5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1995
KISSANA ANAKNA
KARAENGA R1 BANUASANG
00000503
f! ,
AM/lArir^ ■ v: - , p if-.OMU
ifl fHi.''
TIDAK DIPEROAGANGKAN UNTUK UMUM
KISSANA ANAKNA KARAENGA RI BANUASANG Zainuddin Hakim
perfustakaau
PU5AT PEiHaiWAAN 0*^ PtMSEMBAIieAll
OaPARTEMI* flMHtOIKAM
I
DAW KEBUDAVAAW
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1995
BAGIAN PROYEK PEMBINAAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH-JAKARTA'
TAHUN1994/1995
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pemimpin Bagian Proyek Benclahara Bagian Proyek Sekretaris Bagian Proyek Staf Bagian Proyek
Drs. Farid Hadi
Ciptodigiyarto Drs. Sriyanto Sujatmo E. Bachtiar
Sunarto Rudy
ISBN 979-459-532-2
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Isi buku ini,baik sebagian maupun seluruhnya dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan peniilisan artikel atau karangan ilmiah
Per pustakaan PusatPraMnMn dan Ptni'mbangan Bahasa a ■
Na. Klasifikasi
p>a>
Ne. Indok
Tfl. Ttd.
I
/"A hi
KATA PENGANTAR
Masalah kesusastraan, khususnya sastra Indonesia lama, termasuk
sastra lisannya, merupakan unsur kebudayaan nasional yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh dan berencana. Dalam karya sastra seperti itu, yang merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa In donesia, tersimpan nilai-nilai budaya yang tinggi. Sehubungan dengan itu, sangat tepat kiranya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Bagian Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan DaerahJakarta, berusaha melestarikan nilai-nilai budaya dalam sastra itu dengan cara pemilihan, pengalihaksaraan, dan penerjemahan sastra daerah itu. Pelestarian sastra daerah perlu dilakukan karena di dalam sastra daerah terkandung warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang sangat tinggi nilainya. Upaya pelestarian itu akan sangat ber-
manfaat bukan saja dalam rangka memperluas wawasan kita terhadap sastra dan budaya masyarakat daerah yang bersangkutan. melainkan juga memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia. Dengan kata lain,
upaya yang dilakukan itu dapat dipandang sebagai dialog antarbudaya dan antardaerah yang memungkinkan sastra daerah berfungsi sebagai salah satu alat bantu dalam usaha mewujudkan manusia yang berwawasan keindonesiaan.
Buku yang berjudul Kissana Anakna Karaenga Ri Banuasang ini merupakan karya sastra lisan Makassar yang bercorak agama. Pengalihaksaraan dan penerjemahan dilakukan oleh Drs. Zainuddin
Hakim, sedangkan penyuntingannya oleh Dra. Nikmah Sunardjo.
Mudah-mudahan
JjOi ^d^at dipianf|atkan dengan sebaik-
baiknya oleh para pembaca yang memerlukannya. . j
' : i'!:'
Jakarta, Januari 1995
'
Kepala Pusat Pembinaan ckin Pengembangan Bahasa Dr. Hasan Alwi .
VI
UCAPAN TERIMA KASIH
Kehidupan suatu masyarakat atau suku bangsa tidak dapat dipisahkan dari kaidah atau norma yang melatarbelakangi kehidupan mereka. Hal seperti itu dapat terungkap melalui cerita rakyat dalam bahasa Makassar.
"Kissana Anakna Karaenga ri Banuasang" adalah salah satu bentuk sastra lisan Makassar yang bertipe agama. Selain berfungsi
sebagai media hiburan, sastra lisan itu dapat pula berfungsi sebagai media pendidikan moral, terutama bagi generasi muda. Di dalamnya sarat dengan bahan pendidikan yang sangat berguna, terutama di dalam mempertebal keyakinan terhadap kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad salallahu alayhi Wasallam. Selain itu,
isinya mengandung nasihat, petuah, dan tuntunan hidup. Misalnya,
hidup dengan tabah menghadapi cobaan, tetapi tidak larut di dalam cobaan tersebut, bahkan harus berusaha semaksimal mungkin untuk
mengatasi cobaan itu dengan baik.
Judul naskah yang kami angkat dan terjemahkan ini hanyalah salah satu judul cerita yang terdapat dalam naskah Lontarak Makassar
yang kami peroleh dari pemiliknya, yaitu T. Syarifah. vu
Mudah-mudahan pada kesempatan lain naskah-naskah yang masite
tersisa dapat kami selesaikan. Oleh karena itu, melalui tulisan ini ingin kami sampaikan terima kasih kepadaT. Syarifah sebagai pemilik naskah atas pengeitian dan bantuannya sehingga naskah yang tadinya sudah tua, robek, dan terancam punah dapat berwujud dalam bentuk transliterasi dan terjemahan seperti sekarang ini. Selain itu, bantuan pemilik naskah tersebut sangat kami rasakan di dalam memecahkan
bagian-bagian naskah yang kabur dan suiit terbaca Iagi,.apalagi isi naskah tersebut, oleh pemiliknya, sudah dihafal luar kepala sehingga dapat memudahkan kesulitan kami.
Ucapan terima kasih yang sama kami tujukan kepada pemimpin Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah di Jakarta
atas kesediaannya menerima naskah transliterasi dan terjemahan mi.
Harapan kami, semoga naskah ini dapat menambah bahan
pustaka yang bermanfaat bagi perkembangan kesusastraan kita,
khususnya untuk bahan bacaan anak didik yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ujung Pandang April 1993
Zainuddin Hakim (Penyusun)
vm
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
v
UCAPAN TERIMA KASIH IX
DAFTAR ISI
1
Bab I.
Pendahuluan
Bab II.
Sinopsis Cerita
Bab III.
Transliterasi dan Terjemahan
4
tx
®
BAB I PENDAHULUAN
Buku yang berjudul Kissana Anakna Karaenga ri Banuasang" sesuai dengan judul aslinya, yaitu kisah putra Raja Banuasang
(mungkin yang dimaksud adalah negeri Syam atau Siria, sekarang). Kisah ini diangkat dari naskah Lontarak yang berbahasa Makassar yang usianya sudah cukup tua. Menurut pemiliknya, T. Syarifah
Assaggaf, yang tinggal di salah sebuah Desa di Daerah Tlngkat II Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, naskah itu diperkirakan sudah berusia di atas tujuh puluh tahun. Pengakuan itu mungkin
benar jika kita amati dengan cermat dari berbagai segi keadaan naskah itu. Misalnya, kertas yang digunakan, tinta yang dipakai, dan tulisannya. Khusus mengenai tulisannya, kami agak sukar mentransliterasikannya karena dalam beberapa halaman, naskah
tersebut sudah mulai kabur dan suiit dibaca dengan mata telanjang.
Untuk mengatasi hai ini, kami menggunakan alat bantu, kaca pembesar. Jika dengan alat ini, tulisan beium dapat teratasi, kami menanyakan
langsung bagian-bagian yang kabur atau meragukan itu kepada pemiliknya. Dengan cara demikian, alhamdulilah, semua kesulitan dapat teratasi. 1
Naskah itu ditransliterasi ke dalam huruf Latin, kemudian
diikuti dengan sinopsis cerita dan terjemahannya ke dalam bahasa
Indonesia. Hal itu berarti
bahwa khazanah budaya daerah itu
dapat pula dinikmati oleh masyarakat daerah lain di nusantara ini Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat penunjang dalam bidang studi ilmu sastra (filologi), ilmu
igama. dan ilmu sejarah karena di dalamnya banyak mengungkapkan masalah yang berkaitan disiplin ilmu tersebut.
Pentransliterasian dilakukan dengan mengacu kepada Pedoman Cjaan Bahasa Makassar yang pada hakikatnya juga mengacu kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Penerjemahan dilakukan dengan menggunakan tata kaidah penerjemahan, seperti yang telah digariskan dalam buku Pedoman
Penerjemahan oleh Prof. Dr. E. Sadtono. Salah satu cara yang kami terapkan dalam penerjemahan ini adalah metode harfiah dan
metode bebas. Metode harfiah digunakan sepanjang struktur bahasa daerah, bahasa Makassar, tidak terlalu menyimpang dari struktur bahasa Indonesia standar. Namun, jika metode harfiah ini tidak
dapat dipertahankan, kami menggunakan metode bebas. Artinya, bentuk berita atau informasi dalam bahasa sumber sama dengan bahasa sasaran, walaupun strukturnya berbeda. Hal itulah yang banyak kami gunakan dalam penerjemahan ini.
Perlu pula kami tekankan disini bahwa sinopsis cerita atau
inti cerita kami ikut sertakan, dengan asumsi bahwa sinopsis cerita itu penting untuk memperkenalkan kepada pembaca keseluruhan
isi cerita sebelum mereka membaca transliterasi dan terjemahannya. Kissana Anakna Karaenga ri Banuasang ini bukan hanya
membicarakan putra raja Banuasang, tetapi banyak menampilkar kisah Nabi Muhammad. Cerita ini berkisar pada "Nur Muhammad"
petjalanan Muhammad ke Banuasang dan sambutan penguasa Banuasang terhadap Muhammad, perkawinan Muhammad dengan Hatijah atai
Khadijah, penobatan Muhammad menjadi nabi, dan perjuangan perjuangannya, penyerahan kekuasaan dari tangan raja atau penguas Mekah kepada Nabi. Pada bagian akhir diceritakan saat-saat terakhi
menjeiang wafatnya Nabi. Inti ceritanya dapat dibaca dalam sinopsi cerita.
BAB II SINOPSIS CERITA
"Nur Muhammad" terpancar pada wajah dan dada Abdullah
bin Abdul Muthalib. Setelah diciptakan Allah,"Nur" tersebut pindah secara turun-temurun hingga ke Nabi Ibrahim alaihi salam sampai pada akhirnya tiba kepada Abdullah. Karena "Nur" yang ada pada Abdullah itu, Patimasang atau Fatimah jatuh cinta kepadanya, bahkan ia rela diperistrikan. Abdullah tidak berani mengambil keputusan sebelum dibicarakan dengan ayahnya.
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Abdullah bertemu pandang.dengan Aminah. Pada saat itu juga, dengan takdir Allah,
"Nur" itu pindah kepada Aminah. Sementara itu, berbagai persiapan telah dilakukan Patimasang untuk hari pernikahan Fatimah dengan Abdullah.. Akhirnya, persiapan itu sia-sia dan berantakan karena
"Nur" yang diidam-idamkannya telah pindah kepada Aminah Dalam versi ini tidak digambaikan secara jelas tentang pemikahan Abdullah bin Abdul Muthalib dengan Aminah. Namun, yang diceritakannya hanyalah perpindahan "Nur" itu kepada Aminah hingga Muhammad lahir. Dalam perjalanan hidup Muhammad,salah seorang
yang berjasa kepadanya adalah Halimah, la adal^ ibu susu dan ibu
angkatnya. Oleh karena berbagai peristiwa yang menimpa Muhammad dan sangat mencemaskan Halimah, seperti ditangkapnya
Muhammad kemudian dadanya dibelah oleh dua orang laki-laki malaikat Jibril dan malaikat Mikail, Halimah mengembalikannya
kepada neneknya, Abdul Muthalib di Mekah. Ketika Muhammad menginjak usia remaja, ia berangkat ke
Banuasang untuk membawa dagangan Hatijah atas permintaan tantenya, Atikah. Hatijah yang mengetahui banyak tentang berita dan tandatanda nabi terakhir melalui kitab-kitab terdahulu, seperti Taurat, mulai menaruh curiga kepada Muhammad. Sejak pertemuannya yang pertama, Hatijah sudah melihat tanda-tanda yang mencurigakan
itu, seperti yang diceritakan dalam kitab Taurat. Oleh karena itu, untuk lebih meyakinkan dirinya, Hatijah memerintahkan seseorang yang bernama Mubassiran untuk menemani Muhammad dalam perjalanan ke Banuasang. Tugasnya adalah mencatat seluruh kejadian yang berkaitan dengan pribadi Muhammad. Sekembali dari Banuasang, Mubassiran melaporkan seluruh
kejadian pada diri Muhammad, seperti adanya awan putih yang selalu menaunginya ke manapun ia pergi, dan pengakuan serta
perlakuan istimewa yang diterimanya dari penguasa Banuasang. Seluruhnya dilaporkan kepada Hatijah. Dari laporan tersebut, Hatijah lebih yakin bahwa dialah Muhammad yang bakal dilantik menjadi nabi akhir zaman.
Hatijah mulai jatuh cinta kepada Muhammad. Kontak pembicaraan
antara Hatijah dan pihak keluarga Muhammad mulai berjalan. Namun, hambatan dan rintangan selalu saja ada terutama dari pihak keluarga
Hatijah, dalam hal ini ayahnya. Akan tetapi, satu persatu hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi. Akhiraya, Hatijah dan Muhammad dipertemukan Allah dalam suasana rukun dan damai dalam rumah tangga yang bahagia. Biaya pernikahan tersebut sebagian besar ditanggulangi Hatijah.
Perkawman Muhammad dengan Hatijah selain dihadiri oleh keluarga dari kedua belah pihak juga dihadiri oleh malaikat Jibril
dan sejumlah besar malaikat yang sengaja turun ke bumi, atas perintah Tuhan, untuk menyaksikan pernikahan tersebut. Selain
para malaikat, juga dihadiri sejumlah besar bidadari dari surga. Dalam kapasitasnya selaku nabi, Muhammad, tidak sedikit
mendapat tantangan dan hambatan untuk mengembangkan dan menyiarkan agamanya. Tantangan yang paling gencar justru berasal
dari pamannya sendiri, yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab. Namun, tantangan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Di balik para penentang yang dipelopori oleh Abu Jahal. dan Abu Lahab, tidak sedikit pula kaum bangsawan dan pembesar yang ikut di belakang Nabi, bahkan Habib bin Malik, penguasa Mekah rela menyerahkan kekuasaannya kepada Nabi Muhammad.
Abu Jahal dan kawan-kawan terus menentang kebijakan Raja(Habib bin Malik). Namun, raja tetap pada keputusannya. Pada bagian akhir diceritakan tentang kedatangan malaikat Jibril kepada Nabi untuk memberitahukan bahwa Nabi tidak akan
lama lagi hidup. Sebentar lagi ia akan menghadap ke hadirat Allah, Rabbul alamin. Semua sahabat yang hadir bersama Nabi
ketika itu menangis tatkala mengetahui pesan yang dibawa oleh
malaikat Jibril. Dalam bagian ini juga dipaparkan dialog antara Nabi dengan Aisyah, istri beliau yang terakhir, tentang keadaan manusia nanti di hari akhirat.
BAB III TERJEMAHAN KISAH PUTRA RAJA BANUASANG
Bismillahirrahmanirrahim (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Dengan ini kami minta pertolongan kepada Allah. Tuhan sekalian alam menamainya dengan Muhammad karena sifatsifatnya yang terpuji, dan dengan izin-Nya juga para malaikat mencuci dan membersihkan kotoran yang terdapat di dalam perut Muhammad kemudian menambahkan kesuciannya, dialah nabi yang paling mulia dan paling besar cita-cita dan keinginannya; kalau bukan karena dia, tidaklah diciptakan para malaikat dan segala yang ada.
Pasal, kisah inilah yang menceritakan ketika putra Raja Banuasang pergi berburu. Berita tentang akan berangkatnya putra Raja Banuasang berburu diketahui oleh Sitti .Patimasang . Kemudian ia memerintahkan
abdinya untuk keluar di persimpangan jalan untuk menanti datangnya sang penunggang kuda. Kemudian ia berpesan,"Jika engkau mendapati penunggang kuda, sampaikanlah bahwa jika engkau seorang hamba,
engkau akan kumerdekakan. Akan tetapi, jika engkau mempunyai asal-usul keturunan raja, akan kutambah kemuliaanmu."
Setelah itu keluarlah abdinya di persimpangan jalan. Tak
lama kemudian muncullah seseorang menunggang kuda. Datanglah sang abdi menyampaikan pesan Sitti Fatimasang, katanya. 8
"Hai,Tuanku Abdullah, saya mohon kesediaanmu untuk singgah sebentar di istana Sitti Patimasang, ada sesuatu yang ingin disampaikannya."
Berkatalah Abdullah, nanti saya pulang barulah saya singgah, sebab saya sudah bersiap untuk pergi berburu (rusa)." Berkatalah sang abdi,"Tuanku, Abdullah, saya mohon singgahlah biar sebentar, katanya."
Seketika itu juga Abdullah membelokkan arah kudanya masuk
ke istana Sitti Patimasang. Sesampainya di sana, Patimasang mengangkat muka kemudian berpandangan dengan Abdullah. Dilihatnya nur itu memancar berkilauan di wajah dan dada Abdullah.
Berkatalah Sitti Patimasang,"Tuanku Abdullah, saya mohon agar Tuan sudi memperistrikan saya dunia dan akhirat. Aku telah pasrahkan jiwaku demikian juga hartaku (di atas rumah dan di bawah rumah) asalkan Tuan bersedia."
Menjawablah Abdullah, "Hai Adindaku Sitti Patimasang, tidak mungkin aku memperistrikanmu jika hal ini tidak diketahui oleh
ibu dan ayahku. Oleh karena itu, biarlah saya pulang dahulu kemudian aku mohon izinnya, semoga mereka merestui perkawinan kita nanti."
Pulanglah Abdullah untuk menemui kedua orahg'tuanya. Sepulangnya Abdullah, Sitti patimasang langsung membuat kasur setinggi tujuh susun, kelambu tujuh lapis, tirai dari kain juga tujuh lapis, demikian juga minuman disiapkannya sebanyak tujuh puluh macam.
Adapun Abdullah sekembalinya kepada kedua orang tuanya
10
secara kebetulan jalan yang dilaluinya adalah jalan yang menuju ke rumah Sitti Aminah. Dan, secara kebetulan pula Aminah ketika itu sedang menjenguk di jendela. Dia laksana putri bidadari di dalam surga. Ketika Abdullah sedang menengadahkan ke atas, tiba-tiba ia bertemu pandang dengan Aminah, kemudian muncullah rasa tenteram di dalam hati mereka masing-masing.
Demikianlah sehingga berpindahlah nur yang ada pada Abdullah kepada perut (kandungan) Aminah sesuai dengan ketentuan Allah bahwa Tiada yang patut mengandung Rasulullah kecuali Aminah
yang telah disucikan oleh Allah dari segala bentuk najis dan kotoran." si:^ ^
Sekarang pembicaraan dialihkan kepada ayah Abdullah. Ketika
Abdullah telah sampai kepada ayahnya, berkatalah ayahnya, "Hai anakku Abdullah, buah hatiku, cahaya mataku, intan kesayanganku, kemanalah gerangan nur yang ada pada wajah dan dadamu" Maka Abdullah menceritakan semuanya, mulai dari peitemuannya dengan Patimasang, harapannya, sampai kepada perjalanannya pulang ke rumahnya.
Berkatalah ayah Abdullah "Oh, anakku, cahaya mataku, intan kesayanganku. Menurut perkiraan saya, Sitti Patimasang sudah
tidak bersedia Jagi diperistrikan olehmu, sebab yang dia inginkan sebenamya nur atau cahaya yang kau bawa, yang terpancar di wajah dan dadamu. Namun, kembalilah engkau menemuinya supaya engkau tidak menyalahi janjimu.
11
Maka minta pamitlah Abdullah kepada ayahnya untuk kembali menemui Sitti Patimasang. Setelah ia sampai di istana, dan berpandangan
mata, maka Sitti Patimasang tidak menemukan lagi nur yang biasa memancar pada wajah dan dada Abdullah. Serta-merta Patimasang
melemparkan badannya turun ke tanah. Intan dan jamrud yang menghiasi tubuhnya terlepas dan berhamburan kemudian berkata,
"Aduh kasian, sia-sialah rupanya cita-cita dan usahaku selama
mi. Cobuan apalah gerangan yang menimpa aku kini. Ketahuilah,
bukan karena aku terlalu ingin bersuami sehingga aku sampai kemari, cuma karena nur itulah yang aku cita-citakan dan inginkan. Dan, rupanya nur itu telah hilang. "Hai Abdullah, saya sudah empat puluh dua kali dilamar dari kalangan penguasa atau raja, kalangan ulama, ataupun hartawan, tetapi semuanya aku tolak. Saya tidak mau kawin. Hai Abdullah, kembalilah ke rumah orang tuamu, dan aku pun akan kembali kepada orang tuaku.
:|c 4:
Pasal, kita alihkan pembicaraan kembali kepada ayah Abdullah. Adapun Abdul Muttalib (Ayah Abdullah) sejak nur itu berpindah dari Abdullah pergi ke rumah Aminah sambil berkata, "Hai Aminah,
bukalah pintumu aku ingin menjengukmu. Sesampainya di atas, berkatalah Abdul Muttalib, "Hai Aminah benar-benar engkaulah yang mengandung utusan Allah, dari turunan nabi Ibrahim alaihi
salam hingga kepada nabi Ismail alaihi salam secara turun-temurun, yang pada akhimya nur itu berpindah kepadamu."
12
Menjawablab Aminah,"Hai Abdul Muttalib, saya tidak tabu kalau diriku sedaag hamil sebab saya tidak pemah raerasa capek juga tidak pernah ada perasaan sakit yang kurasakan." Berangkatlah Abdul Muttalib masuk ke dalam Ka'bah berdoa
kepada Allah. Tak lama kemudian datang lagi Abdul Muttalib
ke rumah Aminah, "Hai Aminah bukalah pintumu aku ingin menjengukmu." Sesampainya di atas, berkatalah Abdul Muttalib,
"Aminah, pelihara baik-baik perutmu (kandunganmu), engkaulah yang mengandung pemimpin umat ini, penghulu orang-orang beriman,
dan pemimpin seluruh nabi dan rasul. Anakmu nanti itulah yang mengganti agama yang ada dan menghancurkan berhala-berhala dan seluruh sembahan umat manusia selain Allah.
Menjawablah Aminah, "Hai Abdul Muttalib, sungguh aku tidak mengetahui diriku dalam keadaan hamil karena perasaan capek demikian juga perasaan sakit tidak pernah aku rasakan selama
ini, hanya saja aku curiga karena aku tidak datang bulan lagi. Lagi pula wanita-wanita lain sesamaku mereka pada datang menjengukku. Begitulah pada akhirnya aku yakin bahwa saya dalam keadaan hamil."
Setelah itu» Abdul Muttalib kembali lagi memasuki Ka'bah
berdoa kepada Tuhan yang Mahasuci dan Mahatinggi agar Aminah beserta anak di dalam kandungannya dilindungi-Nya. Tak lama kemudian muncul lagi Abdul Muttalib di rumah
Aminah agar dibukakan pintu, "Aminah, bukalah pintumu aku ingin menjengukmu."
13
Tatkala Abdul Muttalib sampai di atas, berkatalah kepadanya,
"Hai, Aminah peliharalah baik-baik perutmu atau kandunganmu
sebab engkaulah yang mengandung utusan Allah di dunia ini." Tak lama kemudian, Aminah mendengar sayup-sayup suara
yang mengatakan, "Hai, Aminah, janganlah membiarkan seseorang masuk di rumahmu sekarang sebab dkan datang malaikat sebanyak tujuh ribu dan anak bidadari dari dalam surga karena sebentar
lagi utusan Allah (rasulullah) akan lahir ke dunia, seorang rasul yang sangat mulia di antara para sekalian nabi dan rasul, pada tanggal dua belas Rabiul Awal, hari Senin." Setelah Abdul Muttalib kembali dari Ka'bah, ia datang lagi ke rumah Aminah. Berkatalah Aminah, "Hai Abdul Muttalib, ada
suara yang aku dengar tadi. Suara itu sangat jelas mengatakan,
"janganlah membiarkan seseorang masuk ke dalam rumahmu, sebab sebentar lagi hamba Allah yang sangat mulia, utusan Allah (rasulullah) akan lahir ke dunia, pada tanggal dua belas bulan Rabiul Awal, hari Senin."
Berkatalah Abdul Muttalib, "Hai Aminah, jika engkau
mendambakan seorang ayah, sayalah yang engkau jadikan ayah, Atika yang kamu anggap sebagai tantemu."
Setelah itu, menyahutlah Aminah,"Hai ayahku, Abdul Muttalib. "Menjawablah Abdul Muttalib, "Anakku Aminah, pelihara baikbaik
kandunganmu itu."
Tak lama kemudian datanglah rombongan malaikat
sebanyak tujuh ribu beserta anak-anak bidadari dari dalam surga.
14
Maka teranglah kampung di sekitar rumah Halimah akibat cahaya putri bidadari itu.
Berkatalah para malaikat," Hai Aminah, menengadalah!" Maka Aminah pun menengadah. Kemudian malaikat berkata lagi, "Merunduklah!" Maka Aminah pun merunduk; ketika ituiah ia
teiah menyaksikan putranya teiah lahir. Anak tersebut dalam keadaan sudah sunat, sudah dihiasi, dan pusatnya pun teiah terpotong bersih.
Pergilah Atika mencari ibu susu untuk Muhammad. Kirakira sudah ada empat puluh ibu susu yang datang menyusuinya,
tetapi Muhammad tetap tidak mau menetek. Adapun Halimah jauh tertinggal dari rombongannya sehingga ia terlambat tiba di kota Mekah. Penyebabnya adaiah pertama, untanya kurus dan sakitsakitan; kedua, pincang kakinya; ketiga, berpenyakitan (penyakit kuiit). Begitulah sehingga ia terlambat tiba di rumah Abdul Muttalib untuk mencari bayi yang akan disusukan. Ketika tiba di rumah Abdul Muttalib, berkatalah ia kepada
Halimah," Sanggupkah engkau menyusukan bayi yang tak berbapak?" Menjawablah Halimah, "Sudah sekian lama saya mencari anak-anak, tetapi saya belum memperolehnya."
Pergilah Halimah memangku Muhammad sambil berkata,"Atika, kira-kira sudah berapa lama anak ini tidak menyusu."
Menjawablah Atika, kira-kira sudah ada empat puluh hari." Diambillah anak itu (Muhammad) kemudian disusukan
oleh Hdlimah pada tetek sebelah kirinya, tetapi ia tidak mau menetek.
15
Berkatalah Atikah, "Hai Halimah, coba susukan pada tetek sebelah kananmu. Halimah langsung balik kepada atika lantas
berpikir, 'Anak. ini hanya akan mempermalukan saya saja, sebab sejak aku lahir sampai sekarang, memang tidak memiliki tetek sebelah kanan. Padahal, selama ini anak-anak yang kususukan hanya dengan yang sebelah kiri ini juga, baik anak keturunan
bangsawan, anak orang kaya maupun anak ulama dan sebagainya. Mereka hanya menetek pada tetek yang sebelah kiri ini. Oleh karena merasa sangat malu, Halimah dan suaminya kembali ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama tinggal di kampungnya, sementara
itu belum juga mendapat anak untuk disusukan, berkatalah kepada suaminya, "Lebih baik kita kembali saja ke Tanah Mekah, kepada cucu Abdul Muttalib, semoga ia sudah mau menetek."
Bersiaplah Halimah dengan suaminya untuk berangkat ke Mekah. Setelah beberapa saat lamanya dalam perjalanan, akhirnya mereka tiba di kota Mekah, di rumah Abdul Muttalib. Halimah
langsung memangku Muhammad kemudian disusukan pada tetek yang sebelah kiri, tetapi ia tidak mau menetek.
Berkatalah Atikah, "Coba sekali lagi, arahkan ke sebelah
kanan supaya kita lihat kekuasaan Allah terhadap anak itu. Karena sejak anak itu lahir, banyak sekali peristiwa aneh yang terjadi."
Diarahkanlah Muhammad ke sebelah kanan. Tampaklah kekuasaan Allah Subhanahu wa Taala; seketika itu juga muncul
16
payudaranya yang di sebelah kanap lengkap dengan asinya; baunya seperti kasturi yang terdapat di dalam surga. Pada saat itu juga Halimah tampak semakin cantik dan ceria. Suami Halimah pun ikut bergembira melihat perubahan yang terjadi pada istrinya. Setelah beberapa saat lamanya Muhanun^ diasuh oieh Halimah,
ia pun semakin hari semakin bertambah besar puia. Pada suatu hari, Halimah berpikir, "Mungkin lebih baik anakku ini aku bawa
saja pulang ke kampung halamanku, karena aku pun waswas terhadap keadaan anakku di kampung." Berkatalah Abdul Muttalib,"Hai, Halimah, tidak ada salahnya
jika engkau bersedia membawanya(Muhammad) pulang ke kampung halamanmu."
Maka bersiaplah Halimah untuk mengantar Muhammad.
Diangkatlah Muhammad naik ke punggung unta, kemudian tangan kanannya dipegang kemudian diusap-usapkan pada kulit unta yang
terkena penyakit (kulit), seketika itu juga kulit unta tersebut kembali sehat dan ditumbuhi bulu-bulu. Unta yang tadinya kurus kering,
berubah menjadi gemuk dan kuat, sehingga tidak ada unta yang ada di kota Mekah yang menyamainya. Unta yang ditumpangi
Muhammad mulai berjalan. Semua pohon kayu yang sudah mati,
kembali berdaun, semua pohon kayu yang masih hidup(yang dilewatinya
dalam perjalanan) sujud kepada Muhammad. Setelah beberapa saat lamanya dalam perjalanan, akhimya
tibalah di kampung halamannya. Sejak Muhammad hadir di rumah tersebut, Halimah tidak menggunakan pelita lagi, cukup
dengan cahaya yang memancar dari tubuh Muhammad itu sebagai pengganti pelita. Keadaan sebelum kehadiran
17
Muhammad di kampung balaman Halimah, hujan tidak pernah
turun lagi, tanah pertanian menjadi kering, sumber penghidupan sangat sulit. Bersedih hatilah penguasa (karaenga) karena sumber penghidupan sangat sulit, tanaman semuanya mengering, biar rumput sulit untuk tumbuh.
Tersiarlah berita bahwa Halimah mempunyai anak yang mempunyai mujizat yang luar biasa. Berita ini akhimya diketahui
oleh karaenga, lalu ia berkata, "Bawalah anak itu kemari kemudian kita suruh minta doa, minta hujan. Jika anak itu ternyata tidak membawa manfaat lebih baik kita bunuh saja." Berkatalah Abu Jahal,"Mana mungkin anak seperti itu dapat mendatangkan hujan."
Setelah itu diba:walah Muhammad ke rumah karaenga atau
raja. Ketika tinggal di rumah karaeng beberapa saat lamanya, semakin hari semakin besar pula ia.
Pada suatu hari, dibawalah Muhammad keluar ke tengah
lapangan yang luas, kemudian dipegang tangan kanannya, lalu diangkat ke atas, seperti halnya orang yang berdoa. Pada saat itu juga tampaklah awan yang kelihatannya awan tersebut adalah sekelahiran dengan Muhaihmad. Artinya, awan tersebut ada sejak Muhammad lahir yang tugasnya menaungi Muhammad dari terik matahari, dihembus angin, atau terkena hujan. Sejak itu turunlah
hujan ^ngan derasnya. Semua pohon kayu yang sudah mati berdaun kembali, semua pohon kayu yang biasa berbuah, sudah sarat deugan huah .^ada ^aat itu juga.
18
Sungguh bergembiralah karaeng pada waktu itu karena sumber penghidupan sudah banyak seperti biasa.
Berkatalah Abu Jahal laknatullahi alaihi,"O, Karaeng, apakah Tuan bergembira dengan keadaan seperti ini, yang sebenarnya hal ini hanyalah permainan sulap saja."
Karaenga menjawab,"Hai, Abu Jahal,jika engkau menganggap permainan sulap atau sihir saja, coba kamu sendiri yang meminta hujan. Jika kami tidak sanggup, awas, kamu akan kubunuh."
Mendengar perkataan karaeng itu, larilah Abu Jahal pontangpanting ke sana kemari tidak karuan, biar ia jatuh lari juga; biar ia terjerembab melompat juga karena takutnya kepada karaeng. Setelah tinggal beberapa lama di rumah karaeng, pada suatu ketika, Halimah ingin kembali ke rumahnya sambil membawa
Muhammad. Ketika Muhammad kembali ke rumah Halimah alangkah banyakiiya oleh-oleh yang diberikan karaeng kepadanya. Namun, oleh-oleh itu diserahkan semuanya kepada Halimah, ibunya.
Tinggallah Muhammad di rumah Halimah seperti sedia kala, dan dia semakin besar pula. Pada suatu waktu, ketika itu
Muhammad sudah menginjak usia remaja, disuruh oleh Halima pergi menggembala kambing di sekitar Jabala Kubais bersama
Lamarang. Sesampainya di luar, ia pun memegang tali pengikat
kambingnya. Tiba-tiba muncullah dua orang kemudian menghampirinya dan langsung memegang Muhammad. Satu orang memegang
tangannya, sedangkan
temannya
yang
lain
19
memegang kakinya kemudian ia dibawa ke kaki gunung Jabal
Kubais. Sesampainya di sana ia dibaringkan kemudian dibelah perutnya, dikeluarkan batu-batu hitam yang dapat ditempati Ibiis
menggoda, kemudian hatinya dicuei dengan air zamzam, air dari kalkausar, air yang didatangkan dari surga, lalu perutnya ditutup
kembali. Kejadian ini diiihat oleh Lamarang, kemudian ia segera kembali melaporkan kepada ibunya, "Ibu dan ayahku, Muhammad telah mati di luar karena perutnya dibedah oleh dua orang di kaki gunung Jabal Kubais. Maka keluarlah Halimah bersama suaminya untuk menemui Muheimmad. Namun,sesampainya di luar, Muhammad
sedang ditemukan memegang tali pengikat kambingnya.
Berkatalah Halimah,"Hai,Anakku Muhammad, benarkah laporan kakakmu, Lamarang bahwa perutmu dibedah." Menjawablah Muhammad,"Apa yang dilaporkan Lamarang, Kakakku, benar. Perutku dibedah oleh dua orang kemudian dihilangkan batu-batu hitam, tempat Iblis menggoda. Kemudian hatiku dicuci dengan air zamzam,air dari kalkausar, air dari dalam surga. Selanjutnya, perutku ditutup kembali seperti sedia kala. Ketika peristiwa ini berlalu, berkatalah suami Halimah,"Mungkin lebih baik kita kembalikan Muhammad ke kota Mekah, ke rumah
neneknya, jangan sampai hanya kali ini saja Muhammad dapat lolos dari bahaya maut, pasti kita dituduh macam-macam oleh
neneknya, Abdul Muttalib. Tak lama kemudian, Muhammad diantar pulang ke kota Mekah, ke rumah neneknya, Abdul Muttalib.
20
Beberapa hari kemudian, setelah Halimah mengembalikan Muhammad kepada neneknya, Abdul Muthsdib, la pun miiita pamit Mnpiif pulang ke kampungnya. Sanak famili Muhammad berdatangan sambil membawa oleh-oleh tanda terima kasih kepada Halimah. Ada
yang membawa emas muda,ada yang membawa emas mumi,ada yang membawa intan dan jamnid,ratna mutu manikam,semua datang dengan membawa apa yang mereka miliki. dan seketika itu pun Halimah menjadi kaya.
Pulanglah Halimah dengan suaminya ke kampungnya dengan
riang gembira. Halimah berkata, "Sejak Muhammad kuasuh dan kususukan di rumah ini, tidak pernah hilang dari ingatanku tentang kebaikan dan kemujizatannya." Ketika Muhammad dikembalikan oleh Halimah, timbullah di dalam hati Abdul Muttalib bahwa "Muhammad, cucuku ini
nanti akan kuangkat menjadi penggantiku untuk menjaga, mengawasi, dan merawat Ka'bah yang mulia ini."
Penguasa kota Mekah ketika itu berkata, "Sekarang Abdul Muttalib sudah tua, kira-kira siapalah gerangan yang dapat
menggantikannya kalau sebentar ia meninggal." Tatkala Halimah mengantar pulang Muhammad ke kota Mekah,
Abdul Muttalib sangat menaruh hormat dan raenyayanginya.
Pada saat itu juga Muhammad diantar oleh neneknya Abdul Muttalib masuk ke Ka'bah. Oieh karena itu, semua penghulu di
kota Mekah merasa sakit hati dan tidak setuju atas tindakan Abdul
Muttalib, tetapi tidak satu pun di antara mereka yang berani membantahnya. Orang yang sakit hati itu ialah pertama Abu Jahai,
21
kedua Abu Lahab, ketiga Abtahi. Mereka sangat dibenci oleh Allah.
Pada suatu ketilica, Abdul Muttalib sedang menidurkan cucunya, Muhammad,kemudian ia menciumnya. Sementara ia mencium cucunya, Abdiil Muttalib kaget karena dilihatnya ada cahaya yang tdrpancar keluar dari mata Muhammad. Bangunlah Abdul Muttalib mengamati cucunya. Ia memeluk dan mencium Muhammad kemudian ia berpikir^ "Tidak akan kudapati nanti. cucuku ini sebab penyakitku sudah sangat parah." Abdul Muttalib juga menyadari bahwa dirinya tidak akan lama lagi hidup dan tidak akan sehat kembali dari penyakitnya. Setelah itu, ia memanggil seluruh anaknya. Datanglah Abu Lahab menghadap sambil berkata,"Ayahku, mengapa kami dipanggil."
Berkatalah Abdul Muttalib, "Hai Abu Lahab, rasanya saya tidak akan sembuh lagi dari penyakitku dan sebentar lagi aku akan meninggal dunia. Siapalah kira-kira yang sanggup mengasuh dan memelihara cucuku, Muhammad, jika ketentuan Allah telah datang kepada saya." Menjawablah Abu Lahab,"Sayalah yang memelihara Muhammad, sebab sayalah anak Tuan yang paling tertua." Berkatalah kembali Abdul Muttalib,"Benar juga perkataanmu bahwa kamulah yang pantas memeliharanya, tetapi kamu terlalu banyak susah lagi pula kamu terlalu kikir terhadap anak-anak yatim." Terdiamlah Abu Lahab.
Sesudah itu datanglah Abas dan berkata, "Mengapa k^mi dipanggil, Ayahku."
Berkatalah Abdul Muttalib, "Hai Anakku, inilah yang
22
perlu kubicarakan dengan kamu, Nak. Siapalah nanti yang ditempati cucuku, Muhammad, jika takdir dan ketentuan Allah telah datang kepadaku."
Manjawablah Abbas,"Ayahku, saya bersedia mengasuh dan memelihara Muhammad, sebab saya sudah terbiasa memelihara anak."
Berkatalah ayahnya,"Hai Anakku, benar perkataanmu, tetapi anakmu terlalu banyak sehingga ada kemungkinan engkau akan menelantarkan Muhammad."
Tak lama kemudian datanglah Hamja kemudian berkata, "O Ayahku, mengapa aku dipanggil." Berkatalah Abdul Muttalib, "Siapalah nanti yang bersedia
mengambil dan memelihara Muhammad apabila ajal yang telah ditetapkan Allah telah datang kepadaku." Menjawablah Hamja,"Ayahku,sayalahyang diberikan Muhammad sebab saya sudah lama mendambakan seorang anak dan hingga kini belum terwujud."
Berkatalah Abdul Muttalib, "Benar apa kamu katakan, tetapi kamu belum terbiasa memelihara anak yatim. Lagi pula kamu
memang benar rajin ibadah, tetapi kamu terlalu pemberani dan ini yang sangat kamu tekuni karena kamu memang adalah penghulu laki-laki di dunia.ini (sangat pemberani) sehingga kamu tidak
menghiraukan lagi kepentingan orang, Muhammad." Tak lama kemudian datang pula Abu Talib dengan hormat ia berkata, "O Ayahku hai ayahku tercinta, apa yang
23
ingin disampaikan padaku."
Berkatalah Abdul MuttaIib,"Anakku Abu Talib, inilah masalahnya
sehingga engkau kupanggil. Siapalah nanti yang dapat mengambil
dan memelihara cucuku, Muhammad." jika sebentar aku meninggal dunia.'l
Berkatalah Abu Talib, "Ayahku,sengaja aku terlambat datang karena berbagai pertimbangan. Pertama, sayalah anak Bdpak yang paling bungsu, kedua, sayalah anak Bapak yang termiskin, ketiga, saya terlalu ingin memelihara anak yatim yang sudah tidak beribu dan berbapak. Oleh karena itu, saya mohon agar Muhammad diberikah
kepada saya untuk memelihara dan merawatnya; sedangkan anak orang lain saya bisa pelihara, apalagi kalau anak saya (Muhammad)sendiri." Berkatalah Abdul Muttalib, "Hai cucuku Muhammad, silakan
pilih di antara pamanmu itu, mana yang kamu senangi. Akhirnya, Muhammad lari kepada Abu Talib kemudian memeluk lehemya.
Berkatalah Abu Talib, Alhamdulillabi Rabbil Alamin, artinya, segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam." Selanjutnya, Abdul Muttalib berkata, "Hai Anakku Abu Talib,
"Walaupun engkau yang disenarigi atau dipilih oleh anakmu Muhammad, tetapi itu tergantung pada kamu juga. Apakah kamu siap atau tidak."
Berkatalah Abu Talib, "Hai Ayah, apa kira-kira yang Bapak ingin pesankan kepada saya." Berkatalah Abdul Muttalib,"Yang perlu aku pesankan kepadamu adalah sebagai berikut. Jika engkau memangku anakmu, tempatkan Muhammad di sebelah kanan. Jika engkau menggendong anakmu.
24
junjunglah Muhammad. Jika engkau menjahit baju anak-anakmu, dahulukan Muhammad. Jika anakmu bersama-sama Muhammad
masuk ke dalam rumah, yang pertama kamu jemput adalah Muhammad
kemudian anakmu. Demikianlah wasiat yang kusampaikan padamu. Jika kamu tidak sanggup melaksanakan sesuai dengan wasiat tadi, lebih baik aku serahkan Muhammad kepada orang lain yang tidak ada hubungan darahnya. Abu Talib langsung mengambil songkoknya kemudian memukulkannya di hadapan ayahnya seraya berkata, "Demi Allah, demi Rasulullah, saya tidak akan mendapatkan kebajikan di dunia hingga ke akhirat kelak jika aku menyalahi apa yang ayah wasiatkan kepadaku, Allah mendengar penyaksianku ini." Alangkah gembiranya Abdul Muttalib mendengar pengakuan Abu Talib.
Beberapa saat lamanya Abdul Muttalib bergelut dengan penyakit yang dideritanya, akhimya ia meninggal dunia. Selanjumya,ia dikuburkan di Baqi. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, artinya, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali."
Selaraa Abu Talib mengambil dan memelihara Muhammad, ia tidak pernah melupakan wasiat ayahnya, Abdul Muttalib. Jika Muhammad baru kembali dan masuk rumah, Muhammad-lah
yang pertama dijemput kemudian anaknya sendiri. Jika ia
meraangku anaknya, Muhammad di sebelah kanan, anaknya
di sebelah kiri. Jika ia menjahit baju, Muhammad yang lebih dahulu, anaknya belakangan. Demikianlah keadaan Abu Talib seterusnya. Ketika Muhammad berumur empat belas tahun, ia semakin
tampan dan mempesona, akhlak dan tingkah lakunya semakin terpuji.
25
Tidak ada titik celanya, seorang memuji dan simpatik kepadanya,
perawakannya sederhana, tidak keeil dan tidak pula besar. Muhammad adalah orang kepercayaan Allah. Semua orang tidak berani bicara macam-macam di hadapannya. Air mukanya semakin berseri-seri. Pada suatu ketika, datanglah tantenya yang bernama Atika mengunjungi Abu Talib. Di dalam pertemuan itu, Atika berkata, "Abu Talib, Muhammad, kemanakanmu sudah dewasa. Barangkali
sudah saatnya sekarang kita pikirkan perkawinannya, mudah-mudahan ada keturunannya kelak sebagai pelanjut. Semoga Allah merestuinya karena ia anak yatim piatu. Engkau (Abu Talib) dijadikan ayah dan saya (Atika) sebagai ibunya. Inilah yang ingin kusampaikan kepadamu, kuharap kita pikirkan bersama rencana ini. Mendengar pembicaraan Atika itu, Abu Talib tersenyum gembira.
Menjawablah Abu Talib, "Sebenamya masalah ini pulalah yang aku pikirkan siang malam, bagaimana cara mengatasinya, sebab hanya Tuhan yang tahu kemiskinanku. Lagi pula, aku tidak mau mengambilkan wanita sembarangan atau wanita yang bukan bermartabat tinggi. Sebenamya, ada wanita yang cocok dengan Muhammad, tetapi aku malu melahirkan atau mengucapkannya." Berkatalah Atikah,"Wanita siapa gerangan yang kamu maksudkan itu."
Menjawablah Abu Talib,"Yang saya maksudkan adalah Hatijah (Khadijah), tetapi saya malu didengar orang, sebab Hatijah itu memiliki empat sifatsebagai berikut. Pertama,ia keturanan bangsawan, kedua ia kaya, ketiga ia berilmu, dan keempat ia cantik." Bericatalah Atikah, "Hai, Kakakku Abu Talib, benar apa kamu
26
katakan itu. Akan tetapi, martabat dan mujizat Muhammad tidak ada yang sanggup mengalahkannya."
Adapun Hatijah selalu mengirim pedagangnya pergi ke Banuasang untuk membawa barang. Atika juga selalu mendesak Abu Talib
katanya, lebih baik kita pergi kepada Hatijah supaya ia mau membantu Muhammad.
Pada raalam itu, Hatijah bermimpi melihat matahari, bulan,
dan bintang jatuh ke dalam pangkuannya. Setelah ia bangun dari tidurnya, ia mengumpulkan semua orang yang pandai menakwilkan mimpi. Ketika semua penakwil mimpi sudah hadir, ia pun mengemukakan perihal mimpinya semalam. Di antara mereka yang fnengatakan bahwa usaha dan kekayaan Hatijah semakin bertambah.
Ada pula di antaranya yang mengatakan bahwa ilmu Hatijah akan bertambah luas dan dalam. Ada juga yang berkata bahwa umur Hatijah akan dipanjangkan oleh Tuhan. Dari sekian takwil mimpi itu belum ada yang berkenan di hati Hatijah. Oleh karena itu, ia memanggil saudara anak kodanya yang bernaraa Mubassiran. Tak lama kemudian datanglah Mubassiran.
. Berkatalah Hatijah,"Hai,Mubassiran, sebabnya engkau kupanggil, barangkali engkau mengenal orang pandai menakwilkan mimpi." Menjawablah Mubassiran, "Benar saya mengenal seorang penakwil mimpi, tetapi tempat tinggalnya agak jauh, yaitu antara kota Mekah dan Banuasang. Orang itu bemama Syekh Mujerahaban."
Ketika Hatijah mendengar keterangan Mubassiran tentang penakwil mimpi itu, ia langsung menulis surat. Bunyi surat tersebut adalah, "Yang ingin saya sampaikan kepada Tuan, semoga Tuan
27
bersedia menakwilkan mimpi saya, sebab sejak aku lahir hingga sekarang, baru kali ini saya bermimpi begini." Mimpi itu adalah, saya melihat matahari dan bulan demikian pula bintang-bintang turun dari atas dan langsung naik di pangkuanku, sementara aku memangkunya, aku terbangun." Setelah surat itu selesai ditulis diantarlah oleh Mubassiran
kepada syekh Mujrahaban. Sesampainya ia di sana surat langsung ia serahkan kepada syekh Mujrahaban. Surat tersebut langsung pula diambil oleh syekh kemudian dicium dan dijunjung, kemudian ia buka dan baca.
Tatkala surat tersebut selesai ia baca, ia pun mengirim surat sebagai balasan dari surat Hatijah. Di dalam surat tersebut syekh Mujrahaban berkata, "Salam sejahtera buat
Anakku, Hatijah. Mimpimu baik sekali. Engkaulah yang ditakdirkan oleh Allah untuk mempersuamikan nabi akhir zaman, penghulu seluruh umat manusia. Dialah nabi yang pertama dia pulalah yang paling terakhir. Anakku Hatijah, tidakah engkau tahu sifat-sifatnya Nur Muhammad yang terdapat dalam Kitab Taurat. Sebenarnya, keberadaan alam raya ini disebabkan oleh Nur Muhammad itu. Tanda-tanda Muhammad, nabi akhir zaman
itu, antara lain, rambutnya berombak, mukanya bercahaya laksana bulan purnama, matanya sangat menarik, mata putihnya sangat
putih, dan yang hitam sangat hitam, suka tersenyum, baik hati, giginya laksana mutiara yang diuntai rapi, dan pergelangannya lebih lunah dan lebih lembut daripada tangkai muda bunga mawar. Lehemya lebih elok daripada leher pandai emas, lebih indah daripada leher rusa. Cahaya mukanya lebih indah dan lebih terang dari
28
pada cahaya matahari dan bulan. Baunya lebih semerbak laksana minyak kasturi dari surga dan bertahan hingga empat hari. Mata akan silau memandangnya. Jika makan, ia memperhitungkan kedatangan malaikat Jibril. Cahaya dunia terletak di dada Muhammad, keturunan Nabi Ibrahim alaihi salam, keturunan bangsawan Quraisy.
Ketika membaca surat yang dikirim oleh Syekh Mujrahaban
kepadanya, alangkah riang dan gembiranya hatinya, tenteram penuh kedamaian. Ia mencium surat tersebut, laiu dijunjungnya kemudian berkata dalam hatinya,"Aku hanya menunggu ketentuan dan kekuasaan Allah, inilah takwil mimpi saya yang sebenarnya.
Jika raemang benar terjadi sesuai dengan takwil mimpiku, akan kuserahkan diri dan kekayaanku, demikian juga jiwaku kepada
Allah; aku akan menghambakan diriku dunia dan akhirat, dan seluruh harta benda, baik yang ada di atas rumah maupun
yang ada di bawah rumah; semuanya akan kuserahkan kepada Muhammad. Jika rahasiaku ini kubongkar, tentu banyak orang
yang sakit hati kepada Muhammad demikian juga kepada saya. Lebih baik Muhammad kusuruh pergi berdagang dulu ke Banuasang,
seperti halnya orang kebanyakan. sfc He
4^ He
Fasal, satu fasal lagi yang membicarakan kisah Hatijah. Ketika
itu Hatijah menyiapkan tujuh ribu unta untuk membawa barang dagangannya ke negeri Banuasang. Atika mendengar berita bahwa Hatijah sedang mempersiapkan
pedagangnya. Maka pergilah Atika ke rumah Hatijah dan baru saja
29
ia mau melangkahkan kakinya di anak tangga, tiba-tiba datanglah Hatijah dari atas rumah menjemputnya, Padahal Hatijah adalah golongan bangsawan lagi mulia, tetapi dia sendiri yang turun menjemput Atika untuk naik di rumahnya. Berkatalah semua orang yang menyaksikan ini, "Kita sudah untung jika diajak omong satu kali dalam sehari sebelum kita
kembali dari pekerjaan. Sedangkan Atikah, Hatijah sendiri yang langsung menjemputnya kemudiah mengajaknya duduk disampingnya. Ketika Atika sudah duduk, bertanyalah Hatijah, "Apa maksud dan tujuanmu datang kemari, Atikah."
Menjawablah Atika, "O Anakku Hatijah, ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu, tetapi saya sangat haaiu mengucapkannya, Nak."
,
Berkatalah Hatijah, "Hai Atika, mintalah kepadaku, jangan segan dan jangan pula malu-malu." Menjawablah Atika,"Hatijah Anakku, maksud dan tujuan saya ke sini ialah, saya mendengar bahwa pedagangmu sedang bersiap-
siap akan berangkat ke negeri Banuasang membawa barang dagangan, barangkali engkau dapat pula membantu Muhammad, aminullahi. Inilah tujuanku yang sangat penting, semoga dapat pula memberi modal kepada Muhammad, mudah-mudahan Allah memberi rezeki
melalui usaha ini. Lagi pula aku sudah berniat untuk mengawinkannya sebab sudah dewasa dan memang sudah saatnya untuk kawin." Mendengar ucapan Atika, Hatijah merunduk, tetapi tak lama
kemudian ia pun mengangkat kepalanya; lalu timbul dalam pikirannya.
30
"Inilah arti mimpiku dahulu, mungkin dalam waktu singkat tnimpi itu akan menjadi kenyataan."
