Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR PADA TOPIK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA YANG DIBELAJARKAN DENGAN INKUIRI TERBIMBING KELOMPOK KECIL DAN KELOMPOK BESAR Science Process Skills And Students Achievement At Solubility And Solubility Product XI IPA Class That Learned With Guided Inquiry Small And Large Groups Desi Runti Asmuni*, Dr. H. Sutrisno, M.Si., Suharti, M.Si., Ph. D. Universitas Negeri Malang,
[email protected]. 089682014866. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI IPA pada topik kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing kelompok kecil dan besar. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan post-test only control group design. Penelitian dilaksanakan di SMAN 4 Malang tahun pelajaran 2015/2016 pada semester genap. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh kelas eksperimen 1 dan 2. Kelas eksperimen 1 dibelajarkan dengan pembelajaran inkuri terbimbing kelompok kecil dan kelas eksperimen 2 dibelajarkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing kelompok besar. Kata kunci: inkuiri terbimbing, kelompok kecil dan besar, keterampilan proses sains, hasil belajar, dan topik kelarutan dan hasil kali kelarutan. Abstract This study aims to determine the student‘s achievement of eleventh grade on the topic of solubility and solubility product that learned with guided inquiry small and large groups. This type of research is quasi-experimental with post-test only control group design. The experiment will conduct in SMAN 4 Malang academic year 2015/2016. The research sample is taken using cluster random sampling to choose two class for experiment class. One class for experimental class 1 uses the learning inquiry guided small groups and the other as an experimental class 2 uses a large group of guided inquiry learning. Key words: guided inquiry, small and large groups, science process skills, student‘s achievement, and the topic of solubility and solubility product. PENDAHULUAN Pembelajaran kimia umumnya bersifat teacher centered dimana guru menjadi sumber belajar siswa. Pada proses ini guru mentransfer pengetahuan dan siswa hanya pasif mendengarkan. Model pembelajaran ini mengakibatkan pengetahuan siswa cenderung berupa hafalan konsep yang dapat hilang dengan mudah saat siswa mempelajari konsep yang baru lagi. Selain hafalan yang mudah hilang, keterampilan proses sain siswa juga tidak akan berkembang sehingga siswa tidak memiliki bekal seperti seorang ilmuwan yang dapat menemukan konsep secara mandiri. Siswa akan cenderung memiliki ketergantungan untuk diberi pengetahuan dan tidak terbiasa untuk mencari pengetahuannya sendiri. Dengan ketergantungan tersebut pengetahuan siswa tidak akan berkembang secara signifikan. Proses pembelajaran ini tidak sesuai dengan karakteristik ilmu kimia yang dibangun melalui proses inkuiri. Ilmu kimia dipelajari dengan proses berpikir secara inkuiri untuk mempelajari dan menjelaskan fenomena yang terjadi menjadi konsep kimia. Selaras dengan pemerolehan konsep oleh kimiawan maka proses pemerolehan konsep siswa seharusnya mengikuti 616
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
proses pemerolehan seperti seorang kimiawan juga yaitu melalui proses inkuiri. Proses pemerolehan konsep siswa melalui inkuiri dilakukan dengan pembelajaran kimia berbasis inkuiri. Pembelajaran kimia berbasis inkuiri dilakukan melalui tahapan merumuskan masalah yang akan diselidiki, membuat hipotesis, melakukan eksperimen/studi literatur, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan, dan mengemukakan hasilnya. Tahapan dalam inkuiri ini akan meningkatkan aktivitas dan proses berpikir siswa seperti seorang kimiawan (Bretz, 2008). Proses berinkuiri siswa dalam mempelajari kimia akan mengarahkan siswa menjadi seperti seorang kimiawan yang menemukan konsep kimianya sendiri. Proses menemukan konsep sendiri oleh siswa akan membangun pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang bermakna adalah pengetahuan yang bukan berupa hafalan saja tetapi merupakan pengetahuan yang benar-benar dimengerti dan dipahami siswa secara mendalam karena diperoleh dari suatu proses pencarian secara mandiri. Keterampilan untuk menemukan pengetahuan secara mandiri tidak serta merta dimiliki oleh seorang siswa, sehingga diperlukan latihan untuk melatih keterampilan tersebut. Kegiatan pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman langsung proses pencarian pengetahuan siswa secara mandiri. Dengan inkuiri siswa melakukan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala makroskopis maupun proses-proses yang terjadi secara kimia untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Kegiatan inkuiri akan membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa tidak hanya membaca dan mendengarkan saja tetapi siswa juga berpikir dan melakukan kerja untuk menemukan pengetahuannya. Keterampilan proses sains dalam proses inkuiri membuat siswa belajar proses dan produk ilmu kimia sekaligus. Penguasaan proses yang baik dalam pembelajaran kimia akan menghasilkan produk yang baik pula (Neuman, 1993). Dengan proses pembelajaran inkuiri diharapkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik. Peningkatan keterampilan proses sains siswa akan membantu siswa dalam mempelajari topik selanjutnya yang lebih kompleks lagi. Dengan keterampilan proses sains yang terlatih, siswa akan cenderung mandiri