JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA, ASUPAN GIZI SEBELUM BEKERJA, DAN BEBAN KERJA TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA SHIFT PAGI BAGIAN PACKING PT.X, KABUPATEN KENDAL Dewa Putu Gunasastra Septian Adi1, Dr. dr. Ari Suwondo, MPH2, dr. Daru Lestyanto, M.Si2 1.
Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2.
Staf Pengajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
ABSTRACT Working climate is a combination of temperature, air humidity, velocity of air movement and radiation temperature which is associated with a heat production of the body. When doing heavy physical work in a hot environment, the blood gets an additional burden as having to carry oxygen to the working muscles and bring heat from the inside of body to the skin. Therefore, the body needs more energy to do the job in the hot working climate and it was obtained from food that consumed. If the energy is not met then workers will suffer from fatigue. PT. X is a company that offers the type of glass especially float glass products. Based on initial measurement, working climate on packing division has exceeded NAB and by an interview, whether or not the workers get breakfast, earned 75% of workers breakfast eventhough the menu is often improvised. The purpose of this study is to analyze the correlation between working climate and nutrient intake before working on the fatigue level of the morning shift workers on packing division of PT.X, Kendal. This research is an observational study with cross sectional approach. The subjects of this study is the morning shift workers on packing division by 40 persons as respondents. Based on the measurement obtained that work climate has exceed the establish goverment standard, workers nutrition intake at breakfast unfulfilled, and workload of morning shift is medium level. Rank-spearman statistical tests, it was obtained the value of working climate (p-value = 0.084), and from the Pearson correlation test of nutrient intake (p-value = 0.0001) and workload (p-value =
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm 0,244). The conclusion of this study, there is no correlation between working climate, workload and fatigue level, whereas in nutrient intake variables was found a significant correlation with the fatigue level.
Keywords : working climate, nutrition, workload, fatigue level Literature : 63, (1969-2012)
PENDAHULUAN
meningkatkan derajat kesehatan para
Perkembangan
teknologi
yang
pekerja.(2)
semakin maju mendorong Indonesia
Kelelahan
(fatigue)
merupakan
mencapai tahap industrialisasi. Salah
salah satu resiko terjadinya penurunan
satu konsekuensi dari perkembangan
derajat
industri
Menyatakan kelelahan kerja ditandai
yang
persaingan
sangat yang
pesat ketat
dan antar
dengan
kesehatan
tenaga
melemahnya
tenaga
kerja
pekerjaan
atau
perusahaan di Indonesia sekarang ini
dalam
adalah tertantangnya proses produksi
kegiatan, sehingga akan meningkatkan
kerja dalam perusahaan supaya terus
kesalahan dalam melakukan pekerjaan
menerus berproduksi selama 24 jam.
dan akibat fatalnya adalah terjadinya
Dengan
ada
kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang
peningkatan kualitas serta kuantitas
mempengaruhi kelelahan meliputi dua
produksi untuk mencapai keuntungan
hal yaitu faktor internal (seperti : usia,
yang maksimal.(1)
jenis kelamin, status kesehatan, status
demikian
Dalam
diharapkan
menjalankan
melakukan
kerja.(3)
kegiatan
gizi) dan faktor eksternal (seperti :
meningkatkan
beban kerja, lama paparan, lingkungan
produksi
dan
untuk
kualitas
dan
kuantitas
produksi,
fisik).
diperlukan pula perlindungan terhadap
Berdasarkan penelitian mengenai
tenaga kerja. Perlindungan tenaga
kecelakaan
kerja meliputi aspek yang cukup luas
dilakukan di New Zealand antara tahun
yaitu
2002 dan 2004 menunjukkan bahwa
perlindungan
keselamatan,
134
transportasi
kecelakaan
fatal,
yang
kesehatan, pemeliharaan moral kerja
dari
serta perlakuan yang sesuai dengan
diantaranya
martabat manusia dan moral bangsa.
kelelahan dan dari 1703 cidera akibat
Perlindungan tersebut bertujuan untuk
kecelakaan,
memberikan jaminan keselamatan dan
kelelahan pada operator.(4)
disebabkan
6%
disebabkan
11% faktor
oleh
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Berdasarkan survei pendahuluan PT.
