dll. 4. Dalam segi psikologi, seperti stress, penyakit mental, dan perubahan sikap atau kebiasaan. 2.2.3.
1. 2. 3. 4.
Pengendalian Kebisingan Kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja akan menimbulkan kerugian pada pekerja. Kebisingan mesin tidak mungkin dihilangkan, sehingga dibutuhkan tindakan efektif untuk mengatasi kebisingan antara lain mengurangi bising pada sumber bisingnya dengan pemasangan isolator baik pada mesin maupun pada dinding ataupun atap bangunan. Wilson (1989) merekomendasikan pengendalian kebisingan dengan dua alternatif, yaitu: disain mesin atau peralatan dan sistem operasi mesin, dan disain konstruksi bangunan. Disain mesin sebagai sumber utama kebisingan mendapat pertimbangan utama untuk didahulukan. Disain ini meliputi banyak hal tentang komponen-komponen yang sering menimbulkan kebisingan, diantaranya: motor listrik, transmisi gear, pompa, sabuk, puli, poros, cam, bearing, tombol, dan katup. Pengendalian kebisingan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung telinga (APT). Menurut McCormick dan Sanders (1970), ada dua tipe APT, yaitu APT permanen (earmuffs dan earplugs) dan APT tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas dan glassdown). APT ini dapat mereduksi kebisingan antara 35-60 dB. Menurut Sembodo (2004), selain tutup telinga dan sumbat telinga, untuk mengurangi kebisingan ada yang menggunakan helm. Jika sumbat telinga mampu mereduksi 8-30 dB dan tutup telinga 25-40 dB, helm mampu mereduksi kebisingan hingga 40-50 dB. Peterson (1977) menyarankan upaya pengendalian kebisingan sebagai berikut: Pengendalian Keteknikan, yaitu memodifikasikan peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan. Pengendalian Sumber Kebisingan, dilakukan dengan substitusi antara mesin, proses, dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada peralatan baru. Pelindung Diri, yaitu dengan menggunakan sumbat telinga dan tutup telinga. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dB. Pengendalian dengan modifikasi lingkungan, bila radiasi kebisingan dari bagian-bagian peralatan tidak dapat dikurangi maka dapat digunakan peredam getaran, rongga resonansi, dan peredam suara. Selain itu, untuk mengurangi kebisingan bisa dilakukan pengendalian di dalam gedung dan diluar gedung. Desain konstruksi bangunan masuk dalam pengendalian barrier/penghalang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konstruksi bangunan misalnya konstruksi tembok, konstruksi dan jenis ubin, konstruksi pintu dan jendela, konstruksi ventilasi, dan konstruksi langit-langit serta konstruksi atap. Sebagai dasar menentukan konstruksi bangunan tabel 7 di bawah ini memuat data tingkat reduksi kebisingan dari berbagai material dengan ketebalam tertentu.
10
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 7. Tingkat reduksi kebisingan berbagai material dengan ketebalan tertentu Tingkat Reduksi Kebisingan (dB) Bahan Kaca Baja Kayu tripleks/lapis Beton Fiber glass Sumber: Sembodo, 2004
3 mm 5-10 10-15 5-9 8-12 9-15
Ketebalan 5 mm 10 mm 7-15 10-20 12-20 15-25 9-12 10-15 10-18 12-20 9-14 12-25
20 mm 15-25 22-32 12-20 18-25 20-30
Bekerja sambil mendengarkan musik juga dapat membiaskan kebisingan, karena mempengaruhi otak untuk bekerja lebih semangat dan berprestasi. Dalam pekerjaan yang monoton, berulang-ulang, dan yang hanya memerlukan sedikit perhatian, musik akan menguntungkan, tetapi terhadap pekerjaan yang murni intelektual efeknya masih diragukan (Sastrowinoto, 1985).
2.3.
Pengolahan Teh
2.3.1.
Tanaman Teh Teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang biasa dibudidayakan di daerah pegunungan tinggi, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh merupakan komoditas ekspor yang penting bagi perekonomian Indonesia, selain sebagai salah satu sumber devisa negara juga menyediakan lapangan pekerjaan. Menurut istilah kekerabatan dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman teh termasuk kedalam: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Theaceae Genus : Camellia Species : Camellia sinensis Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 1981, dalam 100 gram daun teh terdapat kandungan bahan-bahan sebagai berikut:
11
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 8. Kandungan bahan-bahan di dalam daun teh Jenis Kandungan Bahan Besar Kandungan Bahan Kalori 132 mg Lemak 0.7 g Kalsium 717 mg Besi 11.8 mg Vitamin B 0.01 mg Air 7.6 g Protein 19.5 g Karbohidrat 67.8 g Fosfor 265 mg Vitamin A 2.095 mg Vitamin C 300 mg Tanaman teh adalah tanaman dataran tinggi. Ketinggian tempat yang ideal didaerah tropis adalah 1200-1800 m dpl. Temperatur ideal bagi tanaman teh adalah yang sejuk. Suhu yang diinginkan sekitar 14-25oC. Tanaman teh cocok pada kondisi tanah yang mempunyai kedalaman olah tinggi, berdrainase baik, dan kaya akan unsur hara. Tanah yang demikian ini mudah menyerap dan mengeluarkan air, sehingga pada saat hujan yang terus-menerus tanah tidak terlalu becek dan cepat kering. Kadar air tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman teh adalah lebih dari 30 %. Jika kadar air tanah kurang dari 30 %, pertumbuhan mulai terhambat. Jika kadar air kurang dari 15 %, tanaman teh mulai mati. Untuk tumbuh optimal diperlukan curah hujan minimal 1.150-1.400 mm/tahun. Jenis tanah seperti lempung berpasir, latosol, andosol, podzolik merah, lempung berat, dan tanah vulkanis muda cocok untuk tanaman teh. Teh menghendaki tanah yang bersifat sedikit asam (pH 5-6). Kelembaban udara berpengaruh pada keseimbangan air dalam tanah dan tanaman. Jika kelembaban udara optimal, fotosintat akan mengalir ke bagian pucuk dan cadangan dibongkar. Jika kelembaban udara rendah, sebagian besar fotosintat dialirkan ke akar sebagai cadangan makanan dan produksi pucuk turun. Tanaman teh membutuhkan panas untuk pertumbuhan yang diperoleh dari suhu udara sekeliling. Daun-daun yang terletak pada bagian bawah kanopi yang terlindung lebih efisien menggunakan energi surya jika dibandingkan daun-daun teh yang langsung menerima cahaya matahari. Pada awalnya, di Indonesia hanya memproduksi teh hitam orthodox. Sejalan dengan pergeseran selera konsumen yang mengarah pada teh celup yang komponen terbesarnya merupakan teh CTC (Crushing Tearing and Curling), teh hitam orthodox kini jarang dipakai. Teh hitam diolah melalui fermentasi, dan dibagi dua, yaitu teh orthodox dan teh CTC (Crushing, Tearing, dan Curling). Teh orthodox adalah teh yang diolah melelui proses pelayuan sekitar 16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh jadi. Teh CTC (Cutting, Tearing, dan Curling) yakni teh yang diolah melalui perajangan, penyobekan, dan penggulungan daun basah menjadi bubuk kemudian dilanjutkan dengan fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh jadi. Di Pasar Internasional ada 3 (tiga) golongan teh berdasarkan cara pengolahannya, yaitu Teh Hitam (Black Tea), Teh Hijau (Green Tea) dan Teh Oolong (Oolong Tea).
12
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 9. Perbedaan Umum antara Teh Hijau, Teh Oolong dan Teh Hitam Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam Fermentasi dicegah Fermentasi sebagian Fermentasi penuh Konstituen natural leaf Minyak essensial Konsentrasi tinggi Dipertahankan berkembang akan minyak essensial Tanin tetap/tidak Sedikit Hasil Akhir Hasil akhir menunjukkan berubah menyerupai dipabrik/daerah dimana natural leaf teh itu dibuat Sumber : Saputra, 2009
Pembeda Fermentasi Kandungan
Produk yang dihasilkan dari pengolahan teh hijau berupa teh kering yang berwarna hijau kehitaman dengan air seduhan berwarna hijau kekuningan sedangkan untuk teh hitam produk yang dihasilkan berupa teh kering yang berwarna hitam dengan air seduhan berwarna kuning kemerahan. Tabel 10. Perbedaan Teh Hijau dan Teh Hitam dari Proses Pengolahannya Tahap Pengolahan Pelayuan
Penggulungan
Teh Hijau
Teh Hitam
Dilakukan dengan suhu 90˚-100˚C dan waktu 4-8 menit
Dilakukan dengan suhu 27˚-30˚C, waktu 10 jam.
Untuk menggulung pucuk daun
Penggilingan untuk mencacah pucuk daun menjadi kecil-kecil.
Fermentasi
Tidak dilakukan proses fermentasi
Pengeringan
Untuk mengeringkan pucuk daun dan membentuk gulungan daun.
Sortasi dan Pengemasan
Untuk memisahkan biji kering dan mengemasnya sesuai dengan standar pada perusahaan.
Dilakukan fermentasi secara oksidasi enzimatis, suhu 25˚-32˚C waktu 40 min - 4 jam Sama dengan teh hijau dan juga untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase.
Sama dengan teh hijau.
Sumber : Saputra, 2009 Tabel 11. Perbedaan Teh Hijau dan Teh Hitam dari Aspek Organoleptiknya Teh Hijau Teh Hitam Warna teh kering hijau kehitaman dan Warna teh kering hitam dengan Keadaan fisik air seduhannya hijau kekuningan. air seduhan kuning kemerahan. Aroma (Flavor) Kurang wangi Lebih wangi dari teh hijau Kesegarannya kurang dan rasanya Tingkat kesegarannya lebih dan Cita rasa lebih sepet dari teh hitam rasanya tidak sepet Sumber : Saputra, 2009 Hal
13
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.3.2.
Pengolahan Teh Pengolahan teh terdiri dari beberapa proses, yaitu penerimaan bahan baku, pembeberan, pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi, dan pengemasan. Pada gambar 3 disajikan skema pengolahan teh yang secara rinci akan dijelaskan berikut ini:
2.3.2.1. Bahan Baku Dalam pengolahan teh memerlukan bahan baku berupa pucuk segar daun teh. Pucuk segar daun teh harus bermutu tinggi yang secara fisik meliputi : daun muda yang utuh, segar dan berwarna kehijauan. Pucuk yang berkualitas tergantung dari pemetikan dan penanganan hasil petikan dari kebun ke pabrik. Kerusakan pucuk seperti terlipat, robek, terperam dan kontak langsung dengan sinar matahari harus dihindari karena dapat mempengaruhi kualitas teh kering hasil olahan sehingga kurang atau tidak memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya yaitu warna, rasa dan aroma. 2.3.2.2. Pembeberan Pembeberan bertujuan untuk memecahkan gumpalan pucuk teh untuk memudahkan sirkulasi udara. Pembeberan dilakukan dengan cara menurunkan pucuk dari Monorail (alat pengangkut kontener) dan dibeberkan pada Mesin Witehring Trough (WT) yang dimulai dari ujung yang berlawanan dengan arah kipas dimana termometer udara basah - udara kering telah terpasang di mesin WT untuk mengetahui selisih udara kering dan basah.Sebelum pucuk disimpan pada WT udara segar telah dialirkan terlebih dahulu. Isi setiap WT 20–30 kg/m2 dengan ketinggian beberan 30–40 cm dan tergantung dari kondisi pucuk. 2.3.2.3. Pelayuan Pelayuan bertujuan untuk mengurangi kadar air pucuk segar sehingga didapatkan kadar air 68 – 74 % dan memudahkan dalam proses penggilingan serta fermentasi. Untuk mendapatkan kelayuan yang seragam dan sempurna dilakukan pembalikan 2 kali atau sesuai kebutuhan. Pembalikan bertujuan untuk meratakan pelayuan antara pucuk bagian bawah dengan bagian atas. Pembalikan dilakukan jika tinggi beberan 50-60% dari tinggi beberan awal dengan cara pucuk bagian atas disimpan diatas pucuk bagian belakang lalu pucuk bagian bawah diangkat dan disimpan di bagian bawah dan pucuk bagian bawah disimpan di bagian atas, begitu seterusnya sampai ke ujung. Setelah pembalikan tinggi pucuk harus lebih tinggi dari sebelum dibalik. Lama pelayuan antara 10 – 24 jam tergantung keadaan pucuk dan cuaca. Sebelum pucuk turun giling dilakukan pengujian kadar air pucuk layu dengan cara mengambil sample pucuk yang telah dibalik sebanyak 1 kg yang diambil dari masing-masing seksi WT lalu diaduk rata dan diambil sebanyak 10 gram. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat ukur Sartorius yang dilakukan oleh mandor pelayuan atau petugas uji mutu dan hasil pengujian dicatat dalam buku pelayuan. Pucuk yang layak turun giling apabila kadar air berkisar antara 68 – 74 % dan kerataan layuan minimal 90 %. Untuk mengetahui kerataan kelayuan pucuk pada WT dilakukan analisa kerataan layuan dengan cara mengambil pucuk layu secara acak sebanyak 1 kg lalu diaduk dan diambil sample 500 gram. Pucuk layu dengan pucuk kurang layu dipisah lalu masing-masing ditimbang dan dihitung prosentasenya. Hasil analisa dicatat pada buku pelayuan, jika kadar air dan kerataan pelayuan sudah mencukupi pucuk pada WT tersebut layak untuk turun giling.
14
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.3.2.4. Penggilingan dan Fermentasi Penggilingan merupakan proses pengolahan pucuk untuk merusak sel-sel daun teh agar terjadi rekasi kimia antara cairan sel dengan oksigen sehingga didapatkan karakteristik teh sesuai standar mutu yang diinginkan dengan sistem pengawasan yang efektif. Tujuanya untuk menghancurkan sel-sel daun, dan memberikan kesempatan reaksi oksidasi enzimatis sampai tahapan tertentu. Selain itu juga bertujuan untuk memotong, merobek dan menggulung daun sehingga diperoleh partikel yang dikehendaki. Selama proses oksidasi berlangsung dihasilkan substansi Tehaflavin dan Teharubigin yang menentukan sifat air seduhan antara lain strength, colour, quality, dan briskness. Penggilingan dilakukan secara bergilir atau sesuai nomor serinya. Setelah pucuk layu turun giling masuk ke dalam mesin Green Leaf Shifter (GLS) dengan tujuan untuk mengeluarkan benda asing yang masih terbawa. Dalam mesin GLS terdapat magnet yang berfungsi untuk memisahkan logam yang tercampur dengan pucuk layu. Setelah itu pucuk layu masuk ke mesin Barbora Leaf Conditioner (BLC). Mesin ini berfungsi untuk memperkecil ukuran pucuk sehingga memudahkan dalam proses selanjutnya, dimana proses ini pucuk layu dipecah-pecah dengan ukuran kasar (1 cm). Suhu bubuk yang keluar dari BLC berkisar antara 25 o C – 26 oC. Proses yang terpenting adalah proses Crushing, Tearing dan Curling atau dengan sebutan CTC yang berfungsi menghancurkan pucuk teh layu menjadi butiran atau bubuk dan membentuk karakteristik teh sesuai standar mutu yang diinginkan dengan sistem pengawasan yang efektif. Mesin triple CTC ini menggiling bubuk basah melalui tiga tahapan, yaitu CTC I-CTC II–CTC III. Perbedaan dari tiga mesin ini adalah ukuran gigi dan celah antar pasangan Roll-nya. Perbandingan putaran antar roll 1:10 atau realisasinya putarannya 70:700 rpm yang perbandingan jarak teeth per inchi (tpi) untuk CTC I 8 tpi, CTC II 10 tpi dan CTC III 10 tpi, perbandingan ini berfungsi untuk memperkecil hasil potongan dari tiap tahap CTC. Suhu bubuk yang keluar dari CTC I berkisar antara 28 – 32 oC, CTC II 27 oC – 34 o C dan CTC III 26 oC – 36 oC dengan hasil dari penggilingan ini berbentuk butiran halus. Setelah tahapan tersebut, selanjutnya butiran teh masuk ke mesin Continous Fermenting Unit (CFU). Tujuanya adalah untuk mendapatkan bubuk teh dengan warna cokelat tua dan berbau harum oleh akibat aktifitas enzim polifenol oksidase. Enzim tersebut mengubah karakter teh sehingga mempunyai sifat yang khas yang berdasarkan aroma, rasa, warna air seduhan, kenampakan ampas, kesepatan dan kesegarannya. Proses fermentasi bubuk teh tergantung dari bubuk teh yang dihasilkan pada proses sebelumnya biasanya memerlukan waktu berkisar 60-100 menit . Tebal sebaran bubuk teh antara 6-10 cm. temperatur ruangnya 19-26oC dengan RH 90-98%, suhu awal bubuk teh 27-31oC, suhu tengah bubuk 26-28oC, dan akhir 25-27oC. 2.3.2.5. Pengeringan Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bubuk teh dengan tujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis, mematikan jamur, bakteri, dan kontaminan biologi lainnya yang dapat membahayakan produk teh. Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis dan mengeringkan teh agar tahan disimpan lama. Melalui proses pemanasan, didapatkan bubuk teh kering dengan kadar air 2.5-3.5 agar teh dapat disimpan lebih lama dan tidak menjadi media pertumbuhan mikroorganisme. Pengeringan dilakukan dengan mesin Fluid Bed Dryer (FBD) dengan sumber panas pada mesin Heat Exchanger (HE).
