Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
DESAIN MODEL PENGEMBANGAN DIKLAT GIZI YANG EFEKTIF UNTUK MASYARAKAT MARGINAL DEVELOPMENT MODEL DESIGN OF EFFECTIVE EDUCATION AND TRAINING ON NUTRITION FOR MARGINAL SOCIETY Atiek Zahrulianingdyah Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 email:
[email protected] Diterima tanggal: 26/03/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 22/05/2013; Disetujui tanggal: 02/12/2013 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membangun model pengembangan pengorganisasian pendidikan dan pelatihan gizi, menguji keefektifan pembelajaran pada model pengorganisasian pendidikan dan pelatihan gizi. Sampel berjumlah 60 ibu dari 286 ibu dengan teknik purposive cluster random sampling. Analisis data menggunakan deskripsi persentase dan keefektifan model pembelajaran pendidikan dan pelatihan gizi dengan desain penelitian “One-Group Pretest-Posttest Design”, menggunakan uji beda (paired t test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model faktual amat jarang dilakukan dan bersifat insidentil karena diberikan oleh kader PKK atas instruksi dari tingkat Kecamatan. Model pengembangan yang ditemukan adalah model konseptual 4 (empat) langkah, yaitu: 1) perencanaan; 2) pengorganisasian; 3) penggerakan; dan 4) evaluasi. Pembelajaran memiliki efektivitas yang tinggi. Terbukti adanya perbedaan hasil sebelum dan sesudah diklat secara signifikan, dimana t hitung sebesar 13,246 sedangkan t tabel 2,861 (t hitung > t tabel). Ada penurunan angka anemia gizi besi antara sebelum (40%) dan sesudah pelatihan gizi (20%) p< 0,05, diukur selang enam bulan dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan gizi, dan terbukti ada perbedaan secara signifikan. Disarankan agar dilakukan pendampingan pasca pendidikan dan pelatihan gizi dan diperlukan penguatan dari tokoh masyarakat serta perangkat desa Kata kunci: model pengembangan, pengorganisasian diklat, gizi, berbasis masyarakat, dan masyarakat marginal. Abstract: The purposes of this research is to describe and set-up the development model for organizing education and training of nutrition, assesst the effectiveness of teaching learning on the model for organizing education and training of nutrition. This research involved sample of 60 mothers from 286 mothers by using technique of purposive cluster random sampling. While data analyse used percentage description and the effectiveness of teaching learning model for education and training of nutrition by research design of “One-Group Pre Test – Posttest Design”, which used Paire t test. The research result shown that the factual model was very rarely implemented, since it was delivered incidentally by the women group of Family Welfare Education at the Level of Village as the Instruction of subdistrict level. The development model found 4 (four) steps of conceptual models, are: 1) planning; 2) organising; 3) acting/implementing, and 4) evaluating. Teaching learning shown implementing high effectiveness, as evidenced by the significant difference of result between before and after training, which Tscore is 13,246 while T table is 2,861 (Tscore> ttable). There is a decrease in iron anemia rates between before (40%) and after training in nutrition (20%), and sifnificant difference on tscore>ttable. Researchers suggested that need a post – training assisstances in nutrition and empowerment from the leaders community and team driving the PKK to carry out a balanced diet in everyday family meals. Keywords: development model, organizing education and training, nutrition, community based, marginal society.
499
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Pendahuluan
tidak beralih ke makanan pokok beras, karena
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini masih banyak
selama ini negara kita sedang berupaya untuk
masyarakat Indonesia yang belum bisa menge-
menekan permintaan akan beras dari berbagai
nyam pendidikan secara memadai. Komunitas
wilayah.
yang biasa disebut dengan istilah masyarakat
Berdasarkan pengamatan, masyarakat desa
marginal atau masyarakat terpinggirkan pada
Mangli memiliki karakteristik unik dalam mem-
um umny a kondisi ek onom inya
lem ah d an
pertahankan budayanya, khususnya dalam hal
berdomisili di daerah pinggiran atau pedesaan
pangan. Sumber daya alamnya menyediakan
ya ng k urang le luasa m enga kses tek nologi
berbagai jenis bahan pangan nabati yang memiliki
mutakhir yang menjadi salah satu tolok ukur
nilai gizi memadai, seperti jagung, talas, ubi,
ma juny a pe rada ban manusia. Di satu sisi,
berbagai macam sayuran pegunungan (wortel,
masyarakat marginal memiliki kelebihan dalam hal
kool, sawi, prei, kacang, labu, dsb). Keseder-
mempertahankan adat kebiasaan yang dipegang
hanaan dalam memilih menu dikhawatirkan akan
teguh dalam hal kegotongroyongan, kebersamaan
mempengaruhi kesehatan dan status gizi dan
dal am
d an
berdampak pada terjadinya anemia gizi besi pada
p eril aku
kehi dupa n
be raga ma
bermasyarakat, sopan santun yang tulus
khas
ibu-ibu usia produktif. Apalagi hal ini ditunjang
masyarakat pedesaan. Akan tetapi hal tersebut
dengan kebiasaan minum teh setiap habis makan,
ser ingk ali
mengham bat
sangat memungkinkan terjadinya anemia bagi
masuknya inovasi teknologi mutakhir, sehingga
meng hala ngi
mereka. Sebagaimana dalam penelitian yang
banyak tertinggal dengan masyarakat yang ada
dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
di perkotaan.
Mereka sangat teguh memegang
Universitas Indonesia bersama dengan Akademi
pendirian, adat istiadat budaya setempat yang
Pe rawa t De pkes dan Fa kult as Keperawat an
telah turun-temurun didapat dari para leluhur
Universitas Indonesia tentang pengaruh minum
mereka. Ilustrasi seperti itu didapatkan pada
teh terhadap kejadian anemia pada usia lanjut di
ma syar akat Desa Ma ngl i di ler eng Gunung
Kota Bandung (Besral, dkk.,2007). Hasil penelitian
Sumbing, tepatnya di Kecamatan Kaliangkrik
tersebut mengatakan bahwa usia lanjut yang
Kabupaten Magelang. Data awal pada ibu-ibu usia
minum teh setiap hari mempunyai resiko untuk
produktif masyarakat tersebut diperoleh hasil:
anemia 92 kali lebih tinggi jika dibandingkan
86,67%
rend ah
dengan usia lanjut yang tidak pernah minum teh.
(Sekolah Dasar) menunjukkan bahwa tingkat
Kejadian anemia dapat diturunkan dengan cara
pengetahuan gizi dalam kategori kurang bagus
mengurangi kebiasan minum teh atau mening-
(48,4%), mengalami anemia gizi (40%), pene-
katkan konsumsi protein.
resp onde n
atau
be rpendidi kan
rapan gizi dalam makanan keluarga berada dalam
Dari paparan tersebut, permasalahan yang
kategori sedang dan cenderung kurang bagus,
mendasar adalah: bagaimana model pengem-
kebiasaan makan sangat bersahaja, dengan
bangan pengorganisasian pendidikan dan pela-
makanan pokok jagung dan lauk yang kurang
tihan gizi yang dapat mengatasi anemia gizi besi
bervariasi atau monoton (Zahrulianingdyah,
pada ibu-ibu usia produktif di Desa Mangli,
2009). Kebiasaan makan pada masyarakat Desa
Kecamatan Kaliangkrik, dan apakah model yang
Mangli, yaitu nasi jagung sebagai makanan pokok,
di kemb angk an m emil iki kee fekt ifan dal am
dengan lauk pauk yang sederhana, yaitu oseng
mengatasi anemia gizi besi.
sawi dan ikan asin. Kebiasaan makan nasi jagung
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk: 1) mendis-
ini sudah sejak lama dilakukan, bahkan sejak
kr ipsi kan
zaman nenek moyang mereka, di mana desa
pendidikan dan pelatihan gizi berbasis masyarakat
tersebut potensial penghasil jagung. Desa Mangli
yang dapat mengatasi anemia gizi besi pada ibu-
merupakan sebuah desa yang sudah menerapkan
ibu usia produktif di desa Mangli Kecamatan
swasembada pangan dan anjuran mengkonsumsi
Kaliangkrik; 2) menemukan model pengem-
makanan pokok selain beras, dengan istilah
bangan pengorganisasian pendidikan dan pela-
diversifikasi pangan. Kebiasaan mengkonsumsi
tihan g izi berb asis masyara kat yang dap at
nasi jagung ini harus dilestarikan agar mereka
mengatasi anemia gizi besi pada ibu-ibu usia
500
mode l
fa ktua l
pe ngor gani sasi an
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
produktif di desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik;
1) Learning in a process is not a product.