Berkatalah Hatijah, "Hai Atika, saya takut mengatakan ada atau tidak ada modal. Barangkali ada baiknya kalau begini, bawalah ke sini Muhammad, nanti saya berikan barang dagangan yang
kira-kira cocok untuk dia jual. Saya ini akan mengurusi unta-
unta yahg akan berangkat ke negeri Banuasang untuk membawa barang-barang dagangan. Lagi pula tidak sembarang orang yang
dapat.saya serahi amanat untuk membawa unta dan barang-barang tersebut."
Ketika Atika mendengar permintaan dan penjelasan
Hatijah,
ia
pun
minta
diri
untuk
pergi
memanggil
Muhammad, aminullahi. Selang beberapa saat kemudian,
datanglah Muhammad bersama Atikah. Adapun Hatijah, ketika Atika pergi, ia langsung menggantung
gorden atau tirai. Setelah itu, ia pergi berwuduh kemudian melakukan saiat sunat dua rakaat. Sesudah melakukan salat dua rakaat, ia membuka-buka kitab Taurat. Di dalam kitab tersebut ia mendapat
ihal-ihwal Nur Muhammad. Semua yang digambarkan di dalam
kitab tersebut, tidak ada yang bertentangan dengan sifat-sifat dan
tingkah laku serta ciri-ciri yang dimiliki Muhammad.
Berkatalah Hatijah kepada Atika,"Pulanglah hai Atika bersama Muhammad. Akan tetapi, setelah Muhammad tiba di rumah, kumohon Atika kembali ke sini lagi."
Setelah itu, pulanglah Atikah bersama Muhammad ke rumahnya.
Sesampainya Muhammad di sana, Atikah kembali lagi ke rumah Hatijah.
31
Ketika Atika datang. dipanggillah oleh Hatijah naik ke ruriiah
kemudian dipersilakan duduk. Sesampainya di atas berkatalah Hatijah, "Atika, bulan depan para pedagangku akan berangkat ke negeri Banuasang. Saya harap supaya Muhammad juga bersiap-siap dan memakai pakaian sama dengan pedagang-pedagang lainnya." Tatkala Atika mendengar penjelasan Hatijah, alangkah riang hatinya. Setelah itu, ia pun minta diri kepada Hatijah untuk kembali ke rumah Abu Talib. Mendengar berita yang dibawa oleh Atika, Abu Talib pun merasa senang dan gembira menanggapi keinginan dan kesediaan serta keputusan Hatijah yang disampaikan oleh Atikah.
Sibuklah Abu Talib mencari pakaian yang akan dipakai oleh
Muhammad nanti, seperti permintaan Hatijah untuk pergi ke Banuasang. Namun, tidak seorangpun yang bersedia meminjamkan bajunya kepada Muhammad. Akhirnya, Abu Talib berpikir, "Lebih baik
jika saya buatkan Muhammad baju dari kulit kambing dan celananya dari kulit unta.
Ketika bulan dan hari yang telah ditentukan (bulan keberangkatan para pedagang) telah tiba, berduyung-duyunglah orang pergi ke rumah Hatijah. Beribu-ribu orang berkumpul di rumah Hatijah, hanya Muhammad yang belum datang. Berkatalah Hatijah, "Tunggu dulu Muhammad sebentar."
Berkatalah Abu Jahil, "Mengapa orang seperti Muhammad
yang harus ditunggu, padahal ia bukan keturunan raja, bukan pula orang kaya, dia hanya orang gajian lalu kita harus menunggunya."
32
Abu Jahal mengucapkan kata-kata seperti ini dengan penuh kekesalan. Tak lama kemudian datanglah Muhammad. Sementara itu
orang sudah bersiap-siap untuk berangkat. Ada yang berpamitan
dengan ayah dan ibunya, yang sudah beristri berpamitan dengan istrinya, anaknya, cucunya semua. Demikian juga dengan sanak keluarganya yang lain karena sebentar lagi mereka akan meninggalkan kota Mekah dan selanjutnya menuju negeri Banuasang untuk berdagang. Pada waktu Muhammad menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang,
dan ke depan mengamati orang-orang yang ada, tidak tak seorangpun di antaranya yang dikenalnya. Merunduklah ia sambil meneteskan air matanya. Pada saat yang demikian, datanglah Abu Talib bersama Atika, lalu Atika berkata, "Muhammad Anakku, jika kamu nanti
lapar, siapakah yang memberimu makanan? Jika kamu haus, siapakah yang memberimu air minum? Demikian pula jika kamu sakit, siapakah yang akan merawatmu? Jika kamu meninggal, siapakah nanti yang akan merawatmu? Jika kamu meninggal, siapakah nanti
yang akan mengupacaraimu, apabila takdir dan ketentuan Allah telah datang kepadamu."
Tiba-tiba Abu Talib berkata dalam hatinya, "Ayahku, Abdul
Muttalib, awasilah cucumu, Muhammad, pelihara dunia hingga akhirat kelak; beginilah kelihatannya orang yang mengambil utang
kepada Hatijah." Selanjutnya Abu Talib berkata,"Muhammad,kupersembahkan
jiwa dan tubuhmu (kepada Tuhan). Semoga engkau seperti nenekmu oabi Ibrahim alaihi salam ketika ia dibakar di tengah api yang
33
berkobar-kobar, tetapi selembarpun bulu-bulunya tidak ada yang terbakar.karena kekuasaan Allah. Mudah-mudahan engkau menyerupai nenekmu nabi Ismail alaihi salam ketika akan dikorbankan oleh
nabi Ibrahim alaihi salam, ayahnya."
Ada satu riwayat yang mengatakan bahwa anak yatim itu mulia di sisi Allah. Pada suatu ketika seorang anak yatim meninggal dunia kemudian tidak satu orang pun yang mengurus kematiannya. Oleh karena itu, Allah mengutus turun malaikat Mikail dan Israfil untuk mengurusnya. Ketika selesai disalati diantarlah ke kuburan, kemudian dikuburkan di situ.
Tersebut di dalam kitab bahwa bararig siapa yang membenci
dan menyakiti hati anak yatim, goyanglah Arasy dan Kursi. Lagi pula orang yang demikian dicatat oleh malaikat di Lauh Mahfud
sebagai orang jelek. Oleh karena itu, kasihanilah anak yatimpiatu dan orang-orang yang melarat. Allah akan memberi pahala dunia dan akhirat kepada orang yang berbuat baik kepada anak yatim-piatu dan orang yang melarat.
Adapun Hatijah setelah melihat pakaian Muhammad, ia pun
bersedih dan air matanya pun menetes. Hatijah mempunyai tujuh ekor unta yang berwarna merah, dan dalam seekor, tujuh penggembalanya, semuanya adalah abdinya.
Oleh karena itu berkatalah Hatijah kepada Mubassiran, "Hai, Mubassiran, apa engkau mengenal Muhammad?"
Menjawablah Mubassiran, "Ya, saya tahu Muhammad. Dia adalah ^ak Abdullah, cucu Abdul Muttalib. Dia adalah anak keturunan
bangsawan Kuraisy dari garis keturunan Hasyim."
34
Berkatalah Hatijah kepada Mubassiran, "Hai, Mubassiran,
engkaulah yang kuharapkan dan kuberi amanat untuk menjadi anak koda dari pedagang-pedagang yang akan berangkat ini. Oleh karena itu, tenangkan hatimu, berlaku jujurlah kepadaku; engkaulah yang memimpin rombongan para pedagang yang akan berangkat ke negeri Banuasang ini; engkau harus hormat dan memenuhi keperluan Muhammad. Saya pesankan, rugi dan untungnya daganganmu, serahkan sepenuhnya kepada Muhammad.
Hatijah berkata lagi, "Jika benar cara pengabdianmu kepada Muhammad, berarti sama kalau engkau mengabdi kepada saya.
Engkau akan kumerdekakan supaya bebanmu menjadi ringan dunia dan akhirat. Satu lagi yang perlu kamu ingat, untaku yang biasa kutumpangi berikan Muhammad untuk dia tumpangi kalau kamu sudah berada di tengah perjalanan. Beritahukan pula Muhammad agar ia melepaskan pakaian kulitnya, kemudian berikan sarungku (Jipak - masserekku)
ini untuk ia pakai, sarung yang dicelup dan
dilukis dengan air emas. Beritahukan, silakan pakai sampai hancur. Berikan pula songkokku ini, songkok yang terbuat dari emas, untuk dia pakai, dan engkau sendiri yang memasang di kepalanya. Berikan pula baju samsiku ini untuk dia pakai." Berkatalah Mubassiran, "Baiklah, semua perintahmu akan
kulaksanakan dengan baik." Setelah itu berangkatlah semua pedagang. Ketika di tempat
peristirahatan, berkatalah Mubassiran,"Hai Muhammad, saya mohon agar sarung dan baju Tuan dikeluarkan. Mendengar permintaan ini, Muhammad kaget dan berpikir apa sebenamya yang diingini Mubassiran itu. Muhammad berpikir, ada apa Mubassiran ini atau
35
barangkali ada kesalahan yang kuperbuat sehingga aku disunih melepaskan atau menanggalkan sarung dan bajuku. Rasanya aku tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi mengapa aku ditelanjangi di tengah-tengah orang banyak."
Muhammad memutar tempat di^duknya menghadap kepada Mubassiran, kemudlan berkata, "Hai, Mubassiran, apakah engkau mengetahui asal keturunanku sebab saya tidak merasa bersalah
kepadamu. Jika seandainya aku mempunyai perbuatan yang kamu tidak senangi, toiong beritahu saya supaya saya perbaiki. Saya sangat main telanjang bulat di tengah-tengah orang banyak karena semua pembesar, termasuk penguasa di Mekah hadir di sini. Di samping itu, hadir pula orang-orang yang membenci aku, orang-orang yang mencintai aku. Kira-kira apalah kata
mereka jika aku berbuat demikian. Mereka pasti mengatakan bahwa orang gajian Hatijah melakukan pelanggaran. Oleh karena itu. la ditelanjangi di tengah-tengah orang banyak. Orangr orang yang tidak senang kepadaku pasti mereka bergembira melihat keadaan saya (telanjang di tengah jalan)."
Bersedihlah Mubassiran mendengar ucapan Muhammad,kemudian
ia menjawab,"Hai, Muhammad,sama sekali engkau tidak memperbuat kesalahan terhadap saya, walaupun sebesar kutu. Demi Allah dan
demi rasulillah, tidak pernah terbetik di dalam hatiku hal-hal seperti yang Tuan katakan tadi. Hanya saja, saya berkata demikian karena
permintaan Tuanku Hatijah. Ia berpesan kepada saya sebelum rombongan berangkat, jika kamu telah tiba di tempat peristirahatan, minta agar Muhammad melepaskan sarung dan celananya yang terbuat
dari kulit binatang, demikian juga songkoknya, kemudian ganti
36
dengan sarungku (lipak: masserekkti) yang dilukis dengan air emas, ganti pula bajunya dengan bajuku yang dihiasi dengan emas, ganti pula songkoknya dengan songkok emasku, dan berikan pula Muhammad untaku untuk dia tumpangi."
Berkatalah Muhammad kepada Mubassiran, "Ini saja pakaianku yang saya pakai karena inilah yang dikehendaki oleh Allah."
Menjawablah Mubassiran, "Hai, Muhammad,ini sajalah pakaian kebesaran tuanku Hatijah yang Tuan pakai, sebab menurut pesannya kepada saya, pakaian itulah yang dia harapkan Tuan Pakai. Sarungnya, bajunya, songkoknya, demikian juga untanya; semuanya diserahkan kepada Tuan untuk dipakai. Menurut Hatijah, jika hal ini tidak saya sampaikan kepada Tuan, saya akan dibunuh. Lagi pula saya takut dan malu bertemu dengan dia jika Tuan tidak bersedia memakai pakaian dan unta yang disiapkan untuk Tuan." Berkatalah Muhammad, "Jika memang demikian permintaan tuanmu Hatijah, biarlah saya pakai satu atau dua hari sebab saya sangat pemalu kepada orang kaya."
Dipakailah pakaian kemuliaan yang disiapkan itu oleh Muhammad. Sesudah memakai semua pakaian yang disiapkan, ia pun menaiki unta yang telah disiapkan untuknya. Oleh karena itu, memancarlah
sinar sampai ke Arasy dan Korsi seperti halnya pelangi yang menjadi penghias bibir langit.
Sementara itu, Allah berkata kepada malaikatnya,"Perintahkan awan putih yang bernama siUtibu rftfOdna menaungi kekasihku Muhammad, sebab saya tidak menghendaki dia terkena sinar matahari dan tertiup angin."
37
Dalam sekejap mata datanglah malaikat Jibril menaungi Muhammad sebab awan tersebut adalah awan sekelahiran dengan Muhammad (awan tersebut bersamaan lahirnya dengan Muhammad).
Semua orang di sekitar tempat itu heran menyaksikan peristiwa tersebut. Semua orang yang benci kepada Muhammad bermuka masam, sedangkan Abu Jahil sudah tak terkatakan lagi sakit hatinya kepada Muhammad.
Berkatalah Abu Jahil kepada Mubassiran, "Saya belum pernah
menemukan orang yang seperti perbuatanmu itu. Orang-orang upahan kita perlakukan sebagai hamba, sedangkan engkau orang upahan itu (Muhammad) kaujadikan tuan. Padahal Muhammad itu orang miskin, yatim-piatu, tidak beribu dan tidak berbapak, tidak sesuatu yang dia miliki. Akan tetapi, mengapa engkau mengangkatnya seperti tuan (pemimpin)."
Menjawablah Mubassiran,"Hai Abu Jahal, saya bukan melihat yang sekarang, tetapi yang saya lihat adalah masa depan; apa dibalik yang tampak itu. Engkau tidak akan mampu melihat sesuatu yang luar biasa, yang rahasia pada diri Muhammad, kekasih Allah."
Berkata pula Abu Bakar, "Hai Mubassiran, alangkah baiknya jawabanmu itu, saya senang sekali mendengarnya. Di dalam kitab
disebutkan bahwa di akhirat kelak orang-orang yang senang kepada sifat dan perilaku Muhammad, dimerdekakan dari siksaan, diberi
kedudukan tinggi, dan akan diberi kendaraan burak. Semua orang kafir yang benci kepada Muhammad, matanya akan buta, telinganya akan tuli karena dianggap durhaka kepada Allah."
38
Tiba-tiba muncullah suara dar.i langit yang mengatakan, "Hai sekalian orang kafir, yang kamu saksikan adalah lahiriahnya Muhammad, tetapi batinnya kamu tidak melihatnya."
Semua orang yang mendengar suara tadi kebingungan. Adapun Muhammad ketika mendengar suara orang banyak itu, ia langsung turun dari untanya. Setelah itu, ia langsung pula melepaskan pakaian kebesaran yang dipakainya kemudian menarik untanya. Ketika Mubassiran melihat tingkah laku Muhammad
itu,
berkatalah ia, "Hai Tuanku, mengapa engkau melepaskan semua pakaianmu."
Menjawablah Muhammad, "Mubassiran, demikianlah kehendak
Allah." Adapun orang banyak itu, selanjutnya, menuju ke rumah
Mujerahaban. Sesampai mereka di sana, unta dan barang-barang yang ada di atasnya mereka simpan di samping rumah Mujerahaban. Ia adalah keturunan nabi Ismail dan termasuk ulama di kampung Syam negeri Arab, ia dikenal pula dengan nama Hawariyun. Ketika itu, secara kebetulan Mujerahaban sedang duduk di teras rumahnya, tiba-tiba ia melihat awan putih menaungi Muhammad, aminuUah, seperti payung.
Berkatalah Mujerahaban, "Memang hai ini pernah saya lihat di dalam kitab Taurat yang mengatakan bahwa siapa saja dinaungi oleh awan putih, itulah dia nabi akhirumman. Oleh karena itu, keluarlah Mujerahaban mencari awan putih tersebut yang menyerupai payung, namun ia tidak menemukannya karena banyaknya manusia (beribu-ribu banyaknya). Semua orang heran melihat kedatangan Mujerahaban karena selama mereka datang ke negeri itu berdagang, Mujerahaban tidak pernah keluar menjemput.
39
Berkatalah Sekh Mujerahaban, "Benar apa yang kalian katakan, tetapi dengar baik-baik! Ada nazarku kepada kamu sekalian, yaitu semua yang hadir di sini saya undang ke rumah besok untuk
bersantap slang. Saya tidak ingin ada satu orang di antara kalian
yang tidak datang besok. Jika ada yang hilang untanya, sayalah yang akan raembayarnya atau menggantikannya." Bertanyalah Mujerahaban, "Ada berapa semua nakhoda atau Juragan yang hadir."
Menjawablah Abu Jahil, Jumlah juragan yang hadir di sini orang
Seteiah itu, kembalilah Mujerahaban ke rumahnya. Sampai
larut maiam Mujerahaban dan istrinya tidak tidur karena ia meraotong kerbau, kambing, sapi, dan biri-biri.
Besok paginya diundanglah para pedagang itu masuk ke rumah.
Berkatalah Abu Jahil sesampainya di dalam rumah, "Angkatlah makanan karena kita sudah hadir semua. Seteiah makanan sudah
diangkat menengoklah keluar rumah Mujerahaban. Temyata ia melihat
seseorang di luar. Dari situ pula ia melihat awan putih menaungi orang itu (Muhammad).
Berkatalah Syekh Mujerahaban, "Temyata masih ada satu orang yang belum masuk."
Berkatalah Abu Jahil, "Benar masih ada orang di luar satu orang, tetapi itu masih anak-anak duduk di bawah pohon kayu
40
tetapi orang itu tidak pantas kita duduk bersama dengannya, sebab ia yatim-piatu, anak angkat Abu Talib; ia hanya memakai baju dari kulit binatang, dia juga hanya orang upahan dari Hatijah. Berkatalah Abu Bakar, "Hai Abu Jahil, tidak sepantasnya kamu berkata demikian. Memang benar. perkataanmu tentang Muhammad,tetapi Muhammad jauh lebih tinggi martabatnya dibanding dengan kita semua, turunan bani Hasyim dari suku Kuraisy." Berkatalah Syekh Mujerahaban, "Dengar baik-baik perkataanku, jika orang satu itu (Muhammad) tidak masuk, jangan ada yang berani makan, karena memang makanan ini kusiapkan bukan karena kamu sekalian, tetapi karena dia." Mendengar perkataan Syekh Mujerahaban, Abu Jahil laknatullahi menjadi kesal.
Kemudian diperintahkanlah seseorang pergi menjemput Muhammad di tengah padang. Sesampainya di sana, ia langsung menjemput tangan Muhammad kemudian membawanya masuk ke rumah. Setelah sampai di dalam ditempatkanlah di tempat yang terhormat, berkursi sambil menghadap ke bawah bersama Abu Lahab.
Berkatalah Syekh Mujerahaban kepada seluruh hadirin, "Silakan makan."
Bersantapl.ah seluruh hadirin. Ketika seluruhnya sudah bersantap, mereka pun minta pamit kepada Mujerahaban. Kemudian daripada itu, pergilah Mubassiran memeluk kaki
Muhammad,kemudian berkata, "Dengarlah, hai sekalian yang hadir.
41
saksikanlah bahwa saya telah menjadi umat kepada Muhammad Sallallahu alaihi Wasalam."
Kemudian ditariklah tangan Muhammad oleh Syekh Mujerahaban ke tempat salat, dan Muhammad langsung duduk di tempat tersebut. Berkatalah Mujerahaban kepada Muhammad, saksikanlah bahwa saya mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah."
Ketika Abu Jahal bermaksud memukul Muhammad, turunlah atau tampillah Abu Bakar menghalangi Abu Jahal sambil berkata,
"Hal Abu Jahal,janganlah engkau bunuh anak yatim itu(Muhammad)." Menjawablah Abu Jahal, "Andaikata bukan kamu yang saya lihat pasti kubunuh dia."
Setelah itu, berangkatlah semua pedagang; dan setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka tiba di Banuasang. Ketika Muhammad tiba di negeri tersebut, secara kebetulah penguasa Banuasang keluar untuk menyembah matahari. Sementara itu, kaum
Yahudi juga tidak terkirakan banyaknya. Sementara itu pula, barang dagangan berlipat-lipat untungnya, yang sepuluh ribu menjadi tiga puluh ribu.
Berkatalah Mubassiran kepada Muhammad, "Ada baiknya kita menjual juga."
Berkatalah Muhammad,"Biarkan mereka menjual lebih dahulu, nanti kita belakangan."
Ketika dagangan orang lain telah habis, maka ditawar pula dagangan Mubassiran. Barangnya yang pokok seribu ditawar lima ribu.
42
Berkatalah Mubassiran, "Hai Muhammad, apakah barang
dagangan kita kujual saja, sebab yang seribu ditawar lima ribu." Menjawablah Muhammad, "Terserah kamu saja, apa maumu itulah yang jadi." Berkatalah Mubassiran, "Sebenarnya aku dipesan oleh tuanku
Hatijah bahwa barang ini terserah kepada Muhammad, rugi atau untung terserah kepada kemauan Muhammad. Jika demikian, kalau menurut kemauan saya, satu banding tiga saja." Tatkala Mubassiran mendengar penjelasan Muhammad, maka
ia pun menjualnya dengan yang seribu menjadi tiga ribu. Walaupun hanya satu banding tiga, tetapi keuntungannya berlipat ganda karena memang modalnya besar.
Berkatalah orang banyak,"Sejak aku ke sini membawa barang dagangan, baru kali ini kita untung besar." Berkatalah Abu Bakar, "Yang menyebtdjkan kita untung begini besar karena keberkatan Muhammad, aminulah."
Menjawablah Abu Jahil,"Mengapa engkau mengatakan keberkatan Muhammad, padahal sayalah yang menentukan waktu yang baik
untiik kita mulai berangkat ke sini. Apa kelebihan Muhammad.
Dia orang miskin, orang bodoh, tidak berb^ak dan tidak beribu, dan tidak ada apa-apanya. Ini bukan karena keberkatan Muhammad, ada-ada saja yang kamu katakan." Sementara itu, berkatalah Abu Bakar, "Itulab sebabnya saya
katakan keberkatan Muhammad karena selama kita pergi berdagang
di Banuasang ini, tidak pemah kita alami k^ftungan yang begini
43
besar; kelak Muhammad ikut serta barulah keuntungan seperti ini kita peroleh."
Sementara itu, orang-orang Yahudi sudah bersiap-siap untuk keluar menyembah berhala, Maka berkatalah para pedagang. "Lebih baik kita pergi menonton orang-orang yang akan menyembah berhala." Berkatalah Mubassiran, "Baiklah kita ke sana supaya kita dapat mengenai cara peribadatan mereka. Berkata pula Mubassiran kepada Muhammad,"Hai Muhammad, marilah kita pergi menonton orang menyembah berhala. Mereka adalah orang Arab dan Yahudi
yang akan menyembah berhala; istri dan anak-anak mereka juga ikut."
Menjawablah Muhammad, "Baiklah kalau begitu."
Sementara itu, keluarlah Yahudi menyembah berhalanya. Ketika mereka memulai cara peribadatan mereka, mulailah dengan acara bakar lilin dan bakar lampu, tetapi tidak satupun yang terbakar, Bahkan lampu-lampu itu pecah dan lilin-lilinnya tidak ada yang menyala. Semua barang yang benipa bunyi-bunyian rusak semuanya; gong, gendang, seruling, rebab gitar, dan Iain-lain sebagainya tidak ada yang berfungsi karena kemujizatan Muhammad.
Heranlah penguasa Banuasang beserta seluriih yang hadir. Oleh karena itu, rajanya sendiri yang langsung membakar lilin yang seperti paha besarnya dan lampu yang seperti nyiru lebamya, tetapi tetap tidak mau menyala.
Bingunglah raja di Banuasang menyaksikan kenyataan itu. Lilin, lampu, dan Iain-lain sebagainya tidak ada yang menyala.
44
demikian juga semua bunyi-bunyian tidak ada yang berfungsi. Oleh karena itu, raja sangat marah, songkoknya dipukulkan lalu berkata, "Mengapa terjadi hal seperti ini, lampu, lilin, semuanya tidak ada yang menyala. Kemudian ia kembali masuk ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, ia memerintahkan agar semua ahli nujum dikumpulkan pada saat itu juga. Dalam waktu singkat, semua ahli nujum di kampung itu berkumpul di rumah raja.
Berkatalah raja kepada seluruh ahli nujum, "Saya panggil kalian karena peristiwa penting terjadi. Coba amati lampu-lampu
yang enam puluh itu, tidak ada angin dan tidak ada hujan, tetapi mengapa lilin dan lampu itu tidak menyala, padahal saya sendiri telah mencobanya, tetapi tetap tidak menyala. Kira-kira, apa penyebabnya."
Menjawablah semua Syekh yang jumlahnya tiga puluh orang itu, "Tuanku, ada pedagang dari kota Mekah, saya kira inilah penyebabnya."
Berkatalah raja Banuasang,"Tolong tunjukkan orang itu saya akan menyiksanya atau menjatuhi hukuman padanya. Jika kamu tidak bersedia, akan kupotong lehermu."
Menjawablah semua Syehk atau ahli nujum yang hadir. "Tuanku, terserah pada Mahaguru kita sebab ditlah paling dituakan. Dialah yang menentukan.
Berkatalah raja Banuasang, "Jemputlah dia sekarang, jika dia tidak mampu berjalan, pikullah bersama-sama kemari sekarang juga."
45
Pergilah mereka memanggil tuan Syekh kemudian membawanya ke rumah raja. Ketika tiba di rumah raja tersebut, disampaikanlah peristiwa yang terjadi. Mendengar keterangan itu, tuan Syekh merunduk turun. Tak lama kemudian, ia mengangkat kepalanya lalu berkata kepada raja, "Saya dapat menunjuk orang yang dieari, tetapi dengan syarat, dia tidak boleh dipukul atau dijatuhi hukuman. Sekali lagi, dia jangan disakiti karena dia orang yang dimuliakan oleh Allah.
Alam dan seisinya ada karena dia juga." Menjawablah raja,"Jikademikian halnya, kira-kira bagaimana cara saya untuk mengetahui orang tersebut."
Berkatalah tuan Syekh,"Lebih baik panggil dan kumpulkan semua pedagang yang berasal dari kota Mekkah; yang mana nanti
diikuti atau dinaungi awan putih, yang berfungsi sebagai payung, itulah yang bemama Muhammad, aminullab. Jika ia berdiri bersama
orang yang tinggi, tampak dia yang paling tinggi, tetapi jika ia
berdiri bersama orang yang pendek, tampak dia yang paling pendek. Demikian juga halnya, jika ia bersama dengan orang yang bertipe sederhana, ia juga tampak sederhana. Pendek kata, ia tidak boleh
dikalah. Di samping itu, ia tidak mempunyai bayang-bayang sebagaimana manusia biasa. Telapak kakinya datar, kemudian bentuk lututnya pendek, mataputihnya sangat putih menawan, sedangkan mata hitamnya sangat hitam, rambutnya berobak dan warnanya sangat
hitam. Wajahnya bersinar seperti cahaya yang memancar pada waktu subuh di ufuk timur. Hidungnya mancung, bibirnya indah kelihatan, menyerupai bentuknya bulan sehari, dan Muhammad
senang tersenyum gembira. Jika ia tersenyum, tampaklah giginya yang teratur rapi bagaikan mutiara yang tersusun rapi. Lehernya indah, melebihi keindahan leher rusa. Jika ia meninggalkan tempat
46
duduk, ia meninggalkan bau yang haram sekali yang dapat dirasakan selama empat hari lamanya. Baunya seperti bau kasturi yang didatangkan dari surga. Pergelangannya sangat lembut, melebihi lembutnya tangkai kembang mawar yang paling muda sekalipun. Gerak dan tingkah lakunya enak dipandang mata (menyenangkan). Berkatalah tuan Syekh, "Tuanku, dialah nabi akhir zaraan
(akhiru zaman). Pada hakikatnya, dialah nabi yang pertama, tetapi di segi lahiriah dialah yang terakhir. Dialah penghulu segala nabi dan seluruh umat manusia. Dia jugalah yang menghancurkan semua berhala."
Berkatalah raja Banuasang,"Apa yang kamu kemukakan sudah terbukti semuanya. Oleh karena itu, saksikanlah bahwa saya termasuk salah satu umatnya."
Setelah itu, dipanggillah seluruh pedagang. Dalam waktu sekejap berkumpullah seluruh pedagang. Setelah para pedagang berkumpul, berkatalah raja Banuasang,
"Apakah kalian sudah hadir, wahai sekalian pedagang?" Menjawablah Abu Jahal, "Kami sudah hadir semua."
Setelah hadir semua para pedagang atau undangan, diangkatlah hidangan. Setelah hidangan sudah siap, menengoklah keluar raja Banuasang dan tuan Syekh ke tengah-tengah padang, lalu dilihatlah awan putih dalam keadaan tidak bergerak di atas seseorang. Berkatalah sang Raja, "Saya lihat masih ada satu orang di tengah padang."
Menjawablah Abu Jahal. Isknatullahi alaihi, "Memang benar
47
Tuan, di luar masih ada satu orang, tetapi oraiig itu anak-anaknya Abu Talib. Dia anak orang raiskin, orang upahan, dan sudah tidak
berbapak dan beribu lagi. Dia tidak pantas ikut serta dalam majelis yang mulia seperti ini."
Berkatalah Abu Bakar, "Hai Abu Jahal, jangan kamu bicara
begitu. Benar dia '(Muhamnjad) anak orang miskin, orang upahan Hatijah, orang yang tidak berbapak dan beribu, tetapi kemuliaan Muhammad tidak sebanding dengan kemuliaan kita semua yang hadir ini, bahkan kemuiiaannya melebihi seluruh penduduk kota Mekah. Dia adalah turunan Hasyim, dia pula nabi akhiru zaman."
Setelah itu berkatalah raja Banuasang, "Jika memang benar
demikian halnya (apa yang dikatakan oleh Abu Bakar), jangan ada yang mencoba-coba menyentuh makanan yang saya siapkan sebelum Muhammad hadir di sini."
Berkatalah tuan Syekh, "Benar apa yang Tuan katakan,
lebih baik kita suruh jemput Muhammad oleh orang besar sekitar empat orang karena dia orang mulia."
Mengirimlah raja Banuasang empat orang delegasinya yang terpercaya untuk menjemput Muhammad.
Setelah bertemu dengan Muhammad, tampaklah awan putih yang memayungi Muhammad tampak mulai bergerak. Ketika Muhammad beserta utusan raja menghampiri rumah raja, turunlah sang raja dan tuan Syekh berdiri menunggu kedatangan Muhammad. Tatkala ia mulai dilihat oleh raja, majulah raja tersebut beserta tuan Syekh menjemput tangan Muhammad, kemudian mengantarnya
48
naik ke rumah (istana). Melihat perlakuan istimewa itu, alangkah jengkelnya Abu Jahal dan Abu Lahab kepada Muhammad karena penghormatan yang diberikan raja kepadanya.
Setelah itu, berkatalah raja kepada orang banyak, "Silakan makan, wahai sekalian para pedagang."
Ketika mereka selesai makan, berkatalah raja Banuasang kepada Muhammad,"Maafkan saya Tuan, saya tidak mengenal Tuan yang sebenarnya. Andaikata saya tahu, dua kepalaku, satu tidak ada yang berani berkata kurang sopan kepada Tuan." Menjawablah Muhammad,"Allah telah memaafkan kesalahan yang Tuan perbuat."
Setelah itu, raja Banuasang mengambil tangan Muhammad kemudian menciumnya. Ketika ia melihat pakaian Muhammad yang terdiri atas kulit binatang, ia pun merasa haru, sedih dan kasihan.
Diambilkanlah seperangkat perhiasan emas murni, emas muda, intan, jamrud, dan sebagainya kemudian dihadiahkan
kepada Muhammad. Pakaian kebesaran pun dihadiahkan kepadanya. Namun, seluruh hadiah atau pemberian raja Banuasang itu setelah ia menerimanya, selanjutnya ia serahkan kepada Mubassiran.
Setelah itu, mohon dirilah seluruh pedagang, demikian
juga Muhammad. Ketika Muhammad mohon diri kepada raja, raja dan tuan Syekh mengantarnya pulang sampai di perbatasan kampung, dan seketika itu pula datanglah awan putih yang bernama sahibu rafikani melindungi Muhammad,
49
sebab Allah tidak menghendaki Muhammad terkena sinar
matahari, dihembus angin, dan terkena hujan di dunia hingga ke akhirat kelak. Setelah itu kembalilah raja bersama tuan Syekh ke rumahnya.
Sementara dalam perjalanan pulang, Abu Jahal berkata kepada kawan-kawannya,"Alangkah malunya kita dibuat oleh Muhammad. Dia tidak mungkin lagi dibiarkan hidup, dia harus dibunuh supaya perkaranya tidak berkepanjangan."
Setelah itu, pergilah Abu Jahal menghampiri Muhammad. Akan tetapi, Abu Bakar segera menangani
masalah itu dengan mengatakan, "Hai Abu Jahal, jika kamu ingin membunuh Muhammad, bunuhlah saya lebih dahulu. Muhammad
mendapat perlakuan istimewa dari raja atau penguasa karena fcejujurannya.
Mendengar perkataan Abu Bakar, Abu Jahal dan Abu Lahab
hanya mengomel saja sebab mereka tidak berani melanggar perkataan Abu Bakar. Berkatalah Abu Jahal kepada Muhammad,"Pemberian
raja Banuasang itu bukan hasil usahamu dan bukan pula milikmu, melainkan milik Hatijah semua. Tak lama kemudian para kafilah sudah mulai kembali ke
kota Mekah. Setelah tiba pada tempat persinggahan, kira-kira peijalanan tiga hari lagi ke Mekah, berkatalah Mubassiran kepada Abu Bakar, "Alangkah baiknya jika Hatijah dikirimi surat, sebab beliau berpesan kepada saya(dahulu) bahwa jika kamu sudah tiba di tempat persingg^an itu, bersuratlah kepada saya, supaya saya dapat mengikuti dan mengetahui barang dagangan yang kamu bawa, untung atau ruginya, kemukjizatan Muhammad, satu-persatu laporkan dalam surat. Jangan
50
ada kejadian yang kamu tidak jelaskan dalam surat." Mubassiran segera tnenulis surat kepada Hatijah dan semua kejadian yang terjadi pada diri Muhammad, termasuk hinaan dan ejekan orang Arab kepadanya, semuanya digambarkan di dalam suratnya.
Selesai tnembuat surat, berkatalah Mubassiran kepada Abu Bakar, "Abu Bakar, mungkin lebih baik jika Muhammad sendiri
mengantar surat ini kepada Hatijah sebab Muhanunad dapat dipercaya, tidak suka berdusta."
Menjawablah Abu Bakar,"Sayajuga setuju dengan pendapatmu itu."
Tiba-tiba Abu Jahal berkata, "Jangan Muhammad yang disuruh mengantar surat itu, jangan sampai hanya di sebelah
gunung baru kembali, sebab bukan tipe manusia seperti Muhammad yang dapat disuruh mengantar surat. Tidakkah kamu merasa malu jika hanya sampai di tengah jalan, baru dia kembali." Menjawablah Mubassiran,"Saya tidak pusing dengan omonganmu, tidak akan kudengar lagi kata-katamu. Yang jelas, Muhammad
adalah orang yang dilindungi oleh Allah, lalu diserahkanlah surat
kepadanya. Setelah menerima surat dari Mubassiran, ia pun melompat naik ke untanya kemudian berangkat. Ketika sudah berada di sebelah gunung, tiba-tiba ia mengantuk akhirnya ia tertidur di atas untanya. Dalam keadaan seperti ini, datanglah Iblis menarik unta Muhammad
ke jalan atau jalur yang salah. Oleh karena itu, Allah berfirman di dalam Quran, "Alam yajidka yatiman faawa, wa wajadaka dallan fahada", artinya, Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim.
51
lalu Dia melindungimu, dan Dia yang mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Selanjutnya Allah berkata, "Hal, Jibril, turunlah cepat dan temui kekasihku Muhammad, bawalah ia ke jalan yang lurus,* jalan yang menuju kota Mekah."
Allah Taala berkata lagi, "Hai Muhammad,janganlah bersedih menerima hinaan dan ejekan orang Arab dan umatmu yang melakukan perbuatan jahat kepadamu, yang memperturutkan hawa nafsunya, Allah akan membalasnya nanti di hari kemudian. Siapa yang mengikuti perintahmu, Allah akan menunjukinya jalan lurus, diberinya pahala dan petunjuk.
Jika nanti kusiksa semua orang yang menyakitimu, akan kumasukkan
ke dalam neraka selama tujuh puluh tahun. Adapun orang yang beriman kepadamu, akan kutunjuki jalan yang menuju ke surga." Berjalanlah unta yang ditumpangi Muhammad menuju kota Mekkah, kemudiaii Allah Subhanahu Wa Taala berkata kepada malaikat yang menguasai bumi, yaitu malaikat Mikail, "Tariklah urat bumi."
Malaikat Mikail pun menarik urat bumi sehingga perjalanan satu bulan dapat ditempuh setengah bulan saja. Perjalanan sepuluh hari, hanya di tempuh dua hari.
Adapun perjalanan Muhammad ke kota Mekah hanya memakan waktu satu hari, kemudian Allah berfirman, "Wa wajadaka dallan
fahada, wa wajadaka ailan faagna," artinya, "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
52
memberikan kecukupan."
Ketika Muhammad tiba di kota Mekah, ia pun langsung
ke rumah Hatijah. Sementara itu, Hatijah berkata kepada seluruh abdinya, "Keluarlah kalian menunggu Muhammad di tiap-tiap sudut jalan. Jika kamu telah melihat Muhammad masuklah kemari
memberitahukan saya. Barang siapa yang lebih dahulu datang melapor, ia akan kulepaskan dan kumerdekakan."
Berkatalah seluruh abdinya,"Sudah lama orang pergi berdagang di Banuasang, baru kali ini ia berkata begini kepada kita semua."
Berkatalah Hatijah, "Benar apa yang kalian katakan, tetapi baru kali ini kekasih Allah pergi berdagang bersamapedagangku." Oleh karena itu, tersenyumlah seluruh abdi Hatijah yang disuruh untuk itu. Selanjutnya, mereka keluar menunggu kedatangan
Muhammad. Tak lama kemudian, mereka melihat seekor unta datang dari kejauhan. Setelah mendekat, ternyata adalah unta Muhammad,
maka larilah mereka masuk ke rumah tuannya, Hatijah, untuk menyampaikan kedatangan Muhammad. Setelah mereka sampai di dalam berkatalah kepada Hatijah, "Tuanku, Muhammad telah
datang. Dia datang sendirian, barang kali ada berita penting yang
akan disampaikannya."Kemudian Hatijah memerintahkan seseorang agar Muhammad segera dijemput." Hatijah ketika itu sudah memasang tirai, tikar permadani sebagai tanda penghormatan kepada Muhammad. Muhammad langsung menuju rumah Hatijah untuk menyampaikan surat Mubassiran
kepadanya. Ketika Muhammad menyerahkan surat itu, Hatijah menyaksikan dari dekat sinar yang memancar dari wajah Muhammad
53
lebih terang lagi dari yang dulu-dulu. Surat itu selanjutnya ia buka dan baca. Di dalam surat itu digambarkan seluruhnya oleh
Mubassiran tentang peristiwa yang terjadi, balk yang menyangkut
pedagang seluruhnya maupun kemujizatan Muhammad, serta hinaan orang Arab terhadap Muhammad. Oleh karena itu, Allah mengatakan, "Sabarlah terhadap hinaan dan ejekan orang Arab padamu." Selesai membaca surat itu, berkatalah Hatijah,"Apakah Tuan
sudah mau tinggal atau masih mau kembali ke sana. Menjawablah Muhammad, "Saya akan kembali menemui Mubassiran.
Hatijah kemudian mengambil kertas dan tinta lalu membalas surat Mubassiran, selaku juragannya. Selesai ditulis dan
dibubuhi cap atau tanda tangan diserahkanlah surat tersebut kepada Muhammad.
Setelah itu, minta dirilah Muhammad kepada Hatijah kemudian
turun tangga. Sesampainya di bawah ia melompat ke atas untanya kemudian berangkat. Persis tengah hari tibalah kembali di tempat
peristirahatan. Ketika. itu, para pedagang sudah mulai bersiapsiap untuk berangkat atau kembali ke kota Mekah. Perjalanan tiga hari, Muhammad menempuhnya hanya setengah hari. Berkatalah Abu Bakar kepada Mubassiran,"Apa yang saya
katakan, benar bahwa Muhammad itu orang yang dikasihi dan dimuliakan oleh Allah."
Sementara itu, Abu Jahal dan Abu Lahab marahnya
semakin menjadi-jadi, laksana angin ribut atau badai yang siap
54
mengamuk. Berangkatlah rombongan para pedagang itu, dan setelah
tiga hari kemudian bani mereka sampai di kota Mekah. Adapun Muhammad dan Mubassiran juga sudah berangkat. Setelah tiba
di rumah Hatijah, ia pun minta diri untuk kembaii ke rumah pamannya, Abu Talib.
Telah beberapa hari kembalinya berdagang, tetapi belum juga diberikan gajinya oleh Hatijah. Berkatalah Abu Talib, "Hal adikku
Atika, nanti beberapa hari kemudian baru kamu pergi menghadap kepada Hatijah sebab dia sekarang terlalu sibuk menghitung dagangannya; barang banyak dan pedagang yang pun banyak pula. Menurut perkiraan saya(kata Abu Talib), Hatijah tidak akan melupakan upah Muhammad sebab dia orang dermawan, suka menolong penduduk Mekah dan orang Arab, kepada orang kafir, kepada orang Islam, orang miskin, dan sebagainya."
Kembalilah Atika ke rumahnya. Namun, tidak beberapa lama kemudian dia datang lagi kepada Abu Talib karena ingin menghadap
kepada Hatijah. Berkatalah Abu Talib, "Terserah kepadamu saja, kalau kamu mau pergi, silakan. Akan tetapi, jika kamu tiba di
Sana, jangan kamu yang memulai pembicaraan. Biarlah dia yang memulai barulah kamu angkat bicara.
Setelah diberi penjelasan oleh Abu Talib, berangkatlah Atika ke rumah Hatijah. Masih di bawah tangga, Atika sudah dilihat
oleh Hatijah. Setelah Atika duduk di samping Hatijah, bertanyalah Hatijah kepadanya, "Atika, apa gerangan maksud kedatanganmu kemari."
Menjawablah Atika, "Saya terlalu rindu kepadamu Nak. Di samping itu, saya juga ingin mengabdi kepadamu."
55
Berkatalah Hatijah kepada Atika, "Saya sudah tahu maksud dan tujuanmu kemari, yaitu masalah gaji Muhammad.
Saya juga tidak pernah^, melupakan masalah itu sejak Muhammad kembali dari Banuasang berdagang. Nanti sebentar
saya suruh antarkan gajinya." Berkatalah Atika,"Saya sudah gembira mendengar kata-katamu; terima kasih atas pengertianmu kepada Muhammad." Setelah itu, mohon dirilah Atika dan selanjutnya ia kembali ke rumah Abu Talib. Semua kata-kata Hatijah disampaikannya kepada Abutalib. Ia sangat bergembira mendengar penuturan Atika itu.
Beberapa hari menunggu, tetapi sampai saat itu Hatijah belum juga mengirim gaji Muhammad. Berkatalah Atika kepada Abu Talib, "Kita sudah lama menunggu dan Hatijah belum juga mengirim gaji Muhammad. Selanjutnya Atika berkata, "Menurut firasat saya, Hatijah menyimpan rahasia tertentu,
tetapi ia masih malu-malu mengucapkannya. Akan tetapi, biarlah . saya ke sana sekali lagi mudah-mudahan rahasianya itu dapat kuketahui."
Selanjutnya Atika berkata kepada Abu Talib, "Tolong ajari saya bagaimana caranya memancing agar rahasianya itu dapat terbuka." Berkatalah Abu Talib,"Andaikata dia laki-laki, biarlah saya
yang menghadapinya. Namun, sayang dia perempuan. Kamu saja yang mencairi jalan bagaimana caramu untuk membongkar rahasianya." Setelah itu, minta pamitlah Atika kepada Abu Talib untuk pergi menemui Hatijah. Ketika tiba di rumah
56
secara kebetulan Hatijah sedang -duduk di atas kursi emasnya. Akan tetapi, ketika ia melihat Atika, ia langsung turun dan menyambutnya. Kemudian ia mempersilakan duduk di 'If
sampingnya.
Bertanyalah Hatijah, "Hai Atika, apa gerangan maksud kedatanganmu kem ari."
Menjawablah Atikah, "Maksud kedatanganku kemari adalah ingin menanyakan bagaimana dengan gaji Muhammad sebab sudah
lama ditunggu, tetapi beium juga kamu kirim; barang kali kamu
sudah lupa. Oleh karena itu, aku datang kemari untuk mengingatkan kamu tentang masalah ini." Berkatalah Hatijah, "Hai Atika, gaji Muhammad masih ada
pada saya. Saya tidak akan lupa, nanti ada keperluanmu baru
saya serahkan." Berkatalah Atika, "Sebenarnya sudah ada rencanaku untuk mengawinkan Muhammad. Namun, hingga kini kami belum
mempunyai uang yang cukup untuk perongkosan kecuali uang atau gaji Muhammr
itu."
Mendengar ucapan Atika alangkah marahnya Hatijah. Merah
padam
matanya demikian juga mukanya karena
marahnya kepada Atika. Berkatalah Hatijah kepada Atika, "Saya tidak ikhlaskan harta bendaku jika digunakan untuk
pelaksanaan perkawinan Muhammad. Mendengar kata-kata Hatijah yang demikian itu, Atika kaget dan heran. Hatinya sedih memikirkan hai tersebut.
57
Berkatalah Atika,"Engkau rupanya terlalu marah kepadaku." Bersedihlah Atika kemudian berkata, "Janganlah ambil perhatian
perkataanku tadi. Saya adalah orang yang kurang waras, saya
keliru, buanglah kata-kataku tadi pada angin yang bertiup atau pada laut yang luas dan dalam. Jika Ananda tersinggung dengan katakataku tadi, mohon kiranya saya dimaafkan. Saya tidak mempunyai apa dan siapa. Namun, aku juga ingin mencarikan Muhammad calon istri, padahal ia anak orang miskin, sudah tidak beribu dan tidak berbapak. Akan tetapi martabat Muh^mad tiada yang menyamainya. Dia adalah keturunan bani Hasyim, cucu Abdul Muthalib, penguasa Tanah Arab, bangsa Kuraisy, tetapi kami memang sangat miskin,jika ada di waktu pagi, tidak ada di waktu sore. Ketika Hatijah mendengar perkataan Atika ia merasa kasihan dan sedih kemudian berkata, "Hai, Atika, saya sangat senang kepada Muhammad. Saya sadar akan kemuliaan Muhammad, aminulahitu.
Bergembiralah Atika mendengar.kata hati Hatijah lalu berkata,
"Hai Hatijah, pembicaraan apalah gerangan yang akan aku sampaikan kepada Abu Talib, sebab sudah berapa banyak lelaki yang datang melamarmu, apakab itu dari kalangan bmigsawan atau pun orang kaya, kamu tetap bertahan (tidak mau kawin). Jangan sampai engkau mempermalukan Abu Talib jika kamu mengingkari perkataanmu. Saya juga bisa dituduh orang pembohong oleh Abu Talib juga oleh kamu dalam masalah ini.
Berkatalah Hatijah,"Benar sekali perkataanmu. Sudah ratusan
orang yang datang melamar saya. Namun, walaupun sebesar jarum, keinginanku untuk bersuami tidak ada. Nanti Muhammad kulihat
58
baru Allah membuka keinginanku untuk bersuami kembali. Jika
engkau tidak percaya, akan kusumpahi diriku di hadapan Tuhan
atau penguasa Ka'bah, saya pun tidak akan lama lagi hidup (jika tidak benar apa yang kukatakan ini)."
Berkatalah Atika di dalam hatinya,"Kalau Hatijah ini mengubah pendiriannya, dia akan cepat meninggal karena ia menyumpahi dirinya sendiri."
Selanjutnya Hatijah berkata, "Hai Atika, perhatikan katakataku. Jika Muhammad tidak mempunyai ayah, saya mempunyai ayah, dan semua harta bendaku akan kuserahkan kepada Muhammad,
aminuUah, ikutanku dunia dan akhirat. Saya mohon semua perkataanku ini, tolong sampaikan kepada ayahanda Abu Talib."
Setelah itu, minta pamitlah Atika kepada Hatijah untuk kembali
ke rumah Abu Talib. Semua perkataan Hatijah disampaikan kepada Abu Talib.
Tatkala Abu Talib mendengar dan mengetahui perkataan Hatijah, bergembiralah Abu Talib kemudian berkata, "Entah kapan kita dapat berkumpul seluruh famili Muhammad. Dan, barangkali sudah hams bersiap pergi melaraar kepada ayah Hatijah.
59
Pasal. Kita alihkan pembicaraan kepada kisah tentang Abu Jahal.
Pada suatu ketika Muhammad turun ke sungai sendirian. Tiba-
tiba ia bertemu dengan Abu Jahal di sungai tersebut juga sendirian, kemudian berkata. "Hai, Muhammad, sudah lama aku menunggumu, dan baru kali ini kita bertemu berdua-duaan. Ke sinilah baru kita
berkelahi atau aku akan menangkap pahamu kemudian kupukulkan ke tanah."
Menjawablah Muhammad, "Hai Abu Jahal, jika kita nanti
berkelahi dan saya yang kalah, kemudian engkau sampaikan kepada orang, maka orang akan mengatakan, tentu Muhammad
kalah karena masih anak-anak (remaja). Akan tetapi, jika engkau yang kalah, orang tidak mau percaya. Mereka akan berkata, mana mungkin anak sekecil itu yang dapat mengalahkan Abu Jahal
yang jauh lebih besar dan kuat. Demikian kata orang-orang nanti sebab kita berkelahi tanpa ada saksi. Namun, jika memang
benar-benar engkau mau berkelahi baiklah, nanti di tengah arena atau gelanggang baru kita bertemu, supaya dapat 4jsaksikan orang banyak."
Mendengar tawaran Muhammad, semangat Abu Jahal
mundur laksana kain yang direndam air atau laksana api yang sedang berkobar tiba-tiba disiram dengan air, layu seakan tak bersemangat.
Berkatalah Abu Jahal, "Jika memang begitu keinginanmu, baiklah.. Mari kita berjanji, kita akan bertemu lusa atau dua hari dari sekarang."
60
Setelah itu, keduanya kembali ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah Abu Talib, Muhammad menceritakan tentang keinginan
Abu Jahal untuk beradu tanding dengan dia. Disampaikannya pula" kepada Abu Talib tentang basil perjanjiannya dengan Abu Jahal tentang hari pertandingan tersebut.
Mendengar keterangan Muhammad tentang masalah itu, bersedihlah Abu Talib dan Atika. Menangis pula Abu Bakar dan
Abbas. Ketika berita tersebut sampai kepada Hatijah, ia pun menangis. Semua famili Muhammad datang menjenguknya di rumah Abu
Talib. Semuanya bersedih mendengar berita tentang pertandingan adu kekuatan itu dengan Abu Jahal.
Di pihak lain, Abu Jahal juga mengumpulkan sanak saudaranya dan seluruh temannya yang sepaham dengannya. Demikian pula halnya dengan Muhammad. Atika demikian juga, ia mengumpulkan para ulama (kaum cerdik pandai), para syekh, dukun, dan tabib,
lalu semuanya belajar ilmu tentang persilatan. Untuk menanggulangi biaya tersebut, ada yang memberinya jamrud, emas murni, emas
muda, dan sebagainya. Adapun Hatijah, ketika mendengar bahwa Muhammad akan
mengadu kekuatan dengan Abu Jahal, ia pun mengirim berita kepada
Abu Jahal yang isinya adalah, "jika kamu ingin beradu tanding dengan Muhammad, nanti hari ketujuh barulah dilangsungkan karena saya juga ingin menonton dan akan membuat tribune. Nanti saya akan raembereskan gelanggang tempat pertandingah itu."
Berkatalah Abu Jahal, "Saya akan lebih gembira jika Hatijah akan hadir menyaksikan pertandingan itu nanti.
61
sebab dia akan membangun tribune khusus.
