1 KARYA TULIS
DEGRADASI HUTAN INDONESIA DAN USAHA PENANGGULANGGANNYA
Oleh
YUNASFI NIP. 132288490
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
2
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Terjadinya degradsi hutan di Indoniesia disebabkan oleh berbagai faktor ya ng ikut berperan. Penebangan liar (illegal loging) merupakan faktor yang paling banyak berkontribusi dalam degradasi hutan. Sel ain itu fa kor pe ma nfaatan atau konver si lahan hutan
me njadi
lahan
perkebunan,
pertanian,
peruma han
da n
pe mbangunan sarana jalan juga berperan dalam me nye babakan terjadinya
degradasi
hutan
di
Indonesia.
Da mpak
terjadinya
degradsi hutan akan me nurunkan kualitas lingkungan, karena hutan tidak dapat lagi berperan menurut fungsinya. Terganggunya fungsi hutan akan berpengaruh kepada keseimbangan ekosistem seperti terjadinya banjir, punahnya berbagai flor a dan fauna serta sumber pl as ma nut fah yang s angat penting. Dala m
t ulisan
menyebabkan pengendaliannya.
ini
diuraikan
terjadinya Diharapakn
be berapa
degradasi
hutan
se moga
tulisan
faktor dan ini
yang usaha
beranfaat ,
sehingga meni mbulkan kesadaran akan pentingnya manfaat hutan.
Penulis,
Yunas fi
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
3
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
I.
PENDAHULUAN
1
II.
KONDISI HUTAN SAAT INI DI INDONESIA
7
A. Pembagian Hutan Menurut Fungsinya
7
B. Pembagian Hutan Menurut Tipe Formasinya
9
C. Penurunan Luas dan Produktivitas Kawasan Hutan
III
12
D.Gangguan Atau Penyebab Penurunan Luas Dan Produktivitas Kawasan Hutan E. Dampak Pengabaian Kelestarian Hutan
21
F. Lahan Basah Dan Usaha-Usaha Melestarikannya
22
G. Keanekaragaman Hayati
24
H. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
25
USAHA PENANGGULANGAN DEGRADASI HUTAN
27
Pembangunan Kawasan Konservasi
27
A. Kebijaksanaan
27
B. Strategi
28
C. Upaya dan Sasaran
29
PUSTAKA ACUAN
30
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
15
4
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas 13.667 p u l a u , y a n g t e r h a m p a r d i k h a t u l i s t i w a a n t a r a l a u t a n hindia dan sumatera pasifik, diapit oleh benua asia dan autralia. Salah satu sumberdaya alamnya yang terpenting adalah hutan hujan tropis. Dengan kondisi geografis yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya (ketinggian, curah hujan serta garis lintang), maka hutan tropis Indonesia me r u p a k a n h u t a n a l a m t r o pi k a b a s a h y a n g t e r be s a r d a n terkaya akan keanekaragaman jenis flora dan faunanya. Hutan alam tropika basah Indonesia seluas 143 juta h e k t a r ( 7 5 % d a r i l u a s s e l u r u h d a r a t a n ) , d i a n t a r a n y a ditetapkan 64 juta hektar sebagai hutan produksi terbatas dan hutan produksi bebas, merupakan hutan tropika basah terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. Dari segi potensi, hutan Indonesia memiliki berbagai jenis k a y u k o m e r s i a l d a n h u t a n p a n t a i s a m p a i k e h u t a n pegunungan. Hutan adalah salah satu sumberdaya alam terpenting bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang sedang giat me m b a n g u n , b e r j u a n g u n t u k me n i n g ka t ka n k e s e j a ht e r a a n rakyatnya maka Indonesia selalu berusaha mendayagunakan sumberdaya alam termasuk hutannya secara optimal sebagaimodal dasar bagi pembangunan. Dalam pengusahakan hutan produksi
hampir
seluruhnya
telah
dikontrakkan
kepada
perusahaan-
p e r u s a h a a n p e me g a n g H a k P e n g u s a h a a n H u t a n (HPH). Bagian terbesar dari kawasan hutan produksi ini b e r u p a h u t a n a l a m c a m p u r a n y a n g s e k a r a n g i n i s e d a n g diusahakan dengan cara tebang pilih yang disebut Tebang Pilih dan Tanam Indonesia (TPTI). Sistem TPTI walaupun namanya menggunakan kata tebang pilih, bukanlah suatu cara
menebang
pohon
di
hutan
semata-mata,
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
melainkan
5
me r u p a k a n s u a t u s i s t e m p e n a t a a n d a n s i l v i k u l t u r y a n g bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan jumlah dan mutu hasil hutan. Para pemegang HPH mulai memanfaatkann kayu-kayu yang komersial dengan pengendalian dan pengawasan yang sangat m i n i m , k a r e n a b e l u m a d a n y a p e n g a l a m a n d i k a l a n g a n pemerintah. Peralatan mekanis mulai dipakai menggantikan alat-alat tradisional, yaitu kuda-kuda yang dipakai dalam eksploitasi kayu yang sporadis di tahun-tahun sebelumnya. Penebangan yang dilakukan atas pohon-pohon (pohon-pohon komersial) sudah tentu
menimbulkan
gangguan
bersangkutan.Terlebih
lagi
atas ma s ya r a ka t penebangan
t umbuh a n
banyak
yang
ya ng diikuti
perladangan tradisional. P o h o n - p o h o n y a n g t i n g g a l d i t e b a s h a b i s d a n d i b a k a r . Kegiatan tersebut memang merubah susunan atau komposisi jenis dalam hutan alam yang bersangkutan. Beberapa jenis akan tersingkir karena tidak mampu bersaing dalam habitat yang berubah sebaliknya jenis-jenis dominan baru akan timbul, yaitu yang sesuai dengan kondisi baru. S u m b e r a l a m h u t a n m e m p u n y a i a r t i b e r l a i n a n b a g i setiap orang, dan oleh karena itu berbeda pula pandangan d a n k a i d a h - k a i d a n y a n g d i a n u t d a l a m p e m a n f a a t a n n y a . Hutan dan manusia memang mempunyai interaksi yang kuat. M a n u s i a
dan
masyarakatnya
m e m p u n y a i k e i n g i n a n d a n keperluan untuk hidupnya yang tidak terbatas dan beraneka ragam, sedangkan alam memberikan sediaan sumberdaya dalam j u m l a h
yang
terbatas
memanfaatkan
sumberdaya
alam
dan
beraneka
tersebut
ragam.
menusia
Untuk
menggunakan
teknologi yang berkembang mengikuti perkembangan tata nilai dan kecerdasan masyarakat manusia. D a l a m a r t i k e l e s t a r i a n f u n g s i h u t a n t e r m a s u k kelestarian manfaat yang dikelola secara berkelanjutan d a l a m m e m a n f a a t k a n komponen-komponen
tersebut
dalam
ekosistem. Pembangunan
yang didasari oleh pemanfaatan s u m b e r a l a m s e c a r a b e r k e l a n j u t a n
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
6
seringkali
disebut
pembangunan
yang
berkelanjutan
yang
mempunyai arti (a) cembangunan yang memberi kemungkinan kepada kelangsungan hidupnya sendiri dengan jalan melestarikan fungsi lingkungan alam yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan kesempatan kepada sektor lainnya untuk berkembang bersama-sama pada daerah dan kurun waktu yang sama, atau pada daerah
dan
kurun
waktu
yang
berbeda
secara
sambung
m e n y a m b u n g , ( b ) pembangunan yang pertumbuhan pada umumnya didasarkan pada upaya untuk melestarikan kemampuan dan fungsi alam dan l i n g k u n g a n h i d u p u n t u k ma m a s o k s u m b e r a l a m d a n u n t u k mendukung
peri
kehidupan
pembangunan
yang
menggunakan
kelestarian
k e ma m p u a n
secara
dan
terus
prosedur
fungsi
menerus,
yang
(c)
memperhatikan
k o mp o n e n
alam
dalam
ekosistem untuk mendukung peri kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Pengertian-pengertian tersebut di atas, tidak hanya me nc a kup k o mp o n e n
biofisik
dan
k i mi a
dari
ekosistem,
Ietapi
juga
komponen sosial budaya masyarakat yang 1erupakan bagian dari ekosistem tersebut. Interaksi antara komponen-komponen b i o f i s i k d a n k i m i a d e n g a n komponen sosial budaya dalam suatu kesatuan ekosistem caik dari segi kemampuan fungsinya dalam peri kehidupan pembangunan. Dalam rkaitan lahan,
pembangunan
dengan air,
kehutanan
kelestarian
plasma
nutfah
yang
lingkungan
(flora
dan
paling
penting
hidup
adalah
fauna),
energi
dan
organisasi sosial dan teknologi. Dalam hal ini hubungan antara kemanfaatan hasil dengan kemanfaatan fungsi sumber daya alam dan organisasi sosial yang mendukungnya amat penting untuk diperhatikan. Faktor
produksi
yang
amat
penting
dalam
pembangunan
k e h u t a n a n a d a l a h su mbe r a l a m la ha n da n r ua ng be se r ta segala
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
7
sumberdaya alam lain yang terdapat di dalamnya y a n g s a l i n g t e r k a i t d a l a m s u a t u p r o s e s y a n g d i n a m i s (ekosistem). Fungsi lahan , sebagai ekosistem untuk mendukung per kehidupan belum banya k dimengerti. Yang paling umum diketahui adalah pengertian lahan yang lebih s e m p i t
yang
biasanya
dianut
oleh
berbagai
sektor
p e mb a n g u n a n t e r ma s u k k e h u t a n a n d a n p e r t a n i a n , d i ma n a l a h a n d i a r t i k a n s e b a g a i r u a n g f i s i k d a n t a n a h d e n g a n segala macam unsur hara yang terdapat di dalamnya. Dengan
se makin
bertambahnya
penduduk
dan
sema ki n
meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ingin dicapai, m e n i n g k a t p u l a k e p e r l u a n a k a n l a h a n u n t u k menopang pertumbuhan pembangunan. Dan semakin diperlukan pula perlindungan terhadap fungsi lahan sebagai ekosistem
agar
seimbangan
pembangunan
antara
sistem
dapat
berlangsung
produksi
dan
terus
menerus.
