DESAIN MODEL KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL DI TARAKANITA
MARIA NUR TRISNA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Desain Model Kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita adalah hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2012
Maria Nur Trisna NRP. P052100031
ABSTRACT
MARIA NUR TRISNA. Curriculum Design Model-Based on Go Green School in Tarakanita. Under direction of Hartrisari Hardjomidjojo and Gregorius Bambang Nugroho.
Population is increasing, on the other hand the availability of natural resources remains the same, hence, it is necessary to use advanced technology to increase productivity and to use natural resources properly for the prosperity of human beings. But this could also give negative impacts to the environment. Egoism and moral crisis are considered as factors which cause the environment destruction. This situation needs to be overcome through strategic way to young generation on character building which is integrated in the curriculum. The Go Green School Model (GGS) curriculum design of Tarakanita is based on the Education Unit Level Curriculum (EULC). System approach is used for designing the ideal mode is based on the 8 criteria of National Education Standards as stipulated in the Government Bylaws No. 19 in 2005. The performance of the model is then compared to currently-used curriculum and validated to the pre-determined sample of fourth-grade elementary students for one semester. The result shows that the understanding and creativity ( factors of environmental content) of the students treated using the curriculum of GGS tend to be higher than that of the students treated using the Education Unit Level Curriculum . To shift from the Education Unit Level Curriculum
Curriculum to the GGS curriculum needs a linking step that is the
Teaching Unit Curriculum Plus (EULC +).
[Keywords: Curriculum, Model, System approach, Go Green School in Tarakanita]
RINGKASAN MARIA NUR TRISNA. Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita.
Dibimbing oleh Hartrisari Hardjomidjojo
dan
Gregorius Bambang
Nugroho.
Jumlah manusia bertambah tetapi sumber daya alam (SDA) tetap, maka dibutuhkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan penggunaan SDA untuk kesejahteraan manusia. Peningkatan produktivitas dan penggunaan SDA juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah akibat dari egoisme dan krisis moral, perlu diatasi lewat pendidikan karakter yang dimasukkan dalam kurikulum. Pendidikan merupakan bidang yang strategis dalam membina generasi muda. Maka Yayasan Tarakanita yang bergerak di bidang pendidikan
memutuskan untuk menyusun modifikasi kurikulum
yang
berwawasan lingkungan dalam rangka pengembangan karakter untuk menumbuhkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap lingkungan. Metode penelitian menggunakan Pendekatan Sistem. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem (stakeholders), selanjutnya formulasi masalah untuk melihat kebutuhan yang sinergis maupun yang kontradiktif dalam rangka menghindari konflik antar pelaku, sehingga sistem dapat berjalan dengan baik, langkah berikutnya dilakukan identifikasi sistem. Pada tahap ini diharapkan mekanisme yang terjadi pada sistem dapat dipahami sehingga hubungan antara ”pernyataan kebutuhan” dan ”pernyataan masalah” dapat disusun dalam diagram input-output. Model Kurikulum Berbasis Go Green disusun berdasarkan 8 kriteria Standar Nasional Pendidikan menurut Peratutan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2005. Teknik yang digunakan dalam penyusunan model adalah gap analisis terhadap substansi mata pelajaran dan cara pemberian materi di kelas. Kinerja model akan dibandingkan dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Model akan divalidasi pada sampel yang telah ditetapkan selama 1 semester. Model adalah abstraksi dunia nyata atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Dalam penelitian ini akan dihasilkan model dalam bentuk matrik yang dapat digunakan bagi sekolah-sekolah yang akan membuat kurikulum berbasis Go Green.
Penelitian ini menggunakan metode infusi, di mana muatan lingkungan diselaraskan dengan KTSP dengan menganalisa standar kompetensi dan indikator masing-masing mata pelajaran. Hasil analisis gap memperlihatkan perbedaan jumlah jam pelajaran terhadap faktor muatan lingkungan dari Kurikulum Tarakanita (KTSP) dan Kurikulum Berbasis GGS untuk teori hanya 2% sedangkan untuk praktik mencapai 34%. Berdasarkan hasil komparasi nilai teori dan praktik terlihat bahwa untuk mengubah gaya hidup dan pola hidup terhadap faktor lingkungan dibutuhkan metode penyampaian materi muatan lingkungan yang tidak hanya sebatas pemahaman tetapi juga implementasi. Untuk sampai pada
implementasi membutuhkan praktik atau
latihan. Latihan adalah kunci keberhasilan belajar dan merupakan cara yang penting untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki menjadi pemahaman. Bila latihan sering dilakukan akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat menjadi permanen, sesuai dengan teori. Hasil komparasi pemahaman dan kreativitas siswa terbukti bahwa dengan pola pembelajaran pengalaman (experiential learning) untuk pembelajaran muatan lingkungan dapat merangsang siswa dalam mengekspresikan hasil belajar yang berwawasan lingkungan. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku akan bertambah bila dilakukan banyak latihan,
ulangan dan pembiasaan. Pembelajaran muatan lingkungan diharapkan tidak hanya sebatas pemahaman tetapi sampai pada implementasi.
Berdasarkan formulasi masalah implementasi
membutuhkan siswa aktif, artinya membutuhkan metode mengajar yang didukung sarana dan prasarana yang memadai. Model ideal kurikulum berbasis Go Green dibangun berdasarkan hasil identifikasi dan analisis terhadap 8 Standar Nasional Pendidikan. Dari hasil validasi teori untuk menguji pemahaman maupun hasil validasi praktik untuk menguji kreativitas terlihat bahwa siswa yang menggunakan kurikulum GGS cenderung nilai validasi teori lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan KTSP hal ini dibuktikan dengan ketuntasan siswa (teori), demikian juga dengan kreativitas (praktik). Artinya sekolah yang menggunakan kurikulum berbasis GGS pemahaman dan kreativitas siswa untuk faktor muatan lingkungan cenderung lebih baik daripada sekolah yang menggunakan KTSP, karena siswa GGS sudah terbiasa praktik. Latihan adalah kunci
keberhasilan belajar dan merupakan suatu cara yang penting dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki menjadi pemahaman. Berdasarkan hasil identifikasi masalah perlu adanya tahapan antara (KTSP+) dari KTSP menuju kurikulum GGS. dari KTSP menuju KTSP+ ditambah praktek sebanyak 40 jam pelajaran, mengadakan sarana prasarana yang dibutuhkan dan melakukan pelatihan untuk guru. Sedangkan dari KTSP+ menuju kurikulum berbasis GGS ditambah dengan 9 jam teori dan 39 jam praktek serta melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan bagi pembelajaran berbasis GGS. Harapannya dalam tiga tahun dari KTSP dapat menjadi kurikulum berbasis GGS. Kurikulum berbasis GGS bukan kurikulum yang terbaik dibandingkan KTSP, tetapi kurikulum berbasis GGS sebagai salah satu alternatif kurikulum jika mau menanamkan kesadaran lingkungan menjadi sikap hidup peserta didik.
Karena baik
KTSP maupun kurikulum berbasis GGS mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kata kunci: Kurikulum, Model, Pendekatan Sistem, Go Green School di Tarakanita.
© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor , Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
DESAIN MODEL KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL DI TARAKANITA
MARIA NUR TRISNA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. M.A. Chozin, M.Agr.
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga penulisan tesis yang berjudul: Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita dapat selesai disusun. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Hartrisari H., DEA sebagai ketua komisi pembimbing dan Br. Dr. Gregorius Bambang N, FIC sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Yayasan Tarakanita, SD Tarakanita 1, SD Tarakanita 3, SD Tarakanita Gading Serpong dan SD Tarakanita Citra Raya, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus, Orangtua serta kakak dan adik yang telah mendukung lewat doa dan perhatiannya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2012
Maria Nur Trisna
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 30 Oktober 1970 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Marcelinus Wiguna dan Marcelina Nuryati. Pendidikan formal dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) Xaverius Palembang. Lulus SD Tahun 1983, lulus SMP tahun 1986, lulus SMA tahun 1989 dan selanjutnya penulis diterima di Fakultas MIPA jurusan KIMIA Universitas Sriwijaya Palembang. Penulis menyelesaikan studi S1 pada tahun 1994. Pada tahun 1994 penulis masuk biara Suster-suster Cinta kasih Santo Carolus Borromeus dan menjalankan pendidikan sampai dengan tahun 1997. Sejak tahun 1997 mendapatkan tugas di Yayasan Tarakanita, pada tahun 1997 – 2001 bertugas di SMA Tarakanita Pluit Jakarta, tahun 2001-2004 bertugas di SMA Stella Duce Yogyakarta, tahun 2004-2008 bertugas di SMA Santo Yosef Lahat dan pada tahun 2008-2010 bertugas di SMA Tarakanita 2 Pluit Jakarta. Pada tahun 2010 penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Tarakanita untuk melanjutkan studi di Program Magister (S2) Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL …………………………………………………
xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………...
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
xiv
I. PENDAHULUAN …………………………………………….
1
1.1.`Latar belakang ……………………………………………
1
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………...
2
1.3. Tujuan penelitian …………………………………………
2
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………..
2
1.5. Kerangka pemikiran ………………………………………
2
II. TIJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
4
2.1. Hakekat Pendidikan …………………………………….
4
2.2.Hakekat Kurikulum ……………………………………..
11
2.3. Kurikulum berbasis Go green School …………………..
17
2.4. Kebaruan Penelitian …………………………………….
28
III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………….
31
3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ………………..
31
3.2. Metode Penelitian ……………………………………….
34
3.3. Rancangan Penelitian ……………………………………
38
IV. PROFIL YAYASAN TARAKANITA ……………………….
50
4.1. Gambaran Umum Yayasan Tarakanita …………………
50
4.2. Implementasi Kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita ………………………………………………
58
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………..
62
5.1. Identifikasi Stakeholders ………………………………
62
5.2. Analisa Kebutuhan Stakeholders ……………………….
62
5.3. Formulasi Masalah ……………………………………..
63
5.4. Identifikasi Sistem ……………………………………..
64
Halaman 5.5. Pemodelan kurikulum berbasis Go Green School ………
65
5.6. Validasi ………………………………………………….
81
5.7. Rekomendasi ……………………………………………
84
5.8. Kelebihan dan kelemahan KTSP dan Kurikulum berbasis Go Green School …………………………………………
85
VI. SIMPULAN DAN SARAN …………………………………...
87
6.1. Simpulan ………………………………………………...
87
6.2. Saran …………………………………………………….
88
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
89
LAMPIRAN ………………………………………………………..
92
DAFTAR TABEL Halaman 1. Materi muatan lingkungan yang disisipkan pada KTSP …...
24
2. Kelebihan dan kelemahan metode infusi …………………….
27
3. Kelebihan dan kelemahan metode block ……………………...
27
4. Kriteria Sekolah sampel ………………………………….
31
5. Kuesioner Guru …………………………………………....
32
6. Hasil Survey guru sekolah model …………………………
34
7. Daftar pertanyaan analisis kebutuhan stakeholders …………
36
8. Dasar Pengembangan Model kurikulum berbasis Go Green …
38
9. GAP Analisis terhadap substansi muatan lingkungan ………
40
10. Indikator penilaian …………………………………………..
41
11. Alat Uji Validasi teori ………………………………………
47
12. Program Sekolah tentang Lingkungan Hidup di sekolah model ……………………………………………………….
61
13. Analisis kebutuhan Sistem ………………………………..
62
14. Formulasi masalah Kurikulum Berbasis GGS di Tarakanita ..
64
15. Hasil analisis GAP substasi muatan lingkungan …………….
66
16a.Nilai Akhir kelompok mata pelajaran (MP) agama dan
68
akhlak mulia ........................................................................ 16b. Nilai kelompok (MP) agama dan akhlak mulia
68
{f(lingkungan)} ................................................................... 17a. Nilai Akhir PKn ...................................................................
69
17b. Nilai PKn {f(lingkungan)} ...................................................
70
18a. Nilai akhir IPA ....................................................................
70
18b.Nilai IPA {f(lingkungan)} ....................................................
71
19a.Nilai Akhir Seni Budaya dan Keterampilan ..........................
72
19b. Nilai Seni Budaya dan Keterampilan {f(lingkungan)}...........
72
Halaman 20a. Nilai akhir Pendidikan Jamani dan kesehatan ..................
73
20b. Nilai Pendidikan Jamani dan kesehatan {f(lingkungan)}...
73
21. Analisis GAP Sarana Prasarana …………………………
78
22. Hasil Validasi Teori ……………………………………
82
23. Hasil validasi praktik ………………………………….
82
24. Kelebihan dan kelemahan KTSP ………………………
85
25. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum berbasis GGS …
86
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran …………………………………………..
3
2. Pendekatan Model Pembelajaran Lingkungan Hidup ………..
10
3. Diagram input-output …………………………………………
37
4. Tahapan Pendekatan Sistem ………………………………….
38
5. Tahap Pemodelan Sistem …………………………………….
39
6. Alur analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan……..
40
7. Gambaran Umum Tarakanita …………………………………
50
8. Logo Tarakanita ………………………………………………
57
9. Pembelajaran IPA …………………………………………….
59
10. Ektrakurikuler Pramuka ………………………………………
59
11. Guru memberi contoh cara mengolah sampah (keteladanan)…..
60
12. Siswa memelihara tanaman (Pembiasaan) …………………….
60
13. Sistem Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita….
65
14. Hasil karya mata pelajaran IPS ……………………………….
75
15. Hasil karya daur ulang siswa KTSP ………………………….
75
16. Hasil karya daur ulang siswa GGS ………………………….
75
17. Implementasi hasil belajar siswa GGS ……………………….
76
18. Sarana prasarana GGS ………………………………………..
79
19. Model KTSP ………………………………………………….
80
20. Model Ideal Kurikulum Go Green School ……………………
80
21. Hasil Validasi praktek pada sekolah KTSP …………………..
83
22. Hasil Validasi praktek pada sekolah GGS ……………………
83
23. Usulan Implementasi ………………………………………….
84
24. Usulan Model Kurikulum berbasis Go Green School …………
85
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data hasil survey pemahaman pemahaman guru SD Tarakanita 3
92
2. Data hasil survey pemahaman pemahaman guru SD Tarakanita
93
Citra Raya 3. Analisis KTSP versi BSNP dan Tarakanita
94
4. Analisis KTSP dan Kurikulum berbasis Go Green School
101
5. Nilai Raport SD Taranita 1 Jakarta (KTSP)
113
6. Nilai Raport SD Tarakanita Gading Serpong (KTSP)
115
7. Nilai Raport SD Tarakanita 3 Jakarta (GGS)
117
8. Nilai Raport SD Tarakanita Citra Raya (GGS)
119
9. Leger Nilai Muatan Lingkungan SD Tarakanita 1
121
10. Leger Nilai Muatan Lingkungan SD Tarakanita Gading Serpong
123
11. Leger Nilai Muatan Lingkungan SD Ttarakanita 3
125
12. Leger Nilai Muatan Lingkungan SD Tarakanita Citra Raya
127
13. PP No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional 14. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan pendidikan. 15. Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan pendidikan. 16. Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Satandar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah 17. Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana 18. Panduan Umum KTSP
1
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pertumbuhan penduduk semakin pesat, memerlukan sandang, pangan dan
papan. Dengan demikian maka, membutuhkan penggunaan sumber daya alam (SDA) yang lebih besar. Permasalahannya, pertumbuhan populasi ini tidak didukung dengan SDA, maka untuk memenuhi kebutuhannya manusia menggunakan teknologi (Soemarwoto,1994). Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat, membantu manusia untuk mensejahterakan hidupnya. Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat menyebabkan kemajuan di segala bidang, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Al Gore dengan buku, ceramah, dan terutama tayangan film dokumenternya berjudul An Inconvenient Truth membentangkan secara dramatis dampak ulah perbuatan manusia pada perubahan iklim sejagat. Kurangnya kesadaran lingkungan menyebabkan pencemaran (air, udara dan daratan), penurunan keanekaragaman hayati dan ketersediaan pangan, dan penurunan ketersediaan SDA.
Pencemaran udara menyebabkan perubahan cuaca
global, perusakan lapisan ozon, hujan asam, dan
udara menjadi tercemar.
Pencemaran air menyebabkan pengendapan dan mencemari sumber-sumber air sehingga membahayakan kehidupan. Produksi limbah padat, limbah cair, limbah beracun dan berbahaya menyebabkan lingkungan hidup menjadi terancam. Oleh karena itu, semua usaha pembangunan yang dilakukan manusia hendaknya memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Menurut Neoloka (2008) masalah lingkungan hidup pada hakikatnya adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, sistem sosial, dan agama dalam pengendalian pertumbuhan penduduk dan pengelolaan lingkungan hidup. Karena itu, cara mengatasi masalah kependuduan dan lingkungan hidup tidak dapat hanya dengan melakukan usaha yang bersifat teknis, tetapi perlu didukung dengan upaya yang bersifat edukatif dan persuasif.
Upaya tersebut dengan
melaksanakan pendidikan lingkungan hidup, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.
Maka Yayasan Tarakanita yang bergerak di bidang
pendidikan memutuskan untuk menyusun modifikasi kurikulum yang berwawasan lingkungan dalam rangka pengembangan karakter untuk menumbuhkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap lingkungan.
2
1.2.
Perumusan Masalah Budaya cinta lingkungan penting dikembangkan melalui dunia pendidikan,
karena jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut ilmu di bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan mengenai penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.
Menanamkan nilai-nilai budaya cinta
lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari kerusakan yang makin parah. 1. Bagaimana menumbuhkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap lingkungan. 2. Bagaimana mengembangkan kurikulum Go Green School untuk membangun pemahaman dan implementasi siswa terhadap lingkungan. 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang ada, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan: •
Membuat rancang bangun model kurikulum berbasis lingkungan (GGS). Model ini dibangun berdasarkan kurikulum existing (KTSP) dan kurikulum Go Green untuk menumbuhkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap lingkungan.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Memberikan
masukan
pentingnya
pendidikan
lingkungan
hidup
dimasukkan ke dalam kurikulum untuk meningkatkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap lingkungan. 2. Memberikan desain model bagi Yayasan Tarakanita dalam menerapkan pendidikan berwawasan lingkungan. 1.5.
Kerangka Pemikiran Pendidikan merupakan sarana untuk
membentuk sumber daya manusia
(SDM) yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat kesejahteraan manusia.
Manusia berperan dalam melestarikan
lingkungan, maka perlu diberi bekal untuk melestarikan lingkungan dengan pendidikan lingkungan (Yustina, 2006).
Proses pendidikan lingkungan dianggap
3
dapat membentuk karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa (Neolaka, 2008). Kesadaran dalam melestarikan lingkungan bagi siswa akan lebih efektif bila diberikan melalui mata pelajaran atau kegiatan pembelajaran yang berarti dimasukkan dalam kurikulum (Mukti, 2008). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas no. 22, 23, 24 tahun 2006, mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Secara umum KTSP bertujuan untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan dan hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan kurikulum berbasis Go Green School (GGS). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke kurikulum berbasis GGS mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasioanl. Delapan Standar Nasional Pendidikan terdiri dari : 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar kompetensi lulusan; 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar sarana dan prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar pembiayaan; dan 8) standar penilaian pendidikan. Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam hal ini menjadi acuan utama bagi satuan pendidikan dalam upaya mengembangkan kurikulum. Gambar 1, berikut ini memperlihatkan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
4
II. 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat Pendidikan
2.1.1. Definisi Pendidikan Pendidikan memiliki peranan strategis untuk menyiapkan generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan.
Bagi setiap orangtua, masyarakat dan bangsa
pemenuhan akan pendidikan menjadi kebutuhan pokok. Pendidikan dijadikan sebagai institusi utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang diharapkan suatu bangsa, karena pada gilirannya pendidikan menjadi taken for granted terkait dengan eksistensi dan kelangsungan hidup (survival) budaya suatu bangsa (Soerjani, 2008). Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah education. Kata education diserap dari bahasa Latin educare yang dapat berarti mempertumbuhkan; memelihara; membesarkan; mendidik. Pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata, semacam proses penciptaan kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang lain. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik, atau dayadaya seni (Muslich, 2008). Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang mencakup seluruh aspek kehidupan setiap pribadi peserta didik. Hal ini diupayakan dengan adanya pendidikan formal, yaitu melalui sekolah dengan segala perangkat penyelenggaraannya, terutama perangkat kurikulum yang ditetapkan. Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang saling berkaitan sebagai upaya untuk mengembangkan diri berupa tiga aspek dalam kehidupannya, yaitu: pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Berdasarkan
5
konsep
pendidikan
di
atas,
pendidikan
merupakan
pembudayaan
atau
"enculturation", suatu proses untuk menjadikan seseorang untuk mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Pendidikan membutuhkan keharmonisan dengan lingkungan, sebab praktek pendidikan harus mendasarkan pada teori-teori pendidikan dan pada tahap berikutnya teori-teori pendidikan harus bersumber dari suatu pandangan hidup masyarakat yang bersangkutan. 2.1.2. Karakteristik Peserta Didik Sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tiga tahap pendidikan yaitu: tahap pendidikan dasar (SD), menengah pertama (SMP), dan menengah atas (SMA). Secara psikologis anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan bakat, minat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Pemahaman tentang anak bagi pengembang kurikulum sangatlah penting.
Kesalahan persepsi atau kedangkalan
pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktik pendidikan (Hartati, 2005). Ada beberapa alasan yang dikemukan Santrock (2007) tentang masa-masa perkembangan perkembangan. Pertama, setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Pada setiap tahapan itu anak memiliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan tertentu.
Jika tugas-tugas perkembangan itu tidak
terpenuhi, maka akan mengalami hambatan pada tahap berikutnya. Kedua, anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka. Pada masa itu anak berada pada periode perkembangan yang sangat cepat dalam berbagai aspek perkembangan. Ketiga,
pemahaman
akan
perkembangan
anak,
akan
memudahkan
dalam
melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian bantuan memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi, maupun mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. Menurut Piaget, kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang mengarah pada membimbing perilaku anak. Menurut Piaget ada dua konsep yang perlu dipahami dalam teori perkembangan kognitif, yaitu konsep tentang fungsi dan struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal. Melalui fungsi
6
akan
terjadi
kecenderungan-kecenderungan
biologis
untuk
mengorganisasi
pengetahunan ke dalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi terhadap berbagai tantangan yang datang dari luar lingkungannya.
Sedangkan, struktur merupakan
seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan.
Piaget berpendapat bahwa dalam memahami lingkungan
anak bersifat aktif. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget terdiri dari empat fase, yaitu: 1. Sensorimotor (0-2 tahun) Pada fase sensorimotor yang berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun, kemampuan kognitif anak sangat terbatas.
Piaget mengistilahkannya dengan
kemampuan yang bersifat primitif, artinya masih didasarkan kepada perilaku terbuka. Kemampuan kognitif yang dimiliki anak usia ini merupakan intelegensi dasar yang amat menentukan perkembangan kognitif selanjutnya. Kemampuan anak dalam berbahasa pada masa ini belum muncul.
Interaksi
dengan lingkungan dilakukan dengan gerakan-gerakan tubuhnya yang merupakan eksperimen terhadap lingkungannya.
Melalui proses interaksi
dengan
lingkungan, lambat laun anak akan belajar tentang bagaimana menguasai lingkungannya secara lebih baik. 2. Praoperasional (2-7 tahun) Pada fase ini menurut Piaget ditandai dengan beberapa ciri. Pertama, adanya kesadaran dalam diri anak tentang suatu objek. Artinya, pandangan anak terhadap benda sudah tidak melalui indranya seperti pada masa sensorimotor. Kedua, pada fase ini kemampuan anak dalam berbahasa mulai berkembang.
Anak mulai
mampu mengekspresikan sesuatu dengan kalimat pendek namun efektif. Ketiga, fase praoperasional ini dinamakan juga fase intuisi, sebab pada masa ini anak mulai mengetahui perbedaan objek-objek sebagai sesuatu bagian individu. Keempat, pandangan terhadap dunia bersifat ‘animistic” artinya, bahwa segala sesuatu yang bergerak di dunia ini adalah “hidup”.
Kelima, pada masa ini
pengamatan dan pemahaman anak terhadap lingkungan sangat dipengaruhi sifatnya yang “egocentric”. 3. Operasional konkret (7 – 11 tahun) Dikatakan fase operasional konkret, karena pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang ia jumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Pada
7
masa ini, selain kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut dengan system of operations. Kemampuan ini sangat penting artinya bagi anak untuk mengoordinasikan pemikiran suatu ide dalam peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Kemampuan satuan langkah berpikir ini, kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi. Kemampuan kognitif yang dimiliki anak pada fase ini meliputi conservation, addition of classes, dan multiplication of classes. Conservation adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek komulatif materi, seperti volume dan jumlah. Addition
of
classes
yaitu
kemampuan
anak
dalam
memahami
cara
mengkombinasikan benda-benda yang dianggap memiliki kelas yang rendah dan dihubungkan dengan kelas yang lebih tinggi. Multiplication of classes yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda seperti warna bunga dan jenis bunga untuk membentuk gabungan golongan benda. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan memisahkan gabungan golongan benda menjadi dimensi yang spesifik, misalnya warna bunga mawar terdiri atas merah, putih, dan kuning. Dengan munculnya kemampuan-kemampuan di atas, maka kemampuan operasi kognitif ini juga meliputi kemampuan melakukan berbagai macam operasional secara matematika, seperti: menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Kemampuan matematika ini merupakan dasar bagi pengembangan “akal pikiran”. Sebagai hasil fase ini, anak mengorganisir lingkungannya ke dalam strukturstruktur kognitif berupa ide-ide atau konsep-konsep. Setiap kali anak menjumpai objek baru di alam sekitarnya, ia tidak perlu lagi menguji secara luas, akan tetapi ia sudah dapat mengklasifikasikannya sesuai dengan bagian, struktur, dan fungsinya. Kemampuan anak pada fase ini masih terbatas pada hal-hal yang konkret, maka proses berpikir anak akan terjadi pada aktivitas-aktivitas langsung. Anak akan menemui kesulitan untuk memecahkan masalah dengan hanya mengandalkan daya otaknya tanpa mencoba melakukan kegiatan atau pengalaman langsung. Segala sesuatu yang dipikirkan harus ditarik pada hal-hal yang konkret, tanpa ada penarikan seperti itu, maka akan sulit dipecahkan anak.
8
4. Operasional formal (12 – 14 tahun keatas) Piaget menamakan fase ini sebagai fase “formal operasional”, karena pada masa ini pola berpikir anak sudah sitematik dan meliputi proses-proses yang kompleks. Operasionalnya tidak lagi terbatas semata-mata pada hal-hal konkret, akan tetapi dapat juga dilakukan pada oprasional lainnya, dengan menggunakan logika yang lebih tinggi tingkatannya. Aktivitas proses berpikir pada fase ini mulai menyerupai cara berpikir orang dewasa, karena kemampuannya yang sudah berkembang pada hal-hal yang bersifat abstrak. Berdasarkan teori Piaget maka baik tujuan maupun isi kurikulum harus mempertimbangkan taraf perkembangan anak. Tanpa pertimbangan psikologi anak, maka kurikulum kurang efektif. 2.1.3. Pendidikan Karakter dan Lingkungan Hidup Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Lima dari delapan potensi peserta didik yang akan dikembangkan yaitu manusia yang: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) berakhlak mulia; 3) kreatif; 4) mandiri; dan 5) menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dekat dengan pendidikan karakter. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. wawasan mengenai arti pendidikan
karakter
Untuk mendapatkan
dan pendidikan lingkungan perlu
dikemukakan pengertian istilah karakter bangsa, dan pendidikan lingkungan. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
9
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti: jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah
Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilainilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan afeksi, kognitif dan psikomotorik. Dalam Ensiklopedia Indonesia (1983), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme, meliputi: (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfir, dan lainnya, (2) lingkungan hidup (biotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Berdasarkan definisi lingkungan maka pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan lingkungan. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses interaksi dengan lingkungan terutama di jaman globalisasi ini. Diharapkan, pengetahuan lingkungan, persepsi, dan sikap peduli dalam pengelolaan lingkungan a k a n m e m o t i v a s i m i n a t y a n g d a p a t diimplementasikan dan ditumbuhkembangkan menjadi budaya kepada anak didik khususnya pada tahapan pendidikan dasar. Menurut Hazaa
et al. (2010) pendidikan lingkungan akan membantu
membentuk pengetahuan, keterampilan dan penanaman nilai-nilai bagi siswa. Proses pendidikan lingkungan dianggap dapat membentuk karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa (Neolaka, 2008).
Lewat pendidikan karakter diharapkan dapat
mengubah gaya hidup dan pola hidup terhadap faktor lingkungan.
Hal senada juga
diungkapan oleh Tyler (1990), bahwa pendidikan merupakan pengalaman belajar. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka kesadaran dalam
10
melestarikan lingkungan bagi siswa akan lebih efektif bila diberikan melalui mata pelajaran atau kegiatan pembelajaran yang berarti dimasukkan dalam kurikulum (Mukti, 2008). Gambar 2, memperlihatkan bahwa pendidikan lingkungan mempunyai fokus pada perbaikan lingkungan, sikap, dan nilai-nilai kehidupan sementara pendidikan untuk lingkungan membutuhkan implementasi siswa dalam situasi kehidupan yang nyata dalam proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi bermakna dalam hidup.
Pendidikan Karakter
Pendidikan pengembangan pengetahuan & pemahaman secara holistik
Pengalaman
Pendidikan berbasis Lingkungan
Aksi
Pendidikan terintegrasi dalam lingkungan
Gambar 2. Pendekatan Model Pembelajaran Lingkungan Hidup (Hazaa, 2010) Pendidikan lingkungan tidak akan terpisah dengan pendidikan karakter, karena menanamkan keutamaan yang holistik bukan hanya untuk peserta didik yang sedang berproses di sekolah, melainkan bagi setiap orang yang berada di lembaga pendidikan (stakeholder). Menunjuk persoalan dan peranan pendidikan di atas, maka perlu disadari betapa pentingnya pendidikan budi pekerti, pendidikan nilai atau pendidikan karakter (carachter building). Ketiga istilah ini sering kali disamakan, padahal mengandung perbedaan, tetapi intinya membawa orang mencintai keutamaan atau moral. Pendidikan karakter semakin mendesak untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan mengingat berbagai macam perilaku yang non-edukatif kini telah merasuki zaman ini. Pendidikan karakter bukan sekadar memiliki dimensi integratif, dalam arti, mengukuhkan moral intelektual peserta didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal dan sosial (Koesoema, 2009). Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar penyembuh
11
penyakit sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat. 2.2.
Hakekat Kurikulum
2.2.1. Pengertian Kurikulum Kurikulum (Curriculum) dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan
tersebut kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah (Sudjana, 2005). Print (1993) memandang bahwa kurikulum meliputi perencanaan pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen, serta hasil dari implementasi dokumen yang telah disusun. Pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran. Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan (Saylor, Alexander & Lewis, 1981). Konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitan dengan usaha memperoleh ijasah. Artinya, apabila siswa telah berhasil mendapatkan ijasah berarti ia telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kemampuan tersebut tercermin dalam nilai setiap mata pelajaran yang terkandung dalam ijasah itu. Kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh anak didik, dalam proses perencanaannya mempunyai ketentuan sebagai berikut (Wina, 2010): 1. Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgment ahli bidang studi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan faktor pendidikan, ahli tersebut menentukan mata pelajaran apa yang akan diajarkan kepada siswa. 2. Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa, dan urutan bahan pelajaran. 3. Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat menguasai materi pelajaran, dengan menggunakan pendekatan ekspositori.
12
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan.
Sekolah tidak hanya dituntut untuk dapat
mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar siswa dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan mengakibatkan pergeseran makna kurikulum. Kurikulum tidak lagi sebagai mata pelajaran tetapi sebagai pengalaman belajar siswa. Artinya memahami kurikulum sekolah tidak cukup hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pencapaian target kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh isi atau materi pelajaran seperti tergambar dari hasil tes sebagai produk belajar, akan tetapi juga harus dilihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar. Konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar menimbulkan kritik dan ketidaksepahaman para pakar pendidikan, bagaimana menentukan dan mengukur pengalaman belajar siswa, karena segala bentuk dan perilaku siswa merupakan hasil dari pengalamannya yang tidak mungkin dikontrol guru. Oleh sebab itu, kurikulum sebagai pengalaman belajar dianggap beberapa ahli sebagai konsep yang luas, sehingga menyebabkan makna kurikulum menjadi kabur dan tidak fungsional. Hal ini menyebabkan munculnya konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana belajar. Taba (1962) mengatakan: “A curriculum is a plan for learning: therefore, what is know about the learning process and the development of the individual has bearing on the shapng of a curriculum”. Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan rumusan kurikulum menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19, dikatakan bahwa kurikulum didefinisikan sebagi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Batasan kurikulum menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 tampak jelas, bahwa kurikulum memiliki dua aspek: pertama sebagai rencana (as a plan) yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh
13
guru; dan kedua pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu.
Keduanya
digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut Wina (2010) ada tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated curriculum, dan integrated curriculum. 1. Subject Centered Curriculum Pada subject centered curriculum, isi kurikulum disusun berdasarkan bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran IPA, IPS, Matematika. Mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain.
Pada pengembangan
kurikulum di dalam kelas, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya. 2. Correlated Curriculum Pada correlated curriculum, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran yang memiliki kedekatan (sejenis) dikelompokkan sehingga menjadi satu bidang studi, seperti misalnya: mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi dikelompokkan dalam bidang studi IPS. 3. Integrated Curriculum Pada integrated curriculum tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi.
Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja akan tetapi seluruh aspek sikap, emosi, dan keterampilan. 2.2.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang berlaku saat ini, di mana KTSP berorientasi pada pencapaian kompetensi. KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), hal ini dapat dilihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar serta adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan
kurikulum yang disebut Kurikulum Berbasis Sekolah
(KBS). Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
SI dan SKL ini menjadi rujukan dalam
14
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. KTSP lahir dari semangat otonomi daerah, di mana urusan pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat, akan tetapi sebagian tanggung jawab daerah. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15), dijelaskan bahwa KTSP adalah kurikulum opreasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan.
Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetansi dasar yang dikembangkan oleh BSNP. Dilihat dari pola atau model pengembangannya KTSP merupakan salah satu model kurikulum yang bersifat desentralistik. Adapun makna kurikulum operasional ada 3 yaitu: Pertama, sebagai kurikulum bersifat operasional, maka dalam pengembangannya tidak terlepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional. Hal ini sesuai dengan Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional Pasal 36 Ayat 1, yang menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kedua, para pengembang KTSP, dituntut dan harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 ayat 2, bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Ketiga, para pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan
kurikulum
menjadi
unit-unit
pelajaran,
misalnya
dalam
mengembangkan strategi dan metode pembelajaran, menentukan media pembelajaran, menentukan evaluasi pembelajaran, dan berapa kali pertemuan, serta kapan topik materi harus dipelajari siswa agar kompetensi dasar yang telah ditentukan dapat dicapai. Secara
umum
tujuan
diterapkan
KTSP
untuk
memandirikan
dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan.
Melalui KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah untuk
melakukan pengembangan kurikulum. Undang-undang Republik Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22, 23, dan 24 tahun 2006, mengamanatkan bahwa KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.
15
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Belajar untuk memahami dan menghayati c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Pengembangan KTSP yang mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional (Wina, 2010). Menurut PP No. 19 tahun 2005, delapan standar nasional pendidikan terdiri atas : 1. Standar isi Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 2. Standar proses Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 3. Standar kompetensi lulusan Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5. Standar sarana dan prasarana Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
16
6. Standar pengelolaan Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten atau kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. 7. Standar pembiayaan Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. 8. Standar penilaian pendidikan. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik 2.3.
Kurikulum Berbasis Go Green School
2.3.1. Pengertian kurikulum berbasis Go Green School Kurikulum berbasis GGS merupakan pengembangan dari KTSP. Kurikulum berbasis GGS ini menyisipkan unsur muatan pendidikan lingkungan di dalam setiap mata pelajaran.
Berdasarkan definisi, pendidikan lingkungan merupakan suatu
proses yang bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan hidup.
Maka sekolah yang menggunakan kurikulum berbasis GGS
dinamakan sekolah yang berwawasan lingkungan.
Sekolah ini
menjadikan
pendidikan lingkungan merupakan salah satu misi dalam mencapai tujuan sekolah. Program pendidikan lingkungan ini memberikan atmosfir di sekolah sehingga setiap saat ketika siswa berada dalam lingkungan sekolah, siswa selalu bersentuhan dengan program ini. Jadi pendidikan lingkungan hidup sudah terintegrasi ke dalam kurikulum sekolah (Surakusumah, 2008). Kebijakan, arah dan pelaksanaan pendidikan perlu berorientasi pada kepedulian lingkungan hidup (environmental centered learning) dan diarahkan pada sustainable development centered orientation seperti harapan United Nations Development Programme (UNDP) and the United Nations Environment Programme (UNEP). Untuk memotivasi sikap dan perilaku siswa, pengertian dasar tentang lingkungan hidup harus diintegrasikan ke dalam keseluruhan kurikulum yang mengacu pada proses pembelajaran student centered learning yang mengarah pada kepentingan masa depan siswa, maka perlu dilengkapi dengan community centered orientation (Soerjani, Yowono dan Fardiaz, 2007).
17
Pendidikan lingkungan sejak tahun 1970-an menurut Konferensi Nevada Uni Internasional didefinisikan sebagai proses pengenalan nilai dan klarifikasi konsepkonsep dalam rangka mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterkaitan antara manusia, budaya dan lingkungan biofisiknya.
Lingkungan pendidikan juga mencakup praktek dalam pengambilan
keputusan dan merumuskan kode etik pengelolaan lingkungan. Prinsipnya, tujuan penyelenggaraan pendidikan lingkungan mencakup pembelajaran holistik dalam bentuk pengetahuan atau pengertian, sikap atau nilai, keterampilan, serta aksi atau partisipasi (Unesco-UNEP, 1985). Konferensi Bumi di Brazil yang tertuang dalam Agenda 20 pada Bab 36 menyatakan: untuk memecahkan masalah lingkungan hanya mungkin bila melalui pendidikan
lingkungan,
karena
lewat
pendidikan
lingkungan
orang
dapat
mengembangkan segi pemikiran dalam mendukung langkah yang tepat untuk skala lokal dan global. Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai "The Belgrade Charter a Global Framework for Environmental Education". Secara ringkas tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dirumuskan dalam Belgrade Charter tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi,
sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. b. Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap atau perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu dan kolektif untuk menyelesaikan masalah lingkungan saat ini dan mencegah munculnya masalah baru. c. Menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup. Pada bulan Desember 2007 yang lalu, negara-negara yang peduli terhadap lingkungan dan bencana alam mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) bumi di Bali. KTT ini salah satu agendanya adalah membahas tentang pemanasan global atau global warming. Pemanasan global ini menyebabkan perubahan iklim global, yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kualitas hidup akibat banyaknya bencana alam. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.
18
Penebangan hutan, penangkapan ikan dengan bom, pencemaran lingkungan adalah contoh-contoh penyebab pemanasan global. Cara penangulangan bencana global adalah dengan menyadarkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dengan cara pendidikan lingkungan hidup yang diberikan sejak anak berusia dini. Kesadaran pada
masalah
konservasi
dan
pembangunan
yang
berkelanjutan
perlu
dibudayakan untuk menghindari perusakan sumber-sumber alam yang akan menjaga kelangsungan hidup di bumi (Salim, 2010). Pembinaan kesadaran lingkungan hidup melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, dapat membawa siswa lebih memahami dan dapat langsung mengimplementasikannya.
Lingkungan sekolah merupakan
lingkungan para siswa hidup sehari-hari, di dalamnya terdapat komponen-komponen ekosistem dan sosiosistem, jika lingkungan sekolah tersebut di tata sedemikian rupa maka akan dapat menjadi wahana pembentukan perilaku arif terhadap lingkungan (Keraf, 2002). 2.3.2. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis GGS Pendidikan lingkungan hidup harus diberikan mulai dari anak usia dini. Secara rasional ada dua alasan utama mengapa pendidikan lingkungan harus diberikan secara dini: pertama anak-anak harus mengembangkan rasa mencintai lingkungan hidup pada usia yang dini, diharapkan dengan pengembangan perasaan kecintaan akan lingkungan hidup secara dini maka perkembangan rasa tersebut akan tertanam dengan baik. Kedua Interaksi dengan lingkungan hidup merupakan bagian penting dari perkembangan kehidupan anak yang sehat dan interaksi tersebut dapat mendorong kemampuan belajar dan kualitas hidup anak ke depan (Neolaka, 2008). Adapun prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis GGS sama dengan prinsi-prinsip pengembangan KTSP yaitu: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum berbasis GGS memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
19
bertanggung
jawab.
