DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNANETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA (PSBN) TUAH SAKATO PADANG Weni Novita Sari, Meliya Wati, RRP. Megahati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatra Barat E-Mail:
[email protected]
Abstract Dermatoglyphics is a theory of knowledge based on the epidermal or ridge skill on the skin surface. This study arms to investigate the characteristic dermatoglyphics fingertips and palms in PSBN Tuah Sakato Padang blind patients. This study used a purposive sampling method for random sampling group for the visually impaired and normal group. From the data shows that the percentage of fingerprint patterns between visually impaired and normal groups. In which the percentage of fingerprint patterns of the largest blind group 40,5% radial loops . While the normal group 24% radial loops. The test statistic is chi-square test showed that fingerprint patterns visually impaired group and the normal group there is a noticeable difference. Based on the statistical test is test number tendrils fingertips t-student patients who do not suffer from blind and visually impaired are not significantly different. Percentage frequency palms spiraling patterns in which the percentage of visually impaired group =55,5% and I4=60%, while the normal group =12,5% I4=80% and H=2,5% and the big blind atd angel and normal patients were not significantly different. Key word : Dermatoglyphics, Blind, Radial Loops, frequency Palm
PENDAHULUAN Dermatoglifi yang berasal dari bahasa Yunani, derma (kulit) dan glyph (ukuran), adalah suatu ilmu pengetahuan yang berdasar teori epidermal atau ridge skill (garis-garis) pada permukaan kulit, jari-jari, telapak tangan, hingga kaki. Ilmu pengetahuan tersebut sudah dikembangkan dan sudah melalui penelitian sejak lebih dari 300 tahun yang lalu (Edy, 2010). Dermatoglifi ini tidak akan pernah berubah sejak lahir sampai mati. Pola dermatoglifi pada setiap orang tidak ada yang sama, sehingga tanda-tanda yang terdapat pada ujung jari ini dapat dipakai sebagai alat identifikasi (Rafiah, 1988). Pola dermatoglifi terbentuk sejak awal perkembangan embrio mulai dari embrio berumur 13 sampai 24 minggu kehamilan. Pembentukan dermatoglifi ini bersifat poligen yaitu dipengaruhi oleh banyak gen.
Dermatoglifi yang terbentuk bersifat permanen seumur hidup dan tidak akan berubah kecuali terjadi kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya bagian kulit (Misbac, 2010). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai dermatoglifi diantaranya oleh Rosida dan Panghiayani (2006) yang mengamati dermatoglifi sindrom down dalam penelitiannya anak-anak yang menderita sindrom down memiliki garis simian yang tidak dimiliki oleh orang normal. Penelitian lain tentang dermatoglifi yang berhubungan dengan penyakit genetika sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya Rustam (2004) tentang dermatoglifi penderita albino, Sudarmi (2004) tentang dermatoglifi penderita hipertensi, Putriani (2006) tentang dermatoglifi pada penderita autisme. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa penderita penyakit
1
genetika tersebut memiliki dermatoglifi khas yang berbeda dengan kelompok normal. Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak dan netra berarti mata atau penglihatan. Jadi secara umum tunanetra berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta, tetapi buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat melihat. Ada anak yang buta sama sekali tidak dapat melihat, anak semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping buta total, masih ada juga anak yang mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa. Istilah buta ini mencakup pengertian yang sama dengan istilah tuna netra atau istilah asingnya Blind (Widiriyanti, 2013 ). