DETERMINAN VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014) Skripsi
Oleh:
Dewi Aria Sandi NIM: 1112081000077
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
i
DETERMINAN VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Dewi Aria Sandi NIM: 1112081000077 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM NIDN. 0311 0658 05
Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA NIDN. 2004 1070 02
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Rabu, 11 Mei 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1.
Nama
: Dewi Aria Sandi
2.
NIM
: 1112081000077
3.
Jurusan
: Manajemen
4.
Judul Skripsi
: Determinan Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Mei 2016
1.
Murdiyah Hayati, S.Kom, MM NIP. 19741003 200312 2 001
)
( __ Penguji 1
2. Sopyan, MM NIDN. 0314 0570 04
( __
) Penguji 2
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 22 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Dewi Aria Sandi 1112081000077 Manajemen Determinan Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan KonsumsiTahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 22 Juni 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 19731221 200501 2 002
2. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM NIDN. 0311 0658 05
3.
Murdiyah Hayati, S.Kom, MM NIP. 19741003 200312 2 001
4. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM NIDN. 0311 0658 05
5. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA NIDN. 2004 1070 02
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Dewi Aria Sandi
NIM
: 1112081000077
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: Determinan Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. )
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
DATA PRIBADI Nama
: Dewi Aria Sandi
Tempat, tanggal lahir : Palas, 24 Desember 1994 Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. KH. Dewantara No. 37 RT 01/15 Ciputat Tangerang Selatan 15411
II.
III.
No. Telp
: 0838 7139 3087
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 2012 – 2016
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012
SMK Sasmita Jaya I Pamulang
2006 – 2009
SMP Negeri 2 Ciputat
2000 – 2006
SD Negeri VI Ciputat
1999 – 2000
TK Tunas Harapan
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Eddy Gunawan
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Padang, 15 Mei 1963
3. Telepon
: 0812 913 5353
4. Ibu
: Sarmawati
5. Tempat & Tgl. Lahir
: Padang, 2 Januari 1965
6. Anak Ke dari
: 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara
v
ABSTRACT The aim of this study is to analyze the influencing factors Debt Policy on consumer goods company which listed in Indonesia Stock Exchange in the periods 2010-2014. Independent variables that used in this research is dividend payout ratio, free cash flow, growth asset, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure on consumer goods company’s debt policy. Sampling method used in this study was puprosive sampling method, which was based on certain criteria. Samples that match with the criteria of this research were 13 of companies. The analysis used was panel data regression analysis with the help of software EViews 8.0, to see whether the independent variables influence the dependent variable jointly or individually. The results of the data analysis or the regression indicate that the simultaneous dividend payout ratio, free cash flow, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure affect debt policy. Partially variables that significantly infulence the lending policies are free cash flow, growth asset, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure. While dividend payout ratio and growth asset variables did not significant influence the company’s debt policy. The magnitude of the coefficient of determination (Adjusted R Square) was equal to 0.942702. This means that the dependent variable was 94.2702% debt policy can be explained by the eight independent variables while remaining 5.7298% was explained by the variable debt policy or other factors outside the model.
Key words: debt policy, dividend payout ratio, free cash flow, growth asset, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure, panel data regression
vi
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 20102014. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva terhadap kebijakan hutang perusahaan. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi data panel untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara bersama-sama maupun secara individu. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara simultan kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang adalah free cash flow, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva. Sedangkan variabel kebijakan dividen dan pertumbuhan aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Besarnya koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0.942702. Hal ini berarti bahwa 94.2702% variabel dependen yaitu kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh delapan variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 5.7298% kebijakan hutang dijelaskan oleh variabel atau faktor-faktor lainnya diluar model.
Kata kunci : kebijakan hutang, kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva, regresi data panel
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“Determinan
Variabel
Yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang” (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014). Shalawat serta salam tak lepas penulis haturkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Skripsi ini disusun sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Manajemen Universitas Islam Negeri Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1) Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan cintanya kepadaku, yang telah memberikan kasih sayang, kepercayaan, didikan, dan bimbingan serta membesarkanku dengan lantunan doa dan semangat cinta beliau sehingga membuatku menjadi orang yang tegar, termotivasi, serta terdukung untuk terus maju dan berjuang dalam hidup. 2) Bapak Dr. M. Arief Mufraini Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah 3) Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 4) Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM selaku pembimbing I yang banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan dan meluangkan waktunya sehingga terselesaikan skripsi ini. 5) Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku pembimbing II yang selalu memberikan petunjuk yang cerdas serta memberikan semangat ekstra viii
6) dalam proses penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini 7) Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis baik Staff Akademis dan keuangan terima kasih atas segala bantuannya. 8) Kakakku yang tersayang dan yang terbaik, Sisca Marantika yang telah memberikan
bantuan,
semangat
dan
support
untuk
menggapai
kesuksesanku 9) Seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat, motivasi, dan dukungan yang besar kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10) Sahabat Zone (Yayah, Shefa, Dini, Santi, Hedra, Abdi, Gendut dan Lutfi), Andi dan Dwi serta Teman-teman seperjuangan di kelas manajemen 2012 khususnya keuangan, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, ke perpustakaan bareng-bareng, saya berharap juga bisa lulus cepet bareng-bareng. Amiiiin. 11) Pihak-pihak yang belum saya sebutkan yang turut membantu baik dengan moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan terima kasih atas kebaikan dan perhatian yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Dengan
segenap
kerendahan
hati
penulis
mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuanagan. Jakarta, 07 Juni 2016 Penulis,
Dewi Aria Sandi
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iii LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v ABSTARCT.................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I
PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .................................................. 1 B. Perumusan Masalah........................................................... 16 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 18 A. Landasan Teori.................................................................. 18 1. Kebijakan Hutang ......................................................... 18 2. Kebijakan Dividen ........................................................ 24 3. Free Cash Flow ............................................................. 30 4. Pertumbuhan Aset ......................................................... 32 5. Pertumbuhan Penjualan................................................. 33 6. Likuiditas...................................................................... 34 7. Profitabilitas ................................................................. 36 8. Ukuran Perusahaan ....................................................... 40 9. Struktur Aktiva ............................................................. 42 B. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .......................................................................... 43 x
1. Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang ............... 43 2. Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang .................... 44 3. Pertumbuhan Aset dengan Kebijakan Hutang................ 45 4. Pertumbuhan Penjualan dengan Kebijakan Hutang ....... 46 5. Likuiditas dengan Kebijakan Hutang ............................ 47 6. Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang ........................ 48 7. Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang .............. 48 8. Struktur Aktiva dengan Kebijakan Hutang .................... 49 C. Penelitian Terdahulu.......................................................... 50 D. Kerangka Pemikiran .......................................................... 66 E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 68 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 70 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 70 B. Metode Pengumpulan Sampel ........................................... 70 C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 72 D. Metode Analisis Data ........................................................ 73 1. Statistik Deskriptif ........................................................ 73 2. Metode Analisis Data Panel .......................................... 73 a. Model Common Effect .............................................. 77 b. Model Fixed Effect ................................................... 78 c. Model Random Effect ............................................... 78 3. Tahap Analisis Data ...................................................... 79 a. Uji Chow.................................................................. 79 b. Uji Hausman ............................................................ 81 4. Uji Dasar Asumsi Klasik............................................... 82 a. Uji Normalitas .......................................................... 82 b. Uji Multikolinearitas ................................................ 84 c. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 84 d. Uji Autokorelasi ....................................................... 86 5. Uji Hipotesis ................................................................. 87 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................. 87 b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .................................. 88 xi
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ....... 90 E. Definisi Operasional Variabel............................................ 91 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................... 96 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................... 96 1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal ....................... 96 2. Gambaran Umum Perusahaan Sektor Industri Barang dan Konsumsi...................................................................... 101 B. Analisis dan Pembahasan .................................................. 112 1. Deskriptif Sampel ......................................................... 112 2. Deskriptif Variabel ....................................................... 112 a. Perkembangan Kebijakan Dividen............................ 113 b. Perkembangan Free Cash Flow ................................ 115 c. Perkembangan Pertumbuhan Aset ............................ 117 d. Perkembangan Pertumbuhan Penjualan .................... 119 e. Perkembangan Likuiditas ......................................... 121 f. Perkembangan Profitabilitas ..................................... 123 g. Perkembangan Ukuran Perusahaan ........................... 125 h. Perkembangan Struktur Aktiva ................................. 127 i. Perkembangan Kebijakan Hutang ............................. 129 3. Statistik Deskriptif ........................................................ 131 4. Uji Analisis Model Regresi Data Panel ......................... 138 a. Pendekatan Common Effect ...................................... 138 b. Pendekatan Fixed Effect ........................................... 139 c. Pendekatan Random Effect ....................................... 140 5. Uji Perubahan Struktural Model Regresi Data Panel ..... 141 a. Uji Chow .................................................................. 141 b. Uji Hausman ............................................................ 143 6. Uji Dasar Asumsi Klasik............................................... 144 a. Uji Normalitas .......................................................... 145 b. Uji Multikolinearitas ................................................ 147 c. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 148 d. Uji Autokorelasi ....................................................... 149 xii
7.
Uji Hipotesis ................................................................. 150 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................. 150 b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .................................. 152 c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ....... 166
8. BAB V
Analisis Regresi Panel .................................................. 168
PENUTUP .............................................................................. 172 A. Kesimpulan ....................................................................... 172 B. Implikasi ........................................................................... 173 C. Saran ................................................................................. 175
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 177 LAMPIRAN .................................................................................................. 184
xiii
DAFTAR TABEL No.
Keterangan
Halaman
Tabel 1.1
Rata-rata 9 Variabel Utama Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi di BEI Tahun 2010-2014 10
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
55
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
72
Tabel 3.2
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson (DW)
87
Tabel 4.1
Nama Sampel Perusahaan
112
Tabel 4.2
Nilai DPR Masing-masing Perusahaan 2010-2014
114
Tabel 4.3
Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan 2010-2014
116
Tabel 4.4
Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan 2010-2014
118
Tabel 4.5
Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan 2010-2014
120
Tabel 4.6
Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan 2010-2014
122
Tabel 4.7
Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 2010-2014
124
Tabel 4.8
Nilai Size Masing-masing Perusahaan 2010-2014
126
Tabel 4.9
Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan 2010-2014
128
Tabel 4.10
Nilai DAR Masing-masing Perusahaan 2010-2014
130
Tabel 4.11
Statistik Deskriptif Kebijakan Hutang dan Variabel
132
Tabel 4.12
Uji Common Effect (OLS)
139
Tabel 4.13
Uji Fixed Effect
140 xiv
Tabel 4.14
Uji Random Effect
141
Tabel 4.15
Uji Chow
142
Tabel 4.16
Uji Hausman
144
Tabel 4.17
Uji Multikolinearitas
147
Tabel 4.18
Uji Park
149
Tabel 4.19
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan Uji Durbin Watson (DW)
150
Tabel 4.20
Uji Autokorelasi
150
Tabel 4.21
Uji F (Simultan)
151
Tabel 4.22
Uji t (Parsial)
153
Tabel 4.23
Uji Adjusted R2
167
Tabel 4.24
Uji terpilih (Random Effect Model)
169
xv
DAFTAR GAMBAR No.
Keterangan
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
67
Gambar 4.1 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan 2010-2014
113
Gambar 4.2 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan 2010-2014
115
Gambar 4.3 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan 2010-2014
117
Gambar 4.4 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan 2010-2014
119
Gambar 4.5 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan 2010-2014
121
Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 2010-2014
123
Gambar 4.7 Nilai Size Masing-masing Perusahaan 2010-2014
125
Gambar 4.8 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan 2010-2014
127
Gambar 4.9 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan 2010-2014
129
Gambar 4.10 Uji Normalitas
146
xvi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Keterangan
Halaman
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan
184
Lampiran 2 Data Rasio Keuangan Perusahaan
185
Lampiran 3 Hasil Output Uji Regresi Data Panel
188
Lampiran 4 Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
191
Lampiran 5 Hasil Output Uji Asumsi Klasik
193
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis yang semakin ketat dalam era globalisasi saat ini bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan. Dalam menjalankan dan mengelola operasi bisnisnya setiap perusahaan memiliki berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar aktivitas perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik (shareholders) atau para pemegang saham (Salvatore, 2005). Pendanaan digunakan oleh perusahaan untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang diperlukan, baik dana jangka panjang maupun dana jangka pendek. Dana juga dibutuhkan untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha atau investasi baru. Artinya didalam perusahaan harus tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga tersedia pada saat dibutuhkan. Perusahaan membutuhkan dana yang optimal baik yang berasal dari dalam perusahaan bisa berupa laba ditahan (retained earnings) yang merupakan hasil atau keuntungan dari kegiatan operasi maupun dana yang berasal dari luar perusahaan yang merupakan dana tambahan yang sangat berguna dan bermanfaat sebagai modal pengembangan usaha, sumber dana yang berasal dari luar bisa berupa pinjaman, baik pinjaman jangka pendek ataupun jangka panjang, selain itu juga bisa dengan menjual surat berharga (IPO) kepada masyarakat umum melalui pasar modal. 1
Dan salah satu alternatif perusahaan untuk memperoleh dana adalah dengan kebijakan hutang (Sukmaja, 2009:26). Dalam hal ini tugas manajer keuangan yang bertugas memenuhi kebutuhan dana tersebut (Kasmir, 2009:150). Namun, seringkali pihak manajer perusahaan atau insider mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan di antara pihak manajemen dalam hal ini yaitu manajer (agen) dengan para pemegang saham (principal) sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan masalah keagenan (agency problems) (Brealey, 2008:16). Menurut Brigham dan Daves dalam Masdupi (2005:3), manajer seharusnya memperhatikan kepentingan pemilik perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya, manajemen juga berkepentingan terhadap kemakmuran dirinya sehingga membuat manajer enggan untuk mengambil keputusan yang lebih berisiko. Jika investasi yang berisiko tersebut gagal, maka laba perusahaan akan mengalami penurunan. Pada kenyataannya, ukuran kinerja manajerial adalah laba yang dihasilkan. Dengan demikian, kegagalan investasi tersebut dapat mengakibatkan manajer tidak memperoleh insentif atau bonus seperti yang
diharapkan.
Akibatnya,
manajer
tidak
lagi
memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham melainkan mengambil jalan tengah dengan meminimumkan kerugian potensial dari pemilik perusahaan. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dalam keputusan pendanaan terjadi disebabkan pemegang saham hanya peduli dengan risiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka berinvestasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Sebaliknya manajer peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan karena menyangkut reputasinya
2
(Wahidawati, 2002 dalam Apit Susanti dan Sekar Mayangsari, 2014). Dalam konteks keuangan, masalah tersebut muncul antara prinsipal dan agen. Masalah keagenan tersebut dapat terjadi antara pemilik (shareholders) dengan manajer, manajer dengan debtholder, serta manajer dan shareholders dengan debtholder. Konflik tersebut dikenal sebagai masalah keagenan (agency
problem)
Permasalahan
(Suad
konflik
Husnan
keagenan
dan Enny muncul
Pudjiastuti,
ketika
2002:12).
perusahaan
mulai
menggunakan sumber dana eksternal untuk membiayai investasi. Sumber dana eksternal yang dimaksud adalah penggunaan hutang (kreditur) dan saham (manajerial, individu, institusi). Masalah yang muncul adalah naiknya risiko yang ditanggung oleh pihak eksternal tersebut akibat tindakan ataupun keputusan yang dibuat oleh manajemen. Konflik keagenan juga dapat terjadi karena manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek perusahaan dibandingkan dengan informasi yang dimiliki pemegang saham atau disebut dengan asymmetric information (Brigham dan Houston, 2012). Selain itu, konflik seperti ini kemungkinan besar terjadi ketika para manajer sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak dana yang dapat mereka gunakan untuk mendanai proyek-proyek pribadi para manajer yang tidak memberikan manfaat untuk memaksimalkan harga-harga saham. Akibat dari konflik keagenan adalah memunculkan biaya yang disebut sebagai agency cost yang berguna sebagai mekanisme pengawasan untuk meminimalkan konflik keagenan (agency conflict) yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan manajer dan pemegang saham.
3
Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan eksternal yang sangat penting bagi perusahaan. Kebijakan hutang ini dilakukan guna untuk menambah dana perusahaan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. Hutang mempunyai pengaruh penting bagi perusahaan karena selain sebagai sumber pendanaan ekspansi, hutang juga dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan. Menurut Brigham dan Houston (2006), salah satu alternatif guna mengurangi kelebihan arus kas adalah dengan mengubah struktur modal ke arah hutang dengan harapan persyaratan penutupan hutang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk lebih disiplin. Karena hal tersebut, manajer akan lebih berhati-hati untuk tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia jika perusahaan memiliki persyaratan penutupan hutang dalam jumlah besar sehingga manajer akan terkontrol dalam menggunakan arus kas perusahaan. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2005) dengan adanya hutang, kebutuhan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman secara perodik akan mengurangi jumlah uang yang dapat dipergunakan oleh manajer untuk kepentingan pribadinya (Farah Margaretha & Yolla Argoeby, 2009). Para investor menanamkan dananya pada perusahaan bertujuan untuk mendapatkan return. Return terdiri dari yield dan capital gain. Selain memperoleh capital gain, dividen juga merupakan salah satu keuntungan yang akan diperoleh bagi investor atau pemegang saham. Adanya pembayaran dividen yang tetap menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan dana yang tetap setiap tahunnya sehingga kebutuhan dana perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki dividen payout ratio yang tinggi lebih
4
menyukai pendanaan dengan modal sendiri karena pembayaran dividen akan meningkatkan kewajiban perusahaan dan pembayaran dividen pada umumnya dilakukan setelah perusahaan melakukan pembayaran terhadap bunga dan cicilan hutang perusahaan. Oleh karena itu, manajer akan lebih berhati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang (Yeniatie & Nicken Destriana, 2010). Free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik hutang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk
baru
dan
modal
kerja
yang
dibutuhkan
untuk
mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham & Houston, 2006:65). Kebijakan hutang juga bergantung pada pertumbuhan aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang mempunyai aset besar tentu lebih mudah memperoleh hutang atau pinjaman dari pada perusahaan yang tidak mempunyai assetyang besar. Menurut Gapenski dan Daves dalam Sukmaja (2009 : 42), perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang dari pada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Pertumbuhan penjualan yang tinggi dapat meningkatkan biaya operasional melalui hutang. Menurut Brigham dan Houston (2010), perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi cenderung lebih besar menggunakan sumber dana eksternal yaitu hutang dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya rendah.
5
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dapat digunakan untuk mengembalikan hutang dan bunga pinjaman. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi biasanya menggunakan hutang dalam jumlah sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang di dapat dari dalam perusahaan. Oleh karena itu, para investor memiliki minat yang besar terhadap perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Karena para investor memiliki tujuan untuk mendapatkan tingkat return yang seimbang dengan tingkat risiko yang diambilnya. Selain itu, semakin banyak laba yang di peroleh perusahaan maka semakin banyak cadangan dana yang disiapkan untuk membayar hutang tersebut. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menentukan urutan dalam keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh, 2004 dalam Zulfia Andina, 2013). Kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutangnya tergantung dari kebijakan hutang yang diambil oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana kepada perusahaan. Kemampuan perusahaan tersebut, dapat diukur dengan current ratio(CR) yaitu perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya yang biasa disebut dengan likuiditas perusahaan. Perusahaan yang memiliki
6
current ratio tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk mengembalikan hutang lancarnya sehingga perusahaan berpeluang untuk mendapatkan hutang dengan mudah dari para investor (Ozkan, 2001). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangakan perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang. Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan semakin transparan dalam mempublikasikan kinerja perusahaan kepada pihak luar. Dengan demikian dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan besar. Sehingga aktiva yang di danai dengan hutang akan semakin besar pula (Homaifer dan Zietz, 1994). Menurut Brigham dan Houston (2011:188) struktur aktiva adalah sebuah jaminan perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan dalam menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus. Dalam penelitian ini kebijakan hutang dapat diproksikan dengan Debt to Assets Ratio (DAR). Rasio hutang (debt ratio) merupakan ukuran seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibelanjai hutang (pinjaman). Semakin besar rasio hutang terhadap total assets maka risiko bagi investor akan semakin tinggi (Brigham dan Houston, 2012).Tinggi rasio DAR
7
menunjukkan bahwa pendanaan yang berasal dari hutang besar. Investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DAR lebih dari satu karena mengindikasikan risiko perusahaan tinggi karena penggunaan hutangnya tinggi. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha agar tingkat DAR yang dimiliki perusahaan tidak lebih dari satu dalam struktur pendanaannya (Brigham dan Houston, 2001). Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pendanaan adalah hutang, yaitu menentukan sampai sejauh mana hutang digunakan dalam struktur modal perusahaan dan seberapa besar perusahaan mendanai assetnya dengan menggunakan hutang. Industri manufaktur adalah industri dengan perusahaan yang paling mendominasi di Bursa Efek Indonesia. Industri ini terdiri dari sekitar 150 perusahaan yang dikelompokkan menjadi beberapa sub kategori industri. Perusahaan manufaktur sendiri merupakan perusahaan yang melakukan proses produksi yang mengubah barang mentah menjadi barang jadi atau barang yang siap dikonsumsi sehingga membutuhkan dana yang cukup besar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi ekonomi saat ini telah menciptakan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan manufaktur namun semakin pesatnya persaingan tersebut tidak atau belum didukung oleh pengawasan yang ketat, hal ini menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia manufaktur seperti penyalahgunaan penyaluran kredit yang akhirnya menjadi kredit macet, sehingga perusahaan manufaktur tersebut menjadi kekurangan likuiditas yang parah, pada akhirnya menjadikan perusahaan tersebut mengalami pailit (dilikuidasi).