3) menguji keefektifan model pengorganisasian
However, because this process takes place in the
pendidikan dan pelatihan gizi berbasis masyarakat
mind, we can only infer that it has occureed from
dalam mengatasi anemia gizi besi pada ibu-ibu
students’ products or performance, 2) Learning
usia p roduktif di Desa Mangli, Kecamat an
involves charge in knowledge, beliefs, behaviors, or
Kaliangkrik.
attitudes. This change unfolds over time; it is not fleeting but rather has a lasting impact on how
Kajian Literatur
students think and act. 3) Learning is not something
Pendidikan dan Pelatihan
done to students, but rather something interpret
Pendidikan usa ha
secara umum diartikan sebagai suatu
sadar
ata u
te rencana
yang
dap at
and respond to their experiences – concius and anconcius, past and present.
menguba h perilaku ind ividu dari tid ak tahu
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
menj adi ta hu (Gunarsa, 2005) mengat akan
hasil belajar tidak bisa serta merta dilihat hasilnya,
bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
akan tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama,
dilakukan secara sadar, terus-menerus, sistematis
karena memerlukan proses pemahaman, peng-
dan terarah yang mendorong terjadinya peru-
hayatan, pengendapan dan akan diekspresikan
bahan di dalam individu. Dengan demikian,
ke dalam perilaku atau tindakan siswa manakala
keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan
me rasa cuk up m emil iki
dan tingkat pendidikan yang dicapainya akan
komprehensif terhadap apa yang dipelajari.
mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan
Menurut pendapat Atmarita dan Fallah (2004),
kerangka berfikir, persepsi, pemahaman, dan
bahwa pendidikan formal sangat membantu untuk
kepribadian.
mel anda si
Mengacu pada teori taksonomi Bloom (1959),
p ener imaa n
pema hama n ya ng
ma teri
pendidi kan
nonformal yang bersifat keterampilan. Tingkat
perubahan perilaku selalu mengaitkan pada 3
pendidi kan
(tiga) kawasan atau domain, yaitu kognitif, afektif,
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat
sang at
dan psikomotorik. Salah satu bentuk pendidikan
pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
gi zi a dala h pe mber ian penyuluhan kepa da
seseorang atau masyarakat untuk menyerap
masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh Azwar
informasi dan mengimplementasikannya ke dalam
(2004) bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan,
menyeba rkan pesan d enga n ma ksud unt uk
khususnya tingkat pendidikan wanita mempe-
menumbuhkan perhatian, pengertian, dan kesa-
nga ruhi
daran perorangan dan masyarakat akan hidup
berdampak pula
der ajad
b erpe ngar uh
kesehat anny a
t erha dap
da n
ak an
pada keluarga.
sehat. Diharapkan dari kegiatan penyuluhan
Menurut Undang-Undang Nomor 20, Tahun
tersebut akan menghasilkan perubahan perilaku
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
yang mencakup ketiga ranah tersebut, yaitu ranah
26 ayat (4) dinyatakan bahwa lembaga pelatihan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut
merupakan satuan pendidikan nonformal, di
Suhardjo (2006), bahwa penyuluhan gizi adalah
samping satuan pendidikan lainnya seperti kursus,
suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan
kel ompok be laja r, m ajel is t a’li m, k elom pok
perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan
bermain, taman penitipan anak, pusat kegiatan
dalam meningkatkan atau mempertahankan gizi
belajar masyarakat, serta satuan pendidikan yang
baik. Pendekatan edukatif diartikan sebagai
se jeni s (D epdi knas, 2 003) . Me ngacu pa da
rangkai an
kegi atan yang di lakukan seca ra
pengertian tersebut, pelatihan merupakan bagian
sistematik, terencana, terarah, dengan peran aktif
dari kegiatan pendidikan, termasuk ke dalam
individu maupun kelompok untuk memecahkan
pendidikan nonformal. Pelatihan adalah bentuk
masalah masyarakat dengan memperhitungkan
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
faktor sosial ekonomi budaya setempat. Ambrose
kemampuan peserta didik dengan menekankan
et al. (2010)
pad a
berpendapat bahwa:
pe ngua saan
ket eram pila n,
stand ar
kom pete nsi, pengemb anga n si kap kewi ra-
501
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
usahaa n, serta pengem bang an k epri badi an
yang diberikan kepada wanita hamil memiliki efek
profesional. Menurut Kneller (dalam Sujana, 2007),
yang positif pada tingkat pengetahuan mereka.
pelatihan mengandung 4 (empat) arti. Pertama,
Akan tetapi, hal tersebut tidak cukup efektif untuk
pelatihan adalah suatu proses penyampaian
dan
menanggulangi anemia. Hasil penelitian Jalila, et
pemilikan keterampilan, pengetahuan dan nilai-
al. (2008) yang mengatakan perlunya strategi
nilai. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari
mengkombinasi makanan, suplementasi zat besi,
proses
pendidikan tentang gizi
tersebut ,
ya itu
peng etahuan
dan
masyarakat umum dan
pengalaman yang diperoleh. Ketiga, pelatihan
kelompok rentan dan pelatihan pada tenaga
adalah kegiatan profesional yang memerlukan
kesehatan. Akan tetapi dalam menanggulangi
pengalaman khusus dan pengakuan (sertifikasi).
anemia memerlukan cara yang harus diper-
Ke empa t, p elat ihan ada lah suat u ke giat an
hitungkan secara cermat berkenaan dengan
akademik, yang merupakan kegiatan terorganisasi
faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga
untuk mempelajari proses, produk, dan profesi
pe rlu stra tegi yang t epat dal am m enang-
pelatihan dengan menggunakan kajian sejarah,
gulanginya. Sebagaimana pemberian tablet besi
filsafat, dan ilmu pengetahuan tentang manusia,
untuk pena nggulang an a nemi a ti dak sela lu
atau kajian keilmuan tentang manusia yang
berhasil positif. Hal ini sejalan dengan penelitian
be rmasyara kat. Kee mpa t pe ndap at K nell er
yang dilakukan oleh Ganguly et al. (2011) tentang
tersebut sangat tergantung dari kondisi, sesuai
“Causes of Anemia among Reproductive Age
dengan sasaran, sehingga bagi ibu-ibu masya-
Women”: An Intervention Study in the Eastern
rakat Desa Mangli bahwa makna dari pendidikan
Region of India Sayeed Unisa, yang menunjukkan
dan pelatihan cenderung hanya sampai pada
bahwa pada wanita usia produktif <30 tahun dari
tataran nomer satu dan dua.
kelas sosial ekonomi rendah yang menderita
Mengk aji hasil p enel itia n Be ard (200 0)
anemia, disebabkan karena tingkat melahirkan
tentang efektivitas dan strategi suplementasi besi
yang tinggi, beban kerja yang berat, asupan
selama kehamilan menyimpulkan bahwa fortifikasi
mak anan yang re ndah gizi da n ga ngguan
zat makanan dan perubahan pola makan akibat
menstruasi. Intervensi suplementasi tablet besi
pengaruh pendidikan, terbukti sukses di negara
tidak memiliki perbedaan sebelum dan setelah
berkembang. Guptill, et al. (1993) melakukan
diberikan suplementasi zat besi. Dari hasil-hasil
pe neli tian int erve nsi deng an m engg unak an
penelitian tersebut nampak bahwa pendidikan gizi
program pendidikan gizi yang bertujuan mening-
memberikan dampak yang cukup berarti dalam
katkan status gizi dengan perubahan pola makan,
membentuk perilaku sehat. Hal ini senada dengan
dan memperkenalkan fortifiet makanan penyapih.
hasil pendidikan dan pelatihan gizi yang telah
Cara yang dilakukan adalah memperkenalkan
dilaksanakan di Desa Mangli menunjukkan bahwa
resep baru, cara memasak, menyiapkan makanan
ada perubahan perilaku dari sebelum diklat gizi
dan pengetahuan tentang kesehatan. Hasil dari
dan setelah diklat gizi.