! r;:7jG'l ,bU7fri!7[
Berkatalah Abu Jahal kepada delegasi Hatijah,
Hatijah bahwa saya sangat gembira karena ia akanirtngoyafefikap kehebatanku atau kekuatanku." ,,j,v nagnG-Jss !'d fi1
I
Ketika Hatijah mengetahui sikap Abu Jahal, ia '^pun me"L )' [j W S t'!5n 5fTi nyampaikan kepada Abu Talib,"Semua pakaian yang akan dipakai Muhammad dalam pertandingan itu nanti saya yang'tanggung, sebab saya akan malu jika pakaian Muhammad kalah dari
pakaian yang dipakai oleh Abu Jahal." Mendengar kesedi^afilHatijah di dalam menanggulangi pakaian Muhammad, Abu Talib sangit senang.
Setelah itu, diantarkanlah Muhammad pakaiafeby^jj^iyit^fj dipakai dalam pertandingan melawan Abu Jahal.
akan dipakai Muhammad itu telah diberi harum-harutfdi^,^intij5lS]^ kasturi oleh Hatijah.
ci
Bguj
•rM .iTlBjiinSW
Sementara itu, gelanggang pertandingan sudah diber^l^^,^ dengan tikar permadani sebanyak tujuh lapis, demiki^p Ji'i'Sfl
fj.
Zainul barriati dan tikar sundusim. Gelanggang y^ng bertarung Muhammad dengan Abu Jahal sudah rampuijig sg^p^nyji^ Oleh karena itu, dipukullah gendang dan seluruh bjiirtyj^ipyj^ yang ada.
•'
®
,
,
,
f YEdrio net
Abu Jahal ketika itu luar biasa ribut suar
saat gendang sedang dibunyikan dan seluruh ^.^nyibunyian yang ada. Sementara itu pula Ab|j, tengah memasang pakaian kehormatannya dan han^a.^mat^n^a.
62
yang kelihatan karena dihiasj dengan emas murni, emas muda, jamrad, ratna mutu manikam. Setelah itu, Abu Jahal turunlah ke
tanah. Sesarapainya di bawah disambutlah tangannya oleh sanak
saudaranya yang sepaham dengan dia. Berkatalah Abu Jahal,"Apakah gerangan yang akan dipakai Muhammad, di manalah kira-kira
ia mengambil pakaian karena ia orang miskin. Dia hanya ingin menertawakan dirinya sendiri di tengah orang banyak. Ketika itu, alangkah gembira dan besarnya suara Abu Jahal bersama kawankawannya.
Menjawablah sekutu Abu Jahal,"Benar apa yang Tuan katakan itu."
Setelah itu, Abu Jahal langsung menuju pentas atau gelanggang menanti kedatangan Muhammad. Sementara itu, Muhammad tengah bersiap. Dipakailah celananya, yang terbuat dari kain yang paling halus, sebanyak tujuh lapis; kemudian bajunya (baju[ masserekm) juga tujuh lapis, selanjutnya dihiasi dengan Jamrud, ratna mutu manikam. Memancarlah sinar pada wajah Muhammad. Kemudian dipasanglah songkoknya tiga susun, kaos kakinya yang dihiasi
dengan mutiara dan segala macam hiasan. Setelah itu, dipasanglah mahkota di kepalanya yang dihiasi dengan batu akik, intan, jamrud, dan ratna mutu manikam. Oleh karena itu, memancarlah sinar
dari wajah Muhammad. Sinar itu lebih cerah daripada sinar matahari dan cahaya bulan purnama sehingga mata agak silau memandangnya akibat sinar wajah dan pakaian Muhampiad. Dibunyikanlah seluruh bunyi-bunyian yang ada karena kemauan
Hatijah. Mendengunglah suara alat musik dengan indahnya. Setelah itu, turunlah Muhammad ke tanah kemudian disambut oleh Abu
63
Talib di mukanya, Abbas di sebelah kanannya, Hamja di sebelah
kirinya, dan Abu Bakar di belakangnya. Ditariklah tangan Muhammad memasuki arena pertandingan. Gemparlah kota Mekah bagaikan langit akan runtuh karena banyaknya orang. Sementara itu, muncul pula awan putih yang selalu menaungi Muhammad kemudian keluar ke tengah-tengah Ketika
kota Mekah.
Muhammad
muncul di arena
pertandingan,
mental dan semangat Abu Jahal sudah mulai menurun karena
apa yang dia perkirakan tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, Muhammad itu orang miskin, anak angkat Abu Talib,
tetapi pakaiannya luar biasa baiknya, melebihi pakaian yang dia pakai.
Setelah itu, majulah Muhammad menghadapi Abu Jahal. Semua orang, anak muda, orang tua, laki-laki, perempuan yang duduk di tribune menyaksikan peristiwa tersebut. Adapun Hatijah ketika melihat Muhammad langsung bemazar, Ya Alllah, ya sayyidi, ya maulana, ya rasulallah, ya Tuhanku; kalau saja Muhammad dapat mengalahkan Abu Jahal dalam pertandingan ini, saya akan menabur
atau membagi-bagikan emas murni, emas muda, intan, dan jamrud selama tiga hari tiga malam, dan saya akan bersedekah kepada fakir miskin. Akhimya, nazar atau penpintaan Hatijah ini dikabulkan oleh Allah.
Arasy dan Kursi serta Lauh Mahfud sudah tidak bergerak, demikian juga pintu langit sudah tidak tertutup. Sementara pintu neraka telah tertutup. Menghadaplah malaikat kepada Allah kemudian bertanya,"Ya Allah, ya Rabbi, ya Sayyidi, ya Maulana, ya Tuhanku,
apa gerangan yang terjadi sehingga Arasy dan Kursi tidak bergerak
64
demikian pula Lauh Mahfud, pintu langit terbuka dan pintu neraka tertutup."
Berkatalah Allah,"Hai sekalian malaikatku, sekarang kekasihku, Muhammad, tengah mempersiapkan diri memenuhi keinginan Abu Jahal untuk beradu landing dengannya.
Menjawablah selurah malaikat,"Upaya apa sajalah yang dilakukan Muhammad, kekasihmu, sebab ia masih anak-anak (remaja), sementara Abu Jahal orang besar, tinggi, dan sangat kuat." Berkatalah Allah, "Hai Jibril, Mikail, dan Israfil,
turunlah dan temui kekasihmu, Muhammad, lindungi dan jangan biarkan bergerak." Setelah itu, turunlah malaikat Jibril alaihi salam.
Setelah itu, berkatalah Hatijah, "Hai Mubassiran, ambillah tikar permadaniku yang aku warisi dari nenekku nabi
Ibrahim. Nenekku pernah berpesan bahwa pada sutu waktu nanti
ada dua orang cucuku, yang satu bernama Muhammad dan .yang lainnya bernama Abu Jahal keduanya akan beradu kekuatan. Namun,
jika Muhammad dalam kesulitap.berilah tikar ini untuk dia pakai." Oleh karena itu, dihamparkanlah tikar permadani itu, lalu keduanya berdiri atasnya di dalam gelanggang.
Ramailah tukang-tukang judi dalam pertarungan Muhammad dengan Abu Jahal, beberapa di antaranya memasang emas murni, emas muda, intan, jamrud, ratna mutumanikam, unta, biri-biri,
kambing, dan segala macam yang dapat dijadikan barang judian dalam pertarungan tersebut. Para pemain judi itu bergantian memegang
tangan. Begitulah keadaan tukang judi jika mempunyai hasrat yang
65
tinggi sekali. Suara mereka tak terkatakan lagi ributnya, seakanakan dunia ini sudah akan kiamat.
Berkatalah Abu Jahal, "Hai Muhammad, kemarilah lalu kita
mulai pertarungan. Menjawablah Muhammad, "Kamu saja yang memulai, nanti kamu selesai baru saya mulai." Berkata lagi Abu Jahal, "Muhammad, akan kaukemanakan
nyawamu itu? Biar seribu nyawamu tidak akan lolos lagi; sekarang
nyawamu ada di dalam tanganku." Mendengar kata-kata Abu Jahal itu, memuncaklah amarah
Muhammad, matanya merah laksana ular yang siap menerkam mangsanya (kepala Abu Jahal). Berkatalah Mubassiran, "Hai Muhammad, sabarlah dahulu,
Allah bersamamu.", Setelah itu, majulah Abu Jahal menangkan tangan Muhammad, satu tangannya pada leher dan yang satu lagi pada paha Muhammad.
Sementara itu maju pula Jibril melindungi Muhammad di sebelah kanannya, Mikail di sebelah kirinya, dan Israfil di depannya. Seluruh kekuatan Abu Jahal sudah dikeluarkan, tetapi Muhammad tetap tidak dapat terangkat.
Darah pun sudah mulai keluar melalui mulut, hidung, dan
jari-jari tangan Abu Jahal. Sekujur tubuhnya mengeluarkan darah sehingga wajahnya berubah menjadi hitam (pucat) laksana pantat periuk:
66
Setelah itu, Abu Jahal melepaskan ta:rigan dan paha Muhammad kemudian berkata,"Sekarang giliran kamu(Muhammad) nanti sebentar baru saya ulang lagi."
Berkatalah Muhammad,"Abu Jahal, barangkaii kamu sudah
capek; sadarlah sekarang kamu sudah payah dan kamu tidak sanggup melemparkan saya."
Menjawablah Abu Jahal,"Muhammad,jangan kamu berkata
begitu di tengah-tengah orang banyak, saya belum capek." Majulah Muhammad satu tangannya memegang paha sementara tangan yang lainnya memegang tangan Abu Jahal sambil membaca, "Subhanallahi, wal hamdu lilahi, wa la ilaha illallah, wa Lahu
akbar, wa la haula wa la kuwwata il la billahil aliyul adim," kemudian ia melemparkan Abu Jahal ke atas dan lenyaplah di angkasa. Ayahnya sudah lama menunggu, tetapi Abu Jahal tetap
tidak kembali." Oleh karena itu, datanglah ayah Abu Jahal kepada Muhammad sambil minta maaf, katanya,"Abu Jahal memang orang gila, orang yang khilaf. Oleh karena itu, maafkanlah dia karena
siapa lagi yang dapat memaafkannya kecuali kamu; apalagi dia masih termasuk ppmanmu sendiri. Mudah-mudahan ia belum menemui
ajalnya, dan semoga ia mengubah sikapnya yang keliru terhadap kamu."
Beberapa rayuan disampaikan ayah Abu Jahal kepada Muhammad. Akhirnya Muhammad dapat memaafkannya. Setelah itu, muncullah dari kejauhan seperti burung .kecil dan ternyata itulah Abu Jahal jatuh dari langit. Pergilah Muhammad menadah Abu Jahal di tempat jatuhnya. Sesampainya di bawah.
67
patahlah tulang rusuknya dan tidak sadarkan diri. Diambillah oleh ayahnya kemudian diberi jampi-jampi. Nafasnya yang keluar masuk sangat lemah dan mengkhawatirkan. Namun setelah
diberi jampi-jampi keadaannya sedikit memaik. Setelah itu, di-
pikullah bersama-sama pulang ke rumahnya. Sementara itu, seluruh tukang judi berteriak dengan suara gegap gempita,
seakan-akan langit akan runtuh atau seakan-akan bumi akan hancur; akibat suara orang banyak, seakan-akan pula dunia ini sudah akan kiamat.
Setelah itu, berkatalah Hatijah, "Mubassiran. ambillah
tikar permadani, akan aku laksanakan nazarku." Oleh karena itu, dihamparkanlah tikar permadani di tengah-tengah gelanggang kemudian tampillah Hatijah sambil menaburkan emas murni, emas muda, selama tiga hari tiga malam. Semua fakir miskin dikumpulkan dan diundang untuk mengambilnya sehingga mereka menjadi kaya. Berdoalah semua fakir miskin kepada Allah, "Wahai Tuhan sekalian alam, jodohkanlah Muhammad dengan Hatijah di dunia
hingga ke akhirat kelak."
Setelah itu, pulanglah orang ke rumahnya masing-masin'g dengan perasaan gembira bagi yang menjagokan Muhammad.
Sementara
yang
menjagokan
Abu
Jahal, seorang
pun
tidak ada yang berbicara. Semuanya diam, semuanya heran memikirkan peristiwa yang baru saja mereka saksikan di hadapan mereka.
Sejak peristiwa itu, Muhammad tidak pernah hilang di dalam
ingatan Hatijah. Dia seperti orang mimpi, tidurnya sudah tidak
68
nyenyak, makannya pun sudah tidak enak, bahkan minumpun sudah tidak nyaman.
Dalam keadaan seperti itu, dipanggillah Atika ke rumahnya.
Tak lama kemudian, datanglah Atika. Masih di bawah tangga, Hatijah langsung turun menjemput Atika kemudian mengantarnya naik di tempat duduknya. Sambil menindis Atika dengan paha, Hatijah berkata," Atika lebih baik pergilah melamar ke rumah
orang tuaku dan katakan begini, lebih baik dijodohkan Hatijah dengan Muhammad, kalau memang Muhammad dan keluarganya mau kepada saya."
Berkatalah Atika "Hatija Anakku, kegembiraanku menembus
langit yang tujuh lapis. Hanya Allah yang mengetahui isi hatiku, Nak mendengar ucapanmu itu." Oleh karena itu, biarlah saya pulang dahulu untuk menyampaikan hal ini kepada Abu Talib dan saudaraku yang lain yaitu Abbas dan Hamjah."
Setelah itu, pulanglah Atika menemui Abu Talib dan keluarganya yang lain untuk menyampaikan pembicaraannya dengan Hatijah. Meiidengar laporan Atilca itu, mereka gembira campur sedih. Delegasi mulai menuju ke rumah ayah Hatijah. Sesampainya para delegasi itu kepada ayah Hatijah, mereka menghadap di hadapan ayah Hatijah, kemudian berkata,"Apa gerangan maksud dan tujuan kalian sekeluarga, perempuan, laki-laki, anak-anak, remaja datang ke tempat kami."
Menjawablah utusan Abu Talib,"Benarapa yang Tuan katakan.
Sebenamya maksud dan tujuan kami adalah untuk meayampatiEsm amanah, "Salam sejahtera dari Abu Talib sekeluarga. Abbas,
69
Hamja serta seluruh bangsa Kuraisy yang sepaham dengan Muhammad untuk Tuanku. Kami datang kemari untuk menyampaikan bahwa Muhammad menyimpan hati kepada Hatijah, anak Tuan. Jika Tuan
berkenan menerima Muhammad,semoga Tuan berkenan menjodohkan anakku Hatijah dengan Muhammad,sesuai dengan jalur-Jalur kebenaran yang diperintahkan Allah. Dia juga mempunyai silsila nabi-nabi
terdahulu, semoga kita dapat menerimanya dalam suasana yang menggembirakan.
Setelah mendengar amanah yang disampaikan utusan Abu Talib itu, tiba-tiba ayah Hatijah berkata, "Saya tidak rela menjodohkan anakku Hatijah dengan Muhammad karena Muhammad
anak orang miskin, dia anak yatim, anak angkat Abu Talib, tidak beribu dan tidak berayah. Sedangkan anak saya, Hatijah, sudah
berapa banyak yang datang melamarnya, dari golongan bangsawan, kaum berada, tetapi aku tidak mau mengawinkannya. Apa lagi dengan anak yatim peliharaan Abu Talib itu, tentu Hatijah juga tidak akan mau menerima Muhammad sebagai suami. Hanya satu sifat yang dimiliki Muhammad, yaitu dia keturunai) bani Hasyim dari bangsa Kuraisy, seperti emas memang sudah tak mungkin diuji lagi kemurniannya. Akan tetapi, bukan hal-hal seperti itu yang akan dibikin sarung atau baju. Demikianlah keputusanku. Oleh karena itu, sampaikanlah Abu Talib, Abbas, dan Hamja keputusan ini; semoga mereka tidak berkecil hati. Sampaikanlah salam hormatku buat mereka dan katakan
bahwa dia tidak setuju dengan lamaran Muhammad. Pilihlah
yang lain yang dapat kita terima dengan gembira dan senang hati."
70
Setelah itu, minta pamitlah utusan itu untuk kembali ke
rumah Abu Talib. Ketika utusan itu tiba, disampaikanlah seluruh
pembicaraannya dengan ayah Hatijah atau penolakannya terhadap lamaran itu.
Berkatalah Abu Talib kepada Atika, "Atika, sampaikanlah masalah ini (penolakan ayahnya terhadap lamaran Muhammad)
kepada Hatijah, supaya dia berpikir dan mencari jalan pemecahannya sendiri." Berangkatlah Atika ke rumah Hatijah. Sesampainya di sana, ia pun disambut oleh Hatijah kemudian dipersilakan duduk di tempatnya. Setelah itu disampaikanlah semua
hasil pembiearaan utusan Abu Talib dengan keputusan ayahnya. Mendengar keputusan atau penolakan ayahnya, ia pun heran atas keputusan itu.
Berkatalah Hatijah, "Atika, kembali saja dahulu, berikanlah
kesempatan saya berpikir dalam beberapa hari ini, dan mana yang dikehendaki Allah itulah yang jadi."
Tak lama kemudian, Hatijah sudah menemukan jalan pemecahan, maka Atika pun dipanggil. Setelah Atika tiba
di rumah Hatijah, berkatalah Hatijah, "Hai Atika, inilah sebabnya saya memanggilmu sebab saya akan menjamu sebanyak seribu
orang. Adat orang Mekah memang begitu, nanti dianggap kaya seseorang jika ia mampu menjamu seribu orang tiap bulan. Sekarang lagi tiga hari waktunya. Jika orang banyak sudah berkumpul dan sudah makan dan minum, mengutuslah utusan kepada ayahku."
Setelah itu, kembalilah Atikah ke rumahnya. Sementara itu.
71
Hatijah sudah menyiapkan kambing dan biri-biri yang cukup batiyak. Setelah siap segalanya dipanggillah penduduk Mekah sebanyak
seribu orang. Berdatanganlah penduduk untuk makan dan minum memenuhi undangan Hatijah. Ayah Hatijah dan semua keluarganya
yang setuju kepada Muhammad, diberi makanan
yang dapat
memabukkan. Akhimya, ayah Hatijah karena mabuk, ia lupa diri. Datanglah delegasi Abu Talib kepada ayah Hatijah. Ketika delegasi tersebut datang bertanyalah ayah Hatijah, "Apa maksud
dan tujuan kalian datang kemari." Menjawablah utusan, "Maksud dan tujuan kami ke sini iaiah
membawa pesan atau amanat Abu Talib bahwa Muhammad menyimpan
hati kepada Hatijah. Dia ingin kiranya dapat dijterima dengan baik berdasarkan perintah Allah, yang diwarisinya dari nabi-nabi terdahUlu, semoga Muhammad, cuninuUah berkenan diterima dan duduk bersama
dengan anakda Hatijah." Berkatalah ayah Hatijah, "Saya sangat gembira mendengar pesan Abu Talib itu, sebab aku menaruh kasian
kepada Muhammad sebab sudah beberapa orang yang datang melamar Hatijah, aku tetap menolaknya, tetapi Muhammad saya bersedia
menerimanya karena karena sangat kasian kepadanya. Namun, saya setuju, tetapi saya akan tanyakan langsung kepada anak saya, Hatijah bersediakah atau bagaimana. Ketika ia bertemu dengan Hatijah iapun bertanya, "Hatijah, ada berita baik untukmu, ada orang yang datang melamarmu sesuai
dengan yang diperintahkan Allah, yang kita warisi dari nabi-nabi terdahulu. Sudah berapa banyak orang yang datang melamarmu.
72
tetapi aku selalu menolak karena memang kamulah yang tidak bersedia, tetapi sekarang sudah ada yang datang lagi dan itu saya setuju. Namun, keputusan akhir terserah kepadamu."
Menjawablah Hatijah, "Ayahku, saya serahkan kepada ayahanda saja, apa pun keinginan dan keputusan ayahanda,saya siap menerimanya" Oleh karena itu, berkatalah ayah Hatijah kepada utusan itu, "Kembalilah kepada Abu Talib kemudian sampaikan salam hormatku
padanya. Keinginan dan keputusaprsaya ini tolong sampaikan, tetapi nanti banyak orang berkumpul baru kamu ungkapkan, supaya semua orang tahu bahwa Muhammad sudah diterima lamarannya, sudah dijodohkan dengan Hatijah. Kukira inilah jalan terbaik bagi kita jika antara keluarga sendiri saling menerima dan memberi, apalagi kita termasuk orang terpandang di kota Mekah ini bahkan di seluruh
negeri Arab. Semoga yang ditolak lamarannya dahulu tidak merasa kecewa karena diterimanya cucu Abdul Muttalib. Itulah Muhammad
nabi akhir zaman, kembalilah dahulu nanti bulan yang akan datang baru kita langsungkan pernikahannya."
Setelah itu, kembali utusan itu. Setelah kembali kepada Abu Talib, ia pun menceritakan seluruh pembicaraannya dengan ayah Hatijah. Abu Talib sangat gembira demikianjuga Abbas, dan Hamjah mendengar penuturan utusan itu. Beberapa waktu kemudian, mereka berkumpul lagi untuk membicarakan masalah ini, walaupun mereka serba kekurangan. Adapun Hatijah termasuk orang yang kaya raya. Seluruh pakaian ayahnya disirami dengan harum-haruman, setelah itu badan
ayahnya ditaburi lagi dengan bedak yang berbau kasturi karena memang demikianlah kebiasaan dan adat istiadat yang berlaku di kota Mekah, yaitu jika seorang wanita dilamar dan sudah diterima
73
maka orang tua pihak wanita disirami dengan harum-haruman.
Setelah Hatijah melaksanakan tugasnya, kembalilah ke rumahnya. Sesampainya di rumahnya ia pun istirahat. Sementara itu, ayahnya yang sudah disirami dengan harum-haruman ia pun sudah pergi istirahat.
Ketika ayahnya bangun dari tidumya, dirasakannya pakaiannya sangat harum demikian juga badannya, maka marahlah ia. Ia lalu
pergi ke rumah Hatijah. Sesampainya di sana iapun berkata, "Hatijah Anakfcu, siapa gerangan yang datang melamarmu."
Menjawablah Hatijah, "Mengapa ayah bertanya begitu kepada saya, bukankah ayah sendiri yang berbicara langsung dengan delegasi yang dikirim Abu Talib dan hal itu disaksikan oieh para pemuka masyarakat dan kaum bangsawan bahwa Muhammad akan ayah angkat sebagai anak di
dunia hingga akhirat. Ayah sudah menerimanya dan saya akan
didudukkan dengan Muhammad. Ketika itu, ayah menyerahkan kepada saya, dan saya berkata, "Aku serahkan kepada ayah, apapun keputusan ayah, saya siap menerimanya. Ayah juga tidak keberatan saya diperistrikan oieh Muhammad, aminuUah."
Berkataiah ayahnya, "Saya tidak rela engkau diperistrikan Muhammad, anak angkatnya Abu Talib itu karena dia orang miskin dan tidak ada kelebihannya."
Berkataiah Hatijah, "Ayah, apakah engkau tidak malu kepada kaum bangsawan lain. Mereka nanti mengatakan orang tidak dapat dipercaya, padahal dia seorang pemimpin. Sudah mengia kemudian menolak lagi. Seandainya saya selaku ayah, saya malu mengingkari
74
kata-kata yang keluar dari mulutkku dan sudah didengar orang banyak. Seandainya saya, lebih baik mati daripada dicap orang pendusta." '
Berkatalah ayah Hatijah, "Benar apa yang Ananda katakan, saya setuju pendapatmu. Kalau begitu, lebih baik kita mencari jalan agar rencana itu tidak jadi. Kita akan mintai mereka mahar
yang tak dapat mereka penuhi, saya kira ini yang terbaik. Di mana mereka mengambil (uang banyak) untuk memenuhi permintaan kita."
.Berkatalah Hatijah kepada ayahnya,"Ayah, saya setuju dengan cara itu. Kita akan mintai mahar yang tinggi, seribu dinar atau dua ribu, saya juga tidak man kepada Muhammad itu." Ketika ayahnya kembali ke rumahnya, Hatijah sudah memesan kasur yang sangat tebal. Setelah kasur itu selesai dihiasi
lagi dengan intan, jamrud, ratna mutu manikam. Hatijah juga memesan tirai dari kain sebanyak tujuh puluh lembar. BantaJ yang dia pesan sudah tidak terkatakan lagi banyaknya kemudian dihiasi lagi dengan intan, jamrud dan ratna mutu manikam, dia
juga memesan pakaian sebanyak empat puluh macam. Selesai semuanya, disuruh antarlah secara sembunyi-sembunyi ke rumah Abu Talib. Katanya, "Inilah pakaian yang disuruh bawa oleh
Hatijah untuk dipakai nanti Muhammad pada pesta perkawinnya."
Abu Talib menerima kiriman itu dengan perasaan gembira.
Setelah itu, Abu Talib mengumpulkan semua sanak saudaranya yang sependapat dengannya, dan yang menaruh kasihan kepada
Muhammad,aminullah. Ketika famili Muhammad sudah berkumpul,
75
berangkatlah sebagian diantaranya sebagai utusan untuk menemui ayah Hatijah dan menanyakan kapan uang mahar itu diantar. Berkatalah ayah Hatijah, "Baiklah, nanti tanggal delapan
bulan Syaban barulah mahar Hatijah diantar, yaitu sebanyak seribu dinar dan jika engkau tidak sanggup memikulnya berarti perencanaan ini dianggap batal. Sampaikan hal ini kepada Abu Talib." Setelah itu minta dirilah utusan itu. Ayah Hatijah selanjutnya
berkata, "Di mana Abu Talib mengambil uang untuk memenuhi segaia permintaan itu, sedangkan dia sangat miskin."
Selanjutnya ayah Hatijah berkata, "Semoga rencana ini tidak
jadi karena yang aku minta terlalu tinggi, sementara mereka orang miskin."
Berkata pula Hatijah, "Ayah, saya setuju dengan keputusan yang disampaikan kepada utusan Abu Talib, sebab ayah satu kali, saya lebih tidak mau lagi seratus kali, jika yang ayah minta tidak terpenuhi."
Setelah itu pulanglah utusan itu ke rumah Abu Talib untuk
menyampaikan seluruh keinginan atau keputusan ayah Hatijah.
Mendengar keterangan utusan itu, bersedihlah Abu Talib sekeluarga menanggapi keputusan tersebut.
Berkatalah Abu Talib, "Walaupun kita semua sekeluarga ini ke rumah Hatijah (mengabdi) belum sepadan dengan permintaan ayah Hatijah."
Setelah itu, terdengarlah oleh Hatijah tentang kesedihan yang dialami oleh Abu Talib dan saudara-saudaranya. Oleh karena itu.
76
dipanggillah Atika menghadap oleh Hatijah. Setelah sampai di rumah Hatijah, ia pun dipersilakan duduk di kursi. Ketika duduknya
agak rapi, dibisiklah ia oleh Hatijah, "Apa yang menyebabkan kalian bersedih."
Menjawablah Atika,"Kami bersedih sekeluarga karena permintaan ayahmu tentang mahar terlalu tinggi. Padahal saya pikir biar kami semua (datang mengabdi) belum mencukupi permintaan ayahmu itu. Itulah sebabnya kami bersedih sebab ayahmu berkata, jika kami tidak dapat memenuhi permintaannya,inilah yang akan menjadi penyebab rencana ini gagal."
Berkatalah Hatijah, "Hai Atika, lebih baik kembalilah dan sampaikan kepada Abu Talib
bahwa belum habis sebuah
isi gedungku kalau hanya sebegitu yang diminta ayahku. Beri tahu pula bahwa janganlah bersedih. Kelak saya yang mengirimkan
seluruh kebutuhan yang diminta ayahku. Saya yang akan menanggung semuanya."
Ketika mendengar perkataan Hatijah itu, Atika sangat
senang dan gembira. Selanjutnya, Hatijah berkata, "Jika nanti barang-barang yang kukirim itu sudah sampai lalu orang lain menanyakan, mengapa begini banyak barang. Katakan bahwa barang ini adalah upah atau gaji Muhammad ketika beliau pergi berdagang ke negeri Banuasang, baru sekarang diberikan Hatijah. Tersenyumlah Atika mendengar penuturan Hatijah itu.
Setelah itu, minta dirilah Atika dan selanjutnya kembali ke rumah Abu Talib. Sesampai di sana, ia pun menceritakan
77
seluruh pembicaraannya dengan Hatijah kepada Abu Talib. Abu
Talib sangat gembira, demikian jiiga saudara-saudaranya yapg lain.
Setelah pembicaraan itu selesai, disampaikanlah kepada selurah kerabatnya. Ketika waktu yang teiah ditentukan untuk mengantar mahar teiah tiba, datangiah selunih keljuarga keturunan Bani Hasyim yang sepaham dengan Muhammad. Sementara itu, barang-barang yang dijanjikan Hatijah untuk dijadikan mahar teiah sampai,
sesuai yang diminta ayah Hatijah. Maka semua yang hadir ikut bergembira tnenyaksikan hai itu.
Sementara itu, Hatijah sudah mengiimpulkan juga orang-orangnya, bahkan semua yang mendengar berita itu
datang berduyun-duyun. Dipotonglah sapi, Jbiri-biri, kambing dan sebagainya untuk menjamu orang-orang yang tak terkirakan banyaknya itu, hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Semua orang yang datang dari berbagai bangsa, yaitu bangsa Mesir, bangsa Rumawi, bangsa Bagdad, bangsa Hindi, bangsa Arab, dan juga bangsa Hadramaut. Semua orang datang berduyun-duyun, baik dari timur maupun dari barat, dari selataii, dan dari utara; laksana bumi akan runtuh.
Ketika uang mahar teiah siap, diantarkanlah ke rumah
ayah Hatijah. semua yang menjadi pernyaratan yang diminta ayah Hatijah diantar, yaitu ringgit emas, rupiah emas, dinar, minyak kasturi, dan sebagainya. Ketika uang mahar itu diantar, berkatalah ayah Hatijah, "Bawa ke sini nanti saya UhaL" Setelah diperiksa dan dihitung, ternyata tidak satu pun yang kurang; semua yang diminta ayah Hatijah sudah dipenuhi.
78
Ayah
Hatijah
hanya
menggeleng-gelengkan
kepala
menyaksikan barang-barang tersebut, kemudian ia berkata, "Pantas Muhammad begitu nekad memperistrikan Hatijah karena ternyata Abu Talib itu orang kaya, tetapi selama ini ia menyembunyikan kekayaannya. Memang orang seperti Muhammadlah yang kuharapkan untuk memperisterikan anakku, Hatijah. Seandainya aku tolak lamaran Muhammad, pasti aku menyesal."
Tertawalah orang banyak mendengar perkataan ayah Hatijah.
Selanjutnya ia berkata,"Tidak ada orang seperti Abu Talib menyerahkan uang mahar. Biasanya, kalau orang disodorkan seribu, pasti dia minta lima ratus, tetapi Abu Talib tidak. Apa pun yang diminta, pasti dipenuhi."
Setelah itu, mohon dirilah orang banyak kemudian pulang ke rumah Abu Talib. Semua pembicaraan ayah Hatijah disampaikan kepada Abu Talib, maka tertawalah orang-orang yang mendengar pembicaraan tersebut.
Setelah cukup tiga hari sesudah penyampaian mahar tersebut, bersedihlah hati Abu Talib karena ingin memberikan sesuatu kepada Hatijah, tetapi tidak ada, biar kain selembar yang baru pun tidak ada.
Berkatalah Abu Talib kepada Muhammad, "Pergilah ke
rumah sahabatmu untuk minta tolong!' Oleh karena itu, pergilah Muhammad mencari sahabatnya yang dapat menolongnya. Setelah turun dari rumah, air matanya mengalir. Bau air matanya seperti bau kasturi yang berasal dari surga. Semua yang ditetesi air mata tersebut berbau kasturi. Sementara itu, Muhammad mulai
79
mengingat-ingat ketika dahulu pergi ke negeri Banuasang berdagang.
Hampir semua orang pada waktu itu benci kepada dia, kecuali Abu Bakar. Barangkali lebih baik jika Abu Bakar saja yang ia datangi.
Secara kebetulan Abu Bakar ketika itu sedang duduk di kursi. Masih jauh Muhammad sudah dilihat oleh Abu Bakar. Turunlah
ia di tanah menunggu kedatangan Muhammad. Sementara ia menunggu, ia berkata dalam hatinya, "Kaiau Muhammad bersedia mampir di rumah saya, saya akan memerdekakan gadis cilik, yang baru menginjak remaja sebanyak sepuluh orang kemudian aku hadiahkan
kepada fakir miskin, akan kuhadiahi pula sarung orang yang melarat sebanyak seratus lembar."
Ketika Muhammad sudah dekat, datangiah Abu Bakar menjemput tangannya lalu berkata, "Tuan, hendak ke mana."
Menjawablah Muhammad,"Engkau yang saya perlukan, saya akan ke rumahmu." Oleh karena itu, diajaklah Muhammad naik
ke rumah, dan selanjutnya didudukkan di atas tikar permadani. Setelah itu, berkataiah Muhammad,"Apakah Tuan tahu bahwa
tiga hari yang lalu, uang mahar saya sudah naik." Menjawablah Abu Bakar, "Ya, saya dengar berita itu. Oleh karena itu, saya sangat. senang."
Berkata lagi Muhammad, "Itulah sebabnya saya datang. Saya disuruh Abu Talib menemui Tuan untuk meminta bantuan, yaitu sarung baru satu lembar, nanti belakangan baru dibayar, katanya." Ketika mendengar perkataan Muhammad itu, Abu Bakar
80
bersedih kemudian
berkata, "Muhammad, hanya karena
sarung selembar itu engkau harus membayarnya. Tidak! Sejak aku melihatmu aku sudah berniat, jika Muhammad bersedia mampir di rumahku akan saya merdekakan gadis remaja sepuluh orang
kemudian aku sedekahkan kepada orang miskin, seratus
orang
melarat akan aku beri sarung. Apakah yang saya lakukan itu ada manfaatnya bagi saya."
Berkatalah Muhammad,"Hai Abu Bakar, sedekah itu menjadi pelindung bagi orang yang bersedekah. Bergembiralah Abu Bakar mendengar pernyataan Muhammad itu.
Berkatalah Abu Bakar, "Lebih baik Tuan pulang saja apalah kata Abu Talib nanti jika Tuan sendiri yang membawanya. Tuan kuanggap daun selembar, buah sebiji tak sampai hati rasanya membiarkan Tuan membawa sendiri barang itu, apa pula kata orang-orang nanti. Nanti saya sendiri yang akan mengantamya."
Minta dirilah Muhammad dan selanjutnya kembali ke rumah Abu Talib. Seluruh pembicaraan Abu Bakar disampaikannya kepada Abu Talib sehingga Abu Talib sangat gembira mendengamya. Setelah itu, dipanggillah seluruh sanak saudara Muhammad yang sepaham dengannya. Sementara itu, sekembalinya Muhammad, Abu Bakar
langsung masuk ke gudangnya kemudian mengambil barang-barang seperti intan, jamrud, dan ratna mutu manikam. Abu Bakar juga menyiapkan empat puluh orang gadis remaja untuk membawa barangbarang tersebut ke rumah Abu Talib. Di tengah perjalanan, ia
dan rombongannya dilihat oleh Abu Jahal dan Abu Lahab. Alangkah
marahnya orang-orang ini melihat tindakan Abu Bakar.
81
Ketika
sampai ia
Abu
pun
Bakar
dan
rombongannya
berkata, "Semua
yang
telah
dibawa
ini
kusedekahkan kepada Tuan seluruhnya. Demikian juga semua orang yang membawa barang ini kusedekahkan kepada Tuan, semuanya."
Selanjutnya Abu Bakar berkata, "Kalian yang hadir dan menyaksikan hal ini, saksikanlah bahwa barang-barang
ini
kusedekahkan kepada Muhammad, aminuUak karena saya tidak ragu-ragu memberi Muhammad dunia dan akhirat. Orang, biasanya berusaha hanya untuk dunia, sedangkan saya berusaha hanya uhtuk akhirat saja."
Menangislah Abu Talib bersaudara, demikian juga seluruh
hadirin mendengar perkataan Abu Bakar, yang dikasihi Allah. Berkatalah Abu Talib, "Ini sebenarnya ia menyimpan barang berharga di kampung seberang, surga jannatu naim , tempat untuk bersenang-senang."
Setelah itu, berdirilah seluruh hadirin untuk pergi ke rumah
Hatijah. Ketika sampai di rumah Hatijah, mereka dipersilakan naik. Selanjutnya mereka pergi duduk di hadapan Hatijah. Berkatalah Atika, "Hatijah. inilah pemberian Muhammad
kepadamu, daun selembar, buah sebiji, mungkin tidak ada nilainya bagimu."
Mendengar penuturan Atika, Hatijah langsung marah, wajahnya merah padam lalu berkata, "Saya tabu bahwa ini semua adalah pemberian Abu Bakar kepada Muhammad. Berapa kekayaan Abu Bakar dibanding dengan kekayaanku. Dengarlah, semua harta kekayaan, di bawah tanah dan yang di atas
82
rumah telah kuserahkan semuanya kepada Muhammad. Saya harap semua barang-barang Abu Bakar itu dikembalikan. "Semua
orang yang mendengar penuturan Hatijah itu menangis tersedu-sedu.
Berkatalah semua orang yang hadir,"Anakku Hatijah, siapalah kira-kifa yang dapat mengalahkan kekayaanmu. Di kota Mekah ini tidak ada yang dapat menandingimu."
Berkata pula Abu Bakar, "Sebenamya, barang-barang yang saya bawa kepadamu sebagai pengirim Muhammad karena titipan orang tuanya juga dahulu. Beliau berkata, "Jika Muhammad nanti kawin, aku bernazar akan memberikan harta benda
yang aku warisi dari nenekku nabi Ibrahim, halUuUah, dahulu. Nabi Ibrahim berwasiat, "Akan muncul nanti cucuku bernama
Muhammad, aminuUah, itulah nanti yang disebut nabi
akkiru
zaman. Jika dia kawin berikanlah warisan Muhammad itu kepadanya. Inilah sebabnya, mengapa aku datang dengan membawa harta benda
untukmu karena baru sekaranglah Muhammad melangsungkan pemikahannya."
Ketika Hatijah mendengar perkataan Abu Bakar, ia pun berkata, "Ayahku, Abu Bakar, janganlah tersinggung dengan kata-kataku tadi, saya hanya" bergurau saja. Abu Bakar pun bergembira setelah mendengar pemyataan Hatijah. Orang banyak pun tertawa gembira.
Setelah itu, diangkatlah minuman. Sesudah minum, diangkat lagi ■hidangan, maka orang banyak pun mulai bersantap bersama. Beberapa saat kemudian, seluruh yang hadir mohon diri kepada Hatijah. Berkatalah Hatijah kepada hadirin,"Sampaikan salam hormatku kepada Abu Talib sekeluarga."
83
Setelah itu, ketnbalilah hadirin dan selanjutnya menuju ke rumah Abu Talib. Setelah mereka tiba di rumah Abu Talib, mereka
pun menceritakan selurUh perkataan Hatijah, maka Abu Talib pun ikut bergembira.
Berkatalah Abu Talib kepada orang banyak,"Jika telah saatnya untuk meminta hari pelaksanaan perkawinan Muhammad, saya harap kalian datang lagi ke sini. Kalian akan kuharap untuk menemui keluarga Hatijah untuk meminta kepastian hari pelaksanaannya. Setelah hari yang telah ditentukan tiba, berkumpullah kembali orang banyak dan seluruh famili Muhammad. Oleh karena itu,
Abu Talib mengirim utusannya untuk menemui keluarga Hatijah guna meminta kepastian pelaksanaan perkawinan Muhammad, aminiUlah
dengan Hatijah.
Berkatalah ayah Hatijah, "Saya sangat bergembira tentang hal ini, nanti pada tanggal empat belas bulan Sya'ban yang jatuh pada hari Senin; Itulah yang saya senangi untuk kita langsungkan perkawinan Muhammad dengan Hatijah."
Setelah pembicaraan selesai, diangkatlah minuman. Setelah hadirin minum, diangkat lagi hidangan. Setelah acara selesai, utusan
pun minta diri untuk kembali kepada Abu Talib guna menyampaikan keputusan ayah Hatijah. Berkatalah Abu Talib, "Kembalilah ke rumah kalian untuk
bersiap diri. "Sementara itu, Hatijah juga sudah memanggil Mubassiran, kemudian diperintahkan untuk membuka gudang dan selanjutnya mengambil emas murni dan emas muda,
masing-masing
sepuluh pikulan; intan, jamrud, dan ratna mutu
84
manikam, masing-masing sepuluh gantan, sebab Muhammad akan
dibuatkan usungan kelak, demikian juga alat bunyi-bunyian, scmuanya terbuat dari emas. "Barulah sekarang," Kata Hatijah, "Saya memperlihatkan kekayaanku kepada bangsa Arab, khususnya penduduk Mekah."
Selanjutnya, Hatijah berkata kepada Mubassiran,"Jika ayahku nanti bertanya, mengapa engkau membuka gudang emas. Jawablah bahwa barulah sekarang akan diserahkan gaji Muhammad ketika ia pergi berdagang. Jika ia betanya, mengapa begitu banyak. Katakanlah, banyak sekali pemberian yang diterima Muhammad dari Mujerahaban, di samping keuntungannya sendiri, berpikul-pikul emas dan ratna mutu manikam yang ia terima. Katakan pula kepada ayahku, saat itu ketika Muhammad pergi ke Banuasang, raja juga memberi banyak hadiah kepada Muhammad. Hadiah yang diterima itu antara Iain emas murni, emas muda, dan intan. Jika ayahku berkata lagi, Mengapa engkau tidak pernah menyebut-nyebut selama ini, katakan lagi kepadanya, sengaja hal ini tidak disebut-sebut jangan sampai Tuan marah dan salah faham kepada Muhammad. Inilah sebabnya sehingga Tuan tidak diberi tahu."
Tertawalah Mubassiran mendengar penuturan Hatijah mengenai masalah ini.
Berkatalah Mubassiran, "Tuanku Hatijah, engkau sekali memelihara dan menghormati Muhammad, saya sepuluh kali lipat lagi, dan lipat seribu kali rasa kasihku kepadanya sebab saya berpikir bahwa dialah pemimpin kami dunia dan akhirat. Itulah sebabnya sehingga aku berbuat demikian kepadanya!'
85
Setelah itu, Mubassiran meminta kunci gudang kemudian ia pergi membuka gudang emas tersebut. la mengambil emas murni
dan emas muda, masing-masing sepuluh pikul; demikian juga intan, berlian, dan ratna mutu manikan, masing-masing lima gantan untuk penghias usungan dan alat-alat musik yang akan mengiringi Muhammad.
Bertanyalah ayah Hatijah kepada Mubassiran, "Mubassiran, mengapa engkau membuka gudang emas itu."
Menjawablah Mubassiran,"Hatijah yang memerintahkan aku".
Selanjutnya, semua yang diajarkan Hatijah kepadanya disampaikannya pula kepada ayah Hatijah.
Berkatalah ayah Hatijah, "Benar yang kamu katakan,
sebab saya sekarang sudah sayang kepada Muhammad, dan
kesayangan saya itu hanya Allah yang tahu dangkal dalamnya. Seandainya
aku
pernah
melihat
selembar
bulu-bulu
Muhammad jatuh, akan kupasang kembali seperti sedia kala sebab saya pikir, dia sudah berstatus anak saya di dunia hingga ke akhirat kelak. Mubassiran sangat senang mendengar pernyataan ayah Hatijah. Selanjutnya, emas-emas tersebut diantar Mubassiran
naik ke rumah. Sesampainya di atas, dibawalah ke hadapan Hatijah.
Berkatalah Hatijah, "Hai Mubassiran, tolong panggilkan saya tukang pandai emas sebanyak seratus orang dan penuang seratus orang juga." Mubassiran sangat kaget mendengar pennintaan Hatijah itu. Namun, karena itu perintah, maka pergilah Mubassiran
86
mencari orang-orang yang dimaksud. Dan dalam waktu singkat, berkumpullah tukang-tukang emas dan para penuang masing-masing seratus orang.
Berkatalah Hatijah kepada mereka, "Maksud dan tujuan saya memanggil kalian, ialah kalian akan kusuruh membuat usungan emas untuk Muhammad, payung emas, alat-alat musik, dan seluruh
alat yang akan digunakan Muhammad dalam perkawinannya. Saya harap kalian bekerja dengan baik dengan menggunakan emas murni dan emas muda yang ada. Kerjakan sampai selesai. Saya yang akan menanggung semuanya. Buatlah empat puluh satu macam
lengkap dengan hiasan-hiasannya, seperti perak, intan, jamrud, dan ratna mutu manikam. Demikian juga alat-alat musik; gendang, seruling, rebab, dan seluruh bunyi-bunyian dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang ada.
Ketika para tukang emas itu telah menunaikan tugasnya sesuai dengan pesanan Hatijah, bergembiralah Hatijah melihat benda-benda pesanannya yang begitu mempesoha bentuknya serta alat-alat musik yang begitu merdu bunyinya. Setiap tukang emas itu memperoleh upah sebanyak seratus ringgit emas. Minta pamitlah seluruh tukang emas, demikian juga para penuang dengan senang hati. Tak lama kemudian, dipanggillah Mubassiran oleh Hatijah.
Ketika
Mubassiran
telah
datang,
Hatijah, "Mubassiran, antarlah barang-barang
berkatalah
itu beserta
alat-alat musiknya ke rumah ayahanda Abu Talib, dan tak
lupa sampaikan salam hormatku padanya. Sampaikan pula Abu Talib bahwa. barulah sekarang semua gaji Muhammad
87
diserahkan oleh Hatijah ketika Muhammad dulu pergi ke
Banuasang berdagang." Di samping itu, sampaikan juga bahwa sudah lunas semua hutang-hutang Hatijah kepada Muhammad. "Itulah beberapa ungkapan yang baik dan kata-kata penghibur.
Tatkala Mubassiran tiba di rumah Abu Talib, ia pun menyainpaikan seluruh pesan Hatijah untuk Abu Talib. Selanjutnya, Mubassiran berkata kepada Muhammad, "Hai Muhammad, rohmu adalah tubuhku, dan tubuhmu adalah rohku, roh (difimu) adalah
ikutanku di dunia dan di akhirat. Oleh karena saya telah meyakinkan bahwa kamulah nabi yang paling pertama dan sekaligus
kamulah habi yang paling akhir. Kamulah penghulu dari semua nabi. Kamulah laksana mahkota seluruh nabi. Kamulah penghulu seluruh manusia dunia dan akhirat. Kamulah yang berhasil memisahkan antara yan hak serta dan batil serta yang baik dengan
yang tidak baik. Engkaulah yang bergelar Yasin. Engkau pulalah yang disebut Hamim. Engkaulah nabi akhir zaman. Engkau pulalah yang selalu didatangi malalkat Jibril. Selanjutnya Mubassiran berkata, "Tuanku Muhammad, saya
mohon dengan sangat; dari telapak kaki Tuan, jika nanti saya dibangunkan dari kubur, tolonglah saya. Jika saya masuk neraka,
ambillah saya, lepaskanlah saya." Selesai Mubassiran berkata demikian, bersedihlah ia. Berkatalah
Muhammad,"Mubassiran,pertolongan Allah ada pada saya. Menurut cita-cita dan permohonankii, saya tidak mendapat keselamatan jika
kamu juga tidak mendapat keselamatan. Artinya, kalau saya bahagia, kamu juga demikian." Melompatlah Mubassiran memeluk kaki
88
Muhammad kemudian menciumnya,lalu keduanya larut dalam kesedihau;^^
Semua orang yang hadir dan menyaksikan keadaan tersebut juga ikut bersedih. Abu Talib demikian juga saudara-saudaranya yang lain pun ikut dalam kesedihan.
Berkatalah Abu Talib dalam haiinya, "Ayahku, Abdul Muttalib.
lihatlah cucumu, apa yang telah disebut-sebut di dalam kitab-kitab
terdahulu, seperti kitab Taurat. sekarang sudah mulai terbukti pada diri Muhammad. Demikian Juga halnya, tidak ada yang dijadikan mahar
dan ongkos di dalam perkawinannya, kecuali usahanya sendiri sebab
saya terlalu miskin; Jika ada di waktu pagi, tidak ada di waktu sore. Ini semua karena kebesaran dan kckuasaan Allah Taala." Sementara
itu, goyanglah Arasy dan Kursi, demikian Juga Lauh Mahfiid. Pintu langit dan pintu surga terbuka lebar. .sementara itu semua pintu neraka tertutup, maka bersujudlah seluruh malaikat yang ada dan seluruh bidadari.
Bertanyalah para malaikat. "Tuhanku, mengapa Arasy dan Kursi
goyang, demikian Juga Lauh Mahfud. pintu langit dan surga semuanya terbuka lebar, sementara pintu-pintu neraka tertutup rapat. Dan, mengapa
pula para malaikat anak bidadari sujud kepadamu, ya Allah, Tuhan sekalian alam."
Berkatalah Allah,"Hai sekalian malaikatku, dOTiikian Juga seluruh
bidadariku, itulah sebabnya Arasy dan Kursi goyang dan seterusnya
karoia pada hari ini kekasihku, Muhanunad akan melangsungjcan pemikahannya dengan hambaku yang bemama Hatijah." Berkata pula para malaikat dai\ bidadari, 'Izinkanlah kami turun untuk menyaksikan pemikahan kekasih-Mu, Muhammad dan. untuk membawakan harum-haruman dari .surga."
89
Berkatalah Allah Taala, "Turunlah kalian untuk menyaksikan kekasih-Ku, Muhammad." Oleh karena itu, turunlah seluruh malaikat dan anak-anak bidadari membawa harum-haruman
dari surga. Kecantikan anak bidadari itu, andaikata dapat dilihat, semua orang akan terpesona dan ingin semua melihatnya. Pakaiaimya tujuh puluh lapis, tetapi urat-urat betisnya tampak kelihatan, andaikata mereka meludah, akan tercium harumnya dari timur ke barat.
Setelah itu bersiaplah Muhammad, sarung "masserekna" yang halus dan ditenun dengan hiasan perak dan emas muda, baju dan dasinya yang tujuh susun yang ditenun dengan kain
yang sangat halus dan dihiasi dengan intan dan jamrud sudah dipakainya.
Setelah Muhammad selesai berpakaian, seluruh hadirin
para pengantar sudah turun ke tanah. Muhammad juga sudah turun dan selanjutnya menaiki usungan yang telah disediakan,
maka datanglah Abu Talib, Abbas, Hamjah dan Abu Bakar untuk mengusung Muhammad bersama dengan pengusung yang lain yang berjumlah seratus dua puluh orang, yang semuanya adalah famili Muhammad sendiri dan orang-orang yang senang
kepada Muhmmad. Pengiringnya sebanyak tujuh ratus penunggang
kuda laki-laki dan tujuh ratus penunggang kuda gadis remaja. Alat-alat musik yang dikirim khusus oleh Hatijah sudah mulai dibunyikan. Jumlahnya adalah seribu macam bunyi-bunyian
sehingga suasana menjadi sangat ramai oleh bunyi-bunyian tersebut. *j|c ;ic He He 4c
90
Pasal. Satu pasal lagi yang menceritakan rumah kediaman Hatijah.
Rumah Hatijah besar sekali. Panjangnya seratus enam
puluh depa, delapan puluh depa lebarnya, empat puluh jendelanya yang dihiasi dengan intan dan jamrud serta ratna mutu manikam, emas mumi, emas muda, dan perak. Daun jendelanya terbuat dari
cermin, dihiasi dengan warna keemasan, sedangkan dinding rumah terbuat dari batu. Pintu rumahnya dihiasi dengan emas murni,
bahkan seluruh perabot' rumah tangganya serta perhiasan-
perhiasan yang lain terbuat dari intan dan jamrud. Tangga rumahnya terdiri atas lima puluh lima anak tangga yang dicat dengan warna keemasan. Panjang istananya yaitu seratus lima puluh depa lebarnya seratus depa. Dindingnya hanya dus siku tingginya semuanya dihiasi dengan cat yang berwama keemasan. Dihamparkanlah
tikar permadani sebanyak seribu lembar, kemudian dipasang
pula tirai yang sudah dihiasi. Setelah itu, diaturlah kursi yang terbuat dari emas murni, emas muda, dan perak. Banyaknya kursi yang terpasang tidak diketahui, hanya Allah saja yang tahu. Selanjutnya, lampu-lampu yang sudah dihiasi dengan berbagai hiasan mulai dipasang. Jumlahnya ada tiga ratus buah;
semuanya berhiaskan dengan emas murni, emas muda, dan sebagainya.