Pengembangan
kurikulum
berbasis
GGS
perlu
memperhatikan potensi dan kebutuhan lingkungan di mana siswa tinggal. 2. Beragam dan terpadu Pengembangan kurikulum berbasis GGS memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pengembangan kurikulum atas dasar kesadaran ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Maka semangat dan isi kurikulum berbasis GGS memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum berbasis GGS dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum berbasis GGS diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, informal, dan nonformal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
20
2.3.3. Karakteristik kurikulum berbasis GGS Menurut UNESCO (United Nation for Educational, Scientific, and Cultural Organization) ada empat pilar pendidikan yang mendukung proses pembelajaran siswa, yaitu: 1. Learning to know; 2. Learning to do; 3. Learning to be, dan 4. Learning how to live together. Pertama, learning to know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas untuk mengetahui. Belajar dalam pilar ini termasuk dalam kategori sebagai belajar pada tingkat yang rendah, yakni belajar yang lebih menekankan pada ranah kognitif. Kedua, learning to do. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui, tetapi lebih kepada dapat melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu. Fokus pembelajaran dalam pilar ini lebih memfokuskan pada ranah psikomotorik. Ketiga, learning to be. Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of intelligence). Howard Gardner menyebutkan ada delapan tipe kecerdasan, yang biasa disingkat SLIM n BIL yaitu: 1. spatial atau keruangan; 2. language atau bahasa; 3. interpersonal atau hubungan social; 4. music atau musik; 5. naturalist atau cinta alam; 6. bodily kinesthetics atau olah raga atau gerak badan, 7. intrapersonal atau melihat diri sendiri, dan 8. logical mathematics atau logis matematis. Keempat, learning how to live together. Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai. Dikaitkan dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya untuk menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial (social intelligence).
21
Keempat pilar pendidikan ini dimaksudkan oleh UNESCO bahwa proses belajar mengajar tidak hanya mementingkan hasilnya terutama hanya dalam bidang akademis, tetapi justru yang lebih penting adalah prosesnya. Konsep inilah yang digunakan sebagai karakteristik kurikulum berbasis GGS.
Artinya
menekankan
proses belajar mengajar di dalam kelas bukan hanya diperlukan agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya semata-mata, tetapi harus lebih banyak memperoleh pengalaman berintegrasi dengan lingkungan, dan siswa diberi kesempatan agar tumbuh kepedulian akan lingkungan lewat praktik, sehingga pada akhirnya dapat mengimlementasikan kepedulian terhadap issu lingkungan. Menurut Nasution (1989) ada empat prinsip penerapan dalam belajar yaitu: 1. Belajar berdasarkan keseluruhan Prinsip ini mengandung pengertian bahwa pembelajaran bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi berangkat dari masalah. Melalui masalah siswa dapat mempelajari fakta. 2. Anak yang belajar merupakan keseluruhan Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mengembangkan seluruh kepribadiannya. 3. Belajar berkat “insight” Insight merupakan pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi, anak akan mendapatkan insight yang sangat berguna untuk menghadapi suatu problema. 4. Belajar berdasarkan pengalaman Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap pelaku individu.
Proses pembelajaran adalah proses memberikan
pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak. Salah satu hukum belajar yang dikemukakan Thorndike dan dikutip Bigge adalah “hukum latihan” atau “The Law of Exercise or Repetion”. Hukum ini sangat mempengaruhi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya individu yang belajar. Perubahan tingkah laku akan bertambah bila dilakukan banyak latihan (praktik) dan pembiasaan. Menurut Olivia (1977) istilah kompetensi dipahami sebagai kemampuan yang tampak dan tidak tampak. (penampilan).
Kemampuan yang tampak disebut performance
Performance itu tampil dalam bentuk tingkah laku yang dapat
22
didemonstrasikan, sehingga dapat diamati, dilihat, dan dirasakan. Kemampuan yang tidak tampak disebut juga kompetensi rasional, yang dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kedua komponen itu saling terkait. Kemampuan performance akan berkembang manakala kemampuan rasional meningkat. Hal senada diungkapan oleh Dauer dan Pangrazi (1990), latihan adalah kunci keberhasilan belajar dan merupakan suatu cara yang penting dan efisien untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki menjadi pemahaman. Bila latihan sering dilakukan akan menjadi suatu kebiasaan yang permanen. Kolb yang dikutib Holzer dan Andruet (1999) mengemukakan teori belajar yang berdasarkan pengalaman (experiential learning) terhadap suatu materi pengetahuan akan meningkat melalui pengalamannya. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dibutuhkan model-model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk belajar. Model pembelajaran tentang issu lingkungan di sekolah hendaknya dikemas secara menarik dan menantang sehingga tidak membosankan, untuk itu perlu adanya inovasi pembelajaran dengan cara permainan-permainan sehingga peserta didik tertarik dan paham akan arti pentingnya memelihara lingkungan hidup. Model pembelajaran ceramah seringkali kurang efektif, hal ini disebabkan karena proses belajar mengajar ceramah menempatkan peserta didik sebagai pihak yang pasif sehingga siswa cenderung bosan dan kurang memperhatikan (Hamalik, 1997). Bagi anak-anak usia sekolah dasar, bermain masih merupakan kebutuhan. Model pembelajaran yang menarik akan membuat setiap anak menjadi aktif dan merasa senang. Model-model permainan seperti games, bermain peran (role play) atau simulasi
bisa menarik minat dan memudahkan anak-anak memahami
tujuan pengajaran. Permainan-permainan tersebut antara lain flipchart, pictuter is worth a thousand word, dan flow learning. Pendidikan lingkungan membutuhkan model-model pengembangan pembelajaran yang cocok, sehingga pemahaman tentang issu lingkungan hidup dapat tersampaikan sejak dini. Pola pembelajaran dalam model pembelajaran merupakan karakteristik dan tahapan-tahapan kegiatan guru-siswa dalam peistiwa pembelajaran atau dikenal dengan istilah sintaks. Joyce et al., (1992) menggolongkan karakteristik model pembelajaran ke dalam empat rumpun, yaitu :
23
a. Rumpun model-model pengelolaan informasi Model pembelajaran rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengelolaan informasi. Model pengelolaan informasi ini dikembangkan berdasarkan caracara
bagaimana
manusia
menangani
rangsangan
dari
lingkungan,
mengorganisasi data, mengenali masalah dan mencari solusinya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani masalah tersebut. Contoh model pembelajaran rumpun ini adalah: berpikir induktif, latihan inkuiri, concept attainmen, mnemonic (strategi mengingat dan menerima informasi), ceramah, perkembangan kognitif, advance organizer, dan synectics. b. Rumpun model-model pribadi Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pribadi ini menekankan pada pengembangan pribadi siswa. Model ini menekankan proses membangun dan mengorganisasi realita yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Contoh model pembelajaran rumpun ini adalah: pengajaran non-direktif, latihan kesadaran, sistem konseptual dan pertemuan kelas. c. Rumpun model-model sosial Model-model pembelajaran ini dikembangkan dengan cara
belajar
membangun lewat interaksi sosial dengan masyarakat. Model ini menggunakan sumber belajar dari kondisi lingkungan masyarakat. Contoh model pembelajaran rumpun ini adalah: pathners in learning atau kerja kelompok, jurisprudential, role playing (bermain peran). d. Rumpun model-model perilaku Model-model pembelajaran ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar sosial, dan modifikasi perilaku. Model pembelajaran ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan
penguatanan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola
perilaku yang dikehendaki. Contoh model pembelajaran rumpun ini adalah: mastery learning, direct instruction, dan social learning theory, self control, training dan self training dalam bentuk learning from simulation, dan the condition of learning. 2.3.4. Aplikasi muatan lingkungan dalam kurikulum berbasis GGS Judi dan Wood (1993) mengklasifikasikan kurikulum muatan lingkungan dalam dua metode yaitu metode infusi dan block.
24
1. Metode Infusi Metode ini disebut juga metode penyisipan, dimana muatan lingkungan dan proses pelestarian alam diselaraskan dengan kurikulum yang telah ada dengan menganalisa standar kompetensi dan indikator masing-masing mata pelajaran. Dalam KTSP, issu lingkungan yang berisi permasalahan pelestarian alam dan lingkungan tersebut secara tradisional telah masuk dalam mata pelajaran pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Sejarah. Selain itu permasalahan pelestraian alam dan issu lingkungan dapat disisipkan ke semua mata pelajaran dalam KTSP. Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) persoalan-persoalan pelestarian alam dan lingkungan dapat disampaikan kepada siswa melalui mata pelajaran: a. Pendidikan Agama b. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) c. Bahasa Indonesia d. M a t e m a t i k a e. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) f.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
g. Seni Budaya dan Ketrampilan h. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Berikut ini adalah contoh cara menyisipkan pembelajaran pendidikan lingkungan dan konservasi alam kedalam mata pelajaran pada KTSP: Tabel 1. Materi muatan lingkungan yang disisipkan pada KTSP No 1.
Mata pelajaran Pendidikan Agama
Standar Kompetensi 1. Kemampuan mengenal dan memahami keluarga, teman-teman dan masyarakat majemuk sebagai anugerah Tuhan, untuk memperkembangkan kerja sama dan kasih kepada sesama, hidup adil dan jujur dalam membangun kerukunan hidup, dan ikut serta memberantas penyakit sosial. 2. Kemampuan mengenal dan memahami lingkungan rumah & sekolah sebagai anugerah Tuhan, di era globalisasi ini ditandai dengan kemajuan industri dan IPTEK, sehingga mampu bersikap benar dan kritis terhadap kemajuan tersebut demi kesejahteraan bersama.
Kegiatan Pembelajaran 1. Siswa membuat doa / tulisan / gambar tentang kisah penciptaan bumi. 2. Simulasi atau drama dengan mengetengahkan tema tentang lingkungan sebagai anugerah Tuhan
25 No
Mata pelajaran
Standar Kompetensi
Kegiatan Pembelajaran
3. Mengenal diri sendiri, perasaan, kemampuan dan sikap-sikapnya yang baik sebagai anugerah Tuhan, sehingga sebagai orang beriman mampu memperkembangkan diri dan menentukan cita-citanya. 2
Pendidikan Kewarganeg araan (PKn)
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
1. Kemampuan siswa menujukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya 1.1. Kemampuan siswa memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya. 1.2. Kemampuan siswa menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya. 1.3. Kemampuan siswa mengekspresikan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya drama singkat. 1. Kemampuan siswa dalam mendengar dan menyimak tentang issu lingkungan. 2. Kemampuan berekspresi dan mengembangkan gagasan secara lisan tentang issu lingkungan. 3. Kemampuan membaca efektif dan memahami isi wacana tentang issu lingkungan. 4. Kemampuan menulis gagasan tentang issu lingkungan.
1. Kemampuan menghitung. 2. Kemampuan memahami data matematis. 3. Kemampuan mengelompokkan data. Kemampuan membuat grafik.
1. Studi kasus dan diskusi tentang dampak positif dan negative yang ditimbulkan dari globalisasi terhadap lingkungan 2. Simulasi atau drama dengan mengetengahkan tema tentang bencana alam akibat ulah manusia.
1. Guru menceritakan suatu cerita fiksi atau cerita nyata dengan tema lingkungan, setelah selesai siswa diminta untuk mencatat dan menceritakan kembali. 2. Siswa diminta untuk bercerita tentang lingkungan, kemudian guru mengkomentarinya dan dilanjutkan pada siswa lainnya. 3. Guru memutar film cerita atau film dokumenter yang bertemakan lingkungan, selanjutnya siswa diminta menceritkan. 1. Menyelesaikan soal cerita tentang korban bencana alam. 2. Membuat grafik korban bencana alam. 3. Mengenalkan bentukbentuk segitiga, jajaran genjang, persegi panjang, segi empat dengan gambar-gambar flora dan fauna khas daerah masing-masing.
26 No
Mata pelajaran
5.
IPA (Ilmu Pengetahuan ALAM)
1. Pengetahuan tentang dinamika alam dan manusia yang menyebabkan bencana. 2. Pengetahuan tentang hubungan manusia dan alam. 3. Kemampuan mengamati sumber daya alam. 4. Kemampuan menyampaikan pikiran dalam karya tulis. 5. Kemampuan memanfaatkan sumber daya alam. 6. Kemampuan meneliti. 7. Pengetahuan tentang keanekaragaman hayati
1. Ceramah dan diskusi tentang permasalahan lingkungan. Guru dapat memutarkan film dokumentar atau membuat kliping dan didiskusikan dalam kelas. 2. Wawancara. Guru mengajak siswa untuk mewawancarai ahli/ masyarakat mengenai permasalahan lingkungan sesuai dg timpat tinggalnya. 3. Field Trip. Mengajak siswa live in lingkungan
6.
IPS (Ilmu
1. Kemampuan memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. 2. Kemampuan mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 3. Kemampuan memahami sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. 1. Kemampuan memanfaatkan sumber daya alam. 2. Pengetahuan keterampilan memelihara lingkungan sekitar 3. Kemampuan berekpresi 4. Ketrampilan tangan 5. Kemampuan bekerja kelompok dan kepemimpinan
1. Simulasi menghadapi gempa bumi, tsunami dan banjir.
Pengetahuan Sosial
7.
Seni Budaya dan Ketrampil an
8.
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Standar Kompetensi
1. Mengembangkan kesadaran dan keterampilan untuk menolong korban, dengan materi pembelajaran tentang tumbuhan obat-obatan, P3K, teknik memindahkan korban, dan menerapkan budaya hidup sehat.
Kegiatan Pembelajaran
2. Bermain peran siswa diminta membuat cerita drama tentang issu lingkungan.
1. Menuangkan permasalahan permasalahan lingkungan kedalam lukisan, naskah drama, tarian, puisi dan lagu 2. Membuat mainan dari tumbuhan dan barangbarang bekas. 1. Permainan-permainan 2. Operasi semut.
2. Metode Block Metode ini disebut juga pelajaran khusus. Metode block adalah pembelajaran pendidikan lingkungan dengan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Ada dua cara dalam pembelajaran metode block ini, yaitu dengan memasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan di luar kurikulum sekolah. Jika dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, biasanya berupa mata pelajaran
27
muatan lokal (mulok). Pendidikan Lingkungan jika tidak dimasukkan dalam kurikulum sekolah maka
dapat
dimasukkan
dalam
ektrakurikuler.
Alasan
memasukkan
permasalahan lingkungan hidup ke dalam ektrakurikuler adalah bagi anak sekolah di Indonesia sudah terlalu banyak mata pelajaran yang diajarkan, sehingga jika mata pelajaran tentang pendidikan lingkungan diajarkan dengan mata pelajaran tersendiri menambah beban siswa, sehingga dimasukkan kedalam ektrakurikuler (Armanto et al., 2007). Kelemahan metode karena susah membuat materi tentang pendidikan lingkungan. Metode infusi dan block punya kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya. Tabel 2. menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode infusi. Tabel 2. Kelebihan dan kelemahan metode infusi KELEBIHAN METODE INFUSI 1. 2. 3. 4. 5. 6.
KELEMAHAN METODE INFUSI
Sumber Daya Manusia (Guru) tidak membutuhkan khusus spesialis pendidikan lingkungan. Tidak membutuhkan waktu khusus dan tidak menambah pelajaran bagi siswa. Gerakan peduli lingkungan didukung oleh semua guru mata pelajaran. Mendorong transfer pembelajaran dan pemecahan masalah terpadu untuk lintas kurikulum. Sesuai dengan tingkatan umur dan perkembangan siswa. Dapat diterapkan secara berkesinambungan (jenjang TK SMA).
1.
2. 3. 4.
5.
Membutuhkan Sumber Daya Manusia (Guru) yang peduli dengan lingkungan. Perlu analisa dalam pengembangan kurikulum. Perlu pelatihan dan upaya guru yang ektensif. Pesan pendidikan lingkungan menjadi samar karena disesuaikan dengan mata pelajaran. Evaluasi lebih sulit.
Tabel 3. Berikut di bawah ini menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode block. Tabel 3. Kelebihan dan kelemahan metode block KELEBIHAN METODE BLOCK 1.
2.
Lebih mudah diterapkan sebagai materi tunggal dan lebih mendalam, sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami. Evaluasi pelaksanaan lebih mudah dilaksanakan.
KELEMAHAN METODE BLOCK 1.
2. 3. 4. 5.
Membutuhkan Sumber daya manusia (guru) sesuai dengan bidangnya (lulusan ilmu lingkungan). Perlu waktu untuk menyesuaikan dengan standar kompetensi dengan mata pelajaran lain. Menambah beban pelajaran bagi siswa. Sulit mendapatkan guru berkualitas untuk merancang dan mengajar mata pelajaran ini. Memungkinkan berimplikasi karena mata pelajaran ini tidak interdisiplin.
Kebijakan pemerintah untuk menerapkan pendidikan lingkungan belum jelas benar apakah memilih metode infusi atau block.
28
2.4.
Kebaruan Penelitian Berdasarkan beberapa penelitian yang terdahulu yaitu:
1. Yustina (2006) dengan judul: Hubungan Pengetahuan Lingkungan dengan Persepsi, Sikap dan Minat dalam Pengelolaan Lingungan Hidup pada Guru Sekolah Dasar di Pakanbaru. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan skor pengetahuan lingkungan guru antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan pengetahuan Lingkungan Hidup. 2. Tim Peneliti Balitbank Provinsi Jateng yang berjudul Perilaku Sosial Anak Sekolah terhadap Lingkungan Hidup dan Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup. Penelitian ini menghasilkan deskripsi penegasan pentingnya peran sekolah dan lingkungan tempat tinggal dalam pendidikan lingkungan hidup.
Sekolah
menanamkan kepedulian pada lingkungan menunjukkan siswa punya kepedulian terhadap lingkungan termanifestasi dalam perilaku sosial dengan menjadi pelopor bagi budaya peduli terhadap lingkungan hidup. 3. Suroso Mukti Leksono (2008) meneliti tentang Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Konservasi, Lingkungan Hidup dan mitigasi Bencana Alam. Dalam penelitian ini ditemukan dua cara untuk mengajarkan pendidikan lingkungan dan konservasi serta mitigasi bencana, yaitu metode infusi dan metode block. Kedua cara tersebut dapat dipilih oleh pemerintah dan memasukkan ke dalam kurikulum KTSP untuk muatan lokal. 4. Vlasta Hus (2010) dengan judul The curriculum for the subject enviromental studies in the primary school in Slovenia. Hasil penelitannya: The aim of the present paper is to demonstrate the characteristic of the new curriculum for the subject Environmental studies. It is possible to conclude that the curriculum for Environmental studies is designed very “openly”, is realisable and requires well trained teachers. 5. Al Fowehi Hazaa Abdul Karem, Kamisah Osman, T. Subahan Mohd Meerah (2010) dengan judul penelitian The effectiveness of classroom and non classroom activities on developing Saudi Arabian secondary students’ environmental values. Analyses of findings reveal that students who were exposed to the classroom and non-classroom environmental intervention module significantly improved their environmental values as compared to their counterparts in the control group. When gender effect was measured, it was found that significant improvement occurred within both the female and male groups. The findings will lead to
29
several suggestions on how to improve the existing teaching of environmental issues within the context of Saudi’s Biology classes. 6. Amie Eisenhut and Diana Flannery (2005) dengan judul Fostering an Environmental Ethic through Service. The findings of the study revealed that students grew in their sense of environmental responsibility; significantly increased their “level of concern” for 18 of the 19 environmental variables measured; and viewed community action as empowering. 7. Resti Meilani (2009) meneliti tentang Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Sekitar. Dihasilkan Interaksi dengan siswa di kedua sekolah menunjukkan bahwa wawasan mengenai hutan dan lingkungan yang dikuasai oleh siswa di SDN Gunung Bunder 04 relatif lebih luas dibandingkan siswa di SDN Gunung Picung 05. Hal ini diduga berkaitan dengan metode dan media pembelajaran PLH yang digunakan oleh guru SDN Gunung Bunder 04 dalam menyampaikan materi PLH kepada siswanya. 8. Indyah Sulistyo Arty (2005) meneliti tentang Pendidilan Lingkungan Hidup tentang Bahaya Polutan.
Pendidikan lingkungan hidup sangat dimungkinkan
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA, biologi, fisika, kimia, dan geografi. Selain itu perlu mencoba pendidikan lingkungan sebagai muatan lokal untuk mendukung misi pokok pendidikan lingkungan hidup. 9. Kongsak Thathong (2010) dengan judul A study of suitable environmental education process for Thai schools context. Seven guidelines for the suitable environmental education process for Thai schools context were 1) environmental issues should be addressed in a vision of school-based curriculum, 2) environmental education should be indicated in school policy and action plan, 3) student-centered and integration instruction using community resource should be used in providing learning activities, 4) enhancement of self-directed improvement of teachers' awareness toward environmental activities by providing a workshop and promotion of cooperation among stakeholders in school, 5) providing activities to develop the desired characteristics of the students and empowerment the students to launch the environmental projects by themselves, 6) physical environment of school should be decorated to be learning resource, and 7) a school superintendent should allocate personnel, time, money, and continuous support for environmental projects.
30
Dalam penelitian ini akan dihasilkan rancang bangun model kurikulum berbasis Go Green School (GGS) di Tarakanita. Model dibangun berdasarkan KTSP dan kurikulum berbasis GGS dengan menggunakan metode Pendekatan Sistem. Model Ideal Kurikulum berbasis Go Green disusun berdasarkan 8 kriteria Standar Nasional Pendidikan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dalam bentuk matrik. Teknik yang digunakan dalam penyusunan model adalah gap analisis terhadap substansi mata pelajaran dan cara pemberian materi di kelas. Komparasi Nilai teori dan praktek untuk menguji pemahaman dan kreativitas siswa terhadap faktor muatan lingkungan.
Model ideal kurikulum berbasis Go Green dapat digunakan bagi
sekolah-sekolah yang akan membuat kurikulum berbasis Go Green.
31
III. 3.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Jakarta dan Tangerang pada siswa kelas
IV SD. Wilayah Jakarta yaitu di SD Tarakanita 1 dan SD Tarakanita 3. Wilayah Tangerang di SD Tarakanita Gading Serpong dan di SD Tarakanita Citra Raya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Dalam penelitian ini, peneliti membagi objek yang diteliti menjadi dua grup, yaitu grup treatment atau yang memperoleh perlakukan menggunakan kurikulum GGS, yaitu: di SD Tarakanita 3 (wilayah Jakarta) dan SD Tarakanita Citra Raya (wilayah Tangerang) dan grup kontrol yang tidak memperoleh perlakuan menggunakan KTSP, yaitu SD Tarakanita 1 (wilayah Jakarta) dan SD Tarakanita Gading Serpong (wilayah Tangerang). Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa pengembangan kurikulum berbasis Go Green School. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode infusi, di mana muatan lingkungan disisipkan pada setiap mata pelajaran pada KTSP. Penelitian ini menggambil sampel siswa jenjang SD kelas IV karena, menurut teori Piaget (Santrock, 2009) anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini, di mana masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Waktu yang tepat untuk menanamkan pemahaman issu lingkungan untuk mengembangkan pemahaman dan implementasi terhadap issu lingkungan. Penentuan sampel pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang sama, adapun kriteria sekolah sampel dapat terlihat pada Tabel 4 di berikut ini: Tabel 4. Kriteria Sekolah sampel KRITERIA SEKOLAH: 1. Akreditasi 2. Lokasi Sekolah 3. Rata-rata NEM 4. Pekerjaan orangtua 5. Pendidikan orangtua GURU: 1. Sarjana 2. Terserifikasi 3. Bekerja di Tarakanita min 5 th 4. Sudah mengikuti pelatihan guru model
WILAYAH JAKARTA SD TAKANITA 1 3
WILAYAH TANGERANG SD TARAKANITA GADING CITRA
A Perumahan 8,28 PNS (85%) SMA – S3
A Perumahan 8,31 PNS (82%) SMA – S2
A Perumahan 8,29 PNS(80%) SMA – S2
A Perumahan 8,35 PNS(82%) SMA – S2
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√
√
√
32
Struktur model kurikulum berbasis Go Green School membutuhkan guru model yang memiliki kompetensi tentang pemahaman dan implementasi muatan lingkungan pada masing-masing bidang studi.
Secara teori untuk meningkatkan
pemahaman dan implementasi siswa terhadap issu lingkungan membutuhkan guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar dengan tujuan dapat menghasilkan proses pembelajaran secara maksimal. Ramsden (1992) memaparkan kunci pembelajaran efektif yang dapat dipakai sebagai domain penyusunan
elemen-emenan
kerja
kompetensi
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran, yaitu: 1) ketertarikan terhadap pembelajaran, 2) apresiasi dan respek terhadap siswa dan cara belajarnya, 3) ketepatan melakukan asesmen dan umpan balik, 4) kejelasan tujuan dan minat pada tantangan intelektual, 5) kemandirian, 6) kendali dan pengembangan diri secara aktif. Pada penelitian ini, penulis tidak menguji kompetensi guru karena guru model dipilih yang sudah tersertifikasi dan telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, tetapi dilakukan survey untuk melihat sejauh mana pemahaman guru terhadap kurikulum berbasis GGS di sekolah model. Survey pemahaman guru model dilakukan setelah sosialisasi dilaksanakan. Kuesioner yang disampaikan kepada guru, sebelum digunakan telah diperiksa oleh dosen pembimbing dan teman sejawat, dengan koreksi beberapa hal yang menyangkut kebahasaan maupun kontainnya. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar kuesioner tersebut memenuhi kebutuhan dalam penelitian. Alat uji berupa skala ordinal dalam kuesioner tertutup, responden diminta memilih empat pilihan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Kuesioner yang diberikan seperti terlihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Kuesioner Guru No
PERNYATAAN
1.
Situasi dunia dengan issu kerusakan lingkungan menjadi tanggung jawab bersama untuk mengusahakan dan mencegah agar kerusakan lingkungan tidak semakin parah
2.
Saya paham tujuan dari kurikulum berbasis Go Green School
3.
Pendidikan merupakan bidang yang sangat strategis dalam membina generasi muda, maka untuk mengubah paradigma tersebut perlu dimulai dari pendidikan.
4.
Jika sekolah membuat terobosan untuk mengembangkan kurikulum berbasis Go Green School, saya:
SS
S
KS
TS
33 No
PERNYATAAN
5.
Manusia sangat tergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan musnah jika lingkungan hidupnya rusak. Sebagai pendidik saya mempunyai kewajiban moral untuk mendampingi para siswa agar memahami dan mampu mengimplementasikan issu lingkungan dalam kehidupan sehari-hari: Salah satu tujuan pendidikan lingkungan adalah meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi, sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, dan menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup. Kurikulum berbasis Go Green School menyangkut pendidikan karakter yang perlu dikembangkan dalam diri siswa Pendidikan lingkungan harus diberikan pada anak sejak anak berusia dini. Pendidikan lingkungan akan efektif ditanamkan dalam diri siswa jika dimasukkan dalam kurikulum Berdasarkan PP Nomor 19 tahun 1906 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberi peluang pengembangan kurikulum berbasis Go Green Shcool. Menurut pendapat saya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada beberapa mata pelajaran sudah memasukkan unsur pendidikan lingkungan. Beda kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum Go Green School terletak pada implementasinya Kurikulum berbasis Go Green School membutuhkan metode pembelajaran yang tidak hanya sebatas pemahaman tetapi juga Praktek. Pendidikan lingkungan akan berhasil jika semua pihak ikut terlibat dalam memberikan keteladanan pada siswa dengan menjaga lingkungan sekolah agar bersih dan sehat. Sebagai guru bidang studi yang saya bisa mengembangkan pembelajaran berbasis Go Green School pada mata pelajaran yang saya ampu Kegagalan Pendidikan Lingkungan Hidup disebabkan karena dalam kurikulum saat ini pendidikan lingkungan baru sebatas pemahaman belum sampai implementasi Pembinaan kesadaran lingkungan hidup melalui kegiatankegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, dapat membawa siswa lebih paham dan dapat langsung mengimplementasikannya. Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan hidup Kegagalan Pendidikan Lingkungan Hidup disebabkan pengetahuan lingkungan guru pada tingkat SD, SMP dan SMA sangat minim karena para guru tidak pernah mendapatkan pembekalan tentang pendidikan lingkungan.
6.
7.
8.
9. 10. 11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
SS
S
KS
TS
34
Hasil survey diolah dengan menggunakan rumus: Nilai guru =
∑ x × 100 ∑n
Dimana : ∑x = jumlah poin guru ∑n = jumlah total poin Dari hasil survey dihasilkan data sebagai berikut: Tabel 6 . Hasil Survey guru sekolah model KETERANGAN
SD TARAKANITA 3 19 91.97 1 18 5,26 % 94,74%
∑ Peserta Nilai Rata-rata ∑ Nilai < 80 ∑ Nilai ≥ 80 % Tidak lulus % Lulus
SD TARAKANITA CITRA RAYA 26 90.14 2 24 7,69% 92,31%
TOTAL 45 91.055 3 42 6.66 % 93.33 %
Sumber : Hasil survey guru model di SD Tarakanita 3 dan SD Tarakanita Citra Raya
Dari Tabel 6 memperlihatkan hasil survey menunjukkan 93,33% guru dari 45 orang guru telah memiliki pemahaman tentang kurikulum berbasis Go Green. Sedangkan 6,66 % guru yang belum memiliki pemahaman akan di beri pelatihan tentang kurikulum berbasis Go Green oleh Devisi Pendidikan Yayasan Tarakanita. 3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan Pendekatan Sistem.
Sistem adalah satu
kesatuan komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. pendekatan
sistem
diharapkan
dapat
melihat
berbagai
Melalui metode
aspek
yang
dapat
mempengaruhi keberhasilan proses (Darmadi, 2011). Pada Penelitian ini menggunakan tiga tahap yaitu: 1) Persiapan di mulai dengan melakukan identifikasi kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem (stakeholders),
sebagai dasar pertimbangan dalam mengkaji sistem.
Langkah
selanjutnya menformulasi masalah untuk melihat kebutuhan yang sinergis maupun yang kontradiktif untuk menghindari konflik antar pelaku, sehingga sistem dapat berjalan dengan baik, selanjutnya dilakukan identifikasi sistem; 2) Pelaksanaan dilakukan pemodelan dan validasi; 3) Evaluasi berupa implementasi. Gambar 3. memperlihatkan tahapan metode penelitian Pendekatan Sistem.
35 Stakeholders
Analisa Kebutuhan PERSIAPAN Formulasi Masalah
Identifikasi masalah
Pemodelan PELAKSANAAN Validasi
Implementasi
EVALUASI
Gambar 3. Tahapan Pendekatan Sistem (Hartrisari, 2007). 3.3.1 Identifikasi Stakeholders Stakeholders didefinisikan sebagai aktor atau institusi yang bisa atau mampu mempengaruhi proses pencapaian hasil dan tujuan program dan pihak-pihak yang terkena dampak dari implementasi program. Tujuan identifikasi stakeholders adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam sistem kurikulum berbasis GGS, peran-perannya, kepentingannya, dan dampak atau efek yang ditimbulkan dengan adanya pihak-pihak tersebut terhadap sistem. Dengan identifikasi tersebut, pengelola program menjadi sensitif terhadap kepentingan-kepentingan stakeholder; dan dalam jangka panjang dapat menciptakan strategi untuk meminta dukungan dari stakeholder tertentu. 3.3.2. Analisis Kebutuhan Kebutuhan stakeholders dalam rangka Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita perlu diidentifikasi dalam rangka mencapai tujuan. Analisis kebutuhan yang merupakan tahap awal dari pendekatan sistem dilakukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam rangka mendesain model kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita. Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan dengan tehnik wawancara untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan stakeholders.
Wawancara dilakukan
36
terhadap orangtua siswa (20 orang), guru (45 orang), dinas pendidikan (10 orang) dan yayasan (10 orang) yang dipilih secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling). Dalam melakukan wawancara digunakan pedoman wawancara berupa perangkat pertanyaan setengah terbuka yang diajukan kepada responden untuk melihat kebutuhan stakeholders pada sistem Desain Model Kurikukum Berbasis Go green School di Tarakanita , seperti terlihat pada Tabel 7, berikut ini: Tabel 7. Daftar pertanyaan analisis kebutuhan stakeholders No.
PERTANYAAN
STAKEHOLDERS
1.
Orangtua Siswa
Apa yang Bapak/Ibu butuhkan selaku orangtua kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School.
2.
Guru
Apa yang Bapak/Ibu butuhkan sebagai guru kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School.
3.
Dinas Pendidikan
Apa yang Bapak/Ibu butuhkan selaku Dinas Pendidikan kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School.
4.
Yayasan
Apa yang Sr/Bapak/Ibu butuhkan selaku wakil yayasan Tarakanita kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School.
Hasil wawancara diolah dengan mengelompokkan kebutuhan yang sama (mirip) sehingga dihasilkan daftar kebutuhan stakeholders. 3.3.2 Formulasi Permasalahan Formulasi permasalahan dalam rangka Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita merupakan identifikasi dari kebutuhan stakeholders yang kontradiktif sehingga dapat menyebabkan konflik dan menghambat pencapaian tujuan. Dari hasil analisis kebutuhan stakeholders, akan terlihat kebutuhan-kebutuhan yang sejalan (sinergis) maupun yang kontradiktif . Kebutuhan yang sinergis bagi stakeholders tidak akan menimbulkan masalah, tetapi kebutuhan yang kontradiktif memerlukan solusi untuk penyelesaiannya.
Menurut Hartrisari (2007) kebutuhan
kontradiktif dapat dikenali lewat dua hal yaitu: kelangkaan sumber daya (lack of resources) dan perbedaan kepentingan (conflict of interest). Pada penelitian ini, hasil analisis kebutuhan stakeholders akan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang senergis dan yang kontradiktif. kebutuhan
stakeholders
yang
saling
bertentangan
dicari
solusinya
Rincian untuk
37
mengintegrasikan kebutuhan pelaku sistem yang didapatkan dari pemahaman yang terjadi dalam sistem Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita. 3.3.3 Identifikasi Sistem Menurut Hartrisari (2007) identifikasi sistem dimaksudkan untuk mengkaji sistem dan mencoba memahami mekanisme yang terjadi pada sistem, yaitu untuk mengenali hubungan antara “pernyataan kebutuhan” dengan “pernyataan masalah” yang harus diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan.
Pada tahap ini, salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan diagram lingkar sebab-akibat (causal-loop diagram) atau diagram input-output (black box diagram). Pada penelitian ini, identifikasi sistem menggunakan pendekatan diagram input-output (black box diagram). Diagram input-output menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan berupa tujuan penelitian dengan input berdasarkan tahapan dari analisis kebutuhan dan formulasi masalah yang dihasilkan dari sistem kurikulum berbasis Go green School di Tarakanita. Diagram input-output disajikan pada Gambar 4. INPUT LINGKUNGAN Input tak terkendali
Output yang diinginkan DISAIN MODEL KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL DI TARAKANITA Output tdk diinginkan
Input Terkendali
UMPAN BALIK Gambar 4. Diagram input-output
Output terdiri dari output yang diinginkan dan output yang tidak diinginkan. Output yang diinginkan (desired output) pada penelitian ini merupakan tujuan penelitian, yaitu: sistem kurikulum berbasis GGS di Tarakanita.
Output yang tidak
diharapkan (undesired output) merupakan hal yang tidak bisa dihindari kadangkadang berupa pengaruh negatif bagi kinerja sistem, maka akan ditindak-lanjuti
38
melalui umpan balik dan masuk dalam input terkendali agar menghasilkan output yang diinginkan. Input adalah faktor yang mempengaruhi kinerja sistem berupa: input langsung dan tak langsung. Dalam penelitian ini input langsung terdiri dari: input terkendali yang langsung mempengaruhi sistem kurikulum berbasis GGS dan dapat dikendalikan oleh sistem dan input tak terkendali merupakan input yang dibutuhkan untuk mendukung sistem kurikulum berbasis GGS namun tidak dapat dikendalikan oleh sistem seperti peran orangtua dan masyarakat sekitar sekolah. Input tidak langsung pada penelitian ini merupakan sistem yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja sistem seperti undang-undang dan peraturan pemerintah dan permendiknas. Proses merupakan tranformasi dari input menjadi output yang diharapkan dari sistem kurikulum berbasis GGS. Manajemen pengendalian dalam penelitian ini berupa proses pengaturan terhadap pengoperasian sistem kurikulum berbasis GGS dalam menghasilkan output yang dikehendaki. 3.3.
Rancangan Penelelitian
3.3.1. Pemodelan Kurikulum berbasis Go Green School Print (1993) menyatakan bahwa model adalah abstraksi dunia nyata atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan sebenarnya.
Model berfungsi sebagai sarana untuk
mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau
sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan
pengelolaan. Desain model kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita dibangun berdasarkan delapan kriteria standar nasional, masing-masing akan dianalisa seperti terlihat pada Tabel 8 berikut ini Tabel 8. Dasar Pengembangan Model kurikulum berbasis Go Green No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
KETERANGAN Standar Isi Standar Proses Standar Kompetensi Lulusan Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan Standar Sarana Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Standar Penilaian Pendidikan
ANALISA Analisis gap Analisis gap Komparasi nilai teori dan praktek Survey guru Analisis gap sarana prasarana KTSP – GGS Pengadaan sarana prasarana Akreditasi sekolah
39
Tahap pemodelan sistem Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita, akan disusun seperti terlihat pada Gambar 5, di bawah ini. ANALISIS GAP INDIKATOR PENGEMBANGAN KURIKULUM Gambar 5. Tahap Pemodelan Sistem Analisis gap pada penelitian ini akan digunakan untuk menganalisa standar isi, standar proses dan standar sarana prasarana. Analisis gap merupakan suatu proses yang membandingkan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Analisis gap berusaha untuk menjawab pertanyaan “di mana kita” (kondisi saat ini) dan “di mana kita ingin berada” (Natalisa, 2007). 3.3.2. Analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan Analisis gap pada penelitian ini digunakan untuk kesenjangan substansi muatan lingkungan.
menggambarkan
Identifikasi kurikulum yang dilakukan
berdasarkan kelompok mata pelajaran dengan membandingkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
antara KTSP contoh yang dibuat BSNP, KTSP
yang dibuat Tarakanita dan Kurikulum berbasis GGS pada setiap mata pelajaran siswa Sekolah Dasar kelas IV di semester 1. Menurut
Wina (2010) Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran
kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik. Pada penelitian ini peneliti tidak mengubah standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam KTSP. Gambar 6 memperlihatkan alur analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan.
40
Gambar 6. Alur analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan Analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan dimulai dengan melihat standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran, kemudian dilakukan analisa terhadap penyampaian materi pembelajaran substansi muatan lingkungan, sehingga dihasilkan data hasil analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan, seperti terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan ∑ JAM MATERI PELAJARAN MUATAN LINGKUNGAN KTSP KGGS TEORI PRAK TEORI PRAK Agama 8 2 26 18 Pendidikan Kewarganegaraan 12 0 8 8 Bahasa Indonesia … … … … Matematika … … … … IPA … … … … IPS … … … … Seni Budaya dan Keterampilan … … … … Pendidikan Jasmani dan kesehatan … … … … Harapan: Gap antara KTSP dan Kurikulum GGS : f {Lingkungan}. MATA PELAJARAN
3.3.3. Komparasi nilai teori dan praktik Komparasi nilai teori dan praktik pada penelitian ini untuk melihat perbandingan pemahaman dan kreatifitas siswa terhadap cara penyampaian materi pembelajaran pada siswa yang menggunakan KTSP dan GGS. Komparasi untuk nilai teori dan praktek diambil dari nilai proses pembelajaran siswa kelas IV selama satu semester.
