ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. U DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI LAPARATOMI EKSPORASI INDIKASI DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS Tanggal 15-18 Juni 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Di Stikes Muhammadiyah Ciamis
Disusun Oleh : AHYU MUTTAKIN NIM. 13DP277003
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini Diperiksa dan Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diajukan Dalam Ujian Sidang
Ciamis, Juni 2016 Pembimbing,
H. Dedi Supriadi., S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes NIK. 0432777295008
Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis
Suhanda., S.Ag., S.Kep., M.Kes NIK. 0432777195006
Nama : Ahyu Muttakin NIM : 13DP277003 Program Studi : D III Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERCERNAAN POST OPERASI LAPARATOMI EKSPORASI INDIKASI DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS 2016 INTISARI Kesehatan adalah tanggunng jawab bersama dari setiap individu, masarakat pemerintah dan swasta apapun peran yang dimainkan pemerintah dan tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan merika. Oleh karena itu salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (DepKes RI 2010). Sesuai dengan pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan; ketentuan dalam UUD 1945 tersebut kemudian dilasanakan dengan UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Apendiksitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memperlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing terinfeksi. Bila tidak terawat angka kematian cukup tinggi,dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anatomi,Apendiksitis, 2007). Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu umbai cacing (apendiksitis).Infeksi bisa mengakibatkan pertahanan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum.Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun lendirnya bayak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir (Anonim,Apendiksitis, 2007).Apendiksitis merupakan peradangan pada usus buntu /apendiksitis (Anonim, Apendiksitis, 2007).
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah yang indah disetiap memasuki mesjid makan dan minumlah dan janganlah berlebih - lebih. sesungguhnya allah tidak menyukai orang – orang berlebih – lebihan”. (Q.S AL-A’RAF : 31). Untuk mewujudkan visi indonesia sehat 2016 ditetapkan empat misi pembangunan untuk hidup sehat. Kesehatan adalah tanggunng jawab bersama dari setiap individu, masarakat pemerintah dan swasta apapun peran yang dimainkan pemerintah dan tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan merika. Hanya sedikit yang dapat dicapai perilaku yang sehat dan kemanpuan masayrakat untuk memilih dan mendapat pelayanan kesehatan
yang
bermutu
sangat
menentukan
keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya kesehatan pokokl atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (DepKes RI 2010). Sesuai dengan pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan 1
2
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan; ketentuan dalam UUD 1945 tersebut kemudian dilasanakan dengan UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Setiap orang berhak dan wajib mendapatkan kesehatan dalam derajat yang optimal. Itu peningkatan derajat kesehatan harus terus menerus di upayakan untuk memenuhi hidup sehat. Maka untuk mewujudkan “Jawa barat sehat 2014 perintah provensi jawa barat memiliki misi dan visi pembangunan dibidang kesehatan. Untuk mencapai visi Dinas kesehatan Provinsi jawa barat ditetapkan 4 visi yaitu, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehetan yang berkualitas mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan meningkatkan sistem survellasn dalam upaya penyegahan dan pengendalian penyakit, kesehatan yang merata terjangkau dan berkualitas (http//dinkes. Jabarpro .go id 2015). Begitu juga dengan Dinas Kesehatan kabupaten Ciamis memiliki visi yaitu meningkatkan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau melalui sumber daya manusia serta saran dan prasarana yang baik memperdayakan masyarakat untuk berprilaku hidup sehat dan lingkungan yang sehat secara mandiri.
Mengembangkan
Kementrian untuk terciptanya masyarakat Ciamis yang sehat (Dinas Kesehatan kabupaten Ciamis 2010) untuk mewujudkan cita - cita
2
3
tersebut RSUD Kabupaten Ciamis dan sekitarnya, yang mempunyai misi berorientasi pada kepuasan pelanggan yang salah satunya untuk meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit dengan menggunakan metode asuhan keperawatan. Visi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Ciamis “RSUD
Ciamis Sebagai Pusat Rujukan Terpercaya Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Di wilayah Kabupaten Ciamis Dan
Sekitarnya “(RSUD
Ciamis, 2016). Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermivormis dan merupakan kegawat daruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan. Dapat terjadi pada semua umur, hanya jarang dilaporkan pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun terjadi pada laki-laki dan perempuan sama banyak (Pierce dan Neil, 2007). Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun. Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan
kebiasaan
mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya
sumbatan
fungsional
3
apendiks
dan
meningkatnya
4
