UPAYA MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA “F” TERHADAP PERUBAHAN KONDISI KELUARGA MELALUI KONSELING REALITAS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 INDRALAYA UTARA Devita Sary, Harlina, Imron A. Hakim Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya
[email protected] Abstract : The objective of this study was to improve self adaptation of student “F” toward the changes in family condition through reality counseling in SMA N 1 Indralaya Utara. Guidance and counseling action research method was used in this study. The data were analyzed in a descriptive qualitative way. Observation and interview were done for collecting the data. The result showed that counseling reality which emphasizes on the desire exploration and action planning by the counselee could improve the self adaptation of student “F” toward the changes of family condition. This result was supported by the score improvement of the interview before and after the treatment in the second cycle. In the first cycle, the reality counseling focused on the expressing desire exploration of the counselee toward the family. In the second cycle, the counseling reality process emphasized on the step of action planning especially giving the positive encouragement and motivating the counselee to do the action which has been well planned. Thus, the counseling reality could be used to improve the self adaptation of student “F” toward the changes of family condition. Key words: Self Adaptation, Family Condition, Reality counseling Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa “F” terhadap perubahan kondisi keluarga melalui konseling realitas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Indralaya Utara. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan konseling realitas yang menekankan pada eksplorasi keinginan dan perencanaan tindakan oleh konseli dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa “F” terhadap perubahan kondisi keluarga. Hasil penelitian ini didukung dengan adanya peningkatan skor hasil wawancara sebelum dilakukan tindakan konseling realitas sampai setelah tindakan pada siklus kedua. Pada siklus pertama proses konseling realitas menekankan pada eksplorasi atau pengungkapan keinginan-keinginan konseli terhadap keluarga. Pada siklus kedua proses konseling realitas menekankan pada tahap perencanaan tindakan khususnya pemberian dorongan positif dan memotivasi konseli untuk melaksanakan tindakan yang direncanakan dengan baik. Dengan demikian, tindakan konseling realitas dapat digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa “F” terhadap perubahan kondisi keluarga. Kata Kunci : Penyesuaian Diri, Kondisi Keluarga, Konseling Realitas
faktor
PENDAHULUAN Pendidikan
merupakan
utama
dalam
pembentukkan
bagian
pribadi manusia. Salah satu komponen
terpenting dalam kehidupan sebagai
dalam sistem pendidikan adalah peserta
1
didik. Peserta didik merupakan pribadi-
(Kartono, 2002:56). Fatimah (2008:198)
pribadi yang sedang berada dalam
mengatakan bahwa penyesuaian diri
proses perkembangan. Dalam tahap
adalah suatu proses alamiah dan dinamis
perkembangannya
yang
digolongkan
siswa
sebagai
masa
SMA remaja.
bertujuan
mengubah
perilaku
individu agar terjadi hubungan yang
Hurlock (1999:206) memberi batasan
lebih
masa
usia
lingkungannya. Penyesuaian diri adalah
kronologis, yaitu antara tiga belas tahun
suatu proses yang mencakup respon
hingga enam belas atau tujuh belas
mental
tahun. Masa remaja ditinjau dari rentang
individu berusaha untuk dapat berhasil
kehidupan manusia merupakan masa
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam
peralihan
dirinya,
remaja
dari
berdasarkan
masa
kanak-kanak
sesuai
dan
dengan
tingkah
laku,
kondisi
dimana
ketegangan-ketegangan,
menuju ke masa dewasa. Setiap individu
konflik-konflik,
dan
frustrasi
yang
mempunyai tugas-tugas perkembangan
dialaminya, (Schneiders dalam Desmita,
yang berbeda dalam fase kehidupannya.