8
Persaingan yang terjadi dalam industri manufaktur tentunya membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerjanya agar dapat tercapainya tujuan perusahaan. Menurut situs resmi Kemenprin,Industri manufaktur merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang paling diminati oleh investor asing seiring pulihnya perdagangan internasional khususnya sektor industri barang dan konsumsi yang mempunyai peran aktif dalam pasar modal dimana pada awal tahun 2011 sektor barang dan konsumsi mengalami kenaikan sebesar 41,93% dibandingkan sektor lainnya. Pada tahun 2013, Kemenprin juga mencatatkan bahwa industri barang dan konsumsi menjadi penopang daya tahan sektor manufaktur yang tumbuh sebesar 28%. Kenaikan ini merupakan kenaikan tertinggi kedua dari sepuluh sektor yang ada serta sektor dengan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya yang menjadi bagian dalam industri manufaktur. Oleh karena itulah sektor industri barang dan konsumsi harus dapat menjaga kesehatan keuangan atau likuiditas. Mengingat besarnya pengaruh yang akan terjadi jika mengalami kesulitan keuangan pada industri barang dan konsumsi, maka perlu dilakukan analisis sedemikian rupa, sehingga kesulitan keuangan dan kemungkinan kebangkrutan dapat diketahu lebih awal untuk selanjutnya menentukan arah kebijaksanaan. Dengan demikian, perusahaan harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat dalam hal pendanaan khususnya menggunakan hutang agar perusahaan dapat berkembang, bertahan hidup, bersaing dengan perusahaan lainnya serta memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
9
Dari pengamatan sepintas yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa variabel kebijakan hutang (DAR), kebijakan dividen (DPR), free cash flow (FCF), pertumbuhan aset (GA), pertumbuhan penjualan (GS), likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), serta struktur aktiva (SA) perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Rata-rata 9 Variabel UtamaPada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi di BEI Tahun 2010-2014 TAHUN No VARIABEL 2010 2011 2012 2013 2014 1 DAR 0.4020 0.2916 0.3161 0.3183 0.3461 Perubahan (%) -27.4% 8.4% 0.7% 8.7% 2 DPR 0.5350 0.4716 0.6626 0.4229 0.5506 Perubahan (%) -11.8% 40.5% -36.2% 30.2% 3 FCF 0.1970 0.1211 0.0537 0.0924 0.0458 Perubahan (%) -38.5% -55.7% 72.2% -50.5% 4 Growth Asset 0.0330 0.1250 0.1075 0.1981 0.1114 Perubahan (%) 278.2% -13.9% 84.2% -43.8% 5 Growth Sales 0.3206 0.1143 0.1468 0.1453 0.0841 Perubahan (%) -64.4% 28.5% -1.1% 42.1% 6 Likuiditas 4.0234 4.1367 3.3848 2.9481 2.9088 Perubahan (%) 2.8% -18.2% -12.9% -1.3% 7 Profitabilitas (ROA) 0.3860 0.2132 0.2018 0.2209 0.1842 Perubahan (%) -44.8% -5.4% 9.4% -16.6% 8 Ukuran Perusahaan (SIZE) 28.5709 28.8616 28.9601 29.1362 29.2389 Perubahan (%) 1.0% 0.3% 0.6% 0.4% 9 Struktur Aktiva 0.5175 0.3257 0.3345 0.3454 0.3559 Perubahan (%) -37.1% 2.7% 3.2% 3.1% Sumber: Data diolah 2016 Ditinjau dari DAR perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 1.1, tahun 2010 sampai dengan 2014 rata-rata DAR perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi hutang untuk membiayai aktiva cenderung berubah tiap
10
tahunnya tergantung dari keputusan manajer dan pemegang saham. Dalam signaling theory dinyatakan bahwa perusahaan dengan prospek yang menguntungkan
akan
mengusahakan
modal
mencoba baru
menghindari
dengan
cara-cara
penjualan lain
saham
seperti
dan
dengan
menggunakan hutang. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata variabel independen (kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aktiva) perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi pada tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami fluktuatif. DPR perusahaan mengalami naik turun dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 dan 2013 DPR perusahaan mengalami penurunan sedangkan untuk tahun 2012 dan 2014 DPR perusahaan mengalami kenaikan. FCF perusahaan cenderung mengalami penuruan dari tahun ke tahun, hanya pada tahun 2013 FCF perusahaan mengalami kenaikan sebesar 72,2%. Growth Asset perusahaan cenderung mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 dan 2014 Growth Asset perusahaan mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2011 dan 2013 Growth Asset perusahaan mengalami kenaikan. Growth Sales perusahaan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, penurunan paling besar dialami pada tahun 2011 sebesar 64,4% sedangkan pada tahun 2012 dan 2014 Growth Sales perusahaan mengalami kenaikan sebesar 28,5% dan 42,1%. CR perusahaan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, padatahun 2011 CR perusahaan mengalami kenaikan sebesar 2,8% dan pada tahun 20122014 CR perusahaan selalu mengalami penurunan. ROA perusahaan
11
cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hanya saja pada tahun 2013 ROA perusahaan mengalami kenaikan sebesar 9,4%. SIZE perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan meskipun presentase kenaikan tidak terlalu besar namun setidaknya kenaikan SIZE perusahaan cukup stabil. Struktur aktiva perusahaan dari tahun cenderung mengalami kenaikan, hanya saja pada tahun 2011 struktur aktiva perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 37,1%. Telah banyak penelitian empiris yang mecoba menguji model dari kebijakan hutang pada perusahaan. Kebanyakan dari penelitian tersebut dilakukan
untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemilihan kebijakan hutang. Masing-masing faktor memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Besar kecilnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kebijakan hutang, tergantung pada jenis perusahaannya dan dimana industri perusahaan itu beroperasi. Hasil penelitian tentang pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014)menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan
12
oleh Imran dan Akram (2015) menunjukkan bahwa variabel free cash flow mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Riki Sanjaya (2014) menunjukan hasil bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh pertumbuhan aset terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) menunjukkan hasil bahwa variabel pertumbuhaan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab et al (2012), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) menunjukan hasil bahwa pertumbuhaan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Serta penelitian Khalid Alkhatib (2012), Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool(2013), Imran dan Akram (2015) menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Hussain (2011), Ellili dan Faraouk (2011) menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh
13
Khalid Alkhatib (2012), dan Sorana VĂTAVU (2013) menunjukkan bahwa variabel likuditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012), Rabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Imran dan Akram (2015) menunjukkan hasil bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Elly Astuti (2014) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan olehChristine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012), Sorana VĂTAVU (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Riki Sanjaya (2014), Imran dan Akram (2015) menunjukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Serta penelitian Khalid Alkhatib (2012) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Mahvish Sabir dan Qaisar Malik (2012), dan Elly Astuti (2014) menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Khalid Alkhatib (2013), M. Syafiudin Hidayat (2013), dan Riki Sanjaya (2014) menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Serta
14
penelitian Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) yang menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tentang pengaruh struktur aktiva terhadap kebijakan hutang menunjukkan hasil yang konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), M. Syafiudin Hidayat (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan ulasan diatas, peneliti termotivasi untuk meneliti permasalahan diatas dengan melakukan uji empiris terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia antara 2010 sampai dengan tahun 2014. Dalam melakukan pengujian ini peneliti menggunakan informasi mengenai kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva sebagai variabel independen dan kebijakan hutang sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang tersebut dan mengingat pentingnya kebijakan hutang di dalam pengambilan keputusan investasi, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Determinan Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang” (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi tahun 2010-2014) sebagai judul penelitian yang akan diteliti.
15
B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset), pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang ? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset), pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara individual (parsial) terhadap kebijakan hutang ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset), pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara bersamasama (simultan) terhadap kebijakan hutang. b. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset), pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas
16
(ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara individual (parsial) terhadap kebijakan hutang. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para investor sebagai pertimbangan dan gambaran untuk lebih memperhatikan dan mempertimbangkan keputusan dalam berinvestasi yang berkaitan dengan teori keagenan. b. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan hutang untuk mengurangi masalah keagenan. c. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah serta mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara teoritis maupun alamiah dan dapat memperluas wawasan untuk mempelajari secara langsung serta mampu dalam menganalisa pengaruh variabel terhadap kebijakan hutang. d. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam serta sebagai dasar acuan untuk kajian penelitian selanjutnya mengenai kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah perbendaharaan atas pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi dibidang manajemen keuangan.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah salah satu kebijakan penting dalam suatu perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan bagian dari keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen perusahaan dalam menentukan besarnya hutang sebagai sumber pendanaan yang berguna untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam M. Syafiudin (2013) menyatakan bahwa dengan hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada pendisiplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada, karena dengan utang yang cukup besar dapat menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko kebangkrutan. Hutang merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan dalam memperoleh dana dari pihak eksternal. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan hutang, yaitu : a. Teori Pendekatan Modigliani & Miller
Model MM tanpa pajak Tahun 1958, MM berpendapat bahwa nilai perusahaan adalah tidak bergantung atau dipengaruhi oleh struktur modal. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka, 18
yaitu: resiko perusahaan diukur dengan EBIT, Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT di masa mendatang, saham dan obligasi diperjualbelikan di pasar modal sempurna yang tidak ada kriteria pajak dan seluruh aliran kas adalah perpetuitas (Sjahrial, 2008:183).
Model MM dengan pajak Tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah pajak terhadap 12 penghasilan perusahaan (corporate income taxes). Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang (leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (a tax deductible expense) (Sjahrial, 2008:193).
b. Trade Off Theory Menurut Brigham & Houston (2011), trade off theory (teori pertukaran) adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari penggunaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan dari potensi kebangkrutan. Teori ini juga menjelaskan semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan.
Namun,
setelah
mencapai
titik
maksimum,
penggunaan hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan harus menanggung biaya keagenan kebangkrutan serta biaya bunga yang menyebabkan nilai saham turun. Dengan kata
19
lain trade off theory menyatakan bahwa peningkatan nilai perusahaan akan mengakibatkan penurunan pada nilai perusahaan (dengan asumsi penggunaan hutang telah mencapai target strukut modal optimalnya). c. Pecking Order Theory Pecking order theory dikemukakan oleh Donaldson (1961). Teori pecking
order
ini menerangkan
bahwa
perusahaan
mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan dana yang berasal dari internal perusahaan (internal financing) yang bersumber dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi daripada yang berasal dari eksternal perusahaan (external financing) seperti hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham. Pecking order theory melihat bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar teori ini sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah hutang bukan saham (Siregar, 2005 dalam Steven dan Lina, 2011). Brealey, Myers &Marcus (2008:25), menjelaskan teori ini menjadi dua hal, yaitu:
20
1)
Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.
2)
Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan hutang terlebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan hutang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
d. Signaling Theory Signal (sinyal) merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan dengan memberikan petunjuk kepada investor
tentang
bagaimana
manajemen
menilai
prospek
perusahaan tersebut (Brigham & Houston, 2011). Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan sebagai gantinya mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Penggunaan hutang yang tinggi oleh manajer dapat digunakan sebagai sinyal yang baik bahwa perusahaan yakin dengan prospek di masa mendatang. Sehingga dapat dikatakan bahwa hutang adalah sinyal yang positif tentang nilai perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya yang bertujuan untuk membawa
21
investor baru masuk untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya dianggap sebagai suatu isyarat (signal) bahwa prospek perusahaan kurang cerah menurut penilaian manajemennya. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan mengalami penurunan, karena dengan menerbitkan saham baru maka memberikan isyarat negatif yang dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Terdapat dua asumsi dalam teori sinyal, informasi simetris dan informasi asimetris. Informasi simetris berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajer. Informasi asimetris merupakan informasi yang dimiliki manajer lebih baik daripada investor pihak luar dan memiliki pengaruh yang penting dalam menentukan struktur modal optimal (Brigham dan Houston, 2006:38 dalam Dwi Ismiwatis dan Wahidawati, 2014). e. Agency Theory Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori tentang biaya agensi yaitu biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan
untuk
memastikan
bahwa
pihak
manajemen
berperilaku dalam cara yang konsisten dengan kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para kreditor serta pemegang saham. Siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh pemegang saham. Contohnya, para
22
pemilik utang, karena mengantisipasi biaya pengawasan akan membebankan
bunga
yang
lebih
tinggi.
Semakin
besar
kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya bunga dan semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang sahamnya (Van Horne & Wachowicz, 2007:244). Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan (agency theory) dapat menjelaskan kesenjangan antara manajemen sebagai agent dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator. Dalam teori keagenan, yang dimaksud principal adalah pemegang saham atau pemilik. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agen dipercayakan oleh pemegang saham (principal) sebagai pengelola yang berkewajiban untuk mengelola perusahaan. Teori keagenan menunjukan bahwa kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian akan memunculkan masalah keagenan yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah kondisi yang menunjukan posisi principal tidak mendapatkan informasi secara cermat mengenai kinerja manajemen yang telah menetapkan pembayaran gaji bagi agen (manajemen) atau program kompensasi lain. Moral hazard berkaitan dengan kondisi principal tidak mendapatkan kepastian bahwa agen telah berupaya bekerja maksimal untuk kepentingan pemilik. Hubungan antara principal dan agen membutuhkan adanya penengah untuk mendapatkan informasi
23
simteris guna mendukung pengambilan kebijakan secara adil (Harmono, 2014:3). 2. Kebijakan Dividen Menurut Manahan (2013:201), dividen adalah pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen dibayarkan baik dalam cash maupun dalam bentuk saham yang biasanya diterbitkan secara kuartalan. Saham hanya akan dibayarkan diluar laba ditahan dan tidak dari modal yang ditanamkan yang berbentuk modal saham (capital stock)atau dari kelebihan yang diterima di atas nilai par. Menurut Van Horne (1980), kebijakan dividen yaitu presentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan pembelian saham (Harmono, 2014:12). Sedangkan menurut Brigham & Houston (2009:32), keputusan kebijakan dividen (dividend policy decision) adalah keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dan dipertahankan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:270), kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan.
Rasio
pembayaran
dividen
(dividend
payout
ratio)
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama
24
dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. Manahan
(2013:204)
menyatakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebijakan dividen antara lain : a. Tingkat pertumbuhan korporasi (Company growth rate) b. Keterikatan dalam rapat (Restrictive convenant) c. Profitability d. Stabilitas laba (Earning stability) e. Kontrol perbaikan (Maintenance control) f. Memahami pengungkit keuangan (Degree of financial leverage) g. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (Ability to finance externally) h. Keadaan tak terduga (uncertainity) i. Ukuran dan umur korporasi (Age and size) Sedangkan Brigham dan Houston (2006:95) menyatakan faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan dividen terdiri dari: a.
Kontrak obligasi Kontrak utang seringkali membatasi pembayaran dividen hanya kepada laba yang terjadi setelah pinjaman yang diberikan. Kontrak utang juga sering kali menyatakan bahwa tidak ada dividen yang dibayarkan kecuali jika rasio lancar.
b.
Ketersediaan kas
25
Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi, kekurangan kas di dalam bank dapat membatasi pembayaran dividen.
Namun kemampuan perusahaan untuk melakukan
pinjaman dapat menutupi faktor ini. c.
Jumlah peluang investasi yang menguntungkan Jika sebuah perusahaan umumnya memiliki sejumlah besar peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan menghasilkan sasaran rasio pembayaran rendah, dan begitu pula sebaliknya jika hanya terdapat sedikit peluang investasi perusahaan yang menguntungkan.
d.
Biaya penjualan saham baru Jika sebuah perusahaan perlu mendanai sejumlah investasi tertentu, perusahaan dapat memperoleh ekuitas melalui saldo laba ditahan atau dengan menerbitkan saham biasa baru.
e.
Pengendalian Jika manajemen berkepentingan akan menjaga kendali perusahaan, manajemen akan enggan menjual saham baru, sehingga perusahaan mungkin akan menahan laba dalam jumlah yang lebih besar daripada yang seharusnya. Akan tetapi, jika para pemegang saham menginginkan dividen yang lebih tinggi dan terlihat adanya tanda-tanda perebutan wewenang, maka dividen akan dinaikan. Menurut (John, et al 1999) dalam Rodoni dan Ali (2010:125)
kebijakan perusahaan untuk membagikan laba ditahannya dalam bentuk
26
dividen kepada pemegang saham perusahaan adalah keputusan yang tidak mudah dimana perusahaan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: a.
Pembayaran dividen besar dan laba ditahan sedikit, dengan konsekuensi perusahaan harus mencari dana eksternal dalam jumlah besar, atau
b.
Pembayaran dividen sedikit dan laba ditahan banyak, dengan konsekuensinya perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal dalam jumlah besar. Dengan demikian, kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan
berkaitan dengan tujuan utama perusahaan dalam pembuatan keputusan keuangan yaitu meningkatkan nilai (harga) saham umum perusahaan. Kebijakan dividen penting karena dua alasan yaiitu pertama, harga saham akan dipengaruhi oleh pembayaran dividen, sehingga akan berpengaruh dengan perdagangan saham. Kedua, laba ditahan (retained earnings) merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang sedikit kontorversial. Agar kedua kepentingan tersebut dapat terpenuhi secara optimal, maka manajemen perusahaan seharusnya memutuskan kebijakan dividen yang akan dipilih secara hati-hati dan teliti (Rodoni dan Ali, 2010:125). Brigham dan Houston (2006:70) menyebutkan terdapat tiga teori mengenai kebijakan dividen yaitu: a.
Dividend irrelevance theory (Teori Irrelevansi dividen)
27
Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa nilai dari sebuah perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba ditahan. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan tidak membayarkan dividennya, seorang pemegang saham yang ingin mendapatkan dividen 5 persen dapat ”menciptakannya” dengan menjual 5 persen sahamnya. Sebaliknya, jika sebuah perusahaan membayarkan dividen yang lebih tinggi daripada yang diinginkan oleh investor, investor tersebut dapat menggunakan dividen yang tidak diinginkan untuk membeli tambahan saham perusahaan. b.
Bird in the hand-Theory (Teori Burung di Tangan) Bird in the hand-Theory diungkapkan oleh Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. MM menyebut argumentasi Gordon-Lintner sebagai pemikiran burung di tangan (bird-in-the-hand) yang keliru karena, menurut pendapat MM,
28
kebanyakan investor akan berencana untuk menginvestasikan dividen mereka kembali ke dalam saham dari perusahaan yang sama atau yang serupa, dan di setiap waktu, tingkat risiko dari arus kas perusahaan dalam jangka panjang bagi para investor akan ditentukan oleh tingkat risiko dari arus kas operasi, dan bukan dari kebijakan pembayaran dividennya. c.
Tax preference theory (Teori preferensi pajak) Teori preferensi pajak menyatakan bahwa karena keuntungan modal jangka panjang terkena pajak yang lebih ringan daripada dividen, investor lebih menyukai perusahaan menahan laba mereka daripada membayarkannya sebagai dividen. Brigham dan Houston (2006:71-72) ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu : 1)
Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan.
Pertumbuhan
laba
mungkin
dianggap
menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2)
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
29
3)
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Karena adanya keuntungan pajak ini, para investor mungkin
lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. 3. Free Cash Flow Dalam mengukur arus kas, kita bisa menggunakan penyajian laporan keuangan yang lazim yang biasa sebagai laporan arus kas. Tetapi, kita lebih tertarik dengan menggunakan arus kas dari perspektif investor perusahaan daripada dari tinjauan akuntansi. Kita berpikir tentang perusahaan sebagai bangunan aktiva yang menghasilkan arus kas, bisa positif bisa pula negatif. Setelah perusahaan membayar semua beban operasi dan melakukan semua investasi-investasinya, maka sisa arus kas bebas untuk didistribusikan baik kepada kreditor perusahaan maupun kepada para pemegang saham. Sisa arus kas inilah yang merupakan arus kas bebas (Sjahrial, 2007:32). Brigham & Houston (2001:93), menyatakan bahwa arus kas bebas (free cash flow) adalah arus kas operasi perusahaan dikurangi invetasi ekuitas yang diwajibkan. Menurut Michael C. Jensen (1996), arus kas didefinisikan sebagai berikut:
30
“Arus kas bebas adalah arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai sekarang neto saat didiskontokan pada biaya modal yang relevan”. Jensen lalu mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar dan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk, yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas (Arthur J Keown dkk, 2000:58). Pada suatu perusahaan konflik kepentingan ini terjadi antara manajemen dan pemegang saham atau stockholders. Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan unuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Konflik tersebut dapat disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk melindungi posisinya (Arthur J Keown dkk, 2000:609). Free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik hutang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham & Houston, 2006:65).
31
Menurut Kieso et al.(2013) dalam (Riki Sanjaya, 2014), free cash flow adalah jumlah dari discretionary cash flow yang dimiliki perusahaan untuk membeli tambahan investasi, melunasi hutang, membeli treasury stock atau penambahan sederhana atas likuiditas perusahaan. Masalah free cash flow adalah manager lebih memilih menggunakan uang untuk proyeknya sendiri ketika memiliki kesempatan, daripada membayarkan uang tersebut kepada claimholders. 4. Pertumbuhan Aset Menurut Fahmi (2013:82), rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Pertumbuhan aset (Growth of Asset) menunjukkan perubahan (peningkatan atau penuruan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dapat dilihat seberapa besar pertumbuhan aktiva (Growth of Asset) mempengaruhi struktur modal dimana perusahaan yang tumbuh pesat dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi cenderung mengandalkan modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham lebih besar daripada biaya penerbitan surat hutang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering mengahadapi ketidakpastian yang lebih besar, cenderung mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang (Brigham dan Houston, 2001:40).
32
Menurut Rodoni dan Ali (2010:147), pertumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah, jadi perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan memiliki rasio hutang yang lebih rendah dibandingkan
dengan
perusahaan
yang
pertumbuhannya
rendah.
Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan dengan hutang tidak optimal. Dengan demikian, perusahaan dengan pertumbuan aktiva yang tinggi akan lebih cenderung melakukan pendanaan eksternal. Dan pada saat yang sama pula, perusahaan tersebut akan lebih cenderung mengurangi keinginan untuk melakukan pendanaan eksternal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bisa postif atau negatif antara pertumbuhan aktiva dengan kebijakan hutang suatu perusahaan. 5. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam keputusan hutang. Pertumbuhan penjualan merupakan persepsi tentang peluang bisnis yang tersedia dipasar yang harus diambil oleh perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007 dalam M. Syafiudin 2013). Menurut Brigham dan Houston (2001:39), perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman dalam memperoleh lebih banyak pinjamandan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan atau penuruan jumlah penjualan dari tahun ke tahun. Semakin meningkat penjualan suatu
33
perusahaan, maka laba yang diperoleh juga meningkat. Perusahaan yang memiliki penjualan relatif stabil akan memilik aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil (Agus Sartono, 2008:122). Rumus pertumbuhan penjualan adalah membandingkan antara penjualan tahun bersangkutan setelah dikurangi penjualan pada tahun sebelumnya terhadap penjualan pada tahun sebelumnya. Hasil yang positif menunjukkan bahwa terjadi kenaikan penjualan dari tahun sebelumnya, begitu pula sebaliknya hasil negatif berarti penjualan menurun dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan penjualan yang positif merupakan sinyal bagi para kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan. 6. Likuiditas Menurut Harmono (2014:106), konsep likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari satu tahun. Sedangkan Kasmir (2009:130), mendefinisikan likuditas sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo. Menurut
Moeljadi
(2006:67),
rasio
likuiditas
merupakan
komponen penting bagi setiap perusahaan karena didalam perusahaan haruslah mempunyai cadangan kas yamg cukup untuk menunjang operasional perusahaan. Likuiditas sendiri merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek atau jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menghubungkan kas dan aktiva lancar
34
lainnya dengan kewajiban lancar. Menurut Harmono (2014:106), pada prinsipnya tingginya tingkat likuiditas suatu perusahaan maka menunjukan semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat pada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Sedangkan dari pihak luar yang juga memiliki kepentingan yaitu kreditur (penyedia dana), pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk memberikan pinjaman selanjutnya (Kasmir, 2009:130). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, namun jika sebaliknya maka perusahaan tergolong unlikuid. Menurut Brealey,
Myers
& Marcus (2008:77),
likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan untuk menjual suatu aset guna mendapatkan kas pada waktu singkat. Ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio atau rasio lancar.Menurut Brigham dan Houston (2010:134), rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. Menurut Subramanyam dan John J Wild dalam Irham Fahmi (2011:121), alasan digunakannya rasio lancar secara luas adalah sebagai ukuran likuiditas yang mencakup kemampuannya untuk mengukur:
35
a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar Makin tinggi (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, maka makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. b. Penyangga kerugian Makin besar penyangga, maka makin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuiditasi. c. Cadangan dana lancar Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian
dan
kejutan
atas
arus
kas
perusahaan.
Ketidakpastian dan kejutan,seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. 7. Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh profit atau laba selama satu tahun saat menjalankan operasionalnya yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Menurut Brigham dan Houston (2009), profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang diambil oleh perusahaan. Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan yang
36
ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono, 2014:109). Profitabilitas dapat mencerminkan bagaimana prospek perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat mempengaruhi kebijakan para investor
terhadap
investasi
yang dilakukan
perusahaan
tersebut.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas relatif tinggi dapat menarik perhatian para investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Sedangkan sebaliknya jika perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang rendah maka akan memungkinkan para investor untuk menarik dananya yang telah dinvestasikan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya guna menjamin keberlangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan
struktur
modal.
