DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA ”DEWATA NAWA SANGA” Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008
Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.
JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2008
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa maka skrip Tari Adi Merdangga Siwa Nata Raja ”Dewata Nawa Sanga” dapat diselesaikan dengan rencana. Tari ini digarap dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 30 tahun 2008. Didasari bahwa dalam penggarapan tari ini banyak diperoleh bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu melalui kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai, S MA sebagai Rektor ISI Denpasar, atas segala fasilitas dan tugas yang diberikan sehingga garapan ini bisa berjalan dengan lancar. 2. Para pendukung garapan Tari Adi Merdangga atas tanggung jawabnya dengan penuh disiplin didalam mengikuti latihan-latihan sampai kepada pementasan berlangsung dengan lancar. Akhirnya, skrip karya ini dipersembahkan semoga ada manfaatnya.
Denpasar, Juni 2008 Penata
I. PENDAHULUAN
Di tahun 1984, pada saat Pesta Kesenian Bali memasuki tahun keenam, muncul sebuah garapan baru yang disebut dengan tari Adi Merdangga. Tari Adi Merdangga adalah drumband Tradisional Bali yang dipadukan dengan tari. Bentuknya menjadi satu kesatuan antara musik dan tarinya. Drumband Tari Adi Merdangga berakar dari karawitan Bali, terutama dari musik Bleganjur. Bleganjur secara Tradisional berfungsi untuk menyertai atau mengiringi prosesi adat dalam agama Hindu. Kelahiran Adi Merdangga embrionya muncul dari pencetus PKB dan mantan Gubernur Bali Prof Dr. Ida Bagus Mantra (almarhum). Sedangkan yang menterjemahkan ide Pak Mantra adalah I Made Bandem. Prof Mantra saat itu menginginkan suatu bentuk musik Bali kolosal untuk mengiringi prosesi besar dan agung seperti PKB tetapi tetap memiliki ciri khas Bali. Kehadirannya memberi warna baru dalam pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang dilaksanakan setiap tahun dari tahun 1978 sampai sekarang. Dan sejak saat itu, dalam setiap PKB Adi Merdangga selalu menjadi ujung tombak dan menyongsong para pejabat yang bertugas membuka PKB. Setelah itu dengan langkap dan gagah, gembira dan suara yang membahana Adi Merdangga di elu-elukan oleh para penonton yang menyaksikan sepanjang jalan yang dilalui oleh Adi Merdangga. Dari tahun 1984 sampai tahun 2008, Adi Merdangga selalu diiringi oleh tarian Adi Merdangga, yang terdiri dari penari putra dan putri yang jumlahnya berkisar 100 orang penari. Cerita tidak memegang peranan penting dalam setiap penggarapan tarinya, namun yang paling dipentingkan yaitu jalinan gerak, penggunaan property dan tema yang ditetapkan di setiap pelaksanaan PKB setiap tahunnya. Pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XXX tahun 2008, maka Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S, MA, menginginkan Adi Merdangga digarap lebih khusus lagi dan memakai cerita Siwanataraja. Siwanataraja
adalah perwujudan Siwa sebagai Raja tari, melalui tarian kosmisnya, Siwanataraja menciptakan alam semesta beserta isinya. Judul dari garapan ini adalah tari Adi Merdangga, Durasi waktu 5 menit dan melibatkan penari dan penabuh sebanyak 200 orang.
1.1 Latar Belakang Karya tari Adi Merdangga ini disajikan dalam bentuk tari massal dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Cerita Siwanataraja yang dipakai sumber acuan penggarap Tari Adi Merdangga memungkinkan untuk digarap karena mengandung nilai-nilai kehidupan yaitu melalui tarian Dewata Nawa Sanga, Siwanataraja menciptakan alam semesta beserta isinya. 2. Ingin menggarap tari yang lebih bersifat imajinatif dengan menonjolkan tarinya. Hasilnya tentu tergantung kepada sampai dimana gerak-gerak tersebut dapat menimbulkan rangsangan emosi yang sekaligus mampu berkomunikasi kepada penonton. 3. Ingin menggarap property bendera/kober dan kipas yang lebih inovatif untuk mendukung cerita Siwanataraja yang dipergunakan, sehingga kesatuan gerak, penggunaan property dan cerita yang dipergunakan menjadi satu kesatuan yang utuh
1.2 Tujuan Penggarapan Adapun tujuan dari penggarapan tari ini adalah: 1. Dipentaskan dalam pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali ke 30 di depan Gedung Jaya Sabha menuju ke Taman Budaya Denpasar. 2. Tetap menjaga keberlanjutan Pesta Kesenian Bali. 3. Menumbuhkan daya apresiasi masyarakat terhadap perkembangan Tari Adi Merdangga.