15
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lama proses pengeringan berkisar antara 15-18 menit dengan suhu inlet 100-120oC dan suhu outlet 80-105o C. Kapasitas pengeringan 450 Kg/jam. Kecepatan dan ketinggiian bubuk teh dapat diatur dengan mengatur bukaan katup pada main fan, main dumper dan directional dumper. Pengeringan yang dibawah kadar air 2.5 akan mengakibatkan teh gosong sehingga terdapat rasa caramel pada air seduhan karena suhu FDB terlalu tinggi maka suhu didalam chamber harus diturunkan. Jika kadar air diatas 3.5 akan terjadi Baleuy (teh mentah). Cara mengatasi bubuk teh yang belum matang yaitu dengan memperlama proses pengeringan. Untuk mengetahui kematangan bubuk teh yang keluar dari mesin FBD dapat diperiksa dengan dua cara yaitu secara inderawi (dilihat, diraba, dicium) dan non inderawi (pengujian dengan alat). Pengujian mutu Inner Quality dilakukan untuk penilaian penampakkan air seduhan (aroma, rasa dan warna air), dilakukan dengan cara menimbang 5,6 gram bubuk teh lalu dimasukkan kedalam cangkir seduhan, dituangkan air mendidih (96 %) dan ditutup selama 5–6 menit kemudian air seduhan tersebut dituangkan kedalam mangkok seduhan. Untuk penilaian aroma dilakukan dengan cara menghirup udara seduhan teh dengan membuka sedikit tutupnya, penilaian rasa dilakukan dengan cara mencicipi air seduhan yang ada dalam mangkok dan penilaian warna air dilakukan dengan cara mengamati air seduhan dalam mangkok. Pengukuran kadar air bubuk teh dilakukan dengan alat sartorius yang caranya hampir sama dengan pengukuran kadar air pucuk layu dan data tersebut dicatat dalam buku pengeringan. Pengujian lainnya adalah berat jenis bubuk, pengukuran dilakukan dengan alat tea densimeter. Bubuk teh ditimbang 2,5 gram lalu dimasukkan kedalam gelas ukur tea densimeter dan alat diset sejumlah 20 kali ketukan kemudian ditekan tombol On. Kemudian permukaan bubuk diratakan dan dilihat volumenya, selanjutnya dibandingkan dengan Standar Mutu Densitas Teh Hitam CTC (SMDTH CTC). 2.3.2.6. Sortasi Proses sortasi bertujuan untuk pemisahan bubuk teh kering hasil pengeringan dengan menggunakan mesin berdasarkan ukuran partikel, warna, bentuk, berat jenis dan kandungan serat sehingga diperoleh partikel teh yang seragam sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Mutu teh sendiri terbagi dalam bebrapa jenis yaitu:
Mutu I BP 1 (Broken Pecco) Pf 1 (Pecco Fanning) PD (Pecco Dust) D1 (Dust) F (Fanning)
Tabel 12. Mutu teh Mutu II D2 (Dust) FNGS
Mutu III BM 1 (Broken Mix) Pliff
Mesin yang dipergunakan dalam proses sortasi teh terdiri atas midleton, vibro blank, vibro mesh, chota shifter, mini crusher, mini cutter, dan suction winnower serta exhaust fan yang berfungsi untuk menghisap debu teh yang ada di dalam ruangan. Proses sortasi teh hitam CTC dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur A (Halus) dan jalur B (kasar). Tujuannya untuk memproses ulang teh yang tidak memenuhi syarat mutu pada jalur A dan diulang pada jalur B. Bubuk teh dari pengeringan masuk ke mesin Midleton untuk memisahkan teh kasar dan halus. Bagian yang kasar masuk ke mesin Mini Crusher (jalur B) dan bagian halus
16
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
masuk ke mesin Vibro Blank (jalur A). Vibro Blank berfungsi untuk memisahkan daun dan serat, bagian yang berwarna hitam dari daun, sedangkan coklat dari batang. Bagian yang lolos masuk ke mesin Vibro Mesh, yang berfungsi untuk memisahkan daun. Midleton merupakan mesin awal dalam proses sortasi yang mempunyai prinsip kerja berupa adanya poros engkol yang digerakkan oleh electrometer yang berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan ukuran partikel yaitu bubuk halus dan bubuk kasar. Mesh yang dimiliki yaitu mesh 12 dengan ketentuan bubuk halus yang dihasilkan masuk ke jalur A, sedangkan bubuk kasar masuk mengikuti jalur B. Terdapat perbedaan proses antara jalur A dan jalur B, dimana pada jalur B bubuk kasar masuk ke mesin-mesin mini cutter terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam mesin vibro blank. Fungsi dari mini cutter yaitu untuk menghaluskan bubuk kasar. Proses yang terjadi dalam mesin vibro blank yaitu adanya pemisahan tulang dan serat berdasarkan ukuran bubuk teh. Setelah melalui mesin vibro blank, proses selanjutnya terjadi pada mesin vibro mesh. Vibro mesh memiliki ayakan yang memiliki ukuran mesh 60, 30, 24, 22, 18, 16, dan 12. Vibro mesh memiliki 6 corong keluaran kanan dan kiri, dimana corong sebelah kiri untuk keluaran bubuk yang menempel pada roll, sedangkan corong kanan untuk keluaran bubuk teh yang telah terpisah berdasarkan ukuran Mesh. Bubuk teh yang lolos pada mesh 22 dan 24 termasuk jenis PD, mesh 16 dan 18 termasuk pada jenis PF, dan mesh 12 termasuk pada jenis BP1, sedangkan bubuk teh yang keluar dari mesh 30 merupakan jenis Dust. Setelah melalui ayakan yang terdapat pada mesin vibro mesh, bubuk teh akan ditampung dalam bolotong sesuai dengan masing–masing jenis. Selanjutnya untuk meratakan ukuran yang dimiliki masing–masing jenis digunakan mesin Chota Shifter. Chota shifter dilengkapi dengan ayakan 10, 16, 18, 20 dan 30. Terakhir bubuk teh yang diperoleh dari bolotong pada mesin chota shifter diproses lebih lanjut ke mesin suction winnower. Suction winnower berfungsi untuk memisahkan partikel berdasarkan densitasnya. Densitas adalah ukuran berat partikel dibagi volumenya. Adanya perbedaan densitas akan mempengaruhi terhadap warna dan ukuruan yang dihasilkan oleh bubuk teh. Bila densitas yang dimiliki kurang dari minimum standar maka ukuran teh akan terlalu kecil, sedangkan bila densitas yang dimiliki lebih dari maksimum standar maka ukuran teh terlalu besar. Hal ini akan berpengaruh terhadap pemasaran teh terutama kepuasan konsumen. Pada Suction Winower terdapat empat keluaran bubuk teh, pintu 1 dan 2 berukuran berat, pintu 3–4 berukuran ringan. Untuk memastikan teh bersih dari serat setelah keluar dari suction winower teh masuk ke mesin Vibrex, lalu ditimbang kemudian disimpan di Peti Miring (Tea Bins) sampai mencukupi untuk syarat pengemasan. Ruangan sortasi bersuhu 20 oC – 25 oC dan RH 50 % - 60 % agar tidak terjadi penurunan mutu bubuk teh kering karena sifatnya yang mudah meyerap air. Untuk lebih jelas, alur proses sortasi adalah sebagai berikut:
17
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bubuk Teh dari FBD
Mesin Midleton
Bubuk Halus (Jalur A)
Bubuk Kasar (Jalur B)
Mesin Vibro Blank
Masuk ke hoper lalu diperkecil dengan mini cutter
Mesin Vibro Mesh
Bubuk masuk ke Bolotong sesuai jenis Yang tidak lolos masuk ke hoper lalu diperkecil dengan mini cutter Bubuk dari chota shifter ke bolotong lalu ke suction winnower dan dipisah berdasar densitas
Melalui tahapan proses seperti bubuk halus pada jalur A Mesin Vibro Blank
Mesin Vibro Mesh
Bubuk masuk ke Bolotong sesuai jenis
Gambar 2. Alur proses sortasi 2.3.3.7. Pengemasan Pengemasan merupakan akhir proses pekerjaan di pabrik sebelum barang tersebut dikirim ke pembeli. Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan, memudahkan transportasi, penyimpanan, kemasan dalam jumlah dengan jenis tertentu dan pemasaran. Teh yang dikemas menggunakan paper sack adalah teh untuk diekspor dan teh yang dikemas menggunakan karung adalah teh untuk wilayah lokal. Sebelum teh dikemas diambil sample untuk diuji apakah sudah layak atau belum. Jenis teh yang akan dikemas dikeluarkan dari peti miring melalui konveyor ke Tea Bulker . Tea Bulker berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum pengemasan serta untuk mencampur teh. Pengemasan dilakukan per jenis yang dimulai dari partikel yang halus. Bubuk teh dikemas dalam Paper Sack yang beratnya 0,7 kg. Dilapisi dengan allumunium foil yang berfungsi untuk mengawetkan teh dan 2 lapisan kertas samson pada lapisan 2 dan 3 untuk mencegah kenaikan kadar air dalam teh kering. Bubuk teh yang telah dikemas ditempatkan pada bottom pallet atau alas yang terbuat dari kayu yang dilapisi plastik untuk menjaga kelembapan sack atau karung. Lalu pada bagian atas karung atau sack pada masing – masing palet yang berukuran maksimal 215 cm juga dilengkapi dengan terpal untuk menghindari bocor atau air mengalir dari atap. Bubuk teh dikemas sambil dtimbang kemudian dipadatkan sehingga ketebalannya menjadi sekitar 20 cm. Ketebalan ini merupakan standar ketebalan untuk memenuhi syarat teh untuk dikapalkan.
18
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Penerimaan Bahan Baku ; Pucuk teh dari kebun diangkut dengan truk, ditimbang dan diperiksa kualitasnya
Pengepakan ; Melindungi produk jadi dari kerusakan, memudahkan transportasi dan penyimpanan, memudahkan dalam pemasaran.
Pelayuan ; Menurunkan kadar air sampai tingkat MC (Moisture Content) layu 68–74%
Sortasi ; Merupakan pekerjaan memisahkan partikel teh berdasarkan ukuran, berat jenis
Penggilingan & Oksidasi Enzimatis ; Merupakan tahapan dimana terjadi reaksi kimia antara cairan sel dgn oksigen
Pengeringan ; Menghentikan proses oksidasi enzimatis pada saat kualitas mencapai keadaan optimal dan membuat teh tahan lama dalam penyimpanan
Gambar 3. Diagram Alur Proses Pengolahan Teh Hitam
19
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
III.
3.1.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan data di lapangan, studi pustaka, dan anlisis data perhitungan, dan pembuatan laporan (skripsi). Penelitian ini bertempat di pabrik teh PTPN VII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua-Bogor, Jawa Barat.
3.2.
Alat dan Bahan
3.2.1.
Peralatan yang Digunakan 1.
Sound Level Meter Adalah alat untuk mengukur kebisingan yang terjadi di dalam gedung pabrikasi, gedung material, dan juga pada area di sekitar mesin.. Alat ini terdiri dari microphone, amplifier, dan indicating meter. SLM mengubah fluktuasi tekanan suara ke dalam sinyal elektrik yang menampilkan angka-angka amplitudo dari sinyal (Lipscomb, 1978). Hasil pengukuran diperoleh dalam satuan deciBel (dB). Satu desibel ekiuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell. Alexander Graham Bell lahir di Edinburgh, Skotlandia, Britania Raya, 3 Maret 1847 dan meninggal di Beinn Bhreagh, Nova Scotia, Kanada, 2 Agustus 1922 pada umur 75 tahun. Dia adalah seorang ilmuwan, pencipta, dan pendiri perusahaan telepon Bell. Selain karyanya dalam teknologi telekomunikasi, ia juga menyumbangkan kemajuan penting dalam teknologi penerbangan dan hidrofoil.
Gambar 4. Sound Level Meter IEC 651 Type II
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.
Stopwatch, Digunakan untuk mengukur waktu atau durasi.
Gambar 5. Stopwatch 3.
Meteran Digunakan untuk mengukur dan memetakan ruangan.
Gambar 6. Meteran 4.
Komputer, kalkulator, alat tulis, dan beberapa perlengkapan yang mendukung untuk pencatatan dan pengolahan data.
3.2.2.
Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri dari operator yang bekerja bersentuhan langsung dan berada di sekitar mesin. Perspektif objektif karyawan dianalisis secara desktiptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tanpa dilakukan analisis lanjutan yang bersifat kuantitatif. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan minimal 10 % dari total populasi untuk dijadikan sampel.
21
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3.2.3.
Objek Objek yang dianalisis adalah kondisi kebisingan keseluruhan pada proses penggilingan, pengeringan, dan sortasi di pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas yang dipengaruhi oleh suara-suara yang dihasilkan oleh mesin-mesin yang berada di area tersebut.
3.3.
Metode Penelitian 3.3.1.
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian digunakan sebagai acuan dalam langkah-langkah penelitian seperti pada Gambar 7. Proses pengolahan teh dilakukan menggunakan mesin-mesin produksi yang menghasilkan getaran jika sedang beroperasi. Getarangetaran yang dihasilkan dari mesin-mesin tersebut menimbulkan kebisingan. Kebisingan yang terjadi di dalam ruang pengolahan harus dikendalikan, ddengan cara pengukuran kebisingan. Hasil pengukuran kebisingan dianalisis, kemudian nilai kebisingan tersebut ditentukan waktu aman bekerja di dalam ruangan bising sesuai dengan standar keamanan yang telah ditentukan.
22
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Proses pengolahan teh
Mesin-mesin produksi menghasilkan Getaran
Kebisingan di dalam ruangan
Membuat grid pada setiap ruangan,dan menentukan koordinat posisi dari titik pengukuran sebagai x dan y
Pengambilan data
Arah mikrofon SLM searah pada sumber kebisingan dengan tinggi pengukuran mendekati telinga operator
Posisi pekerja bekerja di dalam ruangan, serta membuat zona aman dan zona berbahaya akibat kebisingan
Pengukuran kebisingan secara langsung, dan nilainya dijadikan sebagai z untuk diinput ke dalam software
Data subjektif dari subjek
Analisis kebisingan
Melakukan wawancara secara langsung, dan pembagian kuisioner
Standar keamanan kebisingan Evaluasi hasil kuisioner dan dampak negatif yang dirasakan subjek akibat kebisingan
Durasi maksimal berada dalam ruangan Gambar 7. Rancangan penelitian
23
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3.3.2.