post test menunjukkan 57% ibu-ibu memiliki
Leagens (dalam Rohidi, 2005) berpendapat
pengetahuan yang benar, 48% telah mencoba
bahwa perilaku individu meliputi segala sesuatu
resep baru, dan 16,6% mengadopsi resep baru.
yang menjadi pengetahuannya ( knowledge),
Penelitian Eide et al., (2002) tentang pelatihan
sikapnya (attitudes) dan yang biasa dikerjakannya
untuk pemahaman gizi, menyimpulkan: “Thus
(action). Dengan demikian, perilaku tidak muncul
there is indeed progress in nutrition accelerating this
dari dalam diri individu tersebut, melainkan
progress is promising and encouraged”. Bahwa
mer upak an hasil int erak si i ndiv idu deng an
pel atihan g izi itu pent ing dibe rika n untuk
lingkungannya. Beberapa faktor yang memotivasi
memberikan pemahaman secara benar tentang
terjadinya perilaku adalah 1) keadaan lingkungan,
masalah gizi. Demikian pula beberapa hasil
2) dorongan pribadi, seperti keinginan, perasaan,
penelitian menunjukkan bahwa pelatihan gizi
emosi, naluri, kebutuhan, hasrat, niat, dan 3)
cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan
tuj uan yang ing in d icap ai. Teor i te rseb ut
gizi, antara lain hasil penelitian Reha Demired et
menunjukkan bahwa perilaku konsumsi pangan
al. (2011) yang menunjukkan bahwa pelatihan gizi
manusia diperoleh dengan berbagai upaya, sejak
502
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
dari pertimbangan apa yang pantas dan boleh
dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
dimakan, cara memperoleh, cara mengolahnya,
berbagai penyakit.
cara memakannya, dsb. Kegiatan tersebut terjadi
Gi zi seimb ang adal ah upay a me menuhi
be rula ng-ulang dan akhirny a ak an m enja di
kebutuhan makan sehari-hari dengan asupan zat
sesuatu kebiasaan makan individu dan keluarga.
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdiri atas
Dari ke biasaan makan pada keluarg a, akan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
berkembang menjadi kebiasaan makan pada
air dalam jumlah yang seimbang atau proporsional
kelompok atau masyarakat
sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, berdasarkan jenis kelamin, usia, dan aktivitas
Zat Gizi
(Almat sier, dk k. 2 011) . De ngan dem ikia n,
Pa da hakik atny a ma kanan d ibut uhka n ol eh
kebutuhan masing-masing individu, satu sama lain
manusia untuk mempertahankan hidup dalam
ber beda . Ib u, b apak , anak l aki- laki , anak
jumlah yang cukup seimbang sesuai kebutuhan
perempuan, anak remaja, balita, dewasa, masing-
dan yang bermanfaat bagi tubuh. Namun kualitas
masing memiliki kebutuhan yang berbeda, akan
mak anan yang di maka n ak an b erpe ngar uh
tetapi zat gizi yang dibutuhkan sehari-hari tetap
te rhad ap
sama, hanya jumlah dan variasinya disesuaikan
t ingk at
k ese hata n,
k ecer dasa n,
pertumbuhan, dan perkembangan tubuh. Bermanfaat dimaknai bahwa makanan harus
bergizi,
dengan kebutuhan masing-masing Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004),
berimbang dan bervariasi, yang saat ini dikenal
untuk kesehatan tubuh diperlukan
berbagai zat
dengan istilah gizi seimbang. Hal ini sebagaimana
gizi dalam jumlah yang mencukupi dan tidak ada
dikatakan oleh Karyadi (2003), bahwa makanan
bahan makanan yang mengandung semua zat gizi
bergizi mempunyai peranan sehubungan dengan
seca ra lengkap, kecual i air susu i bu (ASI),
mutu sumber daya manusia, yang digolongkan
sehingga pola konsumsi dan susunan hidangan
se baga i be rikut: 1 ) Pe ngar uhny a te rhad ap
ha rus terd iri atas be rmacam-r agam bahan
perkembangan fisik, mental, dan sosial yang
makanan, dalam menu makan keluarga sehari-
berim plikasi, antara l ain pada tinggi badan
hari, dikenal dengan sebutan menu seimbang.
manusia, kecerdasan, kemampuan kognitif, dan
Drummond and Brefere (2004) memilah zat
ketahanan nasional; 2) Mempengaruhi
daya
makanan ke dalam 2 kelompok besar, yaitu
tahan tubuh terhadap terjadinya penyakit infeksi
makronutrien yang terdiri atas air, karbohidrat,
atau kompetensi imunitas; 3) Mempengaruhi
protein, lemak dan mikronutrien yang terdiri atas
ketahanan fisik yang berimplikasi pada prestasi
mineral dan vitamin. Sediaoetama (2006) memilah
kerja atau olahraga; dan 4) Berhubungan erat
zat makanan
dengan tinggi atau rendahnya angka sakit dan
dengan 1) karbohidrat atau hidrat arang, 2)
kematian.
protein atau zat putih telur, 3) lemak, 4) vitamin-
Me nurut
menurut ilmu gizi, yang dikenal
Se diaoetam a ( 2006 ), setel ah
vitamin, dan 5) mineral. Fungsi unsur atau zat gizi
mak anan masuk d alam ala t pe ncer naaa n,
bagi tubuh menurut Beck (2005) tidak mungkin
makanan tersebut diurai menjadi berbagai zat
untuk dipilah secara kaku, karena fungsi-fungsi
makanan atau zat gizi atau nutrient. Zat makanan
tersebut kerapkali saling tumpang-tindih. Unsur
inilah yang diserap melalui dinding usus dan
tersebut yaitu: 1) hidrat arang (karbohidrat)
masuk ke dalam cairan tubuh. Di dalam jaringan,
dipecah oleh tubuh untuk menghasilkan panas
zat-zat makanan memenuhi fungsinya masing-
dan energi; 2) protein (zat putih telur) menye-
masing. Fungsi zat makanan secara umum adalah:
diakan bahan untuk pembentukan dan perbaikan
1) seb agai sum ber ener si a tau tena ga; 2)
jar inga n. Prote in d apat pul a di peca h untuk
menyokong pertumbuhan badan; 3) memelihara
menghasilkan energi; 3) lemak dipakai untuk
jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus;
mem beri kan
4) mengatur metabolisme dan mengatur berbagai
diantaranya digunakan untuk ikut membangun
ke seim bang an,
ai r,
jaringan tubuh; 4) air memberikan media cair yang
keseimbangan asam-basa, dan keseimbangan
diperlukan bagi semua proses metabolisme. Air
mineral dalam cairan tubuh; dan 5) berperan di
juga dibutuhkan untuk proses ekskresi produk
sepe rti
keseimb anga n
pana s
da n
energi ,
se bagi an
503
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
limbah dan memainkan peranan penting di dalam
Pengorgani sasian merupakan salah satu
pengaturan suhu tubuh; dan 5) mineral dan
faktor
vi tami n sa ngat penting da lam peng atur an
samping faktor-faktor lain seperti perencanaan,
penentu di dalam fungsi
berbagai proses dalam tubuh. Mineral turut
pel aksa naan,
membangun beberapa jaringan tubuh.
pe ngem bang an. Peng org anisasia n di maknai
pe ngaw asan,
manajemen, di ev alua si
d an
Menurut pendapa t Guire dan Beer men
sebagai keseluruhan proses memilih individu-
(20 05) bahw a ka rbohidra t, p rote in, lema k,
indivi du serta mengalokasi kan sara na d an
sem uany a me mber ikan ene rgi dan dise but
prasarana untuk menunjang tugas individu-
sebagai energi yang menghasilkan nutrisi. Energi
individu tersebut dalam organisasi dan mengatur
didefinisikan sebagai kapasitas untuk melakukan
mekanisme pekerjaan sehingga tercapai tujuan
pekerjaan, dan energi yang ditemukan dalam
yang diinginkan. Berdasarkan beberapa
makanan ditransformasikan ke energi yang dapat
tian pengorganisasian para pakar
digunakan dalam tubuh. Karbohidrat, protein, dan
oleh Sudjana (2004) yang dipersempit pada
lemak menyediakan 4, 4 dan 9 Kkal per gram di
tataran pendidikan nonformal, bahwa pengor-
mana masing-masing makronutrien melakukan
ganisasian pendidikan nonformal adalah usaha
berbagai fungsi lainnya dalam tubuh, termasuk
mengintegrasikan sumber daya manusia dan
yang terkait dengan struktur, gerakan, per-
nonmanusia yang diperlukan ke dalam satu
tumbuhan dan pengembangan tubuh.
kesatuan untuk melaksanakan kegiatan seba-
penger-
yang dihimpun
gaimana telah direncanakan dalam mencapai Pengorganisasian
tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu.