dengan
siste m
perlindungannya semakin perlu untuk dipelihara. Sumberdaya hutan mempunyai fungsi multiguna (multiple use), yaitu sebagai penghasil kayu dan hasil nonkayu (non timber forest product), pengawetan dan perlindungan tata air (hydro orology), penghasil pakan dan m a k a n a n ( f o r a g e a n d f o o d ) , h a b i t a t k e h i d u p a n l i a r (wildlife) serta tempat wisata di alam terbuka (outdoor recreation). Akhir-akhir ini juga diketahui fungsi hutan sebagai penyimpan sebagai sumberdaya genetik atau plasma nutfah. Pengelolaan hutan bertujuan agar berbagai fungsi hutan tersebut
:
produksi,
perlindungan
dan
wisata
tidak
saling
b e r t u m b u k a n , t e t a p i s a l i n g m e n g i s i , m e s k i p u n dengan penekaDan fungsi utama pada masing-masing kategori k a w a s a n h u t a n . M e m a n g sulit menetapkan batas-batas fungsi tersebut di lapangan secara pasti, berhubung adanya interaksi dan fungsi ganda yang dipunyai ol e h taman
suatu
ekosistem
nasional
hutan. di
Misalnya
hutan
pegunungan
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
suaka
atau
di
alam
dan
lahan
8
r a w a (wetlands) dan di tepi pantai (hutan pantai dan hutan b a k a u ) , d a p a t sekaligus berperan sebagai hutan lindung yang bersifat hydro-orology. P e n g u s a h a a n h u t a n y a n g b a i k , p a d a f u n g s i h u t a n manapun, adalah
produktif
dan
terlanjutkan.
Dalam p e n g u s a h a a n
hutan
p r o d u k s i , a z a s d e m i k i a n h a r u s diartikan, menghasilkan hasil hutan sebanyak-banyaknya t a n p a m e r u s a k k e s e h a t a n h u t a n i t u s e n d i r i , s e h i n g g a tegakan hutan yang diusahakan dapat melanjutkan peranannya secara terus menerus. Sejak dimulainya pengusahaan hutan produksi pada hutan alam tropis di luar pulau Jawa, dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH), pada sekitar tahun 70-an sampai d e n g a n t a h u n t e r a k h i r PELITA V (1993) kegiatan pengusahaan hutan alam tropis di
Indonesia
t e l a h berlangsung lebih dari 20 tahun, yaitu
lamanya jangka waktu pengusahaan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu hal yang paling mendasar yang dialami ialah adanya pergeseran sistem nilaiyang menitikberatkan ma n f a a t e k o n o mi s y a n g be r s i f a t n ya t a k e da l a m s i s t e m lai yang mengutamakan kesimbangan
manfaat
ekonomis,
ekologis dan sosial budaya dari
sumberdaya hutan. Ciri
utama
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pengelolaan
sumberdaya hutan, terutama hutan alam tropis, tahun 2000 adalah makin kompleksnya peran yang dituntut dari sumberdaya hutan terutama dalam mengatasi masalahh lingkungan yang bersifat global. Di masa depan, hutan akan mengalami penurunan luas kawasan. Hal
ini
ka r e na
be r ba ga i
p e n y e b a b , d i a n t a r a n y a i a l a h k o n v e r s i untuk penggunaan sektor lain, penyerobotan lahan hutan dan sebagainya.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
9
II. KONDISI HUTAN SAAT INI DI INDONESIA
A. Pembagian Hutan Menurut Fungsinya Berdasarkan fungsinya, dalam UUD No. 15 tahun 1967, hutan dibagi menjadi : 1. Hutan Lindung H u t a n l i n d u n g i a l a h k a w a s a n h u t a n y a n g karena keadaan sifat alamnya dipergunakan guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. 2. Hutan Produksi Hutan
produksi
ialah
kawasan
hutan
yang
diperuntukan guna produksi basil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan k h u s u s n y a u n t u k p e m b a n g u n a n , i n d u s t r i d a n ekspor. 3. Hutan suaka alam Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang k a r e n a s i f a t k h a s d i p e r u n t u k a n u n t u k pe r li ndunga n a l a m h a y a t i dan ma n fa a t - ma n fa a t lainnya. Hutan ini terdiri atas : a. H u t a n s u a k a a l a m y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n keadaan alam yang khas termasuk alam hewani d a n a l a m n a b a t i ; p e r l u d i l i n d u n g i u n t u k kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan disebut "Cagar Alam" b. H u t a n s u a k a a l a m y a n g d i t e t a p k a n s e b a g a i suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai n i l a i k h a s b a g i i l m u pengetahuan
dan
kekayaan
kebanggaan nasional disebut
dan
kebudayaan
M a r g a satwa"
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
serta
merupakan "Suaka
10
4. Hutan Wisata Hutan
wisata
ialah
kawasan
hutan
yang
diperuntukan secara khusus untuk dibina dan dipelihara g u n a k e p e n t i n g a n p a r i w i s a t a d a n wisata buru, yaitu: a.
HutanWisata yang memilki keindahan alam,baik keindahan nabati, keindahanh e w a n i , sendiri
mempunyai
maupun
corak
khas
keindahan untuk
alamnya
dimanfatkan
bagi
kepentingan rekreasi dan kebudayaan, disebut "Taman Wisata" b.
Hutan
wisata
yang
didalamnya
memungkinkan diselenggarakan
terdapat
satwa
perburuan
liar
yang
yang teratur
bagikepentingan rekreasi disebut "Taman Buru".
Berdasarkan
Tata
Guna
Hutan
Kesepakatan
TGHK), luas
kawasan hutan dapat dibagi atas : 1.
Hutan Lindung
: 29.592.433 ha
2.
Hutan Suaka Alam dan Wisata
: 19.152.996 ha
3.
Hutan Produksi a. tetap
: 33.399.217 ha
b. terbatas
: 29.568.656 ha
c. yang dapat dikonversi
: 30.000.000 ha
Secara
rinci
pola
pemanfaatan
l a h an
hutan
b e r d a sar k a n
p e n u n j u k a n T a t a G u n a H u t a n Kesepakatan sampai dengan bulan Maret 1995 dapat dilihat pada Tabel 1.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
11
Tabel 1. Pola Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Penunjukkan Tata Guna Hutan Kesepakatan Maret 1995.