Profitabilitas
menggambarkan
pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Perusahaan
yang
memiliki
profitabilitas
yang
tinggi
cenderung
menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan opersional perusahaan termasuk investasi. Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2010:115), profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
37
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Menurut Fahmi (2011:135) dalam Ryan dan Willy (2014), rasio profitabilias digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh
besar
kecilnya
tingkat
keuntungan
yang
diperoleh
dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Menurut Kasmir (2009:198), rasio profitabilitas memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, antara lain : a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam ssatu periode. b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas juga dapat digunakan sebagai bahan analisis bagi penentuan kebijakan periode selanjutnya, karena setiap perubahan yang terjadi akan berpengaruh terhadap pertimbangan pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Menurut Kasmir (2009:199207) untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan jenis-jenis rasio di bawah ini, yaitu :
38
a.
Profit Margin (Profit Margin On Sales) Profit Margin (Profit Margin On Sales) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Besarnya hasil perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.
b. Laba per Lembar Saham Rasio ini untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi berarti meningkatnya kesejahteraan bagi pemegang saham. c. Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) atau pengembalian atas para pemegang saham adalah rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik, maksudnya adalah posisi pemilik perusahaan semakin semakin kuat, demikian sebaliknya. d. Rasio pengembalian atas investasi (ROI/ROA) Rasio pengembalian atas investasi (ROI/ROA) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
39
digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Profitabilitas ini menjadi variabel dalam menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. 8. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil (Moeljadi, 2006:274). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, pada perusahaan besar dengan total aktiva yang banyak akan lebih berani untuk menggunakan modal dari pinjaman (debt financing) dalam membelanjai seluruh aktiva baik aktiva tetap maupun aktiva lancar yang digunakan untuk perluasan usaha dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil ukurannya. Menurut Benkraiem dan Gurau (2013) dalam (Riki Sanjaya, 2014), perusahaan kecil memiliki bankruptcy costs relatif lebih tinggi, karena perusahaan besar menunjukkan stabilitas yang lebih baik dan lebih terdiversifikasi daripada perusahaan kecil. Menurut Brigham dan Houston (2001:117), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah
40
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Perusahaan kecil dan dalam masa pertumbuhan cenderung untuk tidak membayarkan dividennya dan perusahaan biasanya baru akan membagikan labanya dalam bentuk dividen setelah perusahaan mencapai titik kedewasaan (mature) dalam daur hidupnya. Perusahaan kecil dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi lebih memilih seluruh laba bersih operasinya dialokasikan untuk investasi yang profitable dan tidak menyisakan kas untuk pembayaran dividen. Menurut Abdul Halim (2007:93), semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka perusahaan akan cenderung semakin lebih besar menggunakan modal asing. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan menggunakan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dengan didasarkan pada kenyataan bahwa pada perusahaan besar akan lebih mudah membiayai investasinya melalui pasar modal, karena mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi dan kecilnya informasi asimetri yang terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. sehingga, dengan diperolehnya dana melalui pasar modal menjadikan proporsu hutang menjadi semakin kecil dalam struktur modalnya. Untuk itu
41
perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek karena biayanya yang lebih murah dan perusahaan besar lebih berani untuk mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman akan semakin besar pula. 9. Struktur Aktiva Menurut Brigham & Houston (2011:188) dalam Ryan dan Willy (2014), struktur aktiva adalah sebuah jaminan perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan dalam menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus. Menurut Kesuma (2009) dalam M. Syafiudin (2013), struktur aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan memberi manfaat dimasa yang akan datang. Menurut Brigham & Houston (2001:30-41) dalam Pancawati dan Rachmawati (2012), aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mempunyai pengaruh perusahaan terhadap hubungannya dengan pihak lain. Aktiva merupakan salah satu jaminan yang bisa meyakinkan pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang stuktur asetnya lebih fleksibel akan lebih mudah memperoleh pinjaman. Perusahaan yang aktivanya sesuai dengan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan.
42
Menurut Bambang Riyanto (2001:298), sebagian besar perusahaan industri modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri. Sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. B. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1. Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:121) adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Pecking order theory menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan pendanaan, perusahaan pertama kali akan memanfaatkan laba ditahan, kemudian apabila tidak mencukupi maka barulah akan digunakan pendanaan eksternal seperti hutang. Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana untuk membayar sejumah dividen yang tetap tersebut
43
sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat (Yeniate dan Nicken, 2010). Ketika sebagian besar keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, maka laba ditahan suatu perusahaan yang menjadi salah satu sumber pendanaan akan semakin kecil, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan manajer lebih cenderung untuk menggunakan hutang yang relatif besar. M. Syafiudin (2013), mengatakan bahwa semakin besar jumlah dividen yang dibagikan, maka perusahaan juga akan meningkatkan penggunaan jumlah hutang. Ketika dividen tidak dibagikan atau semakin kecil, maka hutang yang akan digunakan perusahaan juga semakin rendah. Oleh karena itu, manajer akan lebih berhati-hati dan lebih efisien dalam menggunakan hutang. 2. Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang Free
cash
flow
merupakan
kas
perusahaan
yang
dapat
didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena hal ini dapat meningkatkan insentif yang diterimanya, sedangkan disisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan dalam bentuk dividen sehingga akan menambah kesejahteraan mereka (Hutomo dan Perdana, 2008) dalam Christineet al (2012). Free cash flowmerupakan dana lebih yang dimiliki perusahaan setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan dana untuk investasi
44
dan kegiatan operasionalnya. Perusahaan mempunyai free cash flow yang tinggi bisa dikatakan bahwa perusahaan mempunyai dana internal berlebih yang belum digunakan untuk investasi dan aktivitasnya, sehingga perusahaan akan semaksimal mungkin memanfaatkan dana internal tersebut untuk mencukupi kebutuhannya. Namun dengan adanya dana yang berlebih, pemegang saham menghendaki untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Perusahaan yang menetapkan kebijakan untuk melakukan pembagian dividen, maka perusahaan akan memerlukan dana pengganti untuk melakukan investasinya,
sehingga
dimungkinkan
perusahaan akan memutuskan untuk menggunakan hutang (Pancawati dan Rachmawati, 2012). 3. Pertumbuhan Aset dengan Kebijakan Hutang Menurut Benkraiem dan Gurau (2013) dalam Riki Sanjaya (2014), pertumbuhan perusahaan menimbulkan permintaan untuk investasi pendanaan, pada situasi tersebut pendaaan internal dan equity sering tidak cukup
untuk
membuat
pertumbuhan
perusahaan,
manajer
mempertimbangkan alternatif pendanaan dari hutang. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan kedalam aktivanya. Oleh karena itu, pertumbuhan aktiva akan menuntut perusahaan untuk menyediakan dana yang memadai. Dalam pecking order theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi, dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang (Apit Susanti dan Sekar Mayangsari, 2014).
45
Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengidentifikasikan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi. Hal ini menyebabkan munculnya kebutuhan pendanaan yang besar. Untuk itu, perusahaan menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut. Pertumbuhan perusahaan yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap hutang perusahaan, karena suatu perusahaan yang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Hal ini akan mendorong manajer untuk menggunakan hutang dalam membiayai kebutuhan dana tersebut (Yeniatie dan Nicken, 2010). 4. Pertumbuhan Penjualan dengan Kebijakan Hutang Menurut Kaaro (2001) dalam Zulfia Andina, pertumbuhan penjualan mencerminkan tingkat produktivitas terpasang yang siap beroperasi serta kapasitas saat ini yang dapat diserap pasar dan mencerminkan daya saing perusahaan dalam pasar. Jadi, semakin tinggi pertumbuhan perusahaan, maka semakin tinggi pula penerimaan perusahaan. Karena perusahaan yang memiliki penerimaan tinggi, maka memiliki kemampuan pendanaan internal yang tinggi pula. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory, dimana perusahaan akan lebih cenderung untuk menggunakan dana internal terlebih dahulu sebelum menggunakan hutang dan saham sebagai pilihan terakhir.
46
5. Likuiditas dengan Kebijakan Hutang Likuiditas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
dapat
mengembalikan kewajibannya. Likuiditas diproksikan ke dalam rasio lancar (current ratio)yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Menurut Ozkan (2001) perusahaan yang memiliki current ratio tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk mengembalikan hutang lancarnya. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Menurut penelitian Mersi Narita (2012), likuiditas merupakan aspek yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Dengan demikian, suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, berarti bahwa perusahaan tersebut mampu segera mengembalikan hutang-hutangnya. Hal ini, memberikan kepercayaan terhadap kreditur untuk mengembalikan pinjaman sehingga semakin tinggi likuiditas maka akan semakin tinggi kebijakan hutang yang digunakan oleh perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Karena dengan semakin likuid
suatu
perusahaan
maka
perusahaan
tersebut
mempunyai
kemampuan dalam membayar hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya.
47
6. Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba yang diperoleh perusahaan bisa merupakan dana yang tersedia untuk melakukan investasi ataupun dibagi kepada para pemegang saham. Berdasarkan agency theory menyatakan bahwa seharusnya perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memanfaatkan hutang untuk mengurangi penyalahgunaan pemakaian dana oleh manajer yang tidak memperhatikan kepentingan pemegang saham. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang besar tentunya akan membuat para pemegang saham mengajukan usulan pembagian laba tersebut dalam bentuk dividen. Dengan pembagian dividen ini tentunya akan mengurangi dana yang bisa dipakai untuk melakukan investasi, sehingga perusahaan memerlukan dana tambahan untuk bisa membiayai investasi dan kegiatan operasionalnya (Pancawati dan Rachmawati, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Karena perusahaan yang mempunyai laba yang besar manajer akan merasa bahwa mereka mempunyai kesempatan yang cukup besar dalam mengembangkan usahanya. Dalam memenuhi kebutuhan investasi yang besar tersebut maka perusahaan memerlukan dana tambahan yang bersumber dari hutang. 7. Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang Perusahaan yang besar memiliki aktiva yang cukup besar yang dapat dipergunakan sebagai jaminan untuk melakukan hutang (Elva Nuraina, 2012) dalam Elly Astuti (2014). Short dan Kisey (1999) dalam
48
Sulong et. al (2013) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki akses yang luas terhadap pendanaan internal maupun eksternal karena ukuran perusahaan merupakan salah satu penentu kinerja keuangan perusahaan. Menurut Benkraiem dan Gurau (2013) dalam (Riki Sanjaya, 2014), perusahaan kecil memiliki bankruptcy costs relatif lebih tinggi, karena perusahaan besar menunjukkan stabilitas yang lebih baik dan lebih terdiversifikasi daripada perusahaan kecil. Hubungan antara ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh akses perusahaan ke pasar modal. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses pasar modal. Kemudahan untuk mengakses pasar modal berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapat dana lebih banyak (Manan, 2004 dalam Christine et al,2012). 8. Struktur Aktiva dengan Kebijakan Hutang Struktur aktiva berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat
dijadikan
jaminan
yang
lebih
fleksibel
akan
cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel (Yeniate dan Nicken, 2010). Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam M. Syafiudin (2013), secara umum perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena investor akan selalu memberikan pinjaman apabila perusahaan mempunyai jaminan. Sesuai trade off theory yang menyatakan bahwa aktiva tetap digunakan sebagai persyaratan dalam melakukan pinjaman, sehingga semakin besar nilai aktiva tetap maka semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh perusahaan.
49
Menurut penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) perusahaan yang memiliki struktur aktiva dengan porsi aktiva tetap yang tinggi akan lebih mudah dalam melakukan pinjaman terhadap pihak eksternal seperti kreditur karena perusahaan dinilai memiliki securuable assets (aktiva jaminan) yang lebih baik. Kreditur akan merasa lebih aman jika memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. C. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Md. Imran Hossain dan Md. Akram Hossain (2015) dengan judul “Determinants of Capital Structur and Testing of Theories: A Study in the Listed Manufacturing Companies in Bangladesh.”Penelitian ini menggunakan metodologi data panel dengan 74 sampel perusahaan manufaktur di Dhaka Stock Exchange selama tahun 20022011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel managerial ownership berpengaruh positif terhadap strukur modal, variabel
growth rate,
profitability, debt service covarage ratio, non-debt tax shield, free cash flow, agency cost, dividend dummy berpengaruh negatif terhadap strukur modal. Sedangkan variabel tangibility dan liquidity berpengaruh positif terhadap variabel long term debt ratio serta berpengaruh negatif terhadap variabel short term debt ratio dan total debt ratio.
50
Penelitian yang dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 45 sampel perusahaan non keuangan pada BEI selama tahun 2009 – 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial. Kebijakan dividen, dan Risiko Bisnis, tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional dan Profitabilitasberpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur Asetdan Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Elly Astuti (2014) dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 237 sampel perusahaan yang listing di BEI tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dengan judul “Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 55 sampel perusahaan manufaktur industry classification basic industry and chemicals di BEI pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas,petumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, umur perusahaan dan kredit karbon tidak memiliki pengaruh terhadap debt
51
ratio, sedangkan aset tetap dan aliran kas bebas (free cash flow) memiliki pengaruh terhadap debt ratio. Penelitian yang dilakukan oleh M.Syafiudin Hidayat (2013) dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva,
Pertumbuhan
Penjualan,
danUkuran
Perusahaan
terhadap
KebijakanUtang”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan sampel 13 perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan utang. Sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang Penelitian yang dilakukan oleh Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) dengan judul “Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi data panel dengan 132 jumlah observasi yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan di sektor otomotif yang terdaftar di KSE Pakistan pada tahun 2005-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti hanya 3 variabel yang signifikan yaitu ukuran, tangibilityauty dan pertumbuhan. Sedangkan 4 variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan yaitu variabel profitabilitas, tax, risk and non-debt tax shield. Penelitian yang dilakukan oleh Sorana VĂTAVU (2013) dengan judul
“Determinants
of
Corporate
Debt
Ratios:
Evidence
From
52
Manufacturing Companies Listed on The Bucharest Stock Exchange”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 196 perusahaan manufaktur pada Bucharest Stock Exchange pada tahun 20032012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tangibility aset, profitabilitas dan likuiditas memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap total hutang dan rasio hutang jangka pendek, sedangkan pajak, risiko dan tingkat suku bunga memiliki pengaruhpositif pada rasio yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Khalid Al-Khatib (2012) dengan judul “The Determinants of Leverage of Listed Companies”.Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 121 sampel perusahaan yang listing pada Bursa Efek Yordania tahun 2007-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwaperusahaaan sektor industri profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap leverage, sedangkan likuiditas berpengaruh negatif signfikan dan tangibility mempunyai pengaruh ke arah positif signifikan. Pada perusahaan sektor jasa,
profitabilitas dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif tidak signifikan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan, likuiditas likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan, serta tangibility berpengaruh negatif signfikan terhadap leverage. Penelitian yang dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab, Mohd Sabri, Mohd Amin, dan Khairuddin Yusop (2012) dengan judul “Determinants of Capital Structure of Malaysia Property Developers”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 10 sampel perusahaan properti pada MSE selama tahun 2001 – 2010. Hasil penelitian
53
menunjukkan bahwa pada Top-5 Developers profitabilitas, tangibility, dan likuiditas mempunyai pengaruh positif, sedangkan non-debt tax shield dan growth opportunity memiliki pengaruh negatif. Untuk Bottom-5 Developers profitabilitas, tangibility, growth opportunity, dan likuidtas berpengaruh positif, tetapi non-debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 105 sampel manufaktur pada BEI selama tahun 2006 – 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen Dan Kepemilikan Institusional Terbukti Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Utang. Sedangkan Struktur Asset Dan Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Utang Serta UkuranPerusahaan Berpengaruh Signifikan Dan Positif Terhadap Kebijakan utang. Penelitian yang dilakukan oleh Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik(2012) dengan judul “Determinants of Capital Structure– A Study of Oil and Gas Sector of Pakistan”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 5 sampel perusahaan manufaktur sektor minyak dan gas di Bursa Efek Pakistan selama tahun 2005-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap variabel leverage.Sedangkan variabel likuiditas, ukuran perusahaan dan asset berwujud mempunyai hubungan postif terhadap variabel leverage.
54
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
1
Peneliti
Md. Imran Hossain dan Md. Akram Hossain
Judul Penelitian/Tahun
Determinants of Capital Structur and Testing of Theories: A Study in the Listed Manufacturing Companies in Bangladesh / 2015
International Journal of Economics and Finance, Vol. 7, No. 4, 2015 ISSN: 1916-971X E-ISSN: 19169728
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan debt to Menggunakan 3 variabel dependen Hasil penelitian asset ratio sebagai yaitu short term debt ratio, long term menunjukkan bahwa variabel dependen. debt ratio dan total debt ratio. variabel managerial Menggunakan Tidak menggunakan variabel dividend ownership berpengaruh variabel dependen free dummy klasifikasi industry dan positif terhadap strukur cash flow, growth mengganti variabel independen modal, variabel growth rate, profitability, dan managerial ownership, tangibility, rate, profitability, debt liquidity. debt service covarage ratio, non-debt service covarage ratio, nontax shield, agency cost dengan debt tax shield, free cash variabel kebijakan dividen, flow, agency cost, dividend pertumbuhan penjualan, ukuran dummy berpengaruh negatif perusahaan, dan struktur aktiva. terhadap strukur modal. Sedangkan variabel Tidak menggunakan perusahaan manufaktur di Dhaka Stock Exchange tangibility dan liquidity tahun 2002-2011, tetapi menggunakan berpengaruh positif perusahaan manufaktur sektor industri terhadap variabel long term barang dan konsumsi pada BEI selama debt ratio serta berpengaruh negatif terhadap variabel tahun 2010-2014. short term debt ratio dan Metode sampling : total debt ratio. purposive sampling Analisis : Data Panel Bersambung pada halaman selanjutnya
55
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
2
Apit Susanti dan Sekar Mayangsari
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen debt Hasil penelitian variabel equity ratio dengan debt to asset menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang independen ratio. Kepemilikan manajerial. Mempengaruhi kebijakan dividen, Mengganti variabel independen Kebijakan dividen, dan Kebijakan hutang pada profitabilitas, dan kepemilikan manajerial, risiko Risiko Bisnis, Perusahaan Non struktur aset bisnis, kepemilikan institusional, tidak berpengaruh Keuangan yang Terdaftar pertumbuhan perusahaan dengan terhadap kebijakan di Bursa Efek Indonesia / variabel free cash flow, hutang. Kepemilikan 2014 pertumbuhan aset, pertumbuhan institusional dan penjualan, likuiditas. Profitabilitas berpengaruh negatif Tidak menggunakan perusahaan terhadap kebijakan non keuangan pada BEI selama hutang. Struktur Asetdan tahun 2009 – 2011, tetapi e-Journal Magister Pertumbuhan menggunakan perusahaan Akuntansi Trisakti, perusahaan berpengaruh manufaktur sektor industri barang Volume. 1 Nomor. 1 dan konsumsi selama tahun 2010- positif terhadap Februari 2014, Hal. 29kebijakan hutang. 2014. 50 Metode sampling : Tidak menggunakan analisis purposive sampling regresi berganda, tetapi menggunakan analisis data panel. Bersambung pada halaman selanjutnya Judul Penelitian/Tahun
56
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
3
Elly Astuti
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen debt equity Hasil penelitian Pengaruh Kepemilikan variabel ratio dengan debt to asset ratio. menunjukkan bahwa Institusional, Profitabilitas, independen Mengganti variabel independen kepemilikan institusional Ukuran Perusahaan profitabilitas, kepemilikan institusional dengan tidak berpengaruh Terhadap Kebijakan dan ukuran variabel kebijakan dividen, free cash terhadap kebijakan Hutang / 2014 perusahaan. flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan hutang. Sedangkan penjualan, likuiditas, dan struktur aset. profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh Tidak menggunakan perusahaan yang positif terhadap kebijakan listing di BEI tahun 2012, tetapi hutang. menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi Jurnal Akuntansi dan selama tahun 2010-2014. Pajak, Vol. 15, No. 02, Tidak menggunakan analisis regresi Januari 2014 linear berganda, tetapi menggunakan ISSN: 1412-6029X analisis data panel. Tidak menggunakan metode sampling cross sectional, tetapi menggunakan purposive sampling Bersambung pada halaman selanjutnya Judul Penelitian/Tahun
57
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Judul Penelitian/Tahun
Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang / 2014
4
Riki Sanjaya Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1, Juni 2014, Hlm. 4660 ISSN: 1410 -9875
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan variabel Mengganti variabel Hasil penelitian dependen debt to asset independen kepemilikan menunjukkan bahwa ratio. institusional, kredit karbon, ukuran perusahaan, Menggunakan variabel aset tetap dan dengan profitabilitas, independen free cash flow, variabel kebijakan dividen, petumbuhan perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan pertumbuhan penjualan, kepemilikan perusahaan, ukuran likuiditas. institusional, umur perusahaan dan struktur aset perusahaan dan kredit karbon tidak memiliki Tidak menggunakan pengaruh terhadap debt perusahaan manufaktur ratio, sedangkan aset industry classification basic tetap dan aliran kas bebas industry and chemicals di (free cash flow) memiliki BEI pada tahun 2012, tetapi pengaruh terhadap debt menggunakan perusahaan ratio. manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014. Tidak menggunakan analisis Metode sampling : purposive sampling regresi berganda, tetapi menggunakan analisis data panel. Bersambung pada halaman selanjutnya
58
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Judul Penelitian/Tahun
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, danUkuran Perusahaan terhadap KebijakanUtang / 2013 5
M.Syafiudin Hidayat
Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 1, Januari 2013
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel independen Hasil penelitian variabel dependen kepemilikan manajerial dengan menunjukkan bahwa debt to asset ratio. variabel free cash flow, kepemilikan manajerial Menggunakan pertumbuhan aset, profitabilitas, dan dan ukuran perusahaan variabel likuiditas. tidak berpengaruh independen terhadap kebijakan utang. kebijakan dividen, Pertumbuhan pertumbuhan penjualan dan struktur penjualan, ukuran aktiva menunjukkan perusahaan dan pengaruh positif terhadap struktur aktiva kebijakan utang. Sedangkan Tidak menggunakan seluruh perusahaan manufaktur go public di kebijakan dividen BEI selama tahun 2008-2010, tetapi berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang. menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 20102014. Metode sampling : Tidak menggunakan analisis regresi purposive sampling linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel. Bersambung pada halaman selanjutnya
59
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Judul Penelitian/Tahun
Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory / 2013
6
Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool Journal of Business Studies Quartely, 2012, Volume 4, Number 3 ISSN 2152-1034
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen Hasil penelitian variabel independen long term debt to total assets menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti profitabilitas, ukuran dengan debt to asset ratio. perusahaan, dan Mengganti variabel independen hanya 3 variabel yang pertumbuhan tangibility, tax, risk and non-debt signifikan yaitu ukuran, tax shield dengan variabel tangibility dan perusahaan. kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan. Sedangkan pertumbuhan penjualan, 4 variabel lainnya tidak likuiditas, dan struktur aset. berpengaruh signifikan yaitu variabel Tidak menggunakan perusahaan manufaktur sektor otomotif pada profitabilitas, tax, risk and non-debt tax shield. KSE tahun 2005-2010 tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi pada BEI selama tahun 2010-2014. Metode sampling : purposive sampling Analisis : Data Panel Bersambung pada halaman selanjutnya
60
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
7
Sorana VĂTAVU
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen total Hasil penelitian variabel independen hutang dan rasio hutang jangka menunjukkan bahwa Determinants of profitabilitas, pendek dengan debt to asset ratio. tangibility aset, Corporate Debt Ratios: likuiditas. Mengganti variabel independen profitabilitas dan Evidence From tangibility aset, pajak, risiko dan likuiditas memiliki Manufacturing Companies suku bunga dengan variabel pengaruh negatif yang Listed on The Bucharest kebijakan dividen, free cash flow, signifikan terhadap Stock Exchange / 2013 pertumbuhan aset, pertumbuhan total hutang dan rasio penjualan, ukuran perusahaan, dan hutang jangka pendek, struktur aktiva. sedangkan pajak, risiko dan tingkat suku bunga Tidak menggunakan perusahaan memiliki pengaruh manufaktur pada Bucharest Stock positif pada rasio yang Exchange pada tahun 2003-2012, Timisoara Journal of sama. tetapi menggunakan perusahaan Economics and Business, manufaktur sektor industri barang Vol. 6, Pages 99-126, dan konsumsi selama tahun 20102013 2014. ISSN: 2286-0991 Metode sampling : purposive sampling Analisis : Data Panel Bersambung pada halaman selanjutnya Judul Penelitian/Tahun
61
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Judul Penelitian/Tahun
The Determinants of Leverage of Listed Companies / 2012
8
Khalid AlKhatib International Journal of Business and Social Science, Vo. 3 No. 24
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen variabel leverage dengan debt to asset independen ratio. Profitabilitas, Mengganti variabel independen likuiditas, tagibility dengan variabel pertumbuhan kebijakan dividen, free cash perusahaan, ukuran flow, pertumbuhan penjualan, perusahaan dan struktur aktiva. Tidak menggunakan seluruh perusahaan yang listing pada Bursa Efek Yordania tahun 2007-2010, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014. Metode sampling : Tidak menggunakan analisis purposive sampling regresi linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perusahaan sektor industri variabel profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap leverage, sedangkan variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan dan tangibility mempunyai pengaruh kearah positif terhadap leverage. Pada perusahaan sektor jasa, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan, likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan, serta tangibility berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage Bersambung pada halaman selanjutnya
62
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No.
