DESAIN TAMAN KOTA PURWOKERTO
DIAN HARPI SARI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN DIAN HARPI SARI. A44052009. Desain Taman Kota Purwokerto. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Perkembangan kota yang pesat menimbulkan beragam permasalahan lingkungan yang kompleks. Untuk menjaga kualitas lingkungan perkotaan agar tetap baik maka harus dilakukan penataan lanskap kota. Lanskap kota pada umumnya berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan lainnya. Purwokerto merupakan salah satu kota kabupaten yang memiliki rencana untuk meningkatkan kualitas kotanya melalui penataan taman kota, salah satunya dengan mengalihfungsikan lahan bekas terminal sebagai ruang terbuka hijau. Karenanya diperlukan sebuah upaya desain taman kota Purwokerto yang mampu mengakomodasikan fungsi-fungsi tersebut dan sekaligus memperindah kota Purwokerto. Kegiatan magang dilaksanakan untuk mempelajari dan mengikuti proses perancangan dalam sistem dan mekanisme kerja studio untuk menghasilkan produk yang baik dan benar dari suatu proyek lanskap, khususnya pada proyek Taman Kota Purwokerto. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Konsultan Lanskap Oemardi_zain, sebuah konsultan yang terletak di Perumahan Bumi Menteng Asri Blok. BE No. 2 Bogor, selama 16 minggu dimulai pada bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Juni 2009. Metode yang digunakan meliputi kegiatan observasi di lapangan dan partisipasi aktif di studio sebagai drafter. Data diperoleh melalui observasi/survei, wawancara, dan studi pustaka dari buku, laporan dan sumber pustaka lainnya. Ruang lingkup kegiatan perancangan pekerjaan pekerjaan lanskap yang diikuti dalam magang ini secara umum meliputi proses perencanaan dan perancangan di studio. Taman Rakyat Purwokerto berada di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tapak eksisting merupakan bekas terminal Purwokerto yanng terletak ± 5 km dari pusat kota dengan luas tapak 1,8 hektare. Total panjang dan lebar terminal masing-masing adalah 153m dan 120m. Area ini sudah memiliki sistem drainase berupa parit yang berada pada bagian timur dan selatan tapak. Adapun tapak memiliki kondisi iklim mikro yang tergolong panas. Konsep perencanaan Taman Kota Purwokerto dibuat dengan mengedepankan fungsi-fungsi konservatif, edukasi dan rekreasi bagi masyarakat. Dimana dari konsep ini akan dihasilkan konsep ruang dan konsep tata hijau. Taman Kota Purwokerto dibagi atas 7 (tujuh) zona yaitu zona penerima, zona pengelola, zona pendidikan, zona rekreasi, zona servis, zona komersial dan zona penyangga. Pada konsep taman kota, ruang pada tapak dibagi atas Entry statement, entertainment stage & plaza, gate, sport area, children play ground area, commercial area, arboretum, parking area, green parimeter, dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Konsep sirkulasi dalam tapak terbagi menjadi 3 hierarki jalur sirkulasi yakni sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi perimeter. Adapun pemilihan tanaman disesuaikan dengan tema dan konsep yang diambil, faktor iklim dan kondisi tapak. Desain Taman Kota Purwokerto sangat dipengaruhi keadaan sekitar dan keinginan dari pemilik proyek, selain dari konsep yang diajukan.
Fungsi konservasi pada taman diwakili oleh kawasan arboretum, dimana kawasan ini mengkonservasi beberapa tanaman langka dan tanaman asli kawasan. Fungsi edukasi pada kawasan dapat dilihat dari penggunaan signage dan papan informasi yang memberikan informasi seputar jenis tanaman pada taman. Selain itu juga terdapat taman yang khusus dibuat sebagai tempat pembelajaran berlalulintas (taman lalu-lintas). Fungsi rekreasi diwakili oleh kawasan children play ground, water play, sport area, plaza dan open stage. Adapun konsep rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Taman Kota Purwokerto memiliki ciri khas dalam desainnya berupa penggunaan material asli daerah (batu purwokerto) yang digunakan pada kawasan open stage. Dilihat dari kriteria fisik dan non fisik, desain Taman Kota Purwokerto telah memenuhi kualitas taman yang baik. Selain itu desain yang dibuat telah diperhitungkan dapat mengakomodasikan keinginan dari seluruh lapisan masyarakat.
@ Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak karya tulis ini tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
DESAIN TAMAN KOTA PURWOKERTO
DIAN HARPI SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul
: Desain Taman Kota Purwokerto
Nama
: Dian Harpi Sari
NRP
: A44052009
Disetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc NIP. 19620801 198703 1 002
Diketahui
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan hidayah dan rahmat kepada seluruh umat-Nya serta dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Desain Taman Kota Purwokerto dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhirnya dengan penuh syukur penulis mengucapkan terimakasih kepada: abah, mamak, Tika dan Adit yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M Agr.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Umar Zain selaku pemilik Konsultan Lanskap Oemardi_zain yang telah memberikan izin melaksanakan kegiatan magang untuk penyusunan skripsi, dan kepada seluruh staf Oemardi_zain atas bimbingannya selama magang. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaiaan skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulisan skripsi ini telah dilakukan dengan sebaik-baiknya, namun jika terdapat kesalahan maka itu adalah kekhilafan penulis semata. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.Amin.
Bogor, Februari 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 25 Maret 1988 dari ayah Ir. Muhammad Suharto dan ibu Ir. MM. Happy Wahyunani. Penulis merupakan puteri pertama dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1991 di Taman Kanak-Kanak Sanggau, Kalimantan Barat. Pada tahun 1993 sampai 1999 mengikuti pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Tanjung Karang, Bandar Lampung, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Bengkulu sampai tahun 2002.Pada tahun 2002 sampai tahun 2005 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bengkulu. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departeman Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama masa studi penulis aktif sebagai anggota Himaskap. Tahun 2007, Penulis sempat menjadi komisi disiplin (Komdis) pada penerimaan mahasiswa angkatan 43 Departemen Arsitektur Lanskap. Penulis sempat memegang jabatan sebagai bendahara ketika pelaksanaan KKP di Desa Karanggan. Sebagai tugas akhir selama menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Desain Taman Kota Purwokerto” dibawah bimbingan Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Tujuan Magang ......................................................................... 1.3 Manfaat Magang ....................................................................... 1.4 Kerangka Pikir ..........................................................................
1 2 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Kota ............................................................................ 2.2 Perencanaan Tata Ruang Kota ................................................... 2.3 Ruang Terbuka Hijau ................................................................ 2.4 Taman Kota (Urban Parks/City Parks) ...................................... 2.5 Desain Taman Kota ................................................................... 2.6 Proses Desain ............................................................................ 2.7 Tanaman Lanskap Kota ............................................................. 2.8 Manajemen Studio .....................................................................
4 6 6 9 11 14 18 20
III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang ........................................................ 3.2 Metode Magang ........................................................................
22 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum .......................................................................... 4.1.1 Sejarah Perusahaan .......................................................... 4.1.2 Data Umum Perusahaan .................................................. 4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... 4.1.4 Komunikasi Perusahaan .................................................. 4.1.5 Studio .............................................................................. 4.1.6 Aplikasi Teknologi Informasi ......................................... 4.1.7 Prosedur Pekerjaan Proyek .............................................. 4.2 Deskripsi Proyek ...................................................................... 4.3 Inventarisasi dan Analisis ......................................................... 4.4 Konsep Desain ......................................................................... 4.4.1 Deskripsi Konsep ............................................................ 4.4.2 Konsep Ruang ................................................................. 4.4.3 Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas .................................. 4.4.4 Konsep Vegetasi ............................................................. 4.4.5 Konsep Penataan dan Peletakan Site Furniture ................ 4.4.6 Konsep Utilitas .................................................................
27 27 27 28 28 29 30 31 33 33 40 40 40 45 47 49 50
4.5 Final Desain ............................................................................. 4.5.1 Detail Development Progress-Layout Plan ...................... 4.5.2 Detail Development Progress-Lighting Plan ................... 4.5.3 Detail Development Progress-Detail Construction .......... 4.5.4 Detail Development Progress-Planting Plan ................... 4.6 Tender Drawing Management .................................................. 4.7 Masalah dan Kendala pada Proyek Taman Kota Purwokerto ....
51 52 54 54 63 66 67
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................... 5.2 Saran .........................................................................................
70 71
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
72
LAMPIRAN ............................................................................................
74
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Magang ................ 24 2. Peralatan yang dimiliki Konsultan Lanskap Oemardi_Zain .................... 30 3. Jenis software yang digunakan Oemardi_Zain dan Kegunaannya .......... 31 4. Program Ruang Zona Penerima ............................................................ 41 5. Program Ruang Zona Pengelola ........................................................... 42 6. Program Ruang Zona Pendidikan ......................................................... 42 7. Program Ruang Zona Rekreasi ............................................................. 43 8. Program Ruang Zona Komersil ............................................................ 43 9. Program Ruang Zona Servis ................................................................. 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang ..........................................................
3
2. Tipologi Ruang Terbuka Hijau Perkotaan ..............................................
8
3. Hubungan Kontraktual untuk Proyek yang Besar .................................. 16 4. Peta Lokasi Proyek Taman Kota Purwokerto ......................................... 22 5. Proses Perancangan Lanskap Taman Kota Puwokerto di Oemardi_zain .. 23 6. Susunan Organisasi Perusahaan............................................................... 28 7. Tahapan dalam Pekerjaan Proyek ......................................................... 32 8. Lokasi Tapak pada Kota Purwokerto .................................................... 34 9. Batas Tapak Taman Kota Purwokerto .................................................. 35 10. View area ke bagian dalam tapak Eks terminal Purwokerto ................... 36 11. View area di luar tapak Eks terminal Purwokerto .................................. 37 12. Tata Guna Lahan dan Sirkulasi Sekitar Tapak ........................................ 39 13. Topografi dan Drainase Tapak ............................................................. 40 14. Konsep Ruang Taman Kota Purwokerto ............................................... 44 15. Hubungan Antar Zona Taman kota Purwokerto .................................... 45 16. Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas Taman Kota Purwokerto ................ 46 17. Macam Bentuk Tajuk Pohon ................................................................ 47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Zona Penerima Taman Kota Purwokerto .......................................................................................... 75 2. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Fungsi Rekreasi Taman Kota Purwokerto . ........................................................................................ 76 3. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Zona Pendidikan Taman Kota Purwokerto .......................................................................................... 78 4. (L-P1-001) Drawing List ....................................................................
79
5. (L-P1-101) Denah Lanskap ................................................................
80
6. (L-P1-102) Denah Lavel dan Grading ................................................
81
7. (L-P1-103) Denah Dimensi dan Material ............................................
82
8. (L-P1-104) Denah Titik Lampu ..........................................................
92
9. (L-P1-105) Denah Drainase ................................................................
93
10. (L-P1-106) Denah Irigasi ...................................................................
94
11. (L-P1-107) Denah Penanaman Pohon .................................................
95
12. (L-P1-201) Potongan 1, 2 dan 3 ..........................................................
96
13. (L-P1-202) Potongan 4 dan 5 .............................................................
97
14. (L-P1-203) Potongan 6 dan 7 .............................................................
98
15. (L-P1-204) Potongan 8 dan 9 .............................................................
99
16. (L-P1-205) Potongan 10 dan 11 ..........................................................
100
17. (L-P1-206) Potongan 12 dan 13 ...........................................................
101
18. (L-P1-301) Typical Main Signage dan Water Feature ........................
102
19. (L-P1-302) Typical Rumah Pompa dan Artificial Wall .......................
106
20. (L-P1-303) Typical Low Wall .............................................................
109
21. (L-P1-304) Typical Bollard Details ....................................................
110
22. (L-P1-305) Typical Plaza ...................................................................
111
23. (L-P1-306) Typical Pedestrian dan Track ..........................................
115
24. (L-P1-307) Typical Tree Pit ...............................................................
117
25. (L-P1-308) Typical Steps Details ........................................................
119
26. (L-P1-309) Typical Lights Details ......................................................
120
27. (L-P1-310) Typical Gerbang 1 & 2 ....................................................
121
28. (L-P1-311) Typical Surface Drainage ................................................
125
29. (L-P1-400) Gambar Perspektif ...........................................................
126
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu wilayah luas yang padat penduduk yang merupakan pusat bagi kegiatan ekonomi, sosial dan politik (Simond, 1983). Perkembangan kota yang pesat ini akibat perubahan sistem ekonomi, sosial, budaya masyarakat, dan aspek lainnya. Hal ini banyak menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan yang cukup kompleks di daerah perkotaan. Oleh karena itu, perkembangan
kota
hendaknya
diimbangi
dengan
peningkatan
kualitas
lingkungan agar keberlanjutan kehidupan kota tetap terjamin. Salah satu elemen kota yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan adalah lanskap kota. Lanskap kota pada umumnya berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan lainnya. Taman kota (city park) merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana rekreasi di areal terbuka (outdoor recreation) bagi masyarakat perkotaan, baik di dekat ataupun yang relatif agak jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Purwokerto merupakan salah satu kota kabupaten yang memiliki rencana untuk meningkatkan kualitas kotanya melalui penataan taman kota. Taman kota Purwokerto didirikan di atas lahan bekas terminal. Lahan ini tidak lagi difungsikan sebagai terminal karena terminal tersebut dirasa sudah tidak mampu lagi melayani transportasi yang semakin padat di Kota Purwokerto. Pengelolaan lahan ini kemudian diserahkan kepada Dinas Pertamanan Kota Purwokerto untuk dialihfungsikan menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pengalihfungsian lahan ini sempat menimbulkan pro kontra antara pihak yang menginginkan lahan tersebut dialihfungsikan menjadi RTH dan pihak yang menginginkan lahan tersebut dialihfungsikan menjadi area komersil. Keputusan pengalihfungsian lahan ini sebagai RTH pada akhirnya didasarkan atas pertimbangan dimana RTH tersebut dapat menjadi investasi masa depan Kota Purwokerto dalam menahan polusi yang kemungkinan akan meningkat di masa yang akan datang. Selain itu RTH tersebut diharapkan dapat menjadi tempat sosialisasi, sarana rekreasi, serta sarana edukasi bagi warga kota. Untuk itu diperlukan sebuah upaya desain taman kota
2
Purwokerto yang mampu mengakomodasikan fungsi-fungsi tersebut dan sekaligus memperindah Kota Purwokerto.
1.2 Tujuan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah mempelajari desain Taman Kota Purwokerto yang mampu menyediakan fungsi edukasi, rekreasi, dan sosialisasi masyarakat kota, serta estetis. Tujuan lainnya adalah: 1. Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan desain Taman Kota Purwokerto. 2. Mempelajari dan menganalisa berbagai masalah dan kendala dalam aspek teknik dan manajemen di studio konsultan lanskap Oemardi_zain serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.
1.3 Manfaat Magang Kegiatan magang yang dilakukan di Konsultan Lanskap Oemardi_zain ini diharapkan mempunyai manfaat dalam rangka mengembangkan profesionalisme diri sebagai mahasiswa arsitektur lanskap dalam berbagai kegiatan praktek perancangan lanskap, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai teknik perancangan dalam skala yang lebih komplek, menambah pengalaman khususnya dalam aplikasi ilmu yang telah didapat untuk diterapkan di lapang, serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan studi untuk perbaikan dalam praktek ilmu. Selain itu diharapkan kegiatan magang ini dapat menjalin kerjsama dan hubungan yang baik antara mahasiswa dengan staf dan manajemen Oemardi_zain.
1.4 Kerangka Pikir Kerangka pikir pentingnya kegiatan perancangan taman kota yang mampu mengatasi solusi masalah perkotaan pertama-tama didasari atas kebutuhan sebuah kota terhadap RTH. Perkembangan kota yang saat ini lebih menekankan pada pembangunan ekonomi tanpa menjaga kestabilan lingkungan perkotaan dapat menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Salah satu cara menjaga kestabilan ini
3
adalah dengan mengikutsertakan penataan RTH dalam rencana penataan ruang kota. Salah satu bentuk RTH tersebut adalah Taman Kota. Taman Kota merupakan salah satu alternatif dalam menjaga kestabilan lingkungan perkotaan. Oleh karena itu, dalam mendesain desainer harus dapat menerapkan berbagai prinsip, metode dan praktek yang sesuai untuk mengatasi masalah lingkungan dan pertumbuhan penduduk kota. Salah satu konsep penataan suatu kota adalah konsep garden city. Dalam diupayakan
pemanfaatan lahan sebagai garden city, efisiensi lahan harus
seoptimal
mungkin
dan
disesuaikan
dengan
kapasitas/daya
dukungnya. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan perencanaan dan desain kota maupun atribut-atribut kota yang baik, sesuai, aman serta mengembangkan prinsip-prinsip ekologis untuk menjaga kelestarian kota.