Setelah panggung upacara atau istana itu dihiasi dengan berbagai hiasan yang cukup mempesona, dialasi lagi dengan kain putih
yang memanjang sebanyak tujuh lapis. Sementara itu, ranjang Hatijah yang terbuat dari emas murni berukuran panjang tiga depa, sedangkan luasnya dua depa. Setelah dipasangi dengan kasur dan tikar permadani, diaturlah bantalnya yang bernama "istabrakin" semuanya dihiasi
91
dengan intan,jamrud, dan ratna mutu manikam. Kemudian dipasangi lagi dengan tirai atau kelambu sebanyak tujuh lapis. Setelah semuanya selesai, ayah Hatijab mengirim utusan kepada Abu Talib. Ketika utusan tersebut sampai di sana, ia langsung
menghadap kepada Muhammad, kemudian berkata, "Tuanku Muhammad, sekarang ditunggu oleh ayah Hatijah."
Oleh karena itu, siaplah para pengantar Muhammad dan alat musik pun dari seluruh tipe dan jenisnya dibunyikan. Alangkah ramainya bunyi-bunyi yang ditimbulkan alat-alat musik tersebut sehingga seakan-akan tenggelam penduduk kota Mekah karena lautan manusia.
Diantarlah secara beramai-ramai Muhammad. Sinar yang memancar dari wajah Muhammad tembus
ke atas Arasy dan
Kursi, miika terhalanglah sinar matahari dan bulan ketika itu. Sementara itu, baik setan maupun jin saling mengajak untuk menyaksikan Muhammad.
Pada saat itu, Allah mengirim hujan gerimis yang mengandung bau harum-haruman sehingga, baik Muhammad maupun seluruh pengantarnya berbau kasturi. Selanjutnya, Muhammad dan seluruh
pengiringnya menuju rumah Hatijah. Ketika Hatijah melihat Muhanunad, ia sendiri yang turun menjemputnya. Kemudian mempersilakan Muhammad naik ke rumah sambil menggandeng tangan suaminya, kemudian keduanya duduk bersanding.
Setelah itu, malaikat Jibril pun datang
membawa
harum-haruman dari surga untuk dipakai Hatijah. Setelah ia mengusapkan minyak wangi atau parfum tersebut pada wajahnya.
92
wajah Hatija bersinar laksana bulan purnama. la pun laksana gadis yang baru berusia empat belas tahun. Bentuk tubuhnya laksana bukit Judi dan bukit Turisina sehingga sudah sulit dipisahkan mana sinar Muhammad dan yang mana puia sinar Hatijah karena kedua sinar tersebut sudah menyatu sedemikian rupa. Muhammad dan Hatijah adaiah pasangan serasi, laksana pinang dibelah dua.
Bergembiralah ayah Hatijah menyaksikan anaknya, Hatijah duduk bersama-sama dengan suaminya.
Sesudah itu, dijamulah seiuruh hadirin yang jumlahnya beriburibu orang, baik yang ada di atas rurtiah tnaiipun yang ada di
bawah rumah. Hadirin pun segera menikmati hidangan yang disiapkan buat mereka. Jika malam telah tiba, lampu-lampu mulai dinyalakan, baik yang untuk di atas rumah maupun untuk yang di bawah rumah. Terangnya luar biasa, laksana tanah lapang yang terbakar api. Semua orang yang menyaksikan peristiwa tersebut bergembira dan bersuka ria. Hadirin pun dihibur dengan bunyi-bunyian (kesenian)
yang beranek^-ragam. Aneka bentuk permainan juga disiapkan untuk hadirin. Suasana gembira belangsung selama empat puluh hari empat puluh malam. Orang-orang yang benci kepada Muhammad dan Hatijah pun hadir. Akan tetapi, jika mereka selesai bersantap, mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dj rumah, yang mereka biearakan adaiah kejelekan Muhammad dan Hatijah.
Ketika cukup empat puluh hari empat puluh malam berpesta, hadirin pun kembali ke rumahnya masing-masing.
:ie :ie:|c ^ 4c :|e
93
Pasal. Satu pasal lagi yang menceritakan tentang perilaku Hatijah.
Jika Muhammad keluar rumah, Hatijah selalu berjaga-
jaga di depan pintu dengan menyiapkan kendi air yang terbuat dari emas. Jika Muhammad telah datang, Hatijahlah
yang mencucikan kakinya, kemudian melapnya dengan rambutnya sendiri. Jika Muhammad bersantap, Hatijah selalu menemaninya. Jika Muhammad sedang duduk-duduk istirahat ia selalu di sampingnya menunggu perintahnya. Walaupun orang lain yang disuruh, Hatijah yang selalu berdiri untuk mengambilkan apa yang diinginkannya.
Demikianlah perilaku Hatijah seterusnya. Jika Muhammad
berangkat itu hanya satu hari, Hatijah tidak mau makan; nanti
datang ^luhammad, barulah ia makan. Hal inilah yang menjadi bahan pembicaraan bagi mereka yang benci kepada Muhammad dan Hatijah, katanya, "Baru kali ini saya melihat orang yaiig berkeluarga (bersuami) seperti itu. Seandainya tidak ada orang upahan yang datang kepadanya, dia tidak akan kawin. Apanya
Muhammad yang dilihat, dia anak yatim, tidak berbapak dan tidak
beribu, dia anak peliharaan Abu Talib, dan dia sangat miskin." Ketika Hatijah mendengar perkataan orang-orang, dipanggillah Mubassiran. Tak lama kemudian datanglah Mubassiran lain Hatijah berkata, "Buka dan keluarkan semua emas yang ada digudangku
yang empat puluh itu kemudian bawa semua ke tengah lapangan,
alasi dengan tikar permadani. Setelah itu, tumpuklah"barang-barang itu di atasnya.
94
Ketika Mubassiran telah menumpuk barang-barang tersebut
tampaklah seperti gunung tingginya. Khusus tempat emasnya, lebarnya satu depa persegi dan tingginya tiga siku, penuh dengan emas murni, emas muda, intan, jamrud, dan ratna mutu manikam.
Unta merahnya berjumlah tujuh ribu ekor, khusus yang berpasangan
sebanyak empat ribu ekor. Seribu untanya dikendarai oleh gadis remaja, seribu lagi yang dikendarai oleh para pemuda. Setelah itu, keluarlah Hatijah ke lapangan bersaraa hamba
sahayanya. Sementara itu di lapangan sudah penuh dengan penonton,
hanya Allah yang tahu banyaknya orang ketika itu. Selanjutnya, Hatijah mengelilingi barang-barangnya beserta isi rumahnya; seribu orang gadis remaja dan seribu orang anak laki-laki ikut dengan Hatijah.
Tatkala
ia
telah
mengelilingi
barang-barangnya,
berdirilah ia di sudut kemudian berteriak sekuat-kuatnya, "Hai, Abu Jahal dan Abu Lahab, lihatlah hartaku sekarang. Apakah kamu mempunyai harta sebanyak ini. Jika ada, bawalah kemari saya lihat."
Ketika Abu Jahal mendengar tantangan Hatijah, ia pun pergi sambil mengomel. Setelah itu, berkatalah Hatijah, "Hai
sekalian orang Mekah, orang Medinah, orang Rumawi, orang Mesir, orang Hadaramaut, dengarlah! Semua harta yang saya miliki ini aku hadiahkan kepada Muhammad, diriku
sendiri, orang-orangku, semuanya
aku
aminuUah, serahkan
kepadanya. Saya tidak perduli dan memikirkan hartaku. lagi. Segala yang ada ini adalah hak dan tanggung jawab Muhammad sebab saya teguh dalam pendirianku bahwa Muhammad adalah
95
ikutan saya di dunia hingga ke akhirat nanti. Dialah yang diutus sebagai nabi akhiru zaman.
Berkatalah orang banyak,"Saya belum pernah melihat harta sebanyak ini sejak aku lahir ke dunia."
Setelah itu, Hatijah mendengar suara dari langit yang mengatakan, "Alam yajidka yatiman fa awa, wa wajadaka dallan fa hada, wa wajadaka ailan fa agna, artinya, bukankah Dia yang mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu; dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk; dan Dia yang mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. .Maknanya i yang lain adalah, ketika engkau (Muhammad) pulang berdagang dari Banuasang lalu Iblis membawamu ke jalan yang sesat, kemudian Kami (Tuhan) mengutus Jibril untuk ntiembawamu kembali ke jalan yang lUrus. Saya katakan juga bahwa jika engkau tidak mempunyai ayah, Abu Taliblah ayahmu. Jika engkau tidak mempunyai harta, harta Hatijahlah yang kuberikan padamu karena Hatijah sudah kujodohkan dengan engkau dunia dan akhirat."
Setelah itu, Hatijah mendengar lagi suara dari langit yang berbunyi, "Muhammad, tabahlah atas tindakan orang-orang Arab yang keterlaluan kepadamu. Orang kafir sejak tujuh puluh tahun yang lampau tempat mereka sudah siap di neraka."
Hatijah mendengar lagi sebuah suara yang mengatakan, "Tabbat yada Abi Lahabin wa tabbaima agna anbu malubu wa ma kasaba;
sa yasla naran zata lahabin; wamraatuhu hamma latal hatabi'^ fi jidiha bablan mimmasadinn, artinya, binasalah kedua ^gan Abu
96
Lahab dan sesungguhnya dia akan celaka; tidaklah berraanfaat
harta bendanya kepadanya dan apa yang diusahakannya; kelak
dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak; dan isterinya, pembawa kayu bakar yang dilehernya ada tali dari sabut. Setelah itu diantarlah masuk semua barang Muhammad ke
rumahnya, sementara itu Hatijah juga masuk (kembali) ke rumahnya.
Pasal. Kita alihkan pembicaraan iagi.
Dua puluh tahun iamanya Muhammad bersama-sama dengan Hatijah barulah ia naik ke puncak gunung untuk munajah kepada Tuhannya. Di dalam munajahnya itu, ia ingin melihat Tuhan, namun ia tidak dapat melihatnya. Oleh karena itu, ia menjatuhkan dirinya
turun ke dasar bukit. Akan tetapi, malaikat Jibril dengan secepat kilat datang menadahnya kemudian membawanya naik seperti semula. Setelah sampai di atas, Jibril bertanya, "Mengapa engkau berbuat demikian, Muhammad."
Menjawablah Muhammad,"Aku ingin melihat Tuhanku, tetapi aku tidak sanggup karena ada yang menghalangiku seperti selembar
benang. Ia melemparkan lagi dirinya ke kaki bukit sekali lagi, namun Jibril secepat kilat datang menolongnya lalu membawanya lagi naik seperti biasa. Empat kali ia melemparkan dirinya, lalu Allah berkata kepada Jibril, "Ambillah selimut dan tikar permadani di dalam surga kemudian selimuti bukit itu, supaya ada yang
dipakai/diduduki kekasihku untuk menghadap kepada saya."
97
Dalam sekejap mata malaikat Jibril membawa selimut dan tikar permadani dan tikar "sundusin" serta bantal "iatabrakin". Maka diselimutilah bukit tersebut oleh Jibril.
Setelah itu, berkatalah Jibril kepada Muhammad, "Naiklah ke puncak bukit menghadap kepada Tuhanmu, mintalah apa yang engkau ingini." Naiklah Muhammad kemudian duduk di atas tikar yang terhampar di atas bukit. Setelah duduk dengan baik, berkatalah Muhammad,
"Tuhanku aku mohon padamu, berilah aku kesempatan untuk melihatmu."
Menjawablah Allah, "Muhammad, kamu tidak akan melihat saya dengan mata kepalamu. Namuni tetap dekat padaipu^
Oleh karena itu, mintalah apa yang engkau ingini, aku penuhi permohonanmu itu."
Berkatalah Muhammad, "Ya Tuhanku, jadikanlah aku makhlukmu yang paling besar dan paling mulia. Aku juga mohon kepadamu, Ya Allah, kiranya aku dapat dinobatkan menjadi nabi dan rasul."
Berkatalah Allah,"Aku telah ciptakan seorang hambaku bemama
Muhammad menjadi rasulku. Dialah rasulku yang paling mulia dan paling kumuliakan di antara seluruh makhluk yang ada di alam dunia ini. Dia pulalah nabi yang paling akhir dan yang paling awal, dia jugalah yang bergelar nabi akhir zaman." Selanjutnya Allah berkata, "Wa kana minal musyrikin artinya,
adalah mereka itu tergolong orang musyrik." Allah berkata lagi, "Bunuhlah orang-orang kafir yang tidak mau tunduk kepadamu,' nanti engkau kubekali dengan mujizat."
98
Allah berkata lagi, ''Pulanglah ke rumahmu, Muhammad, engkau telah kuangkat menjadi nabi dan rasulku."
Pulanglah Muhammad, rasulullah, ke rumah Hatijah. Hatijah ketika itu sudah lama menunggu kedatangan suaminya, Muhammad, sambil memegailg caret yang terbuat dari emas, yang berisi air untuk mencuci kaki suaminya. Namun, ketika Muhammad datang, Hatijah lari masuk ke dalam rumahnya.
Berkatalah Muhammad, rasubiUaht "Mengapa engkau berbuat demikian, engkau lari masuk."
Menjawablah Hatijah, "Siapakah gerangan engkau ini? Aku tidak mengenalmu. Engkau datang dari mana?" Menjawablah Muhammad, "Sayalah Muhammad, suamimu, yang bergelar rasubiUak"
Larilah kembali Hatija kepada Muhammad sambil
memeluk dan mencium kakinya, kemudian dia mencucinya. Muhammad juga menceritakan semua yang terjadi pada dirinya. Berkatalah Hatijah, "Ampunilah saya, saya benar-benar tidak
mengenal Tuan lagi karena wajah Tuan sudah berbeda dengan barirhari yang lalu."
Selanjutnya Muhammad berkata kepada Hatijah, "Saya diangkat oleh Allah untuk mengajar manusia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Oleh karena itu, Hatijah mengucapkan dua kalimat syahadat, "Asybadu an la ilaha illal
Labu wa asybadu anna Mubammadan rasuMlab, artinya, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah 7aa/a
99
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rastdAlbUh"
Setelah
itu, Abu Bakar, Usman, dan Ali juga ikut menguc^kan dua kalimat
syahadat tersebut. Kemudian Muhammad mengajak seluruh famili dan sanak saudaranya datang untuk diajar mengucapkan dua kalimat syahadat. Berdatanganlah mereka yang percaya kepada Muhammad. Setelah mereka diajari mengucapkan dua kalimat syahadat, mereka pun pulang ke rumahnya masing-masing. Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali belakangan mereka baru pulang. Ketika empat
sahabat ini pulang, mereka bergandengan tangan satu dengan yang
lainnya. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Abu Jahal lalu bertanya, "Dari mana kalian ini berjalan sambil bergandengan tangan?"
Menjawablah Abu Bakar,"Kami datang dari rumah Muhammad, rasulullah, kita diajari dengan kalimat syahadat yang bunyinya adalah, "Asybadu an la ilaha illal Lahu wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah," Kalimat inilah yang diajarkan beliau kepada kami semua karena dia mengaku nabi yang paling awal sekaligus nabi yang paling akhir. Dia juga yang disebut penghulu segala nabi dan rasul. Inilah. penyebabnya kami masuk Islam." Ketika Abu Jahal mendengar kata-kata Abu Bakar, ia
segera kembali ke rumahnya untuk mengganti pakaiannya. Selanjutnya ia pergi melapor kepada raja Mekah, yaitu Habib
Ibnu
Malik, katanya, "Hancurlah
kita
semua,
Muhammad memperbodoh semua orang. Inilah sebabnya saya datang untuk melaporkan kepada Tuan karena
100
dia mengaku dirinya sebagai nabi yang pertama dan nabi yang terakhir."
Berkataiah Habib bin Malik, "Mengapa engkau tidak raengecek langsung bahwa memang Muhammad berkata demikian,
dia mengaku nabi yang pertama dan nabi yang terakhir serta mempunyai mukjizat."
Menjawablah Abu Jahal, "Saya takut menemuinya karena saya pemah beradu kemudian aku yang kalah."
Berkataiah raja, "Mengapa engkau bisa dikalahkan padahal engkau yang kuat, besar, dan tinggi pula."
Menjawablah Abu Jahal laknatuUah, "Saya juga tidak tahu mengapa aku bisa dikalahkan olehnya, katanya itu semua karena kekuasaan Allah."
Berkataiah raja atau pengasa Mekah, "Jadi, apa maksudmu datang kemari."
Menjawablah Abu Jahal, "Saya mohon kepada Tuan, lebih
baik semua orang disuruh panggil besok berkumpul di padang Abtahi. Jangan ada yang dibiarkan tinggal di rumahnya, wanita atau laki-laki." Oleh karena itu, raja memerintahkan kepada seluruh penduduk Mekah untuk berkumpul besok di padang Abtahi, baik kaum bangsawan maupun rakyat jelata.
Keesokan harinya seluruh penduduk sudah berkumpul di padang Seluruh pengikut dan yang percaya kepada Muhammad tidak satu pun yang diberi panggilan. Namun, karena rumah Abu Bakar terletak
di jalan raya sehingga dia melihat semua orang lewat di samping
101
rumahnya, seluruh pembesar kerajaan hadir juga lengkap dengan senjata mereka.
Melihat keadaan itu, Abu Bakar pergi menemui nabi di rumahnya. Sesampainya di sana, ia pun mengucapkan "Assalamu alaikum
wa rahmatullahi wa barakatuh' ya rasulullah, apa gerangan yang akan dilakukan oleh penguasa Mekah atau raja demikian juga orang banyak sehingga mereka berkumpul di padang Abtahi lengkap dengan persenjataan mereka.
Berkatalah Nabi Muhammad,"Hai Abu Bakar, cobalah perhatikan mengapa mereka berkumpul di sana!"
Ketika Abu Bakar mendengar permintaan Nabi, ia pun keluar ke padang dan langsung duduk di hadapan raja atau penguasa Mekah. Sementara itu, Abu Jahal menoleh ke
kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang dan seluruh penjuru angin dan tidak dia temukan seorang pun dari keturunan bani Hasyim yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut, kecuali
Abu Bakar karena memang mereka tidak diberi penyampaian Demikian juga orang-orang yang percaya kepada Muhammad, aminullah. Kehadiran Abu Bakar itu bukan karena diundang, tetapi karena permintaan rasulullah untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan.
Menghadaplah Abu Jahal kepada raja untuk menyampaikan laporan, "Tuan, seluruh penduduk kota Mekah sudah hadir, kecuali keturunan bani Hasyim yang tidak hadir, kecuali Abu Bakar
saja, mungkin lebih baik jika keturunan bani Hasyim juga diikutsertakan."
102
Berkatalah Raja, "Pergilah dan panggil semua Abu Talib, Umar, Usman, dan Ali!" Setelah itu, berangkatlah utusan untuk
mencari dan memanggil raereka yang disuruh panggil. Ketika utusan
tiba di rumah masing-masing, ia pun berkata,"Tuan-tuan dipanggil
semua oleh Raja atau penguasa Mekah sekarang juga untuk berkumpul di padang Abtahi. Setelah mereka pergi, tinggallah Muhammad sendirian di rumahnya.
Ketika
semuanya
keluar,
mereka
langsung
pergi
menghadap kepada raja. Raja selanjutnya berkata,"Dengarlah baikbaik, jika saya perhatikan semua yang hadir penduduk kota Mekah ini tidak ada yang kalah gagah Abu Talib, Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Oleh karena itu, kata raja selanjutnya, "Duduklah kalian di atas kursi." lalu mereka pun duduk di tempat yang disediakan.
Raja selanjutnya berkata, "Yang perlu saya sampaikan kepada kalian adalah, sekarang ini tidak ada lain yang menjadi bahan pembicaraan di dalam kota Mekah ini kecuali Muhammad. Dia mengakui bahwa dirinyalah yang paling mulia di antara seluruh makhluk yang ada, dia adalah penghulu
seluruh nabi dan rasul. Yang perlu kita lihat adalah, apakah ada
mukjizatnya sehingga dia mengaku nabi yang terakhir sekaligus nabi yang pertama. Apakah ada mukjizatnya seperti halnya dengan nabi Ibrahim, ketika beliau dilemparkan masuk ke dalam api oleh
raja Namrud, lalu tak satu lembar pun bulu-bulunya yang terbakar oleh api.
103
Demikian juga nabi Daud, jika dia sujud, semua pohon kayu ikut bersamanya. Itulah mujizatnya. Sementara itu, nabi Isa dapat berbicara dengan orang mati dan sanggup mengobati orang yang
berpenyakit kulit. Begitulah mujizat nabi-nabi terdahulu, sedangkan Muhammad menganggap dirinya penghulu seluruh nabi dan rasul. Oleh karena itu, suruhlah membuktikan kemujizatannya jika
memang dia benar-benar seorang nabi. Jika dia tidak mampu membuktikan mujizatnya, semua pemimpin di Mekah ini akan mengikat lehernya kemudian melempari mukanya dengan benda haram atau kotoran.
Mendengar penjelasan raja, tersebut, Abu Talib, Abbas, dan Usman tidak bisa angkat bicara lagi. Oleh karena itu, Ali berkata, "Tuan penguasa Mekah, apapun yang kamu kehendaki,
dia pasti mengetahuinya sebab Muhammad orang yang dikasihi Allah."
Berkatalah sang raja, "Hulubalang, panggillah Muhammad cepat ke sini!"
Berkatalah ayah Ali (Abu Talib), "Saya kira hulubalang ini tidak dipenuhi permintaannya oleh Muhammad. Namun,tidak apalah asal kamu berlaku sdpan sebab Muhammad itu orangnya lembut, tidak usah terlalu keras suaramu jika kamu berbicara dengannya."
Ketika Abu Jahal mendengar Abu Talib, ia pun berkata
kepada hulubalang, "Jika kamu memanggil Muhammad kemudian ia tidak cepat-cepat berdiri, kamulah yang berdiri, tariklah cepat ke sini karena dia tidak tahu bahwa sang raja
104
sedang mengumpulkan orang di padang "Abtahi".
Berkatalah Abu Talib, 'Abu Jahal, apakah Muhammad mempunyai hutang kepada nenekmu atau kepada ayahmu atau kepada kamu sehingga engkau memerintahkan hulubalang itu menyeret ke sini. Sedangkan orang yang jelas-jelas mempunyai hutang tidak boleh
kita memperlakukan demikian." Oleh karena itu, terjadilah perang mulut antara Ali dengan Abu Jahal.
Mendengar pembicaraan yang demikian, berkatalah raja, "Hulubalang,.dengar perkataanku,jangan perkataan Abu Jahal yang kamu dengar. Perkataan Abu Talib dan Abu Bakar yang perlu kamu dengar."
Selesai mendengar petunjuk raja, melompatlah hulubalang naik ke atas punggung kudanya kemudian menuju ke rumah Hatijah. Sesampainya di sana ia pun berkata. "Hatijah bukalah pintu rumahmu."
Ketika Hatijah mendengar suara hulubalang meminta agar dibukakan pintu, larilah Hatijah kepada rasulullah sambil mengatakan, Ya, rasulullah, ada orang di depan pintu memanggil."
Datanglah rasulullah menemui orang tersebut. Setelah hulubalang tersebut tnelihat nabi, ia pun turun dari atas kudanya, lalu berkata, "Tuan dipanggil sekarang juga oleh raja Mekah."
Menjawablab Nabi, "Ya baiklah, silakan pergilah duluan! Saya akan menyusul."
Hulubalang pun minta diri. Ketika hulubalang tersebut pergi, masuklah Nabi kembali ke rumahnya.
105
Berkatalah Allah, "Hai
Jibril, Mikail, Israfil, dan
seluruh malaikatku, silakan berpakaian yang indah-indah; kemudian pergilah kepada kekasihku Mohammad untuk me-
nyampaikan salam hormatku, lalu sampaikan bahwa raja Mekah akan memanggilmu." Turunlah malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan seluruh malaikat
kepada Muhammad, rasulunah. Berkatalah malaikat Jibril, "Assalamu
alaikum, ya habibi, ya Muhammad. Kemudian dijawab salam Jibril, "Wa alaikum salam."
Bertanyalah Nabi, "Apa maksud dan tujuanmu, hai malaikat Jibril."
Menjawablah ma.laikat Jibril,, "Saya datang untuk menyampaikan salam Tuhanmu." Bangkitlah Muhammad lalu
memandang ke arah pintu rumahnya. Pada saat itulah ia
menyaksikan banyak sekali malaikat dengah pakaian yang
indah-indah. Nabi pun kaget menyaksikan maltdkat yang begitu banyak.
Berkatalah malaikat Jibril, "Engkau dipanggil oleh raja Mekah; engkau disuruh memanggil bulan untuk turun ke dunia. Oleh karena itu, pergilah berwudu kemudian salat sunatlah dua rakaat." Selesai
berwudu dan melaksanakan salat sunat dua rakaat,ia pun turun ke tanah. Nabi diantar oleh malaikatJibril di samping kanannya,malaikat Mikail di samping kirinya, dan malaikat Israfil di belakangnya, selanjutnya nabi berjalan bersama para malaikat tersebut menuju padang Abtahi; Gemparlah
kota
Mekah
akibat
luapan
manusia.
Sementara itu, datang pula awan putih menaungi Nabi
106
seperti payung. Datang pula manusia yang puluhan ribu banyaknya ikut kepada Nabi. Semua orang yang melihat kejadian tersebut terheran-heran. Abu Jahal yang menyaksikan
hal ini sangat jengkel kepada Muhammad dan kepada orang banyak, lalu mengatakan, "Mengapa banyak begini manusia
yang ikut kepada Muhammad, saya kira banyak orang yang dikumpulkan oleh raja, nyatanya lebih banyak lagi manusia yang mengikuti Muhammad, apakah kalian ini mau bikin garagara kepada raja."
Sementara itu, ketika raja melihat Muhammad datang, ia pun berkata, "Siapkanlah kursi Muhammad, cepat. Dudukkan di kursi emas, kemudian tempatkan di hadapanku." Ketika Muhammad telah datang, berkatalah raja, "Duduklah di atas kursi, Muhammad."
Nabi pun naik di kursi yang telah disiapkan untuknya. Alangkah jengkelnya perasaan Abu Jahal begitu melihat Muhammad duduk berhadap-hadapan dengan raja dan mendapat perlakuan istimewa.
Setelah itu, berkatalah raja Mekah, "Sayalah yang memanggil Tuan (Muhammad), aku ingin bertanya kepada Tu^n. Apakah Tuan mengaku sebagai nabi, nabj yang pertama sekaligus nabi yang paling akhir. Tuan juga mengaku diri sebagai penghulu dari seluruh nabi dan rasul.
Engkau juga mengaku penghulu seluruh makhluk. Engkau juga laksana mahkota bagi seluruh umat manusia, engkau pula nabi akhir zaman. Jika memang benar apa yang kamu katakan
107
semua itu, sekarang saya iihat buktinya. Jika engkau tidak mampu membuktikan mujizatmu, atau apa yang dikatakao itu, tunggulah semua pembesar di kota Mekah ini akan mengikat lehermu dan akan melempari mukamu dengan benda haram (benda kotor). Jadi,
sekarang apa yang kamu harus lakukan?" Menjawablah Nabi,"Raja Mekah, tidakkah engkau mendengar finnan Allah di dalam Quran yang berbunyi, "Mutammadun rasulullahi wal lazina maahu asyidda u alal kuffari ruhama u bainahum, artinya, Muhammad itu adalah rasul Allah dan orang-orang yang
bersamanya sangat tegas kepada orang-orang kafir, tetapi saling mengasihi di antara sesama mereka. Makna lainnya adalah, bahwa Muhammad tidak ada yang menyamai kemuliaannya di antara makhluk
yang ada."
Selanjutnya Nabi berkata, "Saya diberi rahmat oleh Allah untuk membuktikan apa yang diinginkan oleh Raja Mekah karena kekuasaan dan pertolongan Allah kepada saya." Berkatalah Raja Mekah, "Muhammad itulah sebabnya
engkau kupanggil menurut keinginan para pembesar Mekah dan orang banyak, meminta kepadamu agar bulan yang ada di atas dapat turun ke sini sekarang juga, kemudian engkau perintahkan kepadanya untuk mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh
kali,
kemudian
mengucapkan
kalimat
syahadat
dengan suara yang keras hingga dapat didengar oleh orang
banyak, selanjutnya engkau perintahkan masuk menyeruak ke lengan bajumu di sebelah kanan kemudian keluar di
sebelah kiri, lalu engkau perintahkan membelah dirinya menjadi dua bagian. Sebagian engkau lemparkan ke sebelah barat
108
tempat matahari terbenam, dan separah lagi engkau lemparkan ke timur tempat matahari terbit, kemudian utuh kembali seperti semula."
Inilah yang aku minta kepadamu yang merupakan juga permintaan para pembesar kota Mekah dan seluruh manusia
yang hadir atau penduduk kota Mekah, baik laki-laki maupun perempuan. Jika engkau dapat memenuhi permintaan saya ini, berarti engkaulah nabi akhir zaman; engkaulah mahkota seluruh manusia di dunia; engkaulah penghulu nabi-nabi dan rasul; engkaulah pemimpin seluruh makhluk." ■
Berkatalah seluruh yang hadir, "Jika Muhammad mampu membuktikan dan memenuhi permintaan Tuan, kami
siap menjadi pengikut yang setia kepada Muhammad, kami akan menjadi umat kepadanya."
Ketika Abu Jahal mendengar permintaan raja Mekah, ia langsung menyalaminya kemudian berkata, "Aku senang sekali mendengar permintaan Tuan kepada Muhammad,jalan pikirah Tuan baik sekali, perasaanku sekarang menjadi lebih lega sekali."
Selanjutnya Abu Jahal berkata. "Mana mungkin Muhammad mampu memanggil bulan. Pasti dia tak sanggup melaksanakan atau memenuhi pemyataan Tuan sebab apa yang Tuan minta
itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal, tidak dapat dikerjakan, sesuatu yang mustahil."
Setelah itu, berkatalah Nabi, "Hai penguasa kota
Mekah, sebenarnya saya tidak mempunyai kekuasaan apa-apa
109
hanya Tuhanku yang berkuasa karena memang dialah Tuhan yang Mahakuasa, apa yang diinginkan pasti itulah yang
jadi. Sebaliknya, apa yang tidak dikehendaki, pasti tidak akan terjadi."
Selanjutnya, Nabi pergi berwudu kemudian melaksanakan salat sunat dua rakaat. Setelah itu, ia mengajak raja dengan
mengatakan, "Tuan raja, marilah kita naik ke puncak bukit Sana, nanti di sana akan saya penuhi semua permintaan
Tuan sesuai dengan izin dan kekuasaan Allah di dunia hingga ke akhirat."
Naiklah Nabi ke puncak bukit yang disebut Jabala Kubais kemudian ikut pula di belakangnya raja Mekah, diikuti pula oleh orang banyak.
Ketika
Nabi
kita
(Muhammad)
telah
tiba
di
puncak bukit itu, ia pun menyaksikan bulan di angkasa sangat indahnya dengan sinarnya yang terang-benderang. Kemudian Nabi kembali melakukan salat sunat diia rakaat
di atas puncak bukit tersebut. Sel^sai salat sunat dua rakaat, rasulullah memanggil, "Hai, bulan, turunlah engkau kemari cepat karena izin dan kekuasaan Tuhanku, penguasa alam raya, Allah Taala."
Dalam sekejap mata bulan pun turun ke hadapan Nabi. Selanjutnya Nabi berkata, "Hai, bulan, cepatlah kelilingi ka'bah
sebanyak tujuh kali berturut-turut. Jika engkau telah mengelilingi kembalilah ke sini lagi di hadapanku." Suara bulan itu bergemuruh laksana guntur. Bulan kembali lagi ke hadapan Nabi, lalu Nabi berkata, "Hai bulan, ucapkanlah dua kalimat syahadat."
no
Mendengar perintah itu, bulan pun mengucapkan, "Asyhadu an la ilaha illal Lahu wa asyhadu anna Muhanimadan rasulullah
Suara bulan itu di dalam melafalkan dua kaiimat syahadat itu bagaikan guruh yang menggelegar di udara yang sangat menakutkan.
Sesudah itu, berkatalah bulan, "Hal sekalian orang yang ikut atau yang beriman kepada Muhammad, rasulullah,
sujudlah kalian ke tanah, maka serentaklah orang-orang yang mengimani kerasulan Muhammad sujud, sesuai dengan perintah bulan tadi. Orang-orang kafir yang hadir pada waktu itu ikut pula mendengar suara bulan mengucapkan dua kaiimat syahadat dengan jelas sekali.
Setelah bulan mengucapkan dua kaiimat syahadat,
ia kembali ke hadapan Nabi sambil memperkecil bentuknya. Selanjutnya, ia melompat masuk ke dalam lengan baju di sebelah kanan Nabi dan keluar kembali di sebelah kiri.
Nabi mengatakan, "Belah dualah tubuhmu. Separuh ke sebelah barat, tempat matahari' terbenam dan separuh lagi ke timur, tempat matahari terbit!" Setelah itu, bulan kembali utuh seperti sedia kala.
Setelah bulan kembali utuh seperti semula, berkatalah
Nabi, Kembalilah ke atas, ke tempatmu, seperti dahulu karena sudah selesai hajatnya raja Mekah dan seluruh penduduk kota Mekah, dan nanti malam tanggal empat belas barulah kamu bundar betul karena izin dan kehendak Allah."
Mendengar perintah Nabi itu, bulan pun kembali ke atas,
ke tempat semula, dengan tidak perubahan dan kekurangan sedikit pun."
Ill
Setelah bulan kembali ke tempatnya, Nabi berkata kepada seluruh manusia, "Man kita puiang semua karena sudah selesai hajat raja Mekah. Dia sudah menyaksikan semua yang diinginkannya. Semua permintaannya sudah aku laksanakan satu per satu."
Turunlah Nabi dari puncak bukit, kemudian diikuti semua
pembesar-pembesar kota Mekah dan orang banyak. Setelah sampai di bawah, di kaki bukit, berkatalah raja Mekah, "Kalian orang banyak dan penduduk kota Mekah, apalah tindakan kita selanjutnya sebab semua yang kita minta kepada Muhammad sudah dilaksanakannya dengan baik. Saya sekarang sudah termasuk pengikut kepada Muhammad. Saya sudah yakin bahwa dialah nabi yang paling terakhir, dialah penghulu nabi-nabi dan rasul-rasul yang lalu, dia juga pemimpin seluruh makhluk." Setelah
raja
berkata
demikian
atau
mem-
permaklumkan pendiriannya terhadap kebenaran Muhammad,
berkatalah
Abu
Jahal, "Hai
raja
Mekah, mengapa
Tuan terlalu cepat percaya kepada Muhammad. Padahal itu hanya permainan sulap, permainan sihir yang diperagakan Muhammad. Mana mungkin bulan dapat dipanggil turun, sedangkan bulan itu tempatnya amat jauh." Ketika raja Mekah mendengar penuturan Abu Jahal itu,
berkatalah raja, "Hai Abu Jahal, jika kamu menganggap permainan sulap atau permainan sihir yang dilakukan Muhammad sehingga ia mampu memanggil bulan untuk turun ke bumi, coba kamu sekarang yang lakukan. Jika bulan itu tidak
turun ke sini, akan kupotong lehermu. Kamu tidak akan kubiarkan hidup."
112
Mendengar permintaan raja tersebut, Abu Jahal lari terbiritbirit, biar jatuh terjerembab ia pun berusaha lari karena takut dipotong lehernya oleh raja. Selesai peristiwa itu, tunduklah raja di bawah perintah Muhammad, rasulullah, lalu raja berkata, "Ajariah
kami
untuk melafalkan dua kalimah syahadat itu sehingga kami resmi masuk Islam dan ikut kepadamu." Sementara itu orang
banyak pun tunduk kepada Muhammad atau sujud di telapak kaki Muhammad sambil mengucapkan kalimah syahadat, yaitu
"Asyhadu an la ilaba illal Lahu wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah
Ketika mereka selesai mengucapkan dua kalimat syahadat, mereka pun kembali ke rumah, raja bersama rasulullah. Ketika
tiba di rumah raja bersama orang banyak, ia pun memberi salam.
"Assalamualaikum" lalu dijawab salamnya dengan "Wa alaikum salami' oleh raja Mekah. Sesudah berbicara dengan raja. Nabi kembali ke rumahnya.
Berselang beberapa saat lamanya, ketika Nabi kembali ke rumahnya, raja mengumumkan kepada orang banyak, "Dengarlah kalian, saya akan mengirimkan sesuatu kepada Muhammad rasulullah."
Semua yang hadir heran melihat sesuatu yang akan dikirim raja kepada Nabi, yaitu putra raja sendiri tidak
berkepala, tidak bertangan, dan tidak berkaki dimasukkan ke dalam sebuah peti, kemudian disuruh antar ke rumah Nabi Muhammad.
113
Sementara itu, Allah memanggil malaikat Jibril, "Hal Jibril turunlah kepada kekasihku, Muhammad, kemudian
sampaikan bahwa raja mempunyai putra yang tidak berkepala, tidak bertangan, dan tidak berkaki. Sebentar lagi akan dikirim kepadamu. Jika anak itu nanti telah datang, bukalah petinya, kemudian keluarkan anak itu,
lalu masukkan kembali ke dalam peti dan tutup kembali. Setelah itu, laksanakanlah salat dua rakaat, kemudian peti itu engkau buka kembali. Jika engkau melihat anak itu tidak berkepala, tidak bertangan, dan tidak berkaki, minta doalah kepada Allah." Tak lama kemudian datanglah anak itu di rumah Nabi.
Ketika Nabi membuka peti tersebut, ia pun melihat anak itu tidak berkepala, tidak bertangan, dan tidak berkaki. Nabi melaksanakan salat sunat dua rakaat dahulu,
kemudian
berdoa
kepada
Allah
agar
anak
tersebut
dilengkapi dengan kepala, tangan dan kaki, seperti halnya manusia lainnya.
Dengan kebesaran dan kekuasaan Allah, anak itu berubah
menjadi anak yang sempurna, sudah berkepala, bertangan, dan berkaki. Setelah itu, disuruh antarlah kembali anak tersebut
kepada raja Mekah. Ketika anak itu tiba di rumah raja kembali, segeralah raja
memeriksanya, apakah ada kelainan pada anak itu ^tau tidak. Ternyata raja menyaksikan putranya telah sempurna; sudah berkepala, sudah bertangan, dan sudah berkaki. Maka bergembiralah
raja sekeluarga menyaksikan peristiwa tersebut. Sementara itu.
114
raja juga heran tnemikirkan kejadian tersebut, sambil merangkul dan mencium anak itu.
Setelah itu, raja memerintahkan agar gudang dibuka, lalu dikeluarkan emas murni, emas muda, intan, jamrud, dan ratna
mutu manikam untuk dihadiahkan kepada Nabi Muhammad sebagai tanda terima kasih.
Alangkah banyaknya barang-barang dan gadis remaja yang disiapkan untuk mengantar hadiah tersebut ke rumah Nabi. Bahkan,
raja sendiri ikut mengantar hadiah itu yang berupa emas dan permata.
Sementara itu, Abu Jahal semakin menjadi-jadi kejengkelannya kepada Nabi demikian juga kepada raja, terutama perlakuan raja kepada Muhammad.
Ketika raja bersama orang banyak tiba di rumah Nabi, mereka langsung sujud di kaki Nabi lalu berkata,
"Ya, rasulullah, engkaulah nabi yang paling awal dan kamulah nabi yang paling akhir. Engkau jugalah penghulu
nabi-nabi dan rasul. Engkaulah mulia
di
antara
sekian
makhluk yang paling
makhluk
Allah.
Aku
sudah
siap menjadi hamba dan pengikutmu dunia hingga ke akhirat kelak karena semua yang aku minta, engkau telah memenuhi semuanya. Aku sudah ikut dan mempercayai agamamu. Kami membawa sesuatu sebagai tanda terima kasih buatmu, yaitu berupa emas murni, emas muda, intan, jamrud, ratna mutu
manikam. Demikian juga gadis remaja sebanyak, sepuluh orang, serta anak laki-laki yang belum disunat. Terimalah pemberian kami, Tuan.'
115
Berkatalah Nabi SAW., "A1 hamdu lillahi Rabbil alamin".
Selanjutnya, sekali
karena
raja Tuan
Mekah bersedia
berkata,
"Saya
menerima
senang
pemberian
kami."
Nabi selanjutnya berkata, "Apakah Tuan tidak pernah
mendengar apa yang diungkapkan dalaih kitab Taurat, Zabur, dan Injil bahwa saya diciptakan Allah Subhanahu Wa Taala nabi yang paling awal dan sekaUgus nabi yang penghabisan. Namaku memenuhi jagat raya ini: namaku ada di pintu langit dan pintu
surga, juga pada tiang Arasy dan Kursi dan seluruh penghuni langit yang tujuh lapis, bahkan terdapat pada perantaraan
antara timur dan barat, tempat matahari terbit dan tempat matahari terbenam; semuanya menyebut namaku, yaitu, "La ilaha illal Labu Muhammadun rasulullah, artinya, tiada Tuhan disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah rasul Allah."
Sesudah itu, berkatalah raja, "Benar apa yang Tuan katakan. Semuanya sudah saya dengar sebagaimana yang termaktub dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil bahwa pada suatu saat nanti akan muncul nabi yang bergelar nabi akhir zaman. Sekarang ini sudah
terbukti
apa yang dikatakan kitab-kitab terdahulu itu
bahwa dialah nabi yang paling awal dan sekaligus nabi yang paling akhir."
Selanjutnya, raja minta pamit kepada Nabi untuk pulang ke rumahnya. Setelah tiba kembali di rumahnya, ia memerinttihkan agar seluruh pembesar kota Mekah dan seluruh penduduk berkumpul di rumahnya.
116
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, berkumpullah para
pembesar dan penduduk kota Mekah di rumah raja. Kata raja, "Kalian kusuruh kumpulkan di rumah ini karena ada hal yang
ingin kusampaikan kepada kamu semua, yaitu bagaimana kekuasaan yang ada di tanganku ini aku serahkan ke tangan Muhammad, rasulullah."
Seluruh pembesar dan orang banyak mengatakan, "Terserah kepada Tuan saja, kami hanya mengikut saja. Apa yang Tuan inginkan itulah yang jadi, asalkan dalam batas-batas yang wajar dan memungkinkan."
Setelah itu, berkatalah Abu Jahal, laknatullah, "Hai raja Mekah,
sedikit pun saya tidak akan mempercayai Muhammad hingga aku mati."
Menjawablah raja, "Terserah apa maumu, bukan kamu yang saya urus, bukan pula engkau yang akan kudengar kata-katamu sebab apa yang kamu kerjakan itu salah semua." Selanjutnya raja Mekah berkata, "Lebih baik masalah ini
disampaikan pula raja Rom, demikian juga raja Madinah. Diutuslah
utusan untuk menemui raja Rom dan raja Madinah. Sesampainya di Sana, utusan pun menyampaikan salam dan pesan raja Mekah, katanya, "Tuan diundang datang menemui raja Mekah sekarang juga sebab kekuasaan yang ada di tangannya akan diserahkan kepada Muhammad, rasulullah. Hal ini juga disetujui oleh seluruh penduduk Mekah.
Utusan juga menyampaikan hal yang sama kepada raja Madinah tentang adanya rencana raja Mekah menyerahkan kekuasaannya kepada Muhammad.
117
Berkatalah raja Rom dan raja Madinah, "Kami senang dan gembira mendengar keputusan raja Mekah untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Muhammad,-rasuiuiiali." Oleh karena itu, bersiaplah raja Rom dan raja Madinah untuk memenuhi panggilan raja Mekah di rumahnya. Ketika
mereka tiba di Mekah, di rumah raja, maka berkatalah raja, "Perlu saya sampaikan kepada kalian berdua bahwa kekuasaan yang ada di tanganku sekarang, ingin aku serahterimakan
kepada Muhammad, rasulullah. Inilah masalahnya sehingga kalian kupanggil menghadap." Menjawablah
raja
Rom
dan
raja
Madinah, "Itu
pulalah sebabnya sehingga kami berdua hadir sekarang karena adanya utusan Tuan yang menyampaikan berita kepada kami bahwa
Tuan akan menyerahkan kekuasaan itu kepada Muhammad. Hanya Allah yang tahu kegembiraan kami berdua mendengar rencana Tuan itu."
Berkatalah raja Mekah kepada raja Rom dan raja Madinah, "Jika demikian pandangan kalian, baiklah kita ke rumah rasulullah untuk membicarakan masalah ini." Ketika
mereka sampai di rumah Nabi, mereka mengucapkan, "Assalamu
aiaikum," lalu dijawab oleh Nabi dengan, "Wa alaikum salam." Kemudian rhereka dipersilakan duduk di tempat yang disediakan. Selanjutnya. rasulullah salallahu alayhi wa sallam bertanya kepada, mereka bertiga,"Apa maksud dtm tujuan Tuan-tuan datang kemari." Berkatalah raja Mekah yang bernama Habib bin Malik, "Ya, rasulullabi, kami datang ke sini karena kesepakatan
118
kami bertiga^ juga demikian pula keinginan orang banyak,
yaitu kekuasaan yang ada di tangan saya ini, ingin saya timbangterimakan kepadamu sebab saya yakin Tuanlah
yang paling tepat memangku jabatan ini, lagi pula Tuanlah ikutan kami dunia dan akhirat. Oleh karena itu, saya minta
mulai dari telapak kaki Tuan, terimalah amanah ini, kekuasaan ini, kepemimpinan ini di kota Mekah. Kami semua sudah sepakat demikian juga orang banyak untuk menyerahkan
tanggung jawab ini kepada Tuan." Menjawablah rasulullah, "A1 bamdu lillahi
alamina," saya siap Tuan
harus
petunjukku kalian
menerima keinginan
mendengar
sebab
kepada
kata-kataku,
tidak
kesengsaraan
mungkin dan
Rabbil
kalian, tetapi
harus
mengikuti
saya
membawa
kehancuran,
kecuali
akan membawa kalian kepada kebaikan dan kebahagiaan
kalian dunia dan akhirat. Inilah yang saya minta kepada kalian."
Berkatalah raja Rom dan raja Madinah, "Ya, rasulullah,
engkau laksana angin
dan
kami laksana
engkau laksana jarum dan kamilah
pohon kayu;
benangnya, engkau
laksana roh dan kamilah jasadnya. Segalanya tergantung pada
rasulullah, penghulu sekalian nabi dan rasul. Kami telah siap mengikut di belakangmu, sebab kami berpikir tidak mungkin Tuan akan membawa kami kepada kejahatan, kecuali kami akan dibawa kepada kebaikan. Tidak ada salahnya lagi karena kekuasaan/kepemimpinan sudah ada di dalam tangan Tuan. Kami semua menjunjungmii dan menghormatimu karena
119
Tuan tidak mengecewakan katni semua, bahkan apa yang
kami kehendaki Tuan dapat menerimanya dengan baik, yaitu kepemimpinan di kota Mekah ini." Berkatalah Rasulallah, "Kupegang teguh kata-katamu karena memang negeri yang tiga itu, Rom, Madinah, dan Mekah,
Allah memerintahkan untuk melindunginya." Selesai Nabi berkata demikian, serentaklah
mereka
sujud dan tunduk kepada Nabi karena mereka gembira mendengar penjelasan tersebut, mereka juga bersyukur kepada Allah dan kepada Nabi-Nya.
Selanjutnya Rasulallah berkata, "Peliharalah dan
perbaiki
pula
hatimu
di
saat
dirimu
menghadap kepada
Tuhanmu, dan pelihara pula ibadahmu. Perhatikan katakataku,
laksanakan
apa
keinginanku,
dan
indahkan
petunjukku, hidupmu akan selamat dunia dan akhirat."
Pasal. Kita alihkan lagi pembicaraan kepada Nabi kita. Pada suatu hari, Nabi sedang duduk-duduk di masjid bersama dengan para sahabatnya memperbincangkan sesuatu. Ketika itu Nabi kita tidak lama lagi ia akan kembali ke
rahmatullah. Semua sahabat yang hadir ketika itu tidak ada yang
tahu bahwa sebenarnya Nabi sudah tidak lama lagi akan kembali ke rahmatullah, tetapi nabi sendiri sudah
mengetahuinya. Namun, ia tetap merahasiakannya kepada para sahabatnya.
120
Datanglah malaikat Jibril kepada Nabi sambil memberi salam, lalu keduanya saling berpelukan dan saling menciura antara
keduanya (Nabi dengan Jibril). Orang-orang yang menyaksikan peristiwa ini bingung, karena baru kali ini mereka menyaksikan tingkah laku Rasulullah yang seperti itu. Setelah itu, berkatalah Jibril kepada Nabi, "Hai, kekasih
Allah, sebenarnya sudah lama ingin saya bertemu dan berbicara dengan Tuan."
Mendengar ucapan malaikat Jibril itu, Nabi mengetahui makna kata-kata tersebut. Kemudian Nabi berkata, "Hai, sahabatku malaikat Jibril, sebenarnya saya sudah rindu kepada Tuhanku, Tuhan semesta alam." Selanjutnya, Nabi berkata, "Kematian itu akan memisahkan orang yang saling mencinta, anak dengan orang tuanya, dan antara istri dengan suami."
Ketika para sahabat mendengar penjelasan Nabi, yakinlah para sahabat bahwa Nabi tidak akan lama lagi hidup di dunia. Para sahabat sudah dekat waktunya menjadi yatim; Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali, demikian pula sahabatsahabat yang lain. Fatimah juga sudah dekat waktunya menjadi
yatim. Oleh karena itulah, para sahabat yang hadir waktu itu bersedih.
Nabi juga berkata, "Hai^ sahabatku malaikat Jibril, jika aku nanti kembali ke rahmatullah, .apakah kamu masih akan turun
ke dunia sebagai ketika aku masih hidup atau sudah tidak?"
121
Berkatalah Jibril, "Ya, rasulallah, saya masih akan turun ke dunia sebanyak sepuluh kali lagi."
Berkatalah Nabi, "Apa yang kamu laksanakan, apa yang
diperihtahkan AUah Subhanahu Wa Taala kepadamu sehingga- engkau masih turun padahal saya sudah tidak ada lagi." Menjawablah malaikat Jibril, "Ya rasulallah, saya turun untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut. Pertama, saya turun
untuk mengambil rasa kasih sayang di antara sesama manusia,
sehingga pada waktu itu tidak ada lagi rasa kasih sayang di antara mereka. Kedua, saya turun untuk mengambil amal para cendekiawan atau ulama. Ketiga, saya turun untuk menghilangkan
sifat sabar di kalangan orang miskin. Jadi, orang miskin ketika itu tidak mengenal lagi sifat sabar, terutama menerima cobaan yang Allah timpakan kepada mereka. Keempat, saya turun
untuk mengambil sifat jujur para penguasa. Jadi, pemimpin
pada waktu itu sudah mencampakkan nilai-nilai kejujuran, terjadilah saling menipu di antara mereka. Kelima, saya turun untuk menghilangkan sifat kedermawanan orang-orang
yang berpunya, sehingga orang kaya sudah tidak membantu orang yang melarat, anak yatim; sebaliknya, ia bakhil kepada siapa saja. Keenam, saya turun ke dunia untuk menghilangkan rasa malu
yang dimiliki kaum wanita. Jadi, wanita pada waktu itu nanti sudah tidak memiliki rasa malu, baik malu kepada Tuhan, kepada
sesama manusia atau pun malu kepada diri sendiri. Ketujuh, saya turun untuk mengangkat derajat orang hina di mata masyarakatnya
122
kemudian menurunkan martabat orang-orang yang mulia. Artinya, pada saat itulah batu besar bergulir ke bawah,
sebaliknya batu-batu kecil bergulir ke atas. Kedelapan, saya turun untuk mengambil berkahnya bumi sehingga pada waktu itu tidak ada lagi sesuatu yang ada berkahnya di atas bumi ini. Kesembilan, saya turun untuk mengambil bau yang harumharum, artinya ketika itu semua bau yang harum di atas bumi ini sudah hilang. Kesepuluh, saya turun untuk mengambil tulisan Kuran! Pada waktu itu tulisan Kuran sudah
hilang, tidak ada lagi orang yang dapat membaca Kuran, tidak ada lagi hukum yang benar; semua orang sudah baku makan, tidak ada lagi nilai kejujuran, siapa yang berkuasa, itulah yang jadi apa kehendaknya. Pada waktu itulah kiamat dunia sudah dekat."
Berkatalah Nabi, "Hai Jibril, jika sepuluh masalah yang diperintah Allah kepadamu itu telah kamu tunaikan, kira-kira bagaimana keadaan umatku ketika itu?"