9
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen Hasil penelitian menunjukkan variabel struktur modal dengan kebijakan bahwa pada Top-5Developers independen hutang. variabel profitabilitas, tangibility, profitabilitas, Mengganti variabel dan likuiditas mempunyai Determinants of Capital likuiditas, independenTangibility, Non-debt pengaruh positif, sedangkan nonStructutre of Malaysian pertumbuhan Tax debt tax shield dan growth Property Developers/ 2012 Shield dengan variabel kebijakan opportunity memiliki pengaruh dividen, free cash flow, negatif. Untuk Bottom-5 Rabiah Abdul pertumbuhan penjualan, dan Developersvariabel profitabilitas, Wahab, Mohd struktur aktiva. tangibilty, growth opportunity, Sabri, Mohd dan likuiditas berpengaruh Tidak menggunakan perusahaan Amin dan positif, sedangkan variabel nonmalaysian property developers Khairuddin debt tax shield berpengaruh tahun 2001-2010, tetapi Yusop negatif terhadap struktur modal. menggunakan perusahaan Middle-East of Scientific manufaktur sektor industri barang Research 11 (8): 1013dan konsumsi selama tahun 20101021, 2012 2014. ISSN 1990-9233 Tidak menggunakan analisis Metode regresi linear berganda, tetapi sampling : purposive menggunakan analisis data panel. sampling Bersambung pada halaman selanjutnya Peneliti
Judul Penelitian/Tahun
63
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
10
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Mengganti variabel dependen debt Hasil penelitian Faktor-Faktor Yang variabel independen equity ratio dengan debt to asset menunjukkan bahwa ratio. Mempengaruhi kebijakan dividen, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang free cash flow, Mengganti variabel independen Kebijakan Dividen Dan Perusahaan profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Kepemilikan Institusional kepemilikan institusionaldengan Manufaktur yang struktur aktiva, dan Terbukti Tidak terdaftar di Bursa ukuran perusahaan. variabel pertumbuhan aset, Berpengaruh Signifikan Christine Dwi Efek Indonesia / 2012 pertumbuhan penjualan, dan Terhadap Kebijakan Karya likuiditas. Utang. Susilawati Sedangkan Struktur Asset Tidak menggunakan perusahaan dan Lidya Dan Profitabilitas manufaktur pada BEI selama tahun Agustina Jurnal Keuangan dan Berpengaruh Signifikan 2006 – 2010, tetapi menggunakan Perbankan, Vol. 16, Terhadap Kebijakan Utang perusahaan manufaktur sektor No. 2 Mei 2012, hlm. industri barang dan konsumsi selama Serta Ukuran 178-187 Perusahaan Berpengaruh tahun 2010-2014. Terakreditasi SK. No. Signifikan Dan Positif Metode sampling : Tidak menggunakan analisis regresi 64a/DIKTI/Kep/2010 Terhadap Kebijakan utang. purposive sampling berganda, tetapi menggunakan analisis data panel. Bersambung pada halaman selanjutnya Peneliti
Judul Penelitian/Tahun
64
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No.
11
Peneliti
Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan Menggunakan Menggantikan variabel dependen Determinants of variabel leverage dengan debt to asset ratio. Capital Structure – A independen Menggantikan variabel independen asset Study of Oil and Gas profitabilitas, berwujud dengan variabel kebijakan Sector of Pakistan/ likuiditas dan hutang, free cash flow, pertumbuhan 2012 ukuran perusahaan. aset, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva. Tidak menggunakan perusahaan manufaktur sektor minyak dan gas di Interdisciplinary Bursa Efek Pakistan selama tahun 2005Journal of 2010, tetapi menggunakan perusahaan Contemporary manufaktur sektor industri barang dan Research In konsumsi di Bursa Efek Indonesia Business, Vol. 3, No. selama tahun 2010-2014. 10, 2012 Metode Tidak menggunakan analisis regresi linear berganda, tetapi menggunakan sampling : purposive sampling analisis data panel. Judul Penelitian/Tahun
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap variabel leverage.Sedangkan variabel likuiditas, ukuran perusahaan dan asset berwujud mempunyai hubungan postif terhadap variabel leverage.
Bersambung pada halaman selanjutnya
65
D. Kerangka Pemikiran Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang. Sedangkan variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva. Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kebijakan serta kondisi suatu perusahaan. Pada dasarnya kebijakan hutang akan menentukan nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan pendanaan yang diperoleh melalui hutang. Penggunaan hutang sangat membantu dalam meningkatkan nilai perusahaan, karena perusahaan dianggap memiliki kemampuan dan prospek yang bagus oleh investor, akan tetapi perlu dipertimbangkan risiko akan terjadinya kebangkrutan pada penggunaan hutang dalam jumlah yang besar. Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir peneliti dalam bentuk sederhana untuk menjelaskan proses penelitian :
66
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Bursa Efek Indonesia (BEI) Laporan keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang danKonsumsi 2010-2014
Variabel Independen: Kebijakan Dividen (DPR) Free Cash Flow Pertumbuhan Aset (Growth Asset) Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) Likuiditas (CR) Profitabilitas (ROA) Ukuran Perusahaan (Size) Struktur Aktiva
Variabel Dependen: Kebijakan Hutang (DAR)
Model Estimasi Data Panel
Common Effect
Random Effect
Fixed Effect
Uji Chow
Uji Hausman
Metode Estimasi Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Autokorelasi
Multikolinearitas
Normalitas
Uji t
Uji F
Heteroskedastisitas
Uji Adjusted R2
Interpretasi Kesimpulan
67
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian disusun berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, sehingga dapat ditarik interfensi terhadap masalah penelitian dalam bentuk hipotesis alternatif sebagai jawaban sementara penelitian. Maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya sebagai berikut: 1. Simultan H0 : b1–b8 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang. H0 : b 1–b 8 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang. 2. Parsial H0 : bi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang.
68
Ha : bi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan
(Size),
Struktur
Aktiva
terhadap
Kebijakan
Hutang.
69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap variabel Kebijakan Hutang (DAR) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014. Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), ditetapkannya BEI sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan tempat yang tepat untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan dan data penelitian lain yang terkait dengan variabel yang akan diteliti. B. Metode Pengumpulan Sampel 1. Populasi Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen atau individuindividu yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset (Sumarso, 2004:49). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang go public yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014 terdapat 38 perusahaan.
70
2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi, pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah penentuan sampel dengan pengambilan datadata tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dalam beberapa kriteria sebagai berikut : a) Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan sektor industri barang dan konsumsi sesuai dengan kategori yang dikembangkan BEI yang tercantum dalam IDX Fact Book. b) Perusahaan menyajikan laporan keuangan lengkap dan catatan atas laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014. c) Perusahaan yang membayarkan dividen secara berturut-turut selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014. d) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut, maka pada penelitian ini sampel yang memenuhi syarat adalah 13 perusahaan dengan periode waktu tahun 2010 sampai dengan 2014 maka jumlah data dalam penelitian ini sebesar 65. Untuk proses pemilihan sampel secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1di bawah ini :
71
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel Keterangan
No
Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan sektor industri barang dan 1 konsumsi di BEI yang tercantum dalam IDX Fact Bookselama tahun periode 2010 - 2014 Perusahaan menyajikan laporan keuangan 2 lengkap selama tahun periode 2010 - 2014 Perusahaan yang membayarkan dividen 3 secara berturut-turut selama tahun periode 2010 - 2014 Perusahaan yang tidak mengalami 4 kerugian selama tahun periode 2010 - 2014 Jumlah Sampel Tahun Penelitian Jumlah total sampel selama periode penelitian Sumber: Data diolah 2016
Tidak Mememuhi Kriteria
Akumulasi
-
38
9
29
14
15
2
13 13 5 65
C. Metode Pengumpulan Data Serangkaian kegiatan untuk memperoleh data sekunder untuk kelengkapan penelitian ini antara lain : 1. Pengumpulan data secara kepustakaan (library research) Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian melalui bukubuku yang berhubungan dengan manajemen keuangan dan buku ekonomi lainnya.
72
2. Penelitian lapangan (field research) Untuk memperoleh data, penulis mengadakan penelitian langsung ke BEI untuk memperoleh data-data yang diperlukan melalui pusat layanan informasi pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). 3. Internet research Penelitian dilakuan dengan cara pengambilan data dengan mengakses ke website-website seperti www.idx.co.iddan lain-lain. D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan agar dapat memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajian yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. 2.
Metode Analisis Data Panel Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi data panel (pool) yaitu data yang merupakan gabungan antara data seksi silang (cross section) dengan data runtun waktu (time series). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu terdiri atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011).
73
Data panel pertama kali diperkenalkan oleh Howles pada tahun 1950 (Winarno, 2009:9.1). Data time series biasanya meliputi beberapa objek
(misalnya:
Kebijakan
Dividen
(DPR),
Free
Cash
Flow,
Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva, Kebijakan Hutang (DAR)), dan meliputi beberapa periode (dalam penelitian ini menggunakan periode tahunan). Sedangkan untuk data cross section terdiri dari beberapa objek (misalnya perusahaan), dengan beberapa jenis data. Uji regresi data panel dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara 8 (delapan) variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap variabel dependen Kebijakan Hutang (DAR). Pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan Software Eviews 8.0 untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen melalui data panel. Penggunaan software ini dirasa tepat mengingat analisis dengan data panel sudah disediakan oleh Eviews sejak versi awal dan selama ini sudah menjadi salah satu keunggulan program Eviews dibanding program-program statistik lainnya (Winarno, 2011).Software Microsoft Office Excel 2007 juga digunakan untuk
74
mempermudah pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lainlain. Menurut Agus Widarjono (2009:229) penggunaan data panel dalam sebuah observasi penelitian memiliki beberapa keuntungan yang dapat diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dari dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan Degree of Freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted variabel). Menurut Gujarati (2012:83) ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan model data panel, antara lain : a.
Teknik estimasi data panel dapat mengatasi heterogenitas secara eksplisit dengan memberikan variabel spesifik subjek.
b.
Dengan menggabungkan antara obesrvasi time series dengan cross section, data panel memberikan lebih banyak informasi, lebih banyak Degree of Freedom dan lebih efisien.
c.
Dengan mempelajari observasi cross section yang berulang-ulang, data panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.
d.
Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross section murni dan time series murni.
75
e.
Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit.
f.
Dengan membuat data menjadi berjumlah beberapa ribu unit, data panel dapat meminimumkan bias yang biasa terjadi ketika kita mengagregasi individu-individu atau perusahaan-perusahaan kedalam agregasi besar. Model Regresi Panel dalam penelitian ini adalah : Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + β7X7it+ β8X8it+ e
Dimana : Y
: Variabel dependen (DAR)
α
: Konstanta
X1
: Variabel Independen Kebijakan Dividen
X2
: Variabel Independen Free Cash Flow
X3
: Variabel Independen Pertumbuhan Aset
X4
: Variabel Independen Pertumbuhan Penjualan
X5
: Variabel Independen Likuiditas
X6
: Variabel Independen Profitabilitas
X7
: Variabel Independen Ukuran Perusahaan
X8
: Variabel Independen Struktur Aktiva
β(1...8)
: Koefisien regresi masing-masing variabel independen
i
: Perusahaan
t
: Waktu
E
: Error term
76
Menurut Widarjono (2009:231) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan menggunakan data panel, antara lain : a.
Model Common Effect Model Common Effect merupakan metode estimasi model regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (common effect) dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect
sama
seperti
Ordinary
Least
Square
(OLS)
dengan
meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan data time series atau data cross section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk pooled. Bentuk persamaan model Common Effect adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009:231) : Yit = β0 + β1In X1it + β2 In X2it + eit Dimana : Yit
: Variabel dependen
X1
: Variabel independen 1
X2
: Variabel independen 2
i
: Cross section
77
t b.
: Time series
Model Fixed Effect Model Fixed Effect adalah model estimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect didasarkan pada adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu (Widarjono, 2009:233). Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variable (LSDV). Bentuk persamaan dalam Model Fixed Effect adalah sebagai berikut : Yit = β0 + β1In X1it + β2 In X2it + β3 D1+ β4 D2+ ... + eit
c.
Dimana
:
i
: 1,2,...,n
t
: 1,2,...,t
D
: Dummy
Model Random Effect Model Random Effect adalah model estimasi data panel dengan asumsi koefisien slope konstan dan intersep berbeda antara individu dan
antar
waktu
(Random
Effect)
(Widarjono,
2009:235).
Dimasukkannya variabel dummy didalam Fixed effect model bertujuan untuk mewakili ketidakpastian tentang model yang
78
sebenarnya. Namun, ini membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah ini bisa menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan Random effect model. Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari least square (Widarjono, 2009:235). Bentuk umum persamaan dalam Model Random Effect adalah sebagai berikut :
Yit = α 1 + bjXj + eitdengan eit = ui +vt + wit
Dimana : ui ~ N (0, δu2)
: komponen cross section error
vt ~ N (0, δv2)
: komponen time series error
wit ~ N (0, δw2) : komponen eror kombinasi 3. Tahap Analisis Data Untuk memilih model yang tepat untuk digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan yaitu : a. Uji Chow Uji Chow digunakan untuk menentukan metode mana yang paling tepat digunakan untuk mengestimasi data panel dalam
79
penelitian dengan membandingkan antara model common effect atau fixed effect. Berikut ini rumus uji chow (Baltagi, 2005:13): (
) (
Fhitung = (
) )
Dimana
:
SSE1
: Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2
: Sum Square Error dari model Fixed Effect
n
: Jumlah individual (cross section)
nt
: jumlah cross section x jumlah time series
k
: Jumlah variabel independen
Sedangkan Ftabel didapat dari : Ftabel = {α : df(n -1, nt – n – k)
Dimana
:
α
: Tingkat signifikansi yang dipakai (alfa)
n
: Jumlah individual (cross section)
nt
: jumlah cross section x jumlah time series
k
: Jumlah variabel independen
Hipotesis dalam uji Chow adalah : H0
: Common Effect Model
H1
: Fixed Effect Model
80
Menurut Widarjono (2009:238) dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan antara Fhitung dengan Ftabel. Perbandingan yang dipakai adalah sebagai berikut: Jika hasil dari Fhitung > Ftabel = H0ditolak Jika hasil dari Fhitung< Ftabel = H0 diterima b.
Uji Hausman Uji Hausmanadalah pengujian statistik yang digunakan untuk memilih model yang paling tepat antara Fixed Effect atau Random Effect. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa LSDV didalam metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien sedangkan model OLS adalah tidak efisien, dilain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nullnya adalah hasil estimasi estimasi keduanya tidak berbeda sehingga Uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Uji Hausman akan mengikuti distribusi Chi-square, dengan asumsi bahwa error secara individual tidak saling berkolerasi begitu juga error kombinasinya. Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-square dengan degree of freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel independen. Pengujian Hausman dilakukan dengan hipotesis berikut (Widarjono, 2009): H0
: Random Effect Model
81
H1
: Fixed Effect Model Menurut Widarjono (2009:240) dasar penolakan terhadap
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan antara nilai statistik Hausman dan nilai kritisnya. Jika nilai statistik Hausman > nilai kritisnya = H0 ditolak Jika nilai statistik Hausman < niali kritisnya = H0 diterima 4. Uji Dasar Asumsi Klasik Uji dasar asumsi klasik dilakukan sebagai parameter untuk menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel independen bersifat linear serta tidak terjadi masalah data tidak berdistribusi
secara
normal,
multikolineartitas,
heteroskedastisitas,
autokorelasi diantara variabel independen dalam regresi tersebut. Jika keempat asumsi tersebut terpenuhi maka menghasilkan estimator yang linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Oleh karena itu, diperlukannya pengujian dan pembersihan terhadap asumsi dasar jika memang terjadi. Pengujian asumsi dasar klasik regresi terdiri dari : a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan utnuk menguji apakah nilai residual yang telah terstandarisasi dalam model regresi panel variabelvariabelnya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
82
normal. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisistidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ektrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena kesalahan dalam melakukan inpu data atau memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata (Suliyanto, 2011:69). Dalam software Eviews 8.0 yang digunakan dalam penelitian ini, normalitas data diketahui dengan membandingkan statistik Jarque-Bera (JB) dengan x2 tabel. Jika nilai Jarque-Bera (JB) ≤ x2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75). Menurut Winarno (2011), untuk mengetahui sebuah data berdisitribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera (JB) dan probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat saling mendukung, dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka H0 diterima dan berdistribusi normal. 2) Bila probabilitas lebih besar dari 5% (bila menggunakan tingkat signifikansi tersebut), maka H0 diterima dan data berdistribusi normal.
83
b.
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi panel ditemukan adanya korelasi antar variabel independen atau tidak. Metode untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam suatu model regresi juga dapat dilihat dari korelasi parsial antar variabel independen. Menurut Widarjono (2009:106)
ada
aturan
dalam
menentukan
ada
tidaknya
multikolinearitas dalam suatu model, yaitu : Jika koefisien korelasi > 0,8 maka diduga adanya multikolinearitas dalam model Jika
koefisien
korelasi
<
0,8
maka
diduga
tidak
adanya
multikolinearitas dalam model. Dalam mendeteksi dengan metode ini diperlukan kehati-hatian. Karena masalah ini timbul terutama pada data time series dimana korelasi antar variabel independen cukup tinggi. Korelasi yang tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukkan unsur tren yaitu data bergerak naik dan turun bersamaan. c.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan ke pengamatan lain sama (konstan), maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedatisitas (Imam Ghozali, 2006:105).
84
Heteroskedastisitas biasanya ditemukan dalam data cross section dan bukan dalam data time series. Dalam data cross sectionumumnya berhadapan dengan anggota suatu populasi pada waktu tertentu, seperti konsumen, individu, perusahaan, atau industri. Anggota ini mungkin berbeda dalama hal ukuran seperti perusahaan kecil, sedang, atau besar. Dengan kata lain, mungkin ada suatu efek skala. Dalam data time series variabel-variabel cenderung memiliki ukuran besaran yang serupa karena peneliti pada umumnya mengumpulkan data dari lembaga yang sama selama suatu periode waltu
seperti
tingkat
pengangguran
selam
periode
tertentu
(Gujarati,2007:83). Menurut Winarno (2009:2.3-5.24), ada beberapa akibat apabila residualnya bersifat heteroskedastisitas, yaitu: 1) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum
(tidak
karakteristik
LUE
lagi
best),
(linear
sehingga
ubiased
hanya
memenuhi
estimator).
Meskipun
demikian, estimator metode kuadrat terkecil masih bersifat linier dan tidak bias. 2) Perhitungan standar eror tidak dapat lagi dipercaya kebenarannya, karena varian tidak minimum. Varian yang tidak minimum mengakibatkan estimasi regresi yang tidak efisien. 3) Uji hipotesis yang didasarkan pada uji t dan uji F tidak dapat lagi dipercaya karena standar eror-nya tidak dapat dipercaya.
85
Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode Park. Uji Park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi residual. Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas (Winarno, 2009:5.12) d.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi korelasi antara variabel pengganggu (error) pada periode t dan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Imam Ghozali, 2005). Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series karena time series lekat dengan kontinyuitas dan ketergantungan antar data. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi model regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Karena pengujian ini paling populer untuk mendeteksi adanya
autokorelasi.
Pada umumnya
program
statistik telah
menyediakan fasilitas untuk melakukan uji tersebut. MenurutWinarno (2011:5.28) cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi adalah sebagai berikut :
86
Tabel 3.2 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson (DW) Tolak H0 berarti ada autokorelasi positif
0
Tidak dapat diputuskan
dL 1,10
Tidak menolak H0 berarti tidak ada autokorelasi
dU 1,54
2
Tidak dapat diputuskan
4-dU 2,46
Tolak H0 berarti ada autokorelasi negatif
4-dL 2,90
4
Jika terdapat masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi. 5. Uji Hipotesis a.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara keseluruhan atau simultan terhadap variabel dependen. Untuk menentukan Fhitung digunakan rumus sebagai berikut :
F=
⁄ (
)⁄(
Dimana
:
R2
: Koefisien Determinasi
n
: Jumlah pengamatan/Sampel
K-1
: Jumlah variable eksogen
)
Dalam melakukan uji keseluruhan atau simultan melalui uji Fhitung setiap software regresi selalu menghitung Fhitung secara otomatis.
87
Sedangkan untuk mencarai nilai dari Ftabel diambil berdasarkan besarnya α dan degree of freedom (df) dimana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan denominator (n-k). n disini adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah parameter estimasi termasuk intersep atau konstanta. Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan
perhitungan
antara
Fhitung
dengan
Ftabel.
Perbandingan yang dipakai adalah sebagai berikut : Jika hasil dari Fhitung > Ftabel = H0 ditolak Jika hasil dari Fhitung< Ftabel = H0 diterima Selain itu, dalam menentukan pengambilan keputusan apakah H0 diterima atau ditolak bisak dilihat dari besarnya probabilitas yang menunjukkan besarnya α. Dari perhitungan Eviews jika probabilitas sangat kecil yaitu 0,0000% maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima Ha (Widarjono, 2009). b.
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independen) secara individu memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (dependen) dengan menganggap variabel bebas lainnya bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan thitung dengan ttabel.