Secara sistematis
susunan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Peraturan Daerah
Software
Biofisik Kota Hardware Material/Elemen Kota
Desain Taman Kota
Taman Kota yang Akomodatif
Masyarakat Kota Pemerintah Kota
Organoware
Perencana/ Desainer Kota
Gambar 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap Kota Simond (1983) menyatakan bahwa lanskap adalah wajah, karakter lahan atau karakter tapak yang merupakan bagian dari muka bumi dengan segala jenis sifatnya beserta kehidupan yang terdapat di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indra dapat menangkap dan sejauh imajenasi dapat menjangkau serta membayangkan. Eckbo (1964) berpendapat bahwa lanskap adalah keseluruhan elemen fisik secara kompleks disuatu area atau daerah. Lanskap secara fisik merupakan hasil interaksi antara manusia dengan alam, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, sebagai satu kesatuan proses. Kota menurut Hack (1992) merupakan salah satu model lingkungan yang bersifat ekologis dengan pengertian bahwa kota mencerminkan suatu adaptasi yang sangat rumit melalui usaha dari organisme untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Kota merupakan pusat terakumulasinya sumberdaya manusia, oleh karena itu harus di lengkapi dengan fasilitas yang memadai. Selain itu daya dukung lingkungan harus tetap diperhatikan (Dahlan, 2004). Berdasarkan Peraturan Mendagri Nomor 4 Tahun 1980, kota memiliki dua pengertian, yaitu : (1) suatu daerah yang memiliki batas administratif seperti kotamadya dan kota administratife seperti yang telah dituangkan dalam perundang-undangan, dan (2) sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris. Dari sudut pandang arsitektur lanskap, menurut Simonds (1983) kota adalah suatu bentukan lanskap buatan manusia yang terjadi akibat kegiatan manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya, hingga faktorfaktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, ilmu politik, pengetahuan, dan teknologi mempengaruhi perubahan lanskap perkotaan juga akan berkontribusi terhadap lingkungan fisik kota. Lanskap kota yang ideal adalah kota-kota yang diwujudkan sebagai suatu seni umum tiga dimensi, serta dalam kerangka pola-pola dan bentuk dari ruangruang terbuka yang penuh arti. Lanskap kota tersebut tercermin dalam plaza, alun-
5
alun, lapangan, gedung dan air mancur seperti yang terdapat pada kota-kota lama di eropa pada abad ke-18 yang masih meninggalkan kesan memikat sampai sekarang. Ruang-ruang terbuka pada lanskap kota adalah alun-alun, taman kota, plaza, landmarks, stadion, dermaga dan kebun binatang, yang apabila semakin besar luasannya dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan rekreasi lebih baik daripada yang disediakan oleh taman-taman pada tingkat ketetanggaan dan lingkungan pemukiman (Simon, 1983). Menurut Porteus (1977) mengacu pada Lynch (1962) suatu kota memiliki elemen-elemen berikut: (1) paths yaitu jalur-jalur yang dapat dilalui seperti jalan, jalur pejalan kaki, jalur kereta api, kanal, sungai, dan yang memiliki hubungan dengan elemen lainnya; (2) edges adalah suatu elemen yang linear dan bukan merupakan path, biasanya memisahkan dan membatasi dua area yang berlainan, dapat meliputi, waterfront, jalur kereta api, greenbelt atau blueways yang terdapat di antara dua districk, batas wilayah dan lainnya; (3) districts, adalah wilayah kota yang berukuran sedang hingga besar hingga memiliki luasan dua dimensi, dapat berupa wilayah pusat kota seperti wilayah pemerintahan, taman rekreasi, ataupun hutan kota; (4) nodes merupakan suatu titik atau daerah strategis di kota yang dapat dilalui dan dapat berupa titik pertemuan path, simpang jalan, tempat perubahan dari suatu struktur ke struktur lain seperti pocketpark, serta biasanya memiliki karakter fisik tersendiri; (5) landmark, adalah tipe lain dari suatu point of interest tapi dalam bentuk objek fisik yang biasanya dapat dilihat dari jauh seperti gedung, menara, atau gunung. Elemen yang membentuk suatu kota dapat terdiri dari atribut-atribut penyusun kehidupan yang ada di dalam kota. Elemen-elemen ini saling terkait dan menghasilkan suatu karakter untuk kota itu sendiri. Tiap kota mempunyai karakter yang berbeda, biasanya karakter ini dilihat dari penyusun yang dominan dan mempunyai pengaruh terbesar. Karakteristik sebuah kota juga dapat dilihat dari keadaan sosial masyarakatnya, keadaan fisik, aktivitas yang ada di dalamnya termasuk kondisi pertamanannya
6
2.2 Perencanaan Tata Ruang Kota Rencana tata ruang wilayah kota merupakan penjabaran strategi dan arah kebijakan pemanfaatan ruang dari tata ruang wilayah nasional dan rencana tata ruang provinsi. Perencanaan kawasan adalah mengontrol penggunaan lahan dengan zoning (batas area) yang jelas, misalnya perdagangan, industri, pemukiman dan pertanian. Dalam usaha perencanaan terhadap suatu kawasan tertentu khusus dari suatu kelompok sosial atau lahan. Pendekatan yang diambil haruslah efektif sehingga dapat memberikan penyediaan segala bentuk pelayanan dan ruang bagi masyarakat yang berkepentingan terhadap kawasan tersebut (Gallion dan Eisner, 1994) Tata ruang kota pada umumnya terdiri dari ruang terbangun dan terbuka. Gallion dan Eisner (1994) menjelaskan bahwa ruang dalam kota harus cukup luas, hal tersebut merupakan salah satu yang terutama dan terpenting. Tolak ukur kapasitas ruang yang memadai adalah cukup untuk menampung bangunan yang dibutuhkan tetapi tidak menghilangkan ruang tersebut. Suatu ruang pada kota dapat diperhalus apabila digabung dengan penggunaan elemen hard dan digabung dengan elemen soft (tanaman).
2.3 Ruang Terbuka Hijau Menurut Hakim (1991) ruang terbuka hijau kota adalah ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridor/jalur ataupun area/kawasan sebagai tempat pergerakan/penghubung dan tempat perhentian/tujuan, dimana unsur hijau yang alami dan sifat ruang terbuka lebih dominan. Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
7
Menurut Dirjen Penataan Ruang (2006), ruang terbuka hijau dibangun untuk memenuhi berbagai fungsi dasar, yang secara umum dibedakan menjadi : 1. Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin. 2. Fungsi sosial, ekonomi (produktif), dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian. 3. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, ,memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro (halaman rumah, lingkungan pemukiman) maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan keseimbangan kehidupan fisik dan psikis. Selain itu, dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali. 4. Ekosistem perkotaan : produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Direktorat Jenderal Penataan Ruang tahun 2006 menyatakan bahwa penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dihitung dengan beberapa cara, yakni: 1. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Luas Wilayah RTH di wilayah perkotaan terdiri atas RTH Publik dan RTH Privat. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat (Gambar 2). Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
8
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal. Tipologi ruang terbuka hijau perkotaan menurut Zubir dapat dilihat pada Gambar 2.
Taman/Pekarangan Rumah, Kebun,dll
Pribadi
Linear Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
-
Jalan Setapak Boulevard Jalur Sutet Pengaman Kali
-
Lap.OlahRaga Taman Bermain Taman Lingkungan Taman Kota Taman Raya Taman Dengan Bangunan
Tidak Khusus
Linear Umum
Khusus
-
Taman Rekreasi Taman Botani Kebun Binatang Pemakaman
Gambar 2. Tipologi Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (Zubir, 2009) 2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku. 3. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan sarana dan prasarana, misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH
9
kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air . Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat 2 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota dan ayat 3 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota.
2.4 Taman Kota Simonds (1983) menyatakan taman kota adalah taman-taman yang luas di dalam kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi penghuni kota (citizen). Termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas yang melengkapi kebutuhan para pengguna misalnya plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat bersejarah (museum) dan lainnya. Selain mengakomodir kebutuhan rekreasi warga kota, fungsi taman kota juga dapat sebagai pelembut kesan keras dari struktur masif fisik kota, mengurangi tekanan kebisingan, mereduksi udara yang panas dan polusi udara. Taman kota juga dapat membentuk karakter kota dan memberikan keindahan visual lingkungan kota agar tercipta unity antar ruang. Menurut Perda DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999, taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri atau terletak di antara batasbatas bangunan/prasarana kota lain dengan bentuk teratur/tidak teratur yang ditata secara estetis dengan menggunakan unsur-unsur buatan atau alami, baik berupa vegetasi maupun material-material pelengkap lain yang berfungsi sebagai fasilitas pelayanan warga kota dalam berinteraksi sosial. Secara umum, taman kota mempunyai dua unsur perpaduan, baik buatan maupun alami dengan menggunakan material pelengkap, dan secara spesifik terdiri dari unsur hijau, yaitu : pepohonan yang ditata secara soliter dengan menonjolkan nilai estetikanya, perhimpunan tanaman perdu, dan hamparan rerumputan yang teratur, sehingga membentuk kesatuan kesan pandang keindahan wajah kota terkecil. Taman kota biasanya merupakan transisi antara perkembangan kota dan daerah pedesaan, yang terletak di luar konsentrasi penduduk. Taman kota
10
dibentuk sebagai penyekat hijau untuk memisahkan berbagai penggunaan lahan dalam kota (Gallion dan Eisner, 1994). Menurut Scarlet (2008) jenis taman terbagi menjadi 2 yaitu: taman aktif, yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain dengan dilengkapi elemen-elemen pendukung taman bermain, dan taman pasif yang hanya dilengkapi elemen estetis saja hingga pada umumnya untuk menjaga keindahan taman diberikan pagar sebagai pengaman. Adapun nilai utama yang harus dimiliki taman publik agar menjadi taman publik yang baik menurut Scarlet (2008) adalah: taman yang responsive, taman ini diatur dan didesain untuk melayani kebutuhan pemakainya. Taman yang demokratis, taman bersifat melindungi hak-hak pemakainya dalam artian taman ini dapat dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk melakukan semua keinginannya dengan tetap memperhatikan norma yang berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dan Taman yang memiliki makna, taman ini memiliki hubungan yang kuat dengan pemakainya hingga membuat penggunanya selalu ingin berkunjung. Scarlet (2008) juga menyatakan bahwa kualitas taman publik dapat dilihat dari segi fisik dan non fisik. Kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas fisik antara lain: (1) ukuran, penyediaan sarana harus mengikuti standar ukuran yang berlaku; (2) kelengkapan sarana elemen pendukung; (3) desain, dapat menunjang fungsi serta aktifitas di dalamnya; dan (4) kondisi, kondisi suatu sarana lingkungan akan menentukan kualitas yang ada. Kondisi sarana yang baik akan menunjang kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam menggunakan taman publik. Sedangkan kriteria untuk melihat kualitas non fisik adalah sebagi berikut: (1) kenyamanan; (2) keamanan dan keselamatan; (3) kemudahan pelayanan dan akses transportasi. Taman kota memiliki fungsi yang signifikan. Secara umum, taman kota memiliki tiga fungsi yang antara satu dan yang lain memiliki keterkaitan, diantaranya fungsi ekologis, estetika dan fungsi sosial. Fungsi ekologis memposisikan taman kota sebagai penyerap dari berbagai polusi yang diakibatkan oleh aktivitas penduduk, separti meredam kebisingan maupun yang paling signifikan adalah menyerap kelebihan CO2, untuk kemudian dikembalikan menjadi oksigen (O2). Selain menghasilkan oksigen, pohon juga berperan besar
11
dalam menetralisir udara, dimana secara fisiologis tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam berat seperti Cu (tembaga), Zn (seng), Cd (cadmium), Pb (timbat/timah hitam), dan Mn (mangan), yang digunakan sebagai katalisator reaksi metabolisme dan berperan pada pembentukan organ tumbuhan (Anonim, 2009). Dalam fungsi ekologis ini, taman kota juga menjadi tempat untuk melestarikan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Pelestarian ini, selain untuk mempertahankan jenis-jenis tumbuhan dan hewan dari kepunahan, juga untuk menyeimbangkan kehidupan itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara manusia, hewan dan tumbuhan yang saling terhubung dan saling mendukung satu sama lain bila hubungan berjalan dengan baik dan benar (Anonim, 2009). Fungsi yang kedua adalah fungsi estetis, taman kota dapat mempercantik lanskap sebuah kota. Apalagi dengan mempertahankan keaslian lanskap kota tersebut, hingga dapat menjadi ciri khas suatu kota. Fungsi yang terakhir adalah fungsi sosial, dimana taman kota menjadi tempat berbagai aktifitas sosial seperti berolahraga, rekreasi, diskusi, dan lain-lain. Fungsi ini pada dasarnya menjadi kebutuhan warga kota sendiri yang secara naluri membutuhkan ruang terbuka untuk bersosialisasi sekaligus menyerap energi alam (Andriana, 2007). Kondisi kota yang semarak, indah, sejuk, dan nyaman dapat tercipta, jika taman yang ada dapat dibangun di banyak tempat. Selain hasilnya dinikmati penduduk kota, juga akan meninggalkan citra yang baik bagi kota tersebut. (Dahlan, 2004).
2.5 Desain Taman Kota Menurut Simonds (1983), perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik sehingga ruang dapat memberikan dampak
yang
berbeda
pada
psikologis
manusia,
tergantung
pada
pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan dan perenungan.
12
Proses disain membantu arsitek lanskap untuk mencapai disain tapak total yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi kebutuhan proyek seefisien dan seestetis mungkin. Menurut Simonds (1983), tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik terhadap kondisi lingkungan yang ada. Disain penanaman terbaik didapatkan dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya disain lanskap yang baik adalah apakah pengguna atau pengunjung merasa nyaman berada di dalamnya dan apakah ruang tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan. Simonds (1983) juga menyatakan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang. Setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa manusia ke dalam dunia perancangan. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan sehingga semua elemen yang banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis. (Simonds, 1983). Sulistyantara (2006) menyatakan bahwa elemen perancangan terdiri atas titik, garis, bentuk, warna, tekstur, aroma, motif, gaya, ragam, suara, ruang, serta waktu. Titik, merupakan unsur perancangan yang paling awal diperhatikan. Keberadaan elemen atau unsur titik yang berdiri sendiri dalam suatu ruangan akan menarik perhatian. Namun apabila terjadi pengulangan terhadap titik maka akan menghilangkan/mengurangi perhatian. Elemen titik dapat dimanfaatkan sebagai vocal point. Garis, diperoleh dari penghubungan dua atau lebih titik. Dengan adanya unsur garis pandangan orang akan dibawa sesuai arah garis yang mengarah pada sasaran tertentu. Garis juga dapat menjadi batas pandangan. Pada umumnya garis dibagi atas dua tipe garis lurus (geometrik) dan garis lengkung (organik). Sementara itu garis lurus dibedakan atas garis vertikal, garis horizontal, dan garis diagonal. Unsur ke tiga adalah bentuk yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari garis. Bentuk dapat dibuat bentuk lurus (segiempat, kotak), bentuk bersudut (segitiga, segilima,piramid), atau bentuk lengkung (lingkaran, silinder, kerucut). Ekspresi yang dimunculkan oleh bentuk ditentukan oleh garis pembentuknya,
13
yaitu garis lurus vertikal, diagonal, horizontal, lengkung , atau kombinasi. Warna, Pemahaman akan sifat dan kesan warna sangat penting untuk mendapatkan hasil desain yang baik. Kita dapat menonjolkan elemen taman dengan memainkan warna elemen tersebut. Bentuk dan warna suatu elemen taman terkandung secara integral, menyatu dan menyeluruh. Tekstur, menunjukkan karakter halus atau kasarnya permukaan elemen taman. Intensitas warna dapat dipengaruhi oleh tekstur. Dalam warna yang sama, tekstur yang lebih lembut akan menampakkan intensitas warna lebih kuat daripada kasar (Sulistyantara, 2006). Aroma merupakan salah satu unsur yang sering luput dari perhatian para perancang. Motif/gaya, merupakan susunan elemen, baik dua dimensi ataupun tiga dimensi, yang membentuk kesatuan pola atau ragam tertentu. Tatanan elemen dalam suatu ruangan pun merupakan motif atau disebut juga gaya. Motif memiliki arah gerak sehingga penempatannya harus sejalan dengan irama ruangan. Pemakaian motif yang tidak sama secara berlebihan akan mengacaukan suasana. Dalam pembuatan desain, suara juga merupakan elemen yang penting. Suara dapat dibedakan menjadi suara yang mengganggu dan suara yang tidak mengganggu. Belakangan ini suara alami dibangkitkan dengan mendesain taman yang diisi dengan sumber suara tersebut, bahkan ada yang sengaja direkam menggunakan tape recorder. Pada akhirnya, unsur perancangan yang baik harus juga meliputi elemen ruang dan waktu. Ruang yang dimaksud adalah suatu tempat yang terbentuk oleh adanya jarak antar benda. Pengaturan ruang dalam taman merupakan tujuan dalam mencapai nilai estetis dan nilai fungsi suatu taman. Massa pengisi ruang hendaknya dikelompokkan sehingga tercipta ruang dan massa yang proporsional (Sulistyantara, 2006). Suatu rancangan taman yang baik tidak hanya dapat diwijudkan oleh unsur perancangan saja. Diperlukan adanya pedoman yang digunakan untuk mengatur dan mengkreasikan elemen taman dengan keragaman elemen desainnya. Pedoman ini seringkali disebut juga sebagai prinsip desain. Prinsip desain meliputi beberapa aspek antara lain: tema, keseimbangan, skala, irama, dan titik perhatian (Sulistyantara, 2006). Tema merupakan unsur pemersatu. Tujuan dari tema ini adalah mewujudkan karakter taman yang akan dibuat. Tema dapat diperoleh dengan cara
14
melakukan repetisi terhadap unsur desain. Prinsip desain kedua adalah keseimbangan. Prinsip keseimbangan, perlu diterapkan agar tidak terjadi titik ketimpangan pandangan dalam keindahan taman. Kesimbangan dapat ditetapkan dengan pola simetris (formal) maupun asimetris (informal). Warna dan tekstur juga mempengaruhi bobot visual, tekstur yang kasar memiliki bobot visual yang lebih tinggi (Sulistyantara, 2006). Prinsip desain ketiga adalah skala. Skala menunjukkan perbandingan antara ukuran eleman taman dan bangunan, atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai bagi manusia. Skala yang tepat dapat dinikmati nyaman bagi manusia. Prinsip selanjutnya adalah irama. Dalam menikmati karya taman, mata dapat diturutkan agar bergerak sesuai dengan irama tertentu. Artinya, munculnya penglihatan pada suatu objek dalam taman tidak muncul dengan tibatiba. Irama dalam perancangan dapat memecah kemonotonan. Kesan adanya irama dapat diusahakan dengan menggunakan pola garis kontinue, perulangan, gradasi, dan radiasi. Prinsip terakhir adalah titik perhatian. Titik perhatian dapat menggugah semangat, menghidupkan suasana, dan mendobrak kejenuhan (Sulistyantara, 2006).