Menjawablah Jibril, "Ya
rasulullah, ketika itu umatmu
yang saling mencinta sudah mulai bertengkar, antara anak
dengan orang tua, antara istri dengan suami sudah tidak ada lagi rasa cinta di antara mereka, rasa kasih sayang pun sudah hilang. Demikian pula halnya, seluruh umatmu yang memiliki ilmu
pengetahuan, ilmunya tidak akan mampu mendorongnya untuk memperbuat amal; semuanya menganggap dirinya orang pintar,
dan ketika itu ilmu pengetahuan tidak berguna lagi.
123
Orang-orang miskin ketika itu laksana sungai yang sudah tidak berair karena sudah meninggalkan sifat sabar. Semua penguasa bagaikan lampu pijar yang tak mampu
memancarkan
cahayanya
karena
sudah
meninggalkan
sifat jujur dan adil di dalam bertindak dan memutuskan
sesuatu kepada orang yang dipimpinnya. Orang-orang kaya waktu itu laksana pohon yang sarat dengan daun, tetapi tidak
berbuah
kedermawanannya
karena
sudah
terhadap
meninggalkan
orang-orang
yang
sifat melarat
dan anak yatim piatu, bahkan mereka sangat kikir dengan
hartanya sendiri. Semua wanita pada waktu itu laksana makanan yang tidak berbumbu lagi karena sudah meninggalkan rasa
malunya. Ketika itu
wanita
tak
ubahnya
barang
dagangan yang diperjual-belikan tanpa harga karena sudah tak
mampu
memelihara kehormatannya. Tanam-tanamam
ketika itu sudah tidak berbuah karena berkah Tuhan sudah
dicabut dari bumi. Demikian juga halnya dengan katakata yang baik dan bermanfaat sudah tak kedengaran lagi;
yang banyak terdengar adalah kata-kata kotor yang tak bermanfaat, itulah yang menghilangkan bau yang harum. Umatmu- yang selalu sepaham dan seia sekata laksana anjing yang kehausan dan ketulangan. Demikianlah
keadaan
umatmu
Muhammad
di
akhir
zaman nanti. Tulisan Kuran pada waktu itu sudah dihapus, sudah tidak tampak lagi tulisannya. Yakinlah, Muhammad keadaan yang demikian pasti akan terjadi.
Diamlah rasulullah mendengarkan penjelasan malaikat Jibril kemudian berkata, "Jibril, kalau derailciaji halnya saya
124
tidak dapat memintakan ampun umatku untuk selanjutnya diberikan rahmat. Mudah-mudahan umatku tidak melakukan hal-hal yang telah disebutkan karena tidak ada lagi yang memberi petunjuk ke-
pada kebaikan dan kebenaran, kecuali para ulama. Ulama
itulah penggantiku yang akan melanjutkan agamaku sesudah aku meninggal.Barang siapa yangmengikutiulama, padahakikatnya orang itu telah mengikuti saya.Barang siapa yang membenci
ulama, hakikatnya orang itu benci kepada saya." Malaikat Jibril kemudian membaca ayat yang berbunyi,
"Fa'alun lima yurid, artinya, Allah memperbuat apa saja yang dikehendaki."
Selanjutnya
Nabi
semoga Allah tidak sama
halnya azab
berkata, "Hai
menimpakan yang
sahabatku
Jibril,
azab kepada umatku
diterima
umat-umat terdahulu
pada waktu melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah karena umat saya umat yang lemah dan terbatas kemampuannya."
Selanjutnya
malaikat
Jibril
membaca
ayat
yang
berbunyi "lanal Laha la yukhliful mi'ad, artinya, sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji-janjinya. Nabi kembali bersedih
memikirkan
seluruh
umatnya,
memikirkah
kemungkinan-kemungkinan yang bakal menimpa umatnya di kemudian hari."
Berkatalah malaikat Jibril, "Ya rasulallah, sesungguhnya
kehidupan dunia ini berpasang-pasangan. Hidup berpasangan dengan
mati.
Senang
pasaagannya
susah. Yang
baik
125
berpasangan dengan jelek. Oleh karena itu, di manapun engkau dapat menyaksikan hidup yang berakhir dengan kematian.
Demikian
seluruhnya,
ada
berlawanan
atau
berpasangan dengan lenyap, kecuali Allah tetap ada, kekal,
dan tidak ada akhirnya. Akan tetapi, seluruh makhluk akan hancur dan lenyap dan akan kembali ke asalnya. Sebenarnya, umatmu sangat dikasihi oleh Allah. Jadi, sebenarnya jika
ada di antara umatmu
yang disiksa, hanya dia yang
menyiksa dirinya sendiri. Oleh sebab itu, umatmu harus
mengupayakan tindakan
yang berdasarkan ikhtiar yang
dilandasi oleh pemikiran yang jernih bukan berdasarkan kehendak nafsu semata sehingga ia berbeda dari hewan yang mengandalkan nafsunya. Jika umat berbuat demikian
pasti akan dicintai oleh Allah dan akan selamat dunia dan akhirat.
Sesudah berkata demikian, minta pamitlah Jibril kepada Nabi, lalu Nabi pun kembali ke rumahnya kemudian diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain.
Tatkala Nabi sampai di rumah, ia "Aisyah
saya
lihat
bersenang-senang/asyik
keadaan
mengejar
pun
manusia
kekayaan
di
berkata, dunia
duniawi
dan kemuliaan yang kamuflase lalu melupakan kehidupan akhirat.
Semua manusia jika dibangunkan dari kuburnya dalam
keadaan telanjang bulat, tiddk satu pun di antaranya yang memakai pakaian.
126
Berkatalah Sitti Aisyah, "Junjunganku, rasulullah, tinggal siapa lagi manusia yang tidak telanjang bulat pada saat di^ bangkitkan dari kuburnya."
Menjawablah Rasulullah, "Aisyah, pada waktu tidak seorang pun yang memakai pakaian, di sana nanti tidak ada
lagi orang mulia; tidak ada lagi orang besar atau orang kecil; tidak ada lagi orang kaya atau orang miskin; tidak ada lagi orang tua atau anak; tidak ada lagi golongan bangsawan atau rakyat jelata; semuanya sama, semuanya adalah hamba Allah."
Berkata lagi Aisyah, "Hai Rasulallah, jika demikian
keadaan nanti di hari kemudian, di hari kiamat, tolonglah doakan saya kepada Allah supaya saya saja yang diizinkan
memakai pakaian karena saya terlalu malu telanjang bulat di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Bagaimanalah usaha kita selanjutnya."
Tersenyumlah Nabi Muhammad Salallahu alayhi wa sallam
mendengar permintaan Aisyah kepadanya tentang pakaian itu, kemudian berkata, "Aisyah, barangkali kamu kira cuma kamu yang
telanjang? Tidak. Semua manusia pada saat itu tjdak ada yang memakai pakaian, semuanya telanjang."
Berkatalah Aisyah, "Inilah
yang aku khawatirkan,
sebab saya sangat malu dilihat orang (telanjang)." Setelah Aisyah berkata demikian tiba-tiba muncullah
seorang anak perenapuan dalam keadaan telanjang bulat, lalu
Nabi berkata, "Aisyah coba perhatikan anak-anak itu, bagaimana
127
pendapatmu, apakah anak itu maiu atau tidak."
Aisyah
langsung
tunduk
di
bawah
telapak
kaki
Nabi sambil berkata, "Ya Rasulallah, tolonglah saya supaya
dimintakan ampun kepada Allah karena kekeliruan yang aku lakukan kepadamu karena ketidaktahuan saya tentang masalah ini (keadaan manusia di akhirat)."
Selanjutnya, Nabi berkata, "Aisyah, tidak ada orang
yang akan membawa kemuliaan dan kekayaan ke akhirat, semuanya akan kembali ke asalnya, demikian pula halnya manusia. Dunia
ini
tempat
sementara (akan
lenyap),
sedaiigkan akhirat adalah tempat atau negeri yang kekal abadi. Aisyah, yakinlah akan hal ini. Demikianlah keadaan manusia di akhirat, di hari kiamat. Selamat.
Tamat
BAB III TRANSLITERASI KISSANA ANAKNA KARAENGA RI BAN ASANG
Bismillahirrahmanirrahim Wa bihi nastainu billahi.
Wa sammahu rabbul alamina Muhammadan ala wasfihil mahmudi,
wa hua bihi yadri wama gasalatil amlaki min batnihi azan wala
kinnahum zaduhu tuhuran ala tuhrin, fahua a'zamul ambiyai Qadran waakbaruhum himmatan wa fakhran, laulahu raakhalakallahu malakan
wala gairahum.
Passalak, iamonne angkana-kanai rewasa mangena akjonga anakna karaenga ri Ban asang, natikring nataklanngerang karebana Sitti Fatimasang apparuru, na nasuromo assuluk sanngatanna ri pappengkanna agang lompoa anngantalai. "Punna niak pararang
hucinik lariko angkana-kanangi, napunna atako kulappasssangko maradeka. Napunna niak assalak kakaraengannu, kutambai kakaraengannu.
Lekbaki assuluk tojemmi ri pappengkanna agang lompoa, Niak tojemmo nacinik pajarang, nalarimo sanngatanna mangeangkana-kanangi kananna karaenna, Sitti 128
Fatimasang, angkana,
129
"O, Karaengku Abadullahi sengka laloki sinamperek ri maligena Sitti
Patimasang, ka niak erok nakana-kanangkik."
Nakanamo Abadullahi, pammaliangkupa kussengka ka lekbak apparuruak lamange akjonga."
Nakanamo suroa,"O,Karaengku Abadullahi manna sinamperekja bedeng, karaeng."
Na napagilimmo jaranna antama ri maligena Sitti Patimasang. Battui antama, nabuakkammi matanna Sitti Patimasang manaik
ri rupanna Abadullahi na nacinikmo singaraka ri rupanna siagang ri barambanna Abadullahi.
Nakanamo Sitti Patimasang, "O, Karaengku Abadullahi, anne inakke erokkak nubaineang ri lino tulusuk mange ri aherak. Kutambummi nyawaku siagang barang-barangku i rate ballak i rawa butta, punna nubaineang mamak."
Appiwalimi Abadullahi angkana,"0,Andikku Sitti Patimasang, takkulle, sikali-kaliko kubaineang punna tanaasssenga anrongku
siagang manggeku. Nanromak riolong nakuammaliang mange ri anrongku siagang ri manggeku, barang narellaji pakmaikku ambaineangko."
Apaji nammaliammo Abadullahi ri tau toana. Apaji nannantammo Sitti Patimasang kasorok tuju lonjokna, annantang tommi timbao tuju
lapisikna, annantang tommi pakkallik tuju lapisikna,
apparek tommi inung-inungang tattuju puloi rupanna, sangkak rupami. Na anne sumpaleng Abadullahi ammalianna mange ri anronna
130
ri manggena ia lekbak todong agang naola mangea ri malie ena
Sitti Aminah. Naanne Sitti Aminah nasitabang tongi niakna attontong ri tontongan salana. Sangkontu sanrapammami anak-anak bidadaria i lalanga ri suruga. Na nabuakkammo raatanna Abadullahi naik
nasijanjammo Aminah siagang Abadullahi, napara nabattuimo tekne pakmaik.
Kammami anjo nataklembamo singarak niaka ri Abadullahi
mange ri battanna Aminah, ka nakana Allahu Taala,"Taena nasiratang angkimbolongi surona karaeng Allahu Taala passanngalinna battanna Aminah tunipakalannyinga ri nakjisika siagang ri rukmusuka.
Nipalaetteki sedeng pau-pauanga mange ri manggena Abadullahi.
Naia battunamo Abadullahi mange ri manggena nakanamo manggena, O, anakku Abadullahi rapponna atingku, cahayana matangku, intang makborongku, keremi antu mange singaraka ri rupannu siagang ri barambannu na taenamo kucinik."
Apaji nakana-kanammo kananna Sitti Patimasang siagang ri pammalianna mange ri ballakna.
Nakanamo manggena Abadullahi, O,anakku, cahayana matangku, intang makborongku. Ripakkira-kirangku inakke teami antu ri kau
Sitti Patirnasang, kaiaji antu singaraka ri rupannu siagang ri barambannu
nakaeroki nataenamo antu kucinik. O, anakku mingka ammaliang mamako mange ri Sitti Patimasang iannu kasuilang ri kanannu antu.
131
Apaji napallak kanamo ri manggena naklampa mange ri maligena Sitti Patimasang. Battui mange ri maligena Sitti Patimasang, nabuakkammi matana Sitti Patimasang manaik ri rupanna Abduilahi nataenamo nacinik singaraka ri rupanna siagang ri barambanna.
Nagulung mami naung kalenna ri buttaya. Tassiaksiarakmi intanga, jamarroka ri kalenna, na nakana, "Uau rikong, tamakatu-matuami anne lampaku siapaya sallona manngantalai nyawaku. Nyawa apamonne, balak apamo anne lantattabaiak. Teai nakarana erokku akburakne
kuniak kamma anne mae, karana iaji antu singaraka ri rupannu siagang ri barabannu kukaeroki nataenamo kucinik. O Abadullahi, anne inakke pirapatampulomak anrua nipassuroi, karaeng tommo, tupanrita tommo, tukalumannyang tommo kutea akburakne. O
Abadullahi, ammaliammako mange ri anronnu ri manggenu,kummaliang todong mange ri anrongku ri manggeku.
******
Passalak, nipaletteki seng pau-pauanga mange ri manggena
Abadullahi. Naanne Abadul Muttalibo niak tommi battu mange ri ballakna Amina appalak sungke pakkekbuk angkana, "O Aminah sungke sai pakkekbukna ballaknu ka lanaikkak ancinikko." Battui naik ri ballakna Aminah nakanamo Abadul Muttalibo, "O Aminah,
ikau antu pale angkimbolongi papparampena Allahu Taala, soosranta ri nakbi Iborahima alaihi salam alleang taklemba mange ri nakbi
Isimaila alaihi salam tolong timurung alleang taklemba mange ri kau."
132
Appiwalimi Aminah angkana,"O Abadul Muttalibo takuasseangai kalengku tianang ka taena todong manngang kupisakringi, taena todong pakrisik kupisakringi."
Aklampami Abadul Muttalibo antama ri Kabbaya appalak doang ri Karaeng Allahu Taala. Niaki pole battu appalak sungke pakkekbuk ri ballakna Aminah angkana, "O, Aminah sungke sai pakkekbukna ballaknu ka lanaikkak ancinikko." Battui naik nakanamo Abadul Muttalibo, "O, Aminah katutui battannu ikau tojemmi antu
paleng angkimbolongi panngulunna ummaka siagang panngulunna tumattappaka kammaya tompa panngulunna sikamma nakbia siagang suroa. la tommi antu sallang ampinrai agamaya, anrakba ngasengi
barahalaya siagang sikamma anu nisombaya ri pantarannaya Karaeng Allahu Taala.
Appiwalimi Aminah angkana,"O,Abadul Muttalibo takuassengai kalengku tianang ka taena todong manngang kupisakringi, taena todong pakrisik kupisakringi, iaji kuranggaselaianna kalengku nalanri tamaccerakku. Napara battu ngaseng tonuno parangku baine ancinikkak. Kammami anjo nakujarrekimo kalengku tianang. Lekbaki antamasengi pole Abadul Muttalibo ri Kabbaya app
alak doang ri Karaeng Allahu Taala, ri Karaeng Malan nyinga namatinggi.
Lekbakiaki kamma anjo niaki seng pole battu Abadul Muttalibo
appalak sungke pakkekbuk ri ballakna Aminah angkana, "O. Aminah sungke sai pakkekbukna ballaknu ka lanaikkak ancinikko."
133
Naia ri wattu battunamo naik Abdul Mutalibo nakanamo,
"O, anakku Aminah, katutui bajik-bajiki battannu ikau tojemmi antu paleng angkimbolongi papp arampena Allahu Taala ri linoa anne."
Lekbaki kamma anjo niakmo sakra nalanngerek Aminah angkananya, "O. Aminah tealaloko niak pakbeang tau manaik ri ballaknu nasabak labattui malaekaka tuju sakbunna siagang anakanak bidadaria i lalanga ri suruga ka lanilassukangi panngulunna nakbi-nakbia siagang suroa, iami antu suro malakbirikna Allahu
Taala ri sampulona anrua ri bulang Rabiulo Awwali ri allonna Isinenga."
Lekbaki niaki pole battu Abadul Muttalibo appalak sungke pakkekbuk ri ballakna Aminah na nakanamo Aminah, "O, Abdul
Muttalibo, niak sakra kulanngerek bajik mamo paknassana kulanngerek angkana, teak laloko niak pakbeang tau manaik ri ballaknu nasabak lanilassukangi ata malakbirikna Allahu Taala ri sampulona anrua bulang Rabiulo Awwali ri allonna Isinenga antu." Nakanamo Abadul Muttalibo, "O, Aminah punna erokjako ri mangge inakkemo parek mangge,Atikamo nuparek aiu'ong purinannu." Lekbaki nakana tomamo Aminah, "O, manggekku Abadul Muttalibo. "Appiwalimi Abadul Muttalibo angkana, "O, anakku Aminah, katutui bajik-bajik
antu battannu."
Lekbaki kamma anjo niak ngaseng tojemmi battu malaekaka
tuju sakbunna jaina siagang anak-anak bidadaria battu i lalang ri suruga.
134
Nasingarakmo kamponna ballakna Aminah napakamma singarakna anak-anak bidadaria.
Lekbaki nakanamo malaekaka, "O Airiinah, accongamako,
naccongamo."Nakana pole malaekaka,"Akdundumako,nakdundumo na nacinikmo anakna burak-burakne lekbak sunnak memang, lekbak
kesok memang,lekbak callaki memang,lekbak bau-bauang memang, lekbak polongi memang.
Namangemo Atika akboya anrong tumappasusu. Na niakmo
kira-kira patampulo baine nakiok ampasusui Muhammad nataena erpk napannusui. Naanne e Halimah ribokoi battu mange ri butta Makka. Uru-uruna, untana unta rosok, makaruanna, teppangi,
makatallunna, colakkangi pole. Kammami anjo sabakna nariboko
battu mange ri butta Makka ri ballakna Abadulo Muttalibo akboya sawallang anak-anak pasusu.
Battui mange ri ballakna Abadulo Muttalibo, nakanamo Abaduio Muttalibo,"Mattuajakoappasusu anak-anak makukang, taena anronna, taena manggena."
Appiwalimi Halima angkana,"Alasiapa-siapami salloku akboya sawallang anak-anak pasusu natakunggappapa."
Namangemo Halima anriwai Muhammad, na nampa nakana, o, anrikku Atika, niakmi kira-kira piranngallo tamannusu anne anak-anaka."
Nakanamo Atika,"Niakmi kira-kira patampulo allona tamannusu antu anak-anaka."
Apaji na naallemo napasusu Halima ri susu kairinna natia annusu.
135
Nakanamo Atika, "O Halimah, allesai bedeng pasusu ri susu kanannu. Nakdallek tnangemo Halima ri Atika na napikkirik ri pakmaikna angkana, "Lanapakasirikja anne anak-anaka, ka anne inakke bakukku nilassukang ri anrongku ri manggeku taena memang susu kanangku. Naalasiapa-siapamo jaina anak-anak kupasusu, anak karaeng tommo, anak tukalumannyang tommo anak tupanrita tommo, nasusu kairingku tonja kupasusuiangi. Apaji nanabattuimo sirik-sirik Halima nammaiiammmo mengeri pakrasanganna antu.
Nalasiapa-siapai sallona ammantang ri pakrasanganna nataena nanggappa sawalak anak-anak pasusu. Nakamamo ri buraknenna,
"Bajikangangkik aramaliang mange ri butta Makka ri cucunna Abadul Muttalibo, barang nampami erok annusu.
Apaji napparurumo Halimah siagang burakenna. Tasiapa-siapai sallona alleang battumi mange ri ballakna Abadulo Muttalibo ri
butta Makka, natulusukmo mange anriwai Muhammad na nampa napasusu ri susu kairinna, natia annusu.
Nakanamo Atika, "O, Halima, alle sai bedeng pasusu ri susu kanannu na nicinik sai bedeng erok kalompoanna Allahu Taala ri antu anak-anaka, ka bakuk nilassukanna antu anak-anaka
taena anu kamma jaina anu marak-maraeng kicinik."
Apaji na naallemo nagiling mange ri kanang na napacommek bawana. Naerok kakoasanna Allahu Taala attimbo memangi
136
susunna silalonna, akkosso memangi jeknekna akrasa kasaturi battu
i lalanga ri suruga, amminra tongi kabajik-bajikanna Halima. Narannu dudumo buraknenna Halima anciniki bainenna lanri bajik-bajikna tappana.
Alasiapa-siapai sallona nikatuo Muhamma ri Halimah, pilak mae allo, pilak lompo-lompo tommi. Niakmo sekre allo na napikkirik ri pakmaikna Halima angkana, "Bajikangangi anne kuerang anakku Muhammad mange ri pakrasangangku ka takbaring-baring tongak ri anakku ri boboku."
Nakanamo AbaduloMuttalibo, "0, Halimah, apa.salana punna
erokko anngerangi, eramihi mange ri pakrasangannu."
Apaji napparurumo Halima lanngerangi Muhammad, Nanipanaikmo ri dongkokna untaya na natakgalak lima kananna
nanipamange ri colakna untaya, nakgarukgusukino colakna untaya, attimbo memang bulu-bulunna, cokmok memang silalonna nataenamo
sangkammana punna untaja fi butta Makka. Nanipajappamo untana Muhammad, nasikontu kayii matea naaganga Muhammad accuklak memangi silalonna. Nasikontu kayu tallasaka sujjuk ngasengi naung ri Muhammad.
Nalasiapa-siapamo sallona ri paklalanganga battumi mange
ri pakrasanganna Halima. Nabakukna niak Muhammad ri ballakna Halima taenamo nammake kanjoli, singaraknamami Muhammad
naparek kanjoli. Naia kaadaanga anjo awattua riolo taniakna
137
Muhammad ripakrasanganna Halima, taenamo bosi, kalotorok ngasemmi pakrasanganga, taenamo rupa katallassang. Nasusamo pakmaikna karaenga lanri taenanamo rupa katallassang i lalang pakrasangang, kalotorok ngasengi lamung-lamunga manna rukuk tamattimbo, mate ngasengi antu sikamma anu makalattimbo-timboa.
Apaji nataklanngerammi karaenga angkanaya niak bedeng anakna Halima taena anu kamma kamukjisakanna. "Alle sai bedeng erangi mae nanisuro appalak doang, appalak bosi. napunna anakanak taena tonja matu-matunna, bajikangangi mange nibono nalekbaki." Nakanamo Abu Jahelek, "Maka ia todong anjo anak-anak
kammaya, tenayapa nanngasseng buak-buak lanisuro appalak bosi." Apaji nanierammo Muhammad mange ri ballakna karaenga. Naalasiapa-siapai sallona ammantang ri ballakna anjo karaenga, pilak mae allo pilak lompo-lompo tommi antu.
Niakmo sekre wattu, nanierang assuluk ri tanngana parang luaraka, nanitakgalakmo limanna, lima kananna nanipatara naik
ri langik tujua lonjokna. Naniakmo rammang kamma lampa-lampa rammang silassukanna memang Muhammad, katanakellaiai Allahu
Taala nararang allo, nairik anging, natuju bosi. Nataenamo anu kamma sarrona bosia, battumi bosi lompoa. Naia kayu matea accuklak
ngasemmi, naia sikamma pokok kayu maka makrappo-rappoa, akrappo ngasemmi.
Apaji narannu dudumo karaenga nalanri jainamo rupa katallassang i lalanna pakrasanganga.
138
Nakanamo Abu Jahelek laknatullahi alaihi, "O, karaeng, rannu
dudumako anjo paleng ri balik-balik masaya antu." Nakanamo karaenga, "O, Abu Jahelek, punna paleng nukana balek-balek mata ikausa bedeng appalak bosi kamma todong anne
sarrinna bosia. Napunna taena nukullei mattantu kubunonu."
Apaji napitilari-larimo mange-mange Abu Jahelek, manna
tukguruk lariji, manna takrompang aklumpakji napakamma mallak ri karaenga.
Alasiapa-siapai sallona ammantang Muhammad ri ballakna karaenga, na niakmo sekre awattu naerokmo ammaliang Halima mange ri ballakna, nataenamo anu kamma jaina barang-barang nisareangi Muhammad ri karaenga anjo, mingka sikamma barangbaranga anjo nasareang ngasenji sallang Halima. Lekbaki kamma anjo, siapa arei sallona ammantang
Muhammad ri ballakna Halimah, pilak lompo-lompo tommi antu. Niakmo sekre awattu nanisuro assuluk ri paranga akkalawaki
bembe ri bangkenna monconna Jabala Kubisik siagang i Lamarang. Battui assulu natakgalakmi oterekna bembena. Natik-
ring niakmamo tau battu rua siagang mange antakgalaJci Muhammad.
Niak
antakgalaki
limanna,
niak
todong
antakgalaki bangkenna na nampa naerang mange ri bangkenna monconna Jabala Kubisik napatinro, na nampa napue battanna
na napasuluk batu-batu leklenga empoanna Iballisik, nampa nabissai siagang jeknek samasang,jeknekna kollanna Kalakaosarak, jeknek battu ri suruga, na nampa napasitutuk pole kamma ri lekbaka.
139
Apaji nanicinikmo ri Lamarang nalarimo antama angkana-kanangi anronna manggena angkana, "O, anrongku siagang manggeku mate tojemmi Muhammad i pantarang nipue tojemmi battanna i pantarang
ri bangkenna monconna Jabala kubisik. Apaji nalarimo assuluk Halima siagang buraknenna ri pammantangan pakkampikanna Muhammad. Battui assuluk narapikammi Muhammad antakgalaki oterekna bembena.
Nakanamo Halima, "O, Anakku Muhammad nipuei bedeng battannu, nakana kakannu i Lamarang"
Appiwalimi Muhammad angkana,"Kairnma tojengi antu kanahnia Kakangku Lamarang, nipue tojengi battangku, mingka batu-batu leklengaja nipasuluk empoanna Iballisik, nanampa nibissai jeknek samasang, jeknekna kollanna Kalakausarak, jeknek battu ri suruga nanampa napasitutuk pole kamma ri lekbaka antu." Lekbaki kamma arijo, nakanamo burakeima Halima,"Bajikangangi kapang nibaliangang Muhammad mange ri butta Makka, mange ri toana, sikraka iajinne sikalia na tamate na nasaslakkik toawana
Abadulo Muttalibo. Apaji nanibaliangammo mange ri butta Makkka ri ballakna toana Abadulo Muttalibo.
Naalasiapa-siapai sallona, battuna nibaliangang Muhammad, naia Halima erok tommi ammaliang mange ri paksasanganna. Nabattu
ngasemmo bija pammanakanna Muhammad massing anngerangangi passidakka Halima. Niakmo anngerang bulaeng mata, bulaeng tiknok, intang jamarrok, ratma mutumanikkang, massing-massing panrapikna, nakalumannyammo Halima.
Apaji nammaliammo Halima siagang buraknenna mange ri
140
pakrasanganna siagang rannu pakraaik. Nakana Halima,"Bakukuallena
Muhammad kupasusu ri ballakku tanilakbusai nipau-pau kabajikanna siagang kamukjisakanna Muhammad."
Naia Abadulo Muttalibo nakanamo pakmaikna ri wattu nibalianna
Muhammad ri Halima,"Anne sallang cucungku Muhammad punna sikrai kupa empoi ri ampikna Kabbaya ri empoang kalakbiranna kabbaya ri empoang kalakbiranna sikamma pannguluwa risiratanga." Nakana pattolaya ri butta Makka, "Anne Abadul Muttalibo
toami inaimo sallang ansambeangi ri empoanna Abadul Muttalibo napunna nabokoimo anne linoa."
Naia sangge niaknarao battu nibaliangang ri Halima taenamo kaihraa napakatinggina cucunna siagang nakamaseanna. Nanaerammo Muhammad mange ri empoang kalak biranna buttaya ri Makka. Nasanggenna pattolaya ri Makka pakrisik ngasengi pakmaikna nabirisik ngasengi nataenamo nakkulle niak antympaki ri dallekanna Abadul Muttalibo. Naiamo
anjo tau tallua kaminang angkabirisi; uru-uruna Abu Jehelek,
makaruanna, Abu Lahabo, makatallunna, Abotahi iatommi kaminang nisumpai ri Allahu Taala.
Lekbaki niak sekre wattu Abadul Muttalibo nanapatinroi cucunna na narakak natakbangka, niakmamo singarak assuluk ri matanna
Muhammad. Nambangummo naik toana ampadongkoki na najanjang tojang cucunna, na narerai sarro dudu na narakak, na nabau na
nakana ri pakmaikna, "Takurapikai cucungku, napappilanngeriangi na nakana Abadul Muttalibo anne inakke toamak sairro dudumi garringku. "Naasseng tommi kalenna Abadul Muttalibo ri
141
taraammaliannamo ri garrinna. Apaji na nasuro kiokmo anakna ngaseng.
Nabatturno Abu Lahabo angkana, "O, karaengku, o, anggeku,
apa kikiokangak." Nakanarao Abadul Muttalibo, "0, Anakku Abu Lahabo, iami
anne kukiokangko, anne inakke tamammaliangamak ri garringku. Inaimo sallang maka napammantangi cueungku, anaknu ikau punna battumo erok kalompoanna Allahu Taala ri nakke." Nakanamo Abu Lahabo, "Inakkemo kisareang augkatuoi Muhammad, ka inakke anatta kaminang matoa."
Nakanamo Abadul Muttalibo, "Kamma tojengi antu kanannu
anak, mingka ikau lompo susa duduko, sibakuk duduko akkatuo anak-anak makukang. "Lekbaki ammakkammi.
Lekbaki battu sengi Abbasak angkana, "O, manggeku, o,
karaengku, apa kikiokangak." Nakanamo Abadul Muttalibo, "O, Anakku, iami anne
kukiokangko anak, inaimo sallang maka lanapammantangi cueungku, Muhammad, anaknu ikau punna battumo sallang erok kelompoanna Allahu Taala ri nakke."'
Nakanamo Abbasak, "O, Karaengku, inakkemo bajik kisareang
angkatuoi Muhammad, kainakke biasamak ri anak-anak, biasamak apparaka anak-anak."
Nakanamo manggena, "O,Anakku kamma tojengi antu kanannu,
mingka jai dudui anaknu natanujampangiami sallang anaknu Muhammad."
142
Lekbaki niak tommi batu amiril mukmina Hamanja^ nakanamo, "O. Karaengku, o manggeku, apa kikiokangak." Nakanamo Abadul Muttalibo, "lami anne kusuro kiokangko angkanaya inaimo sallang maka lanapammantangi cucungku,
Muhammad, anaknu ikau punna battumo sallang erok kalompoanna Allahu Taala ri nakke."
Nakanamo Hamanja, "O Karaengku, inakkemo kisareang angkatuoi Muhammad, kasallo dudumak erok ri anak nataena anakku." Nakanamo Abadul Muttalibo."Kamma tojengi antu nukanaya,
mingka tabiasako akkatuo anak-anak makukang, nampa pole ikau kucinik masarro pandallekannu ri karaeng Allahu Taala, mingka tena kucinik maraeng lanri kabaraniannuji nukatutui, kaikau tommi
karaenna buraknea i lalanna lino, tanujttmpangiami sallang taua anakna."
Sallo-salloi sikekdek niakmi battu Abu Talibo appakalompo ri manggena angkana, "O karaengku, o manggeku apa kikiokangak." Nakanamo manggena (Abdul Muttalibo), "O. anakku Abu
Talib, ia anne kukiokangko, kupauangko, inaimo maka napammantangi cucungku, Muhammad, anaknu ikau punna battumo erok kalompoanna Allahu Taala ri nakke."
Nakanamo Abu Talibo, "O. karaengku, takunjungak mariboko battu ri pakkiotta. Uru-uruna, inakke anatta kaminang ri boko, makaruanna, inakke anatta kaminang kasiasi, makatallunna, cinna
duduak akkatuo anak-anak makukang tenaya manggena siagang
143
anronna. Mingka kupalaki i rawangang palak bangkenta inakke lalorao kisareang angkatuoi cucunta, Muhammad, mingka kasiasiak
ka tau maraenga lagi kukatutui apapaia
ka anakku memang."
Nakanamo Abadul Muttalibo,"O,cucungku Muhammad, pileimi mangge purinannu kalassekrenna nukaerokia. Nalarimo Muhammad mange ri Abu Talibo anrakaki kallonna. Na nakanamo Abu Talibo. "Alhamdu lillahi Rabbil Alamin." battuanaa, sikamma pammujia nakammai ngasengi karaenna sikamma alanga. Nakanamo Abadul Muttalibo, Anakku Abu Talibo, "Manna
ikaumamo nakaeroki anaknu Muhammad,tantu erok tompako najari." Nakanamo Abu Talibo, manggeku, apa kira-kira erok kipauangak." Nakanamo Abadul Muttalibo, "lami anjo kujanjiangko punna
nuriwai anaknu parikanangi Muhammad. Napunna nukalawingi anaknu sompoi Muhammad. Napunna nupanjaikangi baju anaknu, Muhanunad
riolo nanampa anaknu. Napunna battui akjappa anaknu siagang Muhammad, Muhammad riolo kiok nanampa anaknu. Kammami anjo kujanjiangko. Napunna tanupakamma kanangku kulakbiranganji
tau maraenga kusareang angkatuoi, manna tabijamamo kusareanji. Apaji nanalekbasammo songkokna na naptunrung ri dallekanna manggena na nakana, "Dami Allah, dami rasulullah, battuang kana tamaccinikak bajik ri lino tulusuk mange ri aherak punna takupakamma kananta, karaeng Allahu Taala ansakbiak.
Narannu dudumo toana Muhammad aUanngereki kananna Abu Talibo.
Naalasiapa-siapai sallona garring Abadul Muttalibo na narapikmo
akjalakna mammoterang mange ri panngamaseanna Allahu Taala.
144
Nanierammo mange ri pakrasanganga ri Baki nitarawang, inna lillabi wa inna ilaihi rajiun, battuanna, ikatte battuki ri Allahu Taala nakimmoterang mange ri Allahu Taala.
Lekbaki siapa arei sallona nikatuo Muhammad ri Abu Talibo, tena niakka natassala ri pakmaikna ri pappasanna
manggena ri Muhammad, Abu Talibo. Napunna battu aklampalampa ri buttaya Muhammad riolo nakiok nanampa anakna. Napunna nariwa anakna, Muhammad riolo ri kananna, anakna
ri kairinna. Napunna napanjaikang baju, Muhammad riolo, na nampa anakna. Kammai anjo gaukna siapaya sallona.
Apaji na narapikmo umurukna Muhammad sampulo anngappak taung, sukkukmi tappana siagang kabuyu-buyuna siagang gaukgaukna. Taenamo nicallangi, tanicallami cakdina, tanicalla tongangami lompona Muhammad. Naia Muhammad aminullahi. Naia sikamma taua taenamo nabarani akkana sala.ri dallekanna Muhammad. Naia
cayana rupanna Muhammad pilak katambangi bajik-bajikna. Niakmo sekre wattu naniak battu purina kalenna Muhammad nikanaya Atika mange anngunjungi ri Abu Talibo, angkana o,
Abu Talibo, anne Muhammad, kamanakannu lompo-lompo tomi,
barang bajikkak mange ri kakangku Abu Talibo kaia tosseng naparek mangge Muhammad, barang bajikmakik ampakna wa-nawangi baine Muhammad barang kammai apa na niak jarina barang nakellai Allahu Taala kalanrinna anak kukang, nasabak ikattemami naparek naparek mangge, inakke naparek anrang. lami anjo kupabattuang ri katte, kuminasai ri katte barang bajikmakik ampakbainei. Apaji natakmurimo Abu Talibo allanngereki kananna Atika.
145
Apaji nappiwalimo Abu Talibo ri Atika angkana, "Manna
inakke kamma tonji pammaikku. lami anjo kupikkirik ri allo ri
banngi, na Allahu Taala mami anngassengi kasiasiku, nakutea todong tau sambarang kupasialleangi anakku Muhammad. Niakja anjo baine maka kupasiratangangi Muhammad,iningka sirik duduak ampasuluki ri bawaku."
Nakanamo Atika, "Inaimo baine kipasiratangangi kamanakanta Muhammad."
Nakanamo Abu Talibo, "lami anjo baine niarenga Hatija,
mingka sirik duduak nalanngerek taua, ka anjo Hatija appaki sipak napammentengi. Uru-uruna, karaengi, makaruanna, kalumannyangi,
makatallunna, panritai, makaappakna, bajik-bajik tongi antu."
Nakanamo Atika, "O, kakangku Abu Talibo, kamma tojengi kananta. Naia morotakbakna Muhammad taena angkanaya nasauruki ri passalakna kamukjisakanna Muhammad. Naanne Hatija tattappukai assuro mange danggang ri Banuasang. Nakanamo Atika, barang bajikkik mange akkusiang ri Hatija barang niakja panngamaseanna ri Muhammad. Apaji naia bannginamo assokna tommi Hatija naciniki tukguruk matanna alloa siagang bulanga, bintoenga manaung ri riwanna,
na n^imbolong nampa annyakring. Apaji ammukuang ri barikbasaka nasuro sambarakmi soknanna. Nasuro kiok ngasemmi taua anngassenga
ammattuangi sokna. Na niak ngasemmo taua anngassenga ammattuangi sokna, nasabak niak soknanna Hatija. Niakmo tmgkana,lanitambaiangi kakalumannyanganna Hatija. Niak tommo angkana lanitambaiangi
kapanritanna Hatija, tenapa nammiyo pakmaikna. Niak angkana
146
lanilakbuaiangi umurukna. Taenapa napammioi pakmaikna antu. Apaji nanasuro kiokmo sarikbattang anak koda padangganna nikanaya Mubassiran. Apaji na niakmo battu Mubassiran.
Nakanamo Hatija,"O,Mubassiran, iami anne kusuro kiokangko barang niak tau nuisseng carakdek ammattuangi sokna."
Apaji nakanamo Mubassiran, "0. karaengku Hatija niakjanjo kuasseng kulanngerek karebana ammatanga ri passembangenna Makka
siagang Banuasang. Naia arenna Sehe Mujerahabang." Apaji naanne Hatija nalanngerekna kananna Mubassiran anngukirikmi surak Hatija. Nakana surakna, "laji kunjung kuparapikiangkik battuangang laloak soknangku, ka bakukku naanakkang anrongku manggeku nampa-nampangku assokna kamma. Naia soknangku, kuciniki tukguruk bulangan siagang matanna ailoa kammaya
tompa pole bintoenga manaung ri riwangku, nakukimbolong nampak annyakring."
Apaji naanjo suraka nasareammi Mubassiran, nakiampamo Mubassiran mange ri Sehe Mujrahabang. Battui mange surakna
napatanroammi. Nanaallemo suraka nabauk na napanaik ri ubunna, na nampa nasungke, na nampa nabaca. Nariwattu lekbaknamo nabaca, anngukirikmi surak Mujerahabang, na nasuro eranngangi Hatija. Naia kananna surakna Mujerahabang
mangea ri Hatija, "SalJang doangku mange ri anakku Hatija, tenamo kamma bajikna soknannu. Anakku Hatika, ikaumi antu sallang nakellai Allahu Taala amburakneangi nikanaya nakbi ahirusaman, anrong gurunna sikamma nikanaya tau. Iami anjo nikana nakbi kaminang riolo
147
ia tommi antu kaminang ri boko. la tommi antu panngulunna sakgenna tumakkaya.) anakka Hatija. tanulanngerai bicaranna sipakna Nuru Muhammad i lalanna kittak Toreka. Na niak anne alanga nalanri singaraknaji Muhammad. Tanra-tanranna antu
kammayami, akgalung-gallungi ukna, narupanna sangkammai bulang sampuloa anngappak, naia matanna pimbali-bali kammai tumaccallaka, mata kebokna masarro keboki, mata leklenna masarro leklengi
pimbali-bali, pattakmuriangi nasangkammai muttiara nitokdok-tokdoka giginna, naia pallegesanna malukmukpi natangke lolona bungabunga jeknek mawaraka. Naia kallonna Muhammad nasauruppi
kallonna pandi bulaenga, mabajikangangi naia kallonna jongaya. Naia singarakna rupanna Muhammad, masingarakangi manatanna
alloa siagang bulanga. Naia rasanna akrasa kasaturi i lalang ri suruga, narasanna tappatanngalloi niarak rasanna, tiului mataya
anciniki siagang punna nitileki Muhammad. Napunna makkakdok nakira-kira memang tongi napatturungia Jiboraelek. Singarakna lino niaki ri barambanna Muhammad, pakbijaenna Nakbi Iborahima alaihi salam, Muhammad ..battui ri bangsa Kuraisika.
Naia riwattu lekbaknamo nabaca anjo suraka tamaka-makami rannuna pakmaikna ambacai surakna Sekh Mujrahaban, nabaui nanampa napanaik ri ulunna, nanampa akkana Hatija angkana,
"Kutayamminne erok kakoasanna Allahu Taala, ia tojemmi anne battuanna soknaku. Napunna kamma tpjeng soknangku kutambummi kalengku siagang barang-barangku siagang nyawaku nakusorong atai kalengku ri lino tulusuk mange ri aherak antu,
nasanggenna barang-barangku i rate ballak, i rawa butta, kusareang
ngasengi Muhammad. Napunna kusungkei rahasia taccokkoku, jai
148
dudu tau birisik ri Muhammad, jai tongi tau birisik ri nakke.
Bajikangangi punna kusuroi mange danggang Muhammad ri Banuasang kamma tau samaraka natenamo nalakbu kananna taua.
Passalak, sekre pole passalak angkana-kanai pau-pauanna Hatija. Naia Hatija tuju sakbunna unta patekekna saniasa lamange danggang. Apaji na nalanngerekmo Atika angkanaya, apparurumi padangganna Hatija. Apaji namangemo Atika akkosiang ri Hatija, apaji naiamo mange ri ri ballakna Hatija, nabattuna mange irawa inji ri buttaya Atika ri bangkenna sapanaya nammentemo naik Hatija naung angkioki. Naanjo Hatija tau lakbirik dudu nakalennamo naung angkioki Atika naik ri ballakna.
Nakana ngasemmo taua ancinikai Atika, "Ikatte anne upak dudumakik punna napattaukik sikali nabanngi seng nakiammonok seng akkusiang. Naia Atika kalenna lekbak Hatija ammenteng ambuntuli
na naerang mange ri ampikna ammempo. Naia ammemponamo
Atika sallo-salloi nakanamo Hatija, "Apa are antu nukunjungi mange ri nakke na nampa-nampanta antu mae." Nappiwalimo Atika angkana, "O, anakku Hatija, niak kukunjungi ri kau, mingka sannak sikali sirik-sirikku antu ampasuluki ri bawaku, anak."
Appiwalimi Hatija angkana, "0, ayaku Atika appalakkik ri nakke, teakik sirik-siriki, tea tongkik anngaliki mange ri nakke."
149
Nakanamo Atika kananna, "O, anakku Hatija, iami anne kukunjungi mange rikau anak, kutaklanngerangi apparuru ngaseng
padanggannu la mange danggang ri Banuasang, barang niakja panngamaseannu ri atannu Muhammad, aminullahi. Iami anne lompo dudu panngunjungingku mange ri kau, anak apa-apa panngamaseannu, nanusare todong modalak Muhammad barang niak tonja dallekna mange danggang, nasabak lakunawa-nawa tommi lakupakbaine, nasabak lompo tommi kucinik, narapik memang tommi pabbaineaima Muhammad, aminullahi."
Apaji namakdundumo naung Hatija sinamperek na nampa nabangungang pole ulunna naik, na nakana pakmaikna Hatija, "Iami anne tabana soknangku^ lakrupa tojemmi kusakring soknangku."
Nakanamo ri Atika kananna, "Mallakkak angkana niak mallak tongak angkana taena modalak. Niak kukana bajik, mangeko riolok kiokangan Muhammad nakuciniki, nakusarei baluk-baluk ri siratannaya, nasabak anne inakke unta jai dudu lakuparurui laklampa danggang natakkulleai sambarang tau nirannuang anngerangi antu."
Apaji naia nalanngereknamo Atika kananna Hatija antu appalak kanami namange nakiok Muhammad, natasiapai sallona
naniakmo battu Muhammad siagangi Atika.
Naia Hatija aklampanamo Atika, anggentummi pakkallik rawa. Lekbaki mangemi anngalle jeknek sambayang Hatija na nampa mange assambayang rua rakang. Naia lekbaknamo assambayang rua rakang nasungkemi kittak Toreka na nampa nabaca. Apaji na nagappamo nabaca i lalanna kittak Toreka sipak-sipakna Nuru Muhammad. Niak ngasengi i lalang ri kittak toreka manna sikekdek
150
taniak passisalanna ampe-ampena Muhammad siagang sipak-sipakna antu.
Nakanamo kananna Hatija ri Atika,"Ammaliammakik siagang
anatta Muhammad. Mingka ikatte kukelaiki ammaliang pole mae sinampek."
Lekbaki aklampami Atika siagang Muhammad mange ri ballakna. Apaji naia battunamo Muhammad mange ri ballakna, ammaliammi pole Atika mange ri ballakna Hatija. Naia niaknamo battu Atika nikiokmi ri Hatija, nakana Hatija
kananna, naikmakik mae ammempo. Battui naik nakanamo Hatija, "O, Atika, bulang ammumbaya sallang nalaklampa padanggangku
mange ri butta Banuasang, kukellai nuparurui Muhammadammake padanggang, kamma todong tau samaraka!" Naia nalanngereknamo Atika kananna Hatija, narannu dudumo
allanngereki kananna Hatija. Apaji nappalak kanamo nammaliang mange riballakna Abu Talibo. Apaji narannu dudu tommo atinna
Abu
Talibo
Allanngereki
kananna
antu
Hatija
nipabattuanngai ri atika.
Apaji nasusamo Abu Talibo ampakboyangi pakeang Muhammad ia lanapakea mange akdanggang ri Banuasang, nataena tau erok ansarei annginrang. Apaji nanapikkirikmo ri pakmaikna na nakana, bajikangangi punna kukkuluk bembeku kuparekangi baju Muhammad,
kukkuluk unta kuparekangi songkok siagang saluarak. Apaji na narapikmo bulang lanapaklampanga siagang allo napapparuruanga. Apaji massekre ngasemmo tau mange ri ballakna
151
Hatija. Naia jaina tau assakbu-sakbui taua ri ballakna Hatija, Muhammad mami nitayang taenapi battu.
Nakanamo Hatija, "Antalai riolong Muhammad sinamperek dudu."
Nakanamo Abu Jahelek kananna,"Anng^ai seng na Muhammad niantalai, talakaraengi, talakalumannyangi, ka tau anngalleji- sawalak naia seng niantalai nasiagangi pakmoro-morona siagang pakjamuntekna bawana Abu Jahelek anrampei Muhammad. Apaji nataena tonja nasallo na niakmo battu Muhammad.
Apaji naia ngaseng anne taua apparuru ngasemmi laklampa. Appalak kana ngasemmi taua ri manggena siagang ri anronna siagang ri sarikbattanna. Naia niaka bainenna, sireraimi bainenna,
anakna, cucunna ia ngaseng. Pammmanakanna pacce ngasengi pakmaikna nasabak lanapilarinna ngaseng siagang pakrasanganga ri Makka lamange ri Banuasang akdanggang.
Apaji naanne Muhammad assailei mange ri kanang, assailei mange ri kairi, assailei mange ri boko, assailei mange ri olo, nataena naasseng, nampa appalakkanai akdundumami naung ammattik
jeknek matanna nalanrinna taena naasseng nampa appalakkanai. Apaji nasikali niakmami Abu Talibo siagang Atika nakanamo Atika,
O, anakku Muhammad, punna cipurukko inaimo sallang ansareko kanre, siagang punna turereko inai tommo sallang ansareko jeknek inung. Kammaya tompa pole punna garringko inai tommo sallang amparakaiko. Napunna mateko inaimo sallang ampattumateangko napunna battumo erok kalompoanna Allahu Taala.
152
Nakanamo Abu Talibo ri atinna,"0. manggeku Abadul Muttalibo,
kicinik bajikminjo mange cucunta, Muhammad ki katutui ri lino tulusuk mange ri aherak, ka kammami anne memae nicinik tau anngalle inrang ri Hatija."
Nampaseng nakana Abu Talibo ri Muhammad,"O. Muhammad kutambummi nyawanu siagang tubunnu, barang kamma tonjako towanu nakbi Iborahima alaihi salam rewasa nibuanna antama ri
pepek akbara-baraya. Naerok gassing kakoasanna Allahu Taaia manna silawarak bulu-bulunna taniak nakanre pepek toanu nakbi Iborahima
alaihi salam. Barang kamma tonjako toanu nakbi Ismaila alaihi salam rewasa laniparekna koroba ri toana ri nakbi Iborahima alaihi salam.
Niak pole sekre riwayak angkanaya lakbiriki anak-anak makukanga. Niak sekre wattu anak-anak makukang mate nataena ampakkutaknangangi kamateanna. Apaji nanisuromo naung malaekak Mikailu siagang malaekak Isirapilu. Naia lekbaknamo nisambayangi nierammi mange ri kuburuka. Battui mange ri kuburuka, nitarawammi.
Nirampei ri kittaka angkana, "Inai-nai tau angkabirisi anakanak makukanga takgekgosoki Arasak siagang Kurusia. Siagang
pole niukiriki ri malaekaka i lalanna Loohen Mahapud
Lanri
kammanami anjo, naakkulle nikamaseang anak-anak makukanga
siagang tau kamase-masea. Allahu Taala ansarei pahala ri lino siagang ri aherak. Lanri kammanami anjo kamaseang laloi antu anak-anak makukanga."
Apaji naanne Hatija sikalinna nacinik pakeanna Muhammad
153
natukguruk dudumo panngamaseanna Hatija ri Muhammad, akgarukgusuki jeknek matanna Hatija anciniki pakeanna Muhammad. Naanne Hatija tuju cokkoanna unta ejana, naia pakalawakinna tattuju tau angkalawaki sikayua, sanging atanna Hatija.
Apaji na nakana mo Hatija angkana,"O, Mubasssiran, nuassenji anjo Muhammad."
Apaji nappiwalimo Mubassiran angkana, "Kuassenji Muhammad. Anakna Abadullahi, cucunna Abadul Muttalibo.
Naia bansana
bansa Kuraisi, anak cucunna Haseng."
Apaji nappiwalimo Hatija angkana, "O, Mubassiran, ikaumi antu tau kurannuang, kuparek anak koda ri padanggangku. Pakabajik
laloi pakmaiknu ri nakke, lambusi atekaknu, ikaumi antu anak koda lompo ri padanggangku na nupakabajik lalo kusiannu ri Muhammad. Naanjo danggangannu, kupauangko, manna rugi manna sawalak punna eronamamo Muhammad.
Nakana pole Hatija, "Punna annabai kosiannu ri Muhammad, inakkemi antu nukosiangi, nakulappasakko maradeka, nanuringammo
ri lino tulusuk mange li aherak. Naanjo pole kupauangko, Mubassiran,
anjo unta dongkokangku sareang laloi Muhammad andongkoki, unta bae-baeangku punna sallang kammako anjo menge ri lampannu,
ri aganga. Pauang bajiki Muhammad suroi ampasuluki pakeang kukkulukna, naanne lipak masserekku nusareangi ampakei, niparadaia jeknek bulaeng. Pauang bajiki Muhammad napakemami lipakku sangge jappaokna, nanusareang tongi anne songkok bulaengku, ikau ampanaikangi ri ulunna, nanusareang tongi anne baju samansi bulaengku ampakei."
154
Nakanamo Mubassiran,"Bajikmi karaeng, kupakrupa ngasengi passuroanitu ia nupauanngak."