Prinsip-prinsip pengor ganisasi an pendi dikan
Dalam pengorganisasian pendidikan dan
nonformal yang merupa kan isti lah lain dari
pelatihan diperlukan “manajemen”, yaitu seni
pelatihan, menurut Sudjana (2004) adalah: 1)
dalam mengelola sumber daya untuk mencapai
tujuan organisasi harus jelas, karena memberi
tujuan. Salah satu ciri khas dari pendidikan dan
arah terhadap kegiatan yang akan dilakukan dan
pe lati han
menjadi tolok ukur penilaian tentang efektivitas
memfokuskan pada salah satu fungsi manajemen,
kegiatan yang dilakukan, 2) dalam organisasi
yaitu pengorganisasian ( organizing). Konsep
harus terdapat alur lalu lintas kekuasaan dari
pengorganisasian yang dimaksud dalam pene-
pimpinan kepada pihak yang dipimpin, 3) terdapat
lit ian ini dima knai seb agai sua tu l angk ah
tanggung jawab yang jelas antara pihak yang
mengintegrasikan atau memadukan sumber daya
di pimp in d enga n pi hak yang me mimp in, 4)
manusia dan nonmanusia ke dalam satu kegiatan
ta nggung j awab dan we wena ng setia p unit
bersama yang ditandai dengan ciri khas yang lain,
pelaksana atau staf harus dirumuskan secara
yaitu berbasis masyarakat dan disusun secara
tertulis dengan jelas, 5) dalam organisasi ada
bottom-up. Berbasis masyarakat yang dimaksud
pembagian tugas, 6) tugas lini yang menjadi tugas
adalah dalam semua kegiatan yang dirancang
pokok, harus terpisah dari tugas staf sebagai
difokuskan pada kegiatan yang bersumber (dari,
tugas penunjang, 7) pimpinan-pimpinan unit
oleh dan untuk) masyarakat, untuk membe-
pelaksana atau staf yang dikoordinasi hendaknya
lajarkan sehingga lebih berdaya, dalam arti
terbatas dalam jenis jabatan
dan jumlah orang-
memiliki kekuatan untuk membangun diri sendiri
nya, 8) organisasi harus sederhana, spesifik,
melalui kegiatan yang disusun bersama-sama
fleksibel, dan memiliki sumber daya manusia yang
sesuai kebutuhan mereka. Atas dasar konsep
tepat untuk setiap jabatan dan pekerjaan, 9)
tersebut, maka pendidikan dan pelatihan gizi yang
dalam organisasi harus ada jaminan keamanan,
dilaksanakan dibangun secara bersama-sama
ketentraman, dan kreativitas kerja, dan 10)
sesuai kebutuhan, sesuai dengan permasalahan
organisasi adalah wahana untuk mencapai tujuan
yang dihadapi dan sesuai dengan karakteristik
mel alui pel aksa naan tug as d an hubungan
masyarakatnya, sehingga hasil yang didapat,
kemanusiaan yang tinggi yang ditampilkan semua
benar-benar bisa menjiwai dan berarti bagi
pihak yang terlibat dalam organisasi.
kepentingan bersama.
504
gizi
yang
d ilak sana kan
adal ah
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
Dalam implementasi pelaksanaan diklat gizi,
atau yayasan, pendidikan dan pelatihan yang
pengorganisasian pendidikan dan pelatihan gizi
diberikan oleh pusat pelatihan milik swasta,
berbasis masyarakat memiliki ciri harus: 1) me-
pendidikan luar sekolah yang disediakan oleh
libatkan semua unsur-unsur masyarakat; 2) segala
pemerintah, pusat kegiatan belajar masyarakat,
se suat unya
di disk usik an
pengambilan keputusan yang berbasis masya-
bersama; 3) struktur organisasi harus mewakili
rakat. Menurut Galbraith dalam Zubaedi (2009)
da ri semua unsur m asy arak at d an d isusun
bahwa definisi pendidikan berbasis masyarakat
seefisien mungkin; 4) materi atau bahan ajar
merupakan community-based education could be
menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya serap
defined as an aducational process by which
masyarakat pengguna; 5) metode pembelajaran
individuals (in this case adults) become more
harus sesuai dengan masyarakat pengguna; 6)
competent in their skills, attitudes, and concepts of
pelatih atau fasilitator melibatkan SDM yang ada;
their communities through democratic participation.
dan 7) fasilitas atau sarana prasarana berasal dan
Makna dari pendapat tersebut adalah pendidikan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai
dib icar aka n
da n
proses pendidikan di mana individu-individu atau Pendidikan dan Pelatihan Berbasis
ora ng d ewasa me njad i le bih berk ompe ten
Masyarakat
menangani keterampilan, sikap, dan konsep
Secara konseptual pendidikan dan pelatihan
mereka dalam hidup di dalam dan mengontrol
berbasis masyarakat adalah model pelaksanaan
aspek-aspek lokal dari masyarakatnya melalui
pendidikan dan pelatihan yang bertumpu pada
partisipasi demokratis. Masih
prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, dan
bahwa pendidikan berbasis masyarakat memiliki
untuk masyarakat. Menurut Zubaedi (2009)
prinsip-prinsip: self determination, self help,
pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan
leadership development, localization, integrated
memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat.
delivery of service, reduce duplication of service,
Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat
accept diversity, institutional responsiveness,
ditempatkan sebagai subjek atau pelaku pendi-
lifelong learning. Pendapat tersebut mengisya-
dikan, bukan objek pendidikan, jadi masyarakat
ratkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat
harus mengambil peran aktif. Pendidikan untuk
harus mempunyai makna bagi masyarakat luas
masyarakat artinya masyarakat diikutsertakan
dengan cara belajar sepanjang hayat untuk
dalam semua program yang dirancang untuk
mengatasi permasalahan mereka.
menurut Galbraith,
menjawab kebutuhan mereka. Secara prinsip pendidikan berbasis masyarakat adalah pendi-
Metode Penelitian
dikan yang dirancang, diatur, dilaksanakan, dinilai,
Model Pendidikan dan Pelatihan Gizi
dan dikembangkan oleh masyarakat yang meng-
berdasarkan dari hasil studi awal, kajian teori, dan
arah pada usaha untuk menjawab tantangan dan
hasil-hasil penelitian yang relevan. Dari hasil
peluang yang ada dengan berorientasi pada masa
kajian tersebut ditemukan analisis kebutuhan
depan serta memanfaatkan kemajuan teknologi.
yang berupa Model Pengorganisasian Pendidikan
Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya
dan Pelatihan Gizi Berbasis Masyarakat. Ranca-
dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan
ngan Penelitian ini menggunakan pengembangan
mereka sendiri, sehingga lebih berdaya, dalam arti
prosedural, karena dalam penelitian ini diawali
memiliki kekuatan untuk membangun diri sendiri
dengan pendeskripsian tentang studi awal, kajian
melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan
teoritis dan hasil-hasil penelitian yang relevan,
berpijak pada Undang-Undang Nomer 20 Tahun
kemudian ditemukan analisis kebutuhan masya-
20 03 t enta ng Siste m Pe ndid ikan Nasiona l,
rakat,
pendidikan berbasis masyarakat di negara kita
cangan model konseptual. Model prosedural yang
mempunyai makna yang bervariatif, antara lain:
dipilih mengadaptasi dari model penelitian dan
pendidikan nonformal, pendidikan luar sekolah
pengemb anga n Borg d an G all (197 9) d an
yang diberikan oleh organisasi akar rumput,
rancangan model prosedural yang dikembangkan
pendidikan yang diberikan oleh sekolah swasta
oleh Sugiyono (2009).
yang
digunakan
untuk
disusun
menyusun
ran-
505
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Sebagai subjek uji coba atau sampel dalam
dalam pendidikan dan pelatihan gizi dengan
penelitian ini adalah cuplikan dari populasi yang
menguna kan desai n pe neli tian “ One-G roup
terdiri atas ibu-ibu usia produktif yang berjumlah
Pretest-Posttest Design”.