88
Untuk menentukan Fhitung digunakan rumus sebagai berikut :
ti =
( )
Dimana
:
βi
: Koefisien regresi variable Xi
Se(βi)
: Standar error variabel Xi Pada umumnya nilai thitung telah disediakan oleh setiap
software regresi. Sedangkan untuk memperoleh nilai dari ttabel ditentukan oleh tingkat signifikansi 5% dengan degree of freedom (df) = (n-k), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah parameter estimasi termasuk intersep. Dalam penelitian ini uji t dilakukan dengan menggunakan uji satu arah (one tail test). Dalam uji satu arah terdapat uji fihak kiri dan uji fihak kanan. Uji fihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (H0) menunjukkan lebih besar atau sama dengan (≥) dan hipotesis alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih kecil (<), kata lebih besar atau sama dengan sinonimnya paling sedikit atau paling kecil. Dalam uji fihak kiri ini berlaku ketentuan, bila nilai thitung jauh pada penerimaan H0 lebih besar atau sama dengan (≥) dari ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan uji fihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (H0) menunjukkan lebih kecil atau sama dengan (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih besar (>), kata lebih kecil atau sama dengan sinonimnya paling besar. Dalam uji fihak kanan ini
89
berlaku ketentuan, bila nilai thitung lebih kecil atau sama dengan (≤) nilai ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2007:99-103). c.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Koefisien determinasi (R²/adjusted R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan varian variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² / Adjusted R² kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan varian variabel dependen amat terbatas (Imam Ghozali, 2011:97). Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2< 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Menurut Gujarati dalam Imam Ghozali (2011:97-99) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R² = 1, maka Adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R²= (1-k)/(n-k). Jika k>1, maka adjusted R² akan bernilai negatif. Mengingat nilai koefisien determinasi tidak pernah turun melainkan selalu naik jika kita terus menambah variabel independen, meskipun variabel yang ditambahkan secara intuitif ataupun teoritik tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Maka harus lebih berhati-hati dalam membandingkan dua regresi yang mempunyai
90
variabel dependen sama tapi berbeda dalam jumlah variabel independen. Dalam hal ini kehati-hatian diperlukan karena tujuan dari regresi metode OLS adalah untuk mendapatkan nilai koefisien determinasi yang tinggi, maka sebagai alternatif digunakan R2 atau Adjusted R2 (Widarjono, 2010). E. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis, berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen, yaitu : 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Hutang. Kebijakan hutang merupakan keputusan yang diambil oleh manajemen untuk menentukan besarnya hutang dalam sumber pendanaannya yang berguna untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Kebijakan hutang dapat diproksikan dengan Debt to Assets Ratio(DAR). Rasio hutang (debt ratio) merupakan ukuran seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibelanjai hutang (pinjaman). Semakin besar rasio hutang terhadap total assetsmaka risiko bagi investor akan semakin tinggi. Secara matematis dapa dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2012): DAR =
Total Hutang Total Assets
91
2. Variabel Independen a.
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen dalam perusahaan dapat diukur dengan membandingkan antara dividen dengan laba bersih setelah pajak (Dividend Payout Ratio). Dalam hal tersebut manajemen membuat keputusan berapa dari EAT (Earnings After Tax) yang akan dibagikan sebagai dividen. Rumus yang dapat digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan kebijakan dividen yaitu sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2011):
DPR =
b.
ℎ ℎ
Free Cash Flow Arus kas bebas (free cash flow) adalah arus kas yang benarbenar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang
saham
dan
pemilik
hutang)
setelah
perusahaan
menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham & Houston, 2006:65). Sehingga free cash flow dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus: FCF =
Arus Kas Operasi − Dividen Total Aset pada Tahun ke − t
92
c.
Pertumbuhan Aset Penelitian ini mengukur pertumbuhan aset dengan menghitung proporsi peningkatan total aset dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan tahun berjalan. Skala pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut: GA =
d.
Total Aset tahun t – Total Aset tahun t − 1 Total Aset tahun t − 1
Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku. Untuk mengetahui rasio dari variabel ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: GS =
e.
Penjualan tahun t – Penjualan tahun t − 1 Penjualan tahun t − 1
Likuiditas Likuiditas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada penelitian ini, Likuiditas dihitung dengan current ratio (CR). Karena current ratio (CR) menunjukkan kemampuan seluruh aktiva lancar dalam menjamin seluruh hutang lancarnya (Moeljadi, 2006:68). Current ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut: CR =
Aktiva Lancar Hutang Lancar
93
f.
Profitabilitas Menurut Rodoni dan Ali (2010:26), profitabilitas merupakan rasio
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA). Rasio ini merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2009:207). Rumus Return On Asset (ROA), yaitu: ROA =
g.
Laba Bersih Setelah Pajak Total Assets
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Mersi Narita, 2012). Ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma total aset karena aset biasanya sangat besar nilainya dan untuk menghindari bias skala maka aset perlu dikompres (Rodoni dan Ali, 2010:180). Secara umum proksi ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Khalid Alkhatib, 2012): Ukuran Perusahaan = Ln
94
h.
Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan memberi manfaat dimasa yang akan datang (Kesuma, 2009) dalam M. Syafiudin Hidayat (2013). Struktur aktiva (tangibility of fixed assets) dapat diukur dengan aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan. Aktiva tetap sendiri merupakan aktiva yang digunakan untuk keperluan operasi perusahaan yang bersifat jangka panjang dan memiliki betuk fisik (berwujud). Struktur Aktiva =
Aset Tetap Total Aset
95
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Sejarah Bursa Efek Jakarta telah dimulai sejak tahun 1912 yang didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia namun karena terjadi perang dunia I Bursa Efek Jakarta di tutup. Perdagangan surat berharga dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak tanggal 3 Juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat pada periode 1992-1997. Masalah pasar modal tidak terlepas dari arus investasi yang akan menentukan pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan, tidak terkecuali Indonesia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1977, pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali Bursa Efek Jakarta dengan mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Beberapa tahun kemudian Bursa Efek Jakarta mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Sekitar decade 80-an dan awal 90-an, Bursa Efek Jakarta benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang dikenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI).
96
Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI atau Indonesian Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya melebur kedalam Bursa Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini melalui operasinya pada tanggal 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama BES dan Derivatif, keanggotaan dan partisipan. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan bersama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 mei 1995., menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. System JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX. Bursa efek terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, dan keadaanpun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin banyak
peminatnya.
Ramainya
tanggapan
publik
dan
selalu
bertambahnya perusahaan Go Public adalah wujud dari kemajuan bursa efek. Perkembangan bursa efek yang terjadi kini adalah berkat perjuangan dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), perusahaan yang bersedia untuk memasyarakatkan sahamnya. Pemerintah, lembaga penunjang dan masyarakat yang turut bertasipasi menginvestasikan kelebihan dananya. Dibandingkan dengan situasi bursa efek waktu lalu, keadaan saat ini memang telah jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi
97
cukup pesat dan diluar dugaan. Tapi bukan berarti bursa efek berjalan terus mulus tanpa rintangan. Banyak hal yang terjadi, yang mewarnai pasang surut kehidupan bursa efek di Indonesia. Jika keadaan sosial, politik, atau ekonomi bangsa kita sedang terganggu dan tidak stabil, tentu saja kondisi dari bursa efek sangat berpengaruh. Secara singkat, perkembangan Bursa Efek di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Pada tanggal 14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
Pada tahun 1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
Pada tahun 1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Pada awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
Pada tahun 1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
Pada tahun 1952 Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan
Menteri
keuangan
(Prof.DR.
Sumitro
98
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
Pada tahun 1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
Pada tahun 1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum
Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama
Pada tahun 1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
Pada tahun 1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
Pada tahun 1988 – 1990
99
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
Pada tanggal 2 Juni 1998 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
Pada bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
Pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
Pada tanggal 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
Pada tanggal 22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems)
Pada tanggal 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
100
Pada tahun 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
Pada tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
Pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
Pada tahun 2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
Pada tanggal 2 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
2.
Gambaran Umum Perusahaan Sektor Industri Barang dan Konsumsi Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling adalah untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu antara lain:
101
e)
Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan sektor industri barang dan konsumsi sesuai dengan kategori yang dikembangkan BEI yang tercantum dalam IDX Fact Book.
f)
Perusahaan menyajikan laporan keuangan lengkap dan catatan atas laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014.
g)
Perusahaan yang membayarkan dividen secara berturut-turut selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014.
h)
Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014. Didapatlah 13 sampel perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 20102014. Berikut ini adalah penjelasan dari 13 perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian: 1)
PT Delta DJakarta Tbk PT Delta DJakarta Tbk (DLTA) didirikan pada tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Kantor pusat DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat. Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta
102
DJakarta pada tahun 1970. PT Delta DJakarta Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5?75/9 tanggal 26 April 1971. Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Might Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merk “Sodaku” dan “Soda Ice”. 2)
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan pada tanggal 30 April 1976 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat DVLA beralamat di Talavera Office Park, Lantai 8-10, Jalan Letjend. T.B. Simatupang No. 2226, Jakarta 12430 dan lokasi pabrik berada di Bogor. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan.
103
3)
PT Gudang Garam Tbk PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dahulunya bernama PT Perusahaan Rokok Tjap didirikan pada tanggal 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie/Surya Wonowidjojo dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Kantor pusat GGRM beralamat di Jalan Semampir II/1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan Sumenep. GGRM juga memiliki kantor-kantor Perwakilan yaitu kantor perwakilan Jakarta di Jalan Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan Kantor Perwakilan Surabaya di Jalan Pengenal 7-15, Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok.
4)
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) didirikan pada tanggal 27 Maret 1905 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Kantor pusat HMSP berlokasi di Jalan Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Malang, Karawang, Probolinggo dan Lumajang. HMSP juga memiliki kantor perwakilan korporasi di One Pacific Place, lantai 18, Sudirman Central Business District (SCBD), Jalan Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta
104
12190. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan HMSP meliputi manufaktur dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. 5)
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) (dulunya adalah PT
Indofood
Sukses Makmur Tnk
PT Gizindo
Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur dan PT Ciptakemas Abadi) yang didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma. Kantor pusat ICBP berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Kav. 76-78, Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik ICBP berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ICBP terdiri dari, antara lain, produksi mie dan bumbu penyedap, produk makanan kuliner, biskuit, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus,
kemasan,
perdagangan, transportasi, pergudangan dan pendinginan, jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan.ICBP mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa dan bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions. Sebagai perusahaan perintis makanan, ICBP membawa misi untuk terus berinovasi, fokus pada kebutuhan konsumen, memberikan produk berkualitas yang dicintai oleh konsumen,
105
terus meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia, memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan, serta terus meningkatkan pendapatan para pemegang saham. 6)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 22. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C22915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Saat ini, perusahaan bergerak dibidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jalan Jend. Sudirman Kav. 7678, Jakarta, Indonesia, sedangkan untuk pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulai Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir dalam Akta Notaris No. 47 dari notaris Benny Kristianto, S.H. tanggal 26 Mei 2009 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar untuk disesuaikan
106
dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 mengenai pokok-pokok Dasar Perseroan yan melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, telah diterima dan disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-AH.10-07949 tanggal 15 Juni 2009. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terdiri dari produksi mie, penggilingan gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. 7)
PT Kalbe Farma Tbk PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) adalah perusahaan yang bergerak di industri farmasi yang terbesar di Indonesia. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan pada tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jalan Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan untuk pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jalan M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF bergerak dalam
107
bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi termasuk obat dan produk konsumsi kesehatan. 8)
PT Merck Indonesia Tbk PT Merck Indonesia Tbk (MERK) merupaka perusahaan multinasional yang bergerak di bidang farmasi dan kimia di Indonesia. PT Merck Indonesia Tbk (MERK) didirikan pada tahun 1970 dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1981. Sebagian besar saham dimiliki oleh Grup Merck yang berkantor pusat di Jerman dan merupakan perusahaan farmasi dan kimia tertua di dunia. PT Merck Tbk berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jalan TB. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MERK bergerak dalam bidang industri farmasidan
perdagangan.
Dalam
bidang
farmasi,
MERK
memproduksi dan menjual merek-merek farmasi ternama seperti Neurobion, bersertifikat
Sangobion, cGMP.
dan
Serta
Glucophage pada
bidang
dengan
fasilitas
kimia,
MERK
memasarkan berbagai jenis bahan kimia, zat warna, serta berbagai spesialisasi kimia lainnya. 9)
PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan pada tanggal 03 Juni 1929 dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara komersial pada
108
tahun 1929. MLBI adalah bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken). Kantor pusat MLBI berlokasi di Talavera Office Park Lantai 20, Jalan Let. TB. Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430. Sedangkan pabrik MLBI berlokasi di Jalan Daan Mogot KM. 19, Tangerang 15122 dan Jalan raya Mojosari – Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya.Untuk mencapai tujuan usahanya, perseroan dapat melakukan aktivitas-aktivitas seperti, produksi bir dan minuman lainnya dan produk-produk lain yang relevan, pemasaran produk-produk tersebut pada pasar lokal dan internasional, dan impor atas bahan-bahan promosi yang relevan dengan produk-produk tersebut. 10)
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) awalnya didirikan dengan nama PT Squibb Indonesia pada tahun 1970. SQBI memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1972 yang bergerak di bidang farmasi yaitu pabrikan obat-obatan Over-theCounter (OTC) dan Etikal, baik untuk pasar dalam negeri dan luar negeri. Pada tahun 2009 kepemilikan perusahaan diambil oleh Taisho Pharmaceutical Co., Lts., suatu perusahaan yang berpusat
109
di Jepang. Kantor pusat SQBI berlokasi di Wisma tama Lt. 10, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 24, Jakarta 12920. Pabrik perusahaan berlokasi di Jalan Raya Bogor Km. 38, Cilangkap Depok 16958. Sesuai dengan pasal 3 dari Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup
kegiatan
perusahaan
adalah
mengembangkan, mendaftarkan, memproses, memproduksi dan menjual produk kimia, farmasi dan kesehatan. 11)
PT Mandom Indonesia Tbk PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) didirikan pada tanggal 5 November 1969 dan mulai berproduksi secara komersial pada bulan April 1971. TCID berdomisili di Jakarta Utara dengan pabrik yang berlokasi di daerah Sunter, Jakarta dan Kawasan Industri MM2100, Cibitung-Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan terletak di Jalan Yos Sudarso By Pass, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TCID meliputi produksi dan perdagangan kosmetika, wangi-wangian, bahan pembersih dan kemasan plastik termasuk bahan baku, mesin dan alat produksi untuk produksi dan kegiatan usaha penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetika, wangiwangian, bahan pembersih.
12)
PT Tempo Scan Pasific Tbk PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia pada tanggal 20 mei 1970, dengan nama PT Scanchemie dan
110
memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1970. Perusahaan berkantor pusat di Tempo Scan Tower, lantai 16, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, sedangkan untuk pabriknya berlokasi di Cikarang – Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang usaha farmasi. 13)
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk PT Ultrajaya merupakan sebuah perusahaan susu yang didirikan pada tahun 1958 yang telah berkembang pesat hingga mampu meraih posisi sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia untuk produk-produk susu dan jus buah. Memasuki tahap pertumbuhan pesat sejalan dengan perubahannya menjadi PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ). ULTJ merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang menghasilkan produk-produk susu minuman dan makanan dalam kemasan aseptik yang tahan lama dengan merek-merek terkenal seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan Teh Kotak untuk minuman teh segar. Kantor pusat dan pabrik yang berlokasi sangat strategis di pusat daerah pedalaman pertanian Bandung yaitu di Jalan Raya Cimamere 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552. Saat ini, 90 persen dari keseluruhan hasil produksi perusahaan dipasarkan di seluruh
111
Indonesia, sementara sisanya diekspor ke negara-negara di Asia Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika Serikat. B. Analisis dan Pembahasan 1.
Deskriptif Sampel Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan sebagai sampel penelitian.
Ketiga belas perusahaan tersebut adalah perusahaan
manfukatur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang data perusahaannya lengkap dari tahun 2010-2014 dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini : Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan No Nama Perusahaan 1 Delta Djakarta Tbk 2 Darya-Varia Laboratoria Tbk 3 Gudang Garam Tbk 4 Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 Indofood Sukses Makmur Tbk 7 Kalbe Farma Tbk 8 Merck Indonesia Tbk 9 Multi Bintang Indonesia Tbk 10 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 11 PT Mandom Indonesia Tbk 12 Tempo Scan Pasific Tbk 13 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Sumber: Data diolah 2016 2.
Kode DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
Deskriptif Variabel Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel
112
dependen. Variabel independen Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas,Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva sedangkan variabel dependennya adalah Kebijakan Hutang (DAR). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan yang dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2010-2014. Pengolahan data-data tersebut dilakukan dengan menggunakan program Software Microsoft Excel 2007 dan Eviews 8.0. adapun deskripsi dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut: a.
Perkembangan Kebijakan Dividen Dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai maupun dalam bentuk dividen saham (Sjahrial, 2008:309). Gambar 4.1 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 1.0000 0.9000 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 -
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ Rata-rata Dividend Payout Ratio 2010-2014
Sumber: Data diolah 2016 113
Tabel 4.2 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kode 2010 2011 1.0897 1.1848 DLTA 0.2273 0.2778 DVLA 0.3016 0.3529 GGRM 1.0410 0.0015 HMSP 0.0720 0.0203 ICBP 0.2768 0.4925 INDF 0.1684 1.7153 KLBF 0.9237 0.4318 MERK 0.7031 0.0009 MLBI 1.0315 0.7740 SQBI 0.4890 0.4881 TCID 0.5963 0.3796 TSPC 0.0345 0.0117 ULTJ Sumber: Data diolah 2016
2012 0.9025 0.2368 0.4937 0.6831 0.0147 0.6568 0.4876 1.7225 1.4367 0.9016 0.4937 0.5438 0.0397
2013 0.7255 0.4196 0.3631 0.8696 0.0143 0.2469 0.4687 0.4523 0.0043 0.9337 0.4645 0.5321 0.0030
2014 0.5133 0.3014 0.2949 1.0461 0.0079 0.1691 0.3925 0.7701 1.5357 0.9445 0.4265 0.5817 0.1745
Rata-rata 0.8832 0.2926 0.3612 0.7282 0.0258 0.3684 0.6465 0.8601 0.7362 0.9171 0.4723 0.5267 0.0527
Pada gambar 4.1 Diatas terlihat bahwa rata-rata dividend payout ratio2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,9171 atau 91,71% dan dividend payout ratio terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 0,0258 atau 2,58%. Besar kecilnya jumlah dividen yang dibagikan sesuai dengan kebijakan dividen yang telah ditetapkan oleh keputusan manajerial mengenai berapa besar laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dan berapa besar laba ditahan (retained
114
earning) untuk cadangan investasi ditahun yang akan datang (Mardiyanto, 2009:4). b.
Perkembangan Free Cash Flow Menurut Christine dan Lidya Agustin (2012), free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat distribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan modal kerja atau investasi pada aset. Gambar 4.2 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 0.4500
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
0.4000 0.3500 0.3000 0.2500 0.2000 0.1500 0.1000 0.0500 Rata-rata Free Cash Flow 2010-2014
Sumber: Data diolah 2016
115
Tabel 4.3 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kode
2010
2011
DLTA (0.1699) 0.0078 DVLA 0.1234 0.0427 GGRM 0.0528 (0.0465) HMSP 0.0183 0.5730 ICBP 0.1574 0.1402 INDF 0.1289 0.0645 KLBF 0.1450 0.1107 MERK 0.1147 0.1708 MLBI 0.0076 0.1842 SQBI 1.6852 0.0873 TCID 0.0887 0.0043 TSPC 0.0796 0.0877 ULTJ 0.1297 0.1474 Sumber: Data diolah 2016
2012
2013
2014
0.0813 0.0781 0.0475 (0.1031) 0.1695 0.0888 0.0489 (0.0821) (0.0969) 0.0654 0.1397 0.0631 0.1973
0.1809 0.0456 0.0177 0.0509 0.0922 0.0825 0.0023 0.0771 0.3790 0.0604 0.1225 0.0205 0.0694
0.0196 0.0645 0.0013 0.0159 0.1542 0.1014 0.1213 0.1299 (0.1376) 0.0394 0.0266 0.0313 0.0269
Ratarata 0.0239 0.0709 0.0146 0.1110 0.1427 0.0932 0.0856 0.0821 0.0673 0.3876 0.0763 0.0564 0.1141
Pada gambar 4.2 Diatas terlihat bahwa rata-rata free cash flow 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,3876atau 38,76% dan free cash flow terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Gudang Garam Tbk (GGRM)sebesar 0,0146 atau 1,46%. Perusahaan yang mempunyai free cash flow yang tinggi biasanya perusahaan tersebut memiliki dana internal berlebih yang belum digunakan untuk investasi dan aktivitasnya, sehingga perusahaan akan semaksimal mungkin dalam memanfaatkan dana internal tersebut untuk mencukupi kebutuhannya. Jensen (1986)
116
menyatakan bahwa manajer-manajer dapat mengurangi masalah keagenan dari arus kas bebas dengan menerbitkan hutang dan membayar bagian untuk shareholders (Riki Sanjaya, 2014). c.
Perkembangan Pertumbuhan Aset Pertumbuhan
aset
(Growth
of Asset)
menunjukkan
perubahan (peningkatan atau penuruan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Gambar 4.3 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 1.0000 DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
0.9000 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 Rata-rata Growth Asset 2010-2014
Sumber: Data diolah 2016
117
Tabel 4.4 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kode
2010
2011
DLTA (0.0682) (0.0175) DVLA 0.0900 0.0806 GGRM 0.1289 0.2715 HMSP 0.1585 (0.0582) ICBP 0.3069 0.1393 INDF 0.1707 0.1335 KLBF 0.0849 0.1766 MERK 0.0018 0.3441 MLBI 0.1446 0.0736 SQBI (0.8996) 0.1304 TCID 0.0529 0.0799 TSPC 0.1001 0.1841 ULTJ 0.1581 0.0867 Sumber: Data diolah 2016
2012
2013
2014
0.0706 0.1644 0.0619 0.3579 0.1662 0.1071 0.1382 (0.0256) (0.0563) 0.0978 0.1156 0.0900 0.1102
0.1633 0.1073 0.2231 0.0441 0.1979 0.3164 0.2014 0.2239 0.5469 0.0605 0.1620 0.1673 0.1614
0.1441 0.0388 0.1467 0.0356 0.1713 0.1073 0.0981 0.0282 0.2519 0.0906 0.2642 0.0342 0.0375
Ratarata 0.0585 0.0962 0.1664 0.1076 0.1963 0.1670 0.1398 0.1145 0.1921 (0.1040) 0.1349 0.1151 0.1108
Pada gambar 4.3 Diatas terlihat bahwa rata-rata growth asset 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 0,1963atau 19,63% dan growth asset terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar -0,1040 atau -10,40%. Dapat dilihat seberapa besar pertumbuhan aktiva (Growth of Asset) mempengaruhi struktur modal dimana perusahaan yang tumbuh pesat dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi cenderung mengandalkan modal dari luar perusahaan.
118
d.
Perkembangan Pertumbuhan Penjualan Menurut Kesuma (2009:41) dalam Afi Pradhana, Taufeni Taufik dan Lila Anggaini (2014),pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Gambar 4.4 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 0.9000 DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 (0.1000)
Rata-rata Growth Sales 2010-2014
Sumber: Data diolah 2016
119
Tabel 4.5 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kode
2010
2011
2012
2013
2014
DLTA (0.0469) 0.1565 0.2336 (0.4958) 0.0141 DVLA 0.0684 (0.0109) 0.2087 0.0132 0.0019 GGRM 0.1431 0.1112 0.1467 0.1542 0.1759 HMSP 0.1131 0.2184 0.2605 0.1261 0.0755 ICBP 3.4811 0.0783 0.1140 0.1631 0.1964 INDF 0.0269 0.1804 0.1043 0.1533 0.1015 KLBF 0.1254 0.0670 0.2497 0.1735 0.0854 MERK 0.0589 0.1544 0.0124 (0.1335) 0.0713 MLBI 0.1076 0.0383 (0.1570) 1.2731 (0.1610) SQBI (0.2727) 0.1198 0.1338 0.1004 0.1666 TCID 0.0563 0.1280 0.1187 0.0955 0.1382 TSPC 0.1415 0.1259 0.1471 0.0338 0.0959 ULTJ 0.1651 0.1180 0.3365 0.2315 0.1319 Sumber: Data diolah 2016
Ratarata (0.0277) 0.0563 0.1462 0.1587 0.8066 0.1133 0.1402 0.0327 0.2202 0.0496 0.1073 0.1088 0.1966
Pada gambar 4.4 Diatas terlihat bahwa rata-rata growth sales 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 0,8066 atau 80,66% dan growth sales terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar -0.0277 atau -2,77%. Bagi perusahaan dengan tingkat penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan perusahaan tersebut menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan
yang
tingkat
penjualannya
rendah
120
(Brigham dan Houston, 2010 dalam Dinar Damayanti dan Titin Hartini, S.E, M.Si, 2014). e.