2009:192)
Menurut Hurlock (1999:213) salah satu
Dari pengertian di atas dapat ditarik
tugas perkembangan masa remaja yang
kesimpulan bahwa penyesuaian diri
tersulit
adalah
dapat diartikan sebagai kemampuan
dengan
penyesuaian
yang
berhubungan Untuk
individu untuk memiliki hubungan yang
mencapai tujuan dari pola sosialisasi
harmonis dengan lingkungan, dapat
dewasa, remaja harus membuat banyak
mengatasi kebutuhan dirinya, konflik-
penyesuaian baru. Penyesuaian sosial
konflik dan frustasi yang terjadi dalam
pada
hidupnya, serta memiliki prilaku sesuai
masa
remaja
sosial.
dipengaruhi
kemampuan menyesuaikan diri individu
dengan kondisi lingkungannya.
masing-masing. Penyesuaian
Menurut Willis (2012:55) salah satu diri adalah
usaha
dari
jenis
penyesuaian
diri
adalah
manusia untuk mencapai harmoni pada
penyesuaian diri di dalam keluarga.
diri sendiri dan pada lingkungannya,
Fatimah (2006:210) menjelaskan bahwa
sehingga rasa permusuhan, dengki, iri
perkembangan penyesuaian diri remaja
hati, prasangka, dan emosi negatif
sangat bergantung pada sikap penolakan
sebagai respon pribadi yang tidak sesuai
orangtua, suasana psikologi dan sosial
dan kurang efisien bisa dikikis habis
dalam kehidupan keluarga.
47
Keluarga
merupakan
lingkungan
kasih sayang dari orang tua dapat
pendidikan yang pertama dan utama
berpengaruh
bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan
anak.
keluarga lebih menekankan pada aspek
terhadap
Berdasarkan
hasil
perkembangan
observasi
dan
moral atau pembentukan kepribadian
wawancara yang dilakukan oleh peneliti
daripada pendidikan untuk menguasai
selama Praktek Pengalaman Lapangan
kepribadian
2010:164).
(PPL) di Sekolah Menengah Atas Negeri
Sebuah keluarga dikatakan harmonis
1 Indralaya Utara serta hasil dari
apabila struktur keluarga itu utuh dan
kegiatan konseling individual dapat
interaksi
keluarga
diketahui bahwa seorang siswa “F” kelas
berjalan dengan baik, artinya hubungan
X.4 di SMA Negeri 1 Indralaya Utara
psikologis
cukup
memiliki daya penyesuaian diri yang
setiap
kurang
diantara
anggota
diantara
memuaskan anggota
(Hartinah,
mereka
dirasakan
kondisi
keluarga
khususnya perubahan kondisi keluarga.
keluarga tidak utuh lagi atau tergantikan
Keluarga ”F” mengalami perubahan
dengan orang lain misalnya kematian
sejak ibu ”F” meninggal. Ibu ”F”
atau perceraian dan pernikahan kedua,
meninggal saat ia duduk di kelas VIII
maka kehidupan keluarga bisa jadi tidak
SMP dan saat ini ayahnya menikah
harmonis
2012:105).
dengan wanita yang memiliki tiga orang
tidak sekedar
anak. Siswa tersebut dikategorikan siswa
berkumpulnya ayah, ibu, dan anak,
yang memiliki penyesuaian diri yang
tetapi juga dalam kondisi fisik dan juga
kurang
psikis. Antara keluarga yang utuh dan
keluarga dapat dilihat dari cara ”F” yang
yang pecah mempunyai pengaruh yang
tak acuh dengan keluarga barunya, ”F”
berbeda terhadap perkembangan anak
tidak menyukai ibu tirinya dan merasa
(Ahmadi, 2007:229)
diperlakukan tidak adil oleh ayahnya,
lagi
Apabila
terhadap
struktur
Keluarga
keluarga.