286 ibu, dengan kisaran usia 20–40 tahun, yang berdomisili di Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kabupaten Magelang. Sebagai sampel dalam
Hasil deskripsi model faktual belum dikelola sesuai
penelitian awal atau tahap 1 (22%) yang ber-
dengan kaidah manajemen pelatihan, baik dari
jumlah 60 ibu dengan teknik pengambilan sampel
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksa-
Purposive Cluster Random Sampling, sedangkan
naan maupun evaluasi. Kegiatan penyuluhan
sampel untuk mengikuti pelaksanaan pendidikan
tentang gizi, kesehatan, posyandu, dan seje-
dan pelatihan gizi berjumlah 30 ibu.
ni snya , di adak an secar a i nsid enti l ji ka a da
Pendidikan dan pelatihan gizi dilakukan di
inform asi dari Tim Pengger ak PKK t ingk at
Bal ai D esa Mang li, Keca mata n Ka liangkri k,
Kecamatan, diadakan ketika ada acara pertemuan
Kabupaten Magelang dilakukan sepanjang tahun
ibu-ibu PKK sebulan sekali. Mereka amat jarang
20 11, yait u mulai Febr uari sam pai deng an
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan gizi,
Sep temb er 2 011 dan Januari 2012 unt uk
sehingga pengetahuan gizi, sikap, dan perilaku
pengambilan tes Hb (hemoglobin) tahap ke-2.
gizi serta kebiasaan makan yang dimiliki oleh ibu-
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik:
ibu usia produktif di Desa Mangli, kurang bagus.
1) Dokument asi, yang di maksudka n untuk
Dari hasil pengembangan penelitian awal yang
memperoleh data langsung dari instansi atau
dirancang dengan cermat yang bersifat bottom-
lembaga terkait, seperti data mutakhir tentang
up, melibatkan seluruh komponen masyarakat
anemia, program kesehatan dan gizi, laporan
Desa Mangli, antara lain Kepala Desa Mangli,
kegiatan PKK Desa, data kependudukan dan
ketua TP-PKK Desa Mangli, Badan Permusya-
demografi Desa Mangli, dan sebagainya; 2)
waratan Desa (BPD), semua perangkat desa,
Observasi yang dilakukan terhadap masyarakat
Bid an D esa, kad er Posya ndu, kad er PKK,
Desa Mangli berkenaan dengan kegiatan sehari-
menghasilkan model konseptual.
hari yang mereka lakukan, pekerjaan ibu dan
Model pengembangan ini berawal dari model
kebiasaan makan pada keluarga; 3) Interviu
faktual yang ada di lapangan, kemudian dikem-
terhadap informan kunci (key person), antara lain
bangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan,
Kepala Desa, Ketua TP-PKK, Ibu Bidan Desa, Ketua
kajian teori dan penelitian yang relevan dengan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), kader
memperhatikan analisis kebutuan masyarakat
Posyandu; 4) Kuesioner atau angket terbuka
serta analisis berdasar kajian sasaran dan fungsi
yang dibacakan untuk peserta, yang dimaksudkan
ma naje men. Ata s da sar per timb anga n da ri
untuk menghindari kesalahan persepsi mengingat
berbagai komponen yang mendukung dan meng-
para responden memiliki pendidikan yang rendah,
ham bat, dit emuk an r anca ngan mod el y ang
sehingga kemungkinan terjadi kesalahan dalam
berfokus pada pengorganisasian pendidikan dan
menangkap makna pertanyaan yang diberikan,
pelatihan gizi berbasis masyarakat, sehingga
oleh sebab itu perlu dipandu; 5) Kuesioner
model yang ditemukan ini benar-benar menjiwai
tertutup untuk expert, stakeholder dan panitia
dan sesuai deng an k ebut uhan masyara kat
Diklat; 6) Check-list untuk memantau praktik
se temp at d an sesua i de ngan kar akte rist ik
memasak, yang diikuti semua peserta yang telah
mereka. Model yang dirancang mengacu pada
dilakukan sejak awal sampai akhir pelaksanaan
beberapa aspek yang disingkat POME, yaitu
praktik memasak. Setiap kelompok terdiri atas 4
per enca naan
orang, yang dipantau oleh satu orang observer.
(organizing), pelaksanaan (motivating), dan
Teknik analisis data yang digunakan adalah
(pla nning),
p engorganisasian
evaluasi (evaluating).
analisis deskriptif persentase, yang ditujukan
Hasil evaluasi awal menunjukkan bahwa
untuk mengungkap tingkat pendidikan, pengeta-
peserta pendidikan dan pelatihan mengalami
huan gizi, kebiasaan makan, status gizi, tingkat
peningkatan perilaku gizi jika dilihat dengan
anemia, dan efektivitas model pembelajaran
pendekatan kualitatif. Ketika dilakukan tes awal
506
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
(wawancara terstruktur) nampak bahwa seba-
memilih dan menggunakan bahan makanan yang
giam besar responden tidak mengetahui dan
ada di lingkungan Desa Mangli secara baik dan
merasa awam dengan pertanyaan dari interviewer,
benar; c) membentuk sikap sadar gizi dan mampu
akan tetapi ketika pembelajaran berlangsung
menerapkan dalam menu makan sehari-hari
terlihat dari wajah atau ekspresi mereka menjadi
dalam keluarga; dan d) menurunnya angka anemia
cer ah k arena me nget ahui sem ua a pa y ang
gizi pada ibu-ibu usia produktif di Desa Mangli.
ditanyakan oleh interviewer. Demikian pula ketika
Kedua, Kuri kulum pendidikan dan pelatihan
praktik memasak terlihat ada perubahan dalam
disusun oleh organisasi dalam kepanitiaan pen-
me lakukan kegi atan me masa k, y aitu leb ih
didikan dan pelatihan gizi yang dibentuk secara
sistematis mengerjakannya dan lebih mantap
bersama-sama, melibatkan perangkat Desa Mangli
atau percaya diri dalam melakukan. Akan tetapi
(kepala desa dan staf, ibu ketua tim penggerak
ketika tes (wawancara terstruktur) dikenakan lagi
PKK Desa Mangli, perwakilan dari Badan Per-
dengan materi yang sama, nampak mereka
wakilan Desa, kader PKK, kader Posyandu, kader
kesulitan mengingat kembali dan merangkai
PAUD, bidan desa) dan ketua pelaksana pen-
kalimat untuk bisa mengekspresikan. Dari evaluasi
didikan dan pelatihan gizi dari perguruan tinggi
te rseb ut b isa disi mpulkan bahwa: 1) a da
yang sedang melaksanakan penelitian di Desa
peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam
Mangli.
melakukan kegiatan diklat, meskipun untuk angket
Berdasarkan kompetensi yang diharapkan
harus direvisi cara memberikannya, yaitu dari
dari peserta pendidikan dan pelatihan, kurikulum
wawancara terstruktur menjadi angket terbuka
pendidikan dan pelatihan gizi berbasis masyarakat
dengan materi yang sama; 2) perlu dilakukan
untuk menanggulangi anemia gizi besi pada ibu-
perubahan gaya mengajar dengan memper-
ibu usia produktif disusun 6 (enam) mata latih,
banyak memberikan contoh, terutama berupa
yaitu Pengetahuan Bahan Makanan, Pengetahuan
gambar atau foto; dan 3) harus mengulang-ulang
Gizi, Anemi a Gi zi Besi, Tek nik Peng olahan
pengetahuan yang bagi mereka terasa asing,
Makanan, Pengetahuan Menu dan Resep, dan
misalnya pemahaman tentang zat gizi yang
Praktik Memasak, selama 15 jam, diselenggarakan
dibutuhkan tubuh (karbohidrat, lemak, protein,
dalam 3 hari (teori dan praktik).
mineral, vitamin, air), pemahaman tentang anemia dan istilah-istilah dalam teknik memasak.
