DEFINISI Plat lantai beton pracetak dengan sistem pre-stress yang menggunakan baja wire, dengan permukaan bagian atas yang di kasarkan berfungsi sebagai penahan gaya geser antara preslab dengan beton topping cast in site agar menciptakan satu kesatuan yang solid.
2
KEBUTUHAN DATA TEKNIS • • • • • •
Mutu beton : f’c 37 Mpa (K-450) Panjang : varian (berdasarkan bentang struktur) Lebar : 2,485 mm Tebal : 60 mm s/d 150 mm Tulangan baja prategang : PC Wire 5mm Beban tarik/tensile strenght : 31,87 kN
3
Persyaratan Diafragma Struktural dengan Pelat Penutup Komposit Pelat penutup komposit cor setempat di atas lantai atau atap pracetak dapat digunakan sebagai diafragma struktural selama penutup cor setempat memiliki tebal tidak kurang dari 50 mm, ditulangi dan sambungansambungannya didetailkan untuk dapat menyalurkan gaya-gaya kepada batang-batang tepi, komponenkomponen kolektor, dan sistem pemikul beban lateral. Permukaan beton pracetak yang telah mengeras sebelumnya harus bersih dan bebas dari serpihan, dan secara sengaja dikasarkan sebelum pengecoran setempat penutup komposit dilakukan. 4
Sampel Core Drill
5
• Menggunakan Metode Pendekatan berdasarkan SNI Pasal 10.3 • Digunakan untuk menentukan momen lentur dan gaya geser dalam perencanaan pelat satu arah. • Namun sistem struktur yang dianalisis harus memenuhi syarat-syarat tertentu. - Terdiri atas dua bentangan atau lebih - Memiliki panjang-panjang bentang yang hampir sama - Beban yang bekerja beban merata - Penampang bersifat prismatis - Rasio LL/DL < 3 (unfactored) 6
Metodologi 2
M u Cm ( wu ln )
wu =
wu ln Vu Cv 2
Cm = Cv = ln =
Beban mati dan hidup terfaktor persatuan panjang Koefisien momen Koefisien geser Panjang bentang bersih untuk bentangan yang ditinjau
7
Koefisien Momen dan Geser SNI
8
1
METODE BEBAN KERJA Berdasarkan Tegangan. Membatasi response plat terhadap (DL+LL) dengan titik No Tension (atau diijinkan terjadinya tarik dalam batas-batas tertentu)
2
METODE KUAT ULTIMIT Berdasarkan Kekuatan. Membatasi response plat terhadap beban ultimit (a1DL+a2LL) dengan titik Ultimite
3
METODE LOAD BALANCING Berdasarkan Defleksi. Membatasi response plat terhadap (DL+b2LL) dengan titik No Deflection.
9
• Tahap awal : Pengecekan tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu)
• Tahap layan : Pengecekan tegangan beton pada kondisi beban layan (sesudah memperhitungkan semua kehilangan prategang yang mungkin terjadi)
10
PADA FASE SESAAT SETELAH PENARIKAN
11
PADA FASE SETELAH BEBAN HIDUP BEKERJA (BEBAN LAYAN)
12
Batasan Tegangan Beton sesaat sesudah Penyaluran Gaya Prategang (SNI Beton Pasal 20.4)
Tegangan serat tekan terluar dibatasi maksimum (untuk mempertahankan linearitas):
0,60 f ci' Tegangan serat tarik terluar, kecuali seperti yang diizinkan pada point dibawah, dibatasi maksimum (untuk mencegah retak): ' (1 / 4) f ci
Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen struktur di atas perletakan sederhana dibatasi maksimum: (1 / 2) fci'
13
Batasan Tegangan Beton pada Kondisi Layan (SNI Beton Pasal 20.4)
Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup tetap dibatasi maksimum: 0,45 f ' c
Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup total dibatasi maksimum: 0,6fc'
Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan dibatasi maksimum: (1 / 2) fc' f c'
14
. . . . Terkadang, walaupun tendon prategang telah dipilih sedemikian rupa untuk memenuhi kondisi beban kerja, ternyata kuat ultimit penampang belum memadai. Salah satu solusi adalah menambahkan tulangan non-prategang.
15
PENGECEKAN KONDISI BEBAN BATAS •
Perhitungan penampang pada kondisi batas dilakukan dengan prinsip yang sama dengan yang digunakan pada perhitungan penampang beton bertulang
•
Dalam perhitungan kekuatan dari tendon prategang, fy harus diganti dengan fps.
16
17
PENGECEKAN DEFLEKSI DEFLEKSI AKIBAT BEBAN DAN PRATEGANG
18
Defleksi Jangka Panjang D(0)
D(0) = defleksi jangka pendek pada tengah bentang akibat beban tetap
D(t)
D(t) = defleksi tengah bentang akibat beban tetap, pada waktu t
x
x Potongan di X
sa
Elastik
Rangkak
Regangan k(0) sb
k(t)
19
Faktor Pengali untuk Perhitungan Camber dan Defleksi Jangka Panjang
20
Lendutan Ijin Maksimum
21
KUALITAS PEKERJAAN STRESSING • GAYA - Acuan yang mutlak harus dicapai - Pengecekan terhadap performa alat stressing, termasuk kalibrasi alat
• ELONGASI - Bersifat mengontrol apakah gaya dari hasil stressing sudah sesuai dengan design atau tidak. - Dalam SNI disebutkan bahwa toleransi untuk pretension ± 5%, jika elongasi yang terjadi diluar dari toleransi maka diperlukan analisa lebih lanjut.
22
23
Pengalaman Pekerjaan Preslab UIN - CIPUTAT
: 60800 M2
PASAR TANAH ABANG BLOK A
: 85000 M2
GEDUNG PAJAK
: 43000 M2
LNG TANGGUH
: 30000 M2
PARAGON CITY SEMARANG
: 80000 M2
PARAMOUNT SKYLINE BSD
: 60000 M2
CAR PARK TANJUNG PRIOK
: 22000 M2
RUSUN MARUNDA
: 30000 M2
WAREHOUSE UNILEVER MM2100
: 95000 M2
PASAR TANAH ABANG BLOK B
: 50000 M2
TANGERANG CITY MALL
: 55000 M2
RSA UNIVERSITAS GADJAH MADA
: 32000 M2
RUSUN AU HALIM
: 20000 M2
24