X
adalah
perusahaan
di
shift
pertama
untuk
menilai
yang
perasaan kelelahan subjektif pekerja
menawarkan produk kaca yaitu kaca
yang memiliki hasil rata 61 yang berarti
jenis Float Glass dengan kapasitas
menurut klasifikasi tingkat kelelahan
produksi 900 ton / hari. PT. X mulai
subjektif yaitu rata-rata pekerja telah
beroperasi pada bulan februari 2007.
terkena
Tebal kaca yang diproduksi mulai dari
sedang. Peneliti juga melakukan survei
3 mm sampai dengan 15 mm. Berdasarkan
dengan
dalam
wawancara
tingkat
pekerja
untuk
wawancara
menilai apakah kebanyakan pekerja
yang dilakukan oleh peneliti rata-rata
sering untuk sarapan atau tidak dan
pekerja di bagian packing dalam sehari
hasilnya menunjukkan bahwa 75%
dapat mengangkat kaca sebanyak 7,5
pekerja sering sarapan pagi namun
ton.
dengan menu seadanya.
Dan
hasil
(5)
kelelahan
berdasarkan
pengukuran
pada
bagian
hasil packing
Berdasarkan
hasil
survei
memiliki iklim kerja sebesar 30,9⁰C
pendahuluan tersebut, maka peneliti
yang berarti sudah melebihi NAB yang
tertarik untuk melakukan peneilitian
ditetapkan
mengenai
oleh
pemerintah
untuk
“Hubungan
antara
iklim
waktu kerja 50% dan waktu istirahat
kerja dan asupan gizi sebelum bekerja
50% untuk beban kerja sedang adalah
terhadap
29,4⁰C. Selain itu, kaca yang telah
pekerja shift pagi bagian packing PT.X,
siap untuk di packing juga masih
Kabupaten Kendal”.
memiliki
suhu
sebesar
yang
±40⁰C
penambahan
panas
yaitu
sehingga
ada
paparan
panas
ke
pekerja baik panas dari lingkungan
tingkat
kelelahan
pada
MATERI DAN METODE Iklim Kerja Iklim kerja adalah kombinasi dari
juga panas dari kaca hasil produksi.
suhu
udara,
Dan pengukuran terhadap kebisingan
kecepatan gerakan udara dan suhu
juga dilakukan oleh peneliti dengan
radiasi
hasil 76,1 dBA yang berarti kebisingan
produksi panas oleh tubuh. (6)
yang
kelembaban
dihubungkan
udara,
dengan
sesuai
Manusia
dengan peraturan yang ditetapkan
homeotherm
oleh pemerintah yaitu 85 dBA untuk 8
mempertahankan suhu inti tubuh yang
jam
juga
relatif konstan walau terpapar suhu
menyebarkan angket pada 20 pekerja
lingkungan yang bervariasi luas. Suhu
di
bagian
packing
bekerja.
masih
Peneliti
adalah
mahluk
dan
mampu
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm inti tubuh berfluktuasi sekitar 37oC, sedangkan suhu bagian luar tubuh misalnya
kulit
lebih
dingin
dan
Asupan Gizi Asupan
gizi
konsumsi
didapatkan
pangan
dari
seseorang.
bervariasi
tergantung
kondisi
konsumsi pangan adalah jumlah dan
lingkungan.
Tergantung
macam
jenis
pangan
yang
seseorang
90% energi kimia yang dihasilkan
pemenuhan
dalam rangka memasok daya untuk
psikologis,
menggerakkan
berubah
fisiologis adalah untuk memenuhi rasa
menjadi energi panas yang dapat
lapar atau keinginan memperoleh zat-
meningkatkan suhu tubuh sampai lebih
zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan
o
tujuan
oleh
pekerjaan yang dilakukan, antara 80-
tubuh,
dengan
dimakan
kebutuhan dan
untuk
fisiologis,
sosiologis.