Studi l apangan tela h be rhasil m engg ali perilaku kebiasaan masyarakat Desa Mangli
Selain dilakukan evaluasi dan revisi pada
berkenaan dengan siapa yang menentukan menu
metode penyusunan instrumen dan bahan ajar,
makan keluarga, siapa yang memasak, siapa yang
dilakukan pula penyempurnaan pada pedoman
berbelanja, siapa yang memberi uang untuk
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) gizi, berkenaan
belanja, siapa yang bertugas menyajikan dan
dengan tujuan, kurikulum, metode pembelajaran,
membagi makanan, bagaimana cara mereka
struktur organisasi, persyaratan pelatih dan
makan, apa yang biasa mereka makan, makanan
jadwal pelatihan. Pertama, tujuan umum adalah
apa yang menjadi kesukaan dan makanan apa
meningkatnya kemampuan partisipan dalam
yang dipantang, dan sebagainya. Berdasarkan
pemahaman, sikap dan penerapan pengetahuan
hasil tersebut materi yang disusun menyesuaikan
gizi, anemia gizi, pengetahuan bahan makanan,
dengan apa yang mereka miliki, termasuk resep-
teknik mengolah makanan dan pengetahuan
resep masakan yang dikembangkan tidak terlepas
menu serta resep, ke dalam menu makan sehari-
dari resep masakan yang sudah mereka kenal.
hari dalam keluarga, sehingga akan meningkatkan
Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan dalam
kualitas gizi keluarga, khususnya menurunkan
menyusun menu makan, karena karakteristik
angka anemia gizi pada ibu-ibu usia produktif di
mereka adalah sangat menjunjung tinggi adat
Desa Mangli. Tujuan khusus, yaitu: a) mening-
istiadat dan menghargai kebiasaan para lelu-
katnya kemampuan partisipan dalam memahami
hurnya. Suatu contoh, mengapa mereka sampai
dan menerapkan pengetahuan gizi, anemia gizi
sekarang masih mempertahankan makan nasi
da n
dal am
jagung sebagai makanan pokok setiap hari? Hal
makanan keluarga; b) meningkatnya kemampuan
ini dikarenakan nenek moyang mereka mengkon-
pe nget ahua n
ba han
mak anan
507
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
sumsi nasi jagung sejak zaman dahulu. Begitu
pe rila ku k onsumsi pang an k elua rga sang at
jug a de ngan masakan-masakan yang bi asa
ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan kete-
mereka konsumsi, merupakan masakan yang
ram pila n ib u da lam meny edia kan maka nan
sudah ada sejak jaman nenek moyang tanpa
keluarga. Pengetahuan dan keterampilan tersebut
berniat untuk mengubahnya, terutama masakan
diperoleh dari pendidikan dan pengalaman yang
se baga i hi dang an selam atan ata u ha jata n.
dimiliki ibu. Pendidikan yang dimaksud dapat
Mengapa upaya menggeser kebiasaan makan
berupa pendidikan formal maupun pendidikan
yang dilakukan lewat pendidikan dan pelatihan
nonformal yang mempunyai sumbangan pada
gizi bisa berhasil? Hal ini dikarenakan makanan
masalah kesejahteraan keluarga. Tingkat pen-
at au m asak an b aru yang di tawa rkan tid ak
didikan yang lebih tinggi akan memudahkan
berbeda jauh dari apa yang biasa mereka makan
seseorang atau masyarakat untuk menyerap
dan kenal dalam khasanah makanan. Misalnya,
informasi dan mengimplementasikannya dalam
mereka mengenal masakan dari labu siam, kacang
perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
panjang , wortel , pr ei, jagung, terong, dan
dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan,
sebagainya, karena di daerah Mangli banyak
khususnya tingkat pendidikan wanita mempe-
tumbuh tanaman-tana man tersebut. Namun
ngaruhi derajat kesehatan. Keterlibatan ibu dalam
mereka jarang memanfaatkannya. Setelah diberi
kegiatan penyuluhan masalah gizi berdampak
pemahaman dan pengetahuan tentang bahan
positif pad a penyediaan makanan keluarga.
mak anan dan tek nik peng olahan m akanan,
Diharapkan bila tingkat pendidikan ibu tinggi, maka
mereka baru sadar bahwa bahan-bahan tersebut
pengeta huan gizi ib u ak an t ingg i pula d an
bisa dimanfaatkan menjadi hidangan yang lezat,
akhirnya berdampak pada perilaku kebi-asaan
bergizi dan murah karena ada di sekitar mereka.
makan yang baik. Kebiasaan makan yang baik
Be gitu pul a de ngan resep-r esep bar u ya ng
da n be nar akan meningk atka n st atus gizi,
mereka dapatkan, tidak asing bagi mereka karena
meningkatkan derajat kesehatan dan terhindar
mereka telah mengenal bahan-bahan tersebut,
dari masalah anemia gizi besi.
tetapi jarang bahkan tidak pernah memanfaat-
Penjelasan tersebut perlu dicermati dan dicari
kannya. Misalnya, sup jagung, nasi goreng jagung
satu strategi untuk memasukkan inovasi baru
pancawarna, sambel tempe, balado terong, orak-
dalam hal pemilihan menu makan. Harus ada
arik sayuran, balado kacang teri, dan sebagainya.
perubahan atau pergeseran perilaku kebiasaan
Setelah selesai pendidikan dan pelatihan gizi
makan yang diawali dengan pemilihan menu
resep-r esep ter sebut te rnya ta b enar -benar
makan yang mengacu pada menu seimbang.
mereka terapkan dalam menu makan sehari-hari.
Mengubah, bahkan hanya menggeser sekalipun
Pada umumnya mereka tidak asing dengan resep
terhadap kebiasaan makan masyarakat, ternyata
tersebut, terutama pada bahan-bahan makanan
sangat sulit, apalagi karakteristik masyarakat
yang bisa didapat di lingkungan sekitar mereka.
Mangli sangat menjunjung tinggi adat istiadat
Ternyata terjadi perubahan mendasar pada ibu-
masyarakatnya. Hal ini sebagaimana dikatakan
ibu peserta terhadap dampak pendidikan dan
oleh Foster dan Anderson (2006) bahwa upaya
pelatihan gizi. Hal ini terbukti bahwa mereka
melakukan perubahan kebiasaan makan merupa-
memahami, mengerti, dan mengambil sikap
kan unsur yang paling lama bertahan terhadap
ter hada p isi ma teri yang di beri kan sela ma
perubahan. Menurut Berg (2006) kebiasaan
pendidikan dan pelatihan gizi. Hasil penelitian
makan terbentuk dalam diri seseorang akibat
Zahrulianingdyah (2009) bahwa sampai saat ini
proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkung-
urusan rumah tangga, terutama yang berhu-
annya, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
bungan dengan cara mengurus anak dan menyi-
psikomotorik. Sejalan dengan pendapat tersebut
apk an m akanan, masi h di pand ang seba gai
ya ng m eruj uk t eori ta ksonomi Bloom ya ng
pekerjaan yang harus dilakukan oleh ibu. Dengan
mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kawasan perilaku
demikian, tampak bahwa kaum ibu memegang
yang dapat diamati sebagai akibat kegiatan
peranan penting dalam urusan pangan keluarga.
penyuluhan, yaitu: 1) kawasan kognitif, dimulai
Konsekuensi logis dari pendapat di atas adalah
dari tingkat mengetahui, mengerti, menggunakan,
508
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
analisis, sintesis sampai dengan tingkat evaluasi;
angket pre-test dan post-test menunjukkan ada
2) Kawasan afektif, dimulai dari tingkat menerima,
peningkatan skor sebelum dan sesudah diberikan
memberi, menanggapi, menilai, mengorganisir,
pendidikan dan pelatihan gizi. Nilai dari hasil pre-
sampai dengan tingkat menghayati; dan 3)
test terendah adalah 51 dan tertinggi 78, nilai
Kawasan psikomotor, dimulai dari kemampuan
rata-rata adalah 57,75, sedangkan hasil post-test
mempersepsi, kesiapan mental, fisik dan emosi,
nilai terendah adalah 65 dan nilai tertinggi 84, nilai
respon terpimpin, mekanisme sampai
rata- rata ada lah 71,0 25. Berd asarkan hasil
dengan
respon lahiriah kompleks.
analisis statistik dengan menggunakan uji beda
Penelit ian tent ang meng ubah pem ilihan
rata-rata untuk sampel yang berhubungan, yaitu
makanan sehat dan bergizi menurut Barasi (2009),
Paired t test, diperoleh hasil t hitung lebih besar
bahwa upaya mengaja k konsum en m emil ih
dari t tabel dengan signifikansi < 0,05, t hitung
makanan sehat sampai saat ini belum sistematis.