No
Propinsi
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 D.I Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Lampung Jawa Barat DK1 Jakarta Jawa Tengah D1 Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
16
Kalimantan Selatan
17
Kalimantan Timur
18
Sulawesi Utara
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Maluku Irian Jaya Timor Timur Jumlah/Total
Luas wilayah propinsi 3 5.539.000 7.168.068 4.229.730 9.456.140 10.277.500 5.100.000 1.978.870 3.301.545 4.630.001 59.000 3.421.000 317.000 4.791.970 14.480.700 15.300.000
4 1.051.406 1.391.129 1.206.624 390.000 774.700 181.200 441.090 336.100 229.457 51 65.543 3.246 255.818 2.047.125 800.000
666.800 253.885 599.694 410.908 796.506 602.906 296.039 422.500 196.446 127 2.952 231 245.337 1.336.750 729.419
3.700.000
432.486
21.144.000 2.751.501
3.643.860 285.430
.6.368.925 3.814.000 6.292.650 563.286 2.015.315 4.738.920 8.572.800 41.066.000 1.640.937
1.764.720 420.795 2.004.070 84.059 481.682 667.601 1.550.356 8.648.610 435.277
192.738.878
Luas Hutan Produksi Terbatas 6 1.375.704 1.349.886 539.707 1.960.120 333.000 363.100 213.916 44.120 0 0 0 0 0 2.988.750
Luas Suaka Alam & Hutan
Luas Hutan Lindung
5
7
3.400.000
188.350 581.548 596.844 1.873.632 2.124.000 1.073.100 26.913 281.029 547.861 988 605.093 13.219 847.082 1.323.000 6.068.000
139.315
132.975
1.325.024
1.968.600 326.590
4.826.100 741.200
5.513.060 230.500
604.780 273.359 189.639 31.951 134.759 111.890 44.956 8.311.020 38.850
2.142.606 827.115 993.082 5.650 222.712 398.954 1.807.107 4.732.360 170.484
422.809 668.891 264.998 3.853 224.121 278.147 1.298.464 7.123.480 45.211
7
19 152
29.592.433
Luas Hutan Produksi tetap
33.399.21
25.568.6556
Tabel 1. (Lanjutan) No
Propinsi
Jumlah Luas Hutan Tetap
2
8(4+5+6+7)
1
Alam dan Hutan
9
10
1 2 3
D.I
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KalimantanBarat
7.695.625
15 16
Kalimantan Tengah
10.997.419
***
2.029.800
17
Kalimantan Timur
18
11 (9 + 10)
Sumatera Utara
847.740 253.664
1.409.000 3 . 3 8 7 . 9 36
2.256.740 1.641.620
Sumatera Barat
2.942.869
437,733
849.128
1.286.861
Riau
4.634.668
***
***
4.821.492
Sumatera Selatan Jambi
4.028.200 2.220.300
1.186.500 726.907
5.062.800 2.152.800
6.249.300 2.879,700
Bengkulu Lampung
977.957 1.083.749
179.080 153.459
821.825 2.061.337
1.000.913 2,217.796
973,762
0
3.656.239
3.656.239
1.165
0
57.835
57.835
673.588 16.696 1.348.237
0 0 0
2.476.411 300.304 3.443.733
2.747.411 300.304 3.443.733
5.476.325
3.985.075
***
4.302.581
284.670
1.385.530
1.670.200
15.951.620
***
***
5.192.380
1.583.720
293.500
874.281
1.167.781
4.934.915
241.757
1.19.25
1.434.0113
2.190.160
699.383
924.457
1.624.840
3.351.709
2.940.861
Barat
Jakarta Jawa
Tengah
D.I. Yogyakarta Jawa Timur
Kalimantan S e l a t a n
S u l a w e s i
U t a r a
19
Sulawesi Tengah
20
Sulawesi Tenggara
21
Luas Hutan Produksi yangdapatdikonversi+ Areal pengunaan lain
3.282.260 3.526.448
Jawa
Aceh
Luas Suaka
Luas Hutan Lindung
Sulawesi
Selatan
1.508.750
259.375
2.681.466
Bali Nusa Tenggara Barat
125.514
***
***
437.772
1.063.274
***
***
552.042
24
Nusa
1.476.592
181.370
3.070.458
3.251.828
25 26 27
Maluku
5.096.883
***
...
3.475.917
28.816.270
11.775.420
474.310
12.249.730
22 23
Tenggara
Irian Jaya
Timur
Timor Timur
689.882
Jumlah/Total
111.713.302
10.000 30.000.000
761.116
771.116
50.000.000
81.015.577
Sumber: Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Hutan
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
12
Keterangan : *)
Hutan Negara bebas seluas 654.990 HA dijumlahkan ke dalam hutan produksi yang dapat dikonversi Propinsi-propinsi di Pulau Jawa berdasarkan Tata Guna Hutan yang telah ada
**)
Propinsi-propinsi
yang
lokasi
hutan
produksi
yang dapat
dikonversi dan areal lain belum disahkan ***) Hutan bakau untuk propinsi Riau masuk kedalam Hutan P r o d u k s i T e r b a t a s , s e d a n g d i P r o p i n s i S u l a w e s i Utara masuk kedalam hutan Produksi Tetap.
B. Pembagian Hutan Menurut Tipe Formasi Menurut Soerianegara
d a n I n d r a w a n ( 1 9 8 2 ) , be r d a s a r k a n
f a k t a e da f i s d a n p e r be d a a n v e g e t a s i s e c a r a g a r i s b e s a r t i p e f o r m a s i h u t a n I n d o n e s i a dibedakan menjadi 7, yaitu : 1. Hutan Payau (Mangrove) Tipe hutan ini tumbuh di sepanjang pantai be b e r a pa j a l u r , y a n g me l i p u t i a r e a l s e l u a s 1 j u t a h a d i s e l u r u h I n d o n e s i a . H u t a n P a y a u mempunyaim ciri tidak terpengaruh oleh iklim t e t a p d i p e n g a r u h i p a s a n g s u r u t t a n a h n y a tergenang air l a u t , t a n a h b e r u p a l u mp u r a t a u p a s i r t e r u t a m a t a n a h l i a t d a n m e r u p a k n t a n a h rendah pantai. Pada hutan payau vegetasi yang ada tidak mempunyai strata tajuk. Pohon-pohonya dapat mencapai tinggi 30 cm. Jenis-jenis kayu yang ada berdasar urutannya dari laut ke darat terdiri atas Rhizophora, Avicennia, Sonneratia, Xylocorpus, Lumnitzera, Bruguiera. Tumbuhan bawah yang ada pada tipe hutan ini meliputi Acrostichum aureum, Acanthus ilicfolia, Acanthus ebractiatus.
2. Hutan Rawa Tipe hutan ini meliputi areal seluas 13 juta h a y a n g m e n y e b a r d i S u m a t e r a d a n K a l i m a n t a n mengikuti sungai-sungai besar. Hutan
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
13
rawa tidak d i p e n g a r u h i i k l i m . T a n a h n y a m e r u p a k a n t a n a h rendah dan tergenang air tawar. Tipe hutan ini terletak di belakang hutan payau vegetasi pada tipe hutan ini mempunyai beberapa strata, pohon- pohonnya dapat mencapai tinggi 50-60 m. J e n i s - j e n i s
pohon
yang
ada
a n t a r a l a i n Comprosperma sp, Eugema spp, Ficus retusa, Gluta reghas, Metroxiylon spp.
3. Hutan Pantai Tipe hutan pantai ini tidak terpengaruhi iklim. Terdapat di daerah pantai, tanah kering berpasir, berbatu, regosol pasir, di atas garis pasang tertinggi. Pada tipe hutan ini, pohon-p o h o n n y a s e d a n g - s e d a n g p e n u h d e n g a n e p i f i t antara lain paku-pakuan dan anggrek. Jenisjenis pohon yang a da antara lain Ardisa elliptica, Baringtonia asiatica,Caesalpinia
boducella,
Callophylum
urophylum,
Casuarina
equiseitifolia dan lain-lain. Tipe hutan ini meliputi areal ± 1 j u t a h a , y a n g penyebarnnya di pantai Selatan Pulau Jawa, pantai Barat Daya, S u m a t e r a d a n Sulawesi.
4. Hutan Gambut T i p e h u t a n i n i d i c i r i k a n d e n g a n k e a d a a n i kl i m ya n g s e l al u b a sa h . Ta n a h t e r g e na ng a i r gambut yang berasal dari air hujan (miskin hara okgotropik). Lapisan ga mbut mencapa i 1-20 m. Jenisjenis pohon yang ada antara lain Alstonia, Aminota, Anisopetra, Callophylum, Campnosperma,Cratocylon, Dryobalanops spp, Durio carinatus, Eugenia, Gonystylus, Koompa-siaini, malaccensis, Litsea, Mellanorrohea, Pandanus spp, Parasyemon, Payane, Palaquium spp, Sapotaceae, danlain-lain.
Tipe
Mokdocarpus
spp,
hutan ini mempunyai luas 1,5
juta ha yang menyebar antara lain di Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Jambi.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
14
5. Hutan Kerangas. Tipe hutan ini dicirikan dengan iklim yang s e l al u ba s a h, t a nah r e n d a h r a t a d a n t a n a h n y a merupakan podsol. Terdapat di Kalimantan Tengah. Jenis-jenis yang ada antara lain Shorea spp, Gonystylus, Agathis borneensis, Casuarina sumatrana, Dacridium, Colophylum. 6. Hutan Hujan Tropik. Hutan ini paling luas penyebarannya (84 juta h a ) d a n p a l i n g b e r a n e k a r a g a m , t e r d a p a t d i daerah beriklim basah (tipe A dan B), terutama pada
tanah podsolik, Laktosol dan Alluvial.