Tujuan
dari 40 C. Sebaliknya bila ia tidak aktif
psikologis merupakan sesuatu yang
dan iklim adalah dingin, maka tubuh
berhubungan dengan kebutuhan untuk
tidak
memenuhi
membentuk
panas
untuk
kepuasan
emosional
mencegah menurunnya suhu inti tubuh
ataupun selera individu dan tujuan
dan suhu inti tubuh dapat menurun
sosiologis berhubungan dengan upaya
o
sampai lebih rendah dari 35 C dan
pemeliharaan
terjadilah
manusia
kondisi
yang
disebut
hipotermia.(7) Dalam
hubungan
dalam
kelompok
antar kecil
maupun kelompok besar.(8) lingkungan
iklim
kerja
Karyadi dan Muhilal menyatakan
panas jika tubuh tidak melepaskan
bahwa
panas, maka temperatur tubuh akan
diperlukan secukupnya, bila kurang
o
kebutuhan
pangan
hanya
meningkat 1 C setiap jam. Panas
maupun lebih dari kecukupan yang
tubuh dihasilkan oleh metabolisme sel,
diperlukan, terutama apabila dialami
mengubah energi kimia dari makanan
dalam jangka waktu yang lama, akan
yang dicerna ke bentuk energi lain,
berdampak buruk bagi kesehatan.(9)
terutama energi panas. Karena proses
Adanya interaksi antara berbagai zat
metabolisme ini berlangsung terus-
gizi memberikan gambaran perlunya
menerus,
konstan,
diupayakan suatu keseimbangan zat-
tubuh harus melepaskan energi panas
zat gizi yang dikonsumsi. Semakin
pada kecepatan tertentu agar tidak
beranekaragam bahan pangan yang
terjadi
yang
dikonsumsi, maka semakin tercapai
peningkatan
keseimbangan dalam interaksi antara
walaupun
penumpukan
menyebabkan temperatur.
tidak
panas
zat gizi. Kekurangan dan kelebihan zat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm gizi yang diterima tubuh seseorang
Beban Kerja
akan mempunyai dampak negatif yang
Beban
kerja
adalah
volume
sama. Perbaikan konsumsi pangan
pekerjaan yang dibedakan kepada
dan peningkatan status gizi sesuai
tenaga kerja, baik berupa fisik atau
atau
mental
seimbang
dengan
yang
yang
menjadi
tanggung
diperlukan tubuh merupakan unsur
jawabnya. Pada pekerjaan yang terlalu
penting yang berdampak positif bagi
berat
peningkatan kualitas hidup manusia,
mempercepat kontraksi otot tubuh,
kesehatan,
sehingga hal ini dapat mempercepat
kreativitas,
dan
produktivitas.(10) Manusia untuk
mempertahankan
melakukan
berlebihan
akan
pula kelelahan seseorang, terutama
membutuhkan
menunjang
dan
energi
kelelahan fisik.
hidup,
Beban
pertumbuhan aktivitas
dan
fisik.
Energi
kerja
dapat
dibedakan
secara kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja
kuantitatif
adalah
seseorang
diperoleh dari karbohidrat, lemak dan
bekerja dalam jumlah banyak sesuai
protein
makanan
dengan waktu yang telah diberikan.
(11)
Dan beban kerja kualitatif seseorang
suatu
menentukan Manusia akan
nilai
yang
lemah,
pekerjaan
bahan
energinya.
kekurangan baik
fisik,
daya
makan
kegiatan,
maupun
daya
bekerja
dengan
tugas-tugas
yang
repetitive (berulang-ulang), berbagai jenis,
dan
memiliki
pemikirannya karena kekurangan zat-
Berbagai
zat
pengerahan tenaga atau beban kerja
makanan
yang
dapat
menghasilkan energi dalam tubuh.