Penilaian dilakukan oleh guru bidang studi di sekolah masing-masing
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
41
Tabel 10. Indikator penilaian MATA PELAJARAN Pendidikan Agama
STANDAR KOMPETENSI 1 Mengenal dan memahami keluarga, temanteman dan masyara kat majemuk sbg anugerah Tuhan, untuk memper kembangkan kerja sama dan kasih kepada sesama, hidup adil dan jujur dalam membangun kerukunan hidup, dan ikut serta memberantas penyakit sosial
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
1.1. Memahami bahwa Allah menciptakan dirinya sebagai makhluk yang unik, mengenali perasaanperasaannya yang dapat mengganggu persahabatan, serta lebih memahami dan menerima lingkungan hidupnya sebagai karunia Allah.
Siswa mampu membuat doa / tulisan / gambar tentang kisah penciptaan bumi.
1.2 Memahami kehendak Allah bagi dirinya dalam bersikap terhadap orangtua, kehidupan diri dan sesamanya 1.2 Mengenal dan memahami pentingnya hidup adil dan jujur dalam hidup bermasyarakat, sehingga mampu mewujudkannya dalam hidup sehari-hari 1.4 Mewujudkan rasa syukur dengan membuat doa dan didoakan secara bergantian. Pendidikan 1. Menunjukkan sikap 1.1 Memberikan contoh terhadap globalisasi di sederhana pengaruh Kewarganegar lingkungannya globalisasi di lingkungannya aan 1.2 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya 1.3 Mengekspresikan sikap terhadap pengaruh globalisasi terhadap lingkungan dengan drama singkat. 1.1 Membuat gambar/ denah Bahasa 1. Aspek mendengarkan : berdasarkan penjelasan yang Mendengarkan Indonesia didengar(Tema : Peristiwa penjelasan tentang alam) petunjuk denah dan simbol daerah 1.2. Menjelaskan kembali secara /lambang korps. lisan atau tulis penjelasan tentang simbol daerah / lambang korps. (Lingkungan) 2. Aspek berbicara : 2.1. Mensdeskripsikan tempat Mendeskripsikan secara sesuai dengan denah atau lisan tempat sesuai denah gambar dengan kalimat dan petunjuk yang runtut. penggunaan suatu alat. Bahasa Indonesia
3. Aspek membaca : Memahami teks agak panjang (150-190 kata),petunjuk pemakaian,makna kata dalam kamus/ensiklopedi.
3.1. Menemukan pikiran pokok teks agak panjang 150 -190 Kata) dengan cara membaca sekilas. (Tema : Kesehatan lingkungan)
Siswa mampu mengekspresikan sikap terhadap pengaruh globalisasi terhadap lingkungan dengan drama singkat. Siswa membuat gambar / denah daerah yang rawan bencana dan mempresentasika nnya.
Siswa mampu menemukan pokok-pokok pikiran, makna dan informasi tentang kesehatan lingkungan
42 MATA PELAJARAN
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
3.2. Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca. 3.3. Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai. 4. Aspek menulis: 4.1. Melengkapi percakapan Mengungkapkan yang belum selesai dg pikiran,perasaan, & memperhatikan informasi secara tertulis penggunaan ejaan (tanda dalam bentuk percakapan, titik dua,dan tanda petik). petunjuk, cerita, dan surat (Tema : Bencana Alam)
Siswa mampu menuliskan surat pada temannya yang menceritakan tentang bencana alam
4.2. Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu. 4.3. Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang baik dan benar dan memperhati kan penggunaan ejaan (huruf besar,tanda titik, tanda koma,dll).
MATEMATIKA
5. MENULIS Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara ter tulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak 1. Memahami dan menggunakan sifat – sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah sehari-hari. 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
3. Menggunakan pengukuran sudut, panjang dan berat dalam pemecahan masalah
5.1. Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan. (Tema: Energi)
Siswa mampu membuat karangan / poster mengenai energi
1.1. Memecahkan masalah yang melibatkan uang
Siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan uang, satuan waktu, panjang dan berat dalam kehidupan sehari-hari.
2.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). 3.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat. 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas (rim, gros, kodi & lusin)
43 MATA PELAJARAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsi-nya, serta pemeli-haraannya
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
Siswa mampu mengungkapkan cara memelihara kesehatan tubuhnya
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera 2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya 2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya
Siswa mampu menjelaskan hubungan antara struktur bagian dari tumbuhan dan fungsinya.
2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya 2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya 3
Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
3.1.
Mengidentifikasi jenis makanan hewan 3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya 4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar. 4.2. Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing, ikan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan)
5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Siswa mampu menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya Siswa membuat dan menjelaskan tentang daur hidup jenis mahluk hidup
Siswa membuat tulisan atau gambar tentang hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
44 MATA PELAJARAN
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruh nya terhadap daratan
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
6.1. Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)
Siswa mampu men jelaskan pengaruh perubahan lingkung an fisik terhadap daratan dan cara menang gulanginya
6.2. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
6.3. Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). 1.1 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya
Siswa mampu memperkenalkan seni budayanya masing-masing (rumah adat, pakaian daerah, tradisi)
1.2 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatan nya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.3 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) 1.4 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya 2
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Siswa mampu membuat karya tulis tentang sumberdaya alam, kegitan ekonomi dan kemajuan teknologi di daerahnya.
45 MATA PELAJARAN Seni Budaya dan Ketrampilan
STANDAR KOMPETENSI 1. Mengekspresi- kan diri melalui karya seni rupa
2 Mengapresiasi karya kerajinan memakai bahan daur ulang.
3. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
1
Menerapkan budaya hidup sehat
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
1.1. Mengekspresi kan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema benda alam
Siswa mampu menggambar pemandangan, membuat poster bertema lingkungan
1.3 Memamerkan hasil gambar ilustrasi dengan tema benda alam: buah-buahan, tangkai kerang, dsb di depan kelas. 2.1. Mengidentifikasi jenis karya kerajinan Nusantara memakai bahan daur ulang.
2.2. Menampilkan perilaku apresiatif terhadap karya kerajinan Nusantara 3.1. Membuat relief dari bahan plastis dengan pola motif hias memakai bahan daur ulang 3.2. Menyiapkan karya seni rupa yang dibuat untuk pameran kelas 3.3. Menata karya seni rupa yang dibuat dalam bentuk pameran kelas 1.1 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah 1.2 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
Siswa dapat membuat kerajinan memakai bahan daur ulang
Siswa dapat membuat daftar piket di kelasnya
3.3.4. Pemahaman dan kreativitas Belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan: “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs as distinguished from changes by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Pada penelitian ini komparasi pemahaman dan kreativitas untuk menguji pemahaman dan implementasi siswa terhadap issu lingkungan dilakukan dengan membandingkan hasil unjuk kerja siswa kelas IV selama satu semester. Penilaian dilakukan oleh guru bidang studi di sekolah masing-masing sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
46
3.3.5. Implementasi hasil belajar Belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar-bagian di dalam suatu permasalahan. Dengan demikian, maka belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan.
Melalui persoalan yang dihadapi anak akan mendapat insight yang
sangat berguna untuk menghadapi setiap problema.
Implementasi hasil belajar
merupakan hasil dari insight siswa yang tertuang dalam hasil belajar yang akan dilihat pada penelitian ini. 3.3.6. Analisis Sarana Prasarana Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut, pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sarana dan prasarana dalam pendidikan
berguna untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Analisis gap sarana prasarana pada penelitian ini bertujuan untuk
melihat perbandingan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang menggunakan KTSP dan GGS. 3.3.7. Model Ideal Kurikulum Berbasis Go Green School Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk pengambilan keputusan. Model yang baik adalah model yang dapat dipakai si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh (Taba, 1962). Menurut Print (1993), model adalah abstraksi dunia nyata atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Dalam penelitian ini akan dihasilkan model dalam bentuk matrik yang dapat digunakan bagi sekolahsekolah yang akan membuat kurikulum berbasis Go Green.
47
3.3.8. Validasi Pengujian model terdiri dari dua tahap yaitu: tahap verifikasi dan validasi. Valiadasi digunakan untuk mengetahui kinerja model dan menyakinkan pengguna model.
Pada penelitian ini validasi akan dilakukan dengan melihat evaluasi hasil
pembelajaran dari sekolah yang menggunakan KTSP dan Kurikulum berbasis GGS. Validasi dengan menggunakan tes teori maupun praktik untuk menguji pemahaman dan kreativitas siswa terhadap issu lingkungan. Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut (Arifin, 2009). Pada penelitian ini validasi untuk menguji pemahaman siswa terhadap muatan lingkungan dilakukan dengan cara siswa diberi soal tentang pengetahuan umum tentang lingkungan. Tipe soal yang disajikan berupa pilihan ganda berjumlah 20 soal, siswa diminta mengerjakan dalam 30 menit. Alat uji disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Alat Uji Validasi teori No. 1.
2.
PERTANYAAN Pembakaran sampah dapat,…. a. Mencemari udara b. Mencemari tanah c. Mencemari sungai d. Mencemari air sumur Berikut ini yang bukan merupakan manfaat bertanam dalam pot adalah,… a. Menyalurkan hobi b. Bertanam di lahan yang luas c. Sumber penghasilan d. Menambah keindahan lingkungan
3.
Usaha untuk mendapatkan bibit tanaman disebut,… a. Pembibitan b. Perkembangan c. Pertumbuhan d. Pemangkasan
4.
Menaburkan benih di tempat khusus disebut,… a. Menyemai b. Menanam c. Membibitkan d. Memisahkan anakkan
5.
Akar pohon dapat menyimpan cadangan,… a. Tanah b. Udara c. Air d. Cahaya
48 No.
PERTANYAAN
6.
Berikut ini yang bukan kerusakan lingkungan adalah,… a. Pencemaran air b. Pencemaran udara c. Gunung yang gundul d. Desa berubah menjadi kota
7.
Penembangan hutan dengan semena-mena disebut,… a. Pembalakan b. Penghijauan c. Pembukaan lahan d. Penebangan hutan sistem pilih
8.
Berikut ini yang bukan merupakan akibat dari menipisnya lapisan ozon adalah,… a. Melelehnya es di kutub b. Rusaknya klorofil c. Makin ademnya suhu di bumi d. Penyakit kanker kulit Di bawah ini yang termasuk penyebab polusi udara adalah,… a. Limbah kaleng b. Oksigen c. Karbon dioksida d. Limbah plastik Bahaya kekeringan diakibatkan oleh,… a. Gundulnya hutan b. Hijaunya tanaman c. Rimbunnya kawasan hijau d. Luasnya hutan Berikut ini yang bukan media tanam adalah,… a. Tanah b. Sekam c. Pakis d. Karet Ciri-ciri tanaman yang dapat dijadikan pohon lindung adalah,… a. Daunnya indah b. Bunganya warna-warni c. Batangnya lentur d. Akarnya kuat Yang bukan termasuk sampah organik adalah,… a. Sisa-sisa makanan b. Kertas minyak c. Kulit buah d. Tangkai pohon Sampah plaslik harus di daur ulang karena,… a. Sampah plastik sulit terurai apabila dibuang begitu saja b. Karena timbunan sampah merupakan penyumbang besar pencemaran dan pemanasan global c. Setiap tahunnya diperlukan 12 juta barel minyak untuk membuat plastik d. Semua jawaban benar Yang harus kita lakukan untuk mencegah terjadinya banjir adalah,… a. Membersihkan sampah di sungai dan saluran air b. Menebang pohon-pohon di pinggir sungai c. Membuang sampah di sungai d. Mengganti kebun dengan semen
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Cara pemilihan biji tanaman yang akan disemai dilakukan dengan,… a. Dibakar b. Ditenggelamkan ke dalam air c. Ditimbun dengan tanah d. Dijemur dengan sinar matahari
49 No. 17.
18.
19.
20.
PERTANYAAN Pot tanaman dihasilkan dari daur ulang sampah,… a. Plastik b. Bambu c. Kaca d. Kayu Pupuk kompos dibuat dengan cara,… a. Membakar sampah b. Mengubur sampah c. Mendinginkan sampah d. Memanaskan sampah Sampah seharusnya dibuang di,… a. Sembarang tempat b. Jalan raya c. Halaman belakang rumah d. Tempat sampah Yang bukan penyebab kerusakan lingkungan adalah,… a. Manusia yang tidak menjaga lingkungan b. Bencana alam c. Eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran d. Hemat energi
Nilai siswa didapatkan dari perhitungan: Nilai siswa = ∑ jawaban benar x 5 Validasi untuk menguji kreativitas siswa dilakukan dengan cara praktik. Validasi dilakukan dengan cara disediakan koran bekas, Styrofoam, sendok plastik bekas, pipet bekas, gunting, lem, krayon, dan lain-lain. Siswa diminta membuat hasil karya bisa berupa gambar, poster, doa, puisi,
maupun keterampilan daur ulang
dengan tema lingkungan (hemat energi, selamatkan bumi, maupun daur ulang) dalam waktu 30 menit.
Kreativitas siswa akan dilihat dari berapa persen siswa yang
membuat hasil karya berupa gambar, poster, doa, puisi, maupun keterampilan daur ulang.
50
IV. 4.1.
PROFIL YAYASAN TARAKANITA
Gambaran Umum Yayasan Tarakanita Yayasan Tarakanita, merupakan yayasan yang menyelenggarakan pendidikan
formal pada tingkat dasar dan menegah yang berdiri tahun 1952. Yayasan Tarakanita memiliki 62 unit sekolah yang tersebar dalam 7 wilayah yaitu Bengkulu, Lahat, Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Surabaya dengan jumlah siswa ± 24.000 siswa, seperti terlihat pada Gambar 7, berikut ini:
SD TARAKANITA 1 (KTSP)
Sampel
SD TARAKANITA 3 (GGS)
WILAYAH SURABAYA
WILAYAH YOGYAKARTA
WILAYAH JAWA TENGAH
WILAYAH TANGERANG
WILAYAH JAKARTA
WILAYAH LAHAT
WILAYAH BENGKULU
YAYASAN TARAKANITA
SD TARAKANITA GADING SERPONG (KTSP) SD TARAKANITA CITRA RAYA (GGS)
Gambar 7. Gambaran Umum Tarakanita Yayasan pendidikan Tarakanita merupakan karya pelayanan Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (Kongregasi CB), maka semangat pelayanan kongregasi sangat mewarnai arah dan tujuan pendidikan Tarakanita. Kongregasi CB didirikan oleh Elisabeth Gruyters pada tahun 1837 di Belanda,
saat itu terjadi Revolusi Perancis.
Keadaan ini membawa akibat luas
51
terhadap kehidupan bangsa Perancis dan bangsa-bangsa di hampir seluruh kawasan Eropa. Revolusi membawa perubahan mendasar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang mencakup seluruh bidang kehidupan yaitu: politik, ekonomi, sosial, dan agama.
Belanda dan Belgia yang (tempat kelahiran dan kehidupan
keluarga pendiri) masuk di bawah kekuasaan Perancis, sebagai jajahan.
Seperti
pengalaman di Indonesia pada saat hidup dalam jajahan negara lain,
maka
masyarakat Belanda dan Belgia pun demikian, yaitu hidup dalam kemiskinan dan penderitaan (Francino,...). Situasi perang berdampak bagi masyarakat, dalam situasi masyarakat yang miskin, menderita, dan tidak mempunyai pengharapan untuk masa depan, Elisabeth Gruyters mendirikan rumah penampungan bagi anak-anak yatim piatu korban perang tersebut untuk dididik, diajar dan dirawat. Anak-anak yang terlantar ini dididik bukan hanya pengetahuan umum, berdoa dan moral agama,
juga dilatih keterampilan
terutama menjahit agar mampu hidup mandiri (CB, 2010). Dari pengalaman awal mendirikan rumah penampungan ini, sebetulnya konsep pendidikan Elisabeth Gruyters mulai terbentuk dengan unsur-unsur pokok sebagai berikut (Surani, et al., 2008): 1. Cinta kasih tanpa syarat dan berbela rasa. 2. Iman yang dalam. 3. Menghargai harkat dan martabat manusia. 4. Memiliki daya juang dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup. 5. Memiliki kemauan untuk maju dan berkembang dengan tekun dan sabar. 6. Rela berkorban dan melayani sesama dengan tulus hati. Unsur-unsur pokok inilah yang menjadi roh yang menjiwai dan memberi daya dalam melaksanakan karya pelayanan pendidikan di Tarakanita. Visi karya pelayanan pendidikan Tarakanita (Surani, et al., 2008) yaitu: “pelayanan pendidikan yang dijiwai Kasih Allah yang berbela rasa, demi terwujudnya komunitas pendidikan yang membebaskan dan mengalami keselamatan dalam keutuhan Kerajaan Allah.” Ada dua hal yang menjadi dasar pelayanan pendidikan di Tarakanita,
yaitu:
pertama,
pendidikan
menjadi
tempat
penyadaran
(conscientisation). Pendidikan diharapkan dapat menyadarkan orang akan jati diri dan asal-usul, dunia dan lingkungan sekitar, serta tanggung jawab manusia akan keberlangsungan hidup. Kesadaran ini juga membawa orang akan kesadaran diri sebagai manusia yang bebas bertanggung jawab. Manusia yang mampu memilih yang
52
terbaik, mampu mengambil keputusan diantara pilihan-pilihan nilai yang ada. Kedua, keinginan membantu seseorang untuk hidup sebagai manusia dan secara manusiawi (homonisasi dan humanisasi). Pendidikan diarahkan untuk membantu peserta didik memperoleh perkembangan pribadi yang utuh, dewasa integral dalam semua pribadinya. Pendidikan membantu peserta didik untuk hidup sebagai manusia yang berbudaya, yang tahu tentang tata adab, serta mampu membuat pertimbanganpertimbangan etis; tahu menempatkan diri dan mengambil sikap yang tepat dalam situasi tertentu.
Pendidikan yang ditawarkan bukan hanya berorientasi pada
pengembangan pengetahuan saja, melainkan juga pengembangan nilai-nilai keutamaan. Nilai-nilai keutamaan yang dikembangkan di Tarakanita dikenal dengan Cc5 yaitu Compassion, Celebration, Competence. Conviction, Creativity, Community (Surani, et al., 2008). 4.1.1. Nilai-nilai Ketarakanitaan Cc5 Surani,
et
al.
(2008)
menjabarkan
unsur-unsur
pokok
nilai-nilai
Ketarakanitaan (Cc5) sebagai berikut: 1.
Compassion (C) Kata compassion berasal dari bahasa Latin “Compassio-onis” yang artinya belas kasihan dan ikut merasakan; bela sungkawa. Compassio berarti juga turut merasakan beban penderitaan orang lain, bersama-sama memikul beban penderitaan namun bangkit mengatasi penderitaan itu bersama-sama pula. Compassion tampak dalam cinta kasih tanpa syarat dan berbela rasa, yang diwujudkan dalam: a. Kepedulian dan solidaritas dengan mereka yang lemah,
miskin dan
menderita, baik jasmani maupun rohani. b. Membuat kebijakan yang mendukung keberpihakan terhadap yang miskin, lemah, dan tersisih. c. Mencintai dengan tulus melampaui batas-batas suku, agama, ras, budaya, status sosial tanpa diskriminasi. d. Turut serta merasakan penderitaan orang lain dengan sikap empati dan keramahan (rela berkorban, siap sedia, murah hati, penuh perhatian, tenggang rasa, dan terbuka untuk berdialog). e. Melayani demi “keselamatan” anak-anak yang dilayani.
53
f. Mengembangkan sikap murah hati di antara para “pelayan pendidikan” maupun peserta didik. g. Melayani dengan semangat “demi cinta Allah aku akan menolong mereka yang berkesesakan hidup, maka aku akan cukup kaya dengan rahmat dan cinta Allah”. Penanaman nilai compassion pada peserta didik dimaksudkan menumbuhkan dalam pribadi siswa mencintai dengan tulus hati dan berbela rasa, dengan kompetensi: 1) Memiliki kepedulian terhadap mereka yang lemah
dan
menderita; 2) Mampu mencintai tanpa pilih-pilih atau diskriminasi; 3) Mampu turut serta merasakan penderitaan orang lain dengan sikap empati dan keramahan (rela berkurban, siap sedia, murah hati, penuh perhatian, tenggang rasa, dan terbuka untuk berdialog). 2.
Celebration (c1) Secara harafiah celebration berarti perayaan khusus dalam menandai suatu peristiwa kehidupan. celebration merupakan ungkapan iman yang dalam, yang dalam proses pendidikan tampak dalam: a. Melayani dengan penuh kegembiraan. b. Mewujudkan sikap kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanyalah alat di tangan Allah. c. Mengembangkan sikap hidup yang beriman dan berpengharapan. d. Mengembangkan dan mengamalkan talenta demi kebaikan bersama. e. Mensyukuri hidup sebagai anugerah. f. Kerelaan untuk selalu berterima kasih dengan tulus, tanpa banyak mengeluh maupun menuntut. g. Kesiapsediaan yang tinggi dalam melayani anak-anak yang menjadi fokus pelayanan. h. Mampu melihat berbagai peristiwa dalam pelayanan pendidikan sebagai pengalaman yang positif, berharga, dan disyukuri. Penanaman nilai celebration dimaksudkan menumbuhkan dalam pribadi siswa mensyukuri dan merayakan kebaikan Allah sebagai sumber hidup, dengan kompetensi: 1) Memiliki sikap rendah hati, menyadari bahwa manusia adalah ciptaan dan alat Tuhan untuk membangun dunia yang lebih baik; 2) Menjadi orang yang penuh harapan; 3) Mengembangkan talenta demi kebaikan bersama; 4) Semangat dan tekun untuk terus belajar; 5) Mensyukuri hidup
54
sebagai anugerah; 6) Mensyukuri bahwa alam diciptakan bagi kesejahteraan manusia. 3.
Competence (c2) Kata competence berasal dari bahasa Inggris yang diserap dari bahasa latin competens-entis, yang berarti berkuasa, berwenang, cakap dan sanggup. Jadi yang dimaksud dengan nilai competence adalah suatu kesanggupan dan usaha tak kenal lelah untuk memiliki kecakapan, kecerdasan (kompetensi) sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kecakapan dan kecerdasan yang dikejar ini bukan hanya merupakan penguasaan seperangkat pengetahuan, melainkan juga sikap, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh peserta didik. Dengan mengacu pada dua dari empat pilar prinsip pendidikan UNESCO, maka nilai Compentence, menyiapkan peserta didik untuk learning to know; learning to do, namun tidak hanya itu, juga leaning how to learn, yang tercermin dalam: a. Menciptakan ruang gerak untuk berkembangnya pemberdayaan dan pemandirian mereka yang dilayani. b. Mengembangkan kecakapan hidup secara optimal dan seimbang. c. Melayani penuh tanggung jawab. d. Mengembangkan budaya eksplorasi. e. Memperlakukan peserta didik sebagai rekan belajar. f. Memperhatikan profesionalitas. g. Mengembangkan pengetahuan tentang lingkungan. h. Memelihara keseimbangan ekosistem di lingkungan sekitar karya pelayanan pendidikan. i. Memberi ruang untuk berkembangnya IQ, EQ, SQ, AQ secara seimbang kepada tiap pribadi dan tanpa diskriminasi. j. Mampu
memanfaatkan
saran
prasarana
yang
memadai
untuk
perkembangan. k. Membuka diri akan perkembangan iptek, arus modernisasi dan globalisasi secara kritis, selektif, dam realistis. l. Menanggapi peluang dalam pelayanan. m. Menghargai kejujuran ilmiah. Penanaman nilai competence dimaksudkan menumbuhkan dalam pribadi siswa mengembangkan keahlian dan keterampilan di bidangnya untuk hidup
55
sesuai dengan martabat manusia, dengan kompetensi: 1) Memiliki kemandirian; 2) Kecakapan hidup berkembang secara optimal dan seimbang; 3) Memiliki semangat pengabdian dalam pelayanan; 4) Mengembangkan budaya dialog; 5) Mengangkat martabat perempuan (kesetaraan gender); 6) Memiliki kepedulian terhadap lingkungan; 7) Memiliki kegembiraan, kedamaian, dan saling menghormati. 4.
Conviction (c3) Conviction berarti pendirian, keyakinan. Orang yang memiliki nilai conviction adalah orang yang belajar untuk menghayati prinsip-prinsip kehidupan dengan keteguhan, dan berusaha untuk melaksanakan secara konsisten di dalam segala aspek kehidupan, yang tampak dalam: a. Melestarikan tradisi dan budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa. b. Memiliki ketetapan hati yang terbuka, terbuka untuk beradaptasi dengan lingkungan secara positif. c. Mengembangkan keberanian menanggung resiko dalam pelayanan. d. Mewujudkan dan mengembangkan pelayanan yang dilaksanakan dengan setia dan konsisten. e. Memiliki kesadaran pribadi untuk melaksanakan norma dan sistem yang berlaku dalam lembaga. f. Melakukan refleksi dan evaluasi. g. Bertekun dalam menghadapi dan mengatasi tantangan. h. Menciptakan suasana kegembiraan, kedamaian, dan saling menghormati dalam komunitas pelayanan. i. Pantang menyerah dalam berusaha untuk maju. Penanaman nilai conviction dimaksudkan menumbuhkan dalam pribadi siswa berani dan mantap dalam menghadapi tantangan hidup. Serta terbuka menanggapi tanda-tanda zaman, dengan kompetensi: 1) Terbuka terhadap perkembangan IPTEK; 2) Bersikap kritis, selektif, dan realistis; 3) Memelihara budaya dan tradisi lokal sebagai kekayaan bangsa; 4) Mudah menyesuaikan diri; 5) Dapat belajar dari kegagalan; 6) Berani menanggung resiko; 7) Mampu berefleksi atas hidupnya; 8) Tekun dan tabah dalam menghadapai tantangan.
5.
Creativity (c4) Creativity adalah kemampuan seseorang untuk berdaya cipta. Kemampuan berdaya cipta dapat bersifat inovatif (in-novus) yaitu kemampuan memasukkan
56
hal-hal yang baru dan eksploratif yaitu penjelajahan alam pikir untuk menambah pengetahuan sebanyak mungkin, yang tercermin dalam: a. Menyumbangkan gagasan, waktu dan tenaga demi pelayanan yang optimal. b. Cepat tanggap melihat dan memanfaatkan peluang secara positif. c. Menciptakan sesuatu yang baru. d. Memiliki banyak ide dan melaksanakan secara kongkrit dan sesuai tata cara lembaga. e. Berani berubah dan mengubah. f. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada. g. Mengembangkan
kepemimpinan
dialogis,
partisipatif,
visioner,
transformatif, dan sapientia (bijaksana). h. Mau bertanya dan belajar dari yang lain. i. Menciptakan
peluang
terwujudnya
pemberdayaan
dalam komunitas
pendidikan, khususnya perempuan. j. Memiliki semangat dan ketekunan untuk terus belajar. Penanaman nilai creativity dimaksudkan menumbuhkan dalam pribadi siswa menemukan hal-hal baru dan mengembangkan keinginan untuk untuk maju, dengan kompetensi: 1) Mampu mengembangkan gagasan secara kreatif dan inovatif, serta berdaya guna bagi masyarakat terutama yang miskin; 2) Cepat tanggap dan mampu memanfaatkan peluang; 3) Memanfaatkan sarana yang ada; 4) Pantang menyerah dalam berusaha (tangguh); 5) Menghargai kejujuran ilmiah; 6) Memiliki kemauan untuk terus menerus belajar. 6.
Community (c5) Community berasal dari bahasa Latin communitas-atis berarti persekutuan, persaudaraan, perkumpulan.
Community adalah kerelaan berkorban dan
melayani sesama dengan tulus hati, yang tampak dalam: a. Saling mendukung, memperhatikan, dan menghargai. b. Saling menerima kelebihan dan keterbatasan, untuk dapat saling melengkapi dalam pelayanan yang lebih optimal. c. Terbuka dalam membangun relasi dan kerja sama dengan pihak lain. d. Mengembangkan semangat korps. e. Mengupayakan persaudaraan sejati lintas agama, budaya, tingkat sosial, dan suku, serta mengembangkan wawasan kebangsaan. f. Menciptakan suasana at home di komunitasnya.
57
g. Menciptakan semangat rekonsiliasi; damai dengan diri, sesama, Tuhan dan alam ciptaan serta lingkungan. h. Mengembangkan semangat musyawarah, dan dialog yang seimbang. i. Menciptakan kebersamaan dan suasana persaudaraan sejati, saling mendukung dan mempercayai. j. Melaksanakan pelayanan dengan semangat kegembiraan, kesederhanaan, keramahan, dan keterbukaan. k. Mengembangkan semangat berbagi tanpa pamrih dan murah hati. l. Memandang keberhasilan karya dalam kebersamaan serta menanggung kegagalan dalam semangat kasih. Penanaman nilai community dimaksudkan menumbuhkan dalam pribadi siswa rela berbagi hidup dan membangun persaudaraan sejati, dengan kompetensi: 1) Memiliki sikap saling mendukung, memperhatikan, dan menghargai; 2) Dapat menghargai dan menerima kelebihan dan kekurangan orang lain; 3) Memiliki sikap terbuka dengan sesama; 4) Mampu bekerjasama dengan kelompok lain (suku, ras, agama); 5) Memiliki sikap mudah mengampuni; 6) Senang berdialog; 7) Gembira, ramah, sederhana, dan terbuka; 8) Memiliki semangat berbagi tanpa pamrih dan murah hati. 4.1.2. Logo Tarakanita Logo Tarakanita ditampilkan pada Gambar 8 berikut ini:
Gambar 8. Logo Tarakanita Logo Yayasan Pendidikan Tarakanita secara keseluruhan berbentuk jantung hati berwarna dasar biru muda dan biru tua. Pada bagian atasnya terdapat sebuah bintang berwarna kuning dengan seberkas sinar yang memancar. Jantung hati yang memiliki makna simbolik-religius ini merupakan semangat dasar (spiritualitas) dari seluruh upaya pendidikan yang diselenggarakan oleh
58
Yayasan Tarakanita.
Makna simbolik-religius jantung hati berakar dari tradisi-
spiritual Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (Kongregasi CB) sebagai pendiri sekolah-sekolah Tarakanita.
Pada intinya makna simbolik
religius ini menunjuk kepada semangat compassion (belarasa). Inilah yang menjadi motivasi mendasar dalam dan keputusan karya Bunda Elisabeth (Pendiri Kongregasi CB), yaitu cinta compassion atau kasih yang berbelarasa. Semangat
compassion yang menyinari dan meresapi seluruh proses
pendidikan Tarakanita ini dilambangkan dalam bentuk bintang dengan seberkas sinar. Bintang inilah yang menuntun setiap langkah dan tindakan sivitas Tarakanita. “Tarakanita” berasal dari sansekerta yang berarti “Bintang Penuntun”. Dalam penghayatan iman Kristiani dan Spiritualitas Kongregasi CB, bintang penuntun disebut juga sebagai “Bintang Samudera” yang memiliki makna simbolik religius sebagai harapan dan perjuangan dalam keputusasaan di tengah-tengah gelombang samudera. Sebutan “Bintang Samudera” ini dikaitkan dengan peranan Bunda Maria yang selalu membesarkan hati manusia yang putus asa dan kehilangan harapan. Warna dasar biru muda dan biru tua melambangkan kemanusiaan. Perpaduan dua warna (biru dan muda) menunjuk kepada dua generasi, yaitu: generasi muda dan generasi tua. Warna kuning pada bintang melambangkan keilahian, yaitu kesucian dan kemuliaan. 4.2.
Implementasi Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita Implementasi kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita agar dapat
dicapai secara integral dan utuh maka mesti ditentukan strategi dan metode yang tepat sehingga pelaksanaannya semakin terarah, efisien dan efektif. Strategi yang dipergunakan dalam proses pendidikan karakter Tarakanita yaitu melalui: 1) intrakurikuler ; 2) kegiatan ekstrakurikuler; 3) program sekolah. 1). Kurikulum Pengembangan kurikulum berbasis Go Green School dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode infusi dan block (Judi dan Wood, 1993). Sekolah Tarakanita menggunakan metode Infusi dengan mengintegrasikan tujuan (Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, Indikator) ke dalam setiap bidang studi dalam KTSP. Artinya, setiap guru bidang studi dapat menyisipkan muatan lingkungan
yang sudah terjabarkan dalam Standar Kompetensi (SK)
Kompetensi Dasar (KD).
dan
59
Gambar 9. Pembelajaran IPA 2) Ekstrakurikuler Kegiatan lingkungan
ekstrakurikuler
adalah
strategi
penanaman
pendidikan
melalui kegiatan-kegiatan di luar proses belajar mengajar.
Pendidikan lingkungan hidup di Tarakanita juga dikemas dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
Penanaman nilai dengan strategi ini lebih
mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui kegiatan untuk membahas dan mengupas nilai-nilai yang berguna dalam kehidupan. Strategi ini memberikan prioritas terutama pada pelatihan, peleburan individu dalam pengalaman, bukan sekadar pemahaman teoritis dan abstrak.
Gambar 10. Ektrakurikuler Pramuka Kegiatan tersebut di Tarakanita berupa Pramuka, Karya Ilmiah, meliputi kegiatan sains klub, matematika klub, dan Gerakan Pencinta Lingkungan. 3) Program Sekolah Program sekolah dimaksud adalah program, kegiatan atau aturan yang dibuat sekolah selain kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Program sekolah ini dibuat untuk mendukung proses pendidikan lingkungan yang bertujuan memelihara lingkungan sekolah dan sekaligus sebagai pendidikan praktis bagi anak untuk meningkatkan kepedulian terhadap
60
lingkungan. Diharapkan dengan pelaksanaan program secara konsisten ada proses pembiasaan bagi siswa dan diharapkan bersamaan dengan proses tesebut dapat meningkatkan dan terjadi akselerasi perubahan sikap kepedulian siswa terhdap lingkungan. Misalnya peraturan kelas bersih, kegiatan operasi semut setiap hari jumat, Penghe matan air da n listrik, se rta penghijauan sekolah. Program sekolah di Tarakanita meliputi kegiatan pembinaan dan pengembangan siswa sebagai pribadi utuh yang berbela rasa dilaksanakan dengan menggunakan tiga pendekatan.
Ketiga pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut: 1. Keteladanan Semua unsur di sekolah memberi teladan tentang nilai-nilai dasar. Keteladan berupa ucapan, perilaku, dan sikap hidup. Siswa belajar dari meniru atau mencontoh atau meneladani orang lain.
Gambar 11. Guru memberi contoh cara mengolah sampah (keteladanan) 2. Pembiasaan Nilai-nilai dasar dikembangkan dengan pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Siswa memelihara dan mempertahankan sikap dan perilaku hidup yang selaras dengan nilai-nilai yang diteladaninya sehingga menjadi bagian dari seluruh kebiasaan hidupnya (internalisasi).
Gambar 12. Siswa memelihara tanaman (Pembiasaan)
61
3. Kegiatan terprogram Kegiatan terprogram adalah pembinaan dan pengembangan melalui program sekolah.
Semua kegiatan dalam rangka pembinaan dan pengembangan
disusun dalam sebuah program sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Tabel 12, menampilkan program sekolah yang mendukung kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita. Tabel 12. Program Sekolah tentang Lingkungan Hidup di sekolah model PROGRAM SEKOLAH MELALUI PENDEKATAN: KETELADANAN
PEMBIASAAN
KEGIATAN TERPROGRAM
Semua unsur di sekolah memberi teladan tentang nilai-nilai dasar.
Nilai-nilai dasar dikembangkan dengan pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Siswa memelihara dan mempertahankan sikap dan perilaku hidup yang selaras dengan nilai-nilai yang diteladaninya sehingga menjadi bagian dari seluruh kebiasaan hidupnya (internalisasi). Kegiatan ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Rutin, kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: a) pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri, b) budaya membaca c) penghijauan sekolah d) pemilahan dan pengolahan sampah organik dan an organik, e) daur ulang kertas f) hemat air dan listrik 2. Spontan, kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: a) pembentukan perilaku memberi salam, b) membuang sampah pada tempatnya, c) operasi semut sesudah istirahat, d) budaya antri, e) mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
Kegiatan terprogram adalah pembinaan dan pengembangan melalui program sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: a) berpakaian rapi b) berbahasa yang baik c) rajin membaca d) datang tepat waktu e) menaruh sampah dengan benar sesuai tempat sampah organik dan anorganik f) mengurangi sampah dengan jajan membawa tromol sendiri, g) Hemat air h) Hemat listrik
kegiatan berupa: a) b) c) d) e) f) g)
Retret siswa Live In alam Out bond Pekan Lingkungan Hidup Hari pangan sedunia Peringatan hari bumi Peringatan hari air
62
V. 5.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi stakeholders Stakeholders dalam sistem kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita
ini adalah orangtua siswa, guru, dinas pendidikan dan yayasan. Pada penelitian ini siswa tidak dimasukkan sebagi stakeholders karena siswa SD kelas IV rata-rata berusia 9 tahun.
Untuk mengatahui kebutuhan siswa diwakilkan pada orangtua,
karena batasan umur yang digunakan sebagai stakeholders berusia 17 tahun ke atas. 5.2.
Analisa Kebutuhan stakeholders Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholders dalam sistem kurikulum
berbasis GGS, diperoleh daftar kebutuhan seperti disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Analisis kebutuhan sistem kurikulum berbasis GGS di Tarakanita No.
KEBUTUHAN
STAKEHOLDERS
1.
Orangtua Siswa
1. Lingkungan Sekolah bersih dan nyaman 2. Pemahaman dan implementasi tentang lingkungan tumbuh dalam diri siswa 3. Tuntutan kurikulum tercapai 4. Tidak menambah waktu 5. Tidak menambah biaya sekolah 6. Tidak menambah beban pelajaran bagi siswa 7. Perhatian guru ke siswa tidak berkurang
2.
Guru
1. Lingkungan Sekolah bersih dan nyaman 2. Pemahaman dan implementasi tentang lingkungan tumbuh dalam diri siswa 3. Tidak menambah kerjaan guru 4. Siswa dan orangtua siswa tidak banyak tuntutan 5. Tuntutan kurikulum tercapai 6. Sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai 7. Workshop tentang lingkungan hidup
3.
Dinas Pendidikan
1. Pemahaman dan implementasi tentang lingkungan tumbuh dalam diri siswa 2. Lingkungan Sekolah bersih dan nyaman 3. Tuntutan kurikulum tercapai 4. Kelulusan tinggi
4.
Yayasan
1. Lingkungan Sekolah bersih dan nyaman 2. Pemahaman dan implementasi tentang lingkungan tumbuh dalam diri siswa 3. Pengeluaran tidak melebihi anggaran sekolah 4. Tuntutan kurikulum tercapai 5. Tidak tenaga menambah Guru dan karyawan
Sumber: Hasil wawancara dengan stakeholders
63
5.3.
Formulasi Masalah Dari hasil analisis kebutuhan (Tabel 13) terlihat kebutuhan-kebutuhan yang
sejalan (sinergis) maupun kontradiktif.
Kebutuhan-kebutuhan yang sinergis bagi
semua pelaku sistem kurikulum berbasis GGS adalah: 1. Lingkungan Sekolah bersih dan nyaman 2. Pemahaman & implementasi tentang lingkungan tumbuh dalam diri siswa Kebutuhan sinergis bagi semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan masalah untuk pencapaian tujuan sistem, karena semua pelaku sistem menginginkan kebutuhan tersebut. Kebutuhan stakeholders yang kontradiktif dapat menyebabkan konflik dan menghambat pencapaian tujuan, maka perlu adanya solusi untuk model. Kebutuhan kontradiktif pada sistem ini adalah: 1. Tuntutan kurikulum tercapai 2. Tidak menambah waktu 3. Tidak menambah biaya sekolah 4. Tidak menambah beban pelajaran bagi siswa 5. Perhatian guru ke siswa tidak berkurang 6. Tidak menambah kerjaan guru 7. Siswa dan orangtua siswa tidak banyak tuntutan 8. Membutuhkan workshop tentang lingkungan hidup 9. Sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai 10. Pengeluaran tidak melebihi anggaran sekolah 11. Tidak tenaga menambah Guru dan karyawan Formulasi permasalahan merupakan identifikasi dari kebutuhan stakeholders yang kontradiktif.