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis (Syamsuddin, 2009). Hasil survey di RSSA diperoleh data bahwa selama tahun 2004, jumlah pasien yang menjalani pembedahan adalah sebanyak 5897 pasien, dimana dari 10 penyakit terbanyak di ruang bedah, diketahui bahwa 12,33% adalah penyakit yang membutuhkan bedah digestif. Penanganan diet yang diberikan tergantung dari kondisi pasien serta jenis pembedahan yang akan dijalani (Astri, 2006). Apendiksitis akut merupakan sala satu kasus tersering dalam bedah abdomen. Rata – rata 7% populasi menderita Apendiksitis dalam hidupnya (Agrawal, 2008). Selain itu, juga di laporkan hasil survey. Angka binsedensi Apendiksitis, dimana terdapat 12 kasus Apendiksitis pada setiap 1.000 orang di Amerika (Dahmardehei, 2013 ). Menurut WHO (World Health Organization), indisdensi Apendiksitis di Asia pada tahun 2004 adalah 4,8% penduduk dari total populasi. Menurut departemen Kesehatan RI di Indonesia pada tahun 2006, Apendiksitis menduduki urutan keempat penyakit terbanyak setelah Dispepsia, Gastristis, dan Doudenitis dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040. Selain itu pada tahun 2008, insidensi Apendiksitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di luar kasus kegawatan Abdomen lainya. Dalam mendiagnosis Apendiksitis, anamnesis dan pemeriksaan memegang peran utama dengan akurasi 76-80%, tetapi dalam
4
5
mencegah pasien agar tidak terjadi perforasi tindakan yang cukup hanya dengan Anamnesis dan pemeriksa fisik. Dapat juga dilakukan Ultrasonography (USG) dan Computed Tomography (CT) scan, tetapi di karnakan alat ini memerlukan biaya yang tidak murah dan tidak semua unit pelayanan memilikinya, sehingga pemeriksaan ini masih jarang untuk dilakukan (Brunicardi, 2010), selain itu USG dan CT scan sendiri bukan untuk mencari adanya Apendiksitis, pemeriksaan ini untuk membantu mencari differential diagnosis atau untuk membantu pasien yang hasil diagnosisnya masih diragukan (Rull, 2011). Berikut adalah data 10 besar penyakit yang ada di Kabupaten Ciamis pada bulan Januari-Desember 2015 : Tabel 1.1 Daftar 10 Besar Penyakit di Kabupaten Ciamis Bulan Januari-Desember 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 92
Penyakit Hipertensi Primer (esensial) INFLUENZA Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik Tukak Lambung Nasofaringitis Akuta (Common Cold) Gastroduodenitesis tidak spesifik Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) Diare dan Gastroenteritis Rematisme (tidak spesifik) Myalgia Apendisitis
Total 48.007 41.386 37.017 34.937 24.587 22.190 20.624 18.138 18.100 16.960 123
Berdasarkan tabel di atas penyakit yang tertinggi pada periode Januari-Desember 2015 adalah Hipertensi Primer dan penyakit
5
6
Apendisitis ada pada urutan ke 92 dengan jumlah 123 orang selama periode 2015. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Ciamis pada periode
Januari-Desember
2015
pada
bagian
rekam
medik
didapatkan data 10 Besar penyakit Rawat Inap bagian bedah di Ruangan Dahlia adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Daftar 10 Besar Penyakit di Ruang Dahlia RSUD Ciamis Bulan Januari – Desember 2015 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 16
DIAGNOSA SD KATARAK FEBRIS HIL CHF GEA TYPHID ANEMIA CKD HT APENDISITIS
JUMLAH 158 126 74417 73 68 66 58 50 45 45 28
Berdasarkan tabel diatas penyakit Apendiksitis berada pada urutan ke 16 dengan jumlah 28 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Ciamis pada periode januari – april 2016 pada bagian rekam medik didapatkan data 10 besar penyakit inap bagian di ruang dahlia adalah sebagai berikut :
6
7
Tabel 1.3 Daftar 10 Besar Penyakit di Ruang Dahlia RSUD Ciamis Bulan Januari – April 2016
NO
DIAGNOSA
JUMLAH
1
FEBRIS
69
2
SD
45
3
ANEMIA
26
4
GEA
25
5
KATARAK
25
6
CHF
20
7
DYSPNEU
20
8
HERNIA INGUINAL
18
9
TIPHOID
17
10
HT HIPERTENSI
17
20
APENDISITIS
6
Berdasarkan Tabel di atas penyakit yang tinggi pada periode januari – april 2016 penyakit tertinggi adalah febris dan penyakit Apendisitis nomor 20 dengan jumlah 6 orang. Maka dari tabel 2 dan 3 disimpulkan bahwa penderita apendisitis dari tahun 2015-2016 mengalami penurunan jumlah kasus yang ada di ruang Dahlia RSUD Ciamis. Sedangkan pada tabel 1 dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis penyakit apendisitis berada pada urutan 92 dengan 123 kasus. Mengingat kondisi di atas diperlukan perhatian dan penanganan yang
inseftip
terhadap
penyakit
7
apendiksitis,
karena
dapat
8
menimbulkan dampak terhadap kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan biologis. Kebutuhan dasar yang terganggu diantaranya rasa nyaman nyeri, pola nutrisi, mobilisasi penurunan voleme cairan pernapasan, integritis jaringan retensi urine risiko tinggi terhadap disfungsi seksual resiko tinggi infeksi gangguan pola eliminasi BAB dan rasa aman cemas, peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi bio- psiko sosial dan spritual sangat diperlukan. Hasil pengkajian di ruang dahlia pada tanggal 15 juni sampai 19 juni 2016, penulisan menemukan data sebagai berikut : klien sulit BAK dilakukan operasi prostetectomy, gangguan pola eliminasi BAB konstipasi, imbolisasi kurang latar belakang masalah tersebut di atas, risiko tinggi infeksi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus mengenaim : Asuhan Keperawatan Pada Tn. U Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Post Operasi Laparatomi Eksporasi Indikasi Apendik Di Ruang Dahlia RSUD Ciamis Tanggal 15-18 2016. B. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi bio–psiko-sosio-speritual pada kasus