II. PROSES GARAPAN
Tari Adi Merdangga terwujud melalui suatu proses penggarapan yang cukup panjang. Ada beberapa tahap penggarapan yang ditempuh di dalam mewujudkan tari ini. Beberapa tahapan yang ditempuh di dalam penggarapan ini yaitu tahap Eksplorasi, Improvisasi dan Forming. - Tahap Eksplorasi Dalam tahap ini dilakukan berbagai aktivitas seperti : mencari materi melalui studi kepustakaan baik lontar-lontar maupun buku-buku yang menyangkut tentang cerita Siwanataraja . Setelah mendapat cerita Siwanataraja yang memungkinkan untuk digarap, kemudian dicoba menyusun naskah lengkap dengan struktur tari dan suasananya. Naskah
Dewata Nawa Sanga yang telah tersusun kemudian
diserahkan kepada penata musik untuk dibuatkan iringannya. Di samping itu pula sudah dipilih para penari yang kira-kira cocok dan mampu untuk mendukung Tari Adi Merdangga. Tahap explorasi ini, penata lakukan selama satu bulan, yaitu bulan Maret tahun 2008. - Tahap Improvisasi Pada tahap ini dilakukan percobaan-percobaan dengan mencari rangsangan gerak yang dapat menimbulkan suatu gerakan yang sesuai dengan ide cerita yang digunakan. Percobaan-percobaan ini tidak terbatas pada gerakgerak dari cerita yang digunakan, namun juga menyesuaikan dengan property yang dibawa yaitu bendera/kober dan kipas, dan sekaligus mencari keserasian dengan musik pengiringnya. Tahap Improvisasi penata lakukan selama satu bulan yaitu bulan April 2008. -
Tahap Formating Setelah motif-motif gerak serta iringannya terpilih maka barulah
gerakan-gerakan itu dirangkai dan kemudian dituangkan kepada para pendukung. Penuangan ini dilakukan bagian demi bagian. Setelah bagian demi
bagian itu dikuasai, barulah dirangkai menjadi satu kesatuan sehingga terwujudlah sebuah Tari Adi Merdangga. Selama proses pembentukan ini berlangsung, penata sering minta saran dan masukan dari penata musik guna mewujudkan keharmonisan antara musik dengan tari. Tahap pembentukan ini dilakukan di Kampus STSI Denpasar. Selama satu bulan, yaitu bulan Mei 2008. .
III. SINOPSIS
Siwa Nata Raja adalah perwujudan Siwa sebagai Raja tarian. Melalui tarian kosmisnya, Siwanataraja
menciptakan alam semesta beserta isinya.
Aktivitas gerak tarian utama Dewata Nawa Sanga dalam menciptakan jagad raya adalah Sristi, Stiti, Samhara, Trembawa dan Anugraha. Para Dewa yang bertanggung jawab mengayomi dan menjaga ke sembilan arah mata angin jagat raya ini adalah Wisnu di Utara, Swayambhu di Timur Laut, Iswara di Timur, Maheswara di Tenggara, Brahma di Selatan, Rudra di Barat Daya, Mahadewa di Barat, Sangkara di Barat Laut dan dibawah pimpinan Siwa yang berada di tengah. Bila dianalogikan dengan dinamika jagat kesenian, tarian kosmis Siwanataraja merupakan pengejawantahan realita dari proses penciptaan, penggalian atau pembangkitan, pemeliharaan, penggerakan dan pengawasan. Mitologi filosofis dan eksisitensi puspa ragam kesenian Bali itulah yang dijadikan titik tolak interprestasi dan implementasi oleh seni dari Tari Adi Merdangga ini. Garapan ini disajikan dalam bentuk masal yang digarap baru yang diharapkan dapat memberikan kontribusi estetik dan sekaligus keutuhan tata artistik dari garapan Tari Adi Merdangga ini.
IV. STRUKTUR GARAPAN
Bagian I -
Melukiskan ketika jagat raya dalam keadaan kosong, hampa dan kering. Dewa Siwa merenung, khusus bersemedi, seluruh pikiranya dipusatkan secara total untuk menciptakan planet-planet
Bagian II - Menggambarkan Dewa Siwa bersemedi mengarahkan seluruh konsentrasi untuk menciptakan kehidupan. Dalam wujud Dewata Nawa Sanga beliau menari dengan mengisi dunia ini Bagian III -
Menggambarkan aktivitas tarian Siwanataraja dalam menciptakan jagad raya, setelah selesai menari kemudian Siwa kembali ke Istananya untuk bersemedi mendoakan agar dunia ini aman dan damai.
V. BUSANA Busana yang dipergunakan dalam garapan ini masih mempergunakan busana tradisional, hanya saja teknik pemakaiannya sudah dikembangkan. Adapun jenis-jenis busana yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Dewa Siwa 1. Gelungan Raja 2. Badong dari Bludru 3. Sabuk prada kuning 4. Penutup dada 5. Gelang Kana dari kulit 6. Ampok-Ampok dari kulit.
7. Kain biru. 8. Kancut merah 9. Celana hitam 10. Gelang kaki. 2. Penari Laki-Laki 1. Udeng merah 2. Badong dari Bludru 3. Gelang kana 4. Penutup dada 5. Ampok-Ampok. 6. Pentup kain. 7. Celana biru 8. Gelang kaki 9. Tombak. 3. Penari Perempuan 1. Hiasan kepala 2. Badong Bludru 3. Gelang Kana 4. Long Torso warna biru 5. Ikat pinggang 6. Kain Prada warna merah 7. Celana (taet) hitam 8. Kipas
VI. POLA LANTAI, GERAK DAN SUASANA
ADEGAN
POLA LANTAI
SUASANA
Siwa melakukan gerak mudra utuk menciptakan dunia beserta isinya.
Tenang dan Khusuk.
Penari masal keluar dengan gerak bebarisan dan pelegongan. Memadukan dengan gerakan tombak dan kipas
Suasana gembira
Penari masal membuat garis lurus dengan gerak yang dinamis dilakukan saling bergantian antara kelompok kiri dan kanan.
Suasana gembira
Penari membuat pola lantai Swastika menggambar kan para Dewa melakukan tugas sebagai penjaga keempat arah mata angin gerak yang dipergunakan lemah, keras dan sedang.
Gembira dan Agung
Penari masal membuat konfigurasi , gerak yang diperguna-kan jongkok dan berdiri secara bergantian sam-bil membuat PKB 28.
Gembira
Para penari masal melingkari Siwa sebagai tanda semua sinar suci yang dia limpahkan kembali ke asal Siwa. Geraknya melingkar dan dikombnasikan dengan gerak kipas dan kober saling bergantian.
Gembira dan Agung