Dari sepuluh kebutuhan yang kontradiktif dari pelaku sistem
kurikulum berbasis GGS dikelompokkan berdasarkan faktor konflik seperti terlihat pada Tabel 14.
64
Tabel 14. Formulasi masalah Kurikulum Berbasis GGS di Tarakanita No.
FAKTOR
KETERANGAN
SOLUSI UNTUK MODEL
KONFIK
5.4.
1.
Kemampuan SDM
Tidak semua guru paham tentang ilmu lingkungan.
Kurikulum GGS dilakukan secara bertahap untuk mempersiapkan SDM (guru).
2.
Tuntutan Kurikulum
Apabila mata pelajaran di tambah maka beban siswa dan guru bertambah, serta yayasan harus menambah personil guru.
Mengemas muatan lingkungan di dalam KTSP (terintegrasi dalam mata pelajaran).
3.
Implementasi menuntut siswa aktif
Membutuhkan perhatian lebih dari guru, berarti beban guru bertambah
Pembelajaran muatan lingkungan menggunakan metode mengajar dan didukung sarpras yang memadai
4.
Biaya
Membutuhkan sarana prasarana yang memadahi, berarti biaya bertambah sedangkan orangtua tidak mau menambah biaya sekolah dan Yayasan tidak cukup dana.
Kurikulum GGS dilakukan secara bertahap untuk melengkapi sarana prasarana yang memadai.
Identifikasi Sistem Identifikasi sistem bertujuan memberikan gambaran terhadap sistem yang
dikaji yang digambarkan dalam diagram input-output (black-box). Menurut Hartrisari (2007) konsep identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dan kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang diselesaikan untuk mengakomadasi kebutuhan tersebut. Output pada penelitian ini adalah: pemahaman dan implemenasi siswa terhadap issu lingkungan meningkat, lingkungan sekolah bersih & nyaman, dan Kurikulum tercapai (aspek kognitif, afektif dan psikomotorik). Jika dihasilkan output yang tidak diharapkan berupa: Siswa tidak peduli dengan issu kerusakan lingkungan, Lingkungan sekolah kotor & tidak nyaman, dan Kurikulum tidak tercapai. Maka dimasukkan ke manajemen pengendali dan diberi input terkendali berupa: Kurikulum berbasis lingkungan, Lingkungan sekolah bersih & nyaman, KBM menarik, Tidak menambah waktu, Biaya sekolah tidak naik, Sarana Prasaranan memadai,
Guru
memperhatikan siswa. Masuk dalam proses diharapkan akan keluar output yang diharapkan. Diagram input-output untuk sistem Kurikulum Berbasis GGS di Tarakanita, dapat dilihat pada Gambar 13 di berikut ini:
65
INPUT LINGKUNGAN UU No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No 19 Th 1905 tentang Standar Nasional Pendidikan, PertMenDikNas no 21, 23 dan 24 tahun 2006
Input tak terkendali:
Output yang diinginkan:
• Partisipasi orangtua berupa: lingkungan rumah bersih, orangtua punya kepedulian dengan issu lingkungan • Partisipasi masyarakat berupa lingkungan sekitar sekolah bersih dan nyaman
• Pemahaman dan implemenasi siswa terhadap issu lingkungan meningkat • Lingkungan sekolah bersih & nyaman • Kurikulum tercapai (kognitif, afektif dan psikomotorik)
Desain Model Pengembangan Kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita
Input Terkendali: • Kurikulum berbasis lingkungan • Lingkungan sekolah bersih & nyaman • KBM menarik • Tidak menambah waktu • Biaya sekolah tidak naik • Sarana Prasaranan memadai • Guru memperhatikan siswa
Output tdk diinginkan: • Siswa tidak peduli dengan issu kerusakan lingkungan • Lingkungan sekolah kotor & tidak nyaman • Kurikulum tidak tercapai
Manajemen Pengendalian
Gambar 13. Sistem Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita 5.5.
Pemodelan kurikulum berbasis Go Green School Desain model kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita dibangun
berdasarkan delapan kriteria standar nasional. 5.5.1. Analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan Menurut Dauer dan Pangrazi (1990), latihan adalah kunci keberhasilan belajar dan merupakan suatu cara yang penting dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan
66
yang dimiliki menjadi pemahaman. Maka sesuai dengan tujuan kurikulum berbasis GGS, yaitu: menumbuhkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap issu lingkungan sehingga dapat mengubah gaya hidup dan pola hidup terhadap faktor lingkungan dibutuhkan pola pembelajaran dari pengetahuan ke praktik, maka kurikulum GGS mengemas dalam cara penyampaian (bobot teori dan praktik). Pada penelitian ini menggunakan metode infusi, di mana muatan lingkungan diselaraskan dengan KTSP dengan menganalisa standar kompetensi dan indikator masing-masing mata pelajaran. Metode infusi ini dipilih penulis, karena dari hasil analisa kebutuhan stakeholders dan formulasi masalah ada kebutuhan yang kontradiktif dengan faktor konflik, yaitu: tuntutan kurikulum. Apabila mata pelajaran ditambah maka beban siswa dan guru bertambah, serta yayasan harus menambah personil guru. Padahal kebutuhan orangtua siswa dengan sistem kurikulum berbasis GGS tidak menambah beban siswa, kebutuhan guru tidak menambah beban guru, sedangkan yayasan kebutuhannya tidak menambah guru. Maka solusinya mengemas muatan lingkungan terintegrasi di dalam mata pelajaran. Tabel 15 memperlihatkan gap antara Kurikulum Tarakanita (KTSP) dan GGS dimana pada sekolah yang menggunakan kurikulum berbasis Go Green School disisipkan muatan lingkungan pada kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran. Tabel 15. Hasil analisis GAP substasi muatan lingkungan Versi BSNP MATA PELAJARAN Teori Prak Pendidikan Agama 12 2 Pendidikan Kewarganegaraan 12 Bahasa Indonesia Matematika IPA 46 20 IPS 48 Seni Budaya dan 6 keterampilan Pendidikan Jasmani dan 8 kesehatan ∑ Jam Pelajaran Muatan 118 36 Lingkungan 33,7% 10,3% % JP dalam 1 semester Total JP (Teori + Praktek) 154 Total JP Keseluruhan 350 % JP dalam 1 semester 44% Sumber : Silabus BSNP, Tarakanita dan GGS
TARAKANI TA
GO GREEN
∆ (Go Green - Tarakanita)
Teori 12 10 46 48 -
Prak 2 20 6
Teori 16 6 33 8 38 24 -
Prak 12 8 35 12 38 24 26
Teori 4 (4) 33 8 (8) (24) -
Prak 10 8 35 12 18 24 20
-
8
-
-
-
-
116
36
125
155
9
119
2%
34%
33,1% 10.3%
36,7% 44,3%
152 350 43,42%
280 350 80%
128 350 36,58%
67
Menurut Wina (2010) belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari sebagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar membutuhkan metode pembelajaran yang tidak hanya di dalam kelas tetapi siswa diberi pengalaman belajar lewat praktik. Maka Tabel 15, hasil analisis gap memperlihatkan perbedaan jumlah jam pelajaran terhadap faktor muatan lingkungan dari Kurikulum Tarakanita (KTSP) dan Kurikulum Berbasis GGS untuk teori hanya 2% sedangkan untuk praktik mencapai 34%. 5.5.2. Komparasi Nilai teori dan praktik Empat Pilar Pendidikan menurut UNESCO (United Nation for Educational, Scientific, and Cultural Organization), yaitu: 1) Learning to know; 2) Learning to do;3) Learning to be, dan; 4) Learning how to live together. Empat pilar pendidikan ini memberikan penegasan bahwa proses belajar mengajar tidak hanya mementingkan hasilnya, tetapi justru yang lebih penting adalah prosesnya. Proses belajar mengajar di dalam kelas bukan hanya diperlukan agar peserta didik dapat semata-mata memperoleh
pengetahuan
sebanyak-banyaknya,
tetapi
harus
lebih
banyak
memperoleh pengalaman, siswa diberikan kesempatan agar pada akhirnya dapat melakukan atau mengerjakan sendiri. Komparasi nilai akhir terhadap nilai teori dan praktik (f {lingkungan}) pada sekolah yang menggunakan KTSP dan GGS ini akan memperlihatkan bahwa strategi atau metode dalam pelaksanaan proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan kualitas pembelajaran.
Komparasi nilai teori dan praktek disajikan berdasarkan
kelompok mata pelajaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1). 1. Kelompok mata pelajaran (MP) Agama dan Akhlak Mulia Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Tabel 16a memperlihatkan komparasi nilai akhir, sedangkan Tabel 16b memaparkan komparsi nilai teori dan praktik siswa KTSP dan GGS terhadap faktor muatan lingkungan.
68
Tabel 16a. Nilai Akhir kelompok mata pelajaran (MP) agama dan akhlak mulia PENDIDIKAN AGAMA NILAI AKHIR/ RAPOR
KETERANGAN
KTSP
GGS
TQ 1
TQ GS
TQ 3
TQ CR
∑ SISWA
54
54
54
54
KKM
75
75
75
75
Rata‐rata
82.61
82.70
82.89
83.30
∑ Tuntas
54
54
54
54
∑Tdk Tuntas
0
0
0
0
100.00
100.00
100.00
100.00
0.00
0.00
0.00
% Tuntas
0.00 % Tdk Tuntas Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Tabel 16a memperlihatkan nilai akhir atau nilai raport mata pelajaran Agama pada sekolah yang menggunakan KTSP maupun GGS tidak terlihat perbedaan yang signifikan.
Untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia ketuntasan
kurikulum
tercapai, sehingga kekuatiran stakeholders dengan sistem kurikulum
berbasis GGS terhadap faktor ketidak tercapaian target kurikulum, tidak terbukti. Tabel 16b. Nilai kelompok (MP) Agama dan Akhlak Mulia {f(lingkungan)} AGAMA NILAI TEORI
KETERANGAN
∑ SISWA
KTSP
NILAI PRAKTIK GGS
KTSP
GGS
TQ 1
TQ GS
TQ 3
TQ CR
TQ 1
TQ GS
TQ 3
TQ CR
54
54
54
54
54
54
54
54
KKM
75
75
75
75
75
75
75
75
Rata‐rata
76
77
86
88
71
72
81
85
∑ Tuntas
35
36
52
51
31
27
51
51
∑Tdk Tuntas
19
18
2
3
23
27
3
3
% Tuntas
64.81
66.67
96.30
94.44
57.41
50.00
94.44
94.44
% Tdk Tuntas 35.18 33.33 Sumber: Leger nilai sekolah sampel
3.70
5.56
42.59
50.00
5.56
5.56
Tabel 16b menunjukkan komparasi nilai teori dan praktik untuk mata pelajaran Agama terhadap faktor muatan lingkungan, terlihat ada perbedaan yang signifikan. Siswa GGS persentase ketuntasan untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia cenderung lebih tinggi daripada KTSP. Hal ini menunjukkan bahwa khusus untuk faktor muatan lingkungan siswa GGS baik pemahaman maupun implementasi hasil belajar cenderung lebih tinggi, karena siswa GGS sudah terbiasa dengan issu lingkungan.
69
2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tabel 17a memperlihatkan komparasi nilai akhir PKn, sedangkan Tabel 17b menunjukkan komparasi nilai teori dan praktik untuk substansi muatan lingkungan. Tabel 17a. Nilai Akhir PKn KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN NILAI AKHIR/ RAPOR KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR 54 54 54 54 70 70 70 70 76.02 76.12 75.74 75.72 49 48 49 50 5 6 5 4 90.74 88.89 90.74 92.59 9.26 11.11 9.26 7.41
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Dari Tabel 17a memperlihatkan nilai akhir atau nilai raport mata pelajaran PKn pada sekolah yang menggunakan KTSP maupun GGS tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian ketuntasan kurikulum
tercapai, sehingga kekuatiran stakeholders dengan sistem
kurikulum berbasis GGS terhadap faktor ketidak tercapaian target kurikulum, tidak terbukti.
70
Tabel 17b. Nilai PKn {f(lingkungan)} Pendidikan Kewarganegaraan NILAI TEORI NILAI PRAKTIK KETERANGAN KTSP GGS KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR ∑ SISWA 54 54 54 54 54 54 54 54 KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 Rata‐rata 64.42 66.70 81.58 77.18 68.24 68.72 81.16 78.80 ∑ Tuntas 25 27 39 38 20 32 48 49 ∑Tdk Tuntas 29 27 15 16 34 22 6 5 % Tuntas 46.30 50.00 72.21 70.37 37.04 59.26 88.89 90.74 % Tdk Tuntas 53.70 50.00 27.78 29.63 62.96 40.74 11.11 9.26 Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Tabel 17b menunjukkan komparasi nilai teori dan praktik untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap faktor muatan lingkungan, terlihat ada perbedaan yang signifikan. Siswa GGS persentase ketuntasan untuk kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian cenderung lebih tinggi daripada KTSP. 3. Kelompok Mata Pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS.
Komparasi nilai yang
digunakan adalah mata pelajaran IPA, seperti terlihat pada Tabel 18a berikut ini: Tabel 18a. Nilai akhir IPA
KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
ILMU PENGETAHUAN ALAM NILAI AKHIR/ RAPOR KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR 54 54 54 54 70 70 70 70 79.03 79.70 78.74 79.55 48 50 49 48 6 4 5 6 88.89 92.59 90.74 88.89 11.11 7.41 9.26 11.11
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
71
Dari Tabel 18a memperlihatkan nilai akhir atau nilai raport mata pelajaran IPA pada sekolah yang menggunakan KTSP maupun GGS tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi ketuntasan kurikulum
tercapai, sehingga kekuatiran stakeholders dengan sistem
kurikulum berbasis GGS terhadap faktor ketidak tercapaian target kurikulum, tidak terbukti. Tabel 18b. Nilai IPA {f(lingkungan)}
KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) NILAI TEORI NILAI PRAKTIK KTSP GGS KTSP GGS TQ TQ TQ 3 TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR TQ 1 CR GS 54 54 54 54 54 54 54 54 70 70 70 70 70 70 70 70 64.42 74.59 85.04 83.13 72.99 75.57 84.63 82.47 28 29 44 45 22 31 52 44 26 25 10 9 32 23 2 10 51.85 53.70 81.48 83.33 40.74 57.41 96.30 81.48 48.15 46.30 18.52 16.67 59.26 42.59 3.70 18.52
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Tabel 18b menunjukkan komparasi nilai teori dan praktik untuk mata pelajaran IPA terhadap faktor muatan lingkungan, terlihat ada perbedaan yang signifikan. Siswa GGS persentase ketuntasan untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung lebih tinggi daripada KTSP.
Hal ini
menunjukkan bahwa khusus untuk faktor muatan lingkungan siswa GGS baik pemahaman maupun implementasi hasil belajar cenderung lebih tinggi, karena siswa GGS sudah terbiasa dengan issu lingkungan. 4. Kelompok mata pelajaran Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Komparasi nilai
kelompok mata pelajaran Estetika dapat dilihat pada Tabel 19a berikut ini:
72
Tabel 19a. Nilai Akhir Seni Budaya dan Keterampilan SENI BUDAYA KETERAMPILAN KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
NILAI AKHIR/ RAPOR KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR 54 54 54 54 75 75 75 75 81.15 80.65 80.47 80.54 54 54 54 54 0 0 0 0 100.00 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Dari Tabel 19a memperlihatkan nilai akhir atau nilai raport mata pelajaran Seni Budaya dan kesenian pada sekolah yang menggunakan KTSP maupun GGS tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Untuk kelompok mata pelajaran Estetika ketuntasan kurikulum
tercapai, sehingga kekuatiran stakeholders dengan sistem
kurikulum berbasis GGS terhadap tidak mencapai target kurikulum, tidak terbukti. Tabel 19b. Nilai Seni Budaya dan Keterampilan {f(lingkungan)} SENI BUDAYA KETERAMPILAN
KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
NILAI PRAKTIK KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR 54 54 54 54 75 75 75 75 81 80 82 80 54 54 54 54 0 0 0 0 100.00 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Tabel 19b menunjukkan komparasi nilai teori dan praktik untuk mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan terhadap faktor muatan lingkungan, terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan penyampaian materi dan substansi telah menggunakan praktik. 5. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang
73
bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah. Komparasi nilai kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 20a berikut ini: Tabel 20a. Nilai akhir Pendidikan Jamani dan kesehatan PENDIDIKAN JASMANI & KESEHATAN KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
NILAI AKHIR/ RAPOR KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR 54 54 54 54 75 75 75 75 78.29 78.57 78.66 78.47 54 54 54 54 0 0 0 0 100.00 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Dari Tabel 20a memperlihatkan nilai akhir atau nilai raport mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada sekolah yang menggunakan KTSP maupun GGS tidak terlihat perbedaan yang signifikan.
Untuk kelompok mata pelajaran
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ketuntasan kurikulum
tercapai, sehingga
kekuatiran stakeholders dengan sistem kurikulum berbasis GGS terhadaptidak mencapai target kurikulum, tidak terbukti. Tabel 20b. Nilai Pendidikan Jamani dan kesehatan {f(lingkungan)} PENDIDIKAN JASMANI & KESEHATAN
KETERANGAN
∑ SISWA KKM Rata‐rata ∑ Tuntas ∑Tdk Tuntas % Tuntas % Tdk Tuntas
NILAI PRAKTIK KTSP GGS TQ 1 TQ GS TQ 3 TQ CR 54 54 54 54 75 75 75 75 79.66 79.17 91.82 93.34 54 54 54 54 0 0 0 0 100.00 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber: Leger nilai sekolah sampel
Tabel 20b menunjukkan komparasi nilai teori dan praktik untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan terhadap faktor muatan lingkungan,
74
terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan penyampaian materi dan substansi telah menggunakan praktik dan pada mata pelajaran ini tidak ada penambahan materi muatan lingkungan.
Jadi baik KTSP maupun GGS
baik
substansi maupun penyampaian materi tidak ada perbedaan. Dari hasil komparasi nilai teori dan praktik pada kelima kelompok mata pelajaran terlihat dari Tabel 16a, 17a, 18a, 19a dan 20a terbukti bahwa kekuatiran stakeholders dengan penambahan bobot (teori dan praktik) untuk muatan lingkungan tidak menyebabkan efek negatif terhadap ketuntasan kurikulum. Sedangkan Tabel 16b, 17b, dan 18b terlihat bahwa kecenderungan nilai baik teori maupun praktik siswa pada sekolah yang menggunakan kurikulum berbasis GGS cenderung lebih tinggi dibanding KTSP, karena siswa GGS terbiasa pola pembelajaran praktik. Pada Tabel 19 dan 20 terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang menggunakan KTSP dan GGS. Hal ini dikarenakan pada kelompok mata pelajaran estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan siswa metode diberikan dalam bentuk praktik.
Khusus untuk kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
muatan lingkungan pada KTSP dan GGS tidak ada penyisipan kurikulum. Berdasarkan hasil komparasi nilai teori dan praktik terlihat bahwa untuk mengubah gaya hidup dan pola hidup terhadap faktor lingkungan dibutuhkan metode penyampaian materi muatan lingkungan yang tidak hanya sebatas pemahaman tetapi juga implementasi. Untuk sampai pada implementasi membutuhkan praktik atau latihan, seperti yang diungkapan oleh Dauer dan Pangrazi (1990). Latihan adalah kunci keberhasilan belajar dan merupakan cara yang penting untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki menjadi pemahaman. Bila latihan sering dilakukan akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat menjadi permanen, sesuai dengan teori yang diungkapan oleh Nasution (1989). 5.5.3. Pemahaman dan kreativitas Pendidikan mempunyai makna yang amat penting bagi kehidupan manusia dan mempunyai pengaruh yang amat besar bagi kehidupan.
Pendidikan juga
membantu peserta didik mengembangkan bakat fisik, moral, intelektualnya secara harmonis, akan membentuk pemahaman dan kreativitas siswa lewat pengalaman belajar (learning experiences). Menurut Tyler (1990) pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi akan komparasi yang ditampilkan adalah mata pelajara IPS.
Pada mata pelajaran IPS
75
dimana dalam salah satu indikator pencapaian yaitu: siswa mampu memperkenalkan seni budayanya masing-masing, misalnya: rumah adat, pakaian daerah, tradisi. Siswa diminta membuat rumah adat dengan bahan kertas. Hasilnya sebagai berikut:
Gambar 14. Hasil karya mata pelajaran IPS Gambar 14 memperlihatkan bahwa kedua hasil karya sama-sama bagus, tetapi siswa yang menggunakan KTSP menggunakan kertas yang baru, sedangkan siswa GGS menggunakan kertas dari karton bekas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang diberi wawasan mengenai issu lingkungan akan cenderung menghargai dan memanfaatkan bahan yang masih bisa digunakan. Pada kelompok mata pelajaran estetika (Seni Budaya dan Keterampilan), siswa diminta membuat daur ulang kertas dari bubur kertas dan botol bekas, dihasilkan hasil sebagai berikut:
Gambar 15. Hasil karya daur ulang kertas KTSP
Gambar 16. Hasil karya daur ulang kertas GGS
76
Pengalaman belajar menunjuk pada aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran, dalam hal ini dapat dilihat pemahaman akan membentuk kreativitas siswa dalam mengekspresikan hasil belajar seperti terlihat pada hasil belajar siswa. Gambar 15 dan 16 memperlihatkan siswa yang menggunakan kurikulum GGS cenderung lebih kreatif di dalam mengekpresikan pemahaman karena sudah terbiasa, sedangkan siswa yang menggunakan KTSP cenderung hasilnya kurang karena para siswa belum terbiasa praktik. Berdasarkan hasil komparasi pemahaman dan kreativitas siswa terbukti bahwa dengan pola pembelajaran pengalaman (experiential learning) untuk pembelajaran muatan lingkungan dapat merangsang siswa dalam mengekspresikan hasil belajar yang berwawasan lingkungan. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya individu yang belajar. Perubahan tingkah laku akan bertambah bila dilakukan banyak latihan, ulangan dan pembiasaan, seperti yang diungkapkan Kolb yang dikutip Holzer dan Andruet (1999). 5.5.4. Implementasi Hasil Belajar Proses pendidikan
membentuk manusia secara individual. Pendidikan
menjadikan manusia dan masyarakat mampu menghasilkan apa yang dapat mereka inginkan. Demikian Bill Richardson menjelaskan peran pendidikan dalam melahirkan kemampuan tertentu dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari implementasi hasil belajar sekolah yang menggunakan kurikulum GGS mempunyai hasil karya siswa yaitu:
Gambar 17. Implementasi hasil belajar siswa GGS Gurih Gurih Gizi (G3) menjadi salah satu hasil dari proses belajar anak Tarakanita cinta lingkungan (ANTARCIL). Ramuan ini aslinya dikembangkan oleh para ahli di gizi dari Filipina. Ramuan ini sangat mudah dibuat di rumah maupun di sekolah.
Bahan-bahan dasar adalah sayur-sayuran yang ditanam dan dipanen
77
ANTARCIL dari laboratorium lingkungan hidup di sekolah. Sekolah melihat bahwa program ini baik kalau dibagikan pada ibu-ibu PKK setempat.
Maka sekolah
menjalin kerjasama dengan RT dan RW setempat untuk memberi pelatihan membuat ramuan G3 kepada ibu-ibu PKK. Produk ANTARCIL yang kedua adalah pupuk organik.
Pupuk organik
dihasilkan dari pemisahan sampah organik dan anorganik serta sampah kertas. Sampah kertas digunakan sebagai bahan baku pembuatan daur ulang kertas, sampah an organik diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS), sampah organik didaur ulang menjadi pupuk organik dan hasilnya digunakan kembali untuk memupuk tanaman di lingkungan sekolah. Tiga pilar dalam Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan berupa Ekologi, Sosial dan Ekonomi. Implementasi hasil belajar mengajak siswa untuk mengelola ekonomi, lewat hasil belajar berupa G3 dan pupuk organik ANTARCIL belajar untuk mempunyai jiwa kewirausahaan. Dengan memanfaatkan hasil kebun di laboratorium lingkungan hidup para siswa membuat ramuan G3 yang dikemas dan dijual per paket Rp. 30.000;. Hasil implementasi siswa ini didukung oleh pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak. Maka untuk mengembangkan pengetahuan tersebut dibutuhkan model pembelajaran yang kontekstual. 5.5.5. Analisis gap Sarana Prasarana Permendiknas No. 24 tahun 2007 menyatakan bahwa: Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: 1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) belajar untuk memahami dan menghayati; 3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan 5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut
diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana. Analisis gap terhadap
sarana prasarana pada sekolah yang menggunakan
KTSP dan GGS dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini:
78
Tabel 21. Analisis gap sarana prasarana No.
KETERANGAN
KTSP
GGS
1.
Ruang kelas
√
√
2.
Ruang perpustakaan
√
√
3.
Laboratorium IPA
√
√
4.
Ruang pimpinan
√
√
5.
Ruang Guru
√
√
6.
Ruang beribadah
√
√
7.
Ruang UKS
√
√
8.
Jamban / Toilet
√
√
9.
Gudang
√
√
10.
Ruang sirkulasi
√
√
11.
Tempat bermain / berolahraga
√
√
12.
Laboratorium Lingkungan Hidup
-
√
13.
Ruang keterampilan dan perlengkapan daur ulang
-
√
14. Mesin penghancur sampah Sumber: Permendiknas No.24 th 2007, dan KTSP SD Tarakanita 3
√
Pembelajaran muatan lingkungan diharapkan tidak hanya sebatas pemahaman tetapi sampai pada implementasi.
Berdasarkan formulasi masalah implementasi
membutuhkan siswa aktif, artinya membutuhkan metode mengajar yang didukung sarana dan prasarana yang memadai.
Tabel 21 memperlihatkan sekolah GGS
membutuhkan sarana prasarana yang lebih dibandingkan KTSP untuk membantu para siswa dalam proses implementasi pembelajaran lingkungan, seperti terlihat pada Gambar 18.
79
Gambar 18. Sarana prasarana GGS 5.5.6. Model Ideal Kurikulum Berbasis GGS Model ideal dibangun berdasarkan delapan Standar Nasional pendidikan seperti terlihat pada Gambar 19 memperlihatkan model KTSP, sedangkan Gambar 20 model ideal kurikulum berbasis GGS
80
Standar isi (1) Kompetensi lulusan (3)
Pengelolaan (6) Penilaian pendidikan (8) Proses (2) Pendidik dan Tenaga kependidikan (4) Sarana prasarana (5)
Gambar 19. Model KTSP
KTSP Standar Isi (1) Kompetensi Lulusan (3)
Pengelolaan (6) Penilaian Pendidikan
Proses (2)
Pendidik & Tenaga Kependidikan (6)
Pembiayaan (7)
Sarana Prasarana (5)
Gambar 20. Model Ideal Kurikulum Go Green School
81
Model ideal kurikulum berbasis Go Green dimulai dengan melakukan identifikasi kurikulum, yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan, kemudian dilakukan pengecekan untuk melihat apakah KTSP sudah sesuai dengan permendiknas No. 22 tahun 2006.
Jika telah sesuai maka diajukan ke dinas
pendidikan untuk disyahkan, yakni Standar pengelolaan dan penilaian pendidikan. Jika belum sesuai dilakukan revisi KTSP.
Setelah KTSP disyahkan dilakukan
implementasi yang standar proses. Dari hasil implementasi dapat kita cek apakah implementasi kurikulum dapat mengubah gaya hidup terhadap faktor lingkungan. Jika ya selesai artinya cukup dengan KTSP tidak perlu kurikulum berbasis GGS. Tarakanita melihat implementasi kurikulum KTSP belum mampu mengubah gaya hidup terhadap faktor lingkungan maka dilakukan identifikasi substansi dan cara penyampaian muatan lingkungan (bobot teori dan praktek).
Berikutnya dicek
kesiapan guru, ini termasuk standar pendidik dan tenaga pendidikan. Dari Tabel 6, hasil survey guru menunjukkan 93,3% siap, sedangkan 6,67% yang belum siap diberi pelatihan kurikulum berbasis GGS. Jika guru siap, dicek sarana prasarana apakah sudah memadai, ini merupakan standar sarana prasarana.
Jika belum memadai
dilakukan investasi untuk kelengkapan sarana prasarana, masuk ke
standar
pembiayaan. Tabel 21 menunjukkan bahwa sarana prasarana telah memadai, maka selanjutnya dicek apakah kurikulum siap diuji coba. Jika tidak, dilakukan revisi dan identifikasi substansi dan cara penyapaian muatan lingkungan.
Tarakanita siap
melakukan uji coba, maka uji coba dilakukan pada sekolah model yaitu SD Tarakanita 3 dan SD Tarakanita Citra Raya. Dari hasil uji coba dicek apakah hasil uji coba memuaskan, jika tidak masuk kembali pada identifikasi substansi dan cara penyapaian muatan lingkungan. Dari Tabel 16, 17, 18, 19, dan 20 berupa hasil komparasi nilai teori dan praktek serta dari Gambar 14, 15, dan 16 berupa gambar hasil unjuk kerja siswa terlihat bahwa sekolah model (GGS) pemahaman dan kreativitas mengenai faktor lingkungan lebih baik dibandingkan sekolah KTSP, hal ini menunjukkan bahwa hasil uji coba memuaskan, maka siap untuk diajukan pengesahan ke dinas pendidikan. 5.6.
Validasi Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model yang dibangun
merupakan perwakilan dari realitas yang ada. Proses validasi model bertujuan untuk melihat keobyektifan dari suatu penelitian ilmiah, sehingga hasil eksekusi model
82
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan (Hartrisari, 2007). Hasil validasi teori terlihat pada Tabel 22 berikut ini: Tabel 22. Hasil Validasi Teori KURIKULUM
SEKOLAH
TARAKANITA
SD TARAKANITA 1 SD TARAKANITA GADING SERPONG GGS SD TARAKANITA 3 SD TARAKANITA CITRA RAYA Sumber: Hasil Validasi siswa
Tabel 22,
∑ SISWA 50 50 50 50
∑< 65 25 25 15 10
NILAI ∑≥ 65 %<65 25 50% 25 50% 35 40
30% 20%
%≥65 50% 50% 70% 80%
memperlihatkan bahwa sekolah yang menggunakan kurikulum
GGS cenderung nilai teori lebih tinggi, dibuktikan dengan ketuntasan siswa yang menggunakan kurikulum GGS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan KTSP.
Artinya
siswa dari sekolah model (GGS) cenderung
pemahaman terhadap faktor lingkungan lebih tinggi dibandingkan sekolah yang menggunakan KTSP. Hasil validasi praktik dapat terlihat pada Tabel 23, berikut ini: Tabel 23. Hasil validasi praktik KETERANGAN Gambar Doa Puisi Produk daur ulang Total Siswa Sumber: hasil validasi praktik
KTSP SD TQ 1 SD TQ GS ∑ % ∑ % 50 100% 48 96% 2 4% 50 50
GGS SD TQ 3 SD TQ CR ∑ % ∑ % 32 64% 27 54% 8 16% 8 16% 5 10% 10 19% 10 19% 50 50
Gambar 21 memperlihatkan beberapa contoh hasil unjuk kerja siswa KTSP, sedangkan Gambar 22 siswa GGS.
83
Gambar 21. Contoh Hasil Validasi praktek pada sekolah KTSP
Gambar 22. Contoh Hasil Validasi praktek pada sekolah GGS Hasil validari praktik yang diperlihatkan pada Tabel 24 maupun Gambar 21 dan 22 bahwa siswa yang menggunakan KTSP cenderung membuat gambar,
84
sedangkan siswa GGS hasil kerjanya lebih beragam, walaupun presentasi membuat gambar masih lebih besar dari pusi, doa, dan membuat daur ulang. Dari hasil validasi teori untuk menguji pemahaman maupun hasil validasi praktik untuk menguji kreativitas terlihat bahwa siswa yang menggunakan kurikulum GGS cenderung nilai validasi teori lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan KTSP hal ini dibuktikan dengan ketuntasan siswa (teori), demikian juga dengan kreativitas (praktik). Artinya sekolah yang menggunakan kurikulum berbasis GGS pemahaman dan kreativitas siswa untuk faktor muatan lingkungan cenderung lebih baik daripada sekolah yang menggunakan KTSP, karena siswa GGS sudah terbiasa praktik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dauer dan Pangrazi (1990), latihan adalah kunci keberhasilan belajar dan merupakan suatu cara yang penting dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki menjadi pemahaman. 5.7.
Rekomendasi Berdasarkan hasil identifikasi masalah perlu adanya tahapan antara (KTSP+)
dari KTSP menuju kurikulum GGS, seperti terlihat pada Gambar 23, berikut ini:
KTSP 1
METODE
GURU
SARANA PRASARANA
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Teori (33,71%) Praktek (10,29%) Total (44%)
Tatap Muka (kelas) > Praktek
???
???
???
???
Tatap Muka (Kelas) + Praktek
Standar Diknas Pelatihan GGS kurikulum
1. Standar diknas sesuai dengan Permen diknas no 24 tahun 1907 tentang standarisasi sarana prasarana. 2. Laboratorium Lingkungan Hidup 3. Ruang Keterampilan dengan perlengkapan daur ulang 4. Mesin penghancur sampah
Standar Diknas
Standar Diknas (sesuai dengan Permen diknas no. 24 tahun 1907 tentang standarisasi sarana prasarana)
2
KTSP+
3
Teori (35,71%) Praktek (44,29%) Total (80%)
GGS
Gambar 23. Usulan Implementasi Tahapan antara (KTSP+) pada Gambar 23, dijelaskan lebih rinci pada Gambar 24 berikut ini:
85
+ Praktek 39 jam + Sarpras
+ Praktek 40 jam + Sarpras + Pelatihan GGS
GGS (Teori 35,71%, Praktek 44,29%)
KTSP+ (Teori 33,71%; Praktek 27 14%)
KTSP (Teori 33,71%; Praktek 10,29%)
Gambar 24. Usulan Model Kurikulum berbasis Go Green School Gambar 24
memperlihatkan usulan model kurikulum berbasis Go Green
School, dari KTSP menuju KTSP+ ditambah praktek sebanyak 40 jam pelajaran, mengadakan sarana prasarana yang dibutuhkan dan melakukan pelatihan untuk guru. Sedangkan dari KTSP+ menuju kurikulum berbasis GGS ditambah dengan 9 jam teori dan 39 jam praktek serta melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan bagi pembelajaran berbasis GGS. Harapannya dalam tiga tahun dari KTSP dapat menjadi kurikulum berbasis GGS. 5.8.
Kelebihan dan Kelemahan KTSP dan kurikulum berbasis GGS Kurikulum berbasis GGS bukan kurikulum yang terbaik dibandingkan KTSP,
tetapi kurikulum berbasis GGS sebagai salah satu alternatif kurikulum jika mau menanamkan kesadaran lingkungan menjadi sikap hidup peserta didik. Karena baik KTSP maupun kurikulum berbasis GGS mempunyai kelebihan dan kelemahan. Tabel 24 berikut ini, menjelaskan kelebihan dan kelemahan KTSP Tabel 24. Kelebihan dan kelemahan KTSP KELEBIHAN KELEMAHAN KTSP telah memuat faktor muatan lingkungan yang terintegrasi dalam beberapa mata pelajaran seperti pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. KTSP juga telah menggunakan pendekatan STML (Sain Teknologi Masyarakat dan Lingkungan). KTSP ini bagus jika : KTSP ini tidak bagus jika : • Didukung oleh guru yang mampu • Tidak didukung dengan guru yang mengembangkan materi muatan lingkungan mampu mengembangkan materi pada mata pelajaran yang diampu. muatan lingkungan pada mata pelajaran yang diampu. • Metode pembelajaran yang tepat (siswa juga diberi praktik) • Metode penyampaian tidak tepat (kurang menarik dan sebatas teori atau • Lingkungan sekolah mendukung (bersih, pemahaman). nyaman, dan hijau). • Lingkungan sekolah tidak mendukung (kotor, kumuh, dan sumpek).
86
Tabel 25 berikut ini, menjelaskan kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis GGS terhadap faktor muatan lingkungan. Tabel 25. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum berbasis GGS KELEBIHAN
KELEMAHAN
Kurikulum berbasis GGS menyisipkan muatan lingkungan pada semua mata pelajaran mulai dari Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni budaya dan keterampilan, serta Pendidikan jasmani dan kesehatan. Kurikulum berbasis GGS ini menerapkan teori belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning). Kurikulum berbasis GGS ini bagus jika:
Kurikulum berbasis GGS ini tidak bagus jika:
•
Guru mempunyai pemahaman mengenai lingkungan dan mampu mengintegrasikan muatan lingkungan di dalam mata pelajaran yang diampu.
•
Guru tidak mempunyai pemahaman mengenai lingkungan dan tidak mampu mengintegrasikan muatan lingkungan di dalam mata pelajaran yang diampu.
•
Guru mampu membagi waktu secara efektif sehingga target kurikulum tercapai (kelulusan tinggi).
•
Guru tidak mampu membagi waktu secara efektif sehingga target kurikulum tidak tercapai (kelulusan rendah).
•
Biaya untuk pengadaan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran muatan lingkungan memadai.
•
Tidak didukung biaya untuk pengadaan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran muatan lingkungan.
Satuan pendidikan mempunyai kebijakan untuk menerapkan kurikulum yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, karena
kurikulum berbasis GGS
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai acuan jika satuan pendidikan mau membuat kurikulum berbasis GGS.
Untuk Yayasan Tarakanita
model kurikulum berbasis GGS ini akan dipakai sebagai acuan untuk menerapkan kurikulum berbasis Go Green School di sekolah-sekolah Tarakanita.
87
VI. 1. 1.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Rancang bangun model kurikulum berbasis Go Green School membutuhkan model ideal. Model Ideal dibangun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan kurikulum berbasis Go Green School.
2.
Model Ideal Go Green School disusun berdasarkan 8 Standar Nasional Pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1905, yaitu 1)Standar Isi; 2) Standar Proses; 3) Standar Kompetensi Lulusan; 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar Sarana Prasarana; 6) Standar Pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan; dan 8) Standar Penilaian Pendidikan.
3.
Hasil validasi menunjukkan pemahaman dan kreativitas siswa Go Green School cenderung lebih tinggi dari pada siswa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, karena siswa GGS sudah terbiasa dengan praktik.
4.
Perlu adanya tahapan antara (KTSP+) dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuju kurikulum Go Green School.
5.
Kelebihan KTSP adalah telah memuat faktor muatan lingkungan yang terintegrasi dalam beberapa mata pelajaran seperti pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
KTSP juga telah
menggunakan pendekatan STML (Sain Teknologi Masyarakat dan Lingkungan). KTSP akan bagus jika didukung: 1) guru yang mampu mengembangkan materi muatan lingkungan pada mata pelajaran yang diampu; 2) Metode pembelajaran yang tepat; dan 3) Lingkungan sekolah mendukung. 6.
Kelebihan kurikulum berbasis GGS adalah telah menyisipkan muatan lingkungan pada semua mata pelajaran mulai dari Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni budaya dan keterampilan, serta Pendidikan jasmani dan kesehatan. Kurikulum berbasis GGS ini menerapkan teori belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning). Kurikulum berbasis GGS ini akan bagus jika: 1) Guru mempunyai pemahaman mengenai lingkungan dan mampu mengintegrasikan muatan lingkungan di dalam mata pelajaran yang diampu; 2) Guru mampu
88
membagi waktu secara efektif sehingga target kurikulum tercapai; dan 3) didukung biaya yang cukup untuk pengadaan sarana prasarana. 7.
Model kurikulum berbasis GGS bukan model terbaik dibandingkan KTSP, tetapi sebagai salah satu alternatif jika sekolah ingin membuat kurikulum berbasis GGS.
2.
Saran
1.
Perlu adanya waktu uji coba lebih dari 1 semester untuk
mengevaluasi
hubungan kurikulum berbasis Go Green School terhadap pemahaman dan implementasi siswa terhadap issu lingkungan. 2.
Perlu adanya sosialisasi dan dukungan dari pemerintah bagi sekolah-sekolah dalam pengembangan Kurikulum berbasis Go Green School.