Tahap Pendahuluan Pada tahap pendahuluan penelitian dilakukan pengambilan data percobaan untuk mengetahui tingkat kebisingan pada seluruh ruangan dan menentukan ruanganruangan yang akan menjadi objek penelitian. Ruangan yang menjadi objek penelitian adalah ruangan yang tingkat kebisingannya melebihi nilai ambang batas. Kemudian menentukan titik-titik lokasi pengukuran pada setiap ruangan. Selain itu, tahap pendahuluan juga bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada pekerja prosedur dalam pengambilan data dan mengakrabkan diri pada pekerja.
3.3.3.
Tahap Pengambilan Data Pengambilan data di lapangan bertujuan untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder yang diperlukan akan diperoleh melalui literatur. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan meletakkan Sound Level Meter di titik-titik pengukuran yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan cara memetakan tingkat kebisingan yang jarak setiap titknya 1 meter. Metode ini juga sering disebut metode “grid”. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberapa kotak yang mempunyai jarak dan ukuran yang sama yaitu 1x1 m. Adapun lokasi pengukurannya adalah sebagai berikut:
3.3.3.1.
Ruang Penggilingan Pada ruangan ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 343 titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
3.3.3.2.
Ruang Pengeringan Pada ruangan ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 212 titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
3.3.3.3.
Ruang Sortasi Pada ruangan ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 192 titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter. Pada masing-masing titik diukur tingkat kebisingannya dengan mengambil beberapa titik pengukuran yang dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan dengan interval waktu 10 detik. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan tinggi alat pada saat pengukuran ± 120 cm dari lantai. Pengukuran pada tiap titik juga dilakukan pada waktu-waktu yang mewakili tiap shift kerja yaitu shift 1 (pukul 08.00-15.00 WIB), dan shift 2 (pukul 04.00-07.00 WIB). Pemetaan pola kebisingan diperoleh dengan mengikuti kaidah kontur, yaitu membuat garis-garis yang menghubungkan tingkat kebisingan yang sama. Dengan mengikuti kaidah koordinat X,Y,Z dimana X,Y adalah koordinat posisi dari titik pengukuran, sedangkan Z adalah nilai ukur kebisingan pada suatu titik. Selanjutnya data koordinat X,Y,Z sebagai data input ke Software Golden Surfer 8.
24
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
y
x
(0,0)
Titik-titik pengukuran Gambar 8. Sketsa titik-titik pengukuran Kemudian dilakukan survey dengan membagikan kuisioner kepada beberapa pekerja. Data dari kuisioner juga sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. Pembagian kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui keluhan-keluhan dan dampak yang ditimbulkan dari kondisi lingkungan kerja. Kuisioner-kuisioner diberikan kepada para pekerja yang bekerja di dalam pabrik, dimana kuisioner akan diberikan pada beberapa pekerja pada setiap bagian pabrik. Hasil kuisioner akan dijadikan referensi subjektif dari para pekerja yang bersangkutan dalam kaitannya dengan dampak kondisi lingkungan kerja yang dirasakan dalam bentuk prosentase. 3.3.4.
Tahap Pengolahan Data Data-data yang telah didapat melalui pengukuran, diolah menggunakan rumus: SPL = 20 log (P/Pref)
...........................................................................................(6)
Dimana: SPL (sound pressure level) P Pref
: tingkat tekanan kebisingan (dB) : tekanan suara yang bersangkutan (N/m2) : tekanan suara referensi (0.0002 dyne/cm2 = 2 x 10-5 N/m2)
Data yang telah diolah kemudian digunakan sebagai input dalam pembuatan peta kontur kebisingan. Untuk ploting nilai kebisingan pada peta kontur dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Golden Software Surfer 8. Dari peta kontur yang dihasilkan, dapat dianalisis pola dan karakteristik sebaran kebisingan di masing-masing lokasi yang telah ditentukan. Hasil data pengukuran kebisingan dianalisis untuk menentukan lama waktu maksimum yang aman yang diperbolehkan bagi pekerja yang berada dimasing-masing ruangan dengan cara interpolasi dari standar kebisingan yang ada pada tabel 5. Apabila lama waktu yang diperbolehkan tidak memenuhi 8 jam kerja/hari, perlu dilakukan analisis pemilihan alat pelindung telinga yang dapat mereduksi kebisingan yang
25
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
melebihi nilai ambang batas tersebut sehingga pekerja dapat bekerja 8 jam kerja/hari pada lokasi tersebut dengan aman. Ada banyak software yang bisa digunakan untuk pembuatan kontur. Software tersebut antara lain golden software surfer 8, autocad, global mapper, dan arc map. Kelebihan golden software surfer 8 dari ketiga software tersebut adalah: 1. Terdapat fitur di dalam golden software surfer 8 yaitu terdapat worksheet yg memudahkan dalam pegambaran kontur. 2. Selain fitur worksheet, golden software surfer 8 juga mendukung file excel. 3. Golden software surfer 8 lebih banyak dipakai dalam pembuatan kontur. 4. Golden software surfer 8 menyediakan lebih banyak gridding method. Metode gridding di dalam surfer menghasilkan kontur yang akurat, permukaan, gambar rangka, vektor, gambar, dan peta berbayang dari data XYZ yang telah dimiliki. 5. Pengoperasian golden software surfer 8 lebih mudah. Selain itu, penggunaan golden software surfer 8 dalam penelitian dikarenakan pengoperasian software ini telah dipelajari sebelumnya di mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah, sehingga dalam proses pengolahan dan pembuatan kontur tidak dibutuhkan waktu yang lama karena semua cara pengoperasiannya telah dipahami. Ketiga software lainnya yaitu autocad, global mapper, dan arc map bisa digunakan untuk membuat kontur hanya saja butuh waktu untuk memahami cara pengoperasiannya, dan diperlukan data-data yang berbeda untuk penginputan ke dalam software. Dalam penelitian ini, data yang di ukur adalah data X,Y,dan Z yang akan di olah menggunakan software excel kemudian data hasil olahan tersebut di masukkan ke dalam golden software surfer 8.
26
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
IV.
Kebisingan di Ruang-ruang Pengolahan Dalam pengolahan teh dibutuhkan mesin-mesin untuk memproduksi teh dalam skala besar untuk meningkatkan produktivitas teh. Di sisi lain mesin-mesin tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan jika tidak diperhatikan dengan cermat. Kebisingan dari mesin-mesin yang digunakan oleh para pekerja secara tidak langsung dapat merugikan kesehatan, menurunkan performasi dan produktivitas kerja. Pola penyebaran kebisingan yang terjadi pada masing-masing ruangan dari setiap mesin sangat beranekaragam. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah besarnya daya mesin, tingginya putaran poros, jenis transmisi, adanya bagian-bagian mesin yang aus, adanya sambungan antar elemen mesin yang kurang sempurna. Pengukuran kebisingan dipabrik teh dilakukan pada ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi karena ruangan tersebut mempunyai tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas. Pengukuran dilakukan 2 kali yaitu pada shift 1 (pukul 08.0015.00 WIB), dan shift 2 (pukul 04.00-07.00 WIB). Tujuan dilakukan pengukuran pada tiap shift yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat kebisingan setiap ruangan pada waktu siang hari dan malam hari. Pada siang hari aktivitas manusia baik di dalam maupun di luar pabrik lebih banyak dibandingkan dengan malam hari, sehingga akan mempengaruhi nilai kebisingan yang di ukur. 102
Intensitas Kebisingan (dB(A)
4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
100 98 96
Penggilingan Pengeringan
94
Sortasi 92 90 88
1
Shift
2
Gambar 9. Kebisingan maksimum dimasing-masing ruangan pada tiap shift Tabel 13. Data kebisingan hasil pengukuran di masing-masing ruangan Ruangan Kebisingan (dB(A)) Shift 1 Shift 2 Penggilingan 85.9 – 95.2 84.3 – 91.7 Pengeringan 89.9 – 98.5 84.0 – 95.9 Sortasi 74.7– 101.0 72.5 – 90.0
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Setelah dilakukan pengukuran, perbedaan tingkat kebisingan yang terjadi antara siang hari dan malam hari cukup jauh. Hal ini terjadi karena pada malam hari produksi teh lebih sedikit dari siang hari sehingga mesin yang digunakan untuk memproduksi teh hanya sebagian dari jumlah mesin yang ada. Faktor lainnya adalah pada malam hari jumlah tenaga kerja yang bekerja lebih sedikit, sehingga mesin yang dinyalakan juga sedikit agar pekerjaan efektif dan pekerja bisa mengendalikan mesin-mesin yang sedang beroperasi. Oleh sebab itu, tingkat kebisingan pada malam hari lebih kecil dari siang hari. Tingkat kebisingan pada siang hari juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lalu lintas truk, mobil, dan motor yang melewati area pabrik, serta adanya suara-suara manusia baik dari pekerja maupun dari pengunjung pabrik. 4.1.1.
Ruang Penggilingan Ruang penggilingan merupakan tempat untuk mengolah daun-daun teh menjadi butir-butir teh halus dan sekaligus sebagai tempat berlangsungnya proses fermentasi. Ruangan ini mempunyai mesin-mesin yang menghasilkan kebisingan yang cukup tinggi, diantaranya mesin CTC, mesin Green Leaf Shifter (GLS), mesin Barbora Leaf Conditioner (BLC), dan mesin-mesin air humidifier yang berfungsi untuk menjaga kelembaban ruangan. Mesin-mesin ini terletak pada satu ruangan dan tidak terdapat sekat apapun sehingga memungkinkan timbulnya pemantulan suara dari bahan mesin yang umumnya terbuat dari besi. Pemantulan-pemantulan ini dapat mengakibatkan penggabungan suara satu sama lain sehingga di ruangan ini terjadi kebisingan yang cukup tinggi. Di dalam ruang penggilingan terdapat dua jalur proses penggilingan yaitu jalur A dan jalur B, sehingga mesin-mesin yang digunakan bertambah menjadi dua kalinya dan kebisingan yang dihasilkan juga bertambah besar. Lokasi ruang penggilingan yang menjadi objek pengukuran mempunyai dimensi luas 30 m x 20 m, dimana titik-titik pengukuran dipetakan dalam peta kontur berdimensi 1x1 m.
28
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 14. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang penggilingan No.
Nama Mesin
Fungsi
Jumlah
Spesifikasi Teknis
1.
Green Lief Shifter (GLS)
Memisahkan partikel yang tidak dikehendaki dalam proses seperti ulat, tangkai patah, pasir, serta partikel lain yang dapat menyebabkan kerusakan roll CTC
2 Unit
Buatan Teha tahun 1987 Putaran 370 rpm Kapasitas 800-1200 kg/jam
2.
Barbora Lief Conditioner (BLC)
Memper kecil ukuran teh sehingga lebih mudah untuk digiling pada mesin CTC
2 unit
Diameter 15 Inc Kapasitas 800-1200 kg/jam Resistor 9 buah Pressure plat 2 buah Elektro motor merk Tecco Tegangan 220-380 V Kuat arus 64.9/37.6 A Daya 25 hp Putaran 1455 rpm
Triple CTC Machine
Memperkecil partikel teh sehingga menjadi partikel yang sangat halus
2 unit
Ratio gear box 10 : 1 Kapasitas 900 kg V Belt A 58 5 buah V Belt B 105 5 buah V Belt B 760 4 buah Segmen roller CTC 1 8 TPI Segmen roller CTC 2 10TPI Segmen roller CTC 3 10 TPI
4.
Fermenting Unit
Tempat berlangsungnya reaksi enzimatis, sebagai salah satu syarat mutlak proses pengolahan teh hitam CTC untuk mendapatkan hasil dan aroma teh yang khas
2 unit
Dimensi 190x 1600 cm Kapasitas 800 x 1200 kg/Jam Kecepatan 55-60 menit Panjang rantai trays 2x3100 cm Ukuran trays 11 x 185 cm Tegangan 220-380 V Kuat arus 21 A Daya 1 hp Putaran 1380 rpm
5.
Air Humidifier
Mengatur kelembaban relatif udara
4 buah
Daya 0.5 hp
6.
Exhaust Fan
Mengatur pengeluaran udara
2 buah
Kuat arus 8.77/3,92 A Daya 2 hp Putaran 945 rpm Kecepatan udara 167 cfm Jumlah blade 4 buah
3.
29
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Besar kebisingan diruang penggilingan untuk shift 1 berkisar antara 85.9 – 95.2 dB(A), sedangkan untuk shift 2 nilai kebisingan berkisar antara 84.3 – 91.7 dB(A). Nilai kebisingan pada shift 1 lebih tinggi dari nilai kebisingan pada shift 2 karena semua mesin pada jalur A dan jalur B beroperasi termasuk air humidifier pada sisi kanan dan kiri, sedangkan pada shift 2 mesin yang beroperasi hanya pada jalur A saja,dan air humidifier pada sisi kanan dan kiri tidak menyala. Mesin air humidifier cukup memberikan pengaruh kebisingan yang tinggi pada ruangan ini. Mesin air humidifier hanya dinyalakan pada siang hari sekitar pukul 10.00-17.00 WIB, tujuan nya adalah untuk menjaga kelembaban ruangan selama proses penggilingan dan fermentasi berlangsung. Kondisi cuaca yang panas pada siang hari mengakibatkan kelembaban diruangan ini berkurang, sehingga mesin air humidifier dinyalakan. Kelembaban yang dibutuhkan pada ruangan ini berkisar antara 9098%. Kelembaban yang tinggi sangat dibutuhkan agar proses fermentasi berjalan sempurna sehingga dihasilkan teh yang berkualitas baik dari warna, rasa dan aroma. Kelembaban yang kurang pada saat proses fermentasi berlangsung akan menghasilkan teh yang mempunyai rasa yang sepat dan warna yang gelap pada saat diseduh. Proses penggilingan pada malam hari tidak menggunakan mesin air humidifier karena suhu udara pada malam hari cukup rendah sehingga kelembaban tinggi. Berikut ini adalah gambar layout dan kontur dari ruang pengggilingan:
15 14 13 12
96 95 94
11 10
93
9 8 7
92 91 90
6 5
89
4 3 2
88 87
1 0
86
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Gambar 10. Layout dan kontur kebisingan ruang penggilingan untuk shift 1
30
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
16 15 14 13
92
12 11
91
10
90
9 8
89 88
7 6
87
5 86
4 3
85
2 1
84
0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Gambar 11. Layout dan kontur kebisingan ruang penggilingan untuk shift 2 Keterangan: : Posisi pekerja bekerja di ruang penggilingan Dari peta kontur di atas dapat dilihat bahwa pola penyebaran kebisingan di stasiun ini untuk setiap shiftnya tidak seragam. Sumber kebisingan tertinggi tersebar sesuai dengan sumber bunyi yang terjadi pada saat pengukuran. Kebisingan tertinggi diruang penggilingan berasal dari mesin Triple CTC, mesin GLS, mesin BLC, mesin air humidifier, exhaust fan, dan bising yang ditimbulkan dari getaran teralis-teralis yang digunakan untuk menutupi mesin-mesin produksi. Kebisingan di bagian ruangan tersebut dinamakan zona bising tinggi dimana pekerja tidak boleh berada di zona tersebut dalam waktu yang lama. Ruang penggilingan juga mempunya bagian ruangan dengan kebisingan yang rendah dinamakan zona bising rendah. Kebisingan pada bagian ini hanya bersumber dari beberapa mesin yang menghasilkan kebisingan yang rendah seperti biding yang ditimbulkan dari mesin fermenting unit, dan mesin penggerak conveyor, serta exhaust fan. Dengan adanya zona bising rendah di ruang penggilingan, pekerja dapat beristirahat sejenak di zona ini untuk menghindari terjadinya kerusakan pada alat pendengaran pekerja. Zona bising rendah mempunyai waktu aman bekerja lebih lama dibanding zona bising tinggi. Kebisingan yang terjadi di ruang penggilingan di sebabkan juga oleh umur mesinmesin produksi yang sudah tua, banyaknya bagian-bagian mesin yang tidak terpasang secara sempurna, ada beberapa bagian dari komponen mesin yang rusak, pemasangan teralis yang tidak baik sehingga menimbulkan getaran yang tinggi, banyak komponen mesin yang aus, dan kurangnya perawatan mesin menyebabkan mesin cepat rusak dan menghasilkan bising yang tinggi. Ruang penggilingan umumnya mempunyai nilai kebisingan melebihi 85 dB(A) sehingga lokasi tersebut dikategorikan sebagai daerah dengan tekanan bising yang tinggi dengan minimum waktu kerja kurang dari 8 jam kerja/hari. Namun, pada kenyataaannya para pekerja bekerja lebih dari 8 jam kerja/hari.
