PERBEDAAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN ORGAN GENETALIA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA SISWA DI MTs AL-ASROR GUNUNG PATI SEMARANG
Dewa Ayu Putri Kemala Dewi*) Yuliaji Siswanto, SKM, M.Kes.(Epid)**) Wahyu Kristiningrum, S.SiT**) *) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian kaum wanita. Kebanyakan pasien datang berobat pada saat kanker pada stadium lanjut, padahal kanker serviks dapat kita cegah, dengan pengetahuan perawatan organ genetalia sejak dini. Pendidikan kesehatan perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian one-group pretest-posttest design. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebagai instrumen penelitian. Sampel penelitian ini meliputi 20 siswa putri si MTs Al-Asror Gunung Pati Semarang dengan menggunakan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat Wilcoxon Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan pengetahuan siswa putri dalam kategori pengetahuan cukup yaitu (90,0 %). Sesudah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan siswa putri dalam kategori pengetahuan baik yaitu (95,0 %). Hal ini menunjukkan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan p value = 0,000 < α (0,05). Saran yang bisa disampaikan peneliti yaitu diharapkan siswa putri dapat menerapkan pengetahuan perawatan organ genetalia secara mandiri, pihak sekolah dapat memberikan informasi tentang perawatan organ genetalia lebih dini kepada para siswa. Kata kunci Kepustakaan
: :
Pendidikan Kesehatan, Perawatan Organ Genetalia, 29 ( 2002-2012 )
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
1
ABSTRACT
Cervical cancer is one of the main causes of death for women. Most patients look for treatment when the cancer is at an advanced stage, whereas cervical cancer can be prevented by mastering knowledge about taking care genital organ earlier. Health education should be given to improve knowledge. This study aims to find the differences of students’ knowledge before and after getting health education. The design of this study was one-group pretest-posttest design. This study used questionnaires that the validity and reliability had been tested as an instrument. The samples in this study were 20 female students at MTs Al-Asror Gunung Pati Semarang by using purposive sampling technique. Data analysis used bivariate analysis of Wilcoxon Test. The results of this study indicate that before getting the health education, the female students have knowledge about taking care genital organ in the sufficient category of 90.0%. While, after getting health education, the students’ knowledge is in the good category of 95.0%. This indicates that there are showed differences of students’ knowledge before and after getting the health education by p value = 0.000 <α (0,05). The female students are expected to practice their knowledge about taking care genital organ independently. For the school should provide information about taking care genital organ earlier for the students. Keywords : Health education, Taking Care Genital Organ Bibliographies : 29 (2002-2012)
PENDAHULUAN Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya, seorang wanita meninggal setiap dua menit akibat kanker serviks dan diperkirakan angka kematian mencapai 270.000 kematian setiap tahunnya (Khasanah, 2011). Secara keseluruhan, kanker serviks merupakan kanker mematikan nomor dua di dunia pada wanita berusia di bawah 45 tahun. Delapan puluh lima persen kematian akibat kanker serviks terjadi pada negara berkembang (BKKBN, 2006). Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada wanita ke dua terbanyak di derita dan lebih dari setengah wanita Asia meninggal dunia. Setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan diperkirakan 8.000 kasus berakhir kematian, sedangkan di Indonesia setiap harinya 40-45 wanita terdiagnosa kanker serviks dan 2025 wanita meninggal, setiap tahunnya angka kematian karena kanker serviks mencapai 270.000 (IPKSI, 2011), di Jawa Tengah pada tahun 2010 prevalensi kanker serviks 0,013%, dan pada tahun 2011 prevalensi kanker serviks mencapai 0,021 %. Sedangkan di Semarang pada bulan Januari sampai Oktober 2010, kasus penyakit kanker serviks ditemukan sebanyak 2039 kasus. Dimana ditemukan sebanyak 1889 kasus di Rumah Sakit dan 150 kasus di Puskesmas (Dinkes jateng 2011). Kanker serviks disebabkan oleh virus, yaitu Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini sangat 2
mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Terdapat dua tipe virus HPV tipe 16 dan 18 Kanker serviks ditularkan melalui beberapa hal yaitu : hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda, bergantiganti pasangan seksual, merokok, defisiensi zat gizi, trauma kronis pada serviks, adanya keturunan kanker, penggunaan pil kb dalam jangka waktu yang sangat lama, serta kebersihan genetalia yang kurang (Belle, 2012). Kebersihan genetalia yang kurang dapat menimbulkan terjadinya infeksi, karena keadaan yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya kuman. Menjaga kebersihan genital agar tetap bersih dan segar adalah perlindungan terbaik terhadap infeksi alat kandungan. Fluor albus merupakan gejala terjadinya infeksi alat kandungan. Jika infeksi alat kandungan semakin lama semakin dibiarkan dan tidak ada tindakan pengobatan maka akan dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan sel yang normal menjadi abnormal dan cenderung menginfiltrasi jaringan di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kanker serviks yang juga ditandai dengan adanya fluor albus yang tidak gatal dan terkadang bercampur darah dan berbau (Burhani, 2012). Kebersihan alat genital dapat dilakukan dengan vulva hygiene yang baik dan benar, seperti: mengganti pakaian dalam 2 kali dalam sehari, melakukan cebok yang benar pada liang vagina dan anus. Sedangkan banyak wanita yang tidak mengetahui bagaimana cara melakukan
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
vulva hygiene yang baik dan benar (Khasanah 2011). Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan, adalah kurangnya personal hygiene, karena tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara perawatan organ genitalia yang benar maka seseorang akan mudah berperilaku yang membahayakan atau acuh terhadap kesehatan alat genitalnya, dan sebaliknya jika seseorang yang memiliki pengetahuan tentang cara perawatan organ genitalia yang benar akan lebih memilih berperilaku yang tepat dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya (BKKBN, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor internal dan eksternal, faktor internal berupa pendidikan, pekerjaan, dan umur, faktor eksternal yaitu faktor lingkungan dan sosial budaya (Notoadmojo, 2010). Faktor internal khususnya bidang pendidikan sangat penting di berikan kepada para siswa, pemberian pendidikan dapat melalui pemberian informasi secara dini, pemberian informasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti pemberian penyuluhan, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), konseling (Notoadmojo, 2010). Metode-metode dalam pemberian informasi berupa metode ceramah, diskusi kelompok, panel, forum panel, permainan peran. Metode juga dapat diberikan berupa media dan alat bantu pembelajaran, seperti leaflet, model buku-buku bergambar, film-film, slide, rekaman
video. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 metode, metode ceramah dan pemberian leaflet, metode ceramah di pilih karena metode ceramah sering dipergunakan oleh para guru dengan penuturan secara lisan dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa, dan metode pemberian leaflet, menggunakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca dan biasanya di sajikan dalam bentuk lipatan yang dipergunakan untuk penyampaian informasi atau penguat pesan yang disampaikan. Setelah dilakukan studi pendahuluan yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan guru-guru, mereka belum pernah diberikan pemberian informasi tentang cara membersihkan organ genitalia wanita dan tidak adanya program atau materi tentang perawatan organ genitalia, di MTs tersebut serta dari 10 siswa yang di tanyakan tentang perawatan organ genitalia, 7 siswa mengatakan tidak mengetahui pentingnya perawatan organ genitalia, dan cara merawat organ genitalia. Berdasarkan data yang diperoleh diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “perbedaan pengetahuan remaja tentang perawatan organ genitalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan di MTS Al -Asror”.
KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Teori Pendidikan Informasi -Penkes (ceramah dengan leaflet)
Pengetahuan
Budaya Pengalaman Keterangan : : yang tidak di teliti : yang di teliti Bagan 3.1. Kerangka Teori Sumber Modifikasi (Notoadmojo, 2003)
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
3
Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen Pengetahuan remaja tentang perawatan organ genetalia.
Pendidikan Kesehatan perawatan organ genetalia
Gambar 2. Kerangka Konsep
Perawatan organ genitalia sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan”
Hipotesis Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Perbedaan Pengetahuan tentang Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Bebas : Pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia Terikat: Pengetahuan remaja tentang perawatan organ genetalia
Definisi Operasional Pemberian pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi kesehatan tentang Perawatan Organ Genetalia kepada remaja yang meliputi tentang pengertian, tahapan, manfaat, dan masalah Media LCD dan leaflet. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu tentang perawatan organ genetalia dengan pemberian pendidikan yang meliputi tentang pengertian, tahapan, manfaat, masalah dilakukannya penyuluhan dalam bentuk pertanyaan obyektif
Alat Ukur SAP
Kuesioner tentang perawatan organ genitalia yang terdiri 20 pertanyaan dengan nilai Benar : 1 Salah : 0
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental dengan rancangan one group pre test-post test design, yaitu penelitian sesaat dengan pemberian pre test dahulu sebelum diberikan pendidikan kesehatan kemudian setelah diberi pendidikan kesehatan dilakukan post test.