oleh
(Willis,
yang utuh
terhadap
perubahan
kondisi
Keluarga utuh memiliki perhatian
nilai pelajaran yang menurun sejak
yang penuh atas tugas-tugasnya sebagai
ibunya meninggal, ”F” sering merasa
orang tua. Sebaliknya keluarga yang
kesepian,
pecah atau broken home perhatian
menyayangi dan memperhatikan, juga
terhadap
sering
anaknya
kurang
(Ahmadi
2007:230). Kurangnya perhatian dan
merasa
merasa
iri
tidak
ada
kepada
yang
teman-
temannya yang memiliki keluarga utuh
48
dan merasa tidak nyaman di rumah. ”F”
menggunakan
lebih senang berada di asrama daripada
konseling realitas dalam pemberian
di rumah, ia jarang pulang ke rumah saat
layanan konseling individual. Ada empat
akhir pekan.
sistem intervensi, yaitu want (eksplorasi
Jika hal ini diabaikan maka akan membuat
siswa
tersebut
sistem
intervensi
keinginan), Doing Direction (Tindakan),
memiliki
evaluation
(evaluasi),
hambatan-hambatan di masa yang akan
(rencana).
datang serta dapat menimbulkan sikap
2005:263)
dan prilaku negatif yang merugikan
konseling realitas adalah suatu sistem
dirinya maupun lingkungan.
yang difokuskan pada tingkah laku
Glesser
dan
plan
(dalam
Corey,
mengemukakan
bahwa
Dari permasalahan di atas peneliti
sekarang, terapi ini berfungsi untuk
merasa perlu memahami lebih dalam
membantu klien menghadapi kenyataan
masalah
dan
yang
dialami
”F”
dan
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
membantu ”F” untuk menyelesaikan
dasar tanpa merugikan dirinya sendiri
masalahnya. Dalam hal ini siswa ”F”
maupun orang lain. Pemberian layanan
memiliki penyesuaian diri yang kurang
konseling
terhadap perubahan kondisi keluarga.
membantu
Bantuan yang diberikan berupa layanan
penyesuaian diri khususnya terhadap
konseling individual melalui konseling
perubahan kondisi keluarga. Dengan
realitas. Konseling Individual menurut
demikian nantinya siswa akan mampu
Prayitno dan Amti (2004:105) adalah
menerima atas pengalaman hidup yang
proses
dilaluinya khususnya di dalam keluarga,
pemberian
bantuan
yang
realitas
diharapkan
siswa
meningkatkan
dilakukan melalui wawancara konseling
mampu
oleh seorang konselor kepada individu
kondisi keluarga, dan mampu menjalin
yang sedang mengalami sesuatu masalah
hubungan
(disebut konseli) yang bermuara pada
keluarga.
teratasinya
masalah
yang
dihadapi
menyesuaikan
dapat
yang
diri
harmonis
dengan
dengan
Permasalahan dalam penelitian ini
konseli.
adalah apakah melalui konseling realitas
Konseling realitas diharapkan dapat
dapat meningkatkan penyesuaian diri
dapat
siswa “F” terhadap perubahan kondisi
bertanggung jawab atas semua tindakan
keluarga di Sekolah Menengah Atas
yang dilakukan. Dalam hal ini peneliti
Negeri 1 Indralaya Utara ?. Selanjutnya
membantu
siswa
untuk
49
tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Penelitian ini terdiri dari dua
meningkatkan penyesuaian diri siswa
siklus dan setiap siklus terdiri dari dua
“F”
kondisi
kali pertemuan. Setiap kali pertemuan
keluarga melalui konseling realitas di
dilakukan selama 1 x 45 menit. Siklus
Sekolah Menengah Atas Negeri 1
penelitian dikembangkan oleh Kemmis
Indralaya Utara.
dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010 :
terhadap
Manfaat
perubahan
yang
diharapkan
dari
137) yang terdiri dari empat fase yaitu
penelitian ini, yaitu dapat menambah
perencanaan
pengetahuan positif
dan
bagi
pengetahuan bimbingan
yang
tindakan,
pengembangan
ilmu
refleksi. Tahap-tahap penelitian ini dapat
dan
tentang
konseling
hasil
diri
tindakan,
dan
dilihat dari gambar berikut :
dengan
penelitian
upaya
penyesuaian
bidang
observasi
pelaksanaan
sumbangan
khususnya
ditemukannya
tindakan,
Gambar 1 Alur pelaksanaan penelitian tindakan
baru
meningkatkan siswa
terhadap
perubahan kondisi keluarga.
METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian
tindakan
bimbingan
dan
konseling (PTBK). Fokus penelitian ini adalah
upaya
konseling
memberikan
individual
layanan
dengan
teknik
konseling realitas untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa ”F” terhadap perubahan kondisi keluarga. Subjek penelitian yaitu ”F” siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Indralaya Utara. Teknik
pengumpulan
digunakan
adalah
data
observasi
yang Keterangan :
dan
Gambar ini diadaptasi dari Kemmis dan
wawancara.
Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010 : 137) 50
dilakukan pada tanggal 1 Februari 2014 Tindakan yang dilakukan adalah
di ruang konseling bersama guru BK
layanan konseling individual melalui
sebagai kolabolator yang mengobservasi
konseling realitas dengan menggunakan
jalannya tindakan konseling realitas
prosedur WDEP (want, doing direction,
yang diberikan.
evaluation, plan) dalam kegiatan inti.
Pada
siklus
pertama,
proses
Data yang diperoleh dari penelitian ini
konseling realitas menekankan pada
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
tahap eksplorasi keinginan. Hal ini disebabkan oleh konseli yang masih ragu untuk mengutarakan keinginannya.
HASIL Sebelum
memberikan
tindakan
Setelah
diberikan
tindakan,
peneliti
konseling realitas peneliti melakukan
kembali mewawancarai konseli dan
persiapan penelitian. Persiapan tersebut
teman konseli untuk mengetahui kondisi
yaitu menentukan jadwal pertemuan
”F” setelah diberikan tindakan.
dengan
konseli,
mempersiapkan
Pada
siklus
kedua,
tindakan
instrumen penelitian, mempersiapkan
dilakukan pada tanggal 18 Februari 2014
alat dan perlengkapan seperti kamera
di ruang konseling SMA Negeri 1
dan perekam suara. Sebelum diberikan
Indralaya Utara. Sebelum memberikan
tindakan pada siklus pertama, peneliti
tindakan
melakukan
masalah
khususnya
pengamatan ruangan
di
mengidentifikasi
yang muncul
pada siklus
akan
pertama dan meninjau kembali hasil
digunakan untuk mengadakan konseling
refleksi pada siklus pertama. Proses
realitas. Ruangan yang digunakan adalah
konseling pada siklus kedua terlaksana
ruangan konseling individual di SMA
dengan lebih baik, peneliti dan konseli
Negeri 1 Indralaya Utara. Selain itu
sudah memiliki hubungan yang lebih
peneliti juga melaksanakan wawancara
baik dibanding siklus pertama sehingga
pendahuluan pada tanggal 31 Januari
konseli
2014 untuk mendapatkan data awal
mengutarakan permasalahannya kepada
tentang penyesuaian diri siswa “F”
peneliti. Pada siklus kedua peneliti
terhadap perubahan kondisi keluarga
menekankan pada pemberian penguatan
sebelum
dan dorongan positif kepada konseli
diberikan
yang
sekolah
peneliti
tindakan.
Siklus
pertama, tindakan konseling realitas
51
lebih
leluasa
untuk
untuk melaksanakan tindakan yang ia
tindakan
rencanakan dengan baik.
menjadi kategori tinggi pada siklus
Selanjutnya data tentang hasil skor
siklus
pertama.
Kemudian
kedua.
penyesuaian diri siswa “F” terhadap keluarga dapat dilihat pada tabel berikut
PEMBAHASAN
:
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui
Tabel 1 Skor Penyesuaian Diri Siswa “F” Terhadap Perubahan Kondisi Keluarga
Aspek 1
Skor Sebelum Tindakan 1
Skor Setelah Sikus 1 2
Skor Setelah Sikus 2 3
Aspek 2
0
1
4
Aspek 3
4
7
8
Total
5
10
15
50
75
Persentase 25
bahwa
konseling
realitas
merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang perlu dilaksanakan
di
sekolah.