2.6 Proses Desain Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut Simonds (1983) terdiri atas Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction, dan Operation. Commision adalah tahap dimana klien menyatakan keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulan/inventarisasi data. Analysis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan standar serta membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep, serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup
15
pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuain dan perbaikan serta observasi penampakan. Landscaping adalah industri yang bergerak dibidang jasa yang melayani orang dengan cara membentuk lingkungan dimana mereka hidup, bekerja, bermain atau hanya untuk menghabiskan waktu. Landscaper dapat melayani klien sipil, perusahaan, maupun pemerintah. Mereka dapat bekerja sebagai seorang ahli, pekerja paruh waktu, bekerjasama dalam suatu perusahaan yang besar atau perusahaan lain yang memiliki bidang yang sama (Ingels, 2004). Prosedur perancangan menurut Hill (1995) terdiri dari sepuluh tahap, yaitu: 1. Terms of Engagement Ingels (2004) mengemukakan bahwa kontrak adalah perjanjian yang umumnya dilakukan antara dua kepentingan, yang menjabarkan jenis pelayanan atau material yang akan disediakan, kemudian sebagai imbalannya adalah penyelesaiaan pembayaran atau jenis kompensasi yang lain. Ketika menerima surat konfirmasi keinginan agar suatu proyek telah diterima, perancang dapat mengajukan syarat agar kontrak segera dibuat dan ditandatangani (Hill, 1995). Perancang (konsultan) harus menyimpan surat kontrak dengan sangat hati-hati sebagai dokumen yang legal. Sistem ganti rugi juga harus dibuat dengan sistem yang profesional, berdasarkan tingkat pekerjaan yang dilakukan perancang dan skala pelayanan yang ditawarkan. 2. Batas Kewenangan Pembuatan batasan kewenangan sangatlah penting, hal ini dilakukan untuk mengetahui orang-orang yang berhubungan dengan proyek yang dijalankan (Hill, 1995). Menurut Ingels (2004) suatu proyek lanskap akan melibatkan klien dan tenaga ahli yang berkaitan dengan bidangnya, seperti arsitek, insinyur sipil, arsitek lanskap atau perancang, perusahaan kontraktor lanskap, perusahaan pemeliharaan dan pemasok material. Klien adalah seseorang atau perusahaan yang memiliki proyek, menyediakan kebutuhan finansial dari proyek tersebut (Ingels, 2004). Kontraktor adalah pihak yang bekerja untuk klien dalam suatu kontrak atau wakil dari klien. Sedangkan sub kontraktor adalah kontraktor yang disewa oleh kontraktor utama untuk melakukan beberapa porsi pekerjaan proyek. Biasanya subkontraktor
16
berhubungan langsung dengan kontrator utama bukan dengan klien. Hubungan kontrak untuk proyek yang besar dapat dilihat pada Gambar 3.
Klien
Teknik Sipil
Arsitek
Arsitek Lanskap
Kontraktor Utama
Grading dan Paving
Kontraktor
Sub 1
Sub 2
Sub 3
Kontraktor
Sub 1
Sub 2
Sub 3
Gambar 3. Hubungan Kontraktual untuk Proyek yang Besar (Ingels, 2004) 3. Laporan singkat (Brief) Brief biasanya berisi pernyataan yang jelas mengenai batas budget, termasuk faktor pemelihaaan. 4. Survei Pada tahap survei, catatan dari klien akan ditinjau ulang untuk mengetahui apakah informasi sederhana yang dibuat telah sesuai dengan proposal yang diajukan. Pada tahap ini juga desainer dapat memberikan saran tentang diperlukannya perusahaan jasa konsultan lainnya atau untuk menyewa kontraktor spesialis atau beberapa pemasok (Hill, 1995). 5.
Usulan (Proposal) Penyusunan konsep ini dapat membimbing klien agar tidak terjadi pemahaman yang salah dari brifing yang telah dilakukan. Namun tahap ini dapat dihilangkan jika skema rancangan adalah skema sederhana yang telah dipahami oleh klien dan desainer (Hill, 1995).
6. Sketsa Rencana Setelah
konsep
disetujui
maka
tahap
selanjutnya
adalah
mempersiapkan sketsa rencana/pola. Kualitas penyajian gambar sketsa
17
haruslah kualitas tinggi hingga gambar yang dikerjakan memiliki daya jual dihadapan
klien
(Hill,
1995).
Penyajian
yang
konseptual
dapat
menginformasikan tentang perkembangan tapak. Hill (1995) menyatakan bahwa dalam sketsa rencana lokasi sudah ditentukan rencana lokasi elemenelemen taman di tapak, bangunan dan tata hijau, drainase dan layanan yang lainnya. Kemudian pembuatan gambar-gambar tersebut juga harus dipahami oleh klien, oleh karena itu gambar-gambar itu harus didukung oleh perspektif atau permodelan yang baik. 7. Rencana Akhir ( Final Scheme) Ketika telah terjadi kesepakatan antara klien dan konsultan, dan publik telah merasa puas dengan rencana yang telah dibuat, serta persiapan persetujuan dari pejabat yang berwenang telah dilakukan, desainer dapat melanjutkan kembali ke tahap gambar perancangan final (Hill, 1995). Hill (1995) juga menyatakan bahwa dalam persiapan rencana, sering kali timbul suatu kasus dimana klien terinspirasi untuk melakukan pengurangan, penambahan, atau perubahan, desainer harus mampu mengakomodasi keinginan tersebut. Tetapi setiap perubahan yang terjadi harus disesuaikan dengan penyusunan anggaran biaya. Secara ideal, apabila perancangan final telah disetujui bersama dan persetujuan tersebut telah dicatat secara formal, maka rencana final tersebut tidak boleh diubah (dibekukan). 8. Rincian (Details) Setelah rencana final diekukan, maka desainer akan mempersiapkan working drawing, dimana akan memperlihatkan detil dari setiap pekerjaan konstruksi yang akan dipasang serta memperlihatkan jenis material yang dipergunakan. Dalam tahapan ini spesifikasi dan anggaran biaya juga dipersiapkan (Hill, 1995). 9. Kontrak (Contract) Pada tahap ini klien dalam posisi menunjuk kontraktor. Kontraktor dapat dipilih melalui penunjukan langsung atau melalui hasil pengajuan tawaran hingga tender (Hill, 1995).
18
10. Pelelangan Terbuka (Tender) Ketika proses tender akan dilaksanakan, desainer beserta Quantity Surveyor (QS), atau teknik sipil dan klien akan mempersiapkan urutan sejumlah calon kontraktor (Hill, 1995). Hill (1995) juga menyatakan bahwa sangat masuk akal apabila meminta calon kontraktor yang mengikuti tender untuk memberikan contoh-contoh proyek yang telah dilakukan. Ketika mengikuti suatu tender, surat yang menyerupai gambar-gambar dan dokumen harus memuat tanggal dimana tender tersebut harus diterima. Pada akhirnya, jika kontraktor yang telah terpilih adalah klien yang akan menandatangani kontrak dan yang membayar tagihannya, sedangkan desainer lanskap, QS dan insinyur sipil hanya bisa memberikan saran-saran (Hill, 1995).
2.7 Tanaman Lanskap Kota Carpenter et al.,(1975) mengemukakan bahwa kehadiran tanaman di lingkungan perkotaan dapat memberikan suasana yang alami. Tanaman dalam lanskap merupakan salah satu elemen utama yang memiliki fungsi tertentu dalam lanskap kota, baik secara individu maupun kelompok dalam penanamannya, serta dapat memberi kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang berbeda-beda pula. Pada jarak yang dekat, daun, batang pohon dan cabang-cabang dapat dilihat dengan jelas. Jika dilihat pada jarak menengah, puncak-puncak pohon terlihat membentuk suatu garis. Jarak ini merupakan bagian yang penting dalam lanskap karena memberikan kesan kedalaman yang kuat, perubahan secara halus dalam pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, kontur dari puncakpuncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya pada jarak ini pohon digunakan sebagai latar belakang. Menurut Hakim (1991), pemilihan jenis tanaman dalam suatu perancangan adalah suatu seni dan juga menyangkut ilmu pengetahuan. Dikatakan seni karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur dan kualitas desain yang berubah karena dipengaruhi iklim, usia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada fungsi tanaman yang disesuaikan dengan tujuan perancangan dan peletakan tanaman yang disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman.
19
Menurut Carpenter et al.,(1975) Kriteria pemilihan tanaman kota sebenarnya hampir sama dengan penggunaan untuk situasi lanskap yang lain, yakni dipilih tanaman yang; (a) sesuai dengan kebutuhan dan efek lanskap yang ada (b) serta mampu beradaptasi dengan lingkungan (c) dengan tetap mempertimbangkan karateristik tanaman termasuk ukuran dan bentuk dewasa (d) dimana tanaman yang dipilih sebisa mungkin membutuhkan perawatan yang minimal. Perbedaan utama dalam pemilihan tanaman untuk lanskap kota adalah bahwa tanaman harus mampu menghadapi kondisi lingkungan yang tidak bersahabat. Kondisi lingkungan yang harus ditoleransi oleh tanaman bervariasi antara satu kota dengan kota yang lain. Kondisi ini juga berubah dari tahun ke tahun. Sering kali suatu tanaman yang pada awalnya cocok dan dapat beradaptasi pada suatu kota menjadi tidak mampu bertoleransi lagi terhadap kondisi kota akibat perubahan lingkungan kota yang terjadi. Akan lebih mudah apabila pemilihan tanaman didasarkan pada observasi terhadap performa tanaman pada lokasi terkait. Kondisi lingkungan pada lokasi tersebut harus menjadi pertimbangan utama. Dahlan (2004) menyatakan beberapa jenis tanaman memiliki kemampuan menyerap zat-zat tertentu, misalnya timbal, CO2, serta gas-gas beracun yang lain. Untuk tanaman penyerap timbal terdiri atas beberapa jenis; (1) tanaman yang mampu menyerap timbal dengan intensitas sedang sampai tinggi adalah: Damar (Agatis alba), Mahoni (Switenia macrophylla), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Pala (Mirystica fragrans), Asam Landi (Pithecelobium dulce), dan Johar (Cassia siamea), (2) Tanaman yang daya serapnya rendah tetapi tidak peka terhadap pencemaran lingkungan, adalah: Glodokan (Polyalthea longifolia), Keben (Baringtonia asiatica) dan Tanjung (Mimusops elengi), (3) tanaman yang tidak tahan terhadap pencemaran yang dikeluarkan kendaraan bermotor adalah: Daun Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Kesumba (Bixa orellana). Widyastama (1991) menyatakan tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah Damar (Agatis alba), Daun Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan Beringin (Ficus benjamina). Sugiharti (1998) telah meneliti respon fotosintesis dan respirasi tanaman terhadap pencemaran udara. Dari hasil
20
penelitiannya diperoleh hasil bahwa kaliandra ( Calliandra sp.), Flamboyan (Delonix regia), dan kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO2 dan sekaligus tanaman tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara. Dalam penanaman tanaman di sepanjang jalan perkotaan, tanaman difungsikan sebagai visual screen dari pergerakan lampu kendaraan hingga pengendara merasa lebih nyaman dalam berkendaraan. Keberadaan pepohonan di kawasan perkotaan juga membantu mengurangi cahaya yang menyilaukan dari paving dan permukaan bangunan. Pepohonan tersebut juga dapat menutupi objekobjek yang tidak diinginkan, misalnya pandangan kearah tempat sampah, kawasan service dan utilitis, serta tempat penyimpanan alat-alat konstruksi. Penanaman tanaman yang mengkombinasikan antara pepohonan dan semak dapat mengurangi intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh kendaraan maupun alat rumah tangga yang digunakan. Jenis tanaman endemik/lokal yang memiliki keunggulan (ekologi, ekonomi, sosial budaya, arsitektural) di kota dapat menjadi bahan tanaman utama penciri Ruang Terbuka Kota, untuk selanjutnya dapat dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayah dan nasional.
2.8 Manajemen Studio Manajemen perusahaan sangat berhubungan erat dengan tata laksana kerja. Menurut Kraus dan Gurtis (1982), manajemen merupakan suatu proses dari konsep, teori dan analisis tujuan dimana seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif dan saling kerja sama. Manajemen sebagai ilmu adalah manajemen berdasarkan teori dan ilmu pengetahuan dimana dalam pembuatan keputusan dan kebijakan harus berdasarkan data empiris dan prinsipprinsip
yang
tepat
sedangkan
manajemen
sebagai
seni
harus
dapat
mempercayakan kemampuan, sensitifitas, intuisi dan aspirasi seseorang, dalam berhubungan satu sama lain haruslah bersifat fleksibel dan responsive terhadap sifat dan kemampuan seseorang. Penerapan dari suatu ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan merupakan seni.
21
Menurut Kraus dan Curtis (1982), proses manajemen mencakup empat fungsi utama, yaitu; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan (directing) dan pengawasan (controlling).
22
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_zain Landscape Consultant, yaitu sebuah studio konsultan lanskap yang berlokasi di Bumi Menteng Asri Blok BE No. 20, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang berlangsung selama 16 minggu, yaitu mulai minggu pertama bulan Maret 2009 hingga minggu keempat bulan Juni 2009. Jadwal harian kegiatan magang adalah hari Senin-Jumat dimulai pukul 09.00-17.30 waktu setempat. Kegiatan utama dalam pelaksanaan magang ini yaitu mempelajari proses perancangan taman kota Purwoerto yang dilakukan di studio. Proyek ini merupakan salah satu proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banyumas, Kota Purwokerto, Jawa Tengah. Gambar tapak eks terminal dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Peta Lokasi Proyek Taman Kota Purwokerto. (www.Banyumaskab.go.id, 2009)
23
3.2. Metode Proses studi dilaksanakan dengan cara magang, melalui kegiatan observasi di lapangan dan partisipasi aktif di studio sebagai drafter. Data diperoleh melalui observasi/survei, wawancara, dan studi pustaka dari buku, laporan dan sumber pustaka lainnya. Ruang lingkup kegiatan perancangan pekerjaan pekerjaan lanskap yang diikuti dalam magang ini secara umum meliputi proses perencanaan dan perancangan di studio.
Secara umum proses perancangan Taman Kota
Purwokerto di Oemardi_zain dapat dilihat pada Gambar 5.
Persiapan
Tahap 1 Riset dan Analisa
Tahap 2 Konsep Desain
Tahap 3 Final Desain
Tahap 4 Pembuatan Gambar Kerja
Persiapan Tender Pembuatan Proposal dan Konsep Desain
1. Data Survei. 2. Gambar Analisa.
1. Konsep Ruang. 2. Konsep Sirkulasi. 3. Konsep Vegetasi. 4. Konsep Peletakan dan Penataan Site Furniture.
1. Site Plan. 2. Gambar Potongan.
1. Gambar Potongan. 2. Gambar Detil Konstruksi 3. Denah Penanaman Pohon. 4. Spesifikasi Material. 5. RAB dan BOQ
Gambar 5. Proses Perancangan Lanskap Taman Kota Puwokerto di Oemardi_zain. (Oemardi_Zain, 2009) Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh di lapangan melalui observasi, dan data sekunder diperoleh dari owner dan pihakpihak yamg terkait dengan studi pustaka ( Tabel 1).
24
Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Magang No 1.
Aspek Fisik
Jenis
Bentuk
non Letak dan Luas
hayati
Sumber
Data primer dan
Observasi
Sekunder
lapang dan Studi Pustaka
Iklim
Data Sekunder
Studi Pustaka
Aksesibilitas
Data primer dan
Observasi
Sekunder
lapang dan Studi Pustaka
Fasilitas
dan
Data Sekunder
Studi Pustaka
Data primer dan
Observasi
Sekunder
lapang dan
Utilitas 2.
Fisik Hayati
Vegetasi
Studi Pustaka 3.
Sosial
Penduduk
Data Sekunder
Studi Pustaka
Sosial Ekonomi
Data Sekunder
Studi Pustaka
Sosial Budaya
Data Sekunder
Studi Pustaka
Struktur
Data Sekunder
Studi Pustaka,
Kawasan
4
Kelembagaan
Organisasi
Sistem Kerja
wawancara
Data Sekunder
Studi Pustaka, wawancara
Tahapan kegiatan magang yang dilakukan di konsultan lanskap Oemardi_zain meliputi: 1. Pengenalan Lembaga dan Manajemen Kegiatan ini berupa perkenalan dengan staf Oemardi_zain, pembelajaran sejarah, latar belakang, struktur organisasi dan sistem kerja konsultan lanskap Oemardi_zain.
25
2. Pengenalan Sistem Kerja dan Jenis Proyek Kegiatan ini berupa pengenalan cara kerja konsultan lanskap Oemardi_zain, jenis proyek yang sedang dikerjakan saat mahasiswa melaksanakan studi, sistem komputerisasi di kantor, serta mempelajari dokumen-dokumen tender yang berkaitan dengan proyek terkait dengan studi mahasiswa. 3. Pengumpulan Data dan Studi Pustaka Kegiatan ini berupa proses pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan observasi lapang, pengumpulan data dengan cara ini menghasilkan data-data yang didapat melalui survei tapak secara langsung dan melihat hubungan tapak dengan kawasan sekitar secara visual, dan proses pengumpulan data yang berasal dari kiriman pihak surveyor, pihak klien ataupun pihak kontraktor selaku pihak yang berhubungan langsung dengan klien. Selain itu juga dilakukan proses pencarian data melalui pustaka yang akan mendukung proses perancangan 4. Perancangan Kegiatan ini merupakan kegiatan utama magang, yaitu berupa tahap analisis data inventarisasi untuk menghasilkan konsep perancangan hingga dihasilkan gambar final. 5. Pengecekan Gambar Final Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pembuatan gambar desain. Kegiatan ini dilakukan saat meeting antara pihak konsultan dengan klien. Kegiatan ini akan menghasilkan revisi-revisi terhadap gambar desain yang telah diserahkan. 6. Membantu proyek lain Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan saat jeda waktu selesainya proyek Taman Kota Purwokerto Paket 1. Mahasiswa ikut membantu dalam proses pembuatan gambar final (berupa gambar potongan atau gambar detail) pada beberapa proyek yang sedang ditangani, misalnya Proyek Tatar Mayang Sunda (Bandung), Gandaria City, Toll Road (Toll Kanci, Cirebon). 7. Penyelesaiaan Administasi Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir yang dilakukan mahasiswa berkaitan dengan waktu magang mahasiswa yang akan berakhir. Saat penyelesaian
26
administrasi mahasiswa lebih banyak melakukan studi pustaka di kantor untuk menambah refensi dalam pembuatan skripsi.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan Konsultan Lanskap Oemerdi_zain berdiri tahun 2004. Pendiri konsultan lanskap ini adalah bapak Ir Umar Zain dan Ir. Dini Arfianti. Bapak Umar Zain adalah seorang Sarjana Pertanian lulusan IPB tahun 1994 dengan bidang studi Arsitektur Lanskap. Dengan berbekal pengalaman selama 12 tahun, Bapak Umar Zain mencoba untuk mendirikan sebuah konsultan yang bergerak dibidang lanskap. Pada awal pendiriannya konsultan laskap ini terdiri atas 2 karyawan. Saat ini Konsultan lanskap Oemadi_zain telah memiliki 9 karyawan. Pengembangan terus dilakukan oleh konsultan laskap Oemardi_zain, diantaranya dengan menambah karyawan dengan basis arsitektur agar dapat membuat karya yang lebih variatif dan dapat bersaing dengan konsultan lanskap lainnya. Konsultan Oemardi_zain belum berupa perusahaan tetapi masih berupa studio. Selain studio yang berada di Bogor, terdapat 2 studio lain yang terdapat di Surabaya dan Singapore. Bidang pekerjaan konsultan laskap Oemardi_zain meliputi perencanaan dan perancangan kawasan hotel, club, resort, residential, thema park, civic and comercial park.