untuk mencari pengetahuan-pengetahuan yang lain sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa akan selalu berkembang dari waktu ke waktu tanpa harus menunggu bantuan orang lain. Secara garis besar inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing, dan terbuka. Menurut Zion dan Mendelovici (2012) pada inkuiri terstruktur siswa menginsvestigasi masalah dari guru dan mengikuti langkah demi langkah dalam melakukan percobaan. Pada inkuiri terbimbing, siswa diberi masalah namun siswa sendiri yang akan menyusun prosedur kerja untuk mencari jawaban masalah tersebut (Colburn, 2000). Pada inkuiri terbuka, Iskandar (2011) menjelaskan bahwa siswa mengajukan pertanyaannya sendiri dan merancang sendiri prosedur percobaan untuk menjawab pertanyaan tersebut, kemudian mengimplementasikan rancangan percobaannya, dan mencatat hasil percobaannya tersebut. Lebih lanjut lagi Zion dan Mendelovici (2012) berpendapat bahwa inkuiri terbuka mencerminkan tipe penelitian dan kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh seorang ilmuwan dan membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Perbedaan pada masing-masing inkuri yang telah disebutkan terletak pada besarnya peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. 617
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Diantara ketiga model pembelajaran inkuiri di atas, model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tepat digunakan dalam proses pembelajaran pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Hal ini dikarenakan siswa SMA/MA masih belum memiliki bekal yang cukup untuk melakukan inkuiri secara mandiri sepenuhnya dalam mengkonstruks pengetahuannya. Pada penelitian ini siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMA kelas XI IPA. Salah satu topik ilmu kimia yang dipelajari siswa SMA kelas XI IPA semester genap adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pada topik ini dipelajari tentang kelarutan senyawa sukar larut, hubungan kelarutan dengan hasil kali kelarutan (Ksp), pengaruh suhu, ion sejenis, dan pH terhadap kelarutan, serta meramalkan pengendapan berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Topik kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat dipelajari secara empirik dengan mengkonkritkan konsep kelarutan dengan melakukan percobaan. Pada percobaan siswa akan dibimbing untuk menemukan konsep kelarutan secara mandiri dengan melarutkan beberapa senyawa yang merupakan senyawa mudah larut, sukar larut dan tidak larut dalam air. Dari pelarutan senyawa sukar larut akan terlihat berapa massa zat yang terlarut dan tidak larut dari senyawa tersebut. Banyaknya jumlah zat sukar larut yang dapat larut dalam volume air tertentu merupakan kelarutan suatu senyawa. Setelah menemukan konsep kelarutan siswa akan dibimbing pada pokok bahasan selanjutnya yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Pada pokok bahasan ini siswa akan memanipulasi suhu, konsentrasi ion senama, dan pH untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kelarutan zat. Karakteristik pemerolehan konsep topik kelarutan dan hasil kali kelarutan melalui kegiatan empirik dan manipulasi variabel cocok dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri. Pembelajaran kimia secara inkuiri terbimbing pada topik ini agar siswa dapat menguasai pokok bahasan tersebut secara bermakna dan bukan sekedar hafalan saja. Penelitian pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pengelompokkan siswa telah dilakukan oleh Bilgin pada tahun 2009. Bilgin meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilakukan secara individu dan berkelompok pada mahasiswa Kemal University dengan topik Asam Basa. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri berkelompok memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan inkuiri yang dilakukan secara individu. Pembelajaran inkuiri terbimbing secara individu pada penelitian tersebut dapat dilakukan karena penelitian dilakukan pada tingkat perguruan tinggi dan pada materi Asam Basa yang pada kegiatan praktikumnya tidak terlalu rumit untuk dilakukan seorang diri. Pada penelitian yang akan dilakukan ini kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing akan diajarkan secara berkelompok karena pada dasarnya siswa pada tingkat SMA belum terbiasa untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui proses inkuiri mandiri. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil dan besar dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari banyaknya jumlah anggota kelompok untuk memperoleh pengetahuan yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian mengenai hakikat ilmu kimia, karakteristik kegiatan pembelajaran secara inkuiri, karakteristik topik kelarutan dan Ksp, serta untuk mengetahui keefektifan pembagian kelompok kecil dan besar pada pembelajaran inkuiri terbimbing itulah peneliti melakukan penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan 618
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