(12)
Energi dibutuhkan tubuh pertama-
pendekatan
tantangan. terhadap
pada tenaga kerja secara fisiologis dalam
pekerjaannya
antara
lain
tama untuk memelihara fungsi dasar
pengukuran nadi kerja (heart rate), O2
tubuh yang disebut metabolisme basal
consumption, blood flow, repiratory
sebesar 60-70% dari kebutuhan energi
frequency.(14)
total. Menurut Suhardjo dan Kusharto, kebutuhan
energi
pada
dasarnya
Kelelahan
tergantung dari empat faktor yang
Kelelahan kerja merupakan proses
saling berkaitan, yaitu (1) kegiatan
menurunnya efisiensi, performa kerja,
fisik, (2) ukuran dan komposisi tubuh,
dan
(3) umur, dan (4) iklim dan faktor
ketahanan fisik tubuh untuk terus
ekologi lainnya.(13)
berkurangnya
kekuatan
atau
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm melanjutkan
kegiatan
yang
harus
dilakukan.(15)
memberikan
kepada
juga
karena
tubuh.(16)
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja
stabilitasi
dan
kesalahan
menambah kerja.
Kelelahan
terjadi
tingkat
tertumpuknya produk sisa dalam otot
Meningkatnya
dan peredaran darah, dimana produk
kesalahan kerja akan memberikan
sisa
peluang terjadinya kecelakaan kerja
kelangsungan aktivitas otot. Bahwa
dalam
otot
produk sisa ini mempengaruhi sistem
muscular
saraf pusat, sehingga menyebabkan
industri.
secara
Pembebanan
statispun
loading)
jika
waktu
(static
dipertahankan
yang
cukup
yaitu
nyeri
membatasi
seseorang menjadi lambat bekerja
akan
karena sudah merasakan kelelahan.(2)
lama
otot,
bersifat
dalam
mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries),
ini
tulang,
Penelitian
ini
merupakan
penelitian observasional yaitu hanya
tendon, dan lain-lain yang diakibatkan
melakukan
oleh jenis pekerjaan yang bersifat
terhadap subjek yang diteliti tanpa
berulang (repetitive).
melakukan intervensi atau perlakukan.
Selain itu karakteristik kelelahan akan
meningkat
dengan
semakin
lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery)
adalah
didapat
(pengamatan)
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana variabel bebas
dan
variabel
terikat
dalam waktu yang bersamaan.
dengan
memberikan istirahat yang cukup.
observasi
diukur
(17)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
Kelelahan diatur secara sentral
shift pagi yang bekerja di PT. X pada
oleh otak. Pada susunan saraf pusat,
bagian packing yang berjumlah 40
terdapat sistem aktivasi dan inhibisi.
pekerja.(18) Besarnya
Kedua sistem ini saling mengimbangi
penelitian ini adalah pekerja yang
tetapi kadang-kadang salah satu dari
bekerja di shift pagi bagian packing
padanya lebih dominan sesuai dengan
PT. X, Kendal pada shift pertama yaitu
keperluan.
sebanyak 40 pekerja.
Sistem
aktivasi
bersifat
simpatis, sedangkan inhibisi adalah parasimpatis. berada
Agar
dalam
tenaga
kerja
keserasian
dan
keseimbangan, kedua sistem tersebut harus
berada
pada
kondisi
yang
sampel
pada
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Pulse denyut
Meter nadi
untuk
mengukur
pekerja
untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
2.
menentukan beban kerja pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
pekerja.
Gambaran Karakteristik Responden
Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) /
Tabel
Questemp 3.4 digunakan untuk
Bagian
mengukur iklim kerja di lingkungan
Kendal
1.
Karakteristik
Packing
PT.X,
Responden Kabupaten
kerja. 3.
4.
Reaction Timer digunakan untuk
No
Usia
Frekuensi
%
mengukur kelelahan kerja dengan
1
21 – 30
19
47,5
melihat waktu reaksi dari pekerja.
2
31 – 40
11
27,5
Alat ini terdiri dari rangsang suara
3
41 – 50
9
22,5
dan cahaya.
4
51 – 60
1
2,5
Frekuensi
%
Kuesioner,
digunakan
memperoleh
untuk
Riwayat
data
Penyakit
subyek/responden dan mencatat
1
Tidak ada
35
87,5
hasil pengukuran.