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dipanti sosial bina netra (PSBN) tuah sakato Padang, maka penulis mendapatkan informasi bahwa lebih kurang 50 orang penderita tunanetra yang tinggal dan diberikan pendidikan yang khusus di panti tersebut. Penderita tunanetra yang ada di panti sosial bina netra terdapat 35 orang penderita tuna netra yang laki-laki dan 15 orang penderita tunanetra yang perempuan yang berasal dari berbagai daerah Sumatra Barat. Maka penulis tertarik untuk mengethui apakah ada karakteristik dermatoglifi penderita tunanetra dan sebagai pembandingnya adalah kelompok yang tidak menderita tunanetra. Sesuai dengan latar belakang penelitian diatas, maka dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu, bagaimanakah karakteristik dermatoglifi ujung jari dan telapak tangan penderita tunanetra di panti sosial bina netra (PSBN) tuah sakato Padang ?. Adapun tujuan penelitian yaitu,”untuk mengetahui karakteristik dermatoglifi ujung jari dan telapak tangan penderita tunanetra di panti sosial bina netra (PSBN) tuah sakato Padang. Dermatoglifi menggambarkan gundukan dan cekungan yang terukir pada permukaan kulit untuk membungkus telapak tangan dan juga telapak kaki. Pada abad ke-20, permulaan tahun 1926 istilah dermatoglifi pertama kali diperkenalkan dan dilaporkan oleh Harold Cummins, tentang penyimpanan dermatoglifi ujung jari dan telapak tangan
pada sindrom down. Hal ini diikuti oleh peneliti yang lain, yang juga menghubungkan dengan berbagai penyakit terutama yang berkaitan dengan kelainan kromosom (Rafiah, 1988). Pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (keduaduanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi yaitu: ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas, terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu, posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak, terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan (Susilo, 2013). BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Padang untuk merekam sidik jari dan telapak tangan tunanetra sedangkan pengambilan sidik jari dan telapak tangan kelompok yang tidak menderita tunanetra sebagai pembanding yaitu mahasiswa Biologi STKIP PGRI Sumbar. Dalam penelitian ini alat yang digunakan diantaranya adalah busur derajat, kartu rekaman sidik jari, lempeng kaca, lup, lap kain, tisu dan penggaris, sedangkan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tinta stensil. Penelitian ini dilakukan dengan metode porposive Sampling untuk tunanetra dengan kriteria kelompok sampel yang dipengaruhi faktor genetik dan Random Sampling untuk kelompok yang tidak menderita tunanetra. Kriteria khusus pada kelompok sampel yang dapat dijadikan responden adalah tidak adanya cacat yang terdapat pada salah satu jari atau lebih yang dapat merusak pola sidik . Prosedur yang dilakukan dalam Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu 1) Tahap persiapan yaitu peneliti mengurus surat izin penelitian, kemudian mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti tinta stensil, lempeng kaca, tisu, kartu rekaman
2
sidik jari, lap tangan. 2) Tahap pelaksanaan, meliputi a) Pemberian tinta pada lempeng kaca yaitu Tinta stensil diletakkan secukupnya pada lempeng kaca yang bersih kemudian tinta tersebut diratakan dengan menggunakan tisu secara horizontal maupun secara vertikal dan rataan tinta diusahakan tipis sehingga sidik jari dan sidik telapak tangan dapat terlihat sangat jelas (Rustam, 2004). b) Perekaman sidik jari dan sidik telapak tangan yaitu sebelum sidik jari dan sidik telapak tangan diambil terlebih dahulu kedua belah telapak tangan dicuci sampai bersih dan kemudian dilap dengan menggunakan lap kain atau tissu hingga kering. Untuk kartu rekaman digunakan kertas HVS dengan ukuran folio yang permukaannya halus, kartu rekaman ini diletakkan di sisi depan dari orang penderita tunanetra atau orang yang tidak menderita tunanetra yang akan diambil sidik jari dan sidik telapak tangan dan bersebelahan dengan lempeng kaca tadi. Perekaman dilakukan terlebih dahulu untuk sidik jari, dimulai ujung jari dan ibu jari kanan sampai pada ujung jari dari jari kelingking kanan dan begitu juga untuk jarijari tangan kiri. Ujung dari jari digulingkan pada lempeng kaca dengan arah kekiri untuk jari-jari kanan dan arah kekanan untuk jari-jari kiri (untuk mempermudah). Kemudian jari-jari tadi secara bergantian digulingkan pada kartu rekaman dan disesuaikan dengan kolomkolomnya, arah gulingan sama dengan gulingan pada lempeng kaca (dari lempeng kaca langsung kekartu rekaman dilanjutkan dengan jari berikutnya). Untuk rekaman sidik telapak tangan, telapak tangan ditekan pada lempeng kaca dari pangkal telapak tangan sampai pada pangkal bawah dari jari-jari tangan.Setelah itu diangkat dan direkam pada kartu rekaman secara hati-hati sehingga seluruh telapak tangan terekam dengan jelas dan sempurna (Rustam, 2004). c) Hasil rekaman sidik jari yaitu setelah perekaman siap dilakukan, hasil rekaman dapat dilihat dengan menggunakan lup untuk memastikan apakah rekaman sidik jari dan sidik telapak tangan tadi sudah dapaat dianalisis atau belum. Jika terdapat rekaman yang tidak jelas maka harus diulangi sampai rekaman yang didapat