Perkembangan Likuiditas Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2010:111). Gambar 4.5 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 8.0000 7.0000 6.0000 5.0000 4.0000 3.0000 2.0000 1.0000 Rata-rata Current Ratio 2010-2014
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
Sumber: Data diolah 2016
121
Tabel 4.6 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan (dalam desimal) No
Kode
2010
2011
1 DLTA 6.3308 6.0090 2 DVLA 3.7167 4.8933 3 GGRM 2.7008 2.2448 4 HMSP 1.6125 1.7747 5 ICBP 2.5980 2.8711 6 INDF 2.0365 1.9095 7 KLBF 4.3936 3.6759 8 MERK 6.2275 7.5152 9 MLBI 0.9450 0.9942 10 SQBI 5.6886 5.6858 11 TCID 10.6845 11.7428 12 TSPC 3.3685 2.9835 13 ULTJ 2.0007 1.4766 Sumber: Data diolah 2016
2012
2013
2014
5.2646 4.3102 2.1702 1.7758 2.7625 2.1690 3.4054 3.8712 0.5805 4.8546 7.7265 3.0933 2.0182
4.7623 4.2418 1.7221 1.7526 2.4106 1.6673 2.8393 3.9795 0.9775 4.9679 3.5732 2.9619 2.4701
4.4732 5.1813 1.6202 1.5277 2.1832 1.8074 3.4036 4.5859 0.5139 4.3729 1.7982 3.0022 3.3446
Ratarata 5.3680 4.4687 2.0916 1.6887 2.5651 1.9180 3.5436 5.2359 0.8022 5.1140 7.1050 3.0819 2.2620
Pada gambar 4.5 Diatas terlihat bahwa rata-rata current ratio 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Mandom Indonesia Tbk (TCID) sebesar 7,1050atau 710,5% dan current ratio terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 0,8022atau 80,22%. Dengan semakin meningkatnya current ratio maka dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial
jangka
pendek
(Agus
Sartono,
2010:116).Cash
menunjukkan besarnya kas yang tercermin dalam neraca (current asset). Sedangkan, current liabilitymenunjukkan jumlah kewajiban
122
jangka pendek perusahaan yang tercermin dalam neraca (current liability) (Sjahrial, 2008:363). f.
Perkembangan Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Return on Asset merupakan salah satu rasio untuk mengukut profitabilitas dengan membagi antara laba bersih dengan total aset (Darsono, 2009:58). Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 0.9000 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 Rata-rata Return On Asset 2010-2014
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
Sumber: Data diolah 2016
123
Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No
Kode
2010
2011
1 DLTA 0.1970 0.2179 2 DVLA 0.1298 0.1310 3 GGRM 0.1349 0.1268 4 HMSP 0.3129 0.4165 5 ICBP 0.1275 0.1356 6 INDF 0.0625 0.0946 7 KLBF 0.1829 0.1861 8 MERK 0.2732 0.3956 9 MLBI 0.3895 0.4156 10 SQBI 2.8930 0.3319 11 TCID 0.1255 0.1241 12 TSPC 0.1362 0.1377 13 ULTJ 0.0534 0.0588 Sumber: Data diolah 2016
2012
2013
2014
0.2864 0.1386 0.0980 0.3736 0.1288 0.0821 0.1882 0.1893 0.3936 0.3406 0.1195 0.1389 0.1460
0.3120 0.1057 0.0863 0.3944 0.1075 0.0627 0.1771 0.2517 0.6691 0.3550 0.1095 0.1247 0.1156
0.2904 0.0655 0.0927 0.3529 0.1013 0.0560 0.1714 0.2532 0.3532 0.3588 0.0944 0.1078 0.0971
Ratarata 0.2607 0.1141 0.1078 0.3700 0.1201 0.0716 0.1811 0.2726 0.4442 0.8558 0.1146 0.1291 0.0942
Pada gambar 4.6 Diatas terlihat bahwa rata-rata return on asset 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,8558 atau 85,58% dan return on asset terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 0,0716atau 7,16%. Semakin tinggi nilai ROA suatu perusahaan, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mendanai kegiatan investasi perusahaan jangka panjang (Elly Astuti, 2014). Dengan demikian, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti mampu dalam mengelola aset dengan baik, sehingga akan
124
memudahkan perusahaan dalam melakukan pembayaran hutang apabila perusahaan tersebut melakukan pembayaran pinjaman dalam jumlah yang besar. g.
Perkembangan Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan yang berukuran besar lebih
mudah
memperoleh
pinjaman
dibandingkan
dengan
perusahaan kecil (Moeljadi, 2006:274). Gambar 4.7 Nilai Size Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 35.0000 30.0000 25.0000 20.0000 15.0000 10.0000 5.0000 Rata-rata Size 2010-2014
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
Sumber: Data diolah 2016
125
Tabel 4.8 Nilai Size Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No
Kode
2010
2011
1 DLTA 27.2865 27.2689 2 DVLA 27.4733 27.5508 3 GGRM 31.0566 31.2969 4 HMSP 30.6527 30.5927 5 ICBP 30.2234 30.3538 6 INDF 31.4870 31.6123 7 KLBF 29.5816 29.7442 8 MERK 26.7981 27.0938 9 MLBI 27.7595 27.8305 10 SQBI 24.1897 26.6142 11 TCID 27.6772 27.7540 12 TSPC 28.9091 29.0780 13 ULTJ 28.3275 28.4106 Sumber: Data diolah 2016
2012
2013
2014
27.3371 27.7031 31.3569 30.8986 30.5076 31.7140 29.8736 27.0679 27.7726 26.7076 27.8634 29.1642 28.5151
27.4884 27.8050 31.5583 30.9417 30.6882 31.9889 30.0572 27.2700 28.2088 26.7663 28.0135 29.3189 28.6648
27.6229 27.8431 31.6953 30.9767 30.8463 32.0847 30.1507 27.2978 28.4335 26.8531 28.2480 29.3525 28.7016
Ratarata 27.4007 27.6751 31.3928 30.8125 30.5239 31.7774 29.8815 27.1055 28.0010 26.2262 27.9112 29.1645 28.5239
Pada gambar 4.7 Diatas terlihat bahwa rata-rata ukuran perusahaan2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 31,7774 dan ukuran perusahaanterendah
dimiliki
oleh
perusahaan
PT.
Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 26,2262. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat
126
dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Mersi Narita, 2012). h.
Perkembangan Struktur Aktiva Menurut Brigham & Houston (2011:188) dalam Ryan dan Willy (2014), struktur aktiva adalah sebuah jaminan perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan dalam menggunakan utang. Gambar 4.8 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 0.8000
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 Rata-rata Struktur Aktiva 2010-2014
Sumber: Data diolah 2016
127
Tabel 4.9 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kode 2010 2011 DLTA 0.2013 0.1702 DVLA 0.2388 0.2449 GGRM 0.2548 0.2227 HMSP 0.2317 0.2317 ICBP 0.4748 0.4364 INDF 0.5753 0.5428 KLBF 0.2837 0.2756 MERK 0.2469 0.1586 MLBI 0.4748 0.4626 SQBI 2.5406 0.2319 TCID 0.4168 0.4059 TSPC 0.2640 0.2655 ULTJ 0.5238 0.5857 Sumber: Data diolah 2016
2012 0.1529 0.2311 0.2784 0.1950 0.4430 0.5583 0.3160 0.1854 0.5986 0.2260 0.3907 0.2675 0.5058
2013 0.1372 0.2320 0.3184 0.2247 0.4677 0.5843 0.3374 0.1560 0.6037 0.2188 0.5044 0.2620 0.4432
2014 0.1389 0.2515 0.3382 0.2679 0.4539 0.5230 0.3464 0.1692 0.6340 0.2030 0.5284 0.3358 0.4371
Rata-rata 0.1601 0.2397 0.2825 0.2302 0.4551 0.5567 0.3118 0.1832 0.5547 0.6841 0.4492 0.2789 0.4991
Pada gambar 4.8 Diatas terlihat bahwa rata-rata struktur aktiva2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,6841 atau 68,41% dan struktur aktiva terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 0,1601 atau 16,01%. Perusahaan yang memiliki struktur aktiva dengan porsi aktiva tetap yang tinggi cenderung lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal karena dinilai memiliki securable assets (aktiva jaminan) yang lebih baik (Apit Susanti, 2014). Dengan demikian, tingginya porsi aktiva tetap suatu perusahaan akan memudahkan perusahaan dalam mendapatkan pinjaman
128
karena para kreditur akan merasa lebih aman dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki aktiva tetap yang tinggi. i.
Perkembangan Kebijakan Hutang (DAR) Kebijakan hutang merupakan bagian dari keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen perusahaan dalam menentukan besarnya hutang sebagai sumber pendanaan yang berguna untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Gambar 4.9 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 Rata-rata Kebijakan Hutang (DAR) 2010-2014
DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
Sumber: Data diolah 2016
129
Tabel 4.10 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 (dalam desimal) No Kode 2010 1 DLTA 0.1626 2 DVLA 0.2500 3 GGRM 0.3065 4 HMSP 0.5023 5 ICBP 0.2993 6 INDF 0.4743 7 KLBF 0.1792 8 MERK 0.1650 9 MLBI 0.5855 10 SQBI 1.5917 11 TCID 0.0943 12 TSPC 0.2632 13 ULTJ 0.3516 Sumber: Data diolah 2016
2011 0.1770 0.2113 0.3719 0.4670 0.2965 0.4101 0.2125 0.1544 0.5656 0.1638 0.0977 0.2834 0.3800
2012 0.1974 0.2169 0.3590 0.4930 0.3248 0.4245 0.2173 0.2681 0.7137 0.1808 0.1306 0.2762 0.3075
2013 0.2197 0.2314 0.4206 0.4835 0.3762 0.5086 0.2488 0.2651 0.4459 0.1760 0.1930 0.2857 0.2833
2014 0.2291 0.2215 0.4293 0.5244 0.3962 0.5203 0.2099 0.2273 0.7518 0.1970 0.3074 0.2611 0.2235
Rata-rata 0.1972 0.2262 0.3775 0.4940 0.3386 0.4676 0.2135 0.2160 0.6125 0.4618 0.1646 0.2739 0.3092
Pada gambar 4.9 Diatas terlihat bahwa rata-rata kebijakan hutang (DAR)2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 0,6125 atau 61,25% dan kebijakan hutang (DAR)terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Mandom Indonesia Tbk (TCID) sebesar 0,1646 atau 16,46%. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modalnya, namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan. Ketika perusahaan menggunakan hutang yang terus meningkat
130
maka akan semakin besar kewajibannya (M. Syafiudin Hidayat, 2013). 3. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan pengujian secara kemaknaan mengenai hasil dari analisa data berdasarkan pengamatan sejumlah variabel yang dipakai dalam model regresi, terlebih dahulu akan ditinjaumengenai deskripsi variabel penelitian dengan analisis statistik deskriptif. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan satu variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang (DAR) dan 8 (delapan) variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010-2014. Pada awal penelitian perusahaan yang diperoleh adalah 38 perusahaan. Karena penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling. Maka atas dasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, diperoleh jumlah sampel dari penelitian selama periode 2010 sampai 2014 adalah sebanyak 13 perusahaan. Dengan menggunakan metode penggabungan data (pooling) maka diperoleh data penelitian sebanyak 13 x 5 = 65 data observasi.
131
Dengan menggunakan program Eviews versi 8.0 berikut hasil statistik deskriptif dari data yang telah diolah sesuai kriteria yang telah dipaparkan
sebelumnya
maka
didapatkan
keluaran
untuk
mendiskripsikan data baik untuk rata-rata, median, tingkat maksimum, minimum dan lainnya yang kemudian dijabarkan secara deskripsi satu persatu dari variabel-variabel yang ada pada penelitian ini, baik variabel dependen maupun variabel independen, sehingga dapat dilihat bagaimana deskripsi variabel tersebut secara statistik. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut : Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Kebijakan Hutang dan Variabel GROWTH_ ASSET 0.115020 0.115580 0.546940 -0.899590 0.165194 -3.261491 23.64784
GROWTH LIKUIDITAS ROA _SALES 0.162217 3.480351 0.241231 0.118744 2.983525 0.138560 3.481070 11.74282 2.892966 -0.495837 0.513906 0.053386 0.460281 2.160335 0.356812 6.044586 1.560980 6.469585 43.52607 6.274868 48.46006
28.95355 28.51512 32.08466 24.18974 1.752710 0.060243 2.269683
STRUKTUR_ AKTIVA 0.375804 0.283715 2.540598 0.137167 0.307659 5.456897 38.98319
6050.522 0.000000
1.483839 0.476199
3829.315 0.000000
226.2228 298.6911
15.68000 8.148132
1881.981 196.6075
24.42727 6.057856
65
65
65
65
DAR
DPR
FCF
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.334814 0.283280 1.591714 0.094303 0.213100 3.384764 19.83319
0.528542 0.468652 1.722453 0.000881 0.424383 0.926815 3.554895
0.101983 0.077110 1.685210 -0.169850 0.225473 5.532589 39.00855
Jarque-Bera Probability
891.5371 10.13960 3843.272 0.000000 0.006284 0.000000
1269.890 0.000000
4843.884 0.000000
55.44335 0.000000
Sum Sum Sq. Dev.
21.76290 34.35523 6.628870 2.906346 11.52644 3.253623
7.476270 1.746502
10.54411 13.55895
65
65
Observations
65
65
65
SIZE
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata dari masing-masing variabel berada pada angka positif. Dalam melakukan pengambilan keputusan pendanaan guna melakukan kegiatan operasional perusahaan 132
menggunakan
aktivanya,
perusahaan
terlebih
dahulu
harus
mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Untuk mengamati perilaku tersebut penelitian ini mengambil laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2010 sampai 2014, sebagai cermin pembanding kinerja secara menyeluruh perusahaan dalam pendanaan opersionalnya. Dari tabel 4.11 ditunjukkan deskriptif data awal yang mencakup satu variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang (DAR) dan 8 (delapan) variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth
Sales), Likuiditas (CR),
Profitabilitas (ROA),
Ukuran
Perusahaan (Size), Struktur Aktiva. Kebijakan hutang dapat diketahui dengan membandingkan antara total hutang dan total aset. Ini berarti bahwa semakin besar struktur modal suatu perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar total hutang yang dimiliki perusahaan. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata kebijakan hutang perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,334814 dengan kisaran antara 0,094303 dan 1,591714. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang yang paling rendah adalah PT Mandom Indonesia Tbk(TCID) pada tahun 2010 sebesar 0,094303 dan perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang tertinggi dimiliki
133
oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010 sebesar 1,591714. Kebijakan dividen dapat diketahui dengan membandingkan antara dividend per share dan earning per share. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata kebijakan dividen perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,528542 dengan kisaran antara 0,000881 dan 1,722453. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang yang paling rendah adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk(MLBI) pada tahun 2011 sebesar 0,000881 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang tertinggi dimiliki oleh PT
Merck Indonesia
(MERK)pada tahun 2012 sebesar 1,722453. Free Cash Flow dapat diketahui dengan mengurangi arus kas operasi dengan dividen yang kemudian dibagi dengan total aset pada tahun t. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata free cash flow perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,101983dengan kisaran antara -0,169850 dan 0,546940. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata free cash flow yang paling rendah adalah PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) pada tahun 2010 sebesar -0,169850 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata free cash flow tertinggi dimiliki oleh PT. Taisho
134
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) pada tahun 2010 sebesar 1,685210. Pertumbuhan aset dapat diketahui dengan membandingkan antara total aset tahun bersangkutan setelah dikurangi total aset tahun sebelumnya terhadap total aset tahun sebelumnya. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata pertumbuhan aset manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,115020 dengan kisaran antara -0,899590 dan 0,546940. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata pertumbuhan aset yang paling rendah adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010 sebesar -0,899590 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata likuiditas tertinggi dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk(MLBI) pada tahun 2013 sebesar 0,546940. Pertumbuhan penjualan dapat diketahui dengan membandingkan antara penjualan tahun bersangkutan setelah dikurangi penjualan tahun sebelumnyaterhadap penjualan tahun sebelumnya. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,162217 dengan kisaran antara -0,495837 dan 3,48107. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata pertumbuhan penjualan yang paling rendah adalah PT Delta Djakarta Tbk(DLTA) pada
135
tahun 2013 sebesar -0,495837 dan untuk perusahaan yang memiliki ratarata pertumbuhan penjualan tertinggi dimiliki oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk(ICBP) pada tahun 2010 sebesar 3,48107.Untuk hasil yang positif menunjukan bahwa terjadi kenaikan penjualan dari tahun sebelumnya, begitu pula sebaliknya hasil negatif menunjukan bahwa penjualan tahun bersangkutan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Likuiditas dapat diketahui dengan membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata likuiditas perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 3,480351 dengan kisaran antara 0,513906 dan 11,74282. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata likuiditas yang paling rendah adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun 2014 sebesar 0,513906 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata likuiditas tertinggi dimiliki oleh PT Mandom Indonesia Tbk(TCID) pada tahun 2011 sebesar 11,74282. Profitabilitas dapat diketahui dengan membandingkan antara laba setelah pajak dengan total aktiva. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata profitabilitas perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,241231 dengan kisaran
136
antara 0,053386 dan 2,892966. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata profitabiltas perusahaan yang paling rendah adalah PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ) pada tahun 2010 sebesar 0,053386 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata likuiditas tertinggi dimiliki oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010 sebesar 2,892966. Ukuran perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara LogNatural dari total aset. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata ukuran perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 28,95355 dengan kisaran antara 24,18974 dan 32,08466. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata ukuran perusahaan yang paling rendah adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010 sebesar 24,18974 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata ukuran perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) pada tahun 2014 sebesar 32,08466. Struktur aktiva dapat diketahui dengan membandingkan antara total aktiva tetap dengan total aktiva. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata struktur aktiva perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,375804 dengan kisaran antara 0,137167 dan 2,540594. Sedangkan untuk rata-rata
137
tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata struktur aktiva perusahaan yang paling rendah adalah PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) pada tahun 2013 sebesar 0,137167 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata struktur
aktiva
perusahaan
tertinggi
dimiliki
oleh
PT
Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) pada tahun 2010 sebesar 2,540594. 4.
Uji Analisis Model Regresi Data Panel Model regresi data panel (pool) yaitu data yang merupakan gabungan antara data seksi silang (cross section) dengan data runtun waktu (time series). Penggunaan data panel dalam sebuah observasi penelitian memiliki beberapa keuntungan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Agar hasil dari data panel sesuai dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan
untuk
mengestimasi
model
regresi
dengan
menggunakan data panel. Dalam pembahasan teknik estimasi model regresi data panel, ada 3 pendekatan yang bisa digunakan yaitu: memilih antara Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model (Widarjono, 2009:238). a. Pendekatan Common Effect Dalam memperhatikan
pendekatan dimensi
Common
individu
Effect
maupun
waktu
(OLS)tidak sehingga
diestimasikan perilaku data perusahaan sama dalam beberapa kurun waktu (Widarjono, 2009:231).
138
Berikut ini adalah tampilan model Common Effect (OLS) yang didapatkan dari pengolahan software Eviews 8.0. Tabel 4.12 Uji Common Effect (OLS) Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.449757 -0.000217 -0.295026 -0.086502 -0.030339 -0.034693 0.430969 0.025067 0.321013
0.191768 0.028539 0.101836 0.079948 0.018757 0.004597 0.066758 0.006211 0.049120
-2.345316 -0.007604 -2.897059 -1.081979 -1.617455 -7.547508 6.455730 4.036073 6.535267
0.0226 0.9940 0.0054 0.2839 0.1114 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.926691 0.916218 0.061682 0.213062 93.68719 88.48597 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.334814 0.213100 -2.605760 -2.304691 -2.486969 1.230345
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 b. Pendekatan Fixed Effect Pendekatan ini didasarkan pada adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu (Widarjono, 2009:233). Berikut ini adalah tampilan model Fixed Effectyang didapatkan dari pengolahan software Eviews 8.0.
139
Tabel 4.13 Uji Fixed Effect Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.072002 0.011073 -0.098631 -0.031232 -0.034950 -0.017063 0.031833 0.008112 0.630985
0.912380 0.022201 0.075995 0.066520 0.013322 0.004973 0.119494 0.031235 0.118959
-0.078917 0.498766 -1.297858 -0.469510 -2.623463 -3.430919 0.266401 0.259696 5.304218
0.9375 0.6204 0.2011 0.6410 0.0119 0.0013 0.7912 0.7963 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.976746 0.966176 0.039192 0.067584 131.0040 92.40740 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.334814 0.213100 -3.384738 -2.682244 -3.107559 2.038158
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 c. Pendekatan Random Effect Pendekatan ini mengestimasi data panel dengan asumsi koefisien slope konstan dan intersep berbeda antara individu dan antar waktu (Random Effect) (Widarjono, 2009:235). Berikut ini adalah tampilan model Random Effect yang didapatkan dari pengolahan program Eviews 8.0.
140
Tabel 4.14 Uji Random Effect Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.527630 0.019165 -0.158995 -0.091303 -0.030479 -0.023938 0.276604 0.025892 0.401544
0.309744 0.021021 0.071913 0.058543 0.012757 0.004198 0.075505 0.010530 0.070780
-1.703440 0.911696 -2.210914 -1.559593 -2.389150 -5.701820 3.663380 2.458872 5.673125
0.0940 0.3658 0.0311 0.1245 0.0203 0.0000 0.0006 0.0171 0.0000
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.055081 0.039192
Rho 0.6639 0.3361
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.949864 0.942702 0.040783 132.6212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.101524 0.170376 0.093141 1.738838
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.906369 0.272123
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.334814 0.856865
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 5. Uji Perubahan Struktural Model Regresi Data Panel a. Uji Chow Uji Chow digunakan untuk menentukan metode mana yang paling tepat digunakan untuk mengestimasi data panel dalam penelitian ini dengan membandingkan antara model common effect
141
atau fixed effect. Berikut adalah hipotesis, hasil dari uji Chow dan keputusan yang diambil berdasarkan uji Chow dengan pengolahan menggunakan software Eviews 8.0. Hipotesis dalam uji Chow adalah : H0
: Probability > 0,05 : model mengikuti Common Effect Model
H1
: Probability < 0,05 : model mengikuti Fixed Effect Model Menurut Widarjono (2009:238) dasar penolakan terhadap
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan antara Fhitung dengan Ftabel. Perbandingan yang dipakai adalah sebagai berikut : Jika hasil dari Fhitung > Ftabel = H0 ditolak Jika hasil dari Fhitung< Ftabel = H0 diterima Ftabel = {α : df(n -1, nt – n – k)
Dimana : α : Tingkat signifikansi yang dipakai (alfa) n
: Jumlah individual (cross section)
nt
: jumlah cross section x jumlah time series
k
: Jumlah variabel independen Tabel 4.15 Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM2 Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic 7.892654 74.633590
d.f.
Prob.