31
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4.1.2.
Ruang Pengeringan Ruang pengeringan merupakan tempat berlangsungnya proses pengeringan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis dan untuk menghasilkan teh dengan kadar air 2.53.5 agar teh tahan lama disimpan. Pengeringan dilakukan dengan mesin Fluid Bed Dryer (FBD) dengan sumber panas pada mesin Heat Exchanger (HE). Pada ruang pengeringan juga terdapat dua jalur untuk proses pengeringan yaitu jalur A dan jalur B. Letak Jalur A dan jalur B pada ruang pengeringan dibuat sama dengan letak jalur A dan jalur B di ruang penggilingan. Hasil teh yang telah digiling dan difermentasi langsung diteruskan menggunakan konveyor menuju ruang pengeringan sehingga proses pengolahan teh berlangsung secara kontinyu tanpa perlu dilakukan pemindahan teh yang akan memakan waktu produksi. Sama seperti di ruang penggilingan, ruang pengeringan mempunyai mesin-mesin yang menghasilkan kebisingan yang tinggi karena mempunyai dua jalur sehingga mesinmesin yang digunakan bertambah menjadi dua kalinya dan kebisingan yang dihasilkan juga bertambah besar. Lokasi ruang penggilingan yang menjadi objek pengukuran mempunyai dimensi luas 20 m x 20 m, dimana titik-titik pengukuran dipetakan dalam peta kontur berdimensi 1x1 m. Berikut adalah layout dan kontur dari ruang pengeringan: 18
16
14
12
10
8
6
4
2
0 0 2 4
98 97
6
96 95
8
94 93
10
92 91
12 90
14 16
Gambar 12. Layout dan kontur kebisingan ruang pengeringan untuk shift 1
32
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0 0 2 4
96 95 94
6
93 92 91
8 90 89
10
88 87 86
12
85 84
14 16
Gambar 13. Layout dan kontur kebisingan ruang pengeringan untuk shift 2 Keterangan: : Posisi pekerja bekerja di ruang pengeringan
33
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 15. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang pengeringan No.
Nama Mesin
Fungsi
Jumlah
Spesifikasi Teknis
1.
Fluid Bad Dryer (FBD)
Menghentikan proses fermentasi dan menurunkan kadar air sampai 2.5-3%
2 Unit
Buatan Prima Jabar Steel tahun 1987 Dimensi 862x113x223 cm Kapasitas 250-300 kg/jam Kecepatan 15-18 menit
2.
Heat Exchanger
Sebagai sumber panas bagi keperluan pengeringan
2 buah
Buatan Teha Multi Turbular Ignation Transpormer 15000 V Burner merk Weishoupt type L 5 Z Type Burner Control LAL 2.25 Type Sevo Motor 1050 Type Photo cell Q RB 1
3.
Burner
Sumber api
1 buah/unit
Nozzel 15 Gph No 8 dan 3 Tekanan 11 Bar Elektro motor merk Weishoupt Tegangan 220- 380 V Kuat arus 6.8-6.3 A Daya 1.4 kW Putaran 2820 rpm
4.
Ducting
Saluran udara menuju cyclone
1 buah/unit
Putaran 1250 rpm Bearing 22217 K 2buah
5.
Cyclone
Menghisap debu teh yang ringan dan uap air
1buah/unit
V belt C 132 5 buah Elektro motor merk GEC Tegangan 220-380 V Daya 25 hp Putaran 1455 rpm Kuat arus 64.8/37.5 A
6.
Colling Fan
Mendinginkan suhu bubuk teh
1 buah/unit
Bearing 1210 K 2 buah V belt a 49 4 buah Elektro motor merk Tecco Kuat arus 3.8 A Daya 1 hp
7.
Exhaust Fan
Menghisap udara ke pembuangan
1buah/unit
Buatan Prima Jabar Stell No Bearing 1209 K V Belt B 62 Elektro motor buatan Singapura Kuat Arus 9,2-5,35 A Daya 20 hp Putaran 1440 rpm
34
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Besar kebisingan diruang pengeringan lebih tinggi dari ruangan lainnya dan kebisingannya merata disetiap bagian ruangan. Pada ruang pengeringan, besar kebisingan terjadi untuk shift 1 dan shift 2 berturut-turut adalah berkisar antara 89.9 – 98.5 dB(A) dan 84.0 – 95.9 dB(A). Dapat dilihat bahwa besar kebisingan maksimum pada shift 1 berbeda cukup jauh dengan besar kebisingan maksimum pada shift 2. Pola penyebaran kebisingan antara shift 1 dan shift 2 juga tidak seragam. Hal ini terjadi karena pada shift 1 mesin-mesin pada jalur A dan jalur B beroperasi. Jalur A dan jalur B pada ruang pengeringan beroperasi jika jalur A dan jalur B di ruang penggilingan beroperasi. Pada shift 2 mesin-mesin yang beroperasi di ruang pengeringan hanya satu jalur karena di ruang penggilingan mesin yang beroperasi juga satu jalur sehingga nilai kebisingan pada waktu ini lebih rendah. Kebisingan tertinggi di ruang pengeringan bersumber dari mesin-mesin di heat exchanger seperti burner, main fan, exhaust fan, serta mesin-mesin di FBD seperti cooling fan, cyclone, ducting, oksilator, dan mesin inter conveyor. Besar kebisingan di ruang pengeringan untuk shift 1 hampir merata di seluruh bagian ruangan. Oleh sebab itu, di ruang pengeringan tidak terdapat zona bising tinggi dan rendah, sehingga apabila pekerja telah memasuki waktu aman berada di ruang tersebut, pekerja harus beristirahat dengan cara keluar dari ruang pengeringan. Pada shift 2 terdapat zona bising tinggi dan zona bising rendah karena pengoperasian mesin hanya pada satu jalur saja, sehingga kebisingan tinggi hanya pada daerah di sekitar mesin-mesin yang beroperasi pada jalur tersebut. Zona bising tinggi terletak d sekitar mesin-mesin pada jalur A dengan waktu aman berada di zona tersebut tidak boleh melebihi 2 jam. Zona bising rendah terletak disekitar mesin-mesin pada jalur B yang tidak beroperasi. Dengan tidak beroperasinya mesin-mesin ini, kebisingan di sekitar jalur B cukup rendah sehingga waktu aman berada di zona tersebut adalah 8 jam. Pekerja yang telah memasuki waktu aman berada di zona bising tinggi bisa beristirahat di zona bising rendah sambil tetap bisa mengamati proses pengeringan yang sedang berlangsung sehingga pekerjaan bisa dengan tidak merusak alat pendengaran pekerja. 4.1.3.
Ruang Sortasi Ruang sortasi merupakan tempat untuk pemisahan bubuk teh kering hasil pengeringan dengan menggunakan mesin berdasarkan ukuran partikel, warna, bentuk, berat jenis dan kandungan serat sehingga diperoleh partikel teh yang seragam sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Mesin yang dipergunakan dalam proses sortasi teh terdiri atas midleton, vibro blank, vibro mesh, chota shifter, mini crusher, mini cutter, dan suction winnower serta exhaust fan yang berfungsi untuk menghisap debu teh yang ada di dalam ruangan. Ruang sortasi mempunyai dimensi luas 20 x 20 m, dimana titik-titik pengukuran dipetakan dalam peta kontur berdimensi 1x1 m. Mesin-mesin untuk sortasi terletak pada sisi kanan ruangan, sedangakan sisi kiri ruangan hanya berisi susunan teh yang telah dikemas ke dalam papersack yang siap untuk didistribusikan. Hasil teh yang telah dikeringkan di ruang pengeringan langsung dilanjutkan ke ruang sortasi melalui konveyor. Proses berpindahnya teh dari ruang pengeringan ke ruang sortasi berlangsung secara kontinyu, sama seperti proses pemindahan teh pada ruang penggilingan ke ruang pengeringan. Kebisingan di ruang sortasi merupakan kebisingan paling rendah diantara ruang lainnya. Berikut adalah layout dan kontur dari ruang sortasi:
35
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 2 101 100 99 98 97 96 95 94 93 92 91 90 89 88 87 86 85 84 83 82 81 80 79 78 77 76 75 74
4 6 8 10 12 14
Gambar 14. Layout dan kontur kebisingan ruang sortasi untuk shift 1 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 2 90 89 88
4
87 86 85 84
6
83 82 81 80
8
79 78 77 76 75
10
74 73 72
12 14
Gambar 15. Layout dan kontur kebisingan ruang sortasi untuk shift 2 Keterangan: : Posisi pekerja bekerja di ruang sortasi
36
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dari seluruh gambar pada ruang sortasi di atas dapat dilihat bahwa pola penyebaran kebisingan di ruang sortasi untuk tiap shift hampir sama, terutama pada bagian sisi bawah gambar yang merupakan tempat berisi susunan papersack. Besar kebisingan terjadi untuk shift 1 dan shift 2 berturut-turut adalah berkisar antara 74.7 – 101 dB(A) dan 72.5 – 90.0 dB(A). Perbedaan nilai maksimum kebisingan di ruang sortasi cukup jauh, karena pada shift 1 semua mesin beroperasi termasuk mesin mini crusher yang memberikan kebisingan yang cukup tinggi di ruangan ini, sedangkan pada shift 2 hanya mesin-mesin pada jalur A dan B serta exhaust fan saja yang beroperasi. Perbedaan nilai minimum kebisingan di ruang sortasi untuk shift 1 dan shift 2 relatif sama. Kebisingan yang ada di ruang sortasi hanya dirasakan berlebihan pada titik-titik tertentu yaitu pada mesin yang menghasilkan kebisingan kuat. Kebisingan yang tinggi bersumber dari mesin-mesin sortasi seperti midleton, mini crusher, vibro blank dan vibro mess pada jalur A dan jalur B, chota shifter, suction winower dan exhaust fan. Mesin-mesin tersebut terletak di sebelah kanan ruangan sehingga kebisingan yang tinggi hanya di rasakan di sekitar daerah tersebut. Daerah dimana terdapat semua mesin sortasi termasuk exhaust fan yang menghasilkan kebisingan yang tinggi disebut zona bising tinggi. Semua pekerja di ruangan sortasi bekerja di zona ini. Waktu aman untuk berada di zona ini tidak boleh melebihi 1 jam untuk shift 1, dan tidak boleh melebihi 4 jam untuk shift 2. Pekerja yang telah memasuki waktu aman harus beristirahat ke zona bising rendah dimana zona ini terletak di sebelah kiri ruangan. Zona bising rendah mempunyai waktu aman lebih dari 8 jam. Kebisingan di sebelah kiri ruangan rendah karena di daerah ini tidak terdapat mesin-mesin sortasi. Bagian sisi kiri ruang sortasi hanya berisi susunan teh yang telah dikemas dalam papersack, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum teh didistribusikan.
37
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 16. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang sortasi No.
Nama Mesin
Fungsi
Jumlah
Spesifikasi Teknis
1.
Mideltone
Memisahkan the dari mesin pengering berdasarakan ukuran partikel
1 unit
Buatan Teha tahun 1987 Dimensi 250 x 96 cm Kapasitas 400 – 450 kg Vibrasi 120 / menit Ukuran ayakan mesh 12 Diameter lubang 5 mm dan 7 mm Tegangan 220-380 V Kuat Arus 12.2/7.6 A Daya 4 hp Putaran 955 rpm
2.
Vibro Extraktor Blank
Memisahkan teh partikel kering dengan mengangkat serat partikel teh dengan berat jenis yang sangat ringan
2 unit
Dimensi 96 x 455 cm Vibrasi 360 putaran 420 rpm Diameter rool 31 cm Kemiringan 8o Elektro motor merk Tecco Kuat Arus 6.6/3.84 A Daya 2 hp Putaran 1430 rpm
3.
Mini Cruser
Memperkecil ukuran sebelum masuk crusher
1 unit
Kapsitas 250 kg Kuat Arus 9.68/5.7 A Daya 3 hp Putaran 960 rpm
4.
Vibro Extraktor Mesh
Mebersihkan teh kering dari serat sekaligus memisahkan teh kering berdasarkan ukuran partikelnya
2 unit
Dimensi 96 x 455 cm Vibrasi 360 Putaran 420 rpm Kuat Arus 6.6/3.84 A Daya 2 hp Putaran 1430 rpm
5.
Chotta Shiter
Memisahkan partikel berdasarkan partikelnya
2 unit
Dimebsi 240 cm x 62 cm Tinggi 155 cm Putaran 150 rpm Ukuran Ayakan 10-16-18-2030 Daya 2 hp Putaran 940 rpm
6.
Suction Winower
Memisahkan teh kering berdasarkan berat jenis partikelnya
1 unit
7.
Exhaust Fan
Menghisap debu dari kotoran serta membuangnya ke luar ruangan
3 unit
Elektro motor merk Woods Kuat Arus 32 A Daya 10 hp Putaran 960 rpm
38
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4.2.
Waktu Aman Untuk Berada di Tiap-tiap Ruangan Nilai ambang batas waktu kontak pada lingkungan bising yang terdapat pada tabel 5 merupakan waktu kontak aman maksimum yang diizinkan untuk berada dalam intensitas bising yang bersangkutan. Apabila waktu kontak melebihi batas waktu tersebut, maka akan terjadi gangguan pada alat pendengaran seperti berdengung, kurang pendengaran, bahkan kerusakan pendengaran secara permanen. Makin tinggi intensitas kebisingan, maka makin sedikit waktu kontak yang diizinkan. Ada beberapa standar mengenai berapa waktu yang aman berdasarkan keadaan bising tertentu sesuai dengan intensitas suara yang ada, diantaranya: standar OSHA (Occupational Safety and Health Act), standar ISO (International Standard Organization), dan yang digunakan di Indonesia adalah standar berdasarkan keputusan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker). Dari hasil pengukuran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa dengan nilai kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin pengolah teh maka waktu kontak aman bagi pekerja di dalam ruangan tidak boleh melebihi 8 jam kerja/hari. Waktu aman ini didapat dengan cara interpolasi nilai kebisingan yang telah diukur dengan waktu aman sudah ditetapkan berdasarkan standar yang ada. Berikut grafik yang menunjukkan waktu kontak aman untuk setiap ruangan. 300 250 200 Waktu Pemaparan 150 (menit) 100
penggilingan pengeringan sortasi
50 0 shift 1
shift 2 Waktu Kerja
Gambar 16. Waktu pemaparan menurut Kemenaker RI 4.2.1.