89
DAFTAR PUSTAKA Algore. 2009. Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisis Iklim.Hadi,H., penerjemah; Katili A.N., editor. Yogyakarta: Kanisius. Arifin, Z. 2009. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran. Universitans Pendidikan Indonesia. Bandung. Armanto, D., Marzunita, H.N. Saprudin, M.D. Sudarja, A Royan, Suryamah, S. Wijayanti, L. Didit, S. Iwan dan Suarsih. 2007. Bersahabat dengan Ancaman: Buku Bantu Pendidikan Pengelolaan Bencana untuk Anak Sekolah Dasar. Modul Pengajaran untuk Guru. Grasindo & Walhi. Jakarta. Darmadi, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Dauer, V. & Pangrazi R. 1990. Dynamic Physical Education for Elementary School Children. Singapore: Mac Millan Publ. Company. Eisenhut, A. and Flannery, D. 2005. Fostering an Environmental Ethic through Service. California Journal of Healty Promotion. Volume 3, Issue 1:92-102. Ensiklopedia Indonesia. 1983 Francino, .... Kongregasi Carols Borromeus Mengarungi Zaman Cita-cita Awal dan Penerapannya. Editor Jan Riberu. Kongregasi Carolus Borromeus Indonesia. Hamalik, O., 1997. Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Sinar Baru. Bandung Hartati, S. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depertemen Pendidikan & Ketenagaan Perguruan Tinggi. Hartrisari, 2007. Sistem Dinamik: Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP. Bogor. Hazaa AF, Osman K, Mohd SM, 2010. The Effectiveness of Classroom and non Calssroom activies on Developing Saudi Arabian Secondary Students Environmental values. Procedia Social and Behavioral Science 9:408-413. Holzen, SM., Andruet, RH. 1999. A Collaborative and Experiential Learning Environment. Internet. Virginia: Polytechnic Institute, Lucs:fil.lu.se/what is cogsci. Hus, V. 2010. The Curriculum for the Subject Enviromental Studies in the Primary School in Slovenia. Procedia Social and Behavioral Science 2:5084-5088. Joyce, Weil & Showers, 1992. Models of Teaching. Fourth Edition. Allyn &Bacon. Boston. Judy, A.B,. & Wood, D. 1993. Enviromental Education in The Schools. Creating a Program that Works Peace Corps Information Collection and Exchange
90
M0044. Keraf S. 2002. Etika Lingkungan. Gramedia Kompas. Jakarta Koesoema DA, 2009. Pendidik karakter di Zaman Keblinger. Grasindo. Jakarta. [CB]Kongregasi Carolus Borromeus. 2010. Buku Peringatan Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus. Penerjemah; Marie Ivo. Kongregasi Carolus Borromeus Indonesia. Terjemahan dari: Liefdezusters Van Den Heiligen Carolus Borromeus, 1837 – 1937. Meilani, R. 2009. Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Sekitar. Institut Pertanian Bogor. Mukti SL., 2008. Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Konservasi, Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Alam. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Muslich M. 2008. Seri Standar Nasional Pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan . Bumi Aksara. Nasution S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung. Bina Aksara. Natalisa. 2007. Survey Kepuasan Pelanggan. Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5, No 9. Neolaka A. 2008. Kesadaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Olivia, P.F. 1988. Developing Curruculum, A Guide to Problems, Principle and Process. New York: Harper & Publisher. Piaget,J. 1971. Psychology and Epistemology. New York: The Viking Press. Print, M. 1993. Curriculum Developoment and Design. Sydney: Allen & Unwin. Ramsden, P. (1992). Learning to Teach in Higher Education. Kentucky: Routledge. Salim, E. 2010. Ratusan Bangsa merusak Satu Bumi. Kompas. Jakarta. Santrock, WJ. 2007. Perkembangan Anak. Mila R. & Anna K. penerjemah; Wibi H, editor. Ed ke-11. Erlangga. Terjemahan dari: Child Development, eleventh edition. Santrock, WJ. 2009. Psikologi Pendidikan. Diana A, penerjemah; Ria O, editor. Ed ke-3. Jakarta. Salemba Humanika. Terjemahan dari: Educational Psychology. Saylor,JG., Alexaner, WM., Lewis AJ., 1981. Curricullum Planning fo Better Teaching and Learning. Holt_Rinehart and Winston. Soerjani M,. 2008. Pendidikan Lingkungan Penjabaran Perilaku Sejak Dini di Alam Raya. Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan, Jakarta.
91
Soerjani M., Yuwono A., Fardiaz D. 2007. Lingkungan Hidup. Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan, Jakarta. Soemarwoto O.1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed ke-6. Bandung:Djambatan. Sudjana N, 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru Algensindo Sulistyo, I. A. 2005. Pendidikan Lingkungan hidup tentang bahaya Polutan Udara. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Surakusumah. 2008 Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan. Universitas pendidikan Indonesia. Surani et al, 2008. Pedoman Pelaksanaan Spiritualitas CB untuk Pelayanan Pendidikan. Yogyakarta: CB Media. Taba, H. 1962. Curricullum Development, Teory and Practice: Foundation Process, Desain and Strategy For Planning both primary and Scondary. New York: Harcourt, Brace & World, Inc. Thathong, K. 2010. A study of suitable environmental education process for Thai schools context. ProQuest Research in Higher Education Journal. Vol 7:1-7. Tyler, Ralph. 1990. Basic Principles for Curriculum and Instruction. Chicago: University of Chicago Press. Tim Peneliti Balitbank….. Perilaku Sosial Anak Sekolah terhadap Lingkungan Hidup dan Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup. Provinsi Jateng. Unesco-UNEP. 1985. Environmental Education: Module for pre-service Training of Social Science Teachersa anda Supervisors for secondary schools. Wina S. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan. Jakarta: Kencana. Yustina. 2006. Hubungan Pengetahuan lingkungan dengan persepsi sikap dan minat dalam pengelolaan lingkungan hidup pada guru Sekolah Dasar di kota Pakan Baru. Jurnal biogenesis Vol 2(2):67-71.
135
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 8 ayat (3), Pasal 10 ayat (3), Pasal 11 ayat (4), Pasal 12ayat (2), dan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; Memperhatikan : Surat Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 0141/BSNP/III/2006 tanggal 13 Maret 2006dan Nomor 0212/BSNP/V/2006 tanggal 2 Mei; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH. Pasal 1 (1) Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
136
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (2) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 2006 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO
137
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam dokumen ini dibahas standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup: 1. kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, 2. beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, 3. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan 4. kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
138
BAB II KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM A. Kerangka Dasar Kurikulum 1. Kelompok Mata Pelajaran Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. kelompok mata pelajaran estetika; e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Cakupan setiap kelompok mata pelajaran disajikan pada Tabel 1.
139
Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka dasar kurikulum, perlu dikemukakan pr insip pengembangan kurikulum. 2. Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengahdikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standarkompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut. a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentinganpeserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
140
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. b. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. c . Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikasecara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3.
Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e)
141
c.
d.
e.
f.
g.
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
B. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 1. Struktur Kurikulum SD/MI Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampaidengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut. a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 2. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
142
b. c. d.
e. f.
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
Struktur kurikulum SD/MI disajikan pada Tabel 2
143
2. Struktur Kurikulum SMP/MTs Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut. a. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 3. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
b. c.
d. e.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
Struktur kurikulum SMP/MTs disajikan pada Tabel 3
144
3. Struktur Kurikulum SMA/MA Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajar an yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas empat program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa, dan (4)
145
Program Keagamaan, khusus untuk MA. a. Kurikulum SMA/MA Kelas X 1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 4. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. 2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. 3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit. 4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. Struktur kurikulum SMA/MA Kelas X disajikan pada Tabel 4
146
b. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1) Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Program Bahasa, dan Program Keagamaan terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan lokal, dan
147
pengembangan diri. Kurikulum tersebut secara berturut-turut disajikan pada Tabel 5, 6, 7, dan 8. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. 2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. 3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit. 4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
148
149
150
151
C. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara ef
152
ektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) diar ahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri seperti tertera pada Tabel 9. Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja. Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beber apa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pembentukan karier peserta didik. Pengembangan diri bagi peserta didik SMK/MAK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi substansi pembelajar an yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Struktur kurikulum SMK/MAK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Struktur kurikulum SMK/MAK disajikan pada Tabel 9.
153
154
Keterangan notasi Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program a) keahlian. Program keahlian yang memerlukan waktu lebih jam tambahannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama, di luar jumlah jam yang dicantumkan. b) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap program keahlian. Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan c) standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam. d) Ekuivalen 2 jam pembelajaran. Implikasi dari struktur kurikulum di atas dijelaskan sebagai berikut. 1. Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajar an yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain. 2. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja. 3. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standarkompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. 4. Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.
155
5. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit. 6. Beban belajar SMK/MAK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu. 7. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK adalah 38 minggu dalam satu tahun pelajaran. 8. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK tiga tahun, maksimum empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian. D. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus Struktur Kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, (1) peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dan (2) peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Kurikulum Pendidikan Khusus terdiri atas delapan sampai dengan 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai degan jenis ketunaannya, yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra, bina komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu, bina diri untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, dan bina pribadi dan sosial untuk peserta didik tunalaras. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, diperlukan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat tematik untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Peserta didik berkelainan tanpa disertai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan umum sejak Sekolah Dasar. Jika peserta didik mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan SDLB, setelah lulus, didorong untuk dapat melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama umum. Bagi mereka yang tidak memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, setelah menyelesaikan pada
156
jenjang SDLB dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMPLB, dan SMALB. Untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memerlukan pindah jalur pendidikan antar satuan pendidikan yang setara sesuai dengan ketentuan pasal. 12 ayat (1).e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka mekanisme pendidikan bagi peserta didik melalui jalur formal dapat dilukiskan sebagai berikut :
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, struktur kurikulum satuan Pendidikan Khusus dikembangkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLB A, B, D, E; SMPLB A , B, D, E; dan SMALB A, B, D, E (A = tunanetra, B = tunarungu, D = tunadaksa ringan, E = tunalaras). 2. Kurikulum untuk peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLB C, C1, D1, G; SMPLB C, C1, D1, G, dan SMALB C, C1, D1, G. (C = tunagrahita ringan, C1 = tunagrahita sedang, D1 = tunadaksa sedang, G = tunaganda). 3. Kurikulum satuan pendidikan SDLB A,B,D,E relatif sama dengan kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E dan SMALB A,B,D,E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi. 4. Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E terdiri atas 60% 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek keterampilan vokasional. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A,B,D,E terdiri atas 40% – 50% aspek akademik dan 60% - 50% aspek keterampilan vokasional. 5. Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G, dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual. 6. Pembelajaran untuk satuan Pendidikan Khusus SDLB, SMPLB dan SMALB C,C1,D1,G menggunakan pendekatan tematik. 7. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran umum SDLB,
157
SMPLB, SMALB A,B,D,E mengacu kepada SK dan KD sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, dikembangkan oleh BSNP, sedangkan SK dan KD untuk mata pelajaran Program Khusus, dan Keterampilan dikembangkan oleh satuan Pendidikan Khusus dengan memperhatikan jenjang dan jenis satuan pendidikan. 8. Pengembangan SK dan KD untuk semua mata pelajaran pada SDLB, SMPLB dan SMALB C,C1,D1,G diserahkan kepada satuan Pendidikan Khusus yang bersangkutan dengan memperhatikan tingkat dan jenis satuan pendidikan. 9. Struktur kurikulum pada satuan Pendidikan Khusus SDLB dan SMPLB mengacu pada Struktur Kurikulum SD dan SMP dengan penambahan Program Khusus sesuai jenis kelainan, dengan alokasi waktu 2 jam/minggu. Untuk jenjang SMALB, program khusus bersifat kasuistik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik tertentu, dan tidak dihitung sebagai beban belajar. 10. Program Khusus sesuai jenis kelainan peserta didik meliputi sebagai berikut. a. Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra b. Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama untuk peserta didik Tunarungu c. Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita Ringan dan Sedang d. Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Ringan e. Bina Pribadi dan Sosial untuk peserta didik Tunalaras f. Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Sedang, dan Tunaganda. 11. Jumlah dan alokasi waktu jam pembelajaran diatur sebagai berikut. a. Jumlah jam pembelajaran SDLB A,B,D,E kelas I, II, III berkisar antara 28 –30 jam pembelajaran/minggu dan 34 jam pembelajaran/minggu untuk kelas IV, V, VI. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SD umum karena ada tambahan mata pelajaran program khusus b. Jumlah jam pembelajaran SMPLB A,B,D,E kelas VII, VIII, IX adalah 34 jam/minggu. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SMP umum karena ada penambahan mata pelajaran program khusus c. Jumlah jam pembelajaran SMALB A,B,D,E kelas X, XI, XII adalah 36 jam/minggu, sama dengan jumlah jam pembelajaran SMA umum. Program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakultatif dan tidak termasuk beban pembelajaran d. Jumlah jam pembelajaran SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G sama dengan jumlah jam pembelajaran pada SDLB, SMPLB, SMALB A,B,D,E, tetapi penyajiannya melalui pendekatan tematik e. Alokasi per jam pembelajaran untuk SDLB, SMPLB dan SMALB A, B, D, E maupun C,C1,D1,G masing-masing 30’, 35’ dan 40’. Selisih 5 menit dan sekolah reguler disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkelainan. f. Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah maksimum 6 jam pembelajaran/minggu untuk keseluruhan jam pembelajaran, dan 4 jam pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan yang bersangkutan. 12. Muatan isi pada setiap mata pelajar an diatur sebagai berikut . a. Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB A,B,D,E pada dasarnya sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan dan kebutuhan khususnya, maka diperlukan modifikasi dan/atau penyesuaian secara terbatas b. Muatan isi mata pelajaran Program Khusus disusun tersendiri oleh satuan pendidikan c. Muatan isi mata pelajaran SMPLB A,B,D,E bidang akademik mengalami modifikasi
158
dan penyesuaian dari SMP umum sehingga menjadi sekitar 60% –70%. Sisanya sekitar 40% - 30% muatan isi kurikulum ditekankan pada bidang keterampilan vokasional d. Muatan isi mata pelajaran keterampilan vokasional meliputi tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir. Jenis keterampilan yang akan dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta kondisi satuan pendidikan. e. Muatan isi mata pelajaran untuk SMALB A,B,D,E bidang akademik mengalami modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga menjadi sekitar 40% –50% bidang akademik, dan sekitar 60% –50% bidang keterampilan vokasional f. Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G lebih ditekankan pada kemampuan menolong diri sendiri dan keterampilan sederhana yang memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta didik. Oleh karena itu, proporsi muatan keterampilan vokasional lebih diutamakan g. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan member ikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Pengembangan diri terutama ditujukan untuk peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. 13. Struktur Kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB A,B,D,E dan C, C1, D1, G disajikan pada tabel 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24.
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
14. Struktur Kurikulum SDLB, SMPLB, dan SMALB C,C1,D1,G Struktur kurikulum satuan pendidikan khusus tingkat SDLB, SMPLB dan SMALB C,C1,D1 dan G merupakan satu rumpun yang relatif sama antara satu jenis kelainan dengan jenis kelainan yang lain. Karena itu di bawah ini disajikan tabel struktur kurikulum untuk SDLB C,C1,D1,G, SMPLB C,C1,D1,G dan SMALB C, C1, D1, G sebagai berikut.
171
172
173
E. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang terdir atas: Lampiran 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dan SDLB, Lampiran 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP/MTs dan SMPLB, dan Lampiran 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.
174
BAB III BEBAN BELAJAR Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan. Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket. Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester. Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut: a. SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit; b. SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit; c. SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit. Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut: a. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB: 1) Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran; 2) Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran. b. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam pembelajaran. c. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran. Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk setiap satuan pendidikan adalah sebagaimana tertera pada Tabel 25
175
*) Untuk SDLB SMPLB, SMALB alokasi waktu jam pemb elajaran tatap muka dikurangi 5 menit Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur terdiri dari: 1. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
176
pelajaran yang bersangkutan. 2. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. 3. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajar an yang bersangkutan. Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah enam tahun untuk SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMALB, dan tiga sampai dengan empat tahun untuk SMK/MAK. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Panduan tentang sistem kredit semester diuraikan secara khusus dalam dokumen tersendiri.
BAB IV KALENDER PENDIDIKAN Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. A. Alokasi Waktu Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel 26.
177
B. Penetapan Kalender Pendidikan 1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya. 2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
178
3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan. 4. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing- masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah. MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO
179
GLOSARIUM 1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, mamantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan. 3. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajar an yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 4. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengatur an mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 5. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. 6. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. 7. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 8. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. 9. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran. 10. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan. 11. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu. 12. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. 13. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. 14. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. 15. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik dan lingkungan.
180
16. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan 17. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik. 18. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan yang dimaksud. 19. Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan matapelajaran-matapelajaran yang diikutinya setiap semester pada satuan pendidikan yang dimaksud. 20. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran ef ektif dan hari libur. 21. Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. 22. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. 23. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasukmuatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. 24. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum (termasuk hari-hari besar nasional), dan hari libur khusus. 25. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran tersebut terbagi dalam lima kelompok yaitu kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika; jasmani, olahragadan kesehatan.
181
94
Lampiran 3. Analisis Kurikulum Versi Badan Standarisasi Nasional Pendidikan dan Kurikulum Tarakanita (KTSP) MATA PELAJA RAN
Pendidik an Agama
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI KURIKULUM TARAKANITA NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP STANDAR KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI KOMPETENSI T P Kelompok mata pelajaran Agama dan akhlak mulia 4 1 Mengenal dan 1.1. Memahami bahwa 1. Mengenal dan 1.1 Memahami bahwa memahami Allah menciptakan memahami Allah menciptakan keluarga, temandirinya sebagai keluarga, dirinya sebagai teman dan makhluk yang unik, teman-teman makhluk yang unik, masyarakat mengenali perasaandan masyarakat mengenali perasaanmajemuk sebagai perasaannya yang majemuk perasaannya yang anugerah Tuhan, dapat mengganggu sebagai dapat mengganggu untuk persahabatan, serta anugerah persahabatan, serta memperkembangk lebih memahami dan Tuhan, untuk lebih memahami dan an kerja sama dan menerima memperkemban menerima kasih kepada lingkungan gkan kerja sama lingkungan sesama, hidup adil hidupnya sebagai dan kasih hidupnya sebagai dan jujur dalam karunia Allah kepada sesama, karunia Allah membangun hidup adil dan kerukunan hidup, jujur dalam 1.2. Memahami 4 1.2 Memahami dan ikut serta membangun kehendak Allah bagi kehendak Allah bagi memberantas kerukunan dirinya dalam dirinya dalam penyakit sosial hidup, dan ikut bersikap terhadap bersikap terhadap serta orangtua, kehidupan orangtua, kehidupan memberantas diri dan sesamanya diri dan sesamanya penyakit sosial 1.3. Mengenal dan 4 1.3 Mengenal dan memahami memahami pentingnya hidup pentingnya hidup adil dan jujur dalam adil dan jujur dalam hidup hidup bermasyarakat, bermasyarakat, sehingga mampu sehingga mampu mewujudkannya mewujudkannya dalam hidup seharidalam hidup seharihari hari
ALASAN ∑ JP T
P
4
-
4
-
4
-
95 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI KURIKULUM TARAKANITA NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI ∑ JP STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR T P 1.4. Mewujudkan rasa 2 1.4 Mewujudkan rasa syukur dengan syukur dengan membuat doa dan membuat doa dan didoakan secara didoakan secara bergantian. bergantian. ∑ jam pelajaran Pendidikan Agama BSNP 12 2 ∑ jam pelajaran Pendidikan Agama Tarakanita Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 1.1. Memberikan contoh 4 1. Menunjukan sikap 1.1 Memberikan contoh Pendidik 1. Menunjukan sederhana pengaruh terhadap sederhana pengaruh an sikap terhadap Globalisasi di Globalisasi di Globalisasi di Kewarga Globalisasi di lingkungannya lingkungannya lingkungannya negaraan lingkungannya 1.2. Mengidentifikasi 4 1.2 Mengidentifikasi jenis budaya jenis budaya Indonesia yang Indonesia yang pernah ditampilpernah ditampilkan kan dalam misi dalam misi kebudayaan kebudayaan Internasional. internasional
1.3. Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya ∑ Jam Pelajaran Kewarganegaraan BSNP
4
-
12
-
1.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya ∑ Jam Pelajaran Kewarganegaraan Tarakanita
ALASAN ∑ JP T -
P 2
12
2
4
-
2
-
4
-
10
-
Kompetennsi ini juga ada di mata pelajaran IPS (kompetensi Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya) dan Seni Budaya dan keterampilan (kompetensi Mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan yang ada di daerah setempat)
96 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI KURIKULUM TARAKANITA NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP STANDAR KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI KOMPETENSI T P Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi -
Bahasa Indonesia
Matemati ka Ilmu Pengetah uan Alam
1.
Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaann ya
-
-
-
-
1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
4
-
1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya.
1.2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
2
2
10
-
-
4
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
ALASAN ∑ JP T
P
-
-
-
-
-
-
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
4
-
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
2
2
8
-
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
-
4
-
Pada materi ini, pembelajaran dengan menggunakan multi media cukup diberikan dengan waktu 8 JP.
97 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P 2. Memahami 2.1. Menjelaskan 2 hubungan hubungan antara antara struktur struktur akar bagian tumbuhan dengan tumbuhan fungsinya dengan fungsinya 2.2. Menjelaskan 2 hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya 2.3. Menjelaskan 2 hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya 2.4. Menjelaskan 2 hubungan antara bunga dengan fungsinya 3. Menggolongka 3.1. Mengidentifikasi 4 n hewan, jenis makanan berdasarkan hewan jenis makanannya 2.2 Menggolongkan 2 hewan berdasarkan jenis makanannya 4. Memahami daur 4.1 Mendeskripsikan 4 hidup beragam daur hidup jenis makhluk beberapa hewan di hidup lingkungan sekitar.
KURIKULUM TARAKANITA STANDAR KOMPETENSI 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya
3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
KOMPETENSI DASAR 2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya 2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya 2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya 2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya 3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan 3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya 4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar.
ALASAN ∑ JP T 2
P -
2
-
2
-
2
-
4
-
-
2
4
-
98 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI T P 4.2 Menunjukkan 2 2 kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing, ikan. 5. Memahami 5.1 Mengidentifikasi 4 hubungan beberapa jenis sesama hubungan khas makhluk hidup (simbiosis) dan dan antara hubungan “makan makhluk hidup dan dimakan” antar dengan makhluk hidup lingkungannya (rantai makanan) 5.2 Mendeskripsikan 2 hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya 6. Memahami 6.1. Mendeskripsikan 6 6 berbagai bentuk energi panas dan energi dan cara bunyi yang terdapat penggunaannya di lingkungan sekitar dalam serta sifat-sifatnya kehidupan sehari-hari 6.2. Membuat suatu 4 karya/model untuk menunjuk-kan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara.
∑ Jam Muatan Lingkungan pada Mata Pelajaran IPA BSNP
46
20
KURIKULUM TARAKANITA STANDAR KOMPETENSI
ALASAN
KOMPETENSI DASAR 4.2
Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing, ikan. 5. Memahami 5.1 Mengidentifikasi hubungan sesama beberapa jenis makhluk hidup hubungan khas dan antara (simbiosis) dan makhluk hidup hubungan “makan dengan dan dimakan” antar lingkungannya makhluk hidup (rantai makanan) 5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya 6.Memahami 6.1 Mendeskripsikan berbagai bentuk energi panas dan energi dan cara bunyi yang terdapat penggunaannya di lingkungan sekitar dalam kehidupan serta sifat-sifatnya sehari-hari 6.2 Membuat suatu karya/model untuk menunjuk-kan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. ∑ Jam Muatan Lingkungan pada Mata Pelajaran IPA Tarakanita
∑ JP T 2
P 2
6
-
2
-
6
6
-
4
46
20
Materi ini lebih banyak membutuhkan waktu
99 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI KURIKULUM TARAKANITA NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI ∑ JP STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR T P Ilmu 1.1. Mengenal aktivitas 9 1. Mengenal sumber 1.1 Mengenal aktivitas 1. Mengenal Pengetah ekonomi yang daya alam, ekonomi yang sumber daya uan berkaitan dengan kegiatan ekonomi, berkaitan dengan alam, kegiatan Sosial sumber daya alam dan kemajuan sumber daya alam ekonomi, dan dan potensi lain di teknologi di dan potensi lain di kemajuan daerahnya lingkungan daerahnya teknologi di Kabupaten / Kota lingkungan dan Propinsi Kabupaten / Kota dan Propinsi 1.2. Mengenal 15 1.2 Mengenal pentingnya pentingnya koperasi koperasi dalam dalam meningkatkan meningkatkan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat masyarakat 15 1.3 Mengenal 1.3 Mengenal perkembangan perkembangan teknologi produksi teknologi produksi komunikasi, dan komunikasi, dan transpor-tasi serta transpor-tasi serta pengalaman pengalaman mengunakan-nya mengunakan-nya 1.4 Mengenal 9 1.4 Mengenal permasalahan permasalahan sosial sosial di daerahnya. di daerahnya ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan pada Mata pelajaran 48 ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan pada Mata IPS BSNP pelajaran IPS Tarakanita Kelompok mata pelajaran estetika Seni 1.Mengekspresikan 1.1. Mengekspresi kan 2 1. Mengekspresikan 1.1 Mengekspresi kan Budaya diri melalui diri melalui gambar diri melalui karya diri melalui gambar dan karya seni rupa ilustrasi dengan seni rupa ilustrasi dengan Keteramp tema benda alam tema benda alam : ilan
ALASAN ∑ JP T 9
P -
15
-
9
-
12
-
48
-
-
2
100 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM VERSI BADAN STANDARISASI KURIKULUM TARAKANITA NASIONAL PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP STANDAR KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI KOMPETENSI T P 1.2. Memamerkan hasil 4 1.2 Memamerkan hasil gambar ilustrasi gambar ilustrasi dengan tema benda dengan tema benda alam: buah-buahan, alam: buah-buahan, tangkai kerang, dsb tangkai kerang, dsb di depan kelas. di depan kelas. ∑ Jam pelajaran Muatan Lingkungan 6 ∑ Jam pelajaran Muatan Lingkungan Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan Pendidik 1. Menerapkan 1.1. Menjaga kebersihan 2 1. Menerapkan 1.1 Menjaga kebersihan an budaya hidup lingkungan rumah budaya hidup lingkungan rumah kasmani sehat dan sekolah sehat dan sekolah dan 1.2. Membiasakan 2 1.2 Membiasakan kesehatan membuang sampah membuang sampah pada tempatnya pada tempatnya 2. Menerapkan budaya hidup sehat
ALASAN ∑ JP T -
P 4
-
6
-
2
-
2
2.1 Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan
-
2
1.5 Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan
-
2
1.6 Menjaga kebersihan lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas
-
2
-
2
118
8 36
2.2 Menjaga kebersihan lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Total ∑ Jam Pelajaran Lingkungan Hidup
116
8 36
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Total ∑ Jam Pelajaran Lingkungan Hidup
101
Lampiran 4. Analisis Kurikulum Tarakanita (KTSP) dan Kurikulum Berbasis Go Green School MATA PELAJA RAN Pendidik an Agama
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI KOMPETENSI T P T P Kelompok mata pelajaran Agama dan akhlak mulia 1.1 Memahami bahwa 4 1. Mengenal dan 1.1. Memahami bahwa 1. Mengenal dan 4 2 Allah menciptakan memahami Allah menciptakan memahami dirinya sebagai keluarga, temandirinya sebagai keluarga, makhluk yang unik, teman dan makhluk yang unik, teman-teman mengenali perasaanmasyarakat mengenali perasaandan masyarakat perasaannya yang majemuk sebagai perasaannya yang majemuk dapat mengganggu anugerah Tuhan, dapat mengganggu sebagai persahabatan, serta untuk persahabatan, serta anugerah lebih memahami dan memperkembang lebih memahami dan Tuhan, untuk menerima kan kerja sama menerima memperkemban lingkungan dan kasih kepada lingkungan gkan kerja sama hidupnya sebagai sesama, hidup hidupnya sebagai dan kasih karunia Allah adil dan jujur karunia Allah kepada sesama, dalam hidup adil dan membangun jujur dalam 1.2. Memahami 4 1.2 Memahami 2 2 kerukunan hidup, membangun kehendak Allah bagi kehendak Allah bagi dan ikut serta kerukunan dirinya dalam dirinya dalam memberantas hidup, dan ikut bersikap terhadap bersikap terhadap penyakit sosial serta orangtua, kehidupan orangtua, kehidupan memberantas diri dan sesamanya diri dan sesamanya penyakit sosial 1.3. Mengenal dan memahami pentingnya hidup adil dan jujur dalam hidup bermasyarakat, sehingga mampu mewujudkannya dalam hidup seharihari
4
-
1.3 Mengenal dan memahami pentingnya hidup adil dan jujur dalam hidup bermasyarakat, sehingga mampu mewujudkannya dalam hidup seharihari
2
2
ALASAN
Kompetensi ini membutuhkan waktu yang lebih untuk refleksi
102 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P 1.4. Mewujudkan rasa 2 syukur dengan membuat doa dan didoakan secara bergantian.
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan
12
2
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P 1.4 Mewujudkan rasa 2 syukur dengan membuat doa dan didoakan secara bergantian. 2.1. Mengenal dan 2. Mengenal dan 4 2 memahami perlunya memahami tercipta lingkungan lingkungan hidup yang sehat, rumah & sekolah sehingga mampu sebagai anugerah terlibat dalam Tuhan, di era gerakan cinta globalisasi ini lingkungan ditandai dengan kemajuan industri dan IPTEK, sehingga mampu bersikap benar dan kritis thd kemajuan tersebut demi kesejahteraan bersama. 3.1. Mengenal dan 3. Mengenal diri 4 2 memahami sikapsendiri, perasaan, sikapnya yang baik kemampuan dan sebagai anugerah sikap-sikapnya Tuhan yang perlu yg baik sebagai diperkembangkan anugerah Tuhan, shg sebagai org beriman mampu memperkembang kan diri dan menentukan citacitanya. ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan
16
12
ALASAN
103 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI ∑ JP STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI T P T P Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 2 2 Pendidik 1. Menunjukan 1.1. Memberikan contoh 4 1. Menunjukan sikap 1.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh an sikap terhadap sederhana pengaruh terhadap Kewarga Globalisasi di Globalisasi di Globalisasi di Globalisasi di lingkungannya lingkungannya lingkungannya negaraan lingkungannya 2 2 1.2. Mengidentifikasi 4 1.2 Mengidentifikasi jenis budaya jenis budaya Indonesia yang Indonesia yang pernah ditampil-kan pernah ditampil-kan dalam misi dalam misi kebudayaan kebudayaan Internasional. Internasional. 1.3. Menentukan sikap 4 1.3 Menentukan sikap 2 2 terhadap pengaruh terhadap pengaruh globalisasi yang globalisasi yang terjadi di terjadi di lingkungannya lingkungannya 1.4 Mengekspresikan 2 sikap terhadap pengaruh globalisasi thdp lingkungan dg drama singkat. ∑ Jam Pelajaran Kewarganegaraan BSNP 12 ∑ Jam Pelajaran Kewarganegaraan Tarakanita 6 8 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi Bahasa 1. Aspek 1.1 Membuat gambar/ 4 4 Indonesia mendengarkan : denah berdasarkan Mendengarkan penjelasan yang penjelasan tentang didengar(Tema : petunjuk denah Peristiwa alam) dan simbol daerah/lambang korps.
ALASAN
Implementasi membutuhkan praktik
104 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI T P
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P 1.2. Menjelaskan 2 2 kembali secara lisan atau tulis penjelasan tentang simbol daerah /lambang korps. (Tema : Lingkungan) 2. Aspek berbicara : 4 4 2.1. Mensdeskripsikan Mendeskripsikan tempat sesuai secara lisan dengan denah atau tempat sesuai gambar dengan kali denah dan mat yang runtut. petunjuk (Tema : Hutan) penggunaan suatu alat. 3. Aspek membaca : 3.1. Menemukan pikiran 4 2 Memahami teks pokok teks agak agak panjang panjang 150 -200 (150-200 Kata) de-ngan cara kata),petunjuk mem-baca sekilas. pemakaian,makna (Tema : Kesehatan) kata dalam kamus/ensiklopedi . 3.2. Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca. (Tema : Kesehatan Lingkungan)
3
2
ALASAN
105 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P 3.3. Menemukan makna 3 & informas i secara tepat dlm kamus/ ensiklope di melalui membaca memindai. (Tema : Kesehatan) 4. Aspek menulis : 4.1. Melengkapi 3 2 percakapan yang Mengungkapkan belum selesai dg pikiran,perasaan, memperhatikan dan informasi penggunaan ejaan secara tertulis (tanda titik dua,dan dalam bentuk tanda petik). (Tema percakapan, : Bencana Alam) petunjuk, cerita, dan surat 4.2. Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu / penjelasan ttg cara membuat sesuatu. Tema : Bencana Alam) 4.3. Menulis surat untuk teman sebaya ttg pengalaman /citacita dgn bahasa yg baik & benar dan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar,tanda titik, tanda koma,dll). Tema : Bencana Alam)
3
2
2
3
ALASAN
106 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI ∑ JP DASAR P KOMPETENSI 5.
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Matemati ka
-
-
-
MENULIS Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara ter tulis dalam bentuk kara ngan, pengumuman, dan pantun anak
5.1. Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan. (Tema: Energi)
5.2. Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema sesuai dengan ciri-ciri pantun ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan 1. Memahami dan 1.1. Memecahkan menggunakan masalah yang sifat – sifat melibatkan uang operasi hitung (ditampilkan soalbilangan dalam soal lingkungan) pemecahan masalah seharihari. 2. Memahami dan 2.1. Menyelesaikan menggunakan masalah yang faktor dan berkaitan dengan kelipatan dalam Kelipatan pemecahan Persekutuan masalah Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). (perhitungan menganai lingkungan)
4
6
4
5
33 2
35 3
2
3
ALASAN
107 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI T P
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Ilmu 1. Memahami 1.1. Mendeskripsikan Pengetah hubungan antara hubungan antara uan Alam struktur organ struktur kerangka tubuh manusia tubuh manusia dengan dengan fungsinya fungsinya, serta pemeliharaanny a 1.2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3. Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4. Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
4
-
2
2
10
-
-
4
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL KOMPETENSI ∑ JP STANDAR DASAR KOMPETENSI T P 3. Menggunakan 3.1. Menyelesaikan 2 3 pengukuran masalah yang sudut, panjang berkaitan dengan dan berat dalam satuan waktu, pemecahan panjang & berat. masalah (soal lingkungan) 3.2 Menyelesaikan 2 3 masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas (rim, gros, kodi & lusin) (Permasalahan lingkungan) ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan 8 12 1. Memahami 1.1 Mendeskripsikan 2 2 hubungan antara hubungan antara struktur organ struktur kerangka tubuh manusia tubuh manusia dengan fungsinya, dengan fungsinya serta pemeliharaannya 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
2
2
6
4
‐
4
ALASAN
108 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) KOMPETENSI ∑ JP STANDAR DASAR T P KOMPETENSI 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya
3. Menggolongka n hewan, berdasarkan jenis makanannya
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
2.1. Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya
2
-
2.2. Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya 2.3. Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya 2.4. Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya 3.1. Mengidentifikasi jenis makanan hewan
2
-
2
-
2
-
4
-
3.2. Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya 4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar.
-
2
4
-
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL KOMPETENSI ∑ JP STANDAR DASAR KOMPETENSI T P 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya
3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya
2
2
2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya 2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya 2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya 3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan
2
2
2
2
2
2
2
2
3.2 Mengidentifikasi jenis makanan hewan 4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar.
2
2
2
2
ALASAN
109 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI 4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing, ikan. 5. Memahami 5.1 Mengidentifikasi hubungan beberapa jenis sesama hubungan khas makhluk hidup (simbiosis) dan dan antara hubungan “makan makhluk hidup dan dimakan” antar dengan makhluk hidup lingkungannya (rantai makanan) 5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya 6. Memahami 6.1. Mendeskripsikan berbagai bentuk energi panas dan energi dan cara bunyi yang terdapat penggunaannya di lingkungan sekitar dalam serta sifat-sifatnya kehidupan sehari-hari 6.3. Membuat suatu karya/model untuk menunjuk-kan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. ∑ Jam Muatan Lingkungan
∑ JP T 2
P 2
4
-
2
-
6
6
-
4
46
20
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL KOMPETENSI DASAR ∑ JP STANDAR KOMPETENSI T P 4.2 Menunjukkan 2 2 kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing, ikan 5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
6.
Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan) 5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya 6.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di ling-kungan sekitar serta sifatsifatnya 6.2 Membuat suatu karya/model untuk menunjuk-kan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara.
2
2
2
‐
8
4
‐
4
38
38
ALASAN
110 MATA PELAJA RAN Ilmu Pengetah uan Sosial
Seni Budaya dan Keteramp ilan
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR T P 1. Mengenal 1.1. Mengenal aktivitas 9 sumber daya ekonomi yang alam, kegiatan berkaitan dengan ekonomi, dan sumber daya alam kemajuan dan potensi lain di teknologi di daerahnya lingkungan Kabupaten / Kota dan Propinsi 1.2. Mengenal 15 pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1.3. Mengenal 15 perkembangan teknologi produksi komunikasi, dan transportasi serta pengalaman mengunakannya 1.4. Mengenal 9 permasalahan sosial di daerahnya. ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan 48 1.Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
1.1. Mengekspresi kan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema benda alam : buah-buahan, tangkai, kerang dsb.
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL KOMPETENSI DASAR ∑ JP STANDAR KOMPETENSI T P 1. Mengenal sumber 1.1 Mengenal aktivitas 3 6 daya alam, ekonomi yang kegiatan ekonomi, berkaitan dengan dan kemajuan sumber daya alam teknologi di dan potensi lain di lingkungan daerahnya Kabupaten / Kota dan Propinsi 1.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi, dan transportasi serta pengalaman mengunakannya 1.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan
Kelompok mata pelajaran estetika 2 1. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
1.1. Mengekspresi kan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema benda alam : buah-buahan, tangkai, kerang dsb.
6
9
9
6
6
3
24
24
-
2
ALASAN
111 MATA PELAJA RAN
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI T P 1.3. Memamerkan hasil 4 gambar ilustrasi dengan tema benda alam: buah-buahan, tangkai kerang, dsb di depan kelas.
KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI DASAR ∑ JP KOMPETENSI T P 1.1 Memamerkan hasil 4 gambar ilustrasi dengan tema benda alam: buah-buahan, tangkai kerang, dsb di depan kelas. 2 Mengapresiasi karya kerajinan memakai bahan daur ulang.
3 Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan
-
6
2.1. Mengidentifikasi jenis karya kerajinan Nusantara memakai bahan daur ulang.
-
4
2.2. Menampilkan perilaku apresiatif terhadap karya kerajinan Nusantara
-
6
3.1. Membuat relief dari bahan plastis dengan pola motif hias memakai bahan daur ulang 3.2. Menyiapkan karya seni rupa yang dibuat untuk pameran kelas
3.3. Menata karya seni rupa yang dibuat dalam bentuk pameran kelas 3.4. ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan
4
-
2
-
4
-
26
ALASAN
112 MATA PELAJA RAN Pendidik an kasmani dan kesehatan
KURIKULUM TARAKANITA (KTSP) KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL STANDAR KOMPETENSI ∑ JP STANDAR KOMPETENSI ∑ JP KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR T P T P Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan 1.Menerapkan 1.1. Menjaga kebersihan 2 1.Menerapkan 1.1 Menjaga kebersihan 2 budaya hidup lingkungan rumah budaya hidup sehat lingkungan rumah sehat dan sekolah dan sekolah
2.Menerapkan budaya hidup sehat
1.2. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
-
2
2.1. Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan 2.2. Menjaga kebersihan lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas
-
2
-
2
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Total ∑ Jam Pelajaran Lingkungan Hidup Total jam Pelajaran Muatan Lingkungan Teori + Praktek
8 118 36 154
% Jam Pelajaran terhadap keseluruhan JP muatan Lingkungan dalam 1 semester
44%
1.2 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya 2. Menerapkan budaya hidup sehat
2.1 Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan 2.2 Menjaga kebersihan lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas ∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan Total ∑ Jam Pelajaran Lingkungan Hidup Total jam Pelajaran Muatan Lingkungan Teori + Praktek % Jam Pelajaran terhadap keseluruhan JP muatan Lingkungan dalam 1 semester
-
2
-
2
-
2
8 127 161 288 82,28%
ALASAN
113 LAMPIRAN 5. LEGER Nilai SD TARAKANITA 1
No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
NILAI MATA PELAJARAN NAMA Airell Nathanael Raharjo Ardella Malinda Sarastri Bernadette Andaru Narulita Bryanco Andro Fandhytio Dhira Retno Ayuningtyas Diandra Hariswari Ariawan Georgius Carlo Lafrans Muljono Karin Elizabeth Michelle Gioricka Tri Wulandari Nindya Arnika Olivia Nathasia Putri Petrina Rain Silitonga Yohana Agnes Yohana Ariella Nuwantari Adam Fadhlurrahman Putra S. Belicia Esperanza Constantine Eugenie Arletta Nugroho Ferdinandus Hermawan Wiraputra Francesco Carel Amadeo Putra R. Jennifer Patricia Eliana Janet Cahyarani Susilo James Aldorino Michele Alessandra Amabelle Mandy Marleen Nathania Samantha Nalindra Andrea Grace Christina Carloz Gabriell Lucas Diva Adindha Triamandha S.