Berdasarkan ketinggian tempat tipe hutan ini dapat dibedakan menjadi 3 zona yaitu: a. Hutan Hujan Bawah Hutan
ini
terletak
pada
ketinggian
2-100
m
dari
p e r m u k a a n l a u t . J e n i s p o h o n y a n g dominan, berasal dari suku Dipterocarpaceae, antara lain terdiri atas Shorea, Dipterocarpus, Dryobalonops. Genus lain antara lain Agathis, Altingia,Dialium, Duabanga, Dyera, Koompassia, Octomeles. b. Hutan Hujan Tengah Hutan ini terletak pada ketinggian 10003000 m dari permukaan laut. Jenis kayu yang umum terdiri dari suku Lauraceae, Fagaceae, Cumomaceae, Mangnoliaceae, Mammamelidaceae, Ericaceae dan lain-lain. c. Hutan Hujan Atas Hutan ini terletak pada ketinggian 3000 - 4 0 0 0 m d i a t a s p e r mu k a a n
laut.
Jenis
p ohon
yang
utama
Podocarpus, Llboce dous, Phyllocladus, Araucaria.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
adalah
15
7. Hutan Musim. Hutan ini penyebarannya terbatas di daerah iklim musim (tipe C dan D), pada tanah latosol, M e d i t e r a n d a n G r u m u s o l . K e a d a a a n t a n a h n y a merupakan tanah rendah ratau atau berbukit dan pa da tanah
tinggi.
Areal
penyebarannya
scara
mozaik
yaitu
di
Karawang, Cirebon (Jabar). Jawa Tengah, Jawa Timur dan kepulauan Nusa Tenggara y a n g
meliputi
areal
seluas
1
juta
ha.
Berdasarkan ketinggiannya hutan ini dibedakan menjadi 2 zona, yaitu: a. Hutan Musim Bawah. Hutan ini berada pada ketinggian 2-1000 m d a r i p e r m u k a a n l a u t . H u t a n i n i d i c i r i k a n dengan keadaan vegetasi yang hanya mempunyai satu stratum, campuran dan rapat. Jenis-jenis p o h o n y a n g a d a a n t a r a l a i n t e r d i r i d a r i Acacia luecocephala, Actinophora, Caesalpinia dyglus, Dalbergia latifolia, Homalium tomentosum,Lagers-tromiasp, Tamarindus indica, Tectona grandis, Tetrameles mediflora dan lain-lain. Jenisjenis dominan berasal dari Australia antara lain Eucalyptus alba,
Casuarina
penghulmianes,
Santalum
album,
Melaleuca. b. Hutan Musim Tengah Atas. T i p e i ni t e r l e t a k pa d a ke t i ng g i a n 1 00 0 4000 m dari permukaan laut. Jenis-jenis pohon yang ada antara lain: Casuarina junghuniana, E u c a l y p t u s s p p , P i n u s m e r k u s i i d a n P i n u s insularis.
C. Penurunan Luas dan Produktivitas Kawasan Hutan. Berkurangnya luas dan kualitas hutan dengan kecepatan yang cukup mencengangkan, yakni menurut studi FAO(1990) dan Departemen Kehutan RI (1991) s e b e s a r ± 1 , 3 j u t a h a p e r t a h u n , s e t a r a d e n g a n langnya atau rusaknya 10 unit HPH setiap tahun.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
16
Hutan Tropika Indonesia yang luasnya 143 juta ha m e m b e r i k a n 3 macam
hasil
atau
fungsi
yaitu
(1)
perlindumgan
sistem
k e h i d u p a n ( e k o s i s t e m ) , ( 2 ) p erlindungaan plasma nutfah dan (3) pemasok bahan material untuk keperluan pembangunan seperti kayu, rotan, getah dan sebagainya. Pada dasarnya modal atau aset kegiatan kehutana yang utama adalah kawasaan hutan dengan tegakannya. Dari segi ini berbagai data mengungkapkan adanya p e n u r u n a n j u m l a h d a n m u t u a s e t t e r s e b u t d i s e m u a lokasi, contoh di Sumatera yang memiliki akses labih balk dalam pembangunan nasioanal. Dalam tahun 1990 luas kawasan berhutan di Sumatera telah berkurang s e b a n y a k 2 5 % . D a r i T a b e l 2 t e r l i h a t j e l a s s e k a l i bahwa kepadatan penduduk mempunyai kaitan yang erat dengan berkurangnya aset kehutanan. Pengurangan aset kehutanan yang paling besar te r j a d i Sebesar Apabila
41,7%
dan
hanya
hutang
diperhatikan
pada
lindung hutan
hutan
produksi.
sebesar
produksi
tetap
29%. maka
pengurangan aset tersebut mencapai 26% (Tabel 3)
Tabel 2. Penduduk dan Keadaan Hutan di Sumatera (1990) PROPINSI
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Lampung Total Luas
JUMLAH PENDUDUK (JUTA ORANG)
3,4 10,2 4,0 3,3 6,3 2,0 1,2 6,0 36,5
KEPADATAN PENDUDUK (ORANG/KM2)
62 145 80 35 61 45 56 181 83
KAWASAN HUTAN YANG TAK BERHUTAN HUTAN 11 40 16 17 53 11 6 60 25
Sumber: Haeruman 1993 Pengurangan aset kehutanan yang paling besar te r j a d i p a d a hutan produksi, yait
sebesar 41,7% dan h u t a n g
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
lindung
17
s e b e s a r 2 9 % . A p a b i l a h a n y a dipernatikan hutan produksi tetap maka pengurangan aset tersebut mencapai 26% (Tabel 3) Tabel 3. Tingkat Deforestation (% Terhadap Kawasan Hutan Tak Berhutan) di Sumatera (1990). HUTAN LINDUNG
PROPINSI Aceh Sumatera Utara Aceh Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Lampung Sumatera
HUTAN SUAKA ALAM
3 48 3 21 16 68 0 2 71 29
HUTAN HUTAN HUTAN PRODUKSI KONVERSI PRODUKSI TERBATAS DAN LAINNYA
12 3 12 2 18 45 12 5 31 18
17 46 17 26 24 52 16 11 100 29
18 26 18 16 6 55 11 30 89 23
65 85 65 56 47 95 67 73 93 73
Surnber: Haeruman 1993 Berkurangnya aset kehutanan Indonesia tersebut terus berlangsung dimasa yang akan datang. Pada tahun 1990 aset hutan yang hilang di Indonesia ini mencapai 27,1%. Diperkirakan pada tahun 2000 aset hutan yang hilang mencapai 42,9% dan pada tahun 2030 kehutanan yang hilang akan menjadi 57,4% (Tabel 4 dan Tabel 5) Tabel 4. Hutan Alam di Indonesia (Juta Ha)
No
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Katagori Kawasan Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konservasi Hutan Lindung Hutan Konservasi Hutan Tetap (1+3+4) Kawasan HUtan (1+2+3+4)
Rencana Kawasan Hutan Th. 1979
Areal Berhutan Th.1990
Taksiran Areal Berhutan Th.2000
Taksiran Berhutan Th.2030
64,4
46,1
35,2
24,5
30,1
18,7
10,8
6,1
30,3 18,7
25,2 14,6
23,4 12,5
19,2 11,2
113,4
85,9
71,1
54,9
143,5
104,6
81,9
61,0
Sumber: Haeruman 1993 A p a b i l a d i b e r i n i l a i u a n g , m a k a k e h i l a n g a n nilai riil dari aset hutan berupa hutan produksi p a d a t a h u n 1 9 9 0 , 2 0 0 0 d a n
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
18
2 03 0 pali ng se dik it mencapai masing-masing sebesar Rp.137 t r i l y u n , Rp.223 trilyun dan Rp.294,7 trilyun. Penghasilan riil yang hilang dari aset yang lenyap ini bernilai masing-masing sebesar Rp.1,8 trilyun, Rp.2,9 trilyun dan Rp.3,9 trilyun setahunnya(atas dasar nilai hasil lokal dan harga tahun 1990) Tabel 5. Hutan Baru di Indonesia (Juta Ha)
No.
Jenis Hutan Produksi
Kawasan Berhutan Th.1990
Perkiraan Kawasan Berhutan Th.2000
1.
Hutan Tanaman Baru Hutan Alam Kawasan Berhutan
0,221
1,221
4,221
46,1 46,331
35,2 36,421
24,5 28,721
2 3
Perkiraan Kawasan Berhutan Th.2030
Sumber: Haeruman 1993 Meskipun nilai potensialnya amat besar, tetapi dari segi keanekaragaman hasil nyata peranan hutan masih belum berkembang dengan baik. Hasil hutan yang l a i n b e r u p a r o t a n , g e t a h , k u l i t d a n sebagainya hampir tidak memiliki peran yang berarti dalam pembangunan ekonomi nasional. Aset hutan lindung dan hutan konservasi yang hilang pada tahun 1990, 2000 dan 2030 masing-masing diperkirakan sebesar 18,8%, 26,7% dan 37,9%. Nilai ini sukar diperhitungkan mengingat nilainya terdiri atas n i l a i l o k a l d a n n i l a i p e r l i n d u n g a n w i l a y a h diluarnya.