jelas. D) Pengamatan meliputi Tipe pola sulur ujung jari, jumlah sulur pola ujung jari, frekuensi pola pada telapak tangan, sudut atd telapak tangan. Data yang diambil adalah data primer yaitu yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung, teknik analisis data meliputi Tipe pola sulur ujung jari tangan menggunakan uji chi-square merujuk pada Schefler (1987), jumlah sulur ujung jari tangan, besar sudut atd telapak tangan menggunakan uji t-student merujuk Sudjana (1996) dan dfrekuensi pola sulur telapak tangan merujuk pada Sudjana (1996). HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Tabel 1. Gambaran dermatoglifi penderita tunanetra dengan tidak menderita tunanetra N Parameter Penderita Keterangan o tunanetra dengan tidak penderita tunanetra 1
2
3
4
Tipe pola sulur ujung jari tangan Jumlah sulur ujung jari tangan Besar sudut atd telapak tangan Frekuensi pola telapak tangan
X2h=53,16 X2t=7,82
th=-2,11
Berbeda Nyata
Tidak Berbeda Nyata
th=-0,073
Tidak Berbeda Nyata
Tunanetra I3, I4 dan tidak Tunanetra I3, I4, H
Berbeda Nyata
3
Tabel 2.Jumlah dan persentase tipe pola sulur ujung jari tangan kelompok anak tunanetra dan kelompok anak tidak menderita tunanetra Kelompok N Tipe Pola W LU LR A n % n % n % n % Tunanetra 20 41 20,5 78 39 83 40,5 0 0 Normal 20 106 53 44 22 48 24 2 1 Keterangan : W: Whorl; LU: Loop ulnar; LR: Loop Radial; A: Arch; N: Jumlah sampel; n: Jumlah pola sidik jari Tabel 3. Persentase tipe pola sulur ujung jari tangan kanan dan tangan kiri kelompok penderita tunanetra dan yang tidak menderita tunanetra Kelompok Tangan N Tipe Pola W n
LU %
LR
A
n
%
n
%
N
%
Tunanetra Normal
Kanan
20 20
21 51
21 51
6 0
6 0
73 48
73 48
0 1
0 1
Tunanetra Normal
Kiri
20 20
18 55
18 55
72 44
72 44
8 0
8 0
0 1
0 1
Tabel 4.Hasil analisis statistik t-student untuk kelompok penderita tunanetra dengan kelompok yang tidak menderita tunanetra Kelompok N N JS X S th tt Tunanetra 20 200 2111 105,55 13,86 -2,11 Normal 20 200 2292 114,6 Keterangan N: Jumlah sampel ; n: Jumlah jari ; tt : t tabel ; Js: Jumlah sulur ; th: t hitung X: Rata – rata ; S: Simpangan baku
2,353
Tabel 5.Hasil analisis statistik t-student jumlah sulur tangan kanan dan tangan kiri kelompok penderita tunanetra dan kelompok yang tidak menderita tunanetra. Tangan Kelompok N N JS X S th tt Kanan Kiri
Tunanetra Normal Tunanetra Normal
20 20 20 20
100 100 100 100
1135 1150 976 1142
56,75 57,5 48,8 57,1
8.03
-0,3
7,6
-3,52
2,353
4
Tabel 6.Persentase pola sulur telapak tangan kelompok penderita tunanetra dan kelompok yang tidak menderita tunanetra Kelompok N
Tunanetra Normal
20 20
Th
I1
I2
I3
n
%
n
%
n
%
n
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
23 5
% 55,5 12,5
I4
H
n
%
n
%
24 32
60 80
0 1
0 2,5
Keterangan: Th: Area Thenar ; I1: Area Interdigital I ; I4: Area Interdigital IV; I3: Area Interdigital III ; I2: Area interdigital II ; H: Area Hipothenar ; N: Jumlah Sampel n: Jumlah frekuensi pola Tabel 7.Persentase pola sulur telapak tangan kanan dan telapak tangan kiri kelompok penderita tunanetra dan kelompok yang tidak menderita tunanetra Tangan kelompok N Daerah Telapak Tangan Th I1 I2 I3 I4 H n % n % n % n % n % n % Kanan Tunanetra 20 0 0 0 0 0 0 11 55 12 60 0 0 Normal 20 0 0 0 0 0 0 4 20 15 75 0 0 Kiri Tunanetra 20 0 0 0 0 0 0 12 60 12 60 0 0 Normal 20 0 0 0 0 0 0 1 5 17 85 1 5 Tabel 8. Besar sudut atd kelompok penderita tunanetra dan kelompok yang tidak menderita tunanetra Besar Sudut Anak Normal Anak Tunanetra 31 1 0 32 0 1 33 1 0 35 4 0 36 2 0 37 3 1 38 0 1 39 0 2 40 4 1 41 2 6 42 3 4 43 1 6 44 7 5 45 4 3 46 2 5 47 2 2 48 3 2 49 2 0 55 1 0
5
Tabel 9. Hasil analisis statistik t-student atd telapak tangan kanan dan tangan kiri kelompok penderita tunanetra dan kelompok yang tidak menderita tunanetra Telapak tangan Kanan Kiri
Kelompok
N
N
S
th
Tunanetra Normal Tunanetra Normal
20 20 20 20
40 40 40 40
28,8
-0,07
10,91
-0,03