hasil belajar antara siswa kelas XI IPA SMAN 4 Malang yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing kelompok kecil dengan kelompok besar pada topik kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut yaitu meningkatkan keterampilan proses sains siswa untuk memperoleh konsep secara mandiri melalui kegiatan berbasis inkuiri terbimbing sehingga penguasaan konsep dan pemahaman algoritmik yang diperoleh siswa menjadi pengetahuan yang bermakna dan memberikan informasi mengenai efektivitas kelompok kecil dan besar pada metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi experimental research). Penelitian akan dilaksanakan di SMAN 4 Malang pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 4 Malang yang terdiri dari 6 kelas XI IPA. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Sampel penelitian yang terpilih akan menjadi kelas eksperimen 1 yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing kelompok kecil dan kelas eksperimen 2 yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing kelompok besar. Instrumen dalam penelitian ini adalah: 1) instrumen perlakuan yaitu Silabus, Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan 2) instrumen pengukuran berupa tes kognitif topik kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Data dianalisis dengan menggunakan uji independent-sampel t test. HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian Hasil Dan Pembahasan akan menyusul saat penelitian telah selesai dilaksanakan. PENUTUP Uraian Penutup akan menyusul saat penelitian telah selesai dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, M., dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azizah, A. Z. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Kepanjen Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang. Bilgin, I. 2009. The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach on University Students‘ Achievement Of Acid And Bases Concepts And Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, Vol.4 (10): 1038-1046. 619
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Bretz, L. (ED). 2008. Chemistry in the National Science Education Standards. Second Edition. Oxford: Department of Chemistry and Biochemistry Miami University. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: BSNP. Chittlebrough, G. & Treagust, D.F. 2007. The Modelling Ability of Non-Major Chemistry Student and Their Understanding of the Sub Microscopic Level. Chemistry Education Research and Practice, 8(3): 274-292. Colburn, A. 2000. An Inquiry Primer. California: Science Scope Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dimyati & Mudjiono.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Enger, S. K. & Yager, R. B. E. 2009. Assessing Student Understanding in Science: A Standards-Based K-12 Handbook. California: Corwin Press. Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hofstein, A. & Naaman, R. M. 2007. The Laboratory in Science Education: The State of Art. Chemistry Education Research and Practice, 2007, Vol 8 (2): 105-107. Indramayu, A. 2010. Makalah Inkuiri, (Online), (http://www adam.indramayu_blog/blogger.com/, diakses tanggal 28 Desember 2014. Iskandar, S. M. 2011. Pendekatan Pembelajaran Sains Berbasis Konstruktivitis (Ibnu, S., Effendy & Dasna, I W., Eds.). Malang: Bayu Media Publishing. Jespersen, N. & Brady, J. E. 2012. Chemistry: the Molecular Nature of Matter Sixth Edition. New York: John Wiley & Son, Inc. Khalick, A. F., Lederman, N. G., & Bell, R. L. 1998. The Nature of Science and Instructional Practice: Making the Unnatural Natural. Science Education, 82: 417436. Kristanti, A. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batu Pada Materi Koloid. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang. Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K. 2007. Guided Inquiry Learning in The 21st Century. Connecticut USA: Libraries Unlimited. Llewellyn, D. 2005. Teaching High School Science through Inquiry. California: Corwin Press. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Neuman, D. B. 1993. Experiencing Elementary Science. United States: Wadsworth Inc. Orlich, D. C., Harder, J. R., Callahan, J. R., Gibson, H. W. (1998). Teaching Strategies: A Guide to Better Instruction. Boston: Houghton Mifflin Company. Raviolo, A. 2001. Assessing Students Conceptual Understanding of Solubility Equlibrium. Journal of Chemical Education, 78 (5): 629-631. Rosadi, F. 2006. Pengaruh Pembelajaran Ilmu Kimia Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa SMAN 1 Kutorejo Mojokerto Tahun Pelajaran 2005/2006. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. 620
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Soetardjo & Soejitno, P. O. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. Surabaya: Penerbit SIC. Sulistina, O. 2009. Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa kelas X SMA Laboratorium Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research into Practice: Visualization of the Molecular World Using Animations. Chemistry Education Research and Practice, 7(2): 141159. Triton, P. B. 2006. SPSS 13.0 Terapan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary Science Teacher. Ohio: Merrill Publishing Company. Uno, H. B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Utami, W. D. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 8 Malang Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Walker, J. P., Sampson, V., Grooms, J., Anderson, B., & Zimmerman, C.O. 2012. Argumen-Driven Inquiry in Undergraduate Chemistry Labs: The Impact on Students Conceptual Understanding, Argumen Skill, and Attitude toward Science. Journal of College Science Teaching, 41(4): 74-81. Zion, M. & Mendelovici, R. 2012. Moving from Structure to Open Inquiry: Challenges & Limits. Science Education International, 23 (4): 383-399
621