(12,44) 12
0.0000 0.0000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
142
Seperti yang dapat dilihat pada output diatas tabel 4.15. nilai prob menunjukkan sebesar 0,0000 untuk Cross-section F, yang berarti kurang dari 0,05. Selain itu untuk Fhitung didapatkan sebesar7,892654 dengan Ftabel sebesar 5% : (12,44) = 1,98. Dari
hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak karena dari probabilty lebih kecil dari 0,05 (0,0000 < 0,05) dan Fhitung yang lebih besar dari Ftabel (7,892654> 1,98), sehingga dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan 95 persen model Fixed Effect lebih baik dari pada model Common Effect. b. Uji Hausman Setelah tahapan pengujian signifikansi antara model Fixed Effect dan model Common Effect yang diperoleh model Fixed Effect lebih baik dari pada model Common Effect. Kemudian dilakukan pengujian kembali dengan menggunakan Uji Hausman yang digunakan untuk memilih model yang paling tepat antara Fixed Effect atau Random Effect. Berikut adalah hipotesis, hasil dari uji Hausman dan keputusan
yang
diambil
berdasarkan
uji
Hausman dengan
pengolahan menggunakan software Eviews 8.0. Pengujian Hausman dilakukan dengan hipotesis berikut : H0 : Probability > 0,05 : model mengikuti Random Effect Model H1 : Probability < 0,05 : model mengikuti Fixed Effect Model
143
Menurut Widarjono (2009:240) dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan antara nilai statistik Hausman dan nilai kritisnya. Jika nilai statistik Hausman > nilai kritisnya = H0 ditolak Jika nilai statistik Hausman < niali kritisnya = H0 diterima Tabel 4.16 Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM2 Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
12.638559
8
0.1249
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Seperti yang dapat dilihat pada output diatas tabel 4.16. nilai prob menunjukkan sebesar 0,1249 untuk Cross-section Random, yang berarti lebih besar dari 0,05. Selain itu untuk nilai statistik Hausman didapat sebesar 12,638559. sementara nilai kritis (Chisquare) dengan df sebesar 8 pada α = 5% adalah sebesar 15,50731 yang berarti nilai kritis (Chi-square) lebih besar dari nilai statistik Hausman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak dengan tingkat keyakinan 95 persen yang berarti model model yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model Random Effect. 6. Uji Dasar Asumsi Klasik Hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang paling sesuai adalah model Random Effect dengan data perusahaan 144
2010-2014. Syarat agar dapat menggunakan persamaan regresi tersbut adalah dengan terpenuhinya asumsi klasik untuk mendapatkan estimator yang linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dari suatu persamaan regresi dengan metode kuadrat kecil (Least Square). Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan utnuk menguji apakah nilai residual yang telah terstandarisasi dalam model regresi panel variabelvariabelnya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisistidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ektrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena kesalahan dalam melakukan input data atau memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata (Suliyanto, 2011:69). Dalam penelitian ini, normalitas data diketahui dengan membandingkan statistik Jarque-Bera (JB) dengan x2 tabel. Jika nilai Jarque-Bera (JB) ≤ x2tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75).
145
Menurut Winarno (2011), untuk mengetahui sebuah data berdisitribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melihat probabilitasnya, apabila lebih besar dari 5% (bila menggunakan tingkat signifikansi tersebut), maka data berdistribusi normal. Berikut adalah hipotesis, hasil dari uji normalitas dan keputusan yang diambil berdasarkan uji normalitas dengan pengolahan menggunakan software Eviews 8.0. Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut : H0 : residual dari model berdistribusi normal H1 : residual dari model tidak berdistribusi normal Gambar 4.10 Uji Normalitas 12
Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 65
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5.29e-17 -0.004490 0.170008 -0.124874 0.065207 0.322342 2.954564
Jarque-Bera Probability
1.131219 0.568014
0 -0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Pada hasil grafik histogram Kebijakan Hutang (DAR) diatas menunjukkan nilai Jarque-Bera (JB) sebesar 1,131219 yang jika dibandingkan dengan niai x2 tabel dengan df sebesar 8 pada α = 5% adalah sebesar 15,50731. Karena nilai statistik Jarque-Bera (JB) (1,131219) ≤ nilai x2 tabel (15,50731) dan nilai probabilitas yang 146
lebih besar dari 5% yaitu 0,568014. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini terstandarisasi berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi panel ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
atau
tidak.
Adanya
multikolinearitas
masih
menghasilkan estimatir BLUE, tetapi menyebabkan suatu model mempunyai varian yang besar (Widarjono, 2009:104). Menurut
Widarjono
(2009:106)
ada
aturan
dalam
menentukan ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model, yaitu: Jika koefisien korelasi > 0,8 maka diduga adanya multikolinearitas dalam model Jika koefisien korelasi < 0,8 maka diduga tidak adanya multikolinearitas dalam model. Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas
-0.11825
GROWTH _ASSET -0.31004
GROWTH _SALES -0.27232
LIKUIDIT AS 0.161531
0.259642
-0.3263
1
-0.64573
0.008595
0.089716
0.856981
-0.27888
0.81015
-0.31004
-0.64573
1
0.331225
-0.2633
-0.69509
0.406042
-0.60723
GROWTH_SALES
-0.27232
0.008595
0.331225
1
-0.12712
-0.09766
0.169978
-0.01214
LIKUIDITAS
0.161531
0.089716
-0.2633
-0.12712
1
0.094564
-0.54985
-0.07465
ROA
0.259642
0.856981
-0.69509
-0.09766
0.094564
1
-0.43388
0.794239
SIZE
-0.3263
-0.27888
0.406042
0.169978
-0.54985
-0.43388
1
-0.16525
-0.01379
0.81015
-0.60723
-0.01214
-0.07465
0.794239
-0.16525
1
DPR
FCF
DPR
1
FCF
-0.11825
GROWTH_ASSET
STRUKTUR_AKTIVA
ROA
SIZE
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
147
STRUKTUR _AKTIVA -0.01379
Dari matriks korelasi diatas terlihat bahwa hubungan antara variabel independennya semuanya berada dibawah 0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas. c.
Uji Heteroskedastisitas Dalam mengetahui ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Park deteksi masalah heteroskedastisitas varian yang tidak konstan atau masalah heteroskedastisitas muncul karena residual ini tergantung dari variabel independennya yang ada didalam model. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Park dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : Probability > 0,05 : tidak ada heteroskedastisitas H1 : Probability < 0,05 : ada heteroskedastisitas
148
Tabel 4.18 Uji Park Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:44 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-9.980811 -0.366394 -2.621598 -1.759522 -0.173299 -0.220679 2.683498 0.161633 -1.507445
8.037879 0.739302 2.549089 2.046957 0.457556 0.139804 2.198638 0.269716 1.949873
-1.241722 -0.495595 -1.028445 -0.859580 -0.378748 -1.578484 1.220527 0.599271 -0.773099
0.2195 0.6221 0.3082 0.3937 0.7063 0.1201 0.2274 0.5514 0.4427
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Dari hasil uji park diatas dapat dilihat bahwa semua variabel independen nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar (0,6221), (0,3082), (0,3937), (0,7063), (0,1201), (0,2274), (0,5514) dan (0,4427) maka dapat disimpulkan H0 diterima yang berarti data dalam penelitian ini tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi korelasi antara variabel pengganggu (error) pada periode t dan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Imam Ghozali, 2005).
149
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi model regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Uji DW merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi (Winarno, 2011:5.28). Tabel 4.19 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson (DW) Tolak H0 berarti ada autokorelasi positif
0
Tidak menolak H0 berarti tidak ada autokorelasi
Tidak dapat diputuskan
dL 1,10
dU 1,54
2
Tidak dapat diputuskan
4-dU 2,46
Tolak H0 berarti ada autokorelasi negatif
4-dL 2,90
4
Tabel 4.20 Uji Autokorelasi Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.949864 0.942702 0.040783 132.6212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.101524 0.170376 0.093141 1.738838
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Dari hasil output tabel uji autokorelasi diatas terlihat bahwa nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1,738838 yang berada diantara 1,54 dan 2,46 sehingga dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini tidak mengandung masalah autokorelasi. 7. Uji Hipotesis a.
Uji Signifikansi F (Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara keseluruhan atau simultan terhadap variabel
150
dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung< Ftabel berarti H0 diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu, dalam menentukan pengambilan keputusan apakah H0 diterima atau ditolak bisak dilihat dari besarnya probabilitas yang menunjukkan besarnya α. Dari perhitungan Eviews 8.0 jika probabilitas sangat kecil yaitu 0,0000% maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima Ha (Widarjono, 2009). Tabel 4.21 Uji F (Simultan) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.949864 0.942702 0.040783 132.6212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.101524 0.170376 0.093141 1.738838
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Dari hasil regresi diatas, maka bisa dilihat bahwa variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel Y dengan probabilitas sebesar 0,000000 yang berarti dibawah 0,05. Selain itu, dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% dan degree of freedom (df1) = 7 dan (df2) = 57 maka diperoleh nilai dari Ftabel sebesar 2,18 sementara nilai dari Fhitung sebesar 132,6212 yang berati terdapat pengaruh yang signifikan karena nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel.
151
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel independen (Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan
Penjualan
(Growth
Sales),
Likuiditas
(CR),
Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio). b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independen) secara individu memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (dependen) dengan menganggap variabel bebas lainnya bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan thitung dengan ttabel. Dalam penelitian ini uji t dilakukan dengan menggunakan uji satu arah (one tail test). Dalam uji satu arah terdapat uji fihak kiri dan uji fihak kanan. Uji fihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (H0) menunjukkan lebih besar atau sama dengan (≥) dan hipotesis alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih kecil (<), kata lebih besar atau sama dengan sinonimnya paling sedikit atau paling kecil. Dalam uji fihak kiri ini berlaku ketentuan, bila nilai thitung jauh pada penerimaan H0 lebih besar atau sama dengan (≥) dari ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan uji fihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (H0) menunjukkan lebih kecil atau sama dengan (≤) dan hipotesis
152
alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih besar (>), kata lebih kecil atau sama dengan sinonimnya paling besar. Dalam uji fihak kanan ini berlaku ketentuan, bila nilai thitung lebih kecil atau sama dengan (≤) nilai ttabel, maka H0 diterima dan Haditolak (Sugiyono, 2007:99-103). ttabel
= {α ; df = ( n – k )} = 5% ; df = (65 – 8) = 0,05 ; df = 57 = 1,67203 Tabel 4.22 Uji t (Parsial)
Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.527630 0.019165 -0.158995 -0.091303 -0.030479 -0.023938 0.276604 0.025892 0.401544
0.309744 0.021021 0.071913 0.058543 0.012757 0.004198 0.075505 0.010530 0.070780
-1.703440 0.911696 -2.210914 -1.559593 -2.389150 -5.701820 3.663380 2.458872 5.673125
0.0940 0.3658 0.0311 0.1245 0.0203 0.0000 0.0006 0.0171 0.0000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Dengan melihat nilai estimasi pada ttabel sebesar 1,67203 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
153
1) Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
kebijakan dividen menghasilkan nilai thitung (tstatistik) DPR sebesar 0,911696 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas sebesar0,3658 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian yang tidak signifikan ini diduga disebabkan karena adanya beberapa perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Indonesia yang tidak konsisten membagikan dividen setiap tahunnya sehingga informasi kebijakan dividen belum menjadi informasi bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang.Selain itu dalam konteks masalah agensi, peranan hutang dalam
pengawasan
masalah
agensi
dapat
digantikan
oleh
penggunaan mekanisme pembayaran dividen, namun hubungan
154
tersebut tidak berjalan secara efektif, sehingga kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehChristine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 2) Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel free
cash flow menghasilkan nilai thitung (tstatistik) FCF sebesar -2,210914 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas sebesar0,0311 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
155
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Free Cash Flow berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini disebabkan karena pada saat perusahaan dalam keadaan stabil, perusahaan akan berusaha untuk mengurangi risiko kebangkrutan yang diakibatkan oleh hutang dengan cara mengalokasikan free cash flow untuk membayar hutang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar free cash flow, maka akan mengakibatkan berkurangnya kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imran dan Akram (2015) yang menunjukkan bahwa variabel free cash flow mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Riki Sanjaya (2014) yang menunjukan hasil bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. 3) Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh pertumbuhan asetterhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Pertumbuhan aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Pertumbuhan aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
156
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel pertumbuhan aset menghasilkan nilai t hitung (tstatistik) Growth Asset sebesar -1,559593 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas sebesar0,1245 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhanaset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini dapat timbul karena jika pertumbuhan aset dibiayai oleh hutang maka manajer tidak dapat melakukan investasi yang optimal (underinvestment). Hal ini dikarenakan klaim pertama kali terhadap aliran kas dari proyek tersebut akan jatuh pada para kreditur. Sehingga pertumbuhan aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Perusahaan ada yang tumbuh secara positif dan ada juga yang tumbuh secara negatif dengan menggunakan hutang yang tinggi. Terlihat dari PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,1040 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,6125; PT Delta Djakarta Tbk yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,0585 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,1972; PT Darya Varia Laboratoria Tbk yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,0962 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,2262; dan untuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,1963 tetapi memiliki debt to asset ratio 03386; PT
157
Multi Bintang Indonesia Tbk yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,1921 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,6215; PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,1670 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,4676. Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset yang 3 tertinggi dan 3 terendah tersebut memiliki debt to asset ratio yang relatif tinggi, berarti perusahaan membutuhkan debt to asset ratio yang relatif tinggi meskipun pertumbuhan asetnya dalam keadaan tinggi maupun rendah, sehingga pertumbuhan aset perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Pengaruh yang tidak signifikan juga memberikan arti bahwa perusahaan cenderung jarang mempertimbangkan dalam menggunakan hutang hanya berdasarkan pertumbuhan
aset
semata,
melainkan
lebih
memperhatikan
integrasinya dengan faktor-faktor lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) yang menunjukkan hasil bahwa variabel pertumbuhaan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab et al (2012), Apit Susanti dan Sekar
Mayangsari
(2014)
yang
menunjukan
hasil
bahwa
pertumbuhaan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Serta penelitian Khalid Alkhatib (2012), Tanveer Ashraf dan
158
Safdar Rasool (2013), Imran dan Akram (2015) yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 4) Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Pertumbuhan
penjualan
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kebijakan hutang. Ha
: Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
pertumbuhan penjualan menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Growth Sales sebesar -2,389150 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas sebesar 0,0203 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini disebabkan karena semakin tinggi penerimaan
suatu
perusahaan,
maka
memiliki
kemampuan
pendanaan internal yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan pecking order theory, dimana perusahaan akan lebih cenderung untuk
159
menggunakan dana internal terlebih dahulu sebelum menggunakan hutang dan saham sebagai pilihan terakhir. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Hussain (2011), Ellili dan Faraouk (2011) yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. 5) Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Likuiditastidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
likuiditasmenghasilkan nilai thitung (tstatistik) Likuiditas sebesar 5,701820 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas thitung sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
160
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa perusahaan yang memiliki current ratio yang tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk melunasi hutang lancarnya. Dengan demikian, semakin likuid suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut mempunyai kemampuan dalam melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga akan cenderung mengurangi total hutangnya. Selain itu itu hal ini juga sesuai dengan landasan teori Pecking Order Theory yang mengatakan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, sehingga perusahaan tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki sumber dana internal yang melimpah, sehingga perusahaan lebih cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan dana eksternal seperti hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehKhalid Alkhatib (2012), danSorana VĂTAVU (2013) yang menunjukkan bahwa variabel likuditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehMahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012), Rabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Imran dan Akram (2015) menunjukkan hasil bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
161
6) Pengaruh Profitabiltas terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh profitabiltas terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Profitabilitastidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
Profitabiltasmenghasilkan nilai thitung (tstatistik) ROA sebesar 3,663380 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas sebesar0,0006 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti mampu dalam mengelola aset dengan baik, sehingga akan memudahkan perusahaan dalam melakukan pembayaran hutang apabila perusahaan tersebut melakukan pembayaran pinjaman dalam jumlah yang besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehRabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Elly Astuti (2014) yang menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
162
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012), Sorana VĂTAVU (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Riki Sanjaya (2014), Imran dan Akram (2015) menunjukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Serta penelitian Khalid Alkhatib (2012), Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. 7) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan hutang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Size sebesar 2,458872 yang berarti lebih besar dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas thitung sebesar0,0171 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
163
Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh searah terhadap kebijakan hutang, karena setiap adanya peningkatan ukuran perusahaan maka kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan dalam membuat hutang dengan pihak lain lebih banyak mempertimbangkan nilai total aset. Hal ini sesuai dengan pendekatan Agency Theory yang menyatakan bahwa penggunaan hutang yang dijamin akan mengurangi biaya keagenan sehubungan dengan penggunaan hutang. Ukuran perusahaan dapat dijadikan proksi biaya keagenan hutang dalam bentuk biaya pengwasan yang mungkin meningkat dari konflik antara manajer dan investo. Biaya pengawasan untuk perusahaan kecil lebih besar daripada perusahaan besar. Sehingga untuk perusahaan besar cenderung lebih banyak untuk menggunakan daripada perusahaan kecil.Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan pendekatan Trade Off Theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung memiliki risiko kebangkrutan yang kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini membuat perusahaan besar akan memiliki fleksibilitas dan kemudahan dalam mendapatkan pinjaman dan hutang. Sehingga semakin besar suatu perusahaan, maka akan semakin besar dana yang akan dibutuhkan dalam menjalankan
164
kegiatan operasional perusahaan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), Mahvish Sabir dan Qaisar Malik (2012), Elly Astuti (2014) yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khalid Alkhatib (2013), M. Syafiudin Hidayat (2013), danRiki Sanjaya (2014) yang menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.Serta penelitian Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) yang menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 8) Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang Hipotesis yang menduga adanya pengaruh struktur aktiva terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut: H0
: Struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ha
: Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
struktur aktiva menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Struktur Aktiva
165
sebesar 5,673125yang berarti lebih besar dari ttabel 1,67203dan nilai probabilitas thitung sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh positif signfikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini disebabkan karena aktiva tetap dapat dijadikan jaminan oleh manajer kepada kreditur sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah. Semakin tinggi jumlah fixed asset dalam total asset perusahaan maka akan mempermudah perusahaan dalam memperoleh hutang karena dengan tingginya fixed asset yang dimiliki suatu perusahaan, investor akan memberikan pinjaman apabila perusahaan mempunyai jaminan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), M. Syafiudin Hidayat (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. c.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Koefisien
determinasi
(R²/adjusted
R²)
pada
intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan varian variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² / Adjusted R² kecil berarti kemampuan
166
variabel-variabel independen dalam menjelaskan varian variabel dependen amat terbatas (Imam Ghozali, 2011:97). Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2< 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.23 Uji Adjusted R2 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.949864 0.942702 0.040783 132.6212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.101524 0.170376 0.093141 1.738838
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Nilai Adjusted R-Square dari model diatas didapat sebesar 0,942702 independen
yang
menunjukkan
(Kebijakan
Dividen
bahwa (DPR),
kemampuan Free
Cash
variabel Flow,
Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva) dalam menjelaskan variabel dependen kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio) adalah sebesar 94,2702%, sedangkan sisanya sebesar 5,7298% variabel kebijakan hutang (DAR) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada model.
167
8. Analisis Regresi Panel Dalam penelitian ini menguji pengaruh variabel independen (terikat) yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap variabel dependen (bebas) Kebijakan Hutang (DAR) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama periode tahun 2010-2014. Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman, maka pemilihan model estimasi yang paling tepat untuk digunakan adalah dengan menggunakan model Random Effect.
168
Tabel 4.24 Uji terpilih (Random Effect Model) Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.527630 0.019165 -0.158995 -0.091303 -0.030479 -0.023938 0.276604 0.025892 0.401544
0.309744 0.021021 0.071913 0.058543 0.012757 0.004198 0.075505 0.010530 0.070780
-1.703440 0.911696 -2.210914 -1.559593 -2.389150 -5.701820 3.663380 2.458872 5.673125
0.0940 0.3658 0.0311 0.1245 0.0203 0.0000 0.0006 0.0171 0.0000
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.055081 0.039192
Rho 0.6639 0.3361
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.949864 0.942702 0.040783 132.6212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.101524 0.170376 0.093141 1.738838
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.906369 0.272123
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.334814 0.856865
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0 Dari hasil analisis regresi data panel dengan menggunakan model Random Effect maka diperoleh persamaan model regresi sebagai berikut : DARit = β0 + β2FCF + β4GrowthSales + β5Likuiditas + β6ROA + β7SIZE+ β8StrukturAktiva + e
169
DARit = -0,527630 – 0,158995(FCF) – 0,030479(GrowthSales) – 0,023938(Likuiditas) + 0,276604(ROA) + 0,025892(SIZE) + 0,401544(StrukturAktiva) + e Berdasarkan
persamaan
regresi
diatas,
maka
dapat
diinterpretasikan sebagai berikut : a.
Berdasarkan persamaan diatas diperoleh besarnya konstanta kebijakan hutang sebesar -0,527630. Hal ini mengindikasikan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari Free Cash Flow, Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva bernilai 0 maka akan menurunkan nilai variabel dependen kebijakan hutang (DAR) sebesar -0,527630 atau -52,7630 %.
b.
Besarnya koefisien regresi X2 atau Free Cash Flow sebesar 0,158995 mengartikan bahwa jika variabel X2 atau Free Cash Flow mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar -0,158995.
c.
Besarnya koefisien regresi X4 atau Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) sebesar -0,030479 mengartikan bahwa jika variabel X4 atau Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar -0,030479.
170
d.
Besarnya koefisien regresi X5 atau Likuiditas sebesar -0,023938 mengartikan bahwa jika variabel X5 atau Likuiditas mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar -0,023938.
e.
Besarnya koefisien regresi X6 atau Profitabilitas (ROA) sebesar 0,276604 mengartikan bahwa jika variabel X6 atau Profitabilitas (ROA) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar 0,276604.
f.
Besarnya koefisien regresi X7 atau Ukuran Perusahaan (Size) sebesar 0,025892 mengartikan bahwa jika variabel X7 atau Ukuran Perusahaan (Size) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar 0,025892.
g.
Besarnya koefisien regresi X8 atau Struktur Aktiva sebesar 0,401544 mengartikan bahwa jika variabel X8 atau Struktur Aktiva mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar 0,401544.
171
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia antara 2010 sampai dengan tahun 2014 melalui uji regresi data panel. Dari hasil uji statistik yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1.
Hasil pengujian secara simultan melalui uji-F dengan tingkat signifikan α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa secara keseluruhan atau simultan variabel independen (X) yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) yaitu kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio).
2.
Hasil pengujian secara parsial melalui uji-t dengan tingkat signifikansi α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa variabel Free Cash Flow berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar -2,210914 dan nilai probabilitas sebesar 0,0311 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel Pertumbuhan
172
Penjualan (Growth Sales) berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar -2,389150 dan nilai probabilitas sebesar 0,0203 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel Likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar -5,701820 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar 3,663380 dan nilai probabilitas sebesar 0,0006 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar 2,458872 dan nilai probabilitas sebesar 0,0171 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar 5,673125 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio). Sedangkan variabel Kebijakan Dividen (DPR) dan Pertumbuhan Aset (Growth Asset) tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio). B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut:
173
1.
Bagi Investor Para investor diharapkan dapat lebih mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seperti Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva. Sehingga dengan menganalisis faktor-faktor tersebut investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena tentunya setiap investor menginginkan prospek yang lebih baik bagi perusahaannya dimasa yang akan datang serta mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Bagi Perusahaan Perusahaan diharapkan bisa melakukan pertimbangan terhadap keputusan pendanaan yang akan diambil guna mengurangi masalah keagenan, apakah akan menggunakan dana internal ataukah menggunakan dana eksternal karena keputusan pendanaan yang akan diambil akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan lain dan berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.