Ruang Penggilingan Ruang penggilingan mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi di sebelah selatan ruangan dan tingkat kebisingan yang rendah di sebelah utara ruangan. Umumnya operator bekerja di bagian selatan ruangan, karena kebanyakan mesin-mesin terletak di daerah tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan,maka didapat waktu aman bagi pekerja yang bekerja di ruang penggilingan. Menurut Kemenaker, waktu yang aman bagi pekerja untuk bekerja di ruang penggilingan untuk shift1 adalah 1 jam 57.6 menit dan untuk shift 2 adalah 3 jam 19.2 menit. Kebisingan yang dihasilkan di ruang penggilingan berdasarkan standar keamanan yang ada ternyata melebihi nilai ambang batas yang diizinkan, sehingga perlu dilakukan pengendalian kebisingan lebih lanjut.
39
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4.2.2.
Ruang Pengeringan Tingkat kebisingan di ruang pengeringan ini cukup tinggi dan merata diseluruh bagian ruangan. Kebisingan yang ada di ruangan ini ternyata melebihi nilai ambang batas yang diizinkan yaitu 85 dB(A). Kebisingan tertinggi berada di sekitar bagian utara ruangan, dimana operator banyak menghabiskan waktu bekerja di daerah tersebut. Waktu aman bagi pekerja untuk bekerja di ruang pengeringan menurut Kemenaker untuk shift 1 adalah 1 jam 18 menit dan untuk shift 2 adalah 1 jam 49.2 menit. Tingkat kebisingan yang tinggi di ruang pengeringan mengharuskan pekerja tidak boleh berada di dalam ruangan melebihi waktu aman yang telah ditentukan. Untuk berada di dalam ruangan lebih dari waktu aman, pekerja harus menggunakan alat pelindung telinga untuk mereduksi kebisingan yang ada.
4.2.3.
Ruang Sortasi Ruang sortasi mempunyai tingkat kebisingan paling rendah diantara ruang penggilingan dan pengeringan, sehingga waktu aman untuk berada di dalam ruangan ini juga terbilang cukup lama. Waktu aman bagi pekerja untuk bekerja diruang sortasi menurut Kemenaker untuk shift 1 adalah 54 menit dan untuk shift 2 adalah 4 jam. Pada bagian sisi kiri ruang sortasi nilai kebisingan berada di bawah nilai ambang batas, sehingga waktu aman untuk berada di daerah tersebut bisa mencapai 8 jam kerja/hari. Lama waktu aman maksimum yang diperbolehkan di masing-masing ruangan pabrik untuk tiap-tiap shift dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 17. Waktu kontak aman per hari di masing-masing ruangan menurut Kemenaker RI Ruangan Kemenaker RI
4.3.
Penggilingan
Shift 1 117.6 menit
Shift 2 199.2 menit
Pengeringan Sortasi
78 menit 54 menit
109.2 menit 240 menit
Evaluasi Hasil Kuisioner Pembagian kuisioner dilakukan bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kebisingan di tempat kerja terhadap pekerja yang setiap harinya bekerja pada lingkungan tersebut. Kuisioner dibagikan kepada 15 orang pekerja yang mewakili dari setiap bagian di pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas. Data kuisioner dan tabulasi hasil-hasil kuisioner disajikan pada lampiran 5. Berdasarkan hasil kuisioner dari 15 pekerja, sebenarnya para pekerja mengakui bahwa lingkungan tempat mereka bekerja bising, tetapi hanya sedikit pekerja yang mengambil langkah untuk menghindari dan mengurangi kebisingan yang diterima oleh telinganya. Dari jawaban yang telah terkumpul, dapat diketahui bahwa sebagian pekerja mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan yang ada, tetapi ada sebagian pekerja mengaku tidak mengalami gangguan pendengaran. Besarnya pengaruh intensitas kebisingan terhadap pendengaran pekerja dapat dilihat pada gambar 17.
40
Persentase (%)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
berdengung atau berdesis kurang dengar sementara berdengung dan kurang dengar sementara
Dampak Kebisingan Gambar 17. Pengaruh kebisingan terhadap pendengaran pekerja Dengan kondisi lingkungan yang bising akan sangat mudah menyebabkan gangguan kesehatan terhadap pekerja. Sebagian pekerja mengaku tidak mengalami gangguan pendengaran (40%), tetapi pada kenyataannya berbicara dengan pekerja pada ruangan tersebut harus menggunakan suara yang keras, atau mendekatkan pembicaraan ke telinga pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pekerja mengalami gangguan pendengaran tetapi tidak disadari oleh pekerja itu sendiri, atau kalaupun pekerja sadar akan kondisi kesehatannya,kebanyakan pekerja membiarkan gangguan yang mereka alami. Berbagai gangguan yang terjadi akibat kebisingan yang tinggi diantaranya gangguan komunikasi, gangguan kenyamanan dalam bekerja, dan gangguan konsentrasi saat bekerja. Besarnya gangguan yang dialami pekerja akibat kebisingan dapat dilihat pada gambar 18.
Persentase (%)
50 45 40 35 30 25 20 15 10
susah berkomunikasi tidak nyaman susah berkonsentrasi
5 0
Jenis Gangguan Gambar 18. Jenis gangguan kebisingan terhadap pekerja Tingkat kebisingan yang tinggi mengharuskan pekerja untuk mengeluarkan suara lebih keras jika ingin berkomunikasi. Oleh sebab itu, kebanyakan pekerja memilih diam pada
41
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
saat berada di dalam ruangan, dan berbicara jika ada hal-hal yang sangat penting. Suara mesin yang bising juga membuat pekerja sulit berkonsentrasi dalam bekerja dan merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Dengan kondisi seperti itu, pekerja mengalami banyak keluhan dari dalam tubuh mereka. Keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja antara lain mudah lelah, sulit tidur, kepala pusing, lekas marah, mudah tersinggung, dan penurunan pendengaran. Besarnya keluhan yang dirasakan oleh pekerja dapat dilihat pada gambar 19. 35
Persentase (%)
30 25
mudah lelah
20
sulit tidur kepala pusing
15
lekas marah
10
mudah tersinggung penurunan pendengaran
5 0 jenis keluhan
Gambar 19. Jenis keluhan yang dialami pekerja Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pekerja merupakan salah satu dampak kebisingan di tempat kerja. Akan tetapi, kebanyakan pekerja membiarkan kebisingan mengganggu pendengaran mereka, karena telah terbiasa dengan kondisi tersebut dan kurangnya kesadaran dari para pekerja itu sendiri akan bahaya kebisingan yang terjadi. Hal ini terlihat ketika para pekerja mengalami gangguan pendengaran, tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengobati gangguan tersebut. Hanya sebagian pekerja yang memeriksakan diri ke dokter, tetapi kebanyakan pekerja tidak melakukan apa-apa jika mereka mengalami gangguan pendengaran. Besarnya tindakan yang dilakukan pekerja jika mereka mengalami gangguan kebisingan dapat dilihat pada gambar 20.
42
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
50 45
Persentase (%)
40 35 30
tidak berbuat apa-apa
25
meminta saran ke teman
20
berobat ke dokter
15
tidak bekerja
10 5 0 tindakan pekerja Gambar 20. Tindakan pekerja jika mengalami gangguan pendengaran. Dari hasil kuisioner, diketahui bahwa hampir keseluruhan pekerja bekerja 8 jam kerja/hari (66.67%), sedangkan pekerja yang lain ada yang bekerja kurang dari 8 jam kerja/hari (13.33%), bahkan ada juga pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam kerja/hari (20%). Perbedaan jam kerja ini disebabkan oleh perbedaan pekerjaan pada masing-masing ruangan. Untuk ruang penggilingan dan pengeringan, pekerja bekerja lebih dari 8 jam kerja/hari, sedangkan untuk ruang pembeberan, pekerja bekerja kurang dari 8 jam kerja/hari. Sebanyak (100%) pekerja menjawab ada waktu istirahat selama bekerja. Waktu istirahat dilakukan secara bergantian antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya karena proses produksi berlangsung secara kontinyu. Sebagian besar pekerja (46.67%) tidak menggunakan alat pelindung telinga selama berada di dalam ruangan bising sehingga akan sangat mudah terkena gangguan pendengaran. Alasan para pekerja tidak menggunakan alat pelindung telinga karena alat tersebut tidak nyaman, alat tersebut bisa mengganggu sistem gerak pekerja pada saat bekerja, dan jika menggunakan alat pelindung telinga pekerja tidak dapat mengetahui apakah ada mesin yang mati atau rusak. Akan tetapi, ada sebagaian pekerja (53.33%) yang peduli terhadap kesehatan mereka dengan menggunakan alat pelindung telinga pada saat bekerja. Beberapa alat pelindung telinga yang digunakan oleh para pekerja antara lain kapas, earplug, dan topi. Sebagian dari pekerja belum mengetahui efek dari kebisingan dan manfaat dari penggunaan alat pelindung telinga. Oleh karena itu, perlu diadakan program penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk efek kebisingan dan penanggulangannya.
4.4.
Pengendalian Kebisingan Pengendalian kebisingan merupakan hal yang wajib diterapkan dalam suatu pabrik yang menghasilkan kebisingan pada level tertentu. Namun, pengendalian kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perancangan pabrik yaitu faktor kelayakan ekonomi, faktor safety, kemudahan operasi alat, dan kemudahan maintenance. Setelah dilakukan pengukuran kebisingan pada ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi, dan telah diketahui waktu yang aman untuk berada di dalam ruangan tersebut, maka perlu
43
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dilakukan pengendalian kebisingan agar pekerja bisa bekerja melebihi waktu aman yang telah ditetapkan tanpa mengganggu kesehatan pekerja. Pengendalian pada masing-masing ruangan untuk setiap shift tersebut dilakukan dengan mereduksi kebisingan sampai berada di bawah nilai ambang batas yang telah di tentukan. Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan Menaker RI adalah 85 dB(A). Pereduksian kebisingan dilakukan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan pekerja saat bekerja. Tabel 15 menunjukkan tingkat reduksi kebisingan yang diperlukan untuk masing-masing ruangan pada tiap shift.
Ruang Penggilingan Pengeringan Sortasi
Tabel 18. Besar reduksi kebisingan yang diperlukan Shift Kebisingan (dB(A)) 1
Intensitas 95.2
Batas 85
Reduksi 10.2
2 1 2 1 2
91.7 98.5 95.9 101 90
85 85 85 85 85
6.7 13.5 10.9 16 5
Dalam buku Kesehatan dan Keselamatan Kerja (1984) dalam Baiquni (2009), dijelaskan bahwa fungsi alat pelindung telinga adalah untuk menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Pengurangan intensitas kebisingan dari alat pelindung telinga ini tergantung dari jenisnya, cara pemakaiannya, serta keterangan penggunaannya. Kebisingan yang tinggi di masing-masing ruangan menyebabkan pekerja harus menggunakan alat pelindung telinga. Pekerja yang bekerja di daerah-daerah yang besar kebisingannya melebihi 100 dB(A) dianjurkan menggunakan APT jenis tutup telinga yang dapat mereduksi kebisingan sekitar 25-40 dB, sedangkan untuk daerah-daerah yang besar kebisingannya masih di bawah 100 dB(A) cukup dengan menggunakan APT jenis sumbat telinga yang dapat mereduksi kebisingan sekitar 8-30 dB. Berdasarkan besar kebisingan dan reduksi yang diperlukan, maka untuk ketiga ruangan yang diukur yaitu ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi dianjurkan menggunakan sumbat telinga pada shift 1 dan shift 2 karena kebisingan maksimum diruangan ini masih di bawah 100 dB(A) dengan tingkat reduksi berkisar 6.7 – 10.2 dB(A) untuk ruang penggilingan, 10.9 – 13.5 dB(A) untuk ruang pengeringan, dan 5-16 dB(A) untuk ruang sortasi. Penggunaan APT secara benar dan teratur oleh pekerja dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan pendengaran. Namun, pada kenyataannya, banyak pekerja yang tidak menggunakan APT. Hanya sebagian pekerja yang menggunakan APT berupa kapas. Penyediaan APT dari perusahaan dalam jumlah yang sedikit serta tidak adanya peraturan khusus yang mewajibkan semua pekerja menggunakan APT, menjadi salah satu faktor yang membuat pekerja tidak menggunakan APT pada saat bekerja. Contoh alat pelindung telinga beserta reduksi kebisingan dan harga dapat dilihat pada lampiran 6. Menurut jenisnya alat pelindung telinga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Sumbat Telinga Dapat dibuat dari kapas, plastik, karet alami, dan sintetis. Pengurangan tekanan bising pada sumbat telinga ini adalah berkisar 8-30 dB. Hal ini tergantung pada longgar tidaknya pemasangan sumbat telinga menutup lubang telinga. Daya proteksi alat ini
44
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.
3.
kurang untuk besar bising di atas 100 dB, tidak dapat dipakai bila ada infeksi telinga, sulit dimonitor pemakaiannya karena dari jauh tidak terlihat, harus disediakan berbagai ukuran dan mudah hilang karena kecil, serta perlu perawatan untuk menjaga kebersihan. Tutup Telinga Dapat dipakai pada tekanan bising sampai dengan 110 dB karena dapat mengurangi tekanan bising sekitar 25-40 dB, dapat digunakan walaupun terdapat infeksi pada telinga dan cukup disediakan satu ukuran, tidak mudah hilang, serta mudah dimonitor karena dapat dilihat dari luar. Kerugiannya adalah tidak nyaman dalam penggunaan yang lama di lingkungan yang panas dan mengganggu penggunaan alat pelindung lain. Kombinasi tutup telinga dan sumbat telinga dianjurkan untuk tekanan bising antara 120-125dB. Helmet Dapat mengurangi bising sekitar 40-50 dB dan mengurangi masuknya gelombang suara melalui getaran tulang kepala. Kerugiannya mahal dan tidak nyaman penggunaannya karena besar dan berat.
Tabel di bawah ini menunjukkan jenis alat pelindung telinga dengan tingkat peredaman kebisingan berdasarkan kisaran frekuensi. Tabel 19. Peredaman kebisingan berbagai jenis APT Jenis Pelindung Peredaman Kebisingan (dB(A)) 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz Sumbat kapas 2 3 4 8 12 12 (2) (2) (3) (3) (6) (4) Sumbat kapas berlilin 6 10 12 16 27 32 (4) (5) (4) (5) (7) (9) Sumbat wol gelas 7 11 13 17 29 35 (4) (5) (4) (7) (6) (7) Sumbat tercetak sesuai 15 15 16 17 35 41 telinga ybs. (7) (8) (5) (5) (5) (5) Penutup berperapat busa 8 14 24 34 36 43 (6) (5) (6) (8) (7) (8) Penutup berperapat cairan 13 20 33 35 38 47 (6) (6) (6) (6) (7) (8) Helm penerbang 14 17 29 32 48 59 (4) (5) (4) (5) (7) (9) Keterangan: Angka dalam kurung merupakan penyimpangan (deviasi) standar Sumber: SPLN 46-1 : 1981
8000 Hz 9 (5) 26 (9) 31 (8) 28 (7) 31 (8) 41 (8) 54 (9)
Upaya pengendalian kebisingan dapat juga dilakukan dengan pengendalian teknis yaitu memeriksa dan memperbaiki bagian-bagian mesin-mesin yang memungkinkan menjadi penyebab kebisingan ketika mesin bekerja seperti memberi pelumas pada bagian-bagian mesin yang aus, merekatkan sambungan-sambungan antar bagian mesin, dan mengganti bagian-bagian mesin yang telah rusak. Sebagai contoh, pada ruang penggilingan, teralisteralis yang dipasang sebagai penutup mesin-mesin diperkuat pemasangan baut-bautnya, agar pada saat mesin beroperasi, teralis-teralis tersebut tidak bergetar dan menghasilkan kebisingan.