D. Gangguan atau Penyebab Penurunan Luas dan Produktivitas Hutan. S e c a r a g a r i s b e s a r g a n g g u a n a t a u p e n y e b a b :enurunan luas dan produktivitas kawasan hutan dapat dikategorikan atas (1) gangguan bersifat fisik dan (2) gangguan bersifat biologis.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
19
1. Gangguan Fisik. Dalam
kelompok
gangguan
ini
termasuk
antara
lain
p e r a m b a h a n h u t a n , p e n e b a n g a n l i a r d a n perladangan berpindah tak terkendali, kebakaran h u t a n , p e n c u r i a n k a y u d a n s e b a g a i n y a . Jenis
gangguan
dalam
kelompok
ini
secara
langsung
mengganggu proses fisiologis pohon dalam hutan. Secara tidak langsung penebangan liar mungkin meyebabkan terbentuknya chalibs (tempat-tempat y a n g k o s o n g d a l a m h u t a n ) s e h i n g g a t e r j a d i peningkatan intensitas cahaya yang jatuh pada lantai hutan dan dengan demikian dapat mengubah i kl i m mi k r o d i t e mpa t t e mpa t t er s e but . Ka da ngkadang keadaan demikian justru dapat membantu permudaan secara alami. Akan tetapi bila penebangan liar dilakukan secara tak terkendali, maka kerusakan dapat terjadi. Perambahan
hutan
dan
perladangan
berpindah
yang
t e r k e n d a l i d a p a t m e y e b a b k a n l a h a n y a n g tertutup hutan akan terus berkurang dan fungsi hutan akan terganggu. Api merupakan satu diantara berbagai macam penggangu hutan alam produksi yang kita ketahui dapat meni mbulkan kerugia n yang cukup besar. P o h o n - p o h o n y a n g a d a d i d a l a m h u t a n d a p a t mengalami berbagai tingkat kerusakan tergantung pada lama api membakar hutan dan ketahanan jenis k a y u t e r h a d a p a p i . Y a n g c u k u p b e r a t s e b a g a i akibat kebakaran hutan adalah kematian pohon, walau is masih berdiri. Lebih berat lagi adalah a p a b i l a p o h o n h a n g u s d a n b e r u b a h b e n t u k n y a menjadi tonggak mati tanpa cabang-cabang karena telah habis terbakar. Pohon yang mengalami kerusakan ringan masih d a p a t h i d u p d a n b e r t u n a s k e m b a l i s e s u d a h terbakar. Pada batang pohon tersebut biasanya terbentuk luka-luka bakar. Luka-luka bakar pada b a t a n g a t a u a k a r u mu mn y a me n j a d i t e mp a t y a n g baik untuk masuknya fungsi pelapuk kayu teras.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
20
Kebakaran hutan memang bisa disebabkan olek h a l i l i nt a r a t a u a pi y a n g t e l a h me n j a d i a b a d i pada batu bara yang terpendam dalam tanah. Akan tetapi sebagian besar kebakaran adalah karena keteledoran manusia seperti kebiasaan membuang puntung rokok atau membakar semak belukar waktu melakukan pembukaan kebun atau ladang.
2. Gangguan Biologis. Yang termasuk dalam kelompok gangguan b i o l o g i s a d a l a h y a n g d i s e b a b k a n o l e h ( a ) tumbuhan, termasuk fungi, benalu dan gulma atau tanaman pengganggu lainnya. (b) serangga, (c) ternak, (d) satwa liar, (e) bahan polusi. a. Fungi.
Fungi merupakan satu diantara berbagai penyebab p e n y a k i t t u m b u h a n t e l a h u m u m diketahui. Hanya perlu diingatkan bahwa fungi adalah kelompok jasad paling umum
meyebabkan
pohon-pohon
hutan
menjadi
sakit
d i b a n d i n g k a n d e n g a n b a k t e r i v i r u s , mikroplasma atau nematoda. b. Serangga.
Hampir sama halnya dengan fungi, umumnya ki ta beranggapan bahwa se rangga-serangga
diperkirakan
hanya
penting
pada hutan tanaman. Anggapan itu juga berdasarkan pikiran bahwa dalam hutan alam kehidupan telah berada d a l a m k e s e i m b a n g a n . H a m p i r semua bagian pohon, termasuk biji yang masih b e r a d a p a d a p o h o n , d a p a t t e r s e r a n g o l e h serangga. Sesudah perkembangan benih, selama be r ke mb a ng s a mp a i ma s a k t e b a n g , t u mb u h a n sesuai dengan tingkat perkembangannya, dapat m e n g a l a m i s e r a n g a n s e c a r a b e r u n t u n o l e h b e r b a g a i j e n i s s e r a n g g a . B e b e r a p a j e n i s s e ra ngga te r ba ta s je nis
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
21
serangannya pada tanaman sampai umur-umur tertentu, p a d a anakan, tingkat tiang, pancang, pohon muda ataupun tua.K e r u s a k a n
yang
ditimbulkan
serangga
bisa bersifat
fisiologis atau lebih secara m e k a n i s . K e r u s a k a n f i s i o l o g i s m i s a l n y a adalah berkurangnya atau habisnya daun-daun, penghisapan sari tanaman atau penerasan yang dapat mengganggu prosesproses
fisiologis
pohon.
Yang
menimbulkan
kerusakan
mekanis a n a t a r a l a i n a d a l a h p e n g g e r e k k a y u y a n g dapat menyebabkan nilai kayu dalam batang turun atau hi],ang tetapi tidak mengganggu pertumbuhan pohon.
A g a r k e r u g i a n k a r e n a s e r a n g g a d a p a t di te kan da n a ga r kel es t a ri a n has i l hut a n alam dapat tercapai, upaya perlu dilakukan
unt uk
me mbe r i ka n
populasi
serangga
yang
kondisi
agar
merugikan
peledakkan
dapat
ditekan.
Menghilangkan sama sekali serangga hama didalam hutan alam tidaklah
mungkin.
Yang
dapat
dilakukan
adalah
mengembangkan teknik silvikultur untuk menciptakan kondisi dalam hutan yang tidak memacu peningkatan jumlah serangga hingga mancapai tingkat yang merugikan. c. Ternak. Kita telah lama
mengenalmasalah
penggembalaan
ternak dalam hutan jati di J a w a T e n g a h d a n J a w a T i m u r . Tatapi
sebenarnya
ma s a l a h
tersebut
juga
dialami
d i b e b e r a p a t e mp a t d i l u a r p u l a u J a w a . D i Timor, Aceh, Kalimantan Selatan dan mungkin j u g a d i t e m p a t l a i n t e r n a k s a p i b i a s a dilepas. Ternak yang digembala secara bebas, tertarik untuk masuk hutan, karena disamping ternak dapat memperoleh tempat yang teduh j u ga ka r e na di da l a m a t a u di a r e al de ka t hutan kadang-kadang terdapat berbagai jenis tumbuhan yang disukai oleh ternak. B a g a i m a n a t e r n a k
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
22
yang digembalakan secara bebas dapat merusak hutan d a p a t dilihat keadaan hutan yang terletak di dekat pemukiman yang penduduknya
memiliki
banyak
t e r na k.