4.1.2 Data Umum Perusahaaan Data umum perusahaan merupakan data yang informasinya dibuka secara umum, data umum perusahaan adalah sebagai berikut : Nama Perusahaan
: Oemardi_zain Landscape Consultant
Asal Negara
: Indonesia
Tahun Berdiri
: 2004
Alamat
: Bumi Menteng Asri blok BE no 2 Bogor
No Telephone
: +62 251 8319 664
No Fax
: +62 251 8319 664
E-mail
:
[email protected]
28
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi konsultan lanskap Oemardi_zain terdiri atas 4 tingkatan. Tingkatan teratas dipegang oleh pemilik konsultan. Dibawah pemilik konsultan terdapat dua bagian yang secara umum menangani bagian administrasi keuangan dan bagian teknik. Bagian administrasi dan keuangan bertanggung jawab menangani pembukuan keuangan perusahaan. Bagian teknik bertanggung jawab terhadap pembuatan gambar finishing berupa gambar perspektif yang dibuat dengan menggunakan program-program tertentu hingga gambar yang dihasilkan dapat mendekati gambar rill yang ingin ditampilkan. Bagian teknik terdiri atas beberapa arsitek lanskap dan arsitek bangunan. Arsitek lanskap bertugas menuangkan konsep ke dalam gambar kasar yang kemudian akan disempurnakan oleh drafter. Arsitek bertugas membuat konstruksi bangunan pada landmark atau sclupture yang digunakan pada desain. Selain itu juga membuat gambaran bentuk bangunan yang akan digunakan untuk menyempurnakan desain yang ada. Secara skematis susunan organisasi perusahaan adapat dilihat pada Gambar 6.
Principal
Bag. Admistrasi Keuangan
Arsitrek Lanskap
Bag. Teknik
Arsitek Lanskap
Arsitek Lanskap
Arsitek
Arsitek Lanskap
Arsitek Lanskap
Arsitek
Gambar 6. Susunan Organisasi Perusahaan 4.1.4 Komunikasi Perusahaan Komunikasi Perusahaan terdiri atas 2 bagian, yaitu komunikasi internal perusahaan dan komunikasi eksternal perusahaan. Untuk komunikasi internal yaitu komunikasi yang dilakukan antara staf dengan pimpinan perusahaan yang dilakukan melalui rapat rutin setiap minggu. Dalam pertemuan ini akan dibahas mengenai jenis proyek yang sedang ditangani, proyek yang akan selesai atau
29
sudah selesai, deadline proyek, penanggung jawab suatu proyek, dan hal-hal terkait. Komunikasi antar staf perusahaan juga merupakan komunikasi internal perusahaan, komunikasi ini dapat dilakukan melalui komunikasi langsung maupun dengan local area conection yang terhubung pada semua komputer di kantor. Dalam komunikasi ini biasanya antar staf akan berkoordinasi mengenai proyek yang sedang dikerjakan bersama. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan antara pihak konsultan dengan klien. Komunikasi ini dilakukan melalui rapat rutin yang telah ditetapkan atas kesepakatan antara kedua belah pihak. Selain melalui rapat, komunikasi antara klien dan pihak konsultan juga dapat
ini dilakukan dengan menggunakan
jaringan internet berupa e-mail,
telepon, dan fax.
4.1.5 Studio Pelaksanaan studio pada Oemardi_zain dilakukan dengan menggunakan sistem komputer (komputerisasi). Sistem penggunaan komputer telah terstruktur dengan baik. Setiap proyek memiliki folder tersendiri yang diberi nama sesuai dengan nama proyek. Di dalam folder tersebut terdapat beberapa folder yang berisi data-data dan hasil yang telah dibuat, yaitu: 1. Data, merupakan data yang diperoleh dari owner. Data-data ini termasuk didalamnya base plan, kondisi eksisting, dll. 2. Drawing, folder ini berisi gambar-gambar yang dibuat sesuai dengan permintaan owner. Pada folder ini terdapat beberapa folder yang diberi nama sesuai dengan tanggal pembuatan gambar. Semua gambar yang ada pada folder ini adalah gambar dalam format autocad. 3. Dokumentasi, berisi surat-surat yang berkaitan dengan proyek tersebut. Misalnya RAB, BOQ, proposal, surat kontrak. 4. Image, folder ini berisi gambar-gambar potongan yang telah diwarnai dengan menggunakan program photoshop. Selain gambar potongan juga terdapat gambar perspektif dan site plan yang tampilannya telah terlebih dahulu diolah kembali menggunakan program photoshop.
30
5. Image Preseden, pada folder ini terdapat foto-foto elemen lanskap yang dijadikan referensi dalam pembuatan site plan. Foto-foto tersebut meliputi elemen softscape dan hardscape. 6. Gambar 3 Dimensi, tidak semua proyek menggunakan gambar 3 dimensi, hal ini disesuaikan dengan permintaan owner. Gambar yang terdapat pada folder ini adalah gambar perspektif 3 dimensi yang dibuat dengan menggunakan program skech up yang kemudian diperhalus dengan menggunakan program photoshop. 7. Laporan, adalah folder yang berisi powerpoint yang akan dipresentasikan pada owner.
4.1.6 Aplikasi Teknologi Informasi Secara umum pada Oemardi_zain, hasil output dari sistem komputerisasi berupa print gambar AutoCad yang akan diberikan kepada klien maupun kontraktor. Kertas yang digunakan umumnya adalah kertas berukuran A3. Selain Autocad, terdapat pula hasil akhir berupa gambar photoshop dan 3Dmax. Hasil akhir photoshop
biasanya digunakan sebagai ilustrasi gambar perspektif dan
potongan, untuk 3dmax biasanya digunakan sebagai gambar 3 dimensi secara keseluruhan atas dasar permintaan klien. Untuk mendukung kinerja dan efisiensi yang baik konsultan laskap Oemardi_zain didukung oleh penggunaan peralatan yang cukup lengkap, peralatan tersebut secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Peralatan yang dimiliki Konsultan Lanskap Oemardi_zain. Peralatan
Jumlah (buah)
Kegunaan
PC (Personal Computer).
10
Menunjang pembuatan gambar kerja.
Plotter
3
Print gambar ukuran A3 dan A4.
Scanner
1
Scan gambar sebagai image presedent
UPS(Unit Power System)
4
Backup data pada komputer
Kamera Digital
2
Alat bantu inventarisasi tapak
Setiap komputer yang digunakan oleh masing-masing staf terhubung dengan jaringan LAN hingga peletakan data proyek dapat diketahui oleh
31
setiap pegawai. Selain itu setiap komputer terhubung dengan jaringan internet hingga mempermudah hubungan antara pegawai, klien dan pimpinan. Selain peralatan, jenis software yang digunakan oleh konsultan lanskap Oemardi_zain cukup beragam. Beragam jenis software yang digunakan memiliki kegunaan masing-masing dalam mendukung kinerja pegawai Oemardi_zain. Beragam jenis software yang digunakan berikut kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Software yang Digunakan Oemardi_Zain dan Kegunaannya. Nama Software
Kegunaan
Adobe Photoshop CS2
3D dan Animasi
Adobe Acrobat Reader
Dokumentasi
AutoCAD 2004 dan 2005
CAD Drawing
3D Studio Max
3D Rendering
Google Earth
Map Searching
Google Sketch Up
3D Rendering
Microsoft Office 2003
Dokumentasi
Yahoo Massenger
Komunikasi Internal Karyawan
4.1.7 Prosedur Pekerjaan Proyek Proses dalam mendapatkan proyek pada konsultan Oemerdi_zain terdiri atas 3 cara, yaitu: melalui tender desain, penunjukan langsung, dan rekomendasi. Tender desain dilakukan apabila konsultan sudah cukup dikenal kemudian diundang oleh pemilik proyek (owner). Kemudian pihak konsultan memberikan proposal dan konsep yang kemudian dipresentasikan kepada pemilik proyek (owner). Pada umumnya tender desain diikuti beberapa konsultan yang bersaing mendapatkan tender melalui konsep yang ditawarkan. Penunjukan langsung dilakukan jika owner dan pihak konsultan telah saling mengenal. Mirip seperti tender desain, hanya saja pihak konsultan yang diundang tidak memiliki saingan dari konsultan lain. Calon klien dapat mencari pembanding jika tidak puas terhadap hasil presentasi konsep yang telah dilakukan. Secara umum tahap yang harus dilalui untuk mendapatkan pekerjaan proyek melalui tender desain dapat dilihat pada Gambar 7.
32
Undangan Tender
Tahap Konsep Desain
Pembuatan Proposal Konsep Konsep Disetujui Turun Surat Perintah Kerja dan pembuatan Kontrak
Desain Draft
Tahap Gambar Kerja
Gambar 7. Tahapan dalam Pekerjaan Proyek.
Rekomendasi dilakukan eks-klien dari konsultan yang sedang mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain yang membutuhkan jasa konsultan. Umumnya rekomendasi dilakukan apabila eks-klien merasa sangat puas dengan hasil kerja konsultan saat melakukan kerjasama. Proses yang umum terjadi adalah tender desain. Ketika konsultan mendapatkan undangan tender dari owner (pemilik proyek), maka pihak konsultan akan mempersiapkan konsep desain dan proposal konsep untuk dipresentasikan dihadapan owner. Kemudian apabila konsep disetujui oleh owner maka konsultan akan mendapatkan surat perintah kerja dan akan dilakukan pembuatan kontrak yang mencakup waktu kerja dan hasil yang akan diberikan. Saat konsultan telah menandatangani kontrak maka dapat dimulai penggambaran desain draft dan gambar kerja lain yang telah disepakati dalam kontrak. Proyek Taman Kota Purwokerto diperoleh dengan tender tertutup. Maksud dari tender tertutup ini beberapa konsultan diundang untuk mengikuti tender. Masing-masing
konsultan
memiliki
konsep
tersendiri
yang
kemudian
33
dipresentasikan kepada owner. Tetapi waktu presentasi setiap konsultan berbedabeda hingga antar konsultan tidak mengetahui konsep konsultan lainnya. Hasil penilaian terhadap presentasi dan konsep yang dilakukan hanya diketahui pihak owner, pihak konsultan hanya mengetahui konsultan mana yang pada akhirnya memenangkan tender. Untuk tahapan kerja pada proyek ini sama seperti proses kerja pada tender desain.
4.2 Deskripsi Proyek Proyek ini bernama Taman Kota Purwokerto eks terminal, Purwokerto, Jawa Tengah, proyek ini merupakan proyek pembuatan taman yang akan dibangun oleh Pemerintah Daerah Banyumas. Konsep taman kota diarahkan pada penciptaan keindahan kota, konsep ini dipadukan dengan konsep taman budaya. Konsep taman budaya diarahkan pada pengadaan sarana-prasarana seni-budaya yang mencerminkan kekuatan kearifan lokal Banyumas. Dengan demikian di lokasi ini, selain secara ekologi diarahkan pada kelestarian lingkungan dan keindahan kota, juga memungkinkan menjadi sarana hiburan dan ekspresi seluruh masyarakatnya dari berbagai kalangan usia. Pembangunan taman kota ini dibagi menjadi 3 tahapan, sesuai dengan alokasi APBD Kabupaten Banyumas. Untuk tahapan yang akan diikuti selama magang hanya mencakup lingkup paket 1. Lingkup pekerjaan yang masuk dalam pengajuan paket 1 ini akan mencakup area-area perencanaan sebagai berikut: 1. Area jalan sekitar dan Parking Area 2. Pedestrian, Jogging Track, Bicycle Track 3. Area Tanaman dan lapangan rumput 4. Area Komersil berupa penataan tempat makan
4.3 Inventarisasi dan Analisis Lokasi Taman Kota Purwokerto berada di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tapak eksisting merupakan bekas terminal Purwokerto . Tapak terletak ± 5 km dari pusat kota dengan luas tapak adalah 1,8 hektare. Purwokerto adalah ibukota Kabupaten Banyumas yang terletak diantara garis busur timur antara 109
0
14’ dan diantara garis lintang selatan 70 26’, pada
34
ketinggian 3.500 dpl atau berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Banyumas memiliki iklim tropis basah. Suhu udara maksimal 30,90 Celcius, dengan suhu minimal 21,40 Celcius. Suhu rata-rata harian berkisar pada angka 26,50 Celcius. Sepanjang tahun, rata-rata terdapat 116 hari hujan dengan kapasitas 2.527 mm. Lahan bekas Terminal Purwokerto memiliki struktur tanah dan geologi berupa assosiasi tanah latosol coklat dari bahan induk tufa vulkan intermedier. Lokasi tapak pada kota purwokerto dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Lokasi Tapak pada Kota Purwokerto (sumber: www.Banyumaskab.go.id, 2009) Lokasi Taman Kota Purwokerto ini berbatasan dengan Jalan Wahid Hasyim sebelah timur, Jalan Barat Terminat Bus Lama di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan dengan Jalan Gerilya, dan di sebelah selatannya dengan Jalan Wahid Hasyim I. Untuk lebih jelasnya batas tapak dapat dilihat pada Gambar 9.
35
TAPAK
UTARA
Gambar 9. Batas Tapak Taman Kota Purwokerto
Total panjang dan lebar terminal masing-masing adalah 153m dan 120m. Kondisi terminal saat ini sudah dalam keadaan kosong, hanya berupa hamparan tanah. Area ini sudah memiliki sistem drainase berupa parit yang berada pada bagian timur dan selatan tapak. Kondisi awal tapak lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Kondisi iklim mikro pada tapak tergolong panas. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan sekitar berupa vegetasi eksisting pada tapak yang didominasi oleh rerumputan liar dan sisa-sisa perkerasan bekas jalur jalan terminal. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman maka pada desain taman akan didominasi oleh tanaman pepohonan yang disesuaikan konsep vegetasi pada Taman Kota Purwokerto. Selain itu pemilihan tanaman juga akan disesuaikan dengan konsep awal pembuatan taman sebagai paru-paru kota.
36
TAPAK
UTARA
1
2
(1) dan (2) View arah selatan dalam tapak
4
(4) dan (5) View arah timur dan barat dalam tapak
3
(3) View arah utara dalam tapak
5
6
(6) View arah selatan dalam tapak
Gambar 10. View area ke bagian dalam tapak Eks terminal Purwokerto
37
TAPAK TAPAK
UTARA
1
(1) Dan (2) view arah TPS eksisting
4
(3) view arah bundaran
(7) dan (8) view arah utara tapak
6
5
(4) dan (5) view arah bundaran
7
3
2
(6) view arah utara tapak
8
9
(9) view arah selatan tapak
Gambar 11. View area di luar tapak Eks terminal Purwokerto
38
Kondisi iklim mikro pada tapak tergolong panas. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan sekitar berupa vegetasi eksisting pada tapak yang didominasi oleh rerumputan liar dan sisa-sisa perkerasan bekas jalur jalan terminal. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman maka pada desain taman akan didominasi oleh tanaman pepohonan yang disesuaikan konsep vegetasi pada Taman Kota Purwokerto. Selain itu pemilihan tanaman juga akan disesuaikan dengan konsep awal pembuatan taman sebagai paru-paru kota. Tata guna lahan di sekitar eks terminal Purwokerto (Gambar 12) sebagian besar diperuntukkan sebagai kawasan pertokoan, kemudian terdapat juga pemukiman penduduk dan kebun milik warga. Selain itu di sekitar tapak terdapat juga mesjid sebagai fasilitas peribadatan masyarakat muslim. Secara keseluruhan letak tapak tergolong strategis, hingga cukup memudahkan jalur akses menuju ke arah tapak. Namun kemudahan jalur akses ini harus dapat diatur dengan baik, agar tidak menimbulkan kemacetan pada kawasan sekitar tapak. Sirkulasi eks terminal (Gambar 12) terdiri dari jalur primer dan jalur sekunder. Jalur primer (warna oranye putus-putus) merupakan jalan utama yang dapat diakses dengan menggunakan berbagai macam kendaraan. Untuk jalur sekunder (warna biru putus-putus) adalah jalur yang hanya mengakomodasi akses warga sekitar. Kendaraan yang dapat masuk pada jalur sekunder adalah kendaraan roda 2, untuk kendaraan roda 4 terbatas pada mobil berukuran kecil (hanya 1 kendaraan). Untuk dimasa yang akan datang akan dilakukan pelebaran jalan pada jalur sekunder hingga dapat menampung jumlah pengunjung pada kawasan taman Kota Purwokerto. Jalur masuk (tanda panah berwarna ungu) pada tapak terdapat 2 pintu yaitu pintu utara dan pintu timur. Dimana kedua pintu tersebut berhubungan langsung dengan jalan utama. Gambar jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 12. Aspek sosial ekonomi yang dimiliki oleh tapak saat ini dari segi pengguna didominasi oleh supir-supir truk yang sedang beristirahat pada tapak. Untuk selanjutnya pada tapak Taman Kota Purwokerto ini pengunjung tapak yang utama nantinya adalah masyarakat sekitar dari berbagai golongan dan usia. Oleh karena itu, untuk menarik minat masyarakat akan dibuat desain yang dapat mengakomodasi semua keinginan-keinginan dan harapan dari penggunanya.
39
Selain taman, juga akan dibangun areal perdagangan dan fasilitas penunjang lainnya yang akan menyediakan jumlah pengguna yang cukup besar bagi pengguna taman. Dibuatnya Taman Kota Purwokerto ini diharapkan dapat mengakomodasi semua kebutuhan aktivitas luar ruang di sekitar tapak bagi pengguna tapak.