Apaji namassing aklampamo tau jaia, battuang kana padangganga. Naia anrapiknamo pammari-mariang akkanami Mubassiran angkana,
"O,karaengku Muhammad,kupalaki ri kau karaeng, pasuluki lipaknu antu siagang bajunnu. Apaji natakbangkamo pakmaikna Muhammad
nalanngerekna kananna Mubassiran. Apaji na napikkirikmo ri pakmaikna
Muhammad angkana, apa anna ri pakmaikna Mubassiran, apa are anne salangku na nasuro pasuluk lipakku siagang bajungku, nasabak
taena kuasseng anne pannyalangku, nakuerok nasolarri ri tanngana tau jaia
Apaji na nagilimmo kalenna Muhammad andallekang mange ri Mubassiran na nampa angkana Muhammad angkanaya,"O,Mubassiran, mangeku, nuassenji assalak morotakbakku ka anne inakke taena
kusakring pannyalangku ri kau. Na punna niak gaukku tanungai pauangak nakupinrai, nasabak taklalo sirik-sirikku assolak-solarak
ri tanngana tau jaia, ka niak ngasengi anne karak-karaenga makgauka siagang karaeng lompoa ri Makka,niak tpngi tau birisika ri nakke, niak
tongi tau anngamaseanga ri nakke, apamo sallang nakana tau jaia ri nakke, tau manngirana Hatija. Nakana pole taua anngalle sawalak ri Hatija annyalai gaukna nahisolak-solarri ri tanngana tau jaia, tantu rannu ngasemmi ancinikkak tau birisika ri nakke punna nacinikmak assolaksolarak ri tanngana aganga."
Apiaji nanumeramu Mubassiran allanngerekki kananna Muhammad, nampa appiwali angkana Mubassiran ri Muhammad,
"O, karaengku, panngulungku taena sikali-kali pannyalannu.
155
damillahi, dami rasulillahi, alaniakka pakmaik kammaku ri kau
karaeng. laji na niak kana kammaku ri kau, karaeng nalanrinna
karaengku Hatija ampasangak angkana, punna sallang narapikmo pammari-mariang, suro pasuluki lipak kukkulukna Muhammad
siagang baju kukkulukna nanusambei pakeanna lipakna siagang bajunna, songkokna, naanne lipakku nusareangi ampakei lipak masserekku, niparadaia siagang jeknek bulaeng siagang anne bajuku nipakkangia bulaeng, siagang anne songkok bulaengku, kukellai napake Muhammad siagang unta bae-baeangku sareang tongi Muhammad andongkoki."
Lekbaki nakanamo Muhammad ri Mubassiran, "lamo anne pakeangku kupake nasabak ia tommi nakellai Allahu Taala."
Nappiwalimo Mubassiran angkana,"O,karaengku Muhammad,
"la lalomo anne pakeang kalakbiranna karaengku Hatija kipake, nasabak pappasanna ri nakke kammaminjo nakellai kipake anne lipakna siagang bajunna siagang songkokna siagang unta bae-baeanna. Napunna nanupauannga Muhammad, kubunoko, kananna karaengku Hatija. Siagang mallakak siagang masirikkak sicinik punna takipakea anne pakeanga siagang anne untaya kidongkoki laloi." Apaji nappewalimo Muhammad angkana, "Punna kammai
antu paleng kananna karaennu, kupakei antu, manna sialloja iareka naruang allo nasabak inakke sirik-sirik duduak ri tau kalumannyanga." Apaji na napakemo pakeang kalakbiranna Muhammad. Lekbaki
napake ngaseng akdongkokmi naik ri untaya, nannarrusukmo singaraka naik ri Arasak Korosia kamma tarawe cinikanna.
156
Nakanamo Allahu Taala ri malaekaka, "Suroi rammang keboka
nikanaya "sahibu rafikina" allaklangi tunikamaseangku Muhammad naparek payung, nasabak takukellaiai nararang allo, nairik anging tunikamaseangku Muhammad."
Apaji nasipakkida mataji nabattumo Jiboraeiek allaklangi Muhammad nasabak anjo rammanga rammang silassukanna memang Muhammad.
Apaji na na buakkang ngasemmo matanna tau jaia. Nasakgenna tau birisika ri Muhammad akgamuntek ngasengi anciniki. Naia
Abu Jahelek taniassengami nikana-kana birisikna pakmaikna anciniki Muhammad.
Nakanamo Abu Jahelek ri Mubassiran, "Tena accinikak tau
kamma ikau panggaukannu. Anne ikatte ngaseng punna niak tau anngalle sawalak kipareki ata. Naia ikau nupareki karaeng. Apa anjo nupaccinikangi Muhammad, ia kasiasi, ia kukang taena narona taena manggena, taena sekre-sekrena nipaccinikiangi. Naia ikau nuparek tossengi karaeng."
Apaji nappiwalimo Mubassiran angkana, "O, Abu Jahelek, inakke teau dallekangku kupacciniki passanngalinna bokoku kuciniki,
tanuassengai ikau rahasia taccokkoa ri Muhammad, panngamaseanna Allahu Taala."
Apaji nanakanamo Abu Bakkarak angkana, "O, Mubassiran tamaka-makai bajikna pappibalinu, kungai dudumi antu pappiwalinu Naia ri kananna kittaka, ri allo kiamakpi sallang tau anngaiai
sipakna Muhammad maradekai ammake makota siagang akbae borrak Naia sallang kapereka ia ngaseng birisika ri Muhammad, butai matanna, tongoloki tolinna, dorakai ri Allahu Taala."
157
Apaji na niakmo sakra battu ri langika bajik dudu paknassana nilanngerek sakranna angkana,"O. ikau ngaseng kapereka laherennaji nuQinik, tanucinikai batenna Muhammad.
Naia ngaseng tau jaia kalibanngang ngasengi allanngereki sakaraya. Naia Muhammad nalanngerekna tau jaia aklumpakmi naung ri buttaya. Battui naung Muhammad napasulukmi pakeang lakbirikna na nampa narenreng untana.
Apaji na nicinikmo ri Mubassiran nakanamo Mubassiran, "O, karaengku anngapai na nupasuluk pakeannu." Nakanamo Muhammad,"O,Mubassiran, sikamma tomim nakellai
Allahu Taala kupake. Naia sikamma tau jaia accinik ngasemmi mange ri bailakna Mujerahaban aileang battu ngaseng tau jaia. Apaji na nataro ngasemmo tekena untana ri ampikna bailakna tuan Sehu Mujerahaban, kaonna nakbi Isimaila, iami kainang panrita i lalang pakrasangan Sam siagang butta Arak, namasahorck paupauanna Hawariyuna. Naanjo Sehe Mujerahaban sitabangi assulukna ammempo ri paladanna. Apaji natakbangka anciniki rammang keboka allaklangi Muhammad, aminullahi, kamma payung.
Apaji na nakanamo Mujerahaban, "Niak memangi kucinik i lalanna kittak Torek angkanaya, ia-iannamo nilaklangi ri rammang keboka, iami antu nikana nakbi ahiru samang. Nalarimo assuluk
Mujeharaban anciniki amboyai anjo rammang keboka kammaya payung, nataena nabuntuluki kalanrinna taU jai dudu, assakbuskabui taua. Natakbangku ngasemmu tau jaia anciniki Sehu Mujerahaban, nasabak alasiapa-siapai sallona taua mange danggang anrinni nataena niakka nassuluk mae ancinikkik.
158
Apaji nakanamo Sehu Mujerahaban,"Kamma tojengi kanannu ngaseng, mingka pilanngeri bajik-bajik kanangku, niak tinjakku ri kau ngseng, sanggenna niaka kukellai ngasengi antama mae ri ballakku.Ikau ngaseng niaka kukellai ngasengi antama mae ammuko akkakdok ikau ngaseng manna sitau teako tantama mae fi ballakku akkakdok, nasabak kutinjaki baine burakne, anak-anak tau toa,
kukellai ngasengko niak ammuko. Napunna niak tau tappelak untana inakkepa ansambei ambayaraki."
Nakanamo Mujerahaban, "Siapako anak koda ikau ngaseng niaka."
Apaji nalintakmo Abu Jahelek angkana, "Naia anak kodaya tuju cokkoang anak koda."
Apaji nammaliammo Mujerahaban mange ri ballakna. Tatinroai
lakbiisuk banngi rua sikalabini nasabak attunu tedongi, attunu bembei, attunu sapi, attunu gimbalaki.
Apaji nabarikbasaknamo nasuro buntuli ngasemmi padangganga. Naniak ngasemmo battu antu padangganga.
Nakanamo Abu Jahelek battuna antama, niak ngasemmakik anne bembemmi mae pakkakdokanga. Naia lekbaknamo nibembeng pakkakdokanga attoakmi assuluk Mujerahaban, na niak inja tau i pantarang sitau. Apaji na nacinik tommo rammang keboka allaklangi Muhamniad.
Nakanamo Sehu Mujerahaban, "Niak inja tau sitaupi tabattu mae."
Apaji na nakanamo Abu Jahelek, "Niak tojenja tau sitau mingka anak-anakji ammempo i rawanganna pokok-pokok kayua
159
mingka tau tasiratanngai niagang ammempo, anak-anak makukang, anak katuana Abu Talibo, akbaju kukkulukji, anngalle tonji sawalak ri Hatija.
Apaji na nakanamo Abu Bakkarak angkana, "E Abu Jehelek,
teako akkana kammai antu, kontu tojengi kanannmu mingeka anjo murotakbakna Muhammad taena sangkammanna, punna ikatte ngasenja anne cucunna Haseng bija kuraisika."
Apaji na nakanamo Sehu Mujerahaban angkana, "Pilanngeri kanangku ikau ngaseng, punna tenai anjo tau sitaua teako niak angkakdoki kanreku, punna teai anjo tau sitaua talaikau ngaseng memang kutayang angkanrei." Nakmoro-moromo Abu Jahelek laknatuilahi alaihi akgamuntek memangi bawana.
Apaji na nisuri buntulimo Muhammad i pantarang ri paranga antu.
Naia battunamo assuluk tau ni^uroa mangemi natakgalak limanna Muhammad na narenrengi antama ri ballakna Sehu Mujerahaban. Battui antama tulusukmi nipaemp i rateanna Abu Jahelek akkadera akdaliek naung siagang Abu Lahabo akkakdok.
Na nakanamo Sehu Mujerahaban, "Akkakdok ngasemmako ikau ngaseng niaka haderek."
Apaji nakkakdok ngasemmo tau jaia. Naia massing lekbaknamo akkakdok, appalak kana ngasemmi tau jaia ri Sehu Mujerahaban. Lekbaki kamma anjo namangemo akrakan ri bangkenna Muhammad, na nakanamo Sehu Mujerahaban, "O, ikau ngaseng
160
sanggena niaka sakbiak antamamak nakke ummak ri nakbia sallallahu alaihi wasallam."
Lekbaki nirenremmi Muhammad ri Sehu Mujerahaban mange
ri empoang passambayangang nabattuia mange anynempo, nitakgalakmi limanna Muhammad na nakanamo Sehu Mujerahaban ri Muhammad,
sakbiak inakke taena karaeng ipantarangannaya Allahu Taala, kusakbi tommi maknassa Muhammad suronai karaeng Allahu Taala."
Apaji naerokmo nibakji ri Abi jahelek, na naummo Abu Bakkarak antarai Abu Jahelek, na nakanamo Abu Bakkara angkana, "O, Abu Jahelek, "Nakakdek tiai ikau kubunomi, mingka annyalapi
sallang nakubunoi." Lekbaki kamma anjo aklampa ngasemmi tau jaia siagang
sallona lampana, nabattumo mange ri Banuasang. Naia battunamo mange ri Banuasang Muhammad sitabang tongi assulukna karaenga ri Banuasang annyomba mataallo. Naia yahudia taena kamma jaina siagang niaki tallu lassa jaina siagang. Naanjo dangganganga taenamo kamma passawallanna, aklappilappi. Naia silassaya anjari tallu lassa.
Nakanamo Mubassiran ri Muhammad,"Bajik tommaki akbaluk."
Nakanamo Muhammad, "Lappassangi riolo taua akbaluk ri
bbkopakik ikattte."
Apaji naia lakbusukna ngasemmo dangganganna taua, erok tommi nitappuki dangganganna Mubassiran. Naia dangganganna silassaya anjari lima lassai. Nakanamo Mubassiran ri Muhammad, "O, Muhammad,
kubalukammi dangganganga, ka silassaya anjari lima lassai."
161
Nakanamo Muhammad, "Ikauji antu ia kamma, apa ri eroknu, battu rikauji."
Nakanamo Mubassiran, "Napasangak karaengku Hatija angkanaya, antu dangganganga manna rugi, eronamamo Muhammad. Napunna inakke silassaya kupakjari tallu lassaji."
Apaji naia nalanngereknamo Mubassiran kananna Muhammad, nabalukammi dangganganna. Silassaya anjari tallu lassa. Manna nakamma anjo balukanna jaiji nasawalak nalanri jaina pokokna dangganganna.
Apaji na nakana ngasemmo tau jaia, "Bakukku mange anrinni akdanggang nampanna jai kamma nisawalak anrinni ri Banuasang, tana niakka nakilaba kamma anna ikatta ngasang.
Apaji na nakanamo Abu Bakkarak, "lami anna nakamma na lanri kabarakkakanna Muhammad, aminullahi."
Nappiwalimo Abu Jahalak angkanaya, "Anngapai na nukana kabarakkakanna Muhammad, anjo ka inakka accinik wattu mabajika
nipaklampanga. Apa todong antu Muhammad naassang ka tau kasiasi dudu, antu tau dongok, taana mangana, taana todong anronna,
na nukana sang barakkakna Muhammad, niak ngasang mami antu nukana."
Apaji na nakanamo Abu Bakkarak, "larai anjo nakukana barakkakna Muhammad nasabak siapami anna sallona taua mange
danggang ri Banuasang, na tana niakka nalaba kamma taua na niakpa Muhammad nataniassang nikana-kana kalabanga ngasang taua, Allahu Taala mami anngassangi.
162
Apaji nataena todpng nasallo napparuru ngasemmo yahudia
assuluk annyomba barahala. Apaji na nakana ngasemmo padangganga bajikkik mange accinik-cinik tau annyomba barahala.
Nakanamo Mubassiran, "Bajikmi nakicinik naikasseng todong adakna yahudia annyomba barahala. Nakanamo Mubassiran, "O. Muhammad, umba nakimange accinik tau annyomba barahala, araka
siagang yahudia annyomba barahala naerang ngasengi bainenna siagang anakna."
Apaji na nakanamo Muhammad ri Mubassiran, "bajikmi".
Nassuluk ngaseng tommo yahudia annyomba barahala. Namassing erokmo annyomba, na natunu nagasemmo kanjolikna siagang lampuna nataena naerok akrinra. Reppekmi lampunna mate tommi kanjolik taibanina, tena niak sekre akrinra. Naia sikamma anu massakra-
sakraya panrak ngasengi taena niak erok assakra, dengkanga, ganranga, puik-puika, kesok-kesoka, kokbikanga, gambang-gambanga, taenamo niak erok assakra, nalanri kamukjisakanna Muhammad.
Apaji nalannsak dudumo karaenga ri Banuasang, apaji nakalennamo karaenga ri Banuasang antunui kanjolik kammaya bongga lompona nalampua kamma pakdinging lakbakna, natena naerok akrinra.
Apaji nakalibanngammo karaenga ri Banoasang anciniki kanjolika. Lampua, dengkanga, puik-puika ia ngaseng anu massakrasakraya trema ngaseng niak assakra. Apaji nalarro dudumo karaenga ri Banoasang na napatappasakmo songkokna na nakana, "Anngapai anne natea akrinra lampua ia ngaseng, pakjannanganga, kanjolika ia ngasenna. Apaji nammaliammo karaenga antama ri ballakna.
163
Battui antama nasuro kiok ngasemmi tupanritaya nujunga. Apaji nasinamperekja na niak ngasemrao battu ri karaenga. Nakanamo karaenga, "lami anne kukiokang ngsengko ikau ngaseng nujung, cinik ngaseng sai anjo ikau ngaseng annampuloa
lampu ia ngaseng taena anging, taena bosi nataena niak erok akrinra, apai. sabakna na kalengkumo pole antunui natena nawrok akrinra lampua lammaya pakdinging taibani kammaya bongga lompona natena niak erok akrinra."
Appiwalimi Seheya niaka tallumpulo angkana,"O, karaengku niak anne padanggang battu ri Makka, iami anne ampakammai." Nakanamo karaenga ri Banuasang, "Jokjokang laloak anjo taua nainakke sa ansessai, ampitabai hukkungang. Napunna
tanujokkjokangak kupolongi kallonnu."
Nakana ngasemmo Seheya niaka haderek, "O, karaengku, anrong gurukuji antu ia nasabak ia tosseng sehe kaminang matoa. laji anjo maka ampaknassakik.
Aapi na nakanamo karaenga, "Mangeko buntuliangak, napunna natakullea akjappaya, buleki mae nasabak takkuleeai tena." Apaji namange ngasemmo angkioki Sehe toaya na nampa naerang mange ri ballakna karaenga. Naia battunamo mange ri baliakna karaenga, nikana-kanammi ri karaenga ri passalak nikokna antu. Apaji naia naianngereknamo Sehe toaya, akdundumi naung. Sallo-salloi sikekdek nabangungammi naik ulunna, na nakanamo ri karaenga, "Akkullejako kujokjokang mingka takkulleai nupatabai lima iareka hukkungang, takkulle sikali-kaliai antu nasabak tau
164
nipakalakbirik dudu ri karaeng Allahu Taala. laji na niak anne alanga lollong bone nakarana iajinjo tau sitaua."
Apaji na nakanamo karaenga, "Antekammami paleng kamma gaukku nakkulle kuasseng."
Nakanamo Sehe toaya, "Bajikakangangi kisuro kiok ngasengi sakgenna padangganna battua ri butta Makka, nakere-kere sallang nipinawang ri rammang keboka, kammaya payung iami antu niareng Muhammad, aminulllahi arenna. Napunna sipammentengangi tau tinggia, tinggiangang tonji Muhammad. Napunna tau bandak, bahdakangang tonji Muhammad. Napunna tau sitaba-taba, sitabataba tongi tinggina tassikekdek, nasabak takkulleai nisauruk, siagang pole taena taung-taunna ri buttaya nicinik. Sallapparaki palakbangkenna, bodo-bodoi kautulukna, mata kebokna masarro keboki, mata
leklenna masarro leklengi, akgallung-gallungi ukna, kamma kallangang rapaka leklenna. Narupanna Muhammad kammai singarakna subua punna massisik i rayai, matinggi kakmurunna, punna nijanjangi kammai bulang sipattang, makbayangi biberekna pembali-bali, pattakmuriangi. Punna attakmuri na nicinik giginna, sangkammai muttiara nitokdok-tokdoka. Naia kallonna nasauruppi pandi bulaenga, mabajikangangi nakallonna jongaya. Napunna ammempo Muhammad, naia Muhammad punna ammempoi, pammempoanna patanngalloi rasanna pammempoanna Muhammad. Naia rasanna kammai kasaturia
battu lalanga ri suruga rasanna. Naia pallegesanna Muhammad sarro likmukangangi natangke lolona bunga-bunga jeknek mawaraka.
Napunna gioki Muhammad taniassengai nipau-pau bajikna nicinik giok-giokna taena callanna.
Apaji nakanamo Sehe Toaya, "O, karaengku,iami anjo sallang
165
nakbi ahiru samang, iami kaminang riolo, ia tommi kaminang ri boko, ia tommi karaenna nikanaya nakbi, ia tommi panngulunna nikanaya ummak, ia tommi anjo anreppeki barahalaya ia ngaseng," Nakanamo karaenga ri Banoasang, "Napunna kamma antu kanannu akrup a ngasemmi antu nupakkanaia, antamamak ummak ri Muhammad."
Lekbaki nasuro kiok ngasemmi sikamma padangganga. apaji na niak ngasemmo battu padangganga."
Nakanamo karaenga, "Niak ngasemmako antu ikau sikamma padangganga."
Appiwaiimi Abu Jahelek angkana, niak ngaseng makik anne haderek."
Lekbaki niangkakmi pakkakdokanga. Lekbaki niangkak attoakmi assuluk karaenga ri paranga siagang Sehe Toaya, natagiokapa nacinik rammang keboka ri bate-batena.
Nakanamo karaenga, "Niak inja i pantarang ri paranga si taupi."
Nakanamo Abu Jahelek, laknatullahi alaihi, angkana, "Niak tojeng inja antu tau pantarang, anak-anakna Abu Talibo, tau kasiasi
dudu, tau anngalle sawalak ri Hatija tasira-tangai niagang sipammempoang ri pammempoang lakbirika kammaya anne." Nakanamo Abu Bakkarak ri Abu Jahelek, "O. Abu Jahelek,
teako akkana kammai ri Muhammad, memang tau kasiasi dudu, tau anngalle sawalak ri Hatija, tamaanrong tamakmanggei, mingka
166
morotakbakna Muhammad taena sangkammanna punna ikatte ngasenja anne sanggenna niaka, ikatten ngaseng bonena butta Makka, kaiami
antu anak cucunna Haseng, nakbi ahiru samanga, battuanna nakbi kalakbusanga."
Lekbaki nakanamo karaenga ri Banuasang, "Punna kamma antu teako niak angkanrei kanreku punna tenai Muhammad haderek anrinni."
Nakanamo Sehe Toaya kananna, "Kamma tojengi antu kananta karaeng, bajiki nisuro buntuli Muhammad ri tumalompoa rakga appak tau bajika nasabak tau lakbirik."
Apaji na nasuromo karaenga tumalompona appak sanging tau. bajik mange ambuntuli Muhammad.
Apa battui assuluk ri Muhammad, nampami giok rammang keboka ia niaka rateanna Muhammad. Naia ri wattu ambaninamo
Muhammad ri ballakha karaenga, naumi karaenga ri Banuasang siagang Sehe Toaya ammenteng antayangi Muhammad.
Naia ri wattu naciniknamo Muhammad, larimi karaenga siagang Sehe Toaya mange ri Muhammad. Battui mange natakgalakmi limanna Muhammad na naerang naik ri ballakna karaenga siagang Sehe Toaya. Naanjo Abu Jahelek tenamo kamma larrona ri Muhammad
kammaya tompa pole Abu Lahabo lanri nipakatinggina ri karaenga.
Nakanamo karaenga ri tau jaia, "Annganre ngasemmako padanggang ikau ngaseng."
Apaji naia lekbakna ngasemmo annganre nakanamo karaenga ri Banuasang ri Muhammad, "Kipammopporang laloak karaeng.
167
takuassengakik. Ka kakdek kuassengkik manna rua uluku tabaraniak akkana kodi ri katte, karaeng."
Nakanamo Muhammad,"Napammopporammako karaeng Allahu Taala antu."
Apaji lekbaki kamma anjo karaenga ri Banuasang natakgalakmami limanna Muhammad na nampa nabau. Naia naciniknamo pakeanna Muhammad, taenamo kamma tukguruna panngamaseanna anciniki pakeang kukkulukna.
Apaji na naalleammamo alasiapa-siapaya jaina bulaeng bulaeng tiknok, bulaeng lolo, intang jamarrok, na nasidakkaiangi Muhammad siagang rakna mutumanikkang, sanggenna pakeang maiakbirika nasidakkaiang ngasengi Muhammad ri karaenga anjo. Nasikamma passidakkana karaenga napassareang ngasenji mange ri Mubassiran passidakkana karaenga ri Banuasang antu.
Lekbaki appalak kana ngasemmi padangganga ri karaenga ri Banuasang. Apaji nammentemmo Muhammad, erok appalak kana. Namangemo karaenga siagang Sehe Toaya mange anngului Muhammad sanggenna i pantaranna pakrasanganga, namange tommo rammang keboka nikanaya sahibu rapikani allaklangi Muhammad nasabak tanikellai ri Allahu Taala nararang allo nairik anging nataba bosi ri lino tulusuk mange ri aherak. Apaji nammaliang tommo karaenga mange ri ballak pammantanganna kammaya tompa pole Sehe Toaya.
Na nakanamo Abu Jahelek i lalang paklalanganna mange ri paranna padanggang, "Tamaka-makai napakasiritta Muhammad
168
tasiratangami nitallassi antu, bajikangammi nibuno mange nalekbakmo parakarana."
Lekbaki kamma anjo mangemi Abu Jahelek ri ampikna Muhammad. Apaji nalintakmo Abu Bakkarak mange amparitanngai kalenna na na nipa nakana Abu Bakkarak, "O, Abu Jahelek, punna Muhammad erok nubuno, inakkemo rolong buno nalanri kalambusanna Muhammad.
Apaji nakmoro-moro bannyammo Abu Jahelek siagang Abu Lahabo, nasabak tena todong nabarani ri Abu Bakkarak punna
niak napakkanang. Nakanamo Abu Jahelek ri Muhammad, "Antu passarena karaenga ri Banuasang, teai antu rampolenu, rampolena ngaseng barang-baranna Hatija. Namammaliang ngasemmo patekeka ia ngaseng mange ri
butta Makka. Narapiki pammari-marianga kira-kira paklalangang tallu allomami narapiknamo Makka, nakanamo Mubassiran ri abu Bakkarak, "Bajiki nisuro panngerangan surak Hatija, ka napasangak
angkana punna lalangang tallunngallo mamo assuromako mae ri na kke, pahngerangangak surak nakuasseng todong lampana danggangangku, bajikna siagang kodina, siagang kamukjisakanna Muhammad tassirupa-tassirupa , teako tampantamai ri surak na nusuro erangangak mae."
Lekbaki anngukirikmi surak Mubassiran na sanggenna
kamukjisakanna Muhammad napantama ngasengi ri surak siagang
patu patua-tuasianna araka napantama ngasengi ri surak. Lekbaki suraka nakanamo ^ Mubassiran ri Abu Bakkarak,
"O, Abu Bakkarak, "Bajiki punna Muhammad nisuro anngerangi
169
suraka mange ri Hatija nasabak antu Muhammad teai tau paballeballe."
Nakanamo Abu Bakkarak ri Mubassiran, "Kungaimi antu
tangaraknu."
Akkana tossengi Abu Jahelek mange ri Mubassiran siagang Abu Bakkarak, "Teako Muhammad suro ka bakleannaji antu
sailang romanga nammaliammo, nasabak teai tau kamma antu
Muhammad maka lampabattui suraka. Apa tasirikako punna ri
tannganai aganga nammaliang." Apaji na nakanamo Mubassiran, "Taikauami antu mae
kujampangi, kupilanngeri, Muhammad tau nikatutui ri Allahu Taala, na nisarearamo suraka Muhammad. Apaji na nallemo suraka, naklumpak naik ri untana Muhammad naklampa. Nabattumo antakle i bakleang romanga nabattu takdok-dok Muhammad tanakulleami napaillak matanna, natakrosak-rosakmo i rate ri untana. Apaji natinromo i rate ri untana, nabattumo
Iballisik anrenrengi untana Muhammad mange ri agang salaya. Na nakanamo Allahu Taala' "Alam yadidka yatimaa faawa, wa
wajadaka dallan fabada, battuanna antu; tenake nagappako makukang
na nampa najagaiko, siagang nagappako sangkamma tau pusa, na natiroangko.
Nakana pole karaeng Allahu Taala, "O, Jiboraelek, lintakko
naung na ri tunikamaseangku Muhammad erngai mange ri agang malambusuka, mange ri Makka." Nakana pole karaeng Allahu Taala, "O. Muhammad,
teako kapakrisangi patua-tuainna Araka siagang ummaknu ri
170
kau, anggaukaiiga gauk pannyala ri kau, ampinawangai hawa napassunna, Allahu Taala sallang ambalasaki ri allo kiamakpi
sallang nakusessai, ia-iannamo tau anggaukangi passuroannu,. riisarei ri Allahu Taala agang malambusuk siagang pahala siagang hidayah.
Napunna sallang kusesai tau annyalaya ri kau kupantamai ri naraka tuju pulo taung i lalang kedorakanna. Naia tosseng tau
mateppaka ri kau kusarcangi agang maiambusuka mange ri suruga. Apaji nakjappamo untana Muhammad mange ri butta Makka na nakanamo Allahu Taala ri malaekak antakgalakai urakna buttaya, i^intu Mikailu,"Besoki urakna buttaya."
Apaji na nabesokmo urakna buttaya malaekaka. Naia lalangang sibulanga, sitannga bulammami. Naia lalangang sampulo alloa, ruangallo mami.
Naia Muhammad sialloji nabattu mange ri butta Makka na nakanamo Allahu Taala. "Wa wajadaka dallan fahada, wa wajadaka ailan faafgna, battuanna, siagang nagappako karaennu sangkamma tau pusa, na natiroangko, siagang nagappako karaennu sangkamma tau kakuraiigang, na napasagenaiko. Naia battunamo Muhammad mange ri butta Makka, tulusukmi
mange ri ballakna Hatija. Nakanamo Hatija angkanaya ri sanngatanna, "Assuluk ngasengko tunggak-tunggalak agang anjagai Muhammad.
Napunna nucinikmo Muhammad lintakmako mae pauangak. Naiaiannamo riole mae ampuangak kupalappasaki maradeka." Nakana ngasemmo anjo atanna Hatija nasuroa angkanaya, "Sallonamo taua mange danggang ri Banuasang natena niakka nakkana kamma ri katte karaena Hatija."
171
Nakanamo Hatija kananna, "Kamma tojengi antu kananmu ngaseng, mingka nampa tommi niak tunikamaseanna karaeng Allahu Taala mange akdanggang siagang ngaseng antu padanggangku.
Apaji natakmurirao sikamma sanngatanna ia nasuroa. Nassulukmo ri aganga anjagani Muhammad. Naia ri wattu
niaknamo nacinik unta battu sikayu bajik dudu tappana, apaji naia ambaninamo nacinikmi Muhammad i rate ri unt^na,
apaji namassing larimo antama ri ballakna karaenna, Hatija ampauangi. Battuui antama nakanamo, "0, karaengku, niak
tojemmi battu Muhammad, kale-kalennaji kucinik, barang niak kareba naerang. Apaji napparri-parrimo Hatija ansuro buntuli Muhammad.
Naia Hatija attannami pakkallik rawa, naklaparak tommo tapperek paramadani nalanri napakatinggina Muhammad.
Apaji natulusukmo Muhammad mange ri ballakna Hatija. Apaji na nacinikmo rupanna Muhammad masingarakangangi pole narioloa.
Na nasungkemo suraka Hatija na nampa nabaca, niak ngasengi napantama Mubassiran bicaranna padangganna siagang kamukjisakanna Muhammad siagang patua-tuanna Araka ri Muhammad. Nakana Allahu Taala, "Sakbarrangi antu patua-tuainna Araka ri kau."
Lekbaki nabaca anjo suraka Hatija nakanamo, "O, karaengku Muhammad, lammantammakik iareka lammoterang injakik mange anjoreng."
Nappiwalimo Muhammad angkana, "Lamange injak ri Mubassiran antu."
Ill
Apaji nakalennamo Hatija anngalle karattasak siagang dawak, nakaienna antu anngukirik surak mange ri Mubassiran, anak kodana. Lekbaki naukirik napadongkokimi cak bate limanna
na nampa nasareangi Muhammad anjo suraka lanaerang mange ri Mubassiran.
Lekbaki appalak kanami Muhammad ri Hatija na nampa aklampa naung ri buttaya. Battui naung nalumpakimi untana na naik na nampa napalari. Naia tanngalonamo alloa battumi Muhammad mange ri empoanna Mubassiran. Na nampai napassaniasa ewanganna
tau jaia na niakmo Muhammad nasabak paklalangang tallunngalloa bellana, Muhammad tagannakaji siallo nalalangi nabattumo ri mangemangeanna antu.
Nakanamo Abu Bakkarak kananna, "Kukana memnaja nakke
antu Muhammad tau uikamaseaug ri Allahu Taala, tau nipakalakbirikna Allahu Taala"
Naia
Abu
Jahelek
kammaya
tompa
Abu
Lahabo
tammariami akmoro-moro aggamunte, kammai niciiiik tappana barak
laruntunga i lauk cinikanna. Lekbaki aklampa ngasemmi tau jaia natallu allo tallu banngi nampa battu ngasengi ri butta Makka. Naia Muhammad aklampa tommi siagang Mubassiran. Naia ri wattu battunamo Muhammad ri ballakna Hatija, apa sallo-salloi
appalak kanami Muhammad nammaliang mange ri ballakn-a Abu Talibo.
Nasiapa arei sallona battuna akdanggang Muhammad natenapa nisareangi gunanna Muhammad. Nakanamo Abu Talibo, "O, anrikku Atika, sallo-sallopi numange anngadak nasaba jai injim
napsilolongang iareka narekeng Hatija, nasabak barang aksakbu-
173
sakbu napasilolongang. Nakana pakmaikku, tena nakaluppai Hatija gunanna Muhammad nasabak masahoroki kalaboanna Hatija ri tumakkaya, ri Araka, ri taua, ri kapereka, ri isilanga, siagang ri misikinga.
Apaji nammoterekmo Atika mange ri ballakna. Tasalo-salldi
niaki seng battu ri Abu Talibo erok lamange ri Hatija. Nakanamo Abu Talibo, "Ikauja antu ia, Andik, mangemakd pale, mingka punna battuko mange ri ballakna Hatija, tea laloko naikau appariolo. lapa amparioloiko nampako akkana. Apaji naia lekbakkanmo nipauang Atika ri Abu Talibo
appalak kanami naklampa mange ri ballakna Hatija. Nairawa inji Atika ri buttaya na nicinikmo ri Hatija natulusukmo mange ri ampikna Hatija ammempo. Rapaki empdna, nakanamd Hatija ri Atika, "O, anrdngkd Atika, apa are kutaeng parallluta nakiaiak battu mac."
Appiwalimi Atika angkana, "Nakkuk duduak ri kau anak, nakumange akkdsiang ri kau." .
Nakanamo Hatija, "Kuassenji antu kikunjungia, iami antu gunana Muhammad, tena niakkaja kukaluppai bakukna battu danggang Muhammad. Sinampeppa inakkepa ansuro erangangi Muhammad, gajina.
Nakanamo Atika, "Rannu dudumak antu allanngereki palek punna niakja panngamaseannu ri Muhammad."
Apaji nappalak kanamo Atika ri Hatija nammoterek mange
174
ri ballakna Abu Talibo. Na napauang sikamma kana-kananna Hatija. Namarannu dudu tommo atinna Abu Talibo allanngereki kananna Atika.
Lekbaki siapa arei sallona nitayang natenapa nasuro erangi Hatija gunanna Muhammad. Na kanamo Atika ri Abu Talibo, "Sallo-sallomi
anne
Hatija natenapa nasuro erangangi Hatija gunana Muhammad. Nakana pole Atika ri Abu Talibo, "Anjo Hatija ri pituaku kamma-kammai kucuniki tuniak rahasia taccokkona erok
napasuluk, mingka sirik-siriki. Mingka nanromak kamma mange aringagangi sicinik sikalipa pole barang kugappaji rahasiana Hatija."
Nakanamo Atika ri Abu Talibo, "O, Kakangku, kiajarimak
antekamma caraku maka ansungkei rahasiona taccokkona Hatija." Nakanamo Abu Talibo, "Ka kakdek buraknei inakkepa mange,
anjoka kabaine jari tena nakunngasseng anngajariko. Mingka ikau tommo amboyangi cara antekamma batenu nakkulle tassungke rahasia taccokkona Hatija."
Apaji happalak kanamo Atika ri Abu Talibo na mange ri ballakna Hatija. Naia ri wattu battunamo ri ballakna narapikang lekbaki i rate ri kadera bulaenna. Nasikalinna nacinik Atika i rawa ri sapanaya, ammentemmi naik Hatija ambuntuli Atika na nakiyok mange ammempo ri ampikna antu. Akkutaknammi Hatijah ri Atika angkana,"Apa areka kutadeng
paralluta nakiniak kamma anne mae."
175
Appibalimi Atika angkana, "lami anne paralluku nakubattu mae ri kau, anak karaeng, anne kupakkutaknangang ri kau anteji kamma anne gunanna Muhammad nasabak sallomi kutayang nataena nusuri erangi, barang nukaluppaimi kutaeng, anakku Hatija. lammi
anne liakubattu ampakaingkangko, anak." Nakanamo Hatija angkana, "O, ayaku Atika, antu gunanna Muhammad niak inji ri nakke, tenaja nakukalupai. Niappa sallang
erok kigaukang nakusareangkik."
Nakanamo Atika angkana, "O. anakku Hatija, erokma
kusakring ampakboyangi baine natenapa doikku, iiatenapa maka ri seseku kurannuang kubalanja pasangalinna antu gunanna Muhammad."
Naia nalanngereknamo Hatija kananna Atika nalarro
dudumo nasakring pakmaikna Hatija, ja memang matanna, eja memang rupanna Hatija napakamma larro allanngereki kan.^na Atika.
Nakanamo Hatija ri Atika "Takuharusanngai barang-rbarangku napakbaineang Muhammad." Naia nalanngerekna Atiita takkajannakmi Atika allanngereki kananna Hatija. Tenamo kamma susana pakmaikna.
Nakanamo Atika, larro dudui kutadeng Hatija ri nakke.
Apaji na numeramo Atika masarro dudu nampa nakana, "Teak laloko pilanngeri kanangku, ka tau pongorokkak, ka tan linguak, jaiji anak anging mammirik nupammelakki, luarakji tamparanga nupammelakki, nupallabui. Napunna niak kanangku tasiratang tanunga, pammopporang mamak, anak kaanjo akkalakku
176
sia-sia kulanri tenana sekre ri nakke angkaniakkiak, nakuerok dudu
tommo ampakboyangi pakbaineang Muhammad, natau kasi asi, taena naronna, taena manggena. Naia morotakbakna Muhammad
taena sangkammanna nasabak anak cucunnai Haseng, cucu kalenna Abadulo Muttalibo, karaenna sikamma Araka, naia bansana bansa
Kuraisik. Naiajia tamaka-makai kasiasiku, niak kugappa ri barikbasaka, tena ri karaenga.
Apaji naia nalanngerekna Hatija kananna Atika, numerami Hatija allanngereki kananna Atika, na nakana, "O. Atika, tamaka-
makai antu ri pakmaikku Muhammad. Kuassenji antu kalakbiranna Muhammad, aminullahi.
Apaji nateknemo pakmaikna Atika allanngereki kananna Hatija, na nakana, "Keremo kana kupabattu ri manggena, ri Abu Talibo,
sabak antu ikau siapami tau ampassuroiko nutea akburakne, parannu tommi .karaeng,tukalumannyang tommi nutea inja akburakne, kodika nupakasirikji manggenu antu Abu Talib punna tanupakamma kanannu
antu. Inakke sallang nakana paballe-balle, inakke sallang nupaballeballei todong ri anne passalaka.
Apaji na nakanao Hatija, "Kamma tojengi kannata antu. Akbilangammi tau erok ri nakke namanna kamma jarung taniak erokku akburakne, na Muhammad-pa kucinik nanampa nasungkeangak
Allahu Taaia erokku. Napunna tatappakkako kusumpai kalengku ri karaenna Kabbaya, nataena nakusallo nakumate. Nakanamo Atika ri pakmaikna, "Napunna napinra kananna Hatija matei nasabak nasumpai kalenna antu." Nakana pole Hatija, "O, anrongku Atika, pilanngeri
177
kanangku punna tena manggena Muhammad, inakke niak
manggeku, naia barang-barangku kupannyombang ngasengi mange ri Muhammad, aminullahi, karaengkui ri lino tulusuk mange ri Muhammad, aminullahi, karaengkui ri lino tulusuk mange ri Aherak.
Na anne sanggenna kana-kanangku pabattuang ngasengi manggeku Abu Talibo."
Lekbaki appalak kanami Atika nammaliang mangeii ri ballakna Abu Talibo. Na sanggena kana-kanna Hatija napabettuang ngasengi Atika Abu Talibo.
Naia ri wattu nalanngereknamo sikamma kana-kananna Hatija
apaji narannu dudumo atinna Abu Talibo. Na nakanamo Abu Talibo, "Kere arepi sallang allo nakissekre-sekre sipammanakang anngamaseanga ri Muhammad. Bajikmakik apparurunakimange assuro ri manggena Hatija.
Passalak. Nipaletteki seng anne pau-pauanga mange ri Abu Jahelek.
Niak sekre allo nanaung Muhammad ri binangaya kale-kalenna nasibuntulukrao Abu Jahelek kale-kalenna todong. Na nakanamo
Abu Jahelek, "O, Muhammad, sallo dudumako kuantalai kinampamo assibuntuluk rua-rua, maemako nakiklaga inakkesa antakgalaki
bonggannu nakupatunrung naung ri buttaya. Nakanamo Muhammad, "O, Abu Jahelek, punna sallang
aklagakik na nusaurukkak, na nupau ri taua, nakana sallang taua maknassami antu nusaurukna ka anak-anak tau rungka. Napunna inakke ansaurukkok tena memang natappak taua, nakanaji taua tanarapikai nawa-nawa, angkanaya anak-anak
kamma ikau
178
ansauruki Abu Jahelek, nasabak tau lompo nagassing. Kammami
anjo sallang kananna taua ka taena ansakbikik. Punna erok tojenjako aklaga ri tannga parampakik sallang ri tanngana
pammedanganga aklaga na nacinik ngasengkik tau jaia, na niak ansakbikik.
Apaji naammassa dudumo pakmaikna Abu Jahelek allanngereki kana-kananna Muhammad, sangkamma lekbaki kaerig niammea ri jekneka siagang ri pepek akkanrea na nitimbai jeknek
limpurukna
buku-bukunna
allanngereki
kananna
Muhammad antu.
Apaji na nakanamo.Abu Jahelek, "Punna kamma antu pale pattujunna bajikmi, sijanjiki ammembarak nakisibuntuluk." Apaji napara ammaliammo mange ri ballakna. Battui Muhammad mange ri ballakna Abu Talibo napaung ngasemmi
pattujunna Abu Jahelek. Nasanggenna kana-kananna Muhammad ri Abu Jahelek napauang ngaseng tommi Abu Talibo siagang passijanjianna antu.
Naia nalanngereknamb Abu Talibo numerami allanngereki
siagang Atika. Anngarruk ngasemmi Abu Bakkarak siagang Abbasak. Naia nalanngerekna Hatija anngarruk tongi antu. Nasakgenna bijanna
Muhammad battu ngasemmi antimporongi Muhammad ri ballakna Abu Talibo, pacce ngasemmi pakmaikna allanngereki nalanri erokna
aklaga siagang Abu Jahelek. Apaji na napassekre ngaseng tommo bija pammanakanna Abu Jehelek sakgenna ia todong naaganga akjulu pakmaik akjulu panggappa. Muhammad kamma todong. Naanjo Atika napassekre
179
ngaseng tommi tupanritaya siagang seheya, sanroa, takbika nappilajarakmo kagassingang ia ngaseng aganna Muhammad. Niakmo
ansarei jamarrok, bulaeng tiknolk, bulaeng mata, nappilajarakmo kagassingang ri anrong gurunna.
Naia
tosseng
nalanngereknamc
Hatija
angkanaya
laklagai Muhammad siagang Abu Jaheiek, assuromi Hatija mange ri Abu Jaheiek angkana,ri tujuapi kaerokkak mange accinik-
cinik nasabak lassuro parekkak malige. Inakkepa ansuro tangkasi
pammedanganga napammentengia aklaga Muhammad siagang Abu Jaheiek.
Nakanamo Abu Jaheiek, "Rannu dudumak antu punha
pale
nakana niaki Hatija mange acccinik-cinik sallang,
nasabak eroki assure apparek malige. Nakanamo Abu Jehelek ri surona Hatija, "Pauangi angkana
rannu dudumi antu bedeng Abu Jaheiek kana-kana niak tommi sallang anciniki kagassingangku siagang ansakbiak. Naia nalanngereknamo Hatija kananna Abu Jaheiek
assure pasammi mange ri Abu Talibo angkana, "Inakkepa ampipakei Muhammad napunna lamangemi aklaga siagang Abu Jaheiek.
Naanjo sik^mma pakeanna Muhammad inakke ngaseng tanggonganna nasabak kukasirikangi nipetompokiang pakeanna Muhammad ri Abu Jaheiek."
Apaji narannu dudumo Abu Talibo allanngereki kananna Hatija antu.
Lekbaki kamma anjo nisuro erangammi Muhammad ri Hatija
pakeang mange aklaga siagang Abu Jaheiek. Naanjo pakeanna Muhammad lekbak ngasemmi nisapui minnyak-minnyak kasaturi ri Hatija pappakatekne.
180
Apaji na nisuro tangkasimo pammedanganga na nilaparni tapperek paramadani tuju lonjokna napammentengia aklaga Muhammad siagang Abu Jahelek. Na nilaparrimo tapperek sainul barriati, tapperek sunduseng. Naanjo pammedanganga lekbaknamo nipakabajik siagang lekbakna tommo maligena Hatija, apaji na nisuro tunrummo ganranga siagang sikamma anu maksakra-sakraya.
Naia anjo Abu Jahelek taenamo kamma gegerekna sakranna
nitunrummi ganranga siagang sikamma anu maksakra-sakrayana napakemo Abu Jahelek pakeang lakbirikna na matannamami
kacinikang napakamma bulaeng tiknok, bulaeng mata, jamarok, rakna mutumanikang. Na naummo ri buttaya Abu Jahelek. Battui
naung nitakgalakmi limanna ri pammanakanna na nirenreng ri paranna trau akjulu pakmaik. Nakanamo Abu Jahelek, "Apa tommo anjo napake Muhammad, kere tommi anjo mange anngalle pakeang nasabak tau kasiasi dudu. Lamangeji anjo lanasuro kakkali kalenna
ri tau jaia. Apaji»nataniasseng-assengamo gegerekna ngaseng joakna Abu Jahelek na mammakkalak ngasemmo. Appiwalimi kana ngasemmi aganna Abu Jahelek, "Kamma tojengi karaeng kananta antu."
Lekbaki kamma anjo tulusukmi mange Abu Jahelek ri pammedanganga anngantalai Muhammad.
Lekbaki apparuru tommi Muhammad. Napantamami
saluarakna tuju lonjokna, anu alusuk dudu. Lekbaki napantamami baju masserekna alusuk dudu tuju lonjokna, nampa ammake jamarrok, rakna mutumanikang. Apaji nakrinrano singarakna Muhammad. Lekbaki napakemi songkokna tallu lonjok, nanampa napake kosok bangkenna, nibelo-beloi muttiara sagala rupa. Lekbaki
181
napanaikmi makotaya ri ulunna Muhammad nitattaya akok na intang jamarrok
rakna
mutumanikang. Natakkilo-kilomo
nata-
niassengami nicinik singarakna rupanna Muhammad, masingarakangmmi namatanna alloa siagang bulanga, tilui mataya anciniki tappana Muhammad malanri singarakna rupanna pakeanna Muhammad.
Apaji na na nisuro pasakra ngasemmo sikontu anu
masskara-sakraya nalanri kakoasanna Hatija. Apaji nakdengungdengummo sakraya tanenamo kamma mabajikna nilanngerek. Apaji na naummo Muhammad ri buttaya namangemo Abu Talibo ri dallekanna Muhammad, naia ri kananna Abbasak, naia ri jkairinna amirul mukminina Hamja, pahalawan sagala apa-apa, naia ri ri bokona Muhammad, Abu Bakkarak. Na niremba-rembamo antama
ri pammedanganga. Nannenremmo buttaya ri Makka kammai
tulahruntunga langika nalanri jaina tau. Namangemo rammang kebpka allaklangi Muhammad, na nampamo assuluk ri tanngana kotaya ri Makka.
Naia ri
wattu
niaknamo Muhammad nabuakkammi
matanna Abu Jahelek ri Muhammad natakkalannasakmo pakmaikna Abu Jahelek anciniki Muhammad ka natarrusi tau kasiasi dudu, anak kukanna Abu Talibo nasikaliTkalinna bajik dudu pakeanna antu.
Lekbaki kamma anjo mangemi Muhammad sipammentengang Abu Jahelek, nasanggenna tau loloa attoak ngasengi, tau toa buraknea, bainea, anak-anaka i rate ri maligea. Naanne Hatija
nacinikna Muhammad nakanamo, "Ya, Allahu, ya, sayyidi, ya, maulana, ya, rasulallahi, o, karaengku punna annyauruki Muhammad
182
aklaga siagang Abu Jahelek, appakiorokpak bulaeng tiknok, bulaeng mata, intang, jamarrok tallu allo tallu banngi, assidakkapak ri pakkesreka siagang ri misikinga. Na nitarimamo tinjakna .Hatija ri karaeng AUahu Taala.
Apaji natagiokamo Arasak Kurusia siagang Loheng Mahapudo siagang pakkekbukna langika, na nikekbukmo timunganna naraka. Namangemo malaekaka ri dallekanna Allahu Taala, na nakana malaekaka ri karaeng Allahu Taala, "Ya, Allah, ya. Rabbi, ya,
Sayyidi, ya, Maulana, o, Karaengku, apa sabakna nanampa-nampanna tagiok Arasak Kurusia siagang Loheng Mahapudo, natassungke todoflg pakkekbukna langika, natattongkok ngaseng timunganna narakaya." Nakanamo Allahu Taala, "O. malaekakku ikau ngaseng, anne
wattua tunikamaseangku, Muhammad,akbesereki siagang Abu Jahelek.
Eroki aklaga tunikamaseangku, Muhammad." Nakanamo malaekaka iangaseng, "Antemi kamma gaukna tunikamaseanta, Muhammad, nasabak anak-anak inji, tau lolona
Abu Jahelek tau lompo tinggi siagang gassingi." Nakanamo Allahu Taala, "O, Jiboraelek, Mikailu, Isirapelek,
naun^o ri tunikamaseangku, Muhammad, na nukatutui teako pakbeangi
giok." Apaji na naummo Jiboraelek. Lekbaki kamma anjo nakana tommo Hatija, "O, Mubassiran,
mangeko anngallei tapperek paramadaniku, sossorangku ri nakbi Iborahima, ka napasangak toaku napappasangang menangia angkanaya niak antu sallang anak cucungkii rua, sitau nikana Muhammad sitau nikana Abu Jahelek. Napunna niak sallang antabai russak
183
Muhammad, sareangi allaparaki Muhammad." Lekbaki nilapari namassing mangemo ammenteng nassidallekammo Muhammad
siagang Abu Jahelek ia rua ri pammedanganga.
Apaji na nibotorimo, alasiapa-siapa jaina tau botorok bulaeng tiknok, bulaeng mata, intang, jamarrok, rakna mutumanikang, unta, gimbalak, bembe sagala rupami nipakbotoroang ri Muhammad siagang ri Abu Jahelek. Sakgenna pabotoroka aklekbasak-lekbasakmi silimai.
Kammami anjo pabotoroka punna massing lompo pattujunna. Naia sakraya taniassengami nikana-kana, kammamami tulaniamakmo linoa sakranna tau jaia antu.
Nakanamo Abu Jahelek,"O,Muhammad, maemako nakiakklaga tippak nalekbaki."
Appibalimi Muhammad angkana, "Ifcaumo riolo ampakaramulai, lekbappako nampa inakke tosseng." Nakana seng Abu Jahelek, "O, Muhammad, lanuerang keremi mae nyawanu nubolik, manna sisakbu nyawanu talappasaki, lekbak i lalang limangkumi nyawanu." Apaji nakrinrami matanna Muhammad kamma saga matanna sangkammai ularak ammekkoka cinikanna erok ammangei Abu Jahelek antunrungi ulunna. Nakanamo Mubassiran, "O, anrikku Muhammad, sakbarakko riolo, Allahu Taala niaki ri kau."
Lekbaki akbakkami Abu Jahelek antakgalaki limanna Muhammad,
siwali ri kallona siwali ri bongganna. Namangemo Jibofaelek ri kananna Muhammad, mikaelek ri kairinna, Isirapelek ri dallekanna
184
Muhammadi na nitakgalakmo Muhammd ri Abu. Jahelefc erok
nipatappasak. Tenamo gasinna nabolik-bolik Abu Jahelek natanakulleai nabembeng Muhammad. Nassulukmo ceraka ri bawana Abu Jahelek siagang ri kakmurunna siagang ri karekkaremeng limanna sampuloa. Napassuluki ngasengi cerak nasassamo
rupanna Abu Jahelek kamma paja uring leklenna.
bongganna na nakanamo Abu Jahelek, "Ikau tosseng Muhammad, lekbakpako nainakke tosseng." Nakanamo Muhammad, "O. Abu Jahelek, posomako antu
kapang, ingakko kaposomako antappassanga na tanukulleak nupatappasak." Nakanamo Abu Jahelek, "Teako akkana kammai Muhammad
ri dallekanna tau jaia, tenapa kuposo."