AGM 76 82 83 85 83 96 82 86 77 79 86 88 78 83 78 86 88 76 80 82 90 86 78 85 92 82 85 82
T/T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
PKn 78 74 76 86 74 91 77 87 59 66 66 88 62 72 69 71 90 84 66 67 89 97 59 70 96 78 90 69
T/TT T T T T T T T T TT T T T TT T T T T T T T T T TT T T T T T
IND 78 84 70 88 77 86 72 84 76 72 81 92 72 81 74 78 89 80 73 81 94 90 72 77 86 76 78 78
T/TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
MAT 79 59 68 81 66 69 76 87 67 53 68 87 56 67 72 65 80 74 60 64 74 95 66 75 85 76 80 68
T/TT T TT T T T T T T T TT T T TT T T T T T TT TT T T T T T T T T
IPA 88 75 78 95 72 92 93 87 71 70 73 93 65 81 65 70 90 78 70 70 93 99 72 73 97 78 81 74
T/TT T T T T T T T T T T T T TT T TT T T T T T T T T T T T T T
IPS 83 77 76 89 81 82 78 86 72 67 75 90 60 79 71 74 87 77 76 69 81 95 72 72 94 81 85 71
T/TT T T T T T T T T T TT T T TT T T T T T T TT T T T T T T T T
SBK 80 82 79 81 83 79 80 83 81 78 83 84 81 83 79 81 82 81 79 79 85 84 77 85 84 78 79 80
T/T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
OR 79 78 76 81 78 77 80 79 77 77 79 79 75 78 80 84 76 81 80 79 81 78 79 80 81 78 78 77
T/T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
NILAI RATA RATA 80.13 76.46 75.86 85.59 76.83 83.89 79.79 84.69 72.50 70.26 76.31 87.48 68.64 78.11 73.52 76.07 85.09 78.87 73.03 73.92 85.74 90.41 71.88 77.08 89.29 78.49 81.93 74.94
114 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Enrico Bernardo Ronald Joy Hotma Jason Parulian Johanes Dimas Paramasatya Maria Alicia Pramesti Nichoulas Andrew Hermanto Lauvelia Simkhael Kusuma Soewanto Patricia Winona Seprianti Sutrisno Neil Alexander Bryant Kurniawan Hendarto Cornelia Florence Agatha Janice Feivel Mikaela Rafagabriola Edoloan Nurhasna Alifya Sandy Samuel Hartono Tobias Pauli Veronica Lydia Febryanti Waltrudis Levana Basya K. Yesaya Chrisyando Andra Mahesh Narayana Suta Brigitta Febriani Charissa Elizabeth Cleo Abraham Mordekhai L. Ignasius Christopher Kinaya Priyanka Purbonegoro
Kompetensi Ketuntasan Minimum(KKM) NILAI MINIMUM / Jumlah TT NILAI MAKSIMUM / Jumlah T NILAI RATA-RATA KELAS IV /% keluntasan
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
83 77 76 78 75 78 83 79 79 76 83 83 89 86 91 78 76 86 81 81 76 88 85 86 88 81
72 74 70 85 56 70 70 66 66 65 79 88 77 92 92 69 77 69 70 78 71 77 81 88 82 70
69 69 71 78 72 72 78 75 76 73 78 87 80 88 91 72 80 80 79 82 80 89 86 86 90 82
65
75 75 96 82.6 1
T T T T TT T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T
0 54 100
56 97 76.0 2
TT TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
69 76 66 75 60 57 70 61 63 58 75 79 68 84 97 58 75 68 67 75 68 76 82 75 81 66
70 5 49 90.7 4
69 94 79.6 7
T T T T TT TT T TT TT TT T T T T T TT T T T T T T T T T T
73 70 68 85 64 76 71 76 70 67 80 90 73 90 93 65 78 71 73 82 70 85 93 90 94 75
65 2 52 96.3 0
53 97 71.5 9
T T TT T TT T T T T TT T T T T T TT T T T T T T T T T T
77 81 75 81 55 69 74 76 65 60 87 86 80 92 91 60 72 71 73 84 69 88 91 93 79 71
70 11 43 79.6 3
64 99 79.0 3
T T T T TT TT T T TT TT T T T T T TT T T T T TT T T T T T
76 75 77 81 79 78 80 76 80 80 79 83 81 85 85 82 84 84 84 82 83 83 84 85 83 83
70 6 48 88.8 9
55 95 77.7 8
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
79 75 81 75 75 75 81 81 76 76 76 78 81 81 80 79 76 81 79 77 77 77 77 81 78 81
75 9 45 83.3 3
75 85 81.1 5
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
74.83 74.70 73.03 79.68 66.98 71.97 75.94 73.81 71.90 69.37 79.75 84.20 78.62 87.10 89.88 70.39 77.34 76.20 75.81 80.25 74.27 82.84 84.81 85.37 84.33 76.20
0 54
65.23 93.33 78.27
75 0 54 100
75 83.8 78.2 9
100
115
LAMPIRAN 6. LEGER NILAI SD TARAKANITA GADING SERPONG No.
NAMA
PKn 65 72
T/TT T T
IND 73 70
T/TT T T
MAT 66 64
T/TT T TT
IPA 70 74
T/TT T T
IPS 67 76
T/TT TT T
SBK 79 76
T/TT T T
OR 78 78
T/TT T T
NILAI RATARATA 71.60 73.43
NILAI MATA PELAJARAN
1
ADEODATA SETIASIH
Agm 75
2
AGUSTINUS KAREL H.
78
T/TT T T
3
ALEXANDER CHRISTIAN E.
90
T
87
T
77
T
75
T
79
T
88
T
80
T
81
T
82.02
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
ALEXANDRA NATASHA A. ANGELIKA KAYLA AMANDITA ANTONIUS PATRICK WIDJAJA AUDRY NETHANYA ALVINA BRIAN JADEN BRIGITA SERAFINA CALVIN KHINBIE SETIAWAN CHERRY KARTAWINATA DIONISIUS FRASTITO Y. ELODIA NADINE SUTANTO EUNIECE ANGELICA L. FELICIA FELICIA AMANDA GRACIELLA VIRGINIA I. JANSEN KERVIN CHANDRA JONATHAN WILLY JUNIAR ARILYA WEHANTOUW KEVIN LOUIS
97 90 89 88 84 89 83 75 75 82 80 75 87 86 87 75 87 75
97
LOUIS KRISNA
76
78 80 78 81 79 81 77 83 77 78 78 77 77 77 78 78 81 81
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
91.46
81 80 82 81 85 84 83 84 80 82 80 84 82 78 77 81 78 75
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
80
88 78 89 71 81 85 68 83 73 72 66 80 82 79 65 95 71 79
T T T T T T T TT T T T TT T T T TT T T T
86
89 82 88 83 74 83 70 76 74 65 77 83 90 88 66 89 71 74
T T T T T T T T T T TT T T T T TT T T T
97
85 75 80 70 75 86 63 74 66 55 61 78 79 80 47 90 72 59
T T T T T T T TT T T TT TT T T T TT T T TT
87
87 88 84 74 85 87 68 74 76 78 81 80 87 82 61 87 72 68
T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T TT
94
86 81 88 80 77 74 58 74 66 65 67 75 87 78 58 95 68 71
T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T
94
22
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
85.40 81.63 84.53 77.99 80.62 82.84 70.20 77.88 74.18 71.80 73.10 80.48 83.64 81.11 65.81 87.67 73.48 72.83
23
MADE REYHAN AGASTYA P.
90
T
92
T
87
T
83
T
90
T
85
T
82
T
80
T
86.05
24
MARCELL ADRIEL D.
96
T
93
T
87
T
90
T
90
T
87
T
85
T
77
T
88.07
25
MARIA CHRISTINA PUTRI N.
84
T
69
T
81
T
74
T
84
T
80
T
84
T
77
T
79.07
26
MATTHEW ANDERSON W.
86
T
78
T
75
T
74
T
84
T
89
T
83
T
81
T
81.24
27
MICHELLE
76
T
65
T
71
T
56
TT
72
T
70
T
84
T
76
T
71.17
T
84
T
86
T
77
T
82
T
79
T
82
T
77
T
81.89
28
NEALA HENDY FAUSTINA
89
116 29
PAULUS NOVI ARI ADHI I.
84
T
76
T
86
T
68
T
76
T
86
T
84
T
79
T
79.85
30
RAFLI SUKANTA
84
T
76
T
75
T
71
T
85
T
89
T
84
T
81
T
80.60
31
STEPHANIE THERESIA
79
T
74
T
79
T
73
T
85
T
78
T
82
T
81
T
78.83
32
VANESSA SUTANTO
80
T
73
T
77
T
75
T
82
T
81
T
83
T
78
T
78.58
33
VITTO AXEL WILIANTO
75
T
55
TT
70
T
58
TT
64
TT
63
TT
76
T
79
T
67.42
34
ALEXANDRA ADJANI LEGA
82
T
82
T
78
T
78
T
85
T
77
T
75
T
75
T
79.01
TT
65
TT
66
T
70
T
69
TT
75
T
78
T
69.66
35
ALVIANDI SOESANTO
76
T
59
36
ALYSSA TANIA
89
T
86
T
94
T
85
T
90
T
85
T
86
T
79
T
86.65
37
ANASTASIA WULANDARI T.
84
T
85
T
79
T
82
T
80
T
80
T
82
T
78
T
81.13
38
BENECIA JEAN SAPUTRA
81
T
74
T
74
T
62
TT
76
T
72
T
79
T
76
T
74.20
39
BENEDICT JASON WIJAYA
89
T
82
T
81
T
76
T
85
T
88
T
82
T
77
T
82.51
40
DINDA DWI NINDITA SILALAHI
86
T
78
T
86
T
70
T
84
T
85
T
84
T
77
T
81.24
41
ELIZABETH ALVITA S.
83
T
70
T
84
T
76
T
76
T
76
T
80
T
77
T
77.69
42
FERDINE FEBIAN SENTOSA
75
T
70
T
69
TT
57
TT
75
T
69
TT
78
T
79
T
71.49
T
84
T
87
T
79
T
91
T
85
T
84
T
78
T
84.39
TT
69
TT
58
TT
70
T
66
TT
81
T
77
T
69.32
43
GABRIELLA
88
44
GABRIELLE TESALONIKA
75
T
59
45
GERALDI WIJAYA
82
T
75
T
82
T
74
T
79
T
78
T
80
T
79
T
78.59
46
GREGORY JASON
85
T
75
T
84
T
73
T
81
T
76
T
78
T
78
T
78.72
47
JASON HINARDI
88
T
84
T
79
T
73
T
81
T
83
T
82
T
80
T
81.13
48
JEVON BRIAN ADRIEL
75
T
65
TT
71
T
71
T
73
T
71
T
77
T
83
T
73.21
49
JOHANES PRASETYO N.
80
T
84
T
74
T
72
T
79
T
87
T
81
T
82
T
79.74
50
JOHANNA TANIA C.
75
T
65
T
68
TT
43
TT
64
TT
63
TT
77
T
78
T
66.60
T
78
T
76
T
67
T
85
T
76
T
76
T
79
T
77.47
T
79
T
82
T
85
T
89
T
79
T
75
T
82.12
51
JONATHAN ABRAM D.
83
52
JOSEPHINE AUDREY P.
85
T
84
53
KORNELIUS VERDY L.
77
T
78
T
78
T
79
T
75
T
81
T
78
T
76
T
77.71
54
LEONARDO ALINDRA M.
95
T
90
T
89
T
91
T
94
T
89
T
84
T
80
T
88.93
0 54 100.00
65.812454 91 78.48
Kompetensi Ketuntasan Minimun (KKM) NILAI MINIMUM NILAI MAKSIMUM NILAI RATA-RATA KELAS IV
65
75 75 97 82.70
0 54 100.00
55 97 76.12
70 6 48 88.89
61 94 78.76
65 7 47 87.04
43 94 72.35
70 12 42 77.78
64 94 79.70
70 4 50 92.59
63 97 78.98
75 9 45 83.33
75 85.86 80.65
0 54 100.00
75 75 83 78.57
117
LAMPIRAN 7. LEGER NILAI SD TARAKANITA 3 No .
NAMA AGM
1 2
Agnes Mulyani Alega Sewarez
83 76
3
Alvito Audrey
86
4
Angelica Chika Adventcia
82
5
Brigitta Steviana
83
6
Claudia Hanessa Utama
84
7
Claudio Gustav Dhasa
85
8
Francesco Dennis Anggara
86
9
Hario Pamungkas Priambodo
79
10
Helen Gunawan
87
11
Hugo Torang Pandito
83
12
Jeaneheart Ulina Natalie
86
13
Joan Fayola
86
14
Jonatthan Divy Tanwi
80
15
Kristoforus Raynaldo Putra P.
81
16
Krisnovani Brigitta Setiawan
80
17
Leonardus Dastine Dwinand
75
18
Ludovica Cevina Alma Putri
83
19
Maria Yohana Riaschandra
85
20
Mathew Dwiputra
82
21
Meriyah Pinarsita
85
22
Michelle Elizaveta
79
23
Rochelle Areta Yovela
81
24
Septian Wijaya
80
25
Shagita Panna
85
T/TT
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
PKn 65 65 85 62 73 66 85 82 73 84 76 65 97 74 77 62 56 66 84 76 66 77 87 65 74
Tunta s
T T T TT T T T T T T T T T T T TT TT T T T T T T T T
IND 80 79 83 71 74 84 82 83 79 81 77 76 84 74 86 74 72 77 84 75 78 74 83 74 86
Tunta s
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
NILAI MATA PELAJARAN Tunta Tunta MAT s IPA s 77 88 T T 70 81 56 63 84 72 81 71 78 74 71 79 76 73 69 52 71 86 71 71 64 71 69 88
T T TT TT T T T T T T T T T T T TT T T T T TT T T T
74 85 65 76 77 79 79 79 96 73 89 97 77 78 75 77 67 91 82 75 71 76 72 91
T T TT T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T
IPS 73 70 81 60 67 81 80 79 66 73 74 80 84 72 79 64 63 76 77 77 69 64 73 68 78
Tunta s
T T T TT TT T T T TT T T T T T T TT TT T T T TT TT T TT T
SBK 81 77 81 78 79 82 83 81 74 76 79 75 81 79 81 75 74 83 82 74 81 75 82 77 86
Tunta s
T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T TT T T T T T
OR 81 87 84 75 84 76 83 82 79 75 81 75 79 79 84 75 78 75 82 83 75 75 79 75 78
Tunta s
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
NILAI RATA RATA 78.45 74.57 83.24 68.58 74.92 79.03 81.34 81.48 74.98 80.94 77.06 77.21 85.67 76.40 79.90 71.70 68.49 74.75 83.88 77.31 74.79 72.30 78.88 72.34 83.17
118 26
Stephen Oktaima Pardede
78
27
Vincent Colin
83
28
Aldric Abelardo Tanaku
84
29
Angela Valentine
86
30
Angelica Adeline Wibowo
79
31
Bonifacius Charis Rimadiyas
79
32
Caecillia Donava Rehatta
89
33
Clara Stevanie
83
34
Debora Vanessa Putri
77
35
Delicia Karen Gumawan
83
36
Diva Callista
95
37
Elvira Margaretha Zendrato
88
38
Handres Marvin
89
39
Haninditya Putri Maludin
80
40
Jenifer Al.
79
41
Jesslyn Cristabel Nusamara
81
42
Josiah Ken Aprilio
80
43
Laourent Louis Pribadi
87
44
Maria Rosa Lunetta P.
88
45
Nathania Cyrilla
88
46
Nicolas Febrian Dwi Putra
81
47
Reiky Angga Saputra
85
48
Ribka
85
49
Rubeb Neruda Hilly
80
50
Stanislaus Mariano Pradipta
85
51
Vernando
81
52
Vincent Emmanuel
77
53
Vinsentius Fery Febriyanto
78
54
Yasmin Nibras Imtinan
86
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
56 73 92 94 71 71 91 83 59 76 77 84 88 66 65 71 68 80 84 82 76 79 88 80 84 76 71 79 89
TT T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
70 75 82 87 72 76 84 75 71 73 75 87 86 70 70 77 76 75 81 87 73 78 76 77 85 76 68 74 80
T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T TT T T
73 69 87 79 71 80 86 69 62 65 73 84 87 61 61 69 77 51 78 82 64 80 74 78 77 76 67 68 80
T T T T T T T T TT TT T T T TT TT T T TT T T TT T T T T T T T T
72 79 83 86 72 75 89 78 70 75 76 91 98 65 75 71 75 71 80 80 65 86 71 89 86 80 74 68 86
T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T TT T T T T T T TT T
66 75 76 83 71 76 79 76 62 71 80 80 91 68 68 73 67 76 83 82 70 82 75 74 85 71 70 76 82
TT T T T T T T T TT T T T T TT TT T TT T T T T T T T T T T T T
83 78 82 89 81 80 83 81 82 80 81 84 84 82 76 83 80 77 87 81 89 88 81 75 89 77 75 79 82
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
76 79 85 80 79 77 75 76 75 75 77 83 81 75 75 83 78 78 78 78 82 83 78 76 81 75 75 84 76
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
71.77 76.32 83.82 85.52 74.48 76.62 84.37 77.76 69.67 74.61 79.36 85.24 88.05 70.72 71.24 75.99 75.22 74.41 82.28 82.40 74.93 82.46 78.43 78.64 84.03 76.25 72.13 75.69 82.75
119 KOMPETENSI KETUNTASAN MINIMUM (KKM) NILAI MINIMUM
75
0
56
5
NILAI MAKSIMUM
95 82.89
97 75.7 4
49
NILAI RATA-RATA KELAS IV
54 100.0 0
65
75
70
90.74
68 87.2 8 77.8 4
65 2 52 96.30
51 88.1 5 73.0 7
70 10 44 81.48
65 97.9 2 78.7 4
70 5 49 90.74
60 90.9 5 74.3 3
75 13 41 75.93
74 89.3 6 80.4 7
75 3 51 94.44
75 86.6 3 78.6 6
0
65.39 91.52
54 100.0 0
77.71
120
LAMPIRAN 8. LEGER NILAI SD TARAKANITA CITRA RAYA No.
NILAI MATA PELAJARAN
NAMA Agm
T/TT
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
1
Afra Samantha
83
2
Aldi Arya Winata
77
3
Anastasya Christina
81
4
Anastasya Wiryananda
90
5
Angela Venus Sakuntala
97
6
Bryan Jovansanjaya
75
7
Catharina Permata Ayuning Mulia
93
8
Cicilia Hary Febryola
91
9
Davincent Krisetya Wisesa
75
10
Devan Juardy
75
11
Emmanuela Yosephine Kartika F.
85
12
Fransiskus Xaverius Pandu Agung
80
13
Fredy Gunarta
80
14
Harry Dwi Putra
75
15
Janis Joplin Silaban
80
16
Jonathan Jeffry Mulyana
88
17
Jovita Grace Angelina
78
18
Katarina Utsa Pradipta
82
19
Laurenzia Oktavia
86
20
Leonardus Ariel Novanto
75
21
Mario
82
22
Christian
77
23
Michelle Elaine
83
24
Michelle Maria Anjannete
90
25
Nathanael Abelliko Setiadi
77
26
Pingky Juli Yanti
75
27
Richie Chandra Winata
84
28
Stepanus Evan Bintang Kurniawan
82
PKn 80 72 76 82 97 71 86 96 62 71 84 76 72 68 76 82 73 76 80 65 67 68 82 86 77 58 73 71
T/TT
T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T
IND 77 73 81 85 95 81 91 91 62 69 86 71 77 69 73 83 75 83 89 70 70 71 80 82 73 69 73 72
T/TT
T T T T T T T T TT TT T T T TT T T T T T T T T T T T TT T T
MAT 75 48 74 77 97 67 91 94 47 42 78 65 76 65 65 85 46 66 75 46 65 67 83 68 67 48 53 47
T/TT
T TT T T T T T T TT TT T T T T T T TT T T TT T T T T T TT TT TT
IPA 92 74 87 86 98 77 88 89 77 71 81 73 76 70 73 89 83 79 85 71 78 63 83 85 71 69 77 75
T/TT
T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T TT T T
IPS 84 75 79 86 99 76 88 94 69 70 88 80 77 67 73 80 81 86 87 66 74 66 80 84 69 61 77 75
T/TT
T T T T T T T T TT T T T T TT T T T T T TT T TT T T TT TT T T
SBK 83 82 82 80 93 79 89 88 79 83 81 76 79 80 80 79 80 79 82 80 78 74 77 78 78 78 76 76
T/TT
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T
OR 78 81 79 79 82 78 82 82 80 78 79 77 79 78 78 77 77 79 81 79 75 75 75 80 76 75 76 76
121 29
Titus Rangga Wicaksono
93
30
William Patrick
75
31
Yora Alfrina Massing
93
32
Yuda Effendie Suhianto
84
33
Agnes Christabella Mandas
95
34
Bernico Constantino
75
35
Catherine Patricia
88
36
Chico Benito Christnovsix
90
37
Cindy Anastasia Manik
93
38
Claudio Ricky Adhitya
87
39
Daniel Mikhael Owen Sirait
81
40
David Ray Napitupulu
81
41
Erick Prasetya
88
42
Feivel Riodan Angrillo
84
43
Given Liuwandy
92
44
Gregorius Agung Nugroho
90
45
Jason Oktavian
82
46
Jennifer Talentia
89
47
Jevan Laudri
78
48
Kristopher Audi Asmono
79
49
Ladysa Stella Karenza
87
50
Ludwig Dava
86
51
Melissa Patricia Handoko
78
52
Michael Septian Simanjuntak
80
53
Mixilia Embun Fatrisia
76
54 Nicholas Yeorish KOMPETENSI KETUNTASAN MINIMUM (KKM) NILAI MINIMUM NILAI MAKSIMUM NILAI RATA-RATA KELAS IV
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
78
80 72 94 69 61 67 81 87 85 80 77 75 79 78 78 82 71 85 71 65 87 75 65 61 67 65
87
0 54 100
58 97 75.72
T TT T T TT T T T T T T T T T T T TT T TT TT T T T TT TT T
67 86 73 64 74 86 86 87 86 71 74 79 79 79 81 64 82 67 62 87 79 71 68 68 72
65
75 75 97 83.30
T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T
92 65 95 66 44 52 80 92 82 79 68 65 78 80 70 83 68 94 47 40 82 65 65 65 43 69
70 4 50 92.59
62 95 76.85
T T T T TT TT T T T T T T T T T T T T TT TT T T T T TT T
94 71 98 75 64 69 90 89 91 83 76 85 84 89 84 84 77 79 69 70 87 84 72 79 70 73
65 11 43 79.63
40 97 68.63
T T T T TT TT T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T
89 74 95 80 54 70 86 86 90 86 77 74 80 79 83 84 68 90 66 66 87 85 74 66 69 66
70 13 41 75.93
63 98 79.55
T T T T TT T T T T T T T T T T T TT T TT TT T T T TT TT TT
83 74 84 80 76 79 84 87 86 80 79 79 78 79 77 83 85 82 86 78 86 84 84 76 79 76
70 6 48 88.89
54 99 78.06
T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
81 78 77 79 78 78 81 82 81 82 82 76 75 75 76 77 75 82 76 77 78 75 81 75 77 75
7
75 13 41 75.93
74 93.33 80.54
2 52 96.30
75 82.47 78.47
122
LAMPIRAN 9. LEGER NILAI MUATAN LINGKUNGAN SD TARAKANITA 1
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAMA
Airell Nathanael Raharjo Ardella Malinda Sarastri Bernadette Andaru Narulita Bryanco Andro Fandhytio Dhira Retno Ayuningtyas Diandra Hariswari Ariawan Georgius Carlo Lafrans Muljono Karin Elizabeth Michelle Gioricka Tri Wulandari Nindya Arnika Olivia Nathasia Putri Petrina Rain Silitonga Yohana Agnes Yohana Ariella Nuwantari Adam Fadhlurrahman Putra S. Belicia Esperanza Constantine Eugenie Arletta Nugroho Ferdinandus Hermawan W. Francesco Carel Amadeo Putra Jennifer Patricia Eliana Janet Cahyarani Susilo James Aldorino Michele Alessandra Amabelle Mandy Marleen Nathania Samantha Nalindra Andrea Grace Christina Carloz Gabriell Lucas Diva Adindha Triamandha Surya Enrico Bernardo Ronald Joy Hotma Jason Parulian
AGAMA
NILAI MATA PELAJARAN BHS INDONESIA MATEMATIKA
PKn
NILAI RATARATA SBK
OR
TEORI
PRAK
TEORI
PRAK
TEORI
PRAK
TEORI
PRAK
TEORI
IPA PRAK
TEORI
IPS PRAK
PRAK
PRAK
TEORI
PRAK
72 77 77 80 78 87 78 80 72 72 80 80 72 77 73 77 76 72 78 78 82 77 77 75 85 70 80 78 70 70 68
56
63
67
83
69
77
68
77
77
78
73
80
76
75.04
70.71
72 87 62 85 100 61 77 64 72 77 77 64 74 61 80 67 53 74 67 77 61 75 75 87 74 77 82 77 74 67
76 89 67 87 100 66 80 69 76 80 80 69 78 66 82 71 60 78 71 80 66 78 78 89 78 80 85 80 78 71
59 64 78 64 97 66 87 53 54 55 73 55 64 58 67 87 78 64 55 83 100 55 67 84 64 80 61 69 61 64
78 73 89 78 93 79 89 73 80 84 93 76 87 78 79 90 77 79 79 97 93 72 83 100 85 86 80 75 75 78
79 56 83 62 76 59 76 67 58 76 96 64 73 64 70 86 65 61 75 100 79 60 70 72 63 67 72 61 55 60
63 68 85 63 81 84 81 69 61 80 88 64 74 66 70 77 83 52 66 86 93 66 77 97 74 71 68 68 84 69
45 61 72 60 61 64 77 60 46 62 81 46 60 62 53 90 64 50 53 64 100 61 62 69 64 99 55 60 70 53
66 80 76 72 78 85 77 57 61 72 83 58 82 61 77 98 76 72 73 91 100 64 77 96 69 81 74 74 63 66
65 69 100 67 70 97 71 56 69 67 77 56 90 58 57 77 71 77 69 97 98 81 61 98 67 56 72 64 57 57
75 81 77 77 83 85 91 75 64 75 80 57 78 73 72 89 70 74 74 77 89 74 72 88 82 80 74 81 85 78
54 52 84 77 63 60 57 52 53 52 98 49 60 57 60 73 74 57 52 79 91 57 61 100 66 68 60 57 71 57
82 79 81 83 79 80 83 81 78 83 84 81 83 79 81 82 81 79 79 85 84 77 85 84 78 79 80 76 75 77
79 77 80 79 78 78 80 78 78 80 80 76 79 81 86 77 82 81 80 82 79 80 81 82 79 79 78 80 75 82
72.50 78.03 78.99 75.90 87.06 79.58 83.14 69.18 68.80 78.52 84.06 65.91 79.22 69.62 76.28 83.59 73.10 72.07 73.58 85.59 86.48 71.87 77.05 92.45 76.44 79.73 76.51 74.89 75.74 71.68
67.00 68.23 79.89 72.22 78.05 70.51 76.06 63.95 63.59 69.04 83.27 61.49 72.94 65.12 69.24 79.95 71.17 67.90 66.22 83.32 86.54 68.29 70.28 84.59 69.50 75.69 70.06 68.03 67.20 64.71
123 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Johanes Dimas Paramasatya Maria Alicia Pramesti Nichoulas Andrew Hermanto Lauvelia Simkhael Kusuma Soewanto Patricia Winona Seprianti S. Neil Alexander Bryant Kurniawan Hendarto Cornelia Florence Agatha Janice Feivel Mikaela Rafagabriola Edoloan Nurhasna Alifya Sandy Samuel Hartono Tobias Pauli Veronica Lydia Febryanti Waltrudis Levana Basya K. Yesaya Chrisyando Andra Mahesh Narayana Suta Brigitta Febriani Charissa Elizabeth Cleo Abraham Mordekhai L. Ignasius Christopher Kinaya Priyanka Purbonegoro NILAI MINIMUM NILAI MAKSIMUM NILAI RATA-RATA KELAS IV
72 72 72 75 76 78 65 82 87 90 83 97 82 73 88 78 83 77 88 88 90 90 77 65 97 78.33
78 64 77 80 80 53 67 64 53 97 61 80 74 61 75 74 53 61 75 62 54 100 51
81 69 80 82 82 60 71 69 60 98 66 82 78 66 78 78 60 66 78 67 61 100 58
74 55 67 62 55 70 61 69 74 68 94 66 83 55 56 55 83 55 62 58 62 85 87
77 65 78 85 75 82 76 80 95 93 93 95 75 77 81 87 81 79 95 95 89 93 88
62 58 63 62 70 58 67 57 86 72 73 99 64 63 65 62 70 71 72 57 71 69 67
77 62 57 77 55 68 66 72 89 73 90 100 61 84 71 74 73 77 87 87 84 86 73
64 49 48 60 51 54 51 62 79 63 82 99 49 70 60 56 66 59 68 79 70 80 61
90 57 80 62 62 64 59 85 86 72 90 97 57 83 70 73 79 64 88 88 92 93 75
87 58 72 69 74 66 57 72 77 61 81 92 65 79 71 61 75 58 72 83 97 89 75
80 66 68 76 74 69 60 82 85 81 77 82 66 83 76 73 80 74 78 80 100 86 70
67 49 66 52 65 64 61 83 63 66 71 51 62 67 68 70 60 79 94 93 87 58 62
81 79 78 80 76 80 80 79 83 81 85 85 82 84 84 84 82 83 83 84 85 83 83
75 76 76 82 82 77 77 77 79 82 82 81 80 77 82 80 78 78 78 78 82 79 82
79.49 65.41 72.56 76.19 70.88 70.15 66.22 78.46 83.58 84.42 83.35 92.22 69.82 77.80 77.38 77.23 76.00 72.73 85.79 84.27 85.86 91.43 73.62
73.54 61.02 68.36 68.41 68.99 65.48 65.19 70.36 74.29 73.96 78.55 81.62 70.04 69.49 70.32 67.73 70.94 68.07 75.40 74.21 75.99 80.37 71.24
51 100 71.24
58 100 75.35
53 100 68.24
65 100 83.23
55 100 69.16
52 100 75.01
45 100 64.31
57 100 76.07
56 100 72.99
57 100 77.29
49 100 66.34
75 85 81.15
75 85.57 79.66
65.412 92 77.55
61.0236 86.5431 71.64
124
LAMPIRAN 10. LEGER NILAI MUATAN LINGKUNGAN SD TARAKANITA GADING SERPONG
No .
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAMA
ADEODATA SETIASIH AGUSTINUS KAREL HARTONO ALEXANDER CHRISTIAN EFFENDY ALEXANDRA NATASHA ALFIAN ANGELIKA KAYLA AMANDITA ANTONIUS PATRICK WIDJAJA AUDRY NETHANYA ALVINA BRIAN JADEN BRIGITA SERAFINA CALVIN KHINBIE SETIAWAN CHERRY KARTAWINATA DIONISIUS FRASTITO YOGISTIANDIKA ELODIA NADINE SUTANTO EUNIECE ANGELICA LAURRENTIA FELICIA FELICIA AMANDA GRACIELLA VIRGINIA IRWANTOHO JANSEN KERVIN CHANDRA JONATHAN WILLY JUNIAR ARILYA WEHANTOUW KEVIN LOUIS LOUIS KRISNA MADE REYHAN AGASTYA PUTRA MARCELL ADRIEL DARMAWAN MARIA CHRISTINA PUTRI NUGROHO MATTHEW ANDERSON WIDIANTO MICHELLE NEALA HENDY FAUSTINA PAULUS NOVI ARI ADHI IRAWAN RAFLI SUKANTA STEPHANIE THERESIA
AGAMA
NILAI MATA PELAJARAN MATEMATIK BHS IND A
PKn
NILAI RATARATA SBK
PJS
TEO RI
PRA K
TEO RI
PRA K
TEO RI
PRA K
TEO RI
PRA K
TEO RI
IPA PRA K
TEO RI
IPS PRA K
PRA K
PRA K
TEO RI
PRAK
69 74 78 95 90 80 86 70 92 93 70 78 80 73 78 90 84 85 70 85 69 68 86 92 73 75 71 80 80 77 81
62
54
67
78
63
70
63
73
72
74
56
78
80
69.62
67.70
73 77 100 75 82 82 77 85 61 60 51 81 75 54 78 76 77 63 78 68 70 92 98 75 76 70 73 66 70 71
72 89 92 80 82 89 74 71 79 53 64 73 63 60 78 86 88 66 92 74 74 98 100 74 87 62 88 75 88 73
67 76 100 75 80 78 82 68 67 63 78 66 67 66 76 87 65 53 97 64 66 84 76 67 75 57 77 77 74 76
78 77 83 99 100 83 81 84 76 82 84 88 77 83 90 83 82 77 84 77 67 84 85 92 90 74 92 93 82 89
64 67 100 73 83 81 66 74 83 55 76 67 81 72 68 74 73 59 67 63 68 72 84 79 63 65 77 77 78 76
72 74 99 86 72 89 73 74 93 72 73 71 60 68 84 74 91 61 100 82 66 94 99 73 73 53 74 74 73 74
62 60 100 69 74 76 63 75 86 65 61 61 57 58 76 82 77 58 83 63 61 81 84 73 74 63 63 74 75 76
75 75 83 85 75 100 96 75 93 74 75 74 75 68 75 83 73 73 84 67 73 95 100 75 73 85 71 74 79 78
65 56 69 93 72 68 80 82 64 67 72 69 58 70 82 100 72 66 80 72 72 82 84 72 78 80 85 80 84 82
79 78 100 78 77 69 79 70 88 62 66 64 71 62 72 76 87 63 86 78 77 91 82 72 77 70 86 75 75 76
72 78 100 78 69 79 59 68 68 49 81 66 72 59 74 63 63 58 83 66 66 68 76 72 81 68 61 74 79 67
75 79 85 80 79 81 80 84 83 82 83 79 81 79 83 81 77 76 80 77 75 81 84 83 82 83 81 83 83 81
80 81 80 81 80 80 81 79 81 77 80 77 80 81 77 77 77 80 80 81 81 80 77 77 81 76 77 79 81 81
74.99 78.64 92.03 86.53 81.05 86.07 78.84 77.66 86.84 68.77 73.41 74.81 69.97 69.77 81.50 81.20 84.31 68.44 88.48 74.51 70.70 91.26 93.14 76.41 79.18 69.28 81.74 78.44 79.18 78.42
69.69 71.84 91.79 78.15 77.27 78.17 73.56 76.91 74.10 64.71 72.66 70.77 71.39 67.53 76.87 80.03 72.71 64.11 81.06 69.20 69.84 79.95 82.90 74.72 76.42 70.20 74.38 76.14 78.07 76.20
125 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
78 62 78 79 85 74 73 85 85 81 74 81 70 80 83 79 63 75 69 79 73 75 97
59 60 65 61 80 81 71 70 70 62 57 82 57 78 73 75 55 70 62 60 78 56 91
72 58 83 55 84 74 76 91 93 69 68 84 61 72 85 91 68 79 60 79 92 86 88
66 55 82 60 81 82 68 79 79 67 67 64 54 78 75 81 65 77 57 77 79 74 82
82 75 85 65 98 91 78 89 98 84 74 96 77 91 93 83 77 76 72 77 83 77 96
65 68 65 59 87 67 65 70 67 81 67 90 66 74 74 74 68 74 67 72 67 73 82
82 63 75 66 93 84 69 88 72 73 52 81 61 78 85 82 73 78 52 73 83 73 91
75 45 76 63 83 81 58 63 83 80 60 77 63 63 69 62 63 78 62 63 76 74 92
66 57 85 76 90 78 75 84 66 79 67 93 65 78 84 77 78 83 77 78 83 76 94
72 70 78 67 92 78 76 81 78 80 60 80 76 77 81 77 77 75 58 78 78 69 97
69 57 86 69 92 84 71 86 88 77 70 88 75 84 84 80 66 91 62 80 93 81 91
73 58 69 63 74 68 72 72 73 69 57 89 49 65 66 68 66 77 55 72 76 69 72
82 75 75 75 85 81 78 81 83 79 77 83 80 79 77 81 76 80 76 75 78 77 83
78 79 75 76 85 81 78 81 80 79 77 83 80 79 77 81 76 80 76 76 78 77 83
NILAI MINIMUM
62
51
53
53
65
55
52
45
57
56
57
49
75
75
NILAI MAKSIMUM
97 78.7
100 71.7
100 77.1
100 72.7
100 83.6
100 72.1
100 76.2
100 70.6
100 78.6
100 75.6
100 77.5
100 69.3
85 79.9
85 79.2
VANESSA SUTANTO VITTO AXEL WILIANTO ALEXANDRA ADJANI LEGA ALVIANDI SOESANTO ALYSSA TANIA ANASTASIA WULANDARI TANTOPUTRI BENECIA JEAN SAPUTRA BENEDICT JASON WIJAYA DINDA DWI NINDITA SILALAHI ELIZABETH ALVITA STEPHANIE FERDINE FEBIAN SENTOSA GABRIELLA GABRIELLE TESALONIKA ATMADJA GERALDI WIJAYA GREGORY JASON JASON HINARDI JEVON BRIAN ADRIEL JOHANES PRASETYO NUGROHO. JOHANNA TANIA CHRISTIEADJI JONATHAN ABRAM DEWANTO JOSEPHINE AUDREY PURNAMA KORNELIUS VERDY LOEKMAN W. LEONARDO ALINDRA MAULIATE
NILAI RATA-RATA KELAS IV
74.81 61.90 82.09 68.18 90.20 80.72 73.63 86.92 83.45 77.38 67.54 87.11 68.24 80.33 85.71 82.11 70.92 80.36 65.32 77.75 84.56 78.13 92.73 61.89 8 93.14 2 78.61 6
71.26 63.95 73.08 65.46 83.31 77.27 70.75 74.64 76.69 74.53 65.36 81.01 65.74 74.30 74.01 74.99 68.33 76.52 64.26 71.81 76.42 71.26 85.25 63.946 1 91.789 8 73.874 9
126
LAMPIRAN 11. LEGER NILAI MUATAN LINGKUNGAN SD TARAKANITA 3
No .