Sirkulasi primer
Pemukiman
Sirkulasi sekunder
Pertokoan
Jalur masuk tapak Pertokoan
Kebun Warga
Mesjid
TAPAK
Pemukiman
Mesjid Kebun warga Tapak
Pertokoan
UTARA
Gambar 12. Tata Guna Lahan dan Sirkulasi Sekitar tapak
Tapak berada pada kemiringan yang relative datar, namun pada kawasan di tengah tapak terdapat bagian-bagian tertentu yang bergelombang selain itu juga terdapat sisa perkerasan berupa aspal. Pada bagian yang bergelombang dapat menimbulkan genangan air pada tapak saat terjadi hujan. Oleh karena itu pembuatan drainase pada bagian dalam tapak sangat penting untuk memperbaiki kondisi drainase yang kurang baik. Drainase di dalam tapak akan dibuat menuju ke arah saluran drainase di luar tapak. Selain itu topografi tapak yang datar mempermudah dalam pekerjaan tanahnya, namun karena lahan yang digunakan adalah lahan bekas terminal maka perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan lahan pada tahap awal konstruksi. Kondisi tapak awal merupakan bekas terminal menyebabkan tidak ada daya terik yang ditinggalkan untuk dipertahankan atau dikembangkan dalam desain. Hal ini mempermudah dalam pengaturan letak dan
40
skala ruang.Kondisi topografi tapak yang bergelombang dapat dilihat dari Gambar 13.
1
1) tapak lebih rendah dari sekitarnya,
2
2) genangan air ditengah tapak ,
4 4) Drainase di sisi barat tapak,
3
3) kondisi tapak relative datar
5 2) Drainase di sisi timur tapak ,
6 3) drainase di sisi utara tapak
Gambar 13. Topografi dan Drainase Tapak
4.4 Konsep Desain 4.4.1 Deskripsi Konsep Konsep
perencanaan
Taman
Kota
Purwokerto
dibuat
dengan
mengedepankan fungsi-fungsi konservatif, edukasi dan rekreasi bagi masyarakat. Fungsi ini, sekaligus menjadi landmark kota yang berjati diri dan terintegrasi dengan lingkungan sekitar. Dari konsep ini akan dihasilkan konsep ruang dan konsep tata hijau.
4.4.2 Konsep Ruang Taman Kota Purwokerto dibagi atas 7 (tujuh) zona yaitu zona penerima, zona pengelola, zona pendidikan, zona rekreasi, zona servis, zona komersial dan zona penyangga. Penjelaskan tentang keterkaitan antara
zona, aktivitas dan
41
fasilitas dalam tapak Taman Kota Purwokerto dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada setiap zona yang ada. Zona Penerimaan. Zona penerimaan merupakan area penerimaan pengunjung, zona ini juga dilengkapi dengan area parkir untuk kendaraan pengunjung, dan water feature yang dapat memberikan kesan pertama terhadap kawasan. Taman Kota Purwokerto merupakan kawasan komersil, oleh karena itu taman kota ini dilengkapi loket tiket, untuk menjaga antrian yang tertib maka diberikan railing antrian. Penggunaan bollard dimaksudkan sebagai penghalang kendaraan, hingga kendaraan tidak dapat memasuki kawasan yang memang bebas kendaraan. Untuk menjaga keamanan maka diletakkan Pos jaga agar pengunjung dapat merasa aman
Tabel 4. Program Ruang Zona Penerima NO
RUANG
1
Gerbang Utama
2
Gerbang Sekunder
3
Entry Statement
4
Ruang parkir
FASILITAS - Pintu Gerbang kendaraan - Pintu Gerbang pedestrian - Pos Jaga - Railing antrian - Bollard - Plaza - Toilet Pintu Gerbang kendaraan pedestrian Pos Jaga Railing antrian Bollard Water feature Main signage Lapangan Parkir motor Lapangan Parkir kendaraan Ticket booth
AKTIVITAS - Welcoming - Tiketing - Kontrol pengunjung
- Welcoming - Tiketing - Kontrol pengunjung
- Welcoming - Penandaan area - Parkir Kendaraan
Pada kawasan welcome area diberi vegetasi berupa penutup tanah yang bernilai estetik, baik semak maupun aromatic. Penggunaan tanaman ini dimaksudkan untuk memberikan kesan awal yang menarik bagi pengunjung. Pada area parkir dipergunakan tajuk pohon yang masif atau semi masif. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keteduhan bagi kendaraan pengunjung. Program ruang zona penerimaan dapat dilihat pada Tabel 4.
42
Zona Pengelola. Zona pengelolaan meliputi area kantor pengelola, tempat melakukan monitoring, dan pemeliharaan. Pada zona ini terdapat jalur kendaraan khusus untuk kendaraan pengelola hingga diharapkan dapat membuat pekerjaan pengelolaan dan pemeliharaan menjadi lebih efektif dan efesian. Program ruang zona pengelolaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Program Ruang Zona Pengelola NO 1
RUANG Ruang Pengelola
FASILITAS - Kantor Pengelola - Jalur kendaraan turfpave
AKTIVITAS - Pengelolaan - Pemeliharaan - Monitoring
Zona Pendidikan. Zona pendidikan adalah area yang dijadikan sebagai tempat transfer informasi, tempat koleksi tanaman langka, pembelajaran lingkungan, pembelajaran lalulintas, repling dan mentoring. Program ruang zona pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Program Ruang Zona Pendidikan NO 1 2
RUANG Ruang display dalam ruangan Ruang display luar ruangan
FASILITAS
AKTIVITAS
- Visitor center
- Transfer informasi
-
- Mengkoleksi tanaman langka dan tanaman lokal (koleksi in situ) - Pembelajaran lingkungan - Pembelajaran berlalu lintas - Repling - Mentoring
Arboretum Jalur interpretasi Taman lalu lintas Papan interpretasi
Zona Rekreasi. Zona rekreasi adalah kawasan tempat mekukan kegiatan berekreasi baik secara aktif maupun pasif. Penggolongan kawasan rekreasi ini berdasarkan usia pengunjung, hingga penggunaan kawasan dapat menjadi lebih efektif. Selain berdasarkan usia pengunjung, terdapat juga kawasan rekreasi yang diperuntukkan untuk umum (semua usia). Pada area ini pengunjung dapat lebih berekspresi terhadapa apa yang ingin mereka lakukan. Program ruang zona rekreasi dapat dilihat pada Tabel 7.
43
Tabel 7. Program Ruang Zona Rekreasi NO 1
RUANG Anak-anak
2
Remaja
3 4 5
Dewasa Manula Umum
-
FASILITAS
AKTIVITAS
Children playground Waterplay Flying Fox Skate Corner Grafitti Wall Fitness corner Reflexology Path Event plaza Lapangan rumput Open stage Jalur sirkulasi pejalan kaki Jalur sirkulasi sepeda
- Bermain
Zona Komersil. Zona komersil
- Bermain - Berkumpul - Olahraga - Relaksasi - Pesta - Piknik - Bird feeding - Pertunjukan musik,drama,dll - Baby sitting - Melukis - Jogging - Bersepeda
merupakan area publik yang mendukung
kenyamanan pengunjung yang berisi beberapa fasilitas dintaranya café, pujasera, dan souvenir. Area ini memberikan fasilitas kepada pengunjung untuk berbelanja atau sekedar duduk bersantai. Program ruang zona komersil dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Program Ruang Zona Komersil NO 1
RUANG Ruang Komersial
FASILITAS -
Kios, Outdoor Cafe Pujasera
AKTIVITAS - Berbelanja - Makan dan Minum
Zona Servis, yaitu merupakan zona pusat utilitas yang ada pada taman kota. Program ruang zona servis dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Program Ruang Zona Servis NO 1
RUANG Ruang Servis
FASILITAS Tempat Penampungan Sementara (TPS) Gardu listrik
AKTIVITAS − Pemeliharaan − Pengelolaan sampah
44
Zona Penyangga, yaitu zona yang berfungsi membentu terjaganya zonazona dalam tapak. Selain itu zona ini juga melindungi bagian dalam tapak. Ruang yang terdapat pada zona penyangga hanyalah ruang pasif dengan fasilitas berupa pagar parimeter. Aktivitas yang dilakukan pada zona ini adalah aktivitas pemeliharaan. Pada konsep taman kota, ruang pada tapak dibagi atas: Entry statement, entertainment stage & plaza, gate, sport area, children play ground area, commercial area, arboretum, parking area, green parimeter, dan TPS. Untuk lebih jelasnya pembagian zona-zona tersebut dapat dilihat pada Gambar 14.
Parking
TPS
Pagar Parimeter Arboretum
Commercial Area
Arboretum
Gate
Commercial Area Children Play Ground
Entertainment Stage & Plaza Commercial Area
Sport Commercial Area Parking
Gate
Parking
Sport
Entry Statement
Pagar Parimeter UTARA
Gambar 14. Konsep Ruang Taman Kota Purwokerto
Secara fungsional, zona-zona dalam Taman Kota Purwokerto akan memiliki hubungan antar ruang. Hubungan fungsional tersebut menggambarkan kedekatan zona satu dengan yang lain. Kedekatan hubungan dalam disain akan ditandai dengan jarak dan letak antar zona atau keberadaan jalur sirkulasi penghubung antar zona sehingga akan didapatkan penempatan zona yang efektif dan efisien. Hubungan antar zona dalam Gambar 15.
taman kota ini dapat dilihat pada
45
F u n g s i T a m a n K o ta
Z ona
F u n g si L a n d m a rk
Z o n a P e n e r im a
F u n g si R e k re a si
Z o n a H ib u r a n
H u b u n g a n A n ta r Z o n a
Z o n a R e k re a si Z o n a O la h r a g a Z o n a K o m e r s ia l Z o n a S e r v is F u n g s i P e n d id ik a n - K o n s e rv a s i
Z o n a P e n d id ik a n
: T id a k a d a h u b u n g a n f u n g s io n a l : H u b u n g a n f u n g s io n a l ta k la n g s u n g : H u b u n g a n f u n g s io n a l la n g s u n g
Gambar 15. Hubungan Antar Zona Taman Kota Purwokerto Fungsi landmark kota ini memiliki satu zona yaitu zona penerima, dengan empat ruang. Ruang-ruang yang terdapat di zona penerima ini adalah ruang gerbang primer dan sekunder, ruang entry statement, ruang visitor centre, ruang pengelola dan ruang parkir. Secara rinci alokasi fasilitas dan daya dukung zona penerima pada Taman Kota Purwokerto dipaparkan pada Lampiran 1. Fungsi Rekreasi ini memiliki lima zona yaitu zona hiburan, zona rekreasi, zona olahraga, zona komersial dan zona servis. Secara rinci alokasi fasilitas dan daya dukung pada area yang berfungsi sebagai rekreasi, Taman Kota Purwokerto dipaparkan pada Lampiran 2. Fungsi pendidikan dan konservasi ini memiliki satu zona yaitu zona pendidikan, dengan dua ruang. Ruang-ruang yang terdapat di zona Pendidikan dan Konservasi ini adalah ruang arboretum dan ruang taman lalu lintas. Secara rinci alokasi fasilitas dan daya dukung zona Pendidikan, Taman Kota Purwokerto dipaparkan pada Lampiran 3.
4.4.3 Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas Sistem sirkulasi penting diperhatikan untuk menghubungkan aktivitasaktivitas yang ada di suatu tapak. Dua hal utama yang harus diperhatikan dalam merancang sistem sirkulasi adalah penyesuaian dan penyusunan terhadap ruang tersedia, dan penyusunan dari suasana dan pemandangan yang akan dinikmati. Sedangkan skala arsitekturalnya tergantung dari kebutuhan pengguna, kapasitas, dan hubungannya terhadap elemen disain pelensgkap lainnya sehingga sistem
46
sirkulasi mempunyai hierarki dalam mendistribusikan volume lalu lintas. Konsep sirkulasi pada taman Kota Purwokerto dapat dilihat pada Gambar 16.
Sirkulasi primer Sirkulasi Sekunder
UTARA
UTARA
Sirkulasi Perimeter
Gambar 16. Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas Taman Kota Purwokerto
Konsep sirkulasi dalam tapak terbagi menjadi 3 hierarki jalur sirkulasi, seperti yang terdapat pada Gambar 16, tentang konsep sirkulasi dan aksesibilitas, yaitu: 1. Sirkulasi Primer Sirkulasi primer di taman ini dimaksudkan sebagai akses atau jalur masuk utama arus pengunjung. 2. Sirkulasi Sekunder Sirkulasi sekunder yang menghubungkan antar kawasan aktifitas satu dengan yang lain. 3. Sirkulasi Perimeter Sirkulasi perimeter ditujukan untuk jalur servis yang mengelilingi tapak. Sistem sirkulasi di dalam tapak dibuat bebas, jadi setiap zona pada tapak dapat saling terhubung dengan zona lainnya. Dan sebagian besar zona terhubung dengan open space. Hal ini dikarenakan fungsi open space sebagai tempat
47
berkumpul dan berekreasi pengunjung. Adapun pembuatan pintu ke dalam taman dimaksudkan agar tercipta ketertiban bagi pengunjung. Arus kegiatan sirkulasi di dalam tapak didominasi oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda. Hal ini dikarenakan taman yang dibuat memang dikondisikan bebas kendaraan. Namun tetap disediakan jalur kendaraan untuk pengangkutan bagi kawasan komersil dan pengangkutan pada acara khusus menuju visitor centre.
5.3.4 Konsep Vegetasi Penataan ruang hijau yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu area dalam merepresentasikan fungsinya. Oleh karena itu, penanaman vegetasi pada Taman Kota Purwokerto didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: a. Fungsi suatu tanaman dalam perancangan. b. Klasifikasi fisik dan hortikultur tanaman yang disesuaikan dengan kondisi ekologis pada tapak. Klasifikasi fisik antara lain bentuk tajuk pohon (Gambar 17).
Tajuk Bulat
Tajuk Oval
Tajuk Memayung
Tajuk Kolumnar
Tajuk Menjurai
Tajuk Piramid
Tajuk Tak Beraturan
Gambar 17. Macam Bentuk Tajuk Pohon
48
Pada area parkir dipergunakan tajuk pohon yang masif atau semi masif. Pemilihan tanaman disesuaikan dengan tema dan konsep yang diambil yaitu taman kota, selain itu faktor iklim dan kondisi tapak juga harus diperhitungkan. Untuk kawasan sekitar bangunan dipergunakan pepohonan dengan tajuk yang bervariasi sesuai dengan fungsinya. Pada kawasan welcome area diberi vegetasi berupa penutup tanah yang bernilai estetik, baik semak maupun aromatic. Penggunaan tanaman ini dimaksudkan untuk memberikan kesan awal yang menarik bagi pengunjung. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keteduhan bagi kendaraan. Komposisi tanaman dapat mendukung karakter taman kota yang dengan kombinasi pola acak, pola organik dan geometrik Penggunaan tanaman pada taman kota, selain berdasarkan fungsi-fungsi yang disebutkan diatas, terdapat juga pemilihan tanaman dengan fungsi-fungsi khusus, seperti: 1. Pelestarian Tanaman Langka (Endangered Plants) Tanaman langka berfungsi selain sebagai tanaman koleksi juga dapat menjadi tanaman yang berfungsi arsitektural maupun estetis. Jenis tanaman yang ideal adalah tanaman langka yang memiliki karakter unik dan memiliki ciri tersendiri. 2. Pelestarian Tanaman Lokal (Indigenous Plants) Pulau Jawa merupakan salah satu penyumbang plasma nutfah tumbuhan penting di Indonesia meski keragamannya tidak begitu meruah. Oleh karena itu, taman kota ini mencoba mengakomodasi penerapan sumber daya hayati dari jenis tanaman lokal yang perlu dilestarikan dalam konsep tata hijau. Kesesuaian dengan iklim setempat dan ketahanan hidup yang tinggi merupakan salah satu nilai lebih penggunaan tanaman lokal dalam desain lanskap. 3. Habitat Burung Lansekap perkantoran merupakan salah satu kontributor lansekap habitat burung yang akan mendukung kelestarian satwa burung nantinya. Fungsi tanaman sebagai habitat burung selain sebagai daerah perlindungan (Protection Area), juga sebagai daerah transisi (Transition Area), dan sebagai daerah koridor (Corridor Area). Jenis tanaman yang ideal yaitu tanaman yang
49
berfungsi sebagai tempat berlindung, bertengger, beristirahat, mencari makan dan tempat untuk berkembang biak.
4.4.5 Konsep Penataan dan Peletakan Site Furniture Peletakan site furniture dapat
membentuk suasana kawasan. Dalam
penempatan fasilitas-fasilitas site furniture haruslah mudah dijangkau dan mudah perawatannya. Berikut beberapa site furniture yang digunakan dalam Taman Kota Purwokerto: 1. Lampu Taman. Pertimbangan dalam merencanakan lampu pejalan kaki adalah penerangan yang tidak menyilaukan mata serta mampu menerangi secara jelas. Tinggi lampu yang umum digunakan adalah 3-5 meter. Jarak peletakan yang baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau overlap pada ketinggian 2 meter. 2. Lampu Sorot. Lampu sorot hanya diterapkan pada area khusus, biasanya tempat dilaksanakannya kegiatan dengan intensitas tinggi atau massal seperti arena olahraga, plaza, pada event-event tertentu. 3. Bangku Taman. Bangku taman dirancang sedemikian rupa sesuai dengan standar sehingga ergonomis dan nyaman dengan pengaplikasian material yang tepat. 4. Tempat sampah. Tempat sampah dirancang dengan fungsi ganda yaitu dari segi fungsional sekaligus beraspek pendidikan lingkungan. Dengan pemisahan sampah menjadi sampah organik, non organik dan kertas pengunjung taman kota dididik untuk membuang sampah secara tepat dan mengenalkan konsep reduce-reuse-recycle. 5. Banner. Banner ditempatkan sebagai penanda dan penarik perhatian pada areaarea dengan penekanan dan fungsi khusus. 6. Sculpture. Sculpture dapat berfungsi sebagai penanda lokasi, sebagai elemen estetis seni, ditempatkan di area strategis, pada tempat dengan visibilitas tinggi. 7. Bicycle rack. Fasilitas tempat sepeda diperlukan dengan tersedianya jalur khusus sepeda. 8. Signage. Signage adalah tanda-tanda buatan yang fisiknya terlihat secara visual, berupa gambar petunjuk yang bertujuan untuk memberikan informasi
50
kepada pengguna untuk kemudahan interaksi dengan ruang dan mencapai tujuan pergerakannya. 9. Pagar Perimeter. Perencanaan pagar perimeter sangat penting untuk membatasi area taman dengan area lainnya terutama untuk alasan keamanan. Selain fungsi keamanan pagar perimeter dapat di buat menarik sehingga keberadaannya semakin mendukung tema taman kota. Desain yang dibuat harus menyatu dengan bangunan dan perawatannya mudah. Ketika melakukan proses desain pada suatu kawasan, penting untuk memperhatikan peletakan site furniture, karena peletakan site furniture juga dapat membentuk suasana suatu kawasan. Selain itu, bentuk site furniture juga harus diperhatikan. Bentuk site furniture harus sejalan dengan tema keseluruhan tapak. Hal yang penting dari site furniture ini adalah ukuran. Ukuran dari site furniture yang digunakan harus sesuai dengan ukuran penggunanya (ergonomis). Karena hal ini akan mempengaruhi kenyamanan pengguna tapak dan memudahan dalam perawatan fisiknya.