B. PEMBAHASAN Dari data dapat dilihat bahwa persentase untuk setiap pola sidik jari berbeda. Perbedaan yang sangat jelas adalah persentase untuk pola Loop Radial, dimana persentase poal Loop radial 40,5 % dan pada orang yang tidak menderita tunanetra 24 %, sehingga pada penderita tunanetra ini lebih banyak berpola Loop radial dari pada kelompok normal. Berdasarkan penelitian Zainuddin (2010), tentang dermatoglifi pada penderita buta warna terdapat beberapa bukti bahwa pada orang-orang yang mengalami kelainan genetik ternyata memiliki dermatoglifi yang khas dan berbeda dengan orang normal. Hasil penelitian menunjukkan pada ujung jari penderita buta warna terdapat peningkatan tipe pola Loop dan Arch serta penurunan pola Whorl dibandingkan dengan kelompok normal. Pada telapak tangan terdapat peningkatan pola Loop dan Arch dibandingkan dengan kelompok normal. Berdasarkan uji t-student terhadap jumlah total sulur ujung jari tangan kelompok penderita tunanetra dan kelompok yang tidak menderita tunanetra didapatkan jumlah sulur yang tidak berbeda nyata. karena jumlah sulur penderita tunanetra hampir sama banyak dengan jumlah sulur yang tidak menderita tunanetra. Hal ini mungkin tidak ada kaitan atau perbedaan jumlah sulur ujung jari penderita tunanetra dengan kelompok yang tidak menderita tunanetra. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pola sulur telapak tangan terlihat
tt 2,353
bahwa penyebaran pola sulur pada telapak tangan kelompok penderita tunanetra banyak ditemukan pada daerah I3 (interdigital 3) sedangkan pada kelompok yang tidak menderita tunanetra lebih banyak ditemukan di I4 (interdigital 4). Kemungkinan hal ini merupakan karakterisitik tertentu yang dimiliki oleh penderita tunanetra. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sudut atd kelompok yang menderita tunanetra hampir sama dengan kelompok yang tidak menderita tunanetra tidak ada perbedaan yang terlalu nyata. Penelitian genetik lain sindrom down yang dilakukan oleh taufik dalam rustam (2003) didapatkan kesimpulan bahwa frekuensi besar sudut atd terbanyak antara 760 – 800. Dengan demikian dapat terlihat bahwa tidak ada perbedaan besar sudut atd pada penderita tunanetra dengan yang tidak menderita tunanetra. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan peneltian dapat disimpulkan bahwa terdapatnya karakteristik tipe pola sidik jari pada penderita tunanetra dimana persentase tipe pola sidik jari penderita tunanetra lebih banyak Loop radial sebesar 40.5% sedangkan pada kelompok yang tidak menderita tunanetra persentase tipe pola sidik jari lebih banyak whorl sebesar 53%, sedangkan pada jumlah sulur ujung jari tidak terdapat perbedan yang nyata, pada frekuensi pola telapak tangan pada penderita tunanetra sebesar I3 sebesar 55,5 % dan I4 sebesar 60% sedangakan pada kelompok yang tidak menderita tunanetra I3 sebesar 12,5% dan I4
6
sebesar 80%, dan pada sutud atd tidak terdapat perbedaan yang nyata. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dermatoglifi pada tunanetra dengan jumlah sampel yang lebih banyak dari penelitian sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Edy, Widianto Setiono. Apakah Anda Ingin Menemukan Potensi Unggul Anak Anda Sejak Dini. PT. Gramedia Markas besar kepolisian Negara republik Indonesia. 1993. Penuntun Dektilodkopi. Jakarta : pusat identifikasi polri Misbach, ifa H. 2010. Dahsyatnya sidik jari: menguak bakat dan potensi untuk merancang masa depan melalui fingerprint anallisys. Jakarta : Visi media Rustam, Evayusvita. 2004. Dermatoglifi ujung jari dan telapak tangan penderita albino di masyarakat singgalng. Padang Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas negri padang. Skripsi Rafiah, 1988. Sejarah Dermatoglifi. Medika, No 6 14 juni Schefler, Wiliam C. 1987. Statistik untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran dan Ilmu yang bertautan. Bandung: ITB Sudjana. 2005. Metode statistika. Edisi ke 6. Bandung: Transito Widiriyanti, 2013 . Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunanetra Http://Widiriyanti.Blogspot.Com/201 3/03/Karakteristik-Dan-PendidikanAnak.Html diakses 4 juni 2013 Zainuddin, Zayadi. 2010. Dermatoglifi Ujung dan Telapak Tangan Penderita Buta Warna. Volume 6 No.2 Juli 2010 Hal. 608-611. Susilo, Adi Prasitio. 2013 http: //pandek29. blogspot.com/2013/09/tunanetra.html diakses 22 april 2014
7