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAMA
Agnes Mulyani Alega Sewarez Alvito Audrey Angelica Chika Adventcia Brigitta Steviana Claudia Hanessa Utama Claudio Gustav Dhasa Francesco Dennis Anggara Hario Pamungkas Priambodo Helen Gunawan Hugo Torang Pandito Jeaneheart Ulina Natalie Joan Fayola Jonatthan Divy Tanwi Kristoforus Raynaldo Putra P. Krisnovani Brigitta Setiawan Leonardus Dastine Dwinand Ludovica Cevina Alma Putri Maria Yohana Riaschandra Dewi Mathew Dwiputra Meriyah Pinarsita Michelle Elizaveta Rochelle Areta Yovela Septian Wijaya Shagita Panna Stephen Oktaima Pardede Vincent Colin Aldric Abelardo Tanaku Angela Valentine Angelica Adeline Wibowo Bonifacius Charis Rimadiyas
AGAMA
NILAI MATA PELAJARAN BHS INDONESIA MATEMATIKA
PKn
NILAI RATARATA SBK
OR
TEOR I
PRA K
TEOR I
PRA K
TEOR I
PRA K
TEOR I
PRA K
TEOR I
IPA PRA K
TEOR I
IPS PRA K
PRA K
PRA K
TEOR I
PRAK
81 73 92 79 81 84 90 79 90 88 81 90 87 78 85 82 77 87 90 82 84 81 81 83 90 70 79 85 81 79 80
81 80 82 58 80 85 83 83 80 84 81 80 79 63 80 79 51 85 80 83 86 79 81 78 85 84 82 83 80 79 80
76 70 96 67 88 65 95 88 86 97 87 67 100 74 81 67 53 65 93 86 72 90 86 65 90 70 86 89 88 78 78
75
92
88
87
87
89
83
69
83
83
76
82.33
82.07
65 85 63 85 78 91 88 76 80 79 73 93 81 82 73 53 78 91 75 82 78 91 75 66 59 76 93 97 79 79
82 90 70 79 96 96 96 89 90 88 86 93 90 92 83 77 85 94 86 88 85 91 85 100 77 83 92 97 85 89
64 90 73 89 88 93 87 88 95 87 88 90 93 88 84 55 91 78 81 91 81 83 89 88 91 91 88 90 83 87
84 91 52 83 84 83 85 79 83 78 76 87 81 76 67 64 74 87 75 73 57 76 78 97 68 75 100 91 74 85
78 88 78 71 88 82 94 78 75 80 78 78 78 76 79 55 81 91 71 75 73 82 74 89 71 76 98 86 72 89
85 85 57 86 88 82 85 86 100 97 94 99 88 84 82 77 78 95 84 82 75 82 76 99 74 82 97 98 82 75
78 85 83 83 56 78 88 88 91 88 65 94 98 80 85 80 80 88 83 80 80 100 93 96 91 91 83 83 78 78
75 97 62 72 91 93 80 77 92 81 81 97 81 91 82 69 81 97 81 69 61 76 70 95 76 84 82 100 77 91
77 86 77 64 92 89 92 81 79 84 83 92 85 90 86 49 89 89 73 89 73 88 83 70 70 81 91 88 81 53
76 83 78 81 84 85 83 76 77 80 77 82 81 83 77 76 85 84 75 82 75 83 78 83 83 80 83 87 83 81
80 76 76 78 77 77 75 76 79 78 77 76 78 75 75 80 76 80 80 77 76 80 75 75 76 78 85 80 79 77
78.07 91.75 64.37 81.29 84.63 89.96 85.54 84.36 91.65 85.30 82.22 93.67 82.13 84.72 77.06 69.45 78.46 92.59 82.13 78.00 74.95 81.86 76.03 95.29 72.50 81.60 90.77 92.63 79.32 82.83
74.54 84.25 73.30 78.77 80.95 84.77 86.34 80.54 82.62 82.13 77.63 85.51 82.08 81.87 79.72 62.34 83.21 85.04 77.88 82.80 76.97 86.10 80.80 81.64 78.24 81.86 88.05 86.29 79.20 78.00
127 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Caecillia Donava Rehatta Clara Stevanie Debora Vanessa Putri Delicia Karen Gumawan Diva Callista Elvira Margaretha Zendrato Handres Marvin Haninditya Putri Maludin Jenifer Al. Jesslyn Cristabel Nusamara Josiah Ken Aprilio Laourent Louis Pribadi Maria Rosa Lunetta Padmarini P. Nathania Cyrilla Nicolas Febrian Dwi Putra Reiky Angga Saputra Ribka Rubeb Neruda Hilly Stanislaus Mariano Pradipta Vernando Vincent Emmanuel Vinsentius Fery Febriyanto Yasmin Nibras Imtinan NILAI MINIMUM NILAI MAKSIMUM NILAI RATA-RATA KELAS IV
92 84 79 82 88 87 89 78 83 84 81 83 88 84 77 79 78 79 80 83 77 81 87 70 92 83
85 80 81 83 89 100 90 86 79 81 79 88 84 82 91 87 84 80 85 80 83 81 81 51 100 81
88 89 67 82 87 89 93 70 70 78 75 86 89 88 82 85 89 80 89 82 78 85 94 53 100 82
96 92 72 79 91 93 100 59 68 84 79 86 93 91 84 84 93 75 93 79 70 84 97
93 87 76 76 88 94 96 78 84 81 85 79 90 93 83 91 87 85 98 82 65 84 95
88 86 90 85 92 88 87 78 81 84 87 83 90 88 89 88 86 87 87 88 83 84 87
97 79 64 72 76 92 90 67 58 74 83 52 86 86 63 88 87 83 85 79 64 71 86
91 74 71 68 85 94 100 73 45 83 83 66 89 89 67 97 83 82 90 86 74 76 91
95 82 72 81 84 100 99 72 79 81 85 74 82 85 68 96 84 94 95 96 77 73 96
83 85 73 85 91 91 88 83 85 88 88 77 88 88 83 83 91 80 88 88 88 78 91
82 80 62 79 98 96 100 69 57 82 69 83 93 81 70 84 82 78 83 80 71 81 81
90 85 70 84 97 87 100 82 69 88 74 86 85 88 79 93 86 81 97 83 74 91 92
85 83 83 82 83 86 84 83 76 85 82 78 87 83 87 87 83 76 87 78 79 80 84
75 76 76 76 77 83 81 75 76 83 78 78 78 78 82 83 78 75 81 75 75 84 75
91.22 83.49 69.84 78.76 86.67 93.08 94.57 72.40 71.59 79.91 79.68 76.10 88.02 86.05 73.90 87.06 84.50 83.34 88.40 83.58 71.79 79.11 89.77
86.54 82.66 77.03 80.38 88.02 90.30 91.31 77.48 72.58 84.52 81.33 80.35 86.70 85.85 82.77 87.89 85.45 79.66 88.43 82.27 78.46 82.14 87.35
53 100 81
65 100 87
55 95 86
52 100 78
45 100 80
57 100 85
56 100 85
57 100 81
49 100 83
75 87 82
75 85 78
64 95 83
62 91 82
128
LAMPIRAN 12. LEGER NILAI MUATAN LINGKUNGAN SD TARAKANITA CITRA RAYA NILAI MATA PELAJARAN No .
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAMA
Afra Samantha Aldi Arya Winata Anastasya Christina Anastasya Wiryananda Angela Venus Sakuntala Bryan Jovansanjaya Catharina Permata Ayuning Mulia Cicilia Hary Febryola Davincent Krisetya Wisesa Devan Juardy Emmanuela Yosephine Kartika Fauzta Fransiskus Xaverius Pandu Agung W. Fredy Gunarta Harry Dwi Putra Janis Joplin Silaban Jonathan Jeffry Mulyana Jovita Grace Angelina Katarina Utsa Pradipta Laurenzia Oktavia Leonardus Ariel Novanto Mario Christian Michelle Elaine Michelle Maria Anjannete Nathanael Abelliko Setiadi Pingky Juli Yanti Richie Chandra Winata Stepanus Evan Bintang Kurniawan Titus Rangga Wicaksono William Patrick Yora Alfrina Massing
AGAMA
PKn
BHS IND
MATEMATIKA
NILAI RATARATA SBK
PJS
TEO RI
PRA K
TEO RI
PRA K
TEO RI
PRA K
TEO RI
PRA K
TEO RI
IPA PRA K
TEO RI
IPS PRA K
PRA K
PRA K
TEOR I
PRAK
85 78 88 90 96 80 91 93 71 72 85 80 82 83 75 87 81 85 85 82 88 82 85 94 79 75 86 88 95 86 92
94
77
79
83
74
76
72
87
93
85
85
79
76
82.23
81.52
79 83 90 100 90 93 95 78 77 89 86 82 81 82 85 81 90 91 84 85 73 91 91 64 81 80 81 95 51 92
69 69 76 100 66 88 96 53 65 88 77 83 65 71 93 77 77 91 56 61 77 84 91 76 53 76 77 82 82 88
71 76 71 100 75 91 93 55 69 89 82 78 74 77 80 77 77 88 61 72 72 78 79 78 66 73 77 82 76 85
75 87 85 100 83 93 95 66 73 86 70 87 89 89 87 82 89 93 68 82 76 86 86 75 89 76 83 86 69 90
77 84 91 90 90 88 91 64 60 86 81 87 55 93 87 81 87 91 64 72 77 88 93 75 75 83 83 90 73 88
58 81 82 100 83 99 98 60 54 86 68 84 52 72 88 61 84 88 58 77 52 84 76 66 62 72 66 98 76 100
59 87 94 98 82 84 96 74 64 84 73 85 45 84 81 54 86 85 66 70 70 86 80 78 72 64 64 98 73 98
74 91 83 99 74 94 91 83 75 86 72 85 73 82 91 82 79 84 79 79 69 87 82 70 79 81 82 92 81 100
87 89 94 100 81 94 95 83 87 90 83 88 82 79 90 88 93 95 71 89 56 85 87 77 74 85 90 96 76 98
83 84 84 100 77 87 98 62 74 84 84 87 72 83 86 82 85 84 70 82 76 84 85 72 73 85 71 86 74 85
78 83 100 99 85 97 100 81 80 98 85 71 76 78 78 73 89 98 49 76 73 83 83 66 56 81 84 86 68 100
81 79 79 86 76 84 83 76 79 80 76 77 81 82 77 76 76 80 81 76 80 82 83 84 86 81 76 79 81 80
77 80 81 80 76 83 80 78 76 81 75 79 76 78 75 75 77 77 77 75 76 76 78 76 76 76 76 79 76 75
72.65 83.26 83.24 99.17 77.14 91.97 95.25 65.62 68.93 85.82 75.18 84.67 72.40 78.51 88.63 77.34 82.98 87.41 68.88 78.21 71.81 84.98 85.59 73.08 71.79 79.27 77.85 89.87 78.01 92.45
76.16 82.69 87.42 94.10 81.88 89.31 91.61 73.73 73.97 87.11 80.26 80.84 71.34 81.75 81.69 75.57 84.34 88.00 69.22 76.76 72.12 83.76 84.32 74.69 73.23 77.96 78.90 88.16 71.64 89.58
129 32
77 63
73 66
80 66
60 67
87 67
86 76
83
89
67
74 71
74
79
81
70
75
77
84
79
72
81
82
84
90
87
92
86
Yuda Effendie Suhianto
86
33
Agnes Christabella Mandas
34
Bernico Constantino
65
94 57
76 73
80 78
77 76
84.20 64.36
76.88 71.51
74
84
80
81
76
76.99
77.94
91
84
95
97
80
79
89.26
86.16
91
87
93
83
82
80
89.44
87.99
85
93
86
81
79
89.40
86.15
83
81
80
87.49
83.28
35
Catherine Patricia
93
91
36
Chico Benito Christnovsix
93
96
88
86
87
91
89
99
92
94
85
91
90
88
92
85
83
90
89
91
88
71
85
82
95
83
76
82
75
76
80
81.61
77.74
78
70
68
76
75
76.79
78.41
84
83
91
75
76
85.85
84.49
86
77
75
85.22
82.91
37
Cindy Anastasia Manik
92
38
Claudio Ricky Adhitya
88
88
39
Daniel Mikhael Owen Sirait
90
90
83
84
80
69
80
72
77
83
77
84
80
86
80
77
88
87
82
84
88
88
90
90
81
92
88
87
90
73
90
82
85
88
79
77
91
78
76
82.57
82.55
85
89
83
81
75
87.75
85.48
80
84
75
73.85
75.65
40 41
David Ray Napitupulu Erick Prasetya
85 88
42
Feivel Riodan Angrillo
85
90
43
Given Liuwandy
88
92
81
89
84
84
87
71
92
92
84
83
88
91
88
93
76
79
70
60
72
73
88
69
78
87
86
90
94
80
80
87.65
88.26
71
67
89
77
76
73.00
77.26
65
75
75
67.94
68.25
44
Gregorius Agung Nugroho
84
45
Jason Oktavian
78
84
46
Jennifer Talentia
92
87
87
85
84
94
87
100
75
88
77
82
73
73
75
62
68
76
65
62
66
59
78
57
70
90
87
89
94
81
76
89.68
87.20
78
85
75
84
76
82.28
79.17
80
76
79
74.51
76.50
47
Jevan Laudri
81
48
Kristopher Audi Asmono
82
77
49
Ladysa Stella Karenza
89
90
89
90
91
96
93
84
86
82
84
78
80
84
82
76
68
72
78
75
80
72
78
72
69
83
65
70
77
76
75
71.99
70.44
72
79
80
76
75
77.39
75.90
72 56 100 82.4 7
76
75
82
75
74.44
77.17
57 100
49 100 81.9 1
75 86 79.5 1
75 83 77.0 7
64.35 99 80.70 1
57.38 95.64 80.39
50
Ludwig Dava
51
Melissa Patricia Handoko
81
86
52
Michael Septian Simanjuntak
83
78
63
53
74
75
76
64
84
83
76
80
76
69
78
72
79 67 96
85
66
77
76
77
78
74
51 100 84.8 9
53.28 100
53. 100
64.63 100
51 100
77.18
78.8
81.99
54 95 80.6 8
45 100 77.7 8
53 54
Mixilia Embun Fatrisia Nicholas Yeorish NILAI MINIMUM NILAI MAKSIMUM NILAI RATA-RATA KELAS IV
84.56
78.77
84
57 78 57 100 83.13
81.4
AGAMA NILAI TEORI (KKM 80)
No.
KTSP TQ 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
72 77 77 80 78 87 78 80 72 72 80 80 72 64 73 74 74 72 78 78 82 77 77 75 85 70 80 78 70 70 68 72 72 72 73 75 78 65 82 87 88 83 97 82 73
TT T T T T T T T TT TT T T TT TT TT TT TT TT T T T T T T T TT T T TT TT TT TT TT TT TT T T TT T T T T T T TT
NILA GGS
TQ GS 69 TT 74 TT 78 T 95 T 90 T 80 T 86 T 70 TT 92 T 93 T 70 TT 78 T 80 T 73 TT 78 T 90 T 84 T 85 T 70 TT 85 T 69 TT 68 TT 86 T 92 T 73 TT 75 T 71 TT 80 T 80 T 77 T 81 T 78 T 62 TT 78 T 79 T 85 T 74 TT 73 TT 85 T 85 T 81 T 74 TT 81 T 70 TT 80 T
TQ 3 81 73 92 79 81 84 90 79 90 88 81 90 87 78 85 82 77 87 90 82 84 81 81 83 90 70 79 85 81 79 80 92 84 79 82 88 87 89 78 83 84 81 83 88 84
T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
KTSP TQ CR 85 T 78 T 88 T 90 T 96 T 80 T 91 T 93 T 71 TT 72 TT 85 T 80 T 82 T 83 T 75 T 87 T 81 T 85 T 85 T 82 T 88 T 82 T 85 T 94 T 79 T 75 T 86 T 88 T 95 T 86 T 92 T 86 T 67 TT 79 T 93 T 93 T 92 T 88 T 90 T 77 T 88 T 85 T 88 T 92 T 78 T
TQ 1 56 TT 72 T 87 T 62 TT 85 T 100 T 61 TT 77 T 64 TT 72 T 77 T 77 T 64 TT 74 T 61 TT 80 T 67 TT 53 TT 74 T 67 TT 77 T 61 TT 75 T 75 T 87 T 74 T 77 T 82 T 77 T 74 T 67 TT 78 T 64 TT 77 T 80 T 80 T 53 TT 67 TT 64 TT 53 TT 97 T 61 TT 80 T 74 T 61 TT
TQ 62 73 77 100 75 82 82 77 85 61 60 51 81 75 54 78 76 77 63 78 68 70 92 98 75 76 70 73 66 70 71 59 60 65 61 80 81 71 70 70 62 57 82 57 78
46 47 48 49 50 51 52 53 54 MIN MAX RATA % T % TT
88 78 83 77 82 83 90 80 77 64 97 78
T T T T T T T T T
35 19
83 79 63 75 69 79 73 75 97 62 97 79
T T TT T TT T TT T T
36 18
77 79 78 79 80 83 77 81 87 70 92 83
T T T T T T T T T
52 2
92 75 82 89 86 81 83 84 79 67 96 85
T T T T T T T T T
51 3
75 74 53 61 75 62 54 100 51 51 100 71
T T TT TT T TT TT T TT
31 23
73 75 55 70 62 60 78 56 91 51 100 72 2 2
PKn AI PRAKTIK (KKM 75)
NILAI TEORI (KKM 76) GGS
GS TT T T T T T T T T TT TT TT T T TT T T T TT T TT TT T T T T TT T TT TT TT TT TT TT TT T T TT TT TT TT TT T TT T
TQ 3 81 80 82 58 80 85 83 83 80 84 81 80 79 63 80 79 51 85 80 83 86 79 81 78 85 84 82 83 80 79 80 85 80 81 83 89 100 90 86 79 81 79 88 84 82
T T T TT T T T T T T T T T TT T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
TQ CR 94 T 79 T 83 T 90 T 100 T 90 T 93 T 95 T 78 T 77 T 89 T 86 T 82 T 81 T 82 T 85 T 81 T 90 T 91 T 84 T 85 T 73 T 91 T 91 T 64 TT 81 T 80 T 81 T 95 T 51 TT 92 T 74 T 71 TT 81 T 91 T 96 T 94 T 88 T 90 T 83 T 87 T 90 T 92 T 92 T 84 T
KTSP TQ 1 74 74 81 86 71 85 83 77 53 57 60 87 58 72 72 72 98 83 53 74 84 100 68 70 93 77 85 71 80 76 69 85 56 70 74 74 71 71 89 86 80 93 95 71 70
TT TT T T TT T T T TT TT TT T TT TT TT TT T T TT TT T T TT TT T T T TT T T TT T TT TT TT TT TT TT T T T T T TT TT
TQ GS 54 TT 72 TT 89 T 92 T 80 T 82 T 89 T 74 TT 71 TT 79 T 53 TT 64 TT 73 TT 63 TT 60 TT 78 T 86 T 88 T 66 TT 92 T 74 TT 74 TT 98 T 100 T 74 TT 87 T 62 TT 88 T 75 TT 88 T 73 TT 72 TT 58 TT 83 T 55 TT 84 T 74 TT 76 TT 91 T 93 T 69 TT 68 TT 84 T 61 TT 72 TT
GGS TQ 3 76 70 96 67 88 65 95 88 86 97 87 67 100 74 81 67 53 65 93 86 72 90 86 65 90 70 86 89 88 78 78 88 89 67 82 87 89 93 70 70 78 75 86 89 88
T TT T TT T TT T T T T T TT T TT T TT TT TT T T TT T T TT T TT T T T T T T T TT T T T T TT TT T TT T T T
TQ CR 77 T 69 TT 69 TT 76 T 100 T 66 TT 88 T 96 T 53 TT 65 TT 88 T 77 T 83 T 65 TT 71 TT 93 T 77 T 77 T 91 T 56 TT 61 TT 77 T 84 T 91 T 76 T 53 TT 76 T 77 T 82 T 82 T 88 T 77 T 63 TT 70 TT 82 T 88 T 85 T 83 T 83 T 77 T 82 T 81 T 81 T 84 T 76 T
TQ 67 59 64 78 64 97 66 87 53 54 55 73 55 64 58 67 87 78 64 55 83 100 55 67 84 64 80 61 69 61 64 74 55 67 62 55 70 61 69 74 68 94 66 83 55
T T TT TT TT TT T TT T
7 7
91 87 84 80 85 80 83 81 81 51 100 81
T T T T T T T T T
51 3
87 88 77 90 82 86 78 83 85 51 100 85
T T T T T T T T T
51 3
72 72 77 74 74 83 93 79 71 53 100 76
TT TT T TT TT T T T TT
25 29
85 91 68 79 60 79 92 86 88 53 100 77
T T TT T TT T T T T
27 27
82 85 89 80 89 82 78 85 94 53 100 82
T T T T T T T T T
39 15
87 77 68 89 84 68 63 76 66 53 100 77
T T TT T T TT TT T TT
38 16
56 55 83 55 62 58 62 85 87 53 100 68 2 3
BA NILAI PRAKTIK (KKM 68) Q 1 TT TT TT T TT T TT T TT TT TT T TT TT TT TT T T TT TT T T TT TT T TT T TT T TT TT T TT TT TT TT T TT T T TT T TT T TT
TQ GS 67 TT 67 TT 76 T 100 T 75 T 80 T 78 T 82 T 68 T 67 TT 63 TT 78 T 66 TT 67 TT 66 TT 76 T 87 T 65 TT 53 TT 97 T 64 TT 66 TT 84 T 76 T 67 TT 75 T 57 TT 77 T 77 T 74 T 76 T 66 TT 55 TT 82 T 60 TT 81 T 82 T 68 T 79 T 79 T 67 TT 67 TT 64 TT 54 TT 78 T
NILAI TEORI (KKM 82) GGS
KTSP TQ 3 75 65 85 63 85 78 91 88 76 80 79 73 93 81 82 73 53 78 91 75 82 78 91 75 66 59 76 93 97 79 79 96 92 72 79 91 93 100 59 68 84 79 86 93 91
T TT T TT T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T TT TT T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T
TQ CR 79 T 71 T 76 T 71 T 100 T 75 T 91 T 93 T 55 TT 69 T 89 T 82 T 78 T 74 T 77 T 80 T 77 T 77 T 88 T 61 TT 72 T 72 T 78 T 79 T 78 T 66 TT 73 T 77 T 82 T 76 T 85 T 73 T 66 TT 75 T 84 T 86 T 91 T 90 T 84 T 84 T 84 T 92 T 89 T 83 T 79 T
KTSP TQ 1 83 78 73 89 78 93 79 89 73 80 84 93 76 87 78 79 90 77 79 79 97 93 72 83 100 85 86 80 75 75 78 77 65 78 85 75 82 76 80 95 93 93 95 75 77
T TT TT T TT T TT T TT TT T T TT T TT TT T TT TT TT T T TT T T T T TT TT TT TT TT TT TT T TT T TT TT T T T T TT TT
TQ GS 78 TT 78 TT 77 TT 83 T 99 T 100 T 83 T 81 TT 84 T 76 TT 82 T 84 T 88 T 77 TT 83 T 90 T 83 T 82 T 77 TT 84 T 77 TT 67 TT 84 T 85 T 92 T 90 T 74 TT 92 T 93 T 82 T 89 T 82 T 75 TT 85 T 65 TT 98 T 91 T 78 TT 89 T 98 T 84 T 74 TT 96 T 77 TT 91 T
GGS TQ 3 92 82 90 70 79 96 96 96 89 90 88 86 93 90 92 83 77 85 94 86 88 85 91 85 100 77 83 92 97 85 89 93 87 76 76 88 94 96 78 84 81 85 79 90 93
T T T TT TT T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T T TT T T T T T T T TT TT T T T TT T TT T TT T T
TQ 83 75 87 85 100 83 93 95 66 73 86 70 87 89 89 87 82 89 93 68 82 76 86 86 75 89 76 83 86 69 90 80 66 77 90 87 90 89 80 80 88 88 84 88 70
TT TT T TT TT TT TT T T
0 4
75 81 65 77 57 77 79 74 82 53 100 73
T T TT T TT T T T T
32 22
84 84 93 75 93 79 70 84 97 53 100 81
T T T T T T T T T
48 6
85 82 76 90 78 72 53 80 77 53 100 79
T T T T T T TT T T
49 5
81 87 81 79 95 95 89 93 88 65 100 83
TT T TT TT T T T T T
26 28
93 83 77 76 72 77 83 77 96 65 100 84
T T TT TT TT TT T TT T
34 20
83 91 87 85 98 82 65 84 95 65 100 87
T T T T T TT TT T T
43 11
84 73 65 91 80 78 74 76 76 65 100 82 3 2
AHASA INDONESIA NILAI PRAKTIK (KKM 69) KTSP CR T TT T T T T T T TT TT T TT T T T T T T T TT T TT T T TT T TT T T TT T TT TT TT T T T T TT TT T T T T TT
TQ 1 69 TT 79 T 56 TT 83 T 62 TT 76 T 59 TT 76 T 67 TT 58 TT 76 T 96 T 64 TT 73 T 64 TT 70 T 86 T 65 TT 61 TT 75 T 100 T 79 T 60 TT 70 T 72 T 63 TT 67 TT 72 T 61 TT 55 TT 60 TT 62 TT 58 TT 63 TT 62 TT 70 T 58 TT 67 TT 57 TT 86 T 72 T 73 T 99 T 64 TT 63 TT
TQ GS 63 TT 64 TT 67 TT 100 T 73 T 83 T 81 T 66 TT 74 T 83 T 55 TT 76 T 67 TT 81 T 72 T 68 TT 74 T 73 T 59 TT 67 TT 63 TT 68 TT 72 T 84 T 79 T 63 TT 65 TT 77 T 77 T 78 T 76 T 65 TT 68 TT 65 TT 59 TT 87 T 67 TT 65 TT 70 T 67 TT 81 T 67 TT 90 T 66 TT 74 T
NILAI TEORI (KKM 7 GGS
TQ 3 88 64 90 73 89 88 93 87 88 95 87 88 90 93 88 84 55 91 78 81 91 81 83 89 88 91 91 88 90 83 87 88 86 90 85 92 88 87 78 81 84 87 83 90 88
T TT T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
KTSP TQ CR 74 T 77 T 84 T 91 T 90 T 90 T 88 T 91 T 64 TT 60 TT 86 T 81 T 87 T 55 TT 93 T 87 T 81 T 87 T 91 T 64 TT 72 T 77 T 88 T 93 T 75 T 75 T 83 T 83 T 90 T 73 T 88 T 60 TT 67 TT 84 T 87 T 91 T 88 T 91 T 69 TT 86 T 88 T 87 T 84 T 91 T 60 TT
TQ 1 77 T 63 TT 68 TT 85 T 63 TT 81 T 84 T 81 T 69 TT 61 TT 80 T 88 T 64 TT 74 TT 66 TT 70 TT 77 T 83 T 52 TT 66 TT 86 T 93 T 66 TT 77 T 97 T 74 TT 71 TT 68 TT 68 TT 84 T 69 TT 77 T 62 TT 57 TT 77 T 55 TT 68 TT 66 TT 72 TT 89 T 73 TT 90 T 100 T 61 TT 84 T
TQ GS 70 TT 72 TT 74 TT 99 T 86 T 72 TT 89 T 73 TT 74 TT 93 T 72 TT 73 TT 71 TT 60 TT 68 TT 84 T 74 TT 91 T 61 TT 100 T 82 T 66 TT 94 T 99 T 73 TT 73 TT 53 TT 74 TT 74 TT 73 TT 74 TT 82 T 63 TT 75 T 66 TT 93 T 84 T 69 TT 88 T 72 TT 73 TT 52 TT 81 T 61 TT 78 T
TQ 87 84 91 52 83 84 83 85 79 83 78 76 87 81 76 67 64 74 87 75 73 57 76 78 97 68 75 100 91 74 85 97 79 64 72 76 92 90 67 58 74 83 52 86 86
T TT TT T TT TT TT TT TT
2 2
65 62 70 71 72 57 71 69 67 55 100 69
TT TT T T T TT T TT TT
24 30
74 74 68 74 67 72 67 73 82 55 100 72
T T TT T TT T TT T T
29 25
89 88 86 87 87 88 83 84 87 55 95 86
T T T T T T T T T
52 2
94 73 62 96 84 75 75 69 77 55 96 81
T T TT T T T T TT T
44 10
71 74 73 77 87 87 84 86 73 52 100 75
TT TT TT T T T T T TT
25 29
85 82 73 78 52 73 83 73 91 52 100 76
T T TT T TT TT T TT T
22 32
63 88 87 83 85 79 64 71 86 52 100 78 3 1
MATEMATIKA 75)
NILAI PRAKTIK (KKM 64) GGS
Q 3 T T T TT T T T T T T T T T T T TT TT TT T TT TT TT T T T TT T T T TT T T T TT TT T T T TT TT TT T TT T T
TQ CR 76 T 58 TT 81 T 82 T 100 T 83 T 99 T 98 T 60 TT 54 TT 86 T 68 TT 84 T 52 TT 72 TT 88 T 61 TT 84 T 88 T 58 TT 77 T 52 TT 84 T 76 T 66 TT 62 TT 72 TT 66 TT 98 T 76 T 100 T 87 T 67 TT 79 T 92 T 89 T 92 T 88 T 80 T 80 T 90 T 90 T 87 T 88 T 72 TT
KTSP TQ 1 68 T 45 TT 61 TT 72 T 60 TT 61 TT 64 T 77 T 60 TT 46 TT 62 TT 81 T 46 TT 60 TT 62 TT 53 TT 90 T 64 TT 50 TT 53 TT 64 T 100 T 61 TT 62 TT 69 T 64 T 99 T 55 TT 60 TT 70 T 53 TT 64 T 49 TT 48 TT 60 TT 51 TT 54 TT 51 TT 62 TT 79 T 63 TT 82 T 99 T 49 TT 70 T
TQ GS 63 TT 62 TT 60 TT 100 T 69 T 74 T 76 T 63 TT 75 T 86 T 65 T 61 TT 61 TT 57 TT 58 TT 76 T 82 T 77 T 58 TT 83 T 63 TT 61 TT 81 T 84 T 73 T 74 T 63 TT 63 TT 74 T 75 T 76 T 75 T 45 TT 76 T 63 TT 83 T 81 T 58 TT 63 TT 83 T 80 T 60 TT 77 T 63 TT 63 TT
NIL GGS
TQ 3 87 T 78 T 88 T 78 T 71 T 88 T 82 T 94 T 78 T 75 T 80 T 78 T 78 T 78 T 76 T 79 T 55 TT 81 T 91 T 71 T 75 T 73 T 82 T 74 T 89 T 71 T 76 T 98 T 86 T 72 T 89 T 91 T 74 T 71 T 68 T 85 T 94 T 100 T 73 T 45 TT 83 T 83 T 66 T 89 T 89 T
KTSP TQ CR 72 T 59 TT 87 T 94 T 98 T 82 T 84 T 96 T 74 T 64 T 84 T 73 T 85 T 45 TT 84 T 81 T 54 TT 86 T 85 T 66 T 70 T 70 T 86 T 80 T 78 T 72 T 64 T 64 T 98 T 73 T 98 T 86 T 76 T 72 T 86 T 99 T 85 T 71 T 72 T 77 T 90 T 73 T 71 T 93 T 73 T
TQ 1 77 T 66 TT 80 T 76 T 72 TT 78 T 85 T 77 T 57 TT 61 TT 72 TT 83 T 58 TT 82 T 61 TT 77 T 98 T 76 T 72 TT 73 TT 91 T 100 T 64 TT 77 T 96 T 69 TT 81 T 74 TT 74 TT 63 TT 66 TT 90 T 57 TT 80 T 62 TT 62 TT 64 TT 59 TT 85 T 86 T 72 TT 90 T 97 T 57 TT 83 T
TQ 73 75 75 83 85 75 100 96 75 93 74 75 74 75 68 75 83 73 73 84 67 73 95 100 75 73 85 71 74 79 78 66 57 85 76 90 78 75 84 66 79 67 93 65 78
TT T T T T T TT TT T
6 8
87 75 66 93 82 80 76 78 78 52 100 79
T T TT T T T T T T
38 16
60 56 66 59 68 79 70 80 61 45 100 64
TT TT T TT T T T T TT
22 32
69 62 63 78 62 63 76 74 92 45 100 71
T TT TT T TT TT T T T
30 24
67 97 83 82 90 86 74 76 91 45 100 80
T T T T T T T T T
52 2
100 62 59 84 76 72 64 72 74 45 100 78
T TT TT T T T T T T
49 5
70 73 79 64 88 88 92 93 75 57 100 76
TT TT T TT T T T T TT
28 26
84 77 78 83 77 78 83 76 94 57 100 79 2 2
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) LAI TEORI (KKM 76)
NILAI PRAKTIK (KKM 73) GGS
GS TT TT TT T T TT T T TT T TT TT TT TT TT TT T TT TT T TT TT T T TT TT T TT TT T T TT TT T T T T TT T TT T TT T TT T
TQ 3 89 85 85 57 86 88 82 85 86 100 97 94 99 88 84 82 77 78 95 84 82 75 82 76 99 74 82 97 98 82 75 95 82 72 81 84 100 99 72 79 81 85 74 82 85
T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T TT T TT T T T T TT T T TT T T T T TT T T T TT T T
TQ CR 87 T 74 TT 91 T 83 T 99 T 74 TT 94 T 91 T 83 T 75 TT 86 T 72 TT 85 T 73 TT 82 T 91 T 82 T 79 T 84 T 79 T 79 T 69 TT 87 T 82 T 70 TT 79 T 81 T 82 T 92 T 81 T 100 T 83 T 75 TT 81 T 91 T 91 T 92 T 85 T 83 T 85 T 88 T 90 T 88 T 84 T 88 T
KTSP TQ 1 77 65 69 100 67 70 97 71 56 69 67 77 56 90 58 57 77 71 77 69 97 98 81 61 98 67 56 72 64 57 57 87 58 72 69 74 66 57 72 77 61 81 92 65 79
T TT TT T TT TT T TT TT TT TT T TT T TT TT T TT T TT T T T TT T TT TT TT TT TT TT T TT TT TT T TT TT TT T TT T T TT T
TQ GS 72 TT 65 TT 56 TT 69 TT 93 T 72 TT 68 TT 80 T 82 T 64 TT 67 TT 72 TT 69 TT 58 TT 70 TT 82 T 100 T 72 TT 66 TT 80 T 72 TT 72 TT 82 T 84 T 72 TT 78 T 80 T 85 T 80 T 84 T 82 T 72 TT 70 TT 78 T 67 TT 92 T 78 T 76 T 81 T 78 T 80 T 60 TT 80 T 76 T 77 T
GGS TQ 3 83 78 85 83 83 56 78 88 88 91 88 65 94 98 80 85 80 80 88 83 80 80 100 93 96 91 91 83 83 78 78 83 85 73 85 91 91 88 83 85 88 88 77 88 88
T T T T T TT T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
TQ CR 93 T 87 T 89 T 94 T 100 T 81 T 94 T 95 T 83 T 87 T 90 T 83 T 88 T 82 T 79 T 90 T 88 T 93 T 95 T 71 TT 89 T 56 TT 85 T 87 T 77 T 74 T 85 T 90 T 96 T 76 T 98 T 89 T 65 TT 74 T 84 T 87 T 85 T 82 T 76 T 78 T 84 T 82 T 79 T 85 T 69 TT
TQ 78 75 81 77 77 83 85 91 75 64 75 80 57 78 73 72 89 70 74 74 77 89 74 72 88 82 80 74 81 85 78 80 66 68 76 74 69 60 82 85 81 77 82 66 83
T T T T T T T T T
9 5
68 96 84 94 95 96 77 73 96 57 100 85
TT T T T T T T TT T
44 10
87 81 79 90 84 78 84 57 79 57 100 83
T T T T T T T TT T
45 9
71 61 75 58 72 83 97 89 75 56 100 73
TT TT T TT TT T T T T
22 32
81 77 77 75 58 78 78 69 97 56 100 76
T T T T TT T T TT T
31 23
83 83 91 80 88 88 88 78 91 56 100 85
T T T T T T T T T
52 2
86 71 57 87 78 72 65 72 72 56 100 82
T TT TT T T TT TT TT TT
44 10
76 73 80 74 78 80 100 86 70 57 100 77 2 2
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) NILAI TEORI (KKM 77) KTSP Q 1 T TT T T T T T T TT TT TT T TT T TT TT T TT TT TT TT T TT TT T T T TT T T T T TT TT TT TT TT TT T T T T T TT T
TQ GS 74 TT 79 T 78 T 100 T 78 T 77 T 69 TT 79 T 70 TT 88 T 62 TT 66 TT 64 TT 71 TT 62 TT 72 TT 76 TT 87 T 63 TT 86 T 78 T 77 T 91 T 82 T 72 TT 77 T 70 TT 86 T 75 TT 75 TT 76 TT 69 TT 57 TT 86 T 69 TT 92 T 84 T 71 TT 86 T 88 T 77 T 70 TT 88 T 75 TT 84 T
NILAI PRAKTIK (KKM 66) GGS
TQ 3 69 75 97 62 72 91 93 80 77 92 81 81 97 81 91 82 69 81 97 81 69 61 76 70 95 76 84 82 100 77 91 82 80 62 79 98 96 100 69 57 82 69 83 93 81
TT TT T TT TT T T T TT T T T T T T T TT T T T TT TT TT TT T TT T T T T T T T TT T T T T TT TT T TT T T T
TQ CR 85 T 83 T 84 T 84 T 100 T 77 TT 87 T 98 T 62 TT 74 TT 84 T 84 T 87 T 72 TT 83 T 86 T 82 T 85 T 84 T 70 TT 82 T 76 TT 84 T 85 T 72 TT 73 TT 85 T 71 TT 86 T 74 TT 85 T 94 T 57 TT 84 T 95 T 93 T 93 T 95 T 82 T 70 TT 83 T 85 T 77 TT 89 T 78 T
KTSP TQ 1 73 54 52 84 77 63 60 57 52 53 52 98 49 60 57 60 73 74 57 52 79 91 57 61 100 66 68 60 57 71 57 67 49 66 52 65 64 61 83 63 66 71 51 62 67
T TT TT T T TT TT TT TT TT TT T TT TT TT TT T T TT TT T T TT TT T TT T TT TT T TT T TT TT TT TT TT TT T TT TT T TT TT T
TQ GS 56 TT 72 T 78 T 100 T 78 T 69 T 79 T 59 TT 68 T 68 T 49 TT 81 T 66 TT 72 T 59 TT 74 T 63 TT 63 TT 58 TT 83 T 66 TT 66 TT 68 T 76 T 72 T 81 T 68 T 61 TT 74 T 79 T 67 T 73 T 58 TT 69 T 63 TT 74 T 68 T 72 T 72 T 73 T 69 T 57 TT 89 T 49 TT 65 TT
GGS TQ 3 83 77 86 77 64 92 89 92 81 79 84 83 92 85 90 86 49 89 89 73 89 73 88 83 70 70 81 91 88 81 53 90 85 70 84 97 87 100 82 69 88 74 86 85 88
T T T T TT T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T
TQ 85 78 83 100 99 85 97 100 81 80 98 85 71 76 78 78 73 89 98 49 76 73 83 83 66 56 81 84 86 68 100 76 73 80 97 83 86 83 75 68 91 86 91 83 80
TT TT T TT T T T T TT
9 5
84 80 66 91 62 80 93 81 91 57 100 77
T T TT T TT T T T T
30 24
70 84 82 78 83 80 71 81 81 57 100 81
TT T T T T T TT T T
37 17
90 67 70 89 85 69 70 79 76 57 100 81
T TT TT T T TT TT T TT
36 18
68 70 60 79 94 93 87 58 62 49 100 66
T T TT T T T T TT TT
21 33
66 68 66 77 55 72 76 69 72 49 100 69
TT T TT T TT T T T T
35 19
79 93 86 81 97 83 74 91 92 49 100 83
T T T T T T T T T
51 3
94 89 65 94 75 80 77 80 75 49 100 82 5 4
SENI BUDAYA KETERAMPILAN
PENDIDIKAN JASMANI & KESE
NILAI PRAKTIK
NILAI PRAKTIK
KTSP CR T T T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T TT TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
TQ 1 80 82 79 81 83 79 80 83 81 78 83 84 81 83 79 81 82 81 79 79 85 84 77 85 84 78 79 80 76 75 77 81 79 78 80 76 80 80 79 83 81 85 85 82 84
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
GGS TQ GS 78 T 75 T 79 T 85 T 80 T 79 T 81 T 80 T 84 T 83 T 82 T 83 T 79 T 81 T 79 T 83 T 81 T 77 T 76 T 80 T 77 T 75 T 81 T 84 T 83 T 82 T 83 T 81 T 83 T 83 T 81 T 82 T 75 T 75 T 75 T 85 T 81 T 78 T 81 T 83 T 79 T 77 T 83 T 80 T 79 T
TQ 3 83 76 83 78 81 84 85 83 76 77 80 77 82 81 83 77 76 85 84 75 82 75 83 78 83 83 80 83 87 83 81 85 83 83 82 83 86 84 83 76 85 82 78 87 83
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
KTSP TQ CR 79 T 81 T 79 T 79 T 86 T 76 T 84 T 83 T 76 T 79 T 80 T 76 T 77 T 81 T 82 T 77 T 76 T 76 T 80 T 81 T 76 T 80 T 82 T 83 T 84 T 86 T 81 T 76 T 79 T 81 T 80 T 80 T 78 T 81 T 80 T 82 T 81 T 81 T 76 T 76 T 75 T 77 T 78 T 81 T 84 T
TQ 1 76 79 77 80 79 78 78 80 78 78 80 80 76 79 81 86 77 82 81 80 82 79 80 81 82 79 79 78 80 75 82 75 76 76 82 82 77 77 77 79 82 82 81 80 77
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
TQ GS 80 T 80 T 81 T 80 T 81 T 80 T 80 T 81 T 79 T 81 T 77 T 80 T 77 T 80 T 81 T 77 T 77 T 77 T 80 T 80 T 81 T 81 T 80 T 77 T 77 T 81 T 76 T 77 T 79 T 81 T 81 T 78 T 79 T 75 T 76 T 85 T 81 T 78 T 81 T 80 T 79 T 77 T 83 T 80 T 79 T
TQ 76 80 76 76 78 77 77 75 76 79 78 77 76 78 75 75 80 76 80 80 77 76 80 75 75 76 78 85 80 79 77 75 76 76 76 77 83 81 75 76 83 78 78 78 78
T T TT T T T T T T
0 4
84 84 82 83 83 84 85 83 83 75 85 81
T T T T T T T T T
54 0
77 81 76 80 76 75 78 77 83 75 85 80
T T T T T T T T T
54 0
87 87 83 76 87 78 79 80 84 75 87 82
T T T T T T T T T
54 0
80 77 75 81 84 76 76 76 82 75 86 80
T T T T T T T T T
54 0
82 80 78 78 78 78 82 79 82 75 86 80
T T T T T T T T T
54 0
77 81 76 80 76 76 78 77 83 75 85 79
T T T T T T T T T
54 0
82 83 78 75 81 75 75 84 75 75 85 78 5 0
EHATAN
GGS Q 3 T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
TQ CR 76 T 77 T 80 T 81 T 80 T 76 T 83 T 80 T 78 T 76 T 81 T 75 T 79 T 76 T 78 T 75 T 75 T 77 T 77 T 77 T 75 T 76 T 76 T 78 T 76 T 76 T 76 T 76 T 79 T 76 T 75 T 77 T 76 T 76 T 79 T 80 T 79 T 80 T 80 T 75 T 76 T 75 T 76 T 75 T 75 T
T T T T T T T T T
4 0
80 76 75 76 76 79 75 75 75 75 83 77
T T T T T T T T T
54 0
LAMPIRAN 8. LEGER NILAI SD TARAKANITA CITRA RAYA No.