Di ke t a hui
ba hwa
t e r n a k d i s a mp i n g merusak tanah hutan karena menjadi padat, juga karena ternak makan daun atau merusak r a n t i n g d a n b a t a n g p o h o n d a l a m h u t a n . Akibatnya pohon serta anakan dapat terganggu perkembangannya. Dalam keadaan berat pohon dapat mati dan menimbulkan lahan hutan yang terbuka. d. Satwa Liar. Kita ketahui bahwa berbagai jenis satwa liar dilindungi karena k e l a n g k a a n n y a d a n o l e h karena itu dalam perlindungan hutan, satwa yang dilindungi sama sekali tidak diizinkan u n t u k d i t a h a n p e n i n g k a t a n p o p u l a s i n y a , a pa l g i s a mp a i d ibunuh. Wa l a u s ua t u j e ni s s u a t u s a t w a l i a r y a n g d i l i n d u n g i s a m p a i membunuhmanusiapun,satwa
liar yang d i l i n d u n g i
tidak
d i b e n a r k a n u n t u k d i mu s n a h k a n . J e n i s s a t w a l i a r y a n g t i d a k dilindungi juga merupakan satu bentuk sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan. Hanya saja dalamrangka
perlindungan
hutan produksi, kita perlu upayakan pengelolaannya agar tidak menimbulkan Pada
kerusakan yang terlalu besar bagi hutan produksi.
hakekatnya
tidak
banyak
jenis
satwa liar yang
menimbulkan kerusakan hutan, bahkan beberapa diantaranya justru dapat m e n g u n t u n g k a n . A d a p u l a k e m u n g k i n a n s a t u jenis satwa yang dapat merusak dan membantu perkembangan hutan. Kerusakan yang terjadi oleh satwa liar hampir sama dengan ternak yaitu makan daun atau tunas, menggigit dan melepaskan kulit dari batang atau sekedar membuat luka. Didalam hutan alam berbagai jenis
satwa
liar
lebih
kurang
telah
berada
dalam
k e s e i m b a n g a n , w a l a u t i d a k s t a t i s . Perubahan keseimbangan terjadi karena hutan a l a m s e n d i r i , w a l a u p e r l a h a n , j u g a t e r u s
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
23
menerus mengalami perubahan-perubahan. Hanya saja dalam hutan alam yang diusahakan, yaitu dalam hutan produksi yang telah mengalami pembakaran, keadaan lain. Kondisi hutan alam berubah relatif secara drastis. e. Polusi Udara. Dalam
dua
dasawarsa
terakhir
ini
polusi
menjadi topik yang banyak diperhatikan o r a n g
udara
Indonesia,
s e h u b u n g a n d e n g a n ma k i n meningkatnya jumlah kendaraan serta cepatnya perkembangan berbagai macam industri. Kerusakan hutan karena polutan yang ada di udara telah mulai dikenal sejak industri berkembang di berbagai tempat di dunia. P o l u t a n d a p a t m e n i m b u l k a n k e r u s a k a n , khususnya pada daun-daun dalam tajuk pohon. Hanya saja sampai sekarang kerusakan hutan d i I n d o n e s i a k a r e n a p o l u t a n d a l a m u d a r a belum pernah terdengar. Mungkin perkembangan indusrti dan pemakaian kendaraan belum cukup u n t u k me l e p a s k a n p o l ut a n k e u da r a s a mp a i pada tingkat yang dapat merusak hutan.
Dalam
pengusahaan
hutan,
manusia
akan
me l a k u k a n
e k s p l o i t a s i h u t a n d a l a m b e n t u k mengambil kayu atau basil hutan non kayu. Eksploitasi ini merupakan pengambilan energi d a r i s u a t u sistem
energi
yang
telah
terbentuk didalam hutan alam.
Konsekuensi pengambilan energi suatu sistem energi yang telah terbentuk jelas akan mengganggu sistem energi yang telah ada. Gangguan pada sistem e n e r g i d a l a m h u t a n a l a m a k a n m e n g g a n g g u fungsi dari sistem energi hutan alam yang telah ada. Gangguan tersebut dapat
bersifat
sementara
kembali(reversible),
saja
tetapi
yang dapat
kemudian
dapat
pula bersifat
sembuh
tetap
dan
t i d a k d a p a t s e m b u h kembali (ireversible). Gangguan pada peran atau fungsi hutan alam produksi di dalam konservasi lingkungan a k a n
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
24
sangat tergantung pada sejauh mana gangguan dari sistem p e n g u s a h a a n h u t a n . M a k i n i n t e n s i f g a n g g u a n n y a ma k i n me r o s o t fungsinya pada konservasi lingkungannya.
E. Dampak Pengabaian Kelestarian Hutan. Hutan memiliki manfaat ganda yaitu manfaat yang secara langsung mudah dinilai (tangible benefit) dan anfaat yang secara langsung sulit untuk dinilai Intangible benefit). Manfaat yang secara langsung iapat dinilai misalnya
seperti
manghasilkan
rotan,
damar,
gondorukem
getah
pinus
yang
dapat
d a n terpentin disamping kayunya,
serta hasil hutan non kayu lainnya. Sedangkan manfaat yang secara langsung sulit dinilai misalnya sebagai pengatur tata air dan 7 . e n g e n d a l i k a n e ro si , fun g si- fu n gs i re kr eas i, perlindungan terhadap plasma n u t f a h , p e n y e r a p a n e m i s i C O2 d a n l a i n s e b a g a i n y a . M a n f a a t m a n f a a t :ersebut dapat kita peroleh baik dari hutan alam maupun tanaman, hutan produksi maupun hutan lindung atau hutan-hutan konservasi lainnya. D e n g a n g a g a l n y a a t a u b a h k a n d i a b a i k a n n y a kelestarian hutan, perlahan tapi pasti fungsi-fungsi hutan tersebut akan hilang. Memang ada pihak-pihak y a n g b e r p e n d a p a t b a h w a y a n g d i k e l o l a H P H a d a l a h hutan produksi sedangkan hutan lindung serta hutanhutan konservasi lainnya yang tidak termasuk dalam a r e a l H P H m a s i h c u k u p b a n y a k , s e h i n g g a t i d a k l a h perlu dirisaukan pengelolaan HPH yang asal-asalan. HPH telah terlalu banyak urusannya dalam kegiatan produksi kayunya, sehingga pembebanan tugas-tugas pembinaan hutan dan perlindungan hutan akan terlalu merepotkan. P e n d a p a t d e m i k i a n , t e n t u n y a m e n g a b a i k a n -:enyataan bahwa dari hutan produksilah kayu-kayu yang menjadi tumpuan industri perkayuan tersebut didatangkan.
Dengan
demikian,
sesungguhnya
siapapun
pengelola hutan, kelestarian hutan multak diperlukan.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
sebagai
25
Jika
hutan
tersebut
tidak
lestari
minimal
dari
Eegi
p r o d u k s i n y a , m a k a i n t e n s i t a s y a n g t e l a h demikian besar ditanam dibidang industri perkayuan kit a a k a n m u b a z i r . M a n f a a t i n d u s t r i p e r k a y u a n seperti sebagai penghasil devisa, penyerap tenaga kerja dan lain sebagainya akan hilang.
F. Lahan Basah dan Usaha-usaha Melestarikan Indonesia mempuyai bebarapa kawasan lahan basah ya n g p a l i n g l u a s d i A s i a . S e b a g a i s u a t u n e g a r a kepulauan, Indonesia memperagakan struktur kawasan fis i k a m a t l u a s d a r i r a n t a i a n p u n c a k v u l k a n i k , kehamparan alluvial yang luas, kawasan danau besar dan rawa serta perairan pantai hingga laut dalam. Kawasan lahan basah merupakan salah satu ekosistem ya n g
penting
karena
produktivitasnya,
s e p e r t i perikanan dan tambak udang di kawasan hutan bakau se r t a sebagai
penyangga
untuk
me l i n d un g i
adanya
erosi lahan dan
penimbunan terhadap terumbu karang. Istilah lahan basah sebagaimana didefenisikan o l e h K o n v e n s i I n t e r n a s i o n a l M e n g e n a i P e n t i n g n y a Lahan Basah khususnya sebagai Habitat Burung Air (Konvensi Ramsar) adalah suatau kawasan payau, lahan g a mb u t a t a u p e r a i r a n b a i k y a n g t e r b e n t u k s e c a r a alami ataupun buatan yang bersifat permanen ataupun dengan air yang tetap ataupun mengalir tawar, payau . t a u a s i n , termasuk kawasan air laut yang pada pasang turun dalamnya t i d a k m e l e b i h i d a r i e n a m meter. Indonesia memiliki kawasan lahan basah alami yang terbesar di Asia (sekitar 2 juta ha termasuk 17 ha hutan rawa bergambut). Walaupun beberapa kawasan luas telah dijadikan kawasan yang dilindungi dengan r a r i n g - j a r i n g s u a k a a l a m y a n g l u a s , k e b a n y a k a n te mp a t - t e mp a t u t a ma l a h a n b a s a h , k h u s u s n y a r a w a bakau pantai dan ekosistem rawa di Sumatera, Jawa dan Kalimantan terancam
oleh
adanya
tekanan
pembukaan hutan, pembukaan lahan untuk pertamanan, perkembangan
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
26
industri perairan
(akuakultur) dan pemukiman manusia yang sifatnya
spontan. Hasil kerusakan hutan lahan basah tersebut, hewan-hewan yang tinggal di kawasan yang ada dalam ekosistem ini juga terancam Kera
Bekantan(Nasalis
larvatus), Berang-berang(Lutra sumatrana),
Duyung (Dogong dugong), Penyu laut, Bajuku (Callagur rneoensus),Ortika borneonsis dan buaya (Crocodilus nevaeguzea) dan Tomistoma schegelii. Kawasan lahan basah yang terbesar di Indonesia Ditemukan pada endapan alkivial dataran rendah dan oukit berdataran rendah dan kawasan pantai bakau di Sumatera. Kawasan yang masih belum terjamah diperkirakan berjumlah 206,950 km 2 rawa gambut, sekarang menurun
sekitar
169.750
t e r m a s u k 1 6 . 7 0 0 k m 2 berada dalam kawasan suaka alam yang dilindungi. Rawa air tawar menurun luasnya dari semula
115.600 km2
menjadi 51.850 km 2 , 10.250 km2 di a n t a r a n y a t e r m a s u k d a l a m k a w a s a n y a n g t e l a h dilindungi. Kawasan hutan bakau menyusut dari 4 1 . 8 5 0 k m2 m e n j a d i 2 9 . 0 0 0 k m2 ,
6 . 7 0 0 k m 2 diantaranya termasuk
kawasan yang dilindungi. Lahan basah di Indonesia menarik minat beberapa _-gaga internasional
yang
membantu
perlindungan
kawasan seperti halnya
menyediakan kesempatan untuk mengadakan riset dan inventarisasi jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang penting bagi pembangunan di Indonesia. Asean Wetland Bureau (AWB) misalnya merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan
untuk
mempromosikan
perlindungn
dan
pe man faatan
secara berkesinambungan sumber lahan basah. AWB bekerja dalam 4 program-program utama (1) keanekaragaman hayatai, (2) sumber daya air,
(3) bantuan
kelembagan
dan
kesadaran
pengelolaan kebijakan lingkungan.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
konservasi,
(4)
27
G. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman lingkungan organisme
hidup hidup
hayati
yang
juga
merupakan e s e n s i
adalah
merupakan
keanekaragaman
dalam
kebermacaman
kompleksitas
ekosistem.Keanekaragaman ini m e n y a n g k u t 3 h a l a n t a r a l a i n ( 1 ) k e a n e k a r a g a m a n ekosistem,
(2)
keanekaragaman
jenis,
(3)
keanekaragaman genetika. 1. K e a n e k a r a g a m a n
ekosistem
merupakan
suatu
kesatuan
lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik, faktor fisik(iklim, tanah dan air) dalam faktor kimia (keasaman salinitas) yang saling
berinteraksi.