4.4.6 Konsep Utilitas Elemen yang termasuk dalam utilitas meliputi drainase, hidran, boks kabel telepon, listrik, penutup saluran bawah, kisi penutup pohon dan lain-lain. Secara ideal jalur pejalan kaki seharusnya relatif bebas dari penutupan utilitas. Jika tidak memungkinkan, penutup utilitas dapat dimasukkan sebagai bagian dari pola lantai keseluruhan. Peletakan utilitas dapat dilakukan pada daerah tepi jalan dan dapat diletakkan di atas maupun di bawah tanah dengan alasan keamanan dan keindahan. Beberapa utilitas yang biasanya terdapat pada tapak adalah: 1. Utilitas drainase pada tapak di bagi menjadi drainase terbuka dan drainase tertutup. Pertimbangan pemilihan jenis drainase didasari dengan referensi penggunaan lahan pada tapak. Drainase tertutup di tempatkan pada bagian perkerasan seperti pada plaza atau jalur pejalan kaki (trotoar). Untuk area terbuka tanpa perkerasan, drainase yang di pilih adalah drainase terbuka. 2. Jalur kabel bawah tanah 3. Jalur irigasi. Jalur irigasi terdiri dari beberapa perlengkapan, seperti: Water tap, pipa saluran irigasi, Valve box, Sprinkler, dll.
51
4. Jalur telepon 5. Sumur resapan
4.5 Final Design Gambar Final design adalah gambar terakhir yang telah disepakati oleh klien dan konsultan. Untuk selanjutnya proses pekerjaan akan berlanjut pada tahap tender.Gambar final adalah gambar yang telah ditentukan, meliputi: 1. Gambar Plan, yang meliputi gambar denah lanskap (L-P1-101), gambar denah level dan grading (L-P1-102), gambar denah dimensi dan material (L-P1-103), gambar denah titik lampu (L-P1-104), gambar denah drainase dan irigasi (LP1-105), gambar denah penanaman pohon (L-P1-106). 2. Gambar Section, merupakan gambar potongan tampak. Untuk kawasan Taman Kota Purwokerto ini terdiri atas 13 potongan. Gambar potongan 1 dan 2 memotong area pedestrian, untuk gambar 3 menampakkan potongan taman pada Entry Statement menghadap ke arah barat daya. Gambar potongan 4 dan 5 merupakan gambar potongan pada kawasan welcome area. Gambar potongan 6 dan 7 merupakan gambar potongan yang memotong area parkir yang terletak di selatan dan barat area taman. Gambar potongan 8 dan 9 merupakan potongan pada kawasan arboretrum dan entertainment stage. Gambar potongan 10 memotong kawasan plaza, sedangkan gambar potongan 11 memotong area komersil yang terletak di sebelah selatan taman. Gambar potongan 12 memotong kawasan pedestrian pada tengah taman dan gambar potongan 13 memotong kawasan arboretum pada tapak. Keseluruhan gambar potongan ini memberikan informasi mengenai elevasi dan level tapak yang diperlukan sebagai referensi untuk konstruksi. 3. Gambar detil, merupakan gambar konstruksi dari elemen-elemen yang digunakan pada tapak. Pada gambar detil dapat diketahui informasi mengenai bahan yang digunakan dimensi serta menjadi acuan dalam penyusunan RAB dan BOQ. Gambar detil yang dibuat mencakup detil water fature & signage, rumah pompa, low wall, bollard, plaza, pedestrian & track, tree pit, tangga, ramp, dan pujasera, lampu, gerbang, pagar, gerbang TPS dan rumah trafo, pos jaga dan tiket, serta drainase dan irigasi.
52
4.5.1 Detail Development Progress-Layout Plan Tahap ini adalah tahap penggambaran secara rinci dari Concept Development. Gambar Detail Development terdiri dari gambar, Lighting Plan, Detail Construction Planting Plan. Dapat dilihat pada gambar L-P1-101 denah lansekap, aksesibilitas menuju tapak dapat melalui dua jalur, jalur utama yang ditentukan berdasarkan posisinya yang dekat jalan raya, sehingga dapat dipastikan pengguna akan banyak menggunakan jalur ini dan jalur pendukung untuk memfasilitasi pengguna yang bermukim di sebelah utara. Jalur utama menuju taman ini pun dirancang tidak berada pada jalur utama karena dapat menimbulkan kemacetan saat tapak dipenuhi pengunjung. Jalan menuju pintu utama dilakukan pelebaran menjadi 6 meter. Pelebaran jalan ini dimaksudkan untu mempermudah akses kendaraan menuju pintu utama taman. Disekitar pintu gerbang masuk juga disediakan lahan parkir kendaraan. Aktivitas utama jalur masuk utama ini sebagai tempat keluar masuknya pengguna taman, sedangkan pada jalur pintu masuk kedua dikhususkan bagi keluar masuknya kendaraan fasilitas yang mengangkut barang-barang pujasera, dll. Jalur sirkulasi di dalam tapak dibagi atas pedestrian pejalan kaki, bicycle track dan jogging track. Untuk jalur jogging track dan bicyle track di letakkan bersebelahan. Jalur ini memiliki pola mengelilingi tapak, untuk menghilangkan kesan monoton jalur dibuat berkelok-kelok. Jalur pedestrian dibuat lebih berkelok dan terpisah dari dua jalur yang lain. Pola jalur pedestrian dibuat lebih panjang agar pengunjung dapat lebih mengeksplore setiap bagian pada taman. Selain itu bentuk pola sirkulasi yang berliku memberikan kesan petualangan bagi pengunjung karena tujuan akhir yang tidak terlihat. Dari gerbang utama terdapat plaza yang langsung menghubungkan ke arah open space. Untuk memperkuat kesan mengarahkan maka diberi tanaman yang berjajar sepanjang plaza. Plaza ini menggunakan material penutup berupa coral sikat pancawarna, coral sikat grey dan batu purwokerto. Pengunaan variasi material ini untuk memecah kemonotonan pada plaza. Pada sisi plaza ditanam pohon ornamental berbunga (Bauhinia blakeana ) sebagai pengarah menuju open space. Open space yang terdapat di tengah taman dikelilingi oleh plaza yang
53
berbentuk oval. Plaza ini menggunakan material penutup berupa paving block warna abu-abu muda dengan pola herring bone yang dipadukan dengan batu purwokerto. Penggunaan material batu purwokerto merupakan pengulangan material dari plaza yang lainnya hingga terdapat kesatuan dari pola desain taman namun tetap bervariasi hingga menghindarkan dari kebosanan dan kemonotonan . Pujasera yang disediakan sebagai fasilitas penunjang pada taman menggunakan perkerasan yang permanent namun bangunan pujasera merupakan tenda kerucut yang dapat diganti setiap beberapa bulan. Bangunan tenda ini untuk memberikan kesan unik dan modern. Selain penggunaan tenda kerucut juga digunakan sunbrella sebagai tempat bersantai dan menunggu pesanan makanan dari pujasera. Pada bagian luar taman disediakan tempat parkir kendaraan. Tempat parkir ini dibagi berdasarkan jenis kendaraan yang akan parkir. Pada bagian timur tardapat parkir untuk kendaraan besar seperti bus, atau minibus. Selain itu juga terdapat tempat parkir untuk mobil. Pada bagian selatan tempat parkir yang disediakan khusus untuk kendaraan roda 4 berukuran standar (sedan, jeep,van, dll). Tempat parkir kendaraan roda 2 disediakan pada bagian barat taman. Selain itu juga terdapat tempat khusus parkir kendaran pengangkut sampah yang terpisah dari tempat parkir. Pada gambar L-P1-102 denah level dan grading, kita dapat mengetahui ketinggian tapak. Pada gambar ini terdapat beberapa singkatan, diantaranya adalah: FFL (Finish Floor Level), menunjukkan ketinggian perkerasan; FGL (Finish Ground Level), menujukkan letak ketinggian ground/tanah; TOR (Top Of Railing), menunjukan ketinggian dari pagar pembatas kawasan/tapak; TOS (Top Of Signage), menunjukkan ketinggian dari signage yang dibuat; TOW (Top Of Wall), menunjukkan tinggi bagian paling atas dari perkerasan tembok; dan WL (Water Level) menunjukkan level ketinggian permukaan air dibandingkan dengan permukaan tanah. Secara umum dilihat dari level permukaannya, kawasan Taman Kota Purwokerto memiliki bentuk permukaan yang relatif datar. Hal ini memudahkan dalam peletakan fasilitas yang diinginkan. Namun kawasan dengan permukaan
54
yang datar harus didesain dengan menarik agar tidak menimbulkan kebosanan akibat kemonotonan level lahan. Gambar L-P1-103 denah dimensi dan material menunjukkan jenis material yang digunakan pada Taman Kota Purwokerto ini. Material yang digunakan cukup beragam, namun jenis material yang digunakan antara satu dan yang lainnya masih menyatu hingga tetap unity. Selain itu juga dilakukan pengulangan penggunaan meterial yang ada hingga pada kawasan tapak antara satu bagian dengan bagian yang lain masih tetap terasa kesatuannya. Pemilihan jenis material juga dilihat dari potensi masyarakat lokal. Hingga ada bagian-bagian tertentu yang menggunakan material lokal hingga dapat dijadikan suatu ciri khas dari tapak ini.
4.5.2 Detail Development Progress – Lighting Plan Lampu disepanjang pedestrian harus memiliki radius sebaran cahaya yang cukup untuk menerangi lingkungan sekitar (Harris dan Dines, 1988). Gambar rencana cahaya (Gambar L-P1-104) adalah gambar informasi titik-titik peletakkan lampu pada taman. Jarak antar titik lampu adalah ± 10000mm, yang merupakan jarak yang dapat dicakup radius sebaran cahaya untuk menerangi lingkungan sekitar secara tak terputus, sehingga aman bagi pengguna taman di malam hari, terutama di area yang masih memiliki aktivitas pada malam hari.
4.5.3 Detail Development Progress - Detail Construction Sebuah detail dapat memperlihatkan penampilan visual yang menarik mengenai bagaimana sebuah elemen dapat diselesaikan dan dibangun dengan melengkapi lambang-lambang setiap material yang dipergunakan, tetapi tetap saja dibutuhkan tambahan petunjuk untuk para kontraktor. Dimensi untuk garis dan gambar dapat menunjukkan informasi tercepat mengenai seluruh jarak ataupun ukuran tanpa usaha kontraktor untuk memperhatikan skala yang tertera sebagai informasi pendukung (Walker, 1996). 1. Typical Main Signage dan Water Feature Main signage adalah salah satu elemen utama dalam desain. Karena signage akan menjadi salah satu penciri sebuah kawasan. Dapat juga dikatakan bahwa keberadaan signage ini di maksudkan untuk menandai suatu kawasan.
55
Dalam Proyek Taman Kota Purwokerto ini keberadaan signage berperan sebagai penanda kawasan taman. Adapun Water feature merupakan salah satu atraksi tambahan berupa permainan air. Pemberian water feature ini dapat memberikan kesan menarik dan menghindarkan dari kesan bosan. Pembuatan signage (gambar L-P1-301) ini berupa tulisan Taman Kota Purwokerto, yang dibuat dengan menggunakan bahan plat alumunium dengan finishing powder coating putih. Ukuran huruf adalah tinggi 1300 mm dan tebal 75 mm. Untuk menambah nilai estetika pada malam hari, maka diberikan efek cahaya dengan cara menambahkan burried light. Hal ini membuat signage tidak hanya dapat dinikmati pada siang hari namun juga tampak indah pada malam hari. Susunan material pembentuk signage ini adalah tanah yang dipadatkan setebal 200mm, agregat B setebal 200mm, rabat beton setebal 300mm, kemudian ring balok setebal 200mm. Pada bagian ring balok ini ditanamkan buried light yang difinishing dengan menggunakan plester dan cat tembok mowilex Pebble BS 00 A 01. Water fature yang dibuat berupa semburan air ini memiliki susunan pembentuk yang serupa dengan susunan pembentuk pada main signage. Hanya saja terdapat beberapa tambahan seperti adanya plastik cor yang diletakkan diantara agregar B dan rabat beton. Peletakan plastik cor ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran air atau rembesan air. Selain itu juga terdapat pipa yang menghubungan antara nozzle dan drain inlet dengan rumah pompa. Ketebalan rabat beton yang digunakan juga hanya berukuran 150mm. Agar air mengalir dengan lancar kearah drain inlet maka dibuat kemiringan permukaan water fature sebesar 2%. 2. Typical Rumah Pompa dan Artificial Wall Pumah pompa adalah tempat meletakkan pompa yang mendorong air pada water feture yang terdapat didepan taman (gambar L-P1-302). Rumah pompa ini di letakkan dibawah level tanah, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu view pengunjung taman. Bagian atas rumah pompa diberi open stage. Untuk menutupi pandangan ke arah tangga yang menuju rumah pompa, maka di beri tembok artifisial setinggi 2 m di salah satu sisi open stage.