2
Ada
5
12,5
Total
40
100
Uji
statistik
dilakukan
menggunakan software SPSS 11.5 for windows. Karena skala data yang
Analisis
digunakan
adalah
Kerja
interval dan rasio maka diperlukan uji
Kerja
dalam
variabel
normalitas dengan uji yang digunakan adalah
uji
Kolmogorov-Smirnov.
Hubungan
dengan
antara
Tingkat
Berdasarkan
hasil
rank-spearman
Iklim
Kelelahan
uji
(pada
korelasi tingkat
Karena distribusi data iklim kerja tidak
signifikansi
normal
pengujian
kepercayaan 95%) nilai signifikansi (p-
hubungan antara iklim kerja dengan
value) kedua variabel tersebut sebesar
tingkat kelelahan pekerja digunakan uji
0,084, karena nilai signifikansi tersebut
rank-spearman. Dan karena distribusi
diatas 0,05, ini berarti tidak ada
data dari asupan gizi dan beban kerja
hubungan
adalah
tersebut.
maka
normal
untuk
untuk
pengujian
hubungan antara asupan gizi sebelum bekerja
dan
beban
tingkat
kelelahan
korelasi pearson.
kerja
dengan
digunakan
uji
Hal
0,05
antara
tersebut
atau
kedua
dapat
tingkat
variabel
terjadi
dikarenakan adanya shift kerja pada bagian packing yaitu waktu untuk 50% bekerja dan 50% istirahat atau selama 1 jam pekerja melakukan aktifitas
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm produksi
kemudian
akan
diberikan
diperoleh
Chen
yang
menyatakan
waktu istirahat selama 1 jam, dan saat
terdapat hubungan antara iklim kerja
beristirahat
pekerja
dengan kelelahan kerja pada pekerja
memaksimalkannya dengan mencari
di Cina yang terpapar iklim sebesar
tempat yang teduh atau tidak panas
30,0oC – 33,2oC. Dari hasil penelitian
agar mereka merasa lebih nyaman
tersebut diasumsikan bahwa pekerja
saat beristirahat. Selain hal tersebut,
dari Indonesia secara umum memiliki
berdasarkan
kuesioner
level toleransi iklim kerja yang lebih
seluruh pekerja di bagian packing
tinggi dikarenakan pekerja Indonesia
berasal dari lingkungan yang tidak jauh
sudah terbiasa hidup dan bekerja di
dengan
perusahaan
atau
iklim tropis.(19)
kriteria
iklim
hampir
pengisian
yang
memiliki sama
dengan perusahaan. Dan pekerja di
Analisis Hubungan antara Asupan
bagian packing rata-rata juga telah
Gizi
bekerja dalam kurun waktu yang sama
Tingkat Kelelahan Kerja
Sebelum
Bekerja
dengan
±5 tahun. Hal tersebut menyebabkan
Melalui hasil uji korelasi pearson
pekerja sudah terbiasa dengan iklim
(pada tingkat signifikansi 0,05 atau
tersebut karena telah beraklimatisasi
tingkat
dengan iklim dengan baik.
signifikansi (p-value) kedua variabel
kepercayaan
95%)
nilai
Namun, hasil penelitian ini sejalan
tersebut sebesar 0,0001, karena nilai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
signifikansi tersebut lebih kecil dari
Adi Heru Sutomo yang menyatakan
0,05, hal ini berarti ada hubungan
bahwa tidak ada efek langsung antara
antara kedua variabel tersebut.
iklim kerja panas terhadap kelelahan kerja
dengan
nilai
p-value
Hal tersebut dikarenakan tidak
0,216
terpenuhinya kebutuhan gizi pekerja,
dimana p>0,05. Yang didalamnya juga
hal tersebut terjadi karena banyaknya
dicantumkan
hasil
penelitian
yang
pekerja yang tidak sarapan sebelum
dilakukan
oleh
Ratu
yang
bekerja
mendapatkan hasil pengukuran iklim kerja sebesar 30,5
o
C – 34,38
o
C
ataupun
pekerja
sarapan
namun tidak memenuhi gizi yang dibutuhkan
oleh
tubuhnya
dan
dimana nilai p-value 0,587 yang berarti
akhirnya pekerja terkena kelelahan
tidak terdapat hubungan antara iklim
lebih
kerja dengan kelelahan kerja. Dan
pekerja yang melakukan sarapan dan
dibandingkan dengan penelitian yang
kebutuhan
cepat
dibandingkan
gizinya
dengan
tercukupi
dari
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm sarapan
yang
dikonsumsinya.
dan
gizi
buruk.