NILAI MATA PELAJARAN
NAMA Agm
1
Afra Samantha
83
2
Aldi Arya Winata
77
3
Anastasya Christina
81
4
Anastasya Wiryananda
90
5
Angela Venus Sakuntala
97
6
Bryan Jovansanjaya
75
7
Catharina Permata Ayuning Mulia
93
8
Cicilia Hary Febryola
91
9
Davincent Krisetya Wisesa
75
10
Devan Juardy
75
11
Emmanuela Yosephine Kartika Fa
85
12
Fransiskus Xaverius Pandu Agung 80
13
Fredy Gunarta
80
14
Harry Dwi Putra
75
15
Janis Joplin Silaban
80
16
Jonathan Jeffry Mulyana
88
17
Jovita Grace Angelina
78
18
Katarina Utsa Pradipta
82
19
Laurenzia Oktavia
86
20
Leonardus Ariel Novanto
75
21
Mario
82
22
Christian
77
23
Michelle Elaine
83
24
Michelle Maria Anjannete
90
25
Nathanael Abelliko Setiadi
77
26
Pingky Juli Yanti
75
27
Richie Chandra Winata
84
28
Stepanus Evan Bintang Kurniawa
82
29
Titus Rangga Wicaksono
93
30
William Patrick
75
31
Yora Alfrina Massing
93
32
Yuda Effendie Suhianto
84
33
Agnes Christabella Mandas
95
34
Bernico Constantino
75
35
Catherine Patricia
88
36
Chico Benito Christnovsix
90
37
Cindy Anastasia Manik
93
38
Claudio Ricky Adhitya
87
39
Daniel Mikhael Owen Sirait
81
40
David Ray Napitupulu
81
41
Erick Prasetya
88
42
Feivel Riodan Angrillo
84
43
Given Liuwandy
92
T/TT
PKn
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
80 72 76 82 97 71 86 96 62 71 84 76 72 68 76 82 73 76 80 65 67 68 82 86 77 58 73 71 80 72 94 69 61 67 81 87 85 80 77 75 79 78 78
T/TT
IND
T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T TT T T T T T T T T T T
77 73 81 85 95 81 91 91 62 69 86 71 77 69 73 83 75 83 89 70 70 71 80 82 73 69 73 72 87 67 86 73 64 74 86 86 87 86 71 74 79 79 79
T/TT
MAT
T T T T T T T T TT TT T T T TT T T T T T T T T T T T TT T T T TT T T TT T T T T T T T T T T
75 48 74 77 97 67 91 94 47 42 78 65 76 65 65 85 46 66 75 46 65 67 83 68 67 48 53 47 92 65 95 66 44 52 80 92 82 79 68 65 78 80 70
T/TT
IPA
T TT T T T T T T TT TT T T T T T T TT T T TT T T T T T TT TT TT T T T T TT TT T T T T T T T T T
92 74 87 86 98 77 88 89 77 71 81 73 76 70 73 89 83 79 85 71 78 63 83 85 71 69 77 75 94 71 98 75 64 69 90 89 91 83 76 85 84 89 84
T/TT
IPS
T/TT
T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T TT T T T T T T TT TT T T T T T T T T T
84
T T T T T T T T TT T T T T TT T T T T T TT T TT T T TT TT T T T T T T TT T T T T T T T T T T
75 79 86 99 76 88 94 69 70 88 80 77 67 73 80 81 86 87 66 74 66 80 84 69 61 77 75 89 74 95 80 54 70 86 86 90 86 77 74 80 79 83
44
Gregorius Agung Nugroho
90
45
Jason Oktavian
82
46
Jennifer Talentia
89
47
Jevan Laudri
78
48
Kristopher Audi Asmono
79
49
Ladysa Stella Karenza
87
50
Ludwig Dava
86
51
Melissa Patricia Handoko
78
52
Michael Septian Simanjuntak
80
53
Mixilia Embun Fatrisia
76
54
Nicholas Yeorish
78
T T T T T T T T T T T
75 OMPETENSI KETUNTASAN MINIMUM (KK 75 0 NILAI MINIMUM 97 54 NILAI MAKSIMUM 83,30 100 NILAI RATA-RATA KELAS IV
82
T T T T T T T T TT T T
81
4 50 92,59
62 95 76,85
71 85 71 65 87 75 65 61 67 65 65 58 97 75,72
T TT T TT TT T T T TT TT T
83
11 43 79,63
40 97 68,63
64 82 67 62 87 79 71 68 68 72 70
T T T TT TT T T T T TT T
84
13 41 75,93
63 98 79,55
68 94 47 40 82 65 65 65 43 69 65
T T T TT T T T T T T T
84
6 48 88,89
54 99 78,06
77 79 69 70 87 84 72 79 70 73 70
T TT T TT TT T T T TT TT TT
68 90 66 66 87 85 74 66 69 66 70
13 41 75,93
A
SBK 83 82 82 80 93 79 89 88 79 83 81 76 79 80 80 79 80 79 82 80 78 74 77 78 78 78 76 76 83 74 84 80 76 79 84 87 86 80 79 79 78 79 77
T/TT
OR
T/TT
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T
78
T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
81 79 79 82 78 82 82 80 78 79 77 79 78 78 77 77 79 81 79 75 75 75 80 76 75 76 76 81 78 77 79 78 78 81 82 81 82 82 76 75 75 76
NILAI RATARATA 81,63 72,82 79,97 83,21 94,85 75,52 88,48 90,63 68,87 69,90 82,73 74,74 77,02 71,51 74,80 82,95 74,17 78,79 83,24 69,01 73,57 70,14 80,40 81,58 73,51 66,56 73,60 71,72 87,52 72,08 90,32 75,78 66,92 70,49 84,65 87,33 86,81 82,96 76,43 76,16 80,12 80,39 79,89
83
T T T T T T T T T T T
77
2 52 96,30
75 82,47 78,47
85 82 86 78 86 84 84 76 79 76 75 74 93,33 80,54
75 82 76 77 78 75 81 75 77 75
T T T T T T T T T T T
83,08
0 54 100
66,556792 95 77,64
73,74 85,35 70,01 67,14 85,05 79,14 73,77 71,15 68,65 71,66
75
PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2006
KATA PENGANTAR
Buku Panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah/madrasah mengembangkan kurikulum berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Panduan Penyusunan KTSP terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama berupa Panduan Umum dan bagian kedua berupa Model KTSP. Satuan Pendidikan yang telah melakukan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh diperkirakan mampu secara mandiri mengembangkan kurikulumnya berdasarkan SKL, SI dan Panduan Umum. Untuk itu Panduan Umum diterbitkan lebih dahulu agar memungkinkan satuan pendidikan tersebut, dan juga sekolah/madrasah lain yang mempunyai kemampuan, untuk mengembangkan kurikulum mulai tahun ajaran 2006/2007. Bagian kedua Panduan Penyusunan KTSP akan segera menyusul dan diharapkan akan dapat diterbitkan sebelum tahun ajaran baru 2006/2007. Waktu penyiapan yang lebih lama disebabkan karena banyaknya ragam satuan pendidikan dan model kurikulum yang perlu dikembangkan. Selain dari pada itu, model kurikulum diperlukan bagi satuan pendidik yang saat ini belum mampu mengembangkan kurikulum secara mandiri. Bagi satuan pendidikan ini, mempunyai waktu sampai dengan tiga tahun untuk mengembangkan kurikulumnya, yaitu selambat-lambatnya pada tahun ajaran 2009/2010. BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Pusat Kurikulum dan Direktorat di lingkungan Depdiknas, serta Depag. Berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari mereka, Buku Panduan Penyusunan KTSP ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.
Jakarta,
Juni 2006
Ketua BSNP
Prof. Dr. Bambang Soehendro
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
I.
3
PENDAHULUAN A. Landasan
4
B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
4
C. Pengertian
5
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
5 7
II. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
10
10
B. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan C. Kalender Pendidikan
10 14
III. PENGEMBANGAN SILABUS
15
A. Pengertian Silabus
15
B. Prinsip Pengembangan Silabus
15
C. Unit Waktu Silabus
16
D. Pengembang Silabus
16
E. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
17
F. Contoh Model Silabus
20
G. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
22
IV. PELAKSANAAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 22
A. Analisis Konteks B. Mekanisme Penyusunan
22
2
I.
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Pertama , Panduan Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua , model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi. Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
3
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2). 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20. 3.
Standar Isi
SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. 4.
Standar Kompetensi Lulusan SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.
B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
4
C. Pengertian Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
5
2. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan stakeholders ) untuk menjamin relevansi pemangku kepentingan ( pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
6
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun agar sejauh mungkin semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. 2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik. 3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah. 4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
7
5. Tuntutan dunia kerja Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 7. Agama Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia. 8. Dinamika perkembangan global Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting dalam dinamika perkembangan global dimana pasar bebas sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan semua bangsa. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain. 9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Kurikulum harus dapat mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. Muatan kekhasan daerah harus dilakukan secara proporsional. 10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang pelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada
8
budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. 11.
Kesetaraan Jender Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan mendukung upaya kesetaraan jender.
12.
Karakteristik satuan pendidikan Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
II. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut. 1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
B. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut. (1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia (2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian (3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (4) Kelompok mata pelajaran estetika (5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada
9
satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. 1. Mata pelajaran Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI. 2. Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. 3. Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
10
4. Pengaturan Beban Belajar a. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri. b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi. c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. e. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut. (1) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. (2) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
11
5. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan pada satuan pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh direktorat teknis terkait.
6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan d. lulus Ujian Nasional. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
7. Penjurusan Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait. Penjurusan pada SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang diatur oleh direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
12
8. Pendidikan Kecakapan Hidup a Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional. b Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus. c Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal. 9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global a Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lainlain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. b Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. c Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. d Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau satuan pendidikan nonformal.
C. Kalender Pendidikan Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
13
III. PENGEMBANGAN SILABUS
A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. B. Prinsip Pengembangan Silabus 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
14
8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
C. Unit Waktu Silabus 1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. 2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. 3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
D. Pengembang Silabus Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan. 1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya. 2.
Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait. 4. Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolahsekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
15
5. Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
E.
Langkah-langkah Pengembangan Silabus 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. 2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: a. potensi peserta didik; b. relevansi dengan karakteristik daerah, c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; d. kebermanfaatan bagi peserta didik; e. struktur keilmuan; f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan h. alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
16
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. d Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. 5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
17
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. 6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. 7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. F. Contoh Model Silabus Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam menyusun format urutan KD, urutan penempatan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus.
18
Format 1 CONTOH SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester
: SD ... Kediri, Jawa Timur : Ilmu Pengetahuan Sosial : IV/2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya Alokasi Waktu Materi Pokok/ Pembelajaran Perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi
•
: 12 x 35 Menit Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi • Mengenal berbagai • Mengenal jenisTes tertulis: teknologi produksi jenis teknologi Uraian tetang Perkembangan yang digunakan di untuk produksi teknologi daerah setempat: yang digunakan produksi bahan makanan, oleh masyarakat peralatan dan lainpada masa lalu lain. dan masa • Mencari informasi sekarang. cara memproduksi “tahu” Kediri pada • Membuat masyarakat masa diagram alur lalu dan masa kini tentang proses produksi dari kekayaan alam yang tersedia • Membuat dan membaca diagram/grafik tentang proses memproduksi ”tahu” Kediri dari kekayaan alam yang tersedia • Mengenal bahan baku yang dapat diolah menjadi beberapa jenis ”tahu” Kediri Melakukan pengamatan alatalat teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat Kediri pada masa lalu dan
Sumber Waktu Belajar 3 x 35 • Gambar alat menit produksi ”tahu” • Pabrik tahu • Buku IPS kelas IV semester 2 • Majalah/ koran/medi a elektronik
• Mengenal bahan
baku untuk produksi barang
• Mengenal alatalat teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masa kini.
Non tes: Lembar pengamatan
3 x 35 menit
• Gambargambar alat komunikasi • Buku IPS kelas IV semester 2 • Majalah/
19
Materi Pokok/ Pembelajaran
•
•
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi masa kini • Menunjukkan • Memberikan contoh/mendecara penggunaan monstrasikan caraalat teknologi komunikasi pada cara penggunaan alat teknologi masa lalu dan masa sekarang. komunikasi pada masa lalu dan masa kini Memberikan contoh jenis-jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini • Melakukan pengamatan jenisjenis teknologi transportasi di Kediri pada masa lalu dan masa kini • Mendiskusikan perbedaan jenisjenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini Bercerita tentang pengalaman mengguna kan teknologi transportasi
• Mengenal jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang.
Tes tertulis: Bentuk uraian tentang teknologi transportasi
Waktu
5 x 35 menit
Sumber Belajar koran/medi a elektronik
• Gambargambar alat transportasi • Buku IPS kelas IV semester 2 • Majalah/ koran/medi a elektronik • Lingkungan sekitar
• Menceritakan pengalaman menggunakan teknologi transportasi
Catatan: Pengambilan contoh ”tahu” merupakan karakteristik daerah Kediri yang dapat dimuat ke dalam kegiatan pembelajaran. Sekolah/madrasah pada daerah lain harus menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.
20
Format 2 CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP ... Padang, Sumatera Barat Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VII/1 I.
Standar Kompetensi : 1. Menunjukkan sikap positif terhadap normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
II.
1.1 Mendeskripsikan hakikat norma-norma, Kompetensi Dasar : kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat
Sikap positif terhadap norma-norma, III. Materi Pokok/Pembelajaran: kebiasaan,adat istiadat, peraturan yang berlaku di masyarakat IV. Kegiatan Pembelajaran: • Mencari informasi dari berbagai sumber tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau • Mencari informasi dari berbagai sumber tentang kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau • Mencari informasi dari berbagai sumber tentang adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau • Mencari informasi dari berbagai sumber tentang peraturan yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau • Mendiskusikan perbedaan macam-macam norma yang berlaku di masyarakat Minang Kabau • Mencari informasi akibat dari tidak mematuhi norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat Minang Kabau • Membuat laporan V. Indikator : • Menjelaskan pengertian norma-norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat • Menjelaskan pengertian kebiasaan dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat • Memberi contoh norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat • Menunjukkan sikap mematuhi norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dalam masyarakat VI.
Penilaian: - Tes tertulis dalam bentuk uraian Perilaku siswa dalam bentuk laporan -
VII. Alokasi Waktu : 4 x 40 menit VIII. Sumber Belajar:
- Buku Teks PKn Kelas VII - Perpustakaan - Narasumber
21
G. Pengembangan Silabus Berkelanjutan Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran.
IV.
PELAKSANAAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Analisis Konteks 1. Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam penyusunan KTSP. 2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program. 3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.
B. Mekanisme Penyusunan 1. Tim Penyusun Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. di Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK. Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama. Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
22
2. Kegiatan Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masingmasing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun. 3. Pemberlakuan Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama. Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
23
108 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (4), Pasal 36 ayat (4), Pasal 37 ayat (3), Pasal 42 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 59 ayat (3), Pasal 60 ayat (4), dan Pasal 61 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintahtentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Th 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilaya hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 3. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 4. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuanlulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 6. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 7. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 8. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 9. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
109 10. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. 11. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. 12. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. 13. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 14. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. 15. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. 16. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran ang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 17. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. 18. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. 19. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik . 20. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. 21. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 22. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan; 23. Departemen adalah departemen yang bertanggung jawab di bidang pendidikan; 24. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut LPMP adalah unit pelaksana teknis Departemen yang berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan; 25. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 26. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan
110 pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 27. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 28. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan. BAB II LINGKUP, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: a. standar isi; b. standar proses; c. standar kompetensi lulusan; d. standar pendidik dan tenaga kependidikan; e. standar sarana dan prasarana; f. standar pengelolaan; g. standar pembiayaan;dan h. standar penilaian pendidikan. (2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. (3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pasal 3 Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dala perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Pasal 4 Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. BAB III STANDAR ISI Bagian Kesatu Umum Pasal 5 (1). Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (2). Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Bagian Kedua Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pasal 6 (1) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
111 c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. kelompok mata pelajaran estetika; e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. (2) Kurikulum untuk jenis pendidikan keagamaan formal terdiri atas kelompok mata pelajaran yang ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan keagamaan. (3) Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup danketerampilan. (4) Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistic sehingga pembelajaran masing-masing kelompok matapelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatanpeserta didik. (5) Semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah. (6) Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuklain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dankegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi. Pasal 7 (1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dankesehatan. (2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulikewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. (3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/ SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan. (4) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB/Paket B, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. (5) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB/Paket C, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. (6) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. (7) Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
112 (8) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan. Pasal 8 (1) Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. (2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar. (3) Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 9 (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan untuk setiap program studi. (2) Kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. (3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi program Sarjana dan Diploma wajib memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah Statistika, dan/atau Matematika. (4) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan tinggi masing-masing. Bagian Ketiga Beban Belajar Pasal 10 (1) Beban belajar untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing. (2) MI/MTs/MA atau bentuk lain yang sederajat dapat menambahkan beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sesuai dengan kebutuhan dan ciri khasnya. (3) Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran, waktu efektif tatap muka, dan persentase beban belajar setiap kelompok matapelajaran ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Pasal 11 (1) Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). (2) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester. (3) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester. (4) Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usul dari BSNP. Pasal 12
113 (1) Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan dalam bentuk tatap muka, praktek keterampilan, dan kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai dengan kebutuhan. (2) Beban belajar efektif per tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Pasal 13 Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. (2) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. (3) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran pendidikan estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. (4) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. Pasal 14 (1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. (2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. (3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. Pasal 15 (1) Beban SKS minimal dan maksimal program pendidikan pada pendidikan tinggi dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (2) Beban SKS efektif program pendidikan pada pendidikan tinggi diatur oleh masingmasing perguruan tinggi. Bagian Keempat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pasal 16 (1) Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. (2) Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi sekurang-kurangnya: a. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/ SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/ MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori standar; (1)
114 b.
Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/ SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/ MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori mandiri; (3) Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah keagamaan berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. (4) Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum satuan pendidikan keagamaan jenjang pendidikan dasar dan menengah. (5) Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (4) sekurangkurangnya meliputi model kurikulum tingkat satuan pendidikan apabila menggunakan sistem paket dan model kurikulum tingkat satuan pendidikan apabila menggunakansistem kredit semester.
Pasal 17 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. (2) Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. (3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B, dan C ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai dengan peraturan pemerintah ini dan standar kompetensi lulusan. (4) Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan. Bagian Kelima Kalender Pendidikan/Akademik Pasal 18 (1) Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. (2) Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk jeda tengah semester selama-lamanya satu minggu dan jeda antar semester. (3) Kalender pendidikan/akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap satuan pendidikan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. BAB IV STANDAR PROSES Pasal 19 (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. (1)
115 (3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pasal 20 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pasal 21 (1) Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. (2) Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis. Pasal 22 (1) Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. (2) Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. (3) Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester. Pasal 23 Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. Pasal 24 Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. BAB V STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Pasal 25 (1) Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. (2) Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. (3) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. (4) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (5) mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pasal 26 (1) Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
116 (2) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. (3) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. (4) Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Pasal 27 (1) Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (2) Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. BAB VI STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Bagian Kesatu Pendidik Pasal 28 (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial. (4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. (5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 29 (1) Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki:
117 a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b.latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, / psikologi; & c. sertifikat profesi guru untuk PAUD (2) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI , kependidikan lain, atau psikologi; dan c. sertifikat profesi guru untuk SD/MI (3) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs (4) Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMA/MA (5) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan b. sertifikat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB. (6) Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK. Pasal 30 (1) Pendidik pada TK/RA sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (2) Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (3) Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. (4) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masingmasing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (5) Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masingmasing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (6) Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri atas guru mata pelajaran dan pembimbing yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (7) Pendidik pada satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C terdiri atas tutor penanggungjawab kelas, tutor penanggungjawab mata pelajaran, dan nara sumber
118 teknis yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (8) Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji. Pasal 31 (1) Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikas pendidikan minimum: a. lulusan diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma; b. lulusan program magister (S2) untuk program sarjana (S1); dan c. lulusan program doktor (S3) untuk program magister (S2) dan program doktor (S3). (2) Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir a, pendidik pada program vokasi harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. (3) Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir b, pendidik pada program profesi harus memiliki sertifikat kompetensi setelah sarjana sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Pasal 32 (1) Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar sebagaimana diatur dalam Pasal 28 sampai dengan pasal 31. (2) Selain syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 31 menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama dapat memberikan criteria tambahan. Pasal 33 (1) Pendidik di lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan. (2) Kualifikasi dan kompetensi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 34 Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan dalam Peraturan Menteri berdasarkan usulan dari BSNP. Bagian Kedua Tenaga Kependidikan Pasal 35 (1) Tenaga kependidikan pada: a. TK/RA atau bentuk lain yang sederajat sekurangkurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan TK/RA. b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurangkurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sekurangkurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersiha sekolah/madrasah. e. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
119
(2)
(1) (2)
(1) (2)
laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis. f. Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga administrasi, dan tenaga perpustakaan. g. lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan, dan laboran. Standar untuk setiap jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 36 Tenaga Kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 37 Tenaga kependidikan di lembaga kursus dan pelatihan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan. Ketentuan lebih lanjut tentang standar tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan pelatihan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 38 (1) Kriteria untuk menjadi kepala TK/RA meliputi: a. Berstatus sebagai guru TK/RA; b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan d. Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. (2) Kriteria untuk menjadi kepala SD/MI meliputi: a. Berstatus sebagai guru SD/MI; b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SD/MI; dan d. Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. (3) Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: a. Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK; b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan d. Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. (4) Kriteria untuk menjadi kepala SDLB/SMPLB/SMALB meliputi: a. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan khusus; b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di satuan pendidikan khusus; dan d. Memiliki kemampuan kepimpinanan, pengelolaan, dan kewirausahaan di bidang pendidikan khusus.
120 (5) Kriteria kepala satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 39 (1) Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. (2) Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi: a. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi; b. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan; c. lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. (3) Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 40 (1) Pengawasan pada pendidikan nonformal dilakukan oleh penilik satuan pendidikan. (2) Kriteria minimal untuk menjadi penilik adalah: a. Berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau jabatan sejenis di lingkungan pendidikan luar sekolah dan pemuda sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal; b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai penilik; dan d. lulus seleksi sebagai penilik. (3) Kriteria penilik suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 41 (1) Setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus. (2) Kriteria penyelenggaraan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. BAB VII STANDAR SARANA DAN PRASARANA Pasal 42 (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Pasal 43 (1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia.
121 (2) Standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik. (3) Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan satuan pendidikan. (4) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik. (5) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan. Pasal 44 (1) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) untuk bangunan satuan pendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat. (2) Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio luas lahan per peserta didik. (3) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan sejenis dan sejenjang, serta letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan yang menjadi pengumpan masukan peserta didik. (4) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut. (5) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan kesehatan lingkungan. Pasal 45 (1) Standar rasio luas ruang kelas per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (2) Standar rasio luas bangunan per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (3) Standar kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan dasar dan menengah adalah kelas B. (4) Standar kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan tinggi adalah kelas A. (5) Pada daerah rawan gempa bumi atau tanahnya labil, bangunan satuan pendidikan harus memenuhi ketentuan standar bangunan tahan gempa. (6) Standar kualitas bangunan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), (4), dan (5) mengacu pada ketetapanmenteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum. Pasal 46 (1) Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik, pendidik, dan/atau tenaga kependidikan yang memerlukan layanan khusus wajib menyediakan akses ke sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. (2) Kriteria penyediaan akses sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 47 (1) Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 46 menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan.
122 (2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai. (3) Pengaturan tentang masa pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 48 Standar sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai 47 dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. BAB VIII STANDAR PENGELOLAAN Bagian Kesatu Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Pasal 49 (1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas (2) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundangundangan yang berlaku memberikan kebebasan dan mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional, personalia, keuangan, dan area fungsional kepengelolaan lainnya yang diatur oleh masing-masingperguruan tinggi. Pasal 50 (1) Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan SMP/MTs/ SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala satuan pendidikan. (3) Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat kepala satuan pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta kesiswaan. Pasal 51 (1) Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di bidang akademik dilakukan oleh rapat Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala satuan pendidikan. (2) Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di bidang nonakademik dilakukan oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala satuan pendidikan. (3) Rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan pendidikan. Pasal 52 (1) Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang: a. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus; b. Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; c. Struktur organisasi satuan pendidikan; d. Pembagian tugas di antara pendidik; e. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan; f. Peraturan akademik;
123 g. Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; h. Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat; i. Biaya operasional satuan pendidikan. (2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a, b, d, e, f, dan h diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan. (3) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir c dan I diputuskan oleh komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan. (4) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir g ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan setelah mempertimbangkan masukan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. (5) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e ditetapkan oleh pimpinan satuan pendidikan. (6) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pendidikan tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 53 (1) Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun. (2) Rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur; b. jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya; c. mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada; d. penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan lainnya; e. buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran; f. jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran; g. pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai; h. program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program; i. jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah; j. jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang pendidikan tinggi; k. rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; l. jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir. (3) Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah. (4) Untuk jenjang pendidikan tinggi, rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disetujui oleh lembaga berwenang sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
124 Pasal 54 (1) Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. (2) Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 harus mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah (3) Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan tinggi yang tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 harus mendapat persetujuan dari lembaga berwenang sebagaimana diatur oleh masingmasing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (4) Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. (5) Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan pendidikan kepada lembaga berwenang sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. Pasal 55 Pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Pasal 56 Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Pasal 57 Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan. Pasal 58 (1) Pelaporan dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, dan pengawas atau penilik satuan pendidikan. (2) Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, laporan oleh pendidik ditujukan kepada pimpinan satuan pendidikan dan orang tua/wali peserta didik, berisi hasil evaluasi dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. (3) Laporan oleh tenaga kependidikan ditujukan kepada pimpinan satuan pendidikan, berisi pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. (4) Untuk pendidikan dasar dan menengah, laporan oleh pimpinan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada komite sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, yang berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. (5) Untuk pendidikan dasar, menengah, dan non formal laporan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan ditujukan kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Kabupaten/Kota
125 yang bertanggungjawab di bidang pendidikan dan satuan pendidikan yang bersangkutan. (6) Untuk pendidikan dasar dan menengah keagamaan, laporan oleh pengawas satuan pendidikan ditujukan kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan yang bersangkutan. (7) Untuk jenjang pendidikan tinggi, laporan oleh kepala satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada Menteri, berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurangkurangnyasetiap akhir semester. (8) Setiap pihak yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (7) wajib menindak lanjuti laporan tersebut untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan, termasuk memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya. Bagian Kedua Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah Pasal 59 (1) Pemerintah Daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program: a. wajib belajar; b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah; c. penuntasan pemberantasan buta aksara; d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat; e. peningkatan status guru sebagai profesi; f. akreditasi pendidikan; g. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat; dan h. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan. (2) Realisasi rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui dan dipertanggungjawabkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Ketiga Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Pasal 60 Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program: a. wajib belajar; b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi; c. penuntasan pemberantasan buta aksara; d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat; e. peningkatan status guru sebagai profesi; f. peningkatan mutu dosen; g. standarisasi pendidikan; h. akreditasi pendidikan; i. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan global; j. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan; dan k. Penjaminan mutu pendidikan nasional. Pasal 61 (1) Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurangkurangnya satu
126 satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. (2) Menteri menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. BAB IX STANDAR PEMBIAYAAN Pasal 62 (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. (5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. BAB X STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN Bagian Kesatu Umum Pasal 63 (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. (2) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. (3) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh masingmasing perguruan tinggi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Kedua Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pasal 64 (1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1 butir a dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. (2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk: menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran.
127 (3) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui: a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta b. ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. (4) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. (5) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik. (6) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui: a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan b. ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. (7) Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan panduan penilaian untuk: a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. kelompok mata pelajaran estetika; dan e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Bagian Ketiga Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan Pasal 65 (1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir b bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. (2) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. (3) Penilaian akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64. (4) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. (5) Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. (6) Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Bagian Keempat Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
128 Pasal 66 (1) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir c bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. (2) Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. (3) Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran. Pasal 67 (1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan. (2) Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan satuan pendidikan. (3) Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 68 Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pasal 69 (1) Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. (2) Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya. (3) Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP. (4) Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. Pasal 70 (1) Pada jenjang SD/MI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). (2) Pada program paket A, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan. (3) Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). (4) Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan. (5) Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan.
129 (6) Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. (7) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan. Pasal 71 Kriteria kelulusan ujian nasional dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Kelulusan Pasal 72 (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan ; c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan d. lulus Ujian Nasional. (2) Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. BAB XI BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) Pasal 73 (1) Dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar nasional pendidikan, dengan Peraturan Pemerintah ini dibentuk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2) BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah Negara Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (3) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSNP bersifat mandiri dan profesional. Pasal 74 (1) Keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11(sebelas) orang dan paling banyak 15 (lima belas) orang. (2) Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untukpeningkatan mutu pendidikan. (3) Keanggotaan BSNP diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa bakti 4 (empat) tahun. Pasal 75 (1) BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara terbanyak. (2) Untuk membantu kelancaran tugasnya BSNP didukung oleh sebuah sekretariat yang secara ex-officio diketuai oleh pejabat Departemen yang ditunjuk oleh Menteri. (3) BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan. Pasal 76
130 (1) BSNP bertugas membantu Menteri dalam mengembangkan, memantau, dan mengendalikan standar nasional pendidikan. (2) Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasional setelah ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) BSNP berwenang: a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan; b. menyelenggarakan ujian nasional; c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan. d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pasal 77 Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3), BSNP didukung dan berkoordinasi dengan Departemen dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di provinsi/ kabupaten/kota. BAB XII EVALUASI Pasal 78 Evaluasi pendidikan meliputi: a. evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan; b. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah; c. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi d. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan e. evaluasi oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk masyarakat atau organisasi profesi untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan; Pasal 79 (1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir a dilakukan oleh satuan pendidikan pada setiap akhir semester. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya meliputi: a. tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan; b. pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler; c. hasil belajar peserta didik;dan d. realisasi anggaran; (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pasal 80 (1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir b dilakukan oleh Menteri terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi secara berkala. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir b dilakukan oleh menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan pada pendidikan keagamaan secara berkala.
Pasal 81
131 Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir c dilakukan terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, pada pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan nonformal termasuk pendidikan anak usia dini, secara berkala. Pasal 82 Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir d dilakukan terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, pada pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal termasuk pendidikan anak usia dini, secara berkala. Pasal 83 (1) Evaluasi terhadap pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 sampai dengan Pasal 82 dilakukan sekurangkurangnya setahun sekali. (2) Evaluasi terhadap pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup sekurangkurangnya: a. Tingkat relevansi pendidikan terhadap visi, misi, tujuan, dan paradigma pendidikan nasional; b. Tingkat relevansi satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat akansumberdaya manusia yang bermutu dan kompetitif; c. Tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan oleh satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; d. Tingkat efisiensi dan produktivitas satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; e. Tingkat daya saing satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan pada tingkat daerah, nasional, regional, dan global. (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaporkan kepada Menteri. (4) Atas dasar evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (3), Menteri melakukan evaluasi komprehensif untuk menilai: a. Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap visi, misi, tujuan, dan paradigma pendidikan nasional; b. Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap kebutuhan masyarakat akan sumberdaya manusia yang bermutu dan berdayasaing; c. Tingkat mutu dan daya saing pendidikan nasional; d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan; e. Tingkat pemerataan akses masyarakat ke pelayanan pendidikan; dan f. Tingkat efisiensi, produktivitas, dan akuntabilitas pendidikan nasional. Pasal 84 (1) Evaluasi dapat dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk masyarakat. (2) Evaluasi sebagai dimaksud pada ayat (1) secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menentukan pencapaian standar nasional pendidikan oleh peserta didik, program, dan/atau satuan pendidikan. (4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan secara mandiri, independen, obyektif, dan profesional. (5) Metode dan hasil evaluasi yang dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada publik dan dilaporkan ke BSNP. Pasal 85 (1) Untuk mengukur dan menilai pencapaian standar nasional pendidikan oleh peserta didik, program dan/atau satuan pendidikan, masyarakat dapat membentuk lembaga evaluasi mandiri.
132 (2) Kelompok masyarakat yang dapat membentuk lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kelompok masyarakat yang memiliki kompetensi untuk melakukan evaluasi secara profesional, independen dan mandiri. (3) Pembentukan lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Menteri. BAB XIII AKREDITASI Pasal 86 (1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. (2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi. (3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakaninstrumen dan kriteria yang mengacu kepada Stándar Pasal 87 (1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) dilaksanakan oleh: a. BAN-S/M terhadap program dan/atau satuan pendidikan penddikan jalur formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah; b. BAN-PT terhadap program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan tinggi; dan c. BAN-PNF terhadap progam dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal. (2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur. (3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri. (5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur labih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 88 (1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri. Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya: a. berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba. b. memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB XIV SERTIFIKASI Pasal 89 (1) Pencapaian kompetensi akhir peserta didik dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi. (2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan tinggi, sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan. (3) Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya berisi:
133 a. Identitas peserta didik; b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari penilaian akhir satuan pendidikan beserta daftar nilai mata pelajaran yang ditempuhnya; c. Pernyataan tentang status kelulusan peserta didik dari Ujian Nasional beserta daftar nilai mata pelajaran yang diujikan; dan d. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah memenuhi seluruh kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. (4) Pada jenjang pendidikan tinggi ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnya berisi: a. Identitas peserta didik; b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah memenuhi seluruh kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. (5) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus uji kompetensi. (6) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sekurang-kurangnya berisi: a. Identitas peserta didik; b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus uji kompetensi untuk semua mata pelajaran atau mata kuliah keahlian yang dipersyaratkan dengan nilai yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku; c. Daftar semua mata pelajaran atau mata kuliah keahlian yang telah ditempuh uji kompetensinya oleh peserta didik, beserta nilai akhirnya.
Pasal 90 (1) Peserta didik pendidikan informal dapat memperoleh sertifikat kompetensi yang setara dengan sertifikat kompetensi dari pendidikan formal setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri/profesi sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Peserta didik pendidikan informal dapat memperoleh ijazah yang setara dengan ijazah dari pendidikan dasar dan menengah jalur formal setelah lulus uji kompetensi dan ujian nasional yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi sesuai ketentuan yang berlaku. BAB XV PENJAMINAN MUTU Pasal 91 (1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. (2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. (3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Pasal 92 (1) Menteri mensupervisi dan membantu satuan perguruan tinggi melakukan penjaminan mutu. (2) Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama mensupervisi dan membantu satuan pendidikan keagamaan melakukan penjaminan mutu.
134 (3) Pemerintah Provinsi mensupervisi dan membantu satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya untuk meyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya dalam melakukan penjaminan mutu. (4) Pemerintah Kabupaten/Kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya untuk meyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya dalam melakukan penjaminan mutu. (5) BAN-S/M, BAN-PNF, dan BAN-PT memberikan rekomendasi penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi, dan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah. (6) LPMP mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam melakukan upaya penjaminan mutu pendidikan. (7) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (6), LPMP bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Perguruan tinggi. (8) Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu satuan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Pasal 93 (1) Penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan ini dapat memperoleh pengakuan dari Pemerintah atas dasar rekomendasi dari BSNP. (2) Rekomendasi dari BSNP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada penilaian khusus. (3) Pengakuan dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Menteri. BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 94 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini: a. Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS), Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Panitia Nasional Penilaian Buku Pelajaran (PNPBP) masih tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai dibentuknya badan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. b. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun. c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 berlaku efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini. d. Ujian nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini. e. Penyelenggaraan ujian nasional dilaksanakan oleh Pemerintah sebelum BSNP menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. Pasal 95 Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan standar nasional pendidikan pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 96 Semua peraturan yang diperlukan untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah ini harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
135 Pasal 97 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 16 Mei 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta Pada Tanggal 16 Mei 2005 MENTERI HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA ttd HAMID AWALUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 41 alinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4496
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
HASIL VALIDASI GURU SD TARAKANITA CITRA RAYA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 No. Soa 1 1 4 2 3 3 4 4 4 5 2 6 4 7 3 8 4 9 4 10
2
3
4
5
6
7
8
GURU SD TARAKANITA CITRA RAYA 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3 4 4
4 4 4
4 4 3
3 4 4
4 4 4
4 4 4
3 3 3
4 4 4
3 3 4
4 4 3
3 4 4
4 4 4
4 3 3
4 4 4
4 4 4
4 4 4
4 4 3
3 4 3
4 4 3
4 4 4
4 4 4
4 4 4
4 4 4
4 4 4
3 3 3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4 4 4 2 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 ∑ 72 71 77 60 Nilai 90 89 96 75 L /TL L L L TL 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
i Rata‐
4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 72 73 77 64 75 67 60 90 91 96 80 94 84 75 L L L L L L TL
4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 68 70 66 77 80 71 72 70 73 79 80 80 77 80 64 85 88 83 96 100 89 90 88 91 99 100 100 96 100 80 L L L L L L L L L L L L L L L
90,14423077
28 29
30
∑
Ȳ
99
95 Amat baik
77
74 Cukup
100
96 Amat baik
95
91 Amat baik
99
95 Amat baik
97 99 96
93 Amat baik 95 Amat baik 92 Amat baik
101
97 Amat baik
93 85 88 83 101 101 87 93 96 94 91
89 82 85 80 97 97 84 89 92 90 88
KET
Baik Baik Baik Cukup Amat baik Amat baik Baik Baik Amat baik Amat baik Baik