56
Artificial wall adalah dinding buatan yang digunakan sebagai hiasan, Dinding ini memiliki ketebalan 300 mm dengan tinggi 2000mm, pada Proyek Taman Kota Purwokerto dinding ini tidak hanya sebagai hiasan tetapi juga berfungsi untuk menutupi pandangan pengunjung kearah tangga menuju rumah pompa. Adapun material pembentuk dinding ini adalah slab beton setebal 200 mm kemudian sloof beton setebal 200mm, dinding terbuat dari pasangan bata yang pada bagian luarnya dilapisi spesi setebal 30mm kemudian untuk finishing menggunakan plester halus dan cat tembok mowilex pebble BS 00 A 01 ( gambar gambar L-P2-304). 3. Typical Low Wall Typical Low wall yang digunakan di Taman Kota Purwokerto ini adalah beton dengan finishing berupa plester halus dan cat tembok. Low wall ini berukuran lebar 230 mm, dan berfungsi sebagai aksen, tempat duduk serta tempat peletakan lampu jenis TL light. Lokasi Low wall ini dapat dilihat pada gambar LP1-303. Low wall ini menggunakan material pembentuk berupa tanah padat setebal 150 mm yang dilapisi oleh pasir dengan ketebalan 50 mm, kemudian dibuat pondasi batu kali dengan ketebalan 300 mm. Jarak batas atas pondasi dengan level tanah adalah 100 mm, kemudian digunakan pasangan bata pada low wall setinggi 430 mm. Sebagai penutup bata digunakan beton dengan ketebalan 100 mm dan plaster halus setebal 20 mm untuk finishing menggunakan cat tembok mowilex Pebble BS 00 A01. Ukuran beton penutup dibuat lebih lebar dari ukuran low wall hingga tepat dibawah beton dapat diletakkan lampu jenis TL. 4. Typical Bollard Details Bollard merupakan sebuah system pengamanan untuk area /kawasan parkir. Namun pada Taman Kota Purwokerto bollard digunakan sebagai aksen penghias tapak. Bollard ini berukuran 600x600 mm dengan ketinggian 400 mm dari permukaan tanah. Material pembentuk bollard adalah tanah yang dipadatkan setebal 150mm, kemudian ditimbun dengan pasir padat setebal 50mm, diatas pasir padat diletakkan fondasi dari bahan batu bata setebal 300mm. Untuk badan bollard sendiri menggunakan pasangan bata merah. Pasangan bata merah ini mulai diletakkan pada kedalaman 150mm dari permukaan tanah. Pada bagian bata
57
yang berbatasan dengan tanah diberi Sealer Joint untuk menjaga bentukan bollard. Bollard ini kemudian menggunakan finishing berupa plester halus yang di cat eksterior warna hitam (gambar L-P1-304) 5. Typical Plaza Taman Kota Purwokerto menggunakan plaza sebagai area entertainment stage. Selain itu plaza juga dipadukan dengan lawn area untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial. Dalam taman kota purwokerto terdapat beberapa tipe plaza, yaitu: Tipikal plaza oval, tipikal plaza batu purwokerto, tipikal plaza koral sikat, tipikal plaza pintu 1, tipikal plaza pintu 2, dan jalan service. Beragam jenis plaza ini dikarenakan adanya perbedaan pada penggunaan material pada permukaan plaza, dan pola perkerasan (gambar L-P1-305). Pada tipikal plaza oval, material yang digunakan adalah paving block berwarna abu-abu muda dengan ukuran 210x105x80mm yang disusun dengan pola hearringbone. Material pembentuknya adalah tanah yang dipadatkan, agregat A setebal 150mm, agregat B setebal 120mm, dan abu batu setebal 50mm kemudian diletakkan paving block, untuk jarak antar paving block adalah 11mm. Tipikal plaza batu purwokerto menggunakan bahan dasar berupa batu purwokerto yang disusun sejajar dengan jarak cukup lebar yang kemudian pada jarak antar batu diberi rumput. Batu purwokerto yang digunakan berukuran 100x100mm, dengan naad 20-25mm. Material penyusun tipikal ini adalah: tanah yang dipadatkan, geotextile, pasir padat setebal 50mm, kemudian diletakkan batu purwokerto yang disusun dengan jarak antar batu adalah 22mm. Pada jarak antar batu diberi pasir hingga sejajar dengan batu kemudian ditanami rumput sebagai penyerap air. Tipikal plaza koral sikat merupakan plaza yang membentang dari gerbang pintu 1 sampai plaza oval. Plaza ini menggunakan gabungan beberapa perkerasan, namun jenis perkerasan yang digunakan masih menyatu dengan perkerasan yang digunakan plaza lain pada tapak hingga dapat dirasakan kondisi yang unity. Perkerasan koral sikat pearl gray dengan diameter 3-5mm digunakan pada sisi kiri dan kanan plaza koral sikat selebar 1600mm. Kemudian pada bagian tengah menggunakan koral sikat panca warna diameter 3-5mm selebar 4800mm. Batu purwokerto diletakkan sepanjang 600mm setiap penggunaan koral sikat sepanjang
58
3400mm. Ukuran lebar plaza ini adalah 8000mm dengan panjang 61884mm. Pada bagian kiri dan kanan plaza diletakkan tree pit berukuran 1000x1000mm. Antara koral sikat pearl gray dan koral sikat panca warna terdapat tali air berukuran 10mm. Material penbentuk tipikal plaza ini adalah tanah padat, agregat B setebal 200mm, setelah diletakkan plastik cor diatas agregat B kemudian ditutup dengan rabat beton setebal 80mm dengan M4-150. Kemudian rabat beton dilapisi spesi setebal 20mm, setelah spesi maka diletakkan koral sikat. Tipikal plaza pintu 1 dan pintu 2 memiliki kesamaan pola bentukan perkerasan. Pola yang digunakan adalah pola kipas, dengan material penutup permukaan adalah paving block K250 warna merah dengan ukuran 118x128mm, 118x105mm, 118x118mm, 118x58mm, dengan diameter 110mm dan tebal 65mm (paving ini adalah paving pembentuk pola kipas), dan paving block K250 warna abu-abu tua dengan ukuran 105x105x60mm. Paving abu-abu tua digunakan sebagai pembatas antar paving pola kipas, pemerian paving ini sepanjang 200mm setiap penggunaan pola kipas sepanjang 2000mm. Tipikal plaza service merupakan plaza yang digunakan sebagai jalur kendaraan service. Jalur ini menghubungkan antara gerbang 2 dengan bangunan service center. Tipikal plaza ini menggunakan perkerasan berupa paving block dengan 2 pola yaitu pola runningbond dan pola hearringbone. Ukuran jenis paving yang digunakan adalah sama yaitu 210x105x80mm dengan warna abu-abu muda. Pada sisi kiri dan kanan plaza diberi kanstin (balok penahan permukaan plaza agar tidak bergeser). Untuk ukuran kanstin yang digunakan adalah 200mm, dengan material pembentuknya adalah lapisan pasir padat setebal 50mm, kemudian base beton setebal 100mm, setelah itu diletakkan kanstin. Plaza ini memiliki kemiringan 2% ke arah kanstin. 6. Typical Pedestrian dan Track Perkerasan permukaan yang baku memiliki banyak variasi dan penerapanpenerapannya. Pemilihan bahan akhir ditentukan oleh kegunaan perkerasan, pemeliharaan yang dibutuhkan serta kualitas visualnya (Laurie, 1986). Jalur sirkulasi di dalam taman (gambar L-P1-306) dibagi atas pedestrian pejalan kaki, bicycle track dan jogging track. Pembagian ini berdasarkan kegunaan dan kepentingan pengguna, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
59
kenyamanan pengguna pedestrian, yaitu
dengan
mengurangi kemungkinan
terjadinya singgungan / tabrakan antara pengguna pedestrian & pengguna track. Pada jalur jogging, bicycle, dan pedestrian memiliki material penutup yang sama yaitu rabat beton floor harderner berwarna abu-abu discoring l = 5mm tiap 2000 mm. Material pembentuknya adalah agregat B setebal 200 mm, plastic cor, dan rabat beton setebal 100 mm dengan floor harderner. Plastik cor dletakkan diantara agregat B dan rabat beton. Peletakan rabat beton adalah 50mm dibawah tanah, hingga rabat beton yang terlihat pada permukaan tanah adalah setebal 5 mm. Setiap 2000mm dibuat tali air sebagai tempat mengalirnya air dengan ukuran 5 mm. Terdapat pula pedestrian parimeter di sekeliling taman, sebagai tempat pejalan kaki. Pedestrian ini menggunakan cover paving blok pola kipas dengan ketabalan 65mm. Paving block ini memiliki variasi 2 warna, merah pada bagian tengah dan abu-abu tua pada bagian pinggirnya. Fungsi lain dari pedestrian ini adalah menutupi drainase yang ada pada tapak. Material pembentuk pedestrian ini adalah agregat B setebal 200mm, pasir yang dipadatkan setebal 55mm, kemudian paving block. Pedestrian yang berbatasan dengan jalan diberi kanstin yang sejajar dengan pedestrian dengan ketinggian 190mm dari permukaan jalan. Kemudian pedestrian yang berbatasan dengan tanah diberi expansion joint agar terhindar dari pergeseran. 7. Typical Tree Pit Pada Taman Kota Purwokerto menggunakan dua tipikal tree pit. Tree pit ini memiliki kegunaan yaitu sebagai bak tanaman pada kawasan plaza. Lokasi kedua planter seat ini dapat dilihat pada gambar L-P1-307. Pada tree pit tipikal 1 berbentuk persegi dengan ukuran 1000x1000mm. Tree pit ini dikelilingi oleh beton jepit dengan ketebalan 100mm dan kedalaman beton jepit adalah 500mm dari permukaan tanah. Tree pit tipikal 2 dibagi atas 2 jenis. Tree pit tipikal 2 jenis 1 berbentuk lingkaran dengan diameter 1500mm. Pada sekeliling tree pit diberi beton jepit setebal 100mm yang diletakkan di dalan tanah dengan kedalaman 500mm dari permukaan tanah. Pada tree pit tipikal 2 jenis 2, perbedaan hanya pada ukuran diameter tree pit yaitu 1100mm dengan dikelilingi oleh beton jepit berukuran 100 mm yang diletakkan di dalam tanah
60
sedalam 500 mm. Perbedaan jenis tree pit dibagi berdasarkan pada bentuk dan ukuran tree pit. 8. Typical Steps Details Pencapaian pejalan kaki dari satu bidang horizontal menuju bidang horizontal lain yang lebih tinggi atau lebih rendah dapat diwujudkan dengan menggunakan tangga atau ramp. Menurut Booth (1983), dalam mendisain tangga, terdapat beberapa bagian yang harus diketahui dan digunakan yakni, step, riser, landing, dan platform. Step adalah bidang horizontal tempat pijakan kaki, riser adalah bagian vertikal dari tangga, landing adalah level area diantara dua seri tangga, dengan luasan lebih lebar dari step dan platform adalah bidang horizontal yang dihubungkan dengan tangga. Tangga (gambar L-P1-308) yang digunakan menggunakan meterial rabat beton dengan ketebalan 100 mm , wiremash M4 dengan floor hardener warna abu-abu. Pada penghubung antara area perkerasan pujasera dan tangga digunakan beton jepit dengan ketebalan 100mm. Ukuran step pada tangga adalah 300mm dan riser pada tangga adalah 150mm. Selain itu terdapat juga perkerasan untuk pujasera, yang juga bermaterialkan rabat beton dengan ketebalan 100 mm , wiremash M4 dengan floor hardener warna abu-abu. 9. Typical Lights Details Penggunaan lampu dalam taman tidak hanya dijadikan sebagai penerang. Sistem pencahayaan yang dirancang dengan baik dapat menunjukkan kesan dramatis dan menimbulkan kontras ditengah redupnya malam. Penggabungan pencahayaan ornamental dan fungsional dengan baik sangat penting dilakukan agar taman dapat didayagunakan lebih optimal.(Raine Jhon, 2005). Penggunaan jenis lampu yang digunakan dalam pencahayaan Taman Kota Purwokerto (gambar L-P1-309) terdiri atas beberapa jenis yaitu: Garden Light, Pole Light dengan banner, Stadion Light, Pipa sparing diameter 50mm, Up light, dan Lampu TL (tube light). Beragam jenis lampu yang digunakan ini bergantung pada penempatan lampu ditaman dan fungsi penerang itu senediri.
61
Lampu taman yang digunakan memiliki ketinggian sekitar 3800mm dengan bagian kepala memiliki kepala lampu bega (gambar L-P2-316). Kepala lampu ini berfungsi sebagai pemantul cahaya lampu, agar cahaya lampu lebih tersebar ke bawah. Bagian tiang lampu menggunakan CHS berdiameter 3” dengan finishing Powder coating black matte, namun 700mm dari permukaan tanah menggunakan CHS dengan diameter 5”. Tiang ditahan dengan plat besi setebal 6mm yang diikat dengan 4 nos angkur baut berdiameter 13mm. Adapun pondasi lampu taman menggunakan pondasi beton bertulang dengan kedalaman 1000mm dari permukaan tanah. Ukuran diameter tulangan pada pondasi adalah 10mm dan ukuran diameter sengkangan 8-150. Lampu stadion digunakan pada kawasan open space. Lampu stadion ini diletakkan sekeliling open space sebanyak 4 buah lampu. Masing-masing tiang lampu terdiri atas 4 buah lampu. Tiang lampu menggunakan bahan Galvanized conical colom dengan finishing cat hitam. Tinggi tiang lampu adalah 7000mm. Lampu stadion ini ditahan dengan menggunakan plat besi yang ditahan dengan 4 buah baut angkur yang langsung mengikat pada pondasi beton yang digunakan. Pondasi beton yang dibuat agar dapat menahan lampu stadion ini memiliki ketebalan 800mm, yang berada di bawah permukaan tanah (gambar L-P1-309). Lampu banner menggunakan lampu 150 W dengan jenis Singel Fitting 550mm. Lampu diletakkan diatas banner dengan jarak 500mm. Tiang menggunakan galvarize conical colomn dengan finishing cat hitam. Sama seperti detil lampu yang lainnya detil lampu banner juga menggunakan pondasi beton dengan ketinggian 800mm di bawah permukaan tanah. Lampu burried yang diletakkan untuk menerangi signage secara up light adalah lampu dengan spesifikasi burried light Artolite Tipe AGL MD 2079 L-A MR 16 (gambar L-P1-309). Lampu ini diletakkan untuk menerangi signage di bagian depan taman pada malam hari. Selain itu pemberian cahaya dengan menggunakan lampu yang ditanam akan memberikan efek khusus berupa kesan dramatis yang dapat memberikan efek kemunculan objek diantara latar belakang yang gelap atau kurang terang.
62
10. Typical Gerbang 1 & 2, pagar & fondasi pagar Pagar merupakan salah satu pembatas kawasan. Pembatas pada suatu kawasan dapat berupa pagar masif dan pagar transparan. Pagar yang digunakan paada Taman Kota Purwokerto ini (gambar L-P1-310) adalah pagar transparan hingga tidak berkesan terlalu tertutup dan masif. Pagar dibuat dengan menggunakan bahan besi RHS (Rectangular Hollow Stell) dengan finishing berupa cat berwarna hitam. Sistem bukaan yang digunakan pada gerbang 1 adalah dengan menggunakan roda yang terpasang pada rel roda., hingga mempermudah dalam sistem membuka dan menutup gerbang. Sedangkan pada gerbang 2 tidak menggunakan roda dan rel roda. Untuk menahan gerbang terdapat kolom dengan ukuran 400x400x2500mm. Kolom terbuat dari pasangan bata dengan finishing plaster halus dan cat warna abu-abu muda (Mowilex Pearl Gray E099). Namun pada setiap sisinya terdapat kolom beton berukuran 100x100mm, kolom beton ini menggunakan tulangan besi dengan diameter 4-ø12mm. Pada bagian atas kolom digunakan ring balok beton dengan ketebalan 80mm, dengan diameter 8-100mm. Untuk pondasi kolom menggunakan pondasi batu kali terdiri atas pasir padat setebal 100mm, kemudian diletakkan batu kali dengan ketebalan 100mm, hingga total kedalaman pondasi untuk kolom ini adalah setebal 800mm. Pembangunan pagar ini menggunakan susunan material yaitu pasir yang dipadatkan setebal 50mm, pondasi batu kali setebal 800mm, diatas pondasi diletakkan sloof beton berukuran 300x300mm, diatas sloof adalah pasangan bata, kemudian diletakkan pagar (gambar L-P1-310 lembar ke-4). 11. Typical Surface Drainage Menurut de Chiara (1990), sistem drainase bawah permukaan maupun permukaan harus diadakan secara memadai untuk mengumpulkan dan menyalurkan air hujan dan air bawah permukaan. Drainase harus dirancang agar mampu menampung limpasan air hujan yang dihitung berdasarkan kondisi kekuatan batas pembangunan tapak yang menyebabkan limpasan tersebut dimasa mendatang maupun daerah drainase di luar tapak. Drainase yang digunakan pada Taman Kota Purwokerto, terdiri atas beberapa jenis. Untuk drainase yang terdapat pada bagian luar tapak merupakan drainase eksisting. Hanya saja pada mulanya drainase ini merupakan drainase
63
yang terbuka, kemudian didesain ulang hingga drainase ini menjadi tertutup. Pada bagian atas diberi perkerasan hingga dapat juga berfungsi sebagai pedestrian. Pada bagian-bagian tertentu terdapat Manhole cover berukuran 1200x1200mm. Manhole cover dibuat dengan bahan berupa beton cetak tulangan dengan diameter 8mm. Manhole cover ini berfungsi sebagai penutup berlubang untuk memudahkan pengecekan kelancaran air drainase pada inlet drain yang terletak di samping manhole cover. Manhole cover juga merupakan jalan masuk bagi pekerja jika dilakukan perbaikan/pembersihan pada saluran drainase (gambar L-P1-311). Pada saluran inlet drain dipasang pipa dengan diameter 4”menuju ke dalam saluran drainase berupa pipa beton dengan diameter 800mm (V.C Pipa 800 ex boral).
4.5.4 Detail Development Progress – Planting Plan Proses desain membantu arsitek lanskap untuk mencapai desain tapak total yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi kebutuhan proyek seefisien dan seestetis mungkin. Setiap tanaman yang ditanam juga harua memiliki tujuan khusus. Tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik terhadap kondisi lingkungan yang ada. Desain penanaman terbaik didapatkan dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya desain lanskap yang baik didapatkan apabila pengguna atau pengunjung merasa nyaman berada di dalamnya dan jika ruang tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan (Simond, 1983). Tanaman memiliki peran penting dalam desain, karena memberi bentuk dan kualitas pada sebuah rancangan. Tanaman yang ada jika dipergunakan secara teratur dan volumetris maka dapat membentuk susunan ruang yang efektif dan bentuk-bentuk arsitektural serta menambah warna pada lingkungan dan menghasilkan bayangan. Secara garis besar tanaman dibagi atas tiga katagori utama: pohon, semak, dan groundcover. Planting plan pada Taman Kota Purwokerto ini sebagian besar didominasi oleh tanaman pepohonan. Hal ini mengacu pada konsep vegetasi awal yang digunakan pada pembuatan taman yaitu sebagai kawasan edukasi dan konservasi tanaman botani. Hingga beragam jenis
64
pohon yang digunakan pada umumnya adalah tanaman asli indonesi yang beberapa diantaranya merupakan tanaman yang tergolong tanaman langka. Pada gambar L-P1-106 dapat dilihat beragam jenis pepohonan yang digunakan pada Taman Kota Purwokerto. Jenis pepohonan tersebut antara lain: Antidesma bunius, Azadiracha indica, Bauhinea Blakeana, Baccaurea racemosa, Cocos capitata, Dalbergia latifolia, Diospyros philippinensis, Delonix regia, Eugenia jambos, Eusideroxylon zwageri, Ficus elastica var yellow, Fragarea fragrans, Mimusops elengi, Manilkara kauki, Mangifera odorata, Pinus mercusii, Stelechocarpus burahol, Samanea saman, dan Tabebuia argentea. Jenis-jenis semak yang terdapat pada taman kota purwokerto belum ditentukan pada paket pertama ini. Pemilihan semak yang akan digunakan pada Taman Kota Purwokerto ini akan dilakukan dengan penunjukan langsung di lapangan oleh konseptor. Beberapa jenis tanaman langka yang digunakan pada Taman Kota Purwokerto yaitu: Antidesma bunius (buni), Azadiracha indica (mimba), Baccaurea racemosa (menteng), Dalbergia latifolia (sonekeling), Diospyros philippinensis (bisbul), Eusideroxylon zwageri (kayu besi), Fragarea fragrans (tembusu), Manilkara kauki (sawo kecik), Mangifera odorata (kweni), dan Stelechocarpus burahol (kepel) Kesan formal dapat dirasakan pada jalur masuk ke taman yang menuju ke arah open space, dimana Bauhinia blakeana ditanam berjajar membentuk kolom yang mengarahkan pengguna masuk kedalam open space. Selain sebagai tanaman pengarah Bauhinea blakeana juga sebagai tanaman aksen (penghias) yang memberikan warna tersendiri pada tapak dari bunga yang dihasilkannya. Selanjutnya pada bagian open space yang lain juga terdapat tanaman yang di tanam secara berjajar dan membentuk kolom, namun pada kawasan ini, maksud dari penanaman tersebut bukan untuk mengarahkan melainkan sebagai tanaman aksen dan peneduh. Tanaman yang digunakan adalah Cocos capitata dan Tabebuia argentea. Ketiga jenis tanaman ini ditanam dalam tree pit yang berada di sekitar plaza. Maksud lain dari pemberian tanaman di sekitar plaza adalah sebagai penghalus dari perkerasan yang ada dan juga menciptakan keseimbangan. Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang dan bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, tajuk), tekstur
65
tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman yang berada disekitarnya memiliki fungsi estetik. Tanaman Cocos capitata juga berfungsi sebagai tanaman estetik yang formal. Samanea saman dengan tajuk lebarnya dapat mengendalikan iklim mikro dan menyaring sinar matahari yang masuk ke taman hingga dapat menjadi peneduh bagi pengunjung yang berjalan atau beristirahat dibawahnya. Beberapa jenis tanaman ada yang diletakkan dalam tree pit. Hal ini dimaksudkan untuk menghaluskan kawasan bangunan dengan keberadaan tanaman. Namun, pembuatan tree pit harus disesuaikan dengan ukuran tanaman yang akan ditanam. Karena apabila ruang (lubang tanam) yang diberikan untuk perkembangan akar tidak memadai maka akan menyebabkan perkembangan yang tidak maksimal pada tanaman (kekerdilan). Penempatan berbagai jenis tanaman pada sepanjang jalur sirkulasi pada tapak dapat memberikan kesan tersendiri bagi pengunjung. Salah satu diantaranya memecah kemonotonan pada tapak. Bentuk sirkulasi yang dibuat berliuk dapat meningkatkan daya jelajah pengunjung. Jika jenis tanaman yang digunakan hanya jenis yang sama maka dapat menimbulkan rasa bosan. Namun jika menggunakan tanaman dengan jenis yang berlebihan maka akan meningkatkan biaya pemeliharaan dan merusak kesatuan desain. Oleh karena itu pada taman kota purwokerto selain menggunakan beragam tanaman, pengulangan jenis tanaman juga dilakukan pada sisi yang lain hingga akan tercipta kesatuan dari desain. Untuk tanaman-tanaman yang diletakkan secara berkelompok, pada umumnya merupakan tanaman langka yang keberadaannya hendak ditonjolkan pada tapak. Karena keberadaannya selain sebagai sumber informasi juga dapat sebaga penciri pada spot tertentu di dalam tapak taman kota purwokerto. Tanaman tanjung (Mimusops elengi) yang ditanam pada sekeliling tapak dapat menjadi penciri kawasan. Penempatan tanaman ini pada tapak memiliki fungsi khusus. Tanaman tanjung merupakan tanaman yang dapat menyerap timbal. Walaupun daya serapnya tidak terlalu tinggi, namun tanaman ini termasuk tanaman yang tidak peka terhadap pencemaran hingga daya hidupnya lebih tinggi. Selain itu tanaman tanjung juga dapat menghasilkan bau-bauan yang harum hingga dapat menepis bau kurang sedap dari arah luar tapak (misalkan asap kendaraan/sampah pada kawasan TPS).