45
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pengendalian kebisingan lainnya dilakukan dengan mengurangi waktu terkena kebisingan (pemajanan) terhadap pekerja dengan cara pengaturan waktu kerja dan istirahat, sehingga waktu kerja dari pekerja masih berada dalam batas aman. Caranya adalah jika pekerja sudah berada di lingkungan kerja yang bising sesuai dengan batas waktu maksimum yang diperbolehkan, maka pekerja tersebut harus istirahat meninggalkan tempat kerja tersebut selama beberapa menit dan kembali lagi ke tempat kerja tersebut untuk bekerja seperti biasa. Pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan cara mengatur jadwal produksi, menentukan jadwal kerja, dan rotasi tenaga kerja, penjadwalan operasi mesin, transfer tenaga kerja dengan keluhan pendengaran, membuat peraturan yang jelas sesuai dengan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dari kedua belah pihak dalam rangka menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja. Perusahaan menyediakan APT dalam jumlah yang cukup untuk semua pekerja, dan memberi peraturan yang mewajibkan semua pekerja menggunakan APT, serta kesadaran dari semua pekerja untuk menggunakan APT agar resiko terjadinya gangguan pendengaran menurun.
46
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
V.
5.1.
Kesimpulan 1. 2.
3.
5.2.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kebisingan yang terjadi di ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi berturut-turut adalah berkisar antara 84.3 – 95.2 dB(A), 84.0 – 98.5 dB(A), dan 72.5 – 101 dB(A). Pola penyebaran kebisingan pada tiap shift tidak seragam karena jumlah mesin yang beroperasi pada shift 1 dan shift 2 berbeda. Namun, pada ruang sortasi pola penyebaran kebisingan hampir serupa. Bagian dengan kebisingan tinggi terletak di bagian kanan ruangan dimana seluruh mesin-mesin untuk proses sortasi diletakkan disana, dan bagian dengan kebisingan rendah terletak di bagian kiri ruangan yang merupakan tempat penyimpanan teh yang sudah dikemas dalam papersack. Batas waktu aman maksimum untuk pekerja bekerja di dalam ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi menurut standar Kemenaker RI untuk shift 1 berturut-turut adalah 1 jam 57.6 menit/hari, 1 jam 18 menit/hari, dan 54 menit/hari, sedangkan untuk shift 2 berturut-turut adalah 3 jam 19.2 menit/hari, 1 jam 49.2 menit/hari, dan 4 jam/hari.
Saran 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pekerja yang bekerja di ruang penggilingan disarankan untuk berada di zona bising tinggi yaitu di sekitar mesin-mesin CTC, BLC, GLS, air humidifier, dan exhaust fan tidak melebihi 2 jam. Jika pekerja telah bekerja di zona bising selama 2 jam, maka pekerja dapat beristirahat di zona bising rendah di dalam ruangan dengan waktu aman tidak melebihi 8 jam. Pekerja yang bekerja di ruang pengeringan disarankan untuk berada di zona bising tinggi yaitu di sekitar mesin-mesin FBD dan heat exchanger tidak melebihi 1.5 jam. Jika pekerja telah bekerja di zona bising selama 1.5 jam, maka pekerja dapat beristirahat di zona bising rendah di dalam ruangan dengan waktu aman tidak melebihi 6 jam. Pekerja yang bekerja di ruang sortasi disarankan untuk berada di zona bising tinggi yaitu di sekitar mesin-mesin sortasi seperti midleton, mini crusher, vibro blank dan vibro mess, chota shifter, suction winower dan exhaust fan tidak melebihi 2 jam. Jika pekerja telah bekerja di zona bising selama 2 jam, maka pekerja dapat beristirahat di zona bising rendah di dalam ruangan dengan waktu aman bekerja selama 8 jam. Harus dibuat zona-zona kebisingan di dalam ruangan, dimana terdapat zona dengan kebisingan tinggi dan zona dengan kebisingan rendah, sehingga pekerja dapat beristirahat sejenak di zona dengan kebisingan yang rendah dengan pada saat bekerja. Kebisingan pada setiap ruangan harus diredam dengan mengurangi getaran di tempattempat yang menimbulkan bising,terutama disekitar mesin-mesin produksi, dan mempertebal plat yang digunakan di ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi agar getaran yang dihasilkan berkurang. Membuat ruang kedap suara yang transparan untuk pekerja agar pekerja tetap bisa mengontrol pekerjaan dengan tidak mengganggu alat pendengaran pekerja akibat kebisingan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA Mc. Cormick and Sanders.1992. Human Factor in Engineering and Design, 7th Ed, McGraw-Hill, New York. Lipscomb, D. M. 1978. Noise and Audiology. University Park Press. Baltimore. Maryland. Moriber, G. 1974. Environmental Science. Allyn and Bacee, Inc. Boston. Chanlett, ET. 1979. Environmental Protection. Edisi Kedua. USA : MC Graw-Hill Book Company. Heryadi, H. 2008. Analisis Kebisingan Pada Proses Pengolahan Tebu di PG. Jatitujuh Majalengka Jawa Barat. [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Bridger, R.S.1995. Introduction to Ergonomics. New York; McGraw-Hill, Inc.
Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. Sembodo, J. 2004. Evaluasi Tingkat Kebisingan Di Industri terhadap Kenyamanan dan Kesehatan Pekerja (Studi Kasus di PT. XYZ). [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Menteri Tenaga Kerja. 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia [terhubung berkala]. http://www.iips-online.com/KepMenaker1999.pdf [28 Juni 2011 jam 10.35 WIB] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Baku Tingkat Kebisingan. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia [terhubung berkala]. http://www.menlh.go.id/Peraturan/KEPMENLH/KEPMEN48-1996.pdf [2 Agustus 2011 jam 11.00] SPLN 46-1. 1981. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara. [terhubung berkala]. http://www.jendeladistribusi.org/2009/pedoman-pembatasan-tingkat-bising-bagian-1-tingkatbising-di-tempat-kerja-spln-46-1-1981-bagian-5.html#tabel5 [28 Juni 2011 10.30 WIB] Baiquni, K. 2009. Studi Aspek Kebisingan di Unit Stamping Shop, Karawang Plant PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saputra, P. 2009. Mempelajari Aspek Konsumsi Energi di PTPN VIII Unit Kebun Gunung Mas, Bogor. Laporan Praktik Lapangan. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Penemu satuan desibel, Alexander Graham Bell. http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_Graham_Bell [2 Agustus 2011 jam 11.21 WIB] Fitriani, D. 2003. Uji Getaran Mekanis dan Kebisingan Terhadap Operator Traktor Dua Roda Yanmar YST-DX dan Perkasa 850-DI Pada Pengoperasian di Lahan Sawah dan Lahan Kering. [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Golden software surfer 8 http://www.goldensoftware.com/products/surfer/surfer.shtml [29 Juli 2011 jam 20.40 WIB] Buchari. 2007. Kebisingan dan Hearing Conservation Program. USU Respository. [terhubung berkala] http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf [4 Agustus 2011 jam 13.57] Contoh Alat Pelindung Telinga http://www.grainger.com/Grainger/hearing-protection/safety/ecatalog/N-b2a [12 Juli 2011 jam 19.15 WIB]
49
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
LAMPIRAN
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 1. Layout pabrik teh PT. PN VIII Perkebunan Gunung Mas
51
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 2. Hasil-hasil pengukuran kebisingan di ruang penggilingan Intensitas Kebisingan (dB (A))
Titik
Sb. X
Sb. Y
Shift 1
Shift 2
1 53 54
0 0 0
0 1 2
86.3 85.9 86.4
85.7 85.4 85.8
302 307 308 341
0 0 0 0
6 8 9 14
86.3 87.2 87.8 89.7
86.9 86.3 86.6 86.3
343 2 52 55
0 1 1 1
16 0 1 2
88.3 86.2 86.1 86.4
85.8 85.8 86 85.9
301 303 306 309
1 1 1 1
6 7 8 9
87.3 87.6 87.4 88.2
86.7 87 86.5 87
340 342 3 51
1 1 2 2
14 16 0 1
89.5 88.4 86.3 85.9
86.7 86.3 85.6 85.6
56 300 304 305
2 2 2 2
2 6 7 8
86.5 87.3 88.3 88.8
85.7 86.6 86.8 87.3
310 339 338 337
2 2 2 2
9 14 15 16
89.1 89.1 89 88.4
87.2 86.9 86.8 86.2
4 50 57 298
3 3 3 3
0 1 2 6
86.6 86.2 86.4 87.3
86.2 86.1 85.8 86.9
297 294 293 290
3 3 3 3
7 8 9 10
88.5 88.4 88.2 88.6
87.6 87.4 87.4 87.5
334 335 336 5
3 3 3 4
14 15 16 0
89.7 89.4 89.3 86.6
87.2 86.7 86.7 86.1
49
4
1
86.4
85.8
52
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
58 299 296 295
4 4 4 4
2 6 7 8
87.2 88.3 88.5 88.8
85.8 86.7 87.2 87.2
292 291 289 333
4 4 4 4
9 10 11 14
88.1 88.3 87.6 89.2
87.2 87.4 87.7 87.2
332 331 6 48
4 4 5 5
15 16 0 1
90 89.5 86.6 86.7
87.2 86.8 85.8 86.3
59 278 279 281
5 5 5 5
2 6 7 8
87.2 87.1 87.7 87.3
86.1 86.9 87.3 87.5
282 285 287 328
5 5 5 5
9 10 11 14
87.3 87.8 87.6 90
87.4 87.8 87.8 87.9
329 330 7 47
5 5 6 6
15 16 0 1
89.7 89.7 86.7 86.4
88.2 87.5 86.1 86.3
60 277 280 283
6 6 6 6
2 6 7 8
87.1 87.5 88.2 87.5
86.1 87.3 87.5 87.5
284 286 288 327
6 6 6 6
9 10 11 14
87.5 88.3 88.1 90.5
88.2 88.1 88.4 88.3
326 325 8 46
6 6 7 7
15 16 0 1
90.7 90.6 86.8 86.5
88.5 89.3 86.6 86
61 275 273 271
7 7 7 7
2 6 7 8
86.3 87.2 87.5 87.8
86.1 87.9 87.9 88
269 267 266 322
7 7 7 7
9 10 11 14
88.2 88.5 88.5 90.4
88.1 88.3 88.6 88.4
53
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
323 324 9 45
7 7 8 8
15 16 0 1
92.2 94.7 86.9 86.2
89.4 89.7 86 86.4
62 276 274 272
8 8 8 8
2 6 7 8
86.7 87.7 87.4 88
86.6 87.4 87.6 87.9
270 268 265 321
8 8 8 8
9 10 11 14
87.5 87.5 86.7 90
87.4 87.3 87.3 89.2
320 319 10 44
8 8 9 9
15 16 0 1
91 92.5 86.8 86.4
90.9 91.7 86.7 86.5
63 254 255 257
9 9 9 9
2 6 7 8
86.9 87.2 87.8 87.3
86 87.7 87.1 87.1
259 261 264 183
9 9 9 9
9 10 11 14
86.9 87.1 87.3 90.2
87.2 87.6 87.4 88.6
184 318 11 43
9 9 10 10
15 16 0 1
91.1 91.2 86.8 86.4
89.7 90.4 86.6 86.5
64 253 256 258
10 10 10 10
2 6 7 8
86.8 87.2 87.5 87.1
86.1 88 87.2 87.5
260 262 263 180
10 10 10 10
9 10 11 14
87.2 87.3 87.3 90.4
87.2 87.7 87.4 88.5
181 182 12 42
10 10 11 11
15 16 0 1
90.1 90.9 87 86.3
88.2 89.1 86.6 86.7
65 252 250 248
11 11 11 11
2 6 7 8
86.8 87.3 87.4 87.3
86.8 88.2 87.7 87.9
54
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
246 243 242 179
11 11 11 11
9 10 11 14
87.1 87.1 87.3 91.1
87.6 87.5 87.6 88.9
178 177 13 41
11 11 12 12
15 16 0 1
90.5 90.3 87.7 87.4
88.4 88.1 87.3 87.3
66 251 249 247
12 12 12 12
2 6 7 8
87.1 87.7 87.5 87.5
87 87.5 87.6 87.5
245 244 241 317
12 12 12 12
9 10 11 14
87.2 87.5 87.2 90.4
87.5 87.2 87.6 88.5
176 175 14 40
12 12 13 13
15 16 0 1
90.8 90.7 87.6 87.3
88.1 87.7 87 87.2
67 230 233 234
13 13 13 13
2 6 7 8
87.3 88.4 87.8 87.7
87.4 87.5 87.2 87.4
235 238 240 316
13 13 13 13
9 10 11 14
87.5 87.4 87.5 90.8
87.8 87.5 87 87.6
173 174 15 39
13 13 14 14
15 16 0 1
90.1 90.3 87.9 87.4
87.7 87.8 87.4 87.5
68 229 231 232
14 14 14 14
2 6 7 8
87.9 88.9 87.8 87.5
87.3 87.4 87.2 86.9
236 237 239 172
14 14 14 14
9 10 11 14
87.6 87.5 87.5 90.7
87.2 87.2 87.1 87
171 170 16 38
14 14 15 15
15 16 0 1
90.5 91.2 88.8 87.6
87.3 87.7 87.9 87.6
55
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
69 228 226 223
15 15 15 15
2 6 7 8
90.2 89.1 88.5 88.4
87.6 87.2 87.4 87.5
222 219 218 167
15 15 15 15
9 10 11 14
88.5 88.3 88.2 91.3
86.9 87.2 86.9 87.5
168 169 17 37
15 15 16 16
15 16 0 1
90.2 90.1 89.3 88.5
87.4 87.6 88.1 88.4
70 227 225 224
16 16 16 16
2 6 7 8
93.9 88.9 88.3 88
88.4 87.7 87.5 87.1
221 220 217 166
16 16 16 16
9 10 11 14
88.4 88.3 88.2 90.7
87.3 87.5 87 86.8
165 164 18 36
16 16 17 17
15 16 0 1
91.2 90.8 89 89.1