4
Hasil Ukur
Skala -
Dengan ketentuan Ordinal Skor maksimal :18 Skor minimal : 0 Skor pengetahuan untuk kepentingan analisis univariat dikategorikan menjadi: Pengetahuan Baik : 16-20 Pengatahuan Cukup : 11-15 Pengetahuan Kurang :0-10
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putri, sejumlah 180 siswa putri di MTs Al –Asror tahun ajaran 2013-2014. Sampel Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi (Arikunto,
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
2010). Penentuan besarnya sampel untuk penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20 (Sugiyono, 2009). Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu Siswa putri MTs Al-Asror tahun ajaran 2013. Adapun kriteria eksklusinya adalah siswi putri MTs Al-Asror tahun ajaran 2013 yang tidak hadir pada saat penelitian.
Hasil analisis dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah sebanyak 18 (90,0%) siswa dalam kategori pengetahuan cukup dan 2 (10,0%) siswa berada pada kategori pengetahuan kurang.
Analisis data
Tabel 3. Gambaran Perbedaan Pengetahuan Tentang Perawatan Organ Genetalia Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Siswi Mts Al-Asror Gunung Pati Tahun 2013
Analisa Univariat Analisa ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan remaja sebelum dan setelah di berikan pendidikan kesehatan. Analisa Bivariat Untuk mengetahui pengetahuan remaja sebelum dan setelah diberikan pendidikan digunakan uji statistik paired t-test bila data berdistribusi normal. Akan tetapi apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji wilcoxon. Sebelum dilakukan analisis bivariat maka dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-wilk.
Analisis Univariat Gambaran Perbedaan Pengetahuan Tentang Perawatan Organ Genetalia Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Siswi Mts Al-Asror Gunung Pati Tahun 2013 Tabel 2. Gambaran Perbedaan Pengetahuan Tentang Perawatan Organ Genetalia Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Siswi Mts Al-Asror Gunung Pati Tahun 2013 Frekuensi 2 18 20
Pengetahuan Posttest Cukup Baik Total
Frekuensi 1 19 20
Persentase (%) 5,0 95,0 100,0
Hasil analisis dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah sebanyak 19 siswa dalam kategori baik (95,0%), dan yang masih berada pada kategori cukup hanya 1 siswa (5,0%). Analisis Bivariat Data yang dihasilkan berdistribusi tidak normal maka digunakan uji statistik dengan menggunakan wilcoxon test diperoleh hasil sebagai berikut.
HASIL PENELITIAN
Pengetahuan Pretest Kurang Cukup Total
Gambaran Perbedaan Pengetahuan Tentang Perawatan Organ Genetalia Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Siswi Mts Al-Asror Gunung Pati Tahun 2013
Persentase (%) 10,0 90,0 100,0
Tabel 4. Perbedaan pengetahuan remaja tentang perawatan organ genitalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada siswa di MTS Al-Asror Gunung Pati Tahn 2013 Variabel Pengetahuan Posttest Pengetahuan Pretest
N
Mean Z p Rank value 20 0,00 -3,938 0,000 20 10,50
Hasil analisis data dari Tabel 4 menunjukan bahwa p value = 0,000≤0,05, berarti ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang perawatan organ genitalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada siswa di MTS Al-Asror Gunung Pati Tahun 2013.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
5
Tabel 5. Gambaran Perubahan Pengetahuan terhadap Perawatan Organ Genetalia Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan Organ Genetalia Di MTs Aal-Asror Gunung Pati Tahun 2013 Perubahan
Frekuensi
Naik (Cukup-Baik) Turun (Baik-Cukup) Tetap (Baik-Baik/ Cukup-Cukup) Total
19 0
Persentase (%) 95 % 0%
1
5%
20
100%
Hasil analisis dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswi setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia mengalami kenaikan tingkat pengetahuan (pengetahuan cukup menjadi pengetahuan baik), sebesar 95%, sedangkan yang tidak mengalami perubahan/ pengetahuan tetap (pengetahuan cukup tetap menjadi pengetahuan cukup) sebesar 5%, dan tidak ada yang mengalami penurunan tingkat pengetahuan. PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran pengetahuan siswa terhadap perawatan organ genetalia sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukan bahwa pengetahuan siswa tentang perawatan organ genetalia sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah sebagian besar masih dalam kategori pengetahuan cukup. Pengetahuan cukup tersebut ditunjukan dimana responden menjawab pertanyaan obyektif dengan benar antara lain : lima belas responden menjawab, yang dimaksud dengan perawatan organ genetalia adalah tindakan pembersihan pada semua alat-alat reproduksi. Sedangkan menurut Musfriatul, Azis (2005), bahwa perawatan organ genetalia merupakan tindakan pembersihan pada alat genetalia perempuan. Pada pertanyaan selanjutnya sebanyak sepuluh responden menjawab, jika kita berada di toilet umum, air yang kita gunakan untuk membersihkan alat genetalia adalah dari bak di toilet umum, sedangkan menurut Kusmiran (2011) Saat berada di toilet umum pergunakan air yang berasal dari air kran, hindari penggunaan air dari bak/penampungan karena menurut penelitian 6