13,391 sedangkan t tabel 2,861. Hal ini meng-
Sangat
pem ilihan
isyaratkan bahwa ada beda secara signifikan
makanan secara besar-besaran, memantau dan
antara pengetahuan dan keterampilan gizi ibu
mengukurnya, serta meneliti manfaat kesehatan
sebelum mengikuti pendidikan dan pelatihan
yang dihasilkan. Akan tetapi jika upaya pergeseran
dan sesudah mengikuti pendidikan dan
tersebut dilakukan dengan cara yang persuasif
gizi,
dan bersifat parsial dengan melibatkan masya-
pembelajaran dalam diklat gizi memiliki efektivitas
rakatnya secara total dan didahului dengan
yang tinggi.
suka r
untuk
meng ubah
sehingga
bisa
disimpulkan
gizi
pelatihan bahwa
mengkaji semua kebiasaan yang mereka lakukan
Dari hasil intervensi pendidikan dan pelatihan
utamanya dalam hal pengadaan pangan keluarga,
gizi yang telah dilaksanakan terbukti dapat
maka perubahan atau pergeseran kebiasaan
menurunkan angka anemia ibu-ibu usia produktif
makan akan bisa terjadi secara pelan tetapi pasti.
di Desa Mangli. Hal ini sejalan dengan beberapa
Keberhasilan menanamkan pengetahuan gizi,
hasil penelitian relevan yang dirujuk, bahwa
pengetahuan bahan makanan, teknik memasak,
penyuluhan, pendidikan gizi, akan lebih bermakna
pengetahuan menu, dan pengetahuan resep
dal am m engg eser ata u me ngub ah p eril aku
dalam penerapan menu makan sehari-hari, tidak
pangan seseorang jika dibanding dengan inter-
terlepas dari cara memilih metode pembelajaran
vensi suplementasi tablet besi atau pemberian
yang tepat. Strategi pembelajaran, pendekatan
makanan tambahan (PMT). Ternyata masyarakat
pembelajaran, pemilihan metode dan media
De sa M angl i sa ngat kooper atif dan mud ah
mengajar dan cara mengajar secara tepat, men-
diberikan pemahaman akan pentingnya makanan
jadi penopang dalam keberhasilan pemahaman
bergizi, dan mereka sangat patuh akan himbauan
materi atau bahan ajar diklat. Selain itu cara
yang diberikan oleh instruktur diklat gizi. Tidak
menyampaikan materi dengan banyak membe-
sebagaimana yang menjadi kebiasaan mereka
rikan contoh gambar dan mengulang-ulang materi
bahwa mereka sulit untuk diubah atau diarahkan
yang bagi mereka masih asing, menjadikan
kebiasaan makan mereka. Hal ini sangat mungkin
peserta mudah menerima pesan yang disam-
karena pengaruh dari cara pembelajaran yang
paikan lewat instruktur pelatihan. Namun, hal ini
persuasif, tidak menggurui dan disusun bersama-
menjadi kendala dalam pelaksanaan model yang
sama dengan seluruh komponen masyarakat
akan diterapkan kemudian, karena instruktur
secara demokratis.
pelatihan menjadi salah satu syarat keberhasilan
Se tela h kurun wakt u e nam bula n da ri
Diklat Gizi. Padahal untuk memenuhi karakteristik
pelaksanaan diklat gizi (batas waktu minimal)
pelatih atau instruktur yang handal tidaklah
terbukti angka anemia mereka turun, yang semula
mudah, sehingga hal ini merupakan kelemahan
pada tes I anemia mencapai 40% dan tes II turun
model yang ditemukan.
menjadi 20%. Hasil uji p<0,05, sehingga terdapat
Hasil pendidikan dan pelatihan gizi yang
perbedaan antara hasil tes Hb I dan II. Hal ini
telah dilaksanakan di Desa Mangli, menunjukkan
mengisyaratkan bahwa ibu-ibu Desa Mangli telah
ada perubahan perilaku dari sebelum diklat gizi
mulai menerapka n menu ma kan sehari -hari
dan setelah diklat gizi. Dari hasil rekapitulasi
dengan berpedoman pada menu gizi seimbang,
509
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
yaitu menu yang memenuhi kebutuhan gizi per
dengan kaidah manajemen pelatihan, baik dari
hari denga n asupa n zat gizi ma kanan yang
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelak-
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
sanaan maupun evaluasi. Kegiatan penyuluhan
mineral dan air dalam jumlah yang proporsional
tentang gizi, kesehatan, posyandu, dan seje-
sesuai kebutuhan masing-masing individu.
ni snya , di adak an secar a i nsid enti l ji ka a da
Untuk memantapkan perilaku kebiasaan
inform asi dari Tim Pengger ak PKK t ingk at
makan baru bagi mereka, perlu adanya pendam-
Kecamatan, diadakan ketika ada acara pertemuan
pingan dan upaya untuk selalu mengingatkan,
ibu-ibu PKK sebulan sekali.
memantau, dan memberikan contoh yang sesuai
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan gizi.
Mereka amat jarang
anjuran, agar perilaku yang baru ini bisa dimiliki
Kedua, model pengembangan pengorga-
oleh masyarakat Mangli secara permanen dan
nisasian pendidikan dan pelatihan gizi berbasis
akan menjadi perilaku makan yang menetap,
masyarakat yang dapat mengatasi anemia gizi
sehingga masyarakat Mangli akan menjadi sehat,
besi pada ibu-ibu usia produktif di Desa Mangli
sejahtera, etos kerja tinggi yang berdampak pada
adalah model konseptual yang terdiri atas 4
kemauan menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi.
(empat) langkah, yaitu langkah pertama peren-
Upaya ini harus didukung oleh semua lapisan
canaan meliputi studi pendahuluan, kajian teoritis,
masyarakat Mangli, utamanya para perangkat
kajian penelitian yang relevan, menghasilkan draft
desa, kepala desa, ketua Tim Penggerak PKK,
model pengorganisasian pendidikan dan pela-
bidan desa, kader posyandu, dan dukungan dari
tihan gizi berbasis masyarakat untuk mengatasi
semua anggota keluarga masyarakat desa Mangli.
anemia gizi besi pada ibu-ibu usia produktif;
Selain itu, perlu diupayakan adanya program
la ngka h
pendampingan dari organisasi yang ada di desa
memadukan SDM, menentukan tujuan, menyusun
Mangli atau dari luar Desa Mangli, misalnya dari
organisasi, menyusun panduan, menyusun bahan
unsur
p erguruan
tinggi
deng an
ke dua
peng org anisasia n
me liputi
p rogr am
ajar, menyiapkan fasilitas, menyiapkan instruktur
Pengabdian Masyarakat yang khusus membina
dan memilih koordinator; langkah ketiga: peng-
bi dang Kesejahtera an K elua rga, khususnya
gerakan meliputi pengembangan draf model,
masalah gizi dan kesehatan.
validasi internal, validasi eksternal, uji coba
Model akhir yang dihasilkan, yang telah te rbuk ti e fekt if,
terbatas; dan langkah keempat: evaluasi meliputi
bisa di sosi alisasik an d an
kesesuaian model, bahan ajar, panduan diklat,
dilaksanaka n oleh Satuan Kerja Pemerintah
perumusan tujuan, evaluasi uji coba, menetapkan
Daerah (SKPD) tingkat Kecamatan, Kabupaten
instruktur.
maupun Provinsi yang memiliki program sejenis.