Layanan
konseling realitas merupakan bentuk layanan bantuan yang difokuskan pada masa sekarang. Pada penelitian ini peneliti
membantu
konseli
untuk
menyelesaikan masalahnya dengan cara menghadapi kenyataan dan berusaha agar konseli dapat memenuhi kebutuhan
(%) Kategori
Sangat Rendah
dasar tanpa merugikan diri sendiri
Rendah Tinggi
maupun orang lain. Konseli diarahkan
Ket : Aspek 1 : Memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga Aspek 2 : Dapat mengatasi kebutuhan dirinya, konflik dan frustasi yang terjadi dalam hidupnya (khususnya terhadap keluarga) Aspek 3 : Memiliki perilaku yang sesuai dengan kondisi keluarga
untuk dapat mempertanggungjawabkan dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum
diberikan
tindakan,
konseli mengalami penyesuaian diri rendah
terhadap
perubahan
kondisi
keluarga yang dilihat dari cara ”F” yang Dari data tersebut dapat terlihat bahwa
terjadi
skor
tidak menyukai ibu tirinya dan merasa
penyesuaian diri siswa “F” dari kategori
diperlakukan tidak adil oleh ayahnya,
sangat rendah dengan skor lima sebelum
nilai pelajaran yang menurun sejak
diberikan tindakan menjadi skor sepuluh
ibunya meninggal, ”F” sering merasa
yang
kesepian,
dikategorikan
perubahan
tak acuh dengan keluarga barunya, ”F”
rendah
setelah
52
merasa
tidak
ada
yang
menyayangi dan memperhatikan, juga
keinginan pada siklus pertama. Hal ini
sering
teman-
untuk meyakinkan “F” atas keinginan-
temannya yang memiliki keluarga utuh
keinginan “F” yang lama untuk dapat
dan merasa tidak nyaman di rumah. ”F”
dicapai saat ini. Sedangkan pada siklus
lebih senang berada di asrama daripada
kedua “F” diberikan dorongan-dorongan
di rumah, ia jarang pulang ke rumah saat
dan motivasi agar “F” yakin atas
akhir
konseli
kemampuan
berupa
melaksanakan tindakan yang telah ia
merasa
iri
pekan.
diberikan
kepada
Kemudian
tindakan
yang
dirinya
untuk
konseling realitas. Tindakan konseling
rencanakan.
realitas pada penelitian ini menggunakan
menunjukkan bahwa penyesuaian diri
empat
siswa ”F” terhadap perubahan kondisi
langkah
mengeksplorasi
intervensi keinginan
yaitu konseli,
keluarga
Hasil
dapat
dapat
penelitian
dibantu
meninjau kembali tindakan yang pernah
memberikan
dilakukan
individual melalui konseling realitas
konseli
untuk
kebutuhan
atau
mengevaluasi
tindakan
memenuhi
keinginannya, yang
layanan
dengan konseling
Setelah diberikan tindakan, dapat
telah
diketahui bahwa skor penyesuaian diri
dilakukan dan merencanakan kembali
“F”
tindakan yang akan dilakukan konseli.
penyesuaian diri yang diperoleh sebelum tindakan
Kegagalan penyesuaian diri dapat ditandai
oleh
“F”
peningkatan. adalah
lima
Skor yang
dan
rasa
dikategorikan sangat rendah, kemudian
suatu
hal
skor penyesuaian diri menjadi 10 yang
(Fatimah, 2006:207), permasalahan yang
dikategorikan rendah, dan kemudian
dihadapi “F” diakibatkan karena emosi
setelah diberikan tindakan pada siklus
dan rasa ketidakpuasan atas sikap ibu
kedua “F” memperoleh skor sebesar 15
tirinya yang tidak memberikan respon
yang dikategorikan tinggi. Hal ini dapat
balik kepada “F” atas keinginan “F”
diartikan bahwa konseling realitas yang
untuk memiliki hubungan yang baik
diberikan oleh peneliti dapat membantu
dengan ibu tirinya. Untuk membantu
siswa
“F” dalam meningkatkan penyesuaian
penyesuaian dirinya terhadap perubahan
diri terhadap perubahan kondisi keluarga
kondisi keluarga.