8
9
Post operasi prostatetomy akibat laparatomi eksporasi indikasi apendik. 2. Tujuan khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian masalah keperawatan pada klien post operasi. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien post operasi laparatomi eksporasi indikasi apendik. c. Mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada klien post operasi laparatomi eksporasi indikasi apendik. d. Mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada klien post operasi laparatomi eksporasi indikasi apendik. e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien post operasi laparatomi eksporasi indikasi apendik. f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien post operasi laparatomi eksporasi indikasi apendik. C. Metode telaahan Dalam pembuatan karya ilmiah penulis menggunakan metode deskritif dan observasi berupa studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan
yang
memberi
gambaran
nyata
dalam
asuhan
keperawatan yang diberikan. Adapun tehnik penggumpulan data dilakukan melalui;
9
10
1. Wawancara, yaitu tim penggumpulan data tanya jawab dengan klien, keluarga klien, tim kesehatan lain sehinga mendapatkan data subjektip yang berhubungan dengan masalah kesehatan. a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan pada klien untuk memperoleh data objektip tentang masalah kesehatan. b. Pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan data objektip dengan tehnik insfeksi, palpasi, asukultasi perkusi. c. Studi dokumentasi adalah penggumpulan data yang diperoleh dari buku status perkembangan pasien selama di Rumah Sakit umum Daerah Ciamis. d. Studi keputusan, yaitu studi melalui literatur dengan melihat dari buku-buku sumber berkaitan dengan kasus yang diambil dalam pembuatan karya tulis ilmiah internet jurnal. Maupun materi perkulihan sebagai acuan dan landasan dalam berpikir atau bertindak. D. Sistematika penulisan Adapun sistemmatika penulisan Karya tulis ini latar terdiri empat, tujuan metode serta sistematika penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, tujuan, metode Serta sistematika penulisan
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS
10
11
Bersihkan konsep dasar yaitu definisi, tanda dan gejala,
etiologi
anatomi
fisiologi,
patofisiologi,
manajemen medik. Dampak tindakan post operasi prostatectomy akibat laparatomi eksporasi indikasi apendik terhadap kebutuhan dasar dan asuhan keperawatan post operasi prosctatectomy, yaitu pengakajian, intervensi implementasi dan epaluasi. BAB III
: TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Tinjauan kasus berisikan tentang
pelaksanan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan post operasi prostatectomy akibat laparatomi eksporasi indikasi apendik berdasarkan priorintas masalah, proses keperawatan, catetan perkembangan, pembahasan berisihkan tentang kesengajangan – kesengajangan yang
ditemukan
dari
perbandingan
antara
pendekatan teoritis dengan pelaksanan pada kasus. BAB IV
: KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian akhir dari penulisan setelah melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan dan rekomendasi untuk perbaikan.
11
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Apendiksitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memperlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing terinfeksi. Bila tidak terawat angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anatomi, Apendiksitis, 2007). Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu umbai cacing (apendiksitis). Infeksi bisa mengakibatkan pertahanan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum. Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun lendirnya bayak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir (Anonim, Apendiksitis, 2007). Apendiksitis merupakan peradangan pada usus buntu / apendiksitis (Anonim, Apendiksitis, 2007).
2. Tanda dan Gejala a. Sering menjalar keperut bagian kanan bawah b. Nyeri yang menjadi tajam dalam beberapa jam c. Bawah yang terjadi ketika area di tekan dan kemudian tekanan d. tersebut di lepas dengan cepat e. Berjalan atau membuat gerakan bergetar f.
Mual
g. Muntah h. Hilang nafsu makan i.
Demam ringan
j.
Konstipasi
k. Sulit buang angin l.
Diare
m. Bengkak pada bagian perut n. Lokasi rasa sakit berpareasi, berdasarkan pada usia dan posisi apendik anda. Anak anak dan wanita hamil, khususnya dapat memiliki nyeri apendiksitis pada tempat yang berbeda 3. Etiologi Terjadinya apendiksitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekalih faktor pencetus terjadi penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiksitis ini biasanya disebakan karena adanya timbunan tinja yang keras (Fekalit). hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing
parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan struktur. Namun
yang
paling
sering
menyebabkan
obstruksi
lumen
apendiksitis adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid (Irga, 2007). 4. Anatomi fisiologi Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai apendiksitis vermiformis apendiksitis terletak diujung saerum kira–kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum pada pertemuan ke tiga taenia yaitu : Taenea arterior, Medial dan Posterior. Secara klinis Apendik terletak pada daerah
Mc.