Ketiga, model pengembangan pengorga-
Ji ka a kan diad op untuk dig unak an sebag ai
nisasian pendidikan dan pelatihan gizi berbasis
kegiatan pendidikan dan pelatihan gizi di tempat
masyarakat, efektif dalam mengatasi anemia gizi
lain, hendaknya memperhatikan
besi pada ibu-ibu usia produktif di Desa Mangli.
ha rus dipe nuhi
prasyarat yang yai tu
Keberhasilan ini disebabkan karena “model” yang
melakukan studi pendahuluan untuk melihat
seb elum di guna kan,
ditemukan lebih komprehensif dari model yang
karakteristik masyarakat yang akan menjadi
sebelumnya, dibangun berdasarkan pengor-
sasaran, apakah memiliki kesamaan karakter
ganisasian yang dilakukan secara bottom-up dan
dengan masyarakat Desa Mangli.
berbasis masyarakat. Selain itu, keberhasilan ditopang oleh sifat masyarakat Desa Mangli yang
Simpulan dan saran
kooperatif serta penyusunan bahan ajar dan
Simpulan
pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Dari
Dar i ha sil pene liti an y ang dila kuka n da pat
pel aksa naan pendidi kan dan pela tiha n gi zi,
disimpulkan sebagai berikut: Pertama, deskripsi
diperoleh hasil bahwa ada perbedaaan hasil
model faktual pengorganisasian pendidikan dan
belajar antara sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan gizi berbasis masyarakat yang dapat
pendidikan dan pelatihan gizi secara signifikan, t
mengatasi anemia gizi besi bagi ibu-ibu usia
hitung 13,246, sedangkan t tabel 2,861 (t hitung>
produktif di desa Mangli, belum dikelola sesuai
t tabel). Demikian pula, ada penurunan angka
510
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
anemia gizi besi antara sebelum (40%) dan
cukup potensial; 2) Terjadinya pergeseran perilaku
sesudah
dan
kebiasaan makan pada masyarakat Mangli dari
pelatihan gizi (20%), diukur selang enam bulan
dil aksa naka nnya
pendidi kan
hasil pelaksanaan Diklat Gizi merekomendasikan
dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan gizi.
bahwa Model Pendidikan dan Pelatihan Gizi yang
Hasil uji p<0,05 terdapat perbedaan antara hasil
ditemukan, dapat digunakan untuk menangani
tes Hb I dan II. Hal ini mengisyaratkan bahwa ibu-
permasalahan serupa dengan memperhatikan
ibu Desa Mangli telah mulai menerapkan menu
karakteristik masyarakatnya dan bisa dijadikan
makan sehari-hari dengan berpedoman pada
bahan kajian pada matakuliah Gizi Terapan; 3)
menu gizi seimbang, yaitu menu yang memenuhi
Produk yang berupa buku ajar atau buku saku
kebutuhan gizi per hari dengan asupan zat gizi
ya ng
makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
masyarakat luas yang merasa memiliki kesamaan
lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang
dalam menangani kasus anemia gizi besi; 4) Perlu
proporsional sesuai kebutuhan masing-masing
adanya penelitian lanjut untuk melihat dengan
individu.
cermat asupan gizi mereka terutama Fe (zat besi),
d ihasilka n,
b isa
dim anfa atka n
ol eh
protein dan vitamin C, sehingga dapat diketahui Saran
secara pasti bahwa kenaikan kadar hemoglobin
Saran yang diajukan dari hasil penelitian ini, yaitu:
mereka benar-benar disebabkan karena asupan
1) Berdasarkan penelitain awal tentang perilaku
gizi yang meningkat, sebagai dampak hasil
kebiasaan makan pada ibu-ibu Desa Mangli, perlu
pendidikan dan pelatihan gizi, dan 5) Secara
ada penguatan dari tokoh masyarakat Mangli,
per iodi k pe rlu dira ncang pr ogra m da ri T im
seluruh perangkat Desa Mangli, terutama peran
Penggerak PKK desa Mangli tentang penyuluhan
Kepala Desa Mangli, untuk mendukung dan selalu
gizi dan makanan sehat untuk menyegarkan
mengingatkan akan pentingnya makan bergizi,
ingatan ibu-ibu desa Mangli
berimbang dan beragam dengan memanfaatkan
menerapkan menu gizi seimbang bagi keluarga.
sumber bahan makanan
akan pentingnya
dari desa Mangli yang
Pustaka Acuan Almatsier, Sunita. Soetardjo, Susirah. Soekarti Moesijanti. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia. Ambrose, Susan A, Michael W Bridges, Michale Di Pietro, Marsha C Lovett, Marie K Norman. 2010. How Learning Works. San Fransisco: Published by Jossy Bass, A Wiley Imprint. Atmarita dan Fallah, Tatang S. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah, dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI Azwar, Azrul. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Makalah dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI. Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Beard, JL. Gillespie, Stuart. 2000. Mayor Issues in the Control of Iron Difisiency The Micronutrien Initiative. New York: Unicef. Beck, Mary E. 2005. Ilmu Gizi & Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Berg, A. 2006. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Terjemahan Zahara D. Noer. Jakarta: C.V. Rajawali. Besral, Meilianingsih Lia, Sahar, Juniati. 2007. Pengaruh Minum Teh terhadap kejadian Anemia pada Usia Lanjut di Kota Bandung. Jurnal Kesehatan. Volume II Juni -2007, nomer 1 hal 38-43.
511
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Bloom. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. New York: Company Inc., Borg, W.R. & Gall, M.D. 2000. Education Research: an Introduction. New York: Longman Inc. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya. Jakarta: Balai Pustaka. Drummond, Karen Eich and Brefere Lisa M. 2004. Nutrition for Foodservice & Culinary Profesionals. Published by John Wiley & Sons, New Jersey: Inc, Hoboken. Eide, Wenche Barth; Siri Damman and Unni Silkoset with Elisabet Helsing.2002. Journal Vol. 2, no 1. Training for Contemporary Understanding of Human Nutrition Condition 1 – Globalisation, Human Rights and Governance as Dimensions of The Study and Practice of Public Nutrition in The 21 Century-Experiences from Recent Educational Innovations at The University of Oslo. Foster, G.M. dan Anderson, B. G. 2006. Antropologi Kesehatan. Terjemahan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ganguly, Sujata;
M Stoddard; Candaca; Combe; Sorenaen. 2011. Causes of Anemia Among
Reproductive Age Women: An Intervention Study in The Eastern Region of India Sayeed Unisa. Health and Nutrition Journal, Vol 50 (2). Guire, Michelle Mc. and Beerman Kathy A. 2005. Nutritional Sciences, from Fundamentals to Food. Washington, D.C: National Academies Press. Gunarsa, D.S. dan Gunarsa D.S. 2005. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Guptill, Katharine S, Steven A. Esrey, Gbolahan A, Oni and Kenneth Brown. 1993. Evaluation of A Face to Face Weaning Food Intervention in Kwara State,Nigeria Knowledge, Trial adm Adaption of A Home Prepared Weaning Food. Journal Soc. Sci. Med. Vol. No 5,36 : 665-672. Hardinsyah dan Tambunan, Victor. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan, Makalah, dalam Widyakarya Pangan dan Gizi ke VIII. Jakarta: LIPI. Jalila, El Ati. Pierre, Lefeore. Chiraz, Beji. Chiheb, Ben Rayana. Sadok, Gaigi. and Francis, Delpeuch 2008. Aetiological Factors and Perception of Anemia in Tunisia Women of Reproductive Age. Journal. Public Health Nutrition 11 (7), 729-736. Karyadi, Darwin. 2003. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Bogor: Naskah Pidato Penerimaan Jabatan Guru Besar Luar Biasa di IPB. Reha Demired, Simoes, MC., Lawless, Jw., Latham, MC. 2011. Determination of Nutritional Training for the Prevention of Anemia on Pregnant Woment. Health and Nutrition Journal, Vol 51. Rohidi, Rohendi Tjetjep. 2005. Makanan Tradisional: Upaya Peningkatan dalam Perspektif Kebudayan. Proceeding. Seminar Nasional Membangun Citra Pangan Tradisional. Universitas Negeri Semarang. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. Suhardjo. 2006. Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB. Sudjana, D. 2004. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production.
512
Atiek Zahrulianingdyah, Desain Model Pengembangan Diklat Gizi yang Efektif untuk Masyarakat Marginal
Sudjana. 2007. Pendidikan dan Pelatihan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian 4. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Indonesia. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Zahrulianingdyah, Atiek. 2009. Diversifikasi Pangan dalam Kebiasaan Makan pada Keluarga di Desa Mangli Kabupaten Magelang. Penelitian. Semarang: Lembaga Penelitian UNNES. Zubaedi. 2009. Pendidikan Berbasis Masyarakat, Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
513