ketidakpuasan
emosi
mengalami
terhadap
dilakukan tindakan konseling realitas yang
menekankan
pada
“F”
Penelitian
eksplorasi
dalam
yang
meningkatkan
relevan
juga
dilakukan oleh Heryadi (2013) dengan
53
permasalahan penerimaan melalui
tentang diri
(self
konseling
mengungkapkan
penyesuaian
diketahui
acceptance)
kelemahan dari penelitian ini, baik dari
realitas.
bahwa
Heryadi
proses
kemampuan
pula
kekurangan
pelaksanaan
atau
maupun
dari
instrumen yang digunakan. Kekurangan
konselor untuk membangun hubungan
dari
interpersonal dalam proses konseling
memberikan pertanyaan kepada konseli
merupakan
seharusnya
elemen
terpenting
yang
penelitian
ini
peneliti
adalah
saat
menggunakan
sangat berpengaruh dengan keberhasilan
bahasa yang lebih sederhana dan aktif
proses konseling. Hal ini tidak jauh
dalam bertanya ketika konseli menjawab
berbeda dengan penelitian ini yang
dengan singkat. Kemudian dari segi
menitik
proses,
beratkan
pada
kemampuan
konseli
lebih
leluasa
saat
peneliti dalam berkomunikasi untuk
berbicara hanya dengan peneliti. Hal ini
membantu konseli dalam meningkatkan
dapat diperbaiki dengan menggunakan
penyesuaian diri.
observer yang juga dipercayai konseli.
Selain
itu
penelitan
yang
Selain itu, keterbatasan waktu juga
dilakukan oleh Cholifatul dan Indah dengan
judul
Penerapan
menjadi kelemahan pada penelitian ini.
Konseling
Dalam sebuah penelitian, karakter
Kelompok Realita untuk Meningkatkan
konseli juga sangat mempengaruhi hasil
Penyesuaian Diri di Sekolah dengan
konseling. Pada awal proses konseling,
teknik
hanya
konseli
memiliki
menggunakan angket sehingga peneliti
bahwa
penyesuaian
tidak
langsung
keluarga kurang penting bagi dirinya
perubahan siswa. Begitu juga pada
karena konseli merasa tidak mengalami
penelitian
masalah dengan dirinya. Oleh sebab itu,
pengumpulan
bisa
data
mengamati
ini
yang
hanya
melihat
pemikiran
diri
terhadap
perubahan siswa dari hasil wawancara
peneliti
tanpa ada pengamatan kepada siswa
pemikiran yang baru untuk konseli. Hal
untuk
ini yang juga merupakan salah satu
melihat
secara
langsung
perubahan penyesuaian diri siswa. Dari
penelitian
ini,
harus
konsep
mebangun
konsep
hambatan dalam proses konseling. selain
Kegiatan konseling realitas ini
terjadinya perubahan yang positif pada
dapat dilaksanakan kapanpun sesuai
konseli tentang penyesuaian dirinya
dengan
terhadap perubahan kondisi keluarga,
layanan
54
masalah konseling
siswa.
Pengguna
realitas
harus
memperhatikan segala kendala yang
dikategorikan tinggi yaitu mengalamai
dapat saja terjadi pada saat proses
peningkatan
pelaksanaannya. Untuk itu memerlukan
dengan perolehan skor 15. Setelah siklus
pendalaman
kedua ini, “F” sudah memiliki enerima
lebih
lanjut
terhadap
layanan konseling realitas bagi semua
kondisi
peneliti
menyesuaikan
baik
dari
teknik
maupun
sebanyak
keluarganya diri
lima
angka
dan
mulai
dengan
kondisi
dalam
keluarganya saat ini. “F” sudah memiliki
penelitian ini ditemukan beberapa hal
hubungan yang baik dengan keluarga,
yang dapat ditindak lanjuti oleh konselor
menerima keberadaan keluarga barunya
sekolah seperti permasalahan hubungan
dan menerima secara positif peristiwa
“F” dengan neneknya yang ditemukan
yang terjadi dalam dirinya mengenai
bahwa saat ini kendala yang dihadapi
orangtuanya.
pelaksanaannya.