Burney
yaitu
daerah
1/3
tengah
garis
yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi Apendik berada pada Laterosekal yaitu di Lateral kolon asendens. Di daerah inguinal : membelok kearah dinding Abdomen (Harnawatia, 2008). Walaupun lokasi Apendik selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetapi terletak di Peritoneum. Ukuran panjang Apendik rata-rata 6-9 cm. Isi 0,1 cc. Cairan bersifat bisa mengandung Amilase dan musin. Pada kasus Apendiksitis,
apendik
dapat
terletak
Intraperitoneal
atau
petroperitronieal. Apendik disaraf oleh syaraf parasimpatis (berasal dari cabang Nervus fagus) dan simpatis (berasal dari Nervus
torakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada Apendiksitis berawal dari sekitar Umbilicus (Nasution, 2010). Saat ini di ketahui bahwa fungsi Apendik adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi Immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh ) dimana memiliki / berisi kelenjar limfoid. Apendik menghasilkan sesuatu immunoglobulin sekretoar yang di hasilkan oleh GALT 9Gut Associtede Lymphoid tissue)
yaitu
lg
immnoglobulin
ini
sangat
efektip
sebagai
perlingdungan terhadap infeksi. Tetapi jumlah yang di hasilkan oleh apendiksitis sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah yang di hasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi pengakatan apendiksitis
tidak
akan
mempengaruhi
sistem
imun
tubuh,
obsturksi
lumen
khussunya saluran cerna (Nasution, 2010). 5. Patofisiologi Apendiksitis
biasanya
disebakan
oleh
apendik.obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi mukosa mengalami bendungan .Makin lama mukus tersebut semakin banyak ,namun elestisitas dinding apendiks menpuyai keterbatasan
sehinga
menyebabkan
peningkatan
tekanan
intralumen. Tekan yang meningkat tersebut akan menghabat aliran limfle yang mengakibatkan edema,dipendesis bakteri,dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendikssitis akut fokal yang ditandai nyeri epigastrium . Bila sekresi mukus terusberlanjut.tekanan akan meningkat . Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena ,edema bertambah , dan bakteri akan menembus dinding peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneium sehinga menimbulkan nyeri di daerah –kuadran bayak keadaan ini disebut dengan
apendiksitis
supuratif akut. Bila kemudian aliran terganggu terjadi infrak dinding apendiks ganggrenosa diikuti dengan gangren .Stadium ini disebut dengan apendiksitis gangrenosa .Bila telah rapuh itu pecah ,akan terjadi apendiksitis perforasi . Infeksi yang terjadi dapat masuk ke peritoneal lewat sistem vaskular.sehinga peritonium mengalami infeksi .A adanyaproliferasi bakterial, terjadi edama jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan .cairan dalam rangga peritonial menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein ,sel darah putih,debres selurel dan darah. 6. Manifestasi Klinis Apendisitis memliki gejala kombinasi yang khas. Yang terdiri dari Mual. Muntah dari nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa mendadak mendadak dimulai di perut sebelah
atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah setelah beberapa jam rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian
bawah,
jika
dokter
menekan
daerah
ini
penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,85°Celsius pada bayi dan anak anak nyeri
bersipat menyeluruh di semua
bagian perut pada oran tua dan wanita tumpulnya tidak terlalu. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah
buruk
bisa
menyebabkan
syok
(Anonim,
Apendiksitis, 2007). a. Demam tinggi b. Nyeri yang makin hebat yang meliputi seluruh perut c. Perut menjadi tegang dan kembung d. Nyeri tekan e. Defans muskuler f. Peristaltik menurun sampai hilang g. Malaise h. Leukostosis 7. Penatalaksanaan Medis 1) Post Pembedahan Perlu
dilakukan
observasi
tanda–tanda
vital
untuk
mengetahui terjadi perdarahan di dalam syok, hipertermi atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah
sadar,
sehinga
aspirasi
cairan
lambung
dapat
dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler, pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selamanya itu pasien dipuaskan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perprasi atau umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Bila terjadi peritonitas umum terapi spefisik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal, perforasi, sedangkan untuk tindakan lain sebagai penunjang, tirah baring dalam posisi semi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan elktrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik spektrum luas di lanjutkan dengan antibiotik sesuai kultur, tranfusi untuk mengatasi anemia dan penenganan syok septik secara intensip bila ada. Bila terbentuk abses apendik akan teraba masa di kuandran kanan bawah yang cendurung mengelembung ke arah rektum atau Vagina, terapi ini dapat di berikan kondinasi antibiotik (misalnya anfisilin,
gentasilin, metronidazol atau
klindamisin ). Dengan sedian ini abses akan segera menghilang .apendiktomi dapat di lakukan 6-12 minggu kemudian pada abses yang tetap progresif segera dilakukan drainase. Abses daearah pelvis yang menonjol ke arah rektum vagina dengan fluktuasi positip juga perlu di buatkan drainnase.