Berbagai
tipe (sekelompok) keanekaragaman
ekosistem antara lain: a. Kelompok ekosistem bahari; yang terdiri dari ekosistem laut, ekosistem pantai. b. Kelompok ekosistem darat yang terdiri atas vegetasi dataran rendah, sekelompok vegetasi pegunungan, sekelompok vegetasi munson. Ekosistem ini merupakan tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. 2.
K e a n e k a r a g a m a n j e n i s t e r b e n t u k k e s e s u a i a n genetika yang mengatur sifat. Kebakaan dengan l i n g k u n g a n t e r h a d a p a n g g o t a jenis
yang
sama
memiliki
kerangka
dasar,
samponer
g e n e t i k a (seromosom yang sa ma). Dikepulauan Indonesia terdapat sangat banyak spesis dan varietas yang m e r u p a k a n k a k a y a a n a l a m y a n g t a k t e r n i l a i harganya. Jenis kelompok
spesies utama
antara lain: a . D u n i a mo n e r a , y a k n i b a k t e r i d a n g a n g g a n g biru yang terdapat
sarang lebih 2.700 jenis didunia dimana 300 Indonesia. b . Dunia fungi terdapat ± 100.000 jenis didunia dan
terdapat
jenis
terdapatdi
12.000 diantaranya
di Indonesia.
c . Dunia plantae yakni jenis ganggang, jenis lumut, jenis paku,
pakuan dan tumbuhan biji.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
28
d . Dunia
aminalia
reptil,burung.
mencakup Mamalia
protozoa,
cacing,
(menyusui)
I n d o n e s i a memiliki
potensi
serangga,
dan
tidak
ikan
sebagainya.
kurang
20%
jenis
hewan menyusui atau sekitar 10% dari jenis mahkluk hidup. Kekayaan fauna total tidak k u r a n g d a r i 3 0 0 . 0 0 0 j e n i s , demikian pula tidak kurang dari 10% jumlah jenis renik berada di Indonesia
3. Keanekaragaman Genetika. Setiap kerangka dasar komponen genetika tersusun r i b u a n f a k t o r kebakaan tumbuhan
disebut
gen,
liar/sudak
suatu
lingkungan
did o m i s t i k a s i .
yang
Sebagai
memuat contoh
k e a n e k a r a g a m a n genetika seperti salak (bali, condet, pondoh) padi (cianjur, rojolele, ketan) dan lain-lain.
H. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati 1.Keanekaragaman menaggapi
hayati
sebenarnya
pertambahan
dapat
penduduk,
secara
aktif
perkembangan
teknologi dan proses pembangunan sepanjang dilakukan upaya pembinaan dan p e l e s t a r i a n . P e m a n f a a t a n s u m b e r a l a m h a y a t i tersebut sangatlah banyak tergantung dari tingkat kemajuan bangsa didalam proses-proses pemanfaatan itu sendiri. Dari segi pemerintah s e c a r a n a s i o n a l a k a n m e r u p a k a n k e c u k u p a n kesejahteraan baik sebagai sumber pangan, sumber p a p a n , s u m b e r pendapatan
dan
penghidupan.
Dibidang
swasta
k e a n e k a r a g a m a n h a y a t i d a p a t me r u p a k a n s u mb e r p e n d a p a t a n yang
t i da k
k e c il
seperti
halnya
pengusahaan
agroindustri,
agroforestry, bahkan sampai kepada industri wisata. 2. M e s k i p u n t e l a h b a n y a k u s a h a f a r m a s i y a n g memanfaatkan berbagai jenis plasma nutfah, namun dilapangan jutaan spesis yang mampu mendukung u p a y a k e s e h a t a n ma n u s i a d i ma n a s a mp a i
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
29
de nga n saat ini belum terjadi. Karena berkurangnya ahan konservasi dan b e r k u r a n g n y a p e r h a t i a n m a s y a r a k a t t e r h a d a p pl a sma nutfah akan me nur unka n pote nsi pla sma d a l a m m e n d u k u n g k e h i d u p a n d a n k e s e j a h t e r a a n manusia. 3. Pemanfaatan dalam skala besar antara lain: a. Pemanfaatan ekosistem seperti tambak (aguaticulture) b. P e m a n f a a t a n j e n i s , s e p e r t i i n d u s t r i p e r k a y u a n , i n d u s t r i k u l i t , i n d u s t r i o b a t obatan, industri kosmetika dan lainlain. c. Pemanfaatan genetika, seperti untuk industri bibit.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
30
III. USAHA PENANGGULANGAN DEGRADASI HUTAN Pembangunan Kawasan Konservasi A. Kebijaksanaan 1. Pembangunan konservasi sumber alam hayati dan ekosistemnya bertujuan untuk m e n g u s a h a k a n t e r w u j u d n y a k e l e s t a r i a n sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga
dapat
lebih
mendukung
upaya
peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. 2. Dalam mencapai tujuan tersebut, konservasi s u m b e r d a y a a l a m h a y a t i d a n e k o s i s t e m n y a mempunyai embanan (mission) a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan. b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. c. Pemanfaatan secara lestari su mberdaya alam hayatai dan ekosistemnya. 3. Pe mba ngunan s umberdaya ala m hayati harus berkelanjutan, melalui pemanfaatan secara rasional dan dengan kebijaksanaan menyeluruh dan memperhatikan generasi yang akan datang. 4. K o n s e r v a s i s u m b e r d a y a a l a m h a y a t i d a n ekosistemnya harus mencerminkan peranannya sebagai pendukung lingkungan hidup dan sebagai pelaksanaan
pencipta
kegiatan
prakondisi yang memungkinkan pembangunan
lainnya
berjalan
secaraberdayaguna dan berhasilguna. 5. S u m b e r d a y a a l a m h a y a t i d a n e k o s i s t e m n y a sebagai faktor penentu lingkungan hidup dalam fungsinya sebagai penyangga perikehidupan,harus dialokasikan secara nyata kawasan-kawasan untuk kepentingan konservasi, baik didaratan maupun diperairan serta kawasan-kawasan
lindung dalam fungsinya sebagai pemelihara
proses ekologi.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
31
6. Indonesia sebagai satu diantara tujuh negara megabiodiversity di dunia, harus mampu m e n g e k s p r e s i k a n d a n m e m p e r t a h a n k a n kualitasnya melalui pengalokasian kawasan k o n s e r v a s i y a n g m e n c a k u p k e p e r w a k i l a n d a r i b e r b a g a i t i p e ekosistem. 7. Dalam peyelenggaraan pembangunan konser-vasi s u m b e r d a y a alam hayati
dan
e k o s i s t e m n y a tidak boleh terlepas dari
peranan masyarakat disekitarnya.