87 87.1 88.1 88.3
71 206 207 211
17 17 17 17
2 6 7 8
90.4 89.6 88.9 89.7
89.7 87.4 87.2 87.5
212 213 216 315
17 17 17 17
9 10 11 14
89.6 89.3 90.9 92.2
87.2 87.3 87.1 86.1
162 163 19 35
17 17 18 18
15 16 0 1
92.3 92.3 89.2 89.6
86.3 86.5 88.1 89
72 205 208 209
18 18 18 18
2 6 7 8
90.1 89 89 88.3
90.7 88.2 88 87.6
210 214 215 314
18 18 18 18
9 10 11 14
88.3 89.1 89.4 92.2
87.2 87 87 86.5
56
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
161 160 20 34
18 18 19 19
15 16 0 1
93.2 93.2 89.6 90.5
86.5 86.5 89.1 89
73 204 203 202
19 19 19 19
2 6 7 8
91.7 90.1 88.9 88.3
90.7 90.1 87.5 87.6
201 200 199 313
19 19 19 19
9 10 11 14
88.3 88.8 90.4 93.9
87.2 87 87 86
158 159 21 33
19 19 20 20
15 16 0 1
93.9 93.9 89.1 89.8
85.5 85.7 88.6 89.1
74 190 191 192
20 20 20 20
2 6 7 8
91.3 89.7 89.1 88.5
90.5 89.2 88.4 87.8
193 198 197 312
20 20 20 20
9 10 11 14
88.5 88.6 90.2 93.6
87.7 87.3 87 85.3
157 156 22 32
20 20 21 21
15 16 0 1
94.6 95.2 90 90.4
85.6 86.9 88.5 89
75 189 188 187
21 21 21 21
2 6 7 8
90.5 89.6 88.9 89
89.6 88.6 87.8 87.1
194 195 196 311
21 21 21 21
9 10 11 14
88.7 88.7 89.1 93.7
87.4 87.1 87.1 86.3
154 155 23 31
21 21 22 22
15 16 0 1
93.9 95.8 89.7 89.7
85.2 85.9 88.5 88.7
76 90 125 124
22 22 22 22
2 3 6 8
89.1 90 89.6 88.8
88.7 89.1 88.5 87.4
57
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
123 153 152 151
22 22 22 22
11 14 15 16
88.9 92.8 93 94.1
87 86 86.6 86.1
24 25 77 89
23 23 23 23
0 1 2 3
89.5 89.4 88.8 89.2
88 88.1 88.4 88.2
117 118 119 120
23 23 23 23
6 7 8 9
89.3 88.7 88.5 88.7
88.7 88.2 87.6 87.5
121 122 148 149
23 23 23 23
10 11 14 15
88.9 89.2 92.5 92.8
87.5 87.2 85.1 85.1
150 26 78 88
23 24 24 24
16 1 2 3
92.7 89.2 88.3 88.6
86 87.7 88 88.1
115 116 111 110
24 24 24 24
6 7 8 9
89.3 89.2 88.6 88.8
88.4 87.8 87.4 87.5
109 108 147 146
24 24 24 24
10 11 14 15
89.6 90.2 92.3 92.8
87.2 88.2 85.9 85.5
145 27 79 87
24 25 25 25
16 1 2 3
92.3 88.8 88.4 90
85.3 87.6 87.8 89.1
114 113 112 105
25 25 25 25
6 7 8 9
89.5 89.3 88.8 89.4
88.7 87.6 87.7 86.4
106 107 142 143
25 25 25 25
10 11 14 15
89.4 94.2 93.3 91.3
87.1 89 86.1 85.5
144 29 28 30
25 26 26 26
16 0 1 2
91.2 87.9 88.6 88.8
85.2 86.7 87.3 87.6
58
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
86 103 102 104
26 26 26 26
3 7 8 9
89.8 89.5 89 89.3
88.4 87.6 87 86.7
141 140 139 185
26 26 26 27
14 15 16 1
91.2 91.5 92 88.1
85.9 85.3 85.8 87.3
80 85 101 100
27 27 27 27
2 3 8 9
88.2 88.4 88.3 89.3
87.2 87.4 87.3 87.7
136 137 138 186
27 27 27 28
14 15 16 1
90.8 91.2 91.9 88
85.8 84.3 84.8 87.1
81 84 92 97
28 28 28 28
2 3 4 8
88.5 88.4 89.2 88.6
87.3 87.5 88 87.9
99 135 134 133
28 28 28 28
9 14 15 16
88.7 91.4 91.4 90.9
86.4 86.1 85.1 85.7
82 83 91 93
29 29 29 29
2 3 4 5
88.4 88.5 88.5 89.2
87.3 87.6 87.5 87.8
94 95 96 98
29 29 29 29
6 7 8 9
89.5 88.5 88.2 88.4
87.5 87.3 87.8 86.9
126 127 128 129
29 29 29 29
10 11 12 13
89.7 90 90.2 90.3
86.7 86 85.7 85.6
130 131 132
29 29 29
14 15 16
91.3 90.3 89.2
85.7 85.5 85.4
59
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 3. Hasil-hasil pengukuran kebisingan di ruang pengeringan dan sortasi Ruang Pengeringan
Titik
X
y
1 5 6 7 8 9 10 11 12 2 24 23 22 21 20 19 18 14 13 3 25 26 17 16 15 4 28 27 46 29 30 45 49 32 31 33 44 48 124
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 7 8 9 0 1 2 9 0 1 9 10 0 1 2 9 10 11
Ruang Sortasi
Intensitas Kebisingan (dB(A)) Shift 1 Shift 2 92.2 92 92.8 92.5 93.2 93.3 93.2 94.4 95.2 92.5 92.8 92.4 93.2 93.6 93.6 94.5 95.1 95.8 94.5 93.4 93.6 93.2 96.7 97.2 97.4 93 94.4 93.5 96.9 95.1 94 98.1 94.5 93.1 93 92.3 97.9 92.7 92.4
85.6 85.2 84 84.3 84.4 85 84.2 85.8 85.8 86.1 84.7 84.2 84.7 84.3 85.3 85.1 84.4 85.1 84.5 85.6 84.3 84.5 84.5 84.4 85.3 86.7 86 85.8 85.7 86 86.3 86.6 86 86 85.8 86.3 87.9 87 87.4
Titik
x
y
1 202 12 15 16 19 20 23 90 91 94 133 134 137 138 2 11 13 14 17 18 21 22 51 89 92 95 132 135 136 139 3 10 24 52 88 93 96 131
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 0 1 7 8 9 10 11 12
Intensitas Kebisingan (dB(A)) Shift 2 Shift 1 87.2 89.2 88.5 88.2 88 87.3 87.4 85.7 82 82.3 83.1 83.1 80.2 79.3 78.8 87.8 89.5 87.7 88.6 88.2 88.8 88 87.6 85.4 84.9 83.3 83.2 83 81 79.9 78.4 88.1 89.5 88.6 86 84 83.2 82.2 82.5
82.7 83 83.1 84.3 84.4 84.8 86.9 84.7 82.3 80.9 82.3 79 76.7 75 74.9 83.3 83.7 83.7 84.5 85.2 86.2 86.5 85.2 84.3 83.2 81.7 81.8 79 77.1 75.9 74.7 83.2 83.6 86.3 84.7 83.7 83 81.9 81.1
60
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
125 126 127 128
5 5 5 5
12 13 14 15
92.3 92.2 92.5 92.4
87.3 88.1 87.6 87.5
140 4 9 25
2 3 3 3
15 0 1 7
75.6 89.1 89.7 88.7
73 83.3 83.4 85.9
129 131 132 34
5 5 5 6
16 18 19 0
92 92 90.8 93.4
87 87 86.6 86.3
53 97 130 141
3 3 3 3
8 11 12 15
86.1 80.3 81.7 75.6
84.5 77.3 78.8 73.2
35 36 37 38
6 6 6 6
1 2 3 4
92.1 92.3 93 92.5
86.3 86.6 86.4 86.6
5 8 178 26
4 4 4 4
0 1 4 7
89.9 91.6 88.5 87.3
83.2 83.1 84.8 84.6
39 40 41 42
6 6 6 6
5 6 7 8
92.6 94.2 92.3 94
87 86.8 87 87
54 98 129 142
4 4 4 4
8 11 12 15
85.8 80.2 81.6 75.6
83.4 77.1 78.3 74.3
43 47 140 139
6 6 6 6
9 10 11 12
93.8 93.1 93.3 93.6
87.8 86.7 87 88.2
6 7 180 179
5 5 5 5
0 1 2 3
90.2 95.1 91.6 89.4
83.1 83.3 85.8 85.7
138 137 136 135
6 6 6 6
13 15 16 17
92.3 92.3 91.7 91.6
88 87.2 86.6 86.6
177 27 55 99
5 5 5 5
4 7 8 11
88.2 87.3 85.1 80.9
84.7 83.4 82.2 77.3
134 133 73 72
6 6 7 7
18 19 0 1
91.7 91.4 91.8 92.2
86.6 86.4 86.3 86.3
128 143 181 176
5 5 6 6
12 15 0 4
81.9 77 94.7 87.8
76.5 73.5 84 84.4
71 70 69 68
7 7 7 7
2 3 4 5
92.2 92.5 90.1 92.8
86.7 86.2 86.4 86.5
28 56 100 127
6 6 6 6
7 8 11 12
85.3 85.6 80.1 81
82.7 81.5 77.9 77.1
67 66 65 50
7 7 7 7
6 7 8 9
92 93.1 93.5 92.7
86.6 86.2 86.7 87.3
144 182 175 29
6 7 7 7
15 0 4 7
77.1 101 87.6 85.9
73.1 83.7 84.9 82.4
141 142 143 144
7 7 7 7
11 12 13 14
93.4 91.6 92.1 92.4
87.2 87.9 88.1 86.9
57 101 126 145
7 7 7 7
8 11 12 15
83.8 79.9 80.7 75.8
81.2 77 76.2 72.6
145 146 147 148
7 7 7 7
15 16 17 18
91.6 91.4 91.4 91.6
87.1 87.4 87.2 86.6
183 174 30 58
8 8 8 8
0 4 7 8
93.3 87 85 85.5
82.7 83.8 83.2 81.7
61
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
149 74 75 76
7 8 8 8
19 0 1 2
91.4 91.7 91.9 92.5
86.4 85.7 86.4 87.5
102 125 146 173
8 8 8 9
11 12 15 4
80.4 80.7 75.3 86.7
77 76.2 72.5 84.3
77 78 79 80
8 8 8 8
3 4 5 6
92.6 92.2 92.5 92.7
87.6 87.4 87.5 87.7
31 59 103 124
9 9 9 9
7 8 11 12
85.3 84.6 80.6 80.7
83.9 82.7 77 76.2
81 82 51 53
8 8 8 8
7 8 9 10
92.2 92.8 92.2 92.4
87.2 87.1 86.9 87
184 192 172 32
10 10 10 10
0 1 4 7
87.4 87.8 86.6 85.6
84.2 84 84.1 83.9
158 157 156 155
8 8 8 8
11 12 13 14
92.4 92.7 93.6 92.5
87.3 87.7 88.1 87.3
60 104 123 185
10 10 10 11
8 11 12 0
84.5 80.5 81.6 86.8
82.7 77.3 76.5 84.3
154 153 152 151
8 8 8 8
15 16 17 18
92.1 92.4 91.3 91.4
87.1 86.4 86.2 86.3
193 200 171 33
11 11 11 11
1 2 4 7
86.4 85.7 86.2 85.1
84.3 83.1 83.3 83
150 90 89 88
8 9 9 9
19 1 2 3
91.5 91 91.2 92
86.5 87.1 87.1 87.8
61 86 105 122
11 11 11 11
8 10 11 12
83.6 81.3 82.3 81.9
81.5 79.6 79.5 78.7
87 86 85 84
9 9 9 9
4 5 6 7
92.5 92 90.9 91.9
87.5 87.1 87.9 87.9
186 194 199 170
12 12 12 12
0 1 2 4
85.7 86.5 84.5 85.6
84.2 84.2 83.8 83.1
83 52 159 160
9 9 9 9
8 9 12 13
92.3 93.3 92.8 92.9
88.2 87.5 88.2 87.6
34 62 82 85
12 12 12 12
7 8 9 10
84.8 83.9 84.5 83.2
82.9 81.6 81.3 81.3
161 162 163 164
9 9 9 9
14 15 16 17
92.6 92 92.4 91.4
87.3 87 86.1 86.3
151 187 195 201
12 13 13 13
15 0 1 2
78.3 85.6 86 84.9
74 84.5 84.6 84.3
165 166 91 92
9 9 10 10
18 19 0 1
92 91.3 91.3 91.3
86.7 86.2 87.2 87.3
169 35 63 81
13 13 13 13
4 7 8 9
85.8 84.7 84.1 84.5
83.4 82.7 81.5 81.6
93 94 95 96
10 10 10 10
2 3 4 5
91.6 91.7 91.4 92.3
87.3 87.7 87.4 87.3
84 107 120 188
13 13 13 14
10 11 12 0
83.5 82.4 83 85.3
81.7 80.9 80.1 83.2
62
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
97 98 99 54
10 10 10 10
6 7 8 9
92.3 91.9 92.9 92.5
87.9 87.8 87.6 87.3
196 168 50 36
14 14 14 14
1 4 6 7
85.3 85.5 84.7 84.9
83.4 83 81.4 82.4
57 174 173 172
10 10 10 10
10 11 12 13
93.8 92.9 92.5 93
87.7 88.6 88.4 88
64 80 83 108
14 14 14 14
8 9 10 11
85 84.3 83.9 82.6
81.2 81.6 81.7 80.7
171 170 169 168
10 10 10 10
14 15 16 17
92.2 92.3 91.8 91.7
87.2 87.2 86.8 86.7
119 189 197 166
14 15 15 15
12 0 1 4
82.9 84.9 84.9 84.4
79.9 83.1 83.3 82.7
167 108 107 106
10 11 11 11
18 0 1 2
90.8 89.9 90.5 92.5
86.7 86 85.5 85.5
167 49 37 65
15 15 15 15
5 6 7 8
85.7 84.6 84.9 85.7
82.3 81.2 82.3 81.2
105 104 103 102
11 11 11 11
3 4 5 6
93.2 92.6 93.1 92.2
85.2 86.3 87 88.2
79 78 109 118
15 15 15 15
9 10 11 12
88.2 83.6 83.6 82.7
81 81 81.2 80.4
101 100 55 58
11 11 11 11
7 8 9 10
93 93.6 93 93.1
88.2 88.9 88.7 88.3
152 198 165 48
15 16 16 16
15 1 4 6
74.9 85 84.7 85.7
73.8 82.9 82.5 81.4
175 176 177 178
11 11 11 11
11 12 13 14
93.7 92.8 92.6 92.7
88.4 87.6 86.5 86.6
38 66 77 110
16 16 16 16
7 8 10 11
85 85.2 84.2 83
82.6 81.5 80.8 81.2
179 180 181 182
11 11 11 11
15 16 17 18
91.5 91.8 92.5 91.3
86.6 86.8 86.4 86.2
117 153 190 163
16 16 17 17
12 15 0 3
81.5 75.1 86.7 85.2
80.4 74.5 82.8 83.3
183 109 110 111
11 12 12 12
19 0 1 2
91.8 91.1 91.8 91.5
86.6 85.6 85.7 85.7
164 47 39 76
17 17 17 17
4 6 7 10
85.1 85.4 85.7 85.2
82.4 81.7 83.1 81.1
56 59 61 60
12 12 13 13
9 10 9 10
94 92.8 96.9 92.8
90.1 89.2 92.8 91.9
111 154 191 161
17 17 18 18
11 15 0 2
83.9 75.3 87.6 87.9
81.2 74.4 82.4 82.2
112 117 62 198
14 14 14 14
0 1 9 12
90.9 90.7 95.5 98.5
85.4 85.7 95.9 94.3
160 159 40 75
18 18 18 18
3 4 7 10
85.6 85.7 86.2 86.1
82 82.2 83.2 82.8
63
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
200 202 204 206
14 14 14 14
13 14 15 16
96.2 94.4 92.5 93.3
95 93.5 91.5 91
112 155 162 158
18 18 19 19
11 15 2 5
85.5 74.7 88.8 85.7
82.0 79.3 81.4 82
208 210 212 113
14 14 14 15
17 18 19 0
92.1 93.2 92.6 90.3
91 91.3 90.6 85.4
46 41 74 113
19 19 19 19
6 7 10 11
86.3 87.3 87.2 86.5
83 83.9 85 84.2
116 118 122 63
15 15 15 15
1 2 4 9
90.3 90.7 91.1 93.7
86.3 85.8 85.3 94.7
45 42 68 71
20 20 20 20
6 7 8 9
87.2 86.9 88.2 88.7
83.7 84.7 82.4 84
197 199 201 203
15 15 15 15
12 13 14 15
94.2 94.7 93.9 95.6
92.2 93.5 91.9 91.7
73 114 44 43
20 20 21 21
10 11 6 7
89.1 88.5 89.5 88.6
87.1 87.2 86.9 86.7
205 207 209 211
15 15 15 15
16 17 18 19
94.2 93.3 92.7 93.9
91.7 90.4 90.7 90.9
69 70 72 115
21 21 21 21
8 9 10 11
87.4 89.4 93 90.8
83.1 84.4 90 88.6
114 115 119 120 121 123 184 185 186 64 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196
16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
89.9 90 90.2 90.2 90 91 91.7 90.8 94.4 91.7 93.7 93.5 95.2 95 95.8 93.3 93.5 93.6 93.4 93.5
86.8 87 86.1 86.2 87 87.1 86.5 88.2 89.4 88.4 91.3 91.3 91.7 91.5 91.9 91.2 90.6 90.9 90.1 90.6
64
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 4. Kuisioner tenaga kerja
KUISIONER TENAGA KERJA Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuisioner ini. Adapun kuisioner ini untuk kepentingan penelitian tentang pendengaran dan tidak akan mempengaruhi konduite, status maupun kelangsungan pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara. Hasil kuisioner ini akan kami rahasiakan untuk kepentingan penelitian. Jadi, kami mohon Bapak/Ibu/Saudara menjawab pertanyaan dengan singkat dan benar. Bila ada pertanyaan yang tidak Bapak/Ibu/Saudara pahami tanyakan kepada saya. I.