8. Fisiologi Fungsi apendiksitis pada manusia belum di ketahui secara pasti. Di duga berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam apendiksitis menghasilkan lendir. Lendir ini secara normal dialirkan ke apendiksitis dan secum. Hambatan lendir dimuara apendiksitis berperan pada patogenesis apendiksitis. Apendiksitis menghasilkan lendir 1-2 mil perhari bersipat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya ke caeum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiksitis berperan pada patofisiologi apendiksitis. Imunoglobulin sekretor yang di hasikan oleh GALT (but associatted lymphoid tissue) Yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiksitis. Imunoglobulin itu sangat epektif sebagai
perlindungan
terhadap
infeksitapi
pengangkatan
apendiksitis tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika di pandingkan dengan jumlah di salurkan cerna ke seluruh tubuh. 9. Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia Dampak adalah yang menimbulkan oleh kemajuan IPTEK ada yang positif dan ada juga yang negatif. Dampak positf antara lain :
a. Ditemukan bibit unggul yang dalam waktu singkat dapat diproduksi berlipat ganda b. Digunakan mekanikasi pertanian untuk mepungut hasil produksi sehinga hasilna lebih besar bila dibandingkan dengan tenaga manusia. c. Diterapkannya cara memuputkan yang tepat serta di gunakanya bakteri yang sanggup memperkuat akar tanaman dengan mengambil jat hara dengan lebih baik sehingga hasil bertambah banyak. Digunakan bioteknologi (misalnya hormon tumbuhan), untuk merangsang tubuhan daun, bunga atau buah sehinga tumbuh lebih baik. 10. Komplikasi Usus buntu dapat saja pecah sebagai akibat dari peradangan yang semakin parah. Juga usus buntu telah pecah maka keselametan jiwa pun tentu akan terancam. Setelah terjadinya pecah pada usus buntu maka tidak menutup kemungkinan bahwa infeksi akan menyebar ke daerah perut sekitarnya jika usus buntu telah pecah, maka operasi harus segera dilakukan.
B. Asuhan keperawatan post operasi laparatomi eksporasi indikasi apendiksitis. 1. Pengkajian Indentitas klein Nama umur jenis kelamin status perkawinan agama suku /bangsa pendidikan pekerjaan pendapatan alamat dan nomer register indentitas penanggung riwayat kesehatn sekarang. a. Pengumpulan data 1) Indentitas Penaggung jawab Identitas penanggung jawab meliputi ;nama umur .pekerjaan, agama, alamat dan hubungan dengan klien. 2) Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama Klien dengan post operasi laparatomi apendiktomi umumnya mengeluh nyeri akan bertambah bila klien bergerak dan menurun jika diistirahtakn dengan kaki diteluk, nyeri bersipat tajam yang dirasakan terus menerus hilang timbul, nyeri dirasakan pada area operasi dan cenderung dirasakan dari sedang sampai berat.
b) Riwayat kesehatan Sekarang Umunya nyeri yang dirasakan bertambah bila bergerak, terutama bila batuk dan ekstensi eksterimitas bagian bawah dan berkurang bila berbarin mengankat kaki mendekati perut untuk menahan tekanan pada otot abdomen.
Nyeri
dirasa
menyebar
ke
abdomen
kuandran bagian kanan bawah. nyeri dirasakan terus menerus dari pada hilang timbul nyeri dirasakan berat. c) Riwayat penyakit dahulu Kaji kebiasan menahan BAB, kebiasan makan makanan pedes, rendah serat dan makanan biji –bijian. kaji adanya penyakit diabetes melitus dan TB paru yang dapat menghambat proses penyembuhan luka. Riwayat pembedahan perut. riwayat penyakit kanker dan jantung, riwayat cacingan dan riwayat alergi obat dan protein. d) Riwayat kesehatan keluarga Kaji adanya anggota keluarga/lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB dan hepatitis kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga. Kebiasan sehari –hari meliputi pola
nutrisi, eliminasi, personal
hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mengpengaruhi kesehatan. 3) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik secara umum dilakukan mulai dari ujung tambut sampai dengan ujung kaki menggunakan empat tehnik, yaitu infeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi namun untuk pemeriksaan fisik abdomen pada klien apendiksitis memperlukan tehnik khusus antara lain ; a) Sistem Pernapasan Pada klien dengan post operasi kaji adanya penumpukan sekret dan pernapasan yang cepet dan dangkal, suara nafas ronchi dan rales dan peningkatan respirasi akibat nyeri. b) Sistem kardiovaskular Klien luka post operasi kaji peningkatan nadi dan tekanan darah, konjungtiva pucat , penurunan Hb, adanya hipotensi orthostatik, kaji CRT. Akral klien untuk mengetahui fungsi perfungsi jaringan dan homon sign. c) Sistem Pencernaan Pada klien post operasi ditemukan mulut kering dan distensi abdomen. terdapat mual, muntah, dan anoreksia, distensi abdomen dan nyeri terdapat luka