3.
Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam serta sebagai dasar acuan untuk kajian penelitian selanjutnya mengenai kebijakan hutang. Serta
174
diharapkan dapat menambah perbendaharaan atas pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi dibidang manajemen keuangan. C. Saran Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini maka penulis memberikan beberapa saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya agar hasil penelitian selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih baik lagi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. 1.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan 8 variabel independen yang terdiri dari Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva dan 1 variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang (Debt To Asset Ratio). Diharapkan penelitian selanjutnya mampu menambahkan atau memasukkan variabelvariabel lain dalam
model penelitiannya sehingga mampu
memberikan gambaran perubahan variasi lain dari Kebijakan Hutang (Debt To Asset Ratio). 2.
Objek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Observasi penelitian dilakukan selama 5 periode berturut-turut yaitu pada tahun 2010-2014. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada objek lain diluar objek penelitian
175
yang sudah digunakan oleh penulis, sehingga dapat memberikan implikasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu juga diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperluas periode penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan, sehingga hasil penelitian dapat memberikan kesimpulan yang lebih akurat mengingat periode yang digunakan lebih panjang dari penelitian yang digunakan oleh penulis. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode analisis regresi data panel Random Effect dengan bantuan software Eviews 8.0 sebagai alat bantu analisis penelitian. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode serta alat bantu analisis yang lain sehingga memberikan hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan penulis.
4.
Uji statistik yang digunakan adalah uji-F dan uji-t satu arah. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan uji statistik yang berbeda sehingga implementasi yang diberikan dapat menghasilkan gambaran bervariasi.
176
DAFTAR PUSTAKA Afza, Talat dan Hussain A. 2011. “Determinants of Capital Structure across selected Manufacturing sectors of Pakistan”. International Journal of Humanities and Social Sciences, Vol. 1, Issue 12. Andina, Zulfia. 2013. “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan
Hutang”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Ashraf, Tanveer dan Safdar Rasool. 2013. “Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory”. Journal of Business Studies Quartely, 2012, Volume 4, Number 3, ISSN 2152-1034. Astuti, Elly. 2014. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang”Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 15, No. 02. Baltagi, H Badi. 2005. “Econometric Analysis of Panel Data”. Third Edition. (ebook). Brealey, Myers, & Marcus. 2008. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid 2”. Jakarta: Penerbit Erlangga. Brigham & Houston. 2006. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan” alih bahasa Ali Akbar Yulianto. Buku satu. Edisi sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. . 2001. “Manajemen Keuangan”. Edisi kedelapan, Buku II. Jakarta: Erlangga.
177
Brigham & Houston. 2009. “Fundamentals of Financial Management”, Jakarta: Salemba Empat. . 2011. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Buku 2. Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. . 2012. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Buku 1. Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Damayanti, Dinar dan Titin Hartini, S.E, M.Si. 2014. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Sektor Consumer Goods di BEI Periode 2008-2012” Dwi Karya Susilawati, Christine dan Lidya Agustina. 2012. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2 Mei 2012, hlm. 178-187. Fahmi, Irham. 2011. “Analisis Laporan Keuangan”. Bandung: Alfabeta. Fahmi, Irham. 2013. “Manajemen Keuangan Teori & Soal Jawab”. Bandung: Alfabeta. Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang : Universitas Diponegoro. . 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. Edisi V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. 2009. “Analisis Kelayakan Investasi Bisnis : Kajian Dari Aspek Keuangan”. Yogyakarta:Graha Ilmu.
178
Harmono. 2014. “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan Teori, Konsep dan Riset Bisnis”. Edisi 1, Cetakan 3. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayat, M.Syafiudin. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen,
Struktur
Aktiva,
Pertumbuhan
Penjualan,
danUkuran
Perusahaan terhadap KebijakanUtang”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 1. Hossain, Md. Imran dan Md. Akram Hossain. 2015. “Determinants of Capital Structur and Testing of Theories: A Study in the Listed Manufacturing Companies in Bangladesh”. International Journal of Economics and Finance, Vol. 7, No. 4, 2015. Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2004. “Dasar-Dasar Manejemen Keuangan”. Edisi keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hlm. 189-207. Karinaputri, Nanda. 2012. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang”. Skripsi Universitas Diponegoro. Kasmir dan Jakfar. 2007. “Studi Kelayakan Bisnis”. Jakarta: Prenada Media Grup. Kasmir. 2009. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: Raja Grifindo Persada.
179
Kasmir. 2010. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta: Prenada Media Grup. Keown, Arthur J, dkk. 2000. “Dasar – DasarManajemen Keuangan”. Edisi ketujuh. Jakarta: Salemba Empat. Mardiyanto, Handono. 2009. “Intisari Manajemen Keuangan”. Jakarta: PT. Grasindo. Mardiyanto, Handono. 2009. “Intisari Manajemen Keuangan”. Jakarta: PT. Grasindo. Margaretha, Farah. 2014. “Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company”. Review of Integrative Business & Economics Research Vol. 3(2). Masdupi, Erni. 2005. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 20, No. 1, pp 57-69. Moeljadi. 2006. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Jilid 1. Malang: Bayu Media Publishing. Naini, Dwi Ismiwatis dan Wahidawati. 2014. “Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 3, No. 4. Narita, Rona Mersi. 2012. “Analisis Kebijakan Hutang”. Accounting Analysis Journal. Ozkan, Aydin. January/ March. 2001. “Determinants of Capital Structure and Adjusment to Long Run Target Evidence From UK Company Panel Data”. Journal of Business Finance & Accounting 28 (1) & (2). 180
Prawironegoro, Darsono. 2009. “Manajemen Keuangan Kajian Organisasi Bisnis dalam Mencipta Laba dan Nilai Tambah Ekonomi untuk Meningkatkna Nilai Perusahaan”. Jakarta: Nusantara Consulting. Riyanto, Bambang. 2001. “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi 4, Cet. Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sabir, Mahvish dan Qaisar Ali Malik. 2012. “Determinants of Capital Structure – A Study of Oil and Gas Sector of Pakista”. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business, Vol. 3, No. 10. Salvatore, Dominick.2005. “Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global”. Jakarta: Salemba Empat. Sanjaya, Riki. 2014. “Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1, Juni 2014, Hlm. 46-60. Sari, Komang Ayu Novita dan Luh Komang Sudjarni. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan
dan
Profitabilitas
Terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 10. Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan”. Edisi 4, BPFE : Yogyakarta, 1996. Sartono, Agus. 2010. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Sjahrial, Dermawan. 2008. “Pengantar Manajemen Keuangan Edisi 2”. Jakarta: Mitra Wacana Media.
181
Sugiyono. 2007. “Statistik untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta. Sukmaja.2009. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Masalah Keagenan”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suliyanto. 2011. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Sumarso, Sonny. 2004. “Metode Riset SDM”. Jember: Graha Ilmu. Susanti, Apit dan Sekar Mayangsari. 2014. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. e-Journal Magister Akuntansi Trisakti, Volume. 1 Nomor. 1 Februari 2014, Hal. 29-50. Susanti. 2013. “Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 3. Tampubolon, Manahan P. 2013. “Manajemen Keuangan (Finance Management)”. Edisi 1. Jakarta: Mitra Wacana Media. Van Horne, James C. Dan John M. Wachowicz, JR. 2007. “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat. VĂTAVU, Sorana. 2013. “Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence From Manufacturing Companies Listed on The Bucharest Stock Exchange”. Timisoara Journal of Economics and Business, Vol. 6, Pages 99-126 Wahab, Rabiah Abdul, Mohd Sabri, Mohd Amin dan Khairuddin Yusop. 2012. “Determinants of Capital Structure od Malaysian Property Developers”.
182
Middle-East of Scientific Research 11 (8): 1013-1021, 2012 ISSN 19909233. Widarjono, Agus. 2009. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Edisi ketiga. Yogyakarta: Ekonosia. Widarjono, Agus. 2010. “Analisis Multivariat Terapan”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Keuangan dengan Eviews”. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Winarno, Wing Wahyu. 2009. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Winarno, Wing Wahyu. 2011. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Keuangan”. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yeniatie, dan Nicken Destriana. 2010. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, April 2010, Hlm 1-16. www.idx.co.id http://www.kemenperin.go.id/artikel/7014/Manufaktur-Ditopang-Sektor-BarangKonsumsi (diakses pada tanggal 28 Februari 2016).
183
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan No Nama Perusahaan 1 Delta Djakarta Tbk 2 Darya-Varia Laboratoria Tbk 3 Gudang Garam Tbk 4 Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 Indofood Sukses Makmur Tbk 7 Kalbe Farma Tbk 8 Merck Indonesia Tbk 9 Multi Bintang Indonesia Tbk 10 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 11 PT Mandom Indonesia Tbk 12 Tempo Scan Pasific Tbk 13 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Sumber: www.idx.co.id (data diolah 2016)
Kode DLTA DVLA GGRM HMSP ICBP INDF KLBF MERK MLBI SQBI TCID TSPC ULTJ
184
Lampiran 2: Data Rasio Keuangan Perusahaan
FIRM
DLTA
DVLA
GGRM
HMSP
TAHUN
DAR
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
0.1626130 0.1770140 0.1973621 0.2196930 0.2291189 0.2499771 0.2113104 0.2169413 0.2313771 0.2214897 0.3064700 0.3719176 0.3590425 0.4206002 0.4292618 0.5022952 0.4670047 0.4929648 0.4834795 0.5243899
DPR
FCF
Growth Assets
1.089737 (0.169850) (0.06817) 1.184834 0.007804 (0.01752) 0.902498 0.081323 0.07059 0.725519 0.180895 0.16333 0.513279 0.019573 0.14406 0.227273 0.123420 0.08996 0.277778 0.042717 0.08059 0.236842 0.078094 0.16442 0.419643 0.045621 0.10735 0.301370 0.064547 0.03882 0.301624 0.052760 0.12892 0.352910 (0.046503) 0.27152 0.493722 0.047506 0.06193 0.363110 0.017747 0.22310 0.294860 0.001287 0.14675 1.040956 0.018314 0.15853 0.001495 0.573014 (0.05824) 0.683120 (0.103101) 0.35788 0.869612 0.050918 0.04408 1.046061 0.015944 0.03562
Growth Sales
Likuiditas
ROA
SIZE
Struktus Aktiva
(0.046937) 0.156511 0.233591 (0.495837) 0.014055 0.068359 (0.010860) 0.208694 0.013155 0.001940 0.143114 0.111227 0.146698 0.154246 0.175856 0.113144 0.218411 0.260505 0.126063 0.075507
6.330808 6.009037 5.264640 4.762271 4.473236 3.716746 4.893322 4.310207 4.241750 5.181298 2.700834 2.244794 2.170217 1.722079 1.620165 1.612501 1.774706 1.775790 1.752573 1.527733
0.196966 0.217929 0.286353 0.311978 0.290412 0.129820 0.131010 0.138560 0.105706 0.065464 0.134875 0.126842 0.098019 0.086348 0.092670 0.312857 0.416511 0.373575 0.394385 0.352881
27.286534 27.268855 27.337062 27.488352 27.622936 27.473326 27.550836 27.703055 27.805020 27.843102 31.056640 31.296855 31.356939 31.558332 31.695260 30.652671 30.592667 30.898593 30.941732 30.976728
0.201289 0.170250 0.152922 0.137167 0.138889 0.238809 0.244890 0.231089 0.231981 0.251530 0.254813 0.222749 0.278379 0.318411 0.338162 0.231744 0.231679 0.195036 0.224662 0.267898
185
FIRM
ICBP
INDF
KLBF
MERK
MLBI
TAHUN
DAR
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012
0.2993068 0.2964676 0.3248199 0.3762431 0.3962337 0.4743028 0.4101022 0.4244731 0.5086214 0.5202594 0.1792196 0.2125334 0.2172779 0.2487926 0.2098632 0.1650346 0.1543611 0.2681433 0.2650530 0.2273357 0.5854582 0.5656436 0.7136812
Growth Assets 0.071967 0.157436 0.30687 0.020269 0.140208 0.13932 0.014736 0.169515 0.16624 0.014332 0.092233 0.19793 0.007876 0.154166 0.17128 0.276786 0.128889 0.17069 0.492486 0.064485 0.13347 0.656839 0.088791 0.10709 0.246918 0.082479 0.31637 0.169119 0.101432 0.10730 0.168449 0.144974 0.08485 1.715306 0.110705 0.17662 0.487552 0.048875 0.13818 0.468652 0.002339 0.20143 0.392499 0.121255 0.09810 0.923718 0.114675 0.00184 0.431767 0.170810 0.34414 1.722453 (0.082067) (0.02560) 0.452337 0.077111 0.22393 0.770148 0.129882 0.02820 0.703143 0.007585 0.14456 0.000881 0.184152 0.07364 1.436688 (0.096898) (0.05633) DPR
FCF
Growth Sales 3.481070 0.078342 0.113989 0.163148 0.196368 0.026901 0.180424 0.104278 0.153269 0.101546 0.125388 0.066988 0.249687 0.173486 0.085389 0.058937 0.154387 0.012351 (0.133492) 0.071315 0.107594 0.038313 (0.156969)
Likuiditas
ROA
SIZE
2.598043 2.871071 2.762530 2.410628 2.183202 2.036490 1.909528 2.169023 1.667299 1.807438 4.393648 3.675898 3.405397 2.839259 3.403637 6.227524 7.515232 3.871243 3.979465 4.585873 0.944963 0.994190 0.580499
0.127536 0.135589 0.128833 0.107518 0.101257 0.062460 0.094641 0.082121 0.062705 0.056000 0.182912 0.186079 0.188155 0.177131 0.171365 0.273236 0.395556 0.189326 0.251734 0.253241 0.389520 0.415610 0.393564
30.223385 30.353819 30.507603 30.688200 30.846299 31.487023 31.612308 31.714039 31.988919 32.084658 29.581563 29.744206 29.873639 30.057156 30.150734 26.798080 27.093832 27.067903 27.269974 27.297783 27.759486 27.830538 27.772562
Struktus Aktiva 0.474765 0.436353 0.443014 0.467651 0.453898 0.575302 0.542758 0.558309 0.584283 0.522966 0.283715 0.275625 0.316019 0.337404 0.346416 0.246872 0.158564 0.185357 0.155979 0.169217 0.474760 0.462621 0.598566
186
FIRM MLBI
SQBB
TCID
TSPC
ULTJ
TAHUN
DAR
2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
0.4458749 0.7517775 1.5917142 0.1638008 0.1807540 0.1760157 0.1969593 0.0943033 0.0976706 0.1305920 0.1930225 0.3074250 0.2632226 0.2833724 0.2762428 0.2856912 0.2611232 0.3515767 0.3799766 0.3074506 0.2832795 0.2235060
Growth Assets 0.004317 0.379049 0.54694 1.535736 (0.137554) 0.25189 1.031461 1.685206 (0.89959) 0.773953 0.087339 0.13041 0.901647 0.065425 0.09782 0.933685 0.060415 0.06054 0.944522 0.039379 0.09061 0.488988 0.088719 0.05290 0.488121 0.004273 0.07985 0.493673 0.139672 0.11558 0.464494 0.122453 0.16200 0.426451 0.026554 0.26419 0.596330 0.079560 0.10006 0.379632 0.087651 0.18408 0.543795 0.063121 0.09002 0.532128 0.020532 0.16727 0.581651 0.031346 0.03417 0.034472 0.129671 0.15807 0.011701 0.147431 0.08667 0.039723 0.197293 0.11019 0.003033 0.069355 0.16145 0.174549 0.026950 0.03751 DPR
FCF
Growth Sales 1.273150 (0.161002) (0.272682) 0.119781 0.133758 0.100380 0.166649 0.056321 0.127976 0.118744 0.095479 0.138224 0.141468 0.125904 0.147067 0.033794 0.095877 0.165115 0.118045 0.336507 0.231464 0.131944
Likuiditas
ROA
SIZE
0.977455 0.513906 5.688558 5.685786 4.854632 4.967925 4.372921 10.684490 11.742817 7.726538 3.573201 1.798190 3.368467 2.983525 3.093311 2.961942 3.002186 2.000683 1.476608 2.018187 2.470062 3.344627
0.669091 0.353222 2.892966 0.331879 0.340553 0.354998 0.358783 0.125516 0.124060 0.119536 0.109529 0.094380 0.136196 0.137708 0.138910 0.124658 0.107796 0.053386 0.058807 0.145998 0.115637 0.097138
28.208840 28.433494 24.189736 26.614237 26.707566 26.766345 26.853084 27.677178 27.754004 27.863380 28.013526 28.247954 28.909061 29.078028 29.164222 29.318893 29.352489 28.327461 28.410583 28.515116 28.664782 28.701605
Struktus Aktiva 0.603707 0.634032 2.540598 0.231926 0.225958 0.218770 0.203028 0.416762 0.405869 0.390748 0.504414 0.528383 0.263966 0.265481 0.267475 0.261992 0.335798 0.523849 0.585710 0.505771 0.443200 0.437074
187
Lampiran 3: Hasil Output Uji Regresi Data Panel Uji Common Effect Model (OLS) Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.449757 -0.000217 -0.295026 -0.086502 -0.030339 -0.034693 0.430969 0.025067 0.321013
0.191768 0.028539 0.101836 0.079948 0.018757 0.004597 0.066758 0.006211 0.049120
-2.345316 -0.007604 -2.897059 -1.081979 -1.617455 -7.547508 6.455730 4.036073 6.535267
0.0226 0.9940 0.0054 0.2839 0.1114 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.926691 0.916218 0.061682 0.213062 93.68719 88.48597 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.334814 0.213100 -2.605760 -2.304691 -2.486969 1.230345
188
Uji Fixed Effect Model Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.072002 0.011073 -0.098631 -0.031232 -0.034950 -0.017063 0.031833 0.008112 0.630985
0.912380 0.022201 0.075995 0.066520 0.013322 0.004973 0.119494 0.031235 0.118959
-0.078917 0.498766 -1.297858 -0.469510 -2.623463 -3.430919 0.266401 0.259696 5.304218
0.9375 0.6204 0.2011 0.6410 0.0119 0.0013 0.7912 0.7963 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.976746 0.966176 0.039192 0.067584 131.0040 92.40740 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.334814 0.213100 -3.384738 -2.682244 -3.107559 2.038158
189
Uji Random Effect Model Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.527630 0.019165 -0.158995 -0.091303 -0.030479 -0.023938 0.276604 0.025892 0.401544
0.309744 0.021021 0.071913 0.058543 0.012757 0.004198 0.075505 0.010530 0.070780
-1.703440 0.911696 -2.210914 -1.559593 -2.389150 -5.701820 3.663380 2.458872 5.673125
0.0940 0.3658 0.0311 0.1245 0.0203 0.0000 0.0006 0.0171 0.0000
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.055081 0.039192
Rho 0.6639 0.3361
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.949864 0.942702 0.040783 132.6212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.101524 0.170376 0.093141 1.738838
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.906369 0.272123
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.334814 0.856865
190
Lampiran 4: Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM2 Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
7.892654 74.633590
(12,44) 12
0.0000 0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 05/25/16 Time: 19:17 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.449757 -0.000217 -0.295026 -0.086502 -0.030339 -0.034693 0.430969 0.025067 0.321013
0.191768 0.028539 0.101836 0.079948 0.018757 0.004597 0.066758 0.006211 0.049120
-2.345316 -0.007604 -2.897059 -1.081979 -1.617455 -7.547508 6.455730 4.036073 6.535267
0.0226 0.9940 0.0054 0.2839 0.1114 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.926691 0.916218 0.061682 0.213062 93.68719 88.48597 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.334814 0.213100 -2.605760 -2.304691 -2.486969 1.230345
191
Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM2 Test cross-section random effects Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
12.638559
8
0.1249
Random
Var(Diff.)
Prob.
0.019165 -0.158995 -0.091303 -0.030479 -0.023938 0.276604 0.025892 0.401544
0.000051 0.000604 0.000998 0.000015 0.000007 0.008578 0.000865 0.009141
0.2572 0.0140 0.0572 0.2440 0.0099 0.0082 0.5454 0.0164
Test Summary Cross-section random
Cross-section random effects test comparisons: Variable DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
Fixed 0.011073 -0.098631 -0.031232 -0.034950 -0.017063 0.031833 0.008112 0.630985
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 05/25/16 Time: 19:18 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-0.072002 0.011073 -0.098631 -0.031232 -0.034950 -0.017063 0.031833 0.008112 0.630985
0.912380 0.022201 0.075995 0.066520 0.013322 0.004973 0.119494 0.031235 0.118959
-0.078917 0.498766 -1.297858 -0.469510 -2.623463 -3.430919 0.266401 0.259696 5.304218
0.9375 0.6204 0.2011 0.6410 0.0119 0.0013 0.7912 0.7963 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.976746 0.966176 0.039192 0.067584 131.0040 92.40740 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.334814 0.213100 -3.384738 -2.682244 -3.107559 2.038158
192
Lampiran 5: Hasil Output Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas (Uji Jarque Bera) 12
Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 65
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5.29e-17 -0.004490 0.170008 -0.124874 0.065207 0.322342 2.954564
Jarque-Bera Probability
1.131219 0.568014
0 -0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
Multikolinearitas
-0.11825
GROWTH _ASSET -0.31004
GROWTH _SALES -0.27232
LIKUIDIT AS 0.161531
0.259642
-0.3263
STRUKTUR _AKTIVA -0.01379
1
-0.64573
0.008595
0.089716
0.856981
-0.27888
0.81015 -0.60723
DPR
FCF
DPR
1
FCF
-0.11825
ROA
SIZE
GROWTH_ASSET
-0.31004
-0.64573
1
0.331225
-0.2633
-0.69509
0.406042
GROWTH_SALES
-0.27232
0.008595
0.331225
1
-0.12712
-0.09766
0.169978
-0.01214
LIKUIDITAS
0.161531
0.089716
-0.2633
-0.12712
1
0.094564
-0.54985
-0.07465
ROA
0.259642
0.856981
-0.69509
-0.09766
0.094564
1
-0.43388
0.794239
SIZE
-0.3263
-0.27888
0.406042
0.169978
-0.54985
-0.43388
1
-0.16525
STRUKTUR_AKTIVA
-0.01379
0.81015
-0.60723
-0.01214
-0.07465
0.794239
-0.16525
1
193
Heteroskedastisitas (Uji Park) Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:44 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPR FCF GROWTH_ASSET GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_AKTIVA
-9.980811 -0.366394 -2.621598 -1.759522 -0.173299 -0.220679 2.683498 0.161633 -1.507445
8.037879 0.739302 2.549089 2.046957 0.457556 0.139804 2.198638 0.269716 1.949873
-1.241722 -0.495595 -1.028445 -0.859580 -0.378748 -1.578484 1.220527 0.599271 -0.773099
0.2195 0.6221 0.3082 0.3937 0.7063 0.1201 0.2274 0.5514 0.4427
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
1.217798 1.424072
Rho 0.4224 0.5776
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.085719 -0.044892 1.461515 0.656291 0.727095
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
-3.095482 1.429775 119.6175 1.737140
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.073488 211.0723
Mean dependent var Durbin-Watson stat
-6.679664 1.122058
Autokorelasi (Uji Durbin Watson) Tolak H0 berarti ada autokorelasi positif
0
Tidak dapat diputuskan
Tidak menolak H0 berarti tidak ada autokorelasi
Tidak dapat diputuskan
Tolak H0 berarti ada autokorelasi negatif
dL
dU
2 4-d U 1,738838
4-dL
1,10
1,54
2,46
2,90
4
194