air yang berasal dari bak di toilet umum mengandung bakteri dan jamur. Pada pertanyaan selanjutnya sebanyak delapan responden menjawab, penggunaan bendabenda apa saja yang harus kita hindari pada alat kelamin karena dapat berbahaya pada kesehatan, adalah handuk yang lembut, sabun antiseptik dan pakaian dalam yang berbahan katun. Sedangkan kusmiran (2011) mengatakan bahwa penggunaan benda-benda seperti sabun antiseptik, sabun pewangi dan deodorant dapat berbahaya pada kesehatan. Pada pertanyaan selanjutnya sebanyak tujuh responden menjawab, mengapa kita harus mengganti pembalut 4-5 kali dalam sehari pada saat menstruasi menghindari terjadinya tembus pada saat menstruasi, menurut Kusmiran (2011), penggantian pembalut pada saat menstruasi sebaiknya dilakukan 4-5 kali untuk menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri. Pertanyaan selanjutnya sebanyak tujuh responden menjawab, pada pertanyaan yang lain : bagaimana cara membersihkan alat genetalia dari belakan (anus) ke depan (vagina), menurut Kusmiran (2011), vagina dibersihkan dari depan (vagina) ke belakang (anus). Pada pertanyaan selanjutnya sebanyak enam respoden menjawab, penyakit yang ditimbulkan karena kurangnya perawatan organ genetalia adalah nyeri pada saat menstruasi, menurut Syarif (2007), penyakit yang dapat ditimbulkan karena kurangnya perawatan organ genetalia adalah radang panggul, gejalanya dapat berupa keputihan disertai nyeri perut yang hilang timbul bukan pada saat menstruasi. Pada pertanyaan yang lain enam responden menjawab: mengapa kita harus mencukur sebagian dari rambut kemaluan agar terlihat rapi pada daerah genetalia, meurut Kusmiran (2011), Kita harus mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan yang berlebihan di daerah genetalia, jika terjadi kelembapan maka akan menimbulkan kumn dan bakteri. Pada pertanyaan selanjutnya sebanyak lima responden menjawab, membersihkan genetalia sebaiknya menggunakan air sirih, menurut Syarif (2007), membersihkan genetalia menggunakan air bersih dan dapat disertai dengan sabun, sebaiknya jangan terlalu sering menggunakan air sirih karena penggunaan air sirih terlalu lama dan sering dapat meyebabkan ph vagina terganggu.pada pertanyaan yang lain lima responden menjawab, jika vagina tidak dirawat dengan benar dapat menyebabkan susah buang air kecil, menurut Musfriatul, Azis (2005), vagina yang tidak dirawat dengan benar dapat
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
menyebabkan vagina mengalami infeksi karena kuman dan bakteri yang bersarang pada vagina. Pada pertanyaan selanjutnya sebanyak empat responden menjawab, perawatan genetalia disebut juga vulva vagina, menurut Musfriatul, Azis (2005), perawatan vagina disebut vulva hygiene. Sebanyak empat responden lain menjawab, cara pemilihan pembalut yang baik adalah pembalut berbahan lembut dan mahal, menurut Kusmiran (2011), pemilihan pembalut yang baik adalah pembalut yang berbahan lembut, dapat meyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang dapat membuat alergi dan merekat dengan baik pada pakaian dalam. Berdasarkan hasil jawaban dari responden tersebut diatas bahwa hal tersebut dapat dikarenakan antara lain : belum adanya program pendidikan kesehatan khusu tentang perawatan organ genetalia di MTs Al-Asror Gunung Pati Semarang tersebut, sehingga pengetahuan tentang perawatan organ genetalia yang dimiliki siswa tersebut masih sangat kurang. Menurut Notoadmojo (2007), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi yang didapatkan oleh responden tentang perawatan organ genetalia dapat diperoleh melalui media masa atau pendidikan kesehatan yang menyebabkan mereka tahu tentang perawatan organ genetalia. Gambaran pengetahuan siswa terhadap perawatan organ genetalia setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia Setelah diberikan pendidikan kesehatan kemudian dilakukan pengujian post test didapatkan hasil pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan pada Tabel 3 menunjukan bahwa pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah sebanyak 19 siswa dalam kategori pengetahuan baik (95,0 %), dan yang masih berada pada kategori cukup hanya 1 siswa (5,0 %). Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia, pengetahuan mengenai perawatan organ genetalia mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang mengalami kenaikan dan tetap, pengetahuan cukup menjadi