operasi dan drain sehinga perlu dikaji keadanya, adanya tanda - tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak
panas nyeri dan fungsio laesa. terjadi
penurunan peristaltik akibat efek anestesi selama 24 jam dan berangsur angsur peristaltik normal kembali. Kaji adanya konstipasi (teraba masa akibat pengerasan feses di kuandran kanan bawah) dan setelah efek anestensi hilang mungkin masih terdapat mual dan tidak nafsu makan. d) Sistem Muskuloskeletal Pada
saat
operasi
mungkin
kelemahan, keterbatasan mobilisasi dan
ditemukan ketakutan
untuk bergerak. Dikaji keadan tempat pemasangan infus apakah ada kemerahan dan panas. e) Sistem persyarafan Setelah operasi kaji adanya rasa pusing dan kepala terasa berat akibat epek anestensi. Kaji tingkat kesadaran dan fungsi cerebral. Kaji tingak kesadaran adanya lethargy, kegelisaan dan iritabilitas dan kaji kohensi dan orentasi klien. Kaji kemampuan motorik yang disadari dan kemangpuan mengontrol prilaku dan adany nyeri, nilai refleks pupil, Kornea, dan refleks fisiologis.
f) Sistem perkemihan Pada klien post operasi mungkin di temukan adanya pemasangan kateter sesuai indikasi dan penuirunan
jumlah
urine
output
akibat
adanya
kekurangan volume cairan. Kaji adanya katerisasi dan keadaan keberesihkan kateter dan kulit sekitar seperti adanya kemerahan, nyeri atau perasan ketidaknyaman. g) Sistem Integumen Setelah operasi terdapat luka operasi laparatomi eksporasi dan drain. Suhu tubuh akan meningkat bila terjadi infeksi. Kaji adanya kulit kepala dan rambut kotor. Kulit kotor dan teraba lengket, kaji adanya penurunan turgor kulit akibat adanya kekurangan volume cairan. 4) Data Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium -
Leopkopsit ; Data 12.000mm3
-
Neutrofil
-
Urinalisis
; mungkin sampai75% :Normal,
eritrosit/leukossit
tetapi
mungkin
ditemukan
b. Radiologi Foto
abdomen
dapat
menyatakan
adanya
pergerakan material dari apendiks (fekalit),
ileus
terlokalisir. c. USG USG dilakukan bila terjadi infiltrat apendikularis.
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .insisi bedah. b. Resiko tinggi terhadap berhubungan
dengan
kekurangan volume cairan pembatasan
pasca
operasi
(contoh puasa), status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan), penurunan intake oral dan kehilangan cairan abnormal. c. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah d. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan
tubuh.
Yang
berhubungan
dengan
peningkatan kebutuhan preotein dan vitamin untuk penyembuhan luar dan penurunan masukan sekunder terhadap nyeri, mual muntah dan pembatasan diet. e. Gangguan
penurunan
istirahat
dengan medikasi dan hospitalisasi.
tidur berhubungan
f. Kurang
perawatan
keterbatasan
diri
mobilisasi
berhubungan fisik
sekunder
dengan terhadap
pembedahan. 5) Intervensi Keperawatan a. Risiko tingi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi bedah. Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil; -
Meningkatnya penyembuhan luka dengan benar
-
Bebas tanda infeksi ,eritema
-
Bebas dari demam Tabel 2.1 Intervensi dan rasional Diagnosa keperawatan
Intervensi
1. Awasi terutama
Rasional
tanda –tanda vital suhu.
Perhatikan
1. Untuk
mengidentifikasikan
kemajuan atau penyingpangan
demam, berkeringat, perubahan
dari
mental,
suhu tubuh yang meningkat
abdomen
meningkatnya
nyeri
hasil
yang
diharapkan,
adalah salah satu tanda dari terjadi infeksi jika suhu tubuh meningkat akan mengengaruhi tanda vital lainnya .Dugaan infeksi/terjadi sepsis, abses dan peritonitas
2. Ganti verband sesuai aturan dengan tehnik aseptik
2. Verband
yang
lembab
merupakan media kultur untuk pertumbuhan bakteri. Dengan mengikuti tehnik aseptik akan mengurangi risiko kontanminasi bakteri
3. Pantau
terhadap
tanda
dan
gejala infeksi
3. Respon
jaringan
terhadap
infiltrasi
patogen
dengan
peningkatan darah dan aliran limfe (dimanifestasikan dengan edama
kemerahan
peningkatan
dan
drainise)
dan
penurunan epitelisasi (ditandai dengan pemisahan luka). 4. Apabila pada klien tentang faktor-faktor
yang
dapat
memperlambat penyembuhan luka; a. Jaringan luka dehidrasi
a. Penelitian bahwa
melaporkan migrasi
epitel
dihambat di bawah krusta kering : gerakan
tiga kali
lebih cepat di atas jaringan
basah. b. Infeksi luka
b. Eksudat pada luka terinfeksi merusak
epitelisasi
dan
penutupan luka c. Nutrisi
dan hidrasi tidak
c.