Bila
tidak
ada
Penyebab tidak terpenuhinya gizi yang
perbaikan konsumsi energi dan protein
dibutuhkan
yang mencukupi akhirnya akan mudah
oleh
tubuh
dapat
disebabkan antara lain oleh faktor
terserang infeksi (penyakit).(21)
ekonomi (pendapatan yang rendah), kurangnya
pengetahuan,
dan
Analisis Hubungan antara Beban Kerja
kebiasaan makan tiap pekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Dilihat
dari
hasil
uji
korelasi
pearson (pada tingkat signifikansi 0,05
menderita
atau tingkat kepercayaan 95%) nilai
kekurangan gizi khususnya kalori akan
signifikansi (p-value) kedua variabel
memengaruhi
kerja,
tersebut sebesar 0,244, karena nilai
menyelesaikan
signifikansi tersebut lebih besar dari
pekerjaannya pun semakin panjang,
0,05, hal ini berarti tidak terdapat
sehingga produktivitas menurun. Gizi
hubungan
kurang
juga
tersebut.
dampak
fisiologis
orang
waktu
yang
Kelelahan
negatif,
karena
dampak
Tingkat
Kerja
teori yang ada yaitu kekurangan gizi mempunyai
dengan
yang
kemampuan
untuk
dapat
memberikan
kedua
variabel
fungsional,
Hal tersebut dapat terjadi karena
seperti gangguan pertumbuhan, fungsi
telah adanya rotasi kerja 50 : 50, yaitu
imun
infeksi
dalam shift pagi terbagi menjadi dua
kognitif
bagian yang bekerja selama 1 jam
menurun
meningkat,
dan
antara
dan
risiko
perkembangan
terganggu, kemampuan kerja menjadi
bergantian.
terbatas,
kronik
waktu istirahat dari pekerja menjadi
meningkat, cedera dan trauma sulit
banyak dan pekerja dapat memulihkan
sembuh.
risiko
penyakit
(20)
Hal
tersebut
membuat
tenaganya lebih baik. Penerapan rotasi
Gizi kurang dapat mempengaruhi
seperti itu sesuai menurut teori yang
kemampuan kerja karena kekurangan
ada
zat gizi, khususnya energi dan protein,
membutuhkan waktu istirahat untuk
pada tahap awal menimbulkan rasa
merelaksasikan otot dan tubuhnya.
lapar dalam jangka waktu tertentu
Untuk pekerjaan berat, otot, paru-paru,
berat badan menurun yang disertai
dan
dengan
bekerja
kemampuan
(produktivitas)
bahwa
sistem
setiap
pekerjaan
kerdiovaskuler
sangat
berat.
harus
Lamanya
kerja. Kekurangan yang berlanjut akan
seseorang bekerja sehari secara baik
mengakibatkan keadaan gizi kurang
pada
umumnya
6-8
jam.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Memperpanjang masa kerja lebih dari
KESIMPULAN
kemampuan tersebut biasanya tidak
1.
disertai
efisiensi
biasanya
tinggi,
terlihat
produktivitas
serta
menimbulkan
bahkan
Tidak terdapat hubungan antara iklim
kerja
dengan
tingkat
penurunan
kelelahan pada pekerja shift pagi
cenderung
bagian packing PT. X Kabupaten
kelelahan.
Istirahat
sekurang-kurangnya 15% dari seluruh
Kendal dengan nilai p = 0,084. 2.
Terdapat
hubungan
waktu kerja. Pada proses produksi
signifikan
sistem
istirahat
sebelum bekerja dengan tingkat
tergantung kepada keterampilan dan
kelelahan pada pekerja shift pagi
kecepatan
bagian packing PT. X Kabupaten
berjalan,
saat
kerja
operator.