IDENTITAS DIRI 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan
5. Jabatan Kerja 6. Lama Kerja II.
: : : (….) Laki-laki (.…) Perempuan : 1. Baca Tulis 4. Tamat SMU 2. Tamat SD 5. Tamat Akademi 3. Tamat SMP 6. Tamat Perguruan Tinggi : Bagian : : (….) Tahun, (….) Bulan, (….) Minggu
LINGKUNGAN KERJA 1. Berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja? a. 8 jam sehari b. < 8 jam sehari, yaitu …. c. > 8 jam sehari, yaitu …. 2. Ada berapa pembagian (shift) kerja dalam sehari? a. 3 kali b. 2 kali c. tidak ada 3. Apakah ada waktu istirahat kerja? a. Ada b. Tidak ada 4. Apakah pada waktu istirahat, aktivitas pekerjaan seluruhnya berhenti? a. Ya b. Tidak 5. Bila tidak, bagaimana cara mengatur pekerjaan tersebut? a. Istirahat dan bergantian dengan teman. b. Lain-lain, sebutkan ……. 6. Apakah ada waktu libur pada bagian Bapak/Ibu/Saudara bekerja? a. Ada b. Tidak ada 7. Bila ada, berapa lama: a. 1 hari/minggu b. 1 hari/2 minggu c. 1 hari/bulan d. 2 hari/minggu e. Lainnya, sebutkan….. 8. Adakah faktor kebisingan pada bagian Bapak/Ibu/Saudara? a. Ada b. Tidak ada
65
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 4. Kuisioner tenaga kerja (lanjutan) 9.
Bila ada kebisingan, apakah kebisingan tersebut menggangu pembicaraan antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya sehingga cara berbicara harus berteriak dengan lawan bicara pada jarak > 1 meter? a. Ya b. Tidak 10. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara diberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga? a. Pernah b. Tidak pernah 11. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara diberi penjelasan tentang cara menggunakan alat pelindung telinga? a. Pernah b. Tidak pernah 12. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara diberi penjelasan tentang cara memilih alat pelindung telinga? a. Pernah b. Tidak pernah 13. Siapa yang memberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga, cara menggunakan dan memelihara alat pelindung telinga? a. Tenaga Kesehatan c. Tim khusus b. Manajer d. Lain-lain, sebutkan ……. 14. Apakah perusahaan menyediakan alat pelindung telinga? a. Ya b. Tidak 15. Apakah alat pelindung telinga yang diberikan perusahaan sudah mencukupi dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang ada? a. Ya b. Tidak 16. Apakah ada pengawasan tentang penggunaan alat pelindung telinga oleh perusahaan? a. Ya b. Tidak
III.
PERILAKU 1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara menggunakan APT (Alat Pelindung Telinga) sewaktu bekerja di tempat yang kebisingannya tinggi? (Ya/Tidak) 2. Bila Ya, sebutkan jenis alat pelindung telinga tersebut : a. Kapas d. Helmet b. Sumbat telinga e. Lain-lain, sebutkan ……. c. Tutup telinga 3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu memakainya di tempat Bapak/Ibu/Saudara bekerja? a. Ya b. Tidak c. Jarang 4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa nyaman menggunakannya? a. Ya b. Tidak, mengapa ….. 5. Bila memakai APT (Alat Pelindung Telinga), apakah APT yang digunakan Bapak/Ibu/Saudara pakai merupakan APT yang digunakan oleh perusahaan? (Ya/Tidak) 6. Sebutkan alasan Bapak/Ibu/Saudara tidak memakai APT perusahaan : a. APT yang disediakan terasa sakit/gatal apabila digunakan b. APT yang disediakan telah hilang c. APT yang telah disediakan telah rusak d. Tidak mendapat APT dari perusahaan
66
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 4. Kuisioner tenaga kerja (lanjutan) 7. Apabila belum menggunakan APT, sebutkan alasannya : a. Belum diperiksa perusahaan b. Lain-lain, sebutkan …….. 8. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara mengalami gangguan pendengaran? a. Pernah b. Tidak pernah 9. Bila pernah, jenis gangguannya adalah a. Berdengung atau berdesis b. Kurang dengar sementara c. Tidak bisa mendengar d. Berdengung dan kurang dengar sementara e. A, b, dan c benar f. Lain-lain, sebutkan ……. 10. Apa yang dirasakan Bapak/Ibu/Saudara terhadap gangguan tersebut? a. Susah berkomunikasi b. Tidak nyaman c. Susah berkonsentrasi d. Gangguan pendengaran lainnya, sebutkan…. 11. Selain itu, keluhan apa lagi dari dampak kebisingan yang dirasakan oleh Bapak/Ibu/Saudara? a. Mudah lelah b. Sulit tidur c. Pusing d. Cepat marah e. Mudah tersinggung f. Penurunan pendengaran 12. Apabila Bapak/Ibu/Saudara mengalami gangguan akibat kebisingan, tindakan apa yang akan Bapak/Ibu/Saudara lakukan? a. Tidak berbuat apa-apa b. Meminta saran ke teman-teman satu kerja dan atasan c. Pergi ke dokter perusahaan untuk berobat d. Tidak bekerja e. Lain-lain, sebutkan ……. 13. Apakah perlu diadakan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pekerja secara berkala? a. Perlu b. Tidak
TERIMA KASIH
67
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 5. Hasil kuisioner pekerja Pertanyaan 1
Jumlah Jawaban a 10
2
3
b 2
C 3
9
6
15
4
d
e
Persentase Jawaban (%) f
G
a 66.67
15 15 15
8
13
C 20
60
40
100
15
5 6 7
B 13.33
100
100 100 100 2
86.67
13.33
d
E
Keterangan f
G Hampir semua pekerja bekerja 8 jam/hari, namun ada sebagian yang bekerja kurang dari 8 jam dan ada juga yang bekerja lebih dari 8 jam. Lama bekerja tergantung dari jenis pekerjaan yang diterima oleh masing-masing pekerja Shift kerja dibagi berdasarkan jenis pekerjaannya, ada beberapa bagian pekerjaan yang tidak mempunyai shift kerja yaitu bekerja seharian. Ada istirahat untuk pekerja yaitu pukul 12.00-12.30 pada shift 1, sedangkan pada shift 2 dan 3 tidak ditentukan waktunya. Sebagian pekerja tetap berada diruangan kerja dan sebagian yang lain istirahat. Sistem istirahat dilakukan secara bergantian karena pada saat istirahat semua aktivitas pabrik tidak berhenti. Pekerja bergantian istirahat dengan pekerja lainnya. Semua pekerja menjawab ada waktu libur Libur bekerja hanya 1 hari/minggu, yaitu pada hari senin. Hampir seluruh pekerja menjawab lingkungan kerja mereka bising, namu ada beberapa pekerja yang tidak merasa lingkungan kerjanya bising.
68
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 5. Hasil kuisioner pekerja (lanjutan) Pertanyaan
Jumlah Jawaban
9
a 8
b 7
10
11
11
12
B 46.67
4
73.33
26.67
11
4
73.33
26.67
11
4
73.33
26.67
1
2
d
5
e
Persentase Jawaban (%) a 53.33
13
c
f
g
7
6.67
14
12
3
80
20
15
4
11
26.67
73.33
c
13.33
d
33.33
E
46.67
Keterangan f
G Sebagian pekerja yang merasa perlu berbicara dengan suara yang keras pada jarak ± 1 meter, tetapi ada juga sebagian pekerja yang tidak merasa harus berbicara dengan suara keras di ruangan bising. Kebanyakan pekerja mengaku telah diberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga Kebanyakan pekerja mengaku telah diberi penjelasan tentang cara menggunakan alat pelindung telinga Kebanyakan pekerja mengaku telah diberi penjelasan tentang cara memilih alat pelindung telinga Kebanyakan pekerja mengaku diberi penjelasan tentang kegunaan APT oleh perusahaan, sebagian pekerja lagi mengaku diberi penjelasan oleh mandor, dan beberapa pekerja mengaku diberi penjelasan oleh manajer dan tim khusus. Hampir seluruh pekerja mengaku perusahaan menyediakan alat pelindung telinga Alat pelindung telinga yang disediakan oleh perusahaan dinilai terbatas jumlahnya bagi para pekerja
69
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 5. Hasil kuisioner pekerja (lanjutan) Pertanyaan
Jumlah Jawaban
16
a 10
b 5
17
8
7
18
1
5
19
6
1
20
6
21
6
c
d
e
Persentase Jawaban (%) a 66.67
B 33.33
53.33
46.67
12.5
62.5
75
12.5
2
75
25
2
75
25
2
1
f
g
c
d
E
25
12.5
Keterangan f
G Pekerja menjawab ada pengawasan penggunaan alat pelindung telinga, tetapi ada beberapa pekerja yang menjawab tidak ada pengawasan penggunaan alat pelindung telinga. Hanya sebagian pekerja yang menggunakan alat pelindung telinga pada waktu bekerja, dan sebagian pekerja lagi tidak menggunakan alat pelindung telinga sewaktu bekerja. Alat pelindung telinga yang digunakan kebanyakan pekerja adalah sumbat telinga, beberapa pekerja lainnya menggunakan kapas dan topi sebagai alat pelindung telinga. Jampir seluruh pekerja selalu menggunakan APT di tempat bekerja. Kebanyakan pekerja merasa nyaman menggunakan APT, tetapi ada beberapa pekerja yang merasa tidak nyaman menggunakan APT karena pegal. APT yang digunakan pekerja merupakan APT yang disediakan oleh perusahaan, tetapi ada juga pekerja yang menggunakan APT milik mereka sendiri.
70
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 5. Hasil kuisioner pekerja (lanjutan) Pertanyaan 22
Jumlah Jawaban a 3
23
b 1
c 1
d 3
e
Persentase Jawaban (%) f
g
a 37.5
7
24
9
6
25
4
4
B 12.5
c 12.5
d 37.5
100
1
60
40
44.44
44.44
11.11
E
Keterangan f
G Alasan pekerja tidak menggunakan APT dari perusahaan adalah beberapa pekerja menganggap APT yang disediakan terasa sakit/gatal apabila digunakan, beberapa pekerja lagi mengaku APT yang disediakan telah hilang, dan beberapa pekerja lainnya mengaku tidak mendapat APT dari perusahaan. Alasan sebagian pekerja tidak menggunakan APT adalah: - Tidak bisa memngetahui jika ada bagian mesin yang mati - Tidak mempunyai APT - Tidak merasa perlu menggunakan APT - Tidak terlalu bising Pekerja mengaku pernah mengalami gangguan pendengaran, namun ada beberapa pekerja mengakubelum pernah mengalami gangguan pendengaran selama bekerja. Sebagian pekerja mengalami gangguan berupa telinga yang berdengung atau berdesis, sebagian pekerja lagi mengalami gangguan berupa kurang dengar sementara, dan ada pekerja yang mengalami gangguan kedua-duanya.
71
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 5. Hasil kuisioner pekerja (lanjutan) Pertanyaan
Jumlah Jawaban b 3
c 2
d
26
a 4
27
1
1
2
3
28
4
1
3
1
29
15
e
1
Persentase Jawaban (%) f
1
g
a 44.44
B 33.33
c 22.22
d
11.11
11.11
22.22
33.33
44.44
11.11
33.33
11.11
100
E
11.11
Keterangan f
11.11
G Dampak yang dirasakan pekerja akibat kebisingan adalah sebagian pekerja merasa susah untuk berkomunikasi, sebagian pekerja lagi merasa tidak nyaman dalam bekerja, dan beberapa pekerja merasa susah berkonsentrasi saat bekerja. Keluhan yang dirasakan pekerja akibat kebisingan antara lain ada pekerja merasakan mudah lelah saat bekerja, ada pekerja mengalami sulit tidur, beberapa pekerja merasakan kepala pusing, beberapa pekerja mengalami lekas marah, ada pekerja mengalami, dan sebagian kecil pekerja mengalami mudah tersinggung dan penurunan pendengaran. Tindakan yang dilakukan pekerja jika mengalami gangguan pendengaran antara lain beberapa pekerja tidak berbuat apa-apa jika mengalami gangguan pendengaran, sebagian pekerja hanya meminta saran kepada rekan kerjanya dan tidak bekerja, dan sebagian pekerja lagi pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisi alat pendengarannya. Semua pekerja merasa perlu diadakan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pekerja secara berkala
72
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 6. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya Jenis Pelindung Ear plugs item # 5FV17
Reduksi Bising dan Kisaran Harga 33 dB
Gambar APT
$40.00
Ear plugs item # 4T147
29 dB
$34.95
Ear plugs item # 5FV12
30 dB
$34.85
Ear plugs item # 6XF59
32 dB $30.40
Ear plugs item # 5FT98
27 dB
$144.80
Ear plugs item # 5FV24
26 dB
$78.65
Sumber: www.grainger.com
73
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 6. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya (lanjutan) Jenis Pelindung Ear plugs item # 3WE31
Reduksi Bising dan Kisaran Harga 28 dB
Gambar APT
$38.95
Banded Ear plugs item # 6AP94
20 dB
$9.56
Banded Ear plugs item # 3EAU4
25 dB $7.80
Ear plugs item # 2FLL6
33 dB $37.35
Banded Ear plugs item # 9UA93
25 dB $6.22
Ear plugs item # 5FV21
23 dB $152.25
Sumber: www.grainger.com
74
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 6. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya (lanjutan) Jenis Pelindung Ear muff Item # 1C139
Reduksi Bising dan Kisaran Harga 30 dB
Gambar APT
$35.35
Ear muff Item # 5AM41
20-22 dB
$16.15
Ear muff Item # 5LE90
27 dB
$26.35
Ear muff Item # 1RY32
23 dB
$12.60
Ear muff combination unit Item # 4T022
23 dB
$81.75
Sumber: www.grainger.com
75
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 6. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya (lanjutan) Jenis Pelindung Ear muff Item # 3NZF2
Reduksi Bising dan Kisaran Harga 26 dB
Gambar APT
$30.45
Ear muff Item # 4DY89
28 dB $21.68
Electronic radio ear muff Item # 3NZF1
26 dB $145.95
Ear muff Item # 3GYD8
23 dB
$53.20
Ear muff Item # 1GAD7
30 dB
$31.15
Sumber: www.grainger.com
76
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 7. Dokumentasi selama penelitian
(1)
(3)
(2)
(4)
77
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(5) Keterangan: 1. Pekerja sedang memasukkan daun-daun teh ke dalam corong menuju ruang penggilingan 2. Pekerja di ruang penggilingan sedang mengatur jalannya proses penggilingan daun teh 3. Pekerja di ruang sortasi sedang mengeluarkan bubuk teh yang berada di atas rol 4. Pekerja di ruang pengemasan sedang mengemas teh menggunakan papersack 5. Pengukuran kebisingan di ruang sortasi
78