Selain
itu
“F” adalah hubungan antara “F” dan neneknya,
serta
terus
Dari hasil penelitian ini diketahui
memberikan
bahwa penyesuaian diri siswa “F”
dorongan positif kepada “F” untuk
terhadap perubahan kondisi keluarga
menjadi pribadi yang lebih baik.
dapat
ditingkatkan
melalui
proses
SIMPULAN DAN SARAN
konseling realitas yang menekankan
Simpulan
pada proses eksplorasi keinginan dan ini
pemberian motivasi kepada konseli.
menunjukkan bahwa layanan konseling
Namun kekurangan dari penelitian ini
realitas
adalah saat memberikan pertanyaan
Dari
hasil
penelitian
dapat
digunakan
untuk
membantu meningkatkan penyesuaian
kepada
diri
menggunakan
siswa
“F”
terhadap
keluarga.
konseli
seharusnya bahasa
yang
peneliti lebih
Penyesuaian diri siswa “F” terhadap
sederhana dan aktif dalam bertanya
keadaan keluarga dapat ditunjukkan dari
ketika
peningkatan
skor
singkat. Kemudian dari segi proses,
penyesuaian diri. Pada sebelum tindakan
konseli lebih leluasa saat berbicara
siswa “F” mendapatkan skor lima yang
hanya dengan peneliti. Hal ini dapat
dikategorikan sangat rendah. Setelah
diperbaiki
siklus pertama “F” mendapatkan skor
observer penelitian yang juga dipercayai
sepuluh yang dikategorikan rendah, dan
konseli. Selain itu, keterbatasan waktu
setelah
hasil
siklus
perolehan
kedua
“F”
dapat 55
konseli
menjawab
dengan
dengan
menggunakan
juga menjadi kelemahan pada penelitian
konseli agar ia tak mengalami hambatan
ini.
pada saat pemberian tindakan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa layanan konseling individual melalui
konseling
realitas
DAFTAR PUSTAKA
mampu
meningkatkan penyesuaian diri siswa Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta
“F” tehadap perubahan kondisi keluarga di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Indralaya Utara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Saran
Corey, Gerald.2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
Dari hasil penelitian ini peneliti dapat memberikan saran untuk guru BK ataupun
peneliti
menggunakan
lain
agar
dapat
metode-metode
yang
Desmita, R. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
sesuai dalam kegiatan layanan konseling individual
untuk
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi perkembanagan. Bandung: Pustaka Setia
membantu
meningkatkan penyesuaian diri siswa. Jika menggunakan layanan konseling
Hartinah, Sitti. 2010.Pengembangan Peserta Didik. Cetakan kedua. Bandung: Refika Aditama
individual melalui konseling realitas hendaknya dapat menciptakan hubungan
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
yang baik dengan konseli sehingga tidak membuat
konseli
mengeksplorasi
ragu
dalam
permasalahannya.
Untuk membantu konseli melaksanakan
Kartono, Kartini. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta
tindakannya secara tepat, sebaiknya peneliti
aktif
dalam
memberikan
Prayitno dan Erman Amti. 2004. DasarDasar Bimbingan Konseling. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta
penguatan-penguatan positif. Selain itu dalam kegiatan ini atau pemberian tindakan, sebaiknya dilakukan dalam suasana yang benar-benar nyaman bagi
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan keenam belas. Bandung: Alfabeta
56
Willis, Sofyan S. 2008. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta Willis, Sofyan S. 2012. Remaja dan Masakahnya. Bandung: Alfabeta
57