Makin
terampil dan makin besar kecepatan kerja maka semakin banyak waktu
antara
yang
asupan
gizi
Kendal dengan nilai p = 0,0001. 3.
Tidak terdapat hubungan antara
istirahatnya. Dan waktu istirahat juga
beban
kerja
dengan
tingkat
memiliki beberapa manfaat seperti
kelelahan pada pekerja shift pagi
dapat meningkatkan jumlah pekerjaan
bagian packing PT. X Kabupaten
yang dilakukan, dapat mengurangi
Kendal dengan nilai p = 0,244.
kelelahan fisik, dan dapat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan selama jam kerja (efisiensi kerja).
(22)
Selain itu,
DAFTAR PUSTAKA 1.
Budi Ismansyah S. K3 Modal
dilihat secara usia rata-rata pekerja
Utama
bagian packing masih dapat bekerja
2005.
dengan beban yang berat karena lebih
http://www.PikiranRakyat.com/
dari setengah pekerja berusia kisaran
diakses tanggal :22 Agustus 2012.
21 – 40 tahun.
2.
Menurut teori yang ada bahwa kapasitas
kerja
meliputi
untuk
beberapa
3.
Suma’mur
PK.
Higene
Suma’mur,
PK.
Higene
Perusahaan Dan Kesehatan Kerja,
semua) pekerjaan menurut laporan sampai 55 tahun.(23)
:
1996.
(bukan
akan terus menurun menjelang usia 50
Tersedia
Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
fungsional, mental, dan sosial akan
kapasitas
Buruh.
Perusahaan dan Kesehatan Kerja,
kapasitas
menurun menjelang usia 45 tahun dan
Kesejahteraan
Jakarta: Sagung Seto. 2009. 4.
A.M.Sugeng Budiono, dkk. Bunga Rampai
Hiperkes
Keselamatan
Kerja,
dan
Semarang:
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Badan
5.
Penerbit
Universitas
Diponegoro. 2003.
Swain. Prinsip-prinsip Sains untuk
Baiduri, W. Fatigue Assessment
Keperawatan.
PT.
Pamapersada
Nusantara.
Company profile PT. Tossa Shakti Divisi
Glass.
Desa
Mangir,
Kaliwungu, Kendal. 7.
Training
Material
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker. 2004. 17. Notoatmodjo,
Soekidjo.
Metode
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta. 2002.
Modul
VII,
Stress
Riyadi H. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Bogor: IPB Press. 1996. Karyadi D, Muhilal. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1996.
10. Kartasapoetra G, Marsetyo H. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas
Kerja.
Jakarta:
11. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
H,
Heru
S
Adi,
H
A
Sudibyakto. International Journal of Public Health Science, “Effects of the Occupational Physical Environmental Conditions
and
the
Individual
Characteristics of the Workers on Occupational Stress and Fatigue”. Yogyakarta : Gajah Mada University. 2012. 20. Kartasapoetra G, Marsetyo H. Ilmu
Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. 2005. 21. Drajat Martianto. Gizi Terapan. PAU
Utama. 2002. 12. Budiyanto MAK. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Pres. 2002. 13. Suhardjo, Kusharto CM. PrinsipIlmu
19. Birowo
Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Rineka Cipta. 2005.
Prinsip
18. Sugiono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. 2004.
2010.
9.
Erlangga,
Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Lingkungan. Semarang : UNNES.
8.
Jakarta.
p:141. 2008. 16. Depnaker.
Jakarta. 2008. 6.
15. James Joyce. Colin Baker & Helen
Gizi.
Yogyakarta:
Kanisius. 1992. 14. Kroemer, KHE dan Etiene Grandjen. Fitting the Task to The Human, 5th Edition. London. 1997.
Pangan dan Gizi IPB : Bogor. 1992. 22. Silaban, Majalah
Gerry.
Kelelahan
Kesehatan
Kerja.
Masyarakat
Indonesia, Tahun XXVI No. 10 : 539 – 543. 1998. 23. WHO. Penuaan dan Kapasitas
Kerja. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
1996.