adekuat
untuk
memperbaiki
meningkatkan
harus
masukan
protein dan karbohidrat dan hidrasi yang adekuat dan untuk transpor vaskular dari oksigen dan zat sampah
d. Gangguan suplai darah
d.suplai cedera
darah harus
pada
jaringan
adekuat
untuk
mentranspor
leokosit
dan
membuang zat sampah e. Peningkatan
stres
aktivitas berlebihan
atau e.Peningkatan stres dan aktivitas mengakibatkan peningkatan kadar kalon, suatu penghambat miotik yang
menekan
regenerasi
epidermal 5.Berikan antibiotik seseuai 5.Mungkin indikasi
diberikan
secara
profilaktik atou menurunkan jumlah organisme [pada infeksi yang ada
sebelumnya
]untuk
menurunkan
penyebaran dan pertumbuhan pada ronga abdomen . 6.Berikan paling sedikit 2 liter 6.Cairan membantu menyebarkan cairan
setiap
hari
melaksanakan
ketika obat ke jaringan tubuh terapi
antibiotic
b. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi [contoh puasa]. Status hipermetabolik[contoh
demam
,proses
penyembuhan
],penurunan intaki oral dan kehilangan cairan abnormal Tujuan ;volume cairan adekuat Kriteria hasil; - Mempertahankan keseimbangan cairan - Membran mukosa lembab -Turgor kulit baik - Tanda –tanda vital stabil - Haluaran urine adekuat Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional Diagnosa keperawatan
Intervensi
Rasional
1.Awasi TD dan nadi
Tanda
yang
membantu
mengidenfikasikan fluktuasi volume intravaskuler 2.Lihat membran mukosa;kaji turgor 2.indikator keadaan sirkulasi parifer kulit dan pengisian kapiler
dan hidrasi seluler
3.Awasi masukan dan haluaran
3.Penurunan haluaran urine pekat
Catat
warna
urine
/konsentrasi dengan
berat jenis
diduga
peningkatan berat jenis dehidrasi/
kebutuhan
peningkatan cairan 4.Auskultasi bising usus
4.Indikasi kembalianya peristaltik, kesiapan untuk masukan peroral
5.Berikan sejumlah kecil minuman 5.Menurunkan iritasi gaster /muntah jernih bila permasukan oral di mulai untuk
menimbulkan
kehilangan
dan dilanjutkan dengan diet sesuai cairan tolenransi Mandiri
6.Dehidrasi
mengakibatkan
bibir
6.Berikan perawatan mulut sering dan mulut kering dan pecah-pecah dengan
perhatian
khusus
pada
perlindungan bibir Kolaborasi 7.Pertahankan gaster/usus
7.Selang NG biasanya dimasukan penghisapan pada prooperasi dan dipertahankan pada fase segera pasca operasi
untuk
dekonmpresi
meningkatkan
usus
istiraht
usus
,mencegah muntah 8.Berikan cairan Ivdan elektrolit
8.Peritonium
bereaksi
terhadap
iritasi infeksi dengan mengahasikan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan
volume
,mengakibatkan .dehidrasi
sirkulasi hipovolemia
dan
dapat
terjadi
kektidakseimbangan .
c. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah Tujuan ;Mendenmonstrasikan berkurangnya rasa tidak nyaman Kriteria hasil; - Melaporkan nyeri hilang /terkontrol - Poster tubuh rileks - Klien mampu istirahat /tidur dengan tepat Intervensi 1.Kaji
dalam
pengawasan
,karakterstik [skala 0-10].selidiki dan keefektifan
obat
kemajuan
laporan perubahan nyeri dengan penyembuhan
.perubahan
cepet .
nyeri catat
Rasional lokasi 1.
Berguna
karakteristik
nyeri
pada
menujukan
terjadinya
abses
/peritonitis,memerlukan
upaya
evaluasi medik dan intervensi . 2.Pertahankan
istirahat dengan 2Gravitasi
semifowler
melokalisasi
eskudat
inflemnasi dalam abdimen bawah atau
pelvis.
tegangan
Menghilangkan
abdomen
yang
bertambah dengan posisi terlentang . 3.Dorong ambulasi dini
3.Meningkatkan normalisasi fungsi organ
contoh
merangsang
peristaktik dan kelancaran flatus ,menurunkan
ketidaknyaman
abdomen
4.Berikan aktivitas liburan
4.Fokus
perhatian
meningkatkan
kembali
relaksasi
dapatmeningkatan
,dan
kemampuan
koping Kolaborasi ; 5.Pertahankan
Menurunkan
puasa pada perstaltik usus dini dan iritasi
/penghisapan NG awal; Kolaborasi
ketidaknyamanan
gaster/muntah
6.Berikan analgesik sesuai 6 indikasi
Menghilangkan
nyeri
,mempermudah kerja sama dengan intervensi
terapi
lain
contoh
ambulasi batuk . 7.Berikan kantong es pada 7.Mehilangkan abdomen
dan
mengurangi
nyeri melalui penghilangkan ujung syaraf
.catetan
kompres
jangan
panas
lakukan
karena
dapat
menyembabkan kongestik jaringan .
d. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi ;kurang kebutuhan tubuh ,yang berhubungan dengan peningkatkan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan lua dan penurunan masukan
sekunder
terhadap
nyeri
,mual
muntah
dan
pembatasan siet . Tujuan ;nutrisi adekuat kriteria hasil : - BB klien tetep atau meningkat - Porsi makan klien habis - klien memahami pentinya nutrisi terhadap pennyembuhan luka
Intervensi 1.Jelaskan
Rasional
pentingnya
masukan 1. penyembuhan luka memperlukan
nutrisi yang optimal
masukan cukup protein ,kabohidrat ,vitamin dan mineral untuk froblas dan
jaringan
granulasi
serta
produksi kolagen 2Anjurkan klien untuk makn porsi 2. Dengan makanan sedikit demi sedikit tapi sering
sedikit
diharapkan
ke
butuhan
nutrisi terpenuhi . 3.Anjurkan makan
klien
untuk 3.makanan
yang
hangat
yang mengurangi
rasa
mual
makananan
dapat sehinga
hangat
menambah selera makn klien
4.Lakukan oral hygene
Mulut bersih dapat membuat klien nyaman dan meningkatan napsu makan
5.Berikan antiemetik seseuai 5.Anti emitik dapat menetralkan indikasi
atatu
menurunkan
asam
untuk
pembetukan
mencegah
erosi
mukosa dan kemungkinan userasi 6.Pertahankan cairan IV
6.Memperbaiki cairan dan elektrolit
keseimbangan
e. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan medikasi dan hospilitasi Tujuan ;istirahat tidur klien terpenuhi Kriteria hasil; - klien tidak mengeluh susah tidur - klien dapat tidur 7-8 jam sehari - klien tampak seger Tabel 2.4 Intervensi dan rasional Diagnosa keperawatan Intervensi
Rasional
1.Berikan penjelaskan pada klien 1.transfer informasi sehingga klien tentang pentingnya istirahat tidur
mengetahui pentingnya pemunuhan kebutuhan istirahat tdur agar tubuh menjadi reflek dan seger daya tahan
tubuh
tetep
stabil
dan
mengembalikan stamina /tetangga.
2.Ciptakan
lingkungan
nyaman dengan cara; -Tayakan
pada
klien
sebelum tidur -Lingkungan yang tenang
yang 2.Dengan lingkungan yang nyaman dan tenang akan mendungkung
kebiasan untuk memenuhi kebutuhan tidur klien .
-Merapihkan tempat tidur -Mengatur posisi tidur klien seseua kenyamanan 3.Anjurkan klien untuk minum susu 3.Didalam susu mengandung zat hangat sebelum tidur
lactoferin yang dapat merangsang kantuk.
4.Anjurkan klien untuk membatasi Kafein makanan
minuman
mengandung kafein
yang pasien
dapat untuk
memperhambat tidur
tahap
REM,mengakibatkan pasein tidak merasa seger.
5.kolaborasi dengan dokter untuk 5.Obat hipnotik dapat menurunkan pemberian obat hipnotik
perangsangan
RAS
sehinga
membantu klien untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur.
f. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi fisik sekunder terhadap pembedahan kriteria hasil - klien dapat mengidentifikasikan area kebutuhan - klien mengungkapkan ADLnya terpenuhi Intervensi 1. tentukan
tingkatan
Rasional bantuan 1. Untuk mendorong kemandirian
yang
diperlukan
.berikan
bantuan dengan ADL sesuai keperluan
memberikan
klien
melakukan sebanyak mungkin untuk dirina . 2. Berikan waktu yang cukup bagi 2.Membebani klien dengan aktivitas klien
untuk
melaksanakan menyebakan frustasi
aktivitas 3 Instrusikan yang
klien
adaptasi 3.untuk
diperlukan
melasanakan
untuk
AKS.dimulai
mendorong
kemandirian
pujian memotivasi untuk terus belajar
dengan tugas yang mudah dilakukan sampai Berikan
dan
bberlanjut
tugas
yangsulit.
pujian
untuk
keberahasilan tersebut 4.Menaruh bel
di tempat yang 4.Untuk membenani rasa aman
mudah dijangkau
4 . Evaluasi Evaluasi adalah tindakan keperawatan intelektual untuk Melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
Jauh diagnosa keperawatan ,rencana tindakan ,dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kelapangan yang terjadi selama tahap pengkajian Analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Nursalam ,2008)