B. Strategi 1. Evaluasi
secara menyeluruh kawasan
sehingga
konservasi,
b e n a r - b e n a r mencerminkan keanekaragaman flora
dan fauna, kekhasan, keunikan dan keindahan sumberdaya alam. 2 . U n t u k l e b i h m e n j a m i n k e b e r a d a a n d a n keperwakilan tipe-tipe
ekosistem
dan
gejala
dikembangkan kawasank a w a s a n
alam baru
lainnya yang
akan
dinilai
m e m e n u h i persyaratan, baik dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan. 3. Peningkatan pembinaan satwa liar, baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi melalui peningkatan kegiatan
inventarisasi
populasi s a t w a l i a r , p e n a n gk a r a n , p e n g a w a s a n l a l u lintas satwa liar dan pembinaan habitat guna Menjamin kelestarian populasi dan pemanfaatannya. 4. Peningkatan pembinaan kawasan suaka alam melalui penilaian keunikan
dan
keasliannya
serta
pengembangan
pengelolaannya melalui model pengelolaan yang memadai. 5.P e n i n g k a t a n
pembangunan
dan
pengelolaan
Taman
N a s i o n a l , T a m a n W i s a t a A l a m , T a m a n Buru, Taman Hutan Raya dan Taman Laut untuk mendorong pengembangan industri pariwisata alam melalui model pengelolaan yang mantap, baik daratan maupun perairan atau Taut dan lain-lain.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
32
C. Upaya dan Sasaran 1.
Konservasi di Dalam Kawasan
2.
Konservasi di Luar Kawasan
3.
Pengembangan Taman Nasional
4.
Pengembangan dan Pembinaan Wisata Alam
U n t u k l e b i h j e l a s d a n r i n c i t e n t a n g l u a s kawasan konservasi per propinsi sampai dengan tahun 1994/1995 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Luas Kawasan Konservasi Per Propinsi sampai dengan tahun 1994/1995 KAW ASAN KONSERVASI DARATAN/TERRESTERIAL Conservation Area CAGAR ALAM UNIT
Luas Area
SUAKA MARGASATW A UNIT
(Ha) 1
2
3
1 2 3 4 5 6 7
D.I Aceh
2
Sumatera Utara
7
Sumatera Barat
6
Riau
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4
TAMAN W ISATA
Luas Area. (Ha)
5
TAMAN BURU
UNIT L u a s A r e a . . UNIT L u a s A r e a . . (Ha)
6
7
8
9
Luas Area.. (Ha)
10
11
1,300 00 3,038.76
1
93,000 00
0
0.00
14
4
12
0 4
3.326.20 1.321.31
0
0
4
2
146,000 00
Jambi
4
6.676.8O
0
0
Bengkulu
1,780 60 1.00
0
Sumatera Selatan
7 1
7
0 296,667 00
Lampung
I
13,736.10
0
0
0
0.00
0
000
1
DKI Jakarta
3
115.80
0
0
0
0.00
0
0.00
3
Jawa Barat
31
50.419.70
2
13.527.60
4.416.06
1
12,420,70
61
80,783.96
Jawa Tengah
23
2.706.30
0
0
263.70
0
0.00
28
2.960.00
69 92
0
0,00
132.10
0
0.00
6
0.00
24
91,283.40
Jawa Timur
3 18
11,011.30
1
(Ha)
8,300.00 12.178.81
D.I. Yogyakarta
0 00 166,662 00
JUMLAH UNIT
99.600 00 173,769 66
610.00
0
0.00
8
3,936 20
2,066 62
1
15,000 00
8
164.386.93
0
0.00
0
0 00
4
6.675 80
2 I
14,612.00
2
2 6 , 300.00 0 00
11 9
41,692.60 286,708.00
1
17 6
60.00
0
79,976
3
296.50
0
13,736.10 116.80
202.02
Bali
1
1,762.80
0
0
3
16,882.60
0
0.00
4
17,645.30
NTB
1
643.50
0
0
4
3,041.00
2
53,812 00
7
57,396.60
NTT
5
79,384.44
6
11,060
4
42,698.10
3
12,500.00
17
96.642.64
805.708.00
1
180,000
835.00
0
0 03
1
986.543 00
8,261.00
0
4
10,794.00
0.00
7
103.790.00
6
1.776,530.00
Kalimantan
B a r a t
Kalimantan Tengah Kalimantan
S e l a t a n
2 7
67.230.00
1
0,00
2
2,533.00
0
35.000.00
2
1.560. 00
0
0.00
KalimantanTimur
4
1.714,400.00
1
280.00
1
61.850.00
0
0.00
21 22 23 24
Sulawesi Utara
7
61.618,00
1
6.500.00
2
1.250.00
2
21.800.00
Sulawesi Tengah
3
230.246.00
5
72.938.00
1
250.00
0
0.00
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
5
96.880.00
3
9.390.00
8
104.143.00
1
4.610.00
17
216.023.00
2
509.00
4
126.350.00
2
5.700.00
1
8.756.00
9
141.316. 00
25
Maluku
26
Irian Jaya Jumlah Total
5
12
91.068.00
9
303.434.00
12.830.00
3
14.000.00
1
734.46
0
0.00
9
12
2.970.458.00
6
2.489.890.00
6
5.204.37
0
0.00
23
164
6.111.272.48
47
3.635.121.10
75
272.455.16
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
14
235.198.70 301
27.564.46 5.465.552.37 10.254.047.44
33
PUSTAKA ACUAN
Conservation Indonesia. 1991. Lahan Basah Indonesia, U s a h a u s a h a M e l e s t a r i k a n n y a . C o n s e r v a t i o n Indonesia. Volume No.4 September 1991 Darusman, Dudung. 1995. Sistem Pengusahaan Hutan sebagai P r o d u s e n H a s i l H u t a n B e r u p a B a r a n g d a n J a s a : Status, Isu dan Kendala. Diskusi Panel Jakarta. Departemen Kehutanan. 1994. Kumpulan Pedoman Pengelolaan Hutan Bagi Rimbawan Indonesia. Departemen Kehutanan Jakarta. Departemen Kehutanan. 1995. 1994/1995. Departemen Kehutanan.
Kehutanan
Indonesia
Fakuara, M.Y. 1990. Pengantar Bioteknologi Kehutanan. Departeme n Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Hadi,Sutrisno. 1993. Aspek Perlindungan Hutan Dalam Kelestarian Hasil Pengusahaan Hutan Alam Produksi. Forum Pengkajian Pengelolaan Hutan Tropis. Jurusan Manajemen Hutan Institut Pertanian Bogor. Bogor Haeruman, Herman. 1991. Melestarikan Fungsi Hutan Alam T r o p i k a I n d o n e s i a M a s a l a h d a l a m P e m b a n g u n a n Nasional dan pilihan yang mungkin diambil. Media Persaki. No. 392/11. 1991. Haeruman,Herman.1993. Peranan Kehutanan Dalam Pembangunan Nasional. Forum Pengkajian Pengelolaan H u t a n Tropis. Handadhari, Transtato. 1992. Menghitung Economic Rent Hutan Alam Indonesia . Media Persaki . Peningkatan kwalitas Hutan Dalam Rangka Mensukseskan PJPT ke 2. Edisi III-IV/MP/12/1992. Manan, Safii. 1992. Pengelolaan Hutan Lindung yang Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Sumatera. Rimba Indonesia vol XXVII no. 3-4. Desember 1992. Nugroho,Bra masto. 1993. Ke mungkina n Pe mbagian Tugas Da l a m P e n g e l o l a a n H u t a n P r o d u k s i d i I n d o n e s i a . Buletin Jurusan Teknologi Hasil Hutan vol VI no. 2. 1993. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
34
Prastowo,H. 1991. Sekilas Mengenai Keanekaragaman Hayati. Me d i a P e r s a k i . E d i s i I M P / I / 9 1 . P e n g u r u s P u s a t Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia. Saleh, Wardono. 1993. Anta ra Biodeversitas dan TPTI. Indonesia. vol XXVIII no. 1-2, Juni 1993. Suhendang, Endang. I, Soerianegara dan Baharuni. 1993. Menguak Permasalahan Pengelolaan Hutan Alam Tropis Indonesia. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suratmo, F.G. 1993. Fungsi Lingkungan Dari Hutan Produksi Areal HPH.Forum Pengkajian Pengelolaan Hutan Tropis. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutisna,Maman. 1991. Saran-saran untuk Konsep Pohon Inti dala m P e n g u s a h a a n H u t a n A l a m P r o d u k s i . R i m b a Indonesia vol XXVIII No. 3-4, Desember 1991. Wartaputra,Sutisna.1990. Kebijakasanaan Biodiversitas di Indonesia.
Kehutanan
Yunasfi : Degradasi Hutan Indonesia dan Usaha Penanggulangannya, 2008 USU Repository © 2008
Konservasi