Lekbaki mangemi Muhammad antakgalaki bongganna
siagang kallonna Abu Jahelek, na nakanamo Muhanunad, "Subhanallahi, wal hamdulillahi, wala ilaha il lallah, wal Lahu akbar,. wa la
haula wa la kuwwata il la billahil aliyul adim, nanampa napasambila naik ri langika na taenamo niciniki. Nasallo dudumo nitayang
ri manggena natenapa battu Abu Jahelek. Nalanri kammanami anjo nalarimo manggena Abu Jahelek
mange ri Muhammad annyomba na nakana manggena, Abu Jahelek ka tau pongorok, tau lingu. Inaimo pale maka lampammopporangi
punna teai ikau, ka mangge purinannu inji. Barangkammai apa natea sisaklak nyawana na tubunna ha napinra gaukna ri kau karaeng.
185
Alasiapa-siapami jaina pappalece nakanang manggena Abu Jahelek ri Muhammad, apaji na nipammoppporammo ri Muhammad,
na nampa tommmo niak kamma jangang-jangang nicinik naung mae battu rate ri langika. Namangemo Muhammad ampatarai liinanna,
apaji narilimannamo naung ri buttaya Abu Jahelek. Battui naung tepokmi buku irusukna, na niallemo ri manggena na nibarrusuk. Naia nyawana kamma mami bannang-bannang . Lekbaki nibarrusuk
ri manggena lompo-lompomi sikekdek nyawana. Apaji na nibulekbulekmo mange ri ballakna Abu Jahelek. Naia pabotoroka taniassengami
nikana-kana pakgorana siagang gegerekiia, sala laruntungi langika sala lasokboloki buttaya ri Makka,kammai lakiamakmi lirioa napakamma gegerekna tau jaia.
Lekbaki nakanamo Hatija, "O, Mub^ssiran, anngalleko tapp^rek paramadani nakupolei tinjakku."
Apaji nanilaparrimo pammedanganga tapperek paramadani. Lekbaki nilaparri ammentemmi Hatija appakiorok bulaeng tiknok, bulaeng mata tallu allo tallu banngi, na nisuro ngasemmo
pakkereka siagang misikinga nakaliimannyariimo pakkereka siagang misikinga.
Apaji nappalak doammo pakkereka siagang misikinga angkana, "O, karaenna sikamma alanga, pasisurakkang laloi Muhammad siagang Hatija
ri lino tulusuk mange ri aherak.
Lekbaki kamma anjo apimaliammi sikamma tau jaia mange ri ballakna siagang teknena pakmaikna tau ammentenga
ri Muhammad. Naia tau ammentenga ri Abu Jahelek manna sitau
taniak akkana-kana napakamma lannasakna pakmaikna annawa-
186
nawai anjo sumpaleng kajarianga, namassing ammaliang mange ri ballakna.
Naia anjo Hatija tatassalaimi pakmaikna ri Muhammad allo banngi, kammarai tubayo-bayoanga, tenamo nabajik tinrona, tana tommo nabajik annganrea, manna annginunga tabajik tommo nasakring.
Apaji na nasuro kiokmo purinanna Atika. Teno tonja nasallo
niakmi battu Atika. Nai rawa inji ri buttaya nammentemmo Hatija namange ri Atika ambuntuli naik ammempo ri empoanna. Na napautungimo bongga na nabisik-bisikimo Atika na nakana, "O,
ayaku
Atika, bajikkik assure mange ri manggeku nakipauang
angkanaya, bajikangangi punna kipasialle Hatija siagang Muhammad
napunna erokjakik ri nakke." Nakanamo Atika, "O,anakku Hatija, ratei langika tujua lonjokna
rannuku. Allahu Taala mami ahngassengi rannuku allanngereki kanannmu, Anak."
Bajikmakpale appalak kana nakumange ampauangi mangge purinanna Abu Talibo, siagang Abbasak siagang Hamja." Lekbaki kamma anjo akjappami Atika ammoterek ri ballakna Abu Talibo siagang napauang ngaseng tommi sarikbattanna kana-
kananna Hatija. Apaji nassireraimo sipammanakang siagang tau manngaia ri Muhammad.
Nassuromo mange ri manggena Hatija. Naia battunamo
mange suroa ri ballakna manggena Hatija tulusukmi mange
ri dallekanna manggena Hatija, na nakanamo manggena, "Apa
187
antu parallunu niak battu ri nakke sipamraanakang baine burakne, anak-anak tau lolo nampa-nampannu kamma antu." Nappiwalimo suroa angkana, "Kamma tojengi antu kananta,
karaeng. Lekbaki nakanamo suroa, "Sallang doanna jai dudu Abu Talibo ri karaengku siagang Abbasak siagang Hamja siagang ia ngaseng pammanakanna ri karaengku sanggenna bansa Kuraisika naaganga akjulu pakmaik Muhammad. Naanne kunjung parallungkung mae ri karaengku nalanri niakna pakmaik taccokkona Muhammad ri anakku Hatija punna niakja panngamaseanta ri Muhammad, nakipasialle anakku Hatija siagang anakku Muhammad ri bajika napassuroanga Allahu Taala sosoranna nakbi rioloa nakiakjulu angkarannuangi siagang angkatekneangi ikatte ngaseng sipammanakang.
Nasikali-kalinna lekbak nalanngerek ngaseng kananna
tau nisuroa nakanamo manggena Hatija, "Taeroka ampasiallei anakku Hatija siagang Muhammad nasabak tau kasiasi dudu, anak kukanna Abu Talibo, taena anronna taena manggena.
Na anjo anakku Hatija alasiapa-siapami tau ampassuroi, karaeng tommi, tau kalumannyang tommi, nakutea ampakburaknei. Ala iamamo seng anjo anak kukanna Abu Talibo kukaeroki, na anjo Hatija taena memammo ri pakmaikna Hatija.ri Muhammad. Naanjo Muhammad sekreji sipak nakammai nasabak anak cucunnai Haseng bansai Kuraisika, taenamo anjo sitinajanna kamma bulaeng taenamo ugianna. Mingka teaipi kammaya anjo la nilipak la nibaju."
Kammai anjo kanangku ri kau ngaseng, pauang bajiki anringku
188
Abu Talibo' siagang Abbasak siagang Hamja, tea mami anngapaapai pakmaikna. Pabattuang mamak sallangku jai dudu na nupauang
angkanaya, "Taerokai ri Muhammad. Accinikkik ri maraengannaya nakiakjulu angkarannuangi, angkatekneeangi."
Lekbaki kamma anjo appalak kanami suroa nammaliang mange ri ballakna Abu Talibo. Naia battuna mange ri ballakna Abu Talibo nipauang ngasemmi kana-kananna anjo manggena Hatija, napauang ngaseng tommi sisarikbattang.
Nakanamo Abu Talibo, "O, Atika, bajikko mange angkanakanangi Hatija sanggenna kana-kananna manggena, pauang ngasengi haia mami appikkirik i lalang ri pakmaikna, nakere-kere narapik ri timbanganna iamo nagaukang."
Lekbaki aklampami Atika mange ri ballakna Hatija. Battui mange nicinikmi ri Hatija. Ammentemmi Hatija ambuntuli ri tukakna na naerang naik mange ammempo ri ampoanna. Apaji na napabattuang ngasemmo kana-kananna manggena ri Hatija. Naia nalanngerfekna Hatija nalannasak dudumo allanngereki kahanna manggena.
Apaji nakanamo Hatija,"Ammonokmakik rolo mange ri ballatta
nakunawa-nawai, nakere-kere sallang nakaerokang Allahu Taala iami antu anjari, nakuppikkirik todong. Nataeena tonja nasallo nanggapamo pikkiriang, na nasuro kiokmo pole Atika. Apaji nabattumo Atika ri ballakna
Hatija, nakanamo Hatija,"O, ayaku Atika, iaminne. kukiokangkik, erokkak appakkakdok tau sisakbu nasabak adakna mema ngi taua ri Makka iapa na nikana kalumannyang punna appakanrei tau
189
tassisakbu tassibulang. Naritalluamo arine nakuerok appakakdok.
Napunna sallang assekremo tau jaia, nalekbakmo annganre mannginung assuromakik mange ri manggeku."
Lekbaki kamma anjo mangerai Atika ri ballakna. Na anne
Hatija assure polommi gimbalak siagang bembe. Lekbaki sadiami assuromi Hamja assuro buntuli ngasengi taua ri Makka sisakbu. Apaji nabattu ngasemmo taua annganre mannginung. Manggena siagang pammanakanna, bija-bijanna teaya ri Muhammad napakanre ngasengi anu mammengo. Namanggena Hatija sarrona bengona nakaluppaimi kalenna.
Lekbaki mangemi surona Abu Talibo mange ri manggena
Hatija. Naia battuna mange surona Abu Talibo nakanamo manggena, "Apa nukunjungi nuniak kamma anne mae."
Mappiwaiimi suroa angkana, "laji kunjung kuniak kamma anne mae nasabak passuroanna Abu Talibo mange ri
katte karaeng, Muhammad niak pakmaikna taccokkona ri karaengku Hatija. Eroki nipadongkok ri bajika napassuroanga Allahu T^la, sosoranna ri nakbi rioloa ia ngaseng, nakikamaseang lalo Muhammad,
aminnilahi^ nakipasiempoang anatta Hatija nakiakjulu nakikatekneangi Muhammad."
Lekbaki nakanamo manggena Hatija, "Rannu dudumak antu allanngereki kananna Abu Talibo nasabak kukamaseang
antu Muhammad nasabak'^lasiapa-siapami ampassuroi nakutea,
mingka Muhammad kukamaseang dudui. Naiajia manna nakamma mamo anjo kanangku kukutaknang tonji riolo anakku, Hatija ri erikna siagang ri teana.
190
Apaji na naciniknamo anakna nakkutaknaipmo na nakana, "O, anakku Hatija niak anne bajik ambattuiko, ansero kanako ri bajika ia napassuroanga Allahu Taala, sossoranta ri nakbi rioloa.
Siapami tau ampassuroiko nakutea nasabak ikau tena todong nuerok mingka anne karama-kamma niakmo, kungaimi inakke. Naia ikau ante tossengi kamma eroknu, Anak"
Nakanamo Hatija, "O, manggeku, anne inakke kutambummi
kalengku ri katte nalanri erokna Allahu Taala, apa-apa erotta, apa gautta ri nakke ia tommi kupinawang."
Nakanamo manggena Hatija siagang napauanna tau
nisurca ri Abu Talibo angkana, "Ainmaliammako mange ri Abu Talibo na nupabattuangak sallang doangku ri Abu Talibo
jai dudu. Naiapa nukanangi antu kanaya rua tallupi tau ammempo-mempo na nampa nupasuluk angkanaya, jari antu
Muhammad akbajuammi siagang Hatija. Taenamo anne
kamma sambajikna punna ikatte todong sipammanakang siagang tinggina morotakbakna ikatte todong ri butta Makka, sibutta Arak. Temami anngapa-apai pakmaikna sanggenha lekbaka assuro ri Hatija nasabak cucunna Haseng siagang cucuna Abadulo Muttalibo, bansa Kuraisik. Ia tommi antu Muhammad nikana
nakbi ahiri samang, ammonokmako rolong bulang ammiimbayapi sallang nakikpakbunting."
Lekbaki ammonokmi suroa. Battui mange ri Abu Talibo napauang ngasemmi sikamma kananna manggena Hatija. Apaji narannu dudumo
Abu Talibo allanngereki kananna suroa kammaya tompa pole Abbasak siagang Hamja. Lekbaki assekre ngasemmi appak sisarikbattang natena tommo kamma kasiasina antu.
191
Naanjo Hatija tau kalumannyang dudu. Sakgenna pakeanna manggena nasapui ngasengi bau-bauang siagang nabakraki tommi kalenna bakrak kamma kasaturi rasanna pappakatekne,
nasabak adakna taua kamma memangi ri Makka punna niak
ampassuroi anakna,.napunna sitappukimo nasapuimi manggena baubauang.
Lekbaki kamma anjo ammaliammi Hatija mange ri ballakna. Battui mange ri ballakna mangemi tinro-tinro. Naia anjo sumpaleng manggena leknamo nibau-bauangi mange tommi tinro. Naia ri wattu annyakrinnamo manggena battu ri tinrona
narakmi pakeanna siagang kale-kalenna bank dudu, nalarro dudumo
manggena. Apaji namangemo ri ballakna anakna, Hatija; Battui mange nakiokmi anakna na nakana, "Inai tau ampassuroiko, e, anakku Hatija."
Nakanamo
Hatija,
"Anjoka
nainakke kikutaknang,
naikatte tonja sumpaleng sipappau suroa, surona Abu Talibo niak ngasengi paranta karak-karaeng ammempo ansakbiki nakikana Muhammad eroki kianakkang rilino tulusuk mange ri aherak. Nakitarimamo kananna suroa, erokkak kipasiempoang
Muhammad. Apaji nakikutaknangak nakupaumo ri katte angkanaya, "Kutambummi kalengku ri katte iamo kikana bajik iamo kuturuki, nalekbak kipassareammak nabaianeang Muhammad aminullahi.
Nakanamo manggena,"Taerokak ampassareangko nabaineang Muhammad, anak kukanna Abu Talibo, ka tau kasiasi dudu taena
niak sekrre kupaccinikiangi."
192
Nakanamo Hatija, "O, raanggeku, tasirikakik ri paranta karak-
karaeng. Nakana sallang taua, tau tasiratang nilakgalak paunnariasekre karaeng lompo. Lekbaki ammiyo nagiling sedeng tea. Nakakdek inakke karaeng sirikkak ampinrai kanangku ia lekbaka kupasuluk ri bawaku nalanngerek ngaseng taua. kakdek inakke, bajikangami matea na nikanaya balle-balle."
Nakanamo raanggena Hatija, "Kamma tojengi antu kananna anak, kungai dudumi antu tangaraknu. Bajikangammami nipapparekang sabak naia naparek tete natanjari. Kippappalaki sunrang jai-jai ia tana kullea nabone,naia sallang naparek sabak natanjaria. Kerei mae anngalle nasabak tau kasiasi dudu antu."
Nakanamo Hatija ri manggenak, "O, karaengku, kungai dudumi antu pikkiranta. Apalakkik sunrang jai dudu, sisakbu, rua sakbu, manna inakke tena tonga,nakuerok ri Muhammad.
Ri wattu ammotereknamo manggena mange ri ballakna, assuro lantikmi Hatija kasurok masannak kapalakna. Lekbaki
niparek nibelo-beioimi intang, jamarrok, rakna mutumanikang. Alasiapa-siapai jaina pakkallik nasuro jaik Hatija niaki tuju puio runtunganna. Naia paklunganna taniassengami nikana-kana jaina nasuro parek siagang nibelo-belona intang jamarrok, rakna
mutumanikang, assuro jaik tommi pakeang patampulo rupanna. Lekbaki nasuro parek nasuro erang cokkomi Hatija mange ri ballakna Abu Talibo. Nakana kananna, "lami anne bedeng pakeang nasuro erangangkik karaengku Hatijah. Nakellai napake bunting Muhammad, aminullahi."
Lekbaki taenamo kamma rannuna Abu Talibo. Lekbaki nasuro
kiok ngasemmi sikamma pammanakanna Abu Talibo naganga akjulu
193
panngappa, anngamaseanga ri Muhammad, aminullahi.
Naia ri wattu assekrena ngasemmo pammanakanna Muhammad
assuromi mange ri manggena Hatija angkana siapayapi na nipanaikangi sunrang.
Nakanamo manggena Hatija, "Bajikmi, sagantujuna pammumba bulang sabang na nuppanaik todong sunranna Hatija jaina sisakbu
dinarak napunna tanukullea nubone iami nuparek tete natanjari. Kana-kanangi Abu Talibo sipammanakang."
Lekbaki kamma anjo appalak kanami suroa. Nakana pole manggena Hatija, "Kere tongi mae anngalle Abu Talibo sangganna kupalaka, na tau kasiasi dudu. "
Nakana pole manggena Hatija ri anakna Hatija, "Barang kammai apa natanjari sikamma anjo kupappalakianngai ka tau kasiasi dudu." Nakana pole,
Nakanamo Hatija, "O. raanggeku, o, karaengku, kungai dudumi antu kananta ri surona Abu Talibo nasabak ikatte sikali tea inakke
pissibilangang napunna tanaturukiannga kananta.
Apaji nammaliammo mange ri ballakna .Abu Talibo anjo tau nisuroa. Na napabattu ngasemmi kana-kananna anjo manggena Hatija ri Abu Talibo. Apaji na numera ngasemmo sipammanakang nalanngerekna kananna manggena Hatija.
Nakanamo Abu Talibo, "Manna mange ngasengkik sipammanakang napassunrangang Muhammad taenapa bayang gannak anjo napakkanaia manggena Hatija.
Lekbaki nataklanngerammi Hatija paknumeranna Abu
194
Talibo sisarikbattang, sipamraanakang. Apaji na nisuro kiokmo
Atika ri Hatija, naniakmo battu Atika. Na irawa inji ri buttaya,
ria' niijuntliiimo naik ri Hatija, na nirenreng naik ri ballakna natiilusuk naik ri kadera bulaenna. Naia ri wattu rapaknamo empona nibisik-bisikimi Atika ri Hatija angkana. "Apa kirerai sipammanakang."
Nakanamo Atika. "lami anjo kurerai sipammanakang
nasabaic napappalakiak passunrang jai dudu manggenu. Na nakana pakmaikku manna mange ngasengak sipammanakang tagannakapi iai.napalaka manggenu, passunranga. lami anjo kunumera ka
nakana- imanggenu punna tanukullea nubone ia tommi naparek tete natanjari." Nakanamo Hatija, "O, anrongku Atika, bajikkik mange
angkana-kanangi manggeku Abu Talibo angkanaya, "Talakbusapi sekre bone gakdongku ri anu napalaka manggeku. Teako kasusangi inakkepa ansuro erangangkik mange sinamperek
nakusuro erangangkik sikamma napalaka manggeku. Inakke tanggonganna."
Apaji naia nalanngereknamo Atika kana-kananna Hatija, taenamo kamttla- i-£innuna pakmaikna allanngereki kananna Hatija.
Nakana pole Hatija, "Napunna sallang niak ngasengi barang-baranga kusuro erangangkik na nakana taua, anngapai
najai kamma barang-barang. Akkanamakik nampai nisareang gunanna ' Muhammad . battuna danggang ri Butta Banuasang. Natakmurimo Hatija allanngereki kananna ngaseng Hatija antu.
195
Lekbaki appalak kanami Atika namange ri ballakna Abu
Talibo. Naia battunamo mange ri Abu Talibo napauang ngasemmi kana-kananna Hatija. Apaji nataklalomo rannuna rannuna Abu Talibo sisarikbattang, sipammanakang.
Apaji nariwattu lekbaknano kamma anjo nasuro hiritta-
lammi sikamma bija pammanakanna. Naia ri wattu narapiknamo allo .napappanaikanga sunrang, battu ngasemmi sikamma cucunna Haseng naganga akjulu pakmaik Muhammad.
Apaji na niak tommo nasuro erang Hatija passunranga sakgenna napalaka manggena. Apaji narannu dudumo sakgenna tau niaka ammempo-mempo ancinikai anjo.
Naia Hatija appaksekre tommi tau, nasakgenna tau ailanngerokai birittana niak ngaseng tommo battu. Apaji nattunu sapimo, nattunu gimbalakmo, nattunu bembemo taniassengami nikana-kana jaina tau, Allahu Taalaji anngassengi antu. Nabattu ngasemmo taua accinikcinik, niak ngasemmi rupanna bansaya, niakmi Massereka, niakmi
bansa Ronga, niakmi Bagadaka, niakmi Hindia, battumi Araka, battumi Hadaramaoka. Tuning ngasemmi taua i raya i lauk, timborok, awwarak, sangkammai tularuntung buttaya napakamma jaina tau attuning.
Naia ri wattu sadianamo passunranga, niantarakmi mange ri ballakna manggena Hatija. Nierang nagasemmi sikamma napalaka manggena Hatija, manna sekre taniak kuranna, ia napakkanaia manggena Hatija, ringgik bulaeng, rupia bulaeng, dinarak, kasaturi, kammaya tompa ri maraenganna. Naia battunamo mange ri ballakna manggena Hatijah, nakanamo manggena, "Erangangka mae .ri
dallekangku kueiniki, kuparessai, nakalennamo karaenga ansungkei
196
na nampa nabilang namanna sikekdek taniak kuranna ri ia napalaka manggena Hatija.
Apaji nammenggong-menggong mamo manggena Hatija anciniki barang-baranga, na nakanamo ri tau jaia ngaseng,
"Siganrai pale erok kamma Muhammad ri Hatija ka tau kalumannyang dudu pale Abu Talibo, nacokkonaji kakalumannyanganna siapaya sallona. Ia memang tommi Muhammad kuminasai amburakneangi anakku Hatija. Nakakdek kuteai pale Muhammad kusassalak lompomi nakke kalengku.
Apaji nakamuri-murimo tau jaia allanngereki kananna manggena
Hatija. Nakana pole manggena,"Tena tau kamma Abu Talibo appanaik sunrang. Na anjo gassing punna nitannangang tau sisakbu, limambilanganji napalak napanaik, mingka Abu Talibo, tena. Apaapa nipalak nakadoi."
Lekbaki kamma anjo appalak kana ngasemmi taua nammaliammo mange ri ballak-ballakna Abu Talibo. Apaji na napauang ngasemmo kana kananna manggena Hatija, nammakkalak ngasemmo sikamma
tau jaia allanngerekai kananna manggena Hatija antu. Naia ri
wattu
gannanknamo tallu
allo lekbakna
appanaik passunrang, susa dudumi pakmaikna Abu Talibo angkanaya apammo anne kusareangi Hatija namanna silawarak lipak bajik taniak todong.
Nakanamo Abu Talibo ri Muhammad,"E, Muhammad mangemako
ri passarikbattangannu appalak tulung"
Apaji na anne Muhammad aklampami mange ri
197
passarikbattanganna. Na naummo ri buttaya akgarukgusuk jeknek matanna Muhammad. Naia rasanna jeknek matanna Muhammad sakgenna naattikia akrasa kasaturi ngaseng, battu lalanga ri suruga. Naanne Muhammad nawawa-nawaimi ri atinna
angkanaya, rewasa mangeku akdanggang ri Banuasang majai sikali tau angkabirisiak. Abu Bakkarakji bawang anngamaseang ri nafcke. Bajikangang punna Abu Bakkarak kumangei kapang. Apaji nasitabang tongi anjo wattua ammempo-mempona Abu Bakkarak ri kaderana. Nabella inji na nacinikmo Muhammad. Na naummo ammenteng ri buttaya na nakana Abu Bakkarak angkana,
"O, karaengku, punna naonjokmamo ballakku Muhammad appasulukkak maradeka anak rara sampulo ia nampaya attimbo susunna kupasidakkangi mange ri pakkereka, kupalipakki tau kasiasia sibilangahg. Naia ri wattu ambaninamo larimi Abu Bakkarak mange ri Muhammad na natakgalak limanna na nakana, "O, karaengku Muhammad, lakereki mae."
Nakanamo Muhammad, "Ikauji lakukunjungi lamangeak ri ballatta. Apaji na nirenremmo Muhammad naik ri ballakna Abu
Bakkarak. Battui naik nipaempomi ri tapperek paramadani, na nipuji-pujimo Muhammad.
Lekbaki nakanamo Muhammad,"Kiassenji angkana tallu banngimi lekbakna naik passunrangku."
Nappiwalimo Abu Bakkarak angkana, "Kulanngerekiji karaeng karebana nataklalomo rannuku allanngereki."
Nakanamo Muhammad, "lami anne na nasuroak manggeku Abu Talibo mae ri katte, karaeng, kisare laloak bedeng lipak
198
bajitta manna silawarakja ribokopi sallang nabayarak antu." Naia nalanngerekna Abu Bakkarak kananna Muhammad numerami masarro dudu na nakana "0, karaengku Muhammad,
makalipak silawarak kupiballiangkik, ka nampako kucinik na nakana pakmaikku, punna naonjokmamo ballaku Muhammad
allappassampak maradeka sampolo anak rara nampaya attimbo susunna kupassidakkang mange ri pakkereka, sibilangang kupalipakki tau kasiasi dudua. lami anjo kupakkutaknangang ri kau niakja
paedana ri nakke." Nakanamo Muhammad,"O, Abu Bakkarak, antu passidakkaya
nalaklangi patannaya passidakka, Narannu dudumo Abu Bakkarak allanngereki kananna Muhammad. Nakanamo Abu Bakkarak, "Ammaliampi karaengku ri ballakna ka nakana sallang sarikbattangku Abu Talibo niak
tojeng nagappa Muhammad. Kurapangkik lekok silawarak, rappo sibatu, tena kusakring na kupasiratangkik anngerangi ka nacinik
ngasengkik sallang taua. Bajikangangi punna kalengkupa anngerangi sallang."
Apaji nappalak kanamo Muhammad, nammaliammo mange ri ballakna Abu Talibo. Napabattu ngaseng tommi sikamma kanakananna Abu Bakkarak, narannu dudumo Abu Talibo allanngereki
antu, panngamaseanna Abu Bakkarak ri Muhammad. Lekbaki nisuro kiok nagsemmi bija pammanakanna Muhammad
naaganga akjulu pakmaik. Naia tosseng Abu Bakkarak ammaliannamo Muhammad,antamami ri gakdonna anngalle barang-batang, kammayami
intang jamarrok, rakna mutumanikang. Na nakiokmo atanna patampulo
199
anak rara nampa naerang barang-baranga mange ri bailakna Abu Talibo. Apaji na nicinikmo ri Abu Jehelek siagang Abu Lahab na taenamo kamma pakrisikna ngase.ng pakmaikna anciniki gaukna Abu Bakkarak.
Naia ri wattu battunamo Abu Bakkarak nakanamo, "la
ngaseng anne barang-baranga kusidakkaiankik, sanggenna pole anne tau anngeranngai barang-baranga kusidakkaiang ngasengko." Nakana
pole
Abu
Bakkarak, "Ikau
sikamma
tau
ammempo-raempo ancinikai, sakbiak anne passidakkaku mange ri Muhammad, aminullahi, nalanri tenana sia-siana
pakmaikku ansarei Muhammad ri lino tulusuk mange ri aherak. Na antu tau linoji napakdanggangang, inakke aherakji kupakboyaboyang antu."
Naia nalanngerekna Abu Talibo sisarikbattang, anngarruk ngasemmi tau jaia allanngereki kananna Abu Bakkarak tunikamaseanga ri Allahu Taala.
Nakanamo Abu Talibo anne pale Abu Bakkarak ammoliki
barang-barang ri pakrasangang niarenga suruga jannatun naim, pammantangang kasalamakkanga.
Apa lekbaki ammenteng ngasemmi tau jaia. lamange ngasemmi ri bailakna Hatija. Battui mange ri bailakna Hatijah, nikiok ngasemmi
naik ri bailakna Hatija. Namange ngasemmo ammempo ri dallekanna Hatija.
Apaji nakanamo Atika, "O, Hatija, iaminne passarena Muhammad ri kau, lekok sikekkek, rappo sibatu, taena karanana antu."
200
Naia nalanngereknamo Hatija kananna Atika, larro
dudumi Hatija, eja memang fupanna na nampa akkana,"Kuasenjintu angkana passarena Abu ^akkarak ri Muhammad. Siapami antu kakalumannyanganna Abu Bakkarak nainakke. lami anjo pilanngeri sakgenna barang-barangku, i rawa butta, i rate ballak kusareang
ngasengi
Muhammad. Kukellai
antu
nupeterang barang-baranna Abu Bakkarak. Naia nalanngerekna ngaseng sanggenna niaka anngarruk ngasengi nalanngerekna kananna Hatija.
Apaji na nakana ngasemmo taua, "O, anakku, Hatija, inaimo tau ampitompokiko kakalumannyangannu. Punna ri butta Makka anne taena sangkammammu. Nakana tommo Abu Bakkarak, "laji nakuerangangko
panngantarakna Muhammad ka anu nabolikji manggena nasabak appasangi angkanaya,"Punna sallang akbainei Muhammad, kutinjaki kusareang barang-barangku sossorangku inja battu ri toaku ri nakbi Iborahima, halilullahi alleang battu ri nakke.
Nakana pappasanna, "Niak antu sallang anak cucungku niareng Muhammad, aminullahi, iami antu sallang nakbi ahiru samang.
Napunna akbainei sareangi sosspranna Muhammad, aminullahi. lamo anne naniak kuerangangko nasabak nampa tommi narapik
pakbaineanna Muhammad." Naia nalanngerekna Hatija kananna Abu Bakkarak nakanamo Hatija, "O, manggeku Abu Bakkarak, teakik anngapa-
apai pakmaitta ri nakke akbanjuk-banjulukjak ri katte. Narannu dudumo Abu Bakkarak allanngereki kemanna Hatija. Apaji nammakkalak ngasemmo tau jaia. Lekbaki nibembemmi jeknek bambanga. Lekbaki
201
taua annginung nibembengi seng pakkakdokanga, namakkakdok ngasemmo tau jaia. Sallo-salloisikekdek appalak kana ngaserami sakgenna tau jaia ri Hatija.
Nakanamo Hatija, "Passallangangak ri manggeku Abu Talibo simammanakang."
Apaji nammaliang ngasemmo sikamma tau jaia mange ri ballakna Abu Talibo. Naia battunamo mange ri Abu Talibo, napauang
ngasemmi kananna Hatija apaji narannu dudumo Abu Talibo allaimgereki kananna Hatija.
Nakanamo Abu Talibo ri tau jaia, "Punna sallang narapikmo
allona nipappalakkangang allo pakbuntinganna Muhammad, mange
ngasengko pole anrinni ri ballaka nakusuroko mange appalak allo ri ballakna Hatija."
Narapiki allona niak ngasemmi battu tau jaia sakgenna pammanakanna Muhammad. Apaji nassuromo mange ri ballakna
Hatija appalak allo ri manggena Hatija napakbuntinganga Muhammad, aminullah siagang Hatija.
Nakanamo manggena Hatija, "Rannu dudumak antu ri sampulonapa sallang anngappak pammumbang bulang Sabang ri allona Sannenga, iami anjo kungai napakbuntingang Muhammad siagang Hatija. Lekbaki nibembengimi pattoana, apa lekbaki nitoana
ammaliammi m^nge ri ballakna Abu Talibo. Bttui mange ni pauang ngasemmi kana-kananna manggena Hatija.
202
Nakanamo Abu Talibo, "Ammaliammako ikau ngaseng mange ri ballaknu apparuru. Naanjo Hatija nakiyok tommi Mubassiran, na nasuroi ansungkei gakdonna, na nasuro alle
bulaeng tiknok sampulo pikulang, bulaeng mata sampulo todong pikulang, intang jamarrok, rakna mutumanikang sampulo gantanna, nasabak eroki nasuro parekang Muhammad bulekang siagang bembengang, anu masskra-sakraya ia ngaseng. Nampami erok kupaGcinikang kakalumannyangangku ri Araka ngaseng siagang tau Makkaya.
Nakana poleh Hatija ri Mubassiran, "Punna sallang nakutaknangko manggeku angkana, anngapai na nusungke gakdodong bulaenga. Akkanako, lampami lanisareang gunana Muhammad battuna danggang. Napunna nakana seng, anngapai najai kamma. Akkanamako, taniassengai nikana-kana
jaina passidakkana Muhammad nisareangi ri Mujerahaban, appikuluki bulaeng bukbuk siagang rakna mutumanikang. Pauang pole angkana, sajo wattua battuna ri Banuasang jaiangangi pole nisidakkaiangi ri karaenga ri Banuasang. Naia rupa-rupanna iamintu bulaeng tiknok, bulaeng mata, intang jamarrok.
Napunna nakana sedeng manggeku, sanngapa natena memang nupaui siapaya sallona, pauammi angkanaya, iamintu nalanrinna
natakupauangkik kodika tatappakkakikangkana passawallannji tonji Muhammad sikraka birisikkik ri Muhammad. lami anjo natakupauangkik."
Apaji nammakkalakmo Mubassiran allanngereki sikamma
kana-kanpa Hatija mange ri ia ri tujunna anne passalaka.
203
Nakanamo Mubassiran, "O. karaengku Hatija ikatte sikali angkatutui Muhammad, inakke pissampulo, pissisakbu
panngamaseangku ri Muhammad, ka nakana pakmaikku, karaengkui ri lino tulusuk mange ri aherak. lami anjo nakuppakamma ri Muhammad."
Lekbaki appalakmi konci Mubassiran namange ansungkei gakdong bulaenga. Nanngallemo bulaeng tiknok, sampulo pikuluk, bulaeng mata sampulo todong pikuluk, kammaya tompa pole intang jamarrok rakna mutumanikang lima gantang parekang belo-belo bulekanna Muhammad siagang bunyi-bunyianna Muhammad antu.
Apaji
nakkutaknammo
manggena
Hatija
angkana,
"O, Mubassiran, anngapai na nusungkei gakdong pammolikang bulaenna Hatija." Nakanamo
Mubassiran, "Karaengku Hatija ansuroak.
Nasakgenna nipauanngai ri Hatija napauang ngaseng tommi manggena Hatija.
Nakanamo manggena Hatija, "Kamma tojengi antu
kanannu nasabak anne alloa kungaimi sigang kukaseang tommi
Muhammad na Allahu Taala mami anngassengi pakmaikku ri Muhammad, aminullahi antu. Kakakdekji nakucinik tukguruk bulubulunna silawarak, kurappungi nakupadakkikang pole ammoterek, kupatintingi pole, ka nakapa pakmaikku, kuanakkangi ri lino tulusuk mange ri aherak. Apaji narannu dudumo allanngereki kana-kananna manggena Hatija.
Apaji na naerammo Mubassiran anjo bulaenga na napanaik
204
ri ballakna Hatija.,. Battui naik naeramrni mange ri dallekanna Hatijah.
Nakanamo poleh Hatijah ri Mubassiran, "O, Mubassiran,
mangeko kiokangak padekdek bulaenga rakga sibilangang, patirik sibilangan. Nalannasak dudumo Mubassiran allanngereki kananna Hatija. Namangemo Mubassiran nakiok padekdek bulaenga siagang patirika, nasinamperekji naniakmo battu ngaseng anjo sumpaleng nisuro kioka.
Nakanamo Hatija ri padekdeka siagang ri patirika, "laji kunjung kukiokang ngasengkb anne kamma-kamma,lakusuroko
apparek bulekang ia lanapakea Muhammad siagang payung bulaeng siag^g hunyi-bunyiang ia ngaseng sakgenna gannakna pakkakasak pakbuntinganna Muhammad. Kukellaiko anjamai antekamma nabajik siagang siapa gannakna bulaeng tiknok, bulaeng mata. Jamai sanggenna lekbak. Inakke tanggonganna ia ngaseng,
na hnjb kusuro pareka tappatampulo tassirupa-tassirupa sangkak belb-beloha, siagang tambaga suasa, intang jamarrok rakna mutumanikang sagala rupa ganrang puik-puikna kammaya tompa kesok-kesokna iangasenna sikamma anu massakrasakraya tambaga suasa ngaseng niparek.
Apaji nariwattu lekbaknamb naparek anjo padekdeka sikamma anu nakaerokia.Hatija, narannu dudumo pakmaikna antu
ariciniki siagang bajikna ngaseng parek-parekna siagang bajikna ngaseng riilanngerek sakranna. Na nisareang tommo gunanna padekdeka antu. Naia gunanna tassibilangang sitau ringgik bulaeng.
Apaji namassing appalak kana ngasemmo massing ammaliang
205
mange ri ballakna padekdeka siagang patirika, taenamo kamma rannuna ngaseng pakmaikna.
Lekbaki kamma anjo nisuro kiokmi Mubassiran, ri Hatija. Apaji nanjakmo battu na nakanamo Hatija, "O, Mubassiran aile ngasengi anjo bembenganga siagang bunyi-bunyianga na nuerangangi mange amnggeku Abu Talibo, na nupabattuang sallangku mange ri ia ngaseng simannakang. Naia punna battuko mange pauammu Abu Talibo angkanaya, "Nampami anne nisareang gunanna Muhammad rewasa mangena akdanggang ri Banuasang. Na nupauang todong angkanaya, "Lappasakmi anne inranna karaengku, Hatija ri Muhammad ala siapa-siapaja kana bajik siagang kana pappalece.
Apa battui mange Mubassiran ri ballakna Abu Talibo, nakana-
kanang ngasemmi kananna Hatija ri Abu Talibo. Nanakana tommo
Mubassiran ri Muhammad,"E, Muhammad, antu nyawanu, tubungku inakke, antu tubunnu, nyawaku inakke. Naantu nyawanu karaengkui ri lino tulusuk mange ri aherak, nalanri kujarrekinnamo angkanaya, ikaumi antu nakbi kaminang riolo ikau tommi nakbi kaminang ri boko. Ikau tommi antu panngulunna nikanaya nakbi. Ikau tommi antu makotana sikamma nakbi-bakbia. Ikau tommi antu panngulunna rupa taua ri lino tulusuk mange ri aherak. Ikau tommi ampasisaklaki bajika siagang kodia. Ikau tommi nikana Yasin. Ikau tommi nikana
Hamim. Ikaumi nakbi ahiri samang. Ikau tommi antu simata naturungi malaekaka, iamintu malaekak Jiborilu.
Nakana pole Mubassiran, "O karaengku Muhammad, kupalaki i rawangang paiak bangkenta, napunna sallang nibangungak ri kuburukku, tulung laloak. Naounna sallang i lalangak ri nataka, aile laloak.
2G6
Lekbaki akkana kamma anjo Mubassiran, numerami masarro dudu. Nakanamo Muhamniad, "O, Mubassiran, Allahu Taala niak antu ri nakke. Naia ri papalakku,
taccinikak bajik taccinik tongakako bajik. Nalarimo Mubassiran anrakaki bangkenna Muhammad na nabaui, na sirerai ia rua. Apaji na numera tommo sakgenna tau jaia anciniki Mubassiran sirerai Muhammad. Naia Abu Talibo taniassengami
nikana-kana paknumerana sipammanakang kammamami tau matea paknumerana.
Nakanamo Abu Talibo ri atinna, "O, manggeku Abadulo
Muttalibo, cinikmi cucunnu, lakbuttimi anne sikamma
anu niaka narampe i lalanna kittak-kittak rioloa, kittak
toreka. Kammayatompa pole taena nopaiek pansurang siagang balanja napake bunting,nasabak inakke niak kugappa ri barikbasaka taena seng ri karuenga, kalenna tonji anne ambalanjai kalenna nalanri erok kalompcraia AHahu Ihala siapng kakoasanna, Nagiokmo Aiasak Kumsia siagang Loheng Malu^so. Natassun^c^o timunganna sumga siagang ngasemmo malaekaka siagang anak-anak bidadari ia ngaseng. Nakanamo
malaekaka,
"O,
karaengku,
anngapai
natakgekgosok Arasak siagang Korosia siagang Loheng Mahapudo, natassungke timunganna langika siagang surugaya, natakkekbuk timunganna narakaya, siagang namanyomba ngaseng sikamma malaeka siagang anak-anak bidadaria antu ri Allahu Taala, karaenna sikamma alanga."
Nakanamo Allahu Taala, "O, sikamma malaekakku siagang
bidadariku, iami antu nakamma nasabak tunikamaseangku, Muhammad
207
labuntingi anne alloa siagang atangku Hatija." Lekbaki nakana ngasemmo malaekaka siagang bidadaria,
"Lamangeak anciniki tunikamaseannu, Muhammad, anngerang-angi bau-bauang battu ri suraga." Nakanamo karaeng Allahu Taala, "Naummako anciniki tunikamaseangku, Muhammad."
Apaji na naummo malaekaka siagang anak-anak bidadaria anngerangangi bau-bauang battu ri suruga. Naanjo tappana anak-anak bidadaria kakdek napaccinikangi kalehna, lari ngasengi taua mange anciniki, tanrang bajik-bajikna tappana. Naia pakeanna tattuju puloi lonjokna na niciniki otokna bitisikna, nakakdek appikrui narapiki kasakrakkang siagang pammumbang baukna rasanna pikrunna.
Lekbaki apparurumi Muhammad, nipapakeimi, napantamami
iipak masserekna bulaeng tiknok aiusuk dudua, nitannung hipasiallak suasa nipasiallak bulaeng mata, baju dasina tuju lonjokna alusu dudu, nibelo-belo intang jamarrok.
Naia ri wattu lekbaknamo ammakeang Muhammad, aminullahi, naung ngasemmi ri buttaya sikamma paerang buntinga. Naung
tommi Muhammad, namangemo Abu Talibo siagang Abbasak siagang Hamja siagang Abu Bakkarak ambuleki Muhammad, sibilangang
ruampulo amubleki Muhammad ri bija pammanakanna tuju bilanganna pajarang anak-anak burakne, tuju todong bilanganna pajarang anakanak baine nampaya attimbo susunna sangkak ngaseng pakeanna
anngantaraki Muhammad. Nitunrung tommi bunyi-bunyianga anjo nasuro eranga Hatija, napasakra ngasemmi. Naia jaina sisakbu
208
assagantuju pulo anu massakra-sakra rupa-rupanna nasuro eranga Hatija. Nataenamo kamma suarakna nilanngerek anu massakrasakraya.
Passalak. Sekre pole passalak angkana-kanai ballakna Hatija. Naia lompona ballakna Hatija sibilangang annang pulo lakbuna, sagantuju. pulo rappU ; sangkarakna, patampulo tontonganna, na
nibelo-belo intang jamarrok, rakna mutumanikang, bulaeng tiknok, bulaeng mata, tambaga suasa, tontonganna sannging carammeng lompo, niparada ngaseng siagang jeknek bulaeng, rin rinna ballakna ballak batu. Naia timunganna
ballakna nibiringi
ngaseng bulaeng tiknOk, ia ngaseng pakkasakna ballakna bulaenji naintang jamarrok niparek pabbelo-belo. Naia sapanana ballakna limampuloi lima baringanna, tukakna ballakna niparadai jeknek bulaeng. Naia barugana lompona sibilangang lima pulo rappa lakbuna naia sangkarakna sibilangangi rappana. Naia rinrinna rua
singkulukji tinggina niparada ngaseng siaang jeknek bulaeng,
sangkak ngaseng belo-belona. Na nilaparrimo tapperek paramadani sisakbu jaina, na nitantangi tommo pakkallik cillak.
Lekbaki mamma anjo nitalassami kadera bulaeng tiknok, bulaeng mata, tambaga suasa niparada ngaseng siagang jeknek bulaeng. Naia jaina kadera taniassengai nikana-kana antu. Lekbaki
nigentummi lampua jaina tallumbilangang batunna lekbak ngaseng nibelo-beloi. Lekbaki nitalassimi pappatinrak tai bani nibelo-belo
209
ngasengi bulaeng tiknok, bulaeng mata naia jaina tallumbilangang todong.
Lekbaki saniasai paruruna bagugaya nilaparrimi kaeng kebok
tuju pulo lonjokna. Naia pantasakna Hatija bulaeng tiknok tallu rappa lakbuna, naia sangkarakna rua rappa. Lekbaki nipanaikmi kasorokna na nilaparrimo tapperek paramadani tuju lonjokna, na
nanapanaik paklunganna "istaboraken" sangkak belo-belona intang
jamarrok, rakna mutumanikang, na nitantangimo pakkallik tuju lonjokna.
Apaji naia lekbaknamo saniasa ngasemmi paruruna nikanaya bunting, assuromi manggena Hatija mange ri Abu Talibo. Naia battunamo mange suroa tulusukmi mange ri dallekanna Muhammad
ammempo na nakana, "Karaengku, Muhammad nisuro buntulimakik ri karaengku, manggena Hatijah."
Lekbaki nauhg ngasemmi tau jaia na nitunrung tommo sakgenna anu massakra-sakraya. Taenamo kamma suarakna sakranna anu massakraya-sakraya siagang tau jaia sangkamma tulalabu
tumakkaya napakamma jaina tau. Apaji na nirurungammo Muhammad ri tau jaia. Naia singarakna
Muhammad,aminullahi annarrusuki naik ri Arasak Korosia, napakrammo singarakna matanna alloa siagang bulanga ri langika. Nasikiokkiok tommo setanga siagang jinga ri pammumbang siagang ri kasakrakkang.
Lekbaki kamma anjo nipaturungammi ri karaeng Allahu Taala bosi bau-bauang battu ri langika. Apaji nasikamma paerang butninga akrasa kasaturi ngaseng pakeanna antu. Natulusukmo buntinga.
210
Muhammad, mange ri ballakna Hatija. Naia naciniknamo Muhammad, aminullahi, nakalennamo Hatija ambuntuli Muhammad naik riballakna,
na natakgalak limanna Muhammad na naerang naik ri ballakna.
Battui naik napaempomi ri kananna Hatija, nattinri-tinrimo rua sikalabini.
Lekbaki
battumi
Jiboraelek
anngerang
minnyak-
minnyak bau-bauang battu ri suruga na nasapuimo rupanna Hatija. Naia lekbaknamo nasapui rupanna taenamo kamma singarakna
nicinik
rupanna, sangkamma
mami
bulang
sampulo anngappak bannginna nicinik rupanna Hatija. Kamma mami nicinik umuruk sampuloa anngappak taunna, nakamma
mami kalenna buki Judi siagang kalenna buki Turisina, nataniassengami nisaklak kasekre mami kilak naruai, kamma mami rappo lolo nipue ruaya.
Apaji nataklalomo rannuna manggena Hatija anciniki anakna attinri-tinri rua sikalabini.
Lekbaki nitoana ngasemmi,tau jaia assakbu-sakbui tau i rate
ballak i rawa butta. Apaji nakkakdok ngasemmo tau jaia. Lekbaki
narapiki banngi nitunu ngasemmi lampua i rate ballak i rawa butta. Nataenamo kamma corana ngaseng nicinik, kammai parang
nakanrea pepek singarakna nicinik. Apaji narannu dudumo ia ngaseng
tau jaia, patampulo allo patampulo banngi sallona taua assuaksuarak. Mannganre mannginummi taua ia ngaseng. Taenamo niassengi
jaina karek-karenang, niak ngasemmi sikamma karek-karenanga. Naia sikamma tau birisika ri Muhammad siagang ri Hatija battu
ngaseng tongi akkakdok. Mingka punna lekbakmi akkakdok ammoterek
ngaseemi mange ri ballakna. Battui mange ri ballakna taenamo
211
bajikaa Muhammad siagang Hatija napau, sanging kodinamami napau.
Naia ri wattu ganuaknamo patampulo ailo patampulo banngina assuak-suarak taua, ammoterek ngasemmi mange ri ballak-ballakna sikamma tau jaia.
He 3k sk He
4:
Passalak. Sekre pole passalak angkana-kanai pau-pauanna Hatija.
Naia Hatija punna naungi Muhammad ri ballakna Hatija aklampa-lampa tatassalami Hatija ri pakkekbuka annakgalak
gandi bulaeng tiknok. Napunna niakmi battu battu Muhammad nabisaimi bangkenna. Lekbaki nabissai, ukna seng nalukluangi bangkenna Muhammad. Napunna akkakdoki Muhammad para akkakdoki siagang Hatija. Napunna ammempo-mempoi Muhammad tatassalai ri ampikna antayangi passuroanna Muhammad. Manna
tau maraeng nasuro Muhammad, kalennaji mange anngalieangi
anu napassuroanga Muhammad. Kammai
anjo
gaukna
Hatija
satunggu-tunggu.
Napunna niak nalampai Muhammad nasialloja. takkakdokai punna tenai Muhammad, niakpi nakkakdok. la sedeng anne naparek pau tau birisika ri Hatija angkanaya, "Nampa-nampangku accinik taU kamma kburakne. Kakdek taena tau anngalle
sawalak ri ia, taena nanggappa burakne. Apamo anjo napaccinikangi Muhammad, ka tau kukang, taena manggena, taena anronna.
212
anak kukannaji Abu Talibo, tau kasiasi dudu. Apamo napaccinikangi antu."
Naia
nalanngerekna
Hatija, nakiokmi
Mubassiran.
Apaji na niakmo Mubassiran na nakana Hatija, "Mubassiran. sungkei gakdong bulaengku patampuloa na nuerang assuluk bonena ri tanngana paranga na nulaparri tapperek paramadani sisakbu
lawarakna. Sakgenna barang-barangku erang ngasengi assuluk na nupattambung.
Naia ri wattu lekbaknamo napattambung Mubassiran anjo barang-baranga kammamo nicinik buluk tinggina. Pammantangang bulaenna sirappa luarakna, tallu singkuluk tinggina. rassimi bulaeng tiknok, bulaeng mata, intang, jamarrok, rakna mutumanikang. Naia
unta ejana tuju sakbu kayunna. Naia akkalabinia patassakbu. Sisakbu lintana napipakei sisakbu anak rara, sisakbu todong anak burakne na pipakei. Lekbaki assulukmi Hatija siagang ngaseng atanna, narassimo
tau paranga accinik-cinik, Allahu Taala-ji anngassengi jaina tau antu. Nanalikimo barang-baranna Hatija siagang ngaseng bone ballakna, sisakbu anak rara, sisakbu anak-anak tamassunnappa naagang Hatija annginroi barang-baranna ri tanngana paranga. Naia lekbaknamo nainroi barang-baranna ammentemmi Hatijah
ri singkulukna barang-baranna na nampa akkiok lakkbu angkana, "O, Abu Jahelek, O, Abu Lahabo, cinikmi anne barang-barangku,
maka niaktonja barang-barannu kamma anne jaina. Napunna niak maemako allei nakuciniki ikau antu ruaiak."
Naia nalanngerekna Abu Jahelek akbokomi aklampa akmoro-
213
moro akgamunta ia ngaseng.
Lekbaki akkiokmi pole Hatija angkana, "Ikau ngaseng tau jaia, tumakkaya, tumadinaya, toronga, tumassereka, tuhadarantuka, ia ngaseng pilanngeri, sakgenna anne niaka barang-barangku
kupassidakkang ngasengi mange ri Muhammad, aminullahi siagang pole anrong kalengku. Ia tpmmo kupappunnangi i lalang kalengku, taungku ia ngaseng kupassidakkang ngasengi mange ri Muhammad, taungku ia ngaseng kupassidakkang ngasengi mange ri Muhammad, taena pammaling-malingku ri barang-barangku siagang panngukrangingku ri barang-barangku. Kukana ri pakmaikku,"Anne Muhammad karaengkui ri lino tulusuk mange ri aherak. lami anne nikana nakbi ahiri samang.
Nakana ngasemmo tau jaia, "Taccinikak barang-barang kaitima anne jaina barang-baranna Hatija bakukku anak ri linoa anne."
Lekbaki allanngerekmi Hatija sakra battu ri langika angkana, "Alam yajidka yatiman fa awa, wa wajadaka dallan fa hada", naia battuanna antu, tenaka nagappako karaennu anak kukang, na nakalitutuiko; siagang tenaka nagappako karaennu pusa, na natiroangko. Naia pabbaktuang maraenna iamintu, rewasa battunu danggang ri Banuasang na naerangko Ibilisik
mange ri agang salaya, apaji nakusurOmo Jiborilu naung anngerangko mange ri agang inalambusuka. Nakukana pole, punna taena manggenu, Abu Talibo parek mangge. Napunna taena barang-barannu, barang-baranna Hatija kusareangko,
nasabak lekbak kupasisurakkangko ri lino tulusuk mange ri aherak.
214
Lekbaki allangereki pole sakra battu ri langika Hatija angkana, "O, Muhammad, sakbarrangi patua-tuainna Araka ri kau. Naia
antu kapereka tuju pulomi taunna lekbakna baliakna i lalang ri naraka."
Allanngereki pole Hatija sakra angkanaya, "Tabbat yada Abi Lahabin wa tabba ma agna anhu maluhu wa ma
kasaba, sa yasla naran zata lahabin, wamraatuhu hamma latal hatabi fi jidiha hablum min masadinn", naia battuanna, maknassa
panrak tojemmi ruaya limanna Abu Lahabo siagang aktanntumi panrakna, tenamo nakguna barang-baranna siagang jama-jamanna ri kalenna, sallang nipantamai ri naraka akbara-baraya, siagang
pole bainenna anneranga kayu tunu, ia ri kallonna niak oterek battu ri sauka.
Lekbaki kamma anjo nibaliang ngasemmi barang-baranna Muhammad antama ri baliakna. Naia Hatija ammaliang tommi ahtamari
baliakna.