66
Konsep vegetasi yang lainnya yang ingin dicapai pada pembuatan taman kota purwokerto adalah tanaman-tanaman yang dapat menarik kehadiran burungburung, diantaranya adalah Ficus elastica var Yellow. Kedatangan burung-burung ini dapat menjadi atraksi tersendiri bagi kawasan di Taman Kota Purwokerto. Pada area parkir diletakkan tanaman Tabebuia argentea. Tanaman ini merupakan tanaman peneduh. Selain bentuknya tajuknya juga dapat menaungi, tanaman ini juga digunakan sebagai aksen hingga kawasan parkirpun tetap tampak indah. Taman Kota Purwokerto juga menggunakan tanaman-tanaman langka yang dapat dijadikan sarana edukasi bagi pengunjung. Selain itu tanaman ini juga dibududayakan dengan cara eks-situ.
4.6 Tender Drawings Management Gambar-gambar yang dipersiapkan untuk tender harus memiliki standar data dengan tujuan untuk memudahkan penyusunan gambar dan memudahkan penyampaian informasi yang diperlukan. Standar data yang harus tertera dalam gambar proyek oemardi_zain adalah : 1. Key Plan Key plan adalah gambar keseluruhan tapak dalam skala kecil sebagai acuan untuk melihat tepatnya lokasi layout plan berada yang ditandai dengan arsiran. 2. Catatan Kolom catatan ini berisi catatan-catatan saat gambar desain diserahkan pertama. Catatan ini berisi hasil yang harus direvisi pada gambar yang telah diserahkan dan tanggal penyarahan revisi. 3. Judul Proyek dan Judul Lembaran Judul proyek ini diberi keterangan alamat tapak untuk menjelaskan tepatnya lokasi tapak tersebut berada. Sedangkan judul lembaran adalah pencantuman laporan singkat apa saja yang terdapat pada setiap lembaran gambar tersebut seperti, plan, section, elevation, typical details dan lain-lain. 4. Kolom Persetujuan Gambar Kolom ini berisi tandatangan pihak yang terlibat dalam pembuatan gambar dan pihak yang bertanggungjawab terhadap gambar. Pihak yang bertandatangan di
67
kolom persetujuan adalah asisten direktur dan arsitek lanskap yang merangkap sebagai project landscape architect. 5. Kop Oemardi_zain Kop ini berfungsi sebagai pembuktian diri (lembaga) dan beberapa informasi, hal ini juga dapat dimaksudkan untuk memperoleh lebih banyak pekerjaan di kemudian hari. 6. Keterangan Gambar Proyek Keterangan ini memuat nama arsitek lanskap yang merancang gambar, nama draftsman, nama pemeriksa, tanggal gambar, nomor gambar, skala gambar dan nomor revisi. 7. Arah Utara Setiap gambar harus diberi arah utara karena tanpa arah utara ini sangatlah tidak mungkin untuk mengetahui arah orientasinya ketika membaca gambar tersebut. 8. Judul Gambar Judul gambar diberikan jika dalam satu lembar gambar terdapat beberapa gambar, setiap gambar harus diberi judul dibawahnya. Arah utara dan skala juga harus dicantumkan jika dalam satu lembar gambar tersebut terjadi perbedaan arah utara dan skala. 9. Daftar Gambar Daftar gambar memuat kolom-kolom sebagai berikut: jenis gambar (detail elemen keras atau detail elemen lunak), nomor gambar, judul gambar, ukuran kertas gambar, intensitas perubahan gambar dan keterangan. Fungsi dari daftar gambar adalah untuk mengetahui total gambar yang ada dalam satu paket gambar tender.
4.7 Masalah dan Kendala pada Proyek Taman Kota Purwokerto Secara umum desain taman kota purwokerto sangat baik karena telah memenuhi kualitas taman yang baik (dilihat dari kriteria fisik dan non fisik) dan dapat diaplikasikan pada tapak. Selain itu desain yang dibuat telah diperhitungkan dapat mengakomodasikan keinginan dari seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja secara teknis, kurang layak untuk dikatakan sebagai taman kota. Karena pada
68
hakikatnya taman kota adalah taman yang dapat mengakomodasi seluruh aktivitas warga kota secara bebas. Adapun pada kenyataannya, berdasarkan keputusan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas sebagai owner dari proyek ini, untuk memasuki Taman Kota Purwokerto ini akan dipungut biaya retribusi yang akan dipergunakan sebagai biaya perawatan dan pemeliharaan. Hingga keberadaan taman kota ini tidak sepenuhnya diperuntukkan kepada warga kota, namun hanya kepada warga yang dapat membayar biaya retribusinya. Ketika proses analisis ada kegiatan analisis yang tidak dilaksanakan, yaitu analisis sosial yang menyangkut keinginan pengunjung (user). Hal ini dikarenakan klien telah memberikan gambaran secara umum keinginan pengguna. Hingga dalam hal ini pihak konsultan tidak lagi melakukan analisis sosial secara langsung. Pihak konsultan hanya melaksanakan apa yang diinginkan oleh pihak klien (Pemerintah Daerah Kabupaten Purwokerto). Jadwal kerja sangat diperlukan sebagai pedoman dalam menyelesaikan tahapan kerja agar penyelesaiaan proyek dapat efektif (tepat waktu) dan efisien. Pada pelaksanaan Taman Kota Purwokerto ini tidak terdapat jadwal yang pasti akan waktu penyerahan hasil kerja. Pemberitahuan meeting yang mendadak menjadi salah satu kendala dalam koordinasi kerja antara pihak konsultan dan owner. Hal ini dikarenakan jarak geografis antara konsultan dengan owner tidak memungkinkan jika dilakukan perjalanan mendadak. Pemecahan tahapan proyek yang dilakukan saat proyek sedang berjalan menjadi salah satu penyebab mundurnya waktu penyerahan desain. Pada awal tender, desain yang diminta adalah desain keseluruhan. Namun pada saat penyerahan desain, pihak owner (Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas) meminta perubahan. Perubahan tersebut adalah pembagian desain dalam 3 tahapan. Pembagian ini dimaksudkan untuk menyesuaikan RAB pembangunan dengan anggaran daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perubahan ini menyebabkan mundurnya jadwal penyerahan konsep dan desain. Selain itu, terjadi beberapa perubahan pada gambar yang akan diserahkan. Gambar yang akan diserahkan hanya gambar awal yang terdapat pada paket 1, untuk bangunan terpaksa di cancel pada paket 2.
69
Dalam penyerahan BOQ dan RAB, pihak owner menginginkan BOQ dan RAB yang dibuat adalah berdasarkan harga dan standar daerah (Purwokerto). Pada kenyataannya RAB dan BOQ yang dibuat biasanya menggunakan harga standar kawasan jabotabek. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi pihak konsultan untuk membuat RAB dan BOQ. Selain itu dapat mengurangi keakuratan dari RAB yang dibuat karena terdapat selisih harga dari jabotabek dan daerah. Dalam mengatasi masalah ini pihak Oemardi_zain telah mencoba mengefektifkan waktu berkomunikasi dengan pihak owner. Untuk mengejar waktu yang terbuang karena adanya pemecahan desain, pihak oemardi_zain menambah waktu kerja karyawan untuk menyelesaikan gambar desain tepat pada waktunya. Selain itu, untuk menghindari deadline terhadap proyek ini (karena ketidak jelasan waktu) maka pihak Oemardi_zain membuat jadwal penyerahan proyek sendiri kepada karyawannya, hingga pada saat diminta gambar desain telah siap.
70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Desain Taman Kota Purwokerto dibuat dengan mengarahkan taman sebagai landmark kota, kawasan konservasi, edukasi dan rekreasi. Adapun landmark kota terletak pada zona penerimaan, yang diwakili oleh keberadaan water feature, main signage, dan lawn. Fungsi konservasi pada taman diwakili oleh kawasan arboretum, dimana kawasan ini mengkonservasi beberapa tanaman langka dan tanaman asli kawasan. Fungsi edukasi pada kawasan dapat dilihat dari penggunaan signage dan papan informasi yang memberikan informasi seputar jenis tanaman pada taman. Selain itu juga terdapat taman yang khusus dibuat sebagai tempat pembelajaran berlalu-lintas (taman lalu-lintas). Fungsi rekreasi diwakili oleh kawasan children play ground, water play, sport area, plaza dan open stage. Adapun konsep rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Taman Kota Purwokerto memiliki ciri khas dalam desainnya berupa penggunaan material asli daerah (batu purwokerto) yang digunakan pada kawasan open stage. Dilihat dari kriteria fisik dan non fisik, desain taman kota purwokerto telah memenuhi kualitas taman yang baik. Selain itu desain yang dibuat telah diperhitungkan dapat mengakomodasikan keinginan dari seluruh lapisan masyarakat. Dalam pembuatan desain harus memperhatikan daya dukung tapak, dan keseimbangan antara kawasan vegetasi dan kawasan terbangun. Penggunaan vegetasi yang berlebihan dapat merusak desain dan mengurangi kenyamanan pengguna. Selain teori desain terdapat beberapa faktor yang juga sangat berpengaruh terhadap pembuatan desain Taman Kota Purwokerto. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembuatan desain Taman Kota Purwokerto adalah kondisi iklim kawasan. Kondisi iklim kawasan ini berpengaruh terhadap pemilihan penggunaan softscape dan hardscape pada tapak. Faktor lain yang juga mempengaruhi pembuatan desain adalah keinginan dari pemilik proyek. Keinginan pemilik proyek juga akan berpengaruh pada bentuk desain secara
71
keseluruhan dimana pemilik proyek biasanya memiliki keinginan-keinginan spesifik terhadap hasil desain akhir yang disesuaikan dengan anggaran pemilik proyek tersebut. Masalah yang sering dihadapi dalam implementasi proyek adalah perubahan rancangan sering kali dilakukan akibat permintaan klien yang disesuaikan dengan kondisi finansial yang dimiliki klien. Hal ini sering memperlambat waktu penyelesaian proyek. Namun dengan dengan sikap profesionalisme yang dimiliki perancang, maka masalah tersebut dapat diatasi.
5.2 Saran Usaha Pemerintah Daerah Purwokerto dalam mengalihfungsikan lahan bekas terminal Purwokerto menjadi taman kota adalah usaha yang baik, yang patut dicontoh oleh pemerintah kota yang lain. Pembagian proyek menjadi 3 tahap adalah usaha pemerintah yang cukup baik dalam menekan anggaran pemerintah namun tetap memperhatikan nilai desain. Hanya saja masalah pembagian proyek menjadi 3 tahapan sebaiknya dibicarakan pada awal pendiskusian tender yang terjadi antara pihak owner dengan pihak konsultan agar waktu penyelesaiaan proyek tidak tertunda.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pemanfaatan Taman Kota. http://www.ecoton.co.id [20 Nov 2009]. Andriana D. 2007. Taman Kota Untuk Siapa? http://www.deniborin.multly.com. [21 Nov 2009]. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26. Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta. Carpenter PL, Walker TD and Lanphear FO. 1975. Plant in The Lanskap. San Francisco: W.H. Freeman and Co. 481 p. David S, Huntington L and Key R. 1994. The Complete Book Of Garden Design, Construction, and Planting. Singapore: Kyodo Printing Co. 256 p. De Chiara J and Koppelman LE. 1982. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. 375 p. Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB press. 226 p. Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. RTH Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Gallion AB dan Eisner S.1994. Pengantar Perancangan Kota (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. 304 hal. Hill, WF.1995. Landscape Handbook for The Tropics. New York: Packard Publishing. 406 p Hack G. 1988. Physical Planning and Urban Desaign. Di dalam: Catanese, A.J. and J.C. Snyder (eds.). Urban Planning. McGraw-Hill, Inc.p.187-219. Hakim R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Jakarta: Bumi Aksara. 162 hal. Harris CW dan Dines NT. 1988. Time Saver Standar for Landscape Architecture: Design and Construction Data. New York: Mc Graw-Hill Book Co. 960 p. Ingels JE. 2004. Landscaping Principles and Practising 6 th Edition. New York: Delmar Publishers. 426 p. Kraus RG dan Curtis JE. 1982. Creative Management in Recreational and Parks. Edisi Ketiga. London : The C.V. Mosby Company. Laurie M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Bandung: Intermatra. 133 hal. Porteus JD. 1977. Environment and Behavior: Planning and Everyday Urban Life. Colombia: Addison-Wesley Publishing Company. 130 p.
73
Raine J. 2005. Garden Lighting. Jakarta: Gramedia Majalah. 127 hal. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York : Mc Graw-Hill Co. 331.p. Scarlet QQ. 2008. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman. http://id.shvoong.com. [10 Jan 2010]. Sulistyantara B. 2006. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya. 187 hal. Zubir I. 2009. Ruang Terbuka Hijau dan Peraturan Lanskap Kota. http:// wordpress.com. [9 Jan 2009].
74
LAMPIRAN
75
NO 1.
2.
3.
4.
5.
Lampiran 1. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Zona Kota Purwokerto STANDAR RUANG FASILITAS KEBUTUHAN JUMLAH RUANG* Gerbang 1 - Pintu Gerbang Primer kendaraan dan - Pintu Gerbang Sekunder 1 pedestrian - Loket Tiket - Pos Jaga 0.53 m2/org 2 - Railing antrian 0.53 m2/org 2 - Bollard 5 - Plaza - Toilet 12 - Pagar 0.53 m2/org 4 perimeter 1.44 m2 4 1 Entry Statement
Visitor Center (272 m2)
Ruang Pengelola
- Water feature - Main signage - Lawn - Special Lighting - Lobby penerima - Mushola - Toilet
-
1
3 m2/org 0.53 m2/org
1 1 21 1 1 4
Penerima Taman LUAS (m2)
DAYA DUKUNG
14 m1
-
13 m1
-
3.5 5.4 10 m1
2 org 2 org -
40 8 550 m1 121
300 org 4 org -
7.7 60 Pemba gian Luas sesuai kebutu han sda
20 org -
0.53 m2/org 1 - Kantor Pengelola Lebar 6 m 1 560 - Jalur kendaraan turfpave Parkir 2 m2/motor 304 - Lapangan Parkir motor 25 m2/mobil 836 - Lapangan Parkir Mobil 50 m2/bus 5.4 - Tempat Parkir Bus/Truk 1.35 m2 1 15 - Ticket & Security booth * Menurut : Harris and Dines (1988); Chiara dan Koppelman(1990).
-
-
-
70 unit 52 unit 3 unit 6 org
76
Lampiran 2. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Fungsi Rekreasi Taman Kota Purwokerto STANDAR DAYA LUAS NO ZONA RUANG FASILITAS KEBUTUHAN JUMLAH DUKUNG 2 (m ) RUANG* (org) 1. Hiburan Entertainment - Panggung 3 m2/org 1 443 148 Stage pertunjukan 1 - Kanopi 0.53 m2/org 1 300 500 - Plaza Open Lawn 3 m2 1 1500 500 - Lawn 1 - Sistem drainase subsoil 2 - Lampu Sorot Open Plaza 0.53 m2/org 1540 2910 - Plaza 1 unit/2 org 6 12 - Bangku taman 2 - Lampu Sorot - Sunbrella 1 Unit/4 org 10 40 2. Rekreasi Children 3 m2/org 186.5 40 - Lawn Playground 8 21 - Children playground equipment Waterplay 3 m2/org 1 174 50 - Rubber mat 3 8 - Waterplay equipment 1.44 m2 5 8 5 - Ruang Ganti 1.44 m2 5 8 5 - Toilet Flying Fox 2 36 6 - Flying Fox Tower 3 3 - Flying Fox Equipment 3 m2/org 1 170 50 - Lawn Skate Corner - Concrete 3 m2/org 1 330 100 1 unit/ 8 org 2 16 - Skate plat 1 - Grafitti Wall - Jalur Park 1.2 m 1 435 pedestrian Connector 2.4 m 1 843.5 - Jalur sepeda Per 10 m 73 - Lampu taman 1 unit/2 org 28 56 - Bangku
77
Lanjutan Lampiran 2. NO 3.
4.
5.
ZONA Olahraga
RUANG Fitness Corner
FASILITAS
STANDAR KEBUTUHAN JUMLAH RUANG* 3m2/org 6
LUAS (m2)
50 - Lawn - Fitness equipment 1.2 m 1 16 - Reflexology Path 0.53 m2/org Sesuai Sesuai Komersial Ruang - Kios batik 0.53 m2/org kebutuhan kebutuha Komersial - Kios suvenir 7.065 m2/meja 24 n 120 - Pujasera 0.53 m2/org 3 82 - Kios bunga 7.065 m2/meja 6 105 - Outdoor 1 unit /4 org 15 cafe - Sunbrella Servis Ruang Min 18 m2 1 18 - Gudang Servis 1 43 - Ruang pompa 1 16 - TPS (Tempat Penampunga 1 42 3.5x7 m2 n Sementara) - Gardu Listrik * Menurut : Harris and Dines (1988); Chiara dan Koppelman(1990).
DAYA DUKUNG (org) 10 6 3 17 155 15 60 2 -
-
78
Lampiran 3. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Zona Pendidikan Taman Kota Purwokerto STANDAR DAYA LUAS NO RUANG FASILITAS KEBUTUHAN JUMLAH DUKUNG 2 (m ) RUANG* 1. Arboretum - Koleksi 321 tegakan pohon Sesuai - Papan Kebutuhan interpretasi 1.2 m - Jalur Pedestrian - Green Perimeter 2. Taman 1.2 m 400 - Jalur jalan Lalu Sesuai - Papan Lintas Kebutuhan interpretasi 10 3 - Lampu taman * Menurut : Harris and Dines (1988); Chiara dan Koppelman(1990).