pengetahuan baik dan pengetahuan cukup tetap menjadi pengetahuan cukup. Pengetahuan siswi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah sebanyak 18 siswi (90,0%) dalam kategori pengetahuan cukup, dan yang berada pada pengetahuan kurang 2 siswi (10,0%). Sedangkan pengetahuan siswi setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah sebanyak 19 siswi (95,0%) dalam kategori pengetahuan baik, dan yang masih berada pada kategori pengetahuan cukup 1 siswi (5,0%). Hal ini juga dapat dilihat dari mean antara mean pretest (100,0%) dan mean posttest (100,0%). Jika dilihat dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dengan diberikannya pendidikan kesehatan ternyata dapat merubah pengetahuan siswi mengalami kenaikan (pengetahuan cukup menjadi pengetahuan baik), selain itu juga pengetahuan siswa dapat tidak berubah sama sekali atau masih memiliki tingkat pengetahuan yang tetap, hal ini disebabkan oleh kemampuan siswa yang berbeda dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Perubahan pengetahuan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian pendidikan kesehatan. Dimana tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri adalah menanamkan pengetahuan, dengan harapan agar pengetahuan tersebut dapat membentuk sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku (Pickett & George, 2008). Hal ini dapat dikarenakan oleh berbagai alasan baik dari faktor yang mempengaruhi pengetahuan itu sendiri dimana adanya suatu kebudayaan dan pengalaman dari siwi itu sendiri yang sudah melekat dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat merubahnya, dimana menurut Hergenhan dalam Azwar (2007), kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. Analisis Bivariat Hasil uji wilcoxon test menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan siswi terhadap perawaan organ genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia di MTs AlAsror Gunung Pati Semarang Tahun 2013. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi p value = 0,000≤,05. Adanya perbedaan pada pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh setelah pemberian pendidikan kesehatan.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
7
Rincian berdasarkan pada Tabel 4 setelah dilakukan pendidikan kesehatan yang dimana pengetahuan siswi tentang perawatan organ genetalia ada yang mengalami kenaikan, dan tetap, tetapi tidak ada yang mengalami penurunan : pengetahuan yang mengalami kenaikan dari cukup menjadi baik adalah sebanyak 19 siswi (95,0%), mengalami penegtahan yang tetap (cukup –cukup) 1 siswi (5,0%). Perubahan pengetahuan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian pendidikan kesehatan. Dimana tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri adalah menanamkan pengetahuan, dengan harapan agar pengetahuan tersebut dapat membentuk sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku (Pickett & George, 2008). Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi yang didapatkan oleh responden tentang perawatan organ genetalia dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan yang menyebabkan mereka tahu tentang perawatan organ genetalia. Menurut Notoadmojo (2007), Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk mengubah perilaku masyarakat, individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Pengetahuan siswi tentang perawatan organ genetalia sebelum diberikan pendidikan kesehatan masih sangat kurang. Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan organ genetalia, pengetahuan siswa mulai meningkat, ini terbukti dari jumlah soal yang dijawab oleh mereka banyak yang menjawab dengan benar. Pendidikan kesehatan dapat memberikan informasi yang mereka butuhkan. Dengan demikian pendidikan kesehatan dapat membuat pengetahuan seseorang dapat meningkat. Hasil penelitian yang mendukung pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kustriyani (2009) yang berjudul “Perbedan Sikap Siswi Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Keputihan Di SMP Negeri Semarang” bahwa dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang keputihan sikap siswi dengan hasil terdapat perbedaan antarapengetahuan dan sikap sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadi perubahan sikap dan 8
tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam & Efendi, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi tentang perawatan organ genetalia yang diberikan melalui pendidikan kesehatan kepada siswi MTs Al-Asror setidaknya dapat merubah pengetahuan siswi dari yang tidak tahu menjadi tahu terhadap perawatan organ genetalia. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dan kelemahan yaitu pada saat penelitian responden yang berusia remaja masih merasa malu tentang penjelasan yang diberikan oleh peneliti sehingga peneliti harus menjelaskan kembali tentang materi yang disampaikan dalam menjawab kuesioner yang dibagikan oleh peneliti. Dalam menjawab ada beberapa dari mereka yang mencontek atau melihat milik temannya, sehingga mungkin saja ada responden yang sebenarnya tidak mengetahui jawabannya menjadi benar dalam menjawab. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasinya adalah dengan meminta kepada responden untuk menjawab setahu responden tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan mengawasi responden agar tidak saling mencontek lagi. Serta menyampaikan kepada responden bahwa hasil kuisioner tidak akan dibagikan kembali kepada responden seperti hasil ujian. PENUTUP Kesimpulan Pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 18 responden (90,0%) dan 2 responden dalam kategori kurang (10,0%). Pengetahuan siswa sesudah diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik, yaitu sejumlah 19 responden (95,0%) dan 1 responden mempunyai pengetahuan dalam kategori cukup (5,0%) Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan organ genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p = 0,000 < α (0,05).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
Saran Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian dengan metode pendidikan kesehatan yang lebih menarik masyarakat seperti dengan menampilkan video cara-cara melakukan perawatan organ genetalia. Bagi sekolah, hendaknya memperbanyak sumber informasi tentang perawatan organ genetalia dan memberikan informasi tentang perawatan organ genetalia lebih dini terhadap siswa-siswa dengan bekerja sama dengan pelayanan kesehatan atau institusi-institusi kesehatan tentang pemberian informasi perawatan organ genetalia kepada siswa. Bagi siswa putri, hendaknya Siswa putri dapat menerapkan perawatan organ genetalia secara mandiri dan tetap dapat menjaga kebersihan organ reproduksinya dengan cara yang tepat, aman dan kebersihan tetap tejaga.
Khasanah, 2011. http://kebersihan Genetalia.html. November 2012.
Kesehatan Genetalia. dan Kesehatan Diakses tanggal 22
Kusmiran, 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. _________. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Maulana, H.D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mubarak, W. H. 2006. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto. Munijaya, A.A, 2002. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC. Musfriatul, Azis, 2005. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA
Mongks, 2007. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BKKBN, 2006. Kanker serviks. http : // kankerserviks.html. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.
____________. 2007. Teori Pengukuran Sikap dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
____________. 2005. Remaja, http : // Pengertian Remaja. Diakses tanggal 21 Juni 2013.
____________. 2010. Teori Pengukuran Sikap dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Belle, 2012.Kanker serviks. http : // Waspadakanker-serviks.html. Diakses tanggal 13 Oktober 2012.
____________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.
Burhani, 2012. Cara Cerdas Merawat Organ Intim. Yogyakarta : Araska
____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dinkes Jateng, 2011. Kasus Kanker servik. http : // Kasus Kanker Serviks di Jawa Tengah. html. Diakses tanggal 20 November 2012.
Proverawati, Atikah. (2009). Menarche menstruasi pertama penuh makna. Yogyakarta : Nuha medika.
Depkes RI. 2008. Pendidikan Kesehatan, Jakarta: JNPK-KR.
Poltekes Depkes, 2012. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika.
Efendi.2011. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Terdapat pada: http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04 /19/pengetahuan-dan-faktor-faktor-yangmempengaruhi/. Diakses pada:23 Januari 2013. Herijulianti, E., Indriani, TS., & Artinis. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. IPKSI, 2011. Kanker Serviks di Indonesia. http : // Kasus Kanker Serviks di Indonesia.html. Diakses tanggal 20 November 2012.
Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan, Jakarta,EGC Buku kedokteran. Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, EGC Surahmad, W. 2010. Metode Yogyakarta : DIVA Press.
Edutainment.
Surioka, Putu. 2012. Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia dengan Praktik Kebersihan Alat Genetalia Saat Menstruasi di MA Al Asror Gunung Pati Semarang
9