Passalak. Nipaletteki sedeng pau-pauanga. Ruampulo .taungi
siempoang nakbita siagang Hatija na nampa naik ri tompokna monconga, namunajamo Muhammad naik ri langika naik ri karaeng Allahu Taala, erok anciniki karaenna natanacinika. Apaji na nabuammo
kalenna naung ri bangketma monconga. Nasipakkida mataja nabattumo
Jiborilu ampoterangi naik ri batena. Battui naik nakanamo Jiborilu, "Anngapai na nupakanna kalennu Muhammad."
215
Nakanamo Muhammad, "Erokkak anciniki karaengku natakucinika, ka niak ansimbangak kamma lawarak uk. Apaji na
nabuammo sedeng naung kalenna Muhammad ri bangkenna monconga. Battui sedeng Jiborilu anngallei ampoterangi naik ri batena. Naia
maka pintallunna nabuang kalenna, nakanamo Allahu Taala, "O, Jiboraelek, antamako ri suruga ampanngalleangi kalimbuk na nukalimbukiang monconga siagang tapperek, na niak napammempoi
tunikamaseangku Muhammad andallekang mange ri nakke.
Apaji nasipakkida mataja naniakmo Jiborilu battu la lang ri suruga manngerang kalimbuk sigang tapperek paramadani siagiang
tapperek "sunduseng" siagang paklungang nikanaya "istaborakeng". Na nikalimbukiammo monconga ri Jiborilu antu. Lekbaki nakanamo Jiborilu ri Muhammad, "O, Muhammad,
naikmako anunempo ri tompokna andallekang ri karaetmu, na nupalak sikamma nukaerokia."
Apaji na naikmo Muhammad ammempi ri tappereka ri tompokna, monconga. Naia bajiknamo empona nakanamo
Muhammad, "O, karaengku, kupalaki ri kau erokkak ancinikkik, karaeng."
Nakanamo karaeng Allahu Taala, "O, Muhammad, takkulleak nucinik mata ulu, naiajia mambani dudumak ri kau,
Muhammad, appalakmako apa nukaeroki, nakusareangko ia nupalaka antu." Nakanamo Muhammad, "O, karaengku, ihakke kaminang
lompo kaminang malakbirik ri ia ngasenna mahalloka. Kupalaki
216
ri katte karaeng, erokmak nipaknassang kanakkbiangku siagang kasuroangku."
Nakanamo Allahu Taala, "Kupakjari sitau atangku niareng Muhammad, rasulullahi. lami suroku kaminang lakbirik siagang kupakalompo ri sikamma tau nipakjaria i lalang lino, la tommi nakbi ahiri samang."
Nakana pole Allahu Taala,"Wa kana minal musyrikin" battuanna,
niak ngasengi anjo mange keknaninga appaknia. Nakana pole, "Bunoi kapereka punna teai antama isilang, nakusareangko kamukjisakkang."
Nakanamo pwle Allahu Taala, "Ammoterekmako Muhammad
mange ri ballaknu, kuparemako nakbi siagang suroku. Lekbaki ammoterekmi Muhammad, rasulullahi, mange
ri ballakna Hatija. Naanjo Hatija sallo dudumi antayangi Muhammad ri timunganna ballakna nanakgalak cerek bulaeng anjagai lambissai bangkenna Muhammad. Naia niaknamo Muhammad,
rasulullahi nicinikmi ri Hatija. Apaji nammentemmo naik nalari antamangang.
Nakanamo Hatija, "Inaikako antu tau katakuassengakik tubattu kerekik mae."
Nakanamo Muhammad, "Inakkemi anne Muhammad, rasulullahi."
217
Apaji nalarimo pole Hatija mange annyomba ri bangkenna nakbia sallallahu alaihi wasallam, na nampa nabissai bangkenne. Na napauang ngaseng tommo Muhammad kajarianga ri kalenna mange ri Hatija. Nakanamo Hatija, "Kipammopporanga jai dudu ka takuassengakik nasabak rupanta tenamo nassangkamma ri lekbaka kucinik allo-allo."
Nakanamo pole - Muhammad ri Hatija, "Naangkakmak
Allahu Taala nakbi siagang suro. Nakelallaimakik anngajari taua akkalima sahadak. Apaji na nakanammo Hatija kalima
sahadaka angkana. "Asyhadu an la ilaha illal Lahu wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah," battuanna, maknassa kusakM
maknassa taena karaeng nisomba passanngalinna Allahu 'Butla
siagang kuskabi tongi maknassa Muhammad suronai Allahu Taala. Apaji na nakanang tommo Abu Bakkarak, siagang Usman siagang Ali. Na nasuro kiok ngasemmo purinanna siagang papammanakaima ia ngaseng na najari akkalima sahadak. Apaji na niak ngasemmo battu pammanakanna ia tappaka ri Muhammad antu.
Lekbaknamo niajari akkalima sahadak ammoterang
ngaseng tommi mange ri ballakna. Naia Abu Bakkarak, Umar, Usman, siagang Ali ribokopi aklampa. Salloi-salloi sikekdek
appalak kana tommi ammoterang, nasitakgalak limamo akjappa ammaliang mange ri ballakna. Nassibuntlkmo Abu Jahelek, nakkutaknammo angakana, "Battu kere ngasengko antu mae nusitakgalak lima kamma."
Appiwalimi Abu Bakkarak angkana , battuak ri Muhammad, rasulullahi mnaajarikik, akkalima sahadak. Nakana pole Abu
218
Bakkarak pLlanngerimi kanangku. "Asyhadu an la ilaha illal Lahu
wa asyhadu anna Muhaniniadan rasulullahi." laminna na ajariangkik. Muhammad, na lanri naaninna kalenna nakbi kaminang riolo siagang nakbi kaminang riboko. latommi anne lanrinna nakintamamo Isilang.
Naia ri wattu nalanngereknamo Abu Jahelek apparriparrimi mange ri ballakna ansambei pakeanna na nampa mange ri ballakna karaenga ri Makka. Habib Ibnu Malik, na nakana, Panrak dudumakik anne napak banngo-banngo ngasemmi taua Muhammad. lami anjo kupabattuang ri katte, karaeng nasabak naani kalenna nakbi kaminang riolo siagang nakbi kaminang riboko."
Nakanamo Habib bin Malik, "Anngapako nutammangeak rilong amparessai angkana kamma tojengi Muhammad kananna angkanaya, naani kalenna nakbi siagang jai kamukjisakanna."
Nakanamo Abu Jahelek, "Mallakkak mange anngagangi sicinik kalekbakkak aklaga nakunasauruk."
Nakanamo karaenga ri Makka, "Anngapako nakkulleko
nasauruk naikau gassingko na nulompo tinggi pole.''
Nakanamo Abu Jahelek laknatullahi, "Takuassengai angkana anngapai nakkulleak nabeta, nakana erok kakuasanna bedeng Allahu Taala."
Nakanamo karaenga ri Makka, "Jari apamo narapik nawannawannu na nuniak battu mae."
219
Nakanamo Abu Jahelek, "Kupalaki ri karaenga bajiki nisuro kiok ngaseng taua assuluk ammuko ri paranga: tau toa tau lolo ammuko ri parang Abtahi. Teakik niak pakbeang ammantang
ri ballakna baine burakne." Apaji na nasuro kick ngasemmo karaenga taua ngaseng i lalanna Makka ia ngaseng bonena Makka, ata
karaeng assuluk ammuko punna barikbasak ri paranga. Narapiki barikbasak niak ngasemmi taua battu assekre
ri paranga. Nasakgenna tau amminawanga ri Muhammad taena niak nipitabai pakkiok. Mingka Abu Bakkarak ri agang
lompoai ballakna naciniki tunimaloa ia ngaseng ri ampikna ballakna, jiak ngasengi karak-karaeng lompoa ri Makka sangkak ngaseng ewanganna.
Naia Abu Bakkarak naummi ri buttaya nalari mange ri ballakna nakbita. Battui mange nakanamo. "Assalamu alaikum warahmatuUahi
wa barakatu, e, surona Allahu Taala, apa arc kutadeng nagaukang
karaenga ri Makka na nampa-nampanna assekre ngaseng karakkaraeng lompoa ngaseng ri Makka siagang jaina tau sangjcak ewangang ngaseng assuluk ri parang Abthi."
Nakanamo nakbita, "O, Abu Bakkarak, mangesako pilakpilanngeri apa are antu napassekreang tau jaia." Naia
nalanngereknamo
kananna
nakbia assuluk
tojemmi ri parang ri dallekanna karaenga ri Makka ammempo naung ri buttaya. Naanne Abu Jahelek acciniki mange ri kanang ri kairi riolo ri boko napalakbangi
paccinikna
namanna sitau
220
bijatina Haseng taniak sitau ia amminawanga iareka matappaka
ri Muhammad passanngalinna Abu Bakkarakji niak ammempo, nasabak tena memang todong nipitabai pakkiok sikamma tau
amminawanga ri Muhammad, aminullahi. Naiajia naniak Abu Bakkarak nalanrinna nisuroi ri Muhammad, rasulullahi assuluk
ampilanngeri pambicaranna ngaseng. Apaji namangemo Abu Jahelek ri dallekanna karaenga angkana, "O, karaeng, niak ngasemmi anne kamma bonena butta Makka,
mingka bijanna Haseng taenai kucinik, Abu Bakkarak-ji niak kalekalenna, bajiki kapang punna nisuro kiok ngaseng tongi bijabijanna Haseng."
Apaji nakanamo ngasengko kioki
karaeenga ri Makka, "Mange
Abu Talibo siagang Umarak siagang
Usumang, siagang Ali." Lekbaki aklampami suroa amboya ngasengi nisuroanngai antu. Nabuttumo mange ri ballakna ngaseng, napauammi angkanaya, "Nasuro kiok ngasengo karaenga assuluk ri parang Abtahi. Apaji nakale-kalenna mami Muhammad ammntang ri ballakna.
Naia battuna ngasemmo assuluk, mangemi ri dallekanna karaenga ri Makka ammempo ngaseng battua nisuro kiok.
Lekbaki nakanamo karaenga, "Pilanngeri bajik-bajik, napunna ikatte ngaseng anne bonenna Makka kucinika taena niak
ansauruki karrasakna Abu Talibo siagang Abbasak siagang Abu Bakkarak siagang Umarak siagang Usmang siagang Ali. Nanakanamo karaenga pole, naikko akkadera ikau ngseng." Apaji na nalk ngasemmo akkadera anjo sikamma battua nisuro kiok.
221
Nakanamo karaenga, "laji kunjung kupauang ngasengko anoe kamma-kamma taena maraeng napau ngaseng i ialanna butta Makka passangalinna Muhammad. Nakanai kalenna
nipakalompoi ri Allahu Taala ri lino siagang ri la ngaseng sakgenna taua siagang naani kalenna anrong guru iareka panngulunna sikamma nakbi-nakbia siagang suroa. Apa kamukjisakanna na naani kalenna nakbi kaminang ri boko siagang nakbi kaminang riolo. Niakkamo n.icinik kamukjisakanna kamma nakbi Iborahima nibuanna antama ri pepek ri raja Namerudo, na tanakanrea pepek manna silawarak bulu-bulunna.
Kammaya tompa pole anjo nakbi Daun punna sujjuki amminawang ngasengi pokok kayua. laminjo kamukjisakanna. Naia nakbi Isa akkullei naagang akkana-kana tau matea
siagang akkullei naballei tau garring kulika. Taminjo kamuk jisakanna nakbi-nakbi rioloa na naani kalenna panngulunna nakbi-nakbia siagang sikamma suroa. Suro tongi rolo ampakrupai kamukjisakanna Muhammad punna pale nakana anne Sikamma karak-karaenga tajong ngasengi lansikkoki kallona
Muhammad siagang anu harang lanasapuangi rupanna Muhammad.
Naia nalanngerekna kananna anjo karaenga tenamo sikanang Abu Talibo, siagang Abbasak, siagang Abu Bakkarak siagang usumang. Apaji nakkanamo Ali angkana, "E, karaenga ri Makka, apa nuboya nataniak ri pakmaiknu nikaerokia. Anjo Muhammad tau nikamaseang ri Allahu Taala."
Nakanamo karaenga ri Makka, "O. hulubalang, maeko kioki lintak Muhammad."
222
Nakanamo manggena Ali, "Anne kucinik hulubalanga punna akkanai tena nibali, raingka pakabajiki mami nasabak antu Muhammad tau lukmuk, tau pase mingka teamamako gegerek dudu punna nukioki."
Naia nalanngereknamo Abu Jahelek kananna manggena
Ali, nakanamo Abu Jahelek ri hulubalanga, "Punna nukioki Muhammad natena nalintak ammenteng, ikau ammenteng na
nurantusang mae lintak nasabak tanaassengai angkana karaenga Nakanamo
Abu
Talibo, "O, Abu
Jahelek, niakka
inranna Muhammad ri toanu iareka narimanggenu iareka narikau
na nusuro pasirenrengang. Tau niaka lagi inranna natakkuleaja taua nipakkamma. Apaji nassigeak-geakmo bagenda Ali siagang Abu Jahelek.
Nalanngereki karaenga nakanamo karaenga, "Hulubalang
pilanngeri kanangku teako pilanngeri kananna Abu Jahelek antu. Kananna Abu Talibo siagang Abu Bakkarak lanngerek." Naia nalanngerekna hulubalanga kananna karaenga aklumpakmi naik ri jaranna na napalari mange ri ballakna
Hatija. Battui mange akkiokmi hulubalanga angkana sungkei pakkekbuknu."
Naia Hatija nalanngerekna akkiok hulubalanga ansuro sungkei pakkekbukna ballakna Hatija, larimi mange naikiok nakbita angkana, "Ya, rasulallah, niak anjo tau ipantarak ri pakkekbuka taklalo sekekna batena akkiok.
223
Apaji nammentemmo nakbita mange ri timunganna ballakna. Naanjo hulubalanga nacinikna nakbita naummi ri jaranna nammempo na nampa akkana, 'Ikatte nasuro buntuli karaenga ri Makka kammakarnma memang anne."
Nakanamo nakbita, "lyo, sinampepp£i, aklampamako ribokopak inakke."
Apaji nappalak kanamo hulubalanga ri nakbita. Naia aklampanako surona karaenga antamami nakbia. Nakanamo Allahu Taala, "O, Jiborilu, Mikaelek, Isirapeiek,
siagang sikamma malaekakku ngaseng, ammake pakeang bajik ngasengko na numange ngaseng ri tuningaingku Muhammad, pabattuangak saiangku na nupauangi angkanaya,"La nasuro kiokko antu karaenga ri Makka."
Apaji natturung ngasemmo Jiborilu, Mukaelek, Isirapeiek siagang malaekaka ngaseng mange ri dallekanna rasulullahi. Nakanamo Jiborilu, "Assalamu alaikum, ya, habibi, ya, Muhammad. "Nanibali tommo ri nakbita angkana, "Waalaikum salam".
Nakanamo Nakbita, "Apa nukunjungi, e junjungaku Jiborilu."
Nakanamo Jiborilu, "Sallanna karaennu erok kupabattu ri
kau." Apaji na nabangungammo ulunna Muhammad naccinik assuluk ri pakkekbuka, na nacinikmo malaekaka siapaya jaina siagang sangkakna pakeanna Siagang bajikna ngaseng pakeanna. Natakkajannakmo nakbia anciniki jaina malaekak battu.
224
Nakanamo Jiborilu, "Nasuro kiokko antu karaenga
ri Makka erokko nasuro angkioki bulanga naummae. Maemako
anngalle jeknek sambayang nu nampa asssambayang rua rakanna. Lekbaki anngalle jeknek sambayang nakbita assambayammi rua rakanna nainampamo naung ri buttaya. Namangemo Jiborilu ri kananna nakbita, Mikaelek ri kairinna, Isirapelek ri bokona,
nakjappamo nakbita siagang ngaseng anjo malaekaka assuluk ri parang niarenga Abtahi. Apaji nannenremmo buttaya ri Makka napakamma jaina tau. Nabattu tommo rammang keboka allaklangi nakbita kammaya payung. Namange ngasemmo tau aklasayya amminawang ri nakbita. Nasakgenna tau ancinikai lannasak ngasengi anciniki nakbita. Naia ri wattu niciniknamo ri Abu Jahelek, laknatullahi, taenamo kamma birisikna anciniki
Muhammad, rasulullahi, na nampa nakana, "Angapa namminawang kamma ngaseng tau jaia ri Muhammad, nakaraenga ri Makka
appasekre tau jai, najaiangang inja kucinik tau amminawanga ri Muhammad, erok ngasengko anjo nadosa karaenga ri Makka."
Naia ri wattu niciniknamo Muhammad ri karaenga ri Makka, nakanamo, karaenga ri Makka,"Lintakko alleangi kadera Muhammad. Paempoi ri kadera bulaeng tiknok, na nubolik ri dallekangku anjo kadera bulnenga lanapakea Muhammad antu." Naia niaknamo Muhanunad battu nakanamo karaenga,"Naikko
ammempo ri kaderaya Muhammad."
Apaji na naikmo nakbita ammempo ri kadera nipassadianngai. Naia Abu Jahelek taenamo kamma birisikna pakmaikna
225
anciniki Muhammad i rate ri kaderaya sidallekang karaenga ri Makka.
Lekbaki nakanamo karaenga ri Makka angkanaya, "Inakke ansiiro kiokko Muhammad, erokkak akkutaknang ri kau. Nuani
bedeng kalennu maknassana ikau nakbiko, nakbi kaminang riolo siagang nakbi kaminang riboko. Nuami tongi kalennu panngulunna sikamma nakbi-nakbia siagang suroa.
Nukana tongi kalennu karaenna sikamma mahalloka ia ngaseng. Ikau tommi makotana sikamma rupa taua, ikau tommi nikana
nakbi ahiri samang. Napunna kamma tojeng anjo kanannu siagang kamukjisakannu erokkak anciniki. Napunna taena kamukjisakannu, taena nakamma kanannu, anne sikamma karak-karaenga tajangi lansikkoki kallonnu siagang nasapui anu harang rupannu napunna takrupa kamukjisakan nu antu. Jari, apamo kira-kira narapik nawanawannu anne kamma."
Nakanamo nakbita, "O, karaenga ri Makka, taenaka
nulanngereki kananna Allahu Taala ri Koranga angkana, "Muhammadun rasulullahi wal lazina maahi asyidda u alal kuffari rumahama u bainahum" battuanna, Muhammad suronai
Allahu Taala siagang tau naaganga, masannak terasakna
mange ri kapereka, mingka sikamak-kamaseangi ri pallawanganna. Battuanna pole, atu Muhammad taena sangkamma kalakbiranna ri sikamma mahalloka.
Nakana pole nakbita, "Nasareak panngamaseang karaengku poro ampakrupai apa-apa nakeroki karaenga ri butta Makka ia
ngaseng nasabak erok kakoasanna Allahu Taala antu mange ri nakke."
226
Nakanamo karenga ri Makka, "O, Muhammad, iami anne nakaeroki sikamma karak-karaenga napassamaturuki
siagang tau jaia, napalaki ri kau nakellai nukiok bulanga naung mae anne kamma-kamma, na nusuro mange alliliki kabbaya pintuju na nampa nusuro angkanangi ruaya kalima sahadak siagang lompona sakranna sakge nalanngerekna ngaseng sikamma tau jaia, na nampa nusuro assosok ri lima bajunnu ri kanang nassuluk ri kairi, na nampa nusuro ampuei kalenna sipue nupasambila kalauk ri kasakrakkang sipue todong
nupasambila mange ri pammumbang. Nampami nusuroi sedeng ampakkalepui kalenna kamma ri lekbaka taena pamminrana tappana nicinika ri biasaya." la
ngasemminjo
kupalak
ri
kau
Muhammad
ia
kupassamaturulia ngaseng ri sikamma karak-karaenga siagang punggawayangaseng siagang sikamma aantu tau jaia siagang sikamma bonena Makka, burakne baine ia ngaseng. Napunna
nupakrupai ikau tojemmi nikana nakbi ahiri samang, ikau tommi nikana makotana sikamma rupa taua i ialang lino, ikau tommi
pamimimpinna nakbia siagang suroa, ikau tommi karaenna sikamma mahalloka ia ngaseng. Apaji nakana ngasemmo sikamma tau jaia, "Napunna napakrupa ngaseng antu kana-kananna ngaseng karaeng amminawang ngasengpakik i rawangang palak bangkenna Muhammad, antama ngasemmakik ummak ri Muhammad."
Naia nalanngerekna Abu Jahelek kananna karenga natak-
galakmami limanna karaenga ri Makka na nakanamo Abu Jahelek, "Kungai dudumi antu tangaratta bateta akkana karaeng ri
227
• Muhammad, assau dudumi antu pakmaikku nasabak bateta akkana ri Muhammad."
Nakana pole Abu Jaheiek, "Kere tongi mae nakkulle
nakiok bulanga Muhammad. Attantumi tenana nakkulle napakrupa kana-kananta Muhammad nasabak anjo kipaua ngaseng anu tena nantama ri akkalak, anu tamakkulle nigaukang, anu mustahele."
Lekbaki nakanamo Nakbita, "O, karaenga ri butta Makka, anne inakke taena kakoasaangku, karaengkuji patakoasa nasabak iaji karaeng kamma erokna, apa nakaerokang attantumi anjarina, kere-kere todong tena nakaerokangi attantu tommi tenana nanjari antu."
Lekbaki mangemi Nakbita anngalle jeknek sambayang nanampa mange assambayang rua rakanna, na nampami nakiok karaenga ri Makka angkana, "O. karaenga ri Makka, umbamo nakinaik ri monconga nakupaccinikangko sikamma nukaerokia
nasabak erok kakoasanna Allahu Taala ri lino tulusuk mange ri aherak."
Apaji naklampamo Nakbita naik ri coppokna moncong nikanaya
Jabala Kubais namminawang tommo karaenga ri Makka amminawang ngaseng tommi sikamma tau jaia ia ngaseng antu.
Naia battunamo naik Muhammad ri coppokna monconga nacinikmi bulanga i rate ri langika taklalo bajikna siagang kanang-kananna singarakna. Naia nakbita assambayammi pole rua rakanna ri tompokna anjo moncong Jabala Kubais. Naia ri wattu lekbaknamo assambayang rua rakanna akdallek
228
naikmi ri bulanga namakkiokmo rasulallahi angkana, "O, bulang naungko mae lintak-lintak nasabak erok kakoasanna siagang kalompoanna karaengku Allahu Taala.
Apaji nasipakkida mataja naniakmo naung mae bulanga ri
dallekanna Nakbita. Nakanamo
Nakbita, "E, bulang
mangeko lintak liliki kabbaya pintuju sitola-tola. Napunna lekbakmako mangemako anrinni ri dallekangku pole. Naia sakranna bulanga kammai rimbuk sarro dudua sakranna antu, nmangemo ri dallekanna Nakbita, na nakanamo Nakbiya, "E. bulang, kanangi ruaya kalima sahadak."
Apaji na nakana tommo bulanga, "Asyhadu an la ilaha illal Lahu wa asyhadu anna Muhammadan rasulullahi."
Naanjo bulang taena karhma lompona sakranna angkanangi ruaya kalima sahadak, sangkammai sakranna gunturuka manngulappaka battua ri langika sakranna angkanangi anjo
sumpaleng kalima sahadaka. Lekbaki kamma anjo nakanamo bulanga, "E, ikau ngaseng sikamma tumatappaka ri Muhammad, rasulullahi anrakba ngasengko naung ri buttaya. Apaji nasakgenna tau matappaka ri Muhammad
anrakba ngasemmi naung ri buttaya. Naia kapereka nalanngereki sakranna bulanga angkanangi sahadaka siagang aknassa-nassana sakranna.
Naia lekbaknamo nakanang kalima sahadaka mangemi bulang ri dallekanna Nakbita na napakacakdi kalenna. Apaji nassosokmo
antama ri limanna Nakbita ri kanang nassuluk ri lima kairinna natulusuk mange ri dallekanna Nakbita na nakanamo Nakbita,
"Pue ruai kalennu, mangeko ri pammumbang sipue, mange tongko
229
ri kasakrakkang sipue lekbaki kamma anjo n£^akkalepumi poleng kalenna kamma ri lekbaka.
Lekbaki akkalepu nakanamo nakbia, "Ammotereknako pole naik kamma ri biasaya nasabak lekbak ngasemmako nacinik taua ri Makka nasabak erok kakoasanna AUahu Taala gannakpako sallang
sampulo anngappak bannginnu nubajik pakbokdonnu." Naia nalanngerekna bulangan kanarma Nakbita ammoterekmi
naik bulanga ri pammantanganna kamma biasa, taena pamminrana manna sikekdek.
Lekbaki kamma anjo nakanamo Nakbita ri sikamma tau jaia, "Bajikmakik ammaliang mange ri ballakta ngaseng
nasabak lekbakmi paralluna karaenga ri Makka, nacinik ngasemmi sikamma nakaerokia, sikamma napalaka kajariang ngasemmi antu."
Apajai nammaliammo Nakbita amminawang ngaseng
tommi karak-karaenga ia ngaseng sakgenna tau jaia. Naia battunamo naung Nakbita ri bangkenna monconga, akkanami karaenga angkana,
"O, ikau ngaseng
sikamma tau jaia
bonena butta Makka apamo bicaranta siagang nawa-nawanta
ikatte ngaseng anne niaka amminawang ri Muhammad nasabak sikamma nipalaka napakrupa ngasemmi, sikamma nikaerokia napanuhi ngasemmi Muhammad. Anne inakke tappak tojemmak ri Muhammad ri maknassana ia tijemmi nikana nakbi ahiri samang, panngulunna sikamma nakbi siagang suroa, karaenna sikamma mahalloka."
Lekbaki aldcana kamma anjo karaenga ri makka akkana tongiseng Abu Jahalek angkana, "O, karaenga ri Makka,
230
anngapai nakitappak
dudu kamma ri Muhammad, balik-
balik mataji nagaukang Muhammad nakiamminawanno ri Muhammad, Masa akkule nakiok bulanga nanu bella dudu naik."
Naia nalanngerekna karaenga ri Makka kana-kananna
Abu Jahelek, nakanamo karaenga ri Makka. "O, Abu Jahelek. punna nukana balik-balik mataji Muhammad na nakulle nakiok
bulanga naung mae anrinni, coba-coba tongi sedeng ikau angkioki. Napunna tena naung mae kupolongi kallonnu, talakutallassiako."
Naia nalanngerekna Abu Jahelek kananna karaenge,
nalarimo Abu
Jahelek
mange-mange manna tukguruk
takrompang lariji napakamma mallakna ri karaenga nipolong kallonna, tanitallassi.
Lekbaki
mangemi
karaenga ri Makka sukjud ri
bangkenna Muhammad, rasulullahi, nakanamo karaenga ri Makka, "Ajarimak angkanangi
ruaya
kalima syahadak,
e surona karaeng Allahu Taala, nakuantamamo Isilang, nakuamminawammo ri kau, kiuaeng." Namange ngaseng tommo
tau Jala sukjud ri bangkenna nakbia angkanang ngasengi kalima sahadaka ia ngaseng bonena Makka. Nakanang ngasemmi tau jaia "Asyhadu an la ilaha illal Lahu wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah".
Naia lekbaknamo angkanangi kalima sahadaka ammoterek
ngasemmi
pole
mange ri bakkana karaenga ri Makka
siagang Muhammad. Naia battunamo Muhammad ri ballakna karaenga
231
kammaya tompa tau jaia abbarasallammi angkana, "Assalamu alaiku" na nibali tommo barasallanna angkana,"Wa alaikum salam" ri karaenga ri Makka. Lekbaki akbicara sinamperek ri ballakna karaenga ammaliammi mange ri ballakna Nakbita sallallahu alaihi wasallama.
Alasiapa-siapa
arei
sallona
battuna
rasulallahi
ri
ballakna, nakana tommo karaenga ri Makka ri tau jaia angkan,
"E, ikau ngaseng sikamma bija pammanakangku siagang bonena Makka, niak erok kusuro erangangi Muhammad, rasulullahi."
Apaji natakbangka ngasemmo sikamma tau jaia anciniki anakna
karaenga ri Makka nipantama ri pattia, taena ulunna, taena bangkenna, taena limanna niparipatti, na nisuro erangang Nakbita mange ri ballakna.
Apaji
na
nakanamo
Allahu
Taala
ri jiboraelek,
"Mangeko ri tunikamaseangku, Muhammad kana-kanangi angkanaya niak antu anakna karaenga ri Makka nasuro
erangangko taena ulunna, taena bangkenna, taena limanna. Napunna sallang niaki battu niparipatti sungkei lintak na npuasuluk na nutongkok pole na nupassabayangang rua rakang, nanampa nutimbak anjo anak-anaka, anakna karaenga ri Makka. Napunna nucinikmo palakkammi lima siagang bangkeng siagang ulu ri karaeng Allahu Taala."
Nataena todo.ng nasallo niak tojemmi nierang anakna
karaenga ri Makka mange ri ballakna Nakbita. Battuna mange nasungkena Nakbita nacinikmi taena tojeng ulunna, taena limanna, taena todong bangkenna.
232
Apaji nassambayammo Nakbita rua rakang na nampa appalak doang ri karaeng Aliahu Taala barang kammai apa
na nisare ulu, nisare todong lima siagang bangkeng anjo lapong anak-anak.
Naerok kaiompoanna karaeng Allahu Taaia, niak tojemmo ulunna siagang limanna siagang bangkenna anjo lapong anak-anak.
Lekbaki kamma anjo nisuro erangammi poe anjo anakna karaenga ri Makka.
Naia battunamo mange ri ballakna karaenga anjo
lapong anak-anak, nalintak tommo karaenga ri Makka mange anciniki anakna, na niakmo ulunna siagang limanna siagang bangkenna, Narannu dudumo karaenga ri Makka anciniki anakna
rua sikalabini. Taenamo kamma lannasakna karaenga ri Makka annawa-nawai anjo kajarianga. Nalarimo mange anrakaki anakna na nabau.
Lekbaki kamma anjo mangemi karaenga ri Makka , ansuro
sungkei gakdong bulaenga tiknoka, bulaeng mataya jamarroka intanga rakna mutumanikang erok lanapasidakkang mange ri Nakbita Muhammad.
Alasiapa-siapaji jaina barang-barang siagang anak rara beru timboa susunna nipasadia lanngerangi anjo passidakkana karaenga
ri Makka mange ri Nakbita. Amminawang tongi karaenga ri Makka anngerangi anjo sumpaleng barang-baranga. Naia Abu Jahelek taenamo kamma pakrisikna pakmaikna ri Muhammad kammaya tompa pole ri karaenga ri Makka anciniki
gauk-gaukna karaenga ri Makka antu.
233
Naia battunamo karaenga siagang tau jaina mange ri ballakna
Nakbita
mangemi annyomba ri bangkenna
Nakbita na nakana, "Ya, rasulullahi, iaku tojemmi antu nakbi kaminang riolo siagang ikau tommi nakbi kaminang riboko. Ikau tommi antu anrong gurunna sikamma nakbi-nakbia siagang suroa. Ikau tommi kaminang malakbirik battu ri sikontu mahalloka. Ataimak ri lino tulusuk mange ri aherak, nasabak sikamma
niaka kupalak ri kau niak ngasemmi
akrupa. Amminawammak ri kau siagang matappak tommak ri agamanu. Niak anne apa-apa kupassidakkang mange ri kau,
karaeng bulaeng tiknok, bulaeng mata, intang, jamarrok, ratna
mutumtmikang, kammaya
nampaya
attibo
susunna
tompa pole anak rara
sampulo siagang anak-anak
burakne nampaya erok nisunnak, kitarima laloi, karaeng anne passareku." Nakanamo Nakbita sallallahu alaihi wasallam, "A1 hamdu lillahi Rabbil alamin."
Nakana pole karaenga li Makka, "Rannu dudumak antu lanri
kitarimanaja passareku." Nakanamo pole Nakbita sallallahu alaihi wasallama, "Taenaka
nulanngereki i lalanna kittak Toreka, siagang kittak Saburo siagang
kittak Injilik, inakke napakjarak Allahu Taala nakbi kaminang riolo siagang nakbi kaminang riboko. Naia arengku allakbangi ri sikamma alanga: niaki ri pakkekbukna langika siagang ri pakkekbukna suruga, siagang ri bentennai Arasak siagang Kursia sakgenna
bonena langik tujua lonjokna siagang ri passembangenna niaka
ri pammumbang siagang
kasakrakkang nasuro kana ngasengi
234
arengku massing nakanang ngasengi angkanaya, "La ilaha illal Lahu Muhammadun rasulullahi", battuanna, taena karaeng
nisomba passanngalinna Allahu Taala siagang Muhammad suro matappaknai Allahu Taala. Lekbaki
nakanamo
karaenga ri Makka, "Kamma
tojengi kanannu. e surona Allahu Taala, lekbak memangi kulangerek i lalanna kittak Toreka siagang kittak Saburoka siagang kitta Injilika angkanaya, niak antu sallang nakbi nikana nakbi ahiri samang. Akrupa tojemmi anjo napakka-naia kittakkittak rioloa, nikanaya nakbi kaminang riolo siagang nakbi kaminang riboko."
Lekbaki appalak kanami karaenga ri Makka nammoterekmo
mange ri ballakna. Naia battunamo mange ri ballakna nasuro passeike ngasemi sakgenna tumalompona butta Makka siagang ia ngaseng bonena butta Makka.
Apaji nabattu ngasemmo assekrek bonena butta Makka siagang tumalompoa butta Makka ri ballakna karaenga ri Makka. Nakanamo karaenga ri Makka ri ia ngaseng, "lamt anne kusuro kiokang ngasengko ikau bonena Makka, anne kamma-
kamma kakaraenganga bajikkangngi nisareang Muhammad, rasulullahi."
Nakana ngasemmo tumalompoa siagang tau jaia angkana,
"Apa pattujunna karaeng, iamo kipinawang, Apa-apa nakana iamo anjari ri sakgenna gauk siratannaya antu." Lekbaki
nakanamo
Abu
Jahelek,
laknatullahi,
"O, karaeng, inakke tena sikali-kali tappakku ri Muhammad sanggengku mate."
235
Nakanamo karenga, "Eroknu todong ikau, apa eroknu, takupaduliako kau. teai ikau lakupilanngeri kanannu nasabak anu mannyala ngaseng antu nugaukanga."
Nakana pole karaenga ri Makka, "Bajiki punna nipaissengangi karaenga ri Rong siagang karaenga ri Madina. Apaji nalampamo. suroa mange ri Madina siagang ri Rong. Battui mange kana Madina
ri anjo pakrasangan nirampea, battuangsiagang Rong napabattuammi sallanna
karaenga ri Makka mange ri karaenga ri Rong. Nakanamo suroa, "Ikatte karaeng nasuro buntuli karaenga ri Makka, nasabak anne kakarenganga lekbakmi napassamaturuki sakgenna bonena antu butta Makka lanapassareangi mange ri
Muhammad."
Napabattuammi sallana karaenga ri Makka mange ri karaenga ri Madina siagang napaung ngaseng tommi ia nipauanngai ri karaenga ri passalakna anjo kakaraenga lanipassareang mange ri
Muhammad.
Apaji namassing nakanamo karaenga ri Rong siagang karaenga
ri Madina, "Ronnu dudumak.antu allangereeki keputusarma karaenga ri makka lanri erokna napassareang kakaraenganga mange ri Muhammad, rasulullahi."
Ntppanuumo karaaigari rong siagang karaenga ri Madina mange ri ballakna karaenga ri Makka. Naia battuna ngasemmo ri ballakna ri Makka, nakanamo karaenga. "lami anne kusuro kiokangngasengko
236
ri wattu kamma- kamma ya anne, sarikbattang, erokkak anne
kamma anngerangi siagangampaempoi kakaraenganga ri Nakbita sallallahu alaihi wasallam."
Nakanamo karenga ri Rong siagang karaenga ri Madin, "iami anne nakiniakmo battumaee nalanri niakna surota mac
angkana-kanangkik angkanaya la kisareangi kakareanganga Muhammad, Aliahu Taala mami anngassengi rannuna atinta ngaseng allanngereki antu."
Nakanamo karaenga ri Makka, ri karaenga ri Rong siagang karaenga ri Madina, "Bajikmakik aklampa mange ri ballakna rasulullahi ampaklekbaki anne jama-jamanga." Naia batyuna ngasemmo mange ri ballakna rasulullahi
akbersallammi angkana, "Assalamu alaikum" mange ri rasulullahi sangkamma pappakalakbirik. Na nibali tommo barasallana angkana, "Wa alaikum salam" ri Nakbita Muhammad sallallahu
alaihi wasallama, na nipanjokjok.ammo empoang ri Nakbita
ia tallu. Lekbaki kamma anjo akkutaknammi Nakbita angkanaya, "Apa ngaseng panngunjunginta nakiniak tallu-tallu mae ri
nakke nakisiaganga karaenga ri Madina siagang karaenga ri Rong."
Nakanamo karaenga ri Makka, Habib bin Malik, "Ya,
rasulullahi, iami anne kiniak ngaseng mangee ri kau nasabak passamaturukanta ngaseng anne karaenga siagang sikamma
tau jaia, anjo kakaraenganga niaka i lalang limangku eroki kupadongko ri limannu, nasabak ikattemi antu karaenta ri
lino anne tulusuk mange ri aherak. Kupalaki antu i rawangang palak bangkenna, karaeng, kitarima laloi anne kakaraenganga ri Makka, inakke ngaseng passamatu
237
rukangku ngaseng tallu-tallu kammaya tompa pole sakgenna bonena
butta
Makka."
Nakanamo Rasulullahi, "A1 hamdu lillahi Rabbil alamina"
kutarimami antu panngaerckannu ngaseng, naiakia pattuang laloi kana-kanangku, kana-kanangko lalo alle
pinawang.
alle turuki nasabak inakke sitojeng-tojenna tena sikali-kali
angakanaya kakodiannu ngaseng la kucinikangko, tantu massing kabajikannu ngasenji antu. massing kasalamakkannu ngaseng i lalang tallasaknu rl lino kammaya tompa pole aheraknu. lami anne massing erok kupalak mange ri kau ngaseng." Nakanamo karaenga ri Rom siagang karaenga ri Madina, "E, surona Allahu Taalla, ikatte anging na ikambe lekok
kayu, ikatte jarung naikatte bannang panjaik, ikkate Nyawa, na ikambe tubu, ri kau ngaseng mami antu nakbia siagang suroa antu. Mamminawang ngasemmakik ri bokonu, nasabak
nakana pakmaitta tena sikali-kali olona angkanaya kakosianta nicinikangkik, passanngalinna massing kabajikanta tonji. Taenamo anne salana nasabakk ri kattenamo antu kakaraenganga.
E, surona Allahu Taala, kusombaki nakupanaikkik ri ulu, nasabak battuna ngasemmo kiminasaia ri katte lantarang
nitarimanaja anjo kakaraengang ri butta Makka." Nakanamo Rasulullahi. "Kutakgalak jarrekmi antu kanannu ngaseng ikau tallu nasabak anjo butta tallua rong,
Madina, siagang Makka nisuro katutui ri karaeng Allahu Taala."
238
Lekbaki kamma anjo, apaji namassing annyombatno ia ngaseng tallu ri Nakbita Muhammad aUahngereki kananna
antu siagang rannu pakmaik siagang sukkuruk ri karaeng Allahu Taala, karaenna sikamma alanga siagang ri karaenta Nakbia
antu.
Nakana pole Rasulullahi, "E, ikau ngaseng, katutui laloi kalennu na nubajiki lalo anngolona atinnu ri karaennu,
na nubajiki pakkusiannu. Piianngeri kanangku, pituai erokku,
pattujungku Alleang, nasaiamak linonu kammaya tompa aheraknu."
$ic
He ^
Passalak. Nipaletteki sedeng pau-paunga mange ri Nakbita. siagang ngaseng sahabakna akbicak-bicara. iami antu rewasa mambaninamo mammaliang ri panngamaseanna Allahu Taala. Naanjo sikamma sahabaka tanaassengai angkana mambariimi paleng Nakbita sallallahu alaihi wasallama
mammaliang ri panngamaseanna Allahu Taala, mingka anjo Nakbita
lekbak
naasseng
memammi kalenna, mingka
narahasiakang tonji sikamma sahabakna.
Apaji nabattu tommo malaekak Jiborilu ambarasallangi Nakbita, nassirakak, nassibau siagang Jiborilu. Nakali-banngang ngaseemo sikamma sahabak niaka haderek anciniki gaukna nalanri tenana naniak naciniki gaukna Nakbita kammaya anjo.
239
Lekbaki nakanamo Jiborilu ri Nakbita, "O, tuningainna
Allahu Taala. sallo-sallomak erok anngagangko sicinik siagang siempoang siagang kau."
Naia Nakbita naasseng tommi battuang kananna malaekak
Jiborilu. Nakanamo Nakbita Muhammad, "O. belaku Jiborilu,
sallomak nakkuk ri karaengku, karaenna sikamma alanga." Nakana pole Nakbita, "iami anjo nikanaya kamateang ampasisaklaki tusingaia, anaka siagang tau toana, bainea siagang buraknea."
Naia sahabaka naasseng tommi ri maknassana anjo Nakbita taenamo nasallo tallasak ri tompokna anne. linoa. Mambanimi makukang sahabakna: abubakkarak, umaralc, usumang, Ali kammaya tompa pole sahabak-sahabak maraenganga antu, Mambani tommi makukang Patima, mambani
tommi makukang ummakna. Apaji na numera ngasemmo sikamma sahabakna niaka haderek anjo wattua.
Nakana poleh Nakbita, E, belaku Jiborilu, punna sallang ammoterammak mange ri pannggamaseanna karaengku, apaka turung injako sallang naung ri linoa dek taenamo."
Nakanamo pole Nakbita, "Apa nupatturungang, apa nasuroangko Allahu Taala mange ri lino ka inakkeji antu nupatturungi nakutaena."
240
Nakanamo
Jiborilu, "Ya, rasulullahi, uru-uruna
kupatturuangang ri lino nasuroak Allahu Taala anngallei passingaianna taua. Jari, lannyakmi sallang nikayana passingaiang ri pallawanganna rupa taua antu. Makaruana, tupanritaya. Makatallunna. nasuroak Allahu Taala naung ri lino anngallei sakbarakna ri tujunna paccoba nipatabaianngai ri karaenna antu, Makaappakna, naungak ri lino anngallei lambusukna tumakbicaraya. Jari, tumappatentaya tenamo
natannangi nikayana kalambusang, sijekkongang ngasemmi taua. Makalimanna. nasuroak Allahu Taala naung ri linoa
anngallei labona tukalumannyanga. Jari tukalumarinyanga taenamo nakamaseangi tau kasiasia, anak kukanga, nassekkekammi barang-baranna. Makaannanna, nasuroak Allahu
Taala tuning ri linoa anngallei sirikna balnea. Balnea sallang ri cappak wattu tannamo naballaki nikanaya sirik, sirik ri karaenna, sirik ri paranna tau, kammaya tompa sirika ri kalenna. Makatujuna, nasureak Allahu Taala turung ri lino anngallei ampanaiki morotakbakna atanna matunaya na napanaungi morotakbakna tau lakbirika. Battuana,
anggulummi naung batu lompoa nanggulung naik batu cakdia. Makasagantujuna, nasuroak Allahu Taala naung anngallei barakkakna buttaya, battuang kana tenamo apa-apa makbarakkak ri tompokna anne butayya. Makasalapanna, nasuroakk Allahu Taala anngallei rasanna bau-bauanga, battuangkana lannyak ngasemmi sallang rasa mabauka ri tompokkna buttaya. Makasampulona, nasuroak Allahu Taala naung anngallei
241
ukirikna koranga. Anjo watiua lannyakmi ukirikna koranga malakbirika, taenamo tumanngaji, taenamo hukkung, sikanre
balemi taua. taenamo nikana kalambusang, eroknamai tumapparentaya anjari. apa-apa erokna iamo anjari. la tommi sallang anjo wattua namambanimo kiamak antu linoa." Nakanamo Nakbita. "O, jiborilu belaku, punna sallang
lekbak ngasemmo nualle antu sampuloa nasuroangako Allahu Taala antemi kamma sallang kaadaana sikamma ummakku riboko."
Nakanamo Jiborilu, E, surona Allahu Taala, anjo sallang
ummaknu assingai dudua akbeserekmi, akbeserekmi lapong
taua siagang anakna, akbeserekmi, lapong baine siagang
buraknenna, lannyakmi panngamaseanga ri pallawanganna ngaseng
kalenna
carakdek,
taenamo
matu-matunna
panngassenganga.
Naia pakkereka kamma tommami allarapanna binanga tenaya jeknekna, lanri taenana sakbarakna antu. Naia sikamma
karaenga kammamami antu allarapanna pakjannangang tenaya singarakna lanri tenana lambusukna namalompo jekkonna
ri
bicaranna, ri
tau jaina
ngaseng. Naia
sikamma
tukalumannyanga kamma tommi antu allarappana pokok kayu tarraka ri lekok nataena rapponna lanri tenanamo
labona
ri
tau
kamse-masea siagang anak kukanga,
napassekkekammi barang-baranna. Naia sikontu
242
nikanaya baine kamma tommami antu allarapanna kakdok tenaya kaccina siagang ceklana lanri tenanamo sirikna baine anjo wattua. balnea sangkamma tommami barang balukbalukang tenamo anggakna lanri tenanamo naballaki sirika. Naia sikontu lamung-lamunga taenamo niak assina taena
tommo rapponna nasabak lannyakmi barakkaka ri rompokna anne buttaya. Karhmaya tompa pole taeenamo nillanngerek kana-kana mabajik passanngalinna kana-kana kodi ngasemmami kamma tommami rakmasaka siagang bottoka iami anjo anrassi
linoa kataenamo rasa mabauk, sanging rasa bottokmami
antu kongkong nakallonga buku Jukuk. sannging passitumpakang mami nilanngerek.
Kammami anjo sallang gaukna keknaninga, ummaknu
Muhammad ri cappak wattu. Naia ukirikna Koranga niloklosokmi, taenamo sallang nakaciniking ukurikna. Issangi ikau kammana anjo e, rasulullahi."
Apaji natamakkanayamo rasulallahi na nakana, "O, belaku Jiborilu, tamakkulleai kupappalak pammoppporang ri Allahu Taala ummakku na nikamaseang ri Allahu Taala
nateak lalo nangggaukang gauk sikamma-kammaya anjo, nasabak anjo sallang ummakku taenamo ampaccinikang ri
gauk bajika siagang ri gauk konto tojenga, passanngalinna tupanritayamami. lamo anjo tupanritaya passabeku ribokong mateku, ia tommi anjo tupanritaya warisikku. Nainai-nai
tau ampinawangi tupanrita tojeng-tojengku, sangkammami antu tumminawanga ri nakke. Nainai-naimo tau angkabirisi
tupanritaku, maknassa inakkemi antu nakabirisi."
243
Nabacami malaekak Jiborilu ayaka, "Fa'alun lima yurid,"
battuanna, nagaukangi Allahu Taala riia-ianria nakaerokia. Nakanamo pole Nakbita, "O, belaku malaekak Jiborilu, taena laloja napatabai ummakku passessa kamma todong ummak-ummak rioloa ri wattu anggaukanna gauk panngalarroi nasabak
ummakku
nakke
ummak
dodong
namkurang
pakkullena."
Nabacami pole Jiborilu ayaka angkana. "Innal Laha la yukhliful mi'ad", battuanna, maknassa karaeng Allahu Taala taena sikali-kali nalesseri janjinna. Apaji na numeramo
Nakbita annawa-nawai ngasengi sikamma ummakna. Annawanawai ngasengi sikamma kajariang lantattabaiai ummakna sallang riboko.
Nakanamo malaekak Jiborilu, "Ya rasuiullahi, sitojeng-
tojenna anne katallassahga ri lino maklekkbak-lekbasaki. Naia tallasaka mate balinna. Naia tekne pakmaika susa
balinna. Naia bajika makodi balinna. Naia tekne pakmaika susa balinna. Naia bajika makodi balinna. Lanri kammanami anjo kereka mae accinik tallasak tanabali mate. Kamma ngasemi anjo, niaka lannyak sallang balinna, passanngalinna Allahu Taala majannang kale-kalenna na mannannungang
satunggu-tunggu, mingka sikamma mahalloka takgesarak ngasengi sallang kalekbakanna, mange ngasengi sallang ri assalakna. Naantu sikamma ummaknu Allahu Taalaji
anngassengi ningainna ri Allahu Taala. Jari, punna, niak ummaku nisessa, kalenna tonji antu ansessai kalenna. Lanr
244
kammanami anjo naparallu napakkulle-kuleang anggaukangi panngilea angagangi akkalakna natiai lalo napassuna napinawang sollanna na niak passisaklakanna siagang bansa olok-oloka.
Napunna niakji napakamma anjo ummaka attantumi ningaina ri Allahu Taala siagang nipassalamakna antu."
Lekbaki akkana kamma anjo malaekak Jiborilu appalak kanami ri Nakbita nammaliang tommo Nakita mange ri ballakna namaliang tommo sikamma sahabaka mange todong ri ballakna ngaseng.
Naia battunamo Nakbita mange ri ballakna nakanamo ri Aisa,"O, Aisa kuciniki sikamma taua anne ri lino kasaleorangi mattekne-tekne pakmaik na naboya kakalumannyanganga
siagang kalakbiranna lino na nakaluppai allo kiamaka. Naia sallang sikamma rupa taua punna mambangummo battu ri kuburukna assolak-solarak ngasengi taua, taena niak ammake pakeang. Nakanamo Sitti Aisa arigkana, "E, jungjuangku, e, rasulallahi, inaimami sallang tau ammakeang tamassolak-
solarak anjo sallang rewasaya." Nakanamo rasulallahi, "O, Aisa, anjo sallang rewasaya
kamma ngasengi taua tena nammakeang, taenamo tumalakbirik; taenamo tau lompo, taena tommo tau cakdi; taenamo tau kalumannyang, taena tommo tau kasiasi;
taenamo tau toa,
taena tommo anak; taenamokaraeng, taena tommo ata; sikontu atanna Allahu Taala kamma ngaseng."
245
Nakanamo Sitti Aisa ri rasulallahi, "E, surona karaeng
Allahu Taala, punna kamma antu sallang ri allo riboko,
ri allo kiamaka, palak laloi ri Allahu Taala barang nakkemo sallang ammake pakeang kale-kalengku nasabak taenamo kamma lompona sirik-sirikku punna sallang assolarrakik ri tanngana tau jaia. Ante kammami sallang gaukta ri allo kiamaka antu.
Apaji natakmurimo Nakbita sallallahu alaihi waSallama
allangereki kananna siagang pappalakna Sitti Aisa antu. Nakanamo
Nakbita, "O. Aisa, barang nukamai kapang ikauji kalekalennu kamma anjo, kamma ngasengi sallang taua, tena nipassanngali."
Nakanamo Aisa, "lamo antu nakke kukasirikang sikali nacinikcinikkik sallang tauA-,'\ , , ;'
Naia ri wattu'lekbakn^mo akkana kamma anjo Aisa, tappa niakmamo anak-anak baine ammalo massolak-solarak i rawa ri buttaya. Nakanamo Nakbita, "O, Aisa, cinikmi
anjo anak-anaka antekamma pacciniknu masiriki dek taena iareka nante kamma.
Apaji namannyombamo Aisa naung ri bangkenna Nakbita Muhammad angkana, "E, surona Allahu Taala, palak pammopporang laoajk ri Allahu Taala nasabak lompo sikali pannyalangku ri kau lanri akkana banngoku, taenana kunngasseng matu-matu.
Nakanamo Nakbita, "E, Aisa, taena tau anngefangi kalakbiranna siagang kakalumannyanganna mange anjoreng
0^ 246
anne linoa ammotereng ngasengi sallang mange ri assalakna,
kamma tonji antu rupa taua. Anne lino pakrasangang lannyak
mingka aherak pakrasangang majannang satunggu-tunggu. Jarreki laloi anne kammana. Aisa, kammami anjo sallang gauka ri rewasaya ri allo kiamaka. Salamak.
..ijui&w iriiR' . , Tammak
Snsj
>
PERPUSTAKAAftI PUSAT PEMaiNAAN OA^
PEMGEMBANSAH RAHASA DAPA8TEMIH PI(• Q | kAN'
DAM IU;8tiOA'».A^UiJB I :U n ti i1
oiPMl .....
■ ■
[iA
.-signfi '
-i.
u.l
:h 0
ban:
'.A n 54^61 